1
MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGIDENTIFIKASI BENTUK BANGUN DATAR MELALUI METODE BERMAIN PADA SISWA KELAS II SDN 8 PULUBALA KABUPATEN GORONTALO
ERIKA Z. NAINGGOLAN PGSD FIP UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
ABSTRAK Pada materi bangun datar, siswa sering mengalami kesulitan dalam menentukan bentuk-bentuk bangun datar. Hal ini disebabkan oleh penanaman konsep yang kurang tepat serta penggunaan metode yang kurang maksimal selama ini strategi pembelajaran masih bersifat konvensional.Pemilihan metode mengajar oleh guru harus didasarkan pada materi pelajaran yang diberikan. Artinya, memilih metode mengajar harus disesuaikan dengan tujuan, materi, perbedaan individual siswa, alokasi waktu dan kemampuan guru itu sendiri. Rendahnya kemampuan dalam mengidentifikasi bentuk bangun datar di kelas II SDN 8 Pulubala dipengaruhi beberapa faktor, antara lain proses pembelajaran masih berpusat pada guru, metode pembelajaran yang monoton, keadaan kelas sunyi, siswa sibuk mencatat apa yang ditulis guru di papan. Saat diberi pertanyaan siswa hanya diam. Siswa tidak memiliki keberanian untuk mengungkapkan gagasan atau pertanyaan walaupun sudah diberi kesempatan, tidak terjadi interaksi positif antar siswa dalam pembelajaran. Masalah yang dikaji dalam penelitian ini adalah apakah Melalui metode bermain dapat meningkatkan kemampuan mengidentifikasi bentuk bangun datar pada siswa kelas II SDN 8 Pulubala Kecamatan Pulubala Kabupaten Gorontalo. Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk meningkatkan kemampuan mengidentifikasi bentuk bangun datar melalui metode bermain pada siswa kelas II SDN 8 Pulubala Kecamatan Pulubala Kabupaten Gorontalo. Masalah yang dikaji dalam penelitian ini adalah apakah Melalui metode bermain dapat meningkatkan kemampuan mengidentifikasi bentuk bangun datar pada siswa kelas II SDN 8 Pulubala Kecamatan Pulubala Kabupaten Gorontalo. Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk meningkatkan kemampuan mengidentifikasi bentuk bangun datar melalui metode bermain pada siswa kelas II SDN 8 Pulubala Kecamatan Pulubala Kabupaten Gorontalo. Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode Penelitian Kelas dengan menggunakan analisis data secara kualitatif dan kuantitatif yang bertujuan sebagai bahan masukan dan informasi yang bermanfaat untuk pengembangan matematika pada khususnya meningkatkan kemampuan mengidentifikasi bentuk bangun datar melalui metode bermain. Hasil penelitian pada observasi awal menunjukkan dari 14 siswa, hanya 2 siswa atau 35,71% memiliki kemampuan mengidetifikasi bentuk bangun datar. Tindakan siklus I menunjukkan bahwa, dari 14 orang siswa yang dikenakan tindakan, 5 orang atau 35,71% memiliki kemampuan mengidentifikasi bentuk bangun datardan 9 orang siswa atau 35,72% tidak mampu mengidentifikasi bentuk bangun datar. Persentase ini meningkat pada siklus II. Dari 14 orang siswa yang dikenakan tindakan, 12 orang siswa atau 85,71% memiliki kemampuan mengidentifikasi bentuk bangun datar dan 2 orang siswa atau 14,29% tidak mampu mengidentifikasi bentuk bangun datar.
2
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa melalui metode bermain kemampuan mengidentifikasi bentuk bangun datar pada siswa kelas II SDN 8 Pulubala Kecamatan Pulubala Kabupaten Gorontalo meningkat. Kata Kunci : Mengidentifikasi, Bentuk Bangun datar, metode bermain.
3
1. PENDAHULUAN Memperhatikan peranan matematika sebagaimana diuraikan, merupakan salah satu faktor yang mendorong perlunya pembelajaran matematika di sekolah-sekolah.Karena itu matematika dewasa ini telah dituangkan dalam kurikulum pendidikan diberbagai jenjang pendidikan di sekolahsekolah.Dengan demikian, pengetahuan matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang wajib dipelajari siswa dalam pembelajaran di sekolah. Untuk mencapai tujuan yang diharapkan, maka diperlukan kesiapan guru untuk mengelola proses belajar mengajar sehingga berjalan secara efektif. Di dalam proses belajar mengajar, guru sebagai pengajar dan siswa sebagai subjek belajar dituntut untuk menguasai dalam hal berupa pengetahuan, kemampuan, dan sikap agar proses itu dapat berlangsung dengan efektif dan efisien. Pada materi bangun datar, siswa sering mengalami kesulitan dalam menentukan bentuk-bentuk bangun datar.Hal ini disebabkan oleh penanaman konsep yang kurang tepat serta penggunaan metode yang kurang maksimal selama ini strategi pembelajaran masih bersifat konvensional.Pemilihan metode mengajar oleh guru harus didasarkan pada materi pelajaran yang diberikan. Artinya, memilih metode mengajar harus disesuaikan dengan tujuan, materi, perbedaan individual siswa, alokasi waktu dan kemampuan guru itu sendiri. Untuk menghasilkan prestasi yang baik dalam mata pelajaran matematika, maka guru perlu menerapkan pendekatan pembelajaran yang mampu memotivasi kreativitas berfikir siswa, apalagi dalam belajar matematika diperlukan ketelitian, ketekunan, dan konsentrasi belajar. Dalam pembelajaran bangun datar pada siswa kelas II SDN 8 Pulubala belum mencapai kemampuan yang diharapkan. Kenyataan dilapangan bahwa dari 14 siswa kelas II yang mengikuti kegiatan pembelajaran mengidentifikasi bentuk
bangun datar hanya 4 siswa yang mampu atau 28,57 %,sedangkan 10 siswa atau 71,43 % yang belum mampu. Rendahnya kemampuan dalam mengidentifikasi bentuk bangun datar di kelas II SDN 8 Pulubala dipengaruhi beberapa faktor, antara lain proses pembelajaran masih berpusat pada guru, metode pembelajaran yang monoton, keadaan kelas sunyi, siswa sibuk mencatat apa yang ditulis guru di papan. Saat diberi pertanyaan siswa hanya diam. Siswa tidak memiliki keberanian untuk mengungkapkan gagasan atau pertanyaan walaupun sudah diberi kesempatan, tidak terjadi interaksi positif antar siswa dalam pembelajaran. Untuk mengatasi permasalah tersebut peneliti mencoba metode bermain karena metode bermain merupakan metode yang paling sederhana dibandingkan dengan metode-metode mengajar lainnya. Metode ini lebih sesuai untuk mengajarkan bahan-bahan pelajaran yang merupakan suatu gerakan-gerakan suatu proses maupun hal-hal yang bersifat rutin. Dalam bermain diharapkan setiap langkah dari hal-hal yang dilaksanakan itu dapat dilihat dengan mudah oleh siswa dan melalui prosedur yang benar. Metode bermain dilakukan bagi materi yang memerlukan peragaan atau percobaan terutama dalam rangka pengembangan sikap, dalam hal ini guru perlu merencanakan pendekatan secara lebih hati-hati untuk mengarahkan motivasi dan cara berfikir siswa. maka peneliti tertarik mengadakan suatu penelitian tindakan kelas dengan formulasi judul yaitu “Meningkatkan Kemampuan Mengidentifikasi Bentuk Bangun Datar Melalui Metode Bermain Pada Siswa Kelas II SDN 8 Pulubala Kecamatan Pulubala Kabupaten Gorontalo”. Dengan demikian maka yang menjadi identifikasi masalah penelitian ini adalah Rendahnya kemampuan siswa dalam mengidentifikasi bentuk bangun datar dan Penggunaan metode pembelajaran yang belum optimal. Maka masalah
4
dalam penelitian ini Apakah melalui metode bermain dapat meningkatkan kemampuan mengidentifikasi bentuk bangun datar pada siswa kelas II SDN 8 Pulubala Kecamatan Pulubala Kabupaten Gorontalo. Tujuan utama yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan mengidentifikasi bentuk bangun datar melalui metode bermain pada siswa kelas II SDN 8 Pulubala Kecamatan Pulubala Kabupaten Gorontalo. 2. TINJAUAN PUSTAKA Kemampuan dalam kamus Bahasa Indonesia “kemampuan” berasal dari kata „mampu‟, yang berarti sanggup melakukan sesuatu.Sedangkan kemampuan adalah kesanggupan; kecakapan. Hal ini sejalan dengan pendapat Wechester (dalam Russefendi,2006:110) bahwa intelegensia adalah kecakapan global seseorang untuk membuat dengan sengaja, berpikir secara rasional dan berhubungan secara efektif dengan lingkungannya. Dikatakan pula bahwa untuk mengetahui kemampuan seseorang adalah dengan cara mengukur batas kemampuan atau kesanggupan individu tersebut tentang pengetahuan, keterampilan dan sikap dalam menjalani proses belajar. Menurut Hamalik (2008:162) kemampuan dapat terbagi menjadi dua jenis yaitu sebagai berikut: 1. Kemampuan intrinsik adalah kemampuan yang tercakup di dalam situasi belajar dan menemui kebutuhan dan tujuan-tujuan murid. 2. Kemampuan ekstrinsik adalah kemampuan yang hidup dalam diri siswa dan berguna dalam situasi belajar yang fungsional. Fungsi kemampuan ini adalah sebagai berikut :
1. Mendorong timbulnya kelakuan atau suatu perbuatan. Tanpa kemampuan maka tidak akan timbul sesuatu perbuatan seperti belajar. 2. Kemampuan berfungsi sebagai pengaruh. Artinya mengarahkan perbuatan ke pencapaian tujuan yang diinginkan 3. Kemampuan berfungsi sebagi penggerak. Iaberberfungsi sebagai mesin bagi mobil. Identifikasi berasal dari kata “identify” yang artinya meneliti, menelaah. Identifikasi adalah kegiatan yang mencari, menemukan, mengumpulkan, meneliti, mendaftarkan, mencatat data dan informasi dari lapangan.Menurut YP. Chaplin yang diterjemahkan Kartini Kartono yang dikutip oleh Uttoro 2008:8 Identifikasi adalah proses pengenalan, menempatkan obyek atau individu dalam suatu kelas sesuai dengan karakteristik tertentu. Menurut Poerwadarminto 1976:369 Identifikasi adalah penentuan atau penetapan identitas seseorang atau benda.Menurut Shvoong identifikasi adalah pemberian tandatanda pada golongan barang-barang atau sesuatu.Hal ini perlu, oleh karena tugas identifikasi ialah membedakan komponenkomponen yang satu dengan yang lainnya.Sehingga tidak menimbulkan kebingungan.Dengan identifikasi dapatlah suatu komponen itu dikenal dan diketahui masuk dalam golongan mana.Menurut ahli psikoanalisis identifikasi adalah suatu proses yang dilakukan oleh seseorang, secara tidak sadar, seluruhnya atau sebagian, atas dasar ikatan emosional dengan pokok tertentu, sehingga ia berperilaku atau membayangkan dirinya seakan-akan ia adalah tokoh tersebut. Bangun datar merupakan bagian dari geometri yang dipelajari di Sekolah Dasar.Bangun datar adalah bangun dua dimensi. (Windayana H,dkk. 2007:6) Bangun datar merupakan sebutan untuk bangun-bangun dua dimensi.Bangun datar yang
5
dipelajari di kelas II Sekolah Dasar adalah persegi, persegi panjang, belah ketupat, segitiga, jajargenjang, trapesium, dan lingkaran.Seperti tampak pada gambar berikut ini.
Jajargenjang = sisi yang berhadapan sama panjang, sudut yang berhadapan sama besar Metode ialah istilah yang digunakan untuk mengungkapkan pengertian “cara yang tepat dan cepat dalam melakukan sesuatu”. Ungkapan “paling tepat dan cepat” itulah yang membedakan method dan way (yang juga berarti cara) dalam bahasa inggris.
Persegi
Belah Ketupat
Persegi Panjang
Trapesium
Segitiga
Lingkaran
Jajargenjang
Sifat-sifat bangun datar : Persegi = semua sisi-sisinya sama panjang, semua sudut sama besar, kedua diagonal berpotongan tegak lurus dan sama panjang. Persegi Panjang =sisi yang berhadapan sama panjang, semua sudut sama besar Lingkaran = memiliki simetri lipat dan simetri putar yang tak terhingga jumlahnya Belah Ketupat = semua sisi-sisinya sama panjang, sudut yang berhadapan sama besar, kedua diagonalnya tidak sama panjang dan berpotongan tegak lurus
Bermain adalah kegiatan yang dapat menimbulkan kesenangan bagi anak dan bermain dilakukan dengan suka rela tanpa paksaan atau tekanan dari pihak luar.Kegiatan bermain tersebut tidak mempunyai aturan kecuali yang ditetapkan oleh pemain itu sendiri.Anak mendapatkan kebahagiaan dan kegembiraan melalui kegiatan bermain. Langkah-langkah Pembelajaran melalui Metode Bermain 1. Persiapan metode bermain a. Merumuskan tujuan yang hendak dicapai b. Guru menjelaskan manfaat dari permainan yang akan dilakukan c. Menentukan macam kegiatan bermain d. Menentukan ruang dan tempat bermain e. Mempersiapkan bahan, alat atau media yang digunakan dalam bermain 2. Pelaksanaan metode bermain Dalam tahap ini ada tiga langkah yang harus dilakukan, yaitu : a. Tahap pembukaan. Pada tahap ini guru memberikan arahan kepada siswa apa yang harus dilakukan dan bagaimana melakukannya
6
b. Tahap Pelaksanaan. Pada tahap ini para murid memainkan permainan yang sudah ditentukan dengan mengikuti rambu-rambu yang telah ditentukan pula. c. Tahap Penutupan. Pada tahap ini guru memberikan reward kepada siswa yang telah melakukan permainan dengan baik dan benar. Selain memberi reward guru memberikan arahan kepada anak yang belum baik dan benar dalam bermain dan menyuruh mengulang lagi sampai bisa melakukan dengan baik dan benar. 1. 2.
3.
4.
1.
2. 3.
4.
Kelebihan dari metode bermain adalah : Merangsang perkembangan motorik anak, karena dalam bermain membutuhkan gerakan-gerakan. Merangsang perkembangan berfikir anak, karena dalam bermain membutuhkan pemecahan masalah bagaimana melakukan permainan itu dengan baik dan benar. Melatih kemandirian anak dalam melakukan sesuatu secara mandiri tidak menggantungkan diri pada orang lain. Melatih kedisiplinan anak, karena dalam permainan ada aturan-aturan yang harus ditaati dan dilaksanakan. Kekurangan dari metode bermain adalah : Membutuhkan biaya yang lebih, karena dalam metode bermain membutuhkan alat atau media yang harus dipersiapkan terlebih dahulu Membutuhkan ruang atau tempat yang khusus sesuai dengan tipe permainan yang dilakukan Sering terjadi saling berebut alat atau media bermain antara anak yang satu dengan yang lainnya apabila alat atau medianya tidak mencukupi. Yang menjadi subjek penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelas II SDN 8 Pulubala Kecamatan
Pulubala Kabupaten Gorontalo dengan jumlah siswa 14 orang ; laki-laki berjumlah 7orang dan perempuan berjumlah 7 orang yang seluruhnya memiliki karakter, tingkat kemampuan, keadaan ekonomi, usia, dan pendidikan orang tua serta keadaan siswa yang berbedabeda atau bervariasi. 3. METODE Yang menjadi subjek penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelas II SDN 8 Pulubala Kecamatan Pulubala Kabupaten Gorontalo dengan jumlah siswa 14 orang ; laki-laki berjumlah 7 orang dan perempuan berjumlah 7 orang yang seluruhnya memiliki karakter, tingkat kemampuan, keadaan ekonomi, usia, dan pendidikan orang tua serta keadaan siswa yang berbeda-beda atau bervariasi. Adapun yang menjadi Variabel input dalam penelitian ini yaitu menyangkut perlakuan yang diberikan guru kepada siswa kelas II SDN 8 Pulubala Kecamatan Pulubala Kabupaten Gorontalo terkait dengan meningkatkan kemampuan mengidentifikasi bentuk bangun datar melalui metode bermain. Variabel-variabel tersebut meliputi sumber belajar yang dipergunakan, prosedur evaluasi dan alat-alat pendukung kegiatan pembelajaran. Dan variabel proses dalam penelitian menyangkut proses pelaksanaan pembelajaran seperti keterampilan guru dalam bertanya, gaya guru memberikan pertanyaan, cara siswa mengemukakan pertanyaan / pendapat serta implementasi media pembelajaran. Sedangkan Variabel Output yaitu kemampuan mengidentifikasi bangun datar.Variabel ini diukur dengan indikator dengan kemampuan mengidentifikasi bentuk bangun datar menurut bentuknya dan kemampuan mengelompokkan bangun datar menurut banyaknya sisi.
7
Adapun yang menjadi Prosedur Penelitian yaitu : 1. 2. 3. 4.
Tahap Persiapan Tahap Pelaksanaan Tindakan Tahap Pemantauan dan Evaluasi Tahap Analisis dan Refleksi
Untuk mencari data dalam penelitian ini, menggunakan beberapa teknik pengumpulan data antara lain : 1. Observasi 2. Dokumentasi 3. Tes Analisis data ini dilaksanakan secara bertahap dan berkesinambungan disetiap akhir siklus. Data yang diperoleh melalui instrument tes yang diberikan diakhir pembelajaran selanjutnya dianalisis untuk mengetahui kemampuan siswa terhadap materi yang telah dipelajari. Kemampuan siswa dalam mengidentifikasi bentuk bangun datar dapat diketahui melalui nilai yang diperoleh dalam menjawab tes yang diberikan. Untuk mengetahui nilai yang diperoleh siswa, tes yang diberikan selanjutnya dikonversikan dalam skala nilai 0-100. Dengan demikian rumus yang digunakan sebagai berikut,
Nilai Siswa
Skor Yang Diperoleh x 100 Total Skor Aunurrahman, dkk (2009:9-10)
Nilai yang diperoleh siswaselanjutnya akan dikonversikan pada Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) mata pelajaran Matematika yaitu70. Dengan demikian untuk mengetahui ketuntasan siswa dapat dilihat seperti pada tabel di bawah ini :
Tabel Kriteria Ketuntasan Nomor
Nilai
Keterangan
1
N ≥70
Tuntas
2
N <70
Belum Tuntas
Setelah dilakukan penetapan ketuntasan siswa, selanjutnya untuk mengetahui tingkat ketercapaian indikator kinerja, data yang diperoleh akan di analisis dengan menggunakan persentase (%). 4. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Kegiatan guru pada siklus I yang dinilai dari 15 aspek yang diamati sesuai kriteria yang telah ditetapkan diperoleh hasil observasi, yakni 1 aspek atau 6,7% mencapai Kriteria sangat baik (SB), 7 aspek atau 46,6% mencapai Kriteria baik (B), 6 aspek atau 40% mencapai cukup (C), dan 1 aspek atau 6,7% mencapi criteria kurang. Dan pada siklus II dari 15 aspek kegiatan guru yang diamati dan dinilai, 5 aspek atau 33,3% memperoleh nilai pengamatan dengan criteria sangat baik (SB), 9 aspek atau 60% memperoleh nilai pengamatan dengan Kriteria baik (B) dan 1 aspek atau 6,7% memperoleh nilai pengamatan dengan kriteria cukup (C). Kegiatan siswa pada siklus I dari 10 aspek kegiatan belajar siswa yang diamati dan dinilai, 3 aspek atau 30% memperoleh nilai pengamatan dengan Kriteria baik (B), 5 aspek atau 50% memperoleh nilai pengamatan dengan Kriteria cukup (C) dan 2 aspek atau 20% memperoleh nilai pengamatan dengan kriteria kurang. Dan pada siklus II 1 aspek atau 10 % memperoleh nilai pengamatan dengan kriteria sangat baik (SB), 8 aspek atau 80 % memperoleh nilai pengamatan dengan
8
kriteria baik (B), dan 1 aspek atau 10 % mencapai kriteria cukup (C). Hasil penilaian kemampuan mengidentifikasi bentuk bangun datar dari 14 siswa, 5 orang siswa atau 64,28% mampu mengidentifikasi bentuk bangun datar, sedangkan 9 orang siswa atau 35,72% tidak mampu mengidentifikasi bentuk bangun datar. Dan pada siklus II 12 orang siswa atau 85,71% mampu mengidentifikasi bentuk bangun datar, sedangkan 2 orang siswa atau 14,29% tidak mampu mengidentifikasi bentuk bangun datar. 5. PENUTUP Berdasarkan kegiatan observasi yang di lakukan guru observer terhadap proses pembelajaran siklus I, masih terdapat beberapa aspek kegiatan guru dan kegiatan siswa yang belum di laksanakan secara optimal. Menyangkut kegiatan guru, dari 7 aspek yang di amati dan di nilai, masih terdapat 1 aspek atau 14,29% mencapai keriteria cukup (C). demikian pula menyangkut kegiatan siswa, dari 7 aspek yang di amati dan di nilai, terdapat 3 aspek atau 42,86% yang belum optimal, sehingga hanya memperoleh nilai pengamatan dengan keriteria cukup (C). Belum optimalnya aspek – aspek kegiatan guru maupun kegiatan siswa dalam pembelajaran siklus I berdampak kurang maksimal pada hasil penilaian kemampuan mengidentifikasi bentuk bangun datar. Sesuai analisis hasil penilaian kemampuan mengidentifikasi bentuk bangun datar di ketahui bahwa dari 14 orang siswa yang dikenakan tindakan, hanya 9 orang atau 64,28% mencapai skor kemampuan minimal yang di tetapkan, yakni skor kemampuan minimal 6 atau nilai 70 ke atas, sedangkan 5 orang lainnya 35,72% memperoleh nilai kurang dari 70.
Memperhatikan indicator keberhasilan penelitian yang ditetapkan, maka dengan hasil tersebut berarti tindakan kelas yang dilakukan belum mampu meningkatkan kemampuan mengidentifikasi bentuk bangun datar.Oleh karena itu dalam refleksi yang dilakukan melalui diskusi dengan guru obsever di sepakati bahwa tindakan dilanjutkan ke siklus berikutnya disertai perbaikan dan penyempurnaan terhadap aspek – aspek pembelajaran yang belum optimal serta mempertahankan hasil yang telah dicapai pada pembelajaran siklus I. Setelah dilakukan perbaikan dan penyempurnaan aspek – aspek kegiatan guru dan siswa yang belum terlaksa dengan baik pada pembelajaran siklus I, maka pada pembelajaran siklus II terjadi peningkatan kualitas pembelajaran, sehingga berdampak pada peningkatan kemampun mengidentifikasi bentuk bangun datar. Sesuai hasil kemampuan mengidentifikasi bentuk bangun datar selam proses pembelajaran berlangsung pada siklus II menunjukkan bahwa, 14 orang siswa yang dikenakan tindakan, 12 orang atau 85,71% siswa mampu mengidentifikasi bentuk bangun datar. Sedangkan 2 orang lainnya atau 14,29% tidak mampu mengidentifikasi bentuk bangun datar. Berdasarkan hasil tersebut tidak diperlukan lagi siklus lanjutan (siklus III). Hal ini berarti hipotesis tindakan yang dirumuskan yakni, jika digunakan metode bermain maka kemampuan mengidentifikasi bentuk bangun datar pada siswa kelas II SDN 8 Pulubala Kecamatan Pulubala Kabupaten Gorontalo akan meningkat, dapat diterima.
9
6. DAFTAR PUSTAKA Abdul
Karim M, dkk, 2009. http://pdf-search com/bangun_datar-pdf.html diakses 18 februari 2013
Adjie
N dan Maulana, 2006.http://pdf-search com/bangun_datar-pdf.html diakses 20 maret 2013
Aunurrahman, dkk. 2009. Peneleitian Pendidikan SD. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Departemen Pendidikan Nasional. Russefendi. 2006. Konsep Kemampuan. http://artikata.com/arti-339605-mampu.php. (online), diakses 10 Juni 2013 Windayana H,dkk. 2007http://pdf-search com/bangun_datarpdf.html diakses 18 April 2013 Suwangsih E dan Tiurlina, 2006.http://pdf-search com/bangun_datar-pdf.html diakses 03 April 2013 http://www.google.com/search/pengertian_mengidentifikasi_m enurut_para_ahli diakses 14 Juni 2013