PROSIDING Seminar Nasional “Konseling Krisis” Sabtu, 27 Agustus 2016
PROSIDING SEMINAR NASIONAL BIMBINGAN DAN KONSELING “Konseling Krisis” ISBN : 978-602-60115-0-3 Ketua Editor : Dr. Kusno Effendi, M.Si., M.Pd
(Universitas Ahmad Dahlan)
Editor Ahli : Prof. Dr. Siti Partini Suardiman, SU. Dr. Najlatun Naqiyah, M.Pd Dr. Mumpuniarti, M.Pd Dr. Soetarno, M.Pd
(Universitas Ahmad Dahlan) (Universitas Negeri Surabaya) (Universitas Negeri Yogyakarta) (Universitas Ahmad Dahlan)
Editor Pelaksana : Wahyu Nanda Eka Saputra, M.Pd., Kons Caraka Putra Bhakti, M.Pd Agus Ria Kumara, M.Pd
(Universitas Ahmad Dahlan) (Universitas Ahmad Dahlan) (Universitas Ahmad Dahlan)
Desain Sampul : Fajar Irfani Setyawan Layout : Agus Supriyanto, M.Pd Penerbit dan Redaksi: Prodi Bimbingan dan Konseling Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan - Universitas Ahmad Dahlan Kampus II UAD Jl Pramuka 42 Sidikan, Umbulharjo, Yogyakarta Telp: (0274) 563515, 511830, 379418, 371120 Fax (0274) 564604 Email:
[email protected] Cetakan Pertama: Agustus 2016 Hak cipta dilindungi undang-undang Dilarang memperbanyak karya tulis ini dalam bentuk dan Dengan cara apapun tanpa ijin tertulis dari penerbit
ii
PROSIDING Seminar Nasional “Konseling Krisis” Sabtu, 27 Agustus 2016 KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Allah SAW, karena atas karunia-Nya, prosiding Seminar Nasional Konseling Krisis telah dilaksanakan pada Sabtu, 27 Agustus 2016 di ruang Auditorium Universitas Ahmad Dahlan, yang diselenggarakan oleh program studi Bimbingan dan Konseling Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Ahmad Dahlan. Seminar nasional ini diselenggarakan sebagai media sosialisasi dan komunikasi hasil penelitian maupun hasil pemikiran tentang teori dan praktik penyelenggaraan konseling krisis sebagai wujud penguatan profesi konselor di Indonesia. Seminar Nasional ini merupakan ajang tukar menukar informasi dan pengalaman, ajang diskusi ilmiah, dan peningkatan secara berkesinambungan penyelenggaraan layanan Bimbingan dan Konseling yang profesional dalam berbagai seting. Prosiding ini memuat berbagai karya tulis dari hasil-hasil penelitian serta gagasan ilmiah tertulis tentang teori dan praktik konseling krisis. Makalah-makalah yang termuat dalam prosiding ini berasal dari mahasiswa, dosen, dan praktisi. Semoga penerbitan ini dapat digunakan sevagai acuan dan praktis penyelenggaraan layanan konseling krisis di Indonesia. Selain itu, besar harapan bahwa prosiding ini dapat memunculkan pemikiranpemikiran baru terhadap pelaksanaan penelitian selanjutnya yang terkait konseling krisis. Akhir kata kepada semua pihak yang telah membantu, kami ucapkan terima kasih.
Yogyakarta, 27 Agustus 2016 Ketua Prodi Bimbingan dan Konseling Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Ahmad Dahlan
Dody Hartanto, M.Pd NIY. 60090563
iii
PROSIDING Seminar Nasional “Konseling Krisis” Sabtu, 27 Agustus 2016
iv
PROSIDING Seminar Nasional “Konseling Krisis” Sabtu, 27 Agustus 2016 DAFTAR ISI
Halaman Sampul .................................................................................................................. i Halaman Redaksi ................................................................................................................. ii Kata Pengantar ................................................................................................................... iii Daftar Isi ............................................................................................................................... v Urgensi Konseling Krisis pada Masyarakat Indonesia .................................................... 1 (Najlatun Naqiyah) Layanan Konseling Krisis bagi Anak Usia Dini Korban Bencana ............................... 10 (Prima Suci Rohmadheny, Indah Setianingrum & Wahyu Nanda Eka Saputra) Peran Konselor dalam Memberikan Layanan Konseling Komunitas bagi Korban Bencana Alam di Indonesia ................................................................................ 17 (Andika Ari Saputra) Membangkitkan Motivasi Belajar Siswa untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa SMP .......................................................................................................................... 23 (Said Alhadi, Bambang Budi Wiyono, Triyono & Nur Hidayah) Bimbingan dan Konseling bagi Peserta Didik Penyandang Autis ................................ 30 (Aisha Nadya) Peranan Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan Bimbingan dan Konseling ............................................................................................................................ 41 (Augusto da Costa, Fatah Hanurawan, Adi Atmoko & Imannuel Hitipiew) Layanan Konseling Kelompok Teknik Restrukturisasi Kognitif untuk Menangani Trauma Pasca Bencana ................................................................................ 51 (Indana Zulfa & Ismi Komariatun Nisa) Konseling Kelompok Berbasis Experiential Learning bagi Korban Bencana Alam yang Mengalami Post-Traumatic Stress Disorder (PTSD) ................................... 58 (Santy Andrianie) Konseling untuk Pemulihan Kondisi Remaja Eks Penyalahguna Narkoba ................ 68 (Silvia Yula Wardani) Mengatasi Mental Block Pada Remaja melalui Cognitive Therapy (CT)...................... 77 (Noviyanti Kartika Dewi)
v
PROSIDING Seminar Nasional “Konseling Krisis” Sabtu, 27 Agustus 2016 Bimbingan dan Konseling Islami sebagai Bagian Pendekatan bagi Remaja Pecandu Narkoba .............................................................................................................. 86 (Ratna Fitriyani & Devi Trianasari) Konseling Psikoanalisis (Solusi yang Ditawarkan Menuju Remaja Sehat Tanpa Zat Psikoaktif) ....................................................................................................... 96 (Yuanita Dwi Krisphianti & Muya Barida) Tinjauan Ekologis dan sebuah Pendekatan Kolaboratif sebagai Upaya Intervensi Problem Perilaku pada Remaja ................................................................... 105 (Ruly Ningsih) Posttraumatic Growth pada Pecandu Narkoba (Landasan Pengembangan Program Konseling Pecandu Narkoba pada Proses Rehabilitasi) ............................. 113 (Nurlita Hendiani & Agus Supriyanto) Larangan Mengkonsumsi Narkoba dalam Islam ......................................................... 122 (Amien Wahyudi) Pendekatan Feminisme melalui Layanan Konseling Krisis sebagai Intervensi Kekerasan dalam Pacaran .............................................................................................. 128 (Suvia Gustin & Hardi Prasetiawan) Peran Keluarga dalam Mengembangkan Potensi Anak Autism Spectrum Disorder ............................................................................................................................ 145 (Muya Barida & Yuanita Dwi Krisphianti) Solution Focus Brief Group Counseling: Model Konseling untuk Mengurangi Perilaku Agresif Siswa .................................................................................................... 159 (Dita Kurnia Sari) Manajemen Personel Bimbingan dan Konseling .......................................................... 173 (Dwi Putranti) Manajemen Amarah: Strategi untuk Mengurangi Perilaku Agresi Siswa Sekolah Menengah ........................................................................................................... 180 (Erni Hestiningrum)
vi
PROSIDING
Seminar Nasional “Konseling Krisis” Sabtu, 27 Agustus 2016
BIMBINGAN DAN KONSELING BAGI PESERTA DIDIK PENYANDANG AUTIS Aisha Nadya
[email protected] Abstrak
Bimbingan dan konseling diperuntukkan bagi seluruh peserta didik tanpa kecuali termasuk penyandang autis. Adanya sekolah inklusif menyebabkan peserta didik berkebutuhan khusus berada satu kelas dengan peserta didik lainnya, hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi konselor sekolah inklusif. Makalah ini membahas mengenai karakteristik autis, konsep bimbingan dan konseling serta bagaimana upaya bimbingan dan konseling bagi peserta didik autis. Peserta didik autis membutuhkan bantuan dalam perkembangan secara positif agar mampu mengatasi masalah-masalah yang dialaminya dengan cara yang tepat dan juga dapat di terima oleh orang-orang disekitarnya. Kata kunci: autis, bimbingan konseling
1.
pelaksana
Pendahuluan Di Indonesia Sekolah sebagai tempat
pendidikan dalam membantu
peserta didik seyogyanya juga memahami
pendidikan formal bagi peserta didik
konsep
remaja autis bertugas untuk membantu
kerangka kerja konselor dalam melayani
peserta didik agar mencapai kemandirian
anak
sesuai dengan usianya. Dalam tataran
pendidikan
pendidikan inklusif, Johnsen (2003: 23)
normal pada umumnya (Purwanta, 2005:1).
menyatakan
prinsip
pendidikan
disesuaikan
dalam
sekolah
menyebabkan
adanya
tuntutan
yang
inklusi
dalam
keseluruhan
berkebutuhan khusus dan bersama-sama
Dalam
paradigma
proses
dengan anak
bimbingan
inklusif
konseling komprehensif (Comprehensive
besar
Guidance and Counseling) bahwa layanan
terhadap guru reguler maupun pendidikan
bimbingan
khusus. Hal ini dimaksudkan menuntut
upaya pencapaian tugas perkembangan,
adanya pergeseran dalam paradigma proses
pengembangan potensi, dan pengentasan
belajar
masalah-masalah
mengajar.
Pendidikan
inklusif
konseling
didasarkan
konseli.
pada
Tugas-tugas
berarti memandang eksistensi peserta didik
perkembangan dirumuskan sebagai standar
agar tumbuh kembang secara alami dan
kompetensi yang harus dicapai (Depdiknas,
optimal sesuai dengan potensi masing-
2007:194). Secara tidak langsung hal ini
masing. Konselor
menunjukkan bahwa layanan bimbingan
sebagai salah satu 30
PROSIDING
Seminar Nasional “Konseling Krisis” Sabtu, 27 Agustus 2016
dan konseling ini diberikan kepada semua
keberfungsian
induvidu tanpa ada perkecualian baik usia,
membantu individu berkembang secara
jenis
sosial-ekonomi,
efektif.” Bimbingan dan konseling hadir
agama, warna kulit, maupun suku. Pendek
untuk menjawab tantangan setiap individu
kata bimbingan konseling diberikan kepada
memiliki potensi. Bimbingan dan konseling
semua individu (guidance for all).
membantu
kelamin,
status
diri
dalam
lingkungan,
seseorang
untuk
Peserta didik autis membutuhkan
mengembangkan potensi individu untuk
bantuan dalam perkembangan secara positif
mencapai tugas-tugas perkembangannya
agar mampu mengatasi masalah-masalah
secara optimal.
yang dialaminya dengan cara yang tepat
Ukuran perkembangan kepribadian
dan juga dapat di terima oleh orang-orang
yang optimal merupakan ukuran yang
disekitarnya. Mereka termasuk individu
relatif, apalagi bila dilihat dari
yang sedang dalam proses berkembang
didik sebagai individu yang memiliki
kearah kemandirian atau kematangan oleh
kebutuhan khusus dalam hal ini autis.
sebab itu memerlukan bimbingan dan
Ukuran perkembangan optimal tersebut
konseling untuk memperoleh wawasan dan
bergerak dari “kemampuan mengurus diri
pemahaman tentang dirinya dan perubahan
sendiri (activity in daily living) sampai
yang
betul-betul mampu menunjukkan ciri-ciri
dialaminya.
(2008:158)
Yusuf
dan
Juntika
mengemukakan:
Agar
pribadi sesuai dengan aktualisasi dirinya.
perkembangan pribadi peserta didik itu dapat
berlangsung
dengan
baik,
peserta
Berangkat dari pemaparan diatas,
dan
penulis tertarik untuk menyusun makalah
terhindar dari munculnya masalah-masalah
dengan
psikologis, maka mereka perlu diberikan
KONSELING BAGI PESERTA DIDIK
bantuan yang sifatnya pribadi. Bantuan
AUTIS”,
yang dapat memfasilitasi perkembangan
makalah ini dapat memberikan kontribusi
peserta didik melalui pendekatan psikologis
bagi konselor ketika membantu konseli
adalah layanan bimbingan dan konseling.
yang ada pada golongan autis, agar dapat
Berkaitan dengan bimbingan dan konseling,
Kartadinata
(2003:
judul
dengan
“BIMBINGAN
harapan
DAN
tersusunnya
terbantu, mandiri serta mengoptimalkan
205)
potensinya. Jika tema makalah ini tidak
mengemukakan “Kajian bimbingan dan
diangkat,
konseling terfokus pada pengembangan
penyandang autis di sekolah inklusif akan
(perilaku) individu untuk mewujudkan
semakin terabaikan dengan tidak adanya
31
dikhawatirkan
peserta
didik
PROSIDING
bantuan
yang
seharusnya
Seminar Nasional “Konseling Krisis” Sabtu, 27 Agustus 2016
didapatkan
autism diklasifikasikan sebagai gangguan
mereka dari konselor.
perkembangan
dan
perilaku,
yaitu
sekelompok keterlambatan, regresi, atau 2.
Konsep Dasar Autis
kegagalan dalam satu atau lebih area
a.
Definisi autis
perkembangan. Keterlambatan ini membuat
Autis adalah individu yang sudah mendapat
diagnosa
dengan
individu
memiliki
yang
mengalaminya
lamban
mempelajari keterampilan dan mengganggu
gangguan perkembangan sebelum usia 3
kemampuan
untuk
berfungsi
dan
tahun,
berperilaku
seperti
individu
pada
dengan
komunikasi,
manifestasi
gangguan
gangguan
perilaku
dan
umummnya di usia yang sama.
gangguan interaksi. Kadang mereka juga mengalami
gangguan
(2004:
25)
autisme
masalah
merupakan suatu gangguan perkembanan
tidur, gangguan sensoris, dan sebagainya
gangguan pemahaman/pervasive dan bukan
(Puspita D, 2007).
suatu bentuk penyakit mental. Dalam kasus
Autis
atau
makan,
Peeters
autism
adalah
ketidakmampuan
perkembangan
yang
khusus
keterlambatan
dalam
meliputi
gangguan pervasive, pendidikan khusus merupakan
prioritas
pertama
dalam
perawatan. Seseorang yang sakit menta,
hubungan sosial, bahasa, dan perilaku.
dulunya
(Adams,
2012).
menurut
diusahakan untuk membuatnya normal
Heward
dalam
Exceptional
kembali. Dalam kasus autisme perlu adanya
to
sikap
Children:
an
Sedangkan bukunya
introduction
special
pernah
menerima
normal
kenyataan
sehingga
bahwa
education autis atau autism adalah suatu
gangguan perkembangan bersifat permanen
kelemahan atau kekurangan yang terjadi
(tetap).
dalam fungsi intelektual, sosial, dan emosi
Jadi anak autis merupakan individu
(Hitipeuw, 2002).
yang mengalami gangguan perkembangan
Wiseman (2009) mengatakan bahwa
dan perilaku yang sangat kompleks dengan
autism merupakan sebuah istilah umum
gejala-gejala yang muncul sebelum 3 tahun
tentang spectrum gangguan yang dianggap
serta adanya perilaku yang berkekurangan
neurologis secara alamiah. Lebih jauh lagi
maupun berlebihan yang sifatnya permanen
ia
sehinngga
menjelaskan
mempengaruhi
bahwa
gangguan
bagaimana
ini
individu
anak
pendidikan khusus.
bermain dan berimajinasi. Pada awalnya,
32
memerlukan
layanan
PROSIDING
Seminar Nasional “Konseling Krisis” Sabtu, 27 Agustus 2016
pengaruh zat-zat beracun. Misalnya timah
b. Karakteristik autis Autis
memiliki
karakteristik
(Pb)
dari
knalpot
kendaraan,
cerobong pabrik, cat tembok, cadmium
diagnosa, dengan pembagian area sebagai
(Cd) batere, serta air raksa (Hg) yang juga
berikut (Wiseman, 2009):
digunakan
2.
3.
4.
Gangguan
digunakan
hitam
dalam
1.
yang
serangkaian
dalam
interaksi
menjinakkan
kuman
sosial
imunisasi. Demikian pula antibiotik yang
(perilaku nonverbal, terlibat dalam
memusnahkan hampir semua kuman baik
interaksi, berbagai perhatian, timbal
dan buruk di saluran pencernaan, sehongga
balik sosial)
jamur merajalela di usus. Logam-logam
Gangguan dalam komunikasi (bahasa
berat yang menumpuk di tubuh wanita
ekspresif dan reseptif, percakapan,
dewasa
bahasa repetitive, permainan meniru
demineralisasi tulang dan tersalur ke bayi
sosial / social-imitative play)
melalui ASI.
masuk
ke
janin
lewat
Perilaku repetitive dan pola minat yang
Stephen Edelson (dalam Wardhani,
terbatas, atau attachment yang obsesif /
dkk, 2009: 16) melakkan penelitian pada
tidak tepat terhadap obyek atau ritual
tahun 1998 terhadap 56 anak autism,
(pola minat terbatas, mendesak akan
menemukan bahwa 95% dari mereka dalam
kesamaan,
cenderung
darahnya ditemukan satu atau lebih racun
repetitive, preokupasi pada bagian dari
bahan kimia pada tingkat yang cukup
obyek)
tinggi, melampaui batas maksimum rata-
cara
Gangguan (regulatory) (reaksi
yang
dalam dan
pengaturan
system
belebuhan,
rata orang dewasa dalam keadaan sehat.
sensoris
reaksi
sangat
3.
Konsep Dasar Bimbingan Konseling
kurang, minat sensoris yang tidak
a.
Definisi bimbingan dan konseling
lazim, pengaturan emosi) c.
untuk
Sunaryo
&
16)
sebagai proses membantu individu untuk
menyebutkan bahwa peningkatan autism
mencapai optimal. Dari pengertian tersebut
disebabkan karena faktor kondisi dalam
dapat diangkat makna sebagai berikut :
Rahim
1.
terkena
dkk.
(Yusuf
Nurihsan, 2005) mengartikan bimbingan
Faktor penyebab autis Wardhani
Kartadinata
virus
(2009:
toksoplasmasis,
sitomegalovirus, rubella, atau herpes, dan faktor
herediter,
juga
diduga
Bimbingan
merupakan
serangkaian
tahapan kegiatan yang sistematis dan
karena
33
PROSIDING
berencana
2.
3.
yang
terarah
Seminar Nasional “Konseling Krisis” Sabtu, 27 Agustus 2016
kepada
diartikan sebagai proses bantuan kepada
pencapaian tujuan.
individu
Bimbingan merupakan helping yang
perkembangan
berarti
bantuan
atau
pertolongan.
Natawidjaja (Yusuf, 2009:38) mengartikan
Makna
bantuan
dalam
bimbingan
bimbingan sebagai: suatu proses pemberian
menunjukan bahwa yang aktif dalam
bantuan kepada siswa yang dilakukan
mengembangkan
mengatasi
secara berkesinambungan, supaya siswa
masalah, atau mengambil keputusan
tersebut dapat memahami dirinya, sehingga
adalah individu itu sendiri.
dia sanggup mengarahkan dirinya dan
Individu yang dibantu adalah individu
bertindak secara wajar, sesuai dengan
yang
tuntutan dan keadaan lingkungan sekolah,
sedang
diri,
berkembang
dengan
segala keunikannya. 4.
Tujuan
dalam diri
mencapai secara
tingkat optimum”.
keluarga, masyarakat, dan kehidupan pada
bimbingan
adalah
umumnya. Dengan demikian dia akan
yaitu
menikmati kebahagiaan hidupnya, dan
perkembangan yang sesuai dengan
dapat memberi sumbangan yang berarti
potensi
kepada
perkembangan
dan
optimal,
sistem
nilai
tentang
kehidupan yang baik dan benar. America
School
Counselor
bahwa
masyrakat
pada
umumnya. Bimbingan membantu siswa mencapai
Assosiation (ASCA) (Suherman, 2007:12) mengemukakan
kehidupan
perkembangan
diri
secara
optimal sebagai makhluk sosial.
konseling
Berdasarkan
beberapa
pengertian
merupakan hubungan tatap muka yang
bimbingan yang dikemukakan para ahli,
bersifat
sikap
dapat di ambil makna bimbingan adalah
penerimaan dan pemberian kesempatan dari
proses bantuan yang diberikan konselor
konselor
konselor
kepada konseli dengan berkesinambungan
dan
dan memandirikan, sehingga individu dapat
membantu
mencapai perkembangan diri yang optimal
konselinya mengatasi masalah-masalahnya.
baik secara pribadi maupun sosial yang
Shertzer dan Stone (Suherman, 2007:
sesuai dengan norma yang ada pada
‘memandang
masyarakat.
rahasia,
kepada
penuh
dengan
konseli,
mempergunakan
pengetahuan
keterampilannya
untuk
9),
bimbingan
sebagai
process of helping and individual to
Bimbingan dan konseling memiliki
understand himself and his word’. Menurut
pengertian yang berbeda namun saling
Kartadinata
(2003:204)
“bimbingan
34
PROSIDING
Seminar Nasional “Konseling Krisis” Sabtu, 27 Agustus 2016
berkaitan, sebagaimana dikemukakan oleh
kepada individu dalam upaya memfasilitasi
Kartadinata (2010: 204):
atau membantu individu untuk mengatasi
konseling juga adalah proses bantuan, yang dalam sejumlah literatur, dipandang sebagai jantung bimbingan (counseling is the heart of guidance) karena bantuan konseling lebih langsung bersentuhan dengan kebutuhan dan masalah individu secara individual, walaupun berlangsung dalam seting kelompok. Rogers
(Suherman,
mendefinisikan
2007:
‘konseling
masalah-masalahnya,
individu
memandang setiap individu berbeda atau unik. Hakikat bimbingan dan konseling adalah proses memfasilitasi atau pemberian bantuan kepada individu untuk mencapai
94)
perkembangan yang optimal serta individu
sebagai
yang
mampu berkembang makhluk sosial dan atau sesuai dengan norma yang ada pada
ditujukan
masyarakat.
memberikan bantuan kepadanya dalam
Bimbingan
merubah sikap dan tingkah lakunya’. Mortensen
(Suherman,
2007:
psikis.
yang
lainnya
menghadapi
masalah’.
lainnya.
dan
Nurihsan,
2008:
aspek
setiap
dan
konseling
individu
memiliki
dengan pemberian bantuan yang terencana
8)
serta
memberikan
pelayanan
yang
memandirikan.
hubungan tatap muka yang bersifat rahasia, penuh dengan sikap penerimaan dan pemberian kesempatan dari konselor kepada klien, konselor mempergunakan pengetahuan dan keterampilannya untuk membantu kliennya mengatasi masalah-masalahnya. uraian
satu
potensi untuk berkembang dengan baik
mengemukakan konseling adalah
Berdasarkan
salah
Bimbingan
memandang
ASCA
(American School Counselor Association) (Yusuf
Apabila
mempengaruhi aspek perkembangan yang
untuk
meningkatkan pengertian dan kemampuan dalam
konseling
perkembangan individu terganggu akan
hubungan antar seseorang dimana seorang oleh
dan
memandang manusia secara utuh fisik dan
95)
mendefinisikan konseling sebagai ‘proses
dibantu
hubungan
kontak langsung dengan individu serta
serangkaian hubungan (kontak) langsung dengan
dengan
b. Tujuan bimbingan dan konseling Menurut Kartadinata (2003: 219) “esensi tujuan bimbingan dan konseling adalah
memandirikan
individu;
kemandirian (autonomy) adalah tujuan
pengertian
bimbingan
dan
konseling”.
Depdiknas
konseling, dapat disimpulkan konseling
(2007: 13) tujuan pelayanan bimbingan dan
merupakan proses bantuan yang diberikan
konseling agar konseli dapat:
35
PROSIDING
1.
Merencanakan kegiatan penyelesaian studi,
perkembangan
karir
4.
serta
5.
memanfaatkan
Menyesuaikan
diri,
baik
tuntutan
kekuatan yang dimilikinya seoptimal
masyarakat, pekerjaan, serta agama
mungkin;
yang dianutnya;
Menyesuaikan diri dengan lingkungan lingkungan
6.
masyarakat
lingkungan
dengan
Mengembangkan seluruh potensi dan
pendidikan,
4.
serta
kekuatan lingkungan secara optimal;
datang;
3.
Mengembangkan seluruh potensi yang dimilikinya
kehidupannya di masa yang akan
2.
Seminar Nasional “Konseling Krisis” Sabtu, 27 Agustus 2016
pendidikan,
Mengatasi hambatan dan kesulitan yang
dihadapinya
dalam
studi,
serta lingkungan kerjanya;
penyesuaian
dengan
lingkungan
Mengatasi hambatan dan kesulitan
pendidikan,
masyarakat,
pekerjaan,
yang hadapi dalam studi, penyesuaian
maupun
dengan
penghambaan kepada Tuhan-Nya.
lingkungan
pendidikan,
masyarakat, maupun lingkungan kerja.
c.
Menurut Suherman (2007: 17) secara
dalam
melakukan
Bimbingan dan konseling peserta didik autis
bagi
Penyandang autis memiliki minat
umum tujuan pelaksanaan bimbingan dan konseling agar individu dapat:
yang
1.
Memahami dan menerima diri secara
menyenangi lingkungan yang rutin dan
obyektif dan konstruktif, baik yang
menolak
terkait dengan keunggulan maupun
mereka terbatas artinya apabila mereka
kelemahan, baik fisik maupun psikis;
menyukai suatu perbuatan maka akan terus
Memahami tentang kondisi, tuntutan
– menerus mengulangi perbuatan itu. Anak
dan irama kehidupan lingkungan yang
autistic juga menyenangi keteraturan yang
pluktuatif antara yang menyenangkan
berlebihan.
dan yang tidak menyenangkan, serta
konseling
mampu meresponnya secara positif
hendaknya memerhatikan
sesuai denan norma pribadi, sosial, dan
1.
2.
mereka
peruahan
lingkungan,
Intervensi bagi
Membantu
cenderung
minat
bimbingan
peserta
didik
perkembangan
dan autis
kognitif,
bahasa dan sosial yang normal.
ajaran agama yang dianut; 3.
terbatas,
Merencanakan aktivitas penyelesian
2.
Meningkatkan kemampuan belajar.
studi,
3.
Mengurangi kekakuan dan perilaku
perencanaan
karir,
serta
kehidupannya di masa yang akan
stereotype
datang;
interaksi perilaku stereotype dengan
36
dengan
meningkatkan
PROSIDING
meningkatkan interaksi peserta didik
pasak. Tujuan dari mengenalkan gerakan-
autis dengan orang lain serta tidak
gerakan dan menggunakan alat untuk
membiarkannya
”asyik
sendiri”.
bermain diharapkan dapat mengalihkan
interaksi
akan
perilaku agresif sedangkan mengenalkan
menimbulkan perilaku-perilaku yang
permainan konstruktif seperti menyusun
tidak dikehendaki .
balok akan memberi kegiatan lain sehingga
Kurangnya
4.
Mengurangi
perilaku
seperti tantrum
5.
Seminar Nasional “Konseling Krisis” Sabtu, 27 Agustus 2016
maladaptif
perilaku stereotipe yang tidak bermanfaat
dan melukai diri
dapat diminimalkan. Penyandang autis
sendiri.
sering
Penggunaan media seperti lambang
merangsang
dan
stimulating) seperti mengepak-ngepakkan
gambar
akan
mempermudah
interaksi.
memperlihatkan dirinya
perilaku
yang
sendiri
(self-
tangan (hand flapping) mengayun-ayun
Hal yang tidak kalah penting adalah
tangan ke depan dan kebelakang, membuat
menciptakan lingkungan yang terstruktur.
suara-suara yang tetap (ngoceh), atau
Pentingnya mendisiplinkan peserta didik
menyakiti
autis dalam keteraturan waktu dan tempat,
injuries) seperti menggaruk-garuk, kadang
salah satu contohnya adalah pembuatan
sampai terluka, menusuk-nusuk. Perilaku
jadwal harian. Proses bimbingan dan
merangsang diri sendiri (self-stimulating)
konseling dilakukan secara bertahap dan
lebih sering terjadi pada waktu yang
bila memungkinkan menggunakan alat
berbeda dari kehidupan anak atau selama
peraga.
situasi sosial berbeda (Iwata , 1982 dalam
Salah
dengan
lagi terjadi pada saat anak autis ditinggal
bermain.
sendiri atau sedang sendirian daripada
untuk
waktu dia sibuk dengan tugas-tugas yang
menghilangkan
harus dikerjakannya, dan berkurang setelah
perilaku agresif, perilaku menyakiti diri
anak belajar untuk berkomunikasi. (Carr &
sendiri dan mengaihkan perilaku stereotipe
Durrand, 1985; dalam Quill, 1995 : 4).
konselor
menggunakan
adalah
konseling
bermain
meminimalkan
yang
(self-inflicting
Quill, 1995 : 41). Perilaku ini lebih sering
Konseling
upaya
sendiri
dapat
dilakukan
satu
diri
atau
ditujukan
yang tida bermanfaat. Caranya dengan
Hal lain yang dapat dilakukan oleh
melatih gerakan-gerakan tertentu kepada
konselor
anak, misalnya tepuk tangan, merentangkan
teknik konseling kolaboratif. Konseling
tangan, menyusun balok, bermain palu dan
kolaboratif adalah salah satu pendekatan
37
adalah
dengan
menggunakan
PROSIDING
Seminar Nasional “Konseling Krisis” Sabtu, 27 Agustus 2016
konseling yang menekankan pada upaya
b. Saran
konselor membantu klien melalui proses
1.
Bagi Konselor
kerja sama (kolaborasi) dengan kfien dan
a)
Konselor
perlu
untuk
menjalin
pihak lain (guru, dokter, psikolog, psikiater,
kerjasama secara kolaboratif dengan
ulama, dan lain-lain) agar klien dapat
lingkungan keluarga untuk bersama-
memanfaatkan
sama memantau dan memfasilitasi
kompetensinya
atau
kemampuannya, kekuatannya, dan sumber-
perkembangan
sumber lainnya dalam mengembang dirinya
menjadi model atau teladan yang baik
sebaik mungkin dan dalam menyelesaikan
bagi perkembangan perilaku peserta
masalah dan konflik yang dihadapinya
didik
(Bertolino dan O' Hanlon, 2002: 5). `
peserta
didik
serta
b) Berperan aktif dalam berbagai kegiatan ilmiah seperti seminar, workshop, yang
4.
Penutup
berkaitan dengan masalah autis agar
a.
Kesimpulan
mendapatkan
Peserta didik penyandang autis mengalami
ketidakmampuan
dalam
untuk
wawasan
menghadapi
keilmuan
peserta
didik
penyandang autis.
berinteraksi dengan orang lain, sedangkan
2.
Bagi Sekolah
dala lingkup sekolah inklusi semua siswa
a)
Mengikutsertakan
konselor
dalam
disatukan dalam kelas yang sama. Maka
berbagai workshop atau seminar yang
tugas konselor adalah membantu agar
mengkaji
mereka dapat berkembang secara optimal
tentang pelayanan peserta didik autis di
dengan
wilayah sekolah inklusi
memiliki
keterampilan
sosial,
keterampilan berbahasa, serta menangkap
b)
mengenai
Mendatangkan
ahli
pemahaman
autis
dan
nilai-nilai realitas nilai-nilai yang ada di
membagikan informasi pada orangtua
sekitarnya. Salah satu upaya bimbingan dan
maupun guru
konseling bagi peserta didik penyandang autis adalah konseling bermain. Namun,
Daftar Pustaka
berbeda dengan peseta didik non autis yang
Adams, J. B., Edelson, S.M., Grandin, T., Rimland., & Johnson, J. 2012. Advice for Parents of Young Autistic Children (Online), (http:www.autism.org/), diakses 6 Agustus 2016.
secara mudah dapat mempelajari dunia ekitarnya dan meniru apa yang dilihat, maka
peserta
didik
autis
memiliki
keterampilan bermain yang kurang variatif.
38
PROSIDING
Seminar Nasional “Konseling Krisis” Sabtu, 27 Agustus 2016
Bertolino, B., & O'Hanlon, B. 2002. Collaborative, CometencyBased Counseling and Therapy. Boston: Allyn and Bacon.
Purwanta. 2005. Kompetensi Konselor dalam Menghadapi Pendidikan Inklusi. Makalah disampaikan pada Konvensi Nasional XIV dan Kongres X Asosiasi Bimbingan dan Konseling di Semarang. FIP Universitas Negeri Yogyaarta.
Departemen Pendidikan Nasional. 2007. Penataan Pendidikan Profesional Konselor Dan Layanan Bimbingan dan Konseling dalam Jalur Pendidikan Formal. Bandung: PPB FIP UPI.
Quill, K. A. 1995. Teaching Children with Autism: Strategic to Enchance Communication and Socialization. Delmar Publisher: United Sates.
Hitipeuw, I. 2002. Pengembangan Model Pembelajaran bagi Autis di Sekolah Luar Biasa dan di Pusat Penanganannya. Laporan Hasil Penelitian. Malang: Universitas Negeri Malang.
Suherman, Uman AS. 2007. Manajemen Bimbingan dan Konseling. Bekasi: Madani Production. Wardhani, Y. F., Prabaningrum V., Kristina L., & Handajani, A. 2009. Apa dan Bagaimana Autisme, Terapi Medis Alternatif. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Johnsen, B. H. 2004. Kurikulum untuk Pruralitas Kebutuan Belajar Individual, dalam “Menuju Inklusi Buku I Pendidikan Kebutuhan Khusus Sebuah Pengantar”. Bandung. Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Indoesia.
Wiseman, N. D. 2009. The First Year Autism Spectrum Disorder. An Essential Guide for The Newly Diagnosed Child. Cambridge: Da Capo Press.
Kartadinata, Sunaryo. 2003. Arah Tantangan Bimbingan dan Konseling Perkembangan. Pendidikan dan Konseling di Era Global. Bandung: Rizqi Press.
Yusuf, Syamsu & Juntika Nurihsan. 2005. Landasan Bimbingan dan Konseling. Bandung: Rosda.
Nurihsan, Achmad Juntika. 2005. Strategi Layanan Bimbingan dan Konseling. Bandung: Refika Aditama. Peeters, T. 2004. Autisme: Hubungan Pengetahuan Teoritis dan Intervensi Pendidikan Bagi Pendidikan Autis. Penerjemah Oscar H Simbolon dan Yayasan Suryakanti: Jakarta: PT. Dian Rakyat.
39