Wealth Management Newsletter - Maret 2016
GREETINGS
Nasabah yang terhormat, Terima kasih atas kepercayaan Anda menjadi Nasabah setia Commonwealth Bank. Pada edisi e-Market Perspective ini, kami mengulas mengenai pergerakan pasar selama bulan Februari 2016 yang menunjukkan peralihan minat investasi dari pasar global yang masih menunjukan ketidakpastian ke pasar negara berkembang yang lebih menjanjikan potensi pertumbuhan ekonomi. Masih belum pulihnya kondisi ekonomi di Uni Eropa dan Jepang membuat Bank Sentral dari negara tersebut melanjutkan kebijakan Suku Bunga Negatif. Sementara kondisi di negara berkembang khususnya wilayah Asia Tenggara menunjukan sinyal pemulihan dari pertumbuhan ekonomi mereka. Terlihat bagaimana pergerakan pasar saham dan obligasi di dalam negeri mengalami penguatan ditengah pergerakan pasar global yang relatif bergerak stagnan. Kedepannya kami melihat peluang yang baik untuk memanfaatkan momentum ini dan kesempatan untuk membangun kembali portofolio investasi yang ideal sesuai dengan tujuan dan profil risiko Anda. Jika Anda membutuhkan informasi lebih lanjut mengenai strategi dan rekomendasi produk – produk investasi, Anda dapat menghubungi Relationship Manager kami di cabang terdekat.
Hormat kami, Rian Kaslan EVP, Head of Strategic Capabilities and Wealth Management
1
Menyandang status sebagai konsumen minyak terbesar di dunia, pulihnya ekonomi US dapat menjadi sentimen positif untuk harga minyak. Sementara dari sisi supply sulit untuk mengharapkan pemangkasan produksi mengingat negara OPEC berada dalam kondisi defisit fiskal yang sangat besar.
Minyak menguat mengikuti tren penguatan USD Index
Equity Market Review – FEBRUARI 2016 Di bulan Februari 2016, IHSG memiliki perfoma yang sangat baik, melanjutkan sentimen positif dari bagusnya rilis data GDP kuartal 4 tahun 2015. Selama sebulan IHSG naik 3,4% di saat MSCI global turun -1% dan emerging market -0,3%. Kuatnya sentimen positif untuk Indonesia terlihat dari besarnya capital inflow yang masuk. Rupiah mengalami penguatan 3% dan investor asing melakukan net buy Rp4.1 triliun selama periode ini.
Sumber: Bloomberg
Fluktuasi pasar banyak dipengaruhi oleh ketakutan investor bahwa ekonomi dunia akan terjerembab dalam lubang resesi pertumbuhan di bawah 2%. Pertemuan G-20 di Shanghai 26 Februari kemarin dijadikan momentum para anggota untuk membuat kesepahaman supaya tidak terjebak dalam perang devaluasi mata uang yang hanya akan menyebabkan semakin tidak stabilnya ekonomi dunia. Hasil pertemuan memberikan kesepakatan bahwa langkah moneter saja saat ini tidaklah cukup untuk memacu pemulihan ekonomi, dibutuhkan kebijakan fiskal dan restrukturisasi untuk mendorong pemulihan ekonomi lebih lanjut.
Penguatan IHSG 0,5% di bulan Januari dilanjutkan dengan peningkatan yang lebih besar 3,4% di Februari ditopang masuknya likuiditas dari investor asing sebesar Rp4.1 triliun. Berbeda dengan di Januari ketika bursa global semua kompak rontok, di bulan Februari ini bursa mengalami konsolidasi, tidak naik namun juga tidak turun. Lemahnya data ekonomi China seperti tren penurunan PMI, data inflasi eropa yang masih tetap rendah di level 0,4% membuat sulit pembenaran untuk mengangkat indeks.
Hampir semua negara berwarna merah yang artinya berpotensi melakukan penurunan suku bunga
Data Employment dan Business Activity China Masih Melanjutkan Tren Penurunan 60
(PMI)
Employment
Business Activity
58 56 54 52 50 48 46
10
11
12
13
14
15
16
Sumber: CLSA Sumber: Bloomberg
Ditengah labilnya para pelaku pasar melihat prospek pertumbuhan ekonomi global, rilis - rilis data ekonomi AS semakin menunjukkan bahwa setelah sekian lama ekonomi mereka tertekan, sekarang signal yang menunjukkan ekonomi telah pulih semakin kuat. Uniknya dalam beberapa minggu terakhir penguatan USD diikuti harga minyak.
Di pertengahan bulan Februari IHSG sempat kehilangan momentum akibat himbauan pemerintah kepada bank-bank untuk menurunkan Net Interest Margin. Dianggap sebagai bentuk dari intervensi, investor asing melakukan net sell selama 3 hari berturut – turut. Namun setelah pemerintah menenangkan pasar bahwa mereka tidak akan memangkas NIM kepanikan pasar mereda dan investor asing kembali mencatatkan pembelian di IHSG.
Market Perspective - Wealth Management Newsletter | Maret 2016
2
Bond Market Review – Februari 2016 Pergerakan harga obligasi di bulan Februari banyak dipengaruhi dengan antisipasi pasar akan kembali dipangkasnya suku bunga sebesar 25 basis menjadi 7%. Yield obligasi benchmark turun dari 8,1% menjadi 7,9%. Setelahnya bersamaan dengan maraknya berita intervensi pemerintah kepada bank membuat yield obligasi terkoreksi kembali naik sampai ke level 8,2%.
pada 3 hal utama, lemahnya prospek ekonomi negara maju, ketakutan akan devaluasi yuan memberi goncangan hebat pada kestabilan pasar uang, dan semakin pulihnya ekonomi AS memberikan ruang untuk kenaikan suku bunga lanjutan.
Dari pasar global sendiri digunakannya kebijakan negatif interest rate pada developed countries memberi tekanan besar pada margin laba perbankan. Keadaan ini membuat para bankir harus memutar otak untuk mencari yield yang lebih tinggi demi menjaga margin laba tetap positif.
Sovereign bond yields turning negative 7yr
8yr
Switzerland
-0.95 -1.06
1yr
-1.03 -0.93 -0.85 -0.75
-0.68
Japan
-0.21 -0.23
-0.25 -0.23 -0.21 -0.21
-0.20
-0.57 -0.45 -0.38 -0.17 -0.12 -0.07
Germany
-0.47 -0.55
-0.50 -0.46 -0.37 -0.33
-0.23
-0.12
0.03
0.15
0.00
0.12
0.29 0.43
Kondisi ini memberikan peluang bagi negara berkembang yang pada umumnya memberikan yield lebih tinggi. Demand meningkat, dana asing kembali mengalir masuk ke negara berkembang, terefleksi dari menguatnya mata uang. Ditambah fakta riil yield yang ditawarkan Indonesia bahkan bisa mencapai 4% membuat SUN yang diterbitkan pemerintah selalu terserap habis. Rupiah pun menjadi one of the best perfomers di 2016 ini.
Netherland
Di bulan Februari 2016, pasar Obligasi Indonesia berdasarkan HSBC Bond Index mencatat kinerja positif 4,19%, melanjutkan tren positif bulan Januari 2016 di mana mengalami kenaikan 2,93%.
Italy
Terhitung dari awal tahun, investor asing membukukan pembelian bersih Rp32 Triliun, dan kepemilikan asing meningkat ke Rp590.22 Triliun dibandingkan Rp578.32 Triliun di bulan sebelumnya. Secara persentase, kepemilikan menurun dari 38,94% menjadi 38,74% dari total obligasi yang dapat diperdagangkan.
2yr
n/a -0.48
3yr
4yr
5yr
6yr
-0.45 -0.41 -0.36 -0.25
-0.14
9yr
10yr
Austria
-0.42 -0.47
-0.38 -0.34 -0.30 -0.12
-0.03
0.10
0.27
Finland
-0.48 -0.49
-0.44 -0.37 -0.25 -0.20
-0.04
0.07
0.22
0.43
Belgium
-0.44 -0.44
-0.40 -0.35 -0.28 -0.18
-0.03
0.29
0.48
0.62
France
-0.43 -0.43
-0.37 -0.30 -0.20 -0.11
0.01
0.12
0.32
0.50
Sweden
-0.50 -0.62
n/a
0.11
n/a
n/a
0.47
0.31
n/a
n/a
n/a
0.50
0.72
0.92
1.06
1.35
1.47
1.40
1.49
1.57 1.42 1.40
Denmark Spain
n/a -0.42 -0.16
0.05
0.25
-0.15
-0.02
0.02
0.09
-0.02
0.07
0.21
n/a -0.02 0.27 0.31
0.47 0.55
0.84
0.09
Norway
0.52
0.61
0.57
0.61
0.84
0.88
1.09
1.19
1.31
UK
0.38
0.33
0.40
0.47
0.70
0.81
1.00
1.16
n/a
Sumber: CLSA, Bloomberg
G20 – Monetary Policy Alone Cannot Lead to Balanced Growth Kepemilikan Asing Pada Obligasi Pemerintah & Pergerakan Yield SUN 10 tahun. 600
9
590
8.8 8.6
580
8.4
570
8.2 8
560
7.8
550
7.6
540
7.4 6
/
1 20
1 1/
6
6
1 20
/
/
8 1/
6
1 20
5 /1
1
6
1 20
/
2 /2
1
/
1 20
1
9 /2
6 01
/2
5 2/
6
1 2/
2/
Foreign Ownership in Gov Bond
1 20
6
9/
1 2/
6
1 20
1 20
/
6 /2
2
Yield SUN 10Th
Sumber: Kontan diolah oleh Commonwealth Bank
Global Market Outlook Ketakutan Investor Global Beralih Menjadi Ketidakpastian Berbeda dengan tekanan besar pada bulan sebelumnya, di Februari ini pergerakan pasar global relatif tidak kemana mana. Minimnya katalis positif membuat pasar sulit melakukan justifikasi untuk terapresiasi. Fokus pasar masih terkosentrasi
Market Perspective - Wealth Management Newsletter | Maret 2016
Pada 26 Februari kemarin para menteri keuangan dunia melakukan pertemuan G20 di Shanghai membahas kondisi ekonomi global. Hasil pertemuan memberikan kesimpulan kebijakan moneter saja tidaklah cukup untuk menyehatkan pertumbuhan ekonomi. Diperlukan kebijakan fiskal dan restrukturisasi ekonomi untuk mengembalikan pertumbuhan global ke level yang menyehatkan. Para menteri telah berkomitmen untuk mencegah perang mata uang yang dapat menyebabkan value destruction maka akan melakukan diskusi terlebih dahulu sesama negara anggota sebelum melakukan tindakan lanjutan. Sejauh ini hasil nyata dari pertemuan G20 belum terlihat, para negara anggota masih tetap terfokus pada kebijakan moneter. ECB menyiratkan akan kembali melanjutkan negatif interest rate policy (NIRP) dan berpotensi meningkatkan pembelian obligasi dari sebelumnya 65 Billion Euro setiap bulannya. Dari Jepang, gubernur sentral mereka juga telah menyatakan kebijakan NIRP dapat memberikan efek positif dan akan melanjutkan kebijakan ini.
Expect Bigger Capital Inflow Lemahnya prospek ekonomi global tidak selalu berarti buruk. Banjirnya likuiditas akibat kebijakan yang diterapkan Uni Eropa dan rendahnya yield negara maju menyebabkan investor global harus melangkah lebih jauh mencari yield yang lebih tinggi, dengan Indonesia sebagai salah satu destinasinya. Ingat yang terjadi selama 2009 – 2011? Seperti déjà vu, ketika itu rapuhnya ekonomi global menyebabkan investor global mengarahkan
3
Secara riil seharusnya pengaruh yang diberikan minimalis, FDI terbesar Indonesia saat ini berasal dari China, kebutuhan menggunakan dollar juga telah menurun setelah pemerintah melakukan kebijakan penggunaan rupiah dan kerjasama bilateral antar negara. Menguatnya USD juga akan terbatas setelah antisipasi penguatan yang telah terjadi sepanjang 2015. Bahkan fakta yang terjadi dalam beberapa minggu ini rupiah menguat searah dengan USD. Naiknya Fed Rate mungkin mengerikan bagi negara lain, but not for us.
perhatian pada emerging market sebagai target investasi. IHSG dan SUN pun kebanjiran likuiditas asing sehingga naik kencang, hingga pada puncaknya Indonesia mendapatkan status Investment Grade oleh lembaga rating Moodys dan Fitch. Terus menurunnya potensi pertumbuhan China juga tak pernah luput dari pengawasan investor global. Bahwa China mengalami kesulitan melakukan shifting dari export dan investment oriented menjadi consumer oriented kita sudah ketahui dari beberapa tahun yang lalu. Jelas terlihat dari pertumbuhan GDP yang terus menurun. Namun yang menjadi isu dikhawatirkan oleh investor saat ini adalah kemungkinan langkah yang ditempuh pemerintah China mendevaluasi mata uang dapat menyebabkan goncangan hebat pada kestabilan mata uang dunia.
Setelah China menunjukkan periode super growth-nya telah selesai investor mengalihkan perhatian pada India. Disaat Investor berpolemik dengan tingginya hutang dan defisit fiskal India maka perhatian beralih lagi ke kawasan Asia lainnya, yaitu ASEAN.
The Hidden Jewels Name Asean
Data bulanan Forex Reserve China terus menurun 150
8
(USD bn)
GDP growth (%YoY)
7
100
6 505
5
0
4
(50)
3
2015
2016F
2
(100)
1
(150) 09
10
11
12
13
14
15
16
Sumber: CEIC & Credit Suisse
Namun Pemerintah China sendiri telah mengatakan langkah devaluasi mata uang bukanlah opsi terbaik dan tidak berencana kembali melakukan langkah tersebut. Apa yang menjadi fokus saat ini adalah menstabilkan mata uang. Walaupun terkesan meragukan namun dari data terus menurunnya cadangan mata uang membuktikan China tidak serta merta membiarkan mata uangnya melemah tak terkendali. Ekspektasi Yuan akan terus melemah memang masuk akal, namun hal ini lebih terjadi karena lemahnya data ekonomi China yang menyebabkan capital outflow, dan dilihat dari Real Effective Exchange Rate, China masih terlalu kuat. Pelemahan Yuan yang terjadi bersifat natural bukan dampak intervensi pemerintah.
The Rise of Super Power Country Mengatakan saat ini ekonomi global suram sesungguhnya tidaklah sepenuhnya tepat. Negara yang menjadi lokomotif ekonomi dunia US saat ini telah menunjukkan ekonomi mereka mulai pulih. Data unemployment US terendah dalam 8 tahun terakhir, sementara inflasi US yang mencapai 1,4%, menunjukkan aktivitas ekonomi mulai berjalan. Gubernur The Fed Jennet Yellen tentu akan mengedepankan prinsip kehati – hatian dalam rencana menaikkan suku bunga lanjutan mengingat dibelahan negara lain semua malah menurunkan suku bunga, desperate memacu kembali perekonomian yang terus melambat. Namun bila benar The Fed kembali menaikkan suku bunga seperti yang dikhawatirkan investor, apakah dampaknya seburuk itu?.
0
Singapore
Thailand
Malaysia
Indonesia
Philippines
Vietnam
Sumber: CEIC, Credit Suisse
Ditopang masyarakat muda usia, perbaikan tata kelola pemerintahan, peningkatan kualitas infrastruktur ASEAN menawarkan potensi ekonomi yang luar biasa. Indonesia, Filipina, Vietnam saat ini menjadi sasaran utama para investor, terefleksi dari tingginya FDI disektor riil, dan menguatnya mata uang di 2016 ini.
equity Market Outlook Governments Should Play a Major Role In Economic Management Bak disengat petir disiang bolong, tepat bersamaan pada hari BI mengumumkan suku bunga dipangkas 25 basis poin, malamnya rilis berita dimedia pemerintah melalui OJK mengeluarkan pernyataan tendensius, “kami meminta agar NIM perbankan (selisih kredit – simpanan ) dapat turun menjadi 3%”. Wajah para investor yang membacanya pun langsung bertekuk, “Ooh not again..”. Begitu lekat diingatan investor saham diawal 2015 bagaimana intervensi pemerintah menurunkan harga semen 5% membuat harga saham SMGR turun hampir 15% !!. Lalu bagaimana dampak dari himbauan pemerintah untuk menurunkan NIM? Luar biasa, saham BRI hanya dalam seminggu terkoreksi mencapai 12%.
Market Perspective - Wealth Management Newsletter | Maret 2016
4
Saham Perbankan Terkoreksi Sampai 12%
Siklus ekonomi yang lazim kita kenal
Peak Trend Growth
ce
Reco very
Re
ss
ion
Recov ery
Peak
ion ss ce Re
Level of real output
Peak
Trough
Trough Time
Sumber: Media Sumber: Bloomberg
Dengan melihat investor asing selalu berbondong bondong keluar ketika terjadi Government Intervention kita menjadi berpikir apakah bentuk intervensi itu merupakan kesalahan. Nyatanya intervensi pemerintah merupakan pemikiran ekonomi yang dipopulerkan negara barat sendiri. Pada masa Great Depression 1930 di AS, seorang pemikir ekonomi besar John Maynard Keynes mencetuskan idenya. Menurutnya aktivitas sektor swasta pada pasar bebas terkadang dapat menciptakan inefisiensi, dibutuhkan campur tangan pemerintah untuk membawa ekonomi kembali efisien, terutama pada saat perlambatan ekonomi. Roda pemerintahanpun ketika itu dijalankan dengan mengaplikasikan konsep yang diperkenalkan Keynes, hasilnya perlahan ekonomi AS berangsur angsur pulih. Walaupun sejatinya AS merupakan penganut pasar bebas, semangat yang dibawa orang Eropa ketika bermigrasi ke AS untuk mencari kemakmuran hingga lahirnya pemikiran invincible hand/ pasar bebas yang membawa ekonomi AS menjadi sebesar ini. Nyatanya pasar bebas memiliki kelemahan, membentuk siklus ekonomi yang akan berakhir pada krisis.
Indonesia di periode pemerintahan baru juga terlihat seperti penganut aliran Keynesian, apalagi tepat saat ekonomi Indonesia sedang melambat dampak selesainya era boom komoditi. Pemerintah aktif melakukan tindakan ketika melihat lubang inefisiensi. Seperti ketika memotong harga semen -5% dengan pertimbangan harga semen di Indonesia salah satu yang tertinggi di kawasan. Sama seperti ketika pemerintah memangkas harga semen, saat ini pemerintah memandang bunga kredit perbankan terlalu besar dibandingkan kawasan, hal ini tentu kurang baik untuk iklim bisnis, membuat perusahaan Indonesia menjadi tidak kompetitif dampak tingginya cost of fund. Dengan melihat gemuknya Net Interest Margin perbankan di Indonesia maka pemerintah mengeluarkan himbauan agar NIM diturunkan, kalau bisa menjadi 3-4% dari level saat ini 5,5%. Sederhananya tidak apa – apa margin laba perbankan turun bila itu membuat ekonomi nasional meningkat.
Net Interest Margin Indonesia tertinggi di kawasan
Di periode inilah peran dari aliran Keynesian menjadi besar. Seperti krisis ekonomi yang terjadi di 2008, pemerintah AS yang digawangi partai demokrat bertugas sebagai tukang reperasi terlibat lebih dalam pada kegiatan ekonomi, menambal lubang – lubang inefisiensi, menggelontorkan uang kepasar untuk memacu kembali aktivitas ekonomi.
14.0%
Setelah 8 tahun berselang akhirnya ekonomi US menunjukkan perbaikan. Jumlah pengangguran turun menjadi 4,9%, inflasi di atas 1%, existing home sales naik menjadi 5,47 juta. Ekonomi tampak telah siap untuk kembali dibawa take off oleh pilot baru Tidak dapat dipungkiri pasar bebas sangat efektif dalam memacu kegiatan ekonomi hingga bahkan diadopsi oleh China dan sukses membawa ekonominya meroket dan menciptakan banyak orang kaya baru. Namun sadar akan lubang inefisiensi yang diciptakan sektor swasta membuat pemerintah China tetap membawa akar dari sosialis yaitu peran pemerintah yang sangat dominan dalam roda ekonomi.
8.0%
12.0% 10.0%
6.0%
5.5% 4.5%
4.0%
3.0%
2.0%
1.3% 0.4%
0.0% Indonesia
Thailand
Bunga Kredit-Bunga Acuan Sumber: Bloomberg diolah oleh Commonwealth Bank
Market Perspective - Wealth Management Newsletter | Maret 2016
Filipina Bunga Kredit
India
Malaysia
Suku Bunga Acuan
5
Sontak investor langsung bereaksi negatif atas himbauan ini, langsung terjadi penjualan besar – besaran pada saham perbankan saat itu. Belakangan pemerintah berusaha meredam kepanikan pasar. Kalau pada awalnya memperdebatkan NIM, sekarang pemerintah lebih memfokuskan untuk menurunkan bunga simpanan, hingga akhirnya keluar kebijakan maksimal bunga deposito 100 basis poin diatas BI Rate dan himbauan untuk pemerintah daerah juga BUMN untuk tidak lagi meminta special rate atau bunga di atas rata – rata kepada bank. Usaha pemerintah menyejukkan kepanikan pasar cukup berhasil. Perlahan harga saham perbankan pulih mendekati harga awal sebelum terkoreksi.
Indo
Thai Filipina India
Bank
NIM Efficiency ratio Tier 1 Capital Ratio
BANK RAKYAT INDONESIA PERSERO
7.8
43.1
16.7
BANK MANDIRI PERSERO TBK
5.8
41.4
15.4
BANK CENTRAL ASIA TBK PT
7.3
45.4
16.2
BANK NEGARA INDONESIA PERSERO
6.4
46.8
17.0
SIAM COMMERCIAL BANK PUB CO
3.2
35.6
14.0
KASIKORNBANK PCL
3.7
43.6
14.5
59.3
12.6
BDO UNIBANK INC BANK OF THE PHILIPPINE ISLAND
5.8
59.3
HDFC BANK LIMITED
4.6
45.5
13.7
62.0
9.5
2.0
29.5
12.0
MALAYAN BANKING BHD
1.9
47.4
13.5
Average
4.9
46.6
14.1
STATE BANK OF INDIA Malaysia PUBLIC BANK BERHAD
Sumber: Bloomberg diolah oleh Commonwealth Bank
Langkah yang ditempuh pemerintah malah terlihat kontrakdiktif dengan ambisi pertumbuhan yang ingin dicapai. Rendahnya bunga deposito tentu akan membuat pertumbuhan dana simpanan menurun. Dengan rasio Loan to Debt Ratio perbankan saat ini sekitar 93% mendekati batas yang diizinkan pemerintah maka membuat likuiditas menjadi ketat, dana yang tersedia untuk pinjaman menjadi terbatas. Rendahnya pertumbuhan kredit merupakan sinyal rendahnya pertumbuhan ekonomi. Salah satu solusi yang dapat digunakan oleh pemerintah untuk meningkatkan likuiditas perbankan saat ini adalah dengan menurunkan syarat Giro Wajib Minimum (dana minimum yang wajib disimpan bank di BI). Diturunkannya GWM akan memberikan perbankan ruang lebih untuk menyalurkan pinjaman.
Tax Amnesty Even Play More Crucial Role Solusi lain yang dapat meningkatkan likuiditas adalah disahkannya tax amnesty disertai dana repatriasi (kembalinya dana kedalam negeri). Dengan diperkirakan adanya dana masyarakat Indonesia sebesar Rp2.000 triliun diparkir di luar negeri maka apabila sebagian dana itu berhasil dibawa pulang maka merupakan insentif yang luar biasa untuk ekonomi nasional. Dana simpanan tentu akan meningkat pesat sehingga ruang untuk menyalurkan pinjaman menjadi terbuka lebar. Berdasarkan informasi terakhir rencana pembahasan tax amnesty akan ditunda ke 4 April dan berpotensi disahkan menjadi UU pada bulan Mei, menunggu selesainya masa pelaporan SPT dan pembahasan UU KPK yang memiliki relevansi dengan tax amnesty, mengingat tidak semua dana yang terparkir diluar negeri saat ini hanya merupakan dana pengusaha yang menghindari pajak.
Liquidity is already tight 100
memberikan dampak positif naiknya harga akibat meningkatnya demand. Namun meningkatnya harga tidak memberikan pengaruh pada aspek fundamental perusahaan, yaitu laba bersih yang merupakan backbone dari naik turunnya harga saham perusahaan.
System LDR
95 90 85
Sejak Awal Tahun Dana Asing Sudah Masuk Rp4 Triliun ke IHSG
80 75
4900
5000 4000 3000 2000 1000 0 -1000 -2000 -3000 -4000 -5000
4800 Jan-16
Sep-15
Jan-15
May-15
Sep-14
Jan-14
May-14
Sep-13
Jan-13
May-13
Sep-12
Jan-12
May-12
Sep-11
Jan-11
May-11
Sep-10
Jan-10
May-10
70
Sumber: Deutsche Bank & BI
4700 4600 4500 4400 4300 4200
6
6
3/7 /20 1
/20 1
6 /20 1
2/2 9
6 /20 1
2/2 2
6
Foreign Flow
2/1 5
6
2/8 /20 1
6
2/1 /20 1
/20 1
6 1/2 5
6
/20 1
/20 1
1/1 8
Turunnya bunga deposito dapat membuat nasabah mengalihkan dana simpanannya ke instrumen investasi lain yang memberikan potensi return lebih tinggi seperti saham atau obligasi. Dalam jangka pendek mengalirnya dana masuk kepasar modal
1/4 /20 1
6
4100
1/1 1
Ketatnya Likuiditas Perbankan
JCI Index (R1)
Sumber: Bloomberg diolah oleh Commonwealth Bank
Market Perspective - Wealth Management Newsletter | Maret 2016
6
Massive Capital Inflow has Driven The Market Terus menguatnya IHSG dan SUN selama sebulan terakhir sangat erat kaitannya karena melimpahnya dana asing yang masuk ke Indonesia. Bahkan ketika IHSG sedang terkoreksi investor asing tetap mencatatkan net buy ratusan miliar. Secara total investor asing telah masuk Rp4 dan 32 triliun di IHSG dan SUN.
Spread yang besar antara BI rate & Bond Yield 12.00 10.00 8.00 6.00
Sementara rendahnya penerimaan pajak pada Januari 2016 dan turunnya data consumer confidence pada bulan Februari sedikit menimbulkan keraguan kemampuan pemerintah mencapai target pertumbuhan GDP 5,3%.
4.00 2.00 -
Pada akhirnya likuiditas yang menentukan arah pasar. Dengan positifnya sentimen investor membuka ruang IHSG kembali ke level 5.000an, dan rilis laporan keuangan Q1 akan memberikan justifikasi apakah IHSG layak kembali ke level tersebut
BOND Market Outlook Deflasi Pada Bulan Februari Rilis data ekonomi awal Maret menunjukkan Indonesia mengalami deflasi pada bulan Februari senilai -0,09%. Walaupun lebih tinggi dari ekspektasi ekonom -0,16% namun angka ini menunjukkan inflasi Indonesia di 2016 dapat mencapai target pemerintah dikisaran 4,5%. Ditambah dengan derasnya capital inflow yang membuat rupiah terus menguat menuju level 13.000 dan harga minyak yang masih dikisaran 35 dollar per barrel membuat pemerintah berencana kembali menurunkan harga BBM. Turunnya harga BBM akan semakin menurunkan proyeksi inflasi di Indonesia. Dengan asumsi pemerintah inflasi dikisaran 4,5% maka terbuka ruang untuk BI kembali menurunkan suku bunga antara 25 sampai 50 basis poin. Meskipun potensi penurunan ini kemungkinan baru akan terjadi setelah semester kedua menunggu momen lebaran dan langkah kenaikan lanjutan suku bunga AS. Membaiknya prospek ekonomi AS memberikan harapan akan kembali dinaikannya suku bunga 2x tahun ini menjadi ke level 0,9%. Namun pasar memproyeksi kenaikan akan lebih rendah dari ekspektasi pada awalnya, ditambah pasar telah mengantisipasi kenaikan dengan penguatan USD sepanjang 2015. Yield SUN benchmark 10 tahun saat ini telah turun dari 8,2% menjadi 7,8%. Bila dilihat dari rata – rata selisih yield obligasi dan suku bunga dalam 4 tahun terakhir yaitu 0,5% maka yield obligasi masih berpotensi turun ke level 7,5%.
Indonesia mengalami deflasi pada bulan Februari senilai -0,09%. Walau lebih tinggi dari ekspektasi ekonom -0,16%, angka ini menunjukkan inflasi Indonesia dapat mencapai target dikisaran 4,5%.
Market Perspective - Wealth Management Newsletter | Maret 2016
3/31/2011
3/31/2012
3/31/2013
3/31/2014
3/31/2015
(2.00) Diff
Gov 10YR
BI Rate
Sumber: Bloomberg diolah oleh Commonwealth Bank
Risks To Watch Berikut ini adalah beberapa risiko yang perlu kita waspadai diawal tahun 2016:
Dari pasar global kekhawatiran utama datang dari China. Pada bulan Oktober nanti China akan resmi masuk menjadi basket currency dunia, implikasi yang didapat adalah Yuan akan semakin menguat karena kewajiban para negara anggota untuk memiliki aset berharga negara yang termasuk dalam basket currency sesuai pembobotannya. Berdasarkan Real Effective Exchange Rate saat ini yuan masih terlalu kuat. Walaupun pemerintah China telah menyatakan fokus mereka saat ini adalah menstabilkan mata uang namun risiko dari devaluasi itu tetap ada dan berpotensi mengganggu kestabilan pasar uang dunia.
Bila pada bulan lalu lemahnya harga minyak yang sampai menyentuh USD 27/barrel tampak mengkhawatirkan, sekarang dengan penguatan yang telah mencapai USD 37/ barrel juga memberikan kekhawatiran tersendiri. Penguatan harga minyak yang terlalu cepat akan memberikan masalah inflasi pada Indonesia dan mengganggu agenda pemerintah dalam menurunkan bunga ke level yang lebih kompetitif. Bila berkaca dari kondisi riil masalah oversupply ini sebenarnya masih jauh dari selesai, setidaknya tahun ini. Fiskal defisit yang terlalu lebar tetap menjadi halangan bagi negara produsen untuk memangkas produksi.
Capital Inflow yang masuk ke emerging market termasuk Indonesia semakin besar pada Februari kemarin membuat pasar sangat bergantung pada hot money tersebut. Salah satu jalan untuk membuat dana tersebut tetap bertahan disini adalah dengan men-deliver growth yang dijanjikan. Realisasi dari potensi yang dimiliki akan meningkatkan kepercayaan investor. Berkaca dari pengalaman 2009 walaupun terdapat risiko hot money akan bergerak keluar namun tidak akan terjadi dalam hitungan bulan.
Rendahnya penerimaan pajak pada Februari, simpang siur tingginya angka PHK dan ketatnya likuiditas perbankan berpotensi membuat target pertumbuhan GDP 5,3% meleset.
7
Belanja Infrastruktur Sebagai Katalis Pertumbuhan Ekonomi 350
%
3
2.4
2.5
Rptn Government capital spending
400
% of GDP (RHS)
250 1.6
200
1.6
1.5
1.6
1.4
150
1.8
2
2.1
1.9 1.5
1.5
1.3
1
100
0.5
50 0
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
2015
16F
0
Sumber: CLSA
Rekomendasi Investasi Pada pasar Saham, Rendahnya penerimaan pajak per februari kemarin baru mencapai 9% dari target 2016 dan ketatnya likuiditas perbankan saat ini memberi sedikit keraguan pemulihan ekonomi telah sesuai ekspektasi. Meningkatnya laba bersih emiten IHSG tentu akan mudah terjadi mengingat dimulai dari
low based dampak rendahnya laba bersih tahun lalu. Dengan masifnya capital inflow yang masuk ke bursa, telah mencapai IDR 4 triliun YTD membuat IHSG berpotensi melanjutkan kenaikan. Kami tetap optimis pada pasar saham dalam jangka panjang dan mempertahankan alokasi pada reksa dana saham sebesar 3050% sesuai risk appetite dari nasabah. Kami tidak mengubah level alokasi pada pasar saham saat ini karena kenaikan lebih dikarenakan hot money. Namun bila rilis leading indicator dan laba bersih menunjukkan perbaikan maka alokasi dapat ditingkatkan menjadi 40-60%. Pada pasar Obligasi, Rendahnya harga minyak dan terus menguatnya rupiah akibat capital inflow merupakan berkah untuk Indonesia, terutama untuk pasar obligasi. Spread BI rate dengan SUN tenor 10 tahun saat ini 90 basis poin, padahal negara tetangga seperti Vietnam, Thailand, Filipina yang ikut menikmati derasnya capital inflow saat ini hanya memiliki spread 20 – 40 basis poin. Ditambah outlook BI rate yang masih berpotensi diturunkan tahun ini maka tak salah bila dikatakan tahun ini adalah tahunnya obligasi. Dengan yield SUN tenor 10 tahun masih dikisaran 7,9% maka upside untuk obligasi masih sangat besar dalam jangka panjang. Kami mempertahankan rekomendasi kami pada obligasi dan reksa dana berbasis obligasi 30 – 50% disesuaikan dengan profile risiko nasabah.
ANALISA VALAS Tekanan jual terhadap USD masih cukup tinggi menyusul keputusan Federal Reserve AS untuk memangkas outlook kenaikan suku bunga dari 4 kali menjadi 2 kali hingga akhir tahun. Petinggi the Fed mengingatkan bahwa perekonomian AS menghadapi risiko dari ketidakpastian perekonomian global, meski laju pertumbuhan yang moderat serta kuatnya sektor tenaga kerja akan memberikan bank sentral ruang untuk mengetatkan kebijakan tahun ini.
USD/IDR Pergerakan USD/IDR hingga bulan Maret 2016 tergolong cukup stabil dengan range antara 12990 - 13400. Laju inflasi sedikit mengalami percepatan di level 4,36% dibanding sebelumnya di 4,14%. Bank Sentral Indonesia cenderung masih berpotensi untuk memangkas suku bunga dari 7% menjadi 6,75% untuk lebih memacu pertumbuhan ekonominya dan potensi berlanjutnya melambatnya pertumbuhan ekonomi global, Langkah kebijakan ini diharapkan dapat memberikan sentimen positif ke ekonomi Indonesia untuk jangka waktu menengah, yang ditopang berbagai
kebijakan oleh pemerintah. defisit neraca perdagangan dirilis sebesar USD 1136mio di bulan Januari, jauh di atas ekspektasi pasar yaitu defisit sebesar USD100 mio, karena impor yang lebih rendah dari ekspektasi. Impor -11,71% YoY in Februari 2016, sedangkan ekspor -7,18% YoY. Diperkirakan nilai tukar Rupiah akan cenderung melemah di rentang 13200 - 13400 pada kisaran bulan Maret ini.
AUD/USD Pada awal bulan Maret ini, serangkaian data ekonomi dirilis diatas ekspetasi dibandingkan bulan lalu membuat AUD menguat terhadap sebagian besar mata uang dunia. Suku bunga Australia masih dipertahankan oleh bank sentral di 2% dengan statement yang memberikan sinyal bahwa tingkat inflasi yang rendah masih memungkinkan untuk RBA melakukan pelonggaran moneter lebih lanjut. Pertumbuhan pekerja hanya sebesar 300 lebih rendah dari estimasi di 10,000 namun di saat bersamaan juga dirilis tingkat pengangguran yang kembali turun di level 5,8% yang menyebabkan
AUD menguat ke level tertingginya selama 8 bulan. Untuk jangka waktu pendek dan menengah AUD masih cenderung akan melemah terhadap mata uang lainnya, dikarenakan dominannya risk aversion, melambatnya perekonomian china cukup menyita perhatian market. Diperkirakan AUD/USD akan cenderung bergerak dengan rentang 0.7370 – 0.7680 pada kurun waktu bulan Maret 2016.
Market Perspective - Wealth Management Newsletter | Maret 2016
8
EUR/USD Nilai tukar Euro terhadap USD cenderung menguat di bulan Februari ini, dipicu oleh sentimen risk aversion yang masih cukup dominan, kekuatiran mengenai perlambatan ekonomi china dan aksi selloff dalam jumlah besar di pasar saham membuat investor cenderung untuk memburu asset-aset safe haven seperti EUR dan JPY,ditambah lagi dengan rencana Federal Reserves dalam memundurkan kenaikan suku bunga mengakibatkan EUR menguat terhadap USD. Kondisi perkenomian terkini Zona Euro sendiri cenderung mengalami kontraksi. Data inflasi saja yang kembali dirilis turun menjadi -0,2% ECB pada bulan maret ini memberikan stimulus ekonomi dengan menurunkan suku bunga acuan sebesar 5 basis poin menjadi 0%, dan suku bunga deposito sebesar 10 basis poin menjadi -0,40%. Selain itu quantitative easing juga ditambah sebesar €20 miliar menjadi €80 miliar per bulan, dan merilis program
TLTRO II mulai bulan Juni. Meski demikian, Presiden ECB, Mario Draghi, memberikan sinyal bahwa ECB kemungkinan tidak akan melonggarkan moneter lebih lanjut, yang membuat euro berbalik menguat. Pasar memperkirakan ECB mulai kehabisan intrumen untuk memacu perekonomian dan mendongkrak naik inflasi. komitmen ECB memperpanjang program stimulusnya sampai Maret 2017 juga berisiko menekan Eur lebih lanjut untuk jangka waktu menengah dan panjang. Diperkirakan EUR/USD akan cenderung bergerak dalam rentang 1.1080 – 1.1380 pada kurun waktu bulan Maret 2016 dengan kecenderungan melemah.
GBP/USD Poundsterling kembali menguat setelah melemah cukup signifikan di bulan Februari kemarin, disebabkan oleh Federal Reserves yang memundurkan kenaikan suku bunga yang menyebabkan USD melemah terhadap sebagian besar mata uang dan Bank of England mempertahankan suku bunga tidak berubah dan memberikan indikasi bahwa suku bunga masih akan cenderung berpotensi naik dalam kurun waktu 2 tahun ke depan. Market untuk sementara mengabaikan fokus Brexit saat ini, Hasil survey
ORB yang dipublikasikan Daily Telegraph hari Selasa menunjukkan dukungan suara sebesar 49% untuk Inggris meninggalkan Uni Eropa. Mayoritas investor menilai jika GBP masih akan terus berada di bawah tekanan sebelum referendum 23 Juni mendatang. Diperkirakan GBP/USD akan cenderung bergerak dalam rentang 1.4200 – 1.4500 pada kurun waktu bulan Maret 2016.
USD/JPY JPY bergerak sangat fluktuatif dengan kecenderungan menguat dengan range 110.65 – 114.50 selama bulan Maret ini. Ditopang oleh kebijakan BOJ yang memangkas suku bunganya ke level negatif dan statement dari Federal Reserves yang memberikan sinyal tidak akan agresif dalam menaikkan suku bunga di tahun ini, Gubernur BoJ Haruhiko Kuroda dalam meeting BOJ terakhir mengatakan akan mengambil waktu untuk melihat dampak pemangkasan itu meskipun tidak menutup peluang untuk kembali bertindak sebelum kebijakan tersebut berjalan sepenuhnya ke dalam perekonomian. Bagaimanapun penguatan yen akibat risk aversion bisa melukai
perekonomian Jepang, terutama sektor ekspor, karena membuat barang lokal lebih mahal bagi pembeli asing. Penguatan yen juga berpotensi membuat bank sentral Jepang menggelontorkan stimulus tambahan di bulan depan, meski diperkirakan cenderung berdiam diri menyusul kejutan di bulan Januari untuk mengadopsi tingkat suku bunga negatif. Diperkirakan USD/JPY akan cenderung bergerak dengan rentang 110.50– 113.50 pada bulan Maret 2016 dengan kecenderungan JPY melemah.
Recommendation USD/IDR
EUR/USD
GBP/USD
AUD/USD
Expected buying level
12.900 - 13.000
1.1100 - 1.1150
1.4200 - 1.4250
0.7400 - 0.7450
110.00 - 110.50
Expected selling level
13.300 - 13.400
1.1300 - 1.1350
1.4500 - 1.4550
0.7650 - 0.7700
113.00 - 113.50
Long profit taking
13.300 and above
1.1300 and above
1.4500 and above
0.7650 and above
113.00 and above
Short profit taking
13.000 and below
1.1150 and below
1.4250 and below
0.7450 and above
110.50 and below
Long cut loss
12.800 - 12.850
1.0950 - 1.1000
1.4100 - 1.4150
0.7300 - 0.7350
109.00 - 109.50
Short cut loss
13.450 - 13.500
1.1400 - 1.1450
1.4600 - 1.4650
0.7750 - 0.7800
114.00 - 114.50
Entry Point Profit Taking Cut Loss
*Data di atas hanya bersifat indikatif dan dapat berubah sewaktu-waktu tergantung kondisi pasar.
Market Perspective - Wealth Management Newsletter | Maret 2016
USD/JPY
Disclaimers Kecuali dinyatakan lain, semua data bersumber dari berita media massa, dan tidak diterbitkan oleh PT Bank Commonwealth (PTBC). PTBC harus dijamin untuk dibebaskan dari tanggung jawab, termasuk tetapi tidak terbatas pada penuntutan hukum oleh pihak ketiga. PTBC beserta direkturnya, karyawannya dan perwakilannya dalam Lampiran ini selanjutnya bersama-sama disebut sebagai “Grup” “Laporan ini diterbitkan semata-mata untuk tujuan informasi dan tidak boleh ditafsirkan sebagai suatu ajakan atau penawaran untuk membeli efek atau instrumen keuangan.. Laporan ini telah disusun tanpa mempertimbangkan tujuan, situasi keuangan dan kapasitas untuk menanggung kerugian, pengetahuan, pengalaman atau kebutuhan orang-orang tertentu yang mungkin menerima laporan ini. Tidak ada anggota dari Grup yang melakukan atau harus melakukan penilaian kelayakan atau penyesuaian laporan untuk penerima laporan ini yang karenanya tidak mendapatkan manfaat dari perlindungan peraturan dalam hal ini. Laporan ini bukan nasihat atau petunjuk. Semua penerima laporan ini harus, sebelum bertindak atas dasar informasi dalam laporan ini, mempertimbangkan kewajaran/kelayakan dan kesesuaian informasi, dengan memperhatikan tujuan-tujuan mereka sendiri, situasi keuangan dan kebutuhan, dan, jika perlu mencari profesional yang tepat, memperhatikan kondisi valuta asing atau nasihat keuangan tentang isi laporan ini sebelum membuat keputusan investasi. Kami percaya bahwa informasi dalam laporan ini adalah benar dan setiap pendapat, kesimpulan atau rekomendasi yang cukup telah diadakan atau dibuat, berdasarkan informasi yang tersedia pada saat kompilasi, tetapi tidak ada pernyataan atau jaminan, baik tersurat maupun tersirat, yang dibuat atau disediakan untuk akurasi, kehandalan atau kelengkapan setiap pernyataan yang dibuat dalam laporan ini. Setiap pendapat, kesimpulan atau rekomendasi yang ditetapkan dalam laporan ini dapat berubah sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan dan mungkin berbeda atau bertentangan dengan, kesimpulan pendapat atau rekomendasi yang diungkapkan oleh Grup di tempat lain. Kami tidak berkewajiban untuk, dan tidak,memberitahukan perkembangan terkini atau terus mengikuti informasi terkini yang terdapat dalam laporan ini. Grup tidak menerima tanggung jawab untuk setiap kerugian atau kerusakan yang timbul akibat dari penggunaan seluruh atau setiap bagian dari laporan ini. Setiap penilaian, proyeksi dan prakiraan yang terkandung dalam laporan ini didasarkan pada sejumlah asumsi dan perkiraan dan tunduk pada kontinjensi dan ketidakpastian. Asumsi dan perkiraan yang berbeda dapat mengakibatkan hasil material yang berbeda pula. Grup tidak mewakili atau menjamin bahwa salah satu proyeksi penilaian atau prakiraan, atau salah satu dasar asumsi atau perkiraan, akan dipenuhi. Kinerja masa lalu bukan merupakan indikator yang dapat diandalkan untuk kinerja masa depan. Grup tidak menjamin kinerja dari produk investasi atau pembayaran kembali modal dengan produk yang didistribusikan oleh PTBC. Investasi dalam produk ini bukan merupakan simpanan atau kewajiban lainnya dari Grup atau anak perusahaannya dan setiap jenis produk investasi memiliki resiko investasi termasuk hilangnya pendapatan dan modal yang diinvestasikan. Contoh yang digunakan dalam komunikasi ini hanya untuk ilustrasi. Semua materi yang disajikan dalam laporan ini, kecuali bila ditentukan lain, berada di bawah hak cipta Grup. Tak satu pun dari materi, maupun isinya, maupun salinannya, dapat diubah dengan cara apapun, ditransmisikan ke, disalin atau didistribusikan kepada pihak lain, tanpa izin tertulis dari perusahaan terkait yang menjadi bagian dalam Grup. Grup, berikut agennya, asosiasinya dan kliennya memiliki atau telah memiliki posisi panjang atau pendek pada efek atau instrumen keuangan lainnya yang disebut di sini, dan dapat setiap saat melakukan pembelian dan / atau penjualan terhadap kepentingan atau surat berharga dalam kapasitasnya sebagai prinsipal atau agen, termasuk menjual atau membeli dari klien atas dasar pokok dan dapat terlibat dalam transaksi yang tidak konsisten dengan laporan ini. Silahkan melihat website kami di www.commbank.co.id untuk informasi lebih lanjut. Jika Anda ingin berbicara dengan seseorang mengenai instrumen keuangan yang dijelaskan dalam laporan ini, silakan hubungi kami hubungi Call Centre kami di 021 15000 300 atau email kami di
[email protected].
10
Market Perspective - Wealth Management Newsletter | Maret 2016