MARKET
PERSPECTIVE
Wealth Management Newsletter | April 2017
Economic Growth Effects Perbaikan struktur ekonomi yang dilakukan pemerintah dan pertumbuhan ekonomi yang terjaga, menjadikan Indonesia berpotensi mendapatkan investment grade
GREETINGS Nasabah yang terhormat, Terima kasih atas kepercayaan Anda menjadi Nasabah setia Commonwealth Bank. Selain mengulas mengenai pergerakan pasar saham dan obligasi selama bulan Maret 2017, pada edisi e-Market Perspective kali ini Kami juga mengulas mengenai efek presepsi risiko Indonesia yang terus menurun sebagai dampak dari perbaikan fundamental ekonomi Indonesia yang terus berlanjut. Seperti yang kita ketahui bahwa Indonesia kembali berpeluang untuk mendapatkan investment grade dari S&P pada tahun ini, setelah sebelumnya Moody’s dan Fitch telah menaikan outlook Indonesia menjadi positif serta disusul oleh kunjungan S&P pada akhir Maret untuk meninjau kondisi ekonomi Indonesia terkini. Jika dibandingkan dengan negara emerging market yang telah mendapat peringkat investasi, banyak yang menilai kondisi Indonesia sudah layak disejajarkan dengan mereka, bahkan beberapa indikator tercatat lebih baik. Kami berharap Indonesia dapat secepatnya mendapatkan status full investment grade karena dapat membuka pintu yang lebih besar bagi aliran dana asing untuk berinvestasi di Indonesia dan akan memberikan dampak positif baik bagi pasar keuangan maupun investasi di sektor riil. Jika Anda membutuhkan informasi lebih lanjut mengenai strategi dan rekomendasi produk-produk investasi, Anda dapat menghubungi Relationship Manager Kami di cabang terdekat. Rustini Dewi Director of Retail Banking
Market Perspective | Wealth Management Newsletter | April 2017 | 1
EQUITY MARKET REVIEW MARET 2017 Bulan Maret menjadi bulan yang cerah untuk IHSG. Kekhawatiran kenaikan FFR yang kerap membuat pasar terkoreksi malah terjadi sebaliknya. Pasca pengumuman kenaikan FFR, IHSG justru terus mengalami penguatan. Hingga akhir Maret, IHSG telah menguat 5,12% YTD. Sepanjang bulan Maret investor asing masuk ke IHSG sebesar Rp 10,2 triliun padahal hingga akhir Februari, asing masih tercatat net-sell Rp 1,77 triliun YTD. Setelah bergerak lambat pada 1,5 bulan pertama di 2017, perlahan-lahan IHSG melanjutkan penguatannya. Secara fundamental rilis data ekonomi Indonesia belum ada yang menunjukkan penguatan secara signifikan, namun sentimen pasar terhadap Indonesia terus membaik ditambah fakta pasar global secara mayoritas memang mengalami penguatan di 2017 ini. Dinaikannya outlook credit rating Indonesia oleh Moody’s menjadi positif semakin meningkatkan keyakinan pasar global bahwa Indonesia merupakan tempat yang aman untuk berinvestasi. Credit Default Swap (CDS) Indonesia terus turun hingga menyentuh 120, terendah dalam 10 tahun terakhir. Turunnya CDS menjadi salah satu kunci penguatan IHSG dan obligasi walaupun di saat bersamaan yield obligasi AS sempat meningkat pesat yang umumnya menyebabkan IHSG dan obligasi terkoreksi dalam beberapa waktu belakangan.
Setelah dua minggu awal cenderung flat menunggu kepastian kenaikan FFR oleh The Fed. Yield obligasi Indonesia mengalami penurunan mengikuti penurunan yield obligasi global merespon keputusan kenaikan FFR. Penurunan tersebut di luar ekspektasi, investor memburu obligasi karena pandangan The Fed yang cenderung tidak agresif untuk menaikan FFR ke depannya. Pasar obligasi Indonesia mendapat dorongan dari meningkatnya ekspektasi kenaikan credit rating Indonesia dari S&P, meskipun The Fed menaikan FFR. Sentimen ini nampak lebih kuat untuk investor asing berburu obligasi Indonesia. Selain menawarkan yield yang atraktif jika dibandingkan peers, kenaikan peringkat otomatis akan menurunkan presepsi risiko investasi di Indonesia. Perwakilan dari S&P mengunjungi Indonesia bertemu dengan Menteri Koordinasi Perekonomian, Menteri Keuangan, Gubernur Bank Indonesia serta Kepala Bappenas untuk mengetahui perkembangan kondisi perekonomian Indonesia. Diharapkan laporan kunjungan tersebut dapat dirilis pada bulan Mei atau Juni dengan hasil diraihnya investment grade.
Yield Curve SBN
Hingga akhir Maret IHSG naik +5,12% YTD, MSCI World Index naik +5,85% YTD, dan MSCI Emerging Market Index naik +11,14% YTD. Sementara investor asing telah masuk ke pasar saham sebesar Rp 8,34 triliun.
Indeks Global Dalam Periode Uptrend Sumber: Bloomberg
GLOBAL MARKET OUTLOOK Improvement of Global Growth Sumber: Bloomberg
BOND MARKET REVIEW MARET 2017 Kinerja positif kembali dicatatkan oleh pasar obligasi sepanjang bulan Maret, yang tercermin dari kenaikan Bloomberg Indonesia Local Sovereign Index (BINDO Index) sebesar 3,37% ke level 208,06. Yield SBN 10 tahun kembali turun sebesar 49,7 bps menjadi 7,04% dari 7,54%.
Setelah dua bulan menjadi presiden, pelaku pasar masih dihantui ketidakpastian akan rencana konkret terhadap proteksi ekonomi, peningkatan pajak impor dan perbatasan yang akan dilakukan AS. Kekhawatiran juga bertambah dengan potensi inflasi AS yang meningkat sehingga dapat membuat yield obligasi global naik dan membuat harga obligasi Indonesia terkoreksi. Disamping berita yang menggambarkan ketidakpastian sesungguhnya, terdapat kondisi yang terlupakan dan seharusnya mendapatkan headline utama pada ekonomi global saat ini. Ekonomi AS telah bangkit! Setelah bertahun-tahun ekonomi AS terus disuntikan doping yang bernama quantitative easing untuk kembali menggerakan
2 | Market Perspective | Wealth Management Newsletter | April 2017
ekonomi. Bahkan Janet Yellen yang sangat konservatif pun berani menunjukan optimismenya, dengan menaikan FFR sebagai indikasi ekonomi AS yang telah menguat saat ini. Rilis data ekonomi memang belum sepenuhnya baik, namun secara umum pemulihan ekonomi AS terlihat nyata, dan ini merupakan kondisi yang dinanti-nantikan setelah ambruknya ekonomi AS pasca subprime mortgage. Pulihnya ekonomi AS adalah sesuatu yang perlu disyukuri daripada dikhawatirkan. Dengan kapasitasnya sebagai ekonomi terbesar di dunia dan lumbung konsumsi produk global, maka kembalinya AS merupakan katalis awal kembalinya pulihnya perekonomian dunia. Pemulihan ekonomi secara perlahan juga terlihat di negara lainnya meski dengan pace yang berbeda. Momentum pemulihan ekonomi dunia menjadi momentum investor untuk kembali berinvestasi di aset berisiko seperti saham.
negatif kekhawatiran proteksionisme tidak menutup fakta bahwa perekonomian global mulai pulih dan ekspor di setiap negara pada umumnya meningkat. Sikap yang ditunjukkan AS sangat jelas, fair trade saling membuka diri dan menurunkan trade defisit. Di forum yang sama semua negara anggota G-20 sepakat untuk terus mendukung perdagangan bebas antar negara, dan menghindari kebijakan proteksionisme yang dipandang tidak akan memberi nilai tambah baik untuk ekonomi dalam negeri dan global.
Meeting G-20 Minister Level
Global Economic Indicator Show Improvement
Sumber: Media
US Productivity & Labor Force on Declining Period Year-over-Year Growth (20-Year Average)
5.0% Sumber: Markit Datastream, SG Cross Asset Research
Labor Force
4.5%
Productivity
Real GDP
4.0% 3.5% 3.0%
Dalam meeting G-20 pada 19 Maret di Jerman beberapa waktu lalu, Menteri Keuangan AS Mnuchin mengemukakan pandangan dan sikap AS terhadap perdagangan. Dalam pernyataannya dia mengatakan terjadi salah persepsi yang seakan-akan terlihat AS seperti sedang mengurung diri memproteksi ekonominya. Mnuchin mengatakan AS tetap mendukung perdagangan bebas dan memahami perannya pada perekonomian dunia. Apa yang menjadi fokus AS saat ini adalah fair trade. AS tidak menginginkan lagi trade deficit yang begitu besar terhadap negaranya. AS mengharapkan kesempatan investasi di negara lain juga dibuka sehingga menciptakan kerjasama yang saling menguntungkan. Secara umum pasar masih skeptis dengan pernyataan Mnuchin, bahwa AS sungguh-sungguh berniat mendukung perdagangan bebas dan tidak menjalankan rencana kebijakan proteksi ekonominya. Namun dibalik sentimen
Productivity Peak (1949-1969): 3.0%
2.0%
Labor-Force Peak (1962-1982): 2.3%
1.5% 1.0% 0.5% 0.0%
1970 1972 1974 1976 1978 1980 1982 1984 1986 1988 1990 1992 1994 1996 1998 2000 2002 2004 2006 2008 2010 2012 2014 2016
Market Expectation on Trump Tax Plan
2.5%
Sumber: Fidelity
Rencana pemangkasan pajak Presiden Trump membuat pasar AS dilanda euforia, pengusaha menjadi optimis melakukan ekspansi
4% Sustainable Growth Looks Unlikely Rencana pemerintah AS dalam memangkas pajak, ditujukan untuk meningkatkan level kompetitif AS dengan negara lain, meningkatkan produktivitas dan konsumsi, serta membangunkan kembali animal spirit.
Market Perspective | Wealth Management Newsletter | April 2017 | 3
Istilah animal spirit dipopulerkan oleh John Maynard Keynes untuk menggambarkan kondisi psikologis yang mendorong seseorang mengambil tindakan terhadap volatilitas. Rencana pemangkasan pajak Presiden Trump membuat pasar AS dilanda euforia, consumer confidence meningkat, pengusaha menjadi optimis melakukan ekspansi, hingga Dow Jones menyentuh rekor all time high walaupun rencana ini masih jauh dari kata sepakat.
Seperti saat referendum Inggris akan berlangsung, pasar saham Eropa sangat fluktuatif tercermin dari meningkatnya spread kontrak future indeks Vstoxx di bulan April dan Mei. Para investor mencoba untuk melakukan lindung nilai (hedge) terhadap pasar saham Eropa.
Hedging on Europe Stock Market
Disepakatinya rencana pemangkasan pajak AS dan terciptanya lapangan kerja tidak serta merta membuat ambisi AS bertumbuh 4% secara konsisten menjadi mudah. Kombinasi pertumbuhan tenaga kerja dan produktivitas merepresentasikan pertumbuhan ekonomi. Dilihat dari kedua hal tersebut, saat ini AS memasuki fase penurunan dengan pertumbuhan hanya 2,5%. Sejak 1980 angka pertumbuhan 4% belum pernah dicapai lagi. Sumber: Bloomberg
Kondisi tenaga kerja AS saat ini berbeda dengan periode baby boomers, penduduk yang lahir pada periode 19461964, yang membuat pertumbuhan tenaga kerja AS yang sangat tinggi di periode 1980-an. Dengan para baby boomers yang telah memasuki masa pensiun memberikan dampak menurunnya tenaga kerja AS dan tidak berhasil ditutupi dengan peningkatan produktivitas, yang sejak akhir tahun 90-an terus menunjukkan tren penurunan.
Netherland Passed, Eye on France Kemenangan Partai Perdana Menteri Belanda (VVD) dalam pemilu bulan Maret lalu telah menghilangkan sebagian kekhawatiran terhadap integrasi Uni Eropa. Namun ketidakpastian politik dari benua biru ini akan terus membayangi sepanjang tahun. Setelah Belanda, investor akan menunggu hasil pemilu Perancis yang putaran pertamanya akan diselenggarakan pada 23 April mendatang. Adu argumen dalam debat perdana calon Presiden Perancis yang digelar pada bulan Maret lalu berlangsung sengit. Sesuai ekspektasi, isu keluarnya Perancis dari Uni Eropa (Frexit) menjadi bahasan hangat. Marine Le Pen bersikukuh bahwa Perancis akan menggelar referendum untuk keluar dari Uni Eropa jika dirinya terpilih menjadi Presiden. Sementara kandidat favorit lainnya Emmanuel Macron bercermin kepada Inggris dimana tokoh-tokoh Inggris yang vokal untuk melakukan Brexit saat ini lari dan bersembunyi. Laporan lembaga survei BVA memperkirakan Macron akan unggul tipis dari Le Pen dengan perolehan suara sebanyak 26% pada pemilu putaran pertama, naik 1% dari survey sebelumnya. Sementara perolehan suara Le Pen merosot menjadi 25%, turun 1%. Kandidat favorit lainnya, Francois Fillon berada di posisi ketiga dengan perkiraan perolehan suara sebesar 17%, turun 2,5%, setelah istrinya terjerat skandal.
EQUITY MARKET OUTLOOK Keep Moving Forward, Always Saat ini tidak satupun penggemar sepakbola yang tidak mengenal Zlatan Ibrahimovic legenda sepakbola Swedia yang telah dinobatkan sebagai pemain sepakbola Swedia terhebat sepanjang sejarah. Di usianya yang hampir 36 tahun dimana banyak pesepakbola lain sudah pensiun, Zlatan masih menjadi tulang punggung team Manchester United dalam mencetak gol. Namun tahukah kalian ketika di masa remajanya Zlatan pernah dicap kurang berbakat oleh pelatihnya, Zlatan dianggap tidak memiliki cukup kemampuan untuk bermain di level tertinggi. Namun sebagai seorang pemain besar dengan kepribadian yang kuat Zlatan terus maju hingga mencatatkan sejarah demi sejarah. Sebagai negara, Indonesia bukanlah Zlatan, setidaknya belum saat ini. Namun Indonesia adalah negara besar dengan potensinya yang luar biasa. Sudah seharusnya sebagai orang Indonesia kita bangga akan bangsa kita, dan terus maju hingga mencapai titik potensial yang kita miliki. Pada Market Perspective edisi ke-51 bulan Juni 2016, Kami membahas mengenai Indonesia yang baru saja dirundung kekecewaan besar, dimana saat itu lembaga rating international S&P menganggap Indonesia belum layak menyandang status investment grade. Namun kita selalu tahu betapa besar potensi yang Indonesia miliki, pemerintah tetap berkepala tegak terus maju meningkatkan potensinya. Pengumuman kenaikan rating S&P baru akan dilakukan oleh S&P pada bulan Mei atau Juni nanti, namun dua lembaga pemeringkat internasional lainnya telah menaikan outlook Indonesia menjadi positif yang menunjukkan kepercayaan ekonomi Indonesia yang bertumbuh semakin baik. Dengan CDS Indonesia yang terus turun hingga menyentuh level
4 | Market Perspective | Wealth Management Newsletter | April 2017
terendah dalam 10 tahun terakhir menunjukkan pasar semakin optimis akan ekonomi Indonesia. Kesuksesan pemerintah menjalankan program tax amnesty, menjaga rupiah tetap stabil, dan pengelolaan fiskal yang sehat menjadi kunci semakin meningkatnya kepercayaan investor. Tidak perlu menunggu S&P untuk meng-upgrade rating Indonesia menjadi investment grade, Indonesia telah menunjukkan secara nyata perekonomian yang bahkan lebih solid dari negara investment grade lainnya.
Ekonomi Global Dalam Recovery level Recovery
Prosperity
Economy
Peak
Trough Contraction
Sumber: Media
Expansion Time
Aktivitas Bisnis Meningkat Terefleksi dari Meningkatnya Capex Dalam siklus bisnis, Indonesia saat ini masih berada dalam persimpangan antara dalam fase recovery atau sudah memasuki fase ekspansi. Masih terdapat keraguan ekonomi Indonesia telah memasuki fase ekspansi bila dilihat dari datadata konsumsi yang rilis saat ini masih belum meyakinkan. Positifnya, Indonesia bukan satu-satunya negara yang memasuki fase recovery atau ekspansi. Ekonomi global baru kembali memulai fase bertumbuh, dipimpin oleh AS sebagai lokomotif ekonomi terdepan saat ini. Kekhawatiran akan kebijakan kontroversial dari pemerintah AS tertutupi dengan optimisme pasar kembali bertumbuhnya ekonomi dunia.
Kembalinya appetite investor global pada aset berisiko terutama negara berkembang menjadi salah satu katalis naiknya IHSG dalam beberapa minggu ini. Net-inflow asing dalam bulan Maret saja telah mencapai Rp 10,2 triliun. Kenaikan suku bunga The Fed yang selama ini menjadi mimpi buruk para investor, saat ini malah menjadi katalis bergeraknya positifnya pasar global. Statement anggota The Fed terutama Janet Yellen yang menyatakan tidak akan tergesa-gesa memaksakan kenaikan suku bunga, walaupun inflasi melampaui target The Fed 2%, dianggap sebagai sinyal bahwa The Fed kolaboratif dengan kebijakan pemerintah AS sekarang ini yang pro-growth. Dari sisi domestik selain kekhawatiran akan data konsumsi yang belum sebaik ekspektasi, para investor juga memperhatikan perkembangan politik terutama Pilkada DKI putaran kedua yang akan berlangsung pada tanggal 19 April. Kesuksesan penyelenggaraan Pilkada akan memberi kenyamanan pada investor untuk berinvestasi di Indonesia. Kenaikan IHSG saat ini yang serentak dengan kenaikan bursa global dan ditopang sentimen positif potensi upgrade rating oleh S&P perlu ditopang dengan perbaikan fundamental supaya kenaikannya menjadi sustainable. Terlalu berisiko bila hanya mengandalkan re-rating P/E mengingat valuasi saat ini yang sudah cukup mahal jika dibandingkan dengan rata-rata tahunan ataupun secara relatif terhadap indeks negara lain. Dilihat dari sentimen domestik, rilis laporan keuangan dan GDP kuartal pertama akan menjadi kunci untuk menentukan arah indeks di 2017. Berdasarkan data konsumsi yang belum terlalu baik terlihat peningkatan belanja modal emiten masih membutuhkan waktu untuk terdistribusi pada ekonomi.
P/E Indonesia tidak murah
Dalam fase ekonomi global yang kembali bertumbuh appetite investor pada aset berisiko kembali meningkat, terefleksi dari terus menurunnya Citi Macro Risk Index, di mana bila berada di bawah 50 menunjukkan persepsi risiko investor menurun, positif untuk investasi.
Citi Macro Risk Index Terus Menurun Sumber: Bloomberg
Indonesia bukan satu-satunya negara yang memasuki fase recovery. Ekonomi global kembali memulai fase bertumbuh, dipimpin oleh AS sebagai lokomotif ekonomi terdepan saat ini.
Sumber: Bloomberg
Market Perspective | Wealth Management Newsletter | April 2017 | 5
Belanja Infrastruktur Terhadap GDP
BOND MARKET OUTLOOK
Spending as a percent of GDP 7%
Pricing-in S&P upgrade and FFR next hike
6
Meski masih dibayangi kenaikan lanjutan FFR, namun pelaku pasar diperkirakan sudah mem price-in kenaikan FFR sebanyak tiga kali pada tahun ini. Ini tercermin pada rally yang terjadi pada pasar obligasi domestik setelah The Fed menaikan FFR pada Maret lalu dengan proyeksi yang lebih dovish daripada sebelumnya.
5 4 3 2 1 0
China
Vietnam
India
Indonesia
Myanmar Singapore Philippines Malaysia Thailand
Sumber: Bloomberg
Belanja infrastruktur masih relatif rendah Sejak periode kedua pemerintahan SBY dengan program andalannya MP3EI hingga pemerintahan Jokowi sekarang, program percepatan infrastruktur selalu didengungkan menjadi program andalan dan diberitahukan betapa pentingnya untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia. Walaupun sering kita dengar berita begitu besarnya belanja infrastruktur yang dikeluarkan, namun bila dibandingkan dengan negara lain maka Indonesia dapat dikategorikan biasa saja. Belanja infrastruktur Tiongkok, Vietnam, dan India mencapai lebih dari 5% dari PDB atau lebih dari dua kali lipat alokasi pemerintah Indonesia. Pemerintah telah berusaha untuk terus meningkatkan alokasi belanja infrastruktur dengan mengurangi subsidi kurang tepat sasaran dan melakukan efisiensi belanja operasional. Dalam periode pemerintahan Jokowi belanja infrastruktur telah meningkat pesat, namun ruang untuk untuk meningkatkan alokasi secara persentase sudah cukup terbatas.
Ini juga tercermin dari reaksi pasar yang cenderung bersikap tidak spekulatif setelah pernyataan dari beberapa pejabat The Fed yang menilai bahwa The Fed sudah berada di jalur yang tepat untuk menormalisasi FFR sebanyak dua kali lagi pada tahun ini. Dari dalam negeri, meskipun risiko inflasi masih akan menghadang pada tahun ini, namun setidaknya inflasi masih cenderung terkendali. Setelah pemerintah menaikan tarif listrik secara bertahap mulai Januari, dan berikutnya pada Maret, namun adanya masa panen raya akan mengeliminasi kenaikan tersebut. Hingga bulan Juni, inflasi diperkirakan akan stabil meski akan ada kenaikan tarif listrik tahap akhir dan memasuki bulan puasa. Untuk menyimbangi potensi kenaikan inflasi tersebut, pemerintah berupaya untuk mengendalikan inflasi dengan menyatakan untuk tidak melakukan kenaikan harga BBM hingga Juni meski harga minyak dunia saat ini beranjak naik. Ekspektasi premi risiko investor asing mulai berkurang dengan meningkatnya probabilitas kenaikan peringkat Indonesia ke investment grade oleh S&P. Ini terlihat dari arus dana yang meningkat drastis pada bulan Maret.
Pergerakan yield UST, MGS dan SUN
Strategi lain adalah dengan berusaha menaikan pemasukkan dimana mayoritas dari pajak dan terbuka terhadap investasi dari swasta.
Pertumbuhan Belanja Infrastruktur 450 400
Rptn
Government infra spending % of GDP (RHS)
350
% 2.8 2.5
300 250 200 150
1.6
100 50
1.6
1.8 1.5
1.4
1.6
1.9
1.8
1.5
1.3
0 06 007 008 009 010 011 012 013 014 015 16F 2 2 2 2 2 2 2 2 2
20
Sumber: Pemerintah, CLSA
F
17
3 2.8 2.6 2.4 2.2 2 1.8 1.6 1.4 1.2 1
Sumber: Bloomberg
Sepanjang bulan Maret investor asing tercatat melakukan net-buy sebesar Rp 31,33 triliun. Ini merupakan level bulanan tertinggi tahun ini dan meningkat jika dibandingkan dengan bulan yang sama tahun lalu sebesar Rp 18,30 triliun. Aliran dana ini membuat porsi kepemilikan asing terhadap SUN yang merangkak naik menembus level di atas 38%. Selain itu pergerakan yield SUN 10 tahun yang mengalami tren penurunan sejak awal tahun, pergerakannya cenderung
6 | Market Perspective | Wealth Management Newsletter | April 2017
berbeda dengan pergerakan yield UST dan yield MGS (obligasi pemerintah Malaysia). Ini juga menandakan minat investor asing yang tinggi terhadap obligasi pemerintah Indonesia. Meski mulai populer, Indonesia masih belum dilirik oleh sebagian besar investor global, yang mencari high yield namun dengan risiko yang rendah, yang berarti mereka hanya investasi di aset negara investment grade. Berdasarkan studi Natixis, perusahaan asuransi jiwa dan dana pensiun yang berinvestasi di aset Asia Pasifik menilai Indonesia belum memenuhi syarat sebagai tempat berinvestasi. Dengan diperolehnya investment grade akan membuka pintu bagi lebih banyak investor untuk berinvestasi di Indonesia, yang dapat diartikan funding cost pemerintah akan turun dan likuditas meningkat. Jika dibandingkan dengan India dengan tingkat rata-rata inflasi yang lebih tinggi serta likuiditas yang lebih rendah, namun menawarkan yield yang tidak jauh berbeda dengan Indonesia dan telah memiliki peringkat investment grade. Sangat memungkinkan ketika Indonesia mendapatkan status investment grade, investor yang memilih berinvestasi di negara investment grade dan mencari high yield akan lebih memilih Indonesia ketimbang India.
10 Yr Gov Bond Yield Inflation 10 Yr Gov Bond Yield - Inflation
8
0 Italy (BBB-u)
0 Hungary (BBB-)
2
Panama (BBB)
2 Philippines (BBB)
4
India (BBB-u)
4
Indonesia (BB+)
Risiko capital outflow akan menghantui pasar keuangan di tahun ini. Harus diakui bahwa porsi kepemilikan investor asing di pasar saham maupun obligasi relatif besar. Dengan membaiknya kondisi ekonomi AS maka memperbesar tekanan outflow untuk keluar dari emerging market yang dapat memberikan tekanan baik di pasar saham maupun obligasi.
8 6
Russia (BBB-)
Rendahnya penerimaan pajak di tengah kebutuhan dana yang besar untuk belanja pemerintah akan memperlebar defisit anggaran, yang memicu meningkatnya supply obligasi di pasar.
10
6
S. Africa (BBB)
Pilkada DKI putaran kedua pada 19 April nanti merupakan peristiwa politik yang dinantikan oleh investor. Sukses tidaknya Pilkada akan memberikan kepastian bisnis pada para investor.
Rilis laporan keuangan 1Q17 akan menjadi kunci yang menggerakan IHSG. Dengan ekspektasi pasar cukup tinggi akan kenaikan laba bersih di 2017 maka apabila meleset berisiko memberikan sentimen negatif kepada investor.
Perbandingan yield beberapa negara 10
Janji Donald Trump untuk memangkas pajak korporasi dan individu disambut positif oleh masyarakat AS. Dampak dari pemangkasan pajak akan meningkatkan permintaan dan pada akhirnya meningkatkan inflasi melebihi inflasi rata-rata tahunan. Tingginya inflasi akan memaksa The Fed menaikkan suku bunga dan membuat harga obligasi berisiko terkoreksi.
Sumber: Natixis, Bloomberg
RISKS TO WATCH Pada 23 April nanti akan diselenggarakan pemilu di Perancis dengan salah satu kandidatnya, Marine Le Pen adalah anti Uni Eropa. Potensi kemenangan Le Pen akan meningkatkan risiko disintegrasi pada Uni Eropa dan dapat membuat para investor menjadi risk-off. Rencana Donald Trump untuk menaikkan tarif impor dan merenegosiasikan perjanjian perdagangan menciptakan ketidakpastian pada dunia usaha. Mengingat AS merupakan negara dengan ekonomi terbesar di dunia, maka kebijakan yang diambil dapat memberikan dampak signifikan.
REKOMENDASI INVESTASI Pada pasar Saham, terus menurunnya credit default swap, bursa global yang berada ditren naik, potensi Indonesia mendapatkan investment grade dari S&P tahun ini, dan sikap petinggi The Fed yang memberikan sinyal kolaboratif dengan kebijakan pro-growth pemerintah menjadi katalis yang menggerakan pasar selama bulan Maret. Data-data konsumsi belum menunjukkan perkembangan sesuai ekspektasi, namun setelah ekonomi menyentuh bottom di 2015, kebijakan pelonggaran moneter serta deregulasi pemerintah membawa ekonomi kembali pada growth track, sooner or later. Secara jangka panjang kami masih tetap bullish pada equity dan memberikan rekomendasi aset alokasi 70% dari total portofolio. Pada pasar obligasi, meskipun telah memudarnya risiko terkait kenaikan FFR pada bulan Maret namun kedepannya pasar masih menantikan sikap dan pandangan The Fed yang sewaktu-waktu dapat berubah tergantung dengan rilis data-data makroekonomi AS. Selain itu tingkat inflasi tahun ini yang cenderung akan lebih tinggi dibanding tahun lalu masih akan menjadi penghalang kinerja obligasi tahun ini. Namun dari semua risiko tersebut ada angin segar untuk pasar obligasi jika Indonesia dinobatkan sebagai negara
Market Perspective | Wealth Management Newsletter | April 2017 | 7
investment grade oleh S&P, yang kemungkinan akan merilis laporannya pada bulan Mei atau Juni. Ekspektasi yang saat ini terbentuk dapat menjadi bumerang ketika pasar yang telah mem price-in dengan penurunan yield namun hasilnya berbeda dari ekspektasi. Namun demikian, Kami tetap berharap S&P akan memberikan kenaikan peringkat pada tahun ini. Dengan pertimbangan tersebut, Kami
merekomendasikan untuk menurunkan durasi portofolio untuk mereduksi risiko volatilitas, meski diproyeksi pasar obligasi masih dapat memberikan return positif tahun ini walaupun akan lebih kecil dibanding tahun lalu. Secara jangka panjang kami melihat pasar obligasi masih cukup atraktif dengan rekomendasi alokasi sebesar 30% dari total portofolio.
ANALISA VALAS Outlook kenaikan suku bunga Federal Reserve yang lebih agresif di tahun ini membantu pemulihan USD dari level rendah beberapa bulan meski pasar saat ini masih cemas seiring dengan perombakan program kesehatan yang di bentuk oleh Trump gagal mendapatkan dukungan dari kongres. Pidato beberapa presiden wilayah The FED mengarahkan fokus pasar kembali tertuju pada prospek kenaikan suku bunga AS di tahun ini.
USD/IDR Pergerakan USD/IDR hingga akhir Maret 2017 tergolong cukup stabil dengan range antara 13293 – 13405 dengan kecenderungan USD sedikit melemah ditengah ketidakpastian mengenai kebijakan Trump setelah program kesehatan yang diajukan oleh Trump untuk menggantikan Obamacare gagal mendapat dukungan dari kongres, ini memberikan ekspetasi ke market bahwa mulai ada keraguan terhadap realisasi kebijakan-kebijakan yang lainnya. Untuk kedepannya market
akan kembali fokus dengan outlook suku bunga Amerika yang diprediksi masih akan melanjutkan kenaikannya sampai akhir tahun. Dari sisi lain pasar akan menantikan data inflasi Indonesia pada tanggal 3 April. Diperkirakan nilai tukar Rupiah akan berada di rentang 13,250 – 13,450 pada kisaran bulan april ini.
AUD/USD Pada bulan Maret ini AUD bergerak sangat stabil dengan range 0.7585 – 0.7745 setelah mencapai puncaknya di level 0.7745 AUD cenderung melemah seiring dengan kembali turunnya harga bijih besi, RBA memberikan indikasi bahwa trend penurunan suku bunga akan berakhir, namun pada notula yang dirilis bulan ini menunjukkan potensi risiko yang di sektor properti, serta peningkatan jumlah pinjaman retail berpotensi memberikan tekanan tersendiri bagi AUD. Selain faktor RBA, AUDUSD juga melemah akibat aksi profit taking melihat sejak pertengahan 2015, AUD/USD tidak pernah mampu bergerak konsisten di atas level 0.7700. secara
keseluruhan momentum pertumbuhan ekonomi Australia masih cukup terjaga. Untuk jangka waktu pendek AUD masih cenderung berpotensi kembali melemah terhadap mata uang lainnya dikarenakan kebijakan ekonomi Trump dan prospek kenaikan suku bunga US untuk tahun ini masih cukup menyita perhatian market. Ditambah lagi pertumbuhan ekonomi China yang masih cenderung melambat. Diperkirakan AUD/USD akan cenderung bergerak dengan rentang 0.7450 – 0.7720 pada kurun waktu bulan April 2017.
EUR/USD Nilai tukar Euro terhadap USD berhasil rebound kembali ke level tertinggi selama kurun waktu 4 bulan dengan range 1.0495 – 1.0895 di bulan Maret, dipicu oleh komentar dari petinggi-petinggi ECB yang memberikan indikasi bahwa ECB mungkin akan mulai mempertimbangkan untuk mengakhiri kebijakan moneter longgar dan ini memberikan ekspetasi ke
market bahwa suku bunga ECB bisa segera dinaikkan pada tahun 2018. Untuk jangka menengah diperkirakan EUR/USD akan cenderung bergerak dalam rentang 1.0600 – 1.0850 pada kurun waktu bulan April 2017.
8 | Market Perspective | Wealth Management Newsletter | April 2017
GBP/USD Pada bulan Maret ini poundsterling kembali bergerak fluktuatif dengan range 1.2145 – 1.2615 menjelang peluncuran artikel 50 dimana Inggris bisa memulai negosiasi secara resmi untuk proses keluar dari keanggotaan Uni Eropa yang berlangsung selama 2 tahun, Dalam proses ini juga Perdana Menteri Inggris Theresa May mengirimkan surat resmi untuk meninggalkan Uni Eropa. Selain itu juga muncul indikasi di market bahwa parlemen Skotlandia berpotensi mengajukan voting untuk kemerdekaan namun pemerintah Inggris tidak mau menegosiasikan hal tersebut.
Beberapa data ekonomi memberikan indikasi bahwa ekonomi inggris masih cukup terjaga momentumnya seperti rilis CPI tahunan mengalami percepatan di level 2,3% dan fokus data penting kedepannya yaitu GDP nya masih diprediksi terjaga di level 2%. Diperkirakan GBP/USD akan bergerak fluktuatif dalam rentang 1.2200 – 1.2600 pada kurun waktu bulan April 2017.
USD/JPY USD/JPY masih bergerak sangat fluktuatif pada bulan Maret ini, JPY kembali menguat dengan range 110.15 – 115.45 disebabkan oleh beberapa masalah geopolitik seperti ketegangan Korea Utara, isu politik di Eropa, dan kebijakan Trump yang gagal mendapatkan dukungan dari kongres membuat investor kembali memburu aset safe haven menyebabkan JPY kembali menguat. BoJ juga memberikan
indikasi akan tetap berkomitmen menggunakan suku bunga dan pembelian aset sebagai alat kebijakan utama untuk menghidupkan kembali perekonomian. Diperkirakan USD/JPY akan cenderung bergerak dengan rentang 110.00 – 114.00 pada bulan April 2017.
RECOMMENDATION USD/IDR
EUR/USD
GBP/USD
AUD/USD
USD/JPY
Expected buying level
13.270 - 13.330
1.0600 - 1.0650
1.2200 - 1.2250
0.7450 - 0.7500
111.00 - 111.50
Expected selling level
13.450 - 13.500
1.0850 - 1.0900
1.2500 - 1.2550
0.7700 - 0.7750
113.00 - 113.50
Long profit taking
13.450 and above
1.0850 and above
1.2500 and above
0.7700 and above
113.00 and above
Short profit taking
13.330 and below
1.0650 and below
1.2250 and below
0.7500 and below
111.50 and below
Long cut loss
13.150 - 13.200
1.0500 - 1.0550
1.2100 - 1.2150
0.7350 - 0.7400
110.00 - 110.50
Short cut loss
13.550 - 13.600
1.0950 - 1.1000
1.2600 - 1.2650
0.7800 - 0.7850
114.00 - 114.50
Entry Point Profit Taking Cut Loss
*Data di atas hanya bersifat indikatif dan dapat berubah sewaktu-waktu tergantung kondisi pasar.
DISCLAIMERS Kecuali dinyatakan lain, semua data bersumber dari berita media massa, dan tidak diterbitkan oleh PT Bank Commonwealth (PTBC). PTBC harus dijamin untuk dibebaskan dari tanggung jawab, termasuk tetapi tidak terbatas pada penuntutan hukum oleh pihak ketiga. PTBC beserta direkturnya, karyawannya dan perwakilannya dalam Lampiran ini selanjutnya bersama-sama disebut sebagai “Grup”. Laporan ini diterbitkan semata-mata untuk tujuan informasi dan tidak boleh ditafsirkan sebagai suatu ajakan atau penawaran untuk membeli efek atau instrumen keuangan. Laporan ini telah disusun tanpa mempertimbangkan tujuan, situasi keuangan dan kapasitas untuk menanggung kerugian, pengetahuan, pengalaman atau kebutuhan orang-orang tertentu yang mungkin menerima laporan ini. Tidak ada anggota dari Grup yang melakukan atau harus melakukan penilaian kelayakan atau penyesuaian laporan untuk penerima laporan ini yang karenanya tidak mendapat manfaat dari perlindungan peraturan dalam hal ini. Laporan ini bukan nasihat atau petunjuk. Semua penerima laporan ini harus, sebelum bertindak atas dasar informasi dalam laporan ini, mempertimbangkan kewajaran/kelayakan dan kesesuaian informasi, dengan memperhatikan tujuan-tujuan mereka sendiri, situasi keuangan dan kebutuhan, dan jika perlu mencari profesional yang tepat, memperhatikan kondisi valuta asing atau nasihat keuangan tentang isi laporan ini sebelum membuat keputusan investasi. Kami percaya bahwa informasi dalam laporan ini adalah benar dan setiap pendapat, kesimpulan atau rekomendasi yang cukup telah diadakan atau dibuat, berdasarkan informasi yang tersedia pada saat kompilasi, tetapi tidak ada pernyataan atau jaminan, baik tersurat atau tersirat, yang dibuat atau disediakan untuk akurasi, kehandalan atau kelengkapan setiap pernyataan yang dibuat dalam laporan ini. Setiap pendapat, kesimpulan atau rekomendasi yang ditetapkan dalam laporan ini dapat berubah sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan dan mungkin berbeda atau bertentangan dengan, kesimpulan, pendapat atau rekomendasi yang diungkapkan oleh Grup di tempat lain. Kami tidak berkewajiban untuk, dan tidak, memberitahukan perkembangan terkini atau harus terus mengikuti informasi terkini yang terdapat dalam laporan ini. Grup tidak menerima tanggung jawab untuk setiap kerugian atau kerusakan yang timbul akibat dari penggunaan seluruh atau setiap bagian dari laporan ini. Setiap penilaian, proyeksidan prakiraan yang terkandung dalam laporan ini didasarkan pada sejumlah asumsi dan perkiraan dan tunduk pada kontinjensi dan ketidakpastian. Asumsi dan perkiraan yang berbeda dapat mengakibatkan hasil material yang berbeda pula. Grup tidak mewakili atau menjamin bahwa salah satu proyeksi penilaian atau prakiraan, atau salah satu dasar asumsi atau perkiraan, akan dipenuhi. Kinerja masa lalu bukan merupakan indikator yang dapat diandalkan untuk kinerja masa depan. Grup tidak menjamin kinerja dari produk investasi atau pembayaran kembali modal dengan produk yang didistribusikan oleh PTBC. Investasi dalam produk ini bukan merupakan simpanan atau kewajiban lainnya dari Grup atau anak perusahaannya dan setiap jenis produk investasi memiliki risiko investasi termasuk hilangnya pendapatan dan modal yang diinvestasikan. Contoh yang digunakan dalam komunikasi ini hanya untuk ilustrasi. Semua materi yang disajikan dalam laporan ini, kecuali bila ditentukan lain, berada di bawah hak cipta Grup. Tak satu pun dari materi, maupun isinya, maupun salinannya, dapat diubah dengan cara apapun, ditransmisikan ke, disalin atau didistribusikan kepada pihak lain, tanpa izin tertulis dari perusahaan terkait yang menjadi bagian dalam Grup. Grup, berikut agennya, asosiasinya dan kliennya memiliki atau telah memiliki posisi panjang atau pendek pada efek atau instrumen keuangan lainnya yang disebut di sini, dan dapat setiap saat melakukan pembelian dan/atau penjualan terhadap kepentingan atau surat berharga dalam kapasitasnya sebagai prinsipal atau agen, termasuk menjual atau membeli dari klien atas dasar pokok dan dapat terlibat dalam transaksi yang tidak konsisten dengan laporan ini. Silakan melihat website kami di www.commbank.co.id untuk informasi lebih lanjut. Jika Anda ingin berbicara dengan seseorang mengenai instrumen keuangan yang dijelaskan dalam laporan ini, silakan hubungi Call Centre kami di 15000 30 atau email kami di
[email protected].
10 | Market Perspective | Wealth Management Newsletter | April 2017