PEMIKIRAN POLITIK TUNKU ABDUL RAHMAN DALAM KONTEKS PERJUANGAN KEMERDEKAAN MALAYSIA
SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Syariah (S.Sy)
OLEH
ROZILAWATI BINTI ISMAIL NIM: 109045200016
K O N S E N T R A S I S I Y A S A H S Y A R ’I Y Y A H PROGRAM STUDI JINAYAH SIYASAH FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH J A K A R T A 1432 H/2011 M
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa : 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 (S1) di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta: 26 Februari 2011 M 22 Rabiul Awal 1432 H
Rozilawati binti Ismail
KATA PENGANTAR
Dengan nama Allah yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, yang Maha Mengetahui segala sesuatu yang ada di langit dan di bumi, yang nyata maupun yang tersembunyi, baik dalam terang benderang maupun gelap gulita Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini. Sholawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada pembawa risalah Allah SWT, yaitu Junjungan Besar kita, Nabi Muhammad SAW, serta keluarga dan para sahabat baginda, yang menyeru supaya berpegang teguh dengan tali Allah SWT (hablullah) sampai akhir zaman. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan skripsi yang berjudul “Pemikiran Politik Tunku Abdul Rahman dalam Konteks Perjuangan Kemerdekaan Malaysia” ini, masih terdapat banyak kekurangan dan kelemahan yang dimiliki penulis. Namun berkat bantuan dan dorongan dari semua pihak, akhirnya penulisan skripsi ini dapa diselesaikan dengan daik. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih secara khusus dan sedalamnya kepada: 1. Prof. Dr. Komaruddin Hidayat, sebagai Rektor Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta;
i
2. Prof. Dr. H Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM, sebagai Dekan Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta; 3. Dr. Asmawi, M.Ag dan Pak Afwan Faizin, MA, sebagai Ketua dan Sekretaris Jurusan Jinayah Siyasah, yang telah memberikan kemudahan administratif bimbingan akademik sejak awal perkuliahan hingga penyelesaian skripsi ini; 4. Prof. Dr. Hj. Amany B. Lubis, Lc, MA, sebagai dosen pembimbing yang dengan tulus ikhlas banyak memberikan petunjuk dan panduan bagi penyelesaian skripsi ini; 5. Kepada segenap dosen yang telah memberikan ilmunya kepada penulis selama menjalani perkuliahan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta; 6. Kepada para pimpinan, staf Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah memberikan fasilitas berupa kemudahan bagi penulis dalam memanfaatkan buku-buku referensi; 7. Kepada para staf Perpustakaan Awam Negeri Kelantan dan Perpustakaan Awam Kuala Krai, yang telah menyediakan buku-buku referensi yang bermanfaat dalam penelitian penulis. 8. Teristimewa buat Ayahanda Ismail bin Awang Kechik dan Ibunda tercinta Hasmah binti Jaafar yang senantiasa mendoakan kejayaan penulis, dan terima kasih karena telah membesarkan, mendidik dan sentiasa memberikan motivasi dan dorongan kepada penulis. Terima kasih juga buat Kak Long(Roziana),
ii
Abang
Long(W.Aziz),
Acik(M.Aziman),
Zai(Rozainah),
Ina(Salina),
Abang(M.Khairul), Adik(M.Azahari), Husna dan saudara-saudaraku yang tidak dapat disebutkan satu-persatu; 9. Pemerintah Malaysia dan Indonesia, Kedutaan Besar Malaysia di Indonesia, Dato’ Duta Malaysia di Indonesia, Tuan Pengarah JPMI, Atase Agama serta seluruh staf Kedutaan Besar Malaysia dan kebajikan yang telah diberikan; 10. Kepada para pimpinan dan staf Internasional Office yang banyak memberi informasi dan bantuan kepada penulis dalam menyelesaikan studi di sini. Juga buat teman-teman dari pelbagai negara di Internasional Office. 11. Dato’ Tuan Guru Haji Harun Taib selaku pengerusi Ahli Majlis Mesyuarat KUDQI dan seluruh Ahli Majlis Mesyuarat KUDQI. Pihak Kolej Universitas Darul Quran Islamiyyah yang telah memberi kesempatan untuk menuntut ilmu yang bermanfaat dari asatizah2 KUDQI. Juga buat adik-adik yang masih di Kudqi dan ex-Kudqi. Serta buat asatizah dan teman-teman di Madrasah Muhammadiah Pondok Sungai Durian, Kuala Krai, Kelantan; 12. Teman-teman seperjuangan angkatan 2009; Yati, K.Aisyah, Suha, Yam, Fizah, Marina, Zainab, Ummu Aiman, Suhaida, Aisyah. Teman-teman seperjuangan angkatan 2010; Ain, Faizah, Alfiah, Hajar, Ijah, K.azi, Ann, Saedah, Yah, Aminah, Su, Sya, juga buat adik-adik angkatan 2011 serte teman-teman dikalangan muslimin KUDQI dan IPA. Tidak lupa juga buat teman-teman Indonesia, Qamariah, Umi Farhah, Via, Dina, April dan yang
iii
mengenali penulis. Terima kasih juga atas kebersamaan kalian dalam menemani dan membantu penulis selama kuliah di sini. 13. Kepada teman-teman ketika mencari pengalaman bekerja, khususnya di AsSyabab Quran Centre, k.tie, k.na, k.long, k.zana, k.syikin, k.ni, k.moh, k.huda, k.ma dan k.aini. Terima Kasih karena turut mendoakan penulis dan banyak memberi semangat dan motivasi supaya sukses dalam perkulihan dan penulisan skripsi ini. Tidak lupa juga buat anak-anak didik di As-Syabab Quran Centre, MRSM Kuala Krai, dan Madrasah Muhammadiah Pondok Sungai Durian. 14. Kepada semua pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung yang tidak dapat penulis nyatakan satu persatu dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini. Penulis mengucapkan terima kasih, semoga segala bantuan tersebut diterima sebagai amal shaleh di sisi Allah SWT dan memperoleh balasan pahala yang berganda. Amin. Akhirnya kepada Allah SWT jualah penulis serahkan semua ini. Semoga apa yang penulis usahakan ini kiranya dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya. Amin. Jakarta: 26 Februari 2011 M 22 Rabiul Awal 1432 H
Penulis
iv
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................i DAFTAR ISI.............................................................................................................v BAB I
PENDAHULUAN....................................................................................1 A. Latar Belakang Masalah........................................................................1 B. Pembatasan dan Perumusan Masalah....................................................5 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian.............................................................6 D. Studi Terdahulu.....................................................................................7 E. Metode Penelitian................................................................................10 F. Sistematika Penulisan..........................................................................12
BAB II
GAMBARAN UMUM TENTANG MALAYSIA...............................13 A. Sejarah Awal Penjajahan Inggris di Malaysia...................................14 B. Perkembangan Politik dan Sistem Pemerintahan Malaysia...............16 1. Masa Penjajahan Inggris........................................................17 2. Masa Menuju Kemerdekaan..................................................20 3. Masa Kini..............................................................................23
BAB III
BIOGRAFI TUNKU ABDUL RAHMAN..........................................27 A. Riwayat Hidup Tunku Abdul Rahman................................................28 B. Latar Belakang Pendidikan Tunku Abdul Rahman.............................30 C. Perjalanan Karir dan Keterlibatan Politik Tunku Abdul Rahman.......34
v
BAB IV
TUNK U ABDUL RAHMAN DAN K EMERDEK AAN MALAYSIA……………………………………………………………40 A. Hubungan Politik Tunku Abdul Rahman dengan Pihak Inggris......41 B. Pemikiran Politik Tunku Abdul Rahman.........................................43 C. Perundingan Kemerdekaan yang Diikuti Tunku Abdul Rahman.....54 D. Kritik Perjuangan Kemerdekaan Tunku Abdul Rahman..................60
BAB V
PENUTUP..............................................................................................63 A. Kesimpulan.........................................................................................63 B. Saran-saran..........................................................................................65
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................66 LAMPIRAN.............................................................................................................70 A. Hasil Wawancara...............................................................................70 B. Perlembagaan 1957...........................................................................73 C. Pemasyhuran Kemerdekaan..............................................................75 D. Foto Tunku Abdul Rahman................................................................77
vi
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Malaya adalah sebuah penempatan yang terletak di pertengahan Asia Tenggara. Sejak awal abad keenam belas masehi, Malaya pernah dijajah oleh tiga penguasa besar yang terdiri dari Belanda, Portugis, dan Inggris. Di antara tiga penguasa besar itu, Inggris telah menjajah Malaya dalam kurun waktu yang lebih lama, yaitu mulai akhir abad kedelapan belas hingga pertengahan abad ke dua puluh Masehi. Setelah berkurun lama dijajah Inggris, muncul semangat nasionalisme dikalangan masyarakat dan pada tahun 1957 Malaya berhasil mencapai kemerdekaan dari pihak Inggris.1 Pencapaian ini tidak terlepas dari keterlibatan dan strategi perjuangan para tokoh politik Malaya. Ketika Malaya sedang menghadapi zaman penjajahan, beberapa orang tokoh politik telah bangkit memperjuangkan kemerdekaan Malaya, di antara tokoh yang terkenal di Malaya adalah seorang pangeran yang dilahirkan di Istana Negeri Kedah. Tokoh yang dimaksudkan adalah Tunku Abdul Rahman, beliau adalah anak Sultan Abdul Hamid Halim Shah, yaitu Sultan ke-25 Negeri Kedah. Setelah Tunku menyelesaikan studi di Inggris dan dengan dukungan dari teman-teman, beliau akhirnya pulang memperjuangkan kemerdekaan Malaya.2 Tunku terkenal sebagai negarawan berjiwa kerakyatan dan sebagai seorang pangeran beliau 1
Times Book International, Malaysia, (Singapore dan Kuala Lumpur, 2002), cet. 1, h. 5. Siti Mariam Daud dan Sulaiman Zakaria, Tunku Abdul Rahman Putera Al-Haj, (Kuala Lumpur: Jade Green Publications, 1996), cet. 1, h. 1. 2
1
2
mempunyai kharisma yang sangat unik, di antaranya Tunku suka hidup sebagaimana rakyat biasa dan suka bersosialisasi dengan semua orang.3 Pada awal penglibatan Tunku dalam politik di Malaya, beliau telah dilantik sebagai Ketua Partai Pertubuhan Kebangsaan Melayu Bersatu/United Malay National Organization (UMNO) bagian Kedah, adapun setelah Dato’ Onn Jaafar mundur dari jabatannya sebagai Presiden UMNO, Tunku
dilantik pula
sebagai pengganti beliau pada tahun 1952. Di antara kebijakan politik Tunku di awal pemerintahannya, adalah Tunku banyak memberi nasihat kepada masyarakat supaya bersatu, walaupun pada waktu itu hubungan kemasyarakatan antara etnis sedikit tegang akibat penjajahan Jepang. Tunku juga berhasil membentuk Partai Gabungan yang terdiri dari UMNO, Partai Persatuan Cina Malaya/Malayan Chines Asosaity(MCA), dan Pertubuhan Kongres India Malaya/Malayan Indian Congres(MIC).
4
Dengan kesepakatan ini, partai gabungan telah berhasil
memenangi pemilihan umum pada tahun 1955. Setelah mencapai kemenangan, Tunku dan Partai Gabungan mulai langkahnya dalam mengatur strategi untuk menuntut kemerdekaan Malaya. Di antaranya, langkah Tunku dalam meredakan pemberontakan Partai Komunis Malaya(PKM) melalui Perundingan Baling. Tunku juga telah melakukan beberapa pertemuan tidak resmi dengan Pesuruhjaya Tinggi Inggris di Malaya, bagi
3
Syarif Ahmad, Tunku Abdul Rahman, Memoir Patriotik, (Kuala Lumpur: Pustaka Antara, 1991), cet. 1, h. 53. 4 Zarina Syukor, Sejarah Penubuhan Malaysia, (Pulau Pinang: Penerbit Pinang Sdn.Bhd., 1985), cet. 1, h. 36
3
membincangkan rencana melakukan perundingan dengan pihak penjajah di Inggris.5 Dengan usaha Tunku dan kesepakatan Partai Gabungan, mereka berjaya memujuk pihak Inggris untuk mengadakan satu perundingan yang dinamakan Perundingan Kemerdekaan. Perundingan itu telah diadakan di Inggris pada 18 Januari 1956, perundingan ini diketuai oleh Tunku dan diikuti oleh pimpinan Partai Gabungan serta wakil Raja-raja Melayu. Perundingan ini telah menghasilkan beberapa persetujuan dari pihak Inggris, di antaranya pihak Inggris bersetuju untuk memberi kemerdekaan Malaya pada tanggal 31 Agustus 1957, dengan syarat Malaya harus ikut serta dalam negara “Commonwealth”6, mengekalkan angkatan militer Inggris di Malaya, menubuhkan satu komisi yang beranggotakan wakil-wakil dari luar negara untuk membentuk konstitusi baru, dan pensyaratan lain adalah Tanah Melayu harus menjalankan pemerintahan secara demokrasi.7 Pengalaman Tunku belajar di Inggris telah membuatkan Tunku dekat dengan pihak Inggris sehingga beliau tidak mampu menolak beberapa keputusan pihak Inggris ketika berlakunya Perundingan Kemerdekaan. Hasil perundingan itu terlepas dari mendapat kritikan dan tantangan dari lawan politik beliau terutama Dato’ Onn Jaafar. Namun Tunku tetap sabar dan mencoba memberikan nasihat kepada masyarakat supaya bertenang dan menerima syarat yang telah ditetapkan 5
Yusof Harun, Tunku, Idealisme dalam Kenangan. (Pulau Pinang: Yayasan Bumiputra, 1991), cet.1, h. 186. 6 Negara-Negara Komanwel merupakan satu persatuan secara sukarela yang melibatkan negara-negara berdaulat yang ditubuhkan atau pernah dijajah oleh pihak Inggris. 7 International Law Book Services, Malaysia Kita, (Kuala Lumpur: Direct Art Company, 2005), cet. 6, h. 115.
4
oleh pihak Inggris demi kemerdekaan negara.8 Setelah mencapai kemerdekaan, Malaya membentuk suatu kesepakatan dengan Sabah dan Serawak dalam membentuk sebuah negara yang akan dinamakan Malaysia.9 Karena jasa dan pengorbanan Tunku Abdul Rahman, beliau diberi gelar sebagai Bapak Kemerdekaan dan dilantik sebagai Perdana Menteri Malaysia yang pertama. Kemerdekaan negara bukanlah suatu hal yang mudah dicapai oleh sebuah negara. Di Malaysia peran dan kebijakan politik Tunku Abdul Rahman telah banyak membantu Malaysia mencapai kemerdekaan dengan aman dan secara diplomasi. Tunku bukan saja sanggup mengesampingkan kedudukannya sebagai pangeran dan senantiasa mengutamakan kepentingan masyarakat, akan tetapi beliau juga tidak pernah merasa takut dan menerima apa jua kritikan dalam memperjuangan bangsa dan tanahair tercinta.10 Untuk mengetahui pemikiran politik Tunku Abdul Rahman dan proses perjuangan beliau dalam merealisasikan kemerdekaaan Malaysia dengan lebih terperinci dan mendalam, penulis mencoba melakukan penelitian lebih lanjut dan terdorong untuk menganalisis lebih mendalam melalui penelitian skripsi yang berjudul Pemikiran Politik Tunku Abdul Rahman dalam Konteks Perjuangan Kemerdekaan Malaysia.
8
Ramlah Adam, Biografi Politik Tunku Abdul Rahman, (Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka, 2005) cet. 1, h. 268. 9 Ahmad Athori Hussain, Dimensi Politik Melayu 1980-1990, Antara Kepentingan dan Wawasan Bangsa, (Selangor: Dewan Bahasa dan Pustaka, 1993), cet. 1, h. 4. 10 Yusof Harun, Tunku, Idealisme dalam Kenangan, (Pualu Pinang: Yayasan Bumiputra, 1991), cet. 1, h. 183.
5
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah Agar pembahasan skripsi ini menjadi lebih praktis dan terfokus sehingga para pembaca mendapat manfaat dari penelitian ini, penulis membuat batasan hanya tentang seorang tokoh politik Malaysia yang bernama Tunku Abdul Rahman, penelitian ini bertumpu pada pemikiran politik beliau dan perjuangan beliau ketika melakukan perundingan-perundingan menuntut kemerdekaan Malaysia dari pihak Inggris.
2. Perumusan Masalah : Berdasarkan uraian dalam latar belakang dan pembatasan masalah di atas dan supaya tidak menjadi kajian yang melebar, penulis merumuskan permasalahan dengan rincian dalam bentuk persoalan sebagaimana berikut: a) Bagaimana keterlibatan politik Tunku Abdul Rahman? b) Apa ide-ide Tunku Abdul Rahman dalam memperjuangkan kemerdekaan Malaysia? c) Apa perundingan-perundingan yang diikuti oleh Tunku Abdul Rahman dalam mewujudkan kemerdekaan Malaysia?
6
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian Berdasarkan uraian di atas, penelitian ini memiliki beberapa tujuan sebagai berikut: 1. Untuk mengkaji dengan lebih mendalam tentang keterlibatan tokoh besar politik Malaysia, yaitu Tunku Abdul Rahman. 2. Untuk mengetahui ide-ide Tunku Abdul Rahman dalam memperjuangkan kemerdekaan Malaysia. 3. Untuk mengetahui perundingan-perundingan yang disertai Tunku Abdul Rahman dalam mewujudkan kemerdekaan Malaysia.
Adapun manfaat penelitian adalah sebagai berikut: 1. Secara akademis untuk mendapat jawaban terhadap berbagai persoalan yang terkait
dengan kebijakan Tunku
dan
langkah
yang
diambil
ketika
memperjuangkan kemerdekaan Malaysia. 2. Sebagai sumbangan kepada ahli-ahli politik khususnya UMNO dalam menghayati sejarah pembentukan UMNO dan peran UMNO dalam menuntut kemerdekaan Malaysia. 3. Sebagai sumbangan kepada etnis-etnis di Malaysia supaya sentiasa bersatu dalam menjamin keamanan dan kemajuan Malaysia. 4. Sebagai sumbangan pemikiran dan pengembangan khazanah keilmuan khususnya di bidang sejarah dan ketatanegaraan Islam di Malaysia.
7
D. Studi Terdahulu Sejumlah penelitian dengan bahasan tentang pemikiran politik telah dilakukan, baik mengkaji secara spesifik maupun mengkaji secara umum yang sejalan dengan bahasan penelitian ini. Berikut ini merupakan paparan tinjauan umum atas sebagian karya-karya penelitian tersebut baik yang berupa buku maupun skripsi, di antaranya: Skripsi yang ditulis oleh Robby Chairil, yang berjudul Soekarno dan Perjuangan dalam Mewujudkan Kemerdekaan Indonesia (1942-1945).11 Skripsi ini menjelaskan tentang tokoh besar Indonesia yaitu Soekarno, yang mencakup tentang latar belakang kehidupan beliau, keterlibatan beliau dalam politik, dan perjuangan beliau dalam merealisasikan kemerdekaan Indonesia. Skripsi yang ditulis oleh Ahmad Baha bin Mohammad, yang berjudul Analisis Pemikiran Politik Anwar Ibrahim di Malaysia 1982-1998.12 Skripsi ini menjelaskan tentang pemikiran Anwar Ibrahim dalam konteks reformasi Islam di Malaysia, serta peran Anwar Ibrahim dalam proses demokratisasi di Malaysia. Skripsi yang ditulis oleh Hasfa Bakhry Hasan, yang berjudul Islam Hadhari, Suatu Pemikiran Abdullah Ahmad Badawi dalam Rencana Sebuah
11
Robby Chairil, Soekarno dan Perjuangan dalam Mewujudkan Kemerdekaan Indonesia (1942-1945), (Jakarta: Skripsi Fakultas Adab Humaniora Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010) 12 Ahmad Baha bin Mohammad, Analisis Pemikiran Politik Anwar Ibrahim di Malaysia 1982-1998, (Jakarta: Skripsi Fakultas Syari’ah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2009)
8
Pemerintahan Islam di Malaysia.13 Skripsi ini memberi penjelasan tentang Islam Hadhari bahwa menurut pemikiran Abdullah Ahmad Badawi, melalui sebuah konsep pemerintahan yang melaksanakan sistem berdasarkan Islam, serta menjadikan agama Islam sebagai tatacara hidup bernegara. Di samping itu terdapat beberapa sumber-sumber yang penulis rasakan relevan untuk dijadikan rujukan penulis, di antaranya adalah: Buku Pertama, Political Awakening . Buku ini adalah hasil karya Tunku Abdul Rahman.14 Di dalam buku ini Tunku Abdul Rahman membicarakan tentang pengalaman
beliau
ketika
memperjuangkan
kemerdekaan
Malaysia
dan
keterlibatan beliau dalam politik Malalysia. Buku Kedua, Biografi Politik Tunku Abdul Rahman. Buku ini adalah hasil karya Ramlah Adam.15 Buku ini secara lengkap memberi maklumat tentang Tunku Abdul Rahman, dimulai dari sejarah kehidupan beliau, karir beliau, keterlibatan beliau dalam bidang politik, serta jasa beliau dalam memperjuangkan kemerdekaan Malaysia. Buku Ketiga, Malaysia Kita. Buku ini adalah hasil karya International Law Book Services.16 Buku ini secara ringkas memberi penjelasan tentang
13
Hasfa Bakhry Hasan, Islam Hadhari: Suatu Pemikiran Abdullah A. Badawi dalam Rencana sebuah Pemerintahan Islam di Malaysia, (Jakarta: Skripsi Fakultas Syari’ah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2006) 14 Tunku Abdul Rahman, Political Awakening, (Selangor: Pelanduk Publication, 1986), cet. 1. 15 Ramlah Adam, Biografi Politik Tunku Abdul Rahman. (Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka, 2005), cet. 1. 16 International Law Book Services, Malaysia Kita, (Selangor: Golden Books Centre Sdn Bhd, 2010), cet. 10.
9
Malaysia, yaitu dimulai dari sejarah Malaya, sejarah pembentukan Malaysia, sistem pemerintahan dan administrasi Malaysia, juga tentang posisi kekuasaan eksekutif, legislatif, dan yudikatif dalam pemerintahan Malaysia saat ini. Buku Keempat, Sejarah Malaysia, buku ini adalah hasil karya Muhammad Ismail Ahmad.17 Karya ini memberi penjelasan tentang sejarah Malaysia yang mencakup sejarah Melayu Melaka, sejarah Malaya, sejarah di zaman penjajahan , serta sejarah kemerdekaan Malaysia. Buku Kelima, Dasar-dasar Ilmu Politik. Buku ini adalah hasil karya Miriam Budiardjo.18 Karya ini banyak memperkatakan tentang asas-asas ilmu politik, di antaranya tentang bentuk negara, konsep kekuasaan, dan pembuatan keputusan. Terdapat juga tentang pembentukan undang-undang dasar sebuah negara, kelompok-kelompok politik, serta sistem pemerintahan sebuah negara pada umumnya. Buku Keenam, Fiqh Siyasah. Buku ini adalah hasil karya Mujar Ibnu Syarif dan Khamami Zada.19 Buku ini membicarakankan tentang pemikiran politik Islam yang dibagi kepada zaman klasik, pertengahan dan, kontemporer. Buku ini juga memperjelaskan tentang konsep politik Islam secara rinci dengan mendatangkan beberapa pandangan tokoh politik Islam.
17
Muhammad Ismail Ahmad, Sejarah Malaysia, (Selagor: Pustaka Mawar, 2004), cet. 1. Miriam Budiardjo, Dasar-dasar Ilmu Politik.( Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2008), cet. 3. 19 Ibnu Syarif, Mujar. Fiqh Siyasah, Doktrin dan Pemikiran Politik Islam. (Jakarta: PT Gelora Aksara Pratama,2008), cet. 1. 18
10
E. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian Untuk melakukan penelitian data dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan pendekatan empiris dan menggunakan metode penelitian kepustakaan(library research). Penulis mencoba mengumpulkan data-data yang berasal dari sumber-sumber kepustakaan, baik berupa buku-buku, jurnal, ensiklopedi, maupun internet yang berkaitan dengan permasalahan yang dikaji dalam skripsi ini. Penulis juga melakukan wawancara untuk mendapatkan maklumat tambahan bagi melengkapi penulisan skripsi ini. 2. Obyek Penelitian Yang menjadi obyek penelitian dalam penulisan skripsi ini adalah pemikiran politik Tunku Abdul Rahman, khususnya kebijakan beliau ketika melakukan perundingan dengan pihak Inggris dalam menuntut kemerdekaan Malaysia. 3. Teknik Pengumpulan Data Untuk mendapatkan data yang lebih akurat dan faktual, teknik pengumpulan data yang dilakukan penulis adalah melalui studi dokumentasi dari bahan-bahan tertulis yakni dengan mencari bahan-bahan yang terkait serta mempunyai relevansinya dengan obyek penelitian. Pengumpulan data juga dilakukan dengan melakukan wawancara untuk dijadikan sebagai data tambahan.
11
4. Sumber Data Sumber-sumber datanya adalah sebagai berikut: a) Data Primer: Yang termasuk ke dalam sumber data primer adalah data yang langsung diperoleh dari sumber yang asli dari obyek penelitian, yaitu bukubuku yang ditulis sendiri oleh Tunku Abdul Rahman dan wawancara dengan seorang wartawan yaitu Tuan Haji Subky Latif bin Abdullah. b) Data Sekunder: Adalah data yang diperolehi dari sumber kedua, yaitu dari buku-buku lain yang berkaitan dengan objek penelitian seperti buku-buku yang berkaitan dengan sejarah Malaysia dan politik Malaysia. c) Data Tertier: Data tertier merupakan data pelengkap yang terdiri dari kamus bahasa Indonesia, ensiklopedi, artikel dari halaman web dan lain-lain. 5. Teknik Analisis Data Dalam melakukan analisis data, penulis menggunakan teknik analisis data yang telah terhimpun(kualitatif), dengan cara mengumpulkan data-data dan mencoba untuk menganalisis pemikiran seorang tokoh politik, yaitu Tunku Abdul Rahman. 6. Teknik Penulisan Skripsi Penulisan skripsi ini berpedoman pada buku Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2007, buku ini diterbitkan oleh Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
12
F. Sistematika Penulisan Untuk memperoleh gambaran menyeluruh, ditulis sistematika sebagai berikut: Bab pertama merupakan bab pendahuluan yang didahului dengan persoalan yang melatarbelakangi penelitian dan pengangkatan tema ini, kemudian dilanjutkan dengan pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, studi terdahulu, metodologi penelitian, dan sistematika pembahasan. Bab kedua memberi uraian tentang sejarah awal penjajahan Inggris di Malaysia, juga tentang perkembangan politik dan sistem pemerintahan Malaysia, yang dibagi kepada tiga periode, yaitu masa penjajahan Inggris, masa menuju kemerdekaan, dan Malaysia masa kini. Bertujuan untuk memberi gambaran secara ringkas tentang perpolitikan di Malaysia. Bab ketiga memberi uraian secara khusus tentang riwayat hidup, latar belakang pendidikan, perjalanan karir, serta penglibatan politik Tunku Abdul Rahman. Bab ini bertujuan untuk memberi pengenalan lebih dalam tentang tokoh kemerdekaan Malaysia. Bab keempat menguraikan tentang inti penelitian, yaitu tentang hubungan politik Tunku Abdul Rahman dengan pihak Inggris, pemikiran politik Tunku, dan perundingan kemerdekan yang diikuti Tunku. Penelitian ini bertujuan untuk mendalami pemikiran politik Tunku Abdul Rahman. Bab kelima merupakan penutup yang terdiri dari kesimpulan dan merupakan jawaban dari persoalan dalam pembatasan dan perumusan masalah, juga tedapat beberapa saran dari peneliti.
BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG MALAYSIA Sejarah Malaya bermula di zaman kesultanan Melayu Malaka sekitar tahun 1400 Masihi. Pada masa kegemilangannya, wilayah kesultanan ini meliputi sebagian besar Semenanjung dan Pantai Timur Sumatera. Malaka muncul sebagai sebuah kerajaan yang gemilang kerana kedudukannya yang strategis yaitu titik pertemuan antara Asia Timur dengan Asia Barat. Keadaan ini membuatkan Malaka muncul sebagai pusat perdagangan utama khususnya perdagangan rempah di Asia Tenggara.1 Islam pula muncul sebagai agama utama yang tersebar dan menjadi anutan utama penduduk Malaka dan raja-raja. Malaya terkenal dengan kekayaan hasil bumi dan karena mempunyai kondisi tanah yang subur. Kondisi ini telah menjadi penarik penguasa asing untuk menjajah Malaya, tujuan utama mereka adalah untuk mencari lokasi perdagangan baru dan menyebarkan agama kristen.2 Malaya pernah dijajah oleh tiga penguasa besar yang berbeda, yaitu Portugis pada tahun 1511, Belanda pada tahun 1641, dan Inggris pada tahun 1824.3 Di antara tiga penguasa besar itu, Inggris paling lama menjajah Malaya, yaitu mulai tahun 1824 hingga Malaya mencapai kemerdekaan pada 31 Agustus 1957.
1
Amir F. Hidayat dan Abdurrasyid, Ensiklopedi Negara-negara di Dunia. (Bandung: Pustaka Setia, 2006), cet. 1, h. 310. 2 Zarina Syukor, Sejarah Penubuhan Malaysia, (Pulau Pinang : Penerbit Pinang Sdn.Bhd., 1985), cet. 1, h. 5. 3 Times Book International, Malaysia, (Singapore dan Kuala Lumpur, 2002), cet. 1, h. 5.
13
14
Setelah mencapai kemerdekaan, Malaya telah membentuk kesepakatan dengan Sabah dan Sarawak untuk mendirikan sebuah negara yang dinamakan Malaysia. Malaysia merupakan sebuah Negara Federasi yang mempunyai tiga belas negara bagian dan tiga wilayah persekutuan. Malaysia terletak di Asia Tenggara dengan luas 329.847km persegi, dan terletak di khatulistiwa yang beriklim tropis. Ibukota Malaysia adalah Kuala Lumpur, dan Putrajaya merupakan pusat pemerintahan. Malaysia terpisah kepada dua bagian, yaitu Malaysia Barat dan Malaysia Timur. Malaysia berbatasan dengan Thailand, Indonesia, Singapura, Brunei Darussalam, dan Filipina, dan jumlah penduduk Malaysia melebih 27 juta jiwa 4 A. Sejarah Awal Penjajahan Inggris di Malaysia. Sejarah dan perkembangan politik merupakan pengalaman yang dicatat dari waktu ke waktu, supaya ia menjadi panduan dan pengajaran kepada masyarakat masa kini dan masa akan datang. “Mengkaji yang terdahulu untuk memahami yang akan datang” merupakan salah satu falsafah dalam pendekatan sejarah. Melalui pendekatan sejarah dalam mengembangkan ilmu politik kebiasaannya tertumpu kepada beberapa persoalan seperti kapan, siapa, kenapa, bagaimana dan di mana.5 Dengan berpedoman pada persoalan-persoalan di atas, maka sejarah dapat menghidupkan kembali masa lalu, dan membuat kesimpulan untuk mencapai kesepakatan di masa depan.
4
Ajid Thohir, Studi Kawasan Dunia Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2009), cet.
1, h. 337. 5
Katni Kamsono Kibat, Asas ilmu politik, (Selangor: Biroteks Institusi Teknolgi Mara, 1986) cet. 1, h. 8.
15
Pada awal abad ke-17 Masehi adalah masa mulanya perkembangan perdagangan Inggris di Malaya, yaitu dengan perkembangan cara perdagangan di Asia Tenggara. Inggris semakin mempergiat usahanya untuk menguasai perdagangan bijih timah di Malaya, karena motif dan kepentingan yang sama antara Inggris dan Belanda, telah berlaku persaingan di antara mereka. Akan tetapi, pada tanggal 17 Maret 1824 meja perundingan telah menjadi suatu alternatif bagi mereka sebagai pemecah secara aman. Melalui perundingan itu, Inggris telah memperoleh tiga wilayah di Malaya yang mencakup Pulau Pinang, Malaka, dan Singapura. Ketiga negara bagian ini menjadi tanah jajahan Inggris dan dinamakan Negeri-negeri Selat.6 Inggris
telah
menerapkan
sistem
administrasinya
sendiri
dan
mempergiatkan usaha dalam mengeluarkan hasil pertanian dan pertambangan bijih timah dari Malaya. Pada saat ini juga, golongan China dan India mulai masuk ke Malaya. Setelah beberapa tahun berlalu, Inggris mula mencari jalan untuk memperluas tanah jajahannya. Pada awalnya Negeri-negeri Melayu Bersekutu yang terdiri dari Perak, Selangor, Negeri Sembilan, dan Pahang berada dibawah pemerintahan Raja-raja Melayu. Disebabkan berlakunya pertikaian politik di antara raja-raja, Inggris telah berusaha menjinakkan Raja-raja Melayu dan akhirnya Inggris berhasil menguasainya pada tahun 1874 melalui satu perjanjian
6
Mohd Salleh Abbas, Prinsip Perlembagaan dan Pemerintahan di Malaysia. (Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka, 2006), cet. 3, hal. 11.
16
politik di antara raja-raja dengan penguasa Inggris yang dinamakan Perjanjian Pangkor.7 Adapun Negeri-negeri Melayu Tidak Bersekutu yang terdiri dari Kedah, Kelantan, Perlis dan Terengganu, propinsi-propinsi ini pada awalnya berada di bawah kekuasaan Siam. Pada tahun 1909, propinsi-propinsi ini diserahkan kepada Inggris atas permintaan raja-raja supaya dapat membebaskan kawasan mereka dari kekuasaan Siam. Penyerahan itu terjadi setelah Inggris dan Siam menandatangani suatu perjanjian yang dinamakan Perjanjian Bangkok.8 Pada dasarnya, Inggris tidak merencana untuk ikut campur dalam politik Malaya, karena tujuan awal Inggris hanya untuk menguasai hasil ekonomi dan perdagangan di Malaya. Akan tetapi karena berlaku konflik internal beberapa kesultanan telah mengundang Inggris untuk terlibat secara aktif guna memperluas pengaruhnya di Malaya. Akibat konflik ini, Inggris mencapai keberhasilan menakluki beberapa kawasan yang diikuti dengan beberapa perjanjian. B. Perkembangan Politik dan Sistem Pemerintahan Malaysia Kata politik berasal dari bahasa Yunani politikus, yaitu dari kata polis yang berarti negara kota, ia juga dari bahasa Latin yaitu politica. Kata politik telah digunakan pada abad ke-5 SM dan masih digunakan sampai saat ini.9 Para sarjana politik telah membuat kesimpulan bahwa, politik dalam suatu yang berkaitan 7
Alfitra Salamm dan Achmad Syahid, Ensiklopedi Tematis Dunia Islam (Asia Tenggara), (Jakarta: PT Ichtiar Baru Van Hoeve), h. 413. 8 Hasnah Hussin, Pengajian Malaysia, (Selangor: Oxford Fajar Sdn.Bhd, 2007), cet . I, h. 43. 9 Mustafa Haji Daud, Pengantar Politik Islam, (Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka, Kementerian Pendidikan Malaysia, 1994), cet. I, h. 1.
17
dengan masalah kekuasaan, pengambilan keputusan, kebijakan publik, dan alokasi atau kontribusi dalam negara.10 Di Malaysia perkataan politik mulai mendapat perhatian ketika munculnya gerakan nasionalisme Melayu dalam memperjuangkan kemerdekaan Malaya. Dalam perkembangan politik dan sistem pemerintahan Malaysia, penulis membagi dalam tiga periode. Pertama, Masa Penjajahan Inggris. Kedua, Masa Menuju Kemerdekaan. Ketiga, Malaysia Masa Kini. Berikut penjelasan bagi setiap periode : 1. Masa Penjajahan Inggris Ketiaka penjajahan Inggris, Malaya dijajah oleh Inggris secara berasingan yaitu Negeri-negeri Selat(NNS), Negeri-negeri Melayu Bersekutu(NNMB), Negeri-negeri Melayu Tidak Bersekutu(NNMTB). Bentuk pemerintahan di tiga negara berasingan itu diketuai oleh seorang Pejabat Tinggi Inggris. Dalam menjalankan pemerintahan di Malaya, Inggris telah memperkenalkan berbagai sistem politik. Pada awalnya, Inggris
memperkenalkan suatu sistem yang
dinamakan Sistem Residen, sistem ini mula diperkenal setelah berlakunya Perjanjian Pengkor. Sistem ini berbentuk birokrasi dan dijalankan oleh seorang Residen Inggris, sistem ini Residen mempunyai kekuasaan tertinggi yang mencakup urusan pemerintahan, ekonomi, dan undang-undang di Malaya.11
10
Miriam Budiarjo, Dasar-dasar Ilmu Politik. (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka, 2008), cet.
3, h. 14. 11
International Law Book Services, Malaysia Kita, (Kuala Lumpur: Direct Art Company, 2005), cet. 6, h. 197.
18
Pembentukan sistem ini telah menyebabkan berlakunya pemberontakan dari beberapa pihak, namun usaha mereka gagal karena pemberontakan mereka berbentuk perseorangan dan tidak mendapat dukungan dari masyarakat umum. Perkembangan gerakan politik Malaya bermula pada akhir tahun 1930-an dengan
lahirnya semangat nasionalisme dikalangan kaum elit Melayu yang
berpendidikan tinggi dan dipengaruhi gerakan nasionalis Indonesia. Organisasi pertama
yang
didirikan berdasarkan
nasionalis
Melayu
dan
mempunyai
kepentingan politik adalah Kesatuan Melayu Muda(KMM), KMM membawa konsep anti-penjajah untuk memperjuangkan kemerdekaan negara dan ingin mewujudkan penyatuan dengan Indonesia melalui Indonesia Raya. Inggris telah mengkhawatiri gerakan KMM, sehingga pada tahun 1941 sejumlah besar pimpinan KMM telah ditangkap dan dipenjara. Ketika penjajahan Jepang pimpinan KMM telah dibebaskan, akan tetapi Jepang tetap menghalang dan membubarkan organisasi ini. Setelah pembubaran KMM, lahir pula beberapa organisasi lain yang bertujuan menjatuhkan penjajah Jepang, yaitu Malaya People’s Anti Japan Army (MPAJA) dan Parti Komunis Malaya (PKM).12 Penjajahan Jepang telah berakhir, apabila Nagasaki dan Hirosyima dimusnahkan oleh tentara sekutu pada tanggal 6 Agustus 1945. Setelah ditimpa kekalahan, Jepang telah menyerahkan kembali Malaya kepada Inggris pada 15 Agustus 1945. Kekalahan Jepang telah memberi ruang kepada Parti Komunis Malaya(PKM) untuk menguasai Malaya. PKM telah bertindak kejam terhadap 12
International Law Book Services, op.cit., h. 97.
19
penduduk Malaya dengan membunuh dan memusnahkan harta benda mereka. Pada waktu ini, Inggris kembali menjajah Malaya dan mengumumkan keadaan darurat di Malaya sekitar tahun 1948 hingga 1960.13 Sekembalinya Inggris di Malaya, Inggris telah memperkenalkan sistem pemerintahan baru yang dinamakan Kesatuan Malaya atau Malayan Union. Walaupun Inggris mendapat dukungan dari Raja-raja Malayu, namun keabsahan Kesatuan Malaya bernilai rendah karena disertai bersama tantangan dan ancaman dari masyarakat. Menjelang abad ke-20, gerakan kesadaran dan semangat nasionalisme dikalangan masyarakat Melayu semakin membara. Masyarakat Melayu mula menentang Kesatuan Malaya dengan mendirikan suatu organisasi politik melalui Kongres Melayu Semalaya pada 11 Mei 1946 di Johor, organisasi itu dinamakan United Malay National Organization(UMNO), dan diketuai oleh Dato’ Onn Ja’far. Organisasi ini menentang keras Kesatuan Malaya, karena dalam Kesatuan Malaya status kewarganegaraan akan diberikan sama rata kepada semua warga asing yang lahir di Malaya. Penguasa Inggris juga ingin menghapuskan kekuasaan sultan dan sultan hanya akan diberi otoritas dalam hal keagamaan dan adat istiadat Melayu. Motif penentangan lain adalah karena muncul kekhawatiran dikalangan orang Melayu terhadap para imigran, terutama golongan Cina yang ingin menguasai perekonomian Malaya.14
13
14
Amir F. Hidayat dan Abdurrasyid. op. cit., h. 311. Alfitra Salamm dan Achmad Syahid. op.cit., h. 415.
20
Hal ini menunjukkan bahwa sepanjang penjajahan Inggris, struktur pemerintahan dikuasai penuh oleh penguasa Inggris. Beberapa kebijakan politik juga telah dilakukan oleh penguasa Inggris dalam rangka merampas dan menguasai Malaya. Akan tetapi semangat nasionalisme dalam diri masyarakat Melayu dan keberhasilan UMNO memikat hati masyarakat Melayu, Kesatuan Malaya akhirnya dibubarkan pada tahun 1948. 2. Masa Menuju Kemerdekaan. Akibat tantangan dari masyarakat Melayu, Kesatuan Malaya telah dibubarkan pada 21 Januari 1948, dan penguasa Inggris bersetuju untuk melakukan perundingan bersama pimpinan UMNO dalam rangka membuat draf bagi membentuk perlembagaan baru dan sistem pemerintahan baru di Malaya. Hasilnya, penguasa Inggris bersetuju untuk mendirikan Persekutuan Malaya dan membentuk perlembagaan baru yang dinamakan Perjanjian Persekutuan Malaya 1948. Perjanjian ini menetapkan bahwa dalam pemerintah Persekutuan Malaya harus terdapat seorang Pejabat Tinggi Inggris, satu Dewan Perundangan Persekutuan yang beranggotakan 75 anggota, satu Dewan Masyuarat Pemerintah, dan satu Dewan Raja-raja untuk menasihati Pejabat Tinggi Inggris.15 Di dalam Perjanjian itu juga menjelaskan bahwa penguasa Inggris mempunyai niat untuk menjadikan Malaya ke arah pemerintahan sendiri dan memperkenalkan sistem pemilihan umum di masa akan datang.
15
h. 12.
Muhammad Ismail Ahmad, Sejarah Malaysia, (Selangor: Pustaka Mawar, 2004), cet. 1,
21
Partai politik Malaya semakin berkembang dengan terbentuknya Partai Gabungan yang mewakili etnis-etnis di Malaya, partai ini diketuai oleh Tunku Abdul Rahman yang juga menjabat sebagai ketua UMNO. Partai Gabungan didirikan pada bulan Januari 1952 dan disertai oleh tiga partai besar, yaitu Partai Pertubuhan Kebangsaan Melayu Bersatu (UMNO), Partai Persatuan Cina Malaya (MCA), dan Pertubuhan Kongres India Malaya (MIC). Pada tanggal 27 Juli 1955, Partai ini telah memenangi pemilihan umum pertama dengan memenangi 51 kursi dari 52 kursi yang dipertandingkan.16 Pada waktu inilah bermula sistem demokrasi di Malaya, sistem ini diwujudkan sebagai persiapan ke arah pembentukan kerajaan berparlemen. Sistem ini juga diperkenalkan untuk memberi latihan kepada rakyat dan memberi pengalaman pemilihan umum di Malaya. Dengan kemenangan yang telah dicapai, pada bulan Januari 1956 Tunku bersama wakil Partai Gabungan dan wakil raja-raja berangkat ke London untuk melakukan perundingan kemerdekaan dengan penguasa Inggris. Hasil perundingan itu, tanggal kemerdekaan Malaya telah ditetapkan pada tanggal 31 Agustus 1957. Setelah
selesai
perundingan,
suatu
komisi
dibentuk
dan
dinamakan
Komisi/Suruhanjaya Reid. Komisi itu bertujuan untuk membentuk perlembagaan baru bagi Malaya.
17
Komisi Reid telah membuat draf untuk membentuk
perlembagaan baru, dan perlembagaan ini akan menyatakan tentang hak istimewa bagi orang Melayu dan agama Islam sebagai agama negara. 16
Times Book International, op. cit., h. 13. Yusof Harun, Tunku, Idealisme dalam Kenangan. (Pulau Pinang: Yayasan Bumiputra, 1991), cet. 1, h. 193. 17
22
Politik Malaya terus berkembang, dalam rangka membentuk sebuah negara yang dinamakan Malaysia, Tunku berencana untuk menggabungkan Malaya, Singapura, Sabah, Serawak, dan Brunei dalam sebuah negara. Dalam pembentukan ini, berlaku perbincangan panjang di antara Komisi Cobbold, Anggota
Perundingan
Persekutuan,
Anggota
Pemerintah,
dan
Anggota
Referendum Singapura. Setelah berlaku beberapa perbincangan, Persekutuan Malaysia didirikan hanya meliputi Malaya, Sabah, Serawak, dan Singapura. Dua tahun kemudian, pada tanggal 16 September 1963 berlaku pengunduran Singapura dari Malaysia.18 Pada saat ini, Malaysia hanya terdiri dari Sabah, Serawak dalam Semenanjung Malaysia. Dalam
membentuk
pemerintahan,
beberapa
pendekatan
telah
dikemukakan oleh pemikir politik Islam. Di antaranya, pemikiran politik alGhazali tentang tujuan membina negara/pemerintahan adalah untuk menjadi alat melaksanakan Syari’at, untuk mewujudkan kemaslahatan rakyat, dan untuk menjamin ketertiban urusan dunia juga urusan agama. Ia juga berfungsi sebagai lambang kesatuan umat Islam demi kelangsungan sejarah umat Islam.19 Walaupun penjajahan Inggris di Malaysia tidak bersifat kekerasan, tetapi kemerdekaan sebuah negara mempunyai arti yang sangat besar dan perlu diperjuangkan. Di sini kita dapat lihat walaupun sulit memperjuangkan
18
Ahmad Athori Hussain, Dimensi Politik Melayu 1980-1990, Antara Kepentingan dan Wawasan Bangsa, (Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka, 1993), cet. 1, h. 4. 19 J. Suyuthi Pulungan, Fiqh Siyasah, Ajaran, Sejarah dan Pemikiran, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002), cet. 5, h. 261.
23
kemerdekaan negara, Malaysia tetap berjaya mencapai kemerdekaan hasil perjuangan tokoh-tokoh politik Malaysia dan kesepakatan komunitas etnis di Malaysia. Pemerintah baru yang dikuasai oleh Partai Gabungan telah berusaha menghapuskan Partai Komunis Malaya, meningkatkan taraf hidup masyarakat pedesaan, memajukan ekonomi Malaysia, dan memperkenalkan Malaysia di tingkat Internasional. 3. Masa kini Penjajahan Inggris telah memberi kesan dan perubahan yang jelas dalam sistem politik dan pemerintahan Malaysia. Pada saat ini, Malaysia menggunakan sistem pemisahan kekuasaan dan sistem federalisme yaitu memisahkan antara pemerintahan propinsi dan pemerintah persekutuan. Majelis Raja-raja merupakan lembaga tertinggi negara yang terdiri dari sembilan orang raja dan empat orang gubernur, lembaga ini mempunyai kekuasaan dalam melantik Yang di-Pertuan Agong. Konstitusi Malaysia menetapkan bahwa Yang di-Pertuan Agong adalah Kepala Negara, dan ia dipilih dari kalangan raja-raja dalam jangka waktu lima tahun secara bergantian. Yang di-Pertuan Agong berwenang dalam pelantikan Perdana Menteri, merupakan ketua dari tiga cabang pemerintahan, dan merupakan ketua pasukan militer. Yang di-Pertuan Agong juga mempunyai kekuasaan dalam mempersetujui rancangan undang-undang.20 Akan tetapi Yang di-Pertuan Agong tidak terlibat dalam membentuk dasar negara.
20
Ajid Thohir, op. cit., h. 343.
24
Sistem pemisahan kekuasaan dalam sistem pemerintahan Malaysia berkedudukan dibawah Majelis Raja-Raja dan Yang di-Pertuan Agong. Dalam klasifikasi badan eksekutif, Malaysia menggunakan sistem Parlementer, yaitu partai politik yang memperoleh mayoritas kursi di Parlemen akan diangkat sebagai Perdana Menteri dengan persetujuan Yang di-Pertuan Agong. Perdana Menteri berfungsi sebagai ketua pemerintahan, juga sebagai kepanjangan tangan dari parlemen untuk menjalankan kebijakan dan keputusan politik di parlemen.21 Legislatif
nasional
atau
parlemen
dalam
pemerintahan
Federal
menggunakan sistem dua majlis/departemen, yaitu dewan negara(Senat) dan dewan rakyat(Departemen Kerakyatan). Kedua dewan ini berwenang dalam membuat dan membatalkan undang-undang, berwenang dalam menetapkan cukai baru, dan bewenang dalam meluluskan penggunaan dana negara. Adapun Badan Yudikatif
di
Malaysia
dibagi
kepada
tiga
bagian,
yaitu
Mahkamah
Atasan(Mahkamah Agong, Mahkamah Rayuan, Mahkamah Tinggi), Mahkamah Rendah(Mahkamah Sesyen, Mahkamah Juvana, Mahkamah Magistret, Mahkamah Penghulu), dan Mahkamah Khas(Mahkamah Tentera,
Mahkamah Buruh,
Mahkamah Khas Raja-raja). Peradilan ini dikuasai oleh kerajaan persekutuan, adapun kerajaan negeri hanya berwenang dalam Mahkamah Syariah dan Mahkamah Adat.22
21 22
Hasnah Hussin, op. cit., h. 92. Ibid, h. 104.
25
Walaupun Malaysia menggunakan sistem pemisahan kekuasaan, pada hakikatnya pemisahan ini sulit dilaksanakan secara menyeluruh karena ketiga lembaga itu mempunyai keterkaitan antara satu sama lain. Henry B.Mayo mendefinisikan sistem politik yang demokrasi adalah di mana kebijaksanaan umum ditentukan atas dasar mayoritas oleh wakil-wakil yang diawasi secara efektif oleh rakyat dalam pemilihan-pemilihan berkala yang didasarkan atas prinsip kesamaan dan diselenggara dalam suasana yang terjamin kebebasan politik. Adapun Syarat dasar terselenggaranya pemerintahan yang demokrasi adalah perlindungan konstitusi, badan kehakiman yang bebas dan tidak memihak, kebebasan menyatakan pendapat, kebebasan untuk berserikat, berorganisasi atau beroposisi, dan mendapat pendidikan.23 Malaysia telah menggunakan bentuk pemerintahan demokrasi sejak mencapai kemerdekaan, konsep demokrasi adalah konsep yang menggunakan suara rakyat dalam menentukan pimpinan negara. Demokrasi yang diterapkan di Malaysia bercorak Demokrasi Berparlemen, dimana wakil-wakil yang dipilih oleh rakyat akan menduduki Parlemen dan menjalankan pemerintahan melalui peruntukan Perlembagaan Malaysia.24 Perlembagaan juga masih mengedepankan hal-hal penting dalam perlembagaan seperti hak asasi kewarganegaraan, hak istimewa orang Melayu, kedudukan agama Islam dan bahasa Melayu.25
23
Miriam Budiarjo, op.cit., h. 116. Ghazali Mayudin, Politik Malaysia: Perspektif, Teori, dan Praktik. (Bangi: Universiti Kebangsaan Malaysia, 2002), cet. 1, h. 25. 25 Times Book International, op. cit., h. 16 24
26
Semenjak mencapai kemerdekaan pada tahun 1957, Malaysia tetap menggunakan sistem kepartaian berbentuk multi partai hingga saat ini. Jika satu partai memperoleh mayoritas kursi di Parlemen atau Dewan Rakyat, maka partai itu dapat menguasai tampuk pemerintahan Malaysia. Sistem pemilihan umum yang digunakan di Malaysia adalah berasaskan ”First-Past-The-Post-System” atau sistem distrik, yaitu calon-calon yang memperoleh mayoritas suara di suatu kawasan pemilihan umum, maka calon itu akan berkuasa di kawasan itu. Pelaksanaan Pemilihan umum di Malaysia diadakan 5 tahun sekali, yang diawasi oleh suatu komisi yang dinamakan Komisi/Suruhanjaya Pilihan Raya (SPR).26 Selain sistem pemerintahan khilafah dan imamah, terdapat sistem pemerintahan lain yang dipraktikkan oleh umat Islam dalam konteks negarabangsa(nation-state). Di zaman sekarang, beberapa negara yang mayoritas penduduknya
Muslim
menganut
sistem
demokrasi
dalam
menjalankan
pemerintahan. Walaupun menggunakan sistem demokrasi, pengaruh Islam masih begitu nampak dengan banyaknya perundang-undangan yang berbasis pada syariat Islam.27 Adapun di Malaysia, sistem demokrasi yang dijalankan merupakan satu langkah untuk merialisasikan cita-cita dalam rangka mewujudkan sebuah negara yang mempunyai suasana politik yang damai dan stabil.
26
International Law Book Services, op. cit., h. 181. Mujar Ibnu Syarif dan Khamami Zada, Fiqh Siyasah, Doktrin dan Pemikiran Politik Islam. (Jakarta: PT Gelora Aksara Pratama,2008), cet. 1, h. 215. 27
BAB III BIOGRAFI TUNKU ABDUL RAHMAN Tunku Abdul Rahman Putra Al-Haj, merupakan satu nama yang tidak asing dalam sejarah politik Malaysia. Tunku adalah seorang putra raja yang dilahirkan di Istana, dan Tunku terkenal sebagai negarawan yang berjiwa rakyat. Sebagai seorang pangeran beliau mempunyai kharisma yang sangat unik, dan sepanjang keterlibatan beliau dalam bidang politik beliau banyak memberi sumbangan kepada bangsa dan negara. Tunku juga terkenal sebagai pemersatu bangsa karena keberhasilan beliau menyatukan komunitas etnis dalam menentang penjajahan Inggris dan menuntut kemerdekaan Malaysia.1 Tunku adalah seorang pemimpin negara yang telah berhasil menyampaikan cita-cita rakyat untuk mencapai kemerdekaan Malaysia. Untuk merialisasikan citacita rakyat Tunku telah berjuang dengan tabah dan menghadapi segala kesulitan dengan sabar. Ahli sejarah pada masa akan datang akan mencantumkan pristiwapristiwa bersejarah bersama nama-nama pejuang kemerdekaan negara masingmasing. Tunku sebagai seorang tokoh pejuang kemerdekaan Malaysia, beliau diberi gelar sebagai bapak keamanan dan bapak kemerdekan.2 Hasil perjuangan beliau, Malaysia pada saat ini menjadi sebuah negara yang maju dan dihormati di seluruh dunia.
1
Syarif Ahmad, Tunku Abdul Rahman, Memoir Patriotik, (Kuala Lumpur: Pustaka Antara, 1991), cet. 1, h. 39. 2 Zakiah Hanum, Maka Merdekalah Negara Kita, (Kuala Lumpur: Ahli Cipta (M) Sdn. Bhd. 1997), cet. I , h. 23.
27
28
A. Riwayat Hidup Tunku Abdul Rahman Tunku Abdul Rahman adalah salah seorang putra Sultan Negeri Kedah, yaitu Sultan Abdul Hamid Halim Shah. Beliau dilahirkan pada 8 Februari 1903 di Istana Tiga Tingkat Alor Setar, Kedah. Tunku merupakan anak ke-20 dari 45orang anak Sultan Abdul Hamid, hasil dari pernikahan dengan delapan orang istri. Adapun hasil pernikahan ayahanda dan bundanya, beliau merupakan anak ke-7, dan beliau mempunyai tiga saudara dan tiga saudari. Bunda Tunku bernama Makche Menjelara, anak perempuan Luang Nara Biroraks, dan rakyat Siam yang berasal dari Pegu, Burma.3 Karena percampuran darah Melayu, India, Siam dan Burma, kulit Tunku berbeda dengan kulit orang Melayu. Adapun pada waktu kecil, Tunku lebih menggunakan bahasa Siam sebagai bahasa pengantar di istana, dan beliau mewarisi keberanian dan kepintaran bundanya. Sebagaimana pangeran-pangeran yang lain, pada waktu kecil pergaulan Tunku agak terbatas dan terkendali. Tunku dibenarkan berteman hanya dikalangam keluarga
DiRaja dan beliau
jarang sekali bertemu
dengan
ayahandanya. Setelah beranjak dewasa, barulah Tunku diperboleh berteman dengan orang-orang Melayu yang sebaya dengan beliau di luar istana, beliau sangat senang dan gembira dapat berteman dengan mereka.4 Secara tidak
3
Yusof Harun,Tunku, Idealisme dalam Kenangan. (Pulau Pinang: Yayasan Bumiputra, 1991), cet. 1, h. 15. 4 Siti Mariam Daud dan Sulaiman Zakaria,Tunku Abdul Rahman Putera al-Haj, (Kuala Lumpur: Jade Green Publications, 1996), cet. 1, h.3
29
langsung, hal ini memperlihatkan kepribadian Tunku yang mementingkan kebebasan untuk hidup dan beliau tidak suka bersikap sombong. Setelah beranjak dewasa, pada tahun 1933 Tunku telah menikah dengan istri pertama beliau yang bernama Chik Mariam. Chik Mariam adalah anak gadis dari seorang peniaga timah di Alor Star. Hasil pernikahan Tunku dengan Chik Mariam, mereka telah dikarunia dua orang anak, anak pertama mereka bernama Tunku Khadijah dan anak kedua Tunku Ahmad Nerang. Pada tahun 1935, Chik Mariam telah meninggal dunia akibat penyakit demam malaria, pada saat itu anaknya Tunku Nerang baru berusia 25 hari. Setelah kematian Chik Mariam, Tunku telah menyerahkan kedua anaknya di bawah naungan bundanya.5 Setelah beberapa bulan kematian istri pertamanya, Tunku menikah pula dengan seorang wanita Inggris bernama Violet Coulson. Tunku sudah lama mengenali Violet, yaitu sewaktu mereka sama-sama menjadi mahasiswa di Universitas
Cambrige,
Inggris.
Pernikahan Tunku
dengan Violet
diluar
pengetahuan keluarga, karena pernikahan dengan bangsa lain tidak disukai dan dilarang oleh keluarga DiRaja.6 Pernikahan ini
juga dan akan menyebabkan
dirinya dikeluarkan dari kalangan keluarga DiRaja. Setelah dua tahun pernikahan Tunku bersama Violet, pernikahan mereka telah dilanda krisis, hal ini menyebabkan Violet bersedih dan kembali ke Inggris. Pernikahan mereka terputus tanpa penceraian, tetapi mereka berpisah karena 5
Yusof Harun, op.cit., h. 49 Abdul Aziz Ishak, Riwayat Hidup Tunku Abdul Rahman, (Kuala Lumpur: Karya Bistari Sdn. Bhd, 1987), cet. 1, h. 15. 6
30
keengganan Violet kembali ke Malaya. Karena kekecewaan Tunku dengan sikap Violet, beliau telah mencari wanita lain untuk dijadikan sebagai istri, dengan harapan wanita itu dapat menemani beliau hingga ke akhir hayat. Tunku telah menikah untuk ketiga kalinya dengan Syarifah Radziah binti Syed Alwi Barakbah, seorang wanita dari keluarga terkenal di Alor Star, Kedah.7 Sebagaimana harapan Tunku, pernikahan mereka kekal hingga ke akhir hayat, walaupun mereka tidak dikarunia anak. Tunku adalah seorang olahragawan yang aktif, dan beliau adalah penggemar setia olahraga sepak bola. Secara pribadi, beliau juga menggemari seni fotografi, olahraga golf, dan berlayar. Setelah banyak berbakti kepada bangsa dan negara, pada 6 Desember 1990 Tunku telah menghembus nafas terakhir pada usia 87 tahun di Rumah Sakit Kuala Lumpur dan ditempatkan di Makam DiRaja Langgar, Alor Star Kedah.8 Kepergian Tunku merupakan suatu kehilangan yang besar dan jasa beliau senantiasa dikenang oleh rakyat Malaysia. B. Latar Belakang Pendidikan Tunku Abdul Rahman
Tunku memulai sekolahnya pada usia yang agak muda, ini karena bundanya ingin Tunku menjadi seorang pangeran yang pintar dan sukses. Tunku mulai menerima pendidikan tidak formal pada usia 4tahun dan mendapat pendidikan formal pada usia 6tahun, melalui pendidikan bahasa Melayu di Sekolah Melayu Alor Star. Adapun pada waktu petang, beliau mempelajari bahasa 7
Yusof Harun, op. cit., h. 54. Mohd Badri Bin Jaafar, Mengenal Tokoh Semalam, Hari Ini dan Esok.(Selangor: Pekan Ilmu Publication Sdn. Bhd., 1991), cet. 1, h. 11. 8
31
Inggris dari seorang guru privat yang datang mengajar di istana. Setahun kemudian, beliau disekolahkan ke Sekolah Inggris Kerajaan(Government English School) juga di Alor Star, untuk mendapat pendidikan bahasa Inggris secara formal.9 Setelah Tunku berusia 8 tahun, pada tahun 1913 Tunku mengikuti abangnya Tunku Yusuff ke Siam. Ketika di Siam, beliau bersekolah di Sekolah Debsirindir, di sekolah ini beliau mempelajari dua bahasa yaitu bahasa Inggris dan bahasa Siam. Setelah dua tahun di Bangkok, abangnya yang mengabdi sebagai anggota Militer Siam telah meninggal dunia ketika ikut berjuang ketika berlakunya perang dunia pertama.10 Pada tahun 1915 Tunku terpaksa kembali ke Kedah dan meneruskan pengajian di Penang Free School, Pulau Pinang. Di sekolah itu, Tunku tidak dilayani sebagai pangeran, beliau sering dihukum guru karena kenakalan beliau. Tunku bukanlah seorang pelajar yang pintar dan rajin belajar, beliau hanya ingin mencapai apa yang menjadi kewajibannya saja. Di alam persekolahan, Tunku lebih gemar mengikuti kegiatan berolahraga dan aktivitas-aktivitas lasak, dan ketika studi di Bangkok, beliau pernah menjadi anggota Tim Pramuka dan pernah dilantik sebagai Junior Officer.11
9
Ramlah Adam, Biografi Politik Tunku Abdul Rahman, (Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka, 2005), cet. 1, h. 12. 10 Siti Mariam Daud dan Sulaiman Zakaria, op. cit., h. 5. 11 Ibid., h. 8.
32
Pada bulan Desember 1919 Tunku telah ditawarkan untuk mengikuti perkuliahan di St.Catharine’s College, Universitas Cambrige, Inggris. Pada waktu itu beliau ditingkat tujuh dan baru berusia 16tahun, pemerintah Kedah pada waktu itu telah mengumumkan rencana untuk memberikan beasiswa kepada anak-anak masyarakat Melayu yang ingin melanjutkan studi ke luar negari. Akan tetapi beasiswa itu didahulukan kepada anak-anak penguasa dan keluarga DiRaja, dan Tunku adalah di antara orang yang telah terpilih untuk menerima beasiswa itu. Sebelum memasuki universitas itu, Tunku bersama beberapa orang temannya harus ke Huntingdon12 untuk mengikuti ujian prauniversitas(matriculation). Setelah lulus ujian matriculation, Tunku telah diterima masuk ke Universitas Cambrige dan beliau mengambil Jurusan Sejarah dan Asas Undang-undang.13 Pada tahun 1925, yaitu setelah tujuh tahun belajar di Inggris, beliau telah kembali ke Kedah dengan memperoleh Ijazah Sarjana Muda Sastera (Sejarah). Setelah sampai di Malaya, beliau mendapat banyak pujian karena beliau adalah pangeran Kedah yang pertama berhasil menerima Ijazah dari universitas terkenal di Inggris. Kepulangan beliau tidak lama, karena pada awal tahun 1927 beliau disaran keluarga supaya melanjutkan perkuliahan dalam Jurusan Undang-undang di Inggris.14 Karena kurang berminat dalam jurusan Undang-undang dan kesenangan yang dialami semasa libur perkuliahan, hal ini telah membuatkan beliau tidak tekun lagi dalam studinya. 12
Salah sebuah kampung di Inggris. Ramlah Adam, op. cit., h. 17. 14 Siti Mariam Daud dan Sulaiman Zakaria, op. cit., h. 9. 13
33
Karena pikiran Tunku tidak konsentrasi lagi untuk belajar, beliau tidak lulus dalam ujian semester satu hingga tiga tahun lamanya. Hal ini menyebabkan beliau dipanggil dosen dan dosen memberi saran agar Tunku pulang saja ke Malaya. Dengan rasa kecewa atas kegagalan beliau, Tunku telah kembali ke Malaya, dan masyarakat Malaya yang dulu memuji beliau, kini menganggap beliau sebagai seorang pengeran yang telah menghabiskan uang pemerintah dan membuang waktu di Inggris. Tunku menerima segala tanggapan dengan hati yang terbuka, namun di lubuk hati beliau berazam akan berusaha untuk mendapatkan ijazah dalam bidang undang-undang di Inggris di masa akan datang.15 Pada tahun 1938, Tunku kembali meneruskan studinya dibidang undangundang di Inner Temple, Inggris. Setelah beberapa bulan disana, Tunku terpaksa kembali ke Malaya tanpa berhasil menyelesaikan studinya, hal ini karena tercetusnya Perang Dunia Kedua. Setelah beberapa tahun berkhidmat dalam pemerintahan Malaya, pada pertengahan tahun 1946 telah berlaku konflik politik di Malaya akibat pembentukan Kesatuan Malaya. Kerena persetujuan Tunku dengan pembentukan ini, Tunku telah dipandang rendah dan wujudnya konflik diantar beliau dengan Partai UMNO dan kerajaan Kedah. Berlakunya konflik ini, telah membuatkan Tunku mengambil keputusan untuk kembali ke Inggris dan meneruskan perkuliahan beliau di sana.16
15 16
Abdul Aziz Ishak, op. cit., h. 19. Ibid, h. 20.
34
Pada bulan Desember 1948 yaitu dalam usia 46 tahun, Impian Tunku telah menjadi kenyataan dengan keberhasilan beliau memperoleh Ijazah dalam bidang Undang-undang di Inggris.17 Keberhasilan dan pengalaman beliau ketika menuntut ilmu di Inggris banyak memberi kesadaran dan menetapkan pendirian beliau untuk memerdekakan negara dan dilantik sebagai pemimpin Malaysia. C. Perjalanan Karir dan Keterlibatan PolitikTunku Abdul Rahman Ketika menuntut di Universitas Cambrige, Tunku sudah mulai menunjuk minat dalam bidang politik, tetapi beliau lebih tertumpu kepada politik yang bersifat sosial bukan akademis. Hal ini dapat dilihat dari keterlibatan beliau dalam mendukung siapa saja, asalkan mereka adalah teman-teman beliau. Tunku sanggup berkampanye dalam pemilihan umum di Inggris dengan mendukung calon Partai Liberal(Lyold George) seorang yang berbangsa Wales. Tunku mendokong partai ini karena kebanyakan teman-temannya berasal dari Wales.18 Pada tahun 1926, telah muncul kesadaran dikalangan mahasiswa dan mereka saling berdiskusi untuk mendirikan satu organisasi, yang dinamakan Persatuan Melayu Great Britain. Organisasi ini bertujuan untuk mempererat hubungan mahasiswa Malaya yang belajar di Inggris dan dasar organisasi itu adalah “satu bahasa satu bangsa”. Anggota organisasi juga telah bersepakat untuk menggunakan bahasa Melayu sebagai bahasa pengantar ketika mengadakan
17 18
Mohd Badri bin Jaafar, op. cit., h. 11. Abdul Aziz Ishak, op. cit., h. 13.
35
pertemuan. Ketika pembentukan organisasi ini, Tunku telah dilantik sebagai sekretaris dan pada tahun 1929 beliau dilantik pula sebagai ketua organisasi ini.19 Setelah pulang dari Inggris dengan kegagalan pada bulan April 1931, Tunku langsung diterima bekerja sebagai Pejabat Pelatihan di Kantor Penasihat Undang-undang Kedah. Pada akhir tahun 1931, beliau dipindahkan ke Kulim sebagai Sekretaris Pejabat Jajahan. Karena kurang pengetahuan Tunku di bidang Undang-undang dan sikap beliau yang tidak disiplin sewaktu bekerja, setahun kemudian beliau dipindahkan pula ke Kuala Nerang sebagai Pejabat Jajahan. Pada tahun 1935, beliau dipindahkan pula ke Pulau Langkawi akibat berlakunya perselisihan paham diantara beliau dengan pihak Inggris.20 Sejak menjabat sebagai Pejabat Jajahan di Kuala Nerang, Tunku telah menunjukkan sikap beliau yang gemar mengenal rakyat dengan berhubungan erat dengan mereka. Karena ingin menghilangkan kegelisahan dan penderitaan masyarakat akibat pendudukan Jepang, beliau merancang untuk mendirikan satu organisasi yang diketua oleh beliau sendiri dan dimanakan Persatuan Sandiwara Belia-belia Melayu. Organisasi ini bertujuan untuk mengumpulkan dana bagi membantu buruh-buruh paksa yang dipaksa oleh pihak Jepang. Tunku juga pernah bergabung dalam Gerakan Bintang Tiga dan Malayan People Anti-Japanese Army(MPAJA) yang bertujuan menetang penjajahan Jepang pada waktu itu. Setelah penjajahan Jepang, Tunku dan beberapa temannya telah meminta pihak Inggris supaya
19 20
Yusof Harun, op. cit., h. 42. Siti Mariam Daud dan Sulaiman Zakaria, op. cit., h. 10.
36
kembali memerintah Malaya.21 Mungkin pada waktu itu, belum muncul kesadaran dalam diri Tunku untuk memerdekakan negara dan membentuk pemerintahan sendiri. Walaupun Persatuan Sandiwara Belia-belia Melayu telah mengubah nama kepada Serikat Bekerjasama Am Sayoburi(SEBERKAS), Tunku tetap menjadi anggota organisasi ini. Organisasi ini diubah nama karena terdapat segolongan anak muda ingin menjadikan organisasi ini sebagai organisasi yang berkhidmat untuk masyarakat Malaya, terutamanya dalam memajukan pendidikan dan ekonomi orang-orang Melayu. Organisasi ini mempunyai kepentingan politik dan perubahan ini sebagai rencana untuk menghindari kecurigaan pihak Inggris. Dengan wujudnya rencana penubuhan Kesatuan Malaya, Persatuan Seberkas telah menunjukkan dan memperjuangkan dasar politiknya.22 Tunku telah kembali ke Malaya pada bulan Desember 1948, beliau telah berhasil memiliki Ijazah Undang-undang yang begitu lama diimpikan. Sebelum kembali ke Malaya, telah berlaku beberapa perbincangan di antara beliau dan anggota Persatuan Melayu Great Britain di Inggris, perbincangan itu banyak memperkatakan tentang rangka untuk memerdekakan Tanah Malayu dari penjajahan Inggris. Sekembalinya Tunku ke Malaya, beliau diberi kepercayaan
21 22
Abdul Aziz Ishak, op. cit., h. 38. Ramlah Adam, op. cit., h. 59.
37
untuk menjabat sebagai Presiden UMNO bagian Kedah dan Timbalan Pendakwa Raya di Alor Star dan di Kuala Lumpur.23 Pada bulan Agustus 1951, karena berlakunya krisis internal dalam UMNO, kondisi ini telah menyebabkan Onn Jaafar mundur dari jabatannya, untuk mengisi kekosonganini, Tunku telah diberi kepercayaan dan dilantik sebagai pengganti untuk menjabat sabagai Presiden UMNO.24 Dibawah kepimpinan Tunku, beliau telah merencana dan berhasil membentuk satu gabungan bagi partaipartai yang mewakili komunitas etnis di Malaya. Gabungan ini dibentuk dalam rangka untuk menarik undian bagi memenangi Pemilihan Umum pertama yang akan diadakan pada 27 July 1955. Hasil kesatuan itu, Parti Gabungan telah berhasil memenangi 51kursi dari 52kursi yang dipertandingkan.25 Dengan kemenangan ini, Tunku berusaha untuk menunaikan janji beliau kepada rakyat, yaitu akan menuntut kemerdekaan dari pihak Inggris secepat mungkin. Pada 31 Desember 1956, Tunku sabagai Ketua Menteri dan Menteri Hal Ehwal Dalam Negeri telah memimpin rombongan ke London dalam rangka untuk melakukan perundingan dengan pihak Inggris untuk menuntut kemerdekaan Malaya. Setelah berlaku beberapa perundingan, anggota rombongan akhirnya berhasil
membujuk
pihak
Inggris
menandatangani
Perjanjian
Merdeka
(Independent Treaty) di Lancaster House, London. Perjanjian itu menyatakan 23
Ibid, h. 59. Ahmad Athori Hussain, Dimensi Politik Melayu 1980-1990, Antara Kepentingan dan Wawasan Bangsa, (Selangor: Dewan Bahasa dan Pustaka, 1993), cet. 1, h. 4. 25 International Law Book Services, Malaysia Kita, (Kuala Lumpur: Direct Art Company,2005), cet. 6, h. 110. 24
38
bahwa Malaya akan mendapat kemerdekaan pada tanggal 31 Ogos 1957. Setelah mencapai kemerdekaan, Tunku telah diangkat sebagai Perdana Menteri pertama dan terus memimpin Partai Gabungan dalam Pilihanraya Umum 1959, 1964 dan 1969. 26 Pada bulan Mei 1961, Tunku berusaha memelihara hubungan baiknya dengan negara-negara luar, beliau telah mengadakan suatu pertemuan bersama wartawan-wartawan dari negara luar yang diadakan di Singapura. Dalam pertemuan itu, Tunku mengumumkan bahwa Malaya akan membuat satu kesepakatan bersama Brunei, Singapura, Sabah dan Serawak untuk mendirikan sebuah negara yang akan dinamakan Malaysia. Hasra Tunku untuk mendirikan Malaysia pernah ditentang oleh pemimpin Filipina dan Indonesia. Dengan kesungguhan dan ketabahan beliau, Malaysia berhasil dibentuk pada 16 September 1963 yang hanya meliputi Malaya, Singapura, Sabah dan Serawak.27 Namun begitu, pada tahun 1965 Tunku terpaksa mengeluarkan Singapura dari Malaya akibat konflik politik yang berlaku pada waktu itu. Tunku dengan resmi turun dari jabatannya sebagai Perdana Menteri dan Presiden UMNO pada 22 September 1970. Walaupun telah meninggalkan kancah politik, beliau tetap aktif dilapangan sosial dan kebajikan, di antaranya dalam
26
Hasnah Hussin, Pengajian Malaysia, (Selangor: Oxford Fajar Sdn.Bhd., 2007), cet. 1, h.
27
Longman, Sejarah Malaysia, (Selangor: Pearson Malaysia, Sdn. Bhd., 2009), cet. 1, h.
72. 243.
39
kegiatan dakwah dan perkembangan Islam di Malaysia juga Antarabangsa.28 Dengan ini,
jika mengingati sejarah kemerdekaan Malaysia,
seharusnya
menghargai dan mengingati jasa dan pengorbanan Tunku Abdul Rahman yang banyak berjasa kepada bangsa dan negara dalam memperjuangkan kemerdekaan dan membentuk negara Malaysia.
28
Times Book International, Malaysia, (Singapore dan Kuala Lumpur: Times Book International, 2002), cet. 1, h. 15.
BAB IV TUNKU ABDUL RAHMAN DAN KEMERDEKAAN MALAYSIA Kemerdekaan berarti sebuah negara mendapat kebebasan dari belenggu penjajahan kuasa asing dan dapat melaksanakan sistem pemerintahan sendiri di negara sendiri. Kemerdekaan juga berarti sebuah pemerintah negara berhak melakukan apa saja demi kesejahteraan rakyat dan keamanan negara. Kemerdekaan Malaysia berhasil dicapai dari penjajahan Inggris pada tanggal 31 Agustus 1957 melalui perjuangan panjang Partai Gabungan dan Tunku Abdul Rahman sebagai tokoh kemerdekaan Malaysia.1 Sebutan Merdeka dan nama Tunku Abdul Rahman sudah menjadi satu sinonim dalam sejarah kemerdekaan Malaysia, dan agak mustahil jika berbicara tentang kemerdekaan Malaysia tanpa menyebut nama Tunku Abdul Rahman. Tunku merupakan seorang Pangeran yang sanggup menanggung derita memperjuangkan bangsa dan negara. Tunku telah diberi penghormatan oleh sejarah sebagai seorang tokoh yang telah berhasil memperjuangkan kemerdekaan dan melahirkan ide mendirikan Malaysia, beliau juga merupakan Perdana Menteri pertama Malaysia.2 Tunku tidak pernah memikirkan tentang pangkat, derajat, atau popularitas, karena pada Tunku setelah menunaikan semua tanggungjawab beliau, biarlah beliau menjadi “ The happiest prime minister in the world”.
1
Zarina Syukor, Sejarah Penubuhan Malaysia, (Pulau Pinang: Penerbit Pinang Sdn. Bhd, 1985), cet. 1, h. 37 2 Muhammad Ismail Ahmad, Sejarah Malaysia,(Selangor: Pustaka Mawar, 2004), cet. 1, h. 16.
40
41
A. Hubungan Politik Tunku Abdul Rahman dengan Pihak Inggris Hubungan politik Tunku dengan pihak Inggris mula terwujud pada awal pembentukan Kesatuan Malaya. Menurut sejarah, Tunku telah mendukung rencana pihak Inggris dalam pembentukan Kesatuan Malaya dan berharap agar pihak Inggris kembali memerintah Malaya untuk menjamin keamanan Malaya setelah setahun dijajah Jepang. Hal ini karena Tunku terkesan dengan penjajahan Jepang yang kejam dan tidak berperi kemanusiaan. Dukungan Tunku terhadap pembentukan Kesatuan Malaya telah membuatkan Tunku dipandang rendah dan wujud konflik diantara beliau dengan Persatuan Serikat Bekerjasama Am Sayoburi(SEBERKAS), Partai United Malay National Organization(UMNO) dan Sultan Kedah pada waktu itu.3 Tunku mempunyai keperibadian yang pro-Inggris, hal ini disebabkan latar belakang pendidikan beliau yang terlalu lama di Inggris, yaitu beliau telah menempuh masa selama 25 tahun untuk menamatkan studi dan memperoleh Ijazah Sarjana Muda Sastra juga Ijazah Sarjana Muda Undang-undang. Karena terlalu lama di Inggris, pergaulan dengan orang Inggris menjadi satu kebiasaan baginya dan Tunku tidak memiliki rasa rendah diri maupun takut terhadap Pejabat Tinggi Inggris.4 Dalam usaha Tunku memperjuangkan kemerdekaan Malaya, Tunku banyak melakukan perundingan dan bertolak-ansur dengan pihak Inggris.
3
Ramlah Adam, Biografi Politik Tunku Abdul Rahman, (Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka, 2005), cet. 1, h. 81. 4 Abdul Aziz Ishak, Riwayat Hidup Tunku Abdul Rahman, (Kuala Lumpur: Karya Bistari Sdn. Bhd, 1987), cet. 1, h. 66.
42
Tunku juga telah menggunakan kebijaksanaannya dalam permainan politik dengan pihak Inggris yang sengaja melengah-lengahkan tarikh kemerdekaan Malaya. Ketika menjabat sebagai ketua UMNO, hubungan baik Tunku dengan pihak
Inggris
banyak
mempengaruhi
keberhasilan
beliau
dalam meraih
kemerdekaan Malaya, terutama teman-temannya dikalangan ahli politik di Inggris. Teman-teman Tunku banyak membantu dalam memberi nasihat dan penjelasan tentang taktik Inggris dalam menjaga kepentingan mereka untuk mengekalkan kekuasaan mereka di tanah jajahan. Tunku juga pernah memperdaya pihak Inggris dalam menyelesaikan masalah politik dan meraih kemerdekaan Malaya.5 Sebagai pejuang bangsa, Tunku senantiasa meletakkan kepentingan bangsa dan negara melebihi apa jua kepentingan termasuk kepentingan beliau sebagai golongan autokratik/DiRaja. Adapun dari hasil wawancara, kata Subki Latif: Kerena Tunku lama belajar di Inggris dan banyak bergaul dengan masyarakat Inggris, Tunku terpengaruh dengan pemikiran Inggris serta ciri-ciri kebudayaan Inggris. Tunku bukan saja memiliki hubungan baik dengan Inggris, Tunku juga pernah bekerja dalam pemerintahan ketika penjajahan Inggris. Pihak Inggris telah berpegang pada dasar akan memberikan kemerdekaan Malaysia sekiranya wujud satu generasi dikalangan anak Malaya yang terpengaruh dengan pemikiran barat. Karena hubungan baik Tunku dengan pihak Inggris, Tunku telah diberi 5
Ramlah Adam, op. cit., h. 77.
43
kepercayaan untuk memerintah Malaysia dengan syarat harus menjalankan pemerintahan dengan dasar yang telah ditetapkan oleh Inggris.6 Hubungan baik Tunku dapat dibuktikan dengan persetujuan Tunku ketika perundingan kemerdekaan Malaya, yaitu dengan mengakui pejabat Inggris dalam pemerintahan Malaysia terutama di bagian pertahanan, keamanan, dan hubungan luar negeri. B. Pemikiran Politik Tunku Abdul Rahman Disini penulis membagi pemikiran politik Tunku Abdul Rahman kepada dua sudut, pertama dari sudut politik, dan kedua dari sudut perjuangan. 1. Dari Sudut Politik a. Bentuk Pemerintahan menurut Tunku Abdul Rahman Selain sistem pemerintahan Khalifah dan Imamah, terdapat sistem pemerintahan lain yang dipraktikkan oleh umat Islam dalam konteks negara-bangsa(nation state), yaitu sistem pemerintahan demokrasi yang sekarang ini banyak dipraktekkan di sejumlah negara-negara muslim.7 Kata Tunku dalam bukunya “Political Awakening”: “Democracy has been defined as a State having direct or representative rule, ignoring hereditary rights and class distinctions, and tolerating minority views. Malaysia’s idea of democracy is consistent with the definition except that the Constitution provides for a Rules, and protection for the indigenous people who are less
6
Wawancara penulis dengan Tuan Haji Subky Latif bin Abdullah melalui Email, beliau seorang penulis dan wartawan, pada tanggal 19 Desember 2010. 7 Mujar Ibnu Syarif dan Khamami Zada, Fiqh Siyasah, Doktrin dan Pemikiran Politik Islam. (Jakarta: PT Gelora Aksara Pratama,2008), cet. 1, h. 205.
44
progressive economically and less viable that the other immigrant races who have made a home and a success of their life in Malaysia. This is accepted and agreed to by all”.8 Dalam konteks sejarah pemerintahan Malaya, penjajahan Inggris telah menerapkan sistem demokrasi di Malaya. Dalam merealisasikan kemerdekaan Malaya, Tunku telah berusaha meyakinkan pihak Inggris akan kesungguhan Partai Gabungan untuk menjalankan sistem demokrasi di Malaya.9 Di sini
jelaslah pada kita bahwa Tunku menerima bentuk
pemerintahan yang direncanakan dan disyaratkan pihak Inggris ketika menuntut kemerdekaan Malaysia, dan bentuk pemerintahan ini tetap dilaksananakan di Malaysia sampai saat ini. b. Dasar Negara menurut Tunku Abdul Rahman Di Dalam buku ”History of Malaya” memberi penjelasan sebagai berikut: The Constitutional Commission was duly approved. A chairman Lord Reid, and one other member were appointed by the United Kingdom, and Canada, Australia, India and Pakistan, nominated one member each. The Reid Commission held its meetings in Malaya between May and October 1956, and completed a long and detailed Report in February 1957. This report, although modified in some ways by a Working Party
8
Tunku Abdul Rahman, op. cit., h. 63. Ghazali Mayudin, Politik Malaysia: Perspektif, Teori, dan Praktik. (Bangi, Universiti Kebangsaan Malaysia, 2002), cet. 1, h. 25. 9
45
representing the Alliance and the Rulers, provided the basis for Malaya’s new government on August 31st,1957.10 Pembentukan konstitusi adalah rencana pihak Inggris dalam membentuk negara Malaysia, dan Tunku sebagai ketua rombongan menuntut kemerdekaan bersikap menerima dasar negara yang direncana pihak Inggris. Tunku tidak membantah rencana itu, walaupun Tunku tahu pembentukan dasar baru negara itu banyak mengurangi hak masyarakat Melayu dan kedudukan agama Islam di Malaysia.11 Hal ini kerena, Tunku sebagai ketua Partai Gabungan ingin menjaga hati semua pihak, terutama etnis lain dikalangan Cina dan India, dan Tunku juga tidak ingin dianggap redikal oleh pihak Inggris. c. Bentuk Negara menurut Tunku Abdul Rahman Komisi Reid telah menerima 80% dari memorandum yang dihantar oleh Partai Gabungan, di antara yang dimuatkan dalam memorandum Partai Gabungan, adalah : 1) Membentuk pemerintah pusat yang memiliki kuasa atas negeri-negeri bagian dalam Persekutuan Malaya. 2) Merekomendasikan nama Malaysia sebagai nama baru Persekutuan Malaya.
10
J. Kennedy, S.Abdul Majid & Co, History of Malaya, (Kuala Lumpur : Publishing Division, 1993) , cet. 4, h. 292. 11 Zakiah Hanum, Maka Merdekalah Negara Kita, (Kuala Lumpur: Ahli Cipta (M) Sdn. Bhd. 1997), cet. 1, h. 23.
46
3) Pejabat Tinggi Inggris digantikan oleh pelantikan Yang DiPertuan Agong dan wakilnya. 4) Majelis Raja-raja harus disahkan. 5) Parlemen hendaklah memiliki dua dewan. 6) Tiga lembaga pemerintahan yang memiliki kuasa terpisah harus diwujudkan. 7) Agama Islam sebagai agama rasmi Persekutuan Malaya. 8) Bahasa Melayu sebagai bahasa nasional Persekutuan Malaya. 9) Kedudukan istimewa orang Melayu harus dipertahankan.12 Memorandum dari Partai Gabungan di atas jelaskan membuktikan bahwa, biarpun Tunku menerima syarat-syarat yang telah ditetapkan pihak Inggris, Tunku juga telah merencana pembentukan Malaysia dan Tunku ingin menjadikan Malaysia sebuah negara yang berbentuk Federasi. Biarpun Tunku menerima syarat Inggris untuk menjadikan Malaysia negara yang demokrasi, Tunku tetap memohan agar kedudukan Raja-raja Melayu dikekalkan sebagai penjaga agama Islam dan adat di setiap negara bagian. d. Pengangkatan Kepala Negara menurut Tunku Abdul Rahman Inggris mula memperkenalkan sistem pemilihan umun, bilamana Partai politik Malaya semakin berkembang. Sistem ini juga diperkenalkan untuk memberi latihan kepada rakyat dan memberi pengalaman pemilihan
12
International Law Book Services, op. cit., h. 113.
47
umum di Malaya, dan sistem ini diwujudkan sebagai persiapan ke arah pembentukan kerajaan berparlemen di Malaya. Partai Gabungan yang diketuai oleh Tunku Abdul Rahman dan didirikan pada bulan Januari 1952. Partai ini mewakili etnis-etnis di Malaya dan disertai oleh tiga partai besar, yaitu Partai Pertubuhan Kebangsaan Melayu Bersatu (UMNO), Partai Persatuan Cina Malaya (MCA), dan Pertubuhan Kongres India Malaya (MIC). Partai ini telah memenangi pemilihan umum pertama dengan memenangi 51 kursi dari 52 kursi yang dipertandingkan. Dengan pencapaian ini, Tunku telah dilantik sebagai Ketua Menteri dan Menteri Hal Ehwal Dalam Negeri sebelum mencapai kemerdekaan.13 Di sini menunjukkan walaupun Tunku berketurunan DiRaja yang pernah menjalankan sistem monarki di Malaysia, beliau lebih bersetuju dengan sistem pemilihan umum yang diperkenalkan pihak Inggris. Hal ini karena Tunku menganggap pemimpin sebuah negara harus berdasarkan kemauan rakyat dan pemilihan langsung dari rakyat. e. Partai-partai yang Memperjuangkan Kemerdekaan Malaysia Dalam memperjuangkan kemerdekaan Malaysia, banyak partaipartai yang lahir menuntut kemerdekaan Malaysia. Setiap partai mempunyai ide dan cara yang berbeda dalam menarik perhatian masyarakat untuk memperjuangkan kemerdekaan Malaysia. Gerakan politik Malaya bermula pada akhir tahun 1930-an dengan lahirnya semangat nasionalisme 13
Times Book International, op. cit., h. 13.
48
dikalangan golongan elit Melayu yang berpendidikan tinggi. Organisasi pertama yang didirikan berdasarkan nasionalis Melayu dan berbaur politik adalah Kesatuan Melayu Muda(KMM). Menjelang abad ke-20, melalui Kongres Melayu Semalaya pada 11 Mei 1946 di Johor, organisasi itu dinamakan United Malay National Organization (UMNO), dan diketuai oleh Dato’ Onn Ja’far. Pada tahun 1951, karena berlakunya krisis internal dalam UMNO, Onn Jaafar telah mundur, dan Tunku telah diberi kepercayaan dan dilantik sebagai Presiden UMNO.14 Adapun partai Islam yang paling menonjol dalam memperjuangkan kemerdekaan adalah Partai Islam SeMalaya(PAS), hal ini dibuktikan dengan penyertaan partai ini dalam pemilihan Umum pertama pada tahun 1952. Partai ini membawa dasar menjadikan Malaysia sebagai Negara Islam, akan tetapi partai ini kurang mendapat dokongan dari masyarakat khususnya etnis-etnis lain di Malaysia. Hal ini juga dapat dibuktikan dengan kegagalan PAS pada pemilihan umum pertama di Malaya, yaitu partai ini hanya memenangi 1kursi dari 53kursi yang dipertandingkan.15 2. Dari Sudut Perjuangan a. Mengatasi Masalah Hubungan Etnis Dikalangan Mahasiswa Malaya di Inggris
14
Ahmad Athori Hussain, Dimensi Politik Melayu 1980-1990, Antara Kepentingan dan Wawasan Bangsa, (Selangor: Dewan Bahasa dan Pustaka, 1993), cet. 1, h. 4. 15 Hasnah Hussin, Pengajian Malaysia, (Selangor: Oxford Fajar Sdn.Bhd, 2007), cet. 1, h. 72.
49
Ketika Tunku dan Tun Razak sama-sama studi di Inggris, mereka banyak berdiskusi tentang haluan politik Malaya. Mereka juga telah membuat kesimpulan bahwa Malaya di masa akan datang harus menempuh salah satu dari dua jalan, yaitu komunitas etnis harus bersatu atau negeri ini terpaksa dibagi. Jika negeri dibagi, akan menyebabkan terjadinya pertumpahan darah dan tidak mendatangkan faedah kepada masyarakat. Hasil perbincangan itu, telah mendorong Tunku sebagai ketua Persatuan Melayu Great Britain untuk mengatasi masalah hubungan etnis yang menjadi masalah pokok dalam politik Malaya.16 Sebagai ketua persatuan, Tunku telah berusaha memberi nasihat kepada mahasiswa Melayu agar berbaik-baik dengan mahasiswa Cina. Tunku juga telah mengambil inisiatif mengadakan pertemuan semua mahasiswa Malaya di Inggris, pertemuan ini sebagai jalan menyatukan mahasiswa dengan mengadakan jamuan makan setiap bulan.17 Dengan keramahan Tunku, beliau berhasil memberi penjelasan kepada mahasiswa Cina dan dapat mengatasi rasa tidak puas hati masyarakat Cina tentang kedudukan istimewa masyarakat Melayu di Malaya. b. Perundingan Tarikh Pemilihan Umum dengan Pihak Inggris Pada 1 April 1954, Tunku telah mengirim satu telegram kepada Oliver Littleton yang menjabat jabatan sebagai Sekretaris Tanah Jajahan di
16 17
Ramlah Adam, op. cit., h. 90. Ibid, h. 90.
50
Inggris, Tunku memohan agar Oliver Littleton dapat meluangkan waktu untuk bertemu pimpinan Partai Gabungan. Setelah mendapat persetujuan dari Oliver Littleton, pada 21 April 1954 Tunku berangkat ke Inggris bersama T.H.Tan dalam rangka membincangkan beberapa hal dengan pihak Inggris.18 Setelah beberapa minggu di sana, pada 14 Mei 1954 Tunku berhasil menemui Oliver Littleton, pertemuan itu dianggap tidak resmi dan memakan masa selama satu jam. Oliver Littleton juga telah memperkecil hasrat Tunku untuk menambah kursi Pemilihan Umum akan datang dan menolak permohonan Tunku untuk mengadakan pemilihan umum dalam waktu terdekat.19 Walaupun Tunku telah berusaha meyakinkan mereka dengan mengemukakan beberapa alasan, Oliver Littleton tetap menolak dan tidak yakin dengan kesungguhan Tunku dan pimpinan Partai Gabungan. Karena kedegilan Oliver Littleton, Tunku terpaksa kembali ke Malaya dengan kegagalan. Walaupun Tunku tidak berhasil membujuk pihak Inggris, beliau tetap mengadakan Pemilihan Umum di beberapa negera bagian, antaranya di Johor, Terengganu, Perlis, Pulau Pinang, dan Negeri Sembilan. Keputusan Pemilihan Umum itu membuktikan bahwa Partai Gabungan telah mendapat dukungan yang memuaskan.20 Hal ini karena,
18
Yusof Harun, Tunku, Idealisme dalam Kenangan. (Pulau Pinang: Yayasan Bumiputra, 1991), cet. 1, h. 124. 19 Ramlah Adam, op. cit., h. 182. 20 Ibid, h. 202.
51
Partai Gabungan telah mendapat kepercayaan dari etnis Melayu dan Cina di Malaya pada waktu itu. c. Membentuk Partai Gabungan untuk Menyatukan Komunitas Etnis di Malaya Pada bulan Agustus 1951, Tunku telah dilantik sebagai Presiden UMNO. Dibawah kepimpinan Tunku, beliau telah membentuk satu Partai Gabungan yang terdiri dari beberapa partai yang mewakili komunitas etnis di Malaya. Pada pertengahan tahun 1954 Partai Gabungan hanya disertai Partai UMNO dan MCA saja, dan pada akhir tahun 1954, kekuatan Partai Gabungan menjadi lebih kuat dengan penyertaan Partai MIC. Partai Gabungan dibentuk untuk menyatukan komunitas etnis di Malaya, dengan harapan partai ini dapat memenangi pemilihan umum pertama yang akan diadakan pada 27 Juli 1955.21 Di sini kita dapat lihat kata Tunku dalam bukunya yang berjudul ”Political Awakening” : ”By the end of 1954, after the UMNO/MCA had won sweeping victories in Johor, and in municipalities and town councils in the rest of Malaya, the Malayan Indian Congress joined the Alliance. For the first time the Chinese, Indians and Malays came together with a common aim; and swore to stand together and fight for independence of
21
International Law Book Services, Malaysia Kita,(Kuala Lumpur: Direct Art Company,2005), cet. 6, h. 110.
52
Malaya. In the Penang State elections which followed where the MIC participated for the first time, the alliance won a resounding victory”.22 Dengan usaha Tunku menyatukan tiga komponen partai di Malaya, telah memberi keyakinan dan mendapat persetujuan Pihak Inggris untuk memberi kemerdekaan kepada Malaya. Partai yang mewakili tiga etnis utama Malaya harus bersatu dan bekerjasama dalam bidang politik, merupakan salah satu syarat yang dikemukakan pihak Inggris untuk memberi kemerdekaan kepada Malaya. d. Melakukan Perundingan dengan Partai Komunis Malaya(Perundingan Baling) Sebagai ketua Menteri Persekutuan Malaya dan ketua Partai Gabungan, Tunku telah memberi peran penting dalam melakukan perundingan dengan Partai Komunis Malaya (PKM). Pada awalnya Inggris menghalang pertemuan itu, tetapi Tunku tetap bertegas dan memujuk Pihak Inggris supaya dapat memperbaiki kondisi Malaya dan mengembalikan keamanan Malaya. Setelah mendapat penjelasan dan bujukan Tunku, akhirnya pihak Inggris bersetuju dan memberi kebenaran kepada beliau untuk melakukan perundingan itu.23
22
Tunku Abdul Rahman, Political Awakening, (Selangor: Pelanduk Publication, 1986), cet.
1, h. 51. 23
Wan Hamzah Awang, Detik Sejarah Rundingan Baling. (Kuala Lumpur: Utusan Publication & Distributors Sdn. Bhd, 1985), cet. 1, h. 108.
53
Tunku mengikuti perundingan itu bersama dua temannya, yaitu David Marshall(Ketua Menteri Singapura) dan Datuk Sir Tan Cheng Lock(Ketua MCA), perundingan itu diadakan di Baling pada 28-29 Desember 1955. Perundingan itu bertujuan untuk membujuk PKM supaya menyerahkan diri dan Tunku berjanji akan dituntut mereka hanya sebagai kejahatan politik. Perundingan ini juga bertujuan untuk memujuk ahli PKM supaya mengakhiri keadaan darurat dan Tunku ingin menunjukkan sikap keterbukaan Partai Gabungan kepada PKM.24 Walaupun perundingan ini gagal, Tunku tetap berhasil melemahkan perjuangan komunis dan menunjukkan kepada masyarakat bahwa Partai Gabungan telah berusaha dan melakukan yang terbaik untuk membawa keamanan bagi mencapai kemerdekaan Malaya. Adapun dari hasil wawancara, Subki Latif menyatakan bahwa: sebagai pegawai kerajaan Tunku adalah seorang yang dekat dengan rakyat dan banyak membantu rakyat dalam menyelesaikan masalah negara. Tunku juga seorang pemimpin yang gemar melakukan perbincangan dalam menyelesaikan apa jua konflik yang berlaku di Malaya.25 Dari gambaran ide-ide politik Tunku Abdul Rahman di atas telah memberi gambaran kepada kita bahwa Tunku
24
Mohd Salleh Abbas, Prinsip Perlembagaan dan Pemerintahan di Malaysia. (Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka, 2006), cet. 3, h. 18. 25 Wawancara penulis dengan Tuan Haji Subky Latif bin Abdullah melalui Email, beliau seorang penulis dan wartawan, pada tanggal 19 Desember 2010.
54
seorang yang suka melibatkan diri dalam organisasi-organisasi dan suka bersosialisasi dengan rakyat. C. Perundingan Kemerdekaan yang Diikuti Tunku Abdul Rahman Kata Tunku: ”The result was declared on Juli 27 midnight. It gave the Alliance a victory of 51 out of 52 contested”.26 Dari kata-kata ini jelaslah bahwa Partai Gabungan telah mencapai kemenangan yang cemerlang dalam pemilihan umum 1955, nama Tunku Abdul Rahman telah menjulang tinggi sebagai pemimpin politik yang memberi peran penting di Malaya. Di antara langkah awal yang diambil Tunku adalah melakukan pertemuan dengan Donald MacGillivray di King House Kuala Lumpur pada 31 Juli 1955. Dalam pertemuan itu, Tunku gagal mendapat persetujuan dari pihak Inggris tentang rencana pembentukan Komisi Bebas untuk membuat draf konstitusi baru dan menmberi izin kepada Partai Gabungan untuk ikut campur dalam pemerintahan Malaya secepatnya.27 Untuk membolehkan Tunku dan kabinetnya mendapat kuasa dalam pemerintahan, Tunku telah mengantar satu memorandum kepada Sekretaris Tanah Jajahan, yaitu A. Lennox Boyd pada 19 Agustus 1955. Adapun pada 22 Agustus 1955, Tunku telah bertemu dengan Lennox dan menyerahkan rencana untuk mendirikan sebuah pemerintahan sendiri dan akan dikendalikan oleh Partai Gabungan. Pada September 1955, Lennox telah melakukan perbincangan dengan Raja-raja Melayu tentang tuntutan Partai Gabungan. Raja-raja telah bersetuju
26 27
Tunku Abdul Rahman, op. cit., h. 53. Ramlah Adam, op. cit., h. 249.
55
dengan rencana Partai Gabungan untuk mengubah Konstitusi 1948 dan melakukan perundingan dengan pihak Inggris, dengan syarat perundingan itu harus disertai juga oleh wakil raja-raja. 28 Rombongan menuntut kemerdekaan bertolak ke Inggris pada 1 Januari 1956, Tunku menaiki kapal laut yang mengambil masa selama 12 hari dan tiba disana pada 13 Januari 1956. Perundingan bersejarah itu telah diadakan selama tiga minggu, yaitu bermula pada 18 Januari hingga 6 Februari 1956. Perundingan ini disertai oleh empat wakil Partai Gabungan, yaitu Tunku Abdul Rahman, Dato’ Abdul Razak, Dr. Ismail Abdul Rahman. Wakil Raja-raja terdiri dari Dato’ Mohd Seth, Dato’ Nik Ahmad Kamil, dan Abdul Aziz Majid. Perundingan itu juga disertai oleh wakil-wakil Pejabat Tinggi Inggris di Malaya.29 Perundingan itu membincangkan beberapa perkara, di antaranya tentang pertahanan dan keselamatan negara, kemerdekaan negara, dan penbentukan komisi bebas untuk mengubah Konstitusi Malaya. Perundingan ini dihadiri oleh 35orang, dan hanya 8orang yang mewakili Malaya dan mereka masih kurang ilmu dalam bidang politik dan pemerintahan negara. Menyadari hal ini, Tunku telah meminta bantuan dari teman lamanya yang terdiri dari advokat dan ahli politik Inggris. Dalam perundingan itu, Rombongan Perundingan Malaya terpaksa menerima beberapa rencana pihak Inggris yang telah dirangka sebelum kedatangan mereka, rencana itu terkandung dalam ”Memorandum of United
28 29
Ibid, h. 259. Hasnah Hussin, op. cit,, h. 72
56
Kingdom”.30 Dalam perundingan itu, Tunku tidak mampu mempertahankan kemauan rakyat sepenuhnya, karena Rombongan Perundingan Malaya dikelilingi oleh ahli politik dan Pemerintah Inggris yang lebih mengutamakan kepentingan politik mereka. Dalam perundingan itu Tunku tidak menunjukkan sikap yang tegas, bahkan Tunku senantiasa ceria, dan mengambil jalan mudah dalam menyelesaikan perundingan ini. Akan tetapi Tunku tetap sadar bahwa perundingan ini bertujuan untuk memenuhi aspirasi masyarakat yang berbeda etnis di Malaya terutama tentang tanggal kemerdekaan yang tepat dan harus disegerakan.31 Tunku mempunyai peran dan tanggungjawab yang besar dalam perundingan itu, karena beliau merupakan ketua rombongan dan ketua Partai Gabungan. Sungguhpun pihak Inggris bersetuju dengan perkara-perkara yang dikemukakan oleh Tunku, namun mereka tetap ragu untuk menyatakan satu tanggal kemedekaan Malaya. Justeru itu, secara tidak rasmi Tunku memberitahu Lennox-Boyd bahwa beliau bersama rombongannya tidak akan pulang ke Malaya tanpa tanggal yang tetap bagi Kemerdekaan Malaya.32 Pada 2 Februari 1965, menurut Tunku Inggris telah membuat kenyataan dari Lancaster House tentang hasil perundingan itu. Di antara keputusan yang dibuat, adalah : 1- Pihak Inggris bersetuju untuk memberi kemerdekaan kepada Persekutuan Malaya pada tanggal 31 Agustus 1957, dengan syarat negara ini harus berada 30
Ramlah Adam, op. cit., h. 261. Yusof Harun, op. cit., h. 186. 32 Ramlah Adam, op. cit., h. 264.
31
57
dalam Negara ”Commonwealth” dan harus menerapkan pemerintahan secara demokrasi. 2- Jabatan Sekretaris Keuwangan dan Pengarah Gerakan akan diganti dengan Menteri Keuangan dan Menteri Pertahanan, jabatan ini akan dijabat oleh masyarakat lokal. 3- Pihak Inggris hendaklah diberi hak untuk menempatkan anggota militernya dan pengkalan militer Inggris harus disahkan agar Inggris dapat melindungi Malaya. 4- Pihak Inggris akan membentuk sebuah Komisi bebas untuk mengamandemen Konstitusi baru Malaya, Komisi ini dinamakan Komisi/Pesuruhjaya Reid.33 Tunku menerima keputusan itu, dan inilah sikap Tunku dengan pihak Inggris secara pribadi. Pengalaman belajar di Inggris telah membuatkan Tunku dekat dengan pihak Inggris, sehingga beliau tidak mampu menolak keputusan pihak Inggris. Ketika pulang ke Malaya, Tunku dan rombongannya disambut secara besar besaran oleh rakyat di Padang Bandar Hilir Melaka pada 20 Febuari 1956. Namun pencapaian Tunku tidak lepas dari mendapat kritikan dari lawan politiknya terutama Dato’ Onn Jaafar.34 Mereka mempertikaikan tentang pembentukan Komisi bebas yang beranggatakan orang luar, dan curiga akan kepentingan orang Melayu sebagai pribumi akan hilang dan tidak dilindungi dengan baik.
33 34
International Law Book Services, op cit., h. 115. Ramlah Adam, op. cit., h. 268.
58
Pada 1 Agustus 1956, rencana Komisi Reid telah ditetapkan dan dijabarkan kepada masyarakat. Setelah itu, rencana ini dikaji semula oleh Komisi/Jawatankuasa Kerja yang terdiri dari empat orang wakil raja-raja, empat orang wakil Partai Gabungan, dan beberapa orang wakil dari pihak Inggris termasuk Lembaga Tertinggi Inggris, Ketua Sekretaris, dan Pengacara Negara.35 Rencana Konstitusi yang telah diteliti oleh Komisi Kerja,
kemudian
dibincang pula oleh raja-raja Melayu sebelum diterima pada 27 Juni 1957 dan diluluskan oleh Majlis Perundangan Malaya pada 15 Agustus 1957. Pada 5 Agustus 1957 bertempat di King House, Kuala Lumpur, perjanjian kesepakatan telah ditandatangani diantara Ratu Inggris, Pejabat Tinggi Malaya, Raja-raja Melayu, dan yang DiPertuan Besar Negeri Sembilan sebagai yang Yang DiPertuan Agong pertama.36 Pada jam 8 tanggal 31 Agustus 1957 di Stadium Merdeka, Tunku Abdul Rahman sebagai Perdana Menteri pertama telah mendeklarasikan kemerdekaan negara di hadapan wakil Ratu Elizabeth, Duke Of Gloucerter, Pejabat Tinggi Inggris, Raja-raja Melayu, perwakilan 30 negara komenwel serta 25000 rakyat Persekutuan Malaya.37 Hal ini juga diperjelas dengan hasil wawancara, kata Subki Latif: Tunku telah memilih untuk melakukan perundingan dengan Inggris bagi mendapatkan kemerdekaan negara, tanpa berlakunya peperangan. Tunku juga seorang yang
35
Mohd Salleh Abbas, op. cit., h. 21. Hasnah Hussin,op. cit., h. 73. 37 Syed Mahadzir Syed Ibrahim, 365 Hari Dalam Sejarah. (Selangor: Pekan Ilmu Publications Sdn Bhd, 1961), cet. 1, h. 604 36
59
patuh dengan nasihat dan mengikut syarat-syarat dari pihak Inggris, yaitu kemerdekaan Malaya tidak hanya dituntut oleh orang Melayu, tetapi ia juga harus dituntut oleh komunitas etnis di Malaya. Tunku telah berjaya membentuk kesepakatan antara UMNO partai yang mewakili orang Melayu, MCA parti yang mewakili Cina dan MIC yang mewakili India untuk menuntut kemerdekaan Malaya.38 Hal ini telah membuatkan Tunku diberi kepercayaan oleh pihak Inggris untuk mengambil alih pemerintahan Malaya, Dengan ini jelaslah pada kita bahwa Tunku adalah seorang pengeran yang suka bersosialisasi dengan masyarakat dan suka melakukan musyawarah dalam menyelesaikan masalah negara. Di sini penulis mendatangkan satu firman Allah yang menganjurkan umat Islam bermusyawarah dalam menyelesaikan apa jua masalah;
Artinya: Dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhannya dan mendirikan shalat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarat antara mereka; dan mereka menafkahkan sebagian dari rezki yang Kami berikan kepada mereka. (Q.S: As-Syura 42: 38) Dalam ayat di atas menunjukkan sesungguhnya Allah memerintahkan untuk melakukan musyawarah kepada Rasul-Nya dalam rangka menarik simpati dan melunakkan hati para sahabat beliau, serta agar diteladani oleh generasi yang akan datang sesudahnya. Dan pada saat yang sama agar menghasilkan pendapat 38
Wawancara penulis dengan Tuan Haji Subky Latif bin Abdullah melalui Email, beliau seorang penulis dan wartawan, pada tanggal 19 Desember 2010.
60
brilian dari masalah-masalah yang tidak disinggung dalam wahyu, semisal strategi perang, masalah-masalah persial yang bernuansa ijtihad dan lain sebagainya. Maka dengan demikian selain Rasulullah saw lebih pantas dan perlu melakukan musyawarah.39 Di sini jelaslah pada kita bahwa musyawarah atau perundingan merupakan salah satu sistem yang amat dibutuhkan dalam pola politik Islam. Musyawarah yang dilakukan saat ini merupakan lanjutan dari praktek yang dilaksanakan pada zaman Rasulullah saw. D. Kritik Perjuangan Kemerdekaan Tunku Abdul Rahman Ada pendapat mengatakan berbagai kebijakan dan artikulasi politik UMNO di bawah kepimpinan Dato’ Onn maupun Tunku Abdul Rahman, khususnya ketika Tunku menjadi Perdana Menteri Malaysia yang pertama. Kedua tokoh politik ini bersifat sekular dalam memperjuangkan kemerdekaan dan menjalankan pemerintahan di Malaysia. Ini karena kedua tokoh ini merupakan reprexsentasi kalangan bangsawan, dan sama sekali bukan orang yang figur sebagai aktivis Muslim.40 Dalam membentuk dasar negara, partai-partai oposisi yang terdiri dari Partai Negara, Partai Pas, dan Partai Rakyat Malaya telah mengadakan satu Kongres Kebangsaan Melayu 1957. Kongres ini bertujuan untuk menyatakan bantahan mereka terhadap rencana konstitusi baru dari Komisi Reid yang dipersetujui
39
Ibnu Taimiyah, Siyasah Syariyah, Etika Politik Islam. (Surabaya: Risalah Gusti, 1995), cet. 4, h. 222 40 Alfitra Salamm dan Achmad Syahid, Ensiklopedi Tematis Dunia Islam (Asia Tenggara), (Jakarta: PT Ichtiar Baru Van Hoeve), h. 417.
61
Tunku.41 Ketika Malaysia menggelar upacara pemasyhuran kemerdekaan, Indonesia tidak hadir. Sikap yang sama diambil Filipina. Kedua negara bertetangga ini dari awal memang menolak berdirinya Malaysia yang berdaulat, karena kedua Negara ini mempunyai rencana untuk menjadikan Malaysia bagian dari mereka.42 Tunku mengakui bahwa kemerdekaan yang akan dicapai tidak begitu memuaskan, karena terdapat beberapa hal yang tidak dapat dihapuskan dalam pembentukan Malaysia. Di antaranya penyertaan Malaya dalam negara-negara Komenwel, beberapa pejabat pinjaman Inggris harus dikekalkan, dan keanggotaan militer
masih bergantung dengan pihak Inggris.43
Namun,
perundingan
kemerdekaan yang dihadiri oleh Tunku dan rombongannya, bukanlah suatu perundingan yang mudah, dan bagi Tunku tidak ada yang lebih penting dari mendapatkan kembali tanah air dari penjajahan Inggris. Meskipun kedudukan Islam sebagai agama resmi Malaysia pasca kemerdekaan dengan pengawasan Raja-raja Melayu di setiap negara bagian yang bertanggungjawab atas Agama Islam dan Adat Melayu, hal ini dijamin dalam konstitusi, tetapi hanya sebagian dari aspek kehidupan komunitas muslim dan negara yang dipengaruhi nilai-nilai Islam. Pemerintahan di bawah
kepimpinan
Tunku, dengan dukungan dan kawalan dari Inggris dan terikat pada misi sekular
41
Zakiah Hanum, op.cit, h. 23. Herman Hasyim, Membandingkan Kemerdekaan Malaysia dan Indonesia. Diakses dari http://id.kompasiana.html. 43 Yusof Harun, op. cit. ,h. 187. 42
62
bangsa, hal ini mendapat tantangan dari pimpinan oposisi yang ingin berorientasi untuk menjadikan Malaysia sebagai negara Islam.44 Ada
juga
pendapat
mengatakan
bahwa
Tunku
bukanlah
pejuang
kemerdekaan seperti Mahatma Gandhi dan pejuang-pejuang kemerdekaan di negara-negara lain, dan mereka mengatakan bahwa Tunku hanyalah sebagai seorang perunding kemerdekaan.45 Terserah kepada seseorang untuk menilainya, walaupun Tunku telah menggunakan pendekatan toleransi dan berkompromi dengan pihak Inggris, namun itulah jalan terbaik untuk menyelesaikan masalah politik pada waktu itu dalam merealisasikan kemerdekaan Malaya.
44
Ensiklopedi Oxford, Dunia Islam Modern. cet. 1. (Jakarta: Pustaka Mizan), jilid. 3, cet.
45
Yusof Harun, op. cit, h. 183.
1, h. 331.
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Setelah penulis memaparkan bab demi bab dalam pembahasan skripsi tentang pemikiran politik Tunku Abdul Rahman dalam konteks perjuangan kemerdekaan Malaysia, dalam bab terakhir ini penulis memberikan beberapa kesimpulan: 1. Tunku Abdul Rahman adalah putra Sultan Abdul Hamid Halim Shah, yaitu Sultan Negeri Kedah. Tunku adalah seorang pangeran yang terkenal sebagai tokoh politik Malaysia, beliau telah diberi penghargaan sebagai seorang tokoh yang telah merintis kemerdekaan Malaysia, melahirkan ide pendirian Kerajaan Malaysia, dan sebagai Perdana Menteri Malaysia yang pertama. 2. Tunku Abdul Rahman telah mengambil masa yang lama untuk menamatkan pendidikan dalam jurusan undang-undang di Inggris. Kebiasaan Tunku bersosialisasi dengan orang Inggris telah mempengaruhi pandangan Tunku terhadap pihak Inggris. Ketika berhadapan dengan pihak Inggris, Tunku mudah menerima nasehat dan arahan pihak Inggris, hal ini karena Tunku tidak mau dianggap radikal oleh pihak Inggris. Dengan cara ini, Tunku diterima oleh pihak Inggris dan masyarakat tanpa menggoyah kedudukan politiknya. 3. Keterlibatan politik Tunku Abdul Rahman bermula bilamana beliau dilantik sebagai Presiden UMNO. Di dalam posisi ini, berbagai kebijakan yang dilakukan Tunku dalam menuntut kemerdekaan Malaysia dari pihak Inggris,
63
64
di antaranya beliau berusaha menyatukan masyarakat dengan menggabungkan partai yang mewakili etnis-etnis di Malaya, Tunku berusaha membujuk Partai Komunis Malaya supaya menghentikan kekacauan, dan Tunku juga membujuk pihak Inggris supaya mempercepatkan pelaksanaan pemilihan umum di Malaya. 4. Kebijakan politik Tunku Abdul Rahman yang paling menonjol dalam memperjuangkan kemerdekaan Malaysia adalah Tunku berhasil melakukan beberapa perundingan dengan pihak Inggris, perundingan-perundingan itu diadakan di Inggris dan dikenali sebagai Perundingan Kemerdekaan. Perundingan itu telah berhasil menetapkan tanggal kemerdekaan Malaysia dan bersepakat mendirikan satu komisi untuk membentuk perlembagaan baru bagi Malaya. Persetujuan itu disertai beberapa syarat dari pihak Inggris, di antaranya
Malaya
harus
menyertai
negara-negara
Komenwel
dan
mengekalkan anggota militer Inggris untuk melindungi Malaya. 5. Secara umumnya masyarakat Malaysia ketika itu mendukung perjuangan Tunku, walaupun ada pihak-pihak yang menganggap Tunku terlalu mengikut telunjuk Inggris dan menjadi hamba Inggris. Kritikan dan penolakan ini timbul hanya dari sebagian kecil masyarakat yang terdiri dari partai oposisi dan Dato’ Onn Ja’far (pendiri UMNO). Adanya dukungan yang positif dari mayoritas masyarakat ketika itu merupakan penguat semangat Tunku, adapun kritikan dan penolakan tersebut Tunku menganggapnya sebagai hambatan dan tantangan baginya.
65
A. Saran-saran Dengan kemerdekaan yang telah dicapai, hasil perjuangan dan kebijakan politik
Tunku
Abdul Rahman
bersama
teman
seperjuangannya,
penulis
memberikan beberapa saran, sebagaimana berikut: 1. Agar pemerintah Malaysia memberi penjelasan yang lebih terperinci kepada seluruh rakyat tentang sejarah kemerdekaan Malaysia, terutama berkaitan dengan
jasa
memperjuangan
dan
pengorbanan
kemerdekaan
tokoh-tokoh
negara.
politik
Khususnya
Malaysia
kepada
dalam
Kementerian
Pendidikan dan Kementerian Penerangan Malaysia, agar lebih berperan dalam merincikan lagi sejarah kemerdekaan Malaysia dalam kurikulum Sejarah dan menyebarluas
informasi
tentang
proses
memperjuangkan
kemerdekaan
Malaysia khususnya tentang peran dan jasa Tunku Abdul Rahman. 2. Kepada pimpinan UMNO yang telah memerintah Malaysia dari masa kemerdekaan Malaysia hingga pada masa sekarang, supaya pemerintahan yang dijalankan tidak bertentangan dengan konsep UMNO di awal perndiriannya, dan supaya sistem demokrasi yang telah diterapkan di Malaysia diberlakukan secara adil dan saksama. 3. Kepada semua masyarakat Malaysia yang berbeda etnis, diharapkan supaya menghargai dan mengingat perjuangan tokoh-tokoh politik Malaysia yang telah berhasil merealisasikan kemerdekaan Malaysia. Etnis-etnis di Malaysia juga harus bersatu dan
mengekalkan persatuan demi keamanan dan kemajuan
Malaysia di masa akan datang.
DAFTAR PUSTAKA Al-Qur’an al-Karim Abdul Rahman, Tunku. Political Awakening, Selangor: Pelanduk Publication, cet.1, 1986. Abdul Rahman, Tunku. Contemporary Issues in Malaysian Politics. cet. I. Selangor: Pelanduk Publication Malaysia,1984. Abbas, Mohd Salleh. Prinsip Perlembagaan dan Pemerintahan di Malaysia. cet. III. Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka, 2006. Al-Mawardi, Imam. Al-Ahkam As-Sulthaniyyah, Hukum-hukum Penyelenggaraan Negara dalam Syariat Islam. Penerjemah Fadli Bahri. cet. II, Jakarta: PT Darul Falah, 2006. Ahmad, Syarif. Tunku Abdul Rahman, Memoir Patriotik, cet. I, Kuala Lumpur: PT. Pustaka Antara, 1991. Ahmad, Muhammad Ismail. Sejarah Malaysia. cet. I. Selangor: Pustaka Mawar, 2004. Abdullah, Abdul Rahman. Pemikiran Islam di Malaysia, Sejarah dan Aliran. cet. I. Jakarta: Gema Insani Press, 1997. Athori Hussain, Ahmad. Dimensi Politik Melayu 1980-1990, Antara Kepentingan dan Wawasan Bangsa. cet. I. Selangor: Dewan Bahasa Dan Pustaka, 1993. Awang, Wan Hamzah. Detik Sejarah Rundingan Baling. cet. I. Kuala Lumpur: Utusan Publication & Distributors Sdn Bhd, 1985. Adam, Ramlah. Biografi Politik Tunku Abdul Rahman.cet. I. Kuala Lumpur: Dewan Bahasa Dan Pustaka, 2005. Budiardjo, Miriam. Dasar-Dasar Ilmu Politik. cet. III. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2008. Esposito, John L. Ensiklopedi Exford, Dunia Islam Modern. cet. I, Bandung: Penerbit Mizan, 2001.
66
67
Daud, Siti Mariam dan Zakaria,Sulaiman. Tunku Abdul Rahman Putera Al-Haj. cet. I, Kuala Lumpur: Jade Green Publications, 1996. F. Hidayat, Amir dan Abdurrasyid. Ensiklopedi Negara-negara di Dunia. cet. 1. Bandung: Pustaka Setia, 2006. Gullick, John & Gale, Bruce. Malaysia: Its Politikal and Economic Development. cet. I. Selangor: Pelanduk Publication Sdn Bhd, 1986. Haji Daud, Mustafa. Pengantar Politik Islam. cet. I. Kuala Lumpur: Dewan Bahasa Dan Pustaka & Kementerian Pendidikan Malaysia, 1994. Haji Abdullah, Abdul Rahman, Pengantar Ilmu Sejarah. cet. I. Kuala Lumpur: Dewan Bahasa Dan Pustaka, 1994. Hussin, Hasnah dan Nordin, Mardiani. Pengajian Malaysia. cet. I. Selangor : Oxford Fajar Sdn. Bhd, 2007. Hanum, Zakiah. Maka Merdekalah Negara Kita. cet. I. Kuala Lumpur: Ahli Cipta (M) Sdn. Bhd, 1997. Harun, Yusuf. Tunku, Idealisme Dalam Kenangan.cet. I. Pulau Pinang: Yayasan Bumiputra, 1991. Ibnu Syarif, Mujar dan Zada, Khamami. Fiqh Siyasah, Doktrin dan Pemikiran Politik Islam. cet. I. Jakarta: PT Gelora Aksara Pratama, 2008. International Law Book Services, Malaysia Kita. cet. VI. Kuala Lumpur: Direct Art Company, 2005. Ishak, Abdul Aziz. Riwayat Hidup Tunku Abdul Rahman. cet. I. Kuala Lumpur: Karya Bistari Sdn. Bhd., 1987. Jaafar, Mohd Badri. Mengenal Tokoh Semalam, Hari Ini dan Esok. cet. I. Selangor: Pekan Ilmu Publication Sdn. Bhd., 1991. J. Kennedy, S. Abdul Majid. History of Malaya. cet. IV. Kuala Lumpur: Publishing Division, 1993. Kamsono Kibat, Katni. Asas Ilmu Politik. cet. I. Selangor: Biroteks Institusi Teknolgi Mara, 1986.
68
Longman, Sejarah Malaysia, cet. I. Selangor: Person Malaysia Sdn. Bhd, 2009. Lembaga Penyelidik Undang-Undang, Perlembagaan Persekutuan. cet. I. Selangor: International Law Book Service, 2009. Mayudin,Ghazali. Politik Malaysia: Perspektif, Teori, dan Praktik. cet. I. Bangi: Universiti Kebangsaan Malaysia, 2002. Pulungan,J. Suyuthi, Fiqh Siyasah, Ajaran, Sejarah dan Pemikiran. cet. V. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,2002. Persatuan Sejarah Malaysia, Malaysia dari Segi Sejarah. cet. I. Kuala Lumpur: PSM, 1985. Salamm, Alfitra dan Syahid, Achmad. Ensiklopedi Tematis Dunia Islam (Asia Tenggara), Jakarta : PT Ichtiar Baru Van Hoeve. Syukor, Zarina. Sejarah Penubuhan Malaysia. cet. I. Pulau Pinang: Penerbitan Pinang Sdn. Bhd, 2005. Sanusi Ahmad, Abdullah. Kerajaan dan Pentadbiran Malaysia. Kuala Lumpur : Dewan Bahasa dan Pustaka, 1980. Syed Ibrahim, Syed Mahadzir. 365 Hari Dalam Sejarah. cet. I. Selangor: Pekan Ilmu Publications Sdn Bhd, 1961 Taimiyah, Ibnu. Siyasah Syariyah, Etika Politik Islam. cet. IV. Surabaya: Risalah Gusti, 1995. Thohir, Ajid. Studi Kawasan Dunia Islam, Perspektif Etno-Linguistik dan GeoPolitik. cet. I. Jakarta: Rajawali Pers, 2009. Times Book International, Malaysia. cet. I. Singapore & Kuala Lumpur: TBI, 2002. W. M. Mahyidin dan Yusuf, Haji Nik Mustaffa. Amanat Presiden, Landasan bagi Pembangunan Bangsa dan Negara, cet. I. Jilid. 1. Shah Alam: Fajar Bakti Sdn. Bhd. 1997. Yuniar Sip, Tanti. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, PT. Agung Media Mulia.
69
Zakaria, Abdul Aziz. British, Japanese and Independent Malaysia a Memoir, cet. I. Kuala Lumpur: Institut Tadbiran Awam Negara Malaysia, 1989. Website : Wikipedia Ensiklopedia Bebas, “Malaysia”, diakses pada 3/2/2010 dari http://id.wikipedia.org/wiki/Malaysia.html. Aniza,
“Tunku Abdul Rahman”, diakses pada http://www.angelfire.com/wa2/aniza/abdul.htm.
12/12/2009
Portal
Sejarah Malaysia, diakses pada 9/8/201 http://www.sejarahmalaysia.pnm.my/portalBI/sm08_all.htm
dari
dari.
Kak ba, “CORETAN KENANGAN : Tunku Abdul Rahman Putra Al-Haj”. Diakses pada 10/9/2010 dari http://www.kakba.blogspot.com/.../coretankenangan-tunku-abdul-rahman.html Azeman Ariffin. “Tunku Abdul Rahman bertaruh nyawa tuntut kemerdekaan”, diakses pada 12/10/2010 dari http://www.carigold.com/portal/forums/showthread.php?t=96560.html. Wawancara: Subki Latif bin Abdullah, wartawan dan penulis, wawancara pandangan beliau, Kuala Lumpur, tanggal 19 Desember 2010.
70
Lampiran : A. Hasil Wawancara WAWANCARA TUAN HAJI SUBKI LATIF BIN ABDULLAH (Seorang Penulis dan Wartawan) Tanggal: 19 Desember 2010 Penulis
: Apakah Tuan Haji pernah ketemu Tunku Abdul Rahman, dan apa pandangan Tuan Haji tentang kepribadian Tunku?
Tuan Haji : Saya pernah beberapa kali ketemu Tunku Abdul Rahman, dan pada pandangan saya Tunku seorang peminpin yang mempunyai kepribadian yang baik. Tunku seorang yang berjiwa kerakyatan, pemurah, sabar, menepati janji, bersungguh dalam pekerjaan dan tetap berpegang kepada tradisi DiRaja. Penulis
: Benarkah Tunku memberi peran yang besar dalam merealisasikan kemerdekaaan Malaysia?
Tuan Haji : Tunku adalah seorang tokoh yang berhasil menjadikan partai UMNO sebagai suatu partai yang popular dan berhasil memperjuangkan kemerdekaan Malaysia. Tunku yang menjabat sebagai presiden UMNO menjadi penggerak dalam mencari dukungan masyarakat Cina dan India, supaya kemerdekaan yang diperjuangkan merupakan tuntutan dari semua komunitas etnis di Malaya. Tunku juga telah melebarkan kemerdekaan Malaya ke Sabah, Sarawak dan Singapura melalui rencana pembentukan
71
Malaysia. Pembentukan Malaysia direncana pada tahun 1962, dan pembentukannya dicapai pada 16 September 1963. Penulis
: Dalam buku-buku sejarah Malaysia mengatakan Tunku mempunyai hubungan baik dengan Inggris, apa pandangan Tuan Haji?
Tuan Haji : Karena terlalu lama di Inggris, kehidupan dan pergaulan Tunku dipengaruhi dengan masyarakat Inggris. Tunku telah terpengaruh dengan cara hidup, kebudayaan, dan pemikiran Inggris. Pihak Inggris telah berpegang pada dasar
akan memberikan kemerdekaan Malaysia
sekiranya wujud satu generasi dikalangan anak Malaya yang terpengaruh dengan pemikiran barat. Karena hubungan baik Tunku dengan pihak Inggris, Tunku telah diberi kepercayaan untuk memerintah Malaysia dengan syarat harus menjalankan pemerintahan dengan dasar yang telah ditetapkan oleh Inggris, harus menjamin kepentingan Inggris di Malaysia, mengekalkan pejabat-pejabat Inggris di bidang pertahanan dan dasar luar Negara, dan Malaysia harus menjadi anggota Komanwel. Penulis
: Ada yang mengatakan Tunku bukanlah seorang yang bijak dibidang akademik, beliau diangkat menjadi pemimpin karena sikapnya yang suka bersosialisasi dengan banyak orang, apa pandangan Tuan Haji?
Tuan Haji : Tunku adalah seorang mahasiswa bidang undang-undang di Inggris, karena kurang minat di bidang undang-undang, beliau beberapa kali terpaksa pulang tanpa ijazah. Dan beliau berhasil mendapat ijazah Undang-undang di Inggris pada tahun 1948 yaitu ketika beliau berumur
72
46tahun Tunku adalah seorang pemimpin berjiwa kerakyatan dan bertangungjawab dalam membantu masyarkat dalam menyelesaikan masalah Negara. Tunku seorang yang suka bersosialisasi dengan masyarakat tanpa melihat pangkat dan status social seseorang. Penulis
: Menurut Tuan Haji, apa saja kebijakan politik Tunku ketika menuntut kemerdekaan
Malaysia,
sehingga
beliau
digelar
sebagai
Bapa
Kemerdekaan? Tuan Haji : Kedudukan Tunku sebagai pangeran serta hubungan baik beliau dengan pihak Inggris telah membuatkan gerakan dan kegiatan Tunku kurang mendapat tantangan dari Pihak Inggris. Beliau memilih melakukan perundingan dengan pihak Inggris sebagai jalan untuk menuntut kemerdekaan Malaysia. Tunku seorang tokoh yang berpikiran terbuka, beliau sedia menerima nasihat dari pihak Inggris. Tunku telah diberi beberapa syarat oleh pihak Inggris, yaitu masyarakat pelbagai etnis di Malaya harus bersatu. Tunku telah berusaha dan berhasil menyatukan tiga partai besar di Malaya yang terdiri dari UMNO, MCA, dan MIC dalam menuntut kemerdekaan Malaysia. Tunku juga telah meletakkan dasar Anti-Komunis, dasar ini telah meyakinkan pihak Inggris Untuk menjadikan Tunku sebagai pemimpin Malaysia.
73
B. Perlembagaan 1957 Ini merupakan usaha untuk menyediakan rakyat tempatan kepada sebuah negara yang
berkerajaan
sendiri
dan
seterusnya
mencapai
kemerdekaan.
Melalui
perlembagaan, masyarakat plural mempunyai hak mutlak dalam mentadbir sebuah negara dan dapat menikmati banyak faedah daripada perkara-perkara yang terkandung di dalam perlembagaan tersebut. Terdapat 4 ciri utama yang terkandung dalam perlembagaan 1957 :1. Struktur Kerajaan 2. Bahasa 3. Kewarganegaraan 4. Peruntukan-peruntukan lain A. Struktur Kerajaan i) Yang diPertuan Agong - Merupakan Ketua Negara - Dipilih daripada 9 orang raja-raja Melayu - Pegang jawatan selama 5 tahun secara bergilir-gilir - Menerima nasihat daripada kabinet dan Majlis Raja-raja. ii) Perdana Menteri - Ketua pentadbiran negara - Dibantu oleh kabinet - Kabinet membentuk dasar-dasar kerajaan iii) Penubuhan Parlimen - Sebuah badan perundangan - Terdiri daripada Dewan Rakyat (104 ahli) - Terdiri daripada Dewan Negara (38 ahli) iv) Peringkat Negeri - Ketua perlembagaan adalah Raja atau Yang Dipertuan Negeri (TYT) - Setiap negeri hendaklah mempunyai Majlis Mesyuarat Undangan Negeri Diketuai oleh Menteri Besar atau Ketua Menteri
74
B. Bahasa i) Bahasa Melayu dijadikan Bahasa Kebangsaan bagi Persekutuan Tanah Melayu (PTM) ii) Bahasa-bahasa lain digunakan secara umum tidak dilarang iii) Penggunaan Bahasa Inggeris dalam Majlis Mesyuarat Undangan atau Mahkamah hanya dibenarkan untuk tempoh 10 tahun selepas kemerdekaan C. Kewarganegaraan i) Mereka yang lahir di PTM Pada atau selepas kemerdekaan ii) Mereka yang telah pun menjadi warganegara PTM sebelum kemerdekaan iii) Mereka yang lahir di PTM - Berumur 18 tahun ke atas - Menetap di negara ini selama 5 tahun dpd 7 tahun lepas - Mengetahui bahasa Melayu - Boleh memohon untuk menjadi warganegara dan bersedia mengangkat sumpah dan taat setia pada negara iv) Mereka yang lahir di luar PTM - Berumur 21 tahun ke atas - Menetap di negara ini selama 8 – 12 tahun yang lalu - Mengetahui bahasa Melayu - Bersedia mengangkat sumpah taat setia pada negara ini - Memiliki 2 kerakyatan tidak dibenarkan kecuali kerakyatan “Commonwealth” D. Peruntukan-peruntukan lain i) Kedudukan istimewa orang Melayu hendaklah dikekalkan tanpa mengurangkan hak warganegara lain ii) Agama rasmi bagi persekutuan Tanah Melayu adalah agama Islamiii) Kebebasan beragama dibenarkan bagi semua warganegara negara ini Dengan termaktubnya Perlembagaan 1957 ini, maka terbentuklah asas kepada pluraliti masyarakat Malaysia yang ada sekarang ini. Masyarakat Malaysia dengan Perlembagaan 1957 yang sedia ada semakin bertambah dengan pindaan perlembagaan apabila penubuhan Malaysia digagaskan pada 16 September 1963.
75
C. Pemasyhuran Kemerdekaan
76
Terjemahan “Pemasyhuran kemerdekaan” Dengan nama Allah yang Maha Pemurah lagi Mengasihani, segala puji bagi Allah yang Maha. Berkuasa dan selawat dan salam ke atas sekalian Rasul-Nya. Bahawasanya kerana telah tibalah masanya bagi umat Persekutuan Tanah Melayu ini mencapai taraf suatu bangsa yang merdeka lagi berdaulat sama setimpal kedudukannya dengan segala bangsa seluruh dunia. Dan bahawasanya kerana dengan perjanjian yang disebut namanya Perjanjian Tanah Melayu tahun 1957 yang diperbuat antara Duli Yang Maha Mulia Baginda Queen dengan Duli-Duli Yang Maha Mulia Raja-Raja Melayu, maka, telah dipersetujui bahawa Negeri-negeri Melayu, iaitu Johor, Pahang, Negeri Sembilan, Selangor, Kedah, Perlis, Kelantan, Terengganu, dan Perak serta negeri yang dahulunya dinamakan Negeri Selat, iaitu Melaka dan Pulau Pinang, mulai 31 hari bulan Ogos tahun 1957, hendaklah menjadi sebuah Persekutuan baharu bagi negeri-negeri yang bernama Persekutuan Tanah Melayu. Dan bahawasanya kerana telah bersetuju pula antara kedua-dua pihak dalam perjanjian tersebut, iaitu Melaka dan Pulau Pinang hendaklah daripada tarikh tersebut itu tamat daripada menjadi sebahagian daripada jajahan takluk Baginda Queen, dan Duli Yang Maha Mulia Baginda Queen tidak lagi berhak menjalankan apa-apa kedaulatan baginda ke atas kedua-dua buah negeri yang tersebut itu. Dan bahawasanya kerana telah bersetuju pula antara kedua-dua pihak yang tersebut, iaitu Perjanjian Persekutuan Tanah Melayu tahun 1948, dan segala peranjian yang lain yang ada sekarang antara Duli Yang Maha Mulia Baginda Queen dengan DuliDuli Yang Maha Mulia Raja-Raja ataupun salah seorang daripada baginda itu sebelum tarikh yang tersebut hendaklah dibatalkan mulai daripada tarikh itu, dan semua kuat kuasa dan hak Duli Yang Maha Mulia Baginda Queen ataupun Parlimen Negeri United Kingdom dalam Negeri-Negeri Selat ataupun Persekutuan Tanah Melayu seluruhannya adalah tamat dengan sendirinya. Dan bahawasanya kerana Duli Yang Maha Mulia Baginda Queen, Duli-Duli Yang Maha Mulia Raja-Raja Melayu, Parlimen Negeri United Kingdom dan Majlis-Majlis
77
Undangan Persekutuan dan Negeri-Negeri Melayu telah meluluskannya, Perjanjian Persekutuan Tanah Melayu tahun 1957 itu berjalan kuat kuasanya. Dan bahawasanya kerana suatu perlembagaan bagi kerajaan Persekutuan Tanah Melayu telah ditentukan menjadi suatu kanun yang muktamad baginya. Dan bahawasanya kerana Perlembagaan Persekutuan yang tersebut itu, maka, ada disediakan syarat untuk menjaga keselamatan hak-hak dan keutamaan Duli-Duli Yang Maha Mulia Raja-Raja serta hak-hak asasi dan kebebasan sekalian rakyat dan untuk memajukan Persekutuan Tanah Melayu dengan aman dan damai serta teratur sebagai sebuah kerajaan yang mempunyai Raja yang Berperlembagaan yang berdasarkan demokrasi cara Parlimen. Dan bahawasanya kerana Perlembagaan Persekutuan yang diadakan oleh Majlis Undangan Persekutuan yang tersebut itu telah diluluskan oleh suatu undang-undang yang diadakah oleh Majlis Undangan Persekutuan serta dengan undang-undang yang diadakan oleh negeri-negeri Melayu dan dengan ketetapan-ketetapan dalam Majlis Undangan Negeri Melaka dan Pulau Pinang, dengan demikian Perlembagaan itu telah berjalan kuat kuasanya pada 31 hari bulan Ogos tahun 1957. Maka, dengan nama Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Mengasihani, saya Tunku Abdul Rahman Putra ibni Almarhum Sultan Abdul Hamid Halim Shah, Perdana Menteri bagi Persekutuan Tanah Melayu, dengan persetujuan dan perkenan DuliDuli Yang Maha Mulia Raja-Raja negeri-Negeri Melayu dengan ini memasyhurkan dan mengisytiharkan bagi pihak umat Persekutuan Tanah Melayu bahawa mulai Tiga Puluh Satu hari bulan Ogos Tahun Seribu Sembilan Ratus Lima Puluh Tujuh, maka Persekutuan Tanah Melayu yang mengandungi Negeri Johor, Pahang, Negeri Sembilan, Selangor, Kedah, Perlis, Kelantan, Terengganu, Perak, Melaka dan Pulau Pinang dengan limpah rahmat Allah subhanahu wa ta'ala akan kekal menjadi sebuah negara yang merdeka dan berdaulat serta berdasarkan kebebasan dan keadilan dan sentiasa menjaga dan mengutamakan kesejahteraan dan kesentosaan rakyatnya dan mengekalkan keamanan antara segala bangsa.
78
D. Foto Tunku Abdul Rahman