Wealth Management Newsletter - Juni 2016
indonesia harus Tetap Fokus
Ditundanya kenaikan rating investasi S&P tidak menjadi batu sandungan, perekonomian Indonesia masih terus melaju mengejar harapan
GREETINGS
Nasabah yang terhormat, Memasuki bulan suci Ramadhan 1437H, pertama-tama kami ingin mengucapkan selamat menunaikan ibadah puasa bagi Anda yang menjalankannya. Semoga bulan ini menjadi bulan berkah bagi kita semua. Pada edisi e-Market Perspective ini, kami ingin mengulas kembali pergerakan pasar selama bulan Mei 2016 dan menyampaikan beberapa katalis dan risiko yang penting untuk dicermati investor di bulan Juni 2016. Seperti yang kita ketahui, pasar saham maupun obligasi mengalami berbagai tekanan selama bulan Mei 2016. Selain kurang baiknya rilis laporan keuangan dan data pertumbuhan ekonomi Indonesia, tekanan pun datang dari luar negeri dengan isu akan segera dinaikannya suku bunga US yang sempat membuat Rupiah melemah hingga menyentuh 13.700. Ditambah keputusan lembaga rating Standard & Poor’s yang belum menaikkan rating Indonesia menjadi Investment Grade membuat eforia pasar menjadi tertunda. Meskipun demikian, indeks harga saham dan obligasi Indonesia mampu bertahan bahkan perlahan–lahan kembali menguat. Kestabilan ekonomi Indonesia yang didukung programprogram kebijakan pemerintah di awal tahun ini, termasuk rencana program tax amnesty, menjadi faktor pendukung yang berpengaruh. Kami juga melihat dengan rendahnya inflasi dan suku bunga saat ini menjadi momentum yang tepat untuk berinvestasi di pasar modal dengan portofolio yang disesuaikan dengan profil risiko Anda. Jika Anda membutuhkan informasi lebih lanjut mengenai strategi dan rekomendasi produk-produk investasi, Anda dapat menghubungi Relationship Manager kami di cabang terdekat.
Selamat berinvestasi, Dewi Rustini Chief of Retail Banking
1
Equity Market Review – mei 2016 Pada bulan Mei ini, IHSG kembali terkoreksi dari 4.838,58 menjadi 4.796,86. Melesetnya rilis data laba bersih emiten dari ekspektasi masih menjadi katalis utama terkoreksinya IHSG. Hal ini diperburuk dengan rilis data pertumbuhan GDP yang hanya 4,92%, di bawah ekpektasi pemerintah dan analis di level 5,1%. Investor asing bereaksi dengan melakukan aksi jual hingga IDR4 Triliun hanya dalam setengah bulan. Setelah aksi jual akibat melesetnya data laba bersih mereda, IHSG kembali terperosok lebih dalam akibat sentimen global. Para pejabat The Fed mengeluarkan pernyataan ekonomi US telah menunjukkan kemajuan yang signifikan dan sekarang sudah saat yang tepat untuk kembali menaikkan suku bunga. Pasar langsung bereaksi dengan penguatan mata uang USD. Rupiah langsung melemah tajam hingga menyentuh 13.702 dan IHSG menyentuh titik terendah 4.690 di 20 Mei 2016.
potensi kenaikan suku bunga US pada bulan Juni atau Juli ini. Meskipun demikian, optimisme ini sedikit mereda setelah data nonfarm payroll pada awal Juni ini menunjukkan hanya menciptakan 38 ribu lapangan kerja baru, meleset jauh dari ekspektasi 164 ribu. Dan uniknya walaupun diterpa sentimen negatif akibat potensi kenaikan suku bunga US dan belum dinaikkannya peringkat kredit Indonesia oleh S&P, IHSG perlahan-lahan terus menguat pada awal Juni ini, bahkan telah kembali mencapai level tertinggi tahun ini di 4.933,98.
IHSG Tetap Menguat Walaupun Diterpa Isu Kenaikan Suku Bunga US
Di pertengahan Mei ini para pejabat The Fed kembali mengeluarkan pernyataan ekonomi US telah menunjukkan perbaikan sesuai ekspektasi dan merupakan momentum yang tepat untuk kembali menaikkan suku bunga. Pernyataan ini mengejutkan pasar dengan mempertimbangkan lemahnya rilis data laporan keuangan perusahaan US terutama karena tertekan oleh penguatan USD membuat pasar awalnya memandang kecil kemungkinan The Fed menaikkan suku bunga pada pertengahan tahun ini. Dilihat dari data manufaktur yang telah rilis juga tidak dapat dikatakan bagus. Namun dengan inflasi inti yang berada di level 1,6% tanpa suntikan Quantitative Easing membuat tekanan menaikkan suku bunga semakin besar, ditambah data pengangguran US yang saat ini sudah berada di level 5%. Sumber: Bloomberg
Selama periode bulan Mei ini IHSG turun -0,8%, MSCI Emerging Market turun -3,9%, dan MSCI World naik tipis 0,2%. Sementara dilihat dari YTD sampai akhir Mei, IHSG naik 4,4% dan net-buy asing di IHSG Rp4.2 Triliun. Hal identik yang terjadi selama ini adalah para pejabat The Fed mengutarakan optimismenya akan kenaikan suku bunga US dengan mempertimbangkan beberapa indikator ekonomi yang telah mencapai target, sementara gubernur The Fed, Janet Yellen selanjutnya merendam optimisme tersebut dengan pernyataan-pernyataan yang cenderung dovish. Seperti apa yang telah diutarakan pada 2 bulan lalu, Yellen mengungkapkan ketidaknyamanannya dengan terlalu kuatnya USD akan membebani sektor manufaktur dan ekspor US, sementara data ekonomi yang telah rilis menurutnya juga belum cukup untuk mengkonfirmasi ekonomi US benarbenar telah pulih. Namun pada pidato akhir bulan Mei kemarin Yellen mengungkapkan kenaikan suku bunga US memungkinkan dalam waktu dekat dengan terus mempertimbangkan data ekonomi yang akan keluar sebagai acuan utama. Dengan pernyataan yang dapat dikatakan cukup optimis untuk seorang Janet Yellen membuat pasar semakin meyakini akan
Bond Market Review – mei 2016 Pasar obligasi domestik mengalami tekanan pada bulan Mei 2016. Bloomberg Indonesia Local Sovereign Index mencatatkan penurunan sebesar -0,44 poin MoM (-0,23% MoM) ke level 188,83. Kinerja negatif sepanjang bulan Mei lebih dipengaruhi oleh menguatnya mata uang USD terhadap mata uang kawasan termasuk terhadap rupiah akibat meningkatnya ekspektasi kenaikan suku bunga acuan US pada bulan Juni. Nilai tukar rupiah terhadap USD terdepresiasi sebesar -3,55% ke level Rp13.648 per USD dari Rp13.180 per USD pada akhir April. Rilis data inflasi bulan April yang mencatatkan deflasi -0,45% MoM atau 3,60% YoY sekaligus di bawah ekspektasi para ekonom yakni 3,81% YoY serta meningkatnya posisi cadangan devisa dan kinerja neraca perdagangan tidak mampu menopang kenaikan yield obligasi domestik. Yield obligasi benchmark 10 tahun naik ke level 7,84% dari 7,74%.
Market Perspective - Wealth Management Newsletter | Juni 2016
2
Selain tekanan dari US terkait kenaikan suku bunga acuannya, rilisnya data GDP Indonesia kuartal I-2016 yang di bawah ekspektasi pasar juga ikut menyumbang tekanan pada pasar obligasi domestik. GDP Indonesia kuartal I-2016 hanya dapat tumbuh sebesar +4,92% YoY di bawah proyeksi para ekonom yang sebesar +5,07% YoY. Namun, menguatnya harga minyak dunia yang sempat menyentuh level USD 49,5/barel di pekan terakhir ikut menahan pelemahan harga obligasi sepanjang bulan Mei.
Dengan inflasi inti 1,6% mendekati target The Fed 2%, dan angka pengangguran sudah berada di rasio yang cukup rendah 5%, kenaikan suku bunga US sesungguhnya hanya tinggal waktu. Dengan membiarkan suku bunga US tetap rendah justru akan menciptakan investasi yang mengarah ke spekulasi karena rendahnya bunga. Saat ini pun rasio hutang perusahaan di US cenderung meningkat melampaui pertumbuhan kas. Apabila tren ini dibiarkan akan menjadi tidak sehat dan menciptakan risiko baru bagi ekonomi US.
Investor asing ikut andil dalam pelemahan harga obligasi pada bulan Mei dengan mencatatkan net-sell sebesar Rp4.21 Triliun, setelah sejak Januari hingga April selalu mencatatkan net-buy dengan akumulasi sebesar Rp63.4 Triliun YTD. Hingga akhir Mei, investor asing masih mendominasi kepemilikan obligasi pemerintah dengan komposisi sebanyak 38,1% dari Rp1.624,91 Triliun total outstanding SBN yang dapat diperdagangkan.
Potensi kenaikan suku bunga US sesungguhnya tidak perlu dikhawatirkan berlebihan oleh investor domestik karena kondisi ini bukanlah zero sum game. Sebagai contoh pada periode 2004-2006 The Fed menaikkan suku bunga sangat agresif hingga mencapai 4% namun di periode yang sama IHSG juga mengalami rally.
Hingga bulan Mei, pemerintah berhasil menerbitkan obligasi baik berdenominasi rupiah maupun mata uang asing sebesar Rp330.08 Triliun atau telah mencapai 59,4% dari target gross-issuance APBN 2016 yang senilai Rp555.72 Triliun. Namun, jika dihitung dari net-issuance Pemerintah telah mencapai Rp211.18 Triliun atau setara dengan 64,54%.
Tren Peningkatan Hutang Emiten US Cash and investments (left scale)
Cash as a% of debt (right scale)
7
$6.6 $5.8
6
4
2
$3.2 $2.6 29% 25%
1 $0.7 0
2006
$0.8
2007
$3.5
$3.5 29%
23% $0.8
$1.0
2008
2009
$3.8 32%
$4.2 31%
40
$4.8 34% 31%
35
31% 28%
$1.2
$1.3
$1.5
$1.7
50 45
$5.1
5
3
Global Market Outlook
Debt (left scale)
(Tril. $)
$1.8
$1.8
30 25 20
2010
2011
2012
2013
2014
2015
0
Sumber: Business Insider
Slowly Global Economy Recovery Setelah di awal 2016 investor global dilanda ketakutan akan prospek ekonomi dunia akibat perlambatan di Eropa dan Jepang (yang mewakili negara maju) dan Tiongkok (yang memiliki pengaruh kuat pada negara berkembang), namun saat ini kekhawatiran mulai mereda. Meskipun belum ada progress yang signifikan dari negara tersebut namun dengan melihat harga minyak berangsur-angsur membaik meningkatkan keyakinan pasar akan pemulihan pertumbuhan ekonomi global.
Chart Menunjukkan Pasar Tidak Lagi Dalam Fase Panic 9.00
5.00
Oil Plummeta Equitie Rally
Fall of Berlin Wall Nikel Peaks
Euphoria
Saddam Invades Kuwait
EM Euphoria Asian Tech Bubble Financial Burats Crisis
US Housing Bubble
Japan Earthquake Greek QE Downgrade Withdrawn
Continental Illinois Run
1.00 Oil Peaks
-3.00 Panic
Black Monday Mexico Defaults
-7.00
Dessert Storm
Greek Jackson Election Hole QE2 Fed Hiking Cycle China
WorldCom Societe Generale Lehman Debt Celling, QE3, CMT Bear SteamsDefaults S&P Downgrade Italian Downgrade
September Mexican Crisis Russia ERM Crisis, 11 Enron Defaults European LTCM Falls Recession
80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 96 97 98 99 00 01 02 03 04 05 06 07 08 09 10 11 12 13 14 15 16 Sumber: Credit Suisse
Market Perspective - Wealth Management Newsletter | Juni 2016
Brexit Or Bremain?
Jika berdasarkan konsensus peluang kenaikan suku bunga US relatif kecil (di mana pada bulan Juni hanya 4% dan Juli 28%), maka voting Brexit, yaitu keluarnya Inggris dari Uni Eropa melalui referendum pada 23 Juni saat ini masih cukup berimbang antara masyarakat yang menginginkan keluar dan bertahan pada Uni Eropa. Sebagai catatan salah satu pertimbangan Inggris untuk keluar dari Uni Eropa adalah karena kekecewaan kepada kebijakan Uni Eropa dalam menampung imigran. Dilihat dari hubungan perdagangan, Inggris memiliki korelasi yang sangat rendah dengan Indonesia. FDI kepada Indonesia yang berasal dari Inggris hanya sebesar 1,7% sementar ekspor Indonesia ke Inggris hanya 1% dari total ekspor. Kerjasama perdagangan atau investasi yang dilakukan dapat digantikan oleh negara lain apabila terjadi guncangan pada ekonomi Inggris. Risiko terbesar apabila Inggris memutuskan keluar dari Uni Eropa adalah ketidakstabilan yang terjadi pada global finansial, terlebih dengan kondisi ekonomi Eropa yang masih sangat rapuh.
3
equity Market Outlook “Keep Moving Forward“
Polling Brexit Or Bremain UK EU referendum: average of last 3 online polls and last 3 phone polls
55%
Remain
50%
Leave
45% 40% 35% 30% May 15
Jul 15
Sep 15
Nov 15
Jan 16
Mar 16
May 16
Sumber: Credit Suisse, ICM, BMG Research, Opinium, Yougov
Namun bila dilihat dari kacamata ekonomi, maka kecil kemungkinan Inggris keluar dari Uni Eropa. Saat ini sekitar 50% dari aktivitas keuangan Uni Eropa dilakukan di Inggris. Current Account Deficit Inggris saat ini mencapai 5,2% dan kebanyakan ditutup oleh FDI dari Uni Eropa. Maka tidak dapat dibayangkan risiko pada Poundsterling apabila Inggris memutuskan untuk keluar dari Uni Eropa.
Britain Global Trade Value and Distance Merchandise trade with Britain (log scale), 2015, $bn
Britain’s global trade
EU countries United States
Germany France Ireland
China Italy
Spain
Canada
India
Hong Kong Japan
New Zealand
200
400
1,000
2,000
4,000
10,000
Beberapa tahun yang lalu di piala konfederasi tim nasional sepabola Brazil bertanding dengan timnas US. Ketika kedudukan dalam posisi tertinggal dan Brazil berhasil mencetak gol balasan, tiba-tiba gol tersebut dinyatakan offside walaupun berdasarkan tayangan ulang gol itu sah. Lalu apa yang dilakukan timnas Brazil? Apakah mereka melakukan aksi walkout atau melakukan protes berlebihan? Tidak, mereka tetap melanjutkan pertandingan, terus berusaha menyamakan kedudukan, hingga akhirnya berhasil memutarbalikkan keadaan dan berhasil menjadi juara Piala Konfederasi. Terasa kurang fair memang kalau Indonesia sampai saat ini masih belum mendapatkan Investment Grade dari S&P. Padahal bila dengan melihat rasio hutang, defisit fiskal, Indonesia saat ini berada dalam posisi yang jauh lebih baik dibandingkan dengan beberapa negara lain yang telah mendapatkan status Investment Grade dari S&P. Dari segi politik yang juga menjadi pertimbangan S&P, Indonesia saat ini juga sangat stabil dengan partai pendukung pemerintah merupakan mayoritas di kursi parlemen. Bila ada sedikit cela maka memang harus diakui terjadi sedikit peningkatan non perfoming loan, peningkatan hutang korporasi, dan semakin melebarnya defisit fiskal, namun dengan kondisi perlambatan ekonomi dunia hal ini juga dialami oleh negara Investment Grade lainnya. Walaupun begitu kegagalan mendapatkan peringkat Investment Grade saat ini tidak perlu diratapi berlebihan. Dalam kondisi ekonomi global yang masih rapuh, cukup wajar bila S&P menjadi lebih berhati-hati dalam menaikkan rating suatu negara. Apa yang Indonesia perlukan saat ini adalah harus tetap fokus melakukan peningkatan kualitas ekonomi, keep moving forward!.
20,000
Distance from Britain (log scale), km Sumber: The Economist, IMF, Bank Of England
Ratio Negara Investment Grade China Supply Side Reform
Saat ini pemerintah Tiongkok fokus untuk melakukan reformasi dari sisi supply sehingga membuat pertumbuhan belanja pemerintah untuk infrastuktur menjadi menurun. Berdasarkan rilis data ekonomi Tiongkok pada bulan Mei menunjukkan pertumbuhan supply semakin melambat. Terlihat dari data produksi baja yang flat dibanding tahun lalu, konsumsi batu bara dari enam perusahaan listrik terbesar di Tiongkok turun 7% YoY pada bulan April. Walaupun demikian, perlambatan ini sesuai dengan strategi pemerintah dalam melakukan efisiensi dan peningkatan efektivitas terutama dari sisi supply. Selain itu strategi Pemerintah Tiongkok saat ini membiarkan terjadinya capital outflow sehingga membuat mata uang mengalami pelemahan. Strategi ini lebih efektif daripada devaluasi karena pelemahan mata uang menjadi lebih alami dan stabil.
Country
S&P
Moodys Fitch Gov Bond Yield
Inflation
Current Budget Account Deficit
Debt to GDP
South Africa BBB- Baa2
BBB-
9.32
6.2
-5.1
-3.8
45.4
Baa3
BBB-
10.9
6.6
-6.7
-11.9
28.2
1.6
-6.1
-7.5
73.4
Namibia
BBB-
Marocco
BBB- Ba1
Filipina
BBB
Baa2
BBB-
3.96
1.1
2.9
-2.0
44.8
Indonesia
BB+
Baa3
BBB-
7.88
3.3
-2.1
-2.5
27.7
India
BBB-
BBB-
7.48
3.9
-1.1
-4.9
51.7
Turkey
BB+
Baa3
BBB-
9.63
6.6
-4.4
-0.8
33.1
Rumania
BBB- Baa3
BBB-
3.56
-3.3
-1.0
-0.7
39.9
Uruguay
BBB
Baa2
BBB-
4.15
10.5
-4.6
-2.0
68.6
Costa Rica
BB-
Ba1
BB+
-0.92
-4.2
-5.2
59.7
Brazil
BB
Ba2
BB
12.92
9.28
-2.5
-10.1
67.3
Colombia
BBB
Baa2
BBB
7.99
7.93
-3.3
-5.5
46.9
Sumbe: Bloomberg diolah oleh Commonwealth
Market Perspective - Wealth Management Newsletter | Juni 2016
4
Menariknya keputusan S&P yang belum memberikan status Investment Grade tidak memberikan respon negatif pada pasar. IHSG terus menguat dalam beberapa hari sejak pengumuman S&P ditopang sentimen turunnya potensi kenaikan suku bunga US pada Juni sehingga rupiah kembali menguat disertai kembalinya capital inflow pada IHSG. Dengan belum menjadi negara layak investasi berdasarkan S&P, efek yang ditimbulkan adalah investor sulit membuat justifikasi membeli surat hutang Indonesia dengan imbal hasil yang lebih murah, selain itu banyak institusi global yang terbentur peraturan untuk berinvestasi di Indonesia karena belum memiliki peringkat kredit layak investasi. Walaupun begitu sesungguhnya terutama untuk IHSG, status investment Grade bukanlah sesuatu yang urgent saat ini. Dengan kepemilikan asing sudah 65% dan valuasi IHSG yang tidak dapat dikatakan murah, maka capital inflow akibat didapatkannya Investment Grade hanya akan membuat bubble kenaikan IHSG karena tidak disertainya kenaikan laba bersih. Agenda yang lebih penting untuk dilakukan Indonesia saat ini adalah memperbaiki dan meningkatkan kualitas penerimaan negara untuk menutupi pesatnya pertumbuhan belanja negara yang terfokus pada peningkatan infrastruktur. Peningkatan kualitas infrastruktur diharapkan secara jangka panjang akan selaras dengan kenaikan laba bersih emiten. Hal inilah salah satu faktor yang mendorong pemerintah untuk segera merealisasikan program tax amnesty.
Jadwal Masa Reses DPR Timeline Parliament 1st hearing Recess
11 January to 18 March 19 March to 5 April 6 April to 29 April
Parliament 2nd hearing Recess
2 May to 16 May
Parliament 3rd hearing
17 May to 2 July 3 July to 16 Aug
Recess Parliament 4th hearing Recess Parliament 5th hearing
16 Aug to early November
Tax Amnesty As The Game Changer Selain turunnya penerimaan pajak, secara tidak langsung pertumbuhan pinjaman juga ikut turun karena terpengaruh tax amnesty. Masyarakat kelas atas cenderung menahan konsumsi sebelum masalah pajak ini jelas. Dengan belum pulihnya sektor konsumsi membuat para pengusaha mengerem ekspansi mereka, ditambah dari sisi perbankan likuiditas saat ini juga ketat sehingga dana yang dapat dikucurkan untuk pinjaman terbatas. Berdasarkan jadwal, pemerintah memiliki waktu untuk meloloskan program tax amnesty ini hingga tanggal 2 Juli 2016. Setelahnya DPR akan menjalani masa reses (vakum sidang DPR). Bila kesepakatan gagal dibangun maka kemungkinan pembahasan selanjutnya baru dapat dilakukan antara 16 Agustus hingga November, praktis tax amnesty tidak mungkin dilakukan tahun ini atau mungkin tidak sama sekali. Dengan akan diberlakukannya keterbukaan data perbankan pada 2018 maka terdapat kepentingan besar untuk disahkannya tax amnesty ini. Memang dengan pemutihannya dana yang selama ini tidak wajib pajak memberikan kesan tidak adil bagi para wajib pajak ataupun masyarakat pada umumnya, namun hal lebih penting yang perlu diperhatikan adalah bagaimana efek yang diberikan pada perekonomian Indonesia. Potensi penambahan pemasukan negara dari tax amnesty dapat mencapai Rp103 Triliun tahun ini, dan selanjutnya peningkatan tax collection mulai tahun depan, terlihat dampak yang diberikan akan sangat masif bagi pemerintah. Efek positif juga akan dirasakan ekonomi Indonesia, besarnya dana tersebut akan meningkatkan konsumsi. Sementara penempatan dana tersebut diperbankan akan meningkatkan likuiditas perbankan sehingga semakin banyak dana yang dapat disalurkan untuk pinjaman. Perlu diingat besarnya pertumbuhan pinjaman memiliki korelasi yang erat terhadap pertumbuhan GDP.
mid-November (2 weeks) Late November to mid-December
Sumber: CLSA
Pertumbuhan Pinjaman Terus Menurun 12.0%
Setelah terus menerus dibahas sejak akhir tahun lalu tampaknya perundingan program tax amnesty telah memasuki babak akhir. Saat ini langkah teknis pemberlakuan tax amnesty sudah berada dalam meja pembahasan DPR dan Pemerintah. Bila kesepakatan gagal dibangun dalam bulan ini maka dapat dikatakan program tax amnesty tidak akan terlaksana, now or never.
11.5% 11.0% 10.5% 10.0% 9.5% 9.0% 8.5% 8.0%
Market Perspective - Wealth Management Newsletter | Juni 2016
7.5%
-1 5 n15 Ju l-1 5 Au g15 Se p15 O ct -1 5 N ov -1 5 De c15 Ja n16 Fe b16 M ar -1 6 Ap r-1 6 Ju
r-1 5
ay
M
Ap
ar -1 5
7.0%
M
Program ini menjadi sedemikian krusial karena menyangkut begitu besarnya dana milik orang Indonesia yang belum diakui oleh pajak. Hal ini membuat orang-orang menunda konsumsi dan melaporkan pajak tahunan. Terefleksi dari penerimaan pajak Q1 tahun ini yang menurun -10,6% YoY.
Loan growth Sumber: CLSA
5
RAPBN-P 2016 Realisasi 2015 RAPBN-P 2016 RAPBN-P asumsi RAPBN-P tanpa Belanja Negara
91%
Penerimaan Negara
85%
Defisit APBN Defisit % GDP
realisasi 2015
Tax Amnesty
2047
1863
1863
1734
1481
1378
313
382
485
2.48%
3.03%
3.84%
Dengan rata-rata kenaikan laba bersih IHSG dalam 10 tahun terakhir sekitar 12% maka kami memandang masih terdapat potensi upside kenaikan pada IHSG sampai akhir tahun ini. 12 paket ekonomi yang telah dikeluarkan pemerintah dan turunnya suku bunga berpotensi menunjukkan efeknya pada semester ke dua nanti. Diharapkan kenaikan laba bersih di semester dua nanti akan selaras dengan kenaikan IHSG. Dengan valuasi yang tidak murah maka akan lebih sehat kenaikan IHSG disertai data fundamentalnya.
* Dalam Triliun Rupiah Sumber: Menteri Keuangan diolah oleh Commonwealth
Pemerintah telah mengajukan proposal RAPBN-P 2016 pada awal Juni ini. Beberapa asumsi pemerintah yang diubah adalah inflasi menjadi 4% dari sebelumnya 4,7% dan rupiah 13.500 dari sebelumnya 13.900. Hal yang menarik adalah dipotongnya asumsi penerimaan pemerintah Rp87 Triliun, namun penerimaan dari tax meningkat 23% dengan memasukkan pendapatan dari tax amnesty sebesar Rp103 Triliun.
Namun apabila tax amnesty berhasil disahkan bulan ini maka hampir mustahil IHSG tetap bertahan konsolidasi. Minimal IHSG akan naik kembali ke level 5.000 didorong besarnya capital inflow.
Kenaikan Laba Bersih Belum Sejalan Dengan Kenaikan IHSG
Sementara belanja negara dipangkas Rp48 Triliun sehingga defisit APBN meningkat Rp40 Triliun dari 2,15% menjadi 2,48% terhadap GDP. Dengan menggunakan asumsi realisasi 2015 di mana realisasi penerimaan negara 85% dan realisasi belanja negara 91% maka defisit APBN kembali bertambah Rp69 Triliun atau setara dengan defisit 3,03% terhadap GDP. Dengan batas maksimal defisit terhadap GDP 3% maka pemerintah cukup memangkas minimal Rp4 Triliun untuk memenuhi batas defisit. Angka yang cukup masuk akal, namun bila program tax amnesty gagal terlaksana maka defisit APBN akan membengkak. Skenario terburuk apabila tax amnesty gagal disahkan maka asumsi pemerintah penambahan pemasukan Rp103 Triliun akan menjadi lenyap. Dengan batas defisit 3% dari GDP maka pemerintah harus memangkas belanja negara minimal sebesar Rp106 Triliun. Angka yang cukup besar bila dibandingkan belanja negara sebesar Rp2.000 Triliun. Sehingga hal ini menjelaskan krusialnya program tax amnesty untuk pemerintah.
Penguatan IHSG Sebaiknya Sejalan Dengan Kenaikan Laba Bersih Sampai pada penutupan 8 Juni IHSG bertengger pada 4.916 atau kenaikan 7,0% YTD. Dengan kenaikan laba bersih IHSG pada kuartal-I hanya sekitar 5% maka kenaikan harga saat ini sudah sedikit melampaui data fundamentalnya. Dengan trailing P/E IHSG saat ini mencapai 23x tergolong salah satu yang paling mahal di kawasan Asia Pasifik, maka kenaikan harga yang lebih lanjut tanpa ditopangnya kenaikan laba bersih hanya akan membuat kenaikan menjadi sangat rapuh.
Sumber : Bloomberg
BOND Market Outlook Tekanan inflasi selama bulan Ramadhan dan Lebaran Membayangi Pasar Obligasi Inflasi bulan Mei yang dirilis pada awal bulan Juni mencatatkan inflasi sebesar 0,24% MoM, yang sejalan dengan ekspektasi ekonom. Secara tahunan inflasi mengalami penurunan menjadi 3,33% YoY dari 3,60% dari bulan April. Inflasi akan cenderung meningkat dalam beberapa bulan ke depan didorong oleh datangnya bulan Ramadhan serta perayaan Idul Fitri dan dimulainya tahun akademik baru. Namun, untuk mengantisipasi hal tersebut, pemerintah berkomitmen untuk aktif melakukan operasi pasar guna menstabilkan harga, terutama bahan pangan, demi menjaga target inflasi. Dengan menurunnya probabilitas kenaikan suku bunga acuan The Fed akan membawa angin segar ke pasar obligasi Indonesia. Nilai tukar USD akan melemah akibat kembalinya dana investor asing ke emerging market. Indonesia yang masih menawarkan riil yield yang atraktif, sekitar 4,3%, akan menjadi salah satu negara tujuan.
Market Perspective - Wealth Management Newsletter | Juni 2016
6
Yield SUN benchmark 10 tahun pada akhir bulan Mei berada di level 7,84%. Koreksi saat ini merupakan momen yang baik untuk mengoleksi SUN didukung oleh masih adanya potensi penurunan yield ke level 7,0% pada akhir tahun ini.
Dengan harga minyak telah kembali menembus USD 50/barel dapat menjadi berita positif untuk pemerintah karena berarti pemasukan negara meningkat. Namun usaha pemerintah menurunkan suku bunga dengan menjaga inflasi bisa berpotensi gagal bila kenaikan harga minyak terjadi terlalu cepat.
Siklus Inflasi Bulanan Akan Memberikan Tekanan
Pemerintah saat ini sangat menggantungkan harapan akan disetujuinya tax amnesty. Dengan tax amnesty sekalipun pemerintah masih akan mengalami shortfall akibat rendahnya penerimaan pajak yang turun -10,6% YTD. Apabila tax amnesty gagal terlaksana maka akan membuat defisit APBN semakin membengkak. Baik dari sentimen pasar maupun secara fundamental kegagalan merealisasikan program tax amnesty dapat menjadi risiko besar untuk Indonesia. Hutang akan membengkak, belanja infrastruktur berpotensi dipangkas, target mencapai pertumbuhan 5,2% semakin sulit tercapai tahun ini.
%MoM 3.5
2012 2013 2014 2015 2016
3.0 2.5 2.0 1.5 1.0 0.5 0.0 -0.5 -1.0
JAN
FEB
MAR APR
MAY JUN
JUL
AUG SEP
OCT
NOV DEC
Sumber: Bloomberg diolah oleh Commonwealth
Risks To Watch Berikut ini adalah beberapa risiko yang perlu kita waspadai dalam beberapa bulan ke depan:
Kenaikan suku bunga US adalah hal yang sudah diekspektasikan sejak tahun lalu, walaupun begitu setiap kali isu kenaikan suku bunga US dihembuskan selalu membuat rupiah rontok dampak penguatan USD seperti yang baru terjadi pada Mei kemarin, membuat rupiah terkoreksi hingga menyentuh 13.700, akibatnya investor asing menjadi panik dan melakukan aksi jual. Secara fundamental pengaruh yang diberikan pada Indonesia sesungguhnya kecil, risiko utama berasal dari money flow yang dapat membuat rupiah sangat berfluktuasi.
Risiko luar negeri terbesar saat ini terfokus pada keputusan Inggris akan tetap bertahan atau keluar dari Uni Eropa yang diputuskan melalui referendum di 23 juni nanti. Dengan ketidakpastian akan meningkat menjelang referendum dapat membuat fluktuasi pasar meningkat dan membuat investor menarik dana mereka dari asetaset berisiko. Risiko keluarnya Inggris dapat menyebabkan disintegrasi pada Uni Eropa.
Walaupun saat ini data PMI China menunjukkan perbaikan namun data ekspor China masih sangat mengecewakan. Dengan status Tiongkok sebagai mitra dagang terbesar Indonesia saat ini dan FDI terbesar juga datang dari negara tirai bambu tersebut, maka guncangan ekonomi yang terjadi pada Tiongkok menjadi risiko yang luar biasa besar bagi Indonesia. Namun berita baiknya sejauh ini perkembangan ekonomi Tiongkok sejalan sesuai ekspektasi pemerintah.
Market Perspective - Wealth Management Newsletter | Juni 2016
Rekomendasi Investasi Pada pasar Saham, dengan belum didapatkannya status Investment Grade oleh S&P dipertengahan tahun ini maka salah satu katalis penggerak IHSG tengah tahun ini tampaknya masih harus ditunda hingga tahun depan. Cukup sulit untuk investor melakukan justifikasi mengharapkan IHSG kembali naik dengan valuasi saat ini yang sudah mahal. Namun dengan keputusan tax amnesty yang wajib disahkan bulan ini, now or never maka masih terdapat katalis yang dapat menggerakan IHSG dari sisi fund flow. Disahkannya tax amnesty akan memberikan sentimen yang sangat positif untuk pasar. Untuk semester kedua kami juga memandang potensi kenaikan laba bersih ditopang insentif turunnya suku bunga. Kami tetap merekomendasikan bobot investasi reksa dana saham 30-50% disesuaikan dengan risk appetite nasabah. Pada pasar Obligasi, tekanan inflasi yang akan terjadi pada bulan ini akan membayangi pasar obligasi, namun kecenderungan melemahnya nilai tukar USD akan mengimbangi tekanan tersebut. Korelasi yang tinggi terhadap nilai tukar rupiah memberikan kesempatan nasabah untuk mengoleksi SUN ketika nilai tukar rupiah melemah. Bank Indonesia diperkirakan akan tetap menjaga kestabilan rupiah dengan rentang antara Rp13.000 - Rp13.500 per USD. Spread yield obligasi benchmark 10 tahun dengan BI rate saat ini berada dikirasan 87 bps, dengan rata-rata 5 tahun terakhir sebesar 50 bps, ditambah dengan akan digantinya suku bunga acuan menambah potensi penurunan yield obligasi lebih lanjut. Kami mempertahankan porsi obligasi dan reksadana berbasis obligasi pada rekomendasi kami sebesar 30-50% dengan disesuaikan dengan profil risiko nasabah.
7
ANALISA VALAS Dollar anjlok terhadap berbagai mata uang utama di awal bulan setelah dirilis data tenaga kerja yang lebih lemah dibanding perkiraan selama bulan Mei sehingga menutup peluang kenaikan suku bunga dari The Fed pada bulan ini dan memacu kecemasan pelambatan pertumbuhan ekonomi. Perusahaan di AS mengurangi lapangan kerja secara signifikan di bulan Mei karena jumlah orang yang mencari pekerjaan semakin kecil, berdasarkan data yang ditunjukkan Departemen Tenaga kerja. Nonfarm payrolls AS hanya dirilis di level 38,000, jauh di bawah perkiraan ekonom 158,000 sekaligus merupakan rilis data terburuk sejak September 2010. Sementara tingkat pengangguran turun ke 4,7% di bulan Mei dibanding bulan sebelumnya di level 5,0%, akibat semakin sedikitnya jumlah orang yang mencari kerja. Probabilitas kenaikan suku bunga The Fed pada bulan Juni menurun ke 4% dari semula 22% sebelum pengumuman nonfarm payrolls. Sementara peluang kenaikan suku bunga The fed pada bulan Juli anjlok ke 22% dari semula 34%.
USD/IDR Pergerakan USD/IDR hingga awal Juni 2016 tergolong cukup stabil dengan range antara 13.215-13.700. Laju inflasi sedikit mengalami perlambatan di kisaran level 3,33% dibanding sebelumnya di 3,60% membuat Bank Sentral Indonesia cenderung masih berpotensi untuk memangkas suku bunga dari 6,75% menjadi 6,5% di quarter ke-3 2016 untuk lebih memacu pertumbuhan ekonominya dan potensi berlanjutnya melambatnya pertumbuhan ekonomi global, Langkah kebijakan ini diharapkan dapat memberikan sentimen positif ke ekonomi
Indonesia untuk jangka waktu menengah, yang ditopang berbagai kebijakan oleh pemerintah. Proses perancangan RUU tax amnesty sudah mendekati tahap akhir berpotensi menarik minta investor untuk cenderung membeli IDR. Ditambah lagi belom jelasnya waktu kenaikan suku bunga USD membuat IDR masih bergerak dalam range yang terbatas. Diperkirakan nilai tukar Rupiah akan cenderung melemah di rentang 13.150-13.450 pada kisaran bulan Juni ini.
AUD/USD Pada awal bulan Juni ini, data GDP dirilis di atas ekspetasi dibandingkan quarter lalu membuat AUD kembali menguat terhadap sebagian besar mata uang dunia setelah melemah sigfnifikan akibat turunnya suku bunga RBA. Akan tetapi suku bunga Australia berpotensi akan kembali diturunkan oleh bank sentral di kisaran 1,5% sampai akhir tahun dengan statement yang memberikan sinyal bahwa tingkat inflasi yang masih cukup rendah masih memungkinkan untuk RBA melakukan pelonggaran moneter lebih lanjut. RBA juga memberikan indikasi bahwa kemungkinan suku bunga berpotensi akan dipangkas disekitar bulan Agustus. Untuk jangka waktu
menengah AUD masih cenderung akan melemah terhadap mata uang lainnya, dikarenakan prospek pelonggaran moneter lebih lanjut dari RBA dan melambatnya perekonomian china cukup menyita perhatian market. Untuk jangka pendek AUD masih berpotensi melanjutkan penguatan seiring dengan ketidakjelasan mengenai kapan The FED akan menaikkan suku bunga untuk kedua kalinya. Diperkirakan AUD/USD akan cenderung bergerak dengan rentang 0.7250-0.7550 pada kurun waktu bulan Juni 2016.
EUR/USD Nilai tukar Euro terhadap USD bergerak stabil dengan kecenderungan melemah di bulan Mei-Juni, dipicu oleh sentiment risk aversion yang masih cukup dominan, kekuatiran mengenai perlambatan ekonomi china dan rencana Federal Reserves yang cenderung berhati-hati dalam menentukan kebijakan suku bunga mengakibatkan EUR bergerak dengan stabil terhadap USD. ECB di meeting terakhirnya memberikan statement bahwa kebijakan suku bunga negatif masih akan dipertahankan untuk beberapa waktu ke depan memberikan
indikasi suku bunga masih bisa diturunkan untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi. Makin dekatnya referendum “brexit” tanggal 23 juni juga berisiko memberikan tekanan ke Euro untuk jangka waktu pendek dan menengah. Diperkirakan EUR/USD akan cenderung bergerak dalam rentang 1.1150-1.1400 pada kurun waktu bulan Juni 2016 dengan kecenderungan melemah.
Market Perspective - Wealth Management Newsletter | Juni 2016
8
GBP/USD Poundsterling kembali melemah setelah menguat cukup signifikan sebelumnya sampai akhir bulan Mei, disebabkan oleh merebaknya optimisme tentang referendum 23 Juni mendatang, bahwa dukungan terhadap Inggris agar bertahan di Uni Eropa semakin besar. Namun setelah menyentuh level tertingginya untuk bulan Mei di level 1.4730 GBP mulai kehilangan momentum penguatan seiring dengan kembali ketatnya hasil survey brexit dan munculnya spekulasi bahwa
Bank Of England mulai mempertimbangkan untuk menurunkan suku bunga dalam beberapa quarter ke depan. Mayoritas investor menilai jika GBP masih akan terus berada di bawah tekanan disebabkan oleh ketidakpastian referendum 23 Juni mendatang. Diperkirakan GBP/USD akan cenderung bergerak dalam rentang 1.4100-1.4650 pada kurun waktu bulan Juni 2016.
USD/JPY JPY bergerak sangat fluktuatif dengan range 106.00 – 111.45 selama bulan Mei-Juni ini. Kebijakan BOJ yang cenderung menunda untuk menambah stimulus dan statement dari Federal Reserves yang memberikan sinyal untuk berhati-hati dalam menaikkan suku bunga di tahun ini membuat JPY bergerak dengan fluktuasi yang tinggi. Menteri keuangan Jepang Taro Aso dan beberapa petinggi BOJ beberapa kali memberikan intervensi secara verbal mengenai prospek stimulus yang
membuat JPY kembali melemah di akhir bulan Mei ini. Bagaimanapun hal ini dilakukan untuk menjaga stabilitas di market. Diperkirakan USD/JPY akan cenderung bergerak dengan rentang 105.30-108.50 pada bulan Juni 2016 dengan kecenderungan JPY melemah.
Recommendation USD/IDR
EUR/USD
GBP/USD
AUD/USD
Expected buying level
13.100 - 13.200
1.1100 - 1.1200
1.4000 - 1.4100
0.7250 - 0.7300
105.50 - 106.00
Expected selling level
13.450 - 13.550
1.1400 - 1.1450
1.4550 - 1.4650
0.7500 - 0.7550
108.00 - 109.00
Long profit taking
13.450 and above
1.1400 and above
1.4550 and above
0.7500 and above
108.00 and above
Short profit taking
13.200 and below
1.1200 and below
1.4100 and below
0.7300 and above
106.00 and below
Long cut loss
13.000 - 13.050
1.1000 - 1.1050
1.3900 - 1.3950
0.7150 - 0.7200
104.50 - 105.00
Short cut loss
13.550 - 13.600
1.1500 - 1.1550
1.4700 - 1.4750
0.7600 - 0.7650
109.50 - 110.00
Entry Point Profit Taking Cut Loss
*Data di atas hanya bersifat indikatif dan dapat berubah sewaktu-waktu tergantung kondisi pasar.
Market Perspective - Wealth Management Newsletter | Juni 2016
USD/JPY
Disclaimers Kecuali dinyatakan lain, semua data bersumber dari berita media massa, dan tidak diterbitkan oleh PT Bank Commonwealth (PTBC). PTBC harus dijamin untuk dibebaskan dari tanggung jawab, termasuk tetapi tidak terbatas pada penuntutan hukum oleh pihak ketiga. PTBC beserta direkturnya, karyawannya dan perwakilannya dalam Lampiran ini selanjutnya bersama-sama disebut sebagai “Grup” “Laporan ini diterbitkan semata-mata untuk tujuan informasi dan tidak boleh ditafsirkan sebagai suatu ajakan atau penawaran untuk membeli efek atau instrumen keuangan.. Laporan ini telah disusun tanpa mempertimbangkan tujuan, situasi keuangan dan kapasitas untuk menanggung kerugian, pengetahuan, pengalaman atau kebutuhan orang-orang tertentu yang mungkin menerima laporan ini. Tidak ada anggota dari Grup yang melakukan atau harus melakukan penilaian kelayakan atau penyesuaian laporan untuk penerima laporan ini yang karenanya tidak mendapatkan manfaat dari perlindungan peraturan dalam hal ini. Laporan ini bukan nasihat atau petunjuk. Semua penerima laporan ini harus, sebelum bertindak atas dasar informasi dalam laporan ini, mempertimbangkan kewajaran/kelayakan dan kesesuaian informasi, dengan memperhatikan tujuan-tujuan mereka sendiri, situasi keuangan dan kebutuhan, dan, jika perlu mencari profesional yang tepat, memperhatikan kondisi valuta asing atau nasihat keuangan tentang isi laporan ini sebelum membuat keputusan investasi. Kami percaya bahwa informasi dalam laporan ini adalah benar dan setiap pendapat, kesimpulan atau rekomendasi yang cukup telah diadakan atau dibuat, berdasarkan informasi yang tersedia pada saat kompilasi, tetapi tidak ada pernyataan atau jaminan, baik tersurat maupun tersirat, yang dibuat atau disediakan untuk akurasi, kehandalan atau kelengkapan setiap pernyataan yang dibuat dalam laporan ini. Setiap pendapat, kesimpulan atau rekomendasi yang ditetapkan dalam laporan ini dapat berubah sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan dan mungkin berbeda atau bertentangan dengan, kesimpulan pendapat atau rekomendasi yang diungkapkan oleh Grup di tempat lain. Kami tidak berkewajiban untuk, dan tidak,memberitahukan perkembangan terkini atau terus mengikuti informasi terkini yang terdapat dalam laporan ini. Grup tidak menerima tanggung jawab untuk setiap kerugian atau kerusakan yang timbul akibat dari penggunaan seluruh atau setiap bagian dari laporan ini. Setiap penilaian, proyeksi dan prakiraan yang terkandung dalam laporan ini didasarkan pada sejumlah asumsi dan perkiraan dan tunduk pada kontinjensi dan ketidakpastian. Asumsi dan perkiraan yang berbeda dapat mengakibatkan hasil material yang berbeda pula. Grup tidak mewakili atau menjamin bahwa salah satu proyeksi penilaian atau prakiraan, atau salah satu dasar asumsi atau perkiraan, akan dipenuhi. Kinerja masa lalu bukan merupakan indikator yang dapat diandalkan untuk kinerja masa depan. Grup tidak menjamin kinerja dari produk investasi atau pembayaran kembali modal dengan produk yang didistribusikan oleh PTBC. Investasi dalam produk ini bukan merupakan simpanan atau kewajiban lainnya dari Grup atau anak perusahaannya dan setiap jenis produk investasi memiliki resiko investasi termasuk hilangnya pendapatan dan modal yang diinvestasikan. Contoh yang digunakan dalam komunikasi ini hanya untuk ilustrasi. Semua materi yang disajikan dalam laporan ini, kecuali bila ditentukan lain, berada di bawah hak cipta Grup. Tak satu pun dari materi, maupun isinya, maupun salinannya, dapat diubah dengan cara apapun, ditransmisikan ke, disalin atau didistribusikan kepada pihak lain, tanpa izin tertulis dari perusahaan terkait yang menjadi bagian dalam Grup. Grup, berikut agennya, asosiasinya dan kliennya memiliki atau telah memiliki posisi panjang atau pendek pada efek atau instrumen keuangan lainnya yang disebut di sini, dan dapat setiap saat melakukan pembelian dan / atau penjualan terhadap kepentingan atau surat berharga dalam kapasitasnya sebagai prinsipal atau agen, termasuk menjual atau membeli dari klien atas dasar pokok dan dapat terlibat dalam transaksi yang tidak konsisten dengan laporan ini. Silahkan melihat website kami di www.commbank.co.id untuk informasi lebih lanjut. Jika Anda ingin berbicara dengan seseorang mengenai instrumen keuangan yang dijelaskan dalam laporan ini, silakan hubungi kami hubungi Call Centre kami di 021 15000 300 atau email kami di
[email protected].
10
Market Perspective - Wealth Management Newsletter | Juni 2016