ﺑﺴﻢ اﷲ اﻟﺮﺣﻤﻦ اﻟﺮﺣﻴﻢ INSTITUT PENGAJIAN TINGGI AL-ZUHRI DIPLOMA PENGAJIAN AL-QURAN dan AL-SUNNAH ULUM AL-Hadits MINGGU KEDUA 21 May 2016 / 2.30 PTG – 5.30 PTG
Ust Mohd Ghazali M.Pd.I
TOPIK-TOPIK PEMBAHASAN 1. Kepentingan Mustalah Hadits & Sejarah Perkembangannya a. Kedudukan As-Sunnah & Peranannya b. Pemeliharaan As-Sunnah, Tokoh-Tokohnya & Cabarannya c. Sejarah Perkembangan Mustalah Hadits 2. Pengenalan Istilah-Istilah Asas & Pembahagian Umum Al-Hadits a. Maksud Pengajian Hadits Riwayah & Dirayah, Sanad, Matan, Rawi & Muhaddits b. Maksud Al-Khabar, Al-Hadits, Al-Athar, Perbezaan Antara Al-Hadits & AlAthar c. Pembahagian Hadits Secara Umum 3. Pembahagian Hadits Dari Sudut Derajat Kekuatannya a. Hadits Shahih b. Hadits Hasan c. Hadits Dhoif
Maksud Pengajian Hadits Riwayah & Dirayah, SANAD, MATAN, RAWI & MUHADDITS
Hadits Riwayah & Dirayah • A. Ilmu Hadis Riwayah • Menurut Bahasa, riwayah berasal dari kata rawa-yarwi-riwayatan yang berarti annaql : memindahkan dan penukilan. • Riwayah menurut istilah ilmu hadits riwayah adalah ilmu yang membahas tentang penukilan sesuatu yang disandarkan pada nabi yang meliputi perkataan, perbuatan, ketetapan dan sifat-sifat Nabi dengan melalui periwayatan yang benar, teliti serta analisa yang mendalam. serta segala sesuatu yang disandarkan kepada sahabat dan tabiin. • Objek Ilmu Hadits Riwayah adalah matan atau isi hadits yang disandarkan kepada Nabi, Sahabat dan Tabiin. Namun tidak mungkin ada matan tanpa disertai Sanad Hadits. Ia membicarakan bagaimana cara menerima, menyampaikan pada orang lain dan memindahkan atau membukukan dalam suatu Kitab Hadits, baik mengenai matan maupun sanadnya. • Adapun kegunaan mempelajari ilmu ini adalah untuk menghindari adanya kemungkinan yang salah dari sumbernya, yaitu Nabi Muhammad saw. Sebab berita yang beredar pada umat Islam boleh jadi bukan hadits, melainkan juga ada berita-berita lain yang sumbernya bukan dari Nabi, atau bahkan sumbernya tidak jelas sama sekali.
Hadits Riwayah & Dirayah A. Ilmu Hadis Riwayah • Ulama yang terkenal dan dipandang sebagai pelopor ilmu hadits riwayah adalah Abu Bakar Muhammad bin Syihab az-Zuhri (51-124 H), seorang imam dan ulama besar di Hijaz dan Syam (Suria). Dalam sejarah perkembangan hadits, az-Zuhri tercatat sebagai ulama pertama yang menghimpun hadits Nabi saw atas perintah Khalifah Umar bin Abdul Aziz. • Perbedaan pemahaman hadits yang dilakukan para sahabat antara tekstual dengan kontekstual melahirkan apa yang disebut dengan “Hadits Riwayah Bil-lafdzi” dan “Hadits Riwayah Bil-ma’nawi.” 1. HADITS RIWAYAH BIL-LAFDZI • Periwayatan Bil-Lafdzi adalah redaksi hadits yang diriwayatkan secara lafadz yang persis disabdakan Nabi saw. Riwayat hadits dengan lafadz ini dapat dilihat pada hadits-hadits yang memakai lafadzlafadz seperti: a. ( ﺳﻤﻌﺖ رﺳﻮل اﷲ ﺻﻠّﻰ اﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠّﻢSaya mendengar Rasulullah saw) Dari Al-Mughirah ra, ia berkata: Aku mendengar Rasulullah saw. bersabda: “Sesungguhnya dusta atas namaku itu tidak seperti dusta atas nama orang lain, dan barang siapa dusta atas namaku dengan sengaja, maka hendaknya ia menempati tempat duduknya di neraka.” (HR. Muslim dan lain-lainnya)
HADITH RIWAYAH BIL-MA’NA b. ( ﺣ ّﺪﺛﻨﻰ رﺳﻮل اﷲ ﺻﻠّﻰ اﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠّﻢTelah menceritakan kepadaku Rasulullah saw)
Telah bercerita kepadaku Malik dari Ibnu Syihab dari Humaidi bin Abdur Rahman dari Abi Hurairah bahwa Rasulullah saw bersabda: “Siapa yang beramadhan dengan iman dan mengharap pahala, dihapus doasa-dosanya yang telah lalu.”
c. ( أﺧﺒﺮﻧﻰ رﺳﻮل اﷲ ﺻﻠّﻰ اﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠّﻢMengkhabarkan kepadaku Rasulullah saw) d. ( رأﻳﺖ رﺳﻮل اﷲ ﺻﻠّﻰ اﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠّﻢSaya melihat Rasulullah saw berbuat) Dari Abbas bin Rabi’ ra, ia berkata: Aku melihat Umar bin Khaththab ra, mencium Hajar Aswad dan ia berkata: “Sesungguhnya benar-benar aku tahu bahwa engkau itu sebuah batu yang tidak memberi mudharat dan tidak (pula) memberi manfaat. Seandainya aku tidak melihat Rasulullah saw menciummu, aku (pun) tak akan menciummu.” (HR. Bukhari dan Muslim). Hadits yang menggunakan lafadz-lafadz di atas memberikan indikasi, bahwa para sahabat langsung bertemu dengan Nabi saw dalam meriwayatkan hadits. Oleh karenanya para ulama menetapkan hadits yang diterima dengan cara itu menjadi hujjah, dengan tidak ada khilaf.
HADITH RIWAYAH BIL-MA’NA • Periwayatan Maknawi adalah redaksi hadits yang diriwayatkan berbeda dengan yang disabdakan Nabi saw, tetapi substansinya tetap sama. Para sahabat tidak sama daya ingatannya, ada yang kuat dan ada pula yang lemah. Di samping itu kemungkinan masanya sudah lama, sehingga yang masih ingat hanya maksudnya sementara apa yang diucapkan Nabi sudah tidak diingatnya. Maka hadits yang disampaikan oleh para sahabat merupakan lafadz atau susunan redaksi mereka sendiri. Contoh : a. Ada seorang wanita datang menghadap Nabi saw, yang bermaksud menyerahkan dirinya (untuk dikawin) kepada beliau. Tiba-tiba ada seorang laki-laki berkata: Ya Rasulullah, nikahkanlah wanita tersebut kepadaku, sedangkan laki-laki tersebut tidak memiliki sesuatu untuk dijadikan sebagai maharnya selain dia hafal sebagian ayat-ayat Al-Qur’an. Maka Nabi saw berkata kepada laki-laki tersebut: Aku nikahkan engkau kepada wanita tersebut dengan mahar (mas kawin) berupa mengajarkan ayat Al-Qur’an. b. Dalam satu riwayat disebutkan: “Aku kawinkan engkau kepada wanita tersebut dengan mahar berupa (mengajarkan) ayat-ayat Al-Qur’an”. Dalam riwayat lain disebutkan: “Aku kawinkan engkau kepada wanita tersebut atas dasar mahar berupa (mengajarkan) ayat-ayat Al-Qur’an”. Dan dalam riwayat lain disebutkan: “Aku jadikan wanita tersebut milik engkau dengan mahar berupa (mengajarkan) ayat-ayat Al-Qur’an”. (Al-Hadits) c. Semuanya ini menceritakan tentang wajib membayar mahar bagi wanita yang dinikahi.
Ilmu Hadits Dirayah • Ilmu Hadits Dirayah, menurut bahasa dirayah berasal dari kata dara-yadri-daryan yang berarti pengetahuan. • Dirayah menurut istilah adalah “Ilmu yang mempelajari tentang hakikat periwayatan, syaratsyaratnya, macam-macamnya dan hukum-hukumnya, keadaan para perawi, syarat-syarat mereka, macam-macam periwayatan, dan hal-hal yang berkaitan dengannya”. • Objek Ilmu Hadits Riwayah : Untuk mengetahui dan meneliti kelakuan para rawi dan keadaan marwinya (sanad dan matannya), apakah boleh diterima atau ditolak suatu hadits dan selanjutnya untuk diamalkannya yang maqbul dan ditinggalkannya yang mardud. • Istilah lain yang dipakai oleh ulama ahli hadits terhadap ilmu hadits dirayah sangat beragam seperti : Ilmu Jarh Wa Al-Ta’dil, Ilmu Ilal Al-Hadits, Ilmu Gharib Al-Hadits, Ilmu Mukhtalaf Al-Hadits, Ilmu TokohTokoh Hadits, ilmu Nasakh Wal-Mansukh Al-Hadits dan lain-lain. Disebut juga ilmu Mustholahul Hadits – undang-undang (kaidah) untuk mengetahui hal ihwal sanad, matan, cara-cara menerima dan menyampaikan Hadits, sifat-sifat rawi dan lain sebagainya. • Pendiri Ilmu Hadits Dirayah adalah Al-Qadhi Abu Muhammad Al-Hasan bin Abdurahman bin Khalad Ramahumuzi (w.360 H)
ILMU HADITS DIRAYAH
• Pokok pembahasan Ilmu Dirayah itu dua: Rijal al-sanad dan Jarh wa Ta’dil. • Dengan pembahasan dua ulasan ini akan muncul penilaian, bahwa suatu matan hadits dinilai shahih, atau hasan atau dho’if dan penilaian seperti ini yang biasa disebut Mushthalah al-Hadits 1. Rijal al-sanad (Perawi al-hadits) • Menurut bahasa, kata rijal berarti para kaum lelaki. Sedang Rijal al-Hadis berarti orang-orang disekitar hadits atau orang-orang yang meriwayatkan hadits serta berkecimpung dengan hadits Nabi. Secara terminologi : Ilmu yang membahas tentang keadaan para periwayat hadits baik dari kalangan sahabat, tabi’in, dan tabi’ tabi’in, maupun generasi- generasi berikutnya. • Ilmu rijal al-hadits mencari penjelasan sejarah kehidupan para tokoh tersebut, meliputi masa kelahiran dan wafat mereka, negeri asal, negeri mana saja tokoh-tokoh itu mengembara dan dalam jangka berapa lama, kepada siapa saja mereka memperoleh hadits dan kepada siapa saja mereka menyampaikan hadits • Jelasnya, ilmu ini membahas tentang biografi para periwayat, nama-nama, kunyah, laqab, dan sebagainya. Didalamnya juga dicantumkan para periwayat yang dicantumkan laqab-nya saja tetapi tidak dikenal nama aslinya dan para periwayat yang memiliki dua laqab. • Dengan ilmu ini akan sangat membantu untuk mengetahui derajat hadits dan sanad (apakah sanadnya muttashil atau munqathi’ )
ILMU HADITS DIRAYAH
1. Rijal al-sanad (Perawi al-hadits) • Ilmu ini juga membahas periwayatan yang tsiqah dan dho'if serta asal usul tentang periwayatan hadits. Ilmu ini menjadi sangat penting dalam ilmu hadits karena ilmu ini berkaitan dengan sanad dan matan sedang orang-orang yang terhubung dengan mata rantai sanad adalah para periwayat hadits dan mereka itu adalah objek dari Ilmu rijal al-hadits. • Ilmu Rijal al-Hadis berguna untuk mengetahui tentang para perawi yang ada dalam tingkatan sanad hadits. Dengan mengetahui para perawi itu akan dapat mencegah terjadinya pemalsuan hadits, penambahan matan hadits, juga dapat mengetahui tingkatan keshahihan tiap-tiap hadits yang ditemui. • Ilmu Rijal al-Hadis ini lahir bersama-sama dengan periwayatan hadits dalam Islam dan mengambil porsi khusus untuk mempelajari persoalan-persoalan di sekitar sanad. Ulama memberikan perhatian yang sangat serius terhadapnya agar mereka dapat mengetahui tokoh-tokoh yang ada dalam sanad demi untuk mengetahui keshahihan sima’ yang dikatakan oleh perawi dan sanad-sanad yang muttashil dari yang terputus, yang mursal, dari yang marfu’ dan lain-lain. • Ada beberapa istilah untuk menyebut ilmu yang membicarakan masalah ini. Ada yang menyebut Ilmu Tarikh, ada yang menyebut Tarikh ar-Ruwat, ada juga yang menyebutnya Ilmu Tarikh ar-Ruwat.
2. JARH WA TA’DIL • Al-jarh berarti menilai kelemahan-kelemahan yang terdapat pada diri seorang perawi hadits, sedangkan Ta’dil adalah menilai kebaikan-kebaikan yang ada pada diri seorang perawi hadits. • Ilmu Jarah wa Ta’dil, adalah ilmu yang digunakan oleh para ulama terdahulu untuk menilai derajat para perawi (periwayat hadits). • Menurut Istilahan, al-Jarh menampakan suatu sifat kepada rawi yang dapat merusak keadilannya atau merusak kekuatan hafalan dan ketelitiannya serta apa-apa yang dapat menggugurkan riwayatnya dan menyebabkan riwayatnya di tolak. • Menurut Ajaj al-Khatib, Ilmu Jarh wa Ta’dil adalah suatu ilmu yang membahas hal ikhwal para perawi dari segi diterima atau ditolaknya riwayat mereka. • Secara lebih tegas lagi Abd al-Rahman ibn Abi Hatim al-Razi seperti dikutip Faturahman mendefinisikan: Ilmu Jarh wa Ta’dil, adalah suatu ilmu yang membahas tentang Jarh dan Ta’dil para perawi dengan menggunakan lafadz-lafadz tertentu dan membahas pula tentang tingkatan-tingkatan lafadz tersebut dan Ilmu Jarh wa Ta’dil ini merupakan salah satu cabang dari ilmu Rijal al-Hadits.
2. JARH WA TA’DIL • Ilmu Jarh wa Ta’dil merupakan unsur ilmu hadits yang penting yang sangat diperlukan dalam menentukan perawi hadits, diterima atau ditolak matan haditsnya dan dinilai shahih atau tidak, didasarkan pada penilaian ini. Dari segi lain, klasifikasi tingkat tinggi-rendahnya nilai hadits pun, ditentukan oleh unsur ini juga. Hampir semua kitab Ulum al-Hadits, baik karya ulama mutaqaddimin atau mutaakhirin, selalu membahas Jarh wa Ta’dil. • Kitab-kitab yang membahas Jarh wa Ta’dil banyak sekali, dengan metode dan penyajian materi yang berbeda-beda. Tokoh yang pertama kali memperhatikan Jarh wa Ta’dil sebagai ilmu, adalah Ibn Sirin (w.110 H), Al-Sya’bi (w.103 H), Syu’bah, (w.160 H), dan al-imam Malik (w. 179 H.). Sedangkan tokoh yang pertama kali menulis kitab jarah-ta’dil adalah Yahya ibn Ma’in (168-223 H), Ali ibn alMadini (161-234 H), dan Ahmad ibn Hanbal (164-241 H). Kemudian bermunculan kitab-kitab yang menulis Jarh wa Ta’dil. • Jarh wa Ta’dil pada dasarnya diangkat dari ayat-ayat al-Qur’an, antara lain ayat 6 Surat al-Hujurat, dan beberapa hadits Nabi saw. Kemudian pemahaman terhadap ayat dan hadits itu dikongkritkan oleh ahli hadits untuk dijadikan sebagai konsep Jarh wa Ta’dil. Kemudian konsep itu diterapkan pada setiap orang yang akan menceritakan hadits Nabi.
PERBINCANGAN
Sanad, Matan, Rawi & Muhaddits • Sanad dari segi bahasa bermaksud : sandaran atau ,sesuatu yang kita jadikan sandaran. Sanad dari segi istilah adalah silsilah atau rantaian orang-orang yang menghubungkan kepada matan(isi) hadits atau silsilah para perawi yang memindahkan (meriwayatkan) matan dari sumbernya yang pertama. • Sebutan sanad hanya berlaku pada serangkaian orang-orang bukan dilihat dari sudut pribadi secara perorangan. Sedangkan, sebutan untuk pribadi yang menyampaikan hadits dilihat dari sudut orang perorangannya disebut dengan rawi • Matan secara bahasa ertinya kuat, kukuh, atau keras. Matan dari makna istilah ahli hadits ialah teks (isi, ucapan atau lafadz-lafadz) hadits. • Rawi adalah orang yang meriwayatkan atau orang yang menyampaikan atau menuliskan dalam suatu kitab apa-apa yang pernah didengar dan diterimanya dari seseorang (gurunya). Bentuk jamaknya ruwah dan perbuatannya menyampaikan haditst tersebut dinamakan meriwayatkan hadits. • Muhaddits secara bahasa adalah orang yang meriwayatkan hadits Rasulullah saw. Ia merupakan seorang yang mengenal seluk beluk sanad ,illat-illat yang ada dalam hadits, nama-nama perawi (asmaa Rijaal). Al-Muhaddits fokus dalam menghafal matan-matan (teks hadits), menyimak kitab-kitab hadits yang enam, musnad-musnad, mu’jam-mu’jam,serta juz-juz hadits. Sedangkan Musnid hanya merupakan seorang yang meriwayatkan hadits dengan sanadnya ,tidak kira mempunyai ilmu tentang apa yang di riwayatkan ataupun tidak, atau dengan kata lain ia hanya sebatas meriwayatkannya saja .
Sanad, Matan, Rawi & Muhaddits • Dalam hal pembukuan hadits. Orang yang menerima hadits-hadits, kemudian menghimpunnya dalam suatu kitab tadwin, disebut dengan rawi. Dapat disebut mudawwin (orang yang membukukan dan menghimpun hadits). Adapun orang-orang yang menerima hadits dan hanya menyampaikannya kepada orang lain, tanpa membukukannya, disebut sanad hadits. Dapat dikatakan bahwa setiap sanad adalah rawi pada tiap-tiap thabaqah-nya, tetapi tidak setiap rawi disebut sanad hadits sebab ada rawi yang membukukan hadits. Sanad Akhir
ٍ ﺎل ﺣ ﱠﺪﺛَـﻨَﺎ ﻳﺤﻴﻰ ﺑﻦ ﺳ ِﻌﻴ ِ ِ ﱠ ِ ﱠ َ ﺎل أَ ْﺧﺒَـ َﺮﻧِﻲ ﻧ اﻷ ﺪ ﻗ ن ﺎ ﻴ ﻔ ﺳ ﺎ ﻨ ـ ﺛ ﺪ ﺣ ﺎل ﻗ ﺮ ﻴ ـ ﺑ ﺰ اﻟ ﻦ ﺑ ﻪ ﻠ اﻟ ﺪ ﺒ ﻋ ي ﺪ َ َي ﻗ َ َ ﱡ َ َ ْ ْ َ ﺼﺎ ِر ﱡ ﱡ ْ ُ ُ َْ ُ ْ ْ َ ْﺤ َﻤ ْﻴ َ َُ َ َ ُ َﺣ ﱠﺪﺛَـﻨَﺎ اﻟ َ ُ ْ َْ َ َ ِ ﻣﺤ ﱠﻤ ُﺪ ﺑﻦ إِﺑـﺮ ِ ﺎب ر ِ ِ ِ ِ ﱠ ﱠ ِ ﱠ ٍ ﱠ َ ﻄ ﺨ ْ ﻟ ا ﻦ ﺑ ﺮ ﻤ ﻋ ﺖ ﻌ ﻤ ﺳ ﻮل ﻘ ـ ﻳ ﻲ ﺜ ﻴ ﻠ اﻟ ﺎص ﻗ و ﻦ ﺑ ﺔ ﻤ ﻘ ﻠ ﻋ ﻊ ﻤ ﺳ ﻪ ﻧ أ ﻲ ﻤ ﱠﻴ ـ ﺘ اﻟ ﻴﻢ اﻫ ْ ُ ُ َ َ َ ُ ﱠ ﱡ ُ َ ُﺿ َﻲ اﻟﻠﱠﻪُ َﻋ ْﻨﻪ ُ ْ ْ َ َْ ُ ْ َ ُ َ َ ْ َ َ َْ َ َ َ َ ْ ََ َﻋﻠَﻰ اﻟ ِْﻤ ْﻨﺒَ ِﺮ Sanad Pertama ِ ﻮل اﻟﻠﱠ ِ ﺎل ﺑِﺎﻟﻨﱢـﻴﱠ ﺎت َوإِﻧﱠ َﻤﺎ ﻟِ ُﻜ ﱢﻞ ْاﻣ ِﺮ ٍئ َﻣﺎ ﻧَـ َﻮى ﻓَ َﻤ ْﻦ ﻪ ُ ﻮل إِﻧﱠ َﻤﺎ ْاﻷَ ْﻋ َﻤ ُ ﺻﻠﱠﻰ اﻟﻠﱠﻪُ َﻋﻠَْﻴ ِﻪ َو َﺳﻠﱠ َﻢ ﻳَـ ُﻘ َ ﺖ َر ُﺳ َ َﻗ ُ ﺎل َﺳ ِﻤ ْﻌ َ ٍ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ رواﻩ اﻟﺒﺨﺎري...ﺎﺟ َﺮ إِﻟَْﻴ ِﻪ ﻫ ﺎ ﻣ ﻰ ﻟ إ ﻪ ﺗ ﺮ ﺠ ﻬ ﻓ ﺎ ﻬ ﺤ ﻜ ﻨ ـ ﻳ َة أ ﺮ اﻣ ﻰ ﻟ إ َو أ ﺎ ﻬ ـ ﺒ ﻴ ﺼ ﻳ ﺎ ﻴ ـ ﻧ د ﻰ ﻟ إ ﻪ ﺗ ﺮ ﺠ ﻫ َ َ َ َ ْ ْ ََﻛﺎﻧ ْ َ ُ ُ َ ُ َُُ ْ ﺖ َ َ َ َُُ ْ َ ُ َْ َ ْ Perawi Hadits
Matan Hadits
Ilmu Sanad • Sanad atau terkadang disebut isnad secara bahasa berarti sesuatu yang dijadikan sandaran. Kata isnad berasal dari kata asnada َﺳﻨَ َﺪ ْ أ, yang bermakna menyandarkan. Secara etimologi, sanad dan isnad merupakan dua istilah yang sering digunakan untuk menunjukkan satu makna, yaitu: ِ ِﺳﻠ ِ ﺎل اﻟْﻤﻮ ِ ِ Rantaian perawi yang bersusun yang membawa kepada matan. ْﻤ ْﺘ ِﻦ ﻟ ا ﻰ ﻟ إ ﺔ ﻠ ﺻ ﺟ ﺮ اﻟ ﺔ ﻠ ْﺴ َ َ َ ُ ُ ﱢ ُْ َ َ • “Sanad adalah para perawi hadits, sedangkan isnad adalah perbuatan para perawi tersebut.” • “Tidak semua dari kami mendengar hadits Rasulullah saw, karena kami mencari nafkah dan memiliki kesibukan, dan orang-orang pada waktu itu tidak pernah berdusta, sehingga yang hadir menyampaikan kepada yang tidak hadir.” (Al-Kifayah fi ‘Ilmi ar-Riwayah, Al-Khathib al-Baghdadi) • Matan adalah sebuah ucapan yang merupakan ujung dari sanad tersebut. • Di masa Rasulullah saw, ilmu sanad belum menjadi hal yang sangat penting dalam penukilan. Para sahabat yang meriwayatkan hadits Nabi adalah orang-orang yang adil dan tepercaya. Mereka adalah pribadi-pribadi yang senantiasa jujur dalam penukilan dan tidak pernah berdusta.
ِﺸ ِ ﻟ،أََﻻ ِﺎﻫ ُﺪ ِﻣ ْﻨ ُﻜﻢ اﻟْﻐَﺎﺋ ﱢ ﱠ ﺐ اﻟ ﻎ ﻠ ـ ﺒ ﻴ ِ َُ َ ُ
“Hendaknya yang hadir (ketika di haji wada’) di antara kamu menyampaikan kepada yang tidak hadir.” (Muttafaqun ‘alaihi)
Urgensi Ilmu Sanad • Dari Anas bin Malik ra “Tidak semua yang kami beritakan kepada kalian dari Rasulullah saw, kami mendengarnya langsung dari beliau. Akan tetapi, para sahabat kami memberitakan kepada kami dan kami adalah kaum yang tidak berdusta terhadap orang lain.” (Al-Kifayah, 2/1211)
ِ اﻟﻌﻠﻢ ِ إ ّن َﻫﺬا واﻋﻤﻦ ﺗﺄﺧ ُﺬون دﻳﻨ ُﻜﻢ ﻓﺎﻧﻈﺮ ﻳﻦ د ّ ُ
• Ibnu Sirin (110H):“Bahwa ilmu ini adalah Agama, maka lihatlah kepada siapa kalian mengambil agama kalian” • Berkata Abdullah al-Mubarak (181H):
ِ اﻹﺳﻨﺎد ِﻣﻦ اﻟﺪﻳﻦ ﻟَﻮ ﻻَ اﻹﺳﻨﺎد ﻟَﻘﺎل َﻣﻦ َﺷﺎء ﻣﺎ َﺷﺎء
Sanad itu adalah sebahgian dari ad-Din, kalaulah tidak kerana sanad, sesiapapun akan berkata apa sahaja yang dia mahu • Jaminan terhadap keadilan Sahabat dab Tabiin.
ِ ِ ٍ ِ ِ ِ ِﺴﺎﺑ ﱠ ﱠ ِ ِ ِ ﱠ َ َ ...ُﺿﻮا َﻋ ْﻨﻪ ر و ﻢ ﻬ ـ ﻨ ﻋ ﻪ ﻠ اﻟ ﻲ ﺿ ر ﺎن ﺴ ﺣ ﺈ ﺑ ﻢ ﻮﻫ ﻌ ـ ﺒ ـ ﺗ ا ﻳﻦ ﺬ ﻟ ا و ر ﺎ ﻧﺼ اﻷ و ﻳﻦ ﺮ ﺎﺟ ﻬ ْﻤ ﻟ ا ﻦ ﻣ ن ﻮ ﻟ و اﻷ ن ﻮ ﻘ ُ ْ ْ ﱠ ﱠ ُ َ َ َواﻟ ﱠ ُ َ َ ْ ُ َْ ُ َ ُ َ ْ ُ َ َ ََ ُ َ َ َ َ
Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) dari golongan muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah…(Qs At-Taubah 9:100)
Urgensi Ilmu Sanad • Ibnu Lahi’ah berkata, “Aku mendengar seorang Syaikh dari kalangan Khawarij berkata, ‘Sesungguhnya hadits-hadits ini adalah agama, maka perhatikanlah dari mana kalian mengambil agama kalian. Sesungguhnya, dahulu jika kami menghendaki suatu hal, kami membuatnya menjadi hadits.” (Al-Kifayah, 1/327). • Di muqaddimah Shahih Muslim Bab: Menerangkan bahwa isnad itu bagian agama dan bahwa meriwayatkan hadits itu tidak boleh terjadi kecuali dari orang yang tsiqoh (dipercaya)…
ِ َاﻹﺳﻨ ِ ﻓَـﻠَ ﱠﻤﺎ وﻗَـﻌ،ﺎد ﺴﻨ ِﱠﺔ َﺳ ﱡﻤﻮا ﻟَﻨَﺎ ِر َﺟﺎﻟَ ُﻜ ْﻢ؛ ﻓَـﻴُـ ْﻨﻈَُﺮ إِﻟَﻰ أ َْﻫ ِﻞ اﻟ ﱡ:ﺖ اﻟ ِْﻔ ْﺘـﻨَﺔُ ﻗَﺎﻟُﻮا ْ ِْ ﻟَ ْﻢ ﻳَ ُﻜﻮﻧُﻮا ﻳَ ْﺴﺄَﻟُﻮ َن َﻋ ِﻦ َ َ ﻓَـﻴُـ ْﺆ َﺧ ُﺬ َﺣ ِﺪﻳﺜُـ ُﻬ ْﻢ َوﻳُـ ْﻨﻈَُﺮ إِﻟَﻰ أ َْﻫ ِﻞ اﻟْﺒِ َﺪ ِع ﻓَﻼَ ﻳُـ ْﺆ َﺧ ُﺬ َﺣ ِﺪﻳﺜُـ ُﻬ ْﻢ
• “Dahulu mereka tidak pernah bertanya tentang sanad. Namun, tatkala telah terjadi fitnah mereka berkata, ‘Sebutkan nama perawi-perawi kalian!’ Kemudian dilihat kepada Ahlus Sunnah maka diambil haditsnya, dan dilihat kepada ahli bid’ah maka tidak diambil haditsnya.” (Muqaddimah Shahih Muslim, 1/27) • Nukilan Imam Malik :
ﻓَ َﻤﺎ ﻟَ ْﻢ ﻳَ ُﻜ ْﻦ ﻳَـ ْﻮَﻣﺌِ ٍﺬ ِدﻳْـﻨًﺎ ﻻَ ﻳَ ُﻜ ْﻮ ُن اﻟْﻴَـ ْﻮَم ِدﻳْـﻨًﺎ
"Maka perkara apa saja yang pada hari itu bukan merupakan perkara agama maka pada hari ini juga bukan merupakan perkara agama.”(Al-Ihkam, karya Ibnu Hazm 6/255)
Jenis-Jenis Sanad • Jenis-Jenis Sanad : ‘Ali dan Nazil 1. Sanad ‘Aliy : ‘Ali adalah isim fa’il dari kata Al-‘Uluwwu, اﻟﻌﻠﻮartinya (ﻋﻠﻮ, ﻳﻌﻠﻮ, )ﻋﻼyang berarti tinggi, luhur, mengungguli, menutupi. Dalam terminologi ilmu hadits, sanad ‘Ali disebut juga hadits ‘Ali iaitu hadits yang rawi-rawi sanadnya sedikit dibandingkan dengan sanad lain dari hadits yang sama. 2. Sanad Nazil : Disebut juga Hadits Nazil. Nazil adalah An-Nuzuul rendah (turun). Hadits Nazil adalah hadits yang rawi-rawi sanadnya lebih banyak dibandingkan sanad lain dari hadits itu juga. Nazil merupakan kebalikan dari ‘Ali. • Sanad `Aliy adalah sanad yang derajatnya lebih dekat pada derajat keshahihan. Sebaliknya, sanad nazil adalah sanad yang kemungkinan keshahihannya lebih jauh. • Boleh jadi juga jika para perawinya lebih banyak, akan tetapi jika sanad tersebut lebih mendekati kepada keshahihan, maka sanad tersebut dianggap lebih tinggi dari sanad lain yang semakna dengannya yang otomatis menjadi nazil dengan sendirinya.
Contoh Sanad ‘Ali dan Nazil • Contoh kedua hadis di bawah ini memiliki matan yang sama maknanya. Keduanya adalah hadis fi`li, dimana Ibn Abbas ra mengatakan apa yang dikerjakan oleh Rasulullah saw
ِ ﻋﻦ، ﺣ ﱠﺪﺛَـﻨﺎ وﻫﻴﺐ ﻋﻦ أَﻳﱡﻮب، ﺣ ﱠﺪﺛَـﻨﺎ ﻣﻌﻠﱠﻰ ﺑﻦ أَﺳ ٍﺪ ِ ر، ﺎس ِ ٍ ِ ِ ﺿ َﻲ اﻟﻠﱠﻪُ َﻋ ْﻨـ ُﻬ َﻤﺎ أَ ﱠن ﺒ ﻋ ﻦ اﺑ ﻦ ﻋ ، ﺔ ﻣ ﺮ ﻜ ﻋ ْ ﱠ َ َ َ ْ َ ْ َ َ ْ َ ٌ َْ ُ َ َ َ ُ ْ َُ َ َ َ (ﺻﺎﺋِ ٌﻢ )اﻟﻌﺎﻟﻲ ْ اﺣﺘَ َﺠ َﻢ َو ْﻫ َﻮ ُﻣ ْﺤ ِﺮٌم َو ْ اﻟﻨﱠﺒِﻴﱠﺼﻠﻰ اﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ َ اﺣﺘَ َﺠ َﻢ َو ْﻫ َﻮ 1. Mu`alla ibn Asad => 2.Wuhaib ibn Ayyuub => 3. ’Ikrimah => 4. Ibn Abbas
ِ ب و إِﺳﺤﺎ ُق ﺑﻦ إِﺑـﺮ ِ ﺎل اﻵ َﺧﺮ ِ ِ ٍ َ ان ﻗ و ﺎ ﻧ ﺮ ـ ﺒ ﺧ أ ق ﺎ ﺤ ﺳ إ ﺎل ﻗ ﻴﻢ اﻫ ﺮ ﺣ ﻦ ﺑ ﺮ ـ ﻴ ﻫ ز و ﺔ ﺒ ﻴ ﺷ ﻰ َ َ َ َ ُ َ َ ْ َ ُ َ َْ َ ََ َ َ َ ْ ُ ْ َ ٍْ َ ْ َ ُ ْ ُ ْ َ َ ْ َﺣ ﱠﺪﺛَـﻨَﺎ أَﺑُﻮ ﺑَ ْﻜ ِﺮ ﺑْ ُﻦ أَﺑ ٍ س َو َﻋﻄَﺎء َﻋ ِﻦ اﺑْ ِﻦ َﻋﺒﱠ ٍ َﺣ ﱠﺪﺛَـﻨَﺎ ُﺳ ْﻔﻴَﺎ ُن ﺑْ ُﻦ ﻋُﻴَـ ْﻴـﻨَﺔَ َﻋ ْﻦ َﻋﻤ ٍﺮو َﻋ ْﻦ ﻃَ ُﺎو - أَ ﱠن اﻟﻨﱠﺒِ ﱠﻰ- رﺿﻰ اﷲ ﻋﻨﻬﻤﺎ- ﺎس ( )اﻟﻨﺎزل.اﺣﺘَ َﺠ َﻢ َو ُﻫ َﻮ ُﻣ ْﺤ ِﺮٌم ْ -ﺻﻠﻰ اﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ
1. Abu Bakr ibn Abi Syaibah => 2. Zuhair ibn Ishaq => 3. Ishaq ibn Ibrahim => 4. Al-Akhraan => 5. Sufyan ibn Uyainah => 6. Umar => 7.Thawus => 8. Atho => 9. Ibn Abbas • Hadis yang pertama dianggap lebih tinggi dari pada hadis yang kedua, karena periwayatnya lebih sedikit, sehingga kemungkinan terjadinya cacat dari para periwayatnya lebih minim. Sanad semacam ini dinamakan sanad `ali, karena lebih dekat sampainya kepada Nabi Muhammad saw.
PEMBAGIAN SANAD ‘ALI A. Pembagian Sanad ‘Ali 1. Sanad yang bilangan rawinya sampai kepada Nabi saw, sanad rawinya sedikit, kalau dibandingkan dengan sanad lain dari Hadits itu juga. 2. Sanad yang bilangan rawinya sampai kepada salah seorang Imam Hadits, sedikit, terbanding dengan sanad lain dari riwayat itu juga. Imam-imam Hadits itu seperti: Malik, Syu’bah, Sufyan, AtsTsauri, Syafi’i, Bukhari, Muslim, Ibnu Juraij, Zuhri, al-Auza’i, Sufyan bin ‘Uyainah, dan lain-lain. 3. Sanad yang bilangan rawinya sampai kepada salah satu Kitab Hadits yang teranggap, sedikit, jika dibandingkan dengan sanad lain. Kitab-kitab Hadits itu seperti: Shahih Bukhari, Shahih Muslim, Sunan Abi Dawud, Ibnu Majah, Nasa’i, ShahihTirmidzi, Musnad Ahmad, dan sebagainya. 4. Satu sanad didalamnya ada rawi yang terima dari seorang syeikh, meninggal lebih dahulu dari rawi lain yang juga terima dari syeikh itu. Seperti: seorang mendengar Sunan Abi Dawud dari az-Zaki Abdil-‘Azhim. Seorang lagi mendengar Sunan tersebut dari an-Najib al-Harrani. Az-Zaki wafat lebih dulu dari an-Najib, sedang kedua-duanya menerima dari seorang syeikh, yaitu Abu Dawud. Maka sanad orang yang menerima dari az-Zaki itu lebih tinggi dari an-Najib. 5. Sanad yang didalamnya ada rawi yang mendengar dari seorang syeikh lebih dulu daripada rawi lain mendengar dari syeikh itu juga.
Pembahgian Tingkatan Sanad • Para muhaditsin membagi tingkatan sanad menjadi beberapa tingkatan: A. Ashahhu Al-Asanid yang Muqayyad (Sanad-sanad yang lebih shahih) i. Sahabat tertentu, yaitu: • Umar Al-Khaththab ra, yaitu yang diriwayatkan oleh Ibnu Syihab Az-Zuhri dari Salim bin 'Abdullah bin 'Umar, dari ayahnya ('Abdullah bin 'Umar), dari kakeknya ('Umar bin Khaththab). • Ibnu Umar ra adalah yang diriwayatkan oleh Malik dari Nafi' dari Ibnu 'Umar ra • Abu Hurairah ra, yaitu yang diriwayatkan oleh Ibnu Syihab Az-Zuhri dari Ibnu Al-Musayyab dari Abu Hurairah ra ii. Penduduk kota tertentu, yaitu: • Kota Mekah, yaitu yang diriwayatkan oleh Ibnu 'Uyalnah dari `Amru bin Dinar dari Jabir bin Abdullah ra • Kota Madinah, yaitu yang diriwayatkan oleh Ismail bin Abi Hakim dari Abidah bin Abi Sufyan dari Abu Hurairah ra
B. Ashahhu al-Asanid yang Mutlak, seperti: • Jika menurut Imam Bukhari, yaitu Malik, Nafi', dan Ibnu Umar ra • Jika menurut Ahmad bin Hanbal, yaitu Az-Zuhri, Salim bin `Abdillah dan ayahnya ('Abdullah bin 'Umar).
• Jika menurut Imam An-Nasa'i, yaitu `Ubaidillah, Ibnu 'Abbas dan `Umar bin Khaththab ra
PERBINCANGAN
• MAKSUD AL-KHABAR, AL-HADITS, AL-ATHAR, • PERBEZAAN ANTARA AL-HADITS & AL-ATHAR • PEMBAHAGIAN HADITS SECARA UMUM
Al-Hadits & As-Sunnah • Al-Hadits menurut bahasa berarti al-jadid (sesuatu yang baru), lawan kata dari al-qadim (sesuatu yang lama). Kata Hadits juga berarti al-Khabar (berita), yaitu sesuatu yang dipercakapkan dan dipindahkan dari seseorang kepada orang lain. • Menurut jumhur ulama hadits, hadits adalah sesuatu yang disandarkan kepada Rasulullah saw, baik berupa ucapan, perbuatan, penetapan, ataupun sifat. Begitu juga sesuatu yang disandarkan kepada para sahabat dan tabi’in, baik berupa perkataan ataupun perbuatan. Maka dalam pengertian ini hadits mencakup marfu’, mauquf dan maqtu’. • As-Sunnah menurut istilah muhadditsin (ahli-ahli Hadits) ialah segala yang dinukilkan dari Nabi saw, baik berupa perkataan, perbuatan, maupun berupa taqrir, pengajaran, sifat, kelakuan, perjalanan hidup baik yang demikian itu sebelum Nabi saw., dibangkitkan menjadi Rasul, maupun sesudahnya. • Pengertian Sunnah ditinjau dari sudut istilah, dikalangan ulama terdapat perbedaan. Ada ulama yang mengartikan sama dengan Hadits, dan ada ulama yang membedakannya, bahkan ada yang memberi syarat-syarat tertentu, yang berbeda dengan istilah hadits. Ulama ahli hadits merumuskan pengertian sunnah sebagai : "Segala yang bersumber dari Nabi saw., baik berupa perkataan, perbuatan, taqrir, tabiat, budi pekerti, atau perjalanan hidupnya, baik sebelum diangkat menjadi Rasul, seperti ketika menyendiri di gua Hira maupun sesudahnya"
Al-Khabar • Al-Khabar ( )اﻟﺨﺒﺮmenurut bahasa berarti berita yang disampaikan dari seseorang kepada seseorang. Untuk itu dilihat dari sudut pendekatan ini (sudut pendekatan bahasa), kata Khabar sama artinya dengan Hadits. • Ibn Hajar al-Asqalani, istilah hadits sama artinya dengan Khabar, keduanya dapat dipakai untuk sesuatu yang marfu’, mauquf, dan maqthu‘. Ulama lain, mengatakan bahwa kbabar adalah sesuatu yang datang selain dari Nabi saw, sedang yang datang dari Nabi saw disebut hadits. Ada juga ulama yang mengatakan bahwa hadits lebih umum dari Khabar. Untuk keduanya berlaku kaidah 'umumun wa khushushun muthlaq, yaitu bahwa tiap-tiap hadits dapat dikatakan Khabar, tetapi tidak setiap Khabar dapat dikatakan hadits. • Ada ulama yang berpendapat bahwa Khabar digunakan buat segala berita yang diterima dari yang selain Nabi saw. Dengan pendapat ini, sebutan bagi orang yang meriwayatkan hadits dinamai muhaddits, dan orang yang meriwayatkan sejarah dinamai akhbary atau Khabary.
Al-Athar • Al-Athar ( )اﻵﺛﺎرmenurut bahasa adalah bekas dari sesuatu, atau sisa sesuatu, dan berarti nukilan (yang dinukilkan). Misalnya do'a yang dinukilkan dari Nabi disebut: Do'a Ma'tsur. Majoriti ulama mengartikan Athar sama dengan khabar dan hadits. Seperti doa berikut ini: “Ya Allah, cukupilah aku dengan rizki-Mu yang halal (supaya aku terhindar) dari yang haram, perkayalah aku dengan karuniaMu (supaya aku tidak meminta) kepada selain-Mu.” (HR: At-Tirmidzi) • Menurut istilah, terjadi perbedaan pendapat di antara ulama. Majoriti ahli hadits mengatakan bahwa Athar sama dengan khabar, yaitu sesuatu yang disandarkan kepada Nabi saw, sahabat dan tabi'in. Sedangkan menurut ulama Khurasan, bahwa Athar untuk yang hadits mauquf dan khabar untuk Hadits yang marfu’ • Dari keempat istilah yaitu Hadits, Sunnah, Khabar, dan Atsar, menurut jumhur ulama hadits dapat dipergunakan untuk maksud yang sama, yaitu bahwa hadits disebut juga dengan sunnah, khabar atau atsar. Begitu pula halnya sunnah, dapat disebut dengan hadits, khabar dan atsar. Maka Hadits Mutawatir dapat juga disebut dengan Sunnah Mutawatir atau Khabar Mutawatir. Begitu juga Hadits Shahih dapat disebut dengan Sunnah Shahih, Khabar Shahih, dan Atsar Shahih.
PEMBAHAGIAN AL-HADITS SECARA UMUM AL-HADITS
Jumlah Perawi
Pembicara
Derajat Kekuatan
Qudsi
Mutawatir
Ahad
Marfu’
Lafdzi
Gharib
Mauquf
Maknawi
Maqtu’
‘Aziz
Masyhur
Mardud
Maqbul
Shahih
Hasan
Dho'if
Lidzatih
Lidzatih
Sanad Gugur
Lighairih
Lighairih
Tuduhan Terhadap Perawi