Wealth Management Newsletter - September 2012
1 | Market Perspective | September 2012
Nasabah yang terhormat, Memasuki bulan September ini, keadaan kondisi ekonomi global masih belum cukup kondusif. Hal ini merupakan pengaruh dari krisis utang di Eropa, adanya fiscal cliff yang akan dihadapi Amerika Serikat, serta perlambatan ekspor di China yang selama ini menjadi motor pertumbuhan ekonomi global. Sebaliknya iklim investasi di Indonesia diperkirakan akan lebih baik dengan disahkannya Undang Undang Pembebasan Lahan yang diharapkan akan dapat mengurangi inefisiensi birokrasi yang selama ini menjadi penghambat masuknya dana investor. Dengan semakin lajunya perkembangan proyek-proyek infrastruktur, perekonomian Indonesia sendiri diperkirakan dapat tumbuh 6,5% pada tahun 2013 dan 6,3% pada 2014. Untuk mendorong kinerja portofolio, investor dapat secara bertahap menambah alokasi pada saham-saham sektor infrastruktur. Bagi Investor yang lebih konservatif, dalam edisi kali ini, kami berikan ulasan mengenai instrumen investasi obligasi yang bisa menjadi pilihan instrumen yang relatif lebih konservatif dibandingkan dengan saham. Hal ini dapat menjadi salah satu cara untuk diversifikasi portofolio Anda. Terima kasih telah menjadi Nasabah setia Commonwealth Bank Indonesia. Salam hangat, Ian Whitehead Director of Retail and Business Banking
Global Outlook
P
erlambatan ekspor di kawasan Asia kembali mengingatkan kondisi eksternal di luar Asia belum cukup kondusif serta perjalanan pemulihan ekonomi global masih panjang dan penuh tantangan. Terlepas dari masalah krisis utang di Eropa, Amerika Serikat (AS) juga akan menghadapi tantangan domestik yaitu ancaman kebijakan kenaikan pajak dan pemotongan belanja di akhir tahun ini yang juga dikenal sebagai fiscal cliff. China yang selama ini menjadi motor pertumbuhan global juga mulai melambat. Investor dihimbau untuk melakukan strategi dollar cost averaging untuk mengurangi dampak fluktuasi, mengingat banyaknya perkembangan penting di bulan September ini, seperti pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) di AS, Keputusan Pengadilan Jerman tentang European Stability Mechanism (ESM), dan akan dikeluarkan laporan Troika mengenai Yunani.
ekonomi negara Eropa dibagian selatan, di mana program pengurangan defisit kawasan Uni Eropa untuk bertahun-tahun ke depan akan terus menekan pertumbuhan. Pertumbuhan ekonomi untuk Zona Eropa kemungkinan bisa menyusut sampai 0,4% tahun ini dan kemungkinan masih stagnan di tahun depan.
ASIA Peranan China sebagai Destinasi Ekspor menjadi Semakin Besar 25
Destinasi ekspor Asia (ex-China) % dari total ekspor
2007
2011
20 15
AMERIKA SERIKAT Pada Kuartal 2, GDP AS Tumbuh 1,7% YoY, Lebih Baik dari Estimasi Awal.
Kuartal 2
+1,7%
4% 4 2008
-2
‘08
‘10
‘11
‘12
Estimasi awal: +1,5%
-4 -6 -8 -10 Sumber: U.S. Department of Commerce, The Wall Street Journal
Data ekonomi AS untuk kuartal 2-2012 menunjukkan pemulihan di sebagian sektor tetapi perlambatan di sektor lainnya. Secara keseluruhan, ekonomi AS berhasil tumbuh positif dibulan Juli dan awal Agustus, seiring dengan membaiknya kondisi ketenagakerjaan, belanja ritel dan pemulihan sektor perumahan. Laporan terpisah juga menunjukkan pemulihan di sektor perumahan berlanjut. Dengan jumlah rumah sekunder yang terjual naik ke level tertinggi selama 2 tahun di bulan Juli. Tetapi, beberapa sektor seperti agrikultur mengalami kegagalan panen sehingga harga komoditas agrikultur naik sedangkan sektor manufaktur melaporkan perlambatan. The Fed melihat masalah di Eropa masih merupakan tantangan utama dari luar AS tetapi berkurangnya permintaan dari Asia juga mulai menjadi sorotan. The Fed mengindikasikan pemulihan
ekonomi masih memerlukan bantuan stimulus. Aktivitas ekonomi di AS diekspektasi masih akan stagnan sampai tahun 2013 karena lemahnya permintaan ekspor. Ancaman fiscal cliff sangat besar yaitu sebesar USD620 miliar atau 4%dari GDP AS, di mana berpotensi memotong pertumbuhan GDP sampai 2% di tahun 2013.
Pertumbuhan Riil GDP Eropa YoY 6.0
3.0
0.0
-3.0
2005
2007
2009
2011
5 0
China
Uni Eropa
AS
Sumber: CEIA, SG Cross Asset Research/Economics * Australia, Hong Kong, India, Indonesia, Jepang, Korea, Malaysia, NewZealand, Filipina, Singapura, Thailand dan Taiwan.
Pertumbuhan ekonomi Asia dilaporkan melambat pada kuartal 2-2012, karena menurunnya permintaan ekspor terutama dari Eropa, baik untuk komoditas atau produk hasil manufaktur. Permintaan ekspor ke AS juga mulai stagnan melewati bulan Juli. Lalu, pertumbuhan ekonomi China juga mulai melambat, karena penurunan permintaan domestik serta ekspor.
Eropa
-6.0
10
2013
2015
Sumber: Datastream, SG Cross Asset Research/Economics
Pertumbuhan ekonomi untuk wilayah Eropa turun 0,2% di kuartal 2-2012, yang memberikan gambaran secara garis besar: pertumbuhan di Jerman didukung oleh ekspor dan konsumsi, pertumbuhan di Perancis stagnan dan wilayah selatan Eropa mengalami resesi yang cukup dalam. Kemungkinan kondisi ini akan berlanjut sampai akhir tahun ini. Data pertumbuhan ekonomi ini menunjukkan Jerman dapat mengakses pasar ekspor diluar Eropa sedangkan ekonomi Perancis lebih bergantung pada kinerja
Sejak krisis Lehman, pertumbuhan konsumsi domestik China menjadi semakin penting bagi Asia karena permintaan domestik China yang menyumbang 60-70% pemulihan ekspor dari Asia ke China. Selama 4 tahun ini, porsi ekspor dari negara Asia ex-China ke AS dan Eropa menurun dari 26% ke 20% menunjukkan ketergantungan negara Asia pada AS dan Eropa sudah mulai berkurang. Sebaliknya, ekspor ke China meningkat dari 18% di tahun 2007 sampai 21% di tahun 2011. Di kuartal 2-2012, ekonomi China dinilai memasuki kondisi soft landing karena melaporkan tingkat pertumbuhan terendah sejak kuartal 1-2009, yaitu hanya tumbuh 7,6% YoY dan 1,8% QoQ. Tetapi, pertumbuhan China tidak seburuk yang
2 | Market Perspective | September 2012
dikuatirkan karena adanya pemulihan di neraca perdagangan dan investasi. Fixed investment menunjukkan pemulihan sedangkan tingkat
produksi industri dan penjualan ritel sebaliknya menurun. Kemungkinan pertumbuhan ekonomi China bisa menghindari hard landing tetapi
diperkirakan pertumbuhan ekonominya akan lebih lamban untuk kurun waktu yang lebih lama karena dampak dari AS dan Eropa.
LOCAL Outlook
D
engan jumlah populasi yang besar serta cepatnya pertumbuhan lapisan masyarakat menengah, Indonesia selalu masuk ke dalam radar tujuan investasi yang menarik bagi investor. Namun demikian, ketidakpastian birokrasi dan terbatasnya pembangunan infrastruktur di Indonesia, telah menjadi penahan masuknya modal investasi selama ini. Pemerintah Indonesia semakin menyadari kekurangan ini, sehingga kedepannya pembangunan infrastruktur akan menjadi katalis menarik. Untuk periode 2011-2014, Indonesia mencadangkan dana untuk pembangunan infrastruktur sebesar USD191 miliar. Pemerintah menargetkan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan mencapi 6,5% di tahun 2012 ini. Investor lokal dan asing diperkirakan akan sangat tertarik karena tingkat pengembalian untuk berinvestasi pada proyek pembangunan jalan tol dan pembangkit listrik diekspektasi bisa mencapai 20%. Dengan semakin cerahnya prospek sektor infrastruktur pasca pengesahan UU Pembebasan Tanah, investor disarankan untuk mulai berinvestasi secara bertahap pada saham-saham yang berhubungan erat dengan perkembangan sektor infrastruktur dan domestik.
Pertumbuhan Penjualan Emiten YoY untuk Kuartal 2 - 2012 IHSG
Jumlah Emiten yang Sudah Melaporkan
Pertumbuhan Penjualan YoY untuk Kuartal 2-2012
Industry (ICB) 11) All Securities 12) > Oil & Gas 13) > Basic Materials 14) > Industrials 15) > Consumer Goods 16) > Health Care 17) >Consumer Services 18) > Telecommunications 19) > Utilities 20) > Financials 21) > Technology
13,29%
401 / 429 5/7 67 / 71 55 / 59 76 / 84 11 / 12 51 / 54 7/7 2/2 112 / 118 15 / 15
12,72% 3,54% 21,54% 17,03% 24,27% 21,97% 9,35% 15,24% 11,18% 16,04%
Sumber: Bloomberg
Selama 5 tahun terakhir, pertumbuhan ekonomi Indonesia dimotori oleh ekspor komoditas serta pertumbuhan lapisan masyarakat menengah. 401 emiten dari 429 emiten yang terdaftar di IHSG sudah melaporkan laba untuk kuartal 2-2012. Pertumbuhan angka penjualan emiten dilaporkan tumbuh sebesar 13,29%. Pertumbuhan kredit juga dilaporkan sangat positif, yaitu di atas 23% pertahun selama 3 tahun terakhir. Untuk terus mempertahankan laju pertumbuhan tanpa mengakibatkan overheating di bagian suplai, pembangunan infrastruktur akan semakin menjadi motor pertumbuhan yang penting kedepannya. Di tahun 2013 nanti, Indonesia berencana untuk meningkatkan anggaran belanja sampai 15% untuk pembangunan jalan, lapangan terbang, pembangkit listrik serta melonggarkan birokrasi yang menjadi penghambat investasi. Disahkannya UU Pembebasan Tanah di bulan Agustus 2012 lalu ini sangat dinantikan untuk mempercepat proses perkembangan proyek infrastruktur dan memperbaiki iklim investasi Indonesia. Pertumbuhan infrastruktur di Indonesia selama ini jauh tertinggal jika dibandingkan dengan negara-negara di kawasan Asia lainnya, seperti yang terlihat pada grafik jumlah jaringan jalan raya serta grafik persentase jumlah penduduk yang memperoleh fasilitas listrik. Jaringan Jalan Raya per Wilayah
Persentase Penduduk yang Memperoleh Fasilitas Listrik Terhadap Total Populasi 100%
Indonesia
90%
Malaysia Thailand
80%
km/km2 tanah
China
70% 60%
Filipina
50%
Korea
40%
India
30%
Hong Kong
20%
Jepang
10%
Singapura
0% 0
Sumber: CIA Fact Book
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
6.00
Indonesia China Vietnam Filipina Thailand Malaysia Korea
Sumber: United Nation Development Program
Pada masa akhir jabatannya, SBY mengharapkan dapat meninggalkan Indonesia yang lebih makmur dengan meningkatkan tingkat pendapatan bagi 245 juta penduduk Indonesia. Indonesia diproyeksikan berada di urutan 21 dalam jajaran 29 negara dengan pertumbuhan ekonomi tertinggi pada 2013 dan 2014 dalam Laporan Semi Tahunan Bank Dunia mengenai Prospek Ekonomi Global. Sebagian besar negara yang masuk daftar ini tergolong frontier markets (negara berkembang) yang memiliki PDB (Pendapatan Domestik Bruto) sangat rendah. Perekonomian
Indonesia sendiri diperkirakan akan tumbuh 6,5% pada tahun 2013 dan 6,3% pada 2014. Menurut banyak ekonom, harapan ini bisa tercapai jika Indonesia mengurangi subsidi untuk BBM dan mengarahkan dana subsidi tersebut untuk membangun jalan, jembatan dan infrastruktur lainnya. Presiden SBY barubaru ini masih terus memperingatkan bahwa besaran subsidi BBM akan membengkak 36% ke Rp275 triliun di tahun 2013 dari 202 triliun tahun ini. Mengacu kepada proposal anggaran belanja untuk tahun 2013, fokus utama pemerintah saat ini adalah untuk mengurangi defisit dari 2,3% tahun ini menjadi 1,6% tahun depan. Anggaran belanja untuk pembangunan infrastruktur direncanakan naik dari Rp169 triliun tahun ini menjadi Rp194 triliun tahun 2013. Anggaran ini akan dipakai untuk memperbaiki 4431 km jalan, menambah 380 km jalur kereta serta membiayai pembangunan 15 lapangan terbang baru serta memperbesar kapasitas 120 lapangan terbang. Selama ini, investor enggan untuk menanam modal karena kekhawatiran akan korupsi dan ketidakpastian birokrasi. Infrastruktur yang terbatas menyebabkan kemacetan yang kemudian meningkatkan beban pengiriman. Lalu, keterbatasan pasokan listrik juga menghambat investasi modal. Dan juga, kekurangan kapasitas pada lapangan terbang dan pelabuhan yang menyebabkan lambatnya ekspor. Penghambat-penghambat ini menjadi beban tambahan ongkos sehingga juga menyumbang pada kenaikan inflasi. Neraca perdagangan juga menjadi tertekan, karena konsumen dan perusahaan terkadang menjadi terpaksa harus mengimpor pasokan tambahan untuk memenuhi permintaan. Untuk menarik investasi lokal dan asing yang kemudian akan menjadi motor pertumbuhan ekonomi Indonesia kedepannya, SBY berencana akan menghapus 180 peraturan untuk mengurangi inefisiensi birokrasi yang selama ini menjadi penghambat masuknya dana investor. Pemerintah juga akan mempermudah proses permintaan ijin usaha karena banyak regulasi yang saat ini dinilai tidak jelas dan saling bertentangan sehingga menyulitkan investor yang harus menghadapi regulator nasional maupun daerah.
3 | Market Perspective | September 2012
Analisa Valuta Asing Meningkatnya permintaan terhadap USD di bulan Agustus tahun 2012 membuat IDR melemah hingga di atas level 9.500 per dollar AS. Selain dari permintaan domestik yang tinggi terhadap USD, data-data ekonomi Amerika Serikat yang dirilis selama bulan Agustus juga menunjukan adanya pertumbuhan ekonomi yang positif dan daya beli yang meningkat di pasar Amerika Serikat. Hal ini juga turut memeberikan kontribusi terhadap penguatan USD terhadap IDR. Faktor domestik yang turut mewarnai penguatan USD adalah, merosotnya kinerja ekspor sejak April 2012 membuat Bank Indonesia (BI) memutuskan membiarkan rupiah melemah secara bertahap untuk meningkatkan nilai kompetitif ekspor. Data defisit neraca perdagangan di bulan Juli pun menunjukkan peningkatan yang signifikan yaitu sebesar -176,5 juta dollar AS dibandingkan dengan angka di bulan sebelumnya yaitu -1,286 juta dollar AS, sebagai hasil dari langkah yang di ambil BI dengan membiarkan pelemahan rupiah secara bertahap. Rupiah diperkirakan, masih akan bergerak di dalam range 9,500 – 9,675 sampai akhir September 2012. Akhir bulan Agustus 2012, Ben Bernanke, Gubernur Bank Sentral Amerika yang biasa disebut The Fed, mengatakan bahwa program-program stimulus sudah disiapakan guna menangani perlambatan pertumbuhan di Amerika Serikat. Akan tetapi harapan para investor adalah Quantitative Easing (pembelian aset) babak ke 3, sehingga pernyataan Ben Bernanke tersebut kurang direspon secara signifikan walaupun secara keseluruhan tetap membawa sentimen yang positif. Data-data ekonomi Amerika Serikat masih belum menunjukkan angka yang signifikan membaik. Pengaruh perkembangan krisis utang di Eropa juga akan mempengaruhi pergerakan USD ke depan dari sisi selera risiko investor. Pernyataan pimpinan Bank Sentral Eropa, Draghi, mengenai pembelian surat utang negara-negara di Eropa, mampu mengembalikan selera risiko di pasar, dan membuat permintaan terhadap safe-haven aset berkurang, sehingga berdampak pada pelemahan USD. Namun seiring dengan perkembangan kondisi perekonomian Amerika Serikat yang membaik, USD masih berpotensi menguat sampai akhir tahun tahun. Di akhir bulan Agustus EUR cenderung menguat terhadap 16 mata uang lainnya. Hal ini terjadi karena pasar menilai bahwa pemimpin-pemimpin di Eropa akan meluncurkan aksi-aksi yang mampu untuk mengatasi krisis utang di Eropa. Hal ini ditandai dengan yield dari surat utang Spanyol dengan jangka waktu 2 tahun yang turun ke level 3,75% dari level 7% di bulan Juli lalu. Pasar mulai menilai tingkat risiko di zona Eropa mulai menurun didukung dengan pernyataan dari pihak-pihak berwenang di Eropa. Salah satu hal yang membuat EUR naik adalah wacana pembelian surat utang negara-negara di zona Eropa oleh European Central Bank (ECB).
Secara technical, EUR/USD telah menembus major resistance di level 1,2320 di awal bulan Agustus dan cenderung berpotensi melanjutkan kenaikannya menuju batas resistance selanjutnya di level 1,2580 dan selanjutnya di 1,2650, namun perkembangan terhadap aksi fundamental dari pihak-pihak berwenang di Eropa akan sangat mempengaruhi arah dan pergerakan pasar selanjutnya khususnya terhadap mata uang EUR.
AUD terhadap mata uang lainnya.
Data -Data ekonomi di Inggris yang belum menunjukkan adanya perbaikan secara siginifikan membuat GBP bergerak dengan tingkat volatilitas yang rendah. GDP Inggris Q/Q ada perbaikan dari -0,7% menjadi -0,5%, akan tetapi angka ini masih belum dapat mendorong penguatan GBP lebih jauh dikarenakan pertumbuhan yang masih di teritori negatif. Tingkat inflasi Inggris M/M yang meningkat dari -0,4% menjadi 0,1% seharusnya dapat membawa sentimen positif untuk GBP, akan tetapi karena tingkat suku bunga yang tetap rendah di level 0,50%, membuat real net interest return menjadi semakin negatif.
Perkembangan kondisi krisis utang di Eropa yang membaik di akhir Agustus dan pernyataan dari Perdana Menteri China, diharapkan akan mampu menopang dan mengembalikan selera risiko di pasar, dan memberikan dorongan positif untuk AUD. Secara technical, AUD/USD memasuki fase konsolidasi di level 1,0170 – 1,0350.
Kenaikan GBP di pertengahan hingga akhir bulan Agustus lebih diwarnai oleh sentimen positif dari zona Eropa dan bukan dari kekuatan ekonomi domestik di Inggris. Secara technical, GBP/USD masih dalam bullish trend dengan level resistance di 1,5900 dan selanjutnya di 1,6060.
Data-data ekonomi Australia yang dirilis selama bulan Agustus 2012 menunjukkan pertumbuhan ekonomi yang cukup baik di Australia. Neraca perdagangan yang kembali ke teritori surplus 9M dari defisit 313M, penjualan retail yang naik ke 1% dari 0,5%, dan angka pengangguran yang stabil di level 5,2% menggambarkan kekuatan ekonomi Australia yang masih baik. Namun, penurunan dari data HSBC Flash Manufacturing PMI China di akhir bulan Agustus ke level 47,8, yang menandakan sektor manufaktur di China yang sedang kontraksi, berdampak pada sentimen negatif untuk AUD. Ditambah lagi penurunan dari angka penjualan retail M/M Australia yang turun di bawah prediksi pasar dari 1,0% ke -0,8%, juga membawa sentimen negatif untuk pergerakan
Tingkat pertumbuhan ekonomi China yang lebih rendah dari rata-rata per tahun pertumbuhan ekonominya, juga memberikan dampak negatif pada pergerakan AUD. Perdana Menteri China, Wen Jiao Bao, menyatakan akan mendukung perbaikan pertumbuhan ekonomi China dengan program-program stimulus dan pelonggaran kebijakan.
NZD sempat menyentuh level 0.8187 sebagai titik tertingginya di bulan Agustus 2012 sebelum kembali turun karena penguatan USD. Dengan kekuatan perekonomian Selandia Baru yang di dominasi oleh kegiatan ekspor, level NZD yang tinggi dapat menekan pertumbuhan ekspor di Selandia Baru. Penguatan NZD telah berdampak pada turunnya neraca perdagangan Selandia Baru dari 287M ke 15M pada pengumuman data neraca perdagangan bulan Agustus lalu. Secara technical NZD/USD masih berpotensi untuk koreksi ke level 0,7775 dan relatif berada pada fase konsolidasi atau tren yang stabil dengan range 0,7650 – 0,8150. Penurunan GDP Q/Q Jepang dari 1,2% ke 0,3% membuat pasar berspekulasi bahwa BOJ akan bertindak untuk melakukan intervensi seperti biasanya. BOJ masih belum terlihat membiarkan JPY bergerak sesuai dengan kondisi pasar sampai awal September 2012. Secara technical, USD/JPY terperangkap dalam range 78,20 – 79,20. Kecenderungan JPY masih akan lebih berpotensi melemah ke level 78,80 – 79,20 terhadap dollar AS.
Strategi Forex Trading Persiapan The Fed, Bank Sentral Amerika Serikat, dalam membantu pertumbuhan perekonomiannya melalui program-program stimulus yang sudah dirancang, membuat selera risiko di pasar meningkat dan berujung pada kenaikan dari high-yielding assets atau yang biasa disebut aset-aset berisiko tinggi dan memberikan imbal hasil yang tinggi. Wacana dari Bank Sentral Eropa, ECB, perihal pembelian surat utang di zona Eropa juga membawa sentimen positif di pasar global. Pemimpin-pemimpin zona Eropa yang mulai mengambil tindakan dalam mengatasi krisis utang yang terjadi di Eropa, membuat selera risiko pelaku pasar meningkat. Dollar cost averaging dalam trading masih menjadi salah satu strategi yang tepat dalam kondisi pergerakan saat ini. Walaupun sentimen-sentimen positif sudah mulai terlihat pada pergerakan pasar, namun risiko dari krisis utang di zona Eropa belum sepenuhnya teratasi. Recommendation: USD/IDR
EUR/USD
GBP/USD
AUD/USD
USD/JPY
Expected Buying level 9500 - 9525
1.2450 - 1.2480
1.5700 - 1.5750
1.0150 - 1.0200
77.70 - 78.00
Expected Selling level 9680 - 9750
1.2720 - 1.2780
1.6000 - 1.6060
1.0350 - 1.0400
79.80 - 80.10
Long profit taking @
9670 and above 1.2700 and above 1.5950 and above 1.0400 and above 79.80 and above
Short profit taking @
9550 and below 1.2500 and below 1.5850 and below 1.0200 and below 79.20 and below
Long cut loss @
9400 - 9425
1.2280 - 1.2325
1.5550 - 1.5600
1.0050 - 1.0100
77.00 - 77.30
Short cut loss @
9825 - 9850
1.2590 - 1.3000
1.6125 - 1.6175
1.0450 - 1.0525
80.90 - 81.30
Rekomendasi entry level
Profit Taking
Cut Loss
*data di atas hanya besifat indikatif dan dapat berubah sewaktu-waktu tergantung kondisi pasar.
4 | Market Perspective | September 2012
TIPS BERINVESTASI PADA OBLIGASI PEMERINTAH
O
bligasi merupakan suatu pernyataan utang dari penerbit obligasi kepada pemegang obligasi beserta kewajiban untuk membayar kembali pokok utang beserta kupon bunganya kelak pada saat tanggal jatuh tempo pembayaran. Ditinjau dari bentuk hukumnya, pemegang obligasi memiliki prioritas pelunasan yang lebih tinggi dibandingkan pemegang saham apabila pemerintah/korporasi sebagai penerbit obligasi mengalami situasi gagal bayar atau mengalami kebangkrutan.
Dengan memperhatikan hal tersebut, dapat disimpulkan bahwa obligasi adalah instrumen investasi yang relatif lebih konservatif apabila dibandingkan dengan saham. Pergerakan harga atau fluktuasi dari harga obligasi sendiri relatif lebih rendah dibandingkan dengan fluktuasi harga saham. Sehingga seringkali obligasi digunakan sebagai sarana lindung nilai (hedging) dan penyedia aliran kas yang stabil dalam portofolio investor. Suku bunga acuan/suku bunga bebas risiko memiliki peranan penting dalam memproyeksi pergerakan harga obligasi pemerintah. Pergerakan suku bunga dan harga obligasi memiliki korelasi yang negatif, artinya apabila suku bunga naik harga obligasi cenderung turun dan demikian pula sebaliknya. Hal ini merupakan logika yang sederhana dikarenakan secara alami investor akan memilih instrumen yang lebih tidak berisiko apabila dua instrumen memberikan imbal hasil yang sama. Untuk mengestimasi pergerakan suku bunga acuan/bebas risiko, indikator utama yang digunakan adalah tingkat inflasi dari negara yang bersangkutan. Hal ini dikarenakan investor menginginkan imbal hasil investasi yang melampaui inflasi, serta pemerintah menggunakan suku bunga acuan untuk mengendalikan laju inflasi sejalan dengan tujuan ekonomi yang diinginkan oleh pemerintah. Berdasarkan tanggal jatuh temponya, obligasi dapat dibedakan menjadi obligasi jangka panjang dan obligasi jangka pendek. Semakin panjang jatuh tempo dari suatu obligasi, semakin tinggi pula imbal hasil yang harus diberikan kepada investor, dikarenakan semakin tingginya ketidakpastian. Sebagai contoh, apabila suku bunga merupakan salah satu faktor yang penting untuk mengestimasi pergerakan harga obligasi, tentunya akan lebih mudah bagi investor untuk mengestimasi pergerakan suku bunga dalam waktu 1 tahun ke depan dibandingkan dengan 10 tahun ke depan. Sehingga dapat disimpulkan, bahwa dengan semakin panjangnya tenor obligasi, ekspektasi imbal hasil dan fluktuasi pergerakan harganya akan semakin tinggi. Dan secara otomatis, semakin pendek tenor sebuah obligasi, semakin rendah ekspektasi imbal hasil dan fluktuasi pergerakan harga dari obligasi tersebut. Memahami hal-hal tersebut di atas, bagaimana cara berinvestasi pada obligasi yang tepat sesuai dengan siklus suku bunga yang sedang berjalan? Mari kita perhatikan grafik di bawah ini:
Apabila dilihat dari grafik, pada saat suku bunga dan inflasi mencapai titik tertinggi, harga obligasi diestimasi akan mencapai titik terendah, yang tentunya akan menjadi peluang bagi investor untuk berinvestasi terutama pada obligasi yang memiliki jangka waktu panjang yang memiliki ekspektasi imbal hasil lebih tinggi. Hal ini dikarenakan setelah mencapai titik puncak, suku bunga akan cenderung turun dan memberikan dampak positif bagi pergerakan harga obligasi, sehingga investor disarankan memaksimalkan kondisi ini dengan berinvestasi pada obligasi berjangka waktu panjang. Sebaliknya, dalam kondisi dimana suku bunga acuan dan inflasi telah mencapai titik terendah dan harga obligasi diestimasi telah mencapai titik tertinggi, investor disarankan untuk mengamankan portofolio investasinya dengan berinvestasi pada obligasi berjangka waktu pendek. Dikarenakan potensi suku bunga akan mengalami kenaikan dan dikhawatirkan berdampak negatif bagi harga obligasi, dengan berinvestasi pada obligasi jangka pendek investor akan meminimilisir risiko dari pergerakan negatif harga obligasi. Fakta yang menarik adalah, dalam periode waktu 6 tahun terakhir (2006 – 2011) kinerja total (pembayaran kupon+kenaikan harga) dari obligasi pemerintah Indonesia secara tahunan (annual) yang direpresentasikan melalui HSBC Bond Index, selalu mencatat kinerja positif, bahkan pada situasi krisis global di tahun 2008. Hal ini membuktikan tingginya minat dan kepercayaan investor baik domestik maupun global terhadap obligasi pemerintah Indonesia yang mendorong naiknya harga obligasi pemerintah Indonesia.
KINERJA DARI HSBC BOND INDEX (INDEKS KOMPILASI DARI OBLIGASI PEMERINTAH INDONESIA) tahun 2006 - 2011 700 647 (30 Des 2011) 600
500
400
20
Suku bunga mencapai siklus puncak, disarankan berinvestasi pada obligasi berjangka waktu panjang
300 BI Rate Inflation Average Inflation
15
200 Dec-07
Jul-08
Feb-09
Sep-09
Apr-10
Nov-10
2007
2008
2009
2010
Jun-11
Jan-12
%
10 2006 5
0
Suku bunga mencapai siklus terendah, disarankan berinvestasi pada obligasi berjangka waktu pendek
Jan-00 Dec-00 Nov-01 Oct-02 Sep-03 Aug-04 Jul-05 Jun-06 May-07 Apr-08 Mar-09 Feb-10 Jan-11 Dec-11
2011
Average 2003-2011
Total Return
29.5%
9.9%
3.2%
22.5%
20.9%
21.8%
Price Return
15.8%
-0.8%
-8.5%
10.1%
10.1%
11.7%
3.7%
Yield return
13.8%
10.7%
11.7%
12.5%
10.8%
10.1%
11.9%
Selamat Berinvestasi!
15.6%
5 | Market Perspective | September 2012
COMMINSIGHT
M
emasuki bulan September 2012, investor dihadapkan pada dilema yang didorong oleh teka-teki keputusan Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed) untuk meluncurkan stimulus baru dalam bentuk Quantitative Easing seri ke 3 (QE3) atau sekedar melanjutkan kebijakan stimulus terdahulu dalam bentuk suku bunga rendah dan pembelian obligasi jangka panjang. Investor tentunya berekspektasi bahwa The Fed akan kembali meluncurkan stimulus dalam bentuk QE3, mengingat kebijakan yang digunakan saat ini terbukti tidak cukup efektif untuk mempertahankan kestabilan pertumbuhan ekonomi AS.
Melalui program Quantitative Easing, The Fed akan kembali meningkatkan likuiditas pada sistem finansial dan menekan suku bunga rendah. Dengan naiknya tingkat likuiditas, otomatis kebutuhan akan aset-aset yang memiliki imbal hasil tinggi juga meningkat, yang mana akan mendorong kenaikan harga pada aset-aset tersebut. Sebagaimana terlihat pada tabel di bawah ini, pada peluncuran 2 program QE sebelumnya, pasar saham, baik AS maupun negara-negara berkembang, yang mewakili aset-aset berisiko dan berimbal hasil tinggi, mengalami kenaikan cukup signifikan pada momen diumumkannya program QE. Dampak program Quantitative Easing seri pertama dan ke dua 1500
US S&P500
1400 1300 1200 1100 1000 900 800 700 600
Announcement of QE1
08
Expansion of QE1
Benchmark Flags of QE2 in Speech
09
10
Announcement of Operation Twist
11
Equity Indicies, QE1 Announcement Date = 100 275 MSCI Asia ex-Japan
225 200 S&P500
175
MSCI EM
150 125 100 75
Announcement of QE1
Jan Apr Jul Oct
08
Expansion of QE1
Jan Apr Jul Oct
09
Benchmark Flags of QE2 in Speech
Announcement of Operation Twist
Jan Apr Jul Oct Jan Apr Jul Oct Jan Apr
10
Sumber: BNP Paribas, Reuters ECOWin Pro
11
Portfolio Standard Deviation (Monthly): 1.96
37% 63%
Danareksa Mawar Konsumer 10
12
Sebagaimana telah diulas sebelumnya, investor akan menghadapi periode waktu yang dilematis memasuki bulan September 2012. Meskipun, Bernanke menegaskan bahwa ruang untuk melakukan kebijakan QE3 tetap terbuka di bulan September 2012, banyak investor mempercayai bahwa QE3 adalah kebijakan yang baru akan digunakan The Fed pada saat-saat paling kritis, bukan saat ini. Dengan mengesampingkan aliran dana investor asing yang masih cenderung tidak stabil, investor tetap disarankan untuk berinvestasi pada sektor-sektor defensif yang mengandalkan konsumsi domestik, yakni sektor konsumer yang terefleksi pada
Manulife Pendapatan Bulanan 2
Portfolio Standard Deviation (Monthly): 2.65
60% 40%
Schroder Dana Mantap Plus 2
BNP Paribas Infrastruktur Plus
Portfolio Standard Deviation (Monthly): 2.15
30% 50% 20%
12
Sumber: BNP Paribas, Reuters ECOWin Pro
250
Dari pasar domestik sendiri, terdapat 3 faktor penting yang mempengaruhi pergerakan pasar di bulan Agustus 2012. Yang pertama adalah keputusan mengejutkan Bank Indonesia untuk menaikkan suku bunga FASBI (fasilitas deposito antar bank) sebesar 25 bps ke level 4%. Hal ini memberikan sinyal bahwa BI bertindak seimbang dengan tidak sepenuhnya memacu pertumbuhan, namun juga menghindari ekonomi dari kondisi overheating. Yang kedua, adalah pengesahan RUU pembebasan lahan oleh Presiden di awal bulan Agustus 2012. Dengan proses yang lebih cepat dan kompensasi yang lebih menarik bagi pemilik lahan, pengesahan UU ini akan menstimulasi percepatan proyek infrastruktur di Indonesia, yang pada tahun 2012 ini didominasi oleh pembangunan sektor komunikasi (IT), jalan raya, dan rel kereta api. Yang ketiga adalah proposal APBN 2013 yang disusun oleh pemerintah, dimana pemerintah optimis mampu mencapai pertumbuhan ekonomi 6,8% serta menekan defisit hingga mencapai 1,6% dari GDP (sebelumnya 2,2%). Rencana kenaikan tarif dasar listrik juga tidak mempengaruhi signifikan target inflasi pemerintah di tahun 2013 yang hanya berada di level 4,9%.
reksa dana Danareksa Mawar Konsumer 10. Sementara untuk mendorong kinerja portofolio dan memberikan alpha bagi investor, investor direkomendasikan untuk secara bertahap menambah alokasi pada saham-saham sektor infrastruktur dan pendukungnya yang berada pada kapitalisasi kecil dan menengah. Strategi ini dapat ditemukan pada reksa dana BNP Paribas Infrastruktur Plus maupun BNP Paribas Solaris. Investor dapat memilih 3 alternatif portofolio yang direkomendasikan untuk bulan September 2012.
Danareksa Mawar Konsumer 10
BNP Paribas Solaris
Manulife Pendapatan Bulanan 2
Ketiga portofolio ini memiliki standar deviasi bulanan yang lebih rendah dibandingkan IHSG yang berada di level 3,80 sehingga memungkinkan investor mengantisipasi pelemahan yang berpotensi terjadi apabila skenario The Fed meluncurkan QE3 di bulan September 2012 tidak terjadi. Selamat berinvestasi!
DISCLAIMER Kecuali dinyatakan lain, semua data bersumber dari berita media massa, dan tidak diterbitkan oleh PT Bank Commonwealth (PTBC). PTBC harus dijamin untuk dibebaskan dari tanggung jawab, termasuk tetapi tidak terbatas pada penuntutan hukum oleh pihak ketiga. PTBC beserta direkturnya, karyawannya dan perwakilannya dalam Lampiran ini selanjutnya bersama-sama disebut sebagai “Grup” “Laporan ini diterbitkan semata-mata untuk tujuan informasi dan tidak boleh ditafsirkan sebagai suatu ajakan atau penawaran untuk membeli efek atau instrumen keuangan. Laporan ini telah disusun tanpa mempertimbangkan tujuan, situasi keuangan dan kapasitas untuk menanggung kerugian, pengetahuan, pengalaman atau kebutuhan orang-orang tertentu yang mungkin menerima laporan ini. Tidak ada anggota dari Grup yang melakukan atau harus melakukan penilaian kelayakan atau penyesuaian laporan untuk penerima laporan ini yang karenanya tidak mendapatkan manfaat dari perlindungan peraturan dalam hal ini. Laporan ini bukan nasihat atau petunjuk. Semua penerima laporan ini harus, sebelum bertindak atas dasar informasi dalam laporan ini, mempertimbangkan kewajaran/kelayakan dan kesesuaian informasi, dengan memperhatikan tujuan-tujuan mereka sendiri, situasi keuangan dan kebutuhan, dan, jika perlu mencari profesional yang tepat, memperhatikan kondisi valuta asing atau nasihat keuangan tentang isi laporan ini sebelum membuat keputusan investasi. Kami percaya bahwa informasi dalam laporan ini adalah benar dan setiap pendapat, kesimpulan atau rekomendasi yang cukup telah diadakan atau dibuat, berdasarkan informasi yang tersedia pada saat kompilasi, tetapi tidak ada pernyataan atau jaminan, baik tersurat maupun tersirat, yang dibuat atau disediakan untuk akurasi, kehandalan atau kelengkapan setiap pernyataan yang dibuat dalam laporan ini. Setiap pendapat, kesimpulan atau rekomendasi yang ditetapkan dalam laporan ini dapat berubah sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan dan mungkin berbeda atau bertentangan dengan, kesimpulan pendapat atau rekomendasi yang diungkapkan oleh Grup di tempat lain. Kami tidak berkewajiban untuk, dan tidak,memberitahukan perkembangan terkini atau terus mengikuti informasi terkini yang terdapat dalam laporan ini. Grup tidak menerima tanggung jawab untuk setiap kerugian atau kerusakan yang timbul akibat dari penggunaan seluruh atau setiap bagian dari laporan ini. Setiap penilaian, proyeksi dan prakiraan yang terkandung dalam laporan ini didasarkan pada sejumlah asumsi dan perkiraan dan tunduk pada kontinjensi dan ketidakpastian. Asumsi dan perkiraan yang berbeda dapat mengakibatkan hasil material yang berbeda pula. Grup tidak mewakili atau menjamin bahwa salah satu proyeksi penilaian atau prakiraan, atau salah satu dasar asumsi atau perkiraan, akan dipenuhi. Kinerja masa lalu bukan merupakan indikator yang dapat diandalkan untuk kinerja masa depan Grup tidak menjamin kinerja dari produk investasi atau pembayaran kembali modal dengan produk yang didistribusikan oleh PTBC. Investasi dalam produk ini bukan merupakan simpanan atau kewajiban lainnya dari Grup atau anak perusahaannya dan setiap jenis produk investasi memiliki risiko investasi termasuk hilangnya pendapatan dan modal yang diinvestasikan. Contoh yang digunakan dalam komunikasi ini hanya untuk ilustrasi. Semua materi yang disajikan dalam laporan ini, kecuali bila ditentukan lain, berada di bawah hak cipta Grup. Tak satu pun dari materi, maupun isinya, maupun salinannya, dapat diubah dengan cara apapun, ditransmisikan ke, disalin atau didistribusikan kepada pihak lain, tanpa izin tertulis dari perusahaan terkait yang menjadi bagian dalam Grup. Grup, berikut agennya, asosiasinya dan kliennya memiliki atau telah memiliki posisi panjang atau pendek pada efek atau instrumen keuangan lainnya yang disebut di sini, dan dapat setiap saat melakukan pembelian dan/atau penjualan terhadap kepentingan atau surat berharga dalam kapasitasnya sebagai prinsipal atau agen, termasuk menjual atau membeli dari klien atas dasar pokok dan dapat terlibat dalam transaksi yang tidak konsisten dengan laporan ini. Silahkan melihat website kami di www.commbank.co.id untuk informasi lebih lanjut. Jika Anda ingin berbicara dengan seseorang mengenai instrumen keuangan yang dijelaskan dalam laporan ini, silakan hubungi kami hubungi Call Centre kami di 5000 30 atau email kami di
[email protected].
www.commbank.co.id Social Community facebook.com/CommbankID twitter.com/Commbank_ID foursquare.com/Commbank_ID