LAPORAN TAHUNAN BALAI BESAR PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PASCAPANEN PERTANIAN
2011
BALAI BESAR PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PASCAPANEN PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2012
Penyunting
: Rudy Tjahjohutomo Sri Widowati
Redaksi Pelaksana : Tatang Hidayat Cover dan Tata Letak : Benny E. Willyanto
Penerbit
: Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pertanian Pascapanen Pertanian Kampus Penelitian Pertanian Cimanggu Jl. Tentara Pelajar no 12 A Telepon : 0251 - 8321762; Faksimili : 0251 - 8350920 http://pascapanen.litbang.deptan.go.id
Dicetak atas biaya DIPA BB-Pascapanen TA 2012
ii
KATA PENGANTAR Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian (BB Pascapanen) sebagai salah satu unit kerja Badan Litbang Pertanian diharapkan dapat berperan dalam penyediaan teknologi pascapanen untuk mendukung program pembangunan pertanian sesuai tupoksi yang dimiliki. Pelaksanaan program penelitian dan pengembangan tahun 2011 merupakan tahun kedua dari Renstra BB Pascapanen periode 2010-2014. Laporan Tahunan 2011 ini merupakan sintesis dari pelaksanaan kegiatan BB Pascapanen pada tahun anggaran 2011, yang terdiri atas kegiatan penelitian dan pengembangan serta kegiatan kelembagaan struktural yang mendukung pelaksanaan kegiatan penelitian dan pengembangan. Fokus kegiatan penelitian dan pengembangan tahun 2011 masih meneruskan kegiatan tahun sebelumnya, yaitu menghasilkan inovasi teknologi penanganan dan pengolahan untuk peningkatan daya saing dan nilai tambah produk pertanian serta peningkatan diversifikasi pangan. Banyak harapan dari pengguna teknologi dan pengambil kebijakan terhadap inovasi teknologi pascapanen yang dihasilkan tersebut. Namun demikian, disadari bahwa inovasi teknologi pascapanen yang dihasilkan belum mampu memenuhi semua harapan pengguna. Hal ini menjadi motivasi untuk bekerja lebih keras pada masa yang akan datang. Mudah-mudahan Laporan Tahunan 2011 ini dapat bermanfaat bagi para pemangku kepentingan. Kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan untuk perbaikan dan peningkatan kinerja BB Pascapanen. Bogor, Mei 2011 Kepala BB Pascapanen Ir. Rudy Tjahjohutumo, MT NIP. 19570922 198203 1 001
iii
iv
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR....................................................................................... iii DAFTAR ISI.................................................................................................... v DAFTAR GAMBAR . .................................................................................... vii DAFTAR TABEL............................................................................................. xi Pendahuluan.............................................................................................1 Program Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian....................................................................................................3 A. Visi dan Misi.........................................................................................3 B. Tujuan, Sasaran dan Strategi................................................................4 C. Pencapaian Tujuan dan Sasaran ..........................................................5 Kegiatan Penelitian dan Pendayagunaan Hasil Penelitian........6 A. Sumber Dana DIPA BB Pascapanen......................................................6 B. Sumber Dana Riset Insentif Peningkatan Kemampuan Peneliti dan Perekayasa..........................................................................................21 C. Sumber Dana Konsorsium Badan Litbang Pertanian..........................31 D. Sumber Dana Analisis Kebijakan Badan Litbang Pertanian................38 E. Sumber Dana Puslitbang Perkebunan................................................40 F. Sumber Dana BB Mekanisasi Pertanian..............................................43 G. Kerjasama dan Pendayagunaan Hasil Penelitian................................44 H. Dampak Kegiatan Diseminasi.............................................................70
v
Kelembagaan BB Pascapanen.............................................................72 A. Organisasi...........................................................................................72 B. Sumber Daya Manusia........................................................................73 C. Fasilitas Penelitian..............................................................................78 D. Pengembangan Sarana dan Prasarana...............................................80 E. Anggaran............................................................................................82 Perencanaan Program dan Evaluasi..............................................85 A. Rapat Kerja BB Pascapanen ...............................................................86 B. Penyempurnaan Renstra BB Pascapanen...........................................87 C. Program dan Rencana Litbang Pascapanen........................................87 D. Evaluasi dan Pelaporan.......................................................................88 PENUTUP.....................................................................................................93
vi
DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Gambar 2. Gambar 3. Gambar 4. Gambar 5. Gambar 6. Gambar 7. Gambar 8. Gambar 9. Gambar 10. Gambar 11. Gambar 12. Gambar 13. Gambar 14. Gambar 15. Gambar 16. Gambar 17. Gambar 18.
Buah pepaya mini dengan pengemasan net-foam dan wrap plastik.................................................................................................. 7 Perlakuan yang dapat menghambat kematangan pisang hingga lebih dari 4 minggu (kemasan aktif 100µl, ekspose 48 jam)............... 8 Pengemasan : MAP dan vakum ; kondisi buah durian setelah penyimpanan 3 minggu pada suhu 15⁰C : pengemas MAP 0,06 mm dan vakum 0,06 mm ................................................... 9 Mangga gedong yang diberi perlakuan irradiasi sinar gamma 0,75 kGy............................................................................................ 10 Produk antara dalam pembuatan beras jagung termodifikasi: jagung pipilan, jagung pecah kulit, perendaman jagung pecah kulit, jagung sosoh pratanak lokal dan Bisi 2.................................... 11 Produk snack bars berbasis tepung ubi jalar dan kemasannya......... 12 Tiga varietas beras dan nasi instan setelah rehidrasi........................ 14 Teknologi proses pembuatan kopi luwak artifisial............................ 15 Proses fermentasi biji kakao............................................................. 16 Lada putih yang dihasilkan dengan pengupasan menggunakan enzim pektinase kasar....................................................................... 18 Hasil pencelupan 5x kain sutra dengan emulsi konsentrasi ekstrak tegeran 25% dan 30% dengan penambahan tawas.......................... 19 Susu fermentasi kering probiotik: susu fermentasi kering, pengemasan dalam alufo dan PP, keju rendah lemak dalam kemasan : alufo, PP dan PE.............................................................. 20 Situasi saat sosialisasi dan pelatihan di Kabupaten TTU, TTS, dan Sumba Timur, ................................................................................... 21 Produk kering sebelum penambahan air panas (rehidrasi), dan produk setelah penambahan air panas............................................. 22 Pelatihan teknologi pengolahan lada : teori dan praktek; uji coba produksi : pengupasan kulit lada dan penjemuran........................... 24 Kegiatan difusi teknologi pengolahan rambutan dan produk olahannya.......................................................................................... 25 Produk olahan susu hasil produksi Kelompok Tani Ternak Lembah Makmur : Kallaine Yoghurt, Annisa Yoghurt, dan Es Yoghurt ........... 26 Jenis-jenis produk olahan sukun yang telah didifusikan flask, rusk substitusi tepung sukun, kerupuk sukun, dan bihun sukun.............. 28 vii
Gambar 19. Silinder penyosoh sebelum dan setelah dimodifikasi; dan penampakan sorgum sebelum dan setelah disosoh......................... 29 Gambar 20. Produk minyak goreng Diacyl glycerol (DAG).................................... 31 Gambar 21. Performa beras analog dari komposit pati sagu termodifiasi dengan tepung beras tanpa coating; dengan coating....................... 33 Gambar 22. Beberapa PPK yang menjadi sampel uji coba Sinar Tani, Kec. Rengasdengklok, Karawang, Jabar; PPK Karya Mandiri, Desa Pranten Kec. Gubug, Grobogan, Jateng; dan PPK Sri Rejeki, Desa Sumber Tlasih, Kec. Dander, Bojonegoro, Jatim....................... 34 Gambar 23. Beras kasava (rasava) dari 5 varietas ubi kayu : Adira-1, Lokal, Malang 1, Malang 4, dan UJ 5........................................................... 37 Gambar 24. Bangunan pabrik tepung kasava Bimo dan laboratorium uji mutu tepung milik PT. MPS dan kunjungan Sekretaris Badan Litbang Pertanian dan Kepala BB Pascapanen ke pabrik tepung kasava Bimo ..................................................................................... 45 Gambar 25. Rapat koordinasi dengan instansi terkait dan Peliputan oleh TV lokal . ................................................................................................ 46 Gambar 26. Bangunan pilot plant dan line processing gabah pratanak IGr di PT. Petrokimia, Gresik....................................................................... 47 Gambar 27. Penandatangan kerjasama lisensi beras IGR antara BB Pascapanen dengan PT. Petrokimia, Gresik................................. 48 Gambar 28. Proses ujicoba ekspor manggis ke Cina tanggal 27 Desember 2011............................................................................ 48 Gambar 29. Pelatihan produk-produk olahan sukun............................................ 50 Gambar 30. Bubur ayam instan Cianjur siap saji.................................................. 51 Gambar 31. Keragaan bubur instan gandum sosoh kering dan bubur instan gandum sosoh seduh........................................................................ 52 Gambar 32. Bangunan pengolahan; Peralatan : alat perontok, alat pengupas, dan sarana penjemuran.................................................................... 54 Gambar 33. Penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) oleh Kepala BB Pascapanen dan Kepala Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Karawang........................................................................ 55 Gambar 34. Proses pendampingan teknologi kepada Gapoktan.......................... 56 Gambar 35. Kunjungan mantan Menteri Pertanian Anton Apriyantono di stand Badan Litbang Pertanian................................................................... 57 Gambar 36. Suasana pameran pada pertemuan ITPGRFA .................................. 57
viii
Gambar 38. Suasana kunjungan Menteri Pertanian dan Kepala Badan Litbang Pertanian dan demo pembuatan jus serta tepung kasava di Saung Pascapanen/Mekanisasi Pertanian................................................... 58 Gambar 37. Pembukaan Agro and Food Expo oleh Sekjen Kementan dan suasana stand Badan Litbang Pertanian........................................... 58 Gambar 39. Suasana dan Kegiatan saat Temu Teknologi...................................... 59 Gambar 40. Suasana Pameran dan kunjungan Menteri Pertanian di stand BB Pascapanen.................................................................................. 59 Gambar 41. Stand BB Pascapanen pada acara Hari Susu Nusantara.................... 60 Gambar 42. Pembukaan Jakarta Agro Expo oleh Gubernur DKI Jakarta dan display olahan kasava di stand BPTP DKI........................................... 60 Gambar 43. Kepala Badan Litbang meninjau pameran dan suasana pameran di Zona Inovasi Masyarakat............................................................... 60 Gambar 44. Wakil Presiden dan Menteri Pertanian mengunjungi stand BB Pascapanen.................................................................................. 61 Gambar 45. Produk BB Pascapanen pada pameran di ENIP dan kunjungan Menko Perekonomian...................................................................... 62 Gambar 46. Tampilan website BB-Pascapanen yang telah diperbarui.................. 69 Gambar 47. Tampilan layar program Senayan untuk memudahkan pencarian koleksi publikasi yang dimiliki oleh perpustakaan BB Pascapanen... 70
ix
x
DAFTAR TABEL Tabel 1. Tabel 2. Tabel 3. Tabel 4. Tabel 5.
Judul dan penulis pada Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Volume 7 Nomor 2 dan Volume 8 Nomor 1 tahun 2011 ......................66 Judul dan penulis pada Buletin Penelitian Pascapanen Pertanian Volume 7 Nomor 1 tahun 2011 .............................................................67 Jumlah pegawai BB Pascapanen berdasarkan pendidikan periode 2007-2011...............................................................................................73 Jumlah pegawai BB Pascapanen berdasarkan jabatan fungsional periode 2007-2011.................................................................................73 Jumlah peneliti dan perekayasa BB Pascapanen berdasarkan jenjang jabatan fungsional periode 2007-2011...................................................73 Tabel 6. Daftar nama petugas belajar yang masih aktif belajar pada tahun 2011........................................................................................................74 Tabel 7. Daftar nama pegawai yang mengajukan izin belajar..............................75 Tabel 8. Daftar nama pegawai yang mengikuti training jangka pendek di luar negeri......................................................................................................75 Tabel 9. PNS yang pensiun pada periode tahun 2010-2014 (definitif).................76 Tabel 10. Indeks Penerapan Nilai Dasar Budaya Kerja (IPNBK) BB Pascapanen tahun 2011..............................................................................................78 Tabel 11. Ruang lingkup pengujian laboratorium BB Pascapanen yang diakreditasi.............................................................................................79 Tabel 12. Realisasi pengembangan prasarana dan sarana BB Pascapanen ...........80 Tabel 13. Daftar peralatan hasil pengadaan tahun 2011........................................80 Tabel 14. Realisasi anggaran DIPA BB Pascapanen TA. 2011..................................82 Tabel 15. Judul kegiatan dalam laporan bulanan BB Pascapanen periode bulan Januari–Desember 2011...............................................................90
xi
xii
Pendahuluan Dalam era globalisasi ekonomi, persaingan dalam perdagangan komoditas pertanian di pasar internasional semakin meningkat. Komoditas hasil pertanian Indonesia masih belum mampu bersaing di pasar internasional karena masih lebih banyak bertumpu pada keunggulan komparatif. Persaingan yang mengandalkan pada keunggulan kompetitif dengan penguasaan teknologi sampai saat ini masih menjadi kendala. Masalah lain yang dihadapi Indonesia adalah masalah ketahanan pangan dengan semakin tingginya konsumsi beras dan terigu. Tingkat konsumsi beras di Indonesia mencapai 139 kg/kapita/tahun jauh melebihi rata-rata tingkat konsumsi dunia yang hanya 60 kg/kapita/tahun. Impor gandum pada tahun 2011 diperkirakan sudah mencapai 4,8 juta ton, sedangkan terigu 0,9–1 juta ton. Sehubungan dengan hal tersebut, peran inovasi teknologi pascapanen pertanian dalam mendukung pembangunan pertanian di Indonesia sangat penting, terutama dalam penyediaan teknologi penanganan dan pengolahan hasil komoditas pertanian mendukung peningkatan diversifikasi pangan serta peningkatan nilai tambah, daya saing dan ekspor sejalan dengan program 4 (empat) sukses Kementerian Pertanian.
Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian
1
Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian (BB Pascapanen) sebagai unit eselon II di bawah Badan Litbang Pertanian harus mampu menjadi lembaga litbang andalan dalam penyediaan inovasi teknologi pascapanen pertanian, khususnya untuk pencapaian target peningkatan diversifikasi pangan dan peningkatan nilai tambah, daya saing dan ekspor. BB Pascapanen dituntut untuk dapat menghasilkan inovasi teknologi layak terap bagi para pengguna (petani dan pengusaha agribisnis) agar dapat menghasilkan teknologi penanganan dan pengolahan hasil yang dapat meningkatkan nilai tambah. Pada periode Renstra 2005-2009, BB Pascapanen telah menghasilkan berbagai inovasi teknologi penanganan dan pengolahan hasil komoditas pertanian yang sebagian sudah diadopsi oleh masyarakat pengguna. Pada periode Renstra 2010-2014, kuantitas dan kualitas inovasi teknologi pascapanen terus ditingkatkan seiring dengan semakin besarnya permasalahan dan tuntutan masyarakat pengguna. Upaya peningkatan kinerja BB Pascapanen terus menerus dilakukan, baik melalui restrukturisasi program penelitian dan pengembangan maupun upaya membangun kerja sama dengan lembaga lain baik di dalam maupun luar negeri agar peran nyata BB Pascapanen dalam pembangunan pertanian dapat semakin ditingkatkan. Pelaksanaan program penelitian dan pengembangan pascapanen perlu mendapat dukungan dana yang memadai agar dapat mencapai keberhasilan. Selain dukungan dana APBN, BB Pascapanen terus berupaya mendapatkan dana melalui kerjasama kemitraan baik dari dalam maupun luar negeri. Kerjasama di dalam negeri terus diintensifkan melalui kemitraan yang saling menguntungkan, antara lain dengan dunia usaha, Pemda, Usaha Kecil Menengah (UKM), Gapoktan, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), BUMN dan pelaku agribisnis lainnya. Kerjasama luar negeri akan dikembangkan baik secara bilateral dalam bentuk hibah atau transfer ilmu pengetahuan dan teknologi maupun trilateral melalui pemanfaatan tenaga ahli BB Pascapanen di negara-negara sedang berkembang dengan pendanaan dari negara donor. Dari kerjasama kemitraan dengan institusi lain baik dari luar maupun lingkup Badan Litbang Pertanian, pada tahun 2011 BB Pascapanen mendapat sumber pendanaan di luar DIPA BB Pascapanen, sebagai berikut : 1) Kementerian ristek untuk melaksanakan 8 (delapan) judul kegiatan penelitian dengan nilai Rp 1.202.727.273, 2) Badan Litbang Pertanian untuk melaksanakan 5 (lima) judul kegiatan penelitian konsorsium pascapanen dengan nilai Rp 543.297.000, 3) Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan untuk melaksanakan 2 (dua) judul kegiatan penelitian dengan nilai Rp 370.078.500, 4) Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian untuk melaksanakan 1 (satu) judul kegiatan penelitian dengan nilai Rp 300.000.000, dan 5) Badan Litbang Pertanian untuk melaksanakan 2 (dua) judul kegiatan analisis kebijakan dengan nilai Rp 400.000.000. Alokasi anggaran BB Pascapanen ke depan harus mengarah kepada pencapaian cost effectiveness yang tinggi dan mampu bersaing dengan institusi atau lembaga penelitian dan pengembangan pascapanen yang lain.
2
Laporan tahunan BB-Pascapanen T.A. 2011
Program Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian A. Visi dan Misi 1. Visi Sebagai institusi yang mempunyai tugas pokok dan fungsi dalam penelitian dan pengembangan teknologi pascapanen pertanian, BB Pascapanen menetapkan visinya sejalan dengan visi pembangunan pertanian dan visi Badan Litbang Pertanian. Visi BB Pascapanen dirumuskan berdasarkan kajian orientasi masa depan (future oriented), perubahan paradigma pembangunan pertanian, serta kebutuhan institusi yang profesional. Visi BB Pascapanen dalam kurun waktu 2010-2014 ditetapkan sebagai berikut : Menjadi institusi penelitian dan pengembangan andalan yang menghasilkan inovasi teknologi pascapanen untuk ketahanan pangan dan kesejahteraan masyarakat pertanian.
Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian
3
2. Misi Dalam upaya mewujudkan visi yang telah dirumuskan, maka disusun misi sebagai suatu kesatuan gerak dan langkah dalam mencapai visi. Misi BB Pascapanen dirumuskan sebagai berikut : • • •
Menghasilkan inovasi teknologi diversifikasi pangan dengan memanfaatkan sumber daya domestik untuk mendukung ketahanan pangan, Menghasilkan inovasi teknologi pascapanen dalam rangka peningkatan nilai tambah, daya saing, mutu dan keamanan produk pertanian, Membangun kerja sama dalam dan luar negeri untuk mempercepat alih teknologi dan penguasaan IPTEK.
B. Tujuan, Sasaran dan Strategi Dalam jangka menengah (tahun 2010-2014) visi dan misi Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian dijabarkan ke dalam tujuan dan sasaran penelitian dan pengembangan pertanian. Untuk mencapai tujuan dan sasaran tersebut, maka disusun strategi penelitian dan pengembangan pascapanen atas dasar evaluasi mendalam terhadap faktor internal dan eksternal yang telah diuraikan pada perkembangan lingkungan strategis yang terkait dengan kinerja BB Pascapanen ke depan. 1. Tujuan Dalam rangka mewujudkan visi dan melaksanakan misinya, dalam lima tahun ke depan BB Pascapanen menetapkan tujuan sebagai berikut : •
Menghasilkan dan mengembangkan inovasi teknologi pengolahan pangan pokok baru dan substitusi bahan pangan impor untuk mendukung ketahanan pangan, • Menghasilkan dan mengembangkan inovasi teknologi penanganan dan pengolahan untuk mengurangi kehilangan hasil, mempertahankan mutu, keamanan produk pertanian serta memiliki nilai tambah dan daya saing, • Mempercepat alih teknologi dan penguasaan IPTEK melalui kemitraan penelitian dan pengembangan teknologi pascapanen. 2. Sasaran Sasaran strategis yang hendak dicapai BB Pascapanen dalam lima tahun ke depan adalah meningkatnya inovasi teknologi penanganan dan pengolahan hasil pertanian mendukung ketahanan pangan, nilai tambah, daya saing dan ekspor, dengan sasaran sebagai berikut : •
• •
4
Tersedianya teknologi penanganan segar produk pertanian untuk memperpanjang kesegaran dan daya simpan (termasuk didalamnya transportasi dan distribusi untuk pemasarannya), Tersedianya produk/teknologi untuk peningkatan diversifikasi pangan, dan substitusi pangan impor, Tersedianya produk dan teknologi untuk peningkatan nilai tambah dan daya saing.
Laporan tahunan BB-Pascapanen T.A. 2011
3. Strategi Strategi penelitian dan pengembangan pascapanen pertanian dalam tahun 2010-2014 sebagai berikut : • • •
•
Memprioritaskan kegiatan penelitian untuk pengembangan produk pangan berbasis sumber daya lokal dan penanganan segar produk pertanian, Peningkatan kerjasama penelitian dengan lembaga nasional/internasional dan kemitraan dalam rangka adopsi teknologi, Peningkatan kualitas SDM dan fasilitas penelitian serta penerapan sistem manajemen mutu dalam rangka memacu peningkatan kuantitas dan kualitas inovasi teknologi yang dihasilkan. Pemanfaatan iptek mutakhir (diantaranya: nanotechnology dan bioprocessing) untuk meningkatkan kualitas inovasi teknologi yang dihasilkan.
C. Pencapaian Tujuan dan Sasaran Kegiatan penelitian dan pengembangan pascapanen pertanian periode 2010-2014, merupakan penjabaran dari program utama Badan Litbang Pertanian yang diarahkan untuk penciptaan inovasi teknologi dan varietas unggul berdaya saing. Kegiatan penelitian dan pengembangan pascapanen difokuskan untuk menghasilkan inovasi teknologi penanganan dan pengolahan hasil pertanian mendukung pencapaian target diversifikasi pangan, peningkatan nilai tambah, daya saing dan ekspor. Kegiatan dilakukan baik dalam skala laboratorium, pilot plant maupun skala operasional meliputi penanganan segar produk pertanian, diversifikasi pangan dan substitusi pangan impor, serta pengembangan produk dan teknologi untuk meningkatkan nilai tambah dan daya saing. Dalam upaya mencapai sasaran kegiatan penelitian dan pengembangan pascapanen untuk menghasilkan inovasi teknologi penanganan dan pengolahan hasil pertanian mendukung ketahanan pangan, nilai tambah, daya saing dan ekspor, BB-Pascapanen memberikan arah kebijakan penelitian dan pengembangan pascapanen sebagai berikut : • • •
Memfokuskan penciptaan teknologi dalam rangka diversifikasi pangan, meningkatkan nilai tambah, daya saing dan ekspor, Meningkatkan penguasaan iptek dan mempercepat proses alih teknologi, Memperkuat kapasitas SDM, sarana/prasarana dan manajemen penelitian yang akuntabel.
Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian
5
Kegiatan Penelitian dan Pendayagunaan Hasil Penelitian A. Sumber Dana DIPA BB Pascapanen 1. Penelitian dan Pengembangan Teknologi Penanganan Segar Produk Pertanian a. Teknologi Pengemasan Pepaya Mini untuk Transportasi Laut dengan Mengurangi Tingkat Kerusakan dan Memperpanjang Daya Simpan Pemerintah daerah Balikpapan, Kalimantan Timur saat ini sedang mengupayakan daerahnya menjadi salah satu sentra produksi pepaya mini di Indonesia. Produksi pepaya di daerah tersebut pada tahun 2008 mencapai 47.071 ton, yang sebagian besar produksinya dipasarkan di Jakarta. Kendala utama dalam penanganan pascapanen buah pepaya pada umumnya adalah umur simpannya yang relatif pendek, mudah mengalami kerusakan mekanis dan buah yang cepat busuk akibat serangan antraknosa yang merupakan penyakit utamanya. Kendala yang selanjutnya timbul dalam penanganan pascapanen buah pepaya mini asal Balikpapan yang dikirim ke Jakarta melalui transportasi laut adalah tidak digunakannya suhu dingin selama tranportasinya. Hal tersebut diduga menjadi salah satu sebab tingginya kerusakan pada buah 6
Laporan tahunan BB-Pascapanen T.A. 2011
pepaya mini yang dikirim. Kerusakan buah mencapai 70% (surat Ditjen Hortikultuta, 2010) selama 7 hari dalam perjalanan antara Balikpapan-Surabaya-Jakarta. Dari hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa buah pepaya mini Balikpapan yang dikemas dengan wrap plastik, mempunyai tingkat kerusakan fisik dan penampakan buah terbaik dibandingkan dengan kontrol dan perlakuan lainnya (pelilinan + anti bakteri lengkuas, dan netfoam). Pepaya mini Balikpapan pada tingkat kematangan 1 dan 2, dengan perlakuan wrap plastik, dan dikemas dalam kardus besar (ukuran 55x37x19 cm) dengan dua susun, isi 32 buah pepaya memiliki waktu display hingga 8 hari, di luar waktu transportasi yang diasumsikan 4 hari, sehingga total waktu simpan buah pepaya mini Balikpapan adalah 12 hari. Pada hari ke-12, buah pepaya yang dikemas dengan wrap plastik masih mempunyai tingkat kerusakan kurang dari 50% per kardus dan secara fisik buah masih pada tingkat warna 4 dengan nilai kekerasan antara 1 dan 2. Secara organoleptik, buah yang disimpan selama 12 hari tidak menimbulkan rasa asing (seperti rasa asam akibat respirasi anaerob).
a
b
Gambar 1. Buah pepaya mini dengan pengemasan net-foam (a) dan wrap plastik (b)
b. Teknologi Kemasan Aktif Berbasis 1-Methylcyclopropene (1-MCP) untuk Memperlambat Kematangan Pisang Pisang merupakan salah satu jenis buah unggulan nasional yang memiliki keunggulan komparatif dan kompetitif cukup tinggi, baik di pasar domestik maupun ekspor. Salah satu varietas pisang yang menjadi prioritas untuk dikembangkan sebagai komoditas ekspor unggulan adalah pisang Mas Kirana. Penanganan pascapanen pisang Mas Kirana di Kabupaten Lumajang yang merupakan salah satu sentra produksinya masih perlu perbaikan. Masalah utama yang dihadapi petani dan pedagang adalah umur simpan pisang Mas Kirana yang relatif pendek. Aplikasi kemasan aktif berbasis 1-MCP di tingkat petani dan pedagang diharapkan dapat menjadi solusi pemecahan masalah yang tepat. Namun demikian, ketersediaan produk komersial 1-MCP di Indonesia sangat terbatas sedangkan harga produk impornya mahal sehingga perlu dikaji metode sintesis 1-MCP yang mudah dan murah. Hasil karakterisasi pisang Mas Kirana menunjukkan bahwa pisang mencapai kematangan setelah 8 hari penyimpanan dalam ruangan dengan rata-rata suhu 27°C dan RH 61,0 % dimana terjadi perubahan warna dari hijau pada saat mentah menjadi kuning cerah, dengan TPT pada saat matang sempurna mencapai 28°brix. Waktu puncak produksi etilen, 1-aminocyclopropane-1-carboxylic acid (ACC), dan CO2 sekitar 24-26 jam penyimpanan Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian
7
pada suhu ruang atau sekitar 36-38 jam dari waktu panen, sehingga penggunaan kemasan aktif 1-MCP pada pisang Mas Kirana harus dilakukan maksimal 38 jam dari waktu panen agar kinerja 1-MCP lebih efektif. Metode sintesis 1-MCP yang aman dilakukan pada kondisi suhu reaksi yang dingin (5-8°C), bubling dengan gas argon, kondisi tabung tanpa udara dan lama reaksi sekitar 2 jam. Perlakuan sintesis yang menghasilkan kadar dan profil pembentukan gas 1-MCP yang baik adalah perlakuan perbandingan LDA:CMP = 2:1, 3:1 dan 4:1.
Gambar 2. Perlakuan yang dapat menghambat kematangan pisang hingga lebih dari 4 minggu (kemasan aktif 100µl, ekspose 48 jam)
c.
Formulasi bahan aktif yang telah dibuat terdiri dari bahan aktif 3 jenis LCP murni dan 4 jenis komposit bahan aktif. Aplikasi bahan aktif untuk pembuatan kemasan aktif hanya dapat dilakukan untuk LCP murni melalui metode injeksi langsung. Perlakuan kemasan aktif injeksi langsung LCP murni 3:1 sebanyak 100 μl, waktu ekspose 48 jam dan penyimpanan pada suhu AC (18°C) mampu memperpanjang umur simpan pisang sampai lebih dari 7 minggu atau melebihi target 4 minggu. Gas 1-MCP terbukti dapat terbentuk dalam kemasan hasil reaksi bahan aktif LCP dengan uap air yang dihasilkan oleh pisang dan mampu menghambat produksi etilen namun tidak sampai menghentikan secara total sehingga pisang masih dapat matang tanpa perlu stimulasi dengan gas etilen.
Teknologi Pengemasan Buah Durian dalam Memperpanjang Daya Simpan untuk Transportasi Ekspor
Indonesia mempunyai berbagai jenis durian lokal dengan beragam rasa dan aroma yang khas. Di Indonesia terdapat sekitar 27 spesies yang bermarga Durio sehingga memberikan peluang ekspor yang besar bagi buah durian Indonesia. Saat ini, perdagangan dunia buah durian masih dikuasai oleh Thailand dengan jenis durian Monthong. Bila dibandingkan dengan jenis durian Monthong dari Thailand, durian lokal Indonesia mempunyai masa simpan yang relatif lebih pendek, kulit buah lebih tipis dan cepat terbelah sehingga mempercepat terjadinya off flavor yang kemudian menjadi busuk. Teknik pengemasan buah durian yang tepat dapat menghambat proses fisiologis buah durian, sehingga diharapkan dapat memperpanjang daya simpan buah durian dan meminimalisir kerusakan buah selama transportasi dan penyimpanan. 8
Laporan tahunan BB-Pascapanen T.A. 2011
Kerusakan buah durian lokal dalam penyimpanan umumnya diawali dengan gejala pecah kulit buah setelah 3-5 hari dari waktu panen. Seiring dengan berkembangnya kerusakan fisik buah (pecah dan melunaknya kulit buah), infeksi cendawan patogenik semakin berkembang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kerusakan mikrobiologi pada buah durian yang terlihat sebagai gejala busuk lunak disebabkan oleh cendawan patogenik Botryodiplodia sp., Rhizopus sp., Aspergillus sp. dan Fusarium sp. Uji coba penggunaan anti mikroba alami dengan konsentraasi 5-10% atau pelilinan 4% menghasilkan daya simpan buah durian yang lebih baik mencapai 15 hari penyimpanan pada suhu 12-15°C. Pengemasan buah durian dengan teknik atmosfir termodifikasi (MAP-Gambar 3a) dan vakum (Gambar 3b) dilakukan dengan menggunakan plastik polietilen ketebalan 0,04 dan 0,06 mm. Teknik MAP dilakukan dengan memberikan perforasi makro (diameter lubang 0,5 cm) pada plastik sebanyak 54 buah. Buah durian yang dikemas MAP ataupun vakum kemudian disimpan di dalam ruangan bersuhu 12-15°C dan 2022°C. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penyimpanan buah durian terkemas pada suhu 12-15°C lebih baik dibandingkan dengan suhu 20-22°C. Buah durian terkemas vakum dengan ketebalan plastik 0,06 mm dan suhu penyimpanan 12-15°C mempunyai daya simpan terbaik, yaitu buah durian tetap segar selama 21 hari penyimpanan (Gambar 3d) dengan masa display 5-6 hari. Buah durian yang dikemas MAP pada ketebalan plastik 0,06 dan suhu penyimpanan 12-15°C mempunyai daya simpan selama 21 hari (Gambar 3c) dengan masa display berkisar 2-3 hari.
a
b
c
d Gambar 3. Pengemasan : MAP (a) dan vakum (b); kondisi buah durian setelah penyimpanan 3 minggu pada suhu 15⁰C : pengemas MAP 0,06 mm (c) dan vakum 0,06 mm (d)
Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian
9
d. Penerapan Irradiasi Sinar Gamma dan WHT untuk Meningkatkan Mortalitas Lalat Buah pada Mangga
Gambar 4. Mangga gedong yang diberi perlakuan irradiasi sinar gamma 0,75 kGy
Mangga merupakan salah satu jenis buahbuahan Indonesia yang memiliki peluang ekspor cukup besar. Pasar ekspor utama mangga segar Indonesia adalah Timur Tengah, Hongkong, Singapura, Malaysia, dan Brunei Darussalam. Adanya kebijakan eksporimpor non tarif terkait dengan Sanitary dan Phytosanitary (SPS) menjadi kendala dalam ekspor mangga karena mangga Indonesia belum terbebas dari permasalahan lalat buah. Pengendalian hama penyakit pascapanen dengan perlakuan panas banyak digunakan setelah adanya pelarangan penggunaan bahan kimia seperti yang digunakan dalam perlakuan fumigasi. Alternatif lain untuk mempertahankan mutu, keamanan, dan pengawetan pangan adalah dengan cara
iradiasi menggunakan sinar gamma. Permintaan eksportir terhadap komoditas pangan irradiasi semakin meningkat sehingga penerapan teknologi iradiasi untuk pengendalian penyakit pascapanen pada mangga perlu dipertimbangkan. Buah mangga (varietas Gedong dan Arumanis) dengan indeks ketuaan tertentu (Gedong 80-90 hari dan Arumanis 75-80 hari) dipanen dengan menyisakan tangkai 10-15 cm. Buah mangga hasil sortasi dan grading berdasarkan ukuran mangga untuk tujuan ekspor selanjutnya dicuci untuk menghilangkan getah dan kotoran. Mangga diberi perlakuan iradiasi dengan sinar gamma dan Water Heat Treatment (WHT), kemudian dikemas dan disimpan di dalam ruang pendingin dan suhu kamar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan irradiasi sinar gamma dapat meningkatkan mortalitas lalat buah pada mangga. Pada dosis iradiasi sinar gamma yang optimal (0,75 kGy), penerapan irradiasi mampu membebaskan pertumbuhan lalat buah hingga mencapai 100%. Mortalitas lalat buah pada mangga yang diiradiasi dengan dosis 0,25 dan 0,50 kGy masih menunjukkan adanya lalat buah pada penyimpanan minggu ke-2. Mangga gedong yang diberi perlakuan irradiasi sinar gamma 0,75 kGy disajikan pada Gambar 4. Penerapan WHT untuk menghambat pertumbuhan penyakit pascapanen dicapai pada suhu 53°C selama 5 menit. WHT pada suhu 53°C selama 5 menit mampu menghambat pertumbuhan penyakit pascapanen antraknosa dan stem end rot hingga minggu ke-2 dengan kondisi buah mangga masih tetap segar. Pada penggunaan suhu di bawah 50°C atau di atas 56°C dengan waktu lebih dari 5 menit mengakibatkan penurunan kualitas buah mangga karena terjadi kerusakan. Penerapan kombinasi irradiasi sinar gamma dan WHT pada buah mangga menyebabkan tekstur menjadi lebih lunak dibandingkan tanpa perlakuan irradiasi dan WHT.
10
Laporan tahunan BB-Pascapanen T.A. 2011
2. Penelitian dan Pengembangan Teknologi dan Produk untuk Diversifikasi Pangan dan Substitusi Pangan Impor a. Teknologi Pembuatan Berasan Jagung Termodifikasi Menggunakan Mikroba untuk Meningkatkan Daya Cerna dan Mempersingkat Waktu Tanak Jagung merupakan sumber kalori yang dapat menjadi pengganti atau suplemen pangan pokok beras. Beras jagung menjadi bahan tambahan makanan pokok bagi sebagian masyarakat perdesaan, khususnya di Jawa Tengah, Jawa Timur, Nusa Tenggara Timur, dan seluruh propinsi di Sulawesi. Di Jawa Tengah, masyarakat membuat beras jagung dengan cara merendam grit (jagung pipilan yang sudah dipecah) dalam air atau disebut fermentasi spontan. Perendaman menyebabkan mikroba tumbuh secara spontan dan tidak terkendali sehingga beras jagung yang dihasilkan seringkali berasa asam. Untuk menghasilkan beras jagung terstandar dengan mutu yang konsisten telah dilakukan penelitian pembuatan beras jagung termodifikasi melalui fermentasi dengan menggunakan mikroba. Jagung yang dapat diolah menjadi beras jagung termodifikasi yaitu varietas Srikandi Putih, Anoman, Bisi 2, lokal Tretep, lokal Kodok, lokal Tlogomulyo, lokal Sili, dan Pulut. Isolasi mikroba dari perendaman jagung selama 72 jam mengasilkan 10 koloni kapang, 5 koloni khamir, dan 5 jenis bakteri. Kapang tersebut teridentifikasi sebagai Aspergillus, Mucor, Fusarium dan Rhizopus yang bersifat amilolitik, dan sedangkan jenis khamir teridentifikasi Torulopsis sp dan Candida sp. Candida guillermondii adalah khamir yang sering berasosiasi dengan jagung. Bakteri yang tumbuh selama perendaman jagung didominasi oleh bakteri asam laktat (BAL), yang terdiri atas Bacillus cereus, Pseudomonas flourescens, Staphylococcus saprophyticus, S. haemolyticus, dan Leifsonia aquatic. Kelima BAL tersebut tidak bersifat amilolitik. Starter mikroba terbaik untuk pembuatan beras jagung termodifikasi adalah campuran dari semua isolat tanpa Aspergillus niger.
a
b
c
d
e Gambar 5. Produk antara dalam pembuatan beras jagung termodifikasi: jagung pipilan (a), jagung pecah kulit (b), perendaman jagung pecah kulit (c), jagung sosoh pratanak lokal (d) dan Bisi 2 (e) Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian
11
Penggunaan starter terbaik menghasilkan beras jagung termodifikasi dengan kadar air 3,386,05% atau sangat kering sehingga dapat mencegah pertumbuhan mikroba dan aflatoksin serta memperpanjang umur simpan hingga lebih dari satu tahun. Kadar abu 0,29-0,45%, lemak 0,009-0,011%, protein 5,18-9,6%, dan karbohidrat 84,73-89,92%. Pembuatan beras jagung termodifikasi dengan mikroba mempercepat waktu tanak dari 2-3 jam menjadi hanya kurang dari 20 menit. Daya cerna pati beras jagung termodifikasi berkisar 64,32–81,36%, sedangkan daya cerna pati beras jagung tanpa modifikasi (fermentasi spontan) 59,73– 66,68%. Kandungan serat pangan tak larut 5,02-6,60% dan serat pangan larut 1,19-1,42%. Kandungan serat pangan larut terendah pada beras jagung varietas Lokal Sili dan tertinggi pada varietas Bisi 2 dan Lokal Tretep. Jagung dengan kandungan serat pangan terlarut yang rendah mempunyai nilai daya cerna pati lebih tinggi. Indeks glikemik beras jagung termodifikasi sangat rendah, berkisar antara 28,66-41,71, tertinggi pada varietas Srikandi Putih. Namun demikian, jika dibandingkan dengan nilai indeks glikemik pangan dari sumber karbohidrat lain, indeks glikemik Srikandi Putih masih lebih rendah. Dengan demikian, beras jagung termodifikasi sangat baik bagi penderita diabetes. Proses fermentasi dapat menurunkan kandungan aflatoksin dari 9,21-10,79 ppb menjadi kurang dari 0,5 ppb. Setelah penyimpanan 3 bulan, kandungan aflatoksin pada beras jagung termodifikasi masih dibawah 0,5 ppb, sedangkan beras jagung tanpa proses fermentasi, kandungan aflatoksin meningkat menjadi 12,59-26,36 ppb. Dengan demikian, proses fermentasi beras jagung dengan mikroba untuk menghasilkan beras jagung termodifikasi sekaligus dapat menekan kandungan aflatoksin dan memperpanjang masa simpan. Produk antara dalam pembuatan beras jagung termodifikasi disajikan pada Gambar 5. b. Teknologi Pembuatan Snack bars Berbasis Tepung Ubijalar sebagai Makanan Berkalori Tinggi untuk Daerah Rawan Bencana
a
b Gambar 6. Produk snack bars berbasis tepung ubi jalar (a) dan kemasannya (b)
12
Laporan tahunan BB-Pascapanen T.A. 2011
Pangan darurat adalah pangan khusus yang dikonsumsi pada saat keadaan darurat. Penyediaan pangan darurat yang bersifat ready to eat diperlukan pada kondisi dimana para korban tidak dapat hidup normal untuk memenuhi kebutuhannya. Produk pangan tersebut hendaknya tidak sekedar menjadi pengganjal perut, tetapi juga mampu memberi energi dalam jumlah yang cukup. Karakteristik yang diperlukan dalam pengembangan pangan darurat adalah aman dikonsumsi, gizi cukup, dapat diterima, mudah dipindahkan dan digunakan. Pangan darurat juga diharapkan dapat dikonsumsi oleh berbagai kalangan usia (bayi berusia 0-12 bulan tidak termasuk di dalamnya). Jumlah energi yang dianjurkan terkandung di dalam pangan darurat adalah sebesar 2.100 kkal per hari.
Beberapa varietas ubijalar mengandung komponen bioaktif yang bermanfaat bagi kesehatan seperti β-karoten dan antosianin. Karakteristik kalori ubijalar segar dapat ditingkatkan dengan memprosesnya menjadi bahan kering seperti tepung. Kandungan protein ubijalar yang rendah dapat ditingkatkan dengan menambahkan tepung kacang-kacangan sehingga menjadi tepung komposit kaya nutrisi. Kandungan oligosakarida dalam tepung diharapkan serendah mungkin untuk menekan timbulnya flatulensi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa produksi tepung sebagai bahan baku pembuatan snack bar dengan kandungan oligosakarida rendah, dilakukan dengan cara fermentasi bakteri asam laktat (BAL) untuk tepung ubi jalar, perendaman untuk tepung kacang hijau, dan perebusan untuk tepung kedelai. Optimasi proses pembuatan snack bar menggunakan Response Surface Methodology (RSM), dilakukan terhadap kondisi proses pembuatan snack bar (suhu dan lama pemanggangan) dan formula snack bar berbasis ubijalar. Hasil optimasi menunjukkan bahwa suhu dan lama pemanggangan snack bar yang optimum dicapai pada suhu 132,02ºC dengan lama pemanggangan 76,20 menit. Formula optimum snack bar terdiri atas 50% tepung ubi jalar, 37,50% tepung kacang hijau dan 12,50% tepung kedelai, mempunyai total energi 418,43 kkal dengan kandungan protein 6,91%, lemak 14,01%, serat 6,65% dan karbohidrat 66,18%. Vitamin yang paling dominan adalah vitamin A 673,45 IU dan kalsium 97 mg. Produk snack bars berbasis tepung ubi jalar disajikan pada Gambar 6. Umur simpan snack bar yang diukur dengan metode akselerasi berdasarkan empat komponen mutu (asam lemak bebas, rasa, warna dan aroma) yaitu 6 bulan pada penyimpanan suhu 16°C dengan kemasan aluminium foil tebal 120 μm. Umur simpan snack bar pada suhu penyimpanan 28°C dengan kemasan aluminium foil tebal 100 μm adalah 2 bulan. 3. Penelitian dan Pengembangan Teknologi dan Produk untuk Peningkatan Nilai Tambah dan Daya Saing a. Pengembangan Teknologi Produksi Nasi Instan dengan Waktu Rehidrasi Singkat Beras merupakan bahan pangan pokok yang dikonsumsi lebih dari 90% penduduk Indonesia. Beras mengandung 6-8% protein, 0,5-1% lemak, 76-80% karbohidrat, dan energi sekitar 360 kkal/100 g. Beras tidak hanya sebagai sumber energi tetapi juga protein karena 50% kebutuhan protein dapat tercukupi dari beras. Konsumsi beras masyarakat Indonesia tergolong tinggi (139 kg/kapita/tahun) karena budaya konsumsi nasi di Indonesia sangat kuat dan belum tergantikan oleh komoditas lain. Di lokasi bencana, solusi untuk mengatasi masalah rawan pangan termasuk kondisi tanggap darurat sampai saat ini masih mengacu pada penyediaan beras dan mie instan sebagai cadangan pangan. Korban bencana mengalami kesulitan untuk mendapatkan air bersih, bahan bakar dan peralatan masak maka bantuan pangan dalam bentuk beras seringkali tidak dapat mengatasi kekurangan pangan secara cepat, karena korban bencana membutuhkan makanan yang dapat dikonsumsi langsung. Adanya nasi instan diharapkan dapat menjadi solusi bagi masyarakat yag terkena bencana untuk tetap dapat memenuhi kebutuhan pangannya. Proses pembuatan nasi instan non fortifikasi dan fortifikasi dengan perendaman dalam Nasitrat 5% (b/v) dilanjutkan dengan pemasakan di dalam rice cooker menggunakan rasio beras dan air 1:3 untuk varietas Batang Piaman, 1:2,5 untuk varietas Ciherang, dan 1:2,25 untuk varietas Memberamo, waktu rehidrasi telah mencapai maksimal 4 menit. Rendemen nasi Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian
13
instan diatas 85% dengan warna tergantung varietas, namun varietas Batang Piaman menunjukkan tingkat kecerahan tertinggi. Nilai densitas nasi instan sesuai dengan standar densitas kamba beras pasca tanak. Nasi instan dari tiga varietas setelah rehidrasi disajikan pada Gambar 7.
var. Batang Piaman
var. Ciherang
var. Memberamo Gambar 7. Tiga varietas beras dan nasi instan setelah rehidrasi
Karakteristik mutu kimia nasi instan non fortifikasi dan fortifikasi memiliki kadar air 2-5% (bk), abu 0,42-0, 8% (bk), protein 7-9,95% (bk), lemak 0,19-0,6% (bk), karbohidrat > 75%(bk), dan kalori berkisar 350-390 kkal/100 g. Karakteristik fungsional nasi instan non fortifikasi dan fortifikasi memiliki serat tak larut 5,1-6,3% (bk), serat larut 2% (bk), daya cerna pati 63-74%, dan indeks glikemik (IG) nasi instan lebih rendah dari nasi biasa. Kadar Fe dan vitamin B3 pada nasi instan dapat dipertahankan dengan retensi zat besi tertinggi sekitar 36% (5,85 ppm) dan vitamin B3 sebesar 16,25% (3,25 ppm). Umur simpan nasi instan tergantung jenis kemasannya, nasi instan yang dikemas dengan plastik polipropilen (PP) memiliki umur simpan 12,83 bulan, sedangkan yang dikemas dengan plastik polietilen (PE) 5,2 bulan.
b. Teknologi Proses Pembuatan Kopi Luwak Artifisial Melalui Proses Enzimatis dan Fermentasi Anaerob Kopi luwak merupakan kopi khas Indonesia yang memiliki potensi pasar cukup besar baik pasar di dalam negeri maupun luar negeri. Kopi luwak yang dihasilkan saat ini berasal dari buah kopi yang dikonsumsi oleh binatang luwak sehingga produksi kopi luwak sangat terbatas karena sangat tergantung pada populasi binatang luwak. Untuk meningkatkan produksi kopi luwak diperlukan inovasi teknologi pengolahan kopi luwak artifisial, antara lain dengan meniru proses fermentasi secara alami dalam perut luwak. Inovasi teknologi ini, selain dapat mengatur skala produksi kopi luwak juga aspek kualitas dan keamanan pangan dari kopi luwak yang dihasilkan dapat terjaga. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembuatan kopi luwak dapat dilakukan dengan fermentasi buah kopi segar di dalam bioreaktor yang berisi cairan lambung buatan yang terdiri atas bakteri hasil isolasi dari feces binatang luwak dengan penambahan enzim. Isolat bakteri yang digunakan tersebut yaitu dari genus Lactobacillus yang meliputi L. plantarum, L. fermentum, dan L. jensenii.
14
Laporan tahunan BB-Pascapanen T.A. 2011
Gambar 8.
Teknologi proses pembuatan kopi luwak artifisial
Teknologi proses pembuatan kopi luwak artifisial yang optimum (Gambar 8) terdiri atas tahapan proses sebagai berikut : pemasukan biji dan kulit kopi segar ke dalam bioreaktor yang berisi larutan SGF, pengadukan pada kecepatan putaran 150 rpm selama 2 jam dengan suhu 38°C dan pH 1,7, penetralan pH, dan penambahan enzim tripsin serta pengadukan selama 2 jam. Proses selanjutnya yaitu penggantian larutan SGF dengan larutan basal yang ditambah isolat bakteri dari binatang luwak kemudian dilakukan pengadukan selama 5 jam. Kopi luwak yang dihasilkan dari proses optimum tersebut menunjukkan bahwa kopi luwak artifisial mendapat nilai excellent dengan cita rasa chocolaty, high body, low acidity, dan light floral pada uji cita rasa kopi (cupping test) oleh ahli bersertifikat standard Amerika dan Eropa sehingga setara dengan cita rasa kopi luwak asli atau bahkan lebih baik. Karakteristik mutu kopi luwak artifisial mempunyai nilai kadar air 4,62%, abu 5,3%, lemak 11,32% dan kadar protein 10,09%. Kadar mineral kopi luwak yaitu kalsium (Ca), magnesium (Mg) dan posfor (P) masing-masing 178,96; 172,23; dan 312,81 per 100 mg sampel dengan nilai Total Plate Count (TPC) 3,0 x 103 cfu/g. Selain itu, kopi luwak artifisial ini bebas dari cemaran mikroba patogen Eschericia coli dan Salmonella sehingga aman untuk dikonsumsi.
Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian
15
c.
Teknologi Produksi Starter Mikroba untuk Peningkatan Mutu Biji Kakao di Tingkat Pedagang Pengumpul
Biji kakao Indonesia sebagian besar (85-90%) diekspor dalam bentuk biji kakao kering tanpa fermentasi dan bermutu sangat rendah. Biji kakao segar mempunyai bau dan rasa tidak menyenangkan sehingga harus difermentasi, dikeringkan, dan disangrai untuk mendapatkan karakteristik aroma dan cita rasa kakao. Waktu fermentasi yang relatif lama merupakan salah satu alasan petani enggan melakukan fermentasi biji kakao. Alasan lainnya, petani tidak memperoleh tambahan harga yang memadai untuk biji kakao fermentasi dan alasan yang paling penting adalah ingin cepat memperoleh dana tunai. Pengolahan biji kakao nonfermentasi sangat singkat, biji ber-pulp cukup dijemur 3-4 hari dan bisa langsung dijual ke pedagang pengumpul. Biji kakao non-fermentasi tidak memiliki cita rasa, aroma, dan warna yang diharapkan pada produk coklat olahannya. Walaupun demikian, biji ini tetap laku dijual karena digunakan sebagai bahan campuran atau diolah menjadi produk coklat bermutu rendah. Fermentasi ulang biji kakao hasil pengolahan petani (biji kakao non-fermentasi) di tingkat pedagang pengumpul dengan menambahkan nutrien eksternal dan starter mikroba diharapkan dapat meningkatkan karakter cita rasa kakao-non fermentasi setara dengan kakao fermentasi. Fermentasi ulang biji kakao non-fermentasi dengan menambahkan ragi Saccharomyces cereviceae meningkatkan kadar lemak menjadi dua kalinya dibandingkan kondisi awal, sedangkan komponen asam menurun signifikan. Biji kakao yang difermentasi alami (cara petani) memiliki kadar lemak, gula reduksi, kafein, dan mineral yang rendah.
Gambar 9.
16
Laporan tahunan BB-Pascapanen T.A. 2011
Proses fermentasi biji kakao
Pada proses aktivasi mikroba, nilai pH meningkat pada hari pertama sampai hari kedua fermentasi, kemudian menurun pada hari ketiga sampai ketujuh. Kadar air dan abu biji kakao masing-masing 2,57-4,00% dan 3,95-4,50% setelah disangrai. Kadar lemak, protein dan gula reduksi cenderung meningkat. Komponen asam (asam laktat, asetat, dan sitrat) cenderung menurun, demikian juga kadar etanol. Komposisi media kultur optimum adalah fruktosa : glukosa : sukrosa : asam sitrat dengan perbandingan 62:41:32:22,5 menghasilkan komponen aroma biji kakao tertinggi dengan kandungan tetrametil pirazin, 2, 5 dimetil pirazin dan theobromin masing-masing 1,57, 6,34 dan 0,76 mg/g. Kemampuan mikroba dalam proses fermentasi dilihat dari kadar biomassa, etanol, gula reduksi, gula total, asam asetat dan laktat yang dihasilkan. Jumlah biomassa meningkat dengan semakin meningkatnya jumlah mikroba yang terlibat dalam fermentasi. Pada produksi starter mikroba dengan komposisi media kultur optimum menggunakan campuran mikroba S. cerevisae, Candida sp., bakteri asam laktat, dan bakteri asam asetat menghasilkan jumlah biomassa tertinggi pada fermentasi selama 72 jam. Aplikasi kultur mikroba pada fermentasi biji kakao ternyata komposisi starter dan substrat serta lama fermentasi mempengaruhi kadar lemak dan protein. Komposisi media optimum campuran starter : substrat adalah 22,5 : 1200 (mg/g) dengan lama fermentasi 5 hari. Hasil prediksi terhadap kadar protein, lemak, air, abu, gula reduksi dan total gula berturut-turut sebesar 16,28; 48,10; 3,95; 4,10; 6,52 dan 5,13%. Mutu biji kakao hasil fermentasi ulang kakao non-fermentasi lebih baik dibandingkan biji kakao non-fermentasi. Uji organoleptik, menunjukkan tingkat kesukaaan responden dari tidak suka sampai agak suka baik dalam bentuk bubuk kakao maupun minuman dibandingkan bubuk kakao komersial (agak suka sampai suka). Proses fermentasi biji kakao disajikan pada Gambar 9. d. Produksi Enzim Pektinase Kasar untuk Mempercepat Degradasi Kulit Buah lada pada Pengolahan Lada Putih Proses pengolahan lada putih meliputi perendaman, pengupasan kulit buah lada dan pengeringan. Selama proses perendaman terjadi pembusukan kulit lada oleh mikroba sehingga kulit lada menjadi lunak dan mudah dikupas. Pembusukan kulit lada oleh berbagai jenis mikroba tersebut berlangsung pada kondisi lingkungan bervariasi yang menghasilkan bau tidak disenangi (off-flavour), kurang higienis, dan resiko produk terkontaminasi mikroba patogen sangat besar. Pengupasan kulit lada dengan enzim pektinase merupakan alternatif yang sangat prospektif karena proses pelunakan kulit lada menjadi lebih cepat, lebih higienis, dan aroma serta flavour lada putih lebih baik. Namun demikian, ketersediaan enzim pektinase sangat terbatas sehingga diperlukan inovasi teknologi untuk memproduksi enzim pektinase. Hasil penelitian menunjukkan bahwa isolasi mikroba dari air rendaman dan ampas kulit buah lada menghasilkan dua jenis bakteri (Bacillus sp dan Pseudomonas sp.) dan satu jenis kapang (Aspergillus sp.) penghasil enzim pektinase. Screening tahap pertama dan kedua terhadap mikroba tersebut menunjukkan bahwa campuran Aspergillus sp, Bacillus sp. dan Pseudomonas sp. dengan perbandingan 2:1:1 paling efektif dalam proses pelunakan kulit buah lada sehingga kulit lada dapat terkupas 100% pada hari ke-4 atau 5. Pengupasan kulit buah lada dengan mikroba penghasil enzim pektinase tersebut menghasilkan lada putih dengan flavour asli buah lada tanpa ada bau busuk seperti lada putih hasil perendaman biasa. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian
17
Aktifitas enzim pektinase kasar yang dihasilkan baik dengan media SMF (Sub-Merged Fermentation - kultur cair) maupun SSF (SubSolid Fermentation - kultur semi padat) sangat dipengaruhi oleh cara produksi seperti agitasi dan lama inkubasi serta faktor lingkungan seperti pH. Produksi enzim kasar dengan media SSF maupun SMF menghasilkan enzim dengan aktifitas yang lebih tinggi dengan penambahan perlakuan agitasi dibandingkan tanpa agitasi. Enzim kasar yang dihasilkan pada pH berbeda mempunyai aktivitas enzim yang berbeda pula.
Gambar 10. Lada putih yang dihasilkan dengan pengupasan menggunakan enzim pektinase kasar
e.
Produk enzim pektinase kasar yang dapat mengupas kulit buah lada sampai 100% pada hari 3, diperoleh dari kombinasi perlakuan produksi enzim menggunakan media SSF pada pH 2 dengan lama inkubasi 6 jam. Lada putih yang dihasilkan mempunyai nilai TPC dibawah <104 CFU/g, warna putih kekuningan, dengan kadar minyak atsiri berkisar antara 4-5% (db) (Gambar 10). Komponen minyak atsiri lada putih hasil pengupasan dengan enzim pektinase tersebut sama dengan lada putih hasil pengupasan tradisional.
Formulasi Bahan Pewarna Alami untuk Batik dengan Ketahanan Luntur Tinggi
Batik merupakan salah satu kekayaan budaya asli Indonesia yang telah diakui dunia. Penggunaan bahan pewarna alami untuk batik memiliki beberapa keunggulan yaitu bersifat ramah lingkungan dan menghasilkan warna khas yang eksotis dengan pencitraan yang eksklusif. Namun demikian, penggunaan pewarna alami memiliki kelemahan, yaitu memerlukan proses pewarnaan yang panjang dan tidak praktis, variasi warna yang terbatas dan stabilitas warna yang rendah (mudah luntur ketika dicuci dan pudar ketika dijemur). Penyediaan bahan pewarna alami yang siap pakai dan stabil mutlak diperlukan agar penggunaan kembali bahan pewarna alami untuk batik menarik dilakukan. Jenis bahan pewarna alami yang digunakan merupakan hasil penelitian tahun 2010, yaitu pewarna dari kayu secang (Caesalpinia sappan L), kayu tegeran (Cudraina javanensis), dan kulit kayu tingi (Ceriops tagal PERR). Formulasi pewarna alami dari ekstrak kayu secang, tegeran dan kulit kayu tinggi dilakukan dengan pembentukan sistem nanoemulsi yang terdiri atas ekstrak–surfaktan–air menggunakan teknik emulsifikasi spontan dengan energi rendah. Jenis surfaktan yang dicobakan terdiri atas Tween 20 dan 80 serta Span 20 dan 80. Penggunaan Tween 80 menghasilkan emulsi yang lebih stabil dibandingkaan dengan jenis surfaktan lainnya, ditandai dengan tidak ditemukannya pemisahan fase. Berdasarkan hasil tersebut, sistem emulsi yang digunakan untuk sintesis nanoemulsi terdiri atas ekstrak– tween 80–air dengan perbandingan surfaktan–ekstrak tetap (20%). 18
Laporan tahunan BB-Pascapanen T.A. 2011
Pada formulasi nanoemulsi ekstrak tingi, ukuran partikel droplet rata-rata berkisar antara 8,3–421,7 nm untuk konsentrasi ekstrak–surfaktan hingga 20%. Ekstrak secang memberikan emulsi yang tidak homogen, yang ditandai dengan ditemukannya endapan pada beberapa formulasi. Nanoemulsi dari tegeran memiliki ukuran droplet yang lebih kecil (1,5–2,6 nm) sehingga emulsi pewarna tegeran pada konsentrasi ekstrak–surfaktan 25 dan 30% dengan penambahan tawas 3% merupakan formula terbaik (Gambar 11). Pengeringan dengan spray drying dilakukan pada nanoemulsi tegeran menggunakan maltodekstrin sebagai bahan pengisi pada perbandingan emulsi : maltodekstrin : air = 60 : 20 : 20. Pendispersian kembali nanoemulsi kering dalam air meningkatkan ukuran droplet namun masih berskala nano (11,3 nm tanpa tawas; 12,5 nm dengan tawas). Uji ketahanan luntur warna memberikan nilai “baik” (4– 5) atau setara dengan perbedaan warna 0,6–1,0 standar warna skala abu-abu pada emulsi dengan ekstrak 25 dan 30% dengan penggunaan tawas 3%. Pada uji dengan kontrol (pewarna alami yang digunakan pengrajin), ketahanan luntur memberikan nilai rata-rata 3–4, 4 dan 4–5. Studi potensi pencemaran air limbah pemrosesan batik dengan nanoemulsi menunjukkan nilai BOD 795 mg/l dan COD 4.214 mg/l, yang lebih tinggi daripada limbah pewarna alami pengrajin (BOD 575 mg/l dan COD 1.490 mg/l), namun jauh lebih rendah daripada penggunaan pewarna sintetis (BOD 3.897 mg/l dan COD 11.702 mg/l). f.
a
b Gambar 11. Hasil pencelupan 5x kain sutra dengan emulsi konsentrasi ekstrak tegeran 25% (a) dan 30% (b) dengan penambahan tawas
Produk Susu Fermentasi Kering Probiotik dan Keju Rendah Lemak Berbasis Susu Low Grade
Harga susu sapi segar ditentukan berdasarkan kadar lemak, padatan tanpa lemak, dan nilai Total Plate Count (TPC). Susu sapi dengan nilai TPC lebih dari 106 cfu/ml termasuk kualitas low-grade sehingga harganya pun rendah. Untuk meningkatkan harga jualnya, susu sapi kualitas low-grade dapat diolah menjadi produk pangan fungsional seperti probiotik dan produk rendah lemak. Dengan harga bahan baku yang rendah, harga jual produk olahannya akan dapat bersaing dengan produk yang ada di pasaran. Pada prinsipnya, susu sapi low grade tidak mengandung patogen karena dapat dimatikan dengan pemanasan. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian
19
a
b
c
d Gambar 12. Susu fermentasi kering probiotik: susu fermentasi kering (a), pengemasan dalam alufo dan PP (b), keju rendah lemak dalam kemasan : alufo, PP (c) dan PE (d)
20
Laporan tahunan BB-Pascapanen T.A. 2011
Susu kering fermentasi probiotik (Gambar 12a-b) dibuat melalui pasteurisasi susu sapi segar, inokulasi dengan bakteri Streptococus lactis 0,5% dan bakteri probiotik serta proses fermentasi selama 24 jam. Susu fermentasi dinaikkan suhunya secara bertahap hingga suhu akhir mencapai 80°C. Whey dibuang dengan penyaringan, dan gumpalan susu dipres agar air keluar sempurna. Gumpalan diberi citarasa dan pemanis, dicetak, dan dioven pada suhu ± 50°C. Hasil penelitian menunjukkan, susu fermentasi kering yang diproses menggunakan probiotik Bifidobacterium longum rasanya disukai oleh panelis dan memiliki nilai TPC 1,28x107 cfu/g dengan ketahanan probiotik terhadap pH rendah 57,53% dan garam empedu 12,92%. Karakteristik mutu lainnya cukup baik, yaitu kadar air 20,09%, lemak 14,88%, protein 28,11%, karbohidrat 34,97%, dan kadar kalsium serta posfor masing-masing 459,99 dan 219,27 mg/100g. Masa simpan susu fermentasi kering probiotik pada penyimpanan di suhu ruang 27-30°C berturutturut adalah selama 90 hari pada kemasan alumunium foil dan 127 hari pada kemasan plastik polipropilen berdasarkan hasil pendugaan menggunakan metode Arrhenius (metode akselerasi). Keju rendah lemak (Gambar 12c-d) dibuat melalui pasteurisasi bahan baku, penambahan 0,15% CaCl2, inokulasi Streptococcus lactis, penambahan 0,005% rennet dan dibiarkan 30 menit hingga susu menggumpal. Gumpalan susu dipotong-potong agar airnya keluar, ditambah 4% garam, dicetak, dipres, dan dibiarkan ± 15 menit. Keju segar kemudian dilayukan (aging) selama tujuh hari pada suhu 5-10°C dan dilapisi pengental yang sesuai. Pelayuan dilanjutkan selama 3-12 bulan tergantung tekstur yang diinginkan. Hasil penelitian menunjukkan, keju putih rendah lemak dapat dibuat menggunakan berbagai jenis bahan baku susu sapi yang dimodifikasi. Keju rendah lemak yang dipilih oleh panelis adalah yang menggunakan bahan baku modifikasi susu skim cair dalam
emulsi minyak jagung ditambah probiotik. Keju rendah lemak yang dihasilkan memiliki penampakan fisik berwarna putih, tekstur baik, beraroma khas produk susu, mempunyai rasa asin sedang, lembut dan elastisitas baik dengan kadar lemak yang rendah, yaitu 20,38% bb (41,06% bk). Rendemen keju yang dihasilkan sebesar 12,94% dengan tingkat kekerasan 48,07gf dan tingkat kelembutan 8,51 kg/s, kadar air 50,37%, abu 7,38% bk, protein 37,85% bk, fosfor 559,79 mg/100g bk, dan kalsium 860,78 mg/100g bk. Masa simpan keju rendah lemak pada pengemasan dengan plastik polietilen (PE), yaitu selama 37 dan 32 hari masingmasing pada penyimpanan suhu dingin dan ruang, yang ditentukan berdasarkan hasil pendugaan menggunakan metode Arrhenius (metode akselerasi).
B. Sumber Dana Riset Insentif Peningkatan Kemampuan Peneliti dan Perekayasa Pada tahun 2011, BB Pascapanen memperoleh alokasi dana kegiatan sebesar Rp 1.202.727.273,- (Satu milyar dua ratus dua juta tujuh ratus dua puluh tujuh ribu dua ratus tujuh puluh tiga rupiah) dari Kementerian Riset dan Teknologi. Adapun dana tersebut teralokasi dalam delapan judul penelitian dan pengembangan pascapanen, sebagai berikut : 1. Difusi Teknologi Tepung Komposit Berbasis Jagung (100 kg/jam) di Nusa Tenggara Timur untuk Substitusi Terigu pada Mi dan Rerotian Pada tahun 2010, propinsi Nusa Tenggara Timur mencanangkan program Gerakan Jagung dengan tujuan menjadikan NTT sebagai sentra pengembangan jagung. Hal tersebut sangat tepat sasaran mengingat masyarakat NTT memiliki tradisi menanam jagung yang dilakukan secara turun temurun. Dengan demikian, propinsi NTT sangat sesuai sebagai sasaran difusi teknologi tepung jagung. Teknologi pengolahan tepung jagung yang didifusikan BB Pascapanen adalah teknologi pengolahan tepung jagung termodifikasi. Teknologi ini dapat mengurangi ketergantungan terhadap terigu sekaligus meningkatkan nilai gizi karena tepung jagung memiliki mutu gizi, sifat fungsional serta sifat fisiko kimia yang lebih baik dan sesuai untuk bahan pangan pokok serta produk pangan olahan. Difusi teknologi tepung jagung dan produk olahannya dilaksanakan di tiga kabupaten, yaitu Timor Timur Utara (TTU), Timor Timur Selatan (TTS), dan Sumba Timur. Difusi yang dilakukan di Kabupaten Timor Timur Utara (TTU), berlokasi di Distrik Kefamananu (Gambar 13a). Difusi teknologi di Timor Timur Utara (TTU dihadiri oleh perwakilan anggota
a
b
c Gambar 13. Situasi saat sosialisasi dan pelatihan di Kabupaten TTU (a), TTS (b), dan Sumba Timur (c), Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian
21
Gapoktan Atmen Jaya yang berjumlah 50 orang. Secara umum, respon peserta sosialisasi sangat positif serta mendukung dilakukannya diversifikasi pangan jagung. Respon yang diberikan terhadap teknologi tepung jagung termodifikasi dan olahannya (roti, kue kering, brownies dan tortilla) juga positif dimana para anggota gapoktan menyatakan predikat suka terhadap aneka produk tepung jagung tersebut. Implementasi teknologi pengolahan jagung termodifikasi diharapkan dapat berkembang menjadi agroindustri perdesaan. Difusi teknologi pembuatan tepung komposit berbasis jagung di Timor Tengah Selatan (TTS) dilakukan di Kp. Kobelete, Kelurahan Soe (Gambar 13b). Peserta difusi teknologi adalah kelompok tani Seruni yang beranggotakan sekitar 20 orang. Difusi teknologi dilakukan untuk pembuatan tepung jagung dan cara pengemasan tepungnya hingga layak jual. Kemudian difusi teknologi dilanjutkan dengan sosialisasi pemanfaatan tepung untuk diolah menjadi berbagai produk olahan, seperti mi dan roti, brownies, kue kering, stick keju (substitusi terigu), kue cakar ayam (100% tepung jagung), dan krupuk jagung. Seperti halnya di TTU, respon yang diberikan terhadap teknologi tepung jagung termodifikasi dan produk olahannya di TTS sangat positif. Difusi teknologi pembuatan tepung komposit berbasis jagung di Sumba Timur dilakukan di Kelompok Wanita Tani (KWT) Marangga Pandulang, yang terletak di Desa Kawangu, Kecamatan Pandawai, Kabupaten Sumba Timur (Gambar 13c). Kelompok wanita tani ini beranggotakan sekitar 20 orang. Difusi teknologi di KWT Marangga Pandulang dilakukan antara lain dengan memperkenalkan teknologi pembuatan tepung termodifikasi, dan pengolahan/pemanfaatan tepung tersebut untuk diolah menjadi produk-produk olahan lanjut, seperti roti, kue kering/cookies, brownies, kerupuk jagung, dan cakar ayam. Respon yang diberikan terhadap teknologi yang didiseminasikan cukup positif. Semua anggota kooperator menyatakan ingin menjadi pengusaha tepung dan pengusaha hasil olahan tepung (kue kering, cake, bolu, kerupuk). 2. Pengembangan Sayur Sup Instan Skala Usaha Kecil Menengah (UKM) di Kabupaten Karawang Kabupaten Karawang merupakan sentra produksi jamur merang terbesar di Indonesia. Produk olahan jamur merang cukup potensial dikembangkan mengingat sifat jamur segar yang mudah rusak. Salah satunya adalah mengolah jamur menjadi komponen a sayuran dalam produk sup instan sehingga dapat memperpanjang daya simpan dan meningkatkan nilai tambah jamur merang. Teknologi pembuatan sup jamur instan dalam skala laboratorium telah tersedia. Hasil uji organoleptik sup jamur instan tersebut menunjukkan bahwa salah satu formula b mendapatkan nilai sensori cukup tinggi yaitu sekitar 4,93 sampai 5,03 (agak suka sampai Gambar 14. Produk kering sebelum suka). Selain itu, produk sup jamur instan ini penambahan air panas (rehidrasi) (a), dan memiliki waktu rehidrasi singkat yaitu 5 menit produk setelah penambahan air panas (b) 22
Laporan tahunan BB-Pascapanen T.A. 2011
dengan rasio rehidrasi di atas 250%. Waktu rehidrasi menunjukkan waktu yang dibutuhkan produk sampai dengan siap saji sedangkan rasio rehidrasi menunjukkan kemampuan produk untuk menyerap air. Kegiatan ini merupakan lanjutan dari kegiatan tahun sebelumnya yang bertujuan untuk mengembangkan teknologi pengolahan produk sup jamur instan untuk skala usaha kecil menengah (UKM) dan mendifusikannya pada tingkat Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) di Karawang bekerjasama dengan Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Karawang. Tahapan pelaksanaan difusi teknologi meliputi scale-up teknologi, sosialisasi dan pelatihan serta implementasi teknologi. Tahap terpenting dalam scale-up teknologi pengolahan sup jamur instan adalah proses pengeringan sayuran termasuk jamur merang dan bahan-bahan lainnya seperti baso dan sosis. Salah satu faktor yang harus diperhatikan untuk bahan produk sup jamur instan adalah tingginya kemampuan rehidrasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa waktu pengeringan dengan alat pengering tipe lorong untuk semua bahan uji lebih singkat dibandingkan dengan oven blower modifikasi infra red. Kemampuan alat pengering tipe lorong dalam menguapkan air dari bahan juga lebih baik daripada oven blower modifikasi infra red yang ditunjukkan oleh kadar air bahan uji yang lebih rendah. Sosialisasi teknologi pengolahan sup jamur instan bertujuan untuk mengenalkan teknologi pembuatan sup jamur instan. Sosialisasi dilakukan dalam bentuk demo dan praktek pengolahan sup instan untuk tenaga pengelola di tingkat Gapoktan. Dengan adanya sosialisasi ini, peserta sosialisasi diharapkan dapat memahami rangkaian proses pengolahan sup jamur instan baik preparasi maupun cara mengeringkan bahan yang baik sebagai bekal untuk implementasi teknologi pengolahan di tingkat Gapoktan. Kegiatan implementasi teknologi pengolahan produk sup jamur instan skala usaha kecil menengah (UKM) dilakukan di Gapoktan Bintang Jamur Mandiri, Karawang. Untuk meningkatkan keterampilan dan penguasaan teknologi pengolahan sup jamur instan, dilakukan pendampingan teknologi oleh Tim BB Pascapanen bersama-sama dengan Dinas Pertanian dan Kehutanan, Kabupaten Karawang. Dengan pendampingan teknologi ini, diharapkan keterampilan petani dalam pengolahan sup jamur instan semakin meningkat sehingga dapat mendorong dan menginisiasi terbentuknya usaha pengolahan jamur merang di tingkat Gapoktan. Produk sayur sup kering hasil implementasi di Gapoktan Bintang Jamur Mandiri disajikan pada Gambar 14. 3. Difusi Teknologi Produksi Lada Putih Semi Mekanis di Kutai Kertanegara untuk Meningkatkan Efisiensi Pengolahan dan Mutu Produk Persaingan perdagangan lada di pasar dunia semakin kompetitif, karena terjadinya peningkatan produksi dunia dengan munculnya negara produsen baru, dan semakin ketatnya persyaratan mutu yang diminta negara-negara konsumen, terutama dalam aspek keamanan pangan. Kontaminasi mikroba pada lada putih perlu mendapatkan perhatian serius karena lada putih sering ditambahkan langsung ke dalam makanan yang siap disajikan. Produk lada putih dari Indonesia sering diklaim oleh Food and Drug Administration (FDA) di Amerika Serikat karena terkontaminasi Salmonella spp dan Escherichia coli. Klaim yang sama juga sering dilakukan importir Eropa terhadap produk lada Indonesia. Kondisi tersebut mengakibatkan lemahnya daya saing produk lada Indonesia di pasar dunia. Untuk mengatasi permasalahan tersebut BB Pascapanen telah menciptakan unit produksi lada putih semi mekanis yang dapat meningkatkan mutu lada putih di tingkat petani. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian
23
Kegiatan ini bertujuan untuk mendifusikan teknologi produksi lada putih semi mekanis kepada kelompok tani di Kabupaten Kutai Kertanegara melalui pelatihan dan uji coba produksi lada putih. Pelatihan dilaksanakan di Kantor PT. Motasa Indonesia dan di lokasi unit produksi lada putih semi mekanis yang dibangun bekerjasama dengan PT. Motasa Indonesia. Unit produksi lada putih tersebut dibangun di lahan milik salah satu anggota kelompok tani Pagar Ulin, Desa Batuah, Kecamatan Loa Janan, Kabupaten Kutai Kertanegara. Pelatihan teknologi pengolahan lada putih dilaksanakan pada tanggal 2-3 Oktober 2011 (Gambar 15a-b). Materi pada hari pertama, yaitu penyampaian teori : 1) budidaya tanaman lada, 2) pengolahan lada putih, dan 3) pengoperasian dan perawatan alat pengolahan lada. Materi pada hari kedua, yaitu praktek budidaya dan pengolahan lada putih. Peserta sosialisasi berjumlah 50 orang yang terdiri atas anggota kelompok tani Pagar Ulin, Staf PT. Motasa, Dinas Perkebunan, dan BPTP Kalimantan Timur.
a
b
Uji coba produksi dilaksanakan oleh kelompok tani Pagar Ulin pada kapasitas 0,5 ton per hari (Gambar 15c-d). Hasil uji coba produksi tersebut menunjukkan bahwa rendemen lada putih yang dihasilkan sekitar 20,6%, lebih tinggi dari rendemen lada putih hasil pengolahan petani sekitar 20%. Warna lada putih yang dihasilkan pada perendaman selama 7 hari cukup baik. Mutu fisiko-kimia dan mikrobiologi lada putih memenuhi persyaratan mutu SNI. Waktu yang diperlukan untuk mengolah lada putih dengan cara semi mekanis (7 hari) jauh lebih cepat dibandingkan cara tradisional (14 hari). Hasil analisis finansial pengolahan lada putih kapasitas 0,5 ton per hari menunjukkan bahwa unit produksi lada putih yang dibangun layak untuk dioperasikan. Berdasarkan kesepakatan dengan PT. Motasa Indonesia, lada putih yang dihasilkan dari unit produksi tersebut akan dibeli oleh PT. Motasa Indonesia dengan harga sesuai mutunya. PT. Motasa Indonesia melakukan proses lanjutan seperti penepungan, pengemasan, dan pelabelan untuk selanjutnya dipasarkan dalam bentuk lada bubuk.
c
d
Gambar 15. Pelatihan teknologi pengolahan lada : teori (a) dan praktek (b); uji coba produksi : pengupasan kulit lada (c) dan penjemuran (d)
24
Laporan tahunan BB-Pascapanen T.A. 2011
4. Difusi Teknologi Pengolahan Rambutan (5 Produk Olahan) Kepada Kelompok Tani/ Gapoktan Untuk Meningkatkan Nilai Tambah 50% Pemanfaatan buah rambutan masih sangat terbatas, sebagian besar masih dikonsumsi dalam bentuk segar. Konsumsi segar dalam negeri dibatasi oleh musim rambutan yang relatif singkat. Selain itu, pada penyimpanan suhu kamar buah rambutan mempunyai daya simpan yang pendek yaitu sekitar 3-4 hari. Di Kalbar khususnya Kabupaten Sambas, produktivitas rambutan cukup tingi, namun pengolahan buah rambutan menjadi berbagai bentuk produk olahan yang memiliki daya simpan lebih lama belum banyak dilakukan sehingga pada saat panen raya banyak terbuang. Penerapan teknologi pengolahan rambutan menjadi berbagai produk olahan diharapkan dapat menjamin produk sampai ke konsumen, menjaga ketersediaan rambutan sepanjang tahun, dan menyerap produksi rambutan yang dihasilkan oleh petani khususnya pada saat panen raya. Penelitian ini terdiri dari dua tahap yaitu 1) diversifikasi produk olahan rambutan dan 2) difusi teknologi pengolahan rambutan. Lima produk integrasi nenas pada produk rambutan telah diverifikasi antara lain buah rambutan dan nenas dalam sirup, jus blending nenas, jelly rambutan, minuman isotonik rambutan plus nenas, manisan rambutan kering. Daya simpan produk integrasi nenas ada kalanya lebih pendek. Dugaan umur simpan produk rambutan dan nenas dalam sirup 8,6 bulan turun dari 12,3 bulan tanpa penambahan nenas; jus rambutan antara 5-5,7 bulan tidak banyak dipengaruhi oleh penambahan nenas; jelly 3,3 bulan dan tidak banyak perubahan dengan penambahan nenas; serta minuman isotonik 5 bulan baik tanpa atau dengan penambahan nenas. Kegiatan difusi teknologi pengolahan rambutan kepada gapoktan dilakukan di Sajad yang merupakan sentra rambutan di Sambas, Kalimantan Barat. Pada kegiatan pelatihan telah disusun modul untuk 5 jenis produk olahan integrasi nenas pada produk rambutan, dan modul ini telah dilatihkan kepada kelompok tani di Desa Tengguling, Sajad (Gambar 16 a-b). SOP telah disusun untuk Gapoktan Tengguling pada ke-5 jenis produk olahan tersebut.
a
Uji produksi telah dilakukan sebanyak 3 kali, yaitu 1) uji produksi oleh Dinas UKM dan Indag, b 2) uji produksi oleh BB Pascapanen bersama dinas yang didahului dengan pelatihan ke-5 jenis produk olahan, dan 3) uji coba produksi dalam rangka kunjungan Ibu Hatta Rajasa yang memprakasai pembangunan kios dan pusat oleh-oleh di Sambas. Produk hasil uji produksi (Gambar 16c) telah dianalisis di laboratorium, mutu produk yang dihasilkan c cukup layak diajukan ke Badan POM untuk Gambar 16. Kegiatan difusi teknologi mendapatkan PIRT. Uji preferensi konsumen pengolahan rambutan dan produk olahannya ke-5 produk olahan yang dilakukan di Sambas Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian
25
dan Pontianak menunjukkan produk buah dalam sirup dapat diterima konsumen dengan tingkat 90-100%, jus rambutan 100%, manisan 90-95%, jelly 90%, isotonik 70-90%. Produk kompetitor yang ada adalah produk aloevera yang berupa manisan dan aloe dalam sirup, namun produk rambutan memiliki kemasan dengan harga yang lebih terjangkau. 5. Pengembangan Model Teknologi Produksi Susu Fermentasi di Kotamadya Padang Panjang Sumatera Barat Kota Padang Panjang merupakan daerah pengembangan peternakan sapi perah di wilayah Propinsi Sumatera Barat, namun mengalami kendala dalam pemasaran susu. Produk olahan susu yang sudah dikembangkan saat ini adalah susu pasteurisasi dengan target pemasaran anak sekolah. Produk olahan susu berupa yoghurt di Sumatera Barat belum banyak dikembangkan, padahal paket teknologi pembuatan yoghurt sederhana sudah tersedia. Yoghurt merupakan salah satu produk susu fermentasi yang memiliki nilai gizi tinggi dan memiliki nilai fungsional yang baik bagi tubuh, yaitu dapat meningkatkan penyerapan zat gizi terutama kalsium, mengatasi lactose intolerance, mampu membentuk lingkungan antagonis bagi bakteri patogen, memperbaiki gerakan intensital usus, menstimulasi sistem kekebalan tubuh, dan dapat menurunkan kolesterol. Selain itu, produk ini mampu meningkatkan nilai tambah ekonomis berkisar antara 5 sampai 20 kali. Dengan demikian, perlu dilakukan kegiatan difusi teknologi khususnya di wilayah Sumatera Barat sehingga diharapkan mampu meningkatkan pendapatan peternak di wilayah tersebut.
a
b
c Gambar 17. Produk olahan susu hasil produksi Kelompok Tani Ternak Lembah Makmur : Kallaine Yoghurt (a), Annisa Yoghurt (b), dan Es Yoghurt (c)
26
Laporan tahunan BB-Pascapanen T.A. 2011
Pelatihan teknologi pengolahan yoghurt telah dilakukan di Kelompok Tani Ternak Lembah Makmur. Kegiatan tersebut diikuti oleh perwakilan dari Dinas Peternakan Propinsi Sumatera Barat, Dinas Pertanian Kota Padang Panjang, anggota Kelompok Tani Ternak Lembah Makmur, dan pelaku usaha pengolah susu sapi dari kelompok tani di Kota Padang Panjang. Uji produksi dilakukan oleh dua peserta pelatihan, yaitu Ibu Rosdinar dan Ibu Anis. Yoghurt yang diproduksi oleh Ibu Rosdinar diberi label Kallaine Yoghurt (Gambar 17a), sedangkan yang diproduksi oleh Ibu Anis diberi label Annisa Yoghurt (Gambar 17b). Yoghurt yang diproduksi berbentuk pasta dikemas menggunakan cup plastik ukuran 100cc, sedangkan yang berbentuk es (Gambar 17c) dikemas dalam kantong plastik ukuran 50cc. Alur proses pengolahan yoghurt diawali dengan penyerahan susu sapi dari para anggota peternak ke rumah produksi, selanjutnya dilakukan pengujian kualitas susu. Hasil pengujian disampaikan kepada anggota sebagai bahan evaluasi kualitas susu sapi yang dihasilkan. Susu yang baik
kualitasnya disimpan dalam cooling unit pada suhu 3-4°C atau langsung diproses menjadi yoghurt. Yoghurt yang diproduksi dapat dipasarkan langsung ke konsumen atau lewat Dallas Bakery and Cakeshop. Pemasaran di Dallas Bakery and Cakeshop dilakukan secara langsung, atau diproses lebih lanjut (diversifikasi produk) menjadi aneka kue, kemudian dipasarkan. Diharapkan ada informasi umpan balik tentang kualitas yoghurt yang dihasilkan oleh rumah produksi sebagai bahan evaluasi untuk perbaikan lebih lanjut baik dari konsumen maupun dari Dallas Bakery & Cakeshop. Diversifikasi produk susu sapi menjadi yoghurt merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan nilai tambah susu dan meningkatkan pendapatan peternak. Yoghurt yang diproduksi oleh Kelompok Tani Ternak Lembah Makmur dijual dengan harga Rp 25.000/ liter, jika dikemas pada cup volume 100cc dari 1 liter yoghurt diperoleh 10 buah. Untuk kemasan plastik es mambo dengan volume 40cc, dari 1 liter yoghurt diperoleh 25 buah, dan dijual dengan harga Rp 800/buah. Dari hasil perhitungan biaya produksi yoghurt per 50 liter susu sapi, maka diperoleh laba kotor sebelum dikurangi biaya pemasaran dan penyusutan alat sebesar Rp 592.750,- untuk kemasan plastik es mambo, sedangkan jika menggunakan kemasan cup diperoleh laba kotor Rp 721.000,-. 6. Difusi Teknologi Produksi Tepung Sukun dan Produk Olahannya Pada Kelompok Wanita Tani/Gapoktan di Kabupaten Cilacap untuk Meningkatkan Nilai Tambah 40 Persen Sukun merupakan buah klimaterik yang hanya layak konsumsi dalam waktu singkat, yaitu sekitar 4 hari setelah panen. Pada saat panen raya harga merosot, sedangkan diluar masa panen harga melambung. Kondisi harga yang berfluktuasi tersebut dikendalikan oleh pedagang. Untuk memperpanjang umur simpan dan meningkatkan nilai tambah ekonomi dan pemanfaatanya perlu dilakukan pengolahan menjadi produk antara (tepung). Produk antara ini diharapkan dapat mengatasi kerugian petani karena kerusakan (busuk), dan meningkatkan posisi tawar petani sehingga tidak lagi dipermainkan oleh pedagang saat panen raya. Namun, dengan teknologi yang telah ada di masyarakat, tepung sukun yang dihasilkan masih menyisakan rasa (after taste) pahit (getir) setelah diolah. Dengan kata lain tepung sukun mempunyai tingkat palatabilitas rendah. Hal ini karena terdapatnya senyawa tanin dan asam sianida. Kegiatan penelitian ini dibagi dalam dua kelompok kegiatan, meliputi 1) Difusi model penerapan produksi tepung sukun bermutu premium, dilanjutkan dengan 2) Difusi aneka produk olahan berbasis tepung sukun. Difusi model penerapan produksi tepung sukun bermutu premium dilakukan dengan bimbingan teknis bekerjasama dengan Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Cilacap dan Gapoktan/KWT Kelurahan Lomanis. Difusi teknologi produksi tepung sukun bermutu premium dilakukan dengan mengenalkan produksi tepung dengan metode nikstamalisasi yang terbukti menurunkan kadar tanin dan meningkatkan kecerahan tepung sukun. Penguatan dan konsolidasi penerapan model Inti-Plasma untuk pengembangan produksi tepung sukun menjadi fokus, sehingga diharapkan kedepan Gapoktan/KWT dapat lebih intensif dan terampil dalam pengembangan produksi tepung sukun di Kabupaten Cilacap. Model pendekatan pola Inti-Plasma yang dibangun, yaitu pemilik pohon (kebun) sukun atau pedagang pengumpul bertindak sebagai plasma, sedangkan inti merupakan Unit Pengolah Hasil. Inti dilengkapi dengan perlengkapan produksi tepung sukun (kapasitas 1 ton), sedangkan plasma memproduksi sawut sukun kering (kapasitas 50-200 kg), namun plasma Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian
27
dapat juga memproduksi tepung sampai ke produk jadi.
a
b
c
d Gambar 18. Jenis-jenis produk olahan sukun yang telah didifusikan flask (a), rusk substitusi tepung sukun (b), kerupuk sukun (c), dan bihun sukun (d)
28
Laporan tahunan BB-Pascapanen T.A. 2011
Difusi pengembangan produk olahan berbasis tepung sukun dilakukan dengan cara sosialisasi dan pelatihan aneka produk olahan pada kegiatan bimbingan teknis. Kegiatan ini merupakan mata rantai agroindustri tepung sukun, dari proses hulu (bahan baku hingga menjadi tepung), dilanjutkan proses hilir (pemanfaatan tepung sukun menjadi aneka produk olahan). Produk olahan dari tepung sukun yang telah didifusikan adalah flakes (Gambar 18a), rusk (roti kering) (Gambar 18b), kerupuk sukun (Gambar 18c), dan bihun sukun (Gambar 18d). Berdasarkan permintaan dari Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Cilacap dan masyarakat setempat, terdapat penambahan produk-produk olahan yang didifusikan, yaitu : mi sukun, kembang goyang, kue bawang, makaroni goreng serta aneka kue basah dan kue kering. Peserta bimbingan teknis memberikan respon dan apresiasi yang positip terhadap beragamnya aneka produk olahan tepung sukun. Gapoktan/KWT dengan bimbingan dari Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Cilacap menyepakati akan mengembangkan produk olahan tepung sukun tersebut, sebagai suatu proses yang terintegrasi dengan pengembangan produksi tepung sukun.
7. Penerapan Teknologi Produksi Tepung dan Sorgum Sosoh serta Produk Olahannya untuk Mendukung Diversifikasi Pangan Pokok Produktivitas sorgum cukup tinggi (4,241-6,172 ton/ha) dan dapat dibudidayakan di segala jenis tanah, termasuk di lahan marginal. Namun pemanfaatan sorgum belum banyak digunakan untuk kebutuhan pangan. Selama ini sorgum masih terbatas dimanfaatkan untuk keperluan pakan maupun industri. Ditinjau dari kandungan gizinya, sorgum tidak kalah dengan beras sebagai makanan pokok, akan tetapi kandungan gizi pada sorgum tersebut belum dapat dimanfaatkan secara optimal oleh tubuh karena sorgum mempunyai kandungan tanin cukup tinggi yang bersifat anti gizi bagi tubuh. Selain itu tannin juga memberikan rasa pahit (sepet) sehingga mempengaruhi kualitas produk olahannya dan mengurangi penerimaan masyarakat terhadap sorgum sebagai bahan pangan. Kendala lain dalam pemanfaatan biji sorgum sebagai bahan pangan adalah kesulitan dalam proses penyosohan atau pembuatan beras sorgum. Perbaikan proses penyosohan sorgum dapat dilakukan melalui modifikasi alat penyosoh beras sehingga diperoleh beras sorgum yang rendah tannin. Dengan memodifikasi alat penyosoh beras menjadi penyosoh sorgum diharapkan para petani dapat memanfatkannya secara mudah untuk menyosoh sorgum karena alat penyosoh beras ini banyak tersebar sampai ke pelosok desa. Kegiatan penerapan teknologi produksi tepung dan sorgum sosoh serta produk olahannya dilakukan di Desa Keyongan, Kecamatan Babat. Desa Keyongan dipilih sebagai lokasi kegiatan karena desa tersebut merupakan sentra tanaman sorgum di Kabupaten Lamongan. Kelompok tani yang menjadi mitra dalam kegiatan ini adalah kelompok tani Handayani. Kegiatan ini diawali dengan sosialisasi dan pelatihan tentang penyosohan dan penepungan sorgum yang diikuti oleh 39 orang peserta. Peserta sosialisasi terdiri dari anggota kelompok tani Handayani, petugas penyuluh lapang (PPL) dari UPTD Kecamatan Babat serta Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Lamongan. Dalam sosialisasi tersebut juga hadir perwakilan dari UKM yaitu produsen wingko babat dan cake/bakery. Kegiatan praktek penyosohan dan penepungan sorgum dilakukan di tempat penggilingan padi dan penepungan milik anggota kelompok tani Handayani. Produk makanan olahan dari sorgum yang disosialisasikan meliputi nasi sorgum, nasi goreng sorgum, arem-arem, kue kering (cookies), cake (bolu panggang), rempeyek, kue kembang goyang dan wingko babat.
a
b
c
d Gambar 19. Silinder penyosoh sebelum (a) dan setelah dimodifikasi (b); dan penampakan sorgum sebelum (c) dan setelah disosoh (d) Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian
29
Penerapan teknologi penyosohan dan penepungan sorgum dan uji produksi tepung sorgum dilakukan di kelompok tani Handayani dengan pendampingan teknologi oleh Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Lamongan serta Balai Besar Pascapanen Pertanian. Teknologi penyosohan dan penepungan sorgum yang diterapkan di kelompok tani tersebut menggunakan alat penyosoh padi yang dimodifikasi. Modifikasi dilakukan dengan merubah sistem penyosohan friksi (Gambar 19a) menjadi penyosohan abrasif (Gambar 19b) menggunakan batu amril yang mempunyai permukaan lebih kasar. Cara penyosohan ini membutuhkan waktu yang lebih singkat dibandingkan cara tradisional. Penyosohan dilakukan berulang-ulang (3-4 kali) sampai kulit sorgum terkelupas sempurna dari endosperm sehingga sorgum sosoh yang dihasilkan mempunyai kandungan tanin rendah. Rendemen sorgum sosoh yang dihasilkan cukup tinggi mencapai 51%. Hasil pengujian mutu sorgum menunjukkan bahwa proses penyosohan dengan sistem abrasif menurunkan kadar tanin sorgum 2,7%. Kandungan serat pangan pada sorgum setelah penyosohan juga mengalami penurunan karena sebagian besar serat yang terdapat pada kulit sorgum hilang. Kadar tanin setelah penepungan sorgum sosoh cukup rendah yaitu 37,29 mg/100g dengan kadar pati dan amilopektin masing-masing 72,94% dan 75,29 %. Dalam rangka mengembangkan produksi tepung sorgum dan produk olahannya telah dibentuk mekanisme operasional kelembagaan dengan kelompok tani Handayani sebagai penggerak utama bekerjasama dengan UKM dan dinas terkait di Kabupaten Lamongan. BB Pascapanen bekerjasama dengan Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Lamongan melakukan pendampingan dan monitoring secara kontinyu kepada kelompok tani Handayani agar kegiatan ini dapat beroperasi secara berkelanjutan. 8. Teknologi Proses Produksi Minyak Goreng Sehat Kaya Diacyl Glycerol (80% DAG) Dari Minyak Kelapa Sawit Melalui Proses Esterifikasi Enzimatis Diacylglycerol (DAG) merupakan salah satu derivat minyak kelapa sawit yang memiliki nilai energi hampir sama dengan trigliserida, tetapi konsumsinya pada hewan dan manusia terbukti memiliki efek yang menguntungkan terhadap kesehatan. Di alam DAG terdapat dalam 2 bentuk isomer (1,3 DAG dan 1,2 (2,3) DAG), tetapi bentuk 1,3 DAG memiliki lebih banyak manfaat kesehatan dibandingkan 1,2 DAG. Konsumsi 1,3-DAG dapat menurunkan berat badan, sehingga bahan ini efektif digunakan untuk diet. Dalam jangka panjang, minyak ini mampu mencegah peningkatan lemak tubuh, terutama lemak yang terdeposit dalam organ internal. Tujuan dari penelitian ini adalah mendapatkan teknologi proses produksi minyak goreng sehat kaya Diacylglycerol (80% DAG) melalui proses esterifikasi enzimatis dari minyak kelapa sawit. Pembuatan Diacylglycerol dilakukan melalui proses reaksi hidrolisis dan esterifikasi secara enzimatik. Bahan yang digunakan triacylglycerol (triolein), air dan enzim lipase. Variabel penelitian yang akan diteliti adalah pengaruh katalis, suhu reaksi, rasio air terhadap minyak dan waktu reaksi. Sampel yang diperoleh dari percobaan dilakukan analisis komposisi acylglycerol mengggunakan GC-MS. Data hasil penelitian yang diperoleh dianalisis menggunakan metode Respons Surface Methodology (RSM). Percobaan pendahuluan dilakukan untuk mengetahui jumlah awal asam lemak terikat dan sebagai uji coba pembuatan Diacylglycerol berdasarkan kondisi operasi yang diperoleh dari literatur. Kondisi operasi yang digunakan yaitu suhu 37°C, rasio katalis 10 kg/m3air, dan rasio air terhadap minyak (w/o) 1:2. Hasil percobaan pendahuluan dengan waktu reaksi selama 4 jam, didapat perolehan FFA sebesar 74,03% terhadap jumlah asam lemak awal yang terikat. 30
Laporan tahunan BB-Pascapanen T.A. 2011
Percobaan utama dilakukan untuk menentukan kondisi operasi yang dapat menghasilkan DAG maksimal. Kondisi operasi yang dicobakan, yaitu suhu reaksi, rasio w/o, dan jumlah katalis. Berdasarkan regresi multi variabel, perolehan DAG meningkat seiring dengan meningkatnya suhu reaksi dari 30 sampai 40°C. Peningkatan suhu reaksi dari 40 sampai 50°C ternyata menurunkan perolehan DAG. Perolehan DAG tertinggi dihasilkan pada Gambar 20. Produk minyak goreng Diacyl glycerol (DAG) rentang suhu 39-40°C. Katalis berfungsi untuk mempercepat mekanisme suatu reaksi. Lipase berada pada fasa aqueous dan pembentukan DAG terjadi pada lapisan interfasa antara fasa minyak dan fasa aqueous. Perolehan DAG tertinggi dihasilkan pada jam ke-4 reaksi. Pada jam ke-4 kesetimbangan sudah terjadi dan DAG yang dihasilkan sudah maksimal. Perolehan DAG tertinggi (>95%) pada rasio katalis 0,01 g/mL dengan suhu 40°C. Enzim lipase yang digunakan pada reaksi hidrolisis akan bercampur pada fasa aqueous (air). Lipase akan bereaksi dengan fasa organik (minyak) di lapisan interfasa antar dua fasa. Penggunaan air akan mempengaruhi perolehan DAG. Rasio w/o yang meningkat akan menyebabkan bertambahnya fasa aqueous yang mengandung lipase. Fasa aqueous yang bertambah menyebabkan reaksi yang terjadi pada lapisan interfasa menjadi lebih banyak. Peningkatan perolehan DAG semakin meningkat dengan bertambahnya jumlah katalis dan rasio w/o yang digunakan. Pemilihan parameter jumlah katalis dan rasio w/o dilakukan berdasarkan faktor ekonomis, terutama jumlah katalis yang harganya mahal. Jika kedua parameter ditingkatkan maka perolehan DAG bertambah tetapi dengan rasio w/o = 1:2 dan jumlah katalis = 0,01 g/mL perolehan DAG sudah mencapai >95%. Contoh produk minyak goreng diacyl glycerol (DAG) disajikan pada Gambar 20.
C. Sumber Dana Konsorsium Badan Litbang Pertanian Pada tahun 2011, BB Pascapanen memperoleh alokasi dana kegiatan sebesar Rp 543.297.000,- (Lima ratus empat puluh tiga juta dua ratus sembilan puluh tujuh ribu rupiah) dari Badan Litbang Pertanian dalam bentuk konsorsium kegiatan penelitian. Adapun dana konsorsium tahun 2011 tersebut teralokasi dalam lima judul penelitian dan pengembangan pascapanen, sebagai berikut: 1. Pengembangan Teknologi Pascapanen Pertanian Mendukung Program Diversifikasi Pangan Masalah ketahanan pangan menjadi isu global dan agenda utama diseluruh negara sebagai akibat perubahan iklim, penyusutan lahan pertanian dan pertambahan jumlah penduduk. Masalah yang dihadapi Indonesia adalah ketergantungan pada beras dan impor terigu yang cukup tinggi. Konsumsi beras di Indonesia mencapai 139 kg/kapita/tahun jauh melebihi rata-rata tingkat konsumsi dunia 60 kg/kapita/tahun. Impor gandum pada tahun 2011, diperkirakan sudah mencapai 4,8 juta ton dan terigu 0,9–1 juta ton. Hal tersebut disebabkan karena adanya perubahan pola konsumsi masyarakat dari pangan pokok non-beras (seperti beras jagung, tiwul, sagu dan lain-lain) menjadi pangan pokok beras. Pencegahan/ penghambatan perubahan pola konsumsi tersebut perlu terus diupayakan. Pemerintah saat Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian
31
ini telah dan sedang mengembangkan pangan pokok alternatif dan mengintroduksi bahan pangan alternatif pengganti beras dengan tujuan menurunkan konsumsi beras 1,5%/kapita/ tahun serta menurunkan impor tepung terigu 1,0%/tahun. BB Pascapanen sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya telah melaksanakan berbagai penelitian dan pengembangan diversifikasi pangan berbasis sumberdaya lokal. Hasil penelitian tersebut dapat digunakan untuk menyusun kebijakan dan rekomendasi pengembangan teknologi pascapanen pertanian mendukung diversifikasi pangan. Tujuan dari kegiatan ini adalah: 1) Penyusunan kebijakan pengembangan teknologi pascapanen mendukung program diversifikasi pangan, dan 2) Penyusunan dokumen rencana dan pelaksanaan kegiatan peningkatan kapasitas perangkat lunak (peningkatan kuantitas dan kualitas SDM) dan perangkat keras (peralatan dan mesin laboratorium) pada laboratorium diversifikasi pangan dan laboratorium nano-pangan. Berdasarkan desk study, survey dan studi banding, serta rapat kerja/Focus Group Disscussion (FGD), maka kebijakan dan rekomendasi pengembangan diversifikasi pangan berbasis sumberdaya lokal, dalam mendukung program empat sukses Kementerian Pertanian, sebagai berikut : 1) penurunan konsumsi beras dan terigu dengan meningkatkan konsumsi pangan pokok non-beras dan penggunaan tepung-tepungan berbasis pangan lokal, 2) pengurangan susut hasil (yield losses) dan peningkatan rendemen produk pangan, 3) peningkatan kualitas gizi dan keamanan pangan, dan 4) pengembangan model kawasan mandiri pangan. Strategi penelitian dan pengembangan diversifikasi pangan tertuang dalam roadmap dan matrik yang telah disusun, dengan program penelitian dan pengembangan, sebagai berikut : 1) pengembangan pangan pokok beras non padi, 2) pengembangan pangan pokok bubur tepung dan padi, 3) pengembangan mi dan sejenisnya, 4) pengembangan pangan kudapan (snack), 5) pengembangan fortifikasi dan fungsionalisasi pangan, dan 6) penurunan susut hasil pangan pokok. Untuk mendukung pencapaian program tersebut, BB Pascapanen akan membangun laboratorium diversifikasi pangan dan nano pangan termasuk peningkatan kualitas dan kuantitas SDM serta sarana penunjang. 2. Pengembangan Teknologi Diversifikasi Pangan Berbasis Sagu Beras merupakan komoditas superior yang belum tertandingi oleh komoditas pangan sumber karbohidrat lainnya, dan dikonsumsi lebih dari 90% penduduk. Upaya penggalakan diversifikasi pangan dianggap sebagai jalan keluar yang paling rasional dan mendesak pelaksanaannya. Disisi lain, potensi sumber karbohidrat non beras cukup banyak seperti sagu, aren, ubi kayu, uwi, gembili, sorgum dan sebagainya tapi belum dimanfaatkan secara optimal. Pemikiran terhadap kemungkinan penyediaan “beras tiruan” (beras buatan) dapat dianggap realistis asalkan secara teknis dan ekonomi dapat dilakukan walaupun dari dari segi rasa dan estetika masih perlu dikaji lebih lanjut. Sejauh ini belum ditemukan adanya beras yang dibuat dari non padi. Namun, produk berbentuk butiran telah dikenal masyarakat, seperti misalnya sagu mutiara dan sebagainya. Produk ini berbentuk seperti beras yaitu agak bulat, putih, namun dibuat dari pati sagu atau singkong. Meski demikian, sagu mutiara bersifat lengket ketika dimasak dan sering terdapat spot putih di bagian tengahnya sebagai tanda terjadinya proses gelatinisasi tidak sempurna. Modifikasi dan improvisasi teknologi ini berpeluang menghasilkan teknologi produksi beras tiruan.
32
Laporan tahunan BB-Pascapanen T.A. 2011
Kandungan utama dari pati sagu adalah karbohidrat. Hasil analisis menunjukkan bahwa pati sagu yang digunakan dalam percobaan memiliki kandungan karbohidrat sebesar 88,5%. Kandungan abu dan protein masing-masing 0,27% dan 0,12%. Semakin kecil kadar abu dan protein menunjukkan kemurnian sagu yang semakin baik. Komposisi kimia pati sagu berpengaruh terhadap karakteristik fisiknya, terutama pada karakteristik gelatinisasi. Pati sagu memiliki suhu pembentukan gel pada 75⁰C, dengan suhu puncak gelatinisasi pada 82,5⁰C. Viskositas puncak sebesar 400 BU, viskositas panas 230 BU, viskositas dingin 430 BU, set back value 200, dan derajat putih 39,6%. Berdasarkan hasil analisis brabender, pati sagu memiliki karakteristik gelatinisasi tipe A.
a
b
HMT pati dilakukan untuk merubah profil Gambar 21. Performa beras analog dari gelatinisasi yang berbeda dengan pati komposit pati sagu termodifiasi dengan tepung alaminya. Untuk diaplikasikan menjadi produk beras tanpa coating (a); dengan coating (b) beras granul, pati sagu diharapkan memiliki profil gelatinisasi tipe B, yaitu memiliki kemampuan pengembangan dan viskositas puncak yang sedang serta tidak mengalami penurunan yang terlalu tajam selama pemanasan. Waktu HMT 8 dan 16 jam menghasilkan viskositas breakdown yang relatif sama pada pati baik tanpa maupun dengan pencucian, yaitu 150 BU dan 170 BU, sedangkan pada HMT selama 4 jam viskositas breakdown pati sagu tanpa pencucian lebih besar. Pati sagu termodifikasi HMT kemudian digranulasi dengan menggunakan saringan 10 mesh, pengukusan selama 5 menit, dan pengeringan suhu 60⁰C selama 4 jam. Pati sagu termodifikasi HMT selama 6 jam menunjukkan karakteristik terbaik dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Butir beras yang terbentuk tampak tidak begitu lengket. Untuk memperoleh beras tiruan dari pati sagu termodifikasi dilakukan pencampuran pati sagu dengan tepung beras. Pencampuran dilakukan pada perbandingan pati sagu dengan beras 90:10 dan 20% dari tepung komposit sagu dengan beras digelatinisasi. Hasil percobaan menunjukkan bahwa tepung komposit pati sagu termodifikasi dengan beras menghasilkan beras tiruan paling baik (Gambar 21).
Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian
33
3. Rekomendasi dan Implikasi Kebijakan Revitalisasi Penggilingan Padi Kecil Mendukung Swasembada Beras Berkelanjutan Fenomena pelandaian produksi tidak hanya terjadi pada tanaman padi, namun juga pada konversi gabah menjadi beras. Konversi beras berfluktuasi dengan trend menurun 5-6% dalam periode 1949-2003, sedangkan pada periode 2005-2007 hanya menurun 0,46%. Penyebab utamanya adalah peralatan penggilingan padi yang telah berumur dimana 32% diantaranya berumur lebih dari 15 tahun, penggilingan masih menerapkan sistem penyosohan satu pass, dan terbatasnya kemampuan petani menangani hasil panen padi yang berproduktivitas tinggi. Konversi gabah menjadi beras didominasi oleh penggilingan padi kecil (PPK), karena diperkirakan paling tidak sebanyak 65% penggilingan padi di Indonesia adalah PPK. Status penggilingan padi kecil baik dari kinerjanya maupun keberadaannya, perlu direviu lagi mengingat data yang disampaikan tidak banyak berubah sejak tahun 2010. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan dalam dua tahap, yaitu : 1) observasi lapangan untuk mendapatkan informasi terkait perkembangan produksi, penanganan pascapanen padi, dan kendala yang dihadapi, dan 2) kegiatan uji coba dan pengamatan kinerja PPK, yang penentuan lokasinya dilakukan bersama a Dinas Pertanian. Total lokasi yang menjadi sampel uji coba dan pengamatan kinerja PPK ini terdiri atas 18 PPK di 18 kecamatan, pada 6 wilayah kabupaten sentra produksi padi (Gambar 22). Kesimpulan dari hasil observasi lapangan dan uji coba kinerja PPK di tiga propinsi di pulau Jawa, sebagai berikut : b
•
c
• Gambar 22. Beberapa PPK yang menjadi sampel uji coba Sinar Tani, Kec. Rengasdengklok, Karawang, Jabar (a); PPK Karya Mandiri, Desa Pranten Kec. Gubug, Grobogan, Jateng (b); dan PPK Sri Rejeki, Desa Sumber Tlasih, Kec. Dander, Bojonegoro, Jatim (c)
34
Laporan tahunan BB-Pascapanen T.A. 2011
Survey penggilingan padi kecil (PPK) melalui PRA memberi gambaran awal bahwa PPK masih mempunyai peranan dalam keberhasilan pencapaian produksi beras. Untuk mendapatkan data yang lebih akurat dan akuntabel, maka perlu dilakukan survei dalam skala lebih luas, termasuk di dalamnya pengukuran rendemen nasional secara reguler yang melibatkan berbagai pihak. Telah ada perbaikan rendemen beras giling dibandingkan sebelumnya, walaupun dari berbagai data memberikan gambaran adanya trend penurunan rendemen. Perbaikan rendemen dipengaruhi oleh berhasilnya pengembangan saringan pemisah padi
pada beras pecah kulit. Disamping itu, perbaikan rendemen dan mutu beras giling juga sangat dipengaruhi oleh sistem usaha PPK. PPK yang berfungsi sebagai pedagang beras akan selalu mengembangkan penggilingannya untuk menghasilkan beras giling dengan mutu tinggi, sedangkan pejasa giling hanya menghasilkan beras giling dengan mutu seadanya. • Melihat peran PPK masih dominan mempengaruhi perolehan beras secara nasional, maka revitalisasi PPK dalam aspek peralatan, keterampilan, pengetahuan usaha, dan perbaikan pascapanen padi perlu dilakukan secara terus-menerus. Berdasarkan kondisi PPK di lapangan, kebijakan teknis, dan diskusi pada kelompok terbatas, dapat disusun rekomendasi sebagai berikut : •
Meneruskan kebijakan teknis penggunaan sortasi pemisah gabah dari beras pecah kulit pada konfigurasi PPK. • Menyusun regulasi pewilayahan penggilingan padi, serta dukungan perbaikan infrastruktur untuk kemudahan transportasi gabah hasil panen. • Perlunya melakukan kajian kebijakan pembinaan dan pengembangan penggilingan padi keliling. • Disarankan melakukan sensus nasional secara rutin dan teratur tentang pengukuran rendemen beras secara nasional, termasuk didalamnya penyeragaman metode pengukurannya. • Perlu adanya kebijakan harga pengadaan alat pengering dan penempatannya (disarankan pada penggilingan padi kecil), sekaligus melakukan kajian pembentukan kelembagaannya agar petani tetap diuntungkan. • Bantuan langsung untuk petani di bidang penggilingan padi lebih sesuai ditempatkan pada penggilingan padi daripada kepada petani, karena banyak petani yang tidak mempunyai kemampuan teknis pengelolaan mesin penggilingan dan pengetahuan dalam perdagangan beras. Pusat usaha perberasan tingkat perdesaan disarankan lebih sesuai dikembangkan pada PPK atau PPM milik petani. • Perlu disusun kebijakan teknis yang dapat mendorong kecepatan penanganan panen dan pascapanen untuk mencegah kerusakan beras, seperti rusak jamuran/busuk dan beras kuning. Direkomendasikan untuk mendorong dan memudahkan fasilitasi pengembangan jasa pemanenan (khususnya lembaga pemanenan, mesin perontok dan pengeringan). 4. Perbaikan Metode dan Pedoman Umum Pengukuran Susut Pemanenan Padi Nilai susut pascapanen padi sangat besar manfaatnya baik untuk peramalan produksi, penyediaan stok, maupun untuk tujuan pembuatan neraca ekspor-impor beras. Ketidaktepatan penggunaan metode pengukuran akan menghasilkan angka yang kurang valid dan bias sehingga perhitungan angka susut hasil menjadi tidak benar. Hal ini akan menyebabkan kesalahan dalam menentukan ketersediaan stok pangan, maupun kesalahan dalam menentukan prioritas ekspor dan impor beras. Sampai saat ini, masih terjadi perbedaan persepsi dalam penggunaan metode dan cara pelaksanaan pengukuran susut serta perhitungannya sehingga terjadi variasi data yang sangat lebar dari masing-masing daerah atau wilayah pengukuran. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memvalidasi dan mendapatkan metode pengukuran tingkat susut (losses) pada tahapan panen dan perontokan yang merupakan titik kritis dalam penanganan pascapanen padi. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian
35
Pemanenan padi menggunakan sabit bergerigi dengan cara panen potong bawah. Perontokan dilakukan dengan cara gebot/banting menggunakan alas terpal standar nasional ukuran 8x8m. Perbaikan metode pengukuran susut hasil dilakukan melalui validasi metode pengukuran dengan papan pada tiga varietas padi yaitu Ciherang, Pandanwangi dan Inpari 13. Percobaan menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan 5 ulangan triplo setiap petakan. Faktor penelitian adalah : a) metode pengukuran dengan 5 taraf yaitu ukuran papan 40x14 cm (6, 9 dan 12 papan), ukuran papan 40x12 cm (11 papan) dan pengukuran riil 1 00 cm x 100 cm, dan b) cara tanam (tanam jajar dan jajar legowo). Hasil validasi nilai susut hasil menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang nyata antara metode pengukuran susut panen 9 dan 12 papan (ukuran papan 40x14 cm) dengan pengukuran secara riil 100x100 cm. Penggunaan 6 papan (ukuran papan 40x14 cm) dan 11 papan (ukuran papan 40x12 cm) berbeda nyata dengan pengukuran susut pemanenan secara riil 100x100cm. Berdasarkan hasil tersebut, metode pengukuran susut panen yang direkomendasi adalah metode pengukuran 9 (sembilan) papan dengan ukuran papan 40x14 cm dan ketebalan 3 cm pada petak ubinan 5x5 m. Penyusunan tabel konversi susut panen padi dilakukan melalui pengukuran susut panen di lapangan dengan metode pengukuran 9 (sembilan) papan untuk menghasilkan bank data. Dari hasil analisis data, diperoleh hubungan antara jumlah gabah yang dapat tertangkap dengan metode sembilan papan dengan nilai susut dari masing-masing pengukuran pemanenan. Hubungan tersebut dinyatakan dalam persamaan sebagai beikut : Y = 0,988 + 0,5158 X, dengan R2= 96,496 dimana : Y : X : : R2 0,988 :
nilai susut hasil (kg/ha) jumlah butir gabah bernas yang tertangkap sembilan papan nilai regresi nilai konstanta
5. Pengembangan Teknologi Diversifikasi Pangan berbasis Ubi kayu Makanan pokok adalah makanan yang menjadi gizi dasar. Bahan pertanian yang dapat digunakan sebagai makanan pokok adalah yang dapat menghasilkan energi tinggi dan kaya akan karbohidrat. Kebutuhan akan pangan karbohidrat yang semakin meningkat akibat pertumbuhan penduduk, sulit dipenuhi dengan hanya mengandalkan produksi padi mengingat terbatasnya sumber daya terutama lahan dan irigasi. Untuk mencukupi kebutuhan makanan pokok, perlu dilakukan diversifikasi pangan yang bertujuan untuk mengurangi ketergantungan masyarakat terhadap makanan pokok tunggal berbasis beras. Pengembangan diversifikasi pangan selain beras (padi) yang berpotensi sebagai makanan pokok memungkinkan ketahanan pangan dapat diwujudkan. Namun demikian, masih banyak sumber pangan yang belum dimanfaatkan secara optimal. Produk olahan ubi jalar telah dikembangkan sebagai produk serupa beras yang dikenal dengan istilah beras ubi (rasbi) dan beras mutiara dari ubi kayu maupun ubi jalar. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan teknologi pengolahan beras non padi berbasis ubikayu (rasava) dan memperbaiki proses pembuatan beras aruk yaitu pangan pokok lokal daerah Bangka yang berbahan baku ubi kayu segar.
36
Laporan tahunan BB-Pascapanen T.A. 2011
Teknologi pengolahan beras non padi berbasis ubikayu atau Rasava (beras kasava) pada prinsipnya melalui tahapan formulasi (tepung kasava : pati = 80:20), pembuatan adonan kalis dengan penambahan air hangat (suhu 60-70°C) sebanyak 2,5-3 kali bobot bahan baku. Selanjutnya adonan dicetak, dikukus 5-10 menit, lalu dikeringkan di dalam oven suhu 40-60°C selama 12 jam. Rasava dengan bahan baku 5 varietas ubi kayu (Adira-1, Malang-1, Malang-4, UJ-5, Lokal Ketan) (Gambar 23) mempunyai karakteristik sebagai berikut : kadar protein 1,4-2,3%, lemak 0,20,5%, amilosa 21-24%, serat pangan tidak larut 3,9-4,7%, serat pangan larut 1,4-1,7% dan daya cerna pati 67,8-71,6%. Rendemen rasava yang dihasilkan berkisar antara 66-76% dengan rendemen tertinggi diperoleh dari varietas Lokal Ketan. Proses pembuatan beras aruk terdiri atas tahapan pengupasan ubi kayu, pemotongan umbi sekitar 10 cm, perendaman didalam air yang diberi starter Bimo 2% selama 34 jam. Umbi yang telah lunak dicuci sambil dihilangkan serat dan sebagian patinya, kemudian digiling dan dibuat granular. Granular selanjutnya disangrai lalu dikeringkan. Beras aruk dengan bahan baku 5 varietas ubi kayu (Adira-1, Malang-1, Malang-4, UJ-5, Lokal Ketan) mempunyai karakteristik kadar protein 0,72-0,97% dan lemak 0,37-0,91%. Pada perlakuan bahan baku dengan perbandingan 70 ubi kayu : 30 kasava Bimo, kadar amilosa beras aruk dari ke-5 varietas adalah 24,07-27,38%, sedangkan serat pangan tidak larut berkisar 1,10-1,64% dan daya cerna pati 73,73-76,90%. Rendemen beras aruk yang dihasilkan tidak berbeda nyata, berkisar antara 52-58%.
a
b
c
d
e Gambar 23. Beras kasava (rasava) dari 5 varietas ubi kayu : Adira-1 (a), Lokal (b), Malang 1 (c), Malang 4 (d), dan UJ 5 (e)
Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian
37
D. Sumber Dana Analisis Kebijakan Badan Litbang Pertanian Pada tahun 2011, BB Pascapanen memperoleh alokasi dana sebesar Rp 400.000.000 (Empat ratus juta rupiah) dari Badan Litbang Pertanian untuk melaksanakan kegiatan analisis kebijakan. Dana tersebut teralokasi dalam dua judul analisis kebijakan sebagai berikut : 1. Pengembangan Pemanfaatan Modeling Dinamis untuk Diaplikaskan di Lingkup Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian dalam mewujudkan pencapaian empat sukses Kementerian Pertanian perlu melakukan perencanaan program yang komprehensif dan terpadu. Implementasi program yang ditetapkan dalam rencana strategis Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian tahun 2010-2014 dapat dilakukan melalui berbagai pendekatan sesuai perkembangan teknologi. Salah satu pendekatan yang saat ini diperlukan untuk perencanaan kebijakan adalah pemanfaatan pemodelan dinamis untuk diaplikasikan pada kegiatan penelitian di Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Sebagai contoh aplikasi pemanfaatan pemodelan dinamis adalah Sistem Perberasan di Jawa Barat. Model dinamis tersebut menjadi acuan bagi UK/UPT untuk mengembangkan model dinamis perberasan di propinsi lainnya, sehingga akan diperoleh suatu model dinamis sistem perberasan dalam skala nasional. Pemodelan sistem dinamis ini dapat dimanfaatkan juga untuk pengembangan komoditas lainnya. Hasil validasi pemodelan sistem dinamis untuk sistem perberasan di Jawa Barat menunjukkan bahwa sistem telah berfungsi dengan baik, sehingga model tersebut dapat digunakan untuk memprediksi kondisi perberasan di Jawa Barat dalam jangka panjang. Untuk mendapatkan situasi perberasan seperti yang diinginkan, maka model dapat disimulasikan dengan menggunakan berbagai skenario kebijakan, karena model perberasan yang telah dirancangbangun tersebut memiliki fasilitas interaktif yang memungkinkan penggunannya dapat menjelajah berbagai output yang diharapkan, seperti stok beras di propinsi Jawa Barat, stok beras di kabupaten, penyelamatan losses akibat OPT dan penanganannya, potensi hasil samping untuk nilai tambah, dan kebutuhan alat dan mesin. Skenario kebijakan yang disimulasikan dapat bersifat tunggal atau gabungan dari berbagai skenario kebijakan sehingga target untuk mendapatkan kelebihan stok (surplus) dapat dipertahankan. Untuk mendapatkan surplus beras di tahun 2035, telah dicobakan beberapa skenario seperti skenario dasar (tanpa kebijakan), skenario peningkatan Indeks Pertanaman (IP) 2, skenario peningkatan produksi 6,5 ton/Ha, skenario penyelamatan losses OPT, skenario penyelamatan losses penanganan dan pascapanen, dan skenario diversifikasi 1,5%/tahun. Formulasi skenario kebijakan dapat diekstrak dalam bentuk implikasi kebijakan sehingga dapat diketahui berbagai kebutuhan untuk mendukung swasembada beras. Kebutuhan dukungan bisa dalam bentuk sarana, prasarana, payung hukum, teknologi atau dukungan penelitian untuk mendapatkan inovasi teknologi yang mendukung swasembada beras. Penyusunan pedoman umum (pedum) pemanfaatan sistem dinamis untuk berbagai aplikasi penelitian dan pengembangan pertanian melibatkan sejumlah pakar lingkup Badan Litbang Pertanian dan Perguruan Tinggi. Penyusunan pedum dibahas dalam sidang kelompok pada acara Rapat Kerja BB Pascapanen pada tanggal 5-7 April 2011, kemudian dibahas kembali pada Rapat Kerja Tingkat Badan Litbang Pertanian pada tanggal 26-28 April 2011. Pembahasan pedum sistem dinamis tingkat Badan Litbang Pertanian melibatkan pakar yang 38
Laporan tahunan BB-Pascapanen T.A. 2011
lebih banyak sehingga tanggapan dan saran untuk perbaikan pedum menjadi lebih beragam. Kepala Badan Litbang Pertanian menyambut baik adanya pedum tersebut dan menghimbau pejabat eselon 3 dan 4 untuk memanfaatkan pedum tersebut dalam kegiatan perencanaan penelitian ke depan di masing-masing UK/UPT lingkup Badan Litbang Pertanian. Sosialisasi hasil kegiatan pemodelan dinamis perberasan di Jawa Barat dilakukan dua kali, yaitu : 1) bertempat di Puslitbangbun pada tanggal 8 Nopember 2011 dan 2) bertempat di Badan Litbang Pertanian yang dihadiri Kepala Badan Litbang Pertanian, pejabat eselon 2 dan 3, dan peneliti yang mewakili pada tanggal 29 Nopember 2011. Sosialisasi disampaikan dalam bentuk presentasi oleh peneliti BB Pascapanen dan mendapat sambutan serta dukungan dari Kepala Badan Litbang Pertanian serta para pejabat eselon 2 dan 3 lingkup Badan Litbang Pertanian. 2. Evaluasi dan Penanggulangan Dampak Erupsi Merapi Terhadap Keberlanjutan Agribisnis Salak Tujuan Ekspor Salak Nglumut dan Pondoh merupakan kultivar salak yang sudah dikembangkan khususnya di Kabupaten Magelang dan Sleman. Pemasaran salak tersebut sudah merambah ke Cina, Malaysia dan Singapura dengan jumlah yang terus meningkat setiap tahunnya. Perkembangan agribisnis salak tersebut memberi kontribusi yang signifikan terhadap tingkat pendapatan yang berujung pada kesejahteraan petani salak di wilayah sentra produksi salak. Erupsi gunung Merapi pada bulan Nopember tahun 2010 memporak-porandakan tatanan infrastruktur dan masyarakat yang berdampak langsung pada keberlanjutan agribisnis salak. Dampak terparah erupsi gunung Merapi terhadap komoditas salak adalah wilayah Kabupaten Magelang (salak Nglumut) dan Kabupaten Sleman (salak Pondoh). Hasil pantauan Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Magelang (2011) dan Dinas Pertanian Perikanan dan Kehutanan Kabupaten Sleman (2011) memperlihatkan bahwa area tanaman salak yang rusak parah terkena paparan abu vulkanik meliputi 2.068 ha atau setara dengan 5,17 juta rumpun salak Nglumut dan 1.974 ha atau setara dengan 4,88 juta rumpun salak Pondoh. Dampak erupsi gunung Merapi terutama paparan abu vulkanik dikhawatirkan berpengaruh terhadap keamanan buah salak yang dihasilkan terutama berkaitan dengan kandungan logam berat seperti Cd, Hg, dan Pb. Raharjo (2011) memaparkan bahwa kandungan logam berat Cd, Hg dan Pb dari sembilan contoh buah salak yang dianalisis pasca erupsi Merapi memperlihatkan masih di bawah nilai ambang batas meskipun mengalami peningkatan dari sebelum erupsi. Kegiatan penelitian dilaksanakan di wilayah Kabupaten Magelang (Jawa Tengah) dan Kabupaten Sleman (DI Yogyakarta). Untuk mengetahui dampak kerusakan pasca erupsi Merapi terhadap kebun dan buah salak serta sistem tata niaganya di dua kabupaten tersebut, dilakukan survei rantai pasokan dan analisis mutu salak meliputi responden di tingkat Gapoktan, kelompok tani, pengumpul, petani dan eksportir salak. Responden adalah pelaku agribisnis salak yang sudah champion, artinya memiliki jaringan usaha yang luas dan berpengaruh terhadap jalannya agribisnis salak di kelompoknya. Data sekunder diperoleh dari instansi pemerintah seperti Dinas Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kabupaten Sleman dan Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Magelang. Perkebunan salak di Magelang yang tersentralisasi di lereng Gunung Merapi, khususnya Kecamatan Srumbung menerima dampak kerusakan yang signifikan setelah terjadinya erupsi. Data Distanbun Kabupaten Magelang menunjukkan bahwa kebun salak mengalami kerusakan hampir 80% meliputi kerusakan ringan, sedang dan berat. Kerusakan yang umum Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian
39
dijumpai adalah pelepah salak yang patah akibat terlalu berat menahan beban dari debu vulkanik, rusaknya bunga salak sehingga salak tidak dapat berbuah atau jumlah buahnya berkurang, dan pohon salak mengalami kematian akibat suhu debu panas. Tanaman salak setelah erupsi hanya sekitar 30% yang mampu berproduksi. Penampakan buah salak pasca erupsi terlihat masih diselimuti debu walaupun sudah sangat berkurang karena hujan masih turun cukup lebat. Hasil pengamatan dinas pertanian, penyuluh dan petani menunjukkan bahwa buah salak pasca erupsi dagingnya lebih tipis, mudah pecah, warna daging lebih kuning dan kurang terang, kulit luar sudah coklat tapi bagian dalam kulit masih ada yang hijau, serta buah mudah terlepas dari tandannya sehingga hanya 70% buah per tandan yang layak jual. Identifikasi karakteristik mutu dan keamanan buah salak Nglumut dan Pondoh pasca erupsi menunjukkan bahwa secara umum mutu salak Nglumut dari Kabupaten Magelang tidak ada perbedaan yang mencolok, kecuali pada jumlah buah salak per kg, bobot buah, tekstur kadar air kulit, tanin dan kadar logam berat Pb dan Fe. Secara fisik dari jumlah buah salak per kg dan bobot buah, salak Pondoh tampak lebih besar dan tebal dibandingkan dengan salak Nglumut. Warna secara keseluruhan baik kulit maupun daging buah (aril) dua kultivar salak tersebut “mirip”, sehingga sangat sulit membedakan salak Nglumut dan Pondoh pada ukuran yang sama. Tekstur salak Nglumut yang lebih keras dari pada salak Pondoh diperkirakan sebagai karakteristik buah salak yang bersangkutan atau sebagai dampak paparan abu vulkanik. Sedangkan untuk tingkat kerusakan hanya berpengaruh pada kandungan vitamin C buah salak Pondoh yaitu semakin berat tingkat kerusakan menyebabkan kandungan vitamin C-nya berkurang. Belum diketahui dengan pasti penyebab penurunan tersebut, tetapi perlu dicermati tingkat kematangan buah yang bersangkutan karena diperoleh dari lokasi kebun yang berbeda. Kegiatan pemasaran buah salak khususnya untuk tujuan ekspor dalam prakteknya tidak membedakan antara salak Pondoh dan Nglumut. Eksportir lebih mementingkan terpenuhinya permintaan “buah salak”, sehingga perbedaan antara salak Pondoh dan Nglumut ditengahi dengan tolok ukur jumlah buah per kg. Persyaratan jumlah buah per kg sebanyak 8–16 buah di lapangan terkadang tidak terpenuhi. Hal tersebut kemungkinan sebagai dampak erupsi Merapi, karena sentra produksi salak Nglumut khususnya kecamatan Srumbung termasuk daerah yang paling parah terpapar abu vulkanik.
E. Sumber Dana Puslitbang Perkebunan Pada tahun 2011, BB Pascapanen memperoleh alokasi dana sebesar Rp 370.078.500 (Tiga ratus tujuh puluh juta tujuh puluh delapan ribu lima ratus rupiah) dari Puslitbang Perkebunan. Dana tersebut teralokasi dalam dua judul kegiatan penelitian dan pengembangan pascapanen, sebagai berikut : 1. Perbaikan proses hilir produksi bioetanol dari tandan kosong kelapa sawit Indonesia merupakan salah satu negara penghasil utama kelapa sawit dunia. Disamping volume produk berupa minyak yang sangat besar maka terdapat potensi limbah yang juga sangat besar. Seperti diketahui, dalam proses pengolahan tandan buah segar menjadi minyak sawit sekitar 45% bahan akan menjadi limbah padat berupa seresah, serbuk, serabut, tempurung, dan tandan kosong. Sekitar 50% dari limbah padat tersebut adalah tandan kosong.
40
Laporan tahunan BB-Pascapanen T.A. 2011
Salah satu potensi yang dapat dikembangkan untuk pemanfaatan tandan kosong kelapa sawit (TKKS) adalah mengembangkannya sebagai salah satu sumber energi. Karena yang dimanfaatkan adalah bentuk limbah atau produk samping maka tidak akan mengganggu atau menyebabkan kompetisi dengan produk pangan yang saat ini mulai dirasakan. Pemanfaatan TKKS untuk menghasilkan energi, khususnya sebagai bahan bakar, selama ini terkendala dengan tingginya kadar air bahan yang menyebabkan sulitnya proses pembakaran dan polusi yang ditimbulkan sangat tinggi. TKKS memiliki kandungan lignoselulosa yang cukup tinggi yang dapat didegradasi menjadi bentuk yang lebih sederhana yaitu glukosa sebagai bahan baku bioetanol. Pemanfaatan limbah TKKS untuk bahan bakar nabati disamping dapat digunakan untuk bahan baku bioetanol, juga dapat mengatasi masalah lingkungan dan meningkatkan daya guna dan daya saing limbah. Permasalahan saat ini, pemilihan limbah yang memiliki lignoselulosa sebagai bahan baku bioetanol masih memiliki kendala pada proses hidrolisisnya untuk menghasilkan glukosa. Pemanfaatan limbah TKKS untuk bioetanol perlu dilakukan dengan mengembangkan teknologi proses hidrolisis lignoselulosa menjadi glukosa atau proses sakarifikasinya serta proses fermentasinya menjadi bioetanol. Tahap awal perbaikan proses hilir yang dilakukan yaitu mengefisienkan proses sakarifikasi sehingga gula reduksi yang dihasilkan lebih dari 10%. Pengembangan proses skala 2 liter dilakukan dengan tahap awal yaitu proses delignifikasi untuk limbah kelapa sawit sekitar 50 kg. TKKS diambil dari limbah pengolahan produk CPO Palembang, Sumatera Selatan. TKKS limbah pengolahan perkebunan sawit dikumpulkan dan dijemur dibawah sinar matahari selama 1 hari. Penjemuran dibawah sinar matahari bertujuan agar TKKS mudah dihancurkan dan dihaluskan oleh mesin penepung halus. Selanjutnya TKKS yang telah ditepungkan menjadi serbuk diayak dengan mesin pengayak ukuran 60-80 mesh. Tujuan dilakukan penghalusan hingga 80 mesh adalah memperluas area permukaan TKKS yang kontak langsung dengan pelarut alkali, asam atau enzim sehingga rendemen gula pereduksi yang diinginkan cukup tinggi dan meminimalisir produk samping yang tidak diinginkan. Ukuran TKKS yang menjadi lebih halus memudahkan proses delignifikasi. Delignifikasi merupakan proses penghilangan lignin dari TKKS dengan penambahan pelarut natrium hipoklorit (NaOCl). Pelarut NaOCl mengandung ion-ion hipoklorit yang menyebabkan renggangnya ikatan-ikatan karbon dalam struktur lignin dan holoselulosa. Selama delignifikasi berlangsung, jumlah selulosa yang larut hanya sedikit dibandingkan dengan hemiselulosa karena struktur selulosa berbentuk kristal sedangkan hemiselulosa berbentuk amorf yang lebih mudah dimasuki pelarut. Konsentrasi NaOCl yang digunakan dalam penelitian ini adalah 10%, konsentrasi ini ditentukan berdasarkan banyaknya lignin yang dapat diurai. Hal ini didasarkan penelitian Widyani (2002) yang berkaitan dengan penentuan konsentrasi NaOCl untuk delignifikasi, yang menyimpulkan bahwa semakin tinggi konsentrasi NaOCl maka semakin banyak pula lignin yang mampu diurai, konsentrasi maksimum yang digunakan adalah 10% karena jika berlebih akan merusak xilan yang berstruktur amorf. Delignifikasi menyebabkan perubahan warna dan bobot serbuk TKKS. Warna serbuk TKKS lebih putih, dibandingkan serbuk TKKS sebelum delignifikasi warna coklatnya hilang. Berdasarkan hasil perhitungan kehilangan bobot rata-rata pada ukuran 60 mesh mencapai 26,98% dan ukuran 80 mesh mencapai 36,6%. Persentase kehilangan bobot dihitung berdasarkan perbandingan bobot serbuk setelah delignifikasi dan bobot serbuk sebelum delignifikasi. Perubahan warna dan bobot disebabkan akibat pelarutan lignin serta komponen lainnya oleh natrium hipoklorit. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian
41
Penggandaan skala 2 liter dilakukan berdasarkan hasil optimasi pada tahap pertama yaitu dengan penambahan H2SO4 4% kemudian diautoklaf. Selanjutnya ditambah xilanase dan selulase pada pH 5,5 suhu 37oC selama 4 hari, diinokulasi Sacharomyces sp dan inkubasi dilanjutkan lagi selama 2 hari. Kemudian dilakukan destilasi. Pada akhir proses produksi etanol skala 2 liter, untuk TKKS dengan ukuran lolos 80 mesh diperoleh etanol 8,2 ml dengan kadar etanol 87% , sedangkan untuk TKKS dengan ukuran lolos 60 mesh diperoleh 6,7 ml dengan kadar etanol 88%. Dari hasil penelitian tersebut maka diperkirakan untuk 2 liter media diperlukan 100 gram TKKS menghasilkan 6,7-8,2 ml etanol atau untuk menghasilkan 1 liter etanol diperlukan 12,2- 14,9 kg TKKS. 2. Identifikasi ulang proses pembentukan senyawa 3-MCPD ester pada minyak kelapa sawit Senyawa 3-MCPD ester merupakan salah satu kontaminan yang termasuk kedalam kelompok chloropropanol yang bersifat genotoxin carcinogen. Kelompok chloropropanol merupakan senyawa karsinogenik yang dapat menyebabkan terjadinya tumor dan kanker pada hewan dan manusia. Scientific Committee on Food-Europe Commission tahun 2001 telah menetapkan batas maksimum toleransi kandungan 3-MCPD ester pada produk pangan adalah 0,02 mg/kg atau 0,02 ppm. Fakta bahwa 3-MCPD ester yang karsinogenik terdapat dalam banyak produk makanan seperti hidrolisat protein, kecap, saus tiram telah disadari sejak lama, tetapi penemuan senyawa ini dalam minyak kelapa sawit baru terjadi pada tahun 2009 sehingga belum ada penelitian tentang metode untuk menghilangkan 3-MCPD ester dari produk minyak kelapa sawit atau minyak pangan termurnikan (refined vegetable oil). Sebagian besar penelitian tentang 3-MCPD ester masih berkisar pada metode identifikasi senyawa tersebut dan penentuan kandungannya pada berbagai produk pangan. Kegiatan dilakukan untuk melihat tingkatan senyawa 3-MCPD ester pada minyak sawit yang digunakan sebagai sampel. Proses identifikasi senyawa 3-MCPD ester dibatasi pada tahapan proses RBD palm oil dan pada produk minyak goreng sawit yang dihasilkan. Teridentifikasi beberapa titik kritis yang diduga sebagai pemicu terbentuknya senyawa 3-MCPD terutama pada proses deodorisasi. Bahan baku yang digunakan untuk proses simulasi reaksi adalah CPO (Crude Palm Oil) yang telah melalui proses degumming. CPO tersebut akan melalui proses deodorisasi dengan alat destilasi vakum pada tekanan 0–10 mmHg dengan penambahan injeksi uap secara langsung sebesar 2,5–4 % w/w CPO selama 4 jam. Kondisi suhu divariasikan 220, 240, dan 260oC. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mono-asilgliserol lebih mudah membentuk 3-MCPD dibanding dengan tri-asilgliserol maupun di-asilgliserol. Semakin banyaknya asam lemak bebas juga dapat mempengaruhi semakin besar kemungkinan terbentuknya 3-MCPD. Hal tersebut disebabkan semakin banyak asam lemak bebas artinya semakin banyaknya monoasilgliserol dan di-asilgliserol. Hasil identifikasi menunjukkan bahwa senyawa 3-MCPD ester terbentuk pada tahap proses deodorasi. Indikasinya adalah semakin tinggi suhu dan lamanya waktu proses deodorasi meningkatkan kadar 3-MCPD. Oleh karena itu, perlu dicari proses reduksi kadar 3-MCPD untuk meningkatkan kualitas mutu minyak kelapa sawit yang telah dideodorasi. Hasil simulasi terhadap pembentukan senyawa 3-MCPD ester menunjukkan bahwa kandungan 42
Laporan tahunan BB-Pascapanen T.A. 2011
Chlorine (Cl) dalam air yang digunakan merupakan penyebab utama terbentuknya 3-MCPD dalam minyak. Selanjutnya perlu dilakukan upaya pencegahan masuknya Cl ke dalam minyak dengan penghilangan ion klorida. Salah satu cara untuk mereduksi 3-MCPD ester ini adalah dengan menggunakan agen adsorpsi yang dapat menyerap komponen yang bersifat polar dari minyak goreng. Agen adsorpsi ini bertujuan untuk menghilangkan Chlorine. Perlakuan ini juga bisa dilakukan pada minyak goreng yang digunakan secara berulang kali. 3-MCPD ester dan substansi yang berhubungan tersebut dapat diasumsikan memiliki rantai yang sama seperti rantai mono- dan di-asilgliserida. Perlakuan dengan menggunakan agen adsorpsi ini diperkirakan merupakan cara yang sangat baik dalam pengurangan kadar 3-MCPD ester. Beberapa agen adsorpsi ini telah digunakan untuk menghilangkan 3-MCPD ester yang terkandung dalam minyak goreng. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis adsorpsi Z2 dan SMS mampu menurunkan senyawa 3-MCPD ester tertinggi. Reduksi senyawa 3-MCPD cukup optimal dilakukan pada suhu 240oC dengan waktu pengendapan 4 jam, yang mampu mereduksi senyawa 3-MCPD dibawah 0,02 ppm sesuai standar Codex.
F. Sumber Dana BB Mekanisasi Pertanian Pengembangan Agroindustri Tepung Kasava Bimo Model Inti-Plasma Di Kabupaten Garut Tahun 2011 Untuk menurunkan konsumsi beras 1,5% dan impor terigu 4,5 juta ton, maka ubikayu (Manihot esculenta Crantz.) merupakan salah satu sumber pangan lokal yang sangat prospektif untuk digunakan sebagai substitusi terigu. Namun demikian, pemanfaatan ubikayu tersebut memiliki kendala yaitu kadar air tinggi, mudah rusak (fisik, kimia, fisiologis, dan biologis), mengandung HCN dan enzim polyphenolase, aroma khas yang tidak disukai konsumen, dan tidak mempunyai gluten. Sedangkan kendala dalam bentuk tepung yaitu aroma tidak disukai, kurang putih, pahit, kurang elastis dan kurang mengembang. Untuk mengatasi hal tersebut telah dilakukan inovasi teknologi dengan memodifikasi sel ubikayu secara fermentasi untuk menghasilkan tepung kasava termodifikasi (tepung kasava Bimo). Pengembangan tepung kasava Bimo secara komersial memerlukan model agroindustri yang dapat menjamin kontinuitas bahan baku dan jaminan mutu chip kering dan tepung yang dihasilkan. Hal tersebut diharapkan dapat dicapai melalui agroindustri model Inti-Plasma. Penelitian ini dilaksanakan di tingkat Plasma di Desa Tanjung Jaya, Desa Wangun Jaya, Kecamatan Banjarwangi, dan Desa Mekar Wangi Kecamatan Cihurip, Kabupaten Garut dan intinya adalah PT. Multi Prima Sejahtera (MPS) Sentul, Bogor. Wilayah Kabupaten Garut bagian selatan memiliki potensi dan menjadi percontohan pengembangan Agroindustri Tepung Kasava Bimo di Jawa Barat. Model produksi tepung kasava Bimo Sistem Inti–Plasma dengan penerapan teknologi proses, alat dan mesin skala 10 ton/hari telah dikembangkan di sentra ubikayu dan secara ekonomis layak untuk dikembangkan pada skala yang lebih luas. Model ini merupakan penerapan teknologi hasil binaan BB Pascapanen dan BB Mektan. Hasil analisis sistem kelembagaan dengan metode sistem dinamik yang digabung dengan logika fuzzy, menunjukkan bahwa peluang keberhasilan model produksi tepung kasava Bimo Sistem Inti–Plasma di wilayah Kabupaten Garut bagian Selatan sangat baik. Proses produksi tepung kasava Bimo tersebut menggunakan starter Bimo-CF dengan lama fermentasi 12 jam dan tahapan proses hanya satu tahap langsung diperas dan dikeringkan setelah fermentasi. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian
43
Proses yang digunakan ini lebih efisien dibandingkan produksi tepung Mocaf yang dilakukan Koperasi Gemah Ripah (Binaan Kementerian Perindustrian) di Kabupaten Trenggalek dengan lama fermentasi 24 jam dan tahapan proses 3 kali yaitu penambahan bahan aktif dan pencucian hingga 2 kali. Titik kritis produksi tepung pada agroindustri tepung kasava Bimo adalah ketersediaan bahan baku dan proses pengeringan chip. Dengan adanya industri tepung kasava di Kecamatan Banjarwangi, Cihurip dan Cikajang, Kabupaten Garut berdampak pada kenaikan harga ubikayu setempat yaitu naik dari Rp 300–Rp 400/kg menjadi Rp 600–Rp 800/kg, serta petani sekitarnya sudah mulai menanam ubikayu pada lahan tidur, sehingga luas tanam ubikayu meningkat. Distribusi pemasaran chip kering dan tepung kasava Bimo hasil penelitian Koordinasi Badan Litbang Pertanian (BB Pascapanen dan BB Mektan) di Kabupaten Garut tahun 2011, yaitu melalui pengrajin makanan di sekitar Kabupaten Garut seperti pedagang keripik tempe (200 kg tepung/minggu), pengrajin kerupuk (75 kg tepung/hari), pengrajin keripik bayam (100 kg/2 minggu), pedagang batagor (5 kg/hari), industri dodol garut (uji coba) dan PT. MPS (6 ton chip kering/ minggu).
G. Kerjasama dan Pendayagunaan Hasil Penelitian 1. Dukungan Kerjasama Dalam dan Luar Negeri Dalam rangka perluasan dan percepatan pemasyarakatan teknologi, diperlukan berbagai upaya penjaringan mitra kerjasama baik melalui promosi maupun komunikasi pro-aktif yang intensif. Ruang lingkup kegiatan kerjasama ini meliputi pendampingan teknologi terhadap mitra kerjasama yang telah terjalin sesuai dengan kesepakatan dalam Memorandum of Understanding (MoU) dan melakukan rintisan kerja sama baru. Kegiatan pendampingan dan perintisan kerjasama dilakukan dengan pendekatan partisipatif dimana BB Pascapanen secara aktif terlibat dalam memberikan pendampingan teknologi serta komunikasi dengan mitra dan stakeholders yang terlibat dalam berbagai kesempatan. a. Pendampingan kerja sama alih teknologi pengolahan tepung kasava Bimo Kerja sama BB Pascapanen dengan PT. Multi Prima Sejahtera Tbk (PT. MPS), dimulai pada tahun 2009 yang ditandai dengan penandatanganan kesepakatan kerjasama (MoU) antara BB Pascapanen dengan PT. MPS. Ruang lingkup kerjasama meliputi produksi starter Bimo-CF dan produksi tepung kasava Bimo. Proses produksi starter Bimo-CF dilakukan dalam dua tahap, yaitu : 1) memproduksi konsentrat starter Bimo-CF yang dilakukan di Laboratorium BB Pascapanen, dan 2) memproduksi starter Bimo-CF, pengemasan dan distribusi yang dilakukan oleh PT. MPS. Konsentrat starter Bimo-CF adalah bibit atau inokulum dalam bentuk tepung yang berisi mikroba unggul pada konsentrasi tinggi, sebagai bahan pembawa dan bahan nutrisi bagi mikroba yang dibuat dengan proses yang teruji kehandalannya untuk menjamin stabilitas dan efektifitas starter. Starter Bimo-CF adalah bibit atau inokulum mikroba berbentuk tepung pada konsentrasi optimal yang berisi mikroba unggul, dan siap digunakan untuk proses fermentasi pada pembuatan tepung kasava termodifikasi (tepung kasava Bimo). Starter Bimo-CF dibuat dari konsentrat starter Bimo-CF sebanyak 20%, dan tepung kasava Bimo sebagai bahan pembawanya sebanyak 80%.
44
Laporan tahunan BB-Pascapanen T.A. 2011
Pemasangan unit produksi tepung kasava Bimo telah dilakukan pada tahun 2010, namun dalam uji coba produksi hingga awal tahun 2011 masih ada beberapa kendala teknis dalam kinerja peralatan sehingga tepung kasava yang dihasilkan belum optimal. Berbagai upaya perbaikan untuk meningkatkan kinerja peralatan produksi tepung terus dilakukan. Uji coba produksi tepung tahap awal dilakukan pada kapasitas 300 kg bahan baku per proses yang kemudian ditingkatkan kapasitasnya menjadi 500 kg bahan baku per proses. Bertepatan dengan uji coba awal, Sekretaris Badan Litbang Pertanian dan Kepala BB Pascapanen melakukan kunjungan ke PT Multi Prima Sejahtera (Gambar 24). Permintaan tepung kasava dari masyarakat kepada BB Pascapanen maupun kepada PT. MPS terus meningkat sehingga perlu peningkatan kapasitas produksinya. Pada bulan Juni 2011, kapasitas produksi tepung ditingkatkan hingga kapasitas 2.000 kg bahan baku per proses. Tahapan kerjasama PT. MPS dengan BB Pascapanen hingga bulan Juni 2011 telah sampai pada uji coba produksi starter Bimo-CF di pabrik PT. MPS dengan konsentrat starter BimoCF dari BB Pascapanen. Untuk melengkapi keperluan perizinan produksi tepung kasava Bimo dan produksi starter, PT. MPS bersama BB Pascapanen hingga bulan Desember 2011 sudah memasuki tahapan pengurusan izin halal produk starter Bimo-CF, dan perizinan halal produk tepung kasava Bimo. Pada tahun 2011, PT. MPS telah mengitung hasil produksi dan penjualan tepung kasava dan starter. Pada bulan Desember 2011, telah dilakukan pembayaran royalti sesuai dengan perjanjian lisensi yang tercantum dalam MoU. Royalti dibayarkan melalui rekening Balai Pengelola Alih Teknologi Pertanian (BPATP), Bank BRI Jakarta sebesar Rp 1.074.650,- dengan rincian pembayaran royalti starter BIMOCF sebesar 11% dari total harga penjualan yaitu senilai Rp.583.575,- dan royalti tepung kasava sebesar 1,5% dari total penjualan yaitu senilai Rp. 491.067,-.
Gambar 24. Bangunan pabrik tepung kasava Bimo dan laboratorium uji mutu tepung milik PT. MPS dan kunjungan Sekretaris Badan Litbang Pertanian dan Kepala BB Pascapanen ke pabrik tepung kasava Bimo
Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian
45
b. Pendampingan kerja sama pengembangan pengolahan dadih dan susu sapi Kerjasama pengembangan teknologi penanganan dan pengolahan susu sapi dan dadih di Sumatera Barat telah dirintis sejak tahun 2009. Beberapa pertemuan koordinasi dengan instansi terkait (Dinas Pertenakan dan Dinas Perdagangan Propinsi Sumbar, Kab.Sijunjung, Kota Padang Panjang, dan BPTP Sumbar) telah dilakukan dalam upaya perintisan kerjasama ini (Gambar 25). Kegiatan kerjasama yang disepakati meliputi : 1) penyediaan teknologi penanganan dan pengolahan dadih susu kerbau, dan 2) penyediaan teknologi penanganan serta pengembangan produk olahan susu sapi (yoghurt). Kedua teknologi disiapkan untuk skala usaha kecil dan menengah (UKM), dan 3) penyediaan fasilitas dan sarana pendukung untuk pengembangan dan penerapan teknologi. Kerjasama ini melibatkan dua kabupaten di Provinsi Sumatera Barat yaitu Kota Padang Panjang dan Kabupaten Sijunjung. Dua daerah ini memiliki kesiapan melaksanakan kegiatan pengembangan pengolahan susu, yaitu yoghurt di Kota Padang Panjang dan dadih (dadiah) di Kabupaten Sijunjung. Dalam rangka mendukung kerjasama ini, tim peneliti BB Pascapanen telah menyiapkan teknologi pengolahan susu sapi (yoghurt) dan dadih dari susu kerbau yang siap untuk diimplementasikan di lapangan. Namun demikian, implementasi kerjasama ini belum dapat terealisasi pada tahun 2010, karena belum siapnya bangunan rumah produksi dan fasiltas pendukung yang harus disediakan oleh Dinas Peternakan Propinsi Sumbar. Permohonan perpanjangan kerjasama telah diajukan oleh Dinas Peternakan Propinsi Sumbar agar kegiatan ini dapat direalisasikan pada tahun berikutnya.
a
b Gambar 25. Rapat koordinasi dengan instansi terkait (a) dan Peliputan oleh TV lokal (b)
46
Laporan tahunan BB-Pascapanen T.A. 2011
Pada tahun 2011, kegiatan kerjasama dapat direalisasikan dengan ruang lingkup : 1) pengembangan teknologi pengolahan yoghurt melalui kegiatan sosialisasi teknologi dan uji produksi yoghurt yang dilakukan di Kelompok Tani Ternak Lembah Makmur, Kota Padang Panjang, dan 2) pengembangan teknologi pengolahan dadih melalui kegiatan pendampingan teknologi pemeliharaan starter dan pengolahan dadih termodifikasi di Rumah Produksi Dadih kelompok Tani Ternak Durian Sakek, Jorong Komau Kacik, Kecamatan Sijunjung, Kabupaten Sijunjung. Kedua kegiatan tersebut juga mendapat dukungan dari Direktorat Jendral Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian (PPHP) Kementerian Pertanian dalam pengadaan peralatan pengolahan susu.
c.
Pendampingan kerja sama pengembangan beras fungsional dengan Indeks Glikemik Rendah
Beras Indeks Glikemik rendah (IGr), adalah beras yang diproses dengan teknologi Penurunan Indeks Glikemik atau teknologi pratanak (parboiled). Teknologi penurunan Indeks Glikemik beras telah didaftarkan patennya dengan nomor pendaftaran No. P00200900288. Gabah yang diproses dengan teknologi tersebut menghasilkan beras giling yang mempunyai IG lebih rendah dibandingkan dengan beras dari varietas yang sama tetapi tidak diproses pratanak. Produk beras IGr diminati oleh PT Petrokimia, Gresik yang ditindak lanjuti melalui kerjasama penelitian dengan naskah kerjasama “Pengembangan Beras dengan Indeks Glikemik Rendah untuk Diit Khusus bagi Penderita Diabetes Melitus (DM) dan Kegemukan (Obesitas), tanggal 3 Desember 2009. Pelaksanaan penelitian pengembangan dimulai akhir Maret sampai Desember 2010. Namun, karena keterlambatan penyediaan peralatan produksi oleh PT Petrokimia, maka naskah kerjasama di addendum hingga tanggal 2 Juni 2011. Pada akhir bulan Februari 2011, peralatan produksi beras IGr telah siap diuji coba di lokasi pilot plant Petrokimia, Gresik (Gambar 26). Tahap selanjutnya, uji coba produksi skala pilot di Petrokimia, Gresik dilakukan pada kapasitas 500 kg bahan baku per proses sesuai target kapasitas produksi. Uji coba produksi ini sekaligus sebagai validasi proses yang dilakukan pada skala 75 kg bahan baku per proses yang dilaksanakan di Laboratorium Pengembangan BB Pascapanen, Bogor. Titik kritis dalam produksi beras IGr antara lain : 1) bahan baku gabah harus bermutu baik dengan gabah hampa atau setengah hampa maksimum 5%, dan 2) kadar air gabah pada proses penggilingan sekitar 14-16%. Pada tanggal 15 Oktober 2011, perjanjian kerjasama lisensi proses penurunan Indeks Glikemik Beras antara BB Pascapanen dengan PT. Petrokimia Gresik telah ditandatangani dengan disaksikan oleh Kepala Badan Litbang Pertanian (Gambar 27). PT. Petrokimia belum memproduksi secara komersial, saat ini masih dalam tahap pengujian sampel produksi sebanyak
a
b
b Gambar 26. Bangunan pilot plant (a) dan line processing gabah pratanak IGr di PT. Petrokimia, Gresik (b)
Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian
47
3 batch (750 kg). PT Petrokimia telah melakukan perbaikan ruangan dan alat produksi sesuai dengan standar dari Balai Besar Pengawasan Obat dan Makanan Surabaya (BBPOM). Surat ijin BBPOM Surabaya sudah keluar dan akan diajukan pengurusan ke Badan POM Jakarta. Untuk memproduksi beras IGr secara komersial masih menunggu sertifikasi produksi dari Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM), Jakarta. Produk beras IGr ini akan dipasarkan dengan merek dagang Fit Rice dengan kemasan 2 dan 5 kg. d. Pendampingan kerja sama uji coba ekspor buah manggis
Gambar 27. Penandatangan kerjasama lisensi beras IGR antara BB Pascapanen dengan PT. Petrokimia, Gresik
Kegiatan ini merupakan kerjasama antara BB Pascapanen dengan PT. Alamanda Sejati Utama berdasarkan kesepakatan kerjasama (MoU) yang ditandatangani pada tanggal 15 Juni 2010. Uji transportasi ekspor buah manggis yang direncanakan pada tahun 2011, baru dapat dilaksanakan pada tanggal 27 Desember 2011. Pelaksanaan ujicoba ekspor manggis seperti dalam addendum dilaksanakan ke Cina dengan kapasitas kontainer ekspor 20 feet (9 ton). Kendala yang menyebabkan terlambatnya pelaksanaan uji coba ekspor manggis adalah tidak mencukupinya ketersediaan bahan baku yang layak ekspor di sentra produksi Jawa Barat baik kuantitas maupun kualitasnya. Pada bulan Desember 2011, produksi manggis di sentra produksi Jawa Barat (Tasikmalaya, Sukabumi, dan Ciamis) cukup melimpah sehingga pelaksanaan ujicoba ekspor dapat dilaksanakan.
Gambar 28. Proses ujicoba ekspor manggis ke Cina tanggal 27 Desember 2011 48
Laporan tahunan BB-Pascapanen T.A. 2011
Pelaksanaan uji coba ekspor dimulai dengan sortasi, grading, dan perlakuan pelilinan buah manggis yang akan diekspor di daerah sentra produksi. Buah manggis selanjutnya diadaptasikan suhunya bersamaan dengan pengangkutan ke Packing House Operation (PHO) PT Alamanda Sejati Utama. Setelah adaptasi
suhu mencukupi dilakukan stuffing dalam kontainer untuk dilakukan pengangkutan ke pelabuhan di Jakarta dan selanjutnya di ekspor ke Cina (Gambar 28). e.
Pendampingan kerja sama pengembangan pengolahan sorgum
Untuk meningkatkan citra sorgum menjadi komoditas superior, perlu dikembangkan produk pangan bergengsi yang mengikuti trend pasar, diantaranya menjadikan sorgum sebagai produk pangan instan fungsional seperti bubur sorgum dan nasi sorgum instan dengan mengeksplorasi sifat fungsionalnya. Bubur instan lokal yang saat ini banyak beredar di pasaran berbahan baku beras, kacang hijau dan pisang. Bubur sorgum instan sebagai produk pangan fungsional ini identik dengan produk impor sejenis seperti oat meal dan brown rice, namun harganya terjangkau oleh masyarakat luas. Kendala utama dalam pengolahan biji sorgum menjadi produk olahan seperti bubur dan nasi sorgum instan adalah proses penyosohan untuk menghilangkan kulit sorgum dan rasa sepat yang sering dikeluhkan oleh konsumen. BB Pascapanen telah berhasil mendapatkan teknologi penyosohan dan penghilangan rasa sepat dari sorgum dan memanfaatkannya menjadi berbagai produk olahan pangan. Kegiatan kerjasama ini bertujuan untuk menyebarluaskan hasil penelitian BB Pascapanen, khususnya pengolahan sorgum. Mitra kerjasama, yaitu Kopwan Kusuma yang berminat untuk mengadopsi berbagai teknologi pengolahan pangan berbasis sorgum. Naskah kesepakatan kerja sama (MoU) antara Koperasi Wanita Kusuma (Koperasi Usaha Sukses Mandiri) dengan BB Pascapanen telah ditandatangani pada tanggal 17 Desember 2010. Kopwan Kusuma saat ini sedang menyiapkan bahan baku sorgum, dengan menanam sendiri di daerah Surade, Sukabumi. f.
Pendampingan kerja sama pengembangan pengolahan tepung sukun
Kabupaten Cilacap merupakan salah satu daerah sentra penghasil sukun di Propinsi Jawa Tengah. Dalam rangka pengembangan sukun maka Dinas Pertanian dan Peternakan, Kabupaten Cilacap melakukan kerjasama dengan BB Pascapanen, yang dituangkan dalam Naskah Kesepakatan Kerjasama (MoU) pada 4 Agustus 2010, khususnya dalam mendukung pengembangan agroindustri tepung sukun, termasuk hasil olahannya. Berdasarkan komitmen Pemda Kabupaten Cilacap tersebut dan respon positif untuk mengadopsi teknologi produksi tepung sukun yang telah dirintis oleh tim peneliti BB Pascapanen, maka Kabupaten Cilacap dipilih sebagai lokasi kegiatan difusi teknologi tepung sukun pada tahun 2011. Cakupan kegiatan kerjasama ini meliputi : penerapan teknologi pengolahan tepung sukun rendah tanin, sosialisasi pengembangan produk olahan berbasis tepung sukun, dan pembentukan model pengembangan agroindustri tepung sukun di Gapoktan Kelurahan Lomanis. Lokasi pembangunan UPH (Unit Pengolahan Hasil) telah ditetapkan, yaitu tanah bengkok kelurahan Lomanis. Pengembangan agroindustri tepung sukun dilakukan dengan menerapkan model IntiPlasma, dimana inti merupakan Unit Pengolah Hasil (UPH) dan pemilik pohon (kebun) sukun atau pedagang pengumpul bertindak sebagai plasma. Dinas Pertanian dan Peternakan, Kabupaten Cilacap, pada tahun 2011 telah mengalokasikan dana untuk pembangunan Unit Pengolahan Hasil dan pengadaan peralatan proses produksi tepung sukun. Pendampingan dan pengawalan teknologi perlu dilakukan secara berkesinambungan hingga model agroindustri tepung sukun yang dibangun dapat beroperasi dengan lancar dan mutu produk yang dihasilkan terstandar, sesuai SOP yang dikembangkan oleh BB Pascapanen.
Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian
49
Gambar 29. Pelatihan produk-produk olahan sukun
Kegiatan di BB Pascapanen meliputi pengembangan produk olahan berbasis tepung sukun dan pengujian mutu produk. Produk-produk hasil olahan tersebut kemudian disosialisasikan di Kabupaten Cilacap melalui tahapan pelatihan dan pendampingan. Pelatihan telah dilakukan pada bulan Oktober 2011 di Pendopo Kelurahan Lomanis (Gambar 29). Pelaksanaan pelatihan dilaksanakan selama dua hari, diikuti sebanyak 25 orang. Materi Pelatihan berupa penyampaian teori di kelas dan praktek. Materi di kelas meliputi lima topik bahasan, yaitu : 1) Kebijakan Pengembangan Agribisnis Sukun/Tepung sukun di Kabupaten Cilacap, 2) Prospek dan Kendala Produksi Tepung Sukun, 3) Standar Mutu Tepung Sukun dan Strategi Pencapaiannya, 4) Pengembangan Aneka Produk Olahan berbasis Tepung Sukun, dan 5) Peluang Kemitraan Produsen Tepung sukun, Industri Pangan Olahan. Materi praktek meliputi proses produksi tepung sukun dan aneka olahan produk berbasis tepung sukun.
g. Pendampingan kerja sama pengembangan pengolahan mangga Kerja sama pengembangan agroindustri mangga di Jeneponto dirintis bersamaan dengan kegiatan penelitian difusi teknologi pengolahan mangga tahun 2010. Kerja sama ini meliputi penyediaan dan penerapan teknologi serta SOP pengolahan mangga, pelatihan pengolahan mangga kepada gapoktan kooperator, uji produksi dan preferensi konsumen untuk mendapatkan umpan balik, penyediaan sarana promosi produk olahan mangga dan pengembangan model agroindustri mangga. Kesepakatan kerja sama antara BB Pascapanen dengan Dinas Pertanian Kabupaten Jeneponto, Sulawesi Selatan ditandangani pada 21 Oktober 2010 dengan jangka waktu 2 tahun. Tahapan kegiatannya meliputi : 1) Menyusun profil mengenai sentra produksi mangga, rantai pasar dan status pengolahan mangga, 2) Analisis SCM untuk menentukan mitra gapoktan (champion), 3) Pelatihan pengolahan kepada champion dan gapoktan lain, (4) Pemilihan jenis teknologi dan skala yang akan diterapkan, 5) Penerapan SOP pengolahan mangga, 6) Uji produksi dan preferensi konsumen guna mendapatkan umpan balik untuk perbaikan proses selanjutnya, dan 7) Sarana promosi untuk produk olahan mangga. Pelaksanaan workshop memberikan kesepahaman antara Dinas Pertanian, Pemda, petani, penyuluh, dan peneliti untuk lebih fokus dan saling mendukung dalam pelaksanaan kegiatan. Pelatihan SOP teknologi pengolahan mangga dan pembuatan produk olahan mangga yang berorientasi pada SOP terlaksana dengan baik, kelembagaan terbina dengan nilai tambah 50
Laporan tahunan BB-Pascapanen T.A. 2011
paling rendah 50%, dan kedua Gapoktan telah mulai berproduksi yang ditandai dengan adanya pesanan. Kelompok tani yang berproduksi adalah kelompok tani Bungung Pandang dari Desa Malassorro dan kelompok tani Paranuanta dari Desa Bonttorannu. Konsumen di Sulawesi Selatan, menyukai 5 produk olahan mangga yang dicoba. Analisis percepatan difusi teknologi menunjukkan bahwa peran kelembagaan sangat penting dalam mempercepat target difusi teknologi sehingga menjadi unit usaha yang berjalan secara berkelanjutan dan memberikan keuntungan yang signifikan. Analisis risiko menunjukan bahwa setiap mata rantai dalam sebuah sistem rantai pasokan mangga memiliki risiko yang berbeda. Diperlukan upaya yang serius dalam memperkecil risiko tersebut, sehingga setiap mata rantai dalam sistem rantai pasokan memiliki margin keuntungan yang seimbang dan kondisi ini diharapkan akan berjalan secara berkesinambungan. Kelompok wanita tani yang aktif adalah kelompok di Desa Bungung Pandang yang pada tahun 2011 mengolah buah mangga menjadi dodol. Kelompok tani tersebut telah berpengalaman dalam mengolah dodol yang dipasarkan secara lokal dengan bahan dasar rumput laut. h. Penjajakan Kerja Sama Pengembangan Produk Bubur Ayam Kegiatan kerjasama pengembangan produk bubur ayam bertujuan untuk mendapatkan : 1) teknologi produksi bubur ayam instan Cianjur, 2) melakukan karakterisasi mutu gizi dan sifat fisikokimia, dan 3) melakukan ujicoba produksi bubur ayam instan Cianjur skala komersial. Kegiatan kerjasama ini ditandatangani oleh Kepala BB Pascapanen dan Pengelola Bubur Ayam Cianjur pada tanggal 23 Mei 2011 di Bogor. Keragaan bubur instan yang menyerupai bubur aslinya (Gambar 30) diperoleh jika diseduh dengan formula bubur : nasi instan 2:1. Masing-masing komponen bubur diproses menggunakan drum dryer dengan kecepatan putar 19 rpm pada suhu 160°C. Rendemen bubur instan dipengaruhi oleh rasio penambahan air terhadap beras saat proses pemasakan bubur, berkisar antara 76,8 hingga 80,8 %. Bubur instan mempunyai daya cerna pati 74%. Nilai kalori bubur instan yang terkandung dalam bubur instan tersebut adalah 390,46 kkal/100 g. Selain bubur, pelengkapnya seperti ayam dan bumbu juga dibuat instan. i. Penjajakan Kerja Sama Pengembangan Produk Talbinah Instan Dalam rangka perintisan kerja sama, BB Pascapanen telah menjaring PT Assabil Amin Food (PT. AAF), yaitu sebuah perusahaan yang bergerak dibidang kesehatan, yang salah satu pengobatannya menggunakan herbal dalam bentuk talbinah. Talbinah merupakan produk yang dapat digolongkan sebagai pangan fungsional. Hal ini didasarkan atas khasiat atau manfaat untuk meningkatkan kesehatan tubuh bila dikonsumsi secara teratur. Talbinah siap dikonsumsi setelah dimasak terlebih dahulu. Pada era modern, masyarakat cenderung menyukai Gambar 30. Bubur ayam instan Cianjur siap produk pangan yang siap dikonsumsi saji atau membutuhkan waktu penyiapan Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian
51
yang singkat. Untuk meningkatkan minat konsumen dalam mengonsumsi Talbinah, perlu dikembangkan produk Talbinah instan. PT. AAF sepakat melakukan kerjasama pengembangan teknologi pengolahan talbinah instan dengan BB Pascapanen. Kesepakatan kerjasama tersebut tertuang dalam MoU yang ditandatangani di BB Pascapanen pada tanggal 19 April 2011. a
b Gambar 31. Keragaan bubur instan gandum sosoh kering (a) dan bubur instan gandum sosoh seduh (b)
Bahan baku produk Talbinah adalah biji gandum impor. Dalam upaya mengurangi impor gandum dan memanfaatkan gandum lokal, maka dalam pembuatan produk Talbinah instan ini dilakukan juga diverisifikasi bahan baku menggunakan gandum lokal varietas Dewata. Pada pengembangan Talbinah instan ini dilakukan instanisasi dengan memasak biji-bijian (gandum) yang telah diproses menjadi tepung kemudian dibuat adonan kental. Formulasi adonan tersebut diteliti lebih lanjut untuk mendapatkan komposisi yang tepat. Selanjutnya adonan dikeringkan dengan menggunakan drum dryer dan hasil pengeringan di-blending sehingga menghasilkan tepung atau serpihan berukuran sekitar 60 mesh (atau sesuai ukuran yang
diinginkan dalam produk akhir). Parameter teknologi proses yang dikembangkan meliputi suhu proses dan kecepatan putaran drum dryer untuk mendapatkan waktu pengeringan dan kadar air yang tepat, serta viskositas adonan yang tepat untuk mendapatkan tekstur dan ketebalan produk. Pengembangan Talbinah instan dapat mempercepat waktu penyajian, karena tidak memerlukan pemasakan. Produk ini cukup diseduh dengan air panas, dapat dikonsumsi seperti bubur ataupun minuman fungsional (Gambar 31). Gandum lokal varietas Dewata potensial untuk dikembangkan sebagai pangan fungsional setara dengan Talbinah instan. Bahkan gandum lokal yang disosoh dan disangrai (GSSG) kandungan proteinnya mencapai 21%, sedangkan Talbinah hanya 14%. Nilai energi Talbinah adalah 378,94 kkal/100g, sedangkan GSSG 383,02 kkal/100g. Daya cerna pati dan serat pangan GSSG tidak berbeda nyata dengan Talbinah. Secara umum kandungan mineral GSSG (kecuali Na dan Ca) lebih tinggi dibandingkan dengan Talbinah. j.
Penjajakan kerjasama dengan Masyarakat Nano Indonesia
Dalam rangka pengembangan nanoteknologi untuk pangan dan pertanian, Badan Litbang Pertanian menyelenggarakan roundtable discussion dengan Masyarakat Nano Indonesia (MNI) yang bertempat di IPB International Convention Center, Bogor pada tanggal 5 Mei
52
Laporan tahunan BB-Pascapanen T.A. 2011
2011. Kegiatan ini dihadiri oleh Kepala Badan Litbang Pertanian, Kepala UK/UPT Lingkup Badan Litbang Pertanian, dan beberapa peneliti/calon peneliti bidang nanoteknologi. Ketua MNI hadir bersama Ketua Divisi Nano Farmasi dan Kesehatan dan beberapa koordinator harian MNI. Mengawali acara, Kepala BB Pascapanen menyampaikan pengantar mengenai rencana pembangunan laboratorium nano untuk pangan dan pertanian serta pengiriman peneliti BB Pascapanen mengikuti training nanoteknologi yang diselenggarakan oleh Nanotech Indonesia sebagai inisiasi pengembangan nanoteknologi di Badan Litbang Pertanian. Kepala Badan Litbang Pertanian menyampaikan arahan agar pengembangan nanoteknologi untuk pangan dan pertanian tetap mengacu pada 4 target sukses pembangunan pertanian, yaitu swasembada berkelanjutan, diversifikasi pangan, peningkatan nilai tambah, daya saing dan ekspor, serta peningkatan kesejahteraan petani. Untuk itu, diperlukan pengembangan SDM melalui program pelatihan/pendidikan jangka pendek dan panjang. Badan Litbang Pertanian akan go for nanotechnology untuk pangan dan pertanian serta mengharapkan dukungan MNI dalam pengembangan laboratorium dan sumber daya manusianya. Badan Litbang Pertanian akan menciptakan image baru (new brand) dimana aspek ‘penelitian’ akan didekati dengan istilah science based activities, dan aspek ‘pengembangan’ sebagai impact based activities. Kedua aspek tersebut akan diperkuat secara bersamaan sehingga Badan Litbang Pertanian akan menghasilkan publikasi ilmiah dan produk hasil penelitian sebagai salah satu bentuk recognition-nya. Ketua MNI menyampaikan presentasi Status Terkini dan Trend Penerapan Nanoteknologi di Sektor Pertanian. Pengembangan produk nano berbasis pertanian memiliki nilai ekonomi lebih tinggi dibandingkan dengan produk lain (contoh : produk elektronik) dan akan meningkatkan daya saing bangsa karena Indonesia memiliki sumber daya alam pertanian yang melimpah dan tidak banyak dimiliki negara lain. MNI menyambut baik upaya yang dilakukan UK/UPT Badan Litbang Pertanian dalam merintis penerapan nanoteknologi sebagai salah satu pendekatan dalam penyelesaian masalah bidang pangan dan pertanian. MNI siap memberikan dukungan fasilitas penelitian melalui kerangka kerja sama. Acara diakhiri dengan penandatanganan Naskah Kesepakatan Kerja Sama antara BB Pascapanen (sebagai koordinator pengembangan nanoteknologi di Badan Litbang Pertanian) dengan MNI. Penandatanganan dilakukan oleh Kepala BB Pascapanen, Ketua MNI dan Kepala Badan Litbang Pertanian. Ruang lingkup kerja sama meliputi : 1) kegiatan penelitian dan pengembangan, 2) pengembangan SDM untuk meningkatkan penguasaan iptek, 3) pengembangan laboratorium dan sarana pendukung, dan 4) pengembangan network kerjasama dengan sesama pelaku pengembangan nanoteknologi dan industri. Kerja sama direncanakan akan dilaksanakan selama 3 tahun. k.
Penjajakan Kerja Sama Pengembangan Teknologi Pengolahan Lada Putih Higienis
PT. Motasa Indonesia merupakan salah satu perusahaan yang memproduksi lada putih bubuk (ground white pepper) untuk dipasarkan ritel di dalam negeri. Bahan baku dalam bentuk lada putih utuh diperoleh dari kerjasama kemitraan dengan petani di beberapa daerah seperti Kalimantan Timur. Masalah yang dihadapi dalam kerjasama tersebut yaitu mutu bahan baku (lada putih) yang diperoleh dari kelompok tani kurang memenuhi persyaratan yang diakibatkan oleh cara pengolahan yang masih tradisional. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, PT. Motasa Indonesia berminat menerapkan inovasi teknologi produksi lada putih Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian
53
higienis yang dihasilkan BB Pascapanen untuk diterapkan di tingkat kelompok tani yang menjadi mitranya.
a
Naskah Kesepakatan Kerjasama (MoU) pengembangan teknologi pengolahan lada putih higienis antara BB Pascapanen dengan PT. Motasa Indonesia ditandatangani pada tanggal 9 Juli 2011 di Loa Janan, Kabupaten Kutai Kertanegara, Kalimatan Timur. Ruang lingkup kerjasama meliputi: 1) penyediaan peralatan dan bangunan unit produksi lada putih, 3) pelaksanaan pelatihan dan uji coba produksi lada putih, dan 4) kelembagaan unit produksi lada putih.
Berdasarkan kesepakatan dalam MoU kerjasama maka bangunan pengolahan dan seluruh peralatan disediakan oleh PT. Motasa Indonesia, sedangkan BB Pascapanen b c membiayai bak perendaman. Sarana dan prasarana unit produksi lada putih higienis meliputi : a) bangunan pengolahan, b) bak perendaman buah lada, dan c) saluran air dari sumber ke bangunan unit produksi (Gambar 32). Bangunan pengolahan dan d tata ruangnya didisain memiliki ruangan Gambar 32. Bangunan pengolahan untuk proses perontokan, pengupasan dan (a); Peralatan : alat perontok (b), alat pencucian, proses perendaman dalam asam pengupas (c), dan sarana penjemuran (d) sitrat, pengeringan, dan gudang produk. Peralatan unit produksi lada putih higienis yang diperlukan terdiri atas alat perontok, pengupas kulit lada, dan sarana penjemuran. Lokasi unit produksi tersebut ditempatkan di kelompok tani Pagar Ulin, Desa Batuah, Kecamatan Loa Janan, yang merupakan salah satu kelompok tani yang menjadi mitra PT. Motasa Indonesia. Pelatihan teknologi pengolahan lada putih higienis dilaksanakan selama dua hari dengan materi teori dan praktek lapang. Peserta pelatihan berjumlah 50 orang, yang berasal dari anggota kelompok tani Pagar Ulin, staf PT. Motasa Indonesia, Dinas Perkebunan Kutai Kertanegara, dan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian, Kalimantan Timur. Setelah pelatihan, dilanjutkan dengan uji produksi lada putih oleh anggota kelompok tani Pagar Ulin, yang mengolah buah lada sebanyak 0,5 ton bahan baku per proses untuk diolah menjadi lada putih. Kelembagaan unit produksi lada putih higienis yang disepakati sebagai berikut: kelompok tani mengelola unit produksi lada putih menggunakan teknologi BB Pascapanen untuk mendapatkan lada putih sesuai dengan persyaratan mutu. PT. Motasa Indonesia membeli produk lada putih yang dihasilkan oleh kelompok tani Pagar Ulin. PT. Motasa melakukan proses lanjutan seperti sortasi, penepungan, pengemasan, dan pelabelan untuk selanjutnya dipasarkan dalam bentuk lada putih bubuk. 54
Laporan tahunan BB-Pascapanen T.A. 2011
l.
Penjajakan Kerja Sama Penelitian Ekspor Buah Mangga Arumanis dan Manalagi Menggunakan Teknologi Pelilinan Dan Pengemasan
Kerjasama ini lebih dititikberatkan pada penelitian untuk mendapatkan formulasi lilin yang tepat, suhu dan waktu Water Heat Treatment (WHT), dan suhu penyimpanan untuk buah mangga Arumanis dan Manalagi. Kegiatan direncanakan dalam tiga musim buah mangga. Pada 2011 telah dilakukan penelitian penerapan WHT pada suhu 50, 53, dan 56°C selama 5, 10, dan 15 menit untuk buah mangga Arumanis. Perlakuan WHT dilakukan pada water batch yang dapat dikendalikan suhu dan waktu yang diinginkan. Hasil penelitian menunjukkan WHT pada suhu 53°C selama 5 menit mampu menghambat pertumbuhan penyakit pascapanen hingga dua minggu penyimpanan pada suhu kamar dan buah mangga tetap segar serta tidak terjadi kerusakan. Kegiatan penelitian WHT pada buah mangga manalagi akan dilaksanakan setelah ditemukan teknologi yang tepat untuk mangga arumanis dan ditargetkan dapat dilaksanakan pada tahun 2012. m. Penjajakan Kerja Sama Pengembangan Produk Sup Instan Pada tahun 2009, BB Pascapanen telah melakukan penelitian produk sup instan pada skala laboratorium. Tujuan penelitian tersebut adalah mendapatkan varian produk instan selain produk-produk instan yang sudah ada, untuk memenuhi tuntutan konsumen terutama golongan masyarakat dengan tingkat aktifitas yang cukup tinggi. Pengembangan teknologi pengolahan produk sup instan skala usaha kecil menengah (UKM) di tingkat Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) dilaksanakan bekerjasama dengan Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Karawang. Penandatangan kesepakatan kerjasama (MoU) antara BB Pascapanen dengan Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Karawang dilaksanakan pada tanggal 26 April 2011 di Karawang (Gambar 33). Kerjasama tersebut mencakup kegiatan sosialisasi dan uji coba implementasi teknologi pengolahan sup jamur instan. Sosialisasi dilakukan dalam bentuk demo dan pelatihan teknologi pengolahan sup instan untuk tenaga pengelola di tingkat Gapoktan. Pelaksanaan kegiatan sosialisasi teknologi ini difasilitasi oleh Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Karawang. Uji coba implementasi teknologi pengolahan sup jamur instan dilakukan pada bulan Oktober 2011 di Gapoktan Bintang Jamur Mandiri menggunakan unit pengolahan milik BB Pascapanen dengan status pinjam pakai selama 3 bulan. Dengan cara ini diharapkan petani dapat berlatih terus melakukan rangkaian proses pengolahan sup jamur instan. Selama pelaksanaan uji coba tersebut dilakukan pendampingan baik oleh Dinas Pertanian dan Kehutanan
Gambar 33. Penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) oleh Kepala BB Pascapanen dan Kepala Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Karawang Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian
55
Gambar 34. Proses pendampingan teknologi kepada Gapoktan
Kabupaten Karawang maupun BB Pascapanen (Gambar 34). Pendampingan dilakukan untuk memberikan pembekalan secara teknis tentang teknologi pengolahan sup jamur instan kepada para petani. Petani dilatih secara intensif untuk mengolah bahan segar hingga menjadi produk yang siap disajikan yaitu meliputi preparasi bahan sebelum proses pengeringan, pengoperasian alat pengering dan penyimpanan produk. Program pendampingan lanjutan akan dilakukan oleh Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Karawang dibantu oleh konsultan ritel dan pemberdayaan masyarakat sampai terbentuk usaha pengolahan sup jamur instan yang mandiri dan berdaya saing.
2. Partisipasi Ekspose, Gelar Teknologi, dan Seminar Ilmiah/Nasional Partisipasi BB Pascapanen pada pameran/ekspose dan gelar teknologi baik yang dikoordinasikan Pustaka/Badan Litbang Pertanian maupun atas permintaan Ditjen Teknis Kementerian Pertanian yang secara langsung berkaitan dengan hasil penelitian dan pengembangan pascapanen pertanian telah berlangsung sebanyak 11 kegiatan. Kegiatan tersebut adalah : Agrinex Expo, Pameran dalam rangka Pertemuan ITPGRFA, Agro and Food Expo, PENAS XIII, Hari Susu Nusantara, Jakarta Agro Ekspo 2011, Hakteknas, Pekan Rawa Nasional I, Ekspose Nasional Inovasi Perkebunan (ENIP), Hari Pangan Sedunia (HPS), dan Seminar Nasional, Open House dan Workshop Teknologi Pascapanen. Partisipasi BB Pascapanen pada 11 kegiatan di atas sangat penting dalam upaya menunjukkan hasil penelitian dan pengembangan pascapanen yang telah dicapai dan sebagai dukungan pada program pembangunan pertanian. Uraian rinci dari setiap pameran yang diikuti BB Pascapanen, sebagai berikut : a. Agrinex Expo Agrinex Expo berlangsung tanggal 4-6 Maret 2011 di Jakarta Convention Center (JCC), Jakarta. BB Pascapanen bersama UK/UPT lingkup Badan Litbang Pertanian mengisi stand yang disediakan untuk Badan Litbang Pertanian (Gambar 35). Produk unggulan BB Pascapanen yang ditampilkan adalah aneka tepung non terigu, sesuai dengan tema pameran yaitu diversifikasi pangan. Produk-produk tersebut meliputi tepung kasava Bimoka (B, C, dan G), tepung sukun, tepung sorgum, tepung tales, dan produk olahannya. Produk olahan dari masing-masing tepung ditampilkan untuk menginformasikan bahwa melalui tepung non terigu dapat disajikan berbagai jenis produk olahan.
56
Laporan tahunan BB-Pascapanen T.A. 2011
Gambar 35. Kunjungan mantan Menteri Pertanian Anton Apriyantono di stand Badan Litbang Pertanian
b. Pameran dalam rangka Pertemuan ITPGRFA Dalam rangka mendukung the 4th Session of the Governing Body of the International Treaty on Plant genetic Resources for Food and Agriculture (ITPGRFA), Badan Litbang Pertanian telah menyelenggarakan pertemuan di Westin Hotel, Nusa Dua, Bali tanggal 11–18 Maret 2011. Selama acara pertemuan tersebut diadakan side event berupa pameran yang diselenggarakan pada tanggal 11-15 Maret 2011 yang melibatkan seluruh UK/UPT lingkup Badan Litbang Pertanian (Gambar 36). Dalam Pameran tersebut BB Pascapanen menampilkan materi yang berkaitan dengan pangan berbahan baku lokal yaitu : produk antara berupa tepung-tepungan dan produk olahan berupa kue kering serta soup dan fettuccini dari tepung kasava. Selain itu juga ditampilkan poster dan leaflet yang terkait dengan teknologi pascapanen. Kue-kue basah, fettuccini dan soup dari tepung kasava dimasak dan disiapkan oleh chef Westin Hotel. Pengunjung pameran terbatas peserta pertemuan ITPGRFA karena lokasi pameran berada di hotel bukan area umum yang bisa dikunjungi masyarakat luas. Pengunjung yang terdiri atas para Menteri Pertanian dan delegasi Negara asing lainnya tertarik dengan teknologi dan produk hasil penelitian Badan Litbang Pertanian tak terkecuali fetuccini, dan kue-kue dari tepung produk BB Pascapanen.
Gambar 36. Suasana pameran pada pertemuan ITPGRFA
Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian
57
c. Agro and Food Expo Agro and Food Expo dilaksanakan pada tanggal 26-29 Mei 2011 di JCC, Jakarta (Gambar 37) yang bertema spices (rempah-rempah). Sesuai dengan temanya, BB Pascapanen menampilkan produk-produk rempah antara lain lada putih, lada hitam, lada hijau, mikroenkapsulasi lada, jahe pada produk olahan coklat dan produk antara berupa tepung kasava Bimo. Pada kesempatan ini BB Pascapanen menampilkan demo memasak bubur sorgum, arem-arem, dan nasi goreng sorgum yang sangat diminati oleh para pengunjung.
Gambar 37. Pembukaan Agro and Food Expo oleh Sekjen Kementan dan suasana stand Badan Litbang Pertanian
d. PENAS XIII Pekan Nasional (PENAS) merupakan acara pertemuan Kontak Tani Nelayan yang digagas oleh para Tokoh Tani Nelayan sejak tahun 1971. Penyelenggaraan PENAS XIII di Kalimantan Timur merupakan hasil keputusan PENAS XII tahun 2007 di Palembang, Sumatera Selatan. Kegiatan ini adalah wahana bagi petani dan nelayan seluruh Indonesia untuk melakukan konsolidasi, pengembangan diri, tukar menukar informasi, kemitraan serta promosi hasil pertanian, perikanan dan kehutanan secara teratur dan berkelanjutan. Penas XIII dilaksanakan tanggal 18-23 Juni 2011 di Tenggarong, Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur yang dibuka oleh Wakil Presiden RI. 1. Gelar Teknologi BB Pascapanen berpartisipasi pada Gelar Teknologi dengan menampilkan demo pembuatan sari buah nenas, salak dan cempedak yang merupakan komoditas khas daerah Kalimantan Timur serta pembuatan tepung singkong menggunakan alat dan mesin BB Mektan (Gambar 38). Pengunjung sangat beragam, peneliti, penyuluh, Perguruan Tinggi, swasta, Kelompok Tani/Gapoktan, LSM, mahasiswa/pelajar dan masyarakat luas.
Gambar 38. Suasana kunjungan Menteri Pertanian dan Kepala Badan Litbang Pertanian dan demo pembuatan jus serta tepung kasava di Saung Pascapanen/Mekanisasi Pertanian
58
Laporan tahunan BB-Pascapanen T.A. 2011
2. Temu Teknologi Temu teknologi dilaksanakan pada tanggal 20-21 Juni 2011 di Gedung Beladiri (Gambar 39). Temu teknologi dihadiri oleh sekitar 400 orang, sebagian besar dari kalangan petani, nelayan, penyuluh, peneliti, dan guru dari seluruh Propinsi di Indonesia. Temu Teknologi dibuka oleh Kepala BB Pascapanen sebagai wakil dari Badan Litbang Pertanian.
Gambar 39. Suasana dan Kegiatan saat Temu Teknologi
3. Pameran Pada PENAS XIII, BB Pascapanen berpartisipasi pula dalam kegiatan pameran (Gambar 40) yang pesertanya dari seluruh instansi lingkup Kementan, Pemda, swasta, LSM, Perguruan Tinggi, dan masyarakat. BB Pascapanen menampilkan produk yang mendukung diversifikasi pangan. Teknologi dan produk unggulan BB Pascapanen yang ditampilkan adalah aneka tepung non terigu, yaitu tepung kasava Bimoka (B, C, dan G), tepung sukun, tepung sorgum, tepung tales, dan contoh produk olahan dari tepung tersebut.
Gambar 40. Suasana Pameran dan kunjungan Menteri Pertanian di stand BB Pascapanen
e. Hari Susu Nusantara Pameran dalam rangka Hari Susu Nusantara dilaksanakan tanggal 4 Juni 2011 di Ungaran, Jawa Tengah. Puncak peringatan Hari Susu Nusantara dibuka oleh Menteri Pertanian RI. Stand BB Pascapanen bersama Puslitbang Peternakan dan BPTP Propinsi Jawa Tengah terintegrasi dalam stand Badan Litbang Pertanian (Gambar 41). Materi pameran yang ditampilkan diantaranya adalah stick test kit, starter padat, yoghurt, keju rendah lemak dan dadih probiotik. Dalam bentuk cetakan, ditampilkan poster, leaflet dan buku petunjuk teknis yang berhubungan dengan produk olahan susu.
Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian
59
Gambar 41. Stand BB Pascapanen pada acara Hari Susu Nusantara
f.
Jakarta Agro Ekspo 2011
Pameran Jakarta Agro Ekspo dilaksanakan oleh Pemda DKI pada tanggal 3-12 Juni 2011 di Dinas Pertanian DKI Jakarta Selatan (Gambar 42). BB Pascapanen hanya berpartisipasi selama 2 hari pameran. Dalam pameran ini ditampilkan produk-produk antara berupa tepung kasava Bimo, tepung sukun, tepung, jagung sosoh pratanak, produk olahan dari tepung kasava seperti kue kaastengels, nastar, lidah kucing dan kue-kue basah seperti bolu gulung, dan lapis legit.
Gambar 42. Pembukaan Jakarta Agro Expo oleh Gubernur DKI Jakarta dan display olahan kasava di stand BPTP DKI
g. Hari Kebangkitan Teknologi Nasional (Hakteknas) Hakteknas ke-16 diselenggarakan di kompleks Puspiptek, Serpong tanggal 10-12 Agustus 2011. Hakteknas dibuka oleh Menristek dan dikunjungi oleh Presiden RI. Hakteknas dibagi dalam 2 zona yaitu Zona Inovasi Masyarakat dan Zona Inovasi Strategis. Pada Zona Inovasi Strategis BB Pascapanen menampilkan prototipe alat bio-sensing (penentuan mutu padi), sedangkan pada Zona Inovasi Masyarakat (Gambar 43) BB Pascapanen menampilkan produk Beras IG rendah, tepung kasava BIMO dan produk olahannya, aneka sari buah yang ditunjang dengan poster, leaflet serta bahan publikasi lainnya.
Gambar 43. Kepala Badan Litbang meninjau pameran (a) dan suasana pameran di Zona Inovasi Masyarakat (b)
60
Laporan tahunan BB-Pascapanen T.A. 2011
h. Pekan Rawa Nasional I Pekan Rawa Nasional I (PRN I) diselenggaran di Banjarbaru, Kalimantan Selatan oleh Balai Penelitian Tanaman Rawa (Balittra) dan dibuka oleh Menteri Pertanian. Setelah pembukaan PRN I, Menteri Pertanian melakukan kunjungan lapang dan dialog interaktif bersama Gubernur Kalimantan Selatan, Gubernur Kalimantan Tengah, Kepala Badan Litbang Pertanian dengan Petani di Desa Kayu Abang, Kecamatan Angkinang, Kabupaten Hulu Sungai Selatan. Partisipasi BB Pascapanen dalam pameran PRN I, dengan menampilkan materi dalam bentuk poster, berupa teknologi unggulan yang memiliki prospek pengembangan mendukung lahan rawa atau teknologi baru yang perlu diinformasikan kepada pelaku usaha. i. Hari Pangan Sedunia (HPS) Peringatan Hari Pangan Sedunia (HPS) yang ke-31 di Indonesia dilaksanakan di Badan Pusat Informasi Jagung (BPIJ), Desa Moutong, Kec. Tilong Kabila, Kab. Bone Bolango, Propinsi Gorontalo. Acara dibuka oleh Wakil Presiden RI. Peringatan HPS dengan tema “Diversifikasi Produk Pangan Olahan Meningkatkan Akses dan Stabilitas Harga Pangan”. Kegiatan yang dilaksanakan diantaranya penyelenggaraan pameran, gelar teknologi, workshop teknologi, dan lomba cipta menu mendukung kecukupan pangan. Badan Litbang Pertanian menampilkan berbagai teknologi telah yang dihasilkan dalam bentuk gelar teknologi, yang meliputi : 1) petak percontohan budidaya padi, 2) petak percontohan budidaya jagung, 3) petak percontohan budidaya tanaman sayuran, 4) Model Rumah Pangan Lestari (MRPL), dan 5) saung teknologi yang menampilkan : a) teknologi proses dan mesin pembuatan tepung kasava termodifikasi, b) benih unggul kacang-kacangan dan umbi-umbian, c) benih unggul padi, dan d) benih unggul sayur dan buah. BB Pascapanen mendukung penuh kegiatan ini dengan mengisi stand Badan Litbang Pertanian yang bertema “Teknologi Diversifikasi Pangan”. BB Pascapanen sebagai pendukung utama dalam mengisi stand Badan Litbang Pertanian menampilkan : 1) Teknologi proses pembuatan aneka tepung tepung (kasava BIMO, ubijalar, dan sukun) serta produk olahannya, 2) Teknologi pembuatan beras jagung pratanak, 3) Teknologi pembuatan berasan sorgum, dan 4) Teknologi pembuatan beras Indeks Glikemiks rendah (IGr). Kunjungan Wakil Presiden, Menteri Pertanian, pejabat pusat dan daerah, Duta Besar negara sahabat, dan pengusaha swasta terkesan dengan produk diversifikasi pangan seperti beras jagung pratanak, beras ubi, dan sorgum sosoh (Gambar 44).
Gambar 44. Wakil Presiden dan Menteri Pertanian mengunjungi stand BB Pascapanen
Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian
61
j. Ekspose Nasional Inovasi Perkebunan (ENIP) Pameran dalam rangka Ekspose Nasional Inovasi Perkebunan (ENIP) diselenggarakan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan. Pameran dilaksanakan tanggal 14–16 Oktober 2011, di Balai Kartini, Jakarta dengan pembukaan oleh Menteri Koordinator Perekonomian serta dihadiri oleh Menteri Pertanian, Kepala Badan Litbang Pertanian, dan para pejabat lingkup Kementerian Pertanian. Acara yang dilaksanakan meliputi penandatanganan kerjasama Badan Litbang dengan mitra swasta, seminar nasional, launching produk, Round Table Meeting, dan pameran. BB Pascapanen berperan aktif dalam acara tersebut dengan mengikuti kegiatan pameran. Peserta pameran lainnya adalah unit kerja lingkup Badan Litbang Pertanian, Perguruan Tinggi, Mitra Swasta, UKM, LSM, dan Gapoktan. BB Pascapanen menampilkan berbagai produk dan teknologi diantaranya produk tepung kasava Bimo, produk olahan komoditas perkebunan (lada, oleoresin jahe, mikroenkapsulasi lada, jahe, permen jahe, coklat rasa jahe, dll.), minyak nilam, bioetanol dari limbah sawit, jus, nata de coco, dan sabun transparan (Gambar 45).
Gambar 45. Produk BB Pascapanen pada pameran di ENIP dan kunjungan Menko Perekonomian
k.
Seminar Nasional, Open House dan Workshop Teknologi Pascapanen
Seminar nasional BB Pascapanen yang diselenggarakan di Auditorium Dr. Ismunadji pada tanggal 17 Nopember 2011 mengambil tema “Peran Teknologi Pascapanen dalam Meningkatkan Nilai Tambah dan Daya Saing Produk Pertanian”. Peserta seminar terdiri atas unsur birokrat, peneliti, penyuluh, dosen, mahasiswa, dan praktisi serta pemerhati masalah pascapanen, pangan dan pertanian. Seminar membahas empat makalah utama, yaitu 1) Kebijakan dan regulasi di bidang keamanan pangan (Deputi III Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya, Badan POM, 2) Strategi penghiliran teknologi hasil litbang pascapanen (SEAFAST Center IPB), 3) Dukungan teknologi pascapanen terhadap dunia usaha dan pengembangan pertanian (Direktur PT. Multi Prima Sejahtera), dan 4) Peran teknologi inovatif pascapanen dan manajemen rantai pasok dalam mendukung usaha produk makanan dan minuman (Ketua GAPMMI). Seminar juga membahas makalah penunjang berupa hasil penelitian, pengkajian dan pengembangan pascapanen pertanian dari Lembaga Penelitian, Perguruan Tinggi, Swasta, maupun pemerhati pascapanen pertanian, yang dibagi ke dalam tiga kelompok topik, yaitu : 1) Kelompok I : Diversifikasi produk pertanian, 2) Kelompok II : Penanganan segar dan penekanan susut hasil, dan Kelompok III : Nano teknologi, bioprosesing, dan keamanan pangan. 62
Laporan tahunan BB-Pascapanen T.A. 2011
Kegiatan seminar tersebut dirangkai dengan Open House untuk memperkenalkan dan mensosialisasikan keragaan serta kegiatan yang telah dilaksanakan BB Pascapanen. Selain itu dilaksanakan Workshop Teknologi sebagai pelatihan singkat teknologi pascapanen dengan 6 topik, meliputi : 1) Teknologi pembuatan aneka tepung mendukung diversifikasi pangan, 2) Teknologi pemanfaatan aneka tepung untuk aneka produk, 3) Teknologi memperpanjang masa segar buah mendukung ekspor, 4) Teknologi pengolahan buah, 5) Teknologi pengolahan hasil ternak, dan 6) Teknologi pengolahan hasil perkebunan. Keseluruhan kegiatan tersebut diarahkan untuk menjangkau sasaran pengguna antara lain Kelompok Usaha Kecil Menengah/Koperasi, Kelompok Tani/ Gapoktan, Penyuluh Pertanian, Eselon I lingkup Kementerian Pertanian, Kementerian lain, Pemda, Swasta, media massa, lembaga penelitian, dan Perguruan Tinggi. 3. Koordinasi dan Penugasan Peneliti dan Teknisi Mendukung Program Direktorat Teknis/SLPTT/BPTP/Pemda BB Pascapanen telah mengembangkan inovasi teknologi pascapanen untuk mendukung tumbuh-kembangnya agroindustri di perdesaan, yang diharapkan dapat memacu aktivitas ekonomi, menciptakan lapangan kerja baru, dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Dalam penerapan teknologi pascapanen di lapangan yang sesuai dengan kebutuhan dan program pembangunan pertanian, baik di pusat maupun daerah, diperlukan koordinasi dengan berbagai instansi yang terkait. Pada waktu yang sama, Direktorat Teknis dan Pemda juga memiliki program pembangunan yang berupa aplikasi teknologi pascapanen di lapangan. Berbagai program tersebut memerlukan keterpaduan dan dukungan Badan Litbang Pertanian sebagai sumber teknologi terutama untuk memperkuat muatan teknologi dan supervisi teknologinya di lapangan. Selain itu, dukungan kepada Direktorat Teknis/BPTP/Pemda juga dilakukan dengan pengiriman peneliti atau pejabat terkait sebagai narasumber. a. Koordinasi dengan Direktorat Teknis/UK-UPT/Instansi Terkait/Pemda • Koordinasi dalam mendukung Pembinaan Peningkatan Produksi Beras Nasional (P2BN) di Propinsi Jambi, Sulawesi Utara, dan Propinsi Sumatera Barat. • Koordinasi Rencana Pelatihan GDP Lada dan Sidang Meeting Expert of IPC. Koordinasi dilakukan untuk mempersiapkan acara Meeting of Expert Members of IPC Committee on Quality pada tanggal 16-17 Maret 2011 dan kegiatan pelatihan di Propinsi Bangka Belitung dan Lampung pada bulan Mei-Juni 2011 yang dilaksanakan oleh International Pepper Community (IPC). • Koordinasi penjajakan kerjasama dengan PT. Buana Citra Vista Cemerlang (PT. BCVC) atas arahan Kepala Badan Litbang Pertanian. BB Pascapanen menawarkan kerjasama pengembangan, antara lain dalam pengolahan jeruk Siam Pontianak di Kabupaten Sambas, pengolahan puree mangga di Cirebon, ekstraksi minyak nilam di Majalengka, dan pengembangan produksi tepung kasava Bimo di sentra produksi ubikayu. • Koordinasi dan pembinaan Gapoktan Sumber Anugerah. Peninjauan ke Citrus Centre dan Rumah Jus Citrus van Sambas milik Gapoktan Sumber Anugerah dilakukan dalam rangka persiapan kerjasama pengembangan dan revitalisasi pengolahan jeruk Siam Pontianak di Kabupaten Sambas dengan PT. BCVC. • Koordinasi Rencana Program Kegiatan Laboratorium Lapang (LL) di Juhut-Banten. Target pembentukan LL Badan Litbang Pertanian adalah meningkatan pendapatan Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian
63
petani peternak. Seluruh unit kerja/UK dan unit pelaksana teknis/UPT Badan Litbang Pertanian akan berkiprah bersama sesuai tupoksi masing-masing. • Koordinasi dengan Ditjen Hortikutura : 1) penyusunan rancangan PP dan Permentan tentang hortikultura yang mencakup fasilitas, insentif usaha, wisata agro dan pembiayaan hortikultura, dan 2) pendampingan penerapan teknologi pada agroindustri cabai di Ciamis untuk menstabilkan harga cabai. b. Pengiriman tenaga peneliti mendukung program Instansi terkait/Direktorat Teknis/ SLPTT/BPTP/Pemda • Mendukung Kawasan Rumah Pangan Lestari Dalam rangka mewujudkan diversifikasi pangan dengan memanfaatkan pangan berbasis sumber daya lokal, telah dilakukan observasi lapang di KRPL di Desa Kayen, Kabupaten Pacitan. Sebagai tindak lanjut dari observasi tersebut, BB Pascapanen bekerjasama dengan Kantor Ketahanan Pangan Pacitan melakukan sosialisasi dan pelatihan pengolahan tepung kasava terhadap kelompok pangan olahan binaan Kantor Ketahanan Pangan Kabupaten Pacitan. • Mendukung program Pemerintah Daerah BB Pascapanen telah mengirim peneliti menjadi narasumber di Dinas Peternakan Propinsi Jawa Barat pada acara “Bimbingan Penerapan Pascapanen Produk Hasil Peternakan Berorientasi Keamanan Pangan” pada tanggal 23-25 Mei 2010 di Bandung. Jenis produk yang ditampilkan adalah yoghurt, es krim, bakso, abon sapi, susu pasteurisasi, dan telur asin. • Mendukung Program Ditjen Hortikultura. BB Pascapanen telah mengirimkan penelitinya sebagai nara sumber pada kegiatan: 1) Penyusunan Pedoman SL-GAP dan Pedoman Pascapanen Buah, 2) Apresiasi Teknologi Pascapanen Pisang, 3) Konsorsium Bunga dan Daun Potong, 4) Konsorsium Pepaya, 4) Konsorsium Melati, 5) Pertemuan Fasilitasi Teknologi Pascapanen Buah Pohon, 6) Pembahasan Penyusunan Pedoman Umum Bunga Potong Krisan. • Mendukung Program Direktorat Jenderal Perkebunan. Penugasan peneliti mendukung program Ditjen dalam rangka Penyusunan Standar Teknis Pembangunan Perkebunan Tahun 2012. • Mendukung Program Direktorat P2HP Penugasan peneliti mendukung program Ditjen P2HP selama tahun 2011 berupa narasumber untuk pembahasan berbagai juknis terkait pascapanen/pengolahan hasil pertanian, antara lain Penyusunan Pedoman Umum Sekolah Lapang Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian (Pedum SL-PPHP). • Mendukung Program FAO BB Pascapanen telah menghadiri National Concluding Workshop FAO yang diselenggarakan Ditjen Tanaman Pangan. Workshop bertujuan untuk berbagi pengalaman dalam pelaksanaan proyek, sosialisasi hasil dan pengalaman pelaksanaan proyek TCP-3202 sebagai masukan untuk kebijakan terkait dengan peningkatan sistem pascapanen padi di Indonesia dan kontribusi terhadap P2BN. • Mendukung Program Instansi Lainnya 64
Laporan tahunan BB-Pascapanen T.A. 2011
c.
1. Pelatihan Teknologi Produksi Tepung Kasava. Dalam rangka meningkatkan kemampuan masyarakat untuk meningkatkan pendapatan keluarga, Pusat Pelatihan Pertanian Pedesaan Swadaya (P4S LISELI) Kabupaten Sukabumi, mengadakan Pelatihan Teknis Teknologi Produksi Tepung Kasava dengan narasumber peneliti BB Pascapanen. 2. Pelatihan Pembuatan Kopi Fermentasi. Pelatihan Kopi Fermentasi program FEATI Sulawesi Tenggara dilakukan di Kabupaten Buton Propinsi Sulawesi Tenggara dengan narasumber peneliti BB Pascapanen. Pelatihan dilakukan untuk meningkatkan mutu kopi Buton dengan mengenalkan proses pengolahan basah. Penugasan Peneliti Mengikuti Lokakarya, Workshop dan Pertemuan lain • • • • • • •
Lokakarya Hak Kekayaan Intelektual (HKI) Talkshow Produk Rekayasa Genetik (PRG) Seminar dan Lokakarya Pencegahan Penanggulangan Kurang Vitamin A Sosialisasi Mutu dan Standardisasi SNI Penguat Daya Saing Pertanian Pertemuan Peneliti Gula Cair dengan Kepala Badan Litbang Pertanian Seminar Hasil Uji Terap Teknik dan Metode Karantina Pertanian Simposium Komoditas Strategis dan Unggulan Ekspor Menuju Feed Indonesia dan Feed the World. • Sosialisasi Jejaring Kemanan Pangan Nasional • Sosialisasi Hasil sidang Codex 4. Penerbitan Publikasi Ilmiah, Semi Populer dan Populer Kegiatan penerbitan publikasi merupakan kegiatan rutin guna memfasilitasi para peneliti BB Pascapanen untuk mempublikasikan hasil penelitiannya dalam bentuk publikasi ilmiah, semi populer dan populer. Melalui kegiatan publikasi ini, maka informasi teknologi pascapanen yang telah dihasilkan BB Pascapanen dapat disampaikan kepada masyarakat tani, dunia usaha, dan pengguna lainnya. a. Seminar Rutin Untuk mendapatkan bahan publikasi ilmiah, BB Pascapanen melaksanakan seminar rutin setiap bulan. Pada seminar tersebut peneliti mempresentasikan makalah hasil penelitian yang akan diterbitkan di Jurnal Pascapanen atau Buletin Teknologi Pascapanen. Seminar ini juga menjadi forum pertemuan ilmiah bagi para peneliti untuk menyampaikan hasil-hasil penelitian atau pemikirannya. Selain para peneliti lingkup BB Pascapanen, seminar rutin ini juga mengundang para peneliti lingkup Kampus Penelitian Pertanian Cimanggu, Perguruan Tinggi, dan Pemda (Dinas Pertanian dan Dinas Agribisnis). Pada tahun 2011, BB Pascapanen telah menyelenggarakan seminar rutin sebanyak 8 kali, dengan tingkat kehadiran peserta sekitar 32 orang, baik peserta dari lingkup BB Pascapanen maupun peserta dari luar BB Pascapanen. b. Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Untuk menyebarluaskan hasil-hasil penelitian BB Pascapanen, mulai tahun 2004 diterbitkan Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian. Pengajuan akreditasi Jurnal Penelitian Pascapanen
Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian
65
Pertanian ke Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dilaksanakan tahun 2006. Hasil penilaian akreditasi tersebut keluar tahun 2007 dengan status akreditasi B yang masa berlakunya tiga tahun. Pada akreditasi ulang tahun 2010, Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian mendapatkan status akreditasi B dengan masa berlaku dua tahun. Pada tahun 2011, Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian terbit dua kali yaitu Jurnal Pascapanen Volume 7 (2) dan Jurnal Pascapanen Volume 8 (1). Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Volume 7 (2) dan Volume 8 (1) masing-masing terbit dengan enam naskah hasil penelitian, seperti disajikan pada Tabel 1. Tabel 1.
Judul dan penulis pada Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Volume 7 Nomor 2 dan Volume 8 Nomor 1 tahun 2011
No.
Judul
Penulis
Volume 7 Nomor 2 1.
Karakteristik dadih susu sapi yang dibuat menggunakan starter Sri Usmiati, Ermi Sukasih dan Sri kering bakteri asam laktat Yuliani
2.
Widaningrum Formulasi edible coating dari pati sagu dan vitamin C untuk Miskiyah, meningkatkan daya simpan paprika merah (Capsicum annum Var. Christina Winarti Athena)
3.
Optimasi kondisi isomerisasi eugenol dari minyak daun cengkeh menggunakan metode permukaan respon
Edy Mulyono, Ani Suryani, Djumali Mangunwidjaja, dan Dwi Setyaningsih
4.
Pengaruh pulsing, penyimpanan stok dan suhu peragaan terhadap masa kesegaran bunga potong
Ira Mulyawanti, Christina Winarti, Widaningrum, Yulianingsih, dan Dwi Amiarsi
5.
Penggunaan tepung jewawut (Pennicetum glaucum) dan whey tahu untuk peningkatan nilai biologis snack bar
Fransiska R. Zakaria, Stephanie Wijaya, Yadi Haryadi, Ridwan Thahir, dan Suismono
6.
Stabilisasi BAL pada pembuatan keju probiotik susu kambing
Winiati P. Rahayu, Setyawardani T, Miskiyah
dan
Volume 8 Nomor 1
66
1.
Perbaikan sifat pati ubi jalar (Ipomoea batatas L.) dengan heat Sri Widowati, Suismono, moisture treatment dan aplikasinya pada pembuatan beras ubi jalar Suyatma, dan H.A. Prasetia
2.
Aplikasi asap cair dan gel lidah buaya (Aloe vera L.) untuk memperpanjang masa simpan buah papaya
Slamet Budijanto, Sriani Sujiprihati, Dini Rizkyah, dan Sulusi Prabawati
3.
Pengaruh komposisi tepung sukun komposit terhadap kualitas biscuit
Suyanti, Sri Widowati, dan Dwi Amiarsi
4.
Optimasi pembuatan produk turunan minyak nabati monoasilgliserol (MAG) secara esterifikasi enzimatis
Prima Luna, Nuri Andarwulan, dan Tri Haryati
5.
Efektivitas antimikroba ekstrak kulit manggis terhadap beberapa bakteri kontaminan (S. aureus, Salmonella sp dan E. Coli)
Ermi Sukasih, Tati Sukarti, dan Wisnu Broto
6.
Edible coating berbasis pati sagu dan vitamin C untuk meningkatkan Miskiyah, Widaningrum, daya simpan paprika merah (Capsicum annum var. Athena) Christina Winarti
Laporan tahunan BB-Pascapanen T.A. 2011
N.E.
dan
c.
Buletin Teknologi Pascapanen Pertanian
Buletin Penelitian Pascapanen Pertanian (Buletin Pascapanen) diterbitkan mulai tahun 2005. Buletin Pascapanen memuat naskah hasil penelitian dan pengembangan pascapanen yang terbit satu nomor setiap tahun. Pada tahun 2009, BB Pascapanen mengajukan akreditasi Buletin Pascapanen ke Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) setelah empat kali terbitan sebagai persyaratan pengajuan akreditasi. Pada tahun 2010, Buletin Pascapanen memperoleh akreditasi B dengan masa akreditasi selama dua tahun. Dalam penilaian akreditasi tersebut, LIPI memberikan saran untuk peningkatan mutu Buletin Pascapanen, sebagai berikut : Disarankan memuat naskah yang bersifat review agar tidak duplikasi dengan Jurnal Pascapanen yang telah memuat naskah hasil penelitian. • Disarankan terbit dua nomor setiap tahun. • Disarankan penyusunan daftar pustaka menganut gaya penulisan publikasi ilmiah internasional. Berdasarkan saran tersebut, Dewan Redaksi Buletin Pascapanen sejak tahun 2010 merubah status publikasi ilmiah Buletin Pascapanen yang memuat naskah hasil penelitian menjadi publikasi ilmiah yang memuat naskah review. Buletin Pascapanen mulai tahun 2011 terbit dua kali setiap tahun. Pada Volume 7 (1) tahun 2011 terbit dengan 6 naskah review, seperti disajikan pada Tabel 2. •
Tabel 2. Judul dan penulis pada Buletin Penelitian Pascapanen Pertanian Volume 7 Nomor 1 tahun 2011 No.
Judul
Penulis
1.
Kontaminan Enterobacter sakazakii pada susu formula bayi dan pengendaliannya
Misgiyarta dan Maria Bintang
2.
Mikroenkapsulasi : Pendekatan strategis untuk fortifikasi pangan
Sri Yuliani
3.
Pengembangan biofarmaka sebagai obat herbal untuk kesehatan
Hernani
4.
Pengembangan biodegradable foam berbahan baku pati
Evi Savitri Iriani, Titi C. Sunarti, dan Nur Richana
5.
Karakterisasi pati ester rantai pendek (pati asetat dan pati suksinat)
Heny Herawati
6.
Pengolahan biji jarak pagar (Jatropha curcas L.) menjadi sumber Niken Harimurti bahan bakar nabati dan pemanfaatan produk samping Sumangat
dan
Djajeng
d. Buku Teknologi Pedoman teknis merupakan salah satu bentuk publikasi yang banyak diminta oleh BPTP, Dinas Pertanian, Kelompok Tani, mitra swasta, peminat teknologi pascapanan dan masyarakat umum yang mencari peluang usaha di sektor pertanian khususnya pascapanen. Buku teknologi banyak diminati oleh masyarakat karena memberikan informasi yang komprehensif tentang proses menghasilkan produk olahan berbahan baku komoditas pertanian. Informasi yang tersaji dalam buku teknologi meliputi aspek : penanganan bahan baku, proses pengolahan menghasilkan produk berkualitas, penanganan produk hasil proses, analisis ekonomi dan peluang bisnis. Informasi yang dimuat dalam buku teknologi mudah dipahami oleh pengguna masyarakat awam hingga ahli dibidangnya. Buku teknologi yang dicetak pada tahun 2011, adalah sebagai berikut :
Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian
67
1. 2. 3. 4. 5. e.
Teknologi pengolahan Daging Teknologi Pascapanen dan Pengolahan Buah Pisang Teknologi Pengolahan Pala Teknologi Pengolahan Sorgum Panduan umum Pengukuran Susut Pascapanen Padi Leaflet dan Poster
Distribusi leaflet kepada para peminat teknologi pascapanen dilakukan melalui berbagai cara antara lain : pada pameran dan ekspose teknologi, open house, seminar, dan peminat teknologi yang langsung datang BB Pascapanen. Leaflet juga disampaikan kepada berbagai instansi yang dikunjungi para peneliti BB Pascapanen. Pada tahun 2011, telah dicetak sebanyak 16 judul leaflet masing-masing 1000 lembar, yaitu : 1. Minuman sari buah cempedak dan nanas 2. Minuman sari buah salak 3. Minuman sari buah nanas pepaya 4. Modified dadih L. casei 5. Teknologi pembuatan arang sekam dan briket arang sekam. 6. Teknologi pembuatan yoghurt 7. Teknologi pembuatan beras beriodium 8. Teknologi sistem pengeringan dan penyimpanan bawang merah 9. Starter Bimo-CF 10. Tepung kasava Bimo 11. Tepung jagung termodifikasi dan beras jagung sosoh pratanak 12. Teknologi pengolahan beras indeks glikemiks rendah 13. Teknologi pengolahan lada 14. Mikroenkapsulasi oleoresin jahe sebagai perisa produk makanan dan minuman 15. Teknologi pengolahan dan pemanfaatan tepung sorgum 16. Teknologi pengolahan tepung sukun mutu prima Poster digunakan untuk mendukung penyampaian informasi teknologi kepada masyarakat di berbagai acara, antara lain pameran, ekspose, seminar nasional, seminar internasional, open house, dan pelatihan teknologi. Poster memberikan informasi singkat tentang keunggulan teknologi beserta manfaatnya. Pada tahun 2011, telah dicetak 12 judul poster, sebagai berikut : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 68
Stick test kit perangkat deteksi cepat mikroba (TPC) pada susu segar Modified dadih L. casei Starter kering Tepung kasava Bimo Biologically modified cassava flour (BIMO-CF) Aneka tepung untuk penganekaragaman konsumsi pangan Tepung jagung termodifikasi dan beras jagung sosoh pratanak
Laporan tahunan BB-Pascapanen T.A. 2011
8. 9. 10. 11. 12. f.
Teknologi pengolahan beras indeks glikemiks rendah. Teknologi pengolahan dan pemanfaatan tepung shorgum. Teknologi pengolahan tepung sukun mutu prima. Minuman sari buah salak. Powder kulit buah manggis. Publikasi Lain
Website merupakan salah satu cara diseminasi menggunakan media elektronik. Keuntungan diseminasi menggunakan media website antara lain penyampaian informasi lebih fleksibel, tidak tergantung waktu, tidak terkendala birokrasi, penetrasi langsung ke pengguna, murah, dan daerah sebaran informasi sangat luas melampaui batas geografis negara. Pada tahun 2011, BB Pascapanen meningkatkan layanan website dengan meng-upload informasi mengunakan dua bahasa yaitu bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Pengunjung yang datang ke alamat website BB Pascapanen sangat beragam, antara lain peneliti, dosen, pelajar, mahasiswa, instansi pemerintah, swasta, Lembaga Swadaya Masyarakat. Perbaikan website terus melakukan baik dari aspek tampilan maupun isi informasinya. Perbaikan tampilan dilakukan dengan merubah perwajahan website BB Pascapanen dengan tampilan baru, antara lain perpaduan warna dan ketersediaan menu untuk mempermudah pengguna mengakses berbagai informasi yang diperlukan (Gambar 46).
Gambar 46. Tampilan website BB-Pascapanen yang telah diperbarui
Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian
69
Sarana publikasi tidak hanya terkait pada hasil cetakan. Media elektronik termasuk perangkat lunak komputer dapat dimanfaatkan untuk sarana publikasi, sehingga upaya perbaikan kemudahan akses informasi teknologi pascapanen perlu terus ditingkatkan. BB Pascapanen melalui kegiatan perpustakaan melakukan peningkatan pelayanan dengan perpustakaan digital. Peningkatan layanan ini masih tahap awal dalam bentuk perbaikan kemudahan akses koleksi publikasi yang dimiliki Perpustakaan BB Pascapanen secara digital (Gambar 47). Dengan sofware senayan pengunjung dapat mengakses secara cepat koleksi terbitan fisik yang dimiliki perpustakaan BB Pascapanen. Wahana publikasi lain yang muncul permintaannya untuk mendukung promosi hasil penelitian BB Pascapanen adalah dalam bentuk baliho. Berdasarkan permintaan Badan Litbang diperlukan baliho untuk promosi hasil penelitian di halaman kantor Badan Litbang, Jakarta. Baliho sebagai sarana promosi yang menonjol karena ukuran yang besar sehingga pesan yang di tampilkan pada baliho mudah dikenali masyarakat luas. Pada tahun 2011, BB Pascapanen memasang baliho teknologi pascapanen yang terkait dengan even nasional yang diselenggarakan di Kalimantan Selatan yaitu Pekan Rawa Nasional I.
Gambar 47. Tampilan layar program Senayan untuk memudahkan pencarian koleksi publikasi yang dimiliki oleh perpustakaan BB Pascapanen
H. Dampak Kegiatan Diseminasi Kegiatan diseminasi hasil penelitian teknologi pascapanen memberikan dampak yang baik bagi pencitraan BB Pascapanen sebagai sumber teknologi. Hal tersebut ditunjukkan dengan minat masyarakat untuk mendapatkan teknologi yang dipromosikan dalam berbagai kegiatan. Secara umum, dampak dari kegiatan diseminasi yang telah dilaksanakan, sebagai berikut : 1. Meningkatnya permintaan narasumber pelatihan kepada BB Pascapanen baik dari Instansi Pemerintah, Swasta, Lembaga Pendidikan, dan stakeholder lainnya.
70
Laporan tahunan BB-Pascapanen T.A. 2011
2. Meningkatnya permintaan kunjungan, studi banding, pelatihan dan magang teknologi pascapanen di BB Pascapanen. 3. Meningkatnya permintaan pengiriman jurnal atau publikasi terutama pedoman teknis. 4. Meningkatnya pengetahuan masyarakat terhadap keberadaan BB Pascapanen beserta teknologi pascapanen yang telah dihasilkan. 5. Meningkatnya pengetahuan pembaca dan pengguna publikasi BB Pascapanen terhadap teknologi pascapanen petanian.
Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian
71
Kelembagaan BB Pascapanen A. Organisasi Berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian No. 632/Kpts/OT.140/12/2003 tanggal 30 Desember 2003, BB Pascapanen mempunyai 3 bagian/bidang dan 7 sub-bagian/ seksi serta kelompok Jabatan Fungsional (mencakup peneliti, teknisi litkayasa, dan arsiparis). Kelompok fungsional peneliti terdiri atas 2 kelompok, yaitu Kelompok Peneliti (Kelti) Teknologi Penanganan Hasil Pertanian dan Teknologi Pengolahan Hasil Pertanian. Semakin luas jangkauan penelitian dan pengembangan, makin besar pula kebutuhan sumber daya, dana, sarana dan prasarana yang perlu dikembangkan. BB Pascapanen terus melakukan peningkatan kompetensi sumber daya yang dimiliki untuk menghasilkan teknologi yang bermutu guna memberi keuntungan dan manfaat bagi petani dan pelaku agribisnis. Pada 1 Maret 2010, BB Pascapanen telah mendapatkan ISO 9001-2008, hal ini menunjukkan bahwa BB Pascapanen dalam melaksanakan pelayanan publik telah memenuhi standar sistem manajemen mutu yang diakui secara internasional. Upaya untuk meningkatkan mutu pelayanan akan terus dilakukan agar kepuasan pelanggan dapat terjaga.
72
Laporan tahunan BB-Pascapanen T.A. 2011
B. Sumber Daya Manusia Untuk menjalankan tugas pokok dan fungsinya, BB-Pascapanen didukung oleh Sumber Daya Manusia (SDM) sebanyak 152 orang PNS, yang terdiri dari 67 orang tenaga peneliti (55 orang mempunyai jabatan fungsional peneliti dan 12 orang peneliti non kelas), 1 orang perekayasa, 21 orang tenaga teknisi litkayasa (10 orang mempunyai jabatan fungsional teknisi litkayasa dan 11 orang teknisi litkayasa non kelas), 1 orang arsiparis, dan 62 orang tenaga administrasi. Berdasarkan strata pendidikan terdiri atas 7 orang berpendidikan S3, 36 orang S2, 37 orang S1, 12 orang SM/D3, 52 orang SLTA, dan 8 orang berpendidikan < SLTA. Selain itu, terdapat 31 orang tenaga honorer dengan strata pendidikan sebagai berikut : 4 orang S1, 1 orang SM/D3, 18 orang SLTA, dan 8 orang berpendidikan < SLTA. Perkembangan SDM BB Pascapanen periode tahun 2007-2011 disajikan pada Tabel 3, 4, dan 5. Tabel 3. Jumlah pegawai BB Pascapanen berdasarkan pendidikan periode 2007-2011 Pendidikan
2007
2008
2009
2010
2011
PNS
Honorer
PNS
Honorer
PNS
Honorer
PNS
Honorer
PNS
Honorer
S3
8
-
7
-
8
-
8
-
7
-
S2
26
-
26
-
32
-
35
-
36
-
S1
35
4
38
4
33
5
40
4
37
4
SM/D3
9
2
9
2
10
1
9
1
12
1
SLTA
56
29
56
25
59
18
60
18
52
18
< STLA
8
13
8
11
7
8
8
8
8
8
Jumlah
142
48
144
42
149
32
160
31
152
31
Tabel 4. Jumlah pegawai BB Pascapanen berdasarkan jabatan fungsional periode 2007-2011 Jabatan
2007
2008
2009
2010
2011
PNS
Honorer
PNS
Honorer
PNS
Honorer
PNS
Honorer
PNS
Honorer
Peneliti
38
-
38
-
52
-
57
-
55
-
Peneliti Non Klas
22
-
23
-
10
-
11
-
12
-
Perekayasa
-
-
-
-
-
-
1
-
1
-
Litkayasa
7
-
7
-
10
-
9
-
10
-
Litkayasa Non Klas
15
9
16
9
13
6
13
5
11
5
Arsiparis Fungsional Umum
-
-
1
-
1
-
1
-
1
-
60
39
59
36
63
26
68
26
62
26
Jumlah 142 48 144 45 149 32 160 31 152 31 Tabel 5. Jumlah peneliti dan perekayasa BB Pascapanen berdasarkan jenjang jabatan fungsional periode 20072011
Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian
73
Jabatan
2007
2008
2009
2010
2011
Peneliti Utama
10
9
12
12
9
Peneliti Madya
16
19
20
21
21
Peneliti Muda
8
4
5
6
8
Peneliti Pertama
4
6
15
18
17
Peneliti Non Klas
22
23
10
11
12
-
-
-
1
1
60
61
62
69
68
Perekayasa Madya Jumlah
1. Pengembangan SDM Dalam rangka mendukung kegiatan penelitian dan pengembangan pascapanen, BB Pascapanen berupaya meningkatkan kemampuan dan profesionalisme SDM yang dimiliki, baik tenaga fungsional maupun administrasi. Upaya peningkatan kemampuan SDM dilakukan baik melalui training jangka pendek dan jangka panjang maupun melalui magang atau seminar. Sampai dengan tahun 2011 terdapat 11 petugas belajar yang tediri atas 3 petugas belajar yang diusulkan pada tahun 2011 dan 8 orang petugas belajar tahun sebelumnya yang belum dapat menyelesaikan pendidikannya. Daftar petugas belajar yang sampai dengan tahun 2011 masih aktif, disajikan dalam Tabel 6. Tabel 6. Daftar nama petugas belajar yang masih aktif belajar pada tahun 2011 No.
Nama/NIP
Program/Tahun
Jurusan
Nama PT
Tahun 2011 1.
Siti Mariana W, SP, MSi
S3
Teknol. Industri Pertanian
IPB
2.
Rahmawati Nurdjannah, STP
S2
Teknologi Pangan
IPB
3.
Raden Achmad Djunaedi
D3
Komunikasi
IPB
Tahun 2007-2010 4.
Hoerudin SP, M.FoodSt
S3, 2007
Land Food Sciences
University Quensland
5.
Ir. Endang Yuli Purwani, MSi.
S3, 2007
Bioteknologi
IPB
6.
Ir. Tri Marwati, Msi
S3, 2007
Teknologi Pertanian
UGM
7.
Ir. Evi Savitri Iriani, MSi.
S3, 2008
Teknol. Industri Pertanian
IPB
8.
Ir. Christina Winarti, MA
S3, 2009
Teknol. Industri Pertanian
IPB
9.
Widaningrum, STP
S2, 2009
Teknologi Pangan
IPB
10.
Agus Budianto, STP
S2, 2010
Teknol. Hasil Pertanian
UGM
11.
Kun Tanti Dewandari, STP
S2, 2010
Teknol. Hasil Pertanian
IPB
Disamping penunjukkan petugas belajar tersebut di atas, terdapat 7 orang pegawai BB Pascapanen yang mengajukan izin belajar dengan biaya sendiri, yaitu 2 orang menempuh program S3, 2 orang menempuh program S2, 3 orang menempuh program S1. Daftar nama pegawai yang mengajukan izin belajar disajikan pada Tabel 7.
74
Laporan tahunan BB-Pascapanen T.A. 2011
Tabel 7. Daftar nama pegawai yang mengajukan izin belajar No.
Nama/NIP
Program
Jurusan
Universitas
1.
Ir. Edy Mulyono, MS
S3
Teknol. Industri Pertanian
IPB
2.
Dini Kusdiningsih
S1
Kimia Murni
Universitas Pakuan, Bogor
3.
Juniawati, STP
S2
Gizi Masyarakat
IPB
4.
Heny Herawati, STP, MT
S3
Ilmu Pangan
IPB
5.
Ir. Agus S. Somantri
S2
Teknologi Pascapanen
IPB
6.
Dudi Arisandi
S1
Manajemen
Uniska, Karawang
7.
Beni S. Purwanto, AMd
S1
Agro Teknologi
Uniska, Karawang
Usulan training jangka pendek pada tahun 2011 sebanyak 22 orang. Dari usulan tersebut sebanyak 11 orang telah menjalani training jangka pendek di luar negeri. Daftar nama pegawai, waktu dan tempat pelatihan disajikan pada Tabel 8. Tabel 8. Daftar nama pegawai yang mengikuti training jangka pendek di luar negeri No
Nama
Topik
Waktu
Tempat
1.
Dr. Sri Yuliani, MT
Asia Nanotech Camp 2011
15-28 Agustus 2011
Suwon Korea
2.
Asep W. Permana, STP, MSi
3.
Ir. Tatang Hidayat, MSi Misgiyarta, STP, MSi
International Training on The Processing of Value-Added Coconut Product
13-21 September 2011
4.
Davao City, Phillipine
5.
Iceu Agustinisari, S.TP, MSi
6.
Heny Herawati, S. TP, MT
International Training Workshop nn Comprehensive and Pratical Technique of Agric. Machinery
18 Oktober – 6 Nopember 2011
Jinan, Provinsi Sandong, RRC
7.
Dr. Ridwan Rachmat
Thailand
Niken Harimurti, ST., MT.
Nanotechnology Training for Foods And Agriculture di AIT
26 Sept. – 8 Okt. 2011
8. 9.
Ira Mulyawanti, STP
10.
Ir. Rudy Tjahjohutomo, MT
Asian Nano Forum Summit 2011
7 – 12 Okt. 2011
Teheran, Iran
11.
Dr. Sri Yuliani, MT
Bourlog Fellowship Program bidang Nanoteknologi
1 Okt. – 31 Des. 2011
Depart. of Agriculture, USA
Pengembangan SDM BB Pascapanen selain dari aspek kualitas dengan meningkatkan kemampuan dan profesionalisme SDM, juga dari aspek kuantitas pegawai. Pengembangan SDM dalam rangka kaderisasi ini perlu terus diupayakan, agar pada saat pegawai mencapai usia pensiun tugasnya dapat digantikan oleh pegawai yang lebih muda. Kaderisasi disiapkan sedini mungkin dan disesuaikan dengan kebutuhan BB Pascapanen agar tidak terjadi stagnasi apabila terjadi alih tugas atau pensiun. BB Pascapanen merencanakan sistem kaderisasi dalam bentuk kerucut, dimana SDM yang berusia muda secara kuantitas lebih banyak daripada SDM yang berusia tua. Komposisi kebutuhan tenaga fungsional, ditetapkan berdasarkan beban kerja RPTP. Pada setiap RPTP perlu didukung oleh 4 orang tenaga peneliti (1 orang S3, 1 orang S2 dan 2 orang S1) serta 3 orang teknisi litkayasa, sedangkan untuk tenaga struktural disesuaikan dengan kebutuhan. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian
75
Pada tahun 2010-2014, terdapat 32 orang PNS BB Pascapanen (definitif) yang akan memasuki purna tugas (pensiun). Jumlah tersebut belum termasuk pensiun akibat pemberhentian jabatan fungsional peneliti, sehingga kemungkinan jumlah PNS yang pensiun pada periode 2010-2014 dapat bertambah. Jumlah PNS yang akan pensiun pada periode 2010-2014 (definitif) disajikan pada Tabel 9. Tabel 9. PNS yang pensiun pada periode tahun 2010-2014 (definitif) Pendidikan
2010
2011
2012
2013
2014
S3
-
S2
-
2
1
-
-
-
1
-
-
S1 SM/D3
1
2
5
-
-
-
-
-
-
-
SLTA
2
8
4
4
-
< SLTA
-
-
1
1
-
Jumlah
3
12
12
5
-
Pada tahun 2011, BB Pascapanen mendapat tambahan CPNS sebanyak 6 orang yang diangkat dari pelamar umum (alokasi dari Kementan). Namun demikian, selama tahun 2011, terdapat mutasi pegawai masuk ke BB Pascapanen sebanyak 2 orang, sedangkan yang keluar sebanyak 3 orang. Mutasi pegawai tersebut karena ditugaskan memangku jabatan struktural di instansi lingkup Badan Litbang Pertanian. 2. Kegiatan Kepegawaian a. Kenaikan pangkat dan gaji berkala Kenaikan pangkat SDM lingkup BB Pascapanen sebagai penghargaan terhadap kinerja pegawai telah dilaksanakan sesuai peraturan yang berlaku. Pada tahun 2011 telah diusulkan 25 orang PNS untuk dinaikkan pangkatnya, yaitu periode April 20011 berjumlah 16 orang (selesai diproses per 1 April 2011) dan periode Oktober 2011 berjumlah 9 orang (selesai diproses per 1 Oktober 2011). Kenaikan Gaji Berkala direncanakan dalam kurun waktu 1 (satu) tahun mulai Januari sampai Desember 20011 berjumlah 75 orang pegawai. Dari 75 orang PNS tersebut tidak ada yang mengalami keterlambatan dalam penerimaan pembayaran gajinya. b. Kenaikan jabatan fungsional Pada tahun 2011, beberapa tenaga fungsional BB Pascapanen telah naik jabatan fungsionalnya. Dari kelompok jabatan fungsional peneliti yang naik jabatan fungsionalnya 2 sebanyak orang peneliti, kelompok teknisi litkayasa sebanyak 2 orang, dan arsiparis sebanyak 1 orang. c. Penghargaan Pada tahun 2011 diusulkan sebanyak 36 orang pegawai BB Pascapanen untuk mendapat penghargaan (32 orang untuk mendapat Satya Lancana Karya Satya dan 4 orang peneliti berprestasi). Dari usulan tersebut sebanyak 34 orang yang mendapat penghargaan, yaitu : 3 orang sebagai peneliti berprestasi, 3 orang mendapat Satya Lancana Karya Satya XXX tahun, 21 orang mendapat Satya Lancana Karya Satya XX tahun, 6 orang mendapat Satya Lancana 76
Laporan tahunan BB-Pascapanen T.A. 2011
Karya Satya X tahun dan 1 orang sebagai arsiparis teladan tingkat Kementerian Pertanian 2011. d. Sosialisasi PP No. 53 tahun 2010 Dalam rangka melaksanakan reformasi birokrasi di lingkup BB Pascapanen perlu dilakukan penataan sistem maupun SDM sebagai pelaku manajemen. Disiplin pegawai merupakan syarat mutlak yang harus ditegakkan guna mencapai sasaran yang hendak dicapai secara efisien dan efektif. Untuk itu, diperlukan sosialisasi PP No. 53 tahun 2010 agar semua PNS mempunyai pedoman untuk menegakkan disiplin. Sosialisasi diikuti oleh seluruh pegawai lingkup BB Pascapanen, baik PNS, CPNS maupun tenaga honorer. Sosialisasi disampaikan oleh Kepala Biro Organisasi dan Kepegawaian, Sekretariat Jenderal, Kementerian Pertanian. Materi PP No. 53 tahun 2010 yang disampaikan, antara lain : 1. Pelanggaran terhadap kewajiban dan larangan serta jenis hukuman disiplin, 2. Ketidakhadiran dan sanksi hukum, 3. Pelanggaran disiplin terkait ketidakhadiran dihitung kumulatif mulai 3 Januari 2011 s/d 3 Januari 2012, 4. Penerapan pelaksanaan PP No. 53 tahun 2010 dimulai 3 Januari 2011. e. Evaluasi Jabatan Evaluasi jabatan merupakan bagian dari proses manajemen sumber daya manusia yang digunakan untuk membobot suatu jabatan agar menghasilkan nilai jabatan (job value) dan kelas jabatan (job class). Nilai dan kelas suatu jabatan digunakan untuk menentukan besaran tunjangan yang adil dan layak selaras dengan beban pekerjaan dan tanggungjawab jabatan. Proses evaluasi jabatan dilakukan berdasarkan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi No. 34 tahun 2011 tentang Pedoman Evaluasi Jabatan. Pada unit kerja BB Pascapanen terdapat 3 (tiga) kelompok jabatan, yaitu: 1) jabatan struktural; 2) jabatan fungsonal khusus; 3) jabatan fungsional umum. Nilai hasil evaluasi jabatan pada jabatan struktural BB Pascapanen adalah sebagai berikut : a) eselon IV dengan nilai 1.455 (kategori kelas jabatan 9), b) eselon III dengan nilai 1.980 (kategori kelas jabatan 11), dan c) Eselon II dengan nilai 1.980 (kategori kelas jabatan 14). Jabatan fungsional khusus terdiri dari 7 jabatan yang dijabat oleh 59 PNS dengan rincian 50 orang peneliti, 8 orang teknisi litkayasa dan 1 orang arsiparis. Nilai hasil evaluasi pada jabatan fungsional berada pada kisaran 790–3.120 (kategori kelas jabatan 6–14). Jabatan fungsional umum terdiri dari 29 jabatan yang dijabat oleh 125 orang PNS dan 55 orang honorer. Nilai hasil evaluasi jabatan berada pada kisaran 190–1.005 (kategori kelas jabatan 1–7) f.
Pengukuran Indeks Penerapan Nilai Dasar Budaya Kerja (IPNBK)
Tujuan pengukuran IPNBK adalah untuk memperolah data/informasi yang akurat tentang hasil penerapan nilai budaya kerja pegawai, sehingga memudahkan pimpinan dalam mengambil keputusan dalam rangka memperbaiki dan meningkatkan budaya kerja di lingkup BB Pascapanen. Berdasarkan hasil penilaian kuesioner dan daftar nilai persepsi dari 154 PNS BB Pascapanen, diperoleh hasil IPNBK seperti disajikan pada Tabel 10. Tabel 10. Indeks Penerapan Nilai Dasar Budaya Kerja (IPNBK) BB Pascapanen tahun 2011 Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian
77
No.
Nilai dasar
Indikator
IPNBK
Nilai kualitas budaya kerja
1.
Komitmen dan konsistensi terhadap visi, misi, dan tujuan organisasi
1,1 – 1,4
3,61
72,16
2.
Wewenang dan Tanggung Jawab
2,1 – 2,3
3,47
69,32
3.
Keikhlasan dan kejujuran
3,1 – 3,3
3,43
68,64
4.
Integritas dan profesionalisme
4,1 – 4,5
3,31
66,22
5.
Kreativitas dan kepekaan
5,1 – 5,3
3,20
64,04
6.
Kepemimpinan dan keteladanan
6,1 – 6,2
3,21
64,13
7.
Kebersamaan dan dinamika kelompok
7,1 – 7,2
3,26
65,28
8.
Ketepatan dan kecepatan
8,1 – 8,3
3,31
66,22
9.
Rasionalitas dan kecerdasan emosi
9,1 – 9,4
3,34
66,86
10.
Keteguhan dan ketegasan
10,1 – 10,3
3,67
73,32
11.
Disiplin dan keteraturan kerja
11,1 – 11,5
3,33
66,59
12.
Keberanian dan kearifan
12,1 – 12,3
3,38
67,64
13.
Dedikasi dan loyalitas
13,1 – 13,2
3,56
71,25
14.
Semangat dan motivasi
14,1 – 14,3
3,45
69,06
15.
Ketekunan dan kesabaran
15,1 – 15,2
3,48
69,63
16.
Keadilan dan keterbukaan
16,1 – 16,3
3,38
67,63
17.
Penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi
17,1 – 17,3
3,58
71,51
3,41
68,12
Indeks Penerapan Nilai Dasar Budaya Kerja
3. Kerjasama Penelitian dan Praktek Kerja Lapang (PKL) Pada tahun 2011, BB Pascapanen telah menerima sebanyak 61 orang yang melakukan praktek kerja lapangan. Dari 61 orang tersebut, terdiri atas 35 mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia dan 26 siswa SMU/SMK.
C. Fasilitas Penelitian BB Pascapanen memiliki fasilitas penelitian berupa laboratorium pengujian dan laboratorium pengembangan yang cukup memadai, yang berlokasi di Bogor dan Karawang. Laboratorium pengujian di Bogor merupakan laboratorium induk yang memiliki kompetensi di bidang analisis kimia, biokimia, mikrobiologi, fraksinasi, fermentasi serta pengujian mutu dan keamanan produk pangan. Laboratorium Karawang memiliki kompetensi di bidang analisis sifat fisik dan rheology bahan (aneka tepung) serta analisis mutu gabah dan beras. Laboratorium pengujian BB Pascapanen mendapatkan Akreditasi ISO 17025:2008 dari KAN dengan nomor LP-366-IDN pada tanggal 27 Juli 2007 untuk ruang lingkup pengujian penetapan sifat amilografi, yang diperpanjang pada tahun 2011. Pengelolaan laboratorium pengujian BB Pascapanen hingga tahun 2011 telah memberikan kontribusi Penerimaan Negara Bukan Pajak (PBNP) yang cukup besar. PNBP laboratorium pengujian tahun 2010 sebesar Rp 1.164.293.462, sedangkan pada tahun 2011 mencapai Rp 1.677.710.588.
78
Laporan tahunan BB-Pascapanen T.A. 2011
Dalam rangka meningkatkan penjaminan mutu kepada customer baik internal maupun eksternal, laboratorium pengujian BB Pascapanen mengajukan perluasan ruang lingkup pengujian, yang hasilnya berdasarkan surat Komite Akreditasi Nasional Nomor 374/3.a2/ LP/01/12 tanggal 30 Januari 2012, laboratorium BB Pascapanen mendapatkan re-akreditasi sebagai laboratorium penguji dengan nomor akreditasi LP-366-IDN. Dengan re-akreditasi tersebut, ruang lingkup pengujian laboratorium BB Pascapanen menjadi bertambah sebagaimana disajikan pada Tabel 11. Tabel 11. Ruang lingkup pengujian laboratorium BB Pascapanen yang diakreditasi Bidang pengujian/ Tahun akreditasi
Bahan atau produk yang diuji
Jenis pengujian
Metode pengujian
Fisika/Kimia (2007, diperpanjang 2011)
Tepung terigu
Penetapan sifat amilografi
IKM-08 (amilograf)
Fisika/Kimia (reakreditasi 20122016)
Biskuit
Kadar air Kadar protein Kadar lemak Kadar abu
SNI 01-2973-1992 butir 5.2 SNI 01-2973-1992 butir 5.3 SNI 01-2973-1992 butir 5.4 SNI 01-2973-1992 butir 5.8
• Makanan: 1. Biscuit dan cake 2. Makanan ringan 4. Sereal segar dan olahan 5. Buah segar dan olahan 6. Kacang segar dan olahan • Minuman: 1. Minuman ringan 2. Minuman sari buah kemasan 3. Minuman teh kemasan 4. Sirup 5. Minuman supplement 6. Serbuk minuman
Gula total
SNI 01-2892-1992 butir 4
Fisika/Kimia (reakreditasi 20122016)
Minuman: 1. Minuman ringan 2. Minuman sari buah 3. Minuman gel (jelly) 4. Serbuk minuman (perisa/ flavor, konsentrat)
Pengawet benzoat dan sorbat
SNI 01-2894-1992 butir 2.1.3
Fisika/Kimia (re-akreditasi 20122016)
Gabah
kadar Air Gabah hampa/ kotoran Butir hijau
IRRI 2003 butir 6
Butir kuning rusak, butir mengapur dan butir merah
IKM-11 (visual)
Kadar air Beras kepala Beras patah Beras menir Beras merah Butir kuning dan butir rusak Butir mengapur Benda asing Butir gabah
SNI 6128-2008 butir 7.6 SNI 6128-2008 butir 7.7 SNI 6128-2008 butir 7.8.1 SNI 6128-2008 butir 7.8.2 SNI 6128-2008 butir 7.9.1 SNI 6128-2008 butir 7.9.2 SNI 6128-2008 butir 7.9.3 SNI 6128-2008 butir 7.10.1 SNI 6128-2008 butir 7.10.2
Beras
Laboratorium pengembangan di Bogor dilengkapi fasilitas bangsal penanganan segar, pengolahan minyak atsiri dan produk turunannya, pengolahan hasil ternak, bangsal pengolahan kedelai, bangsal pengolahan sari buah dan produk hilirnya, pengemasan dan canning (produk berbasis buah dan sayuran), serta bangsal pengolahan produk roti berbasis Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian
79
aneka tepung, teknologi kimia dan bioproses. Laboratorium Karawang dilengkapi dengan fasilitas bangsal pengolahan aneka tepung dan produk hilirnya (proses kering dan basah) dan bangsal pengolahan beras. Pengembangan laboratorium ke depan juga akan diarahkan pada pengembangan teknologi nano khususnya bidang pangan dan pertanian, sedangkan laboratorium Karawang akan difungsikan sebagai laboratorium diversifikasi pangan.
D. Pengembangan Sarana dan Prasarana Pengelolaan aset BB Pascapanen, meliputi tanah, bangunan/gedung kantor, peralatan laboratorium dan peralatan perkantoran lainnya termasuk kendaraan dinas. Pada tahun 2011, terdapat penambahan belanja modal untuk renovasi gedung laboratorium di Bogor, peralatan laboratorium, dan peralatan perkantoran lainnya. Total pengelolaan aset BB Pascapanen sampai dengan akhir tahun 2011 sebesar Rp 58.436.785.184, dengan rincian sebagaimana disajikan pada Tabel 12. Tabel 12. Realisasi pengembangan prasarana dan sarana BB Pascapanen No
Uraian
Tahun 2009
2010
2011
561.195.000
2007
561.195.000
22.447.800.000
22.447.800.000
22.447.800.000
Peralatan dan mesin
8.458.405.012
11.449.484.202
17.314.320.582
18.369.253.082
19.771.880.732
3.
Gedung dan bangunan
4.036.569.600
4.036.569.600
8.147.073.602
9.202.859.502
10.481.741.502
4.
Jalan dan jembatan
9.576.000
9.757.600
4.980.455.000
4.980.455.000
4.980.455.000
5.
Jaringan
71.280.800
71.280.800
141.225.800
687.531.300
687.531.300
1.
Tanah
2.
6.
Aset tetap lainnya Jumlah
2008
49.876.650
67.376.650
67.376.650
67.376.650
67.376.650
13.186.903.062
16.195.663.912
53.098.251.634
55.755.275.534
58.436.785.184
Peralatan penelitian/laboratorium dan perkantoran hasil pengadaan Tahun Anggaran 2011 termasuk yang dibiayai dari Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) disajikan pada Tabel 13. Tabel 13. Daftar peralatan hasil pengadaan T.A. 2011 No.
80
Nama Alat
A.
Peralatan Laboratorium
1.
Show Case
Spesifikasi HAIKA
Jumlah 1 unit
2.
Rak Besi Gudang Kimia
3 unit
3.
Lemari Pendingin Bahan Kimia
1 unit
4.
Grain Moisture Tester
5.
Lampu deuterium Spektrofotometer
6.
Lampu AAS (AS, SE, Sb, Sn, Hg, Pb
7.
Colom CN 250 nm 100-1
Crown Model TA-5
1 unit 1 unit
Photrow Hpllow Cathode Lam
4 unit 1 unit
8.
Colom C18 250 nm
9.
pH/mV temp Meter
Model 370
1 unit
10.
Colom Packing Silikon (4 m)
OV 17
1 unit
11.
Micrometer max 10x, R3E-RET7 20 mm
LW. Scientific
1 unit
12.
EM Series electromantel
EM 300
1 unit
Laporan tahunan BB-Pascapanen T.A. 2011
2 unit
13.
Mini Rice Milling Equipment (Rice husker, polisher grader)
1 set
14.
Tabung Pemadam kebarakan
Yamato, YA 20L, 6kg
2 buah
B.
Peralatan Kantor
15.
AC 1 PK
Mitsubishi SRC 009 CJ
2 unit
16.
AC 1.5 PK
Mitsubishi SRC 12 CJ
2 unit
17.
Paper Shreder (penghancur kertas)
DAIKO CB-510X
1 unit
18.
Money counter
Dinamic 998
1 unit
19.
Fume Hood
ESCO
1 unit
C.
Alat Pengolah Data
20.
Desktop (PC Unit)
iMac MC812 ZA/A
2 unit
21.
Ipad-2 64Gb
Fi-fi 3G GSM/EDGE
2 unit
22.
PC Komputer
DELL VOSTRO 220 MT (MINI TOWER), Processor Intel E5300 Dual Core (2.6GHz, 2M, 800MHz FSB) memory 1GB (1x1 GB) 800MHz DDR2 (Max.4GB, 2 Slots0 Harddisk 250GB SATA 7200 RPM,Monitor DELL LCD 18.5’’ Widescreen
2 unit
23.
PC Komputer
Desktop PC Advan DeskBook D7t75250.*Processor Intel Core 2 Duo E7500 (2.93GHz).* RAM 1 GB DDR3. *320GB SATA HDD,*VGA Intet G41 Express Chipset, * Layar 17.3’’ WXGA. * DVD RW, TV Tuner
3 unit
24.
Note Book
Toshiba
1 unit
25.
Printer
Samsubg SCX
1 unit
26.
Printer/Fax Colour Injek Multifunction
Brother MFC-490 CW
2 unit
27.
Printer
LX 300 dot, matrik
1 unit
28.
PC Komputer
HP Presario CQ3321L, Core i#-540, 2GB DDR3, 500GB, HDD SATA, DVD+ RW, VGA Intel GMA 4500 224 MB (Shared), Audio, NIC, Windows 7 Home basic, Monitor 16.6’’LCD
1 unit
No.
Nama Alat
Spesifikasi
Jumlah
29.
Printer
HP Laser Jet P1102 Printer Series
3 Unit
D.
Peralatan Studio dan Komunikasi
30.
Kamera Digital
Nikon DSLR D3s
1 unit
31.
Lensa Kamera
Nikon White Shark 70-200
1 unit
32.
Microvision Show WX + Laser PICO Projector (LCD/Infocus)
33.
LED TV
LG TV 47””, LED Plus, Cinema 3D, SMART TV, Smart Share, trumotion 100Hz, Internet Builtin
1 unit
34.
LED TV
SONY FX40 Smart TV, BE 3 Bravia Engine LED Edge, HDMI X4, Full HD 1080, Ambieint Sensor, Internet Video DIVX
1 unit
35.
Digital Poster (peralatan studio audio lainnya)
Floorstand touchscreen 46 inch, Table station 55 inch, resolution 1920x1080 pxl, File media 1080P full HD, MPEG 2/4 h.564 Duo, wi-fi, 3g module
2 unit
E.
Sistem Jaringan Internet
36.
Dual CPU Rack Server (termasuk instalasi)
Proliant DL 380 2U, Multi core intel Xeon Proliant
1 set
2 unit
Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian
81
F.
Kendaraan Dinas Bermotor Roda 4 (Empat)
37.
Nissan/New X-Trail 2.0 CVT Tahun pembuatan : 2011
Nissan 12.0MT Xtronic CVT
1 unit
E. Anggaran Untuk membiayai operasional, BB Pascapanen pada tahun 2011 mendapat anggaran sebesar Rp 17.135.000.000, setelah revisi mengalami kenaikan anggaran menjadi Rp 17.950.140.000 atau mengalami kenaikan sebesar Rp 815.140.000 (4,76% dari anggaran semula). Kenaikan anggaran tersebut diperoleh dari penerimaan PNBP fungsional TA. 2011 yang melebihi target. Realisasi keuangan kumulatif sampai dengan 31 Desember 2011 adalah Rp 17.891.882.909 (99,68%) (Tabel 14). Pada tahun 2011, BB Pascapanen juga memperoleh sumber pembiayaan di luar DIPA BB Pascapanen, yang berasal dari: 1) Kementerian ristek untuk melaksanakan 8 (delapan) judul kegiatan penelitian dengan nilai Rp 1.202.727.273, 2) Badan Litbang Pertanian untuk melaksanakan 5 (lima) judul kegiatan penelitian konsorsium dengan nilai Rp 543.297.000, 3) Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan untuk melaksanakan 2 (dua) judul kegiatan penelitian dengan nilai Rp 370.078.500, 4) Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian untuk melaksanakan 1 (satu) judul kegiatan penelitian dengan nilai Rp 300.000.000, dan 5) Badan Litbang Pertanian untuk melaksanakan 2 (dua) judul kegiatan Analisis Kebijakan dengan nilai Rp 400.000.000. Tabel 14. Realisasi anggaran DIPA BB Pascapanen TA. 2011 No
Jenis Pengeluaran
Anggaran (Rp.)
Realisasi s/d 31 Des. 2011 Rp.
%
A. Program Penciptaan Teknologi dan varietas Unggul Berdaya Saing I.
Layanan Perkantoran
1.
Pembayaran gaji dan tunjangan
Jumlah I (1)
7.721.000.000
7.868.598.571
101,91
7.721.000.000
7.868.598.571
101,91
2. Penyelenggaraan operasional dan pemeliharaan perkantoran a.
Pelayanan kesehatan bagi pegawai BB-Pascapanen
b.
Pakaian seragam dinas satpam/sopir/tenaga teknis lainnya
9.600.000
9.584.000
99,83
14.650.000
14.425.000
c.
98,46
Perawatan sarana dan prasarana gedung kantor BBPascapanen
198.042.000
194.482.984
98,20
d.
Perawatan peralatan laboratorium uji dan laboratorium penelitian dengan baik
202.475.000
200.737.023
99,14
e.
Perawatan kendaraan dinas roda 4 untuk kelancaran kegiatan harian
242.500.000
237.575.270
97,97
f.
Perawatan kendaraan dinas roda 2 untuk operasional kegiatan
25.600.000
25.483.500
99,54
g.
Langganan gaya dan jasa untuk kebutuhan operasional kegiatan
848.400.000
777.074.266
91,59
h.
Kegiatan operasional perkantoran dalam menunjang kelancaran tugas dan kegiatan
474.920.000
470.135.132
98,99
i.
Pakaian dinas pegawai
58.765.000
58.523.500
99,59
2.074.952.000
1.988.020.675
95,81
Jumlah I (2)
82
Laporan tahunan BB-Pascapanen T.A. 2011
II Sarana dan Prasarana a.
Perawatan laboratorium
b.
Administrasi kegiatan
55.350.000 79.570.000
Jumlah II III.
134.920.000
54.760.000
98,93
73.395.000
92,24
128.155.000
94,99
Bangunan Renovasi Gedung
Jumlah III
1.333.808.000
1.278.882.000
95,88
1.333.808.000
1.278.882.000
95,88
98,50
IV. Laporan Perencanaan dan Anggaran 1.
Program dan rencana litbang pascapanen
341.736.000
336.619.250
2.
Penyusunan anggaran dan rencana kerja (RKA-KL) 2011
144.950.000
144.019.950
99,36
486.686.000
480.639.200
98,76
256.570.000
256.523.050
99,98
98.430.000
98.175.550
99,74
355.000.000
354.698.600
99,92
Jumlah IV V. Laporan Monitoring, Evaluasi dan SPI 1.
Pelaksanaan monev kegiatan
2.
Pelaksanaan SPI
Jumlah V VI. Laporan Pengelolaan Anggaran 1.
Pelaksanaan pengelolaan anggaran
199.700.000
199.571.275
99,94
2.
Pengelolaan rumah tangga dan keuangan
668.600.000
668.230.300
99,94
3.
Pembinaan administrasi dan pengelolaan kepegawaian
282.900.000
280.382.725
99,11
4.
Pembinaan administrasi dan pengelolaan perlengkapan
85.650.000
85.443.625
99,76
1.236.850.000
1.233.627.925
99,74
Jumlah VI VII. Laporan Pelaksanaan Diseminasi Teknologi 1.
Pengelola dan pengembangan publikasi
327.255.000
319.383.400
97,59
2.
Partisipasi Ekspose, Gelar Teknologi, Seminar Nasional/ Ilmiah dan Penas
446.150.000
445.729.800
99,91
773.405.000
765.113.200
98,93
98.000.000
97.555.564
99,55
161.600.000
161.247.900
99,78
259.600.000
258.803.464
99,69
Jumlah VII VIII Laporan Pelaksanaan Kerjasama 1.
Dukungan Kerjasama Dalam dan Luar Negeri
2.
Koordinasi dan penugasan peneliti dan teknisi mendukung program instansi terkait/direktorat teknis/BPTP/PEMDA/ Supervisi teknologi
Jumlah VIII IX. Laporan Pelaksanaan Koordinasi Institusional 1.
Koordinasi institusional
180.000.000
179.564.100
99,76
2.
Rapat Kerja BB-Pascapanen
107.900.000
106.935.150
99,11
3.
Pengelolaan Kelembagaan Kelompok Peneliti dan Lab. Penelitian/Bangsal
149.250.000
143.080.540
95,87
437.150.000
429.579.790
98,27
Jumlah IX X. Teknologi Penanganan Segar Produk Pertanian 1.
Teknologi penanganan segar pepaya mini untuk transportasi laut
163.617.000
160.904.530
98,34
2.
Prototipe kemasan aktif yang dapat memperlambat kematangan pisang
181.643.000
170.490.850
93,86
Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian
83
3.
Teknologi penanganan dan penyimpanan buah durian untuk memperpanjang ketahanan segar
212.815.000
210.155.238
98,75
4.
Teknologi irradiasi sinar gamma dan WHT untuk meningkatkan mortalitas lalat buah pada mangga
186.182.000
186.066.673
99,94
744.257.000
727.617.291
97,76
Jumlah X XI. Teknologi dan Produk untuk Diversifikasi Pangan dan Substitusi Impor 1.
Berasan jagung termodifikasi yang dapat meningkatkan daya cerna 20% dengan waktu tanak 2 kali lebih cepat
166.140.000
163.350.614
98,32
2.
Produk makanan padat berkalori tinggi berbasis tepung komposit ubijalar
142.366.000
142.173.850
98,87
308.506.000
305.524.464
99,03
Jumlah XI XII. Teknologi dan produk untuk Peningkatan Nilai Tambah dan Daya Saing 1.
Produk nasi instan dengan waktu rehidrasi maksimal 4 menit
153.926.000
150.336.500
97,67
2.
Teknologi proses pembuatan kopi luwak melalui proses enzimatis dan fermentasi anaerob
178.394.000
178.247.789
99,92
3.
Starter kultur mikroba aktif untuk aplikasi fermentasi pada biji kakao non fermentasi
180.975.000
179.168.255
99,00
4.
Enzim pektinase kasar untuk mempercepat degradasi kulit buah lada putih
173.071.000
172.161.775
99,47
5.
Produk pewarna alami batik dengan ketahanan luntur tinggi
146.706.000
146.071.500
99,57
6.
Susu fermentasi kering probiotik dan keju rendah lemak berbasis susu sapi low grade
175.535.000
175.421.910
99,94
1.008.607.000
1.001.407.729
99,29
Jumlah XII XIII Peralatan 1.
Peralatan Perkantoran
116.374.000
116.374.000
100,00
2.
Pengadaan peralatan kantor
659.025.000
654.841.000
99,37
775.399.000
771.215.000
99,46
300.000.000
300.000.000
100,00
300.000.000
300.000.000
100,00
17.950.140.000
17.891.882.909
99,68
Jumlah XIII XIV Kendaraan Kendaraan Roda 4 (Eselon II) Jumlah XIV Jumlah
84
Laporan tahunan BB-Pascapanen T.A. 2011
Perencanaan Program dan Evaluasi Kegiatan pascapanen merupakan bagian integral dari pengembangan sistem pertanian secara keseluruhan, yang dimulai dari aspek produksi bahan mentah hingga pemasaran produk akhir. BB Pascapanen sebagai institusi yang diberi mandat melaksanakan kegiatan penelitian dan pengembangan pascapanen, diharapkan dapat berperan memberi masukan kepada Kementerian Pertanian, baik dalam bentuk rekomendasi teknologi pascapanen maupun dalam hal kebijakan pengembangan agroindustri. Perumusan program penelitian dan pengembangan pascapanen pertanian secara lebih luas diperlukan suatu bentuk pertemuan yang difasilitasi sebagai rapat kerja (raker). Dalam raker diharapkan diperoleh masukan dari semua pihak yang berkompeten dengan perkembangan teknologi pascapanen pertanian. Kegiatan raker dilaksanakan dengan mengundang berbagai pihak terkait, baik dari instansi lingkup Badan Litbang Pertanian maupun dari instansi lain yang mempunyai kompetensi dalam bidang pascapanen pertanian. Hasil raker tersebut diharapkan dapat dirumuskan menjadi kebijakan dan program ke depan yang selaras dengan upaya penanggulangan isu-isu yang sedang berkembang dalam kurun waktu berjalan dan yang akan datang.
Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian
85
A. Rapat Kerja BB Pascapanen Kementerian Pertanian telah mencanangkan pelaksanaan reformasi birokrasi guna meningkatkan kinerja sehingga target program Kementerian Pertanian lima tahun mendatang (2010-2014) dapat dicapai. Target program Kementerian Pertanian tersebut, yaitu : a) swasembada berkelanjutan, b) peningkatan diversifikasi pangan, c) peningkatan nilai tambah, daya saing dan ekspor, serta d) peningkatan kesejahteraan petani. Rapat Kerja (Raker) BB Pascapanen diselenggarakan pada tanggal 5–7 April 2011 dengan tema “Pemantapan Peran Litbang Pascapanen Mendukung Program Empat Sukses Kementerian Pertanian dan Pembangunan Jangka Panjang Agroindustri Berdaya Saing”. Raker dibuka oleh Kepala Badan Litbang Pertanian dan dihadiri oleh para pejabat eselon II lingkup Badan Litbang Pertanian, pejabat struktural, peneliti, teknisi dan staf administrasi lingkup BBPascapanen. Topik yang dibahas pada acara raker tersebut adalah sebagai berikut : Arah dan strategi perencanaan Grand Design Litbang Pascapanen mendukung program Kementerian Pertanian hingga 2035, • Pemantapan kinerja dan kapasitas laboratorium dalam mendukung Grand Design Litbang Pascapanen, • Nano teknologi mendukung program diversifikasi pangan, • Model dan pemanfaatan sistem dinamik untuk berbagai aplikasi penelitian dan pengembangan pertanian • Mekanisme kerjasama BB Pascapanen dalam mendukung program Dirjen Teknis terkait. Penyelenggaraan Raker BB Pascapanen menghasilkan rumusan, sebagai berikut : •
•
•
•
•
•
•
86
BB Pascapanen harus melakukan sinkronisasi dan harmonisasi program dengan program 4 Sukses Kementerian Pertanian dengan merinci target per tahun dan dapat memasarkan minimal satu produk hasil penelitian, Pencapaian target tersebut harus dilakukan dengan menggerakkan sumberdaya (program, SDM, fasilitas, anggaran/keuangan dan mitra kerja) melalui penerapan sistem yang berkelanjutan, manajemen yang sesuai dan membangun rantai nilai, Penyusunan Grand Design Litbang Pascapanen 2035 harus mencermati dinamika perubahan lingkungan strategis (ledakan penduduk, perubahan iklim global, keterbatasan lahan, air, energi dan perubahan fenomena global) dengan menggunakan tool sistem dinamik, SWOT, dan alat-alat lainnya yang sesuai dengan tujuan, Pengembangan laboratorium khususnya laboratorium pengujian/analisis harus mengacu pada sistem yang berlaku secara internasional yaitu ISO 17025 dengan melakukan sinkronisasi dan modifikasi dengan tugas pokok dan fungsi BB Pascapanen yang tertuang dalam Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor 632/2003, Nanoteknologi merupakan iptek mutakhir yang harus dikuasai BB Pascapanen mengingat sudah banyak produk hasil nanoteknologi yang beredar di pasaran, termasuk 10% diantaranya produk pangan, dimana masalah keamanan pangan produk nanoteknologi tetap menjadi perhatian utama, sehingga pengembangan laboratorium nanopangan harus dilengkapi dengan perangkat uji keamanannya, Perubahan cara berfikir melalui system thinking merupakan prasyarat penggunaan perangkat lunak sistem dinamik untuk memetakan dan memahami persoalan yang
Laporan tahunan BB-Pascapanen T.A. 2011
•
•
•
•
•
kompleks dalam pembangunan pertanian yang harus diselesaikan melalui serangkaian penelitian dan pengembangan pertanian, Hasil tanaman pangan dan hortikultura (kedelai, ubikayu, jagung, padi, salak, mangga, rambutan, cabai, duku, manggis, bawang merah) selain dijual dalam bentuk segar dapat diolah menjadi berbagai produk olahan mulai dari tepung, ekstrak, oleoresin, bioaktif, pewarna, pengawet, enzim, starter, harus dilakukan BB Pascapanen dengan teknologi serta pada skala ekonomi yang harus memberikan nilai tambah dan daya saing produk, Pada komoditas pangan pokok seperti ubikayu dan jagung, teknologi diversifikasi olahan akan memberikan banyak variasi dalam mengkonsumsi makanan pokok menyerupai beras, lebih enak, lebih bergizi sehingga dapat lebih diterima oleh pengguna, Pedoman umum pemanfaatan sistem dinamik untuk berbagai aplikasi penelitian dan pengembangan pertanian harus dapat memberikan pemahaman awal berkenaan dengan system thinking dan memaparkan ruang lingkup yang mudah dipahami pengguna untuk keperluan penyusunan petunjuk teknis, Portal intranet merupakan perangkat lunak, perlu diadopsi BB Pascapanen untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas pelaksanaan tugas dan fungsi dari masingmasing satuan kerja lingkup BB Pascapanen. Realisasi portal intranet akan dilakukan secara bertahap berdasarkan skala prioritas dan berdasarkan dukungan finansial yang memadai, Pedum pengukuran susut padi, jagung, kedelai, ubikayu, dan pedum sistem dinamik dan diversifikasi pangan harus segera disempurnakan dan disiapkan untuk disampaikan dalam Raker Badan Litbang Pertanian.
B. Penyempurnaan Renstra BB Pascapanen Dalam upaya mendukung pencapaian target empat sukses Kementerian Pertanian 20102014 dan menjadi lembaga litbang andalan dalam penyediaan inovasi teknologi pertanian bidang pascapanen, maka dilakukan penyempurnaan draft Renstra BB Pascapanen 20102014. Penyempurnaan draft renstra dilakukan dengan mengkaji ulang mengacu kepada Renstra Badan Litbang Pertanian. Muatan yang terkandung dalam Renstra BB Pascapanen 2010-2014 adalah : 1) Permodelan dinamis untuk berbagai aplikasi Litbang Pertanian; 2) Pengembangan nanoteknologi; 3) Pengembangan teknologi nondestructive quality control dan biosensing; 4) Teknologi diversifikasi pangan non beras; 5) Analisis kebijakan mendukung pelaksanaan program strategis Kementerian Pertanian menghadapi dampak perubahan iklim; 6) Konsorsium Litbang Pascapanen. Untuk menyempurnakan draft Renstra BB Pascapanen 2010–2014, dilakukan pembahasan finalisasi Renstra 2010 - 2014 dan Penyusunan Road Map dukungan Litbang Pascapanen. Renstra BB Pascapanen tahun 2010-2014 disusun sebagai pedoman untuk mencapai kinerja yang akuntabel dan terukur serta menjadi rujukan di lingkup BB Pascapanen. Seluruh komponen di lingkup BB Pascapanen harus bersinergi sehingga capaian kinerja yang telah ditetapkan dapat terwujud. Perencanaan dan pelaksanaan kegiatan di lingkup BB Pascapanen harus diarahkan untuk mencapai target kinerja yang telah ditetapkan.
C. Program dan Rencana Litbang Pascapanen Rencana litbang pascapanen disusun setiap tahunnya dengan mengacu pada Renstra BB Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian
87
Pascapanen, Badan Litbang Pertanian dan Renstra Kementerian Pertanian. Secara umum, perencanaan dan penyusunan program TA. 2011 dibagi menjadi dua bagian , yaitu : 1) pelaksanaan kegiatan TA. 2011 dan 2) perencanaan kegiatan TA. 2012. Berkaitan dengan kegiatan TA. 2011 telah dilaksanakan seminar penajaman RPTP dan finalisasi RPTP TA. 2011 serta penyusunan data program dan anggaran dalam database Sistem Informasi Manajemen Program (SIMPROG). Badan Litbang Pertanian telah menyempurnakan sistem informasi manajemen program (SIMPROG) menjadi aplikasi intranet program (i-program) berbasis web. Pada tahun 2011, rencana litbang pascapanen juga membahas usulan dan evaluasi proposal untuk pendanaan di luar DIPA BB Pascapanen, yaitu : 1) usulan dan evaluasi proposal program Riset Insentif, Kementerian Ristek TA. 2011 yang mendapatkan 8 proposal disetujui, dan 2) usulan dan evaluasi proposal konsorsium litbang pascapanen TA. 2011 dengan sumber dana dari Badan Litbang Pertanian yang mendapatkan 5 proposal disetujui. Dalam rangka mendukung perencanaan kegiatan TA. 2012, telah dilakukan kegiatan koordinasi dan sinkronisasi dengan instansi terkait (UK/UPT lingkup Badan Litbang Pertanian dan Masyarakat Nano Indonesia) dalam bentuk Roundtable Discussion pengembangan teknologi nano pangan. Hasil yang diperoleh berupa rencana pengembangan teknologi nano pangan dan rencana penelitian nanoteknologi TA. 2012. Berkaitan dengan perencanaan kegiatan TA. 2012 telah dilaksanakan evaluasi matrik dan Project Digest usulan kegiatan penelitian dan penyusunan rancangan kebutuhan anggaran dalam draft RKA-KL dan DIPA TA. 2012. Setelah melalui beberapa proses seleksi, usulan kegiatan penelitian TA. 2012 ditetapkan menjadi 13 judul, yang terdiri atas Program Teknologi Penanganan Segar Produk Pertanian 4 judul, Produk dan Teknologi untuk Diversifikasi Pangan dan Substitusi Pangan Impor 1 Judul, Produk dan Teknologi untuk Peningkatan Nilai Tambah dan Daya Saing 8 judul. Penyelenggaraan seminar penajaman RPTP TA. 2012 telah dilaksanakan yang bertujuan untuk mensinkronkan judul dan tujuan penelitian serta keluaran yang akan dicapai.
D. Evaluasi dan Pelaporan Kegiatan evaluasi dan pelaporan pada TA. 2011 meliputi penilaian SPI termasuk Monitoring dan Evaluasi (Monev), penyusunan Laporan Bulanan sebagai bahan Rapat Pimpinan (Rapim), laporan Sistem Informasi Monitoring dan Evaluasi (SIMONEV), Laporan Tahunan BB Pascapanen serta penyusunan LAKIP dan laporan Evaluasi Kinerja RKA-K/L. a. Sistem Pengendalian Intern (SPI) Tim Satuan Pelaksana Pengendalian Intern (Satlak PI) BB Pascapanen telah menyelesaikan revisi pedoman teknis, yang akan digunakan sebagai acuan penilaian pelaksanaan kegiatan. Evaluasi terhadap sistem pengendalian di masing-masing satuan tugas lingkup BB Pacapanen telah dilaksanakan, dan menghasilkan rekomendasi untuk ditindaklanjuti oleh masingmasing satuan tugas. Penilaian Tim Satlak PI terhadap pelaksanaan Sistem Pengendalian Intern di satuan tugas lingkup BB Pascapanen memberi gambaran yang cukup baik, walaupun dalam beberapa hal masih perlu perbaikan di dalam mekanisme pelaksanaannya. Secara umum, pelaksanaan tugas dan fungsi manajemen di satuan tugas BB Pascapanen sudah dilaksanakan mengacu pada SOP. Hasil evaluasi SPI dapat digunakan sebagai bahan untuk menentukan langkah 88
Laporan tahunan BB-Pascapanen T.A. 2011
perbaikan dan pengendalian bersama, sehingga capaian kinerja BB Pascapanen ke depan dapat lebih maksimal. b. Monitoring dan Evaluasi (Monev) Kegiatan monitoring dan evaluasi (monev) bertujuan untuk mengendalikan pelaksanaan kegiatan agar sesuai dengan perencanaan dalam RPTP/RKM serta tujuan dan sasaran yang direncanakan dapat dicapai secara efektif dan efisien. Kegiatan monev dilaksanakan tiga kali dalam satu tahun, yaitu monev ex-ante, on-going, dan ex-post. Laporan monev BB Pascapanen memuat temuan yang telah ditindaklanjuti oleh penanggung jawab kegiatan. Monev TA. 2011, telah melaksanakan kegiatan pada ketiga tahapan monev (ex-ante, ongoing, dan ex-post) terhadap 11 (sebelas) judul penelitian dengan sumber dana DIPA BB Pascapanen, sebagai berikut : •
Teknologi pengemasan pepaya untuk transportasi laut antar pulau dengan mengurangi kerusakan dan memperpanjang daya simpan, • Teknologi kemasan aktif berbasis 1-methylcyclopropene (1-MCP) untuk memperlambat kematangan pisang, • Teknologi penanganan segar buah durian dalam memperpanjang daya simpan untuk transportasi ekspor, • Penerapan irradiasi sinar gamma dan WHT untuk meningkatkan mortalitas lalat buah pada mangga, • Teknologi pembuatan berasan jagung termodifikasi menggunakan mikroba untuk meningkatkan daya cerna dan mempersingkat waktu tanak, • Teknologi pembuatan snack bars berbasis tepung ubijalar sebagai makanan berkalori tinggi untuk daerah terkena bencana, • Pengembangan teknologi produksi nasi instan dengan waktu rehidrasi singkat, • Teknologi pembuatan kopi luwak artifisial melalui proses enzimatis dan fermentasi anaerob, • Starter kultur mikroba aktif untuk aplikasi fermentasi pada biji kakao non fermentasi, • Produksi enzim pektinase kasar untuk mempercepat degradasi kulit buah lada pada pengolahan lada putih, • Formulasi bahan pewarna alami untuk batik dengan ketahanan luntur tinggi, • Pengembangan produk susu fermentasi kering probiotik dan keju rendah lemak berbasis susu low-grade. c. Laporan Bulanan BB Pascapanen sebagai Bahan Rapat Pimpinan (Rapim) Selama periode Januari–Desember 2011, telah disampaikan 12 (dua belas) laporan bulanan kegiatan BB Pascapanen sebagai bahan pembahasan dalam rapat pimpinan (rapim) lingkup Badan Litbang Pertanian. Hasil kegiatan BB Pascapanen yang telah dilaporkan disajikan pada Tabel 15.
Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian
89
Tabel 15. Judul kegiatan dalam laporan bulanan BB Pascapanen periode bulan Januari–Desember 2011 No. 1.
Bulan Januari
Judul kegiatan dalam laporan bulanan BB Pascapanen • Hasil observasi awal indikasi dampak perubahan iklim terhadap mutu gabah dan beras di kawasan pantura (Karawang, Subang, Indramayu, Cirebon) • Seminar Nasional Teknologi Pascapanen Pertanian dan One Meal No Rice • Lokakarya Sistem Keamanan Pangan Terpadu • The Second of Technical Working Groups Meeting (TWG) on Food Crops and Horticulture
2.
Februari
• Dukungan BB Pascapanen dalam pengembangan Kawasan Rumah Pangan Lestari di Pacitan • Aplikasi pemodelan dinamik untuk kebijakan strategis penelitian dan pengembangan pertanian
3.
Maret
• Pengukuran susut panen dan perontokan padi varietas Inpari 13 • Produksi tepung kasava Bimo oleh mitra BB Pascapanen dan peluang pasarnya • Ujicoba ekspor buah mangga Gedong, Arumanis dan Manalagi ke Dubai dan Hongkong menggunakan teknologi pelilinan dan pengemasan
4.
April
• Workshop on Postharvest Technology for ASEAN-Korea Economic Cooperation Program • Penyelenggaraan pameran dalam rangka International Treaty on Plant Genetic Resources for Food and Agriculture (ITPGRFA) Meeting • Penjajakan kerjasama pengembangan teknologi pengolahan bubur instan
5.
Mei
• Rapat Kerja Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian Tahun 2011 • Workshop on Research Advances in Natural Products, Food Science and Nutrition • Perkembangan kegiatan Penas XIII • Perkembangan kegiatan pemanfaatan sistem dinamik untuk berbagai aplikasi penelitian dan pengembangan pertanian
6.
Juni
• Workshop Nano Teknologi Sintesis Nano Titania (TiO2) untuk Aplikasi Self Cleaning dan Sensor • Kerjasama ASEAN Technical Working Groups on Agricultural Research and Development/ ATWG-ARD • Penjajakan kerjasama pengembangan teknologi pengolahan bubur instan; Pengembangan teknologi nano untuk pangan dan pertanian; serta Pemantauan kerjasama beras Indeks Glikemik Rendah di Petrokimia, Gresik
7.
Juli
• Acara penandatanganan Naskah Perjanjian Kerjasama Pengembangan Teknologi Pengolahan Tepung Kasava Bimo antara BB-Pascapanen dan PP Muslihat NU • Kegiatan PENAS XIII • Penghargaan sebagai peneliti berprestasi bagi tiga peneliti BB Pascapanen • Pembangunan/renovasi gedung BB-Pascapanen
8.
Agustus
• Training on Environment Health And Food Safety • Perjanjian kerjasama penelitian ekspor buah mangga Arumanis dan Manalagi menggunakan teknologi pelilinan dan pengemasan • Kunjungan dan pelatihan di BB Pascapanen • Pengembangan teknologi pengolahan lada putih higienis di tingkat kelompok tani di Kalimantan Timur
9.
September
• Asia Nanotech Camp 2011 • Pameran Hari Teknologi Nasional
90
Laporan tahunan BB-Pascapanen T.A. 2011
10.
Oktober
• International Training Program on The Processing of Value-Added Coconut Product
11.
Nopember
• Professional Development Course on Nanotechnology for Food And Agriculture • Persiapan Seminar Nasional Teknologi Inovatif • Penandatanganan kerjasama lisensi beras IG rendah antara BB Pascapanen dengan PT Petrokimia, Gresik • Kemajuan kegiatan renovasi bangunan
12.
Desember
• 2011 International Training Courses nn Comprehensive And Practical Technique of Agricultural Machinery • Seminar Nasional Teknologi Inovatif Pascapanen III • Peringatan Hari Pangan Sedunia XXXI
d. Laporan Akuntabilitas Kinerja (LAKIP) BB Pascapanen TA 2011 dan SIMONEV Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) merupakan suatu kewajiban bagi setiap instansi pemerintah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan dalam mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas dan fungsi serta kewenanganan pengelolaan sumberdaya berdasarkan TAP MPR RI No. XI/MPR/1998 dan UU No. 28/1999 tentang Penyelenggaraan negara yang bersih, bebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme serta Inpres No. 7/1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP). Laporan tersebut menjabarkan kinerja instansi pemerintah melalui Sistem Monitoring dan Evaluasi (SIMONEV) yang disampaikan setiap triwulan. LAKIP mencakup perencanaan kinerja yang komponennya meliputi sasaran, program (Renstra), kegiatan, dan Indikator Kinerja. Berdasarkan hasil pengukuran pencapaian kinerja sasaran yang ditargetkan pada TA. 2011, BB Pascapanen telah melaksanakan tugas pokok dan fungsinya dengan baik. Jika dibandingkan antara target dan capaian indikator utamanya, sasaran yang telah ditetapkan dapat tercapai dengan kategori berhasil. Teknologi penanganan segar produk pertanian mencapai 150% dari target, teknologi dan produk untuk diversifikasi pangan dan substitusi pangan impor mencapai 100%, dan teknologi dan produk untuk peningkatan nilai tambah dan daya saing mencapai 100% dari target. Pencapaian kinerja akuntabilitas keuangan BB Pascapanen berhasil dengan baik dalam mendukung pencapaian sasaran yang ditargetkan. e.
Evaluasi Kinerja RKA-K/L
Dasar hukum pelaksanaan evaluasi kinerja Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian/ Lembaga (RKA-K/L), yaitu Peraturan Menteri Keuangan (PMK) No. 249/PMK.02/2011. Evaluasi kinerja RKA-K/L dilakukan dalam rangka pelaksanaan fungsi akuntabilitas dan fungsi peningkatan kualitas. Fungsi akuntabilitas bertujuan untuk membuktikan dan mempertanggungjawabkan kepada masyarakat atas penggunaan anggaran yang dikelola. Sedangkan fungsi peningkatan kualitas bertujuan untuk mempelajari faktor-faktor yang menjadi pendukung atau kedala atas pelaksanaan RKA- K/L bagi peningkatan kinerja pada tahun-tahun berikutnya. Evaluasi kinerja RKA-K/L terdiri atas 3 (tiga) aspek, yaitu aspek implementasi, aspek manfaat, dan aspek konteks. Evaluasi aspek implementasi dilakukan dalam rangka menghasilkan informasi kinerja pelaksanaan kegiatan dan pencapaian keluaran. Evaluasi kinerja aspek manfaat dilakukan dalam rangka menghasilkan infomasi mengenai perubahan yang terjadi Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian
91
dalam masayarakat dan atau pemangku kepentingan sebagai penerima manfaat atas keluaran yang dicapai. Sedangkan evaluasi kinerja aspek konteks dilakukan dalam rangka menghasilkan informasi mengenai relevansi masukan, kegiatan, keluaran, dan hasil dengan dinamika perkembangan keadaan, termasuk kebijakan pemerintah. Hasil evaluasi kinerja RKA-K/L BB Pascapanen TA. 2001 yang dilakukan pada tiga aspek kinerja menghasilkan nilai aspek implementasi sebesar 28,57% dan aspek manfaat sebesar 77,82% sehingga menghasilkan nilai kinerja BB Pascapanen TA. 2011 sebesar 106,39% dengan kategori sangat baik. Ditinjau dari aspek konteks, kegiatan/keluaran yang ditargetkan sesuai untuk mengatasi permasalahan dan kebutuhan teknologi oleh masyarakat serta sejalan dengan kebijakan pemerintah.
92
Laporan tahunan BB-Pascapanen T.A. 2011
PENUTUP Kegiatan penelitian dan pengembangan pascapanen merupakan penjabaran dari Renstra BB Pascapanen 2010-2014 dan Renstra Badan Litbang Pertanian 2010-2014 yang diarahkan untuk penciptaan inovasi teknologi dan varietas unggul berdaya saing serta pencapaian target empat sukses Kementerian Pertanian, khususnya peningkatan diversifikasi pangan dan peningkatan nilai tambah, daya saing produk dan ekspor. Pada TA. 2011, dalam rangka peningkatan diversifikasi pangan telah dihasilkan inovasi teknologi diantaranya teknologi pembuatan beras jagung termodifikasi dan pembuatan snack bars berbasis tepung ubijalar sebagai makanan berkalori tinggi. Dalam upaya meningkatkan nilai tambah, daya saing dan ekspor telah dihasilkan berbagai inovasi teknologi diantaranya teknologi pengemasan pepaya, teknologi kemasan aktif untuk memperlambat kematangan pisang, teknologi penanganan segar buah durian, penerapan teknologi irradiasi sinar gamma dan WHT pada mangga, teknologi produksi nasi instan, teknologi pembuatan kopi luwak artifisial, starter untuk aplikasi fermentasi pada biji kakao non-fermentasi, enzim pektinase kasar untuk pengolahan lada putih, bahan pewarna alami untuk batik, dan produk susu fermentasi kering probiotik dan keju rendah lemak. Difusi teknologi dengan mengimplementasikan langsung teknologi yang dihasilkan BB Pascapanen di lapangan bekerjasama dengan BPTP, Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian
93
pemerintah daerah, swasta/ koperasi dan kelompok tani mulai menunjukkan dampaknya dengan semakin memacu tumbuhnya agroindustri perdesaan pada berbagai komoditas. Kegiatan kerjasama pengembangan teknologi, promosi, pameran dan gelar teknologi terus ditingkatkan kualitasnya, agar efektivitas kegiatan diseminasi dapat tercapai. Pada tahun 2011, telah diterbitkan berbagai publikasi ilmiah dan populer diantaranya jurnal, buletin, pedoman teknis, dan leaflet. Publikasi ilmiah dan populer ini disamping sebagai sarana penyampaian hasil penelitian dan inovasi teknologi, juga merupakan media untuk meningkatkan jenjang fungsional peneliti. Kegiatan diseminasi hasil penelitian teknologi pascapanen memberikan dampak yang baik bagi pencitraan BB Pascapanen sebagai sumber teknologi. Hal tersebut ditunjukkan dengan minat masyarakat untuk mendapatkan teknologi yang dipromosikan. Secara umum, dampak dari kegiatan diseminasi terlihat dari semakin meningkatnya permintaan narasumber pelatihan kepada BB Pascapanen baik dari Instansi Pemerintah, Swasta, Lembaga Pendidikan, dan stakeholder lainnya, meningkatnya permintaan kunjungan, studi banding, pelatihan dan magang teknologi pascapanen di BB Pascapanen serta meningkatnya permintaan pengiriman jurnal atau publikasi terutama pedoman teknis. Dalam rangka meningkatkan kinerja BB Pascapanen, telah dilakukan peningkatan kompetensi pegawai sesuai bidang tugas, peningkatan sarana dan prasarana, peningkatan pelayanan dengan perpustakaan digital, perbaikan website baik dari aspek tampilan maupun isi informasi, dan peningkatan kapasitas internet. Dengan demikian pelaksanaan kegiatan di BB Pascapanen di masa mendatang akan lebih kondusif, dan diharapkan dapat memacu peningkatan kinerjanya.
94
Laporan tahunan BB-Pascapanen T.A. 2011