MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN MELALUI METODE PEMBERIAN TUGAS PADA SISWA KELAS I SDN 2 BIAU KABUPATEN GORONTALO UTARA Maryam Lantowa, Sumarni Mohammad, Ratnarti Pahrun1 Abstrak Proses pembelajaran Bahasa Indonesia sangatlah penting dengan adanya dukungan aktivitas peserta didik. Sehingga guru sebagai pendidik dituntut untuk lebih inovatif dalam memilih metode yang dapat meningkatkan kemampuan membaca permulaan. Hal ini berbeda dengan kenyataan di SDN 2 Biau Kabupaten Gorontalo Utara yang memiliki kemampuan membaca permulaan yang menurun. Disamping itu keunggulan penerapan metode pemberian tugas seharusnya dapat mengembangkan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu dalam penelitian tindakan kelas ini penerapan metode pemberian tugas merupakan penerapan pembelajaran yang patut diterapkan dalam meningkatkan kemampuan membaca permulaan melalui metode pemberian tugas Pada Siswa Kelas I SDN 2 Biau Kabupaten Gorontalo Utara. Hasil kegiatan observasi awal adalah 28.57%, hasil siklus 1 meningkat menjadi 57.14%, selanjutnya siklus II meningkat menjadi 95,23%., sehingga dapat disimpulkan bahwa melalui penerapan metode pemberian tugas dapat meningkatkan kemampuan membaca permulaan pada siswa di kelas I SDN 2 Biau Kabupaten Gorontalo Utara tahun pelajaran 2013/2014. Kata Kunci: Membaca Permulaan, Metode Pemberian Tugas
1
Maryam Lantowa selaku mahasiswa Porgram PJJ Mandiri Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Negeri Gorontalo, Hj.Sumarni Mohammad S.Pd, M.Pd, Dra. Ratnarti Pahrun, M. Pd. Selaku Dosen Tetap Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Ngeri Gorontalo.
Pendahuluan Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional siswa dan merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua bidang studi. Pembelajaran bahasa diharapkan membantu peserta didik mengenal dirinya, budayanya, dan budaya orang lain, mengemukakan gagasan dan perasaan, berpartisipasi dalam masyarakat yang menggunakan bahasa tersebut, dengan kemampuan analitis dan imaginatif yang ada dalam dirinya. Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tulis, serta menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya kesastraan manusia Indonesia (Depdiknas, 2006). Tujuan utama pembelajaran bahasa Indonesia adalah untuk meningkatkan empat kemampuan keterampilan berbahasa, yaitu keterampilan menyimak (listening skills), keterampilan membaca (reading skills), keterampilan berbicara (speaking skills), dan keterampilan menulis (writing skills). Keterampilan membaca merupakan salah satu kunci keberhasilan siswa dalam meraih kemajuan. Dengan kemampuan membaca yang memadai, siswa akan lebih mudah menggali informasi dari berbagai sumber tertulis. Upaya pengembangan dan peningkatan keterampilan membaca di antaranya dilakukan melalui pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah dasar. Sekolah Dasar (SD) sebagai pengalaman pertama pendidikan dasar yang harus mampu membekali lulusannya dengan dasar-dasar kemampuan membaca yang diperlukan untuk melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi. Kemampuan membaca diperoleh siswa di kelas I dan kelas II tersebut akan menjadi dasar pembelajaran membaca di kelas berikutnya. Sementara menurut Santoso (2007:3.19) pembelajaran membaca di sekolah dasar terdiri atas dua bagian yakni membaca permulaan yang dilaksanakan di kelas I dan II. Melalui membaca permulaan ini, diharapkan siswa mampu mengenal huruf, suku kata, kata, kalimat dan mampu membaca dalam berbagai konteks. Sedangkan membaca lanjut dilaksanakan di kelas tinggi atau di kelas III, IV, V dan VI. Membaca permulaan dalam pengertian ini adalah membaca permulaan dalam teori keterampilan, maksudnya menekankan pada proses aktivitas membaca. Membaca permulaan yang menjadi acuan adalah membaca merupakan proses recording dan decoding Kemampuan membaca yang diperoleh siswa pada membaca permulaan akan sangat berpengaruh terhadap kemampuan membaca lanjut. Sebagai kemampuan yang
mendasari kemampuan berikutnya maka kemampuan membaca permulaan benar-benar memerlukan perhatian guru, sebab jika dasar itu tidak kuat, pada tahap membaca lanjut siswa akan mengalami kesulitan untuk dapat memiliki kemampuan membaca yang memadai”. Menurut Farida Rahim (2008: 2) “Membaca adalah suatu yang rumit yang melibatkan banyak hal, tidak hanya melafalkan tulisan, tetapi juga melibatkan aktivitas visual, berfikir, psiko linguisutik, dan metakognitif”. Membaca sebagai proses visual merupakan proses menerjemahkan simbul tulis ke dalam bunyi. Sebagai suatu proses berfikir, membaca mencakup pengenalan kata, pemahaman literal, interprestasi, membaca kritis, dan membaca kreatif. Membaca sebagai proses linguistik, skemata pembaca membantunya membangun makna. Sedangkan fonologis, semantik dan fitur sintaksis membantu mengomunikasikan pesan-pesan. Proses metakognitif melibatkan perencanaan, pembetulan suatu strategi, pemonitoran, dan pengevaluasian. Di dalam membaca permulaan siswa belajar untuk memperoleh kemampuan dan menguasai teknik membaca agar mengerti isi bacaan dengan baik. Dalam hal ini, siswa dapat mengeja suku kata, dapat mengeja kata, dapat membaca kalimat sederhana dengan intonasi yang baik. Dalam pelaksanaan ini guru harus mempersiapkan bahan ajar dan menggunakan metode yang sesuai dengan perkembangan siswa. Kenyataannnya di SDN 2 Biau masih sebagian besar belum bisa mengeja huruf, mengeja suku kata dan membaca kalimat sederhana sesuai dengan intonasi yang baik yaitu terlihat dari jumlah siswa 21 orang, yang bisa melakukan hal itu hanya 6 orang atau 29% yang mampu dan mencapai ketuntasan pada saat tes membaca sedangkan yang 15 orang atau 71% belum mencapai ketuntasan yang diharapkan dari tes membaca yang dilakukan. Hal ini disebabkan siswa kelas I di SDN 2 Biau belum sepenuhnya memahami bagaimana membaca permulaan dengan baik, walaupun siswa sudah bisa mengeja suku kata tapi belum mampu mengeja kata dan membaca kalimat. Dengan menggunakan media papan tulis, guru menuliskan teks sesuai bacaan yang akan dibaca secara klasikal oleh siswa dan dibaca berulang kali. Pembelajaran hanya berpusat pada guru, penggunaan sumber belajar yang minim dan kurang menariknya penyajian materi oleh guru hal ini menyebabkan kemampuan membaca permulaan pada siswa kelas I masih rendah. Meskipun siswa bisa mengeja suku kata, tapi siswa belum mampu mengeja kata dan membaca kalimat dengan baik.
Untuk mengantisipasi hal di atas peneliti akan bekerja sama dengan guru kelas untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam membaca dengan menggunakan metode pemberian tugas, karena metode pemberian tugas dapat meningkatkan interaksi belajar pada siswa. Menurut Sumantri (2001: 130) bahwa metode pemberian tugas atau penugasan diartikan sebagai suatu cara interaksi belajar mengajar yang ditandai dengan adanya tugas dari guru untuk dikerjakan peserta didik di sekolah ataupun di rumah secara perorangan atau berkelompok. Sedangkan menurut Djamarah dkk (2002: 96),
metode resitasi
(penugasan) adalah metode penyajian bahan dimana guru memberikan tugas tertentu agar siswa melakukan kegiatan belajar. Dengan demikian untuk menerapkan metode pemberian tugas secara efektif, guru hendaknya mempertimbangkan jumlah siswa, kemampuan siswa, dan jenis-jenis tugas yang diberikan. Dalam proses belajar mengajar di dalam kelas, guru memegang peranan yang sangat penting. Para siswa memerlukan arahan dan bimbingan untuk dapat belajar dengan baik. Salah satu metode yang dapat digunakan guru adalah metode pemberian tugas. Dengan kreativitas yang tinggi guru memodifikasi suatu bacaan menjadi penggalan kalimat yang akan disusun kembali oleh siswa sesuai dengan bacaan yang dicontohkan guru sebagai suatu tugas yang harus dikerjakan oleh siswa dan akan membacanya setelah tugas selesai. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka identifikasi masalah penelitian ini dititik beratkan pada : 1) Rendahnya kemampuan siswa dalam mengeja suku kata. 2) Rendahnya kemampuan siswa dalam mengeja kata. 3) Rendahnya kemampuan siswa dalam membaca kalimat sederhana. 4) Penggunaan metode pembelajaran yang kurang menarik bagi siswa.
Hipotesis dan Indikator Adapun hipotesis tindakan pada penelitian ini adalah “Jika guru menggunakan metode pemberian tugas maka kemampuan membaca permulaan pada siswa kelas I SDN 2 Biau Kabupaten Gorontalo Utara dapat meningkat.. Adapun indikator kinerja dalam penelitian ini adalah setelah dilakukan pembelajaran dengan metode pemberian tugas, 75%
siswa mengalami peningkatan dalam kemampuan membaca permulaan, dan skor pengamatan aktivitas guru minimal 75%. Metode Penelitian Tindakan Kelas Prosedur penelitian ini terdiri dari 4 (empat) tahap yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan, tahap pengamatan, dan tahap refleksi. 3.3.1 Tahap persiapan Adapun hal-hal yang dilakukan pada prosedur ini adalah sebagai berikut : a) Peneliti menghubungi kepala SDN 2 Biau sebagai tempat penelitian untuk meminta rekomendasi agar diberikan kesempatan melaksanakan penelitian tindakan kelas di kelas I. b) Peneliti mengadakan observasi awal dan juga wawancara dengan pihak yang terkait masalah penelitian, khususnya tentang kemampuan membaca permulaan pada siswa kelas I. c) Menyusun rencana pembelajaran. d) Menyiapkan alat, dan bahan yang akan digunakan pada pembelajaran. e) Menyusun lembar observasi. f) Merancang alat evaluasi. 3.3.2 Tahap pelaksanaan Tindakan Jika tahap persiapan sudah lengkap, maka tahap berikutnya adalah pelaksanaan tindakan, yaitu menerapkan dan melaksanakan tindakan berdasarkan rencana yang telah ditetapkan. Apabila tidak menunjukkan hasil yang diharapkan maka diadakan peninjauan kembali terhadap prosedur serta merumuskan rencana perbaikan/penyempurnaan yang akan dilaksanakan pada siklus berikutnya. Adapun tahap pelaksanaan pada penelitian ini antara lain: - Guru menempelkan suatu bacaan di papan tulis - Guru membaca bacaan di papan tulis - Guru membaca dan diikuti siswa secara klasikal. - Guru menempelkan setiap baris dalam kalimat bacaan berdampingan dengan bacaan yang telah ditempelkan sebelumnya. - Siswa membaca kaliamat demi kalimat yang ditunjukkan guru hingga menjadi bacaan utuh seperti bacaan yang telah ditempelkan sebelumnya.
- Guru
menyampaikan
langkah-langkah
pembelajaran
bahwa
siswa
akan
mengerjakan tugas dalam kelompok menyusun kembali kalimat-kalimat seperti yang dicontohkan dan akan membacanya kembali secara individu. - Guru akan mengelilingi siswa dan sesekali memberikan bimbingan pada siswa yang memerlukan. - Setiap siswa akan membaca kembali bacaan yang telah disusun bersama dalam kelompok. - Melaksanakan analisis dan refleksi. Apabila pada hasil analisis dan refleksi siklus I kemampuan membaca permulaan siswa belum mencapai indikator keberhasilan baik dari segi aktivitas siswa dan guru juga hasil yang dicapai siswa dalam pembelajaran belum maksimal maka pelaksanaan tindakan dilanjutkan ke siklus berikutnya. Siklus ini merupakan siklus perbaikan atau penyempurnaan terhadap proses pembelajaran. 3.3.3 Tahap Pemantauan dan Evaluasi Hal-hal yang akan menjadi pantauan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah: - Proses pembelajaran dan aktivitas guru dalam memberikan tindakan meningkatkan kemampuan membaca pemulaan pada siswa. - Kemampuan membaca permulaan siswa yang akan dicapai dalam proses pembelajaran. Hal-hal yang akan dievaluasi dalam pelaksanaan tindakan kelas di atas, yakni: - Data yang diperoleh melalui proses pembelajaran tentang aktivitas guru dalam membelajarkan siswa untuk meningkatkan kemampuan membaca permulaan. - Data tentang kemampuan membaca permulaan siswa. 3.3.4 Tahap Analisis dan Refleksi Pada tahap analisis dan refleksi peneliti melakukan diskusi dengan guru mitra tentang pembelajaran dalam meningkatkan kemampuan membaca permulaan pada siswa kelas I. Dari hasil analisis dan refleksi tersebut diketahui kelebihan dan kekurangan guru dalam membelajarkan siswa, serta akan diketahui pula kemampuan membaca permulaan siswa.
Teknik pengumpulan data yang dilakukan antara lain : 3.4.1 Observasi Observasi, yaitu peneliti melihat kejadian, gerak atau suatu proses. Oleh karena itu penelitian dengan menggunakan metode ini tidak hanya sekedar mencatat, tetapi melihat langsung kejadian yang benar-benar terjadi sesuai dengan masalah yang menjadi penelitian penulis. 3.4.2 Wawancara Wawancara, yaitu pengumpulan data melalui dialog secara langsung dengan objek (informan) yang dapat memberikan data maupun informasi yang penulis butuhkan. Dalam hal ini yang dapat penulis wawancarai adalah : 1) Unsur Guru (guru mitra) 2) Siswa 3.4.3 Tes Tes adalah alat untuk mengukur kemampuan siswa, baik kemampuan awal, perkembangan atau peningkatan selama dikenai tindakan dan kemampuan pada akhir siklus tindakan. Tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa soal tertulis dalam bentuk objektif. Materi tes yang digunakan oleh peneliti telah disesuaikan dengan materi pelajaran siswa kelas I pada mata pelajaran bahasa Indonesia. dengan beberapa aspek yang di nilai. 1. Ketepatan Mengeja Suku Kata, 2. Ketepatan Mengeja Kata, 3. Ketepatan Membaca Kalimat, 4. Intonasi, 5, Kemandirian, 6. Kerjasama 3.4.4 Dokumentasi Dokumentasi, yaitu penulis mengambil sejumlah data pendukung dalam penelitian berupa dokumen-dokumen yang ada hubungannya dengan permasalahan yang dalam hal ini penulis lebih tekankan pada data yang sifatnya tertulis. Analisis data dilakukan dalam dua tahap, pertama menelaah dan yang dikumpul dan yang meredaksi data, kedua menyusun dan meredaksi semua data, menyimpulkan data yang terkumpul dalam siklus. Hasil Penelitian Tindakan Kelas Kegiatan observasi dilakukan oleh guru dan teman sejawat selama proses pembelajaran berlangsung. Hasil observasi terhadap pelaksanaan tindakan dapat dideskripsikan bahwa masih ada siswa yang kurang memperhatikan dalam pembelajaran.
Tingkat keaktifan siswa selama mengikuti pembelajaran berdasarkan hasil pengamatan pada siklus I dapat disajikan pada tabel berikut : Tabel 2. Hasil Pengamatan Kemampuan Siswa Membaca Permulaan Melalui Metode Pemberian Tugas Pada Siklus I No
Aspek yang Dinilai
Nilai
1
Ketepatan mengeja suku kata
2
Ketepatan mengeja kata
3
Ketepatan membaca kalimat
4
Intonasi
5
Kemandirian
6
Kerjasama
Mampu Kurang Mampu Tidak Mampu Mampu Kurang Mampu Tidak Mampu Mampu Kurang Mampu Tidak Mampu Mampu Kurang Mampu Tidak Mampu Mampu Kurang Mampu Tidak Mampu Mampu Kurang Mampu Tidak Mampu
Jumlah Siswa 12 3 6 12 3 6 12 3 6 12 3 6 12 3 6 12 3 6
Persentase 57.14% 14.29% 28.57% 57.14% 14.29% 28.57% 57.14% 14.29% 28.57% 57.14% 14.29% 28.57% 57.14% 14.29% 28.57% 57.14% 14.29% 28.57%
Keterangan : M = Mampu KM = Kurang Mampu TM = Tidak Mampu Dari 6 aspek yang diamati di atas dapat dijelaskan bahwa sejumlah 12 orang siswa dengan kriteria mampu atau sebesar 57.14%, 3 orang siswa dengan kriteria kurang mampu atau sebesar 14.29% Sedangkan 6 orang siswa mendapat kriteria tidak mampu atau sebesar 28.57%. Evaluasi Kemampuan Siswa Membaca Permulaan Pada Siklus I Adapun hasil keterampilan siswa dalam menulis permulaan pada pembelajaran Bahasa Indonesia dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 3. Nilai Evaluasi Siswa Pada Siklus I
Nilai
Jumlah Siswa
Mampu
60
3
-
65 90 95 70 90 100
3 2 4 3 4 2
√ √
Kriteria Kurang Mampu
Tidak Mampu √ √
√
Jumlah
√ √ 12
3
6
Persentase
57.14%
14.29%
28.57%
Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan bahwa hasil belajar siswa pada pelaksanaan siklus I adalah sebagai berikut: 1) Terdapat sejumlah 12 orang siswa yang mampu atau sebesar 57.14% dengan perolehan nilai 90 keatas; 2) Terdapat sejumlah 3 orang siswa yang kurang mampu atau sebesar 14.28% dengan perolehan nilai 70 dan 6 orang siswa atau sebesar 28.57% tidak mampu dengan perolehan nilai dibawah 70 Berdasarkan hasil tersebut dapat diketahui bahwa proses pembelajaran membaca permulaan pada siklus I belum berjalan dengan baik. Sehingga perlu dilaksanakan tindakan selanjutnya yaitu siklus II. Tahap Refleksi Berdasarkan hasil pengamatan di atas dapat diketahui bahwa masih ada siswa yang kurang aktif dalam kegiatan pembelajaran. Evaluasi hasil belajar siswa pada siklus I menunjukkan belum mencapai persentase ketuntasan yang sudah ditetapakn sesuai indikator kinerja. Adapun langkah-langkah perbaikan untuk tindakan siklus II sebagai berikut: 1) Memberikan penjelasan kepada siswa mengenai pentingnya membaca permulaan dengan menggunakan metode pemberian tugas; 2) Meningkatkan hasil belajar siswa sehingga mencapai ketuntasan yang sudah ditetapakan. Oleh karena itu, peneliti masih harus melakukan pembelajaran pada siklus berikutnya yaitu siklus II.
Pelaksanaan Pembeajaran Siklus II Pengamatan Aktivitas Siswa Selama Kegiatan Pembelajaran Secara garis besar aktivitas siswa pada siklus II mengalami peningkatan. Adapun hasil pengamatan aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Tabel 5: Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa Membaca Permulaan Melalui Metode Pemberian Tugas Pada Siklus II Jumlah Persentase No Aspek yang Dinilai Nilai Siswa Ketepatan mengeja suku kata Mampu 20 95.23% 1
2
3
4
5
6
Ketepatan mengeja kata
Ketepatan membaca kalimat
Intonasi
Kemandirian
Kerjasama
Kurang Mampu
1
4.77%
Tidak Mampu
0
0%
Mampu
20
95.23%
Kurang Mampu
1
4.77%
Tidak Mampu
0
0%
Mampu
20
95.23%
Kurang Mampu
1
4.77%
Tidak Mampu
0
0%
Mampu
20
95.23%
Kurang Mampu
1
4.77%
Tidak Mampu
0
0%
Mampu
20
95.23%
Kurang Mampu
1
4.77%
Tidak Mampu
0
0%
Mampu
20
95.23%
Kurang Mampu
1
4.77%
Tidak Mampu
0
0%
Dari hasil pengamatan terhadap aktivitas siswa membaca permulaan dari 20 jumlah siswa dengan 3 aspek yang diamati, sejumlah 20 orang siswa yang mampu atau sebesar 95.23%, dan 1 orang siswa kurang mampu atau sebesar 4.77%.
Evaluasi Kemampuan Siswa Membaca Permulaan Pada Siklus II Hasil kemampuan membaca permulaan dapat dilihat pada tabel di berikut: Tabel 6: Nilai Evaluasi Siswa Pada Siklus II Nilai
Jumlah Siswa
70 75 80 90 100
1 2 5 9 4
Jumlah Persentase
Kriteria Mampu Kurang Mampu √ √ √ √ √ 20 1 95.23 4.77%
Tidak Mampu 0 0%
Beradasarkan tabel di atas dapat dijelaskan bahwa; 1) Terdapat sejumlah 20 orang siswa yang mampu atau sebesar 95.23% dengan perolehan nilai 75 keatas dan telah melebihi target yang telah ditetapkan; 2) Terdapat sejumlah 1 orang siswa atau sebesar 4.77% yang kurang mampu dengan perolehan nilai 70. 4.1.4.3 Tahap Refleksi Beradasarkan hasil observasi dan evaluasi pada siklus II dapat diketahui bahwa ada peningkatan pada hasil belajari siswa Adapun Indikator keberhasilan penggunaan metode pemberian tugas sebagai beikut; 1) Pada saat pembelajaran berlangsung, siswa terlihat lebih bersemangat dan lebih aktif; 2) Adanya peningkatan keaktifan aktivitas dan hasil belajar siswa yang dapat dilihat dari lembar observasi dan evaluasi. Dan dari hasil diskusi dengan guru mitra yang bersangkutan maka penelitian tindakan kelas ini cukup sampai pada siklus II.
Pembelajaran dengan menggunakan metode pemberian tugas dapat
Meningkatkan Kemampuan Membaca Permulaan Melalui Metode Pemberian Tugas pada Siswa Kelas I SDN 2 Biau Kabupaten Gorontalo Utara”.
Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang dilakukan sebanyak dua siklus dapat disimpulkan bahwa; Melalui penerapan metode pemberian tugas
dapat
meningkatkan kemampuan membaca permulaan pada siswa di kelas I SDN 2 Biau Kabupaten Gorontalo Utara tahun pelajaran 2013/2014. Hal tersebut ditunjukkan dengan nilai hasil tes kemampuan membaca permulaan siswa pada kondisi awal adalah 28.57%
setelah diberikan tindakan perbaikan pada siklus I, meningkat menjadi 57.14%. Sedangkan pada siklus II nilai yang dicapai siswa meningkat sebesar 95.23%. Saran Dalam rangka meningkatkan kemampuan membaca permulaan siswa sewaktu pembelajaran bahasa Indonesia, maka peneliti menyampaikan saran sebagai berikut : 1. Untuk Guru a. Memberikan motivasi kepada siswa untuk aktif mengikuti proses pembelajaran dengan metode pemberian tugas dalam meningkatkan kemampuan membaca permulaan. b. Mengevaluasi efisien dan efektivitas penerapan metode pemberian tugas untuk meningkatkan kemampuan membaca permulaan c. Memberikan motivasi kepada siswa dan memberikan penguatan kepada siswa yang sudah lancar membaca, sehingga siswa dapat menunjukkan kinerja yang lebih baik. 2. Untuk Siswa a. Kepada siswa hendaknya aktif dalam mengikuti proses pembelajaran dan berusaha meningkatkan kemampuan belajar sehingga memperoleh hasil belajar yang optimal b. Memiliki rasa senang untuk membaca melalui metode pemberian tugas maupun penggunaan alat peraga yang tersedia. c. Kepada siswa yang sudah lancar membaca jangan merasa bosan untuk memberi contoh dengan cara belajar bersama (kelompok) dengan teman yang lain. 3. Para Peneliti Kepada peneliti lainnya hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan untuk melakukan penelitian lebih lanjut, untuk menentukan faktor-faktor lain yang dapat mendukung peningkatan kemampuan membaca permulaan. Melalui usaha ini, antara peneliti yang satu dengan peneliti yang lain dapat menunjukkan kinerja semakin baik dalam rangka meningkatkan kemampuan membaca permulaan dalam pembelajaran bahasa Indonesia.
Daftar Pustaka
Abbas, Saleh. 2006. Pembelajaran Bahasa Indonesia yang Efektif di Sekolah Dasar. Jakarta: Ditjen Dikti. Abimanyu, Soli, dkk. 2009. Strategi Pembelajaran. Jakarta: Dikti Depdiknas. Alma, Buchari. 2012. Guru Profesional Menguasai Metode dan Terampil Mengajar. Bandung:Alfabeta. Dimyati, Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Djamarah, dkk. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta:Rineka Cipta. Djiwatampu, Meity. 2008. Membaca untuk Belajar. Balai Pustaka. Jakarta. Ismawati, Esti dan Faraz Umaya. 2012. Belajar Bahasa di Kelas Awal. Ombak. Yogyakarta. Komalasari, Kokom. 2011. Pembelajaran Kontekstual Konsep dan Aplikasi. Aditama. Bandung.
Refika
Nurhasanah dan Didik Turmianto. 2007. Kamus Besar Bergambar Bahasa Indonesia untuk SD & SMP. Jakarta: Bina Sarana Pustaka. Olivia, Femi. 2008. Teknik Membaca Efektif. PT Alex Media Komputindo. Jakarta. Rahim, Farida. 2008. Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Resmini, Novi,dkk. 2006. Kapita Selekta Bahasa Indonesia. UPI Press. Bandung. Ruminiati. 2007 Pengembangan Pendidikan. Jakarta:Depdiknas. Rusman. 2012. Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Rajawali Pers. Jakarta. Santosa, Puji, dkk. 2007. Jakarta:Universitas Terbuka.
Materi
dan Pembelajaran Bahasa Indonesia SD.
Saputra, Ratno. 2012. Upaya Meningkatkan Kemampuan Membaca Permulaan Melalui Metode Struktural Analitik Struktural (SAS) Siswa Kelas I di SD Negeri 1 Gebangsari Kebumen. Yogyakarta:UNY. Soedarso. 2002. Speed Reading : Sistem Membaca Cepat dan Efektif. Jakarta:Gramedia Pustaka. Sumantri, Mulyani. 2001. Strategi Belajar Mengajar. Bandung:CV Maulana.
Supriatna, Nana, dkk. 2007. Bahan Belajar Mandiri Pendidikan IPS di SD. Bandung:UPI PRESS. Tabrani, Rusyan. 2000. Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung:PT. Remaja Rosda Karya. Tarigan, Henry Guntur. 2008. Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa. Wahyudin, Ritawati. 1996. Bahan Ajar Pendidikan Bahasa Indonesia di Kelas-kelas Rendah SD. IKIP. Padang. Wahyuni, Sri. 2002. Cepat Bisa Baca. Gramedia. Jakarta. Wassid, Iskandar. dan Dadang Sunendar. 2008. Remaja Rosdakarya. Bandung.
Strategi Pembelajaran Bahasa. PT.
Yusuf, Munawir, dkk. 2003. Pendidikan Bagi Anak dengan Problema Belajar. Tiga Serangkai Pustaka Mandiri. Solo. Zuchdi, Darmiyati dan Budiasih. 2001. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Kelas Rendah. PAS. Yogyakarta.