PROSIDING Seminar Nasional “Konseling Krisis” Sabtu, 27 Agustus 2016
PROSIDING SEMINAR NASIONAL BIMBINGAN DAN KONSELING “Konseling Krisis” ISBN : 978-602-60115-0-3 Ketua Editor : Dr. Kusno Effendi, M.Si., M.Pd
(Universitas Ahmad Dahlan)
Editor Ahli : Prof. Dr. Siti Partini Suardiman, SU. Dr. Najlatun Naqiyah, M.Pd Dr. Mumpuniarti, M.Pd Dr. Soetarno, M.Pd
(Universitas Ahmad Dahlan) (Universitas Negeri Surabaya) (Universitas Negeri Yogyakarta) (Universitas Ahmad Dahlan)
Editor Pelaksana : Wahyu Nanda Eka Saputra, M.Pd., Kons Caraka Putra Bhakti, M.Pd Agus Ria Kumara, M.Pd
(Universitas Ahmad Dahlan) (Universitas Ahmad Dahlan) (Universitas Ahmad Dahlan)
Desain Sampul : Fajar Irfani Setyawan Layout : Agus Supriyanto, M.Pd Penerbit dan Redaksi: Prodi Bimbingan dan Konseling Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan - Universitas Ahmad Dahlan Kampus II UAD Jl Pramuka 42 Sidikan, Umbulharjo, Yogyakarta Telp: (0274) 563515, 511830, 379418, 371120 Fax (0274) 564604 Email:
[email protected] Cetakan Pertama: Agustus 2016 Hak cipta dilindungi undang-undang Dilarang memperbanyak karya tulis ini dalam bentuk dan Dengan cara apapun tanpa ijin tertulis dari penerbit
ii
PROSIDING Seminar Nasional “Konseling Krisis” Sabtu, 27 Agustus 2016 KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Allah SAW, karena atas karunia-Nya, prosiding Seminar Nasional Konseling Krisis telah dilaksanakan pada Sabtu, 27 Agustus 2016 di ruang Auditorium Universitas Ahmad Dahlan, yang diselenggarakan oleh program studi Bimbingan dan Konseling Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Ahmad Dahlan. Seminar nasional ini diselenggarakan sebagai media sosialisasi dan komunikasi hasil penelitian maupun hasil pemikiran tentang teori dan praktik penyelenggaraan konseling krisis sebagai wujud penguatan profesi konselor di Indonesia. Seminar Nasional ini merupakan ajang tukar menukar informasi dan pengalaman, ajang diskusi ilmiah, dan peningkatan secara berkesinambungan penyelenggaraan layanan Bimbingan dan Konseling yang profesional dalam berbagai seting. Prosiding ini memuat berbagai karya tulis dari hasil-hasil penelitian serta gagasan ilmiah tertulis tentang teori dan praktik konseling krisis. Makalah-makalah yang termuat dalam prosiding ini berasal dari mahasiswa, dosen, dan praktisi. Semoga penerbitan ini dapat digunakan sevagai acuan dan praktis penyelenggaraan layanan konseling krisis di Indonesia. Selain itu, besar harapan bahwa prosiding ini dapat memunculkan pemikiranpemikiran baru terhadap pelaksanaan penelitian selanjutnya yang terkait konseling krisis. Akhir kata kepada semua pihak yang telah membantu, kami ucapkan terima kasih.
Yogyakarta, 27 Agustus 2016 Ketua Prodi Bimbingan dan Konseling Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Ahmad Dahlan
Dody Hartanto, M.Pd NIY. 60090563
iii
PROSIDING Seminar Nasional “Konseling Krisis” Sabtu, 27 Agustus 2016
iv
PROSIDING Seminar Nasional “Konseling Krisis” Sabtu, 27 Agustus 2016 DAFTAR ISI
Halaman Sampul .................................................................................................................. i Halaman Redaksi ................................................................................................................. ii Kata Pengantar ................................................................................................................... iii Daftar Isi ............................................................................................................................... v Urgensi Konseling Krisis pada Masyarakat Indonesia .................................................... 1 (Najlatun Naqiyah) Layanan Konseling Krisis bagi Anak Usia Dini Korban Bencana ............................... 10 (Prima Suci Rohmadheny, Indah Setianingrum & Wahyu Nanda Eka Saputra) Peran Konselor dalam Memberikan Layanan Konseling Komunitas bagi Korban Bencana Alam di Indonesia ................................................................................ 17 (Andika Ari Saputra) Membangkitkan Motivasi Belajar Siswa untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa SMP .......................................................................................................................... 23 (Said Alhadi, Bambang Budi Wiyono, Triyono & Nur Hidayah) Bimbingan dan Konseling bagi Peserta Didik Penyandang Autis ................................ 30 (Aisha Nadya) Peranan Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan Bimbingan dan Konseling ............................................................................................................................ 41 (Augusto da Costa, Fatah Hanurawan, Adi Atmoko & Imannuel Hitipiew) Layanan Konseling Kelompok Teknik Restrukturisasi Kognitif untuk Menangani Trauma Pasca Bencana ................................................................................ 51 (Indana Zulfa & Ismi Komariatun Nisa) Konseling Kelompok Berbasis Experiential Learning bagi Korban Bencana Alam yang Mengalami Post-Traumatic Stress Disorder (PTSD) ................................... 58 (Santy Andrianie) Konseling untuk Pemulihan Kondisi Remaja Eks Penyalahguna Narkoba ................ 68 (Silvia Yula Wardani) Mengatasi Mental Block Pada Remaja melalui Cognitive Therapy (CT)...................... 77 (Noviyanti Kartika Dewi)
v
PROSIDING Seminar Nasional “Konseling Krisis” Sabtu, 27 Agustus 2016 Bimbingan dan Konseling Islami sebagai Bagian Pendekatan bagi Remaja Pecandu Narkoba .............................................................................................................. 86 (Ratna Fitriyani & Devi Trianasari) Konseling Psikoanalisis (Solusi yang Ditawarkan Menuju Remaja Sehat Tanpa Zat Psikoaktif) ....................................................................................................... 96 (Yuanita Dwi Krisphianti & Muya Barida) Tinjauan Ekologis dan sebuah Pendekatan Kolaboratif sebagai Upaya Intervensi Problem Perilaku pada Remaja ................................................................... 105 (Ruly Ningsih) Posttraumatic Growth pada Pecandu Narkoba (Landasan Pengembangan Program Konseling Pecandu Narkoba pada Proses Rehabilitasi) ............................. 113 (Nurlita Hendiani & Agus Supriyanto) Larangan Mengkonsumsi Narkoba dalam Islam ......................................................... 122 (Amien Wahyudi) Pendekatan Feminisme melalui Layanan Konseling Krisis sebagai Intervensi Kekerasan dalam Pacaran .............................................................................................. 128 (Suvia Gustin & Hardi Prasetiawan) Peran Keluarga dalam Mengembangkan Potensi Anak Autism Spectrum Disorder ............................................................................................................................ 145 (Muya Barida & Yuanita Dwi Krisphianti) Solution Focus Brief Group Counseling: Model Konseling untuk Mengurangi Perilaku Agresif Siswa .................................................................................................... 159 (Dita Kurnia Sari) Manajemen Personel Bimbingan dan Konseling .......................................................... 173 (Dwi Putranti) Manajemen Amarah: Strategi untuk Mengurangi Perilaku Agresi Siswa Sekolah Menengah ........................................................................................................... 180 (Erni Hestiningrum)
vi
PROSIDING Seminar Nasional “Konseling Krisis” Sabtu, 27 Agustus 2016
SOLUTION FOCUS BRIEF GROUP COUNSELING: MODEL KONSELING UNTUK MENGURANGI PERILAKU AGRESIF SISWA Dita Kurnia Sari Prodi Bimbingan Konseling Islam, Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya
[email protected] Abstract Some research shows that teenagers who behave aggressively will experience barriers in learning, interpersonal problems, academic achievement and low social skills. Aggressive behavior is an act of violence that harm, hurt, injure because it will harm the victim that was done on purpose in the form of active or passive, physically or verbally either in person or not. One of the strategies to help reducing agresive behavior is Solution Focus Brief Group Counseling, which consists of (1) establishing relationship, (2) identifying a solvable complaint, (3) establishing goals, (4) designing and implementing solutions, (5) termination and evaluation Keyword: aggressive behavior, solution focused brief group counseling, senior high school.
1.
siswa SD, SMP dan SMA di sembilan
Pendahuluan Fenomena
meningkatnya
kasus
provinsi di Indonesia, ditemukan fakta
penganiayaan, pengeroyokan, pencabulan,
bahwa jumlah anak usia sekolah yang
pemerkosaan, pencurian, penganiayaan,
menjadi pelaku kekerasan di lingkungan
dan pemukulan, yang dilakukan oleh
sekolah sebesar 87,6% dan kenaikan
remaja merupakan salah satu indikator
angka kejadian kenakalan remaja pada
bahwa perilaku agresif di kalangan remaja
tahun
2012
mencapai
menjadi masalah serius yang harus dicari
dibandingkan
tahun
solusinya. Meningkatnya perilaku agresif
(detik.com, 10 Oktober 2012). Fakta
yang dilakukan remaja usia sekolah
tersebut diperkuat oleh adanya 73 laporan
ditunjukkan
oleh
Komisi
penganiayaan, pemukulan, pengejaran dan
Perlindungan
Anak
Indonesia
yang
pengeroyokan yang dilakukan oleh siswa
menyebutkan
bahwa
kekerasan
yang
SMA di Jakarta (Kompas, 2011). Bentuk
dilakukan oleh remaja pada tahun 2012
perilaku agresif lain yang seringkali
sebanyak 3871 kasus. Data tersebut
ditunjukkan oleh remaja di Indonesia
diperkuat oleh hasil survey terhadap 1026
adalah tawuran (detik.com, 15 Juli 2013).
data
159
13,34%
jika
sebelumnya
PROSIDING Seminar Nasional “Konseling Krisis” Sabtu, 27 Agustus 2016 Perilaku agresif yang dibiarkan akan
berdampak
perkembangan
buruk
remaja.
Remaja
adalah dapat menjangkau banyak siswa
pada
sebelum membutuhkan konseling yang
yang
bersifat perbaikan untuk masalah mental yang lebih serius”.
mempunyai kecenderungan berperilaku agresif akan mengalami hambatan belajar,
Melihat besarnya kontribusi layanan
masalah interpersonal (Wilson, 2003) dan
konseling
cenderung memiliki keterampilan sosial
siswa di sekolah, konselor memiliki
yang rendah (Hann, 2002). Pendapat
tanggung
tersebut diperkuat oleh penelitian Gentile
layanan konseling profesional kepada para
(2004) yang menjelaskan bahwa anak
siswa
yang
umumnya
peningkatan prestasi dan pengembangan
memiliki prestasi akademik yang rendah
potensi diri. Oleh karena itu, konselor
dan mengalami kesulitan belajar.
diharapkan memiliki kemampuan untuk
berperilaku
agresif
terhadap
jawab
masalah-masalah
untuk
dalam
memberikan
upaya
membantu
Beberapa fakta yang diperoleh dari
terampil, menguasai dan mengaplikasikan
hasil-hasil penelitian tentang perilaku
pendekatan konseling yang efektif dan
agresif dan dampak yang ditimbulkannya,
efisien dalam rangka mewujudkan layanan
maka
untuk
konseling yang profesional di sekolah.
mengurangi tingginya perilaku agresif
Pendekatan konseling yang efektif dan
siswa SMA. Salah satu upaya yang dapat
efisien dapat membantu konselor dalam
dilakukan untuk mengurangi perilaku
menjalankan
agresif siswa melalui layanan bantuan
tengah
yang diberikan oleh konselor dalam
diemban. Konselor memerlukan suatu
bentuk layanan konseling. Corey (2009)
pendekatan
menyatakan
dapat
memperhatikan aspek keefektifan dan
membantu individu untuk menemukan
efisiensi dalam mewujudkan perubahan
sumber-sumber pribadi (potensi dalam
dan
diri) agar bisa hidup lebih efektif.
masalah yang dihadapi.
Dukungan empiris berkenaan dengan
Pendekatan
perlu
keefektivan
dilakukan
bahwa
upaya
konseling
konseling
tugas
tanggung
membantu
profesionalnya jawab
lain
konseling
siswa
di
yang
yang
menyelesaikan
konseling
yang
kelompok
memperhatikan aspek keefektifan dan
dikemukakan oleh Riva & Haub (dalam
efisiensi dalam mewujudkan perubahan
Corey, 2012) yang menyatakan bahwa
adalah
Konseling
“manfaat nyata dari konseling kelompok
Solusi
(Solution
160
Ringkas Focused
Berfokus Brief
PROSIDING Seminar Nasional “Konseling Krisis” Sabtu, 27 Agustus 2016 Counseling). Konseling Ringkas Berfokus
ketidaksadaran
Solusi dapat menjadi alternatif bantuan
memandang bahwa dorongan perilaku
yang memenuhi kriteria efektif dan efisien
agresif pada dasarnya sudah ada pada
sebagai katalisator perubahan pada diri
setiap individu. Dalam hal ini, kekuatan-
siswa. Charlesworth & Jackson (2004)
kekuatan
naluriah
menyatakan bahwa Konseling Kelompok
bersifat
tidak
Ringkas Berfokus Solusi cocok untuk
determinan
setting sekolah karena efektif menciptakan
mempengaruhi
perubahan pada diri konseli selama sesi
Dorongan
konseling dengan waktu yang lebih
menurut teori ini dibedakan menjadi dua
singkat. Pelaksanaan Konseling Ringkas
yaitu naluri hidup (libido) dan naluri mati
Berfokus Solusi yang dilakukan secara
(tanatos).
kelompok (Solution Focus Brief Group
merusak
Counseling) sangat cocok untuk remaja
dikendalikan oleh naluri mati (Corey,
karena memberikan kesempatan untuk
2012). Perilaku agresif menurut Freud
mengekspresikan
yang
dilihat dari perspektif pribadi merupakan
bertentangan, mengeksplorasi keraguan
kecenderungan bawaan (yang diturunkan)
diri dan merealisasikan minat untuk
untuk berperilaku destruktif. Perilaku
berbagi
agresif
dianggap
untuk
melepaskan
perasaan
perhatian
dengan
anggota
kelompok yang lain (Corey, 2012)
sebagai
manusia.
(instinctive)
rasional
paling
cara
kuat
dan
manusia.
bentuk
drive)
tindakan
perilaku
sebagai
yang
dalam
(instinctive
Berbagai
ini
merupakan
perilaku
naluri
diri
Teori
agresif
mekanisme
energi
destruktif
melindungi
stabilitas
2.
Pembahasan
intrafisik pelakunya. Naluri id pada
a.
Konsep perilaku agresif
prinsipnya selalu ingin dituruti (pleasure
Perilaku agresif telah lama menjadi
principle) akan tetapi super ego berfungsi
bahan kajian pada hampir semua teori
sebagai norma-norma yang ada di dalam
psikologi.
tersebut
masyarakat dan ego dihadapkan pada
mempunyai pandangan yang berbeda
kenyataan. Menurut Freud, individu yang
untuk
perilaku
kehilangan kontrol ego menjadi penyebab
agresif. Teori psikoanalisis membahas
individu melakukan perilaku merusak.
perilaku agresif dari
Semua
teori
menjelaskan
instinctive
drive.
hakekat
sudut
pandang
Secara mekanis, individu yang berperilaku
Perilaku
agresif
agresif telah berhasil mengeluarkan energi
merupakan sesuatu yang bersumber dari
161
PROSIDING Seminar Nasional “Konseling Krisis” Sabtu, 27 Agustus 2016 destruktif yang menjadi tuntutan insting
dijalankan mendatangkan akibat yang
kematian (Corey, 2012).
tidak menyenangkan. Menurut Bandura,
Teori lain yang membahas hakekat
dalam
kehidupan
sehari-hari
model
perilaku agresif adalah teori belajar sosial.
perilaku agresif dapat ditemukan dalam
Para ahli teori belajar sosial menyatakan
keluarga, masyarakat dan media massa.
bahwa perilaku agresif merupakan hasil
Para
peniruan terhadap perilaku orang lain
berpendapat
melalui proses belajar sosial (Hanurawan,
dilahirkan bersama insting-insting negatif,
2011). Bandura
termasuk
agresif
memandang perilaku
merupakan
perilaku
yang
penganut
teori
bahwa
insting
belajar
sosial
manusia
tidak
untuk
melakukan
perilaku agresif. Hal tersebut bertentangan
dipelajari, bukan sesuatu yang ada dengan
dengan
sendirinya pada diri manusia (Dayakisni,
Berdasarkan teori belajar sosial dapat
2001). Teori ini menekankan kondisi
disimpulkan bahwa perilaku agresif tidak
lingkungan
muncul
yang membuat
seseorang
penganut
secara
psikoanalisa.
langsung
individu
respon agresif. Asumsi dasar teori ini
belajar seseorang. Individu berperilaku
adalah
agresif
besar
tingkah
laku
individu diperoleh sebagai hasil belajar
setelah
merupakan
diri
memperoleh dan memelihara respon-
sebagian
melainkan
dalam
mempelajari
hasil
perilaku
tersebut dari model yang diamati.
melalui pengamatan atas tingkah laku
Teori
lain
yang
menjelaskan
yang ditampilkan individu-individu lain
perilaku agresif adalah teori kognitif.
sebagai model.
Teori ini menjelaskan bahwa reaksi
Bandura (dalam Dayakisni, 2001)
individu terhadap stimulus agresif sangat
menyatakan bahwa motivasi individu
bergantung
untuk mengamati dan mencontoh perilaku
individu
model akan lebih kuat apabila model
Perilaku agresif seringkali muncul karena
memiliki daya tarik dan perilaku yang
individu mengalami bias dalam dalam
dijalankan memiliki efek menyenangkan
mempersepsi
(reinforcement).
Individu akan menginterpretasikan situasi
Sebaliknya,
individu
pada terhadap
pengamat akan kurang termotivasi untuk
sosial
mencontoh
mengancam
perilaku
agresif
yang
penginterpretasian stimulus
tersebut.
situasi-situasi
tertentu
dengan
dirinya.
sosial.
perspektif
Bias
dalam
dilakukan model apabila model tidak
menginterpretasikan situasi sosial inilah
memiliki daya tarik dan perilaku yang
yang
162
mendorong
individu
untuk
PROSIDING Seminar Nasional “Konseling Krisis” Sabtu, 27 Agustus 2016 berperilaku
agresif.
Teori
kognitif
didefinisikan
menegaskan
bahwa
reaksi
individu
maupun verbal yang ditujukan untuk
stimulus
agresi
sangat
terhadap bergantung individu
pada
stimulus
fisik
Menurut Baron (2003) perilaku
pemicu.
agresif adalah tingkah laku individu yang
(Berkowitz, 2003). Sedangkan
perilaku
melukai orang lain (Myers, 2002).
penginterpretasian
terhadap
sebagai
dilakukan dengan sengaja untuk menyakiti menurut
pandangan
individu
lain.
Myers
(2012)
Konseling Kelompok Ringkas Berfokus
mengemukakan perilaku agresif adalah
Solusi,
perilaku
perilaku
agresif
merupakan
fisik
ketidakmampuan individu untuk melihat
dimaksudkan
realita yang berbeda dari situasi masalah
kerusakan.
atau
verbal
untuk
yang
menyebabkan
yang dihadapi. Konseling ini percaya
Pada dasarnya, untuk menjelaskan
bahwa pada dasarnya setiap individu
munculnya perilaku agresif tidak hanya
mempunyai
digunakan teori tunggal. Banyak faktor
saat-saat
dimana
dirinya
bebas dari masalah (tidak berperilaku
yang
agresif)/
memunculkan
exception.
menemukan masalah
Ketidakmampuan
exception
inilah
yang
dari
memainkan
peranan
perilaku
dalam
agresif.
Teori
situasi
belajar sosial menekankan bahwa perilaku
menyebabkan
agresif disebabkan oleh adanya proses
individu berperilaku agresif.
belajar dari pengalaman baik langsung
Perilaku agresif diartikan sebagai
maupun
tidak
langsung
(Hanurawan,
tindakan baik langsung maupun tidak
2011). Proses belajar ini melibatkan faktor
langsung
kognisi dalam menyikapi pengalaman
yang
dimaksudkan
untuk
melukai atau menyakiti orang lain, baik
tersebut.
fisik maupun psikis (Berkowitz, 2003),
pandangan
teori
yang menimbulkan kerugian atau bahaya
menjelaskan
bahwa
bagi orang lain atau merusak milik orang
melakukan atau meniru suatu perilaku
lain (Anderson & Huesmann, 2007).
didasarkan pada skema dan penilaiannya
Bushman
terhadap
&
mendefinisikan
Anderson agresi
(1998)
(aggression)
Hal
ini
sejalan
dengan
kognitif
yang
individu
perilaku
yang
tertentu.
Penilaian tersebut dipengaruhi
oleh
sebagai suatu respon yang dikirimkan oleh
kognisi dan pengalaman masa lalu. Jika
stimuli berbahaya kepada organisme lain.
individu
Secara umum, perilaku agresif sering
(reinforcement) dari apa yang dinilai dan
163
mendapatkan
nilai
positif
PROSIDING Seminar Nasional “Konseling Krisis” Sabtu, 27 Agustus 2016 diamati, maka individu cenderung akan
menggunakan
meniru
psikopatologi yang ada. Konselor yang
perilaku
tersebut
(Berkowitz,
2003).
menggunakan
Disamping itu, teori kognitif juga menegaskan
bahwa
kepribadian
pendekatan
Ringkas
dan
Konseling
Berfokus
Solusi
agresif
berkeyakinan bahwa tidak bisa memahami
disebabkan oleh adanya hubungan erat
secara pasti penyebab masalah individu
antara perasaan (afektif), pengalaman
(konseli). Konselor hanya perlu tahu apa
yang dimiliki (sebagai hasil dari adanya
yang membuat konseli memasuki masa
proses belajar), dan penilaian kognitif
depan yang lebih baik dan lebih sehat.
individu
yang
Konseli tidak dapat mengubah masa lalu
menimbulkan masalah. Pernyataan di atas
tetapi dapat mengubah tujuannya. Tujuan
menegaskan bahwa keadaan afektif dan
yang lebih baik dapat mengatasi masalah
proses belajar akan mempengaruhi kognisi
dan mencapai masa depan yang produktif.
individu
akan
Sebagai ganti teori kepribadian dan
perilaku.
psikopatologi, masalah dan masa lalu,
Ketika faktor afektif dan kognisi saling
Konseling Kelompok Ringkas Berfokus
terkait, selanjutnya hal tersebut akan
Solusi
dimunculkan
perilaku
sekarang yang dipandu oleh tujuan positif
individu. Adanya afek negatif dapat
yang spesifik yang dibangun berdasarkan
memicu individu untuk mengkonstruk
bahasa konseli di bawah kendalinya.
terhadap
yang
dimanifestasikan
perilaku
Kelompok
teori
situasi
nantinya ke
dalam
dalam
bentuk
lebih
menekankan
pada
saat
pikiran negatif. Pikiran negatif yang
Buss (1992) menyatakan bahwa
dikonstruk tergantung pada interpretasi
perilaku agresif dapat dibedakan menjadi
individu atas situasi yang dialami. Jika
tiga, yaitu fisik-verbal, aktif-pasif, dan
interpretasi seseorang cenderung positif
langsung-tidak
terhadap suatu peristiwa, maka agresivitas
dimensi
pun cenderung tidak terjadi. Berdasarkan
perbedaan antara menyakiti fisik (tubuh)
penjelasan
kognisi
orang lain dan menyerang dengan kata-
merupakan salah satu faktor yang terkait
kata. Perbedaan dimensi aktif-pasif adalah
erat dengan perilaku agresif individu.
pada perbedaan antara tindakan yang
di
atas,
faktor
Di sisi lain dalam memandang
dilakukan
langsung.
fisik-verbal
terhadap
Perbedaan
terletak
target
pada
perilaku
munculnya perilaku agresif, Konseling
agresifnya. Sementara agresif langsung
Kelompok Ringkas Berfokus Solusi tidak
berarti kontak face to face dengan orang
164
PROSIDING Seminar Nasional “Konseling Krisis” Sabtu, 27 Agustus 2016 yang diserang, sedangkan agresif tidak
4.
Agresif fisik pasif tidak langsung
langsung terjadi tanpa kontak dengan
adalah tindakan agresif fisik yang
orang yang diserang. Kombinasi dari
dilakukan
ketiga dimensi ini menghasilkan suatu
dengan cara tidak berhadapan secara
framework
mengkategorikan
langsung dengan individu/kelompok
berbagai bentuk perilaku agresif antara
yang menjadi targetnya dan tidak
lain:
terjadi kontak fisik secara langsung
1.
Agresif fisik aktif langsung adalah
seperti tidak peduli, apatis dan masa
tindakan
bodoh.
untuk
agresif
yang
individu/kelompok
2.
dilakukan
dengan
cara
5.
individu/kelompok
Agresif verbal aktif langsung adalah
berhadapan secara langsung dengan
tindakan
agresif
individu/kelompok lain yang menjadi
dilakukan
oleh
targetnya dan terjadi kontak secara
dengan cara berhadapan langsung
fisik
dengan individu/kelompok lain yang
secara
langsung,
seperti
verbal
yang
individu/kelompok
memukul, mendorong, dan lain-lain.
menjadi targetnya seperti menghina,
Agresif fisik pasif langsung adalah
memaki, mengejek, mengumpat.
tindakan agresif fisik yang dilakukan
3.
oleh
6.
Agresif verbal pasif langsung adalah
oleh individu/kelompok dengan cara
tindakan
agresif
berhadapan
dilakukan
oleh
dengan
yang
individu/kelompok
individu/kelompok lain yang menjadi
dengan
targetnya namun tidak terjadi kontak
individu/kelompok lain yang menjadi
fisik
targetnya namun tidak terjadi kontak
secara
langsung,
seperti
cara
verbal
berhadapan
demonstrasi, aksi mogok, aksi diam.
verbal
Agresif fisik aktif tidak langsung
menolak berbicara.
adalah tindakan agresif fisik yang dilakukan
oleh
7.
individu/kelompok
secara
langsung
dengan
seperti
Agresif verbal aktif tidak langsung adalah tindakan agresif verbal yang
dengan cara tidak berhadapan secara
dilakukan
langsung dengan individu/kelompok
dengan cara tidak berhadapan secara
lain yang menjadi targetnya seperti
langsung dengan individu/kelompok
merusak
lain yang menjadi targetnya seperti
membakar
barang rumah
milik dan
korban, menyewa
menyebar
tukang pukul.
domba.
165
oleh
fitnah
individu/kelompok
dan
mengadu
PROSIDING Seminar Nasional “Konseling Krisis” Sabtu, 27 Agustus 2016 8.
Agresif verbal pasif tidak langsung
Pascamodern lebih mempercayai bahwa
adalah tindakan agresif verbal yang
realitas dikonstruk faktor bahasa dan
dilakukan
budaya, serta tidak adanya kategori yang
oleh
individu/kelompok
dengan cara tidak berhadapan dengan
menandai suatu kondisi (realita).
individu/kelompok lain yang menjadi
Pada
pendekatan
targetnya dan tidak terjadi kontak
pascamodern
verbal secara langsung seperti tidak
sebagai berikut: (1) berlangsung singkat,
memberi
umumnya antara empat hingga tujuh sesi,
dukungan,
tidak
memberikan hak suara. b.
dasarnya
Konsep
(2)
konseling
memiliki
berfokus
kompetensi
kelompok
karakteristik
pada
dan
sumberdaya,
kekuatan-kekuatan
konseli, bukan berfokus pada penyebab
ringkas berfokus solusi Memahami Konseling Kelompok
atau problem, (3) menekankan pada
Ringkas Berfokus Solusi tidak dapat
pandangan
mengabaikan
individu yang unik dan subjektif serta (4)
landasan
filosofis
pascamodern dan konstruktivisme sosial.
bahasa
Pascamodern berkaitan dengan gerakan
konseli,
atau
objektif.
perspektif
yang
memposisikan
menolak pandangan-pandangan modern.
konseli
yang
dikonstruksikan bukan
Landasan
merupakan
sendiri
merupakan
filosofis
oleh realitas
yang
Dasar pandangan modern adalah meyakini
adalah
adanya realitas obyektif yang teramati dan
Konstruktivisme
diketahui
Individu
bahwa pemaknaan individu dibuat atau
datang ke dalam sebuah proses konseling
diciptakan dalam konteks sosial. Bagi
karena
orang-orang
secara
sistematis.
mereka
meyakini
telah
konstruktivisme
kedua
sosial
sosial.
memiliki
konstruktivisme
realitas
norma
istilah
bahasa dan umumnya merupakan fungsi
patologis. Pandangan modern tersebut
situasi dimana orang tersebut hidup
bertentangan
pandangan
(Corey, 2009). Konstruktivisme sosial
pascamodern. Pascamodern percaya akan
percaya bahwa realita budaya, seperti
kebenaran
subjektif
bukan
objektif.
politik, sejarah, religi, keluarga dan
Penolakan
terhadap
filosofi
modern
pengetahuan
atau
dengan
dengan
tampak juga pada realitas yang didasarkan
pada
sosial,
menyimpang terlalu jauh dari beberapa objektif
didasarkan
arti
berpengaruh
penggunaan
terhadap
pengalaman masing-masing individu.
pada tindakan sistematis dan ilmiah.
166
PROSIDING Seminar Nasional “Konseling Krisis” Sabtu, 27 Agustus 2016 Konseling
Kelompok
Ringkas
2.
Berfokus Solusi disebut sebagai terapi
Pertanyaan pengecualian (Exception Question)
konstruktivis (constructivist therapy) dan
Pertanyaan pengecualian digunakan
terapi berfokus solusi (solution focused
untuk
therapy).
lebih
masalah yang dialaminya tersebut tidak
memokuskan bagaimana masalah konseli
ada. Pengecualian merupakan pengalaman
bisa diatasi dan kurang memperhatikan
masa lalu dalam kehidupan konseli ketika
masa lalu konseli. Konseling Kelompok
dia mempunyai beberapa harapan masalah
Ringkas Berfokus Solusi dipilih sebagai
tersebut terjadi, masalah tersebut tidak
metode
semuanya kuat dan tidak selamanya ada.
Pendekatan
konseling
terapeutiknya
lebih
tersebut
karena
proses
berorientasi
pada
3.
solusi melalui dua aktivitas utama yaitu menumbuhkembangkan
mengarahkan
konseli
ketika
Pertanyaan Keajaiban (Miracle Question)
kesadaran
Konselor meminta konseli untuk
(consciousness raising) dan membuat
berimajinasi bahwa suatu keajaiban akan
pilihan
terjadi di masa depan.
sadar
Kelompok
(choosing).
Ringkas
Konseling
Berfokus
Solusi
4.
memiliki tujuan yang spesifik selain
Pertanyaan Skala ( Scaling Question ) Pertanyaan
skala
memberikan
strategi intervensinya yang berlangsung
kemungkinan pada konseli untuk lebih
ringkas (brief counseling).
memperhatikan apa yang telah mereka
Terdapat berbagai macam teknik
lakukan,
dan
bagaimana
mereka
yang dapat digunakan dalam Konseling
mengambil
langkah
Ringkas Berfokus Solusi, antara lain:
mengarahkan
pada
1.
Perubahan pra-sesi (Presession
mereka harapkan. Konselor menggunakan
Change)
pertanyaan skala ketika perubahan tidak
Salah satu ciri khas pendekatan
yang perubahan
akan yang
dapat diamati dengan mudah seperti:
Konseling Kelompok Ringkas Berfokus
perasaan, suasana hati, komunikasi.
Solusi adalah perhatian yang berfokus
5.
pada solusi untuk perubahan yang sudah
Rumusan tugas sesi pertama (Formula Fist Session Task/FFST)
muncul sebelum sesi pertama.
FFST adalah suatu format tugas yang diberikan konselor kepada konseli untuk diselesaikan antara sesi pertama dan sesi kedua.
167
PROSIDING Seminar Nasional “Konseling Krisis” Sabtu, 27 Agustus 2016 6.
Umpan Balik (Feedback) Konselor
diharapkan. Selama proses pembinaan
pada
umumnya
hubungan,
konselor
menunjukkan
mengambil waktu 5-10 menit pada akhir
perhatian, penerimaan, penghargaan dan
setiap sesi untuk menyusun ringkasan atau
pemahaman terhadap konseli sebagai
kesimpulan
Konselor
individu yang khas. Salah satu cara untuk
memformulasikan umpan balik yang akan
segera berinteraksi pada awal pertemuan
diberikan pada konseli. Pemberian umpan
konseling ialah melakukan percakapan
balik memiliki tiga hal yaitu sebagai
topik netral yang dapat membangun
pujian,
kesadaran konseli atas kelebihan dan
konseling.
jembatan
penghubung,
dan
pemberian tugas.
sumber-sumber
7.
Sesi selanjutnya dan penetapan tujuan
pengembangan solusi dari masalah yang
(Future Session and Goal Setting)
dihadapinya.
Implementasi
konseling
dalam
dirinya
Perubahan
bagi
merupakan
proses
penetapan tujuan antara konseli dan
interaksi, karena itu hubungan kolaboratif
konselor ada dalam sharing yang terjadi
konselor dan konseli sangat penting.
ketika
Berdasarkan
Melalui kolaborasi tersebut konselor dapat
proses konseling, konseli diharapkan bisa
memahami dunia konseli sehingga dapat
menghadapi dan menerima kenyataan
bersama-sama mengkonstruksi masalah
bahwa konselor menganggap keberadaan
yang
konseli sangat penting pada setiap sesi.
hubungan konseling.
Konseli
2.
membuat
tujuan.
diberi
kebebasan
untuk
dapat
diselesaikan
dari
awal
Identifikasi masalah yang dapat
menetapkan tujuan yang mereka ingin
dipecahkan (Identifying a solvable
capai (Kelly, et al., 2008).
complaint)
Secara umum, tahapan Konseling Kelompok
Ringkas
Berfokus
Identifikasi
Solusi
masalah
merupakan
salah satu langkah yang sangat penting
meliputi:
dalam
1.
Membina hubungan (Establishing
memfasilitasi pengembangan tujuan dan
relationship)
intervensi serta meningkatkan perubahan.
Membina hubungan baik diperlukan untuk
menjalin
hubungan
baik
konseling
karena
dapat
konselor dan konseli mengkonstruksikan
dan
citra
masalah
yang
menempatkan
kolaboratif antara konselor dan konseli
solusinya dalam kendali konseli. Konselor
bagi
menggunakan
pencapaian
perubahan
yang
168
pertanyaan
sehingga
PROSIDING Seminar Nasional “Konseling Krisis” Sabtu, 27 Agustus 2016 mengkomunikasikan
optimisme
dan
menimbulkan
harapan,
harapan
berubah
dan
pembahasan
bagaimana
untuk
memberdayakan bagi konseli. Selama
proses
berlangsungnya
keajaiban
tersebut
kenyataan.
Respons
memfasilitasi cara
terjadi
agar dalam
konseli
terhadap
konseling, konselor menggunakan teknik
miracle question biasanya memberikan
acceptance, summarization, klarifikasi,
masukan bagi konselor dengan berbagai
pertanyaan terbuka, dan teknik-teknik
solusi
dasar komunikasi konseling yang lain
membantu
untuk memahami kondisi konseli secara
masalahnya.
jelas dan spesifik. Selain itu, konselor juga
4.
yang
dapat
digunakan
konseli
menyelesaikan
Merancang dan melaksanakan solusi
menggunakan scaling question untuk
(Designing and implementing
menetapkan dasar kondisi konseli dan
solutions)
memfasilitasi identifikasi kemungkinan-
untuk
Intervensi
dirancang
untuk
kemungkinan dan kemajuan konseli dalam
menghambat
pola-pola
konseling.
bermasalah
3.
Penetapan tujuan (Establishing goals)
alternatif cara mereaksi masalah tersebut.
Konselor dan konseli berkolaborasi
Konselor memadukan pemahaman dan
dengan
perilaku menunjukkan
menentukan tujuan yang spesifik, dapat
kreativitasnya
diamati, terukur dan kongkret. Tujuan
strategi
pada dasarnya dapat berbentuk salah satu
terjadinya perubahan meskipun sedikit.
dari bentuk tujuan berikut: (a) mengubah
Konseli
apa yang dilakukan dalam situasi masalah;
mengaplikasikan
(b) mengubah pandangan atau kerangka
dalam
pikir
yang
dihadapi antar sesi pertemuan dalam
dihadapi dan; (c) mencari sumber-sumber,
konseling. Penyesuaian dilakukan jika
solusi
diperlukan pada setiap awal pertemuan
tentang
dan
situasi
masalah
kelebihan-kelebihan
yang
dimiliki konseli. Konselor
dalam
konseling
diberi
menggunakan
untuk
mendorong
kesempatan alternatif
menyelesaikan
untuk
intervensi
masalah
yang
sesi konseling untuk memastikan bahwa menggunakan
miracle
konseli dapat secara efektif membuat
membantu
konseli
kemajuan terhadap perubahan positif yang
menetapkan tujuan. Miracle
question
question
untuk
memungkinkan bahwa
konseli
masalahnya
diharapkan.
berimajinasi terpecahkan,
169
PROSIDING Seminar Nasional “Konseling Krisis” Sabtu, 27 Agustus 2016 5.
Terminasi, evaluasi dan tindak lanjut Konselor
teknik
untuk menggali situasi dimana masalah
mengetahui
tidak muncul dalam situasi yang biasanya
perubahan konseli dibandingkan dengan
memicu masalah. Melalui pertanyaan
perubahan awal. Setelah masalah konseli
pengecualian siswa diharapkan mampu
terselesaikan
memuaskan,
membuka sudut pandang baru mengenai
konselor dan konseli dapat mengakhiri
pengalamannya ketika mereka mampu
konseling. Konselor mendorong konseli
bersikap secara adaptif terhadap situasi
untuk menjadi konselor bagi dirinya
yang menimbulkan masalah. Pengalaman-
sendiri dan mengaplikasikan keterampilan
pengalaman tersebut merupakan contoh
pemecahan masalahnya terhadap masalah-
dari sikap yang berbeda dari siswa yang
masalah
nantinya
scaling
menggunakan
Pertanyaan pengecualian bertujuan
question
untuk
dengan
yang
baru
dihadapinya.
dapat
digunakan
dan
Kemudian konselor melakukan tindak
dikembangkan untuk menghadapi situasi
lanjut
yang sama. Adapun teknik pertanyaan
pelayanan
mengikuti
konseling
perkembangan
dengan perubahan
keajaiban berfungsi
untuk membantu
konseli. (Charlesworth, J R & Jackson C
siswa dalam membuat suatu pandangan
M. 2004)
hidup
c.
tanpa
masalah
yang
sedang
ringkas
dihadapi saat ini. Melalui pertanyaan
berfokus solusi untuk mengurangi
keajaiban, siswa dapat menentukan tujuan
perilaku agresif siswa SMA
positif berdasarkan atas apa yang mereka
Konseling
Upaya
kelompok
yang
dilakukan
untuk
bayangkan. Teknik lain yang digunakan
mengurangi perilaku agresif yaitu melalui
dalam
pendekatan Konseling Kelompok Ringkas
Berfokus
Berfokus
berskala. Pertanyaan berskala berperan
diharapkan
Solusi.
intervensi
membantu
Solusi
Kelompok adalah
Ringkas
pertanyaan
siswa
untuk membantu siswa agar dapat melihat
mengkonstruk solusi dengan menemukan
kemajuan mereka dan dapat mengatur
exception dalam situasi masalah. Proses
tujuan tersebut untuk kemajuan yang lebih
konstruksi solusi dilakukan dengan teknik
baik.
pertanyaan
dapat
Proses
Konseling
pengecualian
(exception),
pertanyaan berskala (scaling question) dan
d.
pertanyaan keajaiban (miracle question).
Kesimpulan Perilaku agresif dapat
diartikan
sebagai suatu perbuatan atau tindakan
170
PROSIDING Seminar Nasional “Konseling Krisis” Sabtu, 27 Agustus 2016 kekerasan
yang
membahayakan,
Berkowitz, L. 2003. Affect, aggression, and antisocial Behavior. Dalam Davidson, R.J, Scherer, K.R., Goldsmith, H.H. Handbook of Affective Sciences. Oxford: University Press. Hlm. 804‐823.
menyakitkan, melukai, dan menimbulkan kerugian terhadap korban yang dilakukan dengan sengaja dalam bentuk fisik aktif langsung, verbal aktif langsung, fisik aktif tidak
langsung,
verbal
aktif
tidak
Bushman, Brad. J. & Anderson, Craig. A. 1998. “Human Aggression”. Academic Press. California. 1998
langsung, fisik pasif langsung, verbal pasif langsung, fisik pasif tidak langsung
Buss. A.H. 1992. Psychology Behavior In Perspective. New York: John Willey & Sons.Inc.
dan verbal pasif tidak langsung. Konseling Kelompok
Ringkas
termasuk singkat
dalam (Brief
tahapannya
Berfokus kategori
Solusi
konseling
Counseling)
meliputi
(1)
Charlesworth, J R & Jackson C M. 2004. Solution-Focused Brief Counseling: An Approach for Professional School Counselors. Dalam Bradley T. Erford (Ed), Professional School Counseling: A Handbook of Theories, Programs & Practices (hal. 139-148). Austin, TX: Pro-Ed, Inc.
yang
Membina
hubungan (Establishing relationship), (2) Identifikasi
masalah
yang
dipecahkan
(Identifying
complaint),
(3)
a
dapat solvable
Penetapan
tujuan
(Establishing goals), (4) Merancang dan melaksanakan
solusi
(Designing
and
Corey, G. 2009. Theory and Practice of Counseling and Psychotheraphy (8th Ed.). Belmont, CA: Brooks/Cole.
implementing solutions), (5) Terminasi, evaluasi dan tindak lanjut.
Corey, G. 2012. Theory and Practice of Counseling and Psychotherapy ( .).Belmont, CA: Brook/Cole.
Daftar Pustaka Anderson, C.A., & Huesmann, L.R. 2007. Human aggressión: A social‐ cognitive view. Dalam Hogg, M.A., Cooper, J. The sage handbook of social psychology: Sage Publication.
Dayakisni, T & Hudaniah. 2001. Psikologi Sosial. Universitas Muhammadiyah Malang. UMM Press. Detik.com, 10 Oktober 2012. Tawuran: Pelajar Luka Terinjak-Injak. (Online), (http://detik.com), diakses 9 September 2013.
Baron, R.A & Donn, B. 2003. Psikologi Sosial. Alih Bahasa Ratna Juwita, dkk. Jakarta: Penerbit Erlangga.
171
PROSIDING Seminar Nasional “Konseling Krisis” Sabtu, 27 Agustus 2016 Detik.com, 15 Juli 2013. Lagi, Pelajar Tawuran. (Online), (http://detik.com), diakses 4 November 2013.
Wilson, J.J. 2003. Preventing adolescent gang involvement. Juvenile Justice Buletin, 26 (2), 1-12.
Gentile, D.A., Lynch. P.L., Linder, J.R., & Walsh, D.A. 2004. The effects of violent video game habits on adolescent hostility, aggressive behaviors, and school performance. Journal of Adolescence, 27, 5-24. Hann, D.A. and Borek, N. 2002. Taking Stock of Risk Factors for Child/Youth Externalizing Behavior Problems. Bethesda, Maryland: National Institute of Mental Health, 3-4. Hanurawan, F. 2011. Psikologi Sosial Terapan dan Masalah-Masalah Perilaku Sosial. Malang: FIP Universitas Negeri Malang. Kelly, M. S., Kim, J. S., & Franklin, C. 2008. Solution Focus Brief Therapy In Schools: A 360-Degree View of Research and Practice. New York: Oxford University Press. Kompas. 2 April 2011. Tindak Kekerasan di Kalangan Pelajar, hlm. 15. Myers, D. G. 2012. Social Psychology (Psikologi Sosial). Alih Bahasa Aliya Tusani, dkk. Jakarta: Salemba Humanika. Myers, D.G. 2002. Social psychology. 7th edition. New York. McGraw Hill.
172