MANAJEMEN POLA RETRIBUSI DAN DISTRIBUSI DANA SOSIAL MASYARAKAT PADA MASJID DAN MUSHALLA SEBAGAI PENGEMBANGAN DARI FUNGSI LEMBAGA KEAGAMAAN ( Studi Kasus Manajemen Dana Sosial Masyarakat, Masjid dan Mushalla di Kelurahan Cireundeu )
Skripsi Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)
Oleh : Bayu Eka Pratikto NIM: 105046101586
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH PROGRAM STUDI MUAMMALAT (EKONOMI ISLAM) FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1432 H / 2011 M
Lembar Pernyataan: LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa : 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 23 Juni 2011
Bayu Eka Pratikto
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan semesta alam. Dengan kasih sayang dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Tak lupa shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada baginda Nabi Muhammad SAW, yang telah mengajarkan risalah kebenaran di muka bumi ini. Di balik kekurangan dan keterbatasannya, penulis merasa sangat bahagia atas terselesaikannya skripsi ini. Cukup banyak hambatan dan kesulitan dalam menyelesaikan skripsi ini yang penulis temui namun alhamdulillah berkat izin dan pertolongan-Nya serta bantuan dari berbagai pihak, penulis mampu mengatasinya. Untuk itu penulis mengucapkan terimakasih kepada : 1. Bapak Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM. Dekan Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Ibu Dr. Euis Amalia, M.Ag, dan Bapak Mu'min Ro'up S.Ag,MA. selaku Ketua dan Sekretaris Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam) Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Bapak Drs. Nuryamin Aini,MA, pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktu di sela-sela kesibukan untuk memberi masukan dalam penyusunan skripsi ini.
vi
4. Seluruh dosen program studi Muamalat Fakultas Syariah dan Hukum, terima kasih atas ilmu yang telah disampaikan. 5. Segenap pengurus DKM Masjid dan Mushallah di kelurahan Cireundeu yang bersedia memberikan informasi yang detail mengenai data penelitian yang Penulis butuhkan terkait dengan manajemen pengelolaan dana sosial Masyarakat khususnya zakat, infaq dan shadaqoh. 6. Orang tua penulis, Bapak Purwanto Slamet dan Ibu Atikah. Terima kasih tiada terhingga atas dukungan moril dan materil serta doa yang selalu dipanjatkan sehingga ananda diberi kelancaran dalam menyelesaikan skripsi ini. 7. Kepada seluruh kerabat Penulis. Nenek, Mbah serta Om dan Tante yang luar biasa memberikan dukungan dan semangat kepada Penulis untuk bias segera merampungkan tugas akhir ini. 8. Saudariku Rina Dwi Kartika terima kasih atas dukungan dan doa sehingga mas bayu bias menyelesaikan kuliah hingga akhir, semoga Rina semakin giat dalam menuntut ilmu dan meraih prestasi yang lebih gemilang 9. Seluruh kepengurusan di Majlis Ta’lim Baitul Ula dan TPA- Pendidikan Islam Baitul Ula, Terima kasih atas segala fasilitas dan ilmu yang diberikan. Bang Dedi, Bang Dita, Ka Acis, Ali, Agung dll semoga kebersamaan ini mengarahkan kita menuju insan yang senantiasa ringan dalam memberikan manfaat kepada orang lain.
vii
10. Pimpinan dan Staf Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Syariah Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 11. Seluruh teman-teman Perbankan Syariah angkatan 2005, khususnya kelas B, Naidy Sultony, Mochammad Imam Baihaqi, Khoirul Anwar HD, Sadar Rukmana, Abdul Fatah, Firdaus Simatupang, dll. Juga Zainal Arifin, Ida Farida, Erik Lesmana, Amjani dan Faiz Terima kasih atas persahabatan yang terjalin dan dorongan semangat yang diberikan. Semoga silaturahim kita takkan terputus selama-lamanya. 12. Seluruh pihak yang telah banyak berjasa dalam proses penyelesaian skripsi ini yang tidak bisa disebutkan satu persatu namun tidak mengurangi sedikitpun rasa terima kasih dari penulis. Semoga Allah SWT membalas segala kebaikan Bapak, Ibu, dan Saudara/i semua dengan pahala yang berlipat ganda. Jazaa Kumullah biahsanil jaza
Jakarta, 21 Juli 2011
(Bayu Eka Pratikto)
viii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
vi
DAFTAR ISI
ix
BAB I
BAB II
PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1
B. Identifikasi Masalah
6
C. Pembatasan dan Perumusan Masalah
7
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian
8
E. Tinjauan Studi Terdahulu
9
F. Metode Penelitian
12
G. Sistematika Penulisan
15
TINJAUAN TEORITIS A. Pengertian dan Fungsi Manajemen
18
B. Masjid sebagai Basis Pengembangan Potensi Ummat
20
C. Dana Sosial Masyarakat
22
BAB III PROFIL KELURAHAN CIREUNDEU A. Data Wilayah
36
B. Keadaan Demografi
37
C. Potensi Wilayah
40
D. Jumlah Masjid dan Musholla
44
ix
BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Proses Penelitian
48
B. Manajemen Pengelolaan Dana ZIS Masjid dan Musholla
55
(Se-kelurahan Cireundeu) 1. Perencanaan (Planning)
56
2. Pengorganisasian (Organizing)
62
3. Pelaksanaan (Actuating)
65
4. Pengawasan (Controlling)
74
C. Rekapitulasi Dana ZIS Masjid dan Musholla
78
(Se- kelurahan Cireundeu ) D. Analisa SWOT Manajemen Pengelolaan Dana Sosial
84
Masyarakat pada Masjid dan Mushalla di kelurahan Cireundeu BAB V
PENUTUP A. Kesimpulan
89
B. Saran
91
DAFTAR PUSTAKA
93
LAMPIRAN
x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang Pertumbuhan ekonomi bangsa Indonesia kian hari memang kian meningkat.1 Namun, apakah peningkatan angka pertumbuhan ekonomi yang dilihat dari kaca mata makro tersebut memiliki dampak yang linear terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat Indonesia secara keseluruhan? Pertanyaan ini menjadi pekerjaan rumah yang cukup berat untuk siapapun yang saat ini sedang duduk di dalam pemerintahan untuk dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi termasuk di dalamnya meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat Indonesia. Islam mengenal beberapa cara atau usaha untuk mengelola sumbersumber kas negara yang dihimpun melalui mekanisme penghimpunan dana pilantropi ummat seperti zakat, infak, shodaqoh, dan sebagainya. Zakat dalam ekonomi memiliki dua fungsi utama yaitu sebagai alat ibadah yang memberikan kemanfaatan individu bagi orang yang membayar zakat dan kemanfaatan kolektif bagi orang-orang di lingkungan yang menjalankan sistem zakat. Zakat bagi orang yang membayarnya dapat memiliki fungsi untuk membersihkan hatinya dari sifat 1
Iin,”Pertumbuhan Ekonomi 2009 6,2 %” diakses pada tanggal 16 November 2009 dari http://www.kapanlagi.com/h/0000245000.html
1
kekikiran dan rasa kecintaan terhadap harta yang berlebihan. Zakat juga bersifat menyucikan. Maksudnya bahwa zakat akan menyuburkan sifat-sifat kebaikan dalam hati manusia. Zakat akan mengingatkan orang yang memiliki kecukupan harta bahwa ada hak orang lain yang terdapat di dalam hartanya. Salah satu karakteristik daripada zakat adalah bahwa ia merupakan suatu hal yang positif sebagai suatu sarana pembentukan ekonomi yang berdasarkan asas kekeluargaan dan bersendikan pada kesetiaan persaudaraan.2 Sejak kemunculan Undang-Undang (UU) Republik Indonesia (RI) No. 38 Tahun
1999
tentang
Pengelolaan
Zakat,
pendirian
lembaga-lembaga
pengumpulan dan pendistribusian zakat pun kian merembak. Hal ini memberikan peluang bagi keberlangsungan pengelolaan zakat di Indonesia untuk bisa berjalan dengan lebih optimal. Pola penghimpunan dana zakat yang rapih pun mulai dikembangkan oleh masing-masing lembaga zakat. Sebut saja periode Muharam 1430 H, (akumulasi dari Ramadhan 1429 –Muharam 1430 H) salah satu lembaga zakat profesional Dompet Dhuafa Republika berhasil mengumpulkan zakat sebesar Rp 23.808.683.850.3 Jumlah ini masih dapat dioptimalkan dalam kuantitas yang lebih lagi, melihat potensi zakat yang ada di Indonesia. Namun
2
Abdullah Zakiy Al Kaaf, Ekonomi dalam Perspektif Islam ( Bandung:Pustaka Setia,2002), h.127
3
“Laporan Keuangan Dompet Dhuafa” diakses pada tanggal 27 November 2009 dari http://www.dompetdhuafa.org/dd.php?x=laporankeu
2
disayangkan, keberadaan fakta seperti itu belum cukup untuk mengentaskan masalah besar ekonomi yaitu penanggulangan kemiskinan. Pola pendistribusian zakat yang maksimal akan menghasilkan upaya pengentasan kemiskinan yang maksimal pula. Pendistribusian zakat diharapkan untuk diarahkan kepada penciptaan iklim kemandirian bagi seseorang, agar bisa mempertahankan kehidupannya dengan usaha membentuk perekonomian yang baik. Upaya pengentasan kemiskinan dapat dilakukan dengan cara memutus akar dan mata rantai permasalahan kemiskinan itu sendiri, di antaranya adalah dengan penguatan berbagai aspek di sektor Usaha Menengah, Kecil dan Mikro (UMKM). Dalam konteks ini, arti penting UMKM tidak terbantahkan lagi. Tetapi hingga kini UMKM masih berada dalam kondisi yang belum berubah meskipun berbagai program telah dijalankan. Perhatian dalam bidang ini masih belum dianggap sebagai prioritas sehingga sering dalam pelaksanaannya tidak memenuhi kebutuhan pengembangannya dalam jangka panjang.4 Dewasa ini muncul fenomena yang cukup menggembirakan, dimana sebagian masyarakat menyadari bahwa mereka diwarisi tugas untuk memikirkan masalah kesejahteraan masyarakat. Mereka bersosialisasi dalam suatu wadah untuk berfikir tentang bagaimana usaha untuk menyejahterakan masyarakat, dan membangun kesadaran bahwa ekonomi yang baik adalah ekonomi yang dapat mensejahterakan rakyat banyak tidak hanya berkutat pada masalah keuntungan
4
Euis Amalia,Keadilan Distributif dalam Ekonomi Islam ,Penguatan Peran LKM dan UKM di Indonesia(Jakarta :Raja Grafindo,2009)h.357
3
individualis. Salah satu wadah yang digunakan oleh sebagian masyarakat untuk mengolah potensi yang mereka miliki guna memikirkan masalah tersebut adalah masjid. Pengelolaan masjid dewasa ini, yang ditandai dengan era globalisasi, pasti menghadapi berbagai tantangan dan permasalahan yang sangat kompleks. Penetrasi gelombang budaya asing yang bersifat destruktif medorong para pengelola masjid untuk mempersiapkan manajemen yang lebih baik dan berkualitas. Salah satunya adalah bagaimana menjadikan masjid bukan hanya sebagai tempat untuk ibadah ritual, tetapi juga memposisikan masjid sebagai tempat yang memiliki multi fungsi yaitu fungsi keagamaan, fungsi sosial dan fungsi ekonomi. Sebagai suatu aktivitas yang sangat terpuji, pengelolaan masjid harus dilaksanakan secara profesional dan menuju pada sistem manajemen modern, sehingga dapat mengantisipasi perkembangan yang terus berubah dalam kehidupan masyarakat yang maju dan berkualitas. Tidak sedikit masjid yang memberikan perhatian lebih dalam menyikapi permasalahan ekonomi khususnya yang berkaitan dengan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Beberapa macam lembaga ekonomi seperti Baitul Maal, Lembaga Zakat pun didirikan untuk mengakomodasi kepentingan ummat tersebut. Namun masih disayangkan, pengelolaan manajemen kebanyakan masjid yang ada di sekitar kita masih belum memperhatikan masalah-masalah yang sebenarnya berhak untuk diberi porsi perhatian yang lebih, khususnya terkait dengan bagaimana meningkatkan kesejahteraan ummat. Misalnya, Amil masjid atau mushalla yang ada di suatu kawasan baru mulai unjuk gigi pada saat 4
kedatangan Bulan Suci Ramadhan. Amil Zakat dibentuk dengan segala kesederhanaan di dalam melaksanakan aktifitas kerjanya. Aktivitas seperti penghimpunan dana sosial masyarakat berupa zakat, infaq dan shadaqoh dirasa masih kurang optimal, belum lagi hal itu dikaitkan dengan efektivitas penyaluran dana tersebut kepada masyarakat. Hal ini bisa dijadikan bahan evaluasi bagi para pemerhati kesejahteraan ummat di kalangan ummat Islam umumnya dan bagi para pengelola dana ummat pada khususnya. Pada suatu kawasan dalam ruang lingkup yang sederhana seperti suatu kelurahan, ditemukan banyak Masjid atau Mushalla. Dalam hal ini, kita bisa melihat dan memberikan suatu penilaian tentang sejauh mana keberadaan masjid atau mushalla yang ada dalam memberikan kontribusi yang lebih signifikan terkait dengan masalah yang sebelumnya telah dibicarakan yaitu tentang bagaimana peranan masjid dalam memikirkan kesejahteraan ummat, khususnya terkait dengan keberadaan lembaga-lembaga yang mengelola dana ummat seperti amil zakat yang terdapat pada masjid dan mushalla yang ada. Atas dasar beberapa pemikiran di atas, penulis mencoba untuk menyusun sebuah tulisan dalam bentuk skripsi dengan judul “Manajemen Pola Retribusi dan Distribusi Dana Sosial Masyarakat pada Masjid dan Mushalla sebagai Pengembangan dari Fungsi Lembaga Keagamaan” ( Studi Kasus Manajemen Dana Sosial Masyarakat, Masjid dan Mushalla di Kelurahan Cireundeu )
5
B. Identifikasi Masalah Zakat merupakan ibadah yang bersifat individu. Artinya, zakat adalah kewajiban dari seorang individu untuk mengeluarkan sebagian dari harta yang dimiliki untuk tujuan membersihkan kualitas dari harta yang telah diperolehnya. Fenomena seseorang membayarkan zakatnya merupakan sesuatu yang perlu diperhatikan, karena hal ini terkait dengan beberapa pertimbangan di antaranya bagaimana dana zakat yang tersalurkan dapat digunakan secara maksimal. Dengan kata lain, pengelolaan zakat tersebut tepat sasaran, tepat guna dan tepat waktu. Masjid dan mushalla merupakan salah satu wadah yang dapat dijadikan sebagai tempat pemberdayaan ummat. Salah satunya dengan mengoptimalkan peran dana zakat yang terhimpun pada masjid atau mushalla. Oleh karenanya, para pengelola atau amil masjid dan mushalla yang ada harus memiliki manajemen pola penghimpunan serta pendistribusian dana pilantropi yang maksimal. Sehingga masyarakat tidak ragu dalam menyalurkan sebagian kelebihan harta yang mereka miliki (dalam bentuk dana sosial) untuk disalurkan kepada masjid dan mushalla dimana mereka tinggal, karena lingkungan yang terdekat menjadi tanggung jawab pertama setelah pribadi dan keluarga. Seiring dengan perkembangan teknologi dan zaman, maka sudah seyogyanya manajemen pengelolaan masjid khususnya terkait dengan pengelolaan dana sosial masyarakat bisa lebih maksimal, lebih profesional dan terpercaya serta amanah.
6
C. Pembatasan dan Perumusan Masalah Dengan
pertimbangan
bahwa
pembahasan
sangat
luas,
penulis
mengarahkan fokus bahasan hanya pada amil masjid dan mushalla di Kelurahan Cireundeu dalam memanfaatkan dana sosial masyarakat (charity fund). Adapun dana sosial masyarakat yang penulis maksud adalah zakat, infaq dan shadaqoh. Dari pembatasan di atas, penulis mencoba menguraikan rumusan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana
manajemen
pengelolaan
dana
ummat
(dana
sosial
masyarakat) oleh masjid atau mushalla sebagai pengembangan dari fungsi lembaga keagamaan? 2. Bagaimana pola manajemen retribusi dan distribusi dana sosial masyarakat pada amil masjid dan mushalla di Kelurahan Cireundeu? 3. Seberapa besar dana sosial masyarakat (dana ummat) terkumpul dan terdistribusikan yang dikelola amil masjid dan mushalla di sekitar kawasan Kelurahan Cireundeu?
7
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :. 1. Mengetahui
manajemen
pengelolaan
dana
ummat
(dana
sosial
masyarakat) oleh masjid dan mushalla sebagai pengembangan dari fungsi lembaga keagamaan. 2. Menganalisis pola manajemen retribusi dan distribusi dana sosial masyarakat pada amil masjid dan mushalla di Kelurahan Cireundeu. 3. Menganalisis jumlah dana sosial masyarakat (dana ummat) terkumpul dan terdistribusikan yang dikelola amil masjid dan mushalla di sekitar kawasan Kelurahan Cireundeu. Adapun manfaat dari penulisan skripsi ini adalah : 1. Manfaat akademis, skripsi ini diharapkan dapat berguna bagi kalangan pelajar, mahasiswa dan akademisi lainnya.
Seperti pemahaman dan
pengetahuan tentang manajemen pengelolaan dana sosial masyarakat di masjid dan musholla sebagai pengembangan dari fungsi lembaga keagamaan. 2. Manfaat bagi praktisi. Hasil penelitian ini diharapkan berguna bagi pelaku ekonomi Islam khususnya bagi pengelola zakat (pengurus amil zakat) agar dapat mengoptimalkan kemampuan yang dimilikinya dalam
8
mengelola zakat sesuai dengan hakikat dan fungsi yang sebenarbenarnya. 3. Manfaat bagi masyarakat. Hasil penelitian ini diharapkan dapat
memberikan manfaat kepada masyarakat umumnya, bagi semua pihak yang memiliki kemauan untuk dapat memberikan kontribusi yang lebih maksimal demi penciptaan kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat dengan mengoptimalkan penghimpunan zakat dan pengelolaannya yang maksimal, sehingga zakat dapat dijadikan sebagai alat untuk pengentasan kemiskinan yang signifikan. E. Tinjauan Studi Terdahulu
1. Judul Penulis Jenis penelitian
Hasil penelitian
2. Judul Penulis Jenis penelitian
Hasil penelitian
“Efektifitas Penyaluran Zakat dalam meningkatkan Pendapatan Mustahik pada LAZNAS Bangun Sejahtera Mitra (BSM Ummat)” Faradillah ( Skripsi S1 Jurusan Muamalat Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2006) Sifat penelitian kualitatif Efektivitas penyaluran zakat adalah pola penyaluran zakat dalam bentuk pemberdayaan (produktif) yang disertai target terjadinya kemandirian ekonomi bagi mustahik dan mengupayakan adanya peningkatan pendapatan bagi mustahik. Pendayagunaan Zakat untuk Usaha Produktif (Kajian Terhadap Pasal 16Ayat 2 UU no. 38 Tahun 1999 Tentang Pengelolaan Zakat Ulin Ulfa (Skripsi S1, Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga, 2005) Penelitian deskriptif analisis Pendayagunaan zakat secara produktif dalam perspektif hukum Islam adalah dapat dibenarkan, sepanjang memperhatikan kebutuhan pokok bagi masing-masing mustahiq dalam bentuk konsumtif yang bersifat mendesak untuk segera diatasi. Selain itu pendayagunaan dan
9
3.Judul Penulis
Kesimpulan Jurnal
pengelolaan zakat untuk usaha produktif dibolehkan oleh hukum Islam selama harta zakat tersebut cukup banyak. Mengukur Kualitas Manajemen Zakat Efri S. Bahri (Artikel, Republika, 23 Februari 2004 ) Kualitas manajemen suatu organisasi pengelola zakat (Widodo, 2003) harus dapat diukur. Untuk itu, ada tiga kata kunci yang dapat dijadikan sebagai alat ukurnya. Pertama, amanah. Sifat amanah merupakan syarat mutlak yang harus dimiliki oleh setiap amil zakat. Tanpa adanya sifat ini, hancurlah semua sitem yang dibangun. Kedua, sikap profesional. Sifat amanah belumlah cukup. Harus diimbangi dengan profesionalitas pengelolaannya. Ketiga, transparan. Dengan transparannya pengelolaan zakat, maka kita menciptakan suatu sistem kontrol yang baik, karena tidak hanya melibatkan pihak intern organisasi saja, tetapi juga akan melibatkan pihak eksternal. Dan dengan transparansi inilah rasa curiga dan ketidakpercayaan masyarakat akan dapat diminimalisasi.
Banyak penelitian yang membahas permasalahan terkait dengan pengembangan fungsi zakat dalam mengentaskan masalah ekonomi yaitu kemiskinan. Beberapa rangkuman kesimpulan penelitian yang penulis coba lampirkan diatas merupakan studi terdahulu yang Penulis angkat membahas tentang pendayagunaan zakat untuk usaha produktif. Penulis tertarik membahas masalah zakat ini karena pengelolaan zakat yang maksimal harusnya bisa dijadikan sebagai salah satu cara untuk mengentaskan masalah kemiskinan. Pengelolaan yang didasari oleh prisnsip manajemen yang baik akan memaksimalkan kinerja dari amil zakat dalam mengelola setiap dana sosial yang berhasil terhimpun.
Penelitian yang Penulis
coba akan lakukan ini memiliki sedikit perbedaan dengan penelitian yang telah ditampilkan sebelumnya. Tulisan dalam bentuk skripsi pada studi terdahulu
10
yang Penulis tampilkan sebelumnya merupakan tulisan yang membahas tentang pengelolaan zakat dalam ruang atau lembaga yang bersifat profesional yaitu Lembaga Amil Zakat Nasional sedangkan bagian yang menjadi objek penelitian Penulis dalam kesempatan kali ini adalah masjid dan mushalla yang melakukan kegiatan penghimpunan dan pendistribusian dana zakat, infaq dan shadaqoh. Sedangkan kesamaan dari beberapa studi terdahulu dengan tulisan yang akan coba dibuat adalah sama-sama mengamati dan menganalisis pola manajemen khususnya yang terkait dengan kegiatan penghimpunan dan penditsribusian dana masyarakat
yang
terkumpul.
Selain
mengutarakan
konsepsi
tentang
pemberdayaan zakat, Penulis juga coba melihat sejauh mana peranan dari pengelola zakat khususnya amil zakat yang ada di Masjid atau Mushalla yang terdapat di kawasan Kelurahan Cireundeu. Menganalisa sekaligus menjadi bahan evaluasi terhadap pola penghimpunan dana Ummat dalam hal ini berupa dana zakat, infaq dan shadaqoh serta distribusi atau penyaluran dana tersebut kepada masyarakat yang membutuhkan.
11
F. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif analisis.5 Model penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran dan informasi yang akurat dari sumber yang terkait guna memberikan hasil yang maksimal didalam menciptakan hipotesis atau pemahaman orang tentang berbagai macam variabel sosial. 2. Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Pendekatan kualitatif artinya pembahasan dititik-beratkan pada deskripsi data berupa kata-kata. Penelitian ini merupakan penelitian laporan yaitu penelitian terhadap data primer melalui wawancara dan sekunder yang didapatkan melalui berbagai sumber tidak langsung. Sedangkan pendekatan kuantitatif digunakan untuk menganalisis besaran potensi dana ummat yang dapat dikelola oleh amil masjid dan mushalla dengan melihat data berupa angka atau rekapitulasi penerimaan dana ummat yang berhasil terhimpun. a. Jenis data 1) Data Primer adalah hasil wawancara langsung yang dilakukan kepada pihak pengelola dana sosial masyarakat tentang manajemen
5
S. Nasution, Metode Research.(Jakarta :Bumi Aksara.2002),h:24
12
pengelolaan dana sosial pada masjid dan mushalla yang ada di Kelurahan Cireundeu. 2) Data Sekunder; data atau laporan yang telah dipubliksaikan oleh amil masjid atau lembaga sejenis yang masih memiliki korelasi dengan masalah yang dibahas. b. Teknik Pengumpulan data 1) Wawancara : Proses wawancara dengan berpedoman pada daftar pertanyaan/pernyataan yang berisi komponen serta bahasan yang bersifat kualitatif untuk mengukur kualitas manajemen atau pengelolaan dana sosial masyarakat oleh kepengurusan amil masjid dan mushalla di Kelurahan Cireundeu. Adapun pihak yang berhasil penulis wawancara terkait dengan penelitian ini adalah pengurus amil masjid dan mushalla yang melakukan kinerja terhadap kegiatan pengelolaan dana pilantropi atau dana sosial masyarakat. Adapun alasan mengapa penulis memilih mereka sebagai pihak yang diinterview adalah karena mereka merupakan pihak yang memiliki pengetahuan dan pengalaman mengelola dana pilantropi atau dana sosial masyarakat dalam beberapa kurun waktu terakhir.
Proses
wawancara dilandasi oleh daftar cek (checklist) pernyataan oleh
13
penulis yang berisi butir-butir tentang pengelolaan manajemen dana sosial masyarakat. 2) Studi Dokumentasi : dokumen atau laporan dalam bentuk rekapitulasi penerimaan dana sosial masyarakat yang dikelola oleh amil masjid pada masjid dan mushalla di Kelurahan Cireundeu. c. Metode Analisis Data 1) Metode kualitatif, analisis berupa pembahasan lebih lanjut terkait dengan permasalahan yang diangkat. 2) Metode kuantitatif, analisis berupa pengolahan data-data berupa nominal jumlah dana sosial yang terhimpun dalam beberapa periode. Teknik Penulisan
Penulisan yang digunakan dalam skripsi ini menggunakan buku “Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2007“.
14
G. Sistematika Penulisan Agar penjabaran (deskripsi) penelitian ini sistematis, maka penulis menyusun skripsi ini dalam bagian beberapa bab dan sub bab yaitu: Bab I Bab Pendahuluan yang meliputi latar belakang, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan studi terdahulu, metode penelitian, dan sistematika penulisan. Bab II menyajikan kajian kepustakaan terkait dengan pembahasan yang bersifat teoritis dari obyek penelitian. Bab ini terbagi menjadi beberapa sub bab yang meliputi pembahasan mengenai manajemen, fungsi masjid dan pembahasan tentang dana sosial masyarakat. Pembahasan mengenai manajemen terbagi ke dalam sub pembahasan yaitu pengertian dan fungsi manajemen. Pembahasan mengenai fungsi masjid serta pembahasan dana sosial, dibagi ke dalam beberapa sub pembahasan yaitu pengertian, hikmah dan tujuan zakat, pola penghimpunan dana zakat, dan pola distribusi dana zakat . Bab III menyajikan data konteks lokasi penelitian berupa deskripsi data berkenaan dengan objek wilayah yang menjadi ruang lingkup penelitian. Pada bab ini digambarkan secara umum tentang kondisi Kelurahan Cireundeu dari beberapa aspek yaitu letak dan kondisi geografis, demografi Kelurahan Cireundeu, dan aktivitas perekonomian. Selain itu dalam bab ini pula tersaji daftar masjid dan mushalla yang menjadi objek penelitian. Bab IV. Analisis terhadap hasil penelitian yang diperoleh dengan cara mendeskripsikan data penelitian guna menjawab masalah penelitian. Dalam bab 15
ini pembahasan dibagi ke dalam beberapa sub bab yaitu analisis pola manajemen retribusi dan distribusi dana sosial masyarakat pada amil masjid dan mushalla di Kelurahan Cireundeu dan jumlah dana zakat(dana ummat) terkumpul dan terdistribusikan yang dikelola amil masjid dan mushalla di kawasan Kelurahan Cireundeu,. Bab V. Penutup. Dalam bab ini penulis menarik beberapa kesimpulan terkait dengan hasil penelitian yang diperoleh dari uraian pembahasan sebelumnya dan serta dalam bab ini pula penulis memberikan saran terkait dengan penelitian yang telah dilakukan.
16
BAB II TINJAUAN TEORITIS Zakat merupakan salah satu bagian dari potensi dana ummat yang dapat dikembangkan. Zakat memiliki dimensi yang sangat luas bagi manusia. Zakat tidak saja memiliki dimensi ketuhanan (habluminallah) tetapi zakat memiliki dimensi kemanusiaan (habluminannaas) yang sangat kuat. Zakat membuktikan bahwa hubungan kemanusiaan, yaitu: saling tolong-menolong antar sesama manusia, dibangun di atas nilai- nilai fondasi ketuhanan. Zakat menjadi bukti bahwa Islam bukan sebatas agama yang melupakan kehidupan dunia semata, melainkan kehidupan dunia dan akhirat sama-sama menjadi tujuannya. Bagi Islam, zakat adalah media pembangun umat manusia. Zakat dalam konteks masyarakat tradisional konservatif diberikan dari seorang individu kepada individu lain yang mereka telah percayakan. Distribusi zakat dilakukan dengan pendekatan personal antara individu dengan seseorang yang di nilai memang pantas menerima zakat yang telah dikeluarkan. Penilaian tersebut pun beragam, seseorang dapat saja membayarkan Zakatnya pada seseorang yang menurutnya telah berjasa dalam mengembangkan agama pada wilayah tertentu (dibaca: pemuka agama) atau distribusi zakat dilakukan langsung kepada seseorang yang memang masuk dalam kategori seorang mustahik. Seiring dengan perkembangan zaman maka dalam hal penghimpunan atau pendistribusian daripada dana zakat itu sendiri diperlukan pengelolaan yang 17
lebih mengacu kepada nilai efektivitas sehingga diperlukan manajemen dalam hal pengelolaan dana zakat yang lebih mengutamakan maslahat ummat sehingga aplikasi zakat bisa membawa dampak positif yang lebih optimal. A. Pengertian dan Fungsi Manajemen 1. Pengertian Manajemen Dalam mengartikan dan mendefinisikan manajemen ada berbagai macam. Ada yang mengartikannya dengan ketatalaksanaan, manajemen, manajemen kepengurusan dan sebagainya. Termasuk dalam melakukan pengelolaan dana sosial pun diperlukan manjemen yang baik agar dapat mencapai hasil pengorganisasian yang maksmial. Istilah manajemen diartikan sebagai “proses untuk mencapai tujuan organisasi dengan bekerja bersama dan melalui orangorang dan sumber daya organisasi lainnya”. Proses manajemen mencakup empat fungsi dasar, yaitu : a.
Perencanaan. Perencanaan (Planning) berkaitan dengan pemilihan tugastugas yang harus dilaksanakan untuk mencapai tujuan organisasi, menggariskan mengenai bagaimana tugas-tugas tersebut harus dilakukan dan memberikan indikasi mengenai kapan hal-hal tersebut dilaksanakan. Kegiatan perencanaan difokuskan pada pencapaian tujuan. Perencanaan menyangkut keberhasilan organisasi dalam waktu dekat (jangka pendek) dan agak jauh dimasa depan (jangka panjang).
18
b.
Pengorganisasian.
Pengorganisasian (organizing) adalah penyerahan
tugas-tugas sebagaimana ditetapkan dalam perencanaan kepada berbagai individu atau kelompok didalam organisasi. Jadi, organisasi menciptakan sebuah mekanisme untuk mengubah rencana menjadi tindakan. Orangorang didalam organisasi diberikan penugasan yang dapat menyumbang pada tercapainya tujuan. Tugas-tugas tersebut diatur sehingga hasil kerja individu menyumbang pada keberhasilan bagian-bagian, yang kemudian menyumbang
pada
keberhasilan
divisi-divisi
dan
pada
akhirnya
menyumbang pada keberhasilan yang menyeluruh dari organisasi. c.
Pengarahan.
Pengarahan (Directing) dan disebut pula dengan istilah
penggerakkan (actuating) berkaitan dengan orang-orang yang ada dalam organisasi. Pengarahan adalah proses yang menuntun kegiatan-kegiatan dari para anggota organisasi kearah tujuan yang selayaknya, yaitu arah yang membantu organisasi bergerak menuju pencapaian tujuan. d.
Pengendalian.
Pengendalian (controlling) adalah fungsi manajemen
dalam menghimpun informasi untuk mengukur kinerja dari organisasi, membandingkan kinerja yang terjadi dengan standar kinerja yang telah ditetapkan dan menentukan apakah organisasi harus dimodofikasi guna memenuhi standar yang telah ditetapkan.1
1
Sawaldjo Puspopranoto, Manajemen Bisnis.(Jakarta:PPM , 2006) h.99-100
19
B. Masjid sebagai Basis Pengembangan Potensi Ummat Masjid merupakan wadah yang paling strategis dalam membina dan menggerakkan potensi Ummat Islam untuk mewujudkan sumber daya manusia yang tangguh dan berkualitas. Sebagai pusat pembinaan ummat, eksistensi Masjid kini dihadapkan pada berbagai perubahan dan tantangan yang terus bergulir di lingkungan masyarakat. Peran sentral masjid semakin dituntut agar mampu menampung dan mengikuti segala perkembangan yang terjadi dalam masyarakat. Untuk mewujudkan cita-cita tersebut, diperlukan pemikiran dan perhatian dari dan oleh Ummat Islam sendiri. 1. Peran Masjid dalam Pemberdayaan Ummat Masjid sebagai komponen fasilitas sosial merupakan bangunan tempat berkumpul untuk sebagian besar ummat islam untuk melakukan ibadah sebagai sebuah kebutuhan spiritual yang diperlukan oleh ummat manusia. Masjid sebagai salah satu tempat pemenuhan kebutuhan spiritual sebenarnya bukan hanya berfungsi sebagai tempat sholat saja, tetapi juga sebagai pusat kegiatan social kemasyarakatan, sebagaimana dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW dalam menjalankan risalahnya. Masjid pada masa Nabi digunakan untuk : a. Tempat ibadah (Shalat dan Zikr) b. Tempat konsultasi dan komunikasi (masalah social, ekonomi dan budaya) c. Tempat pendidikan 20
d. Tempat santunan social e. Tempat latihan keterampilan militer dan persiapan alat-alatnya f. Tempat pengobatan para korban perang g. Tempat perdamaian dan pengadilan sengketa h. Aula dan tempat menerima tamu i. Tempat menawan tahanan dan pusat penerangan atau pembelaan agama2 Ada sembilan fungsi yang dapat diperankan oleh masjid dalam rangka pemberdayaan ummat, diantaranya : a. Masjid merupakan tempat kaum muslimin beribadah dan mendekatkan diri kepada Allah SWT b. Masjid adalah tempat kaum muslimin beri‟tikaf membersihkan diri, menggembleng
batin/keagamaan
sehingga
selalu
terpelihara
keseimbangan jiwa dan raga serta keutuhan kepribadian c. Masjid
adalah
tempat
bermusyawarah
kaum
muslimin
guna
memecahkan persoalan-persoalan yang timbul dalam masyarakat d. Masjid adalah tempat berkonsultasi mengajukan kesulitan-kesulitan, meminta bantuan dan pertolongan e. Masjid adalah tempat membina keutuhan jamaah dan gotong royong untuk meningkatkan kesejahteraan bersama
2
M. Quraish Shihab.Wawasan Al Qur’an, Tafsir Maudhu’I atas Pelbagai Persoalan Ummat(Bandung :Mizan,1996)h.462
21
f. Masjid
dengan
Majlis
Ta‟limnya
merupakan
wahana
untuk
meningkatkan kecerdasan ilmu dan pengetahuan g. Masjid adalah tempat pembinaan dan pengembangan kader-kader pemimpin ummat h. Masjid
adalah
tempat
menghimpun
dana,
menyimpan
dan
membagikannya i. Masjid adalah tempat melaksanakan pengaturan dan supervisi sosial3 C. Dana Sosial Masyarakat Kemiskinan merupakan masalah klasik yang sudah ada dalam catatan manusia sejak zaman dahulu. Berbagai usaha telah dilakukan untuk menghapuskan masalah kemiskinan ini. Kemiskinan yang melanda ummat islam adalah suatu ironi mengingat agama islam merupakan satu-satunya agama samawi yang dengan tegas mewajibkan ummatnya untuk mengeluarkan sejumlah harta sebagai bentuk kepedulian sosial terhadap kondisi lingkungan termasuk didalamnya dana sosial seperti zakat, infaq, shadaqoh dan lainnya. Salah satu tujuan berzakat adalah untuk menghapuskan kemiskinan. Al Quran sudah sejak awal menawarkan solusi untuk mengatasi masalah kemiskinan dan ketimpangan distribusi pendapatan dengan cara memasukkan kegiatan zakat sebagai salah satu pilar penting dalam islam yang tercantum didalam arkan al Islam. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya peranan zakat didalam kehidupan seorang muslim. 3
Moh. E. Ayub.Menejemen Masjid(Jakarta:Gema Insani Press,1997)h.7
22
1.
Pengertian Zakat Zakat adalah harta yang wajib disisihkan oleh seorang muslim atau badan
yang dimiliki orang muslim sesuai dengan ketentuan agama untuk diberikan kepada yang berhak menerimanya.4 Zakat merupakan kewajiban yang diperintahkan Allah kepada setiap muslim yang memiliki harta yang telah mencapai nisab dengan syarat tertentu.
5
Allah telah mewajibkan zakat dalam Al Qur‟an dengan firmannya :
“ Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka.” (Attaubah : 103 )
“Hai Orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (dijalan Allah) sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi untuk kamu.”(Al Baqarah : 267) : سوعت رسىل اهلل صلّى اهلل علٍو وسلّن ٌقىل: عي ابً عبذ الزحوي عبذ اهلل ابي عوز ابي الخطّاب رضً اهلل عنهوا قا ل شها دة اى ال إلو االّاهلل واى هحوذ ا رسىل اهلل و إقام الصال ة و إٌتا ء الزكاة وحج البٍت وصىم: بنً اإلسال م على خوس ) الزهضاى (رواه التزهذي وهسلن
4
Undang-Undang Republik Indonesia No. 38 Tahun 1999 Tentang Pengelolaan Zakat Pasal 1 5 Abu Bakar Jabir AlJaza‟iry.Terj.Minhajul Muslim.(Madinah:Maktabul „Ulum walHikam : 1419 H)h. 426
23
“ Islam dibangun atas lima perkara : Bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan bahwa Muhammad adalah Rasul Allah (Syahadatain) ,mendirikan Shalat, menunaikan Zakat, melaksanakan Haji ke Baitullah dan menjalankan puasa Ramadhan.”6 2. Hikmah dan Tujuan Zakat Tujuan dan Hikmah Zakat lainnya seperti yang dikemukakan oleh Didin Hafiduddin adalah pertama merupakan perwujudan ketundukkan, ketaatan dan rasa syukur atas karunia Allah SWT. Kedua zakat merupakan hak mustahik yang berfungsi untuk menolong, membantu dan membina mereka kepada arah kehidupan yang lebih baik dan sejahtera agar dapat memenuhi kebutuhan hidupnya dan dapat beribadah kepadanya. Ketiga merupakan pilar amal bersama (jama’i) antara yang kaya yang berkecukupan hidupnya dan para mujahid yang seluruh waktunya untuk berjihad dijalan Allah juga sebagai salah satu bentuk konkret dari jaminan sosial. Keempat sebagai sumber dana bagi pembangunan, sarana maupun prasarana yang harus dimiliki oleh Ummat Islam, sekaligus sebagai sarana pengembangan kualitas SDM. Kelima untuk memasyarakatkan etika bisnis yang benar sebab zakat bukanlah membersihkan harta yang kotor, tetapi mengeluarkan bagian dari hak orang lain atas harta yang diusahakan dengan baik dan benar sesuai dengan ketentuan Allah. Keenam Salah satu instrumen
bagi
pembangunan
kesejahteraan
ummat,
pertumbuhan
dan
pemerataan pendapatan. Ketujuh mendorong ummat untuk bekerja dan berusaha
6
Muhyiddin Yahya bin Syarif Nawawi.Hadits Arba’in Nawawiyah.Penerjemah Abdullah Haidhir(T.tp.,Maktab Dakwah dan Bimbingan Jaliyat Rabwah,2010)h.14
24
sehingga memiliki harta untuk dapat memenuhi kehidupan diri dan keluarga serta dapat berzakat atau berinfaq.7 3.
Zakat dan Optimalisasi Pengelolaan melalui Lembaga Zakat merupakan sebuah ibadah yang memiliki nuansa horizontal dan
vertical. Horizontal dilihat dari segi zakat sebagai salah satu intrumen dalam meningkatkan kesejahteraan ummat dan efek sosial lainnya. Dengan berzakat seseorang dapat memperoleh ketenangan diri, karena pada dasarnya harta yang diperoleh seseorang merupakan sebuah amanah dan titipan yang didalamnya terdapat hak orang lain yang membutuhkan. Melalui ibadah ini, seseorang pun telah memposisikan dirinya sebagai makhluk sosial yang memiliki kepekaan dan kepedulian terhadap masalah yang muncul disekitar lingkungannya.
Karena
peduli dan berbagi pun merupakan salah satu wujud ketaqwaan, maka seseorng yang telah membayarkan atau menunaikan kewajiban berzakatnya maka berarti Ia telah mentaati salah satu perintah Allah dalam hal ini adalah menunaikan zakat.
Hubungan seperti ini yang disebut sebagai nuansa vertical.
Wujud
ketaqwaan seseorang juga dapat dilihat dari seberapa ringannya mereka dalam mendermakan sebagian hartanya kepada pihak lain yang membutuhkan. Dana zakat yang terhimpun dan dikelola dengan baik akan menghasilkan manfaat yang luar biasa. Mengentaskan masalah kemiskinan pun menjadi target jangka panjang yang ingin dicapai, walaupun sama-sama kita ketahui bahwa
7
Didin Hafiduddin.Zakat dalam Perekonomian Modern.( Jakarta: Gema Insani Press,2002) h.28
25
musuh besar ekonomi ini (baca:kemiskinan) nampaknya tidak akan pernah terselesaikan namun dapat diminimalisir.
Karena hakikat
tujuan dari
pengelolaan dana zakat dan dana sosial lain yang terhimpun adalah mendistribusikan dengan cara yang seadil-adilnya. Keadilan distribusi menjadi target yang paling relevan untuk dijalankan bagi setiap pengelola dana sosial masyarakat yang ada. Termasuk didalamnya adalah bagaimana meningkatkan kesadaran bagi setiap mustahik untuk mengubah mindset (pola fikir) bahwa dengan adanya pendistribusian dana sosial yang terhimpun kepada mereka harusnya bisa lebih diaktualisasikan untuk peningkatan kualitas pengembangan potensi diri termasuk dalam hal kemandirian ekonomi. Untuk memaksimalkan pendayagunaan zakat, diperlukan mekanisme pengelolaan yang baik dan terarah sehingga bisa menjadi suatu system yang dengannya
keberadaan
zakat
bisa
benar-benar
menjadi
instrument
penanggulangan kemiskinan. Manajemen atau tata kelola yang baik pada suatu lembaga pengelola zakat menjadi tolak ukur pencapaian maksimal dari pendayagunaan zakat yang ada. Dengan manajemen yang terpola dengan baik akan menghasilkan output yang maksimal. Zakat harus dikelola oleh Amil (lembaga) yang professional, amanah, bertanggung jawab, memiliki pengetahuan yang memadai tentang zakat , dan memiliki waktu yang cukup untuk mengelolanya ( misal untuk melakukan sosialisasi, pendataan muzaki dan mustahik, dan penyaluran yang tepat sasaran serta pelaporan yang transparan). 26
Pengelolaan zakat oleh lembaga pengelola zakat (amil zakat), apalagi yang memiliki kekuatan hukum formal akan memiliki beberapa keuntungan antara lain : 8 Pertama, lebih sesuai dengan tuntunan syariah dan sirah nabawiyah maupun sirah para sahabat dan tabi'in. Kedua, untuk menjamin kepastian dan disiplin membayar zakat. Ketiga, untuk menjaga perasaan rendah diri para mustahik zakat apabila berhadapan langsung untuk menerima zakat dari para muzakki. Keempat, untuk mencapai efisiensi dan efektivitas serta sasaran yang tepat dalam penggunaan harta zakat menurut skala prioritas yang ada pada satu tempat. Kelima, untuk memperlihatkan syiar dalam semangat penyelenggaraan pemerintah yang islami. Sebaliknya, jika zakat diserahkan langsung dari muzakki kepada mustahik, merskipun secara hukum syariah adalah sah, akan tetapi disamping akan terabaikannya hal-hal tersebut diatas, juga hikmah dan fungsi zakat, terutama yang berkaitan dengan kesejahteraan ummat, akan sulit diwujudkan. Karena itu pula, pada zaman Rasulullah, para sahabat dan tabi'in, zakat selalu dikelola oleh petugas khusus yang mengatur pengambilan maupun pendistribusiannya. Dengan demikian, zakat disamping amal yang bersifat karitatif (kedermawanan yang harus dilandasi dengan keikhlasan), juga suatu kewajiban yang bersifat imperatif.
8
Didin Hafidhuddin,Dunia Perzakatan di Indonesia,dalam FOZ, ed., South East Asia Zakat Movement (Jakarta:FOZ,2008)h.79
27
Di Indonesia, pengelolaan zakat diatur berdasarkan UU RI No.38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat dan keputusan Menteri Agama (KMA) No. 581 tahun 1999 tentang Pelaksanaan UU RI No.38 tahun 1999 dan Keputusan Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan Urusan Haji No. D/291 tahun 2000 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Zakat.
Tujuan Pengelolaan Zakat dalam Bab II Pasal 5 Undang-undang tersebut adalah : a. Meningkatkan pelayanan bagi masyarakat dalam menunaikan zakat sesuai dengan tuntunan agama. b. Meningkatkan fungsi dan peranan pranata keagamaan dalam upaya mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan keadilan sosial. c. Meningkatkan hasil guna dan daya guna zakat. Dalam Bab III UU RI. No. 38 Tahun 1999 dikemukakan bahwa organisasi pengelola zakat terdiri dari dua jenis, yaitu Badan Amil Zakat (pasal 6) dan Lembaga Amil Zakat (pasal 7). Selanjutnya pada bab tentang sanksi (Bab VIII) dikemukakan pula bahwa setiap pengelola zakat yang karena kelalainnya tidak mencatat atau mencatat dengan tidak benar tentang zakat, infaq, sedekah, hibah, wasiat, waris, dan kafarat sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 8, pasal 12, dan pasal 11 undang-undang tersebut, diancam dengan hukuman kurungan selama-lamanya tiga bulan dan/atau denda sebanyak-banyaknya Rp 28
30.000.000. Sanksi ini tentu dimaksudkan agar BAZ dan LAZ yang ada di Negara ini menjadi pengelola zakat yang kuat, amanah, dan dipercaya oleh masyarakat sehingga pada akhirnya masyarakat secara sadar dan sengaja akan menyerahkan zakatnya kepada lembaga pengelola zakat.
4. Pola Penghimpunan atau Retribusi Dana Zakat Pada dasarnya, dukungan pokok dalam mengoptimalkan penyaluran dan pendayagunaan zakat adalah besarnya jumlah mustahik di Indonesia. Namun kondisi saat ini justru sebaliknya. Jumlah mustahik yang sangat besar itu, tidak didukung oleh pola-pola dan mekanisme pengumpulan zakat yang optimal untuk menjadi sumber bagi program pemberdayaannya. Indonesia adalah negara besar jika dilihat dari sektor kependudukan, dengan jumlah masyarakat muslim yang mayoritas ternyata belum dapat mengoptimalkan potensi dana zakat dari mayoritas penduduknya. Beberapa yang menyebabkan hal ini di antaranya, pertama ketersediaan infrastruktur dalam upaya pengumpulan dana zakat, kedua paradigma para muzakki tentang zakat yang merupakan kewajiban pribadi pun perlu diluruskan kembali.9 Dalam pengelolaan zakat, Allah memerintahkan, ada muzakki sebagai orang yang membayar zakat, dan ada amil sebagai pengumpul dan penyalur serta ada mustahik sebagai pihak yang menerima zakat. Dalam surat AtTaubah:103 diterangkan komponen-komponen tersebut : 9
Aris Muftie,Optimalisasi Pengumpulan Zakat.(Jakarta : FOZ ,2006) h.85
29
“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka, dan berdoalah untuk mereka, sesungguhnya doa kamu itu menjadi ketentraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui” Berangkat dari perintah yang termaktub pada ayat tersebut, yang diawali dengan “kata perintah” : Ambillah , seharusnya mekanisme pengumpulan dan penyaluran zakat sebagai berikut :
Muzakki
Amil/Petugas
Mustahik
(QS 9:103) Zakat
Ada Petugas/Amil Bersifat imperatif /fakultatif disamping karitatif
5. Pola Distribusi Dana Zakat Ada beberapa landasan hukum dari distribusi zakat baik dari dalil nash atau hukum positif. Beberapa diantaranya adalah :
“
Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para mu'allaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yuang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu 30
ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana”(QS At Taubah : 60) 10 “ Kebajikan itu bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan ke barat, tetapi kebajikan itu ialah (kebajikan) orang yang beriman kepada Allah, hari akhir, malaikat-malaikat, kitab-kitab, dan nabi-nabi,serta memberikan harta yang dicintainya kepada kerabat, anak yatim, orang-orang miskin, orangorang yang dalam perjalanan (musafir), peminta-minta, dan untuk memerdekakan hamba sahaya, yang melaksanakan sholat dan menunaikan zakat, orang-orang yang menepati janji apabiloa berjanji, dan orang yang sabar dalam kemelaratan, penderitaan dan pada masa peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar, dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa”( QS Al Baqarah : 177)
Zakat pada hakikatnya adalah distribusi kekayaan di kalangan Ummat Islam untuk mempersempit jurang pemisah antara orang kaya dengan orang miskin dan menghindari pemupukkan kekayaan ditangan seseorang.
10
yang berhak menerima zakat ialah: 1. orang fakir: orang yang amat sengsara hidupnya, tidak mempunyai harta dan tenaga untuk memenuhi penghidupannya. 2. orang miskin: orang yang tidak cukup penghidupannya dan dalam keadaan kekurangan. 3. Pengurus zakat: orang yang diberi tugas untuk mengumpulkan dan membagikan zakat. 4. Muallaf: orang kafir yang ada harapan masuk Islam dan orang yang baru masuk Islam yang imannya masih lemah. 5. memerdekakan budak: mencakup juga untuk melepaskan muslim yang ditawan oleh orang-orang kafir. 6. orang berhutang: orang yang berhutang karena untuk kepentingan yang bukan maksiat dan tidak sanggup membayarnya. adapun orang yang berhutang untuk memelihara persatuan umat Islam dibayar hutangnya itu dengan zakat, walaupun ia mampu membayarnya. 7. pada jalan Allah (sabilillah): yaitu untuk keperluan pertahanan Islam dan kaum muslimin. di antara mufasirin ada yang berpendapat bahwa fisabilillah itu mencakup juga kepentingan-kepentingan umum seperti mendirikan sekolah, rumah sakit dan lain-lain. 8. orang yang sedang dalam perjalanan yang bukan maksiat mengalami kesengsaraan dalam perjalanannya.
31
Penyaluran dana zakat dibedakan menjadi dua bentuk yaitu : a. Pola Tradisional yaitu penyaluran bantuan dana zakat yang diberikan langsung kepada mustahik. Dengan pola ini penyaluran dana kepada mustahik tidak disertai dengan target adanya kemandirian kondisi sosial maupun kemandirian ekonomi (pemberdayaan). b. Pola Kontemporer (Produktif) Pola produktif adalah pola penyaluran dana zakat kepada mustahik yang dipinjamkan oleh amil untuk kepentingan aktivitas suatu usaha atau bisnis. Pola penyaluran secara produktif adalah penyaluran dana zakat disertai target mengubah keadaan mustahik (lebih dikhususkan kepada golongan faqir dan miskin) dari kategori mustahik menjadi kategori muzakki. Pola ini pernah dikembangkan oleh Nabi, yaitu beliau pernah memberikan zakat kepada seorang faqir sebanyak dua dírham untuk makan dan satu dírham untuk pembelian kapak sebagai alat untuk bekerja, supaya hidupnya tidak bergantung pada orang lain. Ada beberapa pendapat Fuqoha terkait dengan pola distribusi zakat, sebagai berikut 11:
11
Husnul Khatimah,”Pengaruh Zakat Produktif terhadap Peningkatan Kesejahteraan Ekonomi Para mustahik”. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Islami (OktoberDesember,2005), h.51
32
1) Pendapat minimalis (distribusi minimal atau konsumtif), yaitu zakat diberikan kepada faqir miskin sesuai dengan jatah yang dapat memenuhi kebutuhan pangan untuk sehari semalam. 2) Pendapat standar menengah (distribusi menengah) yaitu zakat yang diberikan kepada faqir miskin dengan jatah yang menjadikan mereka tergolong kaya atau berkecukupan yaitu sebanyak nishab zakat. Dana zakat yang terkumpul yang dikelola oleh sebagian besar BAZ dan LAZ biasanya sudah terwujud dalam bentuk program pendayagunaan semisal : 1. Pemberian beasiswa dari tingkat SD sampai Perguruan Tinggi (bagi kalangan yang termasuk kategori mustahik). 2. Pemanfaatan dana zakat untuk usaha-usaha yang sifatnya produktif, disamping yang bersifat konsumtif. 3. Mendirikan Rumah Sakit gratis untuk kaum dhuafa. 4. Mendirikan Lembaga pendidikan unggul bagi kaum dhuafa (gratis) 5. Mendirikan Balai Pelatihan Keterampilan. 6. Melalui dana bergulir dengan bekerja sama dengan BMT memberikan pembiayaan bagi usaha kaum dhuafa.
33
7. dan kegiatan lainnya bagi kepentingan mustahik disertai pengawasan dan pendampingan dari amil zakat. 8. BAZ dan LAZ pun terlibat aktif dalam penanggulangan berbagai musibah yang terjadi ditanah air, baik pada tahap emergency maupun pada tahapan pembangunan kembali. 9. Dalam mendayagunakan dana zakat, BAZ dan LAZ melaporkan secara terbuka kepada publik melalui berbagai media masa dan juga mempergunakan jasa auditor, baik internal atau eksternal.
34
BAB III PROFIL KELURAHAN CIREUNDEU Dalam penelitian kali ini, penulis memilih Kelurahan Cireundeu sebagai wilayah atau tempat penelitian dengan beberapa pertimbangan diantaranya adalah berkenaan dengan faktor lokasi. Permasalahan yang berkenaan dengan manajemen pengelolaan dana sosial yang dilakukan oleh sejumlah amil masjid dan mushalla belum cukup tergali.
Oleh karenanya, sebagai putera daerah
penulis berkeinginan untukmencermati dan menganalisis tentang bagaimana pelaksanaan pengelolaan dana sosial masyarakat oleh amil masjid dan musholla di Kelurahan Cireundeu. Selain itu, Kelurahan Cireundeu sebagai salah satu kelurahan yang berada di Kecamatan Ciputat Timur merupakan Kelurahan yang bisa penulis kategorikan sebagai salah satu Kelurahan yang memiliki dinamika perkembangan yang cukup cepat. Hal ini dibuktikan dengan tumbuhnya sarana dan prasarana masyarakat yang menunjang kebutuhan hidup sehari-hari. Dalam pembahasan kali ini ada beberapa hal yang akan diangkat khususnya terkait dengan profil Kelurahan Cireundeu, yaitu seputar data wilayah, keadaan demografi dan potensi wilayah serta jumlah masjid dan mushalla.
35
A. DATA WILAYAH Luas Wilayah
: 320 Ha/Km2
Batas Wilayah: Utara
: Kel. Lebak Bulus (DKI Jakarta)
Selatan
: Kel. Pisangan
Barat
: Kel. Pisangan, Kel Rempoa
Timur
: Kel. Lebak Bulus (DKI Jakarta)
ProfilKelurahan Cireundeu 2008 Orbitasi Orbitasi
Jarak (Km)
Ke Ibukota Kecamatan
5 Km
Ke Ibukota Kabupaten (Kota)
15 Km
Ke Ibukota Provinsi
130 Km
Ke Ibukota Negara
25 Km
Profil Kelurahan Cireundeu 2008 Di lihat dari posisinya, keberadaan Kelurahan Cireundeu merupakan satu kelurahan yang berdekatan langsung dengan perbatasan dengan wilayah DKI Jakarta. Ini berarti akses untuk menciptakan kemajuan di berbagai macam bidang adalah sangat memungkinkan karena secara geografis Kelurahan Cireundeu terletak berdekatan dengan pusat kegiatan dalam hal ini Ibukota Negara.
36
Penggunaan Lahan Penggunaan Lahan
Luas Lahan (Ha)
%
23 Ha
11,01%
11 Ha 175 Ha 209 Ha
5,26% 83,73% 100%
Lahan Darat/kering Lahan Perkebunan Permukiman Jumlah Profil Kelurahan Cireundeu 2008
Dari keterangan di atas bisa diambil informasi bahwa sebagian besar lahan yang terdapat di Kelurahan Cireundeu dipergunakan untuk wilayah Permukiman Penduduk. Adapun sebagian kecil lainnya masih difungsikan untuk perkebunan. Sisanya berupa lahan darat atau kering. B. KEADAAN DEMOGRAFI Jumlah Penduduk berdasarkan Jenis Kelamin No.
Nama Kelurahan
Cireundeu Profil Kelurahan Cireundeu 2008
Laki-laki 11.936
Penduduk Perempuan 11.492
Jumlah 23.428
Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Kelompok Umur 0-09Tahun 10-19 Tahun 20-29Tahun 30-39 Tahun 40 -49 Tahun 50-60 Tahun 60 Tahun keatas Jumlah Profil Kelurahan Cireundeu 2008
37
Jumlah 1188 2440 3616 4532 5098 3122 1412 21.408
% 5,55% 11,40% 16,89% 21,17% 23,81% 14,58% 6,60% 100%
Jumlah Penduduk berdasarkan Agama yang dipeluk No. 1. 2. 3. 4. 5.
Agama Jumlah Islam 19434 Kristen 2361 Katholik 1562 Hindu 116 Buddha 69 Jumlah 23.542 Profil Kelurahan Cireundeu 2008 Mayoritas penduduk yang berada di Kelurahan
% 82,55% 10,03% 6,64% 0,49% 0,29% 100% Cireundeu adalah
penganut Agama Islam Sebagian kecil lainnya menganut agama Kristen dan Katholik serta sisanya ada sedikit jumlah penduduk yang menganut agama hindu dan buddha Jumlah Penduduk berdasarkan Jenis Pekerjaan No. Jenis Pekerjaan 1. Belum/tidak bekerja 2. IRT 3. Pelajar/Mahasiswa 4. Pensiunan 5. PNS 6. TNI 7. POLRI 8. Pedagang 9. Petani 10. Karyawan BUMN/BUMD/Swasta 11. Buruh 12. Guru 13. Dosen 14. Dokter 15. Perawat 16. Bidan 17. Lainnya 18. Jumlah Profil Kelurahan Cireundeu 2008
38
Jumlah (Jiwa) 1620 4680 3200 375 1705 98 87 2501 80 4787 1200 247 87 14 28 6 2713 23.428
Dari keterangan di atas dapat ditarik ksempulan bahwa penduduk di kelurahan Cireundeu merupakan penduduk yang cukup beragam dilihat dari jenis pekerjaan. Sebagian besar penduduk di Kelurahan Cireundeu berprofesi sebagai Karyawan BUMN/BUMD ataupun karyawan Swasta, disusul dengan jumlah Ibu Rumah Tangga (IRT) pada urutan berikutnya. Pelajar dan mahasiswa menjadi urutan jenis objek kegiatan yang paling banyak setelah Karyawan dan Ibu Rumah Tangga. Kelompok Pedagang juga menjadi komunitas yang cukup banyak terdapat di Kelurahan Cireundeu. Disusul oleh jenis pekerjaan Pegawai Negeri Sipil (PNS) pada urutan berikutnya. Sisanya berbagai macam jenis pekerjaan lain seperti Guru, TNI, POLRI, Dosen dll. Keberagaman klasifikasi Kependudukan dilihat dari jenis pekerjaan ini mengindikasikan bahwa sebagian besar Penduduk yang ada dikawasan Kelurahan Cireundeu dapat dikategorikan sebagai masyarakat yang cukup maju dan berkembang. Jumlah Penduduk berdasarkan Tingkat Pendidikan No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Tingkat Pendidikan Tidak/Belum Sekolah Belum Tamat SD/Sederajat Tamat SD/Sederajat SLTP/Sederajat SLTA/Sederajat Diploma III/Akademik Diploma IV/Strata I Strata II Strata III Jumlah Profil Kelurahan Cireundeu 2008
39
Jumlah (Jiwa) 1165 150 2331 3496 3993 3492 266 466 233 15.592
% 7,47 % 0,96% 14,95% 22,42% 25,61% 22,40% 1,71% 2,99% 1,49% 100%
Dari keterangan di atas dapat ditarik informasi bahwa, mayoritas masyarakat yang berada di Kelurahan Cireundeu telah menempuh jenjang pendidikan hingga SLTA/Sederajat disusul jenjang pendidikan SLTP/Sederajat dan Diploma III/Akademik pada urutan berikutnya. Jumlah penduduk yang hanya menamatkan jenjang pendidikan hingga tamat Sekolah Dasar/sederajat berada diurutan ke empat setelah urutan yang telah disebut. Sisanya ada yang menempuh jenjang pendidikan hingga strata I, Strata II dan Strata III. Jumlah tingkat Strata II lebih banyak dibandingkan dengan jumlah Strata I. Data terlihat agak rancu, oleh karenanya Penulis konfirmasi langsung ke Staff Kelurahan Cireundeu. Memang jawaban yang diterima bahwa pada data tersebut terdapat kesalahan ketik, namun Kami tetap menuliskan sesuai dengan data asli yang diberikan dengan alasan keabsahan data awal tidak bisa tergantikan oleh konfirmasi pihak yang belum tentu menguasai atau mengetahui darimana sumber data diperoleh.
C. POTENSI WILAYAH
Daftar RW, RT dan Jumlah KK No.
Nama Kelurahan/Desa Cireundeu Profil Kelurahan Cireundeu 2008
Jumlah RW 12
40
Jumlah RT 52
Jumlah KK 5738
Sarana/Prasarana Kesehatan No. Sarana/Prasarana 1. Rumah Sakit 2. Klinik Umum/Gigi/Bersalin 3. Rumah Bersalin 4. Dokter Praktek 5. Bidan Praktek 6. Posyandu Profil Kelurahan Cireundeu 2008
Jumlah 1 5 3 6 7 10
Dari keterangan diatas dapat diambil bahwa Potensi Wilayah Kelurahan Cireundeu dilihat dari segi sarana dan prasarana kesehatan cukup baik, dan didukung dengan keberadaan sebuah Rumah Sakit, dan beberapa sarana kesehatan lainnya seperti Klinik umum/Gigi/Bersalin serta beberapa posyandu. Kondisi ini memudahkan bagi masyarakat sekitar khususnya yang berada di Wilayah Kelurahan Cireundeu dalam hal penanganan masalah kesehatan. Sarana Pendidikan No. Jenis Sarana 1. Kelompok Bermain 2. Taman Kanak-kanak 3. Sekolah Dasar/Sederajat 4. SMP/Sederajat 5. SMA/Sederajat 6. Perguruan Tinggi 7. Pondok Pesantren Profil Kelurahan Cireundeu 2008
Jumlah 2 5 9 2 1 2 1
Dari keterangan di atas dapat diambil informasi bahwa sarana pendidikan di Wilayah Kelurahan Cireundeu cukup baik. Hal ini bisa disimpulkan dengan dilandasi keberadaan beberapa sarana dan prasarana dalam hal ini berbentuk
41
Lembaga Pendidikan formal seperti Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah Atas serta beberapa institusi pendidikan untuk jenjang lebih tinggi seperti Universitas (Perguruan Tinggi) ataupun Pondok Pesantren. Pondok Pesantren yang ada di Wilayah Kelurahan Cireundeu merupakan salah satu pondok ataupun ma'had yang cukup memiliki nama dikalangan kaum santri atau kaum terpelajar, Daar As-sunnah (red : Darussunnah) suatu ma'had di bawah pimpinan ulama besar yaitu K.H. Ali Mustofa Ya'kub (salah satu Ahli Hadits di Indonesia) yang bergerak khusus didalam bidang keilmuan Hadist. Namun sayangnya Putera Daerah dalam hal ini adalah remaja/I dikalangan setempat (red :pribumi) sangat jarang yang berminat untuk bisa melanjutkan pendidikan mereka di Ma'had tersebut. Sarana Perdagangan No. Jenis Sarana 1. Pertokoan / Ruko 2. Pasar Swalayan / Toserba 3. Restoran / Rumah Makan 4. Warung Profil Kelurahan Cireundeu 2008
Jumlah 3 5 3 97
Dari keterangan di atas, dapat diambil informasi bahwa sarana perdagangan di wilayah Kelurahan Cireundeu cukup baik. Hal ini didukung dengan beberapa sarana yang tadi telah disebutkan diatas. Pasar Swalayan sebagai sarana yang di manfaatkan oleh masyarakat sekitar untuk membeli kebutuhan-kebutuhan harian ditambah lagi dengan sarana perdagangan yang
42
bersifat mikro seperti warung yang jumlahnya cukup banyak di wilayah kelurahan
Cireundeu.
Fakta
ini
merupakan
indikasi
bahwa
kegiatan
perekonomian dalam hal ini terkait dengan sarana perdagangan cukup baik dan berkembang. Sarana Perbankan dan Koperasi No. Jenis Sarana 1. Bank Umum / Komersil 2. Bank Perkreditan Rakyat 3. Koperasi non KUD 4. Koperasi Jasa Keuangan Syariah (KJKS) Profil Kelurahan Cireundeu 2008
Jumlah 5 2 1 1
Dari keterangan di atas, dapat diambil informasi bahwa sarana Perbankan dan Koperasi di Wilayah Kelurahan Cireundeu cukup memadai. Hal ini bisa dilihat dari beberapa Bank Umum / komersil yang terdapat pada wilayah tersebut. Keberadaan Bank-bank yang ada memberikan kemudahan bagi masyarakat untuk dapat melakukan transaksi-transaksi keuangan baik saving (menyimpan/menabung) ataupun kegiatan lain berupa permohonan pembiayaan serta untuk transaksi yang dilakukan sebagai sarana lalu lintas pembayaran. Begitu pula keberadaan Koperasi, yang memiliki fungsi yang hampir sama dengan Bank hanya saja biasanya keberadaan Koperasi meliputi bidang-bidang yang lebih bersifat mikro. Tentu saja hal ini merupakan suatu nilai positif bagi keberadaan wilayah Kelurahan Cireundeu karena memiliki sarana Perbankan dan Koperasi yang cukup baik, karena dengan itu dinamisasi ekonomi dapat berjalan dan berkembang dengan nilai yang cukup signifikan.
43
D. JUMLAH MASJID DAN MUSHALLA Data Masjid No. Nama Masjid Alamat 1. At-Taubah Cireundeu Rt 01/01 2. Al- Ikhlas Cireundeu Rt 04/01 3. At- Taqwa Poncol Rt 04/02 4. Al- Mukhlisin Poncol Rt 02/02 5. Al- Hidayah Poncol Rt 01/02 6. Al- Barkah Gunung Selatan Rt 04/03 7. Baitul Ula Pisangan Timur Rt 04/04 8. Al- Ikhlas Kp. Baru Rt 05/09 9. Al- Irfan Komplek UI Rt /07 10. Ruhama Pisangan Barat Rt 05/09 11. Al- Mugiroh Pisangan Barat Rt 03/09 12. Al-Mujahidin Pisangan Barat Rt 01/09 13. Darussa'adah Cireundeu Ilir Rt 02/10 14. Nurul Huda Kp. Gintung Rt 02/08 15. Al- Istiqomah Kp. Gunung Utara Rt 02/11 16. Jabalul Rahmah Kp. Gunung Utara Rt 04/11 Profil Kelurahan Cireundeu 2008
Ketua H. Mursidi Drs. Hanafi Fahruzi,SE Drs. Sumardi Syarif Ma'mum,SAg Drs. Abd.Aziz Syam H. Abd Rachim Endang Supandi,SE Moh Arifin Drs. H. Mudjitaba Drs. H.M. Satibi Drs. Murbantoro Drs. Rahmat Ust Dahlan Drs. Alek Iskandar M. Noor
Data Mushalla No. Nama Mushalla Alamat 1. As-syifa Cireundeu Rt 01/01 2. Al- Muttaqin Cireundeu Rt 02/01 3. Al- Huda Poncol Rt 04/02 4. Al-Inayah Poncol Rt 02/02 5. Al- Muhajirin Gunung Selatan Rt 01/03 6. Nurul Yaqin Pisangan Timur Rt 01/04 7. Al- Ittihad Pisangan Barat Rt 01/05 8. Nurus Sajidin Pisangan Barat Rt 03/05 9. Al- Fallah Pisangan Barat Rt 04/05 10. Al- Muqarrabin Kp. Baru Rt 03/06 11. Nurul Iman Gintung Rt 01/08 12. Al- Kabadiyah Pisangan Barat Rt 03/09 13. Al- Misbah Gunung Utara Rt 03/11 Profil Kelurahan Cireundeu 2008
44
Ketua H. Mudassir Ustadz Kasmani AR H. Hatta Abidin H. Dana Sumardi H.Endang Supriatna,SE M. Noor Mustofa Y. Judi Asidi H. Matalih H. Muslim Drs. Syamsuddin Dasan Abd Syukur
Jumlah masjid yang ada di wilayah Kelurahan Cireundeu sebanyak 16 buah. Ini jumlah yang lumayan banyak mengingat luas wilayah Kelurahan Cireundeu tidak terluas dibanding dengan daerah kelurahan lainnya di Tangerang Selatan. Masjid-masjid yang ada saat ini merupakan masjid yang memiliki bangunan yang cukup terbilang modern. Kualitas bangunan beragam. Beberapa masjid merupakan masjid yang memiliki usia bangunan yang cukup tua seperti halnya masjid Baitul Ula yang merupakan Masjid yang pertama kali dibangun di wilayah setempat (Kelurahan Cireundeu dan sekitarnya). Namun tidak berarti bahwa bangunan masjid terlihat tua karena sudah mengalami beberapa kali renovasi. Di samping itu beberapa masjid masih bisa digolongkan sebagai masjid dengan usia bangunan yang terbilang muda seperti masjid Jabalul Rahmah (masjid yang berada di kawasan sekitar daerah bencana situ gintung yang berdiri kokoh di saat bangunan lain rusak parah) dan Masjid Al Ikhlas (Kampung Baru) sebagai masjid yang didirikan dalam kurun 3 tahun terakhir. Hal ini memberikan indikasi bahwa keberadaan Masjid yang ada di Kelurahan Cireundeu memiliki manajemen yang beragam, mulai dari manajemen pengelolaan masjid secara umum sampai dengan pengelolaan dana masyarakat khususnya lagi mengenai pola penghimpunan dana zakat dan pola distribusinya. Termasuk pula dengan keberadaan mushalla yang ada, pun memiliki fungsi yang tidak jauh berbeda dengan keberadaan masjid. Setiap kali tiap ramadhan menjelang hampir seluruh masjid dan mushalla membentuk panitia dana sosial (Amil) . Dari sini penulis ingin melihat lebih jauh bagaimana pengurus DKM (Dewan Kesejateraan 45
Masjid/Mushalla) mengelola kegiatan-kegiatan yang ada di masjid/ mushalla yang bersangkutan terkait dengan pola manajemen kegiatan secara umum dan khususnya tentang pengelolaan dana ummat berupa zakat seputar pola penghimpunan dan pendistribusiannya.
46
BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN Analisis hasil penelitian merupakan salah satu bagian terpenting dalam proses penelitian. Data yang didapatkan saat pelaksanaan penelitian akan dianalisis dan di bahas pada bab ini. Termasuk dalam kesempatan kali ini, akan dikemukakan pembahasan terhadap temuan penelitian tentang pengelolaan zakat. Pengelolaan zakat merupakan bagian terpenting dalam memaksimalkan manfaat keberadaan zakat itu sendiri. Termasuk dalam hal ini adalah pengelolaan atau manajemen dana ummat, yang dikelola oleh masjid atau mushola. Seperti apa yang telah diungkap pada bab sebelumnya, masjid harusnya bisa menduduki fungsi yang lebih optimal, tidak hanya diperuntukkan sebagai tempat ibadah saja, namun fungsi-fungsi lain seperti fungsi lembaga sosial, lembaga ekonomi dan pemberdayaan ummat, fungsi pendidikan dan politik (bukan politik praktis), harusnya bisa juga kita jumpai pada lembaga ibadah seperti masjid atau mushola. Dalam bab ini, akan dijabarkan temuan penelitian di lapangan (dalam hal ini, adalah masjid atau mushalla di Kelurahan Cireundeu) terkait dengan manajemen atau pengelolaan zakat, infak dan shodaqoh sebagai dana sosial masyarakat berikut dengan potensinya di Kelurahan Cireundeu.
47
A. Gambaran umum Proses penelitian Objek penelitian ini adalah manajemen pengelolaan dana ummat (dana sosial) pada seluruh masjid dan mushalla yang berada di wilayah Kelurahan Cireundeu dengan fokus pada manajemen pengelolaan zakat, infak dan sedekah. Jumlah masjid yang berada di wilayah Kelurahan Cireundeu sebanyak 16 buah. Berikut tabel masjid yang berada di wilayah Kelurahan Cireundeu : Tabel 4.1 : Masjid di Kelurahan Cireundeu menurut Alamat dan Pengurus
No.
Nama Masjid
Alamat
Ketua Takmir
1.
At-Taubah
Cireundeu Rt 01/01
H. Mursidi
2.
Al- Ikhlas
Cireundeu Rt 04/01
Drs. Hanafi
3.
At- Taqwa
Poncol Rt 04/02
Fahruzi,SE
4.
Al- Mukhlisin
Poncol Rt 02/02
Drs. Sumardi
5.
Al- Hidayah
Poncol Rt 01/02
Syarif Ma'mum,S.Ag
6.
Al- Barkah
Gunung Selatan Rt 04/03
Drs. Abd.Aziz Syam
7.
Baitul Ula
Pisangan Timur Rt 04/04
H. Abd Rachim
8.
Al- Ikhlas
Kp. Baru Rt 05/09
Endang Supandi,SE
9.
Al- Irfan
Komplek UI Rt /07
Uts. Moh Arifin
10.
Ruhama
Pisangan Barat Rt 05/09
Drs. H. Mujitaba
11.
Al- Mugiroh
Pisangan Barat Rt 03/09
Drs. H.M. Satibi
12.
Al-Mujahidin
Pisangan Barat Rt 01/09
Drs. Murbantoro
13.
Darussa'adah
Cireundeu Ilir Rt 02/10
Drs. Rahmat
14.
Nurul Huda
Kp. Gintung Rt 02/08
Ust. Dahlan
15.
Al- Istiqomah
Kp. Gunung Utara Rt 02/11
Drs. Alek Iskandar
16.
Jabalul Rahmah
Kp. Gunung Utara Rt 04/11
M. Noor
Sumber : Data Lapangan 48
Dalam kesempatan penelitian ini, penulis mengunjungi seluruh masjid yang tercantum pada tabel di atas. Data pada tabel di atas diperoleh dari Kelurahan Cireundeu. Dari sekian jumlah masjid yang penulis datangi, sebagian besar kepengurusan Dewan Kemakmuran masjid (DKM) memberikan respon yang cukup baik dan positif, sehingga proses pengumpulan data yang dibutuhkan terkait dengan pengelolaan atau manajemen zakat pada masjid-mushola terkait dapat berjalan dengan cukup lancar. Proses pengumpulan data baik yang diperoleh melalui pengisian checklist instrumen pengumpulan data atau konfirmasi melalui proses wawancara membutuhkan waktu kurang lebih 1,5 bulan. Adapun perlu penulis sampaikan, bahwa tidak semua masjid bersedia memberikan data yang diminta khususnya data yang terkait dengan pengelolaan atau manajemen zakat. Beberapa masjid yang tidak bersedia memberikan datanya antara lain adalah masjid At Taqwa (Poncol Rt 04/02) dan masjid Nurul Huda (Kp Gintung Rt 02/08). Untuk masjid At Taqwa, penulis konfirmasi via telepon namun belum ada respon atau tanggapan yang cukup terbuka untuk proses penelitian yang dilakukan. Penulis pun berusaha untuk mendatangi langsung ke masjid At Taqwa untuk proses konfirmasi tentang instrumen pengumpulan data yang diajukan. Namun, sampai laporan ini ditulis, data masih tetap tidak diberikan, dan pengurus tidak mejembatani penulis dalam hal ini
49
sebagai pihak yang ingin mengumpulkan data terkait dengan bagaimana proses pengelolaan atau manajemen dana ummat yang berlaku di masjid tersebut. Ada beberapa alasan yang diungkapkan oleh salah satu pengurus yang ditemui, untuk keberatan memberikan data dimaksud adalah pengurus yang bersangkutan (bendahara atau kepanitian amil zakat) belum bisa dihubungi dan tidak kunjung muncul di masjid. Alasan lainnya adalah data yang terkait dengan pengelolaan zakat khususnya jumlah dana ZIS yang terkumpul untuk beberapa periode terakhir ini raib atau hilang pasca terjadi bencana jebol tanggul Situ Gintung. Pada peristiwa itu, dokumen serta file yang berhubungan dengan kepengurusan masjid termasuk data manajemen zakat dan jumlah dana ZIS yang terkumpul pun hilang terbawa arus air. Data alternative yang ada disimpan oleh pengurus, dari informasi yang diperoleh Pengurus tersebut menempatkan data penting tentang pengelolaan ZIS khususnya serta data-data lainnya di salah satu gedung fakultas UMJ (Universitas Muhammadiyah Jakarta) karena beliau bekerja di tempat tersebut. Penulis secara pribadi tidak begitu mengerti apakah alasan yang diajukan adalah alasan klise atau benar-benar realitas. Peneliti coba konfirmasi beberapa kali, namun hasilnya seperti tidak ada lampu hijau untuk bisa menjembatani proses penelitian yang sedang dilakukan. Sementara itu, masjid Nurul Huda yang berada di bawah naungan Ustadz Dahlan, juga termasuk salah satu masjid yang tidak berkontribusi data dalam proses penelitian ini. Pada saat awal penulis mengunjungi masjid Nurul Huda, 50
penulis tidak direspons dengan cukup baik. Pengurus DKM yang penulis datangi, nampaknya enggan untuk terbuka kepada penulis dalam memberikan data yang penulis butuhkan.. Bahkan pengurus DKM menanyakan hal-hal yang sama sekali tidak ada hubungannya dengan penelitian yang dilakukan, seperti keluhan beliau terhadap UIN secara kelembagaan. Beliau berkata bahwa UIN tidak berkontribusi langsung terhadap pengembangan dan pembangunan masjid Nurul Huda. Lebih ekstrim lagi, keluhan beliau terhadap mahasiswa-mahasiswi UIN yang sudah tidak seperti dulu lagi (red: akhlak dan sopan santunnya).1 Penulis sempat terkejut dengan apa yang beliau sampaikan pada saat itu. Beliau juga berpendapat bahwa apa yang diminta khususnya dalam penelitian ini terkait dengan laporan keuangan yang dimiliki kepanitiaan ZIS dan segala sesuatu yang terkait dengan keuangan merupakan hal yang sensitive. Karena sifat data tersebut, beliau sangat keberatan untuk menyanggupi permintaan penulis. Sebelum berakhir perbincangan pada malam itu, beliau bertanya tentang asal penulis. Setelah beliau mengetahui keberadaan penulis yang memang menjadi putera paerah (Cireundeu, Pisangan Timur), akhirnya dengan nada perlahan beliau menyanggupi untuk membantu penulis dalam proses penelitian. Sepekan berlalu, konfirmasi yang penulis lakukan dengan mendatangi kediaman beliau langsung ternyata tidak kunjung mendapat hasil yang diharapkan. Beliau tetap tidak merespons checklist yang diberikan. Beberapa hari setelahnya, penulis 1
Wawancara dengan salah satu pengurus masjid Nurul Huda, Gintung : Ust. Dahlan
51
menawarkan proses wawancara langsung kepada beliau. Beliau pun membalas via sms yang intinya seluruh pihak terkait dalam kepanitian ZIS masjid Nurul Huda tidak dapat membantu proses penelitian. Ada satu masjid lagi yang pada saat dikunjungi, ternyata masjid tersebut telah memiliki UPZ (unit pengelola zakat). Namun sayang, setelah dikonfirmasi beberapa kali terkait dengan pengumpulan data khususnya mengenai jumlah dana ZIS yang terkumpul, pihak DKM tidak dapat memenuhi permintaan Penulis. Salah satu pengurus DKM yang ditemui menyatakan bahwa sebenarnya masjid Jabalul Rahmah telah memiliki UPZ (unit pengelolaan zakat) namun saat ini kepengurusan internal UPZ sedang mengalami krisis, kendala internal. Sehingga segala data khususnya yang terkait nominal jumlah dana ZIS yang terkumpul sepenuhnya dikuasai oleh pengurus UPZ dan karenanya, pihak DKM tidak mengetahuinya dengan detail. Dalam kesempatan penelitian yang dilakukan, pengurus DKM hanya dapat membantu untuk mengisi daftar checklist yang telah dibuat dan konfirmasi wawancara untuk pengumpulan data kualitatif terkait dengan gambaran pengelolaan manajemen dana ZIS yang ada pada masjid Jabalul Rahmah. Untuk mushola, dari 13 mushola yang tercantum pada data daftar masjid dan mushola yang ada di wilayah Kelurahan Cireundeu, sebagian mushola tidak melakukan kegiatan penghimpunan dan pendistribusian dana sosial zakat, infak dan shodaqoh. Berikut tabel mushola yang ada di Kelurahan Cireundeu. 52
Tabel IV.2 : Mushola di Kelurahan Cireundeu menurut Alamat dan Pengurus No.
Nama Mushola
Alamat
Ketua
1.
As-syifa
Cireundeu Rt 01/01
H. Mudassir
2.
Al- Muttaqin
Cireundeu Rt 02/01
Ustadz Kasmani AR
3.
Al- Huda
Poncol Rt 04/02
H. Hatta Abidin
4.
Al-Inayah
Poncol Rt 02/02
H. Dana
5.
Al- Muhajirin
Gunung Selatan Rt 01/03
Sumardi
6.
Nurul Yaqin
Pisangan Timur Rt 01/04
H. Endang Supriatna,SE
7.
Al- Ittihad
Pisangan Barat Rt 01/05
M. Noor
8.
Nurus Sajidin
Pisangan Barat Rt 03/05
Mustofa Y.
9.
Al- Fallah
Pisangan Barat Rt 04/05
Judi Asidi
10.
Al- Muqarrabin
Kp. Baru Rt 03/06
H. Matalih
11.
Nurul Iman
Gintung Rt 01/08
H. Muslim
12.
Al- Kabadiyah
Pisangan Barat Rt 03/09
Drs. Syamsuddin Dasan
13.
Al- Misbah
Gunung Utara Rt 03/11
Abd Syukur
Sumber : Data Lapangan Beberapa mushola target penelitian tidak melakukan pengelolaan dana zakat, infak dan shodaqah. Mushola-mushola tersebut adalah mushola Al Misbah, Al Kabadiyah, Al Muqarrabin, dan Al Muttaqin. Mushola Al Misbah dan mushola Al Muqarrabin memiliki alasan yang sama, yakni letak kedua mushola yang berdekatan dengan salah satu masjid yang terdapat di sekitar mushola di mana pengelola dana zakat infak dan sedekah tersebut dipusatkan di masjid. Mushola Al Muqarrabin letaknya berdekatan dengan masjid Al Barkah di Kampung Baru sedang mushola Al Misbah letaknya berdekatan dengan masjid Al Istiqomah di Kampung Gunung Utara. Menurut pengurus mushola yang 53
dikunjungi, kedua mushola ini tidak menyelenggarakan kegiatan penghimpunan dana ZIS, karena masyarakat sekitar mushola biasanya menyalurkan zakat melalui masjid. Mushola Al Kabadiyah yang terletak di Pisangan Barat sebenarnya menerima dana zakat dari masyarakat namun pengelolaannya masih dalam jumlah yang sangat sedikit, terbatas, dan sangat sederhana. Jika ada warga yang datang ke mushola untuk membayarkan zakatnya, pengurus akan menerima dan langsung memberikan zakat tersebut kepada mustahik yang ada di sekitar mushola. Jumlah dana ZIS yang terkumpul pun tidak sampai nominal Rp 500.000. Pengelolaan semacam ini tanpa adanya pencatatan dan rekapitulasi di akhir. Begitu informasi yang didapatkan dari salah satu pengurus mushola Al Kabadiyah. Sedang untuk mushola Al Muttaqin, di bawah naungan pengurus Ustadz Kasmani, tidak melakukan kegiatan penghimpunan dana Zakat, Infaq dan Shodaqoh karena di sekitar lingkungan mushola untuk kegiatan semacam ini langsung dikelola sepenuhnya oleh aparat lingkungan setempat. Di mushalla Al Muttaqin memang tidak menyelenggrakan langsung pengelolaan dana ummat seperti penghimpunan dan pendistribusian dana zakat, infaq dan shadaqoh, hanya saja pada saat menjelang proses pendistribusian, pihak aparat dalam hal ini sebagai pihak yang menghimpun dan mendistribusikan dana zakat, infaq dan shsdaqoh
berkumpul
untuk
duduk 54
bersama
pengurus
mushola
guna
menginformasikan berapa jumlah dana ZIS yang terhimpun, dan kepada siapa dana akan dialokasikan dan didistribusikan. Kemudian dalam kesempatan yang sama, pengurus mushola melakukan suatu tradisi yaitu menyebutkan daftar nama para muzakki kemudian mendoakannya. Intinya, dalam kegiatan penghimpunan dan pendistribusian dana ZIS, mushola Al Muttaqin tidak menyelenggarakan kegiatan tersebut secara khusus dan langsung, namun lebih mempercayakan pengelolaannya
pada
aparat
lingkungan
setempat
dalam
proses
dan
penghimpunan dana ZIS tersebut. 2
B. Manajemen Pengelolaan Dana ZIS Masjid dan Mushola (Se-Kelurahan Cireundeu) Dari data yang diperoleh dari instrumen pengumpulan data berupa checklist dan konfirmasi melalui wawancara langsung, ada banyak informasi yang diperoleh khususnya yang terkait dengan tata kelola dana ummat berkenaan dengan kondisi atau proses dan cara penghimpunan serta pendistribusian dana yang berhasil dihimpun. Penulis mencoba membagi pembahasan dalam beberapa sub bab lainnya seperti Perencanaan, Pengorganisasian, Pelaksanaan dan Pengawasan. Kesemua sub bab pembahasan tadi dalam Ilmu Manajemen dikenal dengan istilah POAC (Planning, Organizing, Actuating, Controlling). Dengan kata lain, apa yang dipaparkan dalam kesempatan laporan penelitian ini ingin 2
Wawancara langsung dengan salah satu pengurus mushalla Al Muttaqin:Ust Kasmani
55
melihat bagaimana keberadaan fungsi masjid dan mushola yang berpotensi besar menjadi sentral kegiatan dari dinamisasi proses hidup dan kehidupan Ummat dapat dimaksimalkan. 1. Perencanaan (Planning) Dalam kesempatan penelitian ini, penulis mencoba lihat dari berbagai macam aspek seperti fenomena keberadaan amil atau panitia pengelola dana ummat dari segi latar belakang terbentuknya, tujuan, konsistensi lembaga dan yang lainnya. Di lihat dari segi latar belakang, penbentukan amil atau panitia zakat yang ada pada masjid atau mushola di wilayah Kelurahan Cireundeu dilatar belakangi oleh faktor kebiasaan atau tradisi. Hampir seluruh (95,65%) masjid dan musholla yang penulis kunjungi melakukan kegiatan pengelolaan dana ZIS disebabkan oleh faktor kebiasaan (habit) khususnya di bulan Ramadhan. Hanya masjid Jabalul Rahmah yang ketika penulis konfirmasi memberikan informasi bahwa keberadaan amil zakat yang ada di sana dilatar belakangi bukan oleh sekedar faktor kebiasaan bulan Ramadhan saja namun lebih karena penyelenggaraan kegiatan penghimpunan dan pendistribusian dana zakat, infaq dan shodaqoh pada masjid ini sudah berbentuk amil yang lebih profesional dan bertanggung jawab. Hal ini bisa dilihat dari sejarah pembentukan semacam unit yang bisa disejajarkan dengan kepengurusan DKM yaitu Unit Pengelolaan Zakat. Unit Pengelolaan Zakat, di masjid ini, adalah sebuah unit yang berfungsi untuk
56
melakukan kegiatan penghimpunan dan pendistribusian dana sosial, berupa dana zakat, infaq dan shadaqoh. Hal lain yang juga ikut melatar belakangi kegiatan penghimpunan dan pendistribusian dana ZIS adalah lebih terkait
faktor
fasilitator
yang
mengakomodir kepentingan ummat dalam menghimpun dan menyalurkan dana ZIS. Hampir semua (91,30%) masjid dan mushola yang diteliti mengindikasikan bahwa selain faktor kebiasaan, keberadaan amil atau panitia ZIS merupakan salah satu media untuk mengakomodasi kepentingan masyarakat khususnya mereka yang ingin menyalurkan zakatnya. Pada awalnya sebagian masyarakat membayarkan dana zakat langsung kepada mustahik yang memang dianggap layak menerima dana zakat, pembayaran dana zana zakat lebih bersifat hubungan langsung anatara personal, namun
seiring dengan perkembangan
budaya dan cara, kini masyarakat mencari hal yang lebih praktis dan tidak memberatkan menurut dirinya. Sebagian masyarakat baru bisa membayar zakatnya pada akhir Ramadhan maka dalam hal ini fungsi amil sebagai sebuah lembaga mediasi antara muzakki dan mustahik sangat diperlukan untuk mengakomodasi kepentingan semacam itu. Adapun tujuan kegiatan penghimpunan atau pendistribusian dana ummat yang dilakukan oleh hampir seluruh (95,65%) amil masjid dan mushalla di kelurahan Cireundeu adalah mengakomodasi kepentingan ummat dalam hal membayar zakat, infaq dan shodaqoh serta mendistribusikannya khususnya 57
pada bulan Ramadhan kepada para mustahik. Berkaitan pula dengan faktor yang melatarbelakangi kegiatan pengelolaan dana ZIS, (21,74%) amil masjid dan mushola melakukan kegiatan penghimpunan dan pendistribusian dana ZIS pada bulan Ramadhan dengan salah satu landasan yaitu mengisi kekosongan kegiatan masjid atau mushola pada saat bulan Ramadhan.
Hal ini
menunjukkan fakta bahwa terdapat sebagian kecil masjid dan musholla melakukan kegiatan pengelolaan dana sosial masyarakat dengan manajemen yang kurang baik. Pembahasan lain dalam model perencanaan yang terkait dengan kegiatan penghimpunan dan pendistribusian dana ZIS adalah mengenai konsistensi kelembagaan atau amil tersebut. Di sini penulis ingin melihat tentang bagaimana amil yang terbentuk memposisikan kinerja dan tugasnya yang kemudian akan mengindikasikan keberlangsungan tugas dan konsistensi lembaga. Berkenaan dengan aspek ini, hampir seluruh (86,96%) masjid dan mushola yang diteliti memiliki model perencanaan sebagai lembaga atau satuan kerja (unit) yang bersifat momental (berlaku pada saat Ramadhan saja). Namun, ada beberapa masjid yang melakukan kegiatan penghimpunan dan pendistribusian dana sosial masyarakat tidak hanya dilakukan pada bulan ramadhan atau dengan kata lain kepengurusan panitia zakat tidak hanya berlaku saat bulan ramadhan, namun kepengurusan ini berlanjut hingga bulan lainnya. Masjid yang melakukan model seperti ini adalah masjid Jabalul Rahmah, masjid Al Barkah, masjid Al 58
Mujahidin, masjid Al Mughirah, masjid Baitul Ula, masjid Daarus Sa’adah, dan masjid Al Istiqomah. Sedang mushola yang melakukan model serupa adalah mushola As Syifa dan mushola Nurus Sajidin. Banyak ditemui keberadaan masjid dan mushola, namun ironinya belum banyak dijumpai masjid atau mushola yang telah melakukan fungsi dan tujuannya secara optimal. Dengan kata lain bahwa keberadaan masjid atau mushola hanya masih difungsikan sebagai tempat ritual atau ibadah, bahkan aplikasi nilai-nilai ritual atau ibadah belum terlalu maksimal. Artinya, optimalisasi jamaah untuk menumbuhkan kesadaran memakmurkan masjid atau mushola, terutama sebagai institusi pemberdayaan umat, dirasa masih kurang. Hal ini semestinya menjadi perhatian banyak pihak, khususnya bagi setiap insan yang peduli akan kondisi perkembangan ummat. Di Kelurahan Cireundeu, masjid yang memang memiliki kapasitas sebagai amil yang mendekati profesional adalah masjid Jabalul Rahmah karena masjid ini telah memiliki Unit Pengelolaan Zakat. Ketika penulis secara khusus mengunjungi masjid ini memang terlihat bahwa di sekitar area masjid ini pun benar-benar telah berdiri sebuah bangunan sederhana yang memang khusus diperuntukkan untuk kegiatan yang berkaitan erat dengan penghimpunan dan pendistribusian dana ZIS. Berkaitan dengan proses konsolidasi atau rapat persiapan sebelum pelaksanaan sebagai salah satu bentuk perencanaan, diperoleh informasi bahwa hampir seluruh (91,30%) amil ZIS masjid dan mushola melakukan rapat atau 59
konsolidasi sebelum pelakasanaan kegiatan penghimpunan atau pendistrbusian dana ZIS. Namun peneliti menjumpai ada satu masjid di daerah Poncol yaitu masjid Al Hidayah yang memperlihatkan satu fakta menarik. Ketika penulis mendatangi salah seorang pengurus masjid yang kini berubah nama menjadi masjid Menara Al Hidayah, yaitu bapak Sofyan, beliau menjelaskan tentang kondisi masjid khususnya terkait dengan pengelolaan dana ZIS yang ada pada masjid tersebut. Menjadi menarik karena kepengurusan DKM atau panitia pengelola dana ummat tidak melakukan rapat konsolidasi sebelum melakukan kegiatan pengelolaan dana masyarakat.
Beberapa hal yang menyebabkan
kondisi tersebut adalah pengurus masjid yang memiliki idealisme bahwa biasanya orang-orang yang terlibat dalam kepengurusan hanya sebatas eksis dalam format kepengurusan panitia namun tidak berwujud dalam aplikasi kinerja.3 Oleh karenanya, penulis berkesimpulan bahwa salah satu faktor yang menyebabkan masjid Menara Al Hidayah tidak melakukan rapat koordinasi atau konsolidasi awal menjelang pelaksanaan pengelolaan dana ZIS adalah karena ketidak percayaan pengurus terhadap kondisi umum yang ada pada masayarakat sekitar (menurut beliau). Aspek lain yang masih terkait dengan perencanaan adalah apakah Amil ZIS atau kepanitiaan serupa yang dibentuk melakukan pendataan terbaru tentang muzakki atau mustahik. Untuk data muzakki terbaru, diperoleh 3
Wawancara langsung dengan pengurus masjid Menara Al Hidayah,Poncol: bapak Sofyan
60
informasi bahwa 60,87% masjid dan mushola melakukan pendataan baru tentang muzakki (pemberi zakat). Namun setelah penulis konfirmasi, bahwa model pendataan yang dilakukan adalah pada saat muzakki datang ke masjid atau mushola kemudian membayarkan Zakatnya setelah itu petugas atau Amil Zakat mencatat nama dan jenis dana yang dikeluarkannya. Model semacam rekapitulasi penerimaan dan pihak yang membayar zakatnya bukan proses pendataan yang dilakukan sebelum kegiatan penghimpunan dan pendistribusian dana ZIS. Untuk pendataan mustahik pun demikian, hanya saja untuk pendataan mustahik dilakukan pada saat berlangsungnya proses atau kegiatan penghimpunan dana zakat. Sambil berjalan, sebagian pengurus melakukan pendataan mustahik yang diperoleh melalui aparat lingkungan sekitar atau menyortir data lama yang sudah ada. Berbagai macam pengalaman yang berkaitan dengan tata kelola dana ZIS yang telah dilakukan oleh beberapa Lembaga Amil Zakat profesional bisa dijadikan bahan masukkan atau pelajaran yang kemudian dapat diaplikasikan dalam bentuk pengelolaan dana ZIS pada masjid atau mushola. Hal ini bisa diwujudkan melalui beragam cara seperti melakukan Pelatihan Tata kelola Zakat bekerja sama dengan Lembaga Amil Zakat Profesional. Berkaitan dengan hal ini, diperoleh informasi bahwa masjid dan mushola di Kelurahan Cireundeu yang melakukan kegiatan penghimpunan dan pendistribusian dana ZIS tidak atau belum pernah melakukan kegiatan semacam itu (pelatihan tentang tata kelola 61
dana ummat). Melalui usaha seperti ini, mestinya pengelola bisa memaksimalkan kinerja terkait dengan standarisasi pencatatan dana ZIS yang dihimpun, kriteria dan kategori mustahik (orang yang berhak menerima dana ZIS termasuk dalam hal ini insentif untuk amil), sistem keuangan serta pelaporan kepada publik dan jamah secara umum atau internal kepanitiaan. Kesemua hal tadi merupakan perangkat yang akan meningkatkan kinerja dan profesionalitas dari amil atau kepanitiaan pengelolaan dana ZIS yang ada pada masjid dan mushola. Karena walaupun sifat dari pengelolaan kegiatan ini adalah ibadah namun tetap memerlukan proses pertanggung jawaban dan selalu dituntut untuk bisa melakukan segala hal yang terkait dengan pengelolaan secara optimal. 2.
Pengorganisasian (Organizing) Pengorganisasian merupakan salah satu unsur yang memiliki peranan
penting dalam mengintegrasikan beberapa tujuan dari penyelenggaraan suatu kegiatan atau kinerja organisasi. Di sini, analisis pengorganisasian diwujudkan melalui beberapa pembahasan yaitu mengenai tenaga kerja (pelaksana tugas), waktu pelaksanaan, dan model pembagian tugas. Mengenai salah satu unsur pengorganisasian yaitu model tenaga kerja (pelaksana tugas) diperoleh informasi bahwa 82,61% komposisi dari amil atau pengelola dana ummat didominasi oleh kepengurusan DKM setempat serta remaja di lingkungan sekitar masjid dan mushola terkait. Keberadaan pengurus 62
DKM dari masjid atau mushola menjadi kepengurusan amil (panitia ZIS) secara otomatis, atau dengan kata lain setelah diadakan rapat koordinasi internal pengurus DKM maka dipilih penanggung jawab untuk kegiatan pengelolaan ZIS pada periode tertentu, yang kemudian penanggung jawab tersebut akan menyusun kepanitiaan secara utuh untuk melakukan kegiatan pengelolaan ZIS. Biasanya yang menjadi penanggung jawab dari kegiatan pengelolaan ZIS pada masjid dan mushola adalah salah satu pengurus DKM yang memang telah memiliki pengalaman dalam kegiatan pengelolaan dana ZIS pada periode sebelumnya. Sehingga sedikit banyak telah mengetahui tentang pola serta alur kerja kepengurusan atau panitia ZIS. Sedang keberadaan remaja dalam hal ini yang berdekatan dengan lingkungan masjid atau mushola menjadi kepengurusan amil (panitia ZIS) lebih berfungsi sebagai tenaga pelaksana di lapangan atau langsung bersinggungan dengan hal-hal teknis seperti tenaga untuk menjaga stand (penghimpunan dana ZIS) serta membantu kepengurusan inti dalam proses pendistribusian dana ZIS yang terhimpun kepada para mustahik yang telah tercantum datanya pada Panitia ZIS. Model pengorganisasian lain terkait dengan tenaga kerja atau pelaksana tugas yaitu 65,22% komposisi tenaga amil terdiri dari kepengurusan DKM bekerja sama dengan segenap jama’ah rutin dan aparat lingkungan sekitar masjid atau mushola. Bekerja sama tersebut dalam wujud kerja sama dengan aparat lingkungan khususnya yang berkaitan dengan data mengenai warga sekitar 63
yang memenuhi kriteria sebagai mustahik. Kepengurusan amil atau panitia ZIS umumnya hanya meminta data mustahik dari aparat lingkungan terkait karena data demografi. Namun ada juga masjid atau mushola (masjid Al Irfan, masjid Baitul Ula, masjid Al Mujahidin, masjid Al Barkah, masjid Jabalul Rahmah, masjid Darus Sa’adah, masjid Ruhama, masjid Al Istiqomah, mushalla Nurus Sajidin, mushalla As Syifa, mushalla Al Muhajirin, mushalla Al Falah, mushalla Nurul Iman, mushalla Al Huda) yang memang berinisiatif melakukan pencatatan tentang daftar mustahik dari lingkungan sekitar untuk kemudian dikompromikan dengan data yang diperoleh dari aparat lingkungan. Dari hasil pengumpulan data yang diperoleh, tidak ditemukan adanya model yang terkait dengan kepanitiaan ZIS menggunakan jasa tenaga amil zakat profesional. Hal ini juga memberikan gambaran bahwa pelaksanaan atau pengelolaan dana ZIS masih bersifat sederhana, baik dilihat dari segi struktur pelaksana tugas maupun proses kerja yang dilakukan. Namun mestinya, bukan berarti karena sifat pengelolaannya yang masih sederhana kemudian pelaksanaan kegiatan tersebut tidak dilakukan secara maksimal dan lebih terarah. Karena pelaksanaan kegiatan pengelolaan dana ZIS oleh amil atau panitia ZIS merupakan suatu rangkaian dari proses ibadah pula yang mengintegrasikan unsur ketuhanan dan sosial masyarakat. Sehingga diperlukan proses tanggung jawab dan tuntutan untuk melakukan yang terbaik demi terciptanya output atau hasil yang maksimal. 64
Berkenaan dengan distribusi atau pembagian tugas, diperoleh informasi bahwa 91,3% amil atau panitia pengelola dana ummat masjid dan mushola yang mengelola dana ZIS melakukan proses kerja atau distribusi tugas yang jelas. Maksudnya adalah walaupun pengelolaan dana ZIS yang ada di masjid atau mushola masih bersifat sederhana, namun deskripsi tugas (job description) sudah jelas. Pada setiap pengelola dana masyarakat di Masjid dan Musholla terdapat pelaksana tugas yang menghimpun dana ZIS melalui pembukaan stand Zakat, petugas yang melakukan pendistribusian dana ZIS kepada mustahik, petugas yang melakukan pencatatan serta pihak yang bertanggung jawab penuh terhadap pelaksanaan kegiatan pengelolaan dana ZIS. Semua pelaksana tugas bisa dinilai jelas siapa pelaku dan model kerjanya. Namun seperti yang telah diungkap sebelumnya, pelaksanaan kegiatan pengelolaan dan ZIS tetap saja masih dalam cakupan sederhana, belum adanya aturan yang tetap dan mengikat mengenai teknis pelaksanaan pengelolaan dana ZIS tersebut. 3. Pelaksanaan (Actuating) Pelaksanaan merupakan salah satu unsur yang juga memiliki peranan penting dalam mengintegrasikan beberapa tujuan penyelenggaraan suatu kegiatan atau kinerja organisasi. Kegiatan inti dalam mengorganisasi suatu kegitan yang di dalamnya berisi teknis atau aplikasi yang diterapkan dari ide atau wacana yang diungkapkan Dalam kesempatan penelitian kali ini, pelaksanaan diwujudkan melalui beberapa pembahasan diantaranya mengenai kegiatan 65
penghimpunan dana ZIS (retribusi), Kegiatan penyaluran dana ZIS (distribusi) dan pengelolaan terkait. a. Retribusi / Penghimpunan Dana Zakat Diperoleh informasi bahwa 82,61% masjid dan mushalla yang diteliti memiliki data Muzakki pada periode sebelumnya. Data yang dibuat melalui proses pencatatan manual bukan merupakan hasil pendataan ulang atau update data muzakki oleh amil pada tahun berjalan. Dalam hal sosialisasi atau informasi mengenai keberadaan Amil ZIS yang ada di masjid atau mushalla, sebagian besar masjid atau mushalla menggunakan pola sosialisasi yang sederhana. Sejumlah 82,61%
masjid
dan
mushalla
memasang
spanduk
yang
berisikan
pemberitahuan kepada masyarakat bahwa pada masjid atau mushola tersebut menerima dan mendistribusikan dana sosial masyarakat berupa dana zakat, infaq dan shodaqoh. Salah satu masjid yang diteliti (masjid Al Istiqomah) memiliki cara yang bisa dibilang sedikit lebih maju. Artinya kepengurusan Amil setempat membuat semacam proposal zakat untuk kemudian disebarkan kepada segenap donatur atau pihak-pihak yang dianggap akan memberikan donasinya berupa zakat mal atau dari alokasi lainnya seperti infaq dan shodaqoh. Hal lainnya terkait dengan proses model penghimpunan dana zakat, infaq dan shadaqoh adalah yang berkenaan dengan cara menghimpun dana masyarakat yang bersumber dari ZIS. Alternatif cara yang dilakoni oleh 95,65% panitia amil 66
ZIS adalah dengan membuka stand penerimaan dana ZIS pada masjid atau mushola yang bersangkutan. Adapun waktu pembukaan stand penerimaan dana ZIS sekitar pertengahan bulan ramadhan dengan aktifitas yang makin intens menjelang hari Iedul Fitri.
Cara lain yang digunakan adalah dengan cara
langsung mendatangi rumah warga dan mengambil langsung sesuai dengan apa yang telah dituntunkan oleh Rasulullah SAW dan apa yang telah Allah gariskan dalam Al Qur’an dalam Surat At taubah ayat 103 bahwa konteks pengumpulan dana zakat merupakan suatu kewajiban yang mesti dijalankan oleh amil atau panitia pengelola dana ummat dengan cara mendatangi langsung warga, mengambil langsung harta penduduk yang telah terkena kewajiban zakat dan mengumpulkannya untuk kemudian akan
dikelola oleh Amil untuk tujuan
mensejahterakan masyarakat dan perbaikan ekonomi ummat. Data yang diperoleh menunjukkan bahwa hampir seluruh masjid dan mushalla hanya menggunakan metode membuka stand di masjid atau mushola sebagai satusatunya sarana untuk menghimpun dan mengumpulkan dana Zakat, Infaq dan Shodaqoh. Dalam menjalankan amanah atau tugas sebagai amil, diperlukan kerja sama dari berbagai macam pihak. Termasuk dalam hal ini adalah kerja sama dengan kepengurusan aparat lingkungan setempat dalam hal penghimpunan dana zakat. Keberadaan amil pada masjid dan mushalla yang berada di lingkungan Kelurahan Cireundeu sebagian besar melakukan kerja sama dengan segenap 67
aparat lingkungan seperti ketua RW dan RT setempat beserta staff atau jajaran kepengurusannya. Kerja sama yang terjalin bisa terwujud dalam koordinasi dari pihak amil mengenai jumlah dana zakat yang berhasil terhimpun dalam periode berjalan atau bahkan pihak amil pada masjid atau mushola tersebut memang bekerja sama dengan aparat dalam menghimpun dana zakat dari masyarakat setempat. Data menunjukkan bahwa hampir seluruh masjid dan mushola yang berada di Kelurahan Cireundeu melakukan proses kerja sama dengan aparat lingkungan setempat khususnya dalam koordinasi terkait dengan jumlah dana zakat yang berhasil terhimpun. Adapun jenis dana yang diterima oleh amil di masjid atau mushalla kelurahan Cireundeu yaitu zakat fitrah, zakat mal, infaq, shadaqoh dan fidyah. Namun dalam pelaksanaannya kriteria untuk dana infaq dan shadaqoh masih tercampur. Hampir seluruh amil masjid dan mushalla yang diteliti tidak menjelaskan secara detail tentang perbedaan dana infaq dan shodaqoh khususnya terkait dengan fungsi dan penggunaannya. Pada
umumnya,
amil
melakukan
kegiatan
penghimpunan
dan
pendistribusian dana ZIS tidak disertai dengan pelatihan awal tentang manajemen pengelolaan dana ZIS, oleh karenanya pelaksanaan kegiatan ini hanya bertolak dari pengalaman pengelolaan pada tahun-tahun sebelumnya, jadi belum ada standar pencatatan tentang jumlah dana ZIS yang terhimpun sehingga
68
antara satu masjid dengan masjid lainnya menggunakan draft atau model pencatatan yang berbeda pula. b. Distribusi / Pembagian Dana Zakat Model atau bentuk manajemen lain terkait dengan pengelolaan dana zakat khususnya dalam hal pelaksanaan (actuating) tata kelola tersebut adalah mengenai hal distribusi dana sosial masyarakat yang telah terhimpun. Amil memiliki data mustahik yang mendapatkan zakat pada periode sebelumnya sebagai acuan untuk proses distribusi atau pembagian dana ummat pada periode ZIS untuk tahun berjalan. Kemudian selain data mustahik pada periode sebelumnya, ternyata sejumlah 43,48 % amil yang penulis datangi khususnya amil yang berada di masjid menerima proposal permohonan bantuan dana zakat yang diterima dari pihak luar seperti yayasan pendidikan, ibnu sabil atau pihak lainnya ditujukan langsung kepada amil atau para pihak yang mengelola dana ummat. Menurut informasi yang penulis peroleh bahwa biasanya dana yang dikeluarkan untuk alokasi semacam ini adalah dana yang bersumber dari dana zakat mal, infaq dan shadaqoh. Data hasil penelitian menunjukkan bahwa seluruh (100%) amil masjid dan mushola pada lingkungan Kelurahan Cireundeu memiliki prioritas yang sama dalam mendistribusikan dana zakat yang berhasil dihimpun. Golongan 69
fakir miskin memang menjadi prioritas utama bagi para amil dalam membagikan dana zakat khususnya yang diperoleh dari hasil dana zakat fitrah. Konteks distribusi dana zakat khususnya pada bulan Ramadhan dimaksudkan agar tidak ada lagi orang yang merasa kekurangan pada saat ‘idul fitri. Hal tersebut merupakan target minimal yang ingin dicapai terkait dengan pengelolaan dana zakat fitrah. Ini target minimal yang bisa dimaklumi, namun seharusnya keberadaan zakat dan fungsinya bisa dijadikan salah satu instrumen untuk meningkatkan kesejahteraan dalam bentuk jangka panjang. Optimalisasi zakat dengan memaksimalkan potensinya menjadi salah satu wacana yang harus diperhatikan keberlangsungannya. Hal lain yang masih terkait dengan model pendistribusian dana zakat, infaq dan shadaqoh adalah terkait dengan waktu pendistribusian dana ZIS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa seluruh amil masjid dan mushalla di Kelurahan Cireundeu memiliki acuan waktu yang sama khususnya dalam medistribusikan dana ummat. Waktu yang dipilih oleh amil adalah beberapa hari menjelang ‘Idul Fitri tiba. Hal serupa yang masih terkait dengan pendistribusian dana ZIS adalah mengenai jumlah atau nominal dana ummat yang tersalurkan sebelum ‘Idul fitri tiba, apakah dana zakat fitrah habis dibagikan sebelum khutbah ‘idul fitri atau pengurus atau amil masih menyisakan sejumlah dana zakat fitrah yang berhasil terhimpun. Penulis memperoleh informasi bahwa 100 %
amil masjid dan
mushola mendistribusikan habis dana Zakat Fitrah yang terhimpun kepada 70
beberapa golongan yang memang berhak menerima dana Zakat sebelum khutbah iedul fitri dikumandangkan. Mengenai objek atau pihak yang menerima dana zakat, penulis ingin melihat apakah golongan atau pihak yang menerima dana Zakat dari masjid atau mushola terkait adalah orang-orang yang berada di sekitar lingkungan masjid dan mushola atau didistribusikan juga lintas wilayah setelah mustahik yang berada di sekitar masjid menerima zakat secara keseluruhan.
Informasi yang penulis
peroleh bahwa 65,22 % amil masjid dan mushola juga mendistribusikan dana zakat fitrah yang terkumpul kepada mustahik yang berada di luar kawasan masjid atau mushola terkait setelah mereka mendistribusikan dana zakat yang terkumpul kepada mustahik yang berada di sekitar lingkungan masjid atau mushola yang bersangkutan. Berkenaan dengan pihak yang membantu dalam proses pendistribusian dana ummat, penulis memperoleh informasi bahwa 73,91% dalam hal proses pendistribusian atau pembagian dana ummat dibantu oleh segenap remaja masjid atau mushola setempat. Biasanya pada masjid atau mushola terdapat kalangan remaja yang memiliki kepedulian terhadap lingkungan, termasuk dalam hal sosial kemasyarakatan. Ibadah zakat merupakan ibadah yang selain memiliki aspek ibadah ilahiyah juga tetap memiliki implikasi sosial. Model lainnya yang dilakukan oleh sejumlah 47,83% amil pada masjid atau mushola di Kelurahan
71
Cireundeu dalam mendistribusikan dana zakat adalah dibantu dan bekerja sama dengan aparat lingkungan setempat. Ada hal menarik yang penulis temukan dalam proses penelitian yang dilakukan dalam kesempatan ini yaitu terkait dengan salah satu model pendistribusian dana zakat yang terkumpul. Amil pada masjid dan mushalla menyetorkan sebagian dana Zakat Fitrah yang berhasil terhimpun kepada aparat lingkungan setempat untuk kemudian akan disetorkan kepada Kelurahan atau kantor pemerintahan setempat. Penulis memperoleh informasi bahwa 26,09% amil pada masjid dan mushola di Kelurahan Cireundeu memberikan setoran zakat kepada pemerintah setempat dengan alasan pemerintah merupakan unsur yang membangun sebuah negara dan mesti ditaati keberadaan titah dan perintahnya termasuk dalam hal ini adalah menyetorkan sejumlah dana zakat yang berhasil terhimpun di masjid atau mushola kepada aparat pemerintahan setempat sesuai dengan amanah dari kantor pemerintahan setempat yang memiliki jenjang yang lebih tinggi.4 Sedang sisanya sejumlah 73,91 % amil pada masjid dan mushola di Kelurahan Cireundeu lainnya tidak memberikan sejumlah dana zakat yang terhimpun untuk disetorkan kepada pemerintah setempat dengan alasan ketidakjelasan alur distribusi dari jumlah dana zakat yang disetorkan, siapa yang akan menerima dana zakat tersebut, dan apakah dana
4
Wawancara langsung dengan salah satu pengurus amil yang memberikan setoran zakat,amil masjid Al Istiqomah :bapak Alex
72
zakat yang diserahkan itu betul-betul habis terdistribusikan sebelum khatib naik mimbar pada saat pelaksanaan sholat ‘Idul Fitri atau masih ada dana zakat fitrah yang tidak terdistribusikan karena sebagian besar dari mereka berkeyakinan bahwa jika dana zakat fitrah tidak habis terdistribusikan sebelum khatib naik mimbar pada saat pelaksanaan sholat ‘Idul Fitri maka dana tersebut tidak terhitung sebagai ibadah zakat namun berubah status menjadi dana shadaqoh. Faktor-faktor di atas memberikan kita banyak pelajaran, seperti harus ada evaluasi untuk memberikan penilaian yang lebih objektif mengenai sejumlah dana zakat fitrah yang disetorkan. Keberadaan dan alokasi atas sumber dana yang terhimpun dari masjid dan mushalla kepada aparat pemerintahan setempat, apakah hal ini masih dibenarkan secara syariat atau ada solusi lain yang lebih tepat. Misalnya dana yang disetorkan kepada pemerintah setempat bukan dana yang berasal dari dana zakat fitrah tapi dari dana sosial lain seperti zakat Mal, infaq atau shadaqoh. Kemudian agar terciptanya sinergi yang menghasilkan output yang maksimal, pemerintah setempat pun harus menjelaskan tentang alur distribusi dan alokasi dari dana ummat yang berhasil mereka himpun agar tercipta kepercayaan dari sub pengelola dana ummat dalam hal ini adalah amil pada masjid dan mushalla sehingga kedepan tidak ada lagi pertanyaan berkenaan dengan fungsi dana yang mesti disetorkan kepada aparat lingkungan setempat. Berkenaan dengan jumlah dana sisa dari dana sosial masyarakat yang berhasil terhimpun oleh amil pada masjid atau mushalla di Kelurahan Cireundeu, 73
sejumlah 60,87% amil masjid dan mushalla langsung mengalokasikan sisa dana ZIS yang masih ada ke dalam Kas Masjid atau Musholla. Setelah dialokasikan untuk kas masjid atau mushalla yang besangkutan, dana tersebut dialokasikan untuk beberapa kepentingan seperti untuk membiayai operasional masjid atau mushola, dan untuk keperluan renovasi beberapa bagian dari masjid atau mushola. Penulis juga menemukan 17,39% amil masjid dan mushalla di Kelurahan Cireundeu yang mengelola dana sisa zakat mal untuk kepentingan usaha produktif, seperti amil pada masjid Baitul Ula (Pisangan Timur) yang mengelola dana zakat mal untuk kepentingan usaha produktif bagi para jama’ah sekitar. Namun pelaksanaan pengelolaan yang demikian setelah peneliti konfirmasi kepada pengurus zakat terkait, ternyata baru dilakukan untuk periode terakhir pelaksanaan pengelolaan ibadah zakat yaitu periode 2010-2011. Sedang untuk tahun-tahun sebelumnya, sisa dana zakat mal, infaq dan shadaqoh langsung dialokasikan ke dalam kas masjid.5 4.
Pengawasan (Controlling) Sebagai pengemban amanah yang melakukan kegiatan pengelolaan dana
sosial masyarakat, amil pada masjid dan mushola diharuskan bertanggung jawab atas kinerja mereka selama melakukan kegiatan pengelolaan tersebut. Hal ini
5
Wawancara langsung dengan pengurus amil masjid Baitul Ula, Pisangan Timur :bapak Firmansyah Muntaqo
74
dimaksudkan agar kegiatan yang berlangsung tetap memiliki nilai pertanggung jawaban dan tidak bekerja sesuai dengan ego dari masing-masing pengurus demi kepentingan pribadi tetapi lebih mencari jalan untuk senantiasa mencari perbaikkan dan bahan evaluasi untuk mencapai output dan hasil yang maksimal. Selain hal tadi, membangun kepercayaan juga merupakan target antara yang ingin dicapai dari proses pengawasan kali ini. Laporan yang transparan terkait dengan pelaksanaan kegiatan pengelolaan dana sosial masyarakat khususnya zakat, infaq dan shadaqoh akan menciptakan kepercayaan kepada lembaga pengelola zakat dalam hal ini adalah segenap pengurus amil pada masjid atau mushalla. Penulis memperoleh informasi bahwa 73,91%
pengurus amil pada
masjid dan mushalla di Kelurahan Cireundeu melakukan rapat konsolidasi dengan pengurus DKM terkait dengan kegiatan pengelolaan dana ZIS periode berjalan sebagai bentuk tanggung jawab internal antar pengurus. Lebih lanjut lagi 73,91% amil masjid dan mushalla membuat rekapitulasi penerimaan dana sosial masyarakat berupa zakat, infaq dan shadaqoh yang berhasil terhimpun untuk diketahui oleh seluruh kepengurusan amil. Informasi lain yang penulis peroleh adalah pada umumnya kepengurusan amil hanya membuat rekapitulasi pemasukkan dana zakat, infaq dan shadaqoh. Sedang untuk rekapitulasi pengeluaran atau distribusi dana sosial masyarakat berupa dana Zakat, Infaq dan Shodaqoh tetap dibuat namun tidak sistematis seperti halnya laporan 75
rekapitulasi penerimaan. Hal ini mesti menjadi salah satu bahan renungan dan evaluasi khususnya bagi para pengelola atau amil karena hal ini terkait dengan transparansi pengelola dan memiliki dampak yang cukup signifikan dalam penilaian pihak luar terhadap kinerja dari pengelola dana. Hal lain yang masih terkait dengan pola tanggung jawab dan pengawasan terhadap kinerja pengelola dana sosial masyarakat oleh amil adalah model tanggung jawab eksternal pihak amil selaku pengelola dana sosial masyarakat kepada jama’ah atau pihak yang menyalurkan dana zakatnya pada amil masjid dan mushalla terkait. Informasi yang didapatkan terkait dengan hal ini adalah seluruh amil khususnya yang berada di masjid memberikan laporan rekapitulasi penerimaan dan pengeluaran dana ZIS dan diinformasikan kepada jama’ah pada saat menjelang sholat ‘Ied dimulai. Model tanggung jawab lain seperti pembuatan Laporan Pertanggung Jawaban (LPJ) atas kegiatan pengelolaan dana sosial masyarakat yang dikelola oleh Amil atau Panitia Zakat untuk kemudian diberikan kepada setiap muzakki yang membayarkan zakat Malnya melalui Amil atau Panitia Zakat pada masjid dan mushola tertentu. Biasanya perolehan dana zakat Mal lebih besar dibandingkan dana Zakat fitrah yang diperoleh. Namun data lapangan menunjukkan bahwa penyelenggara pengelolaan dana sosial masyarakat dalam hal ini yaitu Amil tidak atau belum membuat bundel Laporan Pertanggung Jawaban Zakat yang berisikan seluruh laporan mengenai pengelolaan dana 76
masyarakat tersebut mulai dari berapa dana zakat, infaq dan shadaqoh yang terhimpun, jumlah dana ZIS yang terdistribusikan serta segala pihak yang menjadi mustahik atau yang menerima dana zakat dan yang tidak kalah pentingnya juga terkait dengan sisa dana zakat mal akan digunakan untuk keberlangsungan kegiatan apa dan menggunakan metode seperti apa. Seperti lazimnya sebuah organisasi yang melakukan serangkaian kegiatan, pasca kegiatan organisasi tersebut dituntut untuk melaporkan analisis kegiatan berikut dengan laporan keuangan sebagai salah satu bentuk tanggung jawab kepada segenap donatur yang telah memberikan donasinya untuk sukses dan lancarnya kegiatan tersebut. Penulis juga memperoleh informasi bahwa pengawasan dari kegiatan pengelolaan dana sosial masyarakat yang dilakukan oleh amil masih bersifat sederhana, maksudnya belum adanya standarisasi tentang kepada siapa amil bertanggung jawab dan dengan format seperti apa amil melaporkan seluruh analisis kegiatan yang dilakukan menjadi semacam pekerjaan yang terlihat kurang sempurna. Model pengawasan dan tanggung Jawab yang dilakukan baru sebatas mengadakan rapat evaluasi internal pasca pelaksanaan kegiatan pengelolaan dana sosial masyarakat oleh pengurus DKM masjid atau mushalla setempat dengan segenap kepengurusan amil.
77
C. Rekapitulasi Dana ZIS Masjid dan Mushola (Se-Kelurahan Cireundeu) Selain ingin mengetahui tentang bagaimana manajemen pengelolaan dana masyarakat oleh amil, penulis juga ingin melihat berapa dana sosial masyarakat yang berhasil dihimpun oleh amil pada beberapa periode tertentu. Penulis mengharapkan agar setiap amil masjid dan mushola yang penulis kunjungi dapat memberikan data terkait dengan jumlah rekapitulasi penerimaan dana yang berhasil terhimpun dalam beberapa kurun waktu terakhir. Selain itu penulis juga meminta alokasi atau sumber distribusi dana yang tersalurkan kepada mustahik untuk mengetahui sejauh mana efektivitas dan ketepatan sasaran dalam hal mendistribusikan dana sosial masyarakat tersebut. Namun sayang, ada beberapa kendala yang penulis hadapi di lapangan seperti amil hanya memberikan rekapitulasi penerimaan dana ZIS saja, dan itu pun terbatas hanya dalam beberapa periode tertentu, khususnya periode terakhir pengelolaan dana ZIS yaitu tahun 2010-2011 atau 1431 H. Kemudian amil juga ternyata tidak membuat rekapitulasi pengeluaran atau distribusi dalam bentuk yang baku sehingga penulis tidak berhasil dalam mengumpulkan jumlah dana yang disalurkan menurut jenis dana, alokasi kelompok penerima dan tahun pelaksanaan. Oleh karenanya dalam penyajian laporan penelitian ini, penulid hanya menyertakan tabel rekapitulasi penerimaan dana zakat fitrah, zakat mal, fidyah, shadaqoh dan infaq.
78
i.
Rekapitulasi Penghimpunan dana Zakat Mal Tabel Rekapitulasi Penghimpunan dana Zakat Mal
Tahun No.
Nama Masjid/Mushola 2007336
2
Masjid Baitul Ula
6.065.000
2008
2009
2010
10.180.000
15.030.000
19.948.000
11.320.000
19.290.000
27.325.000
2
Masjid Al Irfan
3
Masjid Darus Sa'adah
3.000.000
1.960.000
4
Masjid Al Istiqomah
15.735.000
20.550.000
5
Masjid Menara Al Hidayah
6
Masjid Al Mughirah
7
Masjid Al Mujahidin
8
Masjid Al Barkah
9
Masjid Al Mukhlisin
10
Masjid Al Ikhlas
11
Masjid At Taubah
12
Masjid Al Ikhlas
13
Masjid Ruhama
14
Mushola Al Inayah
15
Mushola Al Ittihad
582.000
16
Mushola Al Muhajirin
17
Mushola Nurul Iman
18
Mushola Nurul Yaqin
19
Mushola Al Fallah
20
Jumlah
2.800.000 4.381.000
1.500.000
10.625.000
6.920.000
10.710.000
3.490.000
2.358.500
4.250.000
12.765.000
12.585.000
15.321.000
2.200.000
1.800.000
3.700.000
4.750.000
1.900.000
1.000.000
3.135.000
3.200.000
2.000.000 7.645.000
8.356.000
100.000
-
635.000
775.000
525.000
600.000
965.000
468.000
-
700.000
1.000.000
-
2.000.000
886.000
2.020.000
4.050.000
4.350.000
14.714.000
58.400.000
95.506.500
128.830.000
(Masjid Jabalul Rahmah :tidak ada data, Musholla Al Huda, Musholla Assyifa, Musholla Nurussajidin :Tidak ada data )
Dari Tabel Rekapitulasi penerimaan zakat mal di atas, dapat disimpulkan bahwa 82,61 % amil masjid dan mushalla di Kelurahan Cireundeu menghimpun dana Zakat Mal. Khususnya masjid Jami’ yang memiliki kapasitas jama’ah yang lumayan besar. Sedang untuk mushalla, sebagian kecil amil yang berada di 79
mushallla menerima dana zakat mal, namun perolehan jumlah dana yang dihimpun tidak begitu besar. Hal ini disebabkan oleh kebiasaan muzakki yang sering mendistribusikan dana zakat malnya kepada amil masjid yang dirasa memiliki kapasitas dan kemampuan manajemen yang lebih baik. Masjid Baitul Ula merupakan masjid yang memberikan data lengkap dari kurun 4 tahun terakhir. Pencatatannya kurang begitu rapih namun data rekapitulasi penerimaan dalam beberapa tahun sebelumnya masih tersimpan. masjid Al Irfan, merupakan masjid yang berada di Komplek UI memiliki pemasukkan dana zakat Mal yang paling besar di antara masjid-masjid yang ada di Kelurahan Cireundeu. Penghimpunan dana zakat mal dari tahun ke tahun selalu mengalami peningkatan. Untuk periode 2009 - 2010 penghimpunan dana zakat maal mengalami peningkatan sejumlah 34,89 %. Jumlah dana zakat maal tahun 2010 meningkat sejumlah 34,89 % dari jumlah zakat maal yang berhasil terhimpun pada tahun 2009.
80
ii.
Rekapitulasi Penghimpunan Dana Zakat Fitrah
Tahun No.
Nama Masjid/Mushola 2007
1
Masjid Baitul Ula
2
Masjid Al Irfan
3
2008
7.156.000
2009
2010
10.640.000
9.627.000
15.751.000
7.345.500
8.270.000
7.768.000
Masjid Darus Sa'adah
17.750.000
21.860.000
4
Masjid Al Istiqomah
21.530.000
23.250.000
5
Masjid Menara Al Hidayah
6
Masjid Al Mughirah
7
6.900.000 5.523.000
9.397.000
11.245.000
9.930.000
Masjid Al Mujahidin
14.882.650
14.510.650
18.160.250
8
Masjid Al Barkah
11.716.000
14.388.000
18.664.000
9
Masjid Al Mukhlisin
2.800.000
3.300.000
3.800.000
10
Masjid Al Ikhlas
7.800.000
9.657.250
11
Masjid At Taubah
7.670.000
11.370.500
12
Masjid Al Ikhlas
13
Masjid Ruhama
14
Mushola Al Huda
15
Mushola Al Inayah
16
Mushola Al Ittihad
17
2.400.000
5.767.500
6.730.000
2.850.000
3.150.000
4.234.500
5.250.000
3.501.000
4.139.000
4.500.000
5.644.000
168.000
292.500
315.000
1.323.000
Mushola Assyifa
2.800.000
2.800.000
3.100.000
4.000.000
18
Mushola Al Muhajirin
4.679.000
5.323.000
5.692.000
5.753.000
19
Mushola Nurul Iman
2.400.000
2.800.000
2.700.000
2.550.000
20
Mushola Nurul Yaqin
21
Mushola Al Fallah
22
Mushola Nurus Sajidin Jumlah
3.000.000 4.958.000
32.934.000
5.956.000
82.870.150
6.410.000
5.914.000
6.000.000
6.800.000
152.543.150
198.214.000
(Masjid Jabalul Rahmah : tidak ada data)
Dari tabel diatas diperoleh informasi bahwa 95,65 % amil masjid dan mushola memberikan data untuk rekapitulasi penghimpunan dana zakat fitrah. 81
Sebagian besar dari Mereka memberikan data rekapitulasi penerimaan dana zakat dalam kurun waktu sekitar dua atau tiga tahun sebelumnya. Untuk dana zakat fitrah yang dihimpun oleh amil yang berada di masjid memiliki kisaran nominal rata-rata Rp 12.237.769,00. Hanya beberapa masjid yang menghimpun dalam nominal di bawah daripada jumlah tersebut iii.
Rekapitulasi Penghimpunan Dana Fidyah Tahun
No.
Nama Masjid/Mushola
2007
1
Masjid Baitul Ula
2
Masjid Al Irfan
3
Masjid Darus Sa'adah
4
Masjid Al Istiqomah
5
Masjid Menara Al Hidayah
6
Masjid Al Mujahidin
7
Masjid Al Barkah
8
Masjid Al Ikhlas
9
Masjid Al Ikhlas
10
Masjid Ruhama
11
Mushola Al Inayah
12
Mushola Al Muhajirin
130.000
13
Mushola Nurul Iman
250.000
14
Mushola Nurul Yaqin
2008
2009
2010
600.000 450.000
1.575.000
90.000
-
360.000
1.500.000
250.000 600.000
876.000
465.500
200.000
-
-
450.000
-
836.000 300.000
635.000
550.000
50.000
-
26.000
851.000
-
500.000
250.000
300.000 300.000
980.000
1.852.000
5.326.500
4.236.000
(Masjid Jabalul Rahmah, Masjid Al Mughirah, Masjid Al Mukhlisin, Masjid At Taubah, : tidak ada data, Musholla Al Huda, Musholla Al Ittihad, Musholla As Syifa, Musholla Al Falah, Musholla Nurussajidin : tidak ada data )
Dari tabel diatas diperoleh informasi bahwa, fidyah tidak terhimpun dalam jumlah yang besar karena sifatnya yang tidak diwajibkan kepada semua orang. Maksudnya fidyah dibayarkan sebagai semacam denda atau pengganti bagi orang-orang yang tidak berpuasa karena disebabkan hal-hal tertentu. 82
iv.
No.
Rekapitulasi Penghimpunan dana Infaq dan Shadaqoh (Rp) Tahun
Nama Masjid/Mushola 2007
2008
2009
2010
1.410.000
830.000
485.000
1.096.000
4.102.000
2.844.500
1.000.000
300.000
1.200.000
4.655.000
3.160.000
1.630.000
1
Masjid Baitul Ula
2
Masjid Al Irfan
3
Masjid Darus Sa'adah
4
Masjid Al Mughirah
5
Masjid Al Mujahidin
3.069.500
1.455.700
5.348.750
6
Masjid Al Barkah
2.001.000
3.351.000
4.032.000
7
Masjid Al Ikhlas
1.000.000
6.433.750
8
Masjid At Taubah
1.125.000
1.134.500
9
Masjid Al Ikhlas
10
Masjid Ruhama
680.000
640.000
11
Mushola Al Inayah
200.000
540.000
12
Mushola Al Ittihad
13
Mushola Al Muhajirin
14
Mushola Nurul Iman
15
Mushola Nurul Yaqin
16
Mushola Al Fallah
17
Mushola Nurus Sajidin Jumlah
6.797.000
1.618.400
750.000
973.000
1.758.000
1.517.000
2.052.000
1.467.500
1.553.000
1.654.500
1.778.000
-
-
3.600.000
700.000
424.000
11.071.500
42.000
19.628.900
100.000
272.000
300.000
540.000
21.772.700
29.147.000
(Masjid Al Istiqomah, Masjid Menara Al Hidayah, Masjid Jabalul Rahmah, Masjid Al Mukhlisin: tidak ada data, Musholla As syifa: tidak ada data )
Tabel diatas memberikan informasi, bahwa hampir seluruh amil menghimpun dana infaq dan Shadaqoh. Namun seperti yang telah diungkap sebelumnya, bahwa terminologi infaq dan shadaqoh masih memiliki kesamaan makna bagi sebagian besar orang. Sehingga dana yang terhimpun oleh sebagian 83
besar Amil merupakan dana sisa atau kembalian dari dana Zakat fitrah sehingga tidak atau belum mendapatkan hasil yang maksimal. Dari tabel di atas juga dapat diperoleh informasi bahwa ada masjid yang tidak Penulis cantumkan ke dalam tabel, karena data yang diberikan kepada Peneliti bukan merupakan dana zakat dan infaq yang terhimpun oleh Amil atau Panitia Zakat masjid dan mushola setempat melainkan dana Infaq dan Shodaqoh yang merupakan sumber keuangan masjid untuk biaya operasional selama Ramadhan. D. Analisa SWOT Manjemen Pengelolaan Dana Sosial Masyarakat pada Masjid dan Mushalla di Kelurahan Cireundeu 1. Strength (Kekuatan) : Kesadaran DKM untuk berkonsolidasi
dan
saling
bersinergi
untuk
melakukan kegiatan pengelolaan dana filantropi (dana sosial masyarakat) 2. Weakness (Kelemahan) : Perencanaan untuk pengelolaan dana sosial masyarakat hanya sebatas diperuntukkan untuk bulan ramadhan saja Perencanaan (Planning)
3. Opportunity (Peluang) : Terdapat Lembaga Amil Zakat professional yang lokasinya dekat dengan wilayah
kelurahan
84
Cireundeu
sehingga
memungkinkan
untuk
melakukan
pelatihan
perencanaan yang lebih baik dalam manajemen pengelolaan dana sosial masyarakat 4. Threat
(Ancaman)
:
Kurangnya
kesadaran
masyarakat dalam memberikan perhatian yang lebih terhadap Masjid dan Mushalla dalam melakukan kegiatan pengelolaan dana sosial masyarakat serta konsistensi
lembaga
pengelola
dana
sosial
masyarakat tidak atau belum diarahkan menuju arah yang
lebih
professional
,
sehingga
kualitas
manajemen perencanaan pun tidak terlalu maksimal 1. Strength (Kekuatan) : Komposisi kepengurusan amil atau pengelola dana sosial masyarakat terdiri dari pengurus DKM, remaja dan melibatkan sebagian jama’ah rutin 2. Weakness (Kelemahan) : Amil atau pengelola dana sosial masyarakat di Masjid dan Mushalla belum datau tidak professional Pengorganisasian (Organizing)
3. Opportunity (Peluang) : Terdapat Lembaga Amil
85
Zakat professional seperti Dompet Dhuafa serta peluang lainnya adalah kelurahan Cireundeu yang berdekatan
dengan
beberapa
kampus
atau
Universitas yang didalamnya pasti terdapat banyak pakar atau ahli ekonomi Islam yang diharapkan dapat memberikan kontribusi untuk memaksimalkan organisasi dalam melakukan kegiatan pengelolaan dana sosial masyarakat 4. Threat (Ancaman) : Minimnya pelatihan terkait dengan
pengelolaan
dana
sosial
masyarakat
menyebabkan kualitas manajemen organisasi dan SDM yang kurang maksimal 1. Strength (Kekuatan) : Lahirnya Undang-undang No. 38 tahun 1999 tentang pengelolaan zakat 2. Weakness(Kelemahan) : Kegiatan penghimpunan dana sosial masyarakat hanya sebatas dilakukan pada saat bulan Ramadhan saja, itupun tidak atau belum menggunakan sistem jemput bola. Dilihat dari segi yang lain adalah bahwa distribusi dana sosial masyarakat masih sebatas mengakomodir 86
Pelaksanaan
kepentingan konsumtif saja.
Sedangkan program
(Actuating)
lain yang bersifat kemandirian ekonomi ummat nampaknya belum terpenuhi 3. Opportunity (Peluang) : Kelurahan Cireundeu yang memiliki komposisi penduduk yang heterogen memungkinkan sekali dicapai angka penghimpunan dana zakat yang maksimal, karena potensi zakat di kelurahan Cireundeu jika dilihat dari jenis pekerjaan sebagian besar warga yang tinggal adalah cukup besar 4. Threat (Ancaman) : Kurang transparansinya alur penghimpunan dan pendistribusian dana sosial masyarakat
akan
menyebabkan
kepercayaan
masyarakat
untuk
menurunnya mendermakan
sebagian hartanya kepada Masjid dan Mushalla 1. Strength (Kekuatan) : Lahirnya Undang-undang No. 38 tahun 1999 tentang pengelolaan zakat 2. Weakness
(Kelemahan)
:
Belum
adanya
standarisasi tentang model pencatatan dan aturan
87
tentang kepada siapa pengelolaa melaporkan dan mempertanggung jawabkan kegiatan dan kinerja pengelolaan dana sosial masyarakat 3. Opportunity (Peluang) : Pengelola atau amil dana sosial masyarakat dapat belajar tentang sistem pelaporan dan proses pertanggung jawaban dari segenap Lembaga Amil Zakat professional yang Pengawasan tredapat di sekitar kelurahan Cireundeu serta (Controlling) berkonsultasi kepada segenap pakar dan ahli ekonomi Islam yang terdapat pada beberapa Kampus atau Universitas yang berada di sekitar kelurahan
Cireundeu
mengenai
bagaimana
semestinya kinerja suatu kegiatan pengelolaan dana zakat dilaporkan 4. Threat (Ancaman) : Kepedulian yang kurang terhadap
kegiatan
pengelolaan
dana
sosial
masyarakat, sehingga dikhawatirkan terjadi tindakan curang atau menelantarkan tujuan dan kepentingan bersama demi kepentingan pribadi
88
Bab V PENUTUP A. Kesimpulan Dari pembahasan-pembahasan pada bab sebelumnya, dapat ditarik beberapa kesimpulan terkait dengan Manajemen Pola Retribusi dan Distribusi Dana Sosial Masyarakat pada Masjid dan Musholla di Kelurahan Cireundeu diantaranya adalah 1. Masjid dan Musholla pada dasarnya memiliki beberapa fungsi utama yaitu fungsi tempat ibadah ritual dan fungsi ibadah sosial termasuk didalamnya pengembangan kesejahteraan Ekonomi Ummat.
Namun apa yang Kami
temukan di lapangan pada saat proses penelitian adalah Masjid atau Musholla di Kelurahan Cireundeu belumlah difungsikan secara maksimal. Dengan kata lain, keberadaan Masjid dan Musholla di Kelurahan Cireundeu hanya sebatas difungsikan untuk ibadah ritual harian. Adapun kegiatan lain yang Kami dapati pada sebagian besar Masjid yang Kami datangi adalah kegiatan Ta’lim atau Pendidikan keagamaan untuk anak-anak.
Sedangkan kegiatan yang sifatnya
berbasis ekonomi untuk menghasilkan dan meningkatkan kesejahteraan ekonomi Ummat belum ditemukan dalam bentuk yang cukup signifikan. Adapun kegiatan pengelolaan dana Zakat yang dilakukan oleh Amil atau Panitia Zakat memiliki keterbatasan waktu dan target jangka pendek. Keterbatasan waktu yang Kami 89
maksud adalah hampir keseluruhan Amil atau Panitia Zakat yang ada pada Masjid dan Musholla di Kelurahan Cireundeu melakukan aktifitas pengelolaan dana sosial masyarakat dalam bentuk Zakat, Infaq dan Shodaqoh terbatas hanya dalam bulan ramadhan saja. Tidak atau belum menjadi rutinitas harian yang juga dilakukan diluar bulan Ramadhan. Sedangkan target jangka pendek yang Kami maksud adalah manfaat daripada pengelolaan dana ZIS dirasa belum memenuhi hajat mustahik dalam bentuk jangka panjang seperti peningkatan taraf ekonomi ummat dan pembentukan kesejahteraan ekonomi dalam waktu permanen. 2. Amil atau Panitia Zakat pada Masjid dan Musholla di Kelurahan Cireundeu menggunakan pola kerja yang bisa digolongkan sederhana baik dalam model penghimpunan (retribusi) ataupun model pembagian (distribusi). Untuk model penghimpunan dana sosial masyarakat berupa Zakat, Infaq dan Shodaqoh, hampir keseluruhan Amil Masjid dan Musholla di Kelurahan Cireundeu melakukan kegiatan tersebut dengan model pembukaan stand, tidak menjemput dana kepada Masyarakat padahal pola yang dicontohkan Rasulullah bahwasanya Zakat itu haruslah diambil,
sehingga hasil yang diperoleh pun bisa maksimal.
Untuk model distribusi atau pembagian dana sosial masyarakat yang berhasil dihimpun pada dasarnya bisa dikatakan sesuai dengan apa yang dituntunkan yaitu golongan fakir dan miskin menjadi prioritas utama sebagai objek yang menjadi mustahik.
Namun tetap saja pola seperti ini masih dikategorikan
sederhana, karena belum mengakomodir kebutuhan kemaslahatan musthaik 90
dalam waktu jangka panjang.
Kemudian instrument dalam pelaksanaan
pengelolaan distribusi dana sosial masyarakat ini pun tergolong sederhana misalnya belum ada bentuk standar pencatatan dana yang berhasil terhimpun kemudian model tanggung jawab atas pengelolaan dana yang belum ada standar minimalnya pula. 3.
Jumlah dana sosial masyarakat dalam bentuk Zakat, Infaq dan Shodaqoh
yang berhasil dihimpun Amil atau Panitia Zakat pada Masjid dan Musholla di Kelurahan Cireundeu dalam kisaran satu periode (Tahun 2010M / 1431 H) menurut data yang berhasil Kami peroleh adalah Rp 128.830.000 (Zakat Maal), Rp 198.214.000 (Zakat Fitrah), Rp 4.236.000 (Fidyah) dan Rp 29.147.000 (Infaq dan Shodaqoh) . Jumlah tersebut adalah jumlah penghimpunan dana sosial masyarakat oleh Amil atau Panitia Zakat Masjid dan Musholla di Kelurahan Cireundeu yang berhasil Kami catat diluar jumlah dana yang terhimpun oleh Masjid Jabalul Rahmah karena alasan yang telah dikemukakan pada pembahasan sebelumnya.
Sehingga Akumulasi dana yang berhasil
terhimpun dalam periode satu tahun adalah sekitar Rp 360.427.000 . B. Saran Kami sadar apa yang dilakukan dalam kesempatan kali ini merupakan salah satu bentuk kepedulian Kami akan keberlangsungan kegiatan pengelolaan dana sosial masyarakat oleh Amil atau Panitia Zakat khususnya yang berada di 91
Masjid atau Musholla.
Dengan harapan apa yang Kami dapatkan dalam
penelitian ini dapat memberikan bahan evaluasi yang kemudian akan menghasilkan beberapa saran yang bersifat konstruktif terkait dengan keberlangsungan pengelolaan dana sosial masyarakat ini. Beberapa saran yang coba Kami usulkan diantaranya adalah 1. Perlu diadakan pembenahan Amil atau Panitia Zakat secara struktural, sehingga proses tanggung jawab atas kinerja pengelolaan dana sosial masyarakat yang telah dilakukan jelas. Hal itu terkait pula dengan wewenang dan tugas Amil dalam mengelola dana sosial masyarakat seperti Zakat, Infaq dan Shodaqoh. 2. Diadakan Pelatihan manajemen atau tata kelola dana zakat oleh Lembaga Zakat professional kepada segenap kepengurusan Amil atau Panitia Zakat yang ada di Masjid dan Musholla. Kemudian dari Pelatihan tersebut akan dijelaskan tentang bagaimana cara mengelola dana sosial masyarakat termasuk didalamnya bagaimana
melakukan
penghimpunan
dan
pendistribusian
dana
secara
berkesinambungan. Akhirnya diharapkan proses dan kinerja Amil bisa berjalan secara optimal dan menghasilkan output yang maksimal pula sehingga kesejahteraan Ekonomi Ummat bukanlah menjadi target yang mustahil untuk dicapai namun benar-benar menjadi target pencapaian yang dapat terealisasi.
92
DAFTAR PUSTAKA Nasrida, Desi. Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat melalui Zakat ( Studi Kasus Masyarakat Pasia Minangkabau Perantauan ). Skripsi Jurusan Muamalat Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2007.
Ulfa, Ulin. “Pendayagunaan Zakat untuk Usaha Produktif (Kajian Terhadap Pasal 16Ayat 2 UU no. 38 Tahun 1999 Tentang Pengelolaan Zakat” Skripsi S1, Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga,2005
Amalia, Euis.Keadilan Distributif dalam Ekonomi Islam,Penguatan Peran LKM dan UKM di Indonesia.Jakarta:Raja Grafindo,2009 Hafidhuddin, Didin.Islam Aplikatif.Jakarta:Gema Insani Press,2003 Lathif, AH Azharuddin, Fiqh Muamalat.Ciputat:UIN Jakarta Press,2005 Nasution, Mustafa Edwin. dkk.Pengenalan Eksklusif:Ekonomi Islam.Jakarta:Kencana Prenada Group,2007 Qardhawi, Yusuf.Dr.Terj.Hafiduddin,Didin,KH,Utomo,BudiSetiawan,Tamhid,Aunur Rafiq Shaleh.. Peran Nilai dan Moral dalam Perekonomian Islam. Jakarta : Rabbani Press, 2004, cetakan keempat.
Ali, Muhammad Daud. Sistem Ekonomi Islam Zakat dan Wakaf . Jakarta : UI Press, 1988.
Abdad, M.Zaidi. Lembaga Perekonomian Ummat di Dunia Islam.Bandung :Perecetakan Angkasa, 2003. FOZ, South East Asia Zakat Movement.Jakarta:FOZ, 2008
93
Mas’udi, Masdar F.dkk Reinterpretasi Pendayagunaan ZIS.Jakarta: Piramedia ,2004 Farid Wajidy, Mursyid.Wakaf dan Kesejahteraan Ummat ( Filantropi Islam yang Hampir Terlupakan).Yogyakarta : Pustaka Pelajar,2007 Al Kaaf, Abdullah Zakiy. Ekonomi dalam Perspektif Islam.Bandung:Pustaka Setia,2002 http://www.republika.co.id http://www.kapanlagi.com http://www.dompetdhuafa.org http://www.gatra.com
94
LAMPIRAN Tabel Rekapitulasi Daftar Isian (I) No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23
Nama Masjid/Musholla Al Mughirah al Mujahidin Al Barkah Al Ikhlas Jabalul Rahmah Al Mukhlisin Darus sa'adah Al Istiqomah Ruhama Baitul Ula Al Ikhlas ci Al Irfan At taubah Menara hidayah Al Falah Assyifa Nurussajidin Nurul Yaqin Nurul Iman Al Muhajirin Al Ittihad Al Inayah Al Huda Jumlah (Ya) Jumlah (Tidak) Persentase(Ya) Persentase(Tidak)
1
2
3
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 22 21 22 1 2 1 95.65 91.3 95.7 4.35 8.7 4.35
Perencanaan 4 5 6 7 0 1 1 0 0 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 0 0 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 5 20 21 14 18 3 2 9 21.74 87 91.3 60.9 78.26 13 8.7 39.1
Keterangan Rincian = (1) = Masjid dan Musholla melakukan kegiatan pengelolaan dana ZIS sebagai suatu kebiasaan (habit) pada saat ramadhan
(2) = Masjid dan Musholla melakukan kegiatan pengelolaan dana ZIS dilatarbelakangi oleh faktor fasilitator yang mengakomodir kepentingan ummat dalam menghimpun dan menyalurkan dana zakat
(3) = Mengakomodaasi kepentingan ummat dalam menghimpun dan menyalurkan dana zakat selama ramadhan (4) = Mengisi kekosongan kegiatan masjid dan musholla jelang akhir ramadhan (5) = Kegiatan pengelolaan dana ZIS bersifat momental atau berlaku pada saat ramadhan saja (6) = Panitia / Amil ZIS pada Masjid dan Musholla melakukan rapat / konsolidasi sebelum ramadhan (7) = Melakukan pendataan terbaru tentang muzakki atau mustahik
Tabel Rekapitulasi Daftar Isian (II) No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23
Nama Masjid/Musholla Al Mughirah al Mujahidin Al Barkah Al Ikhlas Jabalul Rahmah Al Mukhlisin Darus sa'adah Al Istiqomah Ruhama Baitul Ula Al Ikhlas ci Al Irfan At taubah Menara hidayah Al Falah Assyifa Nurussajidin Nurul Yaqin Nurul Iman Al Muhajirin Al Ittihad Al Inayah Al Huda Jumlah (Ya) Jumlah (Tidak) Persentase (Ya) Persentase (Tidak)
Pengorganisasian 9 10 11 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 1 0 1 19 15 0 21 4 8 23 2 82.61 65.2 0 91.3 17.39 34.8 100 8.7 8
Keterangan Rincian = (8) = Komposisi kepengurusan Amil zakat terdiri dari pengurus DKM dan Remaja
(9) = Komposisi kepengurusan Amil melibatkan jama'ah dan Aparat Lingkungan
(10)=Amil Masjid di dominasi oleh Amil profesional
(11)=Adanya kejelasan dalam pendistribusian tugas dari masing-masing petugas zakat / Amil
Tabel Rekapitulasi Daftar Isian (III.1) No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23
Nama Masjid/Musholla Al Mughirah al Mujahidin Al Barkah Al Ikhlas Jabalul Rahmah Al Mukhlisin Darus sa'adah Al Istiqomah Ruhama Baitul Ula Al Ikhlas ci Al Irfan At taubah Menara hidayah Al Falah Assyifa Nurussajidin Nurul Yaqin Nurul Iman Al Muhajirin Al Ittihad Al Inayah Al Huda Jumlah(Ya) Jumlah (Tidak) Persentase (Ya) Persentase (Tidak)
12
13
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 19 19 4 4 82.61 82.6 17.39 17.4
Pelaksanaan 14 15 16 17 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 22 10 23 23 1 13 0 0 95.7 43.48 100 100 4.35 56.52 0 0
Keterangan Rincian= (12)=Pengurus (Amil) memiliki data muzakki pada periode sebelumnya (13)=Amil Zakat memasang spanduk tentang keberadaan Amil ZIS di Masjid dan Musholla setempat
(14)=Penghimpunan dana ZIS masyarakat dilakukan dengan cara membuka stand penerimaan ZIS di Masjid dan Musholla
(15)=Pengurus / Amil ZIS menerima proposal permohonan bantuan dana ZIS
(16)=Sasaran distribusi dana ZIS (fitrah) diprioritaskan untuk mustahik golongan fakir miskin
(17)=Dana Zakat fitrah habis dibagikan sebelum khutbah iedul fitri dilaksanakan
Tabel Rekapitulasi Daftar Isian (III.2) No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23
Nama Masjid/Musholla Al Mughirah al Mujahidin Al Barkah Al Ikhlas Jabalul Rahmah Al Mukhlisin Darus sa'adah Al Istiqomah Ruhama Baitul Ula Al Ikhlas ci Al Irfan At taubah Menara hidayah Al Falah Assyifa Nurussajidin Nurul Yaqin Nurul Iman Al Muhajirin Al Ittihad Al Inayah Al Huda Jumlah (Ya) Jumlah (Tidak) Persentase(Ya) Persentase(Tidak)
Pelaksanaan 18 19 20 21 22 23 1 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 0 1 1 1 0 0 1 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 0 0 1 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 0 1 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 15 17 11 6 14 4 8 6 12 17 9 19 65.22 73.9 47.8 26.09 60.9 17.4 34.78 26.1 52.2 73.91 39.1 82.6
Keterangan Rincian = (18)=Dana Zakat fitrah yang masih ada disalurkan untuk mustahik diluar wilayah masjid/musholla setelah mustahik yang ada dilingkungan sekitar masjid /musholla sudah menerima
(19)=Pengurus Amil ZIS bekerja sama dengan Remaja Masjid/Musholla selama proses pendistribusian dana ZIS
(20)=Pengurus Amil ZIS bekerja sama dengan aparat selama proses pendistribusian dana ZIS
(21)=Pengurus Amil ZIS menyetorkan sejumlah dana zakat fitrah kepada lingkungan atau aparat lingkungan setempat untuk diserahkan kepada BAZIS pemerintah terkait
(22)=Sisa dana Infaq dan shodaqoh serta zakat maal dialokasikan kedalam kas masjid atau musholla
(23)=Dana zakat maal dikelola oleh DKM (Amil ZIS) untuk kegiatan yang bernuansa produktif (usaha)
Tabel Rekapitulasi Daftar Isian (IV) No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23
Nama Masjid/Musholla Al Mughirah al Mujahidin Al Barkah Al Ikhlas Jabalul Rahmah Al Mukhlisin Darus sa'adah Al Istiqomah Ruhama Baitul Ula Al Ikhlas ci Al Irfan At taubah Menara hidayah Al Falah Assyifa Nurussajidin Nurul Yaqin Nurul Iman Al Muhajirin Al Ittihad Al Inayah Al Huda Jumlah (Ya) Jumlah (Tidak) Persentase (Ya) Persentase (Tidak)
Pengawasan 24 25 26 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 0 0 0 17 17 13 6 6 10 73.91 73.9 56.5 26.09 26.1 43.5
Keterangan Rincian = (24)=Pengurus Amil ZIS melakukan rapat konsolidasi dengan pengurus DKM terkait dengan pelaksanaan pengelolaan ZIS periode ini
(25)=Pengurus Amil ZIS membuat rekapitulasi penerimaan ZIS untuk diketahui oleh semua kepengurusan Amil ZIS
(26)=Laporan rekapitulasi penerimaan dan pengeluaran dana ZIS diinformasikan pada jama'ah saat menjelang Shalat 'ied dimulai
Tabel Pihak yang diinterview No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23
Nama Masjid/Musholla Al Mughirah al Mujahidin Al Barkah Al Ikhlas Jabalul Rahmah Al Mukhlisin Darus sa'adah Al Istiqomah Ruhama Baitul Ula Al Ikhlas ci Al Irfan At taubah Menara hidayah Al Falah Assyifa Nurussajidin Nurul Yaqin Nurul Iman Al Muhajirin Al Ittihad Al Inayah Al Huda
Pengurus yang di wawancara Johar Muhammad Nur Abdul Aziz Syam Muhyi Khoiruddin M. Miftahur Razi Basirun Bahrul Ulum Alek Iskandar Yusron SY Firmansyah Muntaqo Hanafi Ahmad Iqbal S H. Mursidin Sofyan Alifuddin Syaifuddin HM Hamdani H. Ahmad H.M. Thabrani Andri Saiful Anwar Abdulla Husein H.M. Hatta
ukan dengan dan Musholla
Daftar Checklist Instrumen Pengumpulan Data ( Studi Kasus Manajemen Dana Sosial Masyarakat, Masjid dan Mushola di Kelurahan Cireundeu )
Masjid/ Musholla Wilayah Pengisi Daftar Checklist Jabatan DKM/sejenisnya
:.................................... :.................................... :.................................... :....................................
Untuk keperluan penelitian ini, Kami yang bertanda tangan dibawah ini akan memberikan informasi dan data sesuai sesuai dengan keadaan dan kondisi yang berlaku, tanpa mengurangi ataupun merekayasa agar dicapai hasil peneltian yang bersifat obyektif.
(.................................) Sub Variabel (Dimensi)
Indikator/Kisi a.1. Latar Belakang
Format Pernyataan Pernyataan Pernyataan
a.2. Tujuan
a. Perencanaan
a.3. Konsistensi lembaga (Panitia)
a.4. Persiapan pra aktivitas
Pernyataan Pernyataan Pernyataan Pernyataan Pernyataan Pernyataan Pernyataan Pernyataan Pernyataan
Redaksi a.1.1.Faktor Habit (kebiasaan) pada saat Ramadhan a.1.2. Faktor Fasilitator yang mengakomodir kepentingan Ummat dalam menghimpun dan menyalurkan dana zakat a.2.1. Mengakomodasi kepentingan Ummat dalam menghimpun dan menyalurkan dana Zakat selama Ramadhan a.2.2. Menjadi amil yang mengelola dana Zakat selama periode kepengurusan berlaku a.2.3.Mengisi kekosongan kegiatan di Masjid/mushola jelang akhir Ramadhan a.3.1. Bersifat momental (berlaku pada saat Ramadhan saja) a.3.2. Berlaku periodik (masa kepengurusan) a.3.3. Lembaga Amil Zakat Profesional a.4.1. Konsolidasi / Rapat Persiapan sebelum Ramadhan a.4.2. Pemilihan Petugas Zakat secara random (acak) a.4.3. Melakukan Pendataan Terbaru muzakki ataupun mustahik a.4.4.Melakukan pelatihan Tata Kelola zakat bekerja sama dengan Lembaga Zakat Profesional
Hasil (..........) (..........) (..........) (..........) (..........) (..........) (..........) (..........) (..........) (..........) (..........) (..........)
b.1. Tenaga Kerja (Pelaksana Tugas)
b. Pengorganisasian
b.2. Waktu Pelaksanaan
Pernyataan Pertanyaan Pernyataan Pernyataan Pernyataan Pernyataan Pernyataan Pernyataan Pernyataan
b.3. Pembagian Tugas
Pernyataan Pernyataan Pernyataan Pertanyaan Pernyataan Pernyataan
c.1. Retribusi Pernyataan Pernyataan Pernyataan c. Pelaksanaan
Pernyataan Pernyataan Pernyataan Pernyataan c.2. Distribusi
Pernyataan Pertanyaan Pernyataan Pernyataan
b.1.1.Kepengurusan DKM (Orang Tua) saja b.1.2. Kepengurusan DKM melibatkan segenap Jama’ah rutin b.1.3. Kepengurusan DKM bekerja sama dengan remaja b.1.4. kepengurusan DKM bekerja sama dengan aparat lingkungan b.1.5.Memakai jasa tenaga Amil zakat profesional b.1.6. Tenaga Amil dipilih oleh Pengurusan Yayasan/DKM setempat b.2.1. Pada saat Ramadhan saja b.2.2. Sesuai dengan masa kepengurusan (terbentuk amil semi permanen)/ Periodik (tahunan) kinerja pasca Ramadhan b.3.1.Adanya kejelasan dalam pendistribusian tugas dari masing-masing petugas Zakat b.3.2.Acak (Serabutan), pembagian tugas yang tidak terkoordinir b.3.3.Profesional, distribusi tugas sangat rapih karena di huni oleh SDM yang berpengalaman dan mumpuni c.1.1.Pengurus (Amil) memiliki data Muzakki periode sebelumnya c.1.2. Pengurus (Amil) menyebarkan Leaflet(edaran) tentang keberadaan Amil Zakat Masjid kepada Masyarakat sekitar c.1.3. Pengurus (Amil) memasang Spanduk tentang keberadaan Amil ZIS di Masjid/Mushola terkait c.1.4.Penghimpunan dana ZIS masyarakat, dilakukan dengan cara di ambil langsung ke rumah warga c.1.5. Penghimpunan dana ZIS masyarakat, dilakukan dengan cara membuka Stand Penerimaan ZIS di Masjid/Mushola c.1.6.Pengurus Amil ZIS juga menerima Fidyah c.1.7.Pengurus Amil ZIS bekerja sama dengan aparat lingkungan dalam hal penghimpunan dana ZIS lingkungan c.1.8.Terdapat Kotak amal khusus untuk Santunan Anak Yatim
(..........) (..........) ..........) (..........) (..........) (..........) (..........) (..........)
c.2.1.Pengurus Amil ZIS memiliki data Mustahik periode sebelumnya c.2.2. Pengurus Amil ZIS menerima Proposal Permohonan bantuan dana ZIS c.2.3. Sasaran distribusi dana ZIS (Fitrah) di prioritaskan untuk mustahik (Gol Fakir dan Miskin) c.2.4.Pembagian dana ZIS di lakukan di Pertengahan bulan Ramadhan c.2.5. Pembagian dana ZIS di lakukan beberapa hari menjelang idul fitri tiba c.2.6.Untuk Dana Zakat Fitrah habis dibagikan sebelum Khutbah Iedul Fitri dikumandangkan c.2.7. Fidyah langsung didistribusikan untuk mustahik pada saat Pengurus Amil menerima dari pihak yang menyerahkannya
(..........) (..........) (..........)
(..........) (..........) (..........) (..........) (..........) (..........) (..........) (..........) (..........) (..........) (..........)
(..........) (..........) (..........) (..........)
Pernyataan
Pernyataan Pernyataan Pernyataan
Pernyataan Pernyataan Pernyataan c.3. Pengelolaan Terkait
Pernyataan Pernyataan Pernyataan Pernyataan
d.1. Tanggungjawab internal
Pernyataan Pernyataan Pernyataan
d. Pengawasan
Pernyataan d.2. Tanggungjawab eksternal
Pernyataan
Pernyataan
c.2.8.Jika mustahik yang ada di lingkungan sekitar masjid/Mushola sudah menerima dana Zakat secara keseluruhan, apakah dana zakat yang masih ada disalurkan untuk mustahik di luar wilayah masjid/Mushola terkait. c.2.9.Pengurus Amil ZIS bekerja sama dengan aparat selama proses pendistribusian dana ZIS c.2.10. Pengurus Amil ZIS bekerja sama dengan Remaja Masjid selama proses pendistribusian dana ZIS c.2.11.Pengurus Amil ZIS menyetorkan sebagian dana Zakat Fitrah kepada lingkungan atau aparat lingkungan setempat untuk diserahkan kepada BAZIS pemerintah terkait. c.3.1.Dana ZIS habis terdistribusikan selama bulan Ramadhan c.3.2. Sisa Infak, Shadaqoh dan Zakat Maal dialokasikan ke dalam Kas Masjid atau Mushola c.3.3.Dana Zakat Maal yang tersedia di pergunakan untuk program pembangunan fisik Masjid atau Mushola c.3.4. Dana Zakat Maal yang tersedia dipergunakan untuk kegiatan sosial,seperti Santunan Yatim dll c.3.5. Dana Zakat Maal di kelola oleh DKM (Amil ZIS) untuk kegiatan yang bernuansa produktif (usaha) c.3.6.Jumlah Sisa Dana Zakat Maal tergolong besar, sehingga dijadikan modal untuk membuat Koperasi Syariah (BMT) d.1.1.Pengurus Amil ZIS melakukan rapat konsolidasi dengan pengurus DKM terkait dengan pelaksanaan ZIS periode ini d.1.2. Pengurus Amil ZIS membuat Rekapitulasi Penerimaan ZIS untuk diketahui oleh semua Kepengurusan Amil ZIS d.1.3.Pengurus Amil ZIS membuat rekapitulasi pengeluaran atau distribusi dana ZIS untuk diketahui oleh semua kepengurusan Amil ZIS d.2.1.Laporan Rekapitulasi Penerimaan dan Pengeluaran Dana ZIS diinformasikan pada Jamaah saat menjelang Shalat Ied dimulai d.2.2. Laporan Rekapitulasi Penerimaan dan Pengeluaran Dana ZIS dicantumkan/ditempel di Papan Informasi Masjid/ Mushola d.2.3.Pengurus Amil ZIS membuat semacam LPJ (Laporan Pertanggungjawaban) untuk diserahkan kepada Muzakki (yang menyerahkan) dana zakat Maal d.2.4. Pengurus Amil ZIS juga membuat semacam LPJ (Laporan Pertanggung Jawaban) untuk diserahkan kepada Aparat lingkungan (kepala lingkungan/RW)
(..........)
(..........) (..........) (..........)
(..........) (..........) (..........) (..........) (..........) (..........) (..........) (..........) (..........) (..........) (..........) (..........)
(..........)
Pernyataan Pernyataan
d.3. Model Pengawasan
Pernyataan
d.3.1. Kepengurusan Yayasan atau DKM melakukan rapat evaluasi Pasca Pelaksanaan kegiatan ZIS periode terkait d.3.2.Kepengurusan Amil ZIS (permanen) melakukan evaluasi berkala terkait dengan kegiatan selama proses penghimpunan dan penditribusian Dana ZIS d.3.3.Tidak perlu diadakannya proses evaluasi, karena pengelolaan ZIS masih sangat sederhana
UNTUK DATA STATISTIK
JUMLAH DANA TERKUMPUL MENURUT TAHUN
NO ASPEK DANA 2007
2008
2009
2010
1
Zakat Mal
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
2
Zakat Fitrah
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
3
Fidyah
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
4
Infak
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
5
Sedekah
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
(..........) (..........)
(..........)
UNTUK DATA STATISTIK No
JUMLAH DANA YANG DISALURKAN MENURUT JENIS DANA, ALOKASI KELOMPOK PENERIMA. DAN TAHUN
ASPEK 2007
1
2
3
4
2008
2009
2010
Zakat Mal
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
a. Fakir-miskin/yatim
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
b. Amil
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
c. Mesjid/Mushola
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Zakat Fitrah
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
a. Fakir-miskin/yatim
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
b. Amil
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
c. Mesjid/Mushola
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Infak
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
a. Fakir-miskin/yatim
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
b. Amil
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
c. Mesjid/Mushola
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Sedekah
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
a. Fakir-miskin/yatim
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
b. Amil
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
c. Mesjid/Mushola
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
UNTUK DATA STATISTIK No
JUMLAH DANA YANG DISALURKAN MENURUT JENIS DANA, ALOKASI BIDANG. DAN TAHUN
ASPEK 2007
1
2
3
2008
2009
2010
Zakat Mal
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
a. Bidang Konsumtif
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
b. Bidang Produktif
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
c. Panitia/Amil
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
d. Mesjid/Mushola
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Zakat Fitrah
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
a. Bidang Konsumtif
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
b. Bidang Produktif
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
c. Panitia/Amil
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
d. Mesjid/Mushola
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Infak/Sedekah
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
a. Bidang Konsumtif
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
b. Bidang Produktif
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
c. Panitia/Amil
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
d. Mesjid/Mushola
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.