Wealth Management Newsletter - Agustus 2013
1 | Market Perspective | Agustus 2013
Nasabah yang terhormat, Di bulan Agustus ini, kita akan merayakan 2 peristiwa besar, yakni hari raya Idul Fitri dan ulang tahun kemerdekaan Republik Indonesia yang ke-58. Mengawali edisi Agustus ini, ijinkan saya mengucapkan selamat merayakan hari raya Idul Fitri 1434 Hijriah, semoga pada hari kemenangan ini Anda sekeluarga dilimpahi berkah dan kebahagiaan, serta kami turut mengucapkan mohon maaf lahir dan batin untuk setiap kesalahan yang tidak disengaja selama menjadi partner bisnis Anda yang terpercaya. Fokus kami pada bulan ini mengarah pada tingginya tingkat inflasi domestik yang dapat berimbas pada lebih ketatnya pengaturan likuiditas oleh Bank Indonesia serta dapat mempengaruhi kinerja emiten di sektorsektor yang memiliki sensitivitas tinggi terhadap suku bunga. Saat ini ekonomi domestik mulai memasuki fase konsolidasi yang bermanfaat untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang lebih stabil dan sehat untuk jangka panjang. Namun di sisi lain, kami meyakini bahwa aliran likuiditas dari sistem finansial global sendiri masih relatif tinggi dan berpotensi menjadi pendorong kinerja dari aset-aset investasi yang memiliki imbal hasil tinggi, meskipun kami percaya investor akan lebih selektif pada aset-aset yang memiliki kualitas fundamental memadai. PT Bank Commonwealth merupakan salah satu jasa penyedia produk investasi terlengkap, di mana kami memiliki rangkaian produk investasi dengan profil risiko konservatif hingga agresif yang dapat Anda sesuaikan dengan kebutuhan Anda. Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih atas kesetiaan Anda sebagai nasabah Commonwealth Bank, semoga di bulan yang penuh kemenangan dan kemerdekaan ini, Anda dapat mencapai tujuan investasi Anda serta kemerdekaan finansial yang menjadi impian setiap individu.
Salam hangat, Ian Whitehead Director of Retail and Business Banking
GLOBAL OUTLOOK
S
ampai pertengahan tahun 2013 ini, IMF melihat pertumbuhan ekonomi global tahun ini dan tahun depan masih berpotensi tertekan karena dampak dari kebijakan moneter beberapa negara. Dari AS, sejak bulan Juni Bernanke sudah mengingatkan bahwa program penghentian/pengurangan QE bisa dimulai tahun ini sehingga pelaku pasar mencari signal-signal awal disetiap FOMC Meeting yang menyebabkan gejolak bursa. Selain itu, pelaku pasar cemas melihat ekonomi China yang melambat ke level 7,5% YoY. Sebaliknya, Masyarakat Jepang sepertinya mulai percaya dengan janji Perdana Menteri Shinzo Abe untuk melanjutkan agenda ekonominya yang agresif. Investor dianjurkan untuk mengambil strategi defensif dalam menghadapi fluktuasi bursa global.
Proyeksi pertumbuhan ekonomi menurut IMF untuk tahun 2013 dan 2014 per Juli 2013 Year over Year Projections
Difference from April 2013 WEO Published 2013 2014
2011
2012
2013
2014
World
3.9
3.1
3.1
3.8
-0.2
-0.2
United States
1.8
2.2
1.7
2.7
-0.2
-0.2
Euro Area
1.5
-0.6
-0.6
0.9
-0.2
-0.1
-0.6
1.9
2.0
1.2
0.5
-0.3
United Kingdom
1.0
0.3
0.9
1.5
0.3
0.0
Russia
4.3
3.4
2.5
3.3
-0.9
-0.5
China
9.3
7.8
7.8
7.7
-0.3
-0.6
India
6.3
3.2
5.6
6.3
-0.2
-0.1
Brazil
2.7
0.9
2.5
3.2
-0.5
-0.8
Japan
Sumber: International Monetary Fund (IMF)
Lembaga International Monetary Fund (IMF) menilai perlambatan pertumbuhan ekonomi negara-negara berkembang seperti China, Brazil dan Russia, akan menekan pertumbuhan global menjadi 3,1%. Pertumbuhan ekonomi untuk tahun ini dan tahun depan diturunkan karena adanya proses pengurangan kebijakan yang longgar di AS akan semakin mendorong perlambatan ekonomi negara berkembang. Negara China, Brazil dan India berpotensi tumbuh lebih lambat karena semakin ketatnya kondisi finansial serta lebih menurunkan pertumbuhan kredit, dengan semakin banyak investor yang memindahkan investasinya dari negara berkembang ke AS dengan tingkat suku bunga yang meningkat. IMF menurunkan ekspektasi pertumbuhan ekonomi negara berkembang, seperti negara Brazil, China dan Russia yang proyeksi petumbuhannya diturunkan paling banyak. Tetapi ada dua hal yang positif dari laporan IMF yaitu ada revisi naik tingkat pertumbuhan untuk Jepang dan UK.
Jepang Perdana Menteri Shinzo Abe akan lebih leluasa untuk melanjutkan agendanya yang agresif dengan memenangkan majelis tinggi dan rendah diparlemen. Dengan kemenangan ini, banyak perubahan diekspektasi dapat disetujui lebih cepat, termasuk pemangkasan pajak perusahaan, bergabung dengan blok perdagangan bebas yang dipimpin Amerika Serikat (AS), serta mengoperasikan kembali fasilitas pembangkit nuklir yang ditutup sejak bencana Fukushima pada 2011. Pertumbuhan ekonomi Jepang diekspektasi dapat tumbuh lebih cepat dibandingkan Negara AS dan beberapa Negara maju lainnya dengan kucuran stimulus yang besar serta pelonggaran kebijakan moneter dari bank sentral Jepang, yang langsung ditunjuk oleh Abe.
China Throttling Back China’s quarterly gross domestic product, change from year earlier 15% 2Q 2013 forecast *
12
7.5%
9 6 3 0 2007
‘08
‘09
‘10
‘11
‘12
‘13
* Median forecast by economists Sumber: China’s National Bureau of Statistics, The Wall Street Journal
Laju pertumbuhan ekonomi China melambat menjadi 7,5% YoY dalam Q2/12 dari 7,7% YoY dalam triwulan sebelumnya seiring penurunan
2 | Market Perspective | Agustus 2013
produksi industri manufaktur dan risiko pelemahan ini berlanjut karena pemerintah menahan ekspansi kredit untuk menghindari risiko krisis finansial. Pertumbuhan produksi industri pada Juni mencapai level paling lambat sejak krisis finansial global, sedangkan penjualan ritel meningkat di atas ekspektasi. Pelemahan ini mendorong perdebatan mengenai perlu atau tidaknya kebijakan stimulus lanjutan. Sesudah pertemuan Politbiro Partai Komunis, petinggi China menyatakan akan mempertahankan tingkat pertumbuhan yang stabil pada S2/13 merespons kecemasan terhadap ketidakpastian proyeksi.
Amerika Serikat Second quarter: Up 1.7% 6%
Second Quarter Turn in Modest Growth... Quarterly change in GDP at an annual rate Revised Previous estimate
Recession
4 2 0 -2
Pertumbuhan ekonomi AS yang masih di bawah angka rata-rata jangka panjang dan tingkat yang inflasi yang rendah pada semester pertama tahun 2013, mendorong the Fed untuk tetap menahan kebijakannya di bulan Juli. Pada Q2/12, AS melaporkan pertumbuhan 1,7% YoY, cukup baik untuk mengurangi kekhawatiran akan stagnasi ekonomi akibat pemotongan anggaran yang dikenal sebagai “sequester”, tetapi masih tetap lebih lamban dari standar historikal. Pertumbuhan ekonomi AS didukung oleh belanja konsumen, pemulihan sentimen bisnis dan pemotongan anggaran belanja pemerintah yang lebih kecil dari ekspektasi awal. AS juga secara signifikan menurunkan angka estimasi untuk empat kuartal sebelumnya sehingga pertumbuhan tahunan sejak pemulihan ekonomi mulai tahun 2009 hanya 2,2%, di bawah tren jangka panjang di atas 3%. Secara keseluruhan, the Fed berpendapat bahwa pemulihan ekonomi masih terus berlanjut walaupun belum cukup untuk membantu menurunkan tingkat pengangguran.
-4 -6 -8 -10
2008
‘09
‘10
‘11
‘12
‘13
Sumber: Commerce Department, The Wall Street Journal
Berdasarkan kondisi ini, the Fed memutuskan untuk meneruskan komitmennya untuk membeli obligasi sebesar US$85 miliar per bulan dan tidak mengindikasi kapan akan ada rencana perubahan.
LOCAL OUTLOOK
S
elama bulan Juli, Bursa IHSG kembali terkoreksi 4,3 % dari 4610,377 ke level 4610,377 sedangkan USD/IDR melemah 2,5% dari 10,004 menjadi 10,257. Dampak sekunder dari kenailan harga BBM serta selama bulan Ramadhan mendorong kenaikan biaya transportasi dan bahan makan yang menyebabkan tingkat inflasi menembus level 8,6% di bulan Juli jauh di atas ekspektasi konsensus 8%. Lalu, nilai ekspor juga menurun 4,5% YoY karena permintaan yang menurun terutama batubara dari China. Impor juga turun 6,8% YoY karena berkurangnya permintaan impor barang modal sejalan dengan menurunnya FDI ke level terlambat dalam dua tahun dan pertumbuhan ekonomi di Q2/13 ke level 5,81%. Langkah Bank Indonesia yang sudah menaikan BI rate secara kumulatif 75bps dinilai sudah tepat. Tetapi, untuk menekan risiko kenaikan inflasi lebih lanjut dan menjaga pelemahan rupiah, BI rate masih berpotensi naik sekitar 50 bps ke level 7% dan juga FASBI naik 25-50 bps lagi ke 5-5,25% sampai akhir September. Dengan banyaknya data ekonomi yang negatif dan ketidakpastian tentang kebijakan BI rate serta pelemahan rupiah, kemungkinan bursa saham dan harga obligasi masih akan bergejolak dengan kecenderungan melemah. Risiko pelemahan rupiah yang dikuatirkan bisa mencapai 10,430 atau lebih, menurut rata-rata proyeksi ekonom Bloomberg sejak tanggal 23 Juli 2013, yang juga menjadi faktor yang menjadi pertimbangan investor asing untuk masuk kembali saat ini. Investor dihimbau untuk berdiversifikasi secara seimbang antara reksadana saham dan obligasi yang tingkat imbal hasilnya terus meningkat seimbang dengan kenaikan inflasi.
GDP Pertumbuhan ekonomi Indonesia melemah dari 6,02% YoY di 1Q/13 menjadi 5,81% YoY di Q2/13 karena melemahnya permintaan ekspor, pertumbuhan konsumsi dan investasi. Tingkat pertumbuhan ini di bawah ekspektasi para ekonom yaitu sebesar 5,93% YoY. Konsumsi domestik yang menyumbang lebih dari 50% terhadap pertumbuhan ekonomi, hanya tumbuh 5,06% YoY, menurun sedikit dari pertumbuhan 5,17% di 1Q/13 karena tertekan oleh kenaikan harga BBM bersubsidi. Sedangkan pertumbuhan investasi juga menurun dari 5,90% menjadi 4,67%. Sehingga, pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun 2013 ini berpotensi di bawah target 6,3%.
FDI Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) melaporkan FDI mencapai Rp66,7 triliun di 2Q/13. Angka ini melanjutkan catatan pemecahan rekor FDI QoQ yang sudah berlangsung selama enam kali berturut-turut. Rekor tersebut mengisyaratkan minat investor akan sektor pertambangan dan daya beli kelas menengah Indonesia masih besar. Tapi laju pertumbuhan FDI pada 2Q/13 paling lambat dalam dua tahun, yakni 18,9% YoY.
Walaupun, kenaikan UMP sebelum kenaikan BBM bersubsidi seharusnya membantu membatasi penurunan daya beli karena kenaikan inflasi. Buying Intensions Apr-13
May-13
Automobile
0.35
0.52
Jun-13 0.17
Motorcycle
2.26
2.49
1.68
Bicycle
0.52
0.58
0.35
House
0.64
0.81
0.58
House Renovation
2.32
2.44
2.20
Land
0.23
0.23
0.35
Audio-Visual
4.47
3.60
3.25
Home Appliance
5.51
6.55
5.68
Gold & Jewelry
0.99
0.99
0.99
Livestock
0.93
0.70
0.58
Sumber: Danareksa
Indeks Kepercayaan Konsumen Semakin Melemah di bulan Juni Consumer Confidence Index
Indeks Kepercayaan Konsumen (IKK) Dalam tiga bulan berturut-turut, Indeks Kepercayaan Konsumen (IKK) hasil survei Danareksa Research Institute terus menurun. IKK Juni 2013 turun 1,1% menjadi 90,3 dari sebelumnya 91,4 pada Mei 2013, dan 92,5 pada April 2013. Hasil survei tersebut menandakan meningkatnya kekhawatiran masyarakat terhadap kenaikan harga setelah pemerintah menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) pada Juni 2013. Hasil survei menunjukkan masyarakat kurang yakin akan prospek ekonomi kedepannya, keinginan untuk konsumsi terlihat menurun dari hasil survei.
110 100
Fuel Prices Hike
Fuel Prices Hike
90 80 Fuel Prices Hike
70 Fuel Prices Hike
60
J-05
J-05
Sumber: Danareksa
J-06 J-06
Basic Food Prices Hike
J-07 J-07
Basic Food Prices Hike
J-08 J-08 J-09 J-09 J-10 J-10
J-11 J-11 J-12
J-12 J-13
3 | Market Perspective | Agustus 2013
ANALISA VALUTA ASING
P
erbedaan strategi The Fed dengan bank – bank sentral lainnya masih menjadi sorotan para pelaku pasar di dunia. The Fed yang cenderung ingin mengurangi stimulus dan melakukan pengetatan kebijakan secara bertahap seiring membaiknya perekonomian AS bertolak belakang dengan langkah bank-bank sentral lainnya di dunia yang sedang menggalakan pelonggaran kebijakan dan pemberian stimulus. Hal ini menyebabkan naiknya tingkat volatilitas di pasar valas. TIngginya volatilias di pasar valas berpotensi memberikan imbal hasil yang tinggi.
Semenjak pertengahan bulan Juli hingga akhir bulan Juli 2013 USD/IDR telah bergerak di atas level 10250. Pelemahan IDR lebih di dominasi oleh karena penyesuaian dengan kondisi USD yang cenderung menguat terhadap mata uang lainnya. Di sisi lain, cadangan devisa Indonesia yang tertekan juga memberikan keterbatasan untuk BI melakukan intervensi di pasar. Diperkirakan, USD/IDR akan cenderung bergerak dalam rentang 10,200 – 10,300 selama bulan Agustus 2013.
AUD/USD masih tertekan oleh sentiment negative di pasar valas pada bulan Juli 2013. Selain USD menguat terhadap mata uang lainnya, penurunan AUD/USD juga dikarenakan oleh faktor melemahnya kegiatan manufaktur di China dan wacana mengenai rencana RBA untuk memotong kembali suku bunga pada awal Agustus 2013.
Kondisi perekonomian di Inggris masih menunjukan adanya pertumbuhan yang cukup baik, dapat dilihat dari naiknya data inflasi Inggris Y/Y dari 2,7% ke 3,0%. GDP Q/Q Inggris pun mengalami kenaikan dari 0,3% ke 0,6%.Kedua hal ini menunjukan perekonomian Inggris yang berangsur-angsur mengalami pemulihan dan perbaikan.
Pada bulan Juli kemarin, AUD/USD sempat menyentuh titik terendah di level 0,8999 pada pertengahan Juli kemarin. Level 0,8750 area adalah batas support yang kuat untuk AUD/USD. Indikator technical menunjukan AUD/USD masih berpotensi untuk bergerak naik pada bulan Agustus dengan rentang harga 0,8750 – 0,9250.
Diperkirakan GBP/USD cenderung bergerak naik pada bulan Agustus dengan support di 1,5000 dan resistance di level 1,5450.
Data-data funcamental ekonomi di Jerman dan Perancis menunjukan adanya perbaikan dan pertumbuhan. Jerman dan Perancis adalah ekonomi terbesar di Eropa yang dapat dijadikan salah satu tolok ukur untuk kondisi perekonomian di Eropa. EUR/USD cenderung bergerak naik pada bulan Juli 2013, meskipun tertekan oleh penguatan USD di pasar valas. EUR/USD diperkirakan akan bergerak sideways pada bulan Agustus 2013 dengan rentang harga 1,3150 – 1,3420.
Menangnya Shinzo Abe pada pemilihan perdana menteri di Jepang pada bulan Juli lalu memberikan sentiment positif pada JPY. JPY cenderung menguat terhadap mata uang lainnya di minggu terakhir bulan Juli. Pergerakan USD/JPY didominasi oleh fluktuasi dari USD yang dipengaruhi oleh pandangan para pelaku pasar terhadap rencana The Fed untuk melakukan pengetatan kebijakan secara bertahap. Secara Technical USD/JPY cenderung bergerak dalam rentang harga 97,10 – 101,50.
Recommendation USD/IDR
EUR/USD
GBP/USD
AUD/USD
USD/JPY
Expected Buying level
10175 - 10200
1.3050 - 1.3080
1.5000 - 1.5050
0.8750 - 0.8800
96.00 - 96.20
Expected Selling level
10450 - 10525
1.3300 - 1.3330
1.5350 - 1.5400
0.9380 - 0.9400
98.50 - 98.75
Long profit taking @
10300 and above
1.3280 and above
1.5250 and above
0.9080 and above
97.50 and above
Short profit taking @
10250 and below
1.3180 and below
1.5200 and below
0.9250 and below
98.00 and below
Long cut loss @
10100 - 10125
1.2980- 1.300
1.4900 - 1.4950
0.8600 - 0.8650
95.25 - 95.50
Short cut loss @
10600 - 10625
1.3400- 1.3425
1.5525 - 1.5575
1.9475 - 1.9500
99.25 - 99.75
Rekomendasi entry level Profit Taking Cut Loss *Data di atas hanya besifat indikatif dan dapat berubah sewaktu-waktu tergantung kondisi pasar.
4 | Market Perspective | Agustus 2013
COMMINSIGHT
M
elanjutkan pelemahan di bulan Juni 2013, IHSG kembali melemah 4,33% di bulan Juli 2013 disertai dengan capital foreign outflow sebesar US$253 juta, dan menyebabkan akumulasi capital foreign outflow di tahun ini (hingga tanggal 31 Juli 2013) mencapai US$308 juta (sumber: Bloomberg). Di tengah maraknya kekhawatiran investor mengenai berkurangnya likuiditas sistem finansial global akibat kesimpangsiuran dari kelanjutan program Quantitative Easing oleh The Fed, indikator ekonomi domestik turut menunjukkan sinyal melambat, yang ditunjukkan oleh beberapa fakta berikut.
Laporan Pendapatan Emiten Kuartal Kedua 2013– IHSG (JCI) dan Beberapa Sektor (Sub-Sektor) Utama Earning Growth (Q2 2013) 35.17%
Consumer Services
34.60%
Real Estate Construction
23.57%
Banks Telecommunications -3.90%
-50.00%
3.60%
JCI
Consumer Goods
-35.09%
Basic Materials
-50.92% -60.00%
10.40%
-40.00%
-30.00%
-20.00%
-10.00%
0.00%
10.00%
20.00%
30.00%
40.00%
Sumber: Bloomberg, 2 August 2013, 366 company report from total 452
Apabila melihat grafik laporan pendapatan emiten di atas, dapat dilihat bahwa secara keseluruhan, kinerja pendapatan emiten IHSG mengalami perlambatan 3,9% di kuartal kedua 2013 (dari 80% emiten yang telah melaporkan laporan pendapatan Q2 2013). Beberapa sektor unggulan seperti properti, konsumer (kebutuhan sekunder), serta konstruksi masih melaporkan pertumbuhan yang solid, namun sektor konsumer (kebutuhan primer), perbankan, dan komoditas mengalami pertumbuhan kinerja negatif sebagai dampak dari kenaikan biaya produksi dan melambatnya pertumbuhan ekonomi global. Hal ini tentunya membatasi ekspektasi investor akan kinerja emiten hingga akhir tahun 2013. Beberapa sektor unggulan seperti konstruksi (berkaitan dengan infrastruktur), properti, serta konsumer kebutuhan sekunder dan tersier diestimasi menjadi tumpuan untuk mendorong kinerja IHSG hingga akhir tahun 2013. Meski demikian investor tidak dapat mengabaikan beberapa hal yang dapat menjadi penghambat kinerja bursa domestik tahun ini. Di luar dugaan investor, tingkat inflasi di bulan Juli 2013 mencapai level 8,6% melampaui ekspektasi dari mayoritas analis dan merupakan tingkat inflasi tertinggi semenjak bulan Januari 2009. Bahkan angka inflasi bulanan yang berada di level 3,2% merupakan angka inflasi bulanan tertinggi selama lebih dari 10 tahun terakhir.
Melambatnya sektor investasi, sebenarnya bukan dikarenakan Indonesia sudah tidak lagi atraktif sebagai tujuan investasi investor global, namun pertumbuhan sektor ini selama 3-4 tahun terakhir memang menunjukkan peningkatan yang sangat pesat, sehingga konsolidasi atau perlambatan adalah hal yang relatif wajar, sebagaimana terlihat pada ilustrasi di bawah ini. Pertumbuhan Foreign Direct Investment (FDI) pada periode 2009 – 2012 mencapai 31% per tahun dengan menggunakan metode suku bunga majemuk, sementara tingkat pertumbuhan FDI di semester pertama 2013 dibandingkan dengan semester pertama 2012 hanya mencapai 19%. Hal ini berkaitan dengan sikap wait and see investor terhadap ketidakpastian dalam kondisi makro ekonomi domestik, strategi kebijakan fiskal dan moneter pemerintah, regulasi mengenai kenaikan upah minimum, serta regulasi-regulasi dalam beberapa industri secara spesifik. Dapat disimpulkan untuk saat ini, secara kondisi ekonomi makro dan mikro, Indonesia dapat dikatakan memasuki fase konsolidasi setelah mengalami pertumbuhan yang signifikan selama 3-4 tahun terakhir. Namun bukan berarti, investor harus bersikap pesimis dan cenderung menjauhi investasi di pasar modal domestik sepanjang semester kedua tahun 2013. Perlu diingat bahwa dalam 4 tahun terakhir, kinerja IHSG hampir selalu lebih baik apabila dibandingkan dengan tingkat pertumbuhan pendapatan emiten, maupun kondisi ekonomi makro itu sendiri. Meskipun indikator ekonomi makro dan mikro merupakan hal penting yang harus diutamakan, namun fakta menunjukkan bahwa dalam 4 tahun terakhir kinerja pasar saham negara-negara berkembang lebih banyak digerakkan oleh faktor likuiditas akibat program pembelian aset dan pengaliran likuiditas oleh bank-bank sentral negara maju, yang hingga kini masih terus berlanjut.
Kinerja Tahunan IHSG Periode 2009 – 2013, Hampir Selalu Melampaui Pertumbuhan Pendapatan Emiten di Tahun yang Bersangkutan 100.00% 90.00%
86.98%
80.00%
Tingginya inflasi di bulan Juli disebabkan kenaikan harga BBM bersubsidi serta kenaikan signifikan pada angka inflasi bahan pangan akibat bulan Ramadhan serta menjelang hari raya Idul Fitri. Hal ini tentunya akan mendorong Bank Indonesia untuk kembali meningkatkan suku bunga acuan untuk mengendalikan laju inflasi. Sekalipun pernyataan salah satu pejabat senior Bank Indonesia bahwa kenaikan suku bunga acuan telah berakhir di tahun ini, namun melesatnya angka inflasi di bulan Juli ini akan memaksa Bank Indonesia untuk kembali melakukan review terhadap strategi kebijakan moneternya, apalagi ditambah dengan semakin bertambahnya tingkat defisit neraca perdagangan domestik menjadi US$847 juta di bulan Juni dari sebelumnya di level US$590 juta, yang berpotensi mengganggu stabilitas nilai tukar rupiah terhadap USD. Pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal pertama tahun 2013 juga mengindikasikan adanya perlambatan. Hal ini tidak luput dari mulai melambatnya sektor investasi yang menjadi salah satu tulang punggung pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam 3 tahun terakhir, disamping tentunya tingkat konsumsi domestik. Tingkat pertumbuhan ekonomi domestik di kuartal kedua tahun 2013 hanya mencapai 5,81% (YoY) melambat dibandingkan kuartal pertama 2013 yang mencapai 6,02%, serta merupakan pertumbuhan ekonomi terendah selama 2 tahun terakhir.
70.00% 60.00% 46.13%
50.00% 40.00% 30.00% 20.00%
29.52% 17.56% 10.80% 3.20%
10.00%
12.94%
10.25%
0.00% 2009
2010 JCI Annual Performance
2011
2012
Annual EPS Growth
Sumber: Bloomberg
Sinyal kenaikan harga komoditas global juga berpotensi memberikan sentimen positif bagi pergerakan bursa domestik. Meskipun China sebagai mesin utama penggerak harga komoditas masih berada pada situasi perlambatan pertumbuhan ekonomi, namun meningkatnya harga komoditas global dapat membantu meningkatkan margin keuntungan dari perusahaan-perusahaan berbasis komoditas yang telah mengalami keterpurukan selama 2 tahun terakhir, terutama apabila emiten-emiten tersebut dapat melepas ketergantungan kinerja perusahaan terhadap ekspor, terutama ekspor ke China sebagai tumpuan, yang terjadi selama ini.
5 | Market Perspective | Agustus 2013
Harga Komoditas Pertambangan (Terutama Minyak Mentah) Relatif Positif di Tahun 2013, Penurunan Terjadi Justru Pada Aset-Aset Komoditas yang Selama Ini Menyandang Status Safe Haven Range Index Best Performers (12) Orange Juice (13) WTI Crude (14) Lean Hogs (15) Cotton (16) RBOB Gasoline (17) Rough Rice (18) Palladium (19) Cocoa (20) Heating Oil (21) Soybean Meal Worst Performers (33) (34) (35) (36) (37) (38) (39) (40) (41)
Show:
YTD Max. Draw
Sugar Wheat Lumber LME Nickel Canola Coffee Gold Corn Silver
Volatility
Ann Rtn (%)
-17.01 -11.50 -11.83 -14.21 -15.12 -11.81 -19.42 -11.04 -15.56 -20.56
30.90 18.98 18.29 22.79 24.33 17.89 28.79 20.70 18.39 39.09
41.77 30.97 25.55 24.27 13.12 11.71 6.40 4.94 3.32 1.53
-18.74 -18.39 -30.62 -29.11 -26.42 -26.04 -28.44 -34.23 -42.83
19.17 22.71 30.60 23.47 25.58 26.50 24.11 45.88 33.44
-23.32 -25.80 -29.06 -31.66 -31.71 -33.29 -37.49 -50.94 -59.69
Best/Worst Returns (%)
sangat agresif dalam 3 tahun terakhir tidak diimbangi oleh pertumbuhan dana pihak ketiga yang juga agresif berpotensi menyebabkan minimnya likuiditas, sementara strategi penerapan suku bunga tetap untuk periode tertentu dapat mengancam profitabilitas perbankan secara langsung akibat kenaikan biaya modal perbankan yang dipicu oleh kenaikan suku bunga BI. Meskipun hal ini relatif tidak berpengaruh pada beberapa bankbank berkapitalisasi besar yang memiliki alokasi dana murah (rekening tabungan) yang siginifikan, hal ini dapat mempengaruhi bank-bank dengan kapitalisasi lebih kecil.
All
24.60 18.24 15.05 14.29 7.73 6.90 3.77 2.91 1.96 0.90
Sektor konsumer, terutama pada sektor konsumer kebutuhan sekunder, tetap menjadi primadona mengingat stabilnya pendapatan kelas menengah di Indonesia, demikian pula dengan sektor infrastruktur yang mendapatkan tambahan pembiayaan akibat relokasi subsidi BBM. Sementara sektor properti, sekalipun pemerintah terus berusaha memperketat sektor ini dengan menurunkan Loan to Value kredit terhadap sektor tersebut, mayoritas transaksi properti di Indonesia dilakukan melalui mekanisme cash basis, yang mendorong keyakinan kami akan tetap tingginya pertumbuhan di sektor ini, meskipun tidak sesignifikan pertumbuhan dalam 2-3 tahun terakhir.
-13.75 -15.20 -17.12 -18.65 -18.68 -19.61 -22.08 -30.00 -35.16
Sumber: Sumber: Bloomberg, 2 Agustus 2013
OUR PRODUCT RECOMMENDATION Kami mempertahankan alokasi 60% pada reksa dana saham dan 40% pada instrumen pendapatan tetap, dengan mempertimbangkan faktor valuasi yang relatif menarik serta tingkat likuiditas yang masih tinggi hingga akhir tahun 2013. Hanya saja saat ini kami menempatkan lebih banyak alokasi reksa dana saham yang memiliki karakteristik defensif, terutama pada reksa dana saham syariah yang tidak memiliki alokasi pada sektor perbankan. Kami mengkhawatirkan kinerja sektor perbankan pada saat trend suku bunga acuan mengalami kenaikan, terutama dari sisi penurunan profitabilitas perbankan. Pertumbuhan penyaluran kredit yang
Dari pasar obligasi pemerintah, sekalipun masih memiliki potensi penurunan nilai akibat potensi kenaikan suku bunga BI, imbal hasil obligasi pemerintah saat ini telah relatif tinggi dan menarik untuk dimiliki investor. Rata-rata spread imbal hasil obligasi pemerintah dengan suku bunga BI telah melampaui 100 bps, dan seharusnya menjadi acuan bahwa penurunan di pasar obligasi telah relatif terbatas. Kupon yang dihasilkan oleh investasi pada obligasi pemerintah dapat menambah alokasi kas nasabah yang dapat menjadi katalis penting untuk menghadapi situasi pasar yang fluktuatif.
Portfolio IDR Agustus 2013 Konsep Portofolio
Pilihan Reksa Dana
Core Portfolio Growth Portfolio Fixed Income Medium to Long duration Fixed Income Short duration
BNP Paribas Pesona Syariah 40% Manulife Saham Andalan Schroder Dana Istimewa Mandiri Investa Ekuitas Dinamis 20% BNP Paribas Infrastruktur Plus Danareksa Mawar Konsumer 10 Manulife Dana Ekuitas Small Mid Capital First State Indonesia Bond Fund 20% FR62 / FR65 / FR58 Danareksa Melati Platinum Rupiah 20% Schroder Dana Andalan 2 FR66 / 63
Alokasi pada portofolio
Portfolio USD Agustus 2013 Konsep Portofolio
Pilihan Reksa Dana
Core Portfolio Fixed Income Long duration Fixed Income Medium duration
Manulife Greater Indonesia Fund Panin SRC Moderate Fund Indon 35/37/38/42/43 Indon 19/22/23
Alokasi pada portofolio 60% 20% 20%
New! Top First State Fund to Pick Per tanggal 31 Juli 2013 First State Dividend Yield Fund IHSG
Standar Deviasi (1Y) 17.04 16.46
Sharpe Ratio (1Y) 0.26 -0.23
Kinerja 1 tahun terakhir 8.31 12.03
DISCLAIMER Kecuali dinyatakan lain, semua data bersumber dari berita media massa, dan tidak diterbitkan oleh PT Bank Commonwealth (PTBC). PTBC harus dijamin untuk dibebaskan dari tanggung jawab, termasuk tetapi tidak terbatas pada penuntutan hukum oleh pihak ketiga. PTBC beserta direkturnya, karyawannya dan perwakilannya dalam Lampiran ini selanjutnya bersama-sama disebut sebagai “Grup” “Laporan ini diterbitkan semata-mata untuk tujuan informasi dan tidak boleh ditafsirkan sebagai suatu ajakan atau penawaran untuk membeli efek atau instrumen keuangan. Laporan ini telah disusun tanpa mempertimbangkan tujuan, situasi keuangan dan kapasitas untuk menanggung kerugian, pengetahuan, pengalaman atau kebutuhan orang-orang tertentu yang mungkin menerima laporan ini. Tidak ada anggota dari Grup yang melakukan atau harus melakukan penilaian kelayakan atau penyesuaian laporan untuk penerima laporan ini yang karenanya tidak mendapatkan manfaat dari perlindungan peraturan dalam hal ini. Laporan ini bukan nasihat atau petunjuk. Semua penerima laporan ini harus, sebelum bertindak atas dasar informasi dalam laporan ini, mempertimbangkan kewajaran/kelayakan dan kesesuaian informasi, dengan memperhatikan tujuan-tujuan mereka sendiri, situasi keuangan dan kebutuhan, dan, jika perlu mencari profesional yang tepat, memperhatikan kondisi valuta asing atau nasihat keuangan tentang isi laporan ini sebelum membuat keputusan investasi. Kami percaya bahwa informasi dalam laporan ini adalah benar dan setiap pendapat, kesimpulan atau rekomendasi yang cukup telah diadakan atau dibuat, berdasarkan informasi yang tersedia pada saat kompilasi, tetapi tidak ada pernyataan atau jaminan, baik tersurat maupun tersirat, yang dibuat atau disediakan untuk akurasi, kehandalan atau kelengkapan setiap pernyataan yang dibuat dalam laporan ini. Setiap pendapat, kesimpulan atau rekomendasi yang ditetapkan dalam laporan ini dapat berubah sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan dan mungkin berbeda atau bertentangan dengan, kesimpulan pendapat atau rekomendasi yang diungkapkan oleh Grup di tempat lain. Kami tidak berkewajiban untuk, dan tidak,memberitahukan perkembangan terkini atau terus mengikuti informasi terkini yang terdapat dalam laporan ini. Grup tidak menerima tanggung jawab untuk setiap kerugian atau kerusakan yang timbul akibat dari penggunaan seluruh atau setiap bagian dari laporan ini. Setiap penilaian, proyeksi dan prakiraan yang terkandung dalam laporan ini didasarkan pada sejumlah asumsi dan perkiraan dan tunduk pada kontinjensi dan ketidakpastian. Asumsi dan perkiraan yang berbeda dapat mengakibatkan hasil material yang berbeda pula. Grup tidak mewakili atau menjamin bahwa salah satu proyeksi penilaian atau prakiraan, atau salah satu dasar asumsi atau perkiraan, akan dipenuhi. Kinerja masa lalu bukan merupakan indikator yang dapat diandalkan untuk kinerja masa depan Grup tidak menjamin kinerja dari produk investasi atau pembayaran kembali modal dengan produk yang didistribusikan oleh PTBC. Investasi dalam produk ini bukan merupakan simpanan atau kewajiban lainnya dari Grup atau anak perusahaannya dan setiap jenis produk investasi memiliki risiko investasi termasuk hilangnya pendapatan dan modal yang diinvestasikan. Contoh yang digunakan dalam komunikasi ini hanya untuk ilustrasi. Semua materi yang disajikan dalam laporan ini, kecuali bila ditentukan lain, berada di bawah hak cipta Grup. Tak satu pun dari materi, maupun isinya, maupun salinannya, dapat diubah dengan cara apapun, ditransmisikan ke, disalin atau didistribusikan kepada pihak lain, tanpa izin tertulis dari perusahaan terkait yang menjadi bagian dalam Grup. Grup, berikut agennya, asosiasinya dan kliennya memiliki atau telah memiliki posisi panjang atau pendek pada efek atau instrumen keuangan lainnya yang disebut di sini, dan dapat setiap saat melakukan pembelian dan/atau penjualan terhadap kepentingan atau surat berharga dalam kapasitasnya sebagai prinsipal atau agen, termasuk menjual atau membeli dari klien atas dasar pokok dan dapat terlibat dalam transaksi yang tidak konsisten dengan laporan ini. Silahkan melihat website kami di www.commbank.co.id untuk informasi lebih lanjut. Jika Anda ingin berbicara dengan seseorang mengenai instrumen keuangan yang dijelaskan dalam laporan ini, silakan hubungi kami hubungi Call Centre kami di 5000 30 atau email kami di
[email protected].
www.commbank.co.id
facebook.com/CommbankID twitter.com/Commbank_ID