PELAKSANAAN BIMBINGAN DAN KONSELING (Studi Kasus di Madrasah Aliyah Sedah Jenangan Ponorogo)
SKRIPSI
Oleh: UNTARI WIDHIANI NIM: 210312150
JURUSAN TARBIYAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) PONOROGO 2016
1
2
ABSTRAK Widhiani, Untari. 2016. Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling (Studi Kasus di Madrasah Aliyah Sedah Jenangan Ponorogo). Skripsi. Program Studi Pendidikan Agama Islam Jurusan Tarbiyah Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Ponorogo. Pembimbing Sugiyar, M.Pd.I. Kata Kunci: Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling Dalam dunia pendidikan Sekolah Menengah setiap siswa pasti memasuki masa remaja dan selalu dalam pengawasan guru, karena mereka mengalami banyak perubahan psikis maupun fisiknya. Pengawasan guru dilakukan untuk memantau tingkat pencapai perkembangan kepribadian siswa. Maka dari itu dalam membimbing dan mengarahkan siswa diperlukan seorang pembimbing yang senantiasa ada membimbing siswa dalam menyelesaikan berbagai masalah/kasus dan kebutuhan lain yang dihadapinya. Kegiatan bimbingan dan konseling pada siswa diberikan dengan tujuan untuk membantu siswa menyelesaikan berbagai masalahnya, untuk itu MA Sedah berupaya memberikan pelayanan yang semaksimal mungkin dalam kegiatan BK yang disesuaikan dengan kebutuhan siswa. Untuk mengetahui bagaimana sebenarnya kegiatan bimbingan dan konseling di MA Sedah, peneliti merumuskan masalah sebagai berikut: 1) Bagaimana perencanaan Bimbingan dan Konseling di Madrasah Aliyah Sedah Jenangan? 2) Bagaimana penerapan Bimbingan dan Konseling di Madrasah Aliyah Sedah Jenangan? 3) Bagaimana dampak Bimbingan dan Konseling di Madrasah Aliyah Sedah Jenangan?. Untuk menjawab pertanyaan tersebut peneliti menggunakan pendekatan kualitatif. Pengumpulan data menggunakan teknik observasi, wawancara, dan dokumentasi. Selanjutnya menggunakan reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan dalam analisis data. Dari hasil penelitian, peneliti mengambil kesimpulan bahwa Guru BK memiliki peran paling dominan daripada guru-guru yang lainnya. Beliau membuat perencanaan BK, seperti tujuan BK, prota, promes, probul, proming, satlan, satkung, dan trek rekord siswa. Akan tetapi beliau belum membuat pedoman BK dan standar BK tersendiri, masih menggunakan pedoman dan standar BK dari sumber lain. Selanjutnya, dalam penerapan bimbingan dan konseling hanya guru BK saja yang melalui tahapan-tahapan BK, guru-guru yang lain menerapkan bimbingan secara langsung saat terjadi masalah dengan siswa. Dampak yang terjadi pada siswa setelah penerapan BK, diantaranya: 1) Tingkat motivasi belajar siswa meningkat dan keinginannya mengikuti kegiatan ekstrakurikuler meningkat pula, tetapi motivasi siswa untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi masih minim. 2) Pola pemikiran siswa sudah terbentuk untuk merencanakan dan melanjutkan ke tahap pekerjaan yang diinginkan. 3) Siswa sudah bisa beradaptasi dengan warga sekolah lainnya.
3
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Para siswa Sekolah Menengah telah memasuki usia remaja, dimana pada usia ini mereka mengalami banyak perubahan yang terjadi, baik dari segi psikis maupun fisiknya. Perubahan psikis pada masa remaja menimbulkan kebingungan pada dirinya, sehingga masa ini oleh orang Barat sering disebut sebagai periode stum und drang. Sebab mereka mengalami banyak gejolak emosi dan tekanan jiwa
yang menjadikan remaja mudah menyimpang dari aturan-aturan dan norma-norma sosial yang berlaku di masyarakat.1 Pada dasarnya masa remaja merupakan saat berkembangnya identitas (jati diri). Sebagaimana yang diungkapkan oleh Erik Erikson dalam buku Psikologi Perkembangan Anak & Remaja karya Syamsu Yusuf bahwa masa remaja berkaitan
erat dengan perkembangan “sense of identity vs role confusion ” yaitu perasaan atau kesadaran akan jati dirinya. Keberhasilan remaja memahami dirinya, peranperannya, dan hidup beragama akan menghantarkan remaja menemukan jati dirinya yang memiliki kepribadian yang sehat. Sebaliknya apabila terjadi kegagalan, maka remaja tersebut akan mengalami kebingungan (confusion).
1
Zulkifli, L., Psikologi Perkembangan (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006), 63.
4
Kebingunan tersebut akan berdampak yang kurang baik bagi remaja, salah satunya memunculkan perilaku kenakalan remaja.2 Kenakalan remaja disebabkan oleh berbagai faktor, yaitu dari dalam dirinya (intrinsik) maupun faktor dari lingkungan (ekstrinsik). Faktor intrinsik yang menyebabkan kenakalan remaja diantaranya: kondisi emosi yang labil, kebingungan akan jati dirinya, keimanan religiusitas yang kurang kuat, dan sebagainya. Sedangkan faktor ekstrinsiknya yaitu kondisi keluarga, lingkungan sosial budaya, kesenjangan ekonomi, dan lingkungan sekolah.3 Karena sebagian besar waktu remaja dihabiskan untuk belajar di sekolah, maka lingkungan sekolah mempunyai peran penting dalam mempersiapkan sebelum masuk dalam proses pembangunan masyarakat. Sebagaimana kita ketahui bahwa sekolah sebagai lembaga pendidikan mempunyai tujuan untuk mendidik dan membina siswa menuju perkembangan yang optimal serta mempunyai pribadi yang unggul dan mandiri. Sekolah merupakan lingkungan kedua sebagai tempat pembentukan siswa setelah lingkungan keluarga. Kesalahan dan kekurangan-kekurangan dalam tubuh sekolah sebagai tempat mendidik, bisa menyebabkan adanya peluang timbulnya kenakalan remaja. Oleh karena itu, diperlukan adanya pelayanan bimbingan dan konseling pada siswa.
2
Syamsu Yususf LN, Psikologi Perkembangan Anak & Remaja (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2014), 188. 3 Elfi Mu’awanah, Bimbingan Konseling Islam (Ponorogo: STAIN Press, tt), 34-63.
5
Bimbingan merupakan suatu proses pemberian bantuan yang terus menerus dari seorang pembimbing yang telah dipersiapkan kepada individu yang membutuhkan dalam rangka mengembangkan seluruh potensi yang dimilikinya secara optimal dengan berbagai macam media dan teknis bimbingan dalam suasana asuhan yang normatif agar tercapai kemandirian sehingga individu tersebut dapat bermanfaat baik bagi dirinya maupun bagi lingkungan.4 Konseling merupakan salah satu teknik dalam pelayanan bimbingan di mana proses pemberian bantuan itu berlangsung melalui wawancara dalam dalam serangkaian pertemuan langsung dan tatap muka antara guru pembimbing/konselor dengan klien; dengan tujuan agar klien itu memperoleh pemahaman yang lebih baik terhadap dirinya, mampu memecahkan masalah yang dihadapinya dan mampu mengarahkan dirinya untuk mengembangkan potensi yang dimiliki ke arah perkembangan yang optimal, sehingga dia dapat mencapai kebahagiaan pribadi dan kemanfaatan sosial.5 Bimbingan dan Konseling merupakan proses bantuan atau pertolongan yang diberikan oleh konselor kepada konseli melalui pertemuan tatap muka atau hubungan timbal balik antara keduanya, agar konseli memiliki kemampuan atau kecakapan melihat dan menemukan masalahnya serta mampu memecahkan masalahnya sendiri.6 Sebagaimana kandungan Surah Yunus ayat 57 berikut:
4
Hallen A, Bimbingan dan Konseling dalam Islam (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), 9. Ibid., 11-12. 6 Tohirin, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah (Berbasis Integrasi) (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2008), 16-26. 5
6
ِِ ِ ِ َ٥٧ ُ ْ َ ْ االناس قَ ْد َجآءَتْ ُك ْم م ْوعظَةٌ ِم ْن ربِ ُك ْم َوش َفآءٌ لِ َم ِاِ الص ُد ْوِر َوُه ًدى وَر َْْةٌ لِْل ُم ْؤمن ُ ٰي ٓ اَي َه
Artinya: “Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman.” (QS. Yunus: 57) Sebagaimana pula dalam suatu hadits yang berbunyi sebagai berikut:
ال « لِل ِه َولِ ِكتَابِِه َولَِر ُسولِِه َ َ» قُ ْلنَا لِ َم ْن ق
ِ ِ أَن َ َ ق-صلى اه عليه وسلم- ِالن ُيية َ ِين النص ُ ال « الد ِِ ِ ِ صييح مسلم.» ْ َو َعامتِ ِه ْم َ َوأَئمة الْ ُم ْسلم
Artinya: “hak seorang muslim pada muslim lainnya ada enam: jika berjumpa hendaklah memberi salam; jika mengundang dalam sebuah acara, maka datangilah undangannya; bila dimintai nasehat, maka nasehatilah ia; jika memuji Allah dalam bersin, maka doakanlah; jika sakit jenguklah ia; dan jika meninggal dunia, maka iringilah kekuburnya.” (HR Muslim)
Tanpa mengurangi penghormatan terhadap Al-Qur’an, berdasarkan Surah Yunus ayat 57 dapat kita lihat bahwa yang dimaksu penyakit bukanlah penyakit jasmani tetapi penyakit ruhani. Oleh karena itu, diperlukan sebuah obat guna kesembuhannya. Disinilah kedudukan pentingnya bimbingan dan konseling terhadap siswa yang membutuhkan bantuan (mengalami penyakit jiwa). Hal ini diperkuat dengan hadits di atas. Dalam
melaksanakan
tugasnya
layanan
bimbingan
dan
konseling
mempunyai beberapa layanan, yaitu: layanan orientasi, layanan informasi, layanan penempatan
dan
penyaluran,
layanan
pembelajaran,
layanan
konseling
perorangan/pribadi, layanan bimbingan kelompok, dan layanan konseling kelompok.
7
Berdasarkan penjajakan awal di lapangan dengan Guru Bimbingan dan Konseling diketahui bahwa jumlah keseluruhan siswa dari kelas X sampai XII adalah 62 siswa. Selanjutnya cara yang dipilih oleh guru BK untuk menyikapi dan menanggapi permasalahan-permasalahan siswa yang meliputi masalah pribadi, sosial, karier, dan kegiatan belajar yaitu dengan mengadakan bimbingan dan konseling secara sistematis, kontinyu dan terprogram. Dalam melaksanakan layanan bimbingan dan konseling, guru BK berkoordinasi dengan guru-guru yang lainnya. Permasalahan yang dihadapi oleh siswa sebenarnya sangatlah kompleks, namun yang sering timbul dan sering ditangani oleh guru BK adalah masalah yang berhubungan dengan perilaku membolos, tidur di kelas, datang terlambat, keluar kelas waktu jam pelajaran, merokok, dan terutama bagi siswa mutasi dari sekolah lain. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Ibu Kolida Romawati (guru BK) sebagai berikut: “Permasalah yang sering dialami oleh siswa banyak mbak. Ya yang paling sering membolos, tidur di kelas, dan terlambat masuk kelas” Mengingat begitu besar dampak negatif bagi siswa yang ditimbulkan dari permasalahan yang telah disebutkan di atas, maka sangat diperlukan jalan keluar atau solusi yang tepat dan benar sesuai dengan keadaan siswa. Dan untuk menyikapi hal tersebut sebagai solusi dari permasalahan yang dihadapi oleh siswa maka pihak madrasah di bawah koordinator guru BK mengadakan bimbingan pribadi pada siswa tersebut.
8
Dalam bidang bimbingan pribadi pelayanan bimbingan dan konseling untuk membantu peserta didik menemukan dan mengembangkan pribadi yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, mantap dan mandiri serta sehat jasmani dan rohani.7 Bimbingan tersebut dilaksanakan untuk membantu siswa dalam memberikan pandangan-pandangan terhadap penyelesaian masalah-masalah mereka, sekaligus sebagai antisipasi dan menanggulangi serta memberikan pilihan-pilihan alternatif sebagai jawaban dan penyelesaiannya. Berdasarkan fenomena dari latar belakang di atas, penulis tertarik mengadakan penelitian dan membahas masalah tersebut dalam skripsi yang berjudul “Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling (Studi Kasus di Madrasah Aliyah Sedah Jenangan Ponorogo)”.
B. Fokus Penelitian Penelitian ini memfokuskan pada pemberian layanan bimbingan dan konseling dari pihak Madrasah Aliyah Sedah Jenangan pada siswa di Madrasah Aliyah (MA) tersebut.
C. Rumusan Masalah Berpijak dari latar belakang masalah di atas, maka peneliti menentukan rumusan masalah sebagai berikut:
7
Hallen A, Bimbingan dan Konseling dalam Islam, 78.
9
1. Bagaimana perencanaan Bimbingan dan Konseling di Madrasah Aliyah Sedah Jenangan ? 2. Bagaimana penerapan Bimbingan dan Konseling di Madrasah Aliyah Sedah Jenangan ? 3. Bagaimana dampak Bimbingan dan Konseling pada siswa di Madrasah Aliyah Sedah Jenangan ?
D. Tujuan Penelitian Berpijak dari rumusan masalah di atas, maka peneliti menentukan tujuan penelitian sebagai berikut: 1. Untuk mendiskripsikan perencanaan Bimbingan dan Konseling di Madrasah Aliyah Sedah Jenangan 2. Untuk mendiskripsikan penerapan Bimbingan dan Konseling di Madrasah Aliyah Sedah Jenangan 3. Untuk mendiskripsikan dampak Bimbingan dan Konseling pada siswa di Madrasah Aliyah Sedah Jenangan
E. Manfaat Penelitian Dengan diadakannya penelitian ini, diharapkan hasil yang diperoleh nantinya dapat bermanfaat bagi peneliti khususnya dan bagi masyarakat pada umumnya. Adapun manfaat yang diharapkan adalah sebagai berikut:
10
1. Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat mengetahui aktualisasi konsep layanan bimbingan dan konseling pada siswa. Dan sebagai rujukan teori terhadap layanan bimbingan dan konseling di tempat yang lain. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Kepala Madrasah Aliyah Sedah Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan informasi untuk mengetahui sejauh mana perkembangan lembaga pendidikan dalam hal pelaksanaan dan penerapan layanan bimbingan dan konseling pada siswa, dan dapat dijadikan sebagai landasan dasar melangkah guna memperbaiki keadaan yang ada. b. Bagi Guru BK Hasil dari penelitian ini dapat dijadikan masukan oleh guru BK untuk memperbaiki layanan bimbingan dan konseling baik dari segi perencanaan dan pelaksanaan yang tepat sehingga tercapai tujuan dalam mengatasi para siswa. c. Bagi Peneliti Lanjutan Sebagai bahan pertimbangan dan referensi bagi peneliti lanjutan untuk menemukan cara penyelesaian masalah yang paling tepat untuk penanganan siswa yang lebih efektif.
11
F. Metode Penelitian 1. Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.8 Pendekatan kualitatif ini mempunyai beberapa karakteristik, diantaranya yaitu: penelitian menggunakan latar alami (natural setting), manusia sebagai alat (instrument), analisis data secara induktif (analisis data bersamaan dengan pengumpulan data), penelitian bersifat deskriptif (data yang diperoleh berupa kata-kata, gambar dan perilaku), mementingkan proses dari pada hasil.9 Jenis penelitian yang digunakan adalah studi kasus, yaitu merupakan penelitian yang dilakukan terhadap suatu “kesatuan sistem”. Kesatuan ini dapat berupa progam, kegiatan, peristiwa atau sekelompok individu yang terikat oleh tempat, waktu dan ikatan tertentu. Dan studi kasus adalah suatu penelitian yang diarahkan
untuk
menghimpun
data,
mengambil
makna,
memperoleh
pemahaman dari kasus tersebut.10 Adapun studi kasus dalam hal ini dilakukan oleh peneliti di Madrasah Aliyah Sedah Jenangan dengan fokus penelitian pelaksanaan bimbingan dan
8
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2013), 4. 9
Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1997), 38. Ibid, 64.
10
12
konseling di Madrasah Aliyah tersebut, terutama mengenai perencanaan, penerapan, dan dampak bimbingan dan konseling pada siswa. 2. Kehadiran Peneliti Kehadian peneliti dalam penelitian kualitatif sangat dipentingkan dan bertindak sebagai instrumen kunci, partisipan penuh sekaligus pengumpul data, sedangkan instrumen yang lain sebagai penunjang. Ciri khas yang penelitian kualitatif tidak dapat dipisahkan dari pengamat berperan serta, sebab peranan penelitian yang menentukan keseluruhan skenarionya. Pengamat berperan serta adalah sebagai penelitian yang bercirikan interaksi sosial yang memakan waktu cukup lama antara peneliti dengan subjek dalam lingkungan subjek dan selama itu data dalam bentuk catatan lapangan dikumpulkan secara sistematis dan berlaku tanpa gangguan.11 Jadi peneliti berinteraksi dengan kepala madrasah, guru BK, waka kesiswaan, guru mata pelajaran, wali kelas, dan siswa untuk mendapatkan data tentang pelaksanaan, penerapan, dan dampak layanan bimbingan dan konseling pada siswa. 3. Lokasi Penelitian Dalam penelitian ini peneliti memilih lokasi penelitian di Madrasah Aliyah Sedah yang beralamatkan di Jalan Raya Ngebel No. 159 Desa Sedah, Kecamatan Jenangan, Kabupaten Ponorogo. Pertimbangan memilih lokasi ini karena di Madrasah Aliyah Sedah merupakan lembaga pendidikan Islam yang 11
Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, 164.
13
sudah mempunyai layanan Bimbingan dan Konseling tersendiri tidak hanya gabungan dari lembaga yang lainnya. Layanan BK yang diberikan pihak madrasah disesuaikan dengan tujuan pendidikan Madrasah Aliyah Sedah tersebut. Tujuannya adalah sebagai berikut: a. Mencerdaskan siswa dalam bidang intelektual, spiritual, dan emosional. b. Terciptanya lingkungan yang kondusif, harmonis, dan aman. c. Terciptanya siswa yang mandiri dan kreatif. d. Terwujudnya citra madrasah pada masyarakat dengan memberikan pelayanan prima. Upaya mengubah siswa sesuai tujuan pendidikan tidak terlepas dari peran layanan bimbingan dan konseling yang ada di lembaga tersebut. 4. Data dan Sumber Data Sumber data dalam penelitian adalah subjek dari mana data dapat diperoleh. Sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain.12 Dengan demikian sumber data dalam penelitian ini adalah kata-kata yaitu wawancara dari Guru BK, Kepala Sekolah, Wali Kelas, Waka Kesiswaan serta beberapa siswa di Madrasah Aliyah Sedah, dan tindakan yaitu pengamatan proses layanan bimbingan konseling sebagai sumber data utama, sedangkan sumber data tertulis seperti buku-buku tentang BK, dokumen pelaksanaan BK, dan trek rekord siswa, serta foto sebagai sumber data tambahan. 12
Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, 157.
14
5. Prosedur Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Dan bila dilihat dari segi cara dan teknik pengumpulan data. Maka teknik pengumpulan data dapat dilakukan dengan observasi (pengamatan), wawancara (interview), dokumentasi, dan gabungan ketiganya.13 Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu: a. Observasi Observasi adalah pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap unsur-unsur yang tampak pada gejala-gejala objek dalam penelitian. Observasi dibutuhkan untuk memahami proses terjadinya wawancara dan hasil wawancara dapat dipahami dalam konteksnya. Dalam penelitian kualitatif ini observasi yang digunakan adalah observasi tak terstruktur, karena fokus penelitian akan terus berkembang selama kegiatan berlangsung.14 Observasi dalam penelitian ini, peneliti fokuskan pada penelitian pelaksanaan bimbingan dan konseling pada siswa di Madrasah Aliyah Sedah Jenangan Ponorogo. Terutama pada perencanaan, penerapan, dan dampak bimbingan dan konseling di MA tersebut.
13 14
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif (Bandung: Alfabeta, 2005), 62-63. Afifuddin, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Pustaka Setia, 2009), 134.
15
Hasil observasi dalam penelitian ini dicatat dalam catatan lapangan (CL). Sebab catatan lapangan merupakan alat yang sangat penting dalam penelitian kualitatif. Format rekaman hasil observasi catatan lapangan dalam penelitian ini menggunakan format hasil rekaman observasi yang tertulis di transkrip observasi. b. Wawancara Wawancara adalah bentuk komunikasi antar dua orang, melibatkan seseorang yang ingin memperoleh informasi dari seorang lainnya dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan, berdasarkan tujuan tertentu.15 Secara garis besar ada dua pedoman wawancara yaitu: a) pedoman wawancara tidak terstruktur, yaitu pedoman wawancara yang hanya memuat garis besar yang akan ditanyakan dan hasil wawancara dengan jenis ini lebih banyak tergantung dari pewawancara, jenis interview ini cocok untuk penelitian kasus, b) pedoman wawancara terstruktur, yaitu pedoman wawancara yang disusun secara terperinci sehingga menyerupai check-list. Pewawancara tinggal membubuhkan tanda (check-list) pada nomor yang sesuai.16 Teknik wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara mendalam (wawancara tidak terstruktur), yaitu dengan
15
Deddy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif: Paradigma Baru Ilmu komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2003), 180. 16 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktik (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), 227.
16
mengajukan berbagai pertanyaan secara mendalam sehingga data-data yang diperlukan terkumpul.17 Dalam penelitian ini yang diwawancarai adalah kepala madrasah, guru BK, guru mata pelajaran, waka kesiswaan, wali kelas, dan siswa. Teknik wawancara ini digunakan untuk mengetahui hasil dari upaya setiap stakeholder bimbingan dan konseling dalam memberikan layanan bimbingan
dan konseling bagi siswa di Madrasah Aliyah Sedah Jenangan Ponorogo. Hasil wawancara dari masing-masing informan tersebut ditulis dengan kodekode dalam transkrip wawancara dalam lampiran-lampiran skripsi. c. Dokumentasi Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu, dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar atau karya-karya monumental dari seseorang. Dokumen yang berbentuk tulisan misalnya catatan harian, sejarah kehidupan (life histories), cerita, biografi, peraturan, kebijakan. Dokumen yang berbentuk gambar, misalnya foto, gambar hidup, sketsa, dan lain-lain. Dokumen yang berbentuk karya misalnya karya seni yang dapat berupa gambar, patung, film, dan lain-lain. Studi dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif.18
17 18
Afrizal, Metodologi Penelitian Kualitatif (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2014), 21. Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, 82.
17
Dan adapun dokumen yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah dokumen tentang sejarah berdirinya lembaga, letak geografis, visi dan misi, tujuan berdirinya lembaga serta dokumen rencana program layanan bimbingan dan konseling pada siswa di Madrasah Aliyah Sedah Jenangan Ponorogo. Teknik dokumentasi sengaja digunakan dalam penelitian ini, sebab: (a) sumber ini selalu tersedia dan murah terutama ditinjau dari segi waktu, (b) merupakan sumber informasi yang stabil, baik keakuratannya dalam merefleksikan situasi yang terjadi di masa lampau, maupun dan dapat dianalisis kembali tanpa mengalami perubahan, (c) rekaman dan dokumen merupakan sumber informasi yang kaya, secara kontekstual relevan dan mendasar dalam konteksnya, (d) sumber ini sering merupakan pernyataan legal yang dapat memenuhi akuntabilitas. Hasil pengumpulan data melalui cara dokumentasi ini dicatat dalam format rekaman dokumentasi. Teknik dokumentasi dipergunakan untuk mengumpulkan data tentang profil madrasah, meliputi: 1) Visi, misi, dan tujuan lembaga MA Sedah 2) Letak geografis MA Sedah 3) Sejarah berdirinya MA Sedah 4) Struktur organisasi MA Sedah 5) Kondisi guru dan karyawan MA Sedah 6) Kondisi siswa MA Sedah
18
7) Kondisi sarana dan prasarana MA Sedah 6. Teknik Analisis Data Analisis data merupakan upaya mencari dan menata secara sistematis catatan hasil observasi, wawancara, dan lainnya untuk meningkatkan pemahaman peneliti tentang kasus yang diteliti dan menyajikannya sebagai temuan bagi orang lain.19 Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan konsep Miles dan Huberman yang mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, dan datanya menjadi jenuh. Aktivitas dalam analisis data,
meliputi
data
reduction,
data
display,
dan
conclusion
drawing/verification. Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut:
Pengumpulan Data
Reduksi Data
Penyajian Data
KesimpulanKesimpulan: Penarikan/Verivikasi
Gambar : Langkah-langkah analisis data kualitatif menurut Miles dan Huberman
19
Noeng Muhadjir, Metodologi Penelitian Kualitatif (Yogyakarta: Rake Sarasin, 1998), 104.
19
a. Reduksi data (data reduction) Reduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya dan membuang yang tidak perlu. Dengan demikian data yang direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan.20 Dalam mereduksi data, setiap peneliti akan dipandu oleh tujuan yang akan dicapai. Tujuan utama dari penelitian kualitatif adalah pada temuan. Oleh karena itu, kalau peneliti dalam melakukan penelitian, menemukan segala sesuatu yang dipandang asing, tidak dikenal, belum memiliki pola, justru itulah yang harus dijadikan perhatian peneliti dalam melakukan reduksi data. Pada tahap reduksi ini peneliti fokuskan pada data yang diperoleh dilapangan mengenai upaya sekolah dalam memberikan pelayanan bimbingan dan konseling pada siswa di Madrasah Aliyah Sedah Jenangan Ponorogo terutama pada bagian perencanaan, penerapan, dan dampak pelayanan bimbingan dan konseling pada siswa di MA tersebut. Dari hasil data tersebut peneliti mereduksi data dengan mendiskusikan pada teman dan dosen pembimbing serta orang lain yang dipandang ahli. Dan dengan diskusi tersebut maka wawasan peneliti akan berkembang
20
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D (Bandung: Alfabeta, 2012), 338.
20
sehingga dapat mereduksi data-data yang memiliki nilai temuan dan pengembangan teori yang signifikan. b. Penyajian data (data display) Penyajian data merupakan sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Dalam penelitian kualitatif beberapa jenis bentuk penyajian datanya adalah bentuk uraian singkat, bagan dan sebagainya. 21 Yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif. Adapun penyajian data mengenai upaya sekolah dalam memberikan pelayanan bimbingan dan konseling pada siswa di Madrasah Aliyah Sedah Jenangan terutama bagian perencanaan, penerapan, dan dampak pelayanan bimbingan dan konseling pada siswa tersebut. Peneliti menggunakan penyajian data dengan teks yang bersifat naratif agar memudahkan untuk memahami apa yang terjadi dan merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami pada tahap tersebut. c. Penarikan kesimpulan (conclusion drawing) Langkah
ke
kesimpulan/verifikasi.
tiga
dalam
Kesimpulan
penelitian dalam
ini
adalah
penelitian
penarikan
kualitatif
yang
diharapkan adalah berupa temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada.
21
308.
M. Djunaidi Ghony, Metode Penelitian Kualitatif (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2012),
21
Temuan dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu obyek yang sebelumnya masih belum jelas sehingga setelah diteliti menjadi jelas, dapat berupa hubungan kausal atau interaktif, hipotesis atau teori.22 Kesimpulan dalam penelitian kualitatif mungkin dapat menjawab rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal mengenai upaya sekolah dalam memberikan pelayanan bimbingan dan konseling pada siswa di Madrasah Aliyah Sedah Jenangan Ponorogo terutama bagian perencanaan, penerapan, dan dampak bimbingan dan konseling pada siswa di sekolah tersebut. Akan tetapi masalah dan rumusan masalah dalam penelitian kualitatif ini masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah peneliti berada di lapangan. 7. Pengecekan Keabsahan Temuan Uji keabsahan data dalam penelitian, sering hanya ditekankan pada konsep kesahihan (validitas) dan keandalan (realibilitas). Dalam uji keabsahan data dalam penelitian kualitatif meliputi uji kredibilitas data (validitas interbal), transferabilitas
(validitas
eksternal),
dependabilitas
(reliabilitas),
dan
konfirmabilitas (obyektivitas). Namun yang utama adalah uji kredibilitas data. Uji kredibilitas data yang dapat dilakukan dengan: perpanjangan pengamatan, meningkatkan ketekunan, triangulasi, diskusi dengan teman sejawat, analisis kasus negatif, dan member check.23
22 23
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, 345. Ibid, 366-376.
22
Dalam penelitian ini digunakan teknik triangulasi sumber yang berarti menguji kredibilitas data dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber. Data-data yang diperoleh dari beberapa sumber tersebut akan dikumpulkan dan didiskripsikan, dikategorisasikan, mana yang hasilnya sama, yang berbeda, dan mana spesifik dari tiga sumber data tersebut.24 Triangulasi yang peneliti laksanakan disini dalam pengecekan data yang diperoleh peneliti terutama mengenai upaya sekolah dalam memberikan pelayanan bimbingan dan konseling pada siswa di Madrasah Aliyah Sedah Jenangan tersebut. 8. Tahapan-Tahapan Penelitian Tahap-tahap penelitian dalam penelitian ini antara lain: a. Tahap pra lapangan, meliputi menyusun rancangan penelitian, memilih lapangan penelitian, mengurus perizinan, menjajaki dan menilai keadaan lapangan, memilih dan memanfaatkan informan, menyiapkan perlengkapan penelitian dan yang menyangkut persoalan etika penelitian. b. Tahap pekerjaan lapangan, meliputi memahami latar penelitian dan persiapan
diri,
memasuki
lapangan,
dan
berperan
serta
sambil
mengumpulkan data. c. Tahap analisis data, meliputi analisis selama dan setelah pengumpulan data. d. Tahap penulisan hasil laporan penelitian.
24
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, 372.
23
G. Sistematika Penelitian Sistematika pembahasan dalam skripsi ini terbagi menjadi lima bab, yaitu: BAB I : PENDAHULUAN Bab ini merupakan gambaran umum untuk memberikan pola pemikiran dari isi keseluruhan penelitian yang terdiri dari: Latar Belakang Masalah, Fokus Penelitian, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Metode Penelitian, dan Sistematika Pembahasan. BAB II : KAJIAN TEORI DAN ATAU TELAAH HASIL PENELITIAN TERDAHULU Bab ini berisi kajian teori dan telaah hasil penelitian terdahulu tentang bimbingan dan konseling. BAB III : DESKRIPSI DATA Bab ini berisi tentang data umum, meliputi: Profil dan Pengelolaan Madrasah
Aliyah
Sedah.
Selanjutnya
data
khusus,
meliputi:
perencanaan, penerapan, dan dampak bimbingan dan konseling di Madrasah Aliyah Sedah. BAB IV : ANALISIS DATA Bab yang membahas tentang analisis data, meliputi: perencanaan, penerapan, dan dampak bimbingan dan konseling pada siswa di Madrasah Aliyah Sedah. BAB V : PENUTUP Berisi tentang penutup yang meliputi kesimpulan dan saran.
24
BAB II KAJIAN TEORI DAN ATAU TELAAH PENELITIAN TERDAHULU
A. Kajian Teori 1. Konsep Bimbingan dan Konseling a. Pengertian Bimbingan dan Konseling Secara etimologi bimbingan dan konseling terdiri dari dua kata, yaitu “bimbingan” dan “konseling”. Bimbingan merupakan terjemahan dari kata dalam bahasa Ingris “guidance” dan konseling dari kata “counseling”. Dalam prakteknya, bimbingan dan konseling merupakan suatu kesatuan yang tidak dapat terpisahkan. Keduanya merupakan bagian yang utuh (integral). Berikut akan dijelaskan secara terpisah pengertian bimbingan dan konseling untuk memberikan pemahaman yang lebih jelas. 1) Pengertian Bimbingan Secara etimologi kata bimbingan merupakan terjemahan dari kata “guidance”. Kata guidance berasal dari kata dasar “guide” yang memiliki arti mengarahkan (to direct), memandu “to pilot”, mengelola (to manage), dan menyetir (to steer ).25 Kata guidance, juga diterjemahkan dengan arti bantuan atau tuntunan. Ada juga yang menerjemahkan kata guidance dengan arti pertolongan. Namun, meskipun demikian tidak berarti semua bentuk 25
John M. Echols & Hasan Shadili, Kamus Inggris Indonesia (Jakarta: Gramedia, 2003), 283.
25
bantuan atau tuntunan adalah bimbingan. Bantuan atau tuntunan atau pertolongan yang bermakna bimbingan konteksnya sangat psikologis. Selain itu, bantuan atau pertolongan yang bermakna bimbingan harus memenuhi syarat-syarat tertentu. Berikut ini peneliti uraikan pengertian bimbingan secara terminologi dari beberapa ahli. Wingkel dan Hastuti, mendefinisikan bimbingan sebagai upaya pemberian bantuan kepada orang atau sekelompok orang dalam membuat pilihan-pilihan secara bijaksana dan dalam mengadakan penyesuaian diri terhadap tuntutan-tuntutan hidup. Bantuan itu bersifat psikis (kejiwaan), bukan pertolongan finansial, medis, dan sebagainya.26 Lester D. Crow dan Alice Crow, dalam bukunya Hallen mendefinisikan bimbingan sebagai berikut: Guidance is assistance mage available by personally and qualified and adequately trained man or woman to an individual of any age to help him manage his own lifes activities, developed his own points of view, make his own dicisions, and carry his burdens.27
Bimbingan adalah bantuan yang diberikan oleh seseorang, lakilaki atau perempuan yang memiliki kepribadian yang memadai dan terlatih dengan baik kepada individu-individu setiap usia untuk membantunya mengatur kegiatan hidupnya sendiri, mengembangkan
26
Winkel, W.S. & Sri Hastuti, Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan (Yogyakarta: Media Abadi, 2004), 28. 27 Hallen A, Bimbingan dan Konseling dalam Islam (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), 4.
26
arah pandangan hidupnya sendiri, membuat keputusan sendiri dan menanggung bebannya sendiri.28 Arthur J. Jones, dalam Hallen mendefinisikan bimbingan sebagai berikut: “Guidance is assistance given to individuals in making intelegent choices and adjustments. It is based on the democratic principle that it is the duty and right of everu individual to choose his own way in life in so far as if his choice does not inter fere with the right for other. The ability to make such choices is not innate but, like other abilities, must be developed.”29 Bimbingan adalah bantuan yang diberikan kepada individu dalam membuat pilihan-pilihan dan penyesuaian-penyesuaian yang bijaksana. Bantuan ini berdasarkan atas prinsip demokrasi yang merupakan tugas dan hak setiap individu untuk memilih jalan hidupnya sendiri sejauh tidak mencampuri hak orang lain. Kemampuan untuk membuat pilihan tersebut tidak diturunkan (diwarisi), tetapi harus dikembangkan. Sunaryo Kartadinata mendefinisikan bimbingan sebagai proses membantu individu untuk mencapai perkembangan optimal. Sementara Rochman Natawidjaja mendefinisikan bimbingan sebagai suatu proses pemberian
bantuan
kepada
individu
yang
dilakukan
secara
berkesinambungan, supaya individu tersebut dapat memahami dirinya, sehingga dia dapat mengarahkan dirinya dan dapat bertindak secara 28
Prayitno dan Erman Amti, Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling (Jakarta: Rineka Cipta,
2009), 94. 29
11.
Umi Rohmah, Pengantar Bimbingan dan Konseling (Ponorogo: STAIN Po PRESS, 2011),
27
wajar, sesuai dengan keadaan lingkungan dan tuntutan sekolah, keluarga, masyarakat, dan kehidupan pada umumnya.30 Berdasarkan definisi-definisi yang telah diberikan oleh para ahli dapat dipahami bahwa semuanya mengarah kepada makna yang sama yaitu bimbingan merupakan suatu upaya membantu agar memperoleh pemahaman dan pengarahan diri, diperlukan untuk menyesuaikan dirinya dengan lingkungan sekolah, keluarga dan masyarakat, sehingga akhirnya ia atau mereka dapat mengembangkan dirinya secara optimal.31 2) Pengertian Konseling Secara etimologi kata konseling berasal dari kata bahasa Inggris “counseling”. Kata counseling berasal dari kata dasar “counsel” yang memiliki beberapa arti, yaitu nasihat (to obtain counsel), anjuran (to give counsel), dan pembicaraan (to take counsel). Berdasarkan arti
tersebut konseling secara etimologi berarti pemberian nasihat, anjuran, dan pembicaraan dengan bertukar pikiran.32 Seperti halnya bimbingan, secara terminologi konseling juga didefinisikan secara beragam oleh para ahli bimbingan dan konseling. Menurut Pepinsky dalam bukunya yang berjudul Counseling Theory and Process menyatakan: 30
Dewa Ketut Sukardi & Nila Kusmawati, Proses Bimbingan & Konseling di Sekolah (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), 2. 31 Umi Rohmah, Pengantar Bimbingan dan Konseling , 13. 32 Tohirin, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah (Berbasis Integrasi) (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2008), 21-22.
28
Counseling is a process involving an interaction between a counselor and a client in a private setting, with the purpose of helping the client change his behavior so that the may obtain a satisfactory resolution of his need.33
Konseling adalah suatu proses yang melibatkan interaksi antara konselor dan klien dalam keadaan pribadi, dengan tujuan membantu klien mengubah perilakunya sehingga dapat memperoleh penyelesaian yang memuaskan dari apa yang dibutuhkannya. Konseling merupakan salah satu teknik dalam pelayanan bimbingan dimana proses pemberian bantuan itu berlangsung melalui wawancara dalam serangkaian pertemuan langsung dan tatap muka antara guru/konselor dengan klien itu mampu memperoleh pemahaman yang lebih baik terhadap dirinya, mampu memecahkan masalah yang dihadapinya dan mampu mengarahkan dirinya utnuk mengembangkan potensi yang dimiliki ke arah perkembangan yang optimal, sehingga ia dapat mencapai kebahagiaan pribadi dan kemanfaatan sosial.34 Sedangkan konseling menurut Prayitno dan Erman Amti adalah: Proses pemberian bantuan yang dilakukan melalui wawancara konseling oleh seorang ahli (disebut konselor) kepada individu yang sedang mengalami suatu masalah (disebut klien) yang bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi klien.35
33
Hallen A, Bimbingan dan Konseling dalam Islam, 11. Ibid., 11-12. 35 Prayitno dan Erman Amti, Dasar-dasar Bimbingan Konseling , 105.
34
29
b. Landasan Bimbingan dan Konseling Landasan bimbingan dan konseling merupakan bagian integral dari pendidikan di Indonesia. Secara umum terdapat enam pokok yang mendasari pengembangan layanan bimbingan dan konseling. Landasan tersebut antara lain:36 1) Landasan Filosofis Kata filosofi atau filsafat berasal dari bahasa Yunani: philos berarti cinta, dan shopos berarti bijaksana. Jadi filosofis berarti kecintaan terhadap kebijaksanaan . Dalam kamus Webster New Universal memberikan pengertian bahwa filsafat merupakan ilmu yang
mempelajari kekuatan yang didasari proses berfikir dan bertingkah laku, teori tentang prinsip-prinsip atau hukum-hukum dasar yang mengatur alam semesta serta mendasari semua pengetahuan dan kenyataan, termasuk ke dalamnya studi tentang estetika, etika, logika, metafisika, dan lain sebagainya. Dengan kata lain, filsafat merupakan pemikiran yang sedalam-dalamnya, seluas-luasnya, setinggi-tingginya, selengkaplengkapnya, serta setuntas-tuntasnya tentang sesuatu. Tindakan yang didasarkan atas pemahaman yang sedalamdalamnya, seluas-luasnya, setinggi-tingginya, selengkap-lengkapnya, serta setuntas-tuntasnya itu merupakan tindakan yang tidak gegabah atau bersifat acak yang tidak tentu ujung pangkalnya, melainkan 36
Ibid., 137-186.
30
merupakan tindakan yang terarah, terpilih, terkendali, teratur, dan dapat dipertanggungjawabkan. Tindakan seperti itu teguh dan penuh dengan kehati-hatian. Tindakan seperti itu tidak lain adalah tindakan bijaksana. Dalam kaitan itu, tidak meleset apabila dikatakan bahwa filosofis mempunyai
makna
cinta
bijaksana ,
karena
orang-orang
yang
tindakannnya didasarkan atas hasil pemikiran filsafat adalah orangorang yang bijaksana. Mengingat makna filosofis yang berarti cinta kebijaksanaan, maka sesuai dengan pelayanan bimbingan dan konseling yang dilandasi filosofis. Pelayanan bimbingan dan konseling merupakan serangkaian kegiatan atau tindakan yang semuanya diharapkan merupakan tindakan yang bijaksana. Pemikiran dan pemahaman filosofis menjadi alat yang bermanfaat bagi pelayanan bimbingan dan konseling pada umumnya, dan bagi konselor pada khususnya, yaitu membantu konselor dalam memahami situasi konseling dan dalam membuat keputusan yang tepat. Selain itu, pemikiran
pemahaman
filosofis
juga
memungkinkan
konselor
menjadikan hidupnya sendiri lebih mantap, lebih fasilitatif, dan lebih efektif dalam penerapan upaya pemberian bantuannya. Landasan filosofis dalam pelayanan bimbingan dan konseling akan membantu konselor memahami hakikat klien (siswa) sebagai manusia.
31
2) Landasan Religius Landasan religius untuk layanan bimbingan dan konseling perlu ditekankan pada tiga hal pokok, yaitu: a) Keyakinan bahwa manusia dan seluruh alam semesta adalah makhluk Tuhan. b) Sikap yang mendorong perkembangan dan perikehidupan manusia berjalan ke arah dan sesuai dengan kaidah-kaidah agama c) Upaya yang memungkinkan berkembang dan dimanfaaatkannya secara optimal suasana dan perangkat budaya serta kemasyarakatan yang sesuai dan meneguhkan kehidupan beragama untuk membantu perkembangan dan pemecahan masalah individu. 3) Landasan Psikologis Psikologis mengkaji tentang tingkah laku individu. Landasan psikologis dalam bimbingan dan konseling berarti memberikan pemahaman tentang tingkah laku individu yang menjadi sasaran layanan. Hal ini sangat penting mengingat bidang garapan bimbingan dan konseling adalah tingkah laku siswa, yaitu tingkah laku yang perlu diubah atau dikembangkan apabila ia hendak mengatasi masalahmasalah yang dihadapinya atau ingin mencapai tujuan-tujuan yang ingin dikehendakinya. Untuk kepentingan layanan bimbingan dan konseling sejumlah aspek yang perlu dikuasai oleh para pembimbing (konselor), yaitu:
32
motif dan motivasi; pembawaan dasar dan lingkungan; perkembangan individu; belajar, balikan, dan penguatan; dan kepribadian. 4) Landasan Sosial Budaya Karakteristik sosial budaya masyarakat Indonesia yang majemuk itu tidak dapat diabaikan dalam perencanaan dan penyelenggaraan bimbingan dan konseling. Pelayanan bimbingan dan konseling yang bertujuan mengembangkan dan meningkatkan mutu kehidupan serta martabat manusia Indonesia harus berakar pada budaya bangsa Indonesia sendiri. Hal ini berarti bahwa penyelenggaraan bimbingan dan konseling harus dilandasi oleh dan mempertimbangkan keanekaragaman sosial budaya yang hidup dalam masyarakat, di samping kesadaran akan dinamika sosial budaya itu menuju masyarakat yang lebih maju. Proses bimbingan dan konseling merupakan proses komunikasi antara konselor dan klien. Proses konseling yang bersifat antar budaya (konselor dan klien berasal dari budaya yang berbeda) sangat peka terhadap pengaruh dari sumber-sumber hambatan komunikasi seperti bahasa dan lain sebagainya. Perbedaan dalam latar belakang ras atau etnik, kelas sosial ekonomi, dan bahasa bisa menimbulkan masalah dalam hubungan konseling. Oleh karena itu, konselor harus bisa menjaga
netralitas
sosial
budaya
(melakukan bimbingan dan konseling).
dalam
memberikan
bantuan
33
Konselor yang diharapkan akan berhasil dalam menyelenggarakan konseling antar budaya adalah mereka yang telah mengembangkan tiga dimensi kemampuan yaitu dimensi keyakinan dan sikap, pengetahuan dan keterampilan yang sesuai dengan klien antar budaya yang akan dilayani. 5) Landasan Ilmiah Dan Teknologi Pelayanan
bimbingan
dan
konseling
merupakan
kegiatan
profesional yang memiliki dasar-dasar keilmuan, baik yang menyangkut teori-teorinya,
pelaksanaan
kegiatan,
maupun
pengembangan-
pengembangan itu secara berkelanjutan. Pelayanan bimbingan dan konseling ini menekankan pentingnya logika, pemikiran, pertimbangan, dan pengolahan lingkungan secara ilmiah. Bimbingan dan konseling baik teori maupun praktik pelayanannya bersifat dinamis dan berkembang, seiring perkembangan ilmu-ilmu yang memberikan sumbangan dan seiring pula dengan perkembangan budaya manusia pendukung pelayanan bimbingan dan konseling tersebut. 6) Landasan Pedagogis Ada pernyataan bahwa bimbingan identik dengan pendidikan. Artinya ketika seseorang melakukan praktik pelayanan bimbingan dan konseling berarti ia sedang mendidik; sebaliknya apabila seseorang melakukan
praktik
pendidikan
memberikan bimbingan.
(mendidik),
berarti
dia
sedang
34
Landasan paedagogis dalam bimbingan dan konseling ditinjau dari tiga segi, diantaranya: pendidikan sebagai upaya pengembangan manusia dan bimbingan merupakan salah satu bentuk kegiatan pendidikan, pendidikan sebagai inti proses bimbingan dan konseling, dan pendidikan lebih lanjut sebagai inti tujuan pelayanan bimbingan dan konseling. c. Tujuan dan Fungsi Bimbingan dan Konseling 1) Tujuan Bimbingan dan Konseling Secara umum bimbingan dan konseling dilaksanakan dengan tujuan untuk memberikan pertolongan kepada individu. Bimbingan dan konseling diberikan kepada siswa “dalam rangka upaya agar siswa dapat menemukan pribadi, mengenal lingkungan, dan merencanakan
masa depan.” Bimbingan dalam rangka menemukan pribadi, dimaksukan agar siswa mengenal kekuatan dan kelemahan dirinya sendiri serta menerimanya secara positif dan dinamis sebagai modal pengembangan diri lebih lanjut. Sebagai manusia yang normal di dalam setiap diri individu selain memiliki hal-hal yang positif tentu ada hal yang negatif. Pribadi yang sehat ialah apabila ia mampu menerima dirinya apa adanya dan mampu mewujudkan hal-hal positif sehubungan dengan penerimaan dirinya tersebut. Jika seorang siswa mengenal dirinya kurang berprestasi dibandingkan dengan kawan-kawannya, maka hendaknya dia tidak
35
menjadi putus asa, rendah diri dan lain sebagainya, melainkan justru harus lebih bersemangat lagi untuk mengejar ketertinggalannya dan meraih prestasi pada bidang yang diminatinya. Bimbingan dalam rangka mengenal lingkungan, dimaksudkan agar siswa mengenal lingkungannya secara obyektif, baik lingkungan sosial dan ekonomi, lingkungan budaya yang sangat sarat nilai-nilai dan norma-norma, maupun lingkungan fisik dan menerima berbagai kondisi lingkungan itu secara positif dan dinamis pula. Pengenalan lingkungan yang meliputi keluarga, sekolah, dan lingkungan alam dan masyarakat sekitar serta lingkungan yang lebih luas diharapkan dapat menunjang proses penyesuaian diri siswa dengan lingkungan itu secara optimal untuk mengembangkan diri secara mantap berkelanjutan. Sedangkan bimbingan dalam rangka merencanakan masa depan, dimaksudkan agar siswa mampu mempertimbangkan dan mengambil keputusan tentang masa depan dirinya, baik yang menyangkut bidang pendidikan, bidang karir maupun budaya, keluarga dan masyarakat. Melalui perencanaan masa depan ini individu diharapkan mampu mewujudkan dirinya sendiri dengan bakat, minat, intelegensi dan kemungkinan-kemungkinan yang dimilikinya. Perwujudan diri ini
36
diharapkan terlaksana tanpa paksaan dan tanpa ketergantungan pada orang lain.37 Tujuan bimbingan dan konseling dari waktu ke waktu mengalami perubahan, para ahli berpendapat mengenai hal ini, diantaranya: a) Menurut pendapat Hamirin dan Kliford yaitu untuk membantu individu membuat pilihan-pilihan, penyesuaian-penyesuaian, dan intrepetasi-intrepetasi dalam hubungannya dengan situasi tertentu. b) Menurut pendapat Bradshow yaitu untuk memperkuat fungsi-fungsi pendidikan. c) Menurut pendapat Tiedeman yaitu untuk membantu orang-orang menjadi insan yang berguna, tidak hanya sekedar mengikuti kegiatankegiatan yang berguna saja. d) Menurut pendapat Colleman tujuan bimbingan dan konseling yaitu memberikan dukungan kepada klien untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi; memberikan wawasan, pandangan, keterampilan, dan alternatif baru kepada klien; mengatasi permasalahan yang dihadapi klien e) Thompson yaitu agar klien dapat mengikuti kemauan-kemauan konselor pada masalah pengambilan keputusan, pengembangan kesadaran, pengembangan pribadi, penyembuhan dan penerimaan diri sendiri 37
Hallen A, Bimbingan dan Konseling dalam Islam, 57-59.
37
f) Myers yaitu membantu individu untuk memperkembangkan dirinya, dalam arti mengadakan perubahan-perubahan positif pada diri individu tersebut. Dari pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan bimbingan
dan
konseling
memperkembangkan
diri
adalah
secara
untuk
optimal
membantu sesuai
individu
dengan
tahap
perkembangan dan predisposisi yang dimilikinya seperti kemampuan dasar dan bakat-bakatnya dengan berbagai latar belakang yang ada (keluarga, pendidikan, status sosial ekonomi) serta sesuai dengan tuntutan positif lingkungannya untuk menjadi insan yang berguna dalam kehidupannya
yang
memiliki
berbagai
wawasan,
pandangan,
interpretasi, pilihan, penyesuaian, dan keterampilan yang tepat sesuai dengan dirinya sendiri dan lingkungannya.38 2) Fungsi Bimbingan dan Konseling Dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling berfungsi sebagai pemberi layanan kepada peserta didik agar masing-masing peserta didik dapat berkembang secara optimal sehingga menjadi pribadi yang utuh dan mandiri. Oleh karena itu, pelayanan bimbingan dan konseling mengemban sejumlah fungsi yang hendak dipenuhi melalui kegiatankegiatan bimbingan dan konseling.
38
Prayitno dan Erman Amti, Dasar-dasar Bimbingan Konseling , 112-114.
38
Menurut Syamsu Yusuf dan Juntika, dalam Umi Rohmah menyebutkan bahwa fungsi bimbingan dan konseling sebagai berikut:39 a) Fungsi pemahaman, yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang membantu konseli agar memiliki pemahaman terhadap dirinya (potensinya) dan lingkungannya (pendidikan, pekerjaan, dan norma agama). Berdasarkan pemahaman ini, konseli diharapkan mampu mengembangkan potensi dirinya secara optimal dan menyesuaikan dirinya dengan lingkungan secara dinamis dan konstruktif. b) Fungsi fasilitasi, yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang memberikan kemudahan kepada siswa dalam mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang optimal, serasi, selaras, dan seimbang dalam seluruh aspek dalam diri konseli. c) Fungsi penyesuaian, yaitu fungsi bimbingan dan konseling dalam membantu konseli agar dapat menyesuaikan diri dan lingkungannya secara dinamis dan konstruktif. d) Fungsi penyaluran, yaitu fungsi bimbingan dan konseling dalam membantu konseli memilih kegiatan ekstrakurikuler, jurusan atau program studi, dan memantapkan penguasaan karir atau jabatan yang sesuai dengan minat, bakat, keahlian dan ciri-ciri kepribadian lainnya. Melalui fungsi ini, pelayanan bimbingan dan konseling berupaya mengenali masing-masing konseli secara perorangan, 39
Umi Rohmah, Pengantar Bimbingan dan Konseling , 20-22.
39
selanjutnya memberikan bantuan menyalurkan ke arah kegiatan dan program yang dapat menunjang tercapainya perkembangan yang optimal. e) Fungsi adaptasi, yaitu fungsi bimbingan dan konseling dalam membantu para pelaksana pendidikan khususnya konselor, guru atau dosen untuk mengadaptasikan program pendidikan terhadap latar belakang pendidikan, minat, kemampuan, dan kebutuhan konseli. Dengan menggunakan informasi yang memadai mengenai konseli, pembimbing/konselor dapat membantu guru dalam memperlakukan konseli secara tepat, baik dalam memilih dan menyusun materi sekolah/madrasah, memilih metode dan proses pembelajaran, maupun menyusun bahan pelajaran sesuai dengan kemampuan dan kecepatan konseli. f) Fungsi pencegahan (preventif), yaitu fungsi bimbingan dan konseling untuk senantiasa mengantisipasi berbagai masalah yang mungkin terjadi dan berupaya untuk mencegahnya, supaya tidak dialami konseli. Melalui fungsi ini, konselor memberikan bimbingan kepada konseli tentang cara menghindarkan diri dari perbuatan atau kegiatan yang membahayakan dirinya. g) Fungsi perbaikan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling untuk membantu konseli sehingga dapat memperbaiki kekeliruan dalam berpikir, berperasaan dan bertindak (berkehendak). Konselor
40
melakukan intervensi (memberikan perlakuan) terhadap konseli supaya memiliki pola berpikir yang sehat, rasional, dan memiliki perasaan yang tepat sehingga dapat mengantarkan mereka kepada tindakan dan kehendak yang produktif dan normatif. h) Fungsi penyembuhan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang bersifat kuratif. Fungsi ini berkaitan erat dengan upaya pemberian bantuan kepada konseli yang telah mengalami masalah, baik menyangkut aspek pribadi, sosial, belajar, maupun karir. Bantuan yang diberikan tergantung kepada masalah yang dihadapi konseli. i) Fungsi pemeliharaan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling untuk membantu konseli supaya dapat menjaga diri dan mempertahankan situasi kondusif yang telah tercipta dalam dirinya. Fungsi ini memfasilitasi konseli agar terhindar dari kondisi-kondisi yang akan menyebabkan penurunan produktivitas diri. j) Fungsi pengembangan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang sifatnya lebih proaktif daripada fungsi-fungsi lainnya. Dimana seorang konselor senantiasa berupaya untuk menciptakan lingkungan belajar yang kondusif, yang memfasilitasi perkembangan konseli. Konselor dan personal sekolah/madrasah lainnya bekerjasama merumuskan dan melaksanakan program bimbingan secara sistematis dan berkesinambungan dalam upaya membantu siswa mencapai tugas-tugas perkembangannya.
41
d. Asas-Asas Bimbingan dan Konseling Menurut Ferdy Pantar, dalam Anas Salahudin menyebutkan bahwa dalam penyelenggaraan layanan dan kegiatan pendukung bimbingan dan konseling, selain dimuati oleh fungsi dan didasarkan pada prinsip-prinsip tertentu, juga harus memenuhi sejumlah asas bimbingan. Pemenuhan asas-asas bimbingan dan konseling akan memperlancar pelaksanaan dan lebih menjamin keberhasilan layanan/kegiatan, sedangkan pengingkarannya dapat menghambat atau menggagalkan pelaksanaan, serta mengurangi atau mengaburkan hasil layanan/kegiatan bimbingan dan konseling itu sendiri. Diantara asas-asas yang dimaksud, diantaranya: 1) Asas Kerahasiaan Asas yang menuntut dirahasiakannya segenap data dan keterangan siswa yang menjadi sasaran layanan, yaitu data atau keterangan yang tidak boleh dan tidak layak diketahui orang lain. Dalam hal ini, guru pembimbing berkewajiban memelihara dan menjaga semua data dan keterangan itu sehingga kerahasiaannya benar-benar terjamin. Asas kerahasiaan ini merupakan asas kunci dalam usaha bimbingan dan konseling. Dengan adanya asas kerahasiaan ini dapat menimbulkan rasa aman dalam diri klien. Selain itu juga akan menghilangkan rasa kekhawatiran klien terhadap adanya keinginan konselor/guru pembimbing untuk menyalahgunakan rahasia dan
42
kepercayaan yang telah diberikan kepadanya. Sebagaimana firman Allah dalam Surat Al-Mu’minun ayat 8:
َ٨ :َوال ِذيْ َن ُه ْم َِِ ٰمنٰتِ ِه ْم َو َع ْه ِد ِهم ۡ َراعُ ْو َن ُسورة امؤمنون
Artinya: “Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janjinya ” (QS. Al-Mu’minun: 8) 2) Asas Kesukarelaan
Asas yang menghendaki adanya kesukaan dan kerelaan siswa mengikuti/menjalani layanan/kegiatan yang diperuntukan baginya. Guru pembimbing berkewajiban membina dan mengembangkan kesukarelaan tersebut.
Dengan membina hubungan
yang baik
antara
guru
pembimbing dengan siswa maka akan terjalin kerjasama yang baik pula. Kerjasama akan terjalin bilamana siswa dapat dengan sukarela menceritakan serta menjelaskan masalah yang dialaminya kepada guru pembimbing. 3) Asas Keterbukaan Asas yang menghendaki agar siswa yang menjadi sasaran layanan/kegiatan bersikap terbuka dan tidak berpura-pura, baik dalam memberikan keterangan tentang dirinya sendiri maupun dalam menerima berbagai informasi dan materi dari luar yang berguna bagi pengembangan dirinya. Guru pembimbing mempunyai berkewajiban mengembangkan keterbukaan siswa. Agar siswa mau terbuka, guru pembimbing terlebih dahulu bersikap terbuka dan tidak berpura-pura.
43
4) Asas Kegiatan Asas yang menghendaki agar siswa yang menjadi sasaran layanan berpartisipasi secara aktif di dalam penyelenggaraan layanan/kegiatan bimbingan. Dalam hal ini guru pembimbing perlu mendorong siswa untuk aktif dalam setiap layanan/kegiatan bimbingan dan konseling yang diperuntukan baginya. 5) Asas Kekinian Asas yang menghendaki agar objek sasaran layanan bimbingan dan konseling ialah permasalahan siswa dalam kondisinya sekarang. Layanan yang berkenaan dengan masa depan atau kondisi masa lampau pun dilihat dampak dan/atau kaitannya dengan kondisi yang ada dan apa yang di perbuat sekarang. Permasalahan yang dihadapi oleh siswa sering bersumber dari rasa penyesalan terhadap apa yang terjadi pada masa lampau, dan kekhawatiran dalam menghadapi apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang, sehingga ia lupa dengan apa yang harus dan dapat dikerjakannya pada saat ini. Dalam hal ini diharapkan seorang guru pembimbing dapat mengarahkan siswa untuk memecahkan masalah yang sedang dihadapinya sekarang. Sebagaimana firman Allah Swt. dalam Surat Al-Ashar ayat 1-3:
44
ِ ِ ٰ َ إِِ ال ِذين اٰمنُواْ وع ِملُوا ا٢ُ َ إِن اِْ ْ ا َن لَِفي خس ٍر١ُ والْعص ِر اص ْوا َ َ َ َْ َْ َ ّ َ لصل ٰيت َوتَ َو ُْ ْ َ ِ َ٣ُ ِْْ اص ْوا اِلص َ ا َْ ِ َوتَ َو
Artinya: “Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh serta saling menasihati supaya mentaati kebenaran dan saling menasihati supaya menetapi kesabaran.” (QS. Al-Ashar:1-3) 6) Asas Kemandirian Asas yang menunjuk pada tujuan umum bimbingan dan konseling, yakni siswa sebagai sasaran layanan bimbingan dan konseling diharapkan menjadi individu-individu yang mandiri dengan ciri-ciri mengenal dan menerima diri sendiri dan lingkungannya, mampu mengambil keputusan, mengarahkan serta mewujudkan diri sendiri. Guru pembimbing hendaknya mampu mengarahkan segenap layanan bimbingan dan konseling yang diselenggarakannya bagi berkembangnya kemandirian siswa. Sebagaimana firman Allah Swt. dalam Surat Al-Baqarah ayat 286:
:ُسورة ال قرة... ت ْ َت َو َعلَْي َها َماا ْ تَ َس ْ َََا َما َ َس
ف اللهُ َ ْف ًسا إِِ ُو ْس َع َها ُ َِِ يُ َكل
َ٢٨٦
Artinya: “Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya...” (QS. Al-Baqarah: 286) 7) Asas Kedinamisan
Asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar isi layanan terhadap sasaran layanan (siswa) yang sama kehendaknya selalu
45
bergerak
maju,
tidak
monoton,
dan
terus
berkembang
serta
berkelanjutan sesuai dengan kebutuhan dan tahap perkembangannya dari waktu ke waktu. Konselor (guru pembimbing) dan klien (siswa) serta pihak-pihak lain diminta untuk memberikan kerjasama sepenuhnya agar pelayanan bimbingan dan konseling yang diberikan dapat dengan cepat menimbulkan perubahan dalam sikap dan tingkah laku klien (siswa). Sebagaimana firman Allah Swt. dalam Surat Ar Ra’du ayat 11 berikut:
ٍ ِ ِ ِِ ِ َ١١ :الرعد ّ ُسورة... إن اللهَ َِ يُ َيِ ُر َماب َق ْو َ ّٰ يُ َيِ ُرْوا َما اَ ْ ُفسه ْم...
Artinya: “... Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. ...” (QS. Ar Ra’d: 11) 8) Asas Keterpaduan Asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar berbagai layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling, baik yang dilakukan oleh guru pembimbing maupun pihak lain, saling menunjang, harmonis, dan terpadu. Oleh karena itu, guru pembimbing perlu bekerja sama dengan orang-orang yang diharapkan bisa membantu penanggulangan masalah yang dihadapi siswa. Dalam hal ini peranan guru pembimbing, orang tua, dan siswa-siswa yang lain sering kali sangat menentukan. 9) Asas Kenormatifan Asas yang menghendaki agar seluruh layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling didasarkan pada norma-norma, baik norma
46
agama, hukum, peraturan, adat istiadat, ilmu pengetahuan, dan kebiasaan-kebiasaan layanan/kegiatan
yang
berlaku.
bimbingan
dan
Bahkan konseling
lebih ini
jauh harus
lagi, dapat
meningkatkan kemampuan siswa (klien) dalam memahami, menghayati, dan mengamalkan norma-norma tersebut. 10) Asas Keahlian Asas yang menghendaki agar layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling diselenggarakan atas dasar kaidah-kaidah profesional. Dalam hal ini, para pelaksana layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling lainnya hendaknya merupakan tenaga yang benar-benar ahli dalam bimbingan dan konseling. Profesionalitas guru pembimbing (konselor) harus terwujud, baik dalam penyelenggaraan jenis-jenis layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling maupun dalam penegakan kode etik bimbingan dan konseling. Untuk menjamin keberhasilan usaha bimbingan dan konseling, para petugas harus mendapatkan pendidikan dan latihan yang memadai, pengetahuan, keterampilan, sikap, dan kepribadian yang ditampilkan oleh guru pembimbing untuk menunjang hasil konseling. Sebagaimana firman Allah Swt dalam Surat Ali-Imron ayat 159 berikut:
47
ِ ِِ ٍ ِ ال ْل َ نت فَظا َغلِي َظ ْق َ ضوا ِمن ۡ َ ْو ل َ ُ ت َُ ْم ۚ َولَ ْو َ فَِ َما َر َْْة ِم َن لاله لْن ْ ب َِ ْ َف ِ ِ ُ فَا ْع َ ْ َف َعْن ُه ْم َو ا ْستَ ْف ْر َُ ْم َو َشا ِوْرُه ْم ِِ ا ْأ َْم ِر ۚ فَِ َا َع َت فَتَ َو ْل َعلَى اه إِن ا لله ِ ِ َ١٥٩ :ْ ُسورة ال عمران َ ُُب الْ ُمتَ َوِ ل Artinya: “Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya” (QS. Ali-Imron: 159)
11) Asas Alih Tangan Kasus Asas yang menghendaki agar pihak-pihak yang tidak mampu menyelenggarakan layanan bimbingan dan konseling secara tepat dan tuntas atas suatu permasalahan siswa (klien) dapat mengalihtangankan kepada pihak yang lebih ahli. Guru pembimbing (konselor) dapat menerima alih tangan kasus dari orang tua, guru-guru lain, atau ahli lain, dan demikian pula guru pembimbing dapat mengalihtangankan kasus kepada pihak yang lebih berkompeten, baik yang berada di dalam lembaga sekolah maupun di luar sekolah. Sebagaimana firman Allah Swt dalam Surat Al-Isra’ ayat 54 berikut:
ً رب ُك ْم أ َْعلَ ُم بِ ُك ْم إِ ْن ي َ ْ يَ ْرَْْ ُك ْم أ َْو إِ ْن ي َ ۡ يُ َع ِذ ُْ ْم َوَما ٓ أ َْر َس ْلٰن َ َعلَْي ِه ْم َوِْي َ٥٤ :ُسورة اِسر ٓء
Artinya: “Tuhanmu lebih mengetahui tentang kamu. Dia akan memberi rahmat kepadamu jika Dia menghendaki dan Dia akan mengazabmu, jika Dia menghendaki. Dan, Kami tidaklah
48
mengutusmu untuk menjadi penjaga bagi mereka” (QS. AlIsra’: 54) 12) Asas Tut Wuri Handayani Asas yang menghendaki agar pelayanan bimbingan dan konseling secara
keseluruhan
(memberikan
rasa
dapat aman),
menciptakan
suasana
mengembangkan
mengayomi
keteladanan,
dan
memberikan rangsangan dan dorongan, serta kesempatan yang seluasluasnya kepada siswa (klien) untuk maju.40 Sebagaimana yang telah kita pahami dalam pengertian bimbingan dan konseling bahwa bimbingan dan konseling itu merupakan kegiatan yang dilakukan secara sistematis, sengaja, berencana, terus menerus, dan terarah kepada suatu tujuan. Oleh karena itu, hendaknya suasana bimbingan dan konseling tidak hanya dirasakan pada waktu klien (siswa)
mengalami
masalah
dan
menghadap
konselor
(guru
pembimbing) saja, tetapi kegiatan bimbingan dan konseling harus senantiasa diikuti secara terus menerus dan aktif sampai sejauh mana klien telah mencapai tujuan yang telah ditetapkan. e. Metode dan Teknik Bimbingan dan Konseling Metode lazim diartikan sebagai cara untuk mendekati masalah sehingga diperoleh hasil yang memuaskan, sementara teknik merupakan penerapan metode tersebut dalam praktek. 40
Anas Salahudin, Bimbingan & Konseling (Bandung: Pustaka Setia, 2010), 39-42.; Lihat juga dalam Hallen A, Bimbingan dan Konseling dalam Islam, 66-74.
49
Secara umum ada dua metode yang digunakan dalam layanan bimbingan dan konseling, yaitu: 1) Bimbingan Kelompok (Group Guidance) Teknik bimbingan kelompok ini dipergunakan dalam membantu siswa memecahkan masalah-masalah melalui kegiatan kelompok. Artinya masalah itu dirasakan oleh kelompok atau oleh individu sebagai anggota kelompok. Penyelenggraan bimbingan kelompok antara lain dimaksudkan untuk membantu mengatasi masalah bersama atau membantu seorang individu yang menghadapi masalah dengan menempatkannya dalam suatu kehidupan kelompok. Beberapa jenis bentuk khusus bimbingan kelompok ialah sebagai berikut: a) Program Home Room (Home Room Program) Suatu program kegiatan yang dilakukan dengan tujuan agar guru
mengenal
siswa-siswanya
lebih
baik
sehingga
dapat
membantunya secara efisien. Kegiatan ini dilakukan di dalam kelas dalam bantuk pertemuan antar guru dengan siswa di luar jam-jam pelajaran untuk membicarakan beberapa hal yang dianggap perlu. Dalam program home room ini, hendaknya diciptakan suatu situasi yang bebas dan menyenangkan sehingga siswa dapat mengutarakan perasaannya seperti di rumah. Dengan kata lain, home room ialah membuat suasana kelas seperti di rumah. Dalam
50
kesempatam ini diadakan tanya jawab, menampung pendapat, merencanakan suatu kegiatan, dan sebagainya. Program home room dapat diadakan secara periodik (berencana) atau pula dilakukan sewaktu-waktu. b) Karyawisata (Field Trip) Disamping berfungdi sebgai kegiatan rekreasi atau sebagai metode mengajar, karyawisata dapat berfungsi sebagai salah satu cara dalam bimbingan kelompok. Dengan karyawisata, siswa meninjau objek-objek menarik dan mereka mendapat informasi yang lebih baik dari objek itu. Siswa-siswa juga mendapat kesempatan untuk memperoleh penyesuaian dalam kehidupan kelompok, misalnya pada diri sendiri. Juga dapat mengembangkan bakat dan cita-cita yang ada. c) Diskusi Kelompok Diskusi kelompok merupakansuatu cara memberi kesempatan kepada siswa untuk memecahkan masalah bersama-sama. Setiap siswa mendapat kesempatan untuk menyumbangkan pikiran masingmasinh dalam memecahkan suatu masalah. Dalam diskusi tertanam pula rasa tanggung jawab dan harga diri. Masalah-masalah yang dapat didiskusikan, misalnya: 1) perencanaan suatu kegiatan; 2) masalah-masalah pekerjaan; 3) masalah belajar; 4) masalah penggunaan waktu senggang, dan sebagainya.
51
d) Kegiatan Kelompok Kegiatan kelompok merupakan cara yang baik dalam bimbingan,
karena
individu
mendapat
kesempatan
untuk
berpartisipasi dengan sebaik-baiknya. Banyak kegiatan tertentu yang lebih berhasil jika dilakukan kelompok. Dengan kegiatan ini, anak dapat menyumbangkan pikirannya dan dapat pula mengembangkan rasa tanggung jawab. e) Organisasi Siswa Organisasi siswa, baik dalam lingkungan sekolah maupun di luar sekolah, merupakan salah satu cara dalam kelompok. Melalui organisasi, banyak masalah yang sifatnya individual maupun kelompok dapat diselesaikan. Dalam organisasi, siswa mendapat kesempatan untuk belajar mengenai berbagai aspek kehidupan sosial. Ia dapat mengembangkan bakat kemimpinannya, di samping memupuk rasa tanggung jawab dan harga diri.41 f) Sosiodrama Sosiodrama merupakan suatu cara dalam bimbingan kelompok yang membantu memecahkan masalah siswa melalui drama. Masalah-masalah yang di dramakan adalah masalah-masalah sosial. Metode ini dilakukan melalui kegiatan bermain peran. Di dalam sosiodrama, individu akan memerankan suatu peran tertentu dari 41
Anas Salahudin, Bimbingan & Konseling , 96-98.
52
suatu situasi masalah sosial. Pemecahan masalah individu diperoleh melalui penghayatan peran tentang situasi masalah yang dihadapinya. Dari pementasan peran selanjutnya diadakan diskusi mengenai caracara pemecahan masalahnya yang dihadapi oleh seorang individu sebagai anggota kelompok atau yang dihadapi oleh sekelompok siswa. g) Psikodrama Hampir sama dengan sosiodrama, psikodrama adalah upaya pemecahan masalah melalui drama. Bedanya adalah masalah yang didramakan. Dalam sosiodrama yang didramakan adalah masalahmasalah sosial sedangkan dalam psikodrama yang didramakan adalah masalah-masalah psikis yang dialami individu. Siswa yang mengalami masalah psikis disuruh memerankan suatu peranan. Dengan memerankan peran tertentu, konflik atau ketegangan yang ada dalam diri individu dapat dikurangi. Kepada sekolompok siswa dikemukakan suatu cerita yang menggambarkan adanya suatu ketegangan psikis yang dialami oleh individu. Selanjutnya siswa diminta untuk mendramakannya di depan kelas. Bagi siswa yang mengalami ketegangan psikis, melalui drama ini akan dapat mengurangi ketegangannya.
53
h) Pengajaran Remedial Pengajaran remedial (remedial teaching) merupakan suatu bentuk pembelajaran yang diberikan kepada seorang atau beberapa orang siswa untuk membantu kesulitan belajar yang dihadapinya. Pengajaran remedial merupakan salah satu teknik pemberian bimbingan yang dapat dilakukan secara individual maupun kelompok tergantung kesulitan belajar yang dihadapi siswa. Pengajaran remedial bisa dilakukan dalam bentuk pengulangan pelajaran (terutama pada aspek-aspek yang belum dikuasai siswa), penambahan pelajaran, latihan-latihan, dan penekanan pada aspekaspek tertentu tergantung dari jenis dan tingkat kesulitan belajar yang dialami siswa. Pada prinsipnya pengajaran remedial termasuk ke dalam bimbingan akademik (academic guidance) atau bimbingan belajar yang bersifat khusus.42 2) Konseling Individual (Individual Konseling) Konseling merupakan salah satu cara pemberian bantuan secara perseorangan dan secara langsung. Pemberian bantuan dilaksanakan secara face to face relationship (hubungan langsung muka ke muka, atau hubungan empat mata), yang dilaksanakan dengan wawancara antara konselor (pembimbing) dan klien (siswa). Masalah-masalah yang
42
Tohirin, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah (Berbasis Integrasi) , 290-295.
54
dipecahkan melalui teknik konseling, adalah masalah-masalah yang sifatnya pribadi. Dalam konseling individual, konselor (pembimbing) dituntut untuk mampu bersikap penuh simpati dan empati. Simpati ditunjukkan oleh konselor melalui sikap turut merasakan apa yang sedang dirasakan oleh klien
(siswa),
sedangkan
empati
adalah usaha konselor
menempatkan diri dalam situasi diri klien dengan segala masalahmasalah yang dihadapinya. Keberhasilan konselor bersimpati dan berempati akan memberikan kepercayaan yang sepenuhnya kepada konselor. Keberhasilan konselor bersimpati dan berempati dari konselor juga akan sangat membantu keberhasilan proses konseling. Merujuk kepada teori-teori konseling, setidaknya ada tiga cara konseling yang biasa dilakukan, yaitu: a) Konseling direktif (directive counselling), yaitu metode konseling dimana yang aktif berperan adalah konselor (pembimbing). Konselor berusaha mengarahkan klien sesuai dengan masalahnya. Selain itu, konselor juga memberikan saran, anjuran dan nasihat kepada klien. Karena praktik yang demikian, konseling ini juga dikenal dengan konseling yang berpusat pada konselor. b) Konseling non direktif (non directive counselling), yaitu metode konseling ini merupakan kebalikan dari metode konseling direktif, yaitu semua yang berpusat pada klien (siswa). Konselor hanya
55
menampung pembicaraan, yang berperan adalah klien (siswa). Klien bebas berbicara sedangkan konselor menampung dan mengarahkan. Meode ini sulit diterapkan untuk siswa yang berkepribadian tertutup (introvent), karena klien (siswa) dengan kepribadian tertutup biasanya pendiam dan sulit diajak berbicara. c) Konseling eklektif (eclective counselling), yaitu metode konseling ini menggabungkan kedua metode konseling diatas (konseling direktif dan konseling non direktif ).43 Teknik-teknik tertentu yang digunakan untuk memperlancar jalannya bimbingan dan konseling, yaitu: 1) Attending, perilaku konselor menghampiri konseli yang mencakup komponen kontak mata, bahasa tubuh, dan bahasa lisan. 2) Empati, kemampuan konselor untuk merasakan apa yang dirasakan konseli, mersa dan berpikir bersama konseli dan bukan untuk atau tentang konseli. Empati dilaksanakan bersamaan dengan attending, karena tanpa attending tidak akan ada empati. 3) Refleksi, teknik yang digunakan untuk memantulkan kembali kepada konseli tentang perasaan, pikiran, dan pengalaman sebagai hasil pengamatan terhadap perilaku verbal dan non verbalnya. 4) Eksplorasi, teknik untuk menggali perasaan, pikiran, dan pengalaman konseli. 43
Ibid., 296-301.
56
5) Menangkap pesan (paraphasing), teknik untuk menyatakan kembali esensi atau inti ungkapan konseli dengan teliti mendengarkan pesan utama konseli, mengungkapkan dengan bahasa yang mudah dan sederhana. 6) Pertanyaan terbuka (open question), teknik untuk memancing konseli agar mau berbicara mengungkapkan perasaan, pengalaman, dan pemikirannya. Pertanyaan yang diajukan sebaiknya tidak menggunakan kata tanya mengapa atau apa sebabnya, melainkan menggunakan kata tanya apakah, bagaimana, adakah, dapatkah. 7) Pertanyaan tertutup (closed question), teknik untuk memancing konseli agar mau berbicara mengungkapkan perasaan, pengalaman, dan pemikirannya. Pertanyaan yang diajukan meminta jawaban ya atau tidak atau dengan kata-kata singkat. 8) Dorongan minimal (minimal encouragement), teknik yang memberikan suatu dorongan langsung yang singkat terhadap apa yang telah dikemukakan konseli. 9) Interpretasi,
teknik
untuk
mengulas
pemikiran,
perasaan,
dan
pengalaman konseli dengan merujuk pada teori-teori, bukan pandangan subyektif konselor. 10) Mengarahkan (directing), teknik untuk mengajak dan mengarahkan konseli melakukan sesuatu.
57
11) Menyimpulkan sementara (summarizing), teknik untuk menyimpulkan sementara pembicaraan sehingga arah pembicaraan semakin jelas. 12) Memimpin (leading), kemampuan seorang konselor untuk memimpin pembicaraan konseli lurus ke tujuan konseling sebagaimana diharapkan konseli. 13) Fokus, kemampuan konselor untuk memusatkan perhatian konseli pada pokok pembicaraan. 14) Claryfying, kemampuan konselor untuk menjernihkan suatu masalah. 15) dan lain-lain. 44 f. Tahapan Bimbingan dan Konseling Dalam memberikan bimbingan dan konseling, terdapat tahapantahapan sebagai berikut: 1) Identifikasi masalah, langkah identifikasi dimaksudkan untuk mengenali masalah-masalah yang dialami oleh konseli (siswa). Setelah jenis masalah siswa terkumpul untuk menentukan masalah mana yang akan dipecahkan harus menggunakan skala prioritas. 2) Pengumpulan data , setelah ditetapkan masalah yang akan dibicarakan dalam konseling, selanjutnya adalah mengumpulkan data siswa yang bersangkutan. Data siswa yang dikumpulkan harus secara komprehensif yang meliputi: data diri, data orang tua, data pendidikan, data kesehatan, dan data lingkungan. 44
Umi Rohmah, Pengantar Bimbingan dan Konseling, 127-143.
58
3)
Analisis data , data-data siswa yang telah dikumpulkan lalu dianalisis.
Data hasil tes dapat dianalisis secara kuantitif dan data hasil non tes dapat dianalisis secara kualitatif. 4)
Diagnosis, langkah diagnosis ini dilaksanakan untuk menetapkan latar
belakang masalah atau faktor-faktor penyebab timbulnya masalah pada konseli (siswa). 5) Prognosis, langkap yang dimaksudkan untuk menetapkan langkahlangkah bantuan yang akan diambil. 6)
Terapi, tahapan melaksanakan bantuan atau bimbingan. Langkah ini
merupakan pelaksanaan yang ditetapkan dalam langkah prognosis. 7) Evaluasi dan follow up. Pada langkah evaluasi ini merupakan langkah untuk melihat apakah upaya bantuan yang telah diberikam memperoleh hasil atau tidak. Selanjutnya dalam langkah tindak lanjut (follow up), dilihat perkembangan selanjutnya dalam jangka waktu yang lebih lama.45 2. Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling dalam Pendidikan a. Layanan Bimbingan dan Konseling dalam Pendidikan Adapun macam-macam bentuk layanan bimbingan dan konseling dalam pendidikan diantaranya: 46
45
Tohirin, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah (Berbasis Integrasi) , 317-321. Hallen A, Bimbingan dan Konseling dalam Islam, 81-88.; Tohirin, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah (Berbasis Integrasi) , 141-206. 46
59
1) Layanan orientasi, yaitu layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan siswa (klien) memahami lingkungan (seperti sekolah) yang
baru
dimasukinya,
dalam
rangka
mempermudah
dan
memperlancar berperannya siswa di lingkungan yang baru itu. 2) Layanan informasi, yaitu layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan siswa (klien) menerima dan memahami berbagai informasi (seperti informasi pendidikan, informasi jabatan) yang dapat dipergunakan sebagai bahan pertimbangan dan pengambilan keputusan untuk kepentingan siswa (klien). 3) Layanan penempatan dan penyaluran, yaitu layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan siswa (klien) memperoleh penempatan dan penyaluran yang tepat (misalnya penempatan dan penyaluran di dalam kelas, kelompok belajar, jurusan/program studi, program latihan, magang, kegiatan co-ekstra kurikuler) sesuai dengan potensi, bakat dan minat serta kondisi pribadi. 4) Layanan pembelajaran, yaitu layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan siswa (klien) mengembangkan diri dengan sikap dan kebiasaan belajar yang baik, materi belajar dengan kecepatan dan kesulitan belajar, serta berbagai aspek tujuan dan kegiatan belajar lainnya. 5) Layanan konseling perorangan, yaitu layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan siswa (klien) mendapat layanan langsung tatap
60
muka (secara perorangan) dengan guru pembimbing dalam rangka pembahasan dan pengentasaan permasahan pribadi yang dideritanya. 6) Layanan bimbingan kelompok, yaitu layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan sejumlah siswa secara bersama-sama melalui dinamika kelompok memperoleh berbagai bahan dari nara sumber tertentu (terutama dari guru pembimbing) dan/atau membahas secara bersama-sama pokok bahasan (topik) tertentu yang berguna untuk menunjang pemahaman dan kehidupannya sehari-hari dan untuk perkembangan dirinya baik sebagai individu maupun sebagai pelajar, dan untuk pertimbangan dalam pengambilan keputusan dan/atau tindakan tertentu. 7) Layanan konseling kelompok, yaitu layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan siswa (klien) memperoleh kesempatan untuk pembahasan dan pengentasan permasalahan yang dialaminya melalui dinamika kelompok; masalah yang dibahas itu adalah masalah pribadi yang dialami masing-masing anggota kelompok. 8) Layanan konsultasi, yaitu layanan bimbingan dan konseling yang dilaksanakan oleh konselor (guru pembimbing) terhadap seorang konsulti yang memungkinkannya memperoleh wawasan, pemahaman, dan cara-cara yang perlu dilaksanakannya dalam menangani kondisi atau permasalahan pihak ketiga.
61
9) Layanan penguasaan konten, yaitu layanan bimbingan dan konseling kepada siswa baik sendiri maupun dalam kelompok untuk menguasai kemampuan atau kompetensi tertentu melalui kegiatan belajar. b. Peranan Bimbingan dan Konseling dalam Pendidikan Sekolah atau lembaga pendidikan, sebagaimana telah diketahui bertujuan untuk mempersiapkan dan menghasilkan tenaga untuk mengisi formasi-formasi yang dibutuhkan oleh masyarakat atau pemerintah sesuai tujuan pendidikan nasional yang telah digariskan dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (SISDIKNAS), bahwa: “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermatabat dalam
rangka
mencerdaskan
kehidupan
bangsa,
bertujuan
untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Jadi, diharapkan setiap lulusan memiliki empat kompetensi pokok, yaitu kompetensi religius, akademis, kemanusiaan, dan sosial.47 1) Kompetensi
religius,
yaitu
seperangkat
kemampuan
untuk
mengendalikan diri agar tidak melanggar perintah Allah SWT dan
47
UU. No 20 Tahun 2003 Sistem Pendidikan Nasional (SISDIKNAS) (Bandung: Citra Umbara, 2003), 19.
62
sebaliknya tidak memperturutkan segala sesuatu yang larangan oleh Allah SWT. 2) Kompetensi akademis, yaitu seperangkat kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang seharusnya dimilikinya sesuai dengan bidangnya masing-masing serta pengaplikasian ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut dalam kehidupan sehari-hari. 3) Kompetensi kemanusiaan atau individual, yaitu kemampuan para tamatan suatu lembaga pendidikan agar mampu mewujudkan dirinya sebagai pribadi yang mandiri untuk melakukan transformasi diri dan pemahaman diri. 4) Kompetensi kemasyarakatan, yaitu kemampuan para tamatan sekolah atau lembaga pendidikan untuk memahami bahwa dirinya merupakan bagian yang tak terisahkan dari masyarakat dan mampu mengemban tugasnya sebagai anggota masyarakat dan warga negara Indonesia. Dari penjelasan di atas dapat dilihat peranan pelayanan bimbingan dan konseling
dalam
pendidikan,
yakni
sesuai
dengan
urgensi
dan
kedudukannya, maka ia berperan sebagai penunjang kegiatan pendidikan lainnya dalam mencapai tujuan pendidikan yang telah digariskan melalui Undang-Undang SISDIKNAS. Peran ini dimanisfestasikan dalam bentuk membantu peserta didik untuk mengembangkan kompetensi religius, kemanusiaan dan sosial. Serta membantu kelancaran para peserta didik dalam pengembangan kompetensi
63
akademik dan profesional sesuai dengan bidang yang ditekuninya melalui pelayanan bimbingan dan konseling.48 c. Bidang-bidang Bimbingan dan Konseling dalam Pendidikan Pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah merupakan kegiatan yang sistematis, terarah, dan berkelanjutan. Oleh karena itu, pelayanan BK selalu memperhatikan karakteristik tujuan pendidikan, kurikulum, dan peserta didik. Secara umum bidang-bidang BK di sekolah, yaitu: 49 1) Bidang Bimbingan Pribadi Dalam bidang ini pelayanan BK membantu siswa menemukan dan mengembangkan pribadi yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, mantap dan mandiri serta sehat jasmani dan rohani. 2) Bidang Bimbingan Sosial Dalam bidang ini pelayanan BK di sekolah berusaha membantu siswa mengenal dan berhubungan dengan lingkungan sosialnya yang dilandasi budi pekerti, tanggung jawab kemasyarakatan dan kenegaraan. 3) Bidang Bimbingan Belajar Dalam bidang ini pelayanan BK membantu siswa untuk menumbuhkan dan mengembangkan sikap dan kebiasaan belajar yang baik dalam menguasai pengetahuan dan keterampilan.
48
Ibid., 50-52. Hallen A, Bimbingan dan Konseling dalam Islam, 77-80.; Dewa Ketut Sukardi & Nila Kusmawati, Proses Bimbingan & Konseling di Sekolah , 12-14. 49
64
4) Bidang Bimbingan Karier Dalam bidang ini pelayanan BK ditujukan untuk mengenal potensi diri, mengembangkan dan memantapkan pilihan karier. d. Program Pelayanan Bimbingan dan Konseling Pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah dan madrasah terlaksana melalui sejumlah kegiatan bimbingan. Kegiatan-kegiatan tersebut diselenggarakan melalui suatu program bimbingan. Secara umum program bimbingan merupakan suatu rancangan atau rencana kegiatan yang akan dilaksanakan dalam jangka waktu tertentu. Rancangan kegiatan tersusun secara sistematis, teorganisasi, dan terkoordinasi dalam jangka waktu tertentu. Dalam menyusun rencana program bimbingan dan konseling di sekolah dan madrasah, harus melibatkan berbagai pihak yang terkait seperti kepala sekolah, guru BK, guru mapel, tenaga administrasi, wali murid, komite sekolah, dan tokoh masyrakat. Kepala sekolah dan madrasah yang visible akan membuat rancangan program bimbingan dan konseling untuk selanjutnya dijabarkan oleh para guru dan guru BK. Atau guru BK menyusun rencana program sesuai kebutuhan sekolah dan madrasah untuk selanjutnya dibicarakan dengan melibatkan pihak-pihak di atas.50
50
Tohirin, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah (Berbasis Integrasi) (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2008), 259-260.
65
1) Jenis Program Bimbingan dan Konseling a) Program tahunan, yaitu program pelayanan bimbingan dan konseling yang meliputi seluruh kegiatan selama satu tahun untuk masingmasing kelas di sekolah/madrasah. b) Program semesteran, yaitu program pelayanan konseling meliputi seluruh kegiatan selama satu semester yang merupakan jabaran program tahunan. c) Program bulanan, yaitu program pelayanan bimbingan dan konseling meliputi seluruh kegiatan selama satu bulan yang merupakan jabaran program semesteran. d) Program mingguan, yaitu program pelayanan bimbingan dan konseling meliputi seluruh kegiatan selama satu mingggu yang merupakan penjabaran program bulanan. e) Program harian, yaitu program pelayanan bimbingan dan konseling yang dilaksanakan pada hari-hari tertentu dalam satu minggu. Program harian merupakan penjabaran program mingguan dalam bentuk satuan layanan (SATLAN) dan satuan pendukung (SATKUNG ) konseling yang masing-masing memuat: (a) sasaran layanan/kegiatan pendukung; (b) substansi layanan/kegiatan pendukung; (c) jenis layanan/kegiatan pendukung, serta alat bantu yang digunakan; (d) pelaksana layanan/kegiatan pendukung dan pihak-pihak yang terlibat; dan (e) waktu dan tempat.
66
2) Penyusunan Program Bimbingan dan Konseling Penyusunan program bimbingan disusun oleh tenaga ahli bimbingan atau guru BK dan madrasah dengan melibatkan tenaga bimbingan yang lain berdasarkan kebutuhan peserta didik (need assessment) yang diperoleh dari aplikasi instrumentasi. Substansi
program pelayanan konseling meliputi keempat bidang layanan, jenis layanan dan kegiatan pendukung, format kegiatan, sasaran pelayanan, dan volume/beban tugas konselor.51 3) Perencanaan Kegiatan Bimbingan dan Konseling Perencanaan serangkaian
bimbingan
tindakan/usaha
dan yang
konseling
adalah
dilakukan
lembaga
penentuan pendidik
(konselor) kepada siswa (klien) agar menyesuaikan diri dengan memuaskan diri dalam lingkungan dimana mereka hidup agar tercapai tujuan yang diinginkan oleh konselor dan klien. Dalam hubungannya dengan perencanaan program layanan bimbingan dan konseling di sekolah, maka ada beberapa aspek kegiatan penting yang perlu dilakukan yaitu: a) Mengidentifikasi kebutuhan dan permasalahan siswa. b) Penentuan tujuan program layanan bimbingan dan konseling yang hendak dicapai c) Analisis situasi dan kondisi di sekolah 51
Deni Febrini, Bimbingan Konseling (Yogyakarta: Teras, 2011), 109-110.
67
d) Penentuan jenis-jenis program kegiatan yang akan dilakukan e) Penetapan metode dan teknik yang akan digunakan dalam kegiatan f) Penetapan personel-personel yang akan melaksanakan kegiatankegiatan yang telah ditetapkan g) Persiapan
fasilitas
dan
biaya
pelaksanaan
kegiatan-kegiatan
bimbingan yang direncanakan h) Perkiraan tentang hambatan-hambatan yang akan ditemui dan usahausaha apa yang akan dilakukan dalam mengatasi hambatanhambatan. i) Menetapkan alokasi waktu untuk menyusun, melaksanakan, menilai, menganalisis, dan menindak lanjuti program bimbingan dan konseling.52 4) Pelaksanaan/Penerapan Kegiatan Bimbingan dan Konseling Pelaksanaan kegiatan merupakan realisasi rencana program bimbingan yang telah disusun. Program pelayanan konseling yang telah direncanakan dalam bentuk SATLAN dan SATKUNG dilaksanakan sesuai dengan sasaran, substansi, jenis kegiatan, waktu, tempat, dan pihak-pihak yang terkait. Konselor bersama pendidik dan personil
52
Achmad Juntika Nurihson, Strategi Layanan Bimbingan dan Konseling (Bandung: Refika Aditama, 2012), 39-41.
68
sekolah/madrasah lainnya berpartisipasi secara aktif dalam kegiatan pengembangan diri yang bersifat rutin, insidental, dan keteladanan.53 e. Dampak Bimbingan dan Konseling pada Siswa Menurut Syamsu Yusuf dan Juntika Nuruhsan, dampak yang harus terjadi pada siswa yang telah mendapat bimbingan dan konseling adalah mengarah pada hal-hal yang positif, seperti: memiliki sikap dan belajar yang positif; memiliki motivasi yang tinggi untuk belajar sepanjang hayat; memiliki pemahaman diri (kemampuan dan minat) yang terkait dengan pekerjaan; memiliki sikap positif terhadap dunia kerja; memiliki kemampuan merencanakan masa depan; dan lain sebagainya.54 Sedangkan sumber lain menerangkan bahwa dampak setelah penerapan bimbingan dan konseling bagi para siswa, diantaranya: 1) Dampak Positif. Dampak dari layanan bimbingan dan konseling di sekolah adalah terpecahnya masalah-masalah belajar siswa, tercapainya tugas-tugas perkembangan siswa, menurunkan tingkat depresi siswa, serta membantu untuk memahami dan menerima dirinya sendiri. 2) Dampak Negatif. Dampak dari layanan bimbingan dan konseling di sekolah adalah memerlukan waktu yang cukup banyak dalam pelaksanaanya apalagi jika memakai jam belajar efektif.55
53
Deni Febrini, Bimbingan Konseling , 111. Syamsu Yusuf, L.N dan Juntika Nuruhsan, Landasan Bimbingan dan Konseling (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2014), 14-15. 55 http://lelynwidyanti.blogspot.com/2015/06/dampak-layanan-bimbingan-dan-konseling.html 54
69
B. Telaah Hasil Penelitian Terdahulu Dalam penelitian sebelumnya oleh Sarkin (2010) dengan judul skripsi “Peran Bimbingan dan Konseling (BK) dalam Mengatasi Permasalahan Sosial Siswa kelas VIII MTsN Ponorogo ”. Dengan hasil penelitian: 1) Permasalahan
sosial yang banyak terjadi dan ditangani oleh BK pada peserta didik khususnya kelas VIII MTsN Ponorogo tahun ajaran 2008/2009 diantaranya adalah permasalahan tentang hubungan sosial di antara peserta didik, kecemburuan sosial di antara mereka iri hati dan perkelahian antara peserta didik. 2) BK (bimbingan konseling) dalam bidang sosial di MTsN Ponorogo adalah berperan sebagai cover (pelindung) dan filter (penyaring) terhadap berbagai permasalahan sosial yang sedang dihadapi peserta didik, sekaligus juga sebagai sarana konsultasi dan teman dalam rangka penyelesaian permasalahan sosial mereka. BK juga berperan sebagai alternatif sebagai jawaban dan penyelesaian atas permasalahan-permasalahan yang dihadapi peserta didik. Penelitian terdahulu oleh Muhammad Mahbub Anshori (2014) dengan judul skripsi “Upaya Guru Bimbingan dan Konseling dalam Memberikan Layanan Penempatan Bagi Siswa Kelas XII MAN Ngawi Tahun Pelajaran 2013/2014 ”.
Dengan hasil penelitian: 1) Upaya yang dilakukan Guru Bimbingan dan Konseling dalam memberikan layanan penempatan antara lain: menyampaikan brosur dari universitas, memberikan informasi tentang perguruan tinggi, dan membantu siswa mendaftarkan diri secara kolektif dan online. 2) Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi dalam pemberian layanan penempatan ada dua, yaitu faktor
70
penghambat dan penunjang. Adapun faktor penghambatnya adalah kurang faham tentang bimbingan konseling, fasilitas yang kurang memadai dan keterbatasan perekonomian orang tua siswa. Sedangkan faktor penunjangnya adalah konsultasi dengan orang tua dan memberikan bimbel. Dalam skripsi Sarkin, permasalahan yang banyak dihadapi guru BK adalah permasalahan yang berkaitan dengan sosial siswa. BK berperan sebagai antisipasi atau pencegahan terhadap masalah-masalah yang muncul dan dihadapi siswa. Sedangkan dalam skripsi ini masalah yang banyak ditangani guru BK adalah masalah siswa mutasi dari sekolah lain. BK berperan sebagai sahabat sekaligus pembimbing bagi siswa. Setiap masalah yang dihadapi siswa bisa dibicarakan dan diselesaikan dengan baik. Persamaan telaah hasil penelitian terdahulu dengan penelitian ini adalah objek kajian penelitian sama dalam lembaga pendidikan formal tingkat menengah atas. Sedangkan perbedaannya adalah pada skripsi Sarkin, menekankan pada permasalahan yang berkaitan dengan sosial siswa. Pada skripsi Muhammad Mahbub Anshori menekankan pada layanan penempatan bagi siswa-siswi yang kebingung menetapkan pilihan untuk melanjutkan pendidikannya setelah lulus dari MAN Ngawi. Sedangkan pada penelitian ini menekankan pada pelayanan pada siswa mutasi dari sekolah lain.
71
BAB III DESKRIPSI DATA
A. Deskripsi Data Umum 1. Profil Madrasah Aliyah Sedah Madrasah Aliyah (MA) Sedah semula bernama Pendidikan Guru Agama (PGA) 6 tahun Sedah, berdiri pada tanggal 1 Desember 1969 yang beralamatkan di Jalan Raya Ngebel, Desa Sedah, Kecamatan Jenangan Kabupaten Ponorogo. Lembaga ini berdiri bermula dari kesadaran tokoh-tokoh masyarakat akan pentingnya
pendidikan
dan
membantu
program
pemerintah
dalam
mencerdaskan anak bangsa, maka mereka mengadakan musyawarah membahas tentang pendidikan. Dalam musyawarah tersebut disepakati bahwa akan didirikannya sebuah lembaga pendidikan yaitu Pendidikan Guru Agama (PGA) 6 tahun. Karena pada saat itu belum mempunyai gedung sendiri terpaksa menumpang/menyewa rumah masyarakat. Pada tahun pelajaran 1978/1979 terdapat perubahan alih fungsi dari PGA menjadi Madrasah Aliyah, maka PGA Sedah menjadi Madrasah Aliyah Sedah dan sejak itu pulalah berdiri Madrasah Tsanawiyah Sedah yang pertama kali mengikuti ujian pada tahun pelajaran 1978/1979. Di lain sisi SDN Sedah sedang membangun gedung SDN baru. Setelah gedung baru jadi dan SDN Sedah menempati gedung tersebut, maka untuk
72
sementara waktu SDN yang lama ditempati oleh MTs dan MA Sedah. Hal ini terjadi karena MTs dan MA Sedah belum mempunyai gedung sendiri. Melihat siswa yang berpindah-pindah gedung masyarakat tergugah hatinya untuk membuatkan gedung MTs dan MA secara gotong royong. Setelah gedung yang diperuntukkan bagi MTs dan MA Sedah jadi, maka dua lembaga ini pindah dari gedung SDN Sedah lama ke gedung baru yang beralamatkan di Jalan Raya Ngebel No. 159, Desa Sedah, Kecamatan Jenangan Kabupaten Ponorogo dan berlangsung sampai sekarang.56 Selama berdiri kepemimpinan di Madrasah Aliyah Sedah berganti sebanyak dua kali. Sejak perubahan alih fungsi dari PGA menjadi Madrasah Aliyah pada tahun 1978, kepemimpinan di Madrasah Aliyah Sedah dipegang oleh Bapak Drs. H. Burdah Fatah dan kepemimpinan tersebut berjalan sampai dengan tahun 2015. Selanjutnya pada tahun 2015, kepemimpinan diamanatkan kepada Bapak Moch. Sunardi, S.Pd. Beliau menjabat dari tahun 2015 sampai sekarang.57 Untuk mencapai tujuan pendidikan Madrasah Aliyah Sedah maka dibuatlah visi dan misi madrasah. Visi madrasah, yaitu: Berprestasi, Mandiri, Berbasis IMTAQ. Sedangkan misi madrasah, yaitu: 1) Melaksanakan
pengembangan kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan; 2) Melaksanakan proses pembelajaran yang aktif, kreatif, inovatif, dan efektif; 3) Melaksanakan
56 57
Lihat Transkrip Dokumentasi nomor: 03/D/28-IV/2016. Lihat Transkrip Dokumentasi nomor: 03/D/28-IV/2016.
73
pengembangan sumber daya sekolah; 4) Menanamkan keteladanan moral bagi siswa.; 5) Mendidik generasi seutuhnya berlandaskan pada nilai-nilai Islam; 6) Menyiapkan generasi muda yang memiliki kepribadian Islam komunikatif, kreatif, dan mandiri. Berdasarkan visi dan misi yang telah dirumuskan tersebut, tujuan yang diharapkan oleh Madrsah Aliyah Sedah, sebagai berikut: 1) Mencerdaskan siswa dalam bidang intelektual, spiritual, dan emosional; 2) Terciptanya lingkungan yang kondusif, harmonis, dan aman; 3) Terciptanya siswa yang mandiri dan kreatif; 4) Terwujudnya citra madrasah pada masyarakat dengan memberikan pelayanan prima. 58 2. Pengelolaan Madrasah Aliyah Sedah Keberadaan struktur organisasi bagi sebuah lembaga sangatlah penting, di mana struktur organisasi dibentuk untuk memudahkan sistem yang telah ditentukan agar tidak terjadi penyalahgunaan hak dan kewajiban orang lain. Dalam penyusunan stuktur organisasi di MA Sedah, diadakan pembagian tugas yang sesuai dengan kemampuan masing-masing, sehingga dalam melaksanakan tugasnya dapat berjalan dengan lancar dan baik. Adapun bagian-bagian dalam struktur MA Sedah adalah kepala madrasah, wakil kepala madrasah, koordinator guru mata pelajaran, wali kelas, guru mata pelajaran, guru pembimbing, tenaga kependidikan, dan siswa:59
58 59
Lihat Transkrip Dokumentasi nomor: 01/D/25-IV/2016. Lihat Transkrip Dokumentasi nomor: 04/D/28-IV/2016.
74
Berdasarkan struktur organisasi tersebut dapat dilihat penting adanya keberadaan guru dan karyawan, serta siswa dalam penyelenggaraan pendidikan di Madrasah Aliyah Sedah. Jumlah guru dan karyawan secara keseluruhan ada 12 personil, yang terdiri dari 5 orang pria dan 7 orang wanita. Kondisi personil tersebut merupakan tenaga edukatif sebanyak 11 orang dan tenaga non edukatif (tenaga administratif) sebanyak 1 orang. Kualifikasi guru yaitu 92 % lulusan S1 dan 8 % lulusan SMA. Guru mengajar sesuai bidangnya sebesar 99 %.60 Selanjutnya, jumlah siswa di Madrasah Aliyah Sedah pada tahun pelajaran 2015/2016 sebanyak 62 siswa. Terdiri dari tiga kelas yaitu kelas X sejumlah 23 siswa dengan rincian siswa laki-laki 12 dan siswa perempuan 11. Kelas XI sejumlah 21 siswa dengan rincian siswa laki-laki 14 dan perempuan 7. Sedangkan kelas XII ada 18 siswa dengan rincian siswa laki-laki 11 dan perempuan 7.61 Sesuai dengan jumlah siswa tersebut pihak sekolah menyediakan sarana dan prasarana cukup memadai, diantaranya: ruang kelas, ruang perpustakaan, ruang UKS, gedung serbaguna (aula), ruang BK, ruang kepala madrasah, ruang guru, ruang TU, ruang sanitasi, dan kantin. Untuk keperluan pembelajaran disediakan kursi dan meja siswa, papan tulis, alat peraga biologi, bola sepak, bola basket, dan meja pingpong. 62
60
Lihat Transkrip Dokumentasi nomor: 10/D/02-V/2016. Lihat Transkrip Dokumentasi nomor: 11/D/02-V/2016. 62 Lihat Transkrip Dokumentasi nomor: 12/D/02-V/2016. 61
75
B. Deskripsi Data Khusus 1. Perencanaan Bimbingan dan Konseling di Madrasah Aliyah Sedah Layanan bimbingan dan konseling di Madrasah Aliyah Sedah Jenangan dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan masing-masing siswa. BK di Madrasah Aliyah Sedah tidak hanya menangani siswa-siswa yang bermasalah atau yang melakukan pelanggaran saja, tetapi juga membantu siswa yang membutuhkan bantuan seperti: siswa yang meminta bantuan bimbingan karir, bimbingan belajar, dan bimbingan penempatan. Layanan bimbingan dan konseling ini diberikan oleh pihak madrasah dengan tujuan siswa dapat mengembangkan dan mengeksplorasi diri berdasarkan potensi, minat, dan bakatnya, serta menjadikannya lebih baik daripada sebelum mendapatkan layanan bimbingan dan konseling, seperti yang disampaikan oleh Bapak Moch. Sunardi (Kepala MA Sedah) sebagai berikut: “Tujuannya agar siswa mampu mengenali dirinya sendiri dengan sebaikbaiknya mbak. Dengan begitu siswa dapat mengembangkan dan mengeksplorasi diri berdasarkan potensi, minat, dan bakatnya, serta menjadikannya lebih baik daripada sebelum mendapatkan layanan bimbingan dan konseling.”63 Hal senada juga diungkapkan oleh Ibu Kolida Romawati (guru BK) sebagai berikut: “Dilihat dari permasalahan yang terjadi pada siswa begitu banyak, maka tujuan kami memberikan bimbingan konseling pada siswa adalah menjadikan siswa mengenali dan memahami dirinya baik dari segi bakat, minat, dan potensinya sehingga mampu memilih dan menyesuaikan diri
63
Lihat Transkrip Wawancara nomor: 01/W/25-IV/2016.
76
dengan kesempatan yang ada disekitarnya. Baik itu kesempatan melanjutkan pendidikan dan dunia kerja .”64
Permasalahan-permasalahan yang umumnya terjadi pada siswa di Madrasah Aliyah Sedah, yaitu: males mengikuti pelajaran, jarang ikut pelajaran, membolos, dan telat masuk kelas, seperti yang diungkapkan oleh Bapak Moch. Sunardi sebagai berikut: “Biasa anak-anak. Permasalahan yang sering terjadi, seperti: males mengikuti pelajaran, jarang ikut pelajaran, membolos, dan telat masuk kelas.”65 Hal senada juga diungkapkan oleh Ibu Kolida Romawati sebagai berikut: “Untuk permasalahaan yang terjadi pada siswa banyak sekali, diantaranya telat masuk kelas, kurang sopan, membolos, dan kurangnya motivasi siswa untuk belajar. Ada juga siswa yang kurang percaya diri dengan kemampuannya dan gugup di depan orang yang baru ditemui.”66 Layanan bimbingan dan konseling di MA Sedah dilaksanakan oleh guru BK, guru mata pelajaran, wali kelas, dan waka kesiswaan. Setiap guru berperan sesuai tupoksinya masing-masing. Seperti yang disampaikan oleh Bapak Moch. Sunardi sebagai berikut: “Peran guru terhadap BK di sekolah ini bermacam-macam sesuai tupoksi masing-masing. Jika ada masalah dengan anak yang pertama kali menyelesaikan masalah adalah guru mata pelajaran, setelah guru mata pelajaran ke wali kelas, waka kesiswaan, dan terakhir guru BK. Saya sebagai pengawas berperan saat masalah tidak terselesaikan oleh guru BK..”67
64
Lihat Transkrip Wawancara nomor: 02/W/28-IV/2016. Lihat Transkrip Wawancara nomor: 01/W/25-IV/2016. 66 Lihat Transkrip Wawancara nomor: 02/W/28-IV/2016. 67 Lihat Transkrip Wawancara nomor: 01/W/25-IV/2016 dan Lihat Transkrip Dokumentasi nomor: 01/D/25-IV/2016. 65
77
Layanan bimbingan dan konseling pada siswa yang digunakan oleh guru BK masih tetap disesuaikan dengan kebutuhan siswa. Jenis layanan yang digunakan adalah layanan konseling individu, bimbingan kelompok, konseling kelompok, konsultasi, penguasaan konten. Seperti yang disampaikan oleh Ibu Kolida Romawati sebagai berikut: “Layanan yang saya gunakan adalah layanan konseling individu, bimbingan kelompok, konseling kelompok, konsultasi, penguasaan konten. Layanan konseling individu saya gunakan saat menangani siswa yang mengarah pada bidang pribadi. Layanan bimbingan kelompok dan konseling kelompok saya gunakan saat bimbingan dan konseling bersama di dalam kelas. Layanan konsultasi saya gunakan saat membantu siswa memecahkan masalah temannya yang sedang berkonflik dengan teman sebaya, guru, maupun staf yang lain. Layanan penguasaan konten saya gunakan saat memberikan beberapa materi tertentu yang harus dipahami oleh siswa.”68 Program layanan bimbingan dan konseling di Madrasah Aliyah Sedah Jenangan tidak terlepas dari perencanaan program bimbingan dan konseling yang dibuat oleh guru BK.69 Tanpa adanya perencanaan yang baik, guru BK dan seluruh stakeholders bimbingan dan konseling akan kebingungan dalam menentukan arah pelaksanaan program bimbingan dan konseling. Sebagimana yang disampaikan oleh Ibu Kolida Romawati berikut: “Sangat penting mbak. Dalam suatu layanan bimbingan dan koseling sangat diperlukan adanya perencanaan program bimbingan dan konseling, kalau tidak ada saya akan kebingungan dalam penanganan siswa. Tahapan-tahapan perencanaannya yaitu: a) Mengidentifikasi kebutuhan dan permasalahan siswa.
68
Lihat Transkrip Wawancara nomor: 02/W/28-IV/2016. Lihat Transkrip Dokumentasi nomor: 05/D/28-IV/2016 dan Transkrip Dokumentasi nomor: 13/D/05-V/2016. 69
78
b) Penentuan tujuan program layanan bimbingan dan konseling yang hendak dicapai c) Analisis situasi dan kondisi di sekolah d) Penentuan jenis-jenis program kegiatan yang akan dilakukan e) Penetapan metode dan teknik yang akan digunakan dalam kegiatan f) Penetapan personel-personel yang akan melaksanakan kegiatankegiatan yang telah ditetapkan g) Persiapan fasilitas dan biaya pelaksanaan kegiatan-kegiatan bimbingan yang direncanakan h) Perkiraan tentang hambatan-hambatan yang akan ditemui dan usahausaha apa yang akan dilakukan dalam mengatasi hambatanhambatan. i) Menetapkan alokasi waktu untuk menyusun, melaksanakan, menilai, menganalisis, dan menindak lanjuti program bimbingan dan konseling.”70
Tahapan-tahapan perencanaan bimbingan dan konseling di atas juga dapat dilihat pada transkrip dokumentasi pada tanggal 28 April 2016.71 Perangkat bimbingan dan konseling yang digunakan oleh guru BK dalam melaksanakan layanan bimbingan dan konseling, diantaranya: Pedoman BK, standar BK, Prota, Promes, Probul, Proming, SATLAN, SATKUNG, dan trek rekord BK siswa.72 Seperti yang disampaikan oleh Ibu Kolida Romawati sebagai berikut: “Wah, kalau administrasi banyak. Pedoman BK ada, standar juga sudah sesuai prosedur, RKT juga ada. Sebab banyaknya administrasi BK yang ada maka administrasi masih tercecer belum tersimpan secara rapi. Silahkan dilihat sendiri skema prosedur dan RKT-nya mbak.”73 Guru BK mengarahkan bimbingan pertama kali pada bidang pribadi, selanjutnya sosial, belajar dan terakhir karir. Hal ini beliau lakukan dengan 70
Lihat Transkrip Wawancara nomor: 02/W/28-IV/2016. Lihat Transkrip Dokumentasi nomor: 05/D/28-IV/2016 72 Lihat Transkrip Dokumentasi nomor: 05/D/28-IV/2016 73 Lihat Transkrip Wawancara nomor: 02/W/28-IV/2016.
71
79
asumsi bila pribadi siswa telah terbentuk maka dia akan mampu melewati bidang-bidang bimbingan yang selanjutnya. Seperti yang disampaikan oleh Ibu Kolida Romawati sebagai berikut: “Bidang bimbingan saya arahkan pertama kali pada bidang pribadi, sosial, belajar baru terakhir karir. Alasannya, bila pribadi siswa itu telah terbentuk maka dia akan mampu melewati bidang-bidang bimbingan yang lainnya.”74 Dalam hasil observasi dilapangan ketika dilaksanakan bimbingan dan konseling terhadap siswa, guru BK memberikan bimbingan dan konseling pada bidang bimbingan belajar75 dan bidang bimbingan karir76 setelah bidang pribadi siswa terselesaikan. Bimbingan dan karir diberikan secara berkala pada siswa. Metode bimbingan dan konseling yang banyak digunakan oleh guru BK adalah konseling individu, karena dengan konseling individu lebih mudah dalam membahas permasalahan siswa secara holistik dan mendalam sehingga masalah dapat lebih cepat dan tepat teratasi. Teknik-teknik BK yang digunakan banyak, tetapi disesuaikan dengan situasi dan kondisi siswa. Teknik-teknik yang
digunakan
diantaranya:
attending,
empati,
refleksi,
eksplorasi,
paraphasing, open question, closed question, encouragement, interpretasi, directing, summarizing, dan siswa ambil keputusan. Seperti yang disampaikan
oleh Ibu Kolida Romawati sebagai berikut:
74
Lihat Transkrip Wawancara nomor: 02/W/28-IV/2016. Lihat Transkrip Observasi nomor: 01/O/30-IV/2016. 76 Lihat Transkrip Observasi nomor: 02/O/05-V/2016 dan Lihat Transkrip Dokumentasi nomor: 13/D/05-V/2016. 75
80
“Metode kebanyakan pakek konseling individu, karena dengan konseling individu lebih mudah dalam membahas permasalahan siswa secara holistik dan mendalam sehingga masalah dapat lebih cepat dan tepat teratasi. Tekniknya banyak tetapi disesuaikan dengan situasi dan kondisi siswa. Teknik-teknik BK diantaranya: Attending, Empati, Refleksi, Eksplorasi, Paraphasing, Open question, Closed question, Encouragement, Interpretasi, Directing, Summarizing, dan Siswa ambil keputusan.”77 Teknik bimbingan di atas tidak sepenuhnya dilaksanakan oleh guru-guru yang lain. Guru mata pelajaran memberikan bimbingan dan konseling hanya sebatas nasehat. Seperti yang disampaikan oleh Bapak Arif Abidin sebagai berikut: “Ada, tetapi hanya sebatas nasehat saja. Saya memberikan nasehat sesuai dengan perilaku siswa yang kurang tepat atau melanggar tata tertib di kelas.” 78 Pelayanan bimbingan dan konseling pada siswa oleh wali kelas tidak adanya pengkhususan. Secara keseluruhan semua siswa diperlakukan secara sama. Seperti yang disampaikan oleh Ibu Alfina Rohma, M.Pd.I (Wali Kelas) berikut: “Tidak ada yang saya khususkan. Semua siswa saya perlakukan sama.”79 Pelayanan bimbingan dan konseling pada siswa oleh waka kesiswaan tidak ada perlakuan khusus. Beliau memberikan bimbingan dan konseling yang sama pada setiap siswa. Beliau hanya menambah pengetahuan siswa bentuk tata
77
Lihat Transkrip Wawancara nomor: 02/W/28-IV/2016 dan lihat Transkrip Dokumentasi nomor: 06/D/28-IV/2016. 78 Lihat Transkrip Wawancara nomor: 05/W/02-V/2016. 79 Lihat Transkrip Wawancara nomor: 08/W/10-V/2016.
81
tertib yang harus ditaati dan dilakukan di Madrasah Aliyah Sedah. Seperti yang disampaikan oleh Ibu Nurul Chalifah (Waka Kesiswaan) berikut: “Tidak ada, karena semua siswa saya perlakukan sama. Toleransi pada siswa hanya akan diberikan 2 kali mereka melakukan kesalahan, selebihnya akan dihukum seperti yang lain. Usaha yang saya lakukan untuk mencegah mereka melakukan pelanggaran lagi dengan memberitahu bentuk tata tertib di madrasah ini.”80 Dalam proses layanan bimbingan dan konseling pada siswa pertama kali yang menyelesaikan adalah guru mata pelajaran, lalu wali kelas, kemudian waka kesiswaan, dan terakhir guru BK. Kepala madrasah sebagai pengawas kegiatan bimbingan dan konseling. Seperti yang disampaikan oleh Bapak Moch. Sunardi sebagai berikut: “Jika ada masalah dengan anak yang pertama kali menyelesaikan masalah adalah guru mata pelajaran, setelah guru mata pelajaran ke wali kelas, waka kesiswaan, dan terakhir guru BK. Saya sebagai pengawas berperan saat masalah tidak terselesaikan oleh guru BK.”81 Hal senada juga diungkapkan oleh Ibu Kolida Romawati sebagai berikut: “Prosesnya bimbingan dan konseling bertahap mbak: a. Guru mata pelajaran, jika ditangani atau diberi nasehat oleh guru mata pelajaran sudah selesai, maka sudah cukup dan tidak di permasalahkan tetapi jika belum terselesaikan maka dapat diserahkan ke wali kelas. b. Wali kelas, di sini berwenang memberikan bimbingan dan nasehat, kemudian siswa diberi nasehat dan hukuman dengan tingkat pelanggaran. Jika masalah yang dilaksanakan siswa dapat terselesaikan maka sudah cukup, tetapi jika wali kelas tidak dapat menyelesaikan maka dapat diserahkan ke waka kesiswaan. c. Waka kesiswaan, setelah mendapat laporan dari wali kelas, waka kesiswaan langsung menangani masalah tersebut dengan memberikan
80 81
Lihat Transkrip Wawancara nomor: 07/W/07-V/2016. Lihat Transkrip Wawancara nomor: 01/W/25-IV/2016.
82
nasehat dan menghukumnya sesuai tingkat pelanggaran. Apabila tidak terselesaikan maka diserahkan kepada saya sebagai guru BK. d. Guru BK, setelah mendapat laporan dari waka kesiswaan, wali kelas, dan guru mata pelajaran maka saya langsung menangani masalah siswa dengan memberikan nasehat yang lebih jauh dan hukuman jika diperlukan sesuai pelanggaran. Jika saya bisa menangani masalah tersebut maka sudah cukup tapi jika belum bisa terselesaikan maka saya akan musyawarah dengan kepala madrasah. e. Kepala madrasah, jika dalam menangani masalah guru BK belum bisa terselesaikan maka dimusyawarahkan dengan kepala madrasah kemudian hasil musyawarah tersebut dilaksanakan oleh guru BK. Apabila belum terselesaikan lagi akan dilaksanakan konferensi kasus.”82
Dalam layanan bimbingan dan konseling pada siswa diperlukan kerjasama yang baik di antara tim bimbingan dan konseling yang ada di Madrasah Aliyah Sedah Jenangan. 2. Penerapan Bimbingan dan Konseling di Madrasah Aliyah Sedah Penerapan layanan bimbingan dan konseling di Madrasah Aliyah Sedah Jenangan dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan masing-masing siswa. Ada siswa yang bermasalah dan ada juga siswa yang membutuhkan bantuan, seperti: siswa yang meminta bantuan bimbingan karir, bimbingan belajar, dan bimbingan penempatan. Dalam proses layanan bimbingan dan konseling, guru BK melaksanakan tahap-tahap konseling, seperti: identifikasi masalah, pengumpulan data, analisis data, diagnosis, prognosis, tahap konseling, dan tindak lanjut. Seperti yang disampaikan oleh Ibu Kolida Romawati sebagai berikut:
82
Lihat Transkrip Wawancara nomor: 06/W/02-V/2016.
83
“Tahapan-tahapan layanan bimbingan dan konseling yang saya laksanakan, yaitu:
1. Identifikasi masalah: saya mengenali masalah-masalah siswa dengan cara memperbarui informasi tentang siswa melalui wali kelas, guru mata pelajaran, dan waka kesiswaan. 2. Pengumpulan data: saya mengumpulkan data-data dengan bantuan guru mata pelajaran, dan wali kelas. 3. Analisis data: saya menganalisi data siswa yang sudah terkumpul. 4. Diagnosis: saya menemukan penyebab permasalahan yang terjadi pada siswa. 5. Prognosis: saya menentukan langkah-langkah bantuan apa yang akan diberikan pada siswa. 6. Tahap Konseling: saya memberikan bimbingan dan konseling secara face to face untuk memudahkan komunikasi dengan siswa. 7. Tindak Lanjut : saya akan terus memantau perkembangan siswa dan menentukan langkah-langkah apa yang selanjutnya dilakukan apabila siswa berhasil ataupun tidak berhasil pada bimbingan tersebut.”83
Tahapan-tahapan konseling di atas juga dapat dilihat pada observasi pada tanggal 30 April 2016 dan 05 Mei 2016, peneliti melakukan observasi pada kegiatan bimbingan dan konseling pada siswa. “Tampak guru BK melaksanakan tahapan-tahapan identifikasi, pengumpulan data, analisis data, diagnosis, prognosis, tahap konseling, dan tindak lanjut.”84 Bimbingan dan konseling yang diberikan oleh guru-guru yang lain berbeda dengan guru BK. Dalam menangani siswa guru mata pelajaran biasa memanggil siswa ke depan kelas atau keruangan guru tersebut apabila ada masalah. Seperti yang disampaikan oleh Bapak Arif Abidin sebagai berikut: “Biasanya saya memberikan bimbingan dan konseling dengan cara face to face. Siswa saya panggil ke depan kelas jika memungkinkan atau saya panggil ke ruangan saya dan diberikan nasehat dengan baik-baik. 83 84
Lihat Transkrip Wawancara nomor: 06/W/02-V/2016. Lihat Transkrip Observasi nomor: 01/O/30-IV/2016 dan 02/O/05-V/2016.
84
Contoh: saat anak tidur di kelas, maka saya akan memberikan nasehat terkait tidak diperbolehkannya tidur dikelas, harus mendengarkan dengan baik jika guru sedang menjelaskan, dan tidur dikelas termasuk melanggar tata tertib. Apabila masalahnya berkelanjutan dan membawa efek yang tidak baik maka akan saya rundingkan dengan wali kelas, waka kesiswaan, dan guru BK.”85
Dalam memberikan bimbingan dan konseling wali kelas tidak melalui tahapan-tahapan seperti guru BK. Beliau memberikan bimbingan yang lebih intens saat memberikan motivasi pada siswa yang lebih membutuhkan bantuan baik itu siswa yang bermasalah atau berkebutuhan. Seperti yang disampaikan oleh Ibu Alfina Rohma, M.Pd.I (Wali Kelas) berikut: “Tidak ada pengkhususan bagi siswa pada bimbingan dan konseling yang saya berikan, hanya saja bagi siswa yang lebih membutuhkan bimbingan saya akan lebih intens dalam pemberian motivasi (motivasi belajar, melanjutkan sekolahnya, dan menjadi orang berguna bagi orang lain).”86 Dalam memberikan bimbingan dan konseling pada siswa yang berkaitan dengan tata tertib, beliau tidak melalui tahapan-tahapan bimbingan tetapi secara langsung. Seperti yang disampaikan oleh Ibu Nurul Chalifah (Waka Kesiswaan) berikut: “Bimbingan saya berikan secara bersama-sama bagi siswa yang telah melanggar tata tertib.”87 Proses layanan bimbingan dan konseling di Madrasah Aliyah Sedah ini berjalan luwes (menyesuaikan permasalahan dan kebutuhan siswa), apabila diperlukan adanya bimbingan dan konseling diluar jadwal yang ada di 85
Lihat Transkrip Wawancara nomor: 05/W/02-V/2016. Lihat Transkrip Wawancara nomor: 08/W/10-V/2016. 87 Lihat Transkrip Wawancara nomor: 07/W/07-V/2016. 86
85
perencanaan, maka tim bimbingan dan konseling akan memberikan bimbingan kepada siswa saat itu pula. Kegiatan tatap muka secara klasikal di kelas oleh guru BK dengan peserta didik dilaksanakan 1 kali per minggunya pada jam pelajaran, sedangkan kegiatan bimbingan dan konseling di luar jam pelajaran dilaksanakan tidak lebih dari 45 menit. Hal ini bertujuan supaya konsentrasi siswa tidak pecah, apabila terlalu lama maka siswa akan merasa bosan serta semua nasehat yang diberikan akan hilang. Seperti yang disampaikan oleh Ibu Kolida Romawati sebagai berikut: “Alokasi waktunya luwes disesuaikan dengan permasalahan dan kebutuhan siswa, tidak lebih dari 45 menit per pertemuan di luar kelas. Apabila terlalu lama siswa akan cepat bosan mbak.”88 3. Dampak Bimbingan dan Konseling pada Siswa di Madrasah Aliyah Sedah Dampak yang terjadi pada siswa yang telah mendapatkan bimbingan dan konseling adalah adanya perkembangan ke arah yang positif setahap demi setahap pada siswa. Seperti yang diungkapkan oleh Ibu Nurul Chalifah (waka kesiswaan) sebagai berikut: “Perkembangan siswa pasti ada. Sedikit demi sedikit tapi pasti. Pada dasarnya anak yang mendapatkan arahan yang positif akan mampu melewati masa-masa sulitnya. Karena siswa tersebut merasa ada seseorang yang memperhatikannya.”89 Dampak yang terjadi pada siswa jika ditinjau dari tiga sisi (prestasi, karir, sosial) diantaranya: adanya motivasi belajar yang meningkat dari sebelumnya 88 89
Lihat Transkrip Wawancara nomor: 06/W/02-V/2016. Lihat Transkrip Wawancara nomor 07/W/07-V/2016.
86
dan kemauan siswa untuk ikut serta dalam kegiatan ekstrakurikuler, pola pemikiran siswa sudah terbentuk untuk merencanakan dan melanjutkan ke tahap pekerjaan yang diinginkan, dan Siswa sudah bisa beradaptasi dengan teman sebayanya. Seperti yang diungkapkan Ibu Kolida Romawati sebagai berikut: Dampaknya bimbingan dan konseling ini ditinjau dari beberapa hal: a. Prestasi: adanya motivasi belajar yang meningkat dari sebelumnya dan kemauan siswa untuk ikut serta dalam kegiatan ekstrakurikuler meningkat.. b. Karir: pola pemikiran siswa sudah terbentuk untuk merencanakan dan melanjutkan ke tahap pekerjaan yang diinginkan. c. Sosial: siswa sudah bisa beradaptasi dengan teman sebayanya.90
Dampak yang dirasakan oleh siswa setelah mendapatkan layanan bimbingan,
diantaranya:
meningkatnya
motivasi
belajar,
melanjutkan
pendidikan, tertarik mengikuti kegiatan ekstrakurikuler, menentukan arah karir yang akan diambil, menumbuhkan rasa percaya diri, mengetahui informasiinformasi perguruan tinggi, dan lain sebagainya. Seperti yang diungkapkan oleh Aditya Firmansyah (siswa) sebagai berikut: “Setelah mendapat layanan BK motivasi belajar dan melanjutkan sekolah saya menjadi meningkat tidak akan menyia-nyiakan waktu lagi.”91 Hal senada juga diungkapkan oleh Abdul Malik Khatami (siswa) sebagai berikut: “Setelah menjalani layanan bimbingan dan konseling motivasi belajar dan ikut kegiatan ekstrakurikuler saya meningkat.”92 90
Lihat Transkrip Wawancara nomor: 06/W/02-V/2016. Lihat Transkrip Wawancara nomer: 03/W/28-IV/2016. 92 Lihat Transkrip Wawancara nomer: 04/W/28-IV/2016. 91
87
Hal senada juga diungkapkan oleh Dika Herdianto (siswa) sebagai berikut: “Setelah mendapat layanan saya menjadi lebih termotivasi untuk melanjutkan pendidikan supaya orang tua merasa sedih lagi.”93 Hal senada juga diungkapkan oleh Randika Rana Andriyanto (siswa) sebagai berikut: “Saya mendapatkan berbagai informasi peluang kerja sesuai dengan kepribadiaan saya.”94 Hal senada juga diungkapkan oleh Ahmad Syukur Amrullah (siswa) sebagai berikut: “Dengan adanya BK, khususnya bantuan guru BK secara intensif membimbing sehingga berhasil menumbuhkan rasa percaya diri saya secara berangsur-angsur. Selain itu, beliau juga menginformasikan brosur-brosur dari berbagai Perguruan Tinggi di sekitar daerah Ponorogo dan memberikan arahan tentang pemilihan jurusan yang memberikan peluang untuk diterima dan mengembangkan potensi saya.”95 Hal senada juga diungkapkan oleh Bahrudin Wahyu Sulanda (siswa) sebagai berikut: “Saya berhasil menentukan langkah-langkah apa yang harus saya ambil untuk meraih masa depan yang lebih baik.”96
93
Lihat Transkrip Wawancara nomer: 09/W/12-V/2016. Lihat Transkrip Wawancara nomer: 10/W/12-V/2016. 95 Lihat Transkrip Wawancara nomer: 11/W/16-V/2016. 96 Lihat Transkrip Wawancara nomer: 12/W/16-V/2016.
94
88
BAB IV ANALISIS DATA
Dalam bab ini akan disajikan analisis tentang perencanaan, penerapan, dan dampak bimbingan dan konseling yang diberikan oleh tim BK kepada siswa mutasi dari sekolah lain di Madrasah Aliyah Sedah Jenangan Ponorogo tahun pelajaran 2015/2016. A. Perencanaan Bimbingan dan Konseling di Madrasah Aliyah Sedah Pemberian pelayanan bimbingan dan konseling di Madrasah Aliyah Sedah merupakan usaha membantu siswa dalam pengembangan kehidupan pribadi, sosial, belajar, serta perencanaan pengembangan karir. Pelayanan diberikan baik secara individual atau kelompok, yang dilaksanakan di dalam kelas atau ruang BK. Bimbingan dan konseling tidak hanya diberikan pada siswa yang bermasalah atau melanggar peraturan saja, tetapi juga diberikan kepada siswa yang membutuhkan bantuan, seperti siswa membutuhkan bantuan bimbingan karir, bimbingan
belajar,
dan
bimbingan
penempatan/penyaluran.
Sedangkan
penanganan siswa yang bermasalah, seperti membolos, tidur di dalam kelas saat jam pelajaran, kurang sopan pada guru, dan lain-lain.97 Dalam salah satu prinsip-prinsip bimbingan dan konseling dijelaskan bahwa bimbingan dan konseling diperuntukkan bagi semua konseli. Bimbingan dan konseling diberikan kepada semua konseli, baik yang bermasalah maupun yang 97
Lihat Transkrip Wawancara nomor: 02/W/28-04/2016.
89
tidak bermasalah. Hal ini membuktikan bahwa pemahaman sebagian orang yang memaknai bimbingan dan konseling di sekolah yang hanya tersedia dan tertuju untuk siswa yang bermasalah saja salah, tetapi terbuka juga untuk semua siswa yang memerlukan bantuan. Dalam pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling tidak diperbolehkan adanya perbedaan perlakuan terhadap siswa yang bermasalah maupun yang berkebutuhan. Apabila layanan bimbingan dan konseling diberikan hanya pada siswa yang bermasalah saja maka siswa yang memiliki kebutuhan lain, seperti bimbingan belajar dan karir akan kebingungan. Mereka juga membutuhkan orang lain yang dapat mendengarkan keluh kesah tentang kebutuhannya dan motivasi untuk mengembangkan potensi, minat, dan bakatnya. Pelayanan bimbingan dan konseling di Madrasah Aliyah Sedah diberikan dengan tujuan mengembangkan dan mengeksplorasi diri berdasarkan potensi, minat, dan bakatnya, serta menjadikannya lebih baik daripada sebelum mendapatkan layanan bimbingan dan konseling, sehingga mampu memilih dan menyesuaikan diri dengan peluang yang ada disekitarnya. Dari pemaparan tujuan tersebut dapat diketahui bahwa tujuan pemberian layanan bimbingan dan konseling di Madrasah Aliyah Sedah telah sesuai dengan tujuan bimbingan dan konseling yaitu bimbingan dan konseling diberikan dalam rangka upaya agar siswa dapat menemukan pribadi, mengenal lingkungan, dan merencanakan masa depan. Siswa yang telah menemukan kelebihan maupun
kekurangannya diharapkan mampu beradaptasi dengan lingkungan sekitar secara
90
baik, dan mampu merencanakan masa depan dengan tepat sesuai potensi, minat, dan bakatnya. Dikhawatirkan siswa yang gagal menemukan jati dirinya akan mengalami kebingungan dalam menjalani hidupnya sehari-hari. Dia akan sering berganti-ganti profesi mencari jati dirinya secara terus menerus, tidak puas dengan satu bidang profesi yang digeluti tersebut. Berdasarkan tujuan bimbingan dan konseling di atas, layanan bimbingan dan konseling di Madrasah Aliyah Sedah akan dilaksanakan oleh guru mata pelajaran, wali kelas, waka kesiswaan, guru BK, dan kepala sekolah. Setiap guru berperan sesuai tupoksinya masing-masing dibawah pengawasan kepala sekolah. Terkait dengan permasalahan siswa begitu kompleks, maka terlihat yang mempunyai peran paling besar adalah guru BK. Guru BK mempunyai peran paling besar, beliau memberikan layanan bimbingan dan konseling yang disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing siswa. Layanan konseling individu/perorangan digunakan oleh guru BK saat membantu siswa: 1) menumbuhkan rasa percaya diri saat berada di kelas; 2) mengatasi sifat mudah tersinggung mendengar pembicaraan teman/guru; 3) beradaptasi
dengan
teman
sekelas,
guru,
dan
lingkungan
sekolah;
4)
menumbuhkan semangat belajar; 5) menghilangkan rasa ragu pada tercapainya cita-cita yang tidak sejalan dengan kemauan orang tua; 6) menumbuhkan rasa optimis melanjutkan pendidikan ke jenjang selanjutnya; dan lain-lain. Layanan bimbingan kelompok dan konseling kelompok digunakan saat bimbingan dan konseling secara bersama-sama melalui dinamika kelompok di
91
dalam kelas. Layanan bimbingan kelompok digunakan oleh guru BK saat membantu siswa: 1) mengembangkan potensinya; 2) mengembangkan bakat, minat, dan kegemarannya; 3) menghindari bahaya rokok, miras, dan narkoba; 4) memahami cara memilih pekerjaan; 5) memahami peranannya dalam lingkungan sekitar rumah; 6) memahami kiat belajar mandiri maupun kelompok; dan lain-lain. Layanan konseling kelompok digunakan oleh guru BK saat membantu siswa: 1) mengatasi rasa dikucilkan teman baik dari faktor ekonomi maupun kondisi jasmani; 2) mengatasi rasa malas belajar saat masuk sekolah; 3) menumbuhkan semangat untuk melanjutkan sekolah; 4) mengatasi keinginannya melanjutkan sekolah tetapi orang tua menghendaki untuk bekerja; dan lain-lain. Layanan konsultasi digunakan oleh guru BK saat membantu siswa memecahkan masalah temannya yang sedang berkonflik dengan orang tua, guru, teman sebaya, maupun staf tata usaha. Sedangkan layanan penguasaan konten digunakan saat membantu siswa: 1) memanfaatkan waktu luang dengan sebaiknya dan mengatur jadwal kegiatan sehari-hari; 2) mematuhi tata tertib sekolah dan lalu lintas; 3) mendengarkan dan menghargai pendapat orang lain; 4) menyalurkan bakat yang mengarah ke karir tertentu; 5) mengendalikan diri, berpikir dan bersikap positif; dan lain-lain. Terkait dengan layanan-layanan tersebut, guru BK mengacu pada buku panduan pelayanan BK terbitan dari Cabkin dan standar BK pada rambu-rambu penyelanggaraan
bimbingan
konseling
dalam
jalur
pendidikan
formal.
Selanjutnya, guru BK membuat perencanaan program bimbingan dan konseling,
92
seperti Identifikasi Kebutuhan Siswa, Prota, Prosem, Probul, Proming, SATLAN, SATKUNG, dan Trek Record Siswa. Tahapan-tahapan perencanaan yaitu: 1. Mengidentifikasi kebutuhan dan permasalahan siswa. Guru BK mengidentifikasi kebutuhan dan permasalahan siswa dengan menggunakan program pengolahan Identifikasi Kebutuhan dan Masalah Siswa (IKMS ) Seri SMA/MA. Sebelum mengidentifikasi kebutuhan dan permasalah siswa, guru BK memberikan Buku IKMS dan lembar jawabannya kepada siswa. Setelah jawaban terkumpul, beliau memasukkan hasil jawaban masingmasing siswa pada program pengolah IKMS. Hasil dari identifikasi kebutuhan dan permasalahan siswa digunakan sebagai acuan membuat prota, promes, probul, proming, satlan, satkung, dan langkah-langkah perencanaan selanjutnya. 2. Penentuan tujuan program layanan BK yang hendak dicapai 3. Analisis situasi dan kondisi di sekolah 4. Penentuan jenis-jenis program kegiatan yang akan dilakukan 5. Penetapan metode dan teknik yang akan digunakan dalam kegiatan. 6. Penetapan personel-personel yang akan melaksanakan kegiatan-kegiatan yang telah ditetapkan 7. Persiapan fasilitas dan biaya pelaksanaan kegiatan-kegiatan bimbingan yang direncanakan 8. Perkiraan tentang hambatan-hambatan yang akan ditemui dan usaha-usaha apa yang akan dilakukan dalam mengatasi hambatan-hambatan.
93
9. Menetapkan
alokasi
waktu
untuk
menyusun,
melaksanakan,
menilai,
menganalisis, dan menindak lanjuti program bimbingan dan konseling. Dari keterangan di atas dapat diketahui bahwa guru BK telah berusaha memenuhi program bimbingan dan konseling dengan perangkat-perangkat tersebut, tetapi dalam prakteknya guru BK belum membuat pedoman BK dan standar BK yang disesuaikan dengan kondisi sekolah. Beliau membuat program tahunan, program semester, program bulanan, program mingguan, SATLAN, SATKUNG, dan trek rekord siswa. Satu hal lagi kekurangan administrasi BK adalah dokumen-dokumen terkait trek record siswa masih tercecer di mana-mana belum tersimpan secara rapi. Dari hasil kalkulasi prioritas kebutuhan dan permasalahan siswa, terlihat rencana pemberian materi pelayanan BK terarah dari bidang pribadi, selanjutnya sosial, belajar, dan terakhir karir. Bidang pribadi menempati persentase yang lumayan besar. Hal ini menunjukkan bahwa bidang pribadi merupakan prioritas pertama yang harus terselesaikan terlebih dahulu sebelum bidang-bidang yang lainnya. Apabila arah pelayanan langsung terfokuskan pada bidang karir atau lainnya tanpa membenahi pribadi siswa, maka siswa akan kesusahan dalam menyelesaikan permasalahannya. Bahkan siswa akan merasa kebingungan dalam menentukan langkah yang akan diambil selanjutnya. Oleh sebab itu, perlu dipahami bahwa sanagt penting arah pelayanan BK yang sistematis, terarah dan berkelanjutan dengan menggunakan metode-metode tertentu.
94
Metode bimbingan dan konseling yang banyak digunakan oleh guru BK untuk menangani siswa yaitu konseling individu. Dengan konseling individu siswa dapat membahas masalahnya secara face to face. Siswa dapat dengan leluasa mengungkapkan masalah yang dialaminya tanpa rasa canggung, malu, dan ragu dalam bercerita karena tidak ada pihak lain yang ikut mendengarkan pembicaraan terkecuali siswa dan guru BK saja. Selain itu, dengan konseling individu diharapkan kerahasiaan masalah siswa terjaga dengan baik. Secara psikis siswa yang mendapat konseling individu akan lebih baik daripada konseling kelompok. Siswa yang mendapat bimbingan secara berkelompok akan memiliki beban merasa malu dan canggung mengungkapkan masalah-masalah yang dihadapi. Mereka pasti berpikir tentang dampak yang akan diterimanya setelah menceritakan permasalahan di depan teman-temannya. Supaya metode konseling individual berjalan dengan baik, maka diperlukan teknik-teknik bimbingan dan konseling. Teknik-teknik yang digunakan oleh guru BK di Madrasah Aliyah Sedah, yaitu attending, empati, refleksi, eksplorasi, paraphasing, open question, closed question, encouragement, interpretasi, directing, summarizing, dan siswa ambil keputusan.
Dalam perencanaan bimbingan dan konseling Guru BK menggunakan teknik dalam konseling, diantaranya: attending, empati, refleksi, eksplorasi perasaan, paraphasing,
open
question,
closed
question,
minimal
encouragement,
interpretasi, directing, summarizing, leading, fokus, konfrontasi, clarifying, facilitating, dan lain-lain.
95
Penggunaan teknik-teknik konseling tersebut oleh guru BK disesuaikan dengan kebutuhan dan permasalahan siswa. Ada teknik yang digunakan secara bersamaan ada pula yang digunakan secara terpilah-pilah. Sebagai contoh teknik empati digunakan bersama dengan teknik attending, karena teknik empati tidak akan berhasil tanpa adanya teknik attending. Dengan teknik attending guru BK akan membawa siswa merasa aman dan nyaman untuk terlibat dalam pembicaraan yang terbuka. Dari pembicaraan yang terbuka tersebut, guru BK akan dapat memahami perasaan, pikiran, pengalaman bahkan penderitaannya siswa sehingga terbangun ikatan emosi yang baik antara siswa dan guru BK. Teknik-teknik bimbingan dan konseling tidak sepenuhnnya dilaksanakan oleh guru-guru yang lain. 1. Guru Mata Pelajaran Guru mata pelajaran memberikan bimbingan dan konseling dengan sebatas nasehat saja. Beliau memberikan nasehat yang sekiranya sesuai dengan permasalahan siswa. Fungsi-fungsi
bimbingan
dan
konseling
diantaranya
perbaikan,
penyembuhan. Dengan memberikan nasehat guru mata pelajaran telah memperhatikan fungsi pemberian nasehat itu yaitu untuk memperbaiki dan menyembuhkan kekliruan perilaku siswa yang kurang tepat menjadi perilaku yang seharusnya dilakukakan oleh siswa di dalam kelas.
96
2. Wali Kelas Wali kelas memberikan bimbingan dan konseling dengan tidak adanya pengkhususan. Antara siswa yang satu dan lainnya tidak ada perlakuan yang berbeda, semua siswa diperlakukan secara sama. Pelaksaaan bimbingan dan konseling yang diberikan oleh wali kelas berasaskan pada asa kegiatan, karena wali kelas berupaya memberikan dorongan pada siswa untuk aktif dalam kegiatan pembelajaran di kelas. Dorongan yang diberikan oleh wali kelas akan berhasil apabila siswa mampu dan mau untuk merubah dirinya menjadi lebih baik. Apabila siswa tidak mampu dan mau, maka dorongan yang diberikan hanya sebatas angin lewat dan tidak ada maknanya. 3. Waka Kesiswaan Bimbingan dan konseling yang diberikan oleh waka kesiswaan pada siswa sama dengan wali kelas yaitu tidak adanya perlakuan khusus. Beliau memberikan bimbingan dan konseling yang sama pada setiap siswa. Bedanya wali kelas hanya mengatasi permasalahan yang berkaitan dengan siswa yang kelasnya diampu, sedangkan waka kesiswaan adalah seluruh siswa di sekolahan. Selain itu, bimbingan dan konseling waka kesiswaan hanya terpusat kepada masalah-masalah yang berkaitan dengan tata tertib. Melihat penjabaran di atas dapat diketahui bahwa layanan bimbingan dan konseling yang diberikan oleh waka kesiswaan tidaklah sesuai dengan prinsio pemberian bantuan, karena beliau menyamaratakan cara pemecahan masalah
97
bagi semua siswa. Meskipun masalah yang terjadi pada dua siswa yang berbeda tersebut sama, pastilah menuntut pemecahan masalah yang berbeda sebab tidak ada dua orang individu yang sama persis. Oleh karena itu, pembimbing harus memahami perbedaan kebutuhan tersebut agar bisa memberikan bantuan pemecahan masalah yang maksimal. Dalam menyelesaikan permasalahan siswa yang kompleks bimbingan dan konseling dilaksanakan secara bertahap. Tahap pertama yaitu guru mata pelajaran, selanjutnya wali kelas, waka kesiswaan, guru BK, dan terakhir kepala madrasah. Kepala madrasah berperan sebagai pengawas jalannya bimbingan dan konseling di Madrasah Aliyah Sedah. Pelaksanaan bimbingan dan konseling di Madrasah Aliyah Sedah Jenangan berasaskan pada asas keterpaduan dan asas keahlian. Tampak kerjasama yang baik antara guru BK dan guru-guru yang lain. Apabila suatu bimbingan dan konseling dilaksanakan tanpa adanya kerjasama yang baik, maka hasilnya kurang maksimal. Siswa akan kebingungan arah mana yang harus diambil jika antara guru yang satu dan guru lainnya tidak serasi dan sinergi. Selain itu, guru BK dan guru-guru lainnya memberikan bantuan sesuai dengan keahliannya. Apabila siswa membutuhkan bantuan bimbingan belajar maka guru BK akan mengalihkan tangankan siswa pada guru yang sesuai kompetensinya, hal ini berlaku sebaliknya. Secara singkat perencaanan layanan bimbingan dan konseling pada siswa mutasi di Madrasah Aliyah Sedah dapat kita lihat dalam tabel berikut:
98
Aspekaspek BK
Layanan yang diberikan oleh masing-masing bagian
Waka Guru BK Kesiswaan Tujuan BK Membantu siswa menemukan pribadi, mengenal lingkungan, dan masa depan. Landasan Landasan Landasan Landasan- Landasan paedagogis paedagogis paedagogis filosofis, landasan religius, BK psikologis, sosial budaya, paedagogis Asas Asas Asas Asas Asas-asas kegiatan, kegiatan, keterpaduan, kerahasiaan, BK keterpaduan, keterpaduan, kekinian, kesukarelaan, alih tangan alih tangan kenormatifan keterbukaan, kasus kasus keterbukaan, kekinian, kemandirian, kedinamisan, keterpaduan, kenormatifan, keahlian, alih tangan kasus, dan tut wuri handayani Fasilitasi, Perbaikan, Pemahaman, Fungsi BK Perbaikan, penyembuhan penyesuaian, penyembuhan, fasilitasi, pencegahan, penyesuaian, penyaluran, adaptasi, pencegahan, perbaikan, penyembuhan, pemeliharaan, pengembangan - Pribadi - Pribadi - Pribadi - Pribadi Bidang - Sosial - Sosial - Sosial - Sosial BK - Belajar - Belajar - Belajar - Belajar - Karir - Bimbingan - Bimbingan - Bimbingan - Konseling Metode pribadi kelompok kelompok individu, BK - Diberikan - Tidak ada - Tidak ada - Arah bimbingan nasehat pengkhusus perlakuan pribadi, saja an siswa khususan selanjutnya - Memanggil - Diberikan siswa sosial, belajar, siswa ke motivasi - Apabila dan terakhir depan atau belajar dan melakukan karir. keruangan melanjutkan pelanggaran guru sekolah lagi akan Guru Mapel
Wali Kelas
Kepala Sekolah merencanakan Landasan paedagogis
Asas keterpaduan, kegiatan, kekinian, kenormatifan
Pengembang an
-
Pribadi Sosial Belajar Karir Konseling individu
99
Teknikteknik BK
Program BK
Tahapantahapan perencana an BK
Pertanyaan terbuka & tertutup, dorongan minimal, dan mengarahkan Tidak membuat program tersendiri, mengikuti program yang telah dibuat bersama guru BK dan stakeholder lainnya.
Pertanyaan terbuka & tertutup, dorongan minimal, dan mengarahkan Tidak membuat program tersendiri, mengikuti program yang telah dibuat bersama guru BK dan stakeholder lainnya.
dihukum secara bersamaan Pertanyaan terbuka & tertutup, dorongan minimal, dan mengarahkan Tidak membuat program tersendiri, mengikuti program yang telah dibuat bersama guru BK dan stakeholder lainnya.
- Memberi- Memberi- Memberikan kan inforkan inforinformasi masi terkait masi terkait terkait kebutuhan kebutuhan kebutuhan & & masalah & masalah masalah siswa siswa siswa - Membuat - Membuat - Membuat perencanaperencanaperencanaan an bersama an bersama bersama guru guru BK guru BK BK
Menggunakan teknik sesuai kebutuhan siswa
-
- Pedoman BK, - Membuat standar BK program (belum bersama membuat guru BK sendiri) dan stakeholder - Prota, promes, lainnya. probul, proming, satlan, - Menerima hard copy satkung, & trek program rekord siswa dari guru (sudah BK membuat sendiri) - Identifikasi - Memberikebutuhan & kan informasalah siswa. masi terkait - Penentuan kebutuhan tujuan program & masalah layanan BK siswa - Analisis situasi - Membuat & kondisi di perencanasekolah an bersama - Penentuan jenis guru BK program kegiatan - Penetapan metode & teknik dalam kegiatan - Penetapan personel yang melaksanakan kegiatan yang telah ditetapkan - Persiapan fasilitas & biaya pelaksanaa - Perkiraan hambatan & usaha yang
100
Layananlayanan BK
- Konseling individu
- Bimbingan kelompok - Konseling kelompok
- Bimbingan kelompok - Konseling kelompok
-
akan dilakukan dalam mengatasi hambatan. Menetapkan alokasi waktu konseling - Konseling individu individu bimbingan - konseling kelompok kelompok konseling kelompok konsultasi penguasaan konten
B. Penerapan Bimbingan dan Konseling pada Siswa Mutasi dari Sekolah Lain Salah satu proses bimbingan dan konseling di Madrasah Aliyah Sedah setelah perencanaan program adalah penerapan bimbingan dan konseling. Penerapan bimbingan dan konseling tersebut mengacu pada perencanaan yang telah dibuat sebelumnya oleh guru BK dan stakeholders sekolah lainnya. Diharapkan dengan perencanaan yang matang proses bimbingan dan konseling selanjutnya dapat berjalan dengan baik. Penerapan layanan bimbingan dan konseling di Madrasah Aliyah Sedah disesuaikan dengan permasalahan dan kebutuhan masing-masing siswa, serta menyesuaikan jadwal yang telah dibuat dalam prota, promes, probul, proming, satlan dan satkung. Akan tetapi tidak menutup kemungkinan untuk melaksanakan bimbingan dan konseling di luar jadwal, apabila ada siswa yang membutuhkan bantuan mendesak, maka konselor akan memberikan bimbingan dan konseling saat itu pula.
101
Tempat pelaksanaan bimbingan dan konseling di Madrasah Aliyah Sedah terdapat di dalam kelas dan di ruang konseling. Penempatan ruangan ini disesuaikan dengan jenis dan bidang layanan bimbingan. Untuk pembiayaan pelaksanaan kegiatan bimbingan dan konseling dari dana Swadaya sekolah. Hal inilah yang membuat minimnya pemenuhan fasilitas penerapan layanan, karena dengan biaya yang minim konselor pun akan mengkondisikan layanan sesuai biaya yang ada. Guru BK memberikan bimbingan dan konseling tidak lebih dari 40 menit per jam tatap muka di kelas. Sedangkan untuk di luar kelas secara individu tidak lebih dari 45 menit. Secara psikis perhatian dan konsetrasi siswa akan pecah apabila terlalu lama dalam situasi bimbingan. Siswa akan merasa bosan serta semua nasehat yang diberikan akan hilang tidak dapat tercerna oleh pemikirannya. Proses bimbingan dan konseling yang diberikan oleh guru BK melalui beberapa tahapan, yaitu: identifikasi masalah, pengumpulan data, analisis data, diagnosis, prognosis, tahap konseling, dan tindak lanjut.98 Pernyataan tersebut
sejalan dengan hasil observasi yang dilakukan peneliti pada kegiatan proses bimbingan dan konseling siswa (Aditya Firmansyah dan Abdul Khatami) di Madrasah Aliyah Sedah. Tahapan-tahapan bimbingan dan konseling yang diberikan oleh guru BK seperti yang disebutkan di atas.99
98 99
Lihat Transkrip Wawancara nomor: 02/W/28-IV/2016. Lihat Transkrip Observasi nomor: 01/O/28-IV/2016.
102
Dari pemaparan di atas terlihat bahwa pelaksanaan bimbingan dan konseling terdapat satu tahap yang berjalan tidak runtut dan sistematis sesuai dengan teori yang ada. Pada teori bimbingan dan konseling disebutkan adanya tahap evaluasi dan follow up, sedangkan pada hasil wawancara dengan guru BK hanya disebutkan adanya tahap tindak lanjut (follow up) setelah tahap konseling. Hal inilah yang membuat tahapan-tahapan bimbingan dan konseling terlihat loncat atau tidak runtut dan sistematis meskipun sebenarnya guru BK melaksanakan tahap evaluasi dalam bantuan tersebut. Selain perbedaan di atas, terdapat perbedaan istilah dalam salah satu tahap bimbingan dan konseling tersebut, yaitu tahap terapi dan konseling. Pada teori disebutkan adanya tahap terapi, sedangkan pada hasil wawancara disebutkan adanya tahap konseling. Penggunaan kata terapi daripada konseling dalam bimbingan dan konseling di sekolah dirasa kurang tepat. Dalam kamus bahasa Indonesia, terapi memiliki arti usaha untuk memulihkan kesehatan orang yang sedang sakit100 dan konseling berarti pemberian bimbingan oleh orang yang ahli kepada seseorang dengan menggunakan metode psikologis.101 Jika ditinjau dari pengertiannya, persamaan dua kata tersebut yaitu adanya proses memberikan bantuan kepada seseorang, tetapi sejatinya penggunaan kata ini berbeda penempatannya. Umumnya kata terapi digunakan untuk membantu klien mengatasi masalah yang berat seperti psikopatologi, skizofrenia , maupun kelainan 100
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Bahasa Indonesia (Jakarta Pusat: Pusat Bahasa, 2008), 1689. 101 Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Bahasa Indonesia , 82.
103
kepribadian lainnya, sedangkan konseling digunakan untuk membantu klien mengatasi masalah yang lebih ringan dan tidak mempunyai kelainan secara patologis. Dalam sebuah konseling terjadi dialog antara konselor dan klien
bukannya pemberian terapi atau perawatan. Tahapan-tahapan bimbingan dan konseling yang dilaksanakan oleh guruguru yang lainnya: 1. Guru Mata Pelajaran Bimbingan dan konseling yang diterapkan guru mata pelajaran biasanya dilakukan secara langsung tanpa melalui tahap-tahap bimbingan dan konseling seperti di atas. Guru mata pelajaran melaksanakan bimbingan dan konseling langsung saat suatu masalah itu terjadi pada siswa. Bimbingan dan konseling diberikan dengan cara face to face antara guru dan siswa saat itu juga. Beliau memanggil siswa ke depan kelas atau keruangan guru tersebut untuk menasehati saat ada masalah dengan mata pelajaran yang diampunya. Salah satu fungsi bimbingan dan konseling adalah adaptasi. Dengan memberikan nasehat di depan kelas, guru mata pelajaran hanya memperhatikan fungsi pemberian nasehat untuk memperbaiki dan menyembuhkan kekeliruan siswa tanpa memperhatikan fungsi adaptasi yang benar. Bila guru menasehati langsung di depan seluruh teman saat mata pelajaran berlangsung, maka beliau memilih metode yang kurang tepat. Sebab siswa yang memiliki kepribadian pendiam akan semakin minder atau tidak suka pada mata pelajaran yang diampu guru tersebut, sedangkan siswa yang bandel akan semakin tidak
104
terkontrol karena sudah terbiasa diperlakukan seperti itu. Hal ini berarti guru mata pelajaran tidak memperhatikan landasan psikologis yang harus diterapkan pada siswa. 2. Wali Kelas Bimbingan dan konseling yang diterapkan oleh wali kelas dengan memberikan bimbingan secara bersama di kelas pada saat akhir pembelajaran mata pelajaran yang diampu atau di jam kosong yang tidak ada kegiatan belajar mengajar. Selain itu, beliau memberikan perlakuan yang pada seluruh siswanya tidak ada perbedaan yang mencolok. Perbedaanya hanya terdapat pada intensitas pemberian motivasi. 3. Waka Kesiswaan Bimbingan dan konseling yang diterapkan oleh waka kesiswaan ini hampir tidak jauh dari pemikiran kebanyakan siswa, karena beliau memberikan bimbingan dan konseling yang lebih intens pada sebagian besar anak-anak yang bermasalah saja seperti polisi. Beliau akan menghukum siswa yang melakukan pelanggaran tata tertib sekolah. Hal ini diberlakukan pula pada siswa mutasi. Beliau juga menghukum siswa mutasi yang melakukan pelanggaran bersamaan dengan siswa yang lainnya. 4. Kepala Sekolah Kepala sekolah bertindak sebagai pengawas kegiatan bimbingan dan konseling yang ada di madrasah. Beliau akan menerima informasi terkait dengan siswa yang mendapat bimbingan dan konseling dari guru BK. Meskipun
105
dalam struktur yang kebanyakan ada, seharusnya dibawah beliau ada waka kesiswaan, namun berbeda di madrasah ini. Posisi guru BK berada langsung di bawah kepala sekolah dalam proses bimbingan dan konseling. Jadi apabila terjadi suatu masalah yang belum terselesaikan di guru BK, maka beliau akan membicarakan langsung dengan kepala sekolah. Dari data-data di atas dapat diketahui bahwa tahapan-tahapan bimbingan dan konseling tidak sepenuhnya dilaksanakan oleh guru-guru yang lainnya, hanya guru BK saja yang menjalankan bimbingan dan konseling secara bertahap-tahap. Guru mata pelajaran, wali kelas, dan waka kesiswaan menyelesaiakan masalah langsung pada saat masalah itu terjadi. Sedangkan Kepala Sekolah melaksanakan proses bimbingan pada puncak masalah yang tidak terselesaikan di guru BK. Beliau akan mengambil beberapa kebijakan selanjutnya. Secara singkat penerapan layanan bimbingan dan konseling pada siswa mutasi di Madrasah Aliyah Sedah dapat kita lihat dalam tabel berikut: Aspek-aspek BK
Tahapantahapan Perencanaan BK
Layanan yang diberikan oleh masing-masing bagian Waka Guru BK Kepala Sekolah Kesiswaan - Memberikan - Memberikan - Memberikan - Identifikasi - Memberikan informasi informasi informasi kebutuhan informasi terkait terkait terkait dan masalah terkait kebutuhan & kebutuhan & kebutuhan & siswa dengan kebutuhan & masalah masalah masalah program masalah siswa siswa siswa siswa pengolahan - Membuat - Membuat - Membuat - Membuat perencanaan IKMS bersama guru perencanaan perencanaan perencanaan - Penentuan BK bersama bersama bersama guru tujuan guru BK guru BK BK program layanan BK - Membuat prota, promes, Guru Mapel
Wali Kelas
106
Tahapantahapan BK
Tidak sesuai tahapantahapan BK, hanya adanya identfikasi masalah dan pelaksanaan bimbingan dan konseling
Waktu penerapan BK
Saat jam pelajaran
probul, proming, satlan, satkung, dan trek record siswa. - Persiapan fasilitas & biaya pelaksanaan Tidak sesuai Tidak sesuai Sesuai tahapantahapantahapantahapan BK, tahapan BK, tahapan BK, yaitu: hanya adanya hanya adanya identifikasi identfikasi identfikasi masalah, masalah dan masalah dan pengumpulan pelaksanaan pelaksanaan data, analisis bimbingan bimbingan data, diagnosis, dan konseling dan konseling prognosis, tahap konseling, dan tindak lanjut. Saat wali Terjadi - 45 menit kelas masalah diluar jam mengajar di pelajaran. kelas/ waktu sesuai kosong kebutuhan siswa. - 1 kali seminggu di kelas
Mengawasi jalannya bimbingan dan konseling dan menindak lanjuti apabila terjadi permasalahan yang tidak terselesaikan oleh guru BK. Setelah masalah tidak terselesaikan oleh guru BK dan guru-guru yang lainnya.
C. Dampak Bimbingan dan Konseling pada Siswa Mutasi dari Sekolah Lain Setelah adanya layanan bimbingan dan konseling diharapkan adanya dampak yang terjadi pada siswa. Berikut dampak-dampak yang terjadi pada siswa di Madrasah Aliyah Sedah, diantaranya: 1. Dari Sisi Prestasi Tingkat motivasi belajar siswa dan keinginannya mengikuti kegiatan ekstrakurikuler meningkat, tetapi motivasi siswa untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi masih minim. Hal ini terjadi karena, kondisi
107
ekonomi sebagian besar siswa kurang memadai untuk melanjutkan ke perguruan tinggi. Jadi, siswa ingin cepat lulus dari Madrasah Aliyah dengan nilai yang bagus untuk membanggakan orang tua dan menjadi bekal dalam berkarier selanjutnya. Dalam mengembangkan bakat dan prestasi non akademik siswa, guru BK bekerjasama dengan guru-guru yang lain memberikan stimulus untuk mengikuti kegiatan ekstrakurikuler, diantaranya pramuka, kesenian, dan keterampilan. Hal ini diberikan untuk menyalurkan bakat dan minat siswa di luar prestasi akademik. Selain itu, kegiatan ini untuk menarik minat siswa menumbuhkan semangat sekolahnya lagi dan mencapai kemandirian. 2. Dari Sisi Karier Pola pemikiran siswa sudah terbentuk untuk merencanakan dan melanjutkan ke tahap pekerjaan yang diinginkan. Hal ini termotivasi dengan lulusan yang telah berhasil untuk melanjutkan ke jenjang karier dan mendapat penghasilan yang memadai untuk mencukupi kebutuhan pribadi dan keluarga. Pola pemikiran yang dimaksud adalah bentuk kemampuan siswa untuk merencanakan dan menentukan langkah-langkah selanjutnya yang akan digunakan untuk masuk ke jenjang pekerjaan. Untuk membentuk pola-pola pemikiran ini, guru BK memberikan bimbingan dan konseling secara kelompok selanjutnya secara spesifikasi secara pribadi karena minat setiap siswa berbeda. Beliau memberikan beberapa informasi terkait bidang pekerjaan yang diinginkan siswa, baik dari sisi negatif maupun positif suatu pekerjaan itu.
108
Selain itu, beliau juga memberikan beberapa brosur yang berkaitan dengan jenis pekerjaan yang diinginkan siswa. 3. Dari Sisi Sosial Dari segi sosial diketahui bahwa siswa sudah bisa beradaptasi dengan teman sebayanya dan guru-guru yang di sekolah ini. Mereka dapat membaur dengan teman-temannya tidak bersilang pendapat yang dapat menimbulkan percecokkan, tidak berkelahi, berperilaku sopan terhadap guru dan menghargai teman sebayanya, tidak acuh seperti sebelumnya. Dari keterangan di atas dapat diketahui bahwa terdapat perubahan yang positif, karena pada dasarnya siswa yang mendapat bantuan akan memilik semangat yang berbeda dengan siswa yang dibiarkan saja, meskipun sebenarnya ada pengecualian siswa tersebut dibiarkan karena sudah dianggap mampu dan tidak memerlukan bantuan secepatnya. Secara psikologi siswa yang mendapatkan perhatian dari guru akan lebih senang, karena siswa merasa mendapatkan seseorang yang mengerti dengan pemikiran dan bakatnya sehingga motivasi-motivasi yang ada pada dirinya bisa tumbuh dan berkembang secara beriringan. Dengan tumbuhnya motivasi tersebut siswa akan mudah menerima bantuan yang diberikan oleh guru BK.
109
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian tentang pelaksanaan bimbingan dan konseling Studi Kasus di Madrasah Aliyah Sedah Jenangan Ponorogo dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Perencanaan bimbingan dan konseling di Madrasah Aliyah Sedah Guru BK memiliki peran paling dominan daripada guru yang lainnya. Beliau membuat perencanaan BK, seperti tujuan BK, prota, promes, probul, proming, satlan, satkung, dan trek rekord siswa. Akan tetapi beliau belum membuat pedoman BK dan standar BK tersendiri, masih menggunakan pedoman dan standar BK dari sumber lain. 2. Penerapan bimbingan dan konseling di Madrasah Aliyah Sedah Penerapan bimbingan dan konseling disesuaikan dengan permasalahan dan kebutuhan siswa, serta menyesuaikan kegiatan dengan perencanaan BK sistematis, terarah, dan berkelanjutan. Selain itu, hanya guru BK saja yang melalui tahapan-tahapan bimbingan dan konseling. Guru-guru yang lain menerapkan bimbingan secara langsung saat terjadi masalah dengan siswa. Tahapan-tahapan bimbingan dan konseling yang diterapkan oleh guru BK yaitu: identifikasi masalah, pengumpulan data, analisis data, diagnosis, prognosis, tahap konseling, dan tindak lanjut.
110
3. Dampak bimbingan dan konseling pada siswa mutasi setelah diberikan bimbingan dan konseling, diantarnya: a. Tingkat motivasi belajar siswa meningkat dan keinginannya mengikuti kegiatan ekstrakurikuler meningkat, tetapi motivasi siswa untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi masih minim. b. Pola pemikiran siswa untuk merencanakan dan menentukan langkah-langkah selanjutnya yang akan digunakan untuk masuk ke jenjang pekerjaan sudah terbentuk. c. Siswa sudah bisa beradaptasi dengan warga sekolah lainnya. Mereka tidak bersilang pendapat, tidak berkelahi, berperilaku sopan terhadap guru dan menghargai teman sebayanya, tidak acuh seperti sebelumnya.
B. Saran Dari penelitian yang telah dilakukan, peneliti ingin memberikan saran-saran diantaranya: 1. Bagi Kepala Sekolah dan guru BK secara bersama-sama untuk membuat pedoman dan standar BK yang dapat dijadikan acuan lembaga itu sendiri supaya tidak menggunakan acuan dari sumber lain. 2. Bagi Guru BK a. Dalam perencanaan bimbingan dan konseling sebaiknya guru BK sebaiknya segera membuat Pedoman BK dan Standar BK yang sesuai dengan situasi dan kondisi sekolah bersama stakeholder yang lain.
111
b. Dalam tahapan-tahapan bimbingan dan konseling sebaiknya guru BK melaksanakan tahapan evaluasi setelah tahapan proses konseling (terapi). Hal ini dilakukan untuk mengetahui hasil dari upaya bantuan yang telah diberikan, berhasil ataukah tidak berhasil. Selanjutnya barulah ditentukan langkah-langkah tindak lanjut yang akan dilakukan guru BK terhadap siswa setelah diketahui hasilnya. 3. Bagi peneliti selanjutnya sebaiknya menambah referensi untuk bahan pertimbangan menemukan cara penyelesaian masalah yang paling tepat untuk penanganan siswa mutasi dari sekolah lain yang efektif lagi.
112
DAFTAR PUSTAKA
A, Hallen. Bimbingan dan Konseling dalam Islam. Jakarta: Ciputat Pers. 2002. Afifuddin. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Pustaka Setia. 2009. Afrizal. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. 2014. Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. 2006. Dewa Ketut Sukardi & Nila Kusmawati. Proses Bimbingan & Konseling di Sekolah . Jakarta: Rineka Cipta. 2008. Ghony, M. Djunaidi. Metode Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media. 2012. John M. Echols & Hasan Shadili. Kamus Inggris Indonesia . Jakarta: Gramedia. 2003. L., Zulkifli. Psikologi Perkembangan. Bandung: Remaja Rosdakarya. 2006. LN, Syamsu Yususf. Psikologi Perkembangan Anak & Remaja . Bandung: Remaja Rosdakarya. 2014. Margono. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: PT. Rineka Cipta. 1997. Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. 2013. Mu’awanah, Elfi. Bimbingan Konseling Islam. Ponorogo: STAIN Press. tt. Muhadjir, Noeng. Metodologi Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Rake Sarasin. 1998. Mulyana, Deddy. Metodologi Penelitian Kualitatif: Paradigma Baru Ilmu komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya . Bandung: Remaja Rosdakarya. 2003. Prayitno dan Erman Amti. Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Rineka Cipta. 2009. Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Bahasa Indonesia . Jakarta Pusat: Pusat Bahasa. 2008.
113
Salahudin, Anas. Bimbingan & Konseling. Bandung: Pustaka Setia. 2010. Sugiyono. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta. 2005. Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D . Bandung: Alfabeta. 2012. Syamsu Yusuf, L.N dan Juntika Nuruhsan. Landasan Bimbingan dan Konseling . Bandung: Remaja Rosdakarya. 2014. Tohirin. Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah (Berbasis Integrasi). Jakarta: Raja Grafindo Persada. 2008. Umi Rohmah. Pengantar Bimbingan dan Konseling . Ponorogo: STAIN Po PRESS. 2011. UU. No 20 Tahun 2003 Sistem Pendidikan Nasional (SISDIKNAS). Bandung: Citra Umbara. 2003. Winkel, W.S. & Sri Hastuti. Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan . Yogyakarta: Media Abadi. 2004.