Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia
April 14
STIE Putra Perdana Indonesia `PENGARUH INVENTORY TURN OVER(ITO),TOTAL ASSETS TURN
OVER(TATO) , GROSS PROFIT ,FIRM SIZE TERHADAP PERATAAN LABA PERUSAHAAN OTOMOTIF YANG TERDAFTAR PADA BURSA EFEK INDONESIA (BEI)
Oleh: Sumaryo., S.E., M.Ak Dosen Tetap SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI PUTRA PERDANA INDONESIA
STIE Putra Perdana Indonesia ABSTRACT
This study is performed to examine the influence of inventory turn over, total aset turn over, gross profit, firm size variable toward income smoothing in the otomtif companies those are listed in Indonesian Stock Exchange (ISX). The objective of this study is efcect of depent variable variabel inventory turn over, total aset turn over, gross profit, firm size toward income smoothing in the otomotif companies that is listed in ISX over period 20112013.. The analysis technique used here is multiple regression and hypothesis test using tstatistic to examine partial regression coefficient with test T with level of significance 5%.. And The Processing data with used SPSS 20.00 . From the analysis result, it indicates that the variabel inventory turn over, total aset turn over,and, firm size toward income smoothing variable of the otomotif companies in ISX on 2011- 2013 period on the level of significance less than 5%. While it indicate that gross profit not effect toward the income smooting implementataionn in the companies those are listed in Indonesian Stock Exchange (ISX) on 2013 period on the level of significance less than 5%,
STIE Putra Perdana Indonesia Keywords: Inventory turn over, total aset turn over, gross profit, firm size. Income smoothing‘
ABSTRAK Penelitian ini dilakukan untuk menguji pengaruh variabel inventory turn over, total aset turn over, gross profit, firm size terhadap tindakan perataan laba pada perusahaan otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2013. Teknik analiss mengggunakan regresi berganda dan uji hipotesis menggunakan ststatistikl dengan uji t dengan level of significance 5%. dengan alat bantu apliksi SPSS versi 20.00 . Dari hasil analisis menunjukkan bahwa variabel variabel inventory turn over, total aset turn over dan, firm size terhadap tindakan perataan laba pada pefusahaan otomotif di BEI periode 2011-2013 pada level of significance kurang dari 5%. Sedangkan gross profit secara parsial tidak berpengruh terhadap tindakan perataan laba perusahaan otomotif di BEI periode 2011- 2013 pada level of significance kurang dari 5%. .
STIE Putra Perdana Indonesia Kata Kunci: variabel perputaran persediaan, perputaran aset total, laba kotort,ukuran perusahaan dan perataan lab
InoVasi Volume 9: April 2014
Page 394
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia
April 14
STIE Putra Perdana Indonesia A. Pendahuluan
Pertumbuhan pasar modal di Indonesia Saat ini telah berkembang pesat. Jenis Pasar modal efisien akan mendukung perkembangan ekonomi. Pasar modal sebagai salah satu sarana efektif untuk menarik dana dari public, selanjutynya disalurkan ke sektor-sektor yang lebih produktif. Berdasarkan hal tersebut, pasar modal semstinya menciptakan suatu mekanisme yang dapat menjamin kepentingan investor, seperti tersedianaya informasi yang akurat dan lengkap, sehingga investor memperoleh kondisi keadaan emiten bursa efek dari berbagai aspek, terutama aspek keuangan. Laporan keuangan merupakan kebutuhan dasar investor dan calon investor, serta informasi sebagai hasil dari kegiatan operasional perusahaan secara periodik oleh perusahaan, yang dipertanggungjawaban kepada pihak-pihak yang berkaitan.
STIE Putra Perdana Indonesia Pemakai laporan keuangan dapat dibedakan menjadi beberapa pihak yaitu manajemen, pemegang saham, pemerintah, kreditur, karyawan perusahaan, pemasok, konsumen dan masyarakat umum lainnya. Yang pada dasarnya dapat dibedakan menjadi pihak kelompok internal dan eksternal. Salah satu parameter yang digunakan untuk mengukur kinerja manajemen adalah laba. Sebagaimana yang disebutkan dalam SFAC No.1 bahwa informasi laba pada umumnya merupakan perhatian utama dalam menaksir kinerja atau pertanggung jawaban manajemen dan informasi laba membantu pemilik melakukan penaksiran atas earning power perusahaan di masa yang akan datang. Oleh karena itu, manajemen mempunyai kecenderungan untuk melakukan tindakan yang dapat membuat laporan keuangan menjadi baik.
STIE Putra Perdana Indonesia Secara umum semua bagian dari laporan keuangan yang terdiri dari laporan posisi keuangan, laba rugi, laporan laba ditahan, laporan arus kas, catatan atas laporan keuangan adalah keseluruhan laporan yang disajikan. Namun ada kecendrungan pemakai laporan keuangan hanya memperhatikan laba yang terdapat dalam laporan laba rugi. Situasi ini didasari oleh manajemen terutama dari kalangan manajer yang kinerjanya diukur berdasarkan informasi tersebut, sehingga mendorong timbulnya disfunctional behaviour (perilaku yang tidak semestinya). Manajemen laba (Earning management) adalah suatu konsep yang dilakukan perusahaan dalam mengelola lap oran keuangan supaya lap oran keuangan terlihat memiliki kualitas (quality of financial reporting) (Wildani, 2008). Oleh karena pentingnya laporan keuangan ini manajemen mempunyai kecenderungan untuk melakukan tindakan yang dapat membuat laporan keuangan menjadi lebih baik, kadang kala manajemen melakukan hal-hal yang mengubah laporan laba rugi untuk kepentingan pribadinya seperti mempertahankan jabatan atau mendapatkan bonus yang tinggi. Biasanya laba yang stabil yaitu tidak banyak fluktuasi dari suatu periode ke periode lain dinilai sebagai suatu prestasi baik. Upaya menstabilkan laba ini disebut income smoothing. Tindakan perataan laba ini menyebabkan pengungkapan informasi
STIE Putra Perdana Indonesia InoVasi Volume 9: April 2014
Page 395
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia
April 14
STIE Putra Perdana Indonesia mengenai penghasilan bersih atau laba menjadi menyesatkan, sehingga akan menyebabkan terjadinya kesalahan dalam pengambilan keputusan oleh pihakpihak yang berkepentingan dengan perusahaan yaitu khususnya pihak eksternal. Oleh karena itu Hector (1989) menjelaskan bahwa perataaan laba merupakan salah satu hal yang sering dilakukan manajeman untuk menyesatkan informasi laporan keuangan. Berdasarkan kenyataan yang ada, seringkali pengguna laporan keuangan hanya berfokus pada informasi laba tanpa memperhatikan bagaimana laba tersebut dihasilkan. Hal ini mendorong manajemen perusahaan untuk melakukan manipulasi laba. Ashari dan Wong (1994) menemukan bahwa terdapat indikasi perataan laba dan laba operasi merupakan sasaran umum yang digunakan untuk melakukan perataan. Tindakan perataan laba cenderung dilakukan oleh perusahaan yang profitabilitasnya rendah dan perusahaan dalam industri beresiko.
STIE Putra Perdana Indonesia Penyimpangan dalam pelaporan keuangan perusahaan besar menjadi awal penyebab hancurnyanya Enron Corporation pada tahun 2001. Committee of Sponsoring Organizations of the Treadway Commission (CO SO) menyebutkan bahwa sembilan dari sepuluh kasus-kasus penyebabnya CEO CFO perusahaan diduga terlibat dalam kecurangan. Penyimpangan pelaporan keuangan diartikan sebagai tindakan kesengajaan atau kelalaian, berupa tindakan atau peniadaan, yang menghasilkan laporan keuangan yang menyesattkan secara material. Kieso ,( 2010;396) Kesalahan-kesalahan dalam laporan keuangan diatas dapat terbagi kedalam dua golongan yakni kesalahan (errors) yangdidefinisikan sebagai kesalahan tidak sengaja dan ketidakwajaran (irregularieies) yang merupakan distorsi laporan keuangan yang disengaja . Dari penjelasan tersebut mengindikasikan bahwa perusahaan telah melakukan praktek manajemen laba. Hal ini berati perusahaan dipastikan berkeinginan mencapai tujuan perusahaan dengan optimal. Kondisi ini, tidak sehat. Karena manajemen sering kali menampilkan atau melaporkan kinerja keuangannya tidak sebenaryak dengan melakukan manajemen laba. Income smoothing bagian dari managemen laba, bagian dari creative accounting yaitu suatu langkah untuk memainkan angka-angka keuangan, termasuk memilih dan melakukan prinsip-prinsip akuntansi secara agresif, baik yang taat azaz ataupun melanggar prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum(PABU). Hal ini terkait prilaku manajemen / para pembuat laporan keuangan. Semakin besar ukuran perusahaan, maka semakin mendapatkan perhatian analisis, investor dann pemerintah. Kieso( 2010;260). Menjelaskan bahwa Perusahaan besar cenderung akan menghindari fluktuasi laba yang drastis, karena perusahaan nantinya akan dibebani pajak yang besar dan juga untuk menghindari permintaan kenaikan gaji dari serikat.Probilitas diduga dapat mempengaruhi perataan laba, karena variabel ini terkait langsung dengan objek perataan laba, dan jika bonus yang dibayarkan kepada pihak manajemen dikaitkan dengan laba bersih, maka manajemen mempunyai kepentingan pribadi dengan pengaruh perubahan laba akuntansi terhadap rencana kompensasi mereka (Kieso dan Weygand, 2010;261).Sebuah perusahaan dengan rasio debt to equity tinggi cenderung akan terhambat oleh perjanjian hutang (Kieso dan Weygandt, 2010;261) dan akan mengalami kesulitan dana dari piak luar. Perusahaan dengan menggunakan leverage yang tinggi membuat
STIE Putra Perdana Indonesia STIE Putra Perdana Indonesia InoVasi Volume 9: April 2014
Page 396
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia
April 14
STIE Putra Perdana Indonesia perusahaan berusaha untuk memberikan informasi laba yang lebih baik, agar para kreditur masih percaya kepada perusahaan tersebut. Semakin tinggi leverage, maka perusahaan semakin melakukan perataan laba. Karena operating leverage lebih besar meningkatkan risiko bagi para pemegang saham.
Indikator kinerja perusahaan mendapat perhatian utama dari investor karena kinerja tersebut berbasis accounting. James, Earl, dan Fred (2009 : 572) menjelaskan bahwa Perusahaan terbesar di AS pada tahun 1987 mengalami penurunan sebesar 15,4% dari total asset menjadi 7,4% dari total asset di tahun 2000, karena kesalahan manajemen dalam mengelola persediaan dengan jumlah besar,akbatnya aset perusahaan terserap mencapai 40% dari total aset. Oleh sebab itu persediaan perlu dinilai dalam proses akuntansi yang benar. Selanjutnya James, Earl, dan Fred (2009 : 570) menjelaskan bahwa tujuan dari penilaian persediaan adalah untuk memberikan informasi kepada pada investor mengenai kondisi kekayaan perusahaan terakait persediaan. Pratiwi (2007) menemukan bahwa perputaran persediaan tidak berpengaruh terhadap rentabilitas ekonomis pada perusahaan barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI), dan kesimpulan yang sama juga diperoleh dari penelitian yang dilakukan oleh Josephine (2009), yakni bahwa perputaran persediaan tidak berpengaruh signifikan terhadap rentabilitas ekonomis perusahaan dagang yang terdaftar di BEI. Rentabilitas merupakan kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba. Sedangkan Belu (2007) menemukan bahwa perputaran persediaan adalah berpengaruh signifikan terhadap laba kotor dan komponennya. Menurut Nur Fadjrih Asyik dan Sulistyo (2000) dalam penelitian yang dilakukan pada 50 perusahaan manufaktur yang terdaftar pada Bursa Efek Jakarta (BEJ), Total Assets Turnover (TATO) mempunyai pengaruh yang positif dan kemampuan yang signifikan dalam memprediksi pertumbuhan laba yang akan datang. Sedangkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Harningsih, Dr. Raden Supriyanto, S.Si, M.Sc (2011) pada 50 bank umum konvensional yang terdaftar di BEI tahun 2002 – 2010 mendapatkan hasil bahwa TATO tidak berpengaruh signifikan terhadap perubahan laba. Laba kotor merupakan alat analisa keuangan bagi mangemen untuk memproyeksi laba kotor yang akan diperoleh di masa yang akan datang. Utari (2006) menguji kandungan informasi laba guna pengambilan keputusan investasi di Bursa Efek Jakarta. Hasil analisis menunjukkan bahwa laba akuntansi berpengaruh terhadap harga dan return saham, namun secara parsial memiliki pengaruh yang berbeda. Pada tingkat signifikansi di level 10% hanya laba akuntansi yang berpengaruh signifikan terhadap harga saham, bisnis. Ukuran perusahaan dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan total aktiva, pendapatan atau modal dari perusahaan tersebut. T o t a l a k t i v a d a p a t d i g u n a k a n u n t u k menunjukkan seberapakah besar kecilnya suatu perusahaan, apabila suatu perusahaan memiliki total aktiva besar maka perusahaan tersebut telah terbilang memiliki pro spek yang baik dan lebih mampu menghasilkan laba daripada perusahaan dengan total aset kecil
STIE Putra Perdana Indonesia STIE Putra Perdana Indonesia STIE Putra Perdana Indonesia Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti menggunakan variabel perputaran persediaan, perputaran aset, laba kotor, dan leverage sebagai faktor yang diduga dapat menjelaskan variasi praktek perataan laba. InoVasi Volume 9: April 2014
Page 397
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia
April 14
STIE Putra Perdana Indonesia Menurut peneliti faktor-faktor tersebut akan lebih berdampak terhadap dilaksanakannya praktek perataan laba pada suatu perusahaan Perumusan Masalah
Ketercapaian tujuan sesuai harapan , maka peneliti merumuskan masalah sebagai berikut, yaitu :Bagaimana Inventory Turn Over(ITO). Total Asset Turn Over(TATO) , Gross Profit dan firm size berpengaruh terhadap Perataaan laba Pada perusahaan Otomotif yang terdaftar pada BEI ? Tujuan Penelitian
STIE Putra Perdana Indonesia Berdasarkan identifikasi masalah di atas maka tujuan peneliti adalah sebagai berikut, yaitu : Untuk menganalisis penyebab variabel Inventory Turn Over. Total Asset Turn Over, Gross Profit dan Firm Size berpengaruh terhadap Perataaan laba pada perusahaan otomotif yang terdaftar pada BEI.
B. Metodologi penelitian
Data penelitian ini adalah data sekunder. Teknik pengambilan sampeli dengan purposive sampling method artinya pemilihan sampel peneitian dengan kriteria sampel tertentu sesuai dengan kehendak peneliti berdasarkan pertimbangan tertentu disesuaikan dengan tujuan penelitian. Adapun operasional variabel dan pengukuran variabel yaitu:… 1. William dkk (2010 : 245) Rasio Perputaran persediaan sebagai variabel bebas digunakan untuk mengukur kecepatan pergerakan persediaan dan perubahan penjualan dalam perusahaan. Perputaran persediaan dirumuskan sebagai berikut :
STIE Putra Perdana Indonesia Perputaran Persediaan HargaPokok Penjualan = Rata - rata persediaan 2. Eugene (2009 :100) menjelaskan bahawa Rasio perputaran total aset (total assets turnover) sebagai variabel bebas, diukur dengan mengukur perputaran dari seluruh aset perusahaan, rasio ini dihitung dengan cara membagi penjualan dengan total aset. Penjualan Total Aset 3. Laba kotor sebagai variable bebsas diperoleh dari hasil pengurangan penjualan dengan harga pokok penjualan. Laba kotor penjualan dapat diperoleh dari selisih hitung antara penjualan bersih perusahaan dengan harga pokok penjualan. (Budi Rahardjo, 2007 : 80) .Dengan demikian, laba kotor merupakan hasil dari pengurangan antara penjualan atau pendapatan dengan harga pokok penjualan. 4.Bringham dkk(2001:119) ukuran perushaan sebagai variable bebas(X4) dapat diukur dari total penjualan. Rasio Perputaran Total Aset =
STIE Putra Perdana Indonesia InoVasi Volume 9: April 2014
Page 398
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia
April 14
STIE Putra Perdana Indonesia 5.Tindakan pertaan laba sebagai variabel terikat, diukur dengan index eckel (1981) menggunakan Coefficien Variation (CV) variabel penghasilan/laba bersih dan variabel penjualan bersih IPL
CV I CV S
Ket: CV = kefisien variasi dari variabel ∆I= Perubahan laba pada suatu periede
∆s= Perubahan penjulan pada suatu periede Pengujian hipotesis menggunakan Analisis Regresi Berganda dengan menggunakan analisis Uji Statistic T yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen dengan taraf signifikan 0,05.
STIE Putra Perdana Indonesia Kerangka pemikiran teoritis Inventory turn over(X1)
erLaba Total Asset Turn Over (X2)
Perataan laba Gross Profit (X3)
STIE Putra Perdana Indonesia Firm Size (X4)
Gambar 1.
Kerangka pemikiran teoritis
C. Tinjauan Pustaka
William dkk (2010 : 245) Rasio Perputaran persediaan digunakan untuk mengukur kecepatan pergerakan persediaan dan perubahan penjualan dalam perusahaan. Perputaran persediaan dirumuskan sebagai berikut :
Perputaran Persediaan =
HargaPokok Penjualan Rata - rata persediaan
Sedangkan menurut James, dkk (2009 : 615-616), menjelaskan bahwa perhitungan analisis Inventory Turn Over adalah untuk mengukur berapa kali dana dalam persediaan berputar selama satu tahun.
STIE Putra Perdana Indonesia ITO =
Harga Pokok Penjualan Persediaan Rata – rata
InoVasi Volume 9: April 2014
Page 399
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia
April 14
STIE Putra Perdana Indonesia Selain itu, James dkk ((2009 : 616) menjelaskan bahwa jumlah hari yanh dibutuhkan dalam penjualan dalam persediaan(the number of days sales in inventory), dapat digunakan untuk menghitung perputaran persediaan. Perhitunganya dengan cara membagi persediaan rata – rata dengan harga pokok penjualan per hari atau dapat juga dengan membagi jumlah hari dalam satu tahun dengan tingkat perputaran persediaan. Semakin tinggi angka perputaran persediaannya berarti semakin cepat perusahaan menggunakan persediaannya. Penjelasan ini berbeda dengan Eugene (2009 : 97) yang menjelaskan bahwa rasio perputaran persediaan merupakan hasil bagi antara penjualan dengan persediaan dan dirumuskan sebagai berikut :nya
STIE Putra Perdana Indonesia Rasio Perputaran Penjualan = Persediaan Persediaan James M. Reeve dan Carl S. Warren, et. Al., (2008 : 738) menyebutkan bahwa : “The relationship between the volume of goods (merchandise) sold and inventory may be stated as inventory turnover. It is computed by deviding the cost of goods slod by the average inventory.”
Pendapat tersebut sejalan dengan pendapat yang diberikan oleh Budi Raharjo (2007 : 124) yang menjelaskan bahwa perputaran persediaan (inventory turnover) adalah perbandingan antara jumlah penjualan dengan rata – rata jumlah persediaan selama satu tahun. PSAK 14 (revisi 2011) menjelaskan bahwa persediaan adalah aktiva yang tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha normal, dalam proses produksi dan atau dalam perjalanan, atau dalam bentuk bahan atau perlengkapan untuk digunakan dalam proses produksi atau pemberian jasa. Dengan demikian perputaran persediaan merupakan hubungan atau perbandingan antara harga pokok penjualan dengan rata – rata penjualan. Eugene (2009 :100) menjelaskan bahawa Rasio perputaran total aset (total assets turnover)dengan mengukur perputaran dari seluruh aset perusahaan, rasio ini dihitung dengan cara membagi penjualan dengan total aset.”
STIE Putra Perdana Indonesia Rasio Perputaran Total Aset Penjualan = Total Aset Fr. Xaverius Sadikin (2005 : 145) total assets turn over adalah rasio yang digunakan untuk mengukur business growth (pertumbuhan usaha) dengan persamaan :
Total Assets Turnover Sales = Total Assets Budi Rahardjo (2007 : 114),menjelaskan bahaa perputaran total aset (total assets turnover) dengan mebandingkan antara jumlah penjualan perusahaan dengan seluruh aset perusahaan. Oleh sebab itu total assets turnover merupakan rasio yang membandingkan Penjualan dengan Total Asset. . Semakin tinggi rasio ini t, maka semakin efektif mangemen dalam penggunaan asset tersebut. Sehingga manfaat nya dari TATO ini adalah untuk menganalisis efektifitas perusahaan dalam mengelola seluruh assetnya, sehingga dapat diketahui pertumbuhan usahanya. Hal ini sejalan Fr. Xaverius Sadikin (2005 :
STIE Putra Perdana Indonesia InoVasi Volume 9: April 2014
Page 400
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia
April 14
STIE Putra Perdana Indonesia 145) yang berpendapat bahwa Perputaran Total Aset (Total Assets Turnover) digunakan untuk mengukur business growth (pertumbuhan usaha). Laba kotor (gross profit ) adalah selisih antara pendapatan dari penjualan bersih dan harga pokok penjualan. (James dkk, 2009 : 215). James dkk.( 2008 : 251) mennjekaskan bahwa the cost of merchandise sold is subtracted from sales to arrive at gross profit. Laba kotor diperoleh dari hasil pengurangan penjualan dengan harga pokok penjualan. Laba kotor penjualan dapat diperoleh dari selisih hitung antara penjualan bersih perusahaan dengan harga pokok penjualan. (Budi Rahardjo, 2007 : 80).Dengan demikian, laba kotor merupakan hasil dari pengurangan antara penjualan atau pendapatan dengan harga pokok penjualan. Ukuran perusahaan dapat menjelaskan variasi pengungkapan dalam laporan tahunan perusahaan. Siregar dkk (2008), semakin besar ukuran perusahaan, informasi yang tersedia untuk investor dalam pengambilan keputusan sehubungan dengan investasi saham semakin banyak. Perusahaan besar cenderung akan melakukan diversifikasi usaha lebih banyak dari pada perusahaan kecil. Oleh karena itu kemungkinan kegagalan dalam menjalankan usaha atau kebangkrutan akan lebih kecil. Ukuran perusahaan sering dijadikan indicator bagi kemungkinan terjadinya kebangkrutan bagi suatu perusahaan, dimana perusahaan dalam ukuran lebih besar dipandang lebih mampu menghadapi krisis dalam menjalankan usahanya. Hadri Kusuma (2005), ada tiga teori yang secara implisit menjelaskan hubungan antara ukuran perusahaan dan tingkat keuntungan, antara lain :1) Teori teknologi, yang menekankan pada modal fisik, economies of scale, dan lingkup sebagai faktorfaktor yang menentukan besarnya ukuran perusahaan yang optimal serta pengaruhnya terhadap profitabilitas.2)Teori organisasi, menjelaskan hubungan pro fitabilitas dengan ukuran perusahaan yang dikaitkan dengan biaya transaksi organisasi, didalamnya terdapat teori critical resources.3)Teori institusional mengaitkan ukuran perusahaan dengan faktor-faktor seperti sistem perundangundangan, peraturan anti-trust, perlindungan patent, ukuran pasar dan perkembangan pasar keuangan. Semakin besar suatu perusahaan maka kecenderungan penggunaan dana eksternal juga akan semakin besar. Hal ini disebabkan karena perusahaan yang besar memiliki kebutuhan dana yang besar dan salah satu alternatif pemenuhan dana yang tersedia menggunakan pendanaan eksternal. Perusahaan yang memiliki banyak aset akan dapat meningkatkan kapasitas produksi yang berpotensi untuk menghasilkan laba lebih baik. Total asset bersih atau total aset dapat dijadikan sebagai indikator ukuran perusahaan.Bringham dkk(2001:119) ukuran perushaan dapat dikur darai penjuan. Manajemen laba (Earning management) adalah suatu konsep yang dilakukan oleh mangemen perusahaan dalam mengelola laporan keuangan agar laporan keuangan tersbut, terlihat berkualitas (quality of financial reporting) (Wildani, 2008). Oleh karena itu, laporan keuangan ini penting bagi manajemen untuk melakukan tindakan terhadap laporan keuangan menjadi lebih baik, meskipun manajemen dapat melakukan hal-hal tertentu seprti mengubah laporan laba rugi untuk kepentingan pribadinya seperti mempertahankan jabatan atau mendapatkan bonus yang tinggi. Biasanya laba
STIE Putra Perdana Indonesia STIE Putra Perdana Indonesia STIE Putra Perdana Indonesia InoVasi Volume 9: April 2014
Page 401
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia
April 14
STIE Putra Perdana Indonesia yang stabil yaitu tidak banyak fluktuasi dari suatu periode ke periode lain dinilai sebagai suatu prestasi baik. Upaya menstabilkan laba ini disebut income smoothing. Tindakan perataan laba ini, berakibat pengungkapan informasi mengenai penghasilan bersih atau laba menjadi menyesatkan, sehingga akan menyebabkan terjadinya kesalahan dalam pengambilan keputusan oleh pihakpihak yang berkepentingan dengan perusahaan yaitu khususnya pihak eksternal. Dengan demikian perataaan laba merupakan salah satu hal yang sering dilakukan manajeman untuk menyesatkan informasi laporan keuangan.,Sebagian besar pengguna laporan keuangan hanya berfokus pada informasi laba tanpa memperhatikan bagaimana laba tersebut dihasilkan. Hal ini ,mendorong manajemen perusahaan untuk melakukan manipulasi laba. Ashari dan Wong (1994) menemukan bahwa terdapat indikasi perataan laba dan laba operasi merupakan sasaran umum yang digunakan untuk melakukan perataan. Tindakan perataan laba cenderung dilakukan oleh perusahaan yang profitabilitasnya rendah dan perusahaan dalam industri beresiko. Tindakan pertaan laba diukur dengan index eckel (1981) menggunakan Coefficien Variation (CV) variabel penghasilan/laba bersih dan variabel penjualan bersih
STIE Putra Perdana Indonesia IPL
CV I CV S
Ket:
CV = kefisien variasi dari variabel ∆I= Perubahan laba pada suatu periede ∆s= Perubahan penjulan pada suatu periede
STIE Putra Perdana Indonesia Adapun CV-∆I dan CV-∆s digitung dengan rumus sebagai berikut (Eckel, 1981):
(x ) ; (n 1)
keterangan :
-∆x : Perubahan laba bersih (I) atau Penjualan (S) antara perioden dengan perioden-∆X: Rata-rata perubahan laba bersih (I) atau Penjualan (S) n : Banyaknya tahun yang diamati
D. Hasil dan pembahasan
STIE Putra Perdana Indonesia 1. Pengujian Hipotesis
Tebel 1. Hasil Uji t Coefficientsa
InoVasi Volume 9: April 2014
Page 402
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia
April 14
STIE Putra Perdana Indonesia Unstandardized Coefficients
Model
B
1 (Constant) Iventory turn Total Aset turn over i Gros Profit over Firm Size
0.74 0.233 0.058 -0.076 0.055
Std. Error
.063 0.035 0.064 .001 .002
Standardized Coefficients
T
Sig.
Beta
7.117 1.425 .143 .105
0.000 10.234 0.177 1.872 1.960
.000 0.02 0.03 .063 .004
a. Dependent Variable: Pertaan laba.
Hasil analisis regresi berganda yang diperoleh dari hasil perhitungan melalui SPSS dapat dilihat pada tabel 1 diatas. bahwa nilai konstanta sebesar 0,74, nilai koefiseens inventory turn over( b1) sebesar 0,233, nilai koefisiens total aset turn over(b2) sebesar 0,058, nilai koefisiens gross profit (b3) sebesar- 0,076, nilai koefsiens nilai Firm Size b4 sebesar 0,055, sehingga diperoleh persamaan:
STIE Putra Perdana Indonesia Y= 0,74+0,233 X1 + 0,058 X2- 0,076 X3 + 0,055 X4
Dari persamaan regresi di atas berrati bahwa arus inventory turn over ,total aset turn overi, dan firm size size bernilai positif,artinya ada hubungan linear dengan pertaaan laba.,berarti setiap kenaikan 0.01 inventory turn over ,total aset turn overi, gross profit, dan firm size size akan berakibat pelakzanaan tindakan perataan laba sebesar nilai Standardized koefisiennya kecuali gross profit.
Hipotesis 1: Inventory turn over operasi berpengaruh signifikan terhadap Perataan laba. Berdasarkan hasil pengujian arah, inventory turn over menghasilkan angka 0,233 yang menandakan adanya hubungan yang positif antara variabel inventory turn over dengan perataan laba. Ini berarti tiap kenaikan Inventory turn over operasi sebesar 1% akan mengakibatkan praktik perataan laba meningkat sebesar 0.233. Artinya, semakin besar Inventory turn over operasi
STIE Putra Perdana Indonesia perusahaan maka semakin besar pula kemungkinan dilakukannya praktik perataan laba dan demikian pula sebaliknya.
Hasil pengujian diperoleh nilai Inventory turn over sebesar 0,0233, nilai ini lebih kecil dari level of significant sebesar 5%. Sesuai dengan dasar pengambilan keputusan, maka dapat disimpulkan bahwa secara parsial Inventory turn over berpengaruh signifikan terhadap perataan laba saham Berrati H1 diterima. Hipotesis 2: total aset turn over berpengaruh positif signifikan terhadap perataan laba. Berdasarkan hasil pengujian arah, secara keseluruhan diperoleh koefisien regresi total aset turn over menunjukkan tanda positif 0,058. Berarti,
STIE Putra Perdana Indonesia kenaikan Total asset turn over sebanyak 1% akan mengakibatkan praktik perataan laba meningkat sebesar 0.058. Artinya, semakin besarTATO perusahaan maka semakin InoVasi Volume 9: April 2014
Page 403
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia
April 14
STIE Putra Perdana Indonesia besar pula kemungkinan dilakukannya praktik perataan laba . dan demikian pula
sebaliknya.
Dari Hasil pengujian diperoleh nilai sig sebesar 0,03 nilai ini lebih kecil dari level of significant sebesar 5%. Sesuai dengan dasar pengambilan keputusan, maka dapat disimpulkan bahwa total aset turn over berpengaruh positif dan signifikan terhadap abnormal return saham, berarti H2 diterima.
Hipotesis 3: Gross profit berpengaruh positif signifikan terhadap pertain laba. Berdasarkan hasil pengujian arah, secara keseluruhan diperoleh koefisien regresi Gross profit menunjukkan tanda negatif -0,096. berarti kenaikan
STIE Putra Perdana Indonesia gros profit perusahaan sebanyak 1% akan mengakibatkan praktik perataan laba turun sebesar 0.096. Artinya, semakin besar gross profit perusahaan maka semakin turun pula kemungkinan dilakukannya praktik perataan laba dan demikian pula
sebaliknya.
Dari Hasil pengujian diperoleh nilai sig sebesar 0,063, nilai ini lebih besar dari level of significant sebesar 5%. Artinya variabel g ro ss p rof it t idak berpengaruh signifikan terhadap Perataan laba,berarti Hipotesis 3 ditolak.
Hipotesis 4: Size Perusahaan berpengaruh signifikan terhadap Perataan laba. Dari Hasil dari pengujian nilai size perusahaan 0,045 berati adanya hubungan antara variabel size dengan pertaaan laba. kenaikan ukuran perusahaan sebanyak 1% akan mengakibatkan praktik perataan laba meningkat sebesar 0.045. Artinya, semakin besar size perusahaan maka semakin besar pula kemungkinan dilakukannya praktik perataan laba dan demikian pula sebaliknya.
STIE Putra Perdana Indonesia Berdasarkan hasil pengujian dengan nilai sig firm size sebesar 0,004, nilai ini lebih kecil dari level of significant sebesar 5%. artinya secara parsial size perusahaan berpengaruh signifikan terhadap perataan laba, dengan kata lain bahwa Hipotesis 4 diterima.
E. KESIMPULAN
Berdasarkan analisis hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan sebelumnya, maka simpulan penelitian ini secara parsial adalah sebagai berikut. Arus kas operasi berpengaruh positif signifikan terhadap pertaaan laba. Hipotesis pertama yang menyatakan bahwa Iventory turn over berpengaruh positif signifikan terhadap saham diterima. Simpulan ini mengindikasikan bahwa perusahaan mampu menghasilkan kas yang mencukupi secara internal dari operasi untuk membayar kewajibannya tanpa harus meminjam dari pihak luar, menunjukkan bahwa perusahaan tersebut sukses dan sering kalai mangemen peryusahaan menlakukan pertaan laba agar kenaiukan arus kas operasional stabil. Hal ini dapat menunjukkan bahwa managemen efektifitas dan efisiensi perusahaan dalam tindakan pertaaan laba. Iventory turn over berpengaruh positif signifikan terhadap pertaaan laba. Hipotesis dua yang menyatakan bahwa Iventory turn over berpengaruh positif signifikan terhadap pertaaan laba diterima. Simpulan ini mengindikasikan bahwa
STIE Putra Perdana Indonesia InoVasi Volume 9: April 2014
Page 404
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia
April 14
STIE Putra Perdana Indonesia Iventory turn overr menunjukkan managemen efektifitas dan efisiensi perusahaan dalam tindakan pertaaan laba. Informasi laba kotor berpengaruh negative signifikan terhadap perataan laba. Hipotesis empat yang menyatakan bahwa laba kotor berpengaruh positif signifikan terhadap perataan laba ditolak. Hal ini mengindikasikan bahwa laba kotor belum menunjukkan efektifitas dan efisiensi perusahaan dalam tindakan pertaaan laba. Informasi size perusahaan berpengaruh positif signifikan terhadap perataan laba. Hipotesis pat ini menjelaskan bahwa, size perusahaan berpengaruh postif terhadap perataan laba diterima. Hal ini mengindikasikan bahwa firm size menunjukkan efektifitas dan efisiensi perusahaan dalam tindakan perataan laba.
.
Saran
STIE Putra Perdana Indonesia Penelitian ini miliki kekurangan, sehingga perlu dilakukan penyempurnaan untuk penelitian yang akan datang. Maka peneliti memberikan saran sebagai berikut: Sampel penelitian yang digunakan hanya perusahaan otomotif. Sehingga tidak mencerminkan reaksi tindakan mangemen untuk melkaukan pertain laba. Penelitian di masa yang akan datang tentang income smoothing dapat dikembangkan dengan menggunakan sampel perusahaan yang lebih banyak ataupun dengan memasukan dari sektor/sub sektor lainnya (perbankan, asuransi, perdagangan dan lain-lain).
Periode penelitian tiga tahun masih terlalu singkat. Untuk peneliti selanjutnya dapat menambah periode waktu yang lebih lama agar hasil penelitian yang lebih akurat dan dapat menggambarkan keadaan secara menyeluruh perusahaan go public di indonesia
STIE Putra Perdana Indonesia Penelitian ini hanya menggunakan total sales sebagai proksi dari variabel Ukuran Perusahaan, oleh karena itu hasil penelitian ini belum mencerminkan pengaruh variabel ukuran perusahaan, Peneliti selanjutnya sebaiknya menambahkan variabel-variabel atau menggunakan indikator lain ke dalam pengujian.
STIE Putra Perdana Indonesia InoVasi Volume 9: April 2014
Page 405
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia
April 14
STIE Putra Perdana Indonesia Daftar Pustaka
Ball, R. and P. Brown. 1968. An Empirical Evaluation of Accounting Income Numbers. Journal of Accounting Research (Autumn). pp. 159-177 Bowen, R.M., et.al. 1986. Evidence on the Relationships Between Earnings and Various Measures of Cash Flow. The Accounting Review. Vol. LXI, No. 4. pp. 713-725
Brigham Eugene. 2009. Dasar dasar Manajemen Keuangan. Edisi 10. Jakarta : Salemba Empat.
STIE Putra Perdana Indonesia Cui, R. and Wu, Y. 2007. Disentangling Liquidity and Size Effects in Stock Returns: Evidence from China. Working Paper. Dastgir, Mohsen., Sajadi, H.S. and Omid, M.A. January, 2010. The Association Between Compunent Of Income Statement, Components Of Cash Fflow Statement and Stock Returns. Business Intelligence Journal. Vol. 3, No.1. Gaughan, P. A., Fuentes, H. and Bonanomi, L. 1995. Cash Flow Vs. Net Income In Commercial Litigation. Litigation Economics Digest 1(1), pp. 13-23.
Ghozali Imam, Dr. H. M. Com. Akt. 2009. Aplikasi Analisis Multivarate dengan Program SPSS. Cetakan IV. Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Gujarati, D. N. 2010. Dasar-dasar Ekonometrika. Salemba Empat, Jakarta. Habib, Ahsan. 2008. The Role of Accruals and Cash Flows in Explaining Security Returns: Evidence from New Zealand. Journal of International Accounting, Auditing and Taxation. 51-66. Harahap, S.S. 1993. Teori Akuntansi. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Hansen, Don R dan Mowen, Maryanne M., 2005. Management Accounting 7th Edition. Jakarta : Salemba Empat. Herjanto Eddy. 2007. Manajemen Operasi. Edisi ketiga. Jakarta : Grasindo.
STIE Putra Perdana Indonesia Hery. 2009. Pengaruh Laba Bersih dan Arus Kas Operasi terhadap Dividen Kas. Akuntabilitas. Vol. 9, No. 1. ISSN 1412-0240. Hohling, Nicole. 2009. Risk and Return. Working Paper. Hull, R.M. and Pinches, G.E. 1995. Firm Size and the Information Contents of Over-theCounter Common Stock Offerings. Working Paper. Ikatan Akuntan Indonesia. 2009. Penyajian Laporan Keuangan No. 1. Jakarta. Kieso, Donald, E. and Weygandt, Jerry J. 2002. Intermediate Accounting. Erlangga, Jakarta. Kusuma, H. dan Rahardjo, H.B. 2004. Kandungan Informasi Tambahan dari Laba, Modal Kerja Operasi dan Arus Kas Pada Perusahaan Manufaktur. Jurnal Bisnis dan Manajemen, Vol. 7, No. 1, Hal. 1 – 12. ISSN: 1410 – 9018. Kousenidis, D.V. 2005. Earnings-Returns Relation in Greece: Some Evidence on the Size Effect and on the Life-Cycle Hypothesis. Managerial Finance. Volume 31, Number 2. Leledakis, G., Davidson, I. and Smith, J. 2001. Does Firm Size Predict Stock Returns? Evidence from the London Stock Exchange. Working Paper. Linda dan Fazli Syam. 2005. Hubungan Laba Akuntansi, Nilai Buku, dan Total Arus Kas dengan Market Value: Studi Akuntansi Relevansi Nilai. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia. Vol. 8, No. 3: 286-309.
STIE Putra Perdana Indonesia InoVasi Volume 9: April 2014
Page 406
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia
April 14
STIE Putra Perdana Indonesia Livnat, J. and Zarowin, P. 1990. The Incremental Information Content of Cash Flows Components. Journal of Accounting and Economics. Martani, D., Mulyono. and Khairurizka, R. Jun, 2009. The Effect of Financial Ratios, Firm Size, and Cash Flow From Operating Activities in The Interim Report to The Stock Return. Chinese Business Review. ISS_1 537-1 506, USA, Vol. 8, No. 6 (Serial No.72).
Manullang Marihot, dan Sinaga Dearlina. 2005. Pengantar Manajemen Keuangan. Yogyakarta : Andi. Martani, D., Mulyono. and Khairurizka, R. Jun, 2009. The Effect of Financial Ratios, Firm Size, and Cash Flow From Operating Activities in The Interim Report to The Stock Return. Chinese Business Review. ISS_1 537-1 506, USA, Vol. 8, No. 6 (Serial No.72). Miller, M. and Rock, K. 1985. Dividend Policy Under Asymetric Information. Journal of Finance. Miswanto and Suad Husnan. 1999. The Effect of Operating Leverage, Cyclicality and Firm Size on Business Risk, Gadjah Mada International. Journal of Business. Vol. 1, No. 1, h. 29-43.
STIE Putra Perdana Indonesia Muqodim,Drs. Mba. Ak., 2005. Teori Akuntansi. Yogyakarta : Ekonisia.
Naim, A., dan J. Hartono., “The effect of Antirust Investigation on the management of Earnings: A further Emperical Test of Political Cost Hypothesis”, Kelola: Gajah Mada University Business Review 13 (1996), hal. 126-142. Media, Yogyakarta.Pratisto Arif, S. Hut, M, Sc., 2009. Statistik Menjadi
Mudah dengan SPSS 17. Jakarta : Elex Media Komputindo. Rahardjo Budi. 2007. Keuangan dan Akuntansi untuk Manajer Non Keuangan. Yogyakarta : Graha Ilmu. Reeve james M., Warren Carl S, et. Al. 2008. Priciples of Accounting Indonesia Adaptation. Jakarta : Salemba Empat. Rudianto. 2009. Pengantar Akuntansi. Jakarta : Erlangga. Sadikin Fransiscus Xaverius. 2005. Tip dan Trik Meningkatkan Efisiensi, Produktivitas, dan Profitabilitas. Yogyakarta : Andi. Stice, James D, PhD., Stice, Earl K, PhD., dan Skousen K. Fred. PhD., CPA., 2009. Intermediete Accounting. Jakarta : Salemba Empat. Siregar. 2008. “Pengaruh Corporate Social Responsibility terhadap Kinerja Perusahaan (studi empiris pada perusahaan yang tercatat di bursa efek Indonesia pada tahun 2005 dan 2006).” Simposium Nasional Akuntansi 11.
STIE Putra Perdana Indonesia Supratikno., Indriana, N. dan Jogiyanto, H. September, 2005. Pengaruh Atribut Perusahaan Terhadap Relevansi Laba dan Arus Kas. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia. Vol. 8, No. 3: 211-234.
Taylor, Bernard W., 2005. Management Science. Edisi 8. Jakarta : Salemba Empat. Triyono dan Jogiyanto, H. Januari, 2000. Hubungan Kandungan Informasi Arus Kas, Komponen Arus Kas, dan Laba Akuntansi dengan Harga dan Return Saham. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia. Vol. 3, No. 1: 54-68. Utari, R.A. 2006. Kandungan Informasi Laba dan Arus Kas Guna Pengambilan Keputusan Investasi di Bursa Efek Jakarta. Jurnal Akuntansi dan bisnis. Vol. 5, No I. Watson, J. and Peter, W. 2005. The Association Between Various Earnings and Cash Flow Measures of Firm Performance and Stock Returns: Some Australian Evidence. School of Accounting, University of Technology, Sydney.
STIE Putra Perdana Indonesia InoVasi Volume 9: April 2014
Page 407
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia
April 14
STIE Putra Perdana Indonesia Widoatmodjo, Sawidji. 2000. Cara Sehat Investasi Pen getahuan Dasar. Yayasan Mpu Ajar Artha, Jakarta.
di
Pasar
Modal:
Wildani, Amin. 2008. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Praktek Perataan L a b a ( I n c o m e S m o o t h i n g ) P a d a Perusahaan Manufaktur dan Keuangan yang Terdaftar Di BEI. Skripsi. Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Yamin Sofyan dan Kurniawan Heri. 2009. SPSS Complete – Teknik Analisis Statistik Terlengkapdengan Softwere SPSS. Jakarta : Salemba Empat. Zahra, L., Daghani, R. and Oskou, V. 2010. The Effect of Debt Financing on Cash Flows; Evidence From Tehran Stock Exchange (TSE). International Journal Of Academic Research. Vol. 2, No. 6. Part II.
STIE Putra Perdana Indonesia STIE Putra Perdana Indonesia STIE Putra Perdana Indonesia InoVasi Volume 9: April 2014
Page 408