PROSIDING Seminar Nasional “Konseling Krisis” Sabtu, 27 Agustus 2016
PROSIDING SEMINAR NASIONAL BIMBINGAN DAN KONSELING “Konseling Krisis” ISBN : 978-602-60115-0-3 Ketua Editor : Dr. Kusno Effendi, M.Si., M.Pd
(Universitas Ahmad Dahlan)
Editor Ahli : Prof. Dr. Siti Partini Suardiman, SU. Dr. Najlatun Naqiyah, M.Pd Dr. Mumpuniarti, M.Pd Dr. Soetarno, M.Pd
(Universitas Ahmad Dahlan) (Universitas Negeri Surabaya) (Universitas Negeri Yogyakarta) (Universitas Ahmad Dahlan)
Editor Pelaksana : Wahyu Nanda Eka Saputra, M.Pd., Kons Caraka Putra Bhakti, M.Pd Agus Ria Kumara, M.Pd
(Universitas Ahmad Dahlan) (Universitas Ahmad Dahlan) (Universitas Ahmad Dahlan)
Desain Sampul : Fajar Irfani Setyawan Layout : Agus Supriyanto, M.Pd Penerbit dan Redaksi: Prodi Bimbingan dan Konseling Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan - Universitas Ahmad Dahlan Kampus II UAD Jl Pramuka 42 Sidikan, Umbulharjo, Yogyakarta Telp: (0274) 563515, 511830, 379418, 371120 Fax (0274) 564604 Email:
[email protected] Cetakan Pertama: Agustus 2016 Hak cipta dilindungi undang-undang Dilarang memperbanyak karya tulis ini dalam bentuk dan Dengan cara apapun tanpa ijin tertulis dari penerbit
ii
PROSIDING Seminar Nasional “Konseling Krisis” Sabtu, 27 Agustus 2016 KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Allah SAW, karena atas karunia-Nya, prosiding Seminar Nasional Konseling Krisis telah dilaksanakan pada Sabtu, 27 Agustus 2016 di ruang Auditorium Universitas Ahmad Dahlan, yang diselenggarakan oleh program studi Bimbingan dan Konseling Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Ahmad Dahlan. Seminar nasional ini diselenggarakan sebagai media sosialisasi dan komunikasi hasil penelitian maupun hasil pemikiran tentang teori dan praktik penyelenggaraan konseling krisis sebagai wujud penguatan profesi konselor di Indonesia. Seminar Nasional ini merupakan ajang tukar menukar informasi dan pengalaman, ajang diskusi ilmiah, dan peningkatan secara berkesinambungan penyelenggaraan layanan Bimbingan dan Konseling yang profesional dalam berbagai seting. Prosiding ini memuat berbagai karya tulis dari hasil-hasil penelitian serta gagasan ilmiah tertulis tentang teori dan praktik konseling krisis. Makalah-makalah yang termuat dalam prosiding ini berasal dari mahasiswa, dosen, dan praktisi. Semoga penerbitan ini dapat digunakan sevagai acuan dan praktis penyelenggaraan layanan konseling krisis di Indonesia. Selain itu, besar harapan bahwa prosiding ini dapat memunculkan pemikiranpemikiran baru terhadap pelaksanaan penelitian selanjutnya yang terkait konseling krisis. Akhir kata kepada semua pihak yang telah membantu, kami ucapkan terima kasih.
Yogyakarta, 27 Agustus 2016 Ketua Prodi Bimbingan dan Konseling Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Ahmad Dahlan
Dody Hartanto, M.Pd NIY. 60090563
iii
PROSIDING Seminar Nasional “Konseling Krisis” Sabtu, 27 Agustus 2016
iv
PROSIDING Seminar Nasional “Konseling Krisis” Sabtu, 27 Agustus 2016 DAFTAR ISI
Halaman Sampul .................................................................................................................. i Halaman Redaksi ................................................................................................................. ii Kata Pengantar ................................................................................................................... iii Daftar Isi ............................................................................................................................... v Urgensi Konseling Krisis pada Masyarakat Indonesia .................................................... 1 (Najlatun Naqiyah) Layanan Konseling Krisis bagi Anak Usia Dini Korban Bencana ............................... 10 (Prima Suci Rohmadheny, Indah Setianingrum & Wahyu Nanda Eka Saputra) Peran Konselor dalam Memberikan Layanan Konseling Komunitas bagi Korban Bencana Alam di Indonesia ................................................................................ 17 (Andika Ari Saputra) Membangkitkan Motivasi Belajar Siswa untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa SMP .......................................................................................................................... 23 (Said Alhadi, Bambang Budi Wiyono, Triyono & Nur Hidayah) Bimbingan dan Konseling bagi Peserta Didik Penyandang Autis ................................ 30 (Aisha Nadya) Peranan Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan Bimbingan dan Konseling ............................................................................................................................ 41 (Augusto da Costa, Fatah Hanurawan, Adi Atmoko & Imannuel Hitipiew) Layanan Konseling Kelompok Teknik Restrukturisasi Kognitif untuk Menangani Trauma Pasca Bencana ................................................................................ 51 (Indana Zulfa & Ismi Komariatun Nisa) Konseling Kelompok Berbasis Experiential Learning bagi Korban Bencana Alam yang Mengalami Post-Traumatic Stress Disorder (PTSD) ................................... 58 (Santy Andrianie) Konseling untuk Pemulihan Kondisi Remaja Eks Penyalahguna Narkoba ................ 68 (Silvia Yula Wardani) Mengatasi Mental Block Pada Remaja melalui Cognitive Therapy (CT)...................... 77 (Noviyanti Kartika Dewi)
v
PROSIDING Seminar Nasional “Konseling Krisis” Sabtu, 27 Agustus 2016 Bimbingan dan Konseling Islami sebagai Bagian Pendekatan bagi Remaja Pecandu Narkoba .............................................................................................................. 86 (Ratna Fitriyani & Devi Trianasari) Konseling Psikoanalisis (Solusi yang Ditawarkan Menuju Remaja Sehat Tanpa Zat Psikoaktif) ....................................................................................................... 96 (Yuanita Dwi Krisphianti & Muya Barida) Tinjauan Ekologis dan sebuah Pendekatan Kolaboratif sebagai Upaya Intervensi Problem Perilaku pada Remaja ................................................................... 105 (Ruly Ningsih) Posttraumatic Growth pada Pecandu Narkoba (Landasan Pengembangan Program Konseling Pecandu Narkoba pada Proses Rehabilitasi) ............................. 113 (Nurlita Hendiani & Agus Supriyanto) Larangan Mengkonsumsi Narkoba dalam Islam ......................................................... 122 (Amien Wahyudi) Pendekatan Feminisme melalui Layanan Konseling Krisis sebagai Intervensi Kekerasan dalam Pacaran .............................................................................................. 128 (Suvia Gustin & Hardi Prasetiawan) Peran Keluarga dalam Mengembangkan Potensi Anak Autism Spectrum Disorder ............................................................................................................................ 145 (Muya Barida & Yuanita Dwi Krisphianti) Solution Focus Brief Group Counseling: Model Konseling untuk Mengurangi Perilaku Agresif Siswa .................................................................................................... 159 (Dita Kurnia Sari) Manajemen Personel Bimbingan dan Konseling .......................................................... 173 (Dwi Putranti) Manajemen Amarah: Strategi untuk Mengurangi Perilaku Agresi Siswa Sekolah Menengah ........................................................................................................... 180 (Erni Hestiningrum)
vi
PROSIDING Seminar Nasional “Konseling Krisis” Sabtu, 27 Agustus 2016 KONSELING KELOMPOK BERBASIS EXPERIENTIAL LEARNING BAGI KORBAN BENCANA ALAM YANG MENGALAMI POST-TRAUMATIC STRESS DISORDER (PTSD) Santy Andrianie Jurusan Bimbingan dan Konseling FKIP Universitas Nusantara PGRI Kediri
[email protected] Abstrak Secara geografis Indonesia merupakan negara kepulauan yang terletak pada pertemuan empat lempeng tektonik dan dikelilingi cincin api yang menyebabkan Indonesia rawan akan bencana letusan gunung berapi, gempa bumi, tsunami, banjir dan tanah longsor. Selain menimbulkan kerugian secara materi, bencana alam juga mengakibatkan dampak psikologis yang disebabkan oleh perasaan takut dan putus asa akibat bencana alam. Kondisi traumatik tersebut seringkali berakhir dengan Post-Traumatic Stress Disorder (PTSD). Pemulihan kondisi Post-Traumatic Stress Disorder (PTSD) menjadi salah satu motor penggerak dalam proses pemulihan kondisi pasca bencana alam. Salah satu layanan yang direkomendasikan untuk membantu individu dengan PostTraumatic Stress Disorder (PTSD) adalah konseling kelompok. Konseling kelompok menggunakan metode permainan berbasis experiential learning menjadi salah satu alternatif yang dapat diterapkan sebagai upaya memberikan layanan bagi individu dengan Post-Traumatic Stress Disorder (PTSD). Metode konseling kelompok yang dilakukan secara bersama-sama bisa menjadi penguat antar anggota kelompok yang merasa senasib sepenanggungan. Kegiatan berbasis permainan, dapat menjadi relaksasi dan sarana mengurangi tekanan yang mereka rasakan selama terjadinya bencana. Metode eksperiential learning yang berbasis ―belajar dari pengalaman‖, dipilih sebagai upaya memandirikan agar mereka tangguh dalam menghadapi peristiwa traumatik dalam hidupnya. Kata kunci: post-traumatic stress disorder, konseling kelompok, experiential learning
1.
tsunami, banjir dan tanah longsor. Namun
Pendahuluan Bencana alam bukan lagi hal yang
demikian, peristiwa bencana alam masih
asing bagi masyarakat Indonesia. Sebagai
saja menjadi keprihatinan besar bangsa.
negara kepulauan yang berda di atas
Hal ini disebabkan oleh dua hal yang
empat lempeng tektonik dan dianugrahi
selalu
kekayaan
masyarakat
alam, yaitu dampak materi dan psikologis.
Indonesia sangat akrab dengan peristiwa
Secara materi, dampak ini akan segera
letusan gunung berapi, gempa bumi,
teratasi dengan bantuan dari pemerintah,
gunung berapi,
58
menyertai
munculnya
bencana
PROSIDING Seminar Nasional “Konseling Krisis” Sabtu, 27 Agustus 2016 sukarelawaan,
dan
seiring
waktu
psikis korban bencana alam, maka roda
kehidupan masyarakat korban bencana
kehidupan masyarakat korban bencana
berjalan secara normal. Namun kehidupan
alam
masyarakat tidak akan dapat berjalan
pemulihan kondisi pasca bencana akan
lancar apabila psikologis warga belum
semakin cepat terjadi. Namun jika kita
pulih.
mau Setiap individu akan memiliki reaksi
psikologis
yang
berbeda-beda
akan
segera
melihat
lebih
normal.
jauh,
Artinya,
pemulihan
psikologi korban bencana bukan menjadi
dalam
pekerjaan berat bagi pemerintah apabila
menghadapi bencana alam. Umumnya
masyarakat di daerah rawan bencana telah
masyarakat akan merasakan shock akibat
dipersiapkan
kehilangan
menghadapi bencana alam yang sewaktu-
tempat
tinggal,
barang
berharga, hingga keluarga. Perasaan ini kemudian
berkembang
secara
mental
untuk
waktu dapat mengancam mereka.
menjadi
Metode
yang
digunakan
penghayatan psikologis yang berbeda-
penanganan
beda antara satu dengan yang lainnya.
bencana harus lebih diarahkan pada
Bagi
dapat
pemberian rasa aman dan penyediaan
mengalahkan perasaan shock, putus asa,
suasana yang ceria serta menyenangkan.
dan kesedihan yang mendalam, maka
Hal ini karena peristiwa bencana alam
mereka akan semakin sulit untuk bangkit
menyebabkan perasaan tidak aman dan
dari keterpurukan pasca bencana.
kesedihan yang mendalam bagi korban
mereka
yang
tidak
Melihat seringnya bencana alam terjadi
di
Indonesia,
bencana.
seharusnya
korban
masyarakat
Indonesia yang terikat dengan lingkungan sekitar
yang tangguh
merupakan
mampu
psikis
Kebudayaan
masyarakat dilatih agar memiliki jiwa dan
dampak
dalam
bertahan
terutama
teman alternatif
untuk
menghadapi berbagai kondisi traumatis
mengoptimalkan
yang terjadi akibat bencana alam. Hal
traumatis pasca bencana. Dua hal ini dapat
terpenting yang selalu dilakukan pasca
dijadikan sebagai pondasi desain pelatihan
adanya
bencana
adalah
penanganan
mental tanggap bencana bagi masyarakat
trauma,
namun
layanan
pemulihan
yang tinggal di daerah rawan bencana
psikologis
bagi
korban
bencana
di
alam.
Indonesia saat ini belum menjadi prioritas
.
utama. Padahal, segera pulihnya kondisi 59
pemberian
sebayany
layanan
PROSIDING Seminar Nasional “Konseling Krisis” Sabtu, 27 Agustus 2016 2.
kembali kejadian traumatik. Sumber: Merriam- Webster‘s Medical Dictionary
Post-Traumatic Stress Disorder Trauma
adalah
suatu
kondisi
emosional yang berkembang setelah suatu peristiwa
mengejutkan
yang
Menurut
tidak
umum,
mengenakkan, menyedihkan, menakutkan,
mengalami
mencemaskan dan menjengkelkan, seperti peristiwa:
pemerkosaan,
pedih itu setelah stress fisik maupun
yang
emosi yang melampaui batas ketahanan orang biasa (Kaplan 1998). Tidak semua
mampu
orang yang mengalami suatu kejadian
keluar dari perasaan takut, putus asa, dan kesedihan yang mendalam. Penelitian dan Pengembangan Jawa Tengah
(2008),
menyatakan
akan
menderita
Perbedaan
dalam
bereaksi
tergantung
seseorang
tersebut
dari
PTSD. terhadap
kemampuan
untuk
mengatasi
kejadian traumatik tersebut. Pada kasus
masalah psikologis seperti gangguan stres
korban bencana alam, banyak korban
pasca bencana yang pada umumnya dalam
menunjukkan gejala terjadinya PTSD
dunia kesehatan disebut post traumatic
langsung
stress disorder (PTSD). Secara singkat,
sementara
berikut dijelaskan perubahan psikis yang
pasca
terjadinya
sebagian
bencana,
lainnya
baru
menunjukkan gejala PTSD beberapa bulan
mungkin dialami oleh korban bencana: Sesudah Bencana Kehidupan tidak menentu, tidak memiliki tujuan yang jelas, dan tidak dapat terencana
traumatik
sesuatu
bahwa
korban bencana seringkali mengalami
Sebelum Bencana Kehidupan rutin, memiliki tujuan, dan terencana
Stress
dan kilas balik dari pengalaman yang amat
menyebabkan rasa tidak berdaya dan tanpa
Post-Traumatic
autonomik, ketidakrentanan emosional,
psikis terjadi ketika seseorang dihadapkan
mengancam
populasi
merupakan sindrom kecemasan, labilitas
(Lawson, 2001; Kinchin, 2007). Trauma
dirasakan
persen
traumatik dalam hidupnya. PTSD sendiri
tertentu yang membuat batin tertekan
yang menekan
secara
karena mengalami berbagai peristiwa
bencana alam dan peristiwa-peristiwa
peristiwa
1,50
(2007)
Disorder(PTSD) dalam kurun empat tahun
peperangan,
kekerasan dalam keluarga, kecelakaan,
pada
ada
Kincin
atau bahkan beberapa tahun kemudian.
Bencana Adaptasi Depresi, cemas, teringat kejadian traumatik, sakit yang berulang, mimpi buruk, penolakan untuk mengingat
Kriteria diagnosis PTSD meliputi: (1). Kenangan yang mengganggu atau ingatan tentang kejadian pengalaman traumatik Adanya Timbulnya 60
yang perilaku
berulang-ulang
(2).
menghindar
(3).
gejala-gejala
berlebihan
PROSIDING Seminar Nasional “Konseling Krisis” Sabtu, 27 Agustus 2016 terhadap sesuatu yang mirip saat kejadian
dalam masyarakat, akan tetapi mungkin
traumatik dan (4) Tetap adanya gejala
memiliki titik lemah dalam kehidupannya
tersebut minimal satu bulan (Grinage,
sehingga mengganggu kelancaran dalam
2003). Kondisi ini jika dibiarkan akan
berkomunikasi
mengganggu kehidupan penderita PTSD.
Konseling
Selain adanya konflik batin dengan diri
konseling yang diselenggarakan dalam
sendiri, PTSD juga akan mengganggu
suasana
hubungan sosial dengan sesama.
bimbingan yang didukung oleh layanan
kelompok
orang adalah
kelompok.
konseling 3.
dengan
layanan
Fungsi
kelompok
lain.
utama
adalah
fungsi
pengentasan.
Konseling Kelompok Hanzen, Warner & Smith (dalam
Menurut Mungin Eddy Wibowo,
Larrabe & Terres, 1984 dalam Mungin
(2005:20), tujuan yang ingin dicapai
Edi Wibowo, 2005) menyatakan bahwa
dalam
konseling kelompok adalah merupakan
pengembangan pribadi, pembahasan dan
cara yang amat baik untuk menangani
pemecahan masalah pribadi yang dialami
konflik-konflik
dan
oleh masing-masing anggota kelompok,
dalam
agar terhindar dari masalah dan masalah
membantu
antar
pribadi
individu-individu
pengembangan
kemampuan
pribadi
konseling
terselesaikan
mereka.
kelompok
dengan
yaitu
cepat
melalui
bantuan anggota kelompok yang lain.
Sejalan dengan Hanzen, Warner & Smith,
Rochman
Mungin
Edi
kelompok
Natawidjaja(dalam Wibowo,
mengemukakan
Kegiatan
bahwa
merupakan
kelompok
beranggotakan orang-orang yang memiliki
2005)
permasalahan
konseling
upaya
konseling
yang
sama
sehingga
kelompok memiliki tujuan yang sama.
bantuan
Dalam
konseling
kelompok,
terdapat
kelompok dimana
interaksi
kepada individu dalam suasana kelompok
dinamika
yang
kelompok merupakan hal utama dan
bersifat
penyembuhan, pemberian
dan
pencegahan diarahkan
kemudahan
dalam
dan kepada
menekankan
rangka
kebutuhan anggota kelompok.
perubahan dan pertumbuhannya. Bersifat
akan
Konseling
perasaan
kelompok
serta
memiliki
pencegahan dalam arti bahwa konseli
beberapa tahapan: 1) Persiapan. Pada
yang
tahap
beersangkutan
mempunyai
kemampuan untuk berfungsi secara wajar
persiapan,
seluruh
anggota
kelompok dipersiapkan agar berada dalam 61
PROSIDING Seminar Nasional “Konseling Krisis” Sabtu, 27 Agustus 2016 kondisi kelompok dan tidak canggung
menyenangkan; 2) Terapi yang digunakan
satu sama lain, anggota dapat berperan
untuk korban bencana harus memberikan
sesuai perannya masing-masing, durasi
rasa aman dan kegembiraan bagi mereka.
kegiatan, aturan dalam kelompok, dan
Teknik permainan bisa memberikan kedua
tujuan
hal
yang
akan
dicapai
dalam
tersebut;
3)
Teknik
bimbingan
kelompok; 2) Transisi. Pada tahap ini
kelompok diikuti oleh sesama korban
akan ada peralihan dari konseling awal ke
bencana dan berada di rentang usia
konseling sesungguhnya. Dalam tahap ini
sepadan, sehingga bisa saling menguatkan
peran pemimpin kelompok amat penting
antar anggota kelompok karena adanya
dalam mengelola situasi kelompok dan
perasaan senasib dan memiliki tujuan
emosi anggota kelompok agar memiliki
hidup yang sama.
dinamika yang stabil; 3) Tahap Kerja.
Permainan yang digunakan dalam
Pada tahapan ini akan terjadi interaksi
konseling kelompok berbasis experiential
dalam anggota kelompok yang ditandai
learning
dengan tingkatan moral yang tinggi dan
memberikan pengalaman langsung untuk
rasa memiliki kelompok yang tinggi pula;
kemudian dianalisis dan diinternalisasikan
4) Terminasi. Pada tahap terminasi,
oleh masing-masing anggota kelompok.
kelompok akan melakukan evaluasi hasil
Kegiatan analisis ini akan melahirkan
yang dicapai dalam kelompok dan tujuan
persepsi baru yang memandirikan anggota
yang belum tercapai dalam konseling
kelompok
kelompok.
bertahan dalam berbagai kondisi traumatik
Terdapat berbagai teknik yang dapat
memiliki
sehingga
konsep
nantinya
yang
mampu
ke depannya.
dilakukan dalam pelaksanaan konseling kelompok,
salah
satunya
adalah
4.
Experiential Learning
permainan. Sesuai dengan hal yang
Experiental learning theory (ELT)
melatarbelakangi permasalahaan, teknik
dikembangkan oleh David Kolb sekitar
bermain
awal
dipilih
sebagai
upaya
1980-an.
Dalam
experiential
penyelesaian masalah dengan beberapa
learning, pengalaman mempunyai peran
alasan: 1) subyek korban bencana yang
sentral dalam proses belajar. Menurut
dijadikan sasaran berada ri rentang anak-
teori
anak dan remaja, dimana permainan masih
merupakan proses di mana pengetahuan
merupakan
diciptakan
hal
yang
menarik
dan 62
experiential
learning,
melalui
belajar
transformasi
PROSIDING Seminar Nasional “Konseling Krisis” Sabtu, 27 Agustus 2016 pengalaman (experience). Pengetahuan merupakan
hasil
memahami
perpaduan
dan
Enam prinsip dasar Experiential
antara
learning menurut Kolb (1984) yakni : 1)
mentransformasi
Pembelajaran bukan sebuah hasil atau
pengalaman (Kolb, 1984). Experiential didefinisikan
produk melainkan sebuah proses, 2) learning dapat untuk
proses tapi berbasis pengalaman, 3)
berdasarkan
Pembelajaran memerlukan resolusi antara
pengalaman yang secara terus menerus
bentuk dari kesesuaian dunia, yang secara
mengalami perubahan guna meningkatkan
dialek berlawanan satu dengan yang lain,
keefektifan dari hasil belajar itu sendiri.
4) Pembelajaran adalah proses holistic
Tujuan dari model ini adalah untuk
dari
mempengaruhi obyek dengan tiga cara,
Pembelajaran termasuk interaksi antar
yaitu:
individu
mencapai
sebagai sesuatu
mengubah
mengubah
tindakan
Pembelajaran bukan sebuah interupsi dari
sikap,
struktur dan
kognitif,
memperluas
kesesuaian
dan
Pembelajaran
pada
dunia,
sekelilingnya,
adalah
sebuah
5)
6) proses
keterampilan-keterampilan yang telah ada.
dengan pengetahuan yang dibuat sebagai
Ketiga
hasil dari interaksi antara pengetahuan
elemen
tersebut
saling
berhubungan dan memengaruhi seara
sosial dan pengetahuan personal.
keseluruhan, tidak terpisah-pisah, karena
Jadi, pada intinya pembelajar model
apabila salah satu elemen tidak ada, maka
Experiential learning menekankan pada
kedua elemen lainnya tidak akan efektif.
partisipasi aktif individu untuk terbuka
Experiential learning secara harfiah
dalam menerima pengalaman baru yang
berarti belajar dari aktifitas mengalami
berbeda
dan
pengalaman tersebut untuk mendapat
merefleksikan
apa
yang
telah
dipelajari. Eksperiential Learning bukan
dan
mentransformasikan
pengetahuan baru.
sekedar mendengarkan tetapi lebih pada
Prosedur
pembelajaran
mensimulasikan situasi kehidupan nyata,
dalam experiential learning terdiri dari 4
misalnya
tahapan, yaitu; tahapan pengalaman nyata,
bermain
peran,
dan
berpartisipasi dalam permainan. Dalam
tahap
eksperiential learning melibatkan tubuh,
konseptualisasi, dan tahap implementasi.
pikiran, perasaan, dan tindakan. Oleh
Keempat tahap tersebut oleh David Kolb
karena itu merupakan pengalaman belajar
(1984) kemudian digambarkan dalam
pribadi yang utuh.
bentuk lingkaran sebagai berikut: 63
observasi
refleksi,
tahap
PROSIDING Seminar Nasional “Konseling Krisis” Sabtu, 27 Agustus 2016 membentuk pengertian-pengertian baru atau konsep-konsep abstrak yang akan menjadi
petunjuk
bagi
terciptanya
pengalaman atau perilaku-perilaku baru. Proses
pengalaman
dan
refleksi
dikategorikan sebagai proses penemuan (finding
out),
sedangkan
konseptualisasi
dan
proses
implementasi
dikategorikan dalam proses penerapan (taking action).
Gambar 1 Siklus empat langkah dalam Experiential Learning David Kolb
Model
experiential
learning
Dalam tahapan di atas, proses
memberikan manfaat yang besar dalam
belajar dimulai dari pengalaman konkret
perkembangan individu, antara lain: 1)
yang
Meningkatkan
dialami
seseorang.
Pengalaman
kesadaran 2)
rasa
tersebut kemudian direfleksikan secara
percaya
individu. Dalam proses refleksi seseorang
kemampuan berkomunikasi, perencanaan
akan berusaha memahami apa yang terjadi
dan
atau apa yang dialaminya. Refleksi ini
Menumbuhkan
menjadi dasar konseptualisasi atau proses
kemampuan untuk menghadapi situasi
pemahaman
yang
prinsip-prinsip yang
diri,
akan
Meningkatkan
pemecahan
masalah,
dan
buruk,
4)
3)
meningkatkan
Menumbuhkan
dan
mendasari pengalaman yang dialami serta
meningkatkan rasa percaya antar sesama
prakiraan kemungkinan aplikasinya dalam
anggota kelompok, 5) menumbuhkan dan
situasi atau konteks yang lain (baru).
meningkatkan semangat kerjasama dan
Proses implementasi merupakan situasi
kemampuan
atau
Menumbuhkan
konteks
yang
memungkinkan
komitmen
penerapan konsep yang sudah dikuasai. Kemungkinan
belajar
untuk
dan
dan
Menumbuhkan
melalui
berkompromi,
6)
meningkatkan
tanggung dan
jawab,
7)
meningkatkan
pengalaman-pengalaman nyata kemudian
kemauan untuk memberi dan menerima
direfleksikan dengan mengkaji ulang apa
bantuan,
8)
yang
ketangkasan,
kemampuan
telah
Pengalaman kemudian
dilakukannya yang
diatur
telah
tersebut.
koordinasi.
direfleksikan
kembali
sehingga 64
Mengembangkan fisik
dan
PROSIDING Seminar Nasional “Konseling Krisis” Sabtu, 27 Agustus 2016 Pemilihan
model
experiential
diri individu dalam seting yang dibuat
learning dalam penelitian ini didasarkan
seperti
pada
membuat individu memperoleh makna-
beberapa
asumsi.
Experiential
kehidupan
akan
makna
konkrit (real experience), dengan ini
internalisasikan dalam dirinya sehingga
diharapkan bahwa model ini dapat melatih
dapat
individu membuat suatu perspektif dalam
berguna untuk meningkatkan empatinya,
diri untuk bisa memahami pikiran dan
kegiatan reflektif yang menjadi tahapan
perasaan orang lain, experiential learning
model ini akan mendorong individu
menitik beratkan pada partisipasi aktif
mengubah pengetahuan dan pemahaman
individu
yang berdampak pada tindakan individu
langsung
untuk
mentransformasi pengalaman ke dalam
5.
yang
hal
learning menekankan pada pengalaman
secara
positif
nyata,
mengembangkan
dapat
sikap
di
yang
dalam dunia nyata.
Rancangan Kegiatan Tahap Awal Mengatur iklim kelompok, penjelasan peran, menentukan tujuan dan aturan kelompok
Pengalaman nyata Refleksi Konseptualisasi Implementasi
Ice Breaking
Tahap Transisi Membahas isue-isue kelompok, memfasilitasi komunikasi antar anggota
Permainan Tahap Kerja Pemimpin Kelompok memimpin jalannya tahap kerja konseling kelompok berbasis experiential learning. Memberikan kesempatan pada anggota kelompok untuk mengembangkan diri.
Terminasi Meninjau kembali kegiatan konseling kelompok, mengevaluasi kegiatan konseling kelompok, engevaluasi pencapaian tujuan, memberikan umpan balik, menangani perpisahan dan merencanakan resolusi.
Gambar 2. Langkah Kerja Konseling Kelompok Berbasis Experiential Learning bagi Korban Bencana Alam yang Mengalami Post-Traumatic Stress Disorder (PTSD)
65
PROSIDING Seminar Nasional “Konseling Krisis” Sabtu, 27 Agustus 2016 6.
mendukung kegiatan konseling kelompok
Penutup Penanganan korban bencana alam
secara
psikologis
prioritas
perlu
di
mendapatkan
mengingat
mana
anggotanya
memiliki
permasalahan, tujuan, latar belakang dan
pentingnya
perasaan
yang
sama.
Kondisi
penyembuhan psikologis korban bencana
mempermudah
alam. Segera pulihnya kondisi psikologis
konseling kelompok. Tahapan experiential
korban bencana alam, semakin cepat pula
learning
pulihnya
masyarakat
memberikan kesempatan bagi anggota
Dengan
kelompok untuk mengeksplorasi diri dan
roda
terdampak
kehidupan
bencana
ketangguhan
alam.
secara
psikologis
dan
yang
melahirkan
pencapaian
akan
memandirikan,
pemahaman
baru
tujuan
dapat
dalam
kesiapan menghadapi bencana yang setiap
hidupnya sehingga mampu menghadapi
saat bisa muncul, maka kondisi Post-
peristiwa
Traumatic Stress Disorder (PTSD) pada
kedepannya.
korban
bencana
akan
dapat
Anonim. 2008. Laporan Hasil Penelitian PTSD di Jawa Tengah. Badan Litbang Propinsi Jawa Tengah.
permainan berbasis experiential learning bagi korban bencana alam merupakan
Grinage, B.D. 2003. Diagnosis and Management of Post-Traumatic Stress Disorder (PTSD). American Family Physician, Vol 68, No.12, Desember,,p:2401-2408.
salah satu metode yang dapat diterapkan bagi korban bencana alam dengan PostStress ini
Disorder
sesuai
(PTSD).
dengan
tahap
perkembangan anak yang berada pada
Kaplan, H.I., B. J. Sadock, J.A. Grebb. 1997. Sinopsis Psikiatri:Ilmu Pengetahuan Perilaku Psikiatri Klinis, 2. Jakarta: Binarupa Aksara.
masa bermain.permainan yang digunakan tidak perlu menggunakan permainan yang rumit
dam
memerlukan
banyak
Kolb, D. A. 1984. Experiential Learning : Experience as The Source of Learning and Development. New Jersey : Prentice Hall, Inc.
perlengkapan. Permainan sehari-hari yang berkembang dalam
masyarakat
dapat
diterapkan sehingga mudah dipahami oleh seluruh
anggota
kelompok.
Anggota Kinchin, D. 2007. A Guide to Psychological Debriefing. London: Jessica Kingsley Publishers.
kelompok yang memiliki kesamaan usia, latar
hidup
Daftar Rujukan
Konseling kelompok dengan metode
Metode
dalam
ditekan
jumlahnya.
Traumatic
traumatik
belakang,
dan
traumatik
akan 66
PROSIDING Seminar Nasional “Konseling Krisis” Sabtu, 27 Agustus 2016 Lawson, D. M. 2001. The Development pf Abusive Personality: A Trauma Response. Journal of Counceling & Development, 79. 505-509. Online. www.Merriam- Webster‘s.com . www.Merriam- Webster‘s Medical Dictionary. Diakses pada 15 Agustus 2016. Wibowo, Mungin Edi. 20015. Konseling Kelompok Perkembangan. Semarang: UNNES Press.
67