LAPORAN TAHUNAN 2010
BALAI BESAR PENELITIAN VETERINER Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian BOGOR – INDONESIA
BALAI BESAR PENELITIAN VETERINER BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN
LAPORAN TAHUNAN 2010
Editor SARWITRI ENDAH ESTUNINGSIH, YULVIAN SANI dan HARDIMAN BBALITVET, BOGOR
Redaksi Pelaksana: Eka Priatna Linawati
BALAI BESAR PENELITIAN VETERINER Jalan R.E. Martadinata 30, PO. Box 151 BOGOR 16114, INDONESIA
Telepon Fax E-mail Website
: : : :
(0251) 8331048; 8334456 (0251) 8336425
[email protected] www.bbalitvet.org www.bbalitvet.litbang.deptan.go.id
DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR ……………………………………………………………..………… KEPEGAWAIAN BBALITVET ………………………………………………………..…… LAPORAN KEPALA BALAI …………………………………………………………..…… KELEMBAGAAN ……………………………………………………………….................... BAGIAN TATA USAHA …………………………………………………………….…..….. BIDANG KERJASAMA DAN PENDAYAGUNAAN HASIL PENELITIAN ………….…. BIDANG PROGRAM DAN EVALUASI ……………………………………………….…... KELOMPOK PENELITI ………………………………………………………………….…. Kelti Bakteriologi …………………………………………………………………….…. Kelti Virologi …………………………………………………………………………… Kelti Patologi …………………………………………………………………………… Kelti Parasitologi ……………………………………………………………………….. Kelti Toksikologi dan Mikologi ………………………………………………………... UNIT PELAYANAN MASYARAKAT …………………………………………….…….…. Unit Pelayanan Diagnostik …………………………………………………….……….. Unit Bbalitvet Culture Collection (BCC) ……………………………………….……… LAPORAN PENELITIAN ………………………………………………………….…….….. PENELITIAN APBN ……………………………………………………………….………... A. Konservasi dan Karakterisasi 100 isolat Mikroba Koleksi Bbalitvet ……….……… A1. Konservasi dan karakterisasi 100 isolat lokal mikroba veteriner yang berpotensi sebagai kandidat vaksin, bahan diagnostik dan probiotik .……… A. Teknologi Veteriner Mendukung Program PSDS dengan Menekan Tingkat Kematian < 5% …………………………………………………………………….. A1. Penanganan kematian pedet dengan pemberian susu formula yang mengandung imunoglobulin dan penanganan gangguan reproduksi pada sapi potong …….. B. Pengembangan Teknologi Vaksin untuk Pengendalian Penyakit Reproduksi IBR Pada Ternak Sapi ………………………………………………………….…….….. B1. Teknologi vaksin IBR inaktif menggunakan isolat lokal yang efektif (memberikan perlindungan 95%) dan ekonomis ………………………..……. C. Pemetaan Genetik Virus AI pada Unggas serta Pengembangan Master Seed Vaksin Isolat Lokal terbaru ………………………………………………………………... C1. Analisis genetik virus AI isolat tahun 2010 pada unggas ………….…………. C2. Efikasi master seed vaksin isolat lokal terbaru (isolasi tahun 2008) ….……… D. Pengembangan Teknik Deteksi Residu Antibiotik dan Mikotoksin pada Daging dan Susu dengan LCMS ………………………………………………………………... D1. Teknik deteksi residu chloramphenicol menggunakan liquid chromatography mass spectrophotometer (LCMS) pada daging dan susu sapi (lokal dan impor) dengan limit deteksi 0,3 ppb di Propinsi DKI dan Jawa Barat ………………..
1 2 6 7 15 19 36 39 39 39 40 41 41 43 43 47 49 49 49 49 49 49 50 50 52 52 53 54
55
E. Pendeteksian Dini Virus Flu Babi dalam rangka Antisipasi Letupan Penyakit di Propinsi DKI dan Banten …………………………………………………………….. E1. Penelitian epidemiologi virus flu babi di sentra peternakan babi dalam rangka antisipasi letupan penyakit …………………………………………….………. F. Pemetaan Genetik Agen Penyakit Brucellosis pada Ternak Sapi sebagai dasar Penetapan Strategi Pengendalian Penyakit ………………………………………….. F1. Pengembangan teknik PCR untuk deteksi agen penyebab Brucellosis pada ternak sapi ……………………………………………………………………… G. Pemetaan Genetik Virus Rabies pada Anjing dan Hewan Reservoir sebagai dasar Penetapan Pengendalian Penyakit …………………………………………………… G1. Pemetaan genetik virus Rabies pada anjing, kucing dan kera sebagai dasar penetapan pengendalian penyakit ………………………………………………. H. Pengembangan Teknik Diagnosa Penyakit Gumboro pada Ayam dengan Teknik Immunohistokimia …………………………………………………….….… H1. Pengembangan teknik Immunohistokimia untuk penyakit Gumboro pada ayam pedaging …………………………………………………………………. PENELITIAN INSENTIF RISTEK …………………………………………………………. A. Prototipe Perangkat Uji Diagnostik Cepat (Imunostik) Toxoplasmosis (<2jam) dan lebih murah (50%) ……………………………………………………………… B. Produksi Pereaksi Imunokimia untuk Pengembangan Teknik ELISA Okratoksin A (OTA)(yang lebih murah 50% dari kit impor) dalam rangka Monitoring Keamanan pakan Ternak ……………………………………………………………. C. Pengembangan Metoda Deteksi Dini Kebuntingan (hari ke-20) pada Sapi dengan Teknik ELISA ……………………………………………………………… D. Pengembangan Metode Indirect Double Sandwich ELISA untuk Deteksi E. coli O157H7 yang cepat (5jam), Sensitif dan Spesifik pada Bahan Pangan Asal Ternak dan Olahannya (Teknik ELISA yang Sensitive (<105 sel/ml) dan Spesifik (>95%) untuk deteksi E. coli O157H7 pada Bahan Pangan asal Ternak dan Olahannya) ……………………………………………………….….... E. Vaksin Anthrak Inaktif yang Diberikan Secara Aerosol, Lebih Murah (50%) dan Memberikan Proteksi >80% …………………………………………….……. F. Pengembangan Teknik Imunodiagnosis (ELISA antige, ELISA antibody dan Imunohistokimia untuk Diagnosis Flu Burung (H5N1) yang Kwalitasnya Minimal Sama dengan Kit Komersial Impor tetapi dengan harga yang Lebih Murah (50%) ………………………………………………………….……. G. Efektifitas Daun Gamal (Gliricidia sepium) sebagai Obat Penyakit Scabies pada Kambing dengan Tingkat Kesembuhan >95% …………………………………… PUBLIKASI DAN SEMINAR ………….…………………………………………..………
55 55 56 56 57 57 58 58 59 59
60 61
62 63
64 65 66
KATA PENGANTAR Laporan Tahunan ini merupakan laporan tertulis yang diterbitkan oleh Balai Besar Penelitian Veteriner berisi kegiatan yang telah dilaksanakan selama tahun 2010. Laporan Tahunan ini menginformasikan berbagai aspek seperti organisasi, personil, kegiatan, pelaksanaan, kemajuan, kendala sampai hasil yang telah dicapai dari setiap kegiatan. Laporan Tahunan terdiri dari beberapa Bab, yaitu Laporan Kepala Balai, Kelembagaan, Bagian Tata Usaha, Kerjasama dan Pendayagunaan Hasil Penelitian, Program dan
Evaluasi, Unit Pelayanan Masyarakat, Kelompok Peneliti, Laporan Penelitian, Seminar/ Workshop, serta Publikasi. Ucapan terima kasih disampaikan kepada semua pihak yang telah menyumbangkan data dan laporannya sehingga Laporan Tahunan 2010 ini dapat diterbitkan. Saran dan kritik untuk perbaikan Laporan Tahunan ini sangat diharapkan.
Editor
1
KEPEGAWAIAN BBALITVET Kepala Balai Besar : Dr. drh. Hardiman, MM KELOMPOK PENELITI BAKTERIOLOGI Peneliti Drh. Adin Priadi - Ketua Kelti Prof. Dr. drh. Soeripto, MVSc. APU Dra. Masniari Poeloengan, MS. Dr. drh. Anni Kusumaningsih, MSc. Drh. Lily Natalia, MS. Drh. Susan Maphilindawati Noor, MSc. Drh. Siti Chotiah Drh. Andriani, MSi Drh. Kusmiyati Drh. Rahmat Setya Adji, MSi Drh. Tatty Aryanti, MP. Drh. Susanti Drh. Faidah Rahmawati Teknisi Djaenuri – Pj. Laboratorium Iskandar Jaenal Islam Abdurachman Agus Efendi Agus Wahyudin Maryadi M. Ramdhany Djoepri M. Syafarudin Nurdin Rina Dewiyanti Sri Mulyati Supartono Suryono Sumirah, A.Md. Tatang Tarmidi, SSi Andi Mulyadi, A.Md.
2
Tenaga Penunjang Drajat Suhanda Suhaemi Sawal KELOMPOK PENELITI PARASITOLOGI Peneliti Drh. Sarwitri E. Estuningsih, MSc - Ketua Kelti Drh. Tolibin Iskandar, MS. April Hari Wardhana, SKH, MSi Drh. Didik Tulus Subekti, MKes. Drh. Dyah Haryuningtyas, MSi Teknisi Festa Politedy – Pj. Laboratorium Zaenal Kosasih Mukhamad Dahlan Soedrajat Suharyanta Aos Koswadi Edi Satria Eko Setyo Purwanto Farlin Nefho Tenaga Penunjang Ismail Ali Sukatma Yayan Daryani
KELOMPOK PENELITI VIROLOGI Peneliti Dr. drh. Sudarisman, MS. – Ketua Kelti Dr. drh. R.M. Abdul Adjid Drh. Indrawati Sendow, MSc. Drh. Tatty Syafriati, MSc. Dr. Muharam Saepulloh, SSi., MSc. Dr. drh. N.L.P. Indi Dharmayanti, MSi. Risa Indriani, SSi. Drh. Moh. Indro Cahyono Drh. Dyah Ayu Hewajuli Drh. Risza Hartawan Drh. Harimurti Nuradji Drh. Atik Ratnawati
Teknisi Yudi Mulyadi, SSi – Pj. Laboratorium Mohamad Muntiha Mohamad Soleh Murniati Opi Sajeli Yulhamudin Gita Sekarmila Tenaga Penunjang Ismet Ahmad Ahpas
Teknisi Kusmaedi – Pj. Laboratorium Hanipah Ariyani Heri Hoerudin Nana Suryana, SE Pudji Kurniadhi Zulkifli Abdul Muhtadir Ace Endang Supriatna Masitoh Teguh Suyatno, A.Md. Any Purwani Agus Winarsongko
KELOMPOK PENELITI TOKSIKOLOGI
Tenaga Penunjang Apipudin Saefudin bin Uki Yoyoh Mulyanah Mansur
Teknisi Rachmat Firmansyah, SSi.– Pj. Laboratorium Edi Supriadi Heny Yusrini, STP Mihardja Sri Yuliastuti Yessy Anastasia, A.Md. Wawan Sugiawan TB Sastrawihana Ermayati, SP
KELOMPOK PENELITI PATOLOGI Peneliti Dr. drh. Yulvian Sani - Ketua Kelti Drh. Rini Damayanti, MSc. Dr. drh. Ening Wiedosari, MSc. Dr. drs. Simson Tarigan, MSc. Drh. Sutiastuti Wahyuwardani, MSi Drh. Sumarningsih
Peneliti Dr. Raphaella Widiastuti, BSc – Ketua Kelti Dr. dra. Tri Budhi Murdiati, MSc. Drh. Darmono, MSc., APU Drh. Indraningsih, MS. Drh. Djaenudin Gholib Dr. drh. Riza Zainuddin Ahmad, MSi. Dr. dra. Romsyah Maryam, M.Med.Sc Sri Rachmawati, BSc., MSc. Yuningsih, BSc. Eni Kusumaningtyas, SSi., MSc.
3
Tenaga Penunjang Dalilah Suherman Usman bin Ahari
BAGIAN TATA USAHA Kepala Bagian : Dr. drh. Suhardono, MVSc Ka Subbagian Kepegawaian dan Rumah Tangga : Yati Nuryati, SE Urusan Kepegawaian : Anas Yusuf, SE - Fungsional : Kustini - Simpeg dan Administrasi Pegawai : Sofian Suhendar Penunjang : Yayan Suryana Sofian Sauri Hamdan
- Kebun & Kandang Cimanglid : Jayadi Penunjang : Adang Hamzah Hasim Ica Iing M. Achyan Maman Mail Purkon Rosid Udin Tajudin Solihin Aman Muhamad Juhari - Benglat Penunjang
Urusan Rumah Tangga : Subiyakto - Kesekretariatan : Elfrida H. Malau, BSc Penunjang : Lilis Srihartaty Mulyadi - Halaman & Hewan Percobaan : Zainal Kosasih Penunjang : Amir Zaenal Abidin Itoh Ali Hamidi Muhamad Rofik Sukarja Usman Ahmad Iwan Suganda Ahmad Nurmali Tabroni Hoerudin Sugandi Jaelani Kosasih Muhammad Soleh
4
: Suparyono : Abdulloh Jejen Jaelani Basuni Mad Yunus M. Sanusi Mulyadi Odang Sukarna Sudirdja Wawan Gunawan Yusup Supriana
- Pool Kendaraan : Edi Komarudin Penunjang : Awaludin Hidayat Entan Sunardi Lukman Hakim M. Ridwan Saputra Moh. Rachman Rahmat Saepudin Ahmad Sidik Tedi Suwarna - Satpam Penunjang
: M. Abbas : Andriayanto Dahyar S. Dede Suparman
-Arsip
- Gaji Penunjang
Dian Syarifudin Engkus Kusnaedi Mustar Kardi Kurnaen M. Rukma Ahmad Udin Nurdin Achmad Ishak Sepriatman Kuswara Dipradja : Ujang Jarkasih Robinson Napitupulu Neneng Suprapti Udin Ahmad : Iyus Sutarjana : Saepudin
Penunjang
: Mohamad Djuanda Agus Sugiman - Administrasi Barang : Gusharkat Purwadi BIDANG PROGRAM DAN EVALUASI - Kepala Bidang : Dr. drh. Sri Muharsini - Kepala Seksi Program : Drh. Hermawan WP - Pj. Kepala Seksi Evaluasi : Dr. Muharam S. SSi. MSc Penunjang : Eka Priatna, SE Linawati BIDANG KERJASAMA DAN PENDAYAGUNAAN HASIL PENELITIAN - Kepala Bidang
Sub Bagian Keuangan dan Perlengkapan : Mamak Abdul Malik, SE - PPK
: Mamak Abdul Malik, SE
: Dr. drh. Eny Martindah, MSc.
- Kepala Seksi Kerjasama : Dr. dra. Romsyah Maryam. MMed, Sci.
- Urusan Keuangan: Cecep Wahyu Penunjang - Bendahara Pengeluaran Penunjang
- Bendahara Penerimaan Penunjang
: Drs. Subiyanto : Deddy Rochayati Ujang Kosasih Saji
: Ahmad Itjab : Mimin Mindawati, SE Budi Laksono TB. Sastrawihana Ahmad Sukanta Wahyudin
- Urusan Perlengkapan dan Inventaris : Suryadi - Gudang : Agus Sumantri
: Zainal Ridwan
- Kepala Seksi Pendayagunaan Hasil Penelitian: Baharuddin Pasaribu, BCek. MA Penunjang : Tiolina Sitompul, MA. Gerhat, SSi Opan Sopandi Kusnadi Pengembangan Sistim Informasi
: Ir. Gunawan Ramli
Perpustakaan : Zakiah Muhajan, SS, M,Hum. Penunjang : Sri Purwati, AMd Yulia Rukminingsih, Amd. Uka Kahfiana AMd Siti Kuraesin, AMd Erik Kurniawan 5
LAPORAN KEPALA BALAI
Balai Besar Penelitian Veteriner (Bbalitvet) sebagai institusi pemerintah dan lembaga penelitian di bidang veteriner dituntut untuk menghasilkan inovasi teknologi veteriner yang berdaya guna dan berhasil guna dalam mendukung peningkatan status kesehatan hewan dan kesehatan masyarakat veteriner di Indonesia. Hal yang masih menjadi tantangan bagi Bbalitvet adalah penyakit AI secara menyeluruh untuk mendukung penanggulangan penyakit ini melalui penelitian. Selain itu juga Bbalitvet terus melakukan penelitian penyakit zoonosis penting seperti penyakit Rabies, Flu babi , Brucellosis dan keamanan pangan, seperti deteksi cepat residu khloramphenicol pada daging dan susu sapi. Selain itu, juga dilakukan penelitian aplikasi teknik diagnosis dan pengujian veteriner untuk penyakit hewan dan penanganan kematian pedet dan penanganan gangguan reproduksi pada sapi potong untuk mendukung program PSDS. Kendala utama dalam melakukan penelitian penyakit zoonosis terutama AI sudah dapat ditanggulangi, karena Bbalitvet sudah dilengkapi dengan sarana Laboratorium Biosafety Level 3 (BSL3) lengkap dengan kandang percobaan BSL3 (chicken isolator) yang mempunyai tingkat keamanan tinggi. Selain itu, sistim keamanan (security) di Bbalitvet telah berjalan dengan baik sebagai hasil kerjasama dengan Sandia National Laboratory (SNL) di bawah Biosecurity Engagement Program (BEP), US Department of State. Kerjasama Bbalitvet dengan BEP masih terus ditingkatkan dalam 6
rangka capacity building, termasuk trainingtraining di bidang biosafety dan pemeliharaan laboratorium BSL3 yang diselenggarakan di dalam dan di luar negeri. Dalam bidang manajemen Bbalitvet telah mendapatkan ISO 9001-2008 sejak 27 Desember 2010 dengan No. QMS/289. Dengan demikian, sejak saat itu Bbalitvet menerapkan manajemen sesuai standar tersebut. Pada tahun 2010, Bbalitvet melaksanakan penelitian dengan anggaran DIPA sebanyak 9 judul RPTP terdiri dari 10 kegiatan. Selain anggaran DIPA, tahun 2010 Bbalitvet mendapat bantuan dana dari Kementerian Riset dan Teknologi (RISTEK) untuk melaksanakan 7 kegiatan penelitian. Selain itu, Bbalitvet juga melaksanakan kerja sama penelitian dalam negeri (pemerintah dan swasta) maupun luar negeri (ACIAR, IDRC dan IAEA). Pengembangan sumberdaya manusia dilakukan melalui pendidikan jangka panjang dan jangka pendek/ pelatihan di dalam maupun diluar negeri. Sebanyak 6 orang peneliti mengikuti pendidikan S2 dan S3, 6 orang peneliti telah mengikuti berbagai pelatihan dan scientific exchange di luar negeri Demikian laporan ini disampaikan, semoga dapat digunakan sebagai tolok ukur kinerja Balai Besar dan untuk melakukan perencanaan program dimasa mendatang yang dapat bermanfaat bagi masyarakat pengguna.
Kepala Balai Besar
KELEMBAGAAN
Balai Besar Penelitian Veteriner adalah unit pelaksanaan teknis dibidang penelitian dan pengembangan veteriner yang berkoordinasi dengan Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan (Peraturan Menteri Pertanian No : 15/Permentan/ OT.140/3/2006). Balai ini didirikan pada tahun 1908 pada saat pemerintahan kolonial Belanda. Pada tahun 1974, UPT ini ditetapkan berdasarkan SK Presiden RI No. 44 dan 45 masuk ke dalam jajaran Badan Litbang Pertanian, Departemen Pertanian. MANDAT DAN FUNGSI Tugas pokok Bbalitvet melaksanakan penelitian veteriner fungsi sebagai berikut: 1. 2.
3.
4.
5. 6.
7.
adalah dengan
Penyusunan program dan evaluasi pelaksanaan veteriner Pelaksanaan penelitian eksplorasi, konservasi, karakterisasi dan pemanfaatan sumberdaya plasma nutfah mikroba veteriner Pelaksanan penelitian virologi, bakteriologi, parasitologi, mikologi, toksikologi, patologi, epidemiologi, bioteknologi, farmakologi dan teknik penyehatan hewan Pelaksanaan penelitian penyakit zoonosis dan penelitian keamanan pangan produk peternakan Pelaksanaan penelitian dan pengembangan komponen teknologi veteriner Pelaksanaan penelitian dan pelayanan diagnostik veteriner sebagai rujukan penyakit hewan Pelaksanaan kerjasama dan pendayagunaan hasil penelitian veteriner
8.
Pengelolaan urusan tata usaha dan rumah tangga Balai Besar
Visi Visi yang ditetapkan oleh Bbalitvet bersifat futuristik sesuai dengan dinamika perubahan lingkungan strategis, dan harus mampu menjadi akselerator kegiatan penelitian dan pengembangan veteriner. Visi tersebut adalah: “Menjadi institusi penelitian veteriner bertaraf internasional dalam menghasilkan ilmu pengetahuan dan teknologi veteriner dengan memanfaatkan sumberdaya lokal untuk mendukung kesehatan hewan dan kesehatan masyarakat veteriner dalam rangka mewujudkan pertanian industrial berkelanjutan”. Misi Untuk mewujudkan Visi Balai Besar Penelitian Veteriner yang telah ditetapkan maka diperlukan Misi. Misi sebagai suatu pernyataan yang menggambarkan serangkaian aktifitas yang secara komprehensif dan saling bersinergi akan mencapai Visi yang ditetapkan. Misi Balai Besar Penelitian Veteriner adalah melaksanakan aktifitas untuk: 1. Melaksanakan eksplorasi, karakterisasi, konservasi dan pemanfaatan sumberdaya plasma nutfah veteriner yang potensial untuk pengembangan IPTEK veteriner. 2. Menghasilkan ilmu pengetahuan dan inovasi teknologi veteriner (vaksin, obat, teknik diagnosa) yang sesuai dengan dinamika kebutuhan pengguna untuk mewujudkan pertanian industrial unggul berkelanjutan. 7
3. 4.
5.
6.
7.
8.
Mendiseminasikan inovasi teknologi di bidang peternakan dan kesehatan hewan. Melaksanakan layanan diagnostik veteriner untuk kesehatan hewan, kesehatan masyarakat veteriner dan keamanan pangan asal ternak secara prima sesuai standar nasional dan internasional sebagai laboratorium rujukan. Meningkatkan jejaring kerjasama penelitian dan pengembangan iptek veteriner dengan lembaga penelitian, instansi terkait serta pengguna baik nasional dan internasional. Meningkatkan publikasi ilmiah dalam jurnal nasional dan internasional dalam rangka diseminasi hasil penelitian dan umpan bailk teknologi veteriner dari pengguna. Meningkatkan kualitas, kapasitas dan kapabilitas sumberdaya penelitian untuk menghasilkan ilmu pengetahuan dan teknologi mengikuti acuan nasional dan internasional. Meningkatkan kemampuan manajerial penelitian secara profesional sebagai lembaga penelitian bertaraf internasional.
Mengacu kepada Visi dan Misi tersebut, maka Bbalitvet dalam kurun waktu lima tahun mendatang (2010-2014) menetapkan beberapa target utama yaitu : 1.
2.
8
Swasembada daging sapi dan kerbau 2014 i) Teknologi/strategi penanganan kematian pedet ii) Teknologi diagnosa cepat kebuntingan iii) Teknologi pengendalian penyakit reproduksi infeksius iv) Teknologi penanganan gangguan reproduksi non-infeksius dan penyakit metabolik Kesehatan hewan i) Teknologi vaksin untuk pengendalian penyakit hewan
3.
4.
5.
6.
7.
ii) Obat hewan untuk pengendalian dan pencegahan penyakit hewan iii) Perangkat diagnostik untuk diagnosa cepat penyakit hewan iv) Data epidemiologi dan peta penyakit hewan Keamanan pangan asal ternak i) Teknologi deteksi cepat residu dan kontaminan pada produk peternakan ii) Penanganan kontaminasi bahan berbahaya pada produk peternakan iii) Teknologi deteksi cemaran mikrobiologi pada produk peternkan iv) Penanganan kontaminasi mikrobiologi pada produk peternakan Kesehatan masyarakat veteriner i) Penanggulangan penyakit zoonosis ii) Penanggulangan food borned diseases iii) Epidemiologi penyakit zoonosis dan food borned disease Perubahan iklim global (climate change) i) Antisipasi wabah penyakit hewan akibat perubahan iklim/anomali lingkungan ii) Antisipasi emerging and re-emerging diseases iii) Penanganan vektor borned diseases akibat perubahan iklim/anomali lingkungan iv) Antisipasi transboundary diseases akibat migrasi hewan pembawa bibit penyakit Plasma nutfah mikroba veteriner dan bioteknologi veteriner i) Karakterisasi dan konservasi plasma nutfah mikroba veteriner ii) Pemetaan gen (gen mapping) penyakit hewan iii) Pengembangan teknologi mutakir (bioteknologi) veteriner untuk pengendalian dan pencegahan penyakit hewa Kelembagaan veteriner i) Pemberdayaan dan peningkatan kapasitas Unit Pelayanan Diagnostik veteriner
ii) Pemberdayaan dan peningkatan kapasitas Unit Balitvet Culture Collection iii) Pengembangan Laboratorium Referensi Nasional bidang veteriner iv) Pengembangan UPBS veteriner dalam rangka diseminasi inovasi teknologi veteriner v) Peningkatan kompetensi institusional melalui akreditasi pengujian (ISO/IEC 17025:2005), sertifikasi (ISO 9001:2008) dan akreditasi pranata litbang (KNAPP) STRUKTUR ORGANISASI Sebagai lembaga penelitian, Bbalitvet memiliki struktur utama sebagai organisasi fungsional, disamping organisasi struktural untuk melaksanakan kegiatan administrasinya. Struktur organisasi Bbalitvet terdiri dari Bagian Tata Usaha, Bidang Program dan Evaluasi dan Bidang Kerjasama dan Pendayagunaan Hasil Penelitian. Organisasi fungsional merupakan wadah peneliti dan teknisi litkayasa untuk menyelenggarakan kegiatan penelitian yang dirangkum dalam suatu Kelompok Peneliti (Kelti). Untuk kelancaran tugas pokok dan fungsinya, Balai membentuk beberapa urusan Kerja, Unit Pelayanan dan Komisi. Bagian Tata Usaha Bagian Tata Usaha mempunyai tugas melakukan urusan Kepegawaian, Keuangan, Perlengkapan, Tata Usaha dan Rumah Tangga. Bagian Tata Usaha terdiri dari: 1. Subbagian Kepegawaian dan Rumah Tangga 2. Subbagian Keuangan dan Perlengkapan
dan kearsipan, sedangkan Subbagian Keuangan dan Perlengkapan mempunyai tugas melakukan urusan keuangan dan perlengkapan. Bidang Program dan Evaluasi Bidang Program dan Evaluasi terdiri dari Seksi Program dan Seksi Evaluasi mempunyai tugas melaksanakan penyusunan program dan evaluasi pelaksanaan penelitian veteriner. Dalam melaksanakan tugasnya Bidang Program dan Evaluasi menyelenggarakan: a. Pengumpulan, pengolahan, dan analisis data kegiatan penelitian veteriner b. Penyusunan rencana, program dan anggaran penelitian veteriner c. Penyiapan evaluasi kegiatan penelitian veteriner d. Penyusunan laporan kegiatan dan hasil penelitian veteriner Bidang Kerjasama dan Pendayagunaan Hasil Penelitian Bidang Kerjasama dan Pendayagunaan Hasil Penelitian terdiri dari Seksi Kerjasama Penelitian dan Seksi Pendayagunaan Hasil Penelitian mempunyai tugas melaksanakan penyiapan kerjasama dan pendayagunaan hasil penelitian veteriner. Dalam melaksanakan tugas Bidang Kerjasama dan Pendayagunaan Hasil Penelitian menyelenggarakan fungsi: a. Penyiapan kerjasama penelitian veteriner b. Penyiapan pengembangan sistem informasi penelitian veteriner c. Penyiapan promosi, diseminasi, komersialisasi, dokumentasi, dan publikasi hasil penelitian veteriner. Kelompok Peneliti
Subbagian Kepegawaian dan Rumah Tangga mempunyai tugas melakukan urusan kepegawaian, rumah tangga, surat menyurat,
Kelompok Peneliti (Kelti) merupakan wadah dimana peneliti dan teknisi 9
melaksanakan kegiatan penelitian yang sesuai dengan bidangnya masing-masing. Tugas utama Kelti adalah pembinaan profesionalisme yang berkaitan dengan bidang dan latar belakang masing-masing Kelti. Kelompok Jabatan Fungsional Peneliti mempunyai tugas: a. Melakukan penelitian eksplorasi, konservasi, karakterisasi dan pemanfaatan sumberdaya plasma nutfah mikroba veteriner b. Melakukan penelitian virologi, bakteriologi, parasitologi, mikologi, toksikologi, patologi, epidemiologi, bioteknologi, farmakologi, dan teknik penyehatan hewan c. Melakukan penelitian penyakit zoonosis dan penelitian keamanan pangan produk peternakan d. Melakukan penelitian dan pengembangan komponen teknologi veteriner e. Melakukan penelitian dan pelayanan diagnostik veteriner sebagai rujukan penyakit hewan f. Melakukan kegiatan fungsional lainnya sesuai dengan peraturan perundanganundangan yang berlaku: Peneliti dan teknisi dibagi kedalam (lima) Kelti yaitu: 1. 2. 3. 4. 5.
5
Kelti Virologi Kelti Bakteriologi Kelti Parasitologi Kelti Patologi Kelti Toksikologi dan Mikologi
Unit Pelayanan Masyarakat Disamping kegiatan penelitian, Bbalitvet melaksanakan kegiatan pelayanan masyarakat berupa diagnosis penyakit, koleksi biakan mikroba dan jasa perpustakaan. Jasa pelayanan disediakan untuk umum yang memerlukan bantuan teknis untuk bidang veteriner. Kegiatan pelayanan masyarakat tersebut 10
dinaungi dalam suatu wadah unit pelayanan masyarakat yaitu: 1. Unit Pelayanan Diagnostik Unit Pelayanan Diagnostik merupakan unit fungsional yang melaksanakan kegiatan diagnosa, pengujian dan konfirmasi penyakit dan kesehatan hewan. Jasa pelayanan ditawarkan kepada umum/masyarakat khususnya peternak, perusahaan bidang peternakan dan pangan, laboratorium kesehatan hewan, karantina, rumah sakit maupun individu lainnya. Sesuai dengan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 15/Permentan/OT.240/3/2006, Bbalitvet memiliki fungsi untuk melaksanakan pelayanan diagnostik veteriner sebagai rujukan penyakit hewan maka peneguhan diagnosa penyakit dilakukan bila laboratorium veteriner lainnya (laboratorium daerah) tidak mampu melakukan diagnosa penyakit hewan secara fisik. Dalam melaksanakan tugasnya secara teknis, unit ini berkoordinasi dengan Kelti dalam lingkup Bbalitvet untuk melakukan pengujian laboratorium sesuai dengan permintaan pelanggan seperti virologi, bakteriologi, parasitologi, patologi, toksikologi dan mikologi. Unit Pelayanan Diagnostik telah diakreditasi oleh Komisi Akreditasi Nasional sebagai Laboratorium Pengujian sesuai dengan ISO 17025 (SNI 19-17025-2000) dengan nomor LP-121-IDN mulai tahun 2001, sehingga seluruh hasil pengujian telah mengikuti prosedur Good Laboratory Practices. Sejak bulan Agustus 2006, seluruh laboratorium pengujian yang terakreditasi harus menyesuaikan ISO/IEC 17025 – 2005 (SNI 17025-2008). Berdasarkan Surat Penugasan Kepala Bbalitvet Nomor 169/KP.340/ I.5.1/01/10 susunan personal inti laboratorium Balai Besar Penelitian Veteriner adalah:
Pimpinan Puncak Manajer Diagnostik Deputi Manajer Diagnostik MT. Unit Virologi
: : :
Kepala Bbalitvet Drh. Indraningsih, MS Drh. Lily Natalia, MS
Kelompok Pengendali Mutu (KPM) Manajer Mutu
:
: :
Deputi Manajer Mutu Sekretaris/Anggota Anggota
:
DMT. Unit Virologi PJ. Peralatan Unit Virologi MT. Bakteriologi
:
Ka. Kelti (Dr. drh. Sudarisman, MS.) Dr. drh..NLP. Indi Dharmayanti, MSi Kusmaidi.
DMT. Bakteriologi PJ. Peralatan Unit Bakteriologi MT. Parasitologi
: :
(MT = Manajer Manajer Teknis)
Teknis;
:
:
DMT.Unit Parasitologi PJ. Peralatan Unit Parasitologi MT. Unit Patologi
:
DMT. Unit Patologi
:
MT. Toksikologi
:
DMT. Unit Toksikologi PJ. Peralatan Unit Toksikologi
:
: :
:
Ka. Kelti (Drh. Adin Priadi) Drh. Siti Chotiah Jaenuri Ka. Kelti (Drh. S. Endah Estuningsih, MSc.) Drh. Dyah Haryuningtyas S. MSi. Festa Politedy Ka. Kelti (Dr. drh. Yulvian Sani) Drh. Rini Damayanti, MSc. Ka. Kelti Toksikologi (Dr.Raphaella Widiastuti, BSc.) Sri Rachmawati, MSc Rahmat Firmansyah, SSi.
Administrasi Umum dan Keuangan Administrasi Umum : Edi Junaedi, SE Kasir : Nuli Elandari Pelayanan Pelanggan Staf Penerima Sampel : Moh. Muntiha Moh. Soleh Ekspedisi sampel : Ahmad Ismat
: :
Dr. dra. Tri Budhi Murdiati Drh. S. Endah Estuningsih, MSc Drh. Susanti - Dr. drh. Ening Wiedosari, MSc - Dr.dra. Romsyah Maryam,MMed.Sc - Drh. Dyah Ayu H. - Yudi Setiadi - Wawan Sugiawan
DMT=Deputi
Kelompok Pengendali Mutu (KPM) bertugas untuk menjaga agar Laboratorium secara kontinyu melaksanakan sistem manejemen Mutu sesuai dengan ISO / IEC 17025- 2005. 2.
Unit Koleksi Biakan Bbalitvet (Bbalitvet Culture Collection / BCC)
Unit BCC adalah unit pengelolaan plasma nutfah mikroba untuk kegiatan pengembangan dan penelitian veteriner. Unit BCC memiliki berbagai koleksi plasma nutfah yang telah terkarakterisasi dan terdokumentasi dengan baik. Koleksi tersebut dapat diakses dan dimanfaatkan oleh umum untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sesuai dengan aturan yang berlaku. Unit BCC terdaftar sebagai anggota WFCC (World Federation of Culture Collection) dan WDC (World Data Culture). Susunan organisasi Unit BCC (SK Ka Bbalitvet No. 2490/KP.340/J.5.2/11/06) adalah sebagai berikut: Pimpinan : Kepala Bbalitvet Puncak 11
Manajer Representatif Manajer Mutu Kepala Seksi Kontrol Mutu Produk Kepala Subseksi Kontrol Mutu Produk Bakteri Kepala Subseksi Kontrol Mutu Produk Kapang/ Khamir Kepala Subseksi Kontrol Produk Virus Kepala Subseksi Kontrol Mutu Produk Parasit Kepala Seksi Kontrol Sistem Mutu Kepala Subseksi Evaluasi Kinerja Kepala Subseksi Kontrol Dokumen Kepala Subseksi Validasi dan Audit Internal Manajer Administrasi dan Pendayagunaan Kepala Seksi Administrasi Kepala Seksi Pendayagunaan Kepala Seksi Finansial Kepala Seksi Umum Manajer Produksi Supervisor Koleksi Produk 12
:
Drh. Kusmiyati
: :
Drh. Kusmiyati. Drh. Andriani, M.Si
:
Ketua Kelti Bakteriologi
:
Ketua Kelti Toksikologi dan Mikologi
:
Ketua Kelti Virologi
:
Ketua Kelti Parasitologi
:
Drh. Tatty Syafriati, MSc.
:
Drh. Siti Chotiah
:
Drh. Tati Aryanti, MP
:
E. Kusumaningtyas, SSi, MSc
:
Drh. Susan M. Noor, MVSc
:
Erik Kurniawan
:
Ir. Gunawan Ramli
:
Ati Rochayati
: :
Yudi Setiadi dan Wawan Gunawan Drh. Lily Natalia, MS
:
Drh. Lily Natalia, MS
Supervisor Proses Produksi
:
E. Kusumaningtyas, SSi, MSc
Tim Pendukung Untuk kelancaran pelaksanaan tugas dan fungsi Balai Besar, maka dibentuk beberapa tim pendukung untuk tugas-tugas tertentu, antara lain: 1. Tim Biosafety Bbalitvet Tim Biosafety Bbalitvet dibentuk dalam rangka menjalankan fungsi pemeliharan, perawatan dan monitoring Laboratorium Zoonosis dan Laboratorium BSL 3 Moduler. Tim ini dibentuk berdasarkan SK Kepala Balai Besar Nomor : 1673/KP.340/I.5.1/8/09 yang mempunyai tugas sesuai dengan SK tersebut. Tim terdiri dari Biosafety Officer, Komisi Biosafety Bbalitvet, Komisi Hewan Percobaan serta Tim Perawatan Alat dan Sistem Tata Udara. Susunan personil Tim Biosafety Bbalitvet sbb: A. Biosafety Officer : Dr. drh. Sri Muharsini Deputy : Drh. Indrawati Sendow, MSc. B. Komisi Biosafety Bbalitvet : Ketua : Dr. drh. RM Abdul Adjid Anggota : - Drh. Susan M. Noor, MSc - Drh. Lily Natalia, MSc - Drh. S. Endah Estuningsih, MSc. - Dr. dra. Romsyah Maryam, M.Med. Sc. C. Komisi Hewan Percobaan : Ketua : Dr. drh. Yulvian Sani Anggota : -Dr. drh. Riza Zainuddin A, MSi -Dr. drh. Anni Kusumaningsih, MSc -Drh. Adin Priadi -Drh. Didik Tulus S, M.Kes. D. Perawatan Alat dan Sistem Tata Udara : Ketua : Subiyakto Anggota : -Teguh Suyatno, Amd ; Suparyono; Wawan
Gunawan, Odang Sukarna, Yudi Setiadi, Muhamad Sanusi E. Perawatan IT dan Jaringannya : Ir. Gunawan Ramli dan Yudi Setiadi 2. Tim BSL 3 Moduler Dibentuk dengan SK dari Kepala Balai Besar Nomor : 2082/KP.340/I.5.1/09/09, adalah Tim yang bertugas melakukan pemeliharaan, perawatan dan monitoring Laboratorium BSL 3 Moduler. Adapun susunan anggotanya sebagai berikut: Kepala Laboratorium:
Dr. drh. RM. Abdul Adjid. Wakil Kepala : Risa Indriani, S.Si. Anggota : a) Bidang Alat dan Tata Udara: 1. Suparyono 2. Wawan Gunawan b) Bidang Sistem dan IT: 1. Yudi Setiadi 2. Ir. Gunawan Ramli c) Bidang Umum: 1. Subiyakto 2. Muhamad Sanusi d) Bidang Teknis Laboratoium: 1. Heri Hoerudin 2. Agus Winarsongko 3. Tim Web-site Dalam rangka mengembangkan sistem informasi elektronik maka dibentuk Tim Website. Tim mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan pengembangan informasi sesuai dengan Surat Penugasan Kepala Bbalitvet No. 168/OT.130/I.5.1/10/09 yang meliputi : - Menyiapkan dan mengolah bahan informasi untuk mendukung promosi dan komunikasi
hasil-hasil penelitian media internet.
veteriner
melalui
- Melakukan pemutakhiran informasi situs Balai Besar Penelitian Veteriner . - Menyiapkan bahan implementasi egoverment di Balai Besar Penelitian Veteriner. Adapun susunan anggotanya sebagai berikut : 1.Pembina/Pengarah : Dr. drh. Hardiman, MM (Kepala Balai Besar Peneltian Veteriner) 2.Penanggung Jawab: Dr. drh. Eny Martindah, M.Sc . 3. Redaktur : Baharuddin Pasaribu, BCek.MA 4. Editor : - Dr. Dra. Romsyah Mariam, M.Med.Sc. - Tiolina Sitompul, MA 5. Website Administrator : Ir. Gunawan Ramli 6. Website Developer : Erik Kurniawan 7. Kontributor / Reporter: - Dr. drh. RM. Abdul Adjid - Dr. drh. Yulvian Sani - Dr. dra. Tri Budhi Murdiati, MSc. - Dr. drh. Anni Kusumaningsih, MSc. - Drh. Sarwitri Endah Estuningsih, MSc. - Sri Rachmawati, BSc. MSc. - Zakiah Muhajan, SS. M.Hum - Yati Nurhayati, SE Anggaran Sumber anggaran Balai berasal dari DIPA yang dialokasikan untuk belanja pegawai, belanja barang dan belanja modal untuk kegiatan administrasi Balai seperti gaji, belanja barang dan peralatan, perjalanan, konstruksi dan perawatan. Anggaran pembangunan dialokasikan untuk kegiatan penelitian. Anggaran bantuan (kerjasama) merupakan dana pendukung yang diperoleh melalui kerjasama baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Anggaran Balai tertera pada Tabel 1.
13
Tabel 1. Anggaran Bbalitvet selama 2 tahun periode TA 2009 – 2010
Kode
Jenis Belanja
2009
2010
51
Belanja Pegawai
11.047.568
11.107.072
52
Belanja Barang
10.525.082
8.453.550
53
Belanja Modal
270.130.
1.106.400
21.842.780
20.667.022
Jumlah
14
Tahun Anggaran (X Rp.1000)
BAGIAN TATA USAHA
SUB BAGIAN KEPEGAWAIAN DAN RUMAH TANGGA
Tabel 3. Situasi pegawai berdasarkan jabatan pada tahun 2010 No
Kelompok Jabatan
Jumlah (orang) 40 9 40 27 5 1 124 246
Kepegawaian 1.
Sampai dengan tahun 2010 ini tercatat sebanyak 254 orang pegawai yang bekerja di Bbalitvet. Seluruh pegawai tersebar diberbagai bagian, bidang dan kelompok peneliti. Dari jumlah tersebut terdapat 254 orang pegawai negeri sipil (PNS) dan 8 orang honorer. Distribusi pegawai hingga tahun 2010 diilustrasikan pada Tabel 2.
Tabel 2. Distribusi 2010
kepegawaian
No.
Distribusi
1. 2. 3.
Ka Balai Bagian Tata Usaha Bidang Program & Evaluasi Bidang KPHP Kelti Virologi Kelti Bakteriologi Kelti Parasitologi Kelti Patologi Kelti Toksikologi dan Mikologi Lab. Zoonosis Honorer
4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 10.
Total
pada tahun
Jumlah (orang) 1 107 5 14 24 37 16 18 20 4 8 254
Status dan komposisi PNS berdasarkan pengelompokannya pada tahun 2010 disajikan pada Tabel 3, 4 dan 5.
2. 3. 4. 5
Peneliti Non Klasifikasi Teknisi Litkayasa Non Klasifikasi Pustakawan Pranata Humas Administrasi Total
Tabel 4.
Situasi pegawai berdasarkan golongan pada tahun 2010.
Gol.
IV III II I Total
Ruang
Jumlah
A
B
C
D
E
10 22 36 6 74
9 33 16 8 66
6 36 4 11 57
4 13 17 12 46
3 3
32 104 73 37 246
Tabel 5. Situasi pegawai berdasarkan jenjang pendidikan pada tahun 2010 Pendidikan terakhir S3 S2 S1 SM D3 D2 SLTA S LTP SD Total
Jumlah 17 22 32 2 8 2 112 17 34 246
15
Purna bakti Selama T. A. 2010 delapan orang pegawai telah memasuki masa pensiun, yaitu: 1. Mad Enoh bin Mamid 2. Mahpudin 3. Zainal Arifin, Dip. Chem. 4. Djadjang Djajaatmadja 5. Sutardjo 6. Djunaat 7. Lilis Sulastri 8. Ahmad Syahmun Sedangkan pegawai yang meninggal dunia yaitu : 1. Yakub 2. Jamil Mulyana Pendidikan dan Pelatihan Sebanyak 6 orang peneliti sedang mengikuti pendidikan S2 dan S3 yaitu: 1. Drh. Susan M. Noor, MSc. program S3 di Universitas Indonesia 2. Drh. Andriani, MSi program S3 di Institut Pertaniaan Bogor 3. Drh. Sumarningsih program S3 di University of Melbourne Australia 4. Drh. Harimurti Nuradji S2 di University of Queensland Australia. 5. Drh. Rahmat Setya Adji, MSi program S3 di IPB 6. Drh. Dyah Haryuningtyas S., MSi program S3 di UI RUMAH TANGGA Urusan Rumah Tangga telah melaksanakan tugas dan kewajibannya dalam urusan kerumah-tanggaan selama T.A. 2010. Urusan Rumah Tangga terlibat dalam pengawasan pemakaian listrik, air dan gas yang bebannya selama ini semakin meningkat. 16
Perawatan gedung kantor dan aula dilakukan pada TA 2010. Selain itu kegiatan rutin lain seperti kebersihan, inventarisasi aset dan perawatan lainnya tetap dilakukan selama T.A. 2010. Bengkel dan Peralatan telah melaksanakan kegiatan rutin berupa perawatan, perbaikan dan penanganan peralatan laboratorium, kendaraan operasional, AC, dan kandang. Bbalitvet memiliki lahan seluas 294.000 m2 (± 30 ha) dan tersebar di tiga lokasi yakni (1) Jalan R.E. Martadinata No.30 Bogor seluas 70.385 m2 untuk gedung perkantoran, laboratorium, bengkel, kandang hewan percobaan dan lain-lain. Sebagian diantaranya seluas + 5.000 m2 digunakan untuk perumahan dinas, (2) Desa Cimanglid seluas 134.425 m2 digunakan untuk kebun rumput, kandang hewan percobaan, perumahan dinas dan lainlain (3) Desa Kiaralawang seluas 89.090 m2 sebagai kebun rumput untuk keperluan pakan hewan percobaan. Total produksi rumput 420.000 kg dari hasil lahan seluas 84.000 m2 (Tabel 6). Gedung Laboratorium Luas lahan untuk laboratorium adalah 11.832 m2, yang terdiri dari 6 laboratorium Laboratorium Patologi dan Toksikologi = 4.704 m2 (40%), Virologi = 950 m2 (8%), Mikologi 600 m2 (5%), Parasitologi = 1.400 m2 (11,8%) dan Bakteriologi = 3.682 m2 (31%). Laboratorium Zoonosis = 400 m2 (3,4%), Laboratorium BSL3 moduler = 96 m2 ( 0,8%) Peralatan Laboratorium Secara umum, Bbalitvet memiliki peralatan laboratorium sebanyak 3.509 unit yang tersebar di berbagai laboratorium seperti Patologi, Toksikologi, Virologi, Mikologi, Parasitologi, Bakteriologi, Zoonosis dan BSL3 Moduler 1 kesatuan unit.
Alat utama yang diperlukan untuk identifikasi penyakit hewan dan untuk mendukung kegiatan keamanan pangan seperti berbagai jenis Mikroskop, ELISA reader, Real Time-PCR, Konvensional PCR, LCMS, HPLC, GC, AAS, Spectrophotometer, DNA Sequencer, Chicken isolator, berbagai jenis Biosafety Cabinet dan Sentrifuse, Autoclave sertaTimbangan elektrik. Sebagai laboratorium pengujian yang terakreditasi ISO 17025 (SNI 17025-2008), peralatan dalam lingkup kegiatan analisis yang terakreditasi perlu dikalibrasi secara rutin setiap tahun. Pada tahun 2010, kalibrasi dilakukan terhadap 34 unit peralatan dalam lingkup akreditasi (Tabel 7).
vaksin IBR inaktif menggunakan isolat lokal yang efektif (memberikan perlindungan 95%) dan ekonomis”. Sedangkan untuk hewan kecil terdiri dari kelinci sebanyak 20 ekor , ayam petelur digunakan untuk penelitian penyakit Flu Burung (AI) sebanyak 500 ekor dan mencit sebanyak 100 ekor. Pakan Hewan Pakan hewan percobaan terdiri dari rumput, konsentrat, pelet dan pakan ayam. Konsentrat/pakan penguat untuk sapi sebanyak 500 kg, untuk ayam sebanyak 4.100 kg, sedangkan pelet untuk mencit dan kelinci sebanyak 400kg.
Kandang Hewan Percobaan 2010 Hewan ruminansia yang ada di kandang percobaan bogor terdiri dari 18 ekor Sapi FH berkelamin jantan yang di gunakan dalam kegiatan penelitiaan dengan judul”Teknologi
17
Tabel 6. Laporan Produksi Rumput Gajah, Kebun Rumput Cimanglid dan Kiaralawang T.A. 2010 N o. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Kebun Cimanglid Ls (m2) Hasil (kg)
Bulan
Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober Nopember Desember Jumlah Produksi/Bulan Produksi/Hari Produksi/m2
7000 7000 7000 7000 7000 7000 7000 49000 4083 136
Luas dan Jumlah Produksi Kebun Kiaralawang Ls. (m2) Hasil (kg)
35000 35000 35000 35000 35000
35000 35000 245000 20416 680 5
7000 7000 7000 7000 7000 35000 2916 97
35000 35000 35000 35000 35000 175000 14583 486 5
Total Produksi Ls. (m2) Hasil (kg) 7000 35000 7000 35000 7000 35000 7000 35000 7000 35000 7000 35000 7000 35000 7000 35000 7000 35000 7000 35000 7000 35000 7000 35000 84000 420000 7000 35000 233 1166 5
Tabel 7. Daftar Kalibrasi Peralatan Laboratorium Bbalitvet Pada Tahun 2010 No
Unit kerja
Patologi
Toksikologi/ Mikologi
Virologi
Parasitologi
Bakteriologi
Jumlah
1.
Jenis Alat Centrifuge
-
1
2
1
1
5
2.
Inkubator
-
2
1
-
2
5
3.
Autoclave
-
1
1
-
2
4
4.
Oven
-
1
-
-
1
2
5.
pH meter
2
1
1
1
1
6
6.
Timbangan Elektronik
-
3
1
1
6
11
7.
Water Bath
-
-
-
-
1
1
8.
Thermohygro meter
-
-
-
-
-
0
9.
Hydrometer Density
10.
Thermocyle PCR Jumlah
18
2
9
-
0
-
-
0
6
3
14
34
BIDANG KERJASAMA DAN PENDAYAGUNAAN HASIL PENELITIAN
Bidang Kerjasama dan Pendayagunaan Hasil Penelitian (KSPHP) pada Balai Besar Penelitian Veteriner (Bbalitvet) mempunyai tugas untuk menyiapkan bahan penyusunan kerjasama, bahan promosi, diseminasi, komersialisasi, dokumentasi, kepustakaan dan publikasi hasil penelitian veteriner. Bidang KSPHP terdiri dari Seksi Kerjasama Penelitian dan Seksi Pendayagunaan Hasil Penelitian. Selama tahun 2010, Bidang KSPHP telah melaksanakan serangkaian kegiatan yang meliputi kegiatan kerjasama penelitian, kegiatan promosi, diseminasi dan publikasi untuk meningkatkan kapasitas dan kinerja bidang KSPHP di Bbalitvet.
Kerjasama Penelitian Selama periode tahun 2010, Seksi Kerjasama telah melaksanakan beberapa kegiatan kerjasama baik kerjasama lanjutan atau kerjasama baru. Selain itu, untuk mengoptimalkan kinerja kerjasama, seksi kerjasama mengadakan penjajagan peluang kerjasama baru, memfasilitasi pertemuanpertemuan dengan mitra dalam negeri atau luar negeri, dan melaksanakan monitoring pelaksanaan kegiatan penelitian kerjasama dalam dan luar negeri. Selama periode JanuariDesember 2010 terdapat 18 judul kegiatan kerjasama dalam negeri dan 3 judul kegiatan kerjasama luar negeri (Tabel 8).
Tabel 8. Kerjasama dalam dan luar negeri yang ada di Bbalitvet pada tahun 2010 No 1 2
JENIS Kerjasama dalam negeri Kerjasama luar negeri
JUMLAH 18 judul 3 judul
Kerjasama dalam negeri Beberapa kegiatan kerjasama dalam negeri merupakan kegiatan lanjutan dari tahuntahun sebelumnya, tetapi ada pula yang merupakan kegiatan kerjasama baru. Pada Tabel 9 ditampilkan judul-judul kegiatan kerjasama dengan mitra dalam negeri yang dilaksanakan pada tahun 2010. Kegiatan kerjasama tersebut
MITRA Swasta, perguruan tinggi, Kemenristek, LSM Lembaga internasional (ACIAR, IDRC, IAEA/FAO).
merupakan kegiatan penelitian program insentif peneliti dan perekayasa (PIPP) yang didanai oleh Kementrian Riset dan Teknologi (Ristek), pengujian (vaksin, penyakit hewan, dan uji laboratorium lainnya), pemanfaatan teknologi veteriner berupa seed virus dan bakteri yang digunakan untuk produksi vaksin, serta penyiapan sampel uji profisiensi yang diselenggarakan oleh KAN/BSN.
19
Tabel 9. Daftar kerjasama yang dilaksanakan Bbalitvet dan di luar Bbalitvet TA. 2010 No 1
Judul Kerjasama Pemanfaatan teknologi veteriner siap terap
Jangka Waktu 30 Jan.’07 s/d 30 Sept.’10
Instansi PT. Caprifarmindo Laboratories
Perkembangan Vaksin yang diproduksi dengan menggunakan master seed dari Bbalitvet telah terdaftar dan telah digunakan oleh peternak di Indonesia. Kerjasama akan dilanjutkan dalam bentuk pendampingan seed vaksin (magang) pada bulan Januari 2011
2
Pemeriksaan serologi terhadap Avian Influenza (AI) dengan metode AGP (Agar Gel Precipitation) The detection of wildlife animal diseases
5 Januari 2009 s/d 4 Januari 2010
PT. Isa Indonesia
Kerja sama dilanjutkan melalui unit pelayanan diagnostic Bbalitvet
1 Mei 2009 s/d 1 Mei 2010
4
Pemanfaatan teknologi veteriner siap terap seed vaksin virus AI
30 Oktober 2009 s/d 29 Oktober 2010
Wildlife Conservation Society (WCS) PT. Medion Farma Jaya
5
Efikasi vaksin Cevac Corymune K terhadap Salmonella enteritidis pada layer.
14 Oktober 2009 s/d 14 April 2010
PT. Ceva Animal Health Indonesia
6
Uji lapang terbatas vaksin Vaxsafe MS pada ayam petelur
Januari 2010- Juli 2010
PT. Romindo Primavetcom
7
ELISA untuk evaluasi respon imunitas terhadap vaksinasi tetanus pada gajah Sumatera
5 Februari 2010 s/d 5 Februari 2011
Masyarakat Veteriner bagi Konservasi Satwa liar Sumatera (Veterinary Society for Sumatran wildlife conservation, VESSWIC ).
Kerjasama dilanjutkan dengan penandatangan MoU pada tanggal 1 Mei 2010. Vaksin sudah diproduksi tetapi belum diregistrasi. Kerjasama akan dilanjutkan dengan melakukan uji efikasi/uji lapang tebatas terhadap vaksin yang telah diproduksi dan akan didaftarkan ke Dirkeswan. Kegiatan penelitian telah selesai dan laporan hasil penelitian telah diserahkan kepada PT. Ceva Animal Health Indonesia pada akhir bulan April 2010. Kegiatan penelitian telah selesai dan Laporan hasil penelitian telah diserahkan kepada PT. Romindo Primavetcom pada akhir bulan Juli 2010. Aplikasi kit ELISA yang telah dikembangkan pada kegiatan kerjasama sebelumnya. Kegiatan belum dimulai karena terkendala perijinan sampling.
3
20
8
Pengujian untuk sertifikasi produk
12 April 2010 s/d 12 April 2011
PT. Tuv Nord Indonesia
9
Pemanfaatan teknologi veteriner siap terap Seed vaksin virus avian influenza
3 Mei 2010 s/d 31 Maret 2011
PT. Sanbio Laboratories
10
The Efficacy of Avian Influenza Vaccines in Broiler Breeder Chickens against H5N1 HPAI virus
6 Juli 2010 s/d 13 September 2010
PT. Charoen Pokphand Farma Jaya (CPJF) dan PT. Boehringer Ingelheim Indonesia (BII)
11
Penyiapan sampel uji profisiensi mikrobiologi (bakteri dan kapang)
20 September 2010 s/d 19 November 2010
KAN/BSN
12
Program Insentif Peneliti dan Perekayasa (7 judul): 1. Prototipe perangkat uji diagnostik cepat (immunostik) toksoplasmosis (kurang dari 2 jam) 2. Pengembangan teknik immunodiagnosis (ELISA antigen, antibodi hemaglutinin, dan immunoshisto kimia) untuk deteksi virus flu burung (H5N1) yang kualitasnya minimal sama dengan kit komersial import dengan harga yang lebih murah
Februari s/d November 2010
Kementrian Riset dan Teknologi
Sub kontrak pengujian untuk sertifikasi produk. Kerjasama dilaksnanakan melalui Unit Pelayanan Diagnostik. - Pendampingan seed (pelatihan) Mei-Juli 2010 dilakukan di Pusvetma dengan nara sumber dari Bbalitvet. Selama Agustus-Desember 2010 dilakukan di Bbalitvet (Lab. Virologi). Evaluasi I telah dilaksanakan pada - 11 Oktober 2010. - Evaluasi akhir dilakukan pada tanggal 11 November 2010. - Laporan teknis telah ditandatangani dan dibagikan kepada para pihak. - Dimungkinkan kerjasama selanjutnya untuk pengujian vaksin Hog Cholera dan PRRS pada babi. Jika ada peneliti yang berminat untuk studi S3,BII dapat membantu mendanai. - Kompetensi lab. Bbalitvet diakui dengan ditunjuknya Bbalitvet sebagai lab. penyiap sampel uji (provider). - Evaluasi internal telah dilakukan sebanyak 2 (dua) kali. - Evaluasi oleh Kemenristek telah dilakukan pada saat para peneliti mempresentasikan perkembangan penelitian yang telah dilakukan. - Laporan akhir dari seluruh kegiatan (7 judul) telah dikirim melalui Badan Litbang Pertanian pada tanggal 18 November 2010. - Evaluasi akhir telah dilakukan di Badan Litbang pertanian pada tanggal 29
21
3. Vaksin anthrax inaktif yang diberikan secara aerosol, lebih murah (50%) dan memberikan proteksi ≥ 80% 4. Produksi pereaksi imunokimia utnuk pengembangan teknik ELISA okratoksin (OTA) (yang lebih murah 50% dari kit impor) dalam rangka monitoring keamanan pakan ternak. 5. Efektifitas ekstrak daun gamal (Gliricidia sepium) sebagai obat penyakit skabies pada kambing dengan tingkat kesembuhan > 95%. 6. Pengembangan metode IDAS ELISA untuk deteksi E. Coli O157H7 ya g cepat (1 hari), sensitif dan spesifik pada bahan pangan asal ternak dan olahannya. 7. Pengembangan metode deteksi cepat untuk kebuntingan dan diagnosis penyakit reproduksi pada sapi.
Kerjasama luar negeri Seluruh kegiatan kerjasama penelitian dengan menggunakan dana hibah luar negeri masih merupakan kegiatan lanjutan dari tahuntahun sebelumnya, yang berakhir pada tahun 2010 ini. Kegiatan kerjasama yang didanai oleh IDRC diusulkan untuk diperpanjang sampai bulan April 2011, beberapa kegiatan sempat tertunda karena adanya penggantian tim teknis.
22
November 2010. Seluruh peneliti mempresentasikan hasil penelitian di hadapan evaluator dari instansi di lingkup Badan Litbang Pertanian. - Pada uji petik, 3 peneliti Bbalitvet (Dr. Simson Tarigan, Drh. Dyah Haryuningtyas, MSi dan Drh. Tati Ariyanti, MP) diminta untuk mempresentasikan kembali hasil penelitian di Puspiptek, Serpong pada tanggal 29 Desember 2010. - Bbalitvet mengirimkan 3 makalah a/n. Dr. Simson Tarigan, Drh. Dyah haryuningtyas, MSi. Dan Drh. Tati Ariyanti, MP, melalui email
[email protected] .id untuk dimuat di jurnal Penelitian Riset PKPP
Tabel 10 menunjukkan kemajuan pelaksanaan kegiatan kerjasama penelitian yang didanai oleh hibah luar negeri (PHLN). Kerjasama PHLN tersebut seluruhnya telah didaftarkan ke Kementrian Keuangan dan telah mendapatkan nomor register. Sebagai konsekuensinya Bbalitvet harus memberikan laporan triwulan yang disampaikan melalui biro kerjasama luar negeri Kementerian Pertanian.
Tabel 10. Kegiatan Penelitian Kerjasama yang didanai oleh hibah luar negeri (PHLN) No
Judul Kerjasama dan Diseminasi
Jangka Waktu
1
Control and Characterization of Highly Pathogenic Avian Influenza Strains in poultry in Indonesia
7 Maret 2007 s/d 28 Februari 2010
ACIAR, Australia
2
Characteristics and dynamics of backyard poultry raising systems in five Asian countries in relation to the reduction and management of Avian Influenza risk.
7 Oktober 2007 s/d 7 Oktober 2010
International Development Research Centre (IDRC)
Improving Techniques & Methodologies for Predictive Distribution Maps of the OSWF
7 April 2008 s/d 7 April 2010
3
Perpanjangan kontrak disetujui per 8 Oktober 2010 s/d 7 April 2011.
Mitra
International Atomic Energy Agency (IAEA)
Keterangan Kegiatan diperpanjang s/d September 2010 yang merupakan hasil rapat dengan penanggung jawab proyek dengan pihak ACIAR pada bulan Februari 2010, dengan pertimbangan: - Masih ada kegiatan laboratorium yang harus diselesaikan - Risa Indriani, SSi. masih menyelesaikan uji serologis di Lab. AAHL selama 1 bulan (12 April-12 Mei 2010) Laporan telah disampaikan ke Badan Litbang pada tanggal 30 April Kegiatan penelitian meliputi: - Network interview - Analysis at village - Village work - Facilitating stakeholders: intervensi I dan II - Data analysis - Feedback to stakeholders - Policy feedback - Preparation of final report Lokasi penelitian: Kabupaten Cianjur (Jawa Barat), Brebes, Banyumas & Karang Anyar (Jawa Tengah), Blitar dan Kediri (Jawa Timur) dan Kalianda, Lampung Selatan. Kegiatan yang dilakukan: - Pemasangan perangkap lalat di Provinsi Banten. - Monitoring perangkap pada musim hujan dan musim kemarau selama 1 tahun - Kultur lalat
23
memfasilitasi pertemuan-pertemuan dalam rangka kegiatan kerjasama. Selama tahun 2010 terdapat 15 pertemuan dengan mitra kerjasama dari dalam dan luar negeri seperti terlihat pada Tabel 11.
Pertemuan Kerjasama Dalam rangka meningkatkan kerjasama yang baik dengan mitra yang telah atau yang akan menjalin kerjasama, seksi kerjasama
Tabel 11. Pertemuan dengan mitra kerjasama selama tahun 2010 No
Mitra
Frekwensi Pertemuan
1
Dalam Negeri
10 kali
2
Luar Negeri
5 kali
Keterangan Mitra : Swasta, BUMN,Perguruan Tinnggi Kementrian Kesehatan BEP, Global Health Program Wildlife Conservation Society (WCS), FAO, JICA, Melbourne University.
pembuatan paspor/visa, perijinan membawa bahan penelitian (expert/permit), serta menyampaikan dan memonitor kelancaran Kegiatan seksi kerjasama lainnya yaitu perjalanan dokumen tersebut. Proses mempersiapkan dokumen penugasan staf penugasan ke luar negeri yang telah dilakukan Bbalitvet ke luar negeri dengan menyediakan selama bulan April 2010 terlihat pada Tabel formulir-formulir yang dibutuhkan untuk 12. Tabel 12. Penugasan Staf Bbalitvet ke Luar Negeri Selama Tahun 2010 Penyiapan Dokumen Penugasan Staf Ke Luar Negeri
No
Nama
1
Drh. Moh Indro Cahyono Drh, Faidah Rachmawati
1 Pebruari s/d 11 Maret 2010
2
Risa Indriani, SSi
11 April s/d 1 Mei 2010
3
Dr. Simson Tarigan
23 Mei s/d 19 Juni 2010
4
Dr. RM. Abdul Adjid Dr. NLP Indi Dharmayanti Dr. RM. Abdul Adjid Dr. Sri Muharsini
24 s/d 30 Mei 2010
5
24
Tanggal Berangkat
31 Juli s/d 3 Agustus 2010
Kegiatan Training”Epidemiology and Survellance of Zoonotic Transboundary Disease” Control and characterization of highly pathogenic avian influenza strain in poultry Indonesia Control and characterization of highly pathogenic avian influenza strain in poultry Indonesia Th 5th pacific biosafety association scientific conference Characteristics and Dynamics of Backyard Poultry Raising Systems in Five Asian Countries in Relation to Reduction and Management of Avian Influenza Risk
Tujuan Chang Mai Thailand Geelong, Australia
Melbourne Australia
Soul, Korea
Bangkok, Thailand
6
7
Drh. Indrawati Sendow, MSc. Dr. NLP. Indi Dharmayanti Dr. Sri Muharsini
16-27 Agustus 2010
8
Drh. Indrawati Sendow, MSc
38 s/d 30 September 2010 9 s/d 12 Oktober 2010
9
Drh. Atik Ratnawati Drh. Dyah Ayu Hewajuli
8 s/d 12 Nopember 2010
10
Dr. Muharam Saepullah
11 s/d 18 Desember 2010
Bimbingan Mahasiswa Dalam rangka pengamalan ilmu dan pengabdian kepada masyarakat, Bbalitvet
Train the Trainer Course in Laboratoty and Practice Biosafety Practice and Practices. ARF Wokshop on Biorisk Management The 2nd Regional Advocacy Symposium of Philippine Biosafety and Biosecurity Association Inc (PBBA) Moleculer Sequencing Training for Avian Influenza
Singapura
National Institute of Agricultural Research “INRA Marocco”
Maroko (Tim Litbang Pertanian)
Filipina, Manila Filipina
Geelong Australia
memfasilitasi mahasiswa untuk melakukan penelitian. Pada Tabel 13 ditampilkan kegiatan pembimbingan mahasiswa oleh staf Bbalitvet selama tahun 2010.
Tabel 13. Bimbingan Mahasiswa Waktu Pebruari 2010
Universitas Fakultas Farmasi Universitas Pancasila, Jakarta
Nama Mahasiswa Hana Nabila
Judul Penelitian Uji aktivitas antioksidan dan toksisitas dari ekstrak buah strawberi (Fragaria x ananassa L. Var duchesne) dengan metode peredaman radikal bebas menggunakan 1,1 difenil-2pikrilhidrazil (DPPH) dan brine shrimp letahlity test (BSLT)
Pembimbing Sri Rahcmawati, BSc.MSc.
Kelti Toksikologi &Mikologi
25
Februari 2010
Fakultas Farmasi Universitas Pancasila Jagakarsa, Jakarta
Mega Kumiyasin Purnamawati
Maret 2010
Fakultas Kedokteran Hewan, IPB, Bogor
Aulia Andi Mustika
Maret 2010.
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Pakuan, Bogor
Mahmuda Elda Pujiastuti
Pelatihan/Magang Seksi kerjasama juga memfasilitasi dan mengkoordinasikan kegiatan pelatihan/magang yang berkaitan dengan tugas pokok dan fungsi Bbalitvet. Pada umumnya, instansi pelaksana mengajukan
26
Uji aktivitas antioksidan dan toksisitas dari ekstrak buah kiwi (Actinida chinensis plancon) dengan metode peredaman radikal bebas menggunakan 1,1-difenil-2pikrilhidrazil (DPPH) dan Brine Shrimp Letahlity Test (BSLT) Potensi ekstrak daun sirih terhadap Mycoplasma gallisepticum
Sri Rahcmawati, BSc.MSc.
Toksikologi & Mikologi
Prof Dr. Drh. Soeripto
Bakteriologi
Tomat (Lycopersicon lycopersicum (L) H.Karst) terhadap Bakteri Staphiloccocus aureus
Dr. Anni Kusumaningsih
Bakteriologi
narasumber dari Bbalitvet. Sedangkan untuk pelatihan/magang yang diadakan di Bbalitvet, kegiatan dilakukan di unit-unit laboratorium yang terkait dengan memanfaatkan fasilitas dan SDM yang ada. Kegiatan pelatihan dan magang yang dilaksanakan pada tahun 2010 terlihat pada Tabel 14.
Tabel 14. Pelatihan dan magang yang dilaksanakan oleh Bbalitvet Selama Tahun 2010 No
Tanggal
Nama
1
22 Februari s/d 5 Maret 2010
Narasumber: Drh., Rini Damayanti, MSc. Pesta Polytedy Drh. Tulus Subekti, M.Kes. Drh. Rahmat Setya Adji, MSi Drh. Adin Priadi
2
8 s/d 12 Maret 2010
3
Maret 2010
Drh. Ika Suharti Stasiun Karantina Pertanian Parepare Sulawesi Selatan Dinas Pertanian dan Peternakan, Pemerintah Provinsi, Banten
4
April 2010
Drh. Fitriani Pendidikan Dokter Hewan Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Syiah Kuala, Banda Acah
5
19 s/d 22 April 2010
6
3 s/d 21 Mei 2010
7
22 Juni s/d 9 Juli 2010
8
12 s/d 22 Juli 2010
Dinas Peternakan UPTD Laboratorium Kesehatan Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner Jl. Ir. Juanda No.218 Samarinda Muning Edi Swasono, SKH, Ronald Tarigan, SKH Fakultas kedokteran Hewan (IPB) Darmaga-Bogor Drh. Fitriani FKH Unsyiah Kuala Darussalam, Banda Aceh Wismo Aji N Nurhasni Adji Syifai Triana Rosinta Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Gajah Mada Yogyakarta
Judul Pelatihan/ magang/ ijin penelitian
Tempat
Pelatihan Peningkatan Sumberdaya manusia Dokter Hewan BPPV Subang 2010 (materi pelatihan meliputi penyakit Brucellosis, Antraks, Rabies dan Trypanosoma). Penyakit Bakteriologi dan Virologi
BPPV Subang
Magang pengujian influenza A subtype H1N1 dengan metode Polymerase Chain Reaction (PCR) Magang Dokumen Sistem Mutu Laboratorium, Tata Manajemen Unit Pelayanan Diagnostik, Bakteriologi, Virologi, Parasitologi, Parasitologi, Toksikologi& Mikologi Magang Pengujian FAT Rabies
Lab. Virologi
Magang Profesi Pilihan
Lab. Patologi
Pelatihan Manajemen Laboratorium
Bbalitvet
Kegiatan Pengenalan Keprofesian Veteriner
Bbalitvet
Lab. Bakteri dan Virologi
Bbalitvet
Lab. Virologi
27
Pendayagunaan Hasil Penelitian (PHP) Pameran Seksi Pendayagunaan Hasil Penelitian mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan pengembangan sistem informasi, promosi, diseminasi, komersialisasi, dokumentasi, dan publikasi hasil penelitian veteriner. Diseminasi adalah salah satu kegiatan untuk menginformasikan hasil-hasil penelitian meliputi pengumpulan dan pengolahan data, pendokumentasian hasil penelitian dalam bentuk publikasi, baik melalui karya ilmiah maupun seminar. Selanjutnya hasil penelitian tersebut disebarluaskan kepada masyarakat umum melalui seminar, promosi dan pameran. Urusan Publikasi dan Dokumentasi memfasilitasi kegiatan diseminasi tersebut.
Dalam rangka mempromosikan dan mendiseminasikan teknologi hasil penelitian Bbalitvet mengikuti beberapa kegiatan pameran yang diselenggarakan oleh instansi terkait. Pada pameran tersebut ditampilkan berbagai teknologi hasil penelitian (vaksin, antigen kit diagnostik), leaflet, booklet, poster, cetakan, publikasi maupun peragaan teknologi. Pameran yang diikuti oleh Bbalitvet selama tahun 2010 terlihat pada Tabel 15. Disamping mengikuti berbagai pameran juga mengisi acara Karedok yang disiarkan langsung secara interaktif oleh Radio Pertanian Ciawi (RPC) sebanyak 6 kali selama tahun 2010 (Tabel 16).
Tabel 15. Kegiatan Pameran yang Diikuti oleh Bbalitvet Selama Tahun 2010 No
Tanggal
Nama Kegiatan
1 2
26 s/d 30 Mei 2010 24 s/d 28 Juni 2010
Agro & Food Expo 2010 Gelar Promosi Agribisnis IV
3 4 5 6
8 s/d 10 Juli 2010 26 s/d 30 Juli 2010 9 s/d 11 Agustus 2010 12 s/d 14 Nopember 2010
Indolivestock Expo Pekan Serealia Nasional I Hakteknas 11 Expo Nasional Inovasi Perkebunan (ENIP)
Keterangan/Tempat JCC, Jakarta Soropadan (Kirim Brosur) JCC, Jakarta Maros (Titip Brosur) Gedung II BPPT Jakarta JCC, Jakarta
Tabel 16. Acara Siaran RPC Selama Tahun 2010 No
Tanggal
Narasumber
1 2
24 Pebruari 2010 1 April 2010
Drh. Susanti Dr. Riza Zainuddin Ahmad, MS.
3
3 Juni 2010
Dr. NLP. Indi Dharmayanti, M.Si.
4.
26 Juli 2010
Dr. Sudarisman, MS.
5. 6.
8 Nopember 2010 16 Desember 2010
Drh. Didik Tulus Subekti, M.Kes Drh. Atik Ratnawati
28
Judul Penyakit Bacterial Zoonosis Peranan Cendawan dalam kehidupan manusia Avian Influenza (AI), pengendalian dan permasalahannya Penyakit IBR pada ternak sapi; pengendalian dan permasalahannya Parasit secara umum NIPAH, pengendalian dan permasalahannya.
Jurnal IlmuTernak dan Veteriner (JITV) Seksi Pendayagunaan Hasil Penelitian berpartisipasi dalam pendistribusian JITV dan Wartazoa dilingkup Bbalitvet. Pada TA 2010 telah terbit 3 nomor penerbitan yaitu: 1. JITV Vol.14 No.4 Tahun 2009 2. JITV Vol.15 No.1 Tahun 2010 3. JITV Vol.15 No.2 Tahun 2010 Pada setiap penerbitan JITV disajikan 10 (sepuluh) makalah ilmiah dan 3-5 makalah diantaranya berasal dari Bbalitvet.
Wartazoa Wartazoa merupakan terbitan ilmiah yang memuat review dari satu kegiatan penelitian atau topik terkini. Wartazoa diterbitkan secara periodik oleh Puslitbang Peternakan. Pada TA 2010 telah diterbitkan sebanyak 2 nomor, yaitu: 1. Wartazoa Vol.19 No.1 Tahun 2010 2. Wartazoa Vol.19 No.2 Tahun 2010
Oktober Biogen.
2010 yang diselenggarakan di
Database Veteriner Untuk meningkatkan kinerja Urusan Pengolahan Data, Bbalitvet membentuk Database Veteriner untuk mengolah dan menyiapkan seluruh data termasuk data kepegawaian, koleksi plasma nutfah veteriner, hasil diagnosis penyakit, teknologi hasil penelitian dan Sistem Informasi dan mnajemen (SIM). Simpanan data hanya dapat diakses oleh penanggung jawab masingmasing kegiatan yang terkait dengan data base tersebut.
E-product Untuk up date informasi tentang produkproduk teknologi inovasi Bbalitvet, Seksi PHP mengevaluasi ketersediaan produk-produk teknologi Veteriner yang telah dihasilkan oleh Bbalitvet untuk dimasukkan ke dalam E-Product.
Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner dan Lokakarya Fungsional Non- Peneliti, Puslitbang Peternakan Seksi Pendayagunaan Hasil Penelitian mencatat/mendata jumlah dan judul makalah yang dipresentasikan dalam Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner dan Lokakarya Fungsional Non-Peneliti yang diselenggarakan Puslitbang Peternakan setiap tahunnya secara rutin. Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner diselenggarakan pada tanggal 3-4 Agustus 2010 di Balitnak Ciawi. Sedangkan Lokakarya Fungsional Non-Peneliti yang merupakan forum komunikasi pejabat fungsional nonpeneliti untuk tukar menukar informasi secara ilmiah pada tanggal 12-13 29
Kunjungan Tamu Selama tahun 2010 beberapa tamu dari dalam dan luar negeri telah berkunjung ke Bbalitvet dan telah memberikan presentasi ilmiah atau
presentasi produk yang dihadiri oleh para peneliti. Daftar tamu yang berkunjung ke Bbalitvet selama tahun 2010 terlihat pada Tabel 17.
Tabel 17. Daftar Kunjungan Tamu Ke Bbalitvet Selama Tahun 2010 No
Tanggal
Pengunjung
Kegiatan
1. 2
19 Pebruari 2010 23 April 2010
Kunjungan Diskusi dan presentasi Montanide dan adjuvant technology
5 orang
3.
27 April 2010
Kunjungan Lapang
30 orang
4
7 Mei 2010
Pusat Karantina Hewan Jakarta Regis Vialle Asian business Development Manager PT Megasetia Agung Kimia Jl. Paradise Timur Raya Blok F21/58 Sumber Agung Podomoro Jakarta Balai Besar Pelatihan Kesehatan Hewan Cinagara Boy Muslim Cs PT. Synergy Solid Succes Graha Pratama Building ]Jl. MT. Haryono Kav. 15 Jakarta Drh. T. Murwijati (R&D Biological Ass Head) Bambang Irawan (R&D Registration & Regulation Ass. Head) Jl. Babakan Ciparay No. 262 Bandung Dr. Matthias Brand, PhD. PT Menjangan Sakti Rawa Sumur Jakarta Timur Badan Uji Standar Karantina Ikan Jakarta Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura BPSBTPH) Bandung
Presentasi Alat Biologi Molekuler (II)
20 orang
Konsultasi Seed Isolat Lokal dan Kreteria Master Seed Vaksin
2 orang
Presentasi Bionutrient in UP Date
5 orang
Studi Banding Laboratorium Studi Banding Penerpan ISO/IEC 17025:2005
16 orang
5
18 Mei 2010
6
26 Oktober 2010
7
15 Desember 2010 22 Desember 2010
8
30
Keterangan
20 orang
PERPUSTAKAAN Mulai tahun 2010 pengelolaan Perpustakaan Bbalitvet telah memanfaatkan teknologi informasi. Oleh karena itu kegiatan pengembangan koleksi perpustakaan dan pemberian jasa kepada pengguna lebih menitik beratkan pada penggunaan fasilitas internet yang ada di perpustakaan. Terkait dengan dengan hal tersebut pengukuran kinerja
perpustakaan menggunakan indikator fungsi perpustakaan berbasis elektronik. Selain itu, indikator fungsi perpustakaan berbasis konvensional masih digunakan, karena perpustakaan Bbalitvet masih tetap memberikan jasa kepada pengguna secara langsung di tempat dan juga masih menerima koleksi dalam bentuk cetak (Tabel 18 dan 19).
Tabel 18. Statistik Perpustakaan Bbalitvet 2010 Sumber daya perpustakaan
Penambahan dokumen tercetak elektronik
Hadiah
a.Buku (libcat)
53/63 eks
b. Majalah (kimba)
21
c.Publikasi tulisan peneliti bbalivet(vete riana) d. Artikel download dari internet (vetral) e. Artilek bidang veteriner di Indonesia (Pinvet)
beli 37 + 1 judul buku pengganti dari drh. Indro (lihat lampiran pembelian buku)
Format dokumen Tercetak Elektronik
12
12.535
21 mfn
21 judul baru
71 mfn
1561
(langganan Revue Scie. et. Tech.)
666 mfn
-
20 mfn -
92 (buku elektronik bentuk pdf)
Jumlah koleksi keseluruha n hingga desember 2009
12.627
Sudah masuk pangkalan data perpustakaan
4721 metadata 1140 metadata penambahan tahun 2010)
1119 metadata (judul majalah) 1561 metadata (949 fullpaper. pdf) 2494 (fullpaper. pdf)
1119 (judul majalah)
1119metadata
1561
1561 metadata (949 fullpaper.pdf)
466 metadat a (137 fullpape r.pdf)
603 (metadata & pdf)
2494 (bentuk. pdf )
2494 (fullpaper. pdf)
466 metadata & 137 fullpaper.pdf)
31
Tabel 19. Jasa Perpustakaan Bbalitvet 2010 Jenis Layanan 2010 1. Kunjungan
Langsung 490 (Peneliti=337; Teknisi=8; Mahasiswa=96; Peneliti Luar=24; Dosen=4; Swasta=21)
Virtual/elektronik 6829 (jumlah hits Bbalitvet.org ) 2230 (jumlah hits Bbalitvet libang deptan.go.id )
Jumlah 490 Langsung / 9059 virtual
2. Permintaan fotocopy / down load 3.Permintaan Penelusuran 4. Promosi perpustakaan diterbitkan dalam display dan terbitan bibliografi
446 artikel (cetak) / 34 buku (cetak) 15 (datang langsung) 12 terbitan (daftar display)
1016 artikel (dalam bentuk soft copy)/8 buku dalam bentuk CD
1462 artikel / 42 buku
26 (E-mail dan telepon)
41 permintaan 18 terbitan yang diupload ke web balai
5. Permintaan silang layan
51 (Bbalitvet ke PUSTAKA = 50 Perpustakaan Balitnak = 1) 65 buku
12 terbitan Daftar Display dan 3 terbitan Bibliografi dan 3 Daftar Publikasi yang berjudul : 1. Infectious Bursal Disease Virus 2. Haemophilus Paragallinarum 3. Chicken Anaemia Agent (CAA) 4. Publikasi Ilmiah Peneliti Bbalitvet Tahun 2008 5. Publikasi Ilmiah Peneliti Bbalitvet Tahun 2009 6. Scientific Publication of IRCVS Researchers 51 artikel elektronik
6. Peminjaman buku 7. Database yang sering digunakan di Perpustakaan a. Internal : pangkalan data yang dibuat Perpustakaan Bbalitvet; b. eksternal : pangkalan data dari luar yang ada di internet
32
51 artikel elektronik
65 buku cetak Ranking pengunaan tertinggi/akses tertinggi hingga terendah : a. Veteriana/ Vetral/ Pinvet/ Libcat/Kimba b. NCBI(Medicine)/ Sciencedirecct/ Highwire/ Academicjournals/ TEEAL/ Proquest
Daftar pembelian Buku dan JurnalTahun 2010 : Pembelian Buku Tahun 2010 : 1.
2.
ANIMAL Biodiversity and emerging diseases prediction and prevention/Edited by Olivier A.E. Sparagano, Jean-Charles Maillard and Julio Vicente Figueroa.-Boston: Blackwell,2008 ANTIMICROBIAL susceptibility testing protocols/Edited by Richard Schwalbe, Lynn Steele-Moore and Avery C. Goodwin.-- Boca Raton: CRC,2007
10. FOOD Contaminants and residue analysis/Edited by Yolanda Pico.-- Oxford: Elsevier,2008 11. FOOD Mycology: A Multifaceted approach to fungi and food/Edited by Jan Dijksterhuis and Robert Samson.-- Boca Raton: CRC,2007 12. FOOD Toxicants analysis: Techniques, Strategies and Developments/Edited by Yolanda Pico.—Amsterdam [Etc]: Elsevier,2007
3.
AVIAN histopathology/Edited by Oscar J. Fletcher.-- Third edition.-- Florida: American Association of Avian Pathologists,2008
4.
BACTERIAL resistance to antimicrobials/Edited by Richard G. Wax [et.al.].-- Second edition .-Boca Raton: CRC,2008
5.
BACTERIOPHAGES: Biology and applications/Edited by Elizabeth Kutter and Alexander Sulakvelidze.-Boca Raton: CRC,2005
15. FUNGI: Multifaceted microbes/Edited by B.N. Ganguli and S.K. Deshmukh.-- Boca Raton: CRC,2007
6.
(The) BIOLOGY of Nematodes/Edited by Donald L. Lee.-- London: Taylor and Francis,2002
16. KEYS to the trematoda/Edited by Rodney A. Bray, David I. Gibson and Arlene Jones.-- Vol. 3.— London: CABI,2008
7.
BLUETONGUE in Northern Europe/Edited by Claude Saegerman, Francis Reviriego-Gordejo and P.-_P. Pastoret.-- Paris: OIE,2008
8.
CRYPTOSPORIDIUM and Cryptosporidiosis/Edited by Ronald Fayer and Lihua Xiao.-- Second edition.-- Boca Raton: CRC,2008
17. KOUTCHMA, Tatiana N. Ultraviolet light in food technology : Principles and applications/Tatiana N. Koutchma, Larry J. Forney and Carmen I. Moraru.-- Boca Raton: CRC,2009
9.
FIRST International Conference of the OIE Reference Laboratories and Collaborating Centres (2006: Dec 3-5: Florianopolis, Brazil)Proceedings of an International conference organized by the World Organization for Animal Health OIE.../Edited by Michel Lombard and Betty Dodet.-- Basel: Karger,2007
13. FOOT and Mouth disease ageing of lesions London: Department for Environment Food and Rural Affairs (DEFRA),2005 14. FOOT and Mouth Disease current perspectives/Edited by Francisco Sobrino and Esteban Domingo.—Norfolk: Horizon Bioscience,2004
18. LI, Richard. Forensic biology/Richard Li.-Boca Raton: CRC,2008 19. (The) MERCK Veterinary manual/Edited by Cynthia M. Kahn.-- Tenth edition.-- New York: Merck and Co.,2010 20. MOLECULAR detection of foodborne pathogens/Edited by Dongyou Liu.-- Boca Raton: CRC,2010
33
21. NILL, Kimball. Glossary of biotechnology and nanobiotechnology terms/Kimball Nill.-- Fourth edition.-- Boca Raton: CRC, 2006 22. OFFICE INTERNATIONAL DES EPIZOOTIES. Manual of diagnostic tests for aquatic animals.-- Paris: World Organization for Animal Health,2009 23. (The) OIE Global Conference on Aquatic Animal Health (2006: Oct 9-12: Berger, Norway) Proceedings of aGlobal conference organized by the World Organization for Animal Health OIE.../Edited by Betty Dodet and Marissa Vicari.-- Basel: Karger,2007
31. TOWARD the Elimination of Rabies in Eurasia: A Joint OIE/WHO/EU International Conference, Paris, France 27-30 May 2007/Edited by Betty Dodet [et.al.].-- Basel: Karger ,2008 32. VACCINATION: A Tool for the control of Avian Influenza/Edited by Betty Dodet.-- Basel: Karger,2007.-Developments in Biologicals, Vol. 130 33. VETERINARY Medicine: A Textbook of the diseases of cattle, horses, sheep, pigs and goats/O.M. Radostits [et.al.].-- Tenth edition.-Edinburgh [Etc.]: Elsevier,2008
24. OIE Standard and guidelines for veterinary laboratories: Infectious diseases.-- Second edition.-Paris: Office International des Epizooties,2008
34. VETERINARY reproduction and obstetrics/Edited by David E. Noakes, Timonthy J. Parkinson and Gary C.W. England.-- Ninth edition.--Edinburgh [Etc.]: Elsevier,2009
25. PCR detection of microbial pathogens/Edited by Konrad Sachse and Joachim Frey.-- Totowa: Humana,2003
35. VETERINARY Toxicology: Basic and clinical principles/Edited by Ramesh C. Gupta.-Amsterdam: Elsevier,2007
26. RABINOWITZ, Peter M. Human-Animal medicine : Clinical approaches to Zoonoses, Toxicants, and other shared health risks/Peter M. Rabinowitz and Lisa A. Conti.-- United Kingdom: Saunders,2010
36. VIRUS Taxonomy: Classification and nomenclature of viruses. Eighth report of the International Committee on the Taxonomy of viruses/Edited by C.M. Fauquest [et.al.].-Amsterdam [Etc]: Elsevier,2005
27. RUSHTON, Jonathan. The Economic of animal health and production/by Jonathan Rushton and Peter R. Ellis .-Wallingford: CAB,2009
37. WORLD ORGANISATION FOR ANIMAL HEALTH. Terrestrial animal health code Vol. I: General provisions.-- Nineteenth edition.-Paris: World Organization for Animal Health,2010
28. SAMUELSON, Don A. Textbook of veterinary histology/Don A. Samuelson.-- St. Louis: Saunders,2007 29. STOCKHAM, Steven L. Fundamentals of veterinary clinical pathology/Steven L. Stockham and Michael A. Scott.-- Second edition.-- Oxford: Blackwell,2008 30. TAYLOR, M.A. Veterinary parasitology/M.A. Taylor, R.L. Coop, and R.L. Wall.-- Third edition.-- Oxford: Blackwell,2007
34
38. WORLD ORGANISATION FOR ANIMAL HEALTH. Terrestrial animal health code Vol. 2: Recommendations applicable to OIE listed diseases and other diseases of importance to international trade.-- Nineteenth edition.-- Paris: World Organization for Animal Health,2010
Pembelian Jurnal tahun 2010 : 1.
Revue Scientifique et Technique Vol. 29 (1-3)2010, Vol.30(1-3)2010,
Penggantian Buku Tahun 2010 : 1.
FOOT and Mouth Disease ageing of lesions.- London: Her Majesty’s Stationary Office,1986.(Pengganti buku yang rusak karena basah) diganti oleh Bpk. Drh. M. Indro.
35
BIDANG PROGRAM DAN EVALUASI
Bidang Program dan Evaluasi
Seksi Program
Sesuai dengan SK Permentan No.15/ Permentan/OT.140/3/2006 Bidang Program dan Evaluasi mempunyai tugas melaksanakan penyusunan program dan evaluasi pelaksanaan penelitian veteriner. Dalam melaksanakan tugasnya Bidang Program dan Evaluasi menyelenggarakan fungsi, yaitu : melakukan pengumpulan, pengolahan, dan analisis data kegiatan penelitian veteriner, penyusunan rencana, program dan anggaran penelitian veteriner, penyiapan evaluasi kegiatan penelitian veteriner dan penyusunan laporan kegiatan dan hasil penelitian veteriner. Bidang Program dan Evaluasi terdiri dari 2 seksi yaitu : Seksi Program dan Seksi Evaluasi.
Sesuai dengan SK Ka Badan No.229/ Kpts/ OT.140/J/12/2006 Seksi Program mempunyai tugas menyiapkan bahan penyusunan rencana kegiatan penelitian veteriner, menyiapkan bahan penyusunan program penelitian veteriner, menyiapkan bahan penyusunan anggaran penelitian veteriner (RAPBN, RKAKL, DIPA dan revisi DIPA/POK), serta menyiapkan bahan rencana pengembangan dan implementasi sistem informasi SIM program dan anggaran. 1.
Penelitian T.A. 2010
Selama T.A. 2010 telah dilaksanakan sebanyak 9 judul RPTP dan 10 kegiatan penelitian yang didanai oleh APBN (Tabel 20) dan 7 kegiatan penelitian yang didanai oleh Kementerian Riset dan Teknologi (RISTEK) Progran Insentif (Tabel 21).
Tabel 20. Daftar Kegiatan Penelitian APBN T.A. 2010 Kode 00460A 00464A 00464B 00464C1 00464C2 00464D
00464E 00464F 00464G 00464H
36
Judul penelitian/kegiatan penelitian Konservasi dan Karakterisasi 100 Isolat lokal Mikroba Veteriner yang berpotensi sebagai kandidat vaksin, bahan diagnostik dan probiotik Penanganan kematian pedet dengan pemberian susu formula yang mengandung immunoglobulin dan penanganan gangguan reproduksi pada sapi potong Teknologi vaksin IBR inaktif menggunakan isolat lokal yang efektif (memberikan perlindungan 95%) dan ekonomis Analisis genetik virus AI isolat tahun 2010 pada unggas Efikasi master seed vaksin isolat lokal terbaru (koleksi tahun 2008) Teknik deteksi residu khloramphenikol menggunakan Liquid Chromatography Mass Spectrophotometer (LCMS) pada daging dan susu sapi (lokal dan impor) dengan limit deteksi 0,3 ppb di Propinsi DKI dan Jawa Barat Pendeteksian dini virus Flu babi dalam rangka antisipasi letupan penyakit di Propinsi DKI dan Banten Pengembangan teknik PCR untuk deteksi agen penyebab Brucellosis pada ternak sapi Pemetaan genetik virus rabies pada anjing, kucing dan kera sebagai dasar penetapan pengendalian penyakit Pengembangan teknik immunohistokimia untuk diagnosa penyakit gumboro pada ayam pedaging
Tabel 21. Daftar Kegiatan Penelitian Program Insentif T.A. 2010 Penanggung Jawab Drh. Didik Tulus Subeksti, MS Sri Rachmawati BSc., MSc. Drh. Indraningsih, MS Drh. Tati Ariyanti, MP
Drh. Adin Priadi Dr. Simson Tarigan Drh. Dyah Haryuningtyas S., MSi
Judul penelitian/kegiatan penelitian Prototipe perangkat uji diagnostic cepat (Immunostik) Toxoplasmosis (<2 jam) dan lebih murah (50%) Produksi pereaksi imunokimia untuk pengembangan teknik ELISA Okratoksin A (OTA) (yang lebih murah 50% dari kit impor) dalam rangka monitoring keamanan pakan ternak Pengembangan metoda deteksi dini kebuntingan (hari ke 20) pada sapi dengan teknik ELISA. {Purifikasi (80%) protein penyandi bovine pregnancy associated glycoprotein/bPAG untuk pengembangan metoda deteksi dini kebuntingan (hari ke-20) pada sapi dengan teknik ELISA} Pengembangan metode indirect double sandwich ELISA untuk deteksi E. coli O157H7 yang cepat (5 jam), sensitive dan spesifik pada bahan pangan asal ternak dan olahannya {Teknik ELISA yang sensitive (≤10¹ sel/ml) dan spesifik (>95%) untuk deteksi E. coli O157H7 pada bahan pangan asal ternak dan olahannya} Vaksin Anthraks inakstif yang diberikan secara aerosol, lebih murah (50%) dan memberikan proteksi ≥ 80% Pengembangan deteksi cepat antigen dan antibody hemagglutinin virus H5N1 Efektifitas daun gamal (Gliricidia sepium) sebagai obat penyakit Scabies pada kambing dengan tingkat kesembuhan 95%
Seksi Evaluasi Seksi Evaluasi mempunyai tugas sesuai dengan SK Ka Badan No.229/Kpts/ OT.140/ J/12/2006 menyiapkan bahan pemantauan perkembangan pelaksanaan program dan anggaran, identifikasi masalah dalam pelaksanaan program dan anggaran, menyiapkan bahan dan sosialisasi pedoman pemantauan, evaluasi dan pelaporan program dan anggaran, menyiapkan bahan evaluasi pelaksanaan program dan anggaran, menyiapkan bahan rekomendasi dan saran tindak lanjut hasil evaluasi pelaksanaan program dan anggaran berbasis kinerja, melakukan penyiapan bahan penyusunan laporan pelaksanaan program dan anggaran, SIM
Monev, LAKIP, laporan bulanan, tengah tahunan, tahunan dan laporan lain dan menyiapkan bahan rapat koordinasi pelaksanaan program dan anggaran. 1. Monitoring dan Evaluasi Penelitian. Kegiatan monitoring dan evaluasi untuk penelitian dilakukan bersama tim adhoc Monev. Laporan bulanan disiapkan secara rutin, laporan triwulan dan tengah tahun berupa kemajuan pelaksanaan kegiatan, sedangkan laporan akhir tahun berupa laporan lengkap pelaksanaan kegiatan dan pertanggung jawaban. Monitoring dan Evaluasi penelitian diselenggarakan minimal 3 kali dalam satu tahun 37
anggaran, yang terdiri dari pembahasan ROKT, evaluasi kemajuan penelitian dan evaluasi akhir penelitian. Sebanyak 9 judul penelitian yang mencakupi 10 kegiatan dibahas dan dievaluasi selama T.A. 2010. Dari hasil Monev untuk kegiatan penelitian T.A. 2010, umumnya kegiatan dapat diselesaikan hingga akhir tahun 2010. Beberapa kegiatan penelitian agak terhambat terutama pada ketersediaan bahan penelitian yang spesifik dan agak sulit diperoleh serta kesiapan/kondisi alat yang sulit diprediksi.
2.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP)
LAKIP adalah suatu laporan tertulis tentang kinerja instansi pemerintah terhadap seluruh kegiatan selama satu tahun anggaran untuk mempertanggungjawabkan keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan misi organisasi dalam mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan. LAKIP dibuat setiap tahun dan diserahkan kepada Badan Litbang Pertanian melalui Puslitbang Peternakan. Untuk kegiatan T.A. 2010 ini, LAKIP telah disusun dan diserahkan kepada Puslitbang Peternakan dan Badan Litbang Pertanian. 3.
Laporan Tahunan/Annual Report
Laporan Tahunan merupakan pertanggung jawaban Balai secara tertulis atas kegiatan yang telah dilakukan selama tahun berjalan, untuk itu seksi Evaluasi bertugas untuk menerbitkan Laporan Tahunan/ Annual Report.
38
4. Kegiatan SPI Balai Besar Penelitian Veteriner Tim Satlak SPI Balai Besar Penelitian Veteriner telah dibentuk pada tanggal 1 Juni 2009 berdasarkan SK Kepala Bbalitvet Nomor 1199/OT.210/I.5.1/06/09 tentang pembentukan Tim Pelaksana Sistem Pengendalian Intern pada Balai Besar Penelitian Veteriner. Susunan Organisasi Tim SPI Bbalitvet sebagai berikut : a. Penanggung Jawab : Kepala Bbalitvet b. Ketua : Kabid Program dan Evaluasi c. Sekretaris : Kasi Evaluasi d. Anggota : 1. Kabag Tata Usaha 2. Kabid KS-PHP 3. Prof. drh. Darmono, MSc. 4. Dr. drh. Anni Kusumaningsih, MSc 5. Drh. S. Endah Estuningsih, MSc Sekretaris SPI telah mengikuti Forum Nasional SPI di Hotel Inna Grand Beach Bali pada tanggal 7-9 Nopember 2010.
KELOMPOK PENELITI
Kelti Bakteriologi Sumber daya manusia yang melaksanakan tugas dan fungsi Kelti Bakteriologi pada tahun 2010 sebanyak 37 orang. Pegawai tersebut terdiri dari 13 PNS peneliti, 16 PNS teknisi, 8 PNS laboran. Berdasarkan latar belakang pendidikannya , pegawai tersebut terdiri dari 2 orang S3, 6 orang S2, 5 orang S1, 3 orang diploma, 17 orang SLTA, 2 orang SLTP, dan 5 orang SD. Pada tahun 2010 satu orang teknisi litkayasa Bakteriologi telah memasuki masa purnabakti, yaitu Djadjang Djajaatmadja dan 3 orang laboran yaitu Asmara, Drajat Suhanda dan Sutardjo. Kelti Bakteriologi melaksanakan tugas pokoknya yang berkaitan dengan kegiataan penelitiaan penyakit bakterial, pelayanan diagnosis dan pelatihan teknik laboratorium dengan intansi lain. Pada tahun 2010, Kelti Bakteriologi melaksanakan 2 kegiatan penelitiaan Ristek Insentif yaitu ”Vaksin anthrax inaktif yang diberikan secara intranasal” dan “Pengembangan metode indirect double sandwich ELISA untuk mendeteksi E. coli O157H7 yang cepat, sensitive dan spesifik pada pada bahan asal ternak dan olahan. Kelti Bakteriologi melaksanakan tugas pelayanan diagnosis penyakit bakterial, berupa isolasi dan identifikasi bakteri dan pemeriksaan secara serologis. Dalam pelayanan diagnosis dan dalam menguji beberapa uji telah mendapat akreditasi menurut ISO 17025-2005/SNI 170252008. Adapun beberapa uji yang telah mendapat akreditasi yaitu: pengujiaan Brucellosis, Leptospirosis, pengujian koliform dan E. coli metode MPN; Isolasi, identifikasi dan serotiping Salmonella, dan pengujian penyakit pullorum; Pengujiaan antraks meliputi isolasi, identifikasi Bacillus anthracis, serta pengujian
serologi dengan uji Ascoli dan ELISA. Adapun pengujiaan lain meliputi pengujiaan Staphylococcus aureus, total plate count (TPC), dan Listeria monocytogenes, dll. Materi atau sampel yang diuji berupa darah, serum, organ, produk ternak dan pangan asal ternak, limbah perternakan , pertaniaan, air, dll. Laboratorium Enterobacteriacea telah dipercaya untuk yang ketiga kalinya sebagai Laboratorium penyiap (provider) contoh uji mikrobiologi untuk uji profisiensi Komite Akreditasi Nasional (KAN) dengan parameter uji isolasi dan indentifikasi Salmonella spp., Perhitungan MPN Coliform dan E. Coli. Laboratorium ini juga mempunyai kerja sama dengan PT CEVA dalam rangka pengujiaan lapang vaksin Salmonella enteritidis (Cevac Corymune 4 K dan Cevac Corymune 7K). Drh. Adin Priadi, Drh. Kusmiyati dan Djaenuri telah mengikuti pelatihan “Pembinaan kiat cegah korupsi melalui metode THD untuk mewujudkan wilayah bebas dari korupsi” pada tanggal 28-30 Juni 2010 di Bogor. Andi Mulyadi telah mengikuti kursus pelatihan komputer Microsoft word dan Excel pada tanggal 12-15 Juli 2010 di Bbalitvet. Kelti Bakteriologi telah memberikan pelatihan kepada staf Balai Laboratorium Kesehatan Jayapura yang sedang magang tentang Mikrobiologi air bersih dan limbah pada tanggal 4-8 Oktober 2010 di Bbalitvet. Kelti Virologi Pada tahun 2010 kegiatan penelitian di Kelti Virologi didukung oleh 32 pegawai, yaitu terdiri dari 13 orang peneliti, 15 orang tenaga tehnisi, dan 4 orang tenaga pembantu tehnisi. Pada tahun 2010 ada satu orang tenaga tehnisi yang mengahiri masa kerjanya, yaitu Bapak A.Sahmun. Ada satu staff peneliti Virologi yang 39
baru aktif kembali di bagian Virologi pada bulan Nopember 2010 dari tugasnya di Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan, beliau disana menjabat sebagai Direktur Kesehatan Hewan, Departemen Pertanian. Selama tahun 2010, para peneliti di Kelti Virologi terlibat dalam pelaksanaan di 4 kegiatan penelitian yang didanai oleh dana APBN BBALITVET, yaitu 1)Konservasi Plasma nutfah mikroba veteriner, 2)Pemetaan genetik virus AI di Indonesia, 3)Penelitian epidemiologi virus flu babi di sentra peternakan babi dalam rangka antisipasi letupan penyakit, 4)Penelitian Diagnosa Rabies dengan metoda PCR. Kegiatan penelitian lainnya adalah penelitian penyakit AI di sektor 3 peternakan ayam petelur dengan dana dari ACIAR, yang merupakan lanjutan dari penelitian tahun 2009. Beberapa kegiatan pelatihan di luar negeri yang diikuti oleh staff Virologi pada tahun 2010, yaitu Drh.Moh.Indro Cahyono yang melakukan pelatihan epidemiologi di Thailand. Disamping itu ada dua staff peneliti yang mendapatkan pelatihan di Australia tentang Avian Influenza yang menggunakan metoda Sequencing, yaitu Drh.Atik Ratnawati dan Drh.Dyah Ayu Hewajuli. Seorang peneliti Virologi Drh. Risza Hartawan baru kembali dari studi di Australia, yaitu di University of Queensland, thesis masternya berjudul Molecular characterization and expression of the H5 and N1 genes of an Indonesian Avian Influenza Virus Isolate. Staff Virologi lainnya adalah Dr.drh.NLP Indi D,MS dan Dr.Muharom Saefuloh Ssi,MSc mendapatkan kesempatan untuk melakukan pertukaran ilmuwan ke negara Taiwan dan Maroko. Keduanya adalah Staff Peneliti Virologi yang baru saja menyelesaikan pendidikan S3-nya di Universitas Indonesia dan Institut Pertanian Bogor. Kunjungan dari pihak luar (negara asing) ke Kelti Virologi pada tahun 2010, yaitu : Dr.Peter Durr dan Dr.Jagoda dari proyek ACIAR dalam rangka penyelesaian proyek penelitian AI, yaitu aspek epidemiologi dari 40
penyakit. Disamping itu Dr.David Suarez dari South East Poultry Research Laboratory, Athens,Georgia USA berkunjung ke Virologi dan diskusi tentang kerjasama penelitian vaksin AI reverse genetic. Kelti Patologi Total Personil yang mendukung kegiatan di Patologi sebanyak 15 orang, terdiri dari 6 orang peneliti, 6 orang teknisi dan 3 orang pembantu teknisi. Satu orang peneliti saat ini sedang mengikuti pendidikan S3 di Melbourne University, Australia yaitu Drh. Sumarningsih, sedangkan Drh. Sutiastuti Wahyuwardani, MSi yang mengikuti pendidikan S3 di IPB, telah habis masa tugas belajarnya dan telah aktif bekerja kembali. Kegiatan Peneliti dan teknisi selama tahun 2010 antara lain : (1). Dr. Simson Tarigan mengadakan kunjungan kerja ke University of Adelaide pada bulan Juni 2010, dalam rangka kerja sama penelitian Avian Influenza yang didanai Aciar Project. (2). Drh. Rini Damayanti, MSc beserta 2 orang teknisi yaitu Murniati dan Gita Sekarmila mengikuti training on biosafety practise di Bbalitvet, Bogor pada tanggal 6, 7 dan 11 Oktober 2010. Peneliti yang sama memberikan pelatihan pada In house training dengan tema Patologi Penyakit Zoonosis (Anthrax, Brucellosis, Rabies, Surra) pada tanggal 22-23 Februari 2010 di BPPV Subang, Jawa Barat. Kegiatan Penelitian di Kelti Patologi pada tahun 2009 dengan biaya APBN hanya 1 kegiatan yaitu “Pengembangan Teknik Diagnosis IBD dengan IHK pada ayam Pedaging”. Kegiatan penelitian lainnya adalah Penelitian Insentif Ristek tahun 2010 : (1) Pengembangan teknik imunodiagnosis (Elisa antigen, Elisa antibodi hemaglutinin dan imunohistokimia) untuk deteksi virus Flu burung (H5N1) yang kualitasnya minimal sama dengan kit impor tetapi dengan harga yang lebih murah (Dr. Simson Tarigan dan Drh. Rini Damayanti, MSc).
(2) Jamu berbasis Tanaman Biofarmaka untuk Pengendalian Penyakit Coccidiosis pada Ayam (Dr. Drh. Ening Wiedosari, MSc). Penelitian kerja sama yang didanai Project ACIAR untuk produksi Phage Display monoclonal antibody terhadap M2e virus H5N1 (Dr. Simson Tarigan). Kelti Parasitologi Sebanyak 8 peneliti bertugas di Kelti Parasitologi dan 3 diantaranya aktif di struktural. Kelti ini didukung oleh 8 orang teknisi dan 3 orang tenaga laboran. Berdasarkan jenjang pendidikannya, Kelti Parasitilogi dikelola oleh 3 orang S3, 5 orang S2, 9 orang SLTA dan 2 orang SLTP. Bulan Juni 2010, Drh. Tolibin Iskandar, MS berhasil meningkatkan jenjang fungsionalnya menjadi Peneliti Utama, sedangkan pada bulan Oktober 2010 April Hari Wardhana, SKH., MSi telah menyelesaikan tugas belajarnya dari London School of Hygiene and Tropical Medicine (LSHTM), University of London-UK atas biaya Ford Foundation-TheIndonesian International Education Foundation (IIEF) dan menyandang gelar Doktor. Disamping itu, bulan Desember 2010, Drh. Dyah Haryuningtyas Sawitri, Msi diterima di Universitas Indonesia pada program studi Biomedik untuk jenjang S3 (semester genap), sehingga peneliti yang aktif di Kelti Parasitologi berjumlah 4 orang. Dua kegiatan penelitian yang dilakukan selama tahun 2010 atas biaya Research and Technology (Ristek)-Riset insentif Terapan, yaitu”Prototipe Perangkat Uji Diagnostik Cepat (Immunostick) Toxoplasmosis” dan “Efektifitas Daun Gamal (Gliricidia sepium) sebagai obat penyakit scabies pada kambing dengan tingkat kesembuhan 95%”. Kelti Parasitologi juga melakukan penelitian kerjasama dengan Balai Tanaman Rempah dan Obat (BALITRO) dan Balai Penelitian Ternak (BALITNAK) dengan judul kegiatan “Formula jamu berbasis bahan aktif gingerol dan andrographoid efektif
mengendalikan ookista Eimeria tenella penyebab penyakit koksidiosis pada ayam sebesar > 70%”. Dalam penelitian kerjasama ini, Kelti Parasitologi diwakili oleh Drh. Tolibin Iskandar, MS. Kegiatan lainnya adalah kerjasama dengan PRODIA tentang “Metode Real Time (RT) PCR untuk Toxoplasmosis”. Kelti Parasitologi juga mendapat kehormatan menjadi tuan rumah rapat koordinasi penelitian kedua (Coordinated Research Project/CRP yang berjudul “Applying GIS and Population for Managing Livestock Insect Pest”) di Bali pada tanggal 22-26 Februari 2010. Rapat tersebut adalah bagian dari penelitian kerjasama Bbalitvet dengan IAEA/FAO (PHLN nomor 70825701) yang berjudul “Improving Technique and Methodology for Predictive Distribution Maps of the Old World Screwworm Fly”. Peserta yang hadir berasal dari berbagai negara, yaitu Austria (1 orang), Brazil (2 orang), Ethiopia (1 orang), Indonesia (1 orang), Inggris (2 orang), Iraq (1 orang), Italia (1 orang), Kenya (1 orang), Thailand (1 orang), USA (1 orang) dan Yaman (1 orang). Dalam rapat tersebut, Kelti Parasitologi diwakili oleh Dr. Sri Muharsini dan mempresentasikan makalah yang berjudul “Collection and incidence of myasis caused by the Old World World Screwworm Fly, Chrysomya bezziana”.
Kelti Toksikologi dan Mikologi Personil yang melaksanakan tugas di Kelti Toksikologi dan Mikologi pada awal tahun 2010 ada 24 orang, terdiri dari 12 staf peneliti dan 12 orang teknisi. Namun pada bulan Mei 2010 seorang peneliti Toksikologi yaitu Sdr. Zainal Arifin, BSc memasuki masa pensiun dan kemudian mendapat pengganti seorang peneliti berlatar belakang kimia yaitu Sdr. Hasim Munawar, SSi, sedangkan pada bulan September 2010, 1 orang teknisi Mikologi yaitu Sdri. Lilis Sulastri memasuki masa pensiun. 41
Pada bulan Juni tahun 2010, 1 orang teknisi yaitu Sdri. Heny Yusrini, STP mendapat kesempatan mengikuti pelatihan penulisan yang diselenggarakan oleh Badan Litbang Pertanian. Sedangkan pada tanggal 5-9 Juli 2010, kelti Toksikologi-Mikologi mendapat kunjungan Expert Mission melalui dana TCP/FAO-IAEA no INS/5/033 dari seorang staf Technical Officer FAO-IAEA yaitu Dr. Rajendra Kumar Patel dan pada kesempatan tersebut juga diadakan seminar sehari dengan topik : “Indonesia: Food Safety and Veterinary Medicine” pada tanggal 7 Juli 2010 yang diikuti oleh 53 peserta undangan yang berasal dari berbagai instansi (BBalitvet, Dirjenak, BATAN, UPT-Kesmavet, BPMPP, BPMPT, BPPV Medan, Lampung, Maros, Banjarbaru, Denpasar). Selama TA 2010 terdapat 1 kegiatan penelitian yang dibiayai APBN yaitu “Teknik deteksi residu kloramfenikol menggunakan LCMS pada daging dan susu” dan 3 kegiatan penelitian yang dibiayai Ristek Insentif yaitu (a) Produksi pereaksi imunokimia untuk pengembangan teknik ELISA okratoksin, (b) Pengembangan metoda deteksi dini kebuntingan (hari ke-20) pada sapi dengan teknik ELISA, dan (c) Efektifitas daun gamal (Gliricidia
42
sepium) sebagai obat penyakit scabies pada kambing dengan tingkat kesembuhan >95%, kerjasama dengan Kelti Parasitologi . Pada tahun 2010 Kelti ToksikologiMikologi melaksanakan pengujian diagnostik dengan permintaan terbanyak untuk pengujian deoksinivalenol (81 sampel) dan okratoksin A (76 sampel) secara KCKT, pengujian logam berat (159 sampel) menggunakan SSA, pengujian aflatoksin dengan ELISA (73 sampel) dan KCKT (57 sampel), nitrat-nitrit menggunakan kit (48 sampel), isolasi dan identifikasi kapang (40 sampel), pengujian antibiotika tetrasiklin, kloramfenikol dan penisilin secara KCKT (33 sampel), pengujian pestisida dengan KG (32 sampel) dan KLT (14 sampel), pengujian Fusarium toksin secara KCKT (15 sampel) serta uji-uji keracunan lainnya (ammonia, klorida, sulfat) Kelti Toksikologi dan Mikologi juga memberi bimbingan bagi peneliti dari Balai Besar Uji Standar Karantina Pertanian Jakarta dan BPPV Bukittinggi. Disamping itu Kelti Toksikologi juga memberi kesempatan bagi mahasiswa dari FMIPA-Universitas Pancasila dalam melaksanakan PKL dan magang bagi pelajar SMAKBO.
UNIT PELAYANAN MASYARAKAT
Disamping tugas pokoknya untuk menyelenggarakan kegiatan penelitian di bidang veteriner, Bbalitvet juga menyelenggarakan kegiatan fungsional lainnya untuk kegiatan pelayanan masyarakat seperti pelayanan diagnostik veteriner, koleksi biakan mikroba veteriner (bakteri, virus, parasit dan jamur) serta komersialisasi teknologi hasil penelitian. Kegiatan ini merupakan kegiatan dalam rangka intensifikasi dan ekstensifikasi PNBP (Pendapatan Negara Bukan Pajak) yang diselenggarakan oleh unit-unit fungsional seperti Unit Pelayanan Diagnostik dan Unit BCC.
1. Unit Pelayanan Diagnostik Unit pelayanan Diagnostik merupakan unit fungsional yang melaksanakan kegiatan diagnosa, pengujian dan konfirmasi penyakit dan kesehatan hewan. Jasa Pelayanan ditawarkan kepada umum/masyarakat khususnya peternak, perusahaan bidang peternakan dan pangan, laboratorium kesehatan hewan, karantina, rumah sakit maupun individu lainnya. Sesuai dengan Peraturan Menteri Pertanian Nomor : 15/Permentan/OT.240/2/2006, Bbalitvet memiliki fungsi untuk melaksanakan pelayanan diagnostik veteriner sebagai rujukan penyakit hewan maka peneguhan diagnosa dilakukan bila laboratorium veteriner lainnya (laboratorium daerah) tidak mampu melakukan diagnosa penyakit hewan secara fisik. Dalam melaksanakan tugasnya secara
teknis, unit ini berkoordinasi dengan Kelti dalam lingkup Bbalitvet untuk melakukan pengujian laboratorium sesuai dengan permintaan pelanggan seperti virologi, bakteriologi, parasitologi, patologi, toksikologi dan mikologi. Unit Pelayanan Diagnostik telah diakreditasi oleh komisi Akreditasi Nasional sebagai Laboratorium Pengujian sesuai dengan ISO 17025 (SNI ISO/IEC 170252008) dengan nomor LP-121-IDN sehingga seluruh hasil pengujian telah mengikuti prosedur Good Laboratory Practices. Sejak bulan Agustus 2006, seluruh laboratorium pengujian yang terakreditasi harus menyesuaikan dengan ISO/IEC 170252005 yang sekarang sudah diperbaharui dengan SNI 17025-2008. Unit Pelayanan Diagnostik menawarkan sebanyak 154 jenis pengujian dan 36 produk (berupa antigen, antisera dan kit diagnostik), yang terdiri dari 71 jenis pengujian bakteriologi, 21 jenis pengujian virologi, 31 jenis pengujian toksikologi, 9 jenis pengujian mikologi, 10 jenis pengujian patologi dan 12 jenis pengujian parasitologi. Sebanyak 53 jenis pengujian diantaranya telah diakreditasi oleh KAN sesuai dengan ISO/IEC 170252005 dengan nomor LP-121-IDN sehingga ke 53 pengujian tersebut mengikuti prosedur Good Laboratory Practices. Jumlah kegiatan yang dilakukan laboratorium selama tahun 2010 diilustrasikan pada Tabel 22, 23, 24, 25, 26 dan 27.
43
Jumlah Sampel UJi Selama Tahun 2010 Jumlah total sampel yang dilakukan pengujian selama tahun 2010 adalah : 24.419 sampel. Jumlah penjualan antigen/antisera adalah : 1.112 ml; PBS : 10 ltr; Transport media : 22 vial. .
Jumlah pelanggan : 887 Untuk pengujian Bakteriologi, Virologi, Patologi, Parasitologi, Toksikologi dan Mikologi
Tabe 22. Kegiatan Pengujian di Laboratorium Virologi Jenis Pengujian 1. ND 2. AI 3. EBL 4. IBD 5. IBR 6. BVD 7. EIA 8. Rabies Jumlah Sampel Bahan Biologis 1. Antigen AI 2. Antigen ND (ml) 3. Serum Positp AI (ml) 4. Serum Positip ND (ml) Jumlah Antigen /Serum 1. PBS (Liter) 2. Transport Media (vial)
44
Jumlah Sampel 5214 10.717 129 1 63 167 1 9 16.301 602 ml 240 ml 56 ml 43 ml 941 ml 10 liter 22 vial
Tabel 23. Kegiatan Pebngujian di Laboratorium Bakteriologi Jenis Pengujian 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16.
Brucellosis Anthrax Clostridium sp Listeria sp Leptospirosis Salmonellosis E. Coli Mycoplasma sp Streptococcus Mastitis Pseudomonas Staphylococcus Pasteurellosis Bacillus cereus Haemophillus Micobakteria
Jumlah Sampel 2.472 121 68 9 1.181 160 136 722 3 2 2 17 112 3 40 1166
Jenis Pengujian 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25.
JumlahSampel
Jasa kering beku Campylobacter Bakteri anaerob lain Mikroba entero lain TPC Kuantitatif Uji sensivitas Kadar Ig G Ident.bakteri dg kit Micrococcus
31 3 2 40 37 3 12 1 2
Bahan Biologis 1. Serum control (ml) 2. Antigen RBPT (ml) 3. Antigen MRT (ml) 4. Antigen SE (ml) 5. Antigen S. Pullorum (ml)
11 118 2 2 38
Jumlah sampel selama tahun 2010 = 6.345 sampel Jumlah Antigen dan Serum selama tahun 2010 =171 ml. Tabel 24. Kegiatan Pengujian di Laboratorium Patologi Jumlah Pengujian 1. Patologi anatomi 2. Histopatologi 3. Hematologi Jumlah sampel
Jumlah Sampel 50 277 51 378
Tabel 25. Kegiatan Pengujian di Laboratorium Parasitologi
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Jenis Pengujian Parasit darah Nematoda Trematoda Cestoda Coccidia Trichomonas Toxoplasma Antibodi T. Evansi
Jumlah sampel 123 159 79 38 30 153 1 2
Jumlah sampel
585 45
Tabel 26. Kegiatan Pengujian di Laboratorium Toksikologi dan Mikologi
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18.
Jenis Pengujian Aflatoksin B & G Aflatoksin M1 Ochratoxin Fusarium toxin Pestisida Antibiotik Histamin Khlorida Sianida Amonia Sulfat Nitrat-nitrit Logam berat/mineral pH Kit Aflatoksin Kapang/Khamir Deteksi Trenbolon Deteksi sulfat, kulitatif Jumlah sampel
Jumlah sampel 146 2 76 101 51 33 0 10 18 29 3 68 184 36 0 44 3 6 810
Tabel 27. Jumlah sampel dan jumlah antigen yang terjual serta jumlah pelanggan di Unit Pelayanan Diagnostik Bbalitvet tahun 2010 Keterangan Sampel uji Bahan Biologis Jumlah Pelanggan
46
Tahun 2010 24.419 1.144 25.563 887
2. Unit Bbalitvet Culture Collection (BCC) Unit BCC (Bbalitvet Culture Collection) adalah unit pengelola dan koleksi plasma nutfah mikroba veteriner yang dapat dimanfaatkan untuk kegiatan penelitian dan pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK). Unit ini memiliki berbagai jenis mikroba yang terdiri dari bakteri, virus, kapang/khamir, dan parasit. Sebagian besar dari koleksi telah diidentifikasi, dikarakterisasi, dikonservasi, dan dikontrol mutunya. Mikroba veteriner yang telah dikonservasi dan dikontrol mutunya pada tahun 2010 pada Tabel 28. Sampai Desember 2010, BCC memiliki koleksi mikroba yang telah dikonservasi dan dikontrol mutunya sebanyak 1084 isolat yang terdiri dari 746 isolat bakteri, 51 isolat virus, 112 isolat kapang/khamir, dan 175 isolat protozoa. Koleksi mikroba tersebut dapat dimanfaatkan oleh peneliti Bbalitvet maupun peneliti lain untuk keperluan penelitian dan pengembangan IPTEK dengan mengikuti prosedur pengeluaran kultur berdasarkan SK Kepala Bbalitvet No. KP.150.0207.9.2.1256 tentang ” Sistem dan prosedur tata cara permintaan, pengeluaran dan pemakaian/penggunaan plasma nutfah mikroba veteriner dari Bbalitvet Culture Collection”.
Tabel 28. Daftar mikroba veteriner yang dikonservasi dan dikontrol mutunya pada tahun 2010 (data sampai 31 Desember 2010) No 1
Mikroba Bakteri
Nama isolat
Jenis isolat
Escherichia coli Salmonella enteritidis
11 7
2
Virus
Avian Infuenza
3
3
Protozoa
Trypanosoma evansi
25
Kelompok Pengendali Sistem Mutu (KPM) KPM atau Kelompok Pengendali Mutu dibentuk pada saat Bbalitvet mempersiapkan akreditasi laboratorium ISO/IEC 17025, yaitu Persyaratan Umum Kompetensi Laboratorium Pengujian dan Laboratorium Kalibrasi. Sejak itu keberadaan KPM tetap dipertahankan, dengan tugas utama memastikan sistem manajemen mutu diterapkan dan diikuti setiap waktu. Pada saat ini ada 8 (delapan) orang anggota KPM. Laboratorium Bbalitvet telah mengajukan re-akreditasi untuk yang ke tiga kalinya, dan pada 16 – 17 Juli asesor dari KAN (Komite Akreditasi Nasional) yang terdiri dari Drs Teguh Irianto, Prof Dr Kurniasih, Dr Julia Kantasubrata dan Herlin Rusdiana, SSi telah melakukan asesmen lapangan ke laboratorium Bbalitvet, status akreditasi telah diperpanjang terhitung mulai tanggal 14 Desember 2010 yang berlaku hingga 14 Desember 2014. Audit internal telah dilakukan pada 20 -24 September 2010, dengan auditor kepala Drh Sarwitri Endah E. MSc, dan auditor anggota seluruh anggota KPM ditambah perwakilan dari unit teknik laboratorium dan diagnostik. 47
Pelatihan dan pertemuan yang dilakukan pada tahun 2010 dalam rangka peningkatan sistim manajemen mutu di Bbalitvet yaitu Penyegaran/Apresiasi ISO/IEC 17025:2005 oleh Dra. Istu Sutarti (Manager Laboratorium Penguji KAN), pada tanggal 10 Mei 2010, Drh. Susanti mewakili Bbalitvet pada pertemuan teknis yang diselenggarakan oleh KAN di Jogyakarta tanggal 28 -29 Juli 2010, Dr. drh. Suhardono MVSc mewakili Bbalitvet pada Lokakarya Peningkatan Kompetensi dan Kerjasama laboratorium lingkup Badan Litbang Pertanian pada tanggal 23 -25 September 2010 di Jogyakarta. Telah mengikuti pelatihan asesor ISO/IEC 17025:2005 yang diselenggarakan oleh KAN yaitu Dr. drh. Ening Wiedosari MSc pada 22 – 28 Maret 2010, dan Drh. Tati Aryanti MSc pada tanggal 18 – 22 Okt 2010.
48
Laboratorium Bakteriologi pada tahun 2010 menjadi profider uji profisiensi untuk pengujian Mikrobiologi yang ke tiga kali yang diselenggarakan oleh KAN untuk 162 peserta Lab. Mikrobiologi seluruh Indonesia. Disamping itu, Laboratorium Bbalivet juga telah menerima kunjungan dari instansi luar yang datang untuk mempelajari sistim mutu di Bbalitvet yaitu pada 22 Juni hingga 12 Juli Drh Fitriani dari Universitas Syah Kuala, NAD, kemudian pada 15 Desember 2010 Balai Uji Standard Karantina Ikan, Jakarta dan pada tanggal 22 Desember 2010 Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan dan Hortikulktura, Bandung
LAPORAN PENELITIAN
PENELITIAN APBN Pada tahun anggaran 2010 telah dilakukan sebanyak 9 program penelitian ( Rencana Penelitian Tingkat Peneliti, RPTP) yang meliputi 10 kegiatan (Rencana Operasional Pelaksanaan Penelitian, ROPP). Rangkuman hasil penelitian tersebut sebagai berikut: A. Konservasi dan Karakterisasi 100 Isolat Mikroba Koleksi Bbalitvet. A1. Konservasi dan karakterisasi 100 isolat lokal mikroba veteriner yang berpotensi sebagai kandidat vaksin, bahan diagnostik dan probiotik Plasma nutfah mikroba veteriner yang ada di Bbalitvet adalah bagian dari plasma nutfah pertanian nasional. Untuk mencegah kepunahan, penyalahgunaan dan menjaga keamanan diversitas biologik, maka pengelolaan, pendistribusian dan pemanfaatan plasma nutfah harus dikelola dan diatur dengan baik. Pelestarian mikroba veteriner sangat diperlukan karena mikroba tersebut selain digunakan untuk bahan acuan juga dimanfaatkan untuk bibit vaksin, perangkat diagnosa dan bahan penelitian yang berkaitan dengan penyakit pada hewan. Balai Besar Penelitian Veteriner memiliki berbagai jenis mikroba veteriner yang dikelola oleh Bbalitvet Culture Collection (BCC). Unit ini bertanggung jawab untuk menjaga kelestarian kekayaan plasma nutfah yang ada di Bbalitvet. Sebagian besar koleksinya diperoleh dari kasus penyakit pada ternak dari berbagai penjuru Indonesia, sedangkan selebihnya berasal dari
luar negeri yang digunakan sebagai bahan rujukan. Sebagai luaran dari suatu penelitian di Bbalitvet telah diperoleh isolat-isolat lokal mikroba hasil isolasi dan identifikasi dari kasus penyakit pada ternak, ternak sehat dan bahan pangan asal ternak. Isolat-isolat tersebut telah didata dan dikonservasi di BCC antara lain isolat bakteri Escherichia coli K99 patogen pada ternak dan O157H7 pada manusia, beberapa serotipe Salmonella, Staphylococcus aureus dan Staphylococus epidermidis produksi enzin laktamase, virus Avian Influenza dan parasit darah Trypanosoma evansi. Seluruh informasi data plasma nutfah mikroba di Bbalitvet disimpan di dalam database dengan program Microsoft Access. A. Teknologi Veteriner Mendukung Program P2SDS Dengan Menekan Tingkat Kematian < 5% A1. Penanganan kematian pedet dengan pemberian susu formula yang mengandung imunoglobulin dan penanganan gangguan reproduksi pada sapi potong Kegiatan penelitian ini merupakan kegiatan lanjutan yang telah dimulai sejak tahun 2009, merupakan salah satu program utama dalam mendukung empat sukses Kementerian Pertanian khususnya program swasembada daging sapi tahun 2014. Tujuannya adalah mengembangkan dan menerapkan teknologi kesehatan hewan untuk menekan tingkat kematian sapi potong dibawah 5% dan meningkatkan angka kelahiran diatas 15% 49
melalui pengembangan susu kolostorum yang mengandung immunoglobulin dalam rangka pencapaian sasaran PSDK 2014. Penelitian ini dilakukan berdasarkan 5 tahapan yakni (1) kegiatan lapang untuk koleksi sampel penelitian, (2) identifikasi penyebab kematian sapi potong dalam pada kawasan program PSDS di Jawa Tengah, Jawa Barat dan Jawa Timur, (3) pengembangan teknik diagnosa gangguan metabolisme untuk pengendalian kematian anak sapi potong, (4) pengembangan susu kolostrum yang mengandung imunoglobulin protektif untuk pencegahan kematian anak sapi potong dan (5) pengembangan teknik diagnosa dan produk biologis untuk pengendalian kematian dan penyakit reproduksi pada sapi potong. Lokasi penelitian dilaksanakan pada dua kabupaten yaitu Kabupaten Semarang (Jawa Tengah) dan Kabupaten Sumedang (Jawa Barat). Kegiatan lapangan dilakukan melalui pendekatan: (i) identifikasi masalah kesehatan hewan pada lokasi P2SDS (Sarjana Membangun Desa/SMD), (ii) monitoring kesehatan hewan pada lokasi P2SDS dan (iii) penerapan teknologi pengendalian penyakit serta peningkatan kesehatan hewan pada lokasi P2SDS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Kelompok Peternak penerima bantuan sapi potong dalam program P2SDS melalui kegiatan SMD di Kabupaten Semarang (Jawa Tengah) belum memiliki pengalaman dan pengetahuan mengenai manajemen kesehatan hewan yang memadai dibanding Kelompok Peternak yang sama di Kabupaten Sumedang (Jawa Barat). Kelompok peternak penerima bantuan sapi potong program P2SDS di Kabupaten Sumedang umumnya memiliki skala usaha yang cukup besar dengan kepemilikan ternak antara 30 – 60 ekor. Oleh karena itu, calon penerima bantuan sapi potong perlu mendapatkan pengetahuan tentang manajemen kesehatan hewan. Kendala utama kesehatan hewan pada kelompok peternak P2SDS adalah tingginya 50
angka kematian anak sapi pada umur 1 hari – 2 bulan, yaitu di Kabupaten Semarang berkisar antara 33,3 - 36,4% dan di Kabupaten Sumedang mencapai 8,3 – 45,5%. Anak sapi umumnya mati pada umur 1 – 7 hari meskipun terdapat beberapa ekor anak sapi yang mati pada umur diatas 14 hari. Penyebab utama kematian anak sapi belum diketahui, namun gejala klinis yang sering dijumpai adalah lemah, tidak mampu berdiri, kekurangan air susu dari induk, gangguan dalam proses kelahiran dan traumatis. Gangguan kesehatan hewan tersebut diatas diikuti dengan kegagalan inseminasi buatan/kawin alam dimana sering terjadi kawin ulang, diare dan cacingan dan produksi susu induk sapi potong yang sangat rendah sekali untuk memenuhi kebutuhan harian anak sapi. Diare kemungkinan disebabkan oleh infeksi Eschericia coli (colibacillosis) sesuai dengan hasil isolasi dan identifikasi E. coli pada sampel feses yang dikoleksi dari kedua lokasi pengamatan. Meskipun Strongylus sp dan Fasciola sp teridentifikasi dari feses yang sama, namun jumlah telur per gram tinja belum menimbulkan gejala klinis penyakit. Penyakit lain terkait seperti brucellosis, paratuberkulosis dan IBR tidak terdeteksi dari sampel serum sapi potong. B. Pengembangan Teknologi Vaksin untuk Pengendalian Penyakit Reproduksi IBR Pada Ternak Sapi B1. Teknologi vaksin IBR inaktif menggunakan isolat lokal yang efektif (memberikan perlindungan 95%) dan ekonomis. Di Indonesia penyakit IBR telah tersebar secara luas bukan saja di Jawa Barat akan tetapi di propinsi lainnya seperti Jawa Tengah, Jawa Timur, NTB, Bali, Sumatera Utara, Kalimantan Barat dan Nusa Tenggara Barat. Berdasarkan hasil uji serologik terhadap sapi FH, PO dan kerbau di Jawa Barat diperoleh
13,40% (65/485) terdeteksi positif terhadap penyakit IBR. Sementara itu, prevalensi kejadian penyakit IBR di Indonesia, terutama pada sapi FH mencapai 44,8% (13/29) terjadi pada sapi umur di atas 7 tahun, jauh lebih tinggi dibandingkan pada sapi umur 2-3 tahun hanya 30,5% (30/109). Secara serologik penyakit IBR pada sapi FH dan PO di Jawa Barat mencapai 46,49% (53/114). Sedangkan berdasarkan pendeteksian virus BHV-1 sebagai agen penyebab penyakit IBR dengan menggunakan nested PCR di Jawa Barat terdeteksi 19,34% (88/455). Disamping itu berdasarkan hasil analisa enzim restriksi (REA) dan sekuensing yang dilanjutkan dengan analisa hubungan kekerabatan (Phylogenetic tree), maka isolat BHV-1 yang diperoleh termasuk ke dalam subtipe BHV-1.1. Data serologik dan pendeteksian virus di atas menunjukkan bahwa sapi yang ada di Indonesia telah terpapar oleh penyakit IBR dan hewan tersebut telah mensekresikan virus yang sangat berpotensi dalam penyebaran penyakit IBR. Berdasarkan hasil uji laboratorium pada tahun 2009 vaksin IBR inaktif isolat lokal: (1) telah sempurna diinaktivasi (complete activated) dengan tidak menunjukkan CPE pada sel MDBK setelah 3 kali pasase, (2) memiliki tingkat protektif pada hewan coba mencapai 100%, (3) tidak menghasilkan ekskresi virus (sheeding), (4) aman yang dibuktikan dengan uji keamanan (safety test) pada sapi yang menunjukkan tidak ada kelainan dan tanda klinis pada sapi, dan (5) tidak mengandung bahan yang berbahaya dibuktikan dengan uji toksisitas pada marmot dan mencit. Oleh karena itu, pada tahun 2010 dilakukan uji efikasi vaksin inaktif untuk penyakit IBR di lapang dengan menggunakan 60 ekor sapi potong. Uji potensi yang menggunakan hewan coba (Sapi) telah dilakukan pada penelitian tahun 2009 dengan hasil rataan titer antibodi 36,8 (vaksin isolat lokal) dan 32 (vaksin komersial) sudah cukup untuk dapat memproteksi hewan dari serangan penyakit
IBR, sehingga pada tahun 2010 uji potensi hanya menggunakan hewan model (marmot). Dari hasil uji potensi tersebut diperoleh rataan titer geometri (GMT) antibodi terhadap vaksin IBR inaktif isolat lokal > 48,5 (> 1:48,50) dengan tingkat proteksi 100%. Pada uji lapang terbatas dilakukan vaksinasi terhadap 50 ekor sapi peranakan onggole (PO) (kelompok II 30 ekor dan kelompok III 20 ekor), 4 ekor sapi PO bunting (kelompok IV), dan 10 ekor sapi PO sebagai kontrol yang tidak divaksinasi di Desa Sukanagara (kelompok I). Vaksinasi dilakukan 2 kali (5ml/dosis) dengan interval 1 bulan. Sampel darah untuk pemeriksaan titer antibodi dan usap mukosa hidung untuk deteksi virus diambil setiap bulan. Hasil uji serologik menunjukkan bahwa respon tanggap kebal terhadap vaksinasi ke-1 (bulan ke-2) belum menunjukkan peningkatan titer antibodi secara signifikan. Akan tetapi setelah dilakukan booster, titer antibodi meningkat secara signifikan hingga mencapai tingkat tertinggi pada bulan ke-6 atau 4 bulan pasca booster untuk kelompok II dengan rataan titer antibodi (GMT) 426. Sedangkan untuk kelompok III dan IV, titer tertinggi dicapai setelah bulan ke-7 atau 5 bulan pasca booster masing-masing mencapai rataan titer antibodi (GMT) 530 dan 431. Sedangkan untuk sapi kelompok kontrol (kelompok I) tetap tidak terdeteksi adanya antibodi terhadap penyakit IBR sampai akhir penelitian. Vaksin IBR inaktif isolat lokal ini telah terbukti aman untuk sapi bunting (Kelompok IV), yang telah divaksin saat umur kebuntingan 3 bulan. Hasil menunjukkan bahwa tidak terjadi keguguran pada ke-4 ekor sapi bunting tersebut hingga melahirkan anak yang sehat. Demikian pula pada kelompok III telah dilakukan vaksinasi IBR pada sapi PO dengan umur kebuntingan 4 bulan dan tidak menyebabkan keguguran. Selanjutnya untuk mengetahui bahwa anak sapi tidak terekspose oleh virus, maka terhadap anak sapi (umur 1 bulan) 51
dilakukan pengujian serologik dan hasil uji menunjukkan bahwa anak sapi tersebut seronegatif. Deteksi virus BHV-1 pada usap mukosa hidung sapi PO sebelum dan pasca vaksinasi dengan uji PCR menunjukkan bahwa kelompok I (kontrol), kelompok II dan kelompok IV (sapi bunting) tidak terdeteksi adanya virus BHV-1 pada usap mukosa hidung sapi sebelum dilakukan vaksinasi. Sedangkan pada kelompok III, sebelum dilakukan vaksinasi telah terdeteksi adanya virus BHV-1 yaitu 5 ekor dari 20 ekor sapi yang dijadikan objek penelitian. Akan tetapi setelah dilakukan vaksinasi, maka semua kelompok sapi percobaan (II, III, dan IV) tidak terdeteksi adanya virus BHV-1 yang disekresikan melalui hidung. Hal tersebut menunjukkan bahwa vaksin yang digunakan telah inaktif sempurna. Sedangkan untuk kelompok III yang pada awalnya terdeteksi adanya virus BHV-1 pada usap mukosa hidung, ternyata setelah dilakukan vaksinasi IBR, virus tersebut tidak lagi tersekresikan. Hal tersebut menunjukkan bahwa pemakaian vaksin inaktif dapat menghambat re-ekskresi virus pada saat terjadinya reaktivasi dari infeksi laten dibandingkan dengan pemakaian vaksin hidup. Berdasarkan hasil pengamatan terhadap dampak vaksinasi, tidak ditemukan adanya peradangan dan pembengkakan di lokasi penyuntikan. Demikian pula gejala klinis lainnya seperti leleran ingus pada hidung yang merupakan ciri khas penyakit IBR tidak ditemukan. Hasil tersebut sama dengan hasil pada saat dilakukan uji coba laboratorium tahun 2009 di Bbalitvet. Dengan diperoleh hasil yang konsisten, maka vaksin IBR inaktif isolat lokal yang dikembangkan oleh Bbalitvet sudah layak untuk diaplikasikan pada ternak sapi baik FH maupun PO di Indonesia. Dari hasil uji lapang terbatas tersebut dapat disimpulkan bahwa vaksin IBR inaktif yang dikembangkan dari isolat lokal (N60521T/Jabar/07) dapat memberikan respon tanggap kebal yang cukup tinggi. Hasil uji PCR 52
menunjukkan bahwa pada hewan yang divaksinasi tidak terdeteksi adanya virus yang disekresikan melalui hidung, sehingga vaksin ini sangat aman untuk lingkungan peternakan. Vaksin IBR inaktif isolat lokal harus diaplikasikan dengan 2 kali vaksinasi dimana vaksinasi kedua (booster) dilakukan setelah 1 bulan pasca vaksinasi pertama dan dapat digunakan untuk sapi bunting serta aman bagi fetus. Vaksinasi ulang dapat dilakukan setiap 1 tahun sekali. Dengan demikian teknologi pembuatan vaksin IBR inaktif telah dikuasai oleh Bbalitvet, hanya tinggal menunggu produsen vaksin untuk tujuan komersialisasi. C. Pemetaan Genetik virus AI Pada Unggas Serta Pengembangan Master Seed Vaksin Isolat Lokal Terbaru. C1. Analisis genetik virus AI isolat tahun 2010 pada unggas Data pemetaan genetika virus AI tahun 2003-2008 memperlihatkan bahwa virus Indonesia terbagi menjadi 3 kelompok yaitu kelompok genetika pertama adalah kelompok virus AI yang masih mirip dengan progeny virus tahun 2003, kelompok kedua adalah virus antigenic drift tahun 2006 dan beberapa virus turunannya serta kelompok ketiga adalah virus ekstensif antigenic drift tahun 2007-2008. Data ini memperlihatkan bahwa virus Indonesia telah dan sedang terus bermutasi. Data ini seharusnya digunakan untuk mengevalusi kembali kandidat seed vaksin yang digunakan, karena virus A/West Java/Pwt-Wij/06 secara genetika sudah berbeda dengan virus tahun 2008. Pemerintah pada tahun 2009 memutuskan untuk menggunakan seed A/West Java/Pwt-Wij/06 sebagai vaksin yang direkomendasikan untuk digunakan pada unggas di Indoensia. Keterlambatan pemerintah dalam memutuskan untuk kembali menggunakan vaksin homolog H5N1 dalam pengendalikan penyakit AI pada unggas,
menyebabkan kebijakan ini harus dikaji ulang, karena dari data genetika dan uji tantang yang telah dilakukan memperlihatkan bahwa seed vaksin A/West Java/Pwt-Wij/06 tidak dapat memproteksi terhadap virus antigenic drift tahun 2008. Dari data genetika virus dan uji tantang yang telah dilakukan membuktikan bahwa virus AI di Indonesia telah bermutasi, sehingga diperlukan kesesuaian antar vaksin yang digunakan dengan virus di lapang yang sedang bersirkulasi. Pada penelitian ini dilakukan pemetaan genetik virus AI yang sedang bersirkulasi di Indonesia dan menganalisis kemungkinan terjadinya mutasi antigenic drift yang ekstensif dan antigenic shift pada virus yang diisolasi pada tahun 2010. Metode yang digunakan adalah dengan melakukan isolasi virus AI, RTPCR, sekuensing gen penyandi permukaan virus dan analisis bioinformatika untuk mengetahui mutasi virus. Hasil monitoring dinamika virus pada tahun 2010 menunjukkan bahwa kasus AI pada unggas masih terjadi seperti halnya kasus AI pada manusia. Pada penelitian ini telah dilakukan pengambilan sampel pada lima kabupaten yaitu kabupaten Serang, Sukabumi, Bandung, Cianjur dan Purwakarta. Sampel swab kloaka yang berhasil dikoleksi sebanyak 1237 yang kemudian dijadikan 474 pool sampel swab kloaka, dan setelah dilakukan identifikasi terhadap virus influenza A dan subtipe H5 memperlihatkan bahwa sebanyak 51 pool sampel positif teridentifikasi virus influenza A subtipe H5. Dari 51 pool sampel yang positif, hanya 5 sampel yang berhasil ditumbuhkan pada telur SPF dan berhasil diperoleh lima isolat ditambah 2 isolat dari sampel swab yang diperoleh dari kolega. Sehingga sepanjang tahun 2010 berhasil dikoleksi sebanyak 7 isolat. Tujuh isolat ini kemudian dianalisis lebih lanjut untuk mengetahui perubahan/mutasi yang mungkin terjadi dengan melakukan sekuensing dan analisis bioinformatika. Hasil analisa memperlihatkan bahwa sebagian besar virus AI
subtipe H5N1 yang diisolasi sepanjang tahun 2010 menunjukkan mutasi yang serupa dengan virus genetic drift tahun 2006 yaitu A/chicken/West Java/Pwt-Wij/2006. Virusvirus ditandai dengan adanya substitusi 18-19 asam amino pada aras protein HA. Pemetaan genetika virus AI subtipe H5N1 tahun 2010 memperlihatkan bahwa virus genetic drift bukan hanya ditemukan di daerah Jawa Barat saja tetapi telah ditemukan di Pulau Sumatra, Banten, Jawa Barat dan Jawa Timur. Menyebarnya virus genetic drift ini belum diketahui pasti, kemungkinan akibat tekanan vaksinasi atau telah meluasnya penggunaan vaksin yang menggunakan seed vaksin A/chicken/West Java/Pwt-Wij/2006. C2. Efikasi master seed vaksin isolat lokal terbaru (koleksi tahun 2008) Penyakit Avian Influenza (AI) hingga saat ini masih dirasakan dampak kerugiannya secara ekonomi oleh peternakan unggas di Indonesia. Data-data dilapang menunjukan kasus penyakit AI masih sering terjadi pada peternakan unggas baik komersial (sektor 2 dan 3) maupun unggas peliharaan (sektor 4). Kejadian ini diduga karena vaksin AI yang digunakan sudah tidak dapat lagi memberikan proteksi atau perlindungan yang baik terhadap infeksi virus AI yang ada di lapang. Banyak vaksin inaktif AI subtype H5 komersial yang ditawarkan dan merupakan wujud kontribusi dalam penanggulangan penyakit AI di Indonesia, namun keberadaan dan kemampuannya di dalam memproteksi ayam (unggas) dan penurunan sheeding virus tantang AI subtype H5 lapang , khususnya terhadap isolat virus AI yang telah mengalami mutasi (seperti, A/chicken/West Java/Pwt-Wij/06 9/06 yang telah mengalami mutasi pada gen HA cleavage site), tidak memberikan proteksi yang baik. Studi efikasi isolat lokal AI yang telah mengalami perubahan atau mutasi pada gen HA cleavage site, seperti yang telah dilakukan pada 53
kegiatan APBN tahun 2008; yaitu master seed vaksin isolat lokal virus AI A/chicken/West Java/Pwt-Wij/06 9/06 (Bbalitvet, 2008), memberikan proteksi tinggi dengan spektrum luas (terhadap isolat virus tantang AI homolog dapat memberikan tingkat proteksi sebesar 100%, demikian juga terhadap isolat A/ck/west java / HJ-18/ 2007, A/chicken/ Payakumbu/ BPPV R II/2007, A/chicken/Maros/BBVM/44(17)/2008), A/chicken/West Java/1067/2003 dan 90% terhadap isolat BB 149/5/07, 80% terhadap isolat A/ chicken / WJ/ Hamdan/2006). Virus AI A/chicken/West Java/Pwt-Wij/06 9/06 ini direkomendasikan untuk digunakan sebagai master seed vaksin oleh produsen vaksin nasional. Vaksin ini diyakini dapat melindungi industri peternakan ayam di Indonesia dari serangan virus AI yang ada pada saat ini. Akan tetapi, dari data pemetaan genetika virus AI tahun 2003-2008 memperlihatkan bahwa virus Indonesia terbagi menjadi 3 kelompok yaitu kelompok genetika pertama adalah kelompok virus AI yang masih mirip dengan progeny virus tahun 2003, Kelompok 2 adalah virus antigenic drift tahun 2006 dan beberapa virus turunanya serta kelompok ketiga adalah virus ekstensif antigenic drift tahun 2007-2008. Data ini memperlihatkan bahwa virus Indonesia telah dan sedang terus bermutasi. Data ini dapat digunakan untuk mengevalusi kembali kandidat seed vaksin yang digunakan, karena virus A/West Java/PwtWij/06 secara genetika permukaan proten HA sudah berbeda dengan virus A/chicken/West Java/Smi-M6/ 2008. Hasil penelitian uji tantang vaksin A/West Java/Pwt-Wij/06 (2009) terhadap virus tantang A/chicken/West Java/Smi-M6/ 2008 masih memperlihatkan adanya sheeding virus tantang hingga hari ke 14. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah vaksin dari seed AI A/chicken/West Java/Smi-M6/ 2008 mampu memberikan proteksinya terhadap isolat AI yang berasal dari 54
kasus outbreak tahun 2006, 2008, 2009 dan 2010. Hasil efikasi dan potensi dari master seed vaksin A/chicken/West Java/Smi-M6/ 2008 diharapkan dapat menjadi acuan dalam pengambil kebijakan untuk penanggulangan penyebaran dan infeksi virus AI H5N1 di Indonesia. Vaksin inaktif Avian Influenza A/chicken/West Java/Smi-M6/2008 sebagai master seed disuntikkan pada kelompok ayam coba ras petelur (layer) umur 21 hari dan bebas antibodi terhadap virus AI. Pada umur ayam 6 minggu atau hari ke 21 setelah vaksinasi, ayam coba masing-masing kelompok sebanyak 10 ekor diinfeksi (di uji tantang) dengan virus HPAI A/chicken/West Java/Pwt-Wij/2006, A/chicken/West Java/Smi-Hamd/ 2006, A/chicken/West Java/Smi-M6/2008, A/chicken/West Java/Smi-Endo/2009, A/chicken/West Java/CP-Indr/2010 melalui rute intranasal. Ayam yang tidak divaksinasi diuji tantang sebagai kontrol. Penelitian vaksin AI master seed A/chicken/West Java/Smi-M6/2008 ini memberikan respon pasca vaksinasi yang sangat baik terhadap antigen AI homolog dengan uji HI dan memberikan perlindungan pada ayam-ayam vaksinasi dari kematian sebesar 100% dari infeksi virus AI A/chicken/West Java/Smi-M6/2008, A/chicken/West Java/Pwt-Wij/2006, A/chicken/West Java/Smi-Endo/2009, dan A/chicken/West Java/CP-Indr/2010 dan 90% dari terinfeksi virus A/chicken/West Java/SmiHamd/2006 serta mampu mengurangi adanya sheeding virus tantang. Penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ayam-ayam yang mendapat vaksinasi vaksin AI inaktif A/chicken/West Java/Smi-M6/2008 mampu mendapatkan perlindungan sebesar 90100% dari infeksi virus-virus tantang HPAI dan mampu mengurangi adanya shedding virus tantang.
D. Pengembangan Teknik Deteksi Residu Antibiotik Dan Mikotoksin Pada Daging Dan Susu Dengan LCMS D1. Teknil deteksi residu khloramphenicol menggunakan liquid chromatography mass spectrophotometer (LCMS) pada daging dan susu sapi (lokal dan import) dengan limit deteksi 0,3 ppb di Propinsi DKI dan Jawa Barat Kloramfenikol (chloramphenicol = CAP) telah dilarang digunakan untuk ternak hampir di seluruh negara didunia, termasuk Indonesia. Oleh karena adanya larangan tersebut seharusnya tidak boleh ada residu sama sekali, sehingga tidak ada MRL (maksimum residu limit) yaitu batas maksimum residu (BMR) yang masih diperbolehkan. Saat ini Indonesia menetapkan batas maksimum residu (BMR) CAP dalam telur, susu dan daging yang diperbolehkan di Indonesia dalam SNI adalah 10 ppb, namun untuk kepentingan ekspor produk ternak ke negara-negara terutama Eropa yang diatur oleh Codex atas rekomendasi EU menetapkan nilai MRPL (Minimum Requirement Laboratory Performance) untuk bahan yang dilarang khususnya kloramfenikol yaitu 0,3 ng/kg. Sehingga yang mendapatkan perhatian adalah kemampuan laboratorium dalam menetapkan residu. Oleh karena itu diperlukan metode yang sensitif untuk membuktikan tidak adanya residu kloramfenikol,. untuk itu perlu dilakukan penentuan dengan metode LCMS Penelitian menggunakan deteksi secara LCMS merupakan penelitian baru, karena sebelumnya pendeteksian menggunakan KCKT. Sejauh ini informasi mengenai keberadaan residu CAP yang telah dilakukan di Indonesia adalah pada 27 sampel susu segar dan 27 sampel susu pasteurisasi Jawa Barat asal Sukabumi, Cianjur dan Bogor, dimana dari semua sampel ternyata positif terhadap residu CAP. Sedangkan data residu CAP pada daging belum tersedia.
Metode uji dengan LCMS harus di validasi terlebih dahulu untuk memastikan bahwa metode tersebut dapat dipergunakan. Validasi meliputi linearitas, limit deteksi, dan uji perolehan kembali (recovery). Metoda deteksi CAP menggunakan LCMS diharapkan dapat diterapkan sebagai metoda uji dalam mendeteksi residu CAP dalam susu dan daging sapi. Hasil validasi yang diperoleh dari penelitian ini menunjukkan linieritas yang baik antara konsentrasi CAP pada beberapa tingkatan konsentrasi adalah R2 = 0,9998, uji recovery mencapai 132,87%, limit deteksi sebesar 0,31 ppb dan limit kuantitasi 1,05 ppb. Akan tetapi, pengujian validasi dari metoda ini masih perlu ditingkatkan agar hasilnya lebih optimal. Sedangkan hasil analisis terhadap sampel lapang memperlihatkan hanya ada 1 sampel daging yang positif mengandung CAP dengan konsentrasi sebesar 1,07 ppb. E. Pendeteksian Dini Virus Flu Babi dalam Rangka Antisipasi Letupan Penyakit di Propinsi DKI dan Banten E1. Penelitian epidemiologi virus flu babi di sentra peternakan babi dalam rangka antisipasi letupan penyakit. Virus novel influenza A (H1N1) adalah virus influenza baru yang berasal dari babi dan pertama kali terdeteksi di Indonesia pada bulan April 2009. Penyakit ini bersifat Zoonosis karena virus ini dapat menginfeksi manusia maupun ditularkan antar manusia. World Health Organization (WHO) mengumumkan bahwa telah terjadi wabah novel H1N1 diberbagai belahan dunia, sehingga setiap negara berkewajiban melindungi warganya dari virus ini. Hampir sebagian besar negara didunia telah terinfeksi virus novel H1N1 termasuk Indonesia. Virus influenza H5N1 telah menjadi endemis di Indonesia dengan teridentifikasinya novel H1N1 pada manusia. Hasil identifikasi ini 55
perlu mendapatkan perhatian dalam pengendalian wabah flu babi. Sementara itu, kemungkinan terjadinya reassortant antara virus H5N1 dengan virus influenza lainnya termasuk virus novel H1N1 dan peran babi sebagai mixing vessel untuk virus influenza menjadi titik tolak melakukan surveilans penyakit flu babi untuk mengetahui situasi virus influenza yang bersirkulasi di Indoensia. Surveilans pendahuluan pada babi untuk mengantisipasi penyebaran virus H1N1 di peternakan babi telah dilakukan oleh Bbalitvet pada awal Mei 2009. Hasil surveilan menunjukkan bahwa diantara sampel yang dikoleksi terdapat 2 pool sampel positif terhadap virus H1N1 dan hasil sekuensing awal pada gen H1 menunjukkan bahwa virus H1N1 yang diidentifikasi mempunyai kedekatan dengan virus Classical swine flu H1N1 dan satu sampel lainnya adalah virus H1N1 seasonal Flu. Namun yang menjadi perhatian adalah bahwa babi yang berhasil diidentifiksi terinfeksi virus H1N1 juga teridentifikasi dengan virus H5N1. Hal ini harus mendapatkan perhatian yang serius karena telah diketahui bahwa babi sebagai mixing vessel dari virus influenza type A. Sehingga kemungkinan terjadinya reasortant pada virus H5N1 dan H1N1 adalah sangat berbahaya karena kemungkinan virus reasortant tersebut dapat menimbulkan pandemi baru pada populasi manusia. Pada penelitian ini dilakukan identifikasi virus influenza dan virus novel H1N1 pada babi serta mengetahui sebarannya di Indonesia sepanjang tahun 2010. Hasil identifikasi dengan menggunakan metode qRT-pCR diketahui bahwa sebanyak 86.1% babi di Tangerang terdeteksi positif Seasonal flu (Flu A) pada pengambilan sampel bulan April 2010 dan sebanyak 35,96% terdeteksi adanya antibodi terhadap swine flu A H1N1 classical di RPH Kapuk Jakarta pada pengambilan sampel bulan Mei 2010. Sedangkan, pada pengambilan sampel bulan Oktober-Nopember 2010 menunjukkan 2 sampel positif novel H1N1 dari 8 sampel yang diperiksa. 56
Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa sebaran virus influenza A seasonal flu pada babi cukup tinggi. Secara serologi diketahui adanya antibodi positif terhadap virus Swine flu H1N1 classical, dan dua sampel dari RPH Kapuk berhasil diidentifikasi adanya virus novel H1N1 yang memperlihatkan bahwa sirkulasi virus ini masih harus diwaspadai. F. Pemetaan Genetik Agen Penyakit Brucellosis Pada Ternak Sapi Sebagai Dasar Penetapan Strategi Pengendalian Penyakit. F1. Pengembangan teknik PCR untuk deteksi agen penyebab Brucellosis pada ternak sapi. Brucellosis pada sapi di Indonesia masih bersifat endemis di Pulau Jawa, Sulawesi dan Nusa Tenggara Timur (NTT) yang menimbulkan kerugian ekonomi mencapai Rp138,5 miliar setiap tahun akibat terjadinya abortus, gangguan reproduksi dan turunnya produksi susu pada sapi terinfeksi. Penularan brucellosis dapat secara kontak langsung atau tidak langsung dengan sekresi dari hewan terinfeksi. Kontaminasi susu dengan Brucella merupakan ancaman potensial pada anak sapi yang baru lahir dan juga pada kesehatan manusia. Diagnosis yang tepat dan cepat adalah sangat penting untuk kontrol dan eradikasi brucellosis pada hewan dan sekaligus mengurangi terjadinya infeksi pada manusia. Deteksi brucellosis pada sampel susu dengan uji Milk Ring Test (MRT) cukup sensitif namun tidak spesifik, sedangan kultur bakteri pada sampel susu memerlukan waktu lama dan harus dilakukan oleh tenaga terlatih. Diagnosis brucellosis melalui isolasi Brucella spp dari susu memerlukan berbagai uji bakteriologi untuk identifikasi subspesies (biotipe) dan membutuhkan waktu lama . Sedangkan diagnosis serologis, spesifitasnya tidak
konsisten karena adanya reaksi silang dengan bakteri lain yang dekat dengan genus Brucella . Teknik Polymerase Chain Reaction (PCR) mempunyai potensi untuk memenuhi kebutuhan alat diagnosis untuk beberapa penyakit infeksius yang disebabkan oleh bakteri yang fastidius dan sulit tumbuh . Teknik PCR mempunyai akurasi, sensitifitas dan kecepatan yang tinggi untuk deteksi Brucella pada ternak dan mampu untuk mendeteksi walaupun sampel dalam jumlah sedikit. PCR assay dapat digunakan untuk deteksi DNA Brucella pada kultur dan sampel yang berbeda pada sapi, tetapi teknik PCR untuk deteksi brucellosis di Indonesia sampai saat ini belum pernah diaplikasikan. Berdasarkan pertimbangan tersebut maka pada penelitian ini dikembangkan PCR assay sebagai alat diagnostik untuk deteksi Brucella abortus pada sampel susu sapi. Pada penelitian ini digunakan sepasang primer dari sekuen genom 16S rRNA B. Abortus sebagai gen target yang mengamplifikasi genom Brucella pada 800-900 bp. Sekuen forward primer 16SrRNA tersebut adalah 5’-TGCAATACCGTATGTGCTT-3’, sedangan reverse primer 16S rRNA adalah 5’TTGACATCCCGGTCGCGTTA-3’. Pemilihan gen 16S rRNA pada penelitian ini karena gen tersebut mempunyai ketahanan yang cukup kuat, mempunyai kemampuan untuk mengidentifikasi isolat-isolat yang tidak diketahui. Penggunaan primer eubakterial dengan range yang luas tersebut dapat untuk melakukan konfirmasi cepat dalam mengidentifikasi spesies Brucella . Untuk optimasi metode PCR digunakan bakteri B. Abortus referensi (S99, S19 dan RB 51) dan beberapa bakteri B. abortus hasil kultur (Ba 366, C.amnion, SBDG 13c, SBDG 32, DKI 127, Ba 1089 dan C hygroma). DNA dari kultur tersebut diekstraksi dengan komersial QIAamp DNA mini kit (Qiagen). Hasil analisis statistik menunjukkan sensitifitas PCR assay adalah 51,66% tetapi spesifitas mencapai 100%. Sensitifitas PCR
assay dalam mendeteksi brucellosis pada sampel susu lebih rendah di bandingkan uji MRT, namun mempunyai spesifitas yang lebih tinggi. Hasil penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa PCR assay diketahui lebih sensitif dari pada konvensional kultur . Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan pasangan primer untuk identifikasi spesifik genus Brucella spp yang diderivasi dari sekuen 16S rRNA B. abortus untuk metode PCR adalah sangat spesifik. Teknik PCR tersebut mampu untuk mendeteksi brucellosis pada sampel susu, sehingga dengan demikian dapat mengurangi terjadinya infeksi brucellosis pada anak sapi dan juga pada manusia akibat foodborne disease melalui konsumsi susu. G. Pemetaan Genetik Virus Rabies Pada Anjing dan Hewan Reservoir Sebagai Dasar Penetapan Pengendalain Penyakit G1. Pemetaan genetik virus rabies pada anjing, kucing dan kera sebagai dasar penetapan pengendalain penyakit. Rabies merupakan penyakit virus yang fatal dan zoonosis bagi spesies mamalia termasuk manusia. Infeksi penyakit ini terjadi pada sistem syaraf pusat yang menyebabkan encephalomyelitis akut. Rabies virus (RV) dan Rabies-Related Virus (RRVs) termasuk famili Rhabdoviridae dari genus Lyssavirus. Genus tersebut dibagi menjadi 4 serotipe berdasarkan hubungan secara serologis menggunakan antibodi monoklonal. Berdasarkan sekuen RNA dikenal 7 genotipe Lyssavirus. Pembawa utama virus rabies yang paling berbahaya adalah anjing. Anjing yang terserang virus rabies menjadi terganggu syarafnya atau menjadi gila. Anjing gila ini bersifat agresif, menyerang benda-benda bergerak, termasuk hewan lainnya dan manusia. Anjing yang terinfeksi bertindak sebagai pembawa dan penular (reservoar). Hewan atau manusia yang terserang virus rabies biasanya berakhir dengan 57
kematian, bila tidak dilakukan penanganan dengan segera dan tepat. Di Indonesia penyakit rabies telah tersebar hampir di 23 propinsi dan dinyatakan sebagai daerah endemik rabies. Untuk keberhasilan pencegahan dan pengendalian penyakit rabies di Indonesia perlu diketahui karakter virus rabies yang bersirkulasi, sehingga penanganan penyakit rabies bisa lebih tepat dan terarah, terutama dalam memilih galur virus rabies yang akan digunakan untuk vaksin dan perangkat diagnostik. Selain itu, hubungan kekerabatan antara virus rabies yang ada di beberapa daerah perlu juga diketahui untuk mengetahui dinamika penyebaran penyakit rabies di Indonesia serta untuk melacak asal usul terjadinya wabah di suatu wlayah Indonesia. Tujuan penelitian ini adalah: (1) Untuk mengetahui karakter genetik virus rabies di Indonesia, (2) Untuk mengetahui hubungan kekerabatan antar virus rabies di berbagai daerah di Indonesia melalui sekuensing dan analisis philogentic tree virus rabies, (3) Untuk mendapatkan alternatif rekomendasi baru dalam pengendalian penyakit rabies ditinjau dari informasi keragaman karakter genetik virus. Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa, berdasarkan hasil análisis hubungan kekerabatan menggunakan sekuen asam amino protein gen N virus rabies menunjukkan bahwa semua isolat virus rabies asal anjing dari Medan, Makasar, Bukit Tinggi, Banten, Bali dan daerah lainnya di Indonesia memiliki hubungan yang sangat dekat dengan tingkat homologi berkisar antara 97%-100%. Sedangkan isolat virus rabies asal kucing memiliki tingkat homologi yang lebih rendah (92%-97%) bila dibandingkan dengan isolat virus rabies yang berasal dari anjing, akan tetapi masih tetap termasuk dalam satu kluster dengan isolat virus rabies asal anjing. Semua isolat rabies asal Indonesia memiliki hubungan kekerabatan yang sangat dekat dengan isolat virus rabies asal China dibandingkan dengan isolat Thailand, Laos, Birma, dan Vietnam yang 58
secara goegrafis lebih dekat dengan Indonesia. Penelitian lebih lanjut mengenai virus rabies galur lapang yang berada di lokasi antara Indonesia dan China sangatlah diperlukan untuk mengetahui dinamika perkembangan virus rabies di Asia Tenggara. Data yang diperoleh dari hasil analisa hubungan kekerabatan tersebut diharapkan dapat melacak sumber penyebaran rabies serta kemungkinannya untuk membuat vaksin yang lebih sesuai dengan virus rabies yang menyebar di suatu lokasi di Indonesia. H. Pengembangan Teknik Diagnosa Penyakit Gumboro Pada Ayam Dengan Teknik Immunohistokimia H1. Pengembangan immunohistokimia untuk penyakit gumboro pada pedaging
teknik diagnosa ayam
Infectious Bursal Disease (IBD) atau penyakit Gumboro merupakan penyakit pada ayam muda berumur 3 - 6 minggu yang bersifat sangat menular dan akut. Sebagai penyebab adalah virus IBD yang bersifat patogen termasuk dalam serotipe 1 yaitu virus vvIBD (very virulent Infectious Bursal Disease). Virus vvIBD bersifat sangat ganas menyebabkan angka morbiditas tinggi mencapai 100% pada infeksi buatan ayam SPF. Sementara mortalitas pada kasus di lapangan mencapai 56,09% pada ayam pedaging dan 25,08% pada ayam petelur. Oleh karena itu pada kasus IBD sering ditemukan kasus infeksi saluran pernafasan diikuti dengan meningkatnya mortalitas yang disebabkan airsaculitis dan colisepticemia pada masa akhir pertumbuhan. Kerugian yang demikian besar dapat dihindari jika keberadaan penyakit pada suatu peternakan dapat dideteksi secara cepat. Teknik Imunohistokimia (IHK) merupakan teknik deteksi antigen pada jaringan berdasarkan pada reaksi antigen dan antibodi.
Hasil reaksi antigen antibodi dapat diidentifikasi pada jaringan karena antibodi diikat oleh suatu penanda yang dapat divisualisasikan. Teknik ini digunakan untuk mendeteksi antigen virus Infectious Bursal Disease (IBD) pada jaringan organ bursa Fabricius ayam percobaan untuk mempelajari karakteristik patogenitasnya Virus yang digunakan pada penelitian ini merupakan virus IBD koleksi BBalitvet yang berasal dari daerah Tasikmalaya tahun 1994. Virus yang disimpan dalam -70°C, tersebut perlu dipasase sebanyak 5 kali, sampai hasil infeksi pada ayam SPF umur 14 hari menunjukkan gejala klinis berupa ayam lesu, dan perubahan Patologi Anatomi berupa perdarahan pada otot dada dan otot paha serta pembesaran bursa Fabricius. Selanjutnya gerusan bursa diproses menjadi inokulum yang digunakan untuk menginfeksi ayam pedaging dan pembuatan antibodi sekunder pada kelinci. Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa Infeksi IBDTsk pada ayam percobaan menimbulkan perubahan PA berupa perdarahan otot paha, limpa dan timus, perbesaran bursa fabrisius pada awal infeksi dan atrofi bursa fabrisius mulai umur 7 hari pasca infeksi hingga 14 hari pasca infeksi. Teknik IHK dengan menggunakan poliklonal IBDTsk-94 pada penelitian ini dapat digunakan untuk mendeteksi antigen IBD pada ayam umur 1 hingga umur 14 hari pasca infeksi. Pengenceran antibodi poliklonal memberikan hasil pewarnaa IHK paling optimal adalah 1:600 yang diinkubasikan selama 1 jam pada suhu ruang. Perubahan HP sampel organ bursa Fabricius dari sampel lapangan mempunyai skor 1-4, hasil deteksi pada organ tersebut menunjukkan bahwa tidak selalu ditemukan antigen. Organ bursa dengan Skor HP yang tinggi tidak selalu menunjukkan hasil IHK positif. PENELITIAN INSENTIF RISTEK Selain kegiatan penelitian yang dibiayai oleh APBN, juga terdapat 7 kegiatan yang
dibiayai oleh Kementerian Riset dan Teknologi (RISTEK) Progran Insentif. Hasil kegiatan penelitian tersebut sebagai berikut: A.
Prototipe Perangkat Uji Diagnostik Cepat [Immunostick] Toxoplasmosis [< 2 jam] dan Lebih Murah [50%])
Toksoplasmosis merupakan penyakit parasiter yang disebabkan oleh protozoa obligat intraseluler (mutlak harus hidup didalam sel) yaitu Toxoplasma gondii. Induk semang definitif T. gondii adalah felidae (bangsa kucing) sedang induk semang antaranya berbagai jenis hewan liar maupun domestik (ternak dan piaraan) serta manusia. Pada felidae, T. gondii dapat mengalami siklus hidup yang lengkap sedangkan pada induk semang antara hanya sampai stadium takizoit ataupun pembentukan kista (bradizoit). Kasus pada manusia di Indonesia diberbagai provinsi telah dilaporkan berkisar antara 43 – 88% kecuali pada NTB yang dilaporkan hanya 28% pada tahun 2003. Pada kambing rata rata 51% sedangkan domba rata rata 45%. Hal yang lebih menarik adalah prevalensi kasus toksoplasmosis pada sapi dan ayam. Pada sapi kasusnya secara nasional adalah 8,77% yang umumnya hanya positif pada sapi potong. Adapun pada ayam di Pulau Jawa kasusnya mencapai 24% pada ayam buras . Terjadinya infeksi pada manusia dapat melalui berbagai mekanisme, yang paling sering dilaporkan adalah tertelannya ookista dari makanan atau bahan makanan (misalnya buah, sayur dan air minum) yang terkontaminasi oleh kotoran kucing penderita toksoplasmosis. Mekanisme lain adalah mengkonsumsi makanan (daging hewan) yang mengandung kista (bradizoit) atau bahkan takizoit dan tidak dimasak dengan sempurna. Toksoplasmosis pada manusia umumnya bersifat asimtomatis atau paling berat akan menimbulkan gejala seperti influenza . Berbagai teknik diagnosis toksoplasmosis, baik pada manusia maupun hewan telah 59
dikembangkan baik berbasis biosensor maupun molekuler. Adapun diagnosis dengan isolasi dan identifikasi (khususnya pada manusia dan hewan non felidae ) kurang banyak membantu dan lebih banyak negatif palsunya. Dewasa ini teknik yang banyak dipakai secara praktis dilaboratorium pengujian adalah LAT dan ELISA. Kit diagnostik toksoplasmosis berbasis teknologi ELISA (Enzyme Linked Immunosorbent Assay) telah berhasil dikembangkan dan divalidasi dengan tingkat akurasi sekitar 96%. Walaupun akurasinya cukup tinggi namun setelah dilakukan sosialisasi ternyata terdapat beberapa kendala terkait aplikasinya dibeberapa daerah. Untuk itu, dipandang perlu mengembangkan teknologi yang lebih sederhana namun tetap memiliki akurasi setara teknologi ELISA yang telah lebih dahulu dikembangkan. Teknologi tersebut merupakan variasi dari ELISA untuk uji cepat yang disebut Immunostick Method. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (i) pengembangan Prototipe Kit Diagnostik Cepat dengan Teknik Imunostik telah berhasil dikembangkan baik untuk diagnosis secara tunggal maupun multiple, (ii) Prototipe Kit Diagnostik Cepat (Imunostik) untuk pengujian serologis terhadap antibodi Toxoplasma gondii memerlukan waktu rata-rata sekitar 1 jam 2,5 menit sejak perendaman sampel B.
Produksi Pereaksi Imunokimia Untuk Pengembangan Teknik ELISA Okratoksin A(OTA) (yang lebih murah 50% dari kit impor) Dalam Rangka Monitoring Keamanan Pakan Ternak
Okratoksin A (OTA) dapat mengkontaminasi bahan dasar pakan (jagung) sejak pra sampai pasca panen dan selama penyimpanan. Untuk sarana kontrol kandungan OTA dan sertifikasi mutu, diperlukan alat deteksi yang cepat, akurat, dan murah. Saat ini uji deteksi OTA di Indonesia baru dapat 60
dilakukan di sedikit laboratorium uji mutu dengan menggunakan alat HPLC yang memerlukan investasi besar, operator khusus, preparasi sampel lama dan biaya analisis mahal. Teknik imunodeteksi ini sangat sensitif dan spesifik sehingga perlu dikembangkan untuk deteksi dan kuantifikasi OTA. Teknik imunodeteksi juga dapat dikembangkan dalam bentuk kit uji (rapid assay) yang murah dan mudah digunakan sehingga terjangkau untuk sarana perbaikan mutu pakan. Tujuan penelitian jangka panjang untuk mengembangkan perangkat imunodeteksi yang spesifik dan sensitif berbasis Enzyme Linked Immunosorbant Assay (ELISA) untuk kuantifikasi OTA pada bahan pangan dan pakan ternak. Pada tahun pertama dihasilkan pereaksi immunokimia untuk pengembangan kit ELISA OTA. Kegiatan penelitian meliputi (a) Produksi antibodi poliklonal anti OTA dari anti serum kelinci, (b) pembuatan konjugat OTA-HRP (horseraddish peroxidase) untuk pengembangan direct competitive ELISA, dan (c) pengembangan dan karakterisasi indirect competitive dan direct competitive ELISA untuk mengetahui sensitivitas dari pereaksi yang dihasilkan. Dari hasil purifikasi serum dengan menggunakan colomn protein A sepharose diperoleh kadar IgG berkisar antara 1-6 mg/ml dari pengumpulan serum bleed 1 sampai ke 4. Pada uji serum darah secara indirect competitive ELISA dengan menggunakan serum darah bleeding ke 3, kadar IgG 1,7 mg/ml menunjukkan adanya aktifitas antibodi anti OTA dengan nilai OD yang cukup tinggi dan selisih nilai OD dengan kontrol (serum pre imunisasi) sebesar 0,9 pada penggunaan serum pengenceran 50 kali dan antibodi dapat digunakan sampai pengenceran 400 kali. Antibodi anti OTA memberikan respon meningkat pada bleed ke 1,2 dan 3 sedangkan pada bleed 4 dan 5 respon cenderung tetap. Respon meningkat juga diperoleh pada penggunaan coated antigen OTA-BSA 0,4 sd 10
ug/ml. Pada uji lineariti ternyata antibodi anti OTA bleed ke 3 dapat memberikan kurva linier dengan kisaran standar OTA 1 sampai dengan 100 ppb (ng/ml), namun belum begitu sensitif dimana pada konsentrasi OTA 100 ppb baru memberikan nilai inhibisi 43 %. Kombinasi coated antigen dan antibodi masih perlu dipelajari untuk mendapatkan hasil yang cukup sensitif. Telah dihasilkan pula konjugat OTAHRPO pereaksi imunokimia untuk pengembangan direct competitive ELISA. Pada uji sensitifitas (titrasi konjugat) secara direct ELISA ternyata konjugat yang dibuat belum memberikan hasil yang memuaskan. Konjugat dapat digunakan dengan pengenceran 300 sd 900 kali (1/300 sd 1/900) dan memberikan nilai OD 0,7 dan 0,4. Untuk mendapatkan respon yang lebih sensitif, pengujian masih diperlukan. Selain itu pengembangan prototipe perangkat uji cepat (rapid assay) berbasis ELISA dan studi validasi metoda masih harus dilakukan, kegiatan penelitian perlu dilanjutkan (tahun II), sehingga keluaran berupa teknologi imunodeteksi OTA dan prototipe perangkat uji cepat OTA yang dapat diaplikasikan untuk sarana monitoring mutu dan keamanan bahan pakan terutama jagung dan pakan ternak dapat dihasilkan. C. Pengembangan Metoda Deteksi Dini Kebuntingan (Hari Ke-20) Pada Sapi Dengan Teknik Elisa [Purifikasi (80%) protein penyandi bovine – pregnancy associated glycoprotein/bPAG untuk pengembangan metoda deteksi dini kebuntingan (hari ke-20) pada sapi dengan teknik ELISA]. Salah satu kendala dalam usaha peternakan sapi adalah adanya gangguan reproduksi dan kesehatan ternak seperti kawin berulang (pengulangan inseminasi lebih dari 2 kali), abortus, kegagalan kebuntingan, kematian anak sapi usia dini (neonatal mortality) dan
penurunan produktivitas ternak. Gangguan reproduksi disebabkan oleh banyak faktor seperti penyakit (infeksius maupun noninfeksius), gangguan metabolisme, kelainan anatomis, genetis, kualitas pakan dan lingkungan. Oleh karena itu perlu mempelajari penyebab-penyebab utama kegagalan reproduksi pada peternakan sapi potong agar dapat menerapkan teknologi pengendalian dan penanggulangan yang efektif dan efisien. Pemeriksaan kebuntingan umumnya dilakukan secara palpasi rektal pada umur kebuntingan ± 3 bulan. Teknik pemeriksaan kebuntingan ini memiliki beberapa kelemahan antara lain pemeriksaan kebuntingan baru dapat dilakukan pada umur kebuntingan minimal ± 3 bulan, dapat menimbulkan traumatis pada embrio/foetus yang sangat sensitif terhadap benturan fisik sehingga dapat menimbulkan keguguran maupun cacat, serta dapat menyebarkan penyakit kepada embrio sapi. Teknik enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA) merupakan alternatif yang dapat dikembangkan untuk mendeteksi kebuntingan secara dini. Teknik ELISA ini dikembangkan melalui isolasi protein penyandi kebuntingan (bovine pregnancy associated glycoprotein/bPAG) dari koteiledon dan darah sapi dan dapat diaplikasikan pada minggu ke-3 (20 hari) setelah inseminasi buatan/kawin alam terhadap sampel serum, susu, darah atau saliva dari sapi bunting. Tujuan penelitian ini adalah: (i) melakukan isolasi dan purifikasi protein (80%) penyandi kebuntingan (bovine pregnancy associated glycoprotein/bPAG) untuk pengembangan teknik deteksi dini kebuntingan (hari ke-20) pada sapi secara serologis (ELISA) dan (ii) mempelajari penyebab gangguan reproduksi yang berkaitan dengan gangguan metabolisme dan/atau hormonal pada sapi potong. Hasil penelitian menunjukkan bahwa angka kematian anak sapi di Jawa Tengah dijumpai cukup tinggi yaitu berkisar antara 6,8 – 66,7%, sedangkan pada induk sapi berkisar 61
antara 0 – 50%. Status haematologi pada induk dan anak sapi masih pada kisaran normal. Sementara itu, status mikromineral dalam darah sapi potong menunjukkan terdapat konsentrasi yang rendah pada Calcium darah dan tingginya konsentrasi Magnesium darah, sedangkan konsentrasi Pospor masih dalam kisaran normal. Ekstraksi dan purifikasi protein penyandi kebuntingan dari plasenta asal bangsa sapi yang berbeda yakni sapi Ongole, sapi Bali dan sapi Bx masih dalam proses penyelesaian. Protein murni penyandi kebuntingan akan digunakan untuk melakukan imunisasi pada hewan percobaan (kelinci) untuk menghasilkan anti bPAG dalam rangka pengembangan kit serologis (ELISA). Pengembangan teknik ELISA untuk deteksi kebuntingan diharapkan dapat dilanjutkan pada tahun berikutnya setelah protein murni penyandi kebuntingan (bPAG) diperoleh dengan fokus kegiatan memproduksi anti bPAG, format ELISA dan validasi metode serta aplikasi teknologi. Keberhasilan dalam mengembangkan teknik deteksi kebuntingan secara cepat setelah inseminasi buatan dapat meningkatkan keuntungan ekonomis dalam pengembangan industri peternakan sapi potong, D.
Pengembangan Metode indirect double sandwich ELISA Untuk Deteksi E.coli O157H7 yang Cepat (5 jam), Sensitif dan Spesifik pada Bahan Pangan Asal Ternak dan Olahannya (Teknik ELISA yang sensitif ( ≤ 105 sel/ml) dan spesifik (>95%) Untuk Deteksi E.coli O157H7 pada Bahan Pangan Asal Ternak dan Olahannya.
Escherichia coli (E.coli) O157 H7 merupakan salah satu bakteri patogen yang dapat mencemari makanan yang dapat menyebabkan terjadinya foodborne disease pada manusia. Beberapa jenis bahan pangan 62
dapat bertindak sebagai perantara terjadinya infeksi E.coli O157 H7 tetapi biasanya bahan pangan yang berperan sebagai foodborne disease tersebut adalah bahan pangan yang berasal dari hewan sapi seperti daging dan susu. Penyakit yang ditimbulkan adalah diare berdarah (hemorrhagic colitis), pada anak balita dan orang yang berusia lanjut mungkin diikuti dengan komplikasi yang berbahaya seperti gagal ginjal (hemolytic uremic syndrome) dan kerusakan syaraf (thrombotic trombocytopenic purpura). Kasus keracunan pernah dilaporkan terjadi di Tulung Agung, Bandung dan Surabaya pada bulan September 2004 akibat minum susu yang tercemar E.coli O157 H7 . Bakteri ini juga pernah menyerang anak sapi perah di Bandung, Sukabumi, Cianjur, dan Bogor dengan gejala diare berdarah. Beberapa usaha telah dilakukan untuk mengembangkan suatu metoda analisa yang bertujuan mendeteksi adanya bakteri E.coli O157 H7 baik dalam bahan pangan dan produk olahan asal ternak maupun feses sapi. Salah satu metoda yang terus dikembangkan adalah metoda Enzyme Linked Immunosorbent Assay (ELISA). ELISA merupakan metoda analisa yang dipilih karena sangat sensitif dan sederhana penanganannya dalam mendeteksi antigen baik dalam bahan pangan, produk olahan asal ternak maupun feses sapi. Dalam penelitian ini dikembangkan metode IDAS ELISA (indirect double antibody sandwich) di laboratorium yang divalidasi terlebih dahulu sebelum diaplikasikan di lapang. Sebagai pembanding dilakukan uji dengan menggunakan Kit ELISA komersial. Sampel yang digunakan untuk uji sensitivitas dan spesifitas metoda ELISA yang dikembangkan untuk mendeteksi E.coli O157 H7 berupa bahan pangan asal ternak seperti daging, susu dan produk olahannya. Sampel tersebut dikoleksi dari pasar tradisional maupun supermarket di beberapa wilayah di sekitar Bandung, Sukabumi dan Bekasi. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa
IDAS ELISA yang dikembangkan dengan menggunakan antibodi kambing sebagai antibodi pelapis (coated antibody) memberikan hasil yang optimum. Antibodi kambing sebagai pelapis (Ab1) yang digunakan adalah sebanyak 0,53 µg/lubang (100 µL), 1,27 µg/lubang (100 µL) antibodi kelinci (Ab2), dan pengenceran konjugat 1/15.000 (goat-anti rabbit IgG-HRPO). Validasi IDAS ELISA yang dikembangkan memiliki presisi dan akurasi yang baik, yang diindikasikan oleh nilai rekoveri 94,41±3.21% pada sampel susu yang ditambahkan 103 sel/mL E.coli O157 H7. Teknik ELISA ini mempunyai spesifitas yang tinggi terhadap E.coli O157 H7 (100%) dan bakteri E.coli non O157 H7 (E.coli K99, E.coli K88, E.coli F41, E.coli 987P) hanya 7,1618,04%. Reaksi silang dengan bakteri lain seperti Salmonella typhimurium, Salmonella typhi, Salmonella enteritidis, Shigella boydii, Klebsiella pneumonia, dan Pseudomonas aeruginosa berkisar antara 0,61-8,66%. Sensitivitas teknik IDAS ELISA ini mencapai limit deteksi 103 ± 0,288 sel/mL dan limit kuantifikasi dalam sampel 103 ± 0,023 sel/mL. IDAS ELISA ini lebih sensitif dibandingkan dengan kit ELISA komersial yang digunakan (LOD 105 sel/mL). Pada konsentrasi 101-107 sel/mL, optical density (OD) dari standar E.coli O157 H7 menunjukkan kurva yang linear (R² = 0,8461). Perbandingan teknik ELISA yang dikembangkan dengan kit ELISA komersial menunjukkan adanya korelasi yang sangat baik (R²=0,9488). Uji validasi menunjukkan bahwa teknik ELISA yang dikembangkan dapat digunakan untuk pengujian rutin (in house) kontaminasi E.coli O157 H7 pada produk pangan asal hewan, sehingga foodborne disease pada manusia dapat dicegah. E.
Vaksin Anthrax Inaktif yang Diberikan Secara Aerosol, Lebih Murah (50%) dan Memberikan Proteksi ≥80%
Penyakit antraks yang juga dikenal sebagai radang limpa pertama kali dijumpai di Indonesia tahun 1884 di daerah Teluk Betung. Wabah besar pada sapi dilaporkan pada tahun 1990 di dua Kabupaten Semarang dan Boyolali dimana terjadi kematian 1460 ekor sapi perah. Tahun 1999, akibat wabah antraks, sebanyak 3.012 ekor burung unta dimusnahkan di Jawa Barat. Di Desa Hargobinangun, Sleman Yogyakarta pernah terjadi kematian 53 ekor domba dari 826 domba pasca vaksinasi antraks. Penyakit antraks sudah merupakan penyakit endemik di Indonesia dan kasusnya terjadi setiap tahun di berbagai daerah. Vaksinasi antraks merupakan hal penting dalam rangka melakukan pengendalian penyakit pada hewan ternak. Saat ini program pengendalian dengan vaksinasi masih menggunakan vaksin spora hidup B. anthracis yang aplikasinya sering menimbulkan efek samping berupa kematian ternak, abortus, selain itu juga membutuhkan beberapa kali penyuntikkan untuk satu dosis vaksinasi dalam usaha mengurangi rasa sakit yang ditimbulkannya. Pengembangan atau perbaikan dalam pembuatan vaksin antraks perlu dilakukan sehingga dapat diperoleh vaksin yang efektif tetapi aman digunakan dan tidak mempunyai efek samping yang sering dikeluhkan peternak di Indonesia. Penelitian mengenai vaksin anthrax dengan cara intranasal spray akhir-akhir ini telah banyak diteliti dan memberikan hasil yang baik. Cara vaksinasi dengan nasal spray akan memberikan keuntungan karena pelaksanaan vaksinasi yang ekonomis (mudah dilaksanakannya, dan tidak memerlukan jarum suntik), dan bebas dari efek samping karena tidak menggunakan spora hidup B. anthracis. Dalam penelitian ini vaksin antraks intranasal yang mengandung toksoid antraks, dinding sel dan kapsul Bacillus anthracis ditambah adjuvant dievaluasi efikasinya pada hewan percobaan. Mencit diimunisasi secara intranasal dan respon antibodinya dipantau 63
setelah satu, dua atau 3 kali imunisasi dengan menggunakan ELISA. Uji tantang secara sub kutan dilakukan menggunakan 100 kali 50% Lethal Dose 50 (LD50) B. anthracis galur Sterne, beberapa minggu setelah imunisasi ketika antibodi dalam serum mencapai tingkat tertinggi. Uji coba vaksin pada kambing juga dilakukan dan respon serologisnya dimonitor sebelum dan setelah vaksinasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa vaksin antraks intranasal memberikan proteksi hingga 90% pada mencit. Pada domba, vaksin ini dapat merangsang pembentukan antibodi yang tinggi. Uji lapangan dengan populasi kambing dan domba dalam jumlah yang lebih banyak perlu dilakukan untuk mengamati efikasi vaksin di lapang. Program pengendalian penyakit antraks dengan menggunakan vaksin yang aman dan mudah aplikasinya akan lebih menjamin keberhasilan dalam pencegahan penyakit antraks yang pada akhirnya akan dapat mendukung pengembangan peternakan di Indonesia dan juga menjamin keamanan pangan dan menghindari terjadinya penularan penyakit antraks dari hewan kemanusia. F. Pengembangan Teknik imunodiagnosis (ELISA antigen, ELISA antibodi dan Imunohistokimia) untuk diagnosis Flu Burung (H5N1) yang Kwalitasnya Minimal Sama dengan Kit Komersial Import tetapi dengan Harga yang Lebih Murah (50%). Penyakit Avian Influensa yang disebabkan oleh virus H5N1 tetap merupakan penyakit yang paling ditakuti pada beberapa tahun belakangan ini. Penyakit ini sangat menular dan mematikan pada ayam sehingga telah menimbulkan kerugian ekonomi yang sangat besar. Disamping kerugian ekonomi, bahaya lain yang ditimbulkan oleh virus penyebab penyakit ini adalah potensinya yang besar untuk menimbulkan pandemi influensa pada manusia. Salah satu usaha untuk mengurangi kerugian 64
ekonomi dan bahaya pandemi tersebut adalah mendeteksi sedini dan secepat mungkin, dan memonitor penyebaran penyakit. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan alat deteksi yang dapat mendeteksi keberadaan penyakit secara cepat dan akurat. Deteksi virus atau hewan yang sudah terekspose virus didasarkan pada deteksi hemagglutinin (H5) atau antibodi terhadap H5. Hemagglutinin dimurnikan dari virus H5N1 yang dipropagasi pada 1000 butir telur ayam tertunas. Pada penelitian ini ditemukan suatu cara baru yang efektif dan cepat untuk memisahkan virus influenza dari cairan alantoik dengan presipitasi amonium sulfat (25% saturasi). Glikoprotein (H5 dan N1) pada permukaan virus diekstraksi dengan Triton-100, kemudian hemagglutinin dimurnikan dengan kolom Q sepharose. Preparat H5 ini digunakan sebagai coating antigen untuk ELISA antibodi untuk mengukur titer antibodi terhadap H5 pada serum hewan yang terekspose dengan virus atau vaksin H5N1, atau dimurnikan lebih lanjut dengan elektroforesis dan digunakan untuk produksi antiserum monospesifik pada kelinci. Imunoglobulin (IgG) dari antiserum tersebut diisolasi dan dikonjugasikan dengan horse radish peroxidase dan sebagian lagi dengan Fluorescence thiocyanate (FITC). Kedua conjugate ini dipakai untuk pembuatan alat direct imunodiagostic tests. Sedangkan antiserum monospecifik untuk indirect imunodiagnostic tests. Untuk indirect imunodiagnostic tests diperlukan tambahan reagen berupa HRP/FITC-anti rabbit IgG, yang juga telah diproduksi dalam penelitian ini. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ELISA antigen yang dikembangkan baik yang direct atau indirect mempunyai akurasi yang sangat tinggi untuk mendeteksi virus H5N1. Test tersebut masih dapat mendeteksi keberadaan virus dalam cairan alantoik setelah diencerkan 1: 2000. Hal yang sangat menarik juga adalah bahwa sampel yang digunakan dapat berupa supernatan swab kloaka yang
dapat dipanaskan/direbus selama 20 menit sebelum diuji untuk menginaktifkan virus, sebuah spesifikasi yang sangat penting mengingat virus H5N1 sangat berbahaya untuk manusia dan lingkungan. Dengan demikian pemakainnya dapat dilakukan diluar laboratorium BSL3. Perbandingan sensitivitas ELISA antigen, Anigen (test komersial AI) dan virus isolasi sebagai ‘golden standard’ terhadap 27 sampel supernatan swab kloaka ayam memperlihatkan akurasi ELISA antigen sebesar 96% lebih tinggi dari akurasi Anigen yang sebesar 85%. Antiserum dan HRP anti H5 rabbit IgG juga dapat dipakai dalam imunohistokimia dengan hasil yang memuaskan, walaupun untuk beberapa format uji masih perlu optimalisasi. ELISA antibodi yang dikembangkan dalam penelitian ini juga berhasil karena dapat memperlihatkan kenaikan titer antibodi pada ayam yang divaksin dengan berbagai vaksin AI dan memiliki sensitivitas dan spesivitas yang cukup baik, walaupun hasilnya tidak berkorelasi erat dengan HI test. Harga jual ELISA antigen tersebut apabila diproduksi untuk tujuan komersial akan jauh lebih murah dari test komersial yang beredar di Indonesia yang semuanya berasal dari impor. G.
Efektifitas Daun Gamal (Gliricidia sepium) Sebagai Obat Penyakit Scabies Pada Kambing Dengan Tingkat Kesembuhan > 95%.
Scabies merupakan penyakit parasit menular pada kulit yang disebabkan oleh Sarcoptes scabiei. Penyakit ini masih merupakan problem penting pada kambing di Indonesia. Laporan terakhir kasus scabies di Jawa mencapai 47,5% tahun 2006. Pengobatan scabies dengan obat sintetik mempunyai kendala harga obat yang mahal, sulit ditemukan di pedesaan dan resiko terjadinya resistensi jika sering digunakan sehingga akarisida nabati untuk obat scabies perlu dikembangkan lebih lanjut sebagai alternatif pengobatan scabies pada kambing
yang mudah didapat, efektif serta ramah lingkungan. Hasil penelitian terdahulu diketahui bahwa hasil uji potensi ekstrak 3 macam tanaman (biji bengkuang, biji srikaya dan daun gamal) secara invivo terhadap tungau Sarcoptes scabiei pada kambing diketahui bahwa ekstrak etanol daun gamal 5% memberikan hasil yang baik sebagai akarisida nabati pada kambing tanpa efek samping. Penelitian lanjutan dilakukan untuk mengetahui potensi ekstrak daun gamal (Gliricidia sepium) dengan pelarut minyak (sebagai pelarut bahan aktif kumarin) sehingga diperoleh formula akarisida nabati yang efektif, efisien, mudah diperoleh dan mudah aplikasinya. Penelitian ini dilakukan dalam 7 tahapan yaitu (1) Infestasi buatan S. Scabiei pada kambing, (2) Analisis kumarin dalam daun gamal (3) Preparasi ekstrak minyak kelapa daun gamal dengan 4 variasi konsentrasi (6,25%, 12,5%, 25% dan 50%) (4) Aplikasi ekstrak minyak daun gamal pada kambing terinfestasi scabies (5) Uji stabilitas formula (monitoring kandungan kumarin dalam ekstrak) pada perlakuan penyimpanan (6) Uji keamanan formula (uji iritasi kulit dan iritasi mata) dan (7) Aplikasi formula pada hewan kambing yang terinfestasi scabies di lapang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa daun gamal segar yang mengandung kumarin + 1000 ppm (dari tanaman gamal berumur lebih dari 6 bulan) dapat menurunkan 100% populasi tungau S.scabiei dengan ekstrak minyak daun gamal konsentrasi 50% setelah 2x pengobatan (interval 1 minggu), walaupun hasil uji stabilitas kumarin menunjukkan tidak stabil dalam perlakuan penyimpanan (stabil maksimal 1 minggu). Selanjutnya dari hasil uji keamanan menunjukkan tidak terjadi iritasi kulit dan mata sehingga aman digunakan. Hasil aplikasi formula pada 79 ekor kambing di lapang menunjukkan hasil yang efektif dan efisien sebagai akarisida sesuai dengan hasil pengamatan pada hewan percobaan. 65
PUBLIKASI DAN SEMINAR Publikasi Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner. Vol. 15, No. 2, Tahun 2010 PRIADI A., NATALIA L. dan ADJI R.S. Proteksi vaksin Antraks inaktif intranasal terhadap infeksi Bacillus anthracis. p.147-156 Jurnal Veteriner, Vol. 11, No. 1, tahun 2010 AHMAD R.Z. dan BERIAJAYA. Pertumbuhan Duddingtonia flagrans pada air liur, larutan rumen, blok komin dan agar semen. p. 52-57
Prosiding Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner, Bogor 3-4 Agustus 2010 WIDIASTUTI R. dan MURDIATI TB; ANASTASIA Y. Residu tetrasiklin pada daging ayam pedaging dari wilayah Jakarta, Depok dan Bekasi yang dideteksi secara kromatografi cair kinerja tinggi YUNINGSIH. Keberadaan kandungan coumarin dalam daun gamal (Gliricidia sepium) sebagai akarisid
Wartazoa. Vol. 20, No.1, Tahun 2010 ABDUL ADJID R.M., dan MUHARAM S. Penyakit infectious Bovine rhinotracheitis pada sapi di Indonesia dan strategi pengendaliannya. p. 1-11 Wartazoa. Vol. 20, No.2, Tahun 2010 DHARMAYANTI INDI N.L.P. Struktur dan peranan genom sigma 7 (protein matriks) dan sigma 8 (non struktural) dalam siklus hidup dan virulensi virus influenza. p. 55-67
CAHYONO, Moh. Indro. Adaptasi metode xerovac untuk preservasi virus gumboro aktif di Indonesia untuk preservasi virus gumboro aktif di Indonesia CAHYONO , Moh. INDRO . Pengaruh waktu dan suhu penyimpanan terhadap daya tahan antigen virus Newcastle Disease produksi Balai Besar Penelitian Veteriner. GHOLIB, Dj. Pengujian penggunaan ekstrak etanol bawang putih (Allium sativum L.) terhadap kelinci yang diinfeksi dermatofit Trichopyton mentagrophytes.
ARIYANTI T. Bakteri Listeria monocytogenes sebagai kontaminan makanan asal hewan (Food borne Disease). p. 93-102
Media Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Vol. 20, No. 2, Tahun 2010 POELOENGAN M. dan PRAPTIWI. Uji aktivitas antibakteri ekstrak kulit buah manggis (Garcinia mangostana Linn). p. 65-69
66
RACHMAWATI , Sri. Efektifitas zeolit komersial sebagai bahan pengikat aflatoksin (uji in-vitro) MUHARAM S. dan ABDUL ADJID R.M. Karakterisasi molekuler bovine herpesvirus - 1 glikoprotein C (gC) isolat Indonesia