PROSIDING Seminar Nasional “Konseling Krisis” Sabtu, 27 Agustus 2016
PROSIDING SEMINAR NASIONAL BIMBINGAN DAN KONSELING “Konseling Krisis” ISBN : 978-602-60115-0-3 Ketua Editor : Dr. Kusno Effendi, M.Si., M.Pd
(Universitas Ahmad Dahlan)
Editor Ahli : Prof. Dr. Siti Partini Suardiman, SU. Dr. Najlatun Naqiyah, M.Pd Dr. Mumpuniarti, M.Pd Dr. Soetarno, M.Pd
(Universitas Ahmad Dahlan) (Universitas Negeri Surabaya) (Universitas Negeri Yogyakarta) (Universitas Ahmad Dahlan)
Editor Pelaksana : Wahyu Nanda Eka Saputra, M.Pd., Kons Caraka Putra Bhakti, M.Pd Agus Ria Kumara, M.Pd
(Universitas Ahmad Dahlan) (Universitas Ahmad Dahlan) (Universitas Ahmad Dahlan)
Desain Sampul : Fajar Irfani Setyawan Layout : Agus Supriyanto, M.Pd Penerbit dan Redaksi: Prodi Bimbingan dan Konseling Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan - Universitas Ahmad Dahlan Kampus II UAD Jl Pramuka 42 Sidikan, Umbulharjo, Yogyakarta Telp: (0274) 563515, 511830, 379418, 371120 Fax (0274) 564604 Email:
[email protected] Cetakan Pertama: Agustus 2016 Hak cipta dilindungi undang-undang Dilarang memperbanyak karya tulis ini dalam bentuk dan Dengan cara apapun tanpa ijin tertulis dari penerbit
ii
PROSIDING Seminar Nasional “Konseling Krisis” Sabtu, 27 Agustus 2016 KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Allah SAW, karena atas karunia-Nya, prosiding Seminar Nasional Konseling Krisis telah dilaksanakan pada Sabtu, 27 Agustus 2016 di ruang Auditorium Universitas Ahmad Dahlan, yang diselenggarakan oleh program studi Bimbingan dan Konseling Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Ahmad Dahlan. Seminar nasional ini diselenggarakan sebagai media sosialisasi dan komunikasi hasil penelitian maupun hasil pemikiran tentang teori dan praktik penyelenggaraan konseling krisis sebagai wujud penguatan profesi konselor di Indonesia. Seminar Nasional ini merupakan ajang tukar menukar informasi dan pengalaman, ajang diskusi ilmiah, dan peningkatan secara berkesinambungan penyelenggaraan layanan Bimbingan dan Konseling yang profesional dalam berbagai seting. Prosiding ini memuat berbagai karya tulis dari hasil-hasil penelitian serta gagasan ilmiah tertulis tentang teori dan praktik konseling krisis. Makalah-makalah yang termuat dalam prosiding ini berasal dari mahasiswa, dosen, dan praktisi. Semoga penerbitan ini dapat digunakan sevagai acuan dan praktis penyelenggaraan layanan konseling krisis di Indonesia. Selain itu, besar harapan bahwa prosiding ini dapat memunculkan pemikiranpemikiran baru terhadap pelaksanaan penelitian selanjutnya yang terkait konseling krisis. Akhir kata kepada semua pihak yang telah membantu, kami ucapkan terima kasih.
Yogyakarta, 27 Agustus 2016 Ketua Prodi Bimbingan dan Konseling Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Ahmad Dahlan
Dody Hartanto, M.Pd NIY. 60090563
iii
PROSIDING Seminar Nasional “Konseling Krisis” Sabtu, 27 Agustus 2016
iv
PROSIDING Seminar Nasional “Konseling Krisis” Sabtu, 27 Agustus 2016 DAFTAR ISI
Halaman Sampul .................................................................................................................. i Halaman Redaksi ................................................................................................................. ii Kata Pengantar ................................................................................................................... iii Daftar Isi ............................................................................................................................... v Urgensi Konseling Krisis pada Masyarakat Indonesia .................................................... 1 (Najlatun Naqiyah) Layanan Konseling Krisis bagi Anak Usia Dini Korban Bencana ............................... 10 (Prima Suci Rohmadheny, Indah Setianingrum & Wahyu Nanda Eka Saputra) Peran Konselor dalam Memberikan Layanan Konseling Komunitas bagi Korban Bencana Alam di Indonesia ................................................................................ 17 (Andika Ari Saputra) Membangkitkan Motivasi Belajar Siswa untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa SMP .......................................................................................................................... 23 (Said Alhadi, Bambang Budi Wiyono, Triyono & Nur Hidayah) Bimbingan dan Konseling bagi Peserta Didik Penyandang Autis ................................ 30 (Aisha Nadya) Peranan Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan Bimbingan dan Konseling ............................................................................................................................ 41 (Augusto da Costa, Fatah Hanurawan, Adi Atmoko & Imannuel Hitipiew) Layanan Konseling Kelompok Teknik Restrukturisasi Kognitif untuk Menangani Trauma Pasca Bencana ................................................................................ 51 (Indana Zulfa & Ismi Komariatun Nisa) Konseling Kelompok Berbasis Experiential Learning bagi Korban Bencana Alam yang Mengalami Post-Traumatic Stress Disorder (PTSD) ................................... 58 (Santy Andrianie) Konseling untuk Pemulihan Kondisi Remaja Eks Penyalahguna Narkoba ................ 68 (Silvia Yula Wardani) Mengatasi Mental Block Pada Remaja melalui Cognitive Therapy (CT)...................... 77 (Noviyanti Kartika Dewi)
v
PROSIDING Seminar Nasional “Konseling Krisis” Sabtu, 27 Agustus 2016 Bimbingan dan Konseling Islami sebagai Bagian Pendekatan bagi Remaja Pecandu Narkoba .............................................................................................................. 86 (Ratna Fitriyani & Devi Trianasari) Konseling Psikoanalisis (Solusi yang Ditawarkan Menuju Remaja Sehat Tanpa Zat Psikoaktif) ....................................................................................................... 96 (Yuanita Dwi Krisphianti & Muya Barida) Tinjauan Ekologis dan sebuah Pendekatan Kolaboratif sebagai Upaya Intervensi Problem Perilaku pada Remaja ................................................................... 105 (Ruly Ningsih) Posttraumatic Growth pada Pecandu Narkoba (Landasan Pengembangan Program Konseling Pecandu Narkoba pada Proses Rehabilitasi) ............................. 113 (Nurlita Hendiani & Agus Supriyanto) Larangan Mengkonsumsi Narkoba dalam Islam ......................................................... 122 (Amien Wahyudi) Pendekatan Feminisme melalui Layanan Konseling Krisis sebagai Intervensi Kekerasan dalam Pacaran .............................................................................................. 128 (Suvia Gustin & Hardi Prasetiawan) Peran Keluarga dalam Mengembangkan Potensi Anak Autism Spectrum Disorder ............................................................................................................................ 145 (Muya Barida & Yuanita Dwi Krisphianti) Solution Focus Brief Group Counseling: Model Konseling untuk Mengurangi Perilaku Agresif Siswa .................................................................................................... 159 (Dita Kurnia Sari) Manajemen Personel Bimbingan dan Konseling .......................................................... 173 (Dwi Putranti) Manajemen Amarah: Strategi untuk Mengurangi Perilaku Agresi Siswa Sekolah Menengah ........................................................................................................... 180 (Erni Hestiningrum)
vi
PROSIDING
Seminar Nasional “Konseling Krisis” Sabtu, 27 Agustus 2016
PERAN KELUARGA DALAM MENGEMBANGKAN POTENSI ANAK AUTISM SPECTRUM DISORDER Muya Barida1), Yuanita Dwi Krisphianti2) Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta1), Universitas Nusantara PGRI Kediri2)
[email protected],
[email protected] Abstrak Keluarga memberikan bekal kepada anak untuk hidup di dalam masyarakat, termasuk anak dengan Autism Spectrum Disorder (ASD). Namun tidak semua keluarga siap menerima dan menolak keadaan anak ASD sehingga menimbulkan dampak-dampak tertentu. Dampak bagi keluarga antara lain dampak emosional, perkawinan, saudara kandung, finansial, gangguan hubungan sosial, dampak umum, dan coping. Sementara dampak bagi anak ASD yang tidak menerima keadaannya antara lain depresi, neurotic, cemas, merasa kesepian, pobia, harga diri yang rendah dan merasakan bahwa dirinya lemah, mengembangkan pola-pola perilaku dan syndrome emosional seperti agresif dan impuls bermusuhan, tindakan nakal, mengalami perasaan mati rasa emosional dan kurangnya ekspresi emosional. Adapun tahapan penolakan hingga penerimaan anak dengan ASD meliputi tahap denial and isolation, anger, bargaining, depression dan acceptance. Keluarga sangat berperan terhadap pengembangan potensi anak ASD. Peran ini dapat tercapai seperti yang seharusnya apabila telah mencapai tahap acceptance. Adapun peran keluarga dalam mengembangkan potensi anak ASD tersebut antara lain sebagai planner, executor, implementer, evaluator, dan follow up. Kata kunci: Peran Keluarga,Potensi Anak, Autism Spectrum Disorder 1.
aktivitas,
Pendahuluan Lahir dalam keadaan sehat, normal,
dan
halangan
dalam
berpartisipasi secara fisik, emosional,
cantik atau tampan merupakan harapan
sensori,
keluarga bagi setiap kelahiran seorang
kombinasi dari sifat-sifat ini. Salah satu
anak. Harapan terus bertumbuh hingga
disabilitas dengan sifat kombinasi ini
anak lahir. Tidak jarang keluarga khawatir
adalah autism spectrum disorder (ASD).
atau takut terhadap anak yang dilahirkan
Anak
apalagi jika harapan mereka ternyata tidak
masalah perilaku tetapi juga kemampuan
sesuai,
intelektual, tingkat perkembangan bahasa,
yaitu
lahir
dalam
keadaan
disabilitas. WHO
mental,
ASD
keterampilan (dalam
Rotary,
tidak
kognititif,
hanya
motorik
dan
maupun
mengalami
perilaku,
2016)
perbedaan sensorik, dan komunikasi sosial
mendefinisikan disabilitas atau disability
serta perilaku emosional dan responsivitas
sebagai suatu pelemahan, keterbatasan
(Amaral et al, 2011). 145
PROSIDING
Kelahiran
anak
ASD
Seminar Nasional “Konseling Krisis” Sabtu, 27 Agustus 2016
ini
schedule,
sering
terjadi
memberikan tantangan yang tidak mudah
untuk
bagi keluarga untuk menerima keadaan
anak, dan stress finansial yang dapat
tersebut. Tantangan tidak hanya berasal
menyebabkan masalah antar pasangan.
dari faktor internal, namun juga faktor
Dampak saudara kandung, bahwa anak
eksternal. Diagnosis anak ASD tidak
disabilitas memerlukan perhatian dan
hanya mengubah kehidupan anak tetapi
waktu yang lebih sehingga menyebabkan
juga anggota keluarga.
saudara kandung merasa ditinggalkan dan
Adapun pengaruh anak ASD dalam keluarga
antara
lain:
1)
menemukan
pertentangan
benci
Dampak
kepada
tempat
anak
perawatan
ASD.
Pengaruh
finansial, bahwa biaya treatment bagi
emosional, 2) Dampak perkawinan, 3)
anak
Dampak saudara kandung, dan 4) Dampak
ditanggung oleh asuransi kesehatan dan
finansial
Dampak
sangat mahal. Berbagai pengaruh ini
emosional, bahwa orang tua mengalami
merupakan tantangan yang harus dihadapi
stress yang lebih tinggi daripada orang tua
oleh keluarga dengan bijaksana.
(Paltrow,
2015).
lain dengan anak normal karena malu kepada
masyarakat,
Tait
&
dan
terapis
Mundia
tidak
(2012)
terisolasi
mengemukakan hasil penelitian bahwa
secara sosial, frustasi terhadap perbedaan
dampak bagi keluarga yang memiliki anak
pengalaman parenting yang mereka miliki
ASD antara lain: 1) Dampak finansial,
dan anak yang mereka hadapi, kesalahan
dengan rata-rata 5,43; 2) Gangguan
bepikir yang harus mereka tanggung
hubungan sosial, dengan rata-rata 20,70;
untuk tantangan anak mereka, putus asa
3) Dampak umum, dengan rata-rata 25,77;
karena sifat disabilitas yang tidak dapat
dan 4) Coping, dengan rata-rata 6,30.
disembuhkan, marah terhadap diri mereka
Dampak finansial bagi keluarga, yaitu
sendiri, dokter dan pasangan, dan merasa
adanya kebutuhan ekonomi yang semakin
kewalahan. Dampak perkawinan, bahwa
tinggi. Biaya yang dikeluarkan keluarga
orang tua sering menerima diagnosis
untuk
disabilitas pada waktu yang berbeda dan
kenyataan tidak adanya subsidi dari
dalam
pemerintah. Gangguan hubungan sosial,
cara
menyebabkan
merasa
disabilitas
yang konflik,
berbeda
yang
menghabiskan
bahwa
membayar
keluarga
pusat
dengan
terapi
anak
dan
ASD
waktu bersama menjadi sulit karena
menghabiskan waktu penting mereka
banyaknya komitmen dan inkonsistensi
untuk tinggal di rumah dan menghabiskan 146
PROSIDING
Seminar Nasional “Konseling Krisis” Sabtu, 27 Agustus 2016
banyak waktu untuk menemani anak ASD
kondisi
menjalani terapi, terpisah dari teman-
penerimaan keluarga merupakan kunci
teman, tetangga dan keluarga besarnya
pertama bagi anak untuk tumbuh.
yang tidak tinggal bersamanya. Dampak
disabilitas
Aydın
&
anak,
Yamaç
karena
(2014)
umum, yaitu adanya perasaan stress
mengindikasikan asosiasi yang positif
keluarga sehingga keluarga tidak dapat
antara perilaku penolakan-penerimaan dan
berfungsi
Coping
sikap orang tua dalam membesarkan anak
merupakan dampak positif yaitu keluarga
yang mengalami disabilitas. Orang tua
berusaha untuk memanajemen disabilitas
yang mampu menerima keadaan anak
anak
dapat
secara
ASD
dari
normal.
distress
kehidupan.
memberikan
layanan
yang
Diharapkan setiap keluarga dengan ASD
dibutuhkan oleh anak ASD. Sementara
dapat
ini
orang tua yang menolak keadaan anaknya
besar
yang ASD tidak akan berpikir untuk
memiliki
walaupun
dampak
memang
coping
sebagian
keluarga terutama ayah atau ibu tidak
mendukung
keberhasilan
langsung menerima keadaan anak ASD.
dicapai oleh anak.
yang
dapat
Penelitian Al-Qaisy (2012) juga
Penolakan lain dapat dicontohkan
menyebutkan bahwa keluarga terutama
dengan beberapa kasus, antara lain: 1)
ibu di berbagai usia mengalami stress
Keluarga
tingkat tinggi terhadap anak disabilitas.
berpikir irasional bahwa anaknya normal
Ibu dipandang sebagai orang yang paling
seperti
dekat dengan anak sehingga wajar saja
perkembangan bahasa dan kemampuan
bahwa tingkat stress seorang ibu lebih
berjalan terlambat, serta belum berani
tinggi dari seorang ayah. Seringkali
untuk melakukan komunikasi dengan
seorang
tidak
orang lain; 2) Sesuai hasil diagnosis
berkomunikasi yang mendukung terhadap
keluarga memahami bahwa anaknya ASD
layanan khusus bagi anak disabilitas,
namun tidak mau untuk terlibat dalam
kehilangan waktu kritis untuk manajemen
pengasuhan dan perawatan anak; dan 3)
anak disabilitas dan tidak terlibat secara
Setelah anak diberikan treatment oleh
aktif dalam pembuatan keputusan medis
orang yang dianggap ahli kemudian tidak
(Huang et al, 2011). Keadaan keluarga
berhasil, keluarga langsung puas dan tidak
yang seperti ini dapat menimbulkan
mengambil alternatif lain.
dampak
ayah
yang
menunjukkan
semakin
memperparah 147
yang
anak
menolak
lain
anak
hanya
ASD
saja
PROSIDING
Seminar Nasional “Konseling Krisis” Sabtu, 27 Agustus 2016
Sikap dan perilaku orang tua sesuai penjelasan-penjelasan
dapat
bahwa paradigm keluarga mengalami
membawa dampak perkembangan secara
duka cita terhadap keadaan disabilitas
negatif bagi anak ASD. Anak yang dapat
anak hingga terjadi penerimaan melalui
diintervensi secara dini atau di bawah dua
lima tahap, yaitu: 1) Denial and isolation
tahun akan dapat berkembang sesuai
atau tahap penolakan dan isolasi, 2) Anger
kemampuannya, namun apabila tidak
atau tahap kemarahan, 3) Bargaining atau
segera diintervensi maka anak yang
tahap tawar menawar, 4) Depression atau
seharusnya
tahap depresi, dan 5) Acceptance atau
mampu
di
atas
dengan model kubler-ross menyampaikan
meningkatkan
kemampuannya menjadi sangat tertinggal
tahap
dan akhirnya dianggap sebagai anak yang
penolakan dan isolasi, keluarga sulit untuk
tidak berguna. Ahmed et al. (2010)
mengerti kenyataan bahwa anaknya ASD.
menjelaskan
yang
Tahap kemarahan, keluarga berpandangan
menolak anaknya yang mengalami ASD
seolah-olah hidupnya tidak adil karena
maka
anaknya ASD. Tahap tawar menawar,
anak
bahwa
ASD
menginternalisasikan
orang
tua
tersebut
akan
masalah-masalah
penerimaan.
keluarga
mulai
Selama
membuat
tahap
suatu
yang muncul sebagai suatu depresi,
kesepakatan terhadap keadaan anaknya
neurotic, cemas, merasa kesepian, pobia,
yang ASD. Tahap depresi, dikenal dengan
harga diri yang rendah dan merasakan
rasa kehilangan yang teramat sangat serta
bahwa dirinya lemah. Selain itu bisa saja
ada penyesalan terhadap sikap penolakan
anak mengembangkan pola-pola perilaku
dan
dan syndrome emosional seperti agresif
terhadap anak ASD. Tahap penerimaan,
dan impuls bermusuhan, menunjukkan
yaitu keluarga mengatasi perasaan marah
tindakan nakal, mengalami perasaan mati
dan sedihnya serta tidak ada lagi emosi
rasa emosional dan kurangnya ekspresi
dan perasaan hampa.
emosional.
kemarahan
keluarga
selama
ini
Tahap satu hingga empat membuat
Penerimaan keluarga terhadap anak
keluarga
tidak
berpartisipasi
dalam
ASD memang tidak mudah. Sebagian
perkembangan ke arah maju bagi anak
langsung menerima, namun sebagian lagi
ASD. Padahal sudah seharusnya keluarga
melalui proses yang sangat panjang
melibatkan
hingga akhirnya dapat menerima. Kubler-
mendukung
Ross (dalam Pomeroy & Garcia, 2009)
perkembangan yang positif dari anak, 148
diri
secara
aktif
pertumbuhan
untuk dan
PROSIDING
mengingat bahwa ada interaksi antara
2.
Seminar Nasional “Konseling Krisis” Sabtu, 27 Agustus 2016
keterlibatan keluarga dan pencapaian atau
a.
Anak
kesuksesan akademik anak. Keyakinan, harapan
dan
pengalaman
Pembahasan
dengan
Autism
Spectrum
Disorder
keluarga
Autism Spectrum Disorder (ASD)
merupakan bumbu-bumbu yang penting
telah ditemukan sejak tahun 1943. Jumlah
untuk mendukung hasil belajar yang lebih
anak
baik bagi anak (Afolabi, 2014). Keluarga
terbilang tinggi. Frith (dalam Worth,
yang memiliki keyakinan kuat bahwa
2005) mengungkapkan bahwa prevalensi
anak ASD mempunyai suatu potensi yang
sekitar
dapat dikembangkan, harapan mengenai
mengalami ASD. Risiko ASD terhadap
keberhasilan
tanpa
anak laki-laki dan perempuan dengan
memaksakan suatu pencapaian yang harus
perbandingan sekitar 4:1 (Amaral et al.,
diraih anak, dan pengalaman tentang
2011).
potensi
anak
yang
60
mengalami
dari
ASD
10.000
dapat
penduduk
perkembangan anak ASD dari waktu ke
Upaya melakukan definisi terhadap
waktu, secara langsung maupun tidak
anak ASD harus hati-hati. Seringkali
langsung
orang menyebut bahwa ASD adalah anak
dapat
meningkatkan
keberhasilan anak ASD.
yang hidup dengan dunianya sendiri yang
Berhasil dan tidaknya anak ASD
disebabkan oleh pola asuh yang salah.
sangat ditentukan oleh peran keluarga
Perilaku yang muncul dari definisi salah
untuk menemukenali anak ASD sejak
ini karena orang tua mendidik anak
dini, menemukan bakat dan minat anak
dengan
ASD, serta mengarahkan pada aktivitas
menarik diri dari lingkungan sosial,
yang mendukung bakat dan minat anak
padahal itu hanya suatu bentuk perilaku
ASD. Berdasarkan berbagai penjelasan di
withdrawl.
atas, maka perlu dikaji peran keluarga terutama
ayah
dan
ibu
pola
Menurut
otoriter
Solek
sehingga
(2016),
anak
istilah
dalam
Autism Spectrum Disorder ini muncul dari
mengembangkan potensi anak autism
DSM V yang sebelumnya pada DSM I &
spectrum disorder.
DSM II istilah yang digunakan adalah schizophrenic reaction (childhood type). DSM III istilah yang digunakan yaitu childhood onset PDD, infantile autism, Atypical autism. Istilah dalam DSM III R 149
PROSIDING
Seminar Nasional “Konseling Krisis” Sabtu, 27 Agustus 2016
yaitu pervasive developmental disorder
karena
(PDD) yang mencakup PDD-NOD dan
fungsional bagian otak yang utamanya
autistic disorder. Selanjutnya pada DSM
bertanggungjawab terhadap fungsi sosial,
IV
komunikasi
digunakan
developmental
istilah
disorder
pervasive (PDD)
abnormalitas
dan
struktural
fungsi
dan
eksekutif
yang
(misalnya orbitofrontal cortex dan bagian
mencakup PDD-NOS, autistic disorder,
temporal lobe dan yang berkaitan dengan
Asperger
childhood
limbic system). Ada beberapa penyebab
disintegrative disorder, dan rett syndrome.
terjadinya ASD, misalkan etiologi genetic
disorder,
ASD
suatu
(dengan kata lain disebabkan oleh gen
kelainan
khusus, gangguan genetic yang lebih
perkembangan individu. Rossi et al.
umum seperti beberapa yang disebabkan
(2014)
oleh tuberous sclerosisdan fragile X
kumpulan
mengarah gangguan
menguraikan
pada atau
bahwa
ASD
merupakan gangguan neurodevelopmental yang
mencakup
Asperger
autistic
syndrome,
syndrome).
disorder,
dan
Amaral et al. (2011) sependapat
pervasive
dengan
Zager
bahwa
ASD
tidak
developmental disorder not otherwise
disebabkan oleh faktor biologis atau salah
specified
yang
asuh keluarga terhadap anak, ras, etnis,
abnormalitas
dan kelas sosial ekonomi. ASD diakui
(PDD-NOS)
dikarakteristikkan
oleh
dalam satu atau lebih domain penggunaan
sebagai
bahasa, interaksi sosial timbal balik,
yang nyata dalam masa bayi atau kanak-
dan/atau suatu pola ketertarikan yang
kanak dan mencakup keterlambatan dan
terbatas atau perilaku stereotip. Bahasa
penyimpangan dalam domain perilaku tiga
yang digunakan
serangkai yaitu interaksi sosial timbal
aneh, minim
untuk
gangguan
berinteraksidengan orang lain, sangat
balik,
terbatas tertarik pada suatu hal dan apabila
terbatas serta perilaku repetitive. ASD ini
sudah tertarik akan sangat menekuni, serta
mencakup Asperger syndrome, PDD-
sering loncat-loncat, kadang menyakiti
NOS, rett’s disorder dan childhood
diri sendiri, dan senyum sendiri.
disintegrative disorder (CDD).
Senada dengan pendapat di atas,
komunikasi,
neurodevelopmental
Lebih
dan
lanjut
Worth
menyebutkan
merupakan
konektivitas
mechanism. Teori ini menyoroti tiga
neurodevelopmental. Gangguan ini diduga
elemen yang berasumsi pada pemikiran 150
teori
(2005)
Zager (2005) menyampaikan bahwa ASD gangguan
tentang
ketertarikan
mind
PROSIDING
Seminar Nasional “Konseling Krisis” Sabtu, 27 Agustus 2016
dan maksud orang yang lebih mungkin
bahasa, perilaku, emosi, motoric, persepsi
untuk bertahan dan sukses di dunia yang
sensoris, dan kognisi.
penuh persaingan. Ketiga elemen tersebut
Area perkembangan di atas harus
adalah: 1) Deteksi gerakan dan maksud, 2)
diperhatikan
Kemampuan
potensi anak ASD. Keseluruhan area
untuk
menentukan
arah
untuk
mengoptimalkan
seseorang ke mana mata melihat, dan 3)
perkembangan
Perhatian yang dibagi kepada objek yang
intervensi yang akan diberikan serta
sama. Anak ASD mengalami gangguan
melakukan
dalam memahami maksud orang lain, tak
panjang yang dapat dicapai anak. Adapun
mampu mlakukan kontak mata dalam
dalam kemampuan kognitif anak ASD
waktu yang lama dengan orang lain, dan
dapat
minim perhatian terhadap sesuatu. Anak
intelegensi, yaitu 1) Low function, dengan
ASD cenderung berpikir secara visual
kriteria keterbelakangan mental berat (IQ
sehingga ide mereka didominasi oleh
< 45) dan kompleksitas gejala sangat
aktivitas visual dalam suatu situasi. Anak
berat; 2) Middle function, dengan kriteria
ASD juga tidak tahu tentang pemikiran
keterbelakangan mental sedang (IQ 46-60)
orang lain. Mereka mungkin mampu
dan kompleksitas gejala cukup berat; dan
untuk belajar bagaimana menganalisis
3)
teka teki singkat misalnya bermain puzzle,
keterbelakangan
tetapi mereka harus sadar berusaha untuk
borderline namun ada sebagian kecil
belajar.
mampu
dengan IQ normal atau di atas rata-rata
memahami secara intuitif seperti orang
(IQ kisaran 61-74) dan kompleksitas
normal.
gejala minim (Solek, 2016). Sebagian
Mereka
juga
tidak
sangat
prediksi
diukur
High
menentukan
outcome
jangka
berdasarkan
function,
dengan
mental
tingkat
kriteria
ringan
atau
Berdasarkan berbagai pendapat di
besar anak ASD memiliki IQ di bawah
atas, dapat disimpulkan bahwa anak ASD
normal atau low functioning. Sedangkan
menunjukkan gangguan dalam komuikasi
bagi anak ASD dengan IQ di atas rata-rata
dan interaksi, perilaku yang maladaptive,
dimungkinkan terjadi pada kasus Asperger
perilaku
syondrome disorder.
yang
rigid,
repetitive
serta
mempunyai minat yang terbatas. Adapun
Lebih
lanjut
Solek
(2016)
area perkembangan yang terganggu yaitu
menambahkan bahwa IQ juga dapat
domain interaksi sosial, komunikasi atau
dijadikan tolak ukur terhadap potensi yang dapat dikembangkan anak ASD. Anak 151
PROSIDING
dengan
IQ
70-84
dalam
Seminar Nasional “Konseling Krisis” Sabtu, 27 Agustus 2016
learner
menunjukkan bahwa potensi anak ASD
termasuk
terminology pendidikan
slow
sehingga dapat mengikuti
Berdasarkan
pendidikan
dapat
penjelasan
dikembangkan
di
sesuai
atas
dengan
hingga kelas enam. Dalam kehidupan
batasan yang mampu mereka capai.
sehari-hari dia bisa mandiri, sementara
Banyak
dalam pekerjaan dia dapat dipekerjakan.
mengoptimalkan potensi mereka. Ada
Anak dengan IQ 55-69 termasuk dalam
anak
terminology pendidikan
keyboardist,
dapat
diajari
anak
ASD
ASD
yang
yang
menjadi
bahkan
dapat
penyanyi,
saxophonist.
sehingga dapat mengikuti pendidikan
Pratawijaya (2014) merangkum individu
hingga kelas empat atau lima. Dalam
ASD yang berprestasi, antara lain: 1)
kehidupan sehari-hari relative mandiri,
Daniel Tammet, mampu berbicara dalam
sementara
dalam
memerlukan
pelatihan
dengan
40-54
pekerjaan
dia
sepuluh bahasa yang berbeda; 2) Temple
khusus.
Anak
Grandin, seorang dokter hewan, penulis
dalam
buku, dan konsultasn industry peternakan,
dilatih
3) Matt Savage, seorang musisi; 4)
sehingga dapat mengikuti pendidikan
Satoshi Tajiri, seorang desainer video
hingga kelas satu atau dua. Dalam
game; dan 5) Tim Page, seorang penulis,
kehidupan
sehari-hari
editor, kritikus musik, produser dan
berpakaian,
menggunakan
IQ
termasuk
terminology pendidikan
dapat
dia
mampu dan
professor. Selain itu, Ivan Ufiq Ishafan,
menyiapkan makanan sendiri, sementara
seorang pelukis (Sunaryo, 2013). Ayuk
dalam pekerjaan dia dapat bekerja di
(2014) menyebutkan individu ASD yang
bawah pengawasan. Anak dengan IQ 25-
berhasil, antara lain: 1) Daniel Edward
39 termasuk dalam terminology di bawah
Aykroyd, seorang actor dan penulis
dapat dilatih atau sub-trainable sehingga
scenario; 2) Stanley Kubrick, seorang
sangat tidak mungkin untuk membaca dan
sutradara film; 3) Nikolas Tesla, seorang
menulis
penemu dan seorang mekanis; 4) Lewis
atau
toilet
bersekolah.
Dalam
kehidupan sehari-hari dia dapat ke toilet
Carroll,
dengan dilatih dan berpakaian dengan
Wonderland; 5) Michaelangelo, seorang
bantuan, sementara dalam pekerjaan dia
seniman; 6) Thomas Jefferson, presiden
tetap
Amerika Serikat ketiga; 7) Mozart, seorag
dapat
dipekerjakan
dengan
pengawasan.
pencipta
kisah
Alice
in
seniman music klasik; dan 8) Charles Darwin, seorang ahli biologi. 152
PROSIDING
Seminar Nasional “Konseling Krisis” Sabtu, 27 Agustus 2016
Keberhasilan yang dapat dicapai
tunggal, yang memiliki satu kepala rumah
oleh orang-orang yang telah disebutkan di
tangga
atas menunjukkan bahwa keluarga dengan
dikarenakan pasangannya meninggal atau
anak ASD tidak seharusnya menyerah dan
tidak menikah; 4) Individu dewasa yang
menganggap
berakhir”.
hidup sendiri, yaitu hidup berkelompok
Pencapaian itu dapat diraih anak apabila
misalnya di panti asuhan maupun hidup
semua
relevan
menyendiri; 5) Keluarga dengan orang tua
berkaitan dengan anak, terutama keluarga
tiri; 6) Keluarga binuclear, yaitu suami
dapat menjalankan perannya dengan baik.
istri yang sudah bercerai dan masing-
b. Peran keluarga
masing
“dunianya
pihak
yang
Keluarga
secara
merupakan
baik
ayah
atau
mempunyai
ibu
keluarga
saja
baru
persatuan
sehingga anak menjadi anggota dari dua
antara dua orang dan pihak-pihak yang
sistem keluarga inti; dan 6) Bentuk variasi
terkait dengan kedua orang tersebut dalam
keluarga nontradisional, yang meliputi
suatu
dapat
bentuk keluarga yang sangat berbeda satu
diklasifikasikan menjadi beberapa bentuk.
sama lain baik dalam struktur maupun
Bentuk
dinamikanya
ikatan.
keluarga
Keluarga
ini
menggambarkan
misalnya
perbedaan sosial, tingkah laku, kultur
terbuka,
serta gaya hidup (Ali, 2006). Sussman et
perkawinan kelompok, dan keluarga gay.
al. (dalam Ali, 2006) mengklasifikasikan
pasangan
perkawinan
Suatu
kumpul
keluarga
memiliki
keluarga menjadi tujuh bentuk yaitu: 1)
struktur
Keluarga inti, yang terdiri dari seorang
keluarga.
suami sebagai pencari nafkah, seorang
mempunyai beberapa komponen. Menurut
istri sebagai ibu rumah tangga (keluarga
Parad dan Caplan (dalam Suprajitno,
inti tradisional) atau pekerja/berkarier
2003), elemen struktur keluarga meliputi:
(keluarga intri nontradisional) dan anak-
1)
anak atau tanpa anak; 2) Keluarga besar
menggambarkan nilai-nilai, budaya atau
tradisional, yang terdiri dari pasangan
peraturan yang dipelajari dan diyakini
suami
oleh
istri
yang
tinggal
bersama,
yang
juga
kebo,
Nilai
mencerminkan
Struktur
atau
anggota
fungsi
keluarga
norma
keluarga;
keluarga,
2)
Pola
melakukan pengaturan dan belanja rumah
komunikasi
tangga bersama dengan orang tua, sanak
pola atau cara berkomunikasi antara ayah-
saudara dan kerabat lain dalam keluarga
ibu atau orang tua, orang tua dengan anak,
tersebut; 3) Keluarga dengan orang tua
anak dengan anak, dan keluarga inti 153
keluarga,
ini
menggambarkan
PROSIDING
dengan
anggota
Kekuatan
keluarga
keluarga,
kemampuan
anggota
lain;
Seminar Nasional “Konseling Krisis” Sabtu, 27 Agustus 2016
3)
anak, pendidik anak, pelindung, dan
menggambarkan
sebagai pencari nafkah tambahan bagi
keluarga
keluarga; dan 3) Anak berperan sebagai
untuk
mempengaruhi atau mengontrol orang lain
pelaku
psikososial
sesuai
dengan
untuk mengubah perilaku keluarga; dan 4)
perkembangan fisik, mental, sosial, dan
Peran keluarga, menggambarkan peran
spiritual. Peran dari seorang ayah, ibu dan
setiap anggota keluarga dalam keluarga
anak yang telah disebutkan ini merupakan
sendiri maupun lingkungan sekitar.
kondisi yang ideal.
Peran keluarga ini sangat penting,
Kondisi yang tidak ideal dapat
bahkan peneliti, pengambil kebijakan dan
berlaku pada seorang anak. Anak tidak
pendidik mengakui peran keluarga dalam
mampu menjalankan perannya karena
membentuk pencapaian anak (Levitt et al.,
mengalami disabilitas dalam aspek-aspek
2016).
Surbakti
perkembangannya misalnya anak autism
bahwa
keluarga
(2009)
menjelaskan
berperan
terhadap
spectrum disorder (ASD). Keluarga yang
pembentukan budi pekerti anak. Hal ini
memiliki
dikarenakan
dan
menjalankan peran dengan porsi lebih,
perkembangan budi pekerti dipengaruhi
terutama dalam: 1) Memahami disabilitas,
oleh keadaan atau kondisi yang sifatnya
2)
relatif lama. Keadaan dan kondisi yang
Memfungsikan
lama dihadapi oleh anak di dalam lingkup
Tomasini, 2014). Keluarga hendaknya
keluarga.
mencari
pembentukan
Selain
itu
juga
keluarga
anak
Menerima
ASD
seharusnya
disabilitas, keluarga
informasi,
dan
3)
(Amaya
&
menjelaskan,
dan
merupakan tempat utama dan pertama
menyelami disabilitas anaknya. Keluarga
bagi anak untuk belajar, berkembang dan
juga
memperoleh perlindungan.
permasalahan disabilitas anak. Selain itu,
mengakui
dan
mencari
solusi
Ali (2006) mendeskripsikan peran
keluarga juga menciptakan suatu pola
masing-masing anggota keluarga yang
hubungan yang sehat serta berkolaborasi
juga merupakan bagian dari masyarakat
untuk membangun kondisi yang harmonis.
yaitu:
1)
keluarga,
Ayah,
sebagai
pemimpin
pencari
nafkah,
pendidik,
Upaya keluarga untuk memahami disabilitas
anak
ASD
antara
lain
pelindung atau pengayom, dan pemberi
berpartisipasi dalam asesmen, yaitu: 1)
rasa aman bagi anggota keluarga; 2) Ibu,
Secara sistematis mengumpulkan data
sebagai pengurus rumah tangga, pengasuh
tentang perilaku anak di rumah, 2) 154
PROSIDING
Seminar Nasional “Konseling Krisis” Sabtu, 27 Agustus 2016
Mengamati dan menilai perilaku anak, 3)
perkembangan anak dilakukan keluarga
Memahami perkembangan anak sejak
melalui interaksi dengan anak. Keluarga
dini,
yang
bekerja demi anak dalam kaitannya untuk
5)
komunikasi, tatapan mata, permainan
4)
Mengenal
perilaku
mengganggu
pembelajaran,
Mengembangkan
harapan
yang
lebih
interaktif
dan
perilaku,
membantu
realistis bagi anak, 6) Memonitoring
melengkapi tugas, dan terlibat dalam
proges dan perubahan anak dari waktu ke
permainan
waktu,
dalam
informasi dengan terapis, yaitu keluarga
keputusan tim berkenaan dengan tujuan-
memberikan informasi terbaru tentang
tujuan dan remediasi (Zager, 2005).
progress anak. Mengobservasi anak dan
Keluarga secara kritis mengamati perilaku
terapis, yaitu keluarga hadir selama sesi
anak sejak dini, menganalisis perilakunya
intervensi.
dari hari ke hari, dan mengevaluasi
baru,
perkembangan di usia mereka. Selain itu
keterampilan-keterampilan yang belum
keluarga juga melakukukan diskusi dan
dipelajari dan strategi instruksional untuk
memutuskan
meningkatkan
dan
7)
Berpartisipasi
intervensi
yang
harus
diberikan bagi anak ASD.
dengan
anak.
Mempelajari
yaitu
Sharing
keterampilan
keluarga
mempelajari
perkembangan
Berpartisipasi
secara
minim,
anak. yaitu
Keluarga yang sudah melakukan
keluarga tidak melakukan apapun selama
remediasi kepada ahli atau terapis untuk
intervensi dan berada di lokasi yang
memberikan
juga
terpisah dengan anak ketika diberikan
hendaknya mengikuti proses intervensi
intervensi. Sikap dan perilaku keluarga
yang dilalui oleh anak. Coogle et al.
yang tidak berpartisipasi ini tidak boleh
(2013)
partisipasi
dilakukan karena tidak dapat membantu
keluarga selama intervensi anak yang
anak untuk mengembangkan potensinya
dilakukan
secara optimal. Keluarga bersama terapis,
suatu
intervensi
mengidentifikasikan
oleh
Memfasilitasi
terapis
yaitu:
perkembangan
1) anak,
ditambah
lagi
guru
sebesar 29%; 2) Sharing informasi dengan
mengikuti
terapis, sebesar 25%; 3) Mengobservasi
berkolaborasi demi progress anak.
anak dan terapis, sebesar 19%;
program
apabila sekolah
anak harus
4)
Frey et al. (2015) menyampaikan
Mempelajari keterampilan baru, sebesar
bahwa adanya kolaborasi antara keluarga
15%; dan 5) Berpartisipasi secara minim,
di
sebesar
intervensi dan pihak sekolah merupakan
12%.
Memfasilitasi 155
rumah,
terapis
yang
melakukan
PROSIDING
Seminar Nasional “Konseling Krisis” Sabtu, 27 Agustus 2016
langkah pertama bagi kesuksesan anak
learning outcome yang dapat dicapai oleh
ASD. Keluarga, terapis, dan guru bekerja
anak;
bersama sebagai tim untuk mengajarkan
merencanakan untuk memperbaiki tingkat
target
pencapaian potensi anak yang dapat
keterampilan
umum
seperti
mengikuti perintah, melakukan pekerjaan
dan
5)
Follow
up,
yaitu
berkembang secara optimal.
sendiri, dan bergaul dengan teman. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan
peran
keluarga
3.
Kesimpulan
dalam
Anak
dengan
autism
spectrum
mengembangkan potensi anak ASD antara
disorder (ASD) mempunyai potensi yang
lain sebagai: 1) Planner, yaitu (a)
dapat dikembangkan. Pencapaian anak
memiliki
komitmen
ASD
keadaan
anak,
untuk
menerima
berkomitmen
tidak
dapat
lepas
dari
peran
untuk
keluarga. Adapun peran keluarga dalam
mendidik, melindungi atau mengayomi,
mengembangkan potensi anak ASD antara
dan mengasuh anak, (b) memikirkan
lain sebagai: 1) Planner, yaitu (a)
beberapa alternative intervensi yang dapat
memiliki
komitmen
diberikan bagi anak, (c) menganggarkan
keadaan
anak,
alokasi dana untuk memberikan intervensi
mendidik, melindungi atau mengayomi,
bagi anak kepada ahli; 2) Executor, yaitu
dan mengasuh anak, (b) memikirkan
bersama-sama dengan tim atau guru,
beberapa alternative intervensi yang dapat
terapis, dan pihak lain yang relevan
diberikan bagi anak, (c) menganggarkan
berhubungan dengan anak menentukan
alokasi dana untuk memberikan intervensi
intervensi yang tepat bagi anak; 3)
bagi anak kepada ahli; 2) Executor, yaitu
Implementer, yaitu (a) bersama-sama tim
bersama-sama dengan tim atau guru,
mengembangkan
sesuai
terapis, dan pihak lain yang relevan
learning outcome yang dapat dicapai
berhubungan dengan anak menentukan
dengan menemukan minat dan bakat anak,
intervensi yang tepat bagi anak; 3)
(b) melakukan monitoring perkembangan
Implementer, yaitu (a) bersama-sama tim
anak dari waktu ke waktu, dan (c) menjadi
mengembangkan
model atau memberikan teladan sehingga
learning outcome yang dapat dicapai
ditiru oleh anak; 4) Evaluator, yaitu
dengan menemukan minat dan bakat anak,
mengevaluasi atau menilai perkembangan
(b) melakukan monitoring perkembangan
atau kemajuan perkembangan berupa
anak dari waktu ke waktu, dan (c) menjadi
potensi
anak
156
untuk
menerima
berkomitmen
potensi
anak
untuk
sesuai
PROSIDING
Seminar Nasional “Konseling Krisis” Sabtu, 27 Agustus 2016
model atau memberikan teladan sehingga
Amaya, A. C. R., & Tomasini, G. A. 2014. Fostering Awareness and Acceptance of Disability in Mexican Mothers of Autistic Children. Psychology,2014.
ditiru oleh anak; 4) Evaluator, yaitu mengevaluasi atau menilai perkembangan atau kemajuan perkembangan berupa learning outcome yang dapat dicapai oleh anak;
dan
5)
Follow
up,
Aydın, A. & Yamaç, A. 2014. The Relations between the Acceptance and Childrearing Attitudes of Parents of Children with Mental Disabilities. Eurasian Journal of Educational Research, 54, 79-98.
yaitu
merencanakan untuk memperbaiki tingkat pencapaian potensi anak yang dapat berkembang secara optimal.
Ayuk. 2014. 10 Tokoh Dunia Penyandang Autis, (Online), (http://www.top10magz.com/10tokoh-dunia-penyandang-autis/), diakses pada 25 Agustus 2016.
Daftar Referensi Afolabi, OE. 2014. Parents’ Involve and Psycho-Educational Development of Learners with Special Educational Needs (SENs): An Empirical Review. International Journal of Erly Childhood Special Education, 6 (2): 177-203.
Coogle, CG., Guerette, AR., & Hanline, MF. 2013. Early Intervention Experiences of Family of Children with an Autism Spetrum Disorder: A Qualitative Pilot Study. Early Childhood Research and Practice, 15 (1): 1-11.
Ahmed, RA., Rohner, RP. Khaleque., & Gielen, UP. 2010. Parental Acceptance and Rejection: Theory,Measures, and Research in the Arab World. Onlie Submission, 1-39.
Frey, AJ., Walker, HM., Small, JW., Feil, EG., & Forness, S. 2015. First Step to Success: Application to Preschoolers at Risk of Developing Autism Spectrum Disorder. Education and Training in Autism and Developmental Disabilities, 50 (4): 397-407.
Al-Qaisy, LA. 2012. Mothers’ Stress in Families of Children with Mental Handicap. Asian Social Science, 8 (2): 80-85. Ali, Z. 2006. Pengantar Keperawatan Keluarga. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Huang, YP., Tsai, WS., & Kellett U. 2011. Father of Children with Disabilities: Encounters with Health Professionals in Chinese Context. Journal of Clinical Nursing, 21 (21): 3287-3296.
Amaral, D., Dawson, G., & Geschwind, DH. 2011. Autism Spectrum Disorder. New York: Oxford University Press.
Levitt, S., List, J., Metcalfe, R., & Sadoff, S. 2016. Engaging Parents in 157
PROSIDING
Seminar Nasional “Konseling Krisis” Sabtu, 27 Agustus 2016
Parents Engagement Programs. Society for Research on Educational Effectiveness, 1-6.
Children with Special Needs, pada 12-24 Mei 2016. Bandung: The Learning Center.
Paltrow, C. 2015. 4 Ways a Child with Autism Affects Family Life. Psych Central. Retrieved on August 23, 2016, from http://psychcentral.com/blog/archi ves/2015/02/ 25/4 -ways-a-childwith-autism-affects-family-life/
Solek, P. 2016. Pendidikan dan Masa Depan Autism Spectrum Disorder.. Disampaikan dalam Pelatihan Two Weeks Intensive Training on Children with Special Needs, pada 12-24 Mei 2016. Bandung: The Learning Center.
Pomeroy, EC., & Garcia, RB. 2009. The Grief Assessment and Intervention Workbook: A Strengths Perspective. USA: Cengage Learning.
Sunaryo, A. 2013. Kisah Kesabaran Ibu Rawat Anak Autis hingga Sukses jadi Pelukis, (Online), (http://www.merdeka.com/peristiwa /kisah-kesabaran-ibu-rawat-anakautis-hingga-sukses-jadipelukis.html), diakses pada 25 Agustus 2016.
Pratawijaya, S. 2014. Anak Autis Berprestasi, (Online), (http://anakautisberprestasi.blogsp ot.co.id/), diakses pada 25 Agustus 2016.
Suprajitno. 2003. Asuhan Keperawatan Keluarga: Aplikasi dalam Praktik. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Rossi, J., Newschaffer, C., & Yudell, M. 2012. Autism Spectrum Disorder, Risk Cimmunication and the Problem of Inadvertent Harm. Kennedy Institute of Ethics Journal, 23 (2): 105-138.
Surbakti. 2009. Kenalilah Anak Remaja Anda. Jakarta: PT Elex Media Komputindo. Tait, KT., & Mundia, L. 2012. The Impact of A Child with Autism on the Bruneian Family System. International Journal of Special EducationI, 27 (3): 199-212.
Rotary. 2016. Disabilitas: Definisi dan Hal yang Berhubungan Dengannya, (Online), (http://rotaryclubjakartabatavia.org /disability/), diakses pada 24 Agustus 2016 Solek, P. 2016. Autisme dan Kelainan yang Menyerupai Autisme. Disampaikan dalam Pelatihan Two Weeks Intensive Training on
158
Worth,
S. 2005. Autistis Spectrum Disorders. New York: Continuum.
Zager,
D. 2005. Autism Spectrum Disorder: Identification, Education, and Treatment third edition. London: Lawrence Erlbaum Associates.