Wealth Management Newsletter - April 2015
GREETINGS
Nasabah terhormat, Terima kasih atas kepercayaan Anda menjadi nasabah setia Commonwealth Bank. Pada edisi Market Perspective kali ini, kami mengulas pergerakan selama kuartal 1 2015 lalu. Hal yang sangat menarik melihat pergerakan pasar global khususnya di pasar saham China, Eropa, Jepang dan Hongkong. Betapa faktor stimulus dan likuiditas mampu menggerakan pasar sedemikian besar. Belum lagi kebijakan suku bunga yang diambil diberbagai negara untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang melambat. Sejalan dengan perlambatan ekonomi global, Indonesia juga mengalami perlambatan. Hal ini sudah terlihat dari aktivitas bisnis selama kuartal 1/2015. Namun bila dibandingkan negara lain di dunia, Indonesia masih mencatatkan pertumbuhan ekonomi yang solid. Selain itu, Pemerintah dan Bank Indonesia juga sangat memperhatikan hal tersebut dan berupaya mengeluarkan berbagai kebijakan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Dari mempercepat proses tender proyek infrastruktur, mendorong realisasi Foreign Direct Investment (FDI), hingga melonggarkan perhitungan Loan to Deposit Ratio (LDR) dalam sistem perbankan. Dengan demikian, kami melihat volatilitas di pasar saat ini bukan suatu hal yang perlu dikhawatirkan, namun perlu dikelola dengan baik. Bahkan kita dapat memanfaatkan setiap periode penurunan atau kenaikan harga aset investasi ini sebagai entry point untuk masuk ataupun merealisasikan keuntungan. Jika Anda membutuhkan informasi lebih lanjut mengenai strategi dan rekomendasi produk-produk investasi, Anda dapat menghubungi Relationship Manager kami di cabang terdekat.
Hormat kami, Rian Kaslan EVP, Head of Wealth Management and Business Strategy
Market Perspective | 1
Quarterly Review : Global Market Hingga akhir kuartal 1 2015, pasar saham global ditutup dengan kinerja yang positif khususnya pada pasar saham Eropa (indeks Euro Stoxx +17,9%), China (indeks SHCOMP +18,4%) dan Jepang (indeks Nikkei +10,1%). Sedangkan pasar saham AS mengalami koreksi tipis, dengan indeks S&P500 turun -0,6% dan indeks Dow Jones turun -1,15%. Hal ini menunjukkan bahwa sentimen dari stimulus dan kebijakan moneter yang agresif dari European Commission Bank (ECB), PBoC dan Bank of Japan (BoJ) mampu mendorong rally di pasar saham. Sebaliknya yang terjadi di pasar saham AS, sentimen pengetatan ekonomi (potensi kenaikan suku bunga AS) mendorong pasar bergerak volatile (mixed dan cenderung koreksi). Berkebalikan dengan rally yang terjadi di pasar saham, stimulus dan kebijakan moneter yang agresif ini mendorong pelemahan berbagai mata uang di dunia terhadap USD. Terlihat Dollar Index menguat 6,2% selama QQ1/2015.
Sentimen Likuiditas Mendorong Kenaikan Pasar Saham dan Pelemahan Mata Uang Selama QQ1/2015 Pasar Saham Global (%)
Currency (%) CH Yuan
Shanghai
18.4
Euro Stoxx
17.9
Nikkei
(12.7)
0.1
Euro (0.3) JPY HKD
10.1
0.0
(5.5) ID Rupiah Hang Seng
6.0 5.6
JCI
0.9 1.1
Bloomberg Dollar Index
2.9
India
IN Rupee Thai Bath
6.2
(1.7) KRW
Berbagai Bank Sentral Sibuk Menurunkan Suku Bunga …. Is it means currency wars?
Thailand
0.6
S&P 500
-0.6
Dow Jones
-1.2
(3.5) SGD (7.4) (20.3)
AUD Brazil
Sumber: Bloomberg, diolah Commonwealth Bank
Selain kebijakan stimulus berbentuk pencetakan uang yang menambah jumlah uang beredar di pasar, berbagai bank sentral di dunia juga melakukan penurunan suku bunga, karena khawatir dengan perlambatan ekonomi. Dengan kebijakan moneter yang agresif ini mendorong currency wars di pasar global. Tujuannya, penurunan nilai mata uang ini diharapkan dapat mendorong ekspor.
Namun juga terdapat negara yang menaikkan suku bunganya khususnya untuk menahan pelemahan nilai tukarnya. Negara-negara dengan pendapatan ekspor utama dari minyak masuk dalam kategori ini. Pelemahan harga minyak berdampak negatif pada defisit anggaran negara sehingga pengetatan ekonomi perlu dilakukan. Sumber: Bloomberg, diolah Commonwealth Bank
Wealth Management Newsletter | Edisi April 2015
2 | Market Perspective
Quarterly Review : DOMESTIC REVIEW Bila melihat kondisi yang terjadi didunia tersebut… maka kita perlu mensyukuri bahwa negara kita sudah mampu bertahan menghadapi tekanan eksternal tersebut.
Arus Dana Asing ke Pasar Saham
5,519
20.0 14.5
15.0
14.6
Hebatnya Indonesiaku … Pasar Saham dan Obligasi Mengalami Kenaikan Selama Kuartal 1 / 2015
5,200
10.6
9.5
7.8
10.0
5,400
5,450
11.5 5,090 4.3
5.0
5,000 5.3
4,879 2.7
4,800
Feb-15
Mar-15
Jan-15
4,600
(3.2) (7.4)
Foreign Flow (Rp Tn) Net Buy (+) & Net Sell (-)
Dec-14
Oct-14
Nov-14
Sep-14
Jul-14
(1.3)
(5.3)
(10.0)
Aug-14
Jun-14
Apr-14
May-14
Feb-14
Mar-14
Jan-14
(5.0)
Dec-13
0.2 4,274
5,600
(5.4) (8.0)
IHSG
4,400 4,200 4,000
Sumber: Bloomberg, diolah Commonwealth Bank
Kepemilikan Asing di Pasar Obligasi 40% Sumber: Bloomberg, diolah Commonwealth Bank
404 35%
324
361
504
461
447 37%
38%
36%
400
34%
Pertama, volatilitas pasar modalnya cenderung terkendali… Hingga akhir kuartal 1/2015, pasar saham dan obligasi berhasil mencatatkan kinerja yang baik, masing-masing sebesar 5,58% dan 5,72%. Memang bukan sebuah kinerja yang memukau dibandingkan pasar Eropa, China dan Jepang namun setidaknya on track dengan historis rata-rata kenaikan aset. Aliran likuditas mengalir cukup deras di pasar obligasi dan saham. Investor asing mencatatkan pembelian bersih (net buy) sebesar Rp48 Triliun di pasar obligasi dan Rp5.4 Triliun di pasar saham.
Untuk pasar obligasi, arus dana asing begitu deras di bulan Januari 2015 (Rp42.8 Triliun), sedangkan untuk pasar saham terjadi di bulan Februari 2015 (Rp10.6 Triliun). Pada bulan Maret 2015, kondisi pasar berbalik menjadi Net Sell, namun aktivitas window dressing berhasil mendukung kenaikan indeks. Kepemilikan asing terhadap obligasi Pemerintah sempat mencapai 40,2%, kemudian turun ke 38,6% pada akhir Maret 2015. Rupiah melemah bergerak volatile pada kisaran Rp12.500 – 13.200/USD. Namun sejalan dengan pelemahan negara negara lainnya. Selama QQ 1/2015 Rupiah melemah sebesar -5,5%, relatif lebih baik dibandingkan pelemahan Euro, AUD.
Ekonomi Melambat Namun Tetap Solid Bila berbagai negara lain sangat khawatir dengan perlambatan ekonomi yang terjadi hingga mengambil aksi menurunkan suku bunganya selama QQ1/2015. Begitupula dengan negara kita. Perlambatan ekonomi juga terjadi.
Namun bila dibandingkan negara lain, Indonesia masih memberikan pertumbuhan ekonomi yang relatif tinggi.
Wealth Management Newsletter | Edisi April 2015
600 38.6% 500
300
33% 30%
200 100
25%
0 Dec-13
Mar-14
Jun-14
Foreign Ownership (Rp Triliun)
Sep-14
Dec-14
Mar-15
% Foreign Ownership
Sumber: Bloomberg, diolah Commonwealth Bank
Quarterly Review : Domestic Market Hebatnya Indonesiaku … Ekonomi Indonesia Tumbuh Solid Di tengah Perlambatan Ekonomi Dunia
Sumber: Bloomberg
Hanya 3 negara yang mampu tumbuh di atas 4% (China, India dan Indonesia). Perlambatan memang terjadi, namun relatif sejalan dengan trend dunia.
Market Perspective | 3
Walaupun indeks HSBC PMI (indikator aktivitas produksi) dan consumer confidence index Maret 2015 terus menunjukkan perlambatan dan menimbulkan ekspektasi pertumbuhan ekonomi QQ1/2015 yang akan dirilis awal Mei 2015 akan terus melambat. Kami melihatnya sebagai suatu hal yang wajar. QQ1/2015 secara historis merupakan kuartal yang paling lambat dibandingkan QQ2 dan QQ3. Dari penyaluran kredit perbankan, penjualan auto dan semen semuanya mendukung ekspektasi tersebut. Rencana pembangunan infrastruktur dan berbagai proyek Pemerintah lainnya juga belum terlihat hasilnya. Karena revisi APBN 2015 baru diputuskan DPR RI pada Februari 2015 lalu. Pertumbuhan ekspor juga belum mengalami perbaikan karena tren pertumbuhan dunia juga masih melambat. Hanya AS yang disebut-sebut mengalami pemulihan ekonomi dibandingkan Eropa, Jepang dan China (oleh IMF dan World Bank).
“Konsumsi domestik memberikan kontribusi sebesar 55% pada ekonomi Indonesia…. Hal inilah yang mendorong ketahanan pertumbuhan ekonomi”
Reformasi Ekonomi sudah Dijalankan Pemerintah Indonesia. Pemerintah baru Jokowi sudah melakukan berbagai reformasi ekonomi khususnya dalam bidang pengendalian subsidi. Skema subsidi tetap yang mampu meningkatkan ketahanan anggaran negara dan menggeser alokasi anggaran ke area pembangunan merupakan hal yang perlu kita apresiasi. Reformasi ini harusnya sudah dilakukan Pemerintah dari sejak 10 tahun yang lalu, namun sulit direalisasikan. Selanjutnya pekerjaan Pemerintah belum selesai. Masih banyak area yang perlu diperbaiki. Hal inilah yang membuat lembaga rating S&P masih akan menunda peningkatan outlook rating Indonesia dari “stable” menjadi “positive” pada tahun 2015 ini. Lembaga rating S&P masih perlu meng-assess bagaimana dampak reformasi ekonomi yang sudah dilakukan Pemerintah terhadap ketahanan anggaran. Apakah Pemerintah dapat terus menjalankan reformasi ekonomi secara konsisten, ditengah tekanan politik yang dihadapi Jokowi dari partai pendukungnya sendiri. Pemerintah masih perlu mengeluarkan kebijakan yang pro business. Hal ini sangat penting untuk mendorong masuknya investasi langsung ke Indonesia. Beberapa kebijakan terakhir yang diambil Pemerintah justru membuat iklim bisnis menjadi tidak pasti. Namun kita tidak perlu bersedih hati. Walaupun reformasi ekonomi masih memerlukan waktu dalam proses implementasinya namun setidaknya…. Sektor swasta tetap dapat bertumbuh dan mencari cara untuk menghasilkan pertumbuhan laba.
Coba kita tengok, bagaimanapun kondisi logistik dan infrastruktur di area pendalaman Sumatra, Kalimantan dan NTB, pengusaha lokal tetap mampu survive.
Market Outlook Setelah mengalami rally selama QQ1/2015, lalu bagaimana ekspektasi pasar ke depan? Berikut ini beberapa faktor yang perlu kita amati ke depannya.
Pasar Global
Arah kebijakan moneter The Fed The Fed terus memantau perkembangan data ekonomi terkait pasar tenaga kerja dan inflasi, sebelum menaikkan suku bunga. Beberapa data yang perlu diamati antara lain :
Pemulihan Pasar Tenaga Kerja Penambahan jumlah Non Farm Payroll (NFP) bulan Maret 2015 sebanyak 126.000 pekerja, nilai terendah sejak Desember 2013. Rilisnya data ini langsung mendorong sentimen positif (bad data, good sentiment). Pertumbuhan gaji perjam-nya naik 0,3% MoM atau 2,1% YoY), namun terlihat penurunan jumlah jam kerja Tingkat pengangguran masih solid di level 5,5%
PEMULIHAN PASAR TENAGA KERJA INDONESIA In%
In%
400
Sentimen Positif
9.8
9.0
200
8.5
100 8.2
8.0
(100)
10.0 9.5
300
Sep-09 Dec-09 Mar-10 Jun-10 Sep-10 Dec-10 Mar-11 Jun-11 Sep-11 Dec-11 Mar-12 Jun-12 Sep-12 Dec-12 Mar-13 Jun-13 Sep-13 Dec-13 Mar-14 Jun-14 Sep-14 Dec-14 Mar-15
Jadi kekhawatiran yang berlebihan bahwa Indonesia mengalami perlambatan ekonomi. Merupakan suatu hal yang berlebihan, hal ini sejalan dengan tren di dunia.
7.5 7.0
(200) 6.5 (300) Change in non-farm payroll (6mo average)
(400)
6.0
US Unployment Rate
(500)
5.5 5.0
Sumber: Bloomberg, diolah Commonwealth Bank
Perkembangan Inflasi Inflasi AS periode Februari 2015 meningkat 0,2% MoM, core CPI 1,7% YoY. Walaupun CPI yoy masih relatif flat. Data inflasi AS masih relatif rendah namun ada signal mulai meningkat. Hal ini dapat mendorong kekhawatiran bahwa inflasi AS mulai menunjukkan stabilisasi.
Wealth Management Newsletter | Edisi April 2015
4 | Market Perspective
Apakah dengan potensi kenaikan suku bunga The Fed, akan menyebabkan penurunan likuiditas dipasar global Jawabannya tentu tidak, karena The Fed lebih memilih menaikkan suku bunga secara bertahap untuk menjaga volatilitas pasar global. Kenaikan bunga juga bukan berarti pengetatan ekonomi. Kami juga masih melihat arah kebijakan moneter yang agresif akan terus meningkat dari Eropa, Jepang dan China. Bahkan akan merembet ke negara lain yang juga mengalami perlambatan ekonomi.
Pasar GLOBAL LAINNYA
Sumber: Bloomberg, diolah Commonwealth Bank
Setelah ECB merilis tambahan QE dengan nilai yang cukup besar, maka kami melihat Bank of Japan (BOJ) memiliki ruang gerak untuk meningkatkan stimulusnya, apalagi inflasi Jepang masih jauh dari target inflasinya. Konsensus Bloomberg memprediksi akan ada penambahan stimulus dari BOJ di akhir Oktober 2015.
“Estimasi terhadap perkembangan pasar tenaga kerja dan inflasi AS menjadi begitu penting, karena dapat mempengaruhi sentimen pasar”
Begitupula dengan China. Aktivitas produksi, inflasi dan pertumbuhan ekonomi yang terus melambat mendorong spekulasi pasar. Diprediksi Pemerintah China akan meningkatkan stimulus.
Selain itu data pemulihan ekonomi lainnya seperti pertumbuhan ekonomi, personal spending, retail sales dan pengaruh penguatan USD terhadap pemulihan ekonomi AS juga dapat menjadi leading indicator arah kebijakan The Fed. Bagaimanapun juga ke depan The Fed perlu melakukan normalisasi suku bunga, tinggal timing-nya saja. Dengan data ekonomi AS masih bersifat mixed, hal ini setidaknya meredam kekhawatiran pasar di awal QQ2/2015 ini.
Terlihat rally di pasar saham Shanghai Composite (26,2% YTD) dan pasar saham Hangseng juga mendapat imbas kenaikan ini. Apalagi setelah Pemerintah China mengeluarkan regulasi yang mengijinkan Mutual Fund China untuk berinvestasi di emiten yang terdaftar di HongKong.
Valuasi pasar saham China dan Hongkong mengalami kenaikan, perlu lebih berhati-hati… ….
ekspektasi inflasi kenaikan suku bunga the fed kedepannya 5.00 4.00 3.00 2.00 1.00
(2.00)
US 10yr yield
Fed Fund Rate
Feb-16
Aug-15
Feb-15
Aug-14
Feb-14
Aug-13
Feb-13
Aug-12
Feb-12
Aug-11
Feb-11
Aug-10
Feb-10
Aug-09
(1.00)
Feb-09
-
Inflasi
(3.00)
Sumber: Bloomberg, diolah Commonwealth Bank
Sumber: Bloomberg, diolah Commonwealth Bank
Sesuai Federal Open Market Committee’s quarterly Summary of Economic Projection, The Fed menurunkan estimasi suku bunga acuan menjadi 0,625% di akhir 2015 (vs estimasi sebelumnya 1,125%). Estimasi diakhir 2016 menjadi 1,875% (vs estimasi sebelumnya 2,5%). Namun setelah QQ1 yang merupakan kuartal dengan seasonality melambat telah terlewati, maka kita perlu kembali berhati-hati. Data ekonomi diestimasi kembali rebound dan hal ini akan mendorong volatilitas pasar.
Wealth Management Newsletter | Edisi April 2015
Rally pasar saham yang berlebihan ini tentunya sangat rentan akan koreksi. Apalagi dengan valuasi saham yang mulai menjadi mahal. Kami lebih memilih untuk bersikap konservatif dan melihat market timing tetap perlu dilakukan. Apalagi dengan valuasi saham yang tinggi mencapai PE ratio China 13.9x (est Y+1), di tengah potensi perlambatan ekonomi. Bagaimanapun juga reformasi yang dicanangkan Pemerintah masih membutuhkan waktu dalam implementasinya. Dengan demikian, selain sentimen dari arah kebijakan The Fed, faktor valuasi dan potensi perlambatan ekonomi menjadi hal yang perlu diamati perkembangannya.
Market Perspective | 5
Pasar Domestik
Dari sudut stabilitas makro ekonomi, Indonesia masih on track. Tingkat inflasi yang terkendali dengan baik, neraca perdagangan relatif sesuai ekspektasi. Hanya mata uang Rupiah yang relatif melemah, volatile menjadi bayang-bayang di pasar. Namun pelemahan ini relatif sejalan dengan kondisi di pasar global.
In%
In%
BI Rate & Inflasi
10
3.3 8.8
3
8.4
3
9 8
2.5
7
2 1.5 2
Selain itu data penjualan semen, auto dan penyaluran kredit perbankan juga masih mengindikasikan pertumbuhan ekonomi QQ1/2015 yang akan dirilis datanya oleh BPS pada minggu I / Mei 2014 ini relatif flat. Hal ini tentunya mendorong kekhawatiran pelaku pasar, target pertumbuhan ekonomi yang dicanangkan Pemerintah sebesar 5,6% sulit tercapai, apalagi bila realisasi program pemerintah dan kegiatan investasi (FDI) berjalan mundur. Dengan melambatnya pertumbuhan ekonomi, artinya Earning Estimate emiten yang terdaftar di bursa saham juga akan menurun.
Laju inflasi yang terkendali dan potensi penurunan suku bunga dalam jangka menengah akan mendorong kenaikan harga obligasi dan re-rating pertumbuhan laba emiten 4
47 periode sebelumnya). Level di bawah 50 dapat mengindikasikan perlambatan (konstraksi). Selain itu Consumer confidence index juga terus turun ke level 94,2 (vs sebelumnya 97,7).
1.0
1.2
1
b
6.3 6 5
4.5
4
1
3
-1 -1
Jan-13 Feb-13 Mar-13 Apr-13 May-13 Jun-13 Jul-13 Aug-13 Sep-13 Oct-13 Nov-13 Dec-13 Jan-14 Feb-14 Mar-14 Apr-14 May-14 Jun-14 Jul-14 Aug-14 Sep-14 Oct-14 Nov-14 Dec-14 Jan-15 Feb-15
0
Inflasi Bulanan
Inflasi Tahunan
BI Rate
2 1 0
Sumber: Bloomberg, diolah Commonwealth Bank
Selanjutnya memasuki QQ2/2015, tekanan dari impor kembali meningkat. Selain meningkatnya aktivitas produksi, hal ini secara musiman terjadi di Indonesia. Menjelang lebaran, Pertamina akan melakukan impor BBM lebih banyak dan pengusaha lokal menyiapkan stock-stock kebutuhan lebaran yang meningkat.
Sumber: Bloomberg, diolah Commonwealth Bank
Namun jangan khawatir karena QQ1 secara seasonality memang relatif melambat dibandingkan QQ selanjutnya. Kegiatan ekonomi umumnya baru mengalami puncaknya pada QQ2 dan QQ3. Kegiatan investasi dan realisasi proyek pemerintah masih terus dipush realisasinya. Setidaknya level pertumbuhan ekonomi kita masih relatif lebih tinggi dibandingkan negara lainnya. Ditambah ada beberapa indikator yang mendorong kita menjadi lebih optimis: New contract perusahaan konstruksi selama QQ1/2015 menunjukkan peningkatan. PTPP berhasil mencapai Rp6.7 Triliun atau tumbuh 72% YoY. Padahal secara historis new contract pada QQ1 relatif hanya 10-15% dari target new contract for full year. Pertumbuhan uang beredar dalam sistem perbankan (M2) juga meningkat 16,1 YoY di Februari 2015, lebih cepat dibandingkan periode sebelumnya.
Bagaimana dengan pertumbuhan ekonomi?
Perlambatan pertumbuhan ekonomi masih terlihat selama QQ1 / 2015 ini. Dari penurunan aktivitas produksi yang terlihat dari indeks HSBC PMI periode Maret 2015 yang turun ke level 46,4 (vs
Salah satunya didorong mulai meningkatnya penyaluran kredit perbankan menjadi 12% YoY. Memang belum meningkat signifikan, namun setidaknya sudah naik dibandingkan periode sebelumnya. Kredit modal kerja dan kredit properti menjadi pendorong kenaikan ini, sedangkan kredit investasi dan SME masih relatif melambat.
Wealth Management Newsletter | Edisi April 2015
6 | Market Perspective
Hal ketiga yang akan diamati pelaku pasar adalah bagaimana realisasi berbagai program kerja yang sudah dicanangkan Pemerintah, khususnya dalam pembangunan infrastruktur. Execution & Policy Risk Berbagai headline utama surat kabar sudah diwarnai berita bahwa Pemerintah akan membangun pelabuhan ini, jembatan itu dan lain lain. Namun pelaku pasar butuh progress pastinya. Memang hal ini tidak bisa dilakukan dalam waktu yang pendek. Kami melihat masih banyak PR yang perlu dipenuhi dari proses akuisisi tanah, reformasi birokrasi dan Sehingga Pemerintah perlu mengelola ekspektasi pasar dengan baik. Kredibilitas Pemerintah cukup menjadi sorotan media dalam beberapa bulan ini. Khususnya setelah beberapa aturan yang diputuskan Presiden, langsung ditarik kembali. Dari aturan penggunaan hotel untuk acara Pemerintahan, visa free policy hingga beberapa proyek infrastruktur. Sehingga terkesan keputusan diambil tanpa mempertimbangkan detil implikasinya.
Belum lagi risiko dari aturan-aturan baru yang akan dirilis Pemerintah, agak terkesan kurang mendukung business climate. Namun sekali lagi, dibalik setiap kekhawatiran kita perlu melakukan justifikasi dahulu. Apakah hal tersebut hanya berdampak sementara atau jangka panjang. Kami menyakini bahwa Pemerintah akan terus memperbaiki kualitas policy-nya termasuk dalam mengelola ekspektasi pasar.
Equity & Bond Outlook Dengan cukup tingginya faktor risiko yang masih berpotensi membayangi pergerakan pasar ke depannya khususnya yang bersifat sentimen jangka pendek, ditambah katalist penggerak pasar dirasa kurang kuat atau belum ada katalist baru, serta valuasi yang sudah mulai naik maka kami melihat selama bulan April 2015 ini pergerakan pasar cenderung mixed. Pendekatan market timing dapat terus digunakan, buy on weakness dan sell on strength. Valuasi tinggi artinya pasar rentan terhadap sentimen negatif. Namun latar belakang tingginya likuiditas di pasar global dan stabilitas ekonomi domestik, dapat mendukung pergerakan IHSG dalam area yang positif. Pendekatan market timing dapat terus dilakukan untuk memanfaatkan momentum di pasar modal : Pasar saham dengan alokasi netral. Level upside dan downside diestimasi sebesar 1-2% dari nilai aset investasi, pada kondisi pasar mixed selama bulan April 2015 ini.
Wealth Management Newsletter | Edisi April 2015
Artinya, bagi nasabah dengan jangka waktu investasi pendek, dapat masuk bertahap ketika pasar koreksi 1-2% dan mulai profit taking ketika pasar mengalami kenaikan 1-2%. Namun bagi nasabah berjangka waktu investasi panjang, tetap dapat masuk bertahap. Pasar obligasi dengan alokasi netral. Indikator range untuk perdagangan obligasi, menggunakan yield SUN tenor 10 tahun pada kisaran menuju 7,4 - 7,6% (buy) dan menuju 7-7,2% (sell). Namun bagi nasabah dengan jangka waktu investasi panjang di atas 2 tahun maka potensi penurunan suku bunga di Indonesia akan lebih terbuka, artinya harga obligasi mengalami kenaikan. Hal ini khususnya seiring laju inflasi yang terkendali, potensi penurunan cost of fund, dan harapan akan kepastian kenaikan suku bunga The Fed
Market Perspective | 7
ANALISA VALAS Presiden Bank Federal Reserve New York, William C. Dudley mengatakan bahwa dia relatif optimis bahwa pertumbuhan yang kuat akan menjamin untuk adanya kenaikan suku bunga di tahun 2015, meskipun dia “saat ini tidak terlalu yakin” bahwa inflasi akan naik. Dudley dalam pidatonya di Bloomberg Americas Monetary Summit di New York mengatakan bahwa “ Saya yakin prospek pertumbuhan untuk ekonomi AS selama sisa tahun 2015 akan membaik. Semoga, ketika data mendukung keputusan untuk dinaikan pada akhir tahun ini, itu bukan berarti bahwa kebijakan moneter AS akan ketat.” Adapun indikator ekonomi yang sudah mendukung untuk kenaikan suku bunga adalah data tenaga kerja dan pengangguran yang membaik. Para pembuat kebijakan Fed pada bulan lalu terbagi atas apakah mereka akan naikan suku bunga di bulan Juni atau di pertemuan selanjutnya, perdebatan yang sudah ada sebelum keluarnya angka payroll yang mengecewakan untuk bulan Maret, ditunjukkan dalam minutes pertemuan terakhir mereka.
USD/IDR Pergerakan USD/IDR hingga bulan April 2015 didominasi dengan penguatan IDR. Penguatan cenderung disebabkan oleh surplus perdagangan terlebar dalam lebih dari setahun. Memburuknya valuasi Dollar AS juga ikut menyumbang tenaga penguatan untuk Rupiah. Surplus perdagangan Indonesia untuk bulan Maret meningkat menjadi 1.13 miliar Dollar AS, level tertinggi sejak bulan Januari 2013, jauh lebih tinggi dibandingkan prediksi surplus 589 juta Dollar AS oleh para ekonom yang disurvei Bloomberg.
Disatu sisi rencana Bank Sentral AS yang akan menaikan suku bunga hingga 0,5% sampai akhir tahun 2015 bisa memicu penguatan USD terhadap mata uang lainnya. Diperkirakan nilai tukar Rupiah akan cenderung melemah di rentang 12.900 – 13.200 pada bulan Mei ini.
AUD/USD Pada awal bulan April, data building approval Australia dirilis memburuk lebih dari prediksi pasar. Building approval turun dari 5,9% ke -3,2%, Trade balance dirilis dengan defisit melebar -1.00B menjadi -1.26B. Namun AUD tetap menguat terhadap mata uang lainnya dikarenakan oleh aksi beli di pasar. Hal ini disebabkan oleh antisipasi terhadap data tenaga kerja US di awal bulan yang dirilis memburuk. Data tenaga kerja dirilis turun dari 264k menjadi 126k,
Penguatan AUD terhadap mata uang lainnya cenderung bersifat sementara, dikarenakan waktu kenaikan suku bunga AS yang makin dekat, akan kembali menurunkan selera risiko pasar. Seiring dengan memburuknya data-data ekonomi Australia dan China, Diperkirakan AUD/USD akan cenderung bergerak dengan rentang 0.7540 – 0.7810 pada bulan Mei 2015
EUR/USD Pada bulan april nilai tukar Euro anjlok tajam setelah sempat menyentuh level tertinggi selama bulan April di 1.1040, didominasi respon market pada stimulus ekonomi terbaru China serta kekhawatiran situasi Yunani. Rapat IMF juga gagal mencounter ketakutan keluarnya Yunani dari zona Euro dan buntunya penyelesaian hutang Yunani, sehingga Dollar bergerak menuju paritas terhadap Euro hingga kwartal ketiga. Komitmen ECB
untuk menggelontorkan stimulus 60 miliar EUR per bulan sampai September 2016 juga berisiko menekan Eur lebih lanjut. Diperkirakan EUR/USD akan cenderung bergerak dalam rentang 1.0510 – 1.0840 pada bulan Mei 2015 dengan kecenderungan turun.
GBP/USD Poundsterling berada dalam tekanan anjlok di bawah level psikologis 1.5000, akibat hasil jajak pendapat terbaru bahwa partai buruh memimpin 1% di atas partai Konservatif. Menurut hasil poling, partai Buruh didukung dengan 35 persen suara,sementara partai Konservatif hanya didukung 34 persen suara, sementara partai UKIP yang merupakan anti Eropa, tidak berubah di 13%. Kedua partai yang cukup ketat mendapatkan dukungan tersebut sejak awal tahun ini, diperkirakan akan menimbulkan ketidakpastian
politik seiring dengan kebuntuan parlemen karena tidak ada suara mayoritas. Pemilu Inggris akan diadakan pada tanggal 7 mei 2015 dan ketidak pastian politik menjelang pemilu berisiko menekan GBP lebih lanjut. Diperkirakan GBP/USD akan cenderung bergerak dalam rentang 1.4740 – 1.5040 pada bulan Mei 2015.
Wealth Management Newsletter | Edisi April 2015
8 | Market Perspective
USD/JPY JPY menguat tipis terhadap sebagian mata uang dunia di bulan april ditopang komentar Koichi Hamada, penasihat ekonomi PM Shinzo Abe, yang menyebutkan pelemahan yen telah mendekati batasnya. Hamada juga menambahkan akan terjadi masalah jika yen terus melemah. Yen pada hari ini diperdagangkan di bawah 120 per dollar. Gubernur Bank of Japan, Haruhiko Kuroda juga mengatakan tren inflasi terus membaik dan akan mencapai target
2% pada pertengahan tahun depan dengan asumsi berakhirnya tren penurunan harga minyak. DIperkirakan USD/JPY akan cenderung bergerak dengan rentang 118.00 – 121.50 pada bulan September 2014 dengan kecenderungan naik.
Recommendation EUR/USD
GBP/USD
AUD/USD
Expected buying level
12.850 - 12.900
USD/IDR
1.0550 - 1.0600
1.4750 - 1.4800
0.7540 - 0.7500
118.00 - 118.50
Expected selling level
13.150 - 13.200
1.0800 - 1.0850
1.5000 - 1.5050
0.7800 - 0.7850
121.50 - 122.00
Long profit taking @
13.100 and above
1.0800 and above
1.5000 and above
0.7800 and above
121.50 and above
Short profit taking @
13.000 and below
1.0600 and below
1.4800 and below
0.7600 and above
118.50 and below
Long cut loss @
12.700 - 12.775
1.0400 - 1.0475
1.4600 - 1.4675
0.7400 - 0.7475
117.00 - 117.75
Short cut loss @
13.300 - 13.350
1.0950 - 1.1000
1.5151 - 1.5200
0.7950 - 0.8000
122.50 - 123.00
Entry Point Profit Taking Cut Loss
*Data di atas hanya bersifat indikatif dan dapat berubah sewaktu-waktu tergantung kondisi pasar.
Wealth Management Newsletter | Edisi April 2015
USD/JPY
Disclaimers Kecuali dinyatakan lain, semua data bersumber dari berita media massa, dan tidak diterbitkan oleh PT Bank Commonwealth (PTBC). PTBC harus dijamin untuk dibebaskan dari tanggung jawab, termasuk tetapi tidak terbatas pada penuntutan hukum oleh pihak ketiga. PTBC beserta direkturnya, karyawannya dan perwakilannya dalam Lampiran ini selanjutnya bersama-sama disebut sebagai “Grup” “Laporan ini diterbitkan semata-mata untuk tujuan informasi dan tidak boleh ditafsirkan sebagai suatu ajakan atau penawaran untuk membeli efek atau instrumen keuangan.. Laporan ini telah disusun tanpa mempertimbangkan tujuan, situasi keuangan dan kapasitas untuk menanggung kerugian, pengetahuan, pengalaman atau kebutuhan orang-orang tertentu yang mungkin menerima laporan ini. Tidak ada anggota dari Grup yang melakukan atau harus melakukan penilaian kelayakan atau penyesuaian laporan untuk penerima laporan ini yang karenanya tidak mendapatkan manfaat dari perlindungan peraturan dalam hal ini. Laporan ini bukan nasihat atau petunjuk. Semua penerima laporan ini harus, sebelum bertindak atas dasar informasi dalam laporan ini, mempertimbangkan kewajaran/kelayakan dan kesesuaian informasi, dengan memperhatikan tujuan-tujuan mereka sendiri, situasi keuangan dan kebutuhan, dan, jika perlu mencari profesional yang tepat, memperhatikan kondisi valuta asing atau nasihat keuangan tentang isi laporan ini sebelum membuat keputusan investasi. Kami percaya bahwa informasi dalam laporan ini adalah benar dan setiap pendapat, kesimpulan atau rekomendasi yang cukup telah diadakan atau dibuat, berdasarkan informasi yang tersedia pada saat kompilasi, tetapi tidak ada pernyataan atau jaminan, baik tersurat maupun tersirat, yang dibuat atau disediakan untuk akurasi, kehandalan atau kelengkapan setiap pernyataan yang dibuat dalam laporan ini. Setiap pendapat, kesimpulan atau rekomendasi yang ditetapkan dalam laporan ini dapat berubah sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan dan mungkin berbeda atau bertentangan dengan, kesimpulan pendapat atau rekomendasi yang diungkapkan oleh Grup di tempat lain. Kami tidak berkewajiban untuk, dan tidak,memberitahukan perkembangan terkini atau terus mengikuti informasi terkini yang terdapat dalam laporan ini. Grup tidak menerima tanggung jawab untuk setiap kerugian atau kerusakan yang timbul akibat dari penggunaan seluruh atau setiap bagian dari laporan ini. Setiap penilaian, proyeksi dan prakiraan yang terkandung dalam laporan ini didasarkan pada sejumlah asumsi dan perkiraan dan tunduk pada kontinjensi dan ketidakpastian. Asumsi dan perkiraan yang berbeda dapat mengakibatkan hasil material yang berbeda pula. Grup tidak mewakili atau menjamin bahwa salah satu proyeksi penilaian atau prakiraan, atau salah satu dasar asumsi atau perkiraan, akan dipenuhi. Kinerja masa lalu bukan merupakan indikator yang dapat diandalkan untuk kinerja masa depan. Grup tidak menjamin kinerja dari produk investasi atau pembayaran kembali modal dengan produk yang didistribusikan oleh PTBC. Investasi dalam produk ini bukan merupakan simpanan atau kewajiban lainnya dari Grup atau anak perusahaannya dan setiap jenis produk investasi memiliki resiko investasi termasuk hilangnya pendapatan dan modal yang diinvestasikan. Contoh yang digunakan dalam komunikasi ini hanya untuk ilustrasi. Semua materi yang disajikan dalam laporan ini, kecuali bila ditentukan lain, berada di bawah hak cipta Grup. Tak satu pun dari materi, maupun isinya, maupun salinannya, dapat diubah dengan cara apapun, ditransmisikan ke, disalin atau didistribusikan kepada pihak lain, tanpa izin tertulis dari perusahaan terkait yang menjadi bagian dalam Grup. Grup, berikut agennya, asosiasinya dan kliennya memiliki atau telah memiliki posisi panjang atau pendek pada efek atau instrumen keuangan lainnya yang disebut di sini, dan dapat setiap saat melakukan pembelian dan / atau penjualan terhadap kepentingan atau surat berharga dalam kapasitasnya sebagai prinsipal atau agen, termasuk menjual atau membeli dari klien atas dasar pokok dan dapat terlibat dalam transaksi yang tidak konsisten dengan laporan ini. Silahkan melihat website kami di www.commbank.co.id untuk informasi lebih lanjut. Jika Anda ingin berbicara dengan seseorang mengenai instrumen keuangan yang dijelaskan dalam laporan ini, silakan hubungi kami hubungi Call Centre kami di 021 15000 300 atau email kami di
[email protected].
10 | Market Perspective
PT. Bank Commonwealth adalah Bank yang terdaftar dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan.
Wealth Management Newsletter | Edisi April 2015