MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP BANGUN RUANG MELALUI METODE PENEMUAN PADA SISWA KELAS V SDN 1 MOMALIA KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW SELATAN YOLIS U. DOMILI NIM. 151 412 259 MAHASISWA JURUSAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO PEMBIMBING Dra. Martianty Nalole, M.Pd Dr. Hj. Asni Ilham, S.Pd, M.Si ABSTRAK Yolis U. Domili. 151 412 259. Meningkatkan Pemahaman Konsep Bangun Ruang Melalui Metode Penemuan Pada Siswa Kelas V SDN 1 Momalia Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan. Skripsi, Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Gorontalo. Pembimbing I Dra. Martianty Nalole, M.Pd dan pembimbing II Dr. Hj. Asni Ilham, S.Pd, M.Si. Permasalahan dalam penelitian ini adalah “Apakah melalui metode penemuan dapat meningkatkan pemahaman konsep bangun ruang pada siswa kelas V SDN 1 Momalia Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan”? Dan tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan pemahaman konsep bangun ruang melalui metode penemuan pada siswa kelas V SDN 1 Momalia Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilaksanakan dalam 2 (dua) siklus di kelas V SDN 1 Momalia Kecamatan Posigadan Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan. Tehnik Pengumpulan data dalam penelitian ini berupa lembar observasi tes serta wawancara. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa pemahaman siswa berdasarkan hasil tes siklus I siswa yang paham sebanyak 20 orang atau 71.42% dan yang tidak paham sejumlah 8 orang atau 28.58%. Hal ini belum sesuai dengan indikator kinerja yang ditetapkan sehingga dilanjutkan pada siklus ke II. Pada siklus II mengalami peningkatan dibanding ketuntasan pada siklus I, karena siswa yang paham sejumlah 26 orang atau 92.86% dan siswa yang tidak paham sejumlah 2 orang atau 7.14%. Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa melalui metode penemuan pemahaman konsep bangun ruang pada siswa kelas V SDN I Momalia Kecamatan Posigadan Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan meningkat. Kata Kunci : Pemahaman, Konsep Bangun Ruang, Penemuan.
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah Berdasarkan observasi awal di kelas V SDN 1 Momalia Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan, pemahaman konsep matematika siswa kelas V belum sesuai yang diharapkan. Kenyataan menunjukkan masih rendahnya tingkat penguasaan terhadap materi bangun ruang yang ada. Hal ini didukung dengan hasil tes awal sebelum tindakan materi bangun ruang yakni dari 28 siswa hanya 12 orang atau 42.86% yang memperoleh nilai tuntas di atas KKM. KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yang harus dicapai adalah 70, sedangkan 16 orang atau 57.14% belum tuntas. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah untuk meningkatkan pemahaman konsep bangun ruang melalui metode penemuan pada siswa kelas V SDN 1 Momalia Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan. Manfaat Penelitian Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat penelitian sebagai berikut: 1. Bagi siswa, diharapkan menjadi dasar perbaikan hasil belajarnya, sehingga berimplikasi pada pencapaian kualitas pembelajaran Matematika secara optimal. 2. Bagi guru, diharapakan dapat menjadi masukan untuk meningkatkan pemahaman dan prestasi belajar matematika siswa melalui metode penemuan. 3. Bagi sekolah, sebagai bahan informasi dalam mengambil kebijakan dalam meningkatkan kualitas pembelajaran Matematika melalui pemilihan metode pembelajaran yang tepat. 4. Bagi peneliti, sebagai langkah kongkret dalam mengaplikasikan teori-teori yang berkaitan dengan dunia pendidikan di sekolah dasar., khususnya dalam rangka meningkatkan pemahaman konsep bangun ruang pada mata pelajaran Matematika.
KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN
Kajian Teoretis Hakikat Pemahaman Konsep bangun Ruang Pengertian Pemahaman Konsep Pemahaman konsep dalam proses pembelajaran sangat penting dikuasai oleh siswa. Oleh karena itu sebelum membahas tentang pengertian pemahaman konsep terlebih dahulu akan dijelaskan pengertian pemahaman. Menurut Benyamin, (dalam Tobamba, 2012:9) menyatakan bahwa pemahaman (Comprehension) adalah kemampuan seseorang dalam mengartikan, menafsirkan, menerjemahkan atau menyatakan sesuatu dengan caranya sendiri tentang pengetahuan yang pernah diterimanya. Sedangkan konsep merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak suatu objek. Melalui konsep, diharapakan akan dapat menyederhanakan pemikiran dengan menggunakan satu istilah. Bila seseorang dapat menghadapi
benda atau peristiwa sebagai suatu kelompok, golongan, kelas, atau kategori, maka ia telah belajar konsep. Selanjutnya dipertegas oleh Bahri (dalam Tobamba, 2012:10) bahwa konsep adalah satuan arti yang mewakili sejumlah objek yang mempunyai ciri yang sama. Indikator Pemahaman Konsep Pemahaman konsep merupakan kompetensi yang ditunjukkan siswa dalam memahami konsep dan dalam melakukan prosedur (algoritma) secara luwes, akurat, efisien dan tepat. Adapun indikator pemahaman konsep menurut Heruman, (2012: 5) antara lain adalah: a. Menjelaskan minimal tiga sifat bangun datar. b. Menentukan bangun ruang sesuai sifatnya, c.
Menghubungkan apa yang telah dimiliki dalam struktur berpikirnya berupa konsep matematika, dengan permasalahan yang dihadap.
d. Menyatakan ulang sebuah konsep. e. Mengklasifikasi obyek-obyek menurut sifat-sifat tertentu (sesuai dengan konsepnya). f.
Memberi contoh dan non-contoh dari konsep.
g. Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis. h. Mengembangkan syarat perlu atau syarat cukup suatu konsep. i.
Menggunakan, memanfaatkan, dan memilih prosedur atau operasi tertentu.
j.
Mengaplikasikan konsep atau algoritma pemecahan masalah.
Pengertian Bangun Ruang Menurut Subarinah (2006:136) bahwa bangun ruang merupakan bangun geometri dimensi tiga dengan batas-batas terbentuk bidang datar dan atau bidang lengkung. Macam-macam bangun ruang yang dipelajari siswa sekolah dasar adalah kubus, balok, prisma, tabung, limas, kerucut, dan bola. Fokus pembelajaran bangun ruang tersebut, tentunya dalam pembelajarannya diperlukan pembelajaran bangun ruang tersebut, tentunya dalam pembelajarannya diperlukan model-model bangun yang dimaksud. Akan tetapi kebanyakan SD di Indonesia hanya mempunyai sedikit model bangun ruang dan dalam jumlah terbatas, bahkan bisa tidak mempunyai sama sekali yang dikarenakan rusak atau belum pernah memilikinya. Bangun ruang adalah bagian ruang yang dibatasi oleh himpunan titik-titik yang terdapat pada seluruh permukaan bangun tersebut (Suharjana, 2008: 4). Permukaan bangun itu disebut sisi. 2.1.3 Penanaman Konsep Bangun Ruang Menurut Subarinah (2006:137) Penanaman konsep bangun ruang dapat dilakukan melalui kegiatan laboratorium sederhana. 1. Kubus Kubus adalah suatu bangun ruang yang dibatasi oleh enam buah persegi yang sepsangsepasang sejajar dan setiap tiga persegi yang berdekatan saling tegak lurus. Model bangun ruang adalah yang paling banyak di bahas dis ekolah terutama model jaring-jaring yang membentuk kubus.
2. Balok Balok adalah bangun ruang yang dibatasi oleh enam bidang yang berbentuk persegi panjang dan sepasang-sepasang kongruen. http://data-pro-cbn.blogspot.com.
Model balok yang mensyratakan sisi-sisinya merupakan tiga pasang persegi panjang mengakibatkan ia mempunyai 12 rusuk yang setiap empat rusuk yang sejajr sama panjang. 3. Prisma Menurut Sumanto, dkk (2008:146) Prisma merupakan bangun ruang yang mempunyai alas dan tutup sama bentuk dan ukuran. Prisma adalah bangun ruang yang dibatasi oleh dua bidang yang sejajar dan beberapa buah bidang lain yang berpotongan dua-dua menurut garis sejajar.
Dua bidang sejajar tersebut kongruen dan masing-masing disebut bidang alas dan bidang atas. Sedangkan jarak antara keduanya disebut tinggi prisma. Garis-garis yang sejajar tersebut dinamakan rusuk tegak da bidang selain bidang alas dan bidang atas disebut bidang tegak. Prisma yang bidang alasnya berupa segi-n disebut prisma segi-n. Prisma tegak adalah prisma yang rusuknya lurus pada bidang alas. Prisma segi-n beraturan adalah prisma tegak yang bidang alasnya berupa segi-n beraturan. 4. Tabung Tabung merupakan bangun ruang yang dibatasi sepasang lingkaran dan bidang lengkung.
Model tabung dapat dibuat dengan didahului dengan membuat jarring-jaringnya. Langkah pertama yang harus dilakukan adalah melukis lingkaran dengan jari-jari r pada sebuah kertas, kemudian melukis persegi panjang dengan ukuran t (tinggi tabung) x πr (keliling lingkaran alas). 5. Limas Limas merupakan salah satu bangun ruang (bidang banyak) yang dibatasi oleh sebuah polygon (segi banyak) sebagai alas dan segitiga-segitiga yang alasnya ditentukan oleh sisi-sisi dari polygon tersebut dan puncaknya berimpit. Dalam hal alasnya merupakan segi banyak beraturan, yaitu segi banyak yang semua sisinya sama panjang maka limas terbentuk dinamai dengan limas beraturan. Berikut contoh limas beraturan:
Model limas dapat dibuat dengan didahului dengan membuat jarring-jaring rusuknya. 6. Kerucut Kerucut adalah suatu bangun ruang yang ditentukan oelh sebuah lingkaran dari sebuah titik diluar lingkaran. Jika proyeksi tegak titik di luar lingkaran tersebut berada tepat dipusat lingkaran maka kerucut yang terbentuk merupakan kerucut tegak.
Berdasarkan beberapa cara memperkenalkan konsep bangun ruang kepada siswa, maka halhal yang perlu dilakukan guru dalam penelitian ini adalah bagaimana mengajarkan konsep kepada para siswa agar dapat dipahami dengan baik dengan benar. Pengertian Metode Untuk melaksanakan pembelajaran dibutuhkan suatu metode sebagai alat pencapaian tujuan pembelajaran. Menurut Muda (2006:372) bahwa metode merupakan cara sistematis dan terpikir secara baik untuk mencapai tujuan, prinsip dan praktek-praktek pengajaran. Sedangkan Djamarah dan Zain (2010:76) mengartikan metode sebagai suatu cara yang memiliki nilai strategis dalam kegiatan belajar mengajar. Penggunaaan metode yang tidak sesuai dengan tujuan pengajaran akan menajdi kendala dalam mencapai tujuan yang telah dirumuskan. Sedangkan Hardini dan Puspitasari (2012:13) berpendapat bahwa metode pembelajaran merupakan cara-cara yang ditempuh guru untuk menciptakan siatuasi pengajaran yang menyenangkan dan mendukung bagi kelancaran proses belajar dan tercapainya prestasi belajar anak yang memuaskan. Sebagai seorang guru, tentunya mengetahui metode pembelajaran disekolah sangatlah penting. Tanpa mengetahui metode pembelajaran proses belajar mengajar tidak akan terlaksana dengan sebaik-baiknya. Metode Penemuan Pengertian Metode Penemuan Dalam memahami metode penemuan Saputro (2000:196) menyatakan bahwa metode penemuan
merupakan
suatu
prosedur
pembelajaran
yang
mementingkan
pengajaran
perseorangan, manipulasi-manipulasi objek dan lain-lain percobaan, sebelum sampai pada generalisasi.
Metode penemuan merupakan komponen dari praktek pendidikan yang meliputi
metode pembelajaran yang memajukan cara belajar aktif, berorientasi pada proses, mengarah sendiri dan reflektif. Markaban (2006:9) menjelaskan bahwa proses penemuan dapat menjadi kemampuan umum melalui latihan pemecahan masalah dan praktek membentuk dan menguji hipotesis. Istilah asing yang sering digunakan untuk metode ini adalah discovery yang berarti penemuan, atau inquiry yang berarti mencari. Menurut Ibrahim dan Syaodih (2010:107) discovey merupakan belajar dengan cara menemukan. Sedangkan inkuiri menurut Sagala (dalam Hardini dan Puspitasari, 2012:33) menyatakan bahwa metode inkuiri merupakan metode pembelajaran yang berupaya menanamkan dasar-dasar berpikir ilmiah pada diri siswa sehingga dalam proses
pembelajaran
siswa
lebih
banyak
belajar
sendiri,
mengembangkan
kreativitas
adalam
memecahkan masalah. Langkah-Langkah Pelaksanaan Metode Penemuan Langkah-langkah yang harus ditempuh seorang guru dalam melaksanakan metode penemuan menurut Saputro (2000:199) adalah sebagai berikut: a. Menilai kebutuhan dan minat siswa dan digunakan sebagai dasar untuk menentukan tujuan yang berguna dan realistis untuk pembelajarannya. b. Seleksi pendahuluan atas dasar kebutuhan dan minat siswa, prinsip-prinsip generalisasi, pengertian hubungannya dengan apa yang dipelajari. c.
Mengatur susunan kelas sedemikian rupa sehingga memudahkan terlibatnya arus bebas pikiran siswa dalam belajar dengan penemuan.
d. Bercakap-cakap dengan siswa untuk membantu menjelaskan peranan. e. Menyiapkan situasi yang mengandung masalah yang minta dipecahkan. f.
Mengecek pengertian siswa tentang masalah yang digunakan untuk merangsang belajar dengan penemuan.
g. Menambah berbagai alat peraga untuk kepentingan pelaksanaan penemuan. h. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk bergiat mengumpulkan dan bekerja dengan data, misalnya siswa mempunyai tabung yang diamati dan dicatatnya. i.
Mempersilahkan siswa mengumpulkan dan mengatur data sesuai dengan kecepatannya sendiri.
j.
Memberi kesempatan kepada siswa untuk melanjutkan pengalaman belajarnya walaupun sebagian atas tanggung jawabnya sendiri.
k.
Memberi jawaban dengan tepat dan cepat dengan data informasi bila ditanya dan kalau ternyata dibutuhkan siswa kelangsungan kegiatannya.
l.
Memimpin analisanya sendiri melalui percakapan dan eksplorasinya sendiri dengan pertanyaan yang mengarahkan dan mengidentifikasi proses.
m. Memberikan ketrampilan untuk belajar dengan penemuan yang diidentifikasi oleh kebutuhan siswa, misalnya latihan penyelidikan. n. Merangsang interaksi siswa dengan siswa lainnya, misalnya merundingkan strategi penemuan, mendiskusikan hipotesis, dan data yang terkumpul. o. Mengajukan pertanyaan tingkat tinggi maupun ingatan. p. Bersikap membantu siswa, ide siswa, pandangan, dan tafsirannya yang berbeda. q. Membesarkan siswa untuk memperkuat pertanyaan dengan alasan dan fakta. r.
Menguji siswa yang sedang bergiat dalam proses penemuan.
s.
Membantu siswa menulis atau merumuskan prinsip, aturan, ide, generalisasi, atau pengertian yang menjadi pusat dari masalah semula yang diketemukan melalui strategi penemuan.
t.
Mengecek apakah siswa menggunakan apa yang telah diketemukannya, misalnya pengertian atau teori, atau teknik dalam situasi berikutnya.
Kelebihan dan Kekurangan Metode Penemuan Beberapa kelebihan metode penemuan menurut Saputro (2000:200) ini adalah: a. Strategi (model atau siasat) pengajaran menjadi berubah dari yang bersifat penyajian informasi oleh guru kepada siswa sebagai penerima informasi yang baik tetapi proses mentalnya berkadar rendah, menjadi pengajaran yang menekankan kepada proses pengolahan informasi dimana siswa yang aktif mencari dan mengolah sendiri informasi dengan kadar proses mental yang lebih tinggi atau lebih banyak. b. Pengajaran berubah dari teacher centered menjadi student centered. Guru tidak lagi mendominasi sepenuhnya kegiatan belajar siswa, tetapi lebih banyak bersifat membimbing dan memberikan kebebasan belajar kepada siswa. c.
Siswa akan mengerti konsep-konsep dasar dan ide-ide lebih baik.
d. Membantu dalam menggunakan ingatan dan dalam transfer kepada situasi-situasi proses belajar yang baru. e. Mendorong siswa untuk berpikir dan bekerja atas inisiatifnya sendiri. f.
Mendorong siswa untuk berpikir intuitif dan merumuskan hipotesisnya sendiri.
g. Memberikan kepuasan yang bersifat intrinsik. h. Situasi proses belajar menjadi lebih merangsang. i.
Menambah tingkat penghargaan siswa.
j.
Metode ini dapat memperkaya dan memperdalam materi yang dipelajari sehingga retensinya (tahan lama dalam ingatan) menjadi lebih baik.
k.
Penggunaan discovery memungkinkan siswa belajar dengan memanfaatkan berbagai jenis sumber belajar yang tidak hanya menjadikan guru sebagai satu-satunya sumber belajar.
l.
Metode ini dapat mengembangkan bakat/kecakapan individu.
m. Metode ini dapat menghindarkan cara belajar tradisional (menghafal) dan memberikan waktu yang memadai bagi siswa untuk mengumpulkan dan mengolah informasi. Jenis-Jenis Metode Penemuan dan Cara Pelaksanaanya Metode penemuan dapat dikategorikan ke dalam dua kategori, yakni metode penemuan murni dan metode penemuan terbimbing menurut Rachmadi, (2004: 4) sebagai berikut: a. Metode Penemuan Murni Dalam metode penemuan murni, langkah-langkah, apa yang hendak ditemukan, kesimpulan semata-mata dilakukan oleh siswa sendiri tanpa bimbingan oleh guru. Metode ini kurang tepat digunakan, karena pada umumnya siswa masih banyak sekali membutuhkan pemahaman konsep dasar untuk mampu menemukan sesuatu. b. Metode Penemuan Terbimbing Melihat
kelemahan-kelemahan
dalam
metode
penemuan
murni,
maka
kemudian
dikembangkanlah metode penemuan terbimbing. Sebagai suatu metode pembelajaran dari sekian banyak metode pembelajaran yang ada, penemuan terbimbing menempatkan guru sebagai fasilitator, guru membimbing siswa dimana ia diperlukan.
Penerapan Metode Penemuan Dalam Meningkatkan Pemahaman Konsep Bangun Ruang Berikut langkah-langkah dalam penerapan metode penemuan dalam meningkatkan pemahaman konsep bangun ruang yaitu sebagai berikut: 1) Menjelaskan secara singkat konsep bangun ruang. 2) Membagi siswa menjadi 7 kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari 4 orang secara heterogen. 3) Membagikan alat peraga untuk kepentingan pelaskanaan penemuan. 4) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk aktif mengumpulkan data sesuai dengan bangun ruang yang diamati. 5) Mengecek pengertian siswa tentang sifat-sifat bangun ruang. 6) Mempresentasekan hasil kerja kelompok. 7) Kesimpulan. 8) Evaluasi. Hipotesis Tindakan Berdasarkan rumusan masalah yang diajukan dalam penelitian ini, maka hipotesis tindakan dapat dirumuskan sebagai berikut: “Jika melalui metode penemuan, maka pemahaman konsep bangun ruang pada siswa kelas V SDN 1 Momalia Kecamatan Posigadan Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan akan meningkat”. Indikator Kinerja Indikator keberhasilan dalam penelitian tindakan ini adalah minimal 80% dari keseluruhan siswa yang dikenai tindakan memperoleh nilai 70 ke atas.
METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilaksanakan dalam 2 (dua) siklus di kelas V SDN 1 Momalia Kecamatan Posigadan Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan. Tehnik Pengumpulan data dalam penelitian ini berupa lembar observasi tes serta wawancara.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Siklus I Tahap Pemantauan dan Evaluasi Sebelum pembelajaran konsep bangun ruang, guru menempelkan contoh bangun ruang di papan tulis dan guru menjelaskan tentang bangun ruang tujuan utamanya adalah untuk membantu siswa dalam menghitung bangun ruang yang ada dalam pelajaran Matematika. Pada siklus pertama ini, guru menjelaskan bangun ruang, melalui metode penemuan. Dengan penjelasan tersebut diharapkan siswa mengetahui tentang jumlah bangun ruang yang ada pada mata pelajaran Matematika. Pada siklus I setelah di kenai tindakan berupa bimbingan peneliti kepada siswa. Dengan metode penemuan yang di gunakan dalam proses pembelajaran,
pemahaman siswa sudah menunjukan peningkatan walaupun belum semua siswa, karena siswa masih beradaptasi dengan metode yang digunakan oleh peneliti. Setelah
kegiatan
pembelajaran
dilaksanakan
guru
mengadakan
evaluasi
untuk
mengetahui hasil yang di peroleh siswa setelah diadakan tindakan siklus I. Adapun Evaluasi yang dilakukan peneliti adalah dengan menilai pemahaman konsep pemahaman bangun ruang, melalui metode penemuan. Melalui penilaian tersebut akan diketahui pemahaman mereka dan akan menunjukkan peningkatan pemahaman terhadap konsep bangun ruang. Setelah tindakan siklus I selesai dilaksanakan melalui metode penemuan dalam proses pembelajaran, pemahaman konsep bangun ruang siswa menunjukan peningkatan yang lebih baik dari kondisi awal sebelum dilakukan tindakan. Adapun peningkatan hasil tindakan siklus I berupa pemahaman konsep bangun ruang dapat diuraikan melalui tabel berikut. a. Hasil Pengamatan Kegiatan Siswa Adapun hasil pengamatan kegiatan siswa pada tindakan siklus I dalam pembelajaran konsep bangun ruang adalah sebagai berikut: Tabel 1 : Hasil Pengamatan Kegiatan Siswa Siklus I Kategori No 1
2
Aspek yang Dinilai Menjelaskan minimal 3 sifat bangun datar
Menjelaskan bangun ruang sesuai sifatnya
Keterangan : 86 - 100 70 - 85 60 - 69 0 - 59 Rumus : Nilai =
SB
B
C
K
Jumlah Siswa
Persentase
√
-
-
-
10
35.71%
-
√
-
-
10
35.71%
-
-
√
-
4
14.29%
√
-
-
√ -
4 10
14.29% 35.71%
-
√ -
√
-
10 4
35.71%
-
-
-
√
4
14.29% 14.29%
= Sangat Baik (SB) = Baik (B) = Cukup (C) = Kurang (K)
Jumlah aspek yang diperoleh pada kategori SB ,B,C,K Total Jumlah Siswa
X 100%
Dari hasil tabel tersebut dapat dijelaskan tenang hasil pemahaman siswa dalam memahami konsep bangun ruang telah mengalami peningkatan pada tindakan siklus I sebagai berikut: 1. Aspek menjelaskan minimal 3 sifat bangun datar, siswa yang mampu mencapai nilai ketuntasan yang ditetapkan meningkat sejumlah 20 orang siswa dengan ketuntasan sebesar 71.42%, sedankgan tidak mampu mengalami pengurangan tinggal sejumlah 8 orang siswa dengan persentase 28.58%. 2. Aspek menjelaskan bangun ruang sesuai sifatnya, siswa yang mampu mencapai nilai ketuntasan yang ditetapkan meningkat sejumlah 15 orang siswa dengan ketuntasan sebesar
71.42%, sedankgan tidak mampu mengalami pengurangan tinggal sejumlah 8 orang siswa dengan persentase 28.58%. Adapun hasil pengamatan terhadap aktivitas belajar siswa selama mengikuti pembelajaran pada siklus I melalui metode penemuan dapat dilihat pada lampiran. b. Hasil Pengamatan Kegiatan Guru Hasil pengamatan kegiatan guru dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 2. Hasil Pengamatan Kegiatan Guru pada Siklus I Kategori
No
Aspek yang Diamati
1
Guru menjelaskan tentang cara memahami konsep bangun ruang melalui metode penemuan Guru mengadakan tanya jawab tentang hal-hal yang berhubungan dengan konsep bangun ruang melalui metode penemuan Guru memberikan contoh soal cara memahami konsep bangun ruang melalui metode penemuan Guru memberikan kesempatan untuk berpikir menganalisis, menyelesaikan masalah, dan bertindak tanpa rasa takut dalam memahami konsep bangun ruang melalui metode penemuan Guru memfasilitasi siswa untuk berkompetisi secara sehat untuk meningkatkan pemahaman konsep bangun ruang melalui metode penemuan Guru menilai hasil kerja siswa tentang konsep bangun ruang melalui metode penemuan Guru memberikan kesimpulan bersama tentang konsep bangun ruang melalui metode penemuan Jumlah Persentase (%)
2 3 4
5
6 7
B
C
K
√
-
-
√
-
-
√
-
-
-
√
-
-
-
√
√
-
-
√
-
-
5 71.42
1 14.29
1 14.29
Rumus : Nilai =
Jumlah aspek yang diperoleh pada kategori SB ,B,C,K Total aspek yang diamati
c. Hasil Penilaian Pemahaman Konsep Bangun Ruang Adapun hasil pemahaman konsep bangu ruang melalui metode penemuan dapat dilihat pada tabel halaman berikutnya: Tabel 3. Hasil Evaluasi Pemahaman Konsep Bangun Ruang No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
Nama Siswa Agil Pratama Lamusu Akim Mustakim Hidoka Aldin Yusuf Alfin Ente Alif Menenelu Fadli Pongou Firmansyah Ali Giver Ladja Moh. Wandris Sanawali Moh. Nurhafidz Ente Pangki Isa Raflin Asuke Deyanti Akhir Fauzia Mohamad Jihan Lahay Lelianti Mokoagow
Nilai 89 65 86 86 70 70 70 75 79 65 60 85 85 90 90 75
Paham √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
Kategori Tidak Paham √ √ √ -
17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28
Marta Pou Narta Rahman Novita Lasimpala Nurfadila Moogangga Rindi Lahay Sakinah Alhasni Sri Ayum Mantali Sri Rahayu Botutihe Sukma Ayu Botutihe Wirda Hulopi Wistia Bohuponelo Eka Putri Sanawan Jumlah Persentase (%)
55 85 80 67 70 90 55 85 85 95 57 57
√ √ √ √ √ √ √ 20 71.42%
√ √ √ √ √ 8 28.58%
Hasil evaluasi pada tabel di atas, menunjukkan 20 orang siswa telah memiliki pemahaman atau persentase 71.42% dan 8 siswa belum memahami materi atau 28.58%. Berdasarkan hasil observasi dan evaluasi yang dilakukan oleh peneliti dapat diketahui bahwa pada siklus I ini pemahaman siswa memahami konsep bangun ruang telah mengalami peningkatan dari kondisi awal. Ini membuktikan bahwa pemahaman siswa kelas V SDN I Momalia Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan sedikit meningkat dari sebelumnya. Walau mengalami peningkatan, tapi masih ada 8 orang siswa belum mencapai nilai ketuntasan yang sudah ditetapkan dengan KKM 70. 4) Tahap Analisis dan Refleksi Berdasarkan hasil evaluasi, maka dalam pelaksanaan tindakan siklus I belum banyak peningkatan dan hasilnya belum optimal. Permasalahan dari siswa yang ditemui pada saat pelaksanaan tindakan adalah 1) metode pembelajaran yang digunakan guru kurang menarik, kurang bervariatif, dan tidak sesuai dengan kondisi siswa; 2) pembelajaran yang berlangsung kurang melibatkan siswa atau guru cenderung lebih aktif daripada siswa; 3) Matematika dianggap pelajaran yang sulit dan membosankan; 4) guru tidak mempersiapkan alat peraga yang mendukung untuk menjelaskan materi bangun ruang; 5) media yang digunakan guru kurang bervariatif sehingga siswa kurang dapat menemukan konsep Dari hasil refleksi yang dilakukan peneliti dan guru pengamat, dapat disimpulkan bahwa masih ada beberapa permasalahan yang muncul pada saat proses pelaksanaan tindakan siklus I. Maka perlu dilakukan perbaikan pada rencana tindakan siklus berikutnya yaitu: 1. Guru hendaknya terus memberikan pemahaman tentang konsep bangun ruang. 2. Guru hendaknya menyusun pembelajaran disesuaikan dengan waktu yang tersedia. 3. Guru hendaknya berkeliling mendampingi siswa dalam menentukan bangun ruang. Kendala untuk siklus I merupakan rancangan tindakan yaitu hal-hal yang berhubungan dengan pembelajaran memahami konsep bangun ruang melalui metode penemuan dirasakan oleh guru, dan belum dilaksanakan dengan sempurna oleh peneliti oleh karena itu, akan diperbaiki dalam tindakan siklus II.
Siklus II Pemantauan dan Evaluasi Berdasarkan hasil pemantauan dan evaluasi pada tindakan kelas siklus II bahwa pertemuan siklus II, proses pembelajaran telah dikenakan tindakan dengan memperbaiki kekurangan-kekurangan pada tindakan siklus I. Pada pembelajaran konsep bangun ruang melalui metode penemuan siswa lebih banyak berperan aktif daripada guru. a. Hasil Pengamatan Kegiatan Siswa Adapun peningkatan hasil tindakan siklus II berupa pemahaman konsep bangun ruang melalui metode penemuan di kelas V SDN I Momalia dapat diuraikan melalui tabel dibawah ini. Tabel 4 : Hasil Pengamatan Kegiatan Siswa Siklus II Kategori No 1
2
Aspek yang Dinilai Menjelaskan minimal 3 sifat bangun datar
Menjelaskan bangun ruang sesuai sifatnya
Keterangan : 86 - 100 70 - 85 60 - 69 0 - 59 Rumus : Nilai =
SB
B
C
K
Jumlah Siswa
Persentase
√
-
-
-
12
42.86%
-
√
-
-
14
50.00%
-
-
√
-
2
7.14%
√
-
-
√ -
0 12
0% 42.86%
-
√ -
√
-
14 2
50.00% 7.14%
-
-
-
√
0
0%
= Sangat Baik (SB) = Baik (B) = Cukup (C) = Kurang (K)
Jumlah aspek yang diperoleh pada kategori SB ,B,C,K Total Jumlah Siswa
X 100%
Dari hasil tabel tersebut dapat terlihat bahwa pada siklus II pemahaman siswa dalam memahamai konsep bangun ruang melalui metode penemuan sudah meningkat melebihi standar yang ditetapkan yaitu : 1. Aspek menjelaskan minimal 3 sifat bangun datar, siswa yang mampu mencapai nilai ketuntasan yang ditetapkan telah meningkat menjadi sejumlah 26 orang siswa dengan ketuntasan sebesar 92.86%, sedankgan tidak mampu mengalami pengurangan tinggal 2 orang siswa dengan persentase 7.14%. 2. Aspek menjelaskan bangun ruang sesuai sifatnya, siswa yang mampu mencapai nilai ketuntasan yang ditetapkan telah meningkat menjadi sejumlah 26 orang siswa dengan ketuntasan sebesar 92.86%, sedankgan tidak mampu mengalami pengurangan tinggal 2 orang siswa dengan persentase 7.14%. b. Hasil Pengamatan Kegiatan Guru Adapun hasil pengamatan terhadap kegiatan guru dalam pelaksanaan pembelajaran siklus II dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 5. Hasil Pengamatan Kegiatan Guru Kategori
No
Aspek yang Diamati
1
Guru menjelaskan tentang cara memahami konsep bangun ruang melalui metode penemuan Guru mengadakan tanya jawab tentang hal-hal yang berhubungan dengan konsep bangun ruang melalui metode penemuan Guru memberikan contoh soal cara memahami konsep bangun ruang melalui metode penemuan Guru memberikan kesempatan untuk berpikir menganalisis, menyelesaikan masalah, dan bertindak tanpa rasa takut dalam memahami konsep bangun ruang melalui metode penemuan Guru memfasilitasi siswa untuk berkompetisi secara sehat untuk meningkatkan pemahaman konsep bangun ruang melalui metode penemuan Guru menilai hasil kerja siswa tentang konsep bangun ruang melalui metode penemuan Guru memberikan kesimpulan bersama tentang konsep bangun ruang melalui metode penemuan Jumlah Persentase (%)
2 3 4
5
6 7
B
C
K
√
-
-
√
-
-
√
-
-
√
-
-
√
-
-
√
-
-
√
-
-
7 100
-
-
c. Hasil Penilaian Pemahaman Konsep Bangun Ruang Setelah
kegiatan
pembelajaran
dilaksanakan
guru
mengadakan
evaluasi
untuk
mengetahui hasil yang di peroleh siswa setelah diadakan tindakan siklus II. Adapun Evaluasi yang dilakukan peneliti adalah dengan menilai pemahaman siswa terhadap konsep bangun ruang dan kemampuan menyebutkan gambar tentang bangun ruang, melalui metode penemuan.
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
Tabel 6. Hasil Penilaian Pemahaman Konsep Bangun Ruang Kategori Nama Siswa Nilai Paham Tidak Paham Agil Pratama Lamusu 90 √ Akim Mustakim Hidoka 80 √ Aldin Yusuf 95 √ Alfin Ente 95 √ Alif Menenelu 70 √ Fadli Pongou 75 √ Firmansyah Ali 75 √ Giver Ladja 75 √ Moh. Wandris Sanawali 70 √ Moh. Nurhafidz Ente 70 √ Pangki Isa 75 √ Raflin Asuke 86 √ Deyanti Akhir 86 √ Fauzia Mohamad 86 √ Jihan Lahay 88 √ Lelianti Mokoagow 80 √ Marta Pou 80 √ Narta Rahman 87 √ Novita Lasimpala 86 √ Nurfadila Moogangga 65 √ Rindi Lahay 80 √ Sakinah Alhasni 87 √ Sri Ayum Mantali 65 √ Sri Rahayu Botutihe 89 √ -
25 26 27 28
Sukma Ayu Botutihe Wirda Hulopi Wistia Bohuponelo Eka Putri Sanawan Jumlah Nilai Persentase Ketuntasan
80 88 80 80
√ √ √ √ 26 92.86%
2 7.14%
Pada perbaikan siklus II dapat dijelaskan bahwa penggunaan metode penemuan dapat meningkatkan pemahaman konsep bangun ruang di kelas V SDN 1 Momalia Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan. 4) Tahap Analisis dan Refleksi Kesimpulan dari hasil refleksi yang dilakukan oleh peneliti dan guru pengamat berupa peningkatan pemahaman konsep bangun ruang melalui metode penemuan di kelas V SDN 1 Momalia Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan telah memenuhi standar keberhasilan dan tidak perlu dilanjutkan pada siklus berikutnya, hal ini atas pertimbangan bahwa pada siklus II sudah mengalami peningkatan yang cukup besar.
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan disimpulkan bahwa melalui metode penemuan pemahaman konsep bangun ruang pada siswa kelas V SDN I Momalia Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan meningkat. Saran Berdasarkan penelitian tindakan kelas di kelas V SDN 1 Momalia Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan, maka dapat diajukan saran saran sebagai berikut: 1. Untuk Siswa Kepada siswa hendaknya aktif dalam mengikuti proses pembelajaran dan berusaha meningkatkan pemahaman belajar sehingga memperoleh kemampuan yang optimal pada materi memahamai konsep bangun ruang. 2. Untuk Guru Memberikan motivasi kepada siswa untuk aktif dalam proses pembelajaran melalui metode penemuan dalam meningkatkan pemahaman siswa pada konsep bangun ruang. 3. Untuk Peneliti Kepada peneliti lainnya hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan untuk melakukan penelitian lebih lanjut, untuk menentukan faktor-faktor lain yang dapat mendukung peningkatan pemahaman siswa tentang konsep bangun ruang. Melalui usaha ini, antara peneliti yang satu dengan peneliti yang lain dapat menunjukkan kinerja semakin baik.
DAFTAR PUSTAKA
Anggoro, Toha. 2007. Metode Penelitian. Jakarta: Universitas Terbuka Djamarah Bahri Zain dan Zain Aswan. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta. Hardini Isriani dan Puspitasari Dewi. 2012. Strategi Pembelajaran Terpadu. Yokjakarta: Familia. Markaban, 2006. Model Pembelajaran Matematiika Dengan Pendekatan Penemuan Terbiimbing. Yogyakarta: PPKG Matematika. Hardini, Isriani dan Puspitasari Dewi. 2012. Strategi Pembelajaran Terpadu (Teori, Konsep, dan Implementasi). Yogyakarta: Familia. Heruman, 2012. Model Pembelajaran Matematika Di Sekolah Dasar. Bandung: Remaja Risdakarya. http://data-pro-cbn.blogspot.com/2012/03/macam-bangun-ruang-dan-rumusnya.html Ibrahim, R. dan Syaodih, Nana. 2010. Perencanaan Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Markaban. 2006. Model Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Penemuan Terbimbing. Yogyakarta: Departemen Pendidikan Nasional, Pusat Pengembangan dan Penataran Guru Matematika. Muda, Ahmad. 2007. Kamus Lengkap bahasa Indoensia. Jakarta: Reality Publisher. Rachmadi Widdiharto. 2004. Model-Model Pembelajaran Matematika SMP. Yogyakarta: Departemen Pendidikan Nasional, Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah, Pusat Pengembangan Penataran Guru (PPG) Matematika. Subarinah, Sri. 2006. Inovasi Pembelajaran Matematika SD. Jakarta: Depdikas. Suharjana, Agus. Geometri Datar dan Ruang. Yogyakarta: PPPPTK Matematika. Sumanto, dkk. 2008. Gemar Matematika 5. Jakarta: Pusat Perbukuan Depdiknas Tobamba, Nawir. 2012. Meningkatkan Pemahaman Konsep Rumus Luas Persegi Panjang Melalui Media Petak Satuan Pada Siswa Kelas III SDN 1 Barakati Kecamatan Batudaa Kabupaten Gorontalo. Gorontalo: UNG Saputro, Suprihadi, dkk. 2000. Strategi Pembelajaran, Bahan Sajian Program Pendidikan Akta Mengajar. Malang: Departemen Pendidikan Nasional, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Malang.