Wealth Management Newsletter - Februari 2016
GREETINGS
Nasabah terhormat, Pertama-tama kami ingin mengucapkan terima kasih atas kepercayaan Anda menjadi nasabah setia Commonwealth Bank. Sesuai dengan ekspektasi di awal tahun 2016 ini, pergerakan pasar saham dan obligasi terlihat lebih positif dibandingkan tahun 2015. Meskipun gejolak pasar global masih membayangi seiring dengan perlambatan ekonomi China dan penurunan harga komoditas dunia, namun kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mampu mengungguli kinerja pasar saham regional dan global. Appetite pelaku pasar terutama dari luar negeri terhadap ekonomi Indonesia terlihat begitu besar sejak dirilisnya data pertumbuhan ekonomi di Q4-2015. Begitu pula dengan membaiknya Consumer Confidence Index yang membuktikan bahwa konsumsi masyarakat sebagai kontributor terbesar ekonomi mulai meningkat. Kami yakin dengan dengan dukungan pemerintah melalui realisasi dari program-program transformasi dan penurunan suku bunga acuan, maka prospek investasi di pasar saham dan obligasi tahun ini akan lebih baik.
Jika Anda membutuhkan bantuan atau informasi lebih lanjut mengenai strategi dan rekomendasi produk-produk investasi, Anda dapat menghubungi Relationship Manager kami di cabang terdekat.
Hormat kami, Rian Kaslan EVP, Head of Strategic Capabilities and Wealth Management
1
Katalis Positif Bagi Pasar Global, BoJ Resmi Menerapkan Kebijakan Suku Bunga Negatif Send in the cavalry Central banks came to the rescue of equity markets again in January
Equity Market Review – Januari 2016 Sepanjang bulan Januari 2016, IHSG bergerak positif hingga ditutup di level 4.615 atau naik 0,5% dibandingkan penutupan bulan Desember 2015. Penguatan IHSG didukung oleh sentimen positif dari pasar global dan pasar domestik menyambut awal tahun 2016. Hal ini sesuai dengan pandangan kami sebelumnya bahwa IHSG berpotensi mengalami “January Effect” di bulan tersebut. Dalam perjalanannya IHSG sempat mengalami koreksi sejalan dengan pelemahan pasar saham global akibat sentimen negatif dari pelemahan harga minyak dunia yang menembus level USD30/barrel. Selain itu, kekuatiran perlambatan ekonomi China juga menyebabkan investor memilih melakukan sell off.
Sumber: Bloomberg
Secara keseluruhan, kenaikan kinerja IHSG di bulan Januari 2016 mengungguli kinerja pasar saham regional dan global yang justru terkoreksi lebih dari -6%. Hal ini sejalan dengan ekspektasi kami bulan lalu mempertimbangkan stabilitas makroekonomi dan prospek pertumbuhan ekonomi Indonesia yang positif tahun ini.
The “Bulletproof” Indonesia
Oil’s Almost Uninterrupted Rout in 2016
Sumber: Bloomberg
Oil’s almost uninterrupted rout in 2016 has dogged equity markets along with concerns about China. Sumber: Bloomberg
Namun sentimen positif dari penurunan BI rate, penundaan kenaikan suku bunga The Fed pada FOMC Meeting bulan Januari dan juga langkah Bank Sentral Jepang (BoJ) menurunkan suku bunga acuannya menjadi faktur pendukung kenaikan IHSG hingga akhir Januari 2016. Selain itu komitmen Bank Sentral Eropa (ECB) untuk memperbesar nilai anggaran program stimulus dari jumlah USD1.6 Triliun yang ditetapkan saat ini pada ECB Meeting bulan Maret mendatang juga direspon positif oleh investor.
Bond Market Review – Januari 2016 Di bulan Januari 2016, pasar Obligasi Indonesia berdasarkan HSBC Bond Index mencatat kinerja positif +2,93%, dibandingkan bulan Desember 2015 di mana mengalami penurunan tipis -0,77%. Penguatan ini seiring dengan langkah BI melakukan pelonggaran moneter yang memicu masuknya aliran dana investor asing dan nilai tukar Rupiah yang terkendali. Dengan nilai tukar yang stabil dan imbal hasil yang relatif menarik dibandingkan negara kawasan, Obligasi Pemerintah menjadi pusat perhatian investor asing.
Market Perspective - Wealth Management Newsletter | Februari 2016
2
Per tanggal 29 Januari 2016, investor asing membukukan pembelian bersih IDR19.8 Triliun, dan kepemilikan asing meningkat ke IDR 578.32 Triliun dibandingkan IDR558.52 Triliun di bulan sebelumnya. Secara persentase, kepemilikan meningkat dari 38,21% menjadi 38,94% dari total obligasi yang dapat diperdagangkan.
Kepemilikan Asing Pada Obligasi Pemerintah dan Pergerakan Yield SUN 10 tahun. 12
540
10
520
8
500
6
480
4
460
2 12/31/2015
11/30/2015
10/31/2015
9/30/2015
8/31/2015
7/31/2015
6/30/2015
5/31/2015
4/30/2015
3/31/2015
2/28/2015
1/28/2015
440
Foreign ownership in Gov Bond
Berdasarkan proyeksi IMF, Perekonomian India diperkirakan tumbuh 7,4% di tahun 2016 diatas pertumbuhan negara berkembang lainnya. Pertumbuhan ini diestimasi akan ditopang oleh pertumbuhan ekonomi swasta yang didorong peningkatan pelayanan publik dan juga stimulus penurunan suku bunga yang dilakukan oleh Bank Sentral India (RBI).
Top of The Charts
560
420
India - New Bright Spot In Emerging Market
India to become world’s fastest-growing economy % Annual Growth 2014 India 7.2 IMF China 7.4 WORLD BANK
India 7.2 China 7.4
2015 7.5 6.8
2016 7.5 6.3
7.5 7.1
7.9 7
Sumber: IMF dan World Bank
0
US – Ongoing Recovery With Better Labor Market
Yield SUN 10 Th
Sumber: Bloomberg diolah oleh Commonwealth Bank
Global Market Outlook Lower GDP Growth, India and Indonesia are Expected to Outperform The Market Sumber: Media
Memasuki bulan Februari 2016, Pertumbuhan ekonomi negara Emerging Market tahun 2016 diprediksi tumbuh 4,5% atau lebih lambat dari tahun 2015 yang tumbuh 5,3%. Kami melihat perlambatan pertumbuhan ekonomi lebih dipengaruhi oleh melambatnya ekonomi China dan Jepang. Namun, seiring dengan kondisi makroekonomi yang membaik, pertumbuhan ekonomi Indonesia dan India diperkirakan akan melampaui (outperformed) dibandingkan dengan negara berkembang lainnya.
Berdasarkan data yang dirilis diawal bulan Februari 2016, terlihat perlahan tapi pasti pasar tenaga kerja AS terus mengalami perbaikan. Seiring dengan membaiknya pasar tenaga kerja AS ini maka hal ini menjadi tanda positif untuk prospek pertumbuhan sektor konsumsi AS yang merupakan komponen terbesar dari pertumbuhan ekonomi AS.
The Lowest US Unemployment Rate in 8 Years
Sumber: Bloomberg
Gubernur The Fed Janet Yellen dalam pernyataan terakhir telah menyatakan dengan membaiknya data ekonomi domestik ke arah recovery yang diharapkan maka The Fed akan terus mempertahankan kebijakannya menaikkan suku bunga Sumber: Bloomberg
Market Perspective - Wealth Management Newsletter | Februari 2016
3
secara gradual. Namun Yellen juga menyadari perlambatan pertumbuhan ekonomi China memberikan dampak besar pada perlambatan ekonomi global, sementara negara – negara maju seperti Uni Eropa dan Jepang masih belum mampu keluar dari jurang resesi walaupun telah mengeluarkan berbagai kebijakan untuk mendorong kembali perekonomian mereka. Menyadari kondisi ini bank sentral AS mengemukakan mereka akan lebih berhati – hati dalam membuat kebijakan ke depan. Dengan status AS sebagai ekonomi terbesar didunia maka kebijakan – kebijakan yang dibuat dapat mempengaruhi kestabilan ekonomi dunia yang pada akhirnya dapat mempengaruhi perekonomian AS sendiri. Pelaku pasar menanggapi pernyataan ini sebagai sinyal The Fed akan menunda kenaikan suku bunga selanjutnya sampai kondisi ekonomi global lebih stabil.
As of 2/8/2016
90%
As of 1/1/2016
80%
87%
95%
93%
89%
79%
75%
Proses “rebalancing” ekonomi China, yang sebelumnya ditopang oleh Investasi dan aktivitas ekspor menjadi aktivitas konsumsi belum berjalan sesuai harapan. Walaupun terlihat secara kasat mata kekuatan pertumbuhan sektor konsumsi seperti menjamurnya turis China diseluruh dunia namun nyatanya hal ini belum cukup untuk mengoffset menurunnya ekspor dan investasi.
equity Market Outlook “Everybody has a plan until they get punched in the face” -- Mike Tyson
Probability of Fed rate Hikes Now vs. January 100%
Di tahun 2015, pertumbuhan ekonomi China mengalami perlambatan atau hanya tumbuh 6,9% lebih rendah dari 2014 tumbuh 7,3%. Berdasarkan konsesus bloomberg, di tahun 2016 perekonomian China kembali mengalami perlambatan atau hanya tumbuh 6,5%.
Sebaik apapun rencana yang telah disiapkan namun ketika pertandingan sesungguhnya berlangsung segala rencana terbaik itu dapat menjadi buyar, ucapan terkenal dari petinju legendaris dunia Mike Tyson.
70% 60%
56% 51%
50% 40%
35%
30% 22%
20%
14%
35%
24%
16%
10% 0%
0%
March
2%
April
Sumber: Michael McDonough, Bloomberg
June
July
Sep.
Ketika bursa global terus mengalami pelemahan selama 2015 akibat ketidapastian The Fed menaikkan suku bunga maka pelaku pasar pun berhipotesa setelah The Fed menaikkan suku bunga maka mata uang AS akan melemah dan para investor akan kembali menanamkan investasinya di bursa global, skenario bullish terbaik yang diamini banyak pelaku pasar.
Nov.
FOMC Meeting
Dec. WRIP
Feb. (2017)
Betul, sebulan setelah The Fed menaikkan suku bunga akhirnya mata uang US mulai melemah, lalu kembalikah dana investor ke bursa global? Nope, it’s even got worse. Jangankan kembali, hanya dalam 1.5 bulan MSCI world mengalami penurunan lebih dalam dari 2015.
Dari grafik di atas terlihat peluang kenaikan suku bunga The Fed di FOMC tahun 2016 berkurang. Peluang kenaikan suku bunga The Fed pada akhir 2016 turun ke hanya 35%.
Still The Old Story : “Slowing” China Growth
Sumber: Bloomberg
Sumber: Bloomberg
Market Perspective - Wealth Management Newsletter | Februari 2016
4
Consumer Confidence Indonesia juga telah membaik dalam beberapa bulan terakhir, dengan meningkatnya Consumer Confidence maka konsumsi masyarakat sebagai kontributor terbesar GDP berpotensi meningkat.
Bursa global turun drastis, harga minyak mencetak rekor low baru, mata uang AS pun ikut turun. Lalu kemanakah dana investor ini pergi? Jawabannya adalah emas. Ketika terjadi ketidakpastian global maka investor kembali ke emas. Ini terjadi Pada tahun 1929 era Great Depression, 2001 tragedi WTC, dan 2008 meletusnya buble properti mengakibatkan investor kembali memegang emas sebagai sarana lindung nilai. Pada periode penguatan emas terakhir di 2008 bursa global mengalami kontraksi dampak meletusnya buble properti. Pada saat itu selain emas terdapat beberapa negara yang indeksnya menguat, salah satunya Indonesia. IHSG sempat terseret turun 50% ke level 1.100, namun dengan cepat rebound seiring kenaikan harga emas.
Pada 2008 - 2009 IHSG menguat ketika MSCI world masih berada pada periode bearish
!"#$%&% '()*% +',-',).% ('/-0)1%
!"#$"% &'()*+*+"(% ,-!%
Sumber: Bloomberg
Pasca pengumuman data GDP sentimen pasar terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia menjadi positif, para ekonom dan sekuritas besar merevisi pandangan mereka terhadap potensi Indonesia. Berdasarkan data – data yang telah dirilis Indonesia menunjukkan sinyal pertumbuhan ini akan berlanjut di 2016. Realisasi belanja negara yang biasanya sangat lambat diawal tahun pada bulan Januari ini telah meningkat 51% YoY. Konsumsi semen juga menunjukkan sinyal positif dengan bertumbuh 4,8% YoY pada bulan Januari, di saat demand semen bag untuk properti masih belum menunjukkan peningkatan, kebutuhan semen untuk infrastruktur yang selama ini hanya berkontribusi sekitar 30% dari total konsumsi meningkat pesat. Consumer Confidence Indonesia juga telah membaik dalam beberapa bulan terakhir, dengan meningkatnya Consumer Confidence maka konsumsi masyarakat sebagai kontributor terbesar GDP berpotensi meningkat.
Sinyal Positif dari Leading Indicator Realisasi Belanja Negara Januari 200
5.2
150
5.1 5
100 Sumber: Bloomberg
Konsumsi Semen Januari
4.9
50
4.8 4.7
0 Jan-15
Jan-16
Jan-15
Jan-16
Sumber: Kontan diolah oleh Commonwealth Bank
GDP Growth as the key catalyst Setelah 8 tahun berselang IHSG kembali bergerak menguat searah dengan emas ketika indeks MSCI World mengalami pelemahan, bahkan dalam tahap yang lebih ekstrem saat ini. Lalu apakah dasar penguatan IHSG pada 2008? Bila kita menilik balik maka pada saat itu Indonesia menjadi salah satu negara dengan pertumbuhan GDP tertinggi dunia.
Debt to GDP Level One Of The Lowest Across Asia
Relatif sama dengan katalis 2008, titik balik penguatan IHSG saat ini adalah saat diumumkannya GDP Q4 2015 naik 5,04% jauh melampaui ekspektasi ekonom dikisaran 4.8% pada bulan Februari. Investor asing melakukan net buy IDR3,8 Triliun hanya dalam 11 hari bulan Februari, sementara di Januari net sell IDR -2.3 Triliun.
Tingkat rasio hutang yang tinggi dan fiskal defisit yang besar sehingga mengakibatkan hutang terus bertambah saat ini merupakan salah satu concern utama di India, hal ini menyebabkan indeks Sensex terkoreksi walaupun pertumbuhan ekonominya saat ini telah menggeser China.
Market Perspective - Wealth Management Newsletter | Februari 2016
Dari sudut pandang hutang Indonesia sejauh ini mampu menjaga level debt to GDP pada rasio 25,9%, tergolong rendah dibandingkan negara Asia lainnya, terlebih dengan negara maju yang rata – rata memiliki hutang hampir 100% terhadap GDP.
5
Dengan dibukanya insentif terhadap pengusaha terutama investor asing maka akan mengundang Foreign Direct Investment untuk berinvestasi lebih besar di Indonesia. Meningkatnya FDI ini turut membantu pemerintah mengontrol permasalahan Current Account Deficit yang menjadi permasalahan sejak 2013 akibat tingginya kebutuhan impor untuk BBM dan turunnya ekspor.
Tax Amnesty Sebagai Penambal APBN 2016 Sumber: Bloomberg
Pemerintah Membuka kran Investasi Untuk Investor Asing Foriegn Ownership Limitation No
Previously Raised to
Amount of Sectors
1
0%
67%
20
100% 2
33%
Amount others: • Installation of high voltage electrical power
49%
• Land transport for people • Supporting health service • Film industry, including film distribution business
67%
2
100%
1
• Distribution business • Warehousing • Cold storage • Working training services
67% 3
14
• Travel agent • Sport center
100%
8
4
51%
10
80
• Crumb rubber industry
60
• Convention • Exhibition service • Catering service
100%
1
• Restaurant
5
55%
67%
19
• All construction service and business > Rp10 bn
6
65%
67%
3
• Integrated telecommunication network and service
7
85%
100%
1
• Pharmaceutical Raw Material Industry
8
95%
100%
5
Govt capital spending (% YoY 12mma)
100
• Film processing laboratory • Private museum
67%
Dengan melihat sulitnya pemerintah menaikkan realisasi pajak dan berdasarkan pernyataan – pernyataan Menkeu, terlihat jelas pemerintah berekspektasi tinggi terhadap program tax amnesty. Terlaksananya tax amnesty akan menjadi faktor kunci terlaksananya program pemerintah. Dana pajak yang masuk dari tax amnesty dapat mengoffset kemungkinan rendahnya realisasi penerimaan pajak. Kepastian program ini dapat berpengaruh besar pada pertumbuhan GDP di 2016 ini.
• Golf course • Air transportation supporting services
49%
Defisit belanja negara pada 2015 kemarin mencapai 2,8% terhadap GDP. Realisasi penerimaan pajak yang menyentuh IDR1.235 Triliun atau sebesar 83% tidak cukup untuk menutup belanja negara pada 2015. Para ekonom pesimis pemerintah mampu mencapai target pajak yang meningkat 25% bila dibandingkan realisasi pada 2015.
Govt capital spending with extra revenue (%YoY 12mma)
40 20 0 -20 2011
2012
• Toll service
2013
2014
2015
2016
2017 CS 2016
Budget 2015
CS 2015
Budget 2016
Fiscal balance
-1.9%
-2.6%
-2.2%
-2.7%
Revenue
15.1%
13.0%
14.0%
13.1%
Fokus Paket Kebijakan meningkatkan FDI
- tax revenue
12.7%
10.5%
12.0%
11.1%
Pemerintah menyadari budget APBN tidak cukup untuk membiayai percepatan pembangunan, oleh karenanya pemerintah mengundang pengusaha baik dari dalam maupun luar negeri untuk berinvestasi sebesar – besarnya di Indonesia.
Spending
17.0%
15.6%
16.1%
15.8%
- Capital expenditure
2.5%
1.8%
2.4%
2.0%
- Subsidies
1.8%
1.9%
1.5%
1.5%
Sampai Februari ini telah dikeluarkan 10 paket kebijakan ekonomi sebagai stimulus untuk perekonomian. Salah satu kebijakan tersebut adalah pemangkasan waktu izin usaha menjadi 3 jam dari sebelumnya 11 hari. Terbaru Pemerintah merivisi daftar negatif investasi asing, pada beberapa sektor izin kepemilikan investor asing meningkat menjadi 100%.
- Regional Transfer
5.9%
5.9%
5.9%
5.9%
• Telecommunication devices laboratory
Sumber : Mandiri Sekuritas & Menko Perekonomian
Presiden Jokowi terkenal akan semangatnya untuk persamaan, beliau mengatakan sekarang ini pertumbuhan ekonomi tidak boleh lagi terfokus hanya di pulau jawa. Salah satu dari paket kebijakan juga menyinggung Zona Ekonomi Khusus, insentif bagi pengusaha untuk berinvestasi diwilayah kurang berkembang.
Sumber : Credit Suise
We Are Heading to the Right Direction Appetite pelaku pasar terutama dari luar negeri terhadap ekonomi Indonesia terlihat begitu besar sejak dirilisnya data GDP Growth Q4. Berkaca dari pengalaman 2008, IHSG berpotensi kembali meningkat walaupun bursa global sedang memasuki fase market bearish.
Market Perspective - Wealth Management Newsletter | Februari 2016
6
Real Yield (Gov 10 yield - inflation)
Untuk memastikan tarcapainya target pemerintah pertumbuhan GDP 2016 sebesar 5,3% maka kepastian tax amnesty akan menjadi vital. Selain menambah pemasukan pemerintah, kembalinya dana ribuan triliun rupiah ke Indonesia dapat dimanfaatkan perbankan untuk meningkatkan loan yang akhirnya memberikan multiplier effect pada perekonomian Indonesia.
4.5 4 3.5 3 2.5 2 1.5 1 0.5 0
Data ekonomi terbaru yang dirilis menunjukkan laju pertumbuhan berada ditrack yang tepat. Terakhir membaiknya Consumer Confidence terefleksi dari data SSSG Ramayana yang meningkat +5,5% YoY pada Januari kemarin, bukti bahwa konsumsi masyarakat mulai meningkat. Dari pemerintah juga terlihat realisasi belanja negara meningkat pesat. Dengan bergabungnya Golkar maka semakin terkonsolidasi partai – partai pendukung pemerintah. Dengan terkonsolidasinya kekuatan politik memudahkan pemerintah dalam membuat dan melaksanakan kebijakan.
BOND Market Outlook Dengan rendahnya yield negara – negara maju dan membaiknya kondisi fundamental Indonesia menjadi katalis penguatan obligasi di 2016 ini, Sejalan dengan penguatan rupiah Yield SUN tenor 10yr menguat dari awal tahun dikisaran 8,7% menjadi 7,9% dipertengahan Februari ini. Pemangkasan suku bunga sebesar 25 basis poin di bulan Januari direspon positif oleh pasar. Dengan diuntungkan lemahnya harga komoditi khususnya minyak membantu inflasi terkendali dikisaran 4%, sementara rupiah mengalami penguatan ke level 13.500 dampak menipisnya potensi kenaikan Fed Rate secara gradual. Pemerintah pun terlihat giat mem push BI untuk menurunkan suku bunga dengan harapan rendahnya cost of fund membantu ekonomi Indonesia lebih kompetitif di level kawasan.
3.85 2.76
1.29
Indonesia - Colombia Baa3 Baa3
2.58
1.63 0.86
Turkey Baa3
India Baa3
Philippines Baa3
Thailand Baa3
Risks To Watch Berikut ini adalah beberapa risiko yang perlu kita waspadai diawal tahun 2016 :
Dari pasar global ada beberapa risiko yang dapat mempengaruhi pergerakan IHSG dan Obligasi. Pertama, risiko berlanjutnya perlambatan ekonomi dunia khususnya China berpotensi membuat capital outflow. Dikhawatirkan rendahnya yield dan potensi return membuat investor global cenderung menarik investasi dari pasar modal dan beralih ke instrumen yang konservatif seperti pasar uang atau safe heaven seperti emas. Kedua, risiko perlambatan harga komoditas seiring dengan penurunan harga minyak mentah. Lemahnya global demand dan belum adanya kesepakatan untuk memotong supply membuat harga oil terus tertekan. Pada pertengahan Februari 2016, harga minyak mentah kembali tertekan hingga mencapai level di bawah USD27/barrel. Tetap kokohnya pasar modal Indonesia ketika bursa global memasuki bearish period saat ini sangat bergantung pada sentimen pasar terhadap kekokohan pertumbuhan ekonomi Indonesia. Melesetnya data pertumbuhan ekonomi ataupun laba bersih emiten di bawah ekspektasi pasar dapat mengakibatkan capital outflow besar.
Global Equity Officially Enter Bear Market
Sumber : Bloomberg
Obligasi Indonesia secara real yield terlihat menarik dibandingkan dengan negara tetangga dan yang memiliki rating hutang sama. Dengan melihat interest rate Filipina 4% dan Thailand 1,5% maka ruang untuk Indonesia menurunkan suku bunga cukup besar.
Market Perspective - Wealth Management Newsletter | Februari 2016
Sumber : Bloomberg
Rendahnya realisasi penerimaan pajak di 2015 membuat para pelaku pasar mengkhawatirkan kemampuan pemerintah membiayai belanja negara yang naik signifikan khususnya untuk sektor infrastruktur di 2016 ini. Kepastian jadi tidaknya tax amnesty wajib diperhatikan.
7
Rekomendasi Investasi Pada pasar Saham, Dengan sentimen investor global yang sedang bagus – bagusnya terhadap Indonesia memberikan peluang IHSG naik ke level lebih tinggi. Apabila data GDP Growth dan EPS IHSG pada Q1 memenuhi ekspektasi konsensus, maka sangat mudah untuk IHSG kembali ke level 5.000an. Dari beberapa leading indicator yang telah keluar memberikan sinyal yang cukup positif. Kami tetap optimis pada pasar saham jangka panjang dan mempertahankan alokasi pada pasar saham sebesar 30-50% sesuai risk appetite dari Nasabah. Kami tidak merubah level alokasi pada pasar saham karena meningkatnya risiko dari pasar global. Perlu ditingkatkan kewaspadaan terhadap perkembangan ekonomi khususnya domestik. Pada kondisi bear market bursa global seperti ini investor akan sangat sensitif terhadap perkembangan ekonomi terkini.
Pada pasar Obligasi, Mempertimbangkan potensi pemangkasan suku bunga kembali di semester I ini sampai ke level 6,75 – 7% maka kami menaikkan rekomendasi kami pada reksadana berbasis obligasi dari 20-40% menjadi 30-50%. Valuasi masih cukup menarik pada level yield SUN tenor 10 tahun sebesar 7,9-8.1%. Dengan potensi dinaikkannya peringkat rating oleh S&P dan rendahnya inflasi memberikan potensi obligasi untuk penguatan lebih lanjut. Secara jangka panjang kami melihat potensi obligasi Indonesia sangat menarik. Dengan tidak melihat rating saat ini kami memandang gap suku bunga antara Indonesia dengan negara Asean lainnya cukup besar sehingga memberikan potensi pemangkasan berkala dalam jangka panjang.
ANALISA VALAS Salah satu presiden wilayah The FED, James Bullard, mengatakan bahwa menurunnya ekspektasi suku bunga dan gejolak di pasar keuangan berpotensi menghambat kenaikan lebih lanjut dalam target suku bunga jangka pendek Fed yang saat ini berkisar antara 0,25% sampai 0,50%. “Dua pilar penting yang mendukung normalisasi kebijakan moneter AS pada tahun 2015 telah berubah,” kata Bullard. “Penurunan ekspektasi inflasi terus berlanjut, sementara risiko penggelembungan harga aset dalam jangka menengah tampaknya telah berkurang. Sehingga meredakan tekanan pada program normalisasi kebijakan FOMC,” tambahnya ketika menyampaikan referensi terkait rencana kenaikan suku bunga lebih lanjut pada tahun ini.
USD/IDR Pergerakan USD/IDR hingga bulan Februari 2016 tergolong cukup stabil dengan range antara 13300 - 14000. Laju inflasi sedikit mengalami percepatan di level 4,14% dibanding bulan lalu di 3,35% dan outlook pertumbuhan ekonomi yang cenderung berada di bawah ekspetasi mendorong Bank Sentral Indonesia untuk memangkas suku bunga dari 7,25% menjadi 7,00%, Pemangkasan ini sudah diprediksi oleh sebagian besar ekonom mengingat potensi melambatnya perekonomian Indonesia yang ditopang juga oleh melambatnya perekonomian China sebagai perekonomian terbesar di asia. Langkah kebijakan ini diharapkan
dapat memberikan sentimen positif ke ekonomi Indonesia untuk jangka waktu menengah, yang ditopang berbagai kebijakan oleh pemerintah. defisit neraca perdagangan dirilis sebesar USD241 Mio di bulan Januari, sedikit di atas ekspektasi pasar yaitu defisit sebesar USD236 Mio, karena impor yang lebih rendah dari ekspektasi. Impor -8,65% YoY in Januari 2016, sedangkan ekspor -15,20% YoY. Diperkirakan nilai tukar Rupiah akan cenderung melemah di rentang 13500 - 13800 pada kisaran bulan Februari ini.
AUD/USD Pada awal bulan Februari ini, serangkaian data ekonomi dirilis memburuk dibandingkan bulan lalu membuat AUD melemah terhadap sebagian besar mata uang dunia. Suku bunga Australia masih dipertahankan oleh bank sentral di 2% dengan statement yang memberikan sinyal adanya pelonggaran moneter lebih lanjut untuk tahun ini. RBA akan mereview ulang indikator ekonomi sektor tenaga kerja dan pengangguran sebagai syarat untuk mempertahankan suku bunga. Untuk jangka waktu pendek dan menengah AUD masih cenderung akan melemah terhadap mata uang lainnya, dikarenakan dominannya risk aversion, melambatnya
perekonomian china cukup menyita perhatian market. Sektor tenaga kerja anjlok dan tingkat pengganguran naik ke level 6%. Ditambah lagi dengan harga minyak dan komoditi yang kembali turun ke level yang cukup rendah membuat ekspetasi di market berkembang bahwa akan adanya penyesuaian antara nilai tukar AUD dengan harga komoditi yang anjlok terutama bijih besi. Diperkirakan AUD/USD akan cenderung bergerak dengan rentang 0.6840 – 0.7200 pada kurun waktu bulan Februari 2016.
Market Perspective - Wealth Management Newsletter | Februari 2016
8
EUR/USD Nilai tukar Euro terhadap USD cenderung menguat di bulan Februari ini, dipicu oleh sentiment risk aversion yang masih cukup dominan, kekuatiran mengenai perlambatan ekonomi china dan aksi selloff dalam jumlah besar di pasar saham membuat investor cenderung untuk memburu aset-aset safe haven seperti EUR dan JPY, ditambah lagi dengan turunnya harga minyak dunia. Kondisi perkenomian terkini Zona Euro sendiri tidak terlalu bagus. Hanya data inflasi saja yang kembali dirilis naik menjadi 0,4% Ekspetasi akan adanya tambahan stimulus lebih lanjut dari Bank Sentral Eropa
(ECB) di beberapa bulan mendatang berpotensi menekan euro lebih lanjut. komitmen ECB memperpanjang program stimulusnya sampai Maret 2017 dan memotong suku bunga deposito hingga -0,3% juga berisiko menekan Eur lebih lanjut untuk jangka waktu panjang. Diperkirakan EUR/USD akan cenderung bergerak dalam rentang 1.0900 – 1.1200 pada kurun waktu bulan Februari 2016 dengan kecenderungan melemah.
GBP/USD Poundsterling melemah cukup signifikan di bulan Februari ini, disebabkan oleh dominannya risk aversion yang menyebabkan investor menjauhi aset-aset berisiko seperti GBP untuk memburu aset safe haven. Ditambah lagi market saat ini fokus dengan potensi Brexit yang turut menekan GBP juga, warga negara inggris yang menginginkan inggris keluar dari Uni Eropa unggul 46% berbanding 35%. Untuk Faktor yang cukup kuat yang bisa
menjadi faktor mundurnya kenaikan suku bunga inggris adalah kondisi inflasi global yang semakin menurun. Beberapa negara yang mempunyai ekonomi dengan skala besar bahkan sudah masuk kedalam kondisi deflasi. Diperkirakan GBP/USD akan cenderung bergerak dalam rentang 1.4200 – 1.4500 pada kurun waktu bulan Februari 2016.
USD/JPY JPY bergerak sangat fluktuatif dengan kecenderungan menguat dengan range 110.90 – 121.00 selama bulan Februari ini. Ditopang oleh sentimen risk aversion di market yang masih mengkuatirkan perlambatan ekonomi china dan penurunan harga minyak, fokus masih lemahnya inflasi dan spekulasi seputar akan ditambahnya stimulus ekonomi sementara diabaikan. Dari perkembangan terkininya jepang optimis bisa mencapai inflasi stabil dikisaran 2%
memasuki tahun fiskal 2017 karena melambatnya pertumbuhan ekonomi di negara berkembang dan dibebani oleh kenaikan pajak penjualan. Diperkirakan USD/JPY akan cenderung bergerak dengan rentang 110.50– 114.50 pada bulan Februari 2016 dengan kecenderungan JPY menguat.
Recommendation USD/IDR
EUR/USD
GBP/USD
AUD/USD
USD/JPY
Expected buying level
13.400 - 14.500
1.0950 - 1.1000
1.4150 - 1.4200
0.6950 - 0.7000
110.00 - 110.50
Expected selling level
13.800 - 13.850
1.1300 - 1.1350
1.4500 - 1.4550
0.7250 - 0.7300
114.00 - 114.50
Long profit taking
13.800 and above
1.1300 and above
1.4500 and above
0.7250 and above
114.00 and above
Short profit taking
13.450 and below
1.1000 and below
1.4200 and below
0.7000 and above
110.50 and below
Long cut loss
13.300 - 13.350
1.0850 - 1.0900
1.4050 - 1.4100
0.6850 - 0.6900
109.00 - 109.50
Short cut loss
13.900 - 13.950
1.1400 - 1.1450
1.4600 - 1.4650
0.7350 - 0.7400
115.00 - 115.50
Entry Point Profit Taking Cut Loss
*Data di atas hanya bersifat indikatif dan dapat berubah sewaktu-waktu tergantung kondisi pasar.
Market Perspective - Wealth Management Newsletter | Februari 2016
Disclaimers Kecuali dinyatakan lain, semua data bersumber dari berita media massa, dan tidak diterbitkan oleh PT Bank Commonwealth (PTBC). PTBC harus dijamin untuk dibebaskan dari tanggung jawab, termasuk tetapi tidak terbatas pada penuntutan hukum oleh pihak ketiga. PTBC beserta direkturnya, karyawannya dan perwakilannya dalam Lampiran ini selanjutnya bersama-sama disebut sebagai “Grup” “Laporan ini diterbitkan semata-mata untuk tujuan informasi dan tidak boleh ditafsirkan sebagai suatu ajakan atau penawaran untuk membeli efek atau instrumen keuangan.. Laporan ini telah disusun tanpa mempertimbangkan tujuan, situasi keuangan dan kapasitas untuk menanggung kerugian, pengetahuan, pengalaman atau kebutuhan orang-orang tertentu yang mungkin menerima laporan ini. Tidak ada anggota dari Grup yang melakukan atau harus melakukan penilaian kelayakan atau penyesuaian laporan untuk penerima laporan ini yang karenanya tidak mendapatkan manfaat dari perlindungan peraturan dalam hal ini. Laporan ini bukan nasihat atau petunjuk. Semua penerima laporan ini harus, sebelum bertindak atas dasar informasi dalam laporan ini, mempertimbangkan kewajaran/kelayakan dan kesesuaian informasi, dengan memperhatikan tujuan-tujuan mereka sendiri, situasi keuangan dan kebutuhan, dan, jika perlu mencari profesional yang tepat, memperhatikan kondisi valuta asing atau nasihat keuangan tentang isi laporan ini sebelum membuat keputusan investasi. Kami percaya bahwa informasi dalam laporan ini adalah benar dan setiap pendapat, kesimpulan atau rekomendasi yang cukup telah diadakan atau dibuat, berdasarkan informasi yang tersedia pada saat kompilasi, tetapi tidak ada pernyataan atau jaminan, baik tersurat maupun tersirat, yang dibuat atau disediakan untuk akurasi, kehandalan atau kelengkapan setiap pernyataan yang dibuat dalam laporan ini. Setiap pendapat, kesimpulan atau rekomendasi yang ditetapkan dalam laporan ini dapat berubah sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan dan mungkin berbeda atau bertentangan dengan, kesimpulan pendapat atau rekomendasi yang diungkapkan oleh Grup di tempat lain. Kami tidak berkewajiban untuk, dan tidak,memberitahukan perkembangan terkini atau terus mengikuti informasi terkini yang terdapat dalam laporan ini. Grup tidak menerima tanggung jawab untuk setiap kerugian atau kerusakan yang timbul akibat dari penggunaan seluruh atau setiap bagian dari laporan ini. Setiap penilaian, proyeksi dan prakiraan yang terkandung dalam laporan ini didasarkan pada sejumlah asumsi dan perkiraan dan tunduk pada kontinjensi dan ketidakpastian. Asumsi dan perkiraan yang berbeda dapat mengakibatkan hasil material yang berbeda pula. Grup tidak mewakili atau menjamin bahwa salah satu proyeksi penilaian atau prakiraan, atau salah satu dasar asumsi atau perkiraan, akan dipenuhi. Kinerja masa lalu bukan merupakan indikator yang dapat diandalkan untuk kinerja masa depan. Grup tidak menjamin kinerja dari produk investasi atau pembayaran kembali modal dengan produk yang didistribusikan oleh PTBC. Investasi dalam produk ini bukan merupakan simpanan atau kewajiban lainnya dari Grup atau anak perusahaannya dan setiap jenis produk investasi memiliki resiko investasi termasuk hilangnya pendapatan dan modal yang diinvestasikan. Contoh yang digunakan dalam komunikasi ini hanya untuk ilustrasi. Semua materi yang disajikan dalam laporan ini, kecuali bila ditentukan lain, berada di bawah hak cipta Grup. Tak satu pun dari materi, maupun isinya, maupun salinannya, dapat diubah dengan cara apapun, ditransmisikan ke, disalin atau didistribusikan kepada pihak lain, tanpa izin tertulis dari perusahaan terkait yang menjadi bagian dalam Grup. Grup, berikut agennya, asosiasinya dan kliennya memiliki atau telah memiliki posisi panjang atau pendek pada efek atau instrumen keuangan lainnya yang disebut di sini, dan dapat setiap saat melakukan pembelian dan / atau penjualan terhadap kepentingan atau surat berharga dalam kapasitasnya sebagai prinsipal atau agen, termasuk menjual atau membeli dari klien atas dasar pokok dan dapat terlibat dalam transaksi yang tidak konsisten dengan laporan ini. Silahkan melihat website kami di www.commbank.co.id untuk informasi lebih lanjut. Jika Anda ingin berbicara dengan seseorang mengenai instrumen keuangan yang dijelaskan dalam laporan ini, silakan hubungi kami hubungi Call Centre kami di 021 15000 300 atau email kami di [email protected].
10
Market Perspective - Wealth Management Newsletter | Februari 2016