PRAKTIK DISTRIBUSI HARTA ZAKAT DI SELANGOR (SUATU KAJIAN PENERAPAN ENAKMEN ZAKAT)
SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Syariah (S.Sy)
OLEH
AZIDAH BINTI AHMAD ZAKI NIM: 109045200034
KONSENTRASI SIYASAH SYAR’IYYAH PROGRAM STUDI JINAYAH SIYASAH FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1432 H/2011 M
PRAKTEK DISTRIBUSI HARTA ZAKAT DI SELANGOR (SUATU KAJIAN PENERAPAN ENAKMEN ZAKAT) Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Syari’ah dan Hukum untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Islam (S.Sy)
Oleh Azidah binti Ahmad Zaki NIM: 109045200034
Di Bawah Bimbingan
Dr. Asep Saepudin Jahar MA NIP: 196912161996031001
KONSENTRASI SIYASAH SYAR’IYYAH PROGRAM STUDI JINAYAH SIYASAH FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1432 H/2011 M
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa: 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperloleh gelar Strata 1 (S1) di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta: 9 Maret 2011 M 4 Rabiul Tsani 1432 H
Azidah Ahmad Zaki
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, Tuhan yang telah menganugerahkan deen al-Islam kepada kita. Selawat serta salam buat junjungan besar Nabi Muhammad SAW, pesuruh Allah yang telah menyampaikan risalah ilahiyyah kepada umatnya. Serta ahli keluarga dan para sahabat yang telah berkorban demi memperjuangkan ajaran Allah SWT dan Rasulullah SAW ke seluruh alam.
Skripsi berjudul:
PRAKTEK
DISTRIBUSI
HARTA
ZAKAT
DI
SELANGOR (SUATU KAJIAN PENERAPAN ENAKMEN ZAKAT), ditulis untuk memenuhi dan melengkapi syarat-syarat dalam mencapai gelar sarjana Sarjana Syariah (S.Sy) pada Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Jakarta.
Skripsi ini dapat diselesaikan karena mendapat dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu sebagai ungkapan rasa hormat penulis persembahkan rasa terima kasih yang tidak terhingga kepada yang terhormat:
1. Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM, sebagai Dekan Fakultas Syariah dan Hukum, UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, yang telah memberi kepercayaan kepada penulis dalam menyusun skripsi ini.
i
2. Ketua Program Studi Jinayah Siyasah, dan Sekretaris Program Studi Jinayah Siyasah, Dr. Asmawi M.Ag., Afwan Faizin MA. yang telah membantu penulis sejak masa perkuliahan hingga berakhirnya skripsi ini. Tidak lupa mantan Sekretaris Program Studi Jinayah Siyasah, Ibu Sri Hidayati M.Ag yang banyak membantu penulis dalam pengurusan akademik. 3. Dr. Asep Saepudin Jahar MA., selaku pembimbing yang sabar memberikan petunjuk ke arah perfeksi penulisan, meluang waktu dan banyak memberi masukan kepada penulis hingga tuntasnya skripsi ini. 4. Seluruh dosen Fakultas Syariah dan Hukum di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan seluruh dosen serta semua staf di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta umumnya yang membantu penulis dalam setiap pengurusan hingga berhasil menyelesaikan penulisan ini. 5. Seluruh dosen Kolej Darul Quran Islamiyah yang tidak jemu memberi ilmu kepada penulis sebagai anak didik mereka dan semua staf di Kolej Darul Quran Islamiyah yang sering memberi tunjuk ajar secara langsung atau tidak langsung. 6. Seluruh staf perpustakaan FSH dan Perpustakaan Utama, karyawan dan karyawati, Pegawai Eksekutif Bahagian Perencangan Korporat Lembaga Zakat Selangor, Pegawai Lembaga Zakat Selangor yang terlibat secara langsung dan tidak langsung, Pegawai Majlis Agama Islam Selangor yang terlibat secara langsung atau tidak langsung, Perbadanan Perpustakaan Awam
ii
Negeri Selangor, dan Institut Kefahaman Islam Malaysia yang banyak membantu memfasilitasi penyelesaian penulisan skripsi ini. 7. TYT. Dato’ Duta Malaysia di Indonesia, Tuan Pengarah JPMI, Atase Agama serta seluruh staf Kedutaan Besar Malaysia di Indonesia atas pengawasan dan kebajikan yang diberikan. 8. Teristimewa buat Abi dan Ummi tercinta, Ahmad Zaki bin Arsad dan Hamidah binti Ismail, serta adik-adik yang disayangi, Bangah, Benbaz, Deklah dan Bashir yang tidak jemu memberi semangat dan dukungan sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan ini dengan sempurna. Barakallahhu Fikum Daiman Abadaa. 9. Mama Khalidah Amnah, Baba Abdul Kashaf, Ashraf Al-Fahmi, kakak Afeena, adik Ilham, adik Aiman, adik Nuha, Aunt Za juga saudara-mara penulis yang sering mendoakan kejayaan penulis dan sokongan moral yang diberikan hingga masa ini tidak penulis lupakan. 10. Sahabat seperjuangan, Nur Jalilah, Siti Hasanah, Hawa Afiqah, Sarah Amalina, Rab’atun, Nur Hidayah, Shifrah, Rozilawati, Rabiatul Adawiyah, Nurfaizah, Alfiyah, Siti Hajar, Bayah, Nor Hayati, Aishah, Maryam, Umi Farhah, Hafizah, Zaza, Riduan, Hazwan, Ukasyah, Syammil, Saifuddin, Arief, serta teman-teman dari IPA dan KUDQI seluruhnya dan yang mengenali penulis yang tidak mampu penulis catatkan satu persatu di sini. Yang banyak memberi motivasi dan kata-kata semangat demi keberhasilan penulisan ilmiah ini dan terima kasih juga atas kebersamaan kalian bersama penulis selama iii
perkuliahan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Semoga kita tetap dalam memperjuangan Islam. 11. Kerajaan Malaysia dan Pemerintah Indonesia. Akhir kalam, Barakallahhu Fikum Daiman Abadaa Wa Jazakumullahhu Khairal Jaza dan semoga skripsi ini dapat memberikan masukan yang positif kepada pembaca sekalian, segala bantuan yang telah diberikan kepada penulis hanya Allah yang selayaknya membalas. Dalam penulisan ini tentu tidak luput dari kekhilafan dan kesalahan, karenanya kritikan dan saran yang bersifat konstruktif sangat diharapkan dan akan diterima dengan baik.
Jakarta: 10 Maret 2011 M 5 Rabiul Tsani 1432 H
Penulis
iv
DAFTAR TABLE
TABLE 4.1 Jumlah Asnaf Fakir dan Miskin Tahun 2008 .................................. 71 TABLE 4.2 Jumlah Asnaf Fakir dan Miskin Tahun 2009 .................................. 72 TABLE 4.3 Pendistribusian Zakat Mengikut Asnaf (2008&2009)..................... 80 TABLE 4.4 Pendistribusian Zakat Mengikut Program (2008&2009)................. 80 TABLE 4.5 Jumlah Asnaf Fakir dan Miskin (2008&2009) ............................... 81 TABLE 4.6 Jumlah Pengumpulan Zakat Negeri Selangor Tahun (1995-2009) .. 98 TABLE 4.7 Jumlah Distribusi Zakat Selangor Tahun (1994-2009) ................... 99 TABLE 4.8 Analisa Pengumpulan Zakat Perniagaan Antara Negeri-negeri di Malaysia (2006&2005) .................................................................. 100 TABLE 4.9 Analisa Pengumpulan Lain-lain Harta Zakat Antara Negeri-negeri di Malaysia (2006&2005) .................................................................. 101 TABLE 4.10 Analisa Pengumpulan Zakat Pendapatan Antara Negeri-negeri di Malaysia (2006&2005) .................................................................. 102
vii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ...................................................................................... i DAFTAR ISI .................................................................................................... v DAFTAR TABLE ............................................................................................ vii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ................................................................... 1 B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ................................................ 7 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ......................................................... 7 D. Tinjauan Kepustakaan ...................................................................... 8 E. Metode Penelitian dan Teknik Penulisan........................................... 10 F. Sistematika Penulisan ....................................................................... 11 BAB II PENDISTRIBUSIAN ZAKAT MENURUT FIKIH A. Garis Panduan Agama Dalam Pendistribusian Zakat ......................... 13 B. Pendistribusian Zakat ....................................................................... 17 C. Pola Penyaluran Zakat ...................................................................... 24 D. Sejarah Pengelolaan Zakat ................................................................ 27 BAB III PENGELOLAAN ZAKAT DI MALAYSIA A. Pengelolaan Zakat di Malaysia ......................................................... 33 B. Aturan Zakat Selangor (Enakmen Pentadbiran Islam Selangor 2003) 39 C. Sejarah Pengelolaan Zakat di Selangor ............................................. 46
v
BAB IV ATURAN ENAKMEN ZAKAT DAN PENGELOLAAN ZAKAT OLEH LEMBAGA ZAKAT SELANGOR A. Pengertian Umum Tentang Manajemen ............................................ 57 B. Pengelolaan Pendistribusian Zakat di Selangor ................................. 59 C. Pendistribusian Terhadap Asnaf ........................................................ 61 D. Problematika Pendistribusian Zakat Selangor ................................... 82 E. Analisa Pendistribusian Zakat Oleh Lembaga Zakat Selangor ........... 86 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ...................................................................................... 90 B. Saran-saran ....................................................................................... 93 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN
vi
1
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Zakat menurut bahasa berarti “berkembang”, “berkah”, “bertambahnya kebaikan”, dan terkadang diartikan “menyucikan” seperti firman Allah SWT dalam surah asy-Syams ayat 9, artinya: “Sesungguhnya beruntunglah orang yang menyucikannya (jiwa itu). Yakni orang yang membersihkan dirinya dari segala kotoran. Juga dapat diartikan “pujian” seperti firman Allah SWT dalam surah anNajm ayat 32, artinya: “Maka janganlah kalian menganggap diri kalian suci”. Yakni jangan memuji diri kalian. Menurut syara’, zakat adalah sebutan untuk sesuatu yang dikeluarkan dari kekayaan atau badan dengan cara tertentu atau ungkapan untuk kadar tertentu yang diambil dari kekayaan tertentu, yang wajib diberikan kepada golongan tertentu.1 Sebagaimana maklum, zakat adalah rukun Islam yang kelima. Tanpanya Islam seseorang tidak sempurna. Mengingkari kewajibannya bisa menyebabkan kekufuran. Ini suatu nilai yang ditegakkan oleh agama Islam sendiri dan dijunjung tinggi oleh semua umat Islam. Zakat adalah antara perkara terkait dengan hukum syara’yang telah mendapat perhatian pihak pemerintah negara dalam penetapan perundang-undangannya. Adalah tidak tepat untuk mengatakan bahwa urusan zakat itu hanyalah tuntutan syara’ yang bersifat individu semata, bahkan ia menjadi tanggung jawab pemerintah dalam pengurusannya. Karena itu pembahasan terkait dengan zakat
1
Wahbah Zuhaili, Fiqh Imam Syafi’i (Terj) (Jakarta: Penerbit Al-Mahira), h. 433.
2
tidak hanya dibahas dalam kitab-kitab hukum syara’ tetapi juga menjadi pembahasan dalam bagian ketatanegaraan sebagai salah satu sumber keuangan Negara Islam. 2 Al-Mawardi misalnya, membincangkan persoalan ini dalam bukunya Al-Ahkam Al-Sultaniyyah bagian kesebelas di bawah judul Fi Wilayah Al-Sadaqat, yang berarti zakat3. Zakat adalah instrumen penting dalam sektor ekonomi Islam dan pendorong kemajuan serta kemakmuran umat Islam di seluruh dunia. Untuk itu, institusi zakat perlu diatur dan diurus dengan efisien dan sistematik karena sejak sekian lama zakat menjadi wilayah dan medium terpenting untuk pengaturan ekonomi dalam masyarakat Islam. Melalui sistem penyebaran zakat yang baik dapat menjadi alternatif kestabilan ekonomi yang sedang melanda dunia saat ini. Menurut ulama kontemporer Dr. Yusuf Qardhawi dalam bukunya Musykilah Al-Faqr Wakaifa 'Aalajaha Al-Islam, "Islam tidak menempatkan masalah zakat sebagai urusan perorangan, melainkan sebagai salah satu tugas pemerintahan Islam. Zakat bukanlah kewajiban individu yang pelaksanaannya bergantung kepada hati nurani masing-masing orang. Tetapi zakat adalah suatu kewajiban yang dilaksanakan di bawah pengawasan negara, di mana negaralah yang mengatur sistem pemungutan dan pendistribusian zakat itu."4 Menurut ajaran Islam, zakat sebaiknya dipungut oleh negara atau lembaga yang diberi mandat oleh negara dan atas nama pemerintah yang bertindak sebagai
2
Mahmood Zuhdi Hj. Ab. Majid, Kuasa-kuasa dan Kaedah Pentadbiran Zakat di Malaysia, Jurnal Syariah, Januari 1994. 3 Di dalam al-Quran dan al-Hadis, perkataan zakat kadangkala juga disebut sebagai “sadaqah”. 4 Yusuf Qardhawi, Musykilat al-Faqr Wa Kayfa ‘Alijaha Al-Islam (Beirut: Muassasah arRisalah, Cet 10, 1994), h. 80.
3
wakil fakir miskin. Pengelolaan di bawah otoritas badan yang dibentuk oleh negara akan jauh lebih efektif pelaksanaan fungsi dan dampaknya dalam membangun kesejahteraan umat yang menjadi tujuan zakat itu sendiri, dibanding zakat dikumpulkan dan didistribusikan oleh lembaga yang berjalan sendiri-sendiri dan tidak ada koordinasi satu sama lain.5 Institusi zakat adalah salah satu institusi Islam yang sangat berperan dalam menyusun dan membangun kekuatan sosio ekonomi ummah. Di Malaysia pada umumnya hanya terdapat sebuah institusi keuangan dan pemegang harta dalam Islam yang dinamakan Baitul Mal. Ia meliputi berbagai jenis harta seperti zakat, harta wakaf, harta khairat (shadaqah), dan kebajikan serta lain lagi. Untuk memudahkan urusan administrasi, Baitul Mal diberi kewenangan pada setiap negeri-negeri di Malaysia dan pada dasarnya harta-harta yang terkumpul itu mempunyai kepentingan masing-masing, baik untuk masyarakat malah untuk negara. Maksud yang lebih jelas, institusi Baitul Mal ini adalah bagian terpenting dalam struktur keuangan dan belanjawan (pengelolaan) dalam negara Islam. Harta-harta yang terkumpul dalam khazanah Baitul Mal merupakan harta negara yang dimiliki oleh semua rakyat yang tinggal dan menetap di negara tersebut. Dengan kata lain, Baitul Mal berfungsi sebagai tempat menyimpan harta dalam sebuah negara untuk faedah dan tujuan umum.6 Berdasarkan Dictionary of Islam yang dipetik dari buku Jurnal Undangundang IKIM, definisi Baitul Mal adalah Perbendaharaan Negara yang menerima 5
M. Arifin Purwakananta dan Noor Aflah, Southeast Asia Zakat Movement (Padang: Forum Zakat (FOZ), 2008), h. 36. 6
Institut Kefahaman Islam Malaysia (IKIM), Jurnal Undang-undang, IKIM Law Journal, (Kuala Lumpur: Subscription/ Marketing) Vol. 4/ No.2/ 2000, h. 97.
4
uang yang dikumpul oleh negara Islam dari berbagai sumber keuangan seperti zakat, ghanimah, harta benda yang tiada pemiliknya serta derma dari wilayahwilayah pemerintahan Islam. Ia juga merupakan tempat menyimpan harta orang Islam dalam sebuah negara dan pemerintah boleh menggunakan harta tersebut untuk tujuan umum.7 Kesadaran terhadap tanggung jawab membayar zakat dalam masyarakat Malaysia umumnya semakin meningkat. Pelbagai usaha telah dibuat untuk memastikan zakat sebagai rukun Islam ke lima dilaksanakan dengan sempurna. Pendirian institusi zakat yang formal adalah antara usaha yang telah dilakukan oleh pemerintah Malaysia. 8 Di Malaysia, zakat dikelolakan oleh 14 buah negeri (daerah) sesuai dengan kuasa yang diperuntukkan oleh Perlembagaan Malaysia (konstitusi Malaysia) yang antara lain menyatakan secara jelas bahwa pengurusan agama Islam yang berada di bawah kuasa negeri-negeri. Praktek ini sudah sekian lama ada dan telah menjadi tradisi yang disepakati oleh setiap negeri-negeri. Dengan itu setiap negeri memiliki sebuah institusi zakat yang diberi otoritas oleh pemerintah atau kerajaan negeri (pemerintah daerah) untuk mengelola harta zakat negerinya. Dengan itu telah dibentuk Majlis Agama Islam Negeri (MAIN) bagi setiap daerah. Maka pengurusan Baitul Mal adalah dibawah tanggung jawab MAIN. Ada sebagian Majlis Agama Islam Negeri-negeri di Malaysia telah mendirikan sebuah institusi atau lembaga zakat yang terpisah dan bersifat mandiri dalam pengurusan harta zakat. Namun, ia masih bertanggungjawab untuk melaporkan 7
Jurnal Undang-undang IKIM, (IKIM), h. 97. Didin Hafidhuddin, dkk, The Power Of Zakat (Malang: UIN Malang Press, Cet 1, 2008), h.
8
205.
5
segala aktivitas dan kinerja organisasi ke Majlis Agama Islam. Antara organisasi yang terbentuk, hanya Lembaga Zakat Selangor dan Pusat Urus Zakat (Pulau Pinang) yang diberikan wewenang untuk mengelolakan zakat secara sepenuhnya yaitu mengutip dan mengagihkan zakat.9 Negeri Selangor dengan wewenang yang dinyatakan dalam Enakmen Pentadbiran Agama Islam Negeri Selangor 2003 telah memprivatisasi pengurusan institusi zakatnya. Baitul Mal negeri Selangor yang bertanggung jawab mengelola sumber keuangan masyarakat Islam Selangor telah diswastakan dengan pendirian Pusat Pungutan Zakat (PPZ) atau Pusat Zakat Selangor (PZS) pada tahun 1994. Perkara ini berlaku apabila Majlis Agama Islam Selangor (MAIS), mendaftar Baitul Mal sebagai anak perusahaan di bawah MAIS dengan nama PPZ atau PZS. Ide privatisasi PPZ/PZS dalam meningkatkan kinerja pemungutan dan distribusi harta zakat Selangor telah berhasil hingga menempatkan negeri Selangor di tempat paling atas dalam daftar pemungutan dan distribusi harta zakat antara semua negeri di Malaysia. Contohnya, pada tahun 2004, PZS berhasil mengumpul dana zakat dengan jumlah RM 108,826,547.05 juta dan jumlah ini meningkat pada tahun 2005 dengan jumlah RM 131,121,829 juta. (Laporan Pengurusan Zakat Selangor 2005). Bersesuaian perubahan waktu, PPZ/PZS telah dirubah nama kepada Lembaga Zakat Selangor (LZS) pada tahun 2006 bertujuan memberi imej baru dalam pengurusan harta zakat dikarenakan pengumpulan zakat mencapai jumlah RM100 juta per tahun.
9
M. Arifin Purwakananta dan Noor Aflah, Southeast Asia Zakat Movement, h. 36.
6
Selangor pada tahun 2003 telah menyatakan sebagai sebuah negeri yang maju seharusnya seiring dengan pengentasan kemiskinan yang ada dalam masyarakat negeri Selangor. Namun apa yang berlaku tidak seperti yang dinyatakan karena isu kemiskinan masih menjadi obrolan utama antara masyarakat terutama media massa yang akhir-akhir ini sering mengeluarkan isu kemiskinan pada umum. Mayoritas masyarakat miskin adalah dari orang-orang Islam sendiri. Dan Islam telah menetapkan bahwa keberadaan zakat adalah untuk menanggulangi masalah kemiskinan orang-orang Islam. Di sini terlihatnya peran pengelolaan dana zakat oleh institusi zakat Selangor karena sebagaimana yang diketahui, zakat berperan dalam membantu meningkatkan taraf hidup asnaf. Hasil pengumpulan yang banyak diharapakan dapat mengurangi jumlah asnaf fakir dan miskin. Dari uraian di atas, penulis ingin meneliti sejauh manakah pengumpulan yang banyak oleh LZS itu dapat meningkatkan kehidupan para asnaf terutama asnaf fakir dan miskin di Selangor. Bagaimana sistem pengelolaan zakat yang dilakukan oleh LZS dalam perkara pendistribusian sehingga berhasil membantu mengeluarkan asnaf dari kelompoknya. Apakah dana zakat yang diberikan kepada asnaf itu benar-benar membantu asnaf dalam meningkatkan kualitas kehidupan mereka. Permasalahan inilah yang akan diangkat dalam judul skripsi, dan penulis berasa tertarik untuk meneliti dan mengkaji dengan lebih dalam tentang hal-hal yang terkait dengan pengelolaan dana zakat oleh Lembaga Zakat Selangor dalam pendistribusian kepada asnaf yang akan dicurahkan di dalam skripsi berjudul
7
"Praktek Distribusi Harta Zakat di Selangor (Suatu Kajian Penerapan Enakmen Zakat)." B. Pembatasan dan Perumusan Masalah Dalam pembahasan skripsi ini, penulis hanya membatasi permasalahan tentang konsep dan wewenang pengelolaan zakat di Selangor menurut Enakmen Pentadbiran Islam Selangor (pelaksanaan pengelolaan Islam Selangor). Pengurusan Lembaga Zakat Selangor dalam pengumpulan dan pendistribusian harta zakat perlu diteliti dan dilihat pengaruhnya agar dapat dijelaskan secara komprehensif. Namun demikian, agar pembahasan lebih terarah maka diperlukan pembatasan pembahasan, untuk itu rumusan permasalahan yang dapat dirinci dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut: 1. Bagaimana kewenangan Selangor dalam pengelolaan zakat dihubungkan dengan kerajaan Malaysia? 2. Bagaimana sistem pengelolaan dana zakat oleh Lembaga Zakat Selangor? 3. Bagaimana peran dana zakat Selangor kepada asnaf di Selangor? C. Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan dan manfaat yang ingin digapai dalam penelitian ini antaranya adalah: 1. Tujuan dari penelitian ini adalah: a. Menjelaskan bagaimana kerajaan Malaysia memberi kewenangan kepada negeri-negeri di dalamnya dalam pengelolaan zakat terutamanya Negeri Selangor. b. Menjelaskan tentang sistem pengelolaan dana zakat Selangor melalui pengumpulan dan distribusi zakat oleh Lembaga Zakat Selangor.
8
c. Meneliti dan menjelaskan konsep yang digunakan Lembaga Zakat Selangor untuk membantu asnaf dalam distribusi dana zakat. 2. Manfaat dari penelitian ini antara lain: a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat dalam memahami bagaimana kewenangan yang diberikan oleh kerajaan Malaysia kepada negeri-negeri dalamnya khususnya negeri Selangor dalam pengelolaan harta zakat. b. Hasil penelitian ini diharapkan juga dapat menambahkan pemahaman dan pandangan masyarakat mengenai Lembaga Zakat Selangor (LZS) sehingga dapat memanfaatkan perannya agar sesuai dengan misi dan visi yang dipegang oleh Lembaga Zakat Selangor (LZS). D. Tinjauan Kepustakaan Dalam review studi terdahulu, penulis mencari, membaca dan mandata beberapa penelitian dengan bahasan pokok yang mempunyai kaitan dengan judul ini. Walaupun tidak seberapa, setidaknya penulis telah menemukan dalam bentuk skripsi, isinya hampir sama tetapi subtansinya berbeda. Berikut adalah tinjauan umum atas penelitian karya tersebut: Skripsi pertama yang ditulis oleh Siti Ernnysah binti Yahya Ansal, yang berjudul “Efektivitas Pengelolaan Dana Zakat Pada Masyarakat di Malaysia” Skripsi ini membahaskan tentang efektivitas pengelolaan dana zakat di Negeri Perak. Walaupun berbeda pembahasan dan kawasan penelitian, namun bisa dijadikan rujukan dalam menganalisis pengelolaan zakat di Malaysia secara umum.
9
Skripsi kedua yang ditulis oleh Nurulita Fitria, yang berjudul “Tingkat Kepuasan Muzakki Terhadap Pelayanan Jasa Lembaga Amil Zakat (Studi Lembaga Amil Zakat (LAZ) Al-Azhar Peduli Ummat Jakarta).” Skripsi ini membahaskan bagaimana startegi Lembaga Amil Zakat (LAZ) Al-Azhar Peduli Ummat terhadap pelayanan jasa pada muzakki serta bagaimana meningkatkan kepuasan muzakki terhadap pelayanan jasa Lembaga Amil Zakat (LAZ) AlAzhar Peduli Umat. Di samping itu terdapat beberapa sumber referensi yang relevan untuk penulis jadikan sebagai penelitian di skripsi ini, antaranya adalah: Buku Pertama, “Fiqh Az-Zakat” karya Dr. Yusuf Qardhawi, seorang ulama kontemporer yang sering membahaskan fiqh masa kini. Antara apa yang dibahaskan di dalam kitab ini adalah tentang hukum zakat dan tatacara pelaksanaan zakat masa kini. Juga turut membahaskan masalah baru yang dapat mengungkapkan zakat sebagai suatu sarana bagi umat Islam dalam melaksanakan kewajiban agama yang lebih baik. Buku Kedua, “Zakat dan Peran Negara” karya oleh Forum Zakat (FOZ), buku yang mengumpulkan artikel dan tulisan cendikiawan membahas tentang zakat dari sudut pengelolaan zakat secara historis. Juga terangkum usulan yang diharapkan agar dapat membentuk sebuah badan amil zakat yang lebih baik dan sistematis. Buku Ketiga, “Pentadbiran Undang-undang Islam di Malaysia” tulisan Prof. Ahmad Ibrahim, di dalam bukunya menyatakan tentang tata cara pengurusan dan pelaksanaan undang-undang Islam di negeri-negeri seluruh Malaysia yang mana
10
didalamnya ada pembahasan tentang tata cara pengurusan dan pelaksanaan undang-undang Islam di Selangor. E. Metode Penelitian dan Teknik Penulisan Pembahasan ini mengacu
kepada metode penelitian,
yaitu dengan
menggunakan penelitian kualitatif, di mana data yang terkumpul dan diolah berdasarkan proses pengamatan dan lebih bersifat deskriptif (pemaparan). Proses pengumpulan data yang dilakukan penulis untuk menghasilkan penelitian kualitatif menggunakan data primer dan sekunder. Data primer yaitu, data yang penulis langsung dapatkan dari petugas atau sumber pertamanya di mana data primer tersebut penulis dapatkan di kantor Lembaga Zakat Selangor dan Perpustakaan Institut Kefahaman Islam Malaysia. Di samping data pimer, terdapat data sekunder sebagai sumebr data kedua yang didapatkan dalam bentuk dokumen-dokumen seperti di buku-buku dan majalah. 10 Dari data yang terkumpul, baik data sekunder atau primer yang didapatkan oleh peneliti, proses pengolahan data tersebut menggunakan analisis diskriptif, di mana data yang terkumpul bersifat pengamatan dari awal hingga akhir yang menampilkan fakta melalui teknik pengumpulan jenis data11, yaitu: 1. Metode Libary Research yaitu penelitian kepustakaan dengan cara mengumpulkan
sumber-sumber
yang berkaitan dengan suatu
aspek
permasalahan, membaca, mempelajari dan mengambil pendapat para ahli yang dituangkan dalam sumber-sumber tersebut. Data-data yang diambil dari 10
Burhan Burgin, Metodologi Penelitian Kuantitatif: Komunikasi, Ekonomi dan Kebijakan Publik Serta Ilmu-ilmu Sosial Lainnya, (Jakarta: Prenada Media Group, 2008), h. 122. 11
56.
Mestika Zed, Metode Penelitian Kepustakaan, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2008), h.
11
referensi tersebut kemudian di analisa agar diperoleh kemudian dianalisa agar diperoleh sebuah kesimpulan yang tepat.12 2. Metode Field Research yaitu penelitian lapangan dengan cara penulis langsung ke lapangan untuk memperoleh data-data yang berkaitan dengan penelitian ini.13 Data lapangan penulis peroleh melalui teknik wawancara, yakni pertemuan secara langsung dengan orang yang berkewajiban dalam pengurusan pengelolaan zakat di Selangor yaitu Lembaga Zakat Selangor dengan mengambil pandangan dan melihat situasi masyarakat umum. Teknik penulisan skripsi ini adalah berpandukan pada buku “Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2007”, yang diterbitkan oleh Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. E. Sistematika Penulisan Adapun penulisan ini terdiri dari lima bab dengan sistematika berikut: BAB I
Berupa bab yang mencakup latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan
masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan
kepustakaan, metode penelitian dan teknik penulisan serta sistematika penulisan bertujuan untuk memberi sedikit gambaran tentang permasalahan yang akan diteliti dan tatacara yang akan digunakan penulis untuk melengkapkan skripsi ini.
12
Mestika Zed, Metode Penelitian Kepustakaan, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2008),
13
Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum, (Jakarta: PT RajaGrafindo, 2003), h.
h.5 37.
12
BAB II
Di dalam bab ini menguraikan tentang garis panduan agama dalam pendistribusian zakat karena pengelolaan zakat itu bukanlah suatu perkara yang baru. Bahkan sejak zaman Nabi SAW telah adanya caracara pengelolaan dana zakat. Dijelaskan juga tentang pola penyaluran dana zakat dan sejarah pengelolaan zakat.
BAB III
Bab ini menjelaskan gambaran umum tentang pengelolaan zakat negeri-negeri di Malaysia secara umum dan kemudian gambaran tentang pengelolaan zakat di Selangor secara khusus. Dinyatakan ayatayat dalam Enakmen Pentadbiran Islam Selangor 2003 yang berkaitan lembaga yang berwenang dalam pengelolaan zakat serta kewenangan yang telah diperuntukkan keatas lembaga tersebut.
BAB IV
Merupakan inti pembahasan yang akan menyentuh tentang sistem pengelolaan zakat di Selangor. Penulis akan membahaskan tentang pengertian manajemen secara umum karena institusi zakat dianggap sebagai suatu manajemen. Kemudian diuraikan tentang pendistribusian zakat yang dibuat oleh Lembaga Zakat Selangor kepada asnaf, problematika pendistribusian zakat oleh Lembaga Zakat Selangor dan analisis singkat pendistribusian dana zakat oleh Lembaga Zakat Selangor.
BAB V
Merupakan bab penutup yang terkandung di dalamnya kesimpulan dari keseluruhan pembahasan dan disertakan saran yang diharapkan dapat direalisasikan oleh Lembaga Zakat Selangor khususnya dan kerajaan negeri Selangor umumnya.
BAB II PENDISTRIBUSIAN ZAKAT MENURUT FIKIH A. Garis Panduan Agama Dalam Pendistribusian Zakat Apabila Rasulullah SAW ditanya tentang Islam, baginda akan menjelaskan bahwa Islam itu berasas kepada ucapan dua kalimah syahadah, mendirikan shalat, berpuasa di bulan Ramadhan, mengeluarkan zakat dan mengerjakan haji ke Baitullah, Mekah. Bahkan perintah menunaikan zakat sering dibarengi dengan perintah menunaikan shalat. Ini berlaku dalam delapan puluh dua (82) ayat dalam surah yang berbeda akan tetapi memberi pengertian yang sama.1 Dalam surah al-Hajj ayat 41, Allah SWT berfirman:
(
:
/
).
Artinya: “Orang-orang yang bila Kami beri kekuasaan di atas bumi, mendirikan salat, menunaikan zakat, menyuruh orang berbuat kebaikan dan melarang perbuatan mungkar. Kepada Allah segala urusan kembali.” Dalam sebuah hadits diriwayatkan oleh Ibnu Abbas, bahwa tatkala Nabi saw mengutus Mu’adz bin Jabal untuk menjadi kadhi di Yaman, beliau bersabda:
)
(
Artinya: “Sampaikanlah bahwa Allah Ta’ala telah mewajibkan zakat pada harta mereka, yang dipungut dari orang-orang kaya dan diberikan kepada orang-orang miskin diantara mereka.”2
1
Yusuf Qardhawi, Hukum Zakat (Jakarta: Terbitan bersama PT. Pustaka Litera AntarNusa dan Mizan, cet. 4 1996), h. 39. 2 Shahih Bukhari (Riyadh: Daar el-Salam, 2000), h. 109, hadits No. 1395.
13
14
Allah SWT juga telah menentukan golongan yang wajib membayar zakat serta tujuan penyalurannya sebagaimana firman Allah SWT dalam surah alTaubah ayat 103:
.
(
: /
)
Artinya: “Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan berdoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” Untuk melaksanakan pengumpulan zakat, Rasulullah SAW melantik beberapa orang yang bertugas melakukan pengelolaan zakat. Apabila zakat telah dikutip dan dikumpulkan, Allah SWT telah memutuskan golongan yang berhak menerimanya.
Cara
pengaturan
seperti
ini
akan
lebih
memudahkan
pendistribusian zakat.3 Dalam surah al-Taubah ayat 60, Allah SWT berfirman:
(
: /
).
Artinya: “Sesungguhnya zakat itu hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para muallaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan)budak, orang-orang yang berutang, untuk jalan Allah, dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah. Dan Allah lagi Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.” Ayat tersebut telah menyatakan secara terperinci dan jelas pihak-pihak yang berhak menerima zakat dan kepada merekalah pendistribusian bisa dilakukan.
3
Nik Mustafa Nik Hassan, Kaedah Pengagihan Dana Zakat Satu Perspektif Islam (Kuala Lumpur: IKIM, 2001), h. 2.
15
Namun, para ulama masih memiliki tafsiran-tafsiran yang berbeda dalam menentukan pelaksanaannya. Perintah yang diturunkan oleh Allah SWT atas hambanya baik berupa perintah atau larangan, di dalamnya terkandung rahasia dan tujuan syara’. Tujuan utama syariah adalah untuk menjaga kemaslahatan manusia di dunia dan akhirat. Syariat Islam diturunkan untuk menjamin kemaslahatan ini dan menolak keburukan dari menimpa manusia.4 Allah SWT memberi derajat kemuliaan dan kedudukan kepada manusia. Dalam konteks hukum, manusia dijadikan dalam mencapai kedudukan muqallid (orang yang hanya mengikut) atau mujtahid (orang yang berijtihad). Sebagai orang awam, bisa menjadi muqallid, dasarnya adalah menerima syariat sebagaimana ia temui tanpa harus mengetahui maqasid (tujuan) secara terinci karena bagi mengetahui maqasid adalah suatu keistimewaan dalam memahami dan menguasai ilmu dan tidak tercapai melainkan dengan ilmu dan pemahaman yang mendalam.5 Sedang mujtahid ia punya tanggungjawab mengeluarkan hukum-hukum baru merujuk kepada nash-nash al-Quran, Sunnah, kaedah-kaedah dan asas-asas syariah. Salah satu bentuk ijtihad adalah maslahah mursalah dalam istilah ushul sebagai kemaslahatan yang tidak disyariatkan oleh syara’ untuk ditetapkan demikian pula tidak ditunjukkan dalil untuk membatalkannya. Di antaranya yang 4
Nik Mustafa Nik Hassan, Kaedah Pengagihan Dana Zakat Satu Perspektif Islam, (IKIM), h.
3. 5
Ibid., h. 3.
16
pernah dilakukan sahabat yaitu pendirian penjara, pencetakan mata uang, serta pemungutan pajak atas tanah pertanian. 6 Dalam syariat Islam, agama diuraikan sebagai ajaran yang mudah (yusrun) dan membawa kehidupan yang baik (tayyibah) di dunia dan akhirat. Sebagaimana firman Allah SWT dalam surah al-Baqarah ayat 286:
Artinya: “Allah tidak membebankan ke atas seorang itu melainkan atas kemampuannya” Dalam hadits pula, Nabi SAW bersabda:
Artinya: “Sesungguhnya agama itu mudah” Definisi di atas menerangkan bahwa tasyri’ hukum tidak dimaksudkan kecuali memperoleh kemaslahatan masyarakat. Artinya
ia diperuntukkan untuk
menghapuskan kemudharatan dalam masyarakat. Walaupun harus disadari bahwa hukum tersebut tidak bersifat kaku dan dapat berubah sesuai dengan kemaslahatan dan kemudharatan yang dapat ditimbulkannya pada suatu masyarakat, dalam suatu kurun waktu dan zaman. 7 Dengan itu, mengeluarkan zakat dan mendistribusikan zakat adalah tuntutan agama dan pelaksanaannya bertujuan memelihara agama. Memelihara agama adalah satu kewajiban yang disyaratkan. Pendistribusian zakat kepada golongan
6
H. M. Umar, Pendayagunaan Zakat Untuk Usaha Produktif (Jambi: Sulthan Thaha Press, 2008), h. 47. 7 Syekh Abdul Wahab Khallaf, Ilmu Ushul Fiqh, (Terj.), (Jakarta: Rineka Cipta, 1993), h. 98.
17
yang telah ditetapkan oleh syara’ membawa maslahah kepada Negara dan pihakpihak yang ditentukan sebagaimana dalam surah al-Taubah ayat 60. Keengganan melaksanakan perintah zakat adalah satu pelanggaran hukum Allah seperti yang telah ditetapkan dalam al-Quran dan Sunnah.8 B. Pendistribusian Zakat Zakat yang dikumpulkan oleh lembaga pengelola zakat, harus segera disalurkan kepada para mustahiq sesuai dengan skala prioritas yang telah disusun dalam program kerja. Zakat tersebut harus disalurkan kepada para mustahiq sebagaimana tergambar dalam surah at-Taubah ayat 60 yaitu fakir, miskin, ‘amil, muallaf, riqab (memerdekakan budak belian), gharim (orang yang berhutang), fi sabilillah (di jalan Allah SWT), dan ibnu sabil. 9 Mekanisme pelaksanaan kutipan zakat dilakukan oleh pemerintah yang diambil dari golongan yang kaya dan diberikan kepada golongan asnaf yang tersebut di atas.10 Namun, para ulama berbeda pendapat dalam perkara pendistribusian zakat. As-Syafi’iyyah berpendapat bahwa zakat wajib diberikan kepada semua golongan tersebut. Ia mengartikan Lam dalam ayat tersebut
8
H. M. Djamal Doa, Menggagas Pengelolaan Zakat Oleh Negara (Jakarta: Nuansa Madani, 2005), h. 4. 9 K. H. Didin Hafidhuddin, Zakat Dalam Perekonomian Modern (Jakarta: Gema Insani, 2002), h. 132. 10 Wahbah al-Zuhaily, Fiqh al-Islami wa Adillatuh (Dimasyq: Dar al-Fikr, cet. 10, 2008), vol. 2.
18
bertujuan tamlik atau pemilikan dan secara bersama mendapatkan hak atas zakat dengan pengertian bahwa waw adalah bertujuan lil tasyri’.11 Maka jelas bahwa zakat adalah untuk golongan tersebut dan milik mereka secara bersama. Adalah menjadi tugas imam atau wakilnya membagikan atau mendistribusikannya antara golongan asnaf tersebut. Manakala bagian ‘amil dibagikan
sebagai
balasan
atas
kerja
yang
mereka
laksanakan.
Jika
pendistribusian dilakukan oleh pemberi zakat atau wakilnya sendiri, maka gugurlah bagian ‘amil tersebut. Menurut as-Syafi’iyyah, zakat itu dibagikan kepada golongan yang ada saja. Tidak harus dibagikan kepada kurang dari tiga pada setiap golongan tersebut. Zakat itu harus dibagi kepada tiga orang dari kalangan fakir atau miskin.12 Mazhab Jumhur berpendapat harus membagikan zakat kepada satu golongan saja. Al-Hanafiyyah dan al-Malikiyyah mengharuskan pembagian zakat kepada seorang dari golongan tersebut dan sunnah jika diberikan kepada semua golongan yang delapan. Mereka berpendapat bahwa lam pada ayat tersebut adalah lam dengan maksud kepunyaan, seperti kalimat; “Rumah itu memiliki pintu.”13 Perbedaan pendapat antara ulama tidak memberi kesan terhadap penafsiran asnaf zakat. Oleh itu asnaf zakat sebagai golongan yang berhak menerima zakat hendaklah lebih diteliti. Penafsiran asnaf adalah sebagai berikut:
11
Abdul al-Hamid Mahmud al-Ba’ly, Ekonomi Zakat (Terj) (Jakarta: PT RajaGrafindo, 2006), h. 71. 12 Nik Mustafa Nik Hassan, Kaedah Pengagihan Dana Zakat Satu Perspektif Islam, h. 7-8. 13 Abdul Hamid Mahmud Al-Ba’ly, Ibid., h. 71.
19
1. Fakir Yang dimaksud dengan orang fakir adalah orang yang tidak memiliki harta ataupun usaha yang tidak memadai, sehingga sebagian besar kebutuhannya tidak dapat terpenuhi. Walaupun memiliki rumah sebagai tempat tinggal, pakaian yang pantas bagi dirinya, ia tetap dianggap fakir selama sebagian besar kebutuhan hidup yang diperlukannya tidak terpenuhi.14 Dalam al-Fiqhul Muyassar dijelaskan bahwa orang-orang fakir adalah orang yang tidak berharta dan orang yang tidak berpenghasilan atau punya harta atau penghasilan tetapi tidak mencukupi, seperti orang yang membutuhkan sepuluh tetapi hanya punya dua.15 2. Miskin Miskin adalah golongan orang yang mempunyai harta untuk mencukupi kebutuhan hidup, namun tidak memenuhi standard atau orang yang lemah dan tidak berdaya (cacat) karena telah berusia lanjut, sakit atau karena akibat peperangan, baik yang mampu bekerja maupun tidak, tetapi tidak memperoleh penghasilan yang memadai untuk menjamin kebutuhan sendiri dan keluarganya. 16 Para ulama berpendapat bahwa fakir dan miskin adalah dua kata yang mempunyai arti sama yaitu orang yang serba kekurangan atau yang benar-
14
Lahmudin Nasution, Fiqh 1 (Jakarta: Logos, 1995), cet.1, h. 175. Zaid Husen al-Hamida, Fiqhul Muyassar, (Jakarta: Pustaka Amani, 1994), h. 191. 16 Lili Bariadi, dkk, Zakat dan Wirausaha (Jakarta: Centre of Entrepreneurship Development, 2005), h. 12. 15
20
benar membutuhkan. Ada pula yang digabung mengatakan bahwa dua kata ini memiliki arti yang berbeda karena kalau keduanya mempunyai arti yang sama, niscaya Allah SWT tidak perlu menyebut dua kali dengan istilah yang berbeda. Bahkan Syeikh Athiyah Salim menyatakan bahwa miskin lebih beruntung daripada faqir, karena Allah SWT menyebut miskin sebagai pemilik perahu (kapal) dalam kisah al-Khidr bersama Nabi Musa AS.17 3.‘Amil Zakat Adalah orang yang ditugaskan oleh Imam atau juga kepala pemerintah untuk mengumpulkan zakat dan mengurus pengelolaannya. Mereka hendaklah diambil dari kalangan kaum Muslimin, bukan dari golongan orang yang tidak dibenarkan menerima zakat. Syarat menjadi ‘amil, harus mengetahui masalahmasalah zakat, sehingga harus mengerti bagaimana mengumpulkan dan membagikannya, ia harus jujur, sebab tugas itu merupakan amanat, maka orang yang fasiq, pemabuk maupun orang-orang yang suka menyeleweng, tidak boleh menjadi ‘amil.18 Sebenarnya ‘amil memberi pengertian yang lebih luas dari apa yang difahami oleh sebagian masyarakat hari ini. ‘Amil merangkumi pencatat, pendistribusi zakat, penjaga harta zakat dan siapa saja yang terkait dalam mekanisme zakat seperti juga juru kira dan penyalur zakat.19
17
Mohamad Ridwan Yahya, Buku Pintar Praktis Fiqih dan Amaliyah Zakat (Jakarta: Pustaka Nawaitu, 2006), h. 107. 18 Moh. Rifa’I, dkk, Kifayatul Akhyar, (Terj) (Surabaya: PT Bina Ilmu, 1997), jilid 1, h. 401. 19 Muhammad Ridwan Yahya, Buku Pintar Praktis Fiqih dan Amaliyah Zakat, h. 110.
21
4. Muallaf Muallaf adalah termasuk orang-orang yang diharapkan agar hatinya lembut terhadap Islam, yakni orang yang baru masuk Islam dan belum tegar dalam keislamannya atau orang yang berpengaruh dikalangan masyarakatnya serta orang yang diharapkan mampu membawa kelompoknya kepada Islam atau orang yang berpengaruh dan berbahaya bagi Islam.20 Pada zaat sekarang mungkin bagian muallaf ini dapat diberikan kepada lembaga-lembaga
dakwah
yang
mengkhususkan
garapannya
untuk
menyebarkan Islam di daerah-daerah terpencil dan di suku-suku terasing yang belum mengenali Islam. Atau juga dapat dialokasikan pada lembaga-lembaga dakwah yang bertugas melakukan balasan dan jawaban terhadap pemahamanpemahaman buruk tentang Islam yang dilontarkan oleh misi-misi agama tertentu yang kini sudah menjadi merajalela. Atau juga mungkin dberikan kepada lembaga-lembaga yang biasa melakukan training-training keislaman bagi orang-orang yang baru masuk Islam.21 5. Riqab Riqab adalah budak yang akan membebaskan dirinya. Untuk membebaskan diri harus menebusnya dengan sejumlah uang dengan Tuannya. Karena itu, ia perlu mendapat bantuan, maka ia berhak menerima zakat.22
20
Abudin Nata, dkk, Mengenal Hukum Zakat dan Infaq Shadaqah, (Jakarta: BAZIS DKI, 1999), h. 60. 21 K. H. Didin Hafidhuddin, Zakat Dalam Perekonomian Modern, h. 135. 22 Moh. Rifa’I, dkk, Kifayatul Akhyar, jilid 1, h.143.
22
Sejalan dengan perkembangan zaman, budak dalam arti harfiah seperti pada masa pra Islam mungkin sudah tidak ada lagi, tetapi perbudakan dalam bentuk lain masih banyak. Misalnya, masyarakat Islam yang tertindas baik oleh penjajahan atau dominasi golongan lain.23 6. Gharim Gharim adalah orang yang berhutang, sukar untuk membayarnya. Mereka bermacam-macam.
Antaranya,
orang
yang
memikul
hutang
untuk
mendamaikan sengketa, atau orang yang menjamin hutang orang lain sehingga harus membayarnya hingga menghabiskan hartanya. Atau juga orang yang terpaksa berhutang karena memang membutuhkan untuk keperluan hidup atau membebaskan dirinya dari maksiat. Mereka semua berhak mendapatkan zakat yang cukup untuk melunasi hutangnya.24 Bagi gharim yang berhak menerima zakat harus memenuhi persyaratan, yaitu, pertama dia tidak memiliki sesuatu yang dengannya bisa membayar hutangnya, kedua hutangnya dalam rangka ibadah (amal shaleh), ketiga hutangnya bertempoh, keempat hutangnya itu berkaitan dengan hak manusia bukan hak Allah, kelima penghutang adalah muslim.25 7. Sabilillah Sabilillah adalah yang menyampaikan kepada keridhaan Allah SWT, baik berupa ilmu maupun amal. Sedangkan jmhur ulama berpendapat bahwa yang 23
Lili Bariadi, dkk, Zakat dan Wirausaha, h. 14. Sayid Sabiq, Fiqh as-Sunnah 3, (Terj) (Bandung: a-Ma’arif, 1987), Cet. ke 1, h. 99. 25 Muhammad Ridwan Yahya, Buku Pintar Praktis Fiqih dan Amaliyah Zakat, h. 119.
24
23
dimaksud sabilillah adalah berperang. Bagian sabilillah itu diberikan kepada tentera sukarelawan yang tidak mengharapkan gaji dari pemerintah, maka orang inilah yang berhak menerima zakat baik dia kaya maupun miskin. Besarnya jumlah zakat yang diberikan kepada mereka disesuaikan dengan biaya
perjalanan,
pengadaan
pelengkapan
persenjataan
dan
alat-alat
pengangkutan yang dibutuhkannya. Jika setelah menerima zakat itu ternyata ia tidak jadi melakukan jihad, maka harta yang diambilnya wajib dikembalikan. 26 Termasuk fisabilillah adalah menafkahkan kepada guru-guru sekolah yang mengajar ilmu syariat dan ilmu-ilmu lainnya yang diperlukan oleh masyarakat umum.27
Sebagian
ulama
memperluas
lingkungan
fisabilillah,
yaitu
merangkumi semua pendekatan diri kepada Allah SWT. Justru, tiap orang yang berusaha taat kepada Allah SWT dan menjalankan kebajikan dapat dikategorikan fisabilillah. 28 8. Ibnu Sabil Ibnu sabil adalah orang yang melaksanakan perjalanan dengan tujuan kebaikan, tetapi ia kekurangan biaya untuk mencapai tujuan dari perjalanan itu. Dengan zakat, diharapkan ia sampai ketujuan. Termasuk ke dalam pengertian ini ialah orang yang meninggalkan negaranya mencari perlindungan di negeri
26
Lahmudin Nasution, Fiqh 1, h. 180. Departemen Agama, Pedoman Zakat seri 9 (Jakarta: Proyek peningkatan Zakat dan Wakaf, 2002), h. 87. 28 Mohamad Uda Kasim, Zakat-Teori, Kutipan dan Agihan, (Kuala Lumpur: Utusan Publication and Distributors, 2005), h. 167. 27
24
Islam lainnya. Kepada mereka diberikan zakat sebagai bekal hidup di negara orang lain. 29 Para ulama berbeda pendapat sekiranya perjalanan itu mubah (harus) atau perjalanan yang tidak bersifat wajib. Imam as-Syafie berpandangan, seorang yang melakukan perjalanan mubah diharuskan menerima zakat. Manakala Imam Malik dan Imam Ahmad berpandangan bahwa orang yang berhak menerima zakat hanyalah musafir yang berada di negeri orang. Jika dia berada di negerinya sendiri, dia tidak boleh menerima zakat.30 C. Pola Penyaluran Zakat Kalau kita melihat pengelolaan zakat pada masa Rasulullah SAW dan para sahabat kemudian diaplikasikan pada kondisi kita sekarang, kita dapati bahwa penyaluran zakat dapat kita bedakan dalam dua bentuk; yakni bantuan sesaat dan pemberdayaan. Bantuan sesaat dalam hal ini berarti bahwa penyaluran kepada mustahik tidak disertai target terjadinya kemandirian ekonomi (pemberdayaan) mustahik. Hal ini dilakukan karena mustahik yang bersangkutan tidak mungkin lagi mandiri seperti pada diri orang tua yang sudah jompo, orang dewasa yang cacat yang tidak memungkinkan ia mandiri.31 Sebelum membahas lebih lanjut, perlu dijadikan dasar pemikiran bahwa: 1. Allah SWT tidak menetapkan perbandingan yang tetap antara bagian masingmasing delapan asnaf. 29
Lahmudin Nasution, Fiqh 1 (Jakarta: Logos, 1995), cet. 1, h. 185. Mohamad Uda Kasim, Zakat-Teori, Kutipan dan Agihan,h. 169. 31 Lili Bariadi, dkk, Zakat dan Wirausaha, h. 25. 30
25
2. Allah SWT tidak menetapkan delapan asnaf harus diberi semuanya. 3. Allah SWT tidak menetapkan zakat harus dibagikan dengan segera setelah masa pungutan zakat. 32 Dana zakat yang terkumpul didistribusikan dalam empat bentuk, yakni: 1. Konsumtif Tradisional, yakni zakat yang langsung diberikan secara langsung kepada mustahiq, seperti beras dan jagung. 2. Konsumtif Kreatif, yakni zakat yang dirupakan dalam bentuk lain, dengan harapan dapat bermanfaat lebih baik, semisal beasiswa, peralatan sekolah, dan pakaian anak-anak yatim. 3. Produktif Tradisional, yaitu zakat yang diberikan dalam bentuk barang-barang yang bisa berkembangbiak atau alat utama kerja, seperti kambing, sapi, alat cukur dan mesin jahit. 4. Produktif Kreatif, yaitu zakat yang diberikan dalam bentuk modal kerja sehingga penerimanya dapat mengembangkan usahanya setahap lebih maju.33 Demikian pola penyaluran zakat dapat dibedakan dalam dua bentuk; yakni bantuan sesaat dengan pola tradisional (konsumtif) dan pemberdayaan (produktif). 1. Pola Tradisional (Konsumtif) Pola tradisional yaitu penyaluran bantuan dana zakat diberikan langsung kepada mustahik. Dengan pola ini, penyaluran dana kepada mustahik tidak disertai target, adanya kemandirian kondisi sosial maupun kemandirian 32
K. H. Sjechul Hadi Permono, Pendayagunaan Zakat Dalam Rangka Pembangunan Nasional, (Jakarta: Pustaka Firdaus, cet 2, 1995), h. 41. 33 Didin Hafidhuddin, dkk, The Power of Zakat (Malang: UIN Malang Press, 2008), h. 13.
26
ekonomi
(pemberdayaan).
Penghimpunan
dan
pendayagunaan
zakat
diperuntukkan mustahik secara langsung untuk memenuhi kebutuhan seharihari.34 2. Pola Kontemporer (Produktif) Pola Produktif adalah pola penyaluran dana zakat kepada mustahik yang ada dipinjamkan oleh ‘amil untuk kepentingan aktifitas suatu usaha bisnis. Pola penyaluran secara produktif (pemberdayaan) adalah penyaluran zakat atau dana lainnya yang disertai target merubah keadaan penerima (lebih dikhususkan kepada mustahik/ golongan fakir-miskin) dari kondisi kategori mustahiq menjadi kategori muzakki.35 Pendayagunaan zakat untuk usaha produktif bukan upaya untuk melanggar hukum, akan tetapi lebih merupakan pengembangan praktik hukum Islam yang dalam praktiknya sendiri dapat berubah seiring dengan perubahan kondisi dan waktu, serta menimbang pada kemaslahatan umum. Pada dasarnya zakat itu sendiri mengandung makna produktif, artinya zakat itu tidak hanya ditujukan untuk sekedar memenuhi kebutuhan konsumtif fakir-miskin dan mustahiq lainnya, tapi lebih dari itu ditujukan untuk memberdayakan kaum fakirmiskin.36
34
Lili Bariadi, dkk, Zakat dan Wirausaha, h. 34 Ibid., h. 35. 36 H. M. Umar,Pendayagunaan Zakat, h. 49-50. 35
27
D. Sejarah Pengelolaan Zakat Sejarah menyebutkan bahwa pada masa awal Rasulullah SAW tiba di Madinah, muncul masalah sosial-ekonomi, yakni banyaknya warga Madinah yang hidup di bawah garis kemiskinan, sehingga keadaan ini cukup mengkhawatirkan. Bagi orang yang hidup dalam kekurangan, hal yang dipertaruhkan adalah keimanan atau akidahnya. Rasulullah SAW pun menganjurkan kepada umatnya agar hidup dalam kecukupan, karena orang yang fakir itu nyaris menjadi kafir.37 Oleh karena itu, sejak empat belas abad yang lalu zakat disyariatkan oleh Allah SWT kepada umat Islam, terutama bagi yang mampu. Tujuan utama zakat adalah untuk mengentas kemiskinan mustahiq (orang-orang yang menerima zakat) dari kemiskinan, bahkan merubah mereka dari mustahiq menjadi muzakki (orang-orang yang membayar zakat). Dan untuk itu, Allah SWT menyiapkan wadah atau lembaga pengelolanya yang disebut ‘amil (orang atau badan / lembaga yang mengurus zakat).38 Zakat mal (harta benda) telah difardhukan Allah sejak permulaan Islam, sebelum Nabi SAW berhijrah ke Madinah. Hanya saja pada mulanya zakat difardhukan tanpa menentukan kadarnya dan tanpa pula diterangkan dengan jelas harta-harta yang diberikan zakatnya. Lalu pada tahun kedua dari hijriah (623 M),
37
Fakhruddin, Fiqh dan Manajemen Zakat di Indonesia (Malang: UIN Malang Press, 2008),
h.215. 38
Ibid., h. 216.
28
barulah syara’ menentukan harta-harta yang dizakatkan serta kadarnya masingmasing. 39 Adapun prosedur pengumpulan dan pendistribusiannya Nabi SAW mengutus petugas di luar wilayah kota Madinah untuk mengumpulkan dan mengelola zakat. Di antaranya adalah Mu’adz bin Jabal yang diutus ke penduduk Yaman. Para petugas yang ditunjuk oleh Nabi SAW terserbut dibekali dengan pedoman, petunjuk teknis pelaksanaan, bimbingan, serta peringatan keras dan ancaman sanksi agar dalam pelaksanaan dan pengelolaan zakat dapat berjalan efektif dan efesien.40 Urgensi lembaga pengelolaan zakat adalah berdasarkan firman Allah SWT surah at-Taubah ayat 60 dan ayat 103. Dalam surat at-Taubah ayat 60 menyatakan bahwa salah satu golongan yang berhak menerima zakat (mustahiq zakat) adalah orang-orang yang bertugas mengurus zakat (‘amilina ‘alaiha). Sedangkan dalam at-Taubah ayat 103 dijelaskan bahwa zakat itu diambil (dijemput) dari orangorang yang berkewajiban untuk berzakat (muzakki) untuk kemudian diberikan kepada mereka yang berhak menerimanya (mustahiq). Yang mengambil dan yang menjemput tersebut adalah para petugas (‘amil). ‘Amilin atau ‘amilun adalah kata jamak dari mufrad (kata tunggal) ‘amil. Imam asy-Syafi’i menyatakan bahwa ‘amilun adalah orang-orang yang diangkat
39
H. M. Djamal Doa, Menggagas Pengelolaan Zakat oleh Negara (Jakarta: Nuansa Madani, 2005), h. 3-4. 40 Lili Bariadi, dkk, Zakat dan Wirausaha (Jakarta: Centre of Entrepreneurship Development, 2005), h. 28-29.
29
untuk memungut zakat dari pemilik-pemiliknya, yaitu para sa’i (orang-orang yang datang ke daerah-daerah untuk memungut zakat) dan petunjuk-petunjuk jalan yang menolong mereka, karena mereka tidak bisa memungut zakat tanpa pertolongan petunjuk jalan itu. Menurut Sayyid Sabiq, yang mengangkat adalah imam (kepala negara) atau pembantunya. Termasuk ‘amilun adalah para penjaga harta, benda zakat, pengembala binatang-binatang zakat dan para panitra administrasi zakat. Sedangkan menurut al-Qardhawi: “’Amilun adalah semua orang yang berkerja dalam perlengkapan administrasi urusan zakat, baik urusan pengumpulan, pemeliharaan, ketatausahaan, perhitungan, pendayagunaan dan seterusnya.”41 Ayat 60 surah at-Taubah ini tidak merinci cara-cara dan perimbangan pembagian antara orang yang terdapat dalam satu golongan, dan antara golongan yang satu dengan golongan yang lain. Ayat tersebut hanya menetapkan kategorikategori yang berhak menerima zakat hanya ada delapan golongan. Nabi SAW sendiri pun tidak pernah menerangkan cara pembagian itu, bahkan beliau memberi mustahiq sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan, dan disesuaikan pula dengan jumlah persiapan harta benda zakat yang ada. Hal demikian berarti membukakan keluasan pintu ijtihad bagi Kepala Negara dan Badan Amil Zakat, untuk mendistribusikan dan mendayagunakan zakat sesuai kebutuhan, situasi dan
41
K. H. Sjechul Hadi Permono, Pendayagunaan Zakat Dalam Rangka Pembangunan Nasional, h. 19.
30
kondisi hasil pungutan yang ada, dalam batas-batas ketentuan ayat 60 surah atTaubah.42 Bukti bahwa pengelolaan zakat itu dilaksanakan oleh negara, baik pada masa Rasulullah SAW dan juga pada masa pemerintahan khalifah-khalifah sesudahnya (khulafa al-rasyidin), adanya petugas-petugas pemungut zakat secara resmi, seperti yang dijelaskan dalam beberapa hadits dan periwayatan yang menjelaskan akan hal itu. Misalnya hadits Nabi SAW melalui Abu Huraiah, yang terdapat dalam shahih Bukhari dan Muslim, yang menyatakan bahwa Rasulullah SAW telah mengutus seorang laki-laki dari Azad yang bernama Umar Ibnu Lutabiyah sebagai petugas pemungut zakat. Dalam hadits yang lain juga disebutkan bahwa Rasulullah SAW pernah mengutus beberapa petugas untuk mengumpul zakat, seperti Ibnu Sa’di, Abu Mas’ud, Abu Jahm bin Hudzaifah, Qais bin Sa’ad, Amir dan Wahid bin Uqbah.43 Ibnu Hajar dan Imam Rafi’ sepakat menyatakan bahwa zakat baik pada masa Nabi SAW, maupun masa-masa setelah Nabi, seperti masa khulafa alrasyidin dan juga pemerintahan-pemerintahan dinasti Islam (Bani Umayyah dan Bani Abbas) pada masa pertengahan adalah dikelola oleh negara. Pendapat ini setidaknya dikuatkan oleh sebuah dokumen berupa surat Imam zuhri kepada Umar bin Abdul Aziz (salah satu khalifah dari Bani Umayyah), yang berisi penempatan sunnah dalam urusan zakat, sebagian untuk orang yang sudah pikun 42
K. H. Sjechul Hadi Permono, Pendayagunaan Zakat Dalam Rangka Pembangunan Nasional, h. 46. 43 H. M. Djamal Doa, Menggagas Pengelolaan Zakat Oleh Negara, h. 7.
31
dan orang yang lumpuh. Juga untuk orang miskin yang berpenyakit yang tidak mampu bekerja.44 Dalam surat itu Imam Zuhri juga menyarankan kepada Sang Khalifah agar mengutamakan pendistribusian zakat itu untuk orang miskin yang mempunyai utang, bukan untuk maksiat, tidak disangsikan agamanya atau uangnya. Ia juga mengusulkan kepada khalifah Umar bin Abdul Aziz agar musafir yang tidak mempunyai tempat tinggal dan juga tidak mempunyai keluarga yang bisa disinggahinya diberi zakat sampai ia mendapatkan tempat tinggal atau telah selesai keperluannya. 45 Dengan ini, terbukti bawah pengelolaan zakat telah dilaksanakan sejak zaman Nabi Muhammad SAW dan diteruskan pengelolaan oleh para sahabat dan pemimpin-pemimpin Islam sesudah mereka. Kandungan ayat 60 surah at-Taubah juga menjelaskan keberadaan ‘amil zakat (‘amilina ‘alaiha), yaitu bahwa zakat itu ada yang menguruskannya. Harta zakat hendaklah diserahkan atau disampaikan kepada pengelola (muzakki) untuk diberikan kepada asnaf (mustahiq). Didin Hafidhuddin, Zakat dalam Perekonomian Modern, menyatakan pengelolaan zakat oleh lembaga zakat, apalagi yang memiliki kekuatan hukum formal, akan memiliki beberapa keuntungan, antara lain: Pertama, untuk menjamin kepastian dan displin pembayar zakat. Kedua, untuk menjaga perasaan
44
H. M. Djamal Doa, Menggagas Pengelolaan Zakat Oleh Negara, h. 9. Ibid., h. 10.
45
32
rendah diri para mustahik zakat apabila berhadapan langsung untuk menerima zakat dari para muzakki. Ketiga, untuk mencapai efisien dan efektivitas, serta sasaran yang tepat dalam penggunaan harta zakat menurut skala prioritas yang ada pada suatu tempat. Keempat, untuk memperlihatkan syiar Islam dalam semangat penyelenggaraan pemerintahan yang islami.46
46
K. H. Didin Hafidhuddin, Zakat Dalam Perokonomian Modern, h. 126.
BAB III PENGELOLAAN ZAKAT DI MALAYSIA
Malaysia sebagai sebuah negara berdaulat yang meletakkan Islam sebagai agama resminya telah membuka ruang untuk pelaksanaan hukum syara’. Dimulai dengan merancang undang-undang perkawinan menurut hukum syara’, dan seterusnya berusaha merancang undang-undang yang berkaitan dengan uang dan harta menurut hukum syara’. Namun, pelaksanaannya bukanlah merupakan suatu hal yang mudah untuk dilaksanakan. Dengan terbentuknya undang-undang mengenai zakat, harus ada pihak yang mengurus dan melaksanakan undangundang tersebut. Pengurusan dan pengelolaan yang sistematik akan memberi hasil yang baik kepada negara dan juga masyarakat didalamnya. Malaysia yang mempunyai empat belas buah negeri harus bijak dalam mengatur kewenangan yang diberikan kepada badan-badan yang berhak mengurus perkara zakat supaya tidak terjadi masalah ketidakadilan dalam pengurusan zakat.
A. Pengelolaan Zakat Di Malaysia Pengelolaan zakat di zaman ini diterapkan berdasarkan pelaksanaan pengelolaan zakat yang dilaksanakan oleh Nabi Muhammad SAW, sahabat dan pemerintahan khilafah Islamdimasa lalu. Oleh karena situasi dan kondisi yang
33
34
berbeda, pengelolaan zakat pada zaman ini sedikit berbeda dengan pengelolaan zakat dimasa lampau.1 Pelaksanaan Islam di dalam suatu masyarakat dan negara memerlukan pengawasan dari pemerintah. Dalam hal ini, di Malaysia dibentuknya Perlembagaan Persekutuan (konstitusi Malaysia) sebagai undang-undang dasar. Didalamnya telah menetapkan bahwa perkara yang berkaitan dengan Islam adalah di bawah kekuasaan kerajaan negeri.2 Perkara-perkara yang berkaitan dengan Pengurusan Agama Islam, didalamnya termasuk perkara zakat dikelola oleh kerajaan negeri yang dipimpin oleh raja di setiap negeri, yang sekaligus berperan sebagai Ketua Agama Islam yang mempunyai kekuasaan secara langsung dalam semua perkara berkaitan dengan agama Islam.3 Berdasarkan fakta di atas, pengurusan zakat ada di bawah bidang kuasa dan tanggung jawab tiap negeri-negeri. Dengan itu, setiap negeri mempunyai Majlis Agama Islam Negeri (MAIN). Pelaksanaan pengurusan dan tata cara kerja MAIN di setiap negeri dilaksanakan berdasarkan Enakmen Pentadbiran Agama Islam setiap negeri. Selain itu, MAIN ada dibawah tanggung jawab Duli Yang Maha Mulia (DYMM) Sultan sebagai Ketua Agama Islam setiap negeri.
1
4
Survei Penulis Tahun 2011. Abdul Aziz Bari, Islam Dalam Perlembagaan Malaysia (Selangor: Intel Multimedia and Publication, 2005), h.51. 3 Mahamad Arifin et al, Pentadbiran Undang-undang Islam Di Malaysia (Selangor: Dawama, cet 1, 2007), h. 215. 4 Survei Penulis Tahun 2011. 2
35
Seiring perkembangan zaman saat ini, telah terjadi berbagai perubahan dalam pengelolaan zakat. Mayoritas negeri telah mewujudkan institusi khas untuk mengelola perkara zakat. Dan institusi ini terpisah dari pengurusan MAIN. Pembentukan institusi ini sebagai satu usaha untuk meningkatkan mutu dalam pengelolaan zakat. Melalui struktur organisasi ini, institusi zakat mampu membuat keputusan dengan lebih cepat dan tepat sesuai dengan kebutuhan situasi.5 Diawali dengan terbentuknya Pusat Pungutan Zakat (PPZ) di Wilayah Persekutuan pada tahun 1991, seterusnya diikuti oleh beberapa negeri lainnya seperti Lembaga Zakat Selangor (MAIS) yang dulunya dengan nama Pusat Zakat Selangor (PZS), Pusat Urus Zakat (PUZ) di Pulau Pinang, Pusat Kutipan Zakat (PKZ) di Pahang, Pusat Zakat Negeri Sembilan (PZNS) dan Pusat Zakat Melaka (PZM).6 Majlis Agama Islam Negeri-negeri tersebut telah mewujudkan institusi yang terpisah dari pengurusannya. Namun hingga kini, hanya Lembaga Zakat Selangor (LZS) dan Pusat Urus Zakat Pulau Pinang (PUZ) saja yang diberi kuasa oleh MAIN untuk mengurus pengumpulan dan pendistribusian zakat di negeri masingmasing. Bagi institusi yang lain masih dalam proses privatisasi sepenuhnya.
5
Didin Hafidhuddin, dkk, The Power of Zakat, h. 207-208. Mashitoh,Kertas Kerja 2. Diakses pada tanggal 17 Februari “http://zakat.com.my/store/KERTAS_KERJA_2_- DR._SITI_MASHITOH.pdf 6
2011
dari
36
1. Penetapan Undang-undang Zakat di Setiap Negeri Pendirian majelis agama di setiap negeri didasari oleh pembubaran enakmen yang mengawal perjalanan pengurusan Undang-undang Islam termasuk yang berkaitan dengan pengurusan zakat. Umumnya, terdapat tiga ciri utama UndangUndang zakat di setiap negeri. Di sebagian negeri masih menggunakan UndangUndang yang berkaitan dengan zakat dalam Enakmen Pentadbiran (pengurusan) Undang-undang Islam Negeri. Akan tetapi, situasi ini menyebabkan undangundang berkaitan dengan zakat menjadi terbatas.7 Di samping penetapan dalam enakmen, negeri Perak, Perlis dan Wilayah Persekutuan, mempunyai peraturan pengurusan zakat yang terpisah dari perkara yang berkaitan dengan zakat. Peraturan-peraturan ini secara umum yang menjelaskan secara langsung tentang harta yang diwajibkan zakat, jumlah yang harus dibayarkan, kuasa dan tanggung jawab petugas zakat, asnaf zakat, kaidah azas pengumpulan dan pengagihan zakat.8 Sebagaimana yang telah dijelaskan, bahwasanya setiap negeri memiliki peraturan zakat untuk setiap negeri yang dibuat berdasarkan perintah yang dibentuk oleh Enakmen Pentadbiran Agama Islam Negeri atau Enakmen Zakat Negeri. Enakmen tersebut dibentuk oleh pejabat kuasa zakat dan fitrah, serta dilaksanakan setelah disetujui oleh Duli Yang Maha Mulia Sultan setiap negeri. Format yang digunakan dalam penyusunan peraturan setiap negeri adalah sama,
7
Mahamad Arifin et al, Pentadbiran Undang-undang Islam Di Malaysia(Dawama), h. 216. Ibid., h. 216.
8
37
hal ini dikarenakan setiap negeri merujuk atau mencontohi peraturan negeri lain sebelum membentuk peraturan khusus bagi negeri itu. Judul-judul utama yang digunakan dalam peraturan adalah sebagai berikut: 1.
Judul.
2.
Sejarah peraturan yang telah disahkan.
3.
Penafsiran kalimat-kalimat dalam undang-undang.
4.
Pelantikan pejabat kuasa zakat dan bidang kuasa mereka.
5.
Tugas pegawai zakat/pejabat kuasa zakat.
6.
Jenis-jenis zakat dan nilai bayarannya.
7.
Cara pengumpulan dan pembayaran zakat.
8.
Pelantikan amil dan pembagian tugasnya.
9.
Golongan yang berhak menerima zakat.
10.
Pengecualian untuk tidak membayar zakat
11.
Hukuman bagi yang melanggar peraturan zakat.9
2. Asnaf Zakat di Malaysia Pengelolaan zakat sebagai tujuan untuk melaksanakan hukum syara’ juga melaksanakan keadilan rasa kemanusiaan. Pendistribusian zakat kepada asnaf dengan harapan agar kenikmatan itu dapat dirasai oleh asnaf. Dengan tujuan melaksanakan hukum syara’, maka pendistribusian zakat kepada asnaf di
9
Mohd Ali Hj. Baharum, Zakat Ditinjau Dari Perspektif Sosial, Undang-undang dan Taksiran, (Kuala Lumpur: Dewan Pustaka Islam, cet 1, 1989), h. 31.
38
Malaysia berdasarkan surah at-Taubah ayat 60. Namun penafsiran asnaf itu sedikit berbeda karena melihat kondisi zaman ini. a. Asnaf Fakir dan Miskin : Keperluan utama zaman ini adalah makanan, pakaian, tempat tinggal dan keperluan lain seperti rawatan kesehatan, pendidikan dan biaya transportasi. Bagi asnaf ini, kebutuhan dipenuhi lebih dari setengah tetapi tidak sampai ke had al-kifayahnya (kebutuhan minimalnya). Had al-kifayahnya berbeda definisi antara kerajaan dan institusi zakat dengan Baitulmal-baitulmal. b. Asnaf Amil : Tujuan peruntukan asnaf amil ini adalah supaya pengurusan zakat dapat diurus dan dilaksanakan sepanjang tahun oleh amil zakat dalam pengumpulan dan pendistribusian zakat kepada asnaf yang lain. Ini termasuk upah amil dan biaya pengurusan yang melibatkan urusan pengumpulan dan pendistribusian. c. Asnaf Mualaf : Pemberian kepada asnaf mualaf ini bertujuan untuk membantu melindungi mereka supaya tetap berada didalam agama Islam sewaktu menghadapi tekanan dari keluarga dan sebagainya. Selain itu juga, bertujuan untuk mengukuhkan pengetahuan dan perilaku mereka sebagai muslim. d. Asnaf al-Riqab (Hamba): Zaman ini sudah tidak ada istilah penghambaan, maka uang zakat untuk asnaf ini dapat diartikan sebagai pembebasan dari
39
penghambaan bentuk modern seperti pelacuran, kejahilan dan pembebasan dari tuannya yang bukan Islam yang berlaku zalim ke atasnya. e. Asnaf al-Gharim (Orang Yang Berhutang): Bertujuan untuk membantu membebaskan pemohon yang meminta bantuan untuk menyelesaikan hutang kebutuhan asasinya seperti seorang petani yang berhutang untuk barang makanan dari sebuah kedai. f. Asnaf Fisabilillah (Di Jalan Allah): Pengertian asalnya adalah berkonsep kepada jihad dan menegakkan agama Islam serta memperluas ajaran Islam. Dengan itu, Majelis Agama Islam negeri telah menafsirkan asnaf ini secara umum yaitu perkara-perkara yang berkaitan dengan agama. g. Asnaf Ibnu Sabil (Musafir Yang Terkandas Dalam Perjalanan): Bertujuan untuk membantu asnaf ini pulang ke negeri/tempat asalnya.10 B. Aturan Zakat Selangor (Enakmen Pentadbiran Agama Islam Selangor 2003) Sebelum dibahas lebih lanjut bagaimana pelaksanaan pengurusan zakat di Selangor, harus dilihat beberapa ayat dalam Enakmen Pentadbiran Agama Islam Negeri Selangor yang berkaitan lembaga yang dibentuk untuk melaksanakan pengurusan agama Islam di Selangor juga beberapa ayat yang berkaitan dengan kuasa yang diberi kepada lembaga tersebut. Harus diketahui sebelumya bahwa di Selangor adanya Enakmen Pentadbiran Islam Negeri Selangor 2003 setelah diamandeman Enakmen Pentadbiran Islam Negeri Selangor 1952.
10
Nik Mustafa Nik Hassan, Kaedah Pengagihan Dana Zakat Satu Perspektif Islam, h. 45-47.
40
Di sini akan dinyatakan beberapa ayat dalam enakmen yang berkaitan dengan peraturan zakat baik dari bidang kekuasaan maupun tata cara pengelolaannya. 11 BAHAGIAN II MAJLIS AGAMA ISLAM SELANGOR Seksyen 4, Penubuhan Majlis (1) Maka hendaklah ada suatu badan bernama “ Majlis Agama Islam Selangor” untuk membantu dan menasihati Duli Yang Maha Mulia Sultan dalam perkara-perkara yang berhubungan dengan agama Islam. (2) Apabila seksyen ini mula berkuat kuasa, Majlis Agama Islam Selangor yang wujud sebelum permulaan kuat kuasa itu menurut kuasa Enakmen terdahulu hendaklah disifatkan sebagai Majlis yang disebut dalam subseksyen (1). (3) Tiap-tiap hak, kuasa, kewajipan dan tanggungan yang sebelum Bahagian ini mula berkuat kuasa adalah terletak hak atau dipertanggungkan pada Majlis terdahulu hendaklah, apabila Enakmen ini mula berkuat kuasa terletak hak dan dipertanggungkan pada Majlis, setakat yang hak, kuasa, kewajipan dan tanggungan itu tidak bertentangan dengan peruntukan-peruntukan Enakmen ini. (4) Tiap-tiap jenis harta, alih dan tidak alih, yang sebelum Enakmen ini mula berkuat kuasa, adalah terletak hak pada Majlis terdahulu hendaklah, apabila
11
Enakmen Pentadbiran Agama Islam Negeri Selangor 2003, International Law Book Services, 2009.
41
Bahagian ini mula berkuat kuasa, terletak hak pada Majlis tanpa dipindahkan, diserahhakkan atau dipindahmilikkan.12 Seksyen 7, Kewajipan Majlis tentang kemajuan ekonomi dan sosial orang Islam (1) Maka hendaklah menjadi kewajipan Majlis untuk menggalakkan, mendorong, membantu dan mengusahakan kemajuan dan kesejahteraan ekonomi dan sosial masyarakat Islam di dalam Negeri Selangor selaras dengan Hukum Syarak. (2) Majlis hendaklah mempunyai kuasa, bagi maksud menunaikan kewajipannya di bawah subseksyen (1) – (a) Untuk menjalankan segala aktiviti, yang tidak melibatkan apa-apa unsur yang tidak dibenarkan oleh agama Islam, khususnya memajukan perusahaan komersial dan perindustrian, yang penjalanannya ternyata kepada Majlis adalah perlu, berfaedah atau menyenangkan bagi atau berkaitan dengan penunaian kewajipan yang sedemikian, termasuklah membuat,
memasang,
memproses,
membungkus,
menggred
dan
memasarkan keluaran-keluaran; (b) Untuk menggalakkan panjalanan apa-apa kegiatan sedemikian oleh badanbadan atau orang lain, dan bagi maksud itu untuk menubuhkan atau memperkembang, atau menggalakkan penubuhan atau perkembangan badan-badan lain untuk menjalankan apa-apa kegiatan sedemikian sama
12
Enakmen Pentadbiran Agama Islam Negeri Selangor 2003, International Law Book Services, 2009, h. 82.
42
ada di bawah Majlis atau secara bebas, dan untuk memberikan bantuan kepada badan-badan atau orang lain yang ternyata kepada Majlis mempunyai kemudahan untuk menjalankan apa-apa kegiatan yang sedemikian, termasuklah pemberian bantuan kewangan dengan cara pinjaman atau selainnya;13 (c) Untuk menjalankan apa-apa kegiatan sedemikian bersama badan-badan atau orang-orang lain, termasuklah jabatan-jabatan atau pihak-pihak berkuasa Kerajaan Persekutuan atau mana-mana Negeri, atau sebagian ejen pengurus atau selainnya bagi pihak Kerajaan Negeri; (d) Untuk melabur dalam apa-apa pelaburan yang dibenarkan sebagaimana yang ditakrifkan oleh Akta Pemegang Amanah 1949, dan melupuskan pelaburan itu atas apa-apa terma dan syarat yang ditentukan oleh Majlis; (e) Untuk menubuhkan apa-apa skim bagi pemberian pinjaman daripada Baitulmal kepada individu beragama Islam bagi pendidikan tinggi; (f) Untuk menubuhkan dan menyenggarakan sekolah-sekolah Islam dan institusi-institusi latihan dan penyelidikan Islam; (g) Untuk menubuhkan, mengurus dan mengawal rumah-rumah kebajikan untuk anak yatim; dan (h) Untuk melakukan segala perbuatan yang difikirkan oleh Majlis dikehendaki atau suaimanfaat.
13
Enakman Pentadbiran Agama Islam Negeri Selangor 2003, International Law Book Services, 2009, h. 84.
43
Seksyen 9, Kuasa untuk menubuhkan syarikat (1) Majlis boleh, dengan kelulusan Duli Yang Maha Mulia Sultan, menubuhkan syarikat di bawah Akta Syarikat 1965 untuk menjalankan apa-apa aktiviti Majlis dalam melaksanakan kewajipan-kewajipan atau kuasa-kuasanya di bawah seksyen 7.14 (2) Tiap-tiap syarikat yang ditubuhkan atau berupa sebagai ditubuhkan oleh Majlis di bawah Akta Syarikat 1965 sebelum seksyen ini mula berkuat kuasa hendaklah disifatkan telah ditubuhkan dengan sah dan hendaklah wujud seolah-olah ia telah ditubuhkan oleh Majlis di bawah subseksyen (1). (3) Apa-apa pembiayaan atau bantuan kewangan yang diberikan oleh Majlis kepada sesuatu syarikat yang disebut dalam subseksyen (2) hendaklah disifatkan telah diberikan dengan sah di bawah subseksyen 7(2).15 Seksyen 40, Majlis boleh menerima pakai peraturan-peraturan, dsb Dalam membuat apa-apa peraturan di bawah Bahagian ini, Majlis boleh, dengan kelulusan Duli Yang Maha Mulia Sultan, menerima pakai dengan membuat apa-apa ubahsuaian yang difikirkannya patut mana-mana pertauran, dasar, pekeliling dan arahan yang diperbuat atau dikeluarkan oleh Kerajaan Persekutuan atau Kerajaan Negeri.16
14
Enakmen Pentadbiran Agama Islam Negeri Selangor 2003, International Law Book Services, 2009, h. 86. 15 Ibid., h. 86. 16 Ibid.,h. 100.
44
Seksyen 43, Majlis boleh menentukan tatacaranya sendiri Tertakluk kepada peruntukan lain Enakmen ini, Majlis boleh menentukan semua persoalan berhubungan dengan tatacara dan amalannya sendiri.17 BAHAGIAN VI KEWANGAN BAITULMAL DAN TATACARA KEWANGAN MAJLIS Seksyen 81, Penubuhan Baitulmal (1) Suatu kumpulan wang bernama Baitulmal adalah dengan ini ditubuhkan. (2) Baitulmal handaklah terdiri daripada semua wang dan harta, alih atau tak alih, yang menurut Hukum Syarak atau di bawah Enakmen ini atau peraturanperaturan atau kaedah-kaedah yang dibuat di bawahnya, terakru, atau disumbangkan oleh mana-mana orang, kepada Baitulmal. (3) Semua wang dan harta dalam Baitulmal hendaklah terletak hak pada Majlis yang hendaklah mentadbirkan semua wang dan harta itu mengikut peraturanperaturan yang dibuat di bawah Enakmen ini. (4) Walau apapun peraturan yang disebut dalam subseksyen (3), mana-mana pelaburan, asset atau kumpulan wang yang terletak hak pada Majlis boleh dijual, dihasilkan dan dilupuskan, dan hasil-hasil daripadanya boleh dilaburkan dari semasa ke semasa dalam mana-mana undang-undang bertulis yang sedang berkuat kuasa bagi pelaburan wang amanah dan Hukum Syarak.
17
Enakmen Pentadbiran Agama Islam Negeri Selangor 2003, International Law Book Services 2009, h. 101.
45
(5) Tertakluk kepada peruntukan-peruntukan Enakmen ini, Majlis, dengan kelulusan Duli Yang Maha Mulia Sultan boleh membuat peraturan-peraturan tentang pemungutan, pentadbiran dan pembagian semua harta Baitulmal. 18 Seksyen 86, Kuasa Majlis memungut zakat dan fitrah Majlis hendaklah berkuasa memungut zakat dan fitrah daripada setiap orang Islam yang kena dibayar di dalam Negeri Selangor mengikut Hukum Syarak bagi pihak Duli Yang Maha Mulia Sultan.19 Seksyen 87, Kuasa membuat peraturan-peraturan (1) Majlis dengan persetujuan Duli Yang Maha Mulia Sultan boleh membuat peraturan-peraturan untuk mengawalselia semua perkara yang berhubungan dengan pungutan, pentadbiran dan pembagian zakat dan fitrah. (2) Tanpa menjejaskan kuasa keseluruhan sebelum ini, Majlis boleh membuat peraturan-peraturan untuk – (a) Menentukan dari semasa ke semasa nilai kadar zakat dan fitrah yang kena dibayar oleh setiap orang Islam di dalam Negeri Selangor; (b) Mewujudkan tatacara pemungutan zakat dan fitrah; (c) Melantik amil-amil bagi menjalankan pemungutan zakat dan fitrah; dan (d) Mewujudkan kesalahan dan memperuntukkan hukuman bagi perkaraperkara yang berkaitan dengan pemungutan atau penyerahan hasil pungutan zakat dan fitrah. 18
Enakmen Pentadbiran Agama Islam Negeri Selangor 2003, International Law Book Servives, 2009, h. 123. 19 Ibid., h. 125.
46
Demikianlah beberapa ayat yang berkaitan dengan pengelolaan peraturan zakat baik dari bidang kekuasaan maupun tata cara pengelolaannya. Di sub bab seterusnya akan dipaparkan dan dijelaskan bagaimana pelaksanaan peraturanperaturan di atas diberlakukan. C. Sejarah Pengelolaan Zakat di Selangor Di Selangor, pada awal kemerdekaan penggunaan Enakmen Pentadbiran Undang-undang Islam 1952 yang mana menempatkan kedudukan Duli Yang Maha Mulia Sultan Selangor ditempat teratas dalam pengendalian perkara yang berkaitan dengan agama Islam.20 Selaku Ketua Agama sebagaimana yang tertulis dalam Perlembagaan Persekutuan, Duli Yang Maha Mulia (DYMM) berperan dalam mengawasi tugas yang berkaitan dengan agama dan mendirikan satu Majlis Agama Islam (Council ofReligion) untuk membantu dan menasihati Duli Yang Maha Mulia dalam semua perkara yang berhubungan dengan agama dalam negerinya.
21
Di bawah kedudukan Duli Yang Maha Mulia inilah, berdirinya Majlis Agama Islam Selangor (MAIS). Yang dikenal juga sebagai suatu badan yang tetap dinamakan Majlis agama Islam dan Adat Istiadat Melayu Selangor. Pendirian Majlis Agama Islam Selangor (MAIS) di bawah seksyen 5, Enakmen Pentadbiran Undang-undang Islam 1952 (Enakmen No. 3 Tahun 1952) sebagai berikut: 20
Dalam konteks pentadbiran Islam di negeri Selangor, DYMM Sultan Selangor adalah Ketua Agama Islam Selangor selaras dengan Bab 1 Perkara XL VIII Bahagian Kedua Undang-undang Tubuh Kerajaan Selangor 1959. 21 Akademi Aidit, Kemajuan Pentadbiran Islam di Negeri Selangor (MAIS: Bahagian Baitulmal, cet. 1, 2005), h.3.
47
“ Hendaklah diadakan satu Majlis Agama Islam dan Adat Istiadat Melayu Selangor dan disebut dalam bahasa Inggeris ‘Council of Religion dan Malay Customs Selangor’.” Pendirian Majlis Agama ketika itu adalah bertujuan bagi menasihati DYMM Sultan dalam perkara yang berkait dengan Agama Islam dan Adat Melayu sebagaimana diperuntukan dalam seksyen 37, Enakmen Pentadbiran Undangundang Islam 1952 (Enakmen No.3 Tahun 1952) yang menyatakan sebagai berikut: “Majlis bagi pihaknya dengan kuasa dikurniakan oleh DYMM Sultan bagi sifatnya menjadi Ketua Agama Negeri ini. Hendaklah menolong dan menasihatkan kepada DYMM Sultan di atas segala perkara yang berkaitan dengan Agama Islam dan Adat Istiadat Melayu, dan hendaklah di dalam segala perkara-perkara itu menjadi kuasa yang tertinggi sekali di dalam negeri ini melainkan yang ada berlawanan dengan perkara-perkara yang tersebut di dalam Undang-undang ini”. Namun nama dan identitas ini kemudian berubah kepada suatu pendirian organisasi yang diberi nama Majlis Agama Islam Selangor (MAIS) berdasarkan kepada seksyen 5 (1), Enakmen Pentadbiran Agama Islam (Negeri Selangor)2003 sebagaimana berikut: “Majlis hendaklah menjadi suatu pendirian organisasi yang kekal turun temurun dan mempunyai suatu perjanjian organisasi, dan perjanjian itu bisa dari masa ke masa dipecahkan, ditukar dan diubah dibuat baru sebagaimana yang difikirkan patut oleh Majlis, dan, sehingga suatu perjanjian diadakan di bawah seksyen ini, perjanjian Majlis terdahulu bisa digunakan sebagai perjanjian organisasi bagi Majlis”.22 Dengan perubahan identitas Majlis Agama, fungsi Majlis Agama Islam Selangor (MAIS) yang dinyatakan seperti di atas telah dihapuskan dan diganti 22
Enakmen Pentadbiran Agama Islam Negeri Selangor 2003, International Law Book Services, 2009.
48
dengan seksyen 6, Enakmen Pentadbiran Agama Islam (Negeri Selangor) 2003 sebagaimana berikut: “Majlis hendaklah membantu dan menasihati DYMM berkenaan dengan semua perkara yang berhubungan dengan Agama Islam di dalam Negeri Selangor, kecuali perkara-perkara Hukum Syara’ dan berhubungan dengan pentadbiran keadilan, dan dalam semua perkara sedemikian hendaklah menjadi pihak berkuasa utama di dalam Negeri Selangor selepas Duli Yang Maha Mulia Sultan, kecuali jika diperuntukkan selainnya dalam Enakmen ini”. 23 1. Pendirian Lembaga Zakat Selangor Negeri Selangor adalah satu diantara banyak negeri di Malaysia yang telah mendirikan sebuah institusi khusus bagi pengelolaan perkara zakat. Dengan kuasa yang telah diberikan seperti yang dinyatakan dalam Enakmen Pentadbiran Agama Islam Selangor, Selangor telah berhasil meningkatkan kualitas pengelolaan zakat di bawah pengurusan Lembaga Zakat Selangor (LZS).24 Setiap negeri bagian (provinsi) di Malaysia telah mempunyai organisasi zakat yang berbentuk Pusat Zakat atau Baitul Mal di bawah kekuasaan Majlis Agama Islam Negeri (MAIN) dengan tujuan dasar dan fungsi masing-masing. Setiap Majlis Agama Islam bertanggung jawab menetapkan sistem, peraturan dan jenis zakat yang dikeluarkan dan aturan-aturan khusus bagi Baitul Mal. Tujuan utama yang mendorong pihak Majelis Agama Islam Negeri mendirikan Pusat Pengurusan Zakat adalah: a. Menegakkan salah satu rukun Islam yaitu kewajiban berzakat.
23
Enakmen Pentadbiran Agama Islam Negeri Selangor 2003, International Law Book Services, 2009. 24 Survei Penulis Tahun 2011.
49
b. Meningkatkan pengumpulan zakat sehingga semua yang wajib zakat dalam negeri dapat menunaikannya. c. Menyalurkan kutipan zakat kepada delapan asnaf sesuai dengan program yang telah disetujui dalam anggaran zakat secara tepat dan dapat memenuhi kehendak syara’ bagi setiap asnaf yang dibantu. d. Menjadikan institusi zakat berperan besar dalam membangun kehidupan dan ekonomi masyarakat Islam. Jabatan dan departemen dibawah kerajaan, syarikat-syarikat swasta, Perguruan tinggi, kampus dan persatuan-persatuan. e. Mewujudkan rasa syukur di kalangan muslim yang wajib zakat dan mengingatkan mereka bahwa didalam harta mereka terdapat hak fakir miskin dan golongan yang memerlukan. f. Memperbaiki sistem dan cara kerja sesuai dengan kemajuan teknologi komunikasi serta kemajuan negara pada umumnya.25 Di negeri Selangor, Baitul Mal merupakan tempat pengumpulan uang yang didirikan di bawah Seksyen 81 Enakmen Pentadbiran Agama Islam Negeri Selangor 2003. Di dalamnya terdapat beberapa kumpulan harta misalnya: semua uang dan harta bergerak atau harta tidak bergerak yang diserahkan kepada pihak yang berwenang menurut hukum syara’ maupun menurut undang-undang Enakmen atau menggunakan kaedah-kaedah yang digunakan oleh semua orang
25
Nik Mustafa Nik Hassan, Kaedah Pengagihan Dana Zakat Satu Perspektif Islam, h.59.
50
kepada pihak Baitul Mal, ia akan menjadi wewenang Baitul Mal untuk menguruskannya. 26 Pengurusan zakat di Selangor telah diprivatisasikan bermula tanggal 15 Februari 1994 ketika MAIS mendirikan Pusat Zakat Selangor (PZS). Tujuan pendirian lembaga ini adalah untuk memperbaiki kaedah dan sistem pengurusan zakat yang sudah ada dalam sistem pengurusan agar lebih profesional. Dengan bermulanya pengurusan PZS, pihak MAIS telah memberi kuasa kepada PZS untuk pengumpulan zakat harta. Pada tahun 1998, MAIS telah memberi hak sepenuhnya kepada PZS untuk mengumpulkan semua harta zakat dengan tujuan agar Baitul Mal dapat berfokus kepada pengurusan umat Islam yang lain seperti harta wakaf, pusaka dan lainnya. 27 Bermula dari pengoprasian PZS pada tanggal Oktober 1995 dengan hanya mempunyai delapan orang petugas. Seiring dengan kemajuan yang diperoleh, nama asal PZS yaitu Pusat Pungutan Zakat MAIS diganti menjadi Pusat Zakat Selangor (MAIS) pada tanggal 30 Oktober 1996. Setelah kedudukan PZS menjadi teguh dan mantap, kantor PZS dipindah ke tempat yang lebih baik pada pertengahan tahun 1997 dan dilengkapi dengan enam belas kaunter. Sejalan dengan perkembangan kemajuan dan pembangunan di Negeri Selangor, PZS sentiasa memperbaiki kualitas pengabdiannya menerusi operasi pengumpulan dan pendistribusian zakat. Pencapaian PZS dijadikan contoh pengurusan zakat bukan 26
Enakmen Pentadbiran Agama Islam Negeri Selangor 2003, International Law Book Services, 2009, h. 123. 27 Akademi Aidit, Kemajuan Pentadbiran Islam di Negeri Selangor, h. 97.
51
saja di Malaysia, bahkan oleh negara-negara tetangga seperti Indonesia, Brunei, Bangladesh dan Singapura.28 Terakhir ini pada tahun 2006, Pusat Zakat Selangor (PZS) telah berganti nama menjadi Lembaga Zakat Selangor (LZS) sejalan dengan penswastaan yang dilakukan ke atas pengurusan Baitul Mal. Dengan itu, kondisi ini menjadikan Lembaga Zakat Selangor (PZS)-Majelis Agama Islam Selangor (MAIS) lebih profesional dan efisien dalam pengurusannya. 29 Tujuan privatisasi Lembaga Zakat Selangor adalah: a. Memajukan dan mengembangkan kecakapan pengurusan zakat di Negeri Selangor. b. Melaksanakan urusan pentadbiran, pengumpulan dan pendistribusian zakat. c. Memperoleh kecakapan yang tinggi dengan biaya yang rendah. d. Membentuk personal baru bagi institusi zakat yang lebih progresif dan proaktif. e. Menjadi contoh kepada pengurusan institusi zakat lainnya. f. Mendapatkan keyakinan masyarakat dan kegemilangan institusi zakat. 30 2. Struktur Organisasi LZS-MAIS Dalam melaksanakan tanggung jawab yang telah diamanahkan kepada Lembaga Zakat Selangor (LZS), mereka telah membentuk satu sistem yang 28
Akademi Aidi, Ibid.,h.97. Majalah Asnaf (Selangor: Lembaga Zakat Selangor, Edisi 2/ 2009), h. 6. 30 Majalah Asnaf (Selangor: Lembaga Zakat Selangor, Edisi 2/ 2009), h. 97. 29
52
kukuh bagi menjamin prestasi pengurusan LZS. Dengan itu, pengurusan LZS di bawah wewenang Lembaga Pemegang Amanah (LPA) yang dilantik oleh MAIS. Lembaga Pemegang Amanah ini adalah gabungan ahli agama, akademis, intelektual dan propesional. 31 Ahli Lembaga Pemegang Amanah 2009 seperti berikut: PENGERUSI : Y.A.M Tan Sri Dato’ Seri Syed Anwar Ibni Almarhum Tuanku Syed Putra Jamalullail TIMBALAN PENGERUSI : Y.A.D Dato’ Setia Haji Mohamad Adzib bin Mohd Isa AHLI-AHLI : Y.A.D Engku Setia Lela bestari Raja Tan Sri Dato’ Seri Arshad Al-Haj Raja Tun Uda Al-Haj : Y.B Dato’ Dr. Haji Hassan bin Haji Mohamed Ali : S.S Dato’ Haji Mohammed Kushrin bin Haji Munawi : S.S Dato’ Setia Haji Mohd Tamyes bin Abdul Wahid : Y.Bhg Prof. Madya Dr. Hailani bin Muji Tahir : Y.Bhg Datuk Siti Maslamah binti Osman : Y.Bhs Prof. Dato’ Dr. Aziuddin bin Ahmad : Y.Bhg En. Norazharuddin bin Abu Talib32 Setiap jabatan mempunyai ahli pejabat kuasa yang dilantik dari kalangan ahli yang profesional menurut bidang yang ditawarkan. Di sini hanya akan dijelaskan
31 32
Survei Penulis Tahun 2011. Laporan Pengurusan Lembaga Zakat Selangor 2009, h.3.
53
tentang jabatan kuasa operasi pengumpulan dan jabatan kuasa operasi pendistribusian karena dua jabatan ini yang menjadi pokok pembahasan dalam penulisan ini.33 Untuk mengukuhkan pengurusan LZS, LPA telah membentuk enam pejabat kuasa dengan bidang tugas yang diatur dan setiap pejabat kuasa itu diketuai oleh seorang ahli LPA. Ahli jabatan kuasa ini adalah ahli LPA sendiri dan dari golongan orang yang ahli dalam berbagai bidang. Enam pejabat kuasa tersebut adalah: a. Pejabatkuasa Operasi Pengumpulan Zakat. b. Pejabatkuasa Operasi Pendistribusian Zakat. c. Pejabatkuasa Operasi Pencalonan dan Imbuhan (modal). d. Pejabatkuasa Audit. e. Pejabatkuasa Kewangan (keuangan). f. Pejabatkuasa Tender. 3. Jenis-jenis Bantuan Zakat LZS-MAIS Tidak dinafikan, dalam penentuan asnaf adalah perkara yang sukar dikarenakan keadaan sekeliling yang mempengaruhi berbeda antara tempat. Bahkan, untuk mendapatkan asnaf itu sendiri yang selayaknya menjadi satu masalah yang jelas. Kekurangan maklumat mengenai soal hidup asnaf terutama
33
Laporan Pengurusan Lembaga Zakat Selangor 2009, h. 18.
54
fakir dan miskin harus diatasi. Peranan masyarakat setempat terutamanya adalah penting untuk memastikan siapa saja yang berhak memperoleh zakat.34 Lembaga Zakat Selangor telah menyusun beberapa jenis bantuan yang dikategorikan mengikut golongan asnaf yang layak menerima seperti yang tertulis dalam surah at-Taubah ayat 60. Pihak pengurus berusaha untuk membantu asnaf dengan cara memberikan bantuan langsung kepada asnaf dan semua bantuan yang disalurkan adalah mencukupi dengan jumlah pengumpulan zakat. Jenis-jenis bantuan yang telah dibagi oleh LZS-MAIS mengikut golongan asnaf adalah seperti berikut: a. Asnaf Fakir: Bantuan Hari Raya, Pembinaan Rumah Berkelompok, Pengurusan Jenazah Fakir, Membaiki Rumah, Bantuan Darurat, Bantuan Makanan Perbulan, Bantuan Pembayaran Yuran Persekolahan, Pengurusan Rumah Orang Tua (jompo), Bantuan Perubatan, Pembinaan Rumah Individu, Bantuan Biaya Rumah, Bantuan Keuangan Perbulan, Proyek Asnaf, Kursus/Latihan, Bantuan Pendidikan. b. Asnaf Miskin: Bantuan kepada asnaf miskin adalah sama seperti asnaf fakir melainkan ditambah dengan Aset Miskin, Pengurusan Bengkel Jahitan, Uang Saku Anak Yatim Miskin, Bantuan Modal Perikanan, Pertanian, Perniagaan dan Peternakan, Dana Amanah Miskin, dan Beasiswa Pendidikan.
34
Abdul Ghafar Ismail dan Hailani Muji Tahir, Zakat Pensyariatan, Perekonomian dan Perundangan (Kuala Lumpur: UKM, 2006), h. 147.
55
c. Asnaf Muallaf: Bantuan kepada asnaf muallaf asasnya sama seperti bantuan asnaf fakir dan miskin, melainkan ditambah dengan Percetakan dan Penerbitan, Sumbangan Badan/Persatuan Muallaf, Bantuan Pengurusan Unit Dakwah, Bantuan Perkawinan, Dana Petugas Unit Dakwah, Dana Kuliah Agama, Dana Dosen Kuliah Agama dan Beasiswa Muallaf. d. Asnaf ‘Amil: ‘Amil Zakat Fitrah, ‘Amil Zakat Padi dan Pengurusan Institusi ‘Amil. e. Asnaf Fisabilillah: Bantuan Persatuan/Badan Islam, Program Forum/Kuliah Agama, Bantuan Darurat, Pembinaan/Pembaikkan Institusi Agama, Bantuan Kebutuhan Sekolah, Bantuan Umum Pelajar, Dermasiswa Pelajar Agama dan lainnya yang terkait dengan kebutuhan pendidikan agama. f. Asnaf Gharim: Hutang Karena Kebutuhan Hidup, Hutang Rawat, Pengurusan Jenazah Tanpa adanya ahli Waris dan Hutang Perubatan. g. Asnaf Ibnisabil: Bantuan Musafir, Bantuan Pelajar Luar Negara dan Bantuan Tiket Pulang/Pergi. h. Asnaf Riqab: Bantuan Pemulihan Akidah dan Bantuan Pemulihan Akhlak. 35
35
Majalah Asnaf (Selangor: Lembaga Zakat Selangor, Edisi 2 tahun 2009), h. 20.
BAB IV PENGELOLAAN ZAKAT OLEH LEMBAGA ZAKAT SELANGOR Pengelolaan zakat di Negeri Selangor telah melalui beberapa tahapan-tahapan. Awal pengelolaannya ada dibawah tanggung jawab Majlis Agama Islam Selangor berdasarkan kepada Enakmen Pentadbiran Agama Islam Selangor. Kini pengurusan zakat di Selangor dikelola oleh sebuah institusi khusus yang menangani zakat. Namun, Lembaga Zakat Selangor masih kekal sebagai institusi dibawah Majlis Agama Islam Selangor, walaupun hak dalam pengurusan harta zakat ada dibawah pengelolaan Lembaga Zakat Selangor sepenuhnya. Kewujudan Lembaga Zakat Selangor ini merupakan implementasi Enakmen Pentadbiran Agama Islam Selangor, yaitu membentuk institusi atau organisasi yang dapat membantu pembangunan Selangor. Semenjak pendirian Lembaga Zakat Selangor, pengumpulan zakat amat membanggakan. Hasil pengumpulan zakat meningkat setiap tahun, dimulai dengan hasil pengumpulan zakat sejumlah RM 7 juta pada tahun 1994, LZS berhasil meningkatkan hasil pengumpulan zakat sejumlah RM 15.8 juta pada tahun 1995. Setelah hampir 15 tahun Lembaga Zakat Selangor mengelola pengurusan zakat di Selangor, pada tahun 2009 Lembaga Zakat Selangor telah berhasil mencapai hasil pengumpulan terbanyak diantara semua negeri di Malaysia dengan jumlah RM 283.7 juta. Dalam bab ini penulis akan mengeluarkan data-data yang berkaitan dengan pendistribusian zakat di Selangor sebagai kajian penerapan Enakmen.
56
57
A. Pengertian Umum Tentang Manajemen Dalam melaksanakan ibadah pribadi seperti shalat, puasa atau haji untuk kepentingan diri sendiri membutuh kiat-kiat khusus. Sedikit sebanyak itu juga merupakan bagian dari manajemen. Semakin baik seseorang menata diri, berarti semakin baik ia melakukan proses manajemen. Jika untuk diri sendiri saja butuh kiat manajemen, apalagi mengelola sesuatu untuk orang lain. Zakat dari muzaki oleh amil untuk mustahik. Artinya zakat membutuhkan pihak lain untuk mengelolanya. Berarti unsur manajemen menjadi bagian paling vital dan sukses tidaknya pengelolaan zakat. 1 Seperti banyak bidang studi lainnya yang menyangkut kemanusiaan, mendefiniskan manajemen bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan. Karena itu, maka dalam kenyataannya tidak ada definisi manajemen yang bisa diterima secara universal. Manajemen dalam kamus besar Bahasa Indonesia berarti: a. penggunaan sumber daya secara efektif untuk mencapai sasaran, b. pimpinan yang bertanggung jawab atas jalannya perusahaan dan organisasi. 2 Mary Parker Follet mendefinisikan manajemen sebagai sebuah seni dalam menyelesaikan tugas pekerjaan melalui orang lain. Definisi ini mengandungi arti bahwa para manajer mencapai tujuan-tujuan organisasi melalui pengaturan orang-
1
Eri Sudewo, Manajemen Zakat-Tinggalkan 15 Tradisi Terapkan 4 Prinsip Dasar, (Jakarta: IMZ, cet 1, 2004), h. xxxvii. 2 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1996), h. 870.
58
orang lain untuk melaksanakan berbagai tugas yang mungkin diperlukan, atau berarti dengan tidak melakukan tugas-tugas itu sendiri.3 Selain itu, definisi umum mengatakan bahwa manajemen adalah proses kegiatan perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), dan pengawasan (controlling). Ada yang menambah proses-proses lainnya seperti penyatuan sumber-sumber dan motivasi. Definisi lain turut membawa arti yang sama yaitu meliputi keseluruhan proses yang disebutkan tadi dan ditambah dengan pembuatan keputusan (decision making) dikarenakan keputusan adalah hasil utama dari seorang manajer.4 Kata manajemen merupakan kata serapan dari bahasa Inggris, yakni management sebagaimana yang tersebut dalam Oxford Advanced Dictionary of Current English yang berarti control (control) dan succed (sukses). Menurut Sukarna bahwa kata manage dalam kamus mempunyai beberapa arti, yaitu: 1. To direct and control (membimbing dan mengawasi). 2. To treat with care (memperlakukan dengan seksama). 3. To carry on business or affairs (mengurus perniagaan atau urusan-urusan atau persoalan-persoalan). 4. To achieve one’s purpose (mencapai tujuan tertentu).5
3
Fakhruddin, Fiqh dan Manajemen Zakat di Indonesia (Indonesia: UIN Malang Press, 2008),
h. 265. 4
Fremont E. Kast dan James E. Rosenzweig, Organisasi dan Manajemen Suatu Sistem dan Pendekatan Kontingensi, (Terj) (Jakarta: PT Bina Aksara, 1986), h.19. 5 Fakhruddin, Fiqh dan Manajemen Zakat di Indonesia, h. 266.
59
Berdasarkan pengertian di atas, maka manajemen institusi zakat Selangor adalah meliputi kegiatan perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pelaksanaan (actuating) dan pengawasan (controlling) terhadap pengurusan harta zakat di Selangor. Maka dengan menyusun empat perkara tersebut secara baik, pasti pelaksanaan pengurusan zakat Selangor akan diatur dengan baik. B. Pengelolaan Pendistribusian Zakat di Selangor Lembaga
Zakat
Selangor
yang
telah
didirikan
di
bawah
Akta
PemegangAmanah (Pemerbadanan) 1952 melalui Surat Ikatan Amanah (Trust Deed) yang terdaftar di Bagian Undang-undang dibawah Jabatan Perdana Menteri. Karena itulah MAIS memilih Lembaga Pemegang Amanah (LPA) sebagai salah satu organisasi yang bekerjasama dalam segala operasi yang direncanakan dan dilaksanakan oleh Lembaga Zakat Selangor.6 Fungsi utama Lembaga Zakat Selangor adalah untuk mengumpulkan zakat dari orang Islam di negeri Selangor dan membagikan hasil zakat itu kepada asnaf yang ditentukan serta yang layak untuk menerimanya. Penentuan jumlah pemberian kepada asnaf mengikuti had kifayah yang telah ditetapkan. Had kifayah adalah suatu garis kecukupan bagi seorang individu atau untuk suatu keluarga. Dalam konteks ini merujuk kepada satu garis, batas atau kadar kebutuhan dasar minimum yang ditetapkan oleh Lembaga Zakat Selangor berdasarkan biaya kebutuhan hidup saat ini. Batas ini juga digunakan untuk mengetahui berapa kadar atau nilai yang perlu dibantu untuk mencukupkan biaya 6
Laporan Pengurusan Lembaga Zakat Selangor Tahun 2009.
60
kebutuhan dasar. Penilaian yang dibuat dalam menentukan had kifayah ini mencakup enam aspek yaitu perlindungan, makanan, pakaian, obat-obatan, pendidikan dan transportasi. Penilaian ini juga dibuat berdasarkan kepada nashnash yang diberlakukan oleh ulama Islam dalam menentukan kebutuhan dasar manusia.7 Untuk melaksanakan amanah dan tanggung jawab yang dipercayakan, Lembaga Zakat Selangor telah menyusun tujuan distribusi zakat sebagai berikut: a. Melaksanakan pendistribusian sebagaimana perintah Allah SWT. b. Menyalurkan pembagian zakat dengan lebih efisien. c. Mewujudkan masyarakat yang seimbang dari sudut ekonomi, rohani, duniawi dan ukhrawi. d. Mengurangi jumlah kemiskinan di negeri Selangor. e. Meningkatkan syiar Islam di negeri Selangor. f. Memberi keyakinan kepada pembayar-pembayar zakat dan masyarakat. g. Membuat berbagai program penyaluran zakat sesuai dengan kebutuhan asnaf.8 Demi memantapkan pelayanan dan pengurusan Lembaga Zakat Selangor, aspek sumber daya manusia menjadi prioritas utama. Hal ini menjadi sangat penting agar Lembaga Zakat Selangor dapat memberikan pelayanan yang terbaik kepada pelanggannya. Lembaga Zakat Selangor juga telah membuat penambahan
7
Website Lembaga Zakat Selangor. Diakses pada 19 Februari 2011 dari http://www.ezakat.com.my/had-kifayah/ 8
Laporan Pengurusan Lembaga Zakat Selangor Tahun 2009.
61
kantor cabang untuk fasilitas umat Islam membayar zakat dengan diadakan dua puluh tiga kantor cabang di seluruh negeri. C. Pendistribusian Terhadap Asnaf Zakat merupakan instrumen penting dalam membela asnaf dan sebagai dasar pembangunan negara dan ummah. Obyektif zakat yang besar adalah untuk menunaikan hak dan tanggung jawab kepada asnaf seperti yang diinginkan oleh syara’. Dengan itu, Lembaga Zakat Selangor selalu mencoba memperbaiki sistem pengumpulan zakat dan pendistribusiannya dari masa ke masa. Pendistribusian zakat diberi kepada delapan asnaf seperti yang telah ditetapkan di dalam al-Quran surah at-Taubah ayat 60. Pada dasarnya distribusi zakat kepada asnaf fakir, miskin, amil, muallaf, fisabilillah, riqab, gharimin, dan ibni sabil serta penafsirannya berdasarkan penafsiran yang dibuat oleh anggota komite Fatwa Negeri Selangor.9 Penafsiran asnaf menurut anggota komite Fatwa Negeri Selangor sebagai berikut: a. Asnaf Fakir: yaitu orang Islam yang tidak memiliki harta hasil usaha (pekerjaan) yang halal dan layak dengannya untuk memenuhi kebutuhan dirinya dan tanggungannya termasuk makanan, pakaian, tempat tinggal dan kebutuhan dasar.
9
Website Lembaga Zakat Selangor. Diakses pada tanggal 19 Februari 2011 dari http://www.e-zakat.com.my/info-zakat/asnaf-zakat/
62
Fitur pendapatan fakir dalam bandar
Fitur pendapatan fakir luar bandar
Pendapatan kurang dari RM200 Pendapatan kurang dari RM180 sebulan atau RM33 per orang sebulan atau RM30 per orang
Fitur fizik fakir dalam dan luar bandar 1. Tidak ada harta atau pekerjaan 2. Tua, uzur dan tidak ada ahli keluarga lainnya 3. Cacat, tidak bisa menyara hidup sendiri 4. Janda yang tidak ada tempat tergantung 5. Tidak mampu memenuhi kebutuhan hidup 6. Tinggal di rumah saudara, jalanan atau di atas tanah Kerajaan Negeri Selangor 7. Tidak mendapat bantuan yang mencukupi dari mana-mana pihak
Jenis-jenis agihan
Bentuk agihan
1. Bantuan Hari Raya
1. Uang tunai
2. Bantuan perbulan
2. Bahan-bahan makanan
3. Bantuan medis
3. Biaya tagihan perawatan
4. Bantuan pertanian
4. Biaya sewa tanah/padi
5. Bantuan bisnis
5. Modal bisnis (uang) dan menyediakan tempat bisnis 6. Biaya persekolahan, biaya yuran ujian PMR,SPM,STPM,SRA, dan SPA, dan bantuan pakaian
6. Bantuan pendidikan kepada anak-anak asnaf fakir
63
dan peralatan persekolahan
b. Asnaf Miskin: yaitu orang Islam yang memiliki harta dan hasil usaha (pekerjaan) yang halal dan layak dengannya tetapi masih belum cukup untuk memenuhi kebutuhan dirinya dan tanggungannya. Fitur pendapatan miskin dalam bandar Pendapatan antara RM201 hingga RM336 perbulan atau RM56 per orang
Fitur pendapatan miskin luar bandar Pendapatan antara RM181 hingga RM 296 perbulan atau RM49 per orang
Fitur fizikal miskin dalam dan luar bandar 1. Ada pekerjaan atau harta tetapi tidak mencukupi kebutuhan asasi diri dan tanggungannya 2. Janda yang tidak ada tempat bergantung seperti ditinggalkan suami tanpai perceraian, menunggu hasil perceraian dari Mahkamah Syariah, suami dipidana penjara, atau suami tidak bisa bekerja 3. Tinggal di rumah saudara, jalanan atau di atas tanah Kerajaan Negeri Selangor 4. Tidak mendapat bantuan yang mencukupi dari mana-mana pihak
Jenis-jenis agihan
Bentuk agihan
1. Bantuan Hari Raya
1. Uang tunai
2. Bantuan bisnis
2. Modal bisnis (uang) dan tempat perniagaan
64
3. Bantuan pendidikan kepada anak-anak asnaf
3. Biaya persekolahan, biaya yuran ujian PMR,SPM,STPM, SRA dan SPA, dan bantuan pakaian dan peralatan sekolah
c. Asnaf Amil: orang yang ditauliahkan (dilantik) oleh Sultan atau wakilnya untuk mengurus perkara-perkara zakat. Orang yang bisa dilantik menjadi Orang yang tidak bisa dilantik amil menjadi amil 1. Islam 1. Bukan Islam 2. Paham hukum Islam
2. Tidak paham hukum Islam
3. Mukallaf (baligh)
3. Belum mukallaf (baligh)
4. Merdeka
4. Hamba
5. Adil mendengar
5. Fasik
6. Melihat
6. Tuli/pekak atau buta
7. Lelaki
7. perempuan
Jenis-jenis agihan
Bentuk agihan
1. Ketentuan upah amil zakat fitrah
1. Uang tunai
2. Ketentuan upah amil zakat padi
2. Uang tunai
3. Ketentuan gaji staf MAIS
3. Uang tunai
4. Ketentuan elaun perbatuan pegawai-pegawai MAIS (zakat)
4. Uang tunai
65
-
5. Ketentuan elaun lebihmasa kakitangan MAIS (zakat)
5. Uang tunai
6. Ketentuan mencetak kupon dan kuwitansi zakat
6. Biaya tagihan berkaitan
7. Ketentuan lajnah publikasi MAIS (zakat)
7. Biaya tagihan berkaitan
8. Ketentuan pelatihan dan kursus amil dan staf MAIS (zakat)
8. Biaya tagihan berkaitan
9. Ketentuan membeli alat-alat kantor
9. Biaya tagihan berkaitan
10. Ketentuan berbagai pengurusan MAIS (zakat)
10. Uang tunai dan tagihan berkaitan
biaya
11. Ketentuan belanjawan amil
11. Uang tunai dan tagihan berkaitan
biaya
berbagai
Pegawai MAIS/JAIS yang telah dibayar upah, tidak bisa menerima uapah sebagai amil jika ia diperintah mengumpul zakat termasuk zakat padi, fitrah dan zakat-zakat lainnya.
-
Pengumpulan atau kutipan zakat di kaunter-kaunter zakat atau kantorkantor Agama Daerah harus diterima oleh pegawai MAIS/JAIS laki-laki yang telah dilantik menjadi pembantu amil.
-
Pegawai MAIS (zakat) perempuan tidak bisa diberikan upah dari ketentuan asnaf amil, tetapi haruslah dibayar menggunakan uang peruntukan Baitulmal.
66
d. Asnaf Muallaf: orang yang baru masuk Islam yaitu orang yang dilembutkan hatinya dengan diberi bantuan agar mereka teguh mencintai Islam. Atau orang yang telah lama masuk Islam dan imannya kuat tetapi dikarenakan ia dipandang mulia oleh kaummnya, maka diberikan zakat agar bisa menarik minat kaumnya yang lain untuk masuk dalam Islam. Jenis-jenis agihan
Bentuk agihan
1. Pemberian dorongan kepada orang baru masuk Islam
1. Uang tunai
2. Pemberian dorongan menghadiri kelas agama (untuk dewasa saja)
2. Uang tunai
3. Bantuan perbulan bagi periode tertentu
3. Uang tunai
4. Bantuan saja)
4. Uang tunai untuk biaya berkhatan
berkhatan
(sekali
5. Bantuan pernikahan (pernikahan pertama setelah masuk Islam)
5. Uang tunai
6. Bantuan Hari Raya
6. Uang tunai
7. Bantuan bisnis
7. Uang tunai
8. Pengurusan rumah tumpangan muallaf seperti memperbaiki kerusakan bangunan, biaya air dan listrik, dan biaya lain untuk penjagaan bangunan
8. Bayaran berkaitan
9. Kunjungan sambil belajar atau umrah sekali saja
9. Uang tunai penerbangan
tagihan
dan
yang
tiket
67
10. Ibadah haji sekali saja 11. Majelis silaturrahmi atau majelis sambutan hari-hari besar Islam
10. Uang tunai dan tiket penerbangan 11. Biaya mengadakan majelis atau perayaan
12. Bantuan darurat seperti kebakaran, banjir dan lainnya
12. Uang tunai
13. Percetakan
13. Barang-barang keperluan dan bayaran bon berkaitan 14. Uang tunai
14. Pemberian dorongan kepada muallaf yang bisa menarik orang bukan Islam agar masuk Islam
e. Asnaf Riqab: yaitu hamba mukatab yang ingin memerdekakan dirinya. Bayarn kepada asnaf ini dalam bentuk uang tunai saja berdasarkan jumlah yang dibutuhkan dan telah diselidiki oleh amil zakat. Hamba tersebut akan membayar kepada tuannya untuk memerdekan diri. Sebagaimana telah ditetapkan hamba itu haruslah Islam. f. Asnaf Gharimin: orang Islam yang berhutang untuk memenuhi kebutuhan dasar, bagi permasalahan diri atau tanggungannya atau orang yang berhutang untuk menyelesaikan masalah masyarakat dengan syarat; orang yang berhutang itu tidak mampu membayar kembali hutangnya, dan hutang itu hendaklah dalam hal ketaatan yang diharuskan syara’, dan hutang itu telah sampai temponya. Jenis-jenis agihan 1. Bantuan kepada seorang Islam
Bentuk agihan 1. Uang
tunai
atau
biaya
68
untuk membayar hutangnya (termasuk semua jenis hutang)
tagihan hutangnya
2. Bantuan kepada badan-badan kebajikan/organisasi Islam yang berhutang karena masalah masyarakat
2. Uang tunai atau baiaya tagihan hutangnya
3. Bantuan darurat atau kecelakaan seperti kebakaran, banjir, rebut dan lainnya
3. Uang tunai dan barangbarang keperluan
g. Asnaf Fisabilillah: fisabilillah adalah setiap perbuatan atau hal yang menjurus kepada kebutuhan dan masalah untuk menegakkan syiar Islam. Jenis-jenis agihan
Bentuk agihan
1. Elaun tahunan kepada staf dan jawatankuasa masjid sebelum Hari Raya Puasa
1. Uang tunai
2. Upah untuk penolong pendaftar nikah, imam yang pensiun atau meninggal dunia
2. Uang tunai kepada mereka yang bersara dan bayaran tunai kepada ahli warisnya jika meninggal 3. Uang tunai - Per bulan - Per bulan - Per bulan - Setiap kali mengajar - Setiap kali berceramah
3. Elaun kepada - Guru agama dewasa - Guru al-Quran - Guru tahfis al-Quran - Guru agama bukan muallaf yang mengajar kelas muallaf - Guru/penda’i 4. Kursus meningkatkan efesiensi staf dan jawankuasa masjid
4. Biaya pulang pergi, biaya gentian hilang pendapat dan biaya makan minum sewaktu kursus berlangsung
69
5. Kursus penerapan nilai-nilai Islam seperti ceramah umum seluruh Selangor dan kursus haji
5. Biaya jamuan tersebut
6. Bantuan kepada Islam di Selangor
6. Uang tunai
organisasi
kursus
7. Peruntukan kepada Pusat Dakwah Selangor di Sabak Bernam
7. Bantuan bagi kursus bimbingan rohani dan bimbingan muballighat
8. Bantuan mahasiswa cemerlang
8. Bantuan kepada mahasiswa
9. Bantuan anak yatim
9. Bantuan uang tunai, makanan, yuran persekolahan, bantuan pakaian dan peralatan persekolahan 10. Bantuan pengurusan jenazah hingga selesai dimakamkan
10. Bantuan mengelola tanpa waris
jenazah
11. Peruntukan program OutReach MAIS/JAIS untuk mendampingi muallaf didesa mereka (makanan, minuman, kajian dan aktivitas lainnya)
11. Biaya tagihan berkaitan
12. Ketentuan bagi peyampai dakwah termasuk penyampaian kepada orang yang belum masuk Islam
12. Biaya tagihan tertentu
13. Upah kepada kader bukan muallaf yang dapat membawa orang bukan Islam masuk Islam
13. Uang tunai
14. Bantuan umum kepada masjid atau mushalla
14. Uang tunai atau barang keperluan
70
15. Memberi bantuan kepada anak TK Islam(TASKI)
15. Uang tunai atau barang keperluan
16. Bantuan pendidikan dalam dan luar negeri
16. Uang tunai atau barang keperluan
h. Asnaf Ibnu Sabil: orang Islam yang kehabisan uang atau orang yang ingin memulai perjalanan sedangkan ia tidak memiliki uang, dengan syarat; ia mengembara dari negeri asalnya dan pengembaraannya diharuskan oleh syara’. 10 Jenis-jenis agihan
Bentuk agihan
1. Bantuan karena ingin memulai perjalanan (musafir)
1. Uang tunai atau tiket
2. Bantuan kepada orang yang kehabisan uangnya dalam perjalanannya (musafir)
2. Uang tunai atau tiket
Harta zakat dibagi menurut kebutuhan asnaf berdasarkan prioritas dan pemindahan bagian dari satu asnaf kepada asnaf yang lain dibolehkan berdasarkan kebutuhan dan sisa yang ada. Tiada ijtihad lagi dalam masalah menentukan asnaf yang menerima zakat kecuali pada hal yang berkait dengan pelaksanaan distribusi kepada asnaf.
10
Website Lembaga Zakat Selangor. Diakses pada tanggal 19 Februari 2011 dari http://www.e-zakat.com.my/info-zakat/asnaf-zakat/
71
Untuk memastikan dana zakat diberikan kepada yang benar-benar berhak, maka LZS telah membuat program sensus dan pemilihan fakir/miskin di seluruh negeri Negeri Selangor. Sensus yang dibuat setiap tiga tahun sekali ini adalah berdasarkan Had Kifayah yang telah diluluskan oleh Komite Fatwa Negeri Selangor. Calon-calon diklasifikasikan berdasarkan kriteria tertentu bagi menentukan kelayakan mereka sebelum tersenarai sebagai asnaf fakir/miskin. Tahun yang terakhir ini yaitu tahun 2009, seramai 21,248 asnaf fakir/miskin yang dikenal pasti dan menerima bantuan zakat di Negeri Selangor.Dibanding dengan jumlah asnaf fakir/miskin yang ditemui pada tahun 2008 sejumlah 18,635. Ini menunjukkan bahwa LZS berusaha mencari asnaf fakir/miskin di seluruh Selangor agar dana yang dikumpulkan tidak disia-siakan. Butiran jumlah asnaf mengikut daerah dapat dilihat dalam table di bawah.11
Table 4.1 Jumlah Asnaf Fakir dan Miskin Tahun 2008 Daerah
Fakir
Miskin
Sabak Bernam
2,327
1,102
Kuala Selangor
2,000
681
Klang
692
706
Petaling
948
923
11
Laporan Lembaga Zakat Selangor Tahun 2008 dan 2009.
72
Kuala Langat
2,032
804
257
365
1,330
1,302
686
795
Hulu Selangor
1,223
462
Jumlah
11,495
7,140
Sepang Hulu Langat Gombak
Sumber data: Laporan Zakat Selangor Tahun 2008 Table 4.2 Jumlah Asnaf Fakir dan Miskin Tahun 2009 Daerah
Fakir
Miskin
Sabak Bernam
982
2,545
Kuala Selangor
2,300
941
860
1,150
Petaling
1,088
1,390
Kuala Langat
1,452
696
193
546
1,468
1,787
839
938
Hulu Selangor
1,420
653
Jumlah
10,602
10,646
Klang
Sepang Hulu Langat Gombak
Sumber data: Laporan Zakat Selangor Tahun 2009
73
Dengan pengumpulan jumlah asnaf ini, LZS menggabungkan asnaf tersebut bersama asnaf lainnya dalam program yang dirancang sebagai suatu manfaat ilmu dan pengetahuan demi menaik taraf hidup asnaf. Program tersebut dapat diartikan sebagai pola penyaluran dalam bentuk produktif. Semua program tersebut dikawal oleh LZS sendiri karena asnaf tidak akan dibiarkan sendirian. Dengan itu sedikit peruntukan keuangan diberikan kepada amil yang dipertanggungjawabkan melaksanakan kelancaran program-program tersebut.12 Berdasarkan obyektif distribusi zakat, Lembaga Zakat Selangor telah memberi penekanan terhadap lima program pendistribusian yaitu Program Pembangunan Sosial, Program Pembangunan Ekonomi, Program Pembangunan Pendidikan, Program Pembangunan Institusi Agama dan Program Pembangunan Insan. Dalam program tersebut, Lembaga Zakat Selangor telah menyusun agenda dalam membangun asnaf yang tidak hanya bertujuan mengeluarkan diri dari kemiskinan, tetapi bertujuan agar dapat memenuhi kebutuhan rohani dan menjadi insan yang berkualitas. Setiap program yang direncanakan ini memberi prioritas kepada tiga asnaf utama yaitu fakir, miskin dan mualaf. Pemilihan asnaf utama ini dilaksanakan dalam komite pemilihan yang didirikan dan kelayakan asnaf dinilai berdasarkan Haddul Kifayah yang ditentukan.13
12
Laporan Lembaga Zakat Selangor Tahun 2009. Website Lembaga Zakat Selangor. Diakses pada tanggal 19 Februari 2011 dari http://www.e-zakat.com.my/program-asnaf/ 13
74
Berikutnya, dibawah ini akan dijelaskan setiap program yang telah dilaksanakan untuk proses distribusi zakat kepada asnaf agar lebih jelas bagaimana pelaksanaan distribusi zakat di Selangor. a. Program Pengembangan Sosial Dibawah program ini, Lembaga Zakat Selangor bertanggung jawab untuk memastikan bahwa tidak ada asnaf yang mengalami masalah tempat tinggal, nafkah sara hidup serta menerima pendidikan sebagaimana orang lain. Dengan itu, berbagai jenis bantuan telah disediakan bertujuan untuk memenuhi kebutuhan dasar dan seterusnya memungkinkan asnaf tersebut menjalani kehidupan dengan lebih seimbang. Antara bantuan yang diberikan adalah bantuan financial bagi perbaikan atau sewa rumah, asuransi perlindungan takaful untuk fakir miskin, bantuan makanan dan keuangan bulanan, bantuan Ramadhan dan hari raya, bantuan darurat/ sembako dan kesehatan, bantuan untuk program acara Hari-hari besar Islam, hari keluarga, gotong-royong dan ziarah. 14 Sepanjang tahun 2009, sebanyak 378 rumah telah didirikan untuk asnaf fakir, miskin dan muallaf. Manakala, 461 penerima perbaikan rumah yaitu 432 dari asnaf fakir, 355 dari asnaf miskin dan 52 dari asnaf muallaf. Dibawah adalah rincian bantuan yang diberikan mengikut daerah:
14
Website Lembaga Zakat Selangor. Diakses pada tanggal 19 Februari 2011 dari http://www.e-zakat.com.my/program-asnaf/
75
Daerah
Bina rumah
Perbaikan rumah
Sabak Bernam
91
135
Kuala Selangor
124
228
Klang
24
15
Petaling
5
6
Kuala Langat
48
13
Sepang
17
7
Hulu Langat
19
13
Gombak
11
11
Hulu Selangor
39
33
Jumlah
378
461
Sumber data: Laporan Zakat Selangor Tahun 2009 LZS juga telah memberikan bantuan keuangan perbulan kepada asnaf fakir/miskin dan jumlah yang diberikan adalah antara RM150 hingga RM650 tergantung kepada jumlah tanggungan asnaf tersebut. Selain itu, LZS telah memberi bantuan kesehatan dengan membiayai rawatan para asnaf. Antara bantuan yang diberikan adalah bantuan pengobatan dialisis yang diberikan kepada 1,669 orang dan bantuan rawatan hutang medis yang diberikan kepada 2,935 orang. 15
15
Laporan Lembaga Zakat Selangor Tahun 2009.
76
b. Program Pembangunan Ekonomi Program Pembangunan Ekonomi ini dikhususkan kepada asnaf fakir, miskin dan mualaf. Program ini dilaksanakan melalui program kewirausahaan yang dilaksanakan oleh Lembaga Zakat Selangor sebagai suatu cara menyelesaikan masalah kemiskinan. Lembaga Zakat Selangor tidak hanya memberi asnaf fakir/miskin sumber yang memadai, bahkan mendidik mereka menjadi insan yang sukses di dunia dan akhirat. Oleh karena kemiskinan tidak dapat diselesaikan dengan hanya memberi bantuan keuangan atau harta benda, maka program kewirausahaan ini adalah salah satu mekanisme distribusi zakat kepada asnaf fakir/miskin dan mualaf yang merupakan proses jangka panjang. Program ini tidak hanya mengurangi kadar kemiskinan tetapi juga membangun modal insan. Maka Lembaga Zakat Selangor telah menggariskan pelaksanaan pendistribusian harta zakat dengan cara mendidik, memberi ilmu, membimbing dan mengembangkan asnaf berdasarkan potensi yang ada pada mereka. Pada tahun 2009, LZS telah mendistribusikan sejumlah RM4,991,866 untuk program ini dan berhasil melahirkan sebanyak 1,300 pengusaha. Di bawah program inilah wujudnya bengkel jahitan (D’Asnaf Anggun), D’Smart Edar, D’Asnaf Kraf, Laundry Point dan lain sebagainya. Semua proyek ini dilaksanakan secara berkelompok maupun individu.16
16
Laporan Lembaga Zakat Selangor Tahun 2009.
77
c. Program Pembangunan Pendidikan Kepentingan pendidikan atas anak-anak asnaf fakir dan miskin menjadi fokus utama dalam upaya mengatasi kemiskinan. Kesadaran tentang pentingnya pendidikan ini tidak hanya ditanam pada diri ibu bapa tetapi juga membudayakannya di kalangan anak-anak asnaf agar mereka sadar bahwa hanya dengan pendidikan mereka mampu berhasil dalam kehidupan. Malah, program ini memberi kesempatan kepada anak-anak asnaf untuk melanjutkan pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi. Jenis bantuan yang diberikan dalam program ini seperti bantuan biaya sekolah(mengikut kadar yang ditetapkan) dan perlengkapan sekolah. Tahun 2009, LZS telah melaksanakan program penyaluran bantuan persekolahan di setiap daerah di seluruh Selangor. Dan jumlah pelajar yang telah menerima bantuan persekolahan pada tahun 2009 adalah sebanyak 19,858 dari asnaf fakir dan 18,188 dari asnaf miskin. Uang saku yang diberikan kepada mahasiswa institusi pengajian tinggi awam (IPTA) dan swasta (IPTS) berjumlah antara RM150 hingga RM300 perbulan. Peningkatan ini wajar untuk memastikan anak-anak asnaf fakir/miskin di IPTA/IPTS mempunyai uang yang cukup untuk biaya harian. Hasilnya, tahun 2009 telah melahirkan sebanyak 563 orang anak asnaf fakir/miskin yang cemerlang dalam pendidikan.17
17
Laporan Lembaga Zakat Selangor Tahun 2009, h.27
78
Untuk mahasiswa luar Negara pula, pada tahun 2009 Lembaga Zakat Selangor telah memberikan beasiswa kepada 648 orang siswa yang mengikuti pendidikan Islam dan kedokteran di Mesir, 90 orang siswa yang mengikuti pendidikan Islam di Yordania, 17 orang siswa yang mengikuti pendidikan Islam di Maroko dan 14 orang siswa yang mengikuti pendidikan Islam di Syria.18 d. Program Pembangunan Institusi Agama Di bawah program ini, sejumlah besar uang diperuntukkan bagi tujuan pembangunan institusi agama seperti mesjid, mushalla, sekolah dan mushalla sekolah di seluruh Selangor. Ini bertujuan untuk menjamin kebajikan dan kepuasan, di samping mengatasi permasalahan struktur bangunan dan kerusakan agar pembangunan institusi agama dapat dilaksanakan dengan sempurna. Antara bentuk penyaluran zakat di bawah program pembangunan ini adalah merupakan bantuan karpet dan peralatan mesjid/mushalla dan sekolah agama serta bantuan pembinaan/baik pembangunan mesjid, mushalla, sekolah agama dan institusi agama luar negeri. Tujuan program ini dilaksanakan adalah untuk memberi keselesaan dalam penggunaan umat Islam di Selangor. Justru, diperuntukkan sejumlah RM 22,159,822 pada tahun 2009 untuk program ini. Dibawah adalah jumlah
18
Laporan Pengurusan Zakat Selangor Tahun 2009, h. 28.
79
pembinaan dan pembaikan yang telah dilaksanakan dalam program Pembangunan Institusi Agama:19 Penerima
Pembaikan
Pembinaan
Sumbangan
Masjid
16
2
5
Surau
92
23
38
Surau sekolah
28
18
7
Sekolah
19
5
9
Institusi Agama
3
0
7
Luar Negara
0
0
9
158
48
75
Jumlah
Sumber data: Laporan Lembaga Zakat Selangor Tahun 2009 e. Program Pembangunan Insan Program Pembangunan Insan ini dirancang khusus untuk asnaf fakir dan miskin sebagai usaha untuk melahirkan golongan asnaf yang berkeyakinan, berdaya saing dan berilmu. Ia dilaksanakan dalam program-program yang berbentuk rohani, jasmani dan motivasi yang seimbang di dunia dan akhirat. Sasaran program ini diperuntukkan bagi warga tua (manula), ibu bapa, ibu tunggal (janda), bapa tunggal (duda), belia, pelajar dan juga mahasiswa.
19
Laporan Lembaga Zakat Selangor Tahun 2009, h. 31
80
Keberhasilan modul program pembangunan ini juga sering diteliti untuk memastikan bahwa keinginan mengurangi kemiskinan dapattercapai.20 Tahun 2009, LZS telah mewujudkan Akademi Zakat Selangor (AZAS) sebagai suatu badan yang diberi amanah untuk membangunkan modal insan para asnaf. LZS telah memberikan peruntukan sejumlah RM 19,381,642 khusus untuk program Pembangunan Insan ini. AZAS telah melaksanakan 412 kursus atau program dengan penyertaan sejumlah 15,000 asnaf fakir dan miskin dari kalangan mahasiswa, belia dan ibu bapa. Table 4.3 Pendistribusian Zakat Mengikut Asnaf (2008&2009) ASNAF
2009 (RM)
2008 (RM)
PERSEN
Fakir
34,946,718
11,394,204
206.7
Miskin
70,706,452
51,174,191
38.2
Amil
35,473,381
30,396,961
16.7
Mualaf
15,975,825
11,672,356
36.9
Fisabilillah
89,252,198
63,595,217
40.3
Ibnu Sabil
1,081,027
699,808
54.5
Gharim
30,144,873
18,976,522
58.9
Riqab
1,610,567
1,089,512
47.8
20
Website Lembaga Zakat Selangor. Diakses pada tanggal 19 Februari 2011 dari http://www.e-zakat.com.my/program-asnaf/
81
Jumlah
279,191,041
188,998,771
47.7
Sumber data: Laporan Zakat Selangor 2009 Table 4.4 Pendistribusian Zakat Mengikut Program (2008&2009) ASNAF
2009 (RM)
2008 (RM)
PERSEN
35, 784,048
30,699,868
16.6
Pembangunan Ekonomi
4,991,866
4,793,331
4.1
Pembangunan Insan
6,797,338
5,540,089
22.7
Pembangunan Institusi Agama
22,159,822
18,680,515
18.6
Pembangunan Pendidikan
65,017,421
42,737,922
52.1
Pembangunan Sosial
144,440, 545
86,547,046
66.9
Jumlah
279,191,041
188,998,771
47.7
Biaya Pengurusan
Sumber data: Laporan Pengurusan Zakat Selangor 2009 Table 4.5 Jumlah Asnaf Fakir dan Miskin (2008&2009) TAHUN
ASNAF FAKIR
PERSEN
ASNAF MISKIN
PERSEN
2008
11,495
-
7,140
-
2009
10,778
-6.2
10,843
51.9
Sumber data: Laporan Pengurusan Zakat Selangor 2009
82
D. Problematika Pendistribusian Zakat Selangor Dalam kaidah pengelolaan zakat, Islam menyarankan dibuatnya peraturan tentang zakat agar sistem yang dibentuk dapat dilaksanakan secara menyeluruh. Para asnaf tidak lagi merasa khawatir akan melanjutkan kehidupan, karena setidaknya mereka dapat menikmati hasil pengumpulan zakat yang dilakukan oleh negara. Selain itu, manajemen zakat baik pengumpulan atau distribusi akan lebih teratur dan tertib. Karena di samping petugas-petugas yang ditunjuk oleh pemerintah, mereka turut dikontrol dengan peraturan yang ditetapkan. Untuk
mempraktikkan
perkara
tersebut
bukanlah
suatu
hal
yang
mudah,karena itu dalam pengelolaan zakat oleh Lembaga Zakat Selangor telah terjadi beberapa masalah yang mengganggu sistem pengurusan zakat di Selangor. Tetapi masalah tersebut bukanlah masalah yang begitu serius sehingga mencegah para asnaf menerima bagiannya. Namun sebagai suatu kekurangan, haruslah ditangani dengan segera agar ia tidak lagi membebani pihak Lembaga Zakat Selangor. Permasalahan ini penulis dapatkan melalui wawancara penulis bersama Puan Azimah, yaitu Eksekutif Bahagian Perancangan Korporat (eksekutif bagian perencanaan perusahaan) Lembaga Zakat Selangor.21Antara masalah-masalah tersebut adalah: a. Sebagian masyarakat tidak yakin dengan pendistribusian yang dilakukan oleh institusi zakat khususnya dalam usaha mengentas kemiskinan. Di pihak 21
Wawancara pribadi dengan Puan Azimah, Pegawai Eksekutif Bahagian Perancangan Korporat, Pejabat Tadbir Urus Korporat, Lembaga Zakat Selangor (LZS), tanggal 24 Oktober 2010, jam 10.00 pagi bertempat di Kantor Majelis Agama Islam Selangor.
83
institusi zakat sendiri khususnya LZS, berbagai bantuan telah disalurkan untuk memastikan asnaf fakir miskin mendapat pembelaan sewajarnya seperti bantuan keuangan/makanan bulanan, bantuan pendidikan dan lain sebagainya. Antara ujian yang dihadapi oleh LZS sendiri dalam menghadapi golongan asnaf fakir/miskin/mualaf adalah: -
Sikap asnaf itu sendiri yang sentiasa ingin dibantu oleh institusi zakat dan tidak ingin mandiri serta sentiasa mengharapkan bantuan setiap tahun.
-
Kesulitan untuk mengenal sasaran golongan fakir, miskin dan muallaf. Walaupun telah menggunakan panduan, masih terdapat keraguan dalam penerimaan data. Contohnya, permohonan yang melepasi Had Kifayah tetapi masih dalam keadaan susah dan muallaf yang memohon bantuan muallaf sedangkan temponya telah habis.
-
Terdapat asnaf yang telah diberi bantuan modal tetapi gagal meneruskan perniagaannya dan memohon bantuan untuk perniagaan yang lain.
-
Terdapat asnaf yang mengharapkan bantuan keuangan dan makanan semata tanpa berusaha mencari pendapatan lain.
-
Terdapat asnaf yang tidak memanfaatkan bantuan yang diberi dengan sewajarnya, bantuan tersebut digunakan untuk perkara yang tidak memberi faedah. 22
22
Wawancara pribadi bersama Puan Azimah, Pegawai Eksekutif Bahagian Perancangan dan Korporat, Op Cit.
84
-
Terdapat pemohon bantuan zakat yang tidak bersikap jujur dan benar dalam memberi laporan.
b. Persepsi umat Islam kepada penafsiran asnaf fakir/miskin bahwa mereka haruslah dari golongan orang tua, ibu tunggal, orang cacat dan tidak memiliki aset. Tidak kesemuanya layak dikategorikan sebagai asnaf fakir/miskin, karena penilaian adalah berdasarkan had kifayah sebuah keluarga. Ada juga persepsi menyatakan bahwa seorang yang mempunyai rumah khusus di kota, tidak layak dikategorikan sebagai asnaf fakir/miskin.23 c. Pembelaan dan bantuan berlanjutan pada peringkat awal merupakan keperluan bagi asnaf fakir/miskin yang telah memberikan had kifayah. Kebanyakan asnaf fakir/miskin telah dibantu melalui programbimbingan dan bantuan berlanjutan dari distribusi zakat yang diperoleh khususnya mereka yang mendapat bantuan modal ekonomi. Namun, apabila mereka tidak terdaftar sebagai penerima bantuan, ada diantara mereka yang tidak dapat meneruskan kehidupan dan mereka kembali menjadi fakir/miskin. d. Peningkatan distribusi zakat untuk asnaf fisabilillah berlaku di kebanyakan negeri di Malaysia setiap tahun dan adanya pendapat agar institusi zakat perlu mengurangkan distribusi zakat untuk asnaf fisabilillah. Tetapi jika dinilai, distribusi zakat kepada asnaf fisabilillah adalah kebutuhan untuk menampung keperluan aktivitas-aktivitas dakwah, pendidikan dan pengembangan syiar 23
Wawancara pribadi bersama Puan Azimah, Pegawai Eksekutif Bahagian Korporat, Op Cit.
Perancangan
85
yang secara tidak langsung membantu menangani masalah kemiskinan jiwa, jati diri, akhlak dan ilmu di kalangan umat Islam. e. Selain itu, LZS juga menghadapi pertindihan distribusi zakat yang menyebabkan asnaf yang sama menerima bantuan. Hal ini berlaku disebabkan oleh budaya distribusi zakat sendiri oleh pembayar kepada asnaf tanpa melalui institusi zakat yang telah ada. Niat murni dan keinginan pembayar zakat adalah suatu amalan yang mulia dan harus dipuji. Akan tetapi, adalah baik sekiranya dilaksanakan secara bersama dengan institusi zakat untuk menghindari berlakunya pertindihan penerima yang sama menerima bantuan.24 f. Akhir ini terwujudnya satu persepsi masyarakat bahwa apabila berlaku kasuskasus berkaitan kemiskinan di kalangan umat Islam, segalanya dipertanggung jawabkan kepada institusi zakat. Institusi zakat seperti LZS adalah pelengkap bagi berbagai agensi kerajaan yang telah ada baik di peringkat Kerajaan Pusat maupun Kerajaan Negeri. Tanggung jawab menangani kemiskinan adalah tanggung jawab bersama antara berbagai agensi kerajaan, swasta, institusi zakat dan masyarakat. 25
24
Wawancara pribadi bersama Puan Azimah Mohd Tamyes, Pegawai Eksekutif Bahagian Perancangan Korporat, Op Cit. 25 Wawancara pribadi bersama Puan Azimah, Pegawai Eksekutif Bahagian Perancangan Korporat, Ibid.
86
E. Analisa Pendistribusian Zakat Oleh Lembaga Zakat Selangor Ibadah dalam Islam meliputi dua dimensi yaitu dimensi ruh dan fisik. Dimensi ruh dan jasad ibadah tidak dapat dipisahkan, keduanya harus ada dalam pelaksanaan ibadah. Selain itu dapat pula dipahami bahwa ibadah dalam Islam selalu memiliki dua sisi yaitu sisi ritual dan juga sisi sosial. Kedua sisi merupakan satu rangkaian bentuk pengabdian dan penyerahan diri manusia kepada Sang Khalik dan juga kepedulian sosial manusia terhadap sesama makhluk. Salah satu ibadah dalam Islam yang sarat dengan tujuan sosial adalah zakat.26 Untuk melaksanakansisi ritual dan sisi sosial dalam pengurusan zakat memerlukan pihak yang bertanggung jawab mengelola pengurusan zakat agar semuanya terlaksana sebagaimana yang disyariatkan. Pengurusan perkara berkaitan agama Islam adalah di bawah tanggung jawab Majlis Agama Islam Selangor sebagai pembantu DYMM Sultan Selangor (ketua agama Islam) sebagaimana yang dinyatakan dalam seksyen 6, Enakmen Pentadbiran Agama Islam Negeri Selangor 2003. Majlis Agama Islam Selangor juga dipertanggung jawabkan untuk mencapai kemajuan dan pembangunan ekonomi dan sosial umat Islam di Selangor. Dengan itu, keberadaan zakat dalam kehidupan umat Islam menjadi dasar utama untuk mengentas dan menanggulangi masalah kemiskinan.
26
H. M. Umar, Pendayagunaan Zakat Untuk Usaha Produktif (Jambi: Sultan Thaha Press, 2008), h. 1.
87
Pengelolaan zakat oleh Baitulmal telah diberlakukan sejak awal pensyariatan zakat. Hal tersebut telah dipraktekkan di Selangor. Namun, pihak Majlis Agama Islam Selangor telah mengambil kebijakan dengan wewenang yang telah diberikan (seperti yang dinyatakan pada seksyen 9, Enakmen Pentadbiran Agama Islam Negeri Selangor 2003) untuk membina syarikat yang dinilai kewajarannya. Maka, wujudlah institusi zakat yang dikenal dengan Lembaga Zakat Selangor sebagai suatu institusi yang terpisah dari pengurusan Baitulmal. Dengan kewujudan ini, Lembaga Zakat Selangor telah diberi kuasa untuk mengelola harta zakat Selangor seluruhnya baik dari pengumpulan atau pendistribusian. Antara tujuan lain pihak Majlis Agama Islam Selangor memisahkan pengurusan zakat dari Baitulmal adalah dengan harapan agar pengelolaan zakat dapat ditingkatkan untuk membantu asnaf di Selangor. Aturan lain yang memberi wewenang kepada Lembaga Zakat Selangor (MAIS) adalah yang dinyatakan dalam seksyen 40 & 43, bahwa Majlis bisa menerima dan menggunakan peraturan-peraturan yang dibentuk dan bisa menentukan tata caranya sendiri. Ini berarti LZS (MAIS) berkuasa sepenuhnya dalam membentuk peraturan pengelolaan zakat di Selangor. Namun kewenangan ini tetap dibatasi dengan keharusan mendapatkan kelulusan dari DYMM Sultan Selangor. Setelah diteliti, pihak LZS (MAIS) tidak tamak dalam memegang kuasa dalam pengelolaan harta zakat. Hal ini terbukti dengan pembentukan Lembaga Pemegang Amanah (LPA) yang dilantik sendiri oleh LZS (MAIS) bagi mengawal
88
pelaksanaan pengelolaan harta zakat di Selangor. Selain itu, LPA telah dibentuk dari berbagai golongan cerdik pandai agar bisa berkongsi ide dan pandangan dalam mencari solusi yang terbaik dalam pengelolaan harta zakat Selangor. Keberadaan komite Fatwa Negeri Selangor amat penting dalam memberikan dan mengeluarkan fatwa yang berkaitan dengan pengelolaan harta zakat Selangor. Karena tanpa keberadaan komite Fatwa Negeri Selangor berkemungkinan akan berlaku perbedaan pendapat dalam penentuan pengelolaan harta zakat karenaseperti yang diketahui tidak ada kesepakatan antara mazhab dalam penentuan hukum-hukum yang berkaitan dengan zakat. Aturan yang memberi arti bahwa LZS (MAIS) berhak sepenuhnya dalam penentuan tata cara pengelolaan serta membentuk aturan berkaitan zakat telah dinyatakan dalam seksyen 87. Kewenangan itu ditentukan untuk Baitulmal, maka dengan perubahan kuasa yang diberikan justru pihak LZS (MAIS) mendapat kewenangan dalam membentuk peraturan berkaitan pengelolaan harta zakat di Selangor. Segala peraturan yang dibentuk oleh LZS (MAIS) bisa dilaksanakan setelah dipersetujui oleh DYMM Sultan Selangor. Dari penelitian yang telah dibuat, penulis mendapati bahwa Lembaga Zakat Selangor telah mengelola dana zakat dengan baik dan teratur. Bahkan Lembaga Zakat Selangor telah menduduki tempat pertama dari semua negeri di Malaysia dalam pengumpulan harta zakat. Kaedah dan sistem pengelolaan yang digunakan oleh Lembaga Zakat Selangor tidak hanya dijadikan contoh oleh institusi zakat negeri lain bahkan dijadikan contoh oleh institusi zakat negara lainnya. Bukti
89
keberhasilan Lembaga Zakat Selangor ini bisa dilihat melalui statistik jumlah pengumpulan dan pendistribusian yang ada di bagian lampiran. Hasil yang cukup membanggakan mampu menjelaskan bahwa sistem yang digunakan oleh Lembaga Zakat Selangor sudah mencapai tahap yang amat memuaskan. Hasil pengumpulan dan pendistribusian yang dicapai adalah dengan bantuan dan kerjasama yang diberikan oleh penduduk negeri Selangor. Masyarakat mulai sadar tentang kewajiban berzakat di samping kepentingan pengurusan zakat itu dikelola oleh institusi zakat yang telah dilantik oleh kerajaan. Kecakapan dan pengukuhan sistem yang digunakan oleh Lembaga Zakat Selangor juga berhasil memberi keyakinan masyarakat agar perkara zakat dikelola oleh mereka. Jelas bahwa keberadaan Lembaga Zakat Selangor telah banyak berusaha dan membantu dalam menanggulangi masalah kemiskinan masyarakat di Selangor umumnya dan para asnaf khususnya. Berbagai tantangan dan rintangan telah dihadapi oleh Lembaga Zakat Selangor dalam mengelola pengurusan zakat. Tantangan dan rintangan yang dinyatakan oleh penulis adalah antara masalah yang utama yang perlu dihadapi oleh Lembaga Zakat Selangor. Perkara yang lebih penting yang harus dihadapi adalah karena ibadah zakat merupakan satu ibadah yang dinamik yang perlu dikelola sejalan dengan keperluan ummat semasa tanpa mengesampingkan prinsip-prinsip ibadah zakat. Adalah menjadi harapan agar pelaksanaan pengelolaan zakat di Selangor terutama pendistribusian zakat dapat dijadikan contoh kepada perbaikan perkembangan institusi zakat di Malaysia seluruhnya demi menjamin kesejahteraan ummah.
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Setelah meneliti dan membahas mengenai pengelolaan zakat di Selangor yang dilakukan oleh pihak Lembaga zakat Selangor, maka dengan ini penulis dapat membuat beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Di Malaysia, pengurusan tentang zakat secara keseluruhannya telah diserahkan kepada pihak Majlis Agama Islam Negeri (MAIN) dan hal ini telah tertulis dalam Enakmen Pentadbiran Agama Islam Negeri. Kebanyakan isntitusi zakat di Malaysia telah diprivatisasikan baik dari sudut pengumpulan maupun pendistribusian dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas pengelolaan zakat di setiap negeri. Kesan dari keputusan tersebut memberi dampak yang positif kepada masyarakat Malaysia umumnya dan kepada pengurusan institusi zakat khususnya. Pengurusan zakat di Selangor dibawah tanggung jawab Majlis Agama Islam Selangor. Sejak kemerdekaan, pengurusan zakat dikelola oleh Baitul Mal Selangor akan tetapi kerajaan Selangor telah membuat kebijakan dengan membentuk lembaga zakat yang terpisah dari Baitul Mal pada tahun 1994. Dengan itu pengurusan zakat telah diprivatisasi pengelolaannya dari segi pengumpulan dan distribusian zakat.
90
91
2. Sistem pengelolaan dana zakat di Selangor ditentukan oleh Lembaga Zakat Selangor dibawah pengawasan Lembaga Pemegang Amanah yang dilantik oleh Majlis Agama Islam Selangor. Ahli Lembaga Pemegang Amanah adalah gabungan ahli agama, akademis, intelektual dan propesional agar pengurusan pengelolaan zakat di Selangor dapat dilaksanakan dengan baik. Selain itu adanya Majlis Fatwa Ulama Selangor yang mengeluarkan fatwa dalam penentuan perkara berkaitan dengan hukum zakat antaranya penafsiran asnaf yang berhak menerima zakat dan penentuan Had Kifayah asnaf. Dengan bantuan pihak-pihak yang berkaitan maka pengelolaan zakat di Selangor telah menunjukkan peningkatan dan kemajuan dalam pengurusan pengumpulan maupun pendistribusian yang dibuat. Perkara ini bisa dilihat melalui statistik pengumpulan dan pendistribusian zakat setiap tahun. Lembaga Zakat Selangor juga telah memberdayakan dana zakat kepada asnaf tidak hanya dalam bentuk pola tradisional bahkan dalam bentuk pola kontemporer yaitu secara produktif. Perkara tersebut dapat dilihat dengan adanya program-program bimbingan dan latihan yang direncanakan khusus buat asnaf. Dengan kuasa yang dimiliki oleh DYMM Sultan Selangor, Baginda telah menyatakan bahwa semua pengumpulan harta zakat di Selangor adalah untuk membantu umat Islam dan pembangunan ummah di Selangor saja. Maka pendistribusian harta zakat Selangor hanya dialokasikan dalam negeri
92
Selangor dan diberikan kepada asnaf Selangor saja. Lebihan atau sisa dari harta zakat akan dibagi-bagi antara asnaf mengikut kebutuhan masing-masing. 3. Usaha Lembaga Zakat Selangor sesuai dengan tujuan pendiriannya, yaitu membangun kehidupan dan ekonomi masyarakat Islam di Selangor telah dilaksanakan dengan baik. Ini dapat dilihat bahwa Lembaga Zakat Selangor tidak hanya mendistribusikan zakat kepada asnaf bahkan menyediakan program-program, fasilitas dan ruang untuk asnaf memproduktifkan harta zakat yang diperoleh. Lembaga Zakat Selangor telah melaksanakan amanah yang dipegang dengan baik, perkara ini bisa dilihat melalui statistik pengumpulan harta zakat dan pendistribusian dana zakat kepada asnaf diberlakukan dengan adil. Selain itu berkurangnya jumlah distribusi dana zakat dari kalangan asnaf fakir dan meningkatnya jumlah distribusi dana zakat dari kalangan asnaf miskin menunjukkan bahwa Lembaga Zakat Selangor telah berhasil menangani kemiskinan di Selangor. Walaupun adanya permasalahan yang timbul dalam pendistribusian zakat, tapi itu tidak menghalang peningkatan pengumpulan dan pendistribusian zakat kepada asnaf. Ini menunjukkan bahwa masyarakat Selangor sudah mulai menerima keberadaan Lembaga Zakat Selangor sebagai institusi zakat yang berwenang dalam mengelola harta zakat.
93
B. Saran-saran Dalam menyingkapi permasalahan yang dihadapi oleh Lembaga Zakat Selangor yang berkaitan dengan pendistribusian harta zakat kepada masyarakat negeri Selangor, penulis mempunyai beberapa pandangan atau saran bertujuan membantu masyarakat maupun pihak-pihak yang berkaitan bisa menyadari tentang kepentingan dalam berzakat serta dapat membuktikan syari’at Islam itu benar-benar menjaga umatnya. Beberapa pandangan dan saran adalah seperti berikut: 1. Dalam pengurusan pengelolaan harta zakat di Selangor seharusnya diadakan program silaturrahim antara asnaf dan muzakki. Karena muzakki hanya merasakan dirinya hanya harus memberi tanpa merasai bagaimana kehidupan para asnaf. Dengan program silaturrahim ini juga berkemungkinan dapat menghilangkan perasaan sebagian asnaf yang hanya sering meminta-minta bantuan tanpa sebarang usaha. 2. Dilihat dari pendistribusian dana zakat kepada asnaf fisabilillah dengan jumlah yang banyak dibanding asnaf lain, penurut pandangan penulis harus diteliti keberhasilan pendistribusian tersebut dalam pembangunan ekonomi umat Islam Selangor. Penyaluran dana zakat kepada asnaf fisabilillah seharusnya tidak dengan penyaluran konsumtif bahkan seharusnya diadakan penyaluran dalam bentuk produktif agar bisa dikembangkan manfaat penyaluran tersebut. Misalnya, di sekolah-sekolah agama JAIS dibina ruang
94
untuk mempraktekkan keterampilan pelajar-pelajar bagi mengisi waktu kosong mereka dengan perkara yang bermanfaat. 3. Dikarenakan tidak adanya peraturan tetap yaitu sanksi yang bisa dijadikan rujukan, maka mengakibatkan berlakunya pertindihan dalam mengelola penyeluran dana zakat. Maka pihak yang melakukan perkara tersebut tidak dapat ditindak pidana karena tidak adanya peraturan yang membenarkan perkara tersebut. Harus diketahui karena berlakunya pertindihan inilah membuatkan asnaf merasa senang dan manja tanpa perlu berusaha sedangkan rezeki itu tidak datang ‘bergolek’ melainkan dengan usaha.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Quran al-Karim Abdul Aziz Bari, Islam Dalam Perlembagaan Malaysia, Selangor, Intel Multimedia and Publication, 2005. Abdul Ghafar Ismail dan Hailali Muji Tahir, Zakat Pensyariatan, Perekonomian dan Perundangan, Kuala Lumpur, UKM, 2009. Abudin Nata, dkk, Mengenal Hukum Zakat dan Infaq Shadaqah, Jakarta, BAZIS DKI, 1999. Akademi Aidit, Kemajuan Pentadbiran Islam di Negeri Selangor, MAIS, Bahagian Baitul Mal, 2005. Al-Ba’ly, Abdul Hamid Mahmud, Ekonomi Zakat (Sebuah Kajian Moneter dan Keuangan Syariah), (Terj), Jakarta, PT RajaGrafindo, cet 1, 2006. Al-Qardhawi, Yusuf, Hukum Zakat, Jakarta, Terbitan Bersama PT Pustaka Litera AntarNusa dan Mizan, cet 4, 1996. Al-Qardhawi, Yusuf, Musykilat Al-Faqr Wa Kayfa ‘Alijaha Al-Islam, Beirut, Muassasah Ar-Risalah, cet 10, 1994. Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum, Jakarta, PT RajaGrafindo, 2003. Departemen Agama, Pedoman Zakat Seri 9, Jakarta, Proyek Peningkatan Zakat dan Wakaf, 2002. Departemen Pendididkan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta, Balai Pustaka, 1996. Didin Hafidhuddin, dkk, The Power Of Zakat, Malang, UIN Malang Press, cet 1, 2008. Didin Hafidhuddin, Zakat Dalam Perekonomian Modern, Jakarta, Gema Insani, 2002. Djamal Doa, Menggagas Pengelolaan Zakat Oleh Negara, Jakarta, Nuansa Madani, 2005. Enakmen Pentadbiran Agama Islam Selangor 2003, Selangor, International Law Book Services, 2009.
95
96
Eri Sudewo, Manajemen Zakat (Tinggalkan 15 Tradisi Terapkan $ Prinsip Dasar), Jakarta, Institut Manajemen Zakat, 2004. Fakhruddin, Fiqh dan Manajemen Zakat di Indonesia, Malang, UIN Malang Press, cet 1, 2008. Fremont E. Kast dan James E. Rozenzwerg, Organisasi dan Manajemen (Suatu Sistem dan Pendekatan Kontigensi), (Terj), Jakarta, PT Bina Aksara, 1986. H. M. Umar, Pendayagunaan Zakat Untuk Usaha Produktif, Jambi, Sulthan Thaha Press, 2008. Institut Kefahaman Islam Malaysia (IKIM), Jurnal Undang-undang (IKIM Law Journal), Kuala Lumpur, Subscription Marketing, Vol. 4, No. 2, 2000. Institut Kefahaman Islam Malaysia (IKIM), Jurnal Undang-undang (IKIM Law Journal), Kuala Lumpur, Subscription Marketing, Vol. 6, No. 2, 1998. K. H. Sjechul Hadi Permono, Sumber-sumber Pengagihan Zakat, Jakarta, Pustaka Firdaus, cet 2, 1994. K. H. Sjechul Hadi Permono, Pendayagunaan Zakat Dalam Rangka Pembangunan Nasional (Persamaan Dan Perbedaannya Dengan Pajak), Jakarta, Pustaka Firdaus, cet 2, 1995. Lahmudin Nasution, Fiqh 1, Jakarta, Logos, 1995. Laporan Pengurusan Lembaga Zakat Selangor Tahun 2009, Lembaga Zakat Selangor 2009. Lili Bariadi, dkk, Zakat Dan Wirausaha, Centre For Entrepreneurship Development, cet 1, 2005. Mahamad Arifin et al, Pentadbiran Undang-undang Islam di Malaysia, Selangor, Dawama, 2007. Mestika Zed, Metode Penelitian Kepustakaan, Jakarta, Yayasan Obor Indonesia, 2008. Mahmood Zuhdi Ab. Majid, Kuasa-kuasa Dan Kaedah Pentadbiran Zakat Di Malaysia, Jurnal Syariah,Vol. 2, 1994. Mohamad Daud Ali, Sistem Ekonomi Islam Zakat Dan Wakaf, Jakarta, UI Press, cet 1, 1988.
97
Mohamad Ridwan Yahya, Fiqih Dan Amaliyat Zakat, Jakarta, Pustaka Nawaitu, 2006. Moh. Rifa’i, dkk, Kifayatul Akhyar, (Terj), Surabaya, PT Bina Ilmu, Jilid 1, 1997. Mohamad Uda Kasim, Zakat – Teori, Kutipan Dan Agihan, Kuala Lumpur, Utusan Publication and Distributors, 2005. Mohd Ali Hj. Baharum, Zakat Ditinjau Dari Perspektif Sosial, Undang-undang Dan Taksiran, Kuala Lumpur, dewan Pustaka Islam, 1989. Majalah Asnaf Selangor Tahun 2009, Lembaga Zakat Selangor. M. Arifin Purwakananta dan Nor Aflah, Southeast Asia Zakat Movement, Padang, Forum Zakat (FOZ), 2008. Nik Hassan Nik Mustafa, Kaedah Pengagihan Dana Zakat (Suatu Perspektif Islam), Kuala Lumpur, PPZ MAIWP, 2001. Sabiq, Sayyid, Fiqh Sunnah, Kaherah Darul Fath. Shahih Bukhari, Riyadh, Dar al-Salam, 2000. Sudirman, Zakat Dalam Pusaran Arus Modernitas, Malang, UIN Malang Press, 2007. Syekh Abdul Wahab Khallaf, Ilmu Ushul Fiqh, (Terj), Jakarta, Rineka Cipta, 1993. Wahbah Zuhaili, Fiqh Imam Syafi’i, (Terj), Jakarta, Penerbit Al-Mahira. Wahbah Zuhaili, Fiqh Al-Islam Wa Adillatuh, Dimasyq, Dar Al-Fikr, Vol 2, cet 10, 2008. Zaid Husen al-Hamida, Fiqhul Muyassar, Jakarta: Pustaka Amani, 1994. Website: 1. http://zakat.com.my/store/KERTAS, diakses pada 17 Februari 2011. 2. http://www.e-zakat.com.my/had-kifayah/, diakses pada 19 Februari 2011. 3. http://www.e-zakat.com.my/program-asnaf/, diakses pada 19 Februari 2011. 4. http://www.e-zakat.com.my/info-zakat/asnaf-zakat/, Februari 2011.
diakses
pada
19
LAMPIRAN-LAMPIRAN Table 4.6 JUMLAH PENGUMPULAN ZAKAT NEGERI SELANGOR (1995-2009) TAHUN
JUMLAH (RM)
PENINGKATAN
PERSEN
1995
15,895,317.80
-
-
1996
28,626,866,01
12,731,548.21
80.10
1997
31,350,149.36
2,723,283.35
9.51
1998
37,368,301.35
6,018,151.99
19.20
1999
35,265,474.59
-2,102,826,76
-5.63
2000
51,346,870.74
16,081,396.15
45.60
2001
61,432,750.66
10,085,879.92
19.64
2002
78,906,125.90
17,473,375.24
28.44
2003
86,294,232.05
7,388,106.15
9.36
2004
107,820, 606.19
21,526,374.14
24.95
2005
133,156,386.40
25,335,780.21
23.50
2006
159,836,252.79
26,679,866.39
20.04
2007
202,089,144.00
42,252,891.21
26.44
2008
244,472,884.00
42,383,740.00
20.97
2009
283,787,046.00
39,314,162.00
16.08
Sumber data: Laporan Zakat Selangor 2009
98
99
Table 4.7 JUMLAH DISTRIBUSI ZAKAT NEGERI SELANGOR (1994-2009) TAHUN
JUMLAH (RM)
PENINGKATAN
PERSEN
1994
14,044,147.00
-
-
1995
19,428,008.27
5,383,861.27
38.34
1996
25,247,033.03
5.819,024.76
29.95
1997
24,293,549.97
-953,483.06
-3.78
1998
30,746,798.52
6,453,248.55
26.56
1999
31,673,722.25
926,923.73
3.01
2000
32,045,744.98
372,022.73
1.17
2001
52,529,725.65
20,483,980.67
63.92
2002
66,843,412.58
14,313,686.93
27.25
2003
85,240,949.41
18,397,536.83
27.52
2004
100,937,028.00
15,696,078.59
18.41
2005
114,170,658.14
13,233,630.14
13.11
2006
146,905,517.00
32,734,858.86
28.67
2007
176,979,357.00
30,073,840.00
20.47
2008
188,998,771.00
12,019,414.00
6.79
2009
275,893,749.48
86,894,978.48
45.98
Sumber data: Laporan Zakat Selangor 2009
100
Table 4.8 ANALISA PENGUMPULAN ZAKAT PERNIAGAAN ANTARA NEGERINEGERI DI MALAYSIA (2006&2005) NEGERI
2006 (RM)
2005 (RM)
Wilayah Persekutuan
2 2,790,507.33
2 0,123,320.27
Selangor
2 7,547,360.90
2 0,319,330.00
Johor
1 5,475,260.60
1 4,913,593.68
Pahang
1 3,334,222.64
10,394,902.00
Kedah
1 3,571,298.19
6 ,589,960.80
Melaka
5 ,232,225.27
4 ,884,527.05
Negeri Sembilan
5 ,230,213.02
-
Terengganu
1 2,181,836.67
10,555,368.62
Sabah
9,270,801.71
5,126,351.20
Kelantan
10,987,510.85
7,579,739.44
Perlis
3,403,571.93
-
Perak
1 2,594,897.47
8,435,377.79
Sumber data: Kertas Kerja 4 oleh Encik Abdul Hakim
101
Table 4.9 ANALISA PENGUMPULAN LAIN-LAIN HARTA ZAKAT ANTARA NEGERI-NEGERI DI MALAYSIA (2006&2005) NEGERI
2006(RM)
2005(RM)
Wilayah Persekutuan
31,390,320.85
29,918,589.81
Selangor
41,321,753.23
3 7,119,922.00
Johor
21,033,697.36
1 5,686,572.90
Pahang
6,365,843.31
6 ,218,967.00
Kedah
4,933,013.70
7,785,919.79
Melaka
4,882,855.00
1 7,692,093.97
Negeri Sembilan
7,430,044.75
1 1,447,591.98
Terengganu
12,101,481.17
1 1,202,517.89
903,255.36
7 71,607.19
Kelantan
8,276,943.44
7 ,631,261.65
Perlis
1,889,614.65
-
Perak
16,338,432.91
19,108,157.69
Sabah
Sumber data: Kertas kerja 4 oleh Encik Abdul Hakim
102
Table 4.10 ANALISA PENGUMPULAN ZAKAT PENDAPATAN ANTARA NEGERINEGERI DI MALAYSIA (2006&2005) NEGERI
2006 (RM)
2005 (RM)
Wilayah Persekutuan
8 9,123,574.90
76,704,119.69
Selangor
8 1,074,470.56
66,343,660.00
Johor
9 ,969,329.99
5,686,447.05
Pahang
1 2,021,667.64
10,377,724.00
Kedah
1 6,223,357.85
15,385,170.86
Melaka
7 ,199,623.79
6,426,951.69
Negeri Sembilan
1 0,494,783.77
9,045,841.93
Terengganu
1 4,653,434.10
14,528,727.12
Sabah
1,899,011.64
1,162,400.53
Kelantan
11,462,862.06
9,430,489.37
Perlis
5,759,207.08
-
Perak
-
-
Sumber data: Kertas Kerja 4 oleh Encik Abdul Hakim