Laporan Tahunan 2005 Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian
Laporan Tahunan BB-Pascapanen tahun 2005
1
I.
PENDAHULUAN
Kegiatan pascapanen merupakan bagian integral dari pengembangan sistem pertanian secara keseluruhan, yang dimulai dari aspek produksi bahan mentah sampai pemasaran produk akhir. Peran kegiatan pascapanen menjadi sangat penting, karena merupakan salah satu subsistem agribisnis yang mempunyai peluang besar dalam upaya meningkatkan nilai tambah produk agribisnis. Peningkatan produktivitas usaha tani belum menjamin sepenuhnya adanya peningkatan kesejahteraan petani, selama petani hanya mampu menjual hasil panennya dalam bentuk bahan mentah. Pemasaran hasil dalam bentuk bahan mentah, memiliki beberapa kelemahan diantaranya : nilai tambahnya rendah, mudah rusak, daya simpan terbatas, dan konsistensi mutu sulit dijamin. Selain itu, penanganan hasil panen di petani juga masih lemah dengan tingginya tingkat kehilangan hasil panen. Sesuai tujuan pembangunan pertanian tahun 2005-2009 yang telah dicanangkan oleh Departemen Pertanian, maka BB-Pascapanen sebagai salah satu unit Kerja Badan Litbang Pertanian telah mengambil peran dalam penyediaan teknologi pascapanen untuk mendukung program pembangunan pertanian sesuai tupoksi yang dimiliki. Sesuai Keputusan Menteri Pertanian No. 632/Kpts/OT.140/12/-2003 tanggal 30 Desember 2003, tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian, makin besar tugas pokok BB-Pascapanen dalam melaksanakan penelitian dan pengembangan teknologi pascapanen pertanian. Dalam melaksanakan tugas pokok tersebut, BB-Pascapanen menyelenggarakan fungsi : a.
Penyusunan program dan evaluasi litbang pascapanen;
b.
Pelaksanaan penelitian, identifikasi dan karakterisasi sifat fungsional
dan mutu
hasil pertanian; c.
Pelaksanaan penelitian pengolahan hasil, perbaikan mutu, pemanfaatan limbah, dan pengembangan produk baru;
d.
Pelaksanaan penelitian teknologi proses fisik, kimia, dan biologi hasil pertanian;
e.
Pelaksanaan penelitian sistem mutu dan keamanan pangan hasil pertanian;
f.
Pelaksanaan pengembangan sistem informasi teknologi pascapanen pertanian;
g.
Pelaksanaan pengembangan komponen teknologi sistem dan usaha agribisnis bidang pascapanen pertanian;
2
h.
Pelaksanaan kerjasama dan pendayagunaan hasil penelitian pascapanen pertanian; Dalam kerangka operasional, pelaksanaan visi dan misi BB-Pascapanen sesuai
dengan Renstra tahun 2005–2009 dilaksanakan dengan mengimplementasikan lima program utama litbang pascapanen pertanian yaitu: (1) Program Utama Penelitian Peningkatan Daya Saing Produk Pertanian Melalui Inovasi Teknologi Pengolahan; (2) Program Utama Penelitian Pengembangan Teknologi Pengolahan Pangan Tradisional Mendukung Ketahanan Pangan; (3) Program Utama Penelitian Perbaikan Mutu dan Keamanan Pangan; (4) Program Utama Penelitian dan Pengembangan Berbasis Kemitraan dan Keperluan Pembangunan Pertanian Berdasar Permintaan; (5) Diseminasi dan Pendayagunaan Hasil Penelitian. Kelima program utama tersebut merupakan induk dari seluruh kegiatan BBPascapanen dalam satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Untuk merealisasikan programprogramnya, BB-Pascapanen telah didukung oleh SDM, biaya dan fasilitas penelitian yang memadai.
Laporan Tahunan BB-Pascapanen tahun 2005
3
II. A.
PROGRAM PENELITIAN
VISI DAN MISI
Visi Sebagai institusi yang mempunyai tugas pokok dan fungsi dalam penelitian dan pengembangan teknologi pascapanen pertanian, BB-Pascapanen menetapkan visinya sejalan dengan visi pembangunan pertanian dan visi Badan Litbang Pertanian. Visi BBPascapanen dirumuskan berdasarkan kajian orientasi masa depan (future oriented), perubahan paradigma pembangunan pertanian, serta kebutuhan institusi yang profesional. Visi BB-Pascapanen dirumuskan sebagai berikut : Menjadi institusi litbang utama dan andalan nasional dalam inovasi teknologi pascapanen pertanian Visi tersebut merupakan pandangan jauh ke depan, kemana dan bagaimana meletakkan BB-Pascapanen pada landasan Sumber Daya Manusia (SDM) yang kuat, disertai kebijakan penelitian dan pengembangan yang jelas dan terarah agar BBPascapanen memiliki posisi strategis bagi peningkatan daya saing sistem dan usaha agribisnis yang berbasis inovasi teknologi. BB-Pascapanen harus mampu menjadi institusi yang memiliki kompetensi di bidang penelitian dan pengembangan pascapanen untuk mendukung dinamika dan nilai-nilai pembangunan pertanian. Harapan tersebut merupakan suatu kondisi yang menantang di masa depan baik cita, citra yang ingin diwujudkan mengingat situasi dan kondisi yang dihadapi saat ini. Untuk mewujudkan visi yang telah dirumuskan, maka disusun misi sebagai suatu kesatuan gerak dan langkah dalam mencapai visi. Dalam merumuskan misi ada 2 (dua) kepentingan yang menjadi bahan pertimbangan, yaitu: (1) kepentingan internal (competence quality dan commitment growth) dan, (2) kepentingan eksternal (masyarakat/ stakeholders). Misi yang dirumuskan berkaitan erat dengan lembaga, karena keberhasilan organisasi akan diukur dari keberhasilan misinya. Misi Dalam mewujudkan visi tersebut, BB-Pascapanen melaksanakan misi sebagai berikut : 1.
Menciptakan inovasi teknologi pascapanen pertanian dalam rangka peningkatan nilai tambah hasil pertanian;
4
2.
Melakukan pengembangan dan penyebarluasan inovasi teknologi dan rekomendasi kebijakan pascapanen pertanian sesuai dinamika kebutuhan pengguna;
3.
Membangun jaringan kerjasama nasional dan internasional dalam rangka peningkatan penguasaan IPTEK, peran dan citra BB-Pascapanen;
4.
Mengembangkan sistem
kelembagaan
dan
kompetensi
sumberdaya
untuk
meningkatkan kinerja institusi agar mampu memberikan pelayanan prima. B.
TUJUAN DAN SASARAN Dalam jangka menengah (tahun 2005-2009) visi dan misi Balai Besar Penelitian
dan Pengembangan Pascapanen Pertanian dijabarkan ke dalam tujuan dan sasaran penelitian dan pengembangan pertanian. Tujuan Sejalan dengan tujuan pembangunan pertanian, BB-Pascapanen dalam lima tahun kedepan menetapkan tujuan penelitian dan pengembangan pascapanen pertanian sebagai berikut : 1. Menghasilkan dan mengembangkan inovasi teknologi pengolahan untuk mendukung tumbuhkembangnya agroindustri di perdesaan yang akan memacu aktivitas ekonomi perdesaan, menciptakan lapangan kerja baru dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. 2. Menghasilkan
dan
mengembangkan
inovasi
teknologi
pengolahan
untuk
meningkatkan nilai tambah dan daya saing komoditas pertanian ungggulan melalui perbaikan mutu, pengembangan produk, pemanfaatan produk samping dan limbah. 3. Menghasilkan dan mengembangkan inovasi teknologi untuk merevitalisasi sumbersumber pangan tradisional dan pemanfaatan sumber pangan baru dalam rangka mendukung ketahanan pangan. 4. Menyediakan data base dan konsep kebijakan untuk rekomendasi kebijakan penyusunan standar mutu, keamanan pangan dan harmonisasi standar mutu. Sasaran Sasaran yang ingin dicapai oleh Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian baik yang dijabarkan dalam sasaran tahunan maupun sasaran akhir rencana strategis yaitu :
Laporan Tahunan BB-Pascapanen tahun 2005
5
1. Tersedia dan berfungsinya paket teknologi pengolahan pangan untuk mendukung ketahanan pangan. 2. Tersedia dan berfungsinya paket teknologi pengolahan untuk meningkatkan nilai tambah, perbaikan mutu dan peningkatan daya saing produk. 3. Tersedia dan berfungsinya, serta diadopsinya model agroindustri perdesaan berbasis inovasi teknologi pengolahan. 4. Tersedia data base dan konsep kebijakan untuk rekomendasi kebijakan penyusunan standar mutu, keamanan pangan dan harmonisasi standar mutu. C.
PENCAPAIAN TUJUAN DAN SASARAN PROGRAM Sejalan dengan Program Utama Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Badan
Litbang Pertanian dan Tupoksi BB-Pascapanen, maka
BB-Pascapanen memfokuskan
pada Program Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi dan Nilai Tambah Pertanian khususnya Subprogram Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian sebagai landasan utama program Penelitian dan Pengembangan pascapanen yang akan dilaksanakan selama periode 2005-2009. Rincian kegiatan keluaran dan sasarannya adalah sebagai berikut : 1. Peningkatan Daya Saing Produk Pertanian Utama Melalui Inovasi Teknologi Pengolahan Ruang lingkup program ini meliputi inovasi komponen teknologi, perakitan komponen teknologi, dan scaling-up teknologi sampai menjadi suatu model agroindustri dengan peningkatan nilai tambah dan daya saing. Penelitian pengembangan model agroindustri dan perbaikan teknologi tersebut diarahkan pada kegiatan agroindustri skala kecil-menengah dan perdesaan. 2. Pengembangan Teknologi Pangan Tradisional Mendukung Ketahanan Pangan Ruang lingkup program ini adalah dapat memenuhi kebutuhan pangan melalui diversifikasi produk, khususnya pangan berbahan baku non-beras. Sasaran yang ingin dicapai adalah keragaman produksi dan konsumsi pangan masyarakat. Program ini juga diarahkan untuk mengangkat bahan pangan tradisional menjadi bahan pangan yang bermutu dengan citra tinggi.
6
3. Perbaikan Mutu dan Keamanan Pangan Ruang lingkup program penelitian ini meliputi identifikasi kontaminan dan mutu produk pertanian, pengembangan sistem mutu, pengembangan teknik-teknik analisis mutu yang efektif dan rekomendasi teknologi untuk menekan kontaminan pada produk pertanian. 4. Penelitian dan Pengembangan Berbasis Kemitraan Pembangunan Pertanian Berdasar Permintaan
dan
Keperluan
Ruang lingkup program ini adalah melaksanakan kegiatan litbang pascapanen atas dasar permintaan stakeholder dan adanya sharing dana dari stakeholder atau mitra. Mitra dapat berasal dari instansi pemerintah (pusat dan daerah), badan usaha (BUMN, BUMD, dan swasta), koperasi dan kelompok tani. 5. Pengembangan Sistem Informasi, Komunikasi, Diseminasi, dan Umpan Balik Inovasi Teknologi Pascapanen Ruang lingkup program ini meliputi kegiatan penyampaian inovasi teknologi pascapanen yang dihasilkan kepada pengguna (petani, pengusaha, dan direktorat teknis) melalui promosi, publikasi, gelar teknologi, ekspose, pameran, temu bisnis, meningkatkan perolehan HaKI dan melakukan komersialisasi teknologi hasil penelitian.
Laporan Tahunan BB-Pascapanen tahun 2005
7
III. HASIL KEGIATAN PENELITIAN A. Peningkatan Daya Saing Produk Pertanian Utama Melalui Inovasi Teknologi Pengolahan
1.
Penelitian dan Pengembangan Produk Gula Cair dari Pati Kasava Kebutuhan gula nasional Indonesia mencapai 3,3 juta ton per tahun, sementara
produksi dalam negeri hanya 1,7 juta ton atau 51,51% dari kebutuhan nasional. Guna memenuhi kekurangan gula di dalam negeri, perlu diupayakan alternatif bahan pemanis lain sebagai substitusi gula tebu. Salah satu alternatif adalah pembuatan pemanis dari bahan pati berupa sirup glukosa dan fruktosa. Industri yang memanfaatkan glukosa dan fruktosa antara lain industri makanan seperti kembang gula, minuman, jamu, biskuit dan farmasi.
Kasava (ubikayu) merupakan salah satu sumber pati yang potensial untuk
dikonversi menjadi gula. Sirup glukosa atau sering juga disebut gula cair mengandung D-glukosa, maltosa, dan polimer D-glukosa yang dibuat melalui proses hidrolisis pati secara enzimatis atau kimia. Perbedaannya dengan gula tebu (sukrosa), yaitu sukrosa merupakan gula disakarida, terdiri atas ikatan glukosa dan fruktosa, sedangkan sirup glukosa adalah monosakarida terdiri atas satu monomer yaitu glukosa. Pengolahan sirup glukosa dengan cara enzimatis cocok untuk dikembangkan di perdesaan, karena teknologinya relatif sederhana dan enzim amilase yang dibutuhkannya mudah diperoleh. Kegiatan penelitian pengolahan glukosa cair dari pati kasava secara enzimatis dimulai pada tahun 2005 pada skala laboratorium. Pada tahun 2006, teknologi pengolahan glukosa tersebut akan diimplementasikan pada skala kecil di sentra produksi tapioka di Lampung. Keuntungan implementasi teknologi gula cair di sentra produksi tapioka dapat menghemat biaya pengeringan pati tapioka, karena bahan baku untuk produksi gula cair dapat berupa pati basah. Pada penelitian skala laboratorium (kapasitas bioreaktor 20 l) telah diperoleh optimasi proses pembuatan glukosa cair. Untuk scaling up proses, telah dirancangbangun bioreaktor kapasitas 80 l (volume ketel 100 l). Rendemen glukosa cair 70% dari pati basah atau 93 % dari pati kering. Rendemen pati kering (tapioka) dari ubi kayu berkisar 15 – 25%.
8
Amiloglukosidase 1% (24 ml)
- amilase 1% (24 ml)
Pati Kasava (40 kg dengan kadar air 40%)
Air 80 liter
Glukosa cair 450 brix (28kg)
Bubur Pati
Penguapan (700C)
Likuifikasi Pemanasan (950C)
60 menit
Pendinginan dan Penyaringan
Pendinginan (600C)
Sakarifikasi 48 jam
Pemanasan Arang Aktif (150 g)
Gambar 1. Tahapan proses pembuatan glukosa cair secara enzimatis
a. Pengaruh Pengupasan Kulit Ubikayu pada Proses Likuifikasi Proses likuifikasi menggunakan beberapa pati dengan mutu yang berbeda berpengaruh terhadap warna hasil likuifikasi (Gambar 2.) Hasil likuifikasi dari pati dengan mutu rendah tersebut berwarna sangat coklat. Hal tersebut disebabkan karena pati dengan mutu yang rendah masih banyak mengandung komponen yang dapat menyebabkan reaksi Mailard. Contoh pati yang berasal dari Mukti Indah diproses tanpa pengupasan kulit ubikayu, sehingga warna kulit ubikayu juga masih tertinggal dalam larutan patinya. Disamping itu tanpa pengupasan kulit, komponen lain selain pati lebih tinggi dibanding dengan yang ubikayu yang diproses dengan pengupasan. Namun demikian diharapkan dalam proses selanjutnya warna tersebut akan hilang.
Dari Mukti Indah
Gambar 2.
Dari Rifad
Dari Tegineneng 1 Dari Tegineneng 2
Hasil likuifikasi dari beberapa kualitas bahan baku pati berasal dari ITTARA (Industri Tapioka Rakyat)
Laporan Tahunan BB-Pascapanen tahun 2005
9
b. Pengaruh Pengupasan Kulit Ubikayu pada Proses Pati terhadap Produk Sirup Glukosa Pengamatan ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh proses pati dengan pengupasan kulit ubikayu. Hal tersebut dilakukan karena sebagian besar industri tapioka rakyat di Lampung tidak mengupas ubikayu saat pembuatan pati tapioka. Hasil pengamatan disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Hasil pengamatan kekeruhan dan gula reduksi sirup glukosa dari beberapa mutu pati (dengan pengupasan dan tanpa pengupasan) Asal Pati Tegineneng*)
OD
Solid terlarut
Gula reduksi
0,2537
0,13
46,10
*)
0,2512
0,14
46,39
Mukti Indah**)
0,2739
0,20
44,36
Metro
Keterangan : OD = Optical Density *) Dengan pengupasan **) Tanpa pengupasan
Hasil pengamatan menunjukan ternyata pati yang diproses dengan mengupas kulit ubikayu menghasilkan sirup glukosa lebih baik. Tingkat kejernihan yang ditunjukkan dengan serapan optik yang rendah (OD = 0,25), menunjukkan rendahnya padatan terlarut maupun komponen lain penyerap foton. Secara visual juga bisa diamati bahwa sirup glukosa yang dibuat dari ubikayu dengan pengupasan kulit lebih jernih dibandingkan tanpa pengupasan (Gambar 3). Demikian juga pengamatan padatan terlarut yang lebih rendah (dikupas 0,13 dan 0,14%, sedangkan tidak dikupas 0,20%).
A
Gambar 3.
B
Kejernihan hasil sirup glukosa dari pengaruh cara pembuatan pati (A= pemarutan ubikayu tanpa kulit, B=Pemarutan dengan kulit)
10
Pengupasan kulit ubikayu juga berpengaruh terhadap gula reduksi yang dihasilkan. Perlakuan pengupasan kulit menghasilkan kandungan gula reduksi lebih tinggi (46,10%) dibanding tidak dikupas (44,36%). Hasil ini menunjukkan bahwa kualitas bahan baku pati sangat berpengaruh terhadap mutu sirup glukosa yang dihasilkan. c. Optimasi Proses Pengolahan Sirup Glukosa Tahapan proses yang akan dioptimasi meliputi proses likuifikasi, sakarifikasi, netralisasi-penyaringan, dan penguapan. i. Proses Likuifikasi Proses likuifikasi adalah proses hidrolisis atau perombakan pati menggunakan enzim
-amilase. Tujuan dari proses tersebut adalah untuk melarutkan pati secara
sempurna, mencegah isomerisasi gugus pereduksi dari glukosa dan mempermudah kerja enzim alfa ( ) amilase untuk menghidrolisis pati. Dari hasil penelitian gula reduksi yang dihasilkan berkisar antara 11,122 sampai 22,660%. Hasil tertinggi diperoleh pada kombinasi konsentrasi substrat 30% dan konsentrasi enzim 1,0 ml/ kg (pati). ii. Proses Sakarifikasi Proses sakarifikasi adalah proses hidrolisis dekstrin menjadi glukosa. Pati yang telah terdegradasi menjadi dekstrin diturunkan suhunya dari 100oC menjadi 50-60oC, kemudian dilakukan penambahan enzim amiloglukosidase. Pemilihan suhu ini didasarkan pada suhu optimum aktivitas enzim amiloglukosidase. Enzim tersebut berfungsi untuk memecah rantai dekstrin menjadi glukosa. Kerja enzim dikondisikan pada pH 4,0-4,6 dan jika pH yang dihasilkan pada proses sakarifikasi lebih besar dari nilai yang diharapkan maka ditambahkan HCl 18%. Proses sakarifikasi tersebut membutuhkan waktu maksimal 76 jam, tetapi waktu tersebut dapat dipersingkat sesuai dengan waktu yang diharapkan dengan penambahan lebih banyak enzim ke dalam suspensi tersebut sampai mencapai nilai dextrin equivalen minimal 98 %. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi enzim yang tinggi dengan waktu sakarifikasi yang lebih lama akan meningkatkan produk (gula reduksi). Hal tersebut didukung oleh data pengamatan intensitas warna produk. Semakin tinggi konsentrasi enzim dan lama sakarifikasi menghasilkan intensitas warna yang semakin rendah. Mutu
Laporan Tahunan BB-Pascapanen tahun 2005
11
bahan baku juga mempengaruhi mutu produk yang dihasilkan, tapioka dengan kualitas prima akan menghasilkan kualitas sirup glukosa yang lebih baik. Hasil ANOVA menunjukkan bahwa konsentrasi enzim 1,0 dan 1,2 ml/kg/pati tidak berpengaruh nyata terhadap kualitas glukosa yang dihasilkan tetapi lebih tinggi dibandingkan konsentrasi 0,8 ml/kg/pati. Demikian pula untuk waktu sakarifikasi, antara 48, 60 dan 72 jam pengaruhnya tidak begitu signifikan terhadap kandungan gula reduksinya. Dengan demikian, penggunaan konsentrasi enzim 1,0 ml/kg/pati dan waktu sakarifikasi 48 jam dapat dianggap sebagai kondisi optimum untuk proses sakarifikasi. Memperpanjang proses sakarifikasi membuat proses menjadi tidak efisien karena hal ini akan berpengaruh terhadap penggunaan energi yang lebih banyak. iii. Proses Penyaringan Proses penyaringan yang dicoba yaitu menggunakan bahan tekstill (driil, blaco jeans), dan zeolit kasar. Kombinasi perlakuan dari ketiga macam tekstil menjadi tujuh perlakuan. Hasil penyaringan ternyata mempunyai warna tidak jauh berbeda antar perlakuan. Namun demikian hasil pengamatan waktu penyaringan dari ketujuh cara tersebut, paling cepat adalah penyaringan menggunakan bahan driil. Setelah proses penyaringan, dilakukan proses penjernihan dengan menggunakan kolom berisi resin penukar ion. Penjernihan terhadap hasil penyaringan dengan tujuh cara tersebut menghasilkan produk dengan tingkat kejernihan yang sama.
Dengan
demikian penggunaan kombinasi penyaringan dengan kain jeans dan penjernihan melalui kolom resin penukar ion merupakan perlakuan terbaik karena membutuhkan waktu paling singkat tanpa mempengaruhi kualitas produk yang dihasilkan.
A Gambar 4.
B
Hasil sakarifikasi yang telah dinetralisir menggunakan resin (A) dan arang aktif (B)
12
iv. Proses Penguapan Proses penguapan dilakukan dengan cara menggunakan penggorengan, evaporator, dan penguapan di bioreaktornya. Sampel yang diuapkan adalah hasil sakarifikasi yang sudah ditambah arang aktif, kemudian disaring menggunakan kain jeans dan selanjutnya dilewatkan ke resin (seperti pada Gambar 4 A). Hasil warna sirup glukosa disajikan pada Gambar 5.
Penguapan menggunakan wajan penggorengan
Gambar 5.
Penguapan menggunakan bioreaktor
Penguapan menggunakan evaporator
Penampakan warna sirup glukosa dengan beberapa perlakuan penguapan
Perlakuan penguapan menghasilkan sirup glukosa dengan warna yang berbeda. Hasil penguapan menggunakan wajan penggorengan mempunyai warna yang paling gelap, sedangkan evaporator paling putih. Hasil pengujian ternyata penguapan dengan menggunakan bioreaktor menghasilkan warna yang
masih dapat diterima karena
mendekati warna putih. Evaporator yang digunakan mempunyai suhu 70oC, bioreaktor 80oC sedangkan wajan penggorengan suhu sekitar 100oC. Semakin tinggi suhu yang digunakan maka warna sirup yang dihasilkan semakin coklat kehitaman. Hal tersebut karena pada suhu tinggi glukosa akan mengalami karamelisasi. Proses penguapan bertujuan untuk memekatkan glukosa dari 30-350Brix menjadi 43-450Brix. Pemekatan yang berlebihan akan menyebabkan sirup menggumpal dan kemudian beku sehingga dapat dibuat tepung glukosa. c. Uji Aplikasi Teknologi Pengolahan Sirup Glukosa Skala Perdesaan Bioreaktor telah diuji di lapangan pada acara gelar teknologi bekerjasama dengan BPTP Lampung yang dihadiri oleh pihak industri, petani (Industri Tapioka Rakyat/ ITTARA), dan dinas terkait (dinas pertanian dan kesehatan). Rendemen glukosa cair 70%
Laporan Tahunan BB-Pascapanen tahun 2005
13
dari pati basah atau 93% dari pati kering. Rendemen pati kering (tapioka) dari ubi kayu berkisar 15 – 25%.
Ubi kayu/Kasava
Bioreaktor sekaligus evaporator
Sirup Kasava
Gambar 6. Bahan baku, alat dan produk glukosa cair
2. Penelitian dan Pengembangan Teknologi Penanganan dan Pengolahan Jeruk Penelitian dan pengembangan penanganan dan pengolahan jeruk dimulai pada tahun 2005, dan dilaksanakan dengan pendekatan kemitraan yang melibatkan kooperator dari instansi pemerintah dan swasta. Inovasi teknologi ini akan diimplementasikan di sentra produksi jeruk di Kecamatan Tebas, Kabupaten Sambas (Kalimantan Barat), sebagai alternatif solusi untuk antisipasi melimpahnya produksi jeruk. Untuk mengimplementasikan teknologi tersebut, BB-Pascapanen bekerjasama dengan BPTP Kalbar dan Loka Penelitian Jeruk Tlekung, Dinas Pertanian Kabupaten Sambas, Dinas Perindustrian Kabupaten Sambas, Dinas Pertanian Provinsi Kalbar, dan Bakomapin Provinsi Kalimantan Barat, sedangkan dari pihak swasta PT Sinar Karya Prestasi. Pada kegiatan tahun 2005, telah dihasilkannya (1) teknologi pengurangan rasa pahit jus jeruk skala laboratorium, (2) unit penanganan segar (grader dan pencucian), dan (3) unit pengolahan jus jeruk (pulper, screener, mixer, pasteurizer).
14
a. Teknologi Pengurangan Rasa Pahit Jus Jeruk Skala Laboratorium i. Dengan Lye Peeling Dari hasil percobaan diketahui bahwa Lye peeling dingin (tanpa pemanasan) dengan konsentrasi formula A sebesar 12%, lebih efektif menurunkan tingkat kepahitan jus jeruk (Tabel 2). Efektifitas penghilangan rasa pahit jus jeruk dengan perlakuan lye peeling panas (800C) pada berbagai konsentrasi formula A sama dengan perlakuan lye peeling dingin konsentrasi (8% dan 10%). Hasil lye peeling yang dilakukan di lapangan (KALBAR) adalah perlakuan cara dingin yang lebih stabil dalam pengurangan rasa pahit. Tabel 2. Penghilangan rasa pahit jus jeruk dengan lye peeling cara panas dan dingin Perlakuan Suhu dingin; 0% Suhu dingin; 8% Suhu dingin; 12% Suhu 80 C Suhu 80 C; 1% Suhu 80 C; 2%
Rasa Pahit 0.60 0.40 0.40 1.00 0.40 0.40
ii. Pendekatan Fisiologis Dari hasil pengujian dan analisis menunjukan bahwa rasa pahit jus jeruk tidak lagi terasa pada semua konsentrasi asetilen yang tidak dipanaskan. Berdasarkan penilaian panelis pada jus jeruk yang diujikan terlihat bahwa panelis menyukai jus jeruk dengan konsentrasi asetilen 6000 ppm dengan waktu kontak 3 jam dan tanpa pemanasan. Hal ini diduga, suhu tinggi dapat mengaktifkan prekursor limonin yang merupakan salah satu pencetus rasa pahit pada jus jeruk.
b. Teknologi Pengolahan Jus Jeruk Rekomendasi pasteurisasi untuk diaplikasikan pada pengolahan jus jeruk skala pilot sebagai berikut : suhu 85oC (10,05 menit), suhu 80oC (12,88 menit), suhu 75oC (16,52 menit), suhu 70oC (21,19 menit), suhu 65oC (27,17 menit). Pemakaian bahan pengawet kalium sorbat (maksimum 400 mg per liter untuk konsumsi langsung atau 1 gram per liter untuk konsentrat). Untuk mencegah pengendapan diperlukan penambahan CMC 1%.
Laporan Tahunan BB-Pascapanen tahun 2005
15
Buah Jeruk
Grade C
Pengupasan Grading
Lye peeling
Pencucian
Grade A&B
Jus jeruk Unit pulping, mixing, dan pasteurizer
Pencucian
Degreening (Ethrel; gas Asetilen)
Pelilinan
Pengemasan
Pelabelan
Produk buah segar
Gambar 7. Unit pengolahan jeruk di Kalbar
16
3. Teknologi Pemanfaatan Tanaman Obat untuk Bahan Baku Industri Biofarmaka Lengkuas dan belimbing wuluh merupakan tanaman yang telah lama dimanfaatkan sebagai obat tradisional. Lengkuas mempunyai khasiat sebagai obat penyakit kulit, seperti panu, kadas, sedangkan belimbing wuluh untuk anti hipertensi. Khasiat tanaman yang telah diyakini secara tradisional tersebut, perlu dibuktikan secara ilmiah, sehingga khasiatnya dapat diyakini oleh masyarakat luas. Dengan demikian diharapkan tanaman tersebut dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku obat (industri biofarmaka), sehingga nilai ekonomi tanaman tersebut akan meningkat pula. Kegiatan penelitian dimulai pada tahun 2005, dan baru pada tahap eksplorasi kandungan senyawa kimianya. Pada tahun 2006 diharapkan dihasilkan teknologi ekstraksi dan formulasi sediaannya sebagai biofarmaka. a. Belimbing Wuluh Buah belimbing wuluh mempunyai kadar sari yang larut dalam air dan alkohol jauh lebih tinggi dibandingkan dengan daunnya. Rendemen tertinggi ekstrak etanol dihasilkan dari buah belimbing wuluh (14,27%). Hasil uji anti hipertensi belimbing wuluh pada hewan uji (kucing) (Gambar 8) menunjukkan bahwa daun dan buah belimbing wuluh dapat menurunkan tekanan darah. Kisaran penurunan tekanan darah dari ekstrak daun belimbing wuluh adalah 8,46 – 14,35 mmHg, sedangkan dari ekstrak buahnya dapat menurunkan tekanan darah 10,29 – 18,05 mmHg. Senyawa yang mempunyai limpahan tertinggi pada daun belimbing wuluh adalah 1,1,1,3,3,7,7-heptafluoro oktana, diikuti oleh dietil phtalat dan asam ferulat, sedangkan komponen minornya merupakan asam organik, antara lain asam heksadekanoat (asam palmitat), etil palmitat, 6, 10, 14-trimetil pentadekanon-2 dan asam miristat. Senyawa buah belimbing yang mempunyai limpahan tertinggi yaitu asam butirat, diikuti oleh dietil phtalat dan asam oksalat. Komponen minornya terdeteksi sebagai : iso-valeraldehida, asam etil kaproat, asam p-kumarat dan asam tetraoksalatekanoat.
Tanaman belimbing wuluh
Gambar 8.
Ekstrak buah dan daun belimbing wuluh
Uji ekstrak daun dan buah belimbing wuluh pada hewan percobaan (kucing)
Uji ekstrak belimbing wuluh sebagai anti hipertensi
Laporan Tahunan BB-Pascapanen tahun 2005
17
b. Lengkuas Rendemen ekstrak tertinggi dari lengkuas merah adalah dari pelarut metanol (12,92%) dan terendah dari pelarut etil asetat (1,31%). Penyulingan minyak atsiri rimpang lengkuas menghasilkan rendemen rata-rata 0,539 ± 0,14%. Hasil uji aktifitas anti jamur dari ekstrak lengkuas menunjukkan bahwa ekstrak etil asetat memberikan daya hambat cukup tinggi dibandingkan dengan ekstrak metanol, heksan dan minyak atsiri (Gambar 9). Ekstrak lengkuas lebih efektif terhadap jamur T. mentagrophytes (yang menyebabkan penyakit kulit dan infeksi pada kuku) dan M. canis (yang menyebabkan penyakit kulit) dibandingkan dengan jamur T. rubrum (yang menyebabkan penyakit kulit dan infeksi pada kuku). Hasil identifikasi secara GCMS terhadap senyawa aktif ekstrak lengkuas, kemungkinan komponen kimianya adalah turunan fenol yaitu 1’S-1’hidroksikhavikol asetat, 1’S-1’’asetoksikhavikol asetat, 1’asetoksieugenol asetat dan turunan diariheptanoid, yaitu 1,7-difenil4-hepten-3-on dan 1,7-difenil heptan 3 on 5 ol.
Rimpang lengkuas
Gambar 9.
Daya hambat ekstrak lengkuas terhadap jamur T. mentagrophytes
Uji daya hambat ekstrak lengkuas sebagai anti Jamur
B. Pengembangan Teknologi Pangan Tradisional Mendukung Ketahanan Pangan
1. Penelitian dan Pengembangan Teknologi Pengolahan Jagung Terpadu Jagung mempunyai potensi besar untuk dapat ditingkatkan dan dikembangkan sebagai bahan pangan, pakan maupun industri. Perkiraan penggunaan jagung untuk pangan 67,15%, pakan 22,73% dan industri 4,75%. Pengolahan produk setengah jadi dan jadi merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan nilai tambah jagung. Teknologi tepung
merupakan alternatif proses produk setengah jadi yang disarankan, karena
memiliki daya simpan yang lebih lama, mudah dicampur (komposit), dan fleksibel dalam penggunaan (mudah didiversifikasi, difortifikasi).
18
a. Teknologi Penepungan Jagung Brondong Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan teknologi brondong (popcorn technology) tekanan 10,5 kg/cm2 dengan waktu 4,5 menit didapatkan rendemen tertinggi tepung 97,18%. Karakteristik tepung brondong tersebut meliputi : densitas kamba (0,0506 kg/liter), derajat putih (45,20%), kadar pati (73,40%), serat makanan (12,90%), kadar abu (1,14%), kadar protein (14,63%), kadar lemak (5,39%), kadar karbohidrat (74,97%), absorbsi air (2,5 g/g bahan), absorbsi minyak (1,1g/g bahan). Sifat amilografi viskositas balik tepung brondong 50-100 BU. b. Teknologi Penepungan Jagung Sangrai (Instant) Teknologi penepungan melalui proses penyangraian (instan) yang terbaik pada suhu 75oC selama 10 menit, dengan rendemen tepungnya 96,24%. Karakteristik tepung tersebut sebagai berikut : kadar air (3,68%), derajat putih (35,97%), kadar protein (14,27%), kadar lemak (4,38%), kadar karbohidrat (77,14%), kadar pati (13,09%), absorbsi air dan minyak masing-masing (3,7 dan 1,9 g/g bahan). Sifat amilografi suhu gelatinisasi 85,5oC ; viskositas puncak 30-50 BU dan viskositas balik 170-180 BU. c. Teknologi Penepungan Jagung dengan Penghilangan Lembaga Teknologi penepungan jagung bebas lembaga dengan cara disc mill adalah yang terbaik dengan rendemen tepung 94,06% dan derajat putih 31,60%. Komposisi kimiawinya adalah pati (73,93%), serat makanan (14,02%), kadar air (8,56%), abu (1,08%), protein (8,72%), lemak (4,15%), karbohidrat (77,49%), daya absorbsi air dan minyak masing-masing 5,1 dan 3,0 g/g bahan. Sifat amilografinya adalah suhu gelatinisasi 80,0oC ; viskositas puncak 30 BU dan viskositas balik 90 BU. d. Teknologi Ekstrusi Teknologi ekstrusi yang efisien dan efektif serta mudah dilaksanakan adalah proses ekstrusi dengan penambahan air 5% pada varietas jagung Bima. Karakteristik hasil yang diperoleh sebagai berikut : sifat fisik biji jagung panjang 0,87 cm; lebar 0,76 cm; tebal 0,33 cm; berat 30,95 g (100 butir/g), derajat putih 39,8%, dan derajat pengembangan untuk menjadi ekstrudat adalah 4,44. Warna produk ekstrudat cerah : (L) 61,70 dan warna (a) -8,68 dan warna (b) adalah 49,93. Karakteristik kimiawinya yaitu : kadar air (9,23%), kadar abu (1,03%), protein (9,08%), lemak (3,88%) dan karbohidrat (76,80%).
Laporan Tahunan BB-Pascapanen tahun 2005
19
Sifat amilografinya yaitu: waktu awal gelatinisasi 18 menit; suhu gelatinisasi 57oC, waktu viskositas (95oC) 21,5 menit; dan viskositas puncak tidak terdeteksi.
Gambar 10. Produk ekstrudat jagung
2. Penelitian dan Pengembangan Teknologi Pengolahan Mi Sagu Kebutuhan pangan pokok penduduk Indonesia khususnya beras belum dapat sepenuhnya dipenuhi oleh produksi dalam negeri. Walaupun terjadi peningkatan produksi padi nasional (0,7% per tahun), tetapi karena pertumbuhan penduduk cukup besar (1,49% per tahun) dan tersebarnya penduduk di banyak pulau, sehingga masalah ketahanan pangan tetap rentan di Indonesia. Untuk menghindari ketergantungan pada beras perlu dilakukan usaha diversifikasi pangan terutama untuk daerah yang pada awalnya pangan pokoknya bukan beras. Sagu (Metroxylon Sp) sebagai salah satu sumber karbohidrat dinilai merupakan pangan lokal yang memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai pangan pokok, terutama di Kawasan Timur Indonesia. Namun tidak dapat dipungkiri, bahwa sebagai pangan pokok, sagu masih menempati posisi di bawah beras atau terigu. Sejalan dengan perkembangan selera konsumen, telah dikembangkan teknologi pengolahan mi sagu, agar produk mudah diterima oleh konsumen. Kegiatan penelitian tentang pengembangan produk pangan dari sagu dimulai pada tahun 2003, khusus mi sagu mulai intensif diteliti pada tahun 2004-2005. Produk mi sagu telah diintroduksi kepada masyarakat di Sulawesi Selatan, dan produk mi tersebut diterima masyarakat dengan baik. Sekarang sedang dilakukan penjajakan kerjasama dengan pemerintah daerah di kawasan timur Indonesia untuk mengembangkan produk mi sagu.
20
a. Kandungan Resistant Starch (RS) Untuk mencari keunggulan mi sagu dibandingkan mi lainnya, telah diteliti tentang kandungan Resistant Starch-nya (RS). RS merupakan fraksi pati tidak tercerna, memiliki fungsi fisiologis seperti serat makanan sehingga memberikan efek positif bagi kesehatan usus, sebagai prebiotik dan mampu menurunkan indeks glikemik. Prebiotik merupakan mikrorganisme yang hidup dalam makanan pelengkap yang berkonstribusi terhadap kesehatan fisik inang dengan meningkatkan keseimbangan mikroorganisme yang diperlukan oleh tubuh manusia. Hasil penelitian menunjukkan kadar RS di dalam mi sagu basah berkisar antara 7-10 mg/g, jumlah ini 3-4 kali dibandingkan RS di dalam mi instan dari terigu. Nilai indeks glikemik mi sagu (28) setara dengan pati kacang hijau (26), dan lebih rendah dari mi terigu (47). Mi sagu tergolong makanan yang memiliki indeks glikemik rendah, yang berarti mengkonsumsi mi sagu tidak menimbulkan lonjakan kadar glukosa dalam darah, sehingga baik untuk penderita diabetes melitus. Hasil pengujian secara in vitro, mi sagu juga memiliki kemampuan sebagai prebiotik. b. Peranan RS sebagai Prebiotik RS memiliki aktifitas biologis seperti serat makanan. Substansi ini tidak diserap di dalam usus kecil sehingga tersisa dan akan sampai di usus besar. Beragam bakteri tinggal didalamnya, sebagian bersifat menguntungkan dan yang lain merugikan. Bakteri yang menguntungkan diantaranya adalah kelompok Bifido dan Lactobacillus.
Kelompok ini
mampu memanfaatkan sisa bahan tak tercerna seperti RS/serat makanan untuk dijadikan sumber energi bagi kehidupannya. Sebaliknya, bakteri patogen seperti E. coli tidak dapat memanfaatkannya. Peran RS dalam mi sagu sebagai prebiotik dipengaruhi oleh varietas sagu dan jenis bakteri probiotik yang diuji. RS dalam mi sagu Pancasan memicu pertumbuhan L. casei, sedangkan RS dalam mi sagu Ihur memicu pertumbuhan B.longnum. c. Teknologi Pengolahan Mi Sagu Basah Pembuatan mi dari bahan baku pati sagu agak berbeda dengan pembuatan mi dari bahan terigu, karena pati sagu tidak memiliki gluten. Pembuatan mi sagu diawali dengan pembuatan binder (pati tergelatinasi) yang disiapkan dengan cara mendidihkan pati di dalam air (1:7 w/v) selama 5 menit. Binder dicampur dengan pati yang masih tersisa hingga terbentuk adonan licin (kadar air 45-50%). Adonan dicetak, direbus, direndam dan ditiriskan serta dilumuri dengan minyak sayur agar tidak lengket.
Laporan Tahunan BB-Pascapanen tahun 2005
21
Mi sagu basah dalam keadaan tanpa kemasan, bila disimpan pada suhu kamar hanya bisa bertahan sampai tiga hari. Untuk memperpanjang daya simpan mi sagu basah telah dicobakan berbagai jenis kemasan plastik yang tersedia di pasaran yaitu LLDPE/OPP (Linear Low Density Polyethylene/Oriented Polypropylene), PP (Polypropylene) dan PE (Polyethylene), dengan ketebalan masing-masing 60, 90
dan 60µm. Cara
pengemasannya dengan vakum dan tanpa vakum. Ketiga jenis kemasan tersebut dapat digunakan tetapi yang paling stabil mutu mi sagunya adalah plastik LLDPE dengan lapisan OPP (LLDPE/OPP) dan plastik PP. Dengan kemasan tanpa vakum, daya simpan mi sagu basah hanya 30 hari, sedangkan dengan kemasan vakum dapat dipertahankan mutunya sampai 50 hari. Daya simpan tersebut sangat tergantung pada keberadaan oksigen di dalam kemasan. Pada kemasan vakum, keberadaan oksigen sangat sedikit di dalam kemasan, sehingga tekstur produk dapat dipertahankan. d. Teknologi Pengolahan Mi Sagu Kering Hasil uji coba menunjukkan bahwa helaian mi sulit ditangani bila adonan terbuat dari pati sagu biasa (native). Oleh karena itu, pati sagu dimodifikasi secara fisik dengan memberikan perlakuan panas kering (sangrai) dan panas basah (HMT : Heat Moistuire Treatment). HMT merupakan suatu modifikasi pati secara fisik dengan menggunakan kombinasi kelembaban dan temperatur tanpa mengubah penampakan granulanya. Temperatur yang dipakai pada proses ini adalah temperatur di atas suhu gelatinisasi pati dengan kandungan air terbatas antara 18% hingga 27%. Secara umum, tampak bahwa perlakuan panas (sangrai maupun HMT) meningkatkan kekentalan puncak pati dan kekentalan pada fase pendinginan.
Perlakuan HMT mengakibatkan pasta pati sagu
menjadi lebih stabil pada proses pemanasan. Karena sifat pasta pati sagu yang mengalami perlakuan HMT lebih stabil dibanding dengan sangrai, maka perlakuan HMT dipilih untuk membuat mi sagu kering. Tekstur merupakan salah satu faktor penting yang menentukan kualitas mi. Tekstur yang dianalisis terdiri dari kekerasan (dalam hal ini untuk mi yang lebih tepat adalah kekenyalan), kelengketan dan elastisitas. Proses HMT pada keempat jenis sagu mampu memperbaiki tekstur mi yaitu mi menjadi makin kenyal, kurang lengket dan makin elastis. Dengan HMT, kekerasan tertinggi ada pada mi sagu Tuni (2345,43 gf) dan terendah ada pada mi sagu Ihur (1621,30 gf).
22
Mi Sagu Basah dalam Kemasan
Gambar 11. Mi sagu basah
Gambar 12. Mi sagu kering e. Penerimaan dan Pengembangan Mi Sagu pada Pangsa Pasar Tradisional/Lokal, Studi Kasus di Kawasan Indonesia Timur (Sulawesi Selatan) Penerimaan mi sagu dievaluasi secara terbatas pada 2 kecamatan di Masamba yaitu kecamatan Rodda dan Sabbang. Mi diolah menjadi mi sagu sop ayam pedas (di Sabbang) dan mi sagu goreng/kuah (di Rodda). Responden penelitian sebanyak 22 wanita tani, seluruhnya adalah ibu rumah tangga yang usianya berkisar 21-62 tahun, dengan tingkat pendidikan bervariasi dari SD – SMA. Resep mi sagu yang dicoba merupakan pengembangan resep mi sagu yang sebelumnya telah diperoleh dari kegiatan sosialisasi yang dilakukan oleh Dinas Pertanian. Ada 3 jenis olahan mi sagu yang disajikan yaitu mi sagu sop asam pedas, mi sagu goreng dan mi sagu kuah. Mi sagu sop asam pedas dinilai oleh 9 orang, mi sagu goreng dan mi sagu kuah dinilai oleh 13 orang. Sebagian besar panelis (73%) menyatakan suka terhadap mi sagu yang diolah menjadi mi sagu sop asam pedas, mi sagu goreng dan mi sagu kuah, mulai dari atribut mutu tekstur, penampakan dan aroma. Bahkan sekitar 27% menyatakan sangat suka terhadap semua atribut mutu karakteristik mi sagu tersebut.
Laporan Tahunan BB-Pascapanen tahun 2005
23
3. Keragaan Kehilangan Hasil Pascapanen Padi dan Penerapan Good Manufacture Practice (GMP) Penelitian dalam upaya meningkatkan produktivitas tanaman padi terus dilakukan untuk meningkatkan produksi padi nasional. Di sisi lain, tingkat kehilangan hasil panen padi masih tinggi, selama tahun 1997-2002 rata-rata kehilangan mencapai 20,52% per tahun (BPS, 2002). Diperlukan langkah-langkah untuk menekan kehilangan hasil panen padi, sehingga dapat menyelamatkan produksi padi nasional. Kegiatan penelitian ini dimulai pada tahun 2005. Pada tahun I, diharapkan dapat diperoleh data keragaan kehilangan hasil pada setiap tahapan pascapanen padi di musim kemarau (MK), kehilangan hasil pada musim penghujan (MH) dan rekomendasi teknologi untuk menekan kehilangan hasil padi tersebut. Penerapan GMP pada penggilingan padi diperlukan untuk menekan kehilangan hasil pada penggilingan, mempertahankan mutu beras dan meningkatkan efisiensi pengolahan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa titik kritis kehilangan pascapanen terjadi pada tahapan pemotongan padi, perontokan dan penggilingan padi (Tabel 3). Total kehilangan hasil pada lahan tadah hujan sebesar 10,39%, pada lahan irigasi 13,35% dan kehilangan hasil pada lahan pasang surut sebesar 15,26%. Tabel 3.
Kehilangan hasil pada setiap tahapan penanganan pascapanen padi pada musim kemarau (MK,2005) Agroekosistem
Tahapan penanganan
Irigasi (Kec. Karawang, Jabar)
Tadah hujan (Kec. Tegal Waru, Jabar)
Pasang Surut (Kec. Sei Kakap, Kalbar
2,48 0,82 1,16 1,64 2,74 0,0 0,98 1,37 2,16 13,35
2,15 0,37 0,57 1,27 1,35 0,0 1,05 1,28 2,35 10,39
3,07 0,58 1,78 1,63 1,84 0,0 1,52 2,24 2,60 15,26
Panen/Pemotongan Penumpukan Pengumpulan Penundaan perontokan Perontokan Pengangkutan Penjemuran Penyimpanan Penggilingan Total Kehilangan
a. Kehilangan Unsur Mutu Kimia Kehilangan mutu kimia dapat terjadi karena berkurangnya unsur-unsur kimia esensial yang ada pada beras karena kesalahan dalam penanganan, baik penanganan segar
24
maupun penanganan selama penyimpanan. Penurunan mutu kimia juga dapat terjadi karena reaksi oksidasi yang dapat menyebabkan meningkatnya kandungan asam lemak bebas, sehingga beras menjadi tengik dan bahkan mengandung unsur racun (toxin) yang berbahaya bila dikonsumsi manusia. Tabel 4.
Hasil analisis proksimat padi varietas Ciherang setelah 5 bulan penyimpanan dari 3 agroekosistem
Jenis Analisis Kadar Air Kadar Abu Protein Lemak Serat Kasar Karbohidrat Uji Ketengikan*
Hasil Analisis Mutu Awal (%) Irigasi 14,71 0,27 8,28 0,14 0,87 75,73 7,80 10-2
Tadah Hujan 14,78 0,22 8,44 0,13 0,96 75,47 9,35 10-2
Hasil Analisis 5 Bulan Simpan (%) Pasang Surut 13,76 0,26 9,09 0,16 1,48 75,25 3,90 10-2
Irigasi
Tadah Hujan
Pasang Surut
12.57 0.43 7.92 0.72 2.28 78.02 0.04
13.25 0.39 8.30 0.61 2.83 76.89 0.06
11.15 0.38 9.80 1.03 190 77.58 0.05
* sebagai asam lemak bebas Pada proses penyimpanan beras dapat menyebabkan terjadinya peningkatan kadar abu, kadar serat kasar dan asam lemak bebas (Tabel 4). Peningkatan kadar lemak bebas akan sangat berpengaruh terhadap penurunan mutu, penurunan rasa nasi dan harga jual. Kecepatan terjadinya proses ketengikan dipengaruhi oleh kandungan aleuron (lapisan bekatul) pada beras. Makin bersih dalam proses penggilingannya, makin lama terjadinya proses ketengikan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan penyimpanan gabah selama 5 bulan belum terlihat adanya peningkatan kadar asam lemak bebas bahkan terjadi penurunan 0,038 mg/kg lemak pada penyimpanan gabah yang berasal dari lahan irigasi, 0,035 mg/kg lemak pada penyimpanan gabah yang berasal dari lahan tadah hujan, dan terjadi peningkatan sebesar 0,011 mg/kg lemak pada penyimpanan di daerah pasang surut. Hasil penerapan GMP dapat meningkatkan rendemen giling, persentase beras kepala, derajat sosoh, menurunkan persentase beras pecah dan menir, serta memperbaiki penampilan beras (warna) (Tabel 5). Untuk menghasilkan beras slip atau beras giling yang kelihatan mengkilap, bersih dan bebas dari debu perlu dilakukan proses lanjutan, yaitu pencucian dengan cara menambah atau memasukkan unit pengkabut uap air ke dalam alat penyosoh. Unit pengkabut air ini terdiri dari 1 buah tangki air yang dihubungkan dengan
Laporan Tahunan BB-Pascapanen tahun 2005
25
sprayer dan digerakkan oleh kompresor dengan tekanan yang sangat tinggi. Jumlah air yang digunakan untuk pengabutan sebanyak 1 ml dalam 10 kg beras. Supaya air tersebut menjadi kabut diperlukan alat bantu berupa kompresor bertekanan 60 psi. Tabel 5. Hasil analisis mutu beras pada penggilingan padi yang menerapkan GMP dan Non GMP Komponen
Penerapan GMP
Non GMP
100 63,57 74,20 24,13 1,57 100 Putih, mengkilat
100 60,27 54,15 43,00 2,85 85 Kusam
Gabah kering giling, kadar air 14% Rendemen giling (%) Beras kepala (%) Beras pecah (%) Menir (%) Derajat sosoh (%) Warna beras
C. Perbaikan Mutu Dan Keamanan Pangan
1. Identifikasi Kontaminan dan Perbaikan Mutu Sayuran Masalah utama keamanan pangan komoditas sayuran segar terletak pada tingginya tingkat kontaminasi baik oleh mikroba, logam berat, maupun residu pestisida. Pada tahun 2005 telah dilakukan penelitian menyangkut dua aspek. Pertama, penelitian eksplorasi tingkat kontaminan mikroba, logam berat dan residu pestisida pada sayuran cabai merah, bawang merah dan selada di dua lokasi sentra penghasil sayuran yaitu Jawa Barat dan Jawa Tengah. Kedua, penelitian formulasi bahan sanitizer untuk remidiasi tingkat kontaminan pada sayuran. a. Kontaminan Mikroba Pada Sayuran Segar Hasil penelitian menunjukkan bahwa kandungan mikroba pada sayuran segar umumnya masih sangat tinggi, yaitu berkisar dari 5,04x105 sampai 2,19x107 yang ditemukan pada sayuran di tingkat swalayan (super market), dan kebanyakan mengandung 106-107 sel per gram sampel pada penanganan di tingkat petani dan pasar tradisional. Kandungan ini jauh di atas ketentuan yang dipersyaratkan, yaitu 103 sel per gram sampel.
26
Tabel 6. Tingkat kontaminan mikroba pada cabai merah, bawang merah, dan selada No.
Jenis Sayuran
1
Cabai merah
2
Bawang merah
3
Selada
Jenis kontaminan TPC E. coli Salmonella TPC E. coli Salmonella TPC E. coli Salmonella
Lokasi Jawa Barat Pasar Petani Swalayan Tradisional 5,73 x 105 2-/1+ 8,44x106 2-/+ 3,63x104 -
9,09 x 106 1-/2+ 6,27x106 2,13x106 2-/1+ -
2,19 x 107 4,77x106 1,41x107 2-/1+ -
Lokasi Jawa Tengah Pasar Petani Swalayan Tradisional 7,1x107 2,8x106 -
1,18 x 106 5,04 x 105 1-/2+ 2-/1+ 4,73x107 3,73x106 8,3x106 2,09x107 -
b. Kontaminan Logam Berat Kandungan kontaminan logam berat sangat bervariasi tergantung jenis kontaminannya. Tabel 7 merangkum kisaran kandungan kontaminan logam berat, nilai rata-rata dan batas maksimum residu (BMR) yang disyaratkan. Kandungan logam Fe pada cabai merah, bawang merah dan selada melebihi ambang batas yang direkomendasikan. Kandungan logam berat Pb dan Cd pada cabai merah, bawang merah dan selada tidak terdeteksi. Tabel 7. Tingkat kontaminan logam berat pada cabai merah, bawang merah dan selada No.
Komoditas dan Jenis Logam Berat
Lokasi Jawa Barat Pasar Petani Swalayan Tradisional
Lokasi Jawa Tengah Pasar Petani Swalayan Tradisional
BMR
1 2 3
Cabe merah Fe (ppm) Pb (ppm) Cd (ppb)
15,98 Ttd Ttd
16,45 ttd ttd
16,61 ttd ttd
16,64 ttd ttd
17,06 ttd ttd
16,72 Ttd Ttd
5,0 mg/kg 0,1 mg/kg 0,2 mg/kg
1 2 3
Bawang Merah Fe (ppm) Pb (ppm) Cd (ppb)
8,31 Ttd Ttd
8,31 ttd ttd
8,29 ttd ttd
8,31 ttd ttd
8,32 ttd ttd
8,32 ttd ttd
5,0 mg/kg 0,1 mg/kg 0,2 mg/kg
1 2 3
Selada Fe (ppm) Pb (ppm) Cd (ppb)
6,89 Ttd Ttd
6,84 ttd ttd
6,71 ttd ttd
6,75 ttd ttd
6,79 ttd ttd
6,75 ttd ttd
5,0 mg/kg 0,1 mg/kg 0,2 mg/kg
Keterangan : ttd CCFAC RSNI BMR
: tidak terdeteksi (limit deteksi Pb, Cd, As = 0,001 ppm) : Codex Committee on Food Additives and Contaminants : Rancangan Standar Nasional Indonesia. : Batas Maksimum Rasidu
Laporan Tahunan BB-Pascapanen tahun 2005
27
c. Kontaminan Residu Pestisida pada Sayuran Hasil penelitian (Tabel 8) menunjukkan bahwa sayuran yang diamati sebagian besar tidak tercemar oleh pestisida. Deteksi terhadap keberadaan residu dari kelompok Organoklorin, Organofosfat maupun kelompok Karbamat hanya mampu menangkap adanya senyawa dieldrin, heptaklor ep., endosulfan, malation, dan profenofos pada cabai merah. Pada bawang merah ditemukan senyawa aldrin, dieldrin, heptaklor ep., endosulfan, klorpirfos, profenofos, dan karbofuran. Sedangkan pada selada terdeteksi adanya senyawa aldrin, dieldrin, heptaklor ep., endosulfan, klorpirfos, dan profenofos. Meskipun secara kualitatif, beberapa senyawa di atas dapat terdeteksi, namun secara kuantitatif kandungan senyawa tersebut masih berada di bawah ambang batas. Tabel 8. Tingkat kontaminan pestisida pada cabai merah, selada dengan bawang merah No
Jenis Residu Pestisida
1.
Cabai Merah Dieldrin Heptaklor Ep Endosulfan Klorpirfos Malation Profenofos
2.
Selada Aldrin Dieldrin Heptaklor Ep Endosulfan Klorpirfos Profenofos Bawang Merah Aldrin Dieldrin Heptaklor Ep Endosulfan Klorpirfos Profenofos Karbofuran
3.
Propinsi Jawa Barat (ppm) Pasar Pasar Petani Tradisional Swalayan
Propinsi Jawa Tengah (ppm) Pasar Pasar Petani Tradisional Swalayan
0,0018 0,0042 0,0016 -
0,0055 0,0022 0,0041 0,0008
0,0070 0,0047 -
0,0042 0,0047 0,0026 -
0,0037 -
0,0011 0,0006 0,0046
0,1 0,02 2 0,5 3 2
0,0017 0,0013 0,0037 0,0004 0,0007
0,0012 0,0050 -
0,0017 0,0035 0,0045 0,0013
0,0106 0,002 -
0,0057 0,0023
0,0014 0,0039 0,0016 -
0,1 0,05 0,05 1 0,1 1
0,0009 0,0020 0,0012 0,0004
0,0028 0,0022 -
0,0008 0,0021 -
0,0007 0,0027 -
0,0016 0,0004 -
0,0021 0,0021 -
0,1 0,1 0,2 1 0,05 0,05 0,1
Keterangan : - : tidak terdeteksi
d. Sanitizer Kombinasi sanitizer yang didapatkan sebagai formula sanitizer yang dapat diterapkan di tingkat petani adalah dengan kombinasi asam asetat 2% dan natrium
28
BMR (ppm)
hipoklorit 100 ppm dengan waktu kontak 4 menit, kombinasi ini memberikan efektifitas yang tinggi terhadap inaktivasi mikroba pathogen. Sementara itu kombinasi asam asetat 2,75%, natrium hipoklorit 77 ppm dengan waktu kontak 3,5 menit memberikan efek penurunan residu pestisida sebesar 3,32%. Evaluasi terhadap sanitizer pada penerapannya di kelompok tani menunjukkan tingkat inaktivasi rata-rata 5,59 log CFU/gram dan tingkat pengurangan residu pestisida sebesar rata-rata 24,61%.
2. Penelitian Perbaikan Mutu dan Keamanan Pangan Susu di Tingkat Peternak dan Koperasi Susu Susu sebagai salah satu produk hasil ternak mempunyai kandungan gizi yang lengkap, tetapi hal tersebut memberikan peluang yang baik bagi pertumbuhan mikroba seperti bakteri, kapang dan khamir, dimana jumlah bakteri dapat mencapai puluhan juta sel/ml melebihi yang disyaratkan oleh SNI dan Industri Pengolahan Susu (IPS). Selain hal di atas, penolakan susu oleh IPS disebabkan pula oleh rendahnya kadar lemak dan protein (kurang dari 3%), BKTL dan TS. Kegiatan penelitian tahun 2005 lebih dititikberatkan pada upaya menekan nilai TPC dengan cara memperbaiki perilaku peternak, petugas pengumpul dan pengelola koperasi yang terlibat dalam sistem manajemen mutu, sehingga mutu dan keamanan pangan susu di Koperasi Sarwamukti dapat meningkat (TPC<106CFU/ml). Penelitian bertujuan memodifikasi SOP lama agar lebih mudah dipahami dan dilaksanakan oleh peternak, serta memberikan alternatif teknologi pemerahan sederhana. Dengan memperbaiki
kelemahan/kekurangan
SOP
yang
berlaku,
memodifikasinya,
mensosialisasikan SOP modifikasi, nilai TPC susu peternak target penelitian dapat diturunkan di bawah batas maksimum SNI 2000 yaitu 1 x 106 sel/mL. a. Modifikasi SOP oleh Tim Peneliti Berdasarkan hasil pengkajian Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP) tampak bahwa diantara critical point (CP) yang menghasilkan nilai TPC susu tinggi adalah pada saat persiapan alat-alat pemerahan termasuk lingkungan, saat pemerahan termasuk kebersihan dan kesehatan ternak maupun operator, setelah pemerahan saat susu disetor ke pengumpul, kebersihan alat dan operator saat susu disetorkan kepada pengumpul. Oleh karena itu penanganan harus difokuskan kepada penanggulangan titik-titik kritis tersebut.
Laporan Tahunan BB-Pascapanen tahun 2005
29
Berdasarkan pertimbangan tingkat resiko, pada tahap proses pemerahan ditetapkan 4 (empat) tahapan yang termasuk CCP dan 5 (lima) tahapan yang termasuk CP. Empat tahap yang termasuk CCP yaitu pada tahap pemerahan awal, penyaringan susu, pendinginan susu, dan saat pengumpulan susu sapi ke TPS (tempat pengumpulan susu). Control Points (CP) merupakan titik yang tidak kritis, karena tidak menimbulkan bahaya baik bagi keselamatan maupun mutu. CP pada proses pemerahan susu sapi meliputi tahap menyediakan sarana pemerahan, membersihkan kandang, memandikan sapi, persiapan pemerah, membersihkan ambing, mengatur jarak dan waktu pemerahan, serta suci hama puting setelah proses pemerahan selesai. Tahapan proses pemerahan susu sapi : 1.
Kegiatan sebelum pemerahan Menyediakan sarana pemerahan (Control point/CP 1), membersihkan kandang (CP 2), memandikan sapi (CP 3), persiapan operator pemerah (CP 4), membersihkan ambing dan pemerahan awal (Critical Control Point CCP 1)
2.
Pemerahan Mengatur jarak dan waktu pemerahan (CP 6)
3.
Kegiatan setelah pemerahan Suci hama puting (CP 7), mencatat produksi susu, menyaring susu (CCP 2), menyimpan susu pada wadah yang diisi air/pendinginan (CCP3), mengumpulkan susu ke TPS (CCP 4)
Tindakan yang perlu dilaksanakan dalam CCP pada proses pemerahan susu ditunjukkan dalam Tabel 9. Tabel 9. Matriks CCP pada proses pemerahan susu sapi No
Tahap
CCP
Jenis
No.
bahaya
Batas kritis
Monitoring Metode
Frekuensi
1
Pemerahan awal
1
Mikrobiolo gi: Residu susu kotor yang tidak terbuang
3-4 pancaran susu sapi pertama dibuang
Disiplin membuang 3-4 pancaran susu sapi pertama
Setiap dimulai proses pemerahan
2
Menyaring susu
2
Fisik: Kontaminasi kotoran
Susu yang bersih, bebas dari
Penyaringan menggunakan lap kering yang
Setiap selesai memerah
Tindakan koreksi Buang susu sapi pada pemerahan pertama, lakukan hal yang benar pada pemerahan kedua, dst. Saring kembali susu yang telah diperah dengan
30
3
Menyimpan susu pada wadah yang diisi air dingin (Pendinginan)
3
Mikrobiologi: Patogen
4
Mengumpul kan susu ke TPS
4
Fisik: Kontaminasi kotoran Mikrobiologi: Patogen yang berkembang biak
kontaminan
bersih dan berwarna putih
Susu yang bebas dari mikroba patogen, atau hanya mengandung sedikit mikroba pembusuk Susu secepatnya dikumpulkan ke TPS setelah diperah, paling lambat 0,5 jam setelah diperah
Menyimpan susu pada wadah yang berisi air yang cukup dingin, waktu tidak terlalu lama
Setiap selesai memerah
Sarana transportasi pendukung memadai, disiplin waktu
Setiap kali pemerahan
saringan yang bersih, kering dan dari kain blacu/tetra yang berwarna putih Menguji kandungan TPC susu, apabila tinggi maka susu dibuang atau dipisahkan Menguji kandungan TPC susu, apabila tinggi maka susu dibuang atau dipisahkan
Berdasarkan Tabel 9, pemerahan awal menjadi CCP, penting dilakukan untuk membersihkan residu susu kotor yang tidak terbuang dan kemungkinan besar telah ditumbuhi mikroorganisme. Batas kritis pada tahap ini adalah sempurnanya pembuangan 3-4 pancaran susu sapi pertama yang merupakan susu kotor sisa pemerahan sebelumnya. Penyaringan susu juga menjadi CCP karena bertujuan untuk menghilangkan kontaminasi terutama kontaminasi fisik seperti benda asing, kotoran seperti batu kerikil kecil pada ember dan lain-lain dengan batas kritis susu yang bersih, bebas dari kontaminasi benda asing. Tahap selanjutnya menyimpan susu pada wadah yang diisi air dingin untuk mendinginkan atau menurunkan suhu susu. Tahap pendinginan merupakan CCP, dilakukan untuk mencegah bakteri berkembang dengan cepat saat susu belum dikumpulkan ke pengumpul/koperasi. Batas kritis tahap ini adalah susu yang bebas dari mikroba patogen, atau hanya mengandung sedikit mikroba pembusuk. Hal ini ditandai dengan BJ susu yang tinggi dan kandungan alkohol yang negatif saat diperiksa di TPS (Tempat Penampungan Susu). Tahap pengumpulan susu ke TPS menjadi CCP selanjutnya pada proses pemerahan susu. Selang waktu antara selesainya proses pemerahan sampai susu dikumpulkan di TPS menjadi faktor penentu mikroba berkembang biak dengan cepat, dan kemungkinan masuknya benda asing atau kotorankotoran yang tidak kasat mata pada susu sangat besar. Batas kritis pada tahap ini adalah
Laporan Tahunan BB-Pascapanen tahun 2005
31
susu secepatnya harus dikumpulkan ke TPS setelah diperah, paling lama 30 menit setelah diperah, dengan mempertimbangkan faktor resiko. Tindakan koreksi yang perlu dilaksanakan dalam CP pada proses pemerahan susu ditunjukkan dalam Tabel 10. Tabel 10. Matriks CP pada proses pemerahan susu sapi No 1
2
Tahap Menyediakan sarana pemerahan
Membersihkan kandang
CCP No. 1
2
Jenis bahaya -Mikrobiologi: Salmonella, Cl. Botulinum, Staphylococcus sp. -Kimia: Sabun cuci, peralatan desinfektan -Mikrobiologi: Patogen -Fisik: Kotoran sapi
3
Biologi
Batas kritis
Monitoring Metode
Frekuensi
koreksi
Peralatan susu (ember, strip cup, milk can) yang bersih, lap yang kering dan bersih
Pembersihan sarana/alat pemerahan
Setiap selesai proses untuk proses berikutnya
Lantai kandang yang bersih dari kotoran sapi, dll
Pembersihan kandang
setiap hari: 2x sehari
Sapi yang bersih sebelum diperah Pemerah dalam keadaan sehat dan tangannya bersih Ambing yang bersih dan saniter sebelum dilakukan pemerahan
Memandikan sapi dengan air bersih sesuai SOP Pemerah mandi dan mencuci tangan dengan sabun
Setiap hari
Bersihkan kembali sarana/alat pemerahan dengan kaporit 200 ppm dan keringkan dengan cara menaruh terbalik di atas rak Bersihkan kembali lantai kandang terutama dari kotoran sapi setiap sebelum mulai dilakukan pemerahan Bersihkan kembali sapi yang masih kotor dengan air bersih Lakukan pembersihan pemerah: mandi dan cuci tangan dengan sabun
Membersih kan ambing dengan desinfektan sesuai SOP
Setiap proses
Memandikan sapi
3
4
Persiapan pemerah
3
Biologi Fisik
5
Membersihkan ambing
4
Biologi Fisik
6
Jarak dan waktu pemerahan
5
-Mikrobiologi: Patogen
Memerah dalam selang waktu ideal (12 dan 12 jam atau 9 dan 15 jam)
Memerah dalam selang waktu yang dianjurkan dan mngikuti SOP yang ada
Setiap proses pemerahan
7
Suci hama puting
6
-Kimia: Residu desinfektan pada puting yang memungkinkan bahaya pada susu yang akan diperah kemudian
Puting yang kembali bersih setelah diperah
Perendaman (Dipping) dalam desinfektan beberapa detik
Setiap selesai memerah
Fisik
Tindakan
Setiap proses
Cek TPC susu; apabila tinggi maka susu hasil pemerahan tersebut dibuang/ dipisahkan dan dilakukan pembersihan ambing kembali Lakukan kembali pemerahan dalam selang waktu ideal menurut SOP dan lakukan pemerahan menurut cara yang dianjurkan Bersihkan kembali puting dengan air hangat dan dilap dengan lap yang bersih dan kering
32
D. Penelitian dan Pengembangan Berbasis Kemitraan Dan Keperluan Pembangunan Pertanian Berdasar Permintaan 1. Penelitian dan Pengembangan Teknologi Pengolahan Mete Terpadu Peningkatan daya saing dan nilai tambah usaha agroindustri jambu mete dapat dilakukan dengan memaksimalkan pemanfaatan peluang industri yang dimilikinya. Dalam hal ini perbaikan dan inovasi teknologi dapat diaplikasikan, baik pada proses pengolahan produk utama (kacang mete) maupun produk sampingnya (kulit mete dan buah semu). Pengolahan kacang mete di tingkat petani selama ini menghasilkan rendemen kacang sebesar 25% dengan persentase kacang belah relatif tinggi (25 - 40%), sementara persentase kacang utuhnya relatif rendah (60 - 75%). Pengembangan teknologi pengolahan mete melalui proses pengukusan dan introduksi alat pengupas (kacip) gelondong tipe MM-99 mampu meningkatkan kadar kacang utuh hingga 90%. Model teknologi pengolahan kacang mete tersebut telah diterapkan di lapangan (Kab. Sampang) bekerjasama dengan Dinas Perkebunan Tk. I Jawa Timur. Dalam rangka sosialisasi teknologi persiapan untuk pengoperasian unit pengolah kacang mete dan Cashewnut Shell Liquid/CNSL atau minyak kulit biji mete, telah dilakukan pelatihan pengolahan kacang mete dan uji coba pengepresan kulit gelondong mete pada kelompok petani pascapanen mete di Kabupaten Sampang. a. Proses Pengolahan untuk Perbaikan Mutu Kacang Mete Kegiatan uji fungsional unit pengolahan kacang mete telah dilaksanakan di kantor Dinas Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Sampang (Gambar 13). Proses pengolahan gelondong menjadi kacang mete ose (kering dan tanpa kulit ari) terdiri dari lima tahap utama, yaitu pengukusan, pengupasan gelondong/kulit mete (pengacipan), pengeringan, pengupasan kulit ari (testa) kacang mete, penilaian/pemilahan mutu produk, dan pengemasan.
Laporan Tahunan BB-Pascapanen tahun 2005
33
Gambar 13.
Pelaksanaan kegiatan uji fungsional pengolahan kacang mete di Kabupaten Sampang
b. Pengukusan Proses pengukusan dimaksudkan untuk mempermudah pengupasan gelondong mete. Disamping itu, proses pengukusan menyebabkan kacang mete lebih lentur sehingga tingkat keutuhan kacang mete pada saat pengacipan dapat dipertahankan. Berdasarkan kemudahan pengupasan, lama pengukusan terbaik (pada tekanan 1 kg/cm 2; kapasitas 50 kg gelondong) untuk unit pengukus yang ada di lokasi penelitian, yaitu 30 menit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa melalui proses pengukusan, persentase kacang mete ose utuh yang dihasilkan dapat ditingkatkan sebesar menjadi 97,97
24%, yaitu dari 73,24
11,60%
1,02% (Tabel 11).
Tabel 11. Tingkat keutuhan kacang mete bertesta hasil kacipan gelondong yang tidak dikukus dan dikukus Klasifikasi kacang mete
(%) Keutuhan Gelondong tidak dikukus
(%) Keutuhan Gelondong dikukus
Utuh
73,24 11,60
97,97 1,02
Putus
15,80 7,50
0,79 0,71
Belah
3,01 1,43
0,15 0,01
Pecah
6,19 3,96
0,32 0,46
Rusak
1,76 0,51
0,76 0,16
Keterangan: - Pengupasan kulit mete dilakukan oleh operator berpengalaman dengan menggunakan kacip tradisional - Data disajikan sebagai rata-rata±SD (n=3)
c. Pengupasan Gelondong/Kulit Mete Salah satu keunggulan kacip MM-99 terlihat pada hasil pengupasan gelondong pada berbagai taraf kuantitas. Dengan menggunakan berat contoh gelondong 2 – 80 kg
34
yang melibatkan 16 operator pemula dihasilkan kacang mete bertesta utuh dengan proporsi mencapai 90,64
4,96%. Hasil tersebut setara dengan yang dihasilkan oleh
operator/pengupas berpengalaman di India, yaitu 90%. Tabel 12. Tingkat keutuhan kacang mete bertesta hasil kupasan dengan kacip MM-99 Berat gelondong (kg) 80 50 2 2 2 Rata-rata SD CV (%)
Proporsi (%) Utuh
Putus
86,19 93,60 85,29 91,09 97,06 90,64 4,96 5,48
6,87 1,97 7,35 1,62 0,00 3,56 3,33 93,41
Belah 5,29 3,08 4,41 5,67 2,21 4,13 1,47 35,52
Pecah
Rusak
0,38 0,62 2,21 0,81 0,74 0,95 0,72 76,11
1,28 0,74 0,74 0,81 0,00 0,71 0,46 64,20
Rendemen (%)* 32,88 32,24 33,75 30,60 34,00 32,69 1,36 4,17
Keterangan: * Total kacang mete bertesta yang diperoleh (tidak termasuk yang rusak) terhadap total gelondong
Dengan menggunakan kacip MM-99, tingginya proporsi kacang mete bertesta utuh yang dihasilkan juga disertai tingkat keragaman yang rendah
(CV 5,48%). Hal ini
berarti hasil yang diperoleh antar operator tidak berbeda nyata. Hasil pengamatan lainnya menunjukkan bahwa rendemen kacang mete bertesta sekitar 32,69 lain gelondong yang digunakan dalam penelitian ini mengandung
1,36%. Dengan kata 67,31% kulit mete.
d. Pengeringan Kacang Mete Bertesta Pengeringan merupakan salah satu tahap penting yang menentukan mutu kacang mete. Selain untuk menurunkan kadar air, pengeringan juga bertujuan untuk meningkatkan aroma dan kerenyahan kacang mete. Untuk tujuan pasar ekspor, kacang mete yang dikehendaki berkadar air maksimum 5%. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa setelah 4 jam pengeringan kadar air kacang mete mencapai 4,86
0,06%. Dengan
demikian, kacang mete hasil pengeringan tersebut memenuhi persyaratan untuk ekspor. e. Pengupasan Kulit Ari (Testa) Pengupasan kulit ari merupakan titik kritis dalam pengolahan kacang mete. Perlakuan/proses pengupasan yang kurang tepat dapat mengakibatkan penurunan tingkat keutuhan kacang mete. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rendemen kacang mete ose (terhadap kacang bertesta) setelah pengupasan kulit ari mencapai 89,36
Laporan Tahunan BB-Pascapanen tahun 2005
2,85%.
35
f. Penilaian Mutu Produk Menurut klasifikasi ukuran berdasarkan SNI 01-2906-1992, kacang mete ose utuh yang dihasilkan pada penelitian ini terbagi menjadi tiga kelompok, yaitu U.280, U.320, dan U.400. Hasil yang diperoleh didominasi (68%) kelompok U.280, diikuti kelompok U.400 dan U.320 dengan proporsi yang tidak jauh berbeda, berturut-turut 18% dan 14%. Dengan mengacu pada SNI 01-2906-1992, kacang mete ose yang dihasilkan dapat dikelompokkan ke dalam kelas mutu I.
A
B
Gambar 14. Tampilan kacang mete yang dihasilkan petani lokal (A) dan penelitian (B)
Kacang mete yang dihasilkan juga lebih unggul dari sisi mutu fisik (tampilan) dibandingkan produk petani lokal yang dijual di pasar setempat. Dengan teknologi di atas, produk yang dihasilkan memiliki warna yang lebih cerah dan lebih bersih, dengan tingkat keutuhan dan keseragaman yang lebih baik (Gambar 14). Keunggulan tersebut disertai pula jaminan kadar air yang relatif rendah (4,86
0,06%).
g. Kapasitas Produksi Kapasitas produksi 200 kg gelondong/hari dengan 8 jam kerja/hari, dapat dicapai apabila tenaga operator yang digunakan berjumlah 20 orang dengan perincian 8 orang pengupas gelondong, 3 orang pemisah kacang mete bertesta, 8 orang pengupas kulit ari sekaligus grading kacang mete yang dihasilkan, dan 1 orang bertugas dalam hal pengemasan.
36
h. Uji Performansi Pengepres dan Ekstraksi CNSL Dari uji fungsional alat pengepres CNSL diketahui rendemen CNSL yang dihasilkan antara 12,57-16,64%, bervariasi tergantung jenis dan kadar air kulit mete. Kapasitas alat pengepres CNSL yang ada di lokasi penelitian yaitu 43,75 kg kulit mete/jam mengingat dalam satu kali proses input kulit mete dapat dipres sebanyak ± 3 kali maka total kapasitas yang dapat dicapai 1050 kg kulit mete/hari (8 jam kerja). Spesifikasi CNSL yang dihasilkan sesuai dengan standar spesifikasi CNSL dari India (ISI : IS = 840 : 1964). Disamping itu telah ada perusahaan yang dapat menampung produk CNSL tersebut, yaitu perusahaan cat ”AVIAN”, yang berlokasi di Surabaya, dan PT. Guna Mete yang berlokasi di Surakarta. Untuk meningkatkan nilai tambah komoditas mete, telah dihasilkan teknologi pemanfaatan minyak kulit biji mete (CNSL) yang merupakan produk samping dari pengolahan kacang mete. Telah ditemukan pula teknologi pemisahan kardanol dari CNSL dengan metode destilasi vakum dengan rendemen 74%. Kardanol dapat dipakai untuk mensubstitusi fenol dalam berbagai produk industri seperti cat, vernis, coating, dan perekat kayu lapis. Pemanfaatan kardanol sebagai pengganti fenol dalam formulasi perekat kayu lapis tipe eksterior menunjukkan bahwa kardanol dapat mensubstitusi fenol 70% dalam formulasi perekat kayu lapis. Teknologi perekat kayu lapis berbasis kardanol dari minyak kulit mete telah didaftarkan HaKI-nya dengan nomor S00200300186 di Departemen Kehakiman dan HAM. Telah dihasilkan juga teknologi pembuatan vernis berbasis kardanol. Formulasi vernis terbaik diperoleh dari resin yang dihasilkan dari nisbah molar formaldehida terhadap kardanol 0,9 : 1 (F/p 0,9). Formula vernis tersebut sangat prospektif sebagai vernis kayu karena memiliki kekerasan, kilap, dan daya lekat film yang cukup baik. Selain itu telah dihasilkan pula formulasi obat nyamuk dengan bahan aktif CNSL.
Laporan Tahunan BB-Pascapanen tahun 2005
37
CNSL
Proses Pengupasan Mete
Pengepresan Kulit Gelondomg Mete
Bahan vernis
Bahan Perekat Kayu lapis
Bahan aktif Obat Nyamuk
Gambar 15. Pengolahan Mete Terpadu
2. Penelitian dan Pengembangan Pengolahan Minyak Kelapa Produk Turunannya
Murni dan
Komoditas kelapa selama ini sebagian besar dimanfaatkan untuk kelapa sayur dan minyak goreng. Pangsa pasar minyak kelapa dan kopra sebagai bahan baku minyak kelapa untuk keperluan minyak makan, di masa datang akan mendapat tekanan dari produk minyak makan dari sawit. Harga kelapa di tingkat petani saat ini Rp 500,- per butir (1 liter minyak kelapa diperoleh dari 12 butir kelapa), sehingga sulit untuk bersaing dengan minyak makan dari sawit dengan harga di pasaran Rp 6.000,- per kg. Dalam upaya meningkatkan nilai tambah komoditas kelapa, telah dilakukan kegiatan penelitian dan pengembangan pengolahan minyak kelapa murni dan produk turunannya yang dimulai sejak tahun 2004. Pada tahun 2004 telah dihasilkan teknologi proses minyak kelapa murni skala pilot, dan teknologi ekstraksi galaktomanan skala laboratorium dari ampas kelapa. Teknologi pengolahan minyak murni yang dikembangkan oleh BB-Pascapanen merupakan teknologi proses mekanis, dengan penggunaan panas minimal. Keunggulan teknologi tersebut adalah waktu proses lebih cepat ±3 jam (tradisional 24-26 jam), hemat energi (pemanasan minimal), kebutuhan air lebih sedikit, dan tanpa penggunaan bahan kimia. minyak kelapa murni yang dihasilkan
Produk
mengandung kadar asam lemak bebas (FFA)
0,01 % (standar CODEX maksimum 0,04%) dan kadar asam laurat 50% (komponen terpenting dalam minyak kelapa murni). Inovasi teknologi pengolahan minyak kelapa
38
murni tersebut telah terpasang dan dioperasikan di Desa Agrabinta, Cianjur Selatan pada akhir tahun 2004, bekerjasama dengan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Cianjur dan Koperasi Mutiara Baru Cianjur Selatan. Unit pengolahan minyak kelapa murni yang dibangun memiliki kapasitas produksi 250 kg/jam kelapa parut. Pada tahun 2005, kegiatan penelitian diarahkan untuk penataan kelembagaan model agroindustri pengolahan minyak kelapa murni dan perbaikan teknologi purifikasi minyak kelapa murni serta pemanfaatan produk samping (minuman isotonik dan pakan ternak). Proses purifikasi yang direkomendasikan menggunakan
filter cartridges
(menggunakan bahan polypropylene). Selain memperbaiki tingkat kejernihan juga mampu menurunkan kadar air 0,08 – 0,05% dan tidak mempengaruhi kadar asam laurat. Produk minyak kelapa murni telah dipasarkan dengan nama Laurica dengan harga Rp 120.000 per kg, sedangkan biaya produksinya hanya sekitar
Rp 25.000 (sampai
di tingkat distributor). Produk minyak kelapa murni LAURICA telah diluncurkan oleh Menteri Pertanian pada pembukaan Agro & Food Expo, pada tanggal 19 Mei 2005 di Jakarta (Gambar 17). Produk minyak kelapa murni tersebut telah didaftarkan di Ditjen Paten dan Hak Kekayaan Intelektual dengan merek LAURICA (No. Pendaftaran Merk: D002005002190). Dampak dari kerjasama pengembangan teknologi minyak kelapa murni diharapkan dapat meningkatnya pendapatan petani akibat terjadinya peningkatan harga buah kelapa di petani dari Rp 500,-/butir menjadi Rp 850,-/butir dan meningkatkan pendapatan masyarakat terutama anggota Koperasi Mutiara Baru dari usaha pengolahan minyak kelapa murni. Limbah air kelapa sebagai produk samping dari pengolahan minyak kelapa murni, telah dimanfaatkan sebagai minuman isotonik (Gambar 16) dan ampas kelapa dikonversi menjadi pakan ternak. Proses pengolahan minuman isotonik air kelapa didesain menggunakan metode membran ultrafiltrasi, teknologi ini selain mampu memisahkan sejumlah mikroorganisme dan sporanya juga dapat mempertahankan nilai gizi, flavor, dan aroma khas air kelapa. Proses fermentasi ampas kelapa dilakukan menggunakan A. niger, yang ditujukan untuk ransum pakan ternak ruminansia. Dalam rangka memenuhi permintaan masyarakat, pada tahun 2005 telah dilakukan alih teknologi pengolahan minyak kelapa murni kepada masyarakat bekerjasama dengan Majalah Pertanian Trubus. Alih teknologi pengolahan minyak kelapa murni telah dilaksanakan sebanyak empat angkatan, dengan jumlah peserta 45 orang untuk setiap angkatan, yang berasal dari berbagai daerah dan profesi. Permintaan kerjasama untuk
Laporan Tahunan BB-Pascapanen tahun 2005
39
pengembangan teknologi minyak kelapa murni terus berdatangan diantaranya dari : Pemda Kabupaten Kupang-NTT, Pemda Kabupaten Banjar-Jawa Barat bekerjasama dengan BPTP Jawa Barat, Disbun Provinsi Lampung dan LSM di Bali.
Gambar 16. Produk minyak kelapa murni (laurica) dan minuman isotonik dari air kelapa
3. Pengembangan Teknologi Pengolahan Pasta Tomat Kegiatan penelitian ini bekerjasama dengan Dinas Pertanian kabupaten Garut dimulai pada tahun 2005. Permasalahan yang terjadi di Kabupaten Garut khususnya di Sub Terminal Agribisnis, tidak semua tomat dari petani dapat dipasarkan ke daerah lain. Umumnya tomat yang sudah matang dan tomat berukuran kecil tidak dapat dipasarkan (mencapai 20 – 30 %), dan terpaksa dijual ke pasar tradisional dengan harga yang rendah. Tujuan penelitian ini adalah meningkatkan nilai tambah tomat sortiran tersebut, dengan mengembangkan produk pasta tomat mengingat kebutuhan pasta tomat di dalam negeri masih harus dipenuhi dari impor. Dalam jangka pendek, produk pasta tomat tersebut ditujukan untuk memenuhi industri kecil saos cabe dan tomat di Kabupaten Garut dan sekitarnya, sehingga persyaratan kekentalan dan daya simpan tidak terlalu ketat karena diharapkan dapat langsung digunakan oleh industri tersebut. Teknologi pengolahan pasta medium tomat (12obrix) kapasitas 40-60 kg/bahan tomat segar telah disiapkan di STA Garut. Pada tahun 2006 diharapkan uji produksi sudah dapat dilakukan di lapangan.
40
Gambar 17. Pemasakan pasta tomat
4. Teknologi Pengeringan Sayuran dengan Far Infrared (FIR) Generasi II Teknologi pengeringan sayuran dengan FIR yang telah disempurnakan, dapat meningkatkan efisiensi operasional. Peningkatan efisiensi operasional ditempuh melalui peningkatan kapasitas operasional dari 1 kg/jam bahan menjadi 2,5 kg/jam bahan (model lurus) dan model oval dari 5 kg/jam bahan menjadi 6 kg/jam bahan. Kombinasi energi radiator FIR yang dipergunakan pada pengering teknologi FIR dan penerapan peralatan kendali suhu radiasi serta kontrol input LPG telah menurunkan konsumsi LPG sampai 50% secara signifikan. Hal ini disebabkan pengendalian suhu sekitar 50 – 60oC dapat berlangsung selama operasional pengeringan. Panjang gelombang yang dipergunakan dalam teknologi FIR sebesar 8,7
m, memenuhi kebutuhan penyerapan untuk bahan
pangan karena bahan pangan dapat menyerap radiasi pada rentang panjang gelombang 5 – 20
m. Teknologi FIR memiliki kemampuan untuk mengeringkan bahan/sayuran tanpa
banyak mengurangi senyawa aktif yang dimilikinya, sehingga sangat bermanfaat untuk memproduksi sayuran kering yang berkualitas, karena penampakannya terutama warna dan klorofil relatif tidak banyak mengalami perubahan dari keadaan segarnya ; demikian juga dengan aroma yang masih dapat dipertahankan. Dengan kualitas sayuran kering yang baik diharapkan dapat meningkatkan nilai komersialnya dan memberi dampak pada peningkatan nilai tambah.
Laporan Tahunan BB-Pascapanen tahun 2005
41
a. Pengeringan Cabai Merah Pengeringan cabai merah dalam percobaan ini dilakukan selain dengan teknologi FIR, juga dilakukan perbandingan dengan metoda lain. Tabel 13 memperlihatkan nilai rata-rata dari keempat metoda pengeringan tersebut. Tabel 13. Hasil pengeringan cabai merah (nilai rata-rata, n = 3) pada berbagai metoda Waktu (menit) 86
Laju (%/mnt) 0,81
> 75
15
4,37
22,43
1422,33
Ttd
Oven
50 – 60
720
0,09
20,19
1422,33
1576,67
Sinar matahari
30 - 35
2880
0,002
18,76
1422,33
1521,00
Metoda FIR Microwave
Suhu (oC) 60
Rendemen (%) 21,32
Merah ”a” awal 1422,33
Merah ”a” akhir 1617,33
Keterangan : Rentang total radiasi sinar matahari (0,872 – 0,924 KJ/det m2) Ttd : tidak terdeteksi
Perbedaan yang terdapat pada keempat metoda tersebut (Tabel 13) menunjukkan bahwa penggunaan teknologi FIR dengan kendali suhu yang optimum (60oC) dengan laju pengeringan diantara 0,75 – 1%/jam menghasilkan cabai kering dengan warna merah (”a”) yang lebih terang dibanding pada kondisi awalnya. Penggunaan microwave dengan suhu lebih dari 75oC dapat mengeringkan dengan cepat, tetapi tingkat kemerahan sangat tua sehingga tidak terdeteksi. Demikian pula dengan menggunakan sinar matahari dengan laju terendah tetapi warna cabai keringnya relatif lebih cerah dari yang lainnya. Dalam percobaan ini diperoleh kesimpulan bahwa suhu dan perlakuan pengeringan mempengaruhi hasil cabai yang dikeringkan. Dari sisi mutu cabai kering dapat dijelaskan, terjadi penurunan nilai kecerahan warna dari cabai merah segar menjadi kering, karena terjadinya reaksi pencoklatan pada cabai merah selama proses pengeringan, sehingga warna cabai merah menjadi lebih gelap dibandingkan keadaan segarnya. Hal ini ditunjukkan pula oleh menurunnya nilai a (derajat warna merah). Perubahan warna merupakan indikator awal adanya perubahan kandungan vitamin dan kadar nutrisi lainnya. Perubahan yang terjadi dari cabai merah segar menjadi kering seperti diperlihatkan pada Tabel 14, menunjukkan bahwa penurunan kandungan senyawa volatil sekitar 25%, sedangkan vitamin C rentan terhadap panas, dan mengalami penyusutan hampir sekitar 80%. Dari persyaratan tingkat kadar air, kualitas dari cabai kering hasil teknologi FIR dapat memenuhi standar yang dikeluarkan PT Indofood Sukses Makmur.
42
Tabel 14. Perbandingan komponen mutu cabai merah segar dan kering No
Komponen
Segar
Kering
1
Vitamin C (mg/100 gr)
72,41
14,20
2
VRS (ppm)
68,75
49,50
3
Kadar abu (%)
1,04
2,53
Kadar kepedasan cabai merah dapat diukur dengan konsentrasi capsaisin berdasarkan analisis laboratorium.
Hasil analisis cabai kering dari empat metoda
pengeringan diperlihatkan pada Tabel 15. Dari empat metode pengeringan terlihat bahwa melalui teknologi FIR kadar capsaisin cabai merah kering relatif masih tinggi, walaupun demikian terjadi penyusutan kadar capsaisin sekitar 36% dari keadaan segarnya. Tabel 15. Kadar capsaisin cabai merah (Nilai rata-rata, n = 3)
FIR Microwave Oven Sinar matahari Keterangan :
Kadar air (%) Awal Akhir
Suhu (oC)
Metoda
Capsaisin (ppm) Awal Akhir
60
75,37
4,96
320
116,58
>75
75,37
9,80
320
112,99
50-60
75,37
4,85
320
110,64
30-35
75,37
6,38
320
90,70
FIR: far infrared 8,7 μm Rentang total radiasi sinar matahari (0,872 - 0,924 KJ/det.m2)
Hasil penelitian menyimpulkan bahwa kemasan yang terbaik untuk wadah cabai merah kering yang akan disimpan adalah dari bahan alumunium foil. Hal ini diindikasikan dengan jumlah koloni mikroba yang terdapat pada cabai merah kering setelah dilakukan penyimpanan selama 8 minggu (Tabel 16). Tabel 16. Kandungan mikroba pada cabai kering (CFU/g) Lama Penyimpanan
Aluminum foil
setelah 8 minggu penyimpanan
Suhu dingin Plat Tipis
Plat Tebal
4 minggu
85 x 103
10 x 103
18 x 103
8 minggu
12 x 103
71 x 103
20 x 103
Laporan Tahunan BB-Pascapanen tahun 2005
43
E. Pengembangan Sistem Informasi, Komunikasi, Diseminasi, Dan Umpan Balik Inovasi Teknologi Pascapanen
1. Diseminasi dan Pendayagunaan Hasil Penelitian Pascapanen Pertanian Kegiatan diseminasi hasil penelitian merupakan bagian dari rangkaian proses litbang yang berada pada bagian hilir dan merupakan jembatan untuk mempercepat pemasyarakatan teknologi. BB-Pascapanen dalam kiprahnya telah menghasilkan beberapa teknologi yang dapat dikategorikan dalam beberapa kelompok yaitu : teknologi yang masih pada tahap riset, teknologi dalam proses pengembangan dan teknologi siap komersial. Didasari oleh sasaran kelompok dan metode diseminasi yang berbeda, maka tiga kategori teknologi tersebut merupakan materi diseminasi yang telah diseleksi. Upaya pemasyarakatan teknologi perlu dilaksanakan secara aktif, yang dalam pelaksanaannya dapat memanfaatkan arena pameran dan presentasi teknologi untuk mendapatkan peminat teknologi yang serius, disamping bekerjasama dengan BPTP. Pada tahun 2005, kegiatan penerbitan hasil penelitian adalah Jurnal Penelitian, Buletin, Buku Profil Teknologi, Pedoman Teknis Pengolahan Hasil Pertanian, Profil Institusi dan perbaikan seluruh brosur yang pernah diterbitkan sebelumnya, serta mewujudkan situs web BB-Pascapanen. Perbaikan ini dilakukan berdasarkan masukan selama pelaksanaan diseminasi. Pemuatan artikel teknologi pascapanen di majalah dan koran juga ditingkatkan. Pelaksanaan pameran dan peragaan teknologi dilaksanakan dengan lebih aktif, tidak hanya mempromosikan tetapi ada usaha menjaring peminat serius dan melakukan tindak lanjut setelah pameran. Hasil kegiatan diseminasi dan pendayagunaan hasil penelitian yang telah dilaksanakan pada tahun 2005 adalah sebagai berikut : a. Diseminasi i.
Pengembangan informasi teknologi pascapanen Publikasi hasil penelitian pascapanen pertanian - Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Pada tahun 2005 telah di terbitkan 2 Jurnal pascapanen, yaitu Volume 2, nomor 1 dan 2.
44
Tabel 17. Isi Jurnal Pascapanen tahun 2005 No
1. 2. 3. 4. 5.
6.
Jurnal yang sudah terbit
Jurnal yang masih dalam proses
Jurnal Pascapanen Volume 2 No. 1, 2005
Jurnal Pascapanen Volume 2 No. 2, 2005
Efektivitas lilin penolak lalat (repelen) dengan bahan aktif limbah penyulingan minyak nilam Pengaruh konsentrasi penambahan pektinase dan kondisi inkubasi terhadap rendemen dan mutu jus mangga kuini Pengaruh cara ekstraksi dan musim terhadap rendemen dan mutu minyak bunga melati Optimasi komposisi kardanol dari minyak kulit biji mete sebagai substitusi fenol dalam formulasi perekat fenol formaldehida Analisis mutu dan penerimaan konsumen terhadap permen tablet dengan formulasi konsentrasi pengisi, pemanis dan gambir
Pengaruh ekstrak jahe segar dan bertunas terhadap proliferasi beberapa alur sel kanker Kajian status pengembangan agroindustri minyak nilam terhadap tingkat kepuasan petani di Majalengka Peningkatan mutu minyak daun cengkeh melalui proses pemurnian Evaluasi teknologi tepung instan dari jagung brondong dan mutunya
7.
Pengayaan tepung kedelai pada pembuatan mi basah dengan bahan baku tepung terigu yang disubstitusi tepung garut -
8.
-
9.
-
Alternatif pati jagung termodifikasi sebagai pengental dan penstabil serta pengaruhnya terhadap kualitas susu tempe secara hidrolisis enzimatik Analisis kecukupan panas pada proses pasteurisasi puree mangga Seleksi bakteri penghasil xilanase dan formulasi media pertumbuhannya Pemurnian dan karakterisasi kitosanase Bacillus coagulans Isolasi bakteri termofil dan kajian sifat termal enzim PDC dalam produksi etanol
- Buletin Teknologi Pascapanen Pertanian Dewan Redaksi Buletin Teknologi Pascapanen Pertanian telah dibentuk dan telah mempersiapkan satu nomor perdana untuk terbit pada tahun 2005. Buletin tersebut diregistrasi dengan Nomor ISSN 1858-3504, dan berisi 13 naskah. Tabel 18. Isi Buletin Teknologi Pascapanen Pertanian No.
Naskah Buletin Teknologi Pascapanen Pertanian
1.
Analisis sistem penanganan pascapanen dan perkiraan umur panen pada jagung
2.
Kajian teknologi pembuatan tepung berkadar amilosa tinggi
3.
Pengaruh jenis kemasan dan suhu ruang penyimpanan terhadap kualitas seledri kering
4.
Pengaruh proses pengupasan dan teknik penyosohan gradual terhadap mutu beras Ciherang
5.
Kajian proses pemurnian minyak kenanga
6.
Pengaruh konsentrasi asam sitrat terhadap mutu saos ubi jalar (Ipomea batatas L.)
Laporan Tahunan BB-Pascapanen tahun 2005
45
selama penyimpanan 7.
Studi pendahuluan pembuatan beras kaya iodium
8.
Regulasi dan keragaan kontaminasi Cadmium pada padi
9.
Optimasi proses pemisahan beras pecah kulit dengan gabah melalui pengaturan paddy separator
10.
Penelitian pengolahan iso-eugenol dari minyak daun cengkeh
11.
Pengaruh sistem penggilingan padi skala menengah terhadap mutu hasil giling
12.
Profil penanganan itik afkir di Jawa Tengah, DKI Jakarta dan prospek pengembangannya
13.
Karakteristik mutu simplisia lempuyang Gajah pada beberapa umur panen
- Pedoman Teknis Pengolahan Hasil Pertanian Pedoman Teknis Pengolahan Hasil Pertanian terdiri dari 3 naskah yaitu : Buku Kumpulan Resep Hasil Lomba Olahan Jajanan Anak Bahan Baku Aneka Tepung, Teknologi Pengolahan Buah Mangga dan Teknologi Pengolahan Buah Jambu Biji. - Profil Profil BB-Pascapanen dengan materi utama pengenalan institusi, program penelitian dan hasil-hasil penelitian yang telah dicapai telah tersedia dalam edisi luks dan sudah dipergunakan untuk promosi dan diseminasi. - Brosur Brosur Teknologi Pascapanen Pertanian merupakan perbaikan brosur tahun 2004 meliputi 15 teknologi berjudul : (1) Model agroindustri pengolahan padi; (2) Model agroindustri pengolahan puree buah; (3) Model agroindustri pengolahan minyak kelapa murni; (4) Teknologi ekstraksi minyak melati; (5) Teknologi ekstraksi minyak nilam; (6) Proses pengolahan tepung sukun; (7) Teknologi pengolahan/produksi tepung labu kuning; (8) Teknologi pengolahan/produksi tepung kasava; (9) Teknologi pengolahan mete; (10) Pewarnaan sedap malam; (11) Mie eksotik; (12) Teknologi sayuran kering dengan teknologi FIR; (13) Teknologi pascapanen kelinci; (14) Teknologi Prosesing Bunga Kering; (15) Teknologi Pembuatan Pasta Tomat.
46
- Poster/panel teknologi Poster/panel teknologi yang telah dibuat sebagai tambahan panel yang ada berjumlah 13 judul, yaitu : (1) Pemanfaatan dan keunggulan tepung kasava; (2) Teknologi pengolahan gula kasava (sirup dan tepung glukosa); (3) Pola kerjasama pengembangan model agroindustri kasava; (4) Model agroindustri kasava terpadu; (5) Pohon industri ubikayu; (6) Teknologi pengolahan minyak kelapa murni; (7) Teknologi proses dan manfaat mi sagu; (8) Agroindustri padi terpadu; (9) Improvement of Rice Milling Model in Dryland; (10) Model of Integrated Rice Agroindustry; (11) Quality Management System (QMS); (12) Teknologi Pengolahan Mete; (13) Proses Pengolahan Puree Mangga .
Gambar 18. Berbagai publikasi hasil penelitian BB-Pascapanen Tahun 2005
ii.
Situs web Nama
situs
BB-Pascapanen
adalah
Postharvestech
dengan
alamat
situs:
http://pascapanen.litbang.deptan.go.id/.
Situs ini dihosting di situs Badan Litbang
Pertanian (http://litbang.deptan.go.id/.
Situs tersebut juga dihosting di situs milik
Pustaka.(www.pustaka-deptan.go.id). Halaman muka situs web BB-Pascapanen seperti disajikan pada Gambar 19.
Laporan Tahunan BB-Pascapanen tahun 2005
47
Gambar 19. Tampilan halaman muka situs POSTHARVESTECH
iii.
Publikasi sebagai promosi di media cetak/elektronik Bentuk publikasi dan promosi melalui media cetak dan elektronik berupa
penerbitan artikel pada media televisi dan radio. -
Hasil koordinasi BB-Pascapanen dengan PUSTAKA sebagai penanggungjawab kegiatan penyebaran teknologi pertanian Badan Litbang Pertanian, peneliti BBPascapanen mendapat kesempatan untuk tampil dalam Dialog Interaktif di Metro TV pada 8 Juli 2005 (Gambar 20). Adapun materi yang disampaikan pada acara tersebut adalah teknologi pengolahan puree buah yang disampaikan oleh Dr. Setyadjit.
-
Hasil koordinasi BB-Pascapanen dengan Sekretariat Badan Litbang Pertanian, dalam tahun 2005 para peneliti BB-Pascapanen tampil di Radio Pertanian Ciawi seperti tertera pada Tabel 19.
48
Tabel 19. Daftar Acara dan Narasumber BB-Pascapanen dalam Acara di Radio Pertanian Ciawi No. 1.
Tanggal 6 September 2005
Acara/Topik Sosialisasi Seminar Nasional
Pembicara/Narasumber Dr. Joni Munarso Dr. Rokhani Hasbullah (Fateta-IPB)
2.
14 September 2005
Karedok (Obrolan dengan
Ir. Endang Yuli Purwani
masyarakat tani) – Mi sagu 3.
24 Oktober 2005
Karedok – Seputar Teknik
Suyanti BSc.
Pengolahan Buah dan Sayuran 4.
28 Desember 2005
Pemanfaatan Tanaman Obat
Dra. Sri Yuliani, Apt.
Gambar 20. Penampilan peneliti pada acara di TV
-
Sebagai dampak dari kegiatan peluncuran produk dan rangkaian promosi LAURICA dan PURESSO, serta kegiatan promosi melalui pameran, liputan seminar, permintaan untuk wawancara dan tampil di Majalah Pertanian terus berdatangan (Gambar 21), antara lain yang telah terbit adalah seperti tertera pada Tabel 20. Tabel 20. Daftar Publikasi Hasil Penelitian BB-Pascapanen No.
Edisi
1.
Agustus 2005
2.
25-31 Mei 2005
Jenis Publikasi Artikel pada Majalah TRUBUS Nomor 429 Artikel pada Tabloid Sinar Tani Nomor 3100 pada rubrik „Menjual Inovasi‟
Laporan Tahunan BB-Pascapanen tahun 2005
Produk/Judul Tulisan VCO dan Puree Buah Pengolahan Minyak Kelapa Murni Skala UKM
49
3.
1-7 Juni 2005
4.
21-27 September 2005
Artikel pada Tabloid Sinar Tani Nomor 3101 pada rubrik „Menjual Inovasi‟ Artikel pada Tabloid Sinar Tani Nomor 3117
Pabrik Mini Pengolahan Puree - Membuat teknologi olahan sesuai pasar - Teknologi pascapanen prioritaskan sumber pangan baru
-
5.
23 November 2005
Artikel pada koran Nusa, Denpasar
Teknologi pengolahan dan keunggulan tepung kasava
6.
Juli 2005
Artikel pada Majalah Flora dan Fauna Flona
Teknologi Pengawetan Bunga Kering
Kegiatan yang diselenggarakan bekerjasama dengan BPTP dan diliput oleh media, antara lain adalah : Ubi kayu : Hasilkan Glukosa Pengganti Gula, Lampung Post, Selasa 29 November 2005.
-
Artikel yang ditulis oleh Peneliti di koran nasional dan majalah tahun 2005 adalah : (1) Mencari alternatif bahan baku gula, oleh Nur Richana di Harian Republika; (2) Isotonik dari Air Kelapa, oleh Andi Nur Alam Syah pada TRUBUS No. 430, September 2005; (3) Keajaiban dalam segerbong karbon rantai sedang, oleh Andi Nur Alam Syah, pada TRUBUS No. 431, Oktober 2005.
Gambar 21. Media cetak/majalah yang memuat teknologi dan peneliti BB-Pascapanen Tabel 21. Artikel Teknologi dan Promosi Produk BB-Pascapanen melalui Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian Hasil Koordinasi dengan PUSTAKA No.
Edisi
Judul Tulisan
1.
Vol. 27 No.1, 2005
Mi Sagu : Perbaikan Mi Gleser dengan Sentuhan Teknologi
2.
Vol. 27 No.2, 2005
Minyak Kelapa Murni : Harapan Nilai Tambah yang Menjanjikan
3.
Vol. 27 No.3, 2005
Peluncuran Minyak Kelapa Murni LAURICA dan puree buah PURESSO sebagai Jembatan Promosi Teknologi
50
4.
Vol. 27 No.4, 2005
Susu Pasteurisasi dengan Penambahan Aroma
5.
Vol. 27 No.5, 2005
Agroindustri Puree Mangga : Mengatasi Panen Berlimpah
6.
Vol. 27 No.6, 2005
Mendongkrak Pemanfaatan Sumber Pangan dengan Sentuhan Teknologi
iv. Kegiatan diseminasi dan promosi lainnya Permintaan alih teknologi/diseminasi melalui pelatihan untuk meningkatkan keterampilan petani dan pelaku usaha telah terselenggara seperti tertera dalam Tabel 22. Tabel 22. Kegiatan Alih Teknologi/Diseminasi BB-Pascapanen No.
Tanggal
Kegiatan
1.
30 – 31 Juli 2005 20 – 21 Agustus 2005 24-25 September 2005 26-27 November 2005
Alih Teknologi Pengolahan Minyak Kelapa Murni bekerjasama dengan Majalah Pertanian TRUBUS
2.
27 Agustus 2005
Alih Teknologi Pengawetan Bunga Potong bekerjasama dengan Majalah Pertanian TRUBUS
3.
27-28 September 2005
Alih Teknologi Pengolahan Minyak Nilam bekerjasama dengan Dishutbun Kab. Majalengka
4.
16 Desember 2005
Alih Teknologi Pengawetan Bunga Segar bekerjasama dengan Majalah Pertanian TRUBUS
Gambar 22. Pelaksanaan Alih Teknologi melalui pelatihan teknologi, salah satu diantaranya adalah untuk minyak kelapa murni b.
Penyelenggaraan Pameran yang berkoordinasi dengan Badan Litbang Pertanian Sampai dengan akhir bulan November 2005 BB-Pascapanen telah mengikuti 7
kegiatan pameran yang dalam pelaksanaannya berkoordinasi dengan Penanggungjawab Penyebaran Teknologi Pertanian yaitu PUSTAKA.
Laporan Tahunan BB-Pascapanen tahun 2005
51
i. Pameran akbar seratus tahun pembangunan pertanian Pameran dilaksanakan di Jogja Expo Center, Jogjakarta pada tanggal 19 -22 Januari 2005. Acara dibuka oleh Menteri Pertanian Dr. Anton Apriyantono. Peserta pameran adalah unit kerja lingkup Departemen Pertanian, Perusahaan Swasta yang bergerak di bidang pangan, dan Pemda dari berbagai daerah di tanah air. ii.
Agro and Food Expo Pameran dilaksanakan di Semanggi Expo, Jakarta pada tanggal 19 -22 Mei 2005. Acara dibuka oleh Menteri Pertanian Dr. Anton Apriantono. Peserta Pameran Agro and Food Expo adalah unit kerja lingkup Departemen Pertanian, Departemen Perindustrian dan Perdagangan, Perusahaan Swasta yang bergerak di bidang pangan, dan Pemda dari hampir tiap provinsi di tanah air. Materi yang disajikan utamanya adalah mendukung peluncuran produk hasil litbang BB-Pascapanen yang sudah dikomersialkan yaitu PURESSO dan LAURICA. Materi pameran secara rinci adalah hasil-hasil penelitian yang siap untuk dikomersialkan atau dikerjasamakan lengkap dengan produk, yaitu : - Agro Industri Pengolahan Puree Mangga - Teknologi Pengolahan Minyak Kelapa Murni - Pembuatan Bunga Kering - Teknologi pengolahan mi sagu - Teknologi sayuran kering dengan FIR - Teknologi pengolahan pasta tomat dan cabe - Agroindustri pengolahan mete Launching produk PURESSO dan LAURICA dilakukan oleh Menteri Pertanian ternyata berdampak langsung terhadap kepedulian pengunjung pameran kepada produk puree buah dan minyak kelapa murni. Dalam acara tersebut juga dilakukan promosi yang mengundang pengunjung secara spontan dan melalui selebaran promosi yang dibagikan pada pengunjung. Kegiatan promosi ini dihadiri sekitar 100 orang pengunjung.
52
Gambar 23. Menteri Pertanian selesai menekan tombol tanda peluncuran PURESSO dan LAURICA
iii. Pencanangan Revitalisasi Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Telah dilaksanakan Pencanangan Revitalisasi Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (RPPK) oleh Presiden Susilo Bambang Yudoyono pada tanggal 11 Juni 2005 di Jatiluhur, Purwakarta, Jawa Barat. Peserta pameran dalam rangka pencanangan RPPK tersebut adalah Departemen Pertanian, Departemen Perikanan dan Kelautan serta Departemen Kehutanan. Departemen Pertanian diwakili oleh Badan Litbang Pertanian beserta seluruh jajaran eselon II dibawahnya. Selain ketiga departemen tersebut peserta pameran lainnya berasal dari BPPT, IPB, dan Pemda. Materi yang ditampilkan oleh BB-Pascapanen pada pencanangan RPPK termasuk ke dalam kelompok teknologi baru dan teknologi yang mempunyai peluang untuk investasi, yang meliputi : - Agroindustri pengolahan mete terpadu, yang menyampaikan informasi baru pada pemanfaatan limbah kulit gelondong mete untuk diambil cairannya (CNSL) dan kemudian dilakukan ekstraksi yang menghasilkan kardanol sebagai bahan baku perekat kayu lapis. - Agro Industri pengolahan Puree Buah - Agroindustri Pengolahan Minyak Kelapa Murni - Teknologi Pembuatan sayuran kering dengan Far Infra Red
Laporan Tahunan BB-Pascapanen tahun 2005
53
iv. Pameran pada Gelar Teknologi Tepat Guna Nasional Gelar Teknologi Tepat Guna Nasional berlangsung di Plasa Benteng Kuto Besak Palembang. Pameran dibuka oleh Presiden Susilo Bambang Yudoyono pada tanggal 27 September 2005. Pameran diikuti oleh 197 peserta, meliputi departemen, pemda kota/ kabupaten, pemda propinsi dan swasta. BB-Pascapanen menampilkan 4 (empat) panel yang terdiri dari : 1. Agroindustri pengolahan minyak kelapa murni (virgin coconut oil) 2. Teknologi pembuatan sayuran kering dengan Far Infra Red 3. Agroindustri padi terpadu 4. Agroindustri pengolahan mete terpadu v.
Pameran Pangan dalam rangka Hari Pangan Sedunia Pameran Hari Pangan Sedunia, diselenggarakan oleh Badan Ketahanan Pangan (Departemen Pertanian). Pada tanggal 26 September -
1 Oktober
2005, bertempat di Lapangan Gazibu, Bandung. Pameran tersebut diikuti oleh 38 stand dari daerah-daerah di seluruh Indonesia beberapa perusahaan swasta dan BUMN, dan dibuka oleh Menteri Pertanian,
Dr. Anton Apriyantono. Pada
kesempatan pameran tersebut, BB-Pascapanen menampilkan beberapa teknologi hasil penelitian BB-Pascapanen, terdiri dari : 1. Teknologi gula kasava berupa poster, berbagai contoh produk hasil pengolahan tepung kasava lengkap dengan leaflet. 2. Teknologi mie sagu berupa poster dan leaflet 3. Minyak kelapa murni, ditampilkan poster, contoh produk dan leaflet. 4. Teknologi Pengolahan Puree Mangga, berupa panel, contoh produk dan leaflet. 5. Bunga kering sebagai dekorasi dan formulanya. 6. Produk saos tomat dan selai tomat vi. Pameran AGRO dalam rangka HUT RIA Pembangunan Pameran sehari pada tanggal 30 September 2005 bertempat di Beranda Istana Negara, ditujukan untuk menunjukkan hasil penelitian kepada Ibu Negara, Ibu Wapres, dan para isteri Menteri Kabinet Indonesia Bersatu dan anggota RIA Pembangunan. Pada pameran tersebut BB-Pascapanen membuka beberapa stand
54
yang terdiri dari : teknologi pengawetan dan pewarnaan bunga kering, teknologi pengolahan minyak kelapa murni (VCO) dan aneka olahan kasava. vii. Pameran dan Festival Gizi dalam rangka Temu Ilmiah dan Kongres Persagi Persatuan Ahli Gizi Indonesia (PERSAGI) menyelenggarakan Kongres Persagi ke XIII/2005 tanggal 21-24 November 2005, bertempat di Grand Inna Beach Hotel, Sanur, Bali. Materi yang ditampilkan adalah hasil penelitian terkait nutrisi dan kesehatan. Melalui pameran tersebut PT Cipta Rasa yang berminat untuk mengembangkan pengolahan mi sagu. c.
Gelar Teknologi Pascapanen secara mandiri dan pameran lainnya Yang dimaksud dengan Gelar teknologi pascapanen dan pameran secara mandiri
adalah bilamana BB-Pascapanen menyelenggarakan Gelar teknologi atau tampil mandiri dalam satu stand. Pameran lain yang diikuti oleh BB-Pascapanen secara mandiri merupakan permintaan Puslitbang/Balai Komoditas, yaitu : Hari Jadi Kota Bogor, Pameran 100 tahun Penelitian Tanah, dan Techno Expo Hortikultura. i. Pameran 100 tahun Penelitian Tanah Puslitbang Tanah dan Agroklimat dalam rangka memperingati 100 tahun penelitian tanah di Indonesia mengadakan kegiatan pameran yang diselenggarakan berlangsung di Lapangan BB-Biogen dari tanggal 28-30 Juni 2005. Pameran diikuti oleh unit kerja lingkup Puslitbang Tanah dan Agroklimat serta unit kerja lain di bawah Badan Litbang seperti BB Pascapanen, BB Biogen, BB Mektan, Balithi, BP2TP dan beberapa pihak swasta. Acara pembukaan dilakukan oleh Sekretaris Jenderal Departemen Pertanian. BB-Pascapanen menampilkan teknologi hasil penelitian BB-Pascapanen yang meliputi : teknologi pengolahan minyak kelapa murni (Laurica), teknologi bunga kering, dan sayuran kering dengan teknologi FIR. ii . Techno Expo Hortikultura Ekspose hortikultura Indonesia 2005 dilaksanakan di Loka Penelitian Tanaman Buah Sub Tropika, di Tlekung, Malang, Jawa Timur pada tanggal 28-31 Juli 2005. Peserta ekspose hortikultura adalah seluruh unit kerja lingkup pusat penelitian dan pengembangan hortikultura, perguruan tinggi, lembaga penelitian, pengguna hasil jasa penelitian, pengambil kebijakan (instansi pemerintah) dan swasta. Adapun materi
Laporan Tahunan BB-Pascapanen tahun 2005
55
yang ditampilkan oleh BB-Pascapanen pada Gelar Inovasi Teknologi Hortikultura adalah : -
Agro Industri Pengolahan Jeruk Terpadu
-
Agroindustri pengolahan Puree Buah
-
Teknologi Sayuran kering dengan teknologi FIR
-
Teknologi Pengolahan Minyak Kelapa Murni
-
Teknologi pengolahan pasta tomat dan cabe
iii. Pameran SUCP (Start Up Capital Program) pada ASEAN Ritech Expo Ekspose dilaksanakan di Gedung BPPT, Jl. M.H. Thamrin, Jakarta pada tanggal 6-12 Agustus 2005 dibuka oleh Menteri Ristek, Kusmayanto Kardiman. Peserta Asean Ritech Expo adalah beberapa negara Asean, Lembaga penelitian, Perguruan Tinggi, Instansi Pemerintah dan Swasta yang bergerak dalam bidang Sains dan Teknologi serta para peserta program Rusnas dan SUCP.
Gambar 24.
Stand BB-Pascapanen mewakili CV Promindo Utama sebagai peserta SUCP pada ASEAN Ritech Expo
iv. Gelar Teknologi Pengolahan Kasava Gelar Teknologi Kasava Fair merupakan bagian dari Ekspose Agro Inovasi mendukung Primatani Lahan Kering. Ekspose yang diselenggarakan di KP. Natar, Lampung pada tanggal 19 September 2005.
56
Gambar 25. Stand Kasava Fair pada Ekspose Agro Inovasi mendukung Prima Tani Lahan Kering d. Seminar Ilmiah Teknologi Pascapanen (rutin bulanan) Sampai dengan bulan Desember 2005, sudah dilaksanakan 11 kali seminar ilmiah dari rencana 12 kali seminar. Tidak tercapainya target pelaksanaan seminar tersebut disebabkan pada bulan September 2005 sudah menyelenggarakan Seminar Nasional. Hasil dari seminar ilmiah rutin telah membahas 40 judul (29 judul hasil penelitian, 3 judul litkayasa, dan 8 judul sosialisasi dan lain-lain) merupakan naskah bahan Jurnal Pascapanen dan Buletin Teknologi Pascapanen Pertanian serta naskah dari Teknisi Litkayasa untuk terbit pada Buletin Teknik Pertanian. e. Pendayagunaan Hasil Penelitian i.
Merek dan Paten Hasil Pendaftaran Merek BB-Pascapanen telah mendaftarkan dua merek produk yang dihasilkan dari
teknologi hasil penelitian yang telah dikembangkan bersama mitra kerjasama, yaitu : - PURESSO PURESSO bermakna Puree buah yang berkualitas, segar, sehat dan asli (orsinil) dengan nomor Pendaftaran Merek di Dirjen HKI: D002005-002189. - LAURICA LAURICA : Berasal dari kata lauric acid (asam laurat) yang merupakan komponen paling penting penyusun minyak kelapa murni, dengan nomor Pendaftaran Merk di Dirjen HKI : D002005-002190.
Laporan Tahunan BB-Pascapanen tahun 2005
57
Gambar 26. Logo untuk merek PURESSO & LAURICA
ii.
Promosi melalui presentasi teknologi Kegiatan ini dirancang sebagai promosi untuk memperkenalkan suatu teknologi dengan lebih detil dalam rangka menjaring mitra kerjasama pengembangan teknologi pascapanen. Presentasi dilaksanakan di Dinas Perkebunan Provinsi Lampung pada tanggal 30 Juni 2005, sebagai tindak lanjut peluncuran produk LAURICA dan promosi teknologi pada Agro & Food Expo. Kegiatan ini dibuka oleh Kepala Dinas Perkebunan Provinsi Lampung dan dihadiri oleh Staf Dinas Provinsi dan Dinas terkait. BB-Pascapanen hadir bersama Kepala BPTP Lampung dan staf terkait.
iii. Seminar nasional teknologi inovatif pascapanen untuk pengembangan pertanian
industri berbasis
Seminar Nasional diselenggarakan pada tanggal 7-8 September 2005 di Auditorium Dr. Ismunadji Kampus Penelitian Pertanian Cimanggu dibuka oleh Menteri Pertanian. Seminar diselenggarakan oleh BB-Pascpanen bekerjasama dengan Fakultas Teknologi Pertanian-IPB.
Kegiatan seminar nasional ini bukan saja sebagai media
komunikasi pihak penyedia teknologi dengan para calon pengguna teknologi, tetapi juga menjadi ajang pertukaran informasi teknologi, mengingat teknologi inovatif sejenis dipercayai juga dikembangkan oleh berbagai institusi lain. Dalam seminar nasional telah dilaksanakan diskusi panel yang merupakan salah satu acara utama Seminar Nasional. Tujuan pelaksanaan diskusi panel adalah untuk memberikan gambaran cepat tentang perkembangan industri berbasis pertanian di Indonesia, ditinjau dari berbagai aspek yang mempengaruhi perkembangan tersebut.
58
Peserta seminar berjumlah lebih 200 orang, dengan 8 makalah untuk diskusi panel dan 115 makalah untuk sidang kelompok. Pembukaan Seminar Nasional diikuti oleh seluruh peserta dan tamu undangan, meliputi : -
Departemen Pertanian : Menteri Pertanian, Eselon I Departemen Pertanian, Staf Ahli Mentan Bidang Teknologi, Eselon II Badan Litbang Pertanian, Eselon II terkait pada Ditjen Komoditas dan Ditjen P2HP, Ka. Balai lingkup Badan Litbang Pertanian : Jakarta, Bogor, Sukamandi, Banten, Bandung.
-
Institut Pertanian Bogor : Dekan Fateta, yang mewakili Rektor, Kepala Pusat, Ketua Departemen, Dosen dan mahasiswa.
-
Panelis dan pembicara tamu dari berbagai Perguruan Tinggi Negeri dan Swasta di Indonesia, LIPI, PT. Rajawali Nusantara Indonesia, KNRT, SEAFAST Center;Texas A&M University, Bank Rakyat Indonesia (BRI), dan Pustaka.
Diskusi Panel Pada diskusi panel yang berlangsung hari pertama 7 September 2005, dibahas makalah dengan judul : (1) Membangun agroindustri melalui pengembangan UKM berbasis teknologi pascapanen pertanian
(PT. Rajawali Nusantara Indonesia); (2)
Implementasi Teknologi Pascapanen untuk Industri Berbasis Pertanian (Dr. Ridwan Thahir/ BB Litbang Pascapanen); (3) Peran Perguruan Tinggi dalam Pengembangan Teknologi Pascapanen (Prof. Hadi Karya Purwadaria/ Fateta – IPB); (4) Peran dan dukungan pemerintah dalam pengembangan dan percepatan alih teknologi (Prof. Tien Muchtadi /Deputi IV Bidang Pengembangan Sipteknas, KNRT). Diskusi panel hari kedua, 8 September 2005 menampilkan : Mr. Steven R. Gregory sebagai pembicara tamu (Guest Speaker) dari SEAFAST Center;Texas A&M University menyajikan makalah berjudul “Global Trend of Agricultural Product Processing Research and Market. Makalah yang disajikan dalam diskusi panel hari kedua : (1) Penataan Kelembagaan dan Permodalan bagi Pengembangan Industri Berbasis Pertanian (Drs. Akhmad Amin Mastur, MBA /BRI); (2) Pemanfaatan Jaringan Informasi Teknologi Pertanian dalam Pengembangan Industri berbasis Pertanian (Kepala Pustaka :Dr. Tjeppy D. Sudjana); (3) Pengalaman
pemanfaatan teknologi pascapanen dalam
pengembangan agroindustri (Dr. Lanny Suwono);
Laporan Tahunan BB-Pascapanen tahun 2005
59
Prosiding Dokumentasi Seminar Nasional dibuat dalam bentuk CD yang berisi kompilasi makalah dan Prosiding Seminar Nasional. CD dibagikan kepada seluruh peserta seminar.serta Prosiding dalam bentuk cetakan yang diterbitkan dalam 2 jilid buku.
Gambar 27. Prosiding dan CD Seminar Nasional
Gambar 28. Tampilan salah satu halaman pada CD Seminar Nasional 2005
2. Pemantauan dan Pembinaan Kerjasama Penelitian Kegiatan kerjasama dengan mitra, baik instansi pemerintah maupun swasta telah dilaksanakan mulai tahun 2003. Kerjasama yang ditandatangani pada tahun 2003-2004 dan masih berlangsung hingga tahun 2005 adalah pengembangan teknologi ekstraksi minyak nilam, pengolahan puree mangga dan sirsak, agroindustri padi terpadu, dan pengolahan kasava perlu ditingkatkan untuk dapat menuju komersialisasi.
60
Perkembangan kegiatan kerjasama tahun 2005 adalah sebagai berikut : - Teknologi ekstraksi minyak nilam Pada tahun 2005, uji produksi pengolahan minyak nilam belum dapat berjalan secara berkesinambungan. Hal ini disebabkan nilam yang ditanam kelompok petani Desa Cikondang belum dapat dipanen. Mitra kerjasama, Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten (Dishutbun) Majalengka telah menanam nilam pada lahan seluas 10 Ha guna mendukung kerjasama pengolahan minyak nilam. Sesuai kesepakatan kerjasama, tahun 2005 merupakan akhir kegiatan kerjasama BBPascapanen dengan kelompok tani nilam dan Dishutbun Kabupaten Majalengka. Diharapkan pada tahun-tahun selanjutnya, Dishutbun Kabupaten Majalengka masih bersedia terus membina kelompok tani tersebut dalam budidaya nilam dan pengolahan minyaknya. - Teknologi pengolahan puree mangga dan sirsak Dalam rangka mendukung ketersediaan bahan baku, pada tahun 2005 telah dibuat kesepakatan antara CV Promindo Utama (mitra kerjasama BB-Pascapanen ) dengan Asosiasi Petani Buah Jabar dan petani mangga/kelompok tani binaan Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Cirebon. Kesepakatan tersebut perlu ditindaklanjuti dengan kontrak pembelian sehingga pasokan buah mangga dapat mendukung kesinambungan produksi puree. Pada tahun 2005 kerjasama BBPascapanen dengan CV Promindo telah berakhir. Diharapkan pada tahun 2006 dan selanjutnya, Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Cirebon dapat terus melakukan pembinaan kepada CV Promindo sehingga adopsi teknologi yang dihasilkan BB-Pascapanen terus berkembang di wilayah Cirebon. - Agroindustri padi terpadu Dalam usaha penerapan Sistem Manajemen Mutu di mitra penggilingan padi Kabupaten Subang telah dilakukan kegiatan sosialisasi pemberian label (labelling) beras Subang. Kegiatan ini dilakukan atas kerjasama BB-Pascapanen dengan Dinas Pertanian Kabupaten Subang dan Penggilingan Padi Gabungan Kelompok Tani (PP Gapoktan) Pancasari, Desa Compreng, Kabupatan Subang. Diharapkan dalam tahun 2006, labelling SNI beras Subang tersebut dapat direalisasikan. Dalam upaya meningkatkan pemasaran beras produk PP Gapoktan Pancasari Compreng, Subang telah dijajaki peluang kontrak pembelian beras dengan Perum BULOG.
Laporan Tahunan BB-Pascapanen tahun 2005
61
- Teknologi pengolahan kasava Pada tahun 2005, PT Sentra Food Karawang sebagai produsen makanan akan menggunakan tepung kasava sebagai substitusi tepung terigu. Tepung kasava yang dibutuhkan untuk substitusi tersebut sebanyak 500 ton/bulan. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, PT Sentra Food pada awal September 2005 bersedia menampung hasil produksi dari Model Agroindustri Tepung Kasava binaan BB-Pascapanen dan BPTP Lampung sebanyak 30 ton/bulan dengan harga Rp. 2.000,-/kg. Permintaan tersebut belum dapat dipenuhi seluruhnya, karena kapasitas produksi tepung kasava dari model agroindustri mitra binaan BB-Pascapanen (Kelompok Tani Setia Harapan) hanya mampu menghasilkan 7 ton/minggu. Dalam rangka memenuhi seluruh permintaan tersebut BB-Pascapanen bersama mitra (Kelompok Tani Setia Harapan) akan bekerjasama dengan kelompok tani lain. Kelompok Pengusaha tapioka, di Tegineneng Lampung berminat untuk memproduksi tepung kasava yang akan dibeli PT Sentrafood (100 ton/bulan selama tiga bulan). Sisa kekurangan tepung tapioka diupayakan akan dipenuhi oleh pengrajin tapioka yang lain. Sampai Agustus 2005 telah didapatkan 3 (tiga) mitra pengrajin ubi kayu yang bersedia bekerjasama untuk memproduksi tepung kasava dengan kapasitas masing-masing 7 ton/minggu, sehingga untuk memenuhi permintaan PT Sentra Food Indonusa sebanyak 500 ton/bulan, masih dibutuhkan 15 pengrajin/pengusaha ubikayu (dengan asumsi kapasitas masingmasing pengrajin sebesar 7 ton/minggu). - Teknologi pengolahan minyak kelapa murni Pada tahun 2005, Model agroindustri pengolahan minyak kelapa murni telah berfungsi dengan baik dan mulai komersial. Model agroindustri tersebut dilaksanakan atas kerjasama BB-Pascapanen dengan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Cianjur dan Koperasi Mutiara Baru Cianjur Selatan. Disamping itu, BBPascapanen telah menghasilkan teknologi purifikasi minyak kelapa murni serta pemanfaatan produk samping (minuman isotonik dan pakan ternak). Dampak dari kerjasama pengembangan teknologi minyak kelapa murni dapat meningkatnya pendapatan petani dengan terjadinya peningkatan harga buah kelapa di petani dari Rp 500,-/butir menjadi Rp 850,-/butir, dan meningkatnya pendapatan masyarakat terutama anggota Koperasi Mutiara Baru dari usaha pengolahan minyak kelapa murni.
62
Dalam rangka memenuhi permintaan masyarakat, pada tahun 2005 telah dilakukan alih teknologi pengolahan minyak kelapa murni kepada masyarakat bekerjasama dengan Majalah Pertanian Trubus melalui pelatihan teknologi pengolahan minyak kelapa murni. Pelatihan telah dilaksanakan sebanyak empat angkatan, dengan jumlah peserta 45 orang untuk setiap angkatan, yang berasal dari berbagai profesi dan daerah. Permintaan kerjasama untuk pengembangan teknologi minyak kelapa murni terus berdatangan diantaranya dari: Pemda Kabupaten Kupang-NTT, Pemda Kabupaten Banjar-Jawa Barat dan BPTP Maluku Utara. - Teknologi pengolahan biji mete dan produk hilir cairan kulit biji mete Pada tahun 2005 telah dilakukan uji produksi pengolahan biji mete dan CNSL kerjasama BB-Pascapanen dengan Kelompok Tani Mete Kabupaten Sampang, Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Sampang serta Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Timur. Kegiatan tersebut belum berjalan optimal, karena dana yang tersedia dalam DIPA Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Timur TA 2005 untuk pembangunan gedung pengolahan mete dan CNSL belum dapat direalisasikan. v. Penjaringan mitra Kerjasama dengan mitra baru telah mulai dilaksanakan dan telah ditandatangani Naskah
Kesepakatan
Kerjasama
yang
merupakan
kerjasama
multipartit dalam
Pengembangan Teknologi Penanganan dan Pengolahan Jeruk yang berlokasi di Kabupaten
Sambas Kalimantan
Barat.
Naskah Kesepakatan
Kerjasama
yang
ditandatangani pada tanggal 27 Juni 2005 oleh Sekretaris Badan Litbang Pertanian dan Bupati Sambas mencakup beberapa instansi pemerintah dan swasta yaitu BB-Pascapanen, BPTP Kalimantan Barat, Loka Penelitian Jeruk dan Hortikultura Subtropis Tlekung, Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Kalimantan Barat, Badan Koperasi-UKM, Kerjasama, Promosi dan Investasi (Badan KOMAPIN) Propinsi Kalimantan Barat dan PT Sinar Karya Prestasi. vi. Kerjasama Dengan Perguruan Tinggi, Lembaga Penelitian dan Internasional Kerjasama dengan perguruan tinggi, lembaga penelitian nasional dan rintisan kerjasama internasional telah dilaksanakan dengan beberapa instansi yaitu:
Kerjasama pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pascapanen, dengan Fakultas Teknologi Pertanian IPB. Naskah kesepakatan kerjasama telah
Laporan Tahunan BB-Pascapanen tahun 2005
63
ditandatangani pada tanggal 24 Maret 2005 di Kantor BB-Pascapanen. Bentuk konkrit kerjasama yang telah dilaksanakan bersama adalah penyelenggaraan Seminar Nasional Teknologi Inovatif Pascapanen Untuk Pengembangan Industri Berbasis Pertanian, pada tanggal 7-8 September di Bogor.
Kerjasama dengan International Rice Research Institute (IRRI) dengan topik penelitian Post Harvest System Development. Naskah Kesepakatan Kejasama berakhir bulan April 2005. Tujuan kerjasama adalah: (1) Melanjutkan survei pemasaran beras di Jakarta, Karawang dan Subang, (2) Melaksanakan penelitian verifikatif dan adaptif terhadap sistem penyimpanan hermetik (hermetic sealed storage) di tingkat penggilingan padi dan petani di wilayah Subang dan Karawang. Kegiatan penelitian didanai oleh IRRI.
Kerjasama dengan International Pepper Community (IPC) dalam kegiatan Pilot on-Farm Demonstration of Small-Scale Equipment for Improvement of Pepper Quality dalam usaha meningkatkan mutu lada di Kalimantan Timur. Kerjasama ini melibatkan pula BPTP Kalimantan Timur dan Dinas Perkebunan Kabupaten Kutai Kertanagara, Kaltim. Pendanaan untuk kegiatan ini sebagian besar berasal dari FAO yang dikelola oleh IPC. Penyertaan dana dari BB-Pascapanen adalah dalam penyediaan komponen generator listrik 10 Kwh dan dana untuk monitoring dan evaluasi. Pada tanggal 26 Juli 2005 telah dilakukan Pelatihan Perbaikan Pengolahan Lada. Pelatihan diikuti oleh 30 peserta anggota kelompok tani lada dan dilaksanakan di lokasi unit percontohan pengolahan lada di area Kantor Cabang Dinas Perkebunan Kecamatan Loa Janan, Kabupaten Sambas-Kutai Kertanagara, Kaltim. Sebagai tenaga pelatih adalah peneliti dan teknisi BB-Pascapanen dan BPTP Kaltim serta staf IPC. Acara dibuka oleh Kepala Dinas Perkebunan Kaltim dan ditutup oleh Kepala BPTP Kaltim.
-
Sebagai tindak lanjut dari kegiatan ini, pada tanggal 27 Juli 2005 telah disiapkan konsep Kerangka Acuan Pengembangan Model Pengolahan Lada Putih dan Lada Hitam Skala UKM. Konsep kerangka acuan dan naskah kesepakatan kerjasama telah disampaikan ke Dinas Perkebunan Kaltim dan telah diperbaiki oleh Disbun Kaltim untuk dipelajari kembali oleh BB-Pascapanen sebelum ditindaklanjuti dengan penandatanganan kesepakatan kerjasama.
64
IV. KELEMBAGAAN BB-PASCAPANEN A. Dukungan Kelembagaan Sesuai Keputusan Menteri Pertanian No. 632/Kpts/OT.140/12/2003 tanggal 30 Desember 2003, BB-Pascapanen mempunyai 3 Bagian/Bidang dan 7 Sub Bagian/Seksi serta kelompok Jabatan Fungsional. Kelompok fungsional yang mendukung kegiatan penelitian dan pengembangan di BB-Pascapanen terdiri dari 4 kelompok, yaitu Kelompok Peneliti (Kelti) Proses Kimia, Kelti Proses Fisika, Kelti Proses Biologi dan Kelti Pengelolaan Sistem Mutu.
Gambar 29. Struktur Organisasi BB-Pascapanen
Dengan adanya dinamika lingkungan strategis dan semakin besarnya tantangan pembangunan pertanian di masa datang, serta semakin besarnya harapan masyarakat terhadap hasil inovasi Badan Litbang Pertanian, maka diperlukan kelembagaan penelitian dan
pengembangan
pascapanen.
Semakin
luasnya
jangkauan
penelitian
dan
pengembangan, makin besar pula kebutuhan sumber daya, dana, sarana dan prasarana yang perlu dikembangkan. Oleh karena itu, BB-Pascapanen dalam kurun waktu tahun 2005-2009 akan meningkatkan sumber daya yang dimiliki untuk dapat menghasilkan teknologi yang bermutu guna memberi keuntungan dan manfaat bagi petani dan pelaku agribisnis.
Laporan Tahunan BB-Pascapanen tahun 2005
65
B. Perencanaan Kegiatan Manajemen Perencanaan Penelitian BB-Pascapanen TA 2005 merupakan salah satu Kegiatan Perencanaan dan Penyusunan Program Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian, yang disusun berdasarkan kebijakan Departemen Pertanian, Program Badan Litbang Pertanian, Renstra Badan Litbang Pertanian dan Renstra BB-Pascapanen. Pada TA 2005, pelaksanaan kegiatan Perencanaan dan Penyusunan Program Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian bertujuan untuk 1) mengevaluasi matrik dan proposal penelitian TA 2006, 2) menyusun rencana kegiatan penelitian dan anggaran dalam bentuk Rencana Kerja Anggaran Kementerian/Lembaga (RKAKL) dengan software RKAKL berdasarkan satuan 3, 3) mengkoordinasikan Penyusunan dan Evaluasi Renstra BB-Pascapanen TA 2005-2009, 4) penyusunan LAKIP dan Kinerja BBPascapanen TA 2005, 5) menyusun bahan Rapim BB-Pascapanen TA 2005, 6) melaksanakan validasi dan updating SIMPROG, SIMPEG, SAP, UAKPB, 7) penyusunan laporan keuangan Sistem Akuntasi Pemerintahan (SAP) TA 2005 dan laporan Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Barang (UAKPB) TA 2005, dan 8) memadukan kegiatan litkaji pascapanen antara BB-Pascapanen dan BPTP. C. Sumberdaya Manusia Untuk menjalankan tugas pokok dan fungsinya, BB-Pascapanen didukung oleh Sumber Daya Manusia (SDM) sebanyak 147 tenaga yang terdiri dari 68 orang tenaga peneliti; 22 orang tenaga teknisi dan 57 orang tenaga administrasi. Berdasarkan strata pendidikan terdiri atas 8 orang S3; 30 orang S2; 37 orang S1; 10 orang S0 dan 55 orang setingkat SLTA, 4 orang setingkat SLTP, 4 orang setingkat SD. Sebanyak 3 orang tenaga penelitinya masih menyelesaikan program S2 dan S3 di dalam dan di luar negeri. Status SDM Pascapanen pada tahun 2005 ditunjukkan pada Tabel 19. Tabel 23. Sumber Daya Manusia BB-Pascapanen per 31 Desember 2005 Pendidikan Tenaga Fungsional S3 S2 S1 S0 SLTA
Jumlah (Orang) 7 26 29 8 18
Usia s/d 50 tahun (Orang) 3 21 24 5 18
Usia 51 /d 60 tahun (Orang) 4 5 5 3 -
66
Tenaga Struktural S3 S2 S1 S0 SLTA SLTP SD
JUMLAH
1 4 6 2 38 4 4
1 3 4 2 38 4 4
1 2 -
147
127
20
SDM merupakan asset yang sangat berharga bagi suatu organisasi. Tujuan suatu organisasi tidak dapat tercapai tanpa memiliki SDM yang handal. Masalah yang dihadapi dalam pengembangan SDM adalah berkurangnya tenaga peneliti, teknisi, analis dan administrasi pada lima tahun mendatang karena banyak yang akan menjalani masa pensiun. Oleh karena itu, program rekruitmen serta rasionalisasi antara tenaga S3, S2, S1, teknisi dan administrasi akan menjadi perhatian BB-Pascapanen. Selain itu, BBPascapanen berupaya untuk dapat selalu meningkatkan kemampuan dan profesionalisme SDM yang dimilikinya. Upaya peningkatan kemampuan SDM dilakukan melalui training jangka pendek, training jangka panjang, tugas belajar, magang dan seminar. D. Fasilitas Penelitian BB-Pascapanen memiliki fasilitas laboratorium dan bangsal pengolahan yang cukup memadai di dua lokasi yaitu Bogor dan Karawang. Laboratorium BB-Pascapanen di Bogor merupakan laboratorium induk dengan akurasi tinggi yang memiliki kompetensi di bidang analisis kimiawi dan biologis serta memiliki kompetensi di bidang pengujian mutu dan keamanan pangan, pengolahan produk aneka minuman, candy dan baking. Laboratorium BB-Pascapanen Karawang memiliki kompetensi di bidang pengujian mutu fisik dan pengolahan aneka tepung. Sejalan dengan ditingkatkannya fasilitas laboratorium dan bangsal di Bogor mulai pertengahan tahun 2005, laboratorium di Jakarta telah dipindahkan ke Bogor. E. Sarana Pendukung Sarana pendukung yang dimiliki berupa 7 (tujuh) unit kendaraan bermotor roda empat dan 2 (dua) unit kendaraan bermotor roda dua seperti tercantum pada Tabel 24.
Laporan Tahunan BB-Pascapanen tahun 2005
67
Tabel 24. Sarana Pendukung Kegiatan Operasional BB-Pascapanen
1.
Minibus / Toyota Kijang
2002
Jumlah (unit) 1
2.
Minibus / Toyota Kijang
2003
1
Karawang
3.
Pick up / Toyota Kijang
2003
1
Bogor
4.
Jeep / CJ 7
1983
1
Bogor
5.
Jeep / Toyota Land Cruiser
1980
1
Bogor
6.
Minibus / Mitsubishi L300
1985
1
Bogor
7.
Minibus / Mitsubishi Kuda
2004
1
Bogor
8.
Sepeda Motor / Suzuki
2002
1
Bogor
9.
Sepeda Motor / Honda
2003
1
Karawang
No.
Jenis Kendaraan
Tahun
Lokasi Bogor
F. Pengembangan Sarana dan Prasarana Sarana dan prasarana yang dimiliki oleh BB-Pascapanen secara bertahap dilengkapi untuk mendukung kelancaran tugas yang dimandatkan ke BB-Pascapanen. Pada TA 2005 telah direalisasikan pembangunan gedung administrasi seluas 738,2 m 2 dan sarana lingkungan melalui anggaran dalam DIPA BB-Pascapanen. Melalui anggaran DIPA Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian teralokasi dana untuk pembangunan gedung Bidang Kerjasama dan Hasil Pertanian dan perpustakaan seluas 380,5 m2, bangsal seluas 240 m2, workshop seluas 125,24 m2 dan gudang seluas 36 m2. Buku/Jurnal ilmiah mengenai pascapanen yang tersedia masih sangat terbatas. Agar tidak tertinggal dalam mendapatkan informasi yang up-to-date mengenai ilmu pengetahuan baik yang secara langsung maupun tidak langsung terkait dengan program pascapanen,
maka
BB-Pascapanen
secara
terus
menerus
akan
melengkapi
perpustakaannya dengan buku/jurnal ilmiah. Diharapkan dengan adanya buku/jurnal ilmiah dapat memberi informasi bagi yang membutuhkan dan menambah referensi serta menimbulkan gagasan-gagasan baru bagi para peneliti untuk dapat menghasilkan inovasi teknologi pascapanen yang bermutu. Untuk mendukung kegiatan program penelitian masih sangat diperlukan tambahan peralatan laboratorium. Kegiatan analisis maupun proses penelitian memerlukan peralatan laboratorium yang dapat mendukung kecepatan dan ketepatan analisis sehingga akurasi hasil-hasil penelitian dan pengembangan pascapanen dapat dipertanggungjawabkan. Peralatan laboratorium yang dimiliki oleh BB-Pascapanen
68
banyak yang sudah tua dan rusak. Pada tahun 2005 telah dilaksanakan pengadaan peralatan (accessories) untuk melengkapi peralatan laboratorium (Tabel 20). Tabel 25. Peralatan (accessories) untuk Melengkapi Peralatan Laboratorium No 1 2 3 4 5 6 7 8
Jenis/ Uraian Visco Amylograph Pompa Freeze Dryer Queveat Recorder Shimidzu Timbangan Ohause 2 digit Carbohydrate Column - Water spherisorb - U Bondapak Tm NA2 Carbohydrate analysis D2 Lamp
Jumlah 1 set 1 set 1 set 1 set 1 buah 1 buah 1 buah 1 buah 1 buah 1 buah
Tabel 26. Peralatan Laboratorium yang Diperoleh Melalui Proyek PF3MI No 1 2 3 4 5 6 7 8
Jenis/ Uraian TLC Platecoater (hand operated) Vacum pump for over vacum Electroparesis High-Performance Vacum Drying Analytical Balance Laboratorium Shaker Detector GC-ECD
Jumlah 1 unit 2 unit 1 unit 1 unit 1 unit 2 unit 1 unit 1 unit
Untuk meningkatkan akurasi analisis dan mendapatkan kepercayaan serta pengakuan masyarakat luas, telah pula dimulai persiapan menuju akreditasi laboratorium pengujian. G. Pembiayaan Selama ini anggaran belanja pemerintah dikelompokkan atas anggaran belanja rutin dan anggaran belanja pembangunan. Pengelompokan dalam anggaran belanja rutin dan anggaran belanja pembangunan (unified budget) mulai diberlakukan pada tahun 2005. Pemisahan anggaran belanja rutin dan pembangunan yang terjadi pada sistem penganggaran pada tahun sebelumnya, semula bertujuan untuk memberikan penekanan pada arti pentingnya pembangunan, tetapi dalam pelaksanaan telah menimbulkan peluang terjadinya duplikasi, penumpukan dan penyimpangan anggaran. Sementara itu, penuangan rencana pembangunan dalam suatu dokumen perencanaan nasional lima tahun yang
Laporan Tahunan BB-Pascapanen tahun 2005
69
ditetapkan dengan undang-undang dirasakan tidak realistis dan semakin tidak sesuai dengan dinamika kebutuhan penyelenggaraan pemerintahan dalam era globalisasi. Perkembangan dinamis dalam penyelenggaraan pemerintahan memerlukan sistem perencanaan fiskal yang terjadi dari sistem penyusunan anggaran tahunan yang dilaksanakan sesuai dengan Kerangka Pengeluaran Jangka Menengah (medium term expenditure framework) sebagaimana dilaksanakan di kebanyakan negara maju. DPR bersama Pemerintah telah melahirkan tiga Undang-undang di bidang Keuangan Negara, yakni Undang-undang No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Undang-undang No.1 tentang Perbendaharaan Negara serta Undang-undang No. 15 tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan Tanggungjawab Keuangan Negara. Undang-undang tersebut sesungguhnya merupakan sejarah baru dalam kehidupan kenegaraan Republik Indonesia dan diharapkan dapat memenuhi kebutuhan pengelolaan keuangan negara sesuai dengan tuntutan perkembangan demokrasi, ekonomi dan teknologi. Pemberlakuan Keppres No. 80 tahun 2003 tentang pengelolaan anggaran belanja Negara berbasis kinerja memerlukan sistem manajemen pengelolaan yang sangat ketat. Sejalan dengan upaya untuk menerapkan secara penuh anggaran berbasis kinerja di sektor publik, perlu pula dilakukan perubahan klasifikasi anggaran agar sesuai dengan klasifikasi yang digunakan secara internasional. Perubahan dalam pengelompokan transaksi pemerintah tersebut dimaksudkan untuk memudahkan pelaksanaan anggaran berbasis kinerja, memberikan gambaran yang obyektif dan proporsional mengenai kegiatan pemerintah, menjaga konsistensi dengan standar akuntansi sektor publik serta memudahkan penyajian dan peningkatan kredibilitas statistik keuangan pemerintah. Keluaran akhir program adalah terselenggaranya pengelolaan administrasi keuangan berbasis kinerja dan penguatan kelembagaan (sarana dan prasarana) yang mapan serta sumber daya yang kuat dan handal. Keluaran yang rinci dari program ini adalah : a. Laporan keuangan pemerintah yang dihasilkan melalui proses akuntansi yang terdiri dari : - Laporan Realisasi Anggaran (LRA) - Neraca - Laporan Arus Kas, disertai catatan atas laporan keuangan. b. Laporan keuangan pemerintah merupakan informasi yang memenuhi prinsip transparansi dan akuntabilitas, sehingga perlu diselenggarakan :
70
- Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat (SAPP) - Sistem Akuntansi Pusat (SAP) dan - Sistem Akuntansi Instansi (SAI) Dana yang diperlukan BB-Pascapanen untuk melaksanakan tupoksinya berasal dari APBN, Loan dan kerjasama dengan instansi pemerintah dan swasta. Biaya kegiatan penelitian dan non penelitian TA 2005 disajikan pada Tabel 27. Pembiayaan kegiatan BBPascapanen untuk melaksanakan tupoksinya pada tahun 2005 berasal dari DIPA BBPascapanen, dan dana loan sebagai pendamping dana rupiah yang diperoleh dari The Participatory Development of Agricultural Technology Project / PAATP. Tabel 27. Alokasi dana penelitian dan non penelitian pada BB-Pascapanen TA 2005 Alokasi dana A. DIPA BB-Pascapanen 1. Dana kegiatan Penelitian dan Pengembangan Pascapanen : 1. Pengembangan Teknologi Pengolahan Jeruk 2. Penelitian dan Pengembangan Teknologi Pengolahan Jagung Terpadu 3. Pengembangan Teknologi Penanganan dan Pengolahan Cabai dan Tomat 4. Pengembangan Teknologi Pengolahan Minyak Kelapa Murni dan Produk Turunannya 5. Penelitian dan Pengembangan Teknologi Sagu sebagai Pangan Pokok di Kawasan Timur Indonesia 6. Penelitian Kehilangan Hasil Pascapanen Padi dan Penerapan Good Manufacture Practice 7. Identifikasi Kontaminan dan Perbaikan Mutu Produk Sayuran 8. Penerapan Perbaikan Mutu dan Keamanan Pangan Susu di Tingkat Peternak dan Koperasi Susu 9. Teknologi Pemanfaatan Tanaman untuk Bahan Baku Industri Biofarmaka 10. Pengembangan Teknologi Pengolahan Mete Terpadu 11. Penelitian dan Pengembangan Produk Hilir Pati Kasava 2. Dana kegiatan non penelitian a. Penyusunan Program dan Rencana Kerja/Teknis Perencanaan dan Penyusunan Program Penelitian Pemberdayaan SIM dan UAI Pengembangan Mutu SDM Pengembangan Laboratorium b. Penyuluhan dan Penyebaran Informasi Pemantauan dan pembinaan kegiatan Kerjasama Diseminasi Ekspose c. Pembinaan Koordinasi dan Penyusunan Kebijakan dan Program Pembangunan Pertanian Koordinasi Kegiatan Litbang Pascapanen Penyusunan Kebijakan Pengembangan Teknologi mendukung kegiatan Primatani d. Pengadaan Sarana (Gedung dan Belanja Modal) e. Administrasi umum (Gaji PNS, LTGA, Perawatan) Jumlah
Anggaran (Rp.)
Realisasi (Rp.)
%
270.026.000 160.000.000
269.791.450 157.939.233
99,91 98,71
154.300.000
152.375.029
98,75
185.000.000
182.592.202
98,69
176.504.000
175.017.451
99,15
177.300.000
174.986.960
98,69
161.000.000
159.159.799
98,85
128.638.000
127.516.941
99,12
111.100.000
108.931.552
98,04
155.500.000 145.500.000
153.968.441 143.457.445
99,01 98,59
180.520.000 55.000.000 62.500.000 60.000.000
179.281.062 53.990.292 62.272.421 59.228.556
99,31 98,16 99,63 98,71
363.576.000 284.000.000 185.200.000
365.155.520 274.079.797 181.729.660
97,95 96,50 98,12
100.000.000 200.000.000
97.880.500 199.962.820
97,88 99,98
2.165.405.000 2.349.782.000
2.104.641.000 3.546.611.018
97,19 150,93
7.974.301.000
8.921.569.119
111,87
Keterangan : Anggaran minus Rp 947.268.119,- adalah selisih kurang terhadap Pagu belanja pegawai (untuk pengeluaran gaji). Hal ini sudah diprediksi sejak awal bahwa dalam Pagu satuan 3 yang ditetapkan memang belum dapat memenuhi pengeluaran gaji PNS pada BB-Pascapanen dalam Tahunan.
Laporan Tahunan BB-Pascapanen tahun 2005
71
V. PERMASALAHAN DALAM PELAKSANAAN KEGIATAN Selama melakukan kegiatan, ada beberapa kendala baik teknis maupun non teknis. Permasalahan yang muncul antara lain: masih terbatasnya ketersediaan peralatan penelitian di lapangan dalam menunjang penelitian, selain itu khusus pengolahan mi sagu terdapat kendala dalam implementasi teknologi di lapangan terutama permasalahan permodalan di tingkat pengrajin. Namun demikian secara teknis, bahwa teknologi pembuatan mi sagu dapat diadopsi pada skala industri kecil untuk mi basah dan industri menengah untuk mi kering. Permasalahan pada penelitian produk gula cair dari pati kasava adalah model agroindustrinya belum terbentuk, termasuk bentuk kerjasama dengan pengusaha. Kegiatan kerjasama pengolahan jeruk di Kalimantan Barat (Sambas), sampai saat ini sudah berjalan dengan baik, namun masih terdapat kendala yaitu peralatan pengolahan yang sudah sampai di lokasi penelitian (Pontianak) tetapi karena bangunan untuk penempatan alat tersebut belum selesai, yang merupakan tanggungjawab mitra kerjasama. Akibatnya, uji produksi belum dapat dilakukan pada tahun 2005. Pada kegiatan penelitian penanganan susu di tingkat peternak dan Koperasi Sarwamukti (Lembang-Bandung), kendalanya adalah kesulitan mendapatkan air di lokasi peternak sapi. Akibatnya, model belum dapat berjalan dengan baik karena kebersihan kandang sapi kurang mendukung untuk diterapkannya SOP. Untuk mengatasi hal tersebut peneliti BB-Pascapanen telah mendapatkan teknologi sederhana berupa alat untuk memerah susu sapi. Alat tersebut sudah diuji coba di beberapa peternak sapi yang berlokasi di Bogor, namun masih perlu penyempurnaan. Pada kerjasama pengembangan model teknologi pengolahan mete terpadu berlokasi di Desa Banyu Sokah, Kabupaten Sampang yang dilaksanakan BB-Pascapanen dengan Dinas Perkebunan Kabupaten Sampang dan Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Timur, kendalanya : Unit produksi yang diadakan oleh Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Timur sudah ditempatkan di Dinas Perkebunan Sampang dan Ketua Kelompok Tani Banyu Sokah, sedianya alat tersebut akan ditempatkan pada satu lokasi pengolahan di Ketapang Laok. Sampai akhir tahun 2005, bangunan gedung tempat pengolahan mete belum dapat direalisasikan oleh Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Timur. Akibatnya, uji produksi belum dapat dilaksanakan secara maksimal. Uji produksi pengupasan gelondong mete dan pengolahan CNSL sudah dilakukan beberapa kali oleh Dinas Hutbun
72
Kabupaten Sampang dan Ketua Kelompok Tani Banyu Sokah di Kantor Dinas Hutbun Kab. Sampang. Secara umum permasalahan yang selalu ada dalam kegiatan penelitian adalah kurang terkoordinasinya penggunaan laboratorium, ada beberapa peralatan laboratorium yang
rusak,
sehingga
mengganggu
kinerja
kegiatan
penelitian,
SDM
tenaga
laboratorium/bangsal masih terbatas. Permasalahan yang dihadapi dalam pengembangan teknologi berbasis kemitraan antara lain: kesiapan teknologi yang akan dikerjasamakan, perlu dievaluasi lebih serius, penempatan teknologi yang belum dilakukan melalui pengkajian yang lebih cermat sesuai kebutuhan daerah mitra (kajian lokasi dan mitra), partisipasi mitra/ dinas terkait perlu dicermati, SDM untuk supervisi teknologi masih sangat terbatas. Untuk kegiatan Pendayagunaan Hasil Penelitian (PHP), kendala yang biasa terjadi bahwa ketersediaan naskah hasil penelitian yang terbatas sehingga penerbitan jurnal yang tidak tepat sesuai rencana, pameran yang direkomendasikan Badan Litbang Pertanian, kadang-kadang tidak jelas temanya, sehingga target group pameran tidak jelas. Dalam pengembangan SDM, masalahnya adalah berkurangnya tenaga peneliti, teknisi, analis dan administrasi pada lima tahun mendatang, karena banyak tenaga peneliti/teknisi yang memasuki usia pensiun.
Laporan Tahunan BB-Pascapanen tahun 2005
73
VI. PENUTUP Perubahan lingkungan strategis yang terjadi di tingkat nasional terutama kebijakan pembangunan pertanian mewarnai arah dan program penelitian di BB-Pascapanen. Seiring dengan perubahan tersebut, BB-Pascapanen diharapkan dapat memberi kontribusi yang besar dalam melahirkan inovasi teknologi pascapanen yang dapat diimplementasikan oleh petani maupun pelaku agribisnis, sehingga dapat meningkatkan nilai tambah hasil pertanian dan daya saing baik di pasar domestik maupun internasional. Pada periode 2005, BB-Pascapanen telah memberikan konstribusi dalam pembangunan pertanian terutama dalam mendukung pembangunan agroindustri perdesaan.
Dua produk hasil inovasi
teknologi BB-Pascapanen yang diimplementasikan dalam model agroindustri di lapangan yaitu Minyak Kelapa Murni atau Virgin Coconut Oil (VCO) merk Laurica dan produk puree buah merk Puresso, telah dilaunching oleh Menteri Pertanian pada acara pembukaan Agro and Food Expo tanggal 19 Mei 2005. Produk tersebut memperoleh respon positif dari pasar terutama untuk produk VCO sehingga banyak permintaan kerjasama dari Pemda, LSM, swasta maupun koperasi untuk implementasi di lapangan. Kegiatan penelitian dan pengembangan di bidang pascapanen pada tahun mendatang akan menekankan pada peningkatan nilai tambah dan daya saing produk pertanian melalui inovasi teknologi pengolahan dan pengembangan produk. Di samping itu, akan dilakukan penyempurnaan model agroindustri skala UKM dari teknologi yang telah dikembangkan pada periode sebelumnya seperti pengolahan mete terpadu, minyak kelapa murni dan pasta cabe. Teknologi proses tersebut diarahkan untuk menumbuhkan agroindustri skala UKM yang melibatkan peran serta petani yang produknya dapat dipasarkan langsung atau untuk memasok agroindustri yang lebih besar. Dalam mendukung ketahanan pangan, akan dilakukan langkah strategis penggalian dan pengembangan pangan tradisional menjadi sumber karbohidrat yang memenuhi syarat keamanan pangan dalam tampilan yang atraktif. Untuk meningkatkan daya saing produk pertanian dalam perdagangan global akan dilakukan perbaikan dan penerapan manajemen mutu pada pengolahan susu dan menciptakan teknologi penanganan untuk produk sayuran dan olahan berdasarkan sistem HACCP. Data base status mutu juga disiapkan sebagai data rujukan untuk penyusunan standardisasi mutu, harmonisasi persyaratan perdagangan global, dan pengembangan sistem mutu produk
74
pertanian. Program ini juga diarahkan untuk mengatasi masalah-masalah kontaminan pada produk ekspor pertanian. Kerjasama kemitraan yang melibatkan pengusaha, petani dan Pemda dalam rangka pemanfaatan teknologi yang telah dihasilkan akan lebih ditingkatkan untuk mengurangi kendala modal dalam adopsi teknologi. Perlindungan terhadap temuan teknologi terutama teknologi tinggi akan terus ditingkatkan melalui peningkatan perolehan HaKI sebagai tuntutan global dan peningkatan positioning sebagai institusi penelitian. Analisis kebijakan terhadap penekanan TPC pada susu di tingkat peternak dan koperasi dengan penerapan SOP dan penggunaan alat pemerah masih harus disosialisasikan di lapangan, demikian juga teknik penekanan kontaminan terhadap buah dan sayuran. Untuk kegiatan yang bersifat kemitraan seperti pengolahan mete, minyak kelapa murni, pengolahan pasta tomat, di tahun mendatang masih harus dipantau perkembangannya, baik dari segi aspek teknologinya maupun manajemennya demi keberhasilan kegiatan tersebut di lapangan.
Laporan Tahunan BB-Pascapanen tahun 2005
75
DAFTAR PUSTAKA Hernani, dkk. 2005. Laporan Penelitian dan Pengembangan Teknologi Pemanfaatan Tanaman Obat untuk Bahan Baku Industri Biofarmaka. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian, Departemen Pertanian. Muhadjir, I., dkk. 2005. Laporan Pengembangan Teknologi Pengolahan Cabai dan Pasta Tomat. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian, Departemen Pertanian. Mulyono, E., dkk. 2005. Laporan Penelitian Agroindustri Pengolahan Mete Terpadu. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian, Departemen Pertanian. Munarso, J.S., dkk. 2005. Laporan Penelitian Identifikasi Kontaminan dan Perbaikan Mutu Produk Sayuran. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian, Departemen Pertanian. Nugraha, S., dkk. 2005. Laporan Penelitian Keragaan Kehilangan Hasil Pascapanen Padi dan Penerapan Good Manufacture Practice (GMP). Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian, Departemen Pertanian. Prabawati, S., dkk. 2005. Laporan Diseminasi dan Pendayagunaan Hasil Penelitian Pascapanen Pertanian. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian, Departemen Pertanian. Purwani, E.Y.,dkk. 2005. Laporan Penelitian dan Pengembangan Teknologi Pengolahan Mi Sagu. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian, Departemen Pertanian. Rachmat, R., dkk. 2005. Laporan Penelitian Teknologi Pengeringan Sayuran dengan Far Infra Red (FIR) Generasi II. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian, Departemen Pertanian. Renstra Badan Litbang Pertanian 2005 – 2009. Departemen Pertanian. Renstra Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian 2005 – 2009. Departemen Pertanian. Richana, N., dkk. 2005. Laporan Penelitian dan Pengembangan Produk Gula Cair dari Pati Kasava. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian, Departemen Pertanian. Santosa, B.A.S., dkk. 2005. Laporan Penelitian dan Pengembangan Teknologi Pengolahan Jagung Terpadu. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian, Departemen Pertanian.
76
Setyadjit, dkk. 2005. Laporan Penelitian dan Pengembangan Teknologi Penanganan dan Pengolahan Jeruk. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian, Departemen Pertanian. Sumangat, D., dkk. 2005. Laporan Pemantauan dan Pembinaan Kerjasama Penelitian. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian, Departemen Pertanian. Sunarlim, R., dkk. 2005. Laporan Penelitian Perbaikan Mutu dan Keamanan Pangan Susu di Tingkat Peternak dan Koperasi Susu. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian, Departemen Pertanian. Syah, A.N.A., dkk. 2005. Laporan Pengembangan Teknologi Pengolahan Minyak Kelapa Murni. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian, Departemen Pertanian.
Laporan Tahunan BB-Pascapanen tahun 2005
77