Wealth Management Newsletter - Mei 2015
GREETINGS
Nasabah terhormat, Terima kasih atas kepercayaan Anda menjadi nasabah setia Commonwealth Bank. Pada edisi Market Perspective kali ini, kami mengulas mengenai pergerakan pasar yang masih cukup volatile hingga terjadi koreksi yang cukup tinggi pada pasar modal Indonesia menjelang akhir bulan April 2015 lalu. IHSG mengalami koreksi hingga -7,83% Month on Month (MoM) selama bulan April 2015 sehingga membawa kinerja menjadi negatif (-2.69%) secara Year to Date (YTD). Sebelumnya, pasar obligasi juga mengalami koreksi ditandai dengan kenaikan yield SUN tenor 10 tahun dari awal April 2015 7,2% menjadi 7,7% dan bahkan sempat menyentuh 8,2% di awal Mei 2015 ini. Koreksi ini salah satunya sebagai reaksi pelaku pasar atas melambatnya pertumbuhan ekonomi Indonesia. Ekonomi tumbuh melambat 4,7% Year on Year (YoY) dan hal ini semakin nyata terlihat pada pertumbuhan laba emiten di beberapa sektor ekonomi. Sebenarnya perlambatan ekonomi masih sejalan dengan perlambatan di berbagai negara lainnya. Selain itu dampak kebijakan moneter tightening bias policy yang dirilis sejak 2013 dan pelemahan Rupiah juga turut meredam aktivitas ekonomi. Namun setidaknya stabilitas makro kita terus menunjukkan perbaikan dengan tingka inflasi yang terkendali dan defisit Neraca Berjalan yang menurun ditengah ekspor yang belum menunjukkan perbaikan. Dari fenomena diatas, ada hal menarik yang bisa diambil oleh pelaku pasar yakni pasar modal kembali pada valuasi yang menarik. Sedangkan dari sisi perlambatan ekonomi akan memberikan justifikasi bahwa Pemerintah akan terus berupaya mendorong ekonomi baik dengan mempercepat realisasi anggaran ataupun dengan kebijakan moneter yang loosening. Pada masa ekonomi transisi ini kami melihat ada peluang atau momentum yang dapat dimanfaatkan oleh nasabah. Nasabah berkesempatan untuk memiliki aset investasi dengan valuasi yang rendah, namun tetap selektif pada portofolio Reksadana yang mendapatkan benefit dari siklus ekonomi selanjutnya dan strategi stock picking pada aset dengan earning visibility yang kuat. Dengan demikian, kami melihat volatilitas di pasar saat ini bukan suatu hal yang perlu dikhawatirkan, namun perlu dikelola dengan baik. Jika Anda membutuhkan informasi lebih lanjut mengenai strategi dan rekomendasi produkproduk investasi, Anda dapat menghubungi Relationship Manager kami di cabang terdekat.
Hormat kami, Rian Kaslan EVP, Head of Wealth Management and Business Strategy
Market Perspective | 1
MARKET Review
Pasar Saham Mengalami Koreksi Tajam, Kembali pada Valuasi yang Menarik
Net Sell Selama 2 bulan berturut-turut
3,500 -2SD @8.0x
3,000
Dec-10
Dec-11
Dec-12
Dec-13
Dec-14
Foreign Flow (RpTn) Net Buy (+) & Net Sell (-)
5,086
Apr-15
Mar-15
Jan-15
(5.4) (8.0)
5,000 4,800
Feb-15
Dec-14
Oct-14
IHSG
Nov-14
Sep-14
Jul-14
Aug-14
Jun-14
5,200
0.2
(1.3) (3.2) (7.4)
(10.0) (15.0)
2,500
Apr-14
(5.0) 4,274 (5.3)
5.3
2.7 4,879 May-14
-1SD @10.6x
4,000
-
Dec-13
4,500
5,400
5,450 10.6 5,090
4.3
5.0
Jan-14
Avg @13.1x 5,000
14.6 11.5 9.5
7.8
10.0
Feb-14
5,500
Dec-09
14.5
15.0
6,000
5,600
5,519
20.0
Mar-14
+2 SD @18.1x +1 SD @15.1x
6,500
4,600 4,400
(8.9) 4,200 4,000
Dec-15
Sumber: Bloomberg, PT. CPAM
Sumber: Bloomberg, diolah Commonwealth Bank
Selama bulan April 2015, pasar saham mengalami koreksi tajam sebesar -7,83% MoM sehingga membawa kinerja YTD menjadi -2.69% atau menghapus kenaikan hingga Maret 2015 yang pernah mencapai +5,58%.
Bagaimana dengan pasar obligasi? Sesuai data historis, investor di pasar obligasi relatif lebih rasional dan berhati-hati dibandingkan di pasar saham. Terlihat pasar obligasi sudah mengalami koreksi secara bertahap, mendahului pasar saham.
Arus dana asing mengalir keluar dengan deras sebesar –Rp8.9 Triliun selama April 2015. Outflow negatif sudah terjadi berturut-turut selama Maret dan April 2015 sehingga membawa akumulasi aliran dana asing di pasar saham menjadi Net Sell sebesar –Rp3.5 Triliun.
Selama April 2015, indeks Abtrindo mengalami penurunan -1,78% selama April 2015. Koreksi harga ini juga ditandai dengan kenaikan yield SUN tenor 10 tahun yang beranjak naik dari level terendah 7,06% di Februari 2015 menjadi 7,44% di Maret 2015 dan 7,71% di akhir April 2015.
Tingginya arus dana asing yang keluar ini mendorong sahamsaham berkapitalisasi pasar besar mengalami koreksi. Terlihat sektor Aneka Industri turun -16,8% dan sektor Perbankan turun -10,2%.
Kepemilikan asing masih menunjukkan peningkatan Rp3.57 Triliun mencapai Rp507.7 Triliun. Namun secara proporsi kepemilikan berkurang menjadi 38,6% terhadap total obligasi Pemerintah yang beredar. Padahal pada Februari 2015 lalu sempat menyentuh level kepemilikan 40,2%.
Wealth Management Newsletter | Edisi Mei 2015
2 | Market Perspective
MARKET Review Yield Obligasi Beranjak Naik, Mendahului Koreksi di Pasar Saham 10Yr IDR Gov Bond Yield 8.8
9 8.2
8.2
8
7 7.0
7.1 6
5
Apr-15
Feb-15
Oct-14
Dec-14
Aug-14
Apr-14
Jun-14
Feb-14
Oct-13
Dec-13
Aug-13
Apr-13
Jun-13
Feb-13
Oct-12
Dec-12
Aug-12
Apr-12
Jun-12
Jan-12
Dec-11
4
Sumber: Bloomberg, diolah Commonwealth Bank
Padahal saat itu pasar obligasi global relatif kondusif dengan level yield US Treasury yang relatif rendah pada kisaran 1,7-1,8%. Lalu Bloomberg Dollar Spot Index juga relatif melemah dari level tertingginya di pertengahan Maret 2015. Hal ini menunjukkan bahwa pelaku pasar global masih relatif menurun ekspektasinya akan kenaikan suku bunga The Fed. Dengan melemahnya Dollar Index maka tentunya Rupiah juga relatif menguat tertinggi pada level Rp12.859/USD di pertengahan April lalu. Namun tekanan penjualan saham dan obligasi akhirnya mendorong Rupiah kembali melemah di kisaran Rp13.000-an/USD.
Apa yang Menyebabkan Koreksi Pasar?
Koreksi pada minggu terakhir bulan April 2015, mendorong IHSG menjadi negatif secara YTD, jauh di bawah kinerja indeks saham Shanghai +40,3%, Hangseng +19,7%, Euro Stoxx 15,3% dan Nikkei +11,8%. Sedangkan indeks saham AS ditutup flat, dengan indeks Dow Jones -0,79% dan indeks S&P500 +0,25%. Koreksi pada IHSG relatif lebih tinggi karena adanya kekhawatiran akan perlambatan pertumbuhan ekonomi QQ1/2015 yang berpotensi meluncur dibawah 5%. Pelaku pasar sebenarnya sudah memprediksi hal ini karena sejalan dengan seasonality QQ1 dan masih sejalan dengan perlambatan di negara lainnya. Dari perlambatan penyaluran kredit bank, penjualan semen dan penjualan mobil. Selain itu, rilis laporan keuangan emiten berkapitalisasi pasar besar (penggerak indeks) juga cukup mengecewakan, pertumbuhan laba melambat di bawah estimasi Analyst, dan bahkan ada yang mengalami penurunan laba. Hal ini tentunya semakin memperkuat kekhawatiran akan perlambatan ekonomi.
Koreksi Terjadi Pada Saham-Saham Berkapitalisasi Pasar Besar, yang Banyak Dimiliki Investor Asing
Selama 1 kuartal, pasar saham global memang mengalami rally didorong sentimen likuiditas. Dari Quantitative Easing (QE) yang dikeluarkan ECB hingga harapan akan stimulus Jepang dan China. Selain itu rendahnya ekspektasi akan potensi kenaikan bunga AS juga turut mendorong kenaikan pasar. Namun ditengah rally kenaikan harga saham global ini rupanya beberapa pelaku pasar mulai khawatir dengan tingginya valuasi pasar dengan perlambatan pertumbuhan ekonomi yang masih terjadi. Kekhawatiran akan penarikan dana (printed money) pasar saham global ini terlihat dari rilisnya data Net long position dari leveraged fund di pasar global yang mulai negatif. Dari posisi long menjadi short, yang menunjukkan adanya penarikan dana dari equity market.
Selain Kekuatiran akan Global Sell-Off, Pelaku Pasar Bereaksi Negatif karena Rilis Laba Emiten Jauh Di bawah Estimasi Analyst. Semakin Memperkuat Kekuatiran akan Perlambatan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia.
Wealth Management Newsletter | Edisi Mei 2015
Sumber: Bloomberg
Sebenarnya hal ini sudah cukup diprediksi pasar, sejalan dengan perlambatan ekonomi QQ1/2015 ini. Namun tetap saja ketika dirilis langsung pasar bereaksi negatif. IHSG mengalami penurunan -3,49% dalam 1 hari perdagangan pada tanggal 27 April 2015 lalu. Sehingga akhirnya IHSG ditutup dengan kinerja minus di akhir bulan April 2015.
Market Perspective | 3
Penjualan Mobil Angka penjualan mobil turun 12,1% YoY (ribu) 130
(%) 30
YoY Chg (RHS)
Car Sales (LHS)
120
20
110
10
100
0
90
-10
80
-20
70
-30 Apr-14
Jun-14
Aug-14
Oct-14
Dec-14
Konsumsi domestik memberikan kontribusi sebesar 55% pada ekonomi Indonesia. Hal inilah yang mendorong ketahanan pertumbuhan ekonomi. Adanya perlambatan memberikan sinyal kepada Pemerintah untuk mendorong Kebijakan Pro-Growth
Indeks Penjualan Retail, Menjadi Flat Angka volume penjualan ritel relatif flat 190
Feb-15
Sumber: PT. CPAM
180 170
Sektor Perbankan Likuiditas membaik, tetapi NPL meningkat NPL Gross
(%) 2.5
160
LDR Ratio (RHS)
(%) 94.0
2.3
92.0
2.1
90.0
1.9
88.0
1.7
86.0
1.5
150 140 Mar-14
May-14
Jul-14
Sep-14
Nov-14
Jan-15
Mar-15
Sumber: Bloomberg, PT. CPAM
84.0 Mar-13
Jun-13 Sep-13
Dec-13 Mar-14
Jun-14 Sep-14
Dec-14
Sumber: Bloomberg, PT. CPAM
Ekonomi Tumbuh Melambat, Meluncur ke Level 4,71% yoy Selama QQ1 / 2015 Akhirnya rilis data pertumbuhan ekonomi semakin menunjukkan perlambatan ke level 4,71% YoY selama periode QQ1/2015, di bawah estimasi pasar 4,94% dan dibawah periode sebelumnya 5,01% YoY. Ekspor belum pulih sejalan dengan pertumbuhan ekonomi dunia yang melambat. Investasi juga belum menunjukkan pemulihan. Ditambah dengan realisasi anggaran Pemerintah juga relatif terbatas. Memang alokasi anggaran Pemerintah di tahun 2015 ini bisa dibilang sangat besar, khususnya untuk mendorong pembangunan infrastruktur dan sektor kesehatan. Hanya saja revisi anggaran tersebut baru disetujui pertengahan Februari 2015 lalu dan tentunya proses realisasi anggaran masih membutuhkan waktu, antara lain adanya proses tender proyek, proses birokrasi lainnya dan akuisisi tanah. Konsumsi domestik yang selama ini menjadi tulang punggung ekonomi, akhirnya juga mengalami perlambatan. Bahkan untuk beberapa daerah diluar Pulau Jawa penghasil komoditas, sangat terpengaruh oleh hal ini.
Menariknya, Ternyata Porsi Belanja Iklan (Ads Spending) Mulai Berkurang, Perusahaan Lebih Memperbesar Porsi Program Promosi yang Mendorong Penjualan Langsung. Pada kondisi perlambatan ekonomi ini, sektor konsumsi masih relatif bertahan, khususnya yang terkait dengan kebutuhan pokok sehari-hari. Laba emiten Unilever dan Indofood masih terlihat meningkat. Khusus untuk Indofood, kenaikan labanya, didorong kenaikan harga indomie dan bila dilihat ternyata ukuran indomie relatif lebih mengecil.
Wealth Management Newsletter | Edisi Mei 2015
4 | Market Perspective
Namun pertumbuhan penjualan rokok Gudang Garam relatif flat dan marjinnya mengalami penurunan karena adanya kenaikan biaya cukai rokok. Di tengah kondisi perlambatan ekonomi ini, beberapa emiten mengalami kesulitan untuk menaikkan harga (pass to customers). Hal yang juga menarik untuk diamati adalah bagaimana berbagai emiten mulai mengurangi alokasi atau porsi anggaran iklannya (ads spending) dan menggantinya dengan meningkatkan porsi biaya promosi yang mendorong penjualan langsung, misalnya berbentuk program diskon dan event penjualan langsung.
Bank Sentral China Kembali Menurunkan Suku bunga Untuk Mendorong Pertumbuhan Ekonomi Perlambatan ekonomi ini sebenarnya sejalan dengan ekonomi di belahan dunia lainnya. Hal ini mendorong berbagai Bank Sentral melakukan penurunan suku bunga. Dari China, India, Korea Selatan, Thailand, Turki dan Bank sentral Australia juga baru saja menurunkan suku bunga menjadi 2% (turun 25 bps). Hari Sabtu lalu, 9 Mei 2015, Bank sentral China mengumumkan akan memangkas benchmark lending rates sebesar 25 bps menjadi 5,35% dan deposit rate menjadi 2,5%, hal ini merupakan penurunan suku bunga ketiga kalinya sejak November 2014. Tujuannya untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Langkah ini diambil Pemerintah China karena khawatir bila ekonomi terus melambat dapat menyentuh level di bawah 7% dan akan secara sistemik mengganggu roda putaran ekonomi. Penurunan suku bunga ini dilakukan Pemerintah China ketika tingkat inflasi China masih menunjukkan kenaikan.
Apakah Bank Indonesia akan Menurunkan Suku Bunga untuk Mendorong Pertumbuhan Ekonomi? Hal inilah yang sekarang sedang hangat diperbincangkan. Pasar sudah meningkatkan spekulasi akan potensi penurunan suku bunga.
Market Outlook
Lalu bagaimana dengan Inflasi dan Volatilitas Mata Uang. Bukannya kedua hal ini juga menjadi faktor pertimbangan BI dalam menurunkan suku bunga.
Pertumbuhan Ekonomi Melambat, Memberikan Sinyal agar Pemerintah Segera Mendorong Kebijakan Ekonomi yang Pro-Growth Dibalik setiap kekhawatiran muncul harapan positif. Rilis data ekonomi ini sempat mendorong koreksi selama minggu terakhir April hingga awal Mei 2015 namun kemudian pasar saham mengalami rebound. Lalu apa yang mendorong pelaku pasar kembali positif? Ternyata pelaku pasar berspekulasi bahwa perlambatan ekonomi yang cukup tajam ini akan semakin mendorong Pemerintah mengeluarkan kebijakan ekonomi yang pro-growth. Harapan akan penurunan suku bunga acuan oleh Bank Indonesia semakin santer diperbincangan. Tujuannya, untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Apalagi dengan data Neraca Perdagangan yang sudah menunjukkan angka positif surplus selama 3 bulan terakhir.
Premium dan Diesel
Naik 7%
Wealth Management Newsletter | Edisi Mei 2015
Naik 5,8%
Inflasi April 2015 mengalami kenaikan 6,79% YoY di atas periode sebelumnya 6,38% YoY. Hal ini masih sejalan dengan estimasi pasar. Karena adanya kenaikan harga retail premium dan diesel +7%, tarif listrik +2,8%, tiket kereta api 30-60%, dan kenaikan LPG 5,8%. Baru-baru ini media massa juga menyebutkan bahwa tarif dasar listrik kembali naik 3,3 – 7% di bulan Mei 2015. Artinya, inflasi masih berpotensi naik ditambah dengan kenaikan harga makanan seiring menjelang hari raya Lebaran. Namun kami melihat, level nya masih cukup terkendali dalam range 4,5% + 2% dan selanjutnya diharapkan tingkat inflasi akan kembali menurun atau normalize.
Naik
30%
Naik 2,8%
Market Perspective | 5
Equity & Bond Outlook Setelah pasar modal mengalami koreksi signifikan pada minggu terakhir April hingga awal Mei 2015 ini, kami melihat valuasi di pasar saham dan pasar obligasi menjadi lebih menarik. IHSG yang sempat menyentuh level 5400-an pada valuasi Price to Earning Ratio (PER) 16.5x (Est. Current Year) atau 13.8x (Est. Y+1) menjadi turun pada valuasi PER 15.9x (Est Current Year) atau 13.39x (Est. Y+1). Pada pasar obligasi, yield SUN tenor 10 tahun yang sempat menyentuh level terendah 7,2% pada pertengahan April 2015 kembali naik ke level 8,2%. Yield naik artinya harga mengalami koreksi.
Valuasi IHSG yang Menarik …. Dapat Dimanfaatkan Momentum ini untuk Masuk Secara Bertahap
Inflasi dan Suku Bunga Bank Indonesia (BI rate) 12.0
17.5x 10.0 7.5
8.0
16x
14.5x
6.0
6.8
4.0
13x
3yr MA
2.0 11.5x
Bagaimana dengan volatilitas Rupiah…? Akhirnya, mau tidak mau, kita memang harus menghadapi dengan tekanan pelemahan Rupiah. Potensi penurunan suku bunga ini tentunya akan memberikan sentimen pada Rupiah. Selain mengamati range pergerakan spot Rupiah pada kisaran Rp12.900 – 13.100/USD, kita juga perlu melihat tren pergerakan NDF (Non Deliverable Forward). Hal ini juga menunjukkan risk appetite dari investor akan pergerakan Rupiah ke depannya. Namun jangan khawatir karena bagaimanapun juga level pelemahan ini relatif sejalan dengan pelemahan mata uang negara tetangga. Hal ini setidaknya dapat membantu daya saing produk ekspor kita ditengah tingkat demand pasar global yang masih melambat. Dengan demikian, kami melihat potensi penurunan suku bunga ini menjadi suatu kebijakan yang diperlukan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Kebijakan moneter menjadi hal yang dapat dirilis Pemerintah terlebih dahulu, sebelum kebijakan lainnya.
15 nJa
4
Au
g-
14
3
ar -1 M
3
t-1
-1 ay
Oc
M
2
12
l-1
12
cDe
Ju
bFe
1
11 p-
Se
10
r-1
v-
Ap
No
10 n-
Sumber: Bloomberg diolah oleh Commonwealth Bank
Ja
BI Rate
Ju
CPI YoY
10
10x n-
Mar-15
Jun-14
Sep-14 Dec-14
Mar-14
Dec-13
Jun-13
Sep-13
Mar-13
Jun-12
Sep-12 Dec-12
Mar-12
Dec-11
Jun-11
Sep-11
Mar-11
Jun-10
Sep-10 Dec-10
Mar-10
Dec-09
Jun-09
Sep-09
Mar-09
Dec-08
-
JCI Rolling forward P/E
Dengan masuk secara bertahap pada valuasi harga yang rendah artinya investor dapat memperoleh upside kenaikan harga yang tinggi. Momentum ini dapat dimanfaatkan untuk masuk secara bertahap, apalagi downside risk sudah menjadi lebih terbatas.
Katalist apa yang dapat mendorong kenaikan nilai aset finansial? Katalist terdekatnya adalah upaya percepatan untuk mendorong realisasi anggaran Pemerintah. Secara historis dapat dilihat bahwa realisasi terburuk ada pada QQ1, kemudian realisasi akan naik bertahap hingga di QQ4 (sekitar 40-50%-nya). Kedua, stimulus ekonomi yang digulirkan Pemerintah. Salah satunya adalah penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia yang diestimasi akan terjadi pada Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia pada pertengahan Mei 2015 ini atau pada awal semester 2 tahun 2015 ini.
Selain itu Pemerintah juga diestimasi akan mengeluarkan kebijakan macro prudential lainnya dan mempercepat realisasi proyek proyek pembangunan. Tujuannya agar aktivitas investasi dapat kembali meningkat di QQ2 dan QQ3 2015 ini.
Wealth Management Newsletter | Edisi Mei 2015
6 | Market Perspective
mn people
Penambahan Jumlah Tenaga Kerja Terus Menurun
Pasar Saham
120
11%
100
10%
80
9%
60
8%
40
7%
20
6%
0
5% 01 002 003 004 005 06 07 07 08 08 09 10 10 11 11 12 12 13 13 14 14 15 2 2 2 2 ug eb ug eb ug eb eb ug eb ug eb ug eb ug eb ug eb A F A F A F F A F A F A F A F A F
Pendekatan valuasi dapat terus dilakukan dalam proses alokasi aset investasi. Pada valuasi yang rendah ini memberikan momentum untuk masuk secara bertahap. Dengan memilih Reksadana Saham yang dikelola secara tim dan dukungan research yang solid. Mengingat pada kondisi economic slowdown seperti ini, kinerja outperformed akan diperoleh dari reksa dana dengan strategi stock picking pada emiten-emiten dengan earning visibility yang solid. Selain itu alokasi sektoral juga akan memaninkan peran dengan alokasi lebih besar pada sektor-sektor yang akan outperformed pada siklus ekonomi selanjutnya.
20
Agriculture
Mining
Manufacturing
Utilities
Construction
Trade & Services
Transportation & Communications
Financial
Communal & Social Services
Unemployment rate
Sumber: BPJS
Namun bukan berarti, tidak ada faktor risiko yang masih berpotensi meningkatkan gejolak pasar. Namun setidaknya downside risk-nya sudah lebih terbatas. Beberapa faktor risiko yang tetap perlu kita amati adalah sentimen dari arah kebijakan The Fed dan perkembangan perlambatan ekonomi dunia serta kondisi domestik.
Wealth Management Newsletter | Edisi Mei 2015
Rekomendasi dipertahankan pada RD dengan alokasi saham big cap. Di mana bila terjadi rebound, maka saham big cap akan rebound terlebih dulu. Namun tetap perlu ada alokasi pada saham Mid & Small Cap sebagai bentuk diversifikasi pada sektor dengan market cap yang lebih rendah.
Pasar OBLIGASI Alokasi menjadi netral to overweight. Indikator range untuk perdagangan obligasi, dapat menggunakan indikator yield SUN tenor 10 tahun pada kisaran 7,9 – 8,2% (buy) dan menuju 7.4 – 7.5 % (sell). Namun bagi Nasabah dengan jangka waktu investasi panjang di atas 2 tahun maka potensi penurunan suku bunga di Indonesia akan lebih terbuka, artinya harga obligasi mengalami kenaikan. Hal ini khususnya seiring laju inflasi yang terkendali, potensi penurunan cost of fund, dan normalisasi kenaikan suku bunga The Fed sudah berlalu.
Market Perspective | 7
ANALISA VALAS Federal Reserve Philadelphia merilis hasil survei terbarunya di hari Jumat dan hasilnya cukup mengecewakan. Laporan yang dirilis setiap kuartal dan berisi hasil survei terhadap 44 ekonom secara umum lebih rendah dari laporan sebelumnya yang diterbitkan bulan Februari. Serangkaian data yang gagal memenuhi ekspektasi pasar tampaknya memengaruhi proyeksi para ekonom. Ekonom memangkas prediksi pertumbuhan perekonomian AS di kuartal kedua dan tahunan, serta pertumbuhan pasar tenaga kerja. Ekonom memproyeksikan perekonomian akan tumbuh dalam laju tahunan 2,5% di kuartal kedua, lebih rendah dari proyeksi 3% saat survei sebelumnya. Proyeksi GDP tahunan AS untuk tahun 2015 turut direvisi menjadi lebih rendah menjadi 2,4% dari estimasi sebelumnya 3,2%. Responden juga menurunkan proyeksi untuk pertumbuhan tenaga kerja Non-Farm yang diperkirakan akan sekitar 195.300 di kuartal kedua dibandingkan proyeksi sebelumnya sebesar 233.800. Namun ekonom sedikit lebih optimis dalam tingkat pengangguran. Tingkat pengangguran diperkirakan akan menjadi 5,4% di akhir kuartal kedua dan 5,3% di akhir kuartal ketiga. Laporan bulan Februari memproyeksikan tingkat pengangguran di akhir kuartal kedua di level 5,5%, sedikit lebih tinggi.
USD/IDR Pergerakan USD/IDR hingga bulan Mei 2015 didominasi dengan pelemahan IDR. Pelemahan cenderung disebabkan oleh surplus perdagangan yang menurun akibat turunnya ekspor di -8,46% sedangkan importnya naik di -22,31%. Surplus perdagangan Indonesia untuk bulan April menurun menjadi 454 juta Dollar AS. Disatu sisi GDP Indonesia juga menurun di 4,71% dari sebelumnya di 5,01%.
Disatu sisi rencana Bank Sentral AS yang akan menaikan suku bunga hingga 0,5% sampai akhir tahun 2015 bisa memicu penguatan USD terhadap mata uang lainnya. Diperkirakan nilai tukar Rupiah akan cenderung melemah di rentang 13.000 – 13.300 pada bulan Juni ini.
AUD/USD Pada awal bulan April, data building approval Australia dirilis membaik lebih dari prediksi pasar. Building approval naik dari -3,2% ke 2,8%, Trade balance dirilis dengan defisit melebar -1.256M menjadi -1.322M. Di bulan ini RBA juga memutuskan untuk menurunkan suku bunga acuan dari 2,25% menjadi 2% namun AUD tetap menguat terhadap mata uang lainnya dikarenakan oleh statement RBA yang memberikan sinyal ketidakjelasan mengenai kebijakan berikutnya di tahun ini. Penguatan AUD terhadap
mata uang lainnya cenderung bersifat sementara, dikarenakan waktu kenaikan suku bunga AS yang makin dekat, akan kembali menurunkan selera resiko pasar. Seiring dengan potensi memburuknya data-data ekonomi Australia dan sinyal perlambatan ekonomi China di masa mendatang. Diperkirakan AUD/USD akan cenderung bergerak dengan rentang 0.7720 – 0.8120 pada bulan Juni 2015.
EUR/USD Setelah sempet anjlok nilai tuker euro menguat di bulan mei ini, didominasi respon market pada kondisi terkini yunani yang berhasil menyelesaikan hutang yang jatuh tempo sebesar 750 juta Eur. Akan tetapi penguatan nilai tuker eur terhadap mata uang lain hanya bersifat sementara dikarenakan keraguan market terhadap yunani dalam membayar hutang selanjutnya yang akan jatuh tempo sebesar 1.5M Eur di awal juni. Kebuntuan akan negosiasi yunani mengenai upah kerja dan reformasi dana pensiun masih menjadi
fokus market. Komitmen ECB untuk menggelontorkan stimulus 60 milyar EUR per bulan sampai September 2016 juga berisiko menekan Eur lebih lanjut. Diperkirakan EUR/USD akan cenderung bergerak dalam rentang 1.1080 – 1.1510 pada bulan Juni 2015 dengan kecenderungan turun.
GBP/USD Poundsterling menguat signifikan di bulan mei ini, akibat hasil pemilu inggris yang memenangkan partai konservatif sebesar 331 kursi di parlemen berbanding dengan 232 kursi yang diperoleh partai buruh. Beberapa hari setelah memenangkan pemilu PM inggris James Cameron langsung menaikkan outlook perekonomian inggris sampai dengan Q1 2016 dan percepatan kenaikan suku bunga inggris makin membesar persentasenya. Akan tetapi seiring
dengan kenaikan suku bunga US yang makin dekat berpotensi memberikan tekanan terhadap poundsterling lebih lanjut dalam jangka waktu dekat. Diperkirakan GBP/USD akan cenderung bergerak dalam rentang 1.5400 – 1.5820 pada bulan juni 2015.
Wealth Management Newsletter | Edisi Mei 2015
8 | Market Perspective
USD/JPY JPY bergerak dalam range terbatas di 118.50 – 120.40 di bulan mei menguat tipis terhadap sebagian mata uang dunia di bulan april ditopang komentar Koichi Hamada, penasihat ekonomi PM Shinzo Abe, yang menyebutkan pelemahan yen telah mendekati batasnya. Hamada juga menambahkan akan terjadi masalah jika yen terus melemah. Gubernur Bank of Japan, Haruhiko Kuroda juga mengatakan tren inflasi terus membaik dan akan mencapai target
2% pada pertengahan tahun depan dengan asumsi berakhirnya tren penurunan harga minyak. DIperkirakan USD/JPY akan cenderung bergerak dengan rentang 118.50 – 121.50 pada bulan Juni 2015 dengan kecenderungan naik.
Recommendation EUR/USD
GBP/USD
AUD/USD
Expected buying level
13.000 - 13.050
USD/IDR
1.1250 - 1.1300
1.5550 - 1.5600
0.7800 - 0.7850
118.00 - 118.50
Expected selling level
13.250 - 13.300
1.1500 - 1.1550
1.5800 - 1.5850
0.8100 - 0.8150
120.50 - 121.00
Long profit taking @
13.200 and above
1.1500 and above
1.5800 and above
0.8100 and above
120.00 and above
Short profit taking @
13.050 and below
1.1300 and below
1.5600 and below
0.7850 and above
118.50 and below
Long cut loss @
12.875 - 12.925
1.1125 - 1.1175
1.5425 - 1.5475
0.7700 - 0.7750
117.00 - 117.50
Short cut loss @
13.350 - 13.400
1.1600 - 1.1650
1.5900 - 1.5950
0.8250 - 0.8350
122.00 - 122.50
Entry Point Profit Taking Cut Loss
*Data di atas hanya bersifat indikatif dan dapat berubah sewaktu-waktu tergantung kondisi pasar.
Wealth Management Newsletter | Edisi Mei 2015
USD/JPY
Disclaimers Kecuali dinyatakan lain, semua data bersumber dari berita media massa, dan tidak diterbitkan oleh PT Bank Commonwealth (PTBC). PTBC harus dijamin untuk dibebaskan dari tanggung jawab, termasuk tetapi tidak terbatas pada penuntutan hukum oleh pihak ketiga. PTBC beserta direkturnya, karyawannya dan perwakilannya dalam Lampiran ini selanjutnya bersama-sama disebut sebagai “Grup” “Laporan ini diterbitkan semata-mata untuk tujuan informasi dan tidak boleh ditafsirkan sebagai suatu ajakan atau penawaran untuk membeli efek atau instrumen keuangan.. Laporan ini telah disusun tanpa mempertimbangkan tujuan, situasi keuangan dan kapasitas untuk menanggung kerugian, pengetahuan, pengalaman atau kebutuhan orang-orang tertentu yang mungkin menerima laporan ini. Tidak ada anggota dari Grup yang melakukan atau harus melakukan penilaian kelayakan atau penyesuaian laporan untuk penerima laporan ini yang karenanya tidak mendapatkan manfaat dari perlindungan peraturan dalam hal ini. Laporan ini bukan nasihat atau petunjuk. Semua penerima laporan ini harus, sebelum bertindak atas dasar informasi dalam laporan ini, mempertimbangkan kewajaran/kelayakan dan kesesuaian informasi, dengan memperhatikan tujuan-tujuan mereka sendiri, situasi keuangan dan kebutuhan, dan, jika perlu mencari profesional yang tepat, memperhatikan kondisi valuta asing atau nasihat keuangan tentang isi laporan ini sebelum membuat keputusan investasi. Kami percaya bahwa informasi dalam laporan ini adalah benar dan setiap pendapat, kesimpulan atau rekomendasi yang cukup telah diadakan atau dibuat, berdasarkan informasi yang tersedia pada saat kompilasi, tetapi tidak ada pernyataan atau jaminan, baik tersurat maupun tersirat, yang dibuat atau disediakan untuk akurasi, kehandalan atau kelengkapan setiap pernyataan yang dibuat dalam laporan ini. Setiap pendapat, kesimpulan atau rekomendasi yang ditetapkan dalam laporan ini dapat berubah sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan dan mungkin berbeda atau bertentangan dengan, kesimpulan pendapat atau rekomendasi yang diungkapkan oleh Grup di tempat lain. Kami tidak berkewajiban untuk, dan tidak,memberitahukan perkembangan terkini atau terus mengikuti informasi terkini yang terdapat dalam laporan ini. Grup tidak menerima tanggung jawab untuk setiap kerugian atau kerusakan yang timbul akibat dari penggunaan seluruh atau setiap bagian dari laporan ini. Setiap penilaian, proyeksi dan prakiraan yang terkandung dalam laporan ini didasarkan pada sejumlah asumsi dan perkiraan dan tunduk pada kontinjensi dan ketidakpastian. Asumsi dan perkiraan yang berbeda dapat mengakibatkan hasil material yang berbeda pula. Grup tidak mewakili atau menjamin bahwa salah satu proyeksi penilaian atau prakiraan, atau salah satu dasar asumsi atau perkiraan, akan dipenuhi. Kinerja masa lalu bukan merupakan indikator yang dapat diandalkan untuk kinerja masa depan. Grup tidak menjamin kinerja dari produk investasi atau pembayaran kembali modal dengan produk yang didistribusikan oleh PTBC. Investasi dalam produk ini bukan merupakan simpanan atau kewajiban lainnya dari Grup atau anak perusahaannya dan setiap jenis produk investasi memiliki resiko investasi termasuk hilangnya pendapatan dan modal yang diinvestasikan. Contoh yang digunakan dalam komunikasi ini hanya untuk ilustrasi. Semua materi yang disajikan dalam laporan ini, kecuali bila ditentukan lain, berada di bawah hak cipta Grup. Tak satu pun dari materi, maupun isinya, maupun salinannya, dapat diubah dengan cara apapun, ditransmisikan ke, disalin atau didistribusikan kepada pihak lain, tanpa izin tertulis dari perusahaan terkait yang menjadi bagian dalam Grup. Grup, berikut agennya, asosiasinya dan kliennya memiliki atau telah memiliki posisi panjang atau pendek pada efek atau instrumen keuangan lainnya yang disebut di sini, dan dapat setiap saat melakukan pembelian dan / atau penjualan terhadap kepentingan atau surat berharga dalam kapasitasnya sebagai prinsipal atau agen, termasuk menjual atau membeli dari klien atas dasar pokok dan dapat terlibat dalam transaksi yang tidak konsisten dengan laporan ini. Silahkan melihat website kami di www.commbank.co.id untuk informasi lebih lanjut. Jika Anda ingin berbicara dengan seseorang mengenai instrumen keuangan yang dijelaskan dalam laporan ini, silakan hubungi kami hubungi Call Centre kami di 021 15000 300 atau email kami di
[email protected].
10 | Market Perspective
PT. Bank Commonwealth adalah Bank yang terdaftar dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan.
Wealth Management Newsletter | Edisi Mei 2015