IV.
4.1
KONDISI UMUM WILAYAH
Kondisi Gografi Provinsi Maluku terletak di bagian Timur Indonesia,
secara administratif
terbagi atas 9 Kabupaten, 2 Kota, 73 Kecamatan, 873 Desa, 33 Kelurahan. Luas wilayah provinsi Maluku secara keseluruhan adalah 581.376 km2 yang terdiri dari luas lautan 527.191 km2 dan luas daratan 54.185 km2 atau dengan kata lain 90 % wilayah Provinsi Maluku adalah lautan. Sehingga Provinsi ini merupakan Provinsi Kepulauan dengan jumlah pulau sebanyak 599 buah pulau besar dan kecil. Berdasarkan letak astronomis Provinsi Maluku terletak antara 2o 30’ – 9o Lintang Selatan dan 124o – 136o Bujur Timur, dengan batasan wilayah sebagai berikut : -
Sebelah Utara
:
Laut Seram
-
Sebelah Selatan
:
Lautan Indonesia dan Laut Arafura
-
Sebelah Barat
:
Pulau Sulawesi/Laut Sulawesi
-
Sebelah Timur
:
Pulau Irian/Provinsi Papua
Gambar 4.1. Peta Provinsi Maluku
20
Tabel 4.1.Jumlah Kabupaten, Kecamatan, Desa dan Kelurahan di Provinsi Maluku No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Kabupaten/Kota Maluku Tenggara Barat Maluku Barat Daya Maluku Tenggara Maluku Tengah Buru Buru Selatan Kep. Aru Seram Bagian Barat Seram Bagian Timur Ambon Tual Jumlah
Ibukota Saumlaki Wonreli Langgur Masohi Namlea Namrole Dobo Piru Bula Ambon Tual
Kecamatan 9 8 6 14 5 5 7 4 6 5 4 73
Jumlah Desa 70 117 86 167 54 55 117 89 62 30 26 875
Kelurahan 1 1 6 2 20 3 33
Sumber: Maluku Dalam Angka Tahun 2009
4.2
Penduduk dan Tenaga Kerja
4.2.1. Jumlah dan Kepadatan Penduduk Jumlah penduduk Provinsi Maluku terus meningkat mulai dari tahun 2000 sampai pada saat tahun 2008. Pada tahun 2000 jumlah penduduk Provinsi Maluku mencapai 1.200.067 jiwa, naik pada tahun 2007 mencapai 1.420.433 jiwa dan pada tahun 2008 naik menjadi 1.440.014 jiwa. Laju pertumbuhan penduduk di provinsi ini meningkat dari tahun 2000 sampai 2008 sebesar 3,95 %, dengan penyebaran penduduk yang tidak merata, dimana Kabupaten Maluku Tengah penyebaran penduduknya mencapai 25,62% sementara Kabupaten Buru Selatan hanya mencapai 3,23 %. Jumlah penduduk di Provinsi Maluku yang berjumlah 1,4 juta jiwa lebih ini mendiami wilayah seluas 54.185 km2, dengan kepadatan penduduk pada tahun 2008 sekitar 27 orang per km2. Secara umum masih dikatakan sebagai daerah yang jarang penduduknya, namun untuk Kota Ambon angka kepadatan tertinggi yaitu mencapai 746 orang tiap km2 dan kepadatan terendah ada di Kabupaten Maluku Tenggara Barat yaitu 9 orang tiap km2.
21
Tabel4.2. Jumlah dan Penyebaran Penduduk di Provinsi Maluku Tahun 2008 No
Kabupaten/Kota
Jumlah Penduduk
Penyebaran Penduduk
Kepadatan Penduduk
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Maluku Tenggara Barat Maluku Barat Daya Maluku Tenggara Maluku Tengah Buru Buru Selatan Kep. Aru Seram Bagian Barat Seram Bagian Timur Ambon Tual Jumlah
93.621 69.612 102.991 368.874 94.116 51.754 80.140 158.937 85.353 281.293 53.323 1.440.014
6,5 4,83 7,15 25,62 6,90 3,23 5,57 11,04 5,93 19,53 3,70
9 15 30 32 18 12 13 39 22 746 210
Sumber: Maluku Dalam Angka Tahun 2009
4.2.2. Tenaga Kerja Salah satu ukuran yang sering digunakan untuk mengetahui keadaan ekonomi penduduk adalah Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK).Ukuran ini biasanya digunakan untuk mengetahui persediaan tenaga kerja.TPAK di Provinsi Maluku pada tahun 2008 sebesar 62,82 %.
Tabel 4.3. Jumlah Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) No
Kabupaten/Kota
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Maluku Tenggara Barat Maluku Barat Daya Maluku Tenggara Maluku Tengah Buru Buru Selatan Kep. Aru Seram Bagian Barat Seram Bagian Timur Ambon Tual
Jumlah Penduduk 93.621 69.612 102.991 368.874 94.116 51.754 80.140 158.937 85.353 281.293 53.323
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) 69,64 *) 62,55 59,51 65,85 **) 62,62 69,89 58,76 58,83 ***)
Sumber: Maluku Dalam Angka Tahun 2009
Catatan : *) : Termasuk dalam Kabupaten Maluku Tenggara Barat **) : Termasuk dalam Kabupaten Buru ***): Termasuk dalam Kabupaten Maluku Tenggara
22
4.3
Sarana dan prasarana Transportasi Laut Sebagai wilayah kepulauan, perjalanan orang melalui laut di Propinsi Maluku
sangatlah dominan. Untuk menjangkau seluruh masyarakat Maluku yang tersebar pada pulau – pulau kecil maupun besar terdapat 8 (delapan) lintasan penyeberangan yang dilayani oleh 8 (delapan) kapal milik PT. ASDP dan 1 (satu) kapal milik swasta, sedangkan untuk transportasi laut dilayani oleh 6 (enam) unit kapal PT. PELNI yang menyinggahi 6 (enam) pelabuhan laut serta 8 (delapan) lintasan pelayanan kapal perintis yang dilayani oleh 8 (delapan) kapal perintis, seperti terlihat pada tabel berikut ini:
Tabel4.4. Lintasan Penyeberangan Armada Penyeberangan Tahun 2008 Kota/Kabupaten
Lintasan
Kapal
Ambon
Poka - Galala
KMP. Gabus KMP. Mujair
Maluku Tengah
Tulehu – Haruku – Saparua - Wailey
KMP. Cendrawasih KMP. Terubuk
Maluku Tengah
Hunimua – Nalahiya - Amahai
KMP. Kerapu II KMP. Danau Rana
Pulau Buru
Namlea – Ambalau - Wamsisi
KMP. Layur
Maluku Tengah – Seram Bagian Barat
Hunimua - Waipirit
KMP. Samandar
Ambon –Pulau Buru
Galala - Namlea
KMP. Danau Rana
Maluku Tenggara – Kepulauan Aru
Tual – Dobo - Benjina
KMP. Kormomolin
Maluku Tenggara – Maluku Tenggara Barat
Tual – Larat – Saumlaki - Tepa
KMP. Kormomolin
Sumber: Dinas Perhubungan Provinsi Maluku, 2009
23
Tabel4.5. Jaringan Pelayanan Kapal PELNI, Tahun 2008 No.
Nama Kapal PELNI
Trayek
1.
KM. Lambelu
Bitung – Ternate – Namlea – Ambon – Bau-bau Makassar
2.
KM. Ciremai
Makassar – Bau-bau – Ambon – Banda – Tual – Fak-fak
3.
KM. Bukit Siguntang
Makassar – Bau-bau – Ambon – Banda – Tual – Fak-fak
4.
KM. Dorolonda
Makassar – Ambon – Fak-fak - Sorong
5.
KM. Kalimutu
Makassar – Bau-bau – Wanci - Ambon – Saumlaki – Tual – Dobo - Timika
6.
KM. Pangrango
Ambon – Namlea – Kobisadar – Bula – Geser – Tual – Larat – Saumlaki – Tepa – Leti – Kisar – Kupang
Sumber: Dinas Perhubungan Provinsi Maluku, 2009
KM. Ciremai KM. Bukit Siguntang KM. Kalimutu KM. Pangrango
Gambar 4.2. Jaringan Pelayanan Kapal PT. PELNI
24
Tabel 4.6. Jaringan Trayek Angkutan Laut Perintis Maluku, Tahun 2008
Pangkalan
Kode Trayek
Armada
Jaringan Trayek
Lama/ VOY (hari)
Ambon - Geser
19
R - 23
KM. Cantika Pratama 02
R - 24
KM. Manusela
Ambon - Piru
21
R - 25
KM. Maloli
Ambon - Tual
24
R - 26
KM. Banda Neira
Ambon - Amahai
25
R - 27
KM. Alken Permata
Tual - Elat
29
R - 28
KM. Abdi Sejahtera
Tual - Elat
26
R - 29
KM. Terun Narnitu
Saumlaki - Ambon
25
R - 30
KM. Tanimbar Permai
Saumlaki - Tepa
21
Ambon
Tual
Saumlaki Sumber: Dinas Perhubungan Provinsi Maluku, 2009
Ke Sorong
Ke Kalabahi, Surabaya Ke Kalabahi, Surabaya Ke Makassar, Biringkasi Ke Upisera, Kupang
Pangkalan Ambon
Pangkalan Tual
R - 23 R - 24 R - 25 R - 26
Ke Kupang
2 ADPEL 17 Satker 11 Kanpel 30 Pelabuhan Singgah Belum ada Dermaga
R - 27 R - 28
Pangkalan Saumlaki R - 29 R - 30
25
Gambar 4.3. Jaringan Kapal Perintis
4.4
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Potensi ekonomi yang menjadi motor penggerak pembangunan suatu wilayah
dapat diukur dari kontribusi masing – masing sector terhadap nilai riil Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Dari hal ini juga dapat dilihat struktur perekonomian atau peranan setiap sektor ekonomi dalam suatu wilayah. Sektor – sektor ekonomi yang mempunyai peran besar menunjukan dominasi perekonomian suatu daerah. Perkembangan PDRB Provinsi Maluku atas dasar harga konstan dari tahun 2000 – 2007 adalah seperti pada Tabel 4.7 di bawah ini. Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa pada tahun 2000 – 2001 terjadi pertumbuhan ekonomi yang negatif sebagai akibat dari terjadinya konflik sosial.Namun sejak tahun 2002 – 2005 terjadi pertumbuhan ekonomi yang cukup signifikan dengan rata – rata pertumbuhan sebesar 4,17%. Pada tahun 2006 terjadi penurunan pertumbuhan hingga 0,38% yang meningkat lagi pada tahun 2007 sebesar 7,86%.
Tabel 4.7. PDRB Propinsi Maluku Atas Dasar Harga Konstan 2000(Juta Rupiah) Sektor 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Pertanian Pertambangan & Penggalian Industri Pengolahan Listrik dan air minum Bangunan Perdagangan, Hotel & Restoran Pengangkutan & Komunikasi Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan Jasa - jasa PDRB
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
1.011,75
999,91
1.009,75
1.029,45
1.058,27
1.096,73
1.135,54
1.180,10
21,82
23,61
24,38
25,26
26,02
26,95
27,84
25,26
149,73
139,16
139,47
142,17
147,07
152,39
153,89
163,54
24,23
17,30
14,65
15,95
17,19
18,25
19,46
20,59
31,53
33,49
35,38
37,37
39,37
41,65
39,93
42,23
634,92
655,22
683,18
719,66
757,10
802,38
776,75
830,28
231,53
210,84
226,10
257,27
288,27
318,85
350,77
376,98
143,76
149,88
158,51
168,61
174,65
181,48
115,21
201,98
520,00
538,88
556,33
574,74
594,06
620,56
652,10
687,63
2.769,26
2.768,29
2.847,74
2.970,46
3.102,00
3.259,24
3.271,47
3.528,58
Sumber: Maluku Dalam Angka Tahun 2009
26
Di lihat dari Tabel 4.7 maka sektor usaha yang paling banyak memberikan kontribusi terhadap PDRB, adalah sektor pertanian dengan rata – rata kontribusi per tahun mencapai 34,8%, dilanjutkan dengan sector usaha perdagangan, hotel dan restoran dengan rata – rata sebesar 23,9% per-tahun. Penyumbang terbesar selanjutnya adalah sektor jasa – jasa dengan kontribusi sebesar 19,3%.
MALUKU TENGGARA BARAT 4.5
Kondisi Geografis dan Administrasi Kabupaten Maluku Tenggara Barat (MTB) merupakan salah satu kabupaten di
Provinsi Maluku yang baru didirikan satu dasawarsa lalu (1999) berdasarkan UndangUndang nomor 06 tahun 2000 tentang Perubahan Undang-Undang nomor 46 tahun 1999 tentang Pembentukan Provinsi Maluku Utara, Kabupaten Buru, dan Kabupaten Maluku Tenggara Barat.
Dalam usianya yang relatif singkat, Kabupaten MTB
mengalami pemekaran lagi setelah diterbitkannya Undang-Undang nomor 31 tahun 2008 tentang Pembentukan Kabupaten Maluku Barat Daya (MBD).
4.5.1 Kondisi Geografis Letak geografis wilayah merupakan suatu potensi yang cukup strategis untuk mendukung interaksi wilayah Maluku Tenggara Barat dengan wilayah luar, baik dalam skala regional, nasional maupun internasional, terutama jika didukung dengan adanya fasilitas transportasi darat,laut dan udara. Kabupaten Maluku Tenggara Barat secara astronomi terletak antara 6º - 8º30, LS dan125º45 - 133º B.T. dengan batas - batas wilayah sebagai berikut : - Sebelah Utara
:
Laut Banda
- Sebelah Selatan
:
Laut Timor dan Lautan Arafura
- Sebelah Barat
:
Gugus Pulau Babar Sermata, Kabupaten Maluku Barat Daya
- Sebelah Timur
:
Laut Arafura
27
4.5.2 Wilayah Administrasi Wilayah Kabupaten Maluku Tenggara Barat meliputi kawasan Kepulauan Tanimbar (Gambar 4.4) dan terdiri atas 9 kecamatan, 71 desa, dan 1 kelurahan. Luas Wilayah Kabupaten Maluku Tenggara Barat adalah 52.996 Km2, yang terdiri dari luas daratan 10.102,92 Km2 dan luas lautan 42.892,28 Km2, dengan jumlah pulau sebanyak 85 (delapan puluh lima) pulau dan yang berpenghuni sebanyak 57 (lima puluh tujuh) pulau. Kabupaten MTB berbatasan langsung dengan: •
Sebelah Utara
: Laut Banda
•
Sebelah Selatan
: Laut Timor dan Negara Australia
•
Sebelah Barat
: Gugus Pulau Babar Sermata (Kab. Maluku Barat Daya)
•
Sebelah Timur
: Laut Arafura
Tabel 4.8. Jumlah Kecamatan, Desa, Anak Desa dan Kelurahan Jumlah No 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Kecamatan Tanimbar Selatan Wertamrian Wermaktian Selaru Tanimbar Utara Yaru Wuarlabobar Nirunmas Kormomolin
Ibukota
Desa Induk
Anak Desa
Kelurahan
Saumlaki
9
3
1
Lorulun Seira Adaut
8 8 6
1 1 1
-
Larat
8
1
-
Romean Wunlah Tutukembong Alusi Kelaan
6 12 5 9
6 1
-
71
14
1
Jumlah
Sumber: Maluku Tenggara Barat dalam Angka, BPS, 2008.
Berdasarkan letak geografis dan karakteristik wilayah, Kabupaten Maluku Tenggara Barat dikategorikan sebagai Kawasan Perbatasan, Kawasan Pulau-Pulau Terluar dan Kawasan Tertinggal.
28
Gambar 4.4. Peta Wilayah Administrasi Kabupaten Maluku Tenggara Barat
4.5.3 Topografi dan Hidrologi Kabupaten Maluku Tenggara Barat merupakan wilayah yang 29amper29r datar (0-3%), 29amper/berombak (3-8%), bergelombang (8-15%) agak curam (15-30%), curam (30-50%) dan sangat curam (>50%).Topografi/bentuk wilayah merupakan salah satu amper penentu dalam penilaian kesesuaian terhadap usaha pertanian.Topografi wilayah terkait dengan 29amper29amper lereng dan ketinggian tempat dari muka laut.Kelas lereng 8-30% (bergelombang sampai berbukit), tidak sesuai untuk tanaman pangan/semusim dan peternakan, hanya sesuai untuk tanaman tahunan. Jenis tanah yang terdapat pada Gugus Pulau Tanimbar adalah Regosol (Psamments), amperr (Fluvents), Gleisol (Aquents/aquepts), Kambisol (Tropepts), Latisol (Lithic Ortents), Rensina (Rendeoll), Brunizem (Udalfts) dan Podsolik (Udults) Di Utara Pulau Yamdena terdapat sederet pulau – pulau kecil. Kedua deretan pulau tersebut terpisah oleh selat yang dangkal dengan kedalaman tidak lebih dari 20
29
(dua puluh ) meter, sehingga apabila terjadi pasang surut, terbentuk daratan kering yang luasnya 30amp mencapai setengah 30amper30re dari tepi pantai Yamdena. Yamdena Utara umumnya datar dengan ketinggian kurang dari 50 (lima puluh) meter, sedang daerah perbukitan di bagian selatan tingginya melebihi 200 (dua ratus) meter. Secara keseluruhan morfologi di daerah ini dapat dibedakan menjadi tiga satuan morfologi, yaitu perbukitan, dataran rendah dan teras. Di daerah perbukitan seperti yang terdapat di Pulau Labobar puncak tertinggi mencapai lebih dari 300 (tiga ratus) meter di atas muka laut. Di pulau – pulau lainnya, ketinggian kurang dari itu.Umumnya berlereng terjal, sungainya pendek – pendek dan berpola aliran memancar. Di Pulau Yamdena Tenggara terdapat perbukitan bergelombang dengan ketinggian mencapai 260 (dua ratus enam puluh) meter, pola aliran di sini 30amper sejajar dengan pantainya terjal. Dataran rendah terdapat di sepanjang sungai Ranormoye.Undak batu gamping terdapat disejumlah pulau kecil seperti Pulau Selaru, Larat dan Vordata. Undak tersebut dibatasi lereng terjal, tetapi puncaknya 30amper datar dengan puncak tertinggi 104 (seratus empat) meter. Gua, liang, langgah dan sungai bawah tanah adalah bentuk yang sangat lazim. Sungai – sungai besar dan berair sepanjang tahun yang terdapat di Pulau Yamdena adalah Sungai Ranarmoje, Bungat dan Mitak. Selain air permukaan yang diperoleh dan beberapa sungai, kemungkinan air tanahpun dapat diperoleh dari daerahdaerah yang secara geologi batuannya dapat bertindak sebagai lapisan pembawa dan penyimpan air. Berdasarkan peta geologi, Pulau Tanimbar sebagian besar tersusun oleh batuan berumur tersier yang berupa batuan sedimen dan batuan melange yang umumnya kompak serta bersifat relatif rendah hingga kedap air, kecuali pada retakanretakan batuan. Air tanah pada batuan ini biasanya dijumpai pada lembah – lembah dengan pelapukan yang cukup tebal ataupun pada retakan – retakan batuan. Dengan adanya patahan – patahan yang berkembang pada batuan tersier ini, maka diharapkan dapat ditemukan mata air pada zona – zona patahan tersebut. Pada daerah yang tersusun oleh batu gamping Kuarter, yang biasanya batu gamping ini bersifat relatif mudah meresapkan dan melarutkan air, sehingga diharapkan pada batuan ini dapat menjadi daerah akumulasi air tanah. Batu gamping
30
kuarter ini tersebar cukup luas di pantai barat dan utara Pulau Yamdena, Pulau Selaru, Pulau Larat dan pulau – pulau kecil di sekitar Pulau Yamdena. Selain endapan batu gamping, yang dapat diharapkan sebagai tempat akumulasinya air tanah adalah endapan aluvium, terdiri dari rombakan batuan berukuran kerikil, pasir, lempung, diendapkan sepanjang sungai di dekat pantai. Terdapat di bagian barat Pulau Yamdena dan membentuk dataran rendah.
4.5.4 Klimatologi Kabupaten Maluku Tenggara Barat mengenal dua musim yaitu musim kemarau dan musim hujan. Iklim wilayah Kabupaten Maluku Tenggara Barat sangat dipengaruhi oleh sirkulasi angin musim yang bergerak dan ke arah ekuator. Selama periode januari – Maret, angin pasat timur laut dari lautan Pasifik dan Asia yang lembab dan panas bertiup secara dominan dan konvergen menuju ekuator dan akan berubah arah menjadi barat laut atau angin baratan (westerly wind) menuju bagian selatan ekuator, diantaranya akan melewati laut Banda yang cukup luas. Dalam perjalanannya, angin tersebut banyak mengandung uap air yang akan tercurah sebagai hujan di wilayah Maluku Tenggara Barat. Selama periode ini umumnya curah hujan cukup tinggi terutama pada bulan Desember, januari, januaridan Maret. Secara klimatologis, pola iklim di wilayah Kabupaten Maluku Tenggara Barat adalah pola ekuatorial yang dicirikan oleh bentuk pola hujan yang bersifat bimodal (dua puncak hujan) yaitu pada bulan Desember/januari dan April/Mei.
4.6
Kependudukan dan Sumberdaya Manusia
4.6.1 Penduduk Perkembangan jumlah penduduk Maluku Tenggara Barat dari tahun ke tahun terus mengalami kenaikan pada tahun 2001 jumlah penduduk sebesar 152.025 jiwa, tahun 2002 sebesar 153.534 jiwa, tahun 2003 sebesar 156.442 jiwa dan pada tahun 2004 sebesar 158.792 jiwa serta tahun 2005 sebesar 160.062 jiwa dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 0,80 %, Kenaikan pertumbuhan penduduk ini disamping karena tingkat kelahiran, juga disebabkan oleh migrasi penduduk dari daerah lain.
31
Tabel 4.9. Jumlah dan Tingkat Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Maluku Tenggara Barat Tahun 2000 - 2005 No
Jumlah Penduduk
Tahun
Tingkat Pertumbuhan
1 1990 115.046 2 2000 151.110 3 2001 152.025 4 2002 153.534 5 2003 156.442 6 2004 158.792 7 2005 160.062 Sumber : Sensus Penduduk dan Registrasi Penduduk 2005
1,21 2,73 0,60 0,99 1,89 1,50 0,80
Tabel 4.9 berikut ini menyajikan jumlah penduduk Kabupaten Maluku Tenggara Barat setelah terjadi pemekaran wilayah. Juga memperlihatkan secara total di Kabupaten Maluku Tenggara Barat tidak ada perbedan secara signifikan jumlah antara penduduk laki-laki dan perempuan. Tetapi bila dilihat menurut kecamatan, maka nampak ada perbedaan jumlah antara penduduk laki – laki dan perempuan. Laju pertumbuhan penduduk di Kabupaten Maluku Tenggara Barat sebelum pemekaran wilayah menunjukan kecendrungan menurun, yaitu 1,16% pada tahun 2005 menjadi 0,80% pada tahun 2006 dan 2007.
Tabel 4.10. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Kecamatan Tahun 2007 NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9
KECAMATAN Tanimbar Selatan Wertamnan Wermaktian Selaru Tanimbar Utara Yaru Wuarlabobar Nirunmas Kormomolin Jumlah
L 10.654 5.961 4.664 5.039 6.860 2.449 4.155 2.834 2.832 45.448
P 10.895 6.005 4.733 5.044 6.879 2.456 3.927 2.964 3.917 46.817
JUMLAH 21.546 11.966 9.397 10.083 13.739 4.905 8.082 5.798 7.749 93.265
SEX RATIO 97,81 99,27 98,54 99,90 99,84 99,71 105,81 72,35 97,83
Sumber: Maluku Tenggara Dalam Angka 2009
Jumlah penduduk Kabupaten Maluku Tenggara Barat pada tahun 2008 adalah 103.088 jiwa, yang terdiri dari laki-laki sebanyak 50,668 orang (49,15 persen) dan
32
perempuan sebanyak 52,420 orang (50,85 persen). Secara umum, laju pertumbuhan penduduk MTB rata-rata berkisar antara 0,8-1,2 persen per tahun. Isu kependudukan bila dikaitkan dengan masalah kesejahteraan penduduk, maka tidak dapat dibatasi hanya pada jumlah semata. Namun yang perlu mendapat perhatian, bagaimana sejumlah penduduk yang ada, memiliki persebaran yang mendekati merata. Atau dengan kata lain, jangan sampai terjadi pemusatan penduduk pada suatu wilayah saja. Karena hal tersebut akan mempengaruhi kemampuan penduduk yang ada untuk mendukung pelaksanaan pembangunan di wilayahnya. Namun dengan kondisi wilayah yang berupa kepulauan dengan persebaran penduduk yang tidak merata menjadi tantangan tersendiri dari Pemerintah Kabupaten Maluku Tenggara Barat untuk menata persebaran penduduknya. Persebaran
penduduk
di
Kecamatan
Tanimbar
Selatan
lebih
tinggi
dibandingkan Kecamatan lain. Hal ini merupakan konsekuensi dari keberadaan Kota Saumlaki sebagai ibukota Kabupaten Maluku Tenggara Barat sehingga menjadi pusat pemerintahan dan perekonomian, sehingga wajar saja jika dijadikan daerah tujuan berbagai lapisan masyarakat baik dari Kabupaten Maluku Tenggara Barat sendiri maupun dari luar kabupaten. Bila dibandingkan dengan kabupaten lain di Propinsi Maluku, maka kepadatan penduduk di Kabupaten Maluku Tenggara Barat tergolong rendah. Walaupun demikian perlu disikapi lebih awal agar tidak terjadi pemusatan penduduk pada suatu wilayah saja sehingga persebaran penduduk dapat mendekati keseimbangan untuk masing – masing wilayah. 4.6.2
Ketenagakerjaan
4.6.2.1
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja dan Kesempatan Kerja Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) adalah perbandingan antara
jumlah angkatan kerja dengan jumlah tenaga kerja yang dinyatakan dalam persentase. TPAK biasanya dipengaruhi oleh keadaan sosial ekonomi, budaya, demografi serta keadaan daerah.
33
TPAK di Kabupaten Maluku Tenggara Barat mengalami peningkatan dari 53,76 persen pada tahun 2006 menjadi 67,52 persen pada tahun 2007. Ini berarti keterlibatan penduduk dalam kegiatan ekonomi untuk menunjang kebutuhan hidup terus mengalami peningkatan. Walau demikian, masih terdapat kesenjangan antara TPAK laki-laki dengan perempuan. Data TPAK di MTB menunjukkan, TPAK lakilaki jauh lebih tinggi, yakni sebesar 80,82 persen jika dibandingkan perempuan yang hanya sebesar 54,16 persen.
4.6.2.2
Tingkat Pengangguran Terbuka Tingkat Pengangguran Terbuka (TPK) adalah perbandingan jumlah pencari
kerja terhadap jumlah angkatan kerja. Data tahun 2007 menunjukkan bahwa TPK Kabupaten MTB adalah sebesar 9,27 persen. Kendatipun data TPK MTB tahun 2008 belum tersedia, namun secara umum dapat diprediksikan angka TPK MTB tahun 2008 cenderung mengalami penurunan. Hal ini sangat beralasan mengingat progress pembangunan Kabupaten MTB terus mengalamii peningkatan dari tahun ke tahun.
4.6.2.3
Lapangan Pekerjaan Proporsi pekerjaan menurut lapangan usaha merupakan salah satu indikator
untuk menilai potensi sektor-sektor perekonomian dalam menyerap tenaga kerja. Selain itu, data menyangkut proporsi lapangan pekerjaan penduduk juga berguna untuk memahami struktur perekonomian suatu Daerah/Wilayah. Sektor-sektor perekonomian yang biasa digunakan sebagai tolak ukur adalah sektor pertanian (A), Industri (M) dan Jasa-jasa (S). Secara umum, sektor pertanian merupakan sector yang paling banyak memberikan sumbangan dalam penyerapan tenaga kerja di Kabupaten MTB, yakni sebesar 88,79 persen; diikuti sektor jasa sebesar 10,90 persen, dan sektor industri sebesar 0,31 persen (lihat tabel 2)
Tabel 4.11.Persentase Penduduk yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha Tahun 2007*
34
Lapangan Usaha Pertanian Industri (Pertambangan, Industri, Listrik, Gas & Air, Bangunan) Jasa-jasa (Perdagangan, Angkutan, Keuangan, Jasa Kemasyarakatan)
2005
2006
2007
72,86
81,16
88,79
-
1,7
0,31
27,14
19,42
10,9
Sumber: BPS, Indikator Kesejahteraan Rakyat MTB, 2007(Data masih mencakup wilayah Kabupaten MBD)
4.6.2.4
Status dan Jenis Pekerjaan Pengelompokan status pekerjaan sangat berguna untuk menganalisa sifat
pekerjaan pada sektor dan jenis pekerjaan tertentu. Pada umumnya, tenaga kerja keluarga, pengusaha tanpa buruh dan pengusaha dengan bantuan pekerja keluarga atau pekerja tidak dibayar lebih menonjol pada sektor dan jenis pekerjaan yang bersifat tradisional atau sektor informal. Sedangkan pada sektor yang relatif modern (termasuk sektor formal) terdapat lebih banyak buruh/karyawan dan pengusaha dengan buruh tetap. Jenis pekerjaan sebagian besar penduduk MTB adalah di sektor informal yakni sebesar 91,64 persen, sedangkan sisanya sebesar 8,36 persen bekerja di sektor formal. Tentang status pekerjaan penduduk MTB, data dalam tabel 3 menunjukkan bahwa penduduk dengan status pekerjaan berusaha dengan dibantu buruh tidak tetap menempati urutan teratas, yakni sebesar 37,44 persen. Setelah itu, diikuti oleh penduduk yang bekerja sebagai pekerja tak dibayar, yakni sebesar 36,99 persen. Sebaliknya mereka yang berstatus sebagai buruh/karyawan hanya mencapai 7,90 persen.
Tabel 4.12.Persentase Penduduk yang Bekerja Menurut StatusPekerjaan dan Jenis Kelamin Tahun 2007*
35
Status Pekerjaan Utama
L
P
L+P
Berusaha Sendiri 23,63 3,96 16,07 Berusaha dibantu Buruh Tidak Tetap 53,04 12,39 37,44 Berusaha dibantu Buruh Tetap 0,73 0,46 Buruh/Karyawan 9,16 5,89 7,90 Pekerja Bebas 1,85 1,14 Pekerja Tidak Dibayar 11,61 77,76 36,99 Sumber: BPS, Indikator Kesejahteraan Rakyat MTB 2007* Data masih mencakup wilayah Kabupaten MBD
4.7
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kondisi tahun 2008 menunjukkan bahwa seluruh sektor ekonomi mengalami
pertumbuhan positif, dengan pertumbuhan tertinggi adalah di Sektor Pertanian yang memberikan kontribusi sebesar 51,7%, Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran memberikan kontribusi sebesar 26,5% dan Sektor Jasa yang memberikan kontribusi sebesar 5,72 %. Hal ini disebabkan meningkatnya permintaan barang dan jasa, meningkatnya hunian kamar hotel dan naiknya permintaan jasa rumah makan. Selanjutnya sektor Pengangkutan dan komunikasi memberikan kontribusi sebesar 1,7 persen, sektor ini dinilai belum bisa berkembang dengan baik di kabupaten ini.
Tabel 4.13. PDRB Kabupaten Maluku Tenggara Barat (Juta Rupiah) Tahun
PDRB atas dasar Harga Berlaku
2004 294.380 2005 330.166 2006 359.023 2007 398.088 2008 439.845 Sumber: Maluku Tenggara Barat Dalam Angka 2009
PDRB atas dasar Harga Konstan 2000 218.467 226.288 234.724 246.695 257.798
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Perkapita Kabupaten MTB, baik berdasarkan Harga Berlaku maupun Harga Konstan terus mengalami kenaikan. PDRB Perkapita Kabupaten MTB tahun 2007 berdasarkan Harga Berlaku tahun 2007 adalah
36
sebesar Rp. 3.488.148, sedang PDRB perkapita berdasarkan Harga Konstan Tahun 2000 adalah sebesar Rp. 2.140.837.Tabel 4.14.Pendapatan Perkapita Tahun 2003-2007 (Rupiah)
Tahun
PDRB Per Kapita (Harga Berlaku)
PDRB Per Kapita (Harga Konstan Tahun 2000)
2004 2005 2006 2007 2008
2.850.170 3.150.903 3.348.981 3.638.093 3.993.430
2.107.956 2.137.752 2.166.669 2.229.678 2.302.869
Sumber :BPS, PDRB Maluku TenggaraBarat, 2007 (diolah), data masih mencakup wilayah Kabupaten MBD.
Tabel 4.15. Potensi Komoditas Unggulan Per Kecamatan No. 1
No. 2
3
4
Kecamatan Tanimbar Selatan
1
Sub Sektor Kehutanan
2 3 4
Perkebunan Perikanan Pariwisata
5 6 7 1
Peternakan Pertanian Sub Sektor Industri Pertanian
2
Pariwisata
Wermaktian
3 4 5 1
Peternakan Perkebunan Industri Perikanan
Selaru
2 3 4 5 1
Peternakan Perkebunan Pertanian Industri Pertanian
Kecamatan Wertamrian
1 2 1 1 1 1 1 1 1 2 3 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 2 3
Komoditas Unggulan Torem Jati Kelapa Rumput Laut Wisata Sejarah,alam,agrowisata Sapi Sayur-sayuran Komoditas Unggulan Industri Kelapa Terpadu Padi Gogo Pisang Kacang Hijau Wisata Sejarah,alam,agrowisata Kerbau, Sapi Kelapa Kerajinan Ikan Rumput Laut Sapi Kakao dan Kopi Jeruk dan Padi Gogo Industri Pengolahan Pangan Padi Gogo Bawang Merah Umbi-umbian
37
2 3 4 1
Perikanan Perkebunan Peternakan Pertanian
2
Perikanan
3 4 1
Perkebunan Peternakan Pertanian
2 3
Perkebunan Perikanan
Wuarlabobar
1
Perikanan
8
Nirunmas
2 3 4 1
Perkebunan Industri Pertanian Perkebunan
9
Kormomolin
2 1
Pertanian Pertanian
5
6
7
Tanimbar Utara
Yaru
2 Perkebunan Sumber: Maluku Tenggara Barat Dalam Angka 2009
4.8 4.8.1
1 1 1 1 2 3 1 2 1 1 1 2 1 1 2 1 2 1 1 1 1 2 1 1 2 1
Rumput Laut Kelapa Sapi dan Babi Padi Gogo Umbi-umbian Kacang-kacangan Rumpu Laut Ikan Kelapa Sapi Jeruk Pisang Kelapa Ikan Industri Pengolahan Ikan Ikan Rumput Laut Kepala Pengeringan Ikan Padi Gogo dan Umbi-umbian Kelapa Jambu Mete Umbi-umbian dan Padi Gogo Umbi-umbian Bawang Merah Kelapa dan pala
Sarana dan Prasarana Wilayah Perhubungan Di Pulau Yamdena yakni pulau terbesar di Kabupaten Maluku Tenggara
Barat telah dibangun jalan beraspal yang dikenal dengan nama trans-Yamdena. Pembangunan jalan ini baru mencapai 40 persen dari total keseluruhannya. Walau demikian, pembangunan jalan ini telah cukup membantu mobilitas manusia, barang dan jasa baik intra maupun antar daerah. Berdasarkan data dari Dinas Pekerjaan Umum dan PertambanganKabupaten MTB, panjang jalan kabupaten saat ini adalah 584,966 km, terdiri dari jalan tanah sepanjang 176,087 km, jalan lapen sepanjang 159,196 km, jalan telford sepanjang 88,955 km dan jalan hotmix sepanjang 52, 4 km. Sedangkan jumlah jembatan yang direncanakan sebanyak 35 jembatan yang terdiri dari 22 jembatan sudah terbangun dan 13 jembatan belum dibangun.
38
Kebutuhan transportasi udara, Kabupaten MTB memiliki 2 (dua) bandar udara perintis yaitu Bandar Udara Olilit dan Bandar Udara Larat. Di samping itu, saat ini sedang dibangun bandar udara baru Saumlaki yang lebih modern, yang berlokasi di Desa Lorulung, Kecamatan Wertamrian, dengan panjang dan lebar runway sebesar 1200m x30m. Untuk transportasi laut dilakukan melalui pelayaran Perintis, Pelni dan pelayaran antarpulau serta dari desa ke desa melalui armada milik masyarakat.Tercatat kabupaten ini dilalui oleh 5 (lima) unit kapal perintis, 2 (dua) unit kapal PELNI, 2 (dua) unit kapal subsidi pemerintah daerah serta 1 (satu) unit kapal penyeberangan. Sedangkan untuk menangani masalah aksesibilitas, Kabupaten Maluku Tenggara Barat juga memiliki satu buah terminal type C, satu buah dermaga type C berlokasi di Kecamatan Larat dan satu buah dermaga Klas IV yang berlokasi di Kota Saumlaki dan juga memiliki satu buah dermaga feri yang sudah beroperasional dan yang sedang dibangun sebanyak dua buah dermaga feri.
4.8.2 Listrik Kebutuhan listrik di Kabupaten Maluku Tenggara Barat dipenuhi olehPT. PLN (Persero) Wilayah IX Cabang Tual.
Kapasitas yang tersedia terutama di kota
Saumlaki belum dapat memenuhi kebutuhan energi listrik baik untuk rumah tangga, umum, maupun industri; sehingga seringkali terjadi pemadaman secara bergilir. Di wilayah lainnya kondisi pemadaman seringkali terjadi disebabkan terlambatnya pasokan bahan bakar minyak (BBM) maupun juga kerusakan mesin.
4.8.3 Air Bersih Berdasarkan data tahun 2007, persentase rumah tangga menurut sumber air minum adalah sebagai berikut: ledeng (1,52 persen), pompa (0,52 persen), sumur terlindung dan tidak terlindung (61,27 persen), dan mata air terlindung/tidak terlindung (36,64persen).
4.8.4 Telekomunikasi
39
Pembangunan sarana dan prasarana telekomunikasi di Kabupaten MTB tercermin dari pemilikkan telepon manual dan otomatis yang hanya berjumlah 1.067 SST. Untuk kelancaran komunikasi di wilayah yang belum terjangkau, pemerintah atapun juga masyarakat mengadakan stasiun-stasiun radio telepon untuk memudahkan komunikasi terutama ke Ibukota Kabupaten.
4.9
Konsep Tata Ruang Propinsi Maluku
4.9.1
Konsep Laut Pulau Propinsi Maluku yang merupakan kawasan yang terletak di Wilayah Timur
Indonesia terdiri dari pulau – pulau besar dan kecil sehingga Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Propinsi Maluku lebih mengutamakan unsur kepulauan. Hal ini diperlihatkan pada Konsep Laut Pulau yang merupakan kombinasi antara dasar perencanaan wilayah dan pembagian gugus pulau atas dasar kesamaan sifat dan perilaku kepulauan yang selanjutnya menghasilkan konsep kota pertumbuhan yang berupa perencanaan kawasan dan meliputi: 1.
Kawasan Laut Seram; termasuk di dalamnya Sorong dan Fak-Fak dengan kota – kota pertumbuhan Ambon, Namlea, Wahai, Gebe, Sorong dan Bula;
2.
Kawasan Laut Banda; termasuk di dalamnya Kupang dengan kota – kota pertumbuhan Tual, Saumlaki, Tepa, Wonreli dan Ilwaki;
3.
Kawasan Laut Arafura; termasuk di dalamnya Timika dan Merauke dengan kota – kota pertumbuhan Ambon, Tual, Saumlaki dan Dobo.
4.9.2 Konsep Gugus Pulau Keterkaitan wilayah Provinsi Maluku secara internal diwujudkan dalam pola interaksi antar pusat – pusat pertumbuhan dan permukiman di wilayah yang memiliki hirarki/jenjang sehingga membentuk pola jaringan transportasi wilayah secara regional. Dalam pola interaksi tersebut ditunjukan oleh arah orientasi pelayanan dari tiap orde yaitu dari pusat pelayanan orde rendah kepada orde yang lebih tinggi. Berdasarkan pertimbangan potensi sumberdaya alam, kondisi wilayah kepulauan, akses antar pulau, kesenjangan ekonomi antar pusat pertumbuhan dengan
40
daerah belakangnya, fungsi utama kota – kota sebagai simpul jasa dan kondisi sosial budaya maka untuk mewujudkan struktur tata ruang Provinsi Maluku secara internal, wilayah Maluku dibagi atas 12 gugus pulau. Adapun pengelompokan gugus pulau tersebut adalah sebagai berikut:
1) Gugus Pulau I
: Pulau Buru dengan Pusat Pelayanan di Kota Namlea;
2) Gugus Pulau II
: Seram Barat dengan Pusat Pelayanan di Kota Honipopu;
3) Gugus Pulau III
: Seram Utara dengan Pusat Pelayanan di Kota Wahai;
4) Gugus Pulau IV
: Seram Timur dengan Pusat Pelayanan di Kota Bula;
5) Gugus Pulai V
: Seram Selatan dengan Pusat Pelayanan di Kota Masohi;
6) Gugus Pulau VI
: Kepulauan Banda dengan Pusat Pelayanan di Kota Bandaneira;
7) Gugus Pulau VII : Ambon dan PP Lease dengan Pusat Pelayanan di Kota Ambon; 8) Gugus Pulau VIII : Kepulauan Kei dengan Pusat Pelayanan di Kota Tual; 9) Gugus Pulau IX
: Kepulauan Aru dengan Pusat Pelayanan di Kota Dobo;
10) Gugus Pulau X
: Kepulauan Tanimbar dengan Pusat Pelayanan di Kota Saumlaki;
11) Gugus Pulau XI
: Kepulauan Babar dengan Pusat Pelayanan di Kota Tepa;
12) Gugus Pulau XII : Kepulauan terselatan dengan Pusat Pelayanan di Kota Serwaru.
41
Gambar 4.5. Peta Gugus Pulau Dalam RTRW Provinsi Maluku
Kebijakan pengembangan Provinsi Maluku dalam kaitanya dengan wilayah eksternal diprioritaskan pada : 1)
Pembukaan pintu – pintu keluar yang lebih besar;
2)
Pertumbuhan pada pusat – pusat yang sudah ada dan pusat – pusat baru yang memiliki potensi pengembangan tinggi yang didukung oleh keberadaan daerah belakangnya;
3)
Pengembangan sistem interaksi oleh pintu – pintu keluar ke pusat – pusat pertumbuhan di wilayah lain;
4)
Pengembangan wilayah perbatasan.
42