Wealth Management Newsletter - Oktober 2013
1 | Market Perspective | Oktober 2013
Nasabah yang terhormat, Tanpa terasa kita telah memasuki kuartal terakhir di tahun 2013 ini, dimana semua perencanaan dan target finansial Anda akan kembali menjalani evaluasi berkaitan dengan tujuan finansial yang telah Anda rencanakan untuk tahun 2013 ini. Berbagai kejutan dari sisi ekonomi global dan domestik mewarnai pergerakan pasar di bulan September kemarin. Di mana di luar dugaan investor, Bank Sentral Amerika Serikat memberikan sinyal untuk menunda pengurangan dari program pembelian kembali aset obligasi pemerintah Amerika Serikat, sebuah program yang dikenal dengan nama Quantitative Easing yang telah mengalirkan likuiditas dengan agresif dan mengakibatkan kenaikan signifikan aset-aset investasi di negara maju dan berkembang dalam 3 tahun terakhir. Fokus dan perhatian investor pada bulan ini masih akan tertuju pada konflik politik yang saat ini sedang terjadi di Amerika Serikat untuk menentukan kenaikan batas kredit pemerintah, serta berbagai faktor dari ekonomi domestik seperti tingkat inflasi, neraca perdagangan, transaksi berjalan, serta stabilitas nilai tukar. Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah Indonesia, baik secara fiskal dan moneter, untuk menstimulasi perekonomian domestik yang saat ini berada dalam fase konsolidasi. Mengakhiri sambutan saya di bulan Oktober ini, saya percaya bahwa strategi perencanaan investasi yang baik, mekanisme diversifikasi, melakukan identifikasi tujuan finansial yang jelas, serta menentukan horison waktu investasi jangka panjang, akan sangat membantu Anda sekalian, nasabah setia Commonwealth Bank, untuk melalui siklus yang fluktuatif yang sedang kita hadapi saat ini. Salam sukses untuk Anda dan keluarga.
Salam hangat, Ian Whitehead Director of Retail and Business Banking
GLOBAL OUTLOOK
S
elama bulan September, pergerakan bursa global banyak mengacu pada perkembangan di AS, diantaranya adalah pengunduran diri Summers yang merupakan kandidat suksesor Bernanke yang selama ini merupakan sosok yang kerap menentang kebijakan QE. Yellen yang merupakan tangan kanan Bernanke diekspektasi akan meneruskan kebijakan the Fed saat ini yang relatif longgar dan pro pertumbuhan. Penundaan QE tapering yang diluar ekspektasi menyebabkan euphoria di pasar modal global, mulai dari penurunan tingkat imbal hasil obligasi serta kenaikan bursa saham negara berkembang dengan ekspektasi akan adanya rotasi dana kembali dari negara maju. Pasar kemudian juga dikejutkan oleh penghentian sementara operasional pemerintah AS yang menyebabkan beberapa rilis data ekonomi penting yang menjadi acuan QE tapering menjadi tertunda. Dengan penutupan sementara operasional pemerintah AS ini, spekulasi akan ditundanya QE tapering semakin kuat, terutama setelah beberapa anggota the Fed pun mengakui adanya pertimbangan tentang kebijakan fiscal AS yang menjadi hambatan. Walaupun sebenarnya, dengan penundaan QE tapering tidak ada hal fundamental yang berubah signifikan. Sektor manufaktur global masih memberikan gambaran bahwa tingkat pemulihan ekonomi global masih belum stabil, sehingga semakin mendukung opini bahwa QE tapering belum tepat untuk dilakukan saat ini. Sampai akhir tahun ini, masih banyak perkembangan politik dan ekonomi di AS yang akan mempengaruhi pergerakan bursa global serta memicu volatilitas. Investor dihimbau mencermati perkembangan global dan menyeimbangkan portofolio agar siap untuk menghadapi fluktuasi yang ditimbulkan akibat perubahan kebijakan moneter, politik, dan fiskal di AS.
Global manufacturing
Jepang
Data manufaktur global di bulan September masih cenderung bervariatif dan menunjukkan kondisi pemulihan ekonomi global yang belum stabil. Sektor manufaktur AS pada bulan September tumbuh pada level tertinggi selama 2,5 tahun, tetapi pertumbuhan di sektor manufaktur China relatif moderat, sementara pertumbuhan di Zona Eropa bervariatif.
Jepang akhirnya menetapkan untuk menaikkan pajak konsumsi dari 5% menjadi 8% efektif bulan April 2014 seperti yang direncanakan sebelumnya. Untuk menghindari perlambatan konsumsi yang dapat menekan pertumbuhan ekonomi, Jepang kemungkinan akan memberikan paket stimulus senilai ¥5tn yang detailnya akan diumumkan di awal bulan Desember nanti. Jepang juga merencanakan untuk menaikkan pajak konsumsi ke level 10% pada bulan Oktober 2015 nanti. Hasil survey Kyodo News melaporkan dukungan untuk PM Abe semakin meningkat dengan mayoritas responden mendukung kenaikan pajak konsumsi.
AS Institute for Supply Management factory index naik dari 55,7 menjadi 56,2, menunjukkan pertumbuhan sektor manufaktur AS yang sehat. Sedangkan China Flash HSBC PMI mencatat kenaikan 50,1 menjadi 51,2 di bulan September. Official Purchasing Managers’ Index (PMI) China untuk Non Manufacturing Sector naik ke 55,4 di bulan September. Dari Zona Eropa data menunjukkan bahwa ekonomi wilayah tersebut sudah keluar dari resesi di kuartal 2. Ekonomi kedua terbesar yaitu Perancis melaporkan peningkatan aktifitas untuk pertama kalinya dalam 19 bulan. Markit’s Eurozone preliminary PMI meningkat dari 51,5 ke 52,1 di bulan September.
Bank of Jepang masih terus melakukan pembelian obligasi bulanan sebesar ¥7 triliun ($70 miliar) mulai bulan April sampai dua tahun ke depan. Tambahan likuiditas ini diekspektasi dapat membantu menyeimbangkan likuiditas yang terkuras dari negara berkembang di Asia jika QE tapering pemerintah AS dimulai akhir tahun ini.
2 | Market Perspective | Oktober 2013
LOCAL OUTLOOK
S
etelah the Fed memberikan indikasi akan adanya QE tapering pada tanggal 20 Mei lalu yang memicu rotasi dana investasi dari negara berkembang menuju negara maju, the Fed kembali mengejutkan investor dengan menunda QE tapering yang memberikan dampak positif bagi IHSG, harga SUN dan nilai tukar rupiah. Aliran dana asing yang keluar dari pasar modal domestik telah relatif melambat namun belum kembali positif, dikarenakan investor asing masih menunggu membaiknya indikator ekonomi domestik di bulan September. Laporan tingkat inflasi bulan September yang sudah menurun ke level 8,4% serta neraca perdagangan yang positif memberikan harapan defisit transaksi berjalan yang akan dilaporkan di akhir bulan Oktober juga akan menurun. Paket kebijakan pemerintah bulan Agustus lalu dinilai cukup sukses membantu menurunkan permintaan impor, sehingga pemerintah juga berencana memberikan paket kebijakan tambahan untuk mengantisipasi dampak dari penghentian sementara aktivitas pemerintah AS. Pemerintah juga meningkatkan GWM (Giro Wajib Minimum) sekunder perbankan mulai bulan Oktober ini untuk mendorong kepemilikan perbankan pada SBN yang akan berdampak positif pada stabilitas harga SUN. Investor harus menyadari bahwa QE tapering hanya ditunda, bukan dibatalkan. Kenaikan bursa saham serta harga obligasi Indon maupun FR dari level terendah memberikan kesempatan langka bagi investor untuk melakukan rebalancing portofolio agar lebih seimbang dalam menghadapi QE tapering yang masih diekspektasi akan dimulai akhir tahun ini.
IHSG, Rupiah dan SUN Selama bulan September, IHSG meningkat 2,89% dari level 4195,089 menjadi 4316,176 dengan rentang pergerakan yang cukup lebar antara 4050,864 dan 4670,733. Terlihat bahwa sejak bulan Mei, aliran dana asing yang keluar dari bursa saham cukup agresif dan baru menurun signifikan sejak pelaku pasar ditenangkan dengan penundaan QE tapering. USD/IDR masih terus melemah dari level 11184 ke level 11406 walaupun sempat menguat ke level 10847 pada saat penundaan QE tapering diumumkan. Sedangkan harga obligasi FR tenor 10 tahun mengalami penurunan sebanyak 2%, lebih signifikan dari penurunan harga FR tenor 20 tahun sebanyak 0,79% sedangkan harga FR tenor 30 tahun sebaliknya naik 3.5%, sepanjang bulan September.
Surplus neraca perdagangan karena penurunan permintaan impor migas Neraca perdagangan berhasil membaik dari rekor defisit bulan Juli yang mencapai -$2,3milyar menjadi $132 juta di bulan Agustus. Perbaikan neraca perdagangan terutama karena berkurangnya impor (-5,7% vs +6,5% di bulan Juli) sedangkan ekspor masih terus menyusut (-6,3% vs -6,2% di bulan Juli). Pertumbuhan ekonomi yang lebih lambat serta pelemahan rupiah menekan permintaan impor. Kenaikan harga BBM bersubsidi sebanyak +44% berhasil menekan permintaan impor minyak dan mengurangi defisit perdagangan migas. Tetapi, perlu diwaspadai penurunan impor barang modal (-27% YoY, Juli: -12,6% YoY) yang disebabkan menurunkan aktivitas investasi. Dengan perbaikan pada neraca perdagangan, defisit transaksi berjalan diekspektasi juga akan menyusut, yang kemudian diharapkan dapat membantu kembalinya tingkat keyakinan investor pada Indonesia.
Aliran dana asing Sejak bulan Mei di mana rencana QE tapering diumumkan, outflow yang deras dari negara berkembang berdampak negatif untuk pasar finansial negara-negara yang mempunyai current account defisit lebar seperti Indonesia dan India. Dengan ditundanya keputusan QE tapering, arus dana asing yang keluar dari bursa saham menjadi lebih perlahan. Arus keluar dana investasi asing di bulan September hanya mencapai USD 26,7 juta. Sedangkan kepemilikan asing selama bulan September pada SBN sebaliknya meningkat IDR10 triliun menjadi IDR294,14 triliun atau 31,1%. Tingkat imbal hasil yang relatif tinggi telah cukup menarik bagi investor asing. Lalu, dari semua lelang SUN yang digelar selama 2 bulan terakhir, penyerapan yang dilakukan investor juga melampaui target yang diinginkan oleh pemerintah.
Grafik IHSG vs Aliran dana investasi asing sejak pengumuman QE tapering 300
5200
Aliran dana asing keluar Aliran dana asing masuk IHSG
200
5000
200
4800
0 -22.645
4600
BI rate Sejak bulan Juni, BI sudah meningkatkan suku bunga BI rate secara kumulatif sebanyak +150bps. BI juga berencana menyesuaikan ketentuan mengenai GWM Sekunder dan GWM-LDR (Loan to Deposit Ratio) untuk menyerap likuiditas yang berlebih dan menjaga risiko inflasi. GWM Sekunder adalah cadangan minimum yang wajib dikelola oleh Bank dalam bentuk SBI (Sertifikat Bank Indonesia), SDBI (Sertifikat Deposito Bank Indonesia), SBN (Surat Berharga Negara) dan/atau Excess Reserve, yang besarnya ditetapkan sebesar persentase tertentu dari DPK. GWM sekunder rencananya akan dinaikkan menjadi 3% per 1 Oktober, 3,5% per 1 November dan 4% per 2 Desember, yang dampaknya akan meningkatkan kepemilikan perbankan pada SBN serta membantu menjaga kestabilan harganya. Dengan tingkat inflasi yang sudah menurun serta neraca perdagangan yang sudah berbalik positif, tekanan terhadap BI untuk lebih mengetatkan kebijakan moneter sudah lebih ringan. Sampai akhir tahun, BI kemungkinan masih dapat menaikkan suku bunga sebanyak +25bps ke level 7,5% dan FASBI di level 5,75% untuk menekan dampak inflasi sekunder.
-100 4403.969
-200
4200
-300 -400
4000 May 31
Jun 14
Jun 28
Jul 15
2013
Jul 31 Aug 15
Aug 30
Sep 16
Sep 30
Sumber: Bloomberg
Deflasi karena penurunan harga makanan Indonesia melaporkan deflasi di level -0,35% di bulan September dikarenakan penurunan harga makanan (-2,9%) dan transportasi (-0,8%). Secara YoY, headline inflasi menurun dari +8,8% di bulan Agustus menjadi +8,4% di bulan September. Inflasi Inti sebaliknya meningkat dari +4,5% menjadi +4,7% di bulan September. Kebijakan pemerintah untuk melonggarkan impor bahan makanan cukup membantu.
Paket kebijakan tahap dua Pemerintah Indonesia berencana memberikan paket kebijakan ekonomi di bulan Oktober tahapan kedua setelah kebijakan pertama yang dikeluarkan bulan Agustus. Wakil Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro mengatakan reformasi struktural akan berlanjut dan paket kebijakan yang dikeluarkan akan merespon dampak dari penghentian sementara pemerintah AS. Pada Paket Kebijakan yang pertama, pemerintah mempercepat proyek infrastruktur, mendorong investasi dengan memberikan insentif pajak, menurunkan permintaan impor dengan mengenakan pajak impor pada barang mewah (termasuk mobil) serta melonggarkan kuota ekspor tambang dan mineral.
3 | Market Perspective | Oktober 2013
ANALISA VALAS
S
etelah dibatalkannya pengurangan program QE di AS pada September lalu, major currency cenderung menguat terhadap USD, pasalnya para pelaku pasar berpendapat bahwa likuiditas USD akan masih tetap besar dan high yielding asset masih menjadi target pengalokasian dana. Namun perlu diperhatikan, penguatan pasar tenaga kerja di AS dan pertumbuhan inflasi di AS yang baik bisa jadi kembali memicu pengurangan QE sebelum akhir tahun 2013. Masalah batas hutang di AS juga menjadi salah satu perhatian para pelaku pasar dalam membuat keputusan investasi. Pada bulan Oktober 2013, diperkirakan volatilias akan tetap tinggi seiring dengan keputusan AS yang harus diambil dalam menangani masalah batas hutangnya. Berita-berita di AS, termasuk berita mengenai pasar tenaga kerja dan inflasi di AS, akan menjadi sorotan utama para pelaku pasar.
EUR/USD Sentimen positif juga masih mewarnai perekonomian di Eropa, khususnya Jerman dan Perancis. Data-data indikator pertumbuhan ekonomi dari segi manufaktur juga dirilis meningkat pada bulan September 2013. Diprediksikan EUR/USD masih akan cenderung menguat terbatas dengan risiko perubahan kebijakan di AS. Diperkirakan EUR/USD akan bergerak dalam rentang 1,3380 – 1,3750.
USD/IDR
GBP/USD
Deflasi pada bulan September sebesar 0,35% dan surplus neraca perdagangan sebesar US$132 mn, Berdampak pada penguatan IDR di awal Oktober 2013. Diperkirakan dengan membaiknya fundamental Indonesia dan terjaganya stabilitas inflasi serta membaiknya neraca perdagangan Indonesia, cadangan devisa pun berpotensi meningkat. Faktor eksternal terbesar yang berpotensi mempengaruhi pergerakan USD/IDR adalah wacana mengenai pengurangan QE di AS. Diprediksikan USD/IDR akan cenderung turun terbatas dengan rentang harga 11,200 – 11,750 pada bulan Oktober 2013.
Perekonomian Inggris masih menunjukan pertumbuhan selama bulan September 2013. Pasar tenaga kerja di Inggris pun menunjukan adanya pertumbuhan yg positif ditandai dengan turunnya angka pengangguran di Inggris dari 7,8% ke 7,7% pada bulan September lalu. Pertumbuhan juga terasa di sektor perumahan Inggris ditandai dengan naiknya harga perumahan. Diperkirakan GBP/USD cenderung bergerak naik sesuai dengan pola bullishnya, dengan rentang harga 1,6000 – 1,6475 pada bulan Oktober 2013.
USD/JPY
AUD/USD Terus membaiknya indeks manufaktur di China dan data – data ekonomi di Australia berpotensi memberikan AUD daya tarik kembali di pasar valas. Rendahnya nilai tukar AUD/USD berpotensi memberikan sentiment positif untuk sektor ekspor Australia, khususnya komoditas. Diperkirakan AUD/USD akan bergerak naik terbatas dengan rentang harga 0,9280 – 0,9535 pada bulan Oktober 2013. Risiko perubahan kebijakan di AS mengenai stimulus masih akan sangat mempengaruhi pergerakan AUD/ USD kedepannya.
Pelemahan JPY terhadap mata uang lainnya cukup membantu mempersempit defisit neraca perdagangan Jepang. Namun pelemahan JPY tersebut masih belum bisa membuat neraca perdagangan Jepang kembali menjadi surplus. Penanganan yang intensif dari pemerintah Jepang bersama sama dengan BOJ akan cenderung mengarah ke pelemahan JPY dalam rangka terus memperbaiki neraca perdaganannya. Diperkirakan USD/JPY akan bergerak dalam rentang 97,50 – 100,00 pada bulan Oktober 2013, dengan kecenderungan naik (JPY melemah terhadap USD).
Recommendation USD/IDR
EUR/USD
GBP/USD
AUD/USD
Expected buying level
11.200 - 11.300
1.3400 - 1.3425
1.6000 - 1.6080
0.9120 - 0.9180
97.50 - 98.00
Expected selling level
12.000 - 12.100
1.3750 - 1.3800
1.6745 - 1.6525
0.9480 - 0.9530
101.50 - 102.00
Long profit taking @
11.650 and above
1.3600 and above
1.6250 and above
0.9400 and above
100.00 and above
Short profit taking @
11.300 and below
1.3500 and below
1.6200 and below
0.9200 and below
99.00 and below
Long cut loss @
10.500 - 10.600
1.3250 - 1.3300
1.5875 - 1.5925
0.9000 - 0.9050
96.50 - 97.00
Short cut loss @
12.300 - 12.500
1.3875 - 1.3925
1.6625 - 1.6675
1.9625 - 1.9700
102.50 - 103.00
Rekomendasi entry level
Profit Taking Cut Loss *Data di atas hanya besifat indikatif dan dapat berubah sewaktu-waktu tergantung kondisi pasar.
USD/JPY
4 | Market Perspective | Oktober 2013
COMMINSIGHT EQUITY MARKET REVIEW SEPTEMBER 2013 Bersikap rasional. Perilaku yang sangat sulit dilakukan apabila seseorang melibatkan terlalu banyak emosi, perasaan, dan perilaku subyektif lainnya dalam pengambilan sebuah keputusan, terlebih sebuah keputusan investasi. Melihat kondisi pasar modal di bulan September 2013, kita dapat melihat bahwa betapa faktor psikologis memainkan peran penting dalam pergerakan pasar saham global. Investor seolah terjebak dalam euforia pada tanggal 19 September 2013 kemarin, pasca ditundanya program pengurangan stimulus QE oleh bank sentral AS, yang menjadi faktor utama penurunan pasar saham global semenjak bulan Juni 2013. IHSG mengalami kenaikan 4,6% pada tanggal tersebut. Namun kemudian, realita berbicara bahwa persoalan pada ekonomi global dan domestik tidak hanya terletak pada dikuranginya program stimulus QE, namun masih ada tekanan inflasi domestik yang relatif masih tinggi, defisit neraca perdagangan dan transaksi berjalan yang masih belum menunjukkan peningkatan signifikan, perlambatan pertumbuhan ekonomi domestik, serta beberapa permasalahan ekonomi global seperti penentuan batas kredit pemerintah Amerika Serikat serta kondisi kas pemerintah AS yang hampir habis untuk sekedar membiayai operasional pemerintah AS. Secara psikologis, investor kembali memasuki fase kekhawatiran, setelah baru saja mengalami euforia, sebuah situasi yang sangat fluktuatif dalam jangka waktu yang sangat pendek.
2013 Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep JCI Performance (%) Foreign Net Buy / Sell (USD million)
3.17
7.68
3.03
1.88
0.69
-4.93
-4.33
-9.01
YTD 2013
2.89 -0.01%
587.25 1160.77 189.01 74.23 -31.54 -2034.81 -253.11 -521.13 -26.76 -856.1
Sumber: Bloomberg, as of 1 October 2013
Secara keseluruhan IHSG mencetak kinerja positif 2,89% di bulan September, yang merupakan kinerja bulanan positif pertama semenjak bulan Juni. Tekanan jual investor asing juga relatif melambat di bulan September, dengan transaksi jual bersih sebesar USD26,76 juta, yang merupakan transaksi jual bersih terendah semenjak bulan Mei. Indikasi positif juga mulai terlihat dari membaiknya figur inflasi di bulan September 2013, sebagaimana terlihat pada grafik di bawah ini.
Inflasi September mengalami penurunan ke level 8,4% (YoY), bahkan secara bulanan mengalami deflasi 0,35%, yang diakibatkan oleh penurunan inflasi bahan pangan ke level 12,84% 8.40% IDCPIY Indonesia CPI YoY IDCPIY Index 10/31/2008 1D 3D
For Sep
Badan Pusat Statistik Indonesia
96) Actions 1M
10/01/2013 6M YTD
Last Price IDCPIY IDCPF00Y Index- on 9/30/13 IDIFCRIY Index
Survey --
Next Release 01 Nov 11:10
1Y 8.40 12.84 4.72
97) Edit 5Y
Max
98) Feedback
namun memiliki pendapatan dalam mata uang IDR, yang tentunya akan mengalihkan kenaikan biaya produksi pada kenaikan harga barang jadi. Salah satu berita yang disambut positif oleh investor adalah surplus yang dialami oleh neraca perdagangan domestik di bulan Agustus pada level USD132 juta, setelah pada bulan sebelumnya mencapai defisit terburuk dalam 5 tahun terakhir pada level USD2,3 miliar. Namun setelah melihat komponen di dalam neraca perdagangan tersebut, baik ekspor maupun impor masih mengalami pertumbuhan negatif (YoY) di bulan tersebut, masing-masing sebesar 6,3% dan 5,7%. Dari sisi positif, investor dapat melihat bahwa surplus dalam neraca perdagangan akan memberikan imbas positif bagi defisit transaksi berjalan pemerintah, yang akan dilaporkan akhir bulan ini untuk periode Q3 2013. Namun di sisi lain, perlambatan impor barang modal adalah akibat dari mulai melambatnya investasi asing ke sektor riil, yang dikhawatirkan merupakan imbas dari mulai melambatnya konsumsi domestik.
$132M IDBALTOL Indonesia Trade Balance IDBALTOL Index 10/31/2010 1D 3D 1M
For Aug
Last Price High on 12/31/10 Average Low on 07/31/13
Survey --
Next Release 01 Nov 11:10
Badan Pusat Statistik Indonesia
95) Save As 10/02/2013 Last Price 6M YTD 1Y 5Y
96) Actions Max
97) Edit 11)Compare
98) Table Mov.Avgs
Daily
Line Chart IDR
No Lower Chart Security/Study
Event
4000
132.40 3683.20 784.33 -2329.10
3000 2000
G111 - headline vs food cpi Local CCY 11)Compare Security/Study Event
Daily
1000
20.00
-.39 -2.28 +.24
132.40
18.00 16.00
-1000
14.00 12.84 12.00 10.00 8.40 8.00 6.00 7.72 4.00
-2000 Dec 31 2010
Mar 31
Jun 30 2011
Sep 30
Dec 31
Mar 31
Jun 30 2012
Sep 30
Dec 31
Mar 31
Jun 30 2013
Aug 31
Sumber: Bloomberg, as of 1 October 2013
2.00 Dec 31 2008
Jun 30 2009
Dec 31
Jun 30 2010
Dec 31 Mar 31
2011
Dec 31 Mar 31
2012
Sep 30 Mar 31
Jun 30 2013
Sumber: Bloomberg, as of 1 October 2013
Meski demikian, ancaman inflasi belum sepenuhnya usai, dikarenakan secara siklus, dampak kenaikan harga BBM dapat menyebabkan second round impact of inflation terhadap sektor lainnya, di mana hal ini mulai terlihat dari inflasi inti (tidak memasukkan inflasi bahan pangan dan BBM sebagai komponen perhitungannya) yang mengalami kenaikan 20 bps ke level 4,72%. Di mana hal ini didorong oleh inflasi sandang (pakaian) yang mencapai level tertingginya semenjak bulan Agustus 2011. Dampak pelemahan rupiah juga masih memberikan ancaman terhadap kenaikan inflasi, meskipun saat ini nilai tukar rupiah relatif lebih stabil dibandingkan bulan-bulan sebelumnya, level nilai tukar rupiah saat ini 22% lebih tinggi dibandingkan rata-rata nilai tukar rupiah terhadap USD selama 3 tahun terakhir (9315), yang tentunya berdampak negatif pada industri yang melakukan impor bahan baku dengan menggunakan mata uang USD
Tentunya kombinasi hal-hal tersebut berpotensi memperlambat pertumbuhan ekonomi Indonesia yang relatif agresif selama 1 dekade terakhir, sebagaimana yang telah diestimasi oleh mayoritas analis untuk tahun 2014 ke depan. Namun apakah hal-hal tersebut di atas akan membawa Indonesia pada satu fase krisis yang baru seperti yang pernah dialami Indonesia pada tahun 1998? Permasalahan fundamental domestik saat ini tidak mencapai level krisis yang dialami pada tahun 1998. Kebijakan-kebijakan yang diambil oleh pemerintah saat ini lebih preventif dan antisipatif untuk memitigasi potensi-potensi risiko yang akan terjadi. Investor akan melihat dengan jelas bahwa pada saat ini, ekonomi Indonesia memiliki ketahanan yang jauh lebih baik secara fundamental dibandingkan tahun 1998. Sistem perbankan, rasio tingkat hutang terhadap pertumbuhan ekonomi, serta tingkat cadangan devisa yang dimiliki pemerintah saat ini telah berada pada level yang jauh lebih baik dibandingkan tahun 1998 untuk menghindari potensi krisis yang lebih fatal.
5 | Market Perspective | Oktober 2013
Pertumbuhan investasi langsung ke sektor riil di Indonesia relatif agresif selama 2 tahun terakhir, yang mendorong total investasi domestik terhadap total pertumbuhan ekonomi indonesia bahkan lebih baik dibandingkan Brazil, Russia, India, dan Korea selatan sebagai sesama kolega negara berkembang. berdasarkan survey The Economist, indonesia adalah destinasi favorit investor nomor 3 setelah China dan India di Asia pada tahun 2013, di mana 53,5% dari koresponden menyatakan berkeinginan untuk meningkatkan investasi di indonesia
Pertumbuhan ekonomi indonesia jauh lebih stabil dibandingkan pertumbuhan ekonomi negara-negara ASEAN, BRIC, dan G20, meskipun telah melambat saat ini G-20s, Q2 2013 GDP Growth (%, YoY) 8 6 4 2 0 -2 -4
7.5
5.8
4.4 4.4 3.28 3
2.7
2.6
2.3
2
1.6 1.5
a ia a a A a in zil na sia ey ia ab ali ric US re Ch one Turk Ind Bra nti i Ar str Ko . Af d d S ge Au S. In Ar Sau
1.5 1.2 0.9 0.5 0.3 -0.5 -2.1
o n a ny UK exic apa nad ma nce r a J M Ca Ge Fr
EU
ly Ita
Sumber: Bloomberg
Direct Investment (US$ billion) Foreign
12.00
Comparison with BRICS and Asean members (GDP Growth, % YoY)
Domestic
2011 growth: 20.5%
2012 growth: 24.6%
14
2013 growth: 30.1%
12 10
3.06
2.94
2.80
2.31
2.19
2.67
2.11
1.56
6.00
2.11
8.00
8
3.68
10.00
4 2 0
Q1
Q2
4.00
Q3
Q4
Q1
Q2
7.41
7.28
6.31
9.29
6.24
5.73
5.13
5.16
2.00
4.78
4.40
2010
Q3
Q4
Q1
Q2
2011
Brazil
Russia
Q3
Q4
Q1
2012
India
Q2
2013
China
Indonesia
Sumber: WEO, Bloomberg
0.00
1Q
Total:
2Q
2011
3Q
4Q
1Q
2Q
US$27.9 bn
2012
3Q
4Q
1Q
US$34.8 bn
2Q
2013
25
US$21.4 bn
20
Sumber : BKPM Note: IDR/US exchange rate of 9.000; USD values for convenience only
15 10
Total Investment (%GDP) Indonesia India
5
Brazil Russia
China South Korea
0 Indonesia
55.00
2012 Q1
50.00
Malaysia 2012 Q2
Phillipines
2012 Q3
2012 Q4
Singapore 2013 Q1
Thailand
2013 Q2
Sumber: Bloomberg
47.05
45.00 40.00
35.57 35.15
35.00 30.00
27.35 26.24
25.00 20.00
18.52
15.00
2012
2013 Estimate
2011
2010
2009
2008
2007
2006
2005
2004
2003
2002
2001
2000
10.00
Perbedaan krisis ekonomi domestik 1998 dengan saat ini Indicators
1998
Now
GDP Growth
-13.10%
5.8% (Q2 2013)
Debt to GDP Ratio
56.40%
31.3% (Q2 2013)
FX Reserves
USD 33.8 billion
USD 93 billion (Aug 2013)
NPL Ratio (Bank)
>30%
<4%
Inflation (YoY)
77.63%
8.4% (Sep 2013)
Dollar debt denominated
High
Small
Political situation
No confidence
Stable
Current Account Balance
Surplus : USD 744 million
Deficit : USD 9.8 billion
Foreign Direct Investment
USD 576 million
USD 19.8 Billion (2012)
Sumber : IMF, World Economic Outlook Database - April 2013
The Economist: Indonesia is the #3 investment destination in Asia in 2013 Increase their level of investment Still in the market, but will not invest more Reduce their investment Have no plans to invest China
73.8
0.7 20.6
India
54.1
32
Indonesia
53.5
27.1
Malaysia
43.0
Thailand
38.6
5.0 13.9
0.8 2.2
18.6
38.5
16.3
Sumber : Bloomberg, Worldbank
Berdasarkan analisa situasi ekonomi makro di atas, melambatnya pertumbuhan ekonomi dalam jangka pendek adalah suatu hal yang tidak dapat dihindari, dengan 4 faktor penyebab utama yaitu tingginya defisit transaksi berjalan, pelemahan rupiah, tingginya inflasi, serta belum bertumbuhnya aktivitas transaksi perdagangan (ekspor-impor).
2.4 33.9
Vietnam
37.7
Singapore
34.8
South Korea
28.9
46.1
Phillipines
28.1
45.5
Australia
27.0
Japan
26.2
Hong Kong
21.4
Taiwan
15.2
25.2
3.3
32.8
26.2 0.7
53.9
3.1
10.6
21.9
0.8
25.6 5.6
47.6
19.8 3.1
Sumber : Bloomberg, Worldbank
55.4 58.8 51.2
15.4 1.5 3.2 30.4
18.3
Namun hal ini cenderung dapat dimitigasi mengingat stabilnya pertumbuhan ekonomi Indonesia selama beberapa tahun terakhir dibandingkan negara lainnya, yang terus menarik investasi asing dan domestik secara berkala dan dapat meningkatkan devisa pemerintah, untuk melakukan mitigasi terhadap ancaman krisis yang lebih fatal. Terlebih lagi, apabila investor memperhatikan grafik di bawah, secara valuasi, rasio P/E IHSG telah berada diluar 5 indeks saham termahal di Asia (pada level 14,9x) namun yang paling menarik adalah, tetap menawarkan profitabilitas yang tinggi dengan Return on Equity yang paling menarik dibandingkan negara Asia lainnya.
6 | Market Perspective | Oktober 2013
Valuasi dan profitabilitas IHSG saat ini relatif menarik dibandingkan negara Asia lainnya 25 21
20.6 20
18.45
17.88
17.6
16.82
15
15
13
14
18
17 15.67
16
14.9
14
13.61
12
10
10
11.14
10.7 9
7 5
0 Japan
Phillipine Australia Taiwan Malaysia Trailing P/E ratio (x)
India
Indonesia Thailand Singapore China Hong Kong Index’s ROE (2013 estimates -%)
Sumber: Bloomberg, 25 September 2013
OUR PRODUCT RECOMMENDATION Indikator risiko makro global 0,5590 (rata-rata 10 tahun terakhir : 0,4230) 09/30/2013 09/30/2003 1D 3D 1M 6M YTD Bid Price High on 09/22/11 Average Low on 01/11/10
Bid Price Li 1Y 5Y Max
11)Compare
Mov.Avgs
No Lower Chart
Daily
Security/Study
USD
Event
0.5590 0.9940 0.4349 0.0110
1.0000
0.8000
0.6000 0.5590 0.4000
0.2000
0.0000 2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
Sumber: : Bloomberg, 2 October 2013
Selera risiko investor global terhadap aset berisiko telah relatif membaik di bulan September 2013, dibandingkan 2 bulan sebelumnya, meskipun berdasarkan indeks risiko makro di atas masih berada di atas level ratarata 10 tahun terakhir, yang mengindikasikan investor masih belum menunjukkan agresivitas yang tinggi dalam memburu aset-aset berisiko terutama saham dan obligasi negara berkembang. Apabila memilah sektor demi sektor pada IHSG, kami dapat menyimpulkan bahwa: Kami masih mewaspadai sektor konsumer dikarenakan valuasi yang relatif tinggi serta imbas negatif dari pelemahan rupiah yang berdampak negatif terhadap pendapatan emiten sektor tersebut (dikarenakan mayoritas bahan baku emiten diimpor dan memiliki beban hutang dalam USD). Kenaikan biaya produksi akibat naiknya upah minimum domestik, tarif dasar listrik, juga dapat mempengaruhi pendapatan emiten sektor konsumer. Demikian pula kami cenderung mewaspadai sektor perbankan dikarenakan naiknya biaya modal akibat suku bunga acuan dan mulai melambatnya pertumbuhan kredit, terkecuali pada bank-bank besar yang memiliki banyak pendanaan murah, atau bank-bank yang memiliki margin profit tinggi dikarenakan secara spesifik membidik sektor mikro dan usaha kecil. Kami tetap positif terhadap sektor infrastruktur, dikarenakan tema defensif, terutama pada sektor telekomunikasi yang memiliki kinerja relatif stabil, serta beberapa emiten infrastruktur umum yang sejalan dengan strategi pemerintah jangka panjang untuk meningkatkan kualitas infrastruktur. Sektor properti dan industri dasar, pertumbuhannya telah relatif moderat, dikarenakan kenaikan suku bunga pinjaman dapat mempengaruhi penjualan dalam jangka pendek. Demikian juga faktor valuasi pada sektor ini yang relatif tinggi. Namun beberapa emiten industri dasar, terutama semen, tentunya masih menjadi favorit bagi manajer investasi dikarenakan tingkat permintaan yang relatif stabil serta konsumsi semen per kapita yang relatif masih rendah dibandingkan negara maju dan berkembang lainnya. Investasi pada obligasi pemerintah berdenominasi IDR lebih disarankan dibandingkan investasi pada obligasi berdenominasi USD saat ini. Namun diversifikasi pada durasi obligasi tetap disarankan mengingat potensi second round impact of inflation dari kenaikan harga BBM bersubsidi dan bahan pangan dapat memicu kembali kenaikan suku bunga sebesar 25 bps hingga akhir tahun 2013 ini.
Portfolio IDR October 2013 Konsep Portofolio
Pilihan Reksa Dana
Alokasi pada portofolio
Core Portfolio
BNP Paribas Pesona Syariah Manulife Dana Saham Schroder Dana Istimewa
40%
Growth Portfolio
BNP Paribas Infrastruktur Plus Manulife Link Dana Ekuitas SMC
10%
Fixed Income Medium to Long duration
First State Indonesia Bond Fund FR68 / FR65 / FR58
30%
Fixed Income Short duration
Danareksa Melati Platinum Rupiah Schroder Dana Andalan 2 FR66 / 63
20%
Portfolio USD October 2013 Konsep Portofolio
Pilihan Reksa Dana
Alokasi pada portofolio
Core Portfolio
Panin SRC Moderate Fund
50%
Fixed Income Long duration
Indon 35/42/43
10%
Fixed Income Medium duration
Indon 21/22/23
40%
New! Top First State Fund to Pick Per tanggal 30 September 2013
Standar Deviasi (1Y)
First State Dividend Yield Fund
21.64
Sharpe Ratio (1Y) -0.24
Kinerja 1 tahun terakhir -1.2%
IHSG
20.64
-0.20
1.34%
7 | Market Perspective | Oktober 2013
DISCLAIMER Kecuali dinyatakan lain, semua data bersumber dari berita media massa, dan tidak diterbitkan oleh PT Bank Commonwealth (PTBC). PTBC harus dijamin untuk dibebaskan dari tanggung jawab, termasuk tetapi tidak terbatas pada penuntutan hukum oleh pihak ketiga. PTBC beserta direkturnya, karyawannya dan perwakilannya dalam Lampiran ini selanjutnya bersama-sama disebut sebagai “Grup” “Laporan ini diterbitkan semata-mata untuk tujuan informasi dan tidak boleh ditafsirkan sebagai suatu ajakan atau penawaran untuk membeli efek atau instrumen keuangan. Laporan ini telah disusun tanpa mempertimbangkan tujuan, situasi keuangan dan kapasitas untuk menanggung kerugian, pengetahuan, pengalaman atau kebutuhan orang-orang tertentu yang mungkin menerima laporan ini. Tidak ada anggota dari Grup yang melakukan atau harus melakukan penilaian kelayakan atau penyesuaian laporan untuk penerima laporan ini yang karenanya tidak mendapatkan manfaat dari perlindungan peraturan dalam hal ini. Laporan ini bukan nasihat atau petunjuk. Semua penerima laporan ini harus, sebelum bertindak atas dasar informasi dalam laporan ini, mempertimbangkan kewajaran/kelayakan dan kesesuaian informasi, dengan memperhatikan tujuan-tujuan mereka sendiri, situasi keuangan dan kebutuhan, dan, jika perlu mencari profesional yang tepat, memperhatikan kondisi valuta asing atau nasihat keuangan tentang isi laporan ini sebelum membuat keputusan investasi. Kami percaya bahwa informasi dalam laporan ini adalah benar dan setiap pendapat, kesimpulan atau rekomendasi yang cukup telah diadakan atau dibuat, berdasarkan informasi yang tersedia pada saat kompilasi, tetapi tidak ada pernyataan atau jaminan, baik tersurat maupun tersirat, yang dibuat atau disediakan untuk akurasi, kehandalan atau kelengkapan setiap pernyataan yang dibuat dalam laporan ini. Setiap pendapat, kesimpulan atau rekomendasi yang ditetapkan dalam laporan ini dapat berubah sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan dan mungkin berbeda atau bertentangan dengan, kesimpulan pendapat atau rekomendasi yang diungkapkan oleh Grup di tempat lain. Kami tidak berkewajiban untuk, dan tidak,memberitahukan perkembangan terkini atau terus mengikuti informasi terkini yang terdapat dalam laporan ini. Grup tidak menerima tanggung jawab untuk setiap kerugian atau kerusakan yang timbul akibat dari penggunaan seluruh atau setiap bagian dari laporan ini. Setiap penilaian, proyeksi dan prakiraan yang terkandung dalam laporan ini didasarkan pada sejumlah asumsi dan perkiraan dan tunduk pada kontinjensi dan ketidakpastian. Asumsi dan perkiraan yang berbeda dapat mengakibatkan hasil material yang berbeda pula. Grup tidak mewakili atau menjamin bahwa salah satu proyeksi penilaian atau prakiraan, atau salah satu dasar asumsi atau perkiraan, akan dipenuhi. Kinerja masa lalu bukan merupakan indikator yang dapat diandalkan untuk kinerja masa depan Grup tidak menjamin kinerja dari produk investasi atau pembayaran kembali modal dengan produk yang didistribusikan oleh PTBC. Investasi dalam produk ini bukan merupakan simpanan atau kewajiban lainnya dari Grup atau anak perusahaannya dan setiap jenis produk investasi memiliki risiko investasi termasuk hilangnya pendapatan dan modal yang diinvestasikan. Contoh yang digunakan dalam komunikasi ini hanya untuk ilustrasi. Semua materi yang disajikan dalam laporan ini, kecuali bila ditentukan lain, berada di bawah hak cipta Grup. Tak satu pun dari materi, maupun isinya, maupun salinannya, dapat diubah dengan cara apapun, ditransmisikan ke, disalin atau didistribusikan kepada pihak lain, tanpa izin tertulis dari perusahaan terkait yang menjadi bagian dalam Grup. Grup, berikut agennya, asosiasinya dan kliennya memiliki atau telah memiliki posisi panjang atau pendek pada efek atau instrumen keuangan lainnya yang disebut di sini, dan dapat setiap saat melakukan pembelian dan/atau penjualan terhadap kepentingan atau surat berharga dalam kapasitasnya sebagai prinsipal atau agen, termasuk menjual atau membeli dari klien atas dasar pokok dan dapat terlibat dalam transaksi yang tidak konsisten dengan laporan ini. Silahkan melihat website kami di www.commbank.co.id untuk informasi lebih lanjut. Jika Anda ingin berbicara dengan seseorang mengenai instrumen keuangan yang dijelaskan dalam laporan ini, silakan hubungi kami hubungi Call Centre kami di 5000 30 atau email kami di
[email protected].
www.commbank.co.id
facebook.com/CommbankID twitter.com/Commbank_ID