34
IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN
4.1.
Kondisi Fisik
4.1.1. Geografi dan Administrasi Kota Sukabumi secara geografis terletak di bagian selatan Jawa Barat (106º45’50” - 106º45’10” Bujur Timur dan 6º49’29” - 6º50’44’ Lintang Selatan) di kaki Gunung Gede dan Gunung Pangrango dengan ketinggian 584 m dpl. Secara historis Kota Sukabumi dibangun oleh Pemerintah Hindia Belanda sebagai Burgerlijk Bestuur (1914) dengan status Gemeenteraad Van Sukabumi yang bertujuan untuk memberikan pelayanan kepada orang-orang Belanda dan Eropa sebagai pengelola perkebunan di wilayah Kabupaten Sukabumi, Cianjur dan Lebak. Memasuki era kemerdekaan dengan dibentuknya sistem pemerintahan daerah, Kota Sukabumi termasuk kedalam kategori kota kecil yang disebut sebagai Kotapraja, Kotamadya dan terakhir menjadi Kota yang memiliki areal 1.215 ha yang terdiri dari 2 (dua) kecamatan. Berdasarkan Peraturan Pemerintah No 3 Tahun 1995, Kota Sukabumi mengalami perluasan menjadi 4.800,23 ha dan pemekaran wilayah menjadi 7 (tujuh) kecamatan, yaitu Kecamatan Cikole, Cibeureum, Citamiang, Lembursitu, Warudoyong, Baros dan Gunung Puyuh yang terdiri dari 33 (tiga puluh tiga) kelurahan Kota Sukabumi berjarak 120 km dari Ibukota Negara (Jakarta) atau 96 km dari Ibukota Provinsi Jawa Barat (Bandung) sehingga pergerakan orang dan barang dari kota-kota tersebut ke Kota Sukabumi cukup tinggi. Kedekatan jarak dengan dua kota besar tersebut juga membuka kesempatan kepada Kota Sukabumi untuk mengembangkan diri sebagai pusat pelayanan berkualitas di bidang perdagangan, pendidikan dan kesehatan yang merupakan visi Kota Sukabumi dengan didukung oleh tenaga profesional, kelengkapan sarana dan prasarana perekonomian, jasa pendidikan dan kesehatan berskala pelayanan regional. Batas-batas wilayah Kota Sukabumi adalah : •
Sebelah Utara Kecamatan Sukabumi, Kabupaten Sukabumi
•
Sebelah Selatan Kecamatan Nyalindung, Kabupaten Sukabumi
•
Sebelah Barat Kecamatan Cisaat, Kabupaten Sukabumi
•
Sebelah Timur Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Sukabumi
35
Posisi Kota Sukabumi dalam Konstelasi Regional Jawa Barat berada pada posisi strategis karena berada di antara pusat pertumbuhan megaurban Jabodetabek dan Bandung Raya sehingga menjadi salah satu kawasan andalan dari 8 kawasan andalan di Jawa Barat yang berpotensi untuk pengembangan agribisnis, pariwisata dan bisnis kelautan yang berwawasan lingkungan dengan memanfaatkan modal investasi untuk menghasilkan daya saing global, serta menjadi motivator untuk memacu perkembangan wilayahnya juga mendorong pertumbuhan wilayah-wilayah disekitarnya (hinterland) (Bappeda, 2008). Peta wilayah administrasi Kota Sukabumi ditampilkan pada Gambar 4 sedangkan kecamatan dan kelurahan yang berada dalam wilayah administrasi Kota Sukabumi tertera pada Tabel 7.
Gambar 4. Peta Administrasi Wilayah Kota Sukabumi
36
Tabel 7. Kecamatan dan Kelurahan dalam Wilayah Administrasi Kota Sukabumi
1
Baros
611
Jumlah Kelurahan 4
2
Lembursitu
890
5
3
Cibeureum
877
4
4
Citamiang
404
5
5
Warudoyong
760
5
6
Gunung Puyuh
550
7
7
Cikole
708
6
No.
Kecamatan
Luas (ha)
Kelurahan Sudajaya Hilir Jaya Mekar Jaya Raksa Baros Lembursitu Situmekar Cipanengah Cikundul Sindangsari Sindangpalay Limusnunggal Babakan Cibeureum Hilir Cikondang Gedongpanjang Nanggeleng Citamiang Tipar Warudoyong Nyomplong Benteng Dayeuhluhur Sukakarya Gunungpuyuh Karamat Sriwedari Karangtengah Selabatu Gunungparang Kebonjati Cikole Cisarua Subangjaya
Sumber : Kota Sukabumi Dalam Angka Tahun 2010
4.1.2. Kondisi Iklim Kota Sukabumi terletak di kaki Gunung Gede sebelah selatan dengan suhu udara yang relatif sejuk berkisar antara 150 – 300 Celcius. Rata-rata curah hujan tertinggi tahun 2009 terjadi pada Bulan Desember dengan curah hujan 386 mm (14 hari hujan, rata-rata curah hujan 28 mm), sedangkan terendah pada Bulan Agustus dengan curah hujan 0 mm (0 hari hujan, rata-rata curah hujan 0 mm), atau dengan kata lain tidak terjadi hujan pada bulan tersebut (BPS Kota Sukabumi, 2010).
37
4.1.3. Topografi dan Kemiringan Lereng Wilayah Kota Sukabumi merupakan lereng selatan dari Gunung Gede dan Gunung Pangrango, yang berada pada ketinggian 584 meter di atas permukaan laut pada bagian selatan dan 770 meter di atas permukaan laut bagian utara. Sedangkan di bagian tengah mempunyai ketinggian rata-rata 650 meter dari permukaan laut. Bentuk bentangan alam Kota Sukabumi berupa perbukitan bergelombang dengan sudut lereng beragam (Bappeda, 2011). Wilayah Kota Sukabumi didominasi oleh kemiringan lereng 0 – 2% dengan luas mencapai 2.237,51 ha atau sekitar 45,62% dari luas kota dan kemiringan lereng 2 – 15% mencapai 2.560,14 ha atau sekitar 52,20% dari luas kota. Selanjutnya, sekitar 2% dari luas Kota Sukabumi terdiri dari wilayah yang memiliki kemiringan lereng 15% hingga kemiringan lereng > 40%.
4.1.4. Jenis Tanah Jenis tanah di wilayah Kota Sukabumi termasuk jenis Latosol. Jenis tanah ini telah berkembang atau terjadi diferensiasi horizon, kedalaman dalam, tekstur lempung, struktur remah hingga gumpal, konsistensi gembur hingga agak teguh, warna coklat merah hingga kuning (Bappeda, 2011).
4.4.4. Hidrologi Kondisi air tanah di wilayah Kota Sukabumi dan sekitarnya untuk kebutuhan sehari-hari secara umum cukup tersedia. Sumbernya berasal dari air tanah, mata air dan air tanah tertekan. Sebaran akuifer dengan produktivitas tinggi terdapat di sekitar Kota Sukabumi dengan sebaran paling dominan mulai dari barat hingga ke timur. Di bagian utara merupakan zona air tanah dengan akuifer berproduktifitas sedang dan berpenyebaran luas. Bagian selatan merupakan zona akuifer yang produtivitasnya rendah hingga langka. Sungaisungai yang mengalir di Kota Sukabumi baik sungai besar maupun sungai kecil dapat dilihat pada Tabel 8 (Bappeda, 2011).
38
Tabel 8. Nama Sungai yang Melintas di Kota Sukabumi No.
Nama Sungai
1 Cimandiri 2 Ceger 3 Cisuda 4 Tonjong 5 Cipanengah 6 Cipelang 7 Cibeureum 8 Cibitung 9 Cisarua 10 Cisaray 11 Tipar 12 Cikapek 13 Cigunung 14 Cupelang Leutik 15 Ciseupan 16 Ciwalung 17 Cipada 18 Selakaso 19 Ciaul 20 Babakan Jampang 21 Cipasir 22 Ciseureuh 23 Cijambe 24 Cibandung 25 Cipicung Sumber : Draft RTRW Kota Sukabumi Tahun 2011-2031
4.2.
Panjang (m) 12.963 3.395 8.090 8.090 5.739 15.814 4.766 5.403 3.841 1.840 9.344 2.939 4.565 3.982 1.826 1.230 5.480 3.377 1.115 1.479 4.184 1.685 3.839 591
Sosial dan Budaya
4.2.1. Demografi Berdasarkan data jumlah penduduk dalam Kota Sukabumi dalam Angka Tahun 2010, jumlah penduduk Kota Sukabumi tercatat sebanyak 282.228 jiwa yang terdiri dari 142.689 penduduk laki-laki (50,56%) dan 139.539 penduduk perempuan (49,44%) (Tabel 9) sehingga perbandingan penduduk laki-laki dengan perempuan Kota Sukabumi sebesar 102,26%.
39
Tabel 9. Jumlah Penduduk Kota Sukabumi Berdasarkan Jenis Kelamin Tahun 2009. Kecamatan
Jumlah Penduduk (Jiwa) Laki-laki Perempuan Jumlah
Baros 14.765 14.391 Citamiang 23.046 22.657 Warudoyong 25.020 24.209 Gunungpuyuh 20.315 19.529 Cikole 27.649 27.584 Lembursitu 16.591 16.243 Cibeureum 15.303 14.926 Jumlah 142.689 139.539 Sumber : Kota Sukabumi Dalam Angka Tahun 2010
29.156 45.703 49.229 39.844 55.233 32.834 30.229 282.228
Persentase (%) 10.33 16.19 17.44 14.12 19.57 11.63 10.71 100
Berdasarkan jumlah penduduk Kota Sukabumi pada akhir tahun 2009 sejumlah 282.228 jiwa, maka rata-rata jumlah penduduk per km2 di Kota Sukabumi adalah 5.879,75. Kecamatan yang memiliki kepadatan penduduk tertinggi adalah Kecamatan Citamiang (11.312,62 jiwa/Km²) dimana hal ini dimungkinkan karena luas wilayah Kecamatan Citamiang paling kecil (4.04 km2) dibandingkan kecamatan yang lain dan merupakan wilayah yang dekat dengan pusat perbelanjaan. Sedangkan kecamatan yang memiliki kepadatan penduduk terendah adalah Kecamatan Cibeureum (3.446,86 jiwa/Km²). Kepadatan penduduk Kota Sukabumi Tahun 2009 tertera pada Gambar 5.
40
Kepadatan Penduduk Kota Sukabumi Tahun 2009 12000
11.312,62
10000 8000 6000
6.477,50
7.244,36
7.801,27
4.771,85 3.689,21
4000
3.446,86
2000 0
Kepadatan Penduduk (Jiwa/km2)
Gambar 5. Kepadatan Penduduk Kota Sukabumi Tahun 2009
Berdasarkan mata pencaharian, jumlah penduduk terbanyak adalah penduduk yang bekerja sebagai pedagang/wiraswasta (26.375 jiwa) dan penduduk yang bekerja sebagai pegawai swasta (21.970 jiwa), sedangkan yang paling sedikit jumlahnya adalah penduduk yang bekerja sebagai TNI dan POLRI (1.122 jiwa). Letak Kota Sukabumi yang strategis yaitu berada pada jalur lintasan Ibu Kota Provinsi Jawa Barat (Bandung) dengan Ibu Kota Negara (Jakarta) serta didukung oleh infrastruktur yang cukup memadai, menjadikan Kota Sukabumi sebagai salah satu tujuan para migran dari berbagai daerah untuk datang dan tinggal baik sebagai penanam modal maupun sebagai pencari kerja. Secara ekonomi hal tersebut menguntungkan Kota Sukabumi karena dapat menciptakan lapangan kerja baru serta dapat meningkatkan pendapatan baik dari sektor jasa, perdagangan dan sektor lainnya, namun demikian masuknya para migran juga harus diimbangi oleh penyediaan sarana perumahan, penyediaan air bersih dan infrastruktur pendukung lainnya. Ditinjau dari aspek kesehatan, dengan adanya para migran tersebut berpotensi membawa penyakit dan masalah kesehatan lainnya.
41
4.2.2. Pendidikan Pendidikan merupakan salah satu sarana untuk meningkatkan kecerdasan dan keterampilan, sehingga kualitas sumber daya manusia sangat tergantung dari kualitas pendidikan. Pembangunan pendidikan dititikberatkan pada peningkatan mutu serta perluasan kesempatan belajar, terutama pada jenjang pendidikan dasar. Pada saat ini di Kota Sukabumi terdapat 63 Taman Kanak-Kanak, 110 Sekolah Dasar, 31 SLTP, 12 SMU dan 19 SMK yang meliputi sekolah negeri dan swasta. Sementara itu murid yang tertampung di TK pada tahun 2009/2010 sebanyak 2.586 siswa, murid SD sebanyak 33.890 siswa, murid SLTP negeri sebanyak 11.106 siswa, murid SLTP swasta sebanyak 2.999 siswa, murid SMU negeri dan swasta sebanyak 7.377 siswa dan sebanyak 9.859 murid SMK negeri dan swasta (BPS, 2010). Jumlah penduduk usia sekolah dan jumlah sekolah menurut tingkat pendidikan masing-masing tertera pada Gambar 6 dan Gambar 7.
6000 5000 4000 3000 SD (7–12) 2000 1000
SLTP (13–15) SLTA (16–18)
0
Gambar 6. Jumlah Penduduk Usia Sekolah Menurut Kecamatan Tahun 2009
42
25 20 15
Taman Kanak-Kanak Sekolah Dasar
10
SLTP 5
SMU SMK
0
Gambar 7. Jumlah Sekolah Menurut Tingkat Pendidikan di Kota Sukabumi Tahun Ajaran 2009/2010 Salah satu indikator yang dapat dijadikan sebagai bahan informasi untuk mengukur keberhasilan dibidang pendidikan adalah dengan melihat tingkat partisipasi masyarakat terhadap pendidikan. Tingkat partisipasi terhadap pendidikan terdiri dari 3 (tiga) komponen yaitu : 1.
Angka Partisipasi Sekolah, yaitu akses penduduk terhadap berbagai fasilitas pendidikan yang tersedia, disamping kemampuan ekonomi yang merupakan faktor utama. Angka ini menunjukkan jumlah anak usia sekolah yang bersekolah di suatu daerah.
2.
Angka Partisipasi Kasar (APK), merupakan perbandingan antara jumlah murid pada jenjang pendidikan tertentu (SD, SLTP, SLTA dan sebagainya) dengan penduduk kelompok usia sekolah yang sesuai dan dinyatakan dalam persentase. Angka ini menunjukkan jumlah anak yang bersekolah di suatu jenjang pendidikan tertentu pada wilayah tertentu.
3.
Angka Partisipasi sekolah Murni (APM), merupakan proporsi penduduk pada suatu kelompok umur tertentu yang bersekolah pada tingkat sesuai dengan usianya. Angka partisipasi sekolah merupakan ukuran daya serap sistem pendidikan terhadap penduduk usia sekolah.
Nilai masing-masing angka partisipasi pendidikan tertera pada Tabel 10.
43
Tabel 10. Angka Partisipasi Sekolah Menurut Usia Sekolah di Kota Sukabumi Tahun 2009. Angka Partisipasi APS 99.54 APK 90.39 APM 89.02 Sumber : Inkesra, 2009
7-12
Usia Sekolah (tahun) 13-15 85.53 95.29 69.37
16-18 50.91 60.14 44.04
Hasil pendidikan yang dicapai pada penduduk dewasa dicerminkan dengan tingkat pendidikan yang ditamatkan. Tingginya pendidikan yang dapat dicapai oleh rata-rata penduduk suatu daerah secara spesifik mencerminkan taraf intelektualitas serta kualitas sumber daya manusia di daerah tersebut. Tingkat pendidikan yang ditamatkan tertera pada Tabel 11.
Tabel 11.
Persentase Penduduk Usia 10 Tahun Keatas Menurut Tingkat Pendidikan yang Ditamatkan dan Jenis Kelamin di Kota Sukabumi Tahun 2008 – 2009.
Usia Sekolah Tdk/Blm Pernah Sekolah Tidak Tamat SD SD SLTP SLTA Diploma/Universitas Jumlah Sumber : Inkesra (2009)
Laki-Laki 2008 2009 0.00 0.85 13.70 13.67 31.38 27.67 22.07 15.67 27.26 30.70 5.60 11.44 100.00 100.00
Jenis Kelamin Perempuan 2008 2009 0.00 1.99 25.20 17.41 31.55 28.02 19.58 19.40 20.04 25.79 3.64 7.40 100.00 100.00
Total 2008 0.00 19.41 31.46 20.83 23.67 4.62 100.00
2009 1.43 15.58 27.85 17.58 28.19 9.37 100.00
Kemampuan membaca dan menulis (baca tulis) merupakan ketrampilan minimum yang dibutuhkan oleh penduduk untuk dapat menuju hidup sejahtera. Tingkat kemampuan membaca dan menulis masyarakat Kota Sukabumi pada tahun 2009 sudah relatif baik yaitu sebesar 97,32%. Hal ini berarti masih terdapat 2,68% yang masih buta huruf (Bappeda dan BPS Kota Sukabumi, 2009).
44
4.2.2. Ketenagakerjaan Pembangunan ekonomi atau lebih tepatnya pertumbuhan ekonomi merupakan
prasyarat
bagi
tercapainya
pembangunan
manusia.
Melalui
pembangunan ekonomi akan dapat ditingkatkan produktivitas dan pendapatan penduduk dengan penciptaan kesempatan kerja. Dari sisi ketenagakerjaan, dinamika pertumbuhan ekonomi akan disertai pula oleh tranformasi struktur ketenagakerjaan baik dari sisi lapangan pekerjaan, status maupun jenis pekerjaan. Penduduk merupakan sumber angkatan kerja, sehingga profil ketenagakerjaan merupakan gambaran kondisi demografi. Laju pertumbuhan penduduk yang tinggi dengan sendirinya akan mencerminkan laju pertumbuhan angkatan kerja yang tinggi pula. Cepatnya laju pertumbuhan angkatan kerja apabila tanpa dibarengi kesempatan kerja yang memadai tentunya akan menimbulkan. berbagai persoalan sosial ekonomi. Angkatan kerja adalah sebagian penduduk yang berusia 15 tahun ke atas yang siap terlibat dalam kegiatan ekonomi produktif. Mereka yang dapat diserap oleh pasar kerja digolongkan sebagai bekerja, sedangkan yang tidak atau belum terserap oleh pasar kerja tetapi sedang berusaha untuk mendapatkan pekerjaan digolongkan sebagai penganggur (terbuka). Sementara itu yang bukan angkatan kerja, yaitu mereka yang kegiatan utamanya adalah mengurus rumah tangga, sekolah, atau mereka yang tidak mampu melakukan kegiatan. Persentase angkatan kerja menurut kegiatan utama dan jenis kelamin di Kota Sukabumi tertera pada Tabel 12.
Tabel 12. Persentase Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Kegiatan Utama dan Jenis Kelamin di Kota Sukabumi Tahun 2009 Kegiatan Angkatan Kerja - Bekerja - Mencari Pekerjaan Bukan Angkatan Kerja - Sekolah - Mengurus Rumah Tangga - Lain-lain Jumlah-jumlah Sumber : Inkesra (2009)
Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan 77.54 40.68 64.81 33.58 12.73 12.22 19.48 63.74 11.81 7.86 0.42 46.00 10.23 5.54 100.00 100.00
Total 57.81 48.10 9.71 42.19 9.70 24.82 7.67 100.00
45
Komposisi penduduk yang bekerja menurut lapangan usaha, sektor perdagangan, hotel dan restoran masih menjadi pilihan penduduk terbanyak sehingga penyerapan tenaga kerja di sector tersebut masih tinggi. Sedangkan untuk sektor pertanian berhubung ketersediaan lahan di Kota Sukabumi terbatas, penyerapan tenaga kerja di sektor tersebut terbilang rendah. Indikasi lain yang terjadi pada pola penyerapan tenaga kerja di sector perdagangan , hotel dan restoran ini adalah adanya kemajuan ekonomi yang mengarah kepada peningkatan produktivitas tenaga kerja. Hal ini dimungkinkan karena mereka yang bekerja disektor perdagangan, hotel dan restoran cenderung memiliki tingkat produktivitas yang relatif lebih tinggi jika dibandingkan dengan mereka yang bekerja pada sektor pertanian (Bappeda dan BPS Kota Sukabumi, 2009). Persentase angkatan kerja menurut lapangan pekerjaan utama di Kota Sukabumi tertera pada Tabel 13.
Tabel 13. Persentase Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama di Kota Sukabumi Tahun 2009 Lapangan Usaha 1. Pertanian, Kehutanan, Perburuan 2. Industri Pengolahan 3. Perdagangan, Hotel dan Restoran 4. Jasa-jasa 5. Lainnya Jumlah Sumber : Inkesra (2009)
4.3.
Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan 6.45 7.17 7.82 19.48 32.91 43.56 21.59 25.48 31.22 4.31 100.00 100.00
Total 6.72 12.18 36.89 23.04 21.16 100.00
Perekonomian Salah satu indikator ekonomi makro yang dapat digunakan untuk melihat
tingkat perkembangan dan struktur ekonomi di suatu daerah adalah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dimana PDRB disajikan atas dasar harga berlaku dan atas dasar harga konstan 2000. PDRB atas dasar harga berlaku tahun 2009 mencapai 4,39 trilyun rupiah, sedangkan atas dasar harga konstan 2000 mencapai 1,81 trilyun rupiah. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan bila dibandingkan dengan tahun 2008, dimana PDRB atas dasar harga berlaku tercatat sebesar 3,17 trilyun rupiah dan PDRB atas dasar harga konstan 2000 sebesar 1,7 trilyun rupiah. Kontribusi masing-masing sektor perekonomian terhadap PDRB ditampilkan pada Gambar 8 sedangkan distribusi persentase PDRB Kota
46
Sukabumi atas dasar harga berlaku dan harga konstan 2000 tahun 2006-2009 ditampilkan pada Tabel 14.
0% 6% 15%
4%
1%
Perikanan, Peternakan, Kehut anan & Perikanan Pertambangan & Penggalian
5%
Industri Pengolahan
7%
Listrik, gas & air bersih 16%
Bangunan 46%
Perdagangan, hotel, dan restoran Pengangkutan & komunikasi Keuangan, persewaan & jasa perusahaan Jasa-jasa
Gambar 8. Kontribusi Sektor Perekonomian Terhadap PDRB Tahun 2009
Tabel 14. Distribusi Persentase PDRB Kota Sukabumi Atas Dasar Harga Berlaku dan Konstan Tahun 2006-2009 No.
Lapangan Usaha
2006
2007
2008
2009
B
K
B
K
B
K
B
K
1
Perikanan, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan
4.96
4.53
4.65
4.40
4.69
4.39
4.38
3.78
2
Pertambangan dan Penggalian
0.01
0.01
0.01
0.01
0.01
0.01
0.00
0.00
3
Industri Pengolahan
4.90
5.31
5.07
5.48
5.36
5.57
5.48
5.35
4
Listrik, gas dan air bersih
1.22
1.20
1.48
1.30
1.32
1.23
1.28
1.26
5
Bangunan
5.52
6.25
5.54
6.16
5.58
6.37
5.28
6.28
6
Perdagangan, hotel, dan restoran
42.69
42.45
43.46
42.64
43.30
42.63
45.70
44.32
7
Pengangkutan dan komunikasi
15.83
16.44
15.79
16.71
16.31
17.33
15.89
17.61
8
Keuangan, perewaan dan jasa perusahaan
10.43
9.43
9.30
8.91
8.29
8.37
7.27
7.94
9
Jasa-jasa
14.44
14.37
14.70
14.41
15.14
14.11
14.71
13.45
B = Atas Dasar Harga Berlaku ; K = Atas Dasar Harga Konstan Sumber : Kota Sukabumi Dalam Angka Tahun 2010
47
Berdasarkan kontribusi terhadap perekonomian di
wilayah Kota
Sukabumi, sektor yang memberikan kontribusi terbesar terhadap PDRB adalah dari sektor perdagangan, hotel dan restoran, yaitu mencapai 45,70%. Berikutnya adalah sektor pengangkutan dan komunikasi serta sektor jasa-jasa yang masingmasing memberikan kontribusi sebesar 15,89% dan 14,71%.
4.4.
Kondisi Penataan Ruang dan Sarana Prasarana Daerah
4.4.1. Kondisi Penataan Ruang Perencanaan struktur ruang Kota Sukabumi mempertimbangkan beberapa hal yaitu : a.
Pengelompokan kawasan fungsional kota yang memberikan pengaruh sangat kuat terhadap struktur ruang dan pengembangan ekonomi. Kawasan fungsional tersebut adalah perdagangan, industri, pemerintahan /perkantoran, pelayanan sosial, terminal dan kawasan pertanian/hijau .
b.
Pembentukan struktur ruang diarahkan untuk mewujudkan ruang kota yang serasi antara fungsi-fungsi sosial ekonomi dengan fungsi lingkungan (kawasan lindung/ruang terbuka).
c.
Perkembangan fisik kota yang tadinya sentralistik (concentric) dirubah menjadi pengembangan dengan banyak pusat secara menyebar diantaranya dengan memanfaatkan daya tarik jalan lingkar selatan untuk mengembangkan salah satu pusat kegiatan baru berskala regional.
d.
Untuk meningkatkan akses antar simpul pelayanan dan antar kawasan fungsional, dikembangkan jaringan jalan sistem sekunder baik peningkatan jalan lama maupun pembangunan jalan baru. Untuk memacu perkembangan kota, meningkatkan pelayanan sosial
ekonomi terhadap masyarakat, mengatasi berbagai persoalan ruang dan memeratakan pembangunan, Kota Sukabumi menetapkan 7 (tujuh) Bagian Wilayah Kota (BWK) dimana Pusat Kota yang saat ini sudah terbentuk tetap dipertahankan sebagai kawasan pusat kota dan ditetapkan dalam satu Bagian Wilayah Kota (BWK II) yang meliputi Kecamatan Cikole. Secara garis besar pembagian BWK di Kota Sukabumi terdiri dari :
48
a.
BWK I meliputi Kecamatan Gunung Puyuh dengan fungsi kawasan untuk perumahan dengan luas 548 Ha,
b. BWK II (pusat kota) meliputi Kecamatan Cikole dengan fungsi kawasan untuk perdagangan dan jasa, pemerintahan /perkantoran, perumahan dan pariwisata dengan luas 708 Ha, c.
BWK III meliputi Kecamatan Cibeureum dengan fungsi kawasan untuk Industri, perdagangan dan perumahan dengan luas 877 Ha,
d. BWK IV meliputi Kecamatan Citamiang dengan fungsi kawasan untuk perdagangan dan perumahan dengan luas 404 Ha, e.
BWK V meliputi Kecamatan Warudoyong dengan fungsi kawasan untuk Industri, perdagangan dan perumahan dengan luas 762,231 Ha,
f.
BWK VI meliputi Kecamatan Baros dengan fungsi lahan untuk perdagangan dan jasa, perumahan serta pariwisata dengan luas 612 Ha,
g.
BWK VII meliputi Kecamatan Lembursitu dengan fungsi lahan untuk perumahan, perdagangan dan pariwisata dengan luas 889 Ha.
Berdasarkan hasil evaluasi terhadap pelaksanaan program pembangunan Kota Sukabumi Tahun 2002-2011, telah direkomendasikan untuk menyempurnakan strategi penataan ruang Kota Sukabumi dari pola Pertumbuhan Jamak (dengan 7 BWK) menjadi pola Bipolar (2 kutub) yaitu Kota Sukabumi bagian utara dan Kota Sukabumi bagian selatan. Dalam aspek penataan ruang terdapat isu strategis yang berpengaruh terhadap pembangunan yaitu belum optimalnya pemanfaatan ruang. Berdasarkan perkembangan yang ada, aspek penataan ruang di Kota Sukabumi diarahkan untuk memacu perkembangan kota, meningkatkan pelayanan sosial ekonomi terhadap masyarakat, mengatasi berbagai persoalan ruang dan memeratakan pembangunan. Dominasi pemanfaatan ruang kota mencakup hasil pembangunan yang saat ini memiliki nilai strategis bagi pembangunan ekonomi dan sosial budaya yang didukung oleh sistem jaringan prasarana dan sarana lingkungan, sebagai salah satu modal dasar
utama bagi kehidupan dan penghidupan masyarakat yang
berkesinambungan. Tata ruang Kota Sukabumi sampai dengan saat ini masih dikatakan baik dan berkembang searah dengan perencanaan maupun yang tidak
49
terencana. Namun demikian dalam kurun waktu tahun 2008-2013, pola pemanfaatan ruang Kota Sukabumi harus lebih efektif dan efisien karena akan menjadi semakin terbatasnya lahan yang ada di perkotaan. Selain itu yang tidak kalah pentingnya adalah Penegakan Hukum (laws enforcement) terhadap setiap pelanggaran dalam penggunaan lahan sehingga keseimbangan aktifitas dapat tetap dipertahankan (Bappeda, 2008).
4.4.2. Sarana dan Prasarana Daerah Kondisi sarana dan prasarana di Kota Sukabumi saat ini masih belum optimal kualitas ataupun cakupan pelayanannya, sehingga belum memadai dalam menopang pembangunan sektor riil di Kota Sukabumi termasuk untuk mendorong sektor produksi serta pengembangan wilayah. Kondisi sarana dan prasarana wilayah dapat dilihat dari beberapa aspek yaitu aspek transportasi, sumber daya air, telekomunikasi dan listrik. a. Aspek Transportasi Berdasarkan data pembangunan fasilitas jalan di Kota Sukabumi, panjang jalan negara di Kota Sukabumi pada Tahun 2006 mencapai 8,5 km dalam kondisi baik, jalan provinsi mencapai 15,09 km dalam kondisi baik, sedangkan panjang jalan kota mencapai 142,532 km dengan rincian 43,118 km dalam kondisi baik, 45,567 km dalam kondisi sedang, dan sepanjang 53,847 km dalam kondisi rusak. Sampai sekarang, upaya pemenuhan kondisi jalan yang baik masih terus ditingkatkan. Untuk menunjang pergerakan orang dan barang, Kota Sukabumi memiliki 1 Terminal Tipe A dan 1 (satu) Terminal Tipe B. Nama terminal, tipe, luas dan pengelola terminal di Kota Sukabumi tertera pada Tabel 15.
50
Tabel 15. Gambaran Terminal Di Kota Sukabumi Tahun 2007 No.
Nama Terminal
Tipe
Luas (ha)
Instansi Pengelola
Dishub/UPTD Terminal Dishub/UPTD 2 Lembursitu B 4.5 Terminal SubDishub/UPTD 3 Subangjaya Terminal Terminal SubDishub/UPTD 4 Bungbulang Terminal Terminal Sumber : RPJMD Kota Sukabumi Tahun 2008-2013 1
Sudirman
A
Keterangan
5
Terdapat rencana relokasi Terminal Sudirman ke Wilayah Selatan (Jalan lingkar Selatan)
Dari kondisi di lapangan saat ini Terminal Sudirman merupakan pusat pergerakan dan tujuan utama dari kendaraan angkutan umum dalam dan luar Kota Sukabumi. Pesatnya perkembangan angkutan umum penumpang yang ada mengakibatkan lokasi terminal yang ada tidak mampu lagi menampung kendaraan umum pada jam-jam tertentu (peak hours).
Pada kondisi ini
kendaraan angkutan umum banyak menunggu (antri) di luar lokasi terminal hingga cukup menyulitkan dalam pengaturan jalur kendaraan. Disamping itu melimpahnya kendaraan mengakibatkan kemacetaan pada ruas jalan dari dan menuju terminal. Demikian halnya dengan kondisi di dalam terminal, padatnya penumpang yang berangkat dan tiba di Terminal Sudirman menjadikan tempat menaikkan dan menurunkan penumpang tersebut terasa kurang nyaman. Berdasarkan kondisi tersebut, Pemerintah Kota Sukabumi mengeluarkan kebijakan untuk merelokasi Terminal Sudirman ketempat yang lebih baik / strategis di wilayah Jalan Lingkar, dengan bangunan fisik terminal yang representatif. b. Penyediaan Sarana Air Bersih Kebutuhan air bersih Kota Sukabumi dipenuhi oleh dua jenis sumber, yaitu melalui sistem perpipaan yang dikelola oleh PDAM Kota Sukabumi dan melalui sistem non-perpipaan, masyarakat yang belum terlayani oleh jaringan PDAM didalam memenuhi kebutuhan air bersihnya dilakukan dengan memanfaatkan sumber air bersih lain, diantaranya : mata air, sumur gali, sumur pompa, dan hidrant umum, selain itu pula masih terdapat masyarakat yang masih menggunakan air sungai untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
51
Data jumlah penduduk yang menggunakan air bersih di Kota Sukabumi dapat dilihat pada Tabel 16.
Tabel 16. Jumlah Penduduk yang Menggunakan Air Bersih di Kota Sukabumi Tahun 2003-2007 Uraian 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
KK memiliki sumur gali KK memakai PDAM KK memakai sumur pompa KK pengguna mata air KK pengguna air perpipaan KK pengguna Air Sungai/Danau Jumlah
Tahun 2003 2004 2005 2006 2007 20.520 20.871 20.477 20.858 24.715 10/538 11.576 12.521 13.820 15.486 12.168 12.384 13.418 14.028 15.720 3.910 4.066 4.205 4.188 4.310 854 894 977 1.423 1.688 3.180 3.260 3.091 2.800 3.048 51.170
53.051
54.689
57.117
64.697
Sumber : RPJMD Kota Sukabumi Tahun 2008-2013
Jumlah KK yang dilayani oleh PDAM mencapai 15.486 KK atau sebesar 23.84%. Namun demikian pada Tahun 2006 PDAM dihadapkan pada permasalahan sumber air baku yakni dengan terjadinya penurunan produksi air dari kapasitas design. Penurunan produksi air ini diantaranya dipengaruhi oleh semakin berkurangnya daerah tangkapan air akibat perubahan fungsi lahan disekitar area sumber serta intensitas dan frekuensi hujan. Potensi sumber air dari berbagai sumber saat ini pada umumnya dalam kondisi maksimum yaitu sebesar 505 lt/detik, sedangkan pada kondisi minimumnya adalah sebesar 234 Lt/detik. c.
Telekomunikasi dan Listrik Secara umum keberadaan jaringan listrik sudah mencakup semua kelurahan yang ada di Kota Sukabumi. Tetapi belum semua warga bisa merasakan layanan listrik karena berbagai faktor seperti faktor kondisi alam yang tidak memadai dan faktor kemampuan ekonomi masyarakat yang terbatas. Jumlah pengguna jaringan listrik di Kota Sukabumi tertera pada Tabel 17.
52
Tabel 17. Jumlah Pengguna Jaringan Listrik di Kota Sukabumi Tahun 20032007 Uraian 1. Keluarga Pengguna Listrik 2. Jumlah Keluarga Pengguna Listrik PLN 3. Jumlah Keluarga yang Belum Memakai Listrik 4. Penerangan Jalan Utama 5. Jenis Penerangan Jalan Jumlah
2003 53.189
2004 54.061
Tahun 2005 55.182
53.031
54.080
55.590
57.889
65.157
2.697 1.404 394 110.715
2.583 1.223 411 112.358
2.589 1.326 432 115.119
2.410 1.534 453 118.595
2.608 1.852 511 133.358
2006 56.309
2007 63.230
Sumber : RPJMD Kota Sukabumi Tahun 2008-2013
Prasarana Telekomunikasi di Kota Sukabumi pada dasarnya sudah dapat melayani seluruh wilayah Kota Sukabumi baik telepon rumah (fixed phone) maupun seluler dan wartel, sebagai gambaran jumlah prasarana komunikasi di Kota Sukabumi dapat dilihat pada Tabel 18.
Tabel 18. Jumlah Prasarana Telekomunikasi di Kota Sukabumi Tahun 20032007 Uraian 1. Jumlah Keluarga Pelanggan Telepon 2. Jumlah Warpostel 3. Kantor Pos Jumlah
2003 13.531 643 73 14.247
2004 14.211 694 74 14.979
Tahun 2005 14.948 773 79 15.800
Sumber : RPJMD Kota Sukabumi Tahun 2008-2013
2006 16.028 891 83 17.002
2007 20.326 1.120 194 21.640