ﺑﺴﻢ اﷲ اﻟﺮﺣﻤﻦ اﻟﺮﺣﻴﻢ INSTITUT PENGAJIAN TINGGI AL-ZUHRI DIPLOMA PENGAJIAN AL-QURAN dan AL-SUNNAH ULUM AL-Hadits MINGGU KEEMPAT 04 June 2016 / 2.30 PTG – 5.30 PTG
Ust Mohd Ghazali M.Pd.I
TOPIK-TOPIK PEMBAHASAN 4. Pembahagian Hadits Dari Sudut Bilangan Perawi a. Hadits Mutawatir b. Hadits Ahad: Masyhur, Aziz & Gharib c. Kedudukan Mutawatir & Ahad 5. Pengenalan Kitab-Kitab Hadits a. Musnad Imam Ahmad & Muwattho’ Imam Malik b. Al-Kutubus Sittah: Shahih Al-Bukhari, Shahih Muslim, Sunan Abi Daud, Sunan An- Nasai, Sunan At-Tirmidzi & Sunan Ibn Majah c. Perbezaan Antara Kitab Hadits Dengan Kitab Fiqeh
Pembahagian Hadits Dari Sudut Bilangan Perawi
1. Hadits Mutawatir , 2. Hadits Ahad: Masyhur, Aziz & Gharib , 3. Kedudukan Mutawatir & Ahad
HADITS MUTAWATIR • Pengertian Hadits Mutawatir • Secara etimologi, kata mutawatir berarti : Mutatabi’ (beriringan tanpa jarak). Dalam terminologi ilmu hadits, ia merupakan hadits yang diriwayatkan oleh orang banyak, dan berdasarkan logika atau kebiasaan, mustahil mereka akan sepakat untuk berdusta. Periwayatan seperti itu terus menerus berlangsung, semenjak thabaqat yang pertama sampai thabaqat yang terakhir. • Dari redaksi lain pengertian mutawatir adalah :
ِ ﺎد َة ﺗَـ َﻮاﻃُُﺆ ُﻫ ْﻢ َﻋﻠـَﻰ اْﻟﻜـَ ِـﺬ ٍ ﺴ ْﻮ ب َ ﺎﻋﺔً ﺑَﻠـَﻐُ ْﻮا ﻓِﻰ اْﻟﻜـَﺜْـ َﺮِة َﻣ ْﺒـﻠَﻐـًﺎ ﺗُ ِﺤ ْﻴ ُﻞ اْ َﻟﻌ َ َس أَ ْﺧﺒَـ َﺮ ﺑِ ِﻪ َﺟﻤ ـ ُ ﻣـَﺎ َﻛﺎ َن َﻋ ْﻦ َﻣ ْﺤ
Hadits yang berdasarkan pada panca indra (dilihat atau didengar) yang diberitakan oleh segolongan orang yang mencapai jumlah banyak yang mustahil menurut tradisi mereka sepakat berbohong. • Ulama mutaqaddimin berbeda pendapat dengan ulama muta’akhirin tentang syarat-syarat hadits mutawatir. Ulama mutaqaddimin berpendapat bahwa hadits mutawatir tidak termasuk dalam pembahasan ilmu isnad al-hadits, karena ilmu ini membicarakan tentang shahih tidaknya suatu khabar, diamalkan atau tidak, adil atau tidak perawinya. Sementara dalam hadits mutawatir masalah tersebut tidak dibicarakan.
SYARAT HADITS MUTAWATIR 1. Hadits Mutawatir harus diriwayatkan oleh sejumlah besar perawi, dan dapat diyakini bahwa mereka tidak mungkin sepakat untuk berdusta. Ulama berbeda pendapat tentang jumlah minimal perawi. Al-Qadhi Al-Baqilani menetapkan bahwa jumlah perawi hadits mutawatir sekurang-kurangnya 5 orang, alasannya karena jumlah Nabi yang mendapat gelar Ulul Azmi sejumlah 5 orang. Al-Istikhari menetapkan minimal 10 orang, karena 10 itu merupakan awal bilangan banyak. Demikian seterusnya sampai ada yang menetapkan jumlah perawi hadits mutawatir sebanyak 70 orang. 2. Adanya keseimbangan antara perawi pada thabaqat pertama dan thabaqat berikutnya. Keseimbangan jumlah perawi pada setiap thabaqat merupakan salah satu persyaratan. 3. Berdasarkan tanggapan pancaindra : Harus benar-benar dari hasil pendengaran atau penglihatan sendiri. Biasanya menggunakan lafadz: “Kami telah mendengar (”)ﺳﻤﻌﻨﺎ, atau “Kami telah melihat (”)راﻳﻨﺎ. Sekiranya berita itu merupakan hasil renungan, pemikiran, atau rangkuman dari suatu peristiwa lain, atau hasil istinbath dari dalil yang lain, maka tidak dapat dikatakan hadits mutawatir.
ِ ﻴﻞ اﻟﻠﱠ ِوإِن ﺗُ ِﻄﻊ أَ ْﻛﺜَـﺮ ﻣﻦ ﻓ ِ ِ ِ ﱡ ِ ِ ﱠ ِ ِ ۚ ﱠ ﱠ ِ ِ َ ﺻﻮ َن ﺮ ﺨ ﻳ ﻻ إ ﻢ ﻫ ن إ و ﻦ ﻈ اﻟ ﻻ إ ن ﻮ ﻌ ﺒ ﺘ ـ ﻳ ن إ ◌ ﻪ ﺒ ﺳ ﻦ ﻋ ﻮك ﻠ ﻀ ﻳ ض ر اﻷ ﻲ ﱠ َ ْ ْ ﱠ َ ْ َ ُ ُ َ ُْ َ ُ َ َ ُ ْ َ َ ْ َ
Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan belaka, dan mereka tidak lain hanyalah berdusta (terhadap Allah). (Qs Al-Anaam 6:116)
HADITS MUTAWATIR LAFDZI 1. Pertama : Hadits Mutawatir Lafdzi,
ﻣﺎ ﺗﻮاﺗﺮ ﻟﻔﻈﻪ وﻣﻌﻨﻪ
• “Hadis yang mutawatir lafadznya dan maknanya”. • Ia itu, hadits yang diriwayatkan dengan lafadz dan makna yang sama, serta kandungan hukum yang sama. Jumlahnya sedikit sekali contohnya :
ِ ﺎل رﺳﻮ ُل اﷲ َﻋﻠَﻴ ﱠ ب َﻋﻠَ ﱠﻲ ﻓـَﻠْﻴَﺘَﺒَـ ﱠﻮأْ َﻣ ْﻘ َﻌ َﺪﻩُ ِﻣ َﻦ اﻟﻨﱠﺎ ِر ﺬ ﻛ ﻦ ﻣ ﻢ ﻠ ﺳ و ﻪ َ َ َ َْ َ ََ ْ ْ ُ َ َ َﻗـ
Rasulullah saw bersabda, “Barangsiapa yang sengaja berdusta atas namaku, maka hendaklah dia bersiap-siap menduduki tempatnya di atas api neraka. • Menurut Abu Bakar al-Sairiy menyatakan bahwa hadits ini diriwayatkan secara marfu’ oleh 40 (empat puluh) sahabat. Ibnu al-Shalkah berpendapat bahwa hadits ini diriwayatkan oleh 62 (enam puluh dua) sahabat. Abu Qasim ibn Manduh berpendapat bahwa hadits ini diriwayatkan oleh lebih dari 80 (delapan puluh) sahabat Sebagian lagi mengatakan bahwa hadits ini diriwayatkan oleh lebih dari 100 (seratus) bahkan An-Nawawi menyatakan bahwa hadits ini diriwayatkan oleh 200 (dua ratus) orang sahabat.
HADITS MUTAWATIR MA’NAWI 2. Kedua : Hadits Mutawatir Ma’nawi,
َﻣﺎ ﺗَـ َﻮاﺗَـ َﺮ َﻣ ْﻌﻨَﻪُ ُد ْو َن ﻟَ ْﻔ ِﻈ ِﻪ
Hadis yang mutawatir maknanya, bukan lafadznya. • Hadits yang diriwayatkan dengan lafadz yang berbeda-beda lafadz, namun jika disimpulkan, ia mempunyai makna yang sama, yang dinukilkan oleh sejumlah orang yang mustahil mereka sepakat berdusta atau karena kebetulan. Mereka menukilkan dalam berbagai bentuk, tetapi dalam satu masalah atau mempunyai titik persamaan. • Contoh hadits yang meriwayatkan bahwa Rasul saw mengangkat tangannya ketika berdo’a.
ِ اﻹﺳﺘِﺴ َﻘ ِ َﻻ ﻳـﺮﻓَﻊ ﻳ َﺪﻳ ِﻪ ﻓِﻲ َﺷﻲ ٍء ِ ِ ِ ِ ِ ِ ﱠ ﺎض إِﺑْﻄَْﻴ ِﻪ ﻴ ـ ﺑ ى ﺮ ـ ﻳ ﱠﻰ ﺘ ﺣ ﻊ ﻓ ﺮ ـ ﻳ ﻪ ﻧ إ و ﺎء ﻰ ﻓ ﻻ إ ﻪ ﺎﺋ ﻋ د ﻦ ﻣ ْ َ َّ َُ ْ ْ ُ ََ َ ُ َ ُ ْ َ ُ َ ْ ْ ْ َ ُ َْ
َﻛﺎ َن اﻟﻨَﺒِ ﱡﻲ
Nabi saw tidak mengangkat kedua tangannya dalam doa-doa beliau, kecuali dalam shalat istisqa’ dan beliau mengangkat tangannya hingga tampak putih-putih kedua ketiaknya. (HR Bukhari) • Hadits-hadits yang semakna dengan hadits tersebut banyak sekali, lebih dari 100 (seratus) hadits
SANAD HADITS MUTAWATIR
Menurut Zainuddin Al-Iraqi, hadits ini (selafadz) telah diriwayatkan lebih dari 70 orang shahabat, tapi yang semakna dengan hadits ini diriwayatkan oleh 200 orang sahabat sebagaimana yang dikatakan Imam An-Nawawi.
HADITS MUTAWATIR ‘AMALI 3. Ketiga : Hadits Mutawatir ‘Amali, yakni amalan agama (ibadah) yang dikerjakan oleh Nabi saw, kemudian diikuti oleh para sahabat, kemudian diikuti lagi oleh Tabi’in, dan seterusnya, diikuti oleh generasi sampai sekarang. Contoh, hadits-hadits nabi saw tentang shalat dan jumlah rakaatnya, shalat id, shalat jenazah dan sebagainya. Segala amal ibadah yang sudah menjadi ijma’ di kalangan ulama dikategorikan sebagai hadits mutawatir ‘amali. •
Menurut Ibn Hibban dan Al-Hazimi menyatakan bahwa hadits mutwatir lafdzi tidak mungkin ada. Pendapat mereka dibantah oleh Ibn Shalah. Dia menyatakan bahwa hadits mutawatir (termasuk yang lafdzi) memang ada, hanya jumlahnya sangat terbatas.
•
Menurut Ibn Hajar Al-Asqolani, Hadits mutawatir jumlahnya banyak, namun untuk mengetahuinya harus dengan cara menyelidiki riwayat-riwayat hadits serta kelakuan dan sifat perawi, sehingga dapat diketahui dengan jelas kemustahilan perawi untuk sepakat berdusta terhadap hadits yang diriwayatkannya. Kitab-kitab yang secara khusus memuat hadits-hadits mutawatir seperti : Al-Azhar Al-Mutanatsirah fi Al-Mutawatirah, yang disusun oleh Imam Suyuthi. Muhammad ‘Ajaj Al-Khatib, kitab ini memuat 1513 hadits. Nazhm Al-Mutanatsirah min Al- Hadits al Mutawatir yang disusun oleh Muhammad bin Ja’far Al-Kattani (w. 1345 H) dan yang lainnya.
•
PENDAPAT ULAMA’ TENTANG HADITS MUTAWATIR • Di kalangan para ulama’ muhadditsin berbeda-beda dalam memberikan tanggapan, sesuai dengan disiplin ilmu yang mereka miliki: 1. Ahli hadits mutaqaddimin, tidak terlalu mendalam dalam memberikan bahasan sehingga hadits mutawatir itu pada hakikatnya tidak dimasukkan ke dalam pembahasan masalah-masalah, seperti: a) Ilmu Isnad : iaitu disiplin ilmu yang hanya membahas masalah shahih dan tidaknya, diamalkan dan tidaknya suatu hadits. b) Ilmu Rijal Al-Hadits : iaitu disiplin ilmu yang semua pihak yang terkait dengan persoalan periwayatan hadits dan metode penyampaiannya. 2. Ahli hadits mutaakhirin dan ahli Usul berpendapat bahwa hadits hanya dapat disebut dengan mutawatir jika memiliki kriteria-kriteria atau syarat-syarat tertentu. • Dapat disimpulkan bahawa kaedah dalam menentukan kesahihan mutawatir itu majoritinya berasaskan ijtihad akal. • Oleh karena itu, Hadits mutawatir boleh saja berstatus shahih, hasan, maupun dha’if dikarenakan kualitas dari hadits tersebut itu sendiri. Sehingga “boleh saja” dikatakan, bahwa hadits mutawatir itu tidak melihat dari segi jumlah atau kuantitas melainkan kualitas pribadi dari perawi hadits tersebut.
HADITS AHAD • Pengertian Hadits Ahad:
ﻣﺎ ﻻ ﻳﺠﺘﻤﻊ ﻓﻴﻪ ﺷﺮوط اﻟﺘﻮاﺗﺮ
Hadits yang tidak terkumpul padanya syarat-syarat mutawatir • Kata ahad merupakan bentuk plural dari kata wahid. Kata wahid berarti “satu”. Kata ahad bermaksud satuan, yakni angka bilangan dari satu sampai sembilan. • Menurut istilahan hadits Ahad ialah Khabar yang jumlah perawinya tidak mencapai batasan jumlah perawi hadits mutawatir, baik perawi itu satu, dua, tiga, empat, lima dan seterusnya yang tidak memberikan pengertian bahwa jumlah perawi tersebut sampai kepada jumlah perawi hadits mutawatir. Dengan kata lain tidak memenuhi syarat untuk memasukkannya kedalam katagori hadits mutawatir, maka disebut hadits Ahad. • Dari segi kualitasnya hadits ahad ada yang berstatus shahih, hasan dan dha’if. Oleh karena itu penelitian terhadap kualitas sanad yang dijadikan sandarannya sangat penting, sehingga dapat dipisahkan antara hadits yang berstatus shahih, hasan dan dha’if.
PEMBAHGIAN HADITS AHAD • Dari segi jumlah perawi pada tiap thabaqat, hadits ahad dibagi menjadi tiga macam, yaitu: Masyhur, ‘Aziz, dan Gharib : 1. HADITS MASYHUR • Hadits Masyhur menurut bahasa, yaitu sesuatu yang sudah tersebar dan populer. Ia dinamakan Masyhur karena telah tersebar luas dikalangan masyarakat.
ِ ﻣﺎرواﻩُ اﻟﺜ َﱠﻼﺛَﺔُ ﻓَﺄَ ْﻛﺜَـﺮ وﻟَﻢ ﻳ ﱠﻮاﺗُ ِﺮ ﺼ ْﻞ َد َر َﺟﺔَ اﻟﺘ َـ َْ َ َ ََ َ
Hadits yang diriwayatkan oleh tiga orang atau lebih, serta belum mencapai derajat mutawatir. • Hadits masyhur, ada yang berstatus shahih, hasan, dan dhaif . i. Hadits Masyhur Shahih adalah hadits masyhur yang telah memenuhi ketentuan-ketentuan hadits shahih, baik pada sanad maupun matannya, seperti hadits Ibnu ‘Umar:
(ْﺠ ُﻤ َﻌﺔَ ﻓَـ ْﻠﻴَـ ْﻐﺘَ ِﺴ ْﻞ )رواﻩ اﻟﺒﺨﺎرى ُ َﺣ ُﺪ ُﻛ ُﻢ اﻟ َ ﺎء أ َ إِ َذا َﺟ
Bagi siapa yang hendak pergi melaksanakan shalat jum’at, hendaknya ia mandi. (HR al-Bukhari)
PEMBAHGIAN HADITS AHAD ii. Hadits Masyhur Hasan adalah hadits masyhur yang telah memenuhi ketentuan-ketentuan hadits hasan, baik mengenai sanad maupun matannya, seperti sabda Rasulullah saw:
ِ ﺿﺮر وَﻻ ﺿ َﺮ َار َ َ َ َ َﻻ
Jangan melakukan perbuatan yang berbahaya (bagi diri sendiri dan orang lain). iii. Hadits Masyhur Dho’if adalah hadits masyhur yang tidak mempunyai syarat-syarat hadits shahih dan hasan, baik sanad maupun matannya, seperti halnya hadits berikut:
ﻀﺔٌ َﻋﻠَﻰ ُﻛ ﱢﻞ ُﻣ ْﺴﻠِ ٍﻢ َوُﻣ ْﺴﻠِ َﻤ ٍﺔ َ ْﺐ اﻟ ِْﻌﻠ ِْﻢ ﻓَ ِﺮﻳ ُ َﻃَﻠ
Menuntut ilmu merupakan kewajiban bagi muslim laki-laki dan perempuan • Hadits Masyhur terbagi menjadi dua macam iaitu Masyhur Ishthilahi dan Masyhur Ghayri Ishthilahi a. Masyhur Ishthilahi
ِ ﻣﺎ رواﻩُ ﺛََﻼﺛَﺔٌ ﻓَﺄَ ْﻛﺜَـﺮ ﻓِﻰ ُﻛ ﱢﻞ ﻃَﺒـ َﻘ ٍﺔ ِﻣﻦ ﻃَﺒـ َﻘ ﱠﻮاﺗُ ِﺮ ﺴﻨَ ِﺪ َﻣﺎﻟَ ْﻢ ﻳَـ ْﺒـﻠُ ْﻎ َﺣ ﱠﺪ اﻟﺘ َـ ﺎت اﻟ ﱠ َ ْ َ ََ َ َ
Hadits yang diriwayatkan oleh tiga orang atau lebih, pada setiap tingkatan (thabaqah) pada beberapa tingkatan sanad tetapi tidak mencapai kriteria mutawatir. Contoh:
ِ اﻋﺎ ﻳـ ْﻨﺘَ ِﺰﻋُﻪ ِﻣﻦ اﻟ ِْﻌﺒ ِﺾ اﻟ ِْﻌﻠْﻢ اﻧْﺘ ...ﺎد ﺰ ً َ َ َ َ َ ُ ِإِ ﱠن اﷲَ ﻻَ ﻳَـ ْﻘﺒ
PEMBAHGIAN HADITS AHAD
ِ اﻋﺎ ﻳـ ْﻨﺘَ ِﺰﻋُﻪ ِﻣﻦ اﻟ ِْﻌﺒ ِﺾ اﻟ ِْﻌﻠْﻢ اﻧْﺘ ...ﺎد ﺰ ً َ َ َ َ َ ُ ِإِ ﱠن اﷲَ ﻻَ ﻳَـ ْﻘﺒ
• Hadits diatas diriwayatkan 3 orang sahabat, yaitu Ibnu Amru, Aisyah, dan Abu Hurairah. Hadits ini masyhur di kalangan sahabat karena terdapat 3 sahabat yang meriwayatkan hadits tersebut. b) Masyhur Ghayri Ishthilahi
ِ ﻣﺎا ْﺷﺘُ ِﻬﺮ َﻋﻠَﻰ اﻷَﻟ ْﺴﻨَ ِﺔ ِﻣ ْﻦ ﻏَْﻴ ِﺮ ُﺷ ُﺮْو ٍط ﺗُـ ْﻌﺘَﺒَﺮ َ َ
Hadits yang populer pada ungkapan lisan (para ulama) tanpa ada persyaratan yang definitive. • Hadits Masyhur Ghayri Ishthilahi adalah hadits yang populer atau terkenal dikalangan kelompok tertentu, sekalipun jumlah periwayatnya tidak mencapai 3 orang atau lebih. Populariti hadits ini tidak dilihat dari jumlah banyaknya perawi yang meriwayatkan, melainkan populariti hadits itu sendiri dikalangan ulama dalam bidang ilmu tertentu.Contoh hadits yang populer dikalangan ulama fiqih:
ِ ﺾ اﻟْﺤ َﻼ ِل إِﻟَﻰ اﷲ اﻟﻄﱠَﻼ ُق َ ُ َأَﺑْـﻐ
Sesuatu yang halal yang paling dimurkai oleh Allah adalah talak. (HR.Al-Hakim) • Hadits tersebut populer dikalangan ulama fiqih dan juga diriwayatkan oleh satu perawi saja, sehingga hadits tersebut boleh dikatakan sebagai hadits masyhur ghayr ishthilahi.
PEMBAHGIAN HADITS AHAD 2. HADITS ‘AZIZ • ‘Aziz berasal dari kata ‘Azza-Ya’izzu yang berarti sedikit atau jarang adanya, dan juga boleh berasal dari kata ‘Azza-Ya’azzu yang berarti kuat. • Menurut istilah, :
ِﻣﺎ رواﻩ ا ِ ِ ٍ ٍ ِ ِ ﻤ ﺟ ﻚ ﻟ ذ ﺪ ﻌ ـ ﺑ اﻩ و ر ﻢ ﺛ ة ﺪ اﺣ و ﺔ ﻘ ـ ﺒ ﻃ ﻰ ﻓ ن ﺎ ﻛ ﻮ ﻟ و ﺎن ﻨ ـ ﺛ َ َ ْ ٌﺎﻋﺔ َ َ َ ُ َ ﱠ َ َ َ َ َ َ َ َ ْ َ ُ ََ ْ َ َ ُ ََ َ
Hadits yang diriwayatkan oleh dua orang, sekalipun dua orang ini ditemukan masih dalam satu generasi, kemudian setelah itu ada banyak orang yang sama meriwayatkan • Berdasar pengertian tersebut bahwa hadits Aziz bukan yang hanya diriwayatkan oleh dua orang rawi pada setiap thabaqat, tetapi selagi pada salah satu thabaqah saja, didapati dua orang rawi sudah boleh dikatakan hadits Aziz. • Ibnu Hibban Al Busty berpendapat suatu hadits yang pada mulanya tergolong sebagai hadits Aziz, karena hanya diriwayatkan oleh dua rawi, tapi boleh berubah menjadi hadits Masyhur, karena perawi pada thabaqat-thabaqat seterusnya berjumlah banyak.
PEMBAHGIAN HADITS AHAD • Contoh hadits ‘aziz: Hadits yang ditakhrijkan oleh Bukhari dari Anas r.a :
ِاﷲ ﺻﻠﱠﻰ اﷲ ﻋﻠَﻴ ِﻪ وﺳﻠﱠﻢ َﻻﻳـ ْﺆ ِ ﺐ إِﻟَﻴ ِﻪ ِﻣﻦ ﻧَـ ْﻔ ِﺴ ِﻪ وواﻟِ ِﺪ ِ ِ ووﻟَ ِﺪ ِﻩ َواﻟﻨ ﱠﺎس ﻩ َﺣ أ ن ﻮ ﻛ ا ﱠﻰ ﺘ ﺣ ﻢ ﻛ ﺪ َﺣ أ ﻦ ﻣ ﺎل َر ُﺳ ْﻮ ُل َ َﻗ ُ َ ُ ُ ﱠ َ َ َ ْ ْ َ ْ َ ْ َ ُ ُ َ ََ ْ ُ َ ََ َﺟ َﻤ ِﻌ ْﻴ َﻦ ْأ
Rasulullah saw, bersabda:Tidak sempurna iman salah satu diantara kamu sekalian sampai aku lebih dicintainya daripada ia mencintai dirinya sendiri, orang tuanya, anak-anaknya, dan semua manusia. • Hadits ini diriwayatkan dari Rasulullah oleh Anas bin Malik kemudian diriwayatkan kepada dua orang yaitu, Qatadah dan Abdul Aziz bin suhaib, dari Qatadah diriwayatkan pada dua orang, yaitu Syu’bah dan Husain al-Muallim. Dan dari Abdul Aziz diriwayatkan kepada dua orang yaitu Abdul Warits dan Ismail, dari keempat orang rawi ini diriwayatkan pada generasi dibawahnya lebih banyak lagi yang akhirnya sampai pada Imam Bukhari dan Muslim.
PEMBAHGIAN HADITS AHAD 3. HADITS GHARIB • Menurut bahasa berarti “al-munfarid” (menyendiri). asing, sulit dipahami • Menurut istilah ilmu hadits ia adalah hadits yang dalam sanadnya terdapat seorang yang menyendiri dalam meriwayatkannya, dimana saja penyendirian dalam sanad itu terjadi, baik yang menyendiri itu imamnya maupun selainnya dan tanpa ada orang lain lagi yang meriwayatkannya. • Hadits Gharib terbagi kepada dua macam: Gharib Mutlak dan Gharib Nisby (Relatif) a. Gharib Mutlak :
ِِ ِ ِ َُﻫﻮﻣﺎ َﻛﺎﻧ ﺼ َﺤﺎﺑِﻲ ﺴﻨَ ِﺪ ُﻫ َﻮ ﻃََﺮﻓَﻪُ اﻟﱠ ِﺬي ﻓِ ْﻴ ِﻪ اﻟ ﱠ َﺻ ِﻞ اﻟ ﱠ ْ َﺻ ِﻞ َﺳﻨَﺪﻩ َوأ ْ ﺖ اﻟْﻐَ َﺮﺑَﺔُ ﻓﻲ أ ََ
Hadits yang Gharabah-nya (perawinya satu orang) terletak pada pokok sanad. Pokok sanad adalah ujung sanad yaitu seorang sahabat. Contoh :
ِ ﺎل ﺑِﺎاﻟﻨـﱢﻴ ﺎت َوإِﻧﱠ َﻤﺎ ﻟِ ُﻜ ﱟﻞ ْاﻣ ِﺮ ٍئ َﻣﺎ ﻧَـ َﻮى َ ُ إِﻧﱠ َﻤﺎ ْاﻷَ ْﻋ َﻤ
• Hadits ini diriwayatkan oleh sahabat Umar bin Khattab langsung dari Nabi saw dan dari Umar diriwayatkan oleh Alqamah bin Waqqash Al-Laitsi, kemudian Muhammad bin Ibrahim, kemudian Yahya bin Sa’id Al-Khudri. Dengan demikian hadits diatas dikatakan Hadits Gharib Mutlak dikarenakan hanya sahabat Umar bin Khattab yang meriwayatkannya.
PEMBAHGIAN HADITS AHAD b. Gharib Nisby (Relatif):
ِ َﻣﺎ َﻛﺎﻧ ﺖ اﻟْﻐَ َﺮﺑَﺔُ ﻓِﻲ أَﺛْـﻨَ ِﺎء َﺳﻨَ ِﺪ ِﻩ َ
Hadits yang terjadi gharabah (perawinya satu orang) ditengah sanad. Contoh hadits riwayat Anas r.a :
ِﺲر ﱠ َ ﺻﻠﱠﻰ اﷲُ َﻋﻠَْﻴ ِﻪ َو َﺳﻠﱠ َﻢ َد َﺧ َﻞ َﻣ ﱠﻜﺔَ َو َﻋﻠَﻰ َرأْ ِﺳ ِﻪ اﻟ ِْﻤ ْﻐ َﻔ ِﺮ ﻲ ﺒ ﱠ ﻨ اﻟ ن أ ﻪ ﻨ ﻋ اﷲ ﻲ ﺿ ﱢ ْ َ ُ َ َ ُ َ َ ٍ ََﻋ ْﻦ أَﻧ
“Dari Anas r.a bahwa Nabi Saw masuk ke kota Makkah diatas kepalanya mengenakan iqal.” (HR al-Bukhari dan Muslim) • Hadits tersebut dikalangan tabi’in hanya Malik yang meriwayatkannya dari Az-Zuhri. Boleh jadi pada awal sanad dan akhir sanad lebih dari satu orang, namun ditengah-tengahnya terjadi gharabah, artinya hanya seorang saja yang meriwayatkannya. Gharabah Nisbi ini terbagi menjadi 3 macam: i. Muqayyad bi ats-tsiqah : Ke-gharib-an perawi hadits dibatasi pada sifat ke-tsiqah-an (kepercayaan) seorang atau beberapa orang perawi saja, misalnya:
ٍ ِ ِ ﱠ ﺿ َﺤﻰ َواﻟ ِْﻔﻄْﺮى ﻲ ﺒ ﱠ ﻨ اﻟ ن ا ﺪ َﻋ ْﻦ اَﺑِﻲ َواﻗ َ ْ َﺻﻠﱠﻰ اﷲُ َﻋﻠَْﻴ ِﻪ َو َﺳﻠﱠ َﻢ َﻛﺎ َن ﻳَـ ْﻘ َﺮأُ ﻓِﻲ ْاﻷ َ ﱠ
Dari AbuWaqid bahwa Nabi Saw membaca surah Qaf dan Iqtarabat As-Sa’ah pada shalat Idul adha dan Idul Fitri. • Hadits in hanya diriwayatkan oleh Dhamrah bin Sa’id secara gharabah (sendirian) dari Ubaidillah bin Abdullah dari Abu Waqid. Para perawi lain yang tsiqah tidak ada yang meriwayatkannya selain dia.
PEMBAHGIAN HADITS AHAD ii. Muqayyad bil al-balad : Disebut sedemikian rupa karena suatu hadits diriwayatkan oleh penduduk tertentu sedang penduduk lain tidak meriwayatkannya. Misal hadits yang diriwayatkan oleh rawi-rawi yang berasal dari Basrah saja :
ِ أ ُِﻣﺮﻧَﺎ أَ ْن ﻧَـ ْﻘﺮأُ ﺑَِﻔﺎﺗِﺤ ِﺔ اﻟ ِ َْﻜﺘ ﺴ َﺮ ﺎب َوَﻣﺎ ﺗَـﻴَ ﱠ َ ْ َ
Kami diperintahkan agar membaca Al-Fatihah dan surah yang mudah dari Al-Qur’an. • Hadits tersebut diriwayatkan oleh Abu Dawud dari Ath-Thayalisi dari Hamman dari Abu Qatadah dari Abu Nadhrah dari Abu Sa’id yang mana mereka adalah penduduk yang berasal dari Basrah. iii. Muqayyad al-rawi : Periwayatan suatu hadits dibatasi dengan perawi hadits tertentu, misal hadits dari Sufyan bin Uyaynah dari Wa’il bin Dawud dari putranya Bakar bin Wa’il dari Az-Zuhri dari Anas:
ِ اَ ﱠن اﻟﻨﱠﺒِ ﱠﻲ ﺻﻠﱠﻰ اﷲ َﻋﻠَﻴ ﱠ ﺻ ِﻔﻴﱠﺔَ ﺑِ َﺴ ِﻮﻳْ ٍﻖ َوﺗَ ْﻤ ٍﺮ ﻰ ﻠ ﻋ ﻢ ﻟ َو أ ﻢ ﻠ ﺳ و ﻪ َ َ َ َ َ ْ ْ َ ََ ْ ُ
• Hadits diatas diriwayatkan oleh Abu Dawud, At Tirmidzi, An Nasa’i dan Ibnu Majah. Tidak ada yang meriwayatkannya dari Bakar selain Wa’il dan tidak ada yang meriwayatkannya dari Wa’il kecuali Ibnu Uyaynah.
PERBINCANGAN