Wealth Management Newsletter - September 2013
1 | Market Perspective | September 2013
Nasabah yang terhormat, Memasuki bulan terakhir di kuartal ketiga tahun 2013, sebagaimana yang terjadi pada tahun-tahun sebelumnya, iklim investasi global dan domestik mulai mengalami fase konsolidasi sebagai refleksi dari penyesuaian nilai pasar dengan kondisi ekonomi makro dan fundamental dari setiap aset investasi. Berbagai tantangan demi tantangan pada ekonomi domestik terjadi hanya dalam waktu 3 bulan terakhir. Dimulai dari melambungnya angka inflasi domestik akibat kenaikan harga BBM bersubsidi dan bahan pangan di bulan Juli dan Agustus, disusul oleh defisit pada transaksi berjalan dan neraca perdagangan yang berakibat pada pelemahan nilai tukar rupiah secara signifikan. Saya melihat bahwa situasi ekonomi di negara-negara Asia lainnya juga mengalami tantangan yang berat di awal semester 2013. Perlambatan ekonomi global yang menyebabkan minimnya aktivitas perdagangan global telah memberikan tekanan pada neraca perdagangan dan nilai tukar negara-negara Asia pada umumnya, belum lagi rencana bank sentral Amerika Serikat untuk memangkas program stimulus Quantitative Easing yang dapat berdampak pada aliran likuiditas di sistem finansial global. Namun saya memiliki keyakinan pada kekuatan perekonomian Indonesia, yang merupakan ekonomi terbesar di wilayah ASEAN. Pemerintah juga bersikap responsif dalam menyikapi potensi perlambatan ekonomi domestik dengan memberlakukan kebijakan-kebijakan yang bersahabat untuk sektor investasi, serta berbagai kebijakan moneter yang bertujuan untuk mengendalikan stabilitas nilai tukar. Akhir kata, saya percaya bahwa mekanisme investasi yang baik dengan perencanaan strategi jangka panjang yang terdiversifikasi, akan membantu Anda melalui situasi pasar saat ini. Silakan menghubungi tim profesional kami yang siap membantu Anda dalam mengatur portofolio investasi Anda. Salam hangat, Ian Whitehead Director of Retail and Business Banking
GLOBAL OUTLOOK
B
ulan September ini merupakan bulan yang padat akan pengumuman data ekonomi serta keputusan-keputusan pemerintah dunia yang akan menyebabkan fluktuasi pada pasar finansial global. Pada pertemuan FOMC di AS bulan September ini, pelaku pasar seluruh dunia mengestimasi akan adanya pengurangan dalam program stimulus QE3. Di Jerman, masyarakat akan menentukan apakah Kanselor Angela Merkel akan dipilih kembali sebagai pemimpin negara terbesar di Eropa. Kongres US juga harus mendiskusikan permasalahan budget serta Debt Ceiling. Kemudian, Presiden Obama akan memilih suksesor dari Gubernur The Fed saat ini Ben Bernanke yang masa tugasnya akan berakhir di bulan Januari 2014. Kemungkinan akan adanya konflik di Timur Tengah juga berpotensi dapat meningkatkan harga minyak, setelah Presiden Obama memutuskan AS akan menyerang Suriah karena tuduhan pemakaian senjata kimia terhadap ratusan warganya. Pasar finansial negara berkembang mendapatkan tekanan jual yang cukup besar sejak akhir bulan Mei diakibatkan likuiditas global yang mengalami penurunan akibat isu-isu di atas. Ekonomi negara berkembang juga mengalami perlambatan, sedangkan ekonomi negara maju mulai menunjukkan perbaikan yang cukup positif. Investor dihimbau untuk mengantisipasi fluktuasi pasar di bulan September ini dengan mengurangi alokasi pada asset berisiko untuk dapat memaksimalkan kinerja investasi berdasarkan pertimbangan akan perkembangan beberapa kondisi pasar financial global di atas.
Pertumbuhan Global Ekonomi negara maju mulai membaik sebaliknya ekonomi negara berkembang mulai melambat. Jepang mulai mencatat pertumbuhan 2,6% di Q2 setelah tumbuh 3,8% di Q1. Pertumbuhan ekonomi AS di Q2 mencapai level 2,5%, dua kali lebih cepat dari pertumbuhan 1,1% di Q1. Bahkan, Zona Eropa pun berhasil keluar dari resesi pada Q2 lalu dengan tumbuh 0,3%, setelah mengalami resesi selama 18 bulan terakhir. Sebaliknya, pertumbuhan ekonomi dinegara berkembang seperti China, India, Brazil, Russia dan Indonesia mulai menurun. Pertumbuhan negara berkembang melambat dan diperburuk dengan tekanan aliran dana investasi yang keluar karena mengantisipasi kemungkinan US akan segera mengurangi kebijakan stimulusnya. Meskipun demikian, pertumbuhan banyak negara berkembang masih bertahan diposisi relatif tinggi jika dibandingkan negara lain, walaupun laju pertumbuhan lebih lambat dari sebelumnya. China misalnya menargetkan angka pertumbuhan di 7,5% yang merupakan tingkat pertumbuhan yang terendah sejak tahun 1990, tetapi masih jauh lebih tinggi dari tingkat pertumbuhan AS di level 2%. International Monetary Fund (IMF) memprediksikan pertumbuhan global tahun ini akan mencapai 3,3%, dibandingkan 3,2% di tahun 2012 dan 4% di tahun 2011.
Passing the Baton Contribution to global GDP growth, in percentage points 4
Developed World: 2.01
2
Emerging World: 1.43
0 -2 -4 -6
US recession
2000
‘05
‘10
Note: Data are through Aug 1; Sumber: Bridgewater Associates LP, The Wall Street Journal
AS Pertumbuhan AS di Q2 tercatat di level 2,5% yaitu lebih tinggi dari angka estimasi awal di 1,7%. Perbaikan ini karena nilai ekspor AS dilaporkan lebih tinggi serta nilai impor lebih rendah dari data sebelumnya. Lalu, sentimen sektor bisnis juga meningkat dan didukung juga oleh pemulihan sektor perumahan yang cukup baik. Kedepannya, banyak perkembangan di AS yang akan menentukan arah pertumbuhan AS serta global kedepannya. AS menghadapi perdebatan mengenai serangan militer terhadap Suriah, Budget, Debt Ceiling sebelum pertengahan bulan Oktober. Lalu, Pertemuan
2 | Market Perspective | September 2013
FOMC yang dijadwalkan pada 17-18 September ini juga akan menentukan rencana pengurangan stimulus, di mana berita tentang kemungkinan hal ini akan terjadi sudah menimbulkan outflow besar-besaran dari negara berkembang serta menaikkan suku bunga pinjaman. Belum lagi, Obama akan menentukan penganti Fed Chairman Bernanke yang akan berakhir masa tugasnya pada bulan Januari tahun depan, yang akan jatuh pada 2 kandidat, Vice Chairman The Fed Janet Yellen atau Larry Summers, penasehat kebijakan ekonomi Obama sebelum mundur tahun 2010 lalu. Ekspektasi pasar secara luas mengharapkan Obama memilih Yellen untuk menjadi orang nomor satu di The Fed. Hasil survei dengan 40 responden para profesional di Wall Street mencatat 70% menginginkan Yellen. Sisanya 25% memilih Summers menggantikan Bernanke. Para pendukung Yellen menyakini jika Summers yang terpilih maka pasar keuangan akan mengalami aksi jual. Sebab Summers berkeinginan untuk mempercepat berakhirnya stimulus moneter dari Fed.
Zona Eropa Zona Eropa akhirnya berhasil keluar dari masa resesi selama 18 bulan terakhir pada Q2 dengan tumbuh 0,3%, walaupun tingkat pertumbuhannya masih akan cukup lemah untuk beberapa waktu ke depan karena kondisi di berbagai negara Eropa yang berbeda pemulihannya. Pemulihan ekonomi Zona Eropa didorong pertumbuhan ekonomi Jerman sebanyak 0,7% QoQ serta Perancis sebesar 0,5% yang di atas ekspektasi. Ekonomi Spanyol, Italia dan Yunani dilaporkan masih menyusut walaupun lebih sedikit dari kuartal sebelumnya. Portugal, salah satu dari 5 negara Eropa yang menerima program bailout, di luar ekspektasi mencatat pertumbuhan 1,1% QoQ. Perjalanan pemulihan ekonomi Zona Eropa masih akan relatif panjang. Hasil Pemilu Jerman, yang merupakan negara dengan ekonomi terbesar di Eropa, pada tanggal 22 September akan mempengaruhi kebijakan di Zona Eropa kedepannya, termasuk keputusan untuk memberikan penambahan dana bailout untuk Yunani yang akan diputuskan setelah pemilu Jerman.
LOCAL OUTLOOK
P
ada bulan Agustus lalu, pasar modal Indonesia berada dalam fase konsolidasi, di mana baik pasar saham, pasar obligasi maupun nilai tukar rupiah mengalami depresiasi signifikan akibat derasnya aliran dana asing yang keluar dari negara-negara berkembang termasuk Indonesia. Kecemasan investor terhadap Indonesia terutama diakibatkan oleh melebarnya defisit perdagangan dan transaksi berjalan pemerintah. IHSG terdepresiasi 9% dari level 4,610,377 ke 4195,089, Nilai tukar rupiah melemah 9,2% dari level 10,257 ke 11,184. Pemerintah Indonesia berusaha menstabilisasi nilai tukar rupiah dengan mengumumkan paket kebijakan sektor investasi, memperpanjang bilateral swap line serta memperketat kebijakan moneter. Fluktuasi pasar finansial dan IDR akan bergantung pada kebijakan pemerintah dan Bank Indonesia dalam menjaga keseimbangan dalam pertumbuhan ekonomi, inflasi serta kestabilan rupiah serta faktor global. Untuk investor jangka panjang, koreksi yang terjadi di pasar telah mendorong valuasi bursa saham dan tingkat imbal hasil obligasi pemerintah ke level yang menarik. Investor dihimbau untuk menjaga keseimbangan alokasi aset investasinya untuk menyikapi fluktuasi pasar yang masih terjadi dalam jangka menengah ini.
Perubahan IDR, Non Deliverable Forward (NDF) IDR 1 bulan, IHSG, Tingkat Imbal Hasil Obligasi Mingguan serta Credit Default Swap (CDS) di bulan Agustus Tanggal
USD IDR
NDF - IDR 1 bulan
IHSG
Yield FR - tenor 10 tahun
CDS 10 tahun
30-Aug
11184
11435
4195.089
8.415
322.645
23-Aug
11058
11266
4169.827
8.431
364.715
16-Aug
10430
10691
4568.65
8.196
319.445
9-Aug
10267
10411
4640.781
7.581
302.495
2-Aug
10333
10428
4640.781
7.619
302.66
Semula, BI berupaya menunda kenaikan suku bunga mungkin untuk menjaga pertumbuhan ekonomi yang sejak Q2 dilaporkan menurun ke level 5,8% dari 6% di Q1. Upaya yang telah dilakukan BI antara lain adalah menaikkan GWM perbankan, dan mengumumkan sejumlah kebijakan pemerintah. Respon pasar yang negatif dengan tekanan keluarnya aliran dana investasi asing yang besar juga berkontribusi pada pelemahan IDR, bursa saham serta kenaikan tingkat imbal hasil obligasi yang signifikan selama bulan Agustus. Akhirnya, BI menaikkan BI rate sebanyak 50 bps ke level 7% diakhir bulan Agustus untuk meredakan sentimen negatif yang ada di pasar. Langkah BI ini mengindikasikan prioritas BI saat ini adalah menjaga kestabilan rupiah serta mencegah lebih banyak aliran dana asing yang mengalir keluar dari pasar modal domestik.
Sumber: Bloomberg
Ekspektasi Ekonomi Indonesia Inflasi & BI Rate Turning Tide Indonesia has raised interest rates to stem fund outflows and counter inflation resulting from weakening currency
3 Des 2008
3 Jun 2009
3 Mar 2009
3 Des 2009
3 Aug 2009
3 Jun 2010
4 Mar 2010
3 Des 2010
3 Sep 2010
9 Jun 2011
4 Mar 2011
8 Des 2011
8 Mar 2012
12 Jun 2012
13 Sep 2012
7 Mar 2013
11 Des 2012
13 Jun 2013
29 Aug 2013
8 Sep 2011
Benchmark Interest Rate
10.00% 9.50% 9.00% 8.50% 8.00% 7.50% 7.00% 6.50% 6.00% 5.50% 5.00%
Consumer Prices, Annual Change
Sumber: Bank Indonesia
Nov 2008
Mei 2009
Feb 2009
Agt 2009
Feb 2010
Nov 2009
Mei 2010
Agt 2010
Feb 2011
Nov 2010
Agt 2011
Mei 2011
Nov 2011
Feb 2012
Agt 2012
Mei 2012
Nov 2012
Feb 2013
Agt 2013
Mei 2013
14.00% 12.00% 10.00% 8.00% 6.00% 4.00% 2.00% 0.00%
Di tengah kekhawatiran akan perlambatan pertumbuhan ekonomi serta indikator makroekonomi lainnya, BI merevisi proyeksi beberapa data makro ke level yang lebih realistis. BI berekspektasi pertumbuhan GDP tahun 2013 mencapai level 5,8-6,2% YoY, masih relatif tinggi dibandingkan negara lain. Tingkat inflasi untuk tahun 2013 ini diekspektasi dapat mencapai 9-9,8% YoY, jauh lebih tinggi dari angka proyeksi BI sebelumnya di level 8,6-9,2% YoY. BI berekspektasi tekanan inflasi akan menurun ke level yang lebih normal setelah bulan September. Lalu, defisit neraca pedagangan yang melebar sampai 4,4% dari GDP pada Q2, diekspektasi akan berkurang ke level 3,4% untuk Q3 ini. Untuk APBN 2014, pemerintah juga sudah merevisi asumsi data makroekonomi ke level yang lebih realistis yaitu BI rate sekitar 5,5%, GDP 2014 di level 6% YoY dan CPI 2014 di level 5,5% YoY. Secara keseluruhan walaupun ada pelemahan pada kondisi ekonomi Indonesia, tetapi diyakini Indonesia masih menarik sebagai tujuan investasi karena pertumbuhan ekonomi di level 6% masih lebih tinggi dibandingkan negara lain. Pemerintah juga sudah mulai berupaya meringankan beban fiscal dan defisit neraca perdagangan dengan mengurangi subsidi BBM di bulan Juni lalu. Paket kebijakan pemerintah juga diharapkan akan membantu mendorong FDI yang dapat membantu meringankan defisit neraca transaksi berjalan. Pasar finansial Indonesia diekspektasi masih akan bergejolak dan masih tertekan oleh beberapa kekhawatiran pelaku pasar. Investor asing masih menunggu kejelasan dari rencana pengurangan stimulus AS, dan setelah kepastian mengenai stimulus AS diumumkan, investor diharapkan akan
3 | Market Perspective | September 2013
kembali mencari asset investasi yang memberikan imbal hasil yang lebih tinggi.
Perbedaan Harga SPOT IDR dan NDF IDR IDR onshore fixing
Walaupun koreksi sejak bulan mei sudah membawa valuasi pasar finansial Indonesia kembali ke level yang menarik, quick rebound yang diharapkan belum tentu dapat terjadi dalam waktu yang singkat. Investor masih menunggu perkembangan dari kondisi makro ekonomi Indonesia serta pergerakan mata uang USDIDR ke arah yang lebih stabil. Perbedaan antara harga SPOT USD/IDR dalam negeri dengan NDF forward 1 bulan cukup lebar menyebabkan IDR masih berpotensi melemah. Lalu, keperluan pembiayaan sampai akhir tahun 2013 dan tahun 2014 cukup besar yang akan menyebabkan tingkat imbal hasil yang diminta investor tetap berada di level yang cukup tinggi, seperti saat ini.
IDR offshore fixing
11.500 11.000 10.500 10.000 9.500
Jan-13
Mar-13
May-13
Jul-13
Sep-13
Sumber: Bloomberg, BNP Paribas
ANALISA VALAS
P
asar dunia masih memusatkan perhatiannya pada rencana Bank sentral Amerika Serikat yang akan melakukan pengurangan pada program QE pada tanggal 20 September ini. Pasalnya pengurangan jumlah dari program QE tersebut dapat berdampak pada menguatnya USD terhadap mata uang lainnya. Likuiditas yang berkurang akan menjadi alasan utama penguatan USD apabila program QE diputuskan untuk dikurangkan. Ketegangan di Syria juga bisa berdampak pada penguatan safe-haven currency sebagai salah satu strategi pengalihan aset di saat ketidakpastian di pasar meningkat. Pada bulan September 2013, diperkirakan volatilitas major currency masih akan tetap tinggi mengingat pasar menanti berita penting mengenai rencana The Fed. Untuk pasar domestik, USD/IDR juga diperkirakan masih akan bergerak dengan volatilitas yang tinggi mengikuti fundamental ekonomi Indonesia.
IDR melemah sebanyak 11,70% pada bulan Agustus. USD/ IDR melompat dari titik terendah 10,235 pada bulan Agustus ke tertinggi di 11,433 pada bulan yang sama. Pelemahan IDR terhadap USD ini dikarenakan current account Indonesia yang masih mengalami defisit. Kelebihan Impor daripada ekspor telah menguras cadangan devisa Indonesia. Diharapkan pelemahan IDR bisa mendukung kembali sektor ekspor dan kembali menstabilkan titik keseimbangan USD/IDR. USD/IDR masih cenderung bergerak mengikuti fundamental Indonesia. Diperkirakan pergerakan IDR masih akan tertekan dengan rentang harga 11,200-12,150 pada bulan September 2013. Di Awal bulan September data-data China telah menunjukan adanya perbaikan di sektor manufaktur. Normalnya pertumbuhan yang baik di China akan berdampak positif
Selama bulan Agustus 2013, Zona Eropa masih menunjukan pertumbuhan baik di sisi industri manufaktur, produksi, dan servis. Perbaikan fundamental ekonomi yang sedang dialami oleh zone Eropa menunjang pergerakan EUR terhadap mata uang lainnya. Risiko pergerakan EUR lebih terpusat pada pandangan pasar terhadap rencana The Fed untuk memotong program QE. Diperkirakan EUR/USD akan masih bergerak dengan rentang harga 1,3080-1,3330 pada bulan September 2013, dengan kecenderungan naik. Data-data ekonomi Inggris masih menunjukan perbaikan secara baik mulai dari sektor manufaktur, servis hingga ke produksi industri semua menunjukan peningkatan dan perbaikan. GDP Inggris juga dirilis menunjukan perbaikan pada bulan Agustus 2013, naik dari 0,6% ke 0,7% untuk Q/Q. Diperkirakan GBP/ USD masih akan bergerak stabil dengan rentang harga 1,5330- 1,5675.
pada AUD. Faktor domestik yang masih memberikan sentimen pelemahan pada pergerakan AUD adalah kondisi pelonggaran kebijakan moneter untuk mendukung pertumbuhan perekonomian. Pada bulan September 2013 diprediksikan AUD/USD akan bergerak dengan rentang harga 0,87000,9080. Secara umum, trend AUD/USD masih dalam posisi bearish.
Usaha Bank sentral Jepang (BOJ) bersama sama dengan pemerintah Jepang dalam mendukung pertumbuhan sektor ekspor di Jepang berdampak pada pelemahan JPY terhadap mata uang lainnya. Hal ini memang salah satu strategi yang diterapkan oleh BOJ untuk memperbaiki neraca perdagangan Jepang yang mengalami defisit. Diperkirakan USD/JPY akan cenderung bergerak dengan pola bullish. Rentang harga USD/JPY
Recommendation USD/IDR
EUR/USD
Expected buying level
11.200 - 11.300
1.3050 - 1.3080
1.5350 - 1.5400
0.8750 - 0.8800
98.00 - 98.50
Expected selling level
12.000 - 12.100
1.3300 - 1.3330
1.5675 - 1.5700
0.9250 - 0.9280
101.50 - 102.00
Long profit taking @
12.000 and above
1.3280 and above
1.5550 and above
0.9080 and above
100.00 and above
Short profit taking @
11.300 and below
1.3180 and below
1.5450 and below
0.8900 and below
99.00 and below
Long cut loss @
10.500 - 10.600
1.2980- 1.300
1.5200 - 1.5250
0.8650 - 0.8700
97.00 - 97.50
Short cut loss @
12.300 - 12.500
1.3400- 1.3425
1.5800 - 1.5850
1.9325 - 1.9375
102.50 - 103.00
Rekomendasi entry level
Profit Taking Cut Loss *Data di atas hanya besifat indikatif dan dapat berubah sewaktu-waktu tergantung kondisi pasar.
GBP/USD
AUD/USD
USD/JPY
4 | Market Perspective | September 2013
COMMINSIGHT
T
ekanan jual investor pada IHSG berlanjut di bulan Agustus 2013 dengan pelemahan yang mencapai 9,01% di bulan tersebut. Pelemahan tersebut merupakan pelemahan bulanan tertinggi semenjak bulan November 2008, seiring dengan mengalir keluarnya dana investor asing senilai hampir 30 triliun rupiah selama 3 bulan terakhir. Apa yang terjadi selama 3 bulan terakhir pada pasar saham dan obligasi domestik memang bukan sesuatu yang menandakan Indonesia akan memasuki fase resesi, namun hal tersebut adalah sebuah harga yang harus dibayar dari popularitas ekonomi Indonesia selama 5 tahun terakhir. Even popularity has it price. Kinerja pasar modal yang memukau dalam periode 5 tahun terakhir menyebabkan valuasi menjadi sangat tinggi dan tidak diimbangi oleh makro dan mikro ekonomi yang bertumbuh signifikan. Investor terbius oleh euforia likuiditas yang melimpah yang diberikan oleh The Fed, dan baru menyadari akan penurunan kualitas fundamental aset investasi mereka pada saat The Fed memberikan sinyal akan dikuranginya aliran likuiditas tersebut dikarenakan ekonomi negara tersebut telah semakin membaik semenjak krisis tahun 2008. Money come home, dan mayoritas negara-negara Asia (tidak hanya Indonesia) mengalami depresiasi nilai tukar, pelemahan harga obligasi dan pasar saham, serta kualitas neraca perdagangan yang memburuk akibat melemahnya aktivitas perdagangan global. Namun pukulan terhadap pasar saham dan obligasi Indonesia cenderung lebih signifikan dikarenakan valuasi premium yang disandang Indonesia selama 5 tahun terakhir.
dari negara-negara maju seperti Amerika Serikat dan Eropa. AS sebagai episentrum krisis di tahun 2008 mengalami perkembangan yang positif selama 5 tahun terakhir. Hal ini dapat dilihat dari pertumbuhan sektor tenaga kerja yang sangat baik, dimana tingkat pengangguran dapat ditekan pada level 7,5% (setelah sempat mencapai 10% di tahun 2008) serta penambahan tenaga kerja yang stabil di atas 150 ribu tenaga kerja setiap bulannya, pasca krisis 2008 yang sempat memangkas tenaga kerja hingga 800 ribu pada akhir tahun 2008.
Harga Dari Sebuah Popularitas – Pasar Saham dan Obligasi Indonesia Memiliki Valuasi Premium Dibandingkan Negara Asia Lainnya, Tekanan Inflasi Juga Meningkat Asian Equity Valuation - June 2013 Market Comps P/E Market China Hong Kong Indonesia India Korea Malaysia Philippines Singapore Thailand Taiwan Asia
2013 10 14 16 14 8 16 22 16 13 15 12
2014 9 13 14 12 7 15 20 14 12 13 10
Negara-negara Uni Eropa sendiri juga mengalami pemulihan yang relatif baik di tahun 2013 ini. Negara-negara PIIGS yang amat bermasalah di tahun 2010 – 2012, saat ini mengalami kemajuan yang relatif signifikan terutama pada aktivitas ekonomi riil mereka. Dapat dilihat bahwa kondisi-kondisi inilah yang menyebabkan investor global mulai kembali mengalihkan dana investasi mereka pada negara-negara maju (developed) mengingat di saat bersamaan fundamental ekonomi makro negara-negara berkembang mengalami hambatan akibat minimnya aktivitas perdagangan global yang menjadi tulang punggung penggerak ekonomi negara-negara tersebut. Namun di sisi lain, investor dapat melihat dengan jelas bahwa secara umum perekonomian global berada pada kondisi ekonomi yang lebih baik dibandingkan tahun 2008.
Sumber: CLSA
IDR Bond Yield - Reach Record Low in Late 2012 G1DN10YR At 10:59 G1DN10YR Index 09/01/2008 1D 3D 1M
8.482 Op 8.726 08/30/2013 6M YTD
Last Price High on 10/27/08 Average Low on 02/09/12
95) Save As Last Price 1Y 5Y
-.243 Hi 8.740 Max
8.482 / 8.369 Lo 8.480
96) Actions Line Daily
97) Edit 11)Compare
Prev 8.725 98) Table Mov.Avgs
Line Chart IDR
No Lower Chart Security/Study
Event
22.000
8.482 20.955 8.336 5.047
20.000 18.000 16.000 14.000 12.000
2009
2010
2011
2012
Current accounts: Spain and Italy
10.000
10
8.482 8.000
5
6.000
0
4.000 2008
Ekonomi Negara-Negara Bermasalah di Eropa Mengalami Pemulihan yang Positif
2013
(EURbn)
(5) (10)
Sumber: Bloomberg, 30 August 2013
(15) (20)
IDCPIY Indonesia CPI YoY G1DN10YR Index 08/31/2008 1D 3D 1M
Last Price High on 09/30/08 Average Low on 11/30/09
Italy
(30) For Jul
08/30/2013 6M YTD
Spain
(25)
Rising Inflation
(35)
Next Release 02 Sep 11:00 Survey 8.95% Badan Pusat Statistik Indonesia
95) Save As Latest/Last 1Y 5Y Max
96) Actions
97) Edit 11)Compare
98) Table Mov.Avgs
Line Chart No Lower Chart Event
Security/Study
Daily
8.61 12.14 5.60 2.41
99
01
03
05
07
09
11
13
09
11
13
Sumber: CLSA, Datastream
12.00
10.00 8.61 8.00
Current accounts a/c: Portugal, Ireland, Greece 4
6.00
4.00
(EURbn)
2 0 (2)
2.00 Dec 31
2008
Mar 31
Jun 30
2009
Dec 31
Jun 30
2010
Dec 31
Jun 30
2011
Dec 31
Mar 31
2012
Dec 31
Mar 31
2013
Sumber: Bloomberg, 30 August 2013
(4) Portugal
(6)
Ireland
(8)
Situasi ekonomi global saat ini sebenarnya relatif lebih baik dibandingkan tahun 2008, terutama apabila investor memperhatikan ekonomi makro
Greece
(10) 99
01
Sumber: CLSA, Datastream
03
05
07
5 | Market Perspective | September 2013
Minimnya Aktivitas Perdagangan Global Selama 3 Tahun Terakhir Menyebabkan Turunnya Kualitas Neraca Perdagangan dan Rekening Transaksi Negara-Negara Asia
Rupiah Telah Mengalami Pelemahan 10,5% Semenjak Awal Tahun 2013 Spots Returns (%)
World Trade Growth and Global Manufacturing PMI 9mma 25
-0.05
(% YoY)
62
(DI)
20
-2.44 -3.36
60
-4.09
58
15
-4.76
56
10
-6.91
54
5
52
0
50
(5)
3) Hong Kong Dollar
HKD
4) Taiwanese Dollar
TWD
5) South Korean Won
KRW
6) Singapore Dollar
SGD
7) Thai Baht
THB
8) Malaysian Ringgit
MYR
9) Philippine Peso
PHP
10) Indonesia Rupiah
IDR JPY
46
-16.71
12) Indian Rupee
INR
42
Assumes PMI stays at 50 for next 6 months, May global PMI was 50.6
1.69
11) Japanese Yen
(15)
Global manufacturing PMI 9mma RHS
1.80
CNY
-12.03
44 Global trade volume %YoY LHS
-10.49
CNH
2) Chinese Renmi
48
(10)
(20)
-7.22
1) Offshore Chinese Renmi
Sumber: Bloomberg, 2 September 2013
40 38
(25)
36 99
00
01
02
03
04
05
06
07
08
09
10
11
12
13
Sensitivitas Pendapatan Emiten Terhadap Pelemahan Nilai Tukar Rupiah
Sumber: CLSA, cpb.ni, Markit Economics Ltd
EPS sensivity to 1% depreciation in IDR
Gross FDI Flows Versus Current Account Deficit 8
US$bn
Current Account Deficit
FDI Inflows
6 4 2 0 (2) (4) (6) (8) (10)
Jun-13
Mar-13
Dec-12
Jun-12
Sep-12
Mar-12
Dec-11
Jun-11
Sep-11
Mar-11
Dec-10
Jun-10
Sep-10
Mar-10
Dec-09
Jun-09
Sep-09
Mar-09
Dec-08
Jun-08
Sep-08
Mar-08
Dec-07
Jun-07
Sep-07
(12)
Sumber: Bloomberg
Hal ini menyebabkan tekanan yang tinggi terhadap nilai tukar rupiah, ditambah lagi dengan semakin menguatnya sinyal dari The Fed untuk mengurangi program stimulus QE3 yang menyebabkan aliran likuiditas ke negara-negara Asia terhenti sementara. Sebagai akibatnya, nilai tukar rupiah mengalami pelemahan signifikan, meskipun saat ini telah relatif membaik dikarenakan serangkaian kebijakan pemerintah, mulai dari paket-paket pendorong masuknya kembali investasi asing seperti pengenaan tax holiday dan melepaskan pembatasan ekspor mineral, hingga serangkaian kebijakan moneter seperti kenaikan suku bunga acuan dan penurunan tenor SBI.
Pelemahan nilai tukar rupiah, dengan sendirinya memiliki imbas negatif pada emiten-emiten yang memiliki ketergantungan tinggi terhadap mata uang USD, baik dari sisi pembiayaan maupun impor bahan baku yang berdenominasi USD.
2% 1% 0% -1% -2% -3% -4% -5% -6%
1.0%
0.3%
0.0%
0.0%
0.0%
0.0% -0.2%
-0.2%
-0.4%
-0.5%
Te lc o Co ng lo m er at s Co ns um er
M ed ia
In fra
Ce m en t
Tr an sp or t
Pr op er ty Co ns tru ct io n
Ba nk s
-5.0%
Re so ur ce s
Sejalan dengan grafik aktivitas perdagangan global di atas, defisit transaksi berjalan pemerintah dimulai dan semakin membesar selama 3 tahun terakhir. Selama 3 tahun terakhir pula, pemerintah mengandalkan aliran investasi asing, baik ke sektor riil maupun pasar modal, untuk membiayai defisit tersebut. Sehingga pada saat aliran likuiditas tersebut terhenti, defisit yang dialami pemerintah semakin membengkak dan cenderung tidak terkendali. Pemerintah sebenarnya telah melakukan antisipasi dengan menaikkan harga bahan bakar bersubsidi, namun tindakan tersebut hingga sejauh ini belum terlihat membantu penurunan defisit dengan agresif mengingat tingkat defisit yang terjadi telah relatif signifikan.
Sumber: CLSA. Note: Telco: includes tower companies; Resources: coal miners, PGAS and UNTR; Transport: TAXI, ASSA and MBSS
Pelemahan nilai tukar rupiah, dengan sendirinya memiliki imbas negatif pada emiten-emiten yang memiliki ketergantungan tinggi terhadap mata uang USD, baik dari sisi pembiayaan maupun impor bahan baku yang berdenominasi USD. Sebagaimana terlihat pada grafik di atas, pendapatan emiten-emiten sektor konsumer diestimasi terkena dampak paling signifikan terhadap pelemahan IDR, dikarenakan membengkaknya biaya produksi akibat impor bahan baku dalam denominasi USD. Di sisi lain, emiten-emiten sektor pertambangan justru diuntungkan dengan situasi pelemahan IDR, dikarenakan harga jual yang menjadi kompetitif serta memiliki pendapatan dengan denominasi USD. Hal ini merupakan salah satu strategi pemerintah untuk mendorong kinerja ekspor, sebagai bagian untuk mengurangi defisit neraca perdagangan dan transaksi berjalan pemerintah yang krusial untuk mengembalikan kepercayaan investor asing pada pasar modal domestik. Meningkatnya ekspor amat dibutuhkan oleh pemerintah saat ini, mengingat neraca perdagangan pemerintah di bulan Juli 2013 telah mencapai defisit lebih dari US$2,3 milyar ; yang merupakan defisit tertinggi sepanjang masa, sebagaimana juga terjadi pada defisit transaksi berjalan pemerintah. (Sumber : Bloomberg)
Defisit Neraca Perdagangan Dan Transaksi Berjalan Merupakan yang Tertinggi Sepanjang Masa 09/02/2013 09/03/2008 1D 3D 1M 6M YTD 4000
IDCABAL Index (R1) IDBALTOI Index (L1)
Bid Price Li 1Y 5Y Max
Last Price -9848 -2309.30
11)Compare Daily
Local CCY
Security/Study 4000
-4029 -1432.10
3000
2000
2000
0
1000
-2000 -4000
0
-6000 -1000 -8000 -2000 -2309.30
-9848 Dec 31 2008
Sumber: Bloomberg
Jun 30 2009
Dec 31
Jun 30 2010
Dec 31
Jun 30 2011
Dec 31
Jun 30 2012
Dec 31
Jun 30 2013
6 | Market Perspective | September 2013
Berinvestasi pada reksa dana dengan strategi sektor yang spesifik pada saat ini memiliki risiko relatif tinggi, beberapa sektor terutama konsumer terkena dampak negatif dari pelemahan nilai tukar rupiah, dampak kenaikan suku bunga acuan yang mengancam profitabilitas sektor perbankan, properti, dan konstruksi. Saat fluktuasi tinggi, investor memerlukan reksa dana yang memiliki pendekatan strategi bottom up yang kuat untuk mengidentifikasi emiten-emiten yang terkena dampak paling minimal dari pelemahan ekonomi makro domestik, dan memiliki diversifikasi yang baik.
Pelemahan rupiah juga dapat berimbas pada inflasi, terutama inflasi bahan pangan dikarenakan impor bahan pangan yang gencar dilakukan selama 2 bulan terakhir untuk menjaga stabilitas harga pangan selama periode Idul Fitri. Namun Bank Indonesia saat ini telah bersikap preventif untuk menjaga inflasi dengan menaikkan suku bunga acuan hingga mencapai level 7% serta suku bunga FASBI hingga mencapai level 5,25%.
kinerja positif 29% dengan nilai akhir investasi US$46,299!. Sementara Mr Panic dengan total investasi US$24,000 (karena menghentikan investasi regulernya sepanjang September 2008-Juli 2009) menghasilkan investasi akhir US$23,474 dengan tingkat kerugian 2%. Anda dapat melihat bahwa, dalam kondisi indeks MSCI Russia mengalami penurunan 80% sekalipun, Mr Calm mampu mencetak profitabilitas sebesar 29%!
Secara psikologis, dan terus terjadi meskipun investor telah mengalami berulang kali fase krisis ekonomi (1997, 2005, 2008, 2011) investor seringkali bereaksi melampaui fakta fundamental yang terjadi saat ini, dan cenderung mengantisipasi skenario-skenario terburuk yang sesungguhnya belum terjadi. Volatilitas-volatilitas jangka pendek dapat menyebabkan investor menjual pada saat harga rendah, kemudian membeli kembali pada harga tinggi, dan mengacaukan rencana finansial jangka panjang dari investor.
Prinsip Dollar Cost Averaging merupakan prinsip yang paling terkenal dan diketahui semua investor. Namun seringkali, melihat kejatuhan aset investasi yang tajam dan cepat, membuat investor menghentikan mekanisme Dollar Cost Averaging justru di momen dimana mekanisme tersebut bekerja paling efektif (masuk di valuasi yang paling rendah). Dalam kasus Mr Calm & Mr Panic di atas, investor dapat melihat bahwa sekalipun indeks MSCI Russia belum kembali pada level tertinggi sebelumnya (kinerja Januari 2008-Desember 2010: -39,34%). Mr Calm masih mampu mencetak profit sebesar 29% dikarenakan secara reguler terus berinvestasi pada saat-saat MSCI Russia memiliki valuasi paling rendah (September 2008-Februari 2009).
HIGHEST RISK
Should I be a long-term investor?
Euphoria I am brilliant!
Thrill
Excitement Optimism
Anxiety
Rekomendasi Produk
Denial Fear Desperation Panic Capitulation
Why would I make that mistake?
Indikator Risiko Makro Global : 0,6260 (Rata-Rata 10 Tahun Terakhir : 0,4483)
Capitulation
Optimism
08/30/2013 09/03/2003 1D 3D 1M 6M YTD Bid Price High on 09/30/11 Average Low on 03/31/10
Rellef
Bid Price Li 1Y 5Y Max
11)Compare
Mov.Avgs
No Lower Chart
Monthly
Security/Study
0.6260 0.9680 0.4483 0.0470
0.6260 0.6000
Hope
Despondence
USD
Event
0.4000
Depression 0.2000
HIGHEST POTENTIAL FOR EARNING
0.0000 2011
2012
2013 1.0000
Tetap tenang adalah kondisi yang sangat dianjurkan dalam kondisi pasar mengalami penurunan tajam dan fluktuasi yang tinggi. Sebagai contoh, indeks saham MSCI Russia, pada periode Mei 2008-Oktober 2008 mengalami penurunan sebesar 80%. Apakah mungkin mencetak profit dalam kondisi separah demikian? Mari kita lihat contoh dari 2 investor ini: 1. Mr Calm, berinvestasi reguler US$1000 setiap akhir bulan pada MSCI Russia dari bulan Januari 2008 dan tetap tenang sekalipun melalui krisis 2008, meneruskan investasi hingga bulan Desember 2010. 2. Mr Panic, berinvestasi reguler US$1000 setiap akhir bulan pada indeks yang sama dari bulan Januari 2008 dan panik melihat kebangkrutan Lehman Brothers, menghentikan investasi regulernya pada bulan September 2008. Mr Panic baru mulai berinvestasi kembali pada bulan Agustus 2009 di saat pasar mulai kembali stabil dan melanjutkan hingga bulan Desember 2010. Siapa yang mencatat hasil yang lebih baik? Perlu diketahui bahwa indeks MSCI Russia pada periode Januari 2008-Desember 2010 mencatat kinerja negatif 39,34%. Dari kinerja yang sedemikian buruk, Mr Calm dengan total investasi US$36,000 selama 3 tahun, mampu mencatat
0.8000 03
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
Sumber: Bloomberg, 2 September 2013
Selera risiko investor global masih cenderung negatif, sebagaimana terlihat pada indikator risiko makro di atas (semakin tinggi menunjukkan semakin rendah selera risiko investor terhadap aset-aset berisiko tinggi) disebabkan masih tingginya ketidakpastian pasar yang menantikan keputusan bank sentral AS mengenai kelanjutan program QE3. Hal ini yang menjadi acuan kami untuk menurunkan alokasi pada reksa dana saham menjadi 50%. Sekalipun kami melihat satu potensi kenaikan yang signifikan apabila keputusan The Fed memenuhi ekspektasi pasar, namun kondisi makro ekonomi domestik yang relatif melemah menyebabkan kami memilih untuk mengambil skema konservatif dan meminimalisir risiko pada portfolio investor. Penempatan pada reksa dana saham yang memiliki diversifikasi dengan baik pun menjadi pilihan kami, mempertimbangkan volatilitas yang tidak kunjung turun. Berinvestasi pada reksa dana dengan strategi sektor yang spesifik pada saat ini memiliki risiko relatif tinggi, sebagaimana telah dijelaskan pada
7 | Market Perspective | September 2013
penjelasan di atas, beberapa sektor terutama konsumer terkena dampak negatif dari pelemahan nilai tukar rupiah, demikian pula dampak kenaikan suku bunga acuan yang mengancam profitabilitas sektor perbankan, properti, dan konstruksi. Pada saat fluktuasi tinggi seperti saat ini, investor memerlukan reksa dana yang memiliki pendekatan strategi bottom up yang kuat untuk mengidentifikasi emiten-emiten yang terkena dampak paling minimal dari pelemahan ekonomi makro domestik, dan memiliki
diversifikasi yang baik. Oleh karena itu, kami memilih untuk mengurangi alokasi pada reksa dana dengan strategi sektor spesifik dan menambah alokasi pada obligasi pemerintah yang saat ini telah memiliki yield yang menarik. Cash management yang baik serta horison waktu investasi yang jelas perlu dilakukan oleh investor untuk memaksimalkan kinerja dari portofolio investasinya.
Portfolio IDR September 2013 Konsep Portofolio
Pilihan Reksa Dana
Alokasi pada portofolio
Core Portfolio
BNP Paribas Pesona Syariah Manulife Dana Saham Schroder Dana Istimewa
40%
Growth Portfolio
BNP Paribas Infrastruktur Plus Manulife Link Dana Ekuitas SMC
10%
Fixed Income Medium to Long duration
First State Indonesia Bond Fund FR62 / FR65 / FR58
30%
Fixed Income Short duration
Danareksa Melati Platinum Rupiah Schroder Dana Andalan 2 FR66 / 63
20%
Portfolio USD September 2013 Konsep Portofolio
Pilihan Reksa Dana
Alokasi pada portofolio
Core Portfolio
Panin SRC Moderate Fund
50%
Fixed Income Long duration
Indon 35/42/43
10%
Fixed Income Medium duration
Indon 21/22/23
40%
New! Top First State Fund to Pick Per tanggal 31 Juli 2013
Standar Deviasi (1Y)
Sharpe Ratio (1Y)
Kinerja 1 tahun terakhir
First State Dividend Yield Fund
19.10
-0.10
1.06
IHSG
18.68
-0.21
3.32
DISCLAIMER Kecuali dinyatakan lain, semua data bersumber dari berita media massa, dan tidak diterbitkan oleh PT Bank Commonwealth (PTBC). PTBC harus dijamin untuk dibebaskan dari tanggung jawab, termasuk tetapi tidak terbatas pada penuntutan hukum oleh pihak ketiga. PTBC beserta direkturnya, karyawannya dan perwakilannya dalam Lampiran ini selanjutnya bersama-sama disebut sebagai “Grup” “Laporan ini diterbitkan semata-mata untuk tujuan informasi dan tidak boleh ditafsirkan sebagai suatu ajakan atau penawaran untuk membeli efek atau instrumen keuangan. Laporan ini telah disusun tanpa mempertimbangkan tujuan, situasi keuangan dan kapasitas untuk menanggung kerugian, pengetahuan, pengalaman atau kebutuhan orang-orang tertentu yang mungkin menerima laporan ini. Tidak ada anggota dari Grup yang melakukan atau harus melakukan penilaian kelayakan atau penyesuaian laporan untuk penerima laporan ini yang karenanya tidak mendapatkan manfaat dari perlindungan peraturan dalam hal ini. Laporan ini bukan nasihat atau petunjuk. Semua penerima laporan ini harus, sebelum bertindak atas dasar informasi dalam laporan ini, mempertimbangkan kewajaran/kelayakan dan kesesuaian informasi, dengan memperhatikan tujuan-tujuan mereka sendiri, situasi keuangan dan kebutuhan, dan, jika perlu mencari profesional yang tepat, memperhatikan kondisi valuta asing atau nasihat keuangan tentang isi laporan ini sebelum membuat keputusan investasi. Kami percaya bahwa informasi dalam laporan ini adalah benar dan setiap pendapat, kesimpulan atau rekomendasi yang cukup telah diadakan atau dibuat, berdasarkan informasi yang tersedia pada saat kompilasi, tetapi tidak ada pernyataan atau jaminan, baik tersurat maupun tersirat, yang dibuat atau disediakan untuk akurasi, kehandalan atau kelengkapan setiap pernyataan yang dibuat dalam laporan ini. Setiap pendapat, kesimpulan atau rekomendasi yang ditetapkan dalam laporan ini dapat berubah sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan dan mungkin berbeda atau bertentangan dengan, kesimpulan pendapat atau rekomendasi yang diungkapkan oleh Grup di tempat lain. Kami tidak berkewajiban untuk, dan tidak,memberitahukan perkembangan terkini atau terus mengikuti informasi terkini yang terdapat dalam laporan ini. Grup tidak menerima tanggung jawab untuk setiap kerugian atau kerusakan yang timbul akibat dari penggunaan seluruh atau setiap bagian dari laporan ini. Setiap penilaian, proyeksi dan prakiraan yang terkandung dalam laporan ini didasarkan pada sejumlah asumsi dan perkiraan dan tunduk pada kontinjensi dan ketidakpastian. Asumsi dan perkiraan yang berbeda dapat mengakibatkan hasil material yang berbeda pula. Grup tidak mewakili atau menjamin bahwa salah satu proyeksi penilaian atau prakiraan, atau salah satu dasar asumsi atau perkiraan, akan dipenuhi. Kinerja masa lalu bukan merupakan indikator yang dapat diandalkan untuk kinerja masa depan Grup tidak menjamin kinerja dari produk investasi atau pembayaran kembali modal dengan produk yang didistribusikan oleh PTBC. Investasi dalam produk ini bukan merupakan simpanan atau kewajiban lainnya dari Grup atau anak perusahaannya dan setiap jenis produk investasi memiliki risiko investasi termasuk hilangnya pendapatan dan modal yang diinvestasikan. Contoh yang digunakan dalam komunikasi ini hanya untuk ilustrasi. Semua materi yang disajikan dalam laporan ini, kecuali bila ditentukan lain, berada di bawah hak cipta Grup. Tak satu pun dari materi, maupun isinya, maupun salinannya, dapat diubah dengan cara apapun, ditransmisikan ke, disalin atau didistribusikan kepada pihak lain, tanpa izin tertulis dari perusahaan terkait yang menjadi bagian dalam Grup. Grup, berikut agennya, asosiasinya dan kliennya memiliki atau telah memiliki posisi panjang atau pendek pada efek atau instrumen keuangan lainnya yang disebut di sini, dan dapat setiap saat melakukan pembelian dan/atau penjualan terhadap kepentingan atau surat berharga dalam kapasitasnya sebagai prinsipal atau agen, termasuk menjual atau membeli dari klien atas dasar pokok dan dapat terlibat dalam transaksi yang tidak konsisten dengan laporan ini. Silahkan melihat website kami di www.commbank.co.id untuk informasi lebih lanjut. Jika Anda ingin berbicara dengan seseorang mengenai instrumen keuangan yang dijelaskan dalam laporan ini, silakan hubungi kami hubungi Call Centre kami di 5000 30 atau email kami di
[email protected].
www.commbank.co.id
facebook.com/CommbankID twitter.com/Commbank_ID