MARKET
PERSPECTIVE
Wealth Management Newsletter - Oktober 2016
HIGH PRICE HIGH VALUE Seiring berjalannya waktu, potensi pertumbuhan ekonomi Indonesia semakin baik, saat ini IHSG diperdagangkan pada premium level dengan harga relatif mahal.
GREETINGS Nasabah yang terhormat, Terima kasih atas kepercayaan Anda menjadi Nasabah setia Commonwealth Bank. Pada edisi e-Market Perspective kali ini, Kami mengulas mengenai pergerakan pasar selama bulan September hingga pertengahan Oktober 2016 yang mengalami kenaikan tipis serta investor asing yang melakukan net-sell pada obligasi pemerintah dalam sebulan terakhir. Banyaknya event besar yang akan berlangsung seperti pemilihan presiden AS, keputusan kenaikan suku bunga AS, dan referendum Italia dapat mempengaruhi pergerakan pasar serta membuat investor global memilih untuk risk-off dan mengurangi porsi investasi di emerging market. Dari dalam negeri, suksesnya program tax amnesty tahap pertama dan keputusan mengejutkan Bank Indonesia untuk memangkas suku bunga acuan secara 2 bulan berturut-turut menjadi isu utama pasar. Pelonggaran kebijakan moneter oleh Bank Indonesia diharapkan dapat menjadi insentif untuk semakin meningkatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang saat ini masih berada dalam tahap pemulihan. Ke depannya kami melihat peluang yang baik untuk memanfaatkan momentum ini dan kesempatan untuk membangun kembali portofolio investasi yang ideal sesuai dengan tujuan dan profil risiko anda.
Jika Anda membutuhkan informasi lebih lanjut mengenai strategi dan rekomendasi produk-produk investasi, Anda dapat menghubungi Relationship Manager Kami di cabang terdekat.
Dewi Rustini Director of Retail Banking
Market Perspective | Wealth Management Newsletter | Oktober 2016 | 1
EQUITY Market review September DAN Oktober 2016 Selama periode pertengahan September hingga pertengahan Oktober IHSG mengalami kenaikan dari 5.265 hingga 5.399, sekitar 2,5%. Menjelang akhir bulan September IHSG mengalami penguatan ditopang berita domestik suksesnya program tax amnesty dan berita internasional berhasil dibangunnya kesepakatan negara anggota OPEC untuk memangkas produksi. Suksesnya program tax amnesty yang jauh melampaui ekspektasi pasar menjadi katalis utama pendorong IHSG. Namun pasca selesainya tax amnesty tahap pertama euforia yang mendorong kenaikan IHSG memudar, ketiadaan katalis baru membuat IHSG perlahanlahan terkoreksi tipis di awal bulan, ditambah isu akan segera dihentikannya stimulus dari Eropa dan peningkatan suku bunga AS pada bulan Desember. Hingga awal bulan September penerimaan tax amnesty belum mencapai Rp5 Triliun, rendahnya penerimaan ini semakin menjustifikasi sikap skeptis para ekonom dan masyarakat bahwa program pemerintah ini tidak akan berhasil. Bahkan Bank Indonesia menurunkan ekspektasi penerimaan dari Rp50 Triliun menjadi Rp21 Triliun. Ketidakberhasilan program tax amnesty akan memberikan dampak shortfall penerimaan negara akan semakin besar, dan akan memaksa pemerintah memangkas program-program unggulan untuk pembangunan infrastruktur. Terhitung sejak awal September hingga 15 Oktober Indeks global turun -1,50%, indeks emerging market naik tipis +0,37%, dan IHSG naik +0,25%. Sementara terhitung YTD sampai 15 Oktober IHSG naik +17,5% indeks global naik +1,86% dan emerging market naik +12,96%. Net inflow asing saat ini mencapai Rp32.9 Triliun YTD.
2009
2010
2011
2012
2013
2014
Sumber : CLSA, ECB consolidated banking data
Harga Minyak Melonjak Pasca Meeting OPEC
Sumber: Bloomberg
Selain kekhawatiran rencana tapering dari ECB, semakin meningkatnya probabilitas kenaikan suku bunga AS pada Desember nanti membuat risk appetite investor semakin turun. Tercermin dari volume pasar di IHSG yang menyusut selama awal bulan Oktober disertai koreksi tipis. Namun perlahan-lahan IHSG kembali naik ditopang berita positifnya laporan keuangan domestik 3Q16, kepastian terpilihnya menteri ESDM yang baru, dan tetap dovish-nya pandangan Gubernur The Fed Janet Yellen.
SEPTEMBER DAN OKTOBER 2016
(%)
2008
Setelah mengalami fase yang cukup baik pada akhir bulan September, di bulan Oktober pelaku pasar kembali dikhawatirkan akan rencana tidak diperpanjangnya stimulus yang dilakukan ECB dengan tenggat waktu Maret 2017. Dengan situasi ekonomi global yang sedang melambat, kenaikan aset finansial selama ini lebih banyak ditopang akibat melimpahnya likuiditas daripada peningkatan kondisi fundamental. Akibat ketergantungan pada limpahan likuiditas ini membuat wacana pengurangan stimulus (tapering) membuat pasar menjadi khawatir dan mengurangi investasinya di aset berisiko.
BOND Market review
Tingginya rasio kredit macet bank-bank Italia 18 16 14 12 10 8 6 4 2 0
Sejak awal tahun tarik ulur pemangkasan produksi terjadi akibat keengganan Arab Saudi untuk memangkas produksi. Namun akhirnya pada meeting OPEC di Aljazair tanggal 28 September berhasil terbangun kesepakatan untuk memangkas produksi negara anggota OPEC sebesar 700 ribu barel menjadi 32,5 juta barel per harinya. Diharapkan dengan dibangunnya kesepakatan ini akan dapat meyakinkan negara produsen minyak non OPEC untuk turut memangkas produksi demi menaikkan harga minyak ke level ekonomisnya. Kesepakatan ini diperkirakan baru akan disahkan pada bulan November nanti.
2015
2016
Sepanjang bulan September pasar obligasi mencatatkan kinerja yang lebih baik dari bulan Agustus dengan mencatatkan kenaikan +1,10% MoM mengacu kepada Bloomberg Indonesia Local Index (BINDO Index) yang naik +2.2 poin ke level 202.83. Namun hingga pertengahan bulan Oktober BINDO Index tercatat mengalami penurunan di kisaran 202. Positifnya pasar obligasi didorong oleh rilis data ekonomi yang menunjukkan perbaikan seperti inflasi bulan Agustus yang berada di level 2,79% YoY, meningkatnya cadangan devisa ke level USD133.54 Miliar dari USD111.41 Miliar serta diturunkannya 7 days reverse repo rate sebesar 25bps ke level 5,0%. Selain itu sentimen positif juga datang dari perkembangan program tax amnesty yang mengalami peningkatan drastis di akhir batas periode I. Dengan tercatat sebesar Rp90.02 Triliun uang tebusan dibayarkan pada bulan September. Dengan demikian uang tebusan tax amnesty pada periode
2 | Market Perspective | Wealth Management Newsletter | Oktober 2016
I mencapai Rp97.15 Triliun atau 58,88% dari target Rp165 Triliun. Selain itu sentimen positif global datang dari hasil FOMC meeting pada pertengahan September yang memutuskan untuk mempertahankan FFR target di level 0,25%-0,50% dengan hanya kemungkinan kenaikan satu kali dalam tahun ini. Konsensus Bloomberg melihat bahwa kenaikan satu kali tersebut akan terjadi pada bulan Desember daripada bulan November mengingat akan diselenggarakannya pemilu presiden AS pada bulan November. Sementara selama bulan Oktober berjalan pergerakan pasar obligasi relatif melemah yang lebih disebabkan oleh meningkatnya ketidakpastian global salah satunya adalah beredar kabar bahwa Bank Sentral Eropa (ECB) akan melakukan tapering program pembelian aset finansialnya. Isu tersebut tidak dibantah oleh ECB, bahkan pada pertemuan ECB bulan Oktober, yang memutuskan untuk tidak merubah tingkat suku bunga dan kebijakan moneternya, sama sekali tidak membahas mengenai perpanjangan maupun pengurangan program tersebut. Namun ECB masih membuka peluang untuk melakukan perubahan kebijakan pada pertemuan-pertemuan berikutnya.
Sentimen positif global datang dari hasil FOMC meeting memutuskan untuk mempertahankan FFR target di level 0,25%-0,50%.
global Market OUTLOOK Clinton lebih diunggulkan dalam polling, namun apakah kejadian Brexit akan terulang?
Seperti yang diekspektasikan banyak analis bahwa inflasi AS pada bulan September mengalami perbaikan. Rilis data inflasi pada pertengahan Oktober memperlihatkan bahwa inflasi AS menanjak ke level 1,5% YoY yang merupakan langkah tercepat semenjak Oktober 2014. Ini juga menandakan bahwa prediksi inflasi AS akan mencapai 2% pada akhir tahun ini dapat tercapai. Sebagai salah satu indikator ekonomi yang menjadi perhatian The Fed, membaiknya data inflasi yang meningkat sesuai ekpektasi pasar dan The Fed membuat probabilitas kenaikan FFR target pada Desember meningkat menjadi 67,6% setelah rilis data inflasi dari sebelumnya 65,9%. Rangkaian debat calon presiden AS telah berakhir dengan hasil polling terakhir selisih antara Clinton dan Trump melebar sekitar 6,5% (48,5% vs 42,1%) untuk keunggulan Clinton. Dari tiga kali penyelenggaraan debat banyak pihak yang menilai bahwa Clinton jauh lebih unggul dibanding Trump. Namun walaupun dinilai kalah dalam debat, Donald Trump masih memiliki dukungan kuat dari masyarakat AS.
Munculnya kembali proteksionisme dan nasionalisme di tengah era globalisasi akan menjadi tantangan jika Trump terpilih menjadi Presiden, begitu pandangan dari Obama yang diulas oleh majalah The Economist. Risiko yang hampir sama dengan Brexit nampaknya dapat terjadi di AS setelah Trump muncul sebagai calon Presiden. Mencermati janji politik Trump yang akan memangkas pajak pendapatan menjadi 15% dan menawarkan program tax amnesty, nampaknya investor akan melakukan kalkulasi ulang. Pasar obligasi AS dikhawatirkan akan mengalami goncangan yang tidak hanya bersumber dari persepsi memburuknya disiplin fiskal pemerintah AS, tetapi dari dampak repatriasi seperti yang dilaporkan oleh Bahana TCW Investment Management dalam laporan mingguannya.
Risiko Pengetatan Likuiditas dan Disintegrasi Uni Eropa Kembali Menjadi isu Pasar
Fokus investor global saat ini terkosentrasi pada dua hal, pemilihan presiden AS yang akan dilakukan pada 8 November nanti dan isu Uni Eropa seperti potensi pengurangan stimulus, semakin skeptisnya masyarakat terhadap Uni Eropa dan referendum Italia pada 4 Desember nanti. Bila kita membandingkan kondisi Uni Eropa dan AS pada 2013 terdapat kesamaan dalam hal terus menurunnya jumlah pengangguran, maka wajar bila kita mendengar mulai adanya wacana tapering atau penarikan stimulus moneter. Namun dapat dikatakan kondisi yang dialami oleh Uni Eropa saat ini jauh lebih sulit. Selain menghadapi risiko pengetatan likuiditas dimana saat ini sudah seperti candu, adanya penambahan stimulus selalu disambut gembira oleh pasar, terdapat risiko lain seperti efektivitas dari stimulus itu sendiri yang membuat dipertanyakannya peran bank sentral dalam menstabilkan ekonomi. Risiko lebih besar yang dihadapi adalah semakin banyaknya masyarakat yang mempertanyakan sisi positif dari dibentuknya Uni Eropa, skeptimisme ini membuat partaipartai yang mendukung untuk keluar dari Uni Eropa semakin mendapat simpati dari masyarakat. Walaupun belum terdapat estimasi risiko akan pecahnya Uni Eropa namun dengan melihat besarnya pengaruh Uni Eropa dalam global ekonomi, maka apabila perpecahan yang tidak diharapkan terjadi dapat membuat guncangan ekonomi dan finansial yang sangat besar dan dapat memberikan efek sistemik pada perekonomian global. Rintangan akan keutuhan Uni Eropa akan kembali diuji melalui referendum konstitusi Italia yang akan dilaksanakan 4 Desember nanti, dimana Perdana Menteri Italia saat ini Matteo Renzi mempertaruhkan jabatannya bila referendum yang diajukan tidak mendapat dukungan masyarakat. Bila kemungkinan itu terjadi maka akan kembali dilakukan pemilu untuk memilih Perdana Menteri yang baru dan risikonya akan dimenangkan oleh partai yang mendukung untuk keluar dari Uni Eropa. Keluarnya Italia yang merupakan salah satu pendukung utama Uni Eropa akan menyebabkan risiko pecahnya Uni Eropa dan jatuhnya nilai mata uang Euro.
Market Perspective | Wealth Management Newsletter | Oktober 2016 | 3
Di balik cerita bombastis akan resmi melantainya Facebook, banyak investor yang mencibir akan harga jual Facebook terlalu mahal. Saat itu ditentukan harga saham Facebook per lembarnya dihargai dengan valuasi 100x P/E 12 bulan ke depan. Itu berarti menggunakan asumsi laba bersih dalam setahun ke depan. Padahal normalnya perusahaan yang akan IPO hanya dihargai 15-30x P/E. Dengan harga jual 100x P/E tentu terasa seperti penipuan. Manajemen Facebook berkilah wajar dihargai mahal karena menjanjikan pertumbuhan yang luar biasa.
Sumber: Bloomberg
Steepening Curve Sebagai Kebijakan Baru BOJ
Pada 21 September gubernur bank sentral Jepang, Haruhiko Kuroda memperkenalkan strategi kebijakan moneternya yang baru. Bila sebelumnya diisukan Kuroda akan membawa kebijakan Negative Interest Rate Policy (NIRP) pada level yang lebih dalam namun tidak disetujui parlemen, maka langkah yang dilakukan saat ini adalah menstabilkan yield obligasi 10 tahun pemerintah Jepang di level 0%. Sejak strategi ini diumumkan yield obligasi pemerintah Jepang turun dari level -0,08% ke -0,04% saat ini. Dengan strategi ini BOJ hendak membuat yield curve Jepang menjadi steepening, di mana lebih merefleksikan kondisi ekonomi yang lebih sehat dan memberikan insentif bagi yang memegang tenor panjang karena mendapatkan yield yang lebih tinggi. Sebelumnya yield curve flat di mana bunga untuk tenor pendek dan panjang relatif sama sehingga tidak menarik berinvestasi di tenor yang lebih panjang.
Setelah melalui berbagai macam pro dan kontra akhirnya Facebook resmi melantai pada Mei 2012 dengan harga USD38. Dalam beberapa bulan pertama harga sahamnya terjungkal sampai ke USD18, seolah menjustifikasi harganya yang terlalu mahal. Setelah 4 tahun berlalu tahukah kalian berapa harga saham Facebook sekarang? USD130!! Naik 3,5x!!. Bahkan yang lebih luar biasanya lagi adalah kenaikan laba bersih perusahaan Facebook dari tahun 2012 mencapai 100x lipat!!! Luar biasa bagaimana Facebook mampu merealisasikan ekspektasi investor yang begitu tinggi. Tentu ada alasan kuat mengapa investor menghargai valuasi Facebook begitu mahal, karena menjanjikan pertumbuhan yang luar biasa.
Kenaikan Harga Saham & Laba Bersih Facebook
Walaupun BOJ menyatakan menyediakan dana USD770 Miliar setiap tahunnya untuk program stimulus membeli aset berisiko seperti obligasi negara, namun dengan strategi mempertahankan yield obligasi 10 tahun di level 0% menandakan BOJ tidak memerlukan semua dana tersebut untuk digelontorkan ke pasar. Sementara berita dari Tiongkok, resmi masuknya mata uang Renmimbi menjadi salah satu Special Drawing Right (SDR) membuat permintaan akan obligasi pemerintah semakin meningkat. Saat ini kepemilikan investor asing pada obligasi Tiongkok hanya mencapai 2% karena ketatnya peraturan dari pemerintah seperti larangan untuk bebas menjual kembali. Meningkatnya permintaan pada aset berisiko Tiongkok akan semakin menurunkan capital outflow yang terjadi selama beberapa waktu belakangan ini.
Equity Market OUTLOOK Price Indicate Real Value
Tahun 2012 merupakan salah satu tahun yang paling luar biasa untuk perusahaan online, pada tahun tersebut Facebook resmi mengajukan proposal untuk IPO dan merupakan salah satu IPO perusahaan online dengan nilai terbesar dalam sejarah.
Sumber: Bloomberg
Seperti halnya Facebook, dilihat dari faktor valuasi seperti P/E (perbandingan laba bersih terhadap harga saham) dan P/B (perbandingan nilai buku terhadap harga saham) IHSG saat ini dihargai premium dibandingkan bursa negara lainnya. Bila value menggambarkan kondisi fundamental perusahaan atau indeks saat ini, maka price menurut Milton Friedman memberikan informasi yang dimiliki. Mengapa harga IHSG lebih tinggi dari lainnya? Ini memberikan infomasi bahwa ekspektasi pertumbuhan IHSG yang akan lebih baik dari negara lain. Tingginya harga IHSG dapat memberikan informasi mengenai kondisi IHSG saat ini. Informasi ini mungkin saja bukan hanya karena ekspektasi pertumbuhan IHSG yang lebih baik dari negara lain namun karena faktor likuiditas
4 | Market Perspective | Wealth Management Newsletter | Oktober 2016
yang membanjiri pasar global saat ini dan pada akhirnya mengarah kepada emerging market yang memberikan yield dan potensi pertumbuhan lebih baik.
Angka yang luar biasa besar ini jelas mengejutkan semua kalangan. Tidak ada yang menyangka deklarasi aset dapat mencapai sedemikian besar, ditambah saat ini baru periode pertama, masih ada 2 periode lagi hingga berakhir di bulan maret 2017. Sebagai perbandingan saja, dengan memiliki aset senilai Rp20 Triliun saja maka sudah tercatat 10 orang terkaya Indonesia. Sementara saat ini tiba-tiba ada aset senilai Rp3.800 Triliun baru dideklarasikan. Besarnya nilai aset yang dideklarasikan tentu akan mengubah peta orang terkaya Indonesia dari yang lazim kita ketahui.
Bila kita berpikir skeptis hal yang sama juga terjadi pada Facebook. Ketika dijual dengan valuasi 100x P/E banyak alasan negatif kenapa dihargai semahal itu, seperti Mark Zuckerberg dan investor yang hendak exit melalui IPO atau karena memanfaatkan labelnya sebagai perusahaan online sehingga mudah mengiming-imingi potensi pertumbuhan yang luar biasa. Apapun pendapat skeptis saat itu namun faktanya Facebook sukses membuktikan potensi itu dapat terealisasi. Sebagai hadiahnya, harga saham USD38 yang saat itu dikatakan luar biasa mahal dan tidak masuk akal, terasa sangat murah saat ini ketika harganya mencapai USD130 hanya dalam jangka waktu 4 tahun saja. Belajar dari pengalaman Facebook maka premium-nya harga IHSG saat ini justru dapat disikapi secara positif. Terdapat beberapa alasan mengapa IHSG layak dihargai mahal seperti konsensus meyakini laba bersih IHSG dapat naik 18% di 2017, return on equity IHSG salah satu yang tertinggi, emiten baru memulai ekspansinya lagi terefleksi dari rencana belanja modal yang meningkat tahun depan. Ekspansi ini merupakan momentum yang tepat ketika suku bunga telah turun signifikan dan rasio hutang emiten IHSG salah satu yang terendah di kawasan. Faktor lainnya yang membuat IHSG premium bila kita analisa lebih mendalam dampak tingginya valuasi saham Unilever dan Sampoerna yang memberikan kontribusi besar pada pembobotan IHSG. Walaupun harga premium menunjukkan potensi menarik pada IHSG, namun kita juga harus berhati-hati bila ekspektasi yang sedemikian tinggi tidak mampu direalisasikan dapat membuat IHSG terjatuh lebih dalam. Perlu kita cermati perkembangan ekonomi Indonesia, seperti realisasi pembangunan infrastruktur, karena juga merefleksikan pertumbuhan pada IHSG.
Suksesnya Program Tax Amnesty Tahap Pertama
Setelah dilanda euforia yang luar biasa disetujuinya program tax amnesty oleh DPR, perlahan-lahan investor dilanda kecemasan karena penerimaan tax amnesty yang begitu rendah pada 2 bulan pertama, hanya sekitar Rp5 Triliun, sangat jauh dari target pemerintah penerimaan sebesar Rp165 Triliun dan deklarasi sebesar Rp4.000 Triliun. Bank Indonesia yang umumnya menenangkan pasar pada situasi ini malah ikut memperkeruh keadaan dengan menurunkan ekspektasi penerimaan tax amnesty dari Rp 50 Triliun menjadi Rp21 Triliun saja. Namun dalam setengah bulan menjelang batas akhir program tax amnesty tahap I ditutup penerimaan meningkat pesat. Bila dalam 2,5 bulan pertama pertama penerimaan hanya berkisar IDR 25 triliun, maka dalam setengah bulan hingga penutupan total penerimaan melonjak hingga Rp97 Triliun!!
Top 5 Negara Asal Repatriasi dan Deklarasi Aset No
Top 5 Origins of repatriated asset
Amount (in Rp tn)
1
Singapore
77.4
55.2
2
Cayman Island
16.5
12.2
3
Hong Kong
14.0
10.3
4
China
3.6
2.6
5
Virgin Island (British)
2.3
1.7
No
Top 5 Origins of off-shorerepatriated asset
1
Singapore
2
Amount (in Rp tn)
Share of total (%)
Share of total (%)
631.3
67.4
Virgin Island (British)
71.7
7.7
3
Cayman Island
52.5
5.6
4
Hong Kong
37.9
4.0
5
Australia
32.1
3.4
Sumber: Mandiri Sekuritas, Kemenkeu
Status Investment Grade dari S&P Hanya Tinggal Menunggu Waktu
Suksesnya program tax amnesty ini meningkatkan kepercayaan investor bahwa valuasi premium IHSG saat ini terjustifikasi. Dengan deklarasi aset senilai Rp3.800 Triliun akan meningkatkan rasio penerimaan pajak terhadap PDB yang selama ini hanya berkisar 10-11% di bawah rata-rata dibandingkan negara ASEAN lainnya. Dengan penerimaan yang telah mencapai hampir Rp100 Triliun membuat pemerintah tidak perlu untuk memangkas anggaran belanja terutama untuk belanja infrastruktur. Defisit fiskal yang menjadi perhatian credit rating agency, S&P, telah teratasi dan tinggal menunggu waktu untuk Indonesia mendapatkan investment grade dari S&P. Sementara efek terbesar yang akan didapat adalah meningkatnya konsumsi masyarakat Indonesia dalam jangka panjang dan memberikan multiplier effect pada perekonomian. Dilihat dari faktor domestik saat ini dapat dikatakan hampir tidak ada isu negatif yang dapat membuat pasar terkoreksi. Kenaikan laba bersih 2016 yang masih single digit telah diekspektasikan oleh pasar dan saat ini lebih berfokus pada potensi kenaikan laba pada 2017. Risiko yang lebih besar datang dari faktor global. Dengan potensi kenaikan suku bunga AS (FFR target) pada Desember nanti perlu diperhatikan bagaimana potensi kenaikan selanjutnya di 2017, karena sampai saat ini pasar belum mem-price-in
Market Perspective | Wealth Management Newsletter | Oktober 2016 | 5
potensi kenaikan FFR di 2017. Sementara risiko tightening juga datang dari Uni Eropa di mana beberapa riset global mengekspektasikan akan mulai dilakukan di tahun 2017.
Sedangkan dari dalam negeri sendiri kondisi makroekonomi yang terus membaik masih mendukung adanya penguatan di pasar obligasi.
Rasio Penerimaan Pajak Terhadap PDB Indonesia 13.5
pihak yang menilai bahwa Inggris lebih memprioritaskan kedaulatan negaranya yakni melakukan pembatasan imigran daripada akses menuju pasar bersama Uni Eropa, atau lebih dikenal dengan proses Hard Brexit.
(%)
13.0
Meskipun mengalami kenaikan, inflasi Indonesia bulan September yang tercatat sebesar 3,07% YoY masih berada di sekitar batas bawah target Bank Indonesia sebesar 3%-5% pada tahun ini.
12.5 12.0 11.5 11.0 10.5
2017F
2015
2016F
2014
2013
2012
2011
2010
2009
2008
2007
2006
2005
2004
2003
2002
2001
10.0
Sumber : CEIC, CLSA, Kemenkeu
BOND Market OUTLOOK Volatilitas dan Ketidakpastian Global Belum Berakhir
Kondisi pasar obligasi jangka pendek masih akan dibayangi oleh ketidakpastian global baik yang berasal dari AS maupun zona Eropa meskipun kondisi perekonomian domestik perlahan mengalami perbaikan. Dari Negeri Paman Sam, meskipun pada bulan September The Fed memutuskan untuk tidak menaikkan FFR target, namun The Fed memberikan sinyal bahwa kemungkinan kenaikan FFR target hanya akan terjadi satu kali pada tahun ini, di mana para analis meyakini akan dilakukan pada pertemuan Desember. Inflasi AS bulan September yang mengalami perbaikan menjadi 1,5% YoY semakin menguatkan kemungkinan kenaikan FFR target pada bulan Desember. Ekspektasi kenaikan FFR target memicu kenaikan yield UST tenor 10 tahun hingga sempat mencapai 1,81% sepanjang Oktober. Kenaikan yield UST ikut memicu kenaikan yield negara lainnya termasuk Indonesia. Dari Zona Eropa, Inggris masih menyumbang ketidakpastian global akibat belum stabilnya kondisi politik pasca hasil referendum untuk keluar dari Uni Eropa. Pernyataan Perdana Menteri Theresa May pada awal Oktober yang menyampaikan akan memulai pelaksanaan Article 50 Perjanjian Uni Eropa yang menjadi landasan legal Brexit lebih cepat dari perkiraan sempat membuat pasar bergejolak. Theresa May ingin memberikan kebebasan bagi perusahaanperusahaan Inggris untuk melakukan perdagangan dan bisnis di pasar tunggal dan memperlakukan hal yang sama dengan Negara di wilayah Eropa. Dengan demikian banyak
Inflasi yang rendah menjadi salah satu alasan Bank Indonesia kembali memotong suku bunga acuannya (7 days reverse repo rate) sebanyak 25bps menjadi 4,75% dari 5,00% pada RDG Bank Indonesia bulan Oktober. Selain itu cadangan devisa juga terus meningkat ke level USD115.67 Miliar pada September dari USD113.54 Miliar seiring dengan stabilnya nilai tukar rupiah. Ditambah melebarnya surplus neraca perdagangan September menjadi USD1.22 Miliar dari sebelumnya hanya USD294 Juta. Walaupun kinerja impor yang turun cukup dalam -2,26% YoY namun kinerja ekspor yang membaik menjadi -0,59% YoY dapat menopang perbaikan neraca perdagangan Indonesia. Pemerintah melalui Menteri Keuangan juga melakukan pendekatan kepada lembaga pemeringkat S&P untuk meyakinkan lembaga tersebut untuk menaikkan peringkat Indonesia menjadi investment grade dengan keberhasilan program tax amnesty dan perbaikan dalam struktur APBN menjadi alasan utama. Dari semua sentimen yang ada di pasar saat ini, nampaknya investor, khususnya investor asing, masih lebih memilih untuk bersikap wait & see untuk kembali mengoleksi obligasi Indonesia. Nampak ketidakpastian global lebih mendominasi dalam pengambilan keputusan investasi ketimbang positifnya sentimen dari domestik. Terlihat dari yield SUN tenor 10 tahun yang bergerak naik pada kisaran 7,02% hingga 7,15% sepanjang Oktober. Dari segi kepemilikan investor asing terhadap obligasi pemerintah Indonesia pun mengalami penurunan. Data hingga 21 Oktober 2016 investor asing membukukan penjualan bersih sebesar Rp 11.49 Triliun sepanjang Oktober dengan penurunan persentase kepemilikan menjadi 38,78% dari 39,16% pada akhir September. Investor asing masih menjadi harapan untuk menjadi penggerak pasar obligasi domestik ke arah positif setelah ketidakpastian global menjadi lebih jelas. Sebab investor domestik, khususnya Institusi Keuangan Non-Bank (INKB) sepertinya sudah mencapai porsi untuk memenuhi kewajibannya berinvestasi pada obligasi pemerintah pada tahun ini.
6 | Market Perspective | Wealth Management Newsletter | Oktober 2016
Faktor utama rally yang terjadi pada indeks di berbagai belahan dunia, dan spekulasi akan semakin dikuranginya stimulus perlahan-lahan dapat mengurangi likuiditas global dan menganggu keseimbangan sektor finansial.
Risks To Watch Berikut ini adalah beberapa risiko yang perlu kita waspadai dalam beberapa bulan ke depan: Walaupun sejauh ini gubernur ECB, Mario Draghi belum mengeluarkan pernyataan akan dimulainya tapering, namun pelaku pasar tampak mulai mengantisipasi risiko ini, terutama pada ECB meeting di Desember nanti. Melihat faktor utama rally yang terjadi pada indeks di berbagai belahan dunia karena melimpahnya likuiditas global dan sebagian besar masuk ke financial asset, maka spekulasi akan semakin dikuranginya stimulus perlahan-lahan dapat mengurangi likuiditas global dan dapat menganggu keseimbangan sektor finansial. Referendum konstitusi Italia yang akan dilaksanakan pada 4 Desember dapat mengakibatkan mundurnya Perdana Menteri saat ini Matteo Renzi dan memberikan peluang naiknya pendukung anti Uni Eropa sebagai Perdana Menteri yang baru. Hal ini dapat menyebabkan risiko disintegrasi pada Uni Eropa. Kenaikan suku bunga AS pada Desember nanti telah diekspektasikan oleh pasar, terefleksi dari indeks USD yang telah menguat hingga menyentuh angka 98. Catatan yang perlu diperhatikan adalah hints dari Janet Yellen bagaimana potensi kenaikan suku bunga di 2017. Dengan status AS sebagai negara dengan ekonomi terbesar di dunia maka pemilihan Presiden yang akan diselenggarakan pada bulan November nanti akan menyedot perhatian dunia. Pasar menantikan kebijakan yang akan diterapkan dari para calon Presiden tersebut. Meningkatnya potensi kemenangan kandidat yang cenderung untuk proteksionis, tidak pro pasar bebas, dan rencana menaikkan suku bunga secara agresif dapat meningkatkan ketidakpastian terutama untuk emerging market.
Rekomendasi Investasi Pada pasar Saham, kembali dibahasnya potensi kenaikan suku bunga AS dan spekulasi tidak akan diperpanjangnya stimulus moneter oleh bank sentral Eropa meningkatkan ketidakpastian pasar global. Namun kami tetap meyakini kenaikan suku bunga AS hanya akan terjadi 1x tahun ini, karena dengan kondisi pasar global yang masih rapuh, sementara angka inflasi AS juga belum stabil maka menaikkan suku bunga secara agresif sangat berisiko pada kestabilan ekonomi. Sementara dengan inflasi Eropa hanya 0,2% dan masih berada dalam fase downtrend, kecil kemungkinan tapering dilakukan dalam waktu dekat. Ditopang cukup baiknya penerimaan tax amnesty yang telah mencapai Rp97.7 Triliun hingga 21 Oktober, kami tetap menilai positif pada IHSG hingga akhir tahun. Namun dengan IHSG yang telah mengalami kenaikan cukup signifikan maka cukup wajar bila terjadi koreksi sehat, merupakan strategi yang bijak bila menyisihkan 10-20% dana kas untuk kembali diinvestasikan bila terjadi koreksi. Secara jangka panjang kami masih tetap bullish pada equity dan memberikan rekomendasi aset alokasi 50% seimbang dengan obligasi. Pada pasar obligasi, volatilitas diprediksi masih akan terjadi dalam waktu dekat hingga ketidakpastian global mereda. Hasil pemilihan Presiden AS yang akan diselenggarakan pada awal November akan memberikan arah yang lebih jelas bagi investor obligasi kedepannya. Seperti yang sudah diulas bahwa perbaikan kondisi makroekonomi Indonesia dan kebijakan Bank Indonesia yang mendukung pertumbuhan ekonomi masih dapat menopang penurunan yield obligasi ke depan. Dalam jangka panjang Kami masih mempertahankan pandangan positif Kami terhadap pasar obligasi dengan merekomendasikan alokasi aset pada instrumen obligasi sebesar 50% dari total portoflio.
Market Perspective | Wealth Management Newsletter | Oktober 2016 | 7
ANALISA VALAS Dollar melemah terhadap mata uang utama lainnya pada awal November karena investor yang mempertimbangkan pengumuman keputusan kebijakan moneter dari Federal Reserve, fokus data tenaga kerja dan ketidakpastian prediksi hasil pemilu Presiden AS. Indeks dollar AS, yang mengukur kekuatan greenback terhadap enam mata uang utama, turun ke 98.24. Indeks menguat sekitar 3% di bulan Oktober di tengah ekspektasi untuk kenaikan suku bunga Fed di bulan Desember, meskipun sempat melemah pada hari Jumat setelah FBI mengatakan bahwa mereka akan mereview kembali lebih banyak surat elektronik yang terkait dengan surat elektronik pribadi yang digunakan Hillary Clinton semasa dia menjabat sebagai Menteri Luar Negeri. Berita tersebut telah memicu ketidakpastian terbaru terhadap prospek pemilihan Clinton menjelang pemilu 8 November, di tengah ketakutan atas implikasi dari kemenangan dari kandidat dari Partai Republik Donald Trump.
USD/IDR Pergerakan USD/IDR hingga akhir Oktober 2016 tergolong cukup stabil dengan range antara 12955-13090. Laju inflasi sedikit mengalami percepatan di kisaran level 3,31% dibanding sebelumnya di 3,07%, BI memutuskan menurunkan BI 7-day Reverse Repo Rate sebesar 25 bps dari 5,00% menjadi 4,75%. BI berargumen kredit yang lambat membutuhkan dorongan tambahan. BI juga lebih pesimistis terhadap capaian pertumbuhan PDB yang hanya akan di bawah 5% pada akhir tahun. Fokus selanjutnya akan kembali tertuju pada pembahasan RAPBN 2017 serta pencapaian tax amnesty periode II. Data ekonomi terdekat adalah GDP Q3 2016
yang sejauh ini memperkirakan perekonomian Indonesia akan cenderung melambat. Dana repatriasi Tax Amnesty sudah mencapai Rp143 Triliun dan Deklarasi dalam dan luar negeri sudah mencapai Rp4.872 Triliun. Kemungkinan besar fokus market sementara akan beralih pada peluang kenaikan suku bunga USD di desember dan berpotensi membuat IDR cenderung melemah. Diperkirakan nilai tukar Rupiah akan cenderung melemah di rentang 13.000-13.250 pada kisaran bulan November ini.
AUD/USD Pada bulan Oktober ini AUD bergerak stabil dengan range 0.7505-0.7735, suku bunga RBA kembali dipertahankan di level terendah di 1.50% dengan indikasi ekonomi Australia yang menunjukkan adanya kenaikan momentum. Hal ini memberikan ekspetasi ke market bahwa suku bunga akan bertahan di level sekarang sampai akhir tahun. CPI y/y dirilis naik di 1,3% dari sebelumnya di 1% dan tingkat pengganguran stabil di 5,6%. Untuk jangka waktu pendek AUD masih cenderung akan menguat terhadap mata uang lainnya, akan tetapi untuk jangka
menengah masih cenderung melemah dikarenakan prospek kenaikan suku bunga US sampai akhir tahun cukup menyita perhatian market. Untuk jangka pendek AUD masih berpotensi menguat terbatas ke level 0.7730. Diperkirakan AUD/USD akan cenderung bergerak dengan rentang 0.7500-0.7730 pada kurun waktu bulan November 2016.
EUR/USD Nilai tukar Euro terhadap USD bergerak stabil di range 1.08501.1280 dengan kecenderungan melemah di bulan Oktober, dipicu oleh ketidakjelasan arah kebijakan ECB selanjutnya untuk tahun depan pada saat program stimulusnya berakhir di maret 2017 mengakibatkan EUR bergerak melemah terhadap USD. Ditambah lagi dengan ketidakjelasan perundingan
antara Uni Eropa dan Inggris mengenai Brexit di mana ini bisa berpotensi menekan EUR lebih lanjut. Diperkirakan EUR/USD akan cenderung bergerak dalam rentang 1.0950-1.1200 pada kurun waktu bulan November 2016 dengan kecenderungan menguat dulu.
8 | Market Perspective | Wealth Management Newsletter | Oktober 2016
GBP/USD Poundsterling bergerak fluktuatif di bulan Oktober ini dengan range 1.1840-1.3045 dengan pelemahan yang signifikan disebabkan oleh makin jelasnya prospek kenaikan suku bunga US sampai akhir tahun disertai juga dengan buntunya proses negosiasi antara Uni Eropa dan Inggris yang banyak membahas mengenai masalah imigran dan perdagangan bebas Eropa. Market memprediksi potensi “hard brexit” bisa terjadi dimana
Inggris keluar dari Uni Eropa tanpa berhasil menegosiasikan apapun dimana pasal 50 Perjanjian Lisbon bisa dikeluarkan di kisaran Q1 2017. Diperkirakan GBP/USD akan cenderung bergerak dalam rentang 1.2100-1.2350 pada kurun waktu bulan November 2016.
USD/JPY JPY bergerak fluktuatif dengan range 100.10-105.50 di bulan Oktober ini. BoJ memberikan indikasi bahwa target inflasi 2% diperkirakan akan tercapai di tahun fiskal 2018, di mana tahun fiskal dimulai sejak April 2018. Perkiraan baru memberi sinyal ke market bahwa BoJ bersedia untuk mentolerir kemajuan lambat tanpa menambah stimulus dan menimbulkan pertanyaan tentang kelangsungan kebijakan, karena mungkin saja diperlukan untuk melanjutkan stimulus moneter besar-
besaran ala Kuroda bahkan setelah ia meninggalkan posisinya saat ini. Bank of Japan juga menyepakati suku bunga tetap di level -0,1% Diperkirakan USD/JPY akan cenderung bergerak dengan rentang 102.00-104.50 pada bulan November 2016 dengan kecenderungan JPY melemah terbatas.
Recommendation EUR/USD
GBP/USD
AUD/USD
Expected buying level
12.950 - 13.050
USD/IDR
1.1000 - 1.1050
1.2050 - 1.2150
0.7500 - 0.7600
101.50 - 102.50
Expected selling level
13.200 - 13.300
1.1250 - 1.1300
1.2350 - 1.2450
0.7700 - 0.7800
104.00 - 104.50
Long profit taking
13.200 and above
1.1250 and above
1.1230 and above
0.7700 and above
104.00 and above
Short profit taking
13.050 and below
1.1050 and below
1.2150 and below
0.7600 and below
102.50 and below
Long cut loss
12.850 - 12.900
1.0900 - 1.0950
1.1900 - 1.2000
0.7400 - 0.7450
100.050 - 101.00
Short cut loss
13.350 - 13.400
1.1350 - 1.1400
1.2500 - 1.2550
0.7850 - 0.7900
105.00 - 1045.50
Entry Point Profit Taking Cut Loss
*Data di atas hanya bersifat indikatif dan dapat berubah sewaktu-waktu tergantung kondisi pasar.
USD/JPY
Disclaimers Kecuali dinyatakan lain, semua data bersumber dari berita media massa, dan tidak diterbitkan oleh PT Bank Commonwealth (PTBC). PTBC harus dijamin untuk dibebaskan dari tanggung jawab, termasuk tetapi tidak terbatas pada penuntutan hukum oleh pihak ketiga. PTBC beserta direkturnya, karyawannya dan perwakilannya dalam Lampiran ini selanjutnya bersama-sama disebut sebagai “Grup”. Laporan ini diterbitkan semata-mata untuk tujuan informasi dan tidak boleh ditafsirkan sebagai suatu ajakan atau penawaran untuk membeli efek atau instrumen keuangan. Laporan ini telah disusun tanpa mempertimbangkan tujuan, situasi keuangan dan kapasitas untuk menanggung kerugian, pengetahuan, pengalaman atau kebutuhan orang-orang tertentu yang mungkin menerima laporan ini. Tidak ada anggota dari Grup yang melakukan atau harus melakukan penilaian kelayakan atau penyesuaian laporan untuk penerima laporan ini yang karenanya tidak mendapat manfaat dari perlindungan peraturan dalam hal ini. Laporan ini bukan nasihat atau petunjuk. Semua penerima laporan ini harus, sebelum bertindak atas dasar informasi dalam laporan ini, mempertimbangkan kewajaran/kelayakan dan kesesuaian informasi, dengan memperhatikan tujuan-tujuan mereka sendiri, situasi keuangan dan kebutuhan, dan jika perlu mencari profesional yang tepat, memperhatikan kondisi valuta asing atau nasihat keuangan tentang isi laporan ini sebelum membuat keputusan investasi. Kami percaya bahwa informasi dalam laporan ini adalah benar dan setiap pendapat, kesimpulan atau rekomendasi yang cukup telah diadakan atau dibuat, berdasarkan informasi yang tersedia pada saat kompilasi, tetapi tidak ada pernyataan atau jaminan, baik tersurat atau tersirat, yang dibuat atau disediakan untuk akurasi, kehandalan atau kelengkapan setiap pernyataan yang dibuat dalam laporan ini. Setiap pendapat, kesimpulan atau rekomendasi yang ditetapkan dalam laporan ini dapat berubah sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan dan mungkin berbeda atau bertentangan dengan, kesimpulan, pendapat atau rekomendasi yang diungkapkan oleh Grup di tempat lain. Kami tidak berkewajiban untuk, dan tidak, memberitahukan perkembangan terkini atau harus terus mengikuti informasi terkini yang terdapat dalam laporan ini. Grup tidak menerima tanggung jawab untuk setiap kerugian atau kerusakan yang timbul akibat dari penggunaan seluruh atau setiap bagian dari laporan ini. Setiap penilaian, proyeksidan prakiraan yang terkandung dalam laporan ini didasarkan pada sejumlah asumsi dan perkiraan dan tunduk pada kontinjensi dan ketidakpastian. Asumsi dan perkiraan yang berbeda dapat mengakibatkan hasil material yang berbeda pula. Grup tidak mewakili atau menjamin bahwa salah satu proyeksi penilaian atau prakiraan, atau salah satu dasar asumsi atau perkiraan, akan dipenuhi. Kinerja masa lalu bukan merupakan indikator yang dapat diandalkan untuk kinerja masa depan. Grup tidak menjamin kinerja dari produk investasi atau pembayaran kembali modal dengan produk yang didistribusikan oleh PTBC. Investasi dalam produk ini bukan merupakan simpanan atau kewajiban lainnya dari Grup atau anak perusahaannya dan setiap jenis produk investasi memiliki risiko investasi termasuk hilangnya pendapatan dan modal yang diinvestasikan. Contoh yang digunakan dalam komunikasi ini hanya untuk ilustrasi. Semua materi yang disajikan dalam laporan ini, kecuali bila ditentukan lain, berada di bawah hak cipta Grup. Tak satu pun dari materi, maupun isinya, maupun salinannya, dapat diubah dengan cara apapun, ditransmisikan ke, disalin atau didistribusikan kepada pihak lain, tanpa izin tertulis dari perusahaan terkait yang menjadi bagian dalam Grup. Grup, berikut agennya, asosiasinya dan kliennya memiliki atau telah memiliki posisi panjang atau pendek pada efek atau instrumen keuangan lainnya yang disebut di sini, dan dapat setiap saat melakukan pembelian dan/ atau penjualan terhadap kepentingan atau surat berharga dalam kapasitasnya sebagai prinsipal atau agen, termasuk menjual atau membeli dari klien atas dasar pokok dan dapat terlibat dalam transaksi yang tidak konsisten dengan laporan ini. Silakan melihat website kami di www.commbank. co.id untuk informasi lebih lanjut. Jika Anda ingin berbicara dengan seseorang mengenai instrumen keuangan yang dijelaskan dalam laporan ini, silakan hubungi Call Centre kami di 15000 30 atau email kami di
[email protected].
10 | Market Perspective | Wealth Management Newsletter | Oktober 2016
BENEFITS
Hadir di lebih dari 25 kota di Indonesia
Dapat diakses di seluruh Jaringan A TM ATM Commonwealth Bank ATM Bersama ATM Prima / BCA
www.commbank.co.id
[email protected]
Commbank Mobile Ap p
Social Community CommbankID Commbank_ID Commbank_ID
Commonwealth Bank of Australia (CBA) G roup adalah bank terbesar di Australia dengan reputasi internasional berdasarkan market cap per Agustus 2014, rating AA yang hanya dimiliki oleh 16 bank di dunia be rdasarkan Fitch Ratings, Moody’s and Standa rd & Poor’s per 2013 dan juga salah satu dari 17 bank teraman di dunia versi majalah Global Finance 2013. CBA sudah be roperasi hampir satu abad lamanya, melayani lebih dari 10 juta nasabah di Australia, Selandia Baru, Amerika Serikat, E ropa, Jepang dan wilayah Asia Pasifik seperti Cina dan Vietnam. CBA Group di Australia kini memiliki 1.010 kantor cabang dengan didukung oleh 45.000 orang karyawan dan menawarkan beragam p roduk perbankan, investasi, asuransi, pialang dan jasa keuangan lainnya . Di Indonesia, kehadiran CBA G roup diwakili oleh tiga perusahaan, Commonwealth Bank di sektor perbankan, Commonwealth Life di b idang asuransi, dan First State Investments Indonesia di bidang manajemen investasi .
PT Bank Commonwealth adalah Bank yang te rdaftar dan diawasi oleh Otorita s Jasa Keuangan.