PENERAPAN METODE EKSPERIMEN UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPA SISWA KELAS V SDN 009 TANJUNG KEMUNING KAB. KAUR Putri Harlena Efni Apriza Guru SD di Kabupaten Kaur Abstrak: Permasalahan yang ingin dikaji dalam penelitian ini adalah bagaimana efektivitas dalam penerapan metode ekperimen terhadap peningkatan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPA tentang karbohidrat yang terkandung pada makanan di kelas V SDN 009 Tanjung Kemuning Kab. Kaur. Rancangan penelitian adalah penelitian tindakan kelas, dengan dua siklus, setiap siklus terdiri dari empat tahap kegiatan yaitu merencanakan, melakukan tindakan, mengamati, dan melakukan refleksi. Hasil penelitian dapat dilihat dari meningkatnya nilai ratarata kelas yaitu 55 pada prasiklus, meningkat menjadi 69 pada siklus pertama dan meningkat menjadi 80 pada siklus ke II. Hasil penelitian juga dapat meningkatkan aktifitas siswa dalam belajar, yang dilihat dari peningkatan hasil observasi. Siswa yang mendapat skor A dan B pada prasiklus 43%, meningkat 81% pada siklus I, dan 100% pada siklus II. Dengan demikian, metode eksperimen dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Kata Kunci: metode eksperimen, prestasi belajar, IPA SD.
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) secara harfiah dapat disebut sebagai ilmu tentang alam atau yang mempelajari peristiwa yang terjadi di alam. IPA adalah sistem tentang alam semesta yang diperoleh melalui pengumpulan data dengan observasi dan eksperimen terkontrol. IPA juga didefinisikan sebagai pengkajian dan penterjemahan pengalaman manusia tentang dunia fisik, mencakup semua aspek pengetahuan yang dihasilkan oleh metode saintifik, tidak terbatas pada fakta dan proses saintifik tetapi juga berbagai aplikasi pengetahuan dan prosesnya seperti pengamatan, perkiraan dan penilaian serta interpretasi. Dengan demikian IPA adalah produk atau hasil dari proses penyelidikan ilmiah yang dilandasi oleh sikap dan nilainilai tertentu (Sahono, 2010, dari beberapa sumber). Pada pembelajaran di sekolah, siswa dididik untuk mempelajari hasil kerja dan cara kerja ahli IPA melalui pembelajaran metode ilmiah. Pengetahuan IPA lebih menekankan pada keterlibatan siswa secara langsung dalam mengkaji alam sekitar, untuk menganalisa, memahami konsep-konsep di dalamnya dan merumuskan hukum berdasarkan generalisasi
dan memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari berdasarkan hukum IPA secara memadai. Oleh karena itu, pada mata pelajaran IPA siswa akan belajar efektif apabila mereka terlibat secara langsung dalam pengorganisasian dan pertemuan ataupun pertalian serta hubungan dengan informasi yang dihadapinya. Hasil pembelajaran IPA pada umumnya masih menjadi masalah. Prianto (dalam Sudjana, 2004) menyatakan bahwa usaha untuk meningkatkan prestasi belajar siswa seringkali berhadapan dengan kendala atau hambatan yaitu: (1) guru ataupun jajaran pengelola pendidikan di sekolah cenderung apatis dan tidak melakukan upaya-upaya konkrit untuk keluar dari realitas ini, (2) lingkungan masyarakat atau keluarga siswa juga relatif kurang memberikan dukungan dalam proses pembelajaran, dan (3) minimnya fasilitas yang bisa mendukung kelancaran KBM. Berdasarkan pengamatan dan pengalaman guru bidang studi IPA di kelas V SDN 009 Tanjung Kemuning Kab. Kaur, menunjukan bahwa mata pelajaran IPA bukan lagi sebagai kegiatan yang menarik, menantang dan menuntut partisipasi aktif siswa, serta prestasi belajar yang diperoleh 51
52, J-TEQIP, edisi Tahun II, Nomor 1, Mei 2011
belum memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) yang telah ditetapkan yaitu 70. Hasil belajar siswa rata-rata hanya mencapai 55. Hal ini disebabkan kurangnya pemahaman dan penguasaan siswa terhadap konsep yang diterapkan. Kurang berhasilnya pelajaran IPA bisa disebabkan oleh beberapa faktor, misalnya lingkungan yang kurang mendukung, minat dan bakat siswa yang kurang, fasilitas belajar kurang memadai dan yang tidak kalah pentingnya adalah kurang tepatnya metode dalam mengajar. Dalam proses pembelajaran guru menggunakan metode belajar yang kurang variatif setiap kali pertemuan. Bertolak dari masalah tersebut, maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian pembelajaran dengan menerapkan metode ekperimen dalam pembelajaran IPA tentang pengamatan karbohidrat yang terkandung dalam makanan di kelas V dalam rangka meningkatkan prestasi belajar siswa SDN 009 Tanjung Kemuning Kabupaten Kaur. Diharapkan keaktifan siswa dalam pembelajaran juga meningkat. Menurut Arindawati dan Huda (2004), metode eksperimen adalah cara penyajian pelajaran di mana siswa melakukan percobaan dengan mengalami dan membuktikan sendiri sesuatu yang dipelajari. Pada proses belajar mengajar dengan metode eksperimen ini siswa diberi kesempatan untuk mengalami sendiri atau melakukan sendiri, mengikuti suatu proses, mengamati suatu obyek, menganalisis, membuktikan, dan menarik kesimpulan tentang suatu obyek, keadaan, atau proses sesuatu. Dengan demikian, siswa dituntut untuk mengalami sendiri, mencari suatu kebenaran atau mencoba mencari data baru yang diperlukannya, mengolah sendiri, membuktikan suatu hukum atau dalil, dan menarik kesimpulan atas proses yang dialaminya. Dalam proses pembelajaran dengan metode eksperimen siswa diberi kesempatan untuk mengalami sendiri atau melakukan sendiri, mengikuti proses, mengamati suatu obyek, menganalisis, membuktikan dan menarik kesimpulan
sendiri tentang suatu objek, keadaan atau proses tertentu. Peranan guru dalam metode eksperimen adalah memberi bimbingan agar eksperimen itu dilakukan dengan teliti sehingga tidak terjadi kekeliruan atau kesalahan. Metode eksperimen bertujuan agar: (1) siswa mampu menyimpulkan fakta-fakta, informasi atau data yang diperoleh, (2) siswa mampu merancang, mempersiapkan, melaksanakan dan melaporkan percobaannya, (3) siswa mampu menggunakan logika berpikir induktif untuk menarik kesimpulan dari fakta, informasi atau data yang dikumpulkan melalui percobaan, dan (4) siswa mampu berpikir sistematis, disiplin tinggi, hidup teratur dan rapi. Beberapa alasan guru menggunakan metode eksperimen adalah: (1) dapat menumbuhkan cara berpikir rasional dan ilmiah, (2) dapat memungkinkan siswa belajar secara aktif dan mandiri, dan (3) dapat mengembangkan sikap dan perilaku kritis, tidak mudah percaya sebelum ada bukti-bukti nyata. METODE Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research) yang dilaksanakan dalam dua siklus. Penelitian tindakan kelas sebagai suatu bentuk penelitian yang bersifat refleksi dengan melakukan tindakan tertentu agar dapat memperbaiki dan meningkatkan kemampuan professional guru dalam kegiatan belajar mengajar di kelas (Kartadinata, 1998). Menurut Wardani (2007:34) ada 4 tahapan penting dalan melaksanakan penelitian tindakan kelas yaitu: 1) Perencanaan, 2) Pelaksanaan, 3) Pengamatan, 4) Refleksi. Merupakan unsur untuk membentuk sebuah siklus, yaitu satu putaran kegiatan beruntun yang kembali ke langkah semula atau siklus berulang. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa di kelas V SDN 009 Tanjung Kemuning Kab. Kaur. Jumlah siswa 21 orang siswa yang terdiri dari 4 orang lakilaki dan 17 orang perempuan. Penelitian ini dilaksanakan pada pada bulan AgustusOktober tahun 2010.
Putri Harlena dan Efni Apriza, Penerapan Metode Eksperiman untuk Meningkatkan Prestasi Belajar IPA, 53
Instrumen yang digunakan adalah lembar observasi dan lembar tes. Lembar observasi yang digunakan adalah lembaran observasi guru dan lembar observasi siswa. Lembar observasi guru meliputi delapan aspek pengamatan yang digunakan untuk mengamati guru dalam kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan metode eksperimen. Tes dilakukan setelah kegiatn belajar mengajar selesai. Tes digunakan untuk mengetahui sejauh mana tingkat penguasaan siswa terhadap materi pelajaran yang sudah dipelajari sesuai dengan indikator yang akan dicapai. Soal tes disusun berdasarkan indikator dan kisi-kisi soal. Tes ini bertujuan untuk mengukur sejauh mana prestasi belajar siswa terhadap materi pelajaran setelah mengikuti proses belajar mengajar. Menurut Mardius Parlan (dalam Nur Sasongko, 2004), analisis data yang sudah terkumpul dianalisis dengan perhitungan rata-rata tes yang diproses sebelum tindakan kelas dan nilai rata-rata tes setelah tindakan dengan rumus: X =
∑X N
Keterangan : X : Nilai rata-rata ∑x : Jumlah nilai n : Jumlah siswa Keaktifan siswa yang diukur dengan A, B, C, dan D A=4 B=3 C=2 D=1 HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil analisis data tes siswa, rata-rata ketuntasan belajar siswa secara klasikal pada proses pembelajaran IPA siklus I dan II yang dilakukan dengan menerapkan metode eksperimen dapat mencapai hasil yang optimal. Prestasi belajar siswa setelah diterapkan metode eksperimen pada mata pelajaran IPA di kelas V SDN 009 Tanjung Kemuning Kabupaten Kaur, khususnya pada pokok bahasan “Karbohidrat yang terkandung pada makanan” dapat dilihat peningkatan nilai
rata-rata dari prasiklus 55, pada siklus I dengan rata-rata 69, meningkat pada siklus II dengan rata-rata 80 dan siswa lebih tertarik dan termotivasi dalam pelajaran IPA, karena siswa dapat terlibat langsung dalam proses belajar mengajar dan dapat dengan mudah memahami konsep-konsep IPA. Hasil penelitian ioni, sejalan dengan hasil penelitian Andayani (2010), yang menunjukkan bahwa metode eksperimen pada pembelajaran IPA tentang gaya dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri Tegalombo I Kecamatan Kalijambe Kabupaten Sragen. Peningkatan prestasi belajar tersebut juga dapat digambarkan sebagai berikut. (1) Siswa lebih tertarik atau termotivasi dalam proses belajar mengajar setelah menetapkan metode eksperimen dari pada proses pembelajaran yang tidak menerapkan metode eksperimen. (2) Siswa lebih aktif dalam proses belajar mengajar karena siswa dapat terlihat langsung dalam kegitan pembelajaran. (3) Siswa dapat dengan mudah memahami konsep-konsep IPA. (4) Menimbulkan rasa ingin tahu dan berpikir kritis atau secara ilmiah dalam proses pembelajaran. (5) Kegiatan belajar mengajar bersifat menyenangkan karena dilakukan dengan cara bermain sambil belajar. (6) Terciptanya rasa kebersamaan dan kekompakan antarsiswa. (6) Mengembangkan kegiatan belajar yang mandiri. Pelaksanaan proses pembelajaran dengan menerapkan metode eksperimen juga dapat meningkatkan keaktifan siswa dan proses pembelajaran sudah berjalan dengan baik dari segi aktifitas siswa. Hal ini terlihat peningkatan dari tiap siklus seperti yang didapatkan dari analisis data observasi untuk aktifitas siswa pada prasiklus yang memperoleh nilai atau skor A dan B adalah 43%, pada siklus I dengan rata-rata 81%, dan rata-rata pada siklus II 100%. Hal tersebut dapat terlihat dari peningkatan beberapa aspek penilaian berikut. (1) Melakukan eksperimen. Sebelum menerapkan metode eksperimen, siswa belum terlihat aktif dalam belajar. Tapi, setelah menerapkan metode eksperimen, siswa menjadi aktif dan semangat dalam mengikuti pembelajaran yang sedang berlangsung. (2) Bekerja sama. Sebelumnya
54, J-TEQIP, edisi Tahun II, Nomor 1, Mei 2011
banyak siswa yang ribut, tetapi setelah siswa duduk berkelompok bereksperimen dan mengamati setiap tahap eksperimen mereka saling bekerja sama dalam kelompoknya. (3) Keaktifan. Sebelum melakukan eksperimen, siswa masih terlihat mainmain dan belum ada keseriusan dalam menjawab pertanyaan, tapi setelah mereka melakukan percobaan mereka menjadi aktif. (4) Mempersentasikan hasil diskusi. Sebelum anak maju ke depan mempresentasikan hasil diskusi, anak belum berani mengemukakan pendapatnya. Menurut Sahono (2010), tingginya hasil belajar IPA dengan menggunakan strategi pembelajaran pada kelompok siswa dengan kecenderungan aktivitas belajar tinggi, terkait dengan sifat subjek didik dan interaksi pembelajaran yang tercipta oleh strategi pembelajaran itu sendiri. Siswa yang memiliki kecenderungan aktivitas belajar tinggi memiliki sifat lebih mandiri (independen) dalam melakukan kegiatan belajar, seperti mengikuti pelajaran, mempersiapkan peralatan pelajaran, mendengarkan informasi, membaca, menulis, mencari buku, mengamati, melakukan latihan maupun eksperimen, dan sebagainya. Dengan kata lain, mereka lebih suka melakukan kegiatan belajar secara bebas dengan sedikit bimbingan atau bantuan dari guru. Sebagai suatu metode pembelajaran, metode eksperimen mempunyai kekuatan dan kelemahan. Kekuatan metode eksperimen adalah: (1) membuat siswa percaya pada kebenaran kesimpulan percobaannya sendiri daripada menurut cerita orang atau buku, (2) siswa aktif mengumpulkan fakta, informasi atau data yang diperlukan melalui percobaan yang dilakukannya, (3) dapat digunakan untuk melaksanakan prosedur metode ilmiah dan berpikir ilmiah, (4) hasil belajar dikuasai siswa dengan baik dan tahan lama dalam ingatan, dan (5) menghilangkan verbalisme. Adapun kelemahannya, metode eksperimen (1) Memerlukan peralatan dan bahan percobaan yang lengkap serta umumnya mahal, (2) dapat menghambat lajunya pembelajaran sebab eksperimen
umumnya memerlukan waktu lama, (3) kesalahan dalam eksperimen akan berakibat pada kesalahan kesimpulannya, dan (4) belum tentu semua guru dan siswa menguasai metode eksperimen. Namun demikian, terdapat beberapa cara menguasai kelemahan metode eksperimen, antara lain: (1) guru harus menjelaskan secara gamblang hasil yang ingin dicapai dengan eksperimen, (2) guru harus menjelaskan prosedur eksperimen, bahan-bahan eksperimen yang diperlukan, peralatan yang diperlukan dan cara penggunaannya, variabel yang perlu dikontrol, dan hal yang perlu dicatat selama eksperimen, (3) guru mengawasi pelaksanaan eksperimen dan memberi bantuan jika siswa mengalami kesulitan, dan (4) guru meminta setiap siswa melaporkan proses dan hasil eksperimennya, membanding-bandingkannya dan mendiskusikannya, untuk mengetahui kekurangan dan kekeliruan yang mungkin terjadi. Dalam metode eksperimen, guru dapat mengembangkan keterlibatan fisik dan mental, serta emosional siswa. Siswa mendapat kesempatan untuk melatih keterampilan proses agar memperoleh hasil belajar yang maksimal. Pengalaman yang dialami secara langsung dapat tertanam dalam ingatannya. Keterlibatan fisik dan mental serta emosional siswa diharapkan dapat diperkenalkan pada suatu cara atau kondisi pembelajaran yang dapat menumbuhkan rasa percaya diri dan juga perilaku yang inovatif dan kreatif. Pembelajaran dengan metode eksperimen melatih dan mengajar siswa untuk belajar konsep IPA sama halnya dengan seorang ilmuwan IPA. Siswa belajar secara aktif dengan mengikuti tahap-tahap pembelajarannya. Dengan demikian, siswa akan menemukan sendiri konsep sesuai dengan hasil yang diperoleh selama pembelajaran. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan metode eksperimen adalah: (1) persiapkan terlebih dahulu bahan-bahan yang dibutuhkan, (2) usahakan siswa untuk terlibat secara langsung sewaktu mengadakan eksperimen, (3) sebelum dilaksanakan eksperimen, siswa terlebih dahulu di-
Putri Harlena dan Efni Apriza, Penerapan Metode Eksperiman untuk Meningkatkan Prestasi Belajar IPA, 55
berikan penjelasan dan petunjuk-petunjuk seperlunya, (4) lakukan pengelompokan atau masing-masing individu melakukan percobaan yang telah direncanakan bila hasilnya belum memuaskan dapat diulangi lagi untuk membuktikan kebenarannya, dan (5) setiap kelompok atau individu dapat melaporkan hasil secara tertulis. KESIMPULAN Berdasarkan penelitian tindakan kelas yang telah dilakukan, peneliti dapat DAFTAR RUJUKAN Andayani. 2010. Upaya Peningkatan Hasil Belajar IPA tentang Konsep Gaya melalui Metode Eksperimen Pada Siswa Kelas IV SD Negeri Tegalombo I Kecamatan Kalijambe Kabupaten Sragen Tahun Pelajaran 2009/2010. Skripsi. Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. Arindawati, A. dan Huda, H. 2004. Beberapa Alternatif Pembelajaran di Sekolah Dasar. Malang: Bayumedia Publishing. Kartadinata, S. 1998. Bimbingan di Sekolah Dasar. Jakarta : Depdikbud, Ditjen Dikti Proyek PGSD, IBRT: LOAN 349-IND. Nur Sasongko, R. 2004. Jurnal Ilmiah Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Bengkulu: Program Pendidikan Guru Sekolah Dasar FKIP UNIB.
menyimpulkan bahwa proses belajar mengajar yang dilakukan dengan menerapkan metode eksperimen pada mata pelajaran IPA di kelas di kelas V SDN 009 Tanjung Kemuning Kab. Kaur dapat meningkatkan prestasi belajar IPA siswa. Hasil lainnya, keaktifan siswa dalam proses pembelajaran juga meningkat. Diharapkan guru IPA untuk menerapkan metode eksperimen dalam pembelajaran IPA, sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar dan keaktifan siswa.
Sahono,
B. 2010. Pengaruh Strategi Pembelajaran dan Aktivitas Belajar dalam Pembelajaran IPA SD. Orasi Ilmiah pada Pengukuhan Jabatan Guru Besar dalam Bidang Teknologi Pendidikan pada Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Bengkulu. Pada Tanggal 29 Juni 2010 di Bengkulu.
Sudjana, N. 2004, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Bandung: Transito Sumantri, M. dan Permana, J. 1999, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.. Wardani. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Universitas Terbuka.