Wealth Management Newsletter - April 2016
GREETINGS
Nasabah yang terhormat, Terima kasih atas kepercayaan Anda menjadi Nasabah setia Commonwealth Bank. Pada edisi e-Market Perspective ini, kami mengulas mengenai pergerakan pasar global selama bulan Maret 2016 yang mengalami short rally mengikuti kenaikan harga minyak dunia dan pernyataan gubernur The Fed yang kembali menyatakan sikap berhati–hati dalam menaikkan suku bunga. Sementara dari dalam negeri, rencana pembahasan tax amnesty pada bulan April ini disertai rilisnya laporan keuangan kuartal pertama 2016 dapat menjadi katalis untuk penguatan pasar saham dan obligasi. Kedepannya kami melihat peluang yang baik untuk memanfaatkan momentum ini dan kesempatan untuk membangun kembali portofolio investasi yang ideal sesuai dengan tujuan dan profil risiko Anda. Jika Anda membutuhkan informasi lebih lanjut mengenai strategi dan rekomendasi produk–produk investasi, Anda dapat menghubungi Relationship Manager kami di cabang terdekat.
Hormat kami,
Rustini Dewi Chief of Retail Banking
1
Equity Market Review – Maret 2016 Setelah menjadi primadona di 2 bulan pertama 2016 maka pada bulan Maret ini perfoma IHSG tertinggal dibandingkan indeks global lainnya. Sepanjang bulan ini IHSG naik 1,56% sementara indeks MSCI world 6,52% dan MSCI emerging market 13,03%. Dihembuskannya kembali isu kenaikan bunga US di bulan April mengakibatkan mata uang US kembali menguat terhadap sejumlah mata uang emerging market. Berbeda dengan bulan sebelumnya di mana rupiah menguat bersamaan dengan US maka di bulan Maret rupiah terkoreksi hingga ke level 13.400an. Besarnya depresiasi rupiah ini mengakibatkan investor sempat melakukan sell off selama seminggu hingga mencapai sekitar IDR1.3 Triliun. Secara keseluruhan hingga Maret ini IHSG naik 5,49% dan investor asing net buy IDR4.1 Triliun YTD.
spekulan mengambil posisi keluar dari China dan tidak memandang hal ini merupakan sesuatu yang signifikan. Dalam menyikapi perlambatan yang dialami sekarang ini pemerintah China telah mengambil keputusan untuk memangkas oversupply yang telah terjadi bertahun tahun.
Melambatnya Capital Outflow di China
Di awal bulan Maret indeks global sempat mengalami rally terbawa sentimen positif naiknya harga minyak. Harga minyak rebound dari level terendah di USD26/barrel menjadi USD40/ barrel. Ekspektasi akan dipangkasnya produksi minyak menumbuhkan harapan akan stabilnya agregat demand minyak. Lembaga International Energy Agency (IEA) telah merevisi forecast harga minyak dan memprediksi oversupply minyak akan turun dari 1.7 juta barrel per hari menjadi 200 ribu barrel per hari tahun ini. Sumber: Bloomberg
Bursa Global Menguat Mengikuti Sentimen Minyak
Momentum Indonesia Story yang begitu kuat di awal tahun menjadi sedikit memudar di Maret ini setelah dihadapkan dengan fakta pemulihan ekonomi yang terjadi belum sebaik yang diharapkan. Sementara solusi instan yang ditawarkan pemerintah yaitu program tax amnesty terlihat menghadapi jalan buntu. Selama periode Maret ini terlihat dana hot money banyak mengalir kenegara Emerging Market lainnya seperti India dan Thailand.
Bond Market Review – MARET 2016 Sumber: Bloomberg
Fed Rate Decision Policy Back to Headline Fokus pelaku pasar global saat ini tidak lagi tertuju pada lemahnya data pertumbuhan ekonomi Eropa, walaupun sampai saat ini belum menunjukkan perbaikan yang signifikan. Di bulan Maret ini pelaku pasar terfokus pada pernyataan beberapa petinggi The Fed yang menyatakan sudah saatnya US menaikkan suku bunga. Dengan suku bunga saat ini 0,3% sementara inflasi berkisar 1,0% maka membuat nilai dana simpanan di US tergerus oleh nilai inflasi. Pemerintah China menyatakan besarnya capital outflow pada negara tirai bambu tersebut adalah dana yang dimiliki oleh para spekulan yang masuk ke China beberapa tahun lalu. Pemerintah China menganggap wajar bila saat ini para
Sepanjang bulan Maret ini pasar obligasi Indonesia menunjukkan tren menguat walaupun sempat mengalami koreksi dampak ditiupkannya kembali isu akan dinaikkannya suku bunga US pada April mendatang. Bank Indonesia kembali membuat keputusan berani dengan memangkas suku bunga 25 basis poin menjadi 6,75% tepat setelah kepastian Gubernur The Fed memberikan pernyataan akan menunda kenaikan suku bunga lebih lanjut. Yield obligasi benchmark pada awal Maret turun dari level 8,2% menjadi 7,7% di akhir bulan. Pada pasar global fokus utama kembali mengarah pada kepastian kenaikan suku bunga US. Dengan inflasi saat ini yang berada di level 1,0% memberikan tekanan pada gubernur The Fed Janet Yellen untuk menaikkan suku bunga. Sejauh ini Yellen masih berkeyakinan pemulihan ekonomi US belumlah solid, dan kenaikan suku bunga yang membuat mata uang semakin menguat dipandang tidak baik untuk sektor manufaktur dan ekspor US.
Market Perspective - Wealth Management Newsletter | April 2016
2
Selain memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin pemerintah juga mengambil kebijakan untuk menurunkan harga BBM premium sebesar 500 rupiah dan tarif dasar listrik (TDL). Dengan pemangkasan ini semakin meningkatkan conviction pelaku pasar bahwa inflasi akan terkendali di level 4,5%. BPS memperkirakan pada April nanti terbuka kemungkinan akan kembali deflasi dampak penurunan BBM dan TDL. Dengan rendahnya penerimaan pajak dan terhalangnya program tax amnesty membuat pemerintah memutar otak untuk menutup rencana belanja APBN. Salah satu strategi yang dikemukakan pemerintah saat ini adalah dengan memaksimalkan batas hutang yang diizinkan oleh DPR yaitu 3% terhadap GDP. Dengan akan semakin banyaknya lelang obligasi akan memberikan tekanan meningkatnya yield akibat besarnya supply. Di bulan Maret 2016, pasar Obligasi Indonesia berdasarkan HSBC Bond Index mencatat kinerja positif 4,1%, melanjutkan tren positif bulan Februari 2016 di mana mengalami kenaikan 1,2%.
Perdebatan kenaikan Fed Rate Menjelang akhir bulan Maret kemarin beberapa petinggi The Fed mengeluarkan pernyataan bahwa sekarang merupakan saat yang tepat untuk kembali menaikkan suku bunga AS. Dengan angka pengangguran AS yang mencapai titik terendah dalam 8 tahun terakhir di level 4,9% dan inflasi yang sudah menyentuh 1,4% YoY memberikan cukup sinyal untuk menaikan suku bunga AS di bulan April. Pernyataan ini membuat USD menguat selama beberapa hari. Namun gubernur The Fed Janet Yellen tetap pada pendiriannya. Dia memandang proses recovery ini belumlah stabil. Berkaca dari double dip recession yang terjadi di 1937, ketika itu kebijakan The Fed menaikkan interest rate dan bank reserve requirement ikut memberi andil kembali jatuhnya AS ke jurang resesi. Belajar dari pengalaman itu Janet Yellen menyatakan siap mengambil risiko dengan membiarkan inflasi heating demi memastikan aktivitas ekonomi benar-benar telah pulih.
Endless Disappointment in Europe
Global Market Outlook Short Term Rally yang Menunjukkan Pasar Telah Oversold Setelah terus tertekan dalam 2 bulan pertama 2016, pada awal Maret kemarin bursa global sempat mengalami short term rally efek reboundnya harga minyak. Walaupun secara fundamental excess supply masih berlanjut namun rally yang terjadi menunjukkan pasar telah jenuh dan memberikan sinyal pasar telah oversold.
Double Dip Recession in US 1937
Uni Eropa sudah melakukan segala kebijakan moneter yang ada untuk menstimulus ekonomi. Setelah menggunakan kebijakan kontroversial Negative Interest Rate Policy (NIRP) / suku bunga negatif, di awal Maret kemarin Eropa juga menambahkan program pembelian aset (QE) dari 60 Miliar euro menjadi 80 miliar euro setiap bulannya. Namun sejauh ini upaya tersebut masih belum membuahkan hasil. Dari target inflasi 2% tahun ini, di bulan Maret kemarin Uni Eropa malah mengalami deflasi -0,1% MoM. Positifnya media tampak bosan untuk terus menjadikan Uni Eropa sebagai topik headline majalah mereka. Saat ini fokus pasar lebih mengarah pada kepastian kenaikan suku bunga AS dan perdebatan apakah kenaikan harga minyak disertai dengan fundamental yang mendukung. Dilihat dari hubungan perdagangan Indonesia memiliki korelasi yang kecil terhadap Uni Eropa sehingga perlambatan yang masih terjadi saat ini tidak memberikan dampak yang signifikan terhadap Indonesia. Belum selesai dengan isu Grexit, saat ini hangat diperbincangkan topik Brexit, kemungkinan keluarnya Inggris dari Uni Eropa melalui referendum yang diadakan 23 juni nanti. Walaupun kemungkinan ini kecil namun Keluarnya Inggris dari UE tentu akan membuat ketidakstabilan yang tinggi di Eropa. Untuk Inggris sendiri yang memiliki current account defisit -5,2%, maka merupakan risiko besar terhadap mata uang mereka bila memutuskan keluar dari UE karena dapat disertai capital outflow. Secara fundamental dampak yang diberikan pada Indonesia sangat kecil, apabila pasar modal ikut terkoreksi itu lebih pada dampak sentimen global dan merupakan peluang bagi para value investor.
Sumber: Business Insider
Market Perspective - Wealth Management Newsletter | April 2016
3
China to lay off million workers
Memudarnya Indonesia story pada bulan Maret membuat hot money banyak beralih ke negara Asia lainnya. Thailand, India, Filipina banyak menerima capital inflow dan berimplikasi pada perfoma bursa mereka yang lebih baik dari Indonesia. Secara relatif hot money masih terus mengalir ke emerging market. Bila pada bulan Januari – Februari Indonesia seolah meroket sendirian, saat ini hot money telah terdistribusi dengan baik kenegara Asia lainnya.
Sumber: Media
equity Market Outlook China Cut The Excess Supply Turunnya aktivitas manufaktur, properti, dan proyek infrastruktur di China memukul harga komoditi dunia dan keuntungan perusahaan-perusahaan di China. Dengan beralihnya bisnis model ekonomi China mengakibatkan overcapacity yang besar pada beberapa sektor terutama di komoditi. Setelah beberapa lama pemerintah China mencoba menstimulus demand untuk menemukan kembali keseimbangan namun tidak berhasil, saat ini pemerintah China memutuskan untuk memangkas oversupply yang terjadi, walaupun itu berimplikasi merumahkan jutaan karyawan. Keputusan ini dipandang cukup positif oleh pasar karena terus membiarkan overcapacity menyebabkan sunk cost pemerintah membengkak. Sesuai yang dinyatakan pemerintah China awal bulan Maret bahwa capital outflow oleh para spekulan sudah mulai mereda ditambah indikator ekonomi akan mulai menunjukkan sinyal perbaikan. Data Caixin Purchasing Managers untuk manufaktur dan jasa pada bulan Maret menunjukkan perbaikan, menyentuh level tertinggi dalam setahun terakhir. Dengan besarnya pengaruh ekonomi China kepada negara Asia lainnya terutama negara ASEAN, maka sinyal mulai berhasilnya strategi rebalancing China memberikan sentimen yang positif pada negara lainnya. Indonesia sendiri juga memiliki ketergantungan yang sangat besar pada China dengan Foreign Direct Investment terbesar datang dari negara tirai bambu tersebut.
Hot Money Terdistribusi Ke Negara Asia Lainnya
“Give me a lever long enough and a place to stand and I will move the entire earth“ Seperti halnya seorang pengusaha yang sedang merintis bisnis mengalami kebingungan karena usahanya menuai sukses besar, lapak yang ia buka selalu dipenuhi pengunjung sehingga hal ini merupakan momentum yang sangat baik untuk membuka lapak baru, namun ia terhalang dengan terbatasnya modal. Pertanyaan yang muncul adalah haruskah dia mencari pinjaman untuk ekspansi usahanya atau Hal ini relevan apa yang terjadi pada pemerintah saat ini. Dengan momentum masyarakat muda usia dan banyaknya penduduk Indonesia, ini merupakan kesempatan untuk mendorong pertumbuhan ke level yang optimal. Namun halangan yang terjadi saat ini adalah besarnya modal yang dibutuhkan (pengeluaran negara) tidak mampu ditutup oleh pemasukan (pajak dan lainnya). Pemerintah dihadapkan pada dilema apakah harus memotong belanja negara atau menambah hutang untuk menutup biaya belanja negara. Pemerintah melalui Menkeu pada akhirnya memberikan pernyataan akan menambah porsi hutang selain akan memangkas pengeluaran negara non infrastruktur. Hutang yang ditambah tetap sesuai batas yang ditetapkan perlemen yaitu maksimal defisit fiskal 3% dari GDP. Lalu apakah berhutang itu merupakan suatu kesalahan? Bila digunakan untuk hal yang produktif tentu merupakan suatu hal yang tepat. Bahkan Archimedes seorang ahli matematika yang berasal dari 2500 tahun yang lalu pernah mengatakan “Give me a lever long enough and a place to stand and I will move the entire earth“. Ia paham betul kekuatan dari leverage bila digunakan dengan benar.
Menkeu pada akhirnya memberikan pernyataan akan menambah porsi hutang selain akan memangkas pengeluaran negara non infrastruktur. Sumber: Bloomberg
Market Perspective - Wealth Management Newsletter | April 2016
4
Defisit Fiskal Indonesia terus meningkat
Hutang untuk meleverage Growth Telah dipraktekkan AS & Jepang sejak dahulu
3.0% US Government Debt T.
250
40000 120
50000
2.5%
200
35000
100
45000
2.0%
80
40000
1.5%
150
30000 60
35000
1.0%
100
25000
40
30000
20000 20
25000 2106
50 1981
1988
1995
2009
2002
1981
2106
1988
1995
% of GDP
US GDP Per Capita
2002
2009
0.0%
20
00
Sumber: Trading Economic
0.5%
01 20 02 20 03 20 04 20 05 20 06 20 07 20 08 20 09 20 10 20 11 20 12 20 13 20 14 20 15
Japan GDP Per Capita
20
Japan Government Debt T.
Sumber: CLSA, Pemerintah
Penggunaan hutang sebagai alat untuk meleverage growth juga dilakukan US dan Jepang sejak dahulu. Dampaknya tingkat kemakmuran US dan Jepang saat ini luar biasa besar. Tentu kita juga tidak mengharapkan hutang Indonesia menjadi sebesar negara-negara maju, namun terlihat jelas betapa kuatnya pengaruh leverage bila digunakan untuk hal yang tepat. China sendiri walaupun dikatakan Debt to GDP nya hanya di bawah 20% namun pemerintah daerah dan perusahaan swastanya juga menggunakan hutang untuk meleverage pertumbuhan. Dibandingkan dengan negara Emerging Market lainnya rasio hutang terhadap GDP Indonesia tergolong salah satu yang paling rendah. Hal ini karena ketatnya peraturan parlemen yang hanya mengizinkan maksimum defisit fiskal terhadap GDP hanya 3%.
Ratio Hutang dan Defisit Fiskal Indonesia salah satu yang terendah di Emerging Market
Bayangkan betapa besarnya potensi Indonesia pada periode golden age di 2020 – 2030 berdasarkan demografi penduduk oleh sejumlah lembaga international bila ditunjang infrastruktur dan kualitas sumber daya manusia yang berkualitas.Tingkat pertumbuhan 7% yang dicita-citakan bukan lagi impian belaka. Dari tahun 2015 periode pemerintahan baru sebenarnya sudah terlihat pertumbuhan penerbitan surat hutang yang lebih besar dari sebelumnya. Dengan besarnya hutang yang dibutuhkan tentu akan lebih menguntungkan bila bunga hutang yang diberikan lebih rendah. Diperolehnya status investment Grade oleh S&P akan membantu meringankan beban pemerintah. Demand pada obligasi Indonesia akan semakin meningkat sehingga menurunkan bunga hutang. Syarat untuk menurunkan subsidi yang tidak tepat sasaran telah dilakukan pemerintah, ada sedikit permasalahan dari penerimaan negara yang menurun karena lemahnya harga komoditi namun dari segi hutang, current account, ataupun defisit fiskal saat ini bukan masalah.
80% 67.3%
70% 60%
53.5%
52.7%
50.6%
Penerbitan Obligasi Pemerintah Setiap Tahunnya 51.7%
45.5%
50%
502
40% 30%
600 500
27.7% 400
353
20% 300
10% 0% -10% -20%
532
200 -2.4%
-3.2%
-3.0%
-0.9%
-5.4%
Malaysia
Thailand
Filipina
Vietnam
-8.2%
-3.5%
Brazil
India
270 205
211
2011
2012
162
100 Indonesia
0 Debt to GDP
2010
Defisit Fiskal
Sumber: Bloomberg diolah oleh Commonwealth Bank
Market Perspective - Wealth Management Newsletter | April 2016
Sumber: CLSA
2013
2014
2015
2016E
5
Selain peningkatan hutang, pemerintah juga berusaha untuk meningkatkan pemasukan melalui penerimaan pajak perorangan, mengingat rasio penerimaan pajak individu Indonesia tergolong rendah di negara kawasan.Untuk mendapatkan informasi lebih komprehensif penduduk Indonesia pemerintah telah mengeluarkan peraturan mewajibkan 22 Bank melaporkan data transaksi kartu kredit para nasabahnya.
Untuk tetap memicu konsumsi masyarakat, pemerintah menggunakan strategi baru. Minimum pendapatan tidak kena pajak dinaikkan dari IDR36 Juta setahun menjadi IDR54 Juta. Dengan adanya dana lebih sekitar IDR75 Ribu setiap bulannya pada puluhan juta penduduk yang memiliki pendapatan dikisaran itu maka diharapkan mampu menjadi booster domestic consumption yang merupakan komponen terbesar dalam GDP Indonesia.
Earning Growth Started From The Bottom Menguatnya rupiah secara average di Q1 ini memberikan harapan akan membaiknya laporan keuangan yang akan rilis. Sudah menjadi pengetahuan umum ketika rupiah menguat berdampak positif pada laba emiten IHSG secara overall, dan begitu juga sebaliknya. Sumber: Katadata
Pembahasan Revisi APBNP Bersama DPR
Sumber: Media
Revisi APBNP Fokus Pada Efisiensi Pemerintah telah mengeluarkan draft revisi APBNP yang pertama. Terdapat beberapa asumsi yang disesuaikan mengikuti perkembangan yang terjadi saat ini. Dengan target pertumbuhan tetap 5,3%, pemerintah berencana memangkas anggaran dari kementrian sebesar IDR50 Triliun. Target penerimaan negara diturunkan IDR93 Triliun menjadi IDR1.730 Triliun. Untuk defisit fiskal juga akan diperlebar dari rencana 2,1% GDP menjadi 2,5% GDP, di mana berarti akan ada penambahan sekitar IDR 40 triliun hutang baru.
Beberapa data ekonomi yang telah rilis menunjukkan konsumsi publik belum pulih sesuai ekspektasi. Sementara data dari perbankan juga menunjukkan laba bersih masih akan tertekan Q1 ini akibat meningkatnya cost of fund. Berita positif didapat dengan belanja pemerintah yang begitu agresif terealiasi Q1 tahun ini terefleksi pada kontrak baru yang berhasil didapatkan perusahaan kontruksi BUMN. Namun sayangnya perusahaan kontruksi memberikan kontribusi yang rendah terhadap pergerakan IHSG. Satu-satunya sektor dengan kapitalisasi besar dan berpotensi mencatatkan perkembangan positif adalah sektor telekomunikasi, terlihat saat ini perusahaan-perusahaan telekomunikasi mampu memonetize keuntungan mereka melalui penjualan data, dan tidak lagi terlihat perang harga yang dapat merusak pasar. Secara overall laba bersih emiten IHSG tetap diyakini akan meningkat Q1 ini secara YoY karena dimulai dari bottom dampak buruknya laporan keuangan pada Q1 tahun lalu. Dengan ditunjang penguatan rupiah dari awal tahun 2016 membaik rilis laporan keuangan di Q1 ini dapat menjadi momentum IHSG kembali ke level 5.000an.
Rupiah Menguat Dari Awal Tahun
Selain akan membahas revisi APBNP dengan DPR, pemerintah juga berencana kembali mengajukan draft tax amnesty untuk didiskusikan bersama DPR. Dengan bocornya Panama Paper meningkatkan momentum pembahasan bersama DPR dapat disahkan. Bocornya Panama Paper, data-data orang diseluruh dunia yang menggelapkan pajak di negara tax heaven merupakan isu besar diseluruh dunia. Bocornya data ini bahkan telah membuat perdana menteri Islandia mengundurkan diri.
Sumber: Bloomberg
Market Perspective - Wealth Management Newsletter | April 2016
6
BOND Market Outlook Potensi Kembali Deflasi Pada Bulan April
Risks To Watch
Sesuai ekspektasi di bulan Maret kemarin pemerintah menurunkan BBM bersubsidi sebesar 500 rupiah menjadi IDR 6.450/liter. Selain menurunkan harga BBM pemerintah juga menurunkan tarif dasar listrik dan suku bunga acuan 25 basis poin menjadi 6,75%. Dengan diturunkannya harga BBM dan TDL membuat Indonesia pada bulan Mei berpotensi deflasi .
Berikut ini adalah beberapa risiko yang perlu kita waspadai dalam beberapa bulan ke depan:
Sementara asumsi inflasi pemerintah yang baru sekitar 4% maka real yield yang diberikan saat ini sangat menarik sebesar 3,5%. Dengan masih terbukanya potensi tax amnesty disetujui dan status Investment Grade oleh S&P maka dapat menjadi massive boost penguatan harga obligasi dalam 1- 2 bulan ini. Kekhawatiran terbesar dari AS sendiri saat ini sedikit mereda setelah gubernur The Fed Janet Yellen mempertimbangkan rapuhnya kondisi ekonomi global dan belum stabilnya sinyal data ekonomi US sebagai alasan menunda kenaikan suku bunga US. Dengan penundaan maka potensi fund flow mengalir ke emerging market termasuk Indonesia semakin besar. Yield SUN benchmark 10 tahun saat ini telah turun dari 7,8% menjadi 7,58%.Bila akhirnya Indonesia berhasil meraih status Investment Grade oleh S&P maka sudah selayaknya spread antara UST dan SUN mengecil dari rata-rata selama ini di level 5%. Banyaknya momentum di bulan April-Mei membuat potensi penguatan harga obligasi masih terbuka lebar. Dilihat berdasarkan spread average dengan UST maka SUN benchmark masih berpotensi menguat ke level 7,2%.
Spread yang besar antara UST & SUN
Meskipun gubernur The Fed telah berulang-ulang kali menyatakan akan lebih mempertimbangkan kondisi pasar global sebelum kembali menaikkan suku bunga US namun setiap isu mengenai potensi kenaikan suku bunga US diangkat selalu ampuh menakut-menakuti investor. Seperti pada Maret kemarin rupiah langsung terkoreksi dari 13.000 menjadi 13.400 dan sempat membuat foreign investor net sell di IHSG. Berkaca dari pengalaman Maret kemarin maka potensi kenaikan suku bunga US masih merupakan salah satu risiko yang perlu diperhatikan. Dengan potensi kenaikan selanjutnya adalah pada Juni nanti, maka menjelang bulan tersebut berpotensi membuat fluktuasi tinggi di pasar uang yang pada akhirnya berpengaruh pada pasar modal.
Kepastian apakah Inggris akan tetap bertahan atau keluar dari Uni Eropa akan diputuskan melalui referendum di 23 juni nanti. Dengan ketidakpastian akan meningkat menjelang referendum dapat membuat fluktuasi pasar meningkat dan membuat investor menarik dana mereka dari aset-aset berisiko.
Keputusan riil yang diambil para negara produsen minyak dalam memangkas produksi dapat membuat harga minyak rally disertai sentimen positif pada pasar modal untuk periode jangka pendek. Namun kenaikan yang terlalu cepat dapat membuat target inflasi pemerintah meleset dan rencana pemerintah menurunkan bunga kredit berantakan.
Rilisnya data GDP Q1 dan laporan keuangan emiten meleset jauh di bawah konsensus. Apabila data yang rilis jauh di bawah ekspektasi dapat membalikkan kepercayaan pasar dan membuat aksi sell off oleh investor asing. Sebagai catatan saja selama Q1 ini data-data menunjukkan konsumsi publik belum pulih sesuai ekspektasi dan lebih banyak menggantungkan belanja pemerintah sebagai growth booster.
Kapasitas Produksi Minyak Negara Anggota OPEC
Sumber: Bloomberg
Berkaca dari pengalaman Maret kemarin maka potensi kenaikan suku bunga AS masih merupakan salah satu risiko yang perlu diperhatikan. Sumber: Bloomberg
Market Perspective - Wealth Management Newsletter | April 2016
7
Rekomendasi Investasi Pada pasar Saham, masih belum pulih betulnya konsumsi domestik membuat belanja pemerintah saat ini merupakan satu – satunya hal yang dapat diandalkan pemerintah untuk mengejar target pertumbuhan 5,3% tahun ini. Meskipun demikian, eufora dapat terlaksananya program tax amnesty seperti mengembalikan appetite pelaku pasar, terefleksi dari net buy asing yang kembali besar dalam beberapa hari terakhir. Kami optimis dalam 1-2 bulan ini potensi penguatan IHSG masih terbuka lebar dan berpotensi memecahkan level 5000. Kami tetap pada level rekomendasi kami di 30-50% disesuaikan dengan risk appetite nasabah. Pada pasar Obligasi, Walaupun kami melihat momentum yang baik di IHSG saat ini namun secara valuasi dan risk adjusted return kami melihat pasar obligasi lebih menarik saat ini. Diturunkannya harga BBM dan TDL berpotensi membuat inflasi Indonesia di 2016 semakin rendah. Pemerintah telah merevisi target inflasi menjadi hanya 4%.
Dengan rata-rata selisih BI rate dengan inflasi +1% secara historical maka BI rate berpotensi turun jauh menuju kepala 5. Walaupun kemungkinan itu terjadi kecil ditahun ini namun ini menjelaskan kemana potensi yield SUN menuju. Dengan belum pulihnya sentimen investor terhadap kondisi global membuat yield SUN memiliki selisih cukup jauh dengan BI rate. Kembali dibahasnya tax amnesty dan kejelasan status Investment Grade dalam 1-2 bulan ini dapat membuat Indonesia Story jilid II dapat berlanjut. Capital Inflow akan mengalir begitu deras ke Indonesia baik ke IHSG maupun obligasi pemerintah. Bila itu terjadi maka spread yield SUN dengan BI rate akan menipis, atau bahkan sama. Dengan semua indikator begitu kuat menunjukkan yield akan terus menurun, berinvestasi di obligasi Indonesia saat ini seperti halnya bermain sepakbola dengan 12 orang, too good to be true! Kami mempertahankan rekomendasi kami pada obligasi dan reksa dana berbasis obligasi 30-50% disesuaikan dengan profile risiko nasabah.
ANALISA VALAS Ekonomi AS menghasilkan 215.000 pekerjaan baru di bulan Maret, mematahkan estimasi kenaikan 205.000 pekerjaan dalam jajak pendapat Reuters. Sedangkan angka Non Farm Payrolls bulan Februari direvisi naik menjadi 245.000 dari publikasi awal yang sebesar 242.000. Laju pertumbuhan pekerjaan yang stabil kemungkinan akan meyakinkan Federal Reserve bahwa ekonomi telah memiliki fondasi yang sehat, yang bisa menjamin kenaikan suku bunga selanjutnya di bulan Juni. Sementara tingkat pengangguran meningkat menjadi 5,0% dari sebelumnya 4,9% seiring lebih banyak orang AS yang bergabung ke dalam angkatan kerja, menurut laporan Departemen Tenaga Kerja hari Jumat. Rata-rata upah juga rebound setelah mengalami penurunan kecil di bulan Februari, naik 0,3% menjadi $ 25,43 per jam.
USD/IDR Pergerakan USD/IDR hingga awal April 2016 tergolong cukup stabil dengan range antara 12990 - 13250. Laju inflasi sedikit mengalami percepatan di level 4,45% dibanding sebelumnya di 4,42%. Bank Sentral Indonesia cenderung masih berpotensi untuk memangkas suku bunga dari 6,75% menjadi 6,5% di quarter ke 2 -2016 untuk lebih memacu pertumbuhan ekonominya dan potensi berlanjutnya melambatnya pertumbuhan ekonomi global, Langkah kebijakan ini diharapkan dapat memberikan
sentimen positif ke ekonomi Indonesia untuk jangka waktu menengah, yang ditopang berbagai kebijakan oleh pemerintah. defisit neraca perdagangan di ekspetasi sebesar USD776 mio di bulan Februari, jauh di bawah rilis terakhirnya yaitu USD 1136 mio, dengan potensi antisipasi naiknya FED rate di bulan Juni. Diperkirakan nilai tukar Rupiah akan cenderung melemah di rentang 13200 - 13400 pada kisaran bulan April ini.
AUD/USD Pada awal bulan April ini, data IMB dirilis jauh di atas ekspetasi dibandingkan bulan lalu membuat AUD menguat terhadap sebagian besar mata uang dunia. Akan tetapi dengan cepat melemah lagi terhadap sebagian mata uang dunia setelah suku bunga Australia masih dipertahankan oleh bank sentral di 2% dengan statement yang memberikan sinyal bahwa tingkat inflasi yang rendah masih memungkinkan untuk RBA melakukan pelonggaran moneter lebih lanjut. RBA juga memberikan indikasi bahwa mata uang yang terlalu menguat bisa mengganggu keseimbangan pertumbuhan ekonomi di Australia, Pertumbuhan penjualan retail hanya bertumbuh
sebesar 0% lebih rendah dari estimasi di 0,4%. tingkat pengangguran dirilis naik dari sebelumnya di 5,9% dan neraca perdagangan bertambah defisitnya sebesar -3410 mio AUD dari sebelumnya di -2937 mio AUD. Untuk jangka waktu pendek dan menengah AUD masih cenderung akan melemah terhadap mata uang lainnya, dikarenakan dominannya risk aversion, melambatnya perekonomian china cukup menyita perhatian market. Diperkirakan AUD/USD akan cenderung bergerak dengan rentang 0.7370 – 0.7650 pada kurun waktu bulan April 2016.
Market Perspective - Wealth Management Newsletter | April 2016
8
EUR/USD Nilai tukar Euro terhadap USD cenderung menguat di bulan Maret, dipicu oleh sentiment risk aversion yang masih cukup dominan, kekuatiran mengenai perlambatan ekonomi china dan aksi sell off dalam jumlah besar di pasar saham membuat investor cenderung untuk memburu aset-aset safe haven seperti EUR dan JPY,ditambah lagi dengan rencana Federal Reserves dalam berhati-hati untuk kebijakan suku bunga mengakibatkan EUR menguat terhadap USD. ECB di meeting terakhirnya memberikan statement bahwa kebijakan suku bunga negatif masih akan dipertahankan untuk beberapa waktu kedepan memberikan indikasi suku bunga masih bisa diturunkan untuk
mempercepat pertumbuhan ekonomi. Selain itu quantitative easing juga ditambah sebesar €20 miliar menjadi €80 miliar per bulan, dan merilis program TLTRO II mulai bulan Juni. komitmen ECB memperpanjang program stimulusnya sampai Maret 2017 juga berisiko menekan Eur lebih lanjut untuk jangka waktu menengah dan panjang. Diperkirakan EUR/USD akan cenderung bergerak dalam rentang 1.1150 – 1.1450 pada kurun waktu bulan April 2016 dengan kecenderungan melemah.
GBP/USD Poundsterling kembali melemah setelah menguat cukup significant sebelumnya di awal bulan Maret kemarin, disebabkan oleh merebaknya kekhawatiran tentang referendum 23 Juni mendatang, yang akan memutuskan masa depan keanggotaan Inggris di Uni Eropa. Hasil survey ICM menunjukkan 44% responden menginginkan Inggris tetap bergabung dengan Uni Eropa, sementara 43% menyuarakan untuk keluar dari Uni Eropa. Yang membuat hasil referendum semakin sulit untuk diprediksi. Sedangkan hasil jajak pendapat lainnya yang dipublikasikan YouGov memperlihatkan dukungan sebesar 39% untuk bertahan di Uni Eropa, 38% suara menghendaki
Inggris meninggalkan Uni Eropa dan 23% sisanya masih belum menentukan pilihan. Sementara lembaga riset bisnis HIS pada hari Rabu mengatakan melihat kesempatan 35% sampai 40% untuk “Brexit”, dengan dampak terhadap ekonomi Inggris akan ditentukan oleh bagaimana konstruktif dan kesuksesan negosiasi Inggris dengan Uni Eropa. Mayoritas investor menilai jika GBP masih akan terus berada di bawah tekanan sebelum referendum 23 Juni mendatang. Diperkirakan GBP/USD akan cenderung bergerak dalam rentang 1.3900 – 1.4250 pada kurun waktu bulan April 2016.
USD/JPY JPY bergerak sangat fluktuatif dengan kecenderungan menguat dengan range 107.60 – 114.00 selama bulan Maret ini. Ditopang oleh kebijakan BOJ yang memangkas suku bunganya ke level negatif dan statement dari Federal Reserves yang memberikan sinyal untuk berhati-hati dalam menaikkan suku bunga di tahun ini, Gubernur Bank of Japan (BoJ), Haruhiko Kuroda memberikan indikasi akan menambah stimulus jika diperlukan untuk mencapai target inflasi 2%. Namun itu belum mampu meredam penguatan JPY, menguat terus ke 107.67 level terendah sejak Oktober 2014. Bagaimanapun penguatan yen akibat risk aversion bisa melukai perekonomian Jepang,
terutama sektor ekspor, karena membuat barang lokal lebih mahal bagi pembeli asing. Penguatan yen juga berpotensi membuat bank sentral Jepang menggelontorkan stimulus tambahan di bulan depan, meski diperkirakan cenderung berdiam diri menyusul kejutan di bulan Januari 2016 untuk mengadopsi tingkat suku bunga negatif. Diperkirakan USD/JPY akan cenderung bergerak dengan rentang 105.50 - 110.50 pada bulan April 2016 dengan kecenderungan JPY menguat.
Recommendation USD/IDR
EUR/USD
GBP/USD
AUD/USD
Expected buying level
13.000 - 13.100
1.1100 - 1.1200
1.3950 - 1.4000
0.7300 - 0.7350
105.50 - 106.00
Expected selling level
13.250 - 13.350
1.1450 - 1.1500
1.4200 - 1.4300
0.7600 - 0.7650
110.00 - 110.50
Long profit taking
13.250 and above
1.1450 and above
1.4200 and above
0.7600 and above
110.00 and above
Short profit taking
13.100 and below
1.1200 and below
1.4000 and below
0.7350 and above
106.00 and below
Long cut loss
12.900 - 12.950
1.0950 - 1.1000
1.3850 - 1.3900
0.7200 - 0.7250
104.00 - 104.50
Short cut loss
13.450 - 13.500
1.1550 - 1.1600
1.4350 - 1.4400
0.7700 - 0.7750
111.50 - 112.00
Entry Point Profit Taking Cut Loss
*Data di atas hanya bersifat indikatif dan dapat berubah sewaktu-waktu tergantung kondisi pasar.
Market Perspective - Wealth Management Newsletter | April 2016
USD/JPY
Disclaimers Kecuali dinyatakan lain, semua data bersumber dari berita media massa, dan tidak diterbitkan oleh PT Bank Commonwealth (PTBC). PTBC harus dijamin untuk dibebaskan dari tanggung jawab, termasuk tetapi tidak terbatas pada penuntutan hukum oleh pihak ketiga. PTBC beserta direkturnya, karyawannya dan perwakilannya dalam Lampiran ini selanjutnya bersama-sama disebut sebagai “Grup” “Laporan ini diterbitkan semata-mata untuk tujuan informasi dan tidak boleh ditafsirkan sebagai suatu ajakan atau penawaran untuk membeli efek atau instrumen keuangan.. Laporan ini telah disusun tanpa mempertimbangkan tujuan, situasi keuangan dan kapasitas untuk menanggung kerugian, pengetahuan, pengalaman atau kebutuhan orang-orang tertentu yang mungkin menerima laporan ini. Tidak ada anggota dari Grup yang melakukan atau harus melakukan penilaian kelayakan atau penyesuaian laporan untuk penerima laporan ini yang karenanya tidak mendapatkan manfaat dari perlindungan peraturan dalam hal ini. Laporan ini bukan nasihat atau petunjuk. Semua penerima laporan ini harus, sebelum bertindak atas dasar informasi dalam laporan ini, mempertimbangkan kewajaran/kelayakan dan kesesuaian informasi, dengan memperhatikan tujuan-tujuan mereka sendiri, situasi keuangan dan kebutuhan, dan, jika perlu mencari profesional yang tepat, memperhatikan kondisi valuta asing atau nasihat keuangan tentang isi laporan ini sebelum membuat keputusan investasi. Kami percaya bahwa informasi dalam laporan ini adalah benar dan setiap pendapat, kesimpulan atau rekomendasi yang cukup telah diadakan atau dibuat, berdasarkan informasi yang tersedia pada saat kompilasi, tetapi tidak ada pernyataan atau jaminan, baik tersurat maupun tersirat, yang dibuat atau disediakan untuk akurasi, kehandalan atau kelengkapan setiap pernyataan yang dibuat dalam laporan ini. Setiap pendapat, kesimpulan atau rekomendasi yang ditetapkan dalam laporan ini dapat berubah sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan dan mungkin berbeda atau bertentangan dengan, kesimpulan pendapat atau rekomendasi yang diungkapkan oleh Grup di tempat lain. Kami tidak berkewajiban untuk, dan tidak,memberitahukan perkembangan terkini atau terus mengikuti informasi terkini yang terdapat dalam laporan ini. Grup tidak menerima tanggung jawab untuk setiap kerugian atau kerusakan yang timbul akibat dari penggunaan seluruh atau setiap bagian dari laporan ini. Setiap penilaian, proyeksi dan prakiraan yang terkandung dalam laporan ini didasarkan pada sejumlah asumsi dan perkiraan dan tunduk pada kontinjensi dan ketidakpastian. Asumsi dan perkiraan yang berbeda dapat mengakibatkan hasil material yang berbeda pula. Grup tidak mewakili atau menjamin bahwa salah satu proyeksi penilaian atau prakiraan, atau salah satu dasar asumsi atau perkiraan, akan dipenuhi. Kinerja masa lalu bukan merupakan indikator yang dapat diandalkan untuk kinerja masa depan. Grup tidak menjamin kinerja dari produk investasi atau pembayaran kembali modal dengan produk yang didistribusikan oleh PTBC. Investasi dalam produk ini bukan merupakan simpanan atau kewajiban lainnya dari Grup atau anak perusahaannya dan setiap jenis produk investasi memiliki resiko investasi termasuk hilangnya pendapatan dan modal yang diinvestasikan. Contoh yang digunakan dalam komunikasi ini hanya untuk ilustrasi. Semua materi yang disajikan dalam laporan ini, kecuali bila ditentukan lain, berada di bawah hak cipta Grup. Tak satu pun dari materi, maupun isinya, maupun salinannya, dapat diubah dengan cara apapun, ditransmisikan ke, disalin atau didistribusikan kepada pihak lain, tanpa izin tertulis dari perusahaan terkait yang menjadi bagian dalam Grup. Grup, berikut agennya, asosiasinya dan kliennya memiliki atau telah memiliki posisi panjang atau pendek pada efek atau instrumen keuangan lainnya yang disebut di sini, dan dapat setiap saat melakukan pembelian dan / atau penjualan terhadap kepentingan atau surat berharga dalam kapasitasnya sebagai prinsipal atau agen, termasuk menjual atau membeli dari klien atas dasar pokok dan dapat terlibat dalam transaksi yang tidak konsisten dengan laporan ini. Silahkan melihat website kami di www.commbank.co.id untuk informasi lebih lanjut. Jika Anda ingin berbicara dengan seseorang mengenai instrumen keuangan yang dijelaskan dalam laporan ini, silakan hubungi kami hubungi Call Centre kami di 021 15000 300 atau email kami di
[email protected].
10
Market Perspective - Wealth Management Newsletter | April 2016