LAPORAN TAHUNAN 2014 BALAI BESAR PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PASCAPANEN PERTANIAN
CERTIFICATE NUMBER 10/QM/204
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2015
KATA PENGANTAR Balai
Besar
(BB-Pascapanen)
Penelitian sebagai
salah
dan satu
Pengembangan unit
kerja
Pascapanen Badan
Litbang
Pertanian Pertanian
mempunyaiperan pentingdalam penyediaan teknologi pascapanen untuk mendukung program pembangunan pertanian. Pelaksanaan program penelitian dan pengembangan tahun 2014 merupakan tahun kelima dari Renstra BB-Pascapanen periode 2010-2014. Laporan Tahunan ini merupakan sintesis dari pelaksanaan kegiatanBB-Pascapanen pada tahun anggaran 2014, yang terdiri atas kegiatan penelitian dan pengembangan serta kegiatan kelembagaan struktural sebagai pendukungnya. Fokus kegiatan penelitian dan pengembangan tahun 2014adalahmelanjutkankegiatan tahun sebelumnya, yaitu menghasilkan inovasi teknologi penanganan dan pengolahan untuk peningkatan daya saing dan nilai tambah produk pertanian serta peningkatan diversifikasi pangan. Pengguna teknologi dan pengambil kebijakanmenaruhharapan yang besar terhadap inovasi teknologi pascapanen yang dihasilkan tersebut.Berbagaiteknologitelahdiadopsi, meskipundemikian, disadari bahwa inovasi teknologi pascapanen yang dihasilkan belum mampu memenuhi semua harapan pengguna. Hal ini menjadi motivasi untuk bekerja lebih keras pada masa yang akan datang. Mudah-mudahan Laporan Tahunan 2014 ini dapat bermanfaat bagi para pemangku kepentingan. Kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan untuk perbaikan dan peningkatan kinerja BB-Pascapanen.
Bogor, Mei 2015 Kepala BB-Pascapanen
Ir. Rudy Tjahjohutumo, MT NIP. 19570922 198203 1 001
i
DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR .........................................................................................
i
DAFTAR ISI ......................................................................................................
ii
DAFTAR TABEL ...............................................................................................
iii
DAFTAR GAMBAR ...........................................................................................
iv
I.
PENDAHULUAN ......................................................................................
1
II.
PROGRAM PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN ............................... PASCAPANEN PERTANIAN
3
A. Visi dan Misi.....................................................................................
3
B. Tujuan………………………………...................................................
3
C. Sasaran ………………………………………………………………….
3
D. Target ……………………………………………………………………
4
E. Arah Kebijakan dan Strategi Litbang Pascapanen Pertanian.........
4
F. Kegiatan ..........................................................................................
5
HASIL KEGIATAN PENELITIAN ..............................................................
6
A. Sumber Dana DIPA BB-Pascapanen .............................................
6
B. Sumber Dana Insentif Riset SINas .................................................
26
C. Sumber Dana Kerjasama Kemitraan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Nasional (KKP3N)……………………… D. Sumber Dana kemitraan Badan Litbang Pertanian…………………
30
E. Sumber Dana Hibah Luar Negeri
52
F. Kerjasama dan Pendayagunaan Hasil Penelitian ………………….
53
IV. KELEMBAGAAN BB-PASCAPANEN......................................................
75
III.
A. B. C. D. E.
35
Organisasi ....................................................................................... Sumber Daya Manusia ................................................................... Fasilitas Penelitian .......................................................................... Pengembangan Sarana dan Prasarana ......................................... Anggaran ........................................................................................
75 75 82 84 85
V. PERENCANAAN PROGRAM DAN EVALUASI .......................................
88
A. Rapat Kerja BB-Pascapanen .......................................................... B. Program dan Rencana Litbang Pascapanen .................................. C. Evaluasi dan Pelaporan ..................................................................
88 93 94
VI. PENUTUP ................................................................................................
102
ii
DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1.
Kelayakan finansial pembuatan saos cabai, saos tomat, dan sari buah tomat-pepaya .......................................................................
37
Tabel 2.
Pendaftaran paten BB-Pascapanen tahun 2014...........................
56
Tabel 3.
Rekapitulasi mitra binaan BB-Pascapanen..................................
62
Tabel 4.
Judul dan penulis pada Jurnal Pascapanen Volume 11 (1) dan (2) tahun 2014...............................................................................
67
Tabel 5.
Jumlah pegawai BB-Pascapanen tahun 2014 berdasarkan pendidikan dan jabatan fungsional................................................
76
Tabel 6.
Jumlah peneliti berdasarkan jabatan fungsional periode 20102014...............................................................................................
76
Tabel 7.
Petugas dan izin belajar BB-Pascapanen 2014…………………...
77
Tabel 8.
Daftar pelatihan jangka pendek.....................................................
78
Tabel 9.
Rekapitulasi Sasaran Kerja Pegawai (SKP) Tahun 2014..............
80
Tabel 10.
Realisasi pengembangan prasarana dan sarana BB-Pascapanen............................................................................
84
Tabel 11.
Anggaran DIPA BB-Pascapanen dan kerjasama TA. 20102014...............................................................................................
85
Tabel 12.
Realisasi anggaran DIPA BB-Pascapanen TA. 2014...................
86
Tabel 13.
Judul kegiatan penelitian (RPTP) BB-Pascapanen TA. 2014 berdasarkan Indikator Kinerja Utama............................................
96
Tabel 14.
Judul kegiatan diseminasi (RDHP) BB-Pascapanen TA. 2014....
97
Tabel 15.
Judul kegiatan manajemen (RKM) BB-Pascapanen TA. 2014….
97
Tabel 16.
Judul kegiatan dalam laporan bulanan BB-Pascapanen untuk bahan rapim bulan Januari – Desember 2014…………………….
98
iii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Gambar 2. Gambar 3. Gambar 4. Gambar 5. Gambar 6. Gambar 7. Gambar 8. Gambar 9. Gambar 10. Gambar 11.
Gambar 12. Gambar 13. Gambar 14.
Gambar 15. Gambar 16. Gambar 17. Gambar 18. Gambar 19. Gambar 20. Gambar 21. Gambar 22.
Beras sosoh hasil enzymatic pre-treatment dan kontrol mekanis Lokasi uji coba aplikasi teknologi penyosohan enzimatis pada PPK di Kabupaten Subang .......................................................... Proses fermentasi vinegar dan produk vinegar dari air kelapa … Uji aplikasi vinegar pada karkas ayam pada tingkat pedagang dan tingkat ………………………………………………………….. Kegiatan penyemprotan bahan pencegah pembusukan dan penirisan sesaat usai penyemprotan .............................………… Display cabai di salah satu supermarket di Jakarta Selatan ……. Gudang dan rak penyimpanan kentang dengan teknologi isolasi pencahayaan............……………………........................................ Peralatan produksi beras artifsial fungsional (BAF) dan produk BAF............................................................................................... Produk tempe koro pedang (valia) dan survei permintaan terhadap tempe koro pedang..............…………………………… Tepung premix berbasis tepung ubijalar termodifikasi dan produk rerotian berbasis tepung premix…………………………… Produk minuman berkarbonasi dalam bentuk tablet effervescent dan produk roti tawar dengan pengawet nanoenkapsulat minyak pala ………………………………………………………… Tepung ubikayu dan flake ubikayu yang difortifikasi nanovitamin A dan nano-Fe ……………………………………………… Tray biofoam antimikroba dan penggunaannya sebagai kemasan sayuran segar………………..……………………………. Busuk buah salak oleh infeksi cendawan dan buah salak yang diberi perlakuan pengawet ekstrak lengkuas setelah penyimpanan 21 hari ……………………………………………….. Powder aktif 1-MCP dalam matrik zeolit (kiri) dan pisang Mas Kirana minggu ke-4 setelah aplikasi powder aktif 1-MCP………. Formula biopreservatif ekstrak biji mangga dan buah mangga yang diaplikasi biopreservatif setelah 14 hari penyimpanan ….... Peralatan produksi gula tebu skala 100 L nira (kiri) dan kristal gula …………………………………………………………………… Peralatan produksi gula tebu subtitusi sorgum manis 70% skala 100 L dan gula kristal serbuk (insert)………… Biji kakao yang telah dihilangkan sebagian pulpnya dan depulper biji kakao ………………………………………………….. Bahan baku bioetanol tongkol jagung dan bagase sorgum dan proses pembuatan bioetanol skala 50 L ………………………….. Penampilan roti dari tepung beras termodifikasi HMT : dengan penambahan gum arab dan penambahan xanthan ……………… Tepung sorgum yang dihasilkan dari teknologi eksisting petani dan tepung sorgum termodifikasi l ....…..………………………….
Halaman 7 8 9 9 10 11 12 13 14 15 16
17 19 20
21 22 23 23 24 26 28 29
iv
Gambar 23. Gambar 24. Gambar 25. Gambar 26. Gambar 27. Gambar 28. Gambar 29. Gambar 30. Gambar 31. Gambar 32. Gambar 33. Gambar 34. Gambar 35. Gambar 36.
Gambar 37. Gambar 38. Gambar 39. Gambar 40. Gambar 41. Gambar 42. Gambar 43. Gambar 44. Gambar 45. Gambar 46. Gambar 47. Gambar 48. Gambar 49.
Gambar 50.
Komposit PVA-Nanoselulosa serat nanas hasil hidrolisis asam dan hasil ultra fine grinder............................................................ Gula semut dari sorgum manis……………………………………. Disain interior gerai pangan lokal………………........................... Penampakan irisan sosis sebelum di panggang dan setelah dipanggang...………………………………………………………… Mayones dari berbagai perlakuan .......…………………………… Jenis peralatan dan mesin pada model agroindustri pengolahan cabai dan tomat di Gapoktan Reje Kumala, Kab. Benner Meriah Produk saos cabai dan tomat hasil uji coba produksi di Gapoktan Reje Kumala ................................................................ Pupuk komposit nano nitrogen dengan komposisi urea .............. Nanoselulosa dari berbagai limbah pertanian dan biofoam nanoselulosa................................................................................. Arahan Kepala Badan Litbang Pertanian pada FGD Keamanan Pangan......................................................................................... Papeda siap saji alat pengolahan mi sagu dan gula cair dari sagu ............................................................................................. Kegiatan sosialisasi dan bimbingan teknis di Kabupaten Sorong Selatan ………………………………………………………………. Peserta workshop dan kunjungan lapang ke Kebun Percobaan di Lembang................……………………………………………… Penandatanganan MoU Konsorsium Nanoteknologi oleh Kepala Balitbangtan disaksikan oleh Kemenristek (kiri) dan Penandatanganan kerjasama dengan PT. Bimandiri Agro Sedoya………………………………………………………………. Menteri Pertanian didampingi Wakil Menteri Pertanian dan Staf Ahli Menteri sedang meninjau stand Balitbangtan....................... Kunjungan Tim AFACI ke BB-Pascapanen.................................. Kepala BB-Pascapanen menerima cinderamata dari BKPP Kabupaten Bengkalis……………………………………………….. Kegiatan produksi tepung kasava Bimo di Kelompok Pengolah Matahari Terbit, Kabupaten Garut………………………………… Kegiatan di UMKM Center dan asosiasi olahan…………………. Disain interior dan display produk pada Gerai Inovasi………….. Penyerahan bantuan kepada korban bencana alam……………. Peserta pelatihan di Kabupaten Pacitan (kiri) dan Gunung Kidul Beberapa publikasi BB-Pascapanen terbitan 2014……………… Compact disc (CD) Buku 50 Teknologi Inovatif Pascapanen…... Beberapa contoh leaflet yang telah dicetak tahun 2014………… Beberapa contoh poster yang dicetak pada tahun 2014 Tampilan layar program Senayan untuk memudahkan pencarian koleksi publikasi yang dimiliki perpustakaan BB-Pascapanen……………………………………………………. Perpustakaan BB-Pascapanen……………………………………
Halaman 31 32 55 35 35 37 38 39 40 49 51 51 53 55
57 58 59 60 60 61 62 64 69 69 71 72
73 73
v
Gambar 51. Gambar 52. Gambar 53. Gambar 54.
Contoh baliho Balitbangtan pada Penas XIV di Malang……….. Peralatan Laboratorium Nanoteknologi………………………….. Pelaksanaan Rapat Kerja I BB-Pascapanen TA 2014…………. Kepala Balitbangtan memberikan arahan pada pembukaan Raker II BB-Pascapanen ………………………………………….
Halaman 74 84 90 93
vi
BAB I PENDAHULUAN Pemanfaatan sumber daya alam dan sumber pangan yang beragam secara maksimal memungkinkan Indonesia mampu memenuhi kebutuhan pangannya secara berdaulat dan mandiri. Namun demikian, pembangunan bidang pangan menghadapi cukup banyak masalah, mulai dari tingginya angka susut pascapanen, belum optimalnya nilai tambah, rendahnya daya saing produk pangan, hingga keseragaman konsumsi pangan yang mengancam ketahanan pangan nasional. Kemampuan produksi pertanian yang terus dipacu untuk meraih swasembada pangan perlu diimbangi dengan upaya penanganan hasil yang benar. Hal ini penting mengingat penanganan hasil yang tidak tepat berpotensi menghilangkan hasil panen hingga 30%. Hal ini disebabkan oleh banyaknya produk pangan yang telah mengalami susut jumlah maupun susut mutu selama masa produksi, distribusi, dan penyimpanan hingga konsumsi pangan. Permasalahan pangan yang lain adalah ketergantungan masyarakat pada satu komoditas tertentu dalam pola konsumsi pangan nasional. Diversifikasi pangan yang dicanangkan sejak 1974 sampai saat ini masih belum mampu menunjukkan hasil yang signifikan. Selain budaya pangan yang ada, faktor ketersediaan produk pangan yang beragam dan siap saji belum cukup banyak serta dengan aksesibilitas yang rendah. Untuk menjawab permasalahan pangan di atas, inovasi teknologi penanganan pascapanen dan pengolahan bahan pangan sangat diperlukan. Sejak diresmikan pada tahun 2003, BB-Pascapanen telah, sedang dan terus berperan aktif dalam menghasilkan berbagai teknologi inovatif untuk peningkatan nilai tambah dan daya saing produk lokal sebagai substitusi pangan impor, tujuan ekspor, pengembangan pangan fungsional, pengembangan bioenergi, serta peningkatan mutu dan keamanan produk pertanian. Hasil-hasil litbang BB-Pascapanen telah mendapatkan pengakuan baik dari sisi ilmiah (scientific recognition) maupun dampak (impact recognition). Dari sisi ilmiah, sejumlah hasil litbang BB-Pascapanen telah dipublikasikan melalui majalah ilmiah nasional/internasional dan kegiatan ilmiah (seminar, konferensi, simposium, lokakarya) nasional/internasional. Dari sisi dampak, sejumlah hasil litbang BB-Pascapanen telah diadopsi/dilisensi pengguna, baik pemerintah, masyarakat maupun industri. Guna mencapai keberhasilan program litbang pascapanen untuk menghasilkan inovasi teknologi penanganan pascapanen dan pengolahan yang diperlukan, dukungan anggaran merupakan komponen yang sangat penting.
Hal ini karena tanpa dukungan
anggaran yang memadai, kegiatan litbang pascapanen tidak dapat berjalan dengan baik. Anggaran kegiatan litbang pascapaen bersumber dari pendanaan internal (DIPA BB-Pascapanen) dikelompokkan menjadi : a) Laporan Tahunan BB-Pascapanen Tahun 2014
Penelitian upstream dengan alokasi porsi
1
pendanaan 50-60%; b) Penelitian adaptif yang mendukung langsung pencapaian program utama Kementerian Pertanian berupa kegiatan penelitian adaptif dan diseminasi, dengan alokasi porsi pendanaan 20-30%; dan c) Penelitian kolaboratif (konsorsium dan kerja sama) berupa penelitian upstream dan adaptif, dengan alokasi porsi pendanaan 10-20%. Upaya peningkatan pendanaan di luar DIPA dalam rangka pemenuhan anggaran pembiayaan penelitian dilakukan melalui peningkatan kerjasama penelitian dan pemanfaatan hasil penelitian baik dari dalam maupun luar negeri.
Laporan Tahunan BB-Pascapanen Tahun 2014
2
BAB II PROGRAM PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PASCAPANEN PERTANIAN A. Visi dan Misi BB-Pascapanen menetapkan visinya
sejalan
dengan visi pembangunan
pertanian dan visi Balitbangtan. Visi BB-Pascapanen dirumuskan berdasarkan kajian orientasi masa depan (future oriented), perubahan paradigma pembangunan pertanian, serta kebutuhan institusi yang profesional. Visi BB-Pascapanen dalam kurun waktu 2010-2014 ditetapkan sebagai berikut : “Menjadi institusi penelitian dan pengembangan andalan yang menghasilkan inovasi teknologi pascapanen dalam mewujudkan pertanian industrial untuk ketahanan pangan dan kesejahteraan masyarakat pertanian”. Dalam upaya mewujudkan visi yang telah dirumuskan, maka disusun misi sebagai suatu kesatuan gerak dan langkah dalam mencapai visi. Misi BB-Pascapanen dirumuskan sebagai berikut : 1. Menghasilkan inovasi teknologi diversifikasi pangan dengan memanfaatkan sumber daya domestik untuk mendukung ketahanan pangan, 2. Menghasilkan inovasi teknologi pascapanen dalam rangka peningkatan nilai tambah, daya saing, mutu dan keamanan produk pertanian, 3. Membangun kerjasama dalam dan luar negeri untuk mempercepat alih teknologi dan penguasaan Iptek. B. Tujuan Dalam rangka mewujudkan visi dan melaksanakan misinya, dalam kurun waktu 2010-2014 BB-Pascapanen menetapkan tujuan sebagai berikut : 1. Menghasilkan dan mengembangkan inovasi teknologi pengolahan pangan pokok baru dan substitusi bahan pangan impor untuk mendukung ketahanan pangan, 2. Menghasilkan dan mengembangkan inovasi teknologi penanganan dan pengolahan untuk mengurangi kehilangan hasil, mempertahankan mutu, keamanan pangan yang memiliki nilai tambah dan daya saing, 3. Melakukan kemitraan penelitian dan pengembangan teknologi pascapanen melalui Spektrum Diseminasi Multi Channel (SDMC) untuk mempercepat alih teknologi dan penguasaan iptek. C. Sasaran Sasaran BB-Pascapanen dalam kurun waktu 2010 – 2014 adalah peningkatan inovasi teknologi pascapanen yang unggul dan adaptif (memiliki impact recognition dan Laporan Tahunan BB-Pascapanen Tahun 2014
3
scientific recognition) berbasis sumber daya domestik mendukung diversifikasi pangan dan peningkatan nilai tambah, daya saing dan ekspor, yang akan dicapai dengan melaksanakan kegiatan penelitian dan pengembangan teknologi pascapanen yang mempunyai capaian output sebagai berikut: 1. Tersedianya teknologi penanganan segar produk pertanian untuk memperpanjang kesegaran
dan daya
simpan
(termasuk
distribusi dan
transportasi dalam
pemasaran). 2. Tersedianya teknologi dan produk untuk peningkatan diversifikasi pangan dan substitusi pangan impor. 3. Tersedianya teknologi dan produk baru untuk peningkatan nilai tambah dan daya saing. D. Target Sesuai dengan sasaran yang telah ditetapkan, target utama yang akan dicapai secara bertahap dalam kurun waktu 2010 – 2014 sebagai berikut : 1. Dua puluh satu (21) teknologi penanganan segar produk pertanian yang dapat memperpanjang daya simpan dan menekan kerusakan untuk tujuan ekspor dan domestik. Diharapkan 7 teknologi dapat teradopsi dalam bentuk kemitraan. 2. Lima belas (15) teknologi dan produk diversifikasi pangan, substitusi pangan impor berupa produk berbasis sumber daya lokal mendukung penurunan konsumsi beras dan substitusi terigu impor. Diharapkan 5 teknologi dapat teradopsi dalam bentuk kemitraan. 3. Tiga puluh tujuh (37) teknologi dan produk baru untuk peningkatan nilai tambah dan daya saing hasil pertanian. Diharapkan 8 teknologi dapat teradopsi dalam bentuk kemitraan. E. Arah Kebijakan dan Strategi Litbang Pascapanen Pertanian Arah kebijakan dan strategi penelitian dan pengembangan pascapanen pertanian merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan Renstra Balitbangtan 2010-2014, terutama yang terkait dengan kegiatan penelitian dan pengembangan dalam upaya peningkatan diversifikasi pangan, nilai tambah, daya saing dan ekspor. a. Arah Kebijakan Litbang Pascapanen Pertanian Sasaran kegiatan penelitian dan pengembangan pascapanen pertanian adalah menghasilkan inovasi teknologi penanganan dan pengolahan hasil pertanian untuk mendukung ketahanan pangan, nilai tambah, daya saing dan ekspor. Arah kebijakan untuk mencapai sasaran tersebut adalah :
Laporan Tahunan BB-Pascapanen Tahun 2014
4
1. Memfokuskan
penciptaan
teknologi
dalam
rangka
diversifikasi
pangan,
meningkatkan nilai tambah, daya saing dan ekspor, 2. Meningkatkan penguasaan iptek dan kualitas penelitian melalui penerapan teknologi baru dan melakukan penelitian upstream, 3. Meningkatkan kapasitas SDM, sarana/prasarana dan manajemen penelitian yang akuntabel. b. Strategi Litbang Pascapanen Pertanian Strategi penelitian dan pengembangan pascapanen pertanian dalam tahun 2010-2014 sebagai berikut : 1. Memprioritaskan kegiatan penelitian untuk pengembangan produk pangan berbasis sumber daya domestik dan penanganan segar produk pertanian, 2. Peningkatan kerjasama penelitian dengan lembaga nasional dan internasional dalam rangka penguasaan iptek serta kemitraan dalam rangka adopsi teknologi, 3. Peningkatan kualitas SDM dan fasilitas penelitian serta penerapan sistem manajemen mutu dalam rangka memacu peningkatan kompetensi peneliti, 4. Pemanfaatan iptek mutakhir untuk meningkatkan kualitas inovasi teknologi yang dihasilkan. F. Kegiatan Kegiatan penelitian dan pengembangan pascapanen difokuskan untuk menghasilkan inovasi teknologi penanganan dan pengolahan hasil pertanian untuk mendukung pencapaian target diversifikasi pangan, peningkatan nilai tambah, daya saing dan ekspor. Kegiatan dilakukan baik dalam skala laboratorium, pilot maupun skala komersial. Untuk menciptakan teknologi skala komersial dilakukan kegiatan difusi, diseminasi, kerjasama penelitian dan kemitraan. Penelitian penanganan segar dan pengolahan produk pertanian akan menerapkan iptek mutakhir antara lain teknologi nano, bioprocessing, teknologi nondestructive dan bio-sensing untuk menghasilkan produk baru, formulasi baru, bahan aktif, anti mikroba, anti-esence, sediaan enzim dan kemasan aktif serta produk baru lainnya yang inovatif. Selain kegiatan penelitian dan pengembangan yang menghasilkan inovasi teknologi, juga akan dilakukan kegiatan analisis kebijakan untuk menghasilkan rumusan kebijakan di bidang pascapanen sebagai bahan rekomendasi bagi pemangku kepentingan.
Laporan Tahunan BB-Pascapanen Tahun 2014
5
BAB III HASIL KEGIATAN PENELITIAN A. Sumber Dana DIPA BB-Pascapanen 1. Indikator Kinerja Teknologi Penanganan Segar Produk Pertanian a. Teknologi Penyosohan
Enzimatis
untuk
Meningkatkan Rendemen dan
Mutu Beras Giling Berdasarkan hasil survei susut panen dan pascapanen padi yang dilakukan Badan Pusat Statistik (BPS) dan Departemen Pertanian pada tahun 2006-2007 diketahui bahwa susut penggilingan mengalami peningkatan sebesar 1,06% yaitu dari 2,19% (tahun 1996) menjadi 3,25% (tahun 2007) sehingga memicu turunnya rendemen penggilingan 0,46% yaitu dari 63,20% (tahun 1996) menjadi 62,74% (tahun 2007). Untuk menekan susut proses penggilingan secara mekanis salah satu alternatifnya adalah dengan menerapkan perlakuan pendahuluan secara enzimatis sebelum dilakukan proses penyosohan. Das M, et al., (2008) telah melakukan proses penyosohan beras secara enzimatis dengan menggunakan enzim xilanase dan selulase yang berturut-turut diproduksi dari Aspergillus sp. dan Trichoderma sp. Perlakuan enzimatis dilakukan dengan cara perendaman selama 2 jam pada suhu 50C dengan bantuan kalsium karbonat sebagai induser. Arora G., et al., (2007) juga telah melakukan optimasi parameter proses penggilingan secara enzimatis pada beras Basmati dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh konsentrasi enzim (0,0015-0,0055 g/ml), waktu ekstraksi (1-3 menit) dan suhu (2747C) terhadap kualitas giling dan tanak beras Basmati. Secara prinsip proses penggilingan yang dilakukan secara enzimatis oleh Arora, G (2007) dan Das, M (2008) tidak berbeda dengan proses penggilingan yang berkembang di Indonesia. Pada proses penyosohan enzimatis tersebut didahului dengan proses pecah kulit (husker), selanjutnya beras pecah kulit yang dihasilkan diberi perlakuan enzimatis dengan kondisi tertentu. Setelah masa inkubasi selesai beras pecah kulit kemudian dilakukan penyosohan (polisher) dengan mesin penyosoh tipe abrasif. Bahan utama yang digunakan dalam penelitian adalah beras butir bulat (varietas Cilamaya Muncul), beras butir panjang (varietas Ciliwung), beras campuran butir bulat dan panjang. Kegiatan yang sudah dilakukan meliputi optimasi metode aplikasi dan formulasi enzim dalam proses penyosohan enzimatis pada penggilingan padi skala laboratorium untuk beras butir bulat, beras butir panjang, beras campuran butir bulat dan panjang. Selain itu juga telah dilakukan uji coba
Laporan Tahunan BB-Pascapanen Tahun 2014
6
aplikasi teknologi penyosohan enzimatis pada penggilingan padi kecil dan uji stabilitas mutu beras hasil penyosohan enzimatis. Hasil
penelitian
menunjukkan
bahwa
perlakuan
enzimatis
dapat
meningkatkan rendemen beras giling. Hasil optimasi metode aplikasi dan formulasi enzim untuk beras butir bulat menunjukkan bahwa perlakuan yang optimum adalah konsentrasi enzim 57,23 mg/ml, waktu tempering 1,93 menit dan waktu sosoh 30 detik dengan rendemen sebesar 68,67%, whiteness 49,15%, butir kepala 81,22%, butir patah 18,76% dan menir 0,02%. Hasil optimasi untuk beras butir panjang menunjukkan bahwa perlakuan yang optimum adalah konsentrasi enzim 61,54 mg/ml, waktu tempering 3 menit dan waktu sosoh 30 detik dengan rendemen sebesar 68,67%, whiteness 45,24%, butir kepala 80,98%, butir patah 18,85% dan menir 0,17%. Sedangkan hasil optimasi untuk campuran butir bulat dan panjang menunjukkan bahwa konsentrasi enzim 98,23 mg/ml, waktu tempering 3 menit dan waktu sosoh 30 detik merupakan perlakuan yang optimum dengan rendemen sebesar 69,50%, whiteness 49,03%, butir kepala 85,36%, butir patah 14,62% dan menir 0,02%.
Gambar 1. Beras sosoh hasil enzymatic pre-treatment (kiri) dan kontrol mekanis (kanan) Hasil uji coba aplikasi teknologi penyosohan enzimatis di tingkat PPK menunjukkan penyosohan enzimatis dapat meningkatkan rendemen giling rata-rata sebesar 1,12% dibandingkan dengan kontrol yaitu perlakuan penyosohan dengan aplikasi pengkabut air dan meningkat sebesar 1,54% dibandingkan dengan penyosohan secara mekanis yang biasa dilakukan oleh petani. Pada uji penyimpanan beras menggunakan suhu 22 dan 28 oC menunjukkan bahwa beras yang dikemas dengan kantong dan karung plastik hingga penyimpanan selama 4 bulan menunjukkan beras masih dalam keadaan baik dan tidak terdeteksi adanya aflatoksin pada beras. Laporan Tahunan BB-Pascapanen Tahun 2014
7
Gambar 2. Lokasi uji coba aplikasi teknologi penyosohan enzimatis pada PPK di Kabupaten Subang
b. Scaling-up Produksi Pengawet Alami dan Aplikasinya pada Daging Sapi dan Ayam di Tingkat RPH/RPA dan Pedagang Kesadaran masyarakat akan arti pentingnya kualitas dan kemanan pangan harus didukung oleh tersedianya teknologi yang mampu memperpanjang masa simpan produk pangan termasuk diantaranya daging. Daging memiliki kandungan gizi
tinggi
sehingga
menjadi
media
tumbuh
yang
baik
bagi
berbagai
mikroorganisme patogen. Sampai saat ini masih ditemukan adanya penggunaan bahan kimia berbahaya untuk memperpanjang masa simpan daging segar. Oleh karena itu, ketersediaan pengawet yang aman untuk produk-produk peternakan (daging ayam, daging sapi, dll) diperlukan untuk menjamin bahwa produk yang diperjualbelikan ke konsumen aman, sesuai dengan program Pemerintah bahwa produk peternakan harus bersifat Aman, Sehat, Halal, dan Utuh (ASUH). Dukungan teknologi pascapanen dalam penyediaan biopreservatif yang murah dan mudah dibuat dibutuhkan oleh pedagang dan pengguna. Penelitian dilaksanakan melalui beberapa tahapan kegiatan, yaitu : 1) Formulasi larutan pengawet yang akan digunakan, 2) Perancangan/desain proses scale-up sesuai dengan kebutuhan di lapangan, 3) Uji aplikasi pendahuluan di laboratorium, dan 4) Uji aplikasi di lapangan. Teknologi produksi vinegar dari air kelapa dilakukan melalui dua tahap fermentasi, yaitu : 1) fermentasi pembentukan alkohol, dan 2) fermentasi perubahan alkohol menjadi asam asetat dan air. Hasil formulasi terbaik pengawet alami adalah formula vinegar air kelapa 1%, dimana vinegar air kelapa pada konsentrasi asam asetat 1% mempunyai kemampuan menghambat pertumbuhan patogen uji yaitu Escherichia coli O157:H7; Salmonella typhimurium, Listeria monocytogenes, dan Staphylococcus aureus. Laporan Tahunan BB-Pascapanen Tahun 2014
8
Teknologi tersebut telah discale-up pada skala 30-40 liter. Starter yang digunakan untuk memproduksi vinegar air kelapa adalah S. cereviceae
dan
A. aceti. Kandungan asam asetat dalam vinegar air kelapa sebesar 1% yang dicapai setelah 8 hari fermentasi tahap kedua. Karakteristik vinegar yang dihasilkan mempunyai warna kuning dengan bau khas asam (cuka). Aplikasi vinegar dalam pengawetan karkas ayam dilakukan dengan cara merendam karkas ayam utuh dalam larutan vinegar. Uji aplikasi vinegar air kelapa di lapangan, baik di RPA maupun di tingkat pedagang dilakukan berdasarkan hasil terbaik pada penelitian pendahuluan yaitu proses perendaman karkas ayam utuh selama 3 menit. Hasil uji aplikasi secara umum menunjukkan bahwa penggunaan vinegar mampu memperpanjang masa simpan karkas ayam karkas ayam selama 6 jam pada suhu ruang dan 6 hari pada suhu dingin. Sifat fisiko-kimia dan organoleptik karkas ayam yang diawetkan dengan vinegar dapat diterima oleh konsumen. Harga vinegar air kelapa sekitar Rp 5.000/liter. Hasil uji aplikasi pengawet alami pada daging sapi menunjukkan bahwa vinegar mempunyai kemampuan yang baik dalam menurunkan total bakteri pada daging sapi, berkisar 4 log CFU/mL. Namun demikian, aplikasi pengawet alami juga berpengaruh terhadap karakteristik fisik daging sapi.
Gambar 3. Proses fermentasi vinegar (kiri) dan produk vinegar dari air kelapa (kanan)
Gambar 4. Uji aplikasi vinegar pada karkas ayam pada tingkat pedagang (kiri) dan tingkat RPA (kanan) Laporan Tahunan BB-Pascapanen Tahun 2014
9
c. Penanganan Segar Varietas Unggul Baru (VUB) Kentang dan Cabai untuk Meningkatkan Daya Simpannya Cabai dan kentang adalah produk hortikultura yang banyak dibutuhkan masyarakat sepanjang tahun dalam keadaan segar, meskipun di perkotaan akibat budaya praktis telah mulai berangsur-angsur beralih kepada produk olahan. Sementara daya simpan segar khususnya untuk cabai relatif pendek dengan periode pemanenan yang juga pendek, maka diperlukan teknologi penanganan cabai yang mampu mempertahankan tingkat kesegaran dan meningkatkan daya simpan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Pada saat musim panen raya ketersediaan cabai dan kentang cukup melimpah, namun pada saat tidak musim panen sulit diperoleh. Daya simpan yang relatif pendek menjadi kendala pada pengangkutan, penanganan di packing house, distribusi jarak jauh untuk pemasaran dan penyediaan/stok bahan berkelanjutan. Penanganan segar cabai dan kentang yang tepat diharapkan dapat memperpanjang daya simpan, mempertahankan kesegaran dan menekan kehilangan hasil. Teknologi Penanganan Segar Cabai Teknologi penanganan segar cabai skala laboratorium yang telah diperoleh pada tahun 2013, yaitu penyemprotan cabai segar dengan formula pencegah pembusukan dan air terozonisasi. Teknologi tersebut mampu mempertahankan kesegaran cabai varietas Amro-99 dan Kencana dalam kemasan berperforasi hingga mencapai 14 hari. Teknologi penanganan segar cabai tersebut diminati pengusaha pemasok cabai segar ke pasar swalayan di wilayah Jakarta dan sekitarnya. Dengan demikian, uji coba teknologi pada skala yang lebih besar/usaha tani perlu dilakukan untuk meyakinkan tingkat keberhasilan teknologi tersebut pada skala laboratorium agar dapat diterapkan oleh pengguna.
(a) (b) (c) (d)
Gambar
5. Kegiatan penyemprotan bahan pencegah pembusukan (kiri) dan penirisan sesaat usai penyemprotan (tengah dan kanan)
Laporan Tahunan BB-Pascapanen Tahun 2014
10
Sebelum uji coba skala besar/usaha tani, verifikasi teknologi penanganan segar cabai masih perlu dilakukan agar teknologi tervalidasi dan siap digunakan secara komersial oleh pengguna. Verifikasi teknologi tersebut dilakukan melalui penerapan perlakuan dengan formula pencegah pembusukan pada cabai Keriting, cabai Rawit, dan cabai Besar. Hasil verifikasi menunjukkan bahwa teknologi ini mampu mempertahankan kesegaran cabai selama 8 hari lebih lama dibandingkan tanpa perlakuan saat dipajang di salah satu pasar swalayan di Jakarta Selatan. Hasil uji coba pada skala besar/usaha tani yang dilaksanakan di PT. Bimandiri Agro Sedoya menunjukkan bahwa cabai yang menggunakan formula pencegah pembusukan lolos pemeriksaan kualitas oleh petugas pengendali mutu di pasar swalayan dan selama pemajangan mampu tetap segar dalam waktu 8 hari, lebih lama dibandingkan cabai tanpa menggunakan formula pencegah pembusukan. Setelah penyimpanan selama 8 hari, cabai masih segar dengan buah berwarna merah, tangkai buah hijau, tegar dan mudah dipatahkan serta kandungan kimia relatif tidak berubah.
Gambar 6. Display cabai di salah satu supermarket di Jakarta Selatan
Teknologi Penanganan Segar Kentang Penyimpanan menjadi titik kritis kegiatan pascapanen kentang yang perlu mendapat perhatian. Ruang penyimpanan atau gudang untuk stok kentang sangat diperlukan khususnya oleh pelaku usaha pengolahan seperti keripik kentang. Penelitian tahun 2013 telah menghasilkan teknologi isolasi cahaya dalam rak penyimpanan dan mampu mempertahankan kentang hingga lebih dari 3 bulan. Teknologi
penyimpanan
ini
diterapkan
langsung
di
tempat
usaha
pengolahan keripik kentang yang menjadi mitra kerjasama yakni CV. Sinar Dua Putra yang berlokasi di Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut. Rancang bangun gudang
dan
rak
penyimpanan
kentang
merupakan
modifikasi
penelitian
sebelumnya dalam skala laboratorium. Gudang penyimpanan hasil modifikasi merupakan kombinasi prinsip in store storage dalam ruang kedap cahaya. Uji coba Laporan Tahunan BB-Pascapanen Tahun 2014
11
penyimpanan umbi kentang varietas Granola pada skala komersial mampu mempertahankan tingkat kesegaran lebih dari 3 bulan dengan susut bobot kurang dari 10% pada penyimpanan suhu kamar. Setelah penyimpanan selama lebih dari 3 bulan, kentang masih tetap segar, tidak bertunas, tidak berwarna hijau dan tidak ada kerusakan.
Gambar 7. Gudang dan rak penyimpanan kentang dengan teknologi isolasi pencahayaan 2. Indikator Kinerja Teknologi dan Produk untuk Diversifikasi Pangan dan Substitusi Pangan Impor Teknologi Optimalisasi Pemanfaatan Komoditas Lokal untuk Substitusi Pangan Impor Pemanfaatan komoditas lokal merupakan upaya yang sangat rasional untuk mengurangi ketergantungan terhadap konsumsi beras dan komoditas impor kedelai maupun terigu. Ubi kayu, tepung sorghum, pati sagu maupun gadung telah berhasil dikembangkan sebagai bahan baku pembuatan beras artifisial fungsional (BAF). Koro pedang (Canavalia ensiformis) telah dikembangkan sebagai bahan baku tempe dan ubi jalar masih perlu dimodifikasi agar tepung yang bersangkutan memiliki karakteristik yang sesuai untuk pengganti terigu. Penelitian dilaksanakan dalam beberapa unit kegiatan. Kegiatan 1 dirancang untuk meningkatkan skala produksi (scale up) produksi BAF. Kegiatan 2 difokuskan pada implementasi produksi tempe koro pedang di tingkat perajin dan mempelajari tingkat konsumsinya. Kegiatan 3 diarahkan untuk memodifikasi tepung ubi jalar melalui metode fermentasi bakteri asam laktat. Teknologi Produksi Beras Artifisial Fungsional (BAF) Kapasitas 35-40 kg Hasil analisis komponen kimia (analisis proksimat) serta sifat fungsional dan amilografi bahan baku utama untuk penyusun BAF menunjukkan bahwa sifat tersebut Laporan Tahunan BB-Pascapanen Tahun 2014
12
telah sesuai dengan kebutuhan. Satu formula BAF yang optimal yaitu tepung kasava Bimo 30%, tepung sorgum 20%, tepung gadung 20%, pati sagu 15% dan pati tapioka 15% dikembangkan lebih lanjut sebagai formula dalam proses scale up. Pengaruh perbedaan kadar air (15%, 20%, 25%) dan suhu proses (100 oC dan 110oC) terhadap sifat fisiko-kimia BAF telah dievaluasi.
Hasil yang diperoleh
menunjukkan bahwa sifat fisiko-kimia BAF bervariasi tergantung pada kadar air dan suhu. Beras artifisial fungsional (BAF) yang diproduksi pada proses scale up telah dianalisis sifat sensori, struktur mikro dan diukur nilai indeks glikemiknya (IG). Sifat sensori terbaik terdapat pada beras yang diproduksi pada kondisi suhu 100 oC dengan kadar air 25%. Perbedaan kondisi proses mengakibatkan perubahan struktur mikro di dalamnya dan pergeseran nilai indeks glikemik. Teknologi produksi beras artifisial Fungsional (BAF) telah berhasil di-scale up dari skala laboratorium menjadi skala pengembangan kapasitas 35-40 kg. Waktu tanak BAF cukup singkat yaitu 7-8 menit. Karakteristik sifat fungsional BAF, yaitu daya cerna pati 73,53-75,30% dan serat pangan 5,50-6,31%. BAF tergolong beras berkadar amilosa tinggi karena mendekati 27%. Uji produksi BAF dilaksanakan di rumah produksi beras analog UPH kelompok tani Margo Mulyo, Desa Mlarak, Ponorogo.
Gambar 8. Peralatan produksi beras artifsial fungsional (BAF) (kiri) dan produk BAF (kanan) Teknologi Produksi Tempe Koropedang pada Tingkat Pengrajin Hasil analisis karakteristik tempe koro pedang yang dihasilkan oleh perajin menunjukkan bahwa meskipun tempe koro pedang belum dikenal dengan baik, namun tempe dinilai memiliki sifat sensori baik. Tidak ada kendala teknis untuk memproduksinya, sehingga teknologi produksi tempe koro pedang dikuasai di tingkat perajin. Riset pasar melalui teknik demand driving dilaksanakan untuk mengetahui potensi keberterimaan tempe koro pedang. Secara umum tempe dan produk olahannya diterima dengan baik oleh responden dengan tingkat harga yang terjangkau. Laporan Tahunan BB-Pascapanen Tahun 2014
13
Selanjutnya kelayakan teknis produksi tempe koro pedang telah dievaluasi dengan menghitung nilai BEP. Nilai BEP produksi tempe koro pedang sedikit lebih tinggi dibanding BEP tempe kedelai, masing-masing sekitar 3.400 kg/tahun dan 3.200 kg/tahun. Dari aspek konsumsi, responden menunjukkan kesediaannya untuk mengkonsumsi tempe koro pedang. Dengan menetapkan strategi pemasaran yang tepat, teknologi produksi tempe koro pedang dapat ditransfer ke pengguna. Tempe koro pedang dan turunannya dalam bentuk produk siap saji (tempe potong dan perkedel) dapat diterima dengan baik oleh responden di Bogor, Jakarta dan Jawa Tengah (Salatiga).
Gambar 9. Produk tempe koro pedang (valia) dan survei permintaan terhadap tempe koro pedang
Teknologi Pembuatan Tepung Premix Berbasis Tepung Ubi jalar Termodifikasi Kultur murni Lactobacillus casei yang disiapkan mampu berperan baik sebagai starter pada proses fermentasi. Formula tepung premix berbasis ubi jalar dihasilkan melalui proses mixing atau pencampuran beberapa bahan seperti tepung ubi jalar termodifikasi, sodium caseinat, susu skim dan satu jenis hidrokoloid. Hidrokoloid yang digunakan pada tahap ini adalah pektin, guar gum, xhantan gum dan karagenan. Tepung premix selanjutnya digunakan untuk menyiapkan adonan donat. Kualitas adonan cukup baik dalam arti tidak jauh berbeda dengan adonan berbasis tepung terigu. Formulasi optimum tepung premix kombinasi hidrokoloid adalah formulasi dengan komposisi pektin 3%, guar gum 1% dan xhantan gum 3% dengan nilai gluten like sekitar 161,85% dan daya serap airnya sekitar 85,81%. Aplikasi tepung premix pada produk roti (roti manis dan bakpao) menghasilkan produk dengan struktur yang cukup baik dan secara keseluruhan dapat diterima panelis walaupun memiliki karakterisik sedikit berbeda dengan produk dari tepung terigu, sedangkan pada produk bolu panggang karakteristik produk yang dihasilkan sangat mirip dengan karakteristik produk dari tepung terigu. Tepung premix ini mengandung kalori yang tinggi (371 kkal) dan bebas gluten. Laporan Tahunan BB-Pascapanen Tahun 2014
14
Gambar 10. Tepung premix berbasis tepung ubi jalar termodifikasi (kiri) dan produk roti berbasis tepung premix (kanan) 3. Indikator Kinerja Teknologi dan Produk untuk Peningkatan Nilai Tambah dan Daya Saing a. Pengembangan Nanoteknologi untuk Pangan Fungsional, Nutrasetikal dan Kemasan Nanoteknologi menghasilkan ukuran partikel bahan yang sangat kecil dengan luas permukaan sangat besar yang menyebabkan perubahan karakteristik bahan dengan aktivitas fungsional yang sangat besar pula. Aplikasi nanoteknologi memungkinkan upaya penciptaan pangan yang sehat dan aman, efisiensi serapan zat gizi serta peningkatan mutu gizi. Aplikasi nanoteknologi juga dapat memberikan kontribusi bagi pengingkatan nilai tambah dan daya saing bahan baku hasil pertanian melalui pengembangan sifat-sifat fungsional, penciptaan produk pangan baru dan penggunaan sumberdaya terbarukan untuk industri antara lain kemasan pangan. Pada penelitian ini, aplikasi nanoteknologi diarahkan untuk pengembangan pangan fungsional melalui penciptaan sistem pengantaran yang bersifat protektif, lepas lambat atau terkendali untuk mempertahankan dan meningkatkan aktivitas fungsionalnya. Selain itu, dilakukan pula pengembangan pengawet alami dan kemasan antimikroba untuk pangan. Prototipe Produk Pangan Siap Konsumsi Berbasis Nano-Temulawak, NanoMinyak Pala dan Nano-Ekstrak Teh Hijau Telah dihasilkan prototipe produk berbasis nano yang meliputi minuman siap
konsumsi
dan
minuman
karbonasi
(tablet
effervescent)
berbasis
nanoemulsi/nanoenkapsulat ekstrak temulawak dan teh hijau (katekin) serta pengawet alami berbasis nanoenkapsulat minyak pala. Formula minuman siap konsumsi terdiri atas ekstrak temulawak sebagai komponen fungsional, carboxymethyl (CMC), sukralosa, asam sitrat dan flavor jeruk. Pembuatan Laporan Tahunan BB-Pascapanen Tahun 2014
15
minuman siap konsumsi dilakukan dengan teknik kristalisasi menggunakan ekstrak air temulawak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa minuman siap konsumsi berbasis nanoemulsi temulawak yang dihasilkan memiliki penerimaan organoleptik yang lebih baik daripada produk berbasis ekstrak curah dan kontrol minuman komersial. Pembuatan tablet effervescent diperoleh dari formulasi enkapsulat temulawak dan teh hijau (katekin), asam sitrat, asam tartrat, Na-benzoat, polyvinylpyrrolydone (PVP), CMC dan manitol-Ac-sulfam. Tablet effervescent yang dihasilkan memiliki karakteristik kadar air (2,35-4,84%), laju alir (3,555,88%),
kemampatan
(3,1-5,6%)
dan
kekerasan
(11,5-13,4
g).
Produk
pangan/minuman berbasis nano-ekstrak temulawak dan nano-ekstrak teh hijau ini memiliki sifat antiinflamasi dan bioavailabilitas yang lebih tinggi daripada bentuk curahnya, bersifat antioksidan dan bersifat praktis tidak toksik. Ujicoba aplikasi nano-minyak pala sebagai pengawet roti telah dilakukan dengan konsentrasi penambahan nanoemulsi dan enkapsulat minyak pala 0,10,5%. Uji coba penyimpanan menunjukkan bahwa penambahan enkapsulat nanominyak pala dapat memperpanjang masa simpan roti hingga 3 hari, bersifat sebagai pengawet alami dan tidak mempengaruhi rasa dan aroma pada dosis yang tepat.
Gambar 11. Produk minuman berkarbonasi dalam bentuk tablet effervescent (kiri) dan produk roti tawar dengan pengawet nanoenkapsulat minyak pala (kanan) Teknologi Aplikasi Nano-Nutrien (Vitamin A dan Zat Besi) untuk Fortifikasi Pangan Lokal Nanoemulsi vitamin A, yang merupakan produk intermediate sebelum tawar dandengan roti manis dengan pengawet nanoenkapsulat minyaktekanan pala proses Roti enkapsulasi spray drying, diproduksi dengan teknik tinggi.
Nanoemulsi vitamin A yang dihasilkan memiliki distribusi ukuran droplet 74 - 234 Laporan Tahunan BB-Pascapanen Tahun 2014
16
nm dengan rata-rata 130 nm dan indeks polidispersitas (PDI) 0,034. Rata-rata konsentrasi vitamin A pada produk nanoemulsi dan kapsulnya berturut-turut 55 dan 31 ppm. Konsentrasi vitamin A pada nanoemulsi dan enkapsulat masih jauh lebih tinggi dibandingkan dosis fortifikasi vitamin A yang direkomendasikan FAO untuk produk pangan yaitu 5,9 ppm. Kedua produk tersebut dapat berfungsi sebagai stok fortifikan. Produksi enkapsulat zat besi dilakukan dengan maltodekstrin dan whey dengan rasio 60:40. Dalam bentuk enkapsulat, zat besi bebas (FeSO 4.7H2O) yang awalnya berwarna kehijauan berubah menjadi kecokelatan. Hasil analisis juga menunjukkan bahwa enkapsulat zat besi dari collection vessel memiliki rata-rata ukuran partikel 13,28 µm. Konsentrasi zat besi di dalam enkapsulat 389,28 ± 33,64 ppm. Dengan total rendemen padatan 50,83%, recovery zat besi pada enkapsulat 31,02%. Konsentrasi zat besi dalam enkapsulat dari collection vessel tersebut sekitar 10 kali lebih tinggi dibanding konsentrasi target untuk fortifikasi pangan yang diharapkan (30 ppm). Dengan demikian, enkapsulat zat besi dari collection vessel tersebut dapat berfungsi sebagai stok fortifikan. Bioaksesibilitas dan bioavailabilitas fortifikan dalam struktur nano lebih tinggi dibandingkan dengan fortifikan dalam bentuk curahnya. Aplikasi enkapsulat fortifikan (vitamin A dan zat besi) pada flake ubi kayu sebagai matriks pangan fortifikasi tidak mempengaruhi warna produk. Flake ubi kayu yang dihasilkan memiliki karakteristik, yaitu : tekstur renyah (kekerasan 400600g), kaya vitamin A (memenuhi 18% kebutuhan harian per 45g), kaya zat besi (memenuhi 3% kebutuhan harian per 45g), bioaksesibilitas nutrisi ≥ 50% dan rasa disukai oleh panelis.
Gambar 12. Tepung ubi kayu (kiri) dan flake ubi kayu yang difortifikasi nanovitamin A dan nano-Fe (kanan)
Laporan Tahunan BB-Pascapanen Tahun 2014
17
Teknologi kemasan aktif antimikroba
berbasis
nanoteknologi untuk
memperpanjang umur simpan produk pangan Pada pengembangan bahan kemasan berbasis nano, kegiatan yang dilakukan meliputi karakterisasi bahan baku (tapioka dan ampok jagung), penyiapan nanoserat selulosa, proses thermopressing biofoam dan pembuatan pati termoplastis. Karakterisasi yang dilakukan meliputi kadar pati, air, selulosa, lemak, protein dan abu. Ampok memiliki kadar pati dan amilosa yang lebih rendah (berturut-turut 71,71% dan 19,35%) dibandingkan dengan kadar pati dan amilosa pada tapioka (berturut-turut 82,53% dan 28,12%). Tingginya proporsi pati dalam tapioka memungkinkannya layak untuk dijadikan bahan tambahan bagi ampok jagung dalam formulasi bahan biofoam. Kadar air ampok (5,97%) lebih rendah daripada kadar air tapioka (12,25%). Kadar air merupakan faktor yang penting dimana air berfungsi sebagai plastisizer dalam formulasi bahan biofoam atau bioplastik. Pembuatan
biofoam
dilakukan
melalui
proses
thermopressing
menggunakan molding berpemanas dengan kempa hidrolik. Pati termoplastik disintesa dari kombinasi pati, ampok jagung dan pemlastis. Dalam pembuatan pati termoplastik, dilakukan upaya perbaikan karakteristik dengan penambahan reinforcement filler. Kajian yang dilakukan berupa penambahan nanoserat selulosa sebagai filler sekaligus pemlastis dan gliserol sebagai pemlastis. Pembuatan pati termoplastik dilakukan melalui proses pencampuran dengan rheomix selama 5 menit, yang melibatkan proses pemanasan (130°C), gesekan dan tekanan. Proses dalam rheomix menghasilkan perubahan karakteristik material penyusunnya, baik secara individual maupun dalam bentuk komposit. Penambahan nanoselulosa mengubah struktur kristalin dan sifat termal komposit, namun perubahan tersebut dikompensasi dengan efek pemlastis dari air suspensi nanoselulosa. Nanoselulosa diduga sulit terdistribusi merata di dalam campuran komposit pati termoplastik, yang ditunjukkan dengan adanya beberapa titik agregat pada pengamatan struktur mikroskopisnya. Penambahan nano-selulosa, baik nano-selulosa dari tongkol jagung maupun jerami, meningkatkan kekuatan mekanis kemasan. Penambahan nano-ZnO ke dalam formulasi kemasan memberikan sifat antimikroba yang efektif menurunkan aktivitas S. aureus dan E. coli. Uji coba aplikasi tray biofoam untuk kemasan sayur organik memberikan hasil bervariasi tergantung jenis sayuran yang dikemas. Tray biofoam yang diberi penambahan lilin saat pencetakan memiliki ketahanan yang lebih baik terhadap absorpsi kelembaban daripada tray biofoam yang diberi lilin dengan pencelupan.
Laporan Tahunan BB-Pascapanen Tahun 2014
18
Gambar 13. Tray biofoam antimikroba (kiri) dan penggunaannya sebagai kemasan sayuran segar (kanan)
b. Teknologi
biopreservatif
mendukung
perdagangan
hortikultura
antar
pulau dan peningkatan ekspor Pengembangan
kawasan
hortikultura
adalah
untuk
mendukung
penyediaan bahan baku baik yang untuk perdagangan antar pulau maupun ekspor. Pada pengembangan kawasan tersebut hasil penelitian hortikultura baik pra panen maupun pascapanen diterapkan secara terintegrasi. Penelitian ekspor salak telah dilaksanakan BB-Pascapanen pada tahun 2010, namun perlu validasi dengan menerapkan beberapa hal baru misalnya penggunaan ekstrak lengkuas terstandar. Teknologi pengawetan menggunakan 1-MCP juga telah dilakukan BB-Pascapanen beberapa tahun sebelumnya, namun masih memerlukan cara aplikasi yang lebih praktis dan aman. Demikian halnya dengan produksi biopreservatif dari mangga rucah yang masih perlu ditingkatkan spektrum dan scale-up kapasitasnya. Ketiga kegiatan di atas perlu dilaksanakan untuk mendukung
pengembangan
kawasan
hortikultura.
Peluang
keberhasilan
penerapan teknologi pascapanen untuk salak sangat besar dan adopsi akan dilakukan oleh eksportir. 1-MCP sangat besar peluangnya untuk mendapatkan cara aplikasi yang dapat diterapkan pada tingkat kelompok tani atau gapoktan dan pedagang antar pulau. Demikian juga biopreservatif cocok untuk mengontrol mikroba jenis baru untuk memperpanjang umur simpan mangga dengan spektrum dan skala yang lebih besar untuk kelompok tani. Teknologi penanganan segar buah salak untuk ekspor Proses ekstraksi lengkuas untuk biopreservatif dilakukan dengan metode maserasi menggunakan berbagai jenis pelarut, yaitu metanol, etil asetat, n-heksana dan etanol. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstraksi lengkuas Laporan Tahunan BB-Pascapanen Tahun 2014
19
terstandar diperoleh dengan mengekstrak simplisia menggunakan pelarut etil asetat yang mampu menghasilkan kandungan bahan aktif Acetoxy Chavicol Acetate (ACA) tertinggi (6,82%).
Namun demikian, uji daya hambat ekstrak
lengkuas terhadap mikroba perusak buah salak menunjukkan bahwa ekstrak yang dihasilkan dengan pelarut metanol menunjukkan daya hambat terbesar. Hasil identifikasi mikroba penyebab kerusakan pada buah salak diperoleh 3 jenis kapang, yaitu Penicillum sp, Aspergillus sp, Rhizopus sp dan 1 jenis khamir. Hasil uji coba penyimpanan buah salak menunjukkan bahwa penyimpanan buah salak menggunakan ekstrak lengkuas 6% yang dikombinasikan dengan pengemasan MAP (PE 0,04 mm) mampu memperpanjang daya simpan buah salak hingga 21 hari dengan kerusakan <10%. Mutu tampilan buah salak tetap segar dengan warna kulit cerah dan mengkilat, rasa tidak berubah serta tekstur buah masih keras.
Gambar 14. Busuk buah salak oleh infeksi cendawan (kiri) dan buah salak yang diberi perlakuan pengawet ekstrak lengkuas setelah penyimpanan 21 hari
Teknologi aplikasi 1-MCP untuk memperpanjang umur simpan pisang Aplikasi bahan aktif 1-MCP dalam bentuk cairan untuk proses penyimpanan relatif sulit dilaksanakan karena cairan aktif harus disuntikkan ke dalam pisang dalam kemasan plastik. Dengan mengikat bahan aktif 1-MCP dalam material aktif seperti silica gel atau zeolit diharapkan aplikasinya lebih mudah. Hasil analisis X-ray Diffraction (XRD) dan Scanning Electron Microscopy (SEM) menunjukkan bahwa zeolit dalam bentuk powder memiliki karakteristik yang lebih sesuai sebagai pengikat bahan aktif 1-MCP dibandingkan dengan silica gel karena stabilitasnya lebih tinggi yang ditandai dengan kristalinitas yang lebih tinggi. Zeolit memiliki kristalinitas sebesar 77%, sedangkan silica gel 51,4%. Proses pembuatan powder bahan aktif 1-MCP dilakukan dengan memasukan 1-MCP cair pada matrik zeolit dengan metode dry blending yang Laporan Tahunan BB-Pascapanen Tahun 2014
20
dilanjutkan dengan homogenisasi dan penghalusan dengan Planetary Ball Milling pada kecepatan 200 rpm selama 10 menit. Powder aktif 1-MCP dalam matrik zeolit berukuran mikron dikemas dalam kemasan tea bag. Selanjutnya aplikasi powder aktif 1-MCP pada pisang Mas Kirana yang dikemas dalam plastik LDPE 0,04 mm mampu memperlambat kematangan pisang sampai dengan 4 minggu pada penyimpanan suhu AC 18C.
Gambar 15. Powder aktif 1-MCP dalam matrik zeolit (kiri) dan pisang Mas Kirana minggu ke-4 setelah aplikasi powder aktif 1-MCP (kanan) Teknologi produksi biopreservatif dari buah mangga rucah skala 10 L dan aplikasinya pada buah ekspor Proses ekstraksi buah mangga rucah sebagai bahan biopreservatif dilakukan dengan pelarut etil asetat dan akuades pada perbandingan 1:10. Hasil analisis bahan aktif ekstrak mangga rucah menunjukkan bahwa kadar resorsinol kulit lebih tinggi dari pada biji mangga, sedangkan total fenol lebih tinggi pada biji mangga. Uji penghambatan ekstrak kulit dan biji mangga dengan kedua jenis pelarut (etil asetat dan akuades) menunjukkan efektivitas penghambatan terhadap kapang B (Fusarium solari) dan khamir G (Rhodotorulla), namun tidak efektif terhadap kapang A (Aspegillus niger) dan kapang D (Penisillium sp). Untuk meningkatkan efektivitas biopreservatif, dilakukan formulasi ekstrak kulit dan biji mangga rucah dengan beberapa pengawet alami dan pengawet pangan komersial. Hasil penelitian menunjukkan bahwa formula biopreservatif dengan bahan aktif ekstrak biji mangga rucah dan minyak lemon dengan pengenceran 25% mampu menekan kerusakan buah mangga gedong dengan jumlah kerusakan yang dapat ditekan sebesar ± 30,4% dibandingkan dengan kontrol pada penyimpanan selama 14 hari pada suhu AC (tanpa kemasan). Laporan Tahunan BB-Pascapanen Tahun 2014
21
Formula biopreservatif dari mangga rucah telah di-scale up pada skala 10 L. Dari hasil scale up menunjukkan bahwa formula biopreservatif skala 10 L memerlukan biji mangga kering 281 g dan pelarut etil asetat 2,8 L, evaporasi vakum pada suhu 55oC selama 1 jam serta kalium sorbet sebanyak 15,6 g.
Gambar 16. Formula biopreservatif ekstrak biji mangga (kiri) dan buah mangga yang diaplikasi biopreservatif setelah 14 hari penyimpanan (kanan)
c. Penggandaan
skala
produksi
gula
dengan
cara
enzimatis
untuk
meningkatkan rendemen gula dan substitusinya Kebutuhan gula nasional pada tahun 2013 mencapai 5,8 juta ton, sedangkan produksinya hanya sekitar 2,3 juta ton sehingga sisanya dipenuhi melalui impor. Saat ini, selain kapasitas produksi pabrik yang semakin menurun juga rendemen gula yang dihasilkan relatif rendah. Untuk mengatasi kondisi tersebut, maka upaya peningkatan rendemen gula melalui perbaikan teknologi sangat penting, antara lain melalui penerapan produksi gula tebu secara enzimatis. Selain itu, pengembangan diversifikasi gula non tebu dapat dilakukan antara lain melalui pengembangan sorgum manis. Sorgum manis merupakan gula alami alternatif potensial yang dapat dikembangkan selain tebu. Degradasi amilum
pada
nira
sorgum
manis
dengan
amylase
diharapkan
dapat
mempermudah produksi gula kristal sebagai substitusi gula tebu. Teknologi enzimatis untuk meningkatkan rendemen dan mutu gula tebu Teknologi produksi gula tebu secara enzimatis dengan enzim dekstranase yang dilanjutkan dengan proses sulfitasi, penambahan kapur dan evaporasi/ kristalisasi dapat meningkatkan rendemen gula kristal. Penggunaan enzim dekstranase dapat memperlambat kenaikan gula reduksi serta memperlambat penurunan total gula dan sukrosa dengan adanya waktu tunda giling. Rendahnya Laporan Tahunan BB-Pascapanen Tahun 2014
22
kandungan gula pereduksi akan mempermudah proses kristalisasi serta meningkatkan rendemen dan mutu gula tebu. Penggandaan skala produksi gula tebu pada volume nira 50 dan 100 L menghasilkan rendemen gula tebu yang relatif konsisten yaitu sekitar 8%.
Gambar 17. Peralatan produksi gula tebu skala 100 L nira (kiri) dan kristal gula (kanan) Teknologi gula dari sorgum manis berbasis pemanfaatan enzim untuk substitusi gula tebu Teknologi produksi gula tebu yang disubstitusi sorgum manis melalui proses enzimatis dapat menghasilkan gula kristal dengan tingkat substitusi nira sorgum terhadap nira tebu maksimum 70%. Rendemen gula kristal yang dihasilkan sebesar 6,44%. Substitusi nira sorgum terhadap nira tebu lebih dari 70% tidak diperoleh kristal gula karena kandungan gulanya yang rendah. Penggandaan skala produksi gula substitusi pada volume nira 50 dan 100 L, kristal gula yang diperoleh berukuran kecil. Pada skala produksi 100 L kristal gula relatif sulit dipisahkan dari molasses.
Gambar 18. Peralatan produksi gula tebu subtitusi sorgum manis 70% skala 100 L dan gula kristal serbuk (insert) Laporan Tahunan BB-Pascapanen Tahun 2014
23
d. Modifikasi kultur dan teknik pemerasan pulp untuk percepatan fermentasi biji kakao Sebagian besar kakao diperdagangkan ke luar negeri dalam bentuk biji kering, sekitar 10% diantaranya adalah biji kakao yang difermentasi. Dengan kondisi seperti ini, kakao Indonesia dinilai bermutu rendah sehingga mendapat harga yang rendah pula di pasar internasional. Fermentasi kakao diakui mampu menimbulkan flavor dan penampilan yang lebih baik serta menghasilkan biji kakao yang lebih kering. Namun demikian, belum semua petani berminat melakukan fermentasi. Salah satu faktor keengganan petani melakukan fermentasi kakao adalah lamanya proses fermentasi selain rendahnya insentif yang diterima. Oleh karena itu, proses fermentasi perlu dimodifikasi dengan memperpendek waktu fermentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa produksi kultur mikroba yang berperan dalam fermentasi biji kakao (S. cerevisiae, A. aceti dan L. Plantarum) pada media buatan non steril (glukosa, sukrosa dan fruktosa) dapat membantu proses fermentasi biji kakao sehingga karakteristik biji kakao lebih baik. Teknik depulping dengan serbuk gergaji mampu mempercepat proses fermentasi biji kakao dengan karakteristik yang lebih baik dibandingkan tanpa depulping. Proses fermentasi biji kakao dengan depulping bertingkat meningkatkan kadar alkohol. Perlakuan depulping bertingkat 40% menunjukkan hasil yang terbaik. Secara umum, aroma khas biji kakao dihasilkan mulai hari ketiga proses fermentasi. Semakin lama proses fermentasi aroma yang dihasilkan semakin kuat. Berdasarkan tingkat kesukaan, aroma kakao terbaik yang disukai panelis adalah perlakuan pemerasan pulp dengan waktu fermentasi 4 hari. Hasil analisis GC-MS, menunjukkan bahwa perlakuan pemerasan pulp dapat meningkatkan kadar theobromin sebagai komponen utama kakao dari 13,72% (perlakuan alami) menjadi 28,11% (pemerasan pulp).
Gambar 19. Biji kakao yang telah dihilangkan sebagian pulpnya (kiri) dan depulper biji kakao (kanan) Laporan Tahunan BB-Pascapanen Tahun 2014
24
e. Teknologi produksi bioetanol berbasis limbah jagung dan sorgum Pertambahan jumlah penduduk, kemajuan teknologi dan peningkatan perekonomian
menyebabkan
peningkatan
konsumsi
energi
di
Indonesia.
Sementara itu, produksi minyak dan gas dunia berbahan baku fosil saat ini semakin
mengalami
penurunan.
Hal
ini
mendorong
pemerintah
untuk
meningkatkan penyediaan energi melalui pemanfaatan sumber energi baru dan terbarukan sehingga perlu dicari bahan bakar alternatif yang tidak berkompetisi dengan pangan. Lignoselulosa merupakan salah satu sumber energi baru dan terbarukan yang menjanjikan, diantaranya adalah tongkol jagung dan bagase sorgum. Konversi bahan berlignoselulosa (tongkol jagung dan bagase sorgum) menjadi bioetanol perlu mendapat perhatian agar dapat menghasilkan konversi bioetanol yang maksimal. Pembuatan bahan berlignoselulosa menjadi bioetanol dilakukan melalui empat proses utama, yaitu : pretreatment, hidrolisis, fermentasi dan pemisahan serta
pemurnian.
Proses
pretreatment
perlu
dilakukan
karena
bahan
berlignoselulosa mengandung serat yang tinggi dan lignin yang sulit dihidrolisis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pretreatment dengan pengecilan ukuran tongkol jagung dan bagase sorgum dapat meningkatkan kadar etanol yang dihasilkan masing-masing 1,14% dan 1,92%. Pretreatment terbaik pada kedua bahan baku adalah pengecilan ukuran dengan High Power Milling sebelum dilakukan penghilangan lignin (delignifikasi). Penggunaan NaOH dalam proses hidrolisis tongkol jagung dan bagase sorgum dapat meningkatkan kadar etanol, sedangkan konsentrasi enzim xilanase dan selulase tidak meningkatkan kadar etanol. Konsentrasi NaOH 10% dapat menghasilkan kadar etanol tertinggi khususnya pada konsentrasi enzim xilanase dan selulase (1%:1%) setelah fermentasi selama 6 hari baik untuk tongkol jagung maupun bagase sorgum. Kadar etanol yang dihasilkan dari kedua bahan baku tersebut masing-masing 9,59% untuk tongkol jagung dan 8,21% untuk bagase sorgum. Perlakuan terbaik tersebut dilanjutkan pada proses produksi bioetanol skala 50 L. Berdasarkan hasil penelitian maka teknologi produksi bioetanol berbasis limbah jagung dan bagase sorgum skala 50 L, meliputi : 1) pengecilan ukuran, 2) pretreatment dengan NaOH dan enzim (xilanase : selulase = 1% : 1%), 3) sakarifikasi dengan penambahan 10% H2SO4, 4) fermentasi dengan 1% Sacharomyces sereviceae, dan 5) distilasi. Rendemen bioetanol yang dihasilkan dari tongkol jagung dan bagase sorgum yang dihasilkan relatif sama. Rendemen Laporan Tahunan BB-Pascapanen Tahun 2014
25
bioetanol dari tongkol jagung sekitar 14,65% dengan kadar etanol 83,5%, sedangkan rendemen bioetanol dari bagase sorgum sekitar 13,7% dengan kadar alkohol sebesar 82,8%. Namun demikian, waktu fermentasi untuk bagase sorgum lebih lama dibandingkan dengan tongkol jagung, yaitu masing-masing 4 dan 3 hari.
Gambar 20. Bahan baku bioetanol tongkol jagung dan bagase sorgum (atas) dan proses pembuatan bioetanol skala 50 L (bawah)
B. Sumber Dana Insentif Riset SINas a. Penelitian Modifikasi Tepung Beras Beramilosa Tinggi dengan Teknik Heat Moisture Treatment (HMT) dan Aplikasinya sebagai Bahan Baku Roti Fungsional Anti Kanker Kolon Dalam satu dekade terakhir, lebih dari seratus varietas padi telah berhasil dirakit oleh para pemulia. Varietas yang dihasilkan memiliki sifat agronomis maupun kualitas rasa nasi yang sangat beragam sesuai dengan kondisi alam dan preferensi masyarakat Indonesia. Beberapa varietas padi memiliki keunggulan agronomi namun kurang diterima oleh konsumen karena kualitas tanaknya kurang bagus. Varietas padi yang termasuk di dalamnya, yaitu Cisokan, Batang Piaman, Inpari 17 dan sebagainya. Beras telah dikembangkan sebagai bahan baku aneka produk roti atau bahan baku bihun. Namun, karena tepung beras tidak memiliki gluten maka tepung beras perlu
dikombinasikan
dengan
Laporan Tahunan BB-Pascapanen Tahun 2014
hidrokoloid
untuk
mendapatkan
adonan
yang
26
dikehendaki. Gum xanthan adalah salah satu jenis hidrokoloid yang dilaporkan mampu memperbaiki kualitas adonan produk roti dari beras. Aplikasi proses HMT untuk memodifikasi sifat bahan baku diarahkan untuk mengatasi keterbatasan sifat fungsional bahan yang bersangkutan. Modifikasi secara fisik dianggap lebih aman dan ramah lingkungan karena tidak melibatkan pereaksi atau bahan kimia.
Oleh karena itu, pati hasil modifikasi HMT dapat digunakan
langsung sebagai bahan baku produk pangan.
Bahan hasil modifikasi ini dapat
dimanfaatkan untuk berbagai produk pangan seperti sup, mi dan sebagainya. Teknik modifikasi secara fisik untuk merekayasa sifat fungsional pati dilakukan dengan perlakuan kombinasi suhu, tekanan dan kadar air sedemikian rupa sehingga perlakuan tersebut mengakibatkan rearrangement pada molekul pati. Ruang lingkup kegiatan ini meliputi persiapan bahan, modifikasi tepung beras dengan HMT dan karakterisasi tepung beras yang dihasilkan, pembuatan roti dan evaluasi kualitasnya serta fermentasi in vitro. Pada kegiatan ini juga dipelajari pertumbuhan bakteri kolon dan profil Short Chain Fatty Acid (SCFA) pada fermentasi (in vitro) dalam medium yang berisi substrat Resistant Starch (RS) dan Short Chain Fatty Acid (NSP). RS dan NSP di dalam produk/roti diharapkan mampu menstimulasi pertumbuhan bakteri dan produksi SCFA. Hasil penelitian menunjukkan bahwa modifikasi tepung beras dengan teknik HMT merubah sifat pasta tepung secara signifikan. HMT dengan pengaturan kadar air awal 35% ditetapkan sebagai bahan baku untuk pembuatan roti fungsional. Penambahan hidrokoloid ke dalam tepung beras termodifikasi HMT mengubah sifat pasta dengan pola
yang berbeda tergantung pada jenis dan proporsinya.
Penambahan xanthan 1,5% secara signifikan meningkatkan nilai viskositas panas dan menurunkan nilai viskositas dingin pasta tepung beras termodifikasi. Roti yang dibuat dari tepung beras termodifikasi dengan formula xanthan memiliki tekstur yang lebih empuk dan lebih mudah dikunyah dibanding roti serupa dengan formula gum arab atau tanpa hidrokoloid. Namun tingkat kekenyalan ketiganya sebanding. Bakteri asal kolon mampu tumbuh di dalam substrat yang mengandung resistant starch (RS) dari tepung beras. Hal ini menunjukkan bahwa resistant starch sebagai komponen fungsional dapat menunjang pertumbuhan bakteri anerob asal kolon. Bakteri yang diharapkan tumbuh dengan baik adalah kelompok bakteri penghasil butirat (bakteri butirogenik).
Laporan Tahunan BB-Pascapanen Tahun 2014
27
Gambar 21. Penampilan roti dari tepung beras termodifikasi HMT : dengan penambahan gum arab (kiri) dan penambahan xanthan (kanan)
b. Pengembangan Teknologi Produksi Tepung Sorgum Termodifikasi Melalui Proses Enzimatis dan Fermentasi Mikrobial untuk Meningkatkan Daya Saing Sorgum di Kabupaten Lamongan Pemanfaatan sorgum
untuk kebutuhan pangan belum maksimal dan
pemanfaatannya masih terbatas untuk keperluan pakan dan industri, padahal nilai gizi sorgum tidak kalah dengan beras sebagai makanan pokok. Kandungan protein sorgum (8-12%) setara dengan terigu, sedangkan beras hanya 6-10%. Kandungan lemak sorgum sebesar 2-6% lebih tinggi dibandingkan dengan beras 0,5-1,5%. Salah satu kendala pemanfaatan sorgum sebagai bahan pangan adalah tingginya kandungan tanin yang mencapai 40,79 mg/100 g. Kandungan tanin yang tinggi, selain mempengaruhi rasa (pahit/sepet), juga bersifat antigizi yang dapat mengganggu proses penyerapan mineral oleh tubuh. BB-Pascapanen telah menghasilkan teknologi produksi tepung sorgum rendah tanin melalui proses penyosohan mekanis. Teknologi ini telah didifusikan pada tingkat gapoktan di Kabupaten Lamongan pada tahun 2011. Kabupaten Lamongan termasuk daerah pengembangan sorgum di Jawa Timur dengan luas areal tanam lebih dari 500 ha dan produktivitas sekitar 5-6 ton/ha. Dalam program difusi dilakukan transfer teknologi penyosohan dan penepungan sorgum rendah tanin serta aplikasinya pada beberapa produk olahan. Akan tetapi aplikasi tepung sorgum pada beberapa produk olahan belum optimal karena terkendala karakteristik tepung sorgum yang dihasilkan terutama dalam hal karakteristik pati dan derajat putih tepung. Untuk memperbaiki karakteristik tersebut perlu dikembangkan alternatif teknologi produksi tepung sorgum, antara lain tepung termodifikasi enzimatis maupun fermentasi mikrobial. Ruang lingkup kegiatan ini yaitu persiapan bahan, uji coba produksi tepung sorgum termodifikasi melalui proses enzimatis, uji coba produksi tepung sorgum termodifikasi melalui fermentasi mikrobial serta analisis sifat fisikokimia dan Laporan Tahunan BB-Pascapanen Tahun 2014
28
fungsional. Selain itu, dilakukan aplikasi tepung sorgum termodifikasi pada beberapa produk olahan serta analisis sifat fisikokimia dan organoleptiknya. Hasil identifikasi kondisi eksisting di sentra produksi sorgum Kabupaten Lamongan diketahui bahwa daerah ini berpotensi mengembangkan teknologi pengolahan tepung sorgum termodifikasi. Hal ini karena ketersediaan bahan baku sorgum yang sangat melimpah serta didukung oleh minat petani setempat untuk mengembangkan tepung sorgum sebagai bahan baku untuk pengembangan produk olahan spesifik lokasi. Modifikasi tepung sorgum secara enzimatis dengan enzim α-amilase dan secara mikrobial dengan L.casei dan L. Brevis dapat memperbaiki tepung sorgum petani melalui peningkatan derajat putih serta memperbaiki tingkat kehalusan tepung. Selain itu, modifikasi tepung sorgum secara enzimatis selain dapat memperbaiki karakteristik pati tepung sorgum juga dapat menurunkan kadar tanin dari 40,79 mg/100 g menjadi 13, 49 mg/100 g pada lama inkubasi 12 jam dengan konsentrasi enzim 0,08 U/mg. Modifikasi tepung sorgum dengan mikrobial (L. brevis) juga cenderung menurunkan kadar tanin pada sorgum. Berdasarkan hasil yang diperoleh, teknologi modifikasi tepung sorgum secara enzimatis dan mikrobial berpotensi untuk dikembangkan pada tingkat gapoktan. Tepung
sorgum
termodifikasi
secara
enzimatis
dan
mikrobial
dapat
diaplikasikan pada beberapa olahan baik dengan penambahan hidrokoloid maupun tanpa penambahan hidrokoloid. Masing-masing formula memberikan pengaruh yang berbeda-beda terhadap pembentukan struktur maupun profil tekstur yang terbentuk.
Gambar 22. Tepung sorgum yang dihasilkan dari teknologi eksisting petani (kiri) dan tepung sorgum termodifikasi (kanan)
Laporan Tahunan BB-Pascapanen Tahun 2014
29
C. Sumber Dana Kerjasama Kemitraan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Nasional (KKP3N) a. Pembuatan PVA-Cellulose Nanocomposite Sebagai Kemasan Buah Mangga dan Belimbing Ketergantungan masyarakat terhadap plastik sangat tinggi, padahal plastik tidak saja berbahaya bagi kesehatan tetapi juga terhadap lingkungan.
Hal ini
mendorong kesadaran masyarakat akan pentingnya kemasan alternatif yang aman bagi kesehatan serta ramah lingkungan.
Namun demikian, kemasan ramah
lingkungan memiliki kelemahan khususnya sifat mekanisnya.
Upaya perbaikan
dilakukan melalui pemanfaatan nanoteknologi termasuk nanoselulosa. Produksi nanoselulosa serta pemanfaatannya sebagai nanofiller dalam bahanbahan komposit telah menarik perhatian dari berbagai pihak karena berbagai kelebihan yang dimiliki. Umumnya bahan polimer yang digunakan sebagai matriks biokomposit adalah polivinil alkohol (PVA), polimer sintetik yang larut air sehingga bisa terurai. PVA juga memiliki sifat transparan, fleksibel dan non-toxic tetapi sifat mekanisnya tidak sekuat polimer plastik lainnya dan perlu diperkuat dengan penambahan nanoselulosa yang berasal dari limbah pertanian seperti bagas sorgum dan limbah nanas yang selama ini belum ditangani dengan baik sehingga sering mencemari lingkungan. Pemanfaatan limbah pertanian sebagai sumber bahan baku nanoselulosa dilakukan dengan isolasi selulosa melalui proses delignifikasi dan penghilangan hemiselulosa (proses panas dan kimiawi). Selulosa yang diperoleh selanjutnya diproses menjadi berukuran nano dengan metode yaitu hidrolisis asam dan wet milling process. Nanoselulosa yang dihasilkan dicampurkan dengan matriks polimer PVA pada formulasi tertentu. Komposit PVA-nanoselulosa yang dihasillkan dikarakterisasi meliputi sifat fisik, mekanik, termal dan morfologinya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa limbah serat nanas memiliki kandungan selulosa yang lebih tinggi dibandingkan dengan bagas sorgum, sementara bagas sorgum memiliki kandungan hemiselulosa yang lebih tinggi. Perbedaan karakteristik ini berpengaruh terhadap karakteristik selulosa yang dihasilkan dan kemampuannya untuk memperkuat polimer PVA. Proses delignifikasi dan penghilangan hemiselulosa menghasilkan serat selulosa yang terfibrilasi dengan diameter berukuran sekitar 5 µm. Kadar selulosa dari serat nanas setelah proses pulping mencapai 90,57% yang berarti proses delignifikasi dan penghilangan hemiselulosa yang dilakukan sudah cukup baik. Proses pengecilan ukuran selulosa menggunakan metode ultra fine grinder lebih baik dibandingkan hidrolisis asam karena dapat menghasilkan nanoselulosa serat nanas Laporan Tahunan BB-Pascapanen Tahun 2014
30
dan bagas sorghum dengan ukuran < 100 nm dan terfibrilasi dengan baik.
Dari
tampilan TEM, nanoselulosa yang dihasilkan adalah microfibrilated cellulose (MFC). Penambahan nanoselulosa berpengaruh terhadap sifat fisik yaitu densitas, warna, kristalinitas dan transparansi film yang dihasilkan. Penambahan nanoselulosa juga berpengaruh terhadap sifat mekanik khususnya meningkatkan tensile strength komposit PVA-nanoselulosa. Konsentrasi nanoselulosa yang paling optimum adalah 30%. Komposit PVA-Nanoselulosa sorgum memberikan nilai kuat tarik yang lebih tinggi dibandingkan nanoselulosa serat nanas. Penambahan gliserol tidak terlalu berpengaruh terhadap sifat fisik kecuali kristalinitas. Namun demikian, penambahan gliserol dapat menurunkan kuat tarik komposit film yang dihasilkan. Komposit PVAnanoselulosa serat nanas memiliki nilai WVTR yang jauh lebih rendah dibandingkan bagas sorgum. Komposisi terbaik pembuatan komposit PVA-nanoselulosa adalah menggunakan serat nanas dengan konsentrasi PVA 10%, nanoselulosa 30% dan gliserol 1%.
Gambar 23. Komposit PVA-Nanoselulosa serat nanas hasil hidrolisis asam dan hasil
ultra fine grinder
b. Teknologi Produksi Gula Semut dari Nira Batang Sorgum Manis Melalui Proses Enzimatis Gula merupakan komoditi strategis karena tingginya permintaan dan konsumsi. Pada tahun 2013, kebutuhan gula nasional diperkirakan mencapai 5,8 juta ton, padahal produksinya hanya sekitar 2,3 juta ton. Gula semut dari nira batang sorgum manis berpotensi untuk digunakan sebagai gula alternatif. Dengan komposisi nira sorgum manis yang hampir sama dengan nira tebu dan nira kelapa maka ada peluang untuk dihasilkan gula. Ruang lingkup kegiatan ini meliputi karakterisasi nira batang sorgum manis dan produksi gula semut melalui proses enzimatis (enzim dektranase dan α-amilase). Laporan Tahunan BB-Pascapanen Tahun 2014
31
Selanjutnya pengemasan gula semut dengan berbagai bahan pengemas untuk mengetahui bahan pengemas terbaik dan analisis produk yang dihasilkan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rendemen sorgum manis yang dihasilkan sekitar 45%, sisanya berupa ampas/serat mencapai 55 %. Nira batang sorgum manis hasil pengepresan mengandung total gula 15,6 %, sukrosa 11,3% dan gula reduksi 2,69%. Penambahan dekstranase pada nira sorgum manis akan mengurangi dekstran. Berkurangnya dekstran akan meningkatkan sukrosa yang diperoleh. Waktu tunda giling dengan penambahan dekstranase tidak berpengaruh nyata terhadap sukrosa yang dihasilkan. Penambahan enzim α-amilase dosis 0,6; 0,8 dan 1 ml/L dengan inkubasi 10, 20 dan 30 menit tidak berpengaruh nyata terhadap gula total dan gula reduksi. Gula total yang paling tinggi diperoleh dengan pemberian enzim 0,8 ml/L dengan waktu inkubasi 20 menit. Produksi gula semut dimulai dengan pengentalan nira sorgum manis sampai keketalan 70o brix pada suhu 60oC dan pemberian enzim 0,8 ml/L dengan inkubasi 20 menit. Selanjutnya dilakukan produksi gula semut dengan pencampuran gula kelapa dan gula sorgum manis dengan komposisi 6 : 4. Gula semut yang dihasilkan memiliki indeks glikemik rendah yaitu sebesar 52,73. Gula semut kelapa dan sorgum manis sampai 45 hari penyimpanan masih menunjukkan
mutu yang baik sesuai SNI 01-
3743-1995 sehingga produk gula semut masih memenuhi standar untuk dikonsumsi.
Gambar 24. Gula semut dari sorgum manis
c. Pemanfaatan Limbah Srikaya (Annova squamosa Linn.) untuk Memproduksi Biopestisida Pengendali Penyakit Pascapanen pada Buah Prioritas Indonesia sebagai negara agraris memiliki keanekaragaman sumber daya hayati yang melimpah seperti buah dan sayuran. Salah satu buah yang cukup khas di Indonesia namun belum dieksplorasi kandungan bioaktifnya ialah tanaman srikaya Laporan Tahunan BB-Pascapanen Tahun 2014
32
(Annona squamosa Linn.). Limbah pengolahan padat yang dihasilkan pada pengolahan buah, seperti kulit dan biji belum dimanfaatkan dengan optimal. Penelitian bioaktif belum banyak dilakukan di Indonesia sehingga perlu penelitian terapan yang berorientasi pada produksi bioaktif. Ruang lingkup kegiatan penelitian ini meliputi : identifikasi kandungan bioaktif, penyiapan
bahan
baku
pestisida
berbasis
limbah
srikaya
dan
penyimpanan/penundaan proses penanganan bahan baku pestisida. Kegiatan selanjutnya yaitu optimasi kandungan bioaktif bahan baku dan eksperimen pendahuluan ekstraksi biji srikaya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa limbah pengolahan srikaya (kulit dan biji) mengandung protein, vitamin C, total fenol dan senyawa bioaktif sejenis acetogenin yang berpotensi sebagai antifungal dan bahan biopestisida alami. Pada biji, diduga komponen aktif adalah metil ester (CAS) metil oleat 15,48%. Senyawa tersebut merupakan kelompok asam lemak yang diduga adalah asetogenin. Pada daging ditemukan komponen serupa namun lebih beragam, yaitu 10,13 octadecadienoic acid 13,84%; 9,12,15, octadecadienoic acid, methyl linolenate sebesar 8,24%, sedangkan pada kulit tidak ditemukan senyawa bioaktif. Penyiapan bahan baku biopestisida dari limbah srikaya adalah dengan cara mengeringkan limbah dan mengekstraksi dengan pelarut. Limbah srikaya (kondisi mentah) memiliki
total penol, kapasitas antioksidan dan asetogenin lebih tinggi.
Penyimpanan bahan baku limbah srikaya (penundaan proses) tidak menunjukkan kecenderungan yang jelas terhadap penurunan total phenol, namun bahan aktif asetogenin meningkat bila dilakukan penundaan proses pengolahan hingga 2 hari. Teknik untuk mengoptimumkan bahan aktif (asetogenin) pada limbah srikaya dapat ditempuh dengan cara
penyemprotan dengan bahan pengindus saat dua
minggu sebelum buah dipanen. Dalam upaya meningkatkan total phenol dan acetogenin penyemprotan dengan asam salisilat lebih baik daripada kalium silikat. Penyemprotan dengan asam salisilat 500 ppm mampu mengoptimumkan komponen aktif limbah Srikaya 2 hingga 3 kali lipat. Pada proses ekstraksi bahan aktif dari Srikaya, pelarut etanol asam merupakan pelarut terbaik karena mampu menghasilkan asetogenin dan total phenol terbesar, yang disusul oleh pelarut metanol.
Laporan Tahunan BB-Pascapanen Tahun 2014
33
d. Pengembangan Skala Produksi Mono dan Diasilgliserol (MDAG) dari Butter Pala Papua (Myristica argentea) dan Aplikasinya pada Produk Pangan Sebagai Emulsifier dan Pengawet Alami Lemak (butter) pada biji pala dapat diolah lebih lanjut menjadi produk emulsifier dan pengawet alami dalam bentuk senyawa mono- dan diasilgliserol (MDAG) yang selama ini belum banyak dikembangkan. Produk MDAG dihasilkan melalui reaksi gliserolisis enzimatis pada suhu dan lama reaksi tertentu sesuai dengan bahan baku yang digunakan. MDAG yang terbuat dari butter pala diharapkan akan berperan lebih efektif sebagai pengawet alami ataupun emulsifier karena gugus asil berasal dari asam miristat (C14). Selama ini, Indonesia masih mengimpor monodan diasilgliserol (MAG-DAG) yang banyak dibutuhkan oleh industri. Produk MDAG yang beredar di pasaran saat ini berasal dari minyak kelapa sawit, sehingga sintesis MDAG dari butter pala merupakan suatu peluang inovasi untuk keragaman MDAG. Ruang lingkup kegiatan penelitian meliputi : ekstraksi butter biji pala kering dan sintesis MDAG. Produk MDAG selanjutnya diaplikasikan pada pembuatan sosis daging ayam dan mayones. Rendemen butter biji pala berkisar antara 19,76 22,81%. Butter biji pala berupa padatan berwarna kuning dengan aroma pala yang kuat. Sintesis MDAG dari butter biji pala menghasilkan MDAG yang berupa serbuk putih dengan rendemen 6,14 - 7, 02 % dan kemurnian 94,24%. Aplikasi MDAG sebagai emulsifier dalam pembuatan sosis daging ayam menghasilkan rendemen 79,90 - 88,78%. Karakteristik sosis daging ayam yang dihasilkan, yaitu kadar air 29,60-39,63%, protein 15,47-21,59%, lemak 5,93-7,16% dan kadar abu 1,69-2,93%. Semua nilai tersebut memenuhi persyaratan SNI. Kekerasan produk berkisar 575,92 - 2458,75 g, sedangkan kekenyalan tidak menunjukkan perbedaan yang berarti (24,50 - 24,83). Nilai kalori masing-masing perlakuan berkisar 275,81 - 303,7 kkal/100g. Hasil uji organoleptik menunjukkan tidak ada perbedaan yang nyata terhadap warna, aroma dan tekstur, namun untuk parameter rasa perlakuan penambahan lemak 107,2 g dan MDAG 2,14 g menunjukkan perbedaan yang nyata. Secara keseluruhan panelis menyatakan suka terhadap produk sosis daging ayam. Aplikasi MDAG sebagai pengawet pada mayones menghasilkan produk yang cukup kental dengan viskositas 4830 - 9660 cps. Kadar air mayones berkisar 12,11 17,63%, protein 16,69 - 25,24%, dan kadar lemak 48,67 - 63,14%. Kadar lemak belum memenuhi persyaratan SNI. Nilai kalori berkisar 566,47 - 660,66 kkal/100 g. Hasil uji organoleptik menunjukkan tingkat penerimaan panelis pada penambahan MDAG 2,0 g dan kontrol menghasilkan penilaian yang baik (normal untuk seluruh Laporan Tahunan BB-Pascapanen Tahun 2014
34
parameter). Kadar air dan pH mayones mengalami penurunan selama penyimpanan sampai minggu keenam.
Gambar 26. Penampakan irisan sosis sebelum dipanggang (atas) dan setelah dipanggang (bawah)
Gambar 27. Mayones dari berbagai perlakuan (kiri : kontrol dan kanan : penambahan MDAG 2,0 g
D. Sumber Dana Kemitraan Badan Litbang Pertanian a. Peningkatan
Kelembagaan
Gapoktan
Melalui
Pengembangan
Model
Agroindustri Pengolahan Cabai dan Tomat di Propinsi Aceh Propinsi Aceh merupakan salah satu propinsi dengan pertumbuhan luas panen cabai dan tomat yang cukup tinggi, yaitu 0,13% untuk cabai dan 4,33% untuk tomat. Secara keseluruhan, luas tanam cabai di Propinsi Aceh pada tahun 2011 mencapai 8.612 ha dengan produksi 49.525 ton, sedangkan tomat mencapai
Laporan Tahunan BB-Pascapanen Tahun 2014
35
1.177 ha dengan produksi 17.358 ton pada tahun 2011. Salah satu kabupaten sentra produksi cabai dan tomat di Propinsi Aceh adalah Kabupaten Benner Meriah. Terdapat beberapa permasalahan mendasar dalam budidaya cabai dan tomat, yaitu : 1) Komoditas cabai dan tomat yang mudah rusak sehingga umur simpannya relatif pendek, 2) Fluktuasi harga yang cukup tinggi terutama pada saat panen raya, 3) Rendahnya pengetahuan dan keterampilan petani dalam mengolah cabai dan tomat, 4) Belum optimalnya peran aktif gapoktan dan aparatur pemerintahan dalam pembinaan, dan 5) Masih rendahnya tingkat adopsi inovasi petani terhadap olahan cabai dan tomat. Berdasarkan
hal
tersebut,
diperlukan
sebuah
model
agroindustri
pengolahan cabai dan tomat dengan penerapan teknologi yang tepat dan sesuai karakteristik wilayah. Kegiatan pengembangan agroindustri pengolahan cabai dan tomat dilaksanakan dengan meningkatkan fungsi dan peran kelembagaan Gapoktan di Kabupaten Benner Meriah serta lembaga pemerintah melalui kerjasama antara Balitbangtan (BB-Pascapanen dan BPTP Aceh) dengan STPP Medan, dan pemerintah daerah setempat. Kelayakan Finansial Terdapat tiga produk dalam pengembangan model agroindustri olahan cabai dan tomat di Gapoktan Reje Kumala, Kabupaten Benner Meriah, yaitu saos cabai, saos tomat dan sari buah tomat-pepaya (topey). Ketiga produk tersebut paling banyak disukai oleh responden dan mempunyai peluang pasar yang cukup baik di Kabupaten Benner Meriah, Propinsi Aceh. Dari analisis kelayakan finansial menunjukan bahwa usaha pembuatan saos tomat, saos cabai, dan sari buah tomatpepaya layak dilaksanakan. Tabel 1. Kelayakan finansial pembuatan saos cabai, saos tomat, dan sari buah tomat-pepaya Kriteria NPV (Rp) B/C Ratio IRR (%) BEP (gelas/botol) PBP (bulan) Kelayakan
Saos cabai 384.197.857,1,47 56,98 25 >12 bulan Layak
Produk Saos tomat 265.557.042,1,47 77,49 18 13 bulan Layak
Sari buah topey 67.240.278,1,47 35,56 1.420 21 bulan Layak
Jenis peralatan dan mesin pada model agroindustri pengolahan cabai dan tomat didisain agar dapat mendiversifikasikan bahan baku menjadi aneka produk olahan, selain saos cabai, saos tomat dan sari buah tomat-pepaya. Dengan Laporan Tahunan BB-Pascapanen Tahun 2014
36
demikian, gapoktan dapat memproduksi tidak hanya saos dan sari buah namun dapat berkembang memproduksi aneka olahan lainnya seperti pasta cabai, cabai kering, cabai bubuk, pasta tomat, sari buah tomat.
Mesin pemasta
Mesin Pembubur
Mesin Pengering
Mesin pemasak
Mesin Penepung
Gambar 28. Jenis peralatan dan mesin pada model agroindustri pengolahan cabai dan tomat di Gapoktan Reje Kumala, Kab. Benner Meriah
Proses alih teknologi dilaksanakan melalui pelatihan teknis agar proses transfer teknologi berjalan dengan baik. Pelatihan diikuti 25 orang petani yang merupakan anggota Gapoktan Reje Kumala.
Pelatihan ini bertujuan untuk
membekali anggota gapoktan dengan teknologi pengolahan cabai dan tomat, termasuk di dalamnya penggunaan dan pemeliharaan peralatan produksi. Produk yang dilakukan uji coba adalah saos cabai, saos tomat dan sari buah tomatpepaya. Hasil uji laboratorium terhadap mutu produk saos cabai, saos tomat dan sari buah tomat-pepaya yang dihasilkan oleh Gapoktan Reje Kumala cukup baik. Namun demikian, anggota Gapoktan Reje Kumala masih perlu dibimbing lebih intensif
dalam
pembuatan
produk
olahan
agar
dapat
secara
konsisten
menghasilkan produk sesuai persyaratan mutu.
Laporan Tahunan BB-Pascapanen Tahun 2014
37
Gambar 29. Produk saos cabai dan tomat hasil uji coba produksi di Gapoktan Reje Kumala
b. Produksi Nanobiomaterial sebagai Bahan Sediaan Bahan Baku Kemasan Ramah Lingkungan dan Nano Pupuk Teknologi nano telah tersedia, namun belum diaplikasikan secara luas khususnya untuk membuat pupuk nano bagi tanaman padi. Pengembangan teknologi nano untuk memperoleh formulasi awal pupuk nano dengan memanfaatkan bahan batuan alami dan bahan organik baru dimulai pada tahun 2010 oleh Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian. Formulasi pupuk dengan menggunakan teknologi nano diharapkan mampu meningkatkan produktivitas padi. Efektivitas dan efisiensi pupuk nano terhadap peningkatan produksi padi serta respon genetik padi terhadap jenis pupuk tersebut belum banyak diketahui. Oleh sebab itu, perlu penelitian yang lebih terperinci dari aplikasi pupuk nano untuk tanaman padi terutama pengaruhnya terhadap genetik padi dibandingkan dengan pupuk biasa (pupuk konvensional). Penggunaan kemasan plastik yang berbahan baku minyak bumi saat ini sudah dalam tahap mengkhawatirkan karena selain berbahaya bagi kesehatan juga berdampak buruk bagi lingkungan. Sementara di sisi lain, banyak limbah pertanian yang tidak dimanfaatkan dengan baik dan dibuang ke lingkungan sehingga menimbulkan pencemaran dan kerusakan lingkungan. Limbah pertanian ini sebenarnya dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku nanoselulosa yang dapat diaplikasikan pada berbagai produk.
Aplikasi nanoselulosa untuk pembuatan
biofoam sebagai kemasan pengganti styrofoam sangat diharapkan mengingat jenis kemasan ini belum berkembang di Indonesia. Dengan demikian diharapkan ketergantungan terhadap styrofoam sebagai produk turunan dari minyak bumi semakin berkurang sehingga pencemaran lingkungan bisa dikurangi. Pada penelitian ini telah dihasilkan prototipe awal pupuk komposit nano nitrogen menggunakan pendekatan top down melalui proses miling bertahap yang Laporan Tahunan BB-Pascapanen Tahun 2014
38
diikuti proses kompaksi. Rasio urea : zeolit mempengaruhi volume, densitas kamba dan kekompakan tablet pupuk yang dihasilkan, dimana nilai parameter tersebut semakin meningkat dengan semakin tingginya rasio zeolit dalam pupuk komposit. Mengingat densitas kamba dan kekompakan berkaitan dengan porositas tablet pupuk, hasil penelitian menunjukkan bahwa formula nano pupuk urea : zeolit dapat memperlambat kelarutan N dalam air dibandingkan urea granul. Hasil penelitian juga mengindikasikan bahwa semakin kecil ukuran partikel urea dan zeolit serta semakin tinggi rasio zeolit yang dikompaksi semakin lambat proses pelarutan nitrogennya. Perlakuan coating menggunakan polietilen glikol dan asam akrilat maupun gliserol dan asam sitrat dapat memperlambat pelarutan nitrogen dari komposit nano pupuk nitrogen. Hasil ini menunjukkan pentingnya perlakuan coating untuk membantu efektivitas komposit nano pupuk nitrogen dalam memperlambat pelarutan nitrogen.
Gambar 30. Pupuk komposit nano nitrogen dengan komposisi urea : zeolite 1 : 1 (kiri), 2 : 1 (tengah), dan 1: 2 (kanan) Pada penelitian pembuatan kemasan ramah lingkungan berupa biofoam, penambahan serat nanas memberikan hasil terbaik terhadap kadar air dan daya serap air, sementara tongkol jagung memberikan hasil yang kurang baik karena daya serap air biofoam yang tinggi. Hal ini akan membatasi aplikasinya bila digunakan untuk mengemas produk pangan dengan kadar air tinggi. Serat nanas dan serat tandan kosong sawit (TKS) juga memiliki kristalinitas tinggi sehingga berpengaruh terhadap sifat mekanisnya yang lebih kuat dibanding sumber serat lain. Isolasi selulosa menggunakan sodium khlorit dengan jumlah pencucian 6 kali berhasil menghilangkan bahan lain berupa lignin dan hemiselulosa hingga diperoleh kadar selulosa lebih dari 90%. Proses pembuatan nanoselulosa melalui proses ultra fine grinder telah menghasilkan nanoselulosa berupa microfibrilated cellulose (MFC) dengan ukuran diameter <100 nm. Penambahan nanoselulosa dapat meningkatkan sifat fisik dan mekanis biofoam karena selulosa lebih bersifat kristalin dibandingkan pati tapioka yang juga merupakan bahan baku utama biofoam. Laporan Tahunan BB-Pascapanen Tahun 2014
39
Gambar 31. Nanoselulosa dari berbagai limbah pertanian (kiri) dan biofoam nanoselulosa
c. Aplikasi Nanoteknologi untuk Pengembangan Pertanian Bioindustri Nanoteknologi memiliki peluang aplikasi dalam pengembangan pertanian bioindustri untuk meningkatkan nilai tambah dan daya saing komoditas pertanian. Komoditas hortikultura dan perkebunan merupakan komoditas penting yang memiliki nilai ekonomi tinggi di Indonesia. Dalam penanganan pascapanen mangga, pengembangan coating berbasis nano dapat diterapkan untuk memperpanjang masa simpan buah. Aplikasi nano-biowax coating dapat memperlambat proses respirasi buah dan memperpanjang umur simpannya. Penanganan buah dengan nano-biowax coating sangat diperlukan untuk mendukung ekspor buah melalui transportasi laut. Selain itu, sejalan dengan berkembangnya trend konsumsi buah potong segar, aplikasi nano-edible coating untuk memperpanjang masa simpan buah potong menjadi sangat penting untuk dikembangkan. Pada aspek hulu, pembibitan yang dilakukan secara konvensional memerlukan waktu yang panjang serta risiko kerusakan yang tinggi. Pengembangan seed coating berstruktur nano yang dapat memberikan perlindungan serta mengendalikan waktu perkecambahan benih merupakan teknik yang efektif dan efisien untuk produksi bibit berkualitas yang akan dikembangkan secara cepat dalam skala besar. Pengembangan coating untuk memperpanjang masa simpan mangga segar dilakukan dengan formulasi bio-wax berstruktur nano. Pembuatan nano-biowax coating dilakukan melalui pembentukan nano emulsi dengan teknik emulsifikasi energi tinggi. Formula emulsi coating dikembangkan dari formula yang telah dihasilkan sebelumnya, yang terdiri atas bees wax (12%), asam oleat (4%), trietanolamin (2%) dan air (82%)). Pada penelitian ini digunakan juga carnauba wax dan emulsifier untuk meperbaiki sifat coating. Wax leleh dicampurkan dengan air Laporan Tahunan BB-Pascapanen Tahun 2014
40
panas dengan homogenizer ultraturrax untuk menghasilkan emulsi kasar, lalu dibiarkan pada suhu ruang sebelum diproses lebih lanjut dengan high pressure homogenizer (HPH) pada tekanan 500 bar dan 5 kali siklus pengumpanan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nanoemulsi berbasis bees wax memiliki kestabilan yang rendah yang ditunjukkan dengan terjadinya pemisahan fase (creaming) beberapa saat setelah proses homogenisasi, sedangkan nanoemulsi berbasis carnauba memiliki kestabilan yang lebih tinggi yang ditunjukkan dengan tidak adanya pemisahan fase setelah penyimpanan selama lebih dari 2 bulan. Nano-biowax coating berbasis bees mencapai warna kuning maksimal pada penyimpanan hari ke12 (skor 4-6), sedangkan nano-biowax berbasis carnauba mencapai warna kuning (skor 4) pada hari ke -16. Tekstur mangga berlapis coating bees lebih cepat lunak (mencapai skor 4 pada hari ke-8) dari pada mangga berlapis coating carnauba (mencapai skor 4 hari ke-10). Mangga yang diberi perlakuan coating bees wax memiliki kadar gula total yang lebih tinggi (mencapai 13% pada hari ke-12) daripada mangga yang diberi perlakuan coating carnauba wax (7,5% - 11%) pada hari ke-12. Pengukuran kadar etilen menunjukkan, bahwa aktivitas pematangan dapat ditekan dengan aplikasi beberapa formua coating. Pengembangan edible coating untuk memperpanjang masa simpan mangga potong dan mangga utuh dilakukan dengan formulasi berbasis pati, wax dan penambahan antimikroba nano-ZnO. Formulasi dan ujicoba coating mangga potong dilakukan dengan penambahan bahan antimikroba berbasis nano (nano-ZnO) 1-2% pada formulasi berbasis tapioka 2% dan bees wax 1,5%. Mangga potong disiapkan melalui pengolahan minimal dengan pencelupan dalam larutan C aCl2. Aplikasi larutan coating dilakukan dengan teknik pencelupan, dan penyimpanan dilakukan pada suhu 10°C. Pengamatan dilakukan terhadap warna, susut bobot dan total mikroba (total plate count). Penambahan coating mampu menghambat penurunan parameter mutu warna, meminimalkan susut bobot serta menahan peningkatan total mikroba selama penyimpanan. Pengembangan coating untuk benih sawit dilakukan dengan formulasi berbasis hidrokoloid dan wax serta enrichment dengan formula mikroba Trichoderma dan Bulcholderia. Aplikasi coating pada benih sawit menunjukkan hasil yang bervariasi dan tampak adanya kompatibilitas yang spesifik antara material coating dan formula mikroba.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan bakteri
Bulcholderia sp. atau cendawan Trichoderma sp. serta zat penghambat tumbuh pada semua konsentrasi dan lama perendaman tidak mempengaruhi pertumbuhan kecambah dalam media arang sekam. Benih dapat tumbuh dengan baik dan daun berkembang dengan cepat. Pada kegiatan selanjutnya, terlihat bahwa perendaman Laporan Tahunan BB-Pascapanen Tahun 2014
41
benih dalam bakteri Bulcholderia sp. menghambat pertumbuhan benih. Sebagian besar benih terlihat mengering dan ujung daun mencoklat sedangkan akarnya tidak berkembang, berwarna hitam dan kering. Hal yang sama terjadi pada penggunaan enrichment Trichoderma sp., akan tetapi persentase benihnya lebih tinggi. Perlakuan enrichment dengan Trichoderma sp. dikombinasikan dengan zat penghambat tumbuh dengan taraf 0.25 mg/l selama 1 hari dan perendaman dalam Trichoderma sp. dengan penambahan zat penghambat tumbuh 25 mg/l selama 2 hari yang dilanjutkan dengan coating dalam formulasi GA, CMC, E25 dan GA-CMC merupakan perlakuan terbaik di mana benih tetap berwarna hijau dan akar tetap tumbuh dengan respon petumbuhan minimal. d. Peningkatan Kemanfaatan Peralatan Laboratorium Flavor Badan Litbang Pertanian Ruang lingkup kegiatan meliputi 3 kegiatan utama, yaitu : 1) Relokasi Laboratorium Flavor dari BB Padi Sukamandi ke BB Pascapanen Bogor; 2) Penelitian Mutu dan Keamanan Pangan Produk Pertanian, yang meliputi : a) Studi cemaran bahan berbahaya (peroksida) dan mutu minyak goreng (dalam kemasan dan curah, b) Kontaminan logam berat (cadmium) dan asam lemak bebas pada biji kakao, c) Studi cemaran aflatoksin pada biji pala, d) Efektivitas proses nanoemulsifikasi terhadap tingkat bioaksebilitas vitamin A sebagai bahan fortifikasi pangan, e) Studi cemaran arsen (total dan inorganik) pada beras pecah kulit (BPK) dan beras giling (BG), serta 3) Focus Group Discussion (FGD) keamanan pangan dan pembentukan Tim Keamanan Pangan lingkup Badan Litbang Pertanian. Relokasi Lab. Flavor dari BB Padi Sukamandi ke BB Pascapanen Bogor Laboratorium Flavor Badan Litbang Pertanian yang berada di BB Padi Sukamandi, Subang dibangun dengan tujuan untuk melakukan berbagai riset flavor beras, terutama varietas indigenous Indonesia, sebagai input dalam melakukan perbaikan mutu beras melalui perbenihan. Sejak dibangun pada tahun 2007 Laboratorium Flavor terus berkembang dengan melengkapi berbagai sarana prasarana dan peralatan yang memiliki kapasitas yang luas, tidak hanya untuk kepentingan analisis atau riset flavor saja namun juga untuk analisis mutu dan keamanan produk pertanian. Beberapa alat yang tersedia dengan high profile dengan
presisi sangat tinggi antara
Spectrometry-Mass
Spectrometry
lain
:
(LC-MSMS),
Liquid Gas
Chromathography-Mass Chromatography
Mass
Spectrometry (MSMS; MSO; ECD) (GC-MS), Inductively Coupled Plasma Mass Spectrometry (ICP-MS). Alat-alat tersebut merupakan penunjang berbagai penelitian Laporan Tahunan BB-Pascapanen Tahun 2014
42
advance research seperti nanoteknologi, bioteknologi, food safety (mikroba, cemaran logam, residu pestisida), tanah, pupuk, pestisida, hormon hewan, dan lain-lain. Sesuai dengan tugas dan fungsinya, Laboratorium Flavor lebih banyak dioptimalkan untuk analisis mutu yang terkait dengan mutu beras dan padi. Optimalisasi Laboraorium Flavor dapat dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan kapasitas pemanfaatannya. Beberapa cara yang dapat dilakukan antara lain melalui : 1) perluasan ruang lingkup analisis yaitu mencakup mutu dan keamanan pangan produk pertanian dan produk pangan, 2) mempermudah akses ke lokasi laboratorium dengan merelokasi seluruh atau sebagian peralatan ke lokasi yang lebih strategis, misalnya ke Kampus Penelitian Balitbangtan di Cimanggu Bogor, dan 3) meningkatkan tata kelola laboratorium dengan akreditasi dan penerapan good governance. Sampai pertengahan tahun 2014, BB Padi mengusulkan untuk melakukan upaya optimalisasi kemanfaatan Laboratorium Flavor melalui relokasi ke Kampus Penelitian Cimanggu Bogor dibawah koordinasi BB Pascapanen yang disampaikan pada berbagai rapat pimpinan dan koordinasi tingkat Balingbantan. Untuk menindaklanjutinya dilakukan rapat-rapat koordinasi teknis antara peneliti BB Padi dan BB Pascapanen di Bogor yang menyepakati keharusan tersedianya naskah akademik untuk mengkaji rencana relokasi, penyiapan sarana prasarana baik ruangan maupun sistem instalasi gas dan listrik dan timeline proses eksekusinya. Pada awal Oktober 2014, telah dihasilkan naskah akademik oleh Tim BB Padi dan BB Pascapanen. Inti dari naskah akademik tersebut adalah salah satu upaya optimalisasi Laboratorium Flavor dapat dilakukan melalui pemidahan sebagian peralatan yang tidak berhubungan langsung dengan analisis dan riset flavor ke Kampus Penelitian Pertanian Cimanggu Bogor agar fungsi dan operasional Laboratorium Flavor tetap dapat berlangsung dengan baik dan maksimal, namun pemanfaatan peralatan yang dipindahkan (10 item) juga akan maksimal dalam menunjang penelitian UK/UPT lingkup Balitbangtan serta pelayanan jasa analisis untuk meningkatkan PNBP. Selain itu, di Laboratorium BB Pascapanen telah dilakukan penyiapan sarana prasarana seperti penataan ulang ruangan, pengecekan grounding listrik dan instalasinya, serta penyiapan instalasi gas yang diperlukan untuk operasional peralatan sesuai hasil kunjungan Tim teknis dari BB Pascapanen ke peralatan Laboratorium Flavor yang akan dipindahkan. Salah satu program utama dari pemerintahan baru Kabinet Kerja 2014-2019 adalah mencapai swasembada Padi, Jagung dan Kedelai (PJK) yang harus dicapai dalam 3 tahun kedepan. Padi merupakan pangan pokok di Indonesia yang kebutuhannya
terus
meningkat
Laporan Tahunan BB-Pascapanen Tahun 2014
secara
signifikan
yang
berkorelasi dengan
43
peningkatan jumlah penduduk. Pada tahun 2014, angka ramalan produksi padi mencapai 69,87 juta ton GKG atau 40,64 juta ton beras, sedangkan konsumsi beras 36,44 juta ton atau terjadi surplus sebesar 4,19 juta ton beras. Pada tiga tahun ke depan ditargetkan capaian produksinya sebesar 75,618 juta ton GKG. Untuk itu dalam rangka mendukung kegiatan pencapaian swasembada komoditas PJK, Balitbangtan berupaya menggerakkan seluruh potensi sumberdaya yang
ada,
terutama
penyediaan
teknologi,
mulai
dari
budidaya
sampai
pascapanennya. Pada rapat pimpinan Balitbangtan di Instalasi Laboratorium BB Pascapanen di Karawang yang dilanjutkan dengan kunjungan ke BB Padi Sukamandi, disepakati bahwa untuk mendukung pencapaian swasembada padi akan dilakukan revitalisasi dan penguatan sistem inovasi teknologi, termasuk penguatan laboratorium yang terkait dengan litbang komoditas padi. Salah satunya adalah Laboratorium Flavor di BB Padi akan ditingkatkan kapasitasnya dalam mendukung riset dan pelayanan jasa analisis, sehingga rencana relokasi sebagian peralatan ke Kampus Penelitian Cimanggu Bogor dibatalkan dan akan dilakukan sinergisme kegiatan penelitian dengan lebih memanfaatkan peralatan tersebut oleh berbagai UK/UPT Balitbangtan. Penelitian Mutu dan Keamanan Pangan Produk Pertanian 1. Studi cemaran bahan berbahaya (peroksida) dan mutu minyak goreng (dalam kemasan dan curah) Produk utama kelapa sawit adalah minyak kelapa sawit yang dihasilkan oleh daging buah (mesokarp) atau yang lebih dikenal dengan Crude Palm Oil (CPO) dan minyak inti sawit yang dihasilkan oleh inti sawit yang dikenal dengan Palm Kernel Oil (PKO). Minyak kelapa sawit memiliki banyak manfaat dalam pengunaannya, namun konsumsi domestik terhadap CPO sebagian besar adalah untuk industri minyak goreng. Isu negatif keamanan pangan produk kelapa sawit yang paling banyak diperdebatkan adalah efek negatif terhadap kesehatan seperti adanya komponen karsinogenik 3-MCPD, tingginya bilangan peroksida dan asam lemak bebas, atau adanya cemaran logam berat dan residu pestisida. Scientific Committee on Food-Europe Commission menetapkan kadar maksimal 3-MCPD pada produk minyak sawit untuk pasar Eropa sebesar 0,02 ppm (Commission regulation 466/2001). Baru-baru ini Rusia menambahkan syarat kadar peroksida minyak sawit (CPO) maksimum 0,9%, padahal rata-rata CPO Indonesia mengandung peroksida 5% sesuai aturan di dalam Codex. Proses pengolahan minyak goreng melalui tahapan bahan baku (CPO), degumming, rafinasi (I), bleaching (II), deodorisasi (III), fraksionasi, kristalisasi Laporan Tahunan BB-Pascapanen Tahun 2014
44
(IV) dan filtrasi (V). Hasil penelitian menunjukkan bahwa mutu minyak goreng dengan parameter asam lemak bebas (FFA) cukup tinggi pada bahan baku (CPO), tetapi dengan proses pengolahan mengalami penurunan, terutama pada tahapan II (bleaching). Nilai FFA minyak goreng baik kemasan maupun curah menunjukkan nilai di bawah persyaratan SNI sehingga kedua jenis minyak goreng memiliki mutu yang cukup baik. Dari parameter bilangan peroksida dan kadar air minyak goreng kemasan dan curah masih memenuhi persyaratan SNI yaitu maksimal 2 meq/kg untuk bilangan peroksida dan maksimal 0,3% untuk kadar air. Viskositas sampel minyak goreng curah memiliki nilai yang tertinggi yang menunjukkan telah ada kerusakan. Untuk warna yang terlihat berbeda adalah sampel CPO yang berwarna merah. 2. Kontaminan Logam Berat (Kadmium) dan FFA pada Biji Kakao Kadmium (Cd) adalah logam kebiruan yang lunak dan merupakan racun bagi tubuh manusia. Waktu paruhnya 30 tahun dan dapat terakumulasi pada ginjal, sehingga ginjal mengalami disfungsi. Kadmium lebih mudah diakumulasi oleh tanaman dibandingkan dengan ion logam berat lainnya seperti timbal. Kadmium sangat membahayakan kesehatan karena pengaruh racun akut dari unsur tersebut sangat buruk. Diantara penderita yang keracunan kadmium mengalami tekanan darah tinggi, kerusakan ginjal, kerusakan jaringan testikular dan kerusakan sel-sel jaringan darah merah. Mutu komoditas kakao menjadi permasalahan utama dalam daya saing dengan negara lain, terutama dengan adanya indikasi tercemarnya produk dengan logam berat. Karena itu cemaran logam berat (termasuk kadmium) harus diperhatikan batas maksimum yang diperbolehkan. Maksimum kandungan kadium yang diperbolehkan di beberapa negara, sebagai berikut : Jerman 0,4 mg/kg, Finlandia dan Eropa 0,5 mg/kg dan Malaysia 1 mg/kg. Indonesia menetapkan batas maksimum kandungan kadmium untuk coklat dan produk kakao sebesar 0,5 mg/kg. Adanya logam berat kadmium dalam kakao dapat berasal pada setiap tahapan proses, yaitu pada persiapan proses, peralatan yang digunakan, pencemaran lingkungan, transportasi dan penyimpanan. Untuk mengetahui kontaminan logam berat kadium pada kakao telah dilakukan pengambilan sampel pada tingkat pedagang pengumpul dan eksportir. Hasil analisis menunjukkan bahwa kadar kadmium kakao yang berasal dari pedagang pengumpul dan eksportir bervariasi antara tidak terdeteksi (ttd) – 0,45 ppm. Berdasarkan standar SNI, batas maksimum kandungan kadmium yang diperbolehkan adalah 0,5 mg/kg. Hasil analisis kadar asam lemak bebas (FFA) Laporan Tahunan BB-Pascapanen Tahun 2014
45
sampel kakao yang diperoleh dari eksportir masih di bawah ambang batas yang ditetapkan oleh Codex, yaitu 1,75%, sedangkan sampel yang diperoleh dari pedagang pengumpul terdapat beberapa sampel yang kandungan asam lemaknya melebihi ambang batas yang ditetapkan oleh Codex. Komposisi asam lemak kakao yang diperoleh dari eksportir didominasi oleh asam palmitat 2235%%, asam stearat 7-33% dan asam oleat 29-33%, sedangkan sampel kakao yang berasal dari pedagang pengumpul mempunyai asam palmitat 19-29%, asam stearat 16-36% dan asam oleat 30-54%. 3. Studi cemaran aflatoksin pada biji pala Pengembangan areal pertanaman pala telah mendorong pertumbuhan produksi pala naik sebesar 76,6% selama 5 tahun terakhir. Meskipun dari tahun ke tahun produksi pala mengalami peningkatan, namun nilai ekspor pala dari Indonesia cenderung mengalami penurunan. Hal ini disebabkan adanya penolakan oleh negara-negara importir akibat tidak memenuhi persyaratan mutu yang telah ditetapkan, terutama mengenai kandungan aflatoksin yang melebihi batas maksimum. Dalam kurun waktu dua tahun (2010-2011), Indonesia telah menerima 9 kali notifikasi Rapid Alert Sytem for Food and Feed (RASFF) dari Uni Eropa karena kandungan aflatoksin diatas 5 ppb. Setiap negara mempunyai standar batas maksimum kandungan aflatoksin yang berbeda-beda, antara lain : Belanda 18 ppb; Finlandia 9,7 ppb; Hungaria 9,7 ppb. Sementara di Indonesia, syarat mutu pala berdasarkan SNI 01- 2045-1990 (pala dengan batok), hanya mengatur tentang kebersihan yang dilakukan dengan cara pengamatan visual. Untuk mengetahui kontaminan aflatoksin pada biji pala telah dilakukan pengambilan sampel pada tingkat petani, pedagang pengumpul, dan eksportir. Hasil analisis menunjukkan bahwa tidak terdeteksi adanya kontaminan aflatoksin pada sampel yang diuji untuk semua tingkatan baik petani, pedagang pengumpul maupun
eksportir.
Petani,
pedagang
pengumpul
dan
eksportir
sudah
menerapkan standar operasional prosedur dan menjadikan parameter kadar air sebagai titik kritis untuk mutu biji pala. Meminimalkan buah/biji pala bersentuhan dengan tanah dapat meminimalkan biji pala terkontaminasi dengan aflatoksin. 4. Efektivitas proses nanoemulsifikasi terhadap tingkat bioaksebilitas vitamin A sebagai bahan fortifikasi pangan Teknologi nanoemulsifikasi menawarkan solusi yang menjanjikan dalam mengatasi permasalahan dalam fortifikasi vitamin A, antara lain masalah kelarutan, kestabilan dan keamanan fortifikan. Dengan nanoemulsifikasi, Laporan Tahunan BB-Pascapanen Tahun 2014
46
kelarutan vitamin A dalam air dapat ditingkatkan, pada saat bersamaan vitamin A dapat terlindungi dari pengaruh lingkungan yang merugikan. Keuntungan lainnya, dalam proses pencernaan, ketersediaan biologis vitamin A dapat terjadi melalui mekanisme lepas lambat (slow release) ataupun lepas terkendali (controlled release), sehingga potensi toksik akut vitamin A dapat diminimalisasi. Namun demikian, efektivitas nanoemulsifikasi terhadap ketersediaan biologis vitamin A, baik yang tersedia setelah pencernaan/untuk penyerapan (bioaksesibilitas) maupun yang tersedia setelah penyerapan (bioavailabilitas) belum banyak dilaporkan sebelumnya. Oleh karena itu, penelitian ini sangat penting baik dari sisi jaminan keamanan produk nanoteknologi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa berdasarkan karaketristik partikelnya nanoemulsi vitamin A yang dihasilkan tergolong baik (Z ave <200 nm; PDI ≤0,3; ZP (-18) – (-20)). Karakteristik partikel dan stabilitas nanoemulsi vitamin A dipengaruhi oleh proses homogenisasi (tekanan dan jumlah siklus) serta jenis minyak pembawa. Ukuran partikel dan stabilitas nanoemulsi vitamin A semakin kecil dan semakin baik seiring meningkatnya tekanan dan jumlah siklus. Nanoemulsi vitamin A dalam VCO pada awal pembentukannya memiliki ukuran partikel yang lebih kecil dibandingkan nanoemulsi vitamin A dalam minyak jagung. Akan tetapi, setelah uji feezing-thawing diketahui bahwa minyak jagung memberikan stabilitas nanoemulsi vitamin A yang lebih baik dibandingkan VCO. Demikian pula nanoemulsi minyak jagung menghasilkan bioaksesibilitas vitamin A yang lebih tinggi (55%) dibanding nanoemulsi VCO (21%). Dengan menggunakan sistem nanoemulsi minyak dalam air 10/10/80, teknologi proses nanoemulsifikasi vitamin A terbaik yaitu penggunaan minyak jagung sebagai pembawa dan proses homogenisasi dilakukan pada tekanan 500 bar sebanyak 10 siklus. Hasil uji toksisitas menunjukkan bahwa nanoemulsi vitamin A dalam minyak jagung yang diproses pada tekanan 250 bar, 5 siklus dan tekanan 500 bar, 10 siklus memiliki nilai LD50 ≥ 15 g/kg dan diklasifikasikan relatif tidak membahayakan. 5. Studi cemaran arsen (total dan inorganik) pada beras pecah kulit (BPK) dan beras giling (BG) Salah satu cemaran yang diangkat oleh Codex Comittee on Contaminant in Foods (CCCF) diantaranya adalah cemaran arsen yang cukup membahayakan makhluk hidup. Indonesia diminta untuk menginformasikan tingkat cemaran arsen pada beras yang akan dipakai sebagai bahan pertimbangan untuk penentuan ambang batasnya. Data cemaran pada padi ini belum dimiliki Laporan Tahunan BB-Pascapanen Tahun 2014
47
Indonesia, oleh karena itu perlu dilakukan evaluasi berapa besar cemaran arsen yang telah terjadi pada komoditas beras Indonesia. Sampel berupa gabah telah diperoleh dari sejumlah lokasi. Sampel ini melengkapi sampel yang sudah diperoleh pada periode penelitian tahun 2013. Gabah digiling dengan bantuan mesin mini husker untuk menghasilkan beras pecah kulit (BPK). Selanjutnya beras disosoh untuk mendapatkan beras giling (BG) dengan proses penyosohan selama 3,5 menit pada 960 rpm. Arsen inorganik pada BPK maupun BG ditetapkan pada sampel terpilih dengan mempertimbangkan kadar arsen total serta ketersediaan sumber daya penelitian. Kadar arsen (total) ditetapkan dengan bantuan instrumen ICP-MS dan AFS. Hasil analisis kadar arsen total menunjukkan bahwa secara umum kadar arsen total di dalam contoh beras giling jauh berada di bawah nilai batas maksimum (Maximum Limit, ML) yang disepakati pada sidang Codex 2014, yaitu 0,2 mg/kg. Arsen memiliki beberapa spesies yang berbeda. Spesies arsen yang banyak ditemukan pada tanaman padi (beras) adalah arsen inorganik (As III, As V) dan arsen organik (MMA, DMA). Spesies arsen inorganik (As III, As V) ditemukan dalam semua contoh beras. Spesies arsen organik dalam bentuk DMA ditemukan dalam beberapa sampel beras. Spesies arsen organik dalam bentuk MMA tidak terdeteksi pada semua sampel. Teknik Solid Phase Extraction (SPE) merupakan salah satu cara sederhana untuk memisahkan arsen inorganik dengan arsen organik. Pemisahan menjadi
penting
karena
regulasi
global
seperti
Codex
sepakat
untuk
menggunakan arsen inorganik (bukan arsen total) sebagai acuan. Hal ini didasarkan pada data ilmiah yang menunjukkan bahwa arsen inorganik jauh lebih toksik bagi manusia dibanding arsen organik. Contoh beras umumnya mengandung arsen (total) kurang dari 200 ppb. Focus Grup Discussion (FGD) Keamanan Pangan dan Pembentukan Tim Keamanan Pangan lingkup Badan Litbang Pertanian Mutu dan keamanan pangan produk pertanian masih menjadi masalah yang cukup serius di Indonesia. Beberapa kasus keracunan dan ditolaknya produk ekspor Indonesia karena mengandung kontaminan merupakan masalah yang harus dicari pemecahannya. Mutu dan keamanan pangan yang tidak memenuhi standar akan melemahkan daya saing produk pertanian Indonesia di pasar global. Dengan diberlakukannya perdagangan global ASEAN – MEA 2015, maka daya saing produk pertanian Indonesia harus ditingkatkan. Laporan Tahunan BB-Pascapanen Tahun 2014
48
Beberapa peraturan
terkait mutu
dan
keamanan
pangan
telah
ditetapkan, namun demikian data ilmiah hasil penelitian masih tersebar di berbagai instansi. Focus Group Discussion (FGD) keamanan pangan menjadi penting untuk menjaring masukan dari pihak terkait dan mengungkapkan status keragaan keamanan pangan komoditi pertanian baik komoditi lokal maupun impor (termasuk padi, jagung dan kedelai) dikaitkan dengan regulasi dan standarisasi yang ada. Dengan mengetahui kondisi terkini diharapkan dapat mengetahui inovasi yang diperlukan untuk meningkatkan keamanan pangan tersebut sehingga bisa mendukung program kedaulatan pangan. Kegiatan FGD keamanan pangan telah diselenggarakan tanggal 3-4 Desember 2014 dengan mengambil tema “Penguatan Inovasi Keamanan Pangan Mendukung Swasembada dan Peningkatan Daya Saing Produk Pertanian”. Topik yang dibahas dalam FGD, yaitu : 1) Strategi peningkatan pengendalian risiko keamanan pangan produk segar (P2HP), 2) Jaminan keamanan impor dan optimalisasi expor dalam regulasi karantina tumbuhan (Badan Karantina Pertanian), 3) Kebijakan penanganan keamanan pangan segar (Badan Ketahanan Pangan), 4) Kebutuhan inovasi mendukung peran Indonesia dalam Codex Allimentarius Commission (Badan Standardisasi Nasional), 5) New emerging food safety issues produk nanoteknologi (Kepala Puslit Kimia LIPI), 6)
New emerging food safety issues produk iradiasi (PAIR, Batan), 7) New
emerging food safety issues produk GMO (IPB), dan 8) Ketelusuran dan keamanan pangan pada ekspor produk pertanian (Hortichain).
Gambar 32 Arahan Kepala Badan Litbang Pertanian pada FGD Keamanan Pangan Pembentukan Kelompok Kerja (Pokja) Keamanan Pangan sangat diperlukan guna mendukung riset keamanan pangan dan menyusun strategi penguatan inovasi teknologi keamanan pangan. Inisiasi pembentukan Pokja Laporan Tahunan BB-Pascapanen Tahun 2014
49
Keamanan Pangan Balitbangtan perlu segera diwujudkan, termasuk penyusunan naskah akademik, penyiapan SK dan Penyusunan Program Kerja meliputi kegiatan penelitian, peningkatan kapasitas SDM, fasilitas dan kegiatan koordinatif Pokja. Diseminasi hasil program melalui kanal yang tersedia (Publikasi Ilmiah, Database, Analisis Kebijakan, Perumusan Standar, Pertemuan Internasional, Codex, dll.). Anggota Pokja terdiri atas peneliti UK/UPT lingkup Balitbangtan sebagai anggota tetap dan pakar eksternal Balitbangtan sebagai anggota kehormatan. Pokja yang dibentuk perlu dilengkapi dengan manajemen organisasi yang operasional dan ditindaklanjuti dengan penyusunan strategi dan kerangka kerja program litbang sekaligus mekanisme anggarannya, termasuk code of conduct anggota pokja.
e. Pengembangan prototipe bioindustri sagu berkelanjutan di Kabupaten Sorong Selatan, Provinsi Papua Barat Sagu merupakan bahan pangan lokal yang dapat dipergunakan dalam mengatasi permasalahan terhambatnya pasokan bahan pangan, gula dan biofuel. Potensi sagu untuk memenuhi kebutuhan pangan masyarakat cukup besar. Jika produksi sagu 20-40 ton pati/ha, maka dengan potensi luas area sagu Papua dan Papua Barat dapat dihasilkan 100-200 juta ton pati. Kebutuhan karbohidrat masyarakat Indonesia sebesar 30 juta ton beras diperoleh dari 12 juta ha sawah, sedangkan 30 juta ton pati sagu dapat diperoleh dari 1 juta ha kebun sagu. Berdasarkan informasi di atas diketahui bahwa potensi sagu sangat besar untuk dikembangkan. Ruang lingkup kegiatan meliputi kegiatan laboratorium dan lapangan. Kegiatan laboratorium difokuskan untuk mempelajari proses pengolahan pangan berbasis sagu (papeda, mi, dan sirup glukosa sagu) dan energi (biomassa). Kegiatan lapangan dilakukan untuk mengintroduksikan teknologi pengolahan sagu di Sorong. Kegiatan ini telah berhasil menyiapkan prototipe bioindustri sagu di Kabupaten Sorong Selatan. Komponen teknologi berupa pemanfaatan sagu sebagai bahan pangan (papeda dan mi), gula cair, dan energi biomassa berpeluang untuk diimplementasikan di Sorong Selatan. Pengembangan pangan berbasis sagu berupa papeda siap saji bertujuan untuk mengatasi keterbatasan produk ini yang mulai tidak populer di antara generasi muda. Modifikasi teknik penyajian papeda diharapkan dapat meningkatkan popularitas pangan pokok sagu. Pangan pokok lain dalam bentuk mi sagu juga diintroduksikan dengan pertimbangan bahwa bentuk mi sudah sangat populer, cara konsumsinya fleksible dan teknologinya sederhana. Selain itu, Laporan Tahunan BB-Pascapanen Tahun 2014
50
telah dilakukan pemanfaatan limbah padat sebagai energi biomassa. Kompor biomassa sekam padi dimodifikasi sedemikian rupa sehingga sesuai sebagai kompor biomassa sagu.
Gambar 33. Papeda siap saji (kiri), alat pengolahan mi sagu (tengah), dan gula cair dari sagu (kanan)
Kegiatan
di
lapang
berupa
sosialisasi
yang
dilakukan
untuk
mengintroduksikan teknologi pengolahan sagu di Sorong. Kegiatan sosialisasi tersebut merupakan kerjasama antara BB Pascapanen dan BPTP Papua Barat (Balitbangtan) dengan Pemda Kabupaten Sorong Selatan. Targetnya adalah pengguna potensial yang bergerak di bidang sagu diantaranya perwakilan pemda kabupaten/provinsi maupun institusi lain yang relevan seperti MASI (Masyarakat Sagu Indonesia).
Gambar 34. Kegiatan sosialisasi dan bimbingan teknis di Kabupaten Sorong Selatan
Laporan Tahunan BB-Pascapanen Tahun 2014
51
E. Sumber Dana Hibah Luar Negeri Establishment of network and model manual of postharverst technology of horticultural crops in Indonesia Kegiatan ini merupakan kerjasama hibah luar negeri dengan Asian Food and Agricultural Cooperation Initiative (AFACI), Korea Selatan. Keluaran dari kegiatan ini berupa : 1) Manual teknologi penanganan pascapanen cabai untuk menekan susut , dan 2) Pola dan strategi diseminasi manual teknologi penanganan pascapanen cabai. Buku manual teknologi penanganan pascapanen cabai adalah buku tentang informasi cara penanganan cabai mulai dari panen hingga pemasaran. Informasi tentang teknologi penanganan pascapanen ini sangat diperlukan sebagai materi untuk menambah pengetahuan dan informasi bagi petani, pengumpul dan pedagang yang terkait dengan komoditas cabai. Buku ini disusun berdasarkan hasil survey yang dilakukan tim BB Pascapanen. Survey dilakukan ke berbagai level kepentingan mulai dari kebun hingga pasar sebagai terminal agribisnis. Survey lapangan dilakukan di beberapa lokasi dengan kegiatan sebagai berikut : 1) wawancara dengan petani, 2) wawancara dengan pengumpul cabai, 3) identifikasi pasar sayuran, 4) pengamatan proses pengemasan di tingkat pengusaha cabai, 5) survey ke pengusaha cabai PT Bimandiri di Lembang, Bandung, 6) survey ke pasar induk Caringin di Bandung, 7) wawancara dengan petani cabai dan petani pengumpul di Garut. Hasil survey menunjukkan bahwa kehilangan hasil (losses) cabai sangat tinggi yang terjadi mulai dari petani. Kehilangan hasil capai dapat mencapai 50% ketika cabai dipanen saat musim hujan. Pada perjalanan ke pedagang pengumpul ada beberapa sistem pengemasan, antara lain menggunakan karung (jaring) dan menggunakan dus. Berat cabai berkisar antara 20 – 30 kg untuk setiap kemasan. Pada pengiriman ke supermarket digunakan bahan mika sebagai alas dan dilapisi plastik film dengan bobot sekitar 200 g. Semakin tinggi rantai pasok, syarat yang harus dipenuhi semakin banyak. Hal ini menyebabkan semakin tinggi peluang cabai untuk di-reject ketika tidak memenuhi persyaratan. Pola dan strategi diseminasi manual teknologi penanganan pascapanen cabai Workshop Asian Food and Agriculture Cooperation Initiatives (AFACI) Expert telah dilaksakan di BB-Pascapanen, yang merupakan kegiatan koordinasi tindak lanjut kerjasama Balitbangtan dengan Rural Development Administration (RDA) Republik Korea. AFACI Expert workshop ini berfungsi sebagai media untuk mendiseminasikan dan sekaligus membahas kemajuan pelaksanaan kegiatan masing-masing negara anggota. Dalam pelaksanaan workshop dibahas pola dan strategi diseminasi manual Laporan Tahunan BB-Pascapanen Tahun 2014
52
teknologi penanganan pascapanen cabai serta pengalaman masing-masing negara anggota AFACI dalam mendiseminasikan teknologi pascapanen cabai kepada para petaninya.
Gambar 35. Peserta workshop dan kunjungan lapang ke Kebun Percobaan di Lembang
F. Kerjasama dan Pendayagunaan Hasil Penelitian a. Kerjasama Dalam dan Luar Negeri Dalam
rangka
perluasan
dan
percepatan
pemasyarakatan
teknologi,
diperlukan berbagai upaya penjaringan mitra kerjasama baik melalui promosi maupun komunikasi pro-aktif yang intensif. Ruang lingkup kegiatan kerjasama ini meliputi pendampingan teknologi terhadap mitra kerjasama yang telah terjalin sesuai dengan kesepakatan dalam Memorandum of Understanding (MoU) dan melakukan rintisan kerja sama baru. Kegiatan pendampingan dan perintisan kerjasama dilakukan dengan pendekatan memberikan
partisipatif
dimana
pendampingan
BB-Pascapanen
teknologi
serta
secara
komunikasi
aktif
terlibat
dengan
mitra
dalam dan
stakeholders. Di samping itu, rintisan kerjasama juga dilakukan melalui presentasi teknologi dan kegiatan lainnya secara langsung kepada mitra pelaku agroindustri potensial. Naskah Perjanjian Kerjasama Baru (MoU) Pada tahun 2014, BB-Pascapanen telah memiliki MoU atau Naskah Perjanjian Kerjasama, yang terdiri atas : a. Kerjasama dalam rangka Konsorsium Nanoteknologi antara Balitbangtan dengan Masyarakat Nano Indonesia, IPB, PT. Polowijo, PT. SMART Tbk., dan PT. Alamanda Sejati Utama,
Laporan Tahunan BB-Pascapanen Tahun 2014
53
b. Kerjasama dengan Pemerintah Daerah Karawang tentang Pengembangan Bioindustri Pangan, c. Kerjasama dengan PT. Bimandiri Agro Sedoya tentang Teknologi Mempertahankan Kesegaran Cabai Merah Menggunakan Formula Pencegah Pembusukan, d. Kerjasama dengan PT. Sinar Dua Putra tentang Teknologi Isolasi Cahaya untuk Mempertahankan Kesegaran Kentang, e. Kerjasama dengan Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan UMKN Kabupaten Pakpak Bharat tentang Pengujian dan Analisa Produk Olahan Gambir di Kabupaten Pakpak Bharat Provinsi Sumatera Utara, f. Kerjasama dengan Badan Ketahanan Pangan Pemerintah Daerah Kabupaten Bangka tentang Pengujian Laboratorium Mutu dan Keamanan Pangan. g. Kerjasama dengan Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Prop. Lampung, Gapoktan Sepakat, PT. Royal Sun Fruit tentang Pengembangan Agroindustri Manggis di Propinsi Lampung, h. Kerjasama dengan Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Bener Meriah dan Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Rejekumala Desa Blang Kucak, Kecamatan Wih Pesam Kabupaten Bener Meriah Aceh tentang Model Penerapan Teknologi Pengolahan Cabai dan Tomat, i. Kerjasama dengan Sekolah Tinggi Penyuluh Pertanian Medan Tentang Model Penerapan Teknologi Pengolahan Cabai dan Tomat, j. Kerjasama dengan Kementerian Riset dan Teknologi melalui program Insentif Riset Nasional (InSinas), k. Kerjasama dengan Badan Litbang Pertanian melalui program Kerjasama Kemitraan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Nasional (KKP3N) sebanyak 4 (empat) judul kegiatan, l. Kerjasama dengan Badan Litbang Pertanian melalui dana kemitraan sebanyak 6 (enam) kegiatan penelitian.
Laporan Tahunan BB-Pascapanen Tahun 2014
54
Gambar 36. Penandatanganan MoU Konsorsium Nanoteknologi oleh Kepala Balitbangtan disaksikan oleh Kemenristek (kiri) dan Penandatanganan kerjasama dengan PT. Bimandiri Agro Sedoya
Rintisan Kerjasama Rintisan kerjasama merupakan bagian dari proses alih teknologi. Beberapa rintisan kerjasama yang telah dilakukan pada TA 2014 yaitu : a) Rintisan kerjasama dengan PTPN VIII Bandung tentang Teknologi memperpanjang umur simpan pisang dan teknologi pembuatan tepung pisang, b) Rintisan kerjasama dengan PT. Alamanda Sejati Utama tentang Teknologi
anti mikroba alami untuk pengawetan produk
hotikultura tujuan ekspor, c) Rintisan kerjasama dengan PT. Corona tentang Teknologi ekstrasi bunga melati, d) Rintisan kerjasama dengan FAO (Study foodlosses and Foodwaste), e) Rintisan kerjasama dengan Chinese Academy of Agricultural Sciences (CAAS), f) Rintisan kerjasama dengan PAIR BATAN, g) Rintisan kerjasama dengan PT. SMART tentang formulasi nano-coating untuk biji kelapa sawit dan formulasi nano-coating untuk meningkatkan daya kecambah benih sawit, h) Rintisan kerjasama dengan PT. Alamanda Sejati Utama dan Institut Pertanian Bogor tentang Teknologi produksi untuk komersialisasi nano-coating dan nano-biokomposit untuk buah manga, i) Rintisan kerjasama dengan Duksung Womens University, j) Rintisan kerjasama dengan Dinas Pertanian, Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Karawang tentang pengembangan bioindustri padi. Pengusulan HaKI Telah diusulkan 9 draft paten ke BPATP dan telah menindaklanjuti dengan mendaftarkan ke Direktorat Jenderal HaKI dan mendapatkan nomor pendaftaran seperti tertera pada Tabel 2.
Laporan Tahunan BB-Pascapanen Tahun 2014
55
Tabel 2. Pendaftaran paten BB-Pascapanen tahun 2014 No.
Judul Paten
Inventor
1.
Teknologi Proses Penurunan Indeks Glikemik pada Bihun Beras
P 00201405305
2.
Teknologi Proses Penurunan Indeks Glikemik pada Bihun Ubijalar
3.
Teknologi Pembuatan Tempe Koro
4.
Proses Penurunan Kadar Tanin dan Indeks Glikemik Pada Pengolahan Nasi Sorgum Instan
5.
Proses Pembuatan Vinegar Kulit Pisang
6.
Proses Pembuatan Bubur Sorgum Instan
7.
Teknologi Pengolahan Permen Jelly dari Daun Uncaria Gambier Roxb. Formula Pencegah Pembusukan Buah Cabai Komposisi Kemasan Berbahan Baku Tapioka dan Ampok Serta Proses Pembuatannya
Sri Widowati, Heti Herawati, Prima Luna, Hoerudin, Tjahja Muhandri, Fahma Sri Widowati, Zahirotul Hikmah Hasan, Heti Herawati, Prima Luna, Tjahja Muhandri. Endang Yuli Purwani, Widaningrum, Sri Yuliani, Agus Supriatna Somantri, Ermi Sukasih, Fajar Kurniawan Sri Widowati, Rahmawati Nurdjannah, Heti Herawati, B.A. Susila Santosa, Ratnaningsih, Andi Nur Alamsyah Miskiyah, Juniawati, Sri Usmiati, Widaningrum, Faradilla Ariyani, Marman Wahyudi. Sri Widowati, Heti Herawati, Prima Luna, Wahyu Diyono, Rahmawati Hernani, Sari Intan Kailaku, Ika Hikmawati Drs. Dondy A. Setiabudy, dkk
P 00201405291
Dr. Evi Savitri Iriani, MSi, dkk
P 00201405290
8. 9.
No Pendaftaran
P 00201405289
P 00201405302
P 00201405298
P 00201405300
P 00201405294
P 00201405304
Terdapat dua teknologi BB-Pascapanen yang telah dimohonkan lisensi kepada Kepala Balitbangtan oleh mitra swasta. Dua teknologi tersebut adalah : 1) Stick Test Kit Perangkat Deteksi Cepat Mikroba Total (TPC) pada Susu Segar yang telah terdaftar dengan nomor pendaftaran P 002013004412 dan sedang dipublikasikan selama 18 bulan dengan calon lisensor adalah PT. Kalbe Farma, dan 2) Formula Lilin untuk Memperpanjang Umur Simpan Buah-Buahan yang telah didaftarkan dengan nomor pendaftaran P 00301304819 dengan calon lisensor PT. Alamanda Sejati Utama. Sertifikat paten untuk Proses Penurunan Indeks Glikemik Beras telah diterbitkan oleh Ditjen HaKI pada bulan November 2014. Selain itu, BB-Pascapanen juga telah mengusulkan satu merk yaitu Valia yang merupakan merk produk tempe dari koropedang. Merk tersebut telah didaftarkan ke Ditjen HaKI dan mendapat nomor pendaftaran D 00 2014043643.
Laporan Tahunan BB-Pascapanen Tahun 2014
56
2. Partisipasi Ekspose, Pameran dan Gelar Teknologi Partisipasi ekspose/pameran dan gelar teknologi diselenggarakan untuk menyampaikan informasi teknologi agar meningkatkan pengetahuan masyarakat dan mengantarkan inovasi teknologi untuk dapat dikenal dan memberikan pilihan untuk diadopsi pengguna. Gelar teknologi pascapanen yang diselenggarakan merupakan media komunikasi untuk menunjukkan capaian hasil dan dapat menjadi media komunikasi antar peneliti, kemungkinan kerja sama penelitian maupun pengembangan serta menjadi media pengembangan kapasitas peneliti. Gelar Teknologi/Ekspose/Pameran Pada tahun 2014, BB-Pascapanen berpartisipasi dalam 25 kegiatan gelar teknologi/ekspose/pameran. Selain itu, BB-Pascapanen juga melaksanakan bimbingan teknis dan menerima kunjungan dari berbagai instansi, mitra swasta maupun petani. Ke-25 kegiatan gelar teknologi/ekspose/pameran yang telah diikuti, yaitu : a) Mini Expo Women’s Club, b) Parade Pangan Nusantara, c) Gelar Teknologi dan Pengolahan Hasil Pertanian, d) Agrinex Expo, e) Indo Green Forestry Expo, f) Apkasi International Trade and Investment Summit, g) Indonesia Climate Change Education Forum and Expo, h) Agro and Food Expo, i) Indonesia Biodiversity Expo, j) Pekan Informasi Nasional, k) Pekan Lingkungan Indonesia, l) Hari Susu Nusantara, m) Pekan Produk Kreatif Indonesia, n) Penas (Pekan Petani dan Nelayan Andalan Nasional) ke XIV, o) Indo Livestock, p) Gelar Teknologi Tepat Guna, q) Pekan Inovasi Sulawesi, r) Hari Kebangkitan Teknologi Nasional, s) Hari Pangan Sedunia, t) Pekan Flori dan Flora Nasional, u) Persagi, v) Pameran Solidaritas Istri Kabinet Indonesia Bersatu (Sikib), w) Pameran Indotera, x) Pameran Katumbiri, y) Open House dalam rangka HUT Ke-40 Tahun Badan Litbang Pertanian,dan z) Festival Tepung Nusantara.
Gambar 37. Menteri Pertanian didampingi Wakil Menteri Pertanian dan Staf Ahli Menteri sedang meninjau stand Balitbangtan Laporan Tahunan BB-Pascapanen Tahun 2014
57
Kunjungan dan Bimbingan Teknis BB-Pascapanen menerima kunjungan dari beberapa perguruan tinggi, kelompok masyarakat, instansi pemerintah dan melaksanakan bimbingan teknis mengenai teknologi pascapanen. Selama tahun 2014, BB-Pascapanen telah menerima kunjungan dari berbagai stakeholders sebagai berikut : 1) Kunjungan mahasiswa Praktek Kerja Lapangan (PKL) Universitas Andalas, Padang, IPB dan Universitas Pakuan Bogor, 2) Kunjungan Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Siak Propinsi Riau, 3) Kunjungan Dr. Gun Hee-Kim dari Duksung Women University Seoul Korea, 4) Kunjungan BKPP Yogyakarta, 5) Kunjungan Pokja III Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Tangerang Selatan, 6) Kunjungan Tim AFACI, 7) Kunjungan INIFAP Mexico, 8) Kunjungan BPTP Kalimantan Selatan, dan 8) Kunjungan Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Seram Bagian Timur Propinsi Maluku.
Gambar 38. Kunjungan Tim AFACI ke BB-Pascapanen Bimbingan teknis yang telah dilaksanakan pada tahun 2014, meliputi : 1) Bimbingan Teknis Teknologi Penanganan Pascapanen Padi untuk Petani Kabupaten
Boven
Digoel, Provinsi
Papua, 2) Bimbingan
Teknis
Teknologi
Penanganan Pascapanen dan Pengolahan Produk Hortikultura untuk Dinas Pertanian, Kelautan dan Perikanan Kota Balikpapan, Kalimantan Timur, 3) Bimbingan Teknis Teknologi Pengolahan Pascapanen Aneka Bahan Pangan untuk Kelompok PKK dan Kader Pos Yandu Kabupaten Bengkalis, 4) Bimbingan Teknis Teknologi Pengolahan Pascapanen Sukun untuk Dinas Pertanian dan Kelautan Provinsi DKI Jakarta dan 5) Pengenalan Teknologi dan Pemanfaatan Sorghum kepada perwakilan BPTP Jawa Timur, BPTP Yogyakarta dan BPTP Jawa Tengah.
Laporan Tahunan BB-Pascapanen Tahun 2014
58
Gambar 39. Kepala BB-Pascapanen menerima cinderamata dari BKPP Kabupaten Bengkalis 3. Pengembangan Diversifikasi Pangan Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mempercepat diversifikasi konsumsi pangan adalah dengan mengembangkan dan mengintroduksi bahan pangan alternatif pengganti beras yang berharga murah dan memiliki kandungan gizi yang tidak jauh berbeda dengan beras. Teknologi pascapanen untuk mendukung program diversifikasi pangan telah banyak dilakukan Balitbangtan, Perguruan Tinggi, dan lembaga terkait lainnya, namun difusi dan tingkat adopsi penerapan teknologi tersebut di lapangan masih sangat rendah. Kegiatan pengembangan diversifikasi pangan bertujuan untuk melakukan akselerasi gerakan masif diversifikasi pangan lokal dan penyiapan logistik mendukung Gerai Inovasi yang berlokasi di Bogor. Kegiatan ini telah melakukan pembinaan dan pendampingan terhadap mitra UKM/KWT, sebagai berikut : a. Pembinaan industri kecil dan evaluasi perkembangan agroindustri tepung kasava Bimo pada Kelompok Pengolah “Matahari Terbit” di Desa Wangun Jaya, Kecamatan Banjarwangi, Kabupaten Garut. Kelompok pengolah ini selama jangka waktu 1,5 tahun (Januari 2012 hingga Maret 2014) telah menjual 3 ton tepung kasava Bimo. b. Pengembangan produk jagung di Kabupaten Temanggung mulai dipasarkan ke daerah lain. KWT Bunga Purwo Mandiri yang merupakan mitra binaan BB-Pascapanen telah menghasilkan olahan jagung antara lain berasan jagung, tepung jagung (putih dan kuning) serta mi jagung. Selain itu, ada produk olahan berbasis singkong, yaitu tepung dan kripik singkong (snack).
Laporan Tahunan BB-Pascapanen Tahun 2014
59
Gambar 40. Kegiatan produksi tepung kasava Bimo di Kelompok Pengolah Matahari Terbit, Kabupaten Garut
Gambar 41. Kegiatan di UMKM Center dan asosiasi olahan jagung c. Sentra promosi diversifikasi produk olahan (Gerai Inovasi). Gerai Inovasi berfungsi sebagai suatu media outlet untuk promosi produk-produk inovasi dan sekaligus produk yang telah dikembangkan bersama mitra binaan. Gerai inovasi ini milik seluruh unit kerja Balitbangtan yang dikelola oleh BB-Pascapanen. Diharapkan secara bertahap Gerai Inovasi ini dapat menjadi tempat promosi semua produk yang telah dikembangkan oleh unit kerja Balitbangtan, terutama yang berlokasi di Bogor. Gerai Inovasi telah di-launching pada tanggal 1 Desember 2014.
Laporan Tahunan BB-Pascapanen Tahun 2014
60
Gambar 42. Disain interior dan display produk pada Gerai Inovasi
d. Pemasyarakatan teknologi olahan pangan lokal yang memanfaatkan komoditas umbi-umbian, yaitu ubi kayu, ubi jalar, talas, garut dan ganyong untuk diolah sebagai produk antara berupa tepung ubi kayu, ubi jalar, talas dan ganyong. Umbi garut diolah menjadi pati atau berbagai bentuk olahan lainnya seperti emping. Produk olahan yang dikembangkan dari umbi-umbian dapat berbahan baku umbi segar (pasta) maupun dalam bentuk tepung. Pengembangan teknologi olahan juga mencakup pembinaan terhadap mitra binaan BB-Pascapanen dan pelaku usaha pengolahan produk yang telah ada seperti usaha olahan kue basah dan kue kering berbahan dasar ubi kayu, ubi jalar, talas, labu dan lain-lain. Selain umbi-umbian, juga dikembangkan berbagai jenis produk olahan diantaranya di wilayah KRPL yang pada umumnya berupa komoditas hortikultura (sayuran, buah dan biofarmaka) menjadi berbagai jenis keripik maupun minuman. Intervensi pemanfaatan produk diversifikasi dilakukan juga ke daerah bencana atau daerah marginal, sebagai produk pangan instant untuk pemenuhan kalori masyarakat pada kondisi darurat. Bencana yang sempat menimpa stakeholder Kementerian Pertanian di daerah Sinabung dan Manado menjadi sasaran dalam pemenuhan kebutuhan kalori dalam kondisi darurat, sehingga dilakukan penyebaran produk olahan pangan tersebut kepada korban bencana. Kecukupan energi pada pemenuhan kebutuhan kalori dapat diterima dengan baik oleh tubuh.
Laporan Tahunan BB-Pascapanen Tahun 2014
61
Tabel 3. Rekapitulasi mitra binaan BB-Pascapanen No.
Nama Mitra
1.
Rumah Kita
Ubiku
Singkong
2.
Mr Bronco
Brownies
Tepung Singkong
3.
DeSa Qu (status PIRT dan halal on going)
Eggroll/brownies Jagung, singkong/kue kering dan basah non terigu
Tepung Singkong, Ganyong, Jagung, Talas, Sukun
4.
Teteh Ety
Kue kering dan kue basah
Bogor, Jakarta
5.
Tepung singkong Eggroll dan tepung sukun Bagelen ganyong
Buah Sukun
7.
Matahari Terbit Rumah Cilacap Nanamie
Tepung singkong, jagung, sukun, talas, sorgum Singkong
8.
Nanda Cake
Lapis legit ganyong
Tepung ganyong
9. 10.
Sangkurian CV. Naya
Lapis Bogor Tepung talas dan ubi ungu
Tepung talas Talas dan ubi ungu
Jakarta, Bogor, Bandung, Jakarta, Singapura Malaysia, Bandung, Jakarta, Hongkong Jabodetabek Jabodetabek
6.
Produk
Bahan Dasar
Tepung ganyong
Produksi 40 kg/ minggu
Eggroll 39 boks/hari (100g/boks) Brownies : order
Pemasaran Bogor, Jakarta, Bekasi Bogor, Jakarta, Bandung Bogor (Pajajaran), Sentul City
Garut
Gambar 43. Penyerahan bantuan kepada korban bencana alam e. Open House dan Sosialisasi Diversifikasi Pangan. Open House dan Sosialisasi Diversifikasi Pangan yang bertema “Pangan Lokal Aman Untuk Gaya Hidup Laporan Tahunan BB-Pascapanen Tahun 2014
62
Sehat” dilaksanakan tanggal 1-2 Desember 2014. Kegiatan ini diselenggarakan dalam rangka mengimplementasikan hasil inovasi Balitbangtan dan sebagai media untuk pemasyarakatan serta diseminasi inovasi teknologi pascapanen dan pengolahan pangan lokal yang meliputi aneka umbi, serealia dan tanaman pekarangan potensial lainnya. Pada kegiatan Open House ini selain sosialisasi diversifikasi pangan, juga diselenggarakan bazar, pameran, demo masak, talk show dan kunjungan ke Gerai Inovasi. Pengunjung yang hadir terdiri atas berbagai unsur masyarakat, termasuk para pegawai, pelajar SLTA/SMK, UKM lingkup Jabodetabek, mitra bisnis dan masyarakat umum. Penyelenggaraan Open House dan Sosialisasi Diversifikasi Pangan ini menjadi pintu pembuka untuk melakukan penyebaran informasi teknologi produk pangan non beras dan terigu. 4. Kawasan Rumah Pangan Lestari Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) telah memanfaatkan secara optimal lahan pekarangan untuk budidaya tanaman pangan, buah-buahan, sayuran, tanaman obat keluarga (toga) maupun ternak/ikan serta pengolahan limbah rumah tangga menjadi kompos. Namun demikian, banyak hasil dari KRPL yang tidak dimanfaatkan karena kurangnya pengetahuan dan keterampilan dalam pengolahan hasil, sehingga peningkatan wawasan dalam pengolahan hasil buah-buahan, sayuran dan biofarmaka hasil pekarangan sangat penting. Diseminasi dan pelatihan teknologi pengolahan buah-buahan, sayuran dan tanaman biofarmaka hasil pekarangan dengan tujuan untuk meningkatkan wawasan pengolahan hasil telah dilakukan di dua lokasi yaitu di Kabupaten Pacitan dan DI Yogyakarta. Pelatihan di Pacitan dihadiri oleh 46 orang peserta, yang terdiri atas perwakilan kelompok
wanita tani (KWT), penyuluh pendamping KRPL dan staff
Kantor Ketahanan Ketahanan Pangan. Pelatihan di Yogyakarta dihadiri oleh 53 orang peserta, yang terdiri atas perwakilan KWT, PKK, penyuluh pendamping KRPL, koordinator wilayah KRPL dan peneliti
dari BPTP Yogjakarta. Pelatihan meliputi
penyampaian teori dan praktek pengolahan buah-buahan, sayuran dan tanaman biofarmaka. Praktek terdiri atas pengolahan sari buah pepaya dan nenas, sari buah tomat dan pepaya, saos tomat dan terong, saos sambal cabe dan pepaya, selai nenas dan jahe, manisan terong, instan campur sari, permen jahe dan minuman campur sari.
Laporan Tahunan BB-Pascapanen Tahun 2014
63
Gambar 44. Peserta pelatihan di Kabupaten Pacitan (kiri) dan Gunung Kidul (kanan)
5. Koordinasi dan Penugasan Peneliti dan Teknisi Mendukung Program Direktorat Teknis/BPTP/Pemda Dalam penerapan teknologi pascapanen di lapangan yang sesuai dengan kebutuhan dan program pembangunan pertanian yang telah ditetapkan baik di pusat maupun daerah, diperlukan koordinasi dengan berbagai instansi yang terkait. Koordinasi dengan institusi lingkup Direktorat Teknis di Kementerian Pertanian maupun BPTP dan Pemerintah Daerah, menjadi sangat penting agar teknologi yang dihasilkan dan yang akan diteliti sesuai dengan kebutuhan yang ada di lapangan. Pada waktu yang sama, Direktorat Teknis dan Pemda serta institusi lain yang memiliki kaitan dengan pertanian juga memiliki program pembangunan yang berupa aplikasi teknologi pascapanen di lapangan. Program-program tersebut perlu didukung oleh BB-Pascapanen terutama untuk memperkuat muatan teknologi dan supervisi teknologinya di lapangan. Koordinasi merupakan salah satu alat untuk dapat melaksanakan kegiatan yang dilakukan bersama-sama agar berjalan secara baik sesuai tugas dan wewenang masing-masing pihak terkait. Koordinasi dengan Direktorat Teknis/BPTP/Pemda/Instansi Terkait Lainnya Selama tahun 2014, BB-Pascapanen telah berpartisipasi dan berkontribusi aktif dalam pertemuan koordinasi dengan berbagai instansi terkait. Hal ini menunjukkan peran BB-Pascapanen yang semakin penting dan semakin diakui kinerjanya. Kegiatan pertemuan koordinasi dengan instansi terkait yang cukup penting, sebagai berikut : 1.
Pertemuan Teknis Penyusunan Posisi Indonesia dalam Sidang Codex Committe on Spices and Culinary Herbs (CCSCH).
2.
Request for National Consultant Candidates for the Project Formulation Utilization of Sago Starch in Indonesia bekerjasama dengan FAO.
Laporan Tahunan BB-Pascapanen Tahun 2014
64
3.
Persiapan Posisi DELRI sidang FAO Regional Asia Pacific ke-32.
4.
Persiapan DELRI Sidang ke-1 Sidang Codex Committe on Spices and Culinary Herbs (CCSCH).
5.
Penyusunan tupoksi stakeholder yang terlibat pada program KIN tentang Nanoteknologi.
6.
Sidang Working Group on Agriculture, Food and Forestry Cooperation (WGAFFC).
7.
Lauching Cetak Biru Persusuan Indonesia 2013-2025 dan Seminar Nasional.
8.
Pembahasan Persiapan Materi Sidang Codex Committee on Contaminant in Foods (CCCF) ke-8
9.
Pembahasan Rancangan Peraturan Kepala Badan POM RI tentang Pengawasan Formaldehida dalam Pangan.
10. Expert Consultation on Vegetable Postharvest Research and Development Priorities in Southeast Asia. 11. Pemantapan Pilot Project Strategi Induk Pengembangan Pertanian (SIPP) Ubi kayu Tahun 2014. 12. Identifikasi Pemalsuan Kualitas Beras Impor. 13. Rencana Strategis Jejaring Intelijen Pangan (JIP) dan Konsep Indonesia Risk Assessment Center. 14. Dialog Nasional Pembangunan Pertanian Indonesia Masa Depan dalam PENAS Petani Nelayan XIV. 15. Pembahasan Tindaklanjut Sidang Codex. 16. Persiapan Pelaksanaan Sidang Technical Working Groups Meeting (TWG’s) on Food Crops and Horticulture. 17. The 2nd Joint Committee Meeting of Agriculture RI-Malaysia. 18. Persiapan Sidang Posisi Indonesia dalam CAC ke-37. 19. Konsorsium Model Pengembangan Bioindustri Integrasi Jagung dan Ternak di Provinsi Gorontalo. 20. Focus Group Discussion Pengembangan Agroindustri Berbasis Jagung. 21. Sosialisasi Sinergi Kebijakan Pengembangan Bahan Baku Bahan Bakar Nabati (BBN) Mendukung Energi Nasional. 22. Focus Group Discussion Peran Sagu Sebagai Komoditas Potensial, Pilar Kedaulatan Pangan dan Energi. 23. Workshop Teknologi Pertanian Ramah Iklim kerjasama BMKG - BPPT - DRN Kementerian Pertanian - PII dan Jasa Tirta II. 24. Pertemuan Jejaring Inteligen Pangan Badan POM. 25. Pembahasan Jejaring Keamanan Pangan Nasional. Laporan Tahunan BB-Pascapanen Tahun 2014
65
26. Koordinasi Swasembada Pangan dengan Dirjen Tanaman Pangan dalam rangka Upaya Pencapaian Swasembada Pangan Khususnya Padi, Jagung dan Kedelai (Pajale). 27. Wrap-up meeting the 4th Implementation Support Mission SMARTD-World Bank.
Pengiriman Tenaga Peneliti Mendukung Program Direktorat Teknis/BPTP/ Pemda/Instansi Terkait Lainnya Terdapat banyak permintaan kepada BB-Pascapanen sebagai nara sumber teknologi dari berbagai instansi terkait. Kegiatan cukup penting, sebagai berikut : 1.
Narasumber Workshop Peningkatan Ekspor Komoditas Pertanian Pola Insentif.
2.
Narasumber Penanganan Pascapanen Bawang Merah dan Inovasi Teknologi Pengeringan dan Penyimpanan (Instore Drying).
3.
Narasumber Focus Group Discussion dengan tema “Pola Pengembangan Sistem dan Kelembagaan Operasional Terhadap Manajemen Kawasan Pascapanen Tanaman Pangan.
4.
Narasumber Solidaritas Istri Kabinet Indonesia Bersatu (SIKIB) “Pascapanen Penanganan Pangan Lokal”.
5.
Narasumber Penanganan Pascapanen Buah di Wilayah Barat.
6.
Narasumber Penangan Pascapanen Buah di Wilayah Timur.
7.
Narasumber Pembahasan SOP Pascapanen Pepaya.
8.
Narasumber Dialog Nasional kegiatan Penas Petani Nelayan XIV.
9.
Narasumber Teknologi Olahan Ternak.
10. Narasumber pada Pelatihan Gabungan Perkumpulan Petani Pemakai Air (PG3A). 11. Narasumber pada Workshop Investasi Hortikultura : Cabai dan Bawang Merah. 12. Narasumber Pelatihan Budidaya Tanaman Hias. 6. Penerbitan Publikasi Ilmiah, Semi Populer dan Populer Publikasi yang dilakukan oleh BB-Pascapanen terbagi dalam beberapa kelompok, yaitu : publikasi ilmiah (jurnal), publikasi semi populer seperti buku teknologi, dan publikasi populer seperti leaflet, poster dan baliho. Publikasi berdasar keberkalaannya dibagi dalam publikasi berkala yang terbit reguler dan publikasi non berkala atau terbit tidak tertentu waktunya. Jurnal Pascapanen telah memperoleh akreditasi dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) pada tahun 2007, akreditasi berikutnya diperoleh pada tahun 2010 dan 2012. Kegiatan penerbitan publikasi
terutama
publikasi
populer
dan
semi
populer
diharapkan
dapat
menyampaikan informasi teknologi kepada berbagai kalangan masyarakat dan
Laporan Tahunan BB-Pascapanen Tahun 2014
66
diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat dan mengantarkan invensi teknologi pascapanen untuk dapat diadopsi pengguna. Seminar Rutin Seminar rutin merupakan forum pertemuan ilmiah para peneliti untuk menyampaikan hasil-hasil penelitian atau pemikirannya. Selain itu, seminar ini dimaksudkan untuk menjaring bahan publikasi ilmiah baik untuk Jurnal Pascapanen. Seminar rutin dihadiri oleh para peneliti lingkup Kampus Penelitian Pertanian Cimanggu, Perguruan Tinggi serta Pemda (Dinas Pertanian dan Dinas Agribisnis). Pelaksanaan seminar rutin bulanan BB-pascapanen telah diselenggarakan sebanyak 10 kali, dengan jumlah makalah yang dipresentasikan rata-rata 2-3 makalah untuk setiap seminar. Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian tahun 2014 terbit 1 (satu) volume 2 (dua) nomor yaitu J. Pascapanen Vol. 11 (1) dan Vol. 11 (2). Naskah yang diterbitkan pada J. Pascapanen volume 11 nomor 1 sebanyak 6 naskah dan naskah yang diterbitkan pada J. Pascapanen volume 11 nomor 2 sebanyak 6 naskah sebagaimana terdapat pada Tabel 4 Tabel 4. Judul dan penulis pada Jurnal Pascapanen Volume 11 (1) dan (2) tahun 2014 No.
Judul
Penulis
Volume 11 Nomor 1 1.
Aktivitas anti mikroba nanoemulsi minyak biji pala (Antimicrobial activity of nutmeg oil nanoemulsion)
2.
Evaluasi efek kemasan plastic terhadap daya simpan beras (Evaluation on the effects of type of plastics packaging on the storage of rice) Pengaruh jenis kemasan dan penyimpanan dingin terhadap mutu fisik cabai merah (Effect of packaging type and low temperature storage on physical quality of red chilli) Pengaruh penambahan sari cempedak terhadap umur simpan dan nutrisi sari buah nanas (Effect of addition cempedak cider for shelf life and nutrition pineapple juice) Pengaruh vapor heat treatment dan suhu penyimpanan pada mutu buah papaya (Study of vapor heat treatment to maintain papaya quality at different storage temperature) Pola pertumbuhan Aspergillus Ochraceus BIO 220 dan produksi okratoksin A pada jagung dan kedelai invitro (Growth pattern of aspergillus ochraceus and ochratoxin A production on maize and soybeans invitro)
3.
4.
5.
6.
Laporan Tahunan BB-Pascapanen Tahun 2014
Iceu Agustina, Endang Yuli Purwani, Niken Harimurti, dan Sri Yuliani Elmi Kamsiati, Emmy Darmawati, Yadi Haryadi Rahmawati Nurdjannah, Yohannes Aris Purwanto dan Sutrisno Abdullah Bin Arif, Setyadjit, Irpan Badrul Jamal, Heny Herawati dan Suyanti Nurhayati, Rokhani Hasbullah dan Y. Aris Purwanto Sinta Simatupang, Winiati P. Rahayu, Hanifah N. Lioe, Dian Herawati, Wisnu Broto dan Santi Ambarwati
67
No.
Judul
Penulis
Volume 11 Nomor 2 1.
2.
3.
4.
5.
6.
Pengaruh perlakuan heat moisture treatment (HMT) terhadap sifat fisiko kimia dan fungsional tepung beras dan aplikasinya dalam pembuatan bihun berindeks glikemik rendah (Influence of heat moisture treatment (HMT) physicochemical and functional properties of rice flour and its application on producing low Glycemic Index (GI) rice vermicelli) Optimasi proses gelatinisasi berdasarkan Respon Surface Methodology pada pencetakan beras analog dengan mesin twin roll (Optimation of gelatinisation process based on respon surface methodology of rice analogues moulding by using Twin Roll machine) Extraction of fruit peels of Pometia pinnata and its antioxidant and antimicrobial activities (Ekstraksi dan pengamatan aktivitas antioksidan dan antimikroba dari kulit buah Pometia pinnata) Pengaruh giberelin dan jenis kemasan untuk menekan susut cabai kopay selama pengangkutan jarak jauh (Assessment of giberelin and type of packaging to lower the losses of the chili Kopay during long distance transport) Antifungal effect of mango peel (Mangifera indica L) cv Rucah extract on several isolates of mold and yeast from rotten mango peel (Pengaruh ekstrak kulit mangga (Mangifera indica L) cv Rucah pada berbagai isolate jamur dan ragi diisolasi dari kulit mangga) Perubahan kualitas bawang merah (Allium ascalonicum L.) selama penyimpanan pada tingkat kadar air dan suhu yang berbeda (Changes in quality shallot (Allium ascalonicum L) during storage at different temperature and water content)
Sri Widowati, Heti Herawati, Ema S. Mulyani, Fahma Yuliwardi dan Tjahja Muhandri
Reni Juliana Gultom, Sutrisno, Slamet Budijanto
Fransisca C. Faustina dan Filiana Santoso
Kasma Iswari dan Srimaryati
Ermi Sukasih, Setyadjit dan Dwi Amiarsi
A Khairun Mutia, Y. Aris Purwanto dan Lilik Pujantoro
Buku Teknologi Buku teknologi banyak diminati oleh masyarakat karena memberikan informasi yang komprehensif tentang proses menghasilkan produk olahan berbahan baku komoditas pertanian. Informasi yang tersaji dalam buku teknologi meliputi aspek : penanganan bahan baku, proses pengolahan menghasilkan produk berkualitas, penanganan produk hasil proses, analisis ekonomi dan peluang bisnis. Pada tahun 2014, BB Pascapanen menerbitkan 8 buku teknologi dan 1 CD buku 50 Teknologi Inovatif Litbang Pascapanen Pertanian. Kedelapan buku teknologi tersebut sebagai berikut : 1. Buku Laporan Tahunan 2013 2. Buku Teknologi Pascapanen Padi 3. Buku Teknologi Pascapanen Jagung 4. Buku Teknologi Pascapanen Kedelai 5. Buku Teknologi Pascapanen Bawang Laporan Tahunan BB-Pascapanen Tahun 2014
68
6. Buku Teknologi Pascapanen Cabai 7. Buku Teknologi Pascapanen Daging 8. Buku Pemodelan Dinamis Percepatan Diversifikasi Pangan Mendukung Ketahanan Pangan Nasional Buku laporan tahunan 2013 memuat berbagai hasil kegiatan penelitian dan manajemen BB-Pascapanen tahun 2013. Banyaknya peminat dari masyarakat maupun pengusaha pada beberapa teknologi pascapanen pertanian, serta untuk memenuhi permintaan khusus dalam rangka mendukung 4 Sukses Kementerian Pertanian maka buku teknologi sebanyak 6 judul dan 1 buku pemodelan dinamis percepatan diversifikasi pangan mendukung ketahanan pangan nasional tersebut diterbitkan tahun ini. Buku teknologi pascapanen jagung sudah pernah dicetak tahun 2012, namun karena adanya permintaan khusus maka pada tahun 2014 dicetak ulang.
Gambar 45. Beberapa publikasi BB-Pascapanen terbitan 2014
Gambar 46. Compact disc (CD) Buku 50 Teknologi Inovatif Pascapanen
Laporan Tahunan BB-Pascapanen Tahun 2014
69
Leaflet dan Poster Pada tahun 2014 telah dicetak 17 judul leaflet sebanyak 1000 lembar untuk didiseminasikan kepada para peminat teknologi pascapanen melalui berbagai pameran dan ekspose teknologi, open house, dan seminar nasional maupun internasional. Judul leaflet yang diterbitkan tahun 2014 adalah sebagai berikut : 1.
Teknologi Nanoserat Selulosa dari Tongkol Jagung dan Jerami Padi sebagai Reinforcing Agent untuk Edible Film,
2.
Teknologi Pengolahan Tepung Bawang Merah Kaya Antioksidan,
3.
Teknologi Pembuatan Beras Artificial Fungsional Lambat Cerna,
4.
Teknologi Memperpanjang Daya Simpan Segar Cabai Keriting Kencana,
5.
Teknologi Pembuatan Kemasan Plastik Anti Mikroba untuk Pengawetan Daging,
6.
Teknologi Pembuatan Kemasan Edible Film Anti Mikroba untuk Mengawetkan Daging Sapi,
7.
Teknologi Enzimatis untuk Meningkatkan Rendemen dan Mutu Gula,
8.
Teknologi Enkapsulasi Nano-Vitamin A dan Zat Besi sebagai Fortifikan Flake Ubi Kayu,
9.
Teknologi Iradiasi untuk Mempertahankan Kesegaran VUB Kentang Kastanum,
10. Teknologi
Nanoenkapsulasi
Katekin
dari
Daun
Gambir
untuk
Produksi
Nutraseutikal, 11. Teknologi
Isolasi
Pencahayaan
Menggunakan
Rak
Penyimpanan
untuk
Mencegah Kerusakan Kentang GM-05, 12. Teknologi Pengolahan Tepung Kentang, 13. Teknologi Fermentasi Koro Pedang (Canavalia ensiformis), 14. Teknologi Produksi Gula Tebu dengan Filtrasi Membran, 15. Teknologi Nanoenkapsulasi Minyak Biji Pala sebagai Bahan Preservatif, 16. Teknologi Nanoenkapsulasi Ekstrak Temulawak Kaya Antioksidan, 17. Teknologi Substitusi Gula Tebu dengan Sorgum Manis.
Laporan Tahunan BB-Pascapanen Tahun 2014
70
Gambar 47. Beberapa contoh leaflet yang telah dicetak tahun 2014
Poster memberikan informasi singkat tentang keunggulan teknologi beserta manfaatnya. Poster digunakan untuk mendukung dan memperkuat penyampaian informasi teknologi kepada masyarakat melalui berbagai acara, antara lain pameran, ekspose, seminar nasional dan internasional, open house, pelatihan teknologi. Beberapa poster BB Pascapanen ditampilkan pada kegiatan pameran sebagai berikut: 1. Gelar teknologi P2HP pada bulan Maret 2014, menampilkan teknologi pascapanen Jagung tanpa limbah, 2. Agrinex Expo ke-8 di Jakarta Convention Center (JCC) Jakarta tanggal 28 – 30 Maret 2014, menampilkan teknologi pascapanen Sukun, 3. Gelar dan Temu Teknologi Pekan Nasional Petani Nelayan Ke XIV (PENAS XIV) dilaksanakan dari tanggal 7 – 12 Juni 2014, menampilkan teknologi pascapanen proses pengolahan padi, jagung dan sorgum, 4. Indolivestock Expo dan Forum ke-9 bersama Indo Feed 2014, Indo Dairy 2014, dan Indo Fisheries 2014 Export dan Forum dilaksanakan di Hall A dan B Jakarta Laporan Tahunan BB-Pascapanen Tahun 2014
71
Convention Center, Senayan dari tanggal 18 – 20 Juni 2014. Indolivestock Expo dan Forum 2014 menampilkan teknologi pembuatan kemasan ramah lingkungan, 5. Hari Kebangkitan Teknologi Nasional (Hakteknas) tanggal 9 – 12 Agustus 2014 di BPPT Jakarta, menampilkan nano teknologi, 6. Hari Pangan Sedunia (HPS) ke-34 dilaksanakan di Makasar, Sulawesi Selatan, bertemakan “Pertanian Bioindustri Berbasis Pangan Lokal Potensial” dari tanggal 6 – 12 November 2014, menampilkan hasil penelitian pangan lokal berbasis sorgum, jagung dan sagu.
Gambar 48. Beberapa contoh poster yang dicetak pada tahun 2014 Website dan Perpustakaan Digital Website BB-Pascapanen merupakan wahana publikasi berbagai aktifitas dan produk BB-Pascapanen. Berbagai produk hasil penelitian BB-Pascapanen perlu didiseminasi kepada masyarakat luas. Salah satu cara adalah diseminasi dengan menggunakan media elektronik melalui website. Keuntungan diseminasi dengan media website adalah penyampaiannya lebih fleksibel, tidak tergantung waktu, penetrasi ke berbagai pengguna informasi secara langsung, lebih murah, dan daerah sebaran informasi lebih luas dan bahkan dapat melalui batas geografis negara. Sarana publikasi tidak hanya terkait pada hasil cetakan. Media elektronik termasuk
perangkat lunak komputer dapat dimanfaatkan untuk sarana publikasi,
sehingga upaya perbaikan kemudahan akses informasi teknologi pascapanen perlu terus ditingkatkan. BB-Pascapanen melalui kegiatan perpustakaan melakukan peningkatan pelayanan dengan pelayanan perpustakaan digital. Peningkatan ini masih tahap awal dalam bentuk perbaikan pelayanan kemudahan akses koleksi publikasi cetak yang dimiliki Perpustakaan BB-Pascapanen secara digital. Laporan Tahunan BB-Pascapanen Tahun 2014
72
Gambar 49. Tampilan layar program Senayan untuk memudahkan pencarian koleksi publikasi yang dimiliki perpustakaan BB-Pascapanen Koleksi perpustakaan BB-Pascapanen meliputi buku teks dan buku ilmiah 1.122 buah, Jurnal 360 buah, Buletin atau Majalah Review 78 buah, Abstrak 60 buah, Bibliografi 54 buah, Majalah Trubus 99 buah, Majalah ilmiah 304 buah, Laporan Tahunan 223 buah, Prosiding 303 buah, Skripsi 107 buah, Warta 174 buah, Buku Panduan Umum 16 buah, Buku Statistik 37 buah dan Buku Orasi Ilmiah 139 buah. Pengunjung perpustakaan selama periode Januari - Juni 2014 sebanyak 42 orang, yang terdiri atas mahasiswa baik dari perguruan tinggi di Bogor maupun luar Bogor, yakni IPB, UNAND, UNPAD, UNPAS, siswa SMK/SMA di daerah Bogor, instansi pemerintah dari Kementrian Pertanian, Kehutanan dan Kementerian lainnya.
Gambar 50. Perpustakaan BB-Pascapanen
Laporan Tahunan BB-Pascapanen Tahun 2014
73
Wahana
publikasi
lain
untuk
mendukung
promosi
hasil
penelitian
BB-Pascapanen adalah dalam bentuk baliho. Berdasarkan permintaan Balitbangtan diperlukan baliho untuk promosi hasil penelitian di halaman kantor Balitbangtan, Pasar Minggu serta di Kanpus Penelitian Cimanggu Bogor. Baliho sebagai sarana promosi yang
menonjol karena ukuran yang besar sehingga mudah dikenali atau mudah
dilihat masyarakat luas dari pesan yang di tampilkan pada baliho.
Gambar 51. Contoh baliho Balitbangtan pada Penas XIV di Malang
Laporan Tahunan BB-Pascapanen Tahun 2014
74
BAB IV KELEMBAGAAN BB-PASCAPANEN A. Organisasi Dalam melaksanakan tugas dan fungsi organisasi, berdasarkan Keputusan Menteri
Pertanian
No.
36/Permentan/OT.140/3/2013
tanggal
11
Maret
2013,
BB-Pascapanen memiliki struktur organisasi yang terdiri atas tiga Bagian/Bidang dengan tujuh Sub Bagian/Seksi dan Kelompok Jabatan Fungsional. Kelompok Jabatan Fungsional terdiri atas Peneliti, Perekayasa, Teknisi Litkayasa, Arsiparis, dan Pustakawan. Kelompok jabatan fungsional peneliti terdiri atas tiga kelompok peneliti (kelti) berdasarkan bidang masalah yaitu Kelti Teknologi Biomaterial, Kelti Teknologi Bioprosesing dan Kelti Teknologi Disain Proses dan Biosistem, yang ditetapkan dengan SK
Kepala
Badan
Penelitian
dan
Pengembangan
Pertanian
Nomor
23/Kpts/KP.460/I/1/2014 tanggal 7 Januari 2014. Surat keputusan tersebut merupakan penyempurnaan dari SK Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Nomor 62/Kpts/KP.460/I/5/08 tanggal 15 Mei 2008 tentang Pembentukan Kelompok Peneliti pada Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian dalam rangka mengantisipasi dinamika lingkungan strategis, khususnya
perkembangan Iptek yang
sangat pesat. B. Sumberdaya Manusia Dalam upaya mewujudkan BB-Pascapanen sebagai pranata penelitian dan pengembangan yang terakreditasi dan mampu berperan sebagai inisiator teknologi pascapanen yang diakui pada skala nasional dan internasional, BB-Pascapanen telah memperoleh akreditasi ISO 9001:2008 sejak tahun 2010 dan akreditasi KNAPPP sejak tahun 2013 dengan Nomor PLM 040-INA pada tanggal 18 Desember 2013 dengan masa berlaku akreditasi selama 3 tahun. Untuk penerapan dan pelaksanaan akreditasi ini diperlukan dukungan sumber daya manusia berkualitas yang memiliki kompetensi tinggi, profesional dan amanah. Kompetensi merupakan persyaratan mutlak bagi SDM BB-Pascapanen untuk menjamin terselenggaranya
kegiatan
penelitian
dan
pengembangan
yang
berkualitas.
BB-Pascapanen memberikan prioritas tinggi terhadap peningkatan kualitas SDM dalam upaya menjamin tersedianya tenaga profesional dalam melaksanakan program penelitian pascapanen pertanian. Hal ini dilakukan untuk mempertahankan BB-Pascapanen yang terakreditasi secara berkelanjutan serta mampu memberikan kontribusi nyata dalam inovasi teknologi penanganan dan pengolahan hasil pertanian. Pada akhir tahun 2014, jumlah pegawai BB-Pascapanen sebanyak 139 orang. Dari sisi kuantitas, jumlah pegawai BB-Pascapanen mengalami penurunan sebanyak 21 Laporan Tahunan BB-Pascapanen Tahun 2014
75
pegawai (13,1%) dibandingkan jumlah pegawai pada tahun 2010. Hal ini karena selama kurun waktu 5 tahun banyak pegawai yang memasuki masa pensiun, sedangkan pengadaan pegawai baru sangat terbatas. Jabatan fungsional di BB-Pascapanen terdiri atas jabatan fungsional peneliti, teknisi litkayasa, arsiparis, pustakawan, dan fungsional umum. Kelompok jabatan fungsional peneliti berjumlah 59 orang, terdiri atas Peneliti Utama 10 orang (sebanyak 3 orang merupakan Profesor Riset), Peneliti Madya 16 orang, Peneliti Muda 15 orang dan Peneliti Pertama 18 orang. Dari jumlah tenaga fungsional peneliti terdapat 4 orang yang merangkap jabatan sebagai pejabat struktural. Kelompok fungsional teknisi litkayasa berjumlah 16 orang, yang terdiri atas Teknisi Litkayasa Pelaksana Lanjutan 4 orang dan Teknisi Likayasa Pelaksana 12 orang. Dari jumlah tenaga fungsional tersebut terdapat 4 orang yang merangkap jabatan sebagai pejabat struktural. Tabel 5. Jumlah pegawai BB-Pascapanen tahun 2014 berdasarkan pendidikan dan jabatan fungsional No 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Jabatan Fungsional Peneliti Teknisi Litkayasa Arsiparis Pustakawan Fungsional Umum Struktural Jumlah
S3 12 12
S2 33 5 38
Pendidikan S1 SM/D3 13 1 1 8 1 10 1 1 1 26 11
Jumlah SLA 7 1 37 45
< SLA 7 7
59 16 1 1 55 7 139
Tabel 6. Jumlah peneliti berdasarkan jabatan fungsional periode 2010-2014 No. 1. 2. 3. 4. 5.
Jabatan Fungsional Peneliti Utama Peneliti Madya Peneliti Muda Peneliti Pertama Peneliti Non Klas Jumlah
2010
2011
2012
2013
2014
12 21 6 18 11 68
9 21 8 17 12 67
8 17 15 13 8 61
10 14 15 18 0 57
10 16 15 18 0 59
a. Pengembangan SDM Pembinaan SDM antara lain dilakukan dengan mendorong setiap pegawai untuk
memasuki
jenjang
fungsional
sebagai
peneliti
dan
teknisi
litkayasa,
meningkatkan kegiatan pelatihan internal serta melaksanakan kegiatan seminar secara berkala. Pengembangan SDM dilakukan pula dengan cara memberikan kesempatan
Laporan Tahunan BB-Pascapanen Tahun 2014
76
kepada pegawai BB-Pascapanen untuk melanjutkan studi ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi dan mengikuti berbagai kegiatan pelatihan yang diselenggarakan di dalam maupun luar negeri. Sampai dengan akhir tahun 2014 jumlah petugas belajar dalam dan luar negeri dan izin belajar Pegawai BB-Pascapanen sejumlah 18 orang seperti disajikan pada Tabel 7. Pada tahun 2014 pegawai BB-Pascapanen yang mengingkuti Diklat Program Pelatihan Jangka Pendek sejumlah 33 orang baik dalam maupun luar negeri. Pengembangan
SDM
BB-Pascapanen
selain
dari
aspek
kualitas
dengan
meningkatkan kemampuan dan profesionalisme SDM, juga dari aspek kuantitas pegawai. Tabel 7. Petugas dan izin belajar BB-Pascapanen 2014 No
Nama
Petugas Belajar 1. Ir. Siti Mariana Widayanti, MSi 2. Heny Herawati, STP, MT 3. Misgiyarta SP, MSi 4. Ir. Sri Usmiati, MSi 5. Winda Haliza, STP, MSi 6. Mulyana Hadipernata, STP, MSc 7. Sandi Darniadi, STP, MSi
TMT Tahun September 2011 September 2011 September 2012 September 2012 September 2013 Oktober 2013 Oktober 2013
September 2014 September 2014 September 2014
S3 IPB S3 IPB S3 IPB S3 IPB S3 IPB S3 UGAS Jepang S3 University of Leed Inggris S2 IPB S2 IPB D3 IPB D3 IPB S3 University of Reading Inggris S3 Wageningan University Belanda S3 Universitas Indonesia S3 Universitas Indonesia S2 IPB
September 2011
S1
8. 9. 10. 11. 12.
Ira Mulyawanti, STP Sari Intan Kailaku, STP Rizaludin Dewi Rosmayanti Prima Luna, STP, M.Si
September 2012 September 2013 September 2012 September 2012 April 2014
13.
Zohirotul Hikmah Hasan, SP, M.Si
September 2014
14. Iceu Agustinisari,STP,M.Si 15. Niken Harimurti, ST, MT 16. Nora Purbo Utami, SE Izin Belajar 17
Beny Slamet Purwanto, A.Md
Universitas
Pengembangan SDM dalam rangka kaderisasi ini perlu terus diupayakan, agar ada pengganti pada saat pegawai mencapai usia pensiun. Kaderisasi disiapkan sedini mungkin dan disesuaikan dengan kebutuhan BB-Pascapanen agar tidak terjadi stagnasi. Pada tahun 2014 terdapat pengangkatan seorang Calon Pegawai Negeri Sipil sebagai calon peneliti dan pengangkatan 2 (dua) orang PNS sebagai satuan pengaman. Pada tahun 2014 tidak ada mutasi pegawai BB-Pascapanen antara Laporan Tahunan BB-Pascapanen Tahun 2014
77
UK/UPT lingkup Balitbangtan, sehingga
pegawai BB-Pascapanen tetap berjumlah
138 orang. Tabel 8. Daftar pelatihan jangka pendek No
Seminar/Training
Waktu
1.
Delri Sidang ke-1 Codex Committee on Spices and Culinary Herbs (CCSCH) Training for Twin Screw Extruder and Nano Milling in Karlsruhe and Idar Oberstein Factory Visit dan Training Alat Lab. Nanoteknologi
10-15 Februari 2014
Kochi-India
- Ir. Rudy Tjahjohutomo, MT - Dr. Ir. S. Joni Munarso, MS.
10-18 Maret 2014
Jerman
Iceu Agustinisari, STP, M.Si
17-21 Maret 2014
FrankfurtJerman
4.
Sidang Codex Alimentarius, Codex Committee Contaminants in Foods (CCCF) ke-8
31 Maret-4 April 2014
The HagueNetherlands
5.
Delri Sidang ke-2 TF on ASOA & Sidang ke-10 TFASHP and Other Food Crops Delri pada Pertemuan FEALAC (Forum East AsiaLatin America Corpooration)
31 Maret-4 April 2014
Cambodia
- Ir. Rudy Tjahjohutomo, MT - Dr. Ir. Evi Savitri Iriani, M.Si - Asep W. Permana, STP, M.Si - Ir. Rudy Tjahjohutomo, MT. - Dr. Ir. S. Joni Munarso, MS. - Dr. Ir. Endang Yuli Purwani, M.Si Prof. Dr. Ir. Sri Widowati, MappSc
19-29 April 2014
Bogota Colombia
- Dr. Ir. Evi Savitri Iriani, M.Si. - Dr. Ir. Sri Yuliani, MT.
Codex Committee on Pesticide Residue (CCPR) ke-46 Factory Training Alat Scanning Electrone Microscope (SEM) 4 th International Rice Conference Scientific Exchange Visiting Research Second International Conference on Agricultural and Rural Development (ARD)
5-10 Mei 2014
NanjingChina
Dr. Ir. S. Joni Munarso, MS.
19-23 Mei 2014
Inggris
- Niken Harimurti, ST, MT. - Agus Budiyanto. STP, M.Si.
27 Okt.-1 Nov. 2014 27 Okt.-2 Nov. 2014 11-14 November 2014
Bangkok
Dr. Ir. Endang Yuli Purwani, M.Sc. Dra. Hernani, M.Sc.
2.
3.
6.
7.
8.
9. 10. 11.
Tempat
Jepang Makati Shangri-La, Manila Philipina
Nama Petugas
Widaningrum, STP, M.Si.
b. Kegiatan Kepegawaian Kenaikan pangkat dan gaji berkala Kenaikan pangkat SDM lingkup BB-Pascapanen sebagai penghargaan terhadap kinerja pegawai telah dilaksanakan sesuai peraturan yang berlaku. Kenaikan pangkat tersebut dilaksanakan berdasarkan sistem kenaikan pangkat reguler dan pilihan. Pada periode April dan Oktober 2013, telah diusulkan kenaikan pangkat sebanyak 19 orang, yang terdiri atas 15 orang pada periode April 2014 dan 4 orang pada periode Oktober 2014. Untuk kenaikan gaji berkala, pada tahun 2014 telah Laporan Tahunan BB-Pascapanen Tahun 2014
78
diusulkan sebanyak 65 orang. Dari jumlah tersebut telah direalisasikan seluruhnya sehingga tidak mengalami keterlambatan dalam pembayaran kenaikan gajinya. Kenaikan Jabatan Fungsional Usulan kenaikan jabatan fungsional peneliti maupun Teknisi Litkayasa pada tahun 2014 berjumlah 21 orang untuk fungsional peneliti dan 3 orang Teknisi Litkayasa. Penghargaan Pada tahun 2014 BB-Pascapanen mengusulkan calon penerima penghargaan Satyalencana Karya Satya 30, 20 dan 10 tahun berjumlah 33 orang, sebagai berikut : 1. Calon penerima penghargaan 30 tahun 9 orang 2. Calon penerima penghargaan 20 tahun 5 orang 3. Calon penerima penghargaan 10 tahun 19 orang Penilaian Sasaran Kerja Pegawai Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 46 tahun 2011 bahwa untuk mewujudkan pembinaan Pegawai Negeri Sipil berdasarkan sistem prestasi kerja dan sistem karier dititikberatkan pada sistem prestasi kerja. Sasaran Kerja Pegawai telah diberlakukan sejak Januari 2014, mengingat bahwa penilaian pelaksanaan pekerjaan Pegawai Negeri Sipil (DP3) sebagai bagian dari pembinaan PNS sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1979 tentang penilaian pelaksanaan pekerjaan PNS sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan keadaan kebutuhan hukum dalam pembinaan PNS. Dalam Sasaran Kerja Pegawai Pegawai Negeri Sipil wajib : 1) menyusun SKP berdasarkan rencana kerja tahunan, 2) SKP memuat kegiatan tugas jabatan dan target yang harus dicapai dalam kurun waktu penilaian yang bersifat nyata dan dapat diukur, 3) SKP yang telah disusun harus disetujui dan ditetapkan oleh pejabat penilai, 4) SKP yang disusun oleh PNS jika tidak disetujui oleh pejabat penilai maka keputusannya diserahkan kepada atasan pejabat penilai dan bersifat final, 5) SKP ditetapkan setiap tahun pada bulan Januari, dan 6) Dalam hal terjadi perpindahan pegawai setelah bulan Januari maka yang bersangkutan tetap menyusun SKP pada awal bulan sesuaai dengan surat perintah melaksanakan tugas atau surat perintah menduduki jabatan. Sesuai dengan Pemetaan Sasaran Kinerja Pegawai BB-Pascapanen sejumlah 139 pegawai yang harus diterbitkan SKP dapat dilihat pada Tabel berikut ini. Penilaian SKP tahun 2014 yaitu 139 orang, namun SKP yang dapat diterbitkan hanya 126 orang karena 13 orang merupakan petugas belajar yang tidak wajib membuat SKP. Laporan Tahunan BB-Pascapanen Tahun 2014
79
Tabel 9. Rekapitulasi Sasaran Kerja Pegawai (SKP) Tahun 2014 No.
Bagian/Bidang/Kelti
1. 2. 3. 4. 5. 6.
Tata Usaha Program dan Evaluasi KSPHP Kelti Teknologi Biomaterial Kelti Bioprosesing Kelti Teknologi Desain Proses dan Biosistem Lab Pengembangan Instalasi Lab Karawang
7. 8.
Jumlah
Golongan III IV
Jumlah
I
II
TB
4 0 0 0 0 0
10 0 1 0 0 0
22 3 7 10 7 4
2 2 1 9 3 8
0 1 0 2 7 0
28 6 9 21 17 12
0 1
8 5
7 10
0 2
1 2
16 20
5
25
70
27
13
139
Pelaksanaan Surveillance ISO 9001:2008 BB-Pascapanen telah mendapatkan Sertifikat ISO 9001: 2008 pada 28 Februari 2010. Sertifikat tersebut diperbaharui setiap tiga tahun sekali, dengan Audit Resertifikasi
yang
telah
dilakukan
pada
tahun
2013.
Pada
tahun
2014,
BB-Pascapanen telah menyelenggarakan Audit Internal pada Bulan April 2014, dan telah dilakukan surveillance terhadap pelaksanaan Sistem Manajemen Mutu oleh pihak PT. Mutu Agung Lestari pada tanggal 14 - 16 Oktober 2014. Bimbingan Mahasiswa dan Praktek Kerja Lapang (PKL) BB-Pascapanen merupakan institusi yang mempunyai tugas dalam bidang penelitian pascapanen. Di samping menjalankan tugas pokok dan fungsinya, BB-
Pascapanen
juga
menerima
mahasiswa
dan
siswa
SMU/SMK
untuk
melaksanakan kegiatan praktek kerja lapangan, baik penelitian oleh mahasiswa maupun administrasi oleh pelajar. Sebagian besar mahasiswa/siswa yang melakukan penelitian dan magang berasal dari berbagai perguruan tinggi maupun sekolah di sekitar wilayah Bogor. Setiap mahasiswa yang melakukan praktek kerja penelitian, dibimbing oleh pejabat fungsional peneliti dari BB-Pascapanen, sedangkan siswa SMU/SMK dibimbing oleh staf dari masing-masing satuan tugas di BB-Pascapanen sesuai siswa tersebut ditempatkan. Selama tahun 2014 terdapat 100 orang yang melakukan praktek kerja lapangan maupun penelitian di BB-Pascapanen yang terdiri dari 63 mahasiswa dan 37 siswa SMU/SMK. Revisi Analisis Jabatan (Anjab) dan Analisis Beban Kerja (ABK) Revisi analisis jabatan dan analisis beban kerja seluruh Pegawai Negeri Sipil BB-Pascapanen telah dilakukan pada bulan Maret 2014. Revisi Anjab serta ABK tersebut yaitu menyesuaikan kembali perubahan beban kerja pada masing-masing Laporan Tahunan BB-Pascapanen Tahun 2014
80
pegawai Kegiatan ini dilaksanakan dengan menyebarkan anjab dan ABK tahun 2010 kepada masing-masing pegawai. Pemutakhiran Data Pemangku Jabatan dan Pengisian e-Formasi Pemutakhiran
data
pemangku
jabatan
Pegawai
Negeri
Sipil
lingkup
Balitbangtan telah direkonsiliasi dimana jabatan yang ada (terutama jabatan fungsional umum) dicek kembali kesesuaiannya dengan beban kerja pegawai. Pada bulan Maret 2014 telah disusun sistem Formasi Pegawai Negeri Sipil secara elektronik (e-Formasi) yang memuat nama jabatan, jumlah pegawai, dan kebutuhan pegawai berdasarkan Analisis Beban Kerja. Sosialisasi Permentan 45 Tahun 2014 Terhitung mulai bulan Mei 2014 diberlakukan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 45 Tahun 2014 sebagai pengganti Peraturan Menteri Pertanian Nomor 68 Tahun 2012 tentang Pedoman Pemberian Tunjangan Kinerja Bagi Pegawai di Lingkungan Kementerian Pertanian. Sebelum diberlakukannya peraturan baru tersebut, telah diselenggarakan sosialisasi Permentan Nomor 45 Tahun 2014 dengan nara sumber Kepala Bagian Kepegawaian Balitbangtan dan Kepala Sub Bagian Jabatan Fungsional Baitbangtan pada tanggal 8 Mei 2014. Dalam sosialisasi tersebut, disampaikan hal-hal yang berkaitan dengan Permentan 45 tahun 2014, sebagai berikut : 1. Perubahan Peraturan Pemerintah Nomor 68 tahun 2012 ke Peraturan Pemerintah Nomor 45/Permentan/OT.140/4/2014 diharapkan setiap pegawai dapat lebih meningkatkan kinerja dan produktivitas pegawai serta efektivitas pemberian tunjangan kinerja bagi pegawai di lingkungan Kementerian Pertanian. 2. Melakukan pembinaan dan pengawasan secara intensif kepada para
Pegawai
Negeri Sipil dalam rangka penegakan disiplin dan peningkatan kinerja pegawai sesuai dengan PP 53 tahun 2010. 3. Tunjangan
kinerja
diberikan
kepada
pegawai
yang
mempunyai
tugas/pekerjaan/jabatan tertentu di lingkungan Kementerian Pertanian. 4. Pegawai yang diberikan tunjangan kinerja sesuai dengan jabatan yang telah ditetapkan oleh pimpinan unit kerja Eselon I dalam bentuk keputusan berdasarkan evaluasi jabatan dan rekonsiliasi perubahan data pemangku jabatan di lingkungan Kementerian Pertanian. 5. Pengurangan tunjangan kinerja tidak diberikan kepada pegawai sebagaimana dalam pasal 2 dan pegawai yang tidak menerima pengurangan tunjangan kinerja diberlakukan sesuai pasal 14 Permentan nomor 45.
Laporan Tahunan BB-Pascapanen Tahun 2014
81
6. Re-grouping data pegawai lingkup BB-Pascapanen dan penyeragaman format yang diantaranya memuat perubahan jabatan. C. Fasilitas Penelitian Sejalan dengan tugas pokok dan fungsi BB-Pascapanen yaitu melaksanakan kegiatan penelitian dan pengembangan pascapanen pertanian, maka BB-Pascapanen didukung oleh fasilitas penelitian berupa laboratorium pengujian dan pengembangan. Laboratorium tersebut mempunyai tugas dan fungsi mendukung terlaksananya kegiatan penelitian dan pengembangan bidang pascapanen pertanian. a. Laboratorium Pengujian Laboratorium pengujian BB-Pascapanen memiliki fasilitas laboratorium pengujian yang meliputi laboratorium kimia, fisika, mikrobiologi, dan organoleptik. Laboratorium tersebut khususnya laboratorium kimia telah mendapat akreditasi dari Komite Akreditasi Nasional (KAN) untuk pertama kalinya pada tanggal 27 Juli 2007 sebagai laboratorium penguji yang mengimplementasikan ISO/IEC 17025:2005. Akreditasi tersebut berhasil diperpanjang pada tahun 2011. Berdasarkan surat KAN Nomor 374/3.a2/LP/01/12 tanggal 30 Januari 2012, laboratorium BB-Pascapanen mendapatkan re-akreditasi sebagai laboratorium penguji dengan nomor akreditasi LP-366-IDN. Ruang lingkup pengujian yang terakreditasi meliputi sifat amilografi, proksimat biskuit, gula total untuk makanan dan minuman, pengawet sorbat dan benzoat untuk minuman dan sifat fisik gabah dan beras. Laboratorium selain melaksanakan fungsi utamanya dalam pelayanan penelitian, juga memiliki fungsi memberikan pelayanan jasa pengujian terhadap pihak eksternal seperti swasta, perguruan tinggi dan instansi pemerintah lainnya. Pengembangan dan perbaikan tata-kelola laboratorium BB-Pascapanen terus dilakukan dalam rangka mengoptimalkan pelaksanaan tugas dalam pelayanan penelitian dan jasa pengujian. b. Laboratorium Pengembangan Laboratorium pengembangan terdiri dari laboratorium penanganan bahan dan pengolahan. Laboratorium penanganan bahan termasuk penanganan segar komoditas tanaman pangan (serealia dan umbi-umbian), hortikultura (buah, sayuran, tanaman hias dan biofarmaka) dan peternakan (daging, susu dan telur) serta aneka tepung. Sedangkan laboratorium pengolahan diantaranya pengolahan aneka roti dan mi, pengolahan minuman, pengolahan tahu, ekstraksi atsiri dan bahan aktif, pengolahan daging dan susu, bioprosesing dan pengemasan produk. Khusus
Laporan Tahunan BB-Pascapanen Tahun 2014
82
laboratorium di instalasi Karawang telah dilakukan pembenahan laboratorium pengolahan yang mendukung diverfisikasi pangan berbasis pangan lokal. Pembenahan laboratorium akan terus dilakukan baik di Bogor maupun Karawang, sebagai upaya mengikuti pesatnya perkembangan Iptek bidang pascapanen, perubahan isu global, serta semakin pentingnya posisi dan peran pascapanen dalam pembangunan agroindustri nasional, sehingga BB-Pascapanen diharapkan akan semakin berperan nyata dan menjadi trend setter atau center of excellent di bidang pascapanen hasil pertanian pada tingkat nasional dan internasional. c. Laboratorium Nanoteknologi Nanoteknologi merupakan teknologi terkini yang mendorong revolusi industri dan ilmu pengetahuan. The National Nanotechnology Initiative (NNI) mendefinisikan nanoteknologi sebagai pemahaman dan kontrol terhadap dimensi ukuran bahan antara 1 sampai 100 nm, dimana bahan tersebut memiliki sifat yang unik dan berbeda dengan sifat sebelumnya. Dalam rangka mendukung 4 target sukses Kementan, Balitbangtan telah memulai penelitian dengan nano based technology untuk pertanian sejak tahun 2007. Hingga tahun 2014 telah dihasilkan produk berstruktur nano dalam bentuk nanoemulsi, nanoenkapsulat dan nanoselulosa. Nano-ekstrak temulawak memiliki sifat antiinflamasi setara dengan obat natrium diklofenak dan telah diaplikasikan pada produk tablet effervescent dan minuman instan, nano-minyak pala berfungsi sebagai antimikroba dengan aktivitas yang lebih baik dari pengawet kimia kalium sorbat dan telah diaplikasikan pada produk jus buah dan roti, nano-katekin/ekstrak teh hijau memiliki sifat antioksidan yang tinggi dan telah diaplikasikan pada produk minuman instan, nano-vitamin A dan zat besi memiliki bioavailabilitas yang tinggi dan telah diaplikasikan pada produk flakes ubi kayu, nano-serat selulosa dari tongkol jagung dan jerami padi berfungsi sebagai reinforce agent dan telah diaplikasikan untuk kemasan biodegradable. Untuk meningkatkan kualitas hasil penelitian dan kontribusi Balitbangtan terhadap dunia penelitian berbasis advance technology, telah dibangun laboratorium penelitian nanoteknologi pangan dan pertanian yang berpresisi tinggi dan berstandar internasional. Jenis peralatan laboratorium nanoteknologi yang dimiliki saat ini, antara lain meliputi : a) Tranmission Electron Mikroscope (TEM), b) Scaning Electron Microscope (SEM), c) Ultramicrotom, d) Tissue Processor, e) Critical Point Dryer, f) Universal Ion Coater, g) High Presure Homogenizer, h) Practical Size Analyzer, i) Nano Milling, j) Planetary Ball Mill, k) Ultra Fine Friction Griding Machine, l) X-Ray Laporan Tahunan BB-Pascapanen Tahun 2014
83
Difraction, m) Twin Extruder for Food Processing, n) Encapsulator, o) Differential Scaning Calorimeter, p) Ultrasonic Processor, q) Universal Extrator, r) Tensiometer, s) Ultraturax Homogenezer, t) Universal Mixer dan u) UV-VIS Spectrofotometer.
Gambar 52. Peralatan Laboratorium Nanoteknologi D. Pengembangan Sarana dan Prasarana Pengelolaan aset BB-Pascapanen, meliputi tanah, bangunan/gedung kantor, peralatan laboratorium dan peralatan perkantoran lainnya termasuk kendaraan dinas. Pada tahun 2014, terdapat penambahan belanja modal untuk perangkat pengolah data dan komunikasi, peralatan dan fasilitas perkantoran dan renovasi gedung/bangunan. Total pengelolaan aset BB-Pascapanen sampai dengan akhir tahun 2014 sebesar Rp .91.238.188.782,Tabel 10. Realisasi pengembangan prasarana dan sarana BB-Pascapanen Uraian 1. Tanah 2. Peralatan dan mesin 3. Gedung & bangunan 4. Jalan & jembatan 5. Jaringan 6. Aset tetap lainnya 7. Aset tidak digunakan Jumlah
Tahun 2009
2010
2011
2013
2014
22.447.800.000
22.447.800.000
22.447.800.000
22.447.800.000
2012
22.447.800.000
17.314.320.582
18.369.253.082
19.771.880.732
20.019.237.231
25.166.240.781
22.447.800.000 27.805.805.000
8.147.073.602
9.202.859.502
10.481.741.502
12.910.014.502
29.214.890.002
4.980.455.000
4.980.455.000
4.980.455.000
4.980.455.000
6.531.905.800
141.225.800
687.531.300
687.531.300
687.531.300
1.551.450.800
67.376.650
67.376.650
67.376.650
67.376.650
97.294.780
0
0
0
14.550.000
53.098.251.634
55.755.275.534
58.436.785.184
61.126.964.683
31.456.084.002 7.599.380.000 1.817.275.000 97.294.780
14.530.000
14.550.000
85.024.112.163
91.238.188.782
Pada tahun 2014 pengadaan belanja modal terdiri atas : 1) perangkat pengolah data dan komunikasi, 2) peralatan dan fasilitas perkantoran, dan penelitian/laboratorium dan perkantoran dan 3) renovasi gedung/bangunan. Pengadaan perangkat pengolah data dan
komunikasi, terdiri atas komputer multimedia (2 unit), server (1 unit), dan
Laporan Tahunan BB-Pascapanen Tahun 2014
84
notebook (2 unit). Pengadaan peralatan dan fasilitas perkantoran, terdiri atas peralatan dan fasilitas perkantoran (58 unit), peralatan dokumentasi (1 unit), dan peralatan laboratorium, yaitu : unit prosesing padi (1 unit) dan unit prosesing limbah padi (1 unit). Renovasi gedung/bangunan seluas 7.972 m2, yang terdiri atas pengaspalan jalan halaman kantor, penerangan halaman kantor, perapihan saluran dan taman, interior gedung dan pagar halaman kantor. E. Anggaran Sumberdaya keuangan merupakan faktor yang menentukan dalam pelaksanaan tugas dan fungsi guna merealisasikan tujuan dan sasaran organisasi yang telah ditetapkan. Selama periode 2010-2014, BB-Pascapanen mengelola dana DIPA yang terus meningkat. Anggaran pada TA. 2013 merupakan tertinggi selama periode 20102014. Hal ini karena pada TA. 2013 dilakukan peningkatan sarana dan prasarana litbang (a.l. gedung laboratorium dan peralatan/mesin) sejalan dengan program Balitbangtan dalam memasuki kurva kedua (2nd Curve) yaitu meningkatkan sinergisme program serta pengelolaan dan pemanfaatan aset agar lebih berhasil dan berdaya guna dalam mendukung pencapaian target sukses pembangunan pertanian. Tabel 11. Anggaran DIPA BB-Pascapanen dan kerjasama TA. 2010-2014 Tahun
DIPA BB-Pascapanen (Rp)
Kerjasama (Rp)
2010
15.964.929.000,-
1.686.474.636,-
2011
17.950.140.000,-
2.186.224.273,-
2012
20.101.287.000,-
1.900.000.000,-
2013
44.294.770.000,-
2.212.691.000,-
2014
28.994.602.000,-
2.612.525.000,-
Pada
TA.
2014,
BB-Pascapanen
mengelola
anggaran
DIPA
sebesar
Rp 28.994.602.000,-. Selama TA. 2014 terjadi revisi pagu anggaran antara lain karena adanya penggeseran alokasi anggaran, penambahan pagu anggaran pada belanja modal dan penambahan pagu anggaran dari dana hibah. Alokasi anggaran tersebut digunakan untuk mendanai kegiatan utama BB-Pascapanen, yaitu kegiatan penelitian dan pengembangan pascapanen pertanian dan kegiatan manajemen (penunjang) lainnya. Kegiatan manajemen lebih ditekankan pada pengelolaan satker yang bersifat rutin dan pelayanan terhadap seluruh pegawai BB-Pascapanen. Selain melalui dana DIPA, anggaran penelitian diperoleh melalui dana non-DIPA (kerjasama). Upaya peningkatan pendanaan melalui non-DIPA dalam rangka memenuhi
pembiayaan penelitian terus
dilakukan antara lain melalui peningkatan kerjasama penelitian dan pemanfaatan hasil Laporan Tahunan BB-Pascapanen Tahun 2014
85
penelitian baik dari dalam maupun luar negeri (ACIAR, KKP3N, Ristek Sinas, dll). Pada TA. 2014, dana hibah diperoleh dari Agriculture Cooperation Initiative, Rural Development
Administration
(AFACI-RDA),
Suwon,
Republik
Korea
sebesar
Rp 88.034.000,-.Realisasi anggaran BB-Pascapanen TA. 2014 hingga 31 Desember 2014 adalah sebesar Rp 27.784.055.526,- (95,82%). Tabel 12. Realisasi anggaran DIPA BB-Pascapanen TA. 2014 No
Jenis Pengeluaran
PAGU
Realisasi
A. Laporan Pengelolaan Satker 1. Perencanaan Program dan Penyusunan Anggaran a. Perencanaan Program dan Rencana Kerja 223.570.000 222.409.325 Litbang Pascapanen b. Penyusunan Anggaran dan Rencana Kerja 115.083.000 114.435.700 (RKA-KL) Jumlah A.1 338.653.000 336.845.025 2. Pelaksanaan Monev dan Sistem Pengendalian Internal a. Pelaksanaan Monev Kegiatan 105.923.000 105.453.550 b. Pelaksanaan SPI 99.409.000 99.097.700 Jumlah A.2 205.332.000 204.551.250 3. Rapat Kerja, Koordinasi Institusional dan Pengelolaan Kelembagaan Kelti a. Rapat Kerja BB Pascapanen 250.000.000 224.176.400 b. Koordinasi institusional dan pendampingan 299.660.000 296.199.117 teknologi c. Pengelolaan kelembagaan kelompok peneliti 90.088.000 88.933.300 d. Anjak Litbang Pascapanen untuk 373.865.000 372.087.480 mendukung pencapaian 4 target sukses Kementan Jumlah A.3 1.013.613.000 1.001.396.297 4. Pembinaan Organisasi dan Ketatausahaan a. Pembinaan administrasi pengelolaan 151.610.000 151.096.700 keuangan b. Pembinaan administrasi dan pengelolaan 182.924.000 182.827.550 kepegawaian c. Pembinaan administrasi pengelolaan rumah 84.689.000 84.535.450 tangga dan perlengkapan d. Pengelolaan dan pengembangan 940.200.000 595.152.371 laboratorium Jumlah A.4 1.359.423.000 1.013.612.071 Jumlah A (A.1 + .... + A.4) 2.917.021.000 2.556.404.643 B. Laporan Pelaksanaan Diseminasi Teknologi a. Pengelolaan dan pengembangan publikasi b. Partisipasi ekspose, pameran, Penas, HUT 40 Litbang, HPS, Expo SIKIB, Simposium dan gelar teknologi c. Pengembangan diversifikasi pangan d. Peningkatan nilai tambah produk pertanian mendukung Rumah Pangan Lestari (KRPL) e. Penugasan peneliti dan teknisi mendukung program instansi terkait/Direktorat Teknis/SLPTT/BPTP/Supervisi Jumlah B
Laporan Tahunan BB-Pascapanen Tahun 2014
%
99,48 99,44 99,47 99,56 99,69 99,62 97,67 98,85 98,72 99,52
98,79 99,66 99,95 99,82 63,30 74,56 87,64
271.082.000 408.968.000
270.279.550 393.549.525
99,70 96,23
354.229.000 167.144.000
325.779.649 153.730.285
91,97 91,97
336.560.000
335.757.322
99,76
1.537.983.000
1.479.096.331
96,17
86
No
Jenis Pengeluaran
C. a.
Laporan Pengembangan Kerjasama Dukungan Kerjasama Dalam dan Luar Negeri Kerjasama Hibah Luar Negeri Jumlah C
b. D. a.
b.
c.
E. a.
F. a. b.
c. d. e.
G. a. b.
PAGU
%
93.018.000
92.972.350
99,95
88.034.000 181.052.000
88.033.350 181.005.700
100,00 99,97
225.564.327
99,80
203.192.850
98,57
208.912.400
90,63
637.669.577
96,23
Teknologi Penanganan Segar Produk Pertanian Teknologi penyosohan enzimatis untuk 226.018.000 meningkatkan mutu dan rendemen beras giling Teknologi pengawetan alami (vinegar air 206.146.000 kelapa dan kitosan) pada daging sapi dan daging ayam di tingkat RPH/RPA dan pedagang Teknologi penanganan segar Varietas 230.509.000 Unggul Baru Kentang dan Cabe Kencana pada skala usaha tani Jumlah D 662.673.000
Produk dan Teknologi Hasil Pertanian untuk Diversifikasi Pangan dan Substitusi Pangan Impor Teknologi optimalisasi pemanfaatan 345.315.000 344.331.760 99,72 komoditas lokal untuk substitusi pangan impor Jumlah E 345.315.000 344.331.760 99,72 Teknologi dan Produk Baru untuk Peningkatan Nilai Tambah dan Daya Saing Hasil Pertanian Teknologi nano untuk pangan fungsional, 674.197.000 670.340.457 99,43 nutrasetikal dan kemasan Teknologi biopreservatif mendukung 318.077.000 317.745.330 99,90 perdagangan hortikultura antar pulau dan peningkatan ekspor Teknologi kombinasi enzimatis dan filtrasi 167.928.000 167.647.000 99,83 pada produksi gula Teknologi percepatan fermentasi biji kakao 124.421.000 123.464.143 99,23 Teknologi produksi bioetanol berbasis 215.041.000 213.968.900 99,50 limbah jagung dan sorgum Jumlah F 1.499.664.000 1.493.165.830 99,57 Layanan Perkantoran Litbang Pascapanen Pembayaran gaji dan tunjangan 9.499.004.000 9.211.633.843 96,97 Penyelenggaraan operasional dan 4.211.885.000 4.141.443.242 98,00 pemeliharaan perkantoran Jumlah G 13.710.889.000 13.353.077.085 97,39
H. a.
Peralatan Pengolah Data dan Komunikasi Peralatan pengolah data dan komunikasi Jumlah H
I. a.
Peralatan dan Fasilitas Pelaksanaan Perkantoran Peralatan dan fasilitas perkantoran 2.436.225.000 Jumlah I 2.436.225.000 Sarana dan Prasarana Gedung Kantor Pengaspalan jalan, penerangan, perapihan 5.516.380.000 saluran, taman dan halaman kantor dan interior Jumlah J 5.516.380.000
J. a.
Realisasi
TOTAL
Laporan Tahunan BB-Pascapanen Tahun 2014
187.400.000 187.400.000
28.994.602.000
186.780.000 186.780.000
99,67 99,67
2.426.580.600 2.426.580.600
99,60 99,60
5.125.944.000
92,92
5.125.944.000
92,92
27.784.055.526
95,82
87
BAB V PERENCANAAN PROGRAM DAN EVALUASI Kegiatan pascapanen merupakan bagian integral dari pengembangan sistem pertanian secara keseluruhan, yang dimulai dari aspek produksi bahan mentah hingga pemasaran
produk
akhir.
BB-Pascapanen
sebagai
institusi
yang
diberi
mandat
melaksanakan kegiatan penelitian dan pengembangan pascapanen, diharapkan dapat berperan memberi masukan
kepada Kementerian
rekomendasi teknologi pascapanen maupun dalam
Pertanian, baik hal kebijakan
dalam
bentuk
pengembangan
agroindustri. Agar setiap kegiatan penelitian lebih terarah dan mencapai hal yang maksimal diperlukan suatu perencanaan atau koordinasi tentang rencana kegiatan penelitian. Guna pencapaian tujuan dan sasaran serta hasil penelitian pascapanen dalam bentuk keluaran yang terukur dan tepat sasaran perlu dukungan sistem perencanaan penelitian dan pengembangan yang terarah, mantap dan tajam yang tercermin dalam keberhasilan pelaksanaan dan hasil yang dicapai. Koordinasi dengan berbagai instansi terkait sangat diperlukan dalam rangka menyusun rencana program penelitian ke depan maupun dalam implementasi kegiatan penelitian dan pengembangan di lapangan. Koordinasi dengan institusi lingkup Direktorat Teknis di Departemen Pertanian, maupun Pemerintah Daerah sangat penting, agar teknologi yang dihasilkan sesuai dengan kebutuhan riil pengguna di lapangan. Perumusan program penelitian dan pengembangan pascapanen pertanian secara lebih luas diperlukan suatu bentuk pertemuan baik yang difasilitasi dalam rapat kerja (raker), pertemuan koordinasi dengan instansi vertikal diatasnya maupun pertemuan koordinasi dengan instansi lain yang terkait untuk mendapatkan masukan. Oleh karena itu, hasil pertemuan
tersebut dapat dirumuskan menjadi progam dan kebijakan pelaksanaan
kegiatan ke depan yang selaras dengan upaya penanggulangan isu-isu yang sedang berkembang dalam kurun waktu berjalan dan yang akan datang. A. Rapat Kerja BB-Pascapanen Kegiatan rapat kerja dilaksanakan dengan mengundang berbagai pihak terkait, baik dari instansi lingkup Balitbangtan maupun dari instansi lain yang mempunyai kompetensi dalam bidang pascapanen pertanian. Pada tahun 2014 telah dilakukan Rapat Kerja sebanyak dua kali. Rapat Kerja I BB-Pascapanen tahun 2014 merupakan media untuk melakukan evaluasi pencapaian hasil litbang pascapanen yang selama ini telah dilaksanakan sebagai pijakan dalam menyusun rencana strategis (renstra) 2015-2019 untuk meningkatkan akselerasi penciptaan dan penerapan inovasi teknologi pascapanen Laporan Tahunan BB-Pascapanen Tahun 2014
88
pertanian berbasis manajemen korporasi. Selain itu, Rapat Kerja ini ditujukan untuk mempelajari penerapan manajemen korporasi dari instansi lain yang telah berhasil menerapkan manajemen korporasi khususnya pada lembaga penelitian publik. Rapat Kerja I BB-Pascapanen Tahun 2014 dilaksanakan pada tanggal 20-22 Februari 2014. Tema Rapat Kerja BB-Pascapanen Tahun 2014, yaitu : “Pemantapan Renstra Balai Besar Litbang Pascapanen Pertanian 2015 - 2019 Mendukung Sistem Pertanian-Bioindustri
Berkelanjutan”.
Tujuan
penyelenggaraan
Rapat
Kerja
I
BB-Pascapanen Tahun 2014 adalah melakukan Pemantapan Renstra BB-Pascapanen 2015 – 2019. Beberapa poin penting rumusan Rapat Kerja I, sebagai berikut : 1. Arah
penelitian
Pascapanen
dalam
menetapkan
agenda
dan
tolak
ukur
keberhasilannya perlu didasarkan pada konsepsi integrasi Rantai Pasok dan Rantai Nilai berdasarkan People Centered Development paradigma yang mewujudkan Pertanian Industrial pada komoditas unggulan daerah dan komoditi ekspor nasional. 2. Untuk meningkatkan adopsi suatu unggulan
teknologi diperlukan upaya memilih teknologi
dengan menggunakan kriteria yang telah ditetapkan
(kriteria internal,
kriteria eksternal, dan kriteria People Center Development) dan membangun serta membina model MAI di lapang yang dapat dijadikan percontohan dengan melibatkan peran UK/ UPT lingkup Balitbangtan dan Direktorat Teknis terkait serta peran mitra yang memiliki komitmen dan manajemen yang kuat. 3. Pemantapan Renstra BB-Pascapanen tahun 2015 – 2019 menjadi acuan bagi jajaran BB-Pascapanen untuk berperan aktif dalam mewujudkan sistem pertanian–bioindustri berkelanjutan sebagaimana dicanangkan oleh Kementerian Pertanian dalam visi pembangunan pertanian kurun waktu 2015 – 2019. 4. Muatan
utama
dalam
Renstra
BB-Pascapanen
tahun
2015
–
2019
lebih
mengakomodasi kegiatan “pengolahan” yang berujung pada industri, sehingga pembenahan
laboratorium
pengembangan
menjadi
sangat
penting
untuk
menghasilkan teknologi pengolahan berorientasi zero waste yang ramah lingkungan. 5. Arah kebijakan litbang pascapanen pertanian perlu mengacu pada perubahan orientasi dari arah kebijakan Balitbangtan dengan menghasilkan teknologi yang memuat untuk sosial ekonomi masyarakat (sosio teknologi pascapanen). Arah kebijakan litbang pascapanen telah disusun dengan mengacu pada hasil pertemuan Global Leadership for Agriculture Science and Technology (GLAST), sehingga ke depan akan dihasilkan teknologi yang memperhatikan perkembangan Bioscience dan Engineering System, mampu merespon dinamika iklim dan dikembangkan lebih lanjut melalui penerapan IT. 6. Penyusunan program litbang pascapanen perlu dibangun berdasarkan Analisis Sistem Dinamis untuk memberikan hasil analisis yang lebih mendalam. Oleh sebab itu, Laporan Tahunan BB-Pascapanen Tahun 2014
89
penyelesaian dokumen Renstra 2015-2019 tetap dilakukan dan secara simultan perlu dilakukan perbaikan dengan menerapkan analisis sistem dinamis tersebut. 7. Untuk menghasilkan inovasi teknologi di BB-Pascapanen dan dalam rangka peningkatan daya saing,
nilai tambah, ekspor dan pengelolaan hasil samping
(by product) serta mendukung 4 sukses Kementan pada Renstra BB-Pascapanen 2015-2019 akan melakukan koordinatif penelitian dan pengembangan pascapanen dengan Puslitbang Tanaman Pangan, Perkebunan, Peternakan, Hortikultura dan BBP2TP. 8. Meningkatkan promosi dan mengakselerasi diseminasi hasil penelitian melalui Spektrum Diseminasi Multi Channel baik berupa : website, sosial media, publikasi, pameran, gelar teknologi, penyelenggaraan seminar nasional atau internasional, promosi melalui media cetak dan elektronik kepada seluruh stakeholders nasional melalui jejaring PPP (public-private–partnership) maupun internasional, untuk itu harus dilakukan riset inovatif yang produktif.
Gambar 53. Pelaksanaan Rapat Kerja I BB-Pascapanen TA 2014
Rapat Kerja II BB-Pascapanen dirancang sebagai media yang tepat untuk melakukan review pencapaian kinerja hasil litbang pascapanen periode 2010 - 2014 serta melakukan refocusing program dan kegiatan BB-Pascapanen 2015 - 2019 sejalan dengan prioritas pembangunan pertanian ke depan. Berdasarkan hal tersebut maka tema Rapat Kerja II BB-Pascapanen Tahun 2014 yaitu “Refocusing program litbang pascapanen
mendukung
pencapaian
swasembada
pangan”.
Rapat
Kerja
II
BB-Pascapanen Tahun 2014 yang dilaksanakan pada tanggal 20 - 21 Nopember 2014, bertempat di Auditorium Ir. Sadikin Sumintawikarta, Bogor dibuka secara resmi oleh Kepala Balitbangtan. Rumusan yang dihasilkan dari pelaksanaan Raker II BB-Pascapanen Tahun 2014, sebagai berikut : Laporan Tahunan BB-Pascapanen Tahun 2014
90
1. Peran strategis teknologi pascapanen sangat luas diantaranya : a) penyediaan teknologi untuk mengatasi permasalahan pangan dari mencukupi kebutuhan, pangan yang berkualitas, diversifikasi, berkembangnya industri pangan, costumization dan peningkatan nilai tambah; b) teknologi pascapanen dalam mencapai 4 sukses pertanian; dan c) Ketahanan Pangan Nasional (ketersediaan dan kecukupan), termasuk dalam swasembada pangan. 2. Kebijakan pembangunan pertanian 2015 - 2019 difokuskan pada pencapaian swasembada padi, jagung dan kedelai sebagai target pembangunan jangka pendek (3 tahun). Kebijakan yang sama juga menetapkan gula dan daging sebagai target utama. Pembangunan pertanian juga dituntut untuk mampu mewujudkan sebuah struktur ketahanan pangan yang kokoh, yang semuanya memerlukan dukungan inovasi, termasuk dari aspek pascapanen dan pengolahan hasil pertanian. Untuk mengamankan capaian swasembada pangan serta daya saing sebuah skenario besar perlu dibuat sebagai acuan operasional pencapaian target di atas dan strategi inilah yang menjiwai kinerja sistem inovasi BB-Pascapanen. 3. Dinamika lingstra yang tinggi, baik nasional maupun internasional, yang mencakup aspek pasar global, ekosistem, iklim global, HaKI, sosial budaya, ekonomi makro, struktur demografi dan lahan, perkembangan Iptek nasional dan kebijakan pertanian, mengharuskan BB-Pascapanen untuk melakukan refocusing arah dan strategi litbang. 4. Selama kurun waktu 2010 - 2014 BB-Pascapanen telah menghasilkan berbagai inovasi teknologi penanganan dan pengolahan komoditas tanaman pangan, hortikultura, perkebunan dan peternakan. Sebagian inovasi teknologi pascapanen tersebut sudah diadopsi oleh masyarakat pengguna. Dalam kurun waktu 2015 - 2019, BB-Pascapanen akan melakukan Akselerasi Penciptaan dan Penerapan Inovasi Teknologi Pascapanen Pertanian sehingga diharapkan kuantitas dan kualitas inovasi teknologi pascapanen
dapat ditingkatkan
seiring
dengan
semakin
besarnya
permasalahan dan tuntutan masyarakat pengguna. 5. Para
peneliti Balitbangtan, khususnya
BB-Pascapanen
dituntut
untuk
dapat
menghasilkan teknologi bukan hanya untuk kepentingan penyelamatan hasil pertanian, namun juga harus mampu mengolahnya untuk meningkatkan nilai tambah, daya saing serta keamanan pangan yang bermuara pada kesejahteraan petani dan kelestarian lingkungan. Ke depan, BB-Pascapanen akan menghadapi banyak lagi tantangan seiring dengan semakin terbukanya lingkungan global, tingginya preferensi konsumen, seperti kebutuhan gizi, keamanan pangan dan kesehatan, serta penyelamatan lingkungan. 6. Strategi penelitian serta pengembangan pascapanen pertanian ke depan dengan melakukan analisis dinamika lingkungan strategis melalui berbagai pendekatan, Laporan Tahunan BB-Pascapanen Tahun 2014
91
diantaranya pendekatan sistem dinamik. Analisis diarahkan untuk mendapatkan gambaran langkah-langkah kebijakan yang harus diambil agar sasaran pembangunan pertanian 2015-2019 dapat dicapai. Sasaran lain adalah meningkatkan penguasaan terhadap perkembangan keilmuan agar hasil penelitian pascapanen memperoleh pengakuan ilmiah dan memberikan dampak pembangunan yang luas serta dapat berperan dalam pengembangan iptek yang inovatif, efisien, efektif dan berdaya saing secara nasional dan internasional. 7. Dalam rangka mengantisipasi tantangan dan kebutuhan teknologi pertanian modern masa depan, Balitbangtan telah melakukan investasi yang besar untuk pembangunan fasilitas dan sumber daya manusia litbang nanoteknologi. Untuk itu, program-program litbang nanoteknologi yang meliputi nano-pupuk, nano-benih, nano-pestisida, nanopangan fungsional, nano-kemasan, nano-device/sensor, nano-pakan dan nanovaksin/hormon harus segera dilaksanakan dan diimplementasikan di lapangan secara holistik, integratif dan masif untuk peningkatan scientific dan impact recognition Balitbangtan. Oleh karena itu, BB-Pascapanen perlu menyusun strategi besar untuk implementasi hasil litbang pascapanen secara masif dan cepat di lapangan dengan bekerjasama, baik secara internal maupun eksternal Balitbangtan. 8. Raker II BB-Pascapanen 2014 ini telah menyusun : a) Roadmap bioindustri berkelanjutan (Buku pertanian bioindustri); b) Laboratorium Lapang Kalimantan Tengah (Pulang Pisau); c) Database capaian kinerja BB-Pascapanen 2010-2014, berupa laporan capaian kinerja BB-Pascapanenr; d) Model revitalisasi PPK, penanganan jagung dan kedelai di tingkat Gapoktan; e) Model penanganan pascapanen jagung, kedelai
untuk meningkatkan mutu dan ketersediaan benih;
f) Revitalisasi Instalasi Penelitian dan Pengembangan Pertanian Bioindustri Karawang; g) Gerakan masif diversifikasi pangan; h) Quick Wins litbang nanoteknologi mendukung kejayaan pangan Indonesia; dan i) model pengembangan bioindustri kakao. 9. Teknologi hasil litbang yang sudah diaplikasikan di lapangan sudah banyak, namun masih diperlukan gerakan masif untuk melakukan percepatan diseminasi di lapangan. Selama ini transfer teknologi yang dilakukan sudah bagus, namun masih lambat. Untuk itu diperlukan strategi baru diseminasi hasil penelitian mengingat kondisi demografi wilayah Indonesia yang sangat luas.
Laporan Tahunan BB-Pascapanen Tahun 2014
92
Gambar 54. Kepala Balitbangtan memberikan arahan pada pembukaan Raker II BB-Pascapanen B. Program dan Rencana Litbang Pascapanen Pada tahun 2014 BB-Pascapanen telah menyusun Rencana Kerja Pemerintah (RKP). RKP merupakan dokumen perencanaan tahunan yang digunakan sebagai acuan dalam penyusunan RAPBN dan dasar pelaksanaan kegiatan yang akan dilaksanakan oleh pemerintah melalui Kementerian/Lembaga. Setelah RKP disetujui oleh Presiden, RKP kemudian dijabarkan dalam bentuk Rencana Kerja Kementerian/Lembaga (Renja K/L). Rencana Kerja Kementerian/Lembaga (Renja-KL) disusun dengan berpedoman pada : 1) Rencana Strategis (Renstra), 2) Rancangan awal RKP dan Pagu Indikatif, dan 3) Kebijakan, program, dan kegiatan pembangunan. Sebagai tindak lanjut dari penyusunan Renja BB-Pascapanen tahun 2014 kemudian ditetapkan Rencana Kinerja Tahunan (RKT) yang merupakan penjabaran dari sasaran strategis Renstra BB-Pascapanen yang dilaksanakan pada tahun 2014. Dokumen ini dijadikan dasar penyusunan dan pengajuan anggaran kinerja serta dasar bagi suatu kesepakatan tentang kinerja yang akan diwujudkan oleh suatu instansi. RKT menjabarkan sasaran yang akan dicapai beserta indikator yang diukur beserta target yang akan dicapai, dan selanjutnya dijadikan acuan evaluasi kinerja BB-Pascapanen tahun 2014. RKT juga menjadi acuan dalam Penetapan Kinerja (PK) setelah ditetapkannya alokasi anggaran BB-Pascapanen. Pada tahun 2014, BB-Pascapanen mempunyai 9 judul kegiatan penelitian, 16 judul kegiatan manajemen, dan 6 kegiatan diseminasi dengan sumber dana APBN. Kegiatan penelitian dan pengembangan pascapanen teralokasi dalam unit judul RPTP dan pada masing-masing program berikut :
Laporan Tahunan BB-Pascapanen Tahun 2014
93
1. Program Penelitian Teknologi Penanganan Segar Produk Pertanian sebanyak 3 judul; 2. Program Pengembangan Teknologi untuk Mendukung Diversifikasi Pangan dan Substitusi Pangan Impor sebanyak 1 judul; 3. Program Penelitian Teknologi
Pascapanen dan Pengembangan Produk untuk
Peningkatan Nilai Tambah dan Daya Saing sebanyak 5 judul. Pada
tahun
2014
telah
dilaksanakan
koordinasi program
dengan
unit
kerja/pelaksana teknis lingkup Kementerian Pertanian, Pemda Propinsi/Kabupaten, dan Kementerian terkait. Koordinasi program dengan berbagai instansi bertujuan untuk menyelaraskan kebutuhan teknologi pascapanen dengan para pengguna/stakeholders. Tahun 2014 merupakan akhir tahun Renstra Balitbangtan 2010-2014. Untuk mengevaluasi keberhasilan dan kesesuaian program yang telah dicanangkan dalam Renstra tersebut disusun laporan lima tahunan, mencakup capaian kinerja Balitbangtan tahun renstra 2010-2014. Laporan ini menjadi bagian tak terpisahkan dari capaian kinerja Kementerian Pertanian. Laporan capaian kinerja Balitbangtan ini disusun dengan mencakup seluruh kegiatan utama atau unggulan, baik yang termasuk IKU maupun kegiatan terobosan diluar IKU, serta kegiatan kerjasama dalam dan luar negeri, yang meliputi anggaran, program litkajibangrap, SDM, sarana dan prasarana. Capaian program litbang BB-Pascapanen adalah hasil litbang yang telah terdifusi, mempunyai mitra atau telah dilisensi sehingga ada produknya yang telah diproduksi secara komersial seperti tepung kasava Bimo, Beras Indeks Glikemik rendah maupun teknologi yang telah diimplementasikan diclapang, seperti penanganan segar buah mangga untuk ekspor, pengawet alami untuk daging, dan berbagai teknologi terapan untuk mendukung Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL). Pada TA 2014 terjadi revisi DIPA sebanyak 5 (lima) kali, sebagai berikut : 1) Revisi DIPA ke-1 tanggal 7 April 2014 karena adanya efisiensi pada beberapa kegiatan
yang
seluruhnya
dialokasikan
untuk mendukung
pencapaian
sasaran
Kementerian Pertanian terhadap 7 komoditas utama, yaitu bawang merah, cabai merah, padi, tebu, daging, jagung dan kedelai; 2) Revisi DIPA ke-2 tanggal 16 Mei 2014 karena adanya perubahan software; 3) Revisi DIPA ke-3 tanggal 15 Juli 2014 karena adanya perubahan/penambahan alokasi; 4) Revisi DIPA ke-4 tanggal 11 September 2014 untuk memenuhi prioritas kebutuhan guna mempercepat pencapaian kinerja dan meningkatkan efektifitas; dan 5) Revisi DIPA ke-5 tanggal 11 Desember 2014 karena adanya penambahan dana hibah luar negeri. C. Evaluasi dan Pelaporan Monitoring dan evaluasi (monev) mempunyai kedudukan dan peran yang penting sebagai alat kontrol manajemen dan pengendalian program mulai dari proses Laporan Tahunan BB-Pascapanen Tahun 2014
94
perencanaan, implementasi, output, outcome, benefit dan impact yang diharapkan. Monev berhubungan dengan upaya meningkatkan efisiensi dan efektivitas alokasi sumberdaya, serta meningkatkan kualitas dan akuntabilitas kegiatan penelitian dan pengembangan serta kegiatan manajemen pendukungnya. Sasaran akhir kegiatan monev adalah meningkatnya kualitas, efisiensi dan efektivitas pelaksanaan kegiatan lingkup BB-Pascapanen sehingga sasaran program yang telah ditetapkan dapat dicapai dengan tepat (waktu, tempat, sasaran) sebagaimana direncanakan. Kegiatan monitoring dan evaluasi di BB-Pascapanen dilaksanakan melalui Pelaksanaan Sistem Pengendalian Intern. Secara garis besar Pelaksanaan Sistem Pengendalian Intern mencakup kegiatan : 1) Penilaian pengendalian intern pada setiap satuan tugas lingkup BB-Pascapanen yang dilaksanakan sebanyak dua kali, dan 2) Monitoring dan evaluasi (monev) kegiatan penelitian dan manajemen, yang dilaksanakan sebanyak 3 (tiga) kali yaitu monev tahap ex-ante, on-going dan ex-post. Sedangkan kegiatan pelaporan yang secara rutin dilaksanakan, yaitu penyusunan LAKIP, Laporan Bulanan BB-Pascapanen sebagai Bahan Rapim, Laporan PMK No. 249 Tahun 2011, Laporan Mingguan Realisasi Penyerapan Anggaran melalui i-monev dan Penyusunan Laporan Tahunan BB-Pascapanen. Seperti halnya tahun 2013, kegiatan penelitian di BB-Pascapanen tahun 2014 dipantau oleh Unit Kerja Presiden Bidang Pengawasan dan Pengendalian Pembangunan (UKP4) pada periode B04, B06, B09 dan B12. a. Sistem Pengendalian Intern (SPI) Kegiatan penilaian Sistem Pengendalian Intern (SPI) dilaksanakan oleh Tim Satuan Pelaksana Pengendalian Intern (Satlak PI) berdasarkan SK Kepala BBPascapanen No. 28/Kpts/KP.340/I.10/01/2014 tanggal 10 Januari 2014. Tim Satlak PI BB-Pascapanen pada TA. 2014 telah menyusun program kerja yang secara keseluruhannya terdiri atas 12 kegiatan. Pada tahun 2014, BB-Pascapanen telah menyusun Petunjuk Teknis SPI sebagai penyesuaian terhadap Petunjuk Pelaksanaan SPI Balitbangtan Tahun 2013. Pada Petunjuk Teknis SPI BB-Pascapanen Tahun 2014, telah ditambahkan pelaksanaan SPI untuk kegiatan baik pada kegiatan penelitian dan manajemen maupun pengadaan barang dan jasa. Telah dilaksanakan pula sosialisasi Penyusunan Analisis Risiko Kegiatan pada tanggal 27 Juni 2014 dengan nara sumber dari Inspektorat Jenderal Kementerian Pertanian. Pengendalian pelaksanaan kegiatan di BB-Pascapanen dilaksanakan oleh masing-masing satuan tugas. Untuk melihat apakah pelaksanaan tugas dan fungsi dari setiap satuan tugas sudah efektif dan efisien maka dilakukan penilaian SPI pada masing-masing satuan tugas. Penilaian SPI pada setiap satuan tugas dilaksanakan Laporan Tahunan BB-Pascapanen Tahun 2014
95
sebanyak dua kali. Penilaian SPI Tahap-2 penekanannya untuk melihat upaya tindak lanjut yang telah dilaksanakan terhadap saran perbaikan pada SPI Tahap-1. b. Monitoring dan Evaluasi (Monev) Monev kegiatan penelitian dan manajemen dilaksanakan oleh Tim Satuan Pelaksana
Pengendalian
Intern
berdasarkan
SK
Kepala
BB-Pascapanen
No. 28/Kpts/KP.340/I.10/01/2014 tanggal 10 Januari 2014. Monev ex-ante sasaran utamanya adalah untuk memberikan saran perbaikan terhadap RPTP, RDHP dan RKM kegiatan berjalan. Pelaksanaan monev on-going yaitu untuk memastikan kegiatan dilakukan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan sehingga pelaksanaan monev ini memfokuskan pada kesesuaian perencanaan dengan kegiatan aktual di lapangan pasca monev ex-ante. Pelaksanaan monev ex-post sasaran utamanya untuk melihat kesesuaian pencapaian ouput kegiatan secara keseluruhan yang dikaitkan dengan rencana target output pada dokumen perencanaan, baik kualitas maupun kuantitasnya. Sampai dengan akhir tahun, kegiatan monev telah dilaksanakan 3 (tiga) kali, yaitu monev ex-ante, on-going dan ex-post baik untuk kegiatan penelitian maupun manajemen. Monev ex-ante dilaksanakan pada bulan April, monev on-going pada bulan Juli 2014, dan monev ex-post pada bulan Desember 2014. Pelaksanaan monev dilakukan terhadap 9 (sembilan) judul kegiatan penelitian (RPTP), 2 (dua) judul kegiatan diseminasi (RDHP), dan 16 (enam belas) judul kegiatan manajemen (RKM). Tabel 13. Judul kegiatan penelitian (RPTP) BB-Pascapanen TA. 2014 berdasarkan Indikator Kinerja Utama No. a.
Judul Kegiatan (RPTP) IKU : Teknologi Penanganan Segar Produk Pertanian 1. Teknologi penyosohan Enzimatis untuk meningatkan mutu dan rendemen beras giling 2. Scaling-up produksi pengawet alami dan aplikasinya dan aplikasinya pada daging sapi dan ayam di tingkat RPH/RPA dan pedagang 3. Penanganan segar varietas unggul baru (VUB) kentang dan cabai untuk meningkatkan daya simpannya
b.
IKU : Produk dan Teknologi Hasil Pertanian untuk Diversifikasi Pangan dan Substitusi Pangan Impor 1. Teknologi optimalisasi pemanfaatan komoditas lokal untuk substitusi pangan impor
c.
IKU : Teknologi dan Produk Baru untuk Peningkatan Nilai Tambah dan Daya Saing 1. Pengembangan nanoteknologi untuk pangan fungsional, nutrasetikal dan kemasan 2. Penggandaan skala produksi dengan cara enzimatis untuk meningkatkan rendemen gula dan substitusinya 3. Aplikasi teknologi biopreservatif mendukung perdagangan hortikultura antar pulau dan peningkatan ekspor
Laporan Tahunan BB-Pascapanen Tahun 2014
96
4. Modifikasi kultur dan teknik pemerasan pulpa untuk percepatan fermentasi biji kakao 5. Teknologi produksi bioetanol berbasis limbah jagung dan sorgum
Tabel 14. Judul kegiatan diseminasi (RDHP) BB-Pascapanen TA. 2014 Judul Kegiatan RDHP
No. 1. 2.
Pemasyarakatan Gerakan Masiv Diversifikasi Pangan Peningkatan Nilai Tambah Produk Pertanian Mendukung KRPL
Tabel 15. Judul kegiatan manajemen (RKM) BB-Pascapanen TA. 2014 No.
Judul Kegiatan RKM
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13.
Perencanaan Program dan Rencana Litbang Pascapanen Penyusunan Anggaran dan Rencana Kerja (RKA-KL) Pelaksanaan Monev dan Sistem Pengendalian Internal Koordinasi Institusional dan Pendampingan Teknologi Pengelolaan Kelembagaan Kelompok Peneliti Anjak Litbang Pascapanen untuk Mendukung Pencapaian 4 Target Sukses Kementan Pembinaan Administrasi dan Pengelolaan Keuangan Pembinaan Administrasi dan Pengelolaan Kepegawaian Pembinaan Administrasi dan Pengelolaan RT dan Perlengkapan Pengelolaan dan Pengembangan Laboratorium Pengelolaan dan Pengembangan Publikasi Partisipasi Ekspose, Pameran, Agroinovasi, Simposium dan Geltek Koordinasi dan Penugasan Peneliti dan Teknisi Mendukung Program Instansi Terkait/Direktorat Teknis/ SLPTT/BPTP/Supervisi Dukungan Kerjasama Dalam dan Luar Negeri Pembayaran Gaji dan Tunjangan Penyelenggaraan Operasional dan Pemeliharaan Perkantoran
14. 15. 16.
c. Laporan Akuntabilitas Kinerja (LAKIP) BB-Pascapanen TA. 2013 Laporan akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) merupakan suatu kewajiban bagi setiap instansi pemerintah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan dalam mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas dan fungsi sert kewenangan pengelolaan sumberdaya berdasarkan TAP MPR RI No. XI/MPR/1998 dan UU No. 28/1999 tentang Penyelenggaraan negara yang bersih, bebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme serta Inpres No. 7/1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. LAKIP BB-Pascapanen TA. 2013 menggambarkan capaian kinerja kegiatan penelitian dan diseminasi. Hasil pengukuran pencapaian sasaran TA. 2013, BB-Pascapanen telah melaksanakan tugas pokok dan fungsinya dengan baik. Jika dibandingkan antara target dan capaian indikator utamanya, sasaran yang telah ditetapkan dapat tercapai dengan hasil baik (rata-rata capaian 106,25%). Laporan Tahunan BB-Pascapanen Tahun 2014
Dua
97
indikator utama pada TA. 2013, yaitu teknologi dan produk untuk diversifikasi pangan dan substitusi pangan impor serta teknologi dan produk untuk peningkatan nilai tambah dan daya saing berhasil mencapai target (100%), sedangkan satu indikator utama, yaitu teknologi penanganan segar produk pertanian pencapaiannya melebihi target (125%). Pencapaian kinerja akuntabilitas keuangan BB-Pascapanen berhasil dengan baik dalam mendukung pencapaian sasaran yang ditargetkan. Realisasi penyerapan anggaran BB-Pascapanen hingga akhir Desember 2013 adalah sebesar sebesar
Rp
43.745.454.156,-
(98,76%)
dari
Pagu
Anggaran
sebesar
Rp 44.294.770.000,-. d. Laporan Bulanan sebagai Bahan Rapim Selama periode Januari–Desember 2014, telah disampaikan 12 (dua belas) laporan bulanan BB-Pascapanen sebagai bahan rapim lingkup Balitbangtan. Laporan bulanan unit kerja sebagai bahan rapim bulanan, mencakup kegiatan penelitian, diseminasi,
kerjasama
dan
kemitraan
serta
manajemen.
Hasil
kegiatan
BB-Pascapanen yang telah dilaporkan periode Januari–Desember 2014, sebagai berikut : Tabel 16. Judul kegiatan dalam laporan bulanan BB-Pascapanen untuk bahan rapim bulan Januari – Desember 2014 No.
Bulan
Judul Kegiatan
1.
Januari
1. Pelatihan Analisis Spesies Arsen di Korea Institute of Science and Technology (KIST) 2. Rapat Kerja II BB-Pascapanen Tahun 2013
2.
Februari
1. Pendampingan Ekspor Buah Mangga Gedong dan Harum Manis ke Dubai (Uni Emirat Arab) melalui Jalur Laut dan Kunjungan Kerja ke Kedutaan Besar RI di Muscat (Oman) 2. Scientific Exchange Aplikasi Nanoserat Selulosa dari Limbah Biomasa Pertanian
3.
Maret
1. Pemanfaatan sorgum manis sebagai sumber gula alternatif 2. BB-Pascapanen Berhasil Memperoleh Sertifikat Komite Nasional Akreditasi Pranata Penelitian dan Pengembangan
4.
April
5.
Mei
1. Kebijakan dan Rekomendasi Pengembangan Diversifikasi Pangan (Suatu Program Aksi) 2. Sosialisasi dan Bimbingan Teknis Dalam Rangka Akselerasi Gerakan Masif Diversifikasi Pangan Lokal 3. Kaji Ulang Manajemen Laboratorium BB-Pascapanen 2014 4. Pengiriman Bantuan Kemanusiaan untuk Korban Bencana Alam di Sinabung, Sumut dan Menado, Sulut 1. Partisipasi DELRI pada Sidang I Codex Committee on Spices and Culinary Herbs (CCSCH) di India 2. International Conference for Polysachharide di Nice, Perancis 3. Kegiatan Workshop Penulisan Makalah Review 4. Rapat Kerja BB-Pascapanen Tahun 2014
Laporan Tahunan BB-Pascapanen Tahun 2014
98
No.
Bulan
Judul Kegiatan RKM
6.
Juni
1. Penugasan Delegasi RI (DELRI) ke Sidang ke-8 Codex Committee on Contaminant in Foods (CCCF) di Den Haag, Netherlands 2. Scientific Exchange Peneliti BB Pascapanen dalam Rangka Basic Training on X-Ray Diffraction di Karlsruhe, Jerman 3. Kegiatan Workshop Penulisan Paten BB Pascapanen 4. Sosialisasi Peraturan Menteri Pertanian No 45 Tahun 2014 tentang Pedoman Pemberian Tunjangan Kinerja bagi Pegawai di Lingkungan Kementerian Pertanian
7.
Juli
8.
Agustus
9.
September
10.
Oktober
11.
Nopember
12.
Desember
1. Scientific Exchange ke Kolombia 2. Workshop “The 1st Network of Scientific- Technological Convergence” 3. Bimbingan Teknis Pengolahan Sukun bekerjasama dengan Dinas Pertanian dan Kelautan Propinsi DKI Jakarta 4. Bimbingan Teknis Pengolahan Aneka Bahan Pangan Alternatif bagi Kelompok PKK dan Kader Posyandu Kabupaten Bengkalis. 1. Sidang DELRI ke-2 STF on ASOA dan Sidang DELRI ke-10 TFASHP and Other Crops di Siem Reap, Kamboja 2. Kunjungan Kepala Badan Litbang Pertanian ke Laboratorium Nano Teknologi di BB-Pascapanen. 1. Penelitian Studi Cemaran Arsen (As) pada Beras 2. Partisipasi BB-Pascapanen dalam kegiatan Hakteknas 3. Pemberian Anugrah Iptek Pranata Penelitian dan Pengembangan (Prayogasala) kepada BB-Pascapanen. 1. Penelitian Teknologi Kemasan Aktif Berbasis 1-MCP untuk Memperlambat Kematangan Pisang 2. Kerjasama BB-Pascapanen dengan Dinas Perindagkop Kabupaten Pakpak Bharat, Sumatera Utara 3. Kunjungan Postharvest Technology Research Center, Chiang Mai University, Thailand 4. Partisipasi BB-Pascapanen dalam Open House BBP Mektan. 1. Identifikasi dan Proses Reduksi Senyawa 3-MCPD Ester untuk Meningkatkan Keamanan Pangan Minyak Sawit 2. Kunjungan dan Workshop Asian Food and Agriculture Cooperation Initiative (AFACI) Expert. 1. International Conference on Agricultural Postharvest Handling and Processing (ICAPHP) 2. Workshop Implementasi Model Simulasi Gerakan Diversifikasi Pangan Lokal
e. Laporan Tahunan BB-Pascapanen TA. 2013 Laporan tahunan BB-Pascapanen Tahun 2013 berisi uraian capaian kinerja kegiatan BB-Pascapanen TA. 2013. Pada capaian kinerja utama, secara ringkas disampaikan hasil-hasil penelitian dan pengembangan pascapanen baik yang didanai DIPA BB-Pascapanen maupun sumber dana lain. Pada TA. 2013, BB-Pascapanen mendapat dana dari luar DIPA BB-Pascapanen, yaitu dari Badan Litbang Pertanian (KKP3N) dan Kementerian Riset dan Teknologi (Insentif SINas). Kegiatan litbang
Laporan Tahunan BB-Pascapanen Tahun 2014
99
pascapanen pada TA. 2013 sesuai dengan Renstra BB-Pascapanen 2010-2014, diarahkan untuk penciptaan inovasi teknologi dan pencapaian target empat sukses Kementerian Pertanian, khususnya peningkatan diversifikasi pangan dan peningkatan nilai tambah, daya saing produk dan ekspor. f. Laporan Unit Kerja Presiden Pembangunan (UKP4) TA. 2014
Bidang
Pengawasan
dan
Pengendalian
Pada TA. 2014, output utama BB-Pascapanen dipantau oleh Unit Kerja Presiden Bidang Pengawasan dan Pengendalian Pembangunan (UKP4) dengan kewajiban melaporkan kegiatan secara rutin setiap triwulan, yaitu pada B04, B06, B09 dan B12. Output utama kegiatan penelitian dan pengembangan pascapanen pertanian pada akhir tahun anggaran (B12), yaitu diperolehnya 17 teknologi penanganan segar dan pengolahan hasil pertanian dengan perincian 4 teknologi penanganan segar, 3 teknologi diversifikasi pangan dan 10 teknologi peningkatan nilai tambah dan daya saing. Berdasarkan pemantauan yang telah dilakukan terhadap laporan Triwulan IV, realisasi pencapaian target B12 kegiatan penelitian dan pengembangan pascapanen pertanian telah tercapai seluruhnya (100%). Laporan B12 beserta data dukungnya telah disampaikan ke UKP4 melalui Balitbangtan pada akhir bulan Desember 2014. g. Rencana Aksi AKIP TA. 2014 Sistem
akuntabilitas
kinerja
instansi
pemerintah
(SAKIP)
merupakan
penerapan manajemen kinerja pada sektor publik yang sejalan dan konsisten dengan penerapan reformasi birokrasi, yang berorientasi pada pencapaian outcome dan upaya untuk mendapatkan hasil yang lebih baik. SAKIP merupakan integrasi dari sistem perencanaan, penganggaran dan pelaporan kinerja, yang selaras dengan pelaksanaan sistem akuntabilitas keuangan. Produk akhir dari SAKIP adalah LAKIP, yang menggambarkan kinerja yang dicapai oleh suatu instansi pemerintah atas pelaksanaan program dan kegiatannya. Dalam rangka mengendalikan pencapaian kinerja maka disusun rencana aksi AKIP yang didalamnya mencantumkan target secara periodik atas kinerja yang akan dicapai, yaitu target pada B04, B06, B09 dan B12. Laporan pencapaian kinerja BB-Pascapanen sesuai dengan rencana aksi AKIP TA. 2014 yang telah disusun menunjukkan hasil yang cukup baik dimana target kinerja pada B04, B06, dan B09 telah tercapai seluruhnya (100%). Laporan B12 telah disampaikan ke Balitbangtan pada akhir bulan Desember 2014.
Laporan Tahunan BB-Pascapanen Tahun 2014
100
h. Laporan Triwulanan SPI TA. 2014 Setiap Satlak PI di Unit Kerja berkewajiban untuk menyiapkan, menyusun dan menyampaikan laporan SPI secara tertulis, periodik dan berjenjang. Berdasarkan Pedoman Umum SPI jenis laporan Satlak PI meliputi : 1) Laporan kegiatan dan 2) Laporan triwulanan. Tim Satlak PI BB-Pascapanen telah menyusun laporan Triwulan I, II, III dan IV TA. 2014 yang telah disampaikan ke Balitbangtan dengan tembusan kepada Inspektorat Jenderal. i. Update e-Monev Bappenas, PMK 249/2011-Kementerian Keuangan dan i-Monev Balitbangtan Pelaporan Pelaksanaan Rencana Pembangunan didasarkan pada PP 39/2006 tentang Tata Cara Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan. Pemantauan dilakukan terhadap program dan kegiatan yang dituangkan dalam dokumen perencanaan (Renja-KL dan RKA-KL). Untuk mempermudah proses monitoring dan evaluasi, Bappenas telah mengembangkan aplikasi monev berbasis website (e-Monev Bappenas) yang dilakukan dalam kurun waktu triwulanan. Oleh karena itu, diperlukan update data informasi kinerja setiap triwulan. BB-Pascapanen telah melakukan update sebanyak empat kali, yaitu pada Triwulan I, II, III, dan IV. Selain itu, dalam rangka penerapan penganggaran berbasis kinerja, Kementerian Keuangan telah mengeluarkan PMK 249/2011 tentang Pengukuran dan Evaluasi Kinerja Atas Pelaksanaan Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga. Dalam proses monitoring dan evaluasi kinerja penganggaran, Direktorat Jenderal Anggaran, Kementerian Keuangan telah mengembangkan aplikasi monev berbasis website yang updating data informasi kinerjanya dilakukan setiap bulan. BB-Pascapanen telah melakukan update secara rutin setiap bulan (Januari – Desember 2014). Sebagai bentuk pemantauan oleh Balitbangtan terhadap penyerapan anggaran maka setiap UK/UPT lingkup Balitbangtan wajib melaporkan realisasi anggaran melalui i-monev setiap minggu pada hari Jumat. Realisasi anggaran yang dipantau meliputi belanja pegawai, belanja barang (operasional dan non operasional) dan belanja modal. BB-Pascapanen secara rutin telah melakukan update i-monev setiap minggu selama TA. 2014. Berdasarkan laporan i-monev, realisasi anggaran BB-Pascapanen per tanggal 31 Desember 2014 yaitu Rp 27.784.055.526 (95,82%) dari total pagu anggaran Rp 28.994.602.000. Rincian realisasi anggaran tersebut sebagai berikut : 1) belanja pegawai Rp 9.211.633.843 (96,97%), 2) belanja barang Rp 10.833.117.083 (95,40%) dan belanja modal Rp 7.739.304.600 (95,08%).
Laporan Tahunan BB-Pascapanen Tahun 2014
101
BAB IV PENUTUP Kegiatan litbang pascapanen merupakan penjabaran dari Renstra BB-Pascapanen 2010-2014 dan Renstra Balitbangtan 2010-2014 yang diarahkan untuk penciptaan inovasi teknologi dan varietas unggul berdaya saing. Output utama kegiatan penelitian dan pengembangan pascapanen pertanian pada TA. 2014, yaitu diperolehnya 18 teknologi penanganan segar dan pengolahan hasil pertanian, yang terdiri atas 4 teknologi penanganan segar produk pertanian, 3 teknologi diversifikasi pangan dan substitusi pangan impor, serta 11 teknologi peningkatan nilai tambah dan daya saing. Target output tersebut telah tercapai seluruhnya (100%). Hasil litbang teknologi penanganan segar produk pertanian, terdiri atas : 1) Teknologi penyosohan enzimatis untuk meningkatkan rendemen dan mutu beras giling skala PPK, 2) Teknologi produksi pengawet alami (vinegar air kelapa) skala 30-40 liter, 3) Teknologi penanganan segar varietas unggul cabai skala usaha tani dan 4) Teknologi penanganan segar varietas unggul kentang skala usaha tani, sedangkan hasil litbang teknologi diversifikasi pangan dan substitusi pangan impor, terdiri atas : 1) Teknologi produksi beras artifisial fungsional (BAF) kapasitas 35-40 kg , 2) Teknologi produksi tempe koropedang pada tingkat pengrajin dan 3) Teknologi pembuatan tepung premix berbasis tepung ubijalar termodifikasi. Hasil litbang teknologi peningkatan nilai tambah dan daya saing, terdiri atas : 1) Prototipe produk pangan siap konsumsi berbasis nano-temulawak, nano-minyak pala dan nano-katekin, 2) Teknologi aplikasi nano-nutrien untuk fortifikasi pangan lokal, 3) Teknologi kemasan aktif antimikroba
berbasis
nanoteknologi untuk memperpanjang umur simpan
produk pangan, 4) Teknologi penanganan segar buah salak untuk ekspor, 5) Teknologi aplikasi 1-MCP untuk memperpanjang umur simpan pisang, 6) Teknologi produksi biopreservatif dari buah mangga rucah skala 10 L dan aplikasinya pada buah ekspor, 7) Teknologi enzimatis untuk meningkatkan rendemen dan mutu gula tebu skala 100 L, 8) Teknologi gula dari sorgum manis berbasis pemanfaatan enzim untuk substitusi gula tebu skala 100 L, 9) Teknologi percepatan fermentasi biji kakao, 10) Teknologi produksi bioetanol berbasis limbah jagung skala 50 L dan 11) Teknologi produksi bioetanol berbasis limbah sorgum manis skala 50 L. Diseminasi
teknologi
dengan
mengimplementasikan
langsung
teknologi
BB-Pascapanen di lapangan dilakukan melalui kegiatan Peningkatan Diversifikasi Pangan dan Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL). Kegiatan kerjasama, promosi, pameran dan gelar teknologi terus ditingkatkan kualitasnya sehingga efektivitas kegiatan diseminasi dapat tercapai. Pada tahun 2014, telah diterbitkan berbagai publikasi ilmiah dan populer diantaranya jurnal, buku teknologi dan leaflet. Kegiatan diseminasi hasil-hasil penelitian Laporan Tahunan BB-Pascapanen Tahun 2014
102
memberikan dampak baik bagi pencitraan BB-Pascapanen sebagai sumber teknologi. Dampak dari kegiatan diseminasi terlihat dengan semakin meningkatnya permintaan narasumber pelatihan kepada BB-Pascapanen dari berbagai instansi, meningkatnya permintaan kunjungan, bimbingan teknis/pelatihan dan magang teknologi di BB-Pascapanen serta meningkatnya permintaan pengiriman publikasi khususnya buku teknologi.
Dalam
rangka meningkatkan kinerja BB-Pascapanen, telah dilakukan peningkatan kompetensi pegawai sesuai bidang tugas, sarana dan prasarana termasuk fasilitas laboratorium, pelayanan perpustakaan digital dan perbaikan website terutama tampilan dan up-dating informasinya. Dengan demikian, diharapkan pelaksanaan kegiatan di BB-Pascapanen lebih kondusif sehingga dapat memacu peningkatan kinerja.
Laporan Tahunan BB-Pascapanen Tahun 2014
103