PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR IPA MELALUI METODE PENEMUAN PADA SISWA KELAS VI SD NEGERI 1 KAUR SELATAN KABUPATEN KAUR Desminiarti Aprita Indah Ayu SD Negeri I Kaur Selatan Kabupaten Kaur Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan prestasi belajar dan kualitas pembelajaran IPA pada siswa di kelas VI SD negeri I Kaur selatan Kabupaten Kaur. Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas dengan menggunakan tindakan metode penemuan. Penelitian dilaksanakan dalam tiga siklus. Setiap siklus terdiri empat tahap, yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan pembelajaran, pengamatan pembelajaran, dan refleksi. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan tes dan observasi. Teknik analisis menggunakan analisis kuantitatif untuk hasil tes pada akhir siklus dan kualitatif untuk proses pembelajaran. Hasil penelitian menunjukkan bahwa prestasi belajar siswa mengalami peningkatan dari siklus I sampai siklus III yaitu, siklus I (66,67%), siklus II (77,78%), dan siklus III (88,89%). Penerapan metode penemuan konsep meningkatkan motivasi belajar siswa dan kualitas pembelajaran yang ditunjukan dengan rata-rata jawaban siswa yang menyatakan bahwa siswa tertarik dan berminat dengan metode pembelajaran penemuan konsep sehingga mereka menjadi termotivasi untuk belajar. Kata Kunci: metode penemuan, prestasi belajar IPA.
Usaha pemerintah untuk mening-katkan mutu pendidikan di Indonesia terus dilakukan. Hal ini ditunjukkan dengan pemberlakuan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) pada tahun 2006 untuk jenjang pendidikan dasar dan menengah. Kuikulum tersebut memberi peluang dan kesempatan pada setiap satuan pendidikan untuk mengembangkan kurikulumnya berdasarkan kemampuan sekolah yang berpedoman pada standar isi dengan pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered learning) (BSNP, 2006). Pemberlakuan KTSP di sekolah bukan tanpa hambatan. Salah satu hambatan yang banyak ditemukan di berbagai sekolah adalah pelaksanaan pembelajaran yang masih didominasi guru ((teacher centered learning) (Suderajat, 2003:4). Pembelajaran yang berpusat pada guru menyebabkan pembelajaran berlangsung secara pasif, monoton, membosankan, dan menjadikan siswa kurang kreatif, sehingga potensi yang dimiliki siswa tidak bisa tergali dengan baik.
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan pengetahuan yang berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsepkonsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. IPA diperlukan dalam kehidupan seharihari untuk memenuhi kebutuhan manusia melalui pemecahan masalah-masalah yang dapat diidentifikasikan. Pembelajaran IPA sebaiknya dilaksanakan secara inkuiri ilmiah (scientific inquiry) untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja dan bersikap ilmiah serta mengkomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan hidup. Oleh karena itu pembelajaran IPA di SD/MI menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah (Depdiknas, 2006:484). Berdasarkan pengalaman peneliti menjadi guru di SD Negeri 1 Kaur Selatan
54
Desminiarti, Aprita Indah Ayu, Peningkatan Prestasi Belajar IPA Melalui Metode Penemuan, 55
Kabupaten Kaur, pembelajaran IPA di kelas VI sering mengalami kendala. Prestasi belajar IPA siswa tidak memenuhi tujuan yang ditetapkan. Nilai ulangan sehari-hari sering di bawah nilai kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang ditetapkan. Setelah melalui refleksi terhadap pembelajaran IPA yang selama ini dilakukan, peneliti menduga bahwa rendahnya prestasi belajar IPA dapat disebabkan beberapa hal, yaitu pembelajaran yang dilakukan selama ini menggunakan ceramah, pembelajaran berlangsung secara pasif, monoton, membosankan, dan menjadikan siswa kurang kreatif. Berdasarkan hasil renungan awal tersebut, peneliti merasa perlu untuk melakukan perbaikan pembelajaran IPA dengan menerapkan pembelajaran yang dapat mengaktifkan belajar siswa. Pembelajaran yang dipilih untuk diterapkan adalah pembelajaran dengan metode penemuan. Belajar penemuan merupakan sa-lah satu proses belajar yang mendukung pengembangan potensi siswa karena siswa berperan sebagai pemecah masalah yang berinteraksi dengan lingkungan, menguji hipotesis, dan mengembangakan generalisasi. Belajar penemuan meningkatkan penalaran dan kemampuan berfikir secara bebas, dan melatih keterampilan-keterampilan kognitif untuk menemukan dan memecahkan masalah (Bruner, dalam Handayanto, 2003:34). Pembelajaran penemuan konsep ini didasarkan pada Piaget (Nasution, 2005:7). Pembelajaran penemuan didefinisikan suatu stategi pengajaran induktif dengan tujuan membantu siswa segala tingkatan umur mempelajari konsepkonsep dan keterampilan berfikir yang analitis praktis (Widoko, 2001). Metode penemuan konsep dan suatu metode pengajaran yang bertujuan untuk mengembangkan kemampuan berfikir induktif. Kemampuan analisis dan mengembangkan konsep. Pada pengajaran diawali dengan pemberian contoh dan non-contoh diakhiri dengan kesimpulan yang diberikan siswa. Pembelajaran penemuan konsep merupakan metode yang menggunakan contohcontoh positif dan contoh negatif untuk menggambarkan konsep-konsep tersebut
lebih mudah (Klaus Meier, Tennyson dan Cochareila dalam Widoko, 2001). Pembelajaran penemuan konsep merupakan salah satu pembelajaran yang didasarkan pada hakikat IPA. IPA didefiniksan sebagai suatu kumpulan pengetahuan yang tersusun secara alam. Perkembangan IPA tidak hanya ditandai dengan adanya fakta, tetapi juga oleh adanya metode ilmiah dan sikap ilmiah. Metode ilmiah dan pengamatan ilmiah menekankan pada hakikat IPA. Secara rinci hakikat IPA adalah sebagai berikut. 1. Kualitas; pada dasarnya konsep-konsep IPA selalu dapat dinyatakan dalam bentuk angka-angka. 2. Observasi dan Eksperimen; merupakan salah satu cara untuk dapat memahami konsep-konsep IPA secara tepat dan dapat diuji kebenarannya. 3. Ramalan (prediksi); merupakan salah satu asumsi penting dalam IPA bahwa misteri alam raya ini dapat dipahami dan memiliki keteraturan. Dengan asumsi tersebut lewat pengukuran yang teliti maka berbagai peristiwa alam yang akan terjadi dapat diprediksikan secara tepat. 4. Progresif dan komunikatif; artinya IPA itu selalu berkembang ke arah yang lebih sempurna dan penemuanpenemuan yang ada merupakan kelanjutan dari penemuan sebelumnya. 5. Proses; tahapan-tahapan yang dilalui dan itu dilakukan dengan menggunakan metode ilmiah dalam rangkan menemukan suatu kebernaran. 6. Universalitas; kebenaran yang ditemukan senantiasa berlaku secara umum. Proses pembentukan konsep dalam diri individu dapat dibedakan menjadi dua cara, yaitu cara asimilasi dan cara akomodasi. Cara asimilasi adalah informasi yang masuk ke otak akan diubah sehingga cocok dengan struktur yang ada dalam otak. Cara akomodasi adalah penyesuaian struktur oleh otak terhadap pengamatan (Piaget, dalam Nasution, 2005:79). Dalam IPA, secara umum pembentukan konsep merupakan produk eksperimental. Oleh karena itu pembentukan konsep IPA tidak begitu saja dibentuk me-
56, J-TEQIP, edisi Tahun III, Nomor 1, Mei 2012
lalui informasi atau penjelesasan. Konsep tidak dapat begitu saja dipindahkan dari seseorang kepada orang lain. Cara yang paling efektif untuk membentuk konsep IPA adalah melalui pengamatan secara langsung terhadap objeknya. Oleh karena itu, melalui penerapan metode penemuan diharapkan siswa menguasai konsep-konsep IPA dan saling keterkaitannya serta mampu menggunakan metode ilmiah untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya. Penerapan metode penemuan dalam pembelajaran dilakukan dalam kegiatan penelitian yang bertujuan untuk meningkatkan prestasi belajar dan kualitas
pembelajaran IPA siswa di kelas VI SD Negeri 1 Kaur Selatan Kabupaten Kaur. METODE Penelitian ini merupakan peneli-tian tindakan kelas (classroom action research) karena penelitian dilakukan untuk memecahkan masalah pembelajaran di kelas. Penelitian dilakukan dengan menggunakan beberapa siklus yang diadopsi dari metode Kemmis & McTaggart. Tiap siklus terdiri dari (1) perencanaan, (2) pelaksanaan tindakan, (3) observasi, (4) refleksi (Kunandar, 2008). Alur penelitian tindakan kelas yang digunakan disajikan pada Gambar 1. yyyyyyyyyyyyyyyyyyyy
Gambar 1. Alur Penelitian Tindakan Kelas
Permasalahan
Perencanaan tindakan I
Pelaksanaan tindakan I
Siklus I Refleksi tindakan I
Pengumpulan data tindakan I
Perencanaan tindakan II
Pelaksanaan tindakan II
Refleksi tindakan II
Pengumpulan data tindakan II
Siklus II
Dilanjutkan ke siklus berikutnya
Penelitian dilaksanakan dalam tiga siklus secara berkelanjutan. Tindakan penelitian dilaksanakan dengan pembelajaran metode penemuan. Tindakan yang diberikan pada setiap siklus tidak berubah tetapi mengalami perbaikan sesuai hasil refleksi pada setiap siklusnya. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas VII SD Negeri Kaur Selatan Kabupaten Kaur. Penelitian dilaksanakan pada bulan September – Nopember 2010 pada semester ganjil tahun pelajaran 2010/2011.
Materi IPA yang digunakan dalam pembelajaran adalah Cara Perkembangbiakan Tumbuhan dengan Kompetensi Dasar Mengidentifikasi cara perkembangbiakan tumbuhan dan hewan Instrumen penelitian yang diguna-kan meliputi instrumen pembelajaran dan instrumen pengukuran penelitian. Instrumen pelaksanaan pembelajaran mencakup silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), dan Lembar Kegiatan Siswa (LKS). Silabus merupakan pemetaan
Desminiarti, Aprita Indah Ayu, Peningkatan Prestasi Belajar IPA Melalui Metode Penemuan, 57
perencanaan pembelajaran IPA selama satu semester. RPP merupakan rencana pembelajaran ter-tulis yang dirancang guru untuk beberapa pertemuan. LKS merupakan panduan ke-giatan siswa selama pembelajaran. Instru-men pengukuran penelitian mencakup lembar observasi pelaksanaan pembelajaran IPA dengan metode penemuan, lembar observasi aktivitas belajar siswa, dan butir soal tes dalam bentuk soal pilihan ganda Pengumpulan data penelitian dilakukan dengan observasi pelaksanaan pembelajaran IPA dengan metode penemuan, observasi aktivitas guru dan siswa selama pembelajaran, dan tes di akhir siklus. Analisis data dilakukan dengan teknik analisis deskriptif kualitatif untuk menggambarkan kenyataan atau fakta sesuai dengan data yang diperoleh. Penelitian akan dihentikan jika hasil analisis data sudah mencapai indikator keberhasilan penelitian ditetapkan, yaitu jika ketuntasan belajar secara klasikal telah mencapai 85% atau lebih.
kualitas belajar IPA Materi Perkembangbiakan Makhluk Hidup.
HASIL DAN PEMBAHASAN Data lembar observasi diambil dari dua pengamatan yaitu data pengamatan pengelolaan pembelajaran penemuan konsep yang digunakan untuk mengetahui penerapan metode pembelajaran penemuan konsep dalam meningkatkan prestasi dan
c. Tahap Refleksi Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif I dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar yang telah dilakukan. Data hasil penelitian pada siklus I disajikan pada Tabel 1.
No 1 2 3
Siklus I a. Tahap Perencanaan Pada tahap perencanaan peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari rencana pelajaran 1, LKS 1, soal tes formatif 1, dan media pembelajaran yang diperlukan. b. Tahap Pelaksanaan dan Pengamatan Tindakan Pelaksanaan pembelajaran untuk siklus I dilaksanakan pada tanggal 10 Oktober 2010 di kelas VI Sekolah Dasar Negeri 1 Kaur Selatan dengan jumlah siswa 27 siswa. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru. Adapun proses belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran yang telah dipersiapkan. Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan belajar mengajar.
Tabel 1. Rekapitulasi Hasil Tes Siklus I Uraian Nilai rata-rata tes formatif Jumlah siswa yang tuntas belajar Persentase ketuntasan belajar
Siklus II a. Tahap perencanaan Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang ter-diri dari rencana pelajaran 2, LKS 2, soal tes formatif II, dan alat-alat pengajaran yang mendukung. b. Tahap Pelaksanaan dan Pengamatan Tindakan
Hasil Siklus I 69,25 18 66,67
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus II dilaksanakan pada tanggal 17 Oktober 2010 di kelas VI Sekolah Dasar Negeri 1Kaur Selatan dengan jumlah siswa 27 siswa. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru. Adapun proses belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran dengan memperhatikan refleksi pada siklus I, sehingga kesalahan atau kekurangan pada siklus I tidak terulang lagi pada siklus II. Pengamatan
58, J-TEQIP, edisi Tahun III, Nomor 1, Mei 2012
(observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan belajar mengajar. c. Tahap Reflleksi Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif II dengan tujuan
No 1 2 3
Tabel 2. Rekapitulasi Hasil Tes Siklus II Uraian Nilai rata-rata tes formatif Jumlah siswa yang tuntas belajar Persentase ketuntasan belajar
Siklus III a. Tahap Perencanaan Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari rencana pelajaran 3, LKS 3, soal tes formatif 3, dan alat-alat pengajaran yang mendukung. b. Tahap Pelaksanaan dan Pengamatan Tindakan Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus III dilaksanakan pada tanggal 24 Oktober 2010 di kelas VI dengan jumlah siswa 27 siswa. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru. Adapun proses belajar mengajar mengacu pada
No 1 2 3
untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa selama proses belajar mengajar yang telah dilakukan. Instrument yang digunakan adalah tes formatif II. Adapun data hasil penelitian pada siklus II disajikan pada Tabel 2.
rencana pelajaran dengan memperhatikan revisi pada siklus II, sehingga kesalahan atau ke-kurangan pada siklus II tidak terulang lagi pada siklus III. Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan belajar mengajar. c. Tahap Refleksi Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif III dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar yang telah dilakukan. Instrumen yang digunakan adalah tes formatif III. Adapun data hasil penelitian pada siklus III disajikan pada Tabel3.
Tabel 3. Rekapitulasi Hasil Tes Siklus III Uraian Nilai rata-rata tes formatif Jumlah siswa yang tuntas belajar Persentase ketuntasan belajar
Pada tahap refleksi juga dikaji kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan dan dilakukan. Berdasarkan hasil refleksi, ada beberapa kegiatan yang sudah baik dan yang masih kurang baik dalam pembelajaran dengan menerapkan metode pembelajaran penemuan konsep. Dari data-data yang telah diperoleh dapat diuraikan sebagai berikut. a. Selama proses belajar mengajar guru telah melaksanakan semua pembelajaran dengan baik. Meskipun ada bebe-
Hasil Siklus II 75,56 21 77,78
Hasil Siklus III 78,15 24 88,89
rapa aspek yang belum sempurna, tetapi persentase pelaksanaannya untuk masing-masing aspek cukup besar. b. Berdasarkan data hasil pengamatan diketahui bahwa siswa aktif selama proses belajar berlangsung. c. Kekurangan pada siklus-siklus sebelumnya sudah mengalami perbaikan dan peningkatan sehingga menjadi lebih baik. d. Hasil belajar siswa pada siklus III mencapai ketuntasan.
Desminiarti, Aprita Indah Ayu, Peningkatan Prestasi Belajar IPA Melalui Metode Penemuan, 59
Guru telah menerapkan metode pembelajaran penemuan konsep dengan baik. Berdasarkan data yang diperoleh, aktivitas siswa dan hasil belajar siswa selama pelaksanaan pembelajaran IPA berjalan dengan baik. Hal yang perlu diperhatikan untuk pembelajaran selanjutnya adalah memaksimalkan dan mempertahankan apa yang telah ada dengan tujuan agar pada pelaksanaan proses belajar mengajar selanjutnya menerapkan metode pembelajaran penemuan konsep dapat meningkatkan kualitas pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. Pembelajaran penemuan memiliki dampak positif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari semakin mantapnya pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan guru (ketuntasan belajar meningkat dari sklus I, II, dan II) yaitu masing-masing 66,67%, 77,78%, dan 88,89%. Pada siklus III ketuntasan belajar siswa secara klasikal telah tercapai. Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas siswa dalam proses pembelajaran penemuan konsep dalam setiap siklus mengalami peningkatan. Hal ini berdampak positif terhadap prestasi belajar siswa yaitu dapat ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata siswa pada setiap siklus yang terus mengalami peningkatan. Aktivitas siswa dalam proses pembelajaran IPA pada pokok bahasan Cara Perkembangbiakan Tumbuhan dengan metode pembelajaran penemuan konsep yang paling dominan adalah bekerja dengan menggunakan alat/media, mendengarkan/ memperhatikan penjelasan guru, dan diskusi antar siswa/antara siswa dengan guru. Jadi dapat dikatakan bahwa aktvitas siswa dapat dikategorikan aktif. Aktivitas guru selama pembelajaran telah melaksanakan langah-langkah pem-
belajaran penemuan konsep dengan baik. Hal ini terlihat dari aktivitas guru yang muncul di antaranya aktivitas membimbing dan mengamati siswa dalam mengerjakan kegiatan LKS/menemukan konsep, menjelaskan/melatih menggunakan alat, memberi umpan balik/ evaluasi/tanya jawab dimana persentase untuk aktivitas di atas cukup besar. SIMPULAN Pembelajaran dengan penemuan konsep meningkatkan prestasi belajar siswa yang ditandai dengan peningkatan ketuntasan belajar siswa dalam setiap siklus, yaitu siklus I (66,67%), siklus II (77,78%), siklus III (88,89%). Penerapan metode pembelajaran penemuan konsep meningkatkan motivasi belajar siswa dan kualitas pembelajaran yang ditunjukan dengan rata-rata jawaban siswa yang menyatakan bah-wa siswa tertarik dan berminat dengan metode pembelajaran penemuan konsep sehingga mereka menjadi termotivasi untuk belajar. Berdasarkan hasil penelitian, pembelajaran IPA lebih efektif dan lebih memberikan hasil yang optimal bagi siswa, jika pelaksanaan metode penemuan konsep direncanakan secara memerlukan persiapan yang cukup matang, sehingga guru mampu menentukan atau memilih topik yang benar-benar bisa diterapkan dengan metode penemuan konsep dalam proses belajar mengajar sehingga diperoleh hasil yang optimal. Guru hendaknya lebih sering melatih siswa dengan berbagai macam kegiatan praktikum walaupun praktikum yang sederhana, sehingga siswa dapat menemukan pengetahuan baru, memperoleh konsep dan keterampilan, dan mampu memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya.
DAFTAR RUJUKAN BSNP, 2006. Pengembangan KTSP. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Depdiknas, 2006. Permendiknas 2006: Standar Isi. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
60, J-TEQIP, edisi Tahun III, Nomor 1, Mei 2012
Handayanto, 2003. Strategi Belajar Mengajar Fisika. Malang; JICA. Kunandar. 2008. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi Guru. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Nasution, 2006. Pengembangan Kurikulum. Bandung: Rineka Cipta.
Suderajat, H. 2003. Pendidikan Berbasis Luas (BBE) yang Berorientasi pada Kecakapan Hidup (Life Skills). Bandung: CV. Cipta Cekas Grafika. Widoko. 2002. Metode Pembelajaran Penemuan Konsep. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya.