PROSIDING Seminar Nasional “Konseling Krisis” Sabtu, 27 Agustus 2016
PROSIDING SEMINAR NASIONAL BIMBINGAN DAN KONSELING “Konseling Krisis” ISBN : 978-602-60115-0-3 Ketua Editor : Dr. Kusno Effendi, M.Si., M.Pd
(Universitas Ahmad Dahlan)
Editor Ahli : Prof. Dr. Siti Partini Suardiman, SU. Dr. Najlatun Naqiyah, M.Pd Dr. Mumpuniarti, M.Pd Dr. Soetarno, M.Pd
(Universitas Ahmad Dahlan) (Universitas Negeri Surabaya) (Universitas Negeri Yogyakarta) (Universitas Ahmad Dahlan)
Editor Pelaksana : Wahyu Nanda Eka Saputra, M.Pd., Kons Caraka Putra Bhakti, M.Pd Agus Ria Kumara, M.Pd
(Universitas Ahmad Dahlan) (Universitas Ahmad Dahlan) (Universitas Ahmad Dahlan)
Desain Sampul : Fajar Irfani Setyawan Layout : Agus Supriyanto, M.Pd Penerbit dan Redaksi: Prodi Bimbingan dan Konseling Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan - Universitas Ahmad Dahlan Kampus II UAD Jl Pramuka 42 Sidikan, Umbulharjo, Yogyakarta Telp: (0274) 563515, 511830, 379418, 371120 Fax (0274) 564604 Email:
[email protected] Cetakan Pertama: Agustus 2016 Hak cipta dilindungi undang-undang Dilarang memperbanyak karya tulis ini dalam bentuk dan Dengan cara apapun tanpa ijin tertulis dari penerbit
ii
PROSIDING Seminar Nasional “Konseling Krisis” Sabtu, 27 Agustus 2016 KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Allah SAW, karena atas karunia-Nya, prosiding Seminar Nasional Konseling Krisis telah dilaksanakan pada Sabtu, 27 Agustus 2016 di ruang Auditorium Universitas Ahmad Dahlan, yang diselenggarakan oleh program studi Bimbingan dan Konseling Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Ahmad Dahlan. Seminar nasional ini diselenggarakan sebagai media sosialisasi dan komunikasi hasil penelitian maupun hasil pemikiran tentang teori dan praktik penyelenggaraan konseling krisis sebagai wujud penguatan profesi konselor di Indonesia. Seminar Nasional ini merupakan ajang tukar menukar informasi dan pengalaman, ajang diskusi ilmiah, dan peningkatan secara berkesinambungan penyelenggaraan layanan Bimbingan dan Konseling yang profesional dalam berbagai seting. Prosiding ini memuat berbagai karya tulis dari hasil-hasil penelitian serta gagasan ilmiah tertulis tentang teori dan praktik konseling krisis. Makalah-makalah yang termuat dalam prosiding ini berasal dari mahasiswa, dosen, dan praktisi. Semoga penerbitan ini dapat digunakan sevagai acuan dan praktis penyelenggaraan layanan konseling krisis di Indonesia. Selain itu, besar harapan bahwa prosiding ini dapat memunculkan pemikiranpemikiran baru terhadap pelaksanaan penelitian selanjutnya yang terkait konseling krisis. Akhir kata kepada semua pihak yang telah membantu, kami ucapkan terima kasih.
Yogyakarta, 27 Agustus 2016 Ketua Prodi Bimbingan dan Konseling Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Ahmad Dahlan
Dody Hartanto, M.Pd NIY. 60090563
iii
PROSIDING Seminar Nasional “Konseling Krisis” Sabtu, 27 Agustus 2016
iv
PROSIDING Seminar Nasional “Konseling Krisis” Sabtu, 27 Agustus 2016 DAFTAR ISI
Halaman Sampul .................................................................................................................. i Halaman Redaksi ................................................................................................................. ii Kata Pengantar ................................................................................................................... iii Daftar Isi ............................................................................................................................... v Urgensi Konseling Krisis pada Masyarakat Indonesia .................................................... 1 (Najlatun Naqiyah) Layanan Konseling Krisis bagi Anak Usia Dini Korban Bencana ............................... 10 (Prima Suci Rohmadheny, Indah Setianingrum & Wahyu Nanda Eka Saputra) Peran Konselor dalam Memberikan Layanan Konseling Komunitas bagi Korban Bencana Alam di Indonesia ................................................................................ 17 (Andika Ari Saputra) Membangkitkan Motivasi Belajar Siswa untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa SMP .......................................................................................................................... 23 (Said Alhadi, Bambang Budi Wiyono, Triyono & Nur Hidayah) Bimbingan dan Konseling bagi Peserta Didik Penyandang Autis ................................ 30 (Aisha Nadya) Peranan Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan Bimbingan dan Konseling ............................................................................................................................ 41 (Augusto da Costa, Fatah Hanurawan, Adi Atmoko & Imannuel Hitipiew) Layanan Konseling Kelompok Teknik Restrukturisasi Kognitif untuk Menangani Trauma Pasca Bencana ................................................................................ 51 (Indana Zulfa & Ismi Komariatun Nisa) Konseling Kelompok Berbasis Experiential Learning bagi Korban Bencana Alam yang Mengalami Post-Traumatic Stress Disorder (PTSD) ................................... 58 (Santy Andrianie) Konseling untuk Pemulihan Kondisi Remaja Eks Penyalahguna Narkoba ................ 68 (Silvia Yula Wardani) Mengatasi Mental Block Pada Remaja melalui Cognitive Therapy (CT)...................... 77 (Noviyanti Kartika Dewi)
v
PROSIDING Seminar Nasional “Konseling Krisis” Sabtu, 27 Agustus 2016 Bimbingan dan Konseling Islami sebagai Bagian Pendekatan bagi Remaja Pecandu Narkoba .............................................................................................................. 86 (Ratna Fitriyani & Devi Trianasari) Konseling Psikoanalisis (Solusi yang Ditawarkan Menuju Remaja Sehat Tanpa Zat Psikoaktif) ....................................................................................................... 96 (Yuanita Dwi Krisphianti & Muya Barida) Tinjauan Ekologis dan sebuah Pendekatan Kolaboratif sebagai Upaya Intervensi Problem Perilaku pada Remaja ................................................................... 105 (Ruly Ningsih) Posttraumatic Growth pada Pecandu Narkoba (Landasan Pengembangan Program Konseling Pecandu Narkoba pada Proses Rehabilitasi) ............................. 113 (Nurlita Hendiani & Agus Supriyanto) Larangan Mengkonsumsi Narkoba dalam Islam ......................................................... 122 (Amien Wahyudi) Pendekatan Feminisme melalui Layanan Konseling Krisis sebagai Intervensi Kekerasan dalam Pacaran .............................................................................................. 128 (Suvia Gustin & Hardi Prasetiawan) Peran Keluarga dalam Mengembangkan Potensi Anak Autism Spectrum Disorder ............................................................................................................................ 145 (Muya Barida & Yuanita Dwi Krisphianti) Solution Focus Brief Group Counseling: Model Konseling untuk Mengurangi Perilaku Agresif Siswa .................................................................................................... 159 (Dita Kurnia Sari) Manajemen Personel Bimbingan dan Konseling .......................................................... 173 (Dwi Putranti) Manajemen Amarah: Strategi untuk Mengurangi Perilaku Agresi Siswa Sekolah Menengah ........................................................................................................... 180 (Erni Hestiningrum)
vi
PROSIDING
Seminar Nasional “Konseling Krisis” Sabtu, 27 Agustus 2016
LAYANAN KONSELING KELOMPOK TEKNIK RESTRUKTURISASI KOGNITIF UNTUK MENANGANI TRAUMA PASCA BENCANA
Indana Zulfa1), Ismi Komariatun Nisa2) Program Pascasarjana Bimbingan dan Konseling UNY1), Program Pascasarjana Bimbingan dan Konseling UNY2)
[email protected],
[email protected] Abstrak Secara geografis Indonesia merupakan negara kepulauan yang terletak pada empat lempeng tektonik, yaitu lempeng benua asia, benua australia, lempeng samudra hindia dan samudra pasifik. Pada bagian selatan dan timur indonesia terdapat sabuk vulkanik yang memanjang dari pulau Sumatra, jawa-nusa tenggara, Sulawesi. Di bagian sisinya berupa pegunungan vulkanik dan dataran rendah yang sebagian didominasi oleh rawa-rawa. Berdasarkan kondisi tersebut Indonesia sangat berpotensi sekaligus rawan terjadinya bencana alam seperti letusan gunung berapi, gempa bumi, tsunami, banjir, dan tanah longsor. Beberapa dampak yang ditimbulkan dari bencana alam antara lain kehilangan harta banda, tempat tinggal, serta kehilangan anggota keluarga dan korban yang terkena bencana akan mengalami trauma. Kondisi seperti itu akan dapat mempengaruhi fungsi adaptif individu dengan lingkungannya. Trauma akibat bencana alam biasanya banyak terjadi pada anak-anak yang menjadi korban bencana. Upaya penanggulangan terhadap trauma pada anakanak yang menjadi korban bencana alam dapat dilakukan dengan berabagai cara. Salah satunya adalah dengan memberikan layanan konseling kelompok melalui teknik restrukturisasi kognitif yang dapat dilakukan oleh konselor. Layanan konseling kelompok melalui teknik restrukturisasi kognitif merupakan salah satu teknik yang digunakan dalam teori kognitif perilaku yang menitikberatkan pada modifikasi perilaku-perilaku yang salah. Teknik restrukturisasi kognitif merupakan suatu proses dimana konselor membantu konseli mencari pikiran-pikiran self-defeating dan mencari alternative rasional sehingga konseli dapat belajar menghadapi situasi-situasi pembangkit kecemasan. Kata Kunci: konseling kelompok, restrukturisasi kognitif, trauma pasca bencana
1.
menghindari
Pendahuluan Sebagai
manusia
tentu
dari
kondisi
yang
kita
merugikan. Kondisi yang merugikan
menginginkan kehidupan yang aman dan
salah satunya adalah terjadinya bencana
tentram,
dengan
alam
seslalu
memiliki
demikian keinginana
manusia untuk
yang tiba-tiba.
mengalami
50
kondisi
Individu yang ini
tentu
akan
PROSIDING
menerima
banyak
kerugian
Seminar Nasional “Konseling Krisis” Sabtu, 27 Agustus 2016
seperti
upaya oleh para ahli untuk membantu
kehilangan anggota keluarga, kehilangan
korban yang mengalami trauma pasca
harta benda, atau mengalami cacat secara
bencana.
fisik dll. Menurut UU no 24 Tahun
Upaya
2007b di sebutkan bahwa, bencana
mengalami
merupakan rangkaian peristiwa yang
sangatlah penting. Hal ini dimaksudkan
mengganggu
masyarakat,
agar mereka dapat kembali menjalani
yang bisa disebabakan oleh factor alam
hidup tanpa ada rasa ketakutan dan dapat
atau
sehingga
kembali bersemangat menjalani hidup
menimbulkan korban jiwa, kerusakan
terutama bagi anak-anak agar kembali
lingkungan, kerugian harta, dan dampak
bersemangat belajar dan menghilangkan
pada spikologis.
ketakutan yang ada dalam dirinya. Salah
kehidupan
factor
non
alam
membantu trauma
korban pasca
yang
bencana
Salah satu akibat yang disebabkan
satunya melalui konselin kelompok yang
dari terjadinya bencana adalah dampak
dapat dilakukan oleh pihak ahli yang
psikolois bagi korban yang mengamai
berkompeten.
secara langsung. Dampak psikologis
kelompok sebagai bagian integral dalam
yang dialami oleh korban bencana ini
pendidikan mempunyai peranan untuk
biasanya
memfasilitasi
munculnya
rasa
ketakutan.
Layanan
konseling
perkembangan
anak
Menurut Nurihsan, 2005: 82) dijelaskan
sehingga potensi yang dimilki anak dapat
bahwa
seseorang
yang
mengalami
berkembang optimal. Salah satu teknik
keadaan
takut,
merasakan
yang dapat digunakan dalam konseling
kecemasan dan kesakitan yang sangat
kelompok adalah restrukturisasi kognitif.
mendalam di sebut trauma. Seperti
Konseling dengan menggunakan teknik
halnya yang di alami oleh korban
restrukturisasi
bencana terutama anak-anak dan remaja.
mengarahkan
Kondisii yang seperti ini tentu akan
berpikir, merasa dan bertindak dengan
mempengaruhi fungsi adaptif individu
menekankan
otak
dengan lingkungnnya, beberapa gejala
penganalisa,
mengambil
yang umumnya muncul akibat trauma itu
bertanya dan bertindak serta memutuskan
antara lain hilangannya semangat, rasa
kembali. Kesalahan berfikir biasanya
percaya diri, sensitive terhadap suara dll.
dapat menyebabkan pikiran irasional
tekanan,
Dengan demikian, sangat diperlukan
51
kognitif pada
akan
perbaikan
sebagai
fungsi
pusat
keputusan,
PROSIDING
Seminar Nasional “Konseling Krisis” Sabtu, 27 Agustus 2016
yang mempengaruhi perilaku menjadi
melupakan pengalaman buruk tersebut
negatif.
sehingga
rasa
dirasakan
olehnya.
trauma APS
2.
Pembahasan
Psychological
Society)
a.
Trauma pasca bencana
bahwa
setiap
reaksi
masih
terus
(Australian menjelaskan
orang
berbeda
Trauma merupkan keadaan yang
terhadap pengalaman traumatik, namun
terjadi pada psikologis seseorang akibat
sebagian besar orang dapat pulih dari
adanya
trauma dengan bantuan keluarga dan
pengalaman
traumatik
yang
dialami seseorang. Pengalaman traumatic merupakan
kejadian
yang
di
teman-temannya.
alami
Trauma psikologis merupakan suatu
seseorang yang menyebabkan rasa takut,
kejadian yang dakibatkan dari peristiwa
tidak berdaya dan merasa terancam.
traumatic yang terjadi secara spontan dan
Menurut Robinson Lawrence dan Jeanne
mengancam bahaya fisik ataupun psikis
(2014) untuk menentukan suatu kejadian
yang dapat mengancam rasa aman, rasa
merupakan pengalaman traumatik adalah
mampu,
hal yang bersifat subjektif.
mengalaminya.Trauma psikologis salah
Menurut Jealinne, Segal, Dumke
dan
harga
diri
bagi
yang
satunya dapat disebabkan oleh terjadinya
(2005), pada dasarnya, trauma memiliki
bencana alam.
tiga ciri. (1) merupakan hal yang tidak
Gejala-gejala trauma psikologis menurut
diperkirakan, maksudnya seseorang yang
Jaffe dkk (2005) yaitu:
mengalaminya tidak melakukan hal-hal
1. Fisik
pencegahan terhadap hal tersebut. (2)
meliputi:
gangguan
makan,
gangguan tidur, energy yang rendah
bukanlah hal yang sudah ditentukan
2. Emosional
sebelumnya bahwa hal tersebut dapat
kecemasan,
mengakibatkan trauma. (3) merupakan hal
mudah marah
yang tidak dapat diramalkan, maksudnya
3. Kognitif
meliputi: panic,
depresi,
merasa
meliputi:
takut,
penurunan
tidak ada yang tahu bagaimana seseorang
kemampuan untuk berkonsentrasi dan
dapat memberikan reaksi tertentu pada
merasa terganggu.
kejadian
tersebut.
Menurut
APA
Menurut
Herman
(1992)
(American Psychological Association),
menjelaskan bahwa pemulihan trauma
sebagian orang yang pernah mengalami
tidak berarti pembebasan penuh terhadap
pengalamaan traumatik, sangat sulit untuk
gejala trauma psikologis yang dimilikinya,
52
PROSIDING
Seminar Nasional “Konseling Krisis” Sabtu, 27 Agustus 2016
melainkan mampu hidup dengan baik di
adalah
masa sekarang tanpa adanya pengaruh
mengeksplorasi cerita dan berkabung
perasaan di masa lalu yang menganggu.
terkait dengan trauma yang dialaminya.
Proses pemulihan trauma yang baik
Individu
adalah yang dilakukan secara bertahap
pengalaman traumatiknya secara detail.
dan berkala. Terdapat tiga tahapan dalam
Individu akan menjadi sangat emosional
proses pemulihan trauma, antara lain:
ketika harus mengingat dan menceritakan
1.
tentang peristiwa traumatis, apalagi ketika
Keamanan dan stabilisasi Orang
mengalami
dimana
diminta
untuk
individu
menceritakan
trauma
harus menceritakan tentang kerugian yang
bahwa
dialami yang diakibatkan oleh peristiwa
dirinnya tidak aman juga terjadi gangguan
traumatis tersebut. Tahap ini menyediakan
pada hubungannya dengan orang lain.
ruang bagi individu untuk berduka dan
Dalam tahap itu, individu perlu mencari
mengekspresikan
tahu bidang kehidupan apa yang perlu
tujuannya agar individu mampu mendapat
distabilkan dan bagaimana cara bergerak
ketabahan
untuk memulihkannya. Mereka memiliki
menimpanya.
emosi yang tidak stabil, terutama saat
individu mampu menceritakan kembali
berhadapan
yang
kejadian traumatis yang menimpanya
membangkitkan ingatan tentang trauma.
dengan tenang dan tanpa emosi yang
Tujuan dari tahap ini adalah agar individu
berlebihan.
mampu untuk mengontrol dirinya apabila
3.
psikologis
yang
saat
cenderung
dengan
merasa
stimulus
gejala trauma psikologis muncul pada
perasaan
atas
mereka,
peristiwa
Setelah
itu,
yang
diharapkan
Menghubungkan
dan
mengintegrasikan
dirinya, setidaknya dapat mengurangi
Pada tahap ini,individu sudah dapat
durasi dan frekuensi timbulnya gejala
mengakui dan menerima dampak dari
trauma psikologis.
peristiwa
traumatis
2.
Individu
harus
Mengingat dan berduka Tahap
ini
disebut
juga
tahap
yang
dapat
dialaminya. menciptakan
perasaan baru dan juga harus mampu
mengolah trauma. Proses ini biasanya
merancang
dilakukan oleh terapis atau konselor baik
Melalui proses ini, harapannya trauma
secara
terapi
depan
yang
baru.
atau
terapi
dapat terintegrasikan dalam kehidupan
ini,
tidak
individu namun tidak sebagai pengatur
membutuhkan banyak waktu. Tahap ini
hidup mereka. Dalam tahap ini, individu
kelompok.
individu
masa
Pada
tahap
53
PROSIDING
Seminar Nasional “Konseling Krisis” Sabtu, 27 Agustus 2016
diharapkan dapat mendapatkan makna
dengan beragai teknik. Salah satunya
hidup yang baru dan mampu menerima
melalui teknik restrukturisasi kognitif.
keadaannya saat itu. Mereka sudah siap
Restrukturisasi cognitif merupakan
mengambil langkah-langkah konkret dan
salah satu teknik yang digunakan dalam
menuju pemberdayaan diri mereka. Pada
teori
beberapa kasus, banyak orang yang telah
menitikberatkan pada modifikasi pikiran-
mengalami
dapat
pikiran yang salah. Menurut Navid, J.S,
mengembangkan dirinya dari sebelumnya.
Rathus, S. A., Greene, B. Psikologi
Banyak
mampu
abnormal (2005) Teknik restrukturisasi
memberikan motivasi pada orang lain
kognitif merupakan suatu proses di mana
dengan
konselor
trauma
individu
lebih
yang
menceritakan
pengalaman
kognitif
perilaku
membantu
konseli
yang
mencari
traumatisnya. Keadaan ini juga mampu
pikiran-pikiran self-defiting dan mencari
membuat
alternative rasional sehingga remaja dapat
individu
semakin
dapat
menerima keadaan dirinya.
belajar
b. Konseling kelompok restrukturisasi kognitif Gazda
(dalam
menghadapi
situasi-situasi
pembangkit kecemasan.
teknik
Teknik restrukturisasi kognitif ini dan
telah digunakan dalam berbagai penelitian
Hariastuti, 2007) menyebutkan bahwa
pada siswa yang mengalami kecemasan
konseling kelompok diartikan sebagai
dan kepercayaan diri yang rendah. Tujuan
suatu proses interpersonal yang dinamis
rstrukturisasi
yang memusatkan pada kesadaran berpikir
membangun pola piker yang lebih adaptif.
dan tingkah laku, serta melibatkan fungsi-
Meurut
fungsi terapi yang dimungkinkan, serta
restrukturisasi kognitif membantu konseli
berorientasi pada kenyataan-kenyataan,
untuk belajar secara berbeda, untuk
membersihkan jiwa, saling percaya dan
mengubah pemikiran yang salah dan
mempercayai pemeliharaan, pengertian,
menggantinya dengan pemikiran yang
penerimaan dan bantuan. Fungsi-fungsi
lebih
dari terapi itu diciptakan dan dipelihara
Beberapa permasalahan dengan teknik
dalam wadah kelompok kecil melalui
restrukturisasi kognitif (dalam Cormier:
sumbangan (saling berbagi) dari tiap
1990: 403) sebagai berikut:
anggota
konselor.
1.
Gangguan kecemasan
Konseling kelompok dapat dilakukan
2.
Perilaku asertif
kelompok
Nursalim
dan
54
kognitif
Connolly
rasional,
sendiri
(solihat,
realistis,
dan
adalah
2012:55)
positif.
PROSIDING
Seminar Nasional “Konseling Krisis” Sabtu, 27 Agustus 2016
3.
Gangguan panik
perlakuan dalam konseling, dan mencatat
4.
Depresi, dan
pikiran-pikiran negative dalam format
5.
Meningkatkan harga diri yang rendah.
Thought Record sebagai berikut:
Tahapan
restrukturisasi
kognitif
Thought Record
menurut Dobson (2009: 117) adalah
Situasi
sebagai berikut: 1.
Pikiran yang muncul
Asessmen dan diagnosa Tahap
ini
bertujuan
untuk
Emosi (diberi tingkat intensitas 100)
Tindakan yang dilakukan
memperoleh data tentang kondisi konseli yang akan ditangani serta mengantisipasi
4.
kemungkinan kesalahan penanganan pada
Pada
dilakukan dalam tahap ini, yaitu (1) alat
ukur
pikiran-pikiran yang berkaitan dengan pola respon yang kuat, (b) menemukan
akhir.
pikiran-pikiran
Mengidentifikasi pikiran negatif
memiliki tingkatan keyakinan yang tinggi
memberitahukan
(d)
secara langsung kepada konselor. Pada
introspeksi
atau
dan
3 pertanyaan yang dapat digunakan, yaitu: (a) apa bukti dari pikiran-pikiran negative anda? (b) apa saja alternative pikiran untuk memikirkan situasi-situasi yang
Pada tahap ketiga, konseli dapat
anda temui? (c) apa saja pengaruh dari
menuliskan tugas-tugas pekerjaan rumah, berhubungan
yang
pikiran negative konseli secara umum ada
merefleksikan
Memonitor pikiran-pikiran melalui Thought Record
yang
pikiran-pikiran
Pada awal mengintervensi pikiran-
melakukan
pengalaman yag sudah dilalui.
hal-hal
menmukan
berulang.
tahap ini konseli didorong untuk kembali pengalaman
yang
kuat (c) menemukan pikiran-pikiran yang
menyadari disfungsi pikiran-pikiran yang
pada
negative
berhubungan dengan reaksi emosi yang
Konselor membantu konseli untuk
dan
pikiran-pikiran
meliputi hal-hal, berikut: (a) menemukan
mengikuti proses dari tahap awal sampai
konseli
ini
pikiran negative (Dobson, 2009: 127)
konseli mampu berkomunitmen untuk
3.
tahap
thought record. Bebrapa hal mengenai
kontrak konseling dengan konseli agar
dialami
negatif
negative yang sudah terkumpul dalam
untuk
mengumpulkan informasi, (2) melakukan
2.
pikiran-pikiran
koneli menjadi pikiran yang positif
proses konseling. Ada bebraa yang harus
penyebaran
Intervensi
cara berpikir seperti itu?
dengan 55
PROSIDING
Adapun
indicator
Seminar Nasional “Konseling Krisis” Sabtu, 27 Agustus 2016
keberhasilan
teknik restrukturisasi kognitif yang dapat
menurut Nurmalasari (2011: 57) dari
dilakukan
teknik restrukturisasi kognitif yang telah
restrukturisasi kognitif merupakan suatu
dilakukan adalah :
proses dimana konselor membantu konseli
1.
Konseli
mampu
mengetahui
dan
oleh
konselor.
Teknik
mencari pikiran-pikiran self-defeating dan
memahami akan terdapatnya kondisi
mencari
kognitif
konseli dapat belajar menghadapi situasi-
yang
salah
mempersepsi
suai
dalam
situasi
yang
alternatif
rasional
sehingga
situasi pembangkit kecemasan.
dihadapinya. 2.
Konseli
mampu
merasakan
dan
Daftar Pustaka Apriyanti, Seli. 2014. Efektivitas Teknik Restrukturisasi Kognitif Untuk Kecemasan Komunikasi Pada Remaja. Perpustakaan Upi.Edu
mengetahui dampak negative dari memiliki
pikiran-pikiran
negative
terhadap permasalahan yang dihadapi. 3.
Konseli
mampu
mengidentifikasi
http://natsumechan.blogspot.co.id/2014/05 /pemulihan-trauma-pascabencana.html
pkiran-pikiran negative yang dimiliki. 4.
Konseli mampu merumuskan pikiranpikiran sebagai
baru
yang
pengganti
lebih
http://rumahbelajarpsikologi.com/index.ph p/trauma.html
positif
pkiran-pikiran
Megawangi, dkk 2010. Kiat Mengatasi Trauma Anak Untuk Membangun Karakter. Indonesia. Heritage Foundation
yang negative. 5.
Konseli mampu memutuskan rencana tindakan yang berguna.
Pengantar Psikologi Klinis, Bandung: Refika Aditama 3.
Kesimpulan
Surya, M. 2003. Psikologi Konseling. Bandung: Pustaka Bani Quraisy Wiramihardja, SA.
Trauma adalah momok tersendiri pada anak-anak yang menjadi korban
Sutirna. 2013. Bimbingan Konseling: Pendidikan Formal, Nonformal, dan Informal. Yogyakarta: CV. Andi OFFSET
bencana. Trauna tersebut perlu mendapat perhatian karena akan berimbas pada banyak hal negatif jika diabaikan. Salah satunya
adalah
dengan
layanan
konseling
memberikan
kelompok
Wiramihardja, S. A. 2005. Pengantar Psikologi Abnormal, Bandung: Refika Aditama.
melalui
56