PROSIDING Seminar Nasional “Konseling Krisis” Sabtu, 27 Agustus 2016
PROSIDING SEMINAR NASIONAL BIMBINGAN DAN KONSELING “Konseling Krisis” ISBN : 978-602-60115-0-3 Ketua Editor : Dr. Kusno Effendi, M.Si., M.Pd
(Universitas Ahmad Dahlan)
Editor Ahli : Prof. Dr. Siti Partini Suardiman, SU. Dr. Najlatun Naqiyah, M.Pd Dr. Mumpuniarti, M.Pd Dr. Soetarno, M.Pd
(Universitas Ahmad Dahlan) (Universitas Negeri Surabaya) (Universitas Negeri Yogyakarta) (Universitas Ahmad Dahlan)
Editor Pelaksana : Wahyu Nanda Eka Saputra, M.Pd., Kons Caraka Putra Bhakti, M.Pd Agus Ria Kumara, M.Pd
(Universitas Ahmad Dahlan) (Universitas Ahmad Dahlan) (Universitas Ahmad Dahlan)
Desain Sampul : Fajar Irfani Setyawan Layout : Agus Supriyanto, M.Pd Penerbit dan Redaksi: Prodi Bimbingan dan Konseling Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan - Universitas Ahmad Dahlan Kampus II UAD Jl Pramuka 42 Sidikan, Umbulharjo, Yogyakarta Telp: (0274) 563515, 511830, 379418, 371120 Fax (0274) 564604 Email:
[email protected] Cetakan Pertama: Agustus 2016 Hak cipta dilindungi undang-undang Dilarang memperbanyak karya tulis ini dalam bentuk dan Dengan cara apapun tanpa ijin tertulis dari penerbit
ii
PROSIDING Seminar Nasional “Konseling Krisis” Sabtu, 27 Agustus 2016 KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Allah SAW, karena atas karunia-Nya, prosiding Seminar Nasional Konseling Krisis telah dilaksanakan pada Sabtu, 27 Agustus 2016 di ruang Auditorium Universitas Ahmad Dahlan, yang diselenggarakan oleh program studi Bimbingan dan Konseling Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Ahmad Dahlan. Seminar nasional ini diselenggarakan sebagai media sosialisasi dan komunikasi hasil penelitian maupun hasil pemikiran tentang teori dan praktik penyelenggaraan konseling krisis sebagai wujud penguatan profesi konselor di Indonesia. Seminar Nasional ini merupakan ajang tukar menukar informasi dan pengalaman, ajang diskusi ilmiah, dan peningkatan secara berkesinambungan penyelenggaraan layanan Bimbingan dan Konseling yang profesional dalam berbagai seting. Prosiding ini memuat berbagai karya tulis dari hasil-hasil penelitian serta gagasan ilmiah tertulis tentang teori dan praktik konseling krisis. Makalah-makalah yang termuat dalam prosiding ini berasal dari mahasiswa, dosen, dan praktisi. Semoga penerbitan ini dapat digunakan sevagai acuan dan praktis penyelenggaraan layanan konseling krisis di Indonesia. Selain itu, besar harapan bahwa prosiding ini dapat memunculkan pemikiranpemikiran baru terhadap pelaksanaan penelitian selanjutnya yang terkait konseling krisis. Akhir kata kepada semua pihak yang telah membantu, kami ucapkan terima kasih.
Yogyakarta, 27 Agustus 2016 Ketua Prodi Bimbingan dan Konseling Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Ahmad Dahlan
Dody Hartanto, M.Pd NIY. 60090563
iii
PROSIDING Seminar Nasional “Konseling Krisis” Sabtu, 27 Agustus 2016
iv
PROSIDING Seminar Nasional “Konseling Krisis” Sabtu, 27 Agustus 2016 DAFTAR ISI
Halaman Sampul .................................................................................................................. i Halaman Redaksi ................................................................................................................. ii Kata Pengantar ................................................................................................................... iii Daftar Isi ............................................................................................................................... v Urgensi Konseling Krisis pada Masyarakat Indonesia .................................................... 1 (Najlatun Naqiyah) Layanan Konseling Krisis bagi Anak Usia Dini Korban Bencana ............................... 10 (Prima Suci Rohmadheny, Indah Setianingrum & Wahyu Nanda Eka Saputra) Peran Konselor dalam Memberikan Layanan Konseling Komunitas bagi Korban Bencana Alam di Indonesia ................................................................................ 17 (Andika Ari Saputra) Membangkitkan Motivasi Belajar Siswa untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa SMP .......................................................................................................................... 23 (Said Alhadi, Bambang Budi Wiyono, Triyono & Nur Hidayah) Bimbingan dan Konseling bagi Peserta Didik Penyandang Autis ................................ 30 (Aisha Nadya) Peranan Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan Bimbingan dan Konseling ............................................................................................................................ 41 (Augusto da Costa, Fatah Hanurawan, Adi Atmoko & Imannuel Hitipiew) Layanan Konseling Kelompok Teknik Restrukturisasi Kognitif untuk Menangani Trauma Pasca Bencana ................................................................................ 51 (Indana Zulfa & Ismi Komariatun Nisa) Konseling Kelompok Berbasis Experiential Learning bagi Korban Bencana Alam yang Mengalami Post-Traumatic Stress Disorder (PTSD) ................................... 58 (Santy Andrianie) Konseling untuk Pemulihan Kondisi Remaja Eks Penyalahguna Narkoba ................ 68 (Silvia Yula Wardani) Mengatasi Mental Block Pada Remaja melalui Cognitive Therapy (CT)...................... 77 (Noviyanti Kartika Dewi)
v
PROSIDING Seminar Nasional “Konseling Krisis” Sabtu, 27 Agustus 2016 Bimbingan dan Konseling Islami sebagai Bagian Pendekatan bagi Remaja Pecandu Narkoba .............................................................................................................. 86 (Ratna Fitriyani & Devi Trianasari) Konseling Psikoanalisis (Solusi yang Ditawarkan Menuju Remaja Sehat Tanpa Zat Psikoaktif) ....................................................................................................... 96 (Yuanita Dwi Krisphianti & Muya Barida) Tinjauan Ekologis dan sebuah Pendekatan Kolaboratif sebagai Upaya Intervensi Problem Perilaku pada Remaja ................................................................... 105 (Ruly Ningsih) Posttraumatic Growth pada Pecandu Narkoba (Landasan Pengembangan Program Konseling Pecandu Narkoba pada Proses Rehabilitasi) ............................. 113 (Nurlita Hendiani & Agus Supriyanto) Larangan Mengkonsumsi Narkoba dalam Islam ......................................................... 122 (Amien Wahyudi) Pendekatan Feminisme melalui Layanan Konseling Krisis sebagai Intervensi Kekerasan dalam Pacaran .............................................................................................. 128 (Suvia Gustin & Hardi Prasetiawan) Peran Keluarga dalam Mengembangkan Potensi Anak Autism Spectrum Disorder ............................................................................................................................ 145 (Muya Barida & Yuanita Dwi Krisphianti) Solution Focus Brief Group Counseling: Model Konseling untuk Mengurangi Perilaku Agresif Siswa .................................................................................................... 159 (Dita Kurnia Sari) Manajemen Personel Bimbingan dan Konseling .......................................................... 173 (Dwi Putranti) Manajemen Amarah: Strategi untuk Mengurangi Perilaku Agresi Siswa Sekolah Menengah ........................................................................................................... 180 (Erni Hestiningrum)
vi
POSTTRAUMATIC GROWTH PADA PECANDU NARKOBA (Landasan Pengembangan Program Konseling Pecandu Narkoba pada Proses Rehabilitasi) Nurlita Hendiani1), Agus Supriyanto2) Balai Besar Rehabilitasi Narkoba Lido Bogor1) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Ahmad Dahlan2)
[email protected],
[email protected] Abstrak Perkembangan seseorang menjadi pecandu narkoba tidak dapat dengan sendirinya. Ada yang menyertai secara langsung maupun tidak langsung. Sehingga mendorong seseorang untuk menggunakan narkoba. Dorongan untuk menggunakan narkoba dapat diambil dari semua aspek pada fungsi pecandu, yaitu keluarga, tempat kerja, maupun masyarakat. Oleh karena itu, orang tua memiliki peran agar residen dapat sembuh dari narkoba dalam proses rehabilitasi narkoba. Pada proses rehabilitasi narkoba, pecandu narkoba mengalami suatu pengalaman perubahan positif yang terjadi sebagai hasil perjuangan individu menghadapi tantangan krisis besar untuk sembuh dari narkoba (posttraumatic growth). posttraumatic growth pecandu narkoba berkaitan dengan emotion focused coping, positive reappraisal, acceptance, dan denial. Kemudian untuk sembuh dari jeratan narkoba, maka perlu dikembangkan dimensi posttraumatic growth, yaitu (1) kekuatan atau pertumbuhan diri, (2) hubungan dengan orang lain, (3) kemungkinankemungkinan baru atau prioritas hidup baru, (4) apresiasi atau penghargaan hidup, (5) perubahan spiritual. Serta perlu ada posttraumatic growth dari pecandu narkoba pada masa rehabilitasi, yaitu (1) demografik, (2) pendidikan dan pekerjaan, (3) dukungan sosial, (4) pengalaman pribadi, dan (5) karakter dan kepribadian individual. Kata kunci: posttraumatic growth; pecandu narkoba; rehabilitasi
1.
bertahan dalam menghadapi kemungkinan
Pendahuluan Narkoba menurut kamus narkoba
yang sangat merugikan (Pipatkul, 2010:1).
dalam Pedoman Prosedur Kerja Bidang
Kecanduan dapat menjadi kronis dengan
Advokasi (2011:4) adalah singkatan dari
kemungkinan kambuh bahkan setelah
narkotika, Psikoterapi, dan bahan adiktif
jangka
lain.
waktu
yang
lama
tidak
Sedangkan
kecanduan
Narkoba
menggunakan narkoba. Umumnya adalah
penyakit
kompleks.
Hal
ini
pecandu tersebut percaya bahwa bisa
kompleks
berhenti dari narkoba dengan caranya
adalah ditandai
dengan
perilaku
dengan seringkali keinginan yang tidak
sendiri.
terkendali serta konsumsi naroba yang 113
Masalah dalam kecanduan narkoba
menjelaskan bahwa masih lebih besar
yang berhubungan dengan kecanduan
pria, akan tetapi ada pula pecandu wanita.
narkoba dapat bervariasi secara signifikan.
Merupakan hal yang memprihatinkan jika
Sebab pecandu narkoba bisa berasal dari
ada pecandu wanita.
semua laipsan masyarakat dan gender,
Oleh
karena
itu,
salah
satu
yaitu dari permasalahan kesehatan mental,
kebutuhan yang mendesak diidentifikasi
pekerjaan, dan kesehatan/ sosial (Pipatkul,
dalam bidang terapi dan rehabilitasi oleh
2010:2).
gangguan
sebagian besar negara di wilayah ini
adiktif bisa menjadi lebih sulit, ataupun
adalah cara pencegahan yang efektif untuk
lebih terkontaminasi. Hal tersebut menjadi
mengurangi tingkat relaps yang tinggi di
bagian yang tidak diinginkan oleh para
antara pecandu narkoba yang pulih.
pecandu.
Dalam
Sehingga
Dalam
semua
perkembangan
seseorang
beberapa
tahun
ini,
ada
peningkatan jumlah program terapi dan
menjadi pecandu narkoba tidak dapat
rehabilitasi
dengan sendirinya. Ada yang menyertai
membantu peningkatan jumlah orang
secara langsung maupun tidak langsung.
kecanduan narkoba. Namun banyak yang
Sehingga mendorong seseorang untuk
tidak memiliki bimbingan yang tepat
menggunakan.
untuk
tentang cara efisien dalam mengelola
menggunakan narkoba dapat mengabil
program tersebut dan standar minimum
dari semua aspek pada fungsi pecandu,
yang disyaratkan dan sesuai prosedur
yaitu keluarga, tempat kerja, maupun
yang harus diikuti.
Dorongan
masyarakat (Pipatkul, 2010:2).
yang
Berdasarkan
dilaksanakan
data
di
untuk
Balai
Data hasil penelitian yang dilakukan
Rehabilitasi Narkoba Badan Narkotika
oleh BNN bekerjasama dengan peneliti
Nasional Lido Bogor, Residen perempuan
dari Puslitkes Universitas Indonesia tahun
pada bulan November 2015 berjumlah 23
2011
residen.
didapat
penyalahguna
estimasi
narkoba
Sedangkan
Residen
laki-laki
Indonesia
berjumlah 221 residen. Dari jumlah
mencapai prevalensi 2,2% dari penduduk
tersebut, mengungkapkan bahwa para
berusia 10 s/d 59 tahun atau setara dengan
residen memerlukan perhatian supaya
3,8 juta jiwa. Angka yang sangat besar
sembuh dari narkoba. Kemudian peran
dari jumlah penduduk di Indonesia.
konselor di Balai Rehabilitasi Narkoba
Kemudian ada pula pecandu laki-laki dan
Badan Narkotika Nasional Lido Bogor
wanita.
memang
Walaupun
dari
di
angka
Gambar
1.1 114
sentral
sebagai
upaya
penyembuhan dan pengembangan diri
tujuan tersebut, dalam proses rehabilitasi
residen
korban
setelah
sembuh
dari
jeratan
penyalahgunaan
NAPZA
narkoba. Selain itu, berdasar informasi
dilakukan dengan dua tahapan program
dari konselor, bahwa residen sangat
penanganan yaitu (1) rehabilitasi medis,
memerlukan perhatian dari keluarga untuk
dan (2) rehabilitasi sosial. Rehabilitasi
mengangkat mentalnya agar terhindar lagi
medis
dari narkoba, setelah keluar dari Balai
perawatan kesehatan fisik kepada klien.
Rehabilitasi Narkoba.
Sedangkan
Dengan mencermati hal tersebut, pemerintah
dalam
belakangan sangat program
beberapa
dilakukan
untuk
pada
memberikan
rehabilitasi
sosial
ditujukan untuk mengembalikan kondisi
tahun
psikis dan sosial klien. Ada ada beberapa
gencar melakukan
metode yang digunakan dalam proses
pemulihan
bagi
korban
rehabilitasi
korban
penyalahgunaan
penyalahgunaan NAPZA yaitu dengan
NAPZA, seperti program 12 Langkah,
menawarkan
rehabilitasi.
Therapeutic Community (TC), dan lain
tersebut
sebagainya. Secara garis besar, kegiatan
dimaksudkan untuk memulihkan kondisi
yang dilakukan dalam proses rehabilitasi
biopsikososial kembali dan dapat kembali
meliputi (1) bimbingan fisik (olah raga,
menjalani kehidupan di masyarakat nanti.
rekreasi, perawatan kesehatan), bimbingan
Keberfungsian
program
Program
rehabilitasi
merupakan
sosial suatu
seseorang
itu
sendiri
mental
kondisi
dimana
kelompok,
mampu
memecahkan
mental
psikologik dan
(konseling,
lain-lain),
keagamaan
(ibadah,
terapi
bimbingan ceramah
permasalahan sosial yang dialami, mampu
agama, pendidikan budi pekerti, kegiatan
memenuhi
mampu
keagamaan, dan sebagainya), bimbingan
secara
sosial (sesi kelompok, terapi kelompok/
kebutuhan
melaksanakan
peranan
dan sosial,
mandiri dan normatif. Senada dengan hasil penelitian dari Rusel
(2013)
mengenai
“Penerapan
dinamika
kelompok,
playing,
dan
bimbingan
simulasi,
role
lain-lain),
pelatihan/
(karir),
bimbingan
kerja
Tindakan Rehabilitasi bagi Pelaku Tindak
belajar, dan praktik belajar kerja. Dalam
Pidana Narkotika berdasarkan Undang-
tahap ini juga dilakukan pula konseling
undang No. 35 Tahun 2009 Tentang
keluarga, home visit, family support
Narkotika, bahwa pecandu narkotika dan
group.
korban penyalahgunaan narkotika wajib
Posttraumatic
menjalani rehabilitasi.” Untuk mencapai
growth
secara
signifikan berhubungan negatif dengan 115
penggunaan
alkohol,
depresi,
dan
terlibat dalam pengungkapan diri ketika
pesimisme. Hal ini juga senada dengan
melakukan
hasil
dilaporkan kurang adanya posttraumatic
penelitiannya
selanjutnya
yang
yang
dilakukan
menyebutkan
jika
growth.
psikoterapi
Posttraumatic
sehingga
growth
dapat
posttraumatic growth berbanding terbalik
mempengaruhi
dengan
menggunaan
mengembangkan sikap optimisme dalam
alkohol, dan obat-obat terlarang yang
menghadapi tantangan dalam kehidupan,
salah satunya adalah narkoba. Sehingga
yaitu sebagai pecandu narkoba pada masa
posttraumatic growth berhubungan positif
rehabilitasi.
dengan
gejala
etnis
depresi,
Amerika
Afrika,
seseorang
untuk
jenis
kelamin perempuan, makan makanan yang
2.
Posttraumatic Growth
sehat, optimisme, dan religiusitas. Oleh
Posttraumatic
growth
adalah
karena itu, perkembangan dari pecandu
pengalaman perubahan positif yang terjadi
narkoba pada masa rehabilitasi.
sebagai
Hal ini senada dengan penelitian
hasil
menghadapi
perjuangan
tantangan
individu
krisis
besar
yang dilakukan oleh Vishnevsky, dkk
kehidupan (Tedeschi & Calhoun, 2004:1).
(2010: 110) mengenai perbedaan gender
Posttraumatic
dalam
adanya perubahan yang terjadi pada
posttraumatic
growth,
dan
growth
didapatkan hasil pula jika wanita memiliki
beberapa
tingkat posttraumatic growth yang lebih
pascatrauma. Perubahan yang terjadi pada
tinggi dibandingkan dengan pria. Menurut
individu merupakan perubahan ke arah
Helgeson (dalam Vishnevsky, dkk, 2010:
yang
118) menyebutkan jika posttraumatic
bertahan pada kondisi saat ini yang
growth berkaitan dengan emotion focused
dialami
coping, penilaian kembali positif (positive
mengalami perubahan yang melampaui
reappraisal), penerimaan (acceptance),
keadaan sebelum krisis/ trauma terjadi
dan
(Tedeschi & Calhoun, 2004: 3).
penyangkalan
(denial).
Menurut
area
mengambarkan
positif.
kehidupan
Individu
akibat
trauma,
individu
tidak
hanya
tetapi
juga
Pedersen dan Vogel (dalam Vishnevsky,
Tedeschi & Calhoun (2004: 1-2)
dkk, 2010: 118) menyebutkan pula jika
menekankan posttraumatic growth pada
wanita lebih cenderung akan mencari
perubahan
bantuan tenaga professional jika dirinya
Pertumbuhan tidak terjadi sebagai akibat
mengalami masalah/ trauma dibandingkan
langsung dari trauma, melainkan hasil dari
dengan pria. Selain itu juga pria kurang
perjuangan individu dengan realitas baru 116
besar
terhadap
trauma.
setelah trauma terjadi, yang sangat penting
(2) hubungan dengan orang lain, (3)
dalam
kemungkinan-kemungkinan
menentukan
pascatrauma.
Posttraumatic
melibatkan
proses
menggunakan
makna
growth
kognitif
interpretasi
menemukan traumatis
pertumbuhan
dibalik
yang terjadi.
atau
prioritas hidup baru, (4) apresiasi atau
yaitu
positif
baru
penghargaan
dan
hidup,
(5)
perubahan
spiritual. Kemudian adapula faktor-faktor
peristiwa
yang
Posttraumatic
mempengaruhi
posttraumatic
growth, yaitu
growth memiliki dua poin penting, yaitu
1.
Demografik,
pertama seseorang harus terkena suatu
Faktor
peristiwa yang sangat tidak diinginkan,
mempengaruhi yaitu usia dan jenis
atau peristiwa yang sangat negatif yang
kelamin. Hal itu dapat diperjelas
dapat
melalui hasil penelitian, bahwa wanita
menghancurkan
cara
pandang
mengenai
dunia.
Kedua,
individu
demografik
memiliki
tingkat
posttraumatic
perubahan positif terjadi setelah adanya
growth
usaha. Usaha ini mengacu pada perubahan
dibandingkan dengan pria. Perbedaan
cara
ini
pandang
kehidupannya,
seseorang dan
mengenai
lebih
dikarenakan
wanita
tinggi
lebih
setelah
menggunakan emotion focused coping
terpapar peristiwa traumatis. Perubahan
dalam mengatasi peristiwa traumatis.
yang terjadi meliputi adanya perubahan
Emotion focused coping merupakan
dalam pemahaman mengenai dunia, sifat
strategi perilaku untuk mengelola
tentang dunia, dan tempat individu tinggal
stres dan menjaga keseimbangan
di dalamnya. Hal-hal tersebut juga dapat
emosi. Emotion focused coping juga
dialami oleh pecandu narkoba yang
merupakan proses untuk mewujudkan
sedang tumbuh berkembang ke tahap
adanya
penyembuhan
(Vishnevsky, dkk, 2010: 110)
pada
dimulai
yang
yang
masa
rehabilitasi
narkoba.
2.
Tedeschi & Calhoun (2004: 5)
posttraumatic
growth
Tingkat pendidikan dan pekerjaan Penelitian yang dilakukan oleh Linley
mengemukakan, terdapat lima dimensi
&
yang
Schmidt-Ehmcke, 2008: 19) pada
digunakan
posttraumatic digunakan
untuk
growth sebagai
menjelaskan yang
domain
Joseph;
Russel,
dkk
(dalam
juga
pasien sklerosis menunjukkan jika
dalam
tingginya tingkat pendidikan dan
posttraumatic growth inventory (PTGI)
pekerjaan
seseorang
yaitu (1) kekuatan atau pertumbuhan diri,
dengan
pemaknaan.
117
berhubungan Melalui
pekerjaan,
seseorang
memiliki
ini biasanya dikarenakan individu
keterampilan untuk memaknai dan
menyadari
berperan produktif dalam menghadapi
membuat makna serta keluar dari
kesulitan, selain itu juga berkontribusi
trauma dengan mengambil manfaat
dalam proses pembuatan makna, yang
untuk dirinya (Tedeschi & Calhoun,
penting dalam proses posttraumatic
2004: 5).
growth. 3.
5.
berniat
untuk
Karakter individual dan kepribadian
Dukungan sosial
Terdapat
Orang lain disekitar individu yang
kepribadian dari 5 tipe kepribadian
mengalami trauma seperti keluarga,
(big five personality) yang dapat
teman, dan kelompok sosial memiliki
mempengaruhi
pengaruh yang signifikan terhadap
memandang positif suatu trauma dan
posttraumatic
berhubungan dengan posttraumatic
growth
seseorang.
Melalui keterbukaan pula, individu
growth
akan
openness.
menceritakan
posttraumatic dialaminya
4.
dan
mengenai
dua
yaitu
karakteristik
seseorang
extraversion
Pengukuran
growth
yang
posttraumatic
sehingga
akan
dengan
dalam
dan
mengenai
growth
dilakukan
menggunakan
PTGI
memberikan pelajaran pada orang lain
(posttraumatic
(Tedeschi & Calhoun, 2004: 8).
sedangkan pengukuran mengenai tipe
Pengalaman pribadi
kepribadian
Proses psikologis dari peristiwa krisis
menggunakan
memiliki
inventory.
elemen
berhubungan
secara
yang
sangat
growth
inventory)
dilakukan NEO
dengan personality
Hanya beberapa domain
emosional,
dari dalam PTGI yang berhubungan
sehingga proses belajar tidak hanya
tipe kepribadian extraversion dan
semata-mata intelektual, melainkan
openness.
juga berasal dari pengalaman hidup.
berhubungan dengan kekuatan diri
Individu yang mengalami peristiwa
dan hubungan dengan orang lain.
traumatis
Sedangkan
beberapa
kali
atau
Extraversion
openness
hanya
berhubungan
mengalami peristiwa trauma yang
kekuatan diri dan kemungkinan baru.
parah,
adanya
Orang-orang dengan tipe kepribadian
perubahan diri positif yang lebih
extraversion dan keterbukaan akan
daripada individu yang tidak atau
menyadari emosi yang dialaminya
sedikit mengalami trauma. Perubahan
bahkan ketika dalam keadaan sulit
maka
dilaporkan
118
sekalipun, dan akan dapat memproses
pecandu narkotika dapat dijatuhi vonis
informasi
rehabilitasi.
tentang
pengalaman-
pengalaman traumatik secara lebih
Menurut
Yulia
53-54),
efektif, sehingga akan menghasilkan
berdasarkan
skema
diidentifikasi menurut keadaan dan status
perubahan
(Tedeschi
&
Calhoun, 2004: 8).
tipologi
(2010: korban
yang
korban, yaitu: (1) Unrelated victims, yaitu korban yang tidak ada hubungannya sama
3.
Program Rehabilitasi bagi Pecandu
sekali dengan pelaku dan menjadi korban
Narkoba
karena memang potensial, (2) Provocative
Undang-Undang Nomor 35 Tahun
victims, yaitu seseorang atau korban yang
2009 Tentang Narkotika telah memberi
disebabkan peranan korban untuk memicu
perlakuan yang berbeda bagi pelaku
terjadinya kejahatan, (3) Participating
penyalahgunaan
victims,
narkotika,
sebelum
yaitu
seseorang
yang
tidak
undangundang ini berlaku tidak ada
berbuat, akan tetapi dengan sikapnya
perbedaan perlakuan antara pengguna
justru mendorong dirinya menjadi korban,
pengedar,
(4) Biologically weak victims, yaitu
narkotika.
bandar,
maupun
Pengguna
atau
produsen pecandu
mereka
yang
secara
fisik
memiliki
narkotika di satu sisi merupakan pelaku
kelemahan yang menyebabkan ia menjadi
tindak
korban, (5) Sosially weak victims, yaitu
pidana,
namun
di
sisi
lain
merupakan korban.
mereka yang memiliki kedudukan sosial
Pengguna atau pecandu narkotika
yang lemah yang menyebabkan ia menjadi
menurut undang-undang sebagai pelaku
korban, (6) Self victimizing victims, yaitu
tindak pidana narkotika adalah dengan
mereka yang menjadi korban karena
adanya
kejahatan yang dilakukannya sendiri. Dari
Narkotika
ketentuan yang
Undang-Undang
mengatur
mengenai
paparan tersebut, maka pecandu narkotika
pidana penjara yang diberikan pada para
merupakan “self victimizing victims”,
pelaku
karena
penyalahgunaan
narkotika.
pecandu
Kemudian di sisi lain dapat dikatakan
sindroma
bahwa
penyalahgunaan
menurut
Undang-Undang
Narkotika, pecandu narkotika tersebut
narkotika
ketergantungan
menderita akibat
narkotika
dari yang
dilakukannya sendiri.
merupakan korban adalah ditunjukkan
Pasal 54 Undang-Undang Nomor 35
dengan adanya ketentuan bahwa terhadap
Tahun
2009
tentang
Narkotika
menyatakan bahwa: “Pecandu narkotika 119
dan korban penyalahgunaan narkotika
terjadi
wajib menjalani rehabilitasi medis dan
perubahan ke arah yang positif, salah
rehabilitasi sosial”. Rehabilitasi terhadap
satunya adalah Posttraumatic growth
pecandu narkotika adalah suatu proses
pecandu
pengobatan untuk membebaskan pecandu
penyembuhan di masa rehabilitasi ataupun
dari ketergantungan, dan masa menjalani
setelah rehabilitasi. Pertumbuhan tidak
rehabilitasi
terjadi sebagai akibat
sebagai
tersebut
masa
diperhitungkan
menjalani
pada
individu
narkoba
merupakan
dalam
proses
langsung dari
hukuman.3
trauma, melainkan hasil dari perjuangan
Rehabilitasi terhadap pecandu narkotika
individu dengan realitas baru setelah
juga
bentuk
trauma terjadi, yang sangat penting dalam
yang
menentukan pertumbuhan dari pecandu
mengintegrasikan pecandu narkotika ke
narkoba untuk berjuang sembuh dari
dalam tertib sosial agar dia tidak lagi
jeratan narkoba. Posttraumatic growth
melakukan penyalahgunaan narkotika.
pecandu
merupakan
perlindungan
suatu sosial
Kemudian
berdasarkan
narkoba
melibatkan
proses
Undang
kognitif yaitu menggunakan interpretasi
Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang
positif dan menemukan makna dibalik
narkotika, yang merupakan pengganti dari
peristiwa
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997
Posttraumatic growth pada diri pecandu
tentang Narkotika terdapat setidaknya dua
narkoba memiliki dua poin penting, yaitu
jenis rehabilitasi, yaitu rehabilitasi medis
pertama pecandu narkoba harus terkena
dan
rehabilitasi
mengantisipasi penyalahgunaan
lebih
traumatis
yang
Untuk
suatu
parahnya
kasus
diinginkan, atau peristiwa yang sangat
dibutuhkan
negatif yang dapat menghancurkan cara pandang
pendidikan,
Kemudian yang kedua, adanya perubahan
penegak
hukum,
lingkungan, termasuk disini orang tua dan
positif
generasi muda.
melalui proses rehabilitasi narkoba.
4.
Daftar Pustaka
Penutup Posttraumatic
growth
terjadi
mengenai
tidak
kerja sama yang sinergis antara institusi aparat
individu
sangat
terjadi.
sosial.
narkotika,
peristiwa
yang
setelah
adanya
dunia.
usaha
Butar, Darwin Butar. 2012. Data Residen Upt Terapi & Rehabilitasi BNN Tahun 2011. Jakarta: UPT Terapi & Rehabilitasi BNN, Maret 2012.
mengambarkan adanya perubahan yang terjadi pada beberapa area kehidupan individu pascatrauma. Perubahan yang 120
Cordova, M. J. 2008. Facilitating Posttraumatic Growth Folowing Cancer. In Joseph, S & Linley, P. A (Eds), Trauma, Recovery, and Growth: Positive Psychological Perspectives on Posttraumatic Stress. New Jersey: John Wiley & Sons, Inc.
Psychology of Women Quarterly, 34, 110-120. Yulia, Rena. 2010. Viktimologi. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Cursel, Carlina. 2013. Penerapan Tindakan Rehabilitasi bagi pelaku Tindak Pidana Narkotika Bedasarkan Undang-undang No. 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika. Mataram: Unversitas Mataram. Manafe, Yappy. 2011. Pedoman Prosedur Kerja Bidang Advokasi. Pencegahan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba (P4GN). Jakarta: BNN, Deputi Bidang Pencegahan Direktorat Advokasi. Piptakul, Kitipan Kanjana. 2010. Manajemen Program Terapi dan Rehabilitasi di Asia. Jakarta: Program Penasihat Narkoba Colombo Plan. Tedeschi, R. G & Calhoun. 2004. Posttraumatic Growth : Conceptual Foundation and Empirical Avidence. Psychological Inquiry, 15 (1), 1-18. Undang-undang No. 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika. Vishnevsky, T., Cann, A., Calhoun, L, G., Tedeschi, R, G., & Demakis, G, J. 2010. Gender Differences in SelfReported Posttraumatic Growth : A Meta –Analysis. Jounal of 121