PROSIDING Seminar Nasional “Konseling Krisis” Sabtu, 27 Agustus 2016
PROSIDING SEMINAR NASIONAL BIMBINGAN DAN KONSELING “Konseling Krisis” ISBN : 978-602-60115-0-3 Ketua Editor : Dr. Kusno Effendi, M.Si., M.Pd
(Universitas Ahmad Dahlan)
Editor Ahli : Prof. Dr. Siti Partini Suardiman, SU. Dr. Najlatun Naqiyah, M.Pd Dr. Mumpuniarti, M.Pd Dr. Soetarno, M.Pd
(Universitas Ahmad Dahlan) (Universitas Negeri Surabaya) (Universitas Negeri Yogyakarta) (Universitas Ahmad Dahlan)
Editor Pelaksana : Wahyu Nanda Eka Saputra, M.Pd., Kons Caraka Putra Bhakti, M.Pd Agus Ria Kumara, M.Pd
(Universitas Ahmad Dahlan) (Universitas Ahmad Dahlan) (Universitas Ahmad Dahlan)
Desain Sampul : Fajar Irfani Setyawan Layout : Agus Supriyanto, M.Pd Penerbit dan Redaksi: Prodi Bimbingan dan Konseling Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan - Universitas Ahmad Dahlan Kampus II UAD Jl Pramuka 42 Sidikan, Umbulharjo, Yogyakarta Telp: (0274) 563515, 511830, 379418, 371120 Fax (0274) 564604 Email:
[email protected] Cetakan Pertama: Agustus 2016 Hak cipta dilindungi undang-undang Dilarang memperbanyak karya tulis ini dalam bentuk dan Dengan cara apapun tanpa ijin tertulis dari penerbit
ii
PROSIDING Seminar Nasional “Konseling Krisis” Sabtu, 27 Agustus 2016 KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Allah SAW, karena atas karunia-Nya, prosiding Seminar Nasional Konseling Krisis telah dilaksanakan pada Sabtu, 27 Agustus 2016 di ruang Auditorium Universitas Ahmad Dahlan, yang diselenggarakan oleh program studi Bimbingan dan Konseling Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Ahmad Dahlan. Seminar nasional ini diselenggarakan sebagai media sosialisasi dan komunikasi hasil penelitian maupun hasil pemikiran tentang teori dan praktik penyelenggaraan konseling krisis sebagai wujud penguatan profesi konselor di Indonesia. Seminar Nasional ini merupakan ajang tukar menukar informasi dan pengalaman, ajang diskusi ilmiah, dan peningkatan secara berkesinambungan penyelenggaraan layanan Bimbingan dan Konseling yang profesional dalam berbagai seting. Prosiding ini memuat berbagai karya tulis dari hasil-hasil penelitian serta gagasan ilmiah tertulis tentang teori dan praktik konseling krisis. Makalah-makalah yang termuat dalam prosiding ini berasal dari mahasiswa, dosen, dan praktisi. Semoga penerbitan ini dapat digunakan sevagai acuan dan praktis penyelenggaraan layanan konseling krisis di Indonesia. Selain itu, besar harapan bahwa prosiding ini dapat memunculkan pemikiranpemikiran baru terhadap pelaksanaan penelitian selanjutnya yang terkait konseling krisis. Akhir kata kepada semua pihak yang telah membantu, kami ucapkan terima kasih.
Yogyakarta, 27 Agustus 2016 Ketua Prodi Bimbingan dan Konseling Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Ahmad Dahlan
Dody Hartanto, M.Pd NIY. 60090563
iii
PROSIDING Seminar Nasional “Konseling Krisis” Sabtu, 27 Agustus 2016
iv
PROSIDING Seminar Nasional “Konseling Krisis” Sabtu, 27 Agustus 2016 DAFTAR ISI
Halaman Sampul .................................................................................................................. i Halaman Redaksi ................................................................................................................. ii Kata Pengantar ................................................................................................................... iii Daftar Isi ............................................................................................................................... v Urgensi Konseling Krisis pada Masyarakat Indonesia .................................................... 1 (Najlatun Naqiyah) Layanan Konseling Krisis bagi Anak Usia Dini Korban Bencana ............................... 10 (Prima Suci Rohmadheny, Indah Setianingrum & Wahyu Nanda Eka Saputra) Peran Konselor dalam Memberikan Layanan Konseling Komunitas bagi Korban Bencana Alam di Indonesia ................................................................................ 17 (Andika Ari Saputra) Membangkitkan Motivasi Belajar Siswa untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa SMP .......................................................................................................................... 23 (Said Alhadi, Bambang Budi Wiyono, Triyono & Nur Hidayah) Bimbingan dan Konseling bagi Peserta Didik Penyandang Autis ................................ 30 (Aisha Nadya) Peranan Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan Bimbingan dan Konseling ............................................................................................................................ 41 (Augusto da Costa, Fatah Hanurawan, Adi Atmoko & Imannuel Hitipiew) Layanan Konseling Kelompok Teknik Restrukturisasi Kognitif untuk Menangani Trauma Pasca Bencana ................................................................................ 51 (Indana Zulfa & Ismi Komariatun Nisa) Konseling Kelompok Berbasis Experiential Learning bagi Korban Bencana Alam yang Mengalami Post-Traumatic Stress Disorder (PTSD) ................................... 58 (Santy Andrianie) Konseling untuk Pemulihan Kondisi Remaja Eks Penyalahguna Narkoba ................ 68 (Silvia Yula Wardani) Mengatasi Mental Block Pada Remaja melalui Cognitive Therapy (CT)...................... 77 (Noviyanti Kartika Dewi)
v
PROSIDING Seminar Nasional “Konseling Krisis” Sabtu, 27 Agustus 2016 Bimbingan dan Konseling Islami sebagai Bagian Pendekatan bagi Remaja Pecandu Narkoba .............................................................................................................. 86 (Ratna Fitriyani & Devi Trianasari) Konseling Psikoanalisis (Solusi yang Ditawarkan Menuju Remaja Sehat Tanpa Zat Psikoaktif) ....................................................................................................... 96 (Yuanita Dwi Krisphianti & Muya Barida) Tinjauan Ekologis dan sebuah Pendekatan Kolaboratif sebagai Upaya Intervensi Problem Perilaku pada Remaja ................................................................... 105 (Ruly Ningsih) Posttraumatic Growth pada Pecandu Narkoba (Landasan Pengembangan Program Konseling Pecandu Narkoba pada Proses Rehabilitasi) ............................. 113 (Nurlita Hendiani & Agus Supriyanto) Larangan Mengkonsumsi Narkoba dalam Islam ......................................................... 122 (Amien Wahyudi) Pendekatan Feminisme melalui Layanan Konseling Krisis sebagai Intervensi Kekerasan dalam Pacaran .............................................................................................. 128 (Suvia Gustin & Hardi Prasetiawan) Peran Keluarga dalam Mengembangkan Potensi Anak Autism Spectrum Disorder ............................................................................................................................ 145 (Muya Barida & Yuanita Dwi Krisphianti) Solution Focus Brief Group Counseling: Model Konseling untuk Mengurangi Perilaku Agresif Siswa .................................................................................................... 159 (Dita Kurnia Sari) Manajemen Personel Bimbingan dan Konseling .......................................................... 173 (Dwi Putranti) Manajemen Amarah: Strategi untuk Mengurangi Perilaku Agresi Siswa Sekolah Menengah ........................................................................................................... 180 (Erni Hestiningrum)
vi
PROSIDING
Seminar Nasional “Konseling Krisis” Sabtu, 27 Agustus 2016
URGENSI KONSELING KRISIS PADA MASYARAKAT INDONESIA Najlatun Naqiyah Universitas Negeri Surabaya
[email protected] Abstrak
Kondisi Indonesia saat ini sangat membutuhkan adanya layanan konseling krisis. Berbagai masalah yang terjadi di bidang sosial dan menimpa individu, anak, remaja, dan keluarga patut direnungkan bahwa sesungguhnya masyarakat Indonesia membutuhkan layanan khusus untuk mengatasi masalah tersebut. Salah satunya adalah konseling krisis untuk penanganan hal-hal tersebut. Oleh sebab itu, kebutuhan masyarakat akan tenaga konselor sangat besar. Saat ini, konselor tidak hanya dituntut dapat berkiprah di sekolah, tetapi juga di masyarakat. Masyarakat luas adalah salah satu pihak yang sangat membutuhkan tenaga-tenaga konselor tersebut. Hal ini menjadi peluang dan sekaligus menjadi tantangan untuk tenaga konselor maupun bagi calon-calon tenaga konselor yang masih di bangku kuliah. Besar harapan, kebutuhan masyarakat luas akan tenaga konselor profesional bisa segera diwujudkan. Kata kunci: konseling krisis, masyarakat Indonesia
1.
memperluas kompetensi calon konselor.
Latar Belakang Hasil diskusi ringan penulis dengan
Menurut hemat penulis, pengembangan
salah satu dosen Universitas Ahmad
ini
Dahlan (UAD) pada pertemuan kolegial
signifikan tidak saja bagi kampus ini,
bimbingan konseling (BK) se Indonesia di
tetapi bagi perkembangan bimbingan dan
Surabaya pada tanggal 12 Agustus 2016,
konseling di Indonesia secara luas. Penulis
mengungkapkan bahwa dinamika BK di
yakin, Bimbingan dan Konseling di UAD
UAD akan mengarah pada konsentrasi
akan terus mengalami perkembangan
bimbingan konseling yang lebih luas:
pesat, begitu juga di Indonesia.
yaitu, mempersiapkan calon konselor di sekolah
dan
di
berbagai
menandai
Calon
seting;
dipersiapkan
awal
kemajuan
konselor untuk
tidak
menjadi
yang
hanya konselor
penanganan konseling pasca bencana;
dalam seting sekolah saja, tapi jurusan
konseling adiksi; konseling KDRT dengan
Bimbingan
kerjasama BKKBN; konseling anak pasca
mempersiapkan konselor yang mampu
trauma; dan konseling kekerasan sosial
bekerja di berbagai seting kehidupan.
yang lain. Perluasan ini tepat karena akan
Untuk 1
itu,
dan
hasil
Konseling
kesepakatan
perlu
saat
PROSIDING
Seminar Nasional “Konseling Krisis” Sabtu, 27 Agustus 2016
merumuskan penyusunan kurikulum BK
kekerasan terjadi di sekolah dan juga di
se Indonesia berisi perlunya kurikulum
masyarakat? Apakah jumlah penderita
inti pada jenjang S1, S2 dan S3. Pada
HIV/Aids semakin bertambah seiring
jenjang S2 BK diwajibkan menempuh
berjalannya waktu? Apakah kekhawatiran
bidang
dan
orang tua terhadap keamanan anak makin
praktikum bimbingan dan konseling. Ini
tinggi? Apakah banyak orang tua yang
senada dengan usulan Elizabeth M. Vera
sibuk
dan Suzette L. Speight (2003) bahwa
perkembangan anak? Jika jawaban dari
konseling
layanan
kesepuluh pertanyaan di atas lebih banyak
responsif yang bersifat segera untuk
memilih “ya”, maka sudah saatnya bangsa
menangani masalah individual, kelompok,
Indonesia menyadari betapa mendesaknya
maupun ruang sosial yang lebih besar.
kebutuhan konseling krisis di Indonesia.
studi
teori
berfungsi
Perbincangan
konseling
sebagai
kita
kali
pada
Masyarakat
dan
mengabaikan
ini
mengangkat topik “Urgensi Konseling Krisis
bekerja
2.
Indonesia”
Urgensi Konseling Krisis Dunia
saat
ini
mengarah
ke
sebagai bentuk alternatif lain di samping
globalisasi. Setiap hari anak-anak tidak
konseling dalam seting sekolah. Untuk
bisa
memasuki
berjejaring dengan internet. Kawan sejati
mendesaknya
pembahasan konseling
mengenai krisis
di
lepas
dari
hand-phone
yang
mereka adalah internet tersebut. Mereka
Indonesia saat ini, marilah kita cermati
mengakses
sejumlah pertanyaan
dan kegelisahan
harian. Saat ini ditandai tumbuhnya
berikut ini. Apakah anak-anak mengalami
“anak-anak digital”. Trend game pokemon
situasi yang gawat dalam perkembangan
go, misalnya, berkembang pesat dan
psikologisnya?
kekerasan
diminati banyak orang. Awalnya anak-
terhadap anak-anak meningkat? Apakah
anak dan remaja ingin mencoba-coba
kekerasan yang sama menimpa keluarga?
sampai akhirnya ia kecanduan, baik game
Apakah angka perceraian makin tinggi
online,
setiap hari? Apakah anak-anak yang
Kesehariannya
mengalami kecanduan minuman keras dan
bermain game, melihat Instagram, update
obat-obatan narkotika meningkat setiap
status facebook dan membaca whatsapp.
hari?
dan
Fenomena ini menjadikan anak digital
karakter di Indonesia meningkat? Apakah
menjadi terasing dari dunia nyata. Mereka
Apakah
Apakah
kerusakan
moral
2
internet
ataupun hanya
sebagai
media sibuk
aktivitas
sosial. dengan
PROSIDING
Seminar Nasional “Konseling Krisis” Sabtu, 27 Agustus 2016
kurang bergaul dan anti sosial (Rob
Siswa tidak betah di sekolah, mereka
Cover, 2004). Mereka hanya hidup dalam
berperilaku tidak disiplin, sering keluar
komunitas digital saja. Pada gilirannya
kelas saat pelajaran, kabur dari sekolah
mereka tidak bisa hidup normal. Dengan
dan prestasi akademik menurun (Shari
aplikasi game kekerasan berada di tangan,
Kessel Schneider, et al., 2012).
mereka menjadi pelaku kekerasan dalam
Sementara di sekolah telah tercipta
imajinasi. Jenis game yang dimainkan
atmosfer yang penuh kekerasan dan
berpengaruh pada perilaku seseorang
tekanan, celakanya, ternyata di lingkungan
(Gentile et al., 2011).
masyarakat—di
Sementara
di
fenomena yang sama. Selain itu, remaja
yang
tumbuh di tengah lingkungan yang bebas,
berkembang dari hari ke hari. Kekerasan
individualistik dan tidak perduli satu
makin mengintai di tengah lingkungan
dengan
mereka sendiri. Sekolah sebagai tempat
tumbuh-kembang di lingkungan yang
belajar memunculkan kekerasan verbal
acuh tak acuh, dan mereka belajar dari
dan
bullying
internet tentang kehidupan yang bebas
dilakukan oleh siswa ke siswa. Perilaku
nilai. Muncullah gaya hidup dengan
ini membuat mereka tumbuh dalam
meniru bangsa asing sebagai pelarian
lingkungan
remaja.
memiliki
non
masalah
verbal.
yang
dunia
sekolah—muncul
nyata,
mereka
itu
luar
Perilaku
memicu
perilaku
lainnya.
Orang
Akibatnya,
tua
pekerjaan,
itu, jika relasi antara guru dan kepala
tumbuh dengan lingkungan yang bebas
sekolah tidak harmonis maka muncul
nilai. Ancaman kekerasan berupa sodomi,
kekerasan struktural. Dampak kekerasan
pemerkosaan,
penganiayaan,
struktural seperti ini terjadi dalam relasi
gaya
LGBTZ
antara
biseksual, transgender dan zina) telah
guru
dan
pimpinan.
hidup
anak
dengan
kekerasan semakin berkembang. Selain
murid,
sementara
sibuk
remaja
dibiarkan
bullying,
(lesbian,
Dampaknya, atmosfer sekolah tampak
menjadi
tidak lagi harmonis. Suasana persekolahan
Meningkatnya
kaku dan tertekan. Lingkungan belajar
terperangkap
tidak kondusif. Lingkungan seperti ini
keras, obat-obatan narkoba serta seks
memicu siswa tidak bisa berkembang
bebas melahirkan ancaman HIV/Aids
dengan optimal. Ujung-ujungnya, akan
makin meningkat. Masa-masa remaja saat
melahirkan rasa cemas, depresi dan stres.
mencari identitas diri perlu memperoleh
3
kekahawatiran
gay,
anak-anak dalam
bersama. yang
minum-minuman
PROSIDING
Seminar Nasional “Konseling Krisis” Sabtu, 27 Agustus 2016
perhatian dari orang tua, guru, dan
menghadapi situasi darurat.
komunitas.
lingkungan
biasanya diberikan dalam jangka pendek
belajar yang memiliki atmosfer dengan
dan bersifat sementara serta bila perlu
memperhatikan proses pembelajaran yang
menggunakan sumber rujukan yang tepat.
Menyediakan
Konseling
menumbuhkan karakter akhlak mulia. Contoh kasus, pada tanggal 15 Agustus
3.
2016 muncul berita di koran Jawa Pos tentang
kasus
menusuk
seorang
seorang
siswa
satpam,
SMK
konteks multi-budaya menurut Corey (2012:10) adalah kelompok sosial perlu
sepeda motor. Akibatnya, kini si satpam
memperhatikan
dirawat di rumah sakit. Ini tindakan
siswa
pemimpin
identitas
Ada
untuk menangani masalah anak yang
diperhatikan
mengalami tekanan. Anak yang tidak
dan
untuk
psikologis
yang
diberikan
tugas
dalam
yang
perlu
mengembangkan
memodifikasi
teknik
konseling
dalam kelompok kerja yang secara penuh
dialami,
bisa digunakan dalam keragaman anggota untuk
Konseling krisis menurut Rex (2008) ialah yang
dua
Mengembangkan teori dan praktek ke
konselor
konseling krisis, dan penanganan hukum.
dukungan
serta
pada suatu budaya dan perilaku. (2)
bagi diri mereka karena korban kekerasan
tentang
usia,
kelompok sesuai dengan kepercayaan
mendampingi menemukan jalan keluar
pendampingan
dan
konseling kelompok, (1) mengaplikasikan
mampu mengatasi problema dan butuh
membutuhkan
seksual
kemampuan dan keterbatasan.
memerlukan konseling krisis. Konseling
konselor
Konseling
gender, kelas sosial, bahasa, agama,
pembacaan
fenomena di atas, maka Indonesia sangat
ahli
alami.
menjaga
keragaman budaya, etnis, suku, ras,
Pos, 15 Agustus 2016).
pihak
secara
saling
kelompok multi-budaya memperhatikan
mengakibatkan perilaku kekerasan (Jawa
bantuan
kelompok
pluralisme
mengendalikan diri. Emosi yang meluap
dari
saling
lain. Dalam kelompok, antara anggota dan
menusuk
seseorang hanya karena tidak mampu
Berangkat
lingkungan,
mengenal dan menghormati satu sama
kriminal oleh siswa sekolah. Begitu seorang
Krisis Multi-
Model konseling kelompok dalam
gara-gara
ditegur satpam agar tidak membleyer
mudahnya
Model Konseling Pendekatan Kelompok budaya
memfasilitasi
perubahan
dan
kemajuan anggota. Menurut Comaz-diaz
untuk
(2011)—sebagaimana 4
dikutip
Corey
PROSIDING
(2012:11)—menyatakan
Seminar Nasional “Konseling Krisis” Sabtu, 27 Agustus 2016
bahwa
beberapa bentuk model konseling krisis
keefektivan konseling dan psikoterapi
secara kelompok.
dapat diperoleh dengan mengenal hal-hal
1.
yang berperan secara
krusial
dalam
Model konseling Pelayanan Terpadu)
PPT
(Pusat
masyarakat: rasa hormat (awearness),
Model konseling PPT ini umumnya
perduli antara satu dengan yang lain
dikembangkan di rumah sakit daerah dan
(respect),
(acceptence) dan
propinsi. Setiap rumah sakit memiliki satu
apresiasi terhadap keragaman budaya
ruang, sebagai pusat pelayanan terpadu
(appreciation of cultural diversity).
yang tugasnya menangani pengaduan dan
menerima
Konseling kelompok multi-budaya
melakukan visum bagi korban yang
harus memperhatikan keragaman budaya
mengalami kekerasan. PPT dilakukan oleh
dan perilaku budaya. Misalnya faktor suku
beberapa ahli yang tergabung dalam
dan domisili, antara budaya Jawa dan non-
koordinasi BKKBN dan rumah sakit serta
Jawa. Selain itu, juga bisa berkembang
kepolisian. Alur korban yang masuk pada
pada perbedaan jenis kelamin, orientasi
pusat pelayanan terpadu dimulai dari, (1)
seksual dan usia. Variabel multi-budaya
Korban melapor ke PPT di rumah sakit
perlu
daerah,
memperhatikan
pengalaman
(2)
Korban
ditangani
oleh
kesuksesan dan kegagalan, contoh trauma
konselor jaga, (3) Korban memperoleh
yang
bantuan visum dari dokter di rumah sakit,
dialami
bagaimana hidupnya. kecemasan, Prasangka
seorang
individu
memaknai Apakah
itu
takut, sosial
dan
pengalaman
(4)
pengalaman
konseling krisis, (5) Korban memperoleh
memperoleh
layanan
stres.
layanan bantuan hukum, (6) Korban
pekerjaan
memperoleh pendampingan saat proses
ataukah terhadap
Korban
hukum.
tertentu oleh sekelompok individu juga
Hambatan
mempengaruhi cara pandang dan perilaku
dalam
PPT
adalah
individu
banyaknya kekerasan yang tersembunyi.
disebabkan tidak hanya faktor perbedaan
Misalnya kekerasan dalam rumah tangga.
tempat tinggal, namun juga prasangka
Hal ini karena hambatan budaya, dimana
negatif, kekerasan verbal dan nonverbal
kekerasan KDRT dianggap wajar oleh
yang menyebabkan seseorang merasa
masyarakat. Banyak kasus dari KDRT
terancam, ingin menghindar, melarikan
yang tidak dilanjutkan ke proses hukum.
diri dan ingin bunuh diri. Berikut ini
Selain itu, menikah usia dini atau kawin
terhadap
prasangka.
Krisis
paksa pada anak semakin meningkat dan 5
PROSIDING
tidak
masuk
dalam
ranah
Seminar Nasional “Konseling Krisis” Sabtu, 27 Agustus 2016
hukum.
Selama
ini
masyarakat
terjadi pada korban perkosaaan. Contoh,
kiai/nyai untuk melakukan konsultasi.
jika terjadi perkosaan, maka si korban
Kiai/nyai kadang berperan mendamaikan
akan menjadi korban sosial. Korban
pertikaian antara pasangan suami istri.
perkosaan
Terkait dengan PUAN, bagi istri yang
keluarga,
membawa
sehingga
aib
membuat
malu
memperoleh
lebih
didapati,
Ketidakadilan dalam masyarakat juga
dianggap
desa
jamak
kekerasan
mempercayai
dalam
rumah
keluarga. Maka jarang sekali melaporkan
tangga, misalnya pertikaian, pemukulan,
kasus perkosaan dan inses ke kepolisian,
dan penyiksaaan, mereka melaporkan
karena dianggap sebagai aib. Problem lain
kasusnya ke PUAN, dan tinggal sementara
adalah tidak adanya pendampingan hukum
di pondok pesantren. Kiai dan bu nyai
atas korban kekerasan yang mengajukan
menjadi mediator untuk mendamaikan
kasusnya ke pengadilan.
pasangan yang bertikai. Selama korban
2.
KDRT
Model PUAN (Pondok untuk Anak dan Perempuan) Amal Hayati Model
pondok,
segala
kebutuhan hidup seperti makan dan minum serta peralatan tidur disediakan
dengan
secara gratis oleh pesantren. Layanan
bekerjasama dengan pemerintah daerah,
konseling di PUAN bersifat gratis untuk
meliputi bupati, direktur rumah sakit
membantu
daerah,
pesantren
kepala
Kapolres,
LSM,
korban
di
di
pondok
penanganan
tinggal
dilakukan
lembaga
pondok ini
Semua
biaya
pengadilan
agama,
difasilitasi oleh pondok pesantren dan
Lembaga
Bantuan
kerjasama pesantren dengan pemerintah
Hukum (LBH), pengadilan umum dan pengasuh
ummat.
pesantren.
Ketujuh
bekerjasama
dalam
daerah. Pelayanan menggunakan
konseling
di
pendekatan
PUAN
konseling
menangani korban kekerasan yang datang
Islami,
ke pondok pesantren untuk memperoleh
memasukkan
perlindungan. Layanan rumah aman di
melakukan perdamaian dalam keluarga
pondok pesantren membantu korban untuk
yang bertikai. Misalnya, ketika PUAN
menenangkan diri dari tekanan keluarga
menyelesaikan permasalahan selingkuh
yang
oleh pasangan yang akan menggugat
mengalami
psikologis penitipan
korban anak
KDRT,
pemulihan
perkosaan, yang
lahir
yaitu
pendekatan nilai-nilai
Islam
dengan untuk
dan
cerai, maka pendekatan yang dilakukan
tidak
dengan konseling islami sebagai berikut.
diinginkan. 6
PROSIDING
Seminar Nasional “Konseling Krisis” Sabtu, 27 Agustus 2016
Istri yang mengadu ke pesantren diterima
memperhatikan
dan diberikan tempat aman. Konselor
Dalam
melatih
meningkatkan
memahami pengalaman yang membuat
keimanan kepada Allah SWT dengan
konseli tertekan, takut, cemas dan stres.
sholat dan mengaji al-Qur’an selama di
Pengalaman tersebut bisa juga diakibatkan
pondok. Menambah keyakinan bahwa
oleh tekanan budaya setempat, seperti
tujuan pernikahan semata-mata mencari
stigma yang membuat konseli ketakutan
kerelaan Allah SWT. Istri diajarkan untuk
dan tidak berdaya.
istri
melupakan
untuk
pengalaman
konseling
multi-budaya.
komunitas
perlu
dan
Selain itu urgensi konseling krisis
memberi maaf. Nilai-nilai kesabaran dan
juga berlaku bagi anak-anak korban
mengalah
untuk
berkorban
lebih
KDRT, dimana hal tersebut berdampak
ditekankan
demi
kepentingan
anak.
pada gangguan emosi, seperti sedih dan
Sementara suami yang selingkuh diberi
cemas serta depresi. Kondisi ini perlu
nasehat oleh kiai agar bertaubat dan
segera memperoleh konseling. Satu hal
meminta maaf kepada istri serta tidak
yang perlu kita perhatikan, perilaku anak
mengulangi perbuatan tersebut. Mereka
KDRT di sekolah seringkali mengalami
diingatkan bahwa perzinaan dalam Islam
gangguan konsentrasi belajar, sering bolos
masuk kategori dosa besar. Dengan
sekolah, dan tidak disiplin. Misalnya anak
demikian, perceraian dapat dihindari oleh
yang
pasangan tersebut apabila mereka mau
dialami ibunya di rumah, akan mengalami
mendengar
rasa
nasihat
pahit
aspek
perkawinan
dari
menyaksikan
sedih
dan
kekerasan
tertekan.
yang
Akibatnya,
kiai/bu nyai.
perasaan sedih terbawa ke sekolah dan
3.
mengagnggu konsentrasi belajar. Bagi
Model konseling komunitas Konseling
komunitas
menurut
anak-anak yang mengalami KDRT perlu
Lewis, Daniel & Deandrea (2003) ialah
pendampingan karena cenderung diam
konseling
dan
yang
dilakukan
oleh
sedih.
Bagaimana
caranya?
sekelompok orang untuk memecahkan
Pendekatan konseling bagi anak KDRT
masalah dengan memperhatikan latar
bisa melalui konseling individual. Anak-
belakang budaya, ras, jenis kelamin, etnis,
anak dilatih untuk bisa konsentrasi belajar
bahasa, kelas sosial, letak geografis dan
dalam keadaan sulit. Melakukan relaksasi
pengalaman traumatik konseli. Model
dan berpikir positif. Anak-anak diajarkan
konseling
untuk bisa menerima diri apa adanya dan
komunitas
adalah
7
PROSIDING
Seminar Nasional “Konseling Krisis” Sabtu, 27 Agustus 2016
meningkatkan semangat untuk belajar
menimpa keluarga, individu, anak dan
tekun agar cita-cita berhasil di masa
remaja,
depan.
sebagai sesama manusia yang masih
Latihan disiplin bagi anak-anak
selain
menggelisahkan
kita
memiliki hati nurani, juga patut kita
korban KDRT dilakukan dengan tugas-
renungkan
bahwa
sesungguhnya
tugas rumah yang dipantau oleh konselor.
masyarakat
Indonesia
membutuhkan
Membuat
konseling. Salah satunya adalah konseling
kontrak
kerja
tentang
pendisiplinan belajar, misalnya konselor
krisis untuk penanganan hal-hal tersebut.
membuat kontrak dengan anak. Konselor
Dari itu, kebutuhan masyarakat akan
berkolaborasi membuat target capaian
tenaga konselor sangat besar. Konselor
bersama yang bisa dijangkau si anak.
tidak saja berkiprah di sekolah sebagai
Anak merasa diperhatikan oleh konselor.
tenaga BK, tetapi justru masyarakat lah
Tindak
segmen
lanjut
dari
kontrak
dapat
yang
sangat
membutuhkan
dikembangkan menjadi jurnal harian,
tenaga-tenaga konselor tersebut. Hal ini
mingguan dan bulanan tentang aktivitas
menjadi peluang dan sekaligus menjadi
belajar anak korban KDRT. Konselor
tantangan buat kita sebagai konselor
memantau dan melakukan pemantauan
maupun bagi calon-calon tenaga konselor
terhadap aktivitas anak melalui jurnal
yang masih di bangku kuliah. Kurikulum
aktivitas keseharian anak. Jurnal bertujuan
yang memadai dan pengajaran yang
menuliskan
secara
mampu mengantarkan calon konselor
mandiri. Aktivitas yang terangkum dalam
untuk bisa menangkap “peluang dan
jurnal
tantangan” tersebut, merupakan sebuah
kegiatan
membuat
belajar
anak
memiliki
pengalaman sukses. Anak berlatih untuk
keharusan.
tepat waktu dan membiasakan tekun
masyarakat akan tenaga konselor bisa
membaca dan menulis walau
segera diwujudkan.
kondisi
Harapannya,
retak di keluarganya.
a’lam bisshowab.
4.
Rujukan
Penutup Dari
paparan
di
atas
Corey,
dapat
disimpulkan bahwa kondisi Indonesia saat ini sangat membutuhkan adanya konseling krisis.
Problem-problem
sosial
yang
8
kebutuhan
Semoga. Wallahu
Gerald (2012). Theory and Practice of Group Counseling, Eighth Edition. Brooks/Cole. Cengage Learning.
PROSIDING
Seminar Nasional “Konseling Krisis” Sabtu, 27 Agustus 2016
Cover, Rob (2004). “Digital Addiction: The Cultural Production of Online and Video Game Junkies”, Media International Australia, Vol. 113, No. 1, 110-123. Gentile, et al. (2011). “Pathological Video Game Use Among Youths: A 2year Longitudinal Study”, Pediatrics, Vol. 127, No. 2. Gladding, ST. (2012). Counseling: A Comprehensive Profession. Pearson Higher Ed. Lewis, J.A., Lewis, M.D., Daniels, J.A., & Deandrea, M.J. (2003). Community Counseling A Multicultural-Social Justice. USA: Brooks/Cole. Rex, J. (2008). The South Carolina Comprehensive Developmental Guidance and Counseling Program Model. Columbia. Schneider, S. Kessel (2012). “Cyberbullying, School Bullying, and Psychological Distress: A Regional Census of High School Students”, American Journal of Public Health, Vol. 102, No. 1, 171-177. Vera, Elizabeth M. & Speight, Suzette L. (2003). “Multicultural Competence, Social Justice, and Counseling Psychology: Expanding Our Roles”, The Counseling Psychologist, Vol. 13, No. 3, 253-272.
9