LAMPIRAN (Instrumen Penelitian, Struktur Organisasi MTs Ali Maksum, Wawancara, Lembar Observasi, Foto-foto Penelitian, Surat Izin Penelitian)
INSTRUMEN PENELITIAN TENTANG IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DALAM PEMBENTUKAN KARAKTER KEBANGSAAN SISWA DI MADRASAH TSANAWIYAH ALI MAKSUM KRAPYAK YOGYAKARTA
A. Kegiatan Dokumen Mengumpulkan Data Tentang: 1. Gambaran umum MTs Ali Maksum Krapyak Yogyakarta a. Profil MTs Ali Maksum Krapyak Yogyakarta b. Visi dan Misi MTs Ali Maksum Krapyak Yogyakarta c. Keadaan guru dan karyawan MTs Ali Maksum Krapyak Yogyakarta d. Sarana dan prasarana MTs Ali Maksum Krapyak Yogyakarta e. Struktur organisasi MTs Ali Maksum Krapyak Yogyakarta 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 3. Foto-foto kegiatan pembelajaran 4. Dokumen lain yang dianggap perlu B. Kegiatan Observasi Mengumpulkan Data Tentang: 1. Kondisi KBM mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan 2. Aktivitas guru dan siswa dalam pembelajaran di kelas 3. Perilaku siswa MTs Ali Maksum Krapyak Yogyakarta ketika megikuti KBM 4. Kesiapan guru dalam melaksanakan pembelajaran 5. Kegiatan
pembelajaran
guru
Pendidikan
Kewarganegaraan
yang
berdimensi pembentukan karakter kebangsaan C. Kegiatan Wawancara diajukan kepada” 1. Guru
Pendidikan
Kewarganegaraan
MTs
Yogyakarta 2. Siswa MTs Ali Maksum Krapyak Yogyakarta
Ali
Maksum
Krapyak
PEDOMAN WAWANCARA GURU PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Rumusan Masalah 1. Bagaimanakah implementasi Pendidikan Kewarganegaraan dalam pembentukan karakter kebangsaan siswa di MTs Ali Maksum Krapyak Yogyakarta
Pertanyaan a. Bagaimana pandangan bapak/ibu terkait misi pendidikan Kewarganegaraan yang tidak hanya sebagai pendidikan karakter, tetapi juga sebagai pendidikan politik, pendidikan hukum, dll? b. Bagaimana pandangan bapak/ibu terkait Pendidikan Kewarganegaraan dalam membentuk karakter siswa? c. Setujukah bapak/ibu apabila Pendidikan Kewarganegaraan dapat membentuk karakter kebangsaan? d. Apakah silabus dan RPP yang digunakan bapak/ibu guru sudah dimasukkan nilainilai karakter kebangsaan? e. Karakter kebangsaan yang seperti apa yang ingin dibentuk dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan? f. Apakah ada penyusunan khusus dalam RPP Pendidikan Kewarganegaraan yang berdimensi pembentukan karakter kebangsaan sehingga berbeda dengan penyusunan RPP Pendidikan Kewarganegaraan dengan materi lain? g. Apakah karakter kebangsaan bisa dimasukkan dalam setiap materi Pendidikan Kewarganegaraan? h. Bagaimanakah kegiatan pembelajaran yang dilakukan bapak/ibu guru pada saat membuka pembelajaran sampai dengan menutup pembelajaran? i. Metode apa yang dipakai bapak/ibu guru dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan yang berdimensi pembentukan karakter kebangsaan siswa di MTs Ali Maksum Krapyak Yogyakarta? j. Bagaimana proses penilaian hasil pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan yang berdimensi karakter?
2. Apa sajakah hambatan yang ditemui guru dalam membentuk karakter kebangsaan siswa melalui pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di MTs Ali Maksum Krapyak Yogyakarta
3. Upaya apa saja yang dilakukan untuk mengatasi hambatan terlaksananya Pendidikan Kewarganegaraan dalam pembentukan karakter kebangsaan siswa di MTs Ali Maksum Krapyak Yogyakarta
a. Faktor apa sajakah yang menghambat pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dalam pembentukan karakter kebangsaan siswa? b. Faktor apa saja yang mendukung pelaksaan pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dalam pembentukan karakter kebangsaan siswa? c. Upaya apa yang dilakukan bapak/ibu dalam mengatasi terlaksanya pembelajaran Pendidikan Kewarganegaran dalam pembentukan karakter kebangsaan siswa?
OBSERVASI Nama Sekolah Pukul Kelas Tanggal Observasi Mata pelajaran KD
No. Komponen
1.
Aktivitas guru dan siswa dalam pembelajaran di kelas
: MTs Ali Maksum Krapyak Yogyakarta : 13.50-14.30 : VIII F Putri : 23 April 2014 : Pendidikan Kewarganegaraan : 5.2 Mendeskripsikan sistem pemerintahan Indonesia
Aspek yang diamati
a. Kegiatan pendahulaun 1) Berdoa 2) Presensi 3) Menyanyikan lagu nasional 4) Memberikan pertanyaan yang mengaitkan materi sebelumnya dengan yang akan dipelajari 5) Menyampaikan tujuan dan kompetensi yang akan dicapai b. kegiatan inti 1) Guru menyampaikan materi 2) Peserta didik mengamati, menggali informasi tentang fakta, konsep dan membuat catatan dari berbagai sumber 3) Metode pembelajaran aktif, mendalami dengan diskusi 4) Cara guru memotivasi siswa agar aktif
Deskripsi hasil observasi
Terlihat Terlihat Belum terlihat Belum terlihat
Belum Terlihat
Terlihat Terlihat
Belum terlihat
Terlihat dengan pemberian semangat belajar kepada siswa dan menggali lebih dalam kekritisan siswa untuk menanggapi
Nilai-nilai karakter yang ingin dibentuk Sikap kritis, toleransi, kejujuran, kecintaan terhadap negara, kepedulian, semangat bersatu dan kewarganegaraan
2.
Teknik penguasaan kelas dan metode pembelajaran
5) Peserta didik melakukan refleksi dan bertanya dan guru melakukan berbagai penjelasan c. Penutup 1) peserta didik membuat kesimpulan dan refleksi dibimbing guru 2) peserta didik mencatat tugas untuk pertemuan selanjutnya 3) menutup pelajaran dan berdoa a. penguasaan kelas
b. metode pembelajaran 3. 4.
Sumber Belajar Kondisi kelas dan siswa
Ketersediaan buku, surat kabar, internet, dll Kondisi kelas
Kondisi siswa
persoalan-persoalan yang sedang terjadi. Terlihat
Belum terlihat
Terlihat
Terlihat Terlihat di awal pembelajaran ketika pemberian berita terbaru siswa menyimak dengan seksama, namun ketika penjelasan materi berlangsung ada beberapa siswa yang tidur Ceramah dan tanya jawab LKS Kurang kondusif dikarenakan kebersihan dan kerapian kelas belum terlihat Ada beberapa siswa yang tidur selama proses pembelajaran berlangsung
OBSERVASI Nama Sekolah Pukul Kelas Tanggal Observasi Mata pelajaran KD
: MTs Ali Maksum Krapyak Yogyakarta : 08.50-10.10 : VII F Putri : 26 April 2014 : Pendidikan Kewarganegaraan : 4.3 Mengaktualisasikan Kemerdekaan Mengeluarkan Pendapat secara Bebas dan bertanggung Jawab
No. Komponen
Aspek yang diamati
1.
a. Kegiatan pendahulaun 1) Berdoa 2) Presensi 3) Menyanyikan lagu nasional 4) Memberikan pertanyaan yang mengaitkan materi sebelumnya dengan yang akan dipelajari 5) Menyampaikan tujuan dan kompetensi yang akan dicapai b. kegiatan inti 1) Guru menyampaikan materi 2) Peserta didik mengamati, menggali informasi tentang fakta, konsep dan membuat catatan dari berbagai sumber 3) Metode pembelajaran aktif, mendalami dengan diskusi 4) Cara guru memotivasi siswa agar aktif
Aktivitas guru dan siswa dalam pembelajaran di kelas
5) Peserta didik melakukan refleksi dan bertanya dan guru melakukan berbagai
Deskripsi hasil observasi
Belum terlihat Terlihat Belum terlihat Belum terlihat
Belum Terlihat
Terlihat Terlihat
Belum terlihat Terlihat banyak siswa yang aktif, hal ini diketahui ketika pemberian informasi/berita terbaru terkait kasus JIS Terlihat
Nilai-nilai karakter yang ingin dibentuk Dapat dipercaya, rasa hormat dan perhatian. Tekun, tanggung jawab, berani, peduli, jujur
2.
3. 4.
Teknik penguasaan kelas dan metode pembelajaran Sumber Belajar Kondisi kelas dan siswa
penjelasan c. Penutup 1) peserta didik membuat kesimpulan dan refleksi dibimbing guru 2) peserta didik mencatat tugas untuk pertemuan selanjutnya 3) menutup pelajaran dan berdoa a. penguasaan kelas
b. metode pembelajaran Ketersediaan buku, surat kabar, internet, dll a. Kondisi kelas b. Kondisi siswa
Belum terlihat
Terlihat
Terlihat Siswa aktif dan antusias dengan adanya pemberian informasi terbaru. Ceramah dan tanya jawab LKS Keadaan kelas rapi dan bersih Antusis, siswa banyak yang aktif bertanya, kerapian serta kebersihan terlihat.
OBSERVASI Nama Sekolah Pukul Kelas Tanggal Observasi Mata pelajaran KD
No. Komponen
Aspek yang diamati
1.
a. 1) 2) 3) 4)
Aktivitas guru dan siswa dalam pembelajaran di kelas
5)
b. 1) 2)
3) 4)
: MTs Ali Maksum Krapyak Yogyakarta : 08.50-10.10 : VII C Putra : 28 April 2014 : Pendidikan Kewarganegaraan : 4.3 Mengaktualisasikan Kemerdekaan Mengeluarkan Pendapat secara Bebas dan bertanggung Jawab
Kegiatan pendahulaun Berdoa Presensi Menyanyikan lagu nasional Memberikan pertanyaan yang mengaitkan materi sebelumnya dengan yang akan dipelajari Menyampaikan tujuan dan kompetensi yang akan dicapai kegiatan inti Guru menyampaikan materi Peserta didik mengamati, menggali informasi tentang fakta, konsep dan membuat catatan dari berbagai sumber Metode pembelajaran aktif, mendalami dengan diskusi Cara guru memotivasi siswa agar aktif
5) Peserta didik melakukan refleksi dan bertanya dan guru melakukan berbagai penjelasan c. Penutup
Deskripsi hasil observasi
Terlihat Terlihat Belum terlihat Belum terlihat
Belum Terlihat
Terlihat Terlihat
Belum terlihat Terlihat dengan pemberian informasi/berita terbaru terkait sepak bola (TIMNAS) Terlihat
Nilai-nilai karakter yang ingin dibentuk Demokrasi, kepahlawanan, dapat dipercaya, rasa hormat dan perhatian. Tekun, tanggung jawab, berani, peduli, jujur
2.
Teknik penguasaan kelas dan metode pembelajaran
1) peserta didik membuat kesimpulan dan refleksi dibimbing guru 2) peserta didik mencatat tugas untuk pertemuan selanjutnya 3) menutup pelajaran dan berdoa a. penguasaan kelas
b. metode pembelajaran 3. 4.
Sumber Belajar Kondisi kelas dan siswa
Ketersediaan buku, surat kabar, internet, dll a. Kondisi kelas
b. Kondisi siswa
Belum terlihat
Belum terlihat Terlihat Siswa banyak yang aktif selama pembelajaran berlangsung, meskipun beberapa siswa lainnya masih ada yang tidur Ceramah dan tanya jawab LKS Kebersihan dan kerapian kelas terjaga Antusis, siswa banyak yang aktif bertanya, kerapian serta kebersihan terlihat.
OBSERVASI Nama Sekolah Pukul Kelas Tanggal Observasi Mata pelajaran KD
: MTs Ali Maksum Krapyak Yogyakarta : 12.30-13.50 : VII A Putra : 28 April 2014 : Pendidikan Kewarganegaraan : 4.3 Mengaktualisasikan Kemerdekaan Mengeluarkan Pendapat secara Bebas dan bertanggung Jawab
No. Komponen
Aspek yang diamati
1.
a. Kegiatan pendahulaun 1) Berdoa 2) Presensi 3) Menyanyikan lagu nasional 4) Memberikan pertanyaan yang mengaitkan materi sebelumnya dengan yang akan dipelajari 5) Menyampaikan tujuan dan kompetensi yang akan dicapai b. kegiatan inti 1) Guru menyampaikan materi 2) Peserta didik mengamati, menggali informasi tentang fakta, konsep dan membuat catatan dari berbagai sumber 3) Metode pembelajaran aktif, mendalami dengan diskusi 4) Cara guru memotivasi siswa agar aktif
Aktivitas guru dan siswa dalam pembelajaran di kelas
5) Peserta didik melakukan
Deskripsi hasil observasi
Terlihat Terlihat Belum terlihat Belum terlihat
Belum Terlihat
Terlihat Terlihat
Belum terlihat Terlihat dengan pemberian semangat belajar kepada siswa dan menggali lebih dalam kekritisan siswa untuk menanggapi persoalan-persoalan yang sedang terjadi. Terlihat
Nilai-nilai karakter yang ingin dibentuk Sikap kritis, toleransi, kejujuran, kecintaan terhadap negara, kepedulian, semangat bersatu dan kewarganegaraan
2.
Teknik penguasaan kelas dan metode pembelajaran
refleksi dan bertanya dan guru melakukan berbagai penjelasan c. Penutup 1) peserta didik membuat kesimpulan dan refleksi dibimbing guru 2) peserta didik mencatat tugas untuk pertemuan selanjutnya 3) menutup pelajaran dan berdoa a. penguasaan kelas
b. metode pembelajaran 3. 4.
Sumber Belajar Kondisi kelas dan siswa
Ketersediaan buku, surat kabar, internet, dll a. Kondisi kelas
b. Kondisi siswa
Belum terlihat
Belum terlihat Terlihat Terlihat dengan pemberian berita terbaru terkait kasus kebakaran yang sering terjadi. Ceramah dan tanya jawab LKS Kelengkapan kelas kurang seperti tidak ada lambang negara, dan tidak ada foto presiden dan wakil presiden Aktif, kerapian dan kebersihan terlihat
OBSERVASI Nama Sekolah Pukul Kelas Tanggal Observasi Mata pelajaran KD
: MTs Ali Maksum Krapyak Yogyakarta : 08.50-10.10 : VIII A Putra : 29 April 2014 : Pendidikan Kewarganegaraan : 5.2 Mendeskripsikan sistem pemerintahan Indonesia
No. Komponen
Aspek yang diamati
1.
a. Kegiatan pendahulaun 1) Berdoa 2) Presensi 3) Menyanyikan lagu nasional 4) Memberikan pertanyaan yang mengaitkan materi sebelumnya dengan yang akan dipelajari 5) Menyampaikan tujuan dan kompetensi yang akan dicapai b. kegiatan inti 1) Guru menyampaikan materi 2) Peserta didik mengamati, menggali informasi tentang fakta, konsep dan membuat catatan dari berbagai sumber 3) Metode pembelajaran aktif, mendalami dengan diskusi 4) Cara guru memotivasi siswa agar aktif
Aktivitas guru dan siswa dalam pembelajaran di kelas
5) Peserta didik melakukan refleksi dan bertanya dan guru melakukan berbagai penjelasan
Deskripsi hasil observasi
Terlihat Terlihat Belum terlihat Terlihat
Belum Terlihat
Terlihat Terlihat
Belum terlihat Terlihat dengan menunjuk siswa yang sedang ngobrol dan menunjuk siswa yang sedang tidur untuk menjelaskan materi yang sudah dijelaskan Terlihat
Nilai-nilai karakter yang ingin dibentuk Toleransi, kejujuran, kejuangan (patriotisme), kewarganegaraan
2.
Teknik penguasaan kelas dan metode pembelajaran
c. Penutup 1) peserta didik membuat kesimpulan dan refleksi dibimbing guru 2) peserta didik mencatat tugas untuk pertemuan selanjutnya 3) menutup pelajaran dan berdoa a. penguasaan kelas
b. metode pembelajaran 3. 4.
Sumber Belajar Kondisi kelas dan siswa
Ketersediaan buku, surat kabar, internet, dll a. Kondisi kelas
b. Kondisi siswa
Belum terlihat
Terlihat Terlihat Terlihat dengan menjelaskan materi diselingi dengan cerita-cerita dan permasalahan yang sedang terjadi, sehingga banyak siswa yang antusias Ceramah dan tanya jawab LKS Kebersihan dan kelengkapan kelas terlihat Aktif, kerapian dan kebersihan terlihat
OBSERVASI Nama Sekolah Pukul Kelas Tanggal Observasi Mata pelajaran KD
: MTs Ali Maksum Krapyak Yogyakarta : 12.30-13.50 : VIII E Putri : 30 April 2014 : Pendidikan Kewarganegaraan : 5.2 Mendeskripsikan sistem pemerintahan Indonesia
No. Komponen
Aspek yang diamati
1.
a. Kegiatan pendahulaun 1) Berdoa 2) Presensi 3) Menyanyikan lagu nasional 4) Memberikan pertanyaan yang mengaitkan materi sebelumnya dengan yang akan dipelajari 5) Menyampaikan tujuan dan kompetensi yang akan dicapai b. kegiatan inti 1) Guru menyampaikan materi 2) Peserta didik mengamati, menggali informasi tentang fakta, konsep dan membuat catatan dari berbagai sumber 3) Metode pembelajaran aktif, mendalami dengan diskusi 4) Cara guru memotivasi siswa agar aktif
Aktivitas guru dan siswa dalam pembelajaran di kelas
Deskripsi hasil observasi
Terlihat Terlihat Belum terlihat Belum terlihat
Belum Terlihat
Terlihat Terlihat
Belum terlihat Terlihat dengan menjelaskan materi diseling dengan pemberian informasi terbaru Terlihat
5) Peserta didik melakukan refleksi dan bertanya dan guru melakukan berbagai penjelasan 6) Penutup 4) peserta didik membuat Belum terlihat kesimpulan dan refleksi
Nilai-nilai karakter yang ingin dibentuk Kedisiplinan, kejujuran, peduli lingkungan, cinta sesama, dan toleransi
2.
3. 4.
Teknik penguasaan kelas dan metode pembelajaran Sumber Belajar Kondisi kelas dan siswa
dibimbing guru 5) peserta didik mencatat tugas Terlihat untuk pertemuan selanjutnya 6) menutup pelajaran dan berdoa Terlihat c. penguasaan kelas Terlihat meskipun masih ada beberapa siswa yang ngobrol sendiri dan tidur d. metode pembelajaran Ceramah dan tanya jawab Ketersediaan buku, surat kabar, LKS internet, dll c. Kondisi kelas Kebersihan dan kerapian kelas terlihat d. Kondisi siswa Siswa terlambat masuk kelas, kerapian dan kelengkapan pakaian sudah terlihat
OBSERVASI Nama Sekolah Pukul Kelas Tanggal Observasi Mata pelajaran KD
: MTs Ali Maksum Krapyak Yogyakarta : 13.50-15.10 : VIII F Putri : 30 April 2014 : Pendidikan Kewarganegaraan : 5.2 Mendeskripsikan sistem pemerintahan Indonesia
No. Komponen
Aspek yang diamati
1.
a. Kegiatan pendahulaun 1) Berdoa 2) Presensi 3) Menyanyikan lagu nasional 4) Memberikan pertanyaan yang mengaitkan materi sebelumnya dengan yang akan dipelajari 5) Menyampaikan tujuan dan kompetensi yang akan dicapai b. kegiatan inti 1) Guru menyampaikan materi 2) Peserta didik mengamati, menggali informasi tentang fakta, konsep dan membuat catatan dari berbagai sumber 3) Metode pembelajaran aktif, mendalami dengan diskusi 4) Cara guru memotivasi siswa agar aktif
Aktivitas guru dan siswa dalam pembelajaran di kelas
Deskripsi hasil observasi
Terlihat Terlihat Belum terlihat Belum terlihat
Belum Terlihat
Terlihat Terlihat
Belum terlihat Terlihat dengan menjelaskan materi diseling dengan pemberian informasi terbaru Terlihat
5) Peserta didik melakukan refleksi dan bertanya dan guru melakukan berbagai penjelasan c. Penutup 1) peserta didik membuat Belum terlihat kesimpulan dan refleksi
Nilai-nilai karakter yang ingin dibentuk Kedisiplinan, kejujuran, peduli lingkungan, cinta sesama, dan toleransi
2.
3. 4.
Teknik penguasaan kelas dan metode pembelajaran Sumber Belajar Kondisi kelas dan siswa
dibimbing guru 2) peserta didik mencatat tugas Terlihat untuk pertemuan selanjutnya 3) menutup pelajaran dan berdoa Terlihat a. penguasaan kelas Beberapa siswa ada yang tidak fokus b. metode pembelajaran Ceramah dan tanya jawab Ketersediaan buku, surat kabar, internet, dll a. Kondisi kelas b. Kondisi siswa
LKS Kebersihan dan kerapian kelas terlihat kerapian dan kelengkapan pakaian sudah terlihat
OBSERVASI Nama Sekolah Pukul Kelas Tanggal Observasi Mata pelajaran Kegiatan
: MTs Ali Maksum Krapyak Yogyakarta : 08.50-10.10 : VII D Putri : 20 Mei 2014 : Pendidikan Kewarganegaraan : penjelasan materi singkat dan penjelasan terkait kisi-kisi soal UKK
No. Komponen
Aspek yang diamati
1.
a. Kegiatan pendahulaun 1) Berdoa 2) Presensi 3) Menyanyikan lagu nasional 4) Memberikan pertanyaan yang mengaitkan materi sebelumnya dengan yang akan dipelajari 5) Menyampaikan tujuan dan kompetensi yang akan dicapai b. kegiatan inti 1) Guru menyampaikan materi 2) Peserta didik mengamati, menggali informasi tentang fakta, konsep dan membuat catatan dari berbagai sumber 3) Metode pembelajaran aktif, mendalami dengan diskusi 4) Cara guru memotivasi siswa agar aktif
Aktivitas guru dan siswa dalam pembelajaran di kelas
Deskripsi hasil observasi
Terlihat Terlihat Belum terlihat Belum terlihat
Belum Terlihat
Terlihat Terlihat
Belum terlihat Terlihat dengan pemberian semangat belajar Terlihat
5) Peserta didik melakukan refleksi dan bertanya dan guru melakukan berbagai penjelasan c. Penutup 1) peserta didik membuat Belum terlihat kesimpulan dan refleksi dibimbing guru
Nilai-nilai karakter yang ingin dibentuk Kejujuran, kerja keras, pantang menyerah, kedisiplinan, dan tanggung jawab
2.
Teknik penguasaan kelas dan metode pembelajaran
3.
Sumber Belajar Kondisi kelas dan siswa
4.
2) peserta didik mencatat tugas Belum terlihat untuk pertemuan selanjutnya 3) menutup pelajaran dan berdoa Terlihat a. penguasaan kelas Terlihat dengan banyaknya siswa yang antusias mendengarkan penjelasan guru selama proses belajar mengajar berlangsung b. metode pembelajaran Ceramah dan tanya jawab Ketersediaan buku, surat kabar, LKS internet, dll a. Kondisi kelas Kebersihan dan kerapian kelas terlihat b. Kondisi siswa kerapian dan kelengkapan pakaian sudah terlihat
Tanggal 18 Mei 2014 Pak Ahmad Hanis Thoriq, S. H. I, M. Si Peneliti Pak Hanis Peneliti Pak Hanis Peneliti
: : : : :
Pak Hanis
:
Peneliti
:
Pak Hanis
:
Peneliti
:
Pak Hanis
:
Peneliti
:
Pak Hanis
:
Peneliti
:
bapak asalnya dari mana pak? dari Jepara kemarin waktu ngambil S1 itu jurusan apa pak? Syariah (jinayah siasah), S2 MKPI (kebijakan Pendidikan) ketika bapak mengajar PKn itu sendiri, ada kendala gak pak? Mungkin terkait materinya pak? banyak sih sebenarnya, penyesuaian dengan materi terus kasus-kasus terbaru, soalnya kan PKn rumpunnya kan sosial mba, harus kalo anakanak nanya semisal kasus Hambalang kan saya juga menjelaskan, harus mengerti dulu oh kasusnya itu. misi PKn itu banyak sekali kan pak, tidak hanya PKn sebagai pendidikan politik, pendidikan hukum, tapi juga banyak. Nah menurut bapak gimana sih dengan banyaknya misi yang diemban PKn itu? saya melihat PKn itu, pelajarannya terlalu banyak yang akan digarap. Di satu sisi mau mengajarkan tentang moral, yang praktis sehari-hari, di sisi lain seperti pendidikan hukum, pengenalan terhadap tata perundangundangan itu juga masuk juga, itu terlalu banyak cangkupannya sehingga anak-anak sendiri bahkan untuk mencari contohnya itu kadang susah. dirasa berat gak pak dengan materi yang banyak itu dengan misi PKn yang sangat banyak itu juga? saya rasa cukup berat, kalo dibanding dulu zaman saya masih PMP itu masih ringan PMP. PMP kan lebih praktis untuk penanaman moral ke anak-anak itu lebih praktis. Jadi pengenalan Pancasila ya juga sebatas apa sudah dirumuskan lewat P4 jadi gak perlu mengenal. Kalo sekarang kan materinya sampe tata negara juga masuk, perundangan-undangan terus untuk yang kelas 3 juga udah mulai bahkan kalo yang saya rasa globalisasi itu juga masih banyak yang memperdebatkan itu juga mungkin perlu untuk pengembang kurikulum untuk SMP juga bisa untuk mempertimbangkan hal itu. untuk materi hukum yang banyak itu buat ukuran anak SMP menurut bapak sudah pas apa belum pak? kalo kebetulan disini pesantren mba, pasti saya akan hubungkan dengan bahwa pesantren itu menjadi cikal-bakal pembentuk Negara Republik Indonesia. Di situ beberapa kali kita hubungkan dengan tradisi ke NU-an dengan menghubungkan dengan apa yang telah dilakukan oleh guru-guru kita termasuk diantaranya mbah kyai Ali Maksum, terus dihubungkan lagi dengan salah seorang santrinya yang pernah nyantri di sini kyai Abdur Rahman Wahid sebagai salah satu penegak demokrasi itu kita arahkan ke sana biar konkrit ada contoh konkritnya. Kalau pesantren itu ya seharusnya tidak berlawanan dengan NKRI bapak setuju berarti ketika PKn itu tugasnya juga untuk membentuk karakter siswa?
Pak Hanis Peneliti Pak Hanis
Peneliti Pak Hanis
Peneliti Pak Hanis
Peneliti Pak Hanis Peneliti Pak Hanis
Peneliti Pak Hanis
: Sangat sepakat sekali : untuk karakter nasionalisme sendiri bagaimana pandangan bapak? : kecintaan terhadap bangsa Indonesia itu memang dalam hal sehari-hari misalnya kebersamaan terus kepedulian terhadap teman-teman yang lain tahu saling mengerti asal muasal daerah itu bisa jadi semangat awal untuk membentuk kebangsaan dari anak-anak itu. Jadi keberagaman itu bagaimana anak-anak dilatih untuk bisa mengelola bisa saling mengenali, bisa saling komunikasi nanti bisa memahami sesama. : dengan cara seperti apa itu pak? : misalnya mencontohkan kayak di kelas VIII C itu misalnya Rohim dari Fak-Fak. Itu kan secara fisik dia berbeda, lah sering kali diledeki tementemennya tapi di sini saya pengen menunjukkan bahwa di Fak-Fak itu ada hal-hal yang belum tentu ada di Jawa. Itu biar kalo ada komunikasi ke arah sana anak-anak ngerti oh ternyata Rohim juga punya keunggulan gak kalah sama yang di Jawa. : apakah untuk karakter kebangsaan itu sendiri memang hanya bisa di bentuk oleh PKn atau materi lain bisa pak? : materi lain bisa, biasanya saya selipkan, kan kebetulan saya ngajar SKI ngajar akidah akhlak, nah dalam beberapa pelajaran juga saya sisipkan semangat untuk cinta tanah air khubul watun minal iman. : berarti untuk semua materi khusunya materi PKn ini bisa gak diselipin semua karakter kebangsaan? : Bisa, saya rasa bisa : apa hanya khusus semisal materi ini saja yang bisa diselipkan karakter kebangsaan, atau semua materi PKn bisa diselipkan? : kayaknya bisa mba untuk semua materi PKn, dan kayaknya memang tugas seorang guru itu untuk bisa menanamkan perilaku kecintaan kepada bangsanya. Soalnya buat apa pinter fisika, pinter matematika tapi akhirnya apa dimanfaatkan oleh negara lain tidak bisa berkiprah untuk negaranya sendiri. Sering kalo saya itu nyari contoh itu kayak Ricki Elson itu sering tak ceritakan punya beberapa paten bisa dijual keberbagai negara, terus punya banyak penemuan tetapi dia diminta di Indonesia dengan tanpa memperoleh gaji itu juga sering tak ceritakan. Atau misalnya seperti kasus yang lain kayak siap sih, hacker dari Medan, itu kan juga buat nyemangati anak-anak. Anak-anak punya hobi macemmacem di sini. Ada yang misalnya seneng internet, ada yang seneng ngegame dari pada itu gak ada celendrungnya. Nah tak kasih panduan, di sini ada mas Fahrul itu juga punya kelebihan misalnya bikin desain gambar dan itu ikut lomba di tingkat sesama pengguna internet. Di sini juga ada pak misalnya pak Sugeng, itu staf TU tapi itu juga aktif. Itu juga saya contohkan ini loh contoh-contoh konkrit orang-orang yang punya prestasi. Jangan hanya mandek di sini terus tidur-tiduran, ngantuk, ikut pelajaran cuma dengerin, tapi kalo bisa kembangan apa yang jadi hobi kalian. : dari semua nilai-nilai karakter yang ada, karakter-karakter yang ingin dikembangkan dari MTs ini karakter apa saja pak setahunya bapak? : kalo yang sesuai visi misinya adalah sebagai pesantren yang apa,
Peneliti
:
Pak Hanis
:
Peneliti
:
Pak Hanis
:
Madrasah berbasiskan pesantren utama, kan visinya seperti itu mba. Nah kebetulan pesantren itu ya memang sedari dulu menjadi bidangnya, lahirnya Indonesia. Jadi ya secara umum kalo karakter kebangsaan yang ingin ditanamkan cinta bangsa Indonesia, cinta tanah airnya sendiri, terus perilaku tasamuf atau toleran kepada sesama, tawasuk dan i’tidal cara berpikir yang apa, yang tidak istilahnya cara berpikir yang tidak ekstrim. Itu kan bagian dari apa dasar-dasar ke NU-an pesantren, tasamuf, tawasuk atau i’tidal, atau apa tawazzuk. Tawazzuk itu imbang dalam memperlakukan orang lain imbang , tidak berat sebelah. Nah mungkin sifat-sifat itu yang ingin saya tanamkan dan juga tentunya dari madrasah juga ingin menanamkan itu. nah itu dari Madrasahnya, kalo dari PKn nya nilai apa yang ingin bapak tanamkan? itu masuk, terus mungkin satu hal lagi yang perlu ditanamkan pada diri anak- anak rasa senasib sepenanggungan. Karena disini kondisi mereka sama-sama tidak punya orang tua, sama-sama apa berada dalam aturan, sama-sama kurang, sama-sama butuh dan akhirnya dari sikap itu menghargai orang lain, saudara. Mangkanya dari awal mengapa mbak kok gak dihubungkan dengan pesantren padahal sebenarnya konkritnya kegiatan sehari-harinya sampai makan itu kan harus bergantian piring, mereka harus tahu kapan waktunya makan, harus bisa ngatur sendiri kapan waktunya mereka boleh main itu kan bisa tahu. tapi ketika kemarin hampir beberapa siswa yang saya wawancarai itu ya pak ya untuk saya tanya aja mengenai Pancasila pun mereka masih bingung terkadang, untuk lagu Indonesia rayapun ketika saya tes itu masih bingung. Nah itu gimana menurut bapak? nah kalo kelemahan kurikulum yang sekarang itu terlalu tinggi kajian tapi lemah di praktek. Hal-hal praktis semacam pengamalan sehari-hari, lagu kebangsaan saja tidak masuk di materi kan, terus hafalan tentang Pancasila, Pancasila yang dibahas kan di materi kelas VIII itu kan tentang ideologi, apa sih ideologi? Mempertantangkan ideologi Pancasila, ideologi Liberal dengan Komunis, dah tinggi-tinggi, tapi di sisi lain Pancasila sendiri itu isinya apa saja, yang sederhana seperti itu saja anakanak masih perlu diingatkan. Jadi sebenarnya bukan hanya dari tingkat MTs-nya saja, tapi perlu dicek juga sewaktu di SD seperti apa Apakah itu ditanamkan, terlebih lagi sekarang kecendrungan yang lebih diminati oleh para orang tua wali itu yang sekolah unggulan, yang ada embelembelannya IT, kan disitu peran-peran pelajaran yang sifatnya untuk membentuk karakter itu, yang sifatnya praktis-praktis. Misalnya anakanak itu pelajaran-pelajaran seusia anak-anak usia SD itu kan pelajaran yang praktis misalnya hafalan. Contohnya kalo pelajaran agama kan hafalan doa-doa, itu kan paling gampang buat anak-anak, praktek sholat. Kenapa hal seperti itu juga tidak diterapkan di SD? Hafalan Pancasila. Kalo jaman saya mungkin apa, hafalan P4 itu berlomba-lomba, pasal ini berisi tentang ini dan mudah sekali dihafalkan bahkan menteri dalam negerinya siapa Rudini pasti hafal. Nah sekarang enggak, kayaknya sudah
Peneliti
:
Pak Hanis
:
Peneliti
:
Pak Hanis
:
Peneliti
:
Pak Hanis
:
Peneliti
:
Pak Hanis
:
ya pasca reformasi pandangan orang terhadap apa Pendidikan Pancasila juga makin memudar, keyakina orang juga tentang Pancasila makin hilang. Semakin apa, mereka kembali yang cara berpikirnya Liberal, cari ideologi-ideologi di luar yang sudah punya bakat dengan agamanya cari ideologi-ideologi yang puritan, akhirnya dibenturkan di sini, nah tinggal orang-orang Indonesia mau menghargai gak. Nah itu kan tugas para guru. ketika misalnya yang kajian apa yang terlalu tinggi dan praktisnya terlalu randah, mungkin bapak punya alternetif tersendiri gitu? kalo saya yang paling simple, saya pasti. Kebetulan saya orangnya seneng cerita mba. Pasti saya apa, saya cari contohnya ini loh dalam penokohanpenokohan. Ada tokoh siapa, sunan para sunan atau Pangeran Diponegoro, tokoh-tokoh pahlawan yang bisa docari literaturnya oleh para siswa. Mengapa kok bisa sampe melawan kepada Belanda, apa dibalik itu. Bahkan kadang-kadang juga anak-anak punya bacaan yang berbeda dengan para guru. Beberapa malah sempat membaca rumah kaca, wah kaget kok kamu baca rumah kaca? Dapet dari mana? Ini dapet dari pasar pak. Beli berapa? Murah kok pak. Kamu sudah baca? Sedikitsedikit pak. untuk pembelajaran di kelas itu pak, metode yang bapak terapkan itu sekedar ceramah atau ada yang lain? ceramah, kadang juga dengan permainan tebak kata. Biasanya saya pake LCD, saya gunakan apa yang kayak kuis millioner. Itu kan ada aplikasi pawer pointnya dengan memasukkan beberapa anak, pake permainan itu terus kalo yang diskusi itu harus bikin kayak kemaren itu yang di VIII A, yang anak-anak tak minta untuk buat resume nanti baru diobrolkan. Sistemnya seperti itu. Kebetulan LCD nya pas lagi 3 bulan terakhir ini belum diservis, jadi kalo mau metur film atau apa kadang kuis kadang ke atas, dari pada repot udah mending di kelas aja. untuk pembelajaran yang berbasis karakter, cara bapak melalukan penilaian sikap bagaimana pak? keaktifan di kelas, terus semangat pada waktu pelajaran. Misalnya ngantuk atau tidak, itu kan kemaren liat ada beberapa ngantuk. Karena emang bisa dimaklumi anak-anak kegaitan juga sampe malem, kadang jam 11 baru selesai itu belum kalo ada mujahadahan atau ada pengajian itu ya bisa sampe malem lagi. Terus selain itu, respon mereka terhadap guru. Misalnya, masuk itu salam atau tidak. Itu untuk bagian penilaian. Terus, kelengkapan seragam misalnya peci terus sepatu. Kemaren kan tentunya liat, itu bagian dari penilaian, dia disiplin atau enggak. Dari halhal yang sederhana seperti itu kalo tidak diingatkan ya kedisiplinan mereka, kecintaan mereka terhadap kebanggaan mereka awalnya kan kebanggan terhadap sekolahnya nantinya kebanggan mereka terhadap bangsanya sendiri. dari semua karakter kebangsaan tadi, karakter kebangsaan yang sudah diterapkan oleh siswanya karakter yang mana ya pak? kalo rata-rata siswanya itu kebersamaan iya, tapi kadang salah praktek. Kebersamaan dalam hal nyontek itu salah satunya, kadang seperti ini ada
salah satu yang salah tapi satu itu dalam proses pencarian oleh gurunya atau pembimbingnya, nah yang lain itu berusaha untuk tidak memperlihatkan. Nah kesulitannya itu, jadi kalo ada yang bersalah semuanya menutupi akhirnya, nah ini juga perlu koreksi kita bersama. Ternyata kebersamaan, pemahaman terhadap orang lain ternyata sering ditafsirkan berbeda oleh anak- anak. Jadi ada hal lain yang harus ditanamkan tentang kejujuran, nah ini juga penting ternyata. Peneliti Pak Hanis
Peneliti
Pak Hanis
: ketika misalnya ada anggapan bahwa PKn itu merupakan mata pelajaran yang tidak penting bagaimana tanggapan bapak? : saya juga punya pertanyaan pada mbaknya, kenapa ngambil jurusan PKn, hehe yang jelasa kalo saya emang sudah ditanamkan orang tua saya, apapun yang kamu bisa ajarkan, dari tradisi orang tua, dari apa yang saya peroleh dari pengajian-pengajian itu apapun yang kamu bisa agar bisa dimanfaatkan untuk orang lain. Nah terus ketika disini saya diminta untuk mengajarkan PKn oh nggeh pak mboten nopo-nopo dan itu asalkan saya mampu akan saya ajarkan pada anak-anak, kebetulan sudah 3 tahun ini saya ngajarkan PKn, kalo sebenarnya saya masuknya rumpunnya akidah akhlak tapi apa saya coba hubungkan, saya masukkan dari beberapa kitab akhlak yang saya temukan termasuk materi tentang cinta kepada tanah air menjadi bagian yang integral dalam kitab kuning, habis itu okelah kalau begitu. Saya pertama kali ngajar itu buku saku tentang wawasan kebangsaan kyia Shalahudin Wahid bukunya Elqis, di situ dasar-dasar kewarganegaraan tentang apa itu nasionalisme apa itu demokrasi, bagaimana tentang demokratisasi, dasar-dasarnya apa terus hubungannya islam dengan negara sama Pancasila itu seperti apa. Nah kemudian dari situ, itu yang saya gunakan sebagai patokan untuk membimbing anakanak. : menurut bapak antara Islam dan Nasionalisme itu seperti apa sih pak? Saya pernah baca artikel yang mengatakan golongan islam itu anti nasionalisme, nah itu gimana pandangan bapak sendiri? : kalo bagi saya dan dunia pesantren pada umumnya itu persis seperti mbah kyai Hasim Ashari di filmnya ditanyai tentang bagaimana hukumnya jihad melawan Belanda. Bahwa Indonesia itu bukan negara agama juga bukan negara sekuler, namun tetap ada titik temunya karena Indonesia dihuni oleh mayoritas kaum muslim sehingga negara harus bisa menjamin peribadatan kaum muslim yang ada disitu. Oleh karena itu tidak ada salahnya para ulama ikut membela bangsa Indonesia, membela tanah air Indonesia. Selama masih dalam jangkauan 80 km pada waktu itu kyai Hasim mewajibkan para santri dan para kyai untuk ikut berjihad, sehingga dari resolusi jihad itu kemudian berkembang keseluruh nusantara menjadi bentuk perlawanan nasional bangsa Indonesia kepada Kolonial. Terus hal itu kemudian diuji lagi sewaktu Masyumi dekat dengan kelompok perlawanan PRI Permesta, nah pada waktu itu NU oleh kelompokkelompok yang lain dari Masyumi di antaranya ada PERSIS, PSI, Sarekat Islam, itu menganggap NU itu mencari muka pada pemerintah Soekarno
Peneliti
:
Pak Hanis
:
Peneliti
:
Pak Hanis
:
Peneliti
:
pada waktu itu. Padahal enggak, landasannya para ulama NU waktu tetap memebela pemerintahannya Soekarno punya landasan fikih, dasar fikihnya bahwa Soekarno sama seperti alasan yang pertama bahwa karena ditempati oleh mayoritas kaum muslim maka pemerintah harus melindungi peribadatan kaum muslimin, meski tidak secara hukumnya menggunakan hukum islam. Akhirnya diputuskan bahwa Soekarno adalah sebagai presiden yang sah secara fikih secara islam berdasarkan alhukumah abdhororibisaukah, sebagai pemimpin tertinggi pemerintahan Indonesia dalam keadaan darurat. gini pak, ketika misalnya tanggapan orang-orang pondok pesantren kita ditanya tentang apa nilai-nilai yang ada dalam pesantren mereka langsung menjawab diluar kepala, tetapi ketika ditanya tentang nilai-nilai karakter kebangsaan ngebleng. Nah nanti semisal ada pertanyaan ini guru PKn nya siapa sih, kok bisa begitu? Bagaimana tanggapan bapak? ya kembalinya ke logika tadi mba, ketika teorinya itu ketinggian anakanak daya tanggapnya ya yang mereka temukan sehari-hari. Kadangkadang orang Jakarta itu ngukurnya pake ukuran Jakarta, tidak mengukur dengan ukuran yang ada dipelosok Jawa Timur atau di pedalaman Nusatenggara misalnya itu kan gak dipake. Mereka yang penting standar internasional, nah standar nasionalnya yang dipake adalah Jakarta. Padahal corak pendidikan Indonesia itu macam-macam bahkan tidak kalah juga pendidikan di pondok-pondok Salafiah bukan yang salafi, itu Salafiah dalam akhlaknya juga sudah dimasukkan wawasan kebangsaan, mungkin berbeda kalo yang Salafi pakenya biasanya rujukan-rujukan fikih-fikih jihad. Tapi kalo yang Salafiah artinya pondok pesantren NU yang tradisional mereka biasanya merujuknya pada kitab-kitab kuning yang disitu pada bagian-bagian akhir biasanya juga ditanamkan nilai-nilai khubulwaton minal iman, cinta tanah air. Meskipun bukan hadist, tapi itu bagi para ulama digunakan untuk mempersatukan sebuah bangsa yang kadang-kadang tidak hanya berisi kaum muslimin saja. untuk lagu nasional pun mereka kebanyakan tidak tahu ya pak, dan bapak juga sudah mengetahui oh anak-anak ini tidak hafal lagu-lagu nasional dan upacarapun hanya dilakukan 1 bulan sekali, mungkin dari bapak sendiri ada inisiatif untuk menyanyikan lagu nasional ketika memulai pembelajaran? sering mba malah, kalo anak-anak itu lagi kosong itu nyanyinya lagu macam macam, hymne guru dinyanyikan. Bahkan kalo upacara seperti itu mereka menambahi tidak hanya lagu Indonesia Raya saja, sorak-sorak bergembira iya, terus hari kemerdekaan juga iya, mereka menyanyikan tapi ketika ditanya lagu kebangsaan itu apa? Gak tahu, itu loh. Jadi kadang-kadang hal sepele itu harus dimasukkan kedalam materi, karena ketinggian materi terlalu banyak yang harus mereka hafalkan bahkan yang sepele saja, lagu kebangsaan Indonesia adalah Indonesia Raya jawab. Kalo itu terbesit dalam bukunya mereka akan tahu bisa jawab. nah apa dari bapak sendiri tidak ada penjelesan tentang itu? Secara verbal
Pak Hanis
Peneliti Pak Hanis
Peneliti Pak Hanis
Peneliti Pak Hanis
Peneliti Pak Hanis
Peneliti Pak Hanis
mungkin? : kalo secara verbal memang tidak ada, karena secara umum sejak diberlalukannya kurikulum yang berganti-berganti guru itu orentasi apa mba? Ngejar materi, karena apa mba kalo gak bisa ngejar materi anakanak tidak bisa mengerjakan. Kalo tidak bisa ngerjakan anak-anak tidak naik, dan itu nanti dites lagi ketika ujian nasional. Ketika mentok disitu guru mau apa, iya toh? Repot serba salah, guru itu kan cuma pelengkap pendidikan : untuk perencanaan RPP sendiri gimana pak menyusun RPP itu? Apa diselipkan nilai-nilai karakter kebangsaan atau materi saja? : kalo saya biasanya mengkaitkan nilai-nilai, gak bisa kalo menyelipkan waktu yang tersedia saja hanya segitu 1 jam 45 menit. Beda mungkin kalo di SMP yang pelajarannya tidak segitu, waktunya 2 x 45 menit. Harus penyesuaian dengan berbagai kebijakan dari pemerintah yang menyesuaikan oh materinya harus kejar dari sekolah waktunya terbatas seperti itu ya RPP nya harus bisa disesuaikan, kalo tiba-tiba ada kegiatankegiatan yang mendadak dari sekolah misalnya pesantren Ramadhan itu kan otomatis semua kegiatan langsung off semua, yang sudah direncanakan ya udah gak jadi harus ditukar di waktu lain, waktunya yang tinggal segitu harus menyesuaikan. : berarti nilai-nilai tidak secara tertulis di cantumkan di RPP atau secara spontanitas pak? : biasanya sudah saya rancang, kalo biasanya saya membahas tentang persatuan dan kesatuan biasanya saya akan memasukkan perilakuperilaku pondok saya sisipkan pada cerita-cerita yang ada hubungannya dengan persatuan kalo nilai-nilai perjuangan terus patriotisme saya ambilkan perjuangan Arek-Arek Surabaya. : kalo nilai-nilai karakter kebangsaan itu bisa dimasukkan gak dalam materi apapun pak? : mungkin anu cuma perbedaannya pada titik tekan ada yang harus difokuskan pada meteri ini, ini yang harus difokuskan, kalo semua masuk saya gak bisa bayangkan mba anaknya kayak apa, yang gitu aja udah ngantuk : kendala-kendala yang bapak hadapi dalam pembelajran PKn itu apa saja pak? : paling sussah itu untuk membuat anak-anak itu tertarik, terus jelas pembelajarannyakan sulit, paling banyak kan ceramah hanyaa berceritacerita. Kesulitan yang lain keterbatasan media, misalnya kalo disini dekat dengan dari desa atau Karang Taruna itu malah bisa di ajak anak-anak bisa diajak bagaimana menerapkan demokrasi, caranya menghargai pendapat seperti itu. Itu kan di sini anak-anak belum pernah melihat ya yang mereka praktekan di osisi ya yang mereka alami sehari-hari. Tidak seperti apa yang orang kebanyakan melakukan musyawarah. : dari semua permasalahn itu upaya yang dapat bapak lakukan apa saja pak? : ya alternatif biasanya saya bikin permainan, games, bikin kuis. Karena
Peneliti
:
Pak Hanis
:
Peneliti Pak Hanis Peneliti
: : :
Pak Hanis
:
anak-anak seusia kelas VII, VIII, bahkan kelas IX ketika diadakan kuis apa tebak kata atau maju untuk ones to be a millioner itu anak-anak akan antusias, kalo ada permainan mereka seneng tapi ya itu tadi mentoknya hanya kemampuan kognitif, kalo yang sehari-hari itu sulit. untuk penilaian/evaluasi yang berkaitan dengan kemampuan afektif atau psikomotirik bapak mengalami kesulitan tidak? ya banyak kesulitan, memang latar belakangnya anak-anak ini macammacam. Ada yang pinter sekali seperti kelas A, ada yang modelnya seperti kelas C, kalo yang putri 8 D yang pinter, kalo yang kekurangan 8 F, itu kan karena jaraknya sangat berbeda dan latar belakang juga termasuk orang tua pendidikannya berbeda. Ketika masuk di kelas, keaktifan mereka kita nilai itu cara mereka menanggapinya itu beragam, cara mereka mendisiplikan pun beragam masih pake sandal masuknya jam segitu beragam, kalo 8 D berebda dengan 8 B, ya sperti itu lah mba kesulitan-kesulitannya. berarti untuk strategi pembelajarannya setiap kelasnya itu berbeda pak? iya mba berbeda, sesuai dengan tingkat anak-anak tadi. bagaimana bapak mengajarkan kepada nak-anak bahwa nilai-nilai karakter nasionalisme itu tidak bertentangan dengan nilai-nilai dalam islam? langkah pertama itu saya tanamkan nilai-nilai kejuangan para ulama terlebih lagi awal mula penerimaan asas tunggal apncasila itu kan di awali oleh Kyai Ahmad Sidik, Kyai Ali Maksum sendiri yang pada saat itu gusdur sebagai PBNU nya nah itu sehingga itu yang pokok Pancasila itu jangan sampe kalian lepaskan, karena pancasila itu lahir dari tradisi bangsa Indonesia itu sendiri, yang dalam keseharian kita sendiri, perilakuuntuk sealalu taat kita kepada tuhan, perilaku untuk manusiawi pada sesama, menghargai persatuan meskipun kita beragam, mau bermusyawarah dengan sesama dan mau menanamkan nilai-nilai keadilan. Itu kan sebenarnya Pancasila itu tinggal di ambil point-point, kalimat-kalimat terakhir kata kuncinya baru kemudian kita hubungkan sama yang ada di dalam perintah Al-quran dan Hadist itu kan akan ketemu, cuma seperti itu mba, paling saya kuatkan dengan dalil
Wawancara Tanggal 28 April 2014 Agung Wicaksono, S. P. Pd Peneliti
Pak Agung
Peneliti
Pak Agung
Peneliti Pak Agung Peneliti
Pak Agung
: Ketika kemarin saya wawancara kebeberapa siswa dan saya tanya juga kok lagu Indonesia Raya pada gak hafal, itu kenapa. Mereka menjawabnya karena jarang upacara mbak, jadinya gak hafal. Menurut bapak, ketika memang sekolah jarang mengadakan upacara bapak punya alternatif lain tidak untuk menumbuhkan rasa nasionalisme mereka? : kalau sama anak cowok paling tidak karena seleranya sama saya ajak ngobrol soal sepak bola. Misalnya U19 kemarin yang bertanding, entah dengan hasil yang baik ataupun buruk, yang jelas ada kebanggan tersendiri yang bisa kita munculkan ke dunia Internasional entah dengan bentuk olahraga, kesenian pun banyak juga, dan banyak juga orang luar negeri yang belajar di sini. Kesenian, kebudayaan bahkan makanan yang khas ternyata banyak hal unik yang kita punya. Namun dengan banyaknya hal-hal unik yang kita punya kok justru pihak Asing yang menguasainya yang mengelolang, nah dari sana kita ajarkan kepada anak-anak bahwa sikap peduli terhadap bangsa dan negara itu perlu. Dan ironis juga ketika saya menyampaikan budaya Jawa yang luar biasa kaya dan keraton yang luar biasa ketika di arsip Belanda menyatakan artefak orang Jawa itu dijereng dalam satu tempat itu lebih, ketika kita punya kebudayaan seperti itu justru yang punya malah orang-orang Belanda gitu. Ketika kita ingin mengaksesnya kita harus ke Belanda dan itu membutuhkan biaya yang tidak sedikit dan perizinannya juga belum tentu bisa kita akses. Yang sering kita sampaikan adalah terkait kondisi yang ada baik itu kelemahan-kelemahan yang nantinya dapat kita perbaiki. : kemarin juga saya tanya ke anak-anak tentang Pancasila, mereka juga lupa terkait sila-sila Pancasila atau masih sering kebalik-balik urutannya bahkan ada beberapa anak yang tidak tahu sila-sila Pancasila. Nah menurut bapak itu gimana? : itu biasanya tak selipkan ketika ada tugas yang harus dikumpulkan paling dipoint terakhir itu entah dimaterinya apa, sebutkan atau tuliskan lima sila Pancasila itu ketika saya cek pun ada yang tidak sempurna bahkan ada yang ngawur. Paling saya kembalikan, masak Pancasila tidak hafal, itu kita ngeceknya dari sana. Tugas terkait Pancasila pun ada beberapa dari mereka yang memang belum paham. : nah ini kan penilaiannya untuk yang dimensi karakter sidikit susah pak, nah gimana bapak melakukan penilaian yang berdimensi karakter ini? : kalau saya dengan pengamantan saja, untuk nilainya biasanya kita komunikasikan dengan guru-guru. : tidak ada tekhnik khusus pak? Misalnya dilihat dari keaktifan atau mungkin penilain sikap-sikap seperti disiplin, tanggung jawab ketika di kelas itu bagaimana? : oh ya kalau untuk yang keaktifan itu jelas ada point tambahannya. Kalau
Peneliti
:
Pak Agung
:
Peneliti
:
Pak Agung
:
Peneliti
:
Pak Agung
:
saya jarang, kalau sebatas menertibkan iya tapi kalau sampai pada pemberian nilai sikap kerapian, disiplin, atau tanggung jawab ya itu kondisi anak-anak seperti itu ya yang pake sendal saja, kadang baju tidak dimasukkan, kalau sedikit diktakan agak sedikit lumrah ya kondisinya memang seperti itu. nah ketika anak-anak itu tidak hafal lagu Indonesia Raya, tidak bisa menyebutkan sila Pancasila. Itu menurut bapak merupakan fenomena yang wajar atau mungkin itu memang dampak dari kemerosotannya karakter kebangsaan atau gimana pak? Faktor apa sih menurut bapak yang menyebabkan hal itu? faktor merosotnya jelas terkait dengan faktor pergaulan juga, pembiasaan mungkin juga. Faktor utamanya juga mungkin ketika waktu di SD mereka ketika setiap hari senin mereka upacara mungkin gurunya punya strategi tersendiri karena memang lingkupnya kan lebih umum. Ketika kita disini dengan kebijakan yang upacaranya mungkin satu bulan sekali terus konteks yang kita sampaikan juga tidak sepenuhnya kita kan basicnya lebih ke agama, meskipun kita bisa menyampaikan nilai-nilai kebangsaan pun bisa tapi kan porsinya akan lebih banyak di agama. Mungkin mbak-nya ketika kemarin bilang nyanyi lagu Indonesia Raya itu jarang ada yang bisa. Namun ketika mereka harus shalawat dan lain sebagainya ya mungkin itu di luar kepala ketika memang kondisinya seperti itu, apakah tidak sebaiknya seimbang pak pengetahuan mereka tentang agama maupun pengetahuan mereka tentang negara atau bangsanya sendiri pak? kalau dari sana faktor yang ada jelas motivasi. Kondisi yang banyak kita lihat mereka di sini belajar sambil ngaji, ngaji sambil belajar dan dipaksakan. Kemudian untuk yang belajar okelah yang penting bisa, sedangkan untuk yang ngaji jauh lebih dari bisa. Mereka motivasinya karena mereka tidak terlalu melihat sekolah, yang penting ngajinya bagus, maka yang diharapkan ngajinya bagus. Dari segi pendidikan seharusnya kita harus sampaikan juga motivasi. Waktu juga basicnya karena agama yang akhirnya semuanya kembali keporsi agama dibandingkan pelajaran umum lainnya. Mungkin disisi lainpun ketika pelajaran yang sekiranya umum porsinya pun nanti dianggap sedikit lebih rendah dengan porsi agama. ketika misalnya jam pelajaran PKn sesingkat ini, dirasa cukup tidak pak untuk disamping menyampaikan materi juga menyampaikan nilai atau sikap-sikap yang dimensinya memang tidak hanya kognitif tetapi juga psikomotorik dan afektif pak? pengalaman kemarin di semester satu, saya sama pak Hanis sempat keteteran (kewalahan) karena dari waktunya mungkin memang kurang, kebetulan liburannya bertabrakan dengan mengajar, itu satu bab tidak bisa kita sampaikan, akhirnya kita jelaskan di semester dua. Kalau yang di kelas VII alhamdulillah materinya masih ringan juga, tidak terlalu banyak masih bisa dikejar. Tapi untuk yang kelas VIII kurang, waktunya kurang, walaupun sekarangpun waktunya kurang pepet-pepet ke situ,
Peneliti
:
Pak Agung
:
Peneliti
:
Pak Agung
:
Peneliti
:
Pak Agung
:
Peneliti
:
Pak Agung
:
Peneliti
:
Pak Agung
:
sebenarnya keliatan sekali ketika kalau materinya banyak yang tak potong. Tak sampaikan kalau sekiranya perlu ketika materi yang bapak potong itu tadi tidak di sampaikan, bapak mungkin ada alternatif lain mungkin untuk menyampaikannya ke anakanak? memberi tugas, kalau anak-anak biasanya saya selipkan tugas. Soalnya nanti mereka mencari, entah baca sendiri atau sesekali mereka sempat browsing ya mereka cari di internet. dalam pembelajaran PKn itu kan pak, ada segi pengetahuan, keterampilan, dan sikap ya pak? Dari ketiga kompetensi itu ada kendala tidak yang bapak hadapi selama ini? kayaknya tidak ada kendala, hanya mungkin dalam pembelajaran saya harus menggunakan metode yang beragam. Ya kembali ke sistem juga, kita kadang tidak bisa bikin banyak media untuk menumbuhkan jiwajiwa yang seperti itu, ya kelengkapan dari saya sendiri untuk media yang saya sampaikan terkadang terbatasnya di situ. Kalau mungkin di sekolah lain bebas, ketika temanya seperti ini kita mau berkunjung kesuatu tempat belajar di luar bisa. Namun kalau di sini sulit untuk melakukan hal seperti itu. Kondisi anak-anak di sini karena mereka nyantri juga kita tidak bisa kemudian mengambil waktu, yang jelas mengambil waktu pondok kita tidak bisa. Ketika ada hari libur entah libur nasional atau libur natal di sini tidak libur mbak. nah ketika hari nasional di sini tidak libur, seperti tanggal 17 Agustus itu berarti mereka tetap masuk sekolah pak? Kemudian apa yang dilakukan sekolah ini ketika hari itu pak? kalau upacara ada, kegiatan perlombaan juga ada. Sama seperti yang lain. Tapi untuk hari-hari yang lain itu beda kita tetap masuk dan mungkin anak-anak pun tidak tahu kalau ini adalah hari libur. ketika mereka tidak tahu ini hari apa kenapa di tanggalan merah atau bahkan mereka juga tidak tahu kalau memang hari ini hari libur kenapa bisa seperti ini pak? karena akses informasi dari luar pun mereka kesulitan, karena kalau di pondok sistemnya seperti itu. Ada koran tapi kemauan mereka untuk ke situ kurang, ya mungkin karena aktifitasnya yang padat. Kalau saya tak pancingnya gini sesekali ketika jajan di warung itu biasanya ada koran silahkan dibaca sedikit saja, ada yang menarik disampaikan, besok disampaikan dan didiskusikan itu pun jarang mereka lakukan ketika kemarin saya ngobrol-ngobrol sama anak-anak pak, dan saya sempat tanya terkait akhlak itu apa mereka bisa menjelaskannya. Tapi ketika saya tanya tentang karakter nasionalisme mereka tidak bisa menjawab, nah menurut pandangan bapak gimana ini pak sebagai guru PKn? kalau harus membandingkan dengan yang lain tidak bisa, kalau dibandingkan dengan sekolah yang lain ketika kita katakan prihatin ya ada sisi prihatinnya. Dari sisi kebangsaan mungkin untuk sekolah yang lain yang lebih umum mereka lebih paham. Kalau yang di sini respon
Peneliti
:
Pak Agung
:
Peneliti
:
Pak Agung
:
Peneliti
:
Pak Agung
:
Peneliti
:
Pak Agung
:
Peneliti
:
Pak Agung
:
atau apa timbal balik misalnya kemarin Indonesia menang kadang respon mereka iya apa pak, kadang seperti itu. Ya mungkin karena kecintaannya juga masih kurang. menurut bapak sendiri karakter nasionalisme itu karakter yang seperti apa pak? kalau saya malah tidak bisa menjelaskan terus terang mbak. Apa mbak ya? Kalau dari saya sendiri karakter nasionalisme itu paling tidak ada rasa cinta tanah air, bangga dengan bangsa sendiri, rela berkorban untuk bangsa dan negara. Itu sebatas yang saya tahu, saya tidak tahu konsep nasionalisme itu yang seperti apa. dalam menyampaikan materi sendiri pak yang berdimensi karakter kebangsaan ini bapak kesulitan tidak pak? kalau dari materi tidak mbak, mungkin kembali ke anak-anaknya sendiri. Tingkat dan kemauan anak-anak kan itu berbeda, ada beberapa yang antusias mengikuti tapi ada beberapa yang ya sudah yang penting absen itu juga ada. Tapi untuk punya keinginan terkadang banyak juga. Tidak semua kelas tapi ada beberapa kelas yang untuk kearah pembelajaran pun harus sedikit ekstra menjelaskannya. di sekolah ini kan kelasnya berdasarkan tingkat pengetahuan ya pak, ada kelas yang unggulan ibaratnya dan ada kelas biasa. Nah bagaimana cara bapak dalam menyampaikan materi terkait pembentukan karakter kebangsaan dengan metode atau pun media ketika ada perbedaan kelas seperti ini pak? kalau yang di kelas (menyebutkan kelas) memang kelihatan aktif semua mbak, ketika di sana saya lebih bebas menyampaikan materi apa pun. Bahkan ketika saya keluar dari materi pun mereka tetap enjoy dalam artian mereka tetap bisa mengikuti, bisa kita lepas. Tetapi ketika saya harus ketemu kelas (menyebutkan kelas) itu memang harus dituntun sesuai dengan alur, tidak bisa kita lepas untuk belajar mandiri. pandangan bapak terkait pembelajaran PKn ini seperti apa pak? Ketika banyak siswa yang saya tanya terkait mata pelajaran PKn mereka menganggap PKn ada atau tidak itu tidak masalah bagi mereka? disimpulkan dari tadi yang sudah saya sampaikan mungkin mbak-nya bisa. ketika salah satu misi sekolah ini adalah berkembangnya lingkungan warga dan perilaku yang relegius dan rasa kebangsaan serta wawasan global. Artinya tidak hanya menumbuhkan perilaku yang religius saja tetapi juga rasa kebangsaan serta wawasan global bukannya harus diwujudkan ya pak? harusnya ketika memang menjadi salah satu misi-nya memang harus diwujudkan, tapi kembali ke pola pikir entah di siswanya, entah di guru dan sistemnya juga. Akhirnya mereka tetap kembali ke pondok ya sebatas itu. Susah ketika kita harus apa ya sistem pesantren kita harus di kombinasi dengan umum itu akan sejauh saya jalan-jalan belum bisa menemukan yang namanya kesinggungan itu muncul. Anak-anak lebih
Peneliti
:
Pak Agung
:
Peneliti
:
Pak Agung
:
suka mengikuti acara Habib Syek atau yang lainnya ketimbang harus belajar, ataupun mencermati kondisi yang ada disekitarnya. untuk bapak sendiri ketika melihat sistemnya yang seperti ini, gimana pak pandangan bapak? ya kembali ke kitanya juga sih, di sini kita banyak sampaikan ke anakanak juga untuk menumbuhkan jiwa nasionalisme. Seperti kemarin kita pancing dengan kondisi sekitar kita, kita pancing dengan kebanggaan bangsa Indonesia itu sebenarnya apa sih, itu akan bisa kita sampaikan ke situ. Meskipun untuk masuk ke dalam anak-anak itu saya akui susah. Respon anak-anak pun sebenarnya bagus, mereka timbal baliknya bagus. Oh Indonesia itu ternyata kaya, bahkan ketika sekarangpun Indonesia kaya itu mereka tahu. Mereka bisa menanggapi padahal Indonesia kaya tapi kenapa seperti ini, oh karena faktor korupsi, mereka paham itu. Oh mungkin dijajah dari segi yang lain oleh orang asing. untuk pengetahuan mereka sendiri terkait tokoh-tokoh pahlawan yang ada, mereka lebih bisa menyebutkan nama-nama dari basisnya yang islam semua pak, untuk yang pahlawan pergerakan nasional itu sendiri yang mereka tahu sekedar Soekarno, Hatta. Nah menurut bapak itu gimana pak? ya kembali otak bingkai mereka tadi mbak, karena pesantren ya mereka akan lebih banyak tahu yang pahlawan islam. Untuk ulangan pun ketika saya masukkan gambar Soekarno-Hatta mereka pun bingung, ini gambarnya siapa mereka gak tahu. Tapi ketika gamabarnya pake sorban mereka langsung tahu itu siapa.
Wawancara Tanggal 29 April 2014 Agung Wicaksono, S. Pd Peneliti Pak Agung Peneliti Pak Agung Peneliti
Pak Agung
: : : : :
pak kok rata-rata pada kebanyakan gak bisa Pancasila ya? di kelas yang tadi? Iya Di kelas lain juga iya pandangan bapak terkait misi yang di emban oleh PKn, yang tidak hanya sebagai pendidikan hukum, pendidikan politik, Bela Negara, dan masih banyak lagi, termasuk salah satunya Pendidikan Karakter. Nah bagaimana menurut bapak? : kembali ke PKn, kalau dari materi PKn memang seperti itu. Terus kembali lagi ke misi-misi yang akan disampaikan kan tidak hanya terbatas pada PKn-nya saja. Ketika kembali ke sistem satu visi satu pandangan itu tugas dari PKn tidak akan mungkin kalo kita melihat di sini tidak akan seberat seperti yang di sini ketika harus menghafalkan Pancasila pun hanya satu dua orang saja yang hafal. Padahal tanggung jawab PKn dan mungkin guru-guru yang lain pun nilai-nilai kebangsaan itu jangan pernah dilupakan itu harus dimunculkan, dan terkait dengan kondisi sekitar yang ada karena mungkin basic agamanya ya mungkin
Peneliti
:
Pak Agung
:
Peneliti
:
Pak Agung Peneliti
: :
Pak Agung
:
soalah-olah menjadi beban di PKn, padahal yang lain pun punya kesempatan untuk ke situ. Entah dari sejarah, IPS biasanya peluangpeluang di sana itu kembali ke sistem, kalo dulu istilahnya budi pekerti yang baik di tanyanya siapa dulu guru PKn-nya? Di sini pun akan muncul seperti itu. Guru PKn-nya siapa sih, masak gak kenal gurunya, gak ngerti Pancasila. Padahal kan sistem itu saling memiliki, kok terpisah di PKn menurut saya berat itu tanggang jawab yang harus tetap kita sampaikan. Mungkin karena kembali ke strategi kita juga bagaimana cara kita munumbuhkan jiwa-jiwa nasionalis yang sebaiknya harus ada pada diri anak-anak. Padahal siswa SMP nanti akan berkembang ke SMA, jangan-jangan nanti di SMA gak kenal, malah tambah lupa. Kalo pun mungkin ternyata mereka kenal Pancasila, ya kita ambil positifnya aja itu sisa-sisa SD bahwa Pancasila harus hafal, UUD dan pembukaan UUD 1945 juga harus hafal. Tapi ketika itu di sini menemukan kondisi yang seperti ini dengan upacara yang minim terus sistem yang mungkin kurang mendukung ya yang awalnya sisa itu semakin tipis-tipis-tipis harapannya tidak hilang, kalau dari saya harapannya tidak hilang. Kalau pandangan bapak sendiri terkait tentang Pendidikan Kewarganegaraan dalam membentuk karakter kebangsaan siswa itu gimana pak? jadi kalau kita katakan sebagai tonggak utama, kembali ke mbak. Seperti itu tidak? PKn itu jadi tonggak utama gak dalam pembentukan karakter kebangsaan? PKn karena yang disampaikan adalah materi-materi kebangsaan paling tidak untuk mengenalkan bangsa Indonesia itu wujudnya seperti apa sih yang ada di dalam bangsa Indonesia seperti apa, itu harus jadi modal pokok anak-anak paling tidak peduli dengan bangsanya, yang harus disiapkan bahwa PKn salah satu tonggak untuk menumbuhkan karakter yang mungkin sifatnya lebih ke kebangsaan. Kalau dulu kan PKn terbentuk pada moral saja, ketika Pendidikan Moral Pancasila yang dikenal anak ya ketika kita berkelakuan baik ya hanya sebatas itu. Tapi kalau sekarang PKn kan tidak seperti itu, waktu itu dulu saya belajar SD, SMP, mungkin mulai kelihatan ketika SMA sudah menjadi PPKN sudah berbeda jauh dengan PMP-nya di SD. Setuju tidak bapak bahwa melalui PKn itu dapat membentuk karakter kebangsaan siswa? Sangat setuju nah sebelum pemebelajaran di mulai, anak-anak selalu menanyakan info terbaru apa pak?nah menurut baak apa yang ingin bapak gali dari pemberian info-info yang bapak sampaikan itu? sikap kritis dan sikap berani anak-anak sebenarnya, saya ingin mereka peduli pada sekitar, mulai dari lingkungan sekolah, negara atau bangsanya, sampai kepada dunia internasional. Dari info-info terbaru yang sering saya sampaikan anak-anak jadi lebih bisa menanggapi atau mengemukakan pendapat mereka. Jadi kita bisa mengetahui sebenarnya apa sih yang ada dipikiran mereka jika ada kasus yang seperti ini.
Peneliti Pak Agung
Peneliti
Pak Agung
Peneliti Pak Agung
: selama pengajaran yang pernah bapak lakukan, dengan cara apa saja sih bapak mengajarkan kepada anak-anak tentang karakter kebangsaan? : yang pertama anak-anak tak coba melihat kondisi real di masyarakat itu seperti apa, kita gali informasi dan maka saya kasih contoh menuangkannya dalam sebuah coretan-coretan. Jadi anak-anak saya suruh untuk bikin karya di kertas, silahkan tuangkan temanya saya tentukan, ketika itu ada korupsi, ada kondisi pendidikan sosial masyarakat Indonesia saya jadikan salah satu tema di situ. Nah anakanak saya pancing untuk mencermati kondisi sekelilingnya itu seperti apa sih? Dan mereka tuangkan dalam gambar dalam tulisan dan sebagainya, dan ternyata oh sebenarnya mereka itu punya pandangan yang sebenarnya kebangsaan itu mereka sebenarnya peduli. Itu yang pernah saya coba, kalau strategi yang lain ya kayak kemaren itu seperti berita-berita yang kita sisipkan yang terkait dengan apa yang kemudian sedang terjadi di Indonesia. Kalau media yang lain ketika kita mau saya rasa banyak, ketika kemarin mbak sempat mancing soal museum sebenarnya itu bagus sekali. Tapi kembali lagi ke kendala yang kita hadapi sekarang, sepertinya berbeda dengan sekolah yang lain. : nah ketika nilai karakter kebangsaan itu sudah diajarkan kepada anakanak, apakah nilai-nilai itu sepengamatan bapak sudah memang benar diterapkan atau hanya dianggap seperti angin lalu saja pak? : diterapkan gak ya? Kalau selama di jam saya terbatas pada di konteks pelajaran saya rasa ada penerapan seperti itu. Anak-anak yang jelas berani menanggapi sekelilingnya berani mengkritik pemerintah meskipun dengan bahasa mereka, ya itu bagian dari bentuk kepedulian mereka dari nilai-nilai nasionalisme yang mereka punya, bisa dilihat dari hal itu. Tanpa harus kemudian ketika upacara harus tegap lurus dan hormat. Kalau mungkin kan bisa kita lihat sebenarnya nilai-nilai nasionalisme kalau kasarnya ketika seorang anak itu disiplin dalam upacara paling tidak begitu,itu kalau upacaranya bagus nasionalismenya juga bagus sebenarnya kasarannya gitu, tapi kan tidak selamanya harus seperti itu. Ketika nanti bisa menghadapi masalah negaranya, bisa memihak batik itu punyanya negara Indonesia tapi kok di ambil sama negara Malaysia padahal jelas itu punyanya Indonesia. Itu sebenarnya nilai-nilai nasionalisme mereka munculnya di sini. Kalau mbaknya mengamati masalah upacara gak bisa di jadikan patokan kalau di sini. : nilai-nilai karakter kebangsaan apa saja yang sudah dikembang dalam sekolah ini pak? : kepahlawanan, kepedulian jelas ada, kepekaan minimal dengan lingkungan sekolah, teman sekelas coba kita munculkan kemudian asrama dan dikembangkan lagi ke keluarga, paling tidak mereka bisa merasakan oh ini bagian dari keluarga saya, ketika saya di sini, ini adalah keluarga saya. Begitu pun juga ketika mereka pulang, mereka punya keluarga masing-masing, dan sering saya sampaikan pula ketika di sini sebenarnya aset keberagamannya kita berbeda. Karena bukan
Peneliti
:
Pak Agung
:
Peneliti
:
Pak Agung
:
Peneliti Pak Agung
: :
Peneliti Pak Agung
: :
Peneliti
:
Pak Agung
:
hanya dari Jawa ketika mereka mau belajar budaya dari suku lain dari Irian, dari Lombok banyak , Sumatera, Kalimantan bisa kita katakan orang Indonesia itu di sini semua. Jadi paling tidak mereka hati-hati ketika bicara tentang suku, oh si Rahim itu orangnya hitam. Ya itu dia memang dari sana seperti itu, dia orang Papua dengan ras seperti itu, jadi tidak boleh seperti itu, kamu hitam. Jadi harus kita jaga di sini, jadi semangat persamaan dari keluarga, kemudian kita kembangkan lagi keberagaman lingkungan sosialnya yang bermacam suku, kebudayaan atau bahkan mungkin yang terkadang jadi bahan ejekan kan fisik. Fisik itukan juga sebenarnya beda, kita cari persinggungan sukunya kok kamu hitam kok kamu keriting, itu kan sebenarnya tidak baik. untuk di semua materi PKn itu, apakah nilai-nilai karakter kebangsaan dapat diterapkan di semua materi atau hanya nilai-nilai tertentu saja yang bisa diterapkan dalam materi-materi tertentu? saya rasa semuanya bisa, di semua materi PKN nilai-nilai kebangsaan saya rasa bisa kita sisipkan. Di sini kan kebangsaan lebih ke semangat ya, bahkan ketika proses perumusan UUD saja kita bisa masukkan nilainilai nasionalisme juga, ketika para pendahulu kita bikin UUD tanpa gaji yang jelas pun mereka mau. Berbeda sekarang anggota DPR sekali pertemuan Rp 1.000.000, Rp 2. 000.000 gimana gak enak, tapi kok masih males-malesan gitu. untuk karakter kebangsaan sendiri, bapak kemarin bilangnya bangga dan cinta terhadap tanah air. Menurut bapak bangga dan cinta tanah air itu yang gimana sih pak? bangga dan cinta tanah air kayak apa ya. Bangga tidak selamanya ketika apa ya kita banggakan. Tapi terkadang bangga dengan kondisi nyata bangsa Indonesia yang tetap harus diperjuangkan, okelah bangsa Indonesia kondisinya juga banyak korupsi dan sebaginya. Tapi kan rasa memiliki bangsa itu harus kita munculkan. Wujudnya adalah peduli, paling tidak peduli apapun kondisi bngsa Indonesia, entah itu baik, entai itu buruk siswa mau dan bisa menerima apapun kondisi yang ada, dan tidak kemudian Indonesia banyak yang korupsi saya tak pindah luar negeri aja, di sana jauh lebih makmur tapi mereka tetap mau ya ini Indonesiaku tanah air ku yang mungkin suatu saat nanti saya bisa memberi perubahan pada Indonesiaku. untuk sikap yang pernah bapak lakukan sendiri? menggali kekritisan, sejauh mana tanggapan anak-anak terhadap kondisi yang ada. untuk penelilaian secara afektifnya sendiri gimana pak? kalo saya sebatas pengamatan, tanpa ada bukti dan kemudian kita buat tingkatan bapak hafal semua siswa yang diajar, sehingga bisa melakukan penilaian sikap hanya sebatas pengamatan? nah itu kendalanya di sana, ketika kemampuan menghafal itu tidak bisa diandalkan. Dalam artian mungkin yang bisa hafal ya yang teratas, kemudian yang terendah itu memang sangat mudah untuk kita hafalkan.
Peneliti
:
Pak Agung
:
Peneliti
:
Pak Agung Peneliti
: :
Pak Agung
:
Peneliti Pak Agung Peneliti Pak Agung
: : : :
Peneliti
:
Pak Agung
:
Peneliti
:
Pak Agung
:
Peneliti
:
Pak Agung
:
Tapi untuk yang tengah-tengah kembali harus diingat-ingat oh ini anaknya seperti apa sih, harus kita ingat-ingat. Kemudian untuk penilai pengamatan kendala memang di situ, tidak semua bisa saya hafalkan kondisi anaknya. untuk nilai karakter kebangsaan sendirikan yang sudah tertanam di sekolah ini karakter yang seperti apa pak? Secara pengamatan bapak sendiri. apa ya mbak, saya jadi bingung. Patriotisme pun sebenarnya kalau kita pancing atau kita munculkan ada mbak tapi untuk sekarang ini, karakter apa yang kira-kira menurut bapak sudah tertanam di diri siswa pak? mungkin setiakawannya setiakawan yang bagaimana pak yang dimaksud? Dan penerapannya sendiri dalam kehidupan sehari-hari siswa itu seperti apa pak? mungkin mereka lebih mengaplikasikannya ketika di musyawarah. Kalau di kelas saya sendiri jarang kalau di kelas sendiri, pernah tidak pak terjadi konflik? selama saya di sini tidak ada. dalam penyusunan RPP, bapak menyisipkan tidak karakter kebangsaan? saya tidak bikin RPP. Kalau yang sekarang kurikulum 2013 seharusnya ada tapi kalau yang 2006 kemarin kita tidak mencantumkan, tapi dalam proses kalau saya lebih ke prosesnya, meskipun terkadang tidak kita munculkan untuk pembentukan karakter tidak kita munculkan semua, yang penting proses. Kalau di 2013 kan harus dimunculkan, kalau di saya itu tidak. tadi kata bapak, bapak tidak buat RPP. Penting gak sih pak menurut bapak RPP itu? secara administrasi penting dan kalau saya mungkin juga penting, tapi dablek kalau saya. Kemarin sempet ada temen nyengkel wes rasah garap RPP, silabus (sudah tidak usah buat RPP, silabus), karena sertifikasipun tidak lolos. Ya kalau secara administrasi penting, untuk saya penting juga meskipun dalam prakteknya tidak selamanya kita mengacu ke sana. nah itu apa tidak ada pengecekan dari pihak sekolah pak, terkait tidak membuat RPP itu? masih terbatas pada guru-guru yang sertifikasi dan proses sertifikasi. Tahun ini sempat diminta, persiapan ketika nanti ada pengawas yang datang, hanya sebatas itu. Kemudian untuk kepala sekolah mengecak belum hanya terbatas pada guru-guru yang mau sertifikasi yang berkasnya harus dilengkapi, persyaratan administrasi. untuk metode pembelajaran yang bapak lakukan terkait pembentukan karakter kebangsaan, metode apa saja yang pernah bapak lakukan? sejauh ini masih sebatas pemberian informasi terbaru, info apa yang sedang hangat, atau ada kasus apa yang sedang terjadi kita jelaskan kepada
Peneliti Pak Agung Peneliti Pak Agung
: : : :
Peneliti
:
Pak Agung
:
Peneliti
:
Pak Agung Peneliti
: :
Pak Agung Peneliti Pak Agung
:
Peneliti
:
Pak Agung Peneliti
: :
Pak Agung Peneliti Pak Agung Peneliti
: : : :
Pak Agung
:
Peneliti
:
Pak Agung
:
anak-anak dan kita ajak untuk bertukar pikiran. lah kok bapak tertarik untuk ngajar PKn pak? pertanyaan yang susah, basic saya Sejarah mbak. kesulitan tidak pak dalam mengajar PKn? ada sisi positif, ada sisi-sisi yang memang agak sulit. Seperti yang kemarin mbak bilang 4 pilar kebangsaan saya sendiri bingung. Kalau kemarin mbak tanya saya pak 4 pilar kebangsaan itu apa saja, saya pun tidak bisa menjawab. Nah ketika saya belajar PKn satu semester itu masih banyak sekali yang kurang. nah itu mengajar PKn sendiri karena memang kemauan bapak sendiri atau karena pelungnya lebih banyak di PKn jadi bapak mau tidak mau mengajar PKn? ada faktor keharusan sih, sehingga ada tanggung jawab dan tugas di PKn dan itu harus dimaksimalkan. dirasa berat tidak pak mengajar PKn, apalagi dengan adanya tanggung jawab pengajaran moralnya itu? sebenarnya lebih berat ke tanggung jawab moralnya. kembali pada penyusunan RPP pak, dalam proses perencanaan RPP itu sendiri apa hanya sekedar materinya saja yang bapak cantumkan atau bapak sisipkan juga nilai-nilai ingin bapak tanamkan kepada siswa? Belum pernah jadi bapak hanya sekedar gimana pak dalam penyusunan RPP itu? masih kasar, mungkin tidak terperinci dan terpaku pada materi pokoknya saja jadi untuk menyampaikan tentang karakter nasionalisme sendiri, bagaimana caranya pak? spontanitas saja dalam proses pembelajarannya juga bapak tidak mengacu pada RPP itu pak? jarang mbak untuk evaluasinya sendiri pak? evaluasi berupa soal dan lain sebagainya harusnya ada, tetapi ya itu tadi evaluasi itu kan ada untuk penilaian kognitif dan ada untuk penilaian psikomotik serta afektif ya pak. Nah bagaimana cara bapak untuk membedakannya pak? mungkin untuk penilain sikap susah, saya lebih bisa menilai kognitif, baru nanti kalau nilai kognitif itu kurang bisa saya tambahkan dengan penilaian sikap. Kalau ke sikap mungkin nanti lebih kita tanyakan kepada wali kelas. Setiap guru punya kewajiban untuk penilaian sikap, tapi sepertinya hanya ke hasil akhir. berarti bapak hanya terfokus pada pencapaian target kognitif saja atau gimana pak? kalau soal target saya tidak mentargetkan, entah salah entah benar saya lebih kepada proses nanti timbal baliknya kembali ke pengamatan.
Peneliti
Pak Agung
Peneliti Pak Agung
Peneliti Pak Agung
Peneliti
Pak Agung
Peneliti
Pak Agung
: ketika tadi dalam penyususnan RPP tidak bapak lakukan, itu menjadi hambatan tidak pak dalam proses pengajaran dan evalusi penilaian untuk bapak? : sejauh ini tidak ada, mungkin terkait estimasi waktu. Seperti kondisi sekarang ini, saya agak kesulitan. Karena prediksi yang seharusnya materinya selesai tapi dengan kondisi sekolah yang seperti ini saya agak sedikit kesulitan. Ketika harus sedikit memaksakan materi ya ada saatnya untuk memaksakan materi. Kalau saya kesulitan di waktu, nyandak ora toh (sampai tidak sih) waktunya itu saya kesulitan. Kemudian juga ketika waktunya memang masih cukup tetapi kondisi anak-anaknya yang tidak memungkinkan. Seperti yang mbak ketahui saja padatnya jadwal anak-anak yang harus mengikuti semua kegiatan di sekolah maupun di pondok membuat mereka kelelahan jika kita paksakan untuk pemberian materi, itu kenapa jadi banyak anak-anak yang tertidur ketika pelajaran sedang berlangsung. : ketika hambatannya seperti itu, upaya yang bapak lakukan apa saja pak? : misal ada satu bab yang belum tersampaikan, meskipun tidak semuanya bisa kita sampaikan ke anak-anak biasanya saya persiapkan untuk tugas atau pemberian latihan-latihan. Mereka lebih kepada saya bebankan dengan pemberian tugas dan nanti dalam pemberian tugas sambil nanti saya sisipkan materinya. Ketika nanti diujian akhir pun bisa kita berikan kisi-kisi untuk materinya. : untuk bapak sendiri, penting tidak sih PKn itu? : jelas penting, ketika banyaknya keberagaman yang ada entah itu dari suku, ras ataupun agam apa sikap menghargai dan menghormati itu penting untuk diajarkan kepada anak-anak, mau orang desa ataupun orang kota itu kondisinya sama tidak ada yang berbeda : ketika misalnya ada orang yang mengatakan kok tidak hafal lagu Indonesia Raya, itu yang disalahkan adalah guru PKn-nya. Nah bagaimana tanggapan bapak tentang hal ini? : nah ya itu memang tanggung jawab guru PKn juga terkait karakter kebangsaan. Ketika yang disalahkan langsung ke guru PKn ya benar, tanggung jawabnya jika terkait karakter kebangsaan memang lebih ke PKn : nah dengan kondisi sekolah ini sendiri, respon bapak gimana terkait karakter kebangsaannya sendiri? : yang jelas usaha itu ada mbak, kita tetap berusaha meskipun dalam kondisi yang terbatas. Kalau kita coba untuk memaksimalkan dengan peluang dan waktu, ketika ada kesempatan bisa dimaksimalkan. Kalau sejauh ini kita masih terbatas di jam pelajaran.
Wawancara Tangga; 30 Mei 2014 Agung Wicaksono, S. Pd Peneliti
Pak Agung
Peneliti
Pak Agung
Peneliti Pak Agung
Peneliti
Pak Agung
: sebenarnya anak-anak itu secara teorinya mungkin belum paham tentang apa sih itu karakter kebangsaan, namun jika dilakukan pengamatan lebih jauh anak-anak sebenarnya sudah melakukannya dalam kehidupan sehari-hari. Seperti sikap peduli kepada sesama, kesetiakawanan, menghargai keberagaman. Menurut pandangan bapak sendiri gimana pak? : ya itu memang naluri juga mba sebenarnya, bagian dari naluri tapi terkadang orang bahkan mbak-nya melakukan suatu penelitian yang pertama kali dilihat adalah dari sisi kognitif, ora ngerti Pancasila berarti nasionalismenya sedikit mungkin ya seperti itu. Kalau dari anak-anak sikap kepedulian itu ya sedikit peduli dengan negaranya ini ya ngertilah ibaratnya seperti itu. Mereka sebenarnya tahu tetapi mungkin sisi kognitif memang kurang : dalam pembelajaran sendiri target yang ingin bapak capai itu apakah hanya berdasarkan kognitif saja atau mungkin bapak punya target yang lain? : kalau saya lebih senang kesikap sih mbak, kalau nilai kognitif itu kan pengetahuan secara umum bisa kita sampaikan tidak hanya dikelas dan mungkin bisa kita apa target siswa untuk bisa seperti itu. Kalau saya lebih suka ke pembentukan sikap : dengan cara gimana pak? : caranya seperti apa, mungkin dengan berjalan seperti mengalir dengan komunikasi sama anak-anak, di kasih motivasi-motivasi itu kan bisa kita bentuk sikap ke anak-anak. Terus terang kalau dari sisi kognitif kalau di sini tidak bisa kita sampaikan secara merata, bahkan ada beberapa kelas yang memang dari segi kognitif bisa, sikap juga bisa. Tapi untuk kelas-kelas yang lain sudah bisa membentuk sikap pun itu bagus dibandingkan kita harus menguji pengetahuan mereka tentang a sampai z itu malah mereka bingung, ini kita sebenarnya mau ngapain. : tapi kan biasanyakan ketika diakhir pun yang dinilai itu adalah kognitifnya, nah itu gimana pak pandangan bapak? Anak itu berhasil atau tidaknya ya nanti ketika diujian, perkara sikap mereka terbentuk atau tidak tapi secara tulisan mereka berhasil atau tidak. Nah itu kan diukurnya nilai kognitif. Nah ini gimana pandangan bapak? : ya kembali ketarget berarti, tetap harus kita target. Tapi sisi afektifnya pun tetap harus kita usahakan untuk memunculkan. Mungkin cara tiap kelas, setiap anak pasti berbeda-beda cara menangkapnya. Biasanyakan mereka menangkapnya secara umum, mereka tahunya secara umum.
Peneliti
:
Pak Agung
:
Peneliti
:
Pak Agung
:
Peneliti
:
Untuk bisa lebih mendetail lagi ya tugas kita yang mengarahkan, kalau dikatakan nasionalisme seperti saya berani kalau berjuang untuk negara saya, saya berani mati untuk negara saya. Itu kan kemudian kita arahkan untuk lebih mengerucut lagi oh itu loh ya itu bagian dari rasa nasionalisme. Jadi yang awalnya misal itu nasionalisme. Misal DPR itu rapatnya ngapain aja toh? Apa saja yang mereka lakukan ketika rapat? Membuat Undang-undang dan sebagainya. Nah kita mengarahkan untuk lebih mengerucut lagi ketika mereka tahu secara umum berarti kita mengarahkannya untuk mengerucut, berarti pelan-pelan pengetahuannya sudah bisa mereka tangkap. ya kalau misalnya pembelajaran berbasis karakter nasionalisme itu, memang mungkin bapak secara teori tidak ini loh karakter nasionalisme itu tapi mungkin bapak punya cara-cara khusus untuk menunjukkan bahwa ini loh sikap-sikap atau karakter yang menumbuhkan jiwa nasionalisme. Pernah gak pak, bapak lakukan itu? kalau pernah atau tidaknya saya malah bingung mbak, ya saya tidak paham apakah ketika yang saya sampaikan sama anak-anak ketika saya menjelaskan apakah itu bagian dari cara menumbuhkan karakter nasionalisme atau tidak. Jadi yang menilai nanti mungkin mbaknya yang mengamati sendiri. Apakah cara saya menerangkan itu apakah hanya sekedar ngobrol-ngobrol biasa tidak ada artinya apa-apa, kalau secara pribadi saya tidak tahu apakah itu bagian dari karakter nasionalisme atau tidak, atau itu hanya selingan saja. Pada akhir pembelajaran tadi kan bapak memberikan motivasi bahwa untuk ujian itu bukan kalian dapat berapa tapi ini itu tentang kejujuran kalian dalam mengerjakan soal, nah itu memang sering bapak sampaikan atau ya ini hanya spontanitas saja karena ini mau ujian pak? kebetulan kalau kita lihat dari aturan pondok, itu harusnya memang seperti ini. Tapi karena kejujuran itu memang sering saya tekankan kepada anak-anak selain mereka bisa ngaji, istilah dosa dan sebagainya masak ya seperti kemarin itulah. Sebenarnya nyontoh ora popo (tidak apa-apa) tapi kan itu kembali ke anak-anak karena yang mereka lakukan pun bukan untuk biji songo biji sepuluh (nilai sembilan nilai sepuluh) tapi caranya untuk melatih. Tapi waktu ulangan kemarin itu juga sebenarnya mereka sudah diajarkan di pelajaran agama, PKn, maupun di Pondok bahwa nyontek itu tidak baik tapi kok masih seperti itu ya pak? Nah tindakan bapak lebih lanjut itu bagaimana pak?
Pak Agung Peneliti Pak Agung Peneliti
: : : :
Pak Agung
:
Peneliti
:
Pak Agung
:
Peneliti
:
Pak Agung Peneliti
: :
Pak Agung
:
kalau saya lebih ke sangsi moral Seperti apa pak misalnya? kritik, sindiran mungkin seperti itu. nah upaya untuk menguranginya pak, setidaknya tindakan dari sekolah ataupun dari guru-guru untuk mengurangi hal tersebut itu sudah pernah dilakukan belum pak? ya semuanya saya rasa pernah mencoba itu, dengan cara atau pengawasan yang lebih ketat, mungkin LKS-nya diambil atau mungkin jawabannya diambil atau disobek, kemudian diganti dengan kertas yang baru itu sering kita temukan dan untuk beberapa guru memakai metode seperti itu. Saya ambil, mendengarkan, suruh memperbaiki yang baru. kayak kemarin itu saya masuk kelas VIII C yang waktu bapak Hanis ada acara keluarga. Nah saya izin sama guru piketnya untuk masuk, tetapi dari guru piketnya sendiri mengatakan bahwa itu kelas yang paling kekurangan mbak, baik soal pengetahuan ataupun sikapnya itu kelas yang paling bawah. Menurut bapak ketika ada pandangan seperti itu apakah tidak menimbulkan perselisihan nantinya pak? Atau apakah memang sistemnya seperti ini ketika misalnya satu kelas itu memang terdiri dari anak-anak yang cerdas semua dan anak-anak yang kurang menjadi satu kelas seperti itu pak? selama 2 tahun ini sistemnya seperti itu, ketika saya ngajar untuk yang kelas utama, mereka yang punya prestasi bagus. Kelihatannya memang keliru mbak ketika mereka di kelompokkan dalam satu kelas dan yang lain itu semakin rendah dan rendah, itu sebenarnya keliru mbak. Yang ada kalau saya lihat mungkin ada sesuatu yang ingin sengaja dikejar ibaratnya ojo ngorbanke seng wes pinter dadi elek (jangan mengorbankan yang pintar menjadi bodoh) seperti itu mbak. Karena ya kelihatan dalam rapat forum ada indikasi kalau saya menariknya seperti itu. Jangan sampai itu terlihat memang sudah jadi. Artinya prestasi yang sudah bagus nanti rusak karena pergaulan yang jelas rajin belajarnya nanti berkurang. tapi untuk anak-anaknya sendiri apakah tidak menimbulkan kecembuaran pak? karena sistem yang seperti ini? harusnya sakit hati mbak nah ketika muncul rasa seperti itu, apakah tidak menimbulkan dampak yang buruk pak untuk pembentukan sikap anak itu pak? khususnya sikap nasionalisme mereka. Karena kan dari sekolah saja sudah ada pembedaan seperti itu pak. saya sering menyampaikan pada kelas VIII F, pernah tak sampaikan jadi pembeda itu enak tapi kalau harus dibedak-bedakan itu tidak enak, itu pernah tak sampaikan ke anak-anak, tidak tahu apakah itu nyantel tahu tidak di mereka yang jelas ada yang nyantel sih. Jadi pembeda itu bagus, karena saya memberi tahu itu yang kelas VIII A itu pembeda karena mereka punya posisi prestasi yang baik terus ini juga dari guru-guru mungkin juga lebih dipandang tapi kemudian kalau dibedak-bedakan itu
Peneliti Pak Agung Peneliti
: : :
Pak Agung
:
Peneliti
:
Pak Agung
:
Peneliti
:
Pak Agung
:
Peneliti
:
Pak Agung
:
loh yang gak enak. Yang saya tekankan ya ini, sindirinlah enggo ngelengke nek mosok toh dibangga-banggakan yang sana, yang di sini sebelah mata kan itu sebenarnya tidak baik. ya lebih kesindirian, kalau yang VIII E apa ya ada yang nanggapi omongane pedes (perkataannya pedas) kelas VIII E kalau ke saya gitu peka mereka. Yang sama sekali tidak peka juga ada memang tidak peduli mereka. berarti sepengamatan bapak anak-anak itu ada rasa sakti hati seperti itu? muncul rasa aku kok dingenekke (diperlakukan begini). nah kalau itu misalnya dibiarkan terus-menerus nantikan dampaknya juga takutnya secara global di sekolah ini berkelanjutan rasa yang seperti itu pak? kita imbanginya dengan motivasi mbak, ketika mereka kita jatuhkan terus terang saya sampaikan kepada mereka ketika kalian itu juga dibedakan dengan yang lain, kelas yang lain pun itu yang dijadikan pembeda mereka lebih diunggulkan dan sebagainya. Di sisi lain kan ketika kita jatuhkan mental mereka, motivasinya juga harus kita masukkan. Ojo ngasih ( jangan sampai) mau poh selamanya dibedabedakan, jangan sampai seperti itu. Ya meskipun itu tadi yang saya sampaikan, anak-anak kan tidak semuanya sama. dengan beragamnya kemampuan yang ada dan kalau saya lihat juga anak-anak banyak juga dari luar pulau Jawa bahkan dari Fak-Fak itu juga ada. Nah untuk pembelajaran bapak sendiri itu disamaratakan tidak untuk tingkatan-tingkatan kelas tadi, baik itu berkaitan tentang cara penyampaian materi tahu metode yang dilakukan? itu gak terlalu beda sih mbak, sama saja. Ya mungkin ketika di kelas (menyebutkan nama) sama yang dari (menyebutkan daerah asal) itu kadang kita jadikan tambahan materi terutama untuk yang ketika ada pembedaan warna kulit dan sebagainya itu bisa kita tambahkan ke materi. Untuk metode itu secara umum sama. nah itu untuk respon anak-anaknya sendiri ketika dijelaskan seperti itu gimana pak? paling tidak kita pancing rasa ingin tahu mereka seperti apa, ketika di sana oh (menyebutkan tempat) ketika memunculkan anak itu dan kita coba sampaikan dan dipancing di sana itu ada apa saja sih? Anak-anak pun menyimak, kemudian dari sana ada anak-anak yang lain menjelaskan keunikan dari daerah mereka masing-masing, oh di tempat saya ada seperti ini. Yang jelas perbedaan yang ada itu jangan sampai kemudian menimbulkan perpecahan, untuk materi yang kita sampaikan jelas kita sesuaikan terutama dengan hal agama. untuk anak-anak yang memiliki perbedaan fisik tadi pak, sepengamatan bapak mereka pernah dikucilkan tidak pak? ya kalau sebatas gojek (bercanda) saya rasa tidak masalah sih, tapi kalau sampai di luar itu saya rasa tidak pernah mbak.
Peneliti Pak Agung
Peneliti
Pak Agung
Peneliti
Pak Agung
Peneliti
Pak Agung Peneliti
: menurut bapak untuk setiap kelas itu mereka sudah bisa atau belum menghargai keberagaman yang ada itu? : bisa sih mbak sebenarnya, tapi ya itu yang namanya sindir-sindiran saya rasa wajar, konteks mereka kan bermain. Semisal ada berita Jakarta banjir oh siapa yang rumahnya di Jakarta? Atau mungkin di sana ada kejadian ini, siapa yang rumahnya sana. Tapi itukan hanya sebatas gojekan (bercandaan). : untuk kemampuan yang berbeda-beda itu, sebenarnya bapak melakukan treatment yang berbeda atahu tidak sih? Baik dalam mengembangkan niali kognitif, afektif atahupun psikomotoriknya. : beda mbak, karena yang (menyebutkan kelas) mau dibuat kenceng bisa slow juga bisa. Untuk materi yang kita selewengkan pun mereka bisa menangkap. Tapi untuk yang (menyebutkan kelas) itu untuk materi harus benar-benar dituntun, terus menjelaskan juga harus pelan-pelan. Respon mereka pun tidak bisa secepat kelas dengan yang lain. Jadi ya pelan-pelan, detail, detailnya tapi dengan cara yang ini loh pengertian ini kadang kita hubungkan dengan kondisi disekeliling kita. : ini pak di RPP bapak saya baca di sana kan ada nilai-nilai yang ingin ditanamkan kepada siswa, seperti nilai keberanian, tanggung jawab, kewarganegaraan. Nah itu cara bapak mengukur ketercapaiannya bagaimana pak? Bahwa nilai itu berhasil ditanamkan ke siswanya itu bagaimana pak? : kalau secara dokumen tidak saya laksanakan. kalau secara dokumen belajar tidak saya laksanakan, intinya hanya sebatas pengamatan sikap ketika ternyata memang harus dimunculkan kita coba untuk memunculkan, kalaupun ternyata ada sikap-sikap yang sekiranya tidak harus dimunculkan ternyata sikap itu bertentangan dengan apa yang kita kehendaki kalau saya hanya sebatas mengingatkan. Kalau kita ukur terus terang saya tidak pernah mengukur itu. : nah ketika misalnya di RPP itu sikap yang diharapkan adalah sikap berani, tanggung jawab, kewarganegaraan bapak pernah sampaikan tidak kepada anak-anak tentang nilai-nilai yang ingin bapak tanamkan itu? : Iya saya sampaikan mba : ketika bapak sampaikan bahwa dalam materi ini nilai ini bisa yang diharapkan muncul, misalnya nilai kejuangan. Anak-anak mungkin secara teori tidak mengetahui apa sih itu nilai kejuangan tapi sebenarnya mereka secara tidak langsung mengetahui bahwa itu adalah nilai-nilai yang baik. nah menurut bapak jadi masalah tidak sih ketika secara pengertian teorinya anak-anak itu tidak tahu tetapi secara prakteknya mereka mematuhi nilai-nilai yang ada bahkan menanamkannya dalam kehidupan sehari-hari?
Pak Agung
Peneliti Pak Agung
Peneliti Pak Agung
Peneliti
: tidak masalah menurut saya mbak, ibaratnya kita melihat kondisi anak. Kita sudah punya patokan apa yang harus kita kembangkan dengan kondisi anak kurangnya di mana kita munculkan di situ. Tapi kalau misalnya keberanian itu apa, ya kita hanya bisa mengamati saja tanpa harus anak-anak benar tahu kewarganegaraan seperti apa, keberanian, nasionalisme, tidak selamanya mereka harus tahu. Meskipun tadi yang saya sampaikan segi kognitifnya pun tetap kita coba munculkan lewat kondisi mereka seperti apa sekarang. : menurut bapak materi PKn untuk SMP ini dirasa berat tidak pak? : iya berat, mbak-nya jangan liat materi SMP saja. Jenengan nonton materi SD itu udah berat sekali. Materi PKn SD itu dulu diajarkan di SMP. Kalau untuk materi SMP terkait UU dari awal sudah saya tekankan kalau belajar PKn pasti belajar UU, tidak akan lepas dari yang namanya UU. Jadi dari awal pun mereka sudah kita berikan titik fokus berarti mereka harus belajar lebih tentang UU. Berat sih memang sebenarnya, saya kon ngapalke UU yo wegah (saya untuk menghafalkan UU ya males). : untuk kesulitan yang bapak alami sendiri apa saja pak? : kesulitan saya itu saya kurang bisa mengupdate UU terbaru, karena faktor tekhnologi. Keterbatasan waktu mungkin ya juga karena saya males, saya mau nyambi-nyambi (sambil) buka-buka yang jelas kalau ngenet ya sering tapi untuk waktunya itu, saya terbatas pada koran, berita. Saya kemarin sempet berfikir UU tentang Pemilu, sekarng ini sudah ganti apa belum saya tidak tahu itu. Sebenarnya itu yang harus saya kejar tapi ya itu kelemahan saya males. Kesulitan fasilitas yang jelas waktu mohon maaf saya lebih sering ubyek neng ndalan (keluyuran di jalan) ketimbang di sekolahan. Saya jarang belajar yang jelas, lebih nayak keluar dibandingkan harus mempelajari fokus tertentu. Ya mungkin masalah-masalah yang dihadapi mohon maaf sebelumnya untuk swasta, kita kerja di sekolah mohon maaf materi mesti harus kita kejar wong mulang neg swasta kie nek ora wong sugi kie mesti ora iso fokus(orang ngajar di swasta itu kalau bukan orang kaya itu mesti tidak bisa fokus). Mesti ya harus nyari kesana, nyari kesana, yang terkadang jadi hambatan untuk swasta terutama saya. Saya harus mencari pekerjaan lain ya gampangannya untuk uriplah (hiduplah) sedangkan saya juga ada tanggung jawab untuk materi untuk anak-anak dan sebagainya saya kan juga harus kita pertimbangkan waktu, yang jelas kesulitan saya di situ. Akhirnya konsentrasi guru untuk ke anak-anak bahkan untuk pengembangan diri anak-anak pun, pengembangan diri sendiri terutama itu mereka ada yang, ya kalau pintar mengatur waktu bagus. Tapi kalau mereka terfokus pada pekerjaan yang lain susah juga itu. : nah untuk mengajar PKn itu sendiri memang karena faktor panggilan dalam hati atau ada hal lain pak?
Pak Agung
peneliti
Pak Agung
Peneliti
Pak Agung Peneliti Pak Agung
: kebutuhan mbak, ya kalau dari segi keinginan saya tulus mbak dalam menyampaikan ilmunya, mengajar, mendidik kepada anak-anak itu tulus. Jiwa mendidik itu memang ada dalam diri saya, ya mungkin karena hidup juga tidak hanya untuk mendidik saja tetapi harus yang lain-lain lagi. Jadi terkadang sisi seperti itu kita berat sebelah atahupun timpang terkadang yaitu. Yang lain pun pasti akan sama ketika sertifikasi tidak turun bapak ibu yang lain pun kerepotan anaknya minta laptop, study tour. Ya fenomena di swasta akan jauh berbeda dengan yang di negeri. Sejauh ini saya belajar ya tulus ketika melihat guru yang di negeri ya kondisi mereka memang seperti itu. Bahkan ketika libur puasa pun itu sama sekali tidak ada pemasukkan yang sekiranya yang bulanannya ada, bapak ibu yang lain harus cari yang lain. Kalau di sini itu pisaroh mbak bukan gaji, kalau gaji kan bisa kita nikmati perbulannya. Tapi kalau pisaroh itu sekedar menyenangkan hati saja. Dengan istilah pisaroh pun ya mohon maaf belum bisa memenuhi, kadang-kadang bapak-bapak ibu yang lain pun ya harus ke sana ke sini. Jadi kalau anak-anak seperti ini itu ya mungkin karena kesalahan saya kesalahan yang lain juga. Saya di sini hanya ngajar saja terus pulang karena ngejar yang lain. : ketika memang kondisinya seperti itu dalam mengajarkannya maksimal gak sih pak, bapak untuk menyampaikan materi karena memang bapak kan punya tanggung jawab mengajar di sini? : maksimal atau tidaknya kan terkadang tidak tahu mbak, kalau saya mencoba untuk memaksimalkan apa yang saya bisa sampaikan dari segi waktu ataupun dari segi materi, kalau memang tugasnya sudah saatnya di sini saya usahakan di sini. Tergantung dengan kondisi anak-anak juga, tetap kita berikan yang terbaik untuk anak-anak. : kembali lagi ke karakter nasionalisme pak, menyangkut kegiatan upacara pak. Nah katanya itu upacara di sini itu sebulan sekali dilakukan, tapi ini sudah lebih dari satu bulan kok belum ada pelaksanaan upacara ya pak? : haduh saya juga gak bisa jawab kalau itu mbak. : itu gimana pak menurut bapak?kan biasanya sekolah-sekolah itu punya jadwal, kalau di sini gimana pak? : dulu waktu di bina oleh siapa ya, itu aktif mbak. Pembina osis beliau aktif dalam kedisiplinan siswa, kegiatan upacara. Tapi ketika beliau pergi kerja di tempat lain jadi jarang. Saya dulu sering ikut upacara tau ada pamflet besok bapak ibu guru diharap hadir jam 07.00 WIB untuk upacara itu di tempel di papan pengumuman. Itu sering ada pengumuman seperti itu, dan sering upacara. Tapi kalau sekarang mau ada upacarapun saya tidak tahu karena jarang ada pemberitahuan, mungkin infonya di asrama. Semester ini tidak ada upacara, saya tidak ikut upacara dan saya juga tidak tahu
Peneliti
:
Pak Agung
:
Peneliti
:
Pak Agung
:
kalau ada info wajib upacara. Kalau semester satu ada mbak. sepengalaman saya ya pak, selama upacara itu setidaknya saya tahu loh lagu-lagu nasional tau loh Pancasila juga tau. Kalaupun anak-anak itu sendiri secara teori mereka tidak hafal urutannya Pancasila tetapi secara tidak langsung dalam kehidupan sehari-hari mereka mengamalkan silasila Pancasila itu. Tapi kan mereka juga perlu tahu sebenarnya Pancasila itu apa, maknanya apa, lagu kebangsaan itu juga apa. Nah ketika di materi itu tidak ada yang membahas tentang itu apakah dari bapak sendiri tidak ada metode khusus untuk mengajarkan ataupun hanya berupa sentilan kecil pak? ada sih mbak, terkadang ya memang keluar dari materi, biasanya saya gabungkan dengan info-info yang saya sampaikan di awal. Kita coba pancing kepada anak-anak tentang bangsa kita itu seperti apa, ya yang jelas mungkin mereka sebatas tahu sekarang karena tinggalan dari SD dan kelemahannya ketika memang kita tidak kemudian menggali ingatan mereka, mengenalkan mereka tentang tanggal libur nasional lah paling tidak lah, yang jelas mereka tidak tahu libur nasional itu apa. Terus lagu kebangsaan, Pancasila. Bahkan ketika saya suruh mengurutkan sila-sila Pancasila ada beberapa yang masih salah. Itu kalau tidak kita gali untuk diingatkan pasti hilang. Tidak tahu apakah nanti saya masih bisa bertahan di sini atau tidak, semoga saja saya masih di sini. Ya mungkin ini masukan juga buat saya, kembali mengingatkan kalau ternyata oh seperti ini kondisinya, kalau mungkin orang lain melihatnya prihatin yakin prihatin melihat kondisi seperti ini. Tapi untuk yang bapak ibu di sini ya mungkin ada yang sudah mewajarkan. Tapi kalau saya secara pribadi saya prihatin mbak pada kondisi ini. Yang jelas motivasi belajar mereka kan bercampu-campur, ada yang ngaji, ngaji sambil belajar atau belajar diiringi ngaji. Yang penting kamu ngaji kok, sekolahnya nanti. Ya kondisi pesantren memang seperti itu, karena fokus mereka kan mengaji. nah bapak melihat sekolah ini memang basisnya pesantren, dan tujuannya adalah memang kearah keagamaan tapi kan di satu sisi lain bahwa sekolah ini kan juga berada di wilayah Indonesia yang memang harus mengerti tentang negaranya karena selain ada hak juga ada kewajiban sebagai warga negara Indonesia. Bapak sendiri melhat hal seperti ini gimana pak? Ketika misalnya mereka ditanya terkai agama mereka cepat tanggap, tapi ketika ditanya soal urusan negara apa sih itu, bangsa itu apa sih mereka tidak tahu. Apa itu memang suatu hal yang wajar karena memang sekolah ini basisnya adalah pesantren pak? ya tetap tidak wajar mbak, ya mungkin kita anggapnya kondisi anakanak juga. Seusia SMP untuk menyimpulkan apa iti nasionalisme, dan untuk anak SMA ditanya apa itu nasionalisme pasti yang lebih paham anak SMA. Kalau SMP, kalau kita harus bilang nasionalisme itu adalah rasa cinta tanah air, nah mereka bingung ya mereka taunya rasa nasionalisme, saya bisa seperti ini, saya melakukan seperti ini, dan saya
Peneliti
:
Pak Agung
:
Peneliti
:
Pak Agung
:
Peneliti
:
Pak Agung
:
Peneliti
:
paham dengan bangsa ini. Saya rasa itu sudah cukup juga, ketika mereka sudah bisa mewujudkan sikap-sikap yang memang itu bagian dari jiwa mereka pada bangsa Indonesia, tanpa harus memahami secara gamblang secara pasti nasionalisme itu apa. Saya lihat di sini, ya mungkin sedikitsedikit persatuan, tapi dari segi anak-anak ada jiwa-jiwa nasionalisme itu tetap ada. Tapi yang jelas kondisi apa namanya usia pertumbuhan, nah itu pola pemikiran mereka belum bisa kita bentuk seperti apa yang harus kita inginkan. Ibaratnya ya biarkan mereka berimajinasi sendiri, membentuk pikirannya sendiri, menyimpulkan sendiri, dan tugas kita ya mencoba untuk mengartikan seperti apa yang akan kita kembangkan. Karena ya bedalah antara SMP dan SMA apalagi kalau kuliah itu jelas beda. untuk pembentukan sikap sendiri pak, ketika anak SMP itu lebih mudah untuk ditanamkan karakter-karakter nasionalisme atau justru sulit untuk menanamkannya pak? lebih mudah pastinya, yang jelas kalau SMP masih sebatas terima manut (nurut) dan istilahnya masih bisa diarahkan dengan baik. tanpa banyak argumen yang mereka tanyakan, tanpa mereka harus bertanya kok ini seperti ini pak? kok ini begini pak? Yang jelas manut (nurut), rasa hormatnya itu masih ada. Tapi untuk yang SMA yang jelas pola pikir yang sudah berbeda dan mereka sudah punya argumen dan mungkin mereka sudah bisa sedikit mengenal jati diri mereka. Jadi anak SMA ya memang rada susah, ya meskipun saya di SMK juga pernah ketemu sama anak-anak yang karena memang basiknya yang pondok saya lebih bisa mengarahkannya. Tapi kalau yang di luar pondok saya tidak pernah, ya ada yang bilang pondok itu bisa membentuk anak menjadi lebih baik, ya mungkin kalau saya temukan juga ketika anak-anak pondok bisa diatur dibandingkan mereka yang tidak. melihat kondisi sekolah ini yang basisnya pesantren itu sendiri menurut bapak pembentukan karakter nasionalisme itu penting gak sih pak? Untuk ditumbuhkan di anak-anak SMP sendiri? kalau saya penting dan juga tentunya untuk yang lainnya punya pandangannya. Kalau saya bilang penting tetapi untuk yang lainnya sebelah mata, biasa saja itu berat. Persamaan visi, misi itu beda. Ada yang bilang wajar pak itu kalau di sini, saya menegaskan untuk A seperti ini tapi untuk guru yang lain didiamkan saja itu sudah kondisinya berbeda Untuk bapak sendiri karakter nasionalisme yang bapak kembangkan itu karakter yang sperti apa sih pak? saya tidak tahu malah yang saya kembangkan itu seperti apa. Apakah itu nanti masuk dalam sikap nasionalisme atau tidak saya lebih ke pembentukan mencoba untuk sikap saja, berani, tanggung jawab, toleransi, jujur, itu yang coba saya kembangkan. Masuk dalam sikap nasionalisme atau tidak saya tidak tahu. yang sepengatahuan bapak saja yang bapak ketahui tentang karakter kebangsaan itu apa saja pak?
Pak Agung
Peneliti Pak Agung
Peneliti Pak Agung
Peneliti Pak Agung
Peneliti Pak Agung
Peneliti
Pak Agung
Penleiti
: kalau nasionalisme itu hanya sebatas rasa cinta sama tanah air, mungkin ketika kemampuan saya hanya sebatas itu ya anak-anak pun mungkin ya ketika tanya pun nasionalisme itu apa sih? Yang penting kita punya rasa cinta sama tanah air, entah bentuknya cinta itu mau diwujudkan dalam bela negara, bentuk dalam mentaati peraturan yang ada. Yang jelas nasionalisme ya cinta tanah air. Sempit sekali memang kalau yang saya sampaikan, ya sebatas saya belum bisa menggali lebih jauh nasionalisme itu seperti apa. : untuk evaluasinya sendiri pak yang berbentu sikap-sikap itu bapak menilainya secara pengamatan saja? : iya, kalau di RPP ada ya Mbak. Itu untuk semua guru pun pasti akan membuat yang seperti itu. Meskipun dalam pelaksanaanya ya ada yang dilaksankan tapi jarang yang melaksanakan. : ini kan panduan bapak di RPP terkait sikap kan sudah tersetruktur, ini menjadi panduan bapak tidak dalam melakukan penilaian itu? : saya sebatas dengan kognitif, kalau disikap meskipun sudah ada nilai setuju atau sangat setuju dan lain sebagainya belum saya laksanakan. Ya kalau istilah formalitas ketika ada akreditasi penilain sikapnya mana, kita munculkan ini, itu wajar dan tidak untuk diteruskan itu. : nah itu sendiri gimana menurut bapak, apakah memang sekarang ini itu sudah menjadi hal yang wajar atau gimana sih pak? : mungkin fenomena juga, ya mungkin kesalahannya saya ikut jalur aman terkadang muncul seperti itu. yang jelas itu memang tidak boleh lah seperti itu. Ketika penilaian sikap ada tetapi dalam pelaksanaanya tidak ada yang penting cari jalan aman. Itu kalau diakreditasi banyak sekali yang seperti itu, apa yang sebenarnya tidak ada dan dibuat ada itu lebih ketujuan. Kondisinya hampir disemua sekolah mohon maaf seperti itu. : pak kendala yang dirasa berat dalam mengajar PKn itu apa saja pak? : kalau dari segi pembelajaran sih itu tidak ada mbak, tapi kalau dari segi mewujudkan nilai-nilai PKn dalam keseharian anak-anak itu yang mungkin belum bisa saya wujudkan. Jadi penanaman nilai-nilai itu susah. : dari kendala itu tadi mungkin dari bapak sudah ada solusi atau kiat bahwa oh nanti saya akan seperti ini atau gimana pak sudah terfikirkan belum pak untuk menanggulanginya? : kita coba untuk ya ketika memberikan pengetahuan baru, Sharing atau dengan yang lain mencoba untuk memunculkan ke anak-anak dan ya mungkin intinya berani mencoba dan membuat trobosan baru, mungkin barulah yang jelas kemampuan saya untuk menjelaskan sana sini yang jelas masih cukup terbatas. : gini pak misalnya untuk hasi penilaian akhir pada mata pelajaran yang ada, ketika nilai PKn-nya itu nilai rata-rata tertinggi itu segini dan terendah itu segini. Nah itukan menjadi patokan guru-guru lainnya semisal oh PKn itu hasil penilainnya terendah diantara mata pelajaran yang lain. Bapak lebih bangga ketika nilai itu lebih tinggi atau ketika di PKn itu anak-anak lebih enjoy belajarnya dibandingkan dengan mata
Pak Agung
Peneliti
Pak Agung
Peneliti Pak Agung
Peneliti
Pak Agung
pelajaran yang lain. : kondisi yang ada di sini Bahasa Arabnya berapa, sering ngaji apa tidak, mungkin nilai yang lain tidak masalah tapi untuk nilai kemadrasahan ini bagus apa tidak, itu kemarin yang terpaksa harus tidak naik meskipun mata pelajaran yang lain lulus tapi ketika mata pelajaran ini tidak lulus maka maaf anak ini tidak lulus. Apakah PKn itu nilainya baik itu bukan menjadi ukuran mbak. : bapak sendiri mengampu mata pelajaran PKn ini ibaratnya dianak tirikan gak sih pak? Kok yang lain menjadi utama tapi PKn dianggap sepele, nah ini gimana menurut bapak? : ya tidak hanya di sini mungkin mbak, di sekolah-sekolah lain mungkin pikirannya sama. Pelajaran-pelajaran yang sekiranya sosial dianggap sebelah mata, ya seperti itulah kondisinya di pendidikan saat ini. Apakah saya merasa di anak tirikan atau tidak dilihat secara naluri iya di anak tirikan. Kirakira yang baik seperti apa, saya juga belum bisa kasih solusinya. : menurut bapak mending siswa itu tidak tahu apa sih itu ideologi negara atau siswa itu tidak jujur? : ya lebih mending yang jelas lebih takut ketika ada kerusakan sikap, kalau dia tidak tahu A atau B yang jelas kalau dia punya mental yang baik, jujur insyaallah untuk yang lain bisa diusahakan. Tapi untuk segi mental saja rusak susah itu. : bapak setuju tidak ketika ada yang menagtakan bahwa sekolah yang berbasis pesantren itu ya memang fokusnya adalah agama dia gak nasionalis? : saya temukan sekolah pesantren PBB-nya bagus, setiap tahun jadi paskibra di (menyebutkan nama tempat) itu saya tidak tahu nilai-nilai nasionalisme itu disampaikan atau tidak kalau saya melihat dari PBB nya bagus dan dipercaya untuk menjadi paskibraka ketika 17 Agustus otomatis mereka rasa nasionalismenya juga bagus. Karena secara kasar ketika orang melihat PBB-nya bagus, anak ngerti negara.
Wawancara Tanggal 22 Mei 2014 Ahmad Hanis Thoriq, S.H. I. M, Si
Peneliti
Pak Hanis
Peneliti
Pak Hanis
Peneliti Pak Hanis
Penleiti
Pak Hanis
: selama ini selama observasi sedikit data yang saya dapat itu, kalau misalnya untuk anak-anak sendiri kalau saya tanya soal teori, "apa sih nasionalisme?" mereka gak tau pak, tapi tu setelah saya amati lagi tu ternyata tu dalam prakteknya tu mereka tu sudah menjalankan loh pak sila-sila dalam pancasila itu sudah mereka jalankan. Nah, menurut bapak sendiri baik gak sih ketika mereka gak tau dasar negara kita tu apa, lagu kebangsaan kita tu apa, menurut pandangan bapak sendiri gimana? : iya, mungkin karena terlalu banyak simbol yang harus mereka kuasai, kalo yang sifatnya simbolik-simbolik itu kan memang sulit untuk diterapkan, seperti untuk memahami Pancasila, Ketuhanan Yang Maha Esa, itukan, bagi mereka tidak bisa dipraktekkan. Kebutuhan sekarangkan kebutuhannya praktis, disisi lain, tantangan yang harus mereka hadapi, dengan adanya informasi yang macem-macem, mau gak mau guru, orang tua, itukan harus membentengi mereka, tapi disisi lain, pemerintah menghendaki supaya anak-anak itu hafal simbol ini, simbol ini, nah akhirnya anak-anak sendiri malah merasa ini penting apa tidak, nah akhirnya saya sendiri memperhatikan itu dari situ, sikap pragmatis, kepraktisan siswa mungkin simbol-simbol itu bisa diterapkan sifatnya nonakademik atau ekstrakulikuler, disela-sela kegiatan misalnya lewat upacara, mereka mempraktekan itu, tapi untuk mendefinisikan itu baik, itu lagu wajib gak tau, apa lagu wajib, malah ada yang jawab lagu hymne guru, macem-macem, heheheh (tertawa) seperti itulah anak anak : iya, dalam teori pembentukan karakter sendiri, pengetahuan kognitif itu diperlukan pak, ketika misalnya kognitifnya aja mereka tidak tahu nanti bagaimana kelanjutannya? Nah itu gimana pak? : itu baliknya lagi, ternyata dimateri untuk SMP, itu tidak masuk, mengenalkan lagu kebangsaan Indonsia Raya, itu gak masuk, jadi itu gak masuk dalam penilaian kognitif dalam materi. : apakah dari bapak sendiri gak ada itu, ibaratnya sentilan aja kayak gitu loh pak buat mereka? : pernah anak-anak itu saya putarkan film yang kisahnya keluarga yang besarnya di Kalimantan Barat perbatasan dengan Malaysia "Tanah Surga Katanya". Anak-anak itu juga ketawa waktu nonton waktu nyanyi lagu kebangsaan malah "bukan lautan hanya kolam susu" itukan sebenarnya mereka tersentil, tapi entah mereka ngambil itu juga kan gak tau. : atau mungkin sebelum pembelajaran itu pak, dibahas dulu pak tentang sekarang itu tu karena pengaruh globalisasi juga menurut saya semakin memudarkan juga tentang negara, ada gak pak itu? : emh.. Kalo yang saya hubungkan dengan kasus-kasus aktual, nanti misalnya yang saya hubungkan untuk mengajarkan lagu kebangsaan itu apa, atau berapa sayap garuda, yang simbolik-simbolik seperti itu
Peneliti
Pak Hanis
Peneliti
Pak Hanis
Peneliti
Pak Hanis
Peneliti Pak Hanis
waktunya yang gak cukup.. Kelemahannya itu kalo mengajar yang kearah simbolik. Kalo dalam pemikiran anak-anak kan gak sampe kesitu mbak, mereka yang namanya kognitif itu ya "pengertian adalah..." mereka belum bisa memahami ini tu maksudnya apa, kok harus gambarnya garuda, kok harus lagu kebangsaanya harus lagu Indonesia Raya, kok bukan lagu-lagu yang lain padahal itu juga kan kebangsaan.. Nah itu mungkin kesulitan kalo saya sebagai guru yang paling saya rasakan ya itu masalah dikejar materi. Terus yang kedua tentang pelajaran tidak masuk dalam kompetensi. : tapikan disinikan guru dituntut untuk, kurikulumkan sebagai panduannya saja, kalo guru kan sekreatif mungkin untuk menyampaikan materi itukan terserah guru, gitu pak : nah, disatu sisi kita menghendaki untuk cerdas secara kognitif, disisi lain anak-anak juga tantangannya dengan lingkungannya yang baru, penyesuaian dengan teman-temannya yang baru, itu kan masih sangat banyak yang harus mereka terapkan harus mereka siapkan untuk kehidupan sehari-hari. Untuk menyesuaikan dengan satu kelas saja itu paling tidak waktu tiga bulan mbak, misalnya kebiasaan mereka mandi, kebiasaan mereka makan, itu masih banyak yang karena mereka gak cocok dengan temennya makanya nangis. Atau yang minta pulang ketemu dengan orang tuanya.. Ini kan paling tidak di materi saya sudah saya masukkan hal-hal praktis yang bisa membentuk pribadi mereka yang bisa menghargai guru, sekaligus bisa menghargai orang-orang yang ada di sekitar mereka. Kebutuhan praktisnya disitu, lebih banyak PKn itu untuk membentuk sikap mereka dalam perilaku sehari-hari dalam menghormati orang-orang disekitarnya. : sebenernya menghormati itu yang kayak gimana sih pak menurut bapak sendiri? : kalo menurut saya menghormati itu ya ketika kita tidak ingin diperlakukan buruk dengan orang lain, maka kita berperilaku seperti yang kita harapkan itu. Mungkin itu gampangannya : disini kan basisnya memang agama ya pak ya, beartikan agamanya cuma satu yaitu Islam, ketika mereka dihadapkan dengan mereka yang bukan Islam itu bagaimana pak? : mereka sangat walcome kok, bahkan yang didepan asrama juga punya anjing, bahkan anjingnya suka berkeliaran, karena memang dilatih untuk terbuka dengan perbedaan-perbedaan di sini, ada yang dari Papua 2 orang kelas VII sama kelas VIII, tentunya kan secara fisik itu berbeda, kalo diluarkan mungkin sudah diledekinlah, tapi kalo disini alhamdulillah saya tidak menemukan itu. Paling gojekan-gojekan biasa, tidak sampai rasial. : bearti secara tidak langsung disini bapak hanya mecapai target untuk materi saja, untuk target sikap nya sendiri bagaimana pak? : kalo untuk pembentukan sikap karena memang bukan, tidak sampai masuk kepenilaian, selama ini tidak masuk kepenilaian. Saya mengukurnya dari keaktifan mereka dalam kegiatan belajar, terus cara
mereka merespon pelajaran, cara mereka menghormati ketika teman bertanya, itu yang saya jadikan penilaian mbak. itu bapak hafal semua anak-anaknya? insyaallah iy mbak biasanyakan banyak pengajar itu yang jarang hafal semua siswanya. mungkin bedanya kalau di sini dengan di luar, karena intensitas saya masuk ke asrama itu agak sering jadi bisa hafal satu perrsatu. jadi bapak juga pembina asrama kah? oh tidak, saya tidak menjadi pembina asrama tapi sering main ke asrama. Tapi kayak kemarin selama UN itu saya sempatkan untuk berkunjung ke asrama untuk menyiapkan anak-anak. Sekedar apa setengah 7 untuk mempersiapkan anak-anak, terus minta doa kepada pembimbing itu saya ikut apa ya istilahnya ngoprak’i (nyemangati). Karena memang dari awal saya ceritakan anak-anak itu ibaratnya kehilangan orang tua dan pembimbinglah yang harusnya menyiapkan mereka. nah pak lebih penting manakah jika anak-anak itu nilai kognitifnya bagus, atau lebih baik ketika nilai sikap mereka yang bagus? kedua-duanya jadi ukuran mbak di sini, karena raportnya ada dua. Karena untuk yang nilai raport yang kedua itu raport pesantren, itu kalau misalnya memang ada laporan dari pesantren, apalagi kalau anak itu sering keluar malam tanpa sepengetahuan pihak asrama atau tanpa izin dari pondok, pulang tidak diketahui kabarnya selama beberapa hari atau tidak ikut mengaji atau ketahuan pacaran. Nah itu nanti akan ada penilain sendiri, sehingga meskipun raport negaranya yang raport MTs itu lulus bisa saja untuk tidak diperbolehkan melanjutkan di sini. Jadi kalau raport pesantren bagus ada nilai empat mata pelajaran dan ada yang jatuh tetap dia tidak bisa naik.
Peneliti Pak Hanis Penleiti Pak Hanis
: : : :
Peneliti Pak Hanis
: :
Peneliti
:
Pak Hanis
:
Peneliti
: waktu kemarin itu saya ngobrol sama pak Agung, katanya ada empat mata pelajaran yang utama di sini ya pak yang diutamakan? Ketika misalnya nilai matematika, IPA atau yang lainnya tidak tuntas itu masih bisa diusahakan ya pak untuk tetap tuntas, tapi untuk empat mata pelajaran ini katanya tidak bisa seperti itu. : itu mata pelajaran Akidah Akhlak, Qur’an Hadist, terus PKn, sama Bahasa Indonesia. Kalau sampai itu kurang berarti itu harus kembali ke orang tua. : PKn dan Bahasa Indonesia kok masuk dalam keempat mata pelajaran pokok itu pak? : karena itu termasuk pokok mbak. Selain itu juga sebenarnya ada juga ketentuan kalau lebih dari empat meskipun bukan pelajaran pokok, tapi kalau empat pelajaran itu di bawah KKM tidak naik, tidak kumulatif. : untuk penilaian dalam PKn itu pak dari segi sikap, bapak melakukan penilaiannya itu bapak mengambilnya itu dari mana pak? Apa nilai dari rata-rata atau gimana pak. : kalau selama ini saya ngambilnya rata-rata. Kalau dulu masih KBK penilaiannya bisa tiga, tapi kalau sekarang KTSP itu ternyata raportnya
Pak Hanis
Peneliti Pak Hanis
Peneliti
Pak Hanis
Peneliti Pak Hanis
Peneliti Pak Hanis
Penleiti
Pak Hanis
Peneliti Pak Hanis
Peneliti
tetap standar, yang jadi penilaian tetap kognitif. : dalam penyusunan RPP pertama kali yang bapak siapkan apa aja pak? : di awal sebelum dilakukan tes itu di jelaskan ini nanti yang akan di nilai itu ini. Kadang juga ketika di awal ketika apersepsi kepada akan saya jelaskan ini nanti mau menjelaskan ini, terus habis ini kita akan melakukan permainan ini, dan tujuannya untuk menilai ini. : untuk mengajar dalam menyampaikan karakter kebangsaan itu ada tekhnik khusus gak pak? : karena untuk materinya bukan tentang kebangsaan, secara umum memang kayak kemarin saya sampaikan ke mbak Dwi kebanyakan adalah lewat sisipan-sisipan, lewat cerita yang bisa menambah rasa patriotisme mereka, rasa cinta mereka kepada bangsa dan tanah air mereka, nah mungkin seperti itu. : untuk penyususnan RPP semisal untuk materi SK yang memahami kedaulatan rakyat dan sistem pemerintahan di Indonesia bisa tidak pak dimasukkan karakter kebangsaan? : tiap materi menurut saya bisa mbak dimasukkan karakter kebangsaan itu, biasanya saya sisipkan nilai-nilai nasionalisme itu gimana. Tapi mungkin persentasinya tidak bisa sama, cukup dengan memasukkan misalnya kalau teori kedaulatan itu keterlibatan anak-anak pesantren untuk misalnya membuat kegiatan atau yang kemarin itu kalai tidak salah saya hubungkan dengan kegiatan OSIS teori kedaulatan saya gambarkan seperti itu. Rakyatnya seperti apa, terus pemerintahannya bagaimana. Kedaulatan rakyat itu dalam prakteknya nanti oleh Montesqui dibagi tiga, kekuasaan itu untuk eksekutif, legislatif dan yudikatif. Nah kalau di OSIS nanti ada, keseluruhan kita ini di MTs semuanya adalah anggota OSIS, kalau yang pengurus OSIS itu berarti yang eksekutif, kalau yang MPK itu ibaratnya parlemen atau MPR, DPR-nya, itu saya gambarkan seperti itu. Nanti tugasnya ini supaya kerjasama bareng-bareng, kalau yang tradisinya di sini itu kan setiap satu tahun itu MPK mengadili OSIS, pokonya nyari kekurangan-kekurangan yang belum dilaksanakan OSIS. Nah itu yang baru akhir-akhir ini saya pengen merombak itu, soalnya selama ini itu jadi tradisi bahkan tidak hanya di sini juga kalau kepengurusan pesantren juga seperti itu. Saya pengennya dari anak-anak itu tidak hanya sekedar menghakimi, tetapi kalau bisa nyari solusi bareng-bareng untuk samasama memajukan untuk anak-anak. Nah itulah fungsi kedaulatan, karena kebetulan saya ngajarnya baru tiga tahun ini, baru bisa menghubungkan titik temunya dengan OSIS dan kegiatan OSIS. : saya pernah liahat di web MTs Ali Maksum ini, ada pengembangan batik kalau tidak salah pak, apakah untuk saat ini masih berjalan atau tidak pak? : masih, setiap tahun untuk anak kelas VIII ada study museum, seperti misalanya ke istana negara, tempat pembuatan batik, terus pernah kekasongan juga, pernah ke tempat mainan education yang digunakan oleh pengguna-pengguna cacat, terus ke makam-makam Sultan Imogiri juga dilakukan. Itu untuk kelas VIII setiap satu tahun. : alasan kenapa memilih yang kelas VIII saja kenapa ya pak kalau boleh
Pak Hanis
Peneliti Pak Hanis
Peneliti Pak Hanis
Penleiti Pak Hanis Penleiti Pak Hanis Peneliti Pak Hanis
Peneliti Pak Hanis
Peneliti Pak Hanis
tau? : itu terkait kebijakan mungkin mbak, itu bisa ditanyakan. Tapi secara sepintas itu saya melihatnya biar anak-anak tidak hanya belajar di dalam kelas, melihat, mengamati, merasakan pengalaman belajar yang di luar kelas agar bisa membentuk pengalaman mereka sendiri. : menurut bapak terlambat tidak sih ketika di SMP ini mereka itu sama sekali tidak mengenal tentang bangsa atau negaranya sendiri? : jelas terlambat mbak, kasian kalau sampai bahkan terhadap negaranya sendiri mereka gak cinta kasihan, terlebih lagi cara berpikir anak-anak bagaimana saya study terus yang penting saya dapat nilai sebaik-baiknya, setinggi-tingginya, sekolah setinggi-tingginya, saya dapat pekerjaan sebaik-baiknya, udah gitu aja entah nanti yang bayarin dari perusahaan mana yang penting dia bisa makan. Kan cara berpikirnya sekarang seperti itu semua. Ketika tidak ada rasa memiliki terhadap bangga, tidak ada rasa memiliki terhadap sesama saudaranya itu yang akan membuat Indonesia ini akan bubar. : nah bagaimana cara bapak untuk menanamkan rasa bangga kepada siswa itu pak? : nah itu, kalau saya itu tidak lewat simbol, barangkali lewat tradisi-tradisi agama, tradisi-tradisi yang berkembang di pesantren yang itu lebih mudah bagi mereka untuk memperaktekkan. : itu dalam proses pembelajaran atau di luar pembelajaran pak? : bisa di dalam pembelajaran, bisa di dalam kegitan sehari-hari. : kalau yang di dalam pembelajaran itu seperti apa pak misalnya? : cerita-cerita, nonton film, atau drama bikinkan naskah anak-anak yang memerankannya. : drama tentang apa ya pak materinya? : materinya bisa macem-macem, kalau pas kaitannya dengan kepahlawanan berarti cerita tentang dialog antar beberapa pejuang. Pokoknya macemmacemlah bisa. : untuk kegiatan ekstrakulikuler sendiri itu di sini ada apa aja pak? yang menangani itu pesantren, yang saya ketahui misalnya taekwondo, pencak silat, qiro’ah, terus pidato ada. Pidato empat bahasa, bahasa Jawa, Bahasa Inggris, nanti ada lomba pidato Bahasa Arab dan itu dilombakan. Hanya yang belum ada pelatihan, karena selama ini itu belum ada. Pembiasaan kearah tau-tau ada lomba tapi itu tidak dilatih, itu yang belum saya temukan selama ini, kira-kira siapa yang bisa jadi pelatih. di profil madrasah itu kalau tidak salah saya lihat ada ekstrakulikuler pramuka, nah itu berjalan gak sih pak? kalau di sini itu yang berjalan PMR, kalau pramuka dulu sempat diusulkan, yang berjalan itu di SMP bukan di MTs. Kalau di MTs itu dari dulu sempat ada, kalau di sini sebenarnya ada pelatih pramuka. Kebijakan pesantren karena kalau pramuka itu apa ya istilahnya dalam dunia fikih itu nanti ikhtilaf atau terjadi percampuran antara laki-laki dan perempuan campur. Karenakan pantauannya kalau yang namanya kemah, PERSAMI, itu kan sampai malam, tidak bisa 24 jam ngawasi anak per anak, nah
Peneliti
Pak Hanis
Penleiti Pak Hanis
Penleiti Pak Hanis
Penleiti
ketika ini nandi adanya ketemuan atau yang lainnya nah itu malah rusak semuanya. kemarin saya ikut masuk kelas pak Agung pak, nah pas waktunya adalah ulangan. Ternyata anak-anak sendiri itu banyak yang melakukan kecurangan, itu menurut bapak gimana pak?kan di sini basisnya agama yang sudah berulang kali mungkin diajarkan tentang akhlak jujur. mungkin mereka masih apa ya kalau buat saya sering kali anak-anak itu salah dalam mempraktekkan dalam hal peduli pada teman, karena mereka setiap hari 24 jam bersama coba bayangkan rasa kebersamaan lebih kuat dibandingkan dengan anak-anak sekolah lain, benar bahkan yang kelas IX ini sampai yang kebetulan saya walinya sendiri dan tiap guru masuk itu angkat tangan semua, tiap kali tes mesti seperti itu, kerjasama semua. Tapi itu tidak bisa siapa yang pertama kali ngasih contekan atau siapa pertama kali yang nyontek tidak ada yang ketahuan, saking kompaknya. Nah ini yang unik di situ, kadang-kadang anak-anak itu belum bisa membedakan, nah itu di satu sisi bagi saya mungkin anak-anak belum bisa memahami, belum bisa membedakan mana yang harus bekerjasama mana yang harus tidak bekerjasama. Itu yang selama ini yang saya pahami, terus kalau soal kecurangan, gini kalau saya juga melihat kalau anak-anak itu seringkali ketika dalam pelajaran sehari-hari itu tugasnya tidak hanya satu, PR itu tidak hanya satu pelajarannya saja, itu sehari PRnya itu bisa lebih dari pelajaran yang peroleh di sini. Kadang-kadang di pondok juga mengharuskan mereka ada hafalan kosa kata, ada hafalan asmaul husnah, terus belum ketika mereka ngaji harus melakukan setoran, yang namanya ngaji setoran itu kan anak-anak awalnya kan sudah disiapkan, dibacakan oleh gurunya, habis dibacakan oleh gurunya nanti sebelum hari berikutnya dia harus baca dulu, dia kemudian ngadep gurunya dikasih bacaan yang kosong, kitab yang kosong. Ini kan mereka harus menyiapkan, jadi sering kali karena ketidakmampuan mereka ya sudah mereka pasrah sama temannya, saling membantu dan dariketidakmampuan mereka tadi itu husnuzhan saya. Tapi selebihnya mungkin ada anak-anak yang punya kebiasaan yang kurang baik, memang karena bawaan dari awalnya atau di SD, karena dari awal dia sudah merasakan gak PD (percaya diri) bisa mengerjakan pelajaran sendiri. apa dampaknya itu nanti tidak buruk pak jika kondisinya seperti ini terus, dengan kebersamaan yang sedikit keliru ini? triknnya itu biasanya dipecah, setelah dipecah misalnya dipecah kamar, dipecah kelasnya itu baru mereka harus mencari teman lagi, mereka harus menyesuaikan lagi mau tidak mau, mau gak mau mereka harus belajar. Biasanya kesadaran itu baru muncul ketika menjelang UN. Jadi seringkali terlambat baru mereka mau belajar. dalam pembuatan soal untuk ulanagn PKn sendiri ada kesulitan tidak pak? alhamdulillah tidak, kalau untuk soal-soal tahun kemarin kan bisa dijadikan referensi terus juga tinggal penyesuaian dengan materi-materi baru yang ada isu-isu baru mungkin bisa saya sisipkan dikit. terkait penghapusan empat pilar kebangsaan itu pandangan bapak gimana
Pak Hanis
Peneliti Pak Hanis
Penleiti Pak Hanis
Penleiti
Pak Hanis
sih? saya rasa memang masih cukup kontradiktif. Di satu sisi kita punya Pancasila, lima dasar tapi kok ini ada empat pilar nah saya belum berani menjelaskan kepada anak-anak tentang empat pilar itu. Ngapain ada UUD, Pancasila, itu kok harus dihadap-hadapkan dengan satu sisi Pancasila itu sudah ada dasar negara kok ada pilarnya lagi. Kalau menggambarkan kepada anak-anak tentang dasar dan sama sila itu kan bingung. Daripada masih kontradiksi seperti itu ya sudahlah biar gak jadi polemik pada anak-anak. anak-anak itu kebingungan gak sih pak tentang apa itu dasar negara, sistem perintahan itu yang seperti apa dan lain sebagainya itu? sangat sulit untuk membedakan Pancasila sebagai A, Pancasila sebagai B itu anak-anak sangat sulit. Terlalu banyak simbol yang harus dipahami anak. Sebagai simbol, sebagai dasar, sebagai cara pandang. Emang bedanya simbol, dasar dan cara pandang itu apa pak? Itu sering ditanyakan anak-anak bapak kesulitan tidak menjelaskan kepada anak-anaknya? iya saya kesulitan dalam menjelaskannya, usia mereka tentunya berbeda dengan para pembuat kebijakan di atas. Tapi mau gak mau itu semua harus mereka kuasai, sehingga paling-paling saya kasih clue. Kalau menyinggung tentang identitas kemungkinan yang keluar itu ini, ini, ini. Kalau membahas tentang dasar berarti nanti kemungkinannya ini, tak pancing pake clue itu, misalnya ada soal-soal terkait itu. Kalau dalam pemahaman saya kasih pemahaman yang global saja mbak, dalam prakteknya mereka bingung, untuk memahami bingung apalagi sampe mempraktekkannya. Negara sama pemerintah saja bingung mbak, rakyat, warga negara, bangsa juga masih bingung anak-anak. Terlalu banyak istilah, terlalu banyak simbol, mungkin kalau ada penelitian lebih lanjut bisa untuk analisis buku, supaya menyederhanakan pembahasanpembahasan untuk pembelajaran Kewarganegaraan biar tidak terlalu banyak istilah, tidak terlalu banyak simbol, harapannya biar lebih mudah. Sekarang kan malah yang tidak ada adalah tentang pendidikan moral. pembahasan tentang karakter itu kan sudah banyak ya pak, baik pada acara seminar ataupun diskusi tapi untuk tindak lanjutnya itu belum maksimal. Nah menurut bapak masih penting gak sih anak-anak itu diberitahu tentang karakter itu adalah ini, ini pak? Atau secara tidak langsung saja pak menjelaskannya, ini baik dan ini tidak baik seperti itu? kalau saya secara tidak langsung, karena kalau bahas karakter itu aja banyak tokoh yang masih polimek, karakter itu apa sih, pendidikan karakter itu apa sih masih banyak yang bingung. Yang sederhanasederhana saja, sekiranya mereka bisa membedakan yang baik dan yang tidak baik. tapi kalau masuk lagi ke wilayah filsafat antara baik sama benar, atau baik sama indah nanti sudah beda lagi itu artinya. Ini baik tapi kurang pas yang seperti itu anak-anak kadang masih belum bisa membedakan. Nah itu mangkanya ada contoh-contoh anak-anak itu bekerjasama, baik tapi kurang pas.
Penleiti
Pak Hanis
Penleiti Pak Hanis
Penleiti
Pak Hanis
Peneliti Pak Hanis
Peneliti
Pak Hanis
Peneliti Pak Hanis
nah ketika ada beberapa guru yang masuk dalam kelas yang katakanlah kelas itu unik, artinya beda dengan yang lain, dan ada guru yang mengatakan secara langsung bahwa kelas itu adalah kelas yang paling kekurangan gimana pandangan bapak? Apakah tidak berakibat buruk bagi rasa persaudaraan mereka nantinya pak? mungkin faktor dari guru bisa, karena ketidaktahuan guru kalau perkataan seperti itu akan berdampak tidak baik bagi psikologis anak-anak. Tapi yang kelas anak-anak terutama (menyebutkan kelas) itu memang unik. Memang kalau dari sisi kognitif mereka kurang, tapi dari sisi yang lain mereka punya bakat-bakat di bidang non akademik. Misalnya ada yang pinter akting, biasanya anak-anak yang seperti itu nanti akan kelihatan hidup ketika mereka menampilkan keterampilannya. Biasanya anak-anak yang bermasalah itu malah meninggalkan kesan. ketika kemarin bapak diminta untuk mengajar PKn, ada persiapan tidak pak yang bapak lakukan? saja juga belajar juga, waktu itu saya kebetalan dapat bukunya dari Elqis, buku saku Kewarganegaraan, kalau gak salah yang nyunting itu Shalahudin Wahid. Buku saku Kewarganegaraan, jadi bukan buku apa ya, di sana ada nasionalisme, tentang hubungan islam dengan negara. bapak tidak kerepotan mengajar tiga mata pelajaran sekaligus pak? Di mana harus menyiapkan RPP, soal-soal ulangan, materi dan lain sebagainya. kalau yang Aqidah Akhlak itu kan sudah kebetulan sertifikasi saya sudah ada jadi tinggal melanjutkan. Terus baru tiga tahun terakhir ini baru mendapatkan PKn, dan tahun ini karena untuk melengkapi jam saya ditambahi SKI. bapak merasa terbebani tidak mengajar PKn ini? alhamdulillah tidak, saya enjoy aja. Kalaui di sini mbak tradisi pesantren itu menempatkan santri itu sama seperti adek, sama seperti teman, sama seperti anak. Jadi ya sama seperti kita berbagi, sama seperti kita cerita, sama seperti kita mengungkapkan masalah, dengan waktu yang minim untuk pembelajaran di sekolah ini ketika materinya itu masih banyak dan belum selesai cara bapak untuk mengatasinya bagaimana pak? untuk semester gasal kemarin saya kompakan sama pak Agung karena tadinya itu kan tiga, tiga itu yang terakhir kelas VIII itu materi ketaatan tapi hubungannya dibelakang itu menanamkan sikap anti korupsi ini lumayan berat ini, korupsi aja harus dijelaskan dulu baru nanti anti korupsi. Nah materinya terlalu banyak pak, terlebih lagi untuk smester gasal kan di sini waktunya sangat singkat, karena untuk romadhan itu di cut sendiri untuk kegiatan pengajian pesantren. Akhirnya ya sudah bab tiga tentang ketaatan kita masukkan di semester genap. atau mungkin ada tambahan khusus seprti tugas gitu pak kalau materinya belum selesai dijelaskan? enggak, saya sendiri kadang-kadang gak tega mbak, anak tugasnya sudah terlalu berat. Jadi kadang-kadang sampai gak teganya karena memang
Peneliti Pak Hanis
seringnya dipasangnya di jam terakhir lihat anak-anak ngantuk pun saya gak tega untuk membangunkannya. Tapi sekiranya untuk menunjukkan hal-hal yang disiplin itu saya bangunkan atau saya ingatkan ketika baju tidak rapi juga. pernah gak pak, bapak memaksakan materi kepada anak-anak walaupun dengan kondisi anak-anak yang sperti itu. biasanya saya keluar dari skenario, biasanya saya bikin permainan apa yang bisa membuat mereka segar dulu, setelah ada perasaan senang baru saya ajak belajar lagi.
Wawancara Siswa Tanggal 29 April 2014 Ahmad Sabani (VIII A Putra)
Peneliti Sabani
Peneliti Sabani
Peneliti Sabani peneliti Sabani Peneliti Sabani Peneliti Sabani Peneliti
Sabani Peneliti
: menurut kamu pembelajaran yang dilakukan oleh pak Hanis itu gimana dek? : menurut saya sih pelajaran pak Hanis itu enak, kan bisa menyangkut tentang sejarah juga, semakin menambah wawasan jadinya. Tapi kadang-kadang sering juga kalau saya dengerin itu suka ngantuk. : menurut kamu dek, metode pembelajaran yang dilakukan pak Hanis itu meyenangkan apa tidak? : seringnya ceramah, ya tergantung ceramahnya tentang apa dulu bu. Kalau misalkan tentang sejarah-sejarah itu paling menyenangkan, tapi untuk materi lain biasanya saya ngantuk. : kalau kegiatan penutup yang dilakukan pak Hanis itu apa aja dek, sekedar salam terus ditutup apa ada yang lainnya? : kalau mau menutup pembelajaran itu biasanya di kasih motivasi-motivasi dulu terus baru salam. : motivasinya yang kayak gimana dek? : ya kayak belajar yang rajin gitu bu : kamu tahu gak di PKn itu ada materi tentang apa aja dek? : tentang hukum, Undang-undang, Politik, apa lagi ya. Hak Asasi Manusia itu aj sih bu. : oke ada hukum, politik, terus ada juga loh tentang sikap, nah kamu tahu gak dek sikap itu apa sih? : gak tau bu : sikap itu kan banyak ya dek, ada sikap baik yang meliputi sikap mandiri, Tanggung jawab, kejujuran, cinta kepada sesama, cinta kepada bangsa dan negara dan lain sebagainya. Nah kalau sikap nasionalisme kamu tahu gak dek itu yang seperti apa? : kurang tahu bu, : sikap yang cinta dan bangga terhadap tanah air, sikap yang lebih mengutamakan kepentingan bersama dibandingkan kepentingan diri sendiri dan kelompoknya, nah contoh sikap yang bangga dan cinta sama tanah air
Sabani Peneliti Sabani Peneliti Sabani Peneliti Sabani
Peneliti
Sabani Peneliti Sabani Peneliti Sabani Peneliti Sabani Peneliti Sabani Peneliti Sabani Peneliti Sabani Peneliti Sabani Peneliti sabani Peneliti Sabani penelitii Sabani Peneliti Sabani Peneliti Sabani Peneliti sabani Peneliti
Indonesia ini yang seperti apa sih misalnya? : contohnya ya melestarikan budaya asli Indonesia : oke yang kaya apa misalnya? : menjaga dan memainkan alat musik tradisional, suka makanan asli Indonesia : kamu sendiri suka gak sama budaya Indonesia? : ada yang suka, ada yang enggak : yang suka dan gak sukanya yang kayak apa? : yang gak sukanya ya yang terlalu apa ya memainkan alat musik yang susah-susah itu, kalo yang sukanya ya mainin alat musik yang mudah itu saya suka : Nah kan di sekolah ini gak cuma dari satu daerah aja kan teman-temannya, banyak juga yang dari luar daerah Pulau Jawa. Kamu sendiri memandang banyaknya teman-teman yang dari luar Pulau Jawa ini gimana dek? : Ya bagus malahan bu, kan jadi tau kalau orang-orang di luar Pulau Jawa itu kayak apa sih, kita kan jadi sama-sama bisa belajar bu : kira-kira kalau di sini itu upacaranya satu bulan sekali ya, nah makna upacara buat kamu itu apa dek? : kalau menurut saya upacara itu hanya sekedar menghormati-menghormati : jadi penting gak sih menurut kamu kegiatan upacara itu? : penting juga sih penting, tapi susah lah jelasinnya : berarti kalau gak ada kegiatan upacara itu gak papa? : ya gak papa : kalo kamu sendiri mending ada upacara apa enggak ada? : mendingan ada upacara : kenapa? : kalau sering ada upacarakan kita jadi sering mengingat pahlawan-pahlawan : emang pahlawan yang kamu siapa aja? : ya banyak bu, kayak Cut Nyak Dien : itu gak banyak yang kamu tahu tapi cuma satu dek : tau bu tapi lupa : presiden pertama Republik Indonesia siapa sih? : Soekarno : wakilnya? : Bung Hatta : dari semua mapel yang ada, yang paling berpengaruh sama pembentukan sikap kamu yang mana? : ya pelajaran PKn ini : berpengaruhnya yang kayak gimana? : ya kalau di PKn kan mengetahui tentang peraturan-peraturan, yang memberikan aturan kepada rakyatnya. : lagu Kebangsaan kita apa coba? : Indonesia Raya : hafal gak? : lupa sedikit bu : lagu nasional yang kamu hafal apa?
Sabani Peneliti Sabani Peneliti sabani
: gak tau judulnya (menyanyikan lagu nasional “Garuda Pancasila” sampai dengan selesai) : kamu tau gak sila ke tiga itu bunyinya seperti apa? : lupa (tertawa) : Pancasila hafal gak apa aja sila-silanya? : (menyebutkan sila-sila Pancasila dengan urut dan benar), kalo ndak urut saya kadang lupa bu
Wawancara Tanggal 28 April 2014 Muchlis (VII C Putra) Peneliti Muchlis Peneliti Muchlis Peneliti Muchlis Peneliti Muchlis Peneliti Muchlis Peneliti Muchlis Peneliti Muchlis Peneliti Muchlis Peneliti Muchlis Peneliti Muchlis Peneliti Muchlis Peneliti Muchlis Peneliti
Muchlis
: Ketika pembelajaran baru akan dimulai, biasanya apa saja yang dilakukan oleh guru PKn dek? : Berdoa sama presensi : Selain itu biasanya guru PKn-nya tanya kabar tidak? : Ya waktu presensi itu bu, tanya kabar terus tannya kalau ada yang gak masuk itu kenapa : Alasan kenapa milih sekolah di sini kenapa dek? : Kan sekolah ini terkenal terus disuruh orang tua : Selama belajar di sini, khususnya waktu pelajaran PKn itu gimana dek?apa yang kamu rasain? : Enak, seneng soalnya kita jadi tau berita-berita terbaru : Metode pembeljaran yang sering diajarkan sama guru PKn-nya apa aja dek? : Ceramah, nonton film pernah debat juga : Nonton filmnya tentang apa? : Pendidikan : Dari nonton film itu apa yang bisa kamu ambil dek manfaatnya? : Nilai-nilai baiknya bu, : Emang nilai-nilai yang baik itu yang kayak apa? : Ya kalau dengan guru sopan tidak melawan : Nah kalau nilai karakter kamu tahu gak dek? : Enggak bu : Contohnya itu kayak kedisiplinan, tanggung jawab, cinta tanah air dll : Oh iya tau kalau itu bu : Nah kalau cinta dan bangga terhadap bangsa, negara dan tanah air itu contohnya kayak gimana dek? : Menghargai jasa para pahlawan, sama kita cinta sama negara kita : Nah kalau makna upacara bendera sendiri buat kamu apa dek? : Ya itu bu biar bisa menginganat jasa pahlawan : Perasaan kamu ketika mengikuti upacara bendera itu gimana dek, walaupun di sini upacaranya hanya satu kali dalam sebulan dan itu untuk harunya gak tentu : Seneng bisa lebih semangat kalau upacara, bisa mengingat sejarah Indonesia jadinya
Peneliti Muchlis peneliti Muchlis Peneliti Muchlis Peneliti Muchlis Peneliti Muchlis Peneliti Muchlis Peneliti Muchlis peneliti Muchlis Peneliti Muchlis Peneliti Muchlis
: Pembelajaran yang dilakukan oleh guru PKn pada waktu penutup yang dilakukan apa aja dek? : Kadang dikasih motivasi terus kasih tugas buat pertemuan besok sama salam : Motivasinya yang kayak apa? : Semangat buat belajar jangan males, jaga kebersihan : Kamu bangga gak jadi orang Indonesia? : Bangga : Kenapa bangganya? : Pahlawan dulu pake bambu aja bisa ngalahin penjajah, terus kita banyak tempat wisatanya bu : Sama produk buatan Indonesia kamu bangga gak? : Bangga juga bu : Misalnya apa coba? : Kayak wayang kulit, batik : Mapel PKn itu menurut kamu mapel yang seperti apa dek? : Menyenangkan : Kenapa menyenangkannya? : Bisa tau tentang hukum : Contohnya? : Korupsi bu : Dari semua Mapel yang ada, yang paling berpengaruh sama pembentukan sikap kamu yang mana dek? : Agama sama PKn ini bu
Observasi di kelas VII F Putri
Wawancara Agung Wicaksono, S. Pd M.Si
Wawancara Kelas VIII A Putra
Wawancara A. Hanis Thoriq, S.H.I,