Wealth Management Newsletter - Juli 2016
TAX AMNESTY EFFECT
Indonesia banyak mendapat efek positif, yang memungkinkan aktivitas ekonomi semakin meningkat
GREETINGS
Nasabah yang terhormat, Terima kasih atas kepercayaan Anda menjadi Nasabah setia Commonwealth Bank. Pada kesempatan ini Kami segenap keluarga besar Commonwealth Bank juga ingin mengucapkan Selamat Idul Fitri 1437 H, Minal Aidin Wal Faidzin, Mohon Maaf Lahir dan Batin bagi Anda yang merayakan. Pada edisi e-Market Perspective kali ini, Kami mengulas mengenai pergerakan pasar saham dan pasar obligasi selama bulan Juni 2016 yang mengalami pergerakan positif didorong oleh telah disahkannya undang-undang pengampunan pajak atau yang lebih familiar disebut undang-undang tax amnesty. Setelah bergulir sejak awal tahun ini akhirnya DPR mensahkan undang-undang tax amnesty yang diproyeksikan akan dapat mendorong perekonomian Indonesia di waktu yang akan datang. Walaupun beberapa sentimen negatif yang datang dari eksternal seperti hasil referendum Inggris yang mayoritas warganya memutuskan untuk keluar dari Zona Eropa sempat mengguncang pasar finansial global maupun domestik namun disahkannya undang-undang tax amnesty dapat mengurangi dampak negatif tersebut. Kami melihat dengan disahkannya undang-undang tax amnesty akan memberi ruang bagi pemerintah untuk dapat lebih efisien dalam mengelola APBN. Dengan potensi tambahan pendapatan pajak dalam jangka pendek maupun jangka panjang, diharapkan rencana percepatan pembangunan infrastruktur akan berjalan lebih lancar. Otomatis ini akan memacu laju pertumbuhan ekonomi Indonesia dan membawa angin segar untuk pasar keuangan domestik baik pasar saham maupun pasar obligasi. Ini merupakan momentum yang sangat baik untuk dijadikan kesempatan membangun portofolio investasi dengan mengikuti tren yang sedang berlangsung, yang tentunya disesuaikan dengan tujuan dan profil risiko Anda. Jika Anda membutuhkan informasi lebih lanjut mengenai strategi dan rekomendasi produk-produk investasi, Anda dapat menghubungi Relationship Manager Kami di cabang terdekat.
Dewi Rustini Director of Retail Banking
1
Equity Market Review – Juni & Juli 2016 Setelah mengalami periode konsolidasi dalam beberapa bulan terakhir IHSG akhirnya berhasil melaju kencang ditopang sentimen kuat disetujuinya tax amnesty oleh DPR. Selama hampir 1,5 bulan ini asing melakukan net buy sebanyak Rp15.4 Triliun. Pada awal bulan Juni ini kekhawatiran akan kenaikan suku bunga AS mereda setelah melihat data penciptaan lapangan kerja yang meleset cukup jauh dari ekspektasi. Hal ini diperkuat oleh pernyataan gubernur The Fed, Janet Yellen untuk menunda kenaikan suku bunga AS dibulan Juni mempertimbangkan akan dilaksanakan referendum untuk menentukan potensi keluarnya Inggris dari Uni Eropa berpotensi memberikan fluktuasi pasar.
Positifnya untuk Indonesia, momentum persetujuan tax amnesty datang di waktu yang tepat. Dengan disetujui tax amnesty memberikan harapan penambahan pemasukan untuk pemerintah tahun ini, dan memperluas penerimaan tax based mulai tahun depan. Berdasarkan jadwal program tax amnesty akan dibagi menjadi 3 batch dimulai dari bulan Juli ini sampai Maret tahun depan dengan besaran pajak mulai dari 2%-5% untuk yang memilih untuk melakukan repatriasi.
IHSG Terkoreksi Sebelum Memulai Rally
Di luar dugaan hasil referendum pada 23 Juni menunjukkan lebih banyak warga inggris yang memilih untuk keluar Uni Eropa. Hasil yang mengejutkan ini langsung disambut negatif oleh pasar mengingat sejak awal telah diperingatkan efek negatif yang diberikan apabila Inggris memutuskan keluar dari Uni Eropa. Fluktuasi yang disebabkan referendum Inggris ini mengakibatkan rupiah terkoreksi sampai ke level 13.520 dan IHSG melemah sampai 4.763. Namun tidak seperti yang dikhawatirkan sebelumnya, efek dari Brexit ini tidak seburuk yang diperkirakan sejauh ini, terlebih untuk Indonesia karena ekonomi Indonesia lebih mengandalkan konsumsi domestik sebagai kontributor terbesarnya, ditambah rendahnya hubungan dagang dengan Inggris. Sumber: Bloomberg
Hanya beberapa hari setelah referendum Inggris, IHSG memulai rally nya hingga sampai pada 19 Juli 2016 telah menyentuh new high 2016 di 5.193, dengan katalis diketuk palunya program tax amnesty oleh DPR. Selama periode bulan Juni sampai 15 Juli 2016 ini IHSG naik 6,5%, MSCI Emerging Market naik 7,4%, dan MSCI World naik 1,5%. Sementara dilihat dari YTD sampai pertengahan Juli, IHSG naik 11,2% dan net-buy asing di IHSG Rp19 Triliun. Sebelum referendum dilaksanakan IMF telah mengingatkan keluarnya Inggris dari Uni Eropa hanya akan memberikan dampak negatif pada negara tersebut dan juga Uni Eropa, proyeksi pertumbuhan akan turun sementara inflasi dan pengangguran akan meningkat. Dengan current account defisit yang mencapai -5,2% dan banyaknya perusahaan finansial Eropa yang berkantor pusat di Inggris, risiko yang dihadapi dapat terlihat dengan kasat mata. Namun hasil akhir referendum menunjukkan lebih banyak warga Inggris yang memutuskan untuk keluar dari Uni Eropa. Bila dilihat berdasarkan demografi, mayoritas warga yang memilih untuk keluar adalah warga berusia lanjut, tinggal diluar kota besar, dan mayoritas pendidikan lebih rendah. Sementara warga kota besar seperti London memilih untuk bertahan, sehingga ketika hasil ini diumumkan penduduk kota besar seperti London pun ikut terkejut, karena mereka tidak mengetahui adanya masyarakat yang memilih untuk keluar.
Bond Market Review – Juni 2016 Pasar obligasi domestik kembali bergerak positif pada bulan Juni 2016 setelah bulan sebelumnya mengalami tekanan. Bloomberg Indonesia Local Sovereign Index mencatatkan kenaikan sebesar +4,75 poin MoM (+2,51% MoM) ke level 193.58. Ini merupakan level tertinggi semenjak indeks tersebut diluncurkan pada akhir tahun 2009. Kinerja positif obligasi sepanjang bulan Juni didorong oleh faktor global dan domestik. Di awal bulan, tekanan spekulasi kenaikan FFR masih membayangi pasar obligasi. Namun, rilis data inflasi bulan Mei yang mencatatkan inflasi +0,24% MoM atau 3,33% YoY (April: -0,45% MoM atau 3,60% YoY) direspon positif oleh pelaku pasar dan dapat mengimbangi sentimen negatif spekulasi kenaikan FFR. Selain lebih rendah dari bulan sebelumnya, data inflasi tersebut masuk ke dalam rentang yang diharapkan oleh para ekonom. Sementara, rilis data ketenagakerjaan AS yang masih jauh di bawah ekspektasi membuat spekulasi kenaikan FFR berbalik arah menjadi penundaan. Selain itu, hasil referendum Inggris yang memutuskan untuk keluar dari Zona Eropa (Brexit)
Market Perspective - Wealth Management Newsletter | Juli 2016
2
juga ikut memperbesar probabilitas penundaan tersebut. Ekspektasi ini membawa euforia positif di pasar obligasi domestik termasuk minat investor asing terhadap SBN. Tampak dari kepemilikan asing yang bertambah sebesar Rp22.03 Triliun sepanjang bulan Juni. Dari dalam negeri, tambahan katalis positif datang dari kinerja neraca perdagangan bulan Mei yang bertahan surplus sebesar USD375.6 Juta dan diturunkannya BI rate sebesar 25bps menjadi 6,5% dari 6,75% serta pemotongan 7 Days Reverse Repo Rate dengan besaran yang sama menjadi 5,25% dari 5,5%. Pemotongan tingkat suku bunga acuan BI ini merupakan kejutan yang sama sekali tidak diekspektasi oleh pelaku pasar. Di penghujung bulan, UU pengampunan pajak yang telah bergulir sejak kuartal 1 tahun ini akhirnya disahkan oleh DPR. Program pengampunan pajak yang diprediksi dapat menjadi “game changer” ekonomi Indonesia membuat pasar finansial bergerak positif mulai dari nilai tukar rupiah, pasar saham hingga pasar obligasi. Sepanjang bulan Juni, nilai tukar rupiah menguat sebesar 3,21% ke level Rp13.210/ USD dari Rp13.628/USD diikuti oleh penurunan yield obligasi benchmark 10 tahun ke level 7,42% dari 7,83%.
Secara umum perekonomian AS telah menunjukan perbaikan seperti yang dilaporkan bank sentral di 12 distrik yang tertuang dalam Beige Book. Dalam laporannya mengindikasikan bahwa ekonomi AS terus tumbuh dalam periode Mei hingga akhir Juni. Indikasi inflasi akan segera naik dalam waktu dekat juga masih kecil. Namun secara keseluruhan kepercayaan terhadap prospek ekonomi AS tetap kuat walaupun laju pertumbuhannya dinilai belum sesuai dengan ekspektasi The Fed. Terkait dengan semakin dekatnya penyelenggaraan pemilu presiden AS, The Fed disinyalir belum terlalu memperhitungkan dalam pengambilan kebijakan moneternya karena dianggap masih tergolong stabil. Tetapi tidak dipungkiri bahwa pemilu yang akan diselenggarakan pada bulan November nanti akan menciptakan ketidakstabilan politik.
Trade & Current Account UK 2% 1% 0% -1% -2% -3% -4%
Global Market Outlook
-5% -6%
Dilema Data Ketenagakerjaan AS Setelah hasil FOMC bulan Mei yang bernada hawkish, ekspektasi penundaan kenaikan FFR kembali muncul ketika rilis data ketenagakerjaan AS yakni nonfarm payroll bulan Mei yang hanya bertambah 11 ribu jauh di bawah ekspektasi 158 ribu serta tingkat pengangguran yang berada di level 4,70% yang masih di bawah konsensus sebesar 4,9%. Probabilitas penundaan FFR semakin meningkat setelah akhirnya The Fed menunda menaikkan suku bunganya pada pertemuan Juni dan terjadinya Brexit. Peristiwa Brexit menciptakan ketidakpastian di pasar global, terutama di Inggris. Ekonomi Inggris dipercaya akan terkena dampak yang besar seperti kinerja perdagangan yang akan melemah, hilangnya iklim bisnis dan investasi, menurunnya konsumsi hingga tidak stabilnya pasar keuangan. Dengan adanya Brexit juga dipercaya akan berdampak terhadap pengambilan keputusan The Fed yang akan semakin ragu untuk menaikkan FFR dalam waktu dekat mengingat menguatnya USD dan terus naiknya harga UST akibat permintaan yang tinggi di mana investor berlomba untuk mengalihkan asetnya ke safe-haven aset. Banyak ekonom yang merevisi proyeksi kenaikan FFR hanya akan terjadi 1 kali pada Desember tahun ini atau bahkan tidak sama sekali. Walaupun data ekonomi AS kembali menunjukkan perbaikan selama bulan Juni, sebut saja pertambahan nonfarm payroll yang naik 287 ribu.
Market Perspective - Wealth Management Newsletter | Juli 2016
Trade in goods & services, % GDP
-7% -8%
Current account, % GDP
92
94
96
98
00
02
04
06
08
10
12
14
16
Sumber: ONS, Datastream, SG Cross Asset Researh / Economics
Surprise From Pro - Brexit Di luar dugaan investor ataupun masyarakat pada umumnya, secara mengejutkan kubu Brexit berhasil memenangkan referendum dengan hasil voting 52:48. Sebagai konsekuensi dari hasil referendum ini Perdana Menteri Inggris pendukung bertahannya Inggris di Uni Eropa, David Cameroon memutuskan mundur dari jabatannya. Dampak nyata yang akan terlihat dari keputusan ini adalah negosiasi ulang perjanjian perdagangan dengan negara Uni Eropa. Berdasarkan riset Societe Generale, dampak keputusan untuk keluar dari Uni Eropa akan mengakibatkan pertumbuhan GDP lebih rendah 0,2% dan 0,7% di 2016 dan 2017. Pengangguran akan meningkat menjadi 9% di 2020 dan inflasi dapat meningkat sampai 1% akibat melemahnya poundsterling. Walaupun referendum telah selesai dilaksanakan namun pada prakteknya Inggris membutuhkan waktu setidaknya 2 tahun untuk benar-benar keluar dari Uni Eropa. Secara politik hal yang dikhawatirkan dari keluarnya Inggris akan menyebabkan disintegrasi pada Uni Eropa, namun sejauh ini
3
isu tersebut teratasi. Negara dengan ekonomi paling mapan di Uni Eropa, Jerman berkomitmen untuk terus melanjutkan persatuan Uni Eropa yang telah dibangun.
ini merupakan berita positif untuk negara Asia termasuk Indonesia.
Dilihat dari sisi perdagangan Inggris memiliki hubungan dagang yang rendah dengan negara Asia, terlebih untuk Indonesia sehingga risiko dari Brexit berdampak minimalis. Risiko lebih besar ada pada negara-negara bekas koloni Inggris.
Five Waves of Renmimbi Depreciation 6.8 5th wave
6.7 6.6
4th wave
6.5
Keluarnya Inggris dari Uni Eropa nyatanya memunculkan opportunity untuk Emerging Market. Pertama dengan Inggris akan melakukan sejumlah stimulus untuk memompa ekonominya akan semakin meningkatkan likuiditas dipasar global. Sementara yield negara maju saat ini yang menarik hanya AS, sehingga menyebabkan dana akan ikut mengalir ke Emerging Market yang menawarkan yield lebih tinggi.
3rd wave
6.4 6.3
2nd wave 1st wave
6.2 6.1 6.0 Feb-13
Aug-13
Feb-14
Aug-14
Feb-15
Aug-15
Feb-16
Sumber: Societe Generale Cross Asset Research, Bloomberg.
Asia Risk Map
equity Market Outlook “You got a dream? You gotta protect it“
Sumber: Bloomberg
China Q2 GDP YoY Beyond Consensus Berita positif saat ini datang dari Tiongkok. Rilis data GDP pada Q2 menunjukkan pertumbuhan 6,7% YoY melampaui ekspektasi para analis. Sementara data Foreign Direct Investment menunjukkan kenaikan 9,7% jauh melampaui konsensus di level 0,8%. Menurut salah satu pejabat Tiongkok kenaikan harga properti juga masih terus berlanjut. Baiknya rilis data ekonomi Tiongkok memberikan sinyal positif untuk negara Asia lainnya. Tekanan untuk devaluasi lebih lanjut semakin mereda. Sementara dengan membaiknya prospek ekonomi meningkatkan keyakinan kembali meningkatnya hubungan dagang negara Asia dengan Tiongkok. Hal penting yang perlu dicatat walaupun pelemahan mata uang Tiongkok saat ini masih terus berlanjut, namun tidak memberikan dampak yang signifikan pada mata uang Asia lainnya. Dengan selama ini kekhawatiran devaluasi Yuan dapat menganggu kestabilan mata uang maka dengan fakta
Pada tahun 2009 ketika krisis subprime mortgage merambat keseluruh dunia, Indonesia dipuji-puji pasar global karena memiliki ketahanan yang hebat, konon dikatakan singkatan negara emerging paling potensial BRIC seharusnya ditambahkan satu i yaitu Indonesia menjadi BRIIC. Kemudian di 2013 dongeng itu lenyap seketika, Indonesia yang awalnya digadang-gadang menjadi BRIIC berubah singkatan menjadi Fragile Five, salah satu negara yang memiliki ekonomi paling rapuh. Dengan neraca defisit yang membengkak akibat besarnya impor minyak dan mata uang yang sangat fluktuatif, Indonesia menjadi dijauhi oleh pasar global. Sekarang di 2016 cerita kembali berbalik, Indonesia perlahan kembali menjadi salah satu primadona negara emerging market. Dengan telah disetujuinya tax amnesty, meningkatnya consumer confidence Indonesia menjanjikan potensi peningkatan kualitas ekonomi yang signifikan. Dalam waktu dekat akan semakin banyak pujian yang datang ke Indonesia oleh pasar global. Tentu hal yang positif bila kita dipuji, namun yang paling utama adalah menjaga kepercayaan diri kita. Jangan sampai terbuai sehingga pasar global dapat dengan mudah membalikkan pujian menjadi sindiran. Sepanjang kita tetap percaya pada negara kita ekonomi kita, maka pada prosesnya akan berjalan lebih baik. Seperti yang dikatakan oleh Chris Gardtner pada film Pursuit of Happines “Don’t ever let somebody tell you, you can’t do something. You got a dream? You gotta protect it”. Sejauh ini pemerintah Indonesia telah membuktikan tidak dapat disetir dan fokus pada apa yang dipandang positif untuk ekonomi Indonesia. Subsidi BBM yang tidak tepat sasaran saat ini telah dipangkas. Anggaran belanja
Market Perspective - Wealth Management Newsletter | Juli 2016
4
infrastruktur ditingkatkan drastis hingga menyentuh rekor Rp313 Triliun untuk meningkatkan kualitas ekonomi Indonesia, inefesiensi diperbaiki seperti pada mahalnya harga semen dan tingginya bunga kredit, pemerintah tidak segan-segan untuk melakukan intervensi walaupun itu membuat investor asing melakukan aksi jual di IHSG. Walaupun dipandang perlu rencana pemerintah dikomunikasikan lebih baik untuk mencegah kesalahpahaman, namun telah terlihat pemerintah telah melakukan hal yang benar walaupun dampak yang diberikan tidak terasa secara instan. Langkah penting terakhir yang dilakukan pemerintah yaitu menjalankan tax amnesty untuk meningkatkan penerimaan pajak.
Ekspektasi Tinggi Suksesnya Tax Amnesty Berdasarkan program tax amnesty yang pernah dilakukan sepanjang sejarah diseluruh dunia, ekspektasi pemerintah Indonesia dapat dikatakan luar biasa optimis, pemerintah berekspektasi penerimaan pajak terhadap GDP akan meningkat sekitar 1,2% setelah program tax amnesty dilakukan. Sementara sejarah mencatat peningkatan tertinggi pernah dialami India hanya sekitar 0,6% atau setengah dari target pemerintah Indonesia. Pemerintah optimis program tax amnesty akan berhasil dan memiliki dasar yang kuat karena telah menjadi undang-undang dan karena akan berlakunya automatic exchange information pada 2018 nanti, sehingga sekarang merupakan kesempatan yang tepat untuk mengakui aset yang selama ini disembunyikan.
Pada akhir bulan Juni kemarin akhirnya DPR menyetujui rencana pemerintah untuk menjalankan program tax amnesty dengan tujuan meningkatkan penerimaan pajak.
Melalui tax amnesty ini pemerintah menargetkan pendapatan pajak tambahan sebesar Rp165 Rriliun. Target pajak pendapatan yang pada awalnya Rp757.2 Triliun ditingkatkan menjadi Rp855.8 Triliun. Sementara defisit fiskal 2016 akan meningkat menjadi Rp296 Triliun atau -2,35% dari GDP dibandingkan sebelumnya Rp273 Triliun atau -2,15%.
Postur APBN-P 2016 2015 realization
APBN 2016
A. Revenue and Grant
1,505.4
1,822.5
1,734.5
1,786.2
I. Domestic Revenue
1,494.1
1,820.5
1,732.5
1,784.2
1. Tax revenue
1,240.4
1,546.7
1,527.1
1,539.2
a. Domestic tax
1,205.5
1,506.6
1,491.2
1,503.3
602.3
757.2
843.8
855.8
49.7
41.4
24.3
36.3
Non-oil and gas
552.6
715.8
819.5
819.5
Value Added Tax
423.7
571.7
474.2
474.2
29.3
19.4
17.7
17.7
144.6
146.4
148.1
148.1
Rptn
Income Tax Oil and gas
Land and Building Tax Excise
R-APBN APBN-P 2016 2016
5.6
11.8
7.4
7.4
b. International Trade Duty
34.9
40.1
35.9
35.9
Export duty
31.2
37.2
33.4
33.4
Import duty
3.7
2.9
2.5
2.5
2. Non-tax revenue
253.7
273.8
205.4
245.1
Other taxes
11.3
2.0
2.0
2.0
B. Expenditure
1,797.6
2,095.7
2,047.8
2,082.9
I. Central Government Expenditure
1,174.5
1,325.6
1,289.5
1,306.7
623.0
770.2
758.3
776.3
II. Grant
II. Transfer to Region and Village Fund D. FISCAL SURPLUS/DEFICIT (A-B)
(292.2)
(273.2)
(313.3)
(297.7)
As a percentage of GDP
-2.53%
-2.15%
-2.48%
-2.35%
E. FINANCING
318.8
273.2
313.3
296.7
I. DOMESTIC FINANCING
307.8
272.8
315.9
299.3
11.0
0.4
(2.5)
(2.5)
II. Net EXTERNAL FINANCING Sumber: Mandiri Sekuritas, Kemenkeu
Market Perspective - Wealth Management Newsletter | Juli 2016
Tax Amnesty yang dilakukan India pada 1997 sejauh ini tercatat yang paling sukses dalam sejarah 1.40 Tax revenues as a % to GDP
Berdasarkan kesepakatan yang telah disetujui antara DPR dengan pemerintah, program tax amnesty dibagi menjadi 3 periode dan akan berakhir pada 31 Maret 2017. Untuk aset yang akan diakui dan melakukan repatrasi akan dikenakan pajak 2% untuk periode 3 bulan pertama, 3% untuk periode 3 bulan selanjutnya, dan dikenakan terakhir 5% untuk untuk 3 bulan kemudian yang berakhir pada 31 Maret 2017. Sementara untuk aset yang akan diakui namun tidak dibawa pulang ke Indonesia atau repatriasi akan dikenakan pajak 4%, 6%, dan 10% untuk periode waktu yang sama.
Current MoF estimate is much higher than previous global experience
1.20 1.00 0.80 0.60
CS estimate of tax revenues stand0.5% to 0.6% of GDP
0.40 0.20 0.00
India, 1997
South Greece, Mexico, Indonesia, Italy, Brazil, Belgium, Portugal, Turkey, Italy, Argentina, USA, Canada, Germany, Russia, Africa, 2004 2009 2008 2009 2015 2004 2012 2004 2008 2009 2012 2006 2005 2006 2003
Sumber: Credit Suise, Kemenkeu
Seperti kita ketahui program tax amnesty ini memiliki multiplier efek yang sangat positif terhadap perekonomian Indonesia. Dengan ketatnya likuiditas perbankan yang saat ini memiliki rasio pinjaman terhadap dana simpanan sudah mencapai 90% (batas atas 100%) maka potensi masuknya dana sebesar Rp500 Triliun merupakan insentif yang sangat besar untuk menambah likuiditas perbankan. Sebagai catatan saja total dana pihak ketiga/ DPK yang dimiliki perbankan hingga akhir 2015 adalah sekitar Rp4.413 Triliun, sementara tingkat pertumbuhan DPK belakangan semakin turun hanya sekitar 8%. Itu dilihat dari sisi supply, sementara dari sisi demand dengan akan diakuinya aset yang dapat mencapai Rp2.000 Triliun maka akan meningkatkan daya beli dan konsumsi, tentu ini merupakan efek yang positif untuk perekonomian Indonesia.
RAPBN-P 2016 Sejak diketuk palunya tax amnesty, IHSG langsung melakukan rally dari 4.834 sampai 5.172 per 19 Juli 2016 kemarin atau kenaikan 7%. Kenaikan ini lebih karena sentimen positif untuk ekonomi Indonesia yang dijadikan momentum oleh investor asing untuk melakukan aksi beli hingga mencapai Rp13.2 Triliun hanya dalam beberapa minggu.
5
Efek sesungguhnya dari kembalinya dana tersebut ke Indonesia dan sebagian akan diinvestasikan ke IHSG belum berjalan, karena tax amnesty baru dapat dikatakan efektif mulai berjalan per Agustus nanti. Bila diasumsikan 5% dari dana repatriasi akan masuk ke IHSG maka ini sama dengan masuknya dana sekitar Rp25 Triliun ke IHSG. Dengan menggunakan perbandingan masuknya dana asing selama tiga tahun terakhir ke IHSG dan efek yang diberikan pada pergerakan IHSG maka besarnya dana tersebut dapat memberikan potensi kenaikan IHSG sebesar 12%. . Sementara apabila menggunakan rata-rata nilai buku IHSG dalam 5 tahun terakhir maka saat ini seharusnya IHSG diperdagangkan di level 5.509.
Alhasil, inflasi bulan Juni yang dirilis pada awal Juli memperlihatkan bahwa terjadi inflasi sebesar +0,66% MoM atau 3,45% YoY. Tingkat inflasi tersebut tergolong rendah jika dibandingkan dengan tingkat inflasi yang biasanya terjadi sepanjang bulan Ramadhan dan menjelang Idul Fitri pada tahun-tahun sebelumnya. Hingga akhir tahun tingkat inflasi diprediksi akan tetap berada di level yang rendah dengan mempertimbangkan faktor ditundanya kenaikan tarif listrik 900VA dan tidak adanya kenaikan harga BBM premium dan solar hingga bulan September 2016. Dari segi nilai tukar, rupiah telah menguat lebih cepat dari mitra dagang Indonesia. Hal ini membuat ruang penguatan rupiah akan terbatas dalam waktu dekat ini, ditambah dengan keinginan BI yang tidak ingin rupiah terlalu menguat sebelum dana repatriasi hasil pengampunan pajak mulai masuk ke dalam negeri. Selain itu penguatan rupiah yang terlalu kuat juga dapat menurunkan kinerja ekspor yang belum pulih. Rupiah diperkirakan akan stabil di level saat ini dengan kecenderungan melemah. Namun, untuk jangka yang lebih panjang rupiah akan terapresiasi seiring dengan masuknya arus dana hasil tax amnesty.
Namun dengan kenaikan IHSG yang belum didukung kenaikan laba bersih sementara valuasi atau P/E saat ini tergolong mahal maka sebaiknya bijak dalam berinvestasi, karena kenaikan yang tidak ditopang fundamentalnya akan menyebabkan bubble.
Valuasi IHSG Berdasarkan Book Value dan Fund Flow Keterangan IHSG Book Value Current Book Value Average Book Value Price based on average Book Value
Tahun
Foreign Flow (FF)
% FF to JCI JCI Market Float Cap Movement
2016-until July
19 Triliun
0.9%
11.3%
2015
-22 Triliun
-1.2%
-12.0%
2014
46 Triliun
2.4%
22.0%
1.0%
9.9%
1.2%
12.0%
Average Asumsi 5% dana repatriasi
Pada RDG BI terakhir, selain memotong BI rate, BI juga mengumumkan beberapa kebijakan makroprudential untuk meningkatkan pertumbuhan kredit yakni (1) mempermudah persyaratan KPR, (2) meningkatkan Loan to Funding Ratio (LFR) menjadi 80% dari 78%, dan (3) menaikkan Loan to Value (LTV) antara 5% hingga 15%. Kebijakan tersebut diharapkan dapat memicu kenaikan KPR dan mendorong perbankan untuk lebih agresif menggelontorkan kredit karena BI masih memperkirakan laju pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II masih stagnan.
5127 2079 247 2.65 5509
25 Triliun
Minat investor asing maupun domestik pada pasar obligasi masih menunjukan minat yang tinggi. Investor asing tercatat menambah kepemilikannya di SBN sebanyak Rp22.03 Triliun sedangkan investor domestik (asuransi dan dana pensiun) menambah sebanyak total Rp6.17 Triliun sepanjang bulan Juni.
Sumber: Bloomberg diolah oleh Commonwealth
Akumulasi Kepemilikan Asing di SBN IDR trn
BOND Market Outlook Better Macro Data With Additional “Tax Amnesty” Booster Inflasi diproyeksikan akan mengalami tekanan dalam beberapa bulan ke depan mengingat persediaan bahan pokok menipis setelah panen raya, efek siklus musiman bulan Ramadhan dan hari raya Idul Fitri dan dimulainya tahun ajaran baru sekolah. Untuk mengantisipasi meningkatnya harga bahan pokok yang dapat memicu inflasi, pemerintah berkomitmen untuk aktif melakukan operasi pasar guna menstabilisasi harga.
Foreign Cummulative Ownership
180 160
137.52
140 120
97.17
85.47
100 80
53.31
60 40
47.66
20 00 JAN
FEB MAR APR MAY JUN 2012
2013
JUL 2014
AUG SEP 2015
OCT NOV DEC 2016
Sumber: DJPPR diolah oleh Commonwealth
Market Perspective - Wealth Management Newsletter | Juli 2016
6
Kami melihat membaiknya data makroekonomi dapat mendukung penurunan yield SBN lebih lanjut diantaranya inflasi yang cenderung rendah, rupiah yang stabil, masih stagnannya laju pertumbuhan ekonomi pada 2Q16 yang membuat ruang gerak BI untuk melakukan pelonggaran kebijakan moneter lanjutan masih terbuka, dimulainya jendela waktu pertama arus dana repatriasi dana pengampunan pajak serta masih tingginya minat investor terhadap obligasi Indonesia. Selain itu dari faktor global, dengan terjadinya Brexit membuat The Fed semakin berhati-hati untuk menaikkan FFR dalam tahun ini yang dapat mendukung BI melakukan pelonggaran kebijakan moneter tanpa harus menghadapi risiko capital outflow dari dalam negeri. Sementara, tingginya likuiditas global di tengah yield negatif yang ditawarkan oleh developed country dapat membawa tambahan katalis positif bagi pasar obligasi domestik. Di balik potensi besar implementasi skema pengampunan pajak, menyimpan risiko yang membayangi pelaksanaannya antara lain gugatan uji material UU pengampunan pajak serta peraturan turunan terkait undang-undang tersebut yang masih ditunggu oleh pelaku pasar. Namun, kami menilai risiko tersebut cenderung kecil jika dibandingkan dengan potensinya.
Risks To Watch Berikut ini adalah beberapa risiko yang perlu kita waspadai dalam beberapa bulan ke depan : Kejutan yang terjadi dengan keluarnya Inggris dari Uni Eropa dapat berpotensi menyebabkan disintegrasi pada Uni Eropa. Berdasarkan riset beberapa lembaga terkemuka dunia keluarnya Inggris menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi Inggris dan Uni Eropa. Kudeta yang terjadi di Turki dan teror yang terjadi pada Perancis berpotensi meningkatkan ketakutan dan secara tidak langsung dapat menyebabkan turunnya aktivitas ekonomi di Eropa. Krisis ini membuat potensi resesi di eropa masih terus membayangi. Dengan banyak berpindahnya aset ke safe heaven seperti USD akibat krisis Eropa membuat potensi kenaikan suku bunga AS semakin mengecil. Namun dengan core inflation yang telah memenuhi ekspektasi dan data penciptaan lapangan kerja yang bagus membuat isu kenaikan suku bunga masih dapat terus berlanjut. Akan rilisnya laporan keuangan kuartal 2 dapat menjadi justifikasi apakah IHSG telah layak kembali ke level 5.000an. Sejauh ini konsensus masih memandang rilis laporan masih akan tetap flat seperti Q1, dan baru akan membaik pada semester ke dua.
Market Perspective - Wealth Management Newsletter | Juli 2016
Disahkannya tax amnesty jelas menjadi booster yang membawah IHSG kembali ke level 5.000an. Namun apabila pada pelaksanaannya ternyata program tax amnesty sepi peminat maka ini dapat berbalik menjadi bumerang. Target penerimaan pajak meleset, defisit fiskal kembali melebar dan sentimen akan berbalik negatif.
Membaiknya data makroekonomi dapat mendukung penurunan yield SBN diantaranya inflasi yang cenderung rendah dan rupiah yang stabil.
Rekomendasi Investasi Pada pasar Saham, istilah save the best for last tampak sangat cocok dengan momentum yang terjadi pada IHSG saat ini. Ketika bursa global dilanda kepanikan IHSG tidak berlama-lama berada dalam zona merah. Disetujuinya tax amnesty menjadi katalis kuat penggerak IHSG disertai banjirnya capital inflow. Hanya dalam 3 minggu investor asing membanjiri IHSG sebesar Rp13 Triliun. Padahal dari awal tahun sampai Juni investor asing baru masuk sekitar Rp5 Triliun. Dengan rata-rata kenaikan laba bersih IHSG sekitar 12% setiap tahunnya maka idealnya IHSG diperdagangkan di level 5.160. Namun dengan masih akan masifnya dana yang akan masuk dari repatriasi, IHSG berpotensi melampaui angka tersebut. Kami merekomendasikan menurunkan bobot kepemilikan IHSG dari 30-50% menjadi 20-40% dengan pertimbangan valuasi saat ini yang sudah cukup mahal, belum membaiknya data laba bersih IHSG pada kuartal ke dua dan tren negatif IHSG pada bulan Agustus. Namun secara mid to long term kami masih sangat positif pada pasar saham. Dana repatriasi akan membuat demand meningkat pesat, dan secara jangka panjang efek multiplier tax amnesty akan positif pada ekonomi dan pada perusahaan-perusahaan di Indonesia. Pada pasar obligasi, walaupun tekanan inflasi masih membayangi dalam waktu dekat, namun faktor stabilnya nilai tukar rupiah dan akan dimulainya tambahan pendapatan pajak serta aliran dana repatriasi hasil pengampunan pajak akan memberikan tambahan likuiditas pada sistem perbankan Indonesia yang dapat menstimulus belanja infrastruktur pemerintah dan berujung kepada pertumbuhan ekonomi. Spread yield obligasi benchmark 10 tahun yang terus menyempit terhadap BI rate serta CDS Indonesia yang dalam tren turun mengindikasikan tingkat risiko investasi di Indonesia terus membaik. Kami meyakini bahwa yield obligasi masih memiliki ruang penurunan, dengan demikian Kami menambahkan porsi obligasi dan reksa dana berbasis obligasi pada rekomendasi kami sebesar 40-60% dengan disesuaikan dengan profil risiko Nasabah.
7
ANALISA VALAS Presiden The FED wilayah Dallas Robert Kaplan berkomentar bahwa The FED perlu lebih berhati-hati dalam mengkalibrasi kebijakan moneternya ditengah-tengah perlambatan ekonomi Tiongkok dan potensi dampak dari Brexit terhadap laju pertumbuhan ekonomi AS dan Global. Perusahaan di AS menambah lapangan kerja secara signifikan di bulan Juni karena jumlah orang yang mencari pekerjaan semakin besar, berdasarkan data yang ditunjukkan Departemen Tenaga kerja. Nonfarm payrolls AS dirilis di level 287.000, jauh di atas perkiraan ekonom 180.000. Sementara tingkat pengangguran kembali naik ke 4,9% di bulan Juni dibanding bulan sebelumnya di level 4,7%. Alhasil Fed Fund futures, yang mengukur probabilitas kenaikan suku bunga The Fed untuk tahun ini menghasilkan kemungkinan The FED menaikkan suku bunganya di tahun ini tinggal tersisa 8,6% disebabkan oleh melambatnya perekonomian global dan dampak dari Brexit sendiri.
USD/IDR Pergerakan USD/IDR hingga awal Juli 2016 tergolong cukup positif dengan range antara 13050-13635. Laju inflasi sedikit mengalami percepatan di kisaran level 3,49% dibanding sebelumnya di 3,33% mengakibatkan Bank Sentral Indonesia tetap masih berpotensi untuk memangkas suku bunga dari 6,50% menjadi 6,25% di kuartal III 2016 untuk lebih memacu pertumbuhan ekonominya dan mengurangi potensi berlanjutnya melambatnya pertumbuhan ekonomi global. Langkah kebijakan ini diharapkan dapat memberikan sentimen positif ke ekonomi Indonesia untuk jangka waktu menengah, yang ditopang berbagai kebijakan oleh pemerintah. Pemerintah RI sudah mulai mengimplementasikan program tax amnesty
pada tanggal 18 Juli kemarin, Pemerintah RI memberlakukan pajak sebesar 2-5% untuk aset yang di repatriasikan sebelum Maret 2017. Aset-aset tersebut harus menetap di Indonesia selama 3 tahun dalam lembaga keuangan yang diatur oleh bank yang ditunjuk dan dapat diinvestasikan dengan beberapa alternatif termasuk obligasi pemerintah. Ditambah lagi belum jelasnya waktu kenaikan suku bunga USD membuat IDR masih bergerak dalam range yang terbatas. Diperkirakan nilai tukar Rupiah akan cenderung melemah di rentang 13000-13300 pada kisaran bulan Juli ini.
AUD/USD Pada awal bulan Juli ini, suku bunga RBA kembali dipertahankan di level 1,75% dengan indikasi outlook inflasi akan terus melaju di level rendah dan pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan masih baik. Akan tetapi RBA masih berpotensi memangkas suku bunga di kisaran 1.5% sampai akhir tahun dengan statement yang memberikan sinyal bahwa tingkat inflasi yang masih cukup rendah masih memungkinkan untuk RBA melakukan pelonggaran moneter lebih lanjut. RBA juga memberikan indikasi bahwa kemungkinan suku bunga berpotensi akan dipangkas disekitar bulan Agustus. Untuk jangka waktu menengah AUD
masih cenderung akan melemah terhadap mata uang lainnya, dikarenakan prospek pelonggaran moneter lebih lanjut dan melambatnya perekonomian Tiongkok ke level terendah dalam 7 tahun terakhir cukup menyita perhatian market. Untuk jangka pendek AUD masih berpotensi melanjutkan penguatan seiring dengan ketidakjelasan mengenai kapan kenaikan FED rate berikutnya. Diperkirakan AUD/USD akan cenderung bergerak dengan rentang 0.7450-0.7700 pada kurun waktu bulan Juli 2016.
EUR/USD Nilai tukar Euro terhadap USD bergerak stabil dengan kecenderungan melemah di bulan Juni-Juli, dipicu oleh sentimen risk aversion yang masih cukup dominan, kekuatiran mengenai perlambatan ekonomi Tiongkok dan rencana Federal Reserve yang cenderung berhati-hati dalam menentukan kebijakan suku bunga mengakibatkan EUR bergerak dengan stabil terhadap USD. Faktor Brexit dikuatirkan bisa memberikan dampak yang signifikan terhadap perekonomian Zona Eropa. Setelah Inggris memutuskan untuk keluar dari Uni Eropa ini berpotensi memicu untuk negara-negara lain di Uni Eropa untuk
melakukan referendum yang sama terutama untuk negaranegara yang perekonomiannya dalam status mengkhawatirkan seperti Yunani, Italia dan Portugal. dengan total kredit macet 900 Miliar EUR. Kompleksitas permasalahan di Zona Eropa berpotensi memicu krisis keuangan di masa mendatang yang lebih buruk dari tahun 2008-2009. Diperkirakan EUR/USD akan cenderung bergerak dalam rentang 1.1100-1.1250 pada kurun waktu bulan Juli 2016 dengan kecenderungan menguat dulu.
Market Perspective - Wealth Management Newsletter | Juli 2016
8
GBP/USD Poundsterling melemah sangat signifikan dibulan Juni ini, disebabkan oleh referendum yang menghasilkan kemenangan untuk kubu Brexit dan disusul dengan PM Inggris David Cameron mengumumkan pengunduran dirinya. Pergerakan pasar sangat fluktuatif pada saat itu, GBPUSD merosot tajam hingga menyentuh level 1.3224 terendah sejak September
1985 kemudian berbalik ke level 1.3783. Bagaimanapun kedepannya fokus market masih seputar dampak negatif dari keluarnya Inggris dari Uni Eropa. Diperkirakan GBP/USD akan cenderung bergerak dalam rentang 1.2900-1.3000 pada kurun waktu bulan Juli 2016.
USD/JPY JPY bergerak sangat fluktuatif dengan range 99.00-106.85 dalam kurun waktu 2 hari pada saat pengumuman hasil referendum Brexit. Investor memburu aset safe haven secara dominan dan membuat JPY menguat signifikan ke level terkuatnya sejak November 2013, Kebijakan BOJ yang cenderung mengindikasikan adanya paket stimulus baru di bulan Agustus dan statement dari Federal Reserve yang memberikan sinyal untuk berhati-hati dalam menaikkan suku bunga di tahun ini membuat JPY bergerak dengan fluktuasi yang tinggi. PM
Jepang Shinzu Abe sudah memerintahkan kabinetnya untuk menyusun program paket stimulus baru yang kemungkinan akan diluncurkan Agustus ini berpotensi membuat JPY kembali melemah di akhir bulan Juli ini. Bagaimanapun hal ini dilakukan untuk menjaga stabilitas di market. Diperkirakan USD/JPY akan cenderung bergerak dengan rentang 104.50-107.50 pada bulan Juli 2016 dengan kecenderungan JPY melemah.
Recommendation USD/IDR
EUR/USD
GBP/USD
AUD/USD
USD/JPY
Expected buying level
12.950 - 13.050
1.0950 - 1.1050
1.3000 - 1.3100
0.7400 - 0.7500
103.50 - 104.50
Expected selling level
13.200 - 13.300
1.1150 - 1.1250
1.3300 - 1.3400
0.7700 - 0.7750
106.50 - 107.50
Long profit taking
13.200 and above
1.1150 and above
1.3300 and above
0.7700 and above
106.50 and above
Short profit taking
13.050 and below
1.1050 and below
1.3100 and below
0.7500 and above
104.50 and below
Long cut loss
12.800 - 12.900
1.0800 - 1.0900
1.2900 - 1.2950
0.7250 - 0.7350
102.00 - 103.00
Short cut loss
13.350 - 13.450
1.1300 - 1.1350
1.3500 - 1.3600
0.7800 - 0.7900
108.00 - 109.00
Entry Point Profit Taking Cut Loss
*Data di atas hanya bersifat indikatif dan dapat berubah sewaktu-waktu tergantung kondisi pasar.
Market Perspective - Wealth Management Newsletter | Juli 2016
Disclaimers Kecuali dinyatakan lain, semua data bersumber dari berita media massa, dan tidak diterbitkan oleh PT Bank Commonwealth (PTBC). PTBC harus dijamin untuk dibebaskan dari tanggung jawab, termasuk tetapi tidak terbatas pada penuntutan hukum oleh pihak ketiga. PTBC beserta direkturnya, karyawannya dan perwakilannya dalam Lampiran ini selanjutnya bersama-sama disebut sebagai “Grup” “Laporan ini diterbitkan semata-mata untuk tujuan informasi dan tidak boleh ditafsirkan sebagai suatu ajakan atau penawaran untuk membeli efek atau instrumen keuangan.. Laporan ini telah disusun tanpa mempertimbangkan tujuan, situasi keuangan dan kapasitas untuk menanggung kerugian, pengetahuan, pengalaman atau kebutuhan orang-orang tertentu yang mungkin menerima laporan ini. Tidak ada anggota dari Grup yang melakukan atau harus melakukan penilaian kelayakan atau penyesuaian laporan untuk penerima laporan ini yang karenanya tidak mendapatkan manfaat dari perlindungan peraturan dalam hal ini. Laporan ini bukan nasihat atau petunjuk. Semua penerima laporan ini harus, sebelum bertindak atas dasar informasi dalam laporan ini, mempertimbangkan kewajaran/kelayakan dan kesesuaian informasi, dengan memperhatikan tujuan-tujuan mereka sendiri, situasi keuangan dan kebutuhan, dan, jika perlu mencari profesional yang tepat, memperhatikan kondisi valuta asing atau nasihat keuangan tentang isi laporan ini sebelum membuat keputusan investasi. Kami percaya bahwa informasi dalam laporan ini adalah benar dan setiap pendapat, kesimpulan atau rekomendasi yang cukup telah diadakan atau dibuat, berdasarkan informasi yang tersedia pada saat kompilasi, tetapi tidak ada pernyataan atau jaminan, baik tersurat maupun tersirat, yang dibuat atau disediakan untuk akurasi, kehandalan atau kelengkapan setiap pernyataan yang dibuat dalam laporan ini. Setiap pendapat, kesimpulan atau rekomendasi yang ditetapkan dalam laporan ini dapat berubah sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan dan mungkin berbeda atau bertentangan dengan, kesimpulan pendapat atau rekomendasi yang diungkapkan oleh Grup di tempat lain. Kami tidak berkewajiban untuk, dan tidak,memberitahukan perkembangan terkini atau terus mengikuti informasi terkini yang terdapat dalam laporan ini. Grup tidak menerima tanggung jawab untuk setiap kerugian atau kerusakan yang timbul akibat dari penggunaan seluruh atau setiap bagian dari laporan ini. Setiap penilaian, proyeksi dan prakiraan yang terkandung dalam laporan ini didasarkan pada sejumlah asumsi dan perkiraan dan tunduk pada kontinjensi dan ketidakpastian. Asumsi dan perkiraan yang berbeda dapat mengakibatkan hasil material yang berbeda pula. Grup tidak mewakili atau menjamin bahwa salah satu proyeksi penilaian atau prakiraan, atau salah satu dasar asumsi atau perkiraan, akan dipenuhi. Kinerja masa lalu bukan merupakan indikator yang dapat diandalkan untuk kinerja masa depan. Grup tidak menjamin kinerja dari produk investasi atau pembayaran kembali modal dengan produk yang didistribusikan oleh PTBC. Investasi dalam produk ini bukan merupakan simpanan atau kewajiban lainnya dari Grup atau anak perusahaannya dan setiap jenis produk investasi memiliki risiko investasi termasuk hilangnya pendapatan dan modal yang diinvestasikan. Contoh yang digunakan dalam komunikasi ini hanya untuk ilustrasi. Semua materi yang disajikan dalam laporan ini, kecuali bila ditentukan lain, berada di bawah hak cipta Grup. Tak satu pun dari materi, maupun isinya, maupun salinannya, dapat diubah dengan cara apapun, ditransmisikan ke, disalin atau didistribusikan kepada pihak lain, tanpa izin tertulis dari perusahaan terkait yang menjadi bagian dalam Grup. Grup, berikut agennya, asosiasinya dan kliennya memiliki atau telah memiliki posisi panjang atau pendek pada efek atau instrumen keuangan lainnya yang disebut di sini, dan dapat setiap saat melakukan pembelian dan / atau penjualan terhadap kepentingan atau surat berharga dalam kapasitasnya sebagai prinsipal atau agen, termasuk menjual atau membeli dari klien atas dasar pokok dan dapat terlibat dalam transaksi yang tidak konsisten dengan laporan ini. Silahkan melihat website kami di www.commbank.co.id untuk informasi lebih lanjut. Jika Anda ingin berbicara dengan seseorang mengenai instrumen keuangan yang dijelaskan dalam laporan ini, silakan hubungi kami hubungi Call Centre kami di 021 15000 300 atau email kami di
[email protected].
10
Market Perspective - Wealth Management Newsletter | Juli 2016