ANALISIS PENGARUH ASIMETRI INFORMASI, LEVERAGE, KOMPENSASI BONUS DAN BIAYA POLITIK TERHADAP MANAJEMEN LABA DENGAN OPERATING CASH FLOW SEBAGAI VARIABEL KONTROL PENELITIAN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR SUB SEKTOR CONSUMER GOODS INDUSTRY YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2010-2014
SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Untuk Memenuhi Syarat-syarat Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh : Yoggi Rizal NIM: 1110082000116
JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1437 H/ 2015 M
ANALISIS PENGARUH ASIMETRI INFORMASI, LEVERAGE, KOMPENSASI BONUS DAN BIAYA POLITIK TERHADAP MANAJEMEN LABA DENGAN OPERATING CASH FLOW SEBAGAI VARIABEL KONTROL PENELITIAN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR SUB SEKTOR CONSUMER GOODS INDUSTRY YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2010-2014 SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Untuk Memenuhi Syarat-syarat Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh : Yoggi Rizal NIM: 1110082000116
JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1437 H/ 2015 M
i
ii
iii
iv
v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I.
IDENTITAS PRIBADI 1. Nama
: Yoggi Rizal
2. Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 17 Januari 1992 3. Alamat
: Reni Jaya Blok AA 5 No 14 Rt 006/020 Pamulang Barat, Pamulang, Kota Tangerang Selatan
II.
III.
4. Telepon
: 082111137365
5. Email
:
[email protected]
PENDIDIKAN 1. SD N Pondok Petir 1 Sawangan
Tahun 1998-2004
2. SMP N 2 Ciputat
Tahun 2004-2007
3. SMA N 1 Kota Tangerang Selatan
Tahun 2007-2010
4. S1 Ekonomi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Tahun 2010-2014
PENGALAMAN BERORGANISASI 1. Anggota OSIS SMP Negeri 2 Ciputat
Tahun 2004-2007
2. Badan Eksekutif Mahasiswa Jurusan Akuntansi
Tahun 2012
Divisi Seni dan Olah Raga IV.
SEMINAR DAN WORKSHOP 1. Sebagai peserta dalam “Seminar Dialog Jurusan dan Seminar Konsentrasi Himpunan Mahasiswa Jurusan Akuntansi” 3 Oktober 2012, Teater Lt.2 Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
vi
2. Sebagai Peserta dalam “Seminar Auditing Days” 6-7 November 2012 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 3. Sebagai Peserta dalam “ Seminar Stadium General Major Study Economic Development-Faculty of Economic and Business” 28 Maret 2012, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 4. Sebagai Peserta dalam “Seminar Anti-Corruption Training Road to Campus”, 21 Oktober 2010
V.
LATAR BELAKANG KELUARGA 1. Ayah
: Masrizal
2. Ibu
: Zerita Tanjung
3. Anak ke
: 2 dari 3 bersaudara
vii
ANALYSIS THE EFFECT OF INFORMATION ASYMMETRY, LEVERAGE, BONUS COMPENSATION , AND POLITICAL COST ON EARNINGS MANAGEMENT WITH OPERATING CASH FLOW AS VARIABLE CONTROL IN THE MANUFACTUR COMPANIES SUBSECTOR CONSUMER GOODS INDUSTRY WHICH LISTED ON INDONESIAN STOCK EXCHANGE IN 2010-2014.
ABSTRACT The aim of this research is to analyze the effects of information asymmetry, leverage, bonus compensation, and political cost on earnings management. The samples of this research are manufactur companies sub sector consumer goods industry which listed on Indonesia Stock Exchange (IDX) in 2010 to 2014. The number of companies in this research are 21 companies with 5 years observation. Based on purposive sampling method, final samples total are 105 companies. The data analysis method uses multiple regressions. Based on adjusted R square, the independent variables effect to earnings management, it can be explained 44.6 %. The results of these research indicate that leverage and political cost effect on earnings management. On the other hand, information asymmetry and compensation bonus don’t effect on earnings management. Keywords: asymmetry information, leverage, compensation bonus, political cost, earning management
viii
ANALISIS PENGARUH ASIMETRI INFORMASI, LEVERAGE, KOMPENSASI BONUS DAN BIAYA POLITIK TERHADAP MANAJEMEN LABA DENGAN OPERATING CASH FLOW SEBAGAI VARIABEL KONTROL PENELITIAN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR SUB SEKTOR CONSUMER GOODS INDUSTRY YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2010-2014
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh asimetri informasi, leverage, kompensasi bonus dan biaya politik. Penelitian ini menggunakan sampel perusahaan manufaktur sub sektor consumer goods industry yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2010 sampai 2014. Jumlah perusahaan yang dijadikan sampel penelitian ini adalah 21 perusahaan dengan pengamatan selama 5 tahun. Berdasarkan metode purposive sampling, total sampel yang diperoleh adalah 105 perusahaan. Metode analisis data penelitian ini menggunakan metode analisis regresi berganda. Berdasarkan hasil adjusted R square ditemukan bahwa pengaruh variabel independen terhadap manajemen laba dapat dijelaskan sebesar 44.6 %. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa leverage dan biaya politik berpengaruh terhadap manajemen laba. Sedangkan variabel asimetri informasi dan kompensasi bonus tidak berpengaruh terhadap manajemen laba. Kata kunci: asimetri informasi, leverage, kompensasi bonus, biaya politik, manajemen laba
ix
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb. Puji syukur kepada Allah SWT. yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan lancar. Shalawat serta salam selalu tercurah kepada nabi Muhammad SAW, Sang teladan yang selalu membimbing kita menuju kebenaran. Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Dalam kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan rasa terima kasih dan penghargaan sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam proses penyusunan skripsi ini, terutama kepada: 1.
Kedua orang tua tercinta, terima kasih atas segala dukungan, doa, kasih sayangnya serta bantuan moril maupun materil yang telah diberikan selama ini.
2.
Saudara laki-laki Rezza Rizal dan Farriz Rizal atas segala dukungan dan doanya.
3.
Bapak Dr. Arief Mufraini, Lc., M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah.
4.
Ibu Yessi Fitri, SE., Ak., M.Si selaku Ketua Jurusan Akuntasi Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5.
Bapak Hepi Prayudiawan SE., MM., Ak., CA selaku Sekertaris Jurusan Akuntasi Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
6.
Bapak Dr. Yahya Hamja, MM selaku dosen pembimbing I yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk berdiskusi, memberi nasihat dan bimbingan dalam proses penulisan skripsi ini.
7.
Ibu Yulianti, SE., M.Si selaku dosen pembimbing II dan dosen pembimbing akademik yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk berdiskusi,
x
memberi nasihat, memberikan semangat dan bimbingan dalam proses penulisan skripsi ini. 8.
Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan bantuan kepada penulis selama menempuh masa studi.
9.
Sesti Mayasari, terima kasih atas segala doa dan dukungan yang telah diberikan.
10.
Sahabat-sahabatku yang sudah seperti saudara sendiri di “Trouble Maker” dan “Cikeas” Bijay, Ujang, Nanda, Sigit, Derian, Bonggo, Bisma, Erwin, Dipo, Eddi, Rosdian, Anka, Nasrul dan Indra. Terima kasih atas segala bantuan, support keceriaan dan semangat yang selalu kalian berikan.
11.
Teman seperjuangan semasa skripsi Rezza Fahlevi, Ahmad Makien, Adi zamzam, Achmad Bashirudin dan Khairul Umam. Terima kasih atas dukungan dan sarannya.
12.
Keluarga Besar Akun D “Daeng Tata”, terima kasih atas dukungan, doa, kehangatan dan keceriaan kelas yang kalian berikan. Penulis menyadari bahwa skripsi masih jauh dari sempurna dikarenakan keterbatasan pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki penulis. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran, masukan dan kritik yang membangun dari berbagai pihak.
Wasalammualaikum Wr.Wb.
Jakarta, November 2015
Yoggi Rizal
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI .......................................................... ii LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ............................ iii LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ............................................. iv LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ..................... v DAFTAR RIWAYAT HIDUP ...................................................................... vi ABSTRACT ..................................................................................................... viii ABSTRAK ...................................................................................................... ix KATA PENGANTAR .................................................................................... x DAFTAR ISI .................................................................................................. xii DAFTAR TABEL ......................................................................................... xv DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xvi DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xvii BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1 A. Latar Belakang Masalah ................................................................ 1 B. Rumusan Masalah ......................................................................... 11 C. Tujuan Penelitian .......................................................................... 11 D. Manfaat Penelitian ........................................................................ 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................. 13 A. Landasan Teoritis .......................................................................... 13 1. Agency Theory ......................................................................... 13 2. Manajemen Laba ..................................................................... 15 a. Pengertian Manajemen Laba ............................................. 15 b. Faktor-Faktor Pendorong Manajemen Laba ..................... 18 c. Pola Manajemen Laba ....................................................... 21 d. Teknik Manajemen Laba ................................................... 22 e. Kondisi Untuk Praktik Manajemen Laba .......................... 25 3. Asimetri Informasi .................................................................. 26
xii
4. Leverage .................................................................................. 30 5. Kompensasi Bonus .................................................................. 32 6. Biaya Politik ............................................................................ 34 B. Penelitian Terdahulu ..................................................................... 36 C. Kerangka Pemikiran ...................................................................... 41 D. Hipotesis Penelitian ....................................................................... 44 1. Asimetri Informasi terhadap Manajemen Laba........................ 44 2. Leverage terhadap Manajemen Laba ...................................... 45 3. Kompensasi Bonus terhadap Manajemen Laba ...................... 46 4. Biaya Politik terhadap Manajemen Laba ................................ 48 5. Operating Cash Flow terhadap Manajemen Laba ................... 49 BAB III METODOLOGI PENELITIAN ................................................ 51 A. Ruang Lingkup Penelitian ............................................................. 51 B. Metode Penentuan Sampel ............................................................ 51 C. Metode Pengumpulan Data ........................................................... 52 D. Metode Analisis Data .................................................................... 52 1. Statistik Deskriptif .................................................................. 52 2. Uji Asumsi Klasik ................................................................... 53 a. Uji Normalitas ................................................................... 53 b. Uji Heteroskedastisitas ...................................................... 54 c. Uji Multikolinearitas ......................................................... 55 d. Uji Autokorelasi ................................................................ 55 3. Koefisien Determinasi .............................................................. 57 4. Uji Hipotesis ........................................................................... 57 a. Uji Statistik t ..................................................................... 58 b. Uji Statistik F .................................................................... 59 E. Operasional Variabel Penelitian .................................................... 59 1. Variabel Dependen .................................................................. 60 2. Variabel Independen ............................................................... 62 a. Asimetri Informasi ............................................................ 62 b. Leverage ............................................................................ 63
xiii
c. Kompensasi Bonus ............................................................ 64 d. Biaya Politik ...................................................................... 65 3. Variabel Kontrol....................................................................... 66 BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN ............................................. 68 A. Sekilas Gambaran Umum Obejek Penelitian ................................. 68 B. Statistik Deskriptif ........................................................................ 70 C. Analisis dan Pembahasan ............................................................... 71 1. Uji Asumsi Klasik ................................................................... 71 a. Uji Normalitas .................................................................... 72 b. Uji Heteroskedastisitas ....................................................... 75 c. Uji Multikolinearitas .......................................................... 76 d. Uji Autokorelasi ................................................................. 77 2. Statistik Deskriptif Setelah Transformasi Data ....................... 79 3. Uji Asumsi Klasik Setelah Transformasi Data ....................... 81 a. Uji Normalitas ................................................................... 81 b. Uji Heteroskedastisitas ...................................................... 83 c. Uji Multikolinieritas .......................................................... 84 d. Uji Autokorelasi ................................................................ 85 4. Koefisien Determinasi (R2 ) .................................................... 86 5. Hasil Pengujian Hipotesis ........................................................ 87 a. Uji Statistik F ..................................................................... 87 b. Uji Statistik t ...................................................................... 88 BAB V PENUTUP ...................................................................................... 99 A. Kesimpulan .................................................................................... 99 B. Saran ............................................................................................... 100 DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 101 Lampiran-lampiran ........................................................................................... 105
xiv
DAFTAR TABEL
Nomor
Keterangan
Halaman
2.1
Penelitian-penelitian Terdahulu ................................................... 36
3.1
Definisi Operasional Variabel Penelitian .................................... 66
4.1
Tahapan Seleksi Sampel Penelitian ............................................. 67
4.2
Daftar Nama Perusahaan ............................................................. 69
4.3
Statistik Deskriptif ...................................................................... 70
4.4
One-Sample Kolmogorov-Smirnov .............................................. 74
4.5
Hasil Uji Multikolinearitas .......................................................... 77
4.6
Hasil Uji Autokorelasi Durbin-Watson ....................................... 78
4.7
Statistik Deskriptif Setelah Transformasi Data .......................... 80
4.8
One-Sample K-S Test Setelah Transformasi Data ....................... 83
4.9
Hasil Uji Multikolinieritas Setelah Transformasi Data................ 85
4.10
Hasil Uji Autokorelasi D-W Setelah Transformasi Data ............ 85
4.11
Koefisien Determinasi ................................................................. 87
4.12
Uji Statistik F .............................................................................. 88
4.13
Uji Statistik t ............................................................................... 89
xv
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Keterangan
Halaman
2.1
Kerangka Pemikiran .................................................................... 43
4.1
Grafik Histogram ........................................................................ 73
4.2
Grafik Normal Probility Plots ..................................................... 73
4.3
Grafik Scatterplot ........................................................................ 76
4.4
Grafik Histogram Setelah Transformasi Data ............................. 81
4.5
Grafik Normal Probility Plots Setelah Transformasi Data ......... 82
4.6
Grafik Scatterplot Setelah Transformasi Data ............................ 84
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
Keterangan
Halaman
1
Daftar Sampel ............................................................................ 105
2
Data Sampel .............................................................................. 109
3
Hasil Uji SPSS .......................................................................... 114
xvii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Laporan keuangan merupakan sarana pengkomunikasian informasi keuangan kepada pihak di luar perusahaan. Menurut PSAK No.1 paragraf ke 7 (revisi 2009), laporan keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas. Tujuan dari suatu laporan keuangan adalah memberikan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan, dan arus kas entitas yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan keuangan dalam pembuatan keputusan ekonomi. Penyusunan laporan keuangan dilakukan oleh manajemen perusahaan (agent) yang lebih mengetahui kondisi keuangan di dalam perusahaan. Manajemen perusahaan ini lebih mengetahui informasi internal dan prospek perusahaan di masa depan daripada pemilik perusahaan (principal). Oleh karena itu manajemen wajib memberikan sinyal kepada principal mengenai kondisi keuangan perusahaan saat ini dan bagaimana prospek perusahaan di masa depan (Wiryadi dan Sebrina, 2013). Muliati (2011) menyatakan bahwa laporan keuangan disusun sebagai sarana pengkomunikasian informasi keuangan kepada pihak di luar perusahaan, dimana laporan keuangan diharapkan dapat memberikan informasi kepada para investor dan kreditor dalam mengambil keputusan yang berkaitan dengan investasi dana mereka. Dalam Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan (IAI, 2009 menyatakan bahwa laporan keuangan merupakan bagian dari
1
proses pelaporan keuangan. Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam berbagai cara seperti misalnya laporan arus kas atau laporan arus dana), catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan. Di samping itu juga termasuk skedul dan informasi tambahan yang berkaitan dengan laporan keuangan tersebut, misalnya informasi keungan segmen industri dan geografis serta pengungkapan perubahan harga (paragraph 7). Laporan keuangan dapat dikatakan sebagai suatu ringkasan transaksi keuangan selama satu tahun buku perusahaan bersangkutan dimana digunakan manajemen untuk mempertanggungjawabkan tugas yang dibebankan kepadanya. Dalam penyusunan laporan keuangan, dasar akrual dipilih karena lebih rasional dan adil dalam mencerminkan kondisi keuangan secara rill. Akuntansi berbasis akrual mempunyai keunggulan bahwa informasi laba perusahaan dan pengukuran komponennya berdasarkan akuntansi akrual secara umum memberikan indikasi lebih baik tentang kinerja ekonomi perusahaan. Dalam Kerangaka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan, IAI (2009) menyatakan bahwa, untuk mencapai tujuannya laporan keuangan disusun atas dasar akrual. Dengan dasar ini, pengaruh transaksi dan peristiwa lain diakui pada saat kejadian (dan bukan pada saat kas atau setara kas diterima atau dibayar) dan dicatat dalam catatan akuntansi serta dilaporkan dalam laporan keuangan pada periode yang bersangkutan.
2
Salah satu informasi yang dapat diperoleh dari laporan keuangan adalah laba, laba yang dihasilkan oleh perusahaan merupakan kunci kesuksesan perusahaan. Oleh karena itu manajer memiliki tugas untuk menghasilkan laba
yang terbaik
bagi
perusahaan. Namun
dalam
kenyataannya, manajer tidak selalu bisa memberikan hasil laba yang terbaik perusahaan, di sinilah manajer bisa memanfaatkan fleksibilitas yang diperbolehkan standar akuntansi dalam penyusunan laporan keuangan untuk memodifikasi laba yang dilaporkan. Pengelolaan laba yang secara sengaja dipilih oleh manajemen dengan tujuan tertentu dikenal dengan sebutan manajemen laba atau earning management (Guna dan Herawaty, 2010). Wiryadi dan Sebrina (2013) menyatakan manajemen laba adalah campur tangan dalam proses penyusunan laporan keuangan eksternal, dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan pribadi, pihak yang tidak setuju, mengatakan bahwa hal ini hanyalah upaya untuk memfasilitasi operasi yang tidak memihak dari sebuah proses. Dwiyanti dan Sukartha (2013) menyatakan bahwa manajemen laba adalah fenomena pelaporan keuangan dimana manajer melakukan sesuatu untuk mempengaruhi jumlah pendapatan yang dilaporkan. Dwiyanti dan Sukartha (2013) juga menyatakan bahwa manajemen laba terjadi ketika manajer memilih kebijakan akuntasi tertentu yang bertujuan untuk mengatur jumlah laba yang dilaporkan kepada stakeholder sehingga dapat mempengaruhi perjanjian yang didasarkan pada angka akuntansi yang dilaporkan.
3
Adanya asimetri informasi antara manajemen (agent) dan pemilik (principal)
memungkinkan
manajemen
untuk
melakukan
praktik
manajemen laba, ini dikarenakan manajemen lebih banyak mengetahui dan memiliki informasi mengenai kondisi keuangan perusahaan dibandingkan dengan pemilik perusahaan. Manajemen selaku
pihak yang diberi
wewenang dan kepercayaan penuh oleh principal untuk mengelola bisnis perusahaan sering kali merasa terbeban berat dalam menghadapi tekanantekanan untuk memenuhi target kinerja jangka pendek. Manajemen dituntut untuk mampu menghasilkan laba yang sesuai target yang ditetapkan perusahaan. Ketika manajer tidak mampu mencapai target laba yang ditetapkan, di awaktu inilah manajer akan melakukan praktik manajemen laba agar kinerjanya tetap terlihat baik di mata principal, ditambah lagi misalnya akan ada kompensasi bonus yang diberikan perusahaan ketika manajer mampu mencapai target laba yang ditetapkan. Keadaan seperti inilah yang membuat beberapa peneliti sebelumnya seperti Mulianti (2011) dan Wiryadi dan Sebrina (2013) melihat bahwa adanya asimetri informasi yang terjadi di perusahaan di tambah lagi dengan adanya kompensasi bonus yang ingin dicapai oleh manajer perusahaan mendorong manajer untuk melakukan praktik manajemen laba agar kinerjanya tetap terlihat baik di mata principal. Sejalan dengan Mulianti (2011) dan Wiryadi dan Sebrina (2013), Wardani dan Masodah (2011) menyatakan bahwa hubungan antara pemegang saham (principal) dan manajer (agent) dapat mengarah pada
4
kondisi asimetri informasi karena manajer berada pada posisi yang memiliki informasi yang lebih banyak tentang perusahaan dibandingkan dengan pemegang saham. Wardani dan Masodah (2013) menyimpulkan adanya asimetri informasi yang terjadi antara pemegang saham dan manajer ini membuat manajer memilki kesempatan untuk mempengaruhi angka-angka akuntansi yang disajikan dalam laporan keuangan dengan cara melakukan manajemen laba. Di samping asimetri informasi yang terjadi antara pemegang saham dan manajemen perusahaan, Pujianti dan Arfan (2013) juga melihat bahwa kompensasi bonus bisa mendorong manajemen untuk melakukan praktik manajemen laba. Pujianti dan Arfan (2013) melihat bahwa pemberian bonus seringkali dikaitkan dengan tingkat laba bersih yang dihasilkan pada tahun yang bersangkutan. Manajer akan berusaha mengatur laba bersih sedemikian rupa sehingga dapat memaksimalkan bonusnya. Manajer yang memiiki informasi atas laba bersih perusahaan yang sebenarnya akan bertindak oportunis untuk melakukan manajemen laba dengan memaksimalkan laba saat ini ataupun menyimpannya untuk tahun-tahun yang akan datang. Selain faktor asimetri informasi dan kompensasi bonus, biaya politik juga mengindikasikan sebagai faktor yang mempengaruhi manajer melakukan praktik manajemen laba. Perusahaan dengan biaya politik yang tinggi cenderung akan melakukan praktik manajemen laba dengan menurunkan labanya guna untuk menurukan biaya politiknya. Perusahaan berkeinginan untuk mengurangi jumlah pajak yang harus dibayarkan kepada
5
pemerintah karena perusahaan menganggap pajak adalah sebuah beban yang harus diminimalkan dan perusahaan merasa tidak memperoleh manfaat setelah pembayaran pajak tersebut (Suratno, 2008 dalam Dwiyanti dan Sukartha, 2013). Watt and Zimmerman (1986) dalam Anggana dan Prastiwi (2013) menyatakan bahwa dalam Positive Accounting Theory terdapat tiga faktor pendorong yang melatarbelakangi terjadinya manajemen laba, salah satunya adalah Political Cost Hypothesis. Hipotesis tersebut menjelaskan bahwa semakin besar perusahaan, semakin besar pula kemungkinan perusahaan tersebut memilih metode akuntansi yang menurunkan laba. Hal tersebut dikarenakan dengan laba yang tinggi pemerintah akan segera mengambil tindakan, misalnya mengenakan peraturan antitrust, menaikkan pendapatan perusahaan dan lain-lain. Aryani (2011) juga menyatakan hal yang sama, yaitu menurutnya perusahaan yang lebih besar akan melakukan lebih banyak kebijakan yang akan menyebabkan laba menurun dengan maksud mengurangi efek politis. Perusahaan yang besar cenderung menggunakan prosedur akuntansi menurunkan laba untuk tujuan mengurangi pembebanan pajak yang tinggi. Selain faktor-faktor yang telah disebutkan sebelumnya, leverage juga menjadi faktor yang mempengaruhi manajemen laba. Leverage merupakan kemampuan perusahaan dalam memenuhi seluruh kewajiban dengan modal sendiri yang dimiliki. Perusahaan dengan leverage yang tinggi yaitu perusahaan yang proporsi utangnya lebih tinggi dibandingkan
6
modal yang dimiliki, diduga akan melakukan manajemen laba karena perusahan yang terancam tidak dapat memenuhi pembayaran utang pada waktunya akan meningkatkan laba yang dilaporkan. Rahmawati dan Wijayanti (2010), menyatakan bahwa perusahaan khususnya manajer yang mempunyai leverage yang tinggi berusaha untuk mementingkan kepentingannya sendiri dan menghindari resiko dengan berusaha semaksimal mungkin untuk menaati perjanjian utang agar tidak terjadi pinalti atau pelanggaran perjanjian utang. Penalti atau pelanggaran perjanjian utang merupakan berita buruk bagi manajer. Hal tersebut mengakibatkan perusahaan akan mendapatkan penilaian kinerja yang buruk dari kreditor dan berkurangnya kepercayaan pasar sehingga berimplikasi pada jatuhnya harga saham perusahaan. Rahmawati dan Wijayanti (2010) menyimpulkan bahwa semakin dekat perusahaan dengan pelanggaran perjanjian utang yang berbasis akuntansi, lebih mungkin manajer perusahaan untuk memilih prosedur akuntansi yang memindahkan laba yang dilaporkan dari periode masa datang ke periode saat ini. Fenomena adanya praktik manajemen laba pernah terjadi di pasar modal Indonesia, khususnya pada emiten manufaktur di Bursa Efek Jakarta. Contoh kasus terjadi pada PT Kimia Farma Tbk. Berdasarkan hasil pemeriksaan Bapepam (Badan Pengawas Pasar Modal, 2002), diperoleh bukti bahwa terdapat kesalahan penyajian dalam laporan keuangan PT Kimia Farma Tbk., berupa kesalahan dalam penilaian persediaan barang jadi dan kesalahan pencatatan penjualan, dimana dampak kesalahan tersebut
7
mengakibatkan overstated laba pada laba bersih untuk tahun yang berakhir 31 Desember 2001 sebesar Rp32,7 miliar yang merupakan 2,3% dari penjualan dan 24,7% dari laba bersih PT Kimia Farma Tbk. Kesalahan penyajian tersebut dilakukan oleh Direksi periode 1998-Juni 2002 dengan cara: 1. Membuat 2 (dua) daftar harga persediaan (master prices) yang berbeda masing-masing diterbitkan pada tanggal 1 Februari 2002 dan 3 Februari 2002, dimana keduannya merupakan master prices yang telah diotorisasi oleh pihak yang berwenang yaitu Direktur Produksi PT KAEF. Master prices per 3 Februari 2002 merupakan master prices yang telah disesuaikan nilainya (penggelembungan) dan dijadikan dasar sebagai penentuan nilai persediaan pada unit distribusi PT KAEF per 31 Desember 2001. 2. Melakukan pencatatan ganda atas penjualan pada unit Pedagang Besar Farmasi dan unit Bahan Baku. Pencatatan ganda tersebut dilakukan pada unit-unit yang tidak disampling oleh akuntan. Kasus yang sama juga pernah terjadi pada PT Indofarma Tbk. Berdasarkan hasil pemeriksaan Bapepam terhadap PT Indofarma Tbk. (Badan Pengawas Pasar Modal, 2004), ditemukan bukti bahwa nilai barang dalam proses dinilai lebih tinggi dari nilai yang seharusnya dalam penyajian nilai
persediaan
barang
dalam
proses
pada
tahun
buku
2001
sebesar Rp28,87 miliar. Akibatnya penyajian terlalu tinggi (overstated) persediaan sebesar Rp28,87 miliar, harga pokok penjualan disajikan terlalu
8
rendah (understated) sebesar Rp28,8 miliar dan laba bersih disajikan terlalu tinggi overstated dengan nilai yang sama. Penelitian-penelitian terkait praktik manajemen laba telah banyak dilakukan sebelumnya oleh peneliti-peneliti terdahulu. Peneliti melihat ada beberapa faktor yang berpotensi mempengaruhi praktik manajemen laba yang dilakukan oleh manajemen di suatu perusahaan. Faktor-faktor tersebut diantaranya adalah asimetri informasi, leverage, biaya politik yang (diproksikan dengan ukuran perusahaan) dan kompensasi bonus. Putra et all (2014), hasil penelitiannya menyatakan bahwa asimetri informasi berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba. Putra et all (2014), mengartikan bahwa semakin meningkat asimetri yang terjadi maka semakin tinggi peluang manajemen melakukan manajemen laba, sebaliknya semakin menurun asimetri informasi yang terjadi makan semakin turun juga peluang manajemen melakukan praktik manajeme laba. Hasil penelitian Putra et all (2014) ini sejalan dengan hasil penelitian Muliati (2011) yang juga menyatakan bahwa asimetri informasi berpengaruh positif dengan praktik manajemen laba. Muliati (2011) juga menyatakan bahwa semakin tinggi asimetri yang terjadi maka semakin tinggi juga peluang praktik manajemen laba yang dilakukan manajemen, sebaliknya semakin kecil asimetri informasi yang terjadi maka semakin kecil pula peluang manajemen melakukan praktik manajemen laba. Hasil penelitian Jao dan Pagulung (2011) menyatakan hasil bahwa leverage tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap manajemen
9
laba.Hasil penelitian ini bertolak belakang dengan hasil penelitian Guna dan Herawaty (2010) yang menyatakan bahwa leverage berpengaruh terhadap praktik manajemen laba. Adanya ketidakkonsistenan hasil penelitian ini membuat peneliti tertarik untuk menguji kembali variabel leverage ini, untuk memastikan bagaimana pengaruh leverage ini terhadap praktik manajemen laba. Hasil penelitian Guna dan Herawaty (2010) menyatakan bahwa faktor ukuran perusahaan tidak berpengaruh pada praktik manajemen laba. Jao dan Pagulung (2011) menyatakan bahwa ukuran perusahaan mempunyai pengaruh negatif terhadap manajemen laba. Hal ini menunjukan bahwa semakin besar perusahaan yang diukur dengan total aktiva maka tindakan manajemen laba berkurang karena perusahaan yang besar akan lebih berhati-hati
dalam
melakukan
pelaporan
keuangan
dan
cendrung
melaporkan kondisi keuangan dengan akurat karena lebih diperhatikan oleh masyarakat. Sedangkan perusahaan kecil mempunyai kecendrungan untuk melakukan manajemen laba dengan melaporkan laba yang lebih besar sehingga dapat menunjukkan kinerja perusahaan yang lebih bagus. Berdasarkan hasil penelitian-penelitian sebelumnya dan dengan adanya ketidakkonsistenan hasil pada beberapa variabel penelitian, peneliti berusaha untuk meneliti kembali variabel-variabel yang telah dijabarkan sebelumnya dengan menambahkan variabel CFO sebagai variabel kontrol penelitian, dengan judul penelitian “Pengaruh Asimetri Informasi, Leverage, Kompensasi Bonus dan Biaya Politik terhadap Manajamen
10
Laba Pada Perusahaan Manufaktur Sub Sektor Consumer Goods Industry yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2014”. B.
Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas, peneliti merumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut : 1. Apakah asimetri informasi mempunyai pengaruh pada manajemen laba? 2. Apakah leverage mempunyai pengaruh pada manajemen laba? 3. Apakah kompensasi bonus mempunyai pengaruh pada manajemen laba? 4. Apakah biaya politik mempunyai pengaruh pada manajemen laba? 5. Apakah operating cash flow mempunyai pengaruh pada manajemen laba? 6. Apakah asimetri informasi, leverage, kompensasi bonus, biaya politik dan operating cash flow secara bersama-sama mempunyai pengaruh pada manajemen laba?
C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan sebelumnya, penelitian ini bertujuan untuk : 1. Untuk mengetahui apakah asimetri informasi berpengaruh pada manajemen laba. 2. Untuk mengetahui apakah kompensasi bonus berpengaruh pada manajemen laba. 3. Untuk mengetahui apakah biaya politik berpengaruh pada manajemen laba. 11
4. Untuk mengetahui apakah leverage berpengaruh pada manajemen laba. 5. Untuk mengetahui apakah operating cash flow mempunyai pengaruh pada manajemen laba. 6. Untuk mengetahui apakah asimetri informasi, leverage, kompensasi bonus, biaya politik dan operating cash flow secara bersama-sama mempunyai pengaruh pada manajemen laba. D. Manfaat Penelitian Manfaat yang ingin dicapai dan yang ingin diberikan dari penelitian ini adalah : 1. Bagi profesi akuntan publik,
hasil penelitian ini diharapakan bisa
menjadi bahan informasi tentang manajemen laba dan faktor-faktor yang berpengaruh pada manajemn laba. 2. Bagi investor, penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi terkait dengan manajemen laba, sehingga dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan atau masukkan dalam pengambilan keputusan investasi. 3. Bagi akademis, penelitian ini bisa memberikan informasi dan kontribusi bagi perkembangan ilmu pengetahuan terutama penelitian-penelitian yang berkaitan dengan penelitian ini. 4. Bagi penelitian selanjutnya, penelitian ini diharapkan bisa melengkapi penelitian terdahulu dan dapat digunakan sebagai sarana belajar guna menambah wawasan dan pengetahuan yang lebih luas sehubungan dengan manajemen laba, serta dapat digunakan sebagai bahan refrensi bagi penelitian selajutnya.
12
BAB II TINJAUAN PUSATAKA A. Landasan Teori 1. Agency Theory Teori keagenan dapat dipandang sebagai suatu model kontraktual antara dua atau lebih orang (pihak), dimana salah satu pihak disebut agent dan pihak yang lain disebut principal. Principal mendelegasikan pertanggungjawaban atas decision making kepada agent, hal ini dapat dikatakan bahwa principal memberikan suatu amanah kepada agent untuk melaksanakan tugas tertentu sesuai dengan kontrak kerja yang telah disepakati (Muliati, 2011). Wewenang dan tanggung jawab agent maupun principal diatur dalam kontrak kerja atas persetujuan bersama. Setiawan (2009) melihat teori keagenan sebagai teori tentang kepemilikan dan pendelegasian pengelolaan (kontrak), yang memandang keberadaan suatu perusahaan sebagi hasil dari quasi perjanjian antar berbagai pihak, antara lain manajemen, pemegang saham, kreditur, pemerintah serta masyarakat. Teori ini menjelaskan mengenai hubungan keagenan yang didefinisikan sebagai hubungan yang timbul karena adanya kontrak
yang
ditetapkan
antara
dua
pihak,
yaitu
pihak
yang
mendelegasikan pekerjaan disebut sebagai principal dan pihak yang menerima pendelegasian pekerjaan disebut agent, dimana principal menggunakan agent untuk melakukan jasa yang menjadi kepentingan principal.
13
Scott (2000) dalam Muliati (2011) menyatakan bahwa perusahaan mempunyai banyak kontrak, misalnya kontrak kerja antara perusahaan dengan para manajernya dan kontrak pinjaman antara perusahaan dengan krediturnya. Dimana antara agent dan principal ingin memaksimalkan utilitas masing-masing dengan informasi yang dimiliki. Tetapi di satu sisi agent memiliki informasi yang lebih banyak dibandingkan principal sehingga menimbulkan adanya asimetri informasi. Informasi yang lebih banyak dimiliki oleh manajer dapat memicu manajer untuk melakukan tindakan-tindakan sesuai dengan keinginan dan kepentingan untuk memaksimalkan utilitasnya. Sedangkan bagi pemilik modal dalam hal ini investor, akan sulit untuk mengontrol secara efektif tindakan yang dilakukan oleh manajemen karena hanya memiliki sedikit informasi yang ada. Oleh karena itu, kebijakan-kebijakan tertentu yang dilakukan oleh manajemen perusahaan tanpa sepengetahuan pihak pemilik modal atau investor. Anggana dan Prastiwi (2013) menjelaskan bahwa konflik kepentingan mungkin terjadi antara agent dan principal yang nantinya akan menimbulkan masalah keagenan, dimana manajemen tidak selalu bertindak untuk kepentingan stakeholder, tetapi terkadang untuk kepentingan manajemen itu sendiri tanpa memikirkan dampak yang diakibatkan kepada stakeholder. Adanya asumsi bahwa individu-individu bertindak untuk memaksimalkan dirinya sendiri, mengakibatkan agent memanfaatkan adanya asimetri informasi yang dimilikinya untuk
14
menyembunyikan beberapa informasi yang tidak diketahui principal. Asimetri dan konflik kepentingan yang terjadi antara agent dan principal mendorong agent untuk menyajikan informasi yang tidak sebenarnya kepada principal, terutama jika informasi tersebut berkaitan dengan pengukuran kinerja agent. Hal ini mengacu agent untuk memikirkan bagaimana angka akuntansi tersebut dapat digunakan sebagai sarana untuk memaksimalkan kepentingannya. Salah satu bentuk tindakan agent tersebut adalah manajemen laba ( Widyaningdyah, 2001 dalam Antonia, 2008). Jansen and Meckling (1976) dalam Antonia (2008) menyatakan bahwa dalam suatu kontrak keagenan akan timbul cost-cost yang harus dikeluarkan, dimana cost-cost ini tidak hanya ditanggung oleh principal tetapi juga oleh agent. Jansen dan Meckling (1976) dalam Antonia (2008) menyatakan cost-cost tersebut yaitu: 1) Biaya monitoring, yaitu biaya yang ditanggung oleh principal untuk membatasi agent dari aktivitas yang menyimpang dari yang diinginkan; 2) Biaya Bonding, yaitu biaya untuk mengikat agent yang dapat berupa uang; 3) Residual loss yaitu pengorbanan berupa berkurangnya kemakmuran principal sebagai akibat dari perbedaan antara keputusan agent dan keputusan principal. 2. Manajemen Laba a. Pengertian Manajemen Laba Menurut Scoot (1997) dalam Antonia (2008), manajemen laba adalah tindakan manajer untuk melaporkan laba yang dapat
15
memaksimalkan
kepentingan
pribadi
atau
perusahaan
dengan
menggunakan kebijakan metode akuntansi. Scoot (1997) dalam Antonia (2008) juga mendefinisikan manajemen laba sebagai intervensi manajemen dalam proses menyusun pelaporan keuangan eksternal sehingga dapat menaikkan atau menurunkan laba akuntansi sesuai dengan kepentinganya. Sedangkan Sugiri (1998) dalam Purnomo dan Pratiwi (2009) membagi definisi manajemen laba menjadi dua , yaitu: 1) Definisi Sempit Manajemen laba dalam hal ini hanya berkaitan dengan pemilihan metode akuntansi. Manajemen laba dalam artian sempit ini didefinisikan sebagai perilaku manajer untuk “bermain” dengan komponen discretionary accruals dalam menentukkan besarnya earnings. 2) Definisi Luas Manajemen laba merupakan tindakan manajer untuk meningkatkan (mengurangi) laba yang dilaporkan saat ini atas suatu unit dimana manajer bertanggung jawab, tanpa mengakibatkan peningkatan (penurunan) profitabilitas ekonomi jangka panjang unit tersebut. Muliati (2011) mendefinisikan manajemen laba sebagai intervensi manajemen terhadap laporan keuangan, yang berupa pilihan yang dilakukan oleh manajemen terhadap kebijakan-kebijakan akuntansi, yang diperkenankan dalam proses pelaporan keuangan
16
eksternal untuk mencapai tujuan/maksud tertentu, sehingga dapat mengurangi kredibilitas laporan keuangan. Gumanti (2000) dalam Riyanto dan Bachruddin (2005) melihat manajemen laba sebagai suatu fenomena dalam dunia keuangan dan akuntansi, yang muncul sebagai suatu konsekuensi pihak-pihak manajemen dalam pembuatan laporan keuangan demi kepentingan perusahaan itu sendiri. Gumanti (2000) dalam Riyanto dan Bachruddin (2005) juga melihat manajemen laba tidak selalu bisa diartikan sebagai upaya negatif yang merugikan, karena tidak selamanya manajemen laba memanipulasi tingkat keuntungan Kusumawati et all (2013) melihat manajemen laba merupakan fenomena yang sukar untuk dihindari karena fenomena ini merupakan dampak dari penggunaan dasar akrual dalam penyusunan laporan keuangan. Manajer dapat memilih kebijakan akuntansi sesuai standar akuntansi keuangan dalam praktiknya. Oleh sebab itu, sangatlah wajar apabila para manajer memilih kebijakan-kebijakan tersebut untuk memaksimalkan utilitinya dan nilai pasar perusahaan. Ifonie (2012) melihat manajemen laba terjadi ketika para manajer menggunakan pertimbangan atau judgment-nya dalam pelaporan keuangan dan di dalam perancangan transaksi yang terstruktur untuk mengubah laporan keuangan yang menyesatkan stakeholder tentang dasar kinerja ekonomi perusahaan atau untuk mempengaruhi hasil sesuai kontrak yang tergantung pada angka-angka akuntansi yang dilaporkan.
17
Berdasarkan
uraian
di
atas
dapat
disimpulkan
bahwa
manajemen laba adalah intervensi yang dilakukan manajer dalam proses penyusunan pelaporan keuangan dengan memilih suatu metode akuntasi yang diperbolehkan untuk memodifikasi nilai laba demi kepentingan-kepentingan yang diinginkan manajer atau perusahaan. b. Faktor-Faktor Pendorong Manajemen Laba Waat
dan
Zimmerman
(1986)
dalam
Muliati
(2011),
menyatakan bahwa ada tiga hipotesis yang melatarbelakangi terjadinya manajemen laba, yaitu: 1) Bonus Plan Hypothesis Manajemen akan memilih metode akuntasi yang memaksimalkan utilitasnya yaitu bonus yang tinggi. Manajer perusahaan yang memberikan bonus besar berdasarkan earnings lebih banyak menggunakan metode akuntansi yang meningkatkan laba yang dilaporkan. Dengan demikian kinerja akan terlihat baik, sehingga manajer dapat menerima bonus yang dijanjikan perusahaan. 2) Debt Covenant Hypothesis Salah satu sumber pendanaan perusahaan adalah melalui pinjaman atau kontrak hutang, dimana dalam kontrak tersebut terdapat beberapa persyaratan atau batasan yang harus dipenuhi perusahaan. Oleh karea itu, perusahaan cenderung melakukan income increasing untuk menjaga agar tidak melanggar persyaratan yang telah ditentukan tersebut. Hipotesi ini menyatakan bahwa semakin
18
dekat perusahaan pada pelanggaran terhadap persyaratan kredit, maka semakin besar kecenderungan manajer untuk melakukan praktik manajemen laba (Setiawan, 2009). 3) Political Cost Hypothesis Hipotesis ini menyatakan bahwa perusahaan cenderung akan menurunkan nilai labanya untuk mengurangi biaya politik mereka. Karena
perusahaan
memunculkan
biaya
dengan politik
nilai yang
laba
yang
tinggi
tinggi
pula,
akan
misalnya
peninggkatan pajak yang dilakukan pemerintah bagi perusahaan. Selain itu, Scott (2000) dalam Rahmawati et all (2006) mengemukakan adanya beberapa motivasi yang menyebabkan terjadinya manajemen laba, yaitu: 1) Bonus Purpose Manajer yang memiliki informasi atas laba bersih perusahaan akan bertindak secara opportunistik untuk melakukan manajemen laba dengan memaksimalkan laba saat ini. 2) Political Motivations Manajemen laba digunakan untuk mengurangi laba
yang
dilaporkan pada perusahaan publik. Perusahaan cenderung mengurangi laba yang dilaporkan karena adanya tekanan publik yang mengakibatkan pemerintah menetapkan peraturan-peraturan yang lebih ketat.
19
3) Taxation Motivations Manajer akan berusaha untuk membayar pajak yang serendah mungkin dengan cara mengurangi labanya. Dengan mengurangi laba yang dilaporkan maka perusahaan dapat mengurangi beban pajak yang harus dibayarkan kepada pemerintah. Motivasi penghematan pajak menjadi motivasi manajemen laba yang paling nyata. Berbagai metode akuntansi digunakan dengan tujuan penghematan pajak pendapatan. 4) Pergantian CEO CEO yang mendekati masa pensiun akan cenderung menaikkan pendapatan untuk meningkatkan bonus mereka. Dan jika kinerja perusahaan buruk, mereka akan memaksimalkan pendapatan agar tidak diberhentikan. 5) Initial Public Offering (IPO) Perusahaan yang akan go publik belum memiliki nilai pasar, dan menyebabkan manajer perusahaan yang akan go publik melakukan manajemen laba dalam prospektus mereka dengan harapan dapat menaikkan harga saham perusahaan. 6) Pentingnya Memberi Informasi Kepada Investor Informasi mengenai kinerja perusahaan harus disampaikan kepada investor sehingga pelaporan laba perlu disajikan agar investor tetap menilai bahwa perusahaan tersebut dalam kinerja yang baik.
20
c. Pola Manajemen Laba Scott (2000) dalam Rahmawati et all (2006) menyatakan pola manajemen laba dapat dilakukan dengan cara: 1) Taking a Bath Pola ini terjadi pada saat reorganisasi termasuk pengangkatan CEO baru dengan melaporkan kerugian dalam jumlah besar. Tindakan ini diharapkan dapat meningkatkan laba di masa datang. Menurut Healy (1985), para manajer yang laba bersihnya di bawah rencana bonus akan memilih pola ini dengan alasan bahwa dikemudian harapan akan mendapat bonus lebih tinggi. 2) Income Minimization Pola ini dipakai untuk membuat laba yang dilaporkan menjadi rendah, terutama dalam periode dimana perusahaan mengalami tingkat profitabilitas yang tinggi, sehingga jika laba pada periode mendatang diperkirakan turun drastis dapat diatasi dengan mengambil laba periode sebelumnya. 3) Income Maximization Pola ini dipakai untuk membuat laba yang dilaporkan menjadi besar dan umumnya dilakukan saat laba perusahaan menurun. Tindakan atas income maximization bertujuan untuk melaporkan net income yang tinggi untuk tujuan bonus yang lebih besar. Pola ini dilakukan oleh perusahaan yang melakukan pelanggaran perjanjian hutang.
21
4) Income Smoothing Pola ini dipakai untuk membuat laba dilaporkan dalam keadaan tidak bergejolak (smooth). Manajer menggunakan laba yang smooth untuk mengantisipasi kerugian. Sedangkan perusahaan menggunakan laba yang smooth untuk tujuan pelaporan eksternal. Pola ini dilakukan perusahaan dengan cara meratakan laba yang dilaporkan sehingga dapat mengurangi fluktuasi laba yang terlalu besar karena pada umumnya investor lebih menyukai laba yang relatif stabil. d. Teknik Manajemen Laba Dalam melakukan perekayasaan atas laporan keuangan, terdapat beberapa teknik yang mungkin dilakukan. Menurut Ayres (1994) dalam Purnomo dan Pratiwi (2009), teknik-teknik tersebut adalah sebagai berikut: 1) Manajemen Akrual Manajemen akrual biasanya dikaitkan dengan segala aktivitas yang dapat mempengaruhi aliran kas dan juga keuntungan yang secara pribadi merupakan wewenang dari para manajer (manager direction). Contohnya
adalah, mempercepat atau menunda
pengakuan pendapatan (revenue), menganggap sebagai suatu beban biaya atau menganggap sebagai suatu tambahan investasi atas suatu biaya. Sunarto (2009) menjelaskan empat item akrual yang menjadi potensi manajemen laba, yaitu:
22
a) Biaya Amortisasi Biaya amortisasi tahunan dihitung berdasarkan kebijakan amortisasi perusahaan dan estimasi umur kegunaan aset. Manajemen perusahaan dapat memilih beberapa alternatif pilihan metode amortisasi. b) Meningkatkan Piutang Dagang Bersih Manajemen mempunyai fleksibilitas untuk mengendalikan jumlah piutang dagang dengan mengatur jumlah piutang dagang bersih yang dapat ditagih. c) Meningkatkan Persediaan Perusahaan memerlukan persediaan selama periode kapasitas produksi yang besar. Manajemen perusahaan dapat mengatur jumlah persediaan dengan pilihan metode harga pokok persediaan. d) Menurunkan Utang Dagang dan Utang Akrual Manajemen perusahaan dapat mengatur jumlah utang dagang dan utang akrual untuk meningkatkan atau menurunkan laba yang dilaporkan. 2) Penerapan Kebijakan Akuntansi Wajib (Adoption of Mandatory Accounting Changes) Terkait dengan penerapan suatu kebijakan akuntansi yang wajib dilakukan oleh perusahaan, manajemen perusahaan memiliki dua pilihan yaitu apakah menerapkan lebih awal dari waktu yang
23
ditetapkan atau menundanya sampai saat berlakunya kebijaksanaan tersebut. 3) Perubahan Akuntansi Secara Sukarela (Voluntary Accounting Changes) Perubahan metode akuntansi secara sukarela, biasanya berkaitan dengan upaya manajer untuk mengganti atau merubah suatu metode akuntansi tertentu diantara sekian banyak metode yang sesuai dengan General Accepted Accounting Principles (GAAP), misalnya merubah metode penilaian persediaan dari average ke FIFO atau sebaliknya. Selain itu, teknik dan pola manajemen laba menurut Setiawati dan Naim (2000) dalam Rahmawati et all (2006) dapat dilakukan dengan tiga teknik yaitu: 1) Memanfaatkan peluang untuk membuat estimasi akuntansi Cara manajemen mempengaruhi laba melalui judgment (perkiraan) terhadap estimasi akuntansi antara lain estimasi tingkat piutang tak tertagih, estimasi kurun waktu depresiasi aktiva tetap atau amortisasi aktiva tak berwujud, estimasi biaya garansi dan lainlain. 2) Mengubah metode akuntansi Perubahan metode akuntansi yang digunakan untuk mencatat suatu transaksi, contoh adalah merubah metode depresiasi aktiva tetap,
24
dari metode depresiasi angka tahun ke metode depresiasi garis lurus. 3) Menggeser periode biaya atau pendapatan. Contoh rekayasa periode biaya atau pendapatan antara lain: mempercepat / menunda pengeluaran untuk penelitian dan pengembangan sampai
pada periode akuntansi
berikutnya,
mempercepat / menunda pengeluaran promosi sampai periode berikutnya, mempercepat / menunda pengiriman produk ke pelanggan, mengatur saat penjualan aktiva tetap yang sudah tak dipakai. e. Kondisi untuk Praktik Manajemen Laba Bukti-bukti empiris menunjukkan bahwa laba telah dijadikan sebagai suatu target dalam proses penilaian prestasi suatu usaha departemen secara khusus (manajer) atau perusahaan (organisasi) secara umum (Gumanti, 2000 dalam Muliati, 2011). Laba dan tingkat keuntungan juga merupakan alat untuk mengurangi biaya keagenan, dari sisi teori keagenan. Misalnya, pada saat keuntungan dijadikan sebagai patokan dalam pemberian bonus, hal ini akan menciptakan dorongan kepada manajer untuk memanipulasi data keuangan agar dapat menerima bonus seperti yang diinginkan. Richardson (1998) dalam Muliati (2011) menunjukkan bukti hubungan antara ketidakseimbangan informasi dengan manajemen laba. Hipotesis yang diajukan adalah bahwa tingkat ketidakseimbangan
25
informasi akan mempengaruhi tingkat manajemen laba yang dilakukan oleh manajer perusahaan. Hasil penelitiannya menunjukkan adanya hubungan yang positif antara tingkat ketidakseimbangan informasi dan manajemen laba. 3. Asimetri Informasi Asimetri informasi merupakan suatu keadaan dimana manajer memiliki akses informasi tentang keadaan perusahaan dan prospek perusahaan daripada pihak di luar manajemen perusahaan misalnya principal dan investor. Kusumawati et all (2012) menyatakan bahwa asimetri informasi bisa menimbulkan konflik kepentingan antar principal dan agent yang mungkin terjadi karena agent tidak selalu berbuat sesuai dengan kepentingan principal. Jansen dan Meckling (1976) dalam Antonia (2008) menambahkan bahwa jika kedua kelompok dalam hal ini agent dan principal adalah orang-orang yang ingin memaksimalkan utilitasnya, maka terdapat alasan yang kuat untuk meyakini bahwa agent tidak akan selalu bertindak yang terbaik untuk kepentingan principal. Principal dapat membatasinya dengan menetapkan insentif yang tepat bagi agent dan melakukan monitor yang didesain untuk membatasi aktivitas agent yang menyimpang. Setyaningrum dan Sari (2011) menyatakan bahwa asimetri informasi muncul ketika manajer lebih mengetahui informasi internal dan prospek perusahaan di masa mendatang dibandingkan pemegang saham dan stakeholder lainnya. Ketika timbul asimetri informasi, keputusan
26
pengungkapan yang dibuat oleh manajer dapat mempengaruhi harga saham sebab asimetri informasi antara investor yang lebih terinformasi dan investor yang kurang terinformasi menimbulkan biaya transaksi dan mengurangi likuiditas yang diharapkan dalam pasar untuk saham-saham. Sedangkan menurut Ifonie (2012), asimetri informasi merupakan ketimpangan informasi yang terjadi antara manajer dan pemegang saham atau stakeholder lainnya, dimana manajer lebih mengetahui informasi internal dan prospek perusahaan di masa depan dibandingkan pemegang saham tersebut. Ifonie (2012) juga menyatakan bahwa semakin kecil asimetri informasi yang terjadi di antara manajer dan pemegang saham atau stakeholder lainnya, maka semakin kecil biaya modal sendiri yang ditanggung oleh perusahaan. Riyanto dan Bachruddin (2005) menyatakan bahwa pihak principal tidak mempunyai informasi yang cukup mengenai tentang kinerja agent. Agent memiliki lebih banyak informasi mengenai kapasitas diri, lingkungan kerja dan perusahaan secara keseluruhan. Hal ini lah yang menimbulkan adanya ketidakseimbangan informasi antara agent dan principal. Ketidakseimbangan informasi inilah yang dikenal dengan asimetri
informasi.
Asumsi
bahwa
individu
bertindak
untuk
memaksimalkan dirinya sendiri, berakibat pada usaha agent untuk memanfaatkan adanya asimetri informasi yang tidak sebenarnya kepada principal, terutama jika informasi tersebut berkaitan dengan pengukuran kinerja agent.
27
Scoot (2000) dalam Lisa (2012) membagi asimetri informasi menjadi dua tipe, yaitu: a. Adverse Selection Adverse selection adalah jenis asimetri informasi dimana satu pihak atau lebih yang melangsungkan / akan melangsungkan suatu transaksi usaha, atau transaksi usaha potensial memiliki informasi lebih atas pihak-pihak lain. Adverse selection terjadi karena beberapa orang seperti manajer perusahaan dan para pihak dalam lainnya lebih mengetahui kondisi kini dan prospek ke depan suatu perusahaan daripada investor luar perusahaan. b. Moral Hazard Moral hazard adalah jenis asimetri informasi dimana satu pihak atau lebih yang melangsungkan / akan melangsungkan suatu transaksi usaha atau transaksi usaha potensial dapat mengamati tindakan-tindakan mereka dalam penyelesaian transaksi-transaksi mereka sedangkan pihak-pihak lain tidak. Moral hazard dapat terjadi karena adanya pemisahan
pemilikan
dengan
pengendalian
yang
merupakan
karakteristik kebanyakan perusahaan besar. Riyanto dan Bachruddin (2005) menyatakan bahwa informasi yang asimetri menyebabkan kesulitan dalam penetapan harga jual di pasar perdana. Hal ini terjadi disebabkan oleh kenyataan bahwa sebelum pelaksanaan
penawaran
perdana,
saham
perusahaan
belum
diperdagangkan. Calon investor menghadapi kesulitan untuk menilai dan
28
menentukan harga wajar pada saat penawaran perdana. Keterbatasan informasi tentang apa dan siapa perusahaan yang akan melaksanakan penawaran perdana tersebut, membuat calon investor harus menganalisis secara menyeluruh sebelum mengambil keputusan untuk membeli saham pada saat penawaran perdana. Adanya ketidakseimbangan informasi antara agent dan principal memicu timbulnya praktik manajemen laba yang dilakukan oleh agent, karena agent lebih mengetahui mengenai kondisi perusahaan saat ini dan prospeknya di masa mendatang dibanding dengan principal. Upaya untuk merekayasa informasi melalui praktik manjemen laba telah menjadi faktor utama yang menyebabkan laporan keuangan tidak lagi mencerminkan nilai fundamental suatu perusahaan. Oleh karena itu, perekayasaan laporan keuangan telah menjadi isu sentral sebagai sumber penyalahgunaan informasi yang merugikan pihak-pihak yang berkepentingan. Sehingga informasi yang disampaikan terkadang diterima tidak sesuai dengan kondisi perusahaan yang sebenarnya. Kondisi ini dikenal sebagai asimetri informasi yaitu kondisi dimana ada ketidakseimbangan perolehan informasi antara pihak manajemen dengan pemegang saham (Hairu, 2009 dalam Astanti, 2012). Ini memberikan suatu gambaran bahwa tingkat asimetri informasi bisa mempengaruhi manajer untuk melakukan praktik manajemen laba.
29
4. Leverage Leverage adalah perbandingan antara total kewajiban dengan total aktiva perusahaan. Rasio ini menunjukkan besarnya besar aktiva yang dimiliki perusahaan yang dibiayai dengan hutang. Semakin tinggi nilai leverage maka resiko yang akan dihadapi investor akan semakin tinggi dan para investor akan meminta keuntungan yang semakin besar (Guna dan Herawaty, 2010). Sejalan dengan Guna dan Herawaty (2010), Sartono (2001) dalam Budiasih (2009) menyatakan bahwa leverage menunjukkan proporsi penggunaan utang untuk membiayai investasinya. Semakin besar utang perusahaan maka semakin besar pula resiko yang dihadapi investor sehingga investor akan meminta tingkat keuntungan yang semakin tinggi. Antonia (2008) menyatakan bahwa perusahaan yang memiliki rasio leverage yang tinggi akibat besarnya jumlah utang dibandingkan dengan aktiva yang dimliki perusahaan, diduga melakukan manajemen laba karena perusahaan terancam default yaitu tidak dapat memenuhi kewajiban pembayaran utang pada waktunya. Oleh karena itu, manajer akan melakukan manajemen laba secara agresif untuk mencegah pelanggaran terhadap kontrak hutang tersebut (Watts and Zimmerman, 1986 dalam Aryani, 2011) Leverage adalah bagian sumber pendanaan untuk operasional maupun investasi yang berasal dari luar perusahaan. Leverage diprediksi memiliki hubungan positif dengan risiko, karena semakin besar leverage
30
semakin besar kewajiban membayar dalam jangka panjang (Purwanti, 2010). Watts and Zimmerman (1990) menyatakan bahwa dalam debt covenant hypothesis, semakin dekat perusahaan ke arah pelanggaran persyaratan hutang yang didasarkan atas angka akuntansi maka manajer lebih cenderung untuk memilih prosedur-prosedur akuntansi yang memindahkan laba periode mendatang ke periode berjalan. Leverage menunjukkan tentang perbandingan besarnya utang perusahaan dengan aktiva perusahaan. Semakin tinggi tingkat leverage yang dimiliki perusahaan maka akan semakin tinggi pula permintaan keuntungan yang diminta oleh investor karena investor merasa mendapatkan resiko yang tinggi pula dari perjanjian utang yang dilakukan. Purwanti (2010) menyatakan bahwa leverage akan menjadi besar apabila lebih bayak utang jangka panjang yang dimiliki oleh perusahaan. Pada saat tingkat leverage besar, maka laba yang dihasilkan akan dapat menutup pembayaran bunga dan pokok pinjaman. Oleh karena itu, Purwanti (2010) berpendapat bahwa ketika kita berbicara tentang leverage kita juga berbicara tentang keharusan membayar bunga dan pokok pinjaman yang akan jatuh tempo dan pada akhirnya akan menimbulkan resiko kegagalan. Ketika perusahaan semakin dekat ke arah pelanggaran perjanjian utang karena tidak dapat memenuhi kewajiban utang pada waktunya, manajer cenderung akan melakukan praktik manajemen laba. Dimana manajer cenderung akan memilih prosedur-prosedur akuntansi yang
31
memindahkan laba periode mendatang ke periode berjalan (Watt and Zimmerman,1990). 5. Kompensasi Bonus a. Bonus Plan Hypothesis Bonus Plan Hypothesis merupakan salah satu motif pemilihan suatu metode akuntansi tidak terlepas dari positive accounting theory. Watts dan Zimmerman (1998) dalam Priatinah (2009) menyatakan bahwa manajer perusahaan dengan rencana bonus lebih menyukai metode akuntansi yang meningkatkan laba periode berjalan. Hal ini dikarenakan manajer lebih menyukai pemeberian bonus yang lebih tinggi untuk masa kini. Dalam kontrak bonus dikenal dua istilah yaitu bogey (tingkat laba terendah untuk mendapatkan bonus) dan cap (tingkat laba tertinggi). Jika laba berada dibawah bogey, tidak ada bonus yang diterima manajer sedangkan jika laba berada di atas cap, manajer tidak akan mendapatkan bonus tambahan. Manajer hanya akan berusaha meningkatkan laba perusahaan jika tingkat laba perusahaan berada di antara bogey dan cap. b. Tujuan Kompensasi Dalam Elfira (2014), tujuan kompensasi dilihat dari tiga pendekatan, yaitu: 1) Ikatan Kerja Sama Dengan pemberian kompensasi terjalinlah ikatan kerja sama formal antara pemilik perusahaan dan karyawan. Karyawan harus
32
mengerjakan tugasnya dengan baik, sedangkan pemilik perusahaan wajib membayar kompensasi sesuai dengan yang disepakati. 2) Kepuasan Kerja Dengan kompensasi karyawan akan dapat memenuhi kebutuhankebutuhan
fisik,
status
sosial,
dan
egolistiknya
sehingga
memperoleh kepuasan kerja dari jabatannya. 3) Pengadaan Efektif Jika program kompensasi ditetapkan cukup besar, pengadaan karyawan yang qualified untuk perusahaan akan lebih mudah. c. Faktor-Faktor yang mempengaruhi Tingkat Kompensasi 1) Penawaran dan Permintaan Tenaga Kerja Jika pencari kerja (penawaran) lebih banyak dari pada lowongan pekerjaan (permintaan) maka kompensasi relatif kecil, begitupun sebaliknya. 2) Kemampuan dan Kesediaan Perusahaan Apabila kemampuan dan kesediaan perusahaan untuk membayar semakin baik maka tingkat kompensasi akan semakin besar. 3) Serikat Buruh / Organisasi Karyawan Apabila serikat buruh kuat dan berpengaruh maka tingkat kompensasi akan semakin besar. 4) Produkivitas Kerja Karyawan Jika produktivitas kerja karyawan baik dan banyak maka kompensasi akan semakin besar.
33
5) Pemerintah Dengan Undang-Undang Pemerintah dengan undang-undang menetapkan besarnya batas upah / balas jasa minimum. Peraturan pemerintah ini sangat penting supaya pengusaha tidak sewenang-wenang menetapkan besarnya kompensasi atau balas jasa yang diberikan kepada karyawan. d. Perencanaan Bonus Ada 3 aspek penting dalam pengelompokkan program pemberian bonus, yaitu: 1) Dasar Kompensasi, yaitu bagaimana pemberian bonus ditentukkan. Dasar yang paling umum adalah: a) Harga saham. b) Kinerja berbasis biaya, pendapatan laba atau investasi. c) Balance Scorecard. 2) Sumber kompensasi, yaitu dari mana pendanaan bonus itu berasal. Sumber kompensasi yang paling umum adalah laba dan sumber perusahaan keseluruhan berdasarkan total laba perusahaan. 3) Cara pembayaran, yaitu bagaimana bonus akan diberikan. Cara umum adalah tunai dan saham. 6. Biaya Politik Biaya politik timbul dari konflik kepentingan antara perusahaan dengan pemerintah sebagai kepanjangan tangan masyarakat yang mempunyai wewenang untuk melakukan pengalihan kekayaan dari
34
perusahaan kepada masyarakat sesuai dengan peraturan yang berlaku, yaitu peraturan perpajakan maupun peraturan lainnya. Proses pengalihan kekayaan biasanya didasarkan pada informasi akuntansi, seperti laba perusahaan. Biaya politik mencangkup semua biaya yang harus ditanggung perusahaan terkait dengan tindakan-tindakan politis, seperti regulasi, pajak, subsidi pemerintah dan tuntutan buruh (Watt and Zimmerman, 1990). Biaya politik yang dihadapi perusahaan di Indonesia adalah ketentuan pajak dan masalah perburuhan terkait dengan kenaikan upah buruh. Suhendah dan Imelda (2012) menyatakan bahwa dalam political cost hypothesis apabila perusahaan menghadapi biaya politik yang tinggi maka manajer cenderung memilih mengambil kebijakan akuntansi yang memindahkan pendapatan sekarang menjadi pendapatan mendatang. Tindakan tersebut dilakukan manajer karena tingkat laba yang tinggi pada masa sekarang akan mendapatkan perhatian luas dari kalangan publik maupun pihak regulator dan mengakibatkan terjadinya biaya politik yang semakin besar seperti munculnya intervensi pemerintah, pengenaan pajak yang lebih tinggi, dan tuntutan-tuntutan lainnya yang meningkatkan biaya politik. Zimmerman (1983) dalam Handayani dan Rachadi (2009) menyarankan untuk menggunakan ukuran perusahaan sebagai proksi untuk biaya politik (political cost). Ukuran perusahaan sendiri dapat dilihat dari total aset atau aktiva yang dimiliki perusahaan. Semakin besar ukuran
35
perusahaan, biasanya informasi yang tersedia untuk investor dalam pengambilan keputusan semakin banyak. Perusahaan besar cendrung akan lebih berhati-hati dalam pelaporan keuangan karena perusahaan besar lebih diperhatikan oleh masyarakat dibandingkan perusahaan kecil. B. Penelitian Terdahulu Tabel 2.1 Penelitian-penelitian Terdahulu No
1
2
Peneliti (Tahun)
Judul Penelitian
Metode Penelitian Persamaan
Hasil Penelitian
Perbedaan
Swastika Corporate 1. Variabel ukuran 1. Variabel Dwi Lusi Governance, Firm perusahaan dan corporat (2013) Size, and Earning manajemen laba. e Management: 2. Regresi linear governan Evidence in berganda ce, biaya Indonesia Stock 3. Sampel politik, Exchange. penelitian leverage, diambil dari dan Bursa Efek kompens Indonesia asi bonus. 2. Sampel penelitia n yang diambil adalah perusaha an makanan dan minuman tahun 2005. Putra et Pengaruh 1. Variabel asimetri 1. Variabel all (2014) Asimteri informasi, leverage, Informasi dan ukuran kompens Ukuran perusahaan dan asi bonus Perusahaan manajemen laba. dan biaya Terhadap Praktik 2. Regresi linear politik.
The result showed that twoof the corporate governance variables, namely board of director and audit quality, as well as firm size are statistically significant in explaining earning management measured by discretionary accruals.
Asimetri informasi dan Ukuran Perusahaan mempunyai peng-aruh yang
36
No
3
4
Peneliti (Tahun)
Dwiyanti dan Sukartha (2013)
Wiryadi dan Sebrina (2013)
Judul Penelitian
Metode Penelitian Persamaan
Hasil Penelitian
Perbedaan
Manajemen Laba ber-ganda. 2. Sampel pada Perusahaan 3. Sampel diambil peneltian Manufaktur yang dari Bursa Efek yang Terdaftar Di BEI. Indonesia. diambil adalah perusaha an manufakt ur tahun 20102012. Pengaruh 1. Variabel 1. Variabel Perubahan Tarif Manajemen laba. tarif Pajak Penghasilan 2. Regresi linear pajak Badan Tahun ber-ganda. penghasil 2010 pada 3. Sampel diambil an badan Manajemen Laba. dari Bursa Efek tahun Indonesia 2010, leverage, kompens asi bonus dan biaya politik. 2. Sampel penelitia n yang diambil adalah perusaha an manufakt ur tahun 2009. Pengaruh 1. Variabel asimetri 1. Variebel Asimetri informasi dan leverage, Informasi, manajemen laba. kompens Kualitas Audit 2. Regresi linear asi bonus dan Struktur berganda. dan biaya Kepemilikan 3. Sampel diambil politik. Terhadap dari Bursa Efek 2. Sampel Manajemen Laba. Indonesia. penelitia n yang
positif dan signifikan terhadap praktik manajemen laba.
Perusahaan besar tidak terbukti lebih agresif dari perusahaan kecil dalam melakukan manajemen laba dengan menurunkan jumlah laba yang dilaporkan sebelum perubahan tarif pajak penghasilan badan tahun 2010.
Asimetri Informasi, Kualitas Audit dan Struktur Kepemilikkan tidak berpengaruh pada Manajemen Laba.
37
No
Peneliti (Tahun)
Judul Penelitian
Metode Penelitian Persamaan
Hasil Penelitian
Perbedaan
5
Muliati (2011)
Pengaruh 1. Variabel asimetri 1. Asimetri informasi, Informasi dan ukuran Ukuran perusahaan dan Perusahaan Pada manajemen 2. Praktik Laba. Manajemen Laba 2. Analisis regresi di Berganda Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di BEI
6
Antonia SE (2008)
Analisis Pengaruh 1. Variabel 1. Re-putasi Auditor, leverage dan Proporsi Dewan manajemen laba. Komisaris Inde- 2. Regresi linear penden, Leverage, ber-ganda. Ke-pemilikan 3. Sampel Manajerial dan penelitian Proporsi Komite diambil dari Audit Independen Bursa efek ter-hadap Indonesia. Manajemen Laba.
2.
diambil adalah perusaha an manufakt ur tahun 20072010. Variabel leverage dan biaya politik. Sampel penelitia n yang diambil ya-itu 7 perusaha an sektor keuangan tahun 20012008 Variabel reputasi auditor, proporsi de-wan komisari s independen , kepemilikan manajeri al, dan proporsi komite au-dit independ en. Sampel penelitia
Asimetri Informasi dan Ukuran Perusahaan berpengaruh pada Manajemen Laba.
Reputasi auditor, Kepemilika Manajerial, dan Proporsi Komite Audit Independen Berpengaruh Signifikan terhadap Manajemen Laba. Sedangkan Proporsi Dewan Komisaris Independen dan Leverage tidak signifikan mempengaruhi
38
No
Peneliti (Tahun)
Judul Penelitian
Metode Penelitian Persamaan
7
Budiasih (2009)
Faktor-Faktor 1. yang Mempengaruhi Praktik Perataan 2. Laba. 3.
8
Jao dan Corporate Pagulung governance, (2011) Ukuran Perusahaan Leverage
1. dan 2.
Hasil Penelitian
Perbedaan
n yang diambil adalah perusaha an manufaktur tahun 20042006. Variabel ukuran 1. Varibel perusahaan dan kompenleverage. sasi Regresi linear bonus, berganda. biaya Sampel politik, penelitian profitabidiambil dari litas, Bursa Efek dividend Indonesia. pay out ratio, perataan laba dan manajemen laba. 2. Sampel penelitia n yang diambil perusahaan manufaktur dan keuangan tahun 20022006. Variabel ukuran 1. Variabel perusahaan,lever corporat age, dan manae jemen laba. governan Regresi linear ce,
Manajemen Laba.
Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, dan Dividen Pay Out Ratio berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba. Sedangkan Financial Ratio tidak berpengaruh terhadap Manajemen Laba.
Pelaksanaan Corporate Governance melalui kepemilikan
39
No
Peneliti (Tahun)
Judul Penelitian
Persamaan Terhadap rusahaan Manufaktur Indonesia.
9
Metode Penelitian
Pe-
Perbedaan
berganda. 3. Sampel di penelitian diambil dari Bursa Efek Indonesia. 2.
Guna dan Pengaruh 1. Variabel Herawaty Mekanisme Good leverage
Hasil Penelitian
kompens asi bonus, dan biaya politik. Sampel penelitia n yang diambil adalah perusaha an manufakt ur tahun 20062009.
1. Variabel dan mekanis
manajerial, komposisi dewan komisaris independen, dan jumlah pertemuan komite audit mempunyai pengaruh negatif signifikan terhadap manajemen laba. Di sisi lain, kepemilikan institusional dan ukuran dewan komisaris mempunyai pengaruh positif signifikan terhadap manajemen laba. Ukuran perusahaan mempunyai hubungan negatif signifikan terhadap manajemen laba. Leverage tidak mempunyai pengaruh terhadap manajemen laba. Kepemilikan Institusional,
40
No
Peneliti (Tahun) (2010)
Judul Penelitian
Metode Penelitian Persamaan
Corporate manajemen laba. Governance, 2. Regresi linear Independensi berganda. Auditor, Kualitas 3. Sampel Audit dan Faktor penelitian lainnya terhadap diambil dari Manajemen laba. Bursa Efek Indonesia.
Hasil Penelitian
Perbedaan me gcg, independ ensi auditor, kualitas audit, profitabil itas, kompens asi bonus dan biaya politik. 2. Sampel penelitia n yang diambil adalah perusaha an manufakt ur tahun 20062008.
Komite Audit, Komisaris Independen dan Independensi Auditor tidak berpengaruh terhadap manajemen laba. Sedangkan Leverage dan Kualitas Audit berepngaruh terhadap Manajemen Laba.
Sumber: diolah dari berbagai refrensi C. Kerangka Pemikiran Penelitian ini akan menguji pengaruh asimetri informasi, leverage, kompensasi bonus, biaya politik dan operating cash flow terhadap manajemen laba. Berdasarkan uraian di atas, kerangka pemikiran dapat digambarkan sebagai berikut :
41
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Manajemen laba
Kasus Manajemen Laba yang dilakukan oleh PT. Kimia Farma dan PT. Indofarma
Perusahaan Manufaktur Sub Sektor Consumer Goods Industry yang Terdaftar Di BEI Periode 2010-2014
Asimetri Informasi (X1) (Putra et all, 2014)
Leverage (X2) (Guna dan Herawaty, 2010)
Manajemen Laba (Y)
Kompensasi Bonus (X3) (Pujianti dan Arfan, 2013)
Biaya Politik (X4) (Jao dan Pagulung, 2011)
Variabel Kontrol: Operating Cash Flow (Pradhana dan Rudhiawarni, 2013)
Metode Analisis: Analisis Regresi Berganda
Pembahasan
Kesimpulan dan Saran 43
D. Hipotesis Penelitian 1. Asimetri Informasi terhadap Manajemen Laba Asimetri informasi merupakan suatu keadaan dimana manajer memiliki akses informasi atas prospek perusahaan yang tidak dimiliki oleh pihak luar perusahaan. Keberadaan asimetri informasi dianggap sebagai penyebab manajemen laba. Dalam situasi dimana pemegang saham memiliki informasi yang lebih sedikit dari pada manajer, manajer dapat memanfaatkan fleksibelitas yang dimilikinya untuk melakukan manajemen laba (Wiryadi dan Sebrina, 2013). Beberapa peneliti seperti Santoso (2013), Putra et all (2014) dan Muliati (2011) menemukan bahwa asimetri informasi mempengaruhi praktik manajemen laba yang dilakukan oleh manajer perusahaan. Muliati (2011) menyatakan bahwa teori keagenan mengimplikasikan adanya asimetri informasi antara manajer sebagai agent dengan pemilik perusahaan sebagai principal. Firdaus (2013) menyatakan bahwa asimetri informsi muncul ketika manajer lebih mengetahui informasi internal perusahaan dan prospeknya di masa mendatang dibanding dengan pemilik perusahaan. Dalam kondisi tersebut maka manajer perusahaan dapat menggunakan informasi yang diketahuinya dalam memanipulasi pelaporan keuangan guna memaksimalkan kemakmuran (Santoso, 2013). Hasil penelitian Muliati (2011) menemukan bahwa asimetri informasi memang berpengaruh pada manajemen laba. Sejalan dengan Muliati (2011), Putra et all (2014) dalam penelitiannya juga menyatakan
44
bahwa asimetri informasi berpengaruh terhadap manajemen laba. Santoso (2013) hasil penelitiannya menunjukkan bahwa asimetri informasi mempunyai pengaruh positif terhadap manajemen laba. Santoso (2013) juga menyatakan bahwa semakin tinggi kesenjangan informasi antara manajer dan pemilik akan berpengaruh terhadap tingkat manajemen laba. Hal ini dikarenakan manajer mempunyai informasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan pemilik, sehingga manajer lebih leluasa untuk mempengaruhi laporan keuangan khusunya laba yang digunakan untuk memaksimalkan kepentingan atau nilai pasar perusahaan. Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti merumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut: H1 : Asimetri informasi berpengaruh pada manajemen laba. 2. Leverage terhadap Manajemen Laba Leverage adalah perbandingan antara total kewajiban dengan total aktiva perusahaan. Rasio ini menunjukkan besarnya besar aktiva yang dimiliki perusahaan yang dibiayai oleh utang. Semakin tinggi nilai leverage maka resiko yang akan dihadapi investor akan semakin tinggi dan para investor akan meminta keuntungan yang semakin besar. Pambudi dan Sumantri (2014) berpendapat bahwa leverage dapat menjadi tolak ukur mengenai manajemen laba yang dilakukan oleh perusahaan. Pambudi dan Sumantri (2014) juga menyatakan bahwa perusahan dengan leverage berarti memiliki liabilitas yang lebih besar jika dibandingkan dengan aset yang dimiliki, hal ini mengakibatkan risiko dan tekanan yang besar pada
45
perusahaan. Oleh karena itu, semakin besar tingkat leverage, maka kemungkinan manajer melakukan manajemen laba akan semakin besar pula (Ma’ruf, 2006 dalam Guna dan Herawaty, 2010). Watts and Zimmerman (1986) dalam Agustia (2013) menyatakan bahwa dalam debt covenant hypothesis, semakin dekat perusahaan ke arah pelanggaran persyaratan utang yang didasarkan atas angka akuntansi maka manajer cenderung akan memilih prosedur-prosedur akuntansi yang memindahkan laba periode mendatang ke periode berjalan. Hasil penelitian Guna dan Herawaty (2010) menyatakan bahwa leverage berpengaruh terhadap manajemen laba. Sejalan dengan Guna dan Herawaty (2010), penelitian Agustia (2013) juga memberikan hasil bahwa leverage berpengaruh pada manajemen laba. Hasil penelitian Agustia (2013) menyatakan bahwa perusahaan yang memiliki rasio leverage yang tinggi, berarti proporsi hutangnya lebih tinggi dibandingkan dengan proporsi aktivanya akan cenderung melakukan manipulasi dalam bentuk manajemen laba. Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti merumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut: H2 : Leverage berpengaruh pada manajemen laba. 3. Kompensasi Bonus terhadap Manajemen Laba Bonus Plan Hypothesis merupakan salah satu motif pemilihan suatu metode akuntansi tidak terlepas dari positive accounting theory. Hipotesis ini menyatakan bahwa manajer perusahaan dengan rencana
46
bonus lebih menyukai metode akuntansi yang meningkatkan laba periode berjalan. Pilihan tersebut diharapkan dapat menigkatkan nilai sekarang bonus yang akan diterima seandainya komite kompensasi dari Dewan Direktur tidak menyesuaikan dengan metode yang dipilih (Watts and Zimmerman,1990). Jika perusahaan memiliki kompensasi bonus maka manajer cenderung akan melakukan praktik manajemen laba untuk memaksimalkan bonus yang akan diterima. Pujianti dan Arfan (2013) menyatakan bahwa pemberian bonus seringkali dikaitkan dengan tingkat laba bersih yang dihasilkan pada tahun yang bersangkutan. Manajer yang memiliki informasi atas laba bersih perusahaan yang sebenarnya akan bertindak oportunis untuk melakukan manajemen laba dengan memaksimalkan laba saat ini ataupun menyimpannya untuk tahun-tahun yang akan datang. Hasil penelitian Pujianti dan Arfan (2013) menyatakan bahwa kompensasi bonus berpengaruh negatif terhadap manajemen laba. Pengaruh negatif ini bermakna bahwa semakin besar kompensasi bonus yang diterima manajemen maka semakin rendah tingkat manajemen laba yang dilakukan oleh manajer perusahan. Sedangkan hasil penelitian Aryani (2011) menunjukkan bahwa kompensasi bonus memberikan pengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap manajemen laba. Hal ini mengindikasikan bahwa tingkat bonus yang diberikan pemilik perusahaan kepada manajer tidak dapat memberikan kontribusi bagi manajer dalam melakukan manajemen laba. Berbeda dengan hasil penelitian Aryani
47
(2011), hasil penelitian Elfira (2014) memberikan hasil bahwa kompensasi bonus berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba. Hal ini berarti jika
kompensasi
bonus
mengalami
peningkatan,
maka
tindakan
manajemen laba juga akan meningkat, begitupun sebaliknya. Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti merumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut: H3 : Kompensasi bonus berpengaruh terhadap manajemen laba. 4. Biaya Politik terhadap Manajemen Laba Biaya politik timbul dari konflik kepentingan antara perusahaan dengan pemerintah sebagai kepanjangan tangan masyarakat yang mempunyai wewenang untuk melakukan pengalihan kekayaan dari perusahaan kepada masyarakat sesuai dengan peraturan yang berlaku, yaitu peraturan perpajakan maupun peraturan lainnya. Proses pengalihan kekayaan biasanya didasarkan pada informasi akuntansi, seperti laba perusahaan. Biaya politik mencangkup semua biaya yang harus ditanggung perusahaan terkait dengan tindakan-tindakan politis, seperti regulasi, pajak, subsidi pemerintah dan tuntutan buruh (Watt and Zimmerman, 1990). Aryani (2011) menyatakan bahwa salah satu motivasi manajer dalam melakukan manajemen laba adalah biaya politik. Dimana dalam motivasi biaya politik, perusahaan yang lebih besar akan melakukan lebih banyak kebijakan yang akan menyebabkan laba menurun dengan maksud mengurangi efek politis. Perusahan besar cenderung menggunakan
48
prosedur akuntansi yang menurunkana laba untuk tujuan mengurangi pembebanan pajak yang tinggi. Zimmerman (1983) dalam Handayani dan Rachadi (2009) menyarankan untuk menggunakan ukuran perusahaan sebagai proksi untuk biaya politik (political cost). Ukuran perusahaan sendiri dapat dilihat dari total asset atau aktiva yang dimiliki perusahaan. Semakin besar ukuran perusahaan, biasanya informasi yang tersedia untuk investor dalam pengambilan keputusan semakin banyak. Perusahaan besar cendrung akan lebih berhati-hati dalam pelaporan keuangan karena perusahaan besar lebih diperhatikan oleh masyarakat dibandingkan perusahaan kecil. Hasil penelitian Tanomi (2012) dan Acmad et all (2007) samasama memberikan hasil bahwa biaya politik berpengaruh terhadap praktik manajemen laba yang dilakukan perusahaan. Hasil penelitian Aryani (2011) juga menyatakan hasil yang sama, yaitu biaya politik (ukuran perusahaan) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap manajemen laba. Hal ini mengindikasikan bahwa biaya politik (ukuran perusahaan) dapat memberikan kontribusi bagi manajer dalam melakukan manajemen laba. Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti merumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut: H4 : Biaya politik berpengaruh terhadap manajemen laba. 5. Operating Cash Flow terhadap Manajemen Laba Dalam penelitian ini menggunakan variabel arus kas dari aktivitas operasi sebagai variabel kontrol karena mengikuti penelitian sebelumnya
49
yang dilakukan oleh Pradhana dan Rudiawarni (2013) menggunakan variabel kontrol Operating Cash Flow. Dalam penelitian tersebut terdapat bukti hubungan negatif antara arus kas operasi dengan manajemen laba akrual perusahaan. H5 : Operating Cash Flow berpengaruh terhadap manajemen laba.
50
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini dilakukan untuk menguji pengaruh variabel independen yaitu asimetri informasi, leverage, kompensasi bonus dan biaya politik terhadap variabel dependen yaitu manajemen laba. Populasi pada penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan manufaktur sub sektor consumer goods industry yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2010-2014. B. Metode Penentuan Sampel Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan metode purposive sampling, yaitu penentuan sampling berdasarkan kriteria atau pertimbangan tertentu. Adapun pertimbangannya sebagai berikut : 1. Perusahaan yang bergerak di bidang manufaktur sub sektor consumer goods industry, yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama 5 tahun berturut-turut dalam kurun waktu 2010-2014. 2. Perusahaan sampel memiliki dan mengeluarkan secara berturut-turut laporan keuangan yang telah diaudit selama periode tahun 2010-2014. 3. Perusahaan sampel menampilkan informasi mengenai total aktiva, jumlah kewajiban dan ekuitas, serta informasi terkait bonus bagi karyawan dalam laporan tahunan secara berturut-turut selama periode tahun 2010-2014.
51
4. Perusahaan
menggunakan
mata
uang
rupiah
dalam
laporan
adalah
dengan
keuangannya. C. Metode Pengumpulan Data Metode
pengumpulan
data
penelitian
ini
menggunakan metode dokumentasi. Metode ini dilakukan dengan cara menyalin dan mengarsip data-data dari sumber-sumber yang ada. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data-data sekunder yang diperoleh dari sumber-sumber yang tersedia seperti Bursa Efek Indonesia dalam situs resminya yaitu idx.co.id, pusat refrensi pasar modal dan lainlain. Data tersebut berupa data laporan keuangan perusahaan yang bergerak di bidang manufaktur. Selain itu data sekunder juga peneliti dapatkan dari berbagai buku refrensi, jurnal, artikel dan literatur-literatur lainnya yang berkaitan dengan penelitian ini. D. Metode Analisis Data Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah ada pengaruh yang signifikan antara asimetri informasi, leverage, biaya politik dan kompensasi bonus terhadap manajemen laba. 1. Statistik Deskriptif Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi (Sugiyono,2009:147). Statistik deskriptif memberikan gambaran atau
52
deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, maksimum-minimum, sum, range dan skewness sehingga secara kontekstual dapat lebih mudah dimengerti oleh pembaca. 2. Uji Asumsi Klasik Uji asumsi klasik dari data sekunder dalam penelitian ini menggunakan
uji
normalitas,
uji
heteroskedastisitas,
uji
multikolinearitas, dan uji autokorelasi. a. Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Uji t dan uji F mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal, jika asumsi ini dilanggar maka uji statistik menjadi tidak valid untuk jumlah sampel kecil (Ghozali,2011:160). Model yang baik adalah distribusi data normal atau mendekati normal. Deteksi normalitas dapat dilihat dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal grafik dan juga dengan menggunakan uji non-parametrik KolmogorovSmirnov (K-S). Uji K-S dilakukan dengan membuat hipotesis : Hipotesis Nol (Ho)
: data terdistribusi secara normal
Hipotesis Alternatif (HA) : data tidak berdistribusi normal Dasar pengambilan keputusan pada uji K-S ini adalah dengan melihat nilai probabilitas signifikansi data residual. Jika angka probabilitas kurang dari 0.05 maka variabel ini tidak
53
berdistribusi secara normal. Sebaliknya, bila angka probabilitas di atas 0.05 maka HA ditolak yang berarti variabel terdistribusi secara normal (Ghozali, 2011: 164). b. Uji Heteroskedastisitas Uji heterosketastisitas dilakukan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lainnya. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lainnya tetap, maka disebut
homokedastisitas
heterokedastisitas.
Model
dan regresi
jika
berbeda
yang
baik
disebut adalah
homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas (Ghozali, 2011:139). Untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas dilakukan dengan melihat grafik scatterplots antar nilai prediksi variabel dependen yaitu ZPRED dengan residualnya SRESID. Sumbu Y menjadi sumbu yang telah diprediksi dan sumbu X adalah residual (Y prediksi- Y sesungguhnya) yang telah di stardardized. Ada tidaknya heterokedastisitas dapat dilakukan sebagai berikut (Ghozali,2011:139): 1) Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu
yang teratur, mengidentifikasikan adanya
heterokedastisitas.
54
2) Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas. c. Uji Multikolinearitas Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel (Ghozali, 2011:105). Model regresi yang baik adalah model yang antar variabel independennya tidak terjadi korelasi satu sama lain atau tidak terjadi multikolinearitas. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinearitas dalam model regresi dapat dilihat atau dideteksi dengan tolerance value dan variance inflation factor (VIF). Nilai cut-off yang umum adalah : 1) Jika nilai Tolerance > 10 persen dan nilai VIF < 10, maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada multikolinearitas antar variabel independen dalam model regresi. 2) Jika nilai Tolerance < 10 persen dan nilai VIF > 10, maka dapat disimpulkan bahwa ada multikolinearitas antar variabel independen dalam model regresi. d. Uji Autokorelasi Uji autokorelasi dilakukan dengan uji Durbin Watson. Pengujian ini bertujuan untuk menguji apakah sebuah model regresi linear ada korelasi antara kesalahan penggangu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Jika
55
terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lain. Masalah ini timbul karena residual (kesalahan penggangu) tidak bebas dari satu observasi ke observasi lainnya. Hal ini sering ditemukan pada runtut waktu karena gangguan pada individu atau kelompok yang sama pada periode berikutnya (Ghozali, 2011:110). Pada data crossection (silang waktu), masalah autokorelasi relatif jarang terjadi karena gangguan pada observasi yang berbeda berasal dari individu atau kelompok yang berbeda. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi dapat digunakan dengan uji Durbin Watson, dimana pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi yaitu sebagai berikut :
Hipotesis nol Tidak ada autokorelasi positif Tidak ada autokorelasi positif Tidak ada korelasi negatif Tidak ada korelasi negatif Tidak ada autokorelasi positif atau negatif
Keputusan Tolak
Jika 0 < d < dl
No decision
dl ≤ d ≤ du
Tolak
4-dl < d < 4
No decision
4 - du ≤ d ≤ 4 - dl
Tidak ditolak
du < d < 4 –du
56
3.
Koefisien Determinasi Koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel independen. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol (0) dan (1). Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjalaskan variasi variabel dependen sangat terbatas. Nilai yang mendekati satu (1) berarti variabel-variabel independen memberikan hampir seluruh informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen (Ghozali, 2011:97).
4. Uji Hipotesis Hipotesis dalam penelitian ini diuji dengan menggunakan metode linear berganda. Model regresi berganda umumnya digunakan untuk menguji pengaruh dua atau lebih variabel independen terhadap variabel dependen dengan skala pengukuran interval atau rasio dalam suatu persamaan linear (Ghazali, 2009: 96). Variabel independen yang akan diteliti pada penelitian ini adalah asimetri informasi, leverage, biaya politik dan kompensasi bonus. Sedangkan variabel dependen yang akan diteliti pada penelitian ini adalah manajemen laba. Model regresi yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah sebagai berikut : Manajemen Laba = α + β1 AST + β2 Lev + β3 KB + β4 BP + ε
57
Dimana : Manajemen Laba
: Tingkat Praktik Manajemen Laba yang dilakukan Manajemen
α
: Konstanta
β1 AST
: Asimetri Informasi
β2 Lev
: Leverage
β3 KB
: Kompensasi Bonus
β4 BP
: Biaya Politik
ε
: Standar error
Pengujian model ini dilakukan menggunakan : a. Uji Statistik t Uji statistik t menunjukkan sebarapa jauh pengaruh masing-masing variabel independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen dan digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen (Ghozali, 2011:99). Hipotesis akan diuji dengan menggunakan tingkat signifikansi (a) sebesar 5 persen atau 0.05. Kriteria penerimaan atau
penolakan
hipotesis
akan
didasarkan
pada
nilai
probabilitas signifikansi . Jika nilai probabilitas signifikansi < a, maka hipotesis diterima. Jika nilai probabilitas signifikansi > a, maka hipotesis ditolak.
58
b. Uji Statistik F Uji statistik F digunakan untuk menunjukkan apakah semua variabel independen yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen. Uji Statistik F digunakan untuk mengetahui seluruh variabel independen yang dimasukkan dalam model regresi secara bersama-sama terhadap variabel dependen yang diuji pada tingkat signifikansi 0.05 (Ghozali, 2011:98). Kriteria penolakan atau penerimaan hipotesis akan didasarkan pada nilai probabilitas signifikansi. Jika nilai probablitas signifikansi < 0.05, maka hipotesis diterima. Hal ini berarti model regresi dapat digunakan untuk memprediksi variabel independen. Jika nilai probabilitas signifikansi > 0.05, maka hipotesis ditolak. Hal ini berarti model regresi tidak dapat digunakan untuk memprediksi variabel dependen. E. Operasional Variabel Penelitian Pada sub bab ini akan diuraikan definisi dari masing-masing variabel, baik variabel dependen, variabel independen maupun variabel kontrol yang digunakan dalam penelitian ini dan juga akan disebutkan elemen pengukuran dari masing-masing variabel tersebut yang biasanya disebut sebagai indikator atau instrument penelitian.
59
1. Variabel Dependen Variabel dependen dalam penelitian ini adalah manajemen laba. Manajemen laba dapat dipandang sebagai upaya yang secara sengaja dilakukan oleh manajer dimaksudkan untuk menormalkan laba dalam rangka mencapai kecendrungan atau tingkat yang diinginkan manajer. Pambudi
dan
Sumantri
(2014)
menyatakan
bahwa
adanya
kecendrungan lebih memperhatikan laba ini sangat disadari oleh manajemen, khususnya manajer yang kinerjanya diukur berdasarkan informasi
tersebut,
sehingga
mendorong
timbulnya
perilaku
menyimpang (dysfunctional behavior) yang salah satu bentuknya adalah manajemen laba. Manajemen
laba
dalam
penelitian
ini
diukur
dengan
menggunakan discretionary accrual. Discretionary accruals dihitung dengan
cara
menyelisihkan
total
accruals
(TACC)
dan
nondiscretionary accruals (NDACC). Dalam menghitung DACC, digunakan model Modified Jones. Model Modified Jones yang merupakan perkembangan dari model Jones dapat mendeteksi manajemen laba lebih baik dibandingkan dengan model-model lainnya sejalan dengan hasil penelitian Dechow et al. (1995) dalam Purwanti (2011). Model perhitungan sebagai berikut : TAC = Nit – CFOit Nilai total accrual (TA) yang diestimasi dengan persamaan regresi OLS sebagai berikut:
60
TAit/Ait-1 = β1 (1/Ait-1) + β2 (ΔRevt/Ait-1) + β3 (PPEt/Ait-1) + e Dengan menggunakan koefisien regresi diatas, nilai non discretionary accruals (NDA) dapat dihitung dengan rumus : NDAit = β1(1/Ait-1) + β2 (ΔRevt/Ait-1 – ΔRect/Ait-1) + β3 (PPEt/Ait-1) Selanjutnya discretionary accruals (DA) dapat dihitung sebagai berikut: DAit = TAit/Ait-1 – NDAit Keterangan : DAit
= Discretionary Accruals perusahaan i pada periode ke t
NDAit
= Non Discretionary Accruals perusahaan i pada periode
ke t TAit
= Total Accrual perusahaan i pada periode ke t
Nit
= Laba Bersih perusahaan i pada periode ke t
CFOit
=
Aliran kas dari aktivitas operasi perusahaan i pada
periode Ke t Ait-1
= Total aktiva perusahaan i pada periode ke t-1
ΔRevt
= perubahan pendapatan perusahaan i pada periode ke t
PPEt
= aktiva tetap perusahaan pada periode ke t
ΔRect
= perubahan piutang perusahaan i pada periode ke t
e
= error
61
2. Variabel Independen Variabel independen dalam penelitian ini adalah asimetri informasi, leverage, biaya politik dan kompensasi bonus. a. Asimetri Informasi Asimetri informasi adalah keadaan dimana manajer lebih mengetahui informasi internal dan prospek perusahaan di masa yang akan datang dibanding pemegang saham dan stakeholder lainnya. Muliati (2011) menyatakan bahwa asimetri informasi merupakan suatu keadaan dimana manajer perusahaan memiliki akses informasi atas prospek perusahaan yang tidak dimiliki oleh pihak luar perusahaan. Ifonie (2012) melihat asimetri informasi sebagai ketimpangan informasi yang terjadi antara manajer dan pemegang saham atau stakeholder lainnya, dimana manjer lebih mengetahui informasi internal dan prospek perusahaan di masa depan dibandingkan pemegang saham tersebut. Rahmawati et all (2006) dan Putra et all (2014) mengukur asimetri informasi dengan menggunakan bid-ask spread, yang dapat dinyatakan sebagai berikut: SPREAD = {(ASK it – BID it) / (ASK it + BID it) / 2 } x 100 Keterangan: ASK it = harga ask tertinggi saham perusahan i pada tahun t BID it = harga bid terendah saham perusahaan i pada tahun t
62
b. Leverage Leverage adalah rasio antara jumlah total hutang dengan total modal sendiri. Jao dan Pagulung (2011) menyatakan bahwa leverage menunjukkan perbandingan dana yang dipinjam dari kreditur dibanding dengan dana yang disediakan oleh pemiliknya. Pambudi
dan
perbandingan
Sumatri antara
(2014)
total
melihat
kewajiban
leverage
dengan
total
sebagai aktiva
perusahaan, dimana rasio ini menunjukan besarnya besar aktiva perusahaan yang dibiayai dengan hutang. Jao dan Pagulung (2011) mengukur leverage dengan mengunakan rasio total hutang terhadap total ekuitas. Sejalan dengan Jao dan Pagulung (2011), Agustia (2013) mengukur leverage menggunakan rasio Debt to Asset, yaitu perbandingan total kewajiban (hutang jangka pendek dan hutang jangka panjang) dengan total aset yang dimiliki perusahaan pada akhir tahun. Berdasarkan penelitian-penelitian terdahulu, maka variabel leverage dalam penelitian ini diukur atau dihitung dengan rumus sebagai berikut:
𝐿𝐸𝑉 =
Total Hutang Total Aset
Keterangan : LEV
: Leverage
Total Hutang : Total hutang pada akhir tahun t Total Aset
: Total aset pada akhir tahun t
63
c. Kompensasi Bonus Bonus Plan Hypothesis merupakan salah satu motif pemilihan suatu metode akuntansi tidak terlepas dari positive accounting theory. Hipotesis ini menyatakan bahwa manajer perusahaan dengan rencana bonus lebih menyukai metode akuntansi yang meningkatkan laba periode berjalan. Pilihan tersebut diharapkan dapat menigkatkan nilai sekarang bonus yang akan diterima seandainya komite kompensasi dari Dewan Direktur tidak menyesuaikan dengan metode yang dipilih (Watts and Zimmerman,1990). Jika perusahaan memiliki kompensasi bonus maka manajer cenderung akan melakukan praktik manajemen laba untuk memaksimalkan bonus yang akan diterima. Pujianti dan Arfan (2013) dan Elfira (2014) mengukur variabel kompensasi bonus dengan menggunakan variabel dummy, yaitu menggunakan skala 1 apabila ada pemberian kompensasi bonus kepada manajemen dan skala 0 apabila tidak terdapat pemberian kompensasi bonus kepada manajemen. Berdasarkan penelitian-penelitian terdahulu, kompensasi bonus pada penelitian ini diukur dengan variabel dummy, dimana perusahaan yang memberikan bonus diberi nilai 1 sedangkan perusahaan yang tidak memberikan bonus diberi nilai 0.
64
d. Biaya Politik Watts dan Zimmerman (1986) dalam Muliati (2011), menyatakan bahwa, political cost hypothesis menyatakan bahwa perusahaan cenderung akan menurunkan nilai labanya untuk mengurangi biaya politik mereka. Karena perusahaan dengan nilai laba yang tinggi akan memunculkan biaya politik yang tinggi pula, misalnya peninggkatan pajak yang dilakukan pemerintah bagi perusahaan. Zimmerman (1983) dalam Handayani dan Rachadi (2009) menyarankan untuk menggunakan ukuran perusahaan sebagai proksi untuk biaya politik (political cost). Ukuran perusahaan sendiri dapat dilihat dari total aset atau aktiva yang dimiliki perusahaan. Semakin besar ukuran perusahaan, biasanya informasi yang tersedia untuk investor dalam pengambilan keputusan semakin banyak. Perusahaan besar cendrung akan lebih berhati-hati dalam pelaporan keuangan karena perusahaan besar lebih diperhatikan oleh masyarakat dibandingkan perusahaan kecil. Ukuran
perusahaan
dapat
dilihat
dari
total
aktiva
perusahaan dan dapat juga dilihat dari total penjualan perusahaan. Nuryaman (2008) dalam Muliati (2011) mengukur ukuran perusahaan dengan menggunakan hasil logaritma total penjualan. Guna dan Herawaty (2010) mengukur ukuran perusahaan dengan menggunakan hasil logaritma dari total aset perusahaan. Sejalan
65
dengan Guna dan Herawaty (2010), Muliati (2011) juga menggunakan hasil logaritma total aset perusahaan untuk mengukur ukuran perusahaan. Berdasarkan penelitian-penelitian terdahulu, variabel biaya politik dalam penelitian ini diproksikan dengan ukuran perusahan, dimana ukuran perusahaan ini diukur dengan menggunakan hasil logaritma dari total aset perusahaan. 3. Variabel Kontrol Dalam penelitian ini menggunakan variabel arus kas dari aktivitas operasi karena sesuai dengan penelitian Pradhana dan Rudiawarni (2013) terdapat hubungan negatif antara arus kas operasi dengan akrual diskresioner perusahaan. Sehingga variabel OCF dalam penelitian ini diperkirakan memiliki tanda negatif pada hasil regresi. Variabel ini diukur berdasarkan nilai operating cah flow laporan arus kas akhir tahun berjalan di bagi dengan total aset akhir tahun berjalan (Pradhana dan Rudiawarni, 2013). Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel Penelitian No 1
Variabel Indikator Pengukuran Variabel Dependen (Y): Variabel manajemen Rasio Manajemen Laba laba diukur mengunakan (Dechow et all, 1995 Discretionary Accrual dalam Purwanti, 2011)
66
2
Variabel Independen (X1): Asimetri Informasi (Putra et all, 2014)
Variabel Asimetri Informasi diukur menggunakan Bid-Ask Spread
Rasio
3
Variabel Independen Variabel Leverage (X2): diukur menggunkan Leverage Debt to Asset yaitu : (Agustia, 2013) Total Hutang Total Aset
Rasio
4
Variabel Independen (X3): Kompensasi Bonus (Pujianti dan Arfan, 2013)
5
Variabel Independen (X4): Biaya Politik (Zimmerman, 1983 dalam Handayani dan Rachadi, 2009 dan Muliati, 2011)
6
Variabel Kontrol (X5): Operating Cash Flow (Pradhana dan Rudiawarni, 2013)
Variabel kompensasi bonus diukur menggunakan dummy, dimana jika perusahaan memberikan bonus diberi nilai 1, sedangkan perusahaan yang tidak memberikan bonus diberi nilai 0 Diproksikan dengan ukuran perusahan, dengan pandangan perusahan dengan total asset yang besar memiliki biaya politik yang tinggi. Diukur dengan Logaritma Natural (Ln) total aset Variabel Operating Cash Flow dalam penelitian ini diukur dengan arus kas operasi / total aset
Nominal
Rasio
Rasio
Sumber: Data sekunder diolah
67
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian Populasi penelitian ini adalah perusahaan Manufaktur sub sektor Consumer Goods Industry yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2010 sampai 2014. Perusahaan Consumer Goods Industry tersebut tidak keluar dari Bursa Efek Indonesia (delisting). Berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan pada bab sebelumnya, maka didapatkan sampel sebanyak 21 perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2010-2014 dengan data observasi sebanyak 105 perusahaan. Tabel 4.1 Tahapan Seleksi Sampel Penelitian Keterangan
Jumlah
Jumlah perusahaan yang listing di Manufaktur sub sektor Consumer Goods Industry 2010-2014
36
Perusahaan yang tidak memenuhi kriteria Perusahaan yang tidak listing secara terus menerus dari tahun 2010-2014 : Delisting 2010: 6 Delisting 2014: 6 Tidak ada informasi terkait harga saham dan atau perbandingan harga saham tertinggi atau terendah bernilai 0: 3 Jumlah sampel penelitian terpilih
(15)
Tahun pengamatan
21 5
Jumlah sampel total selama periode penelitian Sumber: Data sekunder diolah
68
105
Setelah melakukan tahapan seleksi sampel terdapat 21 perusahaan yang sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan. Berikut ini nama perusahaan Consumer Goods Industry yang menjadi sampel tersebut: Tabel 4.2 Daftar Nama Perusahaan No
Kode
Nama Emiten
1
ADES
Akasha Wira Internasional Tbk.
2
CEKA
Wilmar Cahaya Indonesia Tbk.
3
DLTA
Delta Djakarta Tbk.
4
ICBP
Indofood CBP Sukses Makmur Tbk.
5
INDF
Indofood Sukses Makmur Tbk.
6
MYOR
7
ROTI
Nippon Indosari Corpindo Tbk.
8
STTP
Siantar Top Tbk.
9
ULTJ
Ultrajaya Milk Industry And Trading Company Tbk.
10
GGRM
Gudang Garam Tbk.
11
HMSP
Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk.
12
RMBA
Bentoel Internasional Investama Tbk.
13
DVLA
Darya-Varia Laboratoria Tbk.
14
KAEF
Kimia Farma Tbk.
15
KLBF
Kalbe Farma Tbk.
16
MERK
Merck Tbk.
17
TSPC
Tempo Scan Pacific Tbk.
18
MRAT
Mustika Ratu Tbk.
19
TCID
Mandom Indonesia Tbk.
Mayora Indah Tbk.
69
20
KICI
Kedaung Indah Can Tbk.
21
LMPI
Langgeng Makmur Industri Tbk.
Sumber: Data sekunder diolah B. Statistik Deskriptif Hipotesis dalam penelitian ini diuji dengan menggunakan regresi berganda. Tujuannya untuk memperoleh gambaran secara menyeluruh mengenai pengaruh variabel independen seperti asimetri informasi, leverage, kompensasi bonus dan biaya politik terhadap variabel dependen yaitu manajemen laba. Dalam penelitian ini menggunakan satu variabel kontrol yaitu operating cash flow perusahaan. Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, maksimumminimum, sum, range dan skewness sehingga secara kontekstual dapat lebih mudah dimengerti oleh pembaca. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu nilai terendah (minimum), nilai tertinggi (maximum), rata-rata (mean) dan standar deviasi. Berikut hasil statistik deskriptif dari variabel-variabel dalam penelitian ini:
Y X1 (Ast. informasi) X2 (Leverage) X4 (By. Politik) X5 (CFO) Valid N (listwise)
N 105 105 105 105 105 105
Tabel 4.3 Statistik Deskriptif Minimum Maximum -.13200 .40200 16.23500 163.63600 .09400 1.13600 25.17700 32.08500 -.24300 .57200
Mean Std. Deviation .0343714 .09293590 61.9434476 30.94477939 .3725048 .17830371 28.5256476 1.67929025 .1074762 .12174462
Sumber: Data sekunder diolah 70
Berdasarkan
hasil
statistik
deskriptif
di
atas,
variabel
manajemen laba (Y) menunjukan nilai terendah (minimum) -0.132, nilai tertinggi (maximum) 0.402, nilai rata-rata (mean) 0.034 dan standar deviasi sebesar 0.093 dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa perusahaan Consumer Goods Industry melakukan manajemen laba akrual, baik dengan teknik income minimization maupun dengan income maximization. Hasil analisis statistik deskriptif variabel asimetri informasi (X1) menghasilkan nilai terendah (minimum) 16.235, nilai tertinggi (maximum) 163.636, nilai rata-rata (mean) 61.943 dan standar deviasi sebesar 30.945. Hasil analisis statistik deskriptif variabel leverage (X2) menghasilkan nilai terendah (minimum) 0.094, nilai tertinggi (maximum) 1.136, nilai rata-rata (mean) 0.373 dan standar deviasi sebesar 0.178. Hasil analisis statistik deskriptif variabel biaya politik (X) menunjukan nilai terendah (minimum) 25.177, nilai tertinggi (maximum) 32.085, nilai ratarata (mean) 28.526 dan standar deviasi sebesar 1.679. Hasil analisis statistik deskriptif variabel kontrol operating cash flow (OCF) menunjukan nilai terendah (minimum) -0.243, nilai tertinggi (maximum) 0.572, nilai rata-rata (mean) 0.107 dan standar deviasi sebesar 0.122. C. Analisis dan Pembahasan 1.
Uji Asumsi Klasik Uji asumsi klasik dilakukan dalam penelitian ini untuk menguji apakah data memenuhi asumsi klasik. Hal ini untuk menghindari terjadinya estimasi yang bias mengingat tidak semua data 71
dapat diterapkan regresi. Uji asumsi klasik yang telah dilakukan dan hasilnya adalah sebagai berikut: a. Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel penggangu atau residual memiliki distribusi normal. Uji t dan uji F mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal, jika asumsi ini dilanggar maka uji statistik menjadi
tidak valid untuk jumlah sampel kecil
(Ghozali,2011:160). Model yang baik adalah distribusi data normal atau mendekati normal. Deteksi normalitas dapat dilihat dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal grafik. Dalam penelitian ini pengujian uji normalitas dilakukan dengan menggunakan metode analisis grafik yaitu dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik. Dasar pengambilan keputusannya: jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas. Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan/atau tidak mengikuti arah garis diagonal, makan model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas (ghozali, 2011: 163). Adapun hasil uji normalitas dapat dilihat dari gambar berikut:
72
Gambar 4.1
Gambar 4.2
73
Dari grafik histogram tampak bahwa residual terdistribusi secara normal dan berbentuk simetris tidak menceng ke kanan atau ke kiri. Pada grafik normal probability plots titik-titik menyebar berhimpit di sekitar garis diagonal dimana hal ini menunjukkan bahwa residual terdistribusi secara normal. Selain itu berdasarkan hasil pengujian uji normalitas menggunakan metode uji non-parametrik Kolmogorov-Smirnov (KS) diperoleh hasil sebagai berikut :
Tabel 4.4 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N Normal Parametersa,b Most Extreme Differences Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
Mean Std. Deviation Absolute Positive Negative
105 .0000000 .07674793 .131 .131 -.087 1.343 .054
Sumber: Data sekunder diolah Berdasarkan tabel di atas, hasil uji Kolmogorov-Smirnov (K-S) menunjukan bahwa data terdistribusi secara normal. Hal ini dapat terlihat dari nilai probabilitas sebesar 0.054 lebih besar dari 0.05. Sehingga berdasarkan hasil pengamatan pada grafik histogram, normal probability plots dan hasil uji Kolmogorov-
74
Smirnov (K-S) dapat disimpulkan bahwa model penelitian ini memenuhi uji asumsi klasik normalitas. b. Uji Heteroskedastisitas Uji heterosketastisitas dilakukan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lainnya. Model regresi yang baik adalah homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas (Ghozali, 2011:139). Dalam penelitian ini, untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas dilakukan dengan melihat grafik scatterplots antar nilai prediksi variabel dependen yaitu ZPRED dengan residualnya SRESID. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur, maka mengindikasikan telah terjadi heterokedastisitas. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka mengindikasikan tidak terjadi heteroskedastisitas. Gambar 4.3 di bawah ini merupakan hasil uji heteroskedastisitas yang dilihat dari grafik scatterplot.
75
Gambar 4.3
Dari grafik scatterplots di atas terlihat bahwa titik-titik menyebar secara acak serta tersebar baik di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y. Hal ini dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi. c. Uji Multikolinieritas Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah adanya korelasi antar variabel bebas (independen) dalam model regresi. Untuk mendeteksi adanya masalah multikolonieritas dalam penelitian ini dengan menggunakan Nilai Tolerance dan VIF (Variance Inflation Factor). Regresi yang terbebas dari problem multikolonieritas apabila nilai VIF <10 dan nilai Tolerance > 0.10, maka data tersebut tidak ada multikolonieritas. Berikut ini disajikan hasil uji multikolonieritas dengan menggunakan nilai Tolerance dan VIF (Variance Inflation Factor), yaitu:
76
Tabel 4.5 Hasil Uji Multikolinieritas Model
Collinearity Statistics Tolerance VIF
(Constant) X1 (Ast.Informasi) .909 X2 (Leverage) .728 X3 (Komp.Bonus) .830 X4 (By.Politik) .717 X5 (CFO) .838 Sumber: Data sekunder diolah
1.101 1.374 1.205 1.394 1.194
Kesimpulan
Tidak terjadi multikolonieritas Tidak terjadi multikolonieritas Tidak terjadi multikolonieritas Tidak terjadi multikolonieritas Tidak terjadi multikolonieritas
Dalam tabel 4.4 menunjukan hasil uji multikolonieritas dengan nilai VIF berkisar antara 1.101 sampai 1.394. Sedangkan nilai tolerance berkisar antara 0.717 sampai 0.909. Maka dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa model penelitian ini tidak terjadi multikolonieritas. d. Uji Autokorelasi Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Jika ada korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi. Dari hasil pengujian autokorelasi
menggunakan
Durbin Watson statistik, maka didapatkan hasil seperti yang tertera dalam tabel 4.5 berikut:
77
Tabel 4.6 Hasil Uji Autokorelasi Durbin-Watson Model Summaryb Model R R Adjusted R Std. Error of the Square Square Estimate a 1 .564 .318 .284 .07866214 a. Predictors: (Constant), X5, X3, X1, X2, X4 b. Dependent Variable: Y Sumber: Data sekunder diolah
DurbinWatson 1.475
Setelah dilakukan analisis data, diperoleh nilai Durbin Watson sebesar 1.475. Tabel 4.6 menunjukkan bahwa nilai uji Durbin Watson pada penelitian ini berada di antara
0 dan dl
(1.571) atau dapat dikatakan 0 < d < dl. Maka dapat disimpulkan bahwa terdapat autokorelasi positif. Dikarenakan terjadi masalah autokorelasi positif maka autokorelasi tersebut harus diobati. Autokorelasi dapat diobati dengan menggunakan first difference (Ghazali,2011: 122). Untuk mengobati autokorelasi kita membutuhkan nilai rho (ρ), dan dalam kasus nilai
(ρ) tidak diketahui maka dapat diestimasi dengan
berbagai cara. Pada kasus autokorelasi di penelitian ini nilai ρ diestimasi berdasarkan nilai Durbin-Watson d statistik dimana nilai ρ dihitung menggunakan rumus Theil-Nagar sebagai berikut:
𝛒=
𝒅 𝒏𝟐 (𝟏 − 𝟐) + 𝒌𝟐 𝒏𝟐 − 𝒌𝟐
78
Dimana : n = jumlah sampel atau observasi d = nilai statistik Durbin-Watson k = jumlah variabel bebas
𝛒=
𝟏. 𝟒𝟕𝟓 𝟐 𝟐 ) + 𝟓 = 𝟎. 𝟐𝟔𝟓 𝟏𝟎𝟓𝟐 − 𝟓𝟐
𝟏𝟎𝟓𝟐 (𝟏 −
Dengan menggunakan rumus Theil-Nagar di atas didapat nilai ρ sebesar 0.265. Setelah nilai ρ didapat, langkah selanjutnya adalah mentransformasi persamaan regresi menjadi seperti di bawah ini: Y@
= Y- ρ ( Yt-1)
X1@ = X1- ρ ( X1t-1) Lakukan seterusnya sampai mendapatkan variabel baru X5@. Setelah mendapatkan variabel baru, kemudian lakukan regresi dengan persamaan sebagai berikut: Y@= β1 + X1@ + X2@ + X3@ + X4@ + X5@ + εt
2.
Statistik Deskriptif Setelah Transformasi Data Setelah melakukan regresi meggunakan data baru hasil transformasi data maka didapatkan hasil statistik deskriptif sebagai berikut:
79
Tabel 4.7 Statistik Deskriptif Setelah Transformasi Data Descriptive Statistics N Minimum Maximum Mean Y@ X1@ (Ast.Informasi) X2@ (Leverage) X4@ (By.Politik) X5@ (CFO) Valid N (listwise)
104 104 104 104 104 104
-.17 -7.35 -.05 17.69 -.30
.44 144.05 .90 23.61 .48
.0220 44.6191 .2711 20.9830 .0807
Std. Deviation .09381 30.55604 .14550 1.31035 .11077
Sumber: Data sekunder diolah Berdasarkan hasil statistik deskriptif di atas, variabel manajemen laba (Y@) menunjukan nilai terendah (minimum) -0.17, nilai tertinggi (maximum) 0.44, nilai rata-rata (mean) 0.0220 dan standar deviasi sebesar 0.09381 dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa perusahaan Consumer Goods Industry melakukan manajemen laba akrual, baik dengan teknik income minimization maupun dengan income maximization. Hasil analisis statistik deskriptif variabel asimetri informasi (X1@) menghasilkan nilai terendah (minimum) 7.35, nilai tertinggi (maximum) 144.05, nilai rata-rata (mean) 44.6191 dan standar deviasi sebesar 30.55604. Hasil analisis statistik deskriptif variabel leverage (X2@) menghasilkan nilai terendah (minimum) -0.05, nilai tertinggi (maximum) 0.90, nilai rata-rata (mean) 0.2711 dan standar deviasi sebesar 0.14550. Hasil analisis statistik deskriptif variabel biaya politik (X4@) menunjukan nilai terendah (minimum) 17.69, nilai
80
tertinggi (maximum) 23.61, nilai rata-rata (mean) 20.9830 dan standar deviasi sebesar 1.31035. Hasil analisis statistik deskriptif variabel kontrol operating cash flow (X5@) menunjukan nilai terendah (minimum) -0.30, nilai tertinggi (maximum) 0.48, nilai rata-rata (mean) 0.0807 dan standar deviasi sebesar 0.11077. 3.
Uji Asumsi Klasik Setelah Transformasi Data a. Uji Normalitas Setelah melakukan regresi meggunakan data baru hasil transformasi data maka didapatkan hasil uji normalitas sebagi berikut:
Gambar 4.4
81
Gambar 4.5
Dari grafik histogram tampak bahwa residual terdistribusi secara normal dan berbentuk simetris tidak menceng ke kanan atau ke kiri. Pada grafik normal probability plots titik-titik menyebar berhimpit di sekitar garis diagonal dimana hal ini menunjukkan bahwa residual terdistribusi secara normal. Selain itu berdasarkan hasil pengujian uji normalitas menggunakan metode uji non-parametrik Kolmogorov-Smirnov (KS) diperoleh hasil sebagai berikut :
82
Tabel 4.8 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N 104 Mean .0000000 Normal Parametersa,b Std. Deviation .06814503 Absolute .127 Most Extreme Differences Positive .127 Negative -.099 Kolmogorov-Smirnov Z 1.292 Asymp. Sig. (2-tailed) .071 a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. Sumber: Data sekunder diolah Berdasarkan tabel di atas, hasil uji Kolmogorov-Smirnov (K-S) menunjukan bahwa data terdistribusi secara normal. Hal ini dapat terlihat dari nilai probabilitas sebesar 0.071 lebih besar dari 0.05. Sehingga berdasarkan hasil pengamatan pada grafik histogram, normal probability plots dan hasil uji KolmogorovSmirnov (K-S) dapat disimpulkan bahwa model penelitian ini memenuhi uji asumsi klasik normalitas. d. Uji Heteroskedastisitas Setelah melakukan regresi meggunakan data baru hasil transformasi data maka didapatkan hasil uji heteroskedastisitas sebagai berikut:
83
Gambar 4.6
Dari grafik scatterplots di atas terlihat bahwa titik-titik menyebar secara acak serta tersebar baik di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y. Hal ini dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi. c. Uji Multikolinieritas Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah adanya korelasi antar variabel bebas (independen) dalam model regresi. Setelah melakukan regresi menggunakan data baru hasil transformasi data didapatkan hasil uji multikolinieritas sebagai berikut:
84
Tabel 4.9 Hasil Uji Multikolinieritas Setelah Transformasi Data Model
Collinearity Statistics Tolerance VIF
(Constant) AST.INFOR .969 LEVERAGE .741 KOM.BONUS .859 BY.POLITIK .740 OCF .872 Sumber: Data sekunder diolah
1.031 1.349 1.164 1.351 1.146
Kesimpulan
Tidak terjadi multikolonieritas Tidak terjadi multikolonieritas Tidak terjadi multikolonieritas Tidak terjadi multikolonieritas Tidak terjadi multikolonieritas
Dalam tabel 4.9 menunjukan hasil uji multikolonieritas dengan nilai VIF berkisar antara 1.031 sampai 1.351. Sedangkan nilai tolerance berkisar antara 0.740 sampai 0.969. Maka dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa model penelitian ini tidak terjadi multikolonieritas. d. Uji Autokorelasi Setelah melakukan regresi menggunakan data baru hasil transformasi data maka didapatkan hasil uji autokorelasi sebagai berikut: Tabel 4.10 Hasil Uji Autokorelasi D-W Setelah Transformasi Data Model Summaryb Model R R Adjusted R Std. Error of the Square Square Estimate a 1 .687 .473 .446 .06986 a. Predictors: (Constant), X5@, X3@, X1@, X2@, X4@ b. Dependent Variable: Y@
DurbinWatson 1.691
85
Setelah dilakukan analisis data, diperoleh nilai Durbin Watson sebesar 1.691. Tabel 4.10 menunjukkan bahwa nilai uji Durbin Watson pada penelitian ini berada di antara dl (1.571) dan du (1.780) atau dapat dikatakan dl < d < du. Maka dapat disimpulkan bahwa no decision yang menyatakan bahwa tidak ada autokorelasi positif. 4.
Koefisien Determinasi (R2) Koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel independen. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol (0) dan (1). Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen sangat terbatas. Nilai yang mendekati satu (1) berarti variabel-variabel independen memberikan hampir seluruh informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen (Ghozali, 2011:97). Uji koefisien determinasi (R2) dilakukan untuk mengukur seberapa jauh model dalam menerangkan pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Dalam penelitian ini variabel independen yang uji adalah asimetri informasi, leverage, kompensasi bonus dan biaya politik. Sedangkan variabel dependennya adalah manjemen laba. Dalam penelitian ini juga menggunakan variabel kontrol yaitu variabel operating cash flow. Adapun hasil uji koefisien Adjusted R Square disajikan dalam tabel 4.11 di bawah ini:
86
Tabel 4.11 Koefisien Determinasi Model
R
R Adjusted R Std. Error of the Square Square Estimate a 1 .687 .473 .446 .06986 a. Predictors: (Constant), X5@, X3@, X1@, X2@, X4@ b. Dependent Variable: Y@ Pada tabel 4.11, memperlihatkan Adjusted R Square adalah sebesar 0.446, hal ini berarti 44,6% variabel manajemen laba dapat dijelaskan oleh variabel asimetri informasi, leverage, kompensasi bonus, biaya politik, dan operating cash flow perusahaan. Sedangkan sisanya yaitu sebesar (100%-44,6% = 55,4 %) dijelaskan oleh faktorfaktor lain yang tidak termasuk dalam analisa regresi pada penelitian ini seperti kualitas audit (Wiryadi dan Sebrina, 2013), kepemilikan manajerial (Antonia, 2008), corporate governance (Jao dan Pagulung, 2011) serta faktor-faktor lainnya yang tidak dijelaskan dalam penelitian ini.
5.
Hasil Pengujian Hipotesis a. Uji Statistik F Uji statistik F digunakan untuk menunjukkan apakah semua variabel independen yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen. Uji Statistik F digunakan untuk mengetahui
seluruh variabel
independen yang dimasukkan dalam model regresi secara bersama-
87
sama terhadap variabel dependen yang diuji pada tingkat signifikansi 0.05 (Ghozali, 2011:98). Adapun hasil uji statistik F disajikan dalam tabel 4.12 di bawah ini: Tabel 4.12 Uji Statistik F ANOVAa Model Sum of df Mean F Squares Square Regression .428 5 .086 17.556 1 Residual .478 98 .005 Total .907 103 a. Dependent Variable: Y@ b. Predictors: (Constant), X5@, X3@, X1@, X2@, X4@ Sumber: Data sekunder diolah
Sig. .000b
Pada tabel 4.12 diperoleh nilai signifikansi 0.000, dimana nilai tersebut lebih kecil dari 0.05 maka dapat disimpulkan bahwa model regresi yang digunakan layak untuk menguji data atau dapat dikatakan bahwa asimetri informasi, leverage, kompensasi bonus, biaya politik dan operating cash flow perusahaan secara bersamasama berpengaruh terhadap manajemen laba. b. Uji Signifikasi Parameter Individual (Uji Statistik t) Uji statistik t menunjukkan seberapa jauh pengaruh masingmasing variabel independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen dan digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen. Kriteria penerimaan atau penolakan hipotesis akan didasarkan pada nilai probabilitas signifikansi . Jika
88
nilai probabilitas signifikansi < a, maka hipotesis diterima. Jika nilai probabilitas signifikansi > a, maka hipotesis ditolak. Tabel 4.13 berikut ini menyajikan hasil uji statistik t dalam penelitian ini: Tabel 4.13 Uji Statistik t Model
Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients B Std. Beta Error -.174 .123
(Constant) X1@ (Ast.Informasi) X2@ (Leverage) 1 X3@ (Komp.Bonus) X4@ (By.Politik) X5@ (CFO)
-8.711E-005 -.176 -.004 .014 -.621
.000 .055 .019 .006 .067
t
Sig.
-1.421
.159
-.028 -.381 -.273 -3.206 -.018 -.233 .199 2.337 -.733 -9.331
.704 .002 .816 .021 .000
a. Dependent Variable: Y@ Sumber: Data sekunder diolah Berdasarkan tabel 4.13 dapat dilihat bahwa terdapat 2 variabel independen yaitu leverage dan biaya politik berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen manajemen laba. Sedangkan dua variabel independen yaitu asimetri informasi dan kompensasi bonus tidak berpengaruh terhadap variabel dependen manajemen laba. Hasil pengujian statistik t tersebut juga membuktikan bahwa variabel kontrol dalam penelitian ini yaitu operating cash flow perusahaan berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba. Adapun penjelasan dari masing-masing variabel sebagai berikut: 1) Pengaruh Asimetri Informasi tehadap Manajemen Laba
89
Hasil pengujian variabel asimetri informasi mempunyai signifikansi 0.704 lebih besar dari α =0.05. Nilai koefisien beta yang dihasilkan 0.000. Hal ini menunjukan bahwa hipotesis H1 ditolak, sehingga dapat dikatakan bahwa asimetri informasi tidak berpengaruh terhadap manajemen laba. Hasil
penelitian ini
mendukung penelitian
yang
dilakukan oleh Wiryadi dan Sebrina (2013) dimana hasil dari penelitiannya menemukan bahwa asimetri informasi tidak berpengaruh terhadap manajemen laba. Namun hasil penelitian ini tidak mendukung penelitian yang dilakukan oleh Muliati (2011) dan Putra et all (2014) dimana dalam penelitian yang mereka lakukan ditemukan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara asimetri informasi dengan manajemen laba. Menurut Sulistyanto (2008) dalam Wiryadi dan Sebrina (2013), hal yang menyebabkan asimetri informasi tidak berpengaruh signifikan adalah kemungkinan terjadi kesalahan pada pelaporan keuangan terdahulu yang tidak sesuai dengan kaidah kualitatif. Kaidah itu adalah pertama, laporan keuangan harus menyediakan informasi yang relevan dengan kebutuhan pemakainya atau dengan kata lain, laporan keuangan yang relevan adalah laporan keuangan yang dapat memenuhi kebutuhan informasi semua pihak yang membutuhkan. Kedua, laporan keuangan harus netral dari keinginan pihak-pihak
90
tertentu yang ingin mengambil keuntungan pribadi dari informasi yang disajikan dalam laporan itu. Ketiga, laporan keuangan harus menyajikan informasi yang lengkap dan komprehensif, oleh sebab itu laporan keuangan harus mengungkapkan semua informasi mengenai kinerja dan kondisi perusahaan. Keempat, laporan keuangan harus mempunyai daya banding dan uji. Laporan keuangan dikatakan mempunyai daya banding apabila informasi yang disajikan dapat dibandingkan dengan informasi pada periode terdahulu atau perusahaan yang berbeda. Sedangkan daya uji adalah kemampuan laporan keuangan untuk tetap menghasilkan informasi yang sama apabila diuji kembali dengan menggunakan metode yang sama. Kemudian Siregar (2006) dalam Wiryadi dan Sebrina (2013) yang menemukan hasil penelitian bahwa asimetri informasi
tidak
berpengaruh
terhadap
manajemen
laba
mengemukakan alasan bahwa kemungkinan jumlah sampel yang relatif tidak banyak sehingga estimasi parameter kurang tepat membuat asimetri informasi tidak berpengaruh terhadap manajemen laba. Faktor keadaan perusahaan yang sudah baik kemajuan dan keseimbangannya membuat manajemen tidak perlu
lagi
melakukan
praktik
manajemen
laba
untuk
memperlihatkan keadaan baik perusahaan tersebut kepada para pemegang saham atau stakeholder lainnya. Hasil penelitian
91
Suhendah dan Imelda (2012) juga menyatakan bahwa asimetri informasi
tidak
memiliki
pengaruh
signifikan
terhadap
manajemen laba. Menurut mereka hal ini terjadi karena pihak manajer maupun stakeholders dapat mengakses informasi dengan kekuatan yang sama besar sehingga pihak stakeholders dapat mengawasi segala aktivitas yang dilakukan manajer dalam mengelola perusahaan sehingga tidak ada kesempatan bagi manajer untuk melakukan tindakan manajemen laba.
2) Pengaruh Leverage terhadap Manajemen Laba Hasil
pengujian
variabel
leverage
mempunyai
signifikansi 0.002, lebih kecil dari dari α =0.05. Nilai koefisien beta yang dihasilkan -0.176. Hasil ini menunjukkan bahwa hipotesis H2 diterima, sehingga dapat dikatakan bahwa leverage berpengaruh negatif signifikan terhadap manajemen laba. Hasil
penelitian ini
mendukung penelitian
yang
dilakukan oleh Guna dan Herawaty (2010) dan Kosasih dan Widyawati (2013) yang juga memberikan hasil leverage berpengaruh terhadap manajemen laba. Namun hasil penelitian ini tidak mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Antonia (2008) dan Budiasih (2009), dimana penelitian yang mereka lakukan memberikan hasil leverage tidak berpengaruh
92
terhadap manajemen laba. Implikasi manajerial yang paling mungkin menjelaskan hubungan tidak signifikan ini adalah dengan tingginya hutang akan meningkatkan risiko default bagi perusahaan, tetapi manajemen laba tidak dapat dijadikan sebagai mekanisme untuk menghindarkan default tersebut, karena pemenuhan kewajiban hutang tidak dapat dihindarkan dengan manajemen laba (Antonia,2008). Leverage menjadi faktor yang mempengaruhi tindakan manajemen dalam melakukan manajemen laba. Leverage menjadi berpengaruh negatif terhadap manajemen laba karena semakin tinggi rasio hutang yang dimilik perusahaan dan semakin dekat perusahan pada arah pelanggaran perjanjian utang akan semakin ketat pengawasan yang dilakukan oleh kreditor, sehingga fleksibilitas manajemen untuk malakukan praktik manajemen laba semakin berkurang (Kosasih dan Catur, 2013). 3) Pengaruh Kompensasi Bonus terhadap Manajemen Laba Hasil pengujian variabel kompensasi bonus mempunyai signifikansi 0.816 lebih besar dari α = 0.05. Nilai koefisien beta yang dihasilkan -0.004. Hasil ini menunjukan bahwa hipotesis H3 ditolak, sehingga dapat dikatakan bahwa kompensasi bonus tidak berpengaruh terhadap manajemen laba.
93
Hasil penelitian ini tidak mendukung penelitian yang dilakukan oleh Elfira (2014) dimana memberikan hasil kompensasi bonus berpengaruh terhadap manajemen laba. Bonus merupakan penghargaan yang diberikan karyawan atas kinerja baiknya bagi perusahaan. Dalam bonus plan hypothesis, di dalam kontrak bonus terdapat dua istilah yaitu bogey ( tingkat laba terendah untuk mendapatkan bonus) dan cap (tingkat laba tertinggi). Jika laba berada di bawah bogey, maka manajemen tidak akan mendapatkan bonus. Jika laba diatas cap, tidak ada bonus tambahan yang diterima oleh manajemen. Berdasarkan bonus plan hypothesis ini dan kontrak bonus yang ada, manajemen akan berusaha untuk membuat laba berada di antara bogey dan cap. Berdasarkan hasil uji statistik penelitian ini dimana adanya pengaruh positif antara kompensasi bonus dengan manajemen laba maka kesimpulan yang dihasilkan adalah semakin tinggi bonus yang dijanjikan perusahaan, semakin tinggi juga praktik manajeman laba yang dilakukan manajemen agar dapat memperoleh bonus yang dijanjikan perusahaan tersebut. Namun hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Achmad et all (2007) yang juga memberikan hasil kompensasi bonus tidak berpengaruh terhadap manajemen laba. Menurut Achmad et all (2007) argumen kegagalan
94
hipotesis kompensasi bonus berpengaruh terhadap manajemen laba karena (1) manajer menentukan target kisaran bonus; manajer menurunkan laba ketika informasi laba tidak mencapai target bonus minimal atau melewati target bonus maksimal (Healy 1985), (2) perusahaan publik di Indonesia masih terpengaruh krisis ekonomi sehingga manajer tidak berani meningkatkan bonusnya, dan (3) manajer mempertimbangkan bonus saat peningkatan laba namun mengabaikan bonus saat penurunan laba. 4) Pengaruh Biaya Politik terhadap Manajemen Laba Hasil pengujian variabel biaya politik mempunyai signifikansi 0.021 lebih kecil dari α = 0.05. Koefisien beta yang dihasilkan 0.014. Hal ini menunjukan bahwa hipotesis H4 diterima, sehingga dapat dikatakan bahwa biaya politik berpengaruh terhadap manajemen laba. Hasil ini tidak mendukung penelitian yang dilakukan oleh Handayani dan Rachadi (2009) dimana menurut hasil penelitiannya baik perusahaan besar maupun perusahaan sedang tidak terbukti lebih agresif dalam melakukan manajemen laba melalui mekanisme pelaporan laba positif, baik untuk menghindari earnings losses maupun earning decreases. Handayani dan Rachadi (2009) juga menyatakan bahwa, seperti halnya Size Hypothesis, semakin besar perusahaan akan cenderung untuk
95
menurunkan praktik manajemen laba, karena perusahaan besar secara
politis
lebih
mendapat
perhatian
dari
institusi
pemerintahan dibandingkan dengan perusahaan kecil. Namun hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh budiasih (2009) dimana juga memberikan pengaruh positif signifikan terhadap manajemen laba. Namun hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian Muliati (2011) dan Jao dan Pagulung (2011) dimana memberikan hasil pengaruh negatif signifikan. Muliati (2011) dan Jao dan Pagulung (2011) berpendapat bahwa perusahaan besar kurang memiliki dorongan untuk melakukan manajemen laba dan cenderung lebih berhati-hati dalam melaporkan laporan keuangan dan cenderung melaporkan kondisi keuangan dengan akurat karena lebih diperhatikan oleh masyarakat. Sedangkan perusahaan kecil mempunyai kecenderungan untuk melakukan manajemen laba dengan melaporkan laba yang lebih besar sehingga dapat menunjukkan kinerja perusahaan yang lebih bagus. Ukuran perusahaan tidak saja hanya bisa berpengaruh negatif signifikan terhadap manajemen laba tetapi ukuran perusahaan juga bisa berpengaruh positif signifikan terhadap manajemen laba jika alasan dilakukannya manajemen laba karena adanya biaya politik yang ditanggung oleh perusahaan.
96
Dalam penelitian ini variabel biaya politik diproksikan dengan ukuran perusahaan karena dalam teori akuntansi positif perusahaan besar tentunya memiliki biaya politik yang besar pula. Berdasarkan hasil uji hipotesis yang telah disajikan, faktor biaya politik
memiliki pengaruh positif signifikan terhadap
manajemen laba. Semakin besar perusahaan, semakin besar pula biaya politiknya, yang selanjutnya membuat manajemen melakukan praktik manajemen laba untuk menurunkan labanya guna menurunkan biaya politiknya. 5) Pengaruh Operating Cash Flow terhadap Manajemen Laba Hasil pengujian variabel kontrol operating cash flow (OCF) mempunyai signifikansi 0.000 lebih kecil dari 0.05. Nilai koefisien beta yang dihasilkan -0.621. Berdasarkan hal tersebut menemukan bukti bahwa operating cash flow berpengaruh negatif signifikan terhadap manajemen laba. Konsisten dengan hasil penelitian Nastiti dan Gumanti (2011) dan Pradhana dan Rudiawarni (2013). Menurut Nastiti dan Gumanti (2011) arus kas dari aktivitas operasi mencerminkan kemampuan riil perusahaan dalam menghasilkan dana (arus dana) untuk digunakan dalam membiayai
kegiatan
operasinya,
melunasi
kewajiban,
melakukan investasi baru tanpa mengandalkan dari sumber pendanaan lain. Maka jika arus kas dari aktivitas operasi
97
perusahaan
tinggi
mengindikasikan
perusahaan
tersebut
kinerjanya baik sehingga motivasi untuk melakukan kegiatan manajemen laba akrual akan menurun. Sebaliknya, pada saat arus kas dari aktivitas operasi rendah, maka manajemen akan termotivasi
melakukan
manajemen
laba
akrual
untuk
memperbaiki kinerjanya agar terlihat baik. Setelah melakukan uji t seperti yang tertera dalam tabel 4.9, maka persamaan regresi yang terbentuk dalam penelitian ini yaitu: Y = -0.174 + 0.000X1 - 1.176X2 - 0.004X3 + 0.014X4 -0.621X5
Pada persamaan regresi di atas maka dapat diartikan bahwa nilai
konstanta
sebesar
-0.174,
menunjukan
jika
variabel
independen tidak ada maka akan terjadi peningkatan manajemen laba sebesar -0.174. Koefisien regresi untuk variabel leverage sebesar -1.176 menunjukkan bahwa setiap adanya perubahan 1 satuan tingkat leverage, maka dapat menurunkan variabel manajemen laba sebesar 1.176. Koefisien regresi untuk variabel biaya politik sebesar 0.014 menunjukkan bahwa setiap adanya perubahan 1 satuan tingkat biaya politik, maka variabel manajemen laba
akan bertambah sebesar 0.014. Koefisien regresi untuk
operating cash flow sebesar -0.621 menunjukkan bahwa setiap adanya perubahan 1 satuan tingkat operating cash flow, maka dapat menurunkan
variabel
manajemen
laba
sebesar
0.621.
98
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka didapatkan beberapa kesimpulan yaitu: 1. Asimetri informasi tidak berpengaruh terhadap manajemen laba. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Wiryadi dan Sebrina (2013). 2. Leverage berpengaruh terhadap manajemen laba. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Guna dan Herawaty (2010) dan Kosasih dan Widyawati (2013). 3. Kompensasi bonus tidak berpengaruh terhadap manajemen laba. Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Achmad et all (2007). 4. Biaya politik yang diproksikan dengan ukuran perusahaan berpengaruh terhadap manajemen laba. Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Muliati (2011) dan Jao dan Pagulung (2011). 5. Operating Cash Flow berpengaruh terhadap manajemen laba. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Nastiti dan Gumanti (2011) dan Pradhana dan Rudiawarni (2013). 6. Asimetri informasi, leverage, kompensasi bonus, biaya politik dan opeating cash flow secara bersama-sama berpengaruh terhadap manajemen laba.
99
B. Saran Penelitian di masa mendatang diharapkan dapat menyajikan hasil penelitian yang lebih berkualitas dengan adanya beberapa masukan diantaranya: 1. Diharapkan penelitian berikutnya memperpanjang waktu pengamatan dan meneliti semua perusahaan baik dari sub sektor manufaktur maupun di luar perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. 2. Untuk peneliti selanjutnya diharapkan menggunakan proksi lain untuk mengukur variabel-variabel seperti kompensasi bonus, biaya politik dan asimetri informasi. 3. Untuk peneliti selanjutnya diharapkan menggunakan pengukuran lain seperti model Kothari, model Kaznik dan model Francis untuk mengukur manajemen laba. 4. Untuk
peneliti
menambahkan
selanjutnya
diharapkan
variabel-variabel
lain
menggunakan
yang
atau
mengindikasikan
berpengaruh terhadap manajemen laba.
100
DAFTAR PUSTAKA
Achmad Komarudin et all, “Investigasi Motivasi dan Strategi Manajemen Laba Pada Perusahaan Publik Di Indonesia”, Simposium Nasional Akuntansi X, Makassar, Juli 2007. Agustia Dian, “Pengaruh Faktor Good Corporate Governance, Free Cash Flow, dan Leverage terhadap Manajemen Laba”, Jurnal Akuntansi dan Keuangan Vol 15 No 1, ISSN: 1411-0288, Mei 2013. Anggana Dea dan Prastiwi Andri, “Analisis Pengaruh Corporate Governance terhadap Paraktik Manajemen Laba”, Diponegoro Journal Of Accounting Vol 2 No 3, ISSN: 2337-3806, 2013. Antonia Edgina, “Analisis Pengaruh Reputasi Auditor, Proporsi Dewan Komisaris Independen, Leverage, Kepemilikan Manajerial, dan Proporsi Komite Audit Independen terhadap Manajemen Laba“, Tesis Universitas Diponegoro, 2008. Aryani Dwi, “Manajemen Laba Pada Perusahan Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia”, Jurnal Ekonomi dan Informasi Akuntansi Vol 1 No 2, Mei 2011. Budiasih Igan, “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Praktik Perataan Laba ”, Jurnal Akuntansi dan Bisnis Vol 4 No 1, 2009. Dwiyanti Kadek dan Sukartha Made, “Pengaruh Perubahan Tarif Pajak Penghasilan Badan Tahun 2010 Pada Manajemen Laba”, E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana Vol 5 No 1, ISSN: 2302-8556, 2013. Elfira Anisa, “Pengaruh Kompensasi Bonus dan Leverage terhadap Manajemen Laba”, Jurnal Ilmiah Mahasiswa Akuntansi Vol 2 No 2, 2014. Firdaus Ilham, “Pengaruh Asimetri Informasi dan Capital Adequacy Ratio terhadap Manajamen Laba”, Jurnal Akuntansi dan Keuangan Vol 2 No 1, 2013. Ghozali Imam, “Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 19”, Salemba Empat, Jakarta, 2011. Guna Welfin dan Herawaty Arleen, “Pengaruh Mekanisme Good Corporate Governance, Independensi Auditor, Kualitas Audit, dan Faktor Lainnya terhadap Manajemen Laba”, Jurnal Bisnis dan Akuntansi Vol 11 No 1, April 2010.
101
Hamid Abdul, “Buku Panduan Penulisan Skripsi”, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatulah, Jakarta, 2012. Handayani dan Rachadi Agustono, “Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Manajemen Laba”, Jurnal Bisnis dan Akuntansi Vol 11 No 1, April 2009. Ifonie Regina, “Pengaruh Asimetri Informasi dan Manajemen Laba terhadap Cost Of Equity Capital Pada Perusahaan Real Estate yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”, Jurnal Ilmiah Mahasiswa Akuntansi Vol 1 No 1, Januari 2012. Ikatan Akuntansi Indonesia, “Standar Akuntansi Keuangan”, Salemba Empat, Jakarta, 2009. Jao Robert dan Pagulung Gagaring, “Corporate Governance, Ukuran Perusahaan dan Leverage terhadap Manajemen Laba Perusahaan Manufaktur Indonesia”, Jurnal Akuntansi dan Auditing Vol 8 No 1, November 2011. Kosasih Natalia dan Widayati Catur, “Pengaruh Independensi Komite Audit, Efektivitas Komite Audit, dan Leverage terhadap Praktik Manajemen Laba Pada Perusahaan di Sektor Industri Manufkatur yang Terdaftar di BEI Periode 2009-2011”, Jurnal Akuntansi/Volume XVII No 1, Januari 2013. Kusumawati Eny, et. all, “Pengaruh Asimetri Informasi dan Mekanisme Corporate Governance terhadap Praktik Earning Management”, Proceeding Seminar Nasional dan Call For Papers Sancall, Surakarta, 23 Maret 2013. Lisa Oyong, “Asimetri Informasi dan Manajemen Laba: Suatu Tinjauan Dalam Hubungan Keagenan”, Jurnal Wiga Vol 2 No 1, ISSN: 2088-0944, Maret 2012 Muliati Ni Ketut, “Pengaruh Asimetri Informasi dan Ukuran Perusahaan Pada Praktik Manajemen Laba di Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”, Tesis Universitas Udayana, 2011. Nastiti Ari sita dan Tatang Ari Gumanti, “ Kualitas Audit dan Manajemen Laba Pada Initial Public Offerings Di Indonesia”, Simposium Nasional Akuntansi XIV Aceh, 2011. Press Release Badan Pengawas Pasar Modal 27 Desember 2002, artikel diakses tanggal 4 Februari 2015 dari: www.bapepam.go.id/old/old/news/NOP2004/indo_farma.pdf. Press Release Badan Pengawas Pasar Modal 8 November 2004, artikel diakses tanggal 4 Februari 2015 dari: www.bapepam.go.id/old/old/news/NOP2004/indo_farma.pdf.
102
Priantinah Denies, “Manajemen Laba Ditinjau Dari Sudut Pandang Oportunistik dan Efisien Dalam Positive Accounting Theory”, Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia Vol 7 No 1, 2009. Pujiati Evi dan Arfan Muhammad, “Struktur Kepemilikan dan Kompensasi Bonus Serta Pengaruhnya terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2006-2010”, Jurnal Telaah dan Riset Akuntansi Vol 6 No 2, Juli 2013. Purnomo Budi dan Pratiwi Puji, “Pengaruh Earning Power terhadap Praktik Manajemen Laba”, Jurnal Media Ekonomi Vol 14 No 1, April 2009. Purwanti Titik, “Analisis Pengaruh Volatilitas Arus Kas, Besaran Akrual, Volatilitas Penjualan, Leverage, Siklus Operasi, Ukuran Perusahaan, Umur Perusahaan, dan Likuiditas terhadap Kualitas Laba”, Tesis Universitas Sebelas Maret Surakarta, 2010. Putra Putu Adi et all, “Pengaruh Asimetri Informasi dan Ukuran Perusahaan terhadap Praktik Manajamen Laba Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”, e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Vol 2 No 1, 2014. Rahmawati dan Wijayanti Handayani, “Pengaruh Kenaikan Leverage terhadap Manajemen Laba dengan Free Cash Flow dan Pertumbuhan sebagai Variabel Pemoderasi ”, Riset Manajemen dan Akuntansi Vol 1 No 1, Mei 2010. Rahmawati, et. all, “Pengaruh Asimetri Informasi terhadap Praktik Manajemen Laba Pada Perusahaan Perbankan Publik yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta”, Simposium Nasional Akuntansi 6, Padang, 2006. Santoso Youngkie, “Pengaruh Asimetri Informasi terhadap Praktik Manajemen Laba Pada Perusahaan Manufaktur di BEI”, Berkala Ilmiah Mahasiswa Akuntansi Vol 1 No 3, Mei 2012. Setiawan Teguh, ”Analisis Pengaruh Mekanisme Good Corporate Governace terhadap Praktik Manajemen Laba Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2005-2007”, Jurnal Akuntansi Kontemporer Vol 1 No 2, Juli 2009. Setyaningrum Rani dan Sari Aprilla, “Pengaruh Asimetri Informasi dan Ukuran Perusahaan terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan Food and Beverages yang Go Publik di BEI”, The Indonesian Accounting Review Vol 1 No 2, Juli 2011. Sugiyono, “Metode Penelitian Bisnis”, CV.Alfabeta, Bandung, 2009.
103
Suhendah dan Imelda, “Pengaruh Asimetri Informasi, Kinerja Masa Kini dan Kinerja Masa Depan terhadap Earning Management Pada Perusahaan Manufaktur yang Go Publik dari Tahun 2006-2008”, Jurnal Akuntansi Vol 16 No 2, ISSN: 1410-3591, Mei 2012. Sunarto, “Teori Keagenan dan Manajemen Laba”, Kajian Akuntansi Vol 1 No 1, ISSN: 1979-4886, 2009. Swastika Dwi Lusi, “Corporate Governance, Firm Size, and Earning Management: Evidence in Indonesian Stock Exchange”, IOSR Journal of Business and Management, e-ISSN Vol 10 No 4, May-June 2013. Tanomi Rehobot, “Pengaruh Kompensasi Manajemen, Perjanjian Hutang dan Pajak terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia”, Berkala Ilmiah Mahasiswa Akuntansi Vol 3 No 1, Mei 2012. Utomo Riyanto Moelyono dan Bachruddin, “Analisis Manajemen Laba Pada Penawaran Perdana Saham di Bursa Efek Jakarta”, Sinergi Kajian Bisnis dan Manajemen hal 17-34, ISSN: 1410 – 9018, 2005. Wardani dan Masodah, “Pengaruh Asimetri Informasi, Struktur Kepemilikan Manajerial, dan Leverage terhadap Praktik Manajemen Laba Dalam Industri Perbankan di Indonesia”, Proceeding PESAT Universitas Gunadarma Vol 4 No 1, ISSN: 1858-2559, Depok, Oktober 2011. Watts and Zimmerman, “Positive Accounting Theory: A Ten Year Perspective”, The Accounting Review Vol 65 No 1 University Of Rochester, January 1990. Wiryadi Arri dan Sebrina Nurzi, “Pengaruh Asimetri Informasi, Kualitas Audit dan Struktur Kepemilikan terhadap Manajemen Laba”, WRA Vol 1 No 2, Oktober 2013.
104
Lampiran 1 Daftar Nama Perusahaan Manufaktur Sub Sektor Consumer Goods Industry yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia
No
Kode
Nama Emiten
1
ADES
Akasha Wira Internasional Tbk.
2
AISA
Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk.
3
CEKA
Wilmar Cahaya Indonesia Tbk.
4
DLTA
Delta Djakarta Tbk.
5
ICBP
Indofood CBP Sukses Makmur Tbk.
6
INDF
Indofood Sukses Makmur Tbk.
7
MLBI
Multi Bintang Indonesia Tbk.
8
MYOR
Mayora Indah Tbk.
9
ROTI
Nippon Indosari Corpindo Tbk.
10
SKLT
Sekar Laut Tbk.
11
STTP
Siantar Top Tbk.
12
ULTJ
Ultrajaya Milk Industry And Trading Company Tbk.
13
GGRM
Gudang Garam Tbk.
14
HMSP
Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk.
15
RMBA
Bentoel Internasional Investama Tbk.
16
DVLA
Darya-Varia Laboratoria Tbk.
17
INAF
Indofarma Tbk.
18
KAEF
Kimia Farma Tbk.
19
KLBF
Kalbe Farma Tbk.
20
MERK
Merck Tbk.
21
PYFA
Pyridam Farma Tbk.
22
SCPI
Schering-Plough Indonesia Tbk.
23
TSPC
Tempo Scan Pacific Tbk.
105
24
MBTO
Martina Berto Tbk.
25
MRAT
Mustika Ratu Tbk.
26
TCID
Mandom Indonesia Tbk.
27
UNVR
Unilever Tbk.
28
KDSI
Kedaung Setia Industrial Tbk.
29
KICI
Kedaung Indah Can Tbk.
30
LMPI
Langgeng Makmur Industri Tbk.
31
ALTO
Tri Banyan Tirta Tbk.
32
DAVO
Davomas Abadi Tbk.
33
PSDN
Prasidha Aneka Niaga Tbk.
34
SKBM
Sekar Bumi Tbk.
35
SQBB
Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk.
36
WIIM
Wismilak Inti Makmur Tbk
Daftar Perusahaan yang Tereliminasi No
Kode
Nama Emiten
1
AISA
Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk.
2
MLBI
Multi Bintang Indonesia Tbk.
3
SKLT
Sekar Laut Tbk.
4
INAF
Indofarma Tbk.
5
PYFA
Pyridam Farma Tbk.
6
SCPI
Schering-Plough Indonesia Tbk.
7
MBTO
Martina Berto Tbk.
8
UNVR
Unilever Tbk.
9
KDSI
Kedaung Setia Industrial Tbk.
10
ALTO
Tri Banyan Tirta Tbk.
11
DAVO
Davomas Abadi Tbk.
106
12
PSDN
Prasidha Aneka Niaga Tbk.
13
SKBM
Sekar Bumi Tbk.
14
SQBB
Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk.
15
WIIM
Wismilak Inti Makmur Tbk
Daftar Sampel Perusahaan Manufaktur Sub Sektor Consumer Goods Industry 20112014
No
Kode
Nama Emiten
1
ADES
Akasha Wira Internasional Tbk.
2
CEKA
Wilmar Cahaya Indonesia Tbk.
3
DLTA
Delta Djakarta Tbk.
4
ICBP
Indofood CBP Sukses Makmur Tbk.
5
INDF
Indofood Sukses Makmur Tbk.
6
MYOR
7
ROTI
Nippon Indosari Corpindo Tbk.
8
STTP
Siantar Top Tbk.
9
ULTJ
Ultrajaya Milk Industry And Trading Company Tbk.
10
GGRM
Gudang Garam Tbk.
11
HMSP
Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk.
12
RMBA
Bentoel Internasional Investama Tbk.
13
DVLA
Darya-Varia Laboratoria Tbk.
14
KAEF
Kimia Farma Tbk.
15
KLBF
Kalbe Farma Tbk.
16
MERK
Merck Tbk.
17
TSPC
Tempo Scan Pacific Tbk.
18
MRAT
Mustika Ratu Tbk.
Mayora Indah Tbk.
107
19
TCID
Mandom Indonesia Tbk.
20
KICI
Kedaung Indah Can Tbk.
21
LMPI
Langgeng Makmur Industri Tbk.
108
Lampiran 2
Data Perusahaan Tahun 2010 No
KODE
MAN.LABA
AST.INF
LEV
KOM.BON
BY.POL
CFO
1
ADES
0.368
151.220
0.692
0
26.506
-0.091
2
CEKA
0.402
54.701
0.637
1
27.469
-0.243
3
DLTA
0.160
63.736
0.163
1
27.287
0.045
4
ICBP
0.015
33.962
0.299
1
30.223
0.168
5
INDF
-0.050
54.945
0.474
1
31.489
0.148
6
MYOR
0.131
117.857
0.536
0
29.112
0.054
7
ROTI
0.005
83.316
0.199
0
27.066
0.200
8
STTP
0.146
47.328
0.311
0
27.199
-0.021
9
ULTJ
-0.056
124.910
0.352
1
28.327
0.132
10
GGRM
0.072
87.081
0.306
1
31.057
0.093
11
HMSP
-0.014
97.640
0.502
1
30.653
0.344
12
RMBA
-0.044
114.110
0.566
1
29.221
0.115
13
DVLA
-0.014
66.667
0.250
0
27.473
0.153
14
KAEF
0.021
89.617
0.328
0
28.136
0.084
15
KLBF
0.034
104.267
0.179
0
29.582
0.178
16
MERK
-0.090
35.714
0.165
0
26.798
0.367
17
TSPC
-0.007
95.720
0.263
1
28.909
0.161
18
MRAT
0.064
66.667
0.126
0
26.680
0.012
19
TCID
0.002
19.355
0.094
0
27.677
0.150
20
KICI
-0.068
133.333
0.256
1
25.177
0.085
21
LMPI
-0.009
83.871
0.340
0
27.135
0.032
109
Data Perusahaan Tahun 2011 No
KODE
MAN.LABA
AST.INF
LEV
KOM.BON
BY.POL
CFO
1
ADES
-0.073
73.038
0.602
0
26.479
0.181
2
CEKA
-0.008
59.259
0.508
1
27.437
0.153
3
DLTA
-0.014
20.807
0.177
1
27.269
0.255
4
ICBP
0.008
44.898
0.296
1
30.354
0.143
5
INDF
0.027
48.402
0.410
1
31.615
0.093
6
MYOR
0.290
60.674
0.633
0
29.518
-0.092
7
ROTI
-0.010
66.094
0.280
0
27.355
0.194
8
STTP
-0.013
61.818
0.476
0
27.564
0.096
9
ULTJ
-0.078
67.704
0.365
1
28.410
0.148
10
GGRM
0.185
67.198
0.372
1
31.297
-0.002
11
HMSP
-0.123
46.082
0.473
1
30.595
0.572
12
RMBA
0.059
44.311
0.645
1
29.477
0.023
13
DVLA
0.068
35.945
0.216
0
27.557
0.078
14
KAEF
0.074
93.763
0.302
0
28.216
0.045
15
KLBF
0.028
41.296
0.213
0
29.744
0.178
16
MERK
0.182
38.565
0.153
0
27.094
0.267
17
TSPC
0.019
75.711
0.283
1
29.078
0.138
18
MRAT
0.073
52.632
0.152
0
26.769
0.003
19
TCID
0.095
29.268
0.098
0
27.754
0.065
20
KICI
0.027
27.979
0.264
1
25.194
-0.039
21
LMPI
0.044
83.761
0.406
0
27.254
-0.005
110
Data Perusahaan Tahun 2012 No
KODE
MAN.LABA
AST.INF
LEV
KOM.BON
BY.POL
CFO
1
ADES
0.023
86.525
0.463
0
26.687
0.224
2
CEKA
-0.125
120.611
0.549
1
27.658
0.161
3
DLTA
-0.021
77.333
0.197
1
27.337
0.333
4
ICBP
-0.030
50.094
0.327
1
30.508
0.171
5
INDF
-0.023
33.962
0.425
1
31.715
0.125
6
MYOR
0.015
63.354
0.630
0
29.748
0.100
7
ROTI
0.000
73.892
0.447
0
27.817
0.157
8
STTP
0.099
62.857
0.536
0
27.854
0.020
9
ULTJ
-0.026
38.057
0.307
1
28.515
0.203
10
GGRM
0.023
32.634
0.359
1
31.357
0.095
11
HMSP
0.331
43.408
0.493
1
30.899
0.156
12
RMBA
0.019
56.209
0.723
1
29.568
-0.050
13
DVLA
0.047
45.847
0.217
0
27.551
0.129
14
KAEF
0.005
84.685
0.306
0
28.362
0.111
15
KLBF
0.073
138.148
0.217
0
29.874
0.146
16
MERK
0.035
16.235
0.268
0
27.068
0.155
17
TSPC
0.022
47.303
0.276
1
29.164
0.137
18
MRAT
0.062
44.898
0.153
0
26.845
0.028
19
TCID
-0.057
35.294
0.131
0
27.863
0.199
20
KICI
0.008
78.481
0.299
1
25.277
0.003
21
LMPI
0.053
72.000
0.498
0
27.427
-0.018
111
Data Perusahaan Tahun 2013 No
KODE
MAN.LABA
AST.INF
LEV
KOM.BON
BY.POL
CFO
1
ADES
0.062
93.255
0.400
0
26.812
0.091
2
CEKA
0.094
57.426
0.506
1
27.698
0.018
3
DLTA
-0.079
41.461
0.220
1
27.488
0.402
4
ICBP
0.038
55.238
0.376
1
30.688
0.094
5
INDF
-0.007
39.700
0.509
1
31.989
0.089
6
MYOR
0.035
64.064
0.594
0
29.904
0.102
7
ROTI
-0.090
163.636
0.568
0
28.231
0.173
8
STTP
0.086
89.753
0.528
0
28.016
0.040
9
ULTJ
0.087
118.043
0.283
1
28.665
0.070
10
GGRM
0.069
57.461
0.421
1
31.558
0.049
11
HMSP
0.021
39.293
0.483
1
30.942
0.394
12
RMBA
0.042
38.462
0.904
1
29.854
-0.121
13
DVLA
0.029
85.226
0.231
0
27.805
0.090
14
KAEF
0.005
93.671
0.343
0
28.536
0.103
15
KLBF
0.133
43.750
0.249
0
30.057
0.082
16
MERK
0.090
47.569
0.265
0
27.270
0.191
17
TSPC
0.064
53.846
0.286
1
29.319
0.083
18
MRAT
-0.019
37.168
0.141
0
26.809
0.019
19
TCID
-0.038
29.787
0.193
0
28.014
0.173
20
KICI
0.038
55.118
0.247
1
25.311
0.025
21
LMPI
0.044
117.703
0.517
0
27.435
-0.035
112
Data Perusahaan Tahun 2014 No
KODE
MAN.LABA
AST.INF
LEV
KOM.BON
BY.POL
CFO
1
ADES
-0.132
52.247
0.414
0
26.948
0.201
2
CEKA
0.217
84.197
0.581
1
27.881
-0.115
3
DLTA
0.160
20.779
0.229
1
27.623
0.166
4
ICBP
-0.041
31.034
0.396
1
30.846
0.155
5
INDF
-0.035
20.885
0.520
1
32.085
0.108
6
MYOR
0.159
42.541
0.602
0
29.962
-0.084
7
ROTI
-0.053
40.650
0.552
0
28.393
0.170
8
STTP
-0.010
76.423
0.519
0
28.162
0.117
9
ULTJ
0.085
30.485
0.224
1
28.702
0.044
10
GGRM
0.100
47.234
0.429
1
31.695
0.028
11
HMSP
-0.021
20.896
0.524
1
30.977
0.391
12
RMBA
-0.110
25.024
1.136
1
29.958
-0.102
13
DVLA
-0.008
68.293
0.221
0
27.843
0.084
14
KAEF
-0.005
95.495
0.390
0
28.719
0.096
15
KLBF
0.004
37.157
0.210
0
30.151
0.186
16
MERK
-0.085
31.933
0.227
0
27.298
0.325
17
TSPC
0.035
34.295
0.261
1
29.352
0.092
18
MRAT
0.080
37.812
0.230
0
26.935
-0.045
19
TCID
0.076
53.333
0.307
0
28.248
0.067
20
KICI
0.020
22.695
0.187
1
25.295
0.014
21
LMPI
0.008
41.975
0.507
0
27.419
0.010
113
Lampiran 3 Output Hasil Pengujian Data 1. Statistik Deskriptif Sebelum Transformasi Data
Descriptive Statistics N Y X1 X2 X4 X5 Valid N (listwise)
105 105 105 105 105 105
Minimum
Maximum
-.13200 16.23500 .09400 25.17700 -.24300
.40200 163.63600 1.13600 32.08500 .57200
2. Uji Normalitas Sebelum Transformasi Data
114
Mean .0343714 61.9434476 .3725048 28.5256476 .1074762
Std. Deviation .09293590 30.94477939 .17830371 1.67929025 .12174462
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N Normal Parametersa,b
Most Extreme Differences Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
115
Mean Std. Deviation Absolute Positive Negative
105 .0000000 .07674793 .131 .131 -.087 1.343 .054
3. Uji Heteroskedastisitas Sebelum Transformasi Data
4. Uji Multikolinieritas Sebelum Transformasi Data
Coefficientsa Model
Unstandardized Coefficients B
Std. Error
t
Sig.
Beta
-.137
.149
X1
6.089E-005
.000
X2
-.080
X3
Collinearity Statistics Tolerance
VIF
-.920
.360
.020
.233
.816
.909
1.101
.051
-.154
-1.584
.116
.728
1.374
-.009
.017
-.047
-.519
.605
.830
1.205
X4
.009
.005
.159
1.624
.108
.717
1.394
X5
-.462
.069
-.605
-6.673
.000
.838
1.194
(Constant)
1
Standardized Coefficients
a. Dependent Variable: Y
116
5. Uji Autokorelasi Sebelum Transformasi Data Model Summaryb Model 1
R
R Square
.564a
Adjusted R Square
.318
Std. Error of the Estimate
.284
.07866214
DurbinWatson 1.475
a. Predictors: (Constant), X5, X3, X1, X2, X4 b. Dependent Variable: Y
6. Statistik Deskriptif Setelah Transformasi Data Descriptive Statistics N Y@ X1@ X2@ X4@ X5@ Valid N (listwise)
104 104 104 104 104 104
Minimum
Maximum
-.17 -7.35 -.05 17.69 -.30
.44 144.05 .90 23.61 .48
7. Uji Normalitas Setelah Transformasi Data
117
Mean .0220 44.6191 .2711 20.9830 .0807
Std. Deviation .09383 30.55604 .14550 1.31035 .11077
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N Normal Parametersa,b
Most Extreme Differences
Mean Std. Deviation Absolute Positive Negative
Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
118
104 .0000000 .06814503 .127 .127 -.099 1.292 .071
8. Uji Heteroskedastisitas Setelah Transformasi Data
9. Uji Multikolinearitas Setelah Transformasi Data Coefficientsa Model
Unstandardized Coefficients B
Std. Error -.174
.123
X1@
-8.711E-005
.000
X2@
-.176
X3@
t
Sig.
Beta
Collinearity Statistics Tolerance
VIF
-1.421
.159
-.028
-.381
.704
.969
1.031
.055
-.273
-3.206
.002
.741
1.349
-.004
.019
-.018
-.233
.816
.859
1.164
X4@
.014
.006
.199
2.337
.021
.740
1.351
X5@
-.621
.067
-.733
-9.331
.000
.872
1.146
(Constant)
1
Standardized Coefficients
a. Dependent Variable: Y@ 10. Uji Autokorelasi Setelah Transformasi Data
119
Model Summaryb Model
R
R Square
.687a
1
Adjusted R Square
.473
Std. Error of the Estimate
.446
DurbinWatson
.06986
1.691
a. Predictors: (Constant), X5@, X3@, X1@, X2@, X4@ b. Dependent Variable: Y@
11. Koefisien Determinasi Model Summaryb Model
R .687a
1
R Square
Adjusted R Square
.473
Std. Error of the Estimate
.446
DurbinWatson
.06986
1.691
a. Predictors: (Constant), X5@, X3@, X1@, X2@, X4@ b. Dependent Variable: Y@
12. Uji Statistik F ANOVAa Model Regression
Sum of Squares
df
Mean Square
.428
5
.086
1 Residual
.478
98
.005
Total
.907
103
F 17.556
a. Dependent Variable: Y@ b. Predictors: (Constant), X5@, X3@, X1@, X2@, X4@
120
Sig. .000b
13. Uji Statistik t Coefficientsa Model
Unstandardized Coefficients B
Std. Error -.174
.123
X1@
-8.711E-005
.000
X2@
-.176
X3@
t
Sig.
Beta
Collinearity Statistics Tolerance
VIF
-1.421
.159
-.028
-.381
.704
.969
1.031
.055
-.273
-3.206
.002
.741
1.349
-.004
.019
-.018
-.233
.816
.859
1.164
X4@
.014
.006
.199
2.337
.021
.740
1.351
X5@
-.621
.067
-.733
-9.331
.000
.872
1.146
(Constant)
1
Standardized Coefficients
a. Dependent Variable: Y@
121