PROSIDING Seminar Nasional “Konseling Krisis” Sabtu, 27 Agustus 2016
PROSIDING SEMINAR NASIONAL BIMBINGAN DAN KONSELING “Konseling Krisis” ISBN : 978-602-60115-0-3 Ketua Editor : Dr. Kusno Effendi, M.Si., M.Pd
(Universitas Ahmad Dahlan)
Editor Ahli : Prof. Dr. Siti Partini Suardiman, SU. Dr. Najlatun Naqiyah, M.Pd Dr. Mumpuniarti, M.Pd Dr. Soetarno, M.Pd
(Universitas Ahmad Dahlan) (Universitas Negeri Surabaya) (Universitas Negeri Yogyakarta) (Universitas Ahmad Dahlan)
Editor Pelaksana : Wahyu Nanda Eka Saputra, M.Pd., Kons Caraka Putra Bhakti, M.Pd Agus Ria Kumara, M.Pd
(Universitas Ahmad Dahlan) (Universitas Ahmad Dahlan) (Universitas Ahmad Dahlan)
Desain Sampul : Fajar Irfani Setyawan Layout : Agus Supriyanto, M.Pd Penerbit dan Redaksi: Prodi Bimbingan dan Konseling Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan - Universitas Ahmad Dahlan Kampus II UAD Jl Pramuka 42 Sidikan, Umbulharjo, Yogyakarta Telp: (0274) 563515, 511830, 379418, 371120 Fax (0274) 564604 Email:
[email protected] Cetakan Pertama: Agustus 2016 Hak cipta dilindungi undang-undang Dilarang memperbanyak karya tulis ini dalam bentuk dan Dengan cara apapun tanpa ijin tertulis dari penerbit
ii
PROSIDING Seminar Nasional “Konseling Krisis” Sabtu, 27 Agustus 2016 KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Allah SAW, karena atas karunia-Nya, prosiding Seminar Nasional Konseling Krisis telah dilaksanakan pada Sabtu, 27 Agustus 2016 di ruang Auditorium Universitas Ahmad Dahlan, yang diselenggarakan oleh program studi Bimbingan dan Konseling Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Ahmad Dahlan. Seminar nasional ini diselenggarakan sebagai media sosialisasi dan komunikasi hasil penelitian maupun hasil pemikiran tentang teori dan praktik penyelenggaraan konseling krisis sebagai wujud penguatan profesi konselor di Indonesia. Seminar Nasional ini merupakan ajang tukar menukar informasi dan pengalaman, ajang diskusi ilmiah, dan peningkatan secara berkesinambungan penyelenggaraan layanan Bimbingan dan Konseling yang profesional dalam berbagai seting. Prosiding ini memuat berbagai karya tulis dari hasil-hasil penelitian serta gagasan ilmiah tertulis tentang teori dan praktik konseling krisis. Makalah-makalah yang termuat dalam prosiding ini berasal dari mahasiswa, dosen, dan praktisi. Semoga penerbitan ini dapat digunakan sevagai acuan dan praktis penyelenggaraan layanan konseling krisis di Indonesia. Selain itu, besar harapan bahwa prosiding ini dapat memunculkan pemikiranpemikiran baru terhadap pelaksanaan penelitian selanjutnya yang terkait konseling krisis. Akhir kata kepada semua pihak yang telah membantu, kami ucapkan terima kasih.
Yogyakarta, 27 Agustus 2016 Ketua Prodi Bimbingan dan Konseling Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Ahmad Dahlan
Dody Hartanto, M.Pd NIY. 60090563
iii
PROSIDING Seminar Nasional “Konseling Krisis” Sabtu, 27 Agustus 2016
iv
PROSIDING Seminar Nasional “Konseling Krisis” Sabtu, 27 Agustus 2016 DAFTAR ISI
Halaman Sampul .................................................................................................................. i Halaman Redaksi ................................................................................................................. ii Kata Pengantar ................................................................................................................... iii Daftar Isi ............................................................................................................................... v Urgensi Konseling Krisis pada Masyarakat Indonesia .................................................... 1 (Najlatun Naqiyah) Layanan Konseling Krisis bagi Anak Usia Dini Korban Bencana ............................... 10 (Prima Suci Rohmadheny, Indah Setianingrum & Wahyu Nanda Eka Saputra) Peran Konselor dalam Memberikan Layanan Konseling Komunitas bagi Korban Bencana Alam di Indonesia ................................................................................ 17 (Andika Ari Saputra) Membangkitkan Motivasi Belajar Siswa untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa SMP .......................................................................................................................... 23 (Said Alhadi, Bambang Budi Wiyono, Triyono & Nur Hidayah) Bimbingan dan Konseling bagi Peserta Didik Penyandang Autis ................................ 30 (Aisha Nadya) Peranan Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan Bimbingan dan Konseling ............................................................................................................................ 41 (Augusto da Costa, Fatah Hanurawan, Adi Atmoko & Imannuel Hitipiew) Layanan Konseling Kelompok Teknik Restrukturisasi Kognitif untuk Menangani Trauma Pasca Bencana ................................................................................ 51 (Indana Zulfa & Ismi Komariatun Nisa) Konseling Kelompok Berbasis Experiential Learning bagi Korban Bencana Alam yang Mengalami Post-Traumatic Stress Disorder (PTSD) ................................... 58 (Santy Andrianie) Konseling untuk Pemulihan Kondisi Remaja Eks Penyalahguna Narkoba ................ 68 (Silvia Yula Wardani) Mengatasi Mental Block Pada Remaja melalui Cognitive Therapy (CT)...................... 77 (Noviyanti Kartika Dewi)
v
PROSIDING Seminar Nasional “Konseling Krisis” Sabtu, 27 Agustus 2016 Bimbingan dan Konseling Islami sebagai Bagian Pendekatan bagi Remaja Pecandu Narkoba .............................................................................................................. 86 (Ratna Fitriyani & Devi Trianasari) Konseling Psikoanalisis (Solusi yang Ditawarkan Menuju Remaja Sehat Tanpa Zat Psikoaktif) ....................................................................................................... 96 (Yuanita Dwi Krisphianti & Muya Barida) Tinjauan Ekologis dan sebuah Pendekatan Kolaboratif sebagai Upaya Intervensi Problem Perilaku pada Remaja ................................................................... 105 (Ruly Ningsih) Posttraumatic Growth pada Pecandu Narkoba (Landasan Pengembangan Program Konseling Pecandu Narkoba pada Proses Rehabilitasi) ............................. 113 (Nurlita Hendiani & Agus Supriyanto) Larangan Mengkonsumsi Narkoba dalam Islam ......................................................... 122 (Amien Wahyudi) Pendekatan Feminisme melalui Layanan Konseling Krisis sebagai Intervensi Kekerasan dalam Pacaran .............................................................................................. 128 (Suvia Gustin & Hardi Prasetiawan) Peran Keluarga dalam Mengembangkan Potensi Anak Autism Spectrum Disorder ............................................................................................................................ 145 (Muya Barida & Yuanita Dwi Krisphianti) Solution Focus Brief Group Counseling: Model Konseling untuk Mengurangi Perilaku Agresif Siswa .................................................................................................... 159 (Dita Kurnia Sari) Manajemen Personel Bimbingan dan Konseling .......................................................... 173 (Dwi Putranti) Manajemen Amarah: Strategi untuk Mengurangi Perilaku Agresi Siswa Sekolah Menengah ........................................................................................................... 180 (Erni Hestiningrum)
vi
PROSIDING
Seminar Nasional “Konseling Krisis” Sabtu, 27 Agustus 2016
KONSELING PSIKOANALISIS (SOLUSI YANG DITAWARKAN MENUJU REMAJA SEHAT TANPA ZAT PSIKOAKTIF) Yuanita Dwi Krisphianti1), Muya Barida2) Universitas Nusantara PGRI Kediri1), Universitas Ahmad Dahlan2)
[email protected],
[email protected] Abstrak Zat psikoaktif adalah obat-obatan kimia yang memiliki dampak mengubah mood dan menimbulkan perubahan persepsi serta membuat individu yang mengkonsumsi menjadi merasa tenang dan “melayang tinggi”. Individu menggunakan zat psikoaktif dengan berbagai alasan tersendiri. Zat psikoaktif sudah mulai digunakan oleh berbagai kalangan usia, mulai dari usia anak-anak, remaja, dewasa, dan bahkan orang tua.. Zat psikoaktif dapat menjadi suatu boomerang bagi para remaja dan masa depan Indonesia. Pengertian remaja yang dimaksud adalah diawali dengan periode pubertas sampai status dewasa disandangnya. Masa remaja adalah masa yang sangat penting. Karakteristik penting dari masa remaja adalah adanya pencapaian suatu ego-identitas dan krisis identitas. Dalam rangka memperoleh suatu ego-identitas sehat dan kuat, remaja harus menerima pengakuan yang ajeg dan bermakna dari lingkungan. Jika dalam masa ini remaja sudah mengkonsumsi zat psikoaktif dapat dibayangkan, bagaimana mereka nanti dapat mencapai ego-identitas diri yang sehat dan kuat dan bagaimana respon lingkungan terhadap remaja yang notabenya berperan sebagai media pencapaian identitas diri. Tentunya sulit bagi lingkungan untuk memberikan pengakuan kepada remaja jika perilaku remaja sendiri sudah dikenal sebagai konsumen zat psikoaktif. Oleh karena itu, harus ada solusi untuk membantu para remaja agar mereka tidak sampai menjadi konsumen zat psikoaktif dan atau bagi remaja pengguna zat psikoaktif. Solusi diharapkan mampu membantu remaja untuk mendapat pengakuan yang ajeg dan bermakna dari lingkungan sehingga tercapai identitas diri remaja yang kuat dan sehat. Kata kunci: zat psikoaktif, remaja, konseling psikoanalisis
1.
dalam peraturan menteri kesehatan dan
Pendahuluan Alarm terdengar keras di Indonesia
sisanya masih ditelusuri secara aktif.
untuk narkoba. Pengguna narkoba sudah
Banyaknya pengguna dan jenis narkotika
mencapai empat juta orang. Hal ini
baru semakin memperburuk keadaan, hal
mengakibatkan Indonesia masuk menjadi
ini disebabkan oleh sulitnya mendeteksi
salah satu negara dengan darurat narkoba.
keberadaan pengguna dan narkotik itu
Ditemukan 44 jenis narkotika baru di
sendiri. Keadaan semakin menyedihkan
Indonesia, dengan rincian 18 sudah diatur
ketika 96
menteri
sosial
mengemukakan
PROSIDING
Seminar Nasional “Konseling Krisis” Sabtu, 27 Agustus 2016
bahwa belanja narkoba yang terjadi
seorang siswi ditemukan meninggal dunia
selama tahun 2016 berjalan sebesar 73
dalam keadaan mengenaskan. Setelah
trilyun
ditelusuri
rupiah
(runningnews
metrotv,
2016).
siswi
tersebut
meninggal
diakibatkan oleh pemerkosaan
yang
Narkoba atau narkotika dan obat-
dilakukan lebih dari 10 pemuda (ada yang
obatan terlarang merupakan bagian dari
masih diusia remaja) yang teler setelah
zat psikoaktif. Zat psikoaktif adalah obat-
mengkonsumsi zat psikoaktif.
obatan kimia yang berdampak mengubah mood
(keadaan
dan
generasi emas Indonesia dihancurkan oleh
menimbulkan perubahan persepsi serta
orang yang tidak bertanggung jawab dan
membuat individu yang mengkonsumsi
barang
menjadi merasa tenang dan “ melayang
Bagaimana masa depan para generasi
tinggi” (Nevid, dkk. 2005:2). Penggunaan
emas jika duduk di bangku sekolah sudah
zat psikoaktif memang sudah bukan hal
menjadi
tabu lagi diberbagai kalangan bahkan usia.
bangsa ini
Dari
politikus,
generasi emas teler akibat zat psikoaktif.
wirausahawan, pendidik, dan bahkan ibu
Akan sangat berbahaya jika generasi
rumah tangga. Usia dewasa hingga anak
emas, khususnya yang sekarang dalam
sekolah
zat
kategori usia remaja mengalami rusak
psikoaktif. Contoh kasus di Malang 2
mental yang diakibatkan oleh zat-zat
tahun lalu, seorang siswa SMP tertangkap
tersebut. Karena rusaknya mental mereka
menjadi kurir narkoba, sangat miris
berarti juga akan menjadi salah satu tolak
karena yang menjadi bandar adalah ibunya
ukur rusaknya harkat dan kemajuan
sendiri (Jawapos, 2014). Seakan belum
bangsa Indonesia.
cukup ditemukan lagi beberapa minggu
Pada
mulai
sudah
psikologis)
Sangat memprihatinkan jika para
kalangan
mulai
mengenal
penghancur
pecandu.
mental
tersebut.
Bagaimana
nasib
jika setiap harinya para
kenyataannya,
kemudian, sebuah kasus siswa yang duduk
menggunakan
di bangku sekolah dasar menjadi seorang
berbagai alasan. Khususnya remaja, para
pecandu narkoba, salah satu penyebab
remaja
siswa menjadi pecandu adalah kurangnya
psikoaktif karena adanya tekanan dari
perhatian dari orangtua yang sibuk dengan
lingkungan atau karena mereka yakin
karir masing-masing. Serta satu kasus lagi
dengan mengkonsumsi zat tersebut dapat
yang sangat miris pada tahun 2016,
membuat mereka lebih merasa dewasa dan 97
zat
mungkin
psikoaktif
individu dengan
menggunakan
zat
PROSIDING
Seminar Nasional “Konseling Krisis” Sabtu, 27 Agustus 2016
mendapat pengakuan dari lingkungan.
salah satu tameng untuk menuju remaja
Sebagian para remaja mengkonsumsi zat
sehat tanpa narkoba.
tersebut
bentuk
perlawanan
atau
masyarakat
2.
Pembahasan
(memberontak). Terlepas dari berbagai
a.
Zat psikoaktif
terhadap
sebagai orangtua
alasan yang ada untuk mengkonsumsi zat
Zat psikoaktif adalah obat-obatan
psikoaktif, para pengguna zat tersebut
kimia
tetap mengkonsumsi karena adanya efek
menenangkan
menyenangkan yang membuat mereka
mengkonsumsinya.
sulit
Remaja
psikoaktif diantaranya kokain, heroin,
mengonsumsi zat untuk memperoleh rasa
alkohol, rokok, nikotin, ekstasi, morfin,
kesenangan. Ketika mereka merasakan
opioid, dan berbagai jenis narkotika lain
tekanan,
yang
untuk
berhenti.
tegang,
permasalahan
kekecewaan
yang
dihadapi
dari zat-zat
yang
memiliki bagi
baru
Penyalahgunaan
siapa
dampak saja
yang
Jenis-jenis
zat
diketahui zat
jenisnya.
psikoaktif
dapat
tersebut membantu untuk memberikan
menimbulkan gangguan. Ada gangguan
rasa santai, tenang, dan secara paradoks
besar yang terkait dengan penyalahgunaan
memberikan mereka “kenikmatan” atau
zat ini, yaitu gangguan penggunaan zat
“semangat” tersendiri.
dan gangguan akibat penggunaan zat.
Para remaja yang mengalami rasa
Gangguan
penggunaan
zat
adalah
tertekan, cemas, sedih, ragu, tidak percaya
penggunaan zat yang maladaptif, tipe
diri akan kehidupan pribadi bahkan sosial,
gangguan
terkadang tergiur oleh efek “kenikmatan”
penyalahgunaan dan ketergantungan zat.
yang
psikoaktif.
Sedangkan gangguan akibat penggunaan
Awalnya mereka hanya sekedar mencoba
zat adalah gangguan yang dapat muncul
tetapi karena rendahnya rasa percaya diri
karena penggunaan zat psikoaktif, tipe
dan kesadaran diri membuat mereka
gangguan ditujukkan dengan mabuk atau
semakin terjebak dengan “kenikmatan”
teler, disfungsi seksual, gangguan tidur,
zat psikoaktif. Oleh karena itu, dalam
amnesia,
artikel
demensia,
diberikan
ini
oleh
akan
zat
dicoba
dijelaskan
ditunjukkan
gangguan gangguan
mood,
dengan
amnesia,
kecemasan,
dan
hubungan antara remaja, zat psikoadiktif,
gangguan psikotik. Pengunaan zat yang
dan konseling psikoanalisis yaitu sebagai
berbeda akan menimbulkan efek yang berbeda pula. 98
PROSIDING
Individu
dikatakan
Seminar Nasional “Konseling Krisis” Sabtu, 27 Agustus 2016
melakukan
ketergantungan
zat
atau
mengalami
penyalahgunaan zat psikoaktif apabila
perilaku kompulsif dari suatu zat. Ketika
individu
individu
secara
menggunakan
zat
berulang-ulang
sehingga
psikoaktif
atau
menghasilkan
kecanduan.
Kecanduan
mengakibatkan
individu
sudah
ketergantungan mereka tidak akan dapat
dampak
mengendalikan
dengan
untuk
menggunakan zat psikoaktif. Individu
berperilaku
sadar bahaya yang akan diperoleh ketika
dengan
berhadapan
keinginan
dapat
mengkonsumsi
nyamuk
masa
berpola
maladaptif seperti mencampur alkohol obat
dalam
zat
psikoaktif
tetapi
dan
spritus,
mereka juga sulit untuk mengatakan tidak
masalah
hukum
untuk mengkonsumsinya.
karena pengaruh penggunaan obat, dan
Beberapa
zat
psikoaktif
yang
terkena masalah sosial dengan seringnya
disalahgunakan adalah sebagai berikut, 1)
terlibat perkelahian atau tawuran. Bagi
depresen yaitu obat yang berfungsi untuk
remaja, sering membolos karena tertidur
mengurangi atau menurunkan sistem saraf
akibat teler pengaruh zat psikoaktif,
yang termasuk dalam jenis obat ini adalah
seringnya tawuran setelah mengkonsumsi
alkohol, sedatif, obat penenang, dan
alkohol, sulit menerima pendapat orang
opioid. Dampak yang ditimbulkan oleh
lain atau tidak bisa mengendalikan diri
penyalahgunaan depresen adalah mabuk,
karena pengaruh narkoba, dan sering
berbicara kacau, dan fungsi intelektual
mencuri untuk bisa membeli narkoba,
yang terganggu. 2) Stimulan yaitu obat
perilaku mereka yang seperti ini yang
yang
dapat
aktivitas
disebut
sebagai
perilaku
berfungsi
untuk
sistem
meningkatkan
saraf
sehingga
penyalahgunaan zat. Jadi dapat dikatakan
menciptakan kondisi keterangsangan dan
individu yang melakukan penyalahgunaan
perasaan senang, yang termasuk dalam
zat adalah individu yang mengkonsumsi
jenis obat ini adalah amfetamin dan
zat
atau
kokain. Dampak yang ditimbulkan oleh
berulang-ulang sehingga kecanduan dan
penyalahgunaan stimulan adalah dosis
memiliki
yang
psikoaktif
secara
konsekuensi
terpola
perilaku
yang
merusak.
tinggi
dapat
mengakibatkan
skizofrenia paranoid, overdosis berujung
Penyalahgunaan
zat
dapat
kematian mendadak, dan penggunaan
berlangsung untuk periode waktu yang
rokok
panjang
ketergantungan fisiologis. 3) Halusinogen
atau
meningkat
menjadi 99
yang
berulang
mengakibatkan
PROSIDING
yaitu
obat
untuk
mereka ketika masih bayi (Nevid, dkk,
mengubah persepsi sensori dan dapat
2005). Remaja adalah individu yang
mengakibatkan halusinasi.
berada pada masa pubertas dan berakhir
b. Remaja
pada usia 18 atau 21 tahun. Ada pendapat
Remaja
yang
berfungsi
Seminar Nasional “Konseling Krisis” Sabtu, 27 Agustus 2016
menjadi
zat
yang mengemukakan bahwa masa remaja
psikoaktif dapat dipandang dari berbagai
akan berakhir ketika memasuki masa
sudut
dewasa awal yakni usia antara 20 sampai
pandang.
pengguna
Berdasarkan
faktor
psikososial remaja pengguna akibat dari
21 tahun.
meniru dari lingkungan, mencerminkan tidak
terpenuhinya
menghasilkan
rasa
masa kesenangan
Masa remaja menurut
Erikcson
oral,
adalah masa perkembangan identitas yang
akan
memiliki konsep inti yakni pencapaian
seringnya masalah yang dialami atau agar
ego
terhindar dari kecemasan. Berdasarkan
merupakan karakteristik paling penting
faktor sosiokultural
pada masa remaja. Individu hendaknya
remaja pengguna
identitas,
akibat dari tekanan teman sebaya yang
menyakini
juga sebagai pengguna, pergaulan yang
menghindari
menyimpang
mengakibatkan
(munculnya
geng).
dan
suatu
krisis
identitas
perihal
identitas
diri
yang
kebingungan
dan dapat
identitas
Berdasarkan genetis remaja pengguna
mereka. Identitas diri bagi remaja tidak
akibat dari keyakinan yang kuat bahwa
diberikan dengan mudah begitu saja, akan
obat dapat meningkatkan keyakinan (self
tetapi
efficacy) dalam kondisi tertentu, untuk
menemukannya
mempertahankan khayalan (self fulfilling
berbagai
prophecy).
Ketidakmampuan seorang remaja dalam
Berdasarkan
remaja
usaha
harus
mencari
dengan dalam
dan
melakukan hidupnya.
faktor
psikososial
mencari identitas diri akan berdampak
zat
psikoaktif
pada kegagalan yang berdampak pada
disebabkan oleh meniru dari lingkungan
kebingunan identitas dan pengasingan
sekitarnya hal ini terjadi individu ketika
oleh masyarakat. Keberhasilan remaja
memasuki usia remaja mereka akan
dalam mencari dan menetapkan identitas
mengalami masa pencarian identitas diri
diri dapat membuat remaja menjadi
(Erickson dalam Triyono, 2012) dan salah
pribadi yang stabil, percaya diri, dan tidak
satu bentuk perilaku yang muncul karena
takut untuk memiliki pendapat yang
tidak terpenuhinya masa perkembangan
berbeda
remaja
pengguna
100
dengan
yang
lain
karena
PROSIDING
pendapatnya
diyakini
Seminar Nasional “Konseling Krisis” Sabtu, 27 Agustus 2016
berdasarkan
remaja belum menemukan identitas diri
kebenaran yang ada.
mereka
akan
tetapi
mereka
sudah
Teori Erikcson telah diperluas oleh
disediakan dengan mudah komitmen dari
James E. Marcia. Menurut Marcia dalam
orang terdekatnya yakni orangtua. Hal
Papalia (2009), siswa remaja berada
seperti
dalam empat status identitas. Identitas itu
sebenarnya menjadikan remaja memiliki
diantaranya, 1) identify diffused or identity
self
confused, indivisu yang belum mengalami
confidensiality yang rendah. Ketika ketiga
krisis
membuat
hal ini tidak dapat dimiliki oleh remaja
komitmen apapun tentang segala peristiwa
maka remaja akan dapat dengan mudah
yang ada di kehidupannya; 2) foreclosure,
mengalami kecemasan yang tinggi hingga
individu yang belum memiliki identitas
akhirnya dapat terpengaruh lingkungan
tapi sudah memiliki komitmen yang sudah
dan hal-hal negatif yang ada disekitarnya,
disediakan oleh orang lain terutama
salah satunya adalah terjebak dengan
orangtua; 3)moratorium, individu yang
menjadi pengguna zat psikoaktif yang
dalam status krisis akut berjuang mencari
maladaptif.
dan menyelidiki identitas yang sesuai
c.
identitas
dan
tidak
tetapi belum membuat komitmen apapun dan
atau
mengembangkan
ini
jika
esteem,
diamati
self
lebih
efficacy,
jeli
dan
Hubungan zat psikoaktif, remaja, dan konseling psikoanalisis
komitmen
Konseling
psikoanalis
dapat
sementara; 4) identity achieved, individu
digunakan untuk membantu mengatasi
yang sudah mengalami krisis, berhasil
masalah kecemasan yang tinggi pada
menemukan identitas berdasarkan usaha
remaja. Konseling psikoanalisis dapat
mereka sendiri, dan mampu membuat
digunakan
komitmen dalam setiap peristiwa yang
bersifat
terjadi dalam kehidupannya.
Preventif yakni mencegah siswa yang
sebagai preventif
pendekatan maupun
yang kuratif.
Pada setiap status identitas individu
memiliki kecemasan tinggi terpengaruh
atau remaja pasti akan menemukan tingkat
dan menjadi pengguna zat psikoaktif.
kesulitan masing-masing. Sebagian remaja
Kuratif yakni membantu siswa pengguna
akhir tidak berhasil
zat
melewati status
psikoaktif
untuk
keluar
dari
identitasnya dan mayoritas tetap berada
permasalahan yang dihadapi dengan cara
pada foreclosure disusul pada status
merekontruksi kembali struktur karakter
moratorium.
yang sudah runtuh. Tentunya dalam kedua
Pada
tahap
foreclosure 101
PROSIDING
Seminar Nasional “Konseling Krisis” Sabtu, 27 Agustus 2016
sifat penanganan tersebut membutuhkan
kanak. Psikoanalisis membantu individu
waktu, tenaga dalam hal ini seorang yang
untuk
profesional, dan hubungan yang terjalin
karakter
antara konselor dan konseli.
ketidaksadaran
Konseling
membentuk dengan
kembali spesifik
yang
struktur
mendorong menimbulkan
psikoanalisis
kecemasan kearah perkembangan sadar
kerja
yang
yang intelektual, menghidupkan kembali
berharga untuk memahami cara-cara yang
masa lalu individu dengan mengangkatkan
digunakan oleh individu dalam mengatasi
kembali
kecemasan dengan mengandaikan adanya
memberikan kesempatan kepada individu
mekanisme-mekanisme
untuk menghadapi situasi yang selama ini
menyediakan
kerangka
yang
bekerja
untuk menghindari luapan kecemasan
konflik
yang
ditekan,
dan
ia gagal mengatasimya.
(Corey, 2009). Pendekatan psikoanalisis
Pada proses konseling psikoanalisis
juga menyatakan bahwa pikiran individu
keberhasilan proses dapat diukur dengan
sebenarnya
jika
adanya fasilitator yang mumpuni yakni
dibandingkan dengan perilaku individu itu
bisa psikolog, konselor, konseli, dan
sendiri. Tantangan yang terbesar dalam
terjalinnya hubungan yang solid antara
diri
failitator dalam hal ini konselor dan
jauh
individu
lebih
adalah
rumit
bagaimana
mengendalikan dorongan dalam dirinya
konseli.
Hubungan
yang begitu besar. Ketika individu tidak
konselor
dikonsepkan
dapat menyeimbangkan dorongan dalam
transferensi yang menjadi inti pendekatan
diri dengan kenyataan dalam hidupnya,
konseling
maka akan muncul rasa cemas dan resah
mendorong konseli pada permasalahan
yang tinggi. Hal ini bisa berakibat larinya
yang belum selesai yang terjadi pada masa
individu
lampau konseli. Pada proses transferensi
pada
penyalahgunaan
zat
pikoaktif.
dalam
psikoanalisis.
dengan proses
Transferensi
konselor memberikan kesempatan dengan
Menurut Corey (2009), tujuan dari konseling
konseli
psikoanalisis
adalah
penerapan
untuk
teknik-teknik
Teknik-teknik
konseling
membentuk kembali struktur karakter
sebagai berikut.
individu, dengan cara merekontruksi,
1.
psikoanalitik. diantaranya
Asosiasi bebas, teknik ini merupakan
membahas, menganalisa, dan menafsirkan
teknik
kembali pengalaman-pengalaman masa
Asosiasi
lampau yang terjadi pada masa kanak-
metode untuk memunculkan kembali 102
utama bebas
dari
psikoanalisis.
merupakan
suatu
PROSIDING
pengalaman-pengalaman
Seminar Nasional “Konseling Krisis” Sabtu, 27 Agustus 2016
masa
beberapa
lampau dan pelepasan emosi yang berkaitan
dengan
traumatik,
situasi
kemudian
tidak
yang
4.
Analisis dan Penafsiran Resistensi merupakan konsep yang fundamental
melakukan penafsiran makna-makna
atau
utama dalam asosiasi bebas dan
konseling psikoanalisis. Resistensi
menyampaikannya kepada konseli,
adalah suatu perilaku atau sikap yang
membimbing
konseli
arah
dapat
peningkatan
pemahaman
atas
konseling,
ke
mendasar
dalam
melawan
praktik
kelangsungan
misalnya
menolak
yang
mengingat mimpi, tidak menepati
mendasarinya, yang tidak disadari
janji, menghalangi proses asosiasi
oleh konseli.
bebas. Pada proses ini, resistensi
Penafsiran merupakan tahap dasar
dapat dipandang sebagai dinamika
dalam menganalisis asosiasi-asosiasi
tidak sadar yang digunakan oleh
bebas,
konseli sebagai pertahanan terhadap
mimpi-mimpi,
resistensi,
dan
resistensitransferensi-
kecemasan yang tinggi.
transferensi. Tahap ini terdiri atas tindakan-tindakan menyatakan,
konselor
yang
menerangkan
dan
5.
Analisis
transferensi
merupakan
langkah utama dalam psikoanalitik sebab
mendorong
konseli
menghidupkan
makna-makna
yang
lampaunya dalam proses konseling.
dimanifestasikan oleh asosiasi bebas.
Langkah ini harus terjadi jika konseli
Fungsi dari penafsiran itu sendiri
ingin mnyelesaikan konflik dalam
adalah
diri.
tingkahlaku
mendorong dan
ego
untuk
kembali
untuk
bahkan mengajari konseli tentang
mendapatkan
masa
menggantikan
pemahaman baru tentang konflik
3.
yang dialami. 3.
yang
terselesaikan.
konselor
dinamika-dinamika
2.
masalah
Kesimpulan Masa remaja adalah masa dimana
Analisis mimpi merupakan langkah
seorang
penting untuk menyikapi perilaku dan
pecncarian identitas diri. Seringkali pada
sikap
dan
proses pencarian identitas diri remaja
memberika konseli pemahaman atas
mengalami berbagai macam kesulitan
yang
tidak
disadari
individu
mengalami
proses
yang menimbulkan tingkat kecemasan 103
PROSIDING
Seminar Nasional “Konseling Krisis” Sabtu, 27 Agustus 2016
tinggi. Tingkat kecemasan yang tinggi
Daftar Rujukan
mengakibatkan remaja menjadi labil dan
Corey, Gerald. 2009. Teori dan Praktek Konseling & Psikoterapi. Bandung : PT Refika Aditama
dapat terpengaruh oleh hal-hal negatif salah
satunya
yakni
pengguna
zat
Runningnews. 2016 Metrotv. Diakses pada tanggal 23 Agustus 2016
psikoaktif. Sebagai alternatif untuk menuju
Papalia, Olds, Feldman. 2009. Human Development (Perkembangan Manusia) 2 Edisi 10. Jakarta: Salemba Humanika
remaja yang sehat tanpa zat psikoaktif adalah dengan konseling psikoanalisis. Konseling
psikoanalisis
ini
bersifat
preventif dan kuratif bagi para remaja. Preventif
Nevid, dkk. 2005. Psikologi Abnormal 2 Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga
yakni membantu mencegah
remaja mengambil pilihan yang salah akan permasalahan
yang
mereka
Triyono, dkk. 2012. Perkembangan Peserta Didik. Malang: Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Malang
hadapi
khususnya ketika mereka berfikir untuk lari
dari
masalah
psikoaktif.
dan
Kuratif
menuju
yakni
zat
membantu
mengeluarkan remaja dari ketergantungan zat psikoaktif dengan memberikan proses konseling yang rutin kepada remaja dengan ketergantungan zat psikoaktif. Proses
konseling
membutuhkan
waktu
pelaksanaannya. sukses
jika
psikoanalisis
Konseling
terjadi
secara
dalam dikatakan otomatis
perubahan kondisi remaja atau dalam hal ini disebut konseli.
104