Juni, 2013
Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura
PROSPEK KLON-KLON HARAPAN DAN VARIETAS UBIKAYU DI KALIMANTAN TIMUR PROSPECT OF CASSAVA PROMISING CLONES AND VARIETIES IN KALIMANTAN TIMUR Sholihin Balitkabi, Jl. Jl. Raya Kendalpayak P.O. box 66, Malang Telp. : 0341-801468, fax: 0341-801496, E-mail:
[email protected]
ABSTRACT The aim of the trial was to evaluate a few promising clones/varieties in Kalimantan Timur. The experiment was done a during 2011-2012 using a RCBD, 3 replications. A total of ten clones/varieties were planted with plant distance 100 cm x 80 cm and the plot size 5 m x 10 m. Plants were fertilized with 300 kg Urea + 150 kg KCl + 150 kg SP-36/ha. The research result can be seen that the yield of fresh tuber in ten months of cassava clones ranged (12.53 – 17.64) t/ha, Tuber yield of MLG 10.311 was the highest (83,51 t/ha, and there were three clones (OMM 09016-1 and OMM 0901561) that their tuber yield were equal to MLG 10.311. Yield of starch of tested clones ranged (12.53 – 17.64) t/ha, Starch yield of MLG 10.311 was the highest (17.64 t/ha), and there were five clones (Malang 4, Adira 4, CMM 97007-145, LITBANG UK 2, and UJ3) that their starch yield were equal to MLG 10.311. Keywords: promising clones/variety, cassava, Kalimantan Timur PENDAHULUAN Kebutuhan ubikayu dalam negeri diprediksi akan meningkat di masa yang akan datang sejalan dengan menigkatnya jumlah penduduk dan semakin berkembangnya industri berbahan baku ubikayu. Kebutuhan ubikayu pada tahun 2025 diperkirakan sekitar 30 juta ton ubi segar dan diperlukan peningkatan produksi sekitar 27 % (Suryana, 2006). Dalam rangka peningkatan produksi tersebut, usaha intensifikasi perlu digalakkan disamping usaha ekstensifikasi. Dalam usaha intensifikasi, varietas unggul memegang peran yang cukup penting. Hingga saat ini sudah 11 varietas unggul ubikayu yang dilepas. Adira1 merupakan varietas yang paling tua yang dilepas tahun 1978. Hingga saat ini varietas ini masih ada di beberapa lahan petani di Jawa Timur, Jawa Tengah dan Jawa Barat. Umbi varietas Adira 1 tergolong tidak pahit sehingga varietas ini bisa digunakan untuk pangan (ubi kukus dan goreng), serta berbagai industri pangan dan pakan ternak. Ratarata hasil varietas ini relatif rendah 22 t/ha.. Varietas ini bisa dipanen lebih awal yaitu 7 bulan. Adira 2 juga varietas yang dilepas tahun 1978. Varietas ini tergolong pahit sehingga tidak bisa digunakan untuk pagan (ubi kukus dan goreng), namun varietas ini masih bisa digunakan untuk inustri pati dan industri lainnya yang berbahan baku ubikayu. Rata-rata hasil varietas ini juga relatif rendah 22 t/ha. Nampaknya varietas ini 356
Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura
Juni, 2013
kurang berkembang di lahan petani. Adira 4 merupakan varietas yang dilepas tahun 1987. Varietas ini tergolong pahit dengan rata-rata hasilnya lebih tinggi dari Adira 1 dan Adira 2, yaitu 35 t/ha. Varietas ini memiliki daya adaptasi yang relatif lebih luas . Malang 1 dan Malang 2 merupakan varietas yang dilepas tahun 1992, umbi varietas ini tergolong tidak pahit yang rata-rata hasilnya lebih tinggi dari Adira 1 dan Adira 2, masing-masing 36,5 dan 31,5 t/ha. Darul Hidayah merupakan yang dilepas tahun 1998. umbi varietas ini tergolong tidak pahit dengan potensi hasil relatif tinggi (102 t/ha), namun potensi hasil tersebut, penulis belum pernah mencapainya.. UJ3 dan UJ5 merupakan varietas yang dilepas tahun 2000. Varietas ini tergolong pahit dengan ratarata hasilnya relatif tinggi, masing-masing dengan kisaran hasil 20-35 t/ha dan 25-38 t/ha. Hingga saat ini, varietas ini banyak berkembang di Lampung. Malang 4 dan Malang 6 merupakan varietas yang dilepas tahun 2001. Varietas ini tergolong pahit dengan rata-rata hasilnya relatif tinggi, rata-rata hasilnya masing-masing 43,95 t/ha dan 44,64 t/ha. Tahun 2012 telah dilepas varietas LITBANG UK 2. Varietas ini telah diuji di daerah sentra produksi ubikayu di Jatim, Jateng dan Lampung selama tahun 2007/2008 dan 2008/2009. Dari pengujian tersebut terlihat bahwa rata-rata hasil ubi segar varietas LITBANG UK 2 lebih tinggi dari pada varietas pembanding Adira 4 dan UJ5, masing-masing 18 % dan 15 %. Rata-rata hasil pati varietas LITBANG UK 2 lebih tinggi dari pada varietas pembanding Adira 4 (11%). Rata-rata tinggi tanaman LITBANG UK 2 rendah dibanding dengan UJ5 (12 %). Dengan demikian klon LITBANG UK 2 lebih sesuai untuk sistem tumpangsari ubikayu dengan tanaman pangan lainnya seperti kedelai, kacang tanah, jagung dan padi dibanding dengan UJ5. Genotipe berinteraksi dengan lingkungan untuk menghasilkan phenotipe sudah merupakan realitas yang tidak diragukan lagi. Pada dasarnya lingkungan dapat dibedakan atas lingkungan yang dapat diprediksi dan lingkungan yang tidak dapat diprediksi. Pengairan, pemupukan, jarak tanam dan metode penanaman dapat dikatagorikan sebagai lingkungan yang dapat diprediksi, sedangkan curah hujan, kelembaban, dan temperatur dapat digolongkan sebagai lingkungan yang tidak dapat diprediksi. Untuk merespon adanya lingkungan yang dapat diprediksi, pengujian varietas perlu dilakukan pada kondisi lingkungan yang mirip dengan kondisi lingkungan pada daerah sentra produksi ubi kayu, sedangkan untuk merespon adanya lingkungan yang tidak dapat diprediksi, pengujian varietas perlu dilakukan di beberapa lokasi selama beberapa musim tanam. Jumlah unit pengujian dalam uji adaptasi varietas unggul yang akan dilepas minimal 8 unit pengujian yang dilakukan selama dua musim tanam. Uji adaptasi ini juga dimaksudkan untuk perbanyakan bibit klon-klon harapan ubikayu. Jumlah tersebut dinilai belum mewakili variasi lingkungan ubikayu di Indonesia. Oleh karena, sangat dianjurkan untuk menguji lagi varietas-varietas unggul yang telah dilepas dan klonklon harapan ubikayu yang akan dikembangkan dalam skala luas di daerah sasaran.
357
Juni, 2013
Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura
Tujuan penelitian adalah untuk menguji beberapa varietas dan klon harapan ubikayu di daerah sasaran pengembangan (Kalimantan Timur).
BAHAN DAN METODE Percobaan dilakukan di Betung, Penajam, Kalimatan Timur pada musim tanam 2011/2012. Lahan yang digunakan percobaan termasuk tanah mineral. Penelitian ini menggunakan rancangan acak kelompok, 3 ulangan. Sebanyak 10 klon/varietas ubikayu (UJ5, UJ3, CMM 02048-6, CMM 03001-10, ADIRA 4, MLG 10311, MALANG 4, CMM 97006-44, CMM 97007-145, dan LITBANG UK 2) yang diuji. Petak penelitian berukuran 5 m x 10 m. Jarak tanam yang digunakan adalah 100 cm x 80 cm. Tanaman dipupuk dengan takaran 300 kg Urea + 150 kg SO36 + 150 kg KCl/ha, pupuk urea 93 kg N+ 36 kg P2O5 + 60kg K2O/ha. Kadar pati diukur berdasarkan system gravitasi dengan menimbang berat umbi di udara (BU) sebesar 5 Kg, lalu menimbangnya di air (BA), lalu dihitung nilai spesif gravity (SG) dengan rumus: SG = BU/(BU-BA), lalu dihitung nilai kadar pati dengan rumus: kadar pati = SG x 112,1106,4. Hasil pati merupakan perkalian hasil umbi segar dengan kadar pati. HASIL DAN PEMBAHASAN Tabel 1. Hasil Ubi, Kadar Pati, dan Hasil Pati Klon-klon Ubikayu Umur 10 Bulan di Betung, 2011/2012. No Klon/varietas Berat ubi Kadar pati Hasil pati segar (t/ha) (%) (t/ha) 1 UJ5 55,76 d 22,96 a 12,85 c 2 UJ3 67,71 bc 21,48 bc 14,57 abc 3 CMM 02048-6 70,83 bc 19,66 d 13,90 bc 4 CMM 03001-10 61,39 cd 20,99 bc 12,88 c 5 ADIRA 4 75,83 ab 21,23 bc 16,09 ab 6 MLG 10311 83,51 a 21,09 bc 17,64 a 7 MALANG 4 72,50 abc 22,21 ab 16,14 ab 8 CMM 97006-44 71,60 bc 17,47 e 12,53 c 9 CMM 97007-145 67,92 bc 21,82 abc 15,33 abc 10 LITBANG UK 2 75,10 ab 20,75 cd 15,08 abc Rataan 70,215 20,97 14,70 BNT 5 % 11,64 1,28 3,16 KK (%) 10 4 13 Hasil ubi segar klon-klon ubikayu yang dipanen umur 10 bulan di Betung berkisar (55,76 – 83,51) t/ha dengan rata-rata 70,215 t/ha. Nilai ini termasuk relatif tinggi dikarena terutama kebutuhan air tanaman relatif tercukupi. Penanaman dilakukan minggu terakhir bulan April 2011. Pada umur 7 bulan, tanaman berada pada musim hujan sehingga pertumbuhan umbi cukup banyak pada saat tanaman berumur 7 hingga 10 bulan. Hasil ubi umur 10 bulan MLG 10311, adalah yang tertinggi yaitu sebesar 358
Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura
Juni, 2013
83,51 t/ha, dan yang setara dengannya adalah Adira 4, LITBANG UK 2, dan Malang 4 (Tabel 1.). Klon-klon ini bisa memberikan hasil umbi yang lebih tinggi dari yang telah dicapai sekarang bila lingkungannya lebih baik dari yang ada sekarang dan bila diberi input tinggi. Sholihin et al. (2010) melaporkan bahwa Malang 6 bisa mencapai lebih dari 100 t/ha bila ditanam dengan jarak 1,25 x 1,25 m, dibumbun dan dipupuk sebanyak 500 kg Ponska ditambah 300 kg Urea, ditambah lagi dengan pupuk kandang sebanyak 5 – 10 t/ha. Disamping itu kesuburan tanah sangat mendukung karena lahannya bekas tanaman perhutani. Lapisan olah sangat tebal (30 – 40 cm), bahan orgahik sangat tinggi. Dosis pupuk yang digunakan saat seleksi plot berulang adalah 300 kg urea+ 150 kg SP36 + 150 kg KCl/ha, tanpa pupuk kandang. Dilaporkan bahwa ada interaksi antara klon dengan lingkungan untuk hasil umbi segar (Sholihin, 2011c, 2012). Lingkungan tumbuh ubikayu di Indoensia dinilai beragam. Lingkungan tumbuh meliputi antara lain temperatur udara, jenis tanah, tipe iklim, curah hujan,kelembaban udara, waktu tanam, dan sistem budidaya. Di Jawa Timur, kebanyakan ubikayu ditanam pada tipe iklim C2, C3 dan D3 yang dicirikan dengan 2-6 bulan kering. Di Jawa Barat dan Sumatra, kebanyakan ubikayu ditanam pada tipe iklim B dan C2 yang dicirikan hanya 2-3 bulan kering (Wargiono, 1988). Jenis tanah Alfisol (25%), Ultisol (22%), Entisol (20%), dan Inceptisol (18%) merupakan jenis tanah yang mendominasi lingkungan tumbuh ubikayu di Indonesia (Howeler, 1992). Sistem budidaya ubikayu di Indonesia dilakukan secara monokultur maupun dengan sistem tumpangsari dengan tanaman lain seperti tanaman padi gogo, jagung, dan kacang tanah. Kondisi lahan untuk ubikayu juga beragam, akan tetapi secara umum kondisi lahan tergolong marginal yang tingkat kesuburannya rendah hingga sedang dan tingkat kelestariannya juga rendah. Daerah Sumatera tergolong relatif basah dengan distribusi hujan relatif sepanjang tahun, Jawa Barat tergolong sedang. Jawa tengah serta Jawa Timur tergolong kering dengan perbedaan tegas antara musim hujan dan kemarau, sehingga fase mudanya pada musim hujan dan fase tuanya pada musim kemarau. Sebaliknya di daerah Sumatera yang curah hujannya hampir sepanjang tahun, seluruh fase pertumbuhannya pada kondisi basah. Kebanyakan petani menanam ubikayu pada awal musim hujan, yaitu pada bulan Oktober atau November. Namun Wargiono (1991) melaporkan bahwa penanaman pada bulan yang berbeda akan memberikan hasil yang berbeda. Penanaman pada bulan Februari memberikan hasil yang tertinggi bila dibanding dengan penanaman pada bulan Maret, April, Mei dan Juni untuk daerah Lampung pada system monokultur. Bila hasil ubi tinggi, maka hasil patinya juga tinggi. Penanaman pada bulan Juni memberikan hasil yang terendah. Penanaman pada bulan Maret, April dan Mei memberikan hasil yang sama. Sholihin (2006) melaporkan bahwa pada dasarnya lingkungan tumbuh ubikayu bisa dikelompokan menjadi dua kelompak besar yaitu jawa dan Lampung. Kondisi curah hujan di Penajam relatif sama dengan Lampung, yaitu jumlah bulan basahnya relatif banyak sehingga ketersediaan air cukup idealuntuk menunjang pertumbuhan ubikayu.
359
Juni, 2013
Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura
Kadar pati merupakan karakter yang penting yang dipertimbangkan pengguna dalam memilih varietas unggul. Di lampung, umbi yang kadar patinya lebih tinggi akan dipotong bobotnya lebih rendah dibanding umbi yang kadar patinya lebih rendah. Sholihin et al. (2011) melaporkan rata-rata kadar pati varietas UJ5, 2% lebih tinggi dibanding dengan varietas Adira 4 dan rata-rata hasil umbinya relatif sama. Karena kondisi ini, pengguna ubikayu di Lampung menggunakan UJ5 untuk penggatikan Adira 4 beberapa tahun setelah varietas UJ5 dilepas tahun 2001. Sebagian besar ubikayu di Lampung digunakan sebagai bahan baku industri pati. Hasil analisa biplot untuk data yang disajikan oleh Ginting et al. (2006) menunjukkan bahwa karakter nilai konversi ubi segar menjadi etanol berkorelasi positif dengan kadar air ubi (r=0,92**), berkorelasi negatif dengan karakter kadar bahan kering (r= - 0,93**), dengan kadar gula total (r= 0,90**), dengan kadar pati (r = -0,68*), dengan kadar amilosa (r = - 0,64*). Nilai konversi ubi segar menjadi etanol tidak berkorelasi dengan rasio fermentasi. Dengan demikian karakter kadar pati dan kadar air ubi, kadar bahan kering, kadar gula total dan kadar amilosa dapat digunakan sebagai kriteria seleksi dalam seleksi dan evaluasi untuk perakitan varietas unggul baru spesifik untuk bioetanol. Kadar pati merupakan salah satu faktor penentu dalam menentukan hasil pati. Kadar pati ditentukan faktor genetik dan lingkungan, termasuk umur panen (Soenarjo dan Hardono, 1986). Pada umumnya kadar pati sampai umur tanaman tertentu akan meningkat dengan meningkatnya umur tanaman. Terdapat korelasi positif antara kadar pati umbi dengan curah hujan pada umur 6 – 9 bulan, tetapi pada 1 atau 2 bulan sebelum panen, korelasinya negatif (Howeler, 2001). Di sisi lain, Fauzan dan Puspitorini (2001) melaporkan bahwa kadar tertinggi dicapai pada 2 – 3 bulan sebelum panen. Kadar pati klon-klon yang diuji berkisar 17,47- 22,96 % dengan rata-rata 20,97 % (Tabel 1). Kadar pati klon UJ5 adalah yang tertinggi. Kadar pati Malang 4 dan CMM 97007-145 setara dengan UJ5. Dalam penelitian ini kadar pati diukur berdasarkan system gravitasi. Kadar pati diukur berdasarkan sistem gravitasi dengan menimbang berat umbi di udara (BU) sebesar 5 Kg, lalu menimbannya di air (BA), lalu dihitung nilai spesif gravity (SG) dengan rumus: SG = BU/(BU-BA), lalu dihitung nilai kadar pati dengan rumus: kadar pati = SG x 112,1-106,4. Nilai kadar pati yang diperoleh berdasarkan system gravitasi lebih rendah dibanding dengan pengukuran kadar pati berdasarkan metode hidrolisis asam. Kadar pati merupakan parameter yang penting. Kadar pati ditentukan faktor genetik dan lingkungan (Sholihin, 2006). Untuk mendapatkan varietas yang hasil umbi sekaligus kadar pati tinggi relatif sulit. Untuk merespon masalah ini, pemulia juga menghitung hasil pati sebagai dasar seleksi klon atau calon varietas unggul baru. Hasil pati merupakan perkalian antara hasil umbi dan kadar pati. Hasil pati klon-klon yang diuji berkisar 12,53 – 17,64 t/ha dengan rata-rata 14,7 t/ha. Hasil pati klon MLG 10.311 adalah yang tertinggi. Hasil pati Malang 4, Adira 4, CMM 97007-145, LITBANG UK 2, dan UJ3 adalah setara dengannya. Hasil
360
Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura
Juni, 2013
pati yang dicapai oleh suatu klon merupakan hasil interaksi antara genotipe dan lingkungan (sholihin, 2009, dan 2011a, 2011b). KESIMPULAN 1. Hasil ubi umur 10 bulan MLG 10311, adalah yang tertinggi yaitu sebesar 83,51 t/ha, dan yang setara dengannya adalah Adira 4, LITBANG UK 2, dan Malang 4. Kadar pati UJ5 adalah yang tertinggi dan kadar pati OMM 09014-67 setara dengannya. Hasil pati klon MLG 10.311 adalah yang tertinggi dan yang setara dengannya adalah Malang 4, Adira 4, CMM 97007-145, LITBANG UK 2, dan UJ3. DAFTAR PUSTAKA Fauzan dan P. Puspitorini. 2001. Effect of date of planting and rainfall distribution on the yield of five cassava varieties in Lampung, Indonesia. In : R.H. Howeler and S.L. Tan (Ed.). Cassava’s potential in Asia in the 21 st. Century: present situation and future research and Development Needs. Proceeding of the sixth Regional Workshop held in Ho Chi Minh City, Vietnam, Feb 21-25, 2000. p.333-344. Ginting, E, K. Hartojo, N. Saleh, Y. Widodo dan Suprapto. 2006. Identifikasi kesesuaian klon-klon ubikayu untuk bahan baku pembuatan bioetanol. Balitkabi, Malang. Howeler, R.H. 2001. Cassava agronomy research in Asia: Has it benefited cassava farmer?. In : R.H. Howeler and S.L. Tan (Ed.). Cassava’s potential in Asia in the 21st. Century: present situation and future research and development needs. Proceeding of the sixth regional workshop held in Ho Chi Minh City, Vietnam, Feb 21-25, 2000. p.345-382. Sholihin. 2009. The genotype x environment interaction for starch yield in nine-monthold cassava promising clones. Indonesian Journal Agricultutal Science 10(1): 12-18. Sholihin, T, Sundari, K, Noerwijati. 2011. Perbaikan proposal usulan pelepasan varietas ubikayu klon harapan OMM 9908-4, hasil tinggi dan sesuai untuk bioetanol. Suryana, A. 2006. Kebijakan penelitian dan pengembangan ubikayu untuk agroindustri dan ketahanan pangan. Makalah dipresntasikan pada lokarya “Pengembangan Ubikayu” di Balitkabi, Malang , 7-8 September 2006. 15p.
361
Juni, 2013
Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura
Sholihin and T. Sundari. 2008. Hasil dan kadar pati klon-klon harapan ubikayu di beberapa lingkungan tumbuh. P.208-218. Dalam A. Harsono et al. (Ed.) Inovasi Teknologi Kacang-kacangan dan umbi-umbian Mendukung Kemandirian Pangan dan Kecukupan Energi. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Bogor. Sholihin, N. Saleh, B.S. Radjit, T. Sundari, T.S. Wahyuni, dan I.M.J Mejaya. 2010. Perakitan varietas dan perbaikan sistem produksi ubikayu umur genjah, sesuai untuk pangan dan industri dengan potensi hasil 40 - 60 t/ha. 107p. Sholihin. 2011a. AMMI model for inteerpreting clone-environment interaction in starch yield of cassava. Hayati Journal of Bioscience 18(1): 21-26. Sholihin. 2011b. Stabilitas klon-klon harapan ubikayu berdasaran hasil pati. J. Agrivigor 10(3): 228-234 Sholihin.
2006. Kajian interaksi genotipe x lingkungan dengan beberapa metode analisis stabilitas untuk hasil pati beberapa klon harapan ubikayu. Disertasi, Unibraw Malang, 139p.
Sholihin, 2012. Produktivitas dan stabilitas klon-klon harapan ubikayu umur 6 bulan. dalam Purnomo et al. (Ed.), Proseding Seminar Nasional, Membangun negara Agraris yang Berkeadilan dan Berbasis Kearifan lokal. Fk Pertanian, UNS, Solo. P. 466-476. Suciatmih. 2006. Mikroflora tanah tanaman pisang dan ubikayu pada lahan gambut dan tanah aluvial di Bengkulu. Biodiversitas. Vol. 7. No. 4. hlm:303-306. Sholihin, T. Sundari, E. Ginting, M. Rahayu, dan S.W. Indiati. 2011. Usulan pelepasan varietas ubikayu klon harapan OMM 9908-4, hasil tinggi dan sesuai untuk bioethanol. 52 hal. (Tidak dipublikasi). Sholihin, 2011c. Analisis interaksi genotype x lingkungan untuk hasil umbi segar ubikayu dengan model AMMI. dalam Agung et al. (Ed.), Proseding Seminar Nasional, Pemuliaan berbasis potensi dan kearifan lokal menghadapi tantangan global, peripi Komda Banyumas. P.510-520. Soenarjo, J. and N. Hardono. 1986. Pengaruh umur panen pada kadar tepung beberapa klon ubikayu (Effect of harvesting time on starch content of some cassava clones). Seminar Balittan Bogor. Vol 1. Padi Palawija. Bogor: pp. 26-33. Howeler, R.H. 1992. Agronomy research in the Asia cassava network - an overview 1987-1990, In Howeler (Ed.), Cassava breeding, agronomy and utilization research in Asia, Proc. 3rd regional workshop held in Malang, Indonesia, Oct 22-27 1990. CIAT, Thailand. p.260-285. 362
Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura
Juni, 2013
Wargiono. J. 1991. Pengaruh pola curah hujan terhadap penampilan ubikayu, Penelitan pertanian 11(1): 1-4. Wargiono, J. 1988. Agronomic practices in major cassava growing areas of Indonesia, In Howeler and Kawano (Ed.), Cassava breeding and agronomy research in Asia, Proc. regional workshop, held in Rayong, Thailand, Oct. 26-28, 1987, CIAT, Thailand. p.185-205.
363