Juni, 2013
Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura
KAJIAN KETAHANAN BEBERAPA GENOTIP MAWAR BUNGA POTONG TERHADAP PENYAKIT BERCAK HITAM DAN HAMA TUNGAU Wahyu Handayati Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Timur, Jl. Raya Karangploso Km 4 Malang e-mail :
[email protected]
Abstract Black spot disease and red spider are the important pest and diases on roses. According to this problem, an experiment was conducted at PT.Inggu Laut, Batu East Java (1500 m asl) from January to September 2009. The aim of the experiment was to find out the resistance of some cut rose genotypes to black spot disease and red sipder. The experiment was arranged in randomized block design with four replications. As treatment were some genotypes of cut roses i.e. clone no. 97-10-80, 97-105-81, 218 - 1 and 2 varieties that cultivated by the farmer i.e. Grand Gala and Thalita. The result showed that var. Thalita had the highest damage intensity of black spot and red spider i.e. 21.3 % and 40,6 %. The result also showed that the all expected clones and Green Gala more resistant than Thalita to black spot disease and red spider. Keywords: Cut rose, genotype, black spot disease, red spider, resistance PENDAHULUAN Mawar bunga potong merupakan salah satu tanaman hias yang populer. Permintaan dari tahun ke tahun terus meningkat seiring peningkatan pendapat dan apresiasi masyarakat terutama dari perkotaan terhadap tanaman hias termasuk mawar bunga potong. Hal tersebut nampak dari besarnya peningkatan produksi mawar bunga potong nasional yakni dari 60.191.36 tangkai pada tahun 2009 menjadi 82.351.332 tangkai pada tahun 2010 atau terjadi peningkatan sebesar 26,91 % (BPS, 2011). Dalam rangka memenuhi peningkatan permintaan tersebut, para petani menghadapi berbagai kendala pada budidaya mawar bunga potong diantaranya adalah serangan organisme pengganggu tanaman (opt). Salah satu opt penting pada tanaman mawar terutama di tempat terbuka adalah serangan penyakit bercak hitam yang disebabkan oleh Diplocarpon rosae Wolf. Penyakit tersebut umumnya ditemukan pada pertanaman mawar di Jawa Barat, sementara di JawaTimur dan Jawa Tengah penyakit ini merupakan penyakit utama di lapangan (Djatnika dan Maryam (1991). Pada serangan berat menyebabkan daun muda berubah kekuningan dan akhirnnya gugur. Hal tersebut menyebabkan penurunan hasil panen bunga dan kadang-kadang menyebabkan kematian (Olson and Broemsen, 2007). Salah satu opt lain yang penting pada tanaman mawar adalah tungau merah (Tetranychus urticae). Hama tersebut merusak tanaman mawar dengan cara cara mengisap cairan dari daun-daun muda, sehingga meningggalkan bekas serangan 512
Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura
Juni, 2013
berwarna kuning pucat di permukaan daun. Akibatnya daun tampak kusam, sehingga mempengaruhi penampilan tanaman secara keseluruhan. Serangan tungau pada bunga mengakibatkan bunga gagal mekar dan berwarna suram (Maryam et al., 2004). Mengingat besarnya kerusakan yang ditimbulkan oleh kedua opt tersebut, para petani berusaha mengendalikannya dengan pestisida. Namun tindakan tersebut, justru dapat menimbulkan kerugian ekonomi bagi petani. Selain peningkatan biaya produksi karena harga pestisida yang makin mahal, penyemprotan pestisida yang intensif pada tanaman mawar juga dapat merusak bagian bunga dan menyebabkan penurunan mutu mawar bunga potong. Hal tersebut akan mengakibatkan harga jual bunga menjadi lebih rendah dan atau bahkan tidak layak jual. Salah satu alternatif pengendalian yang mudah dan ekonomis adalah penggunaan varietas tahan. Penggunaan varietas tahan diiringi dengan teknik pengendalian lainnya akan berdampak pada penurunan biaya produksi dan peningkatan mutu. Sementara informasi ketahanan dari tanaman mawar bunga potong terhadap penyakit bercak hitam dan hama tungau masih terbatas. Oleh karena itu, perlu dilakukan kajian untuk memperoleh informasi ketahanan varietas mawar dan genotip harapan terhadap kedua opt tersebut. Di samping itu, genotip-genotip yang tahan dapat digunakan sebagai sumber gen ketahanan dalam program pemuliaan tanaman mawar bunga potong yang tahan terhadap penyakit bercak daun dan hama tungau. BAHAN DAN METODE Percobaan dilaksanakan di kebun PT. Inggu Laut, Jl Raya Junggo Batu (1500 m dpl), sejak Januari sampai September 2009. Percobaan menggunakan rancangan acak kelompok dengan 4 ulangan. Sebagai perlakuan adalah 5 genotip mawar bunga potong yaitu 3 klon harapan (no. 97-10-80, 97-105-81 dan 218 – 1) serta 2 varietas yang biasa ditanam oleh petani yakni Green Gala dan Thalita. Tanah diolah sempurna dan diberi pupuk kandang dengan dosis 5 ton/ha. Selanjutnya dibentuk bedengan dengan lebar 80 cm dan panjang 2 m. Bibit yang telah disediakan ditanam dengan jarak tanam 40 x 60 cm. Pemeliharaan dan pemberian pupuk kandang disesuaikan dengan standar budidaya yang dilakukan oleh PT. Inggu Laut. Pengamatan yang dilakukan mencakup intensitas penyakit bercak hitam, jumlah populasi tungau per daun dan intensitas serangan hama tungau; serta produksi bunga. Intensitas penyakit diamati pada semua tanaman. Tiap tanaman dinilai berdasarkan skala kerusakan sebagai berikut: 0 = tidak ada serangan; 1= terdapat serangan 1,0-10% luas area daun; 2 = terdapat serangan 11-20% luas area daun; 3 = terdapat serangan 2140% luas area daun; 4 = terdapat serangan 41-80% luas area daun; 5 = terdapat serangan > 80% luas area daun. Intensitas serangan (IP) rata dihitung dengan rumus:
513
Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura
Juni, 2013
IP =
(vxn) x100% ZxN
IP = intensitas serangan v
= nilai skala tiap kategori serangan
n
= jumlah tanaman tiap kategori serangan
Z = nilai skala dari kategori serangan tertinggi N = jumlah tanaman yang diamati. Kriteria resistensi didasarkan atas intensitas penyakit yaitu: imun (0%); sangat tahan (0,1-5%);tahan (5,1-10%); moderat (10,120 %); rentan (>20%) (Suhardi dan Winarto, 2002). Intensitas serangan hama tungau ditentukan dengan rumus sebagai berikut : (vxn) x100% I= ZxN dI = intensitas serangan hama tungau (%) v = nilai skala tiap kategori (1 = 1 – 5 ekor/daun, 2 = 6 – 10 ekor/daun, 3 = 11 – 20 ekor/daun, 4 = > 20 - ekor/daun) n = jumlah daun tiap kategori serangan Z = nilai skala kategori serangan tertinggi N = jumlah daun yang diamati. Selanjutnya berdasarkan intensitas serangan hama tungau tersebut, tingkat ketahanan mawar potong ditentukan berdasarkan kriteria sebagai berikut : imun = 0 %; sangat tahan = 1 – 10 %; tahan = 11 – 20 %; agak tahan 21 – 40 %; rentan = 41 – 60 dan sangat rentan = > 60 %. HASIL DAN PEMBAHASAN a. Ketahanan terhadap serangan penyakit bercak daun Pada tabel 1 dapat dilihat intensitas serangan penyakit bercak daun. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa diantara genotip yang dikaji terdapat perbedaan intensitas serangan penyakit. Pada awal pengamatan yakni 4 minggu setelah tanam (mst) nampak bahwa intensitas serangan tersebut masih rendah. Intensitas terendah terdapat pada genotip no. 97-105-81 yakni 4,35 % dan intensitas tertinggi ditunjukkan oleh pada genotip Grand Gala yakni 8,17 %. Seiring dengan peningkatan umur tanaman, intensitas serangan penyakit tersebut makin tinggi. Pada pengamatan terakhir yaitu pada umur 12 mst menunjukkan peningkatan intensitas serangan penyakit bercak daun menjadi 13,85 % pada genotip no. 97-105-81 dan 21,37 % pada genotip Thalita.
514
Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura
Juni, 2013
Tabel 1. Rata-rata intensitas penyakit bercak daun pada dan tingkat ketahanan beberapa varietas mawar bunga potong Intensitas serangan penyakit bercak hitam Perlakuan Tingkat (%) (Genotip) ketahanan 4 mst 6 mst 8 mst 10 mst 12 mst No. 97-10-80 5,37 10,71 12,23 13,35 16,83 moderat No. 97-105-81 4,35 9,65 11,44 12,43 14,25 moderat No. 218-1 6,31 9,97 11,87 13,63 14,14 moderat Grand Gala 5,00 7,23 9,17 10,19 13,85 moderat Thalita 8,17 13,22 15,27 17,66 21,38 rentan Berdasarkan perbedaan intensitas penyakit tersebut, genotip yang diuji memiliki tingkat ketahanan yang sama kecuali varietas Thalita yang menunjukkan tingkat ketahanan berbeda. Empat genotip yaitu klon no. 97-10-80, 97-105-81, 218-1 dan Grand Gala memiliki tingkat resistensi yang dikategorikan moderat tahan. Sementara genotip Thalita dikategorikan rentan terhadap penyakit bercak daun. Hal tersebut mengindikasikan bahwa masing-masing genotip memilik tanggap atau repon yang berbeda terhadap kehadiran patogen Diplocarpon rosae penyebab penyakit bercak hitam. Sementara Suhardi dan Winarto (2002) melaporkan bahwa pada tingkat kerusakan tertentu, serangan patogen D. rosae akan mengakibatkan daun gugur tidak hanya pada daun-daun yang sudah tua, tetapi juga pada daun yang lebih muda. Pada daun mawar varietas Maria Callas paling lama gugurnya setelah gejala muncul yaitu 11 - 13 hari dengan persentase daun gugur yang kecil (1 – 2 %). Lebih lanjut dikemukakan bahwa resistensi varietas mawar terhadap bercak hitam tampaknya ditentukan oleh tebalnya epidermis daun dan senyawa tertentu yang dikandung oleh tanaman. a. Ketahanan terhadap hama tungau Pada tabel 2 dapat dilihat perkembangan populasi hama tungau yang menunjukkan pertumbuhan awal dengan tingkat yang rendah. Populasi terendah terdapat pada genotip no. 97-105-81 yaitu 4,13 ekor/tanaman dan populasi tertinggi terdapat pada genotip Grand Gala yakni 10,23 ekor/tanaman. Pada pengamatan kedua nampak peningkatan populasi hama tungau terus meningkat. Populasi terendah terdapat pada genotip no. 97-10-80 yakni 11,51 ekor/tanaman dan tertinggi terdapat pada genotip Thalita yakni 25,22 ekor/tanaman. Tabel 2. Rerata populasi dan intensitas serangan hama tungau (Tetranychus urticae) pada dan tingkat ketahanan dari beberapa genotip mawar bunga potong, Batu 2009 Rerata populasi/daun
Perlakuan (Genotip)
4 mst
6 mst
8 mst
10 mst
12 mst
No. 97-10-80 No. 97-105-81 No. 218-1 Grand Gala Thalita
5,12 4,16 7,22 10,27 9,28
11,51 17,56 13,38 17,24 25,22
17,22 25,36 19,84 21,18 35,24
19,35 27,44 24,26 27,28 43,36
21,16 25,36 27,20 32,22 51,27
515
Intensitas serangan tungau (%) 20,56 21,00 23,24 25,58 40,64
Tingkat ketahanan agak tahan agak tahan agak tahan agak tahan peka
Juni, 2013
Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura
Pada pengamatan berikutnya menunjukkan populasi hama tungau terus meningkat dengan laju yang agak lambat dengan populasi terendah ditunjukkan oleh genotip no. 97-10-80 dan tertinggi pada genotip Thalita yakni masing-masing 17,22 ekor dan 35,24 ekor/tanaman. Jika ditelaah lebih lanjut nampak bahwa setiap genotip memiliki preferensi yang berbeda terhadap hama tungau. Genotip yang paling disenangi oleh hama tungau sebagai tanaman inang adalah Thalita dan paling tidak disenangi adalah genotip no. 9710-80. Sementara peneliti lain melaporkan bahwa varietas-varietas tertentu mampu menghambat perkembangan populasi kutu daun dan kutu perisai pada tanaman mawar (Maryam et al. 1999). Selanjutnya Kaakeh dan Dutcher (1994) mengemukakan bahwa tingkatan preferensi setiap jenis tanaman atau genotip tergantung dari morfologi tanaman, jaringan vaskular daun atau kandungan senyawa kimia tanaman. Keteguhan jaringan tanaman, juga sangat berperan penting dalam menekan infestasi serangan hama. Pengamatan serangan hama tungau menunjukkan intensitas yang lebih rendah pada genotip harapan jika dibandingkan dengan varietas Thalita. Hal tersebut mengindikasikan bahwa Thalita lebih peka terhadap serangan hama tungau dibandingkan genotip lainnya. Jika ditelaah lebih lanjut nampak bahwa semua genotip memiliki tingkat ketahanan yang sama, kecuali pada varietas Thalita yang memiliki intensitas kerusakan yang lebih tinggi. Peningkatan nilai intensitas kerusakan seiring dengan kecepatan perkembangbiakan dari hama tungau. Seekor tungau betina (imago) rata-rata bertelur 5-8 butir/hari selama masa hidup imago 5-6 hari (Tukimin, 2007). Maryam et al (2004) melaporkan hasil yang berbeda bahwa setiap varietas mawar yang diuji disukai oleh hama tungau sebagai tanaman inang. Hal tersebut diindikasikan oleh bioekologi hama tungau yang tidak dipengaruhi oleh varietas mawar. KESIMPULAN 1. Semua genotip moderat tahan terhadap penyakit penyakit bercak daun, kecuali Thalita dikategorikan rentan. 2. Semua genotip agak tahan terhadap hama tungau, kecuali Thalita dikategorikan peka
516
Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura
Juni, 2013
DAFTAR PUSTAKA Djatnika, I dan MaryamABN. 1991. Hama dan penyakit pada tanaman mawar di Bandung, Sukabumi dan Cianjur. Laporan Sub Balai Penelitian HortikuItura Cipanas. (Tidak dipublikasikan). Horts, R.K. 1983. Conpendium of rose disease. APS Press. St. Paul Minnesota. 50 hal. Kaakeh, W dan J.D. Dutcher.1994. Probing behavior and density of M. persicae, M.caryella and M. caryaefaliae (Homoptera : Aphididae) on pecan cultivars. J. Econ. Entomol. 87 (4) : 951 – 956 Maryam, Abn., T.R. Omoy dan Purbadi. Ketahanan varietas/klon mawar terhadap hama utama. Laporan Hasil Penelitian. Balai Penelitian Tanaman Hias. Jakarta Maryam, Abn., Purbadi, Suryanah dan T. Mulyana. 2004. Studi bioekologi tungau pada tanaman mawar dan pengendaliannya. J. Hort. 14 (Edisi Khusus) : 436 – 441 Olson, B. And S.v. Broembsen. 2007. Disease of roses.Oklahoma State Cooperative Service. Oklahoma State University. EPP-7607, 6p. Suhardi dan B.Winarto. 2002. Resistensi varietas mawar (Rosa hibrida) terhadap penyakit bercak hitam. J. Hort. 12 (1) : 55 - 63 Tukimin, S.W. 2007. Beberapa aspek biologi tungau kuning Polyphagotarsonemus latus (Banks) pada beberapa aksesi wijen (Sesamum indicum) Jurnal Agritek, April 2007. 15 (2) : 448- 452.
517