MENINGKATKAN KETEPATAN MENANGKAP BOLA DALAM PERMAINAN KASTI MELALUI METODE BERPASANGAN PADA SISWA KELAS V SDN 8 TELAGA BIRU KABUPATEN GORONTALO SAIRA N TAIB UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN DAN KEOLAHRAGAAN JURUSAN PENDIDIKAN KEOLAHRAGAAN 2013
ABSTRAK SAIRA N TAIB, NIM 831409188 , “Meningkatkan Ketepatan Menagkap bola dalam permainan kasti melalui metode berpasangan Pada siswa kelas V SDN 8 Telaga Biru Kabupaten Gorontalo” Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan ketepatan menangkap bola dalam permainan kasti melalui metode berpasangan pada siswa kelas V SDN 8 Telaga Biru Kabupaten Gorontalo. Dengan rumusan masalahnya adalah “Apakah dengan metode berpasangan dapat meningkatkan ketepatan menangkap bola dalam permainan kasti pada siswa kelas V SDN 8 Telaga Biru Kabupaten Gorontalo?” Yang menjadi hipotesis bahwa dengan metode berpasangan ketepatan menangkap bola dalam permainan kasti pada siswa kelas V SDN 8 Telaga Biru Kabupaten Gorontalo dapat ditingkatkan. Sebagai indikator kinerja, Apabila 75% kemampuan siswa dalam kategori baik dalam ketepatan menangkap bola pada permainan kasti siswa kelas V SDN 8 Telaga Biru kabupaten Gorontalo. maka penelitian ini dianggap berhasil dan selesai. Adapun dalam pengambilan data hasil peningkatan ketepatan menangkap bola dalam permainan kasti adalah lembar observasi siswa dan guru yang kemudian data itu di analisis. Hasil yang di peroleh pada observasi awal yakni : 53 dari 20 orang siswa, 1 orang atau 5% termasuk kriteria “Baik”. Pada siklus I hasil yang di peroleh yakni : 65.43 dari 20 orang siswa, 10 orang siswa atau 50% termasuk kriteria “Baik”. Pada siklus Iihasil yang di peroleh yakni : 75.15 dari 20 orang siswa, 16 orang siswa atau 80% termasuk kriteria “Baik”. Dengan demikian hipotesisnya dapat diterima. PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Penyelenggaraan Pendidikan Jasmani di Sekolah Dasar (SD) bertujuan untuk merangsang pertumbuhan dan perkembangan anak didik (siswa). Proses rangsangan itu dilakukan melalui pemanfaatan permainan olahraga sebagai medianya, seperti permainan bola. Permainan bola yang diselenggarakan di
sekolah secara umum dikelompokkan ke dalam dua kategori, yakni permainan bola besar dan bola kecil. Sedangkan di tingkat SD, permainan digolongkan ke dalam permainan tanpa bola dan dengan bola. Permainan tanpa bola ditunjukkan kepada kelas rendah (Kelas I, II dan III) dan permainan dengan bola ditunjukan kepada kelas tinggi (kelas IV, V dan VI). Permainan kasti merupakan permainan dengan menggunakan bola dan tergolong ke dalam permainan kecil. Oleh karena permainan kasti ini merupakan salah satu materi yang hanya dibelajarkan ditingkat sekolah dasar pada kelas tinggi dengan maksud mewujudkan tujuan pendidikan jasmani dan tujaun pendidikan secara umum. Dalam membelajarkan permainan kasti di sekolah dalam proses penilaian hasil belajar siswa di SD, aspek psikomotor berbobot 50%, afektif berbobot 20% dan kognitif berbobot 30%. Aspek psikomotorik berorientasi pada kebugaran jasmani, keterampilan gerak dasar dan sebagainya. Dengan demikian, pembelajaran permainan kasti di sekolah juga diarahkan pada keterampilan gerak dasar permainan kasti itu sendiri, termasuk untuk meningkatkan kebugaran jasmani siswa. Tetapi, bukan berarti aspek kognitif dan efektif diabaikan. Hanya saja, dalam penelitian yang dilakukan nanti, hanya dipusatkan pada hasil belajar siswa dari segi psikomotorik. Keterampilan gerak dasar dalam permainan kasti diantaranya adalah menangkap bola, dalam permainan ini menangkap bola perlu dikuasai. Oleh karena itu, deorang guru hendaknya dapat merencanakan dan melaksanakan pembelajaran sebaik mungkin agar siswa benar-benar mampu belajar dengan optimal. Berdasarkan hal ini, menjadi harapan setiap guru dalam membelajarkan siswa. Tetapi, ternyata ketepatan menangkap bola dalam permainan kasti pada siswa kelas V SDN 8 Telaga Biru Kabupaten Gorontalo memperlihatkan kondisi yang masih tergolong kurang. Kenyataan ini terbukti setelah dilakukan observasi awal, menunjukan dari 20 siswa yang dikenai tindakan, hanya terdapat `1 orang atau 5% yang dapat menangkap bola dengan tepat; sedangkan 19 orang atau 95% dinyatakan masih kurang. Kondisi ini, perlu dilakukan suatu tindakan penggunaan metode pembelajaran 1 yang tepat untuk memecahkan permasalahan yang dihadapi. Oleh karena itu, metode yang mungkin tepat diterapkan dalam pembelajaran permainan kasti terkait dengan aktivitas menangkap bola dalam permainan kasti ialah metode berpasangan. Melalui metode ini, setiap siswa akan memiliki pasangan. Denngan keberadaannya pasangan ini, aktivitas belajar gerak akan semakin meningkat. Lebih-lebih kalau diantara pasangan tersebut sudah ada yang agak mahir dalam menangkap bola. Selain itu, belajar berpasangan dengan berbagai variasi formasi teknik akan semakin merangsang semangat siswa untuk belajar. Jika semangat ini muncul dalam diri siswa, bukan tidak mungkin ketepatan dalam melempar tangkap bola akan meningkat. Berdasarkan kondisi ini dan identifikasi pemecahan masalah diatas, maka penulis melakukan penelitian tindak kelas yang selanjutnya akan dituangkan ke dalam bentuk skripsi dengan judul “Meningkatkan Ketepatan Menagkap bola dalam permainan kasti melalui metode berpasangan Pada siswa kelas V SDN 8 Telaga Biru Kabupaten Gorontalo”
RUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut “Apakah dengan metode berpasangan dapat meningkatkan ketepatan menangkap bola dalam permainan kasti pada siswa kelas V SDN 8 Telaga Biru Kabupaten Gorontalo?” CARA PEMECAHAN MASALAH Masalah tentang kurangnya ketepatan menangkap bola dalam permainan kasti pada siswa kelas V SDN 8 Telaga Biru Kecamatan Telaga Biru Kabupaten Gorontalo dapat ditingkatkan melalui metode berpasangan, dengan langkah pembelajaran sebagai berikut : 1) Pra Pembelajaran Pada tahap ini merupakan tahap persiapan sebelum melaksanakan pembelajaran. Hal-hal yang perlu dipersiapkan adalah penyusunan rencan pembelajaran (RPP). Dalam RPP ini telah ditetapkan metode yang akan digunakan, yaitu metode berpasangan. Selain itu, persiapan alat pembelajaran serta guru mitra. 2) Pelaksanaan Tahap ini ialah pelaksanaan pembelajaran dengan menerapkan metode berpasangan seperti yang telah direncanakan sebelumnya. Setiap kelompok berjumlah dua orang. Tugas dari anggota kelompok ialah melempar dan menangkap bola secara bergantian dengan lintasan bola seperti di bawah ini : a) Bola melambung keatas b) Bola datar
c) Bola menggelinding Ketika siswa sedang beraktivitas berdasarkan formasi di atas, guru tetap melakukan pengamatan dan koreksi terhadap kesalahan-kesalahan gerakan siswa. Di akhir pembelajaran, guru melakukan evaluasi untuk mengetahui kemajuan hasil belajar siswa. 3) Pasca Pembelajaran Tahap ini merupakan kegiatan yang dilakukan oleh guru bersama mitra setelah kegiatan pembelajaran, yakni merefleksi proses pembelajaran yang telah berlangsung. Hasil refleksi ini akan menjadi acuan untuk merencanakan perbaikan pembelajaran selanjutnya.
TUJUAN PENELITIAN Adapun tujuan dalam penelitian tindakan kelas ini ialah untuk meningkatkan ketepatan menangkap bola dalam permainan kasti melalui metode berpasangan pada siswa kelas V SDN 8 Telaga Biru Kabupaten Gorontalo. MANFAAT PENELITIAN Melalui PTK ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: a. Secara Teoritis Diaharapkan penelitian ini dapat bermanfaat bagi peningkatan hasil belajar atau memperbaiki kualitas pembelajaran. Serta merupakan sumbangan bagi ilmu pengetahuan dalam mengatasi permasalahan yang dihadapi oleh guru di kelas. b. Secara Praktis 1) Bagi Siswa, dapat meningkatkan hasil belajarnya dalam hal ini ketepatan menangkap bola serta membangkitkan motivasi dalam belajar gerak khususnya terkait dengan permainan kasti 2) bagi guru, dapat menambah wawasan terkait dalam pemilihan strategi yang tepat dalam pembelajaran penjasorkes, khususnya pada materi permainan kasti. Selain itu, mejadi pengalaman berharga atas penelitian tindakan kelas yang telah dilakukan, sehingga diharapkan nantinya dapat menjadi bahan motivasi diri untuk senantiasa melaksanakan PTK dalam rangka meningkatkan mutu pembelajaran. 3) Bagi sekolah, dapat menjadi bahan pertimbangan bagi pihak sekolah bahwa pelaksanaan PTK oleh guru sangat diperlukan. Dengan demikian, dukungan penuh terhadap guru yang melakukan PTK perlu diberikan demi kelancaran pelaksanaan PTK tersebut. Disamping itu, laporan hasil penelitian ini akan menambah referensi perpustakaan sekolah. KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN KAJIAN TEORITIS Hakekat Kemampuan Menangkap Bola Berdasarkan tinggi-rendahnya bola, menurut Srihati Waryati dkk, (1993 : 116) teknik menagkap bola dibedakan menjadi: a. Menangkap bola melambung tinggi, b. Menangkap bola mendatar (setinggi dada), c. Menangkap bola rendah, d. menangkap bola bergulir di tanah, e. Menangkap bola di samping badan, f. Menangkap bola bagi pemain penjaga belakang. Cara menangkap bola dari berbagai arah dalam permainan kasti perlu dikuasai oleh pemain, di antaranya: a. Menangkap bola rendah dari arah depan Posisi badan agak membungkuk, kedua kaki terbuka sejajar, sedangkan kedua tangan
menggantung berada di depan kaki. Pandangan lurus kedepan. Usahakan setiap tangkapan bola menggunakan kedua tangan. b. Menangkap bola datar/bergulir dari arah depan Berdiri membungkuk, menghadap datangnya arah bola, kedua tangan diturunkan ke tanah hampir menyentuh tanah untuk menangkap bola, setelah menangkap bola kedua telapak tangan, bola ditarik ke belakang dan sikap berdiri. c. Menangkap bola lambung dari arah depan Posisi badan tegak dengan kedua kaki terbuka. Pandangan lurus ke depan. Pada waktu bola datang, segera ditangkap dengan kedua tangan. Pandangan ke arah bola. Posisi kedua tangan pada waktu menangkap bola berada di depan muka agak ke atas Sedangkan posisi telapak tangan dalam menangkap bola ada 3 macam, yaitu: (a). Membentuk kantong: kedua pangkal telapak tangan dan ibu jari 7 jari-jari yang lain agak renggang. Kedua saling berdekatan, sedangkan lengan sedikit diputar ke kiri sehingga tangan kanan berada di atas, (b). Seperti cara a tersebut, namun posisi telapak tangan tidak perlu diputar ke kiri, sedangkan ibu jari benar-benar berada di atas, (c). Posisi telapak tangan seperti men-setup bola dalam permainan bola voli. Kedua telapak tangan hampir seluruhnya menghadap ke arah datangnya bola, sedangkan kedua sisi ibu jari dan kedua jari telunjuk saling berdekatan. (Moch. Dasuki, 2004: 3-4). Dalam Buku pengajaran permainan di SD (1996: 47) Sikap badan dan posisi tangan pada saat menangkap bola sangat tergantung pada datangnya bola dengan datar, parabool atau menggilinding. a) Menangkap bola datar Bola yang datangnya mendatar dan tepat di depan dada, pada saat bola tertangkap jari-jari segera ditutup dan kedua tangan ditarik ke belakang, supaya bola tidak loncat lepas kembali (muntah). Akan tetapi apabila datangnya bola mendatar itu disamping kanan atau kiri badan, maka caranya dengan salah satu atau kedua tangan dijulurkan ke samping kanan atau kiri badan.
Gambar 2. 1. Menangkap bola mendatar disamping kanan (Buku pengajaran permainan di SD, 1996: 47) b) Menangkap bola rendah Cara menangkap bola rendah sama dengan menangkap bola yang datangnya mendatar, hanya saja kedua lutut harus ditekuk agar badan merendah. Penekukan lutut disesuaikan dengan datangnya bola
Gambar 2. 2. Cara menangkap bola datar setinggi dada ( Buku pengajaran permainan di SD,1996: 47) c) Menangkap bola parabool/ melambung ke atas Sikap permulaan kaki kiri berada di depan, kedua tangan dijulurkan ke arah datang bola dengan posisi telapak tangan 3 macam.
Gambar 2. 3. Posisi telapak tangan pada saat menangkap bola melambung ( Buku pengajaran permainan di SD, 1996: 48) d) Menangkap bola menggelinding
Gambar 2. 4. Menangkap bola menyusur tanah dengan sikap berdiri ( Buku pengajaran permainan di SD, 1996: 49)
Gambar 2. 5. Menangkap Bola menyusur tanah dengan sikap berlutut dan dengan sikap berjongkok (Buku Pengajaran di SD,1996:49)
Teknik dasar lain yang harus dikuasai ketika bermain kasti adalah cara menangkap bola. Kemampuan ini bermanfaat sekali saat pemain menjadi regu penjaga agar dapat menangkap bola dengan baik. (Permainan bola dan Dasar Atletik kelas 4:5).
Gambar 2. 6. Menangkap Bola Bawah, Mendatar, dan Melambung diadaptasi : dalam Buku Permainan bola dan Dasar Atletik kelas 4 Hakikat Permainan Kasti Permainan kasti adalah salah satu permainan kecil beregu yang menggunakan bola kecil. Permainan kasti pada hakikatnya merupakan salah satu jenis permainan menggunakan bola dan tergolong ke dalam permainan yang diajarkan di tingkat SD kelas tinggi (kelas IV, V dan VI). Di dunia anak-anak, kata Van Den Berg yang dikutip oleh Rijsdorp (dalam Tamat dan Mirman, 2008 : 4.4), anak – anak bermain sepanjang hari, sepanjang masa dan seluruh pelosok dunia. Bermain adalah suatu kegiatan yang menyenangkan (Saputra, 2002:6). Permainan (game) menjadi empat kategori utama, yaitu: (1) agon, yaknik permainan yang bersifat pertandingaN, perlawanan kedua pihak dengan kesempatan yang sama untuk mencapai kemengan sehingga dibutuhkan perjuangan fisik yang keras;
(2) alea, yakni permainan yang mengandalkan hasil secara untunguntungan, atau hukum peluang seperti permainan dadu, kartu, dll, sementara keterampilan, kemampuan otot tidak diperllukan. (3) mimikri, yakni permainan fantasi yang memerlukan kebebasan dan bukan kesungguhan; dan (4) illinx, yakni mencakup permainan yang mencerminkan keinginan untuk melampiaskan kebutuhan untuk bergerak, bertualang, dan dinamis, lawan dari keadaan alam, seperti berolahraga di alam terbuka, mendaki gunung. (Cailois dalam Hasdarta, 2010 : 131). Berdasarkan kategori-kategori permainan di atas, maka permainan kasti termasuk bentuk permainan bentuk agon. Permainan kasti dilakukan secara beregu, yang dimainkan oleh dua regu, setiap regu terdiri dari 12 pemain. (Depdiknas, 2011:26-27). Permainan kasti merupakan suatu permainan bola kecil yang dimainkan oleh dua regu, yakni regu pemukul dan regu penjaga. Regu pemukul berusaha mendapatkan nilai dengan memukul bola kemudian berlari mengelilingi lapangan. Sedangkan regu penjaga berusaha menangkap bola serta mematikan regu pemukul. Regu yang banyak mengumpulkan nilai menjadi pemenangnya. (Sukrisno dkk, 2007:2) Kasti adalah permainan beregu yang dimainkan oleh dua regu, masing-masing regu terdiri dari 12 orang pemain, bagi regu yang mendapat kesempatan memukul disebut regu pemukul atau pihak pemukul, dan regu yang bertugas menjaga di lapangan (berjaga) disebut regu lapangan atau pihak lapangan. Kasti dimainkan khusus oleh anak-anak putera atau anak-anak putrid saja. (Tamat dan Mirman, 2008:4.101) Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan, permainan kasti ialah permainan yang menggunakan bola kecil yang dimainkan oleh dua regu, yakni regu pemukul dan dan regu penjaga (regu lapangan), setiap regu terdiri dari 12 orang pemain. Regu pemukul berusahan untuk memperoleh nilai dengan memukul bola dan berlari mengelilingi lapangan, sedangkan regu penjaga berusaha mematikan regu pemukul. Tujuan dari permainan ini ialah untuk mengumpulkan poin (nilai) sebanyak-banyaknya. Permainan ini dapat dimainkan oleh anak-anak putera atau anak-anak puteri dengan catatan bahwa anak-anak putera tidak boleh bercampur dengan anak-anak puteri dalam satu regu, dan sebaliknya. Permainan ini sebaiknya dimainkan sesama anak-anak putera atau sesama anak-anak puteri. Gerak dasar Dalam Permainan Kasti Adapun teknik dasar dalam permainan kasti ialah melempar bola, menangkap bola, berlari, melambung bola, dan memukul bola (Tamat dan Mirman, 2008:4.106), serta teknik mengelak (Azis, 2000:6.10). untuk lebih jelas dapat dilihat urainnya sebagai berikut : 1) Teknik Lari Dalam bermain kasti, ketika berlari kencang dan memperhatikan di mana bola berada, serta berusaha menghindarkan diri pada saat akan dimatikan. 2) Teknik Melempar
Cara melakukannya : a) Lemparan bola datar b) Lemparan bola ke atas c) Lemparan bola menggelinding 3) Teknik Menangkap Cara melakukannya : a) Menangkap bola datar b) Menangkap bola rendah c) Menangkap bola yang melambung ke atas d) Menangkap bola yang menggelinding 4) Teknik melambungkan Teknik melambung berbeda pengertiannya dengan melempar bola tinggi. Melambung bola adalah lambungan bola yang dilakukan oleh pemain yang diberi tugas sebagai pelambung kepada pemain pemukul. 5) Teknik memukul Teknik memukul dapat dilakukan dengan cara: a) Memukul bola mendatar b) Memukul bola melambung, dan c) Memukul bola rendah 6) Teknik mengelak Teknik mengelak merupakan upaya pemain regu pemukul dalam menghindari lemparan dari pemain lapangan (lawan) agar tidak terkena padanya saat ia berlari mengelilingi lapangan. Peraturan Permainan Kasti Berikut ini akan diuraikan peraturan permainan kasti dalan Depdiknas (2001:4336) sebagai berikut : 1) Waktu Lamanya permainan 2 x 20 menit atau 2 x 30 menit ditambah dengan waktu istirahat 10 mneit. 2) Pemain a. Pemain terdiri dari dua regu, masing-masing regu berjumlah 12 orang. Satu diantaranya menjadi kapten regu. Semua menggunakan nomor dada dari nomor 1 sampai dengan 12. b. Pemain dapat diganti atas persetujuan wasit bila ada alasan yang sah. Pemain pengganti 6 (enam) orang. Sedang penggantian pemain sebanyak-banyaknya 6 (enam) orang. 3) Bidang sasaran lemparan bola Pemain hanya boleh melempar lawan dari bagian pinggang sampai dengan kaki. Lemparan bola yang mengenai kepala, tangan dan bagian badan dari pinggang ke atas tidak sah, dan pelempar dikenakan sanksi berupa kartu kuning. Pemain yang melanggar sebanyak dua kali diberi kartu merah dan dikeluarkan dari lapangan dan tidak boleh diganti pemain lain. 4) Pemukul
5)
6)
7)
8.
a. Pemain berhak satu kali melaksanakan pukulan b. Pemukul terakhir apabila di ruang bebas tidak ada orang/kosong berhak melakukan pukulan tiga kali. c. Pukulan salah apabila bola yang dipukul jatuh pada garis pukul d. Pukulan salah kalau bola terpukul oleh tangan e. Pukulan salah bila bola jatu di ruang bebas f. Pukulan salah bila bola yang dipukul melambung ke luar lapangan di depan bendera tengah. g. Pukulan benar bila bola yang dipukul melampaui garis pukul dan tidak melewati garis samping sebelum bendera tengah h. Pemukul setelah pemukul bola, harus meletakam kayu pemukul dan tidak melewati garis samping sebelum bendera tengah i. Bila kayu pukul jatuh diluar, tidak mendapat nilai, kecuali apabila segera membetulkan letak kayu pemukul sebelum pemain menyentuh tiang pertolongan. Penjaga a. Mematikan lawan b. Menangkap langsung bola yang dipukul c. Membakar ruang bebas, bila dalam permainan ruang bebas kosong Pelambung a. Bola dilambungkan sesuai dengan permintaan si pemukul b. Bola yang dilambungkan tidak boleh diputar dan tidak boleh membuat gerakan pura-pura c. Bila lambungan bola dianggap salah, boleh di tolak oleh pemukul d. Apabila tiga kali lambungan dianggap salah, pemukul boleh lari bebas ke tiang bebas Pergantian tempat a. Regu pemukul kena lempar bola oleh regu penjaga b. Penjaga dapat tiga kali menangkap bola yang dipukul yang sebelumnya tidak terpantul dari tanah lapangan c. Kayu pemukul lepas dari tangan ketika memukul d. Regu penjaga dapat membakar ruang bebas yang sama sekali tidak ada pemain pemukul dimana permainan sedang berlangsung e. Pelari masuk ke ruang bebas melalui garis belakang f. Ke luar dari ruang bebas tidak untuk memukul bola dan keluar dari batas lapangan. Wasit a. Bertugas memimpin pertandingan
b. Wasit dibantu oleh tiga orang penjaga garis, yaitu untuk mengawasi garis samping kanan-kiri dan belakang serta dua orang pencatat nilai. 9. Nilai a. Pemain regu pemukul mendapat nilai 1, bila dapat memukul bola dengan benar dan dapat kembali ke ruang bebas dengan selamat. b. Pemain regu pemukul mendapat nilai 2 apabila pukulan benar dan dapat langsung kembali ke ruang bebas denga bebas c. Regu penjaga mendapat nilai 1 apabila dapat menangkap bola yang dipukul oleh pemukul d. Regu penjaga mendapat nilai 3 bila dapat menangkap langsung bola yang dipukul tiga kali berturut-turut. 10. Pemenang : Regu yang dinyatakan pemenang ialah regu yang mendapat nilai terbanyak. 11. Hakekat Metode Belajar Menurut Suryosubroto (1997: 26) Metode adalah cara yang dalam fungsinya merupakan alat untuk mencapai tujuan. Dalam proses pembelajaran metode merupakan suatu cara untuk melangsungkan proses belajar mengajar sehingga tujuan dapat dicapai. Metode juga dapat dirumuskan sebagai cara untuk menyampaikan apa yang diharapkan sehingga proses pembelajaran akan berlangsung baik sehingga mencapai hasil yang baik pula. Metode mengajar adalah cara guru memberikan pelajaran dan cara murid menerima pelajaran pada waktu pelajaran berlangsung, baik dalam bentuk memberitahukan atau membangkitkan. (Abu Ahmad,1986 : 152). Metode pembelajaran yang tepat diharapkan tumbuh berbagai kegiatan belajar siswa, dengan kata lain terciptalah interaksi pembelajaran yang baik antara guru dengan siswa. Dalam interaksi ini guru berperan sebagai penggerak atau pembimbing, sedangkan siswa berperan sebagai penerima atau yang dibimbing. Proses interaksi ini akan berjalan dengan baik jika siswa lebih aktif dibandingkan dengan gurunya. Oleh karena itu metode mengajar yang baik adalah metode yang dapat menumbuhkan kegiatan belajar siswa dan sesuai dengan materi pembelajaran. (Abu Ahmad,1986 : 125). Metode adalah suatu jalan yang dilalui dalaqm pembelajaran untuk mencapai suatu tujuan. (M.Arifin, 1993:61). Menurut Suryosubroto, (1997:26) mengatakan bahwa metode adalah cara dalam merupakan alat untuk mencapai tujuan. Mappa dan Anisa, (1994:40) menjelaskan bahwa metode dan teknik pembelajaran memegang peranan penting dalam penyusunan strategi dan pelaksanaan kegiatan belajar mengajar. Metode mengajar adalah merupakan cara yang digunakan guru dalam membelajarkan siswa agar terjadi interaksi dan proses belajar yang efektif dalam pembelajaran. (Anitah dkk, 2007:5.17). Penggunaan metode mengajar dalam pembelajaran ditinjau dari segi prosesnya memiliki fungsi-fungsi sebagai berikut : a. Sebagai alat atau cara untuk mencapai pembelajaran,
b. Sebagai gambaran aktifitas ysng hsrus ditempuh oleh siswa dan guru dalam kegiatan pembelajaran, c. Sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan alat penilaian pembelajaran, d. Sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan alat penilaian pembelajaran, e. sebagai bahan pertimbangan untuk menentukan bimbingan dalam kegiatan pembelajaran, apakah dalam kegiatan pembelajaran tersebut perlu diberikan bimbingan secara individu atau kelompok. . (Winataputra dkk, 2005:4.4). Dari uraian definisi metode mengajar, dapat disimpulkan bahwa metode mengajar adalah suatu cara mengajar siswa melakukan kegiatan-kegiatan latihan, agar siswa memiliki ketangkasan atau ketrampilan yang lebih tinggi dari apa yang dipelajari. HIPOTESIS TINDAKAN Berdasarkan kajian teoritis di atas, maka hipotesis dalam penelitian ini ialah dengan metode berpasangan diterapkan dalam pembelajaran, maka ketepatan dalam menangkap bola pada permainan kasti siswa kelas V SDN 8 Telaga Biru Kabupaten Gorontalo dapat meningkat. INDIKATOR KINERJA Apabila 75% kemampuan siswa dalam kategori baik dalam ketepatan menangkap bola pada permainan kasti siswa kelas V SDN 8 Telaga Biru kabupaten Gorontalo. maka penelitian ini dianggap berhasil dan selesai. METODE PENELITIAN SETTING DAN KARAKTERISTIK SUBJEK PENELITIAN Setting Penelitian Penelitian tindakan kelas ini diadakan di SDN 8 Telaga Biru Kabupaten Gorontalo. Karakteristik Subjek Penelitian Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan pada siswa kelas V berjumlah 20 siswa yang terdiri 9 orang laki-laki dan 11 orang perempuan. Setiap siswa memiliki karakteristik yang berbeda-beda, baik dari segi ekonomi, status sosial, maupun kondisi fisik dan psikis. VARIABEL PENELITIAN Input Berupa kegiatan pra pembelajaran, yakni mempersiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang didalamnya diuraikan kompetensi yang hendak dicapai, mulai dari standar kompetensi sampai pada prosedur pelaksanaan evaluasi. Proses Yakni pelaksanaan kegitan pembelajaran dengan menerapkan metode bermain dalam meningkatkan kemampuan menangkap bola pada permainan kasti siswa kelas V SDN 8 Telaga Biru Kabupaten Gorontalo.
Output Peningkatan hasil belajar kemampuan menangkap bola pada permainan kasti siswa kelas V SDN 8 Telaga Biru Kabupaten Gorontalo. LANGKAH – LANGKAH PENELITIAN Perencanaan Adapun kegiatan yang dilakukan dalam tahap ini adalah sebagai berikut : 1. Melaporkan surat tugas meneliti yang diterbitkan oleh perguruan tinggi tempat studi peneliti, sekaligus meminta izin untuk melaksanakan penelitian kepada Kepala Sekolah dan mengkonsultasikan tentang guru yang akan menjadi mitra kerja. 2. Menyusun indikator sebagai sasaran yang hendak ingin dicapai sesuai dengan permasalahan yang diangkat oleh peneliti. 3. Menetapkan pokok dan sub pokok bahasan. 4. Menyusun skenario pembelajaran dengan metode yang ditetapkan serta mempertimbangkan hal-hal yang mungkin terjadi selama proses pembelajaran berlangsung 5. Membuat lembar observasi untuk melihat tentang kondisi pembelajaran ketika metode berpasangan ditetapkan. 6. Merancang alat evaluasi untuk melihat sejauh mana peningkatan hasil belajar siswa. Pelaksanaan Tindakan Kegiatan yang dilaksanakan pada tahap ini adalah melaksanakan skenario pembelajaran yang telah direncanakan Observasi dan Evaluais Adapun pedoman dalam melaksanakan pemantauan dan evaluasi adalah : Adapun cara pengambilannya sebagai berikut : 1) Data hasil belajar (ketepatan lempar tangkap bola) diambil dengan memberikan tes unjuk kerja kepada siswa dengan menggunakan lembar observasi 2) Data tentang situasi pembelajarann pada saat dilaksanakan tindakan, diambil dengan menggunakan lembar observasi. 3) Analisis dan Refleksi Hasil yang didapatkan dalam observasi dan evaluasi dikumpul dan dianalisis. Analisis data ini untuk mengetahui hasil belajar siswa dan situasi pembelajaran. Untuk hasil belajar siswa digunakan untuk mereefleksi diri yang kemudian Hasil dari refleksi ini akan digunakan sebagai acuan untuk merencanakan siklus beriikutnya. DESKRIPSI HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN DESKRIPSI HASIL PENILAIAN Penelitian tindakan kelas (PTK) yang dilaksanakan pada siswa kelas V SDN 8 Telaga Biru Kabupaten Gorontalo dengan jumlah siswa 20 orang yang terdiri dari 9 orang laki-laki dan 11 orang perempuan. Penelitian ini bertujuan untuk
meningkatkan hasil belajar menangkap bola pada permainan kasti melalui metode berpasangan. Penelitian ini berlangsung dalam tahapan siklus yang didahului dengan pengambilan data awal melalui observasi yang dilaksanakan pada hari rabu 8 Mei, pelaksanaan siklus I dimulai pada hari sabtu 11 Mei dan siklus II dimulai pada hari selasa 28 Mei. Siklus I dilaksanakan menjadi tiga kali pemberian tindakan, satu kali evaluasi dan siklus II dilaksanakan dua kali pemberian tindakan, satu kali evaluasi, untuk jadwal lengkapnya dapat dilihat pada lampiran 1. PEMBAHASAN Proses pembelajaran dengan menggunakan metode berpasangan berhasil diawali dengan penjelasan guru mengenai teknik dasar menangkap bola yang baik dan benar dengan memperhatikan indikator capaian keberhasilan sebagai berikut : Menangkap Bola Melambung : 1. Sikap siap menangkap bola (Posisi badan tegak dengan kedua kaki di buka, pandangan lurus kedepan) 2. Pelaksanaan Gerakan (Pada saat bola datang segera ditangkap dengan kedua tangan) Menangkap Bola Mendatar : 1. Sikap siap menangkap (Berdiri dengan badan sedikit membungkuk, menghadap datangnya arah bola, kedua tangan diturunkan hampir menyentuh tanah) 2. Gerak Lanjutan (Setelah menangkap bola dengan kedua telapak tangan, bola ditarik kebelakang dan sikap berdiri) Menangkap Bola Rendah : 1. Sikap siap menangkap (Posisi badan agak membungkuk,kedua kaki terbuka sejajar dan kedua tangan menggantung berada di depan kaki,pandangan lurus kedepan) 2. Pelaksanaan Gerakan (Menangkap bola dengan kedua tangan) Guru memberikan contoh gerakan, siswa diminta untuk memperhatikan secara teliti. Karena setelah guru memberikan contoh dalam melakukan teknik dasar menangkap bola, siswa diberikan tugas gerakan untuk mempraktekkan menangkap bola dengan baik dan benar. Metode pembelajaran yang telah digunakan dalam penelitian ini adalah metode berpasangan. Meskipun kemampuan siswa dalam melakukan teknik dasar menangkap bola dapat ditingkatkan akan tetapi masih perlu pengembangan lebih lanjut hal ini disebabkan oleh pembelajaran masih perlu pembenahan lebih baik lagi. Yang perlu diperhatikan dalam menerapkan metode berpasangan adalah tindakan yang dilakukan oleh guru harus disertai dengan penjelasan dan peragaan gerakan yang berkesinambungan. Sesuai dengan yang direncanakan pada tahap sebelumnya dan pengamatan guru harus dipertajam terhadap tugas gerak yang sedang dilakukan oleh siswa Dari data observasi awal hasil yang diperoleh menunjukan bahwa dari 20 orang siswa yang di observasi, sebanyak 4 orang siswa atau 20% termasuk kategori
“Kurang Sekali” dengan klasifikasi nilai (0 – 39), 7 orang siswa atau 35% termasuk kategori “Kurang” dengan klasifikasi nilai (40 – 59), 8 orang siswa atau 40% termasuk kategori “Cukup” dengan klasifikasi nilai (60 – 69), dan 1 orang siswa atau 5% termasuk kategori “Baik” dengan klasifikasi nilai (70 – 89). Jumlah ini masih rendah jika dibandingkan dengan kriteria keberhasilan tingkatan yang telah ditetapkan. Kemudian pada siklus I hasil yang diperoleh menunjukan bahwa dari 20 orang siswa, diketahui sebanyak 5 orang atau 25% termasuk kategori “Kurang” (Klasifikasi nilai 40 – 59), 5 orang siswa atau 25% termasuk kategori “Cukup” (Klasifikasi nilai 60 – 69) dan 10 orang siswa atau 50% termasuk kategori “Baik” (Klasifikasi nilai 70 – 89).. Hasil dari siklus I ini nampak peningkatan kemampuan siswa dalam melakukan teknik dasar menangkap bola, akan tetapi peningkatan ini belum memenuhi indikator kinerja yakni 75% sehingga disempurnakan di siklus II. Pada tahap siklus II berdasarkan pengamatan kegiatan siswa yang dilakukan dari 20 orang siswa sebanyak 4 orang siswa atau 20% termasuk kategori “Cukup” (klasifikasi nilai 60 – 69) dan 16 orang atau 80% termasuk kategori “Baik” (klasifikasi nilai 70 – 89) dalam melakukan teknik dasar menangkap bola mengalami peningkatan yang sudah mencapai hasil ketentuan belajar yang ditetapkan atau kriteria ketuntasan minimal (KKM) yakni 70 dan sudah memenuhi indikator kinerja yakni sebesar 75%. Berdasarkan hasil penelitian tindakan yang diberikan pada siklus I kemampuan siswa melakukan teknik dasar menangkap bola pada permainan kasti dapat meningkat 12.43, dari kemampuan awal siswa yakni 53 menjadi 65.43 hal ini tentunya belum mencapai kriteria ketuntasan minimal dan indikator kinerja. Maka tindakan dilanjutkan pada siklus II. Pada siklus II kemampuan siswa dalam melakukan teknik dasar menangkap bola meningkat sebesar 9.72 yakni dari 65.43 menjadi 75.15 dengan demikian hipotesis yang telah dilakukan dapat diterima, berdasarkan pencapaian indikator kinerja yang telah ditetapkan. PENUTUP SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan sebelumnya maka peneliti dapat menyimpulkan sebagai berikut : 1. Jika guru menggunakan metode berpasangan pada materi menangkap bola maka hasil belajar siswa dapat meningkat. Hal ini dapat dilihat pada peningkatan keterampilan siswa dari siklus I dengan nilai ratarata 65.43 dan siklus II dengan nilai rata-rata 75.15 2. Pada siklus I hasil capaian siswa meningkat 12.43 yaitu dari hasil observasi awal 53 menjadi 65.43. Hasil siklus I ini belum berhasil karena belum mencapai indikator kinerja dan dilanjutkan pada siklus II. Pada siklus II meningkat 9.72 yakni dari 65.43 menjadi 75.15 Hasil siklus II ini sudah mencapai indikator kinerja. 3. Hasil penelitian yaitu observasi awal, siklus I, siklus II mengalami peningkatan 22.15 yakni 53 menjadi 75.15
SARAN Dari hasil penelitian ternyata metode berpasangan mempunyai pengaruh yang sangat positif terhadap peningkatan kemampuan siswa dalam melakukan teknik dasar menangkap bola pada permainan kasti. Oleh karena itu guru mata pelajaran penjas orkes dapat menggunakan metode berpasangan guna untuk meningkatkan kemampuan teknik dasar menangkap bola pada permainan kasti. DAFTAR PUSTAKA Abdul Mujib, 1993. Pemikiran Pendidikan Islam . Bandung: Trigenda Karya, Abu Ahmad, 1986. Metode Khusus Pendidikan Agama. Bandung: CV. Amrico. Anita, Lie. 2007. Cooperative Learning (mempraktikan Kooperative Learning di Ruang-Ruang Kelas). Jakarta: Grasindo. Arifin M, 1993. Strategi Belajar Mengajar. Surabaya : CV. Media Wacana Azis, Syamsir. 2000. Permainan kecil di Sekolah Dasar. Jakarta: Universitas Terbuka Depdiknas. 2001. Pedoman Pengajarn Permainan di Sekolah Dasar. Jakarta: Depdiknas-Dirjaen Dikdasmen. Moch. Dasuki, 2004. Pendidikan Jasmani Kelas 4 SD & MI . Klaten: CV Sahabat. Suryosubroto, 1997. Proses Belajar Mengajar di Sekolah, Penerbit: Rineka Cipta Saputra, Yudha M. 2002. Pembelajaran Atletik di Sekolah Dasar Sebuah Pendekatan Pembinaan Gerak Dasar Melalui Permainan. (Cet. II). Jakarta: Dirjen Olahraga-Depdiknas. Sukrisno, dkk. 2007. Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan Untuk Kelas IV SD. Semarang: Erlangga. Tamat, Trisnowati dan Moekarto Mirman. 2008. Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan. (Cet. XIX). Jakarta : Universitas Terbuka. Thaha, Tjatjo. 2003. Bimbingan & Konseling dan Belajar & Pembelajaran Di Perguruan Tinggi. Palu: Untad Press,. Waryati dkk, 1993. Materi Pokok Pendidikan Permainan Kecil. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.