LAPORAN KINERJA
BALAI BESAR PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PASCAPANEN PERTANIAN TAHUN 2016
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2017
LAPORAN KINERJA
BALAI BESAR PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PASCAPANEN PERTANIAN TAHUN 2016
BALAI BESAR PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PASCAPANEN PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2017
Laporan Kinerja BB Pascapanen Tahun 2016
KATA PENGANTAR
Laporan Kinerja Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian (BB-Pascapanen) Tahun 2016 disusun dalam rangka memenuhi Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. Penyusunannya mengacu pada Permenpan dan RB Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja, dan Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah. Laporan ini merupakan media komunikasi pencapaian tujuan dan sasaran strategis organisasi kepada para pengguna yang dibuat sebagai perwujudan pertanggungjawaban pelaksanaan tugas dan fungsi yang dipercayakan kepada BB-Pascapanen berdasarkan suatu sistem akuntabilitas yang memadai sesuai dengan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia Nomor 53 Tahun 2014. Semoga laporan ini dapat memenuhi harapan masyarakat dan dalam rangka membangun kinerja khususnya dalam kegiatan penelitian dan pengembangan pertanian sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan pengembangan Iptek pascapanen pertanian.
Bogor, Januari 2017 Kepala Balai Besar,
Prof. Dr. Ir. Risfaheri, MSi
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
i ii
Laporan Kinerja BB Pascapanen Tahun 2016
DAFTAR ISI Halaman Kata Pengantar .....................................................................................i Daftar Isi ..............................................................................................ii Ringkasan Eksekutif ..............................................................................vii BAB I. PENDAHULUAN ...........................................................................1 BAB II. PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA .................................6 2.1. Perencanaan Strategis ........................................................... 6 2.2. Perencanaan Kinerja .............................................................11 2.3. Perjanjian Kinerja ..................................................................11 BAB III. AKUNTABILITAS KINERJA .........................................................13 3.1. Pengukuran Capaian Kinerja ..................................................13 3.2. Evaluasi dan Analisis Akuntabilitas Kinerja ...............................14 3.3. Akuntabilitas Keuangan .........................................................44 BAB IV. PENUTUP ................................................................................47 Lampiran .............................................................................................. 49
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
ii iii
Laporan Kinerja BB Pascapanen Tahun 2016
DAFTAR TABEL .
Halaman
Tabel 1. Target dan rencana kinerja tahunan BB Pascapanen tahun 2015-2019.............................................................................. 8 Tabel 2. Perencanaan Kinerja BB Pascapanen TA.2016........................... 11 Tabel 3. Perjanjian Kinerja (PK) BB Pascapanen TA. 2016....................... 12 Tabel 4. Matriks tingkat capaian kinerja BB Pascapanen TA. 2016........... 14 Tabel 5. Target dan realisasi capaian indikator kinerja 1 tahun 2016........ 15 Tabel 6. Target dan realisasi capaian indikator kinerja 2 tahun 2016........ 16 Tabel 7. Perbandingan capaian indikator kinerja teknologi pascapanen (penanganan dan pengolahan) tahun 2016 dengan tahun 2010-2015.............................................................................. 16 Tabel 8. Perbandingan capaian indikator kinerja teknologi pascapanen (penanganan dan pengolahan)tahun 2016 dengan target pada Renstra 2015-2019.................................................................. 16 Tabel 9. Target dan realisasi capaian indikator kinerja 3......................... 31 Tabel 10. Perbandingan capaian indikator kinerja 3 selama periode 2012-2016.............................................................................. 31 Tabel 11. Perbandingan capaian indikator kinerja 3 terhadap target Renstra 2015 -2019................................................................. 32 Tabel 12. Invensi yang telah didaftarkan sebagai paten........................... 44 Tabel 13. Daftar invensi yang telah terbit sertifikat paten tahun 2016....... 44 Tabel 14. Realisasi anggaran BB Pascapanen TA. 2016............................. 45 Tabel 15. Pagu dan realisasi anggaran masing-masing indikator kinerja yang ada pada perjanjian kinerja (PK) BB Pascapanen.............. 46
iviii
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
Laporan Kinerja BB Pascapanen Tahun 2016
DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1. Uji produksi beras premium skala komersial (kiri) dan uji produksi beras IGr skala komersial (kanan)............................18 Gambar 2. Produk nanobiosilika dari sekam padi (atas) dan keragaan tanaman padi umur 88 HST di KP Pusakanagara (bawah): (a) tanpa nanobiosilika; (b) diberi nanobiosilika.......................19 Gambar 3. Display produk berasan jagung..............................................20 Gambar 4. Kondisi cabai merah keriting setelah disimpan 14 hari: Suhu 28-30°C, tanpa coating (a), Suhu 28-30°C, dengan coating (b), Suhu 22-24°C, tanpa coating (c), dan Suhu 22-24°C, dengan coating (d)...........................................................................21 Gambar 5. Produk olahan minimal bawang merah : bawang merah utuh (a), bawang merah iris (b), dan pasta bawang (c)............22 Gambar 6. Produk gelatin dari ceker ayam (kiri) dan dari kulit ................. sapi (kanan).........................................................................23 Gambar 7. Peta warna berdasarkan perubahan pH..................................23 Gambar 8. Gula kristal dengan perlakuan enzimatis.................................24 Gambar 9. Produk gula cair melalui proses karbonatasi...........................24 Gambar 10. Starter kering fermentasi biji kakao.......................................25 Gambar 11. Cokelat granul instan............................................................26 Gambar 12. Elektroforegram dari mikroba teridentifikasi...........................27 Gambar 13. Penggunaan nanocoating, GA3, nanozeolit, dan pengemasan plastik LDPE berpori pada penyimpanan buah manggis...........28 Gambar 14. Penggunaan kemasan besek dan plastik enviplas pada buah salak...................................................................................28 Gambar 15. Hot house (pengeringan) kakao dan pala untuk pengendalian mikotoksin...........................................................................29 Gambar 16. Proses perekaman citra buah mangga pada ban berjalan.........30 Gambar 17. Instore drying bawang merah di Kecamatan Wanasari, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah...........................................34
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
iv v
Laporan Kinerja BB Pascapanen Tahun 2016
Gambar 18. Starter kering dan produk yoghurt yang dihasilkan (kiri) serta launching starter kering yoghurt probiotik pada HPS 2016 di Boyolali, Jawa Tengah (kanan)...............................................34 Gambar 19. Aktivitas produksi di “Rumah Jagung” dan produk yang dihasilkan (berasan dan tepung jagung).................................35 Gambar 20. Peralatan ekstraksi sagu di unit kilang sagu Kehiran, Papua...... 36 Gambar 21. Unit pengempa daun gambir yang diintroduksikan di Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat (kiri) dan produk gambir yang dihasilkan (kanan) : hasil tradisional (a) dan unit pengempa (b).....................................................36 Gambar 22. Partisipasi BB Pascapanen pada Hari Susu Nusantara (HSN) ke-8 2016...................................................................40 Gambar 23. Kunjungan Menteri Pertanian di saung bawang pada penyelenggaraan HPS ke-8 tahun 2016..................................40 Gambar 24. Kunjungan peserta Workshop CAPSA ke gerai inovasi BB Pascapanen....................................................................41 Gambar 25. Penandatanganan naskah kerjasama dengan PT. Nusantara Segar Global........................................................................43
vvi
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
Laporan Kinerja BB Pascapanen Tahun 2016
DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1. Struktur Organisasi BB Pascapanen...................................50 Lampiran 2. Sumberdaya Manusia dan Anggaran BB Pascapanen..........51 Lampiran 3. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Badan Litbang Pertanian 2015 - 2019.........................................52 Lampiran 4. Rencana Kinerja Tahunan Tahun 2016 ..............................53 Lampiran 5. Perjanjian Kinerja Tahun 2016...........................................54 Lampiran 6. Pagu dan Realisasi Anggaran Tahun 2016..........................56 Lampiran 7. Pengukuran Kinerja Tahun 2016 .......................................58 Lampiran 8. Komposisi Pagu Anggaran DIPA Tahun 2016 dan Realisasi PNBP Jasa Laboratorium..................................................60
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
vii vi
Laporan Kinerja BB Pascapanen Tahun 2016
RINGKASAN EKSEKUTIF
Dalam rangka mewujudkan visi dan melaksanakan misinya, selama kurun waktu 2015 – 2019 BB Pascapanen menetapkan tujuan sebagai berikut: a) Melaksanakan penelitian dan pengembangan teknologi pascapanen dan pengolahan hasil pertanian untuk meningkatkan nilai tambah dan daya saing dalam upaya mendukung sistem pertanian bio-industri berkelanjutan terutama melalui pemanfaatan nanoteknologi, iradiasi, bioprosesing dan bioinformatika; b) Menyusun rekomendasi kebijakan pascapanen hasil pertanian untuk meningkatkan nilai tambah dan daya saing dalam upaya mendukung sistem pertanian bio-industri berkelanjutan; c) Melaksanakan diseminasi teknologi pascapanen serta kerjasama nasional dan internasional; dan d) Menghasilkan publikasi di jurnal ilmiah nasional dan internasional serta Hak Kekayaan Intelektual (HaKI). Sasaran BB Pascapanen dalam kurun waktu 2015 – 2019 adalah sebagai berikut: a) Tersedianya teknologi pascapanen hasil pertanian untuk meningkatkan nilai tambah dan daya saing dalam upaya mendukung sistem pertanian bio-industri berkelanjutan terutama melalui pemanfaatan nanoteknologi, iradiasi, bioprosesing dan bioinformatika; b) Tersedianya rekomendasi kebijakan pascapanen hasil pertanian untuk meningkatkan nilai tambah dan daya saing dalam upaya mendukung sistem pertanian bio-industri berkelanjutan; c) Meningkatnya diseminasi teknologi pascapanen serta kerjasama nasional dan internasional; d) Meningkatnya jumlah publikasi di jurnal ilmiah nasional dan internasional serta Hak Kekayaan Intelektual (HaKI). BB Pascapanen telah menetapkan satu sasaran strategis, yang diukur dengan tiga indikator kinerja sasaran, yaitu: a) Teknologi Pascapanen (Penanganan dan Pengolahan) Komoditas Strategis, b) Teknologi Pascapanen (Penanganan dan Pengolahan) Komoditas Unggulan Lainnya, dan c) Rekomendasi Kebijakan Pengembangan Pascapanen Pertanian. Berdasarkan hasil pengukuran kinerja dengan membandingkan antara target dan capaian, indikator kinerja sasaran pertama dan kedua tersebut dapat dicapai dengan kategori berhasil (capaian 100%), sedangkan indikator kinerja sasaran ketiga tersebut dapat dicapai dengan kategori sangat berhasil (capaian 133,3%). Hal tersebut menunjukkan bahwa BB Pascapanen telah melaksanakan tugas dan fungsinya dengan baik. Indikator kinerja sasaran “Teknologi Pascapanen (Penanganan dan Pengolahan) Komoditas Strategis” berhasil memperoleh 11 teknologi sesuai target, yang meliputi : a) Teknologi pengolahan beras IGr dan beras premium skala komersial; b) Teknologi pemanfaatan sekam untuk pembuatan matriks pupuk tanaman padi berbahan nano-silika dan pembuatan asap cair; c) Implementasi teknologi perontokan jagung berkelobot pada kadar air tinggi;
viii vii
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
Laporan Kinerja BB Pascapanen Tahun 2016
d) Implementasi teknologi pengolahan berasan jagung di tingkat kelompok tani; e) Teknologi penanganan dan pengolahan cabai untuk penyimpanan pada suhu ruang skala ritel; f) Teknologi minimal proses bawang merah skala ritel; g) Teknologi pengolahan bawang merah skala 300 kg/hari; h) Teknologi produksi gelatin dari limbah pemotongan ternak; i) Agen bioindikator pendeteksi kesegaran daging; j) Teknologi produksi gula kristal tebu untuk meningkatkan rendemen; dan k) Teknologi purifikasi untuk meningkatkan kualitas gula cair tebu. Indikator kinerja sasaran “Teknologi Pascapanen (Penanganan dan Pengolahan) Komoditas Unggulan Lainnya” berhasil memperoleh 10 teknologi sesuai target, yang meliputi : a) Starter kering fermentasi untuk perbaikan flavor biji kakao; b) Formula cokelat granul instan dengan enrichment nanonutrien (nano-vitamin A, Fe, dan Folat) dan probiotik; c) Isolat mikroba unggul penghasil enzim lignoselulase; d) Teknologi pembuatan enzim lignoselulase dari mikroba unggul; e) Teknologi kemasan aktif untuk memperpanjang umur simpan buah manggis; f) Teknologi kemasan aktif untuk memperpanjang umur simpan buah salak; g) Teknologi pengendalian kontaminan ochratoksin pada biji kakao; h) Teknologi pengendalian kontaminan aflatoksin pada biji pala; i) Teknologi otomatisasi grading buah mangga; dan j) Teknologi otomatisasi grading buah manggis. Indikator kinerja sasaran “Rekomendasi Kebijakan Pengembangan Pascapanen Pertanian” berhasil memperoleh 4 rekomendasi kebijakan melebihi target yang ditentukan, yang meliputi: a) Rekomendasi dan kebijakan peningkatan rendemen beras, b) Rekomendasi kebijakan pengembangan diversifikasi pangan karbohidrat lokal, c) Rekomendasi dan kebijakan pengembangan pangan lokal di Maluku Tenggara, dan d) Rekomendasi peningkatan mutu dan pengendalian kontaminan pada lada. Keberhasilan pencapaian sasaran tersebut didukung oleh berbagai faktor, yaitu sumberdaya manusia (peneliti dan teknisi) sebagai penghasil teknologi, sumberdaya sarana dan prasarana penelitian serta sumberdaya anggaran. Dari aspek tata kelola, BB Pascapanen telah menyelaraskan sistem manajemennya dengan standar manajemen penelitian yang ditetapkan oleh Komite Nasional Akreditasi Pranata Penelitian dan Pengembangan (KNAPPP) untuk meningkatkan jaminan mutu hasil litbang, termasuk didalamnya aspek monitoring dan evaluasi. Selain faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan, terdapat beberapa kendala yang menjadi hambatan dalam pelaksanaan kegiatan, antara lain: a) bahan baku yang diperlukan pada beberapa kegiatan penelitian ketersediaannya sangat tergantung pada musim panen, b) pengadaan bahan yang harus inden dan sulit didapat sehingga perlu waktu yang agak lama, dan jadwal pemakaian beberapa peralatan laboratorium dan analisis sangat padat sehingga terjadi antrian pemakaian.
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
ix viii
Laporan Kinerja BB Pascapanen Tahun 2016
Beberapa kendala yang ditemukan dalam pelaksanaan kegiatan telah diupayakan untuk diatasi, dan langkah-langkah yang telah ditempuh tersebut dapat dijadikan langkah antisipatif dalam mengatasi hambatan dan kendala yang mungkin dihadapi pada pelaksanaan kegiatan tahun mendatang. Langkah-langkah yang telah dilaksanakan tersebut,yaitu : a) merencanakan dan mempersiapkan pelaksanaan kegiatan secara cermat, b) mempertimbangkan musim panen dan memprioritaskan pendanaan pada kegiatan penelitian yang memiliki musim panen kritis (panen awal dan akhir tahun anggaran), c) meningkatkan kompetensi SDM peneliti dan teknisi dalam rangka pencapaian sasaran mutu yang diharapkan, dan d) menyusun analisis dan penanganan risiko secara cermat untuk mengantisipasi kendala-kendala yang mungkin terjadi selama pelaksanaan kegiatan. Untuk membiayai operasional, TA. 2016 BB Pascapanen mendapat anggaran sebesar Rp 38.491.979.000,-. Secara keseluruhan realisasi anggaran yang berhasil diserap untuk membiayai seluruh kegiatan BB Pascapanen sampai dengan 31 Desember 2016 sebesar Rp 37.730.855.422,- (98,02%), dengan realisasi per jenis belanja yaitu belanja pegawai Rp 10.336.021.626,(99,54%), belanja barang Rp13.577.289.796,- (95,04%), dan belanja modal Rp 13.817.544.000,- (99,97%). Realisasi belanja barang sebesar Rp 13.577.289.796,terdiri atas belanja barang non operasional sebesar Rp 8.432.249.807,- (92,25%) dan belanja barang operasional sebesar Rp 5.145.039.989,- (99,98%). Pagu anggaran tahun 2016 untuk 3 (empat) indikator kinerja yang ada pada perjanjian kinerja (PK) bekisar antara Rp 295.621.000 – Rp 1.889.513.000. Realisasi anggaran untuk masing-masing indikator kinerja tersebut berkisar antara 93,16 – 97,87%. Hal ini menunjukkan bahwa kegiatan dapat berjalan sesuai dengan rencana, dan output yang direncanakan dapat dihasilkan dengan baik.
ixx
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
Laporan Kinerja BB Pascapanen Tahun 2016
BAB I PENDAHULUAN Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian (BB Pascapanen) merupakan salah satu unit kerja yang berada dibawah Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan), Kementerian Pertanian. Sesuai Keputusan Menteri Pertanian No. 36/Permentan /OT.140/3/2013 tanggal 11 Maret 2013 yang merupakan penyempurnaan dari Keputusan Menteri Pertanian No. 632/Kpts/OT.140/12/2003 tanggal 30 Desember 2003, BB Pascapanen mempunyai tugas yaitu melaksanakan penelitian dan pengembangan teknologi pascapanen pertanian. Dalam melaksanakan tugas sebagaimana yang tertuang dalam SK Menteri Pertanian tersebut, BB Pascapanen menyelenggarakan fungsi: 1) Pelaksanaan penyusunan program, rencana kerja, anggaran, evaluasi dan pelaporan litbang teknologi pascapanen, 2) Pelaksanaan penelitian identifikasi dan karakterisasi sifat fungsional dan mutu hasil pertanian, 3) Pelaksanaan penelitian pengolahan hasil, perbaikan mutu, pemanfaatan limbah, dan pengembangan produk baru, 4) Pelaksanaan penelitian teknologi proses fisik, kimia dan biologi hasil pertanian, 5) Pelaksanaan penelitian keamanan pangan hasil pertanian dan pengembangan mutu pascapanen produk pertanian, 6) Pelaksanaan analisis kebijakan pascapanen pertanian, 7) Pelaksanaan penelitian komponen teknologi sistem dan usaha agribisnis bidang pascapanen pertanian, 8) Pelaksanaan kerjasama dan pendayagunaan hasil penelitian pascapanen pertanian, 9) Pelaksanaan pengembangan sistem informasi hasil penelitian dan pengembangan pascapanen pertanian, dan 10) Pengelolaan urusan kepegawaian, keuangan, rumah tangga, dan perlengkapan BB Pascapanen. Berbagai dinamika lingkungan strategis antara lain semakin meningkatnya permintaan terhadap komoditas pertanian karena pesatnya pertumbuhan penduduk, semakin langkanya energi fosil, perubahan iklim, semakin cepatnya alih fungsi lahan serta adanya persaingan bahan baku untuk pangan, pakan, serat, dan energi telah diantisipasi oleh Kementerian Pertanian dengan menyusun Strategi Induk Pembangunan Pertanian (SIPP) 2013-2045. Dalam SIPP 2013-2045 tersebut tergambar visi pembangunan pertanian ke depan yaitu “Terwujudnya sistem pertanian bioindustri berkelanjutan yang menghasilkan beragam pangan sehat dan produk bernilai tambah tinggi dari sumberdaya hayati pertanian dan kelautan tropika”. Dari visi ini, nampaknya ada beberapa kata kunci penting seperti bioindustri, berkelanjutan, pangan sehat, dan nilai tambah yang berkaitan erat dengan BB Pascapanen, sehingga kegiatan penelitian dan pengembangan pascapanen ke depan harus diarahkan pada hal tersebut. Untuk itu, BB Pascapanen perlu terus berinisiatif melakukan langkah-langkah visioner melalui optimalisasi pemanfaatan dan peningkatan sumberdaya penelitian yang dimiliki.
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
1
Laporan Kinerja BB Pascapanen Tahun 2016
Dalam melaksanakan tugas dan fungsi organisasi, berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian No. 36/Permentan/OT.140/3/2013 tanggal 11 Maret 2013, BB Pascapanen memiliki struktur organisasi yang terdiri atas tiga Bagian/Bidang dengan tujuh Sub Bagian/Seksi dan Kelompok Jabatan Fungsional (Lampiran 1). Kelompok Jabatan Fungsional terdiri atas Peneliti, Perekayasa, Teknisi Litkayasa, Arsiparis, dan Pustakawan. Kelompok jabatan fungsional peneliti terdiri atas tiga kelompok peneliti (kelti) berdasarkan bidang masalah yaitu Kelti Teknologi Biomaterial, Kelti Teknologi Bioprosesing dan Kelti Teknologi Disain Proses dan Biosistem, yang ditetapkan dengan SK Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Nomor 23/Kpts/KP.460/I/1/2014 tanggal 7 Januari 2014. Surat Keputusan tersebut merupakan penyempurnaan dari SK Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Nomor 62/Kpts/KP.460/I/5/08 tanggal 15 Mei 2008 tentang Pembentukan Kelompok Peneliti pada Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian dalam rangka mengantisipasi dinamika lingkungan strategis, khususnya perkembangan Iptek yang sangat pesat. Sumberdaya Manusia. Dalam upaya mewujudkan BB Pascapanen sebagai pranata penelitian dan pengembangan yang terakreditasi dan mampu berperan sebagai inisiator teknologi pascapanen yang diakui pada skala nasional dan internasional, BB Pascapanen telah memperoleh akreditasi ISO 9001:2008 sejak tahun 2010 dan akreditasi KNAPPP sejak tahun 2013. Untuk penerapan dan pelaksanaan akreditasi ini diperlukan dukungan sumber daya manusia berkualitas yang memiliki kompetensi tinggi, profesional dan amanah. Kompetensi merupakan persyaratan mutlak bagi SDM BB Pascapanen untuk menjamin terselenggaranya kegiatan penelitian dan pengembangan yang berkualitas. BB Pascapanen memberikan prioritas tinggi terhadap peningkatan kualitas SDM dalam upaya menjamin tersedianya tenaga profesional dalam melaksanakan program penelitian pascapanen pertanian. Hal ini dilakukan untuk mempertahankan BB Pascapanen yang terakreditasi secara berkelanjutan serta mampu memberikan kontribusi nyata dalam inovasi teknologi penanganan dan pengolahan hasil pertanian. Pembinaan SDM antara lain dilakukan dengan mendorong setiap pegawai untuk memasuki jenjang fungsional sebagai peneliti dan teknisi litkayasa, meningkatkan kegiatan pelatihan internal serta melaksanakan kegiatan seminar secara berkala. Pengembangan SDM dilakukan pula dengan cara memberikan kesempatan kepada pegawai BB Pascapanen untuk melanjutkan studi ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi dan mengikuti berbagai kegiatan pelatihan yang diselenggarakan di dalam maupun luar negeri. Pada akhir tahun 2016, jumlah pegawai BB Pascapanen sebanyak 140 orang. Jabatan fungsional di BB Pascapanen terdiri atas jabatan fungsional peneliti, teknisi litkayasa, arsiparis, pustakawan, dan fungsional umum. Kelompok jabatan fungsional peneliti berjumlah 56 orang, terdiri atas Peneliti Utama 10 orang, Peneliti Madya 13 orang, Peneliti Muda 18 orang, Peneliti
2
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
Laporan Kinerja BB Pascapanen Tahun 2016
Pertama 14 orang, dan peneliti non kelas 1 orang. Dari jumlah tenaga fungsional peneliti terdapat 4 orang yang merangkap jabatan sebagai pejabat struktural. Kelompok fungsional teknisi litkayasa berjumlah 18 orang, yang terdiri atas Teknisi Litkayasa Pelaksana Lanjutan 5 orang dan Teknisi Likayasa Pelaksana 13 orang. Selain itu terdapat jabatan fungsional lain, yaitu 1 orang arsiparis dan 1 orang pustakawan. Komposisi pegawai BB Pascapanen berdasarkan pendidikan dan jabatan fungsional disajikan pada Lampiran 2. Sumberdaya Sarana/Prasarana. Sejak tahun 2013, telah dilakukan revitalisasi peningkatan kapasitas sarana prasarana yang berada di Bogor dan Karawang untuk mendukung pelaksanaan tugas dan fungsi BB Pascapanen, baik dalam kegiatan penelitian dan pengembangan, administrasi manajemen dan diseminasi. Laboratorium yang terdapat di BB Pascapanen berfungsi sebagai litbang dan sekaligus sekaligus sebagai laboratorium pengujian rujukan Badan POM yang berorientasi peningkatan pendapatan negara bukan pajak (PNBP) sebagai bentuk optimalisasi aset negara untuk kepentingan pembangunan nasional. Berikut laboratorium yang terdapat di BB Pascapanen yang berlokasi di Bogor dan Karawang: 1) Laboratorium Kimia (Bogor), 2) Laboratorium Fisik (Karawang), 3) Laboratorium Mikrobiologi (Bogor), 4) Laboratorium Organoleptik (Bogor), 5) Laboratorium Nanoteknologi (Bogor), 6) Laboratorium Pengolahan Pangan (Bogor), 7) Laboratorium Penanganan Segar (Bogor), 8) Laboratorium Bioenergi, Biomasa dan Energi (Bogor), 9) Laboratorium Bioproses (Bogor), dan 10) Laboratorium Bioindustri (Karawang). Selain sarana litbang, BB Pascapanen juga telah membangun pusat eksibisi (Gerai Inovasi) di Bogor sebagai cikal bakal dari pengembangan inkubator pascapanen dalam mempercepat adopsi dan hilirisasi teknologi yang sudah dihasilkan serta mendukung Taman Sain Teknologi Pertanian (TSTP) di wilayah Bogor. Sumberdaya Keuangan. Sumberdaya keuangan merupakan faktor yang menentukan dalam pelaksanaan tugas dan fungsi guna merealisasikan tujuan dan sasaran organisasi yang telah ditetapkan. Selama periode 20102015, BB Pascapanen mengelola dana DIPA yang terus meningkat (Lampiran 2). Anggaran pada TA. 2013 merupakan tertinggi selama periode 2010-2015. Hal ini karena pada TA. 2013 dilakukan peningkatan sarana dan prasarana litbang (a.l. gedung laboratorium dan peralatan/mesin) sejalan dengan program Badan Litbang Pertanian dalam memasuki kurva kedua (2nd Curve) yaitu meningkatkan sinergisme program serta pengelolaan dan pemanfaatan aset agar lebih berhasil dan berdaya guna dalam mendukung pencapaian target sukses pembangunan pertanian. Pada TA. 2016, BB Pascapanen mengelola anggaran DIPA sebesar Rp 38.491.979.000,-. Alokasi anggaran tersebut digunakan untuk mendanai kegiatan utama BB Pascapanen, yaitu kegiatan penelitian dan pengembangan pascapanen pertanian dan kegiatan manajemen (penunjang) lainnya. Kegiatan manajemen lebih ditekankan pada pengelolaan satker yang bersifat rutin dan
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
3
Laporan Kinerja BB Pascapanen Tahun 2016
pelayanan terhadap seluruh pegawai BB Pascapanen. Selain melalui dana DIPA, anggaran penelitian diperoleh melalui dana non-DIPA (kerjasama). Upaya peningkatan pendanaan melalui non-DIPA dalam rangka memenuhi pembiayaan penelitian terus dilakukan antara lain melalui peningkatan kerjasama penelitian dan pemanfaatan hasil penelitian baik dari dalam maupun luar negeri (AFACI, KKP3N, RistekSinas, dll). Tata Kelola. Implementasi reformasi perencanaan dan penganggaran sebagai manifestasi Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) dan Undang-Undang Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara mengisyaratkan bahwa penyusunan strategi pembangunan mempertimbangkan kerangka pendanaan yang menjamin konsistensi antara perencanaan, penganggaran, dan pelaksanaan. Penyusunan kebijakan, rencana program dan kegiatan harus mengedepankan semangat yang berpijak pada sistem perencanaan dan penganggaran yang terintegrasi perspektif jangka menengah dan berbasis kinerja yang mencakup 3 (tiga) aspek berupa unified budgeting, performance based budgeting, dan
medium term expenditure frame work.
Untuk menjamin tercapainya good governance dan clean government di BB Pascapanen, pelaksanaan program dan anggaran dikawal dengan penerapan Sistem Pengendalian Intern (SPI). Dalam rangka pelaksanaan SPI untuk mendukung reformasi birokrasi, BB Pascapanen telah membentuk Tim Satuan Pelaksana Pengendalian Intern (Satlak PI), menyusun Standar Operasional Prosedur (SOP), serta melakukan Analisis Jabatan (Anjab) dan Analisis Beban Kerja (ABK). BB Pascapanen telah memperoleh Sertifikat Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008 pada tanggal 1 Maret 2010 sebagai komitmen dalam melaksanakan penataan aparatur melalui SPI, SOP, Anjab, ABK serta penerapan ISO 9001:2008, yang akan berdampak pada efektifitas dan efisiensi organisasi dalam melaksanakan tugas dan fungsinya. Akreditasi Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008 telah beberapa kali berhasil diperpanjang dan terakhir pada tahun 2014. Selain itu, BB Pascapanen telah menerapkan manajemen korporasi dan menyelaraskan sistem manajemennya dengan standar manajemen penelitian yang ditetapkan oleh Komite Nasional Akreditasi Pranata Penelitian dan Pengembangan (KNAPPP) untuk meningkatkan jaminan mutu hasil litbang. BB Pascapanen mendapatkan akreditasi dari KNAPPP dengan Nomor PLM 040-INA pada tanggal 18 Desember 2013 dengan masa berlaku akreditasi selama 3 tahun. Dalam pelaksanaan SPI, peran monitoring dan evaluasi (monev) yang dilakukan secara periodik dan terus menerus sangat penting untuk menjamin kelancaran dan tercapainya target pelaksanaan program/kegiatan dan anggaran. Monitoring dilaksanakan untuk memantau proses pelaksanaan dan kemajuan yang telah dicapai dari setiap program/kegiatan yang dituangkan di dalam Renstra beserta turunannya yaitu rencana kerja Tahunan (RKT) dan Penetapan Kinerja (PK). Evaluasi ditujukan dalam rangka pengawasan dan
4
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
Laporan Kinerja BB Pascapanen Tahun 2016
penilaian terhadap perencanaan, pelaksanan program agar berjalan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai, dan pemanfaatan sumber daya yang efektif dan efisien. Hasil monev menjadi dasar pertimbangan bagi pengambil keputusan untuk melakukan penyempurnaan kebijakan dan perencanaan pada masa mendatang, serta pelaksanaan program yang sedang berjalan.
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
5
Laporan Kinerja BB Pascapanen Tahun 2016
BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA 2.1. Perencanaan Strategis Rencana Strategis (Renstra) BB Pascapanen disusun dalam rangka memenuhi amanat Perpres No. 29 tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. Renstra Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian (BB Pascapanen) periode 2015-2019 disusun dengan mengacu pada Renstra Badan Litbang Pertanian dan Kementerian Pertanian periode 2015-2019 serta program Nawacita pemerintahan Joko Widodo dan Jusuf Kalla. Renstra BB Pascapanen periode tahun 2015-2019 merupakan dokumen perencanaan yang berisikan visi, misi, tujuan, sasaran, kebijakan, strategi, program, dan kegiatan penelitian dan pengembangan yang akan dilaksanakan selama lima tahun. Dokumen ini disusun berdasarkan analisis strategis atas potensi, peluang, tantangan dan permasalahan termasuk isu strategis terkini yang dihadapi pembangunan pertanian dan perkembangan Iptek dalam lima tahun ke depan. Renstra ini selanjutnya menjadi acuan dan arahan di lingkup BB Pascapanen dalam perencanaan dan pelaksanaan kegiatan penelitian dan pengembangan serta manajemen sumber daya untuk mendukung pencapaian sasaran strategis BB Pascapanen selama kurun waktu 2015-2019.
a. Visi dan Misi BB Pascapanen menetapkan visinya sejalan dengan visi pembangunan pertanian dan visi Badan Litbang Pertanian. Visi BB Pascapanen dirumuskan berdasarkan kajian orientasi masa depan, perubahan paradigma pembangunan pertanian, serta kebutuhan institusi yang profesional. Visi BB Pascapanen tahun 2015-2019 ditetapkan sebagai berikut: “Terwujudnya sistem inovasi pascapanen pertanian dalam rangka memperkokoh fondasi sistem pertanian bioindustri berkelanjutan” Dalam upaya mewujudkan visi yang telah dirumuskan, maka disusun misi sebagai suatu kesatuan gerak dan langkah dalam mencapai visi. Misi BB Pascapanen dirumuskan sebagai berikut : 1. Menghasilkan dan mengembangkan inovasi pascapanen pertanian unggul, berdaya saing dalam mewujudkan sistem pertanian-bioindustri berkelanjutan; 2. Meningkatkan kualitas dan pengelolaan sumber daya penelitian dan pengembangan pascapanen pertanian dalam menghasilkan sains, teknologi dan inovasi;
6
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
Laporan Kinerja BB Pascapanen Tahun 2016
3. Mengembangkan jejaring kerjasama nasional dan internasional dalam rangka penguasaan sains dan teknologi pascapanen dan pemanfaatannya dalam pembangunan pertanian.
b.Tujuan Dalam rangka mewujudkan visi dan melaksanakan misinya, dalam kurun waktu 2015-2019 BB Pascapanen menetapkan tujuan sebagai berikut: 1. Melaksanakan penelitian dan pengembangan teknologi pascapanen dan pengolahan hasil pertanian untuk meningkatkan nilai tambah dan daya saing dalam upaya mendukung sistem pertanian bio-industri berkelanjutan terutama melalui pemanfaatan nanoteknologi, iradiasi, bioprosesing dan bioinformatika; 2. Menyusun rekomendasi kebijakan pascapanen hasil pertanian untuk meningkatkan nilai tambah dan daya saing dalam upaya mendukung sistem pertanian bio-industri berkelanjutan; 3. Melaksanakan diseminasi teknologi pascapanen serta kerjasama nasional dan internasional; 4. Menghasilkan publikasi di jurnal ilmiah nasional dan internasional serta Hak Kekayaan Intelektual (HaKI).
c. Sasaran Sasaran BB Pascapanen dalam kurun waktu 2015-2019 adalah sebagai berikut: 1. Tersedianya teknologi pascapanen hasil pertanian untuk meningkatkan nilai tambah dan daya saing dalam upaya mendukung sistem pertanian bio-industri berkelanjutan terutama melalui pemanfaatan nanoteknologi, iradiasi, bioprosesing dan bioinformatika; 2. Tersedianya rekomendasi kebijakan pascapanen hasil pertanian untuk meningkatkan nilai tambah dan daya saing dalam upaya mendukung sistem pertanian bio-industri berkelanjutan; 3. Meningkatnya diseminasi teknologi pascapanen serta kerjasama nasional dan internasional; 4. Meningkatnya jumlah publikasi di jurnal ilmiah nasional dan internasional serta Hak Kekayaan Intelektual (HaKI).
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
7
Laporan Kinerja BB Pascapanen Tahun 2016
Untuk mencapai sasaran BB Pascapanen tahun 2015-2019, maka disusun langkah operasional berupa rencana tindak pembangunan jangka menengah BB Pascapanen tahun 2015-2019. Dalam rencana tindak pembangunan jangka menengah tersebut telah ditetapkan target dan indikator kinerja yang akan dicapai secara bertahap dalam kurun waktu 2015-2019 (Tabel 1), sebagai berikut : Tabel 1. Target dan rencana kinerja tahunan BB Pascapanen tahun 2015-2019 Sasaran Tersedianya teknologi dan rekomendasi kebijakan pascapanen hasil pertanian untuk meningkatkan nilai tambah dan daya saing dalam upaya mendukung sistem pertanian-bioindustri berkelanjutan, antara lain melalui pemanfaatan nanoteknologi, iradiasi, bioprosesing dan bioinformatika
Indikator Kinerja
Total
2015
2016
2017
2018
2019
Jumlah teknologi pascapanen (penanganan dan pengolahan)
13
15
17
19
21
85
Jumlah model agrobioindustri terpadu
2
2
2
3
3
12
Jumlah rekomendasi kebijakan pengembangan pascapanen pertanian
3
3
3
3
3
15
e. Arah Kebijakan dan Strategi Litbang Pascapanen Pertanian Arah kebijakan dan strategi litbang pertanian ke depan disusun dengan mempertimbangkan sasaran pembangunan pertanian 2015-2019 melalui peningkatan penguasaan dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek) yang inovatif, efisien dan efektif dengan mengedepankan kaidah ilmiah dan berkontribusi terhadap perkembangan Iptek. Kebijakan tersebut diimplementasikan melalui pemanfaatan sumber daya penelitian secara optimal dan meningkatkan jejaring kerjasama dengan institusi lain baik nasional maupun internasional. Dalam upaya mendukung pencapaian sasaran pembangunan pertanian, rumusan arah kebijakan litbang pertanian dikelompokkan ke dalam 4 (empat) kategori sesuai dengan 4 (empat) target sukses Kementerian Pertanian, yaitu: 1) Pencapaian swasembada dan swasembada berkelanjutan; 2) Peningkatan diversifikasi pangan; 3) Peningkatan nilai tambah, daya saing dan ekspor; dan 4) Peningkatan kesejahteraan petani.
8
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
Laporan Kinerja BB Pascapanen Tahun 2016
Arah Kebijakan Litbang Pascapanen Pertanian Arah kebijakan Litbang Pascapanen Pertanian 2015–2019 meliputi: a. Memperkuat kebijakan biobased teknologi seperti ketahanan pangan berbasis sumber daya lokal dan energi alternatif untuk mendukung sistem inovasi pascapanen, pengolahan, logistik dan distribusi; b. Mempercepat implementasi kebijakan penciptaan advanced technology (frontier), pemanfaatan biomassa dan limbah organik menuju pertanian zero waste yang ramah lingkungan; c. Mengembangkan sistem litkajibangrap teknologi pascapanen pertanian untuk mendukung pembangunan pertanian-bioindustri berkelanjutan; d. Merumuskan rekomendasi bahan kebijakan pascapanen pertanian dalam mempercepat penciptaan advanced-biobased technology; e. Meningkatkan scientific recognition dan impact recognition dengan mendorong adopsi teknologi pascapanen pertanian, baik secara nasional maupun internasional; f. Mengembangankan teknologi pascapanen dengan memperhatikan aspek sosio ekonomi pengguna (sosio teknologi pascapanen); g. Mengembangkan teknologi pascapanen dengan memperhatikan perkembangan bioscience dan engineering system, merespon dinamika iklim dan menerapkan teknologi informasi untuk hulu hilir pertanian.
Strategi Litbang Pascapanen Pertanian Strategi penelitian dan pengembangan pascapanen pertanian dalam tahun 2015-2019 sebagai berikut: a. Menyusun prioritas penelitian, rencana kegiatan penelitian, serta sinkronisasi kegiatan penelitian pascapanen pertanian sesuai dengan kebutuhan stakeholders, termasuk sistem pasar nasional dan internasional dengan menyusun dan menerapkan bussiness plan utuk mendasari perencanaan kegiatan; b. Melaksanakan kegiatan penelitian dan pengembangan pascapanen pertanian secara terpadu dan lintas bidang masalah (biomaterial, bioproses, desain proses dan biosistem) yang mencakup penelitian dasar, terapan dan Model Agroindustri baik berorientasi HaKI maupun public domain; c. Mengefektifkan sumberdaya peneliti pascapanen melalui pengembangan kegiatan litbang koordinatif lingkup Badan Litbang Pertanian;
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
9
Laporan Kinerja BB Pascapanen Tahun 2016
d. Mengefektifkan penggunaan sumber daya penelitian melalui monitoring dan evaluasi, sistem pengendalian internal (SPI) serta mengimplementasikan standar pranata litbang baik nasional maupun internasional seperti KNAPPP, ISO 9001 2008, SNI ISO/IEC 17025:2008; e. Meningkatan kuantitas dan kualitas sumber daya penelitian pascapanen pertanian sesuai dengan perkembangan Iptek, Sistem Akuntansi Instansi, SIMAK-BMN dan dinamika lingkungan strategis lainnya; f. Memanfaatkan advanced technology untuk mempercepat penciptaan inovasi teknologi pascapanen pertanian mendukung pengembangan sistem pertanian-bioindustri berkelanjutan; g. Meningkatkan pendayagunaan hasil penelitian pascapanen pertanian melalui media/sarana publikasi (jurnal, buletin, buku teknologi, poster, leaflet, gerai, media elektronik dan jejaring sosial), kegiatan promosi (business meeting, pameran dan ekspose), pengiriman tenaga ahli/ narasumber, dan pertemuan ilmiah. h. Membangun dan mengembangkan kegiatan kerja sama penelitian dan pengembangan pascapanen pertanian melalui jejaring public-private– partnership (PPP) dengan lembaga nasional seperti Dirjen Teknis, Perguruan Tinggi, Lembaga Riset Nasional, Swasta dan lembaga internasional seperti IRRI, ACIAR, FAO, CIGR.
f. Program dan Kegiatan Kegiatan penelitian dan pengembangan pascapanen difokuskan untuk menghasilkan inovasi teknologi penanganan dan pengolahan hasil pertanian mendukung pencapaian target diversifikasi pangan, peningkatan nilai tambah, daya saing dan ekspor. Kegiatan dilakukan baik dalam skala laboratorium, pilot maupun skala komersial. Untuk menciptakan teknologi skala komersial dilakukan difusi, diseminasi, kerjasama penelitian dan kemitraan. Penelitian penanganan segar dan pengolahan produk pertanian dilakukan dengan menerapkan iptek mutakhir antara lain teknologi nano, bioprocessing, teknologi non-destructive dan bio-sensing untuk menghasilkan produk baru, formulasi baru, bahan aktif, anti mikroba, anti-senesence, sediaan enzim dan kemasan aktif serta produk baru lainnya yang inovatif. Selain kegiatan penelitian dan pengembangan yang menghasilkan inovasi teknologi, juga akan dilakukan kegiatan analisis kebijakan untuk menghasilkan rumusan kebijakan di bidang pascapanen sebagai bahan rekomendasi bagi pemangku kepentingan.
10
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
Laporan Kinerja BB Pascapanen Tahun 2016
g. Indikator Kinerja Utama Salah satu upaya untuk mencapai tujuan dan sasaran strategis BB Pascapanen tahun 2015 – 2019, maka disusun langkah operasional berupa rencana tindak pembangunan jangka menengah BB Pascapanen tahun 2015 – 2019. Dalam rencana tindak tersebut telah ditetapkan Indikator Kinerja Utama (IKU) selama tahun 2015 – 2019 dan capaian kinerja setiap tahun (Lampiran 3). Indikator kinerja BB Pascapanen dalam kurun waktu 2015 – 2019 sebagai berikut: • Tersedianya teknologi pascapanen pertanian (penanganan dan pengolahan); • Tersedianya model agrobio-industri terpadu; • Tersedianya rekomendasi kebijakan pengembangan pascapanen pertanian.
2.2. Perencanaan Kinerja Perencanaan kinerja tahunan merupakan proses penjabaran lebih lanjut dari sasaran dan program yang telah ditetapkan dalam Renstra BB Pascapanen Tahun 2015 - 2019. Rencana Kinerja Tahunan (RKT) menggambarkan kegiatan tahunan yang akan dilaksanakan oleh BB Pascapanen dan indikator kinerja beserta target-targetnya berdasarkan program, kebijakan, dan sasaran yang telah ditetapkan dalam Renstra BB Pascapanen Tahun 2015 - 2019. Target kinerja tahunan di dalam rencana kinerja ditetapkan untuk seluruh indikator kinerja yang ada pada tingkat sasaran dan kegiatan. Target kinerja tersebut merupakan komitmen bagi instansi untuk mencapainya dalam periode satu tahun. Perencanaan kinerja BB Pascapanen TA.2016 disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Perencanaan Kinerja BB Pascapanen TA.2016 Sasaran Strategis
Indikator Kinerja
Tersedianya teknologi dan rekomendasi kebijakan pascapanen hasil pertanian untuk meningkatkan nilai tambah dan daya saing dalam upaya mendukung sistem pertanian-bioindustri berkelanjutan, antara lain melalui pemanfaatan nanoteknologi, iradiasi, bioprosesing dan bioinformatika
Jumlah teknologi pascapanen (penanganan dan pengolahan)
20 Teknologi
Jumlah rekomendasi kebijakan pengembangan pascapanen pertanian
3 Rekomendasi
Terbangunnya sistem penanganan pascapanen tanaman pangan
Jumlah model revitalisasi penggilingan padi kecil dan penanganan pascapanen jagung dan kedelai
20 Unit
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
Target
11
Laporan Kinerja BB Pascapanen Tahun 2016
Pada pelaksanaannya, indikator kinerja “Model Revitalisasi Penggilingan Padi Kecil dan Penanganan Pascapanen Jagung dan Kedelai” yang terdapat dalam sasaran “Terbangunnya Sistem Penanganan Pascapanen Tanaman Pangan”, tidak direncanakan dalam Perjanjian kinerja BB Pascapanen TA. 2016 yang disahkan oleh Kepala BB Pascapanen dan Kepala Badan Litbang Pertanian. Hal ini karena adanya kebijakan Kepala Badan Litbang Pertanian berkaitan refocusing anggaran dan kegiatan TA.2016, dimana indikator kinerja “model” dilaksanakan oleh Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP).
2.3. Perjanjian Kinerja Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan dan akuntabel serta berorientasi pada hasil, pada TA. 2016 BB Pascapanen telah menetapkan target yang akan dicapai dalam bentuk Perjanjian Kinerja (PK). Perjanjian kinerja merupakan dokumen yang berisi penugasan dari pimpinan instansi yang lebih tinggi kepada pimpinan instansi yang lebih rendah untuk melaksanakan program/kegiatan yang disertai dengan indikator kinerja. Melalui perjanjian kinerja tersebut terwujud komitmen penerima amanah dan kesepakatan antara penerima dan pemberi amanah atas kinerja terukur tertentu berdasarkan tugas, fungsi, wewenang serta sumber daya yang tersedia. Perjanjian kinerja BB Pascapanen TA. 2016 disahkan oleh Kepala BB Pascapanen dan Kepala Badan Litbang Pertanian pada bulan Maret 2016. Perjanjian kinerja BB Pascapanen TA. 2016 didukung oleh anggaran yang berjumlah Rp. 52.672.234.000,-. Namun selama pelaksanaan kegiatan TA. 2016, pagu anggaran BB Pascapanen mengalami revisi menjadi Rp 38.491.979.000,-. Revisi tersebut karena adanya pergeseran alokasi anggaran. Akibat dari revisi tersebut, PK mengalami perubahan dibandingkan dengan RKT. Perjanjian kinerja BB Pascapanen TA. 2016 disajikan pada Tabel 3. Tabel 3. Perjanjian Kinerja (PK) BB Pascapanen TA. 2016 Sasaran Kegiatan Tersedianya teknologi dan rekomendasi kebijakan pascapanen hasil pertanian untuk meningkatkan nilai tambah dan daya saing dalam upaya mendukung sistem pertanian-bioindustri berkelanjutan, antara lain melalui pemanfaatan nanoteknologi, iradiasi, bioprosesing dan bioinformatika
12
Indikator Kinerja
Target
Jumlah teknologi pascapanen (penanganan dan pengolahan) Komoditas strategis
11 Teknologi
Komoditas unggulan lainnya
10 Teknologi
Jumlah rekomendasi kebijakan pengembangan pascapanen pertanian
3 rekomendasi
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
Laporan Kinerja BB Pascapanen Tahun 2016
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA 3.1. Pengukuran Capaian Kinerja BB Pascapanen senantiasa berupaya meningkatkan akuntabilitas kinerja yang dilaksanakan dengan menggunakan indikator kinerja yang meliputi efisiensi masukan (input), kualitas perencanaan dan pelaksanaan (proses) dan keluaran (output). Metode yang digunakan dalam pengukuran pencapaian kinerja sasaran adalah membandingkan antara target indikator kinerja setiap sasaran dengan realisasinya. Berdasarkan perbandingan tersebut dapat diperoleh informasi capaian kinerja setiap sasaran pada tahun 2016. Informasi ini menjadi bahan tindak lanjut untuk perbaikan perencanaan dan dimanfaatkan untuk memberi gambaran kepada pihak internal dan eksternal mengenai sejauh mana pencapaian sasaran yang telah ditetapkan dalam mewujudkan tujuan, misi, dan visi BB Pascapanen. Pada Renstra tahun 2015 - 2019, BB Pascapanen telah menetapkan 1 (satu) sasaran yang akan dicapai. Keberhasilan pencapaian sasaran tersebut diukur dengan 3 (tiga) indikator kinerja sasaran. Berdasarkan data hasil akhir kegiatan lingkup BB Pascapanen, capaian indikator kinerja sasaran kegiatan utama BB Pascapanen tahun 2016 disajikan pada Tabel 4. Berdasarkan tabel tersebut, capaian indikator kinerja sasaran BB Pascapanen tahun 2016 ratarata sebesar 116,67% atau termasuk dalam kategori sangat berhasil. Penetapan kategori keberhasilan tersebut sesuai dengan kriteria yang telah disepakati oleh seluruh unit eselon I lingkup Kementerian Pertanian. Empat kategori keberhasilan dalam pengkuran kinerja sasaran, yaitu : 1) sangat berhasil jika capaian> 100%; 2) berhasil jika capaian 80-100%; 3) cukup berhasil jika capaian 60-79%; dan tidak berhasil jika capaian 0-59%. Keberhasilan pencapaian sasaran tersebut didukung oleh berbagai faktor, yaitu sumberdaya manusia (peneliti dan teknisi) sebagai penghasil teknologi, sumberdaya sarana dan prasarana penelitian serta sumberdaya anggaran. Dari aspek tata kelola, BB Pascapanen telah menyelaraskan sistem manajemennya dengan standar manajemen penelitian yang ditetapkan oleh Komite Nasional Akreditasi Pranata Penelitian dan Pengembangan (KNAPPP) untuk meningkatkan jaminan mutu hasil litbang, termasuk didalamnya aspek monitoring dan evaluasi. Penerapan monitoring dan evaluasi kegiatan litbang pascapanen dilakukan secara periodik mulai tahap perencanaan hingga tahap akhir kegiatan, sehingga fungsi pengawasan pada setiap tahapan kegiatan dapat berjalan dengan baik. Monitoring dan evaluasi pelaksanaan kegiatan dilakukan untuk memastikan tercapainya target setiap kegiatan. Metode yang dilakukan adalah dengan memantau kemajuan pelaksanaan kegiatan dan capaian kinerjanya secara bulanan, triwulanan, semesteran, dan tahunan beserta
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
13
Laporan Kinerja BB Pascapanen Tahun 2016
kendala dan permasalahan yang dihadapi. Dengan demikian, kemungkinan tidak tercapainya target suatu indikator dapat diantisipasi sejak awal. Tabel 4. Matriks tingkat capaian kinerja BB Pascapanen TA. 2016 Sasaran Kinerja Tersedianya teknologi dan rekomendasi kebijakan pascapanen hasil pertanian untuk meningkatkan nilai tambah dan daya saing dalam upaya mendukung sistem pertanianbioindustri berkelanjutan, antara lain melalui pemanfaatan nanoteknologi, iradiasi, bioprosesing dan bioinformatika
Indikator Kinerja Uraian
Target
Realisasi
Persentase (%)
Jumlah teknologi pascapanen (penanganan dan pengolahan) Komoditas strategis
11 Teknologi
11 Teknologi
100
Komoditas unggulan lainnya
10 Teknologi
10 Teknologi
100
Jumlah rekomendasi kebijakan pengembangan pascapanen pertanian
3 Rekomendasi
4 Rekomendasi
133,3
3.2. Evaluasi dan Analisis Capaian Kinerja Evaluasi dan analisis capaian kinerja BB Pascapanen tahun 2016 dapat dijelaskan sebagai berikut : Sasaran : Tersedianya teknologi dan rekomendasi kebijakan pascapanen hasil pertanian untuk meningkatkan nilai tambah dan daya saing dalam upaya mendukung sistem pertanian-bioindustri berkelanjutan, antara lain melalui pemanfaatan nanoteknologi, iradiasi, bioprosesing dan bioinformatika
Untuk mencapai sasaran tersebut, diukur dengan 3 (tiga) indikator kinerja sasaran, yaitu : 1) Jumlah teknologi pascapanen (penanganan dan pengolahan) komoditas strategis, 2) Jumlah teknologi pascapanen (penanganan dan pengolahan) komoditas unggulan lainnya, dan 3) Jumlah rekomendasi kebijakan pengembangan pascapanen pertanian. Indikator kinerja 1 dan 2 merupakan pengelompokan dari indikator kinerja teknologi pascapanen (penanganan dan pengolahan).
14
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
Laporan Kinerja BB Pascapanen Tahun 2016
Indikator kinerja pengolahan)
teknologi
pascapanen
(penanganan
dan
Pada tahun 2016, indikator kinerja sasaran “Teknologi Pascapanen (Penanganan dan Pengolahan)” dikelompokkan menjadi: 1) teknologi pascapanen (penanganan dan pengolahan) komoditas strategis dengan target 11 teknologi dan 2) teknologi pascapanen (penanganan dan pengolahan) komoditas unggulan lainnya dengan target 10 teknologi dengan total target sebanyak 21 teknologi. Pengelompokan tersebut mengacu pada Rencana Strategis Kementerian Pertanian tahun 2015-2016 mengenai kebijakan umum Kementerian Pertanian terkait dengan fokus komoditas yang dikembangkan (komoditas strategis).
Indikator Kinerja 1: Teknologi Pascapanen (Penanganan dan Pengolahan) Komoditas Strategis Indikator kinerja sasaran “Teknologi Pascapanen (Penanganan dan Pengolahan) Komoditas Strategis” yang ditargetkan pada tahun 2016 telah tercapai seluruhnya sesuai target (realisasi 100%), yaitu sebanyak 11 teknologi seperti disajikan pada Tabel 5. Anggaran yang dialokasikan untuk mencapai indikator kinerja ini sebesar Rp 1.889.513.000, sedangkan realisasinya sebesar Rp. 1.849.238.374 (97,87%). Tabel 5. Target dan realisasi capaian indikator kinerja 1 tahun 2016 Indikator Kinerja Teknologi pascapanen (penanganan dan pengolahan) komoditas strategis
Target (teknologi)
Realisasi (teknologi)
Persentase (%)
11
11
100
Indikator Kinerja 2: Teknologi Pascapanen (Penanganan dan Pengolahan) Komoditas Unggulan Lainnya Pencapaian target indikator kinerja sasaran “Teknologi Pascapanen (Penanganan dan Pengolahan) Komoditas Unggulan Lainnya” disajikan pada Tabel 6. Berdasarkan data realisasi indikator kinerja tersebut, pada tahun 2016 BB Pascapanen berhasil memperoleh 10 teknologi pascapanen (penanganan dan pengolahan) komoditas unggulan lainnya dari 10 teknologi yang ditargetkan (realisasi 100%) (Tabel 6) atau termasuk dalam kategori berhasil. Anggaran yang dialokasikan untuk mencapai indikator kinerja ini sebesar Rp 1.459.653.000, sedangkan realisasinya sebesar Rp 1.422.125.019 (97,43%).
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
15
Laporan Kinerja BB Pascapanen Tahun 2016
Tabel 6. Target dan realisasi capaian indikator kinerja 2 tahun 2016 Indikator Kinerja
Target (teknologi)
Realisasi (teknologi)
Persentase (%)
10
10
100
Teknologi pascapanen (penanganan dan pengolahan) komoditas unggulan lainnya
Pada Renstra BB Pascapanen 2015–2019 terjadi perubahan indikator kinerja dengan menggabungkan 3 (tiga) indikator kinerja “teknologi” pada Renstra 2010–2014 menjadi 1 (satu) indikator kinerja “teknologi” pada Renstra 2015-2019, yaitu indikator kinerja “Teknologi Pascapanen (Penanganan dan Pengolahan)”. Pada tahun 2016, indikator kinerja “Teknologi Pascapanen (Penanganan dan Pengolahan)” berjumlah 21 teknologi, yang terdiri atas komoditas strategis 11 teknologi dan komoditas unggulan lainnya 10 teknologi. Tabel 7 menyajikan perbandingan target dan realisasi capaian indikator kinerja “Teknologi Pascapanen (Penanganan dan Pengolahan)” selama periode tahun 2012 – 2016. Target dan realisasi indikator kinerja teknologi pascapanen selama periode tersebut memiliki trend yang meningkat dan tertinggi pada tahun 2016. Hal ini karena adanya peningkatan anggaran untuk melaksanakan kegiatan penelitian teknologi pascapanen. Namun pada tahun 2015, terjadi penurunan target indikator kinerja teknologi pascapanen karena sebagian anggaran digunakan untuk melaksanakan kegiatan model bioindustri sesuai amanat pada dokumen perjanjian kinerja 2015. Tabel 7. Perbandingan capaian indikator kinerja teknologi pascapanen (penanganan dan pengolahan) tahun 2016 dengan tahun 2010-2015 Indikator Kinerja
Teknologi pascapanen (penanganan dan pengolahan)
Target : Teknologi Realisasi : Teknologi
Renstra 2010 – 2014*)
Renstra 2015-2019
2010
2011
2012
2013
2014
2015
2016
13
13
14
16
18
16
21
14
15
15
17
18
16
21
*)Catatan : Jumlah teknologi gabungan dari 3 indikator kinerja pada Renstra 2010 – 2014
Tabel 8. Perbandingan capaian indikator kinerja teknologi pascapanen (penanganan dan pengolahan)tahun 2016 dengan target pada Renstra 2015-2019 Indikator Kinerja Teknologi pascapanen (penanganan dan pengolahan)
16
Target Renstra 2015-2019 2016
Total
Realisasi Tahun 2016
15
85
21
Persentase Terhadap (%) 2016
Total
140
24,71
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
Laporan Kinerja BB Pascapanen Tahun 2016
Sampai dengan tahun 2016, total realisasi capaian indikator kinerja “Teknologi Pascapanen (Penanganan dan Pengolahan)” sebanyak 37 teknologi atau 43,5% dari target Renstra 2015 – 2019. Dari jumlah teknologi yang dihasilkan tersebut, sebanyak 21 teknologi (24,7%) dihasilkan dari capaian kinerja pada tahun 2016 (Tabel 8). Jumlah teknologi yang dihasilkan sampai tahun 2016 telah melebihi jumlah teknologi yang ditargetkan pada Renstra 2015 – 2019 pada periode yang sama (132,1%). Hal ini karena adanya peningkatan target dari 28 teknologi pada dokumen Renstra 2015 – 2019 menjadi 37 teknologi pada dokumen perjanjian kinerja tahun 2015 – 2016, sejalan dengan meningkatnya jumlah anggaran. Secara lengkap rincian kegiatan dan output teknologi yang dihasilkan pada indikator kinerja sasaran 1, yaitu Teknologi Pascapanen (Penanganan dan Pengolahan) Komoditas Strategis, sebagai berikut : a.
Bioindustri Padi Terpadu Menghasilkan Beras Premium, Beras IGr, Pupuk Silika dan Biopestisida untuk Meningkatkan Nilai Tambah Ekonomi (2 Teknologi) Peningkatan nilai tambah dan daya saing produk pertanian nasional, seperti padi, merupakan sebuah keniscayaan, khususnya di era perdagangan bebas saat ini dan ke depan. Kurangnya nilai tambah dan daya saing padi beserta produk turunannya dapat menyebabkan lemahnya produksi dalam negeri, sehingga dapat mengancam ketahanan pangan nasional. Untuk itu, sangat diperlukan terobosan teknologi untuk menjawab tantangan tersebut. Target kegiatan penelitian ini telah tercapai dengan diperolehnya
output 2 (dua) teknologi, yaitu: 1) Teknologi pengolahan beras IGr dan beras premium skala komersial, dan 2) Teknologi pemanfaatan sekam untuk pembuatan matriks pupuk tanaman padi berbahan nano-silika dan pembuatan asap cair.
1. Teknologi pengolahan beras IGr dan beras premium skala komersial. Teknologi pengolahan beras IGr dikembangkan dalam skala komersial (kapasitas 1 ton sekali proses), dengan keunggulan biaya produksi rendah karena bahan baku menggunakan gabah kering panen (GKP) dan rendemen beras IGr tinggi (67,25%). Teknologi pengolahan beras premium dikembangkan pada skala komersial (kapasitas 1,5 ton/jam), dengan keunggulan sistem penggilingan kontinyu sehingga menghemat waktu, tenaga dan biaya, rendemen beras premium tinggi (64%), dan layak secara ekonomis (B/C rasio 1,14).
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
17
Laporan Kinerja BB Pascapanen Tahun 2016
Gambar 1. Uji produksi beras premium skala komersial (kiri) dan uji produksi beras IGr skala komersial (kanan)
2. Teknologi pemanfaatan sekam untuk pembuatan matriks pupuk tanaman padi berbahan nano-silika dan pembuatan asap cair. Nanobiosilika diproduksi dari abu sekam padi dengan teknik sol gel, menghasilkan rendemen 59,5-64,5%, derajat putih 92,92-93,58%, dan kandungan SiO2 setara silika komersial. Nanobiosilika sebagai sumber hara tanaman padi memberikan keunggulan, yaitu meningkatkan kekuatan batang tanaman, meningkatkan toleransi kerebahan rumpun, meningkatkan jumlah anakan padi produktif, dan peningkatan produksi setara dengan pupuk silika cair komersial. Asap cair dari sekam padi memiliki kandungan metanol 7,50%, asam asetat 9,88%, dan total fenol 1,161 mg ekuivalen asam galat/100mL. Asap cair dapat digunakan sebagai bahan biopestisida.
18
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
Laporan Kinerja BB Pascapanen Tahun 2016
a
b
c
Gambar 2. Produk nanobiosilika dari sekam padi (a) dan keragaan tanaman padi umur 88 HST di KP Pusakanagara (b) tanpa nanobiosilika; (c) diberi nanobiosilika b.
Integrasi Teknologi Hulu Hilir untuk Pangan Pokok pada Bioindustri Jagung (2 Teknologi) Implementasi teknologi hulu hilir pada bioindustri jagung secara terintegrasi telah dilakukan di Kabupaten Kupang, Propinsi Nusa Tenggara Timur pada tahun 2016.Implementas iteknologi perontokan jagung berkelobot pada kadar air tinggi dan teknologi produksi berasan jagung diharapkan dapat mendukung program pemenuhan kebutuhan pangan pokok bersumber karbohidrat, ketahanan pangan masyarakat, dan meningkatkan nilai tambah baik bagi petani maupun pengusaha produk pangan berbasis jagung. Target kegiatan penelitian ini telah tercapai dengan diperolehnya
output 2 (dua) teknologi, yaitu: 1) Implementasi teknologi perontokan jagung berkelobot pada kadar air tinggi, dan 2) Implementasi teknologi pengolahan berasan jagung di tingkat kelompok tani.
1. Implementasi teknologi perontokan jagung berkelobot pada kadar air tinggi. Teknologi perontokan jagung berkelobot pada kadar air tinggi mampu menekan susut mutu jagung, dengan keunggulan biji jagung yang pecah rendah (0,50%), kadar kotoran rendah (0,57%), dan biaya produksi lebih murah karena pengeringan dalam bentuk jagung pipil lebih cepat daripada bentuk tongkol.
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
19
Laporan Kinerja BB Pascapanen Tahun 2016
2. Implementasi teknologi pengolahan berasan jagung di tingkat kelompok tani. Teknologi pengolahan berasan jagung telah diimplementasikan di Kelompok Wanita Tani (KWT) Bougenvil, Kecamatan Kupang Timur, Kabupaten Kupang, NTT. KWT sudah memproduksi berbagai jenis berasan jagung diantaranya grit, berasan jagung pratanak (rendemen 92 – 94%), berasan jagung fermentasi spontan (rendemen 90 – 93%), dan berasan jagung original (rendemen 99%).
Gambar 3. Display produk berasan jagung
c.
Penanganan Cabai Segar dan Pengolahan Bawang Merah Menuju Swasembada Nasional (3 Teknologi) Bawang dan cabai merah merupakan komoditas strategis yang perlu mendapatkan perhatian serius karena daya simpannya yang singkat dengan tingkat kerusakan yang tinggi (>20%). Oleh karena itu, diperlukan teknologi penanganan segar dan pengolahan kedua komoditas tersebut yang mampu meningkatkan daya simpan untuk mempertahankan suplai bawang dan cabai merah. Target kegiatan penelitian ini telah tercapai dengan diperolehnya
output 3 (tiga) teknologi, yaitu: 1) Teknologi penanganan cabai segar
untuk penyimpanan pada suhu ruang skala ritel, 2) Teknologi minimal proses bawang merah skala ritel, dan 3) Teknologi pengolahan bawang merah skala 300 kg/hari. 1. Teknologi penanganan cabai segar untuk penyimpanan pada suhu ruang skala ritel. Teknologi penanganan segar cabai dengan kombinasi Hot Water Treatment (HWT), formula pencegah pembusukan, dan kemasan plastik PE 8 lubang dapat meningkatkan daya simpan cabai hingga 14 hari pada suhu ruang. Aplikasi nanocoating dengan formula nano asam oleat dan pengawet alami minyak kayu manis + minyak serai wangi dalam kemasan plastik 30 lubang dapat menekan kerusakan cabai segar selama 14 hari
20
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
Laporan Kinerja BB Pascapanen Tahun 2016
(tingkat kerusakan 44,38%) pada suhu 20-24oC, sedangkan tanpa perlakuan tingkat kerusakan cabai segar mencapai 63,67%.
a
b
c
d
Gambar 4. Kondisi cabai merah keriting setelah disimpan 14 hari: Suhu 28-30°C, tanpa coating (a), Suhu 28-30°C, dengan coating (b), Suhu 22-24°C, tanpa coating (c), dan Suhu 22-24°C, dengan coating (d) 2. Teknologi minimal proses bawang merah skala ritel. Teknologi minimal proses bawang merah (pasta bawang, bawang utuh in brine dan bawang iris in brine), memiliki keunggulan dapat meningkatkan daya simpan pada suhu ruang selama 2 bulan untuk bawang utuh dan iris in brine serta 3-4 bulan untuk pasta bawang, sedangkan daya simpan pada suhu dingin untuk ketiga produk bawang lebih dari 6 bulan. Keunggulan lainnya, yaitu mengurangi volume sehingga lebih memudahkan transportasi, dan mempermudah penggunaan karena tidak perlu mengupas dan mengulek.
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
21
Laporan Kinerja BB Pascapanen Tahun 2016
a
b
c
Gambar 5. Produk olahan minimal bawang merah : bawang merah utuh (a), bawang merah iris (b), dan pasta bawang (c)
3. Teknologi pengolahan bawang merah skala 300 kg/hari. Produk minimal proses bawang merah (pasta bawang, bawang utuh in brine dan bawang iris in brine) dikembangkan pada skala komersial dengan kapasitas 300 kg setiap hari. Kapasitas yang dikembangkan sesuai untuk skala UKM.
d.
Pengembangan Produksi Gelatin dari Limbah Pemotongan Ternak dan Bioindikator untuk Deteksi Cepat Kesegaran Daging (2 Teknologi). Pemanfaatan limbah pemotongan ternak masih banyak terfokus pada pakan ternak (tepung tulang), industri kerajinan (jaket, topi, dll), dan industri olahan (kerupuk kulit, dan olahan siap santap lainnya). Pemanfaatan menjadi produk gelatin masih belum banyak dilakukan, padahal pengolahan limbah tersebut berpotensi meningkatkan nilai tambah yang cukup tinggi. Selain itu, tuntutan untuk memperoleh daging yang Aman, Sehat, Utuh, dan Halal (ASUH) oleh masyarakat semakin meningkat seiring dengan kesadaran akan pentingnya kesehatan dan taraf hidup. Untuk memenuhi hal tersebut diperlukan alat yang mampu mendeteksi dengan cepat kerusakan daging segar dan olahan yang diakibatkan oleh bakteri.
22
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
Laporan Kinerja BB Pascapanen Tahun 2016
Target kegiatan penelitian ini telah tercapai dengan diperolehnya
output 2 (dua) teknologi, yaitu: 1) Teknologi produksi gelatin dari limbah pemotongan ternak, dan 2) Agen bioindikator pendeteksi kesegaran daging.
1. Teknologi produksi gelatin dari limbah pemotongan ternak. Telah dihasilkan teknologi produksi gelatin dari limbah ternak ayam (ceker ayam) dengan rendemen 10,5% dan limbah ternak sapi dengan rendemen 23,5% dari kulit sapi dan 13,0% dari tulang sapi. Keunggulan teknologi ini yaitu dapat meningkatkan nilai tambah limbah pemotongan ternak, mengurangi ketergantungan impor gelatin, dan menghasilkan produk gelatin halal yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat Indonesia yang mayoritas muslim.
Gambar 6. Produk gelatin dari ceker ayam (kiri) dan dari kulit sapi (kanan) 2. Agen bioindikator pendeteksi kesegaran daging. Ekstrak antosianin ubi ungu berpotensi menjadi agen bioindikator untuk mendeteksi kesegaran daging. Keunggulan ekstrak antosianin ubi ungu memiliki rentang pola warna yang berbeda yaitu merah, merah muda dan ungu pada pH 1-7, serta warna biru dan kuning pada pH 8-13.
Gambar 7. Peta warna berdasarkan perubahan pH e.
Teknologi Enzimatis dan Purifikasi untuk Meningkatkan Rendemen Gula Kristal dan Kualitas Gula Cair Tebu (2 Teknologi)
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
23
Laporan Kinerja BB Pascapanen Tahun 2016
Rendemen dan mutu gula Indonesia dinilai masih sangat rendah, sehingga diperlukan perbaikan proses produksi gula, terutama untuk penghilangan komponen warna. Dengan meningkatnya rendemen dan mutu gula akan meningkatkan ketersediaan gula, sehingga dapat memenuhi kebutuhan gula nasional dan mengurangi impor. Selain dalam bentuk gula kristal, terdapat beberapa industri terutama perhotelan yang menyajikan dalam bentuk gula cair, sehingga dapat dilakukan produksi gula dalam bentuk cair. Penggunaan enzim dalam memproduksi gula diharapkan dapat meningkatkan rendemen dan mutu gula. Target kegiatan penelitian ini telah tercapai dengan diperolehnya
output 2 (dua) teknologi, yaitu: 1) Teknologi produksi gula kristal tebu untuk meningkatkan rendemen, dan 2) Teknologi purifikasi untuk meningkatkan kualitas gula cair tebu.
1. Teknologi produksi gula kristal tebu untuk meningkatkan rendemen. Teknologi produksi gula kristal tebu menggunakan enzim dextranase. Keunggulan teknologi ini dapat diaplikasikan pada skala perdesaan dengan alat kristalator sederhana dan rendemen gula kristal tinggi (9,4%).
Gambar 8. Gula kristal dengan perlakuan enzimatis 2. Teknologi purifikasi untuk meningkatkan kualitas gula cair tebu. Teknologi produksi gula cair dengan penambahan kapur dan proses karbonatasi. Keunggulan teknologi ini dapat menghasilkan gula cair yang jernih dengan rendemen yang tinggi (12,68%).
Gambar 9. Produk gula cair melalui proses karbonatasi
24
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
Laporan Kinerja BB Pascapanen Tahun 2016
Secara lengkap rincian kegiatan dan output teknologi yang dihasilkan pada indikator kinerja sasaran 2, yaitu Teknologi Pascapanen (Penanganan dan Pengolahan) Komoditas Unggulan Lainnya, sebagai berikut : a.
Teknologi Produksi Starter Kering Fermentasi dan Formula Cokelat Granul Instan untuk Peningkatan Flavor dan Nilai Tambah Kakao (2 Teknologi) Kakao Indonesia diperdagangkan ke luar negeri dalam bentuk biji kering, 10% diantaranya telah difermentasi, dan sisanya merupakan kakao tidak difermentasi (non-fermentasi) atau kakao asalan. Dengan demikian, kakao Indonesia dinilai bermutu rendah, dan dampaknya harga jual biji kakao di pasar dunia sangat rendah. Oleh karena itu, diperlukan teknologi tepat guna untuk menyediakan starter fermentasi yang praktis digunakan di lapangan. Selain teknologi pascapanen primer untuk peningkatan mutu biji kakao, inovasi teknologi pengolahan biji kakao untuk meningkatkan nilai tambah sangat penting. Kakao memiliki peluang pengembangan yang besar karena selain memiliki flavor yang menyenangkan, juga memiliki kandungan bahan aktif yang bermanfaat bagi kesehatan. Target kegiatan penelitian ini telah tercapai dengan diperolehnya
output 2 (dua) teknologi, yaitu: 1) Starter kering fermentasi untuk
perbaikan flavor biji kakao, dan 2) Formula cokelat granul instan dengan enrichment nano-nutrien (nano-vitamin A, Fe, dan Folat) dan probiotik. 1. Starter kering fermentasi untuk perbaikan flavor biji kakao dan aplikasinya. Starter kering fermentasi yang terdiri atas campuran S. cerevisae, L. plantarum, dan A. Aceti mampu meningkatkan flavor biji kakao baik pada fermentasi biji kakao segar maupun biji kakao unfermented. Keunggulannya adalah starter fermentasi berbentuk tepung sehingga penggunaannya praktis, pembuatan mudah, dan efektif untuk dimanfaatkan petani kakao di lapangan.
Gambar 10. Starter kering fermentasi biji kakao
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
25
Laporan Kinerja BB Pascapanen Tahun 2016
2. Formula cokelat granul instan dengan enrichment nanonutrien (nano-vitamin A, Fe, dan Folat). Produk cokelat granul instan diformulasi dari bubuk kakao (kadar lemak 21,90%) dengan gula (gula pasir halus dan gula cair inversi), lesitin, susu full cream, CMC, nano-nutrien/probiotik, dan penguat aroma serta diproses dengan cara granulasi. Produk cokelat granul instan memiliki sifat instan, yaitu solubility 78,74%, flowability 23,99%, dan wettability 5,75 menit. Produk cokelat granul instan yang dihasilkan memiliki keunggulan, yaitu larut dalam air dingin, tidak meninggalkan endapan/ampas, dan mengandung nanoenkapsulat vitamin A, Fe, dan folat.
Gambar 11. Cokelat granul instan
b.
Teknologi Proses Produksi Enzim Lignoselulase dari Mikroba Indigenous untuk Bioetanol (2 Teknologi) Penggunaan bahan berlignoselulosa untuk produksi bioetanol mendapatkan perhatian khusus terutama untuk mendorong pengembangan usaha energi terbarukan. Konversi bahan lignoselulosa untuk meningkatkan rendemen bioetanol sangat dipengaruhi kemampuan enzim lignoselulase. Saat ini, ketersediaan enzim lignoselulase sangat terbatas dan masih dipenuhi melalui impor. Oleh karena itu, diperlukan isolat mikroba unggul penghasil enzim lignoselulase dan teknologi pembuatan enzim lignoselulosa. Target kegiatan penelitian ini telah tercapai dengan diperolehnya
output 2 (dua) teknologi, yaitu: 1) Isolat mikroba unggul penghasil enzim lignoselulase, dan 2) Teknologi pembuatan enzim lignoselulase dari mikroba unggul.
1. Isolat mikroba unggul penghasil enzim lignoselulase. Telah diperoleh isolat mikroba unggul penghasil enzim lignoselulase.
26
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
Laporan Kinerja BB Pascapanen Tahun 2016
Isolat unggul penghasil enzim xilanase yang diperoleh adalah isolat B21 yang diidentifikasi sebagai Bacillus Pumilus BB2, sedangkan isolat unggul penghasil enzim selulase adalah isolat B93 yang diidentifikasi sebagai Enterobacteria sp.
Gambar 12. Elektroforegram dari mikroba teridentifikasi
2. Teknologi pembuatan enzim lignoselulase dari mikroba unggul. Enzim xilanase diperoleh dari inokulasi isolat B21 pada media cair bersubstrat xilan 1%. Inokulasi isolat B21 pada media cair bersubstrat xilan 1% menghasilkan biomassa 0,0245 g/l dan aktivitas enzim mencapai 140,085 U/ml. Teknologi proses produksi untuk isolat unggul penghasil selulase yaitu dengan formulasi media CMC 0,75% dan ekstrak khamir 0,2% dengan aktivitas enzim yang diperoleh 12,43 U/ml. Kondisi proses yang optimum untuk produksi enzim selulase adalah suhu 450C, pH 7 dan kecepatan agitasi 120 rpm.
c.
Teknologi Kemasan Aktif Antietilen-Mikroba dengan Atmosfer Termodifikasi untuk Memperpanjang Umur Simpan Buah Tropis Potensial Ekspor (2 Teknologi) Beberapa buah eksotis Indonesia yang cukup diminati oleh pasar ekspor, diantaranya salak dan manggis. Adanya potensi ekspor yang tinggi memerlukan peningkatan umur simpan buah-buahan tersebut untuk tujuan ekspor. Aplikasi 1-MCP dapat menghambat etilen pada buah. Efektifitas 1-MCP untuk menghambat etilen pada proses pematangan buah, dapat dikombinasikan dengan teknologi lain untuk memperpanjang umur simpan buah. Target kegiatan penelitian ini telah tercapai dengan diperolehnya
output 2 (dua) teknologi, yaitu: 1) Teknologi kemasan aktif yang optimal
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
27
Laporan Kinerja BB Pascapanen Tahun 2016
untuk memperpanjang umur simpan buah manggis, dan 2) Teknologi kemasan aktif untuk memperpanjang umur simpan buah salak. 1. Teknologi kemasan aktif untuk memperpanjang umur simpan buah manggis. Telah dihasilkan teknologi kemasan aktif untuk memperpanjang umur simpan buah manggis dengan penggunaan nanocoating, GA3, nanozeolit, dan pengemasan plastik LDPE berpori. Keunggulan teknologi ini dapat memperpanjang umur simpan buah manggis hingga 5 minggu.
Gambar 13. Penggunaan nanocoating, GA3, nanozeolit, dan pengemasan plastik LDPE berpori pada penyimpanan buah manggis
2. Teknologi kemasan aktif untuk memperpanjang umur simpan buah salak. Telah dihasilkan teknologi kemasan aktif untuk memperpanjang umur simpan buah salak. Penggunaan teabag nanozeolit, dan pengemas bioplastik mampu memperpanjang umur simpan buah salak sampai dengan 5 minggu.
Gambar 14. Penggunaan kemasan besek dan plastik enviplas pada buah salak
28
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
Laporan Kinerja BB Pascapanen Tahun 2016
d.
Teknologi Penanganan dan Pengendalian Mikotoksin pada Kakao dan Pala (2 Teknologi)
Kontaminan
Permasalahan keamanan pangan muncul dimulai dari tahapan produksi bahan pangan, penanganan, pengolahan, distribusi, perdagangan hingga konsumsi produk pangan. Bahan/produk pangan yang aman, yaitu bahan/produk yang terbebas dari kandungan kontaminan berbahaya yang merugikan kesehatan. Kandungan kontaminan berbahaya tersebut dapat berasal baik dari cemaran prapanen dan pascapanen maupun selama proses pengolahan. Untuk mengantisipasi semakin bertambahnya penolakan ekspor biji kakao dan pala di pasar dunia, diperlukan teknologi penanganan dan pengendalian ochratoksin dan aflatoksin pada produk tersebut. Target kegiatan penelitian ini telah tercapai dengan diperolehnya
output 2 (dua) teknologi, yaitu: 1) Teknologi pengendalian kontaminan
ochratoksin pada biji kakao, dan 2) Teknologi pengendalian kontaminan aflatoksin pada biji pala. 1. Teknologi pengendalian kontaminan ochratoksin pada biji kakao. Pengendalian kontaminan ochratoksin biji kakao dilakukan dengan memodifikasi tahapan fermentasi dan pengeringan menggunakan hot house. Keunggulannya teknologi sederhana dan mampu menghambat pertumbuhan jamur penghasil okratoksin seperti spesies A. niger. 2. Teknologi pengendalian kontaminan aflatoksin pada biji pala. Pengendalian kontaminan aflatoksin biji pala dilakukan dengan memodifikasi tahapan pengeringan dengan hot house. Keunggulannya teknologi sederhana dan mampu menghambat pertumbuhan jamur penghasil aflatoksin seperti A. flavus, A. parasiticus, A. nomius, A. pseudotamarii, dan A. ochraceoroseus.
Gambar 15.Hot house (pengeringan) kakao dan pala untuk pengendalian mikotoksin
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
29
Laporan Kinerja BB Pascapanen Tahun 2016
e.
Sistem Evaluasi Non-Destruktif Mutu Buah Mangga dan Manggis Menggunakan Pengolahan Citra (2 Teknologi) Pemilihan dan pemutuan buah selama ini dilakukan secara visual, dengan melihat bentuk fisik, warna kulit serta ukuran buahnya. Pemilihan dan pemutuan buah secara manual dan subjektif menghasilkan produk dengan mutu yang sangat beragam. Subyektivitas ini dapat dihindari dengan mengembangkan metode pemutuan untuk mensortir dan mengelompokkan buah-buahan sesuai dengan parameter mutu yang diinginkan pasar. Oleh karena itu, penggunaan teknologi maju dalam penanganan pascapanen buah-buahan komoditas ekspor perlu dikembangkan. Target kegiatan penelitian ini telah tercapai dengan diperolehnya
output 2 (dua) teknologi, yaitu: 1) Teknologi otomatisasi grading buah mangga, dan 2) Teknologi otomatisasi grading buah manggis.
1. Teknologi otomatisasi grading buah mangga. Telah dihasilkan teknologi otomatisasi grading buah mangga dengan pengolahan citra (image processing). Keunggulan teknologi ini adalah pemutuan otomatis berdasarkan ukuran dan warna kulit buah manga serta pemutuan lebih obyektif, konsisten, dan hasilnya lebih seragam. Kapasitas grading sebesar 120 kg/jam.
Gambar 16. Proses perekaman citra buah mangga pada ban berjalan
2. Teknologi otomatisasi grading buah manggis. Telah dihasilkan teknologi otomatisasi grading buah manggis dengan menggunakan pengolahan citra (image processing). Keunggulan teknologi ini adalah pemutuan otomatis berdasarkan ukuran dan warna sepal buah manggis serta pemutuan lebih obyektif, konsisten, dan hasilnya lebih seragam.
30
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
Laporan Kinerja BB Pascapanen Tahun 2016
Indikator Kinerja 3: Pascapanen Pertanian
Rekomendasi
Kebijakan
Pengembangan
Realisasi indikator kinerja rekomendasi kebijakan pengembangan pascapanen pada tahun 2016 tercapai melebihi target (realisasi 133,3%) dan termasuk ke dalam kategori sangat berhasil (Tabel 9). Anggaran yang dialokasikan untuk mencapai indikator kinerja ini sebesar Rp 295.621.000,sedangkan realisasinya sebesar Rp 275.391.849,- (93,16%). Tabel 9. Target dan realisasi capaian indikator kinerja 3 Indikator Kinerja
Target (rekomendasi)
Realisasi (rekomendasi)
Persentase (%)
3
4
133,3
Rekomendasi Kebijakan Pengembangan Pascapanen Pertanian
Tabel 10, menyajikan perbandingan target dan realisasi capaian indikator kinerja “Rekomendasi Kebijakan Pengembangan Pascapanen Pertanian” setiap tahun selama periode tahun 2012 – 2016, namun indikator kinerja ini baru dilaksanakan pada Renstra 2015 – 2019. Hal ini mengacu pada SK Menteri Pertanian No. 36/Permentan/OT.140/3/2013 tanggal 11 Maret 2013 tentang Organisasi dan Tata Kerja BB Pascapanen dimana salah satu tugas dan fungsi BB Pascapanen adalah melaksanakan analisis kebijakan pascapanen pertanian. Jika dibandingkan dengan tahun 2015, target tahun 2016 lebih rendah, namun realisasinya sama dengan tahun 2015. Penurunan target ini karena sebagian besar dari anggaran digunakan untuk melaksanakan kegiatan penelitian teknologi pascapanen (penanganan dan pengolahan). Tabel 10. Perbandingan capaian indikator kinerja 3 selama periode 2012-2016 Indikator Kinerja Rekomendasi kebijakan pengembangan pascapanen pertanian
Tahun 2012
2013
2014
2015
2016
0
0
0
4
3
Rekomendasi
0
0
0
4
4
Persentase
-
-
-
100
133,3
Target : Rekomendasi Realisasi :
Sampai dengan tahun 2016, total realisasi capaian indikator kinerja “Rekomendasi Kebijakan Pengembangan Pascapanen Pertanian” sebanyak 8 rekomendasi atau 53,3% dari target Renstra 2015 – 2019. Dari jumlah rekomendasi yang dihasilkan tersebut, sebanyak 4 rekomendasi (26,7%)
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
31
Laporan Kinerja BB Pascapanen Tahun 2016
dihasilkan dari capaian kinerja pada tahun 2016 (Tabel 11). Jumlah rekomendasi yang dihasilkan sampai tahun 2016 tersebut melebihi target Renstra 2015 – 2019 untuk periode yang sama (133,3%). Hal ini karena adanya peningkatan target dari 6 rekomendasi pada dokumen dokumen Renstra 2015 – 2019 menjadi 7 rekomendasi pada dokumen perjanjian kinerja tahun 2015 – 2016. Tabel 11. Perbandingan capaian indikator kinerja 3 terhadap target Renstra 2015 -2019 Indikator Kinerja Teknologi pascapanen (penanganan dan pengolahan)
Capaian (Rekomendasi) 2015
2016
4
4
Target Renstra 2015-2019 (Rekomendasi) 15
% Capaian Terhadap Target Renstra 2015 - 2019
2016
53,3
26,7
Secara lengkap rincian kegiatan dan output rekomendasi yang dihasilkan pada indikator kinerja sasaran “Rekomendasi Kebijakan Pengembangan Pascapanen Pertanian” tahun 2016, sebagai berikut: 1. Rekomendasi dan kebijakan peningkatan rendemen beras. Program nasional Kementerian Pertanian saat ini adalah mencapai swasembada pangan terutama beras. Selain di sisi budidaya (on-farm) berupa meningkatan produksi dan produktivitas padi, tahap pascapanen (off-farm) juga memegang peranan penting dalam pencapaian swasembada pangan. Rekomendasi yang diberikan adalah: 1) Perbaikan aspek teknologi, melalui perbaikan konfigurasi penggilingan padi existing dengan konfigurasi yang dianjurkan, yaitu C-H-S-P-P (Cleaner-HuskerSeparator-Polisher-Polisher); 2) Revitalisasi sumber daya manusia, melalui peningkatan capacity building/pelatihan perbaikan konfigurasi penggilingan padi; dan 3) Penataan manajemen sistem kelembagaan PPK dengan perbaikan model manajemen kelembagaan melalui sistem klaster yaitu penggilingan padi kecil (PPK) sebagai plasma bekerja sama dengan penggilingan padi besar (PPB) sebagai inti untuk menjual beras hasil gilingnya. Selain rekomendasi, BB Pascapanen juga mengeluarkan kebijakan terkait peningkatan rendemen beras, yaitu: 1) Pelatihan penerapan model revitalisasi PPK dilakukan terhadap para operator PPK, penyuluh lapang (PPL) dan petani/kelompok tani setempat; 2) Sosialisasi perbaikan model manajemen kelembagaan melalui sistem klaster yaitu PPK sebagai plasma bekerja sama dengan penggilingan padi besar (PPB) untuk menjual beras hasil gilingnya; dan 3) Pendampingan penerapan model revitalisasi PPK terhadap stakeholder terkait. 2. Rekomendasi kebijakan pengembangan diversifikasi pangan karbohidrat lokal. Dalam rangka pengembangan model diversifikasi pangan lokal di beberapa wilayah, kebijakan pengembangan diversifikasi
32
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
Laporan Kinerja BB Pascapanen Tahun 2016
pangan lokal, paket teknologi pengolahan spesifik komoditas, dan produk pangan lokal mendukung diversifikasi diperlukan “Pedum Model Pengembangan Diversifikasi Pangan Sumber Karbohidrat Lokal”. 3. Rekomendasi dan kebijakan pengembangan pangan lokal di Maluku Tenggara. Program diversifikasi pangan pokok berbasis pangan lokal diajukan untuk mengurangi dampak negatif raskin. Salah satu produk pangan lokal yang memenuhi kelayakan teknis dan kelayakan pasar, yaitu Enbal (pangan tradisional Maluku Tenggara). Untuk meningkatkan mutu dan preferensi serta keamanan pangan Enbal diperlukan peralatan pemarut dan pengepres untuk menghilangkan kadar sianida yang tinggi pada bahan baku Enbal (singkong). Selain itu, diperlukan pelatihan dan pendampingan teknologi pascapanen bahan baku pengolahan enbal. 4. Rekomendasi peningkatan mutu dan pengendalian kontaminan pada lada. Lada merupakan salah satu komoditas yang menjadi andalan ekspor Indonesia, dan persaingan di pasaran dunia saat ini semakin kompetitif. Untuk menghasilkan lada dengan kualitas yang memenuhi spesifikasi internasional dan SNI maka diperlukan peningkatan adopsi penerapan GAP (Good Agriculture Practice) pada budidaya lada oleh petani, GHP (Good Handling Practice) pada penanganan pascapanen dan GMP (Good Manufacture Practice) pada tahap pengolahan lada.
Outcome BB Pascapanen Secara rinci capaian outcome pada tahun 2016 yang dihasilkan dari output kegiatan tahun 2016 dan tahun-tahun sebelumnya, sebagai berikut : a. Implementasi model pengeringan-penyimpanan (instore drying) bawang merah di sentra produksi. Outcome ini merupakan hasil dari output kegiatan yang telah dilaksanakan pada renstra BB Pascapanen sebelumnya. Teknologi ini telah direplikasi di beberapa wilayah penghasil bawang merah. Pada tahun 2016, teknologi ini direplikasi di Kabupaten Brebes sebagai daerah penghasil bawang merah terbesar di Indonesia. Instore drying adalah suatu teknik dimana pengeringan dan pelayuan dilakukan dalam alat yang sama yaitu bangunan yang berfungsi sebagai tempat untuk mengeringkan sekaligus menyimpan bawang merah. Model pengeringan – penyimpanan (instore drying) kapasitas 15 ton kering diimplementasikan di Kelompok Tani Mekar Jaya, Kec. Bulakamba, Kabupaten Brebes. Luas dan ukuran bangunan instore drying bawang merah yang telah dibangun berukuran panjang 10 m, lebar 4 meter dan tinggi 3,56 m. Pengeringan dan penyimpanan bawang merah dalam instore drying dapat memperpanjang umur simpan bawang merah sampai dengan 4 bulan.
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
33
Laporan Kinerja BB Pascapanen Tahun 2016
Gambar 17. Instore drying bawang merah di Kecamatan Wanasari, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah b. Teknologi produksi starter kering yoghurt probiotik. Outcome ini merupakan hasil dari output kegiatan yang dilaksanakan tahun 2015, dan implementasinya dilakukan pada tahun 2016. Starter kering yoghurt probiotik disosialisasikan dan diujicobakan pada Kelompok Tani Pengolah Susu Kabupaten Boyolali (Barokah dan Toyo Yoghurt) dan di Semarang (Maisya Yoghurt dan Banyubiru Milk). Starter kering yang diujicobakan menunjukkan performance yang cukup baik. Yoghurt yang dihasilkan dapat diterima baik secara fisik maupun organoleptik oleh kelompok pengolah susu. Starter diproduksi oleh BB Pascapanen dengan nama dagang Starter Kering Probiotik dan telah digunakan oleh UKM Liseli (Sukabumi) dan Barokah Yoghurt (Boyolali) untuk memproduksi yoghurt.
Gambar 18. Starter kering dan produk yoghurt yang dihasilkan (kiri) serta launching starter kering yoghurt probiotik pada HPS 2016 di Boyolali, Jawa Tengah (kanan)
c. Penerapan Teknologi Diversifikasi Pangan Berbasis Jagung di Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur. Outcome ini merupakan hasil dari output kegiatan tahun 2015-2016. Teknologi diversifikasi pangan berbasis jagung telah diimplementasikan di “Rumah Jagung” Kecamatan
34
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
Laporan Kinerja BB Pascapanen Tahun 2016
Kupang Timur, Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur dengan pengelola Kelompok Wanita Tani “Bougenvile”. “Rumah Jagung” memiliki multi fungsi, bukan hanya menjadi wahana dalam pengembangan produk olahan jagung, tetapi rumah ini berfungsi juga sebagai pusat penyebaran inovasi olahan jagung ke masyarakat sekitarnya. Saat ini, kelompok wanita tani sudah mampu memproduksi berasan jagung grit, berasan jagung premium (fermentasi spontan), berasan jagung pratanak, dan tepung jagung.
Gambar 19. Aktivitas produksi di “Rumah Jagung” dan produk yang dihasilkan (berasan dan tepung jagung) d. Implementasi model bioindustri sagu. Outcome ini merupakan hasil dari output kegiatan pada renstra BB Pascapanen sebelumnya, dan dilanjutkan pada tahun 2015. Pada tahun 2016, dilakukan implementasi model bioindustri sagu yang berlokasi di Desa Kehiran, Jayapura, Papua. Model bioindustri sagu dirancang untuk menghasilkan pati sagu (kering) terstandar. Pati sagu diproduksi oleh kilang dengan kapasitas 500 kg per hari atau setara dengan 4 batang sagu per hari. Unit kilang pati sagu terdiri dari beberapa jenis peralatan yaitu pemarut, bak pengendapan, ekstrakstor mekanis tipe silinder, timbangan, mesin penggiling sagu, mesin penggiling ampas, sealer dan lemari penyimpan kecil. Rendemen pati sagu yang dihasilkan cukup tinggi, yaitu sebesar 27%. Selain unit kilang sagu, model bioindustri sagu ini dilengkapi unit produksi biofoam dan unit proses pangan sehat. Kegiatan lain yang dilaksanakan adalah memperkenalkan produk olahan sagu inovatif berbasis kearifan lokal.
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
35
Laporan Kinerja BB Pascapanen Tahun 2016
Gambar 20. Peralatan ekstraksi sagu di unit kilang sagu Kehiran, Papua e. Perbaikan pengolahan gambir di Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat. Outcome ini merupakan hasil dari output kegiatan yang telah dilaksanakan pada renstra BB Pascapanen sebelumnya. Pada tahun 2016, telah diintroduksikan alat pengempa sebanyak 5 unit dan pencetak gambir 1 unit untuk meningkatkan rendemen dan mutu gambir di Kecamatan Koto XI Tarusan, Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat. Introduksi peralatan tersebut telah dapat meningkatkan rendemen gambir dari rata-rata 7,73% (tradisional) menjadi 8,65 % (alat pengempa yang diintroduksi). Kadar catechin sebagai komponen mutu gambir terpenting sebesar 63,12%. Waktu yang diperlukan untuk memproduksi gambir lebih singkat dari cara tradisional, sehingga produksi gambir dalam satu hari dapat ditingkatkan dari 5 kali proses menjadi 6 kali proses.
a
b
Gambar 21. Unit pengempa daun gambir yang diintroduksikan di Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat (kiri) dan produk gambir yang dihasilkan (kanan) : hasil tradisional (a) dan unit pengempa (b)
36
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
Laporan Kinerja BB Pascapanen Tahun 2016
Realisasi output sampai akhir TA. 2016 menunjukkan bahwa indikator kinerja sasaran seluruhnya dapat dicapai dengan hasil baik. Tercapainya kinerja sasaran yang telah ditetapkan dipengaruhi baik oleh faktor internal maupun eksternal. Faktor internal yang mempengaruhi, antara lain : a. Menerapkan perjanjian kinerja (PK) antara penanggungjawab dengan pimpinan pada setiap kegiatan untuk memudahkan pengukuran kinerja. b. Diterapkannya monitoring dan evaluasi kegiatan secara periodik, mulai tahap perencanaan hingga tahap akhir sehingga fungsi pengawasan pada setiap tahapan kegiatan berjalan dengan baik. c. Sarana dan prasarana penelitian serta sumberdaya anggaran cukup memadai untuk mendukung kegiatan penelitian, seperti laboratorium, perpustakaan, pengolah data, jaringan internet, dan lain-lain. d. Tata kelola yang selaras dengan standar manajemen ISO 9001:2008, SNI ISO/IEC 17025:2008, manajemen penelitian Komite Nasional Akreditasi Pranata Penelitian dan Pengembangan (KNAPPP), dan penerapan SPI untuk memberikan keyakinan memadai agar penyelenggaraan kegiatan mencapai tujuan secara efektif dan efisien. Faktor eksternal yang mempengaruhi keberhasilan kegiatan penelitian diantaranya adalah telah terjalinnya komunikasi dan koordinasi dengan instansi terkait, baik di lingkup Kementerian Pertanian maupun dengan kementerian lain serta Pemerintah Daerah. Hal ini memudahkan dalam pengumpulan data dan informasi yang dibutuhkan dalam penelitian. Selain faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan pencapaian kinerja sasaran, beberapa kendala yang menjadi hambatan pada pelaksanaan kegiatan, antara lain : a. Bahan baku yang diperlukan pada beberapa kegiatan penelitian ketersediaannya sangat tergantung pada musim panen, b. Pengadaan bahan yang harus inden dan sulit didapat sehingga perlu waktu yang agak lama, c. Jadwal pemakaian beberapa peralatan laboratorium dan analisis sangat padat sehingga terjadi antrian pemakaian. Langkah-langkah yang perlu dilakukan untuk mengantisipasi hambatan dan kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan kegiatan ke depan, yaitu : a. Merencanakan dan mempersiapkan pelaksanaan kegiatan secara cermat, b. Mempertimbangkan musim panen dan memprioritaskan pendanaan pada kegiatan penelitian yang memiliki musim panen kritis (panen awal dan akhir tahun anggaran),
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
37
Laporan Kinerja BB Pascapanen Tahun 2016
c. Meningkatkan kompetensi SDM peneliti dan teknisi dalam rangka pencapaian sasaran mutu yang diharapkan, d. Menyusun analisis dan penanganan risiko secara cermat untuk mengantisipasi kendala-kendala yang mungkin terjadi selama pelaksanaan kegiatan.
Kinerja Lainnya : Diseminasi Teknologi, Kerjasama dan Penghargaan
Salah satu kegiatan penunjang penelitian dan pengembangan pascapanen pertanian adalah diseminasi teknologi pascapanen pertanian. Balitbangtan dan UK/UPT dibawahnya mengacu kepada Sistem Diseminasi Multi Channel (SDMC) dalam menyebarluaskan hasil-hasil penelitiannya. Artinya penyebarluasan hasil-hasil penelitian yang menonjol kepada para penggunanya dilakukan melalui berbagai channel komunikasi seperti pembuat kebijakan di pusat dan daerah, penyuluh, petani, swasta serta melalui berbagai kegiatan seperti publikasi, ekspose/pameran, seminar ilmiah, dan kerjasama. Kegiatan diseminasi yang dilaksanakan BB Pascapanen selama tahun 2016, antara lain melalui : a) Pengelolaan dan Pengembangan Publikasi Inovasi Hasil Litbang Pascapanen, b) Pengembangan Diseminasi Multi-Channel untuk Penguatan Promosi dan Diseminasi Inovasi Pascapanen Pertanian, c) Pengelolaan Gerai Inovasi Pascapanen untuk Pemasyarakatan Teknologi Pascapanen, d) Koordinasi dan Penugasan Peneliti/Teknisi Mendukung Program Instansi Terkait/Direktorat Teknis/BPTP/ Supervisi, dan e) Koordinasi, Bimbingan dan Dukungan Teknologi UPSUS Komoditas Strategis, TSP, TTP dan Bioindustri.
a. Pengelolaan dan Pengembangan Publikasi Inovasi Hasil Litbang Pascapanen Capaian output kegiatan pengelolaan dan pengembangan publikasi inovasi hasil Litbang Pascapanen (ilmiah, semi populer dan populer) tahun 2016, yaitu : 1. Jurnal Pascapanen Pertanian sebanyak 1 Volume dengan 3 Nomor, yaitu Volume 13 No. 1, 2, dan 3 masing-masing 300 eksemplar (realisasi 100%), 2. Pengelolaan E-Journal Penelitian Pascapanen Pertanian 1 paket (realisasi 100%),
38
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
Laporan Kinerja BB Pascapanen Tahun 2016
3. Penerbitan buku sebanyak 2 judul yang terdiri atas : 1) Buku Laporan Tahunan 2015, dan 2) Buku Teknologi Pascapanen Kakao (realisasi 100%), 4. Leaflet/brosur teknologi sebanyak 20 judul @ 1000 lembar (realisasi 100%), 5. Poster teknologi sebanyak 20 judul (realisasi 100%), 6. Pembuatan Baliho sebanyak 2 buah (realisasi 100%), 7. Pembuatan Booklet profil balai sebanyak 200 eksemplar (realisasi 100%), 8. Pembuatan video profil balai 1 paket (realisasi 100%), 9. Pelaksanaan seminar berkala/bulanan 10 kali (realisasi 100%). b. Pengembangan Diseminasi Multi-Channel untuk Penguatan Promosi dan Diseminasi Inovasi Pascapanen Pertanian BB Pascapanen merupakan institusi penelitian yang telah banyak menghasilkan inovasi teknologi pascapanen untuk meningkatkan nilai tambah dan daya saing produk pertanian melalui penanganan segar yang baik serta pengolahan komoditas pertanian. Inovasi teknologi yang sudah dihasilkan tersebut perlu disebarluaskan sehingga dapat memberikan tambahan pengetahuan bagi masyarakat sehingga pada akhirnya bisa diadopsi dan memberikan manfaat bagi masyarakat. Pemilihan channel atau saluran diseminasi yang tepat sasaran akan memberikan dampak yang besar. Kegiatan diseminasi multi-channel dalam rangka penguatan promosi inovasi pascapanen pertanian dilakukan dalam bentuk : a) Partisipasi pada pameran, ekspose, gelar teknologi baik yang diselenggarakan oleh Kementerian Pertanian, Balitbangtan atau oleh BB Pascapanen, b) Promosi pada media cetak, elektronik dan media sosial, c) Pengukuran tingkat kesiapan teknologi, d) Updating website dan jaringan intranet, dan e) Evaluasi dan monitoring kegiatan diseminasi.
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
39
Laporan Kinerja BB Pascapanen Tahun 2016
Gambar 22. Partisipasi BB Pascapanen pada Hari Susu Nusantara (HSN) ke-8 2016
Gambar 23. Kunjungan Menteri Pertanian di saung bawang pada penyelenggaraan HPS ke-8 tahun 2016 c. Pengelolaan Gerai Inovasi Pascapanen Gerai inovasi berfungsi sebagai suatu media pusat informasi dan
outlet untuk promosi produk-produk inovasi dan sekaligus produk yang telah
dikembangkan bersama mitra binaan. Promosi untuk meningkatkan peran gerai telah dilakukan melalui media internet dan media sosial (website, facebook, instagram dan twitter), temu forum wartawan (forwatan), dan promosi langsung dengan masyarakat. Penataan gerai diisi dengan produk-produk yang siap dihilirkan berbasis pangan lokal yang berasal dari mitra kerjasama. Kegiatan lain yang dilakukan adalah menjaring mitra produsen tepung lokal maupun olahannya dengan melakukan kerjasama dengan beberapa KWT dan UKM di beberapa wilayah. 40
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
Laporan Kinerja BB Pascapanen Tahun 2016
Gambar 24. Kunjungan peserta Workshop CAPSA ke gerai inovasi BB Pascapanen
d. Koordinasi dan Penugasan Peneliti/Teknisi Mendukung Program Instansi Terkait/Direktorat Teknis/BPTP/Supervisi BB Pascapanen berpartisipasi aktif dalam dukungan teknologi dan inovasi pertanian dalam rangka akselerasi pencapaian swasembada pangan berbasis inovasi hasil penelitian, antara lain penugasan peneliti sebagai narasumber atau pendampingan teknologi pascapanen sesuai kebutuhan daerah, koordinasi lingkup Badan Litbang Pertanian, koordinasi dengan Ditjen Teknis (Hortikultura, Tanaman Pangan, Peternakan dan Perkebunan), koordinasi dengan Kemenristekdikti, koordinasi dengan Dinas/Pemda, dan koordinasi dengan Bulog. Berdasarkan jenis realisasi pelaksanaan kegiatan penugasan peneliti dan teknisi, dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu 1) Berdasarkan undangan atau permintaan narasumber dan tenaga ahli/peneliti/instruktur dari institusi di luar Badan Litbang Pertanian sebesar 43,75%; 2) Berdasarkan undangan atau permintaan narasumber dan tenaga ahli/peneliti/instruktur dari Badan Litbang Pertanian dan UK/UPT lingkup Badan Litbang Pertanian sebesar 43,75%; dan 3) Berdasarkan instruksi Kepala BB Pascapanen untuk kegiatan terkait Litbang Pascapanen Pertanian sebesar 12,50%.
e. Koordinasi, Bimbingan dan Dukungan Teknologi Komoditas Strategis, TSP, TTP dan Bioindustri.
UPSUS
Dalam rangka mendukung program swasembada pangan, Kementerian Pertanian melakukan Upaya Khusus (Upsus) untuk peningkatan produksi pertanian khususnya padi, jagung, dan kedelai melalui kegiatan rehabilitasi jaringan irigasi tersier dan kegiatan
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
41
Laporan Kinerja BB Pascapanen Tahun 2016
pendukung lainnya. Kegiatan pengungkit dalam rangka peningkatan produksi dan produktivitas untuk komoditi padi, jagung dan kedelai, yaitu: pengembangan/rehabilitasi jaringan irigasi, optimasi lahan, Gerakan Penerapan Pengelolaan Tanaman Terpadu (GP-PTT), Perluasan Areal Tanam Kedelai (PAT-Kedelai), penyediaan benih, pupuk, alat mesin pertanian dan pengawalan/pendampingan. Pada tahun 2016, BB Pascapanen mendapat tugas untuk melaksanakan kegiatan sebagai Tim Pembina Pusat Upsus di Propinsi Nusa Tenggara Timur sekaligus Penanggung Jawab pada 4 Kabupaten di Propinsi NTT yaitu : Nagekeo, Ngada, Ende dan Sikka. Berdasarkan SK Menteri Pertanian tanggal 20 Mei 2016, terjadi perubahan Penanggungjawab Upsus Provinsi NTT dari Kepala BB Pascapanen kepada Staf Ahli Menteri (SAM) Infrastruktur. Selanjutnya, BB Pascapanen mendapat tugas untuk melaksanakan kegiatan sebagai Tim Pembina Pusat Upsus di Propinsi Papua. Kegiatan yang dilaksanakan sebagai Tim Pembina Upsus Pusat, sebagai berikut : a) Merencanakan operasional kegiatan peningkatan produksi padi, jagung dan kedelai, perbaikan jaringan irigasi dan sarana pendukungnya, b) Melaksanakan validasi calon petani dan calon lokasi rehabilitasi jaringan irigasi, c) Melaksanakan supervisi dan pendampingan Satuan Kerja Perangkat Daerah pelaksana program Upsus, dan d) Menyusun laporan secara periodik setiap bulan. Pada tahun 2016, BB Pascapanen mendapat tugas untuk pendampingan TTP di Propinsi Nusa Tenggara Timur yaitu TTP Molllo dan dan di Bali yaitu TTP Tabanan. TTP Mollo pembangunannya sudah dimulai sejak TA 2015 sedangkan TTP Tabanan baru pada tahun 2016.
f. Dukungan Kerjasama Dalam dan Luar Negeri Kegiatan kerjasama merupakan salah satu aspek pendayagunaan hasil penelitian dalam rangka mempercepat diseminasi teknologi. Dalam rangka memperluas alih teknologi diperlukan upaya penjaringan mitra kerjasama yang dilakukan melalui audiensi teknologi, promosi, dan komunikasi dengan pendekatan pro-aktif yang intensif. Kerjasama baru dirintis dengan mitra prospektif yang berminat.
42
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
Laporan Kinerja BB Pascapanen Tahun 2016
Gambar 25. Penandatanganan naskah kerjasama dengan PT. Nusantara Segar Global
Pada tahun 2016, rintisan kerjasama yang telah dilakukan, yaitu : a) Rintisan kerjasama dengan PT. SMART. Tbk tentang pengembangan metode analisa produk berbasis lemak, b) Rintisan kerjasama dengan PT. Sanghiang Perkasa (Kalbe Nutritional) tentang nanoteknologi, c) Rintisan kerjasama dengan Fakultas Teknologi Pangan Universitas Sahid tentang kegiatan pengajaran, penelitian dan pengabdian masyarakat, d) Rintisan kerjasama dengan Balai Besar Industri Agro (BBIA) tentang kerjasama pengujian. Selain rintisan kerjasama dalam negeri, BB Pascapanen juga melakukan rintisan kerjasama dengan calon mitra dari luar negeri, yaitu : a) Rintisan kerjasama dengan CAPSA tentang kegiatan peningkatan kapasitas regional dan sharing best practices, b) Rintisan kerjasama dengan ATWGARD,dan c) Rintisan kerjasama dengan CIAT. Pada tahun 2016, BB Pascapanen berhasil mendapatkan Naskah Perjajian Kerjasama (MoU), yaitu: Record of Discussion dengan KREI, CIRAD, KKP3I, KKP3N, PUI, Insinas, dan kemitraan dengan Badan Litbang Pertanian. Kerjasama penerapan teknologi telah dilakukan untuk kegiatan : a) Teknologi penanganan segar buah salak dan manggis, b) Teknologi produksi aneka tepung, c) Teknologi pengolahan sorgum, dan d) Teknologi starter kering yoghurt. g. Pengusulan Hak Kekayaan Intelektual (HaKI) BB Pascapanen berusaha untuk terus meningkatkan perolehan paten dan rezim HKI lainnya. Strategi yang ditempuh adalah dengan meningkatkan kepedulian peneliti sebagai calon penghasil paten dan HKI. Pada tahun 2016, draft paten yang siap diusulkan berjumlah 9 invensi, namun baru 3 invensi yang telah didaftarkan (Tabel 12). Invensi peneliti BB Pascapanen yang telah terbit sertifikat paten pada tahun 2016 berjumlah 3 sertifikat (Tabel 13).
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
43
Laporan Kinerja BB Pascapanen Tahun 2016
Tabel 12. Invensi yang telah didaftarkan sebagai paten Judul Invensi
Inventor
Tanggal Pendaftaran
Nomor Pendaftaran
Keterangan
Formula Starter Kering Yoghurt Probiotik
Miskiyah, SPt, MP
22/09/2016
P00201606349
Tahap Formalitas Dokumen
Formula Pembuatan Bubur Instan dari Komposit Talas
Dr. Setyadjit, MappSc
22/09/2016
P00201606350
Tahap Formalitas Dokumen
Proses Pembuatan Yoghurt Bubuk Probiotik
Juniawati, S.TP, M.Si
22/09/2016
P00201606351
Tahap Formalitas Dokumen
Tabel 13. Daftar invensi yang telah terbit sertifikat paten tahun 2016 Tanggal Pendaftaran/ Pemberian
Nomor Paten
Keterangan
Misgiyarta, SP. Deteksi Cepat Mikroba MSi dkk Total Pada Susu Segar
10/10/2013/
IDP000041675
Berlaku selama 20 tahun
Proses Pengolahan Daun U. Gambier Roxb. Sebagai Minuman Antioksidan
Dra. Hernani, MSc, dkk
24/01/2012/
IDP000042102
Berlaku selama 20 tahun
Proses Pembuatan Kopi Luwak Artifisial
Mulyana Hadipernata, STP, MSc
13/11/2012
IDP000042761
Telah memenuhi syarat untuk diberi paten
Judul Invensi
Inventor
Stick Test Kit Untuk
20/06/2016
20/06/2016
h. Penghargaan Pada tahun 2016, BB Pascapanen memperoleh penghargaan Abdi Bakti Tani sebagai Unit Kerja Pelayanan Publik berprestasi. Pada tahun yang sama, salah seorang peneliti BB Pascapanen memperoleh apresiasi ketahanan pangan pada peringatan Hari Pangan Sedunia (HPS) ke-36.
3.3. Akuntabilitas Keuangan BB Pascapanen pada tahun 2016 mendapat anggaran sebesar Rp 38.491.979.000,-. Selama TA. 2016, DIPA BB Pascapanen mengalami revisi sebanyak 3 (tiga) kali, namun revisi yang mengubah pagu anggaran sebanyak 2 (dua) kali. Perubahan pagu anggaran yang pertama, terjadi pengurangan
44
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
Laporan Kinerja BB Pascapanen Tahun 2016
anggaran dari Rp 52.672.234.000,- menjadi Rp 38.991.979.000,-. Perubahan tersebut dilakukan karena adanya kebijakan dari Kementerian Pertanian untuk melakukan refocusing kegiatan dan anggaran. Perubahan pagu anggaran yang kedua, terjadi pengurangan anggaran dari Rp 38.991.979.000,- menjadi Rp 38.491.979.000,- karena adanya penghematan anggaran. Namun demikian, pada anggaran DIPA sebesar Rp 38.491.979.000,- terdapat anggaran selfblocking sebesar Rp 700.000.000,Tabel 14. Realisasi anggaran BB Pascapanen TA. 2016 Jenis Belanja Belanja pegawai Belanja barang non operasional Belanja barang operasional Belanja modal Total
Pagu Anggaran (Rp)
Realisasi s/d 31 Desember 2016 Rp
%
10.383.280.000
10.336.021.626
99,54
9.140.397.000
8.432.249.807
92,25
5.145.944.000
5.145.039.989
99,98
13.822.358.000
5.145.039.989
99,97
38.491.979.000
37.730.855.422
98,02
Belanja dalam rangka operasional kegiatan BB Pascapanen dilakukan dengan mempertimbangkan prinsip efisiensi, namun tetap menjamin terlaksananya seluruh kegiatan sebagaimana yang telah ditetapkan dalam perencanaan. Komposisi pagu anggaran BB Pascapanen disajikan pada Lampiran 8. Pagu anggaran tersebut dialokasikan untuk belanja pegawai Rp 10.383.280.000,- (26,97%), belanja barang Rp 14.286.341.000,- (37,12%), dan belanja modal Rp 13.822.358.000,- (35,91%). Belanja barang terdiri atas belanja barang non operasional Rp 9.140.397.000,- (23,75%) dan belanja barang operasional Rp 5.145.944.000,- (13,37%). Realisasi anggaran BB Pascapanen disajikan pada Tabel 14. Realisasi anggaran sampai dengan 31 Desember 2016 sebesar Rp 37.730.855.422,(98,02%), dengan realisasi per jenis belanja yaitu belanja pegawai Rp 10.336.021.626,- (99,54%), belanja barang Rp13.577.289.796,- (95,04%), dan belanja modal Rp 13.817.544.000,- (99,97%). Realisasi belanja barang sebesar Rp 13.577.289.796,- terdiri atas belanja barang non operasional sebesar Rp 8.432.249.807,- (92,25%) dan belanja barang operasional sebesar Rp 5.145.039.989,- (99,98%). Pagu dan realisasi anggaran tahun 2016 untuk masing-masing indikator kinerja yang ada pada perjanjian kinerja (PK) Badan Litbang Pertanian disajikan pada Tabel 15. Realisasi anggaran untuk masing-masing indikator kinerja tersebut berkisar antara 93,16 – 97,87%. Hal ini menunjukkan bahwa kegiatan dapat berjalan sesuai dengan rencana, dan output yang direncanakan dapat dihasilkan dengan baik.
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
45
Laporan Kinerja BB Pascapanen Tahun 2016 Tabel 15. Pagu dan realisasi anggaran masing-masing indikator kinerja yang ada pada perjanjian kinerja (PK) BB Pascapanen
Sasaran
Indikator Kinerja/ Kegiatan
Anggaran (Rp)
Realisasi s/d 31 Desember 2016 Rp
%
Program Penciptaan Teknologi dan Inovasi Pertanian Bio-Industri Berkelanjutan Tersedianya teknologi dan rekomendasi kebijakan pascapanen hasil pertanian untuk meningkatkan nilai tambah dan daya saing dalam upaya mendukung sistem pertanianbioindustri berkelanjutan, antara lain melalui pemanfaatan nanoteknologi, iradiasi, bioprocessing dan bioinformatika
Teknologi pascapanen (penanganan dan pengolahan) komoditas strategis (11 Teknologi)
1.889.513.000
1.849.238.374
97,87
Teknologi pascapanen (penanganan dan pengolahan) komoditas unggulan lainnya (10 Teknologi)
1.459.653.000
1.422.125.019
97,43
Rekomendasi kebijakan pengembangan pascapanen pertanian (3 rekomendasi)
295.621.000
275.391.849
93,16
Sesuai mandat, BB Pascapanen selain mendapatkan anggaran dari APBN, juga menerima pendapatan PNBP fungsional dari jasa layanan laboratorium. Penerimaan PNBP fungsional BB Pascapanen tahun 2011-2015 berkisar antara Rp 775.649.200 - Rp 1.672.342.288,- atau 78,01 - 318,1% dari target PNBP. Pada tahun 2016, target PNBP fungsional sebesar Rp 1.000.000.000,- sedangkan realisasinya sampai dengan 31 Desember 2016 mencapai Rp 1.005.215.809,(100,52%) sehingga target PNBP tercapai melebihi target yang ditentukan (Lampiran 8).
46
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
Laporan Kinerja BB Pascapanen Tahun 2016
BAB IV PENUTUP Pada Renstra 2015-2019, BB Pascapanen telah menetapkan satu sasaran yang akan dicapai. Keberhasilan pencapaian sasaran tersebut diukur dengan tiga indikator kinerja sasaran, yaitu : a) Teknologi Pascapanen (Penanganan dan Pengolahan) Komoditas Strategis, b) Teknologi Pascapanen (Penanganan dan Pengolahan) Komoditas Unggulan Lainnya, dan c) Rekomendasi Kebijakan Pengembangan Pascapanen Pertanian. Berdasarkan hasil pengukuran kinerja dengan membandingkan antara target dan capaian, indikator kinerja sasaran pertama dan kedua tersebut dapat dicapai dengan kategori berhasil (capaian 100%), sedangkan indikator kinerja sasaran ketiga tersebut dapat dicapai dengan kategori sangat berhasil (capaian 133,33%). Hal tersebut menunjukkan bahwa BB Pascapanen telah melaksanakan tugas dan fungsinya dengan baik. Indikator kinerja sasaran “Teknologi Pascapanen (Penanganan dan Pengolahan) Komoditas Strategis” berhasil memperoleh 11 teknologi (100%) sesuai target, yang meliputi: a) Teknologi pengolahan beras IGr dan beras premium skala komersial; b) Teknologi pemanfaatan sekam untuk pembuatan matriks pupuk tanaman padi berbahan nano-silika dan pembuatan asap cair; c) Implementasi teknologi perontokan jagung berkelobot pada kadar air tinggi; d) Implementasi teknologi pengolahan berasan jagung di tingkat kelompok tani; e) Teknologi penanganan dan pengolahan cabai untuk penyimpanan pada suhu ruang skala ritel; f) Teknologi minimal proses bawang merah skala ritel; g) Teknologi pengolahan bawang merah skala 300 kg/hari; h) Teknologi produksi gelatin dari limbah pemotongan ternak; i) Agen bioindikator pendeteksi kesegaran daging; j) Teknologi produksi gula kristal tebu untuk meningkatkan rendemen; dan k) Teknologi purifikasi untuk meningkatkan kualitas gula cair tebu. Indikator kinerja sasaran “Teknologi Pascapanen (Penanganan dan Pengolahan) Komoditas Unggulan Lainnya” berhasil memperoleh 10 teknologi (100%) sesuai target, yang meliputi: a) Starter kering fermentasi untuk perbaikan flavor biji kakao; b) Formula cokelat granul instan dengan enrichment nanonutrien (nano-vitamin A, Fe, dan Folat) dan probiotik; c) Isolat mikroba unggul penghasil enzim lignoselulase; d) Teknologi pembuatan enzim lignoselulase dari mikroba unggul; e) Teknologi kemasan aktif untuk memperpanjang umur simpan buah manggis; f) Teknologi kemasan aktif untuk memperpanjang umur simpan buah salak; g) Teknologi pengendalian kontaminan ochratoksin pada biji kakao; h) Teknologi pengendalian kontaminan aflatoksin pada biji pala; i) Teknologi otomatisasi grading buah mangga; dan j) Teknologi otomatisasi grading buah manggis. Indikator kinerja sasaran “Rekomendasi Kebijakan Pengembangan Pascapanen Pertanian” berhasil memperoleh 4 rekomendasi kebijakan
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
47
Laporan Kinerja BB Pascapanen Tahun 2016
(133,33%) melebihi target yang ditentukan, yang meliputi: a) Rekomendasi dan kebijakan peningkatan rendemen beras; b) Rekomendasi kebijakan pengembangan diversifikasi pangan karbohidrat lokal; c) Rekomendasi dan kebijakan pengembangan pangan lokal di Maluku Tenggara; dan d) Rekomendasi peningkatan mutu dan pengendalian kontaminan pada lada. Keberhasilan pencapaian sasaran tersebut didukung oleh berbagai faktor, yaitu sumberdaya manusia (peneliti dan teknisi) sebagai penghasil teknologi, sumberdaya sarana dan prasarana penelitian serta sumberdaya anggaran. Dari aspek tata kelola, BB Pascapanen telah menyelaraskan sistem manajemennya dengan standar manajemen penelitian yang ditetapkan oleh Komite Nasional Akreditasi Pranata Penelitian dan Pengembangan (KNAPPP) untuk meningkatkan jaminan mutu hasil litbang, termasuk didalamnya aspek monitoring dan evaluasi. Selain faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan, terdapat beberapa kendala yang menjadi hambatan dalam pelaksanaan kegiatan, antara lain: a) Ketersediaan bahan baku penelitian yang sangat tergantung pada musim panen; b) Pengadaan bahan kimia spesifik yang sulit diperoleh dan harus inden sehingga perlu waktu yang agak lama; dan c) Jadwal pemakaian beberapa peralatan laboratorium dan analisis sangat padat sehingga terjadi antrian pemakaian. Beberapa kendala yang ditemukan dalam pelaksanaan kegiatan telah diupayakan untuk diatasi, dan langkah-langkah yang telah ditempuh tersebut dapat dijadikan langkah antisipatif dalam mengatasi hambatan dan kendala yang mungkin dihadapi pada pelaksanaan kegiatan tahun mendatang. Langkah-langkah yang telah dilaksanakan tersebut, yaitu: a) Merencanakan dan mempersiapkan kegiatan secara cermat; b) Mempertimbangkan musim panen dan memprioritaskan pendanaan pada kegiatan penelitian yang memiliki musim panen kritis (panen awal dan akhir tahun); c) Meningkatkan kompetensi SDM peneliti dan teknisi dalam rangka pencapaian sasaran mutu yang diharapkan; dan d) Menyusun analisis dan penanganan risiko secara cermat untuk mengantisipasi kendala-kendala yang mungkin terjadi selama pelaksanaan kegiatan.
48
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
Laporan Kinerja BB Pascapanen Tahun 2016
LAMPIRAN
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
49
Lampiran 1. Struktur Organisasi BB Pascapanen
Laporan Kinerja BB Pascapanen Tahun 2016
50
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
Laporan Kinerja BB Pascapanen Tahun 2016
Lampiran 2. Sumberdaya Manusia dan Anggaran BB Pascapanen a. Jumlah pegawai BB Pascapanen tahun 2016 berdasarkan pendidikan dan jabatan fungsional Jabatan Fungsional
Pendidikan S3
S2
S1
SM/D3
SLA
<SLA
Jumlah
13
33
9
-
-
-
55
Teknisi Litkayasa
-
-
2
9
7
-
18
Arsiparis
-
-
1
-
-
-
1
Pustakawan
-
-
1
-
-
-
1
Fungsional Umum
-
3
14
9
35
6
60
Peneliti
Struktural Jumlah
-
4
1
-
-
-
5
13
40
28
11
42
6
140
b. Jumlah peneliti berdasarkan jabatan fungsional periode 2010-2016 Jabatan Fungsional
2010
2011
2012
2013
2014
2015
2016
Peneliti Utama
12
9
8
10
10
9
10
Peneliti Madya
21
21
17
14
16
14
13
Peneliti Muda
6
8
15
15
15
17
18
Peneliti Pertama
18
17
13
18
18
16
14
Peneliti Non Klas Total
11
12
8
0
0
0
1
68
67
61
57
59
56
56
c. Anggaran DIPA BB Pascapanen dan kerjasama TA. 2010-2016 Tahun 2010
DIPA BB Pascapanen (Rp) 15.964.929.000,-
Kerjasama (Rp) 1.686.474.636,-
2011
17.950.140.000,-
2.186.224.273,-
2012
20.101.287.000,-
1.900.000.000,-
2013
44.294.770.000,-
2.212.691.000,-
2014
28.994.602.000,-
2.612.525.000,-
2015
32.214.907.000,-
2.501.872.000,-
2016
38.49.1979.000,-
2.823.584.500,-
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
51
Lampiran 3. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Badan Litbang Pertanian 2015 - 2019
Laporan Kinerja BB Pascapanen Tahun 2016
52
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
Lampiran 4. Rencana Kinerja Tahunan Tahun 2016
Laporan Kinerja BB Pascapanen Tahun 2016
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
53
Laporan Kinerja BB Pascapanen Tahun 2016
Lampiran 5. Perjanjian Kinerja Tahun 2016
54
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
Laporan Kinerja BB Pascapanen Tahun 2016
Lampiran 5. (Lanjutan)
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
55
Laporan Kinerja BB Pascapanen Tahun 2016
Lampiran 6. Pagu dan Realisasi Anggaran Tahun 2016
No
Program/Kegiatan/ Output
Pagu Anggaran (Rp 000)
Volume
Realisasi s/d 31 Des. 2016 Rp (000)
%
Program Penciptaan Teknologi dan Inovasi Pertanian Bio-Industri Berkelanjutan Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian 1
Teknologi Pascapanen (Penanganan dan Pengolahan) Komoditas Strategis
2
Diseminasi Teknologi Litbang Pascapanen
11 Teknologi
1.889.513
1.849.238
97,87
1.778.322
1.767.872
99,41
295.621
275.391
93,16
1.459.653
1.422.125
97,43
Perencanaan Program dan Penyusunan Anggaran
494.679
452.010
91,37
Monev dan Sistem Pengendalian Intern
237.361
216.453
91,19
Rapat Kerja, Koordinasi Institusional, Pengelolaan Kelembagaan Kelti, Anjak Litbang Pascapanen dan Koordinasi Penugasan Peneliiti
638.618
617.490
96,69
Pembinaan Organisasi dan Ketatausahaan
1.742.392
1.725.043
99,00
5 Laporan
Pelaksanaan Diseminasi Teknologi Litbang Pascapanen 3
Rekomendasi Kebijakan Pengembangan Pascapanen Pertanian
3 Rekomendasi
Analisis Kebijakan Inovasi Pascapanen Pertanian 4
Teknologi Pascapanen (Penanganan dan Pengolahan) Komoditas Unggulan Lainnya
10 Teknologi
5
Dukungan Manajemen Litbang Pascapanen
13 Kegiatan
56
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
Laporan Kinerja BB Pascapanen Tahun 2016
Lampiran 6. (Lanjutan)
No
Program/Kegiatan/ Output
Volume
Pagu Anggaran (Rp 000)
Realisasi s/d 31 Des. 2016 Rp (000)
%
Program Penciptaan Teknologi dan Inovasi Pertanian Bio-Industri Berkelanjutan Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian 6
Pelaksanaan Kerjasama Litbang Pascapanen Pertanian
1 Laporan
Dukungan Kerjasama Dalam dan Luar Negeri 7
Layanan Perkantoran
Perangkat Pengolah Data dan Komunikasi
Peralatan dan Fasilitas Perkantoran
99,99
15.529.224
15.481.061
99.69
12.000
12.000
100
13.810.358
13.805.544
99.97
38.491.979
37.730.855
98.02
1 Unit
Peralatan Pengolah Data dan Komunikasi 9
106.625
12 Bulan
Pelaksanaan Layanan Perkantoran Litbang Pascapanen 8
106.627
30 Unit
Peralatan dan Fasilitas Pelaksanaan Perkantoran Total
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
57
Laporan Kinerja BB Pascapanen Tahun 2016
Lampiran 7. Pengukuran Kinerja Tahun 2016 Sasaran Strategis Tersedianya teknologi dan rekomendasi kebijakan pascapanen hasil pertanian untuk meningkatkan nilai tambah dan daya saing dalam upaya mendukung sistem pertanianbioindustri berkelanjutan, antara lain melalui pemanfaatan nanoteknologi, iradiasi, bioprocessing dan bioinformatika
58
Target (teknologi)
Realisasi (teknologi)
%
11
11
100
1. Bioindustri Padi Terpadu Menghasilkan Beras Premium, Beras IGr, Pupuk Silika dan Biopestisida Untuk Meningkatkan Nilai Tambah Ekonomi
2
2
100
2.
Integrasi Teknologi Hulu Hilir Untuk Pangan Pokok dan Pakan Pada Bioindustri Jagung
2
2
100
3.
Penanganan Cabe Segar dan Pengolahan Bawang Merah Menuju Swasembada Nasional
3
3
100
4.
Pengembangan Produksi Gelatin Dari Limbah Pemotongan ternak Dan Biosensor Untuk Deteksi Cepat Kesegaran Daging
2
2
100
2
2
100
B. Teknologi Pascapanen (Penanganan dan Pengolahan) Komoditas Unggulan Lainnya
10
10
100
1. Teknologi Produksi Starter Kering Fermentasi Dan Formulasi Cokelat Granul Instan Untuk Peningkatan Flavour Dan Nilai Tambah Kakao
2
2
100
2. Teknologi Proses Produksi Enzim Lignoselulase dari Mikroba Indigenous untuk Bioetanol
2
2
100
3. Teknologi Kemasan Aktif Antietilen-Mikroba Dengan Atmosfer Termodifikasi Untuk Memperpanjang Umur Simpan Buah Tropis Potensial Ekspor
2
2
100
Indikator Kinerja A. Teknologi Pascapanen (Penanganan dan Pengolahan) Komoditas Strategis
5. Teknologi Enzimatis dan Purifikasi Untuk Meningkatkan Rendemen Gula Kristal dan Kualitas Gula Cair Tebu
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
Laporan Kinerja BB Pascapanen Tahun 2016
Lampiran 7. (Lanjutan) Sasaran Strategis
Indikator Kinerja
Target (teknologi)
Realisasi (teknologi)
%
4.
Teknologi Penanganan dan Pengendalian Kontaminan Mikotoksin Pada Kakao Dan Pala
2
2
100
5.
Sistem Evaluasi NonDestruktif Mutu Buah Mangga Dan Manggis Menggunakan Pengolahan Citra
2
2
100
C. Rekomendasi Kebijakan Pengembangan Pascapanen Pertanian
3
4
133,33
1.
3
4
133,33
Analisis Kebijakan Inovasi Pascapanen Pertanian
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
59
Laporan Kinerja BB Pascapanen Tahun 2016
Lampiran 8. Komposisi Pagu Anggaran DIPA Tahun 2016 dan Realisasi PNBP Jasa Laboratorium
a. Pagu Anggaran
Komposisi pagu anggaran BB Pascapanen TA. 2016 per jenis belanja b. Target dan Realisasi PNBP
Target dan Realisasi PNBP tahun 2011 - 2016
60
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
Jl. Tentara Pelajar No. 12, Kampus Penelitian Pertanian Cimanggu Bogor 16114 Telp. 62.251.8321762, Fax. 62.251.8350920 Website: www.pascapanen.litbang.pertanian.go.id