Wealth Management Newsletter - Mei 2016
GREETINGS
Nasabah yang terhormat, Terima kasih atas kepercayaan Anda menjadi Nasabah setia Commonwealth Bank. Pada edisi e-Market Perspective ini, kami mengulas mengenai pergerakan pasar selama bulan April 2016 yang terfokus pada berita dalam negeri yaitu data laporan keuangan emiten dan pertumbuhan ekonomi di kuartal 1 tahun 2016. Hasil yang kurang memenuhi ekspektasi pasar membuat pasar saham dan obligasi sedikit mengalami koreksi. Sementara dari luar negeri, harga minyak melanjutkan penguatannya ke level tertinggi tahun ini. Secara historis, penguatan harga minyak akan diikuti dengan pelemahan mata uang USD. Kondisi ini juga ditunjang lemahnya data ekonomi dan laporan keuangan emiten US. Kami melihat koreksi yang terjadi di pasar dalam negeri merupakan momentum dan kesempatan yang baik untuk membangun kembali portofolio investasi yang ideal sesuai dengan tujuan dan profil risiko Anda. Rencana Bank Indonesia untuk mengganti suku bunga acuan telah mengindikasikan penurunan suku bunga ke depannya. Dalam jangka panjang, kebijakan suku bunga yang rendah akan membuat laba bersih emiten meningkat dan hal ini sangat positif untuk pasar modal. Jika Anda membutuhkan informasi lebih lanjut mengenai strategi dan rekomendasi produk-produk investasi, Anda dapat menghubungi Relationship Manager kami di cabang terdekat.
Dewi Rustini Chief of Retail Banking
1
Equity Market Review – APRIL 2016 Di bulan April ini, bubble kecil yang terbentuk akibat ekspektasi pulihnya ekonomi Indonesia meletus. Bila di awal-awal bulan April IHSG sempat melonjak sampai ke level 4.914, perlahan ekspektasi pasar menyusut dengan melihat fakta rilis laporan keuangan emiten belum sebaik yang diharapkan terutama pada perusahaan dengan kapitalisasi besar. Dengan ekspektasi rata-rata analis mengharapkan laba bersih IHSG naik 8-12% tahun ini, fakta menunjukkan laba bersih dari emiten yang merepresentasikan 70% kapitalisasi IHSG menunjukkan kenaikan laba bersih hanya berkisar 5%. Melesetnya ekspektasi pasar mengakibatkan investor asing menggunakan momentum ini untuk merealisasikan keuntungan dari awal tahun. IHSG pun diakhir bulan April ditutup untuk pertama kalinya turun tipis -0,14% Agenda utama yang paling dinantikan investor global pada bulan April yaitu pertemuan negara produsen minyak berakhir anti klimaks. Harapan agar negara produsen minyak membatasi produksi demi mengatrol harga minyak gagal terlaksana. Arab Saudi sebagai negara produsen minyak terbesar di dunia dengan produksi harian yang mencapai 10 juta barrel per harinya menyatakan tidak akan membatasi produksi bila Iran tidak melakukan langkah serupa. Menariknya walaupun secara sentimen sangat negatif karena gagal membangun kesepakatan, dampaknya pada koreksi harga minyak sangat minim. Selama bulan April ini harga minyak justru terus mencatatkan penguatan dan menyentuh level tertinggi tahun ini di level USD45/barrel. Selama periode bulan April ini indeks MSCI world menguat 1,3% dan MSCI Emerging Market naik 0,4%. Untuk periode YTD sampai akhir April IHSG naik 4,5%, MSCI World turun -0,8%, dan MSCI Emerging Market naik 1,9%.
Crude Oil Speculative Net Long Position Increasing
Sebelum perusahaan di Indonesia merilis laporan keuangan, perusahaan-perusahaan di US terlebih dahulu merilis laporan keuangan Q1 2016. Perusahaan-perusahaan besar US seperti Apple mengalami kerugian akibat menguatnya USD dalam beberapa waktu belakangan ini. Hal ini selaras dengan ucapkan Gubernur The Fed, Janet Yellen yang tidak menghendaki kembali menguatnya USD karena memberi dampak buruk pada sektor manufaktur dan ekspor US. Sesuai ekspektasi pasar pada bulan April ini The Fed kembali mempertahankan suku bunga. Menurut pandangan mereka saat ini data ekonomi US masih terjadi dualisme. Disatu sisi terjadi penciptaan lapangan kerja yang cukup baik, data pengangguran US telah turun di level yang diharapkan. Sementara di sisi lain data manufaktur US masih belum menunjukkan perbaikan yang diharapkan. Ditambah kurang baiknya rilis laporan keuangan US semakin menjustifikasi belum pulihnya sektor manufaktur US. Di bulan April ini, data ekonomi Tiongkok berhasil menunjukkan data perbaikan ekonomi yang cukup menenangkan pasar. Data PMI Tiongkok di bulan April ini menunjukkan penguatan terbesar dalam 1 tahun terakhir. Selain itu capital outflow mulai menunjukkan perlambatan. Sementara harga properti di Tiongkok khususnya kota besar telah menunjukkan penguatan sepanjang tahun ini. Peningkatan harga perumahan merupakan salah satu indikator yang digunakan pemerintah Tiongkok untuk mengukur kondisi ekonomi.
Tiongkok Property Recovery 70
(contracts)
500,000
Stronger USD - Bad Luck for US Manufactures
Crude oil speculative net long positions
400,000
(%YoY) Shenzhen Shanghai Beijing Guangzhou
60 50
300,000
40
200,000
30 20
100,000
10
0
2016
2015
2014
2013
2012
2011
2010
2009
2008
2007
2006
2005
2004
2003
2002
2001
2000
Sumber: Bloomberg, CLSA, US CFTC
Jan-11 Mar-11 May-11 Jul-11 Sep-11 Nov-11 Jan-12 Mar-12 May-12 Jul-12 Sep-12 Nov-12 Jan-13 Mar-13 May-13 Jul-13 Sep-13 Nov-13 Jan-14 Mar-14 May-14 Jul-14 Sep-14 Nov-14 Jan-15 Mar-15 May-15 Jul-15 Sep-15 Nov-15 Jan-16 Mar-16
0 (10)
-100,000
Sumber: National Bureau of Statistics, CLSA
Market Perspective - Wealth Management Newsletter | Mei 2016
2
Bond Market Review – april 2016 Di bulan April ini The Fed kembali mempertahankan suku bunga di level 0,3%. Lemahnya data manufaktur dan ekspor US menjadi salah satu dasar keengganan The Fed kembali menaikkan suku bunga walaupun dilihat dari data penciptaan lapangan kerja saat ini sesungguhnya telah menunjukkan peningkatan yang diekspektasikan The Fed. Penguatan USD dalam beberapa tahun terakhir memberi dampak negatif pada sektor manufaktur US di mana mayoritas berorientasikan ekspor. Hal ini terlihat dari mengecewakannya rilis laporan keuangan perusahaan raksasa US seperti Apple yang mengalami penurunan laba bersih -18%.
Seperti telah diketahui The Fed kembali menahan kenaikan suku bunga US pada bulan April kemarin. Bila hanya berfokus pada inflasi yang saat ini telah mencapai 1% tanpa stimulus idealnya suku bunga juga dinaikkan setidaknya di level yang sama dengan inflasi dari level saat ini sekitar 0,3% untuk mencegah nilai aset terus terdilusi akibat termakan inflasi. Namun data ekonomi saat ini belum menunjukkan sinyal bahwa ekonomi US betul-betul siap menghadapi pengetatan uang beredar.
Pasar Obligasi Indonesia sempat menunjukkan penguatannya selama bulan April ini. Dengan ekspektasi inflasi di level 4% dapat tercapai, terefleksi dengan kembali terjadinya deflasi pada bulan April ini sebesar -0,45% dampak diturunkannya tarif BBM dan TDl membuat imbal hasil obligasi benchmark sempat turun dari level 7,66% menjadi 7,41% dipertengahan bulan. Namun pada akhir bulan yield kembali meningkat menjadi 7,74% akibat sentimen kurang baiknya rilis laporan keuangan IHSG dan pembahasan tax amnesty yang ditunda hingga 17 Mei.
Laba Bersih Dow Jones Terus menurun
Sampai akhir April ini pemerintah telah menerbitkan IDR317 Triliun SUN dari IDR532 Triliun yang ditargetkan. Strategi front loading ini dipandang perlu mengingat penerimaan negara melalui pajak sampai bulan april ini masih jauh dibawah ekspektasi pemerintah. Menariknya walaupun pemerintah begitu agresif menerbitkan surat hutang di awal tahun, namun hasilnya selalu terserap habis oleh pasar. Setelah lama dirumorkan akhirnya Bank Indonesia (BI) resmi mengumumkan perubahan suku bunga acuan dari BI rate menjadi reverse repo rate 7 day. Pergantian ini akan resmi dilakukan pada bulan Agustus 2016 nanti. Saat ini BI fokus untuk terlebih dahulu mensosialisasikan kebijakan ini pada para stakeholder. Di bulan April 2016, pasar Obligasi Indonesia berdasarkan Bloomberg Obligasi Indonesia (BINDO) mencatat kinerja positif 2,1%, melanjutkan tren positif bulan Februari 2016 dimana mengalami kenaikan 4,0%.
Global Market Outlook
Sumber: Bloomberg
Sejak 2013 para pelaku pasar telah mengantisipasi rencana The Fed menghentikan stimulus mencetak uang untuk membeli aset-aset berharga atau biasa dikenal Quantitative Easing. Pelaku pasar memahami setelah QE ini dihentikan maka langkah selanjutnya yang akan dilakukan The Fed adalah menaikkan suku bunga ke level yang wajar. Danadana asing pun keluar dari Emerging Market kembali ke US. Akibatnya terlihat penguatan pada mata uang dan bursa US. Namun besarnya capital inflow yang mengakibatkan penguatan USD berdampak buruk pada sektor manufaktur US yang pada umumnya ekspor. Penguatan yang terjadi membuat produk dari US menjadi lebih mahal dan menurunkan level kompetitif-nya. Memahami penguatan USD lebih lanjut akan berdampak buruk pada sektor manufaktur membuat The Fed sangat berhati-hati pada kenaikan suku bunga selanjutnya, terlebih kenaikan suku bunga pada Desember 2015 memberi pengaruh besar pada koreksi bursa global.
Classic Duel Between USD and Oil Setelah melalui periode bulan April di mana indeks negara maju dan negara berkembang mengalami kenaikan tipis, fokus pasar mengerucut pada 2 hal, kondisi supply & demand minyak dan rencana kelanjutan kenaikan suku bunga US. Pergerakan harga minyak selama ini selalu berbanding terbalik dari pergerakan USD. Setiap penguatan harga minyak maka akan disertai pelemahan USD.
Market Perspective - Wealth Management Newsletter | Mei 2016
Stronger Oil Price Imply Weakened USD
Berdasarkan data historical pergerakan harga minyak pada umumnya berbanding terbalik dengan USD. Dalam beberapa tahun terakhir hal ini masih tetap terjadi, penguatan USD bersamaan dengan pelemahan minyak akibat melimpahnya supply disertai penemuan shale gas di US dan melemahnya demand dari Tiongkok dan negara-negara maju.
3
Saat ini harga minyak telah mengalami rebound dari level terendahnya di USD27/barrel. Walaupun hasil pertemuan negara produsen minyak untuk mengatrol produksi berakhir anti klimaks namun harga minyak terus menguat hingga mencapai level tertinggi tahun ini USD 45/barrel. Pernyataan International Energy Agency (IEA) turut memperkuat argumen pemulihan harga minyak. Menurut pandangan mereka dengan terbatasnya eksplorasi dalam beberapa tahun terakhir justru terdapat risiko dapat membuat harga minyak naik terlalu cepat di akhir 2017 nanti. Banyaknya ladang minyak global yang baru memiliki nilai ekonomis ketika harga minyak di level USD50-60/ barrel membuat pelaku pasar meyakini angka ini akan menjadi resistant kuat untuk penguatan harga minyak. Dengan harga minyak terus mengarah pada penguatan maka dapat diimplikasikan USD akan melanjutkan pelemahannya dalam beberapa waktu kedepan, apalagi hal ini didukung pemerintah US sendiri untuk menguatkan sektor manufaktur.
Pergerakan Harga Minyak Berbanding Terbalik Dengan USD
Global Market Recover Along with The Declining of Macro Risk Index
Sumber: Bloomberg
At The Moment Indonesia Has Weak Correlation to Global Market Berdasarkan Citi Macro Risk index, indeks untuk mengukur perubahan risiko berdasarkan pergerakan harga aset yang sensitif terhadap risiko, saat ini risiko pasar global sudah mulai menurun dari level tertingginya di Februari kemarin. Penurunan risiko ini terjustifikasi dari penguatan indeks MSCI World & Emerging Market dari Februari kemarin. Dengan mulai menurunnya indeks Citi Macro Risk maka dapat dikatakan pada saat ini risiko pasar global sudah mulai menurun walaupun masih dalam kategori berisiko. Namun uniknya ketika Citi Macro Risk menurun dan indeks global rebound, IHSG malah konsolidasi bahkan terkoreksi di bulan April ini. Hal ini menunjukkan saat ini pergerakan IHSG memiliki korelasi yang lebih rendah terhadap pasar global, dan lebih sensitif terhadap isu domestik seperti data GDP, rilis laporan keuangan, tax amnesty.
Sumber: Bloomberg
Yuan Devaluation Risk Softening
equity Market Outlook
Setelah Tiongkok merilis data manufaktur yang meyakinkan bulan maret lalu maka pada rilis data manufaktur terakhir untuk bulan April mengalami sedikit penurunan dari sebelumnya 50,2 menjadi 50,1. Angka ini masih menunjukkan sinyal adanya ekspansi pada manufaktur Tiongkok. Sementara capital outflow terlihat mulai melambat setelah mengalami penurunan sampai di level terdalam pada Februari kemarin.
“It’s not the customer’s job to know what they want”
Secara overall, Tiongkok menunjukkan ekonomi mereka saat ini lebih stabil. Dengan ekspektasi pertumbuhan pemerintah Tiongkok yang relatif konservatif pertumbuhan GDP 6,7%, saat ini objektif yang ditargetkan pemerintah tercapai. Dengan terpenuhinya ekspektasi pemerintah Tiongkok maka dapat mengurangi risiko devaluasi mata uang secara signifikan seperti yang dilakukan pada akhir tahun kemarin dan menyebabkan fluktuasi pada emerging market.
Di masa kritis ini mantan pemilik perusahaan kembali pada perusahaan yang didirikannya ini. Dia memutuskan untuk melakukan re-branding. Memfokuskan produk pada apa yang dibutuhkan penggunanya. Sisanya adalah sejarah, perusahaan ini meroket bahkan melampaui masa keemasannya pada masa lampau. Tentunya semua orang saat ini tahu dengan logo perusahaan ini buah apel yang telah digigit separuhnya.
Pada suatu waktu, salah satu perusahaan yang pernah menjadi raksasa bisnis terpuruk menuju kebangkrutan. Produk yang mereka luncurkan gagal memberi pengaruh pada pasar, penjualan terus menurun hingga kebangkrutan tinggal menunggu waktu.
Market Perspective - Wealth Management Newsletter | Mei 2016
4
Penjualan Apple Meroket Setelah Memfokuskan Inovasi Dengan Basis Customer Orientation $150
Deposit Facility O/N
BI Rate (1 year)
JIBOR
10 9
$125 2002-2011: The growth era. From $6 B to $12 B in annual sales...more than 20x growth.
$100 $75
BI Rate Kurang Efektif Sebagai Suku Bunga Acuan
2001: The last year that Apple sales shrank
The O/N interbank rate no longer follow BI Rate, instead it has been following BI Deposit Facility O/N rate
8 7 6 5
$50
4 $25
Jul-15
Dec-15
Feb-15
Apr-14
Sep-14
Nov-13
Jan-13
Jun-13
Aug-12
Oct-11
Mar-12
May-11
Jul-10
Dec-10
Feb-10
Apr-09
Sep-09
‘97 ‘98 ‘99 ‘00 ‘01 ‘02 ‘03 ‘04 ‘05 ‘06 ‘07 ‘08 ‘09 ‘10 ‘11
Nov-08
Jan-08
3 Jun-08
$0
Sumber: Deutsche Bank Securities, Bloomberg, BI
Steve
iPod
iPhone
iPad
Sumber: Media
Tentu berlebihan bila menyamakan inovasi spektakuler pada Apple dahulu dengan kebijakan baru yang dilakukan Bank Indonesia (BI) saat ini untuk mengganti suku bunga acuan dari BI rate menjadi Reverse Repo 7 hari. Namun ada kesamaan visi pada keduanya, yaitu melakukan re-branding dan memfokuskan pada apa yang dibutuhkan penggunanya. Bila Apple customernya adalah masyarakat umum. Maka customer dari BI adalah perbankan. Steve Job pernah satu kali berkata “ it’s not the customer job to know what they want”, bukanlah tugas customer untuk mengetahui apa yang mereka inginkan. Perusahaanlah yang bertanggung jawab untuk menciptakan produk yang diinginkan customer. Dalam hal ini perusahaan yaitu Bank Indonesia bertanggung jawab untuk mengeluarkan produk yang diinginkan customernya. Setelah melakukan analisa yang mendalam Bank Indonesia memandang kebijakan penggunaan BI rate sebagai bunga acuan tidak lagi relevan dan gagal memberi pengaruh pada pasar uang. Terdapat beberapa alasan mengapa BI mengganti suku bunga acuan BI Rate yang telah digunakan sejak lama.
Pada praktiknya di negara lain juga lebih umum menggunakan suku bunga acuan dengan tenor pendek dari 1 hari sampai 3 bulan. Beberapa negara seperti Swedia dan Ceko juga menggunakan Reverse Repo Rate seperti yang akan digunakan Indonesia saat ini. Seperti kita ketahui, pada dasarnya perubahan kebijakan mengganti suku bunga acuan menjadi reverse repo 7 hari juga bertujuan untuk menekan suku bunga kredit, selaras dengan apa yang dicanangkan pemerintah untuk menurunkan cost of fund perusahaan-perusahaan di Indonesia agar dapat menjadi lebih kompetitif dengan produk luar negeri.
The Little Bubble Finally Burst Di awal 2016 ini IHSG bergerak anomali dari pasar global. Bila pasar global dilanda ketakutan resesi dunia sehingga mengakibatkan bursa terkoreksi dalam, maka pada saat yang sama IHSG malah mampu mencatatkan kenaikan. Optimisme semakin membumbung tinggi ketika rilis data GDP Q4 2015 keluar menunjukkan kenaikan 5,04% YoY. Para pelaku pasar semakin optimis sekarang adalah momentum reboundnya IHSG. Kebanyakan analis berpendapat laba bersih IHSG dapat tumbuh setidaknya 10% YoY.
Alasan pertama karena BI rate tidaklah diperdagangkan pada instrumen manapun sehingga tidak memberi pengaruh langsung pada kegiatan pasar uang. P/E dan ROE IHSG dari Q3 2011 – Q1 2016 Alasan kedua, data menunjukkan sejak 2010 rate overnight interbank tidak lagi mengikuti pergerakan BI rate. Ini menunjukkan semakin kecilnya pengaruh BI rate pada perbankan.
30 25 20 15 10 5
ROE Sumber: Bloomberg diolah oleh Commonwealth
Market Perspective - Wealth Management Newsletter | Mei 2016
P/E
Q12016
Q42015
Q32015
Q22015
Q12015
Q42014
Q32014
Q22014
Q12014
Q42013
Q32013
Q22013
Q12013
Q42012
Q32012
Q22012
Q12012
Q42011
0 Q32011
Alasan ketiga aktivitas antar bank selama ini lebih terfokus pada tenor-tenor jangka pendek, sehingga suku bunga acuan 1 tahun BI rate tidak efektif dalam merepresentasikan kondisi pasar uang sesungguhnya.
5
Harapan pada pulihnya ekonomi Indonesia membawa IHSG naik sampai ke 4.914 atau naik 7% YTD. Namun perlahan -lahan optimisme ini luntur. Dari mayoritas emiten yang telah merilis laporan keuangan Q1, kenaikan laba bersih IHSG hanya mencapai 5%, atau setengah dari ekspektasi para analis. Melesetnya kinerja Q1 dan pertumbuhan GDP menyebabkan investor asing melakukan aksi jual hingga net sell IDR4 triliun dalam beberapa hari. IHSG pun terkoreksi sampai ke level 4.749 atau +3,4% YTD.
Dikupas lebih dalam, sesungguhnya kinerja Q1 yang kurang baik lebih banyak disebabkan oleh sektor perbankan yang mendapatkan tekanan untuk menurunkan Net Interest Margin, dan grup Astra yang mengalami imbas jatuhnya penjualan alat berat yang memiliki eksposur tinggi pada sektor komoditi.
Dilihat dari valuasi historical dapat dikatakan IHSG saat ini masih cukup mahal. Berdasarkan rata-rata 5 tahun terakhir P/E (perbandingan harga terhadap laba bersih) IHSG ada di 22,2x. Sementara saat ini setelah rilis Q1 P/E IHSG masih berada di level 23,6x. Padahal rasio ROE (keuntungan terhadap modal) menunjukkan tren penurunan.
Melesetnya ekspektasi kenaikan laba bersih IHSG dan relatif mahalnya valuasi IHSG secara historical ataupun dibandingkan negara lain tidak membuat IHSG kehilangan daya tariknya.
Missed Expectation Doesn’t Mean Game Over
Indonesia seperti layaknya negara berkembang lainnya memiliki banyak bottle neck yang membuat emiten-emiten belum mampu tumbuh sesuai potensinya. Bayangkan betapa besarnya potensi yang dimiliki bila Pemerintah dan Masyarakat sukses melakukan de-bottlenecking.
Sebagai catatan saja bila mendapatkan sumber lain menyebutkan P/E IHSG berada di level sekitar 15x maka itu merupakan forward P/E , laba bersih berdasarkan ekspektasi 12 bulan ke depan oleh para analis. Sementara P/E 23x pada tabel menggunakan laba bersih riil dalam 12 bulan terakhir. Penggunaan P/E ini lebih relevan untuk mengetahui valuasi riil IHSG saat ini.
Aktifnya Pemerintah saat ini memperbaiki infrastruktur yang masih tergolong kurang memadai akan meningkatkan kualitas ekonomi secara keseluruhan. Sebagai contoh baiknya transportasi akan menurunkan biaya transpotasi pada emiten.
Valuasi Indeks Asia Pacific Name Shanghai Shenzen 300 Index HANG SENG INDEX HO CHI MINH STOCK INDEX JAKARTA COMPOSITE INDEX FTSEBursa Malaysia KLCI PSEi-PHILIPPINE SE IDX SET Thailand Index KOSPI Korea INDEX Nifty India 50 NIKKEI Japan 225 S&P/ASX 200 INDEX Straits Times Singapore Index TAIWAN TAIEX INDEX
P/E 13.8 10.2 13.1 23.7 18.3 22.3 19.2 14.4 19.9 18.7 23.8 11.8 13.7
P/B 1.7 1.1 1.8 2.3 1.7 2.5 1.8 1.0 2.7 1.5 1.9 1.1 1.4
ROE 13.5% 12.4% 14.1% 10.4% 9.8% 11.8% 9.1% 6.9% 14.2% 7.9% 7.7% 9.6% 10.5%
Diturunkannya suku bunga dalam beberapa bulan terakhir berimplikasi turunnya suku bunga kredit dan membuat cost of fund emiten menjadi lebih murah. Telah terbukti juga secara historical ketika suku bunga turun maka laba bersih IHSG meningkat.
Debt/Equity 223.1% 109.7% 121.2% 64.1% 86.9% 79.1% 79.2% 91.8% 114.7% 72.9% 166.8% 64.2% 78.1%
Masih belum finalnya keputusan tax amnesty dan status investment grade oleh S&P dapat menjadi bless in disguise. Di periode tengah tahun di mana umumnya indeks cenderung konsolidasi atau terkoreksi, maka terlaksananya salah satu dari 2 peristiwa tersebut dapat menjadi booster yang menggerakan IHSG. Secara fundamental disahkannya tax amnesty dan status investment grade akan memberi capital inflow yang memberi efek positif pada ekonomi Indonesia.
Sumber: Bloomberg diolah oleh Commonwealth
Valuasi IHSG Dibandingkan Negara Lain
Bila ada sisi menarik yang dapat dilihat pada Indonesia adalah pada rasio debt/ equity (perbandingan hutang terhadap ekuitas) terendah dibandingkan negara lainnya. Dengan rasio hutang paling rendah, Indonesia mampu mencatatkan rasio ROE salah satu yang paling tinggi. Padahal dengan mayoritas pembiayaan menggunakan ekuitas maka sudah sewajarnya bila ROE lebih rendah. Ini menunjukkan margin laba bersih di Indonesia lebih baik dari negara Asia Pasifik lainnya.
Rasio Penerimaan Pajak Indonesia Terhadap GDP Sangat Rendah 19
(%)
Indonesia tax revenue as % of GDP
18 17 16 15 14 13 12 11 10
1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Secara sekilas mata bila investor global melihat valuasi indeks Asia Pasifik maka dapat dipahami Indonesia terlihat kurang menarik. Dilihat dari segi P/E ataupun P/B (perbandingan harga terhadap nilai buku) Indonesia terlihat mahal dibandingkan negara lain. Betul Indonesia memiliki potensi pertumbuhan yang lebih baik dari mayoritas negara lain, namun itu telah terjustifikasi oleh P/E dan P/B yang lebih mahal.
Sumber : World Bank, CLSA, CEIC Data
Market Perspective - Wealth Management Newsletter | Mei 2016
6
BOND Market Outlook Secara Matematis Supply Lelang SUN akan Terserap Habis oleh Tingginya Demand
Diturunkannya suku bunga dalam beberapa bulan terakhir berimplikasi pada turunnya suku bunga kredit dan membuat cost of fund emiten menjadi lebih murah.
Pemerintah telah membeberkan strategi untuk membawa pulang dana masyarakat Indonesia yang disembunyikan di luar negeri melalui tax amnesty dimana diperkirakan dapat mencapai IDR500 Triliun. Dana yang akan dibawa pulang ini sebagian diwajibkan ditempatkan pada aset berharga negara seperti SUN. Dengan asumsi 10% dana tersebut diarahkan pada SUN maka terdapat permintaan IDR50 Triliun untuk menyerap SUN. Peraturan dari OJK yang mewajibkan instansi pemerintah seperti asuransi dan dana pensiun untuk memiliki SUN Indonesia sebesar 20% juga dapat meningkatkan demand terhadap surat hutang negara. Diperkirakan menjelang akhir tahun instansi tersebut akan agresif memburu surat hutang negara untuk memenuhi kewajiban tersebut. Diperkirakan akibat peraturan ini akan menciptakan demand tambahan IDR50 Triliun. Capital Inflow investor asing pada pasar obligasi rata-rata IDR18 Triliun setiap bulannya ditahun ini. Dengan masih tersisa 8 bulan lagi maka terbuka peluang akan ada capital inflow tambahan sebesar IDR140 Triliun hingga akhir tahun Menggunakan hitungan simpel dengan lelang SUN hingga akhir tahun diperkirakan tinggal IDR250 Triliun, maka secara matematis supply untuk pembelian melalui lelang sudah habis akibat besarnya demand tahun ini. Kembali naiknya yield SUN benchmark 10 tahun menjadi 7,7% membuat riil yield obligasi Indonesia sebesar 4,1% (inflasi YoY 3,6%) merupakan salah satu yang tertinggi didunia untuk negara yang menyandang status investment grade oleh peringkat rating Moodys.
Riil Yield Negara Investment Grade oleh Moodys
Risks To Watch Berikut ini adalah beberapa risiko yang perlu kita waspadai dalam beberapa bulan ke depan: Dengan rendahnya rilis angka nonfarm payroll US dari ekspektasi semakin menurunkan kemungkinan US menaikkan suku bunga. Walaupun begitu bila dilihat dari jumlah angka pengangguran yang sudah sangat rendah dan inflasi yang berada diatas 1% maka sewaktu-waktu The Fed dapat kembali membuka peluang untuk membahas kenaikan. Unsur kejutan ini merupakan ketidakpastian yang tidak disukai pasar.
Walaupun saat ini data PMI dan harga properti Tiongkok menunjukkan perbaikan namun data ekspor Tiongkok masih sangat mengecewakan. Bila Pemerintah Tiongkok melakukan kejutan devaluasi Yuan untuk meningkatkan ekspor maka ini dapat menjadi risiko besar terutama pada emerging market.
Menguatnya harga minyak berimplikasi positif karena mata uang USD melemah. Namun penguatan harga minyak yang terlalu besar juga dapat membuat Current Account Deficit Indonesia kembali membengkak. Ditambah peningkatan harga minyak yang terlalu tinggi dapat membuat inflasi Indonesia kembali tak terkontrol.
Rendahnya penerimaan negara dari pajak sampai April dapat berisiko membuat Pemerintah harus kembali melakukan pemangkasan belanja negara. Dengan krusialnya investasi disektor infrastruktur saat ini, apabila terpaksa dilakukan pemangkasan maka akan menjadi sentimen negatif untuk pelaku pasar. Selain itu rendahnya penerimaan yang mengakibatkan pemangkasan belanja negara dapat menyebabkan target pertumbuhan GDP semakin sulit tercapai.
Dari Uni Eropa risiko terdapat pada pembahasan apakah Inggris akan tetap bertahan atau keluar dari Uni Eropa yang diputuskan melalui referendum di 23 juni nanti. Dengan ketidakpastian akan meningkat menjelang referendum dapat membuat fluktuasi pasar meningkat dan membuat investor menarik dana mereka dari aset-aset berisiko. Risiko keluarnya Inggris dapat menyebabkan disintegrasi pada Uni Eropa.
10.0 9.0
Negara
Rill Yield Gov Yield cpi Rating
8.0
Indonesia 4.1
7.7
3.6 Baa3
Colombia 0.2
8.1
3.6 Baa2
7.0
Turkey
1.5
9.0
7.5 Baa3
India
1.9
7.4
5.5 Baa3
6.0
South Africa 2.7
9.0
6.3 Baa3
Philipines 2.9
4.0
1.1 Baa2
Thailand
1.8
0.1 Baa1
5.0
4.1
4.0
2.7
3.0
1.5
2.0
1.7
2.9
1.9
1.7
0.2
1.0 0.0 Indonesia
Colombia
Turkey India South Africa Philippines Thailand Riil Yield Gov Yield
Sumber: Bloomberg diolah oleh Commonwealth
Market Perspective - Wealth Management Newsletter | Mei 2016
7
Rekomendasi Investasi Pada pasar Saham, dengan laba bersih IHSG hanya naik +5% dan pertumbuhan GDP 4,92% membuat investor asing bereaksi negatif dan melakukan aksi jual besar-besaran di IHSG hingga mencapai IDR4 Triliun hanya dalam beberapa hari saja. Ditambah saat ini telah memasuki periode tengah tahun di mana biasanya indeks memiliki perfoma lebih rendah dari awal tahun meningkatkan risiko pada IHSG. Walaupun begitu kami percaya menggunakan kata – kata “Save the best for last ” cocok digunakan saat ini. Tertundanya pembahasan tax amnesty dan kepastian status Investment Grade dari S&P dapat menjadi kado tengah tahun terbaik untuk IHSG. Fakta sejak 15 tahun terakhir IHSG tak pernah terkoreksi hingga 2 tahun berturut turut semakin meningkatkan keyakinan kami saat ini adalah saat yang tepat berinvestasi di pasar saham. Kami tetap meyakini IHSG berpotensi menembus angka 5.000 tahun ini. Kami tetap merekomendasikan bobot investasi reksa dana saham 30-50% disesuaikan dengan risk appetite nasabah.
Pada pasar Obligasi, Melesetnya data pertumbuhan GDP 4,92% dari konsensus 5,07% ditambah shortfall penerimaan pajak membuat pelaku pasar kembali ragu apakah Indonesia dapat mencapai pertumbuhan seperti yang ditargetkan pemerintah. Namun perlu diingat dengan riil yield Indonesia mencapai 4% saat ini membuat Indonesia luar biasa menarik dimata investor asing. Risiko dari penguatan USD juga terbatas melihat situasi yang terjadi di US dan trend penguatan harga minyak belakangan ini. Dari sudut pandang domestik dengan akan semakin turunnya bunga deposito membuat investasi di obligasi semakin menjadi pilihan yang menarik. Secara risk adjusted return kami tetap melihat obligasi saat ini lebih menarik dari IHSG. Koreksi yang terjadi saat ini merupakan kesempatan untuk mendapatkan entry point yang lebih baik. Kami mempertahankan rekomendasi kami pada obligasi dan reksa dana berbasis obligasi 30-50% disesuaikan dengan profil risiko Nasabah.
ANALISA VALAS Departemen Tenaga Kerja AS merilis penambahan jumlah pekerja di luar sektor pertanian atau non-farm payrolls (NFP) sebanyak 160.000 di bulan April level terendah selama 7 bulan terakhir, pekerja sektor konstruksi menunjukkan penambahan, sementara sektor retail mengurangi jumlah tenaga kerja. Ekonom yang disurvei Reuters sebelumnya memperkirakan penambahan sebanyak 202.000 di bulan April. Tingkat pengangguran tetap terjaga di level 5,0% dan sesuai dengan perkiraan. Sementara rata-rata gaji per jam naik 0,3% di bulan April dari bulan sebelumnya. Jika dilihat dari April 2015, rata-rata gaji naik 2,5%, meski masih di bawah 3,0% yang disebut oleh para ekonom dapat membawa inflasi mendekati target The Fed sebesar 2,0%.
USD/IDR Pergerakan USD/IDR hingga awal Mei 2016 tergolong cukup stabil dengan range antara 13075 - 13375. Laju inflasi mengalami perlambatan di level 3,60% dibanding sebelumnya di 4,45% membuat Bank Indonesia cenderung masih berpotensi untuk memangkas suku bunga dari 6,75% menjadi 6,5% di quarter ke-2 2016 untuk lebih memacu pertumbuhan ekonominya dan potensi berlanjutnya melambatnya pertumbuhan ekonomi global, Langkah kebijakan ini diharapkan dapat memberikan sentimen positif ke ekonomi Indonesia untuk jangka waktu
menengah, yang ditopang berbagai kebijakan oleh pemerintah. Berlarut-larutnya proses perancangan RUU tax amnesty masih berpotensi membuat investor masih urung untuk membeli IDR. Ditambah lagi belom jelasnya waktu kenaikan suku bunga membuat IDR masih bergerak dalam range yang terbatas. Diperkirakan nilai tukar Rupiah akan cenderung melemah di rentang 13150 - 13400 pada kisaran bulan Mei ini.
AUD/USD Pada awal bulan Mei ini, data IMB dirilis jauh diatas ekspetasi dibandingkan bulan lalu membuat AUD menguat terhadap sebagian besar mata uang dunia. Akan tetapi dengan cepat melemah lagi terhadap sebagian mata uang dunia setelah suku bunga Australia diturunkan oleh bank sentral di 1,75% dengan statement yang memberikan sinyal bahwa tingkat inflasi yang rendah masih memungkinkan untuk RBA melakukan pelonggaran moneter lebih lanjut. RBA juga memberikan indikasi bahwa kemungkinan suku bunga masih
bisa dipangkas disekitar bulan agustus. Untuk jangka waktu pendek dan menengah AUD masih cenderung akan melemah terhadap mata uang lainnya, dikarenakan prospek pelonggaran moneter lebih lanjut dari RBA dan melambatnya perekonomian Tiongkok cukup menyita perhatian market. Diperkirakan AUD/USD akan cenderung bergerak dengan rentang 0.7250 – 0.7550 pada kurun waktu bulan Mei 2016.
Market Perspective - Wealth Management Newsletter | Mei 2016
8
EUR/USD Nilai tukar Euro terhadap USD bergerak volatile dengan kecenderungan menguat di bulan April-Mei, dipicu oleh sentiment risk aversion yang masih cukup dominan, kekuatiran mengenai perlambatan ekonomi Tiongkok dan rencana Federal Reserves yang cenderung berhati-hati dalam menentukan kebijakan suku bunga mengakibatkan EUR menguat terhadap USD. ECB di meeting terakhirnya memberikan statement bahwa kebijakan suku bunga negatif masih akan dipertahankan untuk beberapa waktu kedepan memberikan indikasi suku
bunga masih bisa diturunkan untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi. Makin dekatnya referendum “brexit” tanggal 23 juni juga berisiko memberikan tekanan ke Euro untuk jangka waktu pendek dan menengah. Diperkirakan EUR/USD akan cenderung bergerak dalam rentang 1.1250 – 1.1500 pada kurun waktu bulan Mei 2016 dengan kecenderungan melemah.
GBP/USD Poundsterling kembali melemah setelah menguat cukup significant sebelumnya sampai akhir bulan April, disebabkan oleh merebaknya optimisme tentang referendum 23 Juni mendatang, bahwa dukungan terhadap Inggris agar bertahan di Uni Eropa semakin besar. Namun setelah menyentuh level tertingginya untuk tahun ini di level 1.4765 posisi short GBP kembali dominan seiring investor cenderung melakukan aksi ambil untung dan munculnya spekulasi bahwa Bank Of England mulai mempertimbangkan untuk menurunkan suku
bunga dalam beberapa quarter ke depan. Beberapa data ekonomi inggris yang dirilis di bulan April-Mei juga memberikan gambaran bahwa ekonomi Inggris mulai kehilangan momentum. Mayoritas investor menilai jika GBP masih akan terus berada di bawah tekanan sebelum referendum 23 Juni mendatang. Diperkirakan GBP/USD akan cenderung bergerak dalam rentang 1.4250 – 1.4550 pada kurun waktu bulan Mei 2016.
USD/JPY JPY bergerak sangat fluktuatif dengan kecenderungan menguat dengan range 106.40 – 112.40 selama bulan April¬Mei ini. Total penguatan sepanjang tahun 2016 ini sudah 12%, ditopang oleh kebijakan BOJ yang cenderung menunda untuk menambah stimulus dan statement dari Federal Reserves yang memberikan sinyal untuk berhati-hati dalam menaikkan suku bunga di tahun ini membuat JPY bergerak dengan fluktuasi yang tinggi. Menteri keuangan Jepang, Taro Aso beberapa kali memberikan intervensi secara verbal mengenai prospek stimulus yang membuat JPY kembali melemah di awal bulan Mei ini. Bagaimanapun hal ini dilakukan untuk menjaga stabilitas di market.
Bagaimanapun penguatan yen akibat risk aversion bisa melukai perekonomian Jepang, terutama sektor ekspor, karena membuat barang lokal lebih mahal bagi pembeli asing. Penguatan yen yang terus menerus juga berpotensi membuat bank sentral Jepang agresif menggelontorkan stimulus tambahan di masa depan, meski diperkirakan cenderung berdiam diri menyusul kejutan di bulan Januari 2016 untuk mengadopsi tingkat suku bunga negatif. Diperkirakan USD/JPY akan cenderung bergerak dengan rentang 106.50 - 109.50 pada bulan Mei 2016 dengan kecenderungan JPY menguat.
Recommendation USD/IDR
EUR/USD
GBP/USD
AUD/USD
Expected buying level
13.000 - 13.100
1.1100 - 1.1200
1.4100 - 1.4200
0.7200 - 0.7250
106.50 - 107.50
Expected selling level
13.350 - 13.450
1.1450 - 1.1500
1.4450 - 1.4550
0.7450 - 0.7500
109.50 - 110.00
Long profit taking
13.350 and above
1.1450 and above
1.4450 and above
0.7450 and above
109.50 and above
Short profit taking
13.100 and below
1.1300 and below
1.4200 and below
0.7250 and above
107.50 and below
Long cut loss
12.900 - 12.950
1.1000 - 1.1050
1.4000 - 1.4050
0.7100 - 0.7150
105.50 - 106.00
Short cut loss
13.550 - 13.650
1.1550 - 1.1600
1.4600 - 1.4700
0.7550 - 0.7650
110.50 - 111.00
Entry Point Profit Taking Cut Loss
*Data di atas hanya bersifat indikatif dan dapat berubah sewaktu-waktu tergantung kondisi pasar.
Market Perspective - Wealth Management Newsletter | Mei 2016
USD/JPY
Disclaimers Kecuali dinyatakan lain, semua data bersumber dari berita media massa, dan tidak diterbitkan oleh PT Bank Commonwealth (PTBC). PTBC harus dijamin untuk dibebaskan dari tanggung jawab, termasuk tetapi tidak terbatas pada penuntutan hukum oleh pihak ketiga. PTBC beserta direkturnya, karyawannya dan perwakilannya dalam Lampiran ini selanjutnya bersama-sama disebut sebagai “Grup” “Laporan ini diterbitkan semata-mata untuk tujuan informasi dan tidak boleh ditafsirkan sebagai suatu ajakan atau penawaran untuk membeli efek atau instrumen keuangan.. Laporan ini telah disusun tanpa mempertimbangkan tujuan, situasi keuangan dan kapasitas untuk menanggung kerugian, pengetahuan, pengalaman atau kebutuhan orang-orang tertentu yang mungkin menerima laporan ini. Tidak ada anggota dari Grup yang melakukan atau harus melakukan penilaian kelayakan atau penyesuaian laporan untuk penerima laporan ini yang karenanya tidak mendapatkan manfaat dari perlindungan peraturan dalam hal ini. Laporan ini bukan nasihat atau petunjuk. Semua penerima laporan ini harus, sebelum bertindak atas dasar informasi dalam laporan ini, mempertimbangkan kewajaran/kelayakan dan kesesuaian informasi, dengan memperhatikan tujuan-tujuan mereka sendiri, situasi keuangan dan kebutuhan, dan, jika perlu mencari profesional yang tepat, memperhatikan kondisi valuta asing atau nasihat keuangan tentang isi laporan ini sebelum membuat keputusan investasi. Kami percaya bahwa informasi dalam laporan ini adalah benar dan setiap pendapat, kesimpulan atau rekomendasi yang cukup telah diadakan atau dibuat, berdasarkan informasi yang tersedia pada saat kompilasi, tetapi tidak ada pernyataan atau jaminan, baik tersurat maupun tersirat, yang dibuat atau disediakan untuk akurasi, kehandalan atau kelengkapan setiap pernyataan yang dibuat dalam laporan ini. Setiap pendapat, kesimpulan atau rekomendasi yang ditetapkan dalam laporan ini dapat berubah sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan dan mungkin berbeda atau bertentangan dengan, kesimpulan pendapat atau rekomendasi yang diungkapkan oleh Grup di tempat lain. Kami tidak berkewajiban untuk, dan tidak,memberitahukan perkembangan terkini atau terus mengikuti informasi terkini yang terdapat dalam laporan ini. Grup tidak menerima tanggung jawab untuk setiap kerugian atau kerusakan yang timbul akibat dari penggunaan seluruh atau setiap bagian dari laporan ini. Setiap penilaian, proyeksi dan prakiraan yang terkandung dalam laporan ini didasarkan pada sejumlah asumsi dan perkiraan dan tunduk pada kontinjensi dan ketidakpastian. Asumsi dan perkiraan yang berbeda dapat mengakibatkan hasil material yang berbeda pula. Grup tidak mewakili atau menjamin bahwa salah satu proyeksi penilaian atau prakiraan, atau salah satu dasar asumsi atau perkiraan, akan dipenuhi. Kinerja masa lalu bukan merupakan indikator yang dapat diandalkan untuk kinerja masa depan. Grup tidak menjamin kinerja dari produk investasi atau pembayaran kembali modal dengan produk yang didistribusikan oleh PTBC. Investasi dalam produk ini bukan merupakan simpanan atau kewajiban lainnya dari Grup atau anak perusahaannya dan setiap jenis produk investasi memiliki resiko investasi termasuk hilangnya pendapatan dan modal yang diinvestasikan. Contoh yang digunakan dalam komunikasi ini hanya untuk ilustrasi. Semua materi yang disajikan dalam laporan ini, kecuali bila ditentukan lain, berada di bawah hak cipta Grup. Tak satu pun dari materi, maupun isinya, maupun salinannya, dapat diubah dengan cara apapun, ditransmisikan ke, disalin atau didistribusikan kepada pihak lain, tanpa izin tertulis dari perusahaan terkait yang menjadi bagian dalam Grup. Grup, berikut agennya, asosiasinya dan kliennya memiliki atau telah memiliki posisi panjang atau pendek pada efek atau instrumen keuangan lainnya yang disebut di sini, dan dapat setiap saat melakukan pembelian dan / atau penjualan terhadap kepentingan atau surat berharga dalam kapasitasnya sebagai prinsipal atau agen, termasuk menjual atau membeli dari klien atas dasar pokok dan dapat terlibat dalam transaksi yang tidak konsisten dengan laporan ini. Silahkan melihat website kami di www.commbank.co.id untuk informasi lebih lanjut. Jika Anda ingin berbicara dengan seseorang mengenai instrumen keuangan yang dijelaskan dalam laporan ini, silakan hubungi kami hubungi Call Centre kami di 021 15000 300 atau email kami di
[email protected].
10
Market Perspective - Wealth Management Newsletter | Mei 2016