Laporan Tahunan Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian Tahun anggaran 2006
Laporan Tahunan BB-Pascapanen TA 2006
1
I. PENDAHULUAN Pascapanen merupakan salah satu subsistem agribisnis yang mempunyai peran penting karena mempunyai peluang besar dalam upaya meningkatkan nilai tambah produk agribisnis. Pemasaran hasil dalam bentuk bahan mentah, memiliki beberapa kelemahan diantaranya: nilai tambahnya rendah, mudah rusak, daya simpan terbatas, dan konsistensi mutu sulit dijamin. Tingkat pendapatan pelaku agribisnis, khususnya petani dan pengolah skala kecil-menengah masih tergolong pada tingkat ekonomi lemah. Penguasaan teknologi maupun level teknologinya sebagian besar masih tergolong tradisional. Lemahnya adopsi teknologi baru, selain terbatasnya teknologi yang tersedia, juga disebabkan rendahnya kemampuan petani mengakses teknologi baru. Dengan memperhatikan issue dan tantangan dalam sistem dan usaha agribisnis, maka keberadaan Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen (BB-Pascapanen) sebagai sumber inovasi teknologi pascapanen memegang peranan yang sangat penting. Menteri Pertanian dalam beberapa kesempatan selalu mengingatkan bahwa Departemen Pertanian sangat mengharapkan peran Badan Litbang Pertanian untuk menghasilkan terobosan inovasi teknologi layak terap bagi para pengguna, yaitu petani dan pengusaha agribisnis, dan kebijakan yang mampu mengatasi permasalahan mendasar pembangunan sektor pertanian. Hal ini juga menjadi perhatian Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian sebagai salah satu institusi di bawah Badan Litbang Pertanian. BB-Pascapanen sebagai institusi yang diberi mandat melaksanakan kegiatan penelitian dan pengembangan pascapanen, diharapkan dapat berperan dalam menyediakan teknologi dan memberikan masukan kepada Departemen Pertanian, baik rekomendasi teknologi pascapanen maupun dalam hal kebijakan pengembangan agroindustri. Penerapan suatu teknologi pascapanen di lapangan membutuhkan biaya yang relatif besar. Pengujian teknologi tersebut membutuhkan faktor pendukung, seperti gudang untuk penempatan unit pengolahan, gudang penyimpanan (beberapa produk memerlukan pendingin), pembentukan tata niaga dan promosi, lembaga pengolahannya dan lain sebagainya. Hal ini tidak mungkin dibiayai sepenuhnya oleh anggaran BBPascapanen. Oleh karena itu, kerjasama dengan Direktorat Teknis terkait, seperti Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, Badan Ketahanan Pangan, Pemerintah Daerah, Mitra Swasta dan lainnya menjadi faktor yang sangat esensial dan merupakan keharusan. Sejalan dengan kebijakan Badan Litbang bahwa paradigma penelitian bukan lagi “penelitian dan pengembangan”, “tetapi penelitian untuk pengembangan” (research for development) telah mewarnai kegiatan penelitian yang dilakukan oleh BB-Pascpanen yang lebih mengutamakan kegiatan penelitian yang bersifat terapan dan diimplentasikan langsung di lapangan. Kegiatan penelitian dan pengembangan pascapanen yang dilakukan pada tahun 2006 sebagian besar dilaksanakan di sentra produksi bahan baku, dan bekerjasama dengan pemerintah daerah, kelompok tani dan swasta/koperasi, sehingga proses inovasi teknologi dan diseminasi dapat berjalan paralel, dengan sendirinya akan mempercepat proses penyampaian inovasi teknologi ke pengguna. Keuntungan lain, dengan adanya sharing pendanaan dan sumberdaya lainnya dari mitra kerjasama akan mempercepat kinerja pencapaian sasaran, karena adanya sinergis dari berbagai pihak yang berkepentingan dalam pengembangan agroindustri.
Laporan Tahunan BB-Pascapanen TA 2006
2
Globalisasi ekonomi dan liberalisasi pasar membuka bagi persaingan produk pertanian dalam hal mutu dan harga. Peningkatan perdagangan antar-kawasan menuntut peningkatan daya saing produk pertanian Indonesia yang harus dicapai melalui peningkatan produktivitas dan efisiensi usaha, perbaikan kualitas, dan standarisasi melalui penerapan teknologi produksi dan pengolahan pascapanen. Implikasi dari hal tersebut adalah semakin besarnya tuntutan akan kontribusi BB-Pascapanen dalam penyediaan teknologi yang diperlukan, yang inovatif, efisien dan aplikatif. Pengembangan agribisnis juga mutlak harus memperhatikan perkembangan pasar. Globalisasi pasar dunia telah membuka peluang bagi pemasaran produk pertanian Indonesia. Namun pasar yang lebih luas tersebut juga menuntut adanya kemampuan produsen untuk memenuhi preferensi konsumen yang lebih beragam. Pola pasar “buyer market” dimana pembeli merupakan penentu pasar, seperti yang sekarang terjadi, perlu diantisipasi dengan penyediaan teknologi maupun produk yang sesuai dengan selera pasar. Kecenderungan konsumen saat ini yang menghendaki adanya jaminan kepuasan serta jaminan keamanan pangan dan kesehatan konsumen merupakan isu yang perlu diantisipasi dalam melahirkan inovasi teknologi pascapanen.
Laporan Tahunan BB-Pascapanen TA 2006
3
II. PROGRAM PENELITIAN A. VISI DAN MISI Visi Sebagai institusi yang mempunyai tugas pokok dan fungsi dalam penelitian dan pengembangan teknologi pascapanen pertanian, BB-Pascapanen menetapkan visinya sejalan dengan visi pembangunan pertanian dan visi Badan Litbang Pertanian. Visi BBPascapanen dirumuskan berdasarkan kajian orientasi masa depan (future oriented), perubahan paradigma pembangunan pertanian, serta kebutuhan institusi yang profesional. Visi BB-Pascapanen dirumuskan sebagai berikut : Menjadi institusi litbang utama dan andalan nasional dalam inovasi teknologi pascapanen pertanian Visi tersebut merupakan pandangan jauh ke depan, kemana dan bagaimana meletakkan BB-Pascapanen pada landasan Sumber Daya Manusia (SDM) yang kuat, disertai kebijakan penelitian dan pengembangan yang jelas dan terarah agar BB-Pascapanen memiliki posisi strategis bagi peningkatan daya saing sistem dan usaha agribisnis yang berbasis inovasi teknologi. BB-Pascapanen harus mampu menjadi institusi yang memiliki kompetensi di bidang penelitian dan pengembangan pascapanen untuk mendukung dinamika dan nilai-nilai pembangunan pertanian. Harapan tersebut merupakan suatu kondisi yang menantang di masa depan baik cita, citra yang ingin diwujudkan mengingat situasi dan kondisi yang dihadapi saat ini. Untuk mewujudkan visi yang telah dirumuskan, maka disusun misi sebagai suatu kesatuan gerak dan langkah dalam mencapai visi. Dalam merumuskan misi ada 2 (dua) kepentingan yang menjadi bahan pertimbangan, yaitu: (1) kepentingan internal (competence quality dan commitment growth) dan, (2) kepentingan eksternal (masyarakat/ stakeholders). Misi yang dirumuskan berkaitan erat dengan lembaga, karena keberhasilan organisasi akan diukur dari keberhasilan misinya. Misi Dalam mewujudkan visi tersebut, BB-Pascapanen melaksanakan misi sebagai berikut : 1. Menciptakan inovasi teknologi pascapanen pertanian dalam rangka peningkatan nilai tambah hasil pertanian; 2. Melakukan pengembangan dan penyebarluasan inovasi teknologi dan rekomendasi kebijakan pascapanen pertanian sesuai dinamika kebutuhan pengguna; 3. Membangun jaringan kerjasama nasional dan internasional dalam rangka peningkatan penguasaan IPTEK, peran dan citra BB-Pascapanen; 4. Mengembangkan sistem kelembagaan dan kompetensi sumberdaya untuk meningkatkan kinerja institusi agar mampu memberikan pelayanan prima. B. TUJUAN DAN SASARAN Dalam jangka menengah (tahun 2005-2009) visi dan misi Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian dijabarkan ke dalam tujuan dan sasaran penelitian dan pengembangan pertanian.
Laporan Tahunan BB-Pascapanen TA 2006
4
Tujuan Sejalan dengan tujuan pembangunan pertanian, BB-Pascapanen dalam lima tahun menetapkan tujuan penelitian dan pengembangan pascapanen pertanian sebagai berikut : 1. Menghasilkan dan mengembangkan inovasi teknologi pengolahan untuk mendukung tumbuhkembangnya agroindustri di perdesaan yang akan memacu aktivitas ekonomi perdesaan, menciptakan lapangan kerja baru dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. 2. Menghasilkan dan mengembangkan inovasi teknologi pengolahan untuk meningkatkan nilai tambah dan daya saing komoditas pertanian ungggulan melalui perbaikan mutu, pengembangan produk, pemanfaatan produk samping dan limbah. 3. Menghasilkan dan mengembangkan inovasi teknologi untuk merevitalisasi sumbersumber pangan tradisional dan pemanfaatan sumber pangan baru dalam rangka mendukung ketahanan pangan. 4. Menyediakan data base dan konsep kebijakan untuk rekomendasi kebijakan penyusunan standar mutu, keamanan pangan dan harmonisasi standar mutu. Sasaran Sasaran yang ingin dicapai oleh Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian baik yang dijabarkan dalam sasaran tahunan maupun sasaran akhir rencana strategis yaitu : 1. Tersedia dan berfungsinya paket teknologi pengolahan pangan untuk mendukung ketahanan pangan. 2. Tersedia dan berfungsinya paket teknologi pengolahan untuk meningkatkan nilai tambah, perbaikan mutu dan peningkatan daya saing produk. 3. Tersedia dan berfungsinya, serta diadopsinya model agroindustri perdesaan berbasis inovasi teknologi pengolahan. 4. Tersedia data base dan konsep kebijakan untuk rekomendasi kebijakan penyusunan standar mutu, keamanan pangan dan harmonisasi standar mutu. C. PENCAPAIAN TUJUAN DAN SASARAN PROGRAM Sejalan dengan Program Utama Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Badan Litbang Pertanian dan Tupoksi BB-Pascapanen, maka BB-Pascapanen memfokuskan pada Program Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi dan Nilai Tambah Pertanian khususnya Subprogram Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian sebagai landasan utama program Penelitian dan Pengembangan pascapanen yang akan dilaksanakan selama periode 2005-2009. Rincian kegiatan keluaran dan sasarannya adalah sebagai berikut : 1. Peningkatan Daya Saing Produk Pertanian Melalui Inovasi Teknologi Pengolahan Ruang lingkup program ini meliputi inovasi komponen teknologi, perakitan komponen teknologi, dan scaling-up teknologi sampai menjadi suatu model agroindustri dengan peningkatan nilai tambah dan daya saing. Penelitian pengembangan model agroindustri dan perbaikan teknologi tersebut diarahkan pada kegiatan agroindustri skala kecil-menengah dan perdesaan.
Laporan Tahunan BB-Pascapanen TA 2006
5
2. Pengembangan Teknologi Pengolahan Pangan Tradisional Mendukung Ketahanan Pangan Ruang lingkup program ini adalah dapat memenuhi kebutuhan pangan melalui diversifikasi produk, khususnya pangan berbahan baku non-beras. Sasaran yang ingin dicapai adalah keragaman produksi dan konsumsi pangan masyarakat. Program ini juga diarahkan untuk mengangkat bahan pangan tradisional menjadi bahan pangan yang bermutu dengan citra tinggi. 3. Penelitian Perbaikan Mutu dan Keamanan Pangan Ruang lingkup program penelitian ini meliputi identifikasi kontaminan dan mutu produk pertanian, pengembangan sistem mutu, pengembangan teknik-teknik analisis mutu yang efektif dan rekomendasi teknologi untuk menekan kontaminan pada produk pertanian. 4. Penelitian dan Pengembangan Berbasis Kemitraan dan Keperluan Pembangunan Pertanian Berdasar Permintaan Ruang lingkup program ini adalah melaksanakan kegiatan litbang pascapanen atas dasar permintaan stakeholder dan adanya sharing dana dari stakeholder atau mitra. Mitra dapat berasal dari instansi pemerintah (pusat dan daerah), badan usaha (BUMN, BUMD, dan swasta), koperasi dan kelompok tani. 5. Pengembangan Sistem Informasi, Komunikasi, Diseminasi, dan Umpan Balik Inovasi Teknologi Pascapanen Ruang lingkup program ini meliputi kegiatan penyampaian inovasi teknologi pascapanen yang dihasilkan kepada pengguna (petani, pengusaha, dan direktorat teknis) melalui promosi, publikasi, gelar teknologi, ekspose, pameran, temu bisnis, meningkatkan perolehan HaKI dan melakukan komersialisasi teknologi hasil penelitian.
Laporan Tahunan BB-Pascapanen TA 2006
6
III. HASIL KEGIATAN PENELITIAN A. Peningkatan Daya Saing Produk Pertanian Melalui Inovasi Teknologi Pengolahan 1. Pengembangan Teknologi Pengolahan Jeruk Penelitian teknologi penanganan dan pengolahan jeruk telah dimulai pada tahun 2005. Kegiatan ini bekerja sama dengan Pemda Kabupaten Sambas dan Provinsi Kalimantan Barat, serta BPTP Kalimantan Barat untuk mengembangkan agroindustri penanganan dan pengolahan jeruk siem Pontianak. Pada tahun 2005 telah ditempatkan di lapangan unit penanganan segar dan pengolahan jus jeruk sari murni/ pure–single-stregthjuice skala pilot. Dalam tahun 2006, selain dilakukan optimalisasi line process pengolahan jus jeruk sari murni, juga diperoleh paket teknologi pembuatan konsentrat, karakterisasi bahan pahit pada jus jeruk siem dan pemanfaatan limbah pengolahan jeruk seperti pengolahan minyak kulit jeruk dan ekstraksi pektin dari ampas/pulp jeruk skala laboratorium. Hasil optimalisasi teknologi pengolahan jus jeruk sari murni menghasilkan dua formula yaitu : a. Formula jus jeruk sari murni dengan komposisi : fruktosa 25%, CMC 0,7%, asam sitrat 2,5%, vitamin C 1% dan asam sorbat 400 ppm dengan cara penyajian dapat dengan diencerkan sesuai selera konsumen dengan menambah 1 bagian jus dan 1 bagian air. b. Formula jus jeruk siap saji dengan komposisi : fruktosa 17,25%, CMC 0,23%, asam sitrat 0,83%, vitamin C 1% dan asam sorbat 400 ppm dengan pengenceran 1 bagian jus : 2 bagian air. Untuk mengetahui penerimaan konsumen terhadap produk yang dihasilkan, dilakukan uji preferensi konsumen di Kalimantan Barat. Dalam upaya menjamin keamanan produk jus jeruk yang dihasilkan, penerapan HACCP dilakukan pada line process pengolahannya, yaitu dengan mengendalikan setiap titik-titik kritis pengolahannya. Dalam hal ini pasteurisasi, sterilisasi botol dan tutup botol serta penyimpanan merupakan titik-titik kritis (CCP) pengolahan jus jeruk. Teknologi pembuatan konsentrat telah dicoba dengan menggunakan evaporator. Penggunaan metode ini kurang efektif karena waktu yang diperlukan cukup lama dan menghasilkan konsentrat jeruk dengan kadar limonin yang cukup tinggi (108,69 µg/L). Oleh karena itu dilakukan metode kombinasi penggunaan evaporator dan membran ultrafiltrasi (UF) untuk menghasilkan produk konsentrat jeruk yang baik (warna dan aroma lebih baik, rasa tidak pahit dan TSS mencapai 32obrix dalam waktu yang relatif singkat). Limonin dan naringin telah dikarakterisasi sebagai senyawa penyebab rasa pahit pada jus jeruk. Teknologi pengurangan kepahitan jus jeruk dilakukan dengan beberapa metode, yaitu dengan metode lye peeling, penambahan CMC, penambahan enzim naringinase, dan kombinasi penambahan enzim nariginase dengan CMC. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kombinasi penambahan enzim naringinase (1 g/L) dengan CMC (0,3%) terbukti paling efektif menurunkan narigin pada jus jeruk hingga 62,1% dari total narigin yang terkandung pada jus jeruk. Dalam upaya pemanfaatan limbah pengolahan jus jeruk, dilakukan ekstraksi pektin dari ampas jeruk dan teknologi pembuatan minyak kulit jeruk. Dengan ekstraksi
Laporan Tahunan BB-Pascapanen TA 2006
7
pektin pada suhu 950C selama 80 menit, diperoleh rendemen pektin sebanyak 13,6716,32% (bk). Teknologi pembuatan minyak kulit jeruk dilakukan dengan metode pengepresan pada skala laboratorium. Teknologi ini masih perlu optimalisasi dan perbaikan karena mutu minyak yang dihasilkan masih rendah, yaitu kandungan DLimonene sebagai penentu mutu masih rendah. Dalam rangka mensosialisasikan teknologi pengolahan jeruk tersebut, pada tanggal 4 Mei 2006 BB-Pascapanen bekerjasama dengan BPTP Kalimantan Barat dan Pemda Kabupaten Sambas menyelenggarakan ekspose Agribisnis Jeruk di lokasi Citrus Centre, Sambas, Kalimantan Barat. Ekspose tersebut dibuka oleh Menteri Pertanian dan dihadiri oleh Dirjen Hortikultura, Gubernur Kalbar, Bupati Kabupaten Sambas.
Laporan Tahunan BB-Pascapanen TA 2006
8
Grade C
Laporan Tahunan BB-Pascapanen TA 2006
Degreening (Ethrel; gas Asetilen)
Pencucian
Grade A&B
Grading
Buah Jeruk
Pelilinan
Pengemasan
Pelabelan
Unit pulping, mixing, dan pasteurizer
Lye peeling
Gambar 1. Bagan alir pengolahan jeruk di Kalbar
Pencucian
Pengupasan
9
Produk buah segar
Jus jeruk
2. Teknologi Pemanfaatan Tanaman untuk Bahan Baku Industri Biofarmaka Indonesia dikenal sebagai negara yang mempunyai keanekaragaman hayati yang cukup luas, terbesar kedua setelah Brazil, diperkirakan sekitar 30.000 jenis tumbuhan yang bisa dimanfaatkan. Dari jenis tumbuhan tersebut, baru sekitar 940 jenis diketahui berkhasiat sebagai obat, dan yang telah dimanfaatkan sebagai ramuan dan industri obat tradisional sekitar 180 spesies. Sebagian besar para ahli mencoba menggali potensi alam dalam upaya mendapatkan senyawa baru yang bermanfaat bagi kesehatan. Industri farmasi juga berusaha mencari peluang pemanfaatan bahan alam dan turunannya sebagai bahan untuk obat. Telah lama diketahui bahwa obat tradisional selain berkhasiat sebagai obat, juga sangat jarang menimbulkan efek samping yang tidak diinginkan seperti obat modern. Produk fitofarmaka adalah suatu produk yang dibuat dari tumbuhan atau bagian dari tumbuhan, baik yang segar ataupun yang telah dikeringkan dan telah melalui proses ekstraksi, distilasi atau proses lainnya. Spesifikasi produk fitofarmaka adalah senyawa aktif yang terdapat didalamnya tidak dalam bentuk tunggal, tetapi masih terdapat zat-zat pendamping lainnya. a. Lengkuas Lengkuas (Alpinia galanga) adalah salah satu jenis tanaman dari famili Zingiberaceae, yang secara tradisional sering digunakan sebagai obat untuk eksim, panu, borok, koreng, radang anak telinga, radang lambung, obat rematik, karminatif, perut kembung, anti jamur, anti bakteri dan malaria. Kegiatan penelitian ini merupakan lanjutan dari kegiatan tahun 2005. Kegiatan tahun 2006 ini bertujuan untuk mendapatkan teknologi proses ekstraksi dan pemurnian ekstrak lengkuas. Tahapan proses ekstraksi lengkuas secara lengkap dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Diagram alir pembuatan ekstrak rimpang lengkuas
Laporan Tahunan BB-Pascapanen TA 2006
10
Ekstrak lengkuas yang dihasilkan mempunyai karakteristik mutu : pH 5,01-5,35; berat jenis 1,307-1,461; total padatan terlarut 16,93 - 24,88%; sisa pelarut 6,60 - 15,12% dan kelarutan dalam alkohol 95% 1 : 7 sampai 1 : 11. Limpahan senyawa aktif (1’asetoksikhavikol asetat) mencapai 51,79 -85,30%. Nilai pH berguna untuk mengetahui kemungkinan adanya kandungan komponen kimia yang terdapat didalamnya. Hasil analisis fitokimia menunjukkan bahwa dalam ekstrak lengkuas telah teridentifikasi adanya senyawa alkaloid (senyawa alkaloid akan memberikan kisaran nilai pH antara 4 dan 5). Sisa pelarut sangat menentukan mutu suatu ekstrak karena ada batasan untuk sisa pelarut terutama untuk pelarut yang beracun. Kelarutan dalam alkohol merupakan salah satu cara untuk mengetahui larutnya bahan atau ekstrak dengan perbandingan tertentu dalam satu jenis pelarut, dan alkohol merupakan pelarut yang umum digunakan. Dari analisis secara GCMS telah teridentifikasi senyawa aktif lengkuas yaitu 1’asetoksikhavikol asetat. Senyawa I-asetoksinkhavikol asetat diketahui mempunyai banyak khasiat, diantaranya mampu untuk menghambat infeksi HIV-1 (human immunodeviciency virus type 1) bila penggunaanya digabung dengan obat anti HIV, anti jamur, anti inflamasi, dan anti oksidan. Selain itu, berpotensi juga untuk menurunkan pertumbuhan kanker yang disebabkan oleh induksi senyawa karsinogen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan akan mempengaruhi limpahan senyawa aktif yang terdapat di dalamnya. Konsentrasi pelarut dalam proses ekstraksi sangat berpengaruh dalam mendapatkan banyaknya senyawa aktif yang terekstrak. Senyawa 1’-asetoksikhavikol asetat ternyata lebih mudah larut dalam pelarut organik yang polaritasnya rendah dibandingkan dalam pelarut polar. Tahapan proses pemurnian ekstrak lengkuas dapat dilihat pada Gambar 3. Karakteristik mutu ekstrak lengkuas hasil pemurnian menunjukkan : pH 3,94-6,28; total padatan terlarut sekitar 28,88-82,89% ; sisa pelarut 0,24-1,60% ; limpahan bahan aktif 1’-asetoksikhavikol asetat sekitar 62,71 - 91,84%. Uji anti jamur terhadap ekstrak murni lengkuas menunjukkan hasil terbaik dan proporsional dari ekstrak hasil pemurnian menggunakan ekstrak heksan 60% untuk jamur T. mentagrophyte dan ekstrak hasil pemurnian dengan heksan 70% untuk jamur M.canis.
Gambar 3. Diagram alir teknologi pemurnian ekstrak lengkuas
Laporan Tahunan BB-Pascapanen TA 2006
11
b. Daun Belimbing Wuluh Pada kegiatan tahun 2006 ini telah dihasilkan teknologi proses ekstraksi daun belimbing wuluh dan analisis senyawa aktif. Tahapan proses ekstraksi daun belimbing wuluh secara lengkap dapat dilihat pada Gambar 4.
Gambar 4. Diagram alir pembuatan ekstrak daun belimbing wuluh
Karakteristik mutu hasil ekstrak daun belimbing wuluh adalah pH 5,90-6,62; berat jenis 1,069-1,188; total padatan terlarut 20,54-23,305; sisa pelarut 4,15-14,23%; dan kelarutan dalam alkohol 95% 1 : 2 – 1 : 5. Limpahan senyawa aktif (dietil phtalat dan phytol) masing-masing berkisar antara 2,02 – 4,43% dan 9,75 – 12,64%. Hasil analisis senyawa aktif dengan GCMS menunjukkan bahwa ekstrak daun belimbing wuluh terdeteksi senyawa asam dikarboksilat yang mempunyai indeks keasaman (SI) 92% dengan dietil phtalat. Dietil phtalat merupakan senyawa kelompok karboksilat. Asam karboksilat biasanya berasal dari lemak dan merupakan turunan dari asam-asam lemak. Selain itu, senyawa phytol juga terdeteksi dengan indeks keasaman (SI) 93%. Phytol merupakan senyawa alkohol diterpen asiklik, dan campuran dari bentuk cis dan trans dari 3, 7, 11, 15 tetrametil -2-heksadesen-1-ol. Senyawa ini bisa digunakan sebagai adjuvant yang cukup baik dan aman untuk memperbaharui komplemen antibodi. Beberapa turunan diterpen memberikan aktivitas insektisida dan anti kanker. Hasil kegiatan tahun 2006 diperoleh teknologi proses pemurnian ekstrak daun belimbing wuluh. Karakteristik mutu hasil ekstrak murni daun belimbing wuluh: pH 4,01-8,91; total padatan terlarut 1,97-77,47%; sisa pelarut antara 0,20-2,46%; limpahan bahan aktif dietil phtalat dan phytol masing-masing 1,41-22,76% dan 11,78-59,63%. Untuk uji anti hipertensi ekstrak daun belimbing wuluh, hasil terbaik diperoleh dari ekstrak hasil pemurnian metode adsorpsi diikuti oleh metode ekstraksi dan ekstrak kasar. Hal ini sesuai dengan penurunan tekanan darah dan durasi penurunan dari berbagai dosis yang dicobakan.
Laporan Tahunan BB-Pascapanen TA 2006
12
Gambar 5. Diagram alir teknologi pemurnian ekstrak daun belimbing wuluh
a b Gambar 6. Ekstrak lengkuas (a) dan ekstrak daun belimbing wuluh (b) 3. Penelitian dan Pengembangan Teknologi Minyak Kelapa Murni dan Produk Hilirnya Komoditas kelapa selama ini sebagian besar dimanfaatkan untuk kelapa sayur dan minyak goreng. Pangsa pasar minyak kelapa dan kopra sebagai bahan baku minyak kelapa untuk keperluan minyak makan, di masa datang akan mendapat tekanan dari produk minyak makan dari sawit. Harga kelapa di tingkat petani saat ini Rp 500,- per butir (1 liter minyak kelapa diperoleh dari 12 butir kelapa), sehingga sulit untuk bersaing dengan minyak makan dari sawit dengan harga di pasaran Rp 6.000,- per kg. Dalam upaya meningkatkan nilai tambah komoditas kelapa, telah dilakukan kegiatan penelitian dan pengembangan pengolahan minyak kelapa murni dan produk turunannya yang dimulai dari tahun 2004-2006. Pada tahun 2004-2005 telah dihasilkan teknologi proses minyak kelapa murni dan telah terpasang dan dioperasikan di Desa Agrabinta, Cianjur Selatan, bekerjasama dengan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Cianjur dan Koperasi Mutiara Baru Cianjur Selatan. Unit pengolahan minyak kelapa murni yang dibangun memiliki kapasitas produksi 250 kg/jam kelapa parut. Teknologi pengolahan minyak kelapa murni yang dikembangkan oleh BB-Pascapanen merupakan teknologi proses mekanis, dengan penggunaan panas minimal. Keunggulan teknologi tersebut adalah waktu proses lebih cepat ±3 jam (tradisional 24-26 jam), hemat energi (pemanasan minimal), kebutuhan air lebih sedikit, dan tanpa penggunaan bahan kimia. Teknologi ini juga dilengkapi dengan Laporan Tahunan BB-Pascapanen TA 2006
13
sistem purifikasi berbasis teknologi membran ultrafiltrasi. Produk minyak kelapa murni yang dihasilkan mengandung kadar asam lemak bebas (FFA) 0,01 % (standar CODEX maksimum 0,04%) dan kadar asam laurat 50% (komponen terpenting dalam minyak kelapa murni). Produk minyak kelapa murni telah dipasarkan dengan nama Laurica dengan harga Rp 120.000 per kg. Limbah air kelapa sebagai produk samping dari pengolahan minyak kelapa murni, telah dimanfaatkan sebagai minuman isotonik dan ampas kelapa dikonversi menjadi pakan ternak. Proses pengolahan minuman isotonik air kelapa didesain menggunakan metode membran ultrafiltrasi, teknologi ini selain mampu memisahkan sejumlah mikroorganisme dan sporanya juga dapat mempertahankan nilai gizi, flavor dan aroma khas air kelapa, serta kandungan mineral. Pada tahun 2006, ditujukan untuk menghasilkan teknologi pengolahan minyak kelapa murni berbasis teknologi membran ultrafiltrasi dan teknologi proses fraksionasi produk MCT (Medium Chain Triglyceride) dari minyak kelapa. Kegiatan untuk mendapatkan keluaran Teknologi Proses Pengolahan Minyak Kelapa Murni Berbasis Teknologi Membran Ultrafiltrasi dilatarbelakangi oleh permintaan konsumen terhadap kualitas minyak kelapa murni yang semakin tinggi seperti kandungan kadar air, kadar asam lemak bebas, bebas dari kontaminan mikroba dan bakteri. Proses pengolahan minyak kelapa murni yang berkembang saat ini belum mampu menghasilkan produk dengan kadar air dan kadar asam lemak bebas yang sangat rendah, serta belum dapat menjamin produk yang dihasilkan bebas dari kontaminan mikroba, bakteri, dan pengotor lainnya. Karakteristik minyak kelapa murni tersebut dapat dicapai dengan menggunakan teknologi membran. Karakteristik mutu minyak kelapa murni yang dihasilkan sebagai berikut : kadar air (0,05 % bk), asam lemak bebas (0,01 %), dan bebas dari cemaran mikroba. Teknologi membran memegang peranan yang penting dalam proses pengolahan minyak kelapa murni. Membran berfungsi sebagai penghalang selektif yang memungkinkan lewatnya makromolekul dan berbagai komponen minyak seperti asam kaprilat, asam miristat, asam kaprat, asam palmitat, asam laurat, dan asam stearat sedangkan kekeruhan, padatan tersuspensi, koloid, bakteri, mikroorganisme patogen, dan air akan tertahan oleh membran. Membran yang digunakan adalah membran hollow fiber dengan selektivitas sangat tinggi. Desain tahapan proses pengolahan minyak kelapa murni disajikan pada Gambar 7.
Laporan Tahunan BB-Pascapanen TA 2006
14
Pemarutan
Pembuatan Santan
Pemecahan Emulsi
Unit membran ultrafiltrasi Pembentukan Minyak Penyaringan dengan Membran Ultrafiltrasi Minyak Kelapa Murni
Gambar 7. Tahapan pengolahan minyak kelapa murni berbasis membran Ultrafiltrasi Kegiatan untuk mendapatkan keluaran Teknologi Proses Fraksionasi Produk MCT dari Minyak Kelapa Murni diharapkan dapat meningkatkan daya saing dan nilai tambah bagi petani. Pengembangan produk turunan (derivatif) dari minyak kelapa murni seperti fraksionasi produk MCT melalui proses metanolisis mempunyai nilai ekonomi lebih tinggi sehingga akan meningkatkan daya saing industri pengolahan kelapa yang dikelola secara terintegrasi. Produk-produk turunan tersebut diarahkan sebagai bahan baku industri kosmetik dan farmasi. Multi fungsi dari minyak kelapa murni dan ketersediaan teknologi dapat membuka peluang pasar baru bagi produk-produk olahan kelapa. Peningkatan nilai jual produk kelapa tersebut diharapkan dapat meningkatkan nilai jual kelapa petani. Teknologi proses fraksionasi produk MCT (Medium Chain Triglyceride) dari minyak kelapa dilakukan melalui tahap unit proses metil ester (metanolisis), fraksionasi metil ester, hidrolisis dan gliserolisis (MCT). Proses reaksi metanolisis dilakukan dalam dua tahap karena waktu reaksi tahap pertama lebih cepat dari tahap kedua tetapi konversi tahap pertama lebih rendah dari tahap kedua. Konversi tahap pertama mencapai 95% sedangkan konversi tahap kedua mencapai konversi 99,87%. Untuk memperoleh produk MCT hanya fraksi ester metil C6-C10 yang diproses lebih lanjut. Fraksi ester metil C6-C10 dihidrolisis pada tekanan 1 atm dan temperatur 120°C selama 6 jam, menggunakan katalis Amberlite. Konversi reaksi hidrolisis (derajat hidrolisis) mencapai 97%, jika tidak terdapat fasa ukuantik dalam campuran reaksi. Untuk itu, metanol yang terbentuk dari reaksi ini, langsung teruapkan bersama dengan sisa air, kemudian metanol dan air dikondensasi dan didistilasi untuk memisahkan metanol dan air. Dampak dari pengolahan minyak kelapa murni di Cianjur, ditunjukkan dengan adanya beberapa institusi yang mengajukan kerjasama dengan BB-Pascapanen baik Pemda maupun pihak swasta, diantaranya Pemda Kabupaten Halmahera Utara Propinsi Maluku Utara dan PT Surya Alam Global, Sumatera Utara. Kerjasama model agroindustri pengolahan kelapa murni di Kabupaten Halmahera Utara telah dimantapkan dengan ditandatangani naskah kerjasama pengembangan model agroindustri pengolahan kelapa terpadu pada tanggal 27 Maret 2006. Kerjasama ini melibatkan Badan Litbang (BBLaporan Tahunan BB-Pascapanen TA 2006
15
Pascapanen dan BPTP Maluku Utara), Dinas Pertanian Provinsi Maluku Utara, Dinas Perindustrian dan Dinas Koperasi Kabupaten Halmahera Utara. Kerjasama pengembangan teknologi pengolahan minyak kelapa murni dengan PT Surya Alam Global telah ditandatangani pada tanggal 8 Agustus 2006 yang bertujuan untuk melakukan scalling up teknologi pengolahan minyak kelapa murni yang dihasilkan oleh BB-Pascapanen dan akan dilakukan di lokasi PT Surya Alam Global. 4. Teknologi Sintesa Vanilin dan Optimasi Eugenol dari Minyak Daun Cengkeh Minyak daun cengkeh merupakan produk hasil penyulingan dari daun tanaman cengkeh (Eugenia caryophyllata Tumberg) yang telah gugur. Minyak yang dihasilkan berwarna kuning pucat sesaat setelah disuling dan warnanya mudah berubah menjadi coklat bila kontak dengan udara. Minyak daun cengkeh mengandung dua kelompok komponen penyusun. Kelompok pertama adalah senyawa fenolat dengan eugenol (8085%) sebagai komponen terbesar. Kelompok kedua adalah senyawa non fenolat yang meliputi β-karyofilen, α-kubeben, α-kopaen, humulen, delta kadinen, dan kadina 1,3,5 triena dengan β-karyofilen sebagai komponen terbesar. Penggunaan daun cengkeh banyak dibutuhkan oleh industri farmasi, kosmetik dan industri flavor makanan dan minuman. Usaha produksi eugenol dari minyak daun cengkeh sudah dilakukan di Indonesia, namun mutu eugenol yang dihasilkan tergolong rendah. Hal ini ditunjukkan dengan rendahnya harga eugenol Indonesia (US$ 5,15/kg) dibandingkan harga rataan di pasaran dunia (US$ 7,0-7,5/kg). Mahalnya biaya produksi dan harga vanilin alami menyebabkan industri pengguna vanilin (makanan, minuman, dan farmasi) di Indonesia mengimpor vanilin sintetik. Pada tahun 2000-2004, Indonesia mengimpor vanilin sebanyak 137,8-174,2 ton dengan nilai US$ 1,191-1,3 juta. Ironisnya, eugenol dan vanilin merupakan isolat dan produk turunan dari minyak daun cengkeh yang ketersediaannya melimpah di Indonesia. Masalah utamanya, yaitu masih terbatasnya ketersediaan teknologi pemurnian eugenol dan sintesis vanilin, khususnya di dalam negeri. Penelitian Teknologi Sintesa Vanilin dan Optimasi Eugenol dari Minyak Daun Cengkeh telah menghasilkan teknologi pemurnian eugenol minyak daun cengkeh dan sintesis vanilin dari eugenol yang efisien pada skala laboratorium. Kegiatan pertama terdiri atas tiga rangkaian proses, yaitu (i) penyulingan minyak dari daun cengkeh gugur, (ii) isolasi eugenol dari minyak daun cengkeh, dan (iii) destilasi vakum eugenol hasil isolasi. Isolasi eugenol dari minyak daun cengkeh dilakukan dengan metode Sumangat et al. (2003) yang dimodifikasi. Eugenol yang dihasilkan ditingkatkan kemurniannya dengan cara destilasi vakum. Pada proses isolasi eugenol dari minyak daun cengkeh, penggunaan minyak daun cengkeh hasil penyulingan BB-Pascapanen dengan perbandingan berat minyak dan NaOH 10% sebesar 1 : 3 merupakan kondisi proses yang optimum dengan efisiensi proses 98,39%. Rendemen dan kemurnian eugenol yang dihasilkan yaitu 63,65% dan 97,94%. Sifat fisiko-kimia eugenol yang dihasilkan memenuhi spesifikasi eugenol 90-935, namun belum memenuhi spesifikasi eugenol USP-926 kecuali sifat kelarutan eugenol. Pada proses pemurnian eugenol dengan destilasi vakum, penggunaan tekanan vakum 10 mbar merupakan kondisi proses yang paling efisien. Kemurnian eugenol yang dihasilkan 97,62%, meningkat dibandingkan dengan kemurnian bahan bakunya (96,10%). Eugenol yang dihasilkan berwarna bening agak kekuningan dan jauh lebih baik Laporan Tahunan BB-Pascapanen TA 2006
16
dibandingkan warna bahan bakunya (coklat tua kekuningan). Karakteristik eugenol hasil pemurnian dapat dilihat dalam Tabel 1. Proses pemurnian eugenol dengan menggunakan destilasi vakum dan eugenol hasil pemurnian dapat dilihat pada Gambar 8 dan Gambar 9. Tabel 1. Rendemen, kemurnian dan warna fraksi-fraksi hasil destilasi Rendemen (%) Fraksi 0 E1 E2 Residu Hilang Keterangan :
7,56 71,80a 17,40a 3,24a a
Kemurnian (%) Tekanan vakum (mbar)
15
10
20
7,34 72,80a 17,76a 2,10a
7,60 76,80a 12,48a 3,12a
79,61 97,24a 90,22a -
a
a
15
10
77,97 97,45a 90,96a -
a
a
Warna*)
20
83,28 97,62a 93,06a a
+ + +++
15 + + +++
10 ++ ++ +++
Angka yang diikuti huruf yang sama pada setiap baris tidak berbeda nyata menurut uji Tukey pada selang kepercayaan 95% *) (+) bening, (++) bening agak kekuningan, dan (+++) coklat kehitaman
MINYAK DAUN CENGKEH NaOH Pengadukan 30 menit Pendiaman (12 jam) dalam tangki pemisahan Pemisahan eugenol Senyawa non eugenol
Eugenol kasar
EUGENOL Pencucian eugenol Pengaturan pH Eugenol (pH 6)
Dimasukkan ke dalam “distillation flaks” Heksan Pemanasan (Tekanan 10, 15, 20 mbar) HCl Air Pendingin Rasio refluks 10/10
Pemisahan eugenol Larutan NaCl
Pengambilan destilat
EUGENOL
Eugenol Murni
Residu
Gambar 8. Proses pemurnian eugenol dengan menggunakan destilasi vakum
Laporan Tahunan BB-Pascapanen TA 2006
17
Gambar 9. Tampilan bahan baku, eugenol, dan residu setelah proses pemurnian Sintesa vanilin dilakukan melalui dua tahapan proses, yaitu isomerisasi eugenol menjadi isoeugenol dan oksidasi isoeugenol menjadi vanilin. Pada tahap oksidasi isoeugenol menjadi vanillin dilakukan dengan dua cara pemanasan, yaitu konvensional dan gelombang mikro. Tahapan sintesa vanilin dari eugenol dapat dilihat pada Gambar 10. Eugenol + Katalis RhCl3. 3H2O dalam etanol Perlakuan konsentrasi katalis dan lama reaksi
Pendinginan
Isoeugenol
Nitrobenzena/ DMSO/KOH
Refluks 130oC
Perlakuan nisbah mol dan lama reaksi
Pendinginan
HCl
Gelombang mikro
Perlakuan daya dan lama reaksi
Ekstraksi dengan dietil eter
Penguapan pelarut Produk mengkristal pada suhu kamar Vanillin
Gambar 10. Sintesa vanillin dari eugenol Laporan Tahunan BB-Pascapanen TA 2006
18
Kondisi optimum proses isomerisasi eugenol menjadi isoeugenol, diperoleh pada penggunaan katalis RhCl3.3H2O sebesar 0,24% dengan pemanasan gelombang mikro selama 15 menit. Kemurnian isoeugenol yang dihasilkan mencapai 91,27% dengan komposisi isomer cis isoeugenol 18,03% dan trans isoeugenol 73,24% atau rasio isomer cis dan trans 1 : 4,1 (0,25). Jumlah bahan yang menguap mencapai 19,08% atau identik dengan rendemen isoeugenol sebesar 80,92%. Pada proses sintesa vanilin (oksidasi isoeugenol menjadi vanilin) dengan pemanasan konvensional, kondisi proses yang optimum diperoleh pada nisbah mol nitrobenzena dengan isoeugenol 2 : 1 dengan lama reaksi 2 jam. Rendemen dan kemurnian vanilin yaitu 18,58% dan 98,32%. Kemurnian vanilin mendekati kemurnian vanilin komersial (99,16%). Sifat fisiko-kimia vanilin kasar sebagai berikut : titik lebur 74,35oC, densitas kamba 0,3294 g/cm3, dan kelarutan dalam etanol 70% 1: 2. Pada proses sintesa vanilin dengan menggunakan gelombang mikro, kondisi proses yang optimum diperoleh pada tingkat daya 400 watt dengan lama reaksi 8 menit. Rendemen dan kemurnian vanilin kasar yang dihasilkan yaitu 7,42% dan 98,91%. Kemurnian vanilin kasar mendekati kemurnian vanilin komersial. Sifat fisiko-kimia vanilin kasar sebagai berikut : titik lebur 62,10oC, densitas kamba 0,5920 g/cm3, dan kelarutan dalam etanol 70% 1: 2.
(a)
(b)
Gambar 11. Produk vanilin komersial (a) dan crude vanilin hasil penelitian (b) B. Pengembangan Teknologi Pengolahan Pangan Tradisional Mendukung Ketahanan Pangan 1. Penelitian dan Pengembangan Teknologi Pengolahan Jagung Terpadu Jagung mempunyai potensi sebagai bahan baku berbagai industri makanan, minuman, kimia farmasi dan industri lainnya. Dari 100 kg jagung dapat diperoleh 3,5-4 kg minyak jagung; 27-30 kg bungkil, makanan ternak, gluten, serat dan sebagainya, serta 64-67 kg pati. Sisanya 15-25 kg , hilang atau terbuang. Kegiatan penelitian ini merupakan lanjutan kegiatan tahun 2005 yang bertujuan untuk scalling up teknologi penepungan di tingkat pedesaan, menghasilkan teknologi pengeringan dan penepungan jagung manis serta produk mie, sup dan es krim berbasis tepung jagung. Teknologi tepung merupakan salah satu proses alternatif produk setengah jadi yang disarankan, karena lebih tahan disimpan, mudah dicampur (dibuat komposit atau bahan makanan campuran), luwes dan mudah dibuat keanekaragaman (diversifikasi), mudah ditambahkan zat gizi (fortifikasi) dan lebih cepat dimasak sesuai keinginan konsumen dalam kehidupan modern dan praktis. Laporan Tahunan BB-Pascapanen TA 2006
19
Hasil kegiatan scalling up teknologi tepung untuk tingkat pedesaan berkapasitas 400 g/proses (1 kali proses sekitar 4,0-5,5 menit) kemudian ditingkatkan menjadi 2.000 g/proses (1 kali proses sekitar 7-10 menit). Teknologi yang digunakan untuk menghasilkan tepung jagung menggunakan teknologi pembrondongan (popping technology) yang dilengkapi bejana pembrondong. Brondong jagung merupakan bahan baku dalam pembuatan tepung jagung instan. Setelah pembrondongan, dilakukan tahap penepungan jagung. Dalam penelitian ini diperoleh penepungan dengan mesin penepung tipe hammer mill yang mempunyai kapasitas 142,08 kg/jam dan rendemen 91,4%. Namun untuk pengembangan scaling up ditingkat perdesaan dengan kapasitas 1 kuintal /hari mesin penepung dish mill skala kecil (kapasitas 15 kg/jam) lebih sesuai dengan kebutuhan. Dilihat dari aspek tingk kehalusan produk tepung yang dihasilkan, penepung tipe hammer mill lebih baik dari pada yang dihasilkan penepung tipe dish mill. Dari hasil analisis warna dengan menggunakan Chromameter menunjukkan tepung brondong jagung yang diproses dengan menggunakan mesin penepung tipe dish mill cenderung mempunyai nilai L yang lebih tinggi (4325,00 dan 4546,33) dibandingkan mesin penepung tipe hammer mill (4201,00). Hal ini berarti tingkat kecerahan tepung brondong yang dihasilkan melalui proses dish mill cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan hammer mill. Tepung brondong jagung yang dihasilkan mesin penepung dish mill skala kecil mempunyai nilai L atau tingkat kecerahan yang lebih tinggi (4546,33) dibandingkan dengan yang dihasilkan mesin penepung dish mill skala menengah (4325,00). Namun secara statistik tidak menunjukkan perbedaan. Dilihat dari nilai a produk tepung brondong jagung yang dihasilkan oleh ketiga jenis mesin penepung mempunyai nilai a positif atau menunjukkan kecenderungan warna merah. Nilai a tepung jagung brondong yang dihasilkan penepung hammer mill lebih besar (69,03) daripada yang dihasilkan mesin penepung dish mill skala menengah 65,83 dan skala kecil 59,75. Hal ini berarti tepung brondong jagung melalui proses hammer mill cenderung berwarna lebih merah daripada tepung brondong melalui proses dish mill. Namun secara statistik tidak menunjukkan perbedaan. Dilihat dari nilai b menunjukan produk brondong jagung yang dihasilkan ketiga mesin penepung mempunyai nilai b positif atau kecenderungan warna kuning. Produk tepung brondong jagung melalui proses penepungan dengan mesin penepung dish mill skala kecil mempunyai nilai b paling besar (2706,67), diikuti oleh produk tepung brondong jagung melalui proses penepungan dengan mesin penepung tipe hammer mill (2497,00) dan dish mill skala kecil (2397,00). Namun secara statistik tidak menunjukkan perbedaan.
Laporan Tahunan BB-Pascapanen TA 2006
20
Jagung pipil kadar air 15-16% PENGERINGAN
Jagung pipil kering kadar air 12-13 % PEMBRONDONGAN
Jagung brondong PENEPUNGAN
Tepung jagung brondong kasar PENGAYAKAN
Tepung jagung brondong halus Gambar 12. Diagram alir proses pembuatan tepung jagung brondong Dengan melakukan scaling up mesin pembrondong jagung dari 400 g menjadi 2.000 g per proses maka akan mendapatkan peningkatan keuntungan dari Rp 20.000,menjadi Rp 315,000,-per hari kerja.
Laporan Tahunan BB-Pascapanen TA 2006
21
Jagung manis Klobot
PENGUPASAN
Jagung manis tongkol
PEMBLANCHINGAN
PENDINGINAN
PEMIPILAN
Jagung manis pipil (basah)
PENGERINGAN
Jagung manis pipil kering Gambar 13. Diagram alir proses pengeringan jagung manis Jagung manis yang digunakan dalam penelitian ini adalah varietas Thaisin dari daerah Majalengka Jawa Barat yang dipanen pada umur 70 HST. Dalam proses pengeringan diusahakan agar sweet corn flavor tidak hilang dalam proses pengeringan. Untuk itu sebelum biji jagung manis dikeringkan maka dilakukan pre treatment dengan blanching. Teknologi pengeringan jagung manis dengan teknologi FIR menghasilkan rendemen biji jagung manis kering lebih tinggi (9,26%) dibanding dengan oven (8,62%) dan penjemuran (8,12%). Jagung manis pipil kering
PENEPUNGAN
PENGAYAKAN
Tepung jagung manis Gambar 14. Diagram alir proses penepungan jagung manis Laporan Tahunan BB-Pascapanen TA 2006
22
Berdasarkan hasil analisis warna jagung manis varietas Hawaii menggunakan Chromameter, dengan adanya perlakuan blanching warna kuning pada jagung manis lebih dapat dipertahankan. Pengeringan dengan FIR menghasilkan produk dengan warna kuning mengkilap karena proses pengeringan berlangsung relatif singkat. Pengeringan dengan oven maupun penjemuran, meskipun diberi pre-treatment tetap menghasilkan produk kurang mengkilap atau agak kusam karena terjadinya perubahan warna (deteriorasi warna). Pengeringan berpengaruh secara nyata terhadap kadar gula reduksi maupun kadar sakarosa jagung manis pipil kering varietas Hawaii hasil pengeringan. Metode FIR memberikan hasil kadar gula reduksi paling tinggi (12,53-12,90%), diikuti pengeringan dengan oven (6,76-10,77%) dan kadar gula reduksi paling rendah pada hasil penjemuran (7,66-7,95%) Biji jagung manis kering apabila dimasukkan dalam air akan mengabsorpsi air kembali (rehidrasi), sehingga kadar airnya meningkat dan bentuknya berubah menyerupai bentuk jagung manis segar . Banyaknya air yang diserap oleh contoh biji jagung manis kering dipengaruhi oleh metode pengeringan maupun pre-treatmen sebelum pengeringan dilakukan. Hasil analisis sifat rehidrasi dan kekerasan biji jagung manis kering varietas Hawaii menunjukkan bahwa sifat rehidrasi jagung manis pipil kering hasil pengeringan dengan ketiga metode pengeringan hampir sama yaitu rata-rata 0,80 g/g sampel (0,760,84) pada metode FIR, 0,81 (0,65-1,01) pada oven dan 0,83 (0,75-0,89) pada hasil penjemuran. Namun pengaruh pre-treatment dapat menurunkan sifat rehidrasi hasil jagung manis pipil kering. Pengukuran tingkat kekerasan/kerapuhan biji jagung manis dilakukan dengan alat Rigiditymeter. Tingkat kekerasan/kerapuhan biji jagung manis kering dipengaruhi metode pengeringan maupun pretreatmen yang dilakukan sebelum proses pengeringan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengeringan dengan metode FIR menghasilkan biji jagung manis kering yang paling renyah (britle) dengan tingkat kekerasan paling rendah yaitu 3,03 kg/cm2 (2,88-3,26), diikuti dengan pengeringan metode oven 3,36 (3,21-3,56) dan penjemuran menghasilkan biji yang tingkat kekerasannya paling tinggi yaitu 3,76 (3,074,22). Penepungan jagung manis dalam penelitian ini menggunakan unit proses penepungan tipe hammer mill dan dish mill. Kapasitas unit proses penepungan tipe hammer mill mempunyai kapasitas jauh lebih besar (149,60kg/jam) daripada dish mill skala kecil (68,40 kg/jam). Rendemen tepung hasil proses tidak berbeda nyata antara dish mill skala kecil (86,74%) dengan hammer mill (85,40). Sebaran tingkat kehalusan tepung hasil unit proses penepungan dengan menggunakan kedua jenis mesin penepung terlihat pada tingkat kehalusan 60 mess. Namun sebaran kehalusan pada tingkat kehalusan yang lebih tinggi yaitu 70 dan 80 mess menunjukkan bahwa tepung jagung manis hasil penepungan dengan unit proses penepung hammer mill lebih tinggi (27,13 dan 11,44%) dibandingkan dish mill ( 13,43 dan 6,01). Pembuatan mie jagung dari bahan dengan komposisi subtitusi 5% terigu terhadap tepung jagung sosoh (190:10) dihasilkan produk yang memiliki rasa, warna, aroma dan elastisitas yang tingkat preferensi panelisnya paling tinggi. Produk es krim tepung brondong jagung dengan subtitusi tepung terigu 50% dan penambah cita rasa jus alpokad dapat memperbaiki rasa, warna, aroma dan tekstur es krim. Dari uji organoleptik, subtitusi terigu dengan tepung brondong jagung sebagai bahan pengental kuah sup, Laporan Tahunan BB-Pascapanen TA 2006
23
dapat memperbaiki cita rasa kuah sup jagung manis, rasa yang tingkat kesukaannya tertinggi. 2. Penelitian dan Pengembangan Teknologi Pengolahan Beras Beriodium Defisiensi iodium merupkan masalah gizi yang prevalensinya saat ini cenderung meningkat di Indonesia maupun di dunia. Berbagai penelitian menunjukkan akibat gangguan kekurangan kekurangan iodium (GAKI) yang paling serius antara lain adalah kerusakan otak pada fetus yang sangat mempengaruhi perkembangan neurointelektual. Hal ini tentu saja menghawatirkan perkembangan sumber daya menusia suatu bangsa. Iodium merupakan salah satu unsur mikro yang dibutuhkan dalam jumlah sangat sedikit di dalam tubuh yaitu 0,00004% dari berat tubuh, sehingga iodium disebut sebagai mineral mikro. Kebutuhan iodium pada orang dewasa sebanyak 150 mikrogram per hari (Untoro, 1999). Kebutuhan iodium bagi tubuh untuk hidup sehat adalah sebesar 50 µg/hari. Untuk orang hamil perlu penambahan 25 mikrogram lagi dan selama menyusui perlu penambahan sebesar 50 mikrogram. Kebutuhan iodium sehari-hari untuk dapat mencegah penyakit gondok adalah sebanyak 0,05-0,08 mikrogram atau 0,001 mikrogram per kilogram berat badan. Berdasarkan kenyataan tersebut perlu diupayakan fortifikasi iodium bahan pangan lain yang umum di konsumsi masyarakat. Kegiatan pada tahun 2006 telah menghasilkan teknologi pembuatan beras beriodium, jenis fortifikan yang tepat untuk produksi beras beriodium, informasi sifat fisikokimia nasi beras beriodium dan daya simpan beras beriodium. Pemilihan beras sebagai bahan untuk difortifikasi iodium, karena beras merupakan bahan pangan pokok yang dikonsumsi lebih dari 90% penduduk Indonesia. Komponen utama dari beras ialah karbohidrat (85-90%, berat kering), yang mayoritas adalah pati. Pati terdiri dari amilosa dan amilopektin, dan senyawa ini dapat berikatan dengan iodium. Oleh karena itu beras berpeluang besar untuk difortifikasi dengan iodium. Untuk membuat beras beriodium dilakukan dengan cara pengkabutan fortifikan kedalam ruang penyosoh sewaktu proses penyosohan berlangsung. Sebelum dilakukan penyosohan terlebih dahulu gabah dibuang sekamnya dengan menggunakan alat pemecah kulit. Alat pengkabut tersebut dilengkapi dengan kompresor agar kabut yang terbentuk lebih sempurna. Diagram alir pembuatan beras beriodium dapat dilihat pada Gambar 15.
Laporan Tahunan BB-Pascapanen TA 2006
24
Gabah kering giling
Pecah Kulit I
Pecah Kulit II
Beras Pecah Kulit
Ayakan
Gabah Utuh
Sosoh I
Pengkabut Iodium
Sosoh II
BERAS IODIUM
Gambar 15. Diagram alir pembutan beras iodium
Hasil penelitian menunjukkan bahwa fortifikan iodat + bahan pengikat (dextrosa 0.04% dan sodium bikarbonat 0,006%) terpilih untuk pembuatan beras beriodium. Konsentrasi iodat + bahan pengikat (dextrosa 0,04% dan sodium bikarbonat 0,006%) yang ada pada beras beriodium 7,47 ppm serta nasi beriodium tanpa cuci sebesar 4,6 ppm dan nasi dari proses pencucian sebesar 2,65 ppm. Selama dalam penyimpanan beras beriodium dengan menggunakan konsentrasi 1,0 ppm rasa nasi masih digemari dengan preferensi konsumen sebesar 90% menyatakan suka, dan 10% menyatakan tidak suka. Selama dalam penyimpanan beras beriodium, perkembangan asam lemak bebas dapat ditekan dengan menggunakan konsentrasi fortifikan 1,15 ppm dalam wadah karung warna merah. 3. Teknologi Pemanfaatan Kacang-kacangan sebagai Subtitusi Kedelai untuk Produk Tempe Tempe merupakan salah satu pangan tradisional asli Indonesia. Tempe pada umumnya dibuat dari kedelai melalui proses fermentasi oleh kapang Rhizopus sp. Rasa tempe dapat diterima oleh berbagai kalangan masyarakat dan harganya relatif terjangkau. Berbagai hasil penelitian menunjukkan bahwa tempe selain bergizi tinggi juga mengandung berbagai senyawa aktif yang memiliki fungsi kesehatan tertentu. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika konsumsi tempe terus meningkat. Konsumsi tempe sebesar 4,63 kg/kapita/tahun pada 1990 berubah menjadi 8,27 kg/kapita/tahun pada tahun 2002.
Laporan Tahunan BB-Pascapanen TA 2006
25
Kebutuhan kedelai di Indonesia terus meningkat. Diperkirakan 80% pasokan kedelai dimanfaatkan oleh industri tempe dan tahu, sedangkan sisanya untuk susu kedelai, kecap, dan makanan ringan lainnya. Kebutuhan kedelai belum dapat diimbangi oleh produksi di dalam negeri. Pemanfaatan kacang-kacangan di luar kedelai sebagai bahan baku tempe tampaknya merupakan upaya rasional untuk mengurangi ketergantungan terhadap kedelai sebagai bahan baku tempe. Kacang tunggak memiliki peluang cukup besar untuk dimanfaatkan sebagai bahan baku tempe. Kacang tunggak mampu tumbuh di lahan marjinal seperti tanah sulfat masam, tahan terhadap kekeringan dan serangan hama penyakit. Terdapat 112 aksesi kacang tunggak di bank gen Indonesia dan sudah ada 17 aksesi yang dievaluasi karakternya. Bibit unggul kacang tunggak mampu menghasilkan 0,9-2,0 ton biji/ha, tidak jauh berbeda dengan produktifitas kedelai nasional yang mencapai sekitar 1,2 ton/ha. Pada tahun 2006 telah dilakukan penelitian teknologi pemanfaatan kacangkacangan sebagai subtitusi kedelai untuk produk tempe. Penelitian dilaksanakan dalam dua kegiatan. Pertama, karakterisasi biji kacang tunggak yang dilanjutkan dengan fermentasi oleh beberapa jenis kapang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa biji kacang tunggak sudah terpenetrasi oleh hifa/miselia R. oligosporus atau R. Oryzae pada periode fermentasi sekitar 24 jam. Namun demikian, dinding sel biji kacang tunggak belum sampai hancur, tetapi miselia sudah menutupi seluruh permukaan biji dan membentuk warna putih. Secara umum, tampak bahwa aktifitas enzim endoglukanase, α-amilase dan protease yang diperoleh dari biji kacang tunggak yang dikecambahkan relatif lebih tinggi dibanding biji kacang tunggak yang tidak dikecambahkan. Hal ini tampak pada pemakaian inokulum R. oligosporus, R. oryzae maupun ragi komersial. Aktifitas enzim endoglukanase maksimal 0,027 U/g bahan (R. oligosporus), 0,052 U/g bahan (R. oryzae) dan 0,045 U/g bahan (ragi komersial) berturut-turut terjadi pada jam ke 24, 16, dan 8. Aktifitas α-amilase maksimal yang dihasilkan oleh R. oligosporus, R. oryzae dan ragi komersial masing-masing adalah 0,089 U/g bahan, 0,164 U/g bahan dan 0,104 U/g bahan dan dicapai pada jam yang sama (ke 32). Aktifitas protease dari ketiga jenis inokulum adalah 0,205 U/g bahan (R. oligosporus), 0,290 U/g bahan (R. oryzae) dan 0,353 U/g bahan (ragi komersial) yang masing-masing dicapai pada jam ke 24, 32 dan 24. Pembuatan tempe yang diawali oleh perlakuan perkecambahan mengakibatkan penurunan nilai pH sekitar 5, sehingga ideal untuk pertumbuhan kapang. Oleh karena itu, wajar jika aktifitas enzim hidrolase yang dihasilkannya juga relatif lebih tinggi dibanding bila substrat kacang tunggak yang tidak dikecambahkan (kupas mesin). Tetapi proses pembuatan tempe dari biji yang tidak dikecambahkan (kupas mesin) lebih praktis dan memiliki peluang lebih besar untuk diterapkan oleh perajin. Tempe yang dibuat dari biji kacang tunggak yang dikupas secara mekanis memiliki karakter lebih keras dibanding tempe yang dihasilkan dari biji kacang tunggak yang dikupas secara manual maupun yang dikecambahkan. Hasil uji preferensi menunjukkan bahwa tempe kacang tunggak yang dibuat dengan beberapa variasi dapat diterima dengan baik oleh responden dan dapat bersaing dengan tempe kedelai dalam hal sifat sensorisnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik tempe kacang tunggak dapat bersaing dengan tempe kedelai, sehingga memiliki peluang besar untuk dikembangkan lebih lanjut. Saat ini, harga kacang tunggak lebih mahal dibanding dengan harga kedelai. Oleh karena itu, strategi khusus sangat diperlukan agar tempe kacang tunggak mampu berperan sebagai substitusi tempe kedelai. Laporan Tahunan BB-Pascapanen TA 2006
26
Tempe kacang tunggak memiliki manfaat seperti halnya tempe kedelai. Jika kedelai mengandung komponen aktif isoflavon, maka kacang tunggak mengandung senyawa phenol, seperti ferrulic acid, p-caumeric, dan lain-lain. Kacang tunggak mengandung sekitar enam jenis senyawa phenol, sebagian besar berupa ferrulic acid dan pcaumeric. Dueńas (2005) melaporkan bahwa senyawa phenol seperti ferrulic acid dan pcaumeric acid merupakan antioksidan alami yang terdapat didalam tananam dan dapat berperan sebagai komponen aktif dalam mencegah dan menghambat pertumbuhan sel kanker. Tahapan proses pembuatan tempe kacang tunggak dapat dilihat pada Gambar16. Kacang tunggak yang sudah disortasi
Direndam selama 7-8 jam
Dikeringkan sinar matahari selama 2 hari
Dikupas kulit dengan mesin
Direndam selama ± 4 – 5 jam
Direbus sampai mendidih (± 10 menit)
Direndam semalam (untuk menurunkan pH)
Dicuci bersih
Dikukus selama 30 menit
Ditiriskan dan didinginkan
Ditimbang sebanyak 100 gram
Diberi ragi tempe komersial sebanyak 1 gr (1 % dari berat kacang)
Diaduk rata lalu dibungkus dengan plastik berlubang atau dengan daun pisang
Dibiarkan dalam suhu ruang selama ± 24 jam
Tempe
Gambar 16. Diagram alir pembuatan tempe kacang tunggak
Laporan Tahunan BB-Pascapanen TA 2006
27
a
b
c
d
Gambar 17. Penampilan hifa ragi tempe komersial pada kacang tunggak yang mengalami fermentasi selama : (a) 8 jam, (b) 16 jam, (c) 24 jam dan (d) 32 jam
C. Penelitian Perbaikan Mutu dan Keamanan Pangan 1. Penelitian Identifikasi Kontaminan dan Perbaikan Mutu Produk Buah-buahan Aspek mutu dan keamanan pangan merupakan masalah utama dalam produksi dan pemasaran buah-buahan, khususnya terkait dengan kepedulian konsumen terhadap mutu dan kesehatan yang terus meningkat. Secara spesifik dapat disebutkan bahwa buah-buahan Indonesia umumnya mempunyai masalah dalam hal mutu yang tidak konsisten dan tingkat kontaminan yang diduga cukup tinggi. Penerapan teknologi produksi dan penanganan pascapanen yang seadanya, mengakibatkan inkonsistensi mutu tersebut. Kedua faktor ini dan faktor penggunaan pupuk serta pestisida yang tidak proporsional telah membawa produk buah-buahan Indonesia pada status jaminan keamanan pangan yang rendah, dengan tingkat kontaminasi yang tinggi tersebut. Penelitian mengenai kontaminan residu pestisida terutama pada buah impor dan produk olahannya masih terbatas, sedangkan tentang mikotoksin pada buah-buahan di Indonesia belum ada maka perlu dilakukan penelitian identifikasi kontaminan pada buah-buahan. Pada tahun 2006 telah dilakukan analisis kontaminan residu pestisida dan mikotoksin (aflatoksin dan patulin) pada komoditas buah-buahan segar dan olahan (apel dan jeruk). Kegiatan ini bertujuan untuk mengidentifikasi tingkat kontaminasi residu pestisida dan mikotoksin pada produk buah-buahan lokal maupun impor yaitu apel dan jeruk, serta produk olahannya. Kedua jenis buah tersebut merupakan buah konsumsi utama masyarakat Indonesia. Pengambilan sampel dilakukan di tingkat petani dan pedagang di sentra produksi buah-buahan apel dan jeruk di Jawa Timur dan Kalimantan Barat serta DKI Jakarta. Di sentra produksi ini dilakukan pengambilan sampel dan wawancara. Di kelompok tani diambil 5 orang responden yang mewakili 1 jenis buah. Kemudian di tingkat pasar lokal juga dipilih 2 responden pedagang yang dominan pada sentra produksi buah-buahan tersebut yang berfungsi juga sebagai ulangan.
Laporan Tahunan BB-Pascapanen TA 2006
28
Di tingkat pasar besar (supermarket) juga dipilih responden sebanyak 2 pedagang besar dan diambil sampel masing-masing untuk jenis buah-buahan yang terkait. Selain itu juga dilakukan identifikasi titik-titik kritis terjadinya kontaminasi baik pada tingkat petani maupun off-farm terutama pada tahap pengolahan sari buah, dan dilakukan kompilasi data kontaminan buah-buahan yang ada di berbagai instansi dan literatur. Hasil penelitian menunjukkan kontaminasi patulin terdapat baik pada buah apel segar maupun olahan dari jenis lokal maupun impor. Dari beberapa sampel buah apel yang positif mengandung patulin menunjukkan kadar antara 0,015-1,686 ppm. Beberapa sampel menunjukkan kadar patulin yang melebihi standar WHO (0,05 ppm). Hasil uji aflatoksin pada semua sampel jeruk baik lokal maupun impor hasilnya negatif, atau tidak terdeteksi adanya aflatoksin. Sementara hasil identifikasi residu pestisida menunjukkan beberapa sampel buah apel dan sari buahnya terdeteksi metidation, diazinon, dan propargit namun kadarnya masih dibawah BMR, yaitu berkisar antara 0,011-0,044 ppm. Sedangkan pada buah jeruk terdeteksi residu pestisida profenofos, sipermetrin dan lamdasihalotrin dengan kadar antara 0,0021-0,0044 ppm. Secara umum dapat disimpulkan bahwa penanganan pasca panen buah apel di tingkat petani sudah baik akan tetapi pada tahap selanjutnya yaitu tingkat pedagang ada beberapa tahap yang menyebabkan timbulnya kontaminan terutama mikroba dan patulin seperti pada pengemasan dan transportasi yang menyebabkan buah memar atau luka sehingga terjadi infestasi mikroba termasuk kapang penghasil patulin. Beberapa titik kritis pada penanganan buah apel segar antara lain pada tahap penyimpanan. Pada pengolahan sari buah apel, titik kritis pada tahap sortasi, pencucian, penyaringan, perebusan dan pengemasan, sedangkan pada jeruk segar ada pada tahap panen dan penyimpanan. Pada pengolahan sari buah jeruk titik kritis pada tahap pasteurisasi, sterilisasi dan penyimpanan. Setelah dilakukan verifikasi diagram alir di tempat, dan rancangan HACCP serta cara produksi makanan yang baik (GMP) dilaksanakan dengan baik oleh pengolah sari apel dan jeruk, diperoleh hasil bahwa pada sampel yang diambil dari tahapan yang diduga titik kritis (CCP) dan tahapan yang perlu dikontrol (CP), Total Plate Count kapang dan khamirnya menurun serta E.coli-nya negatif sehingga produk sari buah apel dan jeruk dapat memenuhi SNI 01-3719-1995 minuman sari buah. 2. Penekanan Kehilangan Hasil Pascapanen Padi dan Penerapan GMP Beras merupakan komoditas strategis dan politis bagi pemerintah Indonesia karena sebagai sumber bahan pangan pokok masyarakat Indonesia. Varietas padi yang ditanam pada saat ini adalah varietas unggul baru. Salah satu kelemahan dari varietas unggul adalah mudah rontok, jumlah anakan banyak, sehingga menyebabkan kehilangan pada saat panen dan perontokan tinggi. Data kehilangan hasil yang menjadi acuan pemerintah dalam memprediksi produksi, ketersediaan stok pangan/ beras maupun volume impor beras yang diperlukan adalah angka kehilangan hasil yang dikeluarkan oleh BPS. Data tersebut merupakan kompilasi data kehilangan hasil yang diamati di daerah-daerah, sehingga kemungkinan akurasi datanya belum valid. Untuk menghasilkan data produksi secara nasional data kehilangan hasil yang ditampilkan harus akurat. Kurang akuratnya data kehilangan hasil dapat disebabkan oleh metode pengukuran yang kurang tepat, petugas lapang tidak Laporan Tahunan BB-Pascapanen TA 2006
29
melaksanakan sesuai dengan metode pengukuran anjuran, sarana peralatan yang digunakan tidak sesuai anjuran, dan teknologi anjuran untuk menekan kehilangan hasil tidak tepat guna. Pada tahun 2005 telah diperoleh data kehilangan hasil pascapanen padi pada musim kemarau di tiga agroekosistem yaitu di lahan irigasi, tadah hujan dan dilahan pasang surut, sehingga masih diperlukan data pengukuran kehilangan hasil pada musim hujan tahun 2006. Penelitian ini bertujuan menerapkan GMP untuk menekan kehilangan hasil pascapanen padi dan mendapatkan data dan metode pengukuran kehilangan hasil pascapanen padi yang akurat. Penelitian tahun 2006 ini terdiri dari dua kegiatan yaitu keragaan kehilangan hasil pascapanen padi dengan metode yang diperbaiki dan penerapan GMP untuk menekan kehilangan hasil pascapanen padi. Keragaan Kehilangan Hasil Pascapanen Padi dilakukan dengan pengukuran kehilangan hasil pascapanen padi dilakukan pada setiap tahap penanganan pascapanen padi yaitu panen/pemotongan, pengumpulan, penundaan perontokan, perontokan, pengeringan, penggilingan dan penyimpanan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kehilangan hasil pascapanen padi sebesar 10,93%, dengan rincian pada tahap panen/pemotongan sebesar 0,087%, tahap penumpukan sebesar 0,55%. tahap pengumpulan sebesar 0,48%, tahap penundaan perontokan sebesar 0,55%, tahap perontokan sebesar 2,97%, tahap penjemuran sebesar 3,87%, tahap penyimpanan sebesar 0,046% dan tahap penggilingan sebesar 1,09%. Kehilangan hasil pascapanen padi tergantung agroekosistem dan musim tanam. Kehilangan hasil pascapanen padi pada musin hujan lebih tinggi dibanding pada musin kemarau. Kehilangan hasil pascapanen pada lahan irigasi lebih tinggi dibanding pada lahan tadah hujan. Kehilangan hasil tertinggi pada tahap panen dan perontokan sebesar 2–8%. Metode pengukuran kehilangan hasil pada tahap panen padi dengan metode papan (0,086–1,57%) lebih akurat dibanding menggunakan metode petak kontrol (10,3814,76%). Paket teknologi menekan kehilangan hasil melalui penerapan GMP dituangkan pada SOP Teknik Pemanenan, SOP Teknik Penjemuran dan SOP Teknik Penggilingan pada lahan irigasi dan tadah hujan dapat menekan kehilangan hasil pascapanen padi sebesar 2% pada lahan irigasi dan 5% pada lahan tadah hujan. D. Penelitian dan Pengembangan Berbasis Kemitraan dan Keperluan Pembangunan Pertanian Berdasarkan Permintaan 1. Pemanfaatan Minyak Jarak sebagai Alternatif Pengganti Minyak Tanah Kebutuhan bahan bakar yang bersumber dari minyak bumi saat ini meningkat dengan sangat pesat, sedangkan cadangan minyak bumi terus mengalami penurunan. Sejak krisis minyak bumi (tahun 1970 dan 1990) akibat meningkatnya harga, perhatian terhadap perlunya eksploitasi sumber energi terbarukan semakin meningkat. Diantara berbagai pilihan energi terbarukan, minyak nabati memiliki peranan yang sangat potensial sebagai alternatif untuk memenuhi meningkatnya kebutuhan bahan bakar. Salah satu tanaman sumber minyak nabati yang telah mendapat perhatian untuk diteliti dan dikembangkan di daerah tropika adalah tanaman jarak pagar (Jatropha curcas) yang dapat tumbuh di lahan kering iklim kering seperti halnya tanaman jarak biasa (Ricinus communis).
Laporan Tahunan BB-Pascapanen TA 2006
30
Kegiatan penelitian ini pada tahun 2006 mencakup (a) karakterisasi sifat fisikokimia minyak jarak pagar hasil ekstraksi biji jarak pagar, (b) pengujian minyak jarak pagar sebagai bahan bakar kompor, (c) percobaan proses transesterifikasi minyak jarak pagar pada skala laboratorium dan karakterisasi metil ester yang dihasilkannya. Hasil karakterisasi sifat fisiko-kimia biji dan biji jarak pagar adalah kadar air biji jarak sebesar 8,55% sehingga minyak yang dihasilkan mengandung kadar air yang rendah sebesar 0,71% sehingga kadar asam lemak bebasnya (FFA) cukup rendah 2,03%. Dengan kadar FFA yang lebih kecil dari 2,5% proses transesterifikasi minyak jarak pagar dapat secara langsung dilakukan, tanpa perlu dilakukan netralisasi FFA-nya terlebih dahulu. Dilihat dari bilangan iodnya 30,32, minyak jarak pagar ini termasuk mudah ditransesterifikasikan karena bilangan iodnya < 115. Viskositas minyak jarak pagar seperti halnya minyak nabati lainnya relatif tinggi (58 cP) sehingga kurang baik digunakan secara langsung sebagai bahan bakar. Rendemen metil ester kasar hasil proses transesterifikasi berkisar antara 87,92% sampai 88,58% dengan rendemen gliserol kasar antara 20,33% sampai 25,91%. Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah gliserol yang dihasilkan dari reaksi esterifikasi minyak nabati umumnya mendekati 20% dari berat minyak yang digunakan sebagai bahan baku. Viskositas metil ester yang dihasilkan dari kombinasi perlakuan nisbah mol metanol terhadap minyak dan lama reaksi transesterifikasi berkisar antara 18,5-25,5 cP, lebih rendah dibandingkan dengan viskositas minyak jarak pagar bahan bakunya (58,0 cP). Turunnya viskositas tersebut merupakan salah satu indikasi reaksi transesterifikasi telah berjalan, karena penurunan viskositas sangat terkait dengan terkonversinya trigliserida (minyak) yang berbobot molekul tinggi menjadi metil ester yang berbobot molekul lebih rendah. Viskositas metil ester semakin menurun dengan semakin tingginya nisbah mol sampai dengan 6 : 1, yang kemudian meningkat kembali pada nisbah mol yang lebih tinggi. Viskositas metil ester yang lebih tinggi pada nisbah mol 4 : 1, menunjukkan reaksi transesterifikasi yang belum sempurna sehingga masih banyak trigliserida dan produk intermedietnya (mono- dan digliserida) yang tidak terkonversi menjadi metil ester. Komponen trigliserida dan produk intermedietnya dalam metil ester akan meningkatkan viskositas. Transesterifikasi merupakan reaksi reversibel yang memerlukan ekses metanol untuk menggeser kesetimbangan reaksi ke arah pembentukan ester. Nisbah mol metanol dengan minyak 6 : 1 atau identik dengan ekses metanol 100 % dibandingkan perhitungan stokiometri merupakan nisbah mol yang paling optimal. Viskositas yang rendah pada nisbah mol ini mengindikasikan terjadinya konversi yang tinggi dari trigliserida menjadi metil ester. Viskositas metil ester yang dihasilkan dari waktu reaksi transesterifikasi selama 30 menit menunjukkan nilai yang terbaik (19,8 cP). Perpanjangan waktu reaksi transesterifikasi sampai dengan 60 menit tidak dapat menurunkan viskositas metil ester.
Laporan Tahunan BB-Pascapanen TA 2006
31
Viskositas (cP)
30 25 20
30 menit
15
45 menit
10
60 menit
5 0 1:4
1:6
1:8
Nisbah mol metanol/minyak
Gambar 18. Pengaruh nisbah mol metanol terhadap minyak dan lama reaksi transesterifikasi terhadap viskositas metil ester Bilangan asam metil ester yang dihasilkan kombinasi perlakuan nisbah mol metanol terhadap minyak dan lama reaksi transesterifikasi berkisar antara 0,37-0,62 mg KOH/g (Gambar 4), lebih rendah dibandingkan dengan bilangan asam bahan bakunya (4,13 mg KOH/g). Menurunnya bilangan asam ini mengindikasikan terjadinya reaksi penyabunan selama proses transesterifikasi seperti yang telah diduga sebelumnya. Bilangan asam yang dihasilkan dari seluruh kombinasi perlakuan memenuhi standar biodiesel (ASTM D-6751-02) yaitu maksimum 0,8 mg KOH/g. Minyak tanah mampu merambat dalam sumbu setinggi 13 cm dalam waktu 10 menit. Untuk mendapatkan tinggi perambatan yang sama dengan minyak tanah, metil ester memerlukan waktu selama 60 menit. Minyak jarak hanya mampu merambat setinggi 5,6 cm dalam waktu 60 menit. Laju perambatan bahan bakar dalam sumbu semakin rendah dengan semakin meningkatnya tinggi perambatan. Dari sisi praktis, laju perambatan akan berkaitan dengan suplai minyak agar sumbu dapat mempertahankan nyala api. Metil ester memiliki laju perambatan dalam sumbu yang lebih baik dibandingkan minyak jarak, yang disebabkan oleh lebih rendahnya viskositas metil ester (18,5-19,0 cP) dibandingkan dengan viskositas minyak jarak (58 cP). Hasil pengujian minyak jarak pagar, metil ester, dan minyak tanah sebagai bahan bakar dalam lampu sumbu disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Pengujian minyak jarak pagar, metil ester dan minyak tanah sebagai bahan bakar dalam lampu sumbu Karakteristik pengujian • Perambatan dalam sumbu a. Setelah 10 menit - Tinggi perambatan (cm) - Laju perambatan (cm/menit) b. Setelah 30 menit - Tinggi perambatan (cm) - Laju perambatan (cm/menit) c. Setelah 60 menit Laporan Tahunan BB-Pascapanen TA 2006
Minyak jarak pagar
Metil ester Dari minyak jarak**)
Minyak tanah
2,6 0,26
6,0 0,60
13,0 1,3
4,2 0,14
10,1 0,34
* *
32
- Tinggi perambatan (cm) - Laju perambatan (cm/menit) • Lama lampu menyala (menit) a. Tanpa menaikan sumbu b. Dengan menaikan sumbu • Laju konsumsi bahan bakar (ml/menit) (nyala lampu selama 405 menit) • Warna api Catatan :
5,6 0,09 3,0 *
13,0 0,22
* *
124,5 282,0
263,0 *
*
0,08
0,09
Kuning kemerahan
Kuning kemerahan
Kuning kemerahan
*) Tidak diamati **) Diperoleh dari reaksi 6 mol metanol : 1 mol minyak jarak (volume metanol 20%)
Dengan tanpa menaikan sumbu, lampu berbahan bakar metil ester menghasilkan waktu nyala (124,5 menit) yang jauh lebih lama dibandingkan dengan minyak jarak yang hanya dapat menyala selama 3 menit. Minyak jarak tidak dapat digunakan sebagai bahan bakar lampu sumbu tanpa melakukan modifikasi pada konstruksi lampunya. Dibandingkan dengan minyak tanah, waktu nyala metil ester masih lebih singkat yang disebabkan oleh terbentuknya deposit karbon pada ujung sumbu lampu dengan dibuktikan oleh mengerasnya sumbu. Terbentuknya deposit karbon menyebabkan lampu lebih cepat mati karena gaya kapiler terlalu kecil untuk dapat menyalurkan minyak melalui deposit karbon. Berbeda dengan metil ester, ujung sumbu lampu berbahan bakar minyak tanah tidak mengeras. Perbedaan tersebut diduga berkaitan dengan mekanisme pembakaran sumbu. Hasil pengujian minyak jarak pagar dan campurannya dengan minyak tanah menunjukkan bahwa penggunaan minyak jarak pagar 100% tidak menghasilkan karakteristik pembakaran yang baik, yang dicirikan dari lama mulai terbakar di burner, lama nyala api dan warna nyala api serta kendala di kompor tekannya, karenanya tidak dianjurkan. Pencampuran dengan minyak tanah dengan nisbah minyak tanah 25% sampai 50% dapat meningkatkan karakteristik pembakarannya. Pencampuran dengan nisbah minyak tanah 37,5% dan 50% menghasilkan karakteristik pembakaran yang cukup baik, dengan waktu mendidihkan air antara 5,24-5,30 menit; lebih lama dibandingkan minyak tanah 100% yaitu 2,58-3,20 menit. Lama nyala api kompor tekan pada volume bahan bakar dalam kompor 800 ml berkisar antara 61-63 menit untuk campuran minyak tanah dari 25% sampai 50%, dengan jumlah minyak terpakai antara 333-350 ml; sedangkan lama nyala api minyak jarak pagar 100% hanya 2 menit untuk volume minyak terpakai 100 ml. Untuk 100% minyak tanah, lamanya 65 menit, pada volume minyak yang terpakai 310 ml. 2. Perbaikan Mutu dan Diversifikasi Produk Lada Untuk meningkatkan nilai ekonomi dan daya saing lada Indonesia di pasar dunia, perlu dilakukan perbaikan cara pengolahan di tingkat petani sehingga dihasilkan lada dengan mutu yang konsisten dan sesuai standar ekspor. Sampai saat ini pengolahan lada putih masih dilakukan secara tradisional dengan cara merendam buah lada di sungai atau kolam selama 14 hari kemudian diinjak-injak untuk melepaskan kulitnya. Demikian juga untuk pengolahan lada hitam, proses perontokannya masih dilakukan dengan cara diinjak-injak dan lada hitam yang dihasilkan warnanya tidak cerah.
Laporan Tahunan BB-Pascapanen TA 2006
33
Kegiatan penelitian ini dilaksanakan di desa Batuah, Kecamatan Loa Janan, Kabupaten Kutai Kartanegara, Propinsi Kalimantan Timur (Kaltim). Kegiatan penelitian dimulai pada tahun 2005 bekerjasama dengan FAO dan IPC (International Pepper Community), dan juga melibatkan Dinas Perkebunan Provinsi Kaltim dan BPTP Kaltim. Kegiatan pada tahun 2005 tersebut sebagian besar dibiayai oleh FAO (US $ 9 800) untuk pembiayaan peralatan pengolahan lada dan operasional kegiatan. IPC disamping bertindak sebagai Executing Agency dari FAO, juga menyediakan tenaga ahli dalam bidang Pengawasan Mutu dan Pemasaran serta mendanai sendiri tenaga ahlinya. Dinas Perkebunan Provinsi Kaltim menyediakan bangunan untuk penempatan unit pengolahan lada. BB-Pascapanen bertindak sebagai koordinator pelaksana, sumber teknologi pengolahan dan peralatan, dan penyedia tenaga ahli pengolahan lada. Pada tahun 2006, kegiatan penelitian tersebut dilanjutkan dengan biaya sepenuhnya dari BB-Pascapanen. Hasil yang telah dicapai pada tahun 2005 adalah terakitnya unit pengolahan lada di lapangan dengan kapasitas 0,5 – 7,5 ton/hari. Pada tahun 2006, telah dilakukan percobaan perbaikan pengolahan lada hitam dan lada putih dengan menggunakan unit pengolahan tersebut. Paket teknologi pengolahan lada hitam dan lada putih yang diperoleh dapat menghasilkan lada dengan mutu yang lebih baik daripada lada yang diproduksi secara tradisional serta dapat memenuhi syarat mutu dari IPC (International Pepper Community). Tahapan proses pengolahan lada putih yang direkomendasikan terdiri dari: pemisahan buah dari tangkai dengan mesin perontok, perendaman buah lada dalam air selama 5 – 7 hari tergantung dari varietas buah lada (cara tradisional direndam 14 hari, pemisahan kulit buah dengan mesin pengupas (cara tradisional diinjak-injak), dan pengeringan dengan dijemur atau dengan mesin pengering pada suhu 60-70°C. Keunggulan teknologi pengolahan lada putih yang dikembangkan selain proses pengolahannya lebih cepat, Total Plate Count jauh lebih rendah dari lada putih hasil pengolahan tradisional, aroma/kadar minyak atsiri lada lebih tinggi (2,5 - 3%), sedangkan lada putih hasil pengolahan tradisional berbau lumpur dan kadar minyak atsirinya 1 2%.
Perontokan
Sortasi
Perendaman
Pengeringan (Oven)
Pengupasan
Perendaman dalam asam sitrat 2% selama 11 jam
Gambar 19. Bagan alir pengolahan lada putih Laporan Tahunan BB-Pascapanen TA 2006
34
Tahapan proses pengolahan lada hitam yang direkomendasikan terdiri dari pemisahan tangkai dengan mesin perontok, blanching pada suhu 80°C selama 2,5 menit dan pengeringan dengan dijemur atau dengan mesin pengering pada suhu 60-70°C. Keunggulan teknologi pengolahan lada hitam yang dihasilkan yaitu : prosesnya lebih higienis, pengeringannya lebih cepat dan efisien serta lada hitam yang dihasilkan lebih mengkilat.
Perontokan
Blanching Pengeringan
Produk lada hitam
Sortasi
Gambar 20. Bagan alir pengolahan lada hitam
Dampak dari kegiatan penelitian ini adalah : 1. Dinas Perkebunan Kabupaten Kutai Kartanegara, Provinsi Kaltim akan mereplikasi unit pengolahan tersebut ke lokasi lain. 2. Telah ada perusahaan yang bersedia menjadi mitra, baik sebagai pembeli lada hasil pengolahan tersebut atau memanfaatkan unit pengolahan tersebut. 3. Teknologi pengolahan lada tersebut telah diadopsi oleh FAO untuk dikembangkan di Sri Lanka 3. Teknologi Pengolahan Pasta Tomat dan Cabai (dukungan kerjasama dengan Pemda Kab. Garut) Produksi sayuran di Indonesia mengalami kenaikan sekitar 10,8% yaitu dari 3 juta ton menjadi 4,1 juta ton pada tahun 2002 (BPS, 2003). Impor cabe kering jauh lebih besar dan ekspor cabe kering yakni lebih kurang 15 : 2 selama 5 tahun (Tahun 1994 –1998). Indonesia mengimpor 15.492.234 kg cabe kering senilai $ 11.752.172. Industri pengolahan Laporan Tahunan BB-Pascapanen TA 2006
35
saos di Indonesia umumnya menggunakan pasta tomat import sebagai bahan baku pembuatan saos tomat. Impor pasta dan puree tomat mencapai 5.956.578 kg dengan nilai 3.812.606 US$, sedangkan produk saos mencapai angka impor 22.179 kg dengan nilai 26.575 US$ (Anonymous, 2004). Ketiadaan industri pasta tomat lokal dan tingginya harga pasta tomat impor, menyebabkan hanya industri saos berskala besar saja yang benar-benar menggunakan tomat sebagai bahan baku dalam pembuatan saos tomat. Industri kecil dan menengah mensiasati kelangkaan pasta tomat dengan menggunakan bahan lain untuk membuat saos, diantaranya labu, pepaya, dan tepung tapioka. Akibatnya terjadi penggunaan pewarna sintetis untuk mendapatkan warna merah saos tomat. Pada tahun 2006 telah selesai modifikasi komponen pilot pengolahan basah tomat sehingga dihasilkan dari bubur tomat 10oBrix menjadi pasta medium tomat 14oBrix. Komponen pilot yang dimodifikasi antara lain pulper dan evaporator dengan melalui beberapa tahapan untuk mendapatkan efisiensi waktu dengan mencoba mengkombinasikan berbagai kelengkapan komponen yang sudah ada di STA sebelumnya. Dengan demikian waktu proses yang semula dibutuhkan kira-kira 35 jam untuk membuat pasta tomat dapat ditekan menjadi hanya 12 jam. Tahapan pengolahan bubur tomat adalah : tomat dari petani disortasi dan degrading dalam STA diperam di dalam VECSR menggunakan Ethrel diblanching diblender disaring diproses dalam tangki berjaket pasta dipateurisasi pembotolan dangan hot filling. Tahapan pengolahan pasta Medium tomat adalah tomat dari petani disortasi dan degrading dalam STA diperam di dalam VECSR menggunakan Ethrel diblanching diPulper yang dilengkapi dengan penyaring dievaporasi menggunakan evaporator dengan Exhousted blower Pasta medium dipasteurisasi pembotolan dengan hot filling. Pada tahun 2006 juga dilaksanakan juga penelitian skala pilot untuk mendapatkan Chilli-Powder (Chilpo) dan Capsio Mild (pasta cabe) yaitu mulai dari cabe diperam terlebih dahulu sebelum diolah terlebih dahulu untuk mendapatkan warna alami yang lebih baik. Berdasarkan hasil analisa capsaisin dengan menggunakan HPLC ternyata kadar capsaisin dari pasta kering (chilpo) cabe rawit dan cabe keriting relatif sama dan lebih tinggi dibandingkan dengan cabe besar merah. Berdasarkan hasil uji organoleptik terhadap warna, penampakan dan kegemaran, terlihat bahwa pasta kering (chilpo) cabe keriting adalah yang paling digemari dibandingkan dengan cabe besar atau cabe rawit. Tepung cabai ini merupakan bahan baku (intermediate product) untuk pembuatan bumbu lain atau pasta cabai setelah dilarutkan di dalam air dengan perbandingan 1 :3 = 1 kg chilpo : 3 liter air, akan menjadi pasta yang juga sebagai intermediat produk untuk teknologi pengolahan saos yang bermacam-macam sesuai dengan selera. Tahapan pengolahan Chilpo cabe adalah cabe dari petani diperam dalam VECSR menggunakan ethrel diblanching dikeringkan dalam TFAD ditepungkan pengemasan Chilpo dimasukkan di dalam botol plastik secara aseptis menggunakan silika gel. Sedangkan tahapan pengolahan capsio mild cabe adalah cabe dari petani diperam dalam VECSR menggunakan ethrel diblanching dikeringkan dalam TFAD ditepungkan chilpo diblanding dengan air (satu bagian chilpo : tiga bagian air) dengan pasteurisasi pengemasan dengan dimasukkan di dalam botol gelas secara aseptis menggunakan hot filling. Laporan Tahunan BB-Pascapanen TA 2006
36
4. Penelitian dan Pengembangan Produk Gula Cair dari Pati Kasava Kebutuhan gula nasional Indonesia mencapai 3,3 juta ton per tahun, sementara produksi dalam negeri hanya 1,7 juta ton atau 51,51% dari kebutuhan nasional. Guna memenuhi kekurangan gula di dalam negeri, perlu diupayakan alternatif bahan pemanis lain sebagai substitusi gula tebu. Salah satu alternatif adalah pembuatan pemanis dari bahan pati berupa sirup glukosa dan fruktosa. Industri yang memanfaatkan glukosa dan fruktosa antara lain industri makanan seperti kembang gula, minuman, jamu, biskuit dan farmasi. Kasava (ubikayu) merupakan salah satu sumber pati yang potensial untuk dikonversi menjadi gula. Sirup glukosa atau sering juga disebut gula cair mengandung D-glukosa, maltosa, dan polimer D-glukosa yang dibuat melalui proses hidrolisis pati secara enzimatis atau kimia. Perbedaannya dengan gula tebu (sukrosa), yaitu sukrosa merupakan gula disakarida, terdiri atas ikatan glukosa dan fruktosa, sedangkan sirup glukosa adalah monosakarida terdiri atas satu monomer yaitu glukosa. Pengolahan sirup glukosa dengan cara enzimatis cocok untuk dikembangkan di perdesaan, karena teknologinya relatif sederhana dan enzim amilase yang dibutuhkannya mudah diperoleh. Kegiatan penelitian pengolahan glukosa cair dari pati kasava secara enzimatis dimulai pada tahun 2005 pada skala laboratorium. Pada penelitian skala laboratorium telah diperoleh optimasi proses pengolahan glukosa cair. Rendemen glukosa cair 70% dari pati basah atau 93% dari pati kering. Rendemen pati kering (tapioka) dari ubi kayu berkisar 15 - 25%. Pada tahun 2006, dilakukan penyempurnaan teknologi produksi sirup glukosa, dan penerapan teknologi pengolahan sirup glukosa di sentra tapioka di Lampung. Keuntungan implementasi teknologi gula cair di sentra produksi tapioka dapat menghemat biaya pengeringan pati tapioka, karena bahan baku untuk produksi gula cair dapat berupa pati basah. Perbaikan sistem pemanasan dengan mengganti energi listrik yang telah digunakan pada bioreaktor sebelumnya (tahun 2005) dengan bahan bakar gas dapat mengurangi konsumsi energi 25%. Sistem penyaringan paling efisien ditunjukkan oleh penggunaan filter press. Harga filter press yang relatif murah dan kapasitas penyaringan yang besar memungkinkan alat tersebut dapat diaplikasikan untuk skala pedesaan dengan kapasitas sampai 2 ton/hari. Uji penerimaan dilakukan di Desa Adirejo Pekalongan Lampung Timur. Skala produksi yang diterapkan 100 liter dan mendapat respon yang baik. Berdasarkan analisis finansial, produksi sirup glukosa ini layak untuk dilakukan. Demikian juga untuk perhitungan finansial produksi sirup glukosa skala 2-20 ton/hari mempunyai NPV positif, B/C ratio 1,2 dan pengembalian modal sesudah 2 tahun 1 bulan.
Laporan Tahunan BB-Pascapanen TA 2006
37
Amiloglukosidase 1% (24 ml)
α - amilase 1% (24 ml)
Pati Kasava (40 kg dengan kadar air 40%)
Sirup Glukosa 450 brix (28kg)
Air 80 liter
Bubur Pati
Penguapan (700C)
Likuifikasi Pemanasan (950C)
60 menit
Pendinginan dan Penyaringan
Pendinginan (600C)
Sakarifikasi 48 jam
Pemanasan Arang Aktif (150 g)
Gambar 21. Tahapan proses pembuatan sirup glukosa
Selain penelitian sirup glukosa, pada tahun 2006 juga dilakukan penelitian untuk mendapatkan teknologi produksi tepung gula kasava dan optimasi proses produksi sirup fruktosa. Proses likuifikasi untuk produksi tepung kasava (enzim 1,0 ml/kg pati kering, waktu 60 menit, substrat 30%), sakarifikasi (enzim 1,0 ml/kg, waktu 48 jam) dan proses penetralan dengan penambahan arang aktif 0,5%. Proses menjadi tepung, dibutuhkan waktu kristalisasi 12-24 jam pada suhu ruang dengan produk berwarna putih dan tekstur yang lunak. Hasil uji organoleptik menunjukkan bahwa tingkat kemanisan produk jelly dengan gula kasava tidak berbeda secara signifikan dibandingkan penggunaan gula pasir, dan layak dipakai sebagai substitusi gula pasir. Pada kegiatan optimasi proses produksi sirup fruktosa, proses isomerisasi glukosa menjadi fruktosa dilakukan dengan menggunakan enzim glukosa-isomerase pada kondisi rendah oksigen. Berdasarkan uji tingkat kemanisan secara kualitatif menunjukkan bahwa konsentrasi enzim glukosa-isomerase 1,5% menghasilkan kemanisan paling tinggi pada waktu reaksi 24 jam dan suhu 50oC, dengan komposisi glukosa 49,85% dan fruktosa 48,75%.
Gambar 22. Bioreaktor dan produk sirup glukosa Laporan Tahunan BB-Pascapanen TA 2006
38
D. Pengembangan Sistem Informasi, Komunikasi, Diseminasi, Dan Umpan Balik Inovasi Teknologi Pascapanen 1. Diseminasi dan Pendayagunaan Hasil Penelitian Pascapanen Pertanian Pada tahun 2006 ini, Jurnal Pascapanen Volume III No 1 siap cetak, sedangkan untuk No 2 masih dalam tahap editing. Buletin pada tahun 2006 hanya akan terbit 1 nomor dengan 10 naskah yang saat ini masih dalam tahap editing. Bentuk publikasi lain yang dilakukan pada tahun 2006 adalah: Buku pedoman pengolahan dan beberapa publikasi lainnya yang terdiri dari : Pedoman Pengolahan Sagu, Nilam, Jeruk, Mangga, Renstra BB Pascapanen, Resep Hasil Lomba Aneka Tepung, Laporan Tahunan 2004 dan 2005, dan Profil BB-Pascapanen.
Gambar 23. Beberapa publikasi BB-Pascapanen pada tahun 2006 Seminar rutin sebanyak 12 kli sudah dilaksanakan pada tahun 2006. Seminar rutin yang diselenggarakan pada tahun 2006 merupakan media komunikasi bagi para peneliti untuk menyampaikan dan mendiskusikan hasil penelitiannya. Makalah terpilih hasil seminar rutin sebagai bahan untuk Jurnal Pascapanen dan Buletin Teknologi Pascapanen Pertanian maupun penerbitan lainnya. Materi seminar rutin adalah hasil penelitian Balitpasca dan BB-Pascapanen sejak 2002-2005, dan beberapa topik penelitian terkait teknologi pascapanen. Wahana seminar rutin juga ditujukan bagi para calon peneliti untuk memulai kegiatan komunikasi ilmiah sesama peneliti. Untuk menambah masukan bagi para pemakalah, maka pada seminar rutin juga diundang para peneliti dari Balit lingkup Kampus Penelitian Pertanian Cimanggu, BP2TP dan BPTP terdekat. Untuk tahun 2006, BB Pascapanen telah mendaftarkan 3 buah paten di Ditjen Haki yaitu : • Proses Purifikasi Minyak Kelapa Murni (Virgin Coconut Oil) Berbasis Teknologi Membran Ultrafiltrasi, No. S00200600206. • Formula Sanitizer untuk Menghilangkan Kontaminan Mikroba dan Residu Pestisida pada Sayuran Segar, No. S00200600207. • Proses Pembuatan Minuman Isotonik Alami Air Kelapa Berbasis Teknologi Membran Ultrafiltrasi, No. S00200600208.
Laporan Tahunan BB-Pascapanen TA 2006
39
Selain ketiga paten tersebut, satu paten lainnya yaitu : Formula penghilang pahit pada jus jeruk didaftarkan patennya melalui KP Kiat. Untuk merek telah didaftarkan satu merek yaitu Syva. Pelaksanaan Pameran a. Pameran Agro and Food Pada kesempatan pameran Agro and Food tahun 2006, materi yang ditampilkan oleh BB Pascapanen meliputi : a). Pemanfaatan Kasava : aneka olahan tepung kasava, gula dan sirup kasava; b). Teknologi pembuatan mi sagu; c). Teknologi pembuatan sari jeruk murni.
Gambar 24. Suasana Stand Badan Litbang pada Pameran Agro and Food Expo 2006 b. Pameran dalam rangka FAO-RAPA Pameran FAO-RAPA dilaksanakan di Hotel Shangrila, Jakarta pada tanggal 18-19 Mei 2006 sebagai rangkaian dari kegiatan pertemuan negara-negara anggota FAO se Asia Pasifik. Pertemuan tersebut dibuka langsung oleh Presiden Susilo Bambang Yudoyono yang juga berkesempatan meninjau langsung pameran tersebut. Materi yang ditampilkan oleh BB Pascapanen pada pameran yang bertema : ”Energi yang terbarukan, ketahanan pangan dan peningkatan kesejahteraan petani” adalah : model agroindustri padi terpadu, teknologi gula kasava, teknologi mi sagu, pengolahan lada, minyak kelapa murni, dan minuman isotonik air kelapa.
Laporan Tahunan BB-Pascapanen TA 2006
40
Gambar 25. Materi BB Pascapanen pada Pameran dalam Rangka FAO-RAPA
c. Pameran dalam rangka konferensi kelapa Dalam rangka Konferensi Nasional Kelapa ke-6 di Gorontalo pada tanggal 16-18 Mei 2006, BB-Pascapanen ikut berpartisipasi dengan menampilkan teknologi pengolahan minyak kelapa murni dan minuman isotonik air kelapa. d. Pameran dalam rangka Lokakarya Beras di Bulog Pameran pada acara Lokakarya Nasional bertajuk ”Peningkatan daya Saing Beras Nasional Melalui Perbaikan Kualitas” berlangsung 13 – 14 September 2006 di Bulog. Materi yang dipamerkan antara lain: kompor sekam, produk olahan mi sagu, agroindustri padi, agroindustri kasava, VCO, olahan tepung kasava dan olahan tepung pisang. e. Pameran dalam rangka Gelar TTG nasional VIII di Pontianak Gelar Teknologi Tepat Guna ke VIII di Pontianak pada tanggal 2-6 September 2006 diselenggarakan oleh Direktorat Jenderal Pemberdayaan Masyarakat dan Desa, Departemen Dalam Negeri yang bekerjasama dengan Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat. Acara Gelar Teknologi Tepat Guna dibuka pada tanggal 2 September 2006 oleh wakil Presiden Bapak Yusuf Kalla, sedangkan penutupan dilakukan oleh Gubernur Kalimantan Bara H. Usman Jafar pada tanggal 6 September 2006. Adapun materi yang ditampilkan antara lain: aneka olahan dari tepung kasava, teknologi gula kasava, teknologi bunga kering, model agroindustri padi terpadu, teknologi minyak kelapa murni, teknologi sari jeruk murni dan teknologi pemanfaatan minyak jarak sebagai pengganti minyak tanah. f. Pameran dalam rangka Konferensi Ristek di Bandung Rakornas Ristek dan Pameran Gelar Teknologi Ristek 2006 dilaksanakan selama dua hari tanggal 22 sampai 23 November 2006, bertempat di Gedung Sasana Budaya Ganesa (Sabuga) Bandung. Pameran Gelar Teknologi Ristek diikuti oleh 36 peserta yang terdiri dari litbang pemerintah pusat, litbang daerah, litbang BUMN, litbang swasta, Laporan Tahunan BB-Pascapanen TA 2006
41
perguruan tinggi negeri dan swasta. Pameran bisa menjadi salah satu indikator penting perkembangan teknologi di Indonesia saat ini.
Gambar 26. Kunjungan Kepala Badan Litbang Pertanian di Stand Litbang Pertanian pada Pameran Ristek g. Pameran dalam rangka Expose Hortikultura di Taman Mini, Jakarta Pameran diselenggarakan selama tiga hari mulai tanggal 23 – 25 November 2006 bertempat di Musium Purna Bhakti Pertiwi Taman Mini Jakarta. Materi pameran yang ditampilkan antara lain teknologi pengolahan pisang, teknologi pengolahan puree buahbuahan, teknologi pengolahan sari buah jeruk, teknologi pewarnaan bunga sedap malam, teknologi bunga kering dan teknologi FIR.
Gambar 27. Ibu Yusuf Kalla didamping Menteri Pertanian beserta Ibu pada peresmian Expose Hortikultura (Nopember 2006)
Laporan Tahunan BB-Pascapanen TA 2006
42
h. Pameran Hari Pangan Sedunia Ke XXVI Penyelenggaraan peringatan Hari Pangan Sedunia merupakan konsekuensi keiikutsertaan Indonesia sebagai anggota FAO. Kegiatan pameran dalam rangka peringatan HPS baru dilaksanakan pada tanggal 26-29 November 2006 bertempat di Lapangan Karebosi, Makasar. Adapun materi yang ditampilkan oleh BB Pascapanen pada pameran HPS adalah : teknologi pengolahan mi sagu, teknologi pembuatan kacang tunggak, teknologi beras iodium, dan aneka olahan kasava.
Gambar 28. Kepala BB-Pascapanen sedang menjelaskan kepada Menteri Pertanian mengenai Tempe Kacang Tunggak i.
Pameran Mekanisasi Pertanian Pameran diadakan dalam rangka menyemarakkan Seminar Nasional Mekanisasi Pertanian dan Kongres Luar Biasa Perteta yang dilaksanakan pada tanggal 29-30 Nopember 2006. BB-Pascapanen memperagakan pembuatan mie sagu. Produk poster yang ditampilkan antara lain teknologi pengolahan puree mangga, mi sagu, jarak pagar, bunga kering, minyak kelapa murni, serta buku-buku yang telah diterbitkan. j. Pameran dalam rangka Agroindustrial Day Pameran ini diselenggarakan ole Program Studi Teknologi Industri Pertanian, IPB. BB-Pascapanen menampilkan poster dan produk pengolahan tepung kasava, gula kasava, tepung pisang, puree mangga, mie sagu, bunga kering, dan minyak kelapa murni. Kegiatan Diseminasi Lainnya a. Pelatihan/Magang Pelatihan atau magang yang telah dilaksanakan pada tahun 2006, umumnya merupakan permintaan dari para pengguna atau peminat teknologi. Beberapa permintaan pelatihan yang dilakukan pada tahun 2006 adalah : (1) Pelatihan Pengawetan Bunga Segar yang dilakukan bekerjasama dengan Trubus. Kegiatan ini dilakukan sebanyak 2 kali yaitu pada bulan September bertempat di Trubus dan pada bulan November bertempat di Museum Purnabakti Pertiwi, Taman Mini.; (2) Pelatihan Aneka Olahan Buah yang juga bekerjasama dengan Trubus berlangsung pada bulan September 2006; (3) Teknologi Olahan Lidah Buaya pada bulan November 2006, Taman Mini dan Teknologi Olahan Daging pada bulan Desember 2006 di Museum Purnabakti Pertiwi. Laporan Tahunan BB-Pascapanen TA 2006
43
Selain pelatihan tersebut masih banyak pelatihan lain yang diadakan di BB Pascapanen yaitu : 1. Pelatihan Teknologi Pengolahan Minyak Kelapa Murni, Produk samping dan Turunan diikuti oleh peneliti dari BPTP NTT, BPTP Sulawesi Tenggara ( 5 orang) 2. Pelatihan HACCP Mendukung Pengembangan Usaha dan Pemasaran Tanaman Pangan dan Hortikultura pesertanya dari Dinas Agribisnis Kota Bogor ( 25 orang) 3. Pelatihan Pengolahan Buah dan Sayuran pesertanya dari Dinas Agribisnis dan Hortikultura Sumatera Selatan ( 15 orang) 4. Pelatihan Pembuatan Sirup Glukosa pesertanya BPTP (8 orang) 5. Studi Banding dari petani Binaan Dinas Perkebunan Riau (11 orang) b. Mengisi Acara Karedok di Radio Pertanian Ciawi Adapun materi yang telah disampaikan yaitu : Teknologi Pengolahan Pasta Tomat dan Manfaatnya, Teknologi Kompor Sekam, Teknologi Minyak Atsiri, Teknologi Olahan Daging, Teknologi Pewarnaan Bunga, Teknologi Puree Mangga, dan Teknologi Pemanfaatan Kasava. c. Mengisi Acara Dialog Interaktif di TVRI Pada tahun 2006, BB Pascapanen mendapat kesempatan untuk mengisi acara Dialog Interaktif di TVRI. Acara ini merupakan kerjasama Badan Litbang Pertanian dalam hal ini Pustaka dengan Pihak TVRI. 2. Sosialisasi Teknologi dan Promosi Hasil Penelitian Pascapanen Pertanian Pelaksanaan kegiatan sosialisasi teknologi dan promosi hasil penelitian pascapanen tahun anggaran 2006, meliputi (1) Sosialisasi teknologi dalam rangka promosi yang sebagaian besar dilaksanakan melalui presentasi teknologi, peran aktif peneliti pada pertemuan pengembangan komoditas dengan Direktorat Jenderal Teknis, dan Pelatihan teknologi di lokasi pengguna, (2) Peragaan/Gelar Teknologi/Temu Bisnis, dan (3) Pembuatan publikasi berupa leaflet dan poster teknologi sebagai pendukung promosi. Sosialisasi Teknologi Pascapanen dalam Rangka Promosi Kegiatan sosialisasi teknologi pascapanen merupakan kegiatan promosi untuk pengenalan institusi BB-Pascapanen dan hasil penelitiannya kepada stakeholders dan beneficiaries melalui tatap muka atau presentasi dan pertemuan-pertemuan. Topik presentasi adalah profil institusi yang telah mencakup informasi tentang BB-Pascapanen dan hasil hasil penelitian serta bentuk-bentuk kerja sama yang mungkin dapat dibangun dalam mengembangkan agribisnis. Terkait dengan potensi spesifik suatu daerah, maka presentasi dapat ditambah dengan teknologi pascapanen yang memiliki peluang untuk dikembangkan di daerah tersebut. Kegiatan sosialisasi teknologi yang dilaksanakan pada tahun 2006 meliputi: a. Sosialisasi Teknologi dengan Dinas Pertanian, Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Karawang, tanggal 12 Januari 2006 di Laboratorium Karawang. b. Sosialisasi Teknologi Pascapanen pada Sinkronisasi Program Ditjen PPHP berlangsung di Yogyakarta, tanggal 23-24 Maret 2006. c. Sosialisasi Teknologi pada Musyawarah Perencanaan Pembangunan Pertanian Provinsi Maluku Utara, tanggal 27 Maret 2006. d. Sosialisasi Teknologi di Tembilahan, Kabupaten Indragiri Hilir Laporan Tahunan BB-Pascapanen TA 2006
44
e. Sosialisasi dan Koordinasi Pengembangan Industri Pengolahan Buah di Mamuju Sulawesi Barat f. Nara Sumber pada Pelatihan Pendampingan Usaha Pengolahan Produk Peternakan di Merauke, tanggal 24-25 Agustus 2006. g. Sosialisasi melalui TOT Pengolahan Hasil Bagi Penyuluh tanggal 29-30 Juli 2006 di Malang atas permintaan Balai Besar Diklat Agribisnis Tanaman Pangan dan Tanaman Obat. h. Peran Serta pada Pelatihan Usaha Ternak Kelinci Jawa Barat, tanggal 13-14 September 2006 di Pangalengan, Kabupaten Bandung. i. Peran Serta pada Sinkronisasi Pengembangan Pisang bersama Direktorat Buah, Ditjen Hortikultura tanggal 11-14 Oktober 2006 di Mataram. Promosi dan Gelar Teknologi/Temu Bisnis a. Gelar Teknologi Pengolahan Buah Jeruk di Citrus Center, Tebas, Sambas. Gelar teknologi penanganan segar dan pengolahan jeruk menjadi bagian penting dari Ekspose Agribisnis Jeruk yang dilaksanakan tanggal 4 Mei 2006. Kegiatan tersebut mengangkat tema “Mengantisipasi Booming Produksi Jeruk Nasional Melalui Pengembangan Industri Penanganan Dan Pengolahan Hasil”. Acara dihadiri oleh Menteri Pertanian, Gubernur Kalimantan Barat, Bupati Sambas. Kegiatan Gelar Teknologi Pengolahan Jeruk di Citrus Center tersebut telah menarik minat beberapa kabupaten penghasil jeruk siam untuk melakukan kerja sama, antara lain yang sudah mengawali pembicaraan adalah kabupaten Tarakan, Kalimantan Timur dan provinsi Kalimantan Selatan.
Gambar 29. Menteri Pertanian dan Dirjen Hortikultura sedang menerima penjelasan Ka BB-Pascapanen tentang pengolahan sari murni dan jus jeruk siam
b. Peragaan Teknologi Pengolahan Tepung Kasava dan Pelatihan Tutor Rumah Pintar Kegiatan ini dilaksanakan berdasarkan arahan Menteri Pertanian untuk melaksanakan peragaan teknologi dan paket pelatihan bagi tutor Rumah Pintar. Rumah Pintar adalah sebuah rumah gagasan Solidaritas Istri Kabinet Indonesia Bersatu (SIKIB). Kegiatan pelatihan dilaksanakan bekerja sama dengan SIKIB, bertujuan untuk memberikan pelatihan kepada tutor agar mampu mengembangkan pembuatan tepung kasava dan pemanfaatannya dalam upaya pengembangan potensi lokal desa Cipambuan,
Laporan Tahunan BB-Pascapanen TA 2006
45
kecamatan Babakan Madang, kabupaten Bogor. Salah satu potensi lokal tersebut adalah singkong atau kasava. Rangkaian kegiatan berlangsung pada tanggal 24 - 29 Juni 2006.
Gambar 30. Para tutor foto bersama Ibu Rossi Anton Apriyantono, Kadis Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Bogor, pelatih, dan artis yang berkunjung ke pelatihan. Gambar berikutnya pengajar dari BB-Pascapanen sedang memberikan teori
Gambar 31. Ibu Ani Yudhoyono sedang berdialog dengan Tutor yang memeragakan hasil pelatihan pembuatan tepung kasava dan pemanfaatannya pada Kunjungan Presiden beserta Ibu Ani Yudhoyono di Rumah Pintar c. Gelar Teknologi Pengolahan Mete Kegiatan Gelar Teknologi dilaksanakan pada 20 September 2006, bertempat di Dusun Taman, Desa Ketapang Laok, Kecamatan Ketapang, Kabupaten Sampang. Model Agroindustri Mete Terpadu dari BB-Pascapanen diimplementasikan dalam bentuk Unit Pengolahan Hasil (UPH) Kacang Mete. Pembangunan UPH tersebut merupakan realisasi dari kerja sama ‘Pengembangan Model Agroindustri Mete Terpadu Berkualitas Ekspor’ Laporan Tahunan BB-Pascapanen TA 2006
46
antara BB-Pascapanen dengan Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Timur. Gelar Teknologi diselenggarakan bersamaan dengan peresmian UPH Kacang Mete tersebut. Gelar teknologi dan peresmian dihadiri oleh Bupati Kabupaten Sampang H. Fadhilah Budiono, Kepala Dinas Perkebunan dan Kehutanan Kab. Sampang, Muspida Kab. Sampang, BB-Pascapanen, Perwakilan dari BPTP Jawa Timur, Perwakilan dari Disbun Propinsi Jawa Timur dan tokoh masyarakat serta para petani dan perwakilan kelompok tani. UPH yang dikembangkan oleh kelompok tani dan dikelola oleh koperasi mengerjakan pengolahan gelondong mete mulai dari proses pengukusan, pengeringan, pengacipan, pelepasan lapisan aleuron, pembersihan dan pengemasan. Dalam perkembangannya masih dibutuhkan beberapa fasilitas seperti pergudangan dan perluasan ruang kerja.
Gambar 32. Kunjungan Bupati Sampang pada acara Gelar Teknologi dan peresmian UPH Kacang mete d. Sosialisasi Dan Pameran Pengolahan Pisang di Lokasi Eks PLG, Kalimantan Tengah. Kegiatan dilaksanakan pada tanggal 30-31 Agustus 2006, bersamaan dengan panen perdana padi dan temu wicara petani dengan Presiden. e. Gelar Teknologi Mi Sagu di Kawasan Timur Indonesia Kegiatan Gelar Teknologi Mi Sagu dilaksanakan terkait dengan Peringatan Hari Pangan Sedunia (HPS) Provinsi Papua pada tanggal 18 Oktober 2006 di Jayapura. Pelaksanaannya berkoordinasi dengan BPTP Papua, Dinas Pertanian kabupaten Jayapura dan Seksi Seminar Panitia HPS Provinsi Papua. Gelar Teknologi dan Seminar ini merupakan bagian dari rangkaian kegiatan peringatan HPS XXVI Provinsi Papua.
Laporan Tahunan BB-Pascapanen TA 2006
47
Gambar 33.
Kunjungan Asda II Provinsi Papua dan para peserta Seminar saat Gelar Teknologi
f. Gelar Teknologi Pengolahan Puree Mangga di Cirebon Kegiatan dilaksanakan bekerja sama dengan Pemda Kabupaten Cirebon, berlangsung di Kantor Bupati Cirebon, tanggal 19 Desember 2006. Acara dibuka oleh Bupati Cirebon.
Gambar 34. Bupati Cirebon sedang membuka selubung tanda peresmian dan kunjungan di Pabrik Mini Puree Mangga Pencetakan publikasi pendukung promosi a. Leaflet teknologi pascapanen. Seri leaflet baru tahun 2006 yang merupakan perbaikan dari terbitan tahun 2005 yang telah dibuat dan masing-masing tersedia 1000 eksemplar adalah sebagai berikut: 1. Teknologi tepung kasava 2. Teknologi gula kasava (sirup dan tepung glukosa) 3. Model agroindustri padi terpadu 4. Pemanfaatan sekam segar untuk bahan kompor 5. Proses pengolahan tepung sukun 6. Pemanfaatan kacang tunggak 7. Teknologi tepung labu kuning 8. Mi eksotik 9. Teknologi ekstraksi minyak nilam 10. Teknologi pengolahan minyak kelapa murni Laporan Tahunan BB-Pascapanen TA 2006
48
11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19.
Teknologi pengolahan gelondong mete Pascapanen kelinci (daging) Pascapanen kelinci (kulit bulu) Teknologi minyak melati Sayuran kering dengan teknologi far infra Teknologi puree buah-buahan Pewarnaan bunga sedapmalam Teknologi pasta tomat Teknologi bunga kering
b. Poster teknologi - Teknologi pengolahan mi sagu - Teknologi pembuatan beras Iodium - Pemanfaatan kacang tunggak - Pengolahan tepung pisang - Pohon industri mete - Pengolahan biji kacang mete - Jarak sebagai pengganti minyak tanah - Pemanfaatan sekam segar untuk bahan bakar kompor c. Profil BB-Pascapanen dalam Kemasan CD 3. Lokakarya Nasional Teknologi Pascapanen Lokakarya telah diselenggarakan di Auditorium Dr. Ismunadji, Jl. Tentara Pelajar No. 3, Kampus Penelitian Pertanian Cimanggu, Bogor pada tanggal 12 September 2006, yang membahas peran teknologi pascapanen dan sistem keamanan pangan dalam meningkatkan nilai tambah hasil pertanian (khususnya produk nabati). Lokakarya Nasional dibuka oleh Kepala Badan Litbang Pertanian mewakili Menteri Pertanian dan dihadiri oleh Diputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya, Badan POM, dan Sekjen JIP.
Gambar 35. Kepala Badan Litbang Pertanian sedang menyampaikan keynote speech Menteri Pertanian pada pembukaan Lokakarya Nasional, dan Sekjen JIP sedang memimpin Diskusi Panel
Laporan Tahunan BB-Pascapanen TA 2006
49
4. Pemantauan dan Pembinaan Kegiatan Kerjasama Kegiatan kerja sama kemitraan harus didahului dengan adanya kesepakatan dan kesepahaman antara pihak-pihak yang akan melaksanakan kerja sama dan diwujudkan dalam bentuk nota kesepakatan (MOU). Secara teknis kegiatan yang dikerjasamakan akan mengikuti kerangka acuan (TOR) yang ditetapkan bersama. Rekapitulasi kegiatan kerja sama tahun 2006 yang telah memasuki fase pemantauan dan pembinaan dalam pengelolaan kerja sama adalah seperti tertera pada Tabel 3. Tabel 3. Daftar kegiatan kerja sama tahun 2006 yang telah memasuki phase Pemantauan dan pembinaan Mitra
Dasar Kerja sama
No
Kegiatan kerjasama model
1
Teknologi Pengolahan Minyak Kelapa Murni (VCO). Cianjur.
Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kab. Cianjur dan Koperasi Mutiara Baru
MOU
2
Teknologi pengolahan puree mangga. Kab.Cirebon.
Dinas Pertanian dan Perkebunan Kab. Cirebon dan CV Promindo Utama,
MOU
3
Teknologi Tepung Kasava Tegineneng, Lampung
Industri Tepung Tapioka Rakyat (Ittara) Supar, dan PT Sentra Food Indonusa
MOU
4
Teknologi Pengolahan Minyak Melati. Yogyakarta
PT Rezeki Fortuna Andama, Jakarta
MOU
5
Teknologi pengolahan Mie Sagu. Sulawesi Selatan
Dinas tanaman pangan Kab. Luwu Utara dan BPTP Sulawesi
MOU
6
Teknologi Mete Terpadu Sampang , Madura
Dinas Perkebunan Prov. Jatim dan Dinas Hutbun Kab. Sampang
MOU
7
Pengembangan Manajemen Mutu Penanganan Susu Sapi Lokasi: Kec. Cisarua, Kab. Bandung
Koperasi susu Lembang Jawa Barat
Berita acara
5. Penjaringan Mitra dan Pengelolaan /Manajemen Kerjasama Penelitian Kerja sama Penelitian dan Pengembangan Pengolahan Lada. Penelitian dan pengembangan Pengolahan Lada merupakan kegiatan yang bermitra dengan Dinas Perkebunan Kabupaten Kutai Kertanegara, Kaltim dan Dinas Perkebunan Provinsi Kalimantan Timur. Naskah kesepahaman (MoU) kerjasama telah Laporan Tahunan BB-Pascapanen TA 2006
50
ditandatangani tgl. 16 Mei 2006 dan akan ditindak lanjuti dengan penyusunan Kerangka Acuan (TOR) kegiatan dengan topik teknologi penanganan dan pengolahan lada secara semi-mekanis, penerapan GMP serta diversifikasi produk lada dalam usaha mengembangkan produk lada Kaltim. Inisiasi kerja sama sebenarnya telah dimulai tahun 2005, melalui kerja sama dengan FAO dan IPC (International Pepper Community). Kerja sama Pengembangan Teknologi Pengolahan Minyak Kelapa Murni (VCO) Maluku Utara. Pengembangan Teknologi Pengolahan Minyak Kelapa Murni (VCO) Maluku Utara yang dilaksanakan BB Pascapanen mempunyai mitra Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Prop. Maluku Utara dan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Halmahera Utara, Prop. Maluku Utara. Naskah kesempahaman (MOU) telah ditandatangani tanggal 3 Mei 2006. Kegiatan Kerja sama (Alih Teknologi) Pengolahan Makanan dan Minuman Kerjasama (Alih Teknologi) Pengolahan Makanan dan Minuman yang dilakukan BB Pascapanen bermitra dengan Dinas Agribisnis Kota Bogor. Naskah kesepahaman telah ditandatangani pada bulan Juni 2006 dan akan ditindaklanjuti dengan penyusunan kerangka acuan kegiatan yang lebih rinci untuk kegiatan 2006/2007. Kerjasama Penelitian dan Pengembangan Teknologi Pengolahan Pasta Cabai dan Tomat Naskah kerja sama penelitian dan pengembangan Teknologi Pengolahan Pasta Cabai dan Tomat telah ditandatangani pada tanggal 12 Mei 2006, dengan mitra Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Kab. Garut. Kegiatan yang telah dilakukan adalah uji coba produksi, modifikasi alat, supervisi/pengawalan teknologi dan pelatihan. Kerja sama Pengembangan Teknologi Pemanfaatan Sekam Padi Naskah Kerjasama pengembangan teknologi pemanfaatan sekam padi antara BBPascapanen dengan Dinas Pertanian, kehutanan dan perkebunan Kabupaten Karawang telah ditandatangani pada tanggal 16 Februari 2006, dengan ruang lingkup kerjasama meliputi pengembangan dan sosialisasi teknologi pemanfaatan sekam padi untuk bahan bakar kompor sekam, dan pemanfaatan lainnya. Kerja sama pengembangan (Scaling up) teknologi pengolahan minyak kelapa murni (VCO) dengan PT Surya Alam Global Kerja sama pengembangan teknologi pengolahan minyak kelapa murni (VCO) dengan PT Surya Alam Global yang telah ditandatangani 8 Agustus 2006 bertujuan untuk melakukan scaling up teknologi pengolahan minyak kelapa murni yang dihasilkan oleh Balai Besar Litbang Pascapanen Pertanian, dan akan dilaksanakan di lokasi PT Surya Alam Global, Sumatera Utara. Kerja sama penelitian penyimpanan beras pecah kulit dengan International Rice Research Institute (IRRI)
Laporan Tahunan BB-Pascapanen TA 2006
51
Kerja sama penelitian penyimpanan beras pecah kulit antara Balai Besar Litbang Pascapanen Pertanian dengan International Rice Research International (IRRI) telah disepakati tanggal 7 Maret 2006.
Laporan Tahunan BB-Pascapanen TA 2006
52
IV. KELEMBAGAAN DAN SUMBERDAYA A. Organisasi Sesuai Keputusan Menteri Pertanian No. 632/Kpts/OT.140/12/2003 tanggal 30 Desember 2003, BB-Pascapanen mempunyai 3 Bagian/Bidang dan 7 Sub Bagian/Seksi serta kelompok Jabatan Fungsional. Kelompok fungsional yang mendukung kegiatan penelitian dan pengembangan di BB-Pascapanen terdiri dari 4 kelompok, yaitu Kelompok Peneliti (Kelti) Proses Kimia, Kelti Proses Fisika, Kelti Proses Biologi dan Kelti Pengelolaan Sistem Mutu. Semakin luasnya jangkauan penelitian dan pengembangan, makin besar pula kebutuhan sumber daya, dana, sarana dan prasarana yang perlu dikembangkan. Oleh karena itu, BB-Pascapanen dalam kurun waktu tahun 2005-2009 akan meningkatkan sumber daya yang dimiliki untuk dapat menghasilkan teknologi yang bermutu guna memberi keuntungan dan manfaat bagi petani dan pelaku agribisnis.
Gambar 36. Struktur organisasi BB-Pascapanen B. Sumber Daya Manusia Untuk menjalankan tugas pokok dan fungsinya, BB-Pascapanen didukung oleh Sumber Daya Manusia (SDM) sebanyak 144 tenaga yang terdiri dari 64 orang tenaga peneliti; 21 orang tenaga teknisi dan 59 orang tenaga administrasi. Berdasarkan strata pendidikan terdiri atas 7 orang S3; 32 orang S2; 34 orang S1; 10 orang S0 dan 53 orang setingkat SLTA. Sebanyak 1 orang tenaga penelitinya masih menyelesaikan program S3 di dalam negeri. Status SDM BB-Pascapanen pada tahun 2006 ditunjukkan pada Tabel 4.
Laporan Tahunan BB-Pascapanen TA 2006
53
Tabel 4. Sumber Daya Manusia (SDM) BB-Pascapanen Pendidikan
Jumlah, (orang)
Usia s/d 50 tahun, (orang)
Usia 51 s/d 60 tahun, (orang)
7 28 27 8 16
4 20 20 6 12
3 8 7 2 4
0 4 7 2 37 4 4 144
0 2 5 2 27 3 3 104
0 2 2 0 10 1 1 40
Fungsional • S3 • S2 • S1 • S0 • SLA Struktural • S3 • S2 • S1 • S0 • SLTA • SLTP • SD Jumlah Pengembangan SDM
SDM merupakan aset yang sangat berharga bagi suatu organisasi. Tujuan suatu organisasi tidak dapat tercapai tanpa memiliki SDM yang handal. Oleh karena itu, BBPascapanen berupaya untuk selalu meningkatkan kemampuan dan profesionalisme SDM yang dimilikinya. Upaya peningkatan kemampuan SDM dilakukan melalui training jangka pendek, training jangka panjang, tugas belajar, magang, dan seminar. Kaderisasi tenaga peneliti akan terus diupayakan, sehingga pada saat tenaga peneliti yang ada sudah mencapai usia pensiun maka tugasnya dapat digantikan oleh tenaga peneliti yang lebih muda. Kaderisasi disiapkan sedini mungkin dan disesuaikan dengan kebutuhan litbang pascapanen agar tidak terjadi stagnasi apabila terjadi alih tugas atau pensiun. BBPascapanen merencanakan sistem kaderisasi dalam bentuk kerucut, dimana tenaga peneliti yang berusia muda akan lebih banyak kuantitasnya daripada tenaga peneliti yang berusia tua. Rencana pengembangan SDM 2005-2009 (Tabel 5) ditempuh dengan langkahlangkah kebijakan sebagai berikut :
Laporan Tahunan BB-Pascapanen TA 2006
54
Tabel 5. Rencana pengembangan SDM tahun 2005 – 2009
Pendidikan
Fungsional • S3 • S2 • S1 • S0 • SLTA Struktural • S3 • S2 • S1 • S0 • SLTA • SLTP • SD Jumlah
Pensiun pada T.A 2005 2009 (orang)
Rencana Peningkatan SDM T.A 2005-2009 (orang)
Rencana Rekruitment (orang)
Kondisi yang diharapkan
7 28 27 8 16
2 1 2 0 0
7 15 0 4 0
0 5 11 5 13
12 36 21 17 25
0 4 7 2 37 4 4 144
0 1 3 1 6 0 1 17
2 8 4 8 0
0 0 0 2 11
48
47
2 9 4 7 34 4 3 174
Kondisi TA. 2006 (orang)
Dalam rangka mendukung program-program utama BB-Pascapanen, perlu dilakukan pengembangan kebutuhan SDM fungsional maupun struktural baik kuantitas maupun kualitasnya dengan langkah-langkahnya : peningkatan pendidikan dari S1 ke S2 dan S2 ke S3 atau dengan merekrut tenaga yang sudah berpendidikan S2 sesuai dengan kebutuhan sampai 2009. Komposisi tenaga fungsional peneliti dengan litkayasa idealnya adalah tenaga peneliti : litkayasa = 3 : 1, sedangkan untuk tenaga struktural disesuaikan dengan kebutuhan. Pelaksanaan Kegiatan Kepegawaian Kenaikan Pangkat SDM lingkup BB-Pascapanen sebagai penghargaan terhadap kinerja pegawai telah dilaksanakan sesuai peraturan yang berlaku dalam satu tahun dua kali pengusulan yaitu periode bulan April 2006 berjumlah : 23 orang ( selesai diproses tepat per 1 April 2006 ) dan bulan Oktober 2006 berjumlah 9 orang (selesai diproses per 1 Oktober 2006). Kenaikan Gaji Berkala direncanakan dalam kurun waktu 1 (satu) tahun mulai Januari s/d Desember 2006 berjumlah 60 orang pegawai. Pelaksanaan pemrosesnya dilaksanakan secara bertahap. Sampai saat ini selesai diproses sebanyak 60 orang pegawai yang naik gaji sampai bulan Desember 2006. Pemrosesan Inpasing bidang kepakaran terhadap 41 peneliti Balai Besar Litbang Pascapanen Pertanian telah dilaksanakan, Surat Keputusan inpasing bagi 32 peneliti sudah diterima, sisanya sebanya 5 peneliti masih dalam proses. Pengusulan mengikuti training jangka panjang dan jangka pendek luar dan dalam negeri telah dikirimkan ke Badan Litbang Pertanian. Pengusulan training jangka panjang berjumlah 17 orang terdiri dari 9 orang untuk program S3 dan 8 orang program S2. Dari usulan tersebut hanya 1 orang yang disetujui untuk program S3, sedangkan sisanya Laporan Tahunan BB-Pascapanen TA 2006
55
belum mendapat persetujuan. Sedang pengusulan petugas untuk training jangka pendek berjumlah 25 orang, sampai saat ini masih dalam proses. Pengusulan Diklat Fungsional Training Peneliti Tingkat Pertama telah di kirim ke Badan Litbang Pertanian. Pengusulan Diklat berjumlah 17 orang calon pejabat fungsional peneliti. Yang dipanggil mengikuti Diklat sebanyak 7 orang. Pengusulan pegawai yang akan memasuki masa pensiun telah diinformasikan satu tahun sebelum batas usia pensiun untuk memberi kesempatan kepada pegawai yang bersangkutan melengkapi berkas persyaratan pensiun, sehingga masih mempunyai waktu untuk melengkapi kekurangan persyaratan sebelum masa pensiun tiba. Pada bulan Mei s/d Desember 2006 telah selesai turun SK pensiun sebanyak 4 orang. C. Fasilitas Penelitian BB-Pascapanen memiliki fasilitas laboratorium analisis dan bangsal pengolahan hasil yang cukup memadai yang tersebar di dua lokasi yaitu Bogor dan Karawang. Laboratorium Bogor merupakan laboratorium induk dengan akurasi tinggi yang memiliki kompetensi di bidang analisis kimia dan biokimia, pengujian mutu dan keamanan pangan, serta pengolahan produk aneka minuman, candy, dan baking dan dilengkapi dengan fasilitas pengolahan bidang teknologi kimia dan bioproses. Laboratoruim BB-Pascapanen Bogor saat ini sedang dalam proses akreditasi. Laboratorium Karawang memiliki kompetensi di bidang pengujian mutu fisik dan pengolahan aneka tepung. Laboratorium Bogor a. Laboratorium Analisis Merupakan laboratorium utama (induk) BB-Pascapanen yang menangani aspek : • Kimia, mikrobiologi, fraksinasi, fermentasi, dan organoleptik. • Analisis keamanan pangan untuk produk makanan dan minuman (juice, sari buah, campuran, dan produk turunannya, candy). • Analisis proksimat untuk analisis mutu produk minuman dan produk turunannya. Fasilitas yang tersedia terdiri dari peralatan analisis dengan ketelitian tinggi untuk identifikasi struktur dan isolasi senyawa dan lain sebagainya. b. Bangsal Pengolahan Hasil Bangsal pengolahan minyak atsiri (aneka minyak atsiri; produk derivatnya dan produk formulasinya). Bangsal pengolahan hasil ternak (daging: daging asap, sosis, dendeng, bakso, karage, nugget, abon dan kornet; susu pasteurisasi dan produk olahan susu). Bangsal pengolahan tahu. Bangsal pengolahan sari buah dan produk turunannya, pasteurisasi, dan canning (produk berbasis buah dan sayuran). Bangsal pengolahan produk roti berbasis aneka tepung. Laboratorium Karawang a. Laboratorium Analisis Mendukung analisis sifat-sifat rheology dan sifat fisik bahan (aneka tepung) Laporan Tahunan BB-Pascapanen TA 2006
56
Mendukung analisis proksimat hasil pertanian b. Bangsal Pengolahan Hasil Bangsal pengolahan aneka tepung dan produk turunannya (proses kering dan basah) Bangsal pengolahan beras Bengkel perekayasaan D. Sarana Pendukung Pada TA 2006 telah direalisasikan 1 unit kendaraan minibus merk Toyota Innova tipe G untuk mendukung mobilitas Kepala BB-Pascapanen maupun peneliti/ staf dalam melaksanakan tugasnya. Sampai dengan tahun 2006 BB-Pascapanen telah mempunyai 8 (delapan) unit kendaraan bermotor roda empat dan 2 (dua) unit kendaraan bermotor roda dua seperti tercantum pada Tabel 6. Tabel 6. Sarana Pendukung Kegiatan Operasional BB-Pascapanen No.
Jenis Kendaraan
Tahun
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
Jeep / Toyota Land Cruiser Jeep / CJ 7 Minibus / Mitsubishi L300 Minibus / Toyota Kijang Minibus / Toyota Kijang Pick up / Toyota Kijang Minibus / Mitsubishi Kuda Minibus merk Toyota Innova tipe G Sepeda Motor / Suzuki Sepeda Motor / Honda
1980 1983 1985 2002 2003 2003 2004 2006 2002 2003
Jumlah (unit) 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
Lokasi Bogor Bogor Bogor Bogor Karawang Bogor Bogor Bogor Bogor Karawang
E. Pengembangan Sarana dan Prasarana Pada tahun 2006 telah dilaksanakan pengadaan sarana dan prasarana, berupa pembangunan dan pengadaan peralatan kantor, meubelair serta buku ilmiah. Guna melengkapi kekurangan bangunan dan perbaikan/ pembuatan jalan aspal di lingkungan kantor BB-Pascapanen telah dibangun pos jaga berukuran 7,25 m2, gasebu 115 m2, gudang 48 m2, selasar 163,5 m2, tempat parkir kendaraan roda 4 dan 2 41,2 m2, pelapisan/ pembuatan jalan aspal 1.138 m2 dan rumah panel 20 m2. Pengadaan meubelair dan peralatan pengolahan data (komputer dan printer) untuk melengkapi fasilitas kerja bagi pegawai BB-Pascapanen agar dapat bekerja secara efektif dan efisien. Pengadaan buku ilmiah pada TA 2006 untuk perpustakaan telah terealisasi sebanyak 8 judul buku, yaitu : Handbook of Postharvest Technology (Pengarang : M. Shaflur Rahman), Flavor Chemistry and Technology (Pengarang : Gary Reinnecius), The Chemistry of Oil and Fat (Pengarang : Frank D. Gunstone), Starch : Advances in Structure and function (Pengarang : TL. Barsby, A.M. Donald and P.J. Frazier), Aflatoxin and Food Safety (Pengarang : Abbas Hamed K), Handbook of Spices, Seasoning and Flavoring (Pengarang : Susheela Raghaven), Food Shelf Life stability : Chemical, Biochemical and Microbiological Changes (Pengarang : N.A. Michael Eskin), Handbook of Food Enzymology (Pengarang : John Whitaker). Pengadaan buku tersebut Laporan Tahunan BB-Pascapanen TA 2006
57
digunakan untuk menambah referensi dan memperkaya wawasan peneliti dalam menghasilkan inovasi teknologi pescapanen. F. Anggaran Dana yang diperlukan BB-Pascapanen untuk melaksanakan tupoksinya berasal dari APBN dan kerjasama dengan instansi pemerintah dan swasta. Guna mencapai keberhasilan program penelitian dan pengembangan pascapanen, dukungan dana merupakan komponen yang sangat penting, karena kegiatan penelitian dan pengembangan pascapanen tidak dapat berjalan tanpa didukung dana yang memadai. BB-Pascapanen berupaya mendapatkan dana penelitian dari instansi/lembaga pemerintah maupun swasta melalui kerjasama penelitian dan pengembangan pascapanen. Anggaran berbasis kinerja adalah dasar dari pengembangan sistem penganggaran masa depan. Sasaran dan indikator pencapaian hasil dari program penelitian dan pengembangan pascapanen pertanian perlu dipersiapkan secara jelas dan terukur serta digunakan dalam monitoring dan evaluasi secara konsisten. Alokasi anggaran dari BBPascapanen berbasis kinerja kegiatan penelitian dan pengembangan pascapanen pertanian yang mengarah kepada pencapaian cost effectiveness yang tinggi dan mampu bersaing dengan instansi atau lembaga lain yang melakukan kegiatan penelitian dan pengembangan pascapanen. Hal ini dimaksudkan untuk merespon pada anggaran berbasis kinerja dan mekanisme block fund. Pada tahun 2006, BB-Pascapanen memperoleh dana sebesar Rp 12.389.786.000,- , sedangkan realisasi sampai dengan 31 Desember 2006 sebesar Rp 12.038.561.604,( 97,17%). Alokasi dan realisasi dana dapat dilihat pada Tabel 7.
Laporan Tahunan BB-Pascapanen TA 2006
58
Tabel 7. Alokasi Anggaran BB-Pascapanen Tahun 2006 No
Kegiatan
Anggaran (Rp)
Realisasi (Rp)
%
A.
Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian
2.005.863.000
1.984.266.989
98,92
B.
Penyuluhan dan Penyebaran Informasi - Diseminasi Hasil Penelitian - Penjaringan mitra & pengelolaan manajemen kerjasama penelitian - Lokakarya Nasional Teknologi Pascapanen - Sosialisasi teknologi dan promosi hasil penelitian pascapanen - Pemantauan dan Pembinaan Kegiatan Penelitian Kerjasama
1.074.908.000 379.120.000 71.510.000
1.037.318.790 377.888.505 69.226.605
96,50 99,68 96,81
92.350.000 323.628.000
89.373.375 294.274.005
96,78 90,93
208.300.000
206.556.300
99,16
Pembinaan Dan Koordinasi Penyusunan Kebijakan Dan Program Pembangunan Pertanian - Kebijakan dan Rekomendasi Teknologi Pascapanen mendukung Ketahanan Pangan di Papua - Penyusunan Kebijakan Pengembangan Teknologi Pascapanen Mendukung Kegiatan Primatani
408.856.000
390.646.020
95,55
143.336.000
142.995.600
99,76
265.520.000
247.650.420
93,27
Penyusunan Program dan Rencana Kerja/Teknis/ Program/ Evaluasi - Perencanaan dan penyusunan program penelitian Pascapanen - Pemberdayaan SIM dan UAI - Peningkatan mutu SDM - Pengembangan Laboratorium - Penyelenggaraan Raker BB-Pascapanen dan Sosialisasi & Sinkronisasi Program & Kebijakan Litbang Pascapanen - Koordinasi Kelembagaan dan Litbang Pascapanen - Monitoring dan Evaluasi Kegiatan Penelitian Berjalan
1.186.685.000
1.185.385.047
99,89
340.350.000
340.048.550
99,91
110.920.000 103.920.000 74.440.000 132.755.000
110.787.850 103.860.950 74.262.472 132.639.800
99,88 99,94 99,76 99,91
200.000.000
199.863.000
99,93
224.300.000
223.922.425
99,83
E.
Pengadaan sarana (gedung dan peralatan lainnya)
2.186.222.000
2.166.425.893
99,09
F.
Administrasi umum (gaji PNS, LTGA, perawatan)
5.527.252.000
5.274.518.885
95,43
12.389.786.000
12.038.561.604
97,17
C.
D.
Total
Laporan Tahunan BB-Pascapanen TA 2006
59
V. PROGRAM DAN EVALUASI Kegiatan Program dan Evaluasi meliputi: Perencanaan, Evaluasi dan Pelaporan. Perencanaan (planning) adalah proses pengambilan keputusan yang menyangkut apa yang akan dilakukan di masa mendatang, kapan, bagaimana dan siapa yang akan melakukannya. Dalam setiap organisasi rencana disusun secara hierarki sejalan dengan struktur organisasinya. Pada setiap jenjang, rencana mempunyai fungsi ganda: sebagai sasaran yang harus dicapai oleh jenjang dibawahnya dan merupakan langkah yang harus dilakukan untuk mencapai sasaran yang ditetapkan oleh jenjang diatasnya. Ada dua jenis rencana, yaitu : (1) rencana strategik (Renstra), yang disusun untuk mencapai tujuan umum organisasi, yaitu melaksanakan misi organisasi, (2) rencana operasional, yang merupakan rincian tentang bagaimana rencana strategik dilaksanakan. Renstra BB-Pascapanen 2005 – 2009 telah diselesaikan pada tahun 2006. A. Perencanaan dan Penyusunan Program Rencana operasional disusun setiap tahunnya dengan mengacu pada Renstra BBPascapanen dan kebijakan Badan Litbang Pertanian maupun Departemen Pertanian Secara umum kegiatan perencanaan dan penyusunan program dapat dibagi dua yaitu: (1) Pelaksanaan kegiatan TA. 2006 dan (2) Perencanaan kegiatan TA. 2007. Berkaitan dengan pelaksanaan kegiatan TA. 2006 telah dilaksanakan sosialisasi DIPA/RKA-KL TA. 2006, penyiapan ROK TA. 2006 (Rencana Operasional Kegiatan), finalisasi Proposal/TOR, serta penyusunan data program dan anggaran dalam data base Sistem Informasi Manajemen Program (SIMPROG). Berkaitan dengan perencanaan kegiatan TA. 2007 telah dilaksanakan seleksi dan evaluasi usulan kegiatan TA. 2007, koordinasi dan singkronisasi program kegiatan dengan direktorat jenderal teknis, penyusunan Daftar usulan Pelaksanaan Anggara (DUP), RKA-KL, DIPA TA. 2007. B. Rapat Kerja BB-Pascapanen Kegiatan Rapat Kerja BB-Pascapanen dilaksanakan pada hari Selasa – Rabu, tanggal 13 – 15 Maret 2006, di Hotel Megamendung Permai, Jl Raya Megamendung – Cipayung Bogor 16750. Jumlah peserta yang hadir 82 orang, terdiri dari Pejabat Struktural, Peneliti, Staf Struktural, Teknisi Senior, Undangan, dan Pembicara Tamu. Tema Rapat Kerja BB-Pascapanen pada tahun 2006 adalah “Penetapan Strategi Penelitian dan Pengembangan Pascapanen dalam Mensukseskan Revitalisasi Pertanian”. Rapat Kerja dibuka oleh Kepala Badan Litbang Pertanian, Dr. Ahcmad Suryana. Dalam arahannya Kepala Badan menegaskan bahwa dalam pelaksanaan penelitian diharapkan dapat memberikan perhatian utama pada 17 komoditas prioritas yang telah ditetapkan Departemen Pertanian dalam kebijakan Revitalisasi Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (RPPK). Pascapanen harus dapat menghasilkan terobosan inovasi teknologi yang layak terap bagi petani dan pelaku agribisnis. Penting ditekankan pemahaman “penelitian untuk pengembangan” (research for development), jangan hasil penelitian hanya sampai pada jurnal, deseminasi penelitian dan prototipe saja, tetapi harus sampai scaling-up dengan melibatkan BPTP, petani maupun pelaku agribisnis. Kegiatan penelitian harus mempunyai time frame yang relatif singkat. Dalam kata penutupnya, Kepala Badan Litbang Pertanian berharap BBPascpaanen dapat mulai merumuskan program penelitian pascapanen yang bersifat Laporan Tahunan BB-Pascapanen TA 2006
60
nasional, yang dapat menjadi program pengembangan daerah bagi Direktorat Teknis terkait, seperti layaknya model P3T (Peningkatan Produktivitas Padi Terpadu, SIPT (Sistem Integrasi Padi Ternak), PTT Cabe dan banyak lagi lainnya, walaupun disadari hal ini merupakan tantangan yang berat bagi BB-Pascapanen yang belum genap berusia tiga tahun. Bersamaan dengan ini, Kepala Badan Litbang Pertanian beserta undangan yang hadir juga berkesempatan meninjau hasil kegiatan penelitian unggulan BB-Pascapanen tahun 2005-2006. Penyampaian materi utama oleh Pembicara Tamu dimaksudkan untuk meningkatkan wawasan dan pengetahuan bagi semua yang hadir, dengan harapan dapat menjadi acuan dalam merencanakan program kegiatan penelitian dan pengembangan ke depan. Topik yang disampaikan terdiri dari : 1. Kebutuhan Teknologi Untuk Pengembangan Agroindustri (Dirjen P2HP) 2. Strategi Pencapaian Visi “Menjadi Lembaga Litbang Pertanian Terunggul di Asia Tenggara” (Dr. Haryono; Sekretaris Badan Litbang Pertanian) 3. Aplikasi Teknologi Membran untuk Agroindustri (Dr. Wenten; ITB) 4. Tren Pengembangan Agroindustri di Masa Datang (Ir. Suseno, MBA)
Gambar 37. Pembukaan Raker oleh Kepala Badan Litbang Pertanian Materi bahasan lainnya diarahkan untuk mempertajam program kegiatan penelitian pada tahun 2005-2009, Renstra BB-Pascapanen 2005-2009, serta rencana kegiatan peneltiian dan diseminasi BB-Pascapanen TA. 2007. Materi yang disampaikan terdiri dari : 1. Sosialisasi Renstra BB-Pascapanen, Lakip dan Monev (Dr. Risfaheri-Kepala Bidang Program dan Evaluasi) 2. Penelaahan Sasaran dan Keluaran Program dan Pendayagunaan Hasil Penelitian TA. 2007-2009 (Ir. Sulusi Prabawati, MS – Kepala Bidang Kerjasama dan PHP) 3. Perencanaan Capacity Building 2007-2009 (Ir. Endang Kunwidayati, MS – Kepala Bagian Tata Usaha)
Laporan Tahunan BB-Pascapanen TA 2006
61
4. Penelaahan Ruang Lingkup kegiatan dan Tupoksi Kelompok Peneliti lingkup BBPascapanen (Ketua Kelompok Peneliti) 5. Penelaahan Sasaran dan Keluaran Program Penelitian 2007-2009, Roadmap Program dan Matrik Kegiatan Penelitian Pascapanen (Penanggungjawab Program dan Penanggungjawab Kegiatan Penelitian) C. Evaluasi Dan Pelaporan Kegiatan evaluasi dan pelaporan meliputi penyusunan Akuntabilitas Kinerja TA 2005 (LAKIP), Monitoring dan Evaluasi (Monev), Penyusunan Laporan Bulanan dan Laporan Tahunan. Evaluasi merupakan proses untuk menentukan pelaksanaan kegiatan sesuai tujuan yang akan dicapai secara sistematik dan objektif. Evaluasi sebagai salah satu alat analisis apakah pelaksanaan kegiatan telah sesuai dengan perencanaan, gagal atau berhasil. Pada tahun 2006 telah dilaksanakan kegiatan yang berkaitan dengan evaluasi kegiatan BB-Pascapanen, yaitu : Laporan Akuntabilitas Kinerja dan SIMONEV Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah menjadi suatu kewajiban bagi setiap instansi pemerintah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan negara untuk mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas pokok dan fungsi serta kewenangan pengelolaan sumberdaya berdasarkan TAP MPR RI No. XI/MPR/1998 dan UU No. 28/1999 tentang Penyelenggaraan negara yang bersih dan bebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme serta Inpres No. 7/1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP). Laporan tersebut menjabarkan kinerja instansi pemerintah yang bersangkutan melalui Sistem Monitoring dan Evaluasi (SIMONEV) yang disampaikan setiap bulan. LAKIP mencakup Perencanaan Kinerja yang komponennya meliputi: Sasaran (sasaran tahun berjalan), Program (Renstra), Kegiatan dan Indikator Kinerja. Indikator Kinerja adalah ukuran kuantitatif dan kualitatif yang mengambarkan tingkat pencapaian suatu kegiatan yang telah ditetapkan. Penetapan indikator kinerja kegiatan harus didasarkan pada perkiraan yang realistis dengan memperhatikan tujuan dan sasaran yang ditetapkan serta data pendukung yang harus diorganisasi. Indikator kinerja harus spesifik dan jelas, dapat diukur secara objektif, relevan dengan tujuan dan sasaran yang ingin dicapai dan tidak bias. Selain itu LAKIP juga mencakup Pengukuran Kinerja yang meliputi : (1) Kinerja kegiatan yang merupakan tingkat pencapaian target (rencana tingkat capaian) dari masing-masing kelompok indikator kegiatan; (2) Tingkat pencapaian sasaran instansi pemerintah yang merupakan tingkat pencapaian target (rencana tingkat capaian) dari masing-masing indikator sasaran yang telah ditetapkan sebagaimana dituangkan dalam dokumen Rencana Kinerja. Pengukuran tingkat pencapaian sasaran didasarkan pada data hasil pengukuran kinerja kegiatan. Berdasarkan hasil pengukuran kinerja dan capaian sasaran tahun 2005, terlihat bahwa seluruh kegiatan BB-Pascapanen yang terdiri dari 11 (sebelas) kegiatan penelitian dan 1 (satu) kegiatan diseminasi memiliki nilai capaian kinerja yang baik dan capaian sasaran cukup baik.
Laporan Tahunan BB-Pascapanen TA 2006
62
Monitoring dan Evaluasi Kegiatan Monitoring dan Evaluasi (Monev) ditujukan untuk mengendalikan pelaksanaan kegiatan agar sesuai dengan proposal/ TOR, DIPA/ RKAKL yang telah ditetapkan, baik pelaksanaan kegiatan dari segi teknis maupun dari segi administratif. Kegiatan Monev dilaksanakan sebanyak tiga kali dalam setahun meliputi : Monev ex-ante, on-going dan ex-post. Laporan Monev ex-ante, on-going maupun ex-post kegiatan BBPascapanen TA 2006 memuat temuan yang perlu ditindaklanjuti oleh penanggungjawab kegiatan agar tujuan dan sasaran dapat dicapai secara efisien dan efektif. Laporan Bulanan Selama periode Januari - Desember 2006, telah disusun laporan bulanan kegiatan BB-Pascapanen yang disampaikan dalam Rapat Pimpinan (Rapim) lingkup Badan Litbang Pertanian. Laporan bulanan kegiatan berisi kemajuan penyerapan anggaran dan topik kegiatan yang menonjol pada periode bulan tersebut (Tabel 8). Tabel 8. Topik Kegiatan BB-Pascapanen yang Disampaikan pada Rapim Lingkup Badan Litbang Pertanian Januari – Desember 2006 No.
Bulan
Judul Laporan Bulanan
1.
Januari
• Teknologi Pemanfaatan Air Kelapa Untuk Minuman Isotonik
2.
Pebruari
• Identifikasi Kontaminan pada Sayuran • Potensi Belimbing Wuluh sebagai Obat Anti Hipertensi
3.
Maret
• Rapat Kerja Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian • Beras Varietas IR 36 sebagai alternatif Pengganti Impor Beras Taj Mahal
4.
April
• Perkembangan Kegiatan Kerjasama Teknologi Pengolahan Jeruk • Sinkronisasi Program Kegiatan BB-Pascapanen TA. 2007 • Rapat Perberasan
5.
Mei
• Ekpose Agribisnis Jeruk di Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat • Perkembangan Kerjasama Penelitian dan Pengembangan Teknologi Pengolahan Minyak Kelapa Murni di Cianjur
6.
Juni
• Kerjasama BB-Pascapanen dengan Koperasi Sarwa Mukti dalam Meningkatkan Mutu Susu di Tingkat Peternak dan Koperasi Susu • Pengembangan Model Agroindustri Pengolahan Kelapa Terpadu di Halmahera Utara (Maluku Utara)
Laporan Tahunan BB-Pascapanen TA 2006
63
No.
Bulan
Judul Laporan Bulanan
7.
Juli
• Partisipasi BB-Pascapanen pada Acara Rumah Pintar dan Bedah Kampung di Desa Cipambuan, Kacamatan Babakan Madang, Bogor • Kegiatan Primatani dalam Rangka Menunjang Program Kawasan Usaha Agribisnis Terpadu (KUAT) Kakap Bangkit di Kalimantan Barat
8.
Agustus
• Teknologi Pengolahan Tempe dari Kacang Tunggak • Kegiatan Kerjasama Teknologi Pengolahan Lada antara BB-Pascapanen dengan Pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur
9.
September
• Peresmian Unit Pengolahan Hasil (UPH) Mete di Desa Ketapang Laok, Kabupaten Sampang, Madura • Lokakarya Nasional Strategi Peningkatan Nilai Tambah Hasil Pertanian melalui Penerapan Teknologi Pascapanen dan Sistem Keamanan Pangan
10.
Oktober November Desember
• Sosialisasi Teknologi Pengolahan Mi Sagu di Jayapura
11.
• Kerjasama Pengembangan Teknologi Pengolahan Minyak Kelapa Murni (VCO) di Halmahera dan Sumatera Utara. • Pengiriman Tenaga Ahli Pengolahan Lada ke Sri Lanka dalam Rangka Kerjasama Teknologi Pengolahan Lada Antara International Pepper Community (IPC) dengan Food and Agriculture Organization (FAO) di Sri Lanka
Laporan Tahunan BB-Pascapanen TA 2006
64
VI. PERMASALAHAN DALAM PELAKSANAAN KEGIATAN Dalam melaksanakan kegiatan penelitian dan pengembangan pascapanen pertanian tahun 2006, ditemui beberapa kendala baik teknis maupun non teknis. Secara teknis permasalahan untuk menghasilkan inovasi teknologi pascapanen dalam skala laboratorium dapat diatasi oleh BB-Pascapanen, namun ketika teknologi tersebut diterapkan dalam skala yang lebih besar (perdesaan/UKM) di lapangan terdapat beberapa kendala non teknis antara lain pembinaan kelembagaan yang melibatkan BBPascapanen dengan stakeholders, kekurangan permodalan di tingkat pengrajin dan pangsa pasar hasil produk pengolahan. Permasalahan pada agroindustri pengolahan minyak kelapa murni (Virgin Coconut Oil/VCO) di Kecamatan Agrabinta, Cianjur Selatan adalah menurunnya minat beli konsumen karena terlalu banyak produk yang beredar di pasaran sehingga pasar sudah mencapai tingkat jenuh. Hal ini mengakibatkan proses produksi VCO tidak dapat berjalan secara berkesinambungan, proses produksipun berjalan tidak dalam kapasitas penuh (full capacity). Selain itu, hasil penjualan VCO tidak dapat menutup biaya produksi karena kuantitas penjualan VCO lebih kecil daripada hasil produksinya sehingga sediaan VCO menumpuk karena kesulitan menjualnya. Permasalahan pada kerjasama pengolahan lada dengan International Pepper Community (IPC) di Desa Loa Janan, Kabupaten Kutai Kertanegara, Kalimantan Timur adalah ketersediaan lada sangat langka pada pada saat bukan musim panen, sehingga proses produksi mengalami stagnan pada masa bukan musim panen. Kegiatan kerjasama pengolahan jeruk di Kalimantan Barat (Sambas) sudah berjalan cukup baik, uji produksi sudah dilakukan, bahkan launching produkpun sudah dilaksanakan oleh Menteri Pertanian. Namun masih terdapat kendala yaitu kelembagaan yang terbentuk belum dapat berjalan dengan baik karena belum semua mitra kerjasama menjalankan kewajibannya seperti yang tertuang dalam Kerangka Acuan Kerja (TOR). Meskipun ada permintaan jus jeruk langsung kepada mitra (PT Sinar Karya Sakti) namun pemasarannya belum optimal, karena PT Sinar Karya Sakti masih perlu bantuan pemasaran dari Badan Koperasi UKM, Kerjasama, Promosi dan Investasi (Badan KOMAPIN). Secara umum permasalahan yang selalu muncul dalam pengembangan teknologi di lapangan adalah : kesiapan teknologi yang dikerjasamakan yang masih perlu dievaluasi lebih serius, penempatan teknologi belum melalui pengkajian yang lebih cermat sesuai kebutuhan mitra (kajian lokasi dan mitra), partisipasi dinas terkait perlu dicermati. Untuk kegiatan Pendayagunaan Hasil Penelitian (PHP), masalah yang sering dihadapi adalah ketersediaan naskah hasil penelitian yang terbatas sehingga penerbitan jurnal dan buletin tidak sesuai rencana, pameran yang direkomendasikan Badan Litbang Pertanian kadang-kadang tidak jelas temanya, sehingga target group pameran tidak jelas. Dalam pengembangan SDM, kendalanya adalah berkurangnya tenaga peneliti, teknisi, analisis maupun tenaga administrasi karena memasuki usia purna tugas (pensiun), sementara kaderisasi tenaga ahli, baik dari hasil rekruitmen maupun pengembangan keahlian tidak dapat memenuhi kebutuhan secara cepat. Langkah-langkah antisipasi ke depan yang dapat dilakukan BB-Pascapanen untuk meminimalisasi kendala tersebut : •
Mendorong terbentuknya sistem networking dengan institusi lain yang terkait dengan pengembangan agroindustri agar terjadi sinerginitas.
Laporan Tahunan BB-Pascapanen TA 2006
65
• • • •
Mengintensifkan pertemuan-pertemuan dengan pihak pengguna untuk mempertajam dan menyempurnakan program penelitian agar lebih berorientasi konsumen. Memacu dan mendorong kegiatan penelitian berorientasi HaKI yang bernilai komersial. Diseminasi akan lebih difokuskan untuk mempercepat transfer teknologi kepada pengguna dan komersialisasi teknologi. Meningkatkan kualitas dan menata secara proporsional sebaran SDM, dan melakukan sosialisasi perubahan paradigma penelitian yang berorientasi agribisnis.
Laporan Tahunan BB-Pascapanen TA 2006
66
VII. PENUTUP Dinamika perkembangan lingkungan strategis yang terjadi di tingkat nasional memaksa berbagai pihak untuk menyesuaiakan program penelitian dan pengembangan pertanian sesuai dengan tuntutan kebutuhan masyarakat. Sering dengan perubahan tersebut, BB-Pascapanen dituntut untuk dapat memberikan konstribusi dalam melahirkan inovasi teknologi pascapanen sesuai dengan program Badan Litbang Pertanian yang mengacu pada program Departemen Pertanian. Inovasi teknologi yang dihasilkan harus dapat meningkatkan daya saing produk dan nilai tambah bagi petani maupun pelaku agribisnis serta memperhatikan aspek ekonomi yang berdampak nasional, yaitu : a) meningkatkan pendapatan masyarakat; b) mengurangi kemiskinan; c) menciptakan lapangan kerja. Pada tahun 2006, BB-Pascapanen telah mendapatkan teknologi dalam upaya meningkatkan daya saing (pengolahan jeruk, pemanfaatan tanaman untuk bahan baku industri biofarmaka, sintesa vanilin dan optimasi eugenol dari minyak daun cengkeh), teknologi pengolahan pangan tradisional (teknologi pengolahan jagung, pengolahan beras beriodium, pemanfaatan kacang-kacangan sebagai substitusi kedelai untuk tempe), perbaikan mutu dan keamanan pangan (identifikasi kontaminan dan perbaikan mutu produk buah-buahan, penekanan kehilangan hasil pascapanen padi dan penerapan GMP) serta penelitian dan pengembangan berbasis kemitraan (pemanfaatan minyak jarak sebagai alternatif pengganti minyak tanah, pengolahan pasta cabai dan tomat, perbaikan mutu dan diversifikasi produk lada). Sejalan dengan kebijakan Badan Litbang Pertanian bahwa paradigma “penelitian untuk pengembangan” (research for development) yang lebih mengutamakan kegiatan penelitian yang bersifat terapan dan diimplementasikan langsung di lapangan, BBPascapanen telah dapat memberikan kontribusi dalam pembangunan pertanian terutama mendukung pembangunan agroindustri perdesaan dengan diterapkannya model teknologi pengolahan jeruk siam di Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat, model teknologi pengolahan mete di Kabupaten Sampang, Madura, teknologi pengolahan lada di Desa Loa Janan, Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur dan pengembangan model pengolahan minyak kelapa murni. Unit pengolahan lada sudah diterapkan di Sri Lanka, teknologi yang dipakai mengacu pada teknologi BB-Pascapanen yang telah diterapkan di Kalimantan Timur. Selain itu, pada tahun 2007 model teknologi pengolahan minyak kelapa murni dengan membran ultrafiltrasi akan diterapkan di provinsi Halmahera Utara dan Sumatera Utara. Kerjasama pengembangan model agroindustri pengolahan tersebut melibatkan pengusaha, petani/ kelompok tani dan instansi pemerintah (Pemda dan Ditjen Teknis) dalam rangka pemanfaatan teknologi yang telah dihasilkan melalui perolehan perlindungan terhadap temuan teknologi akan terus ditingkatkan melalui perolehan HaKI sebagai tuntutan global dan peningkatan positioning sebagai institusi penelitian.
Laporan Tahunan BB-Pascapanen TA 2006
67
DAFTAR PUSTAKA Hernani, dkk. 2006. Laporan Akhir Tahun Teknologi Pemanfaatan Tanaman Obat untuk Bahan Baku Industri Biofarmaka. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian, Departemen Pertanian. Iriani, E.S., dkk. 2006. Laporan Akhir Tahun Diseminasi Hasil Penelitian Pascapanen Pertanian. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian, Departemen Pertanian. Kunwidayati, E., dkk. 2006. Laporan Akhir Tahun Administrasi Umum. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian, Departemen Pertanian. Lubis, S., dkk. 2006. Laporan Akhir Tahun Penelitian dan Pengembangan Teknologi Pengolahan Beras Beriodium. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian, Departemen Pertanian. Martosuyono, P., dkk. 2006. Laporan Penelitian dan Pengembangan Produk Gula Cair dari Pati Kasava. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian, Departemen Pertanian. Muhadjir, I., dkk. 2006. Laporan Akhir Tahun Teknologi Pengolahan Pasta Tomat dan Cabe . Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian, Departemen Pertanian. Mulyono, E., dkk. 2006. Laporan Akhir Tahun Perbaikan Mutu dan Diversifikasi Produk Lada. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian, Departemen Pertanian. Nelly, M.T., dkk. 2006. Laporan Akhir Tahun Peningkatan Sumber Daya Manusia Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian Tahun 2006. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian, Departemen Pertanian. Prabawati, S., dkk. 2006. Laporan Akhir Tahun Lokakarya Nasional Teknologi Pascapanen. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian, Departemen Pertanian. Purwani, E.Y., dkk. 2006. Laporan Akhir Tahun Teknologi Pemanfaatan Kacang-kacangan sebagai Substitusi Kedelai untuk Produk Tempe. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian, Departemen Pertanian. Rachmat, R., dkk. 2006. Laporan Akhir Tahun Pemantauan dan Pembinaaan Kegiatan Kerjasama. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian, Departemen Pertanian.
Laporan Tahunan BB-Pascapanen TA 2006
68
Rachmat, R., dkk. 2006. Laporan Akhir Tahun Penjaringan Mitra dan Pengelolaan/ Manajemen Kerjasama Penelitian. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian, Departemen Pertanian. Renstra Badan Litbang Pertanian 2005 – 2009. Departemen Pertanian. Renstra Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian 2005 – 2009. Departemen Pertanian. Risfaheri, dkk. 2006. Penyelenggaraan Rapat Kerja BB-Pascapanen, Sosialisasi dan Sinkronisasi Program dan Kebijakan Penelitian dan Pengembangan Terapan. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian, Departemen Pertanian. Sentot, M., dkk. 2006. Laporan Akhir Tahun Monitoring Dan Evaluasi Kegiatan Penelitian. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian, Departemen Pertanian. Setyadjit, dkk. 2006. Laporan Akhir Tahun Pengembangan Teknologi Pengolahan Jeruk. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian, Departemen Pertanian. Sudaryono, dkk. 2006. Laporan Akhir Tahun Penelitian dan Pengembangan Teknologi Pengolahan Jagung Terpadu. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian, Departemen Pertanian. Suismono., dkk. 2006. Laporan Akhir Tahun Penekanan Kehilangan Hasil Pascapanen Padi melalui Penerapan GMP. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian, Departemen Pertanian. Sumangat, D., dkk. 2006. Laporan Akhir Tahun Pemanfaatan Jarak Pagar (Jatropha curcas) sebagai Alternatif Pengganti Minyak Tanah. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian, Departemen Pertanian. Syah, A.N.A., dkk. 2006. Laporan Akhir Tahun Penelitian dan Pengembangan Teknologi Minyak Kelapa Murni dan Produk Hilirnya. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian, Departemen Pertanian. Winarti, C., dkk. 2006. Laporan Akhir Tahun Penelitian Identifikasi Kontaminan dan Perbaikan Mutu Produk Buah-buahan. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian, Departemen Pertanian. Yulianingsih, dkk. 2006. Laporan Akhir Tahun Perencanaan dan Penyusunan Program Penelitian Pascapanen. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian, Departemen Pertanian.
Laporan Tahunan BB-Pascapanen TA 2006
69
Yulizar, S.Y., dkk. 2006. Laporan Akhir Tahun Teknologi Sintesis Vanilin dan Optimasi Pemurnian Eugenol dari Minyak Daun Cengkeh. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian, Departemen Pertanian.
Laporan Tahunan BB-Pascapanen TA 2006
70