BADAN PUSAT STATISTIK No. 21/04/Th. X, 2 April 2007
PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, HARGA PRODUSEN GABAH DAN UPAH BURUH A. PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI
1.
þ
Pada Januari 2007, Nilai Tukar Petani (NTP) tercatat 108,29 atau naik 1,78 persen dibanding NTP Desember 2006 yang mencapai 106,40. Hal ini disebabkan karena kenaikan Indeks harga yang diterima petani sebesar 3,73 persen, lebih besar dibandingkan dengan kenaikan Indeks harga yang dibayar petani sebesar 1,92 persen.
þ
Dari 23 Provinsi yang dilaporkan pada Januari 2007, 14 Provinsi mengalami kenaikan dan 9 Provinsi mengalami penurunan. Kenaikan NTP tertinggi terjadi di Provinsi Sulawesi Selatan, yaitu sebesar 9,19 persen karena harga produsen gabah kering giling naik 18,76 persen, sedangkan penurunan NTP terbesar terjadi di Provinsi Bengkulu yaitu sebesar 9,80 persen, karena harga produsen mentimun turun 44,97 persen.
þ
Pada Januari 2007, terjadi inflasi di daerah perdesaan Indonesia sebesar 1,93 persen. Inflasi perdesaan terjadi karena kenaikan indeks harga sub kelompok makanan sebesar 3,00 persen, perumahan 0,69 persen, pakaian 0,92 persen, dan sub kelompok aneka barang dan jasa naik 0,78 persen.
Nilai Tukar Petani
Nilai Tukar Petani (NTP) yang diperoleh dari perbandingan indeks harga yang diterima petani terhadap indeks harga yang dibayar petani (dalam persentase), merupakan salah satu indikator proxy untuk melihat tingkat kesejahteraan petani. NTP juga menunjukkan daya tukar (term of trade) dari produk pertanian dengan barang dan jasa yang dikonsumsi maupun untuk biaya produksi. Semakin tinggi NTP, relatif semakin sejahtera tingkat kehidupan petani. NTP berfluktuasi setiap bulannya selama periode Januari 2000-Januari 2007. Penurunan NTP umumnya terjadi ketika panen tanaman bahan makanan ataupun tanaman perkebunan rakyat, tetapi naik kembali pada waktu sesudahnya. Penurunan NTP terbesar terjadi pada Juni 2002 karena penurunan harga tanaman perkebunan rakyat. Kenaikan NTP umumnya disebabkan karena harga komoditas hasil tanaman bahan makanan ataupun hasil tanaman perkebunan rakyat naik. Meskipun demikian, fluktuasi harga komoditas konsumsi rumah tangga dan biaya produksi serta penambahan barang modal juga mempengaruhi tinggi rendahnya NTP.
Berita Resmi Statistik No. 21/04/Th. X, 2 April 2007
1
Grafik 1 NTP Nasional Januari 2000-Januari 2007 (1993=100) 125
NTP
115
105
200701
200607
200601
200507
200501
200407
200401
200307
200301
200207
200201
200107
200101
200007
200001
95
Tahun Bulan
Berdasarkan hasil pemantauan harga-harga perdesaan di 23 Provinsi di Indonesia pada Januari 2007, NTP secara nasional naik 1,78 persen dibanding NTP Desember 2006, yaitu dari 106,40 menjadi 108,29. NTP Januari 2007 naik 7,52 persen terhadap NTP Januari 2006 (year-on-year). Hal ini disebabkan kenaikan indeks harga hasil produksi pertanian relatif lebih tinggi dibandingkan kenaikan indeks harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh rumah tangga maupun untuk keperluan produksi pertanian.
2.
Indeks Harga yang Diterima Petani (IT)
Indeks Harga yang Diterima Petani (IT) menunjukkan fluktuasi harga komoditas pertanian yang dihasilkan petani. Pada Januari 2007, secara nasional indeks harga yang diterima petani (IT) naik 3,73 persen dibandingkan dengan IT Desember 2006, yaitu dari 610,56 menjadi 633,32. Subsektor Tanaman Bahan Makanan (TBM) naik 3,88 persen dan subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat (TPR) juga mengalami kenaikan sebesar 2,04 persen. Bila NTP Januari 2007 dibandingkan Desember 2006, dari keempat kelompok pada subsektor TBM tiga kelompok mengalami kenaikan, masing-masing kelompok padi naik sebesar 4,67 persen, kelompok palawija naik sebesar 3,53 persen, kelompok sayur-sayuran naik sebesar 6,39 persen, sedangkan kelompok buah-buahan turun sebesar 0,19 persen. Bila NTP Januari 2007 dibandingkan dengan Januari 2006 (year-on-year), indeks harga yang diterima petani naik 16,87 persen. Hal tersebut terutama disebabkan naiknya indeks harga komoditas tanaman padi sebesar 22,82 persen.
3.
Indeks Harga yang Dibayar Petani (IB) dan Harga Konsumen Perdesaan
Melalui indeks harga yang dibayar petani (IB) dapat dilihat fluktuasi harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh masyarakat perdesaan, khususnya petani yang merupakan bagian terbesar, serta fluktuasi harga barang dan jasa yang diperlukan untuk memproduksi hasil pertanian.
2
Berita Resmi Statistik No. 21/04/Th. X, 2 April 2007
Pada Januari 2007 secara nasional indeks harga yang dibayar petani naik 1,92 persen dibandingkan indeks Desember 2006. Indeks konsumsi rumah tangga naik 1,93 persen dan indeks biaya produksi dan penambahan barang modal pertanian naik 1,65 persen. Naiknya indeks harga konsumsi rumah tangga pada Januari 2007 dibandingkan dengan Desember 2006, juga menunjukkan terjadinya inflasi perdesaan, yang disebabkan oleh kenaikan seluruh sub kelompok konsumsi rumah tangga. Sub kelompok makanan naik sebesar 3,00 persen, perumahan naik 0,69 persen, pakaian naik 0,92 persen dan sub kelompok aneka barang dan jasa naik 0,78 persen. Pada bulan yang sama juga terjadi inflasi di daerah perkotaan sebesar 1,04 persen. Indeks biaya produksi dan penambahan barang modal pertanian Januari 2007 dibandingkan indeks Desember 2006 mengalami kenaikan masing-masing untuk sub kelompok bibit, pupuk & sewa tenaga sebesar 0,77 persen, kelompok upah naik 1,94 persen, sub kelompok lainnya naik 2,26 persen, dan sub kelompok penambahan barang modal naik 1,77 persen. Bila dibandingkan keadaan Januari 2006 (year-on-year), indeks harga yang dibayar petani mengalami kenaikan sebesar 8,69 persen. Hal tersebut disebabkan kenaikan seluruh sub kelompok konsumsi rumah tangga dan sub kelompok biaya produksi dan penambahan barang modal, terutama naiknya indeks makanan dan upah yang masing-masing mencapai 10,58 persen dan 10,47 persen. Tabel 1 Perubahan Nilai Tukar Petani Nasional Tahun 2006-2007 (1993=100) Indeks Nasional Sektor, Kelompok dan Sub Kelompok
(1) 1. Indeks Harga yg Diterima Petani
Jan (2) 541,92
Des 1) (3) 610,56
Tahun 2007 Jan 2) (4) 633,32
1.1. Tanaman Bahan Makanan
535,92
603,67
627,10
3,88
17,01
531,31 500,77 550,37 649,92
623,43 571,36 547,56 706,14
652,56 591,51 582,53 704,83
4,67 3,53 6,39 -0,19
22,82 18,12 5,84 8,45
502,38
558,61
570,01
2,04
13,46
2. Indeks Harga yg Dibayar Petani
538,09
573,86
584,86
1,92
8,69
2.1. Konsumsi Rumahtangga
517,49
554,15
564,86
1,93
9,15
518,40 526,99 490,83 518,82
556,53 565,87 532,57 543,00
573,24 569,80 537,47 547,22
3,00 0,69 0,92 0,78
10,58 8,12 9,50 5,47
594,36
628,69
639,09
1,65
7,53
513,81 708,20 307,18 377,61
534,75 767,42 319,31 396,88
538,88 782,33 326,54 403,92
0,77 1,94 2,26 1,77
4,88 10,47 6,30 6,97
100,71
106,40
108,29
1,78
7,52
1.1.1. Padi 1.1.2. Palawija 1.1.3. Sayur-sayuran 1.1.4. Buah-buahan 1.2. Tanaman Perkebunan Rakyat
2.1.1. Makanan 2.1.2. Perumahan 2.1.3. Pakaian 2.1.4. Aneka Barang dan Jasa 2.2. Biaya Produksi & Penambahan Barang Modal 2.2.1. Bibit, pupuk & sewa tenaga 2.2.2. Upah 2.2.3. Lainnya 2.2.4. Penambahan Barang Modal 3. Nilai Tukar Petani 1) 2)
Tahun 2006
Persentase Perubahan Jan 2007 Jan 2007 thd thd Des 2006 Jan 2006 (5) (6) 3,73 16,87
Angka revisi Persentase pelaporan data Provinsi Sumsel dan Sulut masih terlalu rendah.
Berita Resmi Statistik No. 21/04/Th. X, 2 April 2007
3
4.
Perbandingan Antar Provinsi
Bila dibandingkan NTP Januari 2007 terhadap NTP Desember 2006, dari 23 Provinsi yang dilaporkan, 14 Provinsi mengalami kenaikan, dan 9 Provinsi mengalami penurunan. Kenaikan tertinggi terjadi di Provinsi Sulawesi Selatan yaitu 9,19 persen karena harga produsen gabah kering giling naik 18,76 persen, sedangkan penurunan terbesar terjadi di Provinsi Bengkulu yaitu sebesar 9,80 persen karena harga produsen mentimun turun 44,97 persen. a. Perbandingan antar Provinsi di Pulau Sumatera Dari 8 Provinsi di Pulau Sumatera yang melaporkan hasil survei hingga Januari 2007, Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam mengalami kenaikan terbesar yaitu sebesar 3,19 persen, sedangkan NTP Provinsi Bengkulu mengalami penurunan terbesar yaitu 9,80 persen. b. Perbandingan antar Provinsi di Pulau Jawa Pada Januari 2007, NTP seluruh Provinsi di Pulau Jawa mengalami kenaikan masing-masing Provinsi Jawa Tengah sebesar 3,63 persen, Jawa Barat sebesar 0,73 persen, Jawa Timur sebesar 2,31 persen dan DI Yogyakarta sebesar 0,28 persen. c. Perbandingan antar Provinsi di luar Pulau Sumatera dan Jawa Dari sebelas Provinsi di luar Pulau Jawa dan Sumatera yang melaporkan hasil survei hingga Januari 2007, kenaikan NTP tertinggi terjadi di Provinsi Sulawesi Selatan yaitu 9,19 persen, sedangkan penurunan terbesar terjadi di Provinsi Kalimantan Barat yaitu 3,49 persen. Tabel 2 Ranking Nilai Tukar Petani (NTP) Desember 2006 - Januari 2007 (1993=100) PROVINSI (1) Kalimantan Barat Sulawesi Utara Sulawesi Tenggara Sumatera Selatan Bali Nusa Tenggara Timur D.I Yogyakarta Jambi Jawa Barat Lampung Sulawesi Selatan Nasional Nanggroe Aceh D Jawa Tengah Bengkulu Sulawesi Tengah Jawa Timur Kalimantan Selatan Sumatera Utara Kalimantan Tengah Riau Kalimantan Timur Sumatera Barat Nusa Tenggara Barat 1) 2)
4
Desember 2006 1) NTP Ranking
Januari 2007 2) NTP Ranking
Perubahan (%) kl(4) & kl (2)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
170,82 147,76 138,54 141,43 137,83 123,39 126,84 130,31 123,81 109,11 101,51 106,40 103,40 102,71 113,39 93,94 96,49 89,86 92,24 79,59 82,77 78,21 71,93 51,37
1 2 4 3 5 9 7 6 8 11 14
164,86 146,71 145,05 142,43 136,69 132,27 127,19 125,81 124,71 111,64 110,84 108,29 106,70 106,44 102,28 98,97 98,72 94,10 91,61 80,08 78,99 78,87 69,95 51,34
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
-3,49 -0,71 4,70 0,71 -0,82 7,20 0,28 -3,45 0,73 2,32 9,19 1,78 3,19 3,63 -9,80 5,35 2,31 4,72 -0,68 0,62 -4,57 0,85 -2,76 -0,06
12 13 10 16 15 18 17 20 19 21 22 23
Angka revisi Persentase pelaporan data Provinsi Sumsel dan Sulut masih terlalu rendah.
Berita Resmi Statistik No. 21/04/Th. X, 2 April 2007
12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23
B. PERKEMBANGAN HARGA PRODUSEN GABAH MARET 2007
þ
Berdasarkan observasi sebanyak 1103 transaksi gabah di 18 provinsi, rata-rata harga gabah di tingkat petani pada Maret 2007 dibandingkan keadaan Februari 2007 adalah sebagai berikut: untuk kualitas Gabah Kering Giling (GKG) turun sebesar 0,06 persen; Gabah Kering Panen (GKP) turun 7,01 persen; dan gabah kualitas rendah turun sebesar 5,31 persen.
þ
Rata-rata harga gabah di tingkat penggilingan untuk kualitas GKG mencapai Rp2.924,- per kg dan untuk GKP mencapai Rp2.559,- per kg, keduanya berada di atas Harga Pembelian Pemerintah (HPP). Persentase observasi harga gabah di tingkat penggilingan yang berada di bawah HPP pada bulan Maret dijumpai hanya 2 observasi (0,24 persen). Persentase observasi gabah berkualitas rendah naik, yaitu dari 15,58 persen pada Februari 2007 menjadi 25,02 persen pada Maret 2007.
þ
Harga gabah terendah di tingkat petani sebesar Rp1.500,- per kg dijumpai di Kabupaten Lamongan, Provinsi Jawa Timur dengan kualitas Rendah. Harga tertinggi sebesar Rp4.000,- per kg dijumpai di Kabupaten Pasir, Provinsi Kalimantan Timur dengan kualitas GKP.
Pada Maret 2007, survei harga produsen gabah yang masuk berasal dari 1103 observasi di 18 provinsi yaitu: N. Aceh Darussalam, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Jambi, Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Timur, Banten, Bali, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara, dan Sulawesi Selatan. Observasi dilakukan terhadap kelompok kualitas yaitu: GKG sebanyak 63 observasi (5,71 persen), GKP sebanyak 764 observasi (69,27 persen) dan gabah kualitas rendah sebanyak 276 observasi (25,02 persen). Rincian selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3 Jumlah Observasi, Harga Gabah di Tingkat Petani dan Penggilingan, dan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) menurut Kelompok Kualitas, Maret 2007
Kelompok Kualitas
Jumlah observasi (% )
(1)
(2)
GKG
63 (5,71 %)
GKP
Terendah
Tertinggi
Ratarata
(3)
(4)
(5)
Rata-rata Harga Tingkat Penggilingan (Rp/kg) (6)
2 100,00
3 500,00
2 860,99
2 924,09
2 250
674,09
29,96
(Labuhan Batu; Sumut)
(Deli Serdang; Sumut)
2 509,37
2 559,26
1 730
829,26
47,93
2 243,89
2 291,71
-
-
-
-
-
-
-
-
Harga Gabah di Tingkat Petani (Rp/kg)
764 (69,27 %)
1 600,00
4 000,00
(Ngawi; Jatim)
(Pasir; Kaltim)
Gabah Kualitas Rendah
276 (25,02 %)
1 500,00
3 250,00
(Lamongan; Jatim)
(Cianjur; Jabar)
Total
1103 (100,00)
-
-
Selisih Harga kol (6) terhadap kol (7)
Harga Pembelian Pemerintah (HPP)* (Rp/kg) (7)
(8)
(Rp/Kg)
(%) (9)
Keterangan: GKG: kadar air ≤14 % dan kadar lain ≤ 3 %. GKP: kadar air (14,01-25%) dan kadar lain (3,01-15%). Di luar kualitas: kadar air > 25 % atau kadar lain > 15%. * HPP di tingkat penggilingan berdasarkan INPRES NOMOR 13 TAHUN 2005 tgl. 10 Oktober 2005 diberlakukan mulai Januari 2006
Berita Resmi Statistik No. 21/04/Th. X, 2 April 2007
5
1.
Kasus Harga Di bawah HPP dan Kualitas Rendah
Dari 827 observasi untuk GKG dan GKP di 18 provinsi hanya dijumpai 2 observasi (0,24 persen) kasus harga gabah di tingkat penggilingan yang berada di bawah HPP, ditemukan di 2 provinsi yaitu: Sumatera Utara, dan Jawa Timur. Kasus untuk gabah kualitas rendah sebanyak 276 observasi (25,02 persen), ditemukan di 12 provinsi yaitu: N. Aceh Darussalam, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Jambi, Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Banten, Bali, Nusa Tenggara Barat, dan Sulawesi Selatan. Tabel 4 Persentase Observasi Gabah di Bawah HPP menurut Kualitas Maret 2007
2.
Kelompok Kualitas
Jumlah Observasi
(1)
Harga Di Tingkat Penggilingan (%) Di Bawah HPP
Sama Dengan HPP
(2)
(3)
(4)
GKG
63
1,59
0,0
GKP
764
0,13
0,13
Semua Kualitas
827
0,24
0,12
Kualitas Rendah
276
Harga Terendah, Tertinggi dan Rata-rata Komponen Mutu
Pada bulan Maret 2007, dari 1103 observasi diperoleh harga gabah terendah di tingkat petani sebesar Rp1.500,- per kg, dan di tingkat penggilingan sebesar Rp1.550,- per kg, dijumpai di Kecamatan Sugio, Kabupaten Lamongan, Provinsi Jawa Timur, kualitas Rendah. Harga tertinggi di tingkat petani sebesar Rp4.000,- per kg, dan di tingkat penggilingan sebesar Rp4.090,- per kg, dijumpai di Kecamatan Tanah Grogot, Kabupaten Pasir, Provinsi Kalimantan Timur, kualitas GKP. Untuk rata-rata komponen mutu yang terdiri dari kadar air dan kadar lain, yaitu: untuk kualitas GKG kadar airnya sebesar 12,81 persen dan kadar lainnya sebesar 2,56 persen, GKP kadar airnya sebesar 20,13 persen dan kadar lainnya sebesar 6,84 persen, sedangkan untuk gabah kualitas rendah kadar airnya sebesar 26,53 persen dan kadar lainnya sebesar 10,90 persen. Tabel 5 Rata-rata Komponen Mutu Kualitas Gabah yang Dijual Petani menurut Kelompok Kualitas Gabah Maret 2007
6
Rata-rata Komponen Mutu (%)
Kelompok Kualitas
Kadar Air
Kadar Lain
(1)
(2)
(3)
GKG GKP Kualitas Rendah
12,81 20,13 26,53
2,56 6,84 10,90
Berita Resmi Statistik No. 21/04/Th. X, 2 April 2007
Tabel 6 Persentase Observasi Harga Gabah di Tingkat Penggilingan di Bawah HPP dan Gabah Kualitas Rendah, Juni 2006 - Maret 2007
Di Tingkat Penggilingan (%)
Rincian
Juni
Juli
Agst.
Sept.
Okt.
Nov.
Des.
Jan.
Feb.
Mar.
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
4,60
1,95
1,22
0,14
0,35
0,00
0,00
0,00
0,00
0,24
12,38
8,72
6,35
9,45
5,81
6,12
6,44
12,48
15,58
25,02
(1) Obs. Di bawah HPP Obs. Gabah Kualitas Rendah
Tabel 7 Rata-rata Harga Gabah menurut Kualitas
Januari - Maret 2007 Tingkat Penggilingan (Rp/Kg) Kualitas
Jan.
Feb.
% Perub.
Mar.
Tingkat Petani (Rp/Kg) Jan.
Feb.
% Perub.
Mar.
kol (4) thd (3) (1)
kol (8) thd (7)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
a. G K G
2 895,70
2 909,53
2 924,09
0,50
2 849,74
2 862,85
2 860,99
- 0,06
b. G K P
2 671,09
2 750,37
2 559,26
- 6,95
2 613,27
2 698,55
2 509,37
- 7,01
c. Kualitas rendah
2 246,74
2 424,66
2 291,71
- 5,48
2 180,74
2 369,82
2 243,89
- 5,31
Rata-rata Harga (Rp/kg)
Grafik 2 Rata-rata Harga Gabah di Tingkat Penggilingan di Indonesia (April 2006 - Maret 2007) 3100 3000 2900 2800 2700 2600 2500 2400 2300 2200 2100 2000 1900 1800 1700 1600 1500 1400 1300 1200
GKG GKP Di luar Kualitas HPP GKG HPP GKP
Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar
Bulan
Berita Resmi Statistik No. 21/04/Th. X, 2 April 2007
7
C. PERKEMBANGAN UPAH BURUH
þ
Upah nominal harian buruh tani pada Januari 2007 naik sebesar 4,10 persen dibanding upah Desember 2006, yaitu dari Rp 14.118,- menjadi Rp 14.697,- per hari, dan secara riil juga mengalami kenaikan sebesar 2,03 persen*). Dibanding upah Januari 2006 (year on year) upah nominal naik 11,29 persen.
þ
Upah nominal harian buruh bangunan (tukang bukan mandor) pada Maret 2007 naik 0,18 persen dibanding upah Februari 2007, yaitu dari Rp 35.335,- menjadi Rp 35.399,- per hari, dan secara riil turun sebesar 0,06 persen*). Dibanding upah Maret 2006 (year on year), upah nominal naik 4,37 persen.
þ
Upah nominal bulanan buruh industri pada triwulan III 2006 turun sebesar 9,25 persen dibanding upah triwulan II 2006 yaitu dari Rp 1.029.243,- menjadi Rp 934.059,- per bulan, secara riil juga turun 10,29 persen*). Dibanding upah triwulan III 2005 (year on year), upah nominal turun 0,37 persen.
*) Perubahan upah riil menggambarkan perubahan daya beli dari pendapatan yang diterima buruh seperti: buruh tani, buruh informal perkotaan, buruh in dustri yaitu kelompok masyarakat berpenghasilan rendah. Semakin tinggi upah riil maka semakin tinggi daya beli upah buruh, dan sebaliknya.
1.
Perkembangan Upah Buruh Pertanian Per Hari
Secara nasional, pada Januari 2007 rata-rata upah nominal buruh tani mengalami peningkatan sebesar 4,10 persen dibanding upah Desember 2006 yaitu dari Rp 14.118,- menjadi Rp 14.697,-. Jika dibanding Januari 2006 (year on year) upah nominal tersebut mengalami kenaikan sebesar 11,29 persen. Secara riil, upah mengalami peningkatan dibanding Desember 2006 sebesar 2,03 persen. Rata-rata upah nominal buruh tani di Pulau Jawa pada Januari 2007 mengalami kenaikan sebesar 2,40 persen dibanding upah bulan sebelumnya, yaitu dari Rp 12.587,- menjadi Rp 12.889,-. Jika dibandingkan dengan rata-rata upah nominal Januari 2006 (year on year), terjadi kenaikan sebesar 9,20 persen. Secara riil, upah mengalami penurunan dibanding Desember 2006 sebesar 0,09 persen. Tabel 8 Ringkasan Upah Buruh Tani Per Hari (Rupiah) Rincian
Jenis Upah
(1) Nasional
(2) Upah Nominal Upah Riil
Jawa Luar Jawa
Tahun 2006
Tahun 2007
Januari
Desember
Januari
(3)
Persentase Perubahan Jan ’07 thd Des ‘06 (6)
Jan ’07 thd Jan ‘06 (7)
(4)
(5)
13.206 2.506
14.118 2.509
14.697 2.560
4,10 2,03
11,29 2,15
Upah Nominal Upah Riil
11.803 2.310
12.587 2.301
12.889 2.299
2,40 -0,09
9,20 -0,48
Upah Nominal
15.682
16.823
17.891
6,35
14,09
2.852
2.876
3.021
5,04
5,93
Upah Riil
Untuk Luar Pulau Jawa, rata -rata upah nominal buruh tani pada Januari 2007 naik sebesar 6,35 persen dibanding upah bulan sebelumnya yaitu dari Rp 16.823,- menjadi Rp 17.891,-. Jika dibanding Januari 2006 (year on year) terjadi kenaikan upah sebesar 14,09 persen. Secara riil, upah mengalami peningkatan dibanding Desember 2006 sebesar 5,04 persen.
8
Berita Resmi Statistik No. 21/04/Th. X, 2 April 2007
2.
Perkembangan Upah Buruh Informal Perkotaan 2.1. Upah Buruh Bangunan (konstruksi) Per Hari Secara nominal, rata-rata upah Maret 2007 dibanding Februari 2007 mengalami kenaikan sebesar 0,18 persen yaitu dari Rp 35.335,- menjadi Rp 35.399,- sedangkan dibanding Maret 2006, upah nominal naik sebesar 4,37 persen. Secara riil, upah Maret 2007 dibanding dengan Februari 2007 mengalami penurunan sebesar 0,06 persen yaitu dari Rp 9.086,- menjadi Rp 9.081,-. Jika dibanding Maret 2006, upah riil turun sebesar 2,02 persen.
2.2. Upah Buruh Potong Rambut Wanita Per Kepala Secara nominal, rata-rata upah Maret 2007 dibanding Februari 2007 mengalami peningkatan sebesar 0,05 persen, dan dibanding dengan Maret 2006, upah nominal naik sebesar 3,88 persen. Secara riil, upah Maret 2007 dibanding Februari 2007 mengalami penurunan sebesar 0,20 persen yaitu dari Rp 2.028,- menjadi Rp 2.024. Jika dibanding Maret 2006, upah riil turun sebesar 2,50 persen.
2.3. Upah Buruh Pembantu Rumah tangga Per Bulan Secara nominal, rata-rata upah Maret 2007 dibanding Februari 2007 naik sebesar 0,47 persen yaitu dari Rp 166.079,- menjadi Rp 169.875,-. Jika dibandingkan dengan upah Maret 2006, upah nominal naik sebesar 5,97 persen. Secara riil, upah Maret 2007 dibanding Februari 2007 mengalami kenaikan sebesar 0,23 persen yaitu dari Rp 43.478,- menjadi Rp 43.580,-. Jika dibanding Maret 2006, upah riil turun sebesar 0,52 persen. Tabel 9 Ringkasan Upah Buruh Informal Perkotaan Per Hari/Bulan (Rupiah) Tahun 2006 Rincian
Jenis Upah
(1)
(2)
Maret
Desember
Tahun 2007 Februari
(3)
(4)
(5)
34.689 9.069
35.335 9.086
Persentase Perubahan
Maret (6)
Mar ’07 Thd Feb ‘07 (7)
Mar ’07 Thd Des ‘06
Mar ’07 thd Mar ‘06
(8)
(9)
35.399 9.081
0,18 -0,06
2,05 0,13
4,37 -2,02
Bangunan per hari
Upah Nominal Upah Riil
33.917 9.268
Potong rambut wanita per kepala
Upah Nominal Upah Riil
7.596 2.076
7.832 2.048
7.887 2.028
7.891 2.024
0,05 -0,20
0,75 -1,17
3,88 -2,50
Pembantu Rumahtangga per bulan
Upah Nominal
160.306
165.090
169.079
169.875
0,47
2,9
5,97
Upah Riil
43.807
43.160
43.478
43.580
0,23
0,97
-0,52
3.
Perkembangan Upah Buruh Industri Per Bulan
Secara nominal, rata-rata upah buruh industri pada triwulan III 2006 turun sebesar 9,25 persen dibanding triwulan II 2006 yaitu dari Rp 1.029.243,- menjadi Rp 934.059,-. Jika dibanding triwulan III 2005, upah nominal turun sebesar 0,37 persen.
Berita Resmi Statistik No. 21/04/Th. X, 2 April 2007
9
Secara riil, upah buruh industri pada triwulan III 2006 turun sebesar 10,29 persen dibanding triwulan II 2006 yaitu dari Rp 278.777,- menjadi Rp 250.083,-. Bila dibandingkan dengan triwulan III 2005, upah riil turun sebesar 13,03 persen.
3.1. Upah Buruh Industri Rokok Per Bulan Secara nominal, rata-rata upah buruh industri rokok pada triwulan III 2006 naik sebesar 10,41 persen dibanding triwulan II 2006 yaitu dari Rp 751.360,- menjadi Rp 829.581,-. Jika dibanding triwulan III 2005, upah nominal naik sebesar 10,91 persen. Secara riil, upah buruh industri rokok pada triwulan III 2006 naik sebesar 9,14 persen dibanding triwulan II 2006 yaitu dari Rp 203.510,- menjadi Rp 222.110,-. Bila dibandingkan dengan triwulan III 2005, upah riil turun sebesar 3,18 persen.
3.2. Upah Buruh Pakaian Jadi Per Bulan Secara nominal, rata-rata upah buruh industri pakaian jadi pada triwulan III 2006 turun sebesar 7,29 persen dibanding triwulan II 2006 yaitu dari Rp 886.168,- menjadi Rp 821.577,-. Jika dibandingkan dengan triwulan III 2005, rata-rata upah nominal tersebut turun sebesar 9,84 persen. Secara riil, rata-rata upah buruh industri pakaian jadi pada triwulan III 2006 turun sebesar 8,36 persen dibanding triwulan II 2006 yaitu dari Rp 240.024,- menjadi Rp 219.967,-. Jika dibandingkan dengan triwulan III 2005, terjadi penurunan rata-rata upah riil sebesar 21,29 persen.
3.3. Upah Buruh Batu Bata, Ubin Per Bulan Secara nominal, rata-rata upah buruh batu bata, ubin pada triwulan III 2006 dibanding triwulan II 2006 turun sebesar 12,26 persen yaitu dari Rp 510.920,- menjadi Rp 448.302,-. Apabila dibandingkan dengan triwulan III 2005, upah nominal naik sebesar 14,47 persen. Secara riil, rata-rata upah buruh batu bata, ubin pada triwulan III 2006 turun sebesar 13,27 persen dibanding triwulan II 2006 yaitu dari Rp 138.386,- menjadi Rp 120.027,-. Jika dibandingkan dengan triwulan III 2005, rata-rata upah riil buruh batu bata turun sebesar 0,06 persen. Tabel 10 Ringkasan Upah Buruh Industri Per Bulan (Rupiah) Tahun 2005 Rincian
Jenis Upah
(1)
(2)
TW III
TW IV
Tahun 2006 TW II*)
TW III ’06 thd TW IV ‘05
TW III ’06 Thd TW III ‘05
(3)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
Industri (Total)
Upah Nominal Upah Riil
937.566 287.535
930.734 259.301
1.029.243 278.777
934.059 250.083
-9,25 -10,29
0,36 -3,55
-0,37 -13,03
Industri rokok
Upah Nominal Upah Riil
747.997 229.398
667.622 185.998
751.360 203.510
829.581 222.110
10,41 9,14
24,26 19,42
10,91 -3,18
Industri pakaian jadi
Upah Nominal Upah Riil
911.290 279.477
831.124 231.550
886.168 240.024
821.577 219.967
-7,29 -8,36
-1,15 -5,00
-9,84 -21,29
Industri batu Upah Nominal bata, ubin Upah Riil
391.616 120.102
422.834 117.801
510.920 138.386
448.302 120.027
-12,26 -13,27
6,02 1,89
14,47 -0,06
Catatan: *) Angka sementara
10
TW III*)
Persentase Perubahan TW III ’06 thd TW II ‘06
Berita Resmi Statistik No. 21/04/Th. X, 2 April 2007
**) Angka sangat sementara
Grafik 3 Rata-rata Upah Riil (Rp 000) Buruh Industri Rokok, Pakaian Jadi, Batu Bata, Ubin serta Total Industri 300
Rupiah (000)
250
200
150
100
50 1996
1997
1998
Industri rokok (riil)
1999
2000
2001
Industr pakaian jadi (riil)
2002
2003
Indutri batu bata, ubin (riil)
2004
2005
2006
Total Industri (riil)
Berita Resmi Statistik No. 21/04/Th. X, 2 April 2007
11