PROSIDING Seminar Nasional “Konseling Krisis” Sabtu, 27 Agustus 2016
PROSIDING SEMINAR NASIONAL BIMBINGAN DAN KONSELING “Konseling Krisis” ISBN : 978-602-60115-0-3 Ketua Editor : Dr. Kusno Effendi, M.Si., M.Pd
(Universitas Ahmad Dahlan)
Editor Ahli : Prof. Dr. Siti Partini Suardiman, SU. Dr. Najlatun Naqiyah, M.Pd Dr. Mumpuniarti, M.Pd Dr. Soetarno, M.Pd
(Universitas Ahmad Dahlan) (Universitas Negeri Surabaya) (Universitas Negeri Yogyakarta) (Universitas Ahmad Dahlan)
Editor Pelaksana : Wahyu Nanda Eka Saputra, M.Pd., Kons Caraka Putra Bhakti, M.Pd Agus Ria Kumara, M.Pd
(Universitas Ahmad Dahlan) (Universitas Ahmad Dahlan) (Universitas Ahmad Dahlan)
Desain Sampul : Fajar Irfani Setyawan Layout : Agus Supriyanto, M.Pd Penerbit dan Redaksi: Prodi Bimbingan dan Konseling Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan - Universitas Ahmad Dahlan Kampus II UAD Jl Pramuka 42 Sidikan, Umbulharjo, Yogyakarta Telp: (0274) 563515, 511830, 379418, 371120 Fax (0274) 564604 Email:
[email protected] Cetakan Pertama: Agustus 2016 Hak cipta dilindungi undang-undang Dilarang memperbanyak karya tulis ini dalam bentuk dan Dengan cara apapun tanpa ijin tertulis dari penerbit
ii
PROSIDING Seminar Nasional “Konseling Krisis” Sabtu, 27 Agustus 2016 KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Allah SAW, karena atas karunia-Nya, prosiding Seminar Nasional Konseling Krisis telah dilaksanakan pada Sabtu, 27 Agustus 2016 di ruang Auditorium Universitas Ahmad Dahlan, yang diselenggarakan oleh program studi Bimbingan dan Konseling Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Ahmad Dahlan. Seminar nasional ini diselenggarakan sebagai media sosialisasi dan komunikasi hasil penelitian maupun hasil pemikiran tentang teori dan praktik penyelenggaraan konseling krisis sebagai wujud penguatan profesi konselor di Indonesia. Seminar Nasional ini merupakan ajang tukar menukar informasi dan pengalaman, ajang diskusi ilmiah, dan peningkatan secara berkesinambungan penyelenggaraan layanan Bimbingan dan Konseling yang profesional dalam berbagai seting. Prosiding ini memuat berbagai karya tulis dari hasil-hasil penelitian serta gagasan ilmiah tertulis tentang teori dan praktik konseling krisis. Makalah-makalah yang termuat dalam prosiding ini berasal dari mahasiswa, dosen, dan praktisi. Semoga penerbitan ini dapat digunakan sevagai acuan dan praktis penyelenggaraan layanan konseling krisis di Indonesia. Selain itu, besar harapan bahwa prosiding ini dapat memunculkan pemikiranpemikiran baru terhadap pelaksanaan penelitian selanjutnya yang terkait konseling krisis. Akhir kata kepada semua pihak yang telah membantu, kami ucapkan terima kasih.
Yogyakarta, 27 Agustus 2016 Ketua Prodi Bimbingan dan Konseling Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Ahmad Dahlan
Dody Hartanto, M.Pd NIY. 60090563
iii
PROSIDING Seminar Nasional “Konseling Krisis” Sabtu, 27 Agustus 2016
iv
PROSIDING Seminar Nasional “Konseling Krisis” Sabtu, 27 Agustus 2016 DAFTAR ISI
Halaman Sampul .................................................................................................................. i Halaman Redaksi ................................................................................................................. ii Kata Pengantar ................................................................................................................... iii Daftar Isi ............................................................................................................................... v Urgensi Konseling Krisis pada Masyarakat Indonesia .................................................... 1 (Najlatun Naqiyah) Layanan Konseling Krisis bagi Anak Usia Dini Korban Bencana ............................... 10 (Prima Suci Rohmadheny, Indah Setianingrum & Wahyu Nanda Eka Saputra) Peran Konselor dalam Memberikan Layanan Konseling Komunitas bagi Korban Bencana Alam di Indonesia ................................................................................ 17 (Andika Ari Saputra) Membangkitkan Motivasi Belajar Siswa untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa SMP .......................................................................................................................... 23 (Said Alhadi, Bambang Budi Wiyono, Triyono & Nur Hidayah) Bimbingan dan Konseling bagi Peserta Didik Penyandang Autis ................................ 30 (Aisha Nadya) Peranan Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan Bimbingan dan Konseling ............................................................................................................................ 41 (Augusto da Costa, Fatah Hanurawan, Adi Atmoko & Imannuel Hitipiew) Layanan Konseling Kelompok Teknik Restrukturisasi Kognitif untuk Menangani Trauma Pasca Bencana ................................................................................ 51 (Indana Zulfa & Ismi Komariatun Nisa) Konseling Kelompok Berbasis Experiential Learning bagi Korban Bencana Alam yang Mengalami Post-Traumatic Stress Disorder (PTSD) ................................... 58 (Santy Andrianie) Konseling untuk Pemulihan Kondisi Remaja Eks Penyalahguna Narkoba ................ 68 (Silvia Yula Wardani) Mengatasi Mental Block Pada Remaja melalui Cognitive Therapy (CT)...................... 77 (Noviyanti Kartika Dewi)
v
PROSIDING Seminar Nasional “Konseling Krisis” Sabtu, 27 Agustus 2016 Bimbingan dan Konseling Islami sebagai Bagian Pendekatan bagi Remaja Pecandu Narkoba .............................................................................................................. 86 (Ratna Fitriyani & Devi Trianasari) Konseling Psikoanalisis (Solusi yang Ditawarkan Menuju Remaja Sehat Tanpa Zat Psikoaktif) ....................................................................................................... 96 (Yuanita Dwi Krisphianti & Muya Barida) Tinjauan Ekologis dan sebuah Pendekatan Kolaboratif sebagai Upaya Intervensi Problem Perilaku pada Remaja ................................................................... 105 (Ruly Ningsih) Posttraumatic Growth pada Pecandu Narkoba (Landasan Pengembangan Program Konseling Pecandu Narkoba pada Proses Rehabilitasi) ............................. 113 (Nurlita Hendiani & Agus Supriyanto) Larangan Mengkonsumsi Narkoba dalam Islam ......................................................... 122 (Amien Wahyudi) Pendekatan Feminisme melalui Layanan Konseling Krisis sebagai Intervensi Kekerasan dalam Pacaran .............................................................................................. 128 (Suvia Gustin & Hardi Prasetiawan) Peran Keluarga dalam Mengembangkan Potensi Anak Autism Spectrum Disorder ............................................................................................................................ 145 (Muya Barida & Yuanita Dwi Krisphianti) Solution Focus Brief Group Counseling: Model Konseling untuk Mengurangi Perilaku Agresif Siswa .................................................................................................... 159 (Dita Kurnia Sari) Manajemen Personel Bimbingan dan Konseling .......................................................... 173 (Dwi Putranti) Manajemen Amarah: Strategi untuk Mengurangi Perilaku Agresi Siswa Sekolah Menengah ........................................................................................................... 180 (Erni Hestiningrum)
vi
PROSIDING
Seminar Nasional “Konseling Krisis” Sabtu, 27 Agustus 2016
TINJAUAN EKOLOGIS DAN SEBUAH PENDEKATAN KOLABORATIF SEBAGAI UPAYA INTERVENSI PROBLEM PERILAKU PADA REMAJA Ruly Ningsih Mahasiswa S2 Bimbingan dan Konseling Universitas Negeri Yogyakarta
[email protected] Abstrak Persoalan dan tantangan dalam pendidikan sangat kompleks. Siswa sebagai subjek pendidikan dihadapkan pada banyak tantangan zaman yang menyangkut degenerasi moral (perilaku kenakalan remaja termasuk di dalamnya penyalahgunaan narkotika). Disisi lain, siswa sebagai generasi muda merupakan harapan akan hari esok untuk Indonesia yang lebih baik. Oleh sebab itu, sebagai guru BK dituntut dapat melakukan pendekatan kolaboratif usebagai bentuk intervensi terhadap kenakalan remaja. Hal ini dikarenakan perilaku kenakalan tidak bisa dilepaskan dari lingkungan tempat individu hidup. Teori ekologi memandang bahwa individu tidak bisa dilepaskan dari dimana ia dan bagaimana lingkungan tempat ia tinggal. Kata kunci: kenakalan remaja, pendekatan kolaboratif
1.
merupakan lembaga rekayasa sosial yang
Pendahuluan Pembangunan di Indonesia, dalam
kaitannya
dengan
dihadapkan
pendidikan,
berbagai
belum usai.
tantangan
paling baik.
masih
Pendidikan juga lembaga
yang paling strategis untuk melakukan
yang
intervensi
Pendidikan merupakan
sosial.Intervensi
keniscayaan
bagi
merupakan
guru
untuk
investasi suatu bangsa dalam menghadapi
dilakukan.Hal ini sejalan juga dengan
berbagai serangan moralitas. Pendidikan
gerakan revolusi mental yang digelorakan
seperti apa yang mampu membendung
oleh Presiden Jokowi.
degenerasi moral? Tentu pendidikan yang
mental bukan terletak pada nilai baik dan
menyadarkan dan memberdayakan, bukan
buruk yang mana antar individu memiliki
pendidikan
kosong”.
perbedaan sudut pandang, akan tetapi
Cangkir kosong yang disogoki dengan
revolusi mental terletak pada aktivitas
pengetahuan hafalan, lupa mengajarkan
mendorong moralitas melalui intervensi.
gaya
“cangkir
problem solving dan manajemen emosi.
Sejalan
dengan
Mengutip pernyataan Fathur Rahman,
tersebut,
M.Si.menyatakan
pengimplementasian
bahwa
pendidikan 105
Bahwa revolusi
maka
pemahaman
penting pemahaman
untuk akan
PROSIDING
Seminar Nasional “Konseling Krisis” Sabtu, 27 Agustus 2016
prinsip BK untuk membantu mengatasi
belum memahami seluk beluk pernikahan,
persoalan yang ada. Isu pengonsumsian
dan yang lebih memprihatinkan yaitu
miras,
tawuran,
ketika mereka harus hidup sendiri tanpa
pencurian masih terdengar di sekitar kita.
figur seorang suami yang menghidupi.
Miris, padahal, anak-anak kita merupakan
Laki-laki
harapan hari esok.Masih terngiang akan
perempuan telah hamil. Kondisi ini hanya
kalimat yang dikemukakan oleh Pak
sebagian kecil dari fenomena sosial terkait
Sugiyono BNN dalam sebuah seminar
narkotik dan kenakalan remaja.
oplosan,
pil
koplo,
“merokok selangkah menuju miras, miras selangkah
menuju
ketika
Apa yang telah penulis kemukakan
narkoba
bukanlah sebuah cerita imajinasi, akan
selangkah menuju zina,….” . pernyataan
tetapi fenomena di atas adalah bentuk-
ini sangat relevan untuk menggambarkan
bentuk kenakalan remaja bisa saja kita
fenomena perilaku kenakalan yang terjadi
jumpai di sekitar kita.
di kalangan remaja. pada mulanya coba-
narkotika dan psikotropika merupakan
coba merokok, lalu kecanduan, miras, pil
salah satu bentuk kenakalan remaja. Pada
koplo, tawuran, seks bebas, seperti sebuah
dasarnya
siklus kehidupan. Data pada tahun 2015,
adalah perilaku menyimpang dari norma
BNN
yang ada, yang mana perilaku tersebut
bersama
rehabilitasi
narkoba,
meninggalkannya
bersama
instansi
komponen
lembaga
pemerintah
masyarakat
dan
perilaku
Penyalahgunaan
kenakalan
remaja
dapat menimbulkan kerugian baik untuk
telah
dirinya
sendiri
maupun
terhadap
melaksanakan program rehabilitasi kepada
oranglain.
38.427 pecandu, penyalah guna, dan
ataujuvenile delinquent digunakan untuk
korban penyalahgunaan Narkotika. Data
remaja
ini menunjukkan bahwa Indonesia dan
hukum atau perilakunya melawan atau
narkoba
dipertimbangkan
belum
dapat
dilepaskan
Istilah kenakalan remaja
yang
perilakunya
illegal
melanggar
(Santrock,
(bnn.go.id). Fenomena klasik pernikahan
2011:402).Perlu dipahami juga bahwa
dini dikarenakan seks bebas tentu tidak
perilaku kenakalan remaja ini tidak lepas
dapat
dari kondisi perkembangan yang dialami
dilepaskan
juga
dari
isu
penyalahgunaan narkotik oleh remaja.
remaja. Remaja
Kondisi
memprihatinkan
yag kurang menguntungkan, yaitu masa
mengingat anak-anak kemudian putus
bergejolak (storm and stress period).
sekolah, mereka belum siap menjadi ibu,
Singgih
ini
sangat
106
D.
dihadapkan pada masa
Gunarsa
(2006:266-268)
PROSIDING
menyatakan
bahwa
pada
masa
Seminar Nasional “Konseling Krisis” Sabtu, 27 Agustus 2016
ini
diri individu, misalnya:
krisis identitas
memungkinkan siswa kadang mengalami
dan rendahnya self-control (FHUWIN,
konflik
2015:1).
dengan
orangtua,
sering
Ditinjau dari sudut pandang
mengalami suasana hati yang tidak stabil
psikososial Erickson, siswa berada pada
dan
tahap
melakukan
tingkah
laku
yang
pemilikan
identitas
dan
beresiko. Selain itu Larson & Richards
kebingungan identitas.
(Singgih
2006:262)
312) menyatakan bahwa orang muda
menyatakan bahwa remaja cenderung
mencari nilai-nilai sosial yang memandu
sering mengalami suasana hati yang
identitas, mereka akan berhadapan dengan
negatif, diantaranya adalah perasaan aneh
ideologi dan aristrokrasi.
atau tidak nyaman, perasaan kesepian,
aristrokrasi dalam arti luas dikonotasikan
perasaan gugup, khawatir, dan perasaan
sebagai orang terbaik akan menguasai.
diabaikan
diperhatikan.
Implikasi dari keadaan ini, maka remaja
Dampak yang dapat muncul dari suasana
harus mampu meyakinkan dirinya bahwa
hati yang negatif yaitu muncul perilaku
ia
yang tidak dikehendaki seperti membolos
bersinggungan dengan orang dewasa.
sekolah
kesenangan,
Selain
diperhatikan
mengijinkan
D.
Gunarsa,
atau
kurang
untuk
berperilaku
mencari
agresif
agar
dapat
itu,
Erikson (2010:
menghadapi
orangtua remaja
Ideologi dan
dunia
dan
berperan
agar
mengeksplorasi
guru.Elemen ketiga yaitu remaja sering
menumukan nilai dan remaja menemukan
melakukan tindakan beresiko. Sebagian
nilai
remaja yang melakukan tindakan beresiko
identitas bagi remaja. Remaja yang tidak
merupakan remaja yang pada masa anak-
memiliki pengalaman untuk membentuk
anak
berbagai
identitas yang positif atau identitas remaja
masalah tingkah laku. Pada masa remaja
ditolak maka remaja akan mengalami
ia akan cenderung menuruti kehendak
kebingungan identitas. Faktor internal
sesaat.
kedua yaitu self-control.
sering
menunjukkan
Hal ini dapat dikatakan bahwa
dorongan id remaja cenderung besar. Secara
garis
akan membentuk
Self-control merupakan kemampuan
penyebab
seseorang untuk mengubah tanggapan,
kenakalan remaja dapat dikelompokkan
mengarahkan perilaku pada standar ideal,
menjadi 2, yaitu : faktor internal dan
nilai, moral, dan tuntutan masyarakat
faktor
untuk
eksternal.
besar,
positif maka
Faktor
internal
merupakan faktor yang berasal dari dalam
jangka 107
mendukung panjang
pencapaian
(Baumeister,
tujuan et
al.,
PROSIDING
Seminar Nasional “Konseling Krisis” Sabtu, 27 Agustus 2016
2007:354).Pratt dan Cullen (McLaughlin
kepedulian,
& Newburn, 2010:43) menemukan bahwa
pemberdayaan siswa.Hubungan orangtua
self-control
yang
dan remaja juga memiliki berkontribusi
prediktor
yang
rendah
merupakan
signifikan
dari
terhadap
penghargaan,
perkembangan
dan
moral
kejahatan.Self-control
juga
rendah
remaja.Santrock (2007:133) menyatakan
digambarkan dengan
seseorang yang
bahwa hubungan orang tua dan anak yang
impulsif, tidak sensitif, kesadaran rendah,
berkontribusi
dan lain-lain.
Self-control merupakan
moral yaitu kualitas hubungan, disiplin
jalan yang menunjukkan pada individu
orang tua, strategi proaktif, dan dialog
untuk mencapai hidup yang sehat, sukses
konversasional.Selain itu, Stuart Hauser
dan
menjelaskan
kehidupan
yang
memuaskan
(Baumeister, et al., 2007:354).
terhadap
perkembangan
mengenai
pencapaian
identitas remaja yang dapat dipengaruhi
Faktor penyebab kenakalan yang
oleh pola pengasuhan orangtua. Stuart
kedua faktor eksternal,diantaranya teman
Hauser (Santrock, 2007: 74) menjelaskan
sepermainan, orangtua, lingkungan yang
bahwa
kurang mendukung perkembangan positif
membantu remaja dalam perkembangan
anak, dampak negatif
IPTEK, tidak
identitas. Orang tua yang menggunakan
adanya media penyalur bakat dan hobinya
perilaku enabling (seperti memberikan
( FHUWIN, 2015:1).
penjelasan, penerimaan, dan empati) akan
(2008:133)
yang
Rita Eka Izzaty
menyatakan
bahwa
lebih
proses
dalam
memfasilitasi
keluarga
akan
perkembangan
remaja akan cenderung pada lingkungan
identitas dibandingkan dengan orangtua
sosialnya dan sudah menyadari akan
yang menggunakan perilaku constraining.
konformitas terhadap sebayanya.
Selain
Harter (Santrock, 2007:74) menyatakan
disebabkan oleh perkembangan remaja
bahwa gaya interaksi di lingkungan
yang sudah menyadari akan konformitas
keluarga memberikan hak remaja untuk
terhadap sebaya, kedisiplinan siswa juga
bertanya dan tampil beda namun masih
akan terwujud apabila ada kepedulian dari
dalam konteks yang mendukung. Selain
guru.
itu hubungan yang bersifat mutual akan Seperti dikemukakan oleh Jones &
menumbuhkan
Jones (2012: 11-12) yang menyatakan
pola
perkembangan
identitas yang sehat.
bahwa kunci dalam pencegahan kejahatan
Berbagai pemaparan yang telah
di sekolah terletak pada pemahaman,
penulis kemukakan, ingin menekan bahwa 108
PROSIDING
perkembangan
remaja
tidak
Seminar Nasional “Konseling Krisis” Sabtu, 27 Agustus 2016
bisa
kemudahan
(Permendikbud,
2013:75).
dilepaskan dari faktor internal maupun
Kolaborasi ini dilakukan guru BK dalam
faktor eksternal
rangka
Menyoroti
yang mempengaruhi.
lebih
lanjut
soal
menjalankan
tugas
dan
faktor
kewajibannya untuk menyelenggarakan
eksternal, tentu mengingatkan kita akan
layanan secara optimal kepada peserta
bagaimana
teori
didik. Dalam menjalankan tugasnya, guru
individu.
pada bab berikutnya akan
ekologi
memandang
BK juga dapat
bekerjasama dengan
dijelaskan mengenai bagaimana tinjauan
berbagai pihak di dalam dan di luar satuan
teori ekologi memandang manusia dan
pendidikan untuk suksesnya pelayanan
bentuk intervensi seperti apa yang dapat
yang dimaksud (Permendikbud, 2013:
dilakukan oleh guru BK.
Urie dalam 5
2.
Bronfenbrenner
membagi
lapisan yang berpengaruh
terhadap perkembangan individu, akan
Pembahasan Brofenbrenner dalam teori ekologi
tetapi dalam makalah ini akan dibahas
menyatakan
bahwa
individu
tidak
mengenai 3 lapisan yang lebih dekat
berkembang
dalam
isolasi
tetapi
dengan peserta didik. Penjelasan masing-
merupakan
rangkaian
interaksi
beberapa
sistem
yang
dari
masing lapisan seperti berikut ini:
saling
a.
Mikrosistem
mempengaruhi (Rita Eka Izzaty, 2008:41).
Pola aktivitas, peran sosial, dan
Teori ini diilhami oleh teori medan yang
pengalaman
dikemukakan oleh Kurt Lewin.
Lewin
secara langsung dengan fakta fisik, sosial,
laku
dan symbol istimewa yang mengajak,
dan
mengijinkan, atau pelarangan kepada
berpendapat merupakan
bahwa fungsi
tingkah
dari
pribadi
hubungan
interpersonal
lingkungan
anak.
(http://elearning.gunadarma.ac.id).
terjadi interaksi yang kompleks dan
Menyikapi hal ini, guru BK dapat
merupakan institusi yang paling dekat
menerapkan
kolaboratif.
dengan anak, misalnya: keluarga, sekolah,
Khusus/Kolaboratif
teman sebaya (Rita Eka Izzaty, 2008:40,
pendekatan
Pendekatan
merupakan format kegiatan bimbingan
Lingkungan ini secara progresif
Brofenbrenner, 1994: 39).
dan konseling yang melayani kepentingan Mengkaji lebih lanjut mengenai
peserta didik melalui pendekatan kepada pihak-pihak
yang
dapat
peran keluarga, hubungan orangtua dan
memberikan
remaja 109
juga
memiliki
berkontribusi
PROSIDING
Seminar Nasional “Konseling Krisis” Sabtu, 27 Agustus 2016
terhadap perkembangan moral remaja.
sosialnya dan sudah menyadari akan
Santrock (2007:133) menyatakan bahwa
konformitas terhadap sebayanya.
hubungan orang tua dan anak yang
yang dapat dilakukan guru BK yaitu
berkontribusi
perkembangan
dengan melakukan intervensi pada peer-
moral yaitu kualitas hubungan, disiplin
group, misalnya dengan mengadakan peer
orang tua, strategi proaktif, dan dialog
counseling ataupun peer guidance.
konversasional. Stuart Hauser (Santrock,
ini
2007: 74) menjelaskan bahwa proses
mengadakan pelatihan untuk menjadi
dalam keluarga akan membantu remaja
konselor sebaya.
dalam perkembangan identitas. Orang tua
dilakukan?
yang menggunakan perilaku enabling
nyaman untuk membuka diri dengan
(seperti
penjelasan,
sebaya dibanding dengan konselor atau
penerimaan, dan empati) akan lebih
orang tua. Jika ini dapat dilakukan maka
memfasilitasi
perkembangan
intervensi krisis dapat dilakukan dengan
dibandingkan
dengan
terhadap
memberikan
menggunakan
identitas
orangtua
perilaku
yang
berarti
konselor
Peran
sekolah
Hal perlu
Mengapa ini perlu
Karena
anak
akan
lebih
lebih cepat.
constraining.
Sekolah juga merupakan lingkungan
Hubungan yang bersifat mutual akan
terdekat bagi anak. Perilaku baik siswa
menumbuhkan
juga akan terwujud apabila ada kepedulian
pola
identitas yang sehat.
perkembangan Peran guru BK
dari guru.
Seperti dikemukakan oleh
dalam memfasilitasi hubungan orangtua
Jones & Jones (2012: 11-12) yang
dan anak yaitu dengan mengadakan home
menyatakan
visit, atau layanan konsultasi dengan
pencegahan kejahatan di sekolah terletak
orangtua. Kolaborasi yang dilakukan guru
pada
BK dengan orangtua ini dalam rangka
penghargaan, dan pemberdayaan siswa.
mengakomodasi kebutuhan dasar anak,
Siswa
pengentasan masalah, maupun tujuan
pembentukan
yang lainnya.
berupa organisasi OSIS maupun pusat
Masa remaja juga merupakan masa
dapat
dengan sebayanya.
mahasiswa.
Rita Eka Izzaty
(2008:133) menyatakan bahwa remaja pada
diberdayakan organisasi
berperan
memfasilitasi
lingkungan 110
sebagai
Organisasi anak
dalam
kepedulian,
melalui
siswa,
konseling sekolah (PIK R). dapat
cenderung
kunci
pemahaman,
yang sebagian dari waktunya dihabiskan
akan
bahwa
baik
Guru BK pendamping siswa
juga
berlatih
PROSIDING
Seminar Nasional “Konseling Krisis” Sabtu, 27 Agustus 2016
kepemimpinan, tanggungjawab, dan harga
yang mana anak tidak berperan langsung,
diri (Tidjan, dkk., 1993:35).
tetapi kondisi ini juga mempengaruhi
b.
perkembangan anak
Mesosistem Mesosistem
yaitu
terdiri
dari
2008:40).
(Rita Eka Izzaty,
Sebagai contoh, untuk anak,
hubungan dan proses yang terjadi antara
relasi rumah dan tempat kerja orangtua,
dua atau lebih yang berpengaruh terhadap
(Brofenbrenner, 1994:40).
pengembangan diri (misalnya hubungan antara
keluarga/rumah
dan
Lapisan-lapisan pada tiap sistem
sekolah),
yang telah dijelaskan di atas berkontribusi
dengan kata lain, mesossitem merupakan
terhadap
perkembanga
sistem dari mikrosistem (Brofenbrenner,
remaja.
Lapisan-lapisan antar sistem
1994: 40).
tersebut, jika digambarkan akan tampak
c.
seperti gambar berikut ini:
Eksosistem
anak
ataupun
Eksosistem yaitu teridi dari bungan dan proses yang terjadi antara 2 atau lebih, Meso: Hubungan antar dalam mikro
Sex, Health, Age, Etc.
INDIVIDU Mikro: Keluarga, Sekolah, Sebaya, Tetangga, dll
Ekso: kondisi yg mempengaruhi tetapi anak tidak berperan langung
Gambar 1. Konsep 3 Lapisan Sistem dalam Teori Ekologi Brofenbrenner 3.
Kesimpulan Individu
tidak
terpisah
lingkungannya.
Perilaku
merupakan
dari
interaksi
hasil antar
mempengaruhi.
sistem Oleh
dari
anak.
Guru bimbingan dan konseling
harus
dapat
memberikan
kontribusi
individu
melalui pendekatan kolaborasi secara
serangkaian
nyata dalam pengintervensian perilaku
yang sebab
saling
remaja baik minimal pada tataran mikro
itu,
sistem.
Keluarga, sekolah, dan peer-
intervensi terhadap perilaku remaja tidak
group merupakan wilayah yang penting
boleh tidak harus dilakukan dengan
bagi perkembangan remaja.
melibatkan
mngakomodasi
pengintervensian
lingkungan/sistem yang mempengaruhi
intervensi 111
perilaku
sebaiknya
Untuk remaja,
diarahkan
pada
PROSIDING
Seminar Nasional “Konseling Krisis” Sabtu, 27 Agustus 2016
mengakomodir minimal 3 lingkungan
McLaughlin, E. and Tim Newburn. 2010. The SAGE Handbook of Criminological Theory. Singapore: SAGE Publication.
tersebut (sekolah, keluarga, peer-group), dengan
kata
perubahan
lain
mengakomodasi
lingkungan
untuk Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 81a Tahun 2013 Tentang Implementasi Kurikulum.
mengakomodasi perubahan individu. Daftar Pustaka Baumeister, R. F., Vohs, K.D., dan Tice, D.M.. 2007. The Strength Model of Self-Control. Association for Psychological Science, 16 (6): 351-355.
Rita
Eka Izzaty, dkk. Perkembangan Peserta Yogyakarta :UNY
2008. Didik.
Rita Eka Izzaty. Peran Aktivitas Pengasuhan pada Pembentukan Perilaku Anak sejak Usia Dini ; Kajian Psikologis berdasarkan Teori Sistem Ekologis. Diunduh dari: http://staff.uny.ac.id/sites/default/f iles/lain-lain/dr-rita-eka-izzatyspsimsi/MAKALAH%20PAUD.pdf
BNN. 2015. Press Release Akhir Tahun 2015. Badan Narkotika Nasional. Diunduh dari: http://www.bnn.go.id/_multimedi a/document/20151223/pressrelease-akhir-tahun-201520151223003357.pdf Erickson, E.H. 2010. Childhood and Society. (Terjemah: Helly Prajitno Soetjipto dan Sri Mulyantino Soetjipto). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Santrock, J. W. 2011. Life Span Development,13th_Edition. New York: Mc Graw Hill.
HUWIN. 2015. Kenakalan Remaja dan Akibat Hukumnya. Jakarta: Fakultas Hukum Universitas Wiraswasta.
Santrock, J. W. (Terjemah: Widyasinta). Erlangga.
Jones, V. &Jones, L. 2012. Manajemen Kelas Komprehensif. (Terjemah: Intan Irawati). Jakarta: Kencana Prenada media Group.
Singgih D. Gunarsa. 2006. Dari Anak Sampai Lanjut Usia. Jakarta: Gunung Mulia.
112
2007. Remaja. Benedictine Jakarta: Penerbit