MARKET
PERSPECTIVE
Wealth Management Newsletter | Juli 2017
The European economic is improving Kondisi politik kawasan yang mulai stabil dan ditopang oleh perbaikan data fundamental, membuat perhatian investor beralih ke Uni Eropa.
GREETINGS Nasabah yang terhormat, Terima kasih atas kepercayaan Anda menjadi Nasabah setia Commonwealth Bank. Pada kesempatan ini Kami segenap keluarga besar Commonwealth Bank ingin mengucapkan Selamat Idul Fitri 1438 H, Minal Aidin Wal Faidzin, Mohon Maaf Lahir dan Batin bagi Anda yang merayakan. Pada edisi Market Perspective e-Newsletter kali ini, Kami akan mengulas faktor apa saja yang menggerakan pasar saham dan obligasi sepanjang bulan Juni 2017. Selain itu Kami juga mengulas mengenai laju pertumbuhan ekonomi global yang lebih lambat dari ekspektasi awal. Pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat pada tahun ini selalu menjadi perhatian investor di seluruh dunia. Harapan besar berada dipundak Amerika Serikat untuk menjadi motor pergerakan ekonomi dunia tahun ini setelah terpilihnya Donald Trump sebagai presiden pada akhir tahun lalu. Namun, rencana perbaikan ekonomi Amerika Serikat yang telah dibuat sepertinya tidak berjalan mulus seperti harapannya. The Fed, meski menaikan suku bunga acuannya pada bulan Juni lalu, merevisi turun pandangannya terhadap target inflasi hingga akhir tahun ini. Di sisi lain, kawasan Uni Eropa yang saat ini masih distimulus oleh ECB mulai terlihat perbaikannya dan mulai mencuri perhatian investor. Dari dalam negeri, kinerja penjualan perusahaan ritel selama periode bulan Ramadhan yang masih belum membaik juga akan Kami ulas. Selain itu, Kami juga membahas terkendalinya inflasi sepanjang periode bulan Ramadhan dan melebarnya defisit anggaran pemerintah pada tahun ini serta implikasinya terhadap pasar keuangan tanah air. Jika Anda membutuhkan informasi lebih lanjut mengenai strategi dan rekomendasi produk-produk investasi, Anda dapat menghubungi Relationship Manager Kami di cabang terdekat.
Rustini Dewi Director of Retail Banking
Market Perspective | Wealth Management Newsletter | Juli 2017 | 1
EQUITY MARKET REVIEW - JUNI 2017
Selama bulan Juni fokus investor global terpusat pada perkembangan di AS. Kenaikan Fed Rate dan outlook ke depannya menjadi acuan para investor dalam mengarahkan investasinya. Isu mengenai usaha pemerintah AS dalam mengubah program Obamacare dan polemik keterkaitan Rusia pada pilpres AS juga menjadi sorotan utama berita ekonomi dunia. Dari dalam negeri berita positif datang ketika Moody’s menaikkan credit rating outlook perbankan Indonesia menjadi positif pada 13 Juni. Selang satu hari setelah rilisnya berita tersebut IHSG naik +1,49%. Dengan membaiknya outlook perbankan memberikan keuntungan pada perbankan yang akan memberikan bunga lebih rendah ketika perbankan menerbitkan surat hutang. Sorotan utama investor global kembali terarah pada kenaikan Fed Rate di bulan Juni. Sesuai ekspektasi pasar suku bunga Fed Rate dinaikkan 25 bps menjadi 1,00%1,25%. Selain menaikkan suku bunga, The Fed juga memberikan pernyataan yang cenderung lebih berhati-hati untuk kembali menaikkan suku bunga di tahun ini karena melesetnya inflasi dari ekspektasi. Rencana The Fed untuk melakukan reducing balance sheetnya dimana akan menjual obligasi pemerintah yang telah dimiliki menjadi fokus pasar, dikhawatirkan bila dilakukan secara masif dapat mendorong naik yield obligasi AS. Hingga akhir Juni IHSG naik +10,06% YTD, MSCI World Index naik +9,73% YTD, dan MSCI Emerging Market Index naik +16,99% YTD. Sementara investor asing telah masuk ke pasar saham sebesar Rp17,3 triliun.
BOND MARKET
REVIEW - JUNI 2017 Pasar obligasi domestik kembali mencatat kinerja positif sepanjang bulan Juni, tercermin dari BINDO Index yang yang mencatatkan total return +1,16%. Namun sebaliknya kinerja INDON tercatat negatif tercermin dari BEMSID Index yang mengalami kinerja -0,13%. Kinerja positif SBN sepanjang Juni 2017 didorong oleh arus dana investor asing yang masih mencatatkan inflow pasca pemberian status investment grade dari S&P pada Mei 2017. Yield SBN 10 tahun kembali turun 12,4 bps ke 6,83% sepanjang bulan Juni, dan telah turun 114 bps sepanjang 1H17 dari 7,97% di awal tahun. Sementara yield INDON 10 tahun naik 0,3 bps ke level 3,71%. Pada bulan Juni, pasar obligasi diwarnai dengan sentimen yang berasal dari global yaitu The Fed menaikkan suku bunga acuan yang kedua kalinya pada tahun ini sebanyak 25 bps menjadi 1,00%-1,25%. Aksi yang dilakukan The Fed sesuai dengan rencananya bahwa akan ada kenaikan sebanyak 3 kali pada tahun ini. Namun The Fed merevisi pandangannya terhadap inflasi AS tahun ini menjadi 1,7% dari sebelumnya 1,9%. Sementara dari dalam negeri, Bank Indonesia mempertahankan suku bunga acuan 7-days reverse repo rate di level 4,75%. Bank Indonesia masih mewaspadai risiko global seperti lanjutan kenaikan FFR, hasil pemilu Inggris dan penurunan harga komoditas.
Yield Curve SBN
SOROTAN UTAMA INVESTOR GLOBAL KEMBALI TERARAH PADA KENAIKAN FED RATE DI BULAN JUNI. SESUAI EKSPEKTASI PASAR SUKU BUNGA FED RATE DINAIKKAN 25 BPS MENJADI 1,00%-1,25%.
Indeks Global Dalam Periode Uptrend Sumber: Bloomberg
GLOBAL MARKET OUTLOOK
Declining Pace of Economic Recovery Growth
Sumber: Bloomberg
Pemulihan ekonomi global telah menjadi tagline beritaberita ekonomi dunia sejak awal tahun 2017. Data inflasi, ekspor, manufaktur, dan perdagangan kompak menunjukkan pulihnya ekonomi.
2 | Market Perspective | Wealth Management Newsletter | Juli 2017
Fokus pasar saat ini bukan lagi mempertanyakan kepastian pemulihan ekonomi global, namun apakah kecepatan pemulihan ekonomi ini dapat dipertahankan? Ataukah akan melalui jalan yang berliku–liku dan dapat kembali mengalami krisis kecil sebelum ekonomi benar-benar kembali mengarah pada jalurnya. Dapat diambil contoh data pertumbuhan penjualan mobil global. Pertumbuhan penjualan mobil global menunjukkan arah melambat setelah memuncak pada awal 2017 walaupun tetap berada dalam teritori positif (garis hitam).
Auto Sales Growth Declining in Mid 2017
Kebijakan bank sentral seperti AS saat ini untuk menaikkan suku bunga juga kontradiktif pada rencana pemerintahnya untuk mendorong ekonomi tumbuh lebih cepat. Kebijakan The Fed tentunya berdasarkan landasan yang tepat untuk mencegah ekonomi “overheating” akibat terlalu rendahnya suku bunga, namun sebagai implikasinya mengakibatkan melambatnya pertumbuhan. Ketika AS tampak berada pada titik jenuh dimana pertumbuhannya melambat dan janji politik pemerintahan baru tampak sulit direalisasikan, ternyata di negara maju lainnya masih menunjukkan pertumbuhan yang positif. Berdasarkan data-data ekonomi global yang rilis dua bulan terakhir menunjukkan kejutan-kejutan yang melampaui ekspektasi ekonom sudah sangat sedikit bahkan cenderung sedikit meleset. Namun untuk kawasan Uni Eropa sejauh ini tetap berada dalam tren positif walaupun mengalami penurunan dibandingkan awal tahun. Dengan valuasi pasar ekuitas yang lebih menarik dan ditopang oleh data fundamental, serta kondisi politik yang stabil, perhatian investor saat ini mulai beralih dari AS ke Uni Eropa.
Sumber: Bloomberg, Societe Generale Cross Asset Research/Economics
Citi Economic Surprise Index Shows Euro Zone Still on Positive Territory
Harga komoditas juga mengalami pelemahan pada pertengahan 2017 ini. Bahkan harga minyak kembali turun di bawah USD50 setelah sempat stabil. Ini menunjukkan pesatnya pemulihan yang terjadi pada awal 2017 sulit untuk dipertahankan dalam kecepatan yang sama. Melambatnya pace pertumbuhan pemulihan ekonomi global merupakan sesuatu yang wajar dan merupakan bagian dari proses pemulihan. Meski melambat pemulihan ekonomi global sudah merupakan hal yang pasti. Terdapat beberapa kondisi yang dapat menyebabkan pemulihan ekonomi global berjalan lebih lambat saat ini. Rata-rata penduduk negara maju yang berusia tua memberikan dampak signifikan pada turunnya produktivitas dan meningkatnya beban pemerintah dalam menyediakan jaminan hari tua dan kesehatan. Rasio hutang yang tinggi dan tidak pernah ada sebelumnya juga merupakan faktor yang memperlambat kecepatan pemulihan ekonomi.
Commodity & Oil Declining in Mid 2017
Sumber: Bloomberg
The Hawk is Napping Selain menaikkan suku bunga acuannya sebanyak 25 bps dan mengumumkan rincian rencana penyusutan neracanya, The Fed terlihat mulai mengkhawatirkan tingkat inflasi yang tidak sesuai harapan. Bahkan pada FOMC meeting bulan Juni The Fed menurunkan proyeksi terhadap inflasi umum maupun inti pada tahun ini. Proyeksi ini mengindikasikan bahwa The Fed belum dapat mencapai target inflasi 2% untuk 6 tahun berturut-turut. Sementara untuk rencana penyusutan neracanya, The Fed telah merencanakan akan melakukan pengurangan sebesar USD10 miliar setiap bulan (USD6 miliar untuk US treasury dan USD4 miliar untuk obligasi korporasi dan mortgage backed securities) dan akan ditingkatkan total sebesar USD10 miliar setiap kuartal hingga mencapai maksimum USD50 miliar per bulan. Rencana ini akan diterapkan selama satu tahun sejak diumumkan.
Sumber: Bloomberg
Dalam FOMC minute of meeting pertemuan Juni lalu anggota FOMC terkesan terbelah dalam menilai inflasi yang melemah saat ini. Sebagian anggota melihat bahwa
Market Perspective | Wealth Management Newsletter | Juli 2017 | 3
turunnya inflasi ini hanya bersifat sementara, sedangkan beberapa anggota melihat bahwa inflasi rendah perlu untuk dikhawatirkan.
Lower UST Yield Amid Trump’s Reflation Fade
Begitu pula dengan rencana penyusutan neraca. Belum ada kesepakatan kapan rencana tersebut akan direalisasikan pada tahun ini. Namun seluruh anggota bersepakat bahwa normalisasi neraca The Fed akan dilakukan secara bertahap pada tahun ini. Pelaku pasar memproyeksikan The Fed akan memulai program tersebut pada September 2017. Meskipun The Fed terkesan dovish pada pertemuan Juni lalu, namun Kami menilai bahwa kenaikan FFR akan tetap sebanyak tiga kali pada tahun ini. Salah satu indikator yang menjadi acuan The Fed yakni sektor ketenagakerjaan, terlihat melanjutkan penguatannya. Dengan meningkat dan bertahannya pertambahan masyarakat yang berkerja, akan memicu kenaikan inflasi ke depannya. Namun pelaku pasar masih terus menunggu pengumuman mengenai kebijakan reformasi pajak. Jika dilihat melalui kacamata yield UST, nampak bahwa yield UST dalam tren turun setelah sempat naik signifikan pada awal terpilihnya Trump sebagai presiden. Ini mengindikasikan pasar telah menurunkan ekspektasi atas rencana reformasi pajak Trump akan berjalan pada tahun ini.
DENGAN MENINGKAT DAN BERTAHANNYA PERTAMBAHAN MASYARAKAT YANG BERKERJA, AKAN MEMICU KENAIKAN INFLASI KE DEPANNYA.
Does Trump’s Reflation Will Continue? Rally pada pasar saham AS yang dipicu oleh sentimen Trump’s reflation sejak awal tahun, perlahan mulai memudar dalam beberapa bulan terakhir. Janji politik Trump seperti pemotongan pajak, meningkatkan belanja infrastruktur dan deregulasi sektor industri dan perbankan masih terus menjadi bahan bakar meroketnya harga saham di Wall Street seperti sektor energi, perbankan dan beberapa saham teknologi. Jika dilihat dari kacamata makro ekonomi, penambahan belanja negara yang disusul dengan deregulasi akan memacu pertumbuhan ekonomi yang lebih cepat, dan dengan tingkat pengangguran yang sudah mencapai siklus terendah, ekspektasi terhadap inflasi kembali meningkat. Ekspektasi kenaikan inflasi biasanya akan tercermin pada yield obligasi jangka panjang. Di mana sesaat setelah Trump terpilih yield UST 30 tahun melonjak seketika. Namun, seiring berjalannya waktu, investor mulai kehilangan keyakinannya bahwa Trump mampu untuk merealisasikan janjinya tersebut. Tidak sesuainya harapan diloloskannya undang-undang kesehatan yang diajukan oleh pemerintah Trump membuat tertundanya reformasi anggaran yang sudah direncanakan. Ini juga menjawab pertanyaan meskipun House of Representative dan Senat dikuasai Partai Republik, tidak membuat rencana-rencana Trump mudah untuk disetujui. Kondisi tersebut juga menurunkan kepercayaan diri investor terhadap rencana-rencana Presiden Trump.
Sumber: Bloomberg
EQUITY MARKET OUTLOOK
Lemahnya Daya Beli di Bulan Ramadhan Sudah menjadi rahasia umum bagi para investor saham ketika memasuki periode bulan Ramadhan, para investor saham mengantisipasi kenaikan saham-saham perusahaan retail yang mengalami lonjakan penjualan di periode tersebut. Beberapa kali memang terjadi kenaikan harga saham perusahaan retail yang menggantungkan penjualan pada masa bulan Ramadhan tersebut, namun karena saat ini telah menjadi rahasia semua investor, efek kejutan itu menjadi hilang. Hal yang lebih mengkhawatirkan terjadi selama periode Ramadhan 2017 kali ini. Kenaikan penjualan yang terjadi di tahun ini meleset cukup jauh dari ekspektasi seperti yang disampaikan oleh Asosiasi Ritel dan Tekstil Indonesia. Bila di tahun lalu kenaikan penjualan retail mencapai 16% saat ekonomi masih dapat dikatakan sedang lesu, maka di tahun ini ketika dikatakan ekonomi sudah mulai pulih, kenaikannya justru hanya mencapai 5% YoY. Kondisi lebih buruk bahkan terjadi pada sektor tekstil dimana mengalami penurunan penjualan di 2Q17 ini. Uniknya data Bank Indonesia menunjukkan penggunaan kartu kredit selama bulan Mei meningkat 10% YoY. Pertumbuhan double digit tersebut menunjukkan tetap besarnya konsumsi masyarakat Indonesia, dan besar kemungkinan konsumsi mulai beralih ke pasar digital sehingga tidak teridentifikasi pasar konvensional.
KETIKA MEMASUKI PERIODE BULAN RAMADHAN, PARA INVESTOR SAHAM MENGANTISIPASI KENAIKAN SAHAM-SAHAM PERUSAHAAN RETAIL YANG MENGALAMI LONJAKAN PENJUALAN DI PERIODE TERSEBUT. NAMUN KARENA SAAT INI TELAH MENJADI RAHASIA SEMUA INVESTOR, EFEK KEJUTAN ITU MENJADI HILANG.
4 | Market Perspective | Wealth Management Newsletter | Juli 2017
Permintaan Industri Ritel & Tekstil Mengecewakan Pada Bulan Ramadhan
Ekspektasi Pertumbuhan Kredit Meningkat
Sumber: Trading Economics, Bank Indonesia
Nilai Buku IHSG Menarik
IHSG saat ini telah mengalami kenaikan 10% YTD hingga akhir Juni 2017, dan para investor mulai bertanya-tanya sampai sejauh mana kenaikan ini dapat berlanjut. Sumber: Kontan
Membaiknya Ekspektasi Kenaikan Kredit Macet Perbankan
Dampak dari pelemahan ekonomi Indonesia selama periode 2015 hingga 2016 menjadikan rasio kredit macet (NPL) meningkat dan menggerus laba perbankan karena harus menyisihkan sebagian dari laba perusahaan untuk pencadangan menanggulangi kredit macet. Hingga bulan Mei 2017 NPL perbankan kembali sedikit meningkat menjadi 3,09% dibandingkan bulannya sebesar 3,02%. Namun menurut OJK kenaikan NPL ini sudah mencapai titik tertinggi, dan perlahan-lahan akan turun di bawah 3%. Tren positif ini mulai terlihat pada bank-bank Buku III dan IV. Ekspektasi menurunnya NPL merupakan berita positif untuk sektor perbankan yang mendominasi kapitalisasi pasar di IHSG. Dengan semakin sedikit laba bersih yang disisihkan untuk pencadangan maka laba bersih akan semakin meningkat dan membuat valuasi saham pada sektor perbankan menjadi lebih menarik. Selain turunnya NPL, pertumbuhan penyaluran kredit perbankan yang merepresentasikan kenaikan laba perbankan juga menunjukkan tren meningkat. Bila di 2016 pertumbuhan kredit hanya 7,8%, maka hingga April 2017 telah berada di 9,4% dan diproyeksikan akan tumbuh 11-12% pada 2017 ini.
Bila kita melihat berdasarkan price to earning atau biasa disebut P/E, maka harus diakui bahwa IHSG saat ini, bila dibandingkan peers, tidak lagi dapat dikatakan murah (24,7x trailing P/E). Namun memang secara psikologis Indonesia memiliki tren untuk diperdagangkan pada valuasi yang lebih premium, seperti yang pernah Kami bahas pada Market Perspective edisi Oktober 2016. Meskipun demikian bila dilihat berdasarkan nilai buku (atau nilai aset), saat ini IHSG diperdagangkan pada valuasi yang wajar yaitu 2,43x jika dibandingkan dengan rata-rata dalam 5 tahun terakhir di 2,58x. Pada umumnya ketika IHSG telah memasuki semester kedua, para analis mulai membicarakan ekspektasi kenaikan earning IHSG di tahun depannya. Dengan ditopang kondisi perekonomian global yang lebih baik di 2018 para ekonom mengekspektasikan Indonesia dapat tumbuh hingga 5,6% di 2018. Lebih tingginya ekspektasi pertumbuhan ekonomi tentu juga akan terefleksi pada perusahaan-perusahaan di Indonesia. Dengan terus membaiknya ekonomi, ekspektasi forward P/E IHSG dalam 12 bulan ke depan berada di level 15,6x. Bila ekspektasi kenaikan laba bersih ini dapat dicapai, maka kenaikan IHSG dapat berlanjut. Dilihat dari hasil rilis laporan keuangan emiten pada 1Q17, hasil yang keluar bahkan sedikit melebihi ekspektasi.
Ekspektasi Pertumbuhan Laba Bersih IHSG 2018
Membaiknya outlook pada sektor perbankan telah terefleksi pada kenaikan saham-saham sektor perbankan selama 2017 ini. Berdasarkan perfomance sektoral saat ini sektor perbankan telah naik 17% YTD hingga Juni dibandingkan IHSG yang naik 10%. Dengan terus membaiknya fundamental perbankan maka kenaikan ini cukup solid dan sustainable.
Sumber: Bloomberg
Market Perspective | Wealth Management Newsletter | Juli 2017 | 5
BOND MARKET OUTLOOK
Inflasi pada bulan Juni tercatat lebih tinggi 0,69% MoM dan berada di atas ekspektasi konsensus di level 0,60% MoM. Meski demikian, kenaikan inflasi pada bulan Juni yang terdapat hari raya Idul Fitri cenderung terkendali. Jika dibandingkan, rata-rata inflasi di bulan yang bertepatan dengan perayaan Idul Fitri dalam beberapa tahun terakhir (2011-2015) berada di level 0,9% MoM.
Sementara dari sisi pengeluaran, pemerintah mengajukan penambahan belanja sebesar Rp31 triliun menjadi Rp2.111,4 triliun. Belanja kementerian bertambah Rp9,5 triliun, namun angka tersebut berasal dari pemotongan Rp16 triliun belanja operasional yang dialihkan menjadi belanja infrastruktur sebesar Rp11,7 triliun. Sementara anggaran subsidi energi meningkat Rp25,8 triliun menjadi Rp103,1 triliun yang disebabkan oleh ditundanya kenaikan harga LPG dan tarif listrik 450VA.
Meski masih ada dampak dari penyesuaian harga pelanggan PLN 900 VA, namun kontribusi terbesar inflasi Juni berasal dari harga transportasi. Kondisi ini wajar karena tradisi mudik yang dilakukan oleh masyarakat Indonesia. Namun yang perlu digarisbawahi adalah inflasi bahan pokok sepanjang bulan Juni yang cenderung tidak naik terlalu tinggi.
Kondisi tersebut akan menghasilkan defisit anggaran yang melebar. Dengan asumsi anggaran tersebut terserap penuh, pemerintah memproyeksikan defisit akan mencapai 2,92% terhadap PDB, yang naik dari 2,41% pada APBN 2017. Angka defisit tersebut semakin mendekati batas ambang yang diperbolehkan oleh undang-undang yakni 3% terhadap PDB.
Terkendalinya volatilitas harga bahan pokok ini dapat dikatakan adalah keberhasilan pemerintah dalam menstabilkan harga dengan membuka keran impor dan dapat mempertahankan pasokan ketika panen raya terjadi.
Dengan melebarnya defisit anggaran, secara otomatis pemerintah memerlukan tambahan dana untuk menutup lubang defisit tersebut. Diperkirakan pemerintah membutuhkan penerbitan obligasi tambahan sebanyak Rp 30-60 triliun pada tahun ini.
Inflasi yang terkendali membuat ekspektasi inflasi pada semester kedua tahun ini menjadi lebih rendah. Selain itu, risiko kenaikan inflasi di 2H17 akibat penyesuaian harga BBM dan tarif dasar listrik nampaknya memudar setelah pemerintah melalui Menteri ESDM menyatakan tidak akan melakukan penyesuaian harga BBM dan TDL hingga akhir tahun ini. Kondisi ini sepertinya menjadi pilihan pemerintah untuk menjaga inflasi tetap berada di dalam target pemerintah yakni 4% pada tahun ini.
Realisasi Pembiayaan Pemerintah
Inflasi Bulanan Indonesia (%)
Sumber: DJPPR (per 5 Juli 2017)
Another Catalyst for Bond Market
Sumber: Bloomberg
Defisit Anggaran Melebar
Sentimen positif yang datang dari ekspektasi inflasi yang lebih rendah nampaknya akan tertekan dengan sentimen negatif melebarnya defisit anggaran pada RAPBN-P 2017. Dalam RAPBN-P 2017 pemerintah menurunkan target penerimaan pajak menjadi Rp1.450 triliun dari Rp1.498,9 triliun. Angka tersebut dinilai lebih realistis melihat pertumbuhan kenaikan penerimaan pajak sekitar 13% dari sebelumnya sebesar 17%.
Meskipun defisit anggaran akan membebani pasar obligasi dalam beberapa bulan ke depan, namun Kami melihat masih ada beberapa katalis untuk pasar obligasi melanjutkan performanya di tahun ini. Pertama adalah inflasi yang cenderung terkendali. Seperti yang sebelumnya dijelaskan bahwa inflasi Indonesia tahun ini diprediksi akan berada pada range yang ditargetkan pemerintah maupun Bank Indonesia. Dengan demikian kemungkinan Bank Indonesia menaikkan suku bunga acuannya pada tahun ini dapat dikatakan kecil. Kedua adalah aliran dana asing ke pasar obligasi. Seperti diketahui bahwa hampir 40% kepemilikan obligasi pemerintah dikuasai oleh asing. Namun demikian aliran dana investor asing tersebut juga membuat pasar obligasi mengalami rally pada tahun ini.
6 | Market Perspective | Wealth Management Newsletter | Juli 2017
Indonesia masih menjadi salah satu negara emerging market yang menawarakan yield yang menarik. Dengan demikian, meskipun ada pertambahan supply obligasi di pasar, namun jika demand dari investor asing ikut meningkat maka akan menciptakan risiko yang lebih rendah naiknya yield akibat over supply. Selain itu, jika dilihat dari postur tenor kepemilikannya, investor asing saat ini lebih banyak mengoleksi obligasi dengan durasi panjang, yang dapat diartikan bahwa investor asing masih positif dengan proses perbaikan kondisi makro ekonomi Indonesia ke depannya. Dibandingkan dengan tahun lalu yang lebih banyak berada pada durasi yang pendek. Selain itu juga biasanya investor tersebut adalah investor jangka panjang. Ketiga, meningkatnya harapan kenaikan credit rating dari Fitch maupun Moody’s dalam jangka menengah. Setelah meraih status full investment grade seusai S&P menaikkan peringkat Indonesia ke BBB-, bukan berarti akhir dari cerita. Saat ini dua lembaga pemeringkat lainnya Fitch dan Moody’s memberikan outlook positif untuk credit rating Indonesia. Secara teori lembaga pemeringkat akan melakukan review terhadap laporannya setidaknya enam bulan setelah lembaga tersebut memberikan outlook positif atau negatif. Jika ditelusuri, paling tidak Fitch akan me-review Indonesia pada Juni 2017 dan Moody’s pada Agustus 2017. Namun setidaknya diharapkan kedua lembaga tersebut akan me-review masing-masing pada Desember 2017 dan Februari 2018.
RISK
TO WATCH Walaupun kemungkinan dihentikannya stimulus Quantitative Easing di Uni Eropa dan disertai kecilnya probabilitas kenaikan suku bunga dalam jangka pendek dan menengah, namun potensi tersebut tetap ada. Risiko dihentikannya stimulus moneter ECB akan membuat yield surat hutang Uni Eropa meningkat dan dapat ikut mengerek yield obligasi global termasuk Indonesia. Rencana The Fed melakukan penyusutan balance sheetnya memberikan risiko baru bagi para investor obligasi global. Tindakan melepas obligasi yang terlalu masif dapat menyebabkan kondisi over supply di pasar dan membuat yield meningkat sebelum kembali pada titik keseimbangan baru. Rencana Donald Trump untuk menaikkan tarif impor dan merenegosiasikan perjanjian perdagangan menciptakan ketidakpastian pada dunia usaha. Mengingat AS merupakan negara dengan ekonomi terbesar di dunia, maka kebijakan yang diambil dapat memberikan dampak signifikan pada negara lainnya. Janji Donald Trump untuk memangkas pajak korporasi dan individu disambut positif oleh masyarakat AS. Dampak dari pemangkasan pajak akan meningkatkan permintaan dan pada akhirnya meningkatkan inflasi melebihi inflasi rata-rata tahunan. Tingginya inflasi akan memaksa The Fed menaikkan suku bunga dan membuat harga obligasi berisiko terkoreksi.
Rendahnya penerimaan pajak di tengah kebutuhan dana yang besar untuk belanja pemerintah akan memperlebar defisit anggaran, yang memicu meningkatnya supply obligasi di pasar. Risiko capital outflow akan membayangi pasar keuangan di tahun ini. Harus diakui bahwa porsi kepemilikan investor asing di pasar saham maupun obligasi relatif besar. Dengan membaiknya kondisi ekonomi AS maka memperbesar tekanan outflow untuk keluar dari emerging market yang dapat memberikan tekanan baik di pasar saham maupun obligasi. Program pemangkasan pajak Presiden AS saat ini Donald Trump merupakan alasan bursa Wall Street mengalami rally sejak terpilihnya Trump menjadi presiden pada 8 November 2016 lalu. Dengan ekspektasi yang begitu besar maka kegagalan menjalankan program ini memberikan risiko pada pasar.
REKOMENDASI
REKOMENDASI INVESTASI INVESTASI Minimnya berita positif dan turunnya volume transaksi di pasar selama periode bulan Ramadhan tidak menghalangi IHSG untuk kembali menyentuh rekor tertinggi di 5.829. Walaupun secara overall proses recovery ekonomi global sedikit melambat, dan Indonesia sendiri juga berpotensi menjadi salah satunya dengan mengecewakannya angka penjualan pada sektor retail dan tekstil, namun secara fundamental proses pemulihan ekonomi telah memiliki pondasi yang kokoh dengan membaiknya angka perdagangan dan ekspor global termasuk Indonesia. Ditambah dengan dinaikkannya outlook sektor perbankan Indonesia oleh Moody’s membantu meringankan beban sektor perbankan Indonesia dalam mencari pendanaan ke depannya. Kami masih tetap bullish pada equity secara jangka menengah dan panjang, namun apabila terjadi sedikit koreksi di pertengahan tahun ini kami memandang merupakan suatu hal yang wajar. Setelah memudarnya euforia pemberian investment grade, pasar obligasi diperkirakan akan tertekan oleh sentimen melebarnya defisit anggaran pada RAPBN-P 2017. Jika dilihat dalam jangka waktu yang lebih panjang, inflasi yang terkendali, masih menariknya yield yang ditawarkan Indonesia dan meningkatnya probabilitas kenaikan peringkat dari Fitch dan Moody’s masih dapat menopang penurunan yield obligasi ke depannya. Namun secara jangka pendek Kami melihat pasar obligasi akan cenderung tertekan. Dari global, meskipun pada bulan Juli kemungkinan The Fed menaikan suku bunga sangat kecil, namun perlu dicermati komentar-komentar yang dilontarkan oleh pejabat-pejabat The Fed. Selain itu pandangan dari bank sentral negara maju lainnya seperti ECB dan BoJ juga perlu diperhatikan karena dua bank sentral tersebut salah satu yang masih melakukan stimulus moneter. Likuiditas yang memadai dalam sebuah portofolio tetap perlu diperlukan untuk menangkap momentum yang ada. Apalagi di tengah kondisi ekonomi yang membaik, setiap koreksi yang terjadi dapat dijadikan momentum untuk mengambil posisi.
Market Perspective | Wealth Management Newsletter | Juli 2017 | 7
REKOMENDASI
PORTFOLIO Based on Risk Profile
Dynamic Model Portfolio
8 | Market Perspective | Wealth Management Newsletter | Juli 2017
ANALISA
VALAS
Dalam perkembangan terkininya The Fed berpotensi lebih mengutamakan program penjualan obligasi pemerintah AS (US Treasury) senilai USD4,5 triliun dibandingkan menaikkan bunga sekali lagi. Demikian dikatakan anggota Dewan Gubernur The Fed Lael Brainard, seperti dikutip CNBC. Brainard mengatakan dalam statemennya, program normalisasi neraca The Fed akan segera dirilis setelah kondisi perekonomian dianggap sudah mendukung. Di sisi lain, Brainard juga mengeluarkan statemen yang dovish mengenai kenaikan bunga acuan. Investor pun masih ragu apakah akan ada kenaikan bunga sekali lagi untuk tahun ini.
USD/IDR Pergerakan USD/IDR hingga Juli 2017 tergolong cukup stabil dengan range antara 13270-13420 Janet Yellen akhirnya mensinyalkan Federal Reserve tidak akan terburuburu dalam menaikkan suku bunga seiring laju inflasi masih berada di bawah target. Yellen memberikan statement bahwa perekonomian AS akan terus bertumbuh dalam beberapa tahun kedepan, memberikan ruang bagi bank sentral untuk terus mengetatkan kebijakan moneter, sambil memantau laju inflasi yang lambat.
Untuk kedepannya market akan kembali dengan fokus dengan kasus rilis surel milik Donald Trump Jr. yang berhubungan dengan pertemuan kontroversialnya dengan pengacara Rusia. Skandal tersebut memicu kecemasan yang dapat menunda ide stimulus fiskal di AS, Dari sisi lain data inflasi Indonesia dirilis sedikit mengalami perlambatan di level 4,37% dan kedepannya pasar menantikan data Neraca Perdagangan yang diestimasi membesar surplusnya dari USD744 M menjadi USD474 M. Diperkirakan nilai tukar Rupiah akan berada di rentang 13,250-13,450 pada kisaran bulan Juli-Agustus ini
AUD/USD Pada bulan Juni ini AUD bergerak fluktuatif dengan kecenderungan naik dalam range 0.7370-0.7700 seiring dengan positifnya data ekonomi Australia dan China serta kembali naiknya harga komoditi. Pandangan sedikit pesimis dari RBA sedikit memberikan efek negatif terhadap penguatan AUD. Sesuai dengan prediksi RBA sektor tenaga kerja kembali tumbuh secara signifikan disertai dengan data pengangguran yang berkurang. Secara keseluruhan momentum pertumbuhan ekonomi Australia masih cukup terjaga. Untuk jangka waktu pendek AUD masih cenderung berpotensi kembali melemah terhadap mata
uang lainnya dikarenakan ketidaknyamanan RBA jika nilai tukar AUD terlalu tinggi bisa berdampak negatif terhadap perekonomian Australia dan prospek kenaikan suku bunga US untuk tahun ini masih cukup menyita perhatian market. Ditambah lagi pertumbuhan ekonomi China yang masih memberikan sinyal adanya perlambatan. Diperkirakan AUD/USD akan cenderung bergerak dengan rentang 0.7600-0.7950 pada kurun waktu bulan JuliAgustus 2017.
EUR/USD Nilai tukar Euro terhadap USD berhasil rebound kembali ke level tertinggi selama kurun waktu 6 bulan dengan range 1.1120-1.1490 di bulan Juni ini, dipicu oleh statemen dari bank sentral Eropa ECB yang memberikan indikasi bahwa periode pengucuran stimulus akan segera berakhir memberikan sinyal bahwa ECB akan menaikkan suku bunga di tahun depan. Masalah-masalah geopolitik untuk jangka
waktu menengah berpotensi memberikan sentiment positif untuk pergerakan EUR. Untuk jangka menengah diperkirakan EUR/USD akan cenderung bergerak dalam rentang 1.1300-1.1550 pada kurun waktu bulan Juli-Agustus 2017.
Market Perspective | Wealth Management Newsletter | Juli 2017 | 9
GBP/USD Pada bulan Juli ini poundsterling kembali bergerak fluktuatif dengan range 1.2590-1.3025, setelah menyentuh level tertinggi 9 bulan di pertengahan Mei 2017 GBP kembali rebound setelah partai konservatif akhirnya berkoalisi dengan partai DUP memberikan sinyal ke market bahwa penyelesaian negosiasi Brexit bisa dilakukan secara soft. Sebagai persyaratannya, kubu Konservatif sepakat untuk memberikan tambahan anggaran 1 miliar poundsterling kepada Irlandia Utara, basis Partai DUP. Namun hal ini berpotensi besar menimbulkan benih perpecahan di antara area-area, termasuk menimbulkan ketegangan antara
Irlandia Utara yang mayoritas Protestan dan Irlandia yang mayoritas Katolik yang telah mencapai kesepakatan perdamaian di tahun 1998. Beberapa data ekonomi memberikan indikasi bahwa ekonomi inggris masih cukup terjaga momentumnya seperti rilis CPI tahunan mengalami percepatan di level 2,9% dan GDP masih terjaga di level 2%. Diperkirakan GBP/USD akan bergerak dalam rentang 1.28001.3150 pada kurun waktu bulan Juli-Agustus 2017.
USD/JPY JPY masih bergerak fluktuatif pada bulan Mei ini dengan range 108.90-114.50 disebabkan oleh beberapa masalah geopolitik seperti ketidakpastian politik di US dan Inggris, ketegangan hubungan diplomatik Qatar dengan negara Timur Tengah lainnya. membuat investor kembali memburu aset safe haven menyebabkan JPY kembali menguat ke level 108.90. BoJ juga memberikan indikasi akan tetap
berkomitmen menggunakan suku bunga dan pembelian aset sebagai alat kebijakan utama untuk menghidupkan kembali perekonomian menyebabkan JPY kembali melemah signifikan di akhir bulan Juni. Diperkirakan USD/JPY akan cenderung bergerak dengan rentang 111.50-114.50 pada bulan Juli-Agustus 2017.
RECOMMENDATION USD/IDR
EUR/USD
GBP/USD
AUD/USD
USD/JPY
Expected buying level
13.250 - 13.300
1.1250 - 1.1300
1.2750 - 1.2800
0.7600 - 0.7650
109.00 - 109.50
Expected selling level
13.400 - 13.450
1.1550 - 1.1600
1.3100 - 1.3150
0.7950 - 0.8000
113.00 - 113.50
Long profit taking
13.400 and above
1.1550 and above
1.3100 and above
0.7950 and above
113.00 and above
Short profit taking
13.300 and below
1.1300 and below
1.2800 and below
0.7650 and below
109.50 and below
Long cut loss
13.150 - 13.200
1.1150 - 1.1200
1.2650 - 1.2700
0.7500 - 0.7550
108.00 - 108.50
Short cut loss
13.500 - 13.550
1.1650 - 1.1700
1.3200 - 1.3250
0.8050 - 0.8100
114.00 - 114.50
Entry Point Profit Taking Cut Loss
*Data di atas hanya bersifat indikatif dan dapat berubah sewaktu-waktu tergantung kondisi pasar.
DISCLAIMERS Kecuali dinyatakan lain, semua data bersumber dari berita media massa, dan tidak diterbitkan oleh PT Bank Commonwealth (PTBC). PTBC harus dijamin untuk dibebaskan dari tanggung jawab, termasuk tetapi tidak terbatas pada penuntutan hukum oleh pihak ketiga. PTBC beserta direkturnya, karyawannya dan perwakilannya dalam Lampiran ini selanjutnya bersama-sama disebut sebagai “Grup”. Laporan ini diterbitkan semata-mata untuk tujuan informasi dan tidak boleh ditafsirkan sebagai suatu ajakan atau penawaran untuk membeli efek atau instrumen keuangan. Laporan ini telah disusun tanpa mempertimbangkan tujuan, situasi keuangan dan kapasitas untuk menanggung kerugian, pengetahuan, pengalaman atau kebutuhan orang-orang tertentu yang mungkin menerima laporan ini. Tidak ada anggota dari Grup yang melakukan atau harus melakukan penilaian kelayakan atau penyesuaian laporan untuk penerima laporan ini yang karenanya tidak mendapat manfaat dari perlindungan peraturan dalam hal ini. Laporan ini bukan nasihat atau petunjuk. Semua penerima laporan ini harus, sebelum bertindak atas dasar informasi dalam laporan ini, mempertimbangkan kewajaran/kelayakan dan kesesuaian informasi, dengan memperhatikan tujuan-tujuan mereka sendiri, situasi keuangan dan kebutuhan, dan jika perlu mencari profesional yang tepat, memperhatikan kondisi valuta asing atau nasihat keuangan tentang isi laporan ini sebelum membuat keputusan investasi. Kami percaya bahwa informasi dalam laporan ini adalah benar dan setiap pendapat, kesimpulan atau rekomendasi yang cukup telah diadakan atau dibuat, berdasarkan informasi yang tersedia pada saat kompilasi, tetapi tidak ada pernyataan atau jaminan, baik tersurat atau tersirat, yang dibuat atau disediakan untuk akurasi, kehandalan atau kelengkapan setiap pernyataan yang dibuat dalam laporan ini. Setiap pendapat, kesimpulan atau rekomendasi yang ditetapkan dalam laporan ini dapat berubah sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan dan mungkin berbeda atau bertentangan dengan, kesimpulan, pendapat atau rekomendasi yang diungkapkan oleh Grup di tempat lain. Kami tidak berkewajiban untuk, dan tidak, memberitahukan perkembangan terkini atau harus terus mengikuti informasi terkini yang terdapat dalam laporan ini. Grup tidak menerima tanggung jawab untuk setiap kerugian atau kerusakan yang timbul akibat dari penggunaan seluruh atau setiap bagian dari laporan ini. Setiap penilaian, proyeksidan prakiraan yang terkandung dalam laporan ini didasarkan pada sejumlah asumsi dan perkiraan dan tunduk pada kontinjensi dan ketidakpastian. Asumsi dan perkiraan yang berbeda dapat mengakibatkan hasil material yang berbeda pula. Grup tidak mewakili atau menjamin bahwa salah satu proyeksi penilaian atau prakiraan, atau salah satu dasar asumsi atau perkiraan, akan dipenuhi. Kinerja masa lalu bukan merupakan indikator yang dapat diandalkan untuk kinerja masa depan. Grup tidak menjamin kinerja dari produk investasi atau pembayaran kembali modal dengan produk yang didistribusikan oleh PTBC. Investasi dalam produk ini bukan merupakan simpanan atau kewajiban lainnya dari Grup atau anak perusahaannya dan setiap jenis produk investasi memiliki risiko investasi termasuk hilangnya pendapatan dan modal yang diinvestasikan. Contoh yang digunakan dalam komunikasi ini hanya untuk ilustrasi. Semua materi yang disajikan dalam laporan ini, kecuali bila ditentukan lain, berada di bawah hak cipta Grup. Tak satu pun dari materi, maupun isinya, maupun salinannya, dapat diubah dengan cara apapun, ditransmisikan ke, disalin atau didistribusikan kepada pihak lain, tanpa izin tertulis dari perusahaan terkait yang menjadi bagian dalam Grup. Grup, berikut agennya, asosiasinya dan kliennya memiliki atau telah memiliki posisi panjang atau pendek pada efek atau instrumen keuangan lainnya yang disebut di sini, dan dapat setiap saat melakukan pembelian dan/atau penjualan terhadap kepentingan atau surat berharga dalam kapasitasnya sebagai prinsipal atau agen, termasuk menjual atau membeli dari klien atas dasar pokok dan dapat terlibat dalam transaksi yang tidak konsisten dengan laporan ini. Silakan melihat website kami di www.commbank.co.id untuk informasi lebih lanjut. Jika Anda ingin berbicara dengan seseorang mengenai instrumen keuangan yang dijelaskan dalam laporan ini, silakan hubungi Call Centre kami di 15000 30 atau email kami di
[email protected].
Market Perspective | Wealth Management Newsletter | Juli 2017 | 11
ATM Commonwealth Bank ATM Bersama ATM Prima / BCA ATM Cirrus ATM Maestro
Commbank Mobile Banking App